SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

22
Universitas Indonesia UNIVERSITAS INDONESIA SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON DALAM FILM THE ROYAL TAILOR: PENDEKATAN SEMIOTIK MAKALAH DENI PUTRI SEPTIANI 1206271435 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREA DEPOK JUNI 2016 Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Transcript of SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Page 1: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia

               

UNIVERSITAS INDONESIA

SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON

DALAM FILM THE ROYAL TAILOR: PENDEKATAN SEMIOTIK

MAKALAH

DENI PUTRI SEPTIANI

1206271435

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREA

DEPOK

JUNI 2016

   

 

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 2: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia 2

 SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON

DALAM FILM THE ROYAL TAILOR: PENDEKATAN

SEMIOTIK

Deni Putri Septiani, Maman S. Mahayana, S.S., M.Hum.

Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Universitas Indonesia

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Dilatarbelakangi oleh film bertema sejarah Korea periode Dinasti Joseon (1392-1910), berjudul The Royal Tailor, yang bercerita tentang dua orang desainer kerajaan, penelitian ini dilakukan untuk mengungkap simbol yang ada pada busana dalam film tersebut. Simbol merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. Simbol bisa berupa apa saja, termasuk busana sebagai objek yang digunakan seseorang dalam keseharian. Busana bisa menjadi sebuah refleksi kebudayaan suatu peradaban. Penelitian tentang simbol pada busana kerajaan Dinasti Joseon dapat mengungkapkan catatan sejarah mengenai peradaban pada zaman Dinasti Joseon. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif analitis dengan pendekatan semiotik. Teori semiotika yang digunakan adalah sistem tanda, simbol, dan ikonisitas. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa simbol pada busana memiliki pesan, doa, atau harapan tertentu bagi pemakainya terutama raja pada zaman itu. Kata Kunci : Simbol, Semiotik, Busana, Dinasti Joseon, Film, The Royal Tailor    

ABSTRACT    

Due to the Korean historical-themed film during the Joseon Dynasty period (1392-1910), entitled The Royal Tailor, which tells the story about two royal designers, this study was conducted to reveal the symbol on clothing in the film. The symbol is a tool that is used to convey a message to the communicant. Symbol can be anything, including clothing as an object that a person uses in everyday life. Clothing can be a reflection of a culture of a civilization. Research

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 3: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia 3

on the symbols on the royal Joseon Dynasty clothing can reveal the historical record of the civilization in the time of the Joseon Dynasty. This study was conducted with descriptive analysis method through the semiotic approach. Semiotic theory used is a system of signs, symbols, and iconicity. The result of this study revealed that the symbols on the clothing contain a message, a prayer, or a certain expectation for the wearer, especially the king of that era.

Keywords:

Symbol, Semiotic, Clothing, Joseon Dynasty, Film, The Royal Tailor

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 4: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia 4

Pendahuluan

Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu

tempat tertentu (Effendy, 1986:134). Pesan yang disampaikan melalui sarana

media komunikasi dapat berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat,

maupun propaganda. Film memiliki kekuatan untuk mempengaruhi cara pandang

seseorang melalui pesan yang disampaikannya, baik bersifat positif maupun

negatif.

Simbol merupakan salah satu alat dalam berkomunikasi yang berfungsi

untuk mempengaruhi komunikan dengan tujuan tertentu. Simbol umumnya

digunakan untuk menyampaikan pesan berupa informasi atau pengetahuan kepada

komunikan. Pada penelitian ini, penulis menggunakan simbol pada busana

sebagai objek penelitian.

The Royal Tailor adalah sebuah film hasil karya sutradara Lee Won-suk

yang menceritakan persaingan dua orang desainer busana kerajaan Dinasti Joseon.

Akan tetapi, film ini juga menunjukkan bagaimana proses pembuatan busana

termasuk detail rancangan busananya. Busana-busana yang terdapat dalam film

memperlihatkan berbagai macam simbol, baik yang terlihat secara eksplisit

maupun yang tidak. Oleh karena itu, simbol yang terdapat dalam busana film The

Royal Tailor menjadi objek pada penetilitan ini.

Simbol khususnya pada busana mencerminkan aspek-aspek kehidupan dan

kebudayaan suatu peradaban masyarakat pada periode tertentu. Hal itu

membuktikan bahwa busana memiliki peran dalam merefleksikan sebuah

peradaban melalui simbol. Dengan mengetahui makna simbol yang ada pada

busana tersebut, maka seseorang dapat mengungkap sebuah catatan sejarah

tentang masyarakat pada zamannya.

Dari uraian latar belakang yang dikemukakan, teridentifikasi masalah

sebagai berikut; (1) Bagaimana simbol dilekatkan pada busana periode Dinasti

Joseon dalam film The Royal Tailor? dan (2) Bagaimana simbol dapat

menyampaikan pesan sutradara film berkaitan dengan busana tradisional Korea?

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 5: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia 5

Sesuai dengan perumusan masalah yang ada, tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengungkapkan bagaimana simbol dilekatkan pada busana periode

Dinasti Joseon dalam film The Royal Tailor dan bagaimana simbol dapat

menyampaikan pesan sutradara film berkaitan dengan busana tradisional Korea

periode Dinasti Joseon.

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif analitis, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan

cara mengolah data, menganalisa, dan mengintepretasikan suatu masalah pada

objek tertentu, yang kemudian menghasilkan suatu kesimpulan.

Pada penelitian ini penulis menggunakan teori semiotika sebagai acuan.

Semiotika adalah ilmu tanda, istilah tersebut berasal dari Yunani semeion yang

berarti “tanda”. Tanda terdapat di mana saja dan segala sesuatu bisa menjadi

sebuah tanda. Kata adalah tanda, demikian pula gerak isyarat. Struktur karya

sastra, struktur film, bangunan, maupun nyanyian juga dapat disebut sebagai

tanda. Seorang ahli filsafat dari Amerika bernama Charles Sanders Peirce

menegaskan bahwa manusia hanya dapat berpikir dengan menggunakan sarana

tanda, tanpa tanda manusia tidak dapat berkomunikasi (Zoest, 1991).

Dalam buku yang berjudul Indonesia: Tanda yang Retak, Benny H. Hoed

(2002:1) membicarakan teori-teori yang digunakannya untuk menganalisis sebuah

kajian budaya. Dalam menjelaskan gejala budaya, seseorang dapat menggunakan

teori struktural. Akan tetapi, strukturalisme sering kali tidak dapat menjelaskan

beberapa gejala budaya secara tuntas. Teori lain yang digunakan adalah semiotik.

Dengan menggunakan penjelasan semiotik atau yang sering disebut dengan teori

tentang tanda, suatu gejala budaya dapat dianalisis lebih mendalam.

Dengan demikian, semiotika khususnya yang membahas tanda, simbol,

dan ikon, digunakan untuk menelaah dan menganalisis gejala budaya melalui

simbol pada busana film The Royal Tailor.

FILM THE ROYAL TAILOR

Film ini berjudul The Royal Tailor atau dalam Bahasa Korea berjudul

상의원 (Sanguiwon). Perilisan dilakukan di Korea Selatan pada tanggal 24

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 6: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia 6

Desember 2014. Aktris besar yang membintangi film ini yaitu Han Suk-kyu, Go

Soo, Park Shin-hye, dan Yoo Yeon-seok. Film ini disutradarai oleh Lee Won-suk

dan diproduseri oleh Yun Chang-suk dari skenario yang ditulis oleh Lee Byoung-

hak. Dengan latar belakang masyarakat yang masih menjunjung tinggi strata

sosial serta kehidupan yang kental terhadap ideologi Konfusianisme, film ini

menceritakan kisah dua orang desainer kerajaan yang hidup pada periode Dinasti

Joseon. Kehidupan cinta, rasa cemburu, dan ambisi yang berujung pada

malapetaka. The Royal Tailor merupakan film berjenis drama, keluarga kerajaan,

dan fesyen.

Film The Royal Tailor diakui memiliki teknis yang luar biasa. Cho Sang-

kyung adalah salah seorang dibalik pembuatan kostum para pemain yang menjadi

titik fokus dalam film ini. Lebih dari 1000 stel hanbok muncul dalam film ini.

Anggaran kostum hampir mencapai satu miliar won atau setara dengan 909.000

US dolar atau setara dengan kurang lebih 12 milyar rupiah (2016). Anggaran

tersebut mengambil porsi paling banyak dari keseluruhan total anggaran. Seperti

yang dilansir di Variety Asia: “Had Yves Saint Laurent met Jean Paul Gaultier

during the Joseon dynasty, the ensuing costume drama might have looked

something like “The Royal Tailor” (Lee Maggie, 2015:1).

SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN PERIODE DINASTI JOSEON

DALAM FILM THE ROYAL TAILOR

Film The Royal Tailor memusatkan ceritanya pada busana1, terlihat dari

judul yang mengisyaratkan tema film tersebut. Mulai dari busana untuk raja,

pegawai sipil dan militer kerajaan, hingga penduduk biasa yang berada di luar

istana. Tim film telah banyak berdiskusi mengenai busana yang akan digunakan

para pemain agar dapat membantu memunculkan karakter yang kuat. Salah satu

faktor yang membuat busana menjadi sangat berkarakter adalah simbol yang

muncul baik secara eksplisit maupun implisit.

Simbol busana bukan hanya pada motif ornamen sebagai hiasan yang dapat

memperindah busana, tetapi juga menyajikan warna sebagai suatu kesan yang

                                                                                                               1 Busana yang dimaksud adalah kostum para pemain The Royal Tailor.

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 7: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia 7

diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda (KBBI daring)

yang memiliki efek secara psikologis serta dipercaya memiliki makna secara

turun-temurun. Pengaruh kepercayaan masyarakat Dinasti Joseon terhadap segala

unsur kehidupan alam semesta ini menjadi awal terbentuknya simbol pada busana

yang mereka kenakan sehari-hari.

Menurut latar belakang sejarah Kerajaan Dinasti Joseon, simbol pada

busana merepresentasikan strata sosial bagi orang yang mengenakannya. Semakin

rumit simbol yang muncul pada busana, semakin tinggi kedudukan seseorang

dalam kehidupan sosial. Orang yang memiliki strata yang tinggi biasanya

mengenakan busana yang bermotif dan berwarna cerah, berbeda dengan penduduk

biasa. Sebagai contoh, seorang raja memiliki posisi paling krusial dalam kerajaan.

Untuk membedakan seorang raja dengan para aristokrat, maka dibuatkanlah

busana yang mewah, megah, dan memiliki simbol yang merepresentasikan

seorang raja, sehingga seseorang yang melihat dapat mengetahui perbedaannya

tanpa perlu menjelaskan kedudukan raja tersebut.

Peran Ideologi, Kepercayaan dan Kesenian Masyarakat Joseon terhadap

Simbol pada Busana Hanbok

Neo-Konfusianisme

Ideologi Neo-Konfusianisme bukan merupakan sebuah agama bagi

masyarakat Dinasti Joseon, melainkan sebagai pemikiran dan sikap hidup yang

kemudian menjadi ideologi resmi periode tersebut. Neo-Konfusianisme berasal

dari konsep kehidupan yang harmonis dalam keluarga dan kehidupan

bermasyarakat atau sosial. Kedua hal ini merupakan elemen penting dalam ajaran

Buddhisme dan Taoisme. Secara umum, ideologi ini tidak hanya berperan sebagai

aturan dalam bersosialisasi, tetapi juga sebagai sebuah sistem kepemerintahan.

Selain itu, Neo-Konfusianisme mengajak masyarakat untuk melakukan ritual

penghormatan kepada leluhur, pengembangan diri, dan memahami makna alam

semesta.

Dalam ideologi Neo-Konfusianisme, T’ai-chi atau “the Great Ultimate”

merupakan sebuah konsep fundamental dalam ritual penghormatan kedapa alam

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 8: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia 8

semesta.2 T’ai-chi bisa juga diartikan sebagai sebuah sumbu segala pencipataan

alam semesta. Oleh karena itu, perkembangan kosmologi dan ontologi Neo-

Konfusianisme sangat bergantung pada konsep T’ai-chi. Di dalam struktur T’ai-

chi, terdapat satu prinsip yang berperan penting. Prinsip tersebut adalah Yin-

Yang. Kedua konsep ini saling berkaitan satu sama lain. T’ai-chi dan Yin-Yang

adalah dua prinsip dasar pada ideologi Neo-Konfusianisme.

Seorang ahli Neo-Konfusian bernama Chou Tun-i (1017-73) berpendapat

bahwa T’ai-chi lah yang menjadi asal muasal alam semesta. Pada dasarnya, hal ini

merupakan ide buku I-Ching (The Book of Changes) yang kemudian oleh Chou

dibuatkan sebuah teori yang dapat menjelaskan secara rinci mengenai ‘the great

ultimate’. Ditulis dalam buku The Korean Neo-Confucianism of Yi Yulgok, bagian

paling penting dalam komsologi Chou berbunyi:

The Great Ultimate (t’ai-chi) through movement generates yang. When its activity

reaches its limits, it becommes tranquil. Through tranquility the Great Ultimate generates

yin. When tranquility reaches its limit, activity begins again. By transformation of yang

and its union with yin, the Five Agents of Water, Fire, Wood, Metal, and Earth arise,

when these five material forches (ch’i) are distributed in harmonious order, the four

seasons run their course. The five agents constitute one system of yin and yang, and yin

and yang constitute one Great Ultimate. The Great Ultimate is fundamentally the Non-

Ultimate. (Ro Young-chan, 1989: 18).

Dengan segala pergerakan Tai-chi, terciptalah yang. Ketika segala aktivitas dalam

pergerakan tersebut telah mencapai batas performanya, ia berhenti kemudian

menjadi tenang dan tenteram. Pada ketenangan itulah tercipta yin. Ketika

ketenangan tersebut telah mencapai batasnya, barulah kemudian pergerakan

dimulai kembali, di situlah terjadi kembali penciptaan yang, lalu begitu

seterusnya.

Transformasi tersebut yang akhirnya menciptakan lima elemen kekuatan

alam yaitu air, api, kayu, metal, dan bumi. Ketika kelima kekuatan ini berjalan

seimbang dan harmonis, maka muncul empat musim yang menjadi awal

dimulainya kehidupan manusia. Dengan pemahaman ini dapat dikatakan bahwa

                                                                                                               2 Ro, Young-chan. 1989. The Korean Neo-Confucianism of Yi Yulgok. New York: State University of New York Press, hlm.17.

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 9: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia 9

prinsip Yin-Yang yang terdapat pada struktur Tai-chi dalam Neo-Konfusianisme

merupakan konsep dasar pencipataan dan keharmonisan alam semesta. Prinsip yin

dan yang di dalam konsep Taichi membentuk lima kekuatan elemen yang

menciptakan keharmonisan dalam kehidupan alam semesta.

Teori  Lima  Elemen  

Teori lima elemen membicarakan hubungan dan interaksi harmonis antara

surga, bumi, dan manusia. Ide utama teori ini berawal dari prinsip Dao/Taoisme.

Dao berarti “jalan”. Dalam struktur Dao terdapat tiga area kehidupan, yaitu

kehidupan surga, bumi, dan manusia. Ketiganya saling berhubungan dan

mengikuti prinsip satu sama lain. Prinsip dari Dao adalah mempertahankan

keharmonisan alam semesta. Alam merupakan hasil strukturalisasi prinsip Dao.

Dengan memahami prinsip tersebut, seseorang dapat menginterpretasi alam

semesta dan membantu dirinya sendiri untuk dapat mengatur hidup menuju

keharmonisan. Teori ini diaplikasikan ke beberapa aspek, dari mulai yang kita

kenal dari Feng shui, pengobatan, dan sebagainya. Akan tetapi, korelasi yang

mendasar digunakan untuk menghubungkan kelima elemen tersebut dengan warna

dan musim.

Ideologi warna dalam teori lima elemen merupakan komposisi prinsip

alam semesta, seperti yang sudah dijelaskan di atas. Sebagai ideologi

penghormatan keepada alam semesta, segala sesuatu yang diimplikasikan oleh

ideologi ini erat kaitanya dengan objek-objek alam artinya makhluk hidup yang

ada di sekitar manusia seperti tumbuhan, hewan, tidak terkecuali air, tanah, dan

sebagainya. Masyarakat Korea menganggap alam sebagai sahabat. Mereka

percaya bahwa alam menjajakan keindahan alami yang sesungguhnya. Dengan

mengaplikasikan ideologi ini ditambah dengan konsep keindahan menurut

masyarakat Korea, terciptalah sebuah kebudayaan yang memperlihatkan cara

penghormatan mereka

kepada alam semesta dengan menggunakan objek alam secara simbolis dalam

segala hal yang mereka ciptakan, dalam hal ini warna.

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 10: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia 10

Tabel 1 Teori Lima Elemen di Korea Sumber: Jurnal oleh Yang Eun-hee, Yoon Hyung-kun, Kim Kyung-ja A Study on the Colors in

Korean Traditional Wedding Dress at the period of Chosun Dynasty

Adapun warna Korea terbagi menjadi lima warna primer dan lima warna

sekunder. Lima warna primer di antaranya biru, merah, kuning, putih dan hitam.

Di antara kelima warna primer tersebut, warna kuning menjadi pusat dari

semuanya. Kuning melambangkan tanah, yang berarti sumber dari segala

kehidupan di bumi. Tanah juga bisa diartikan sebagai penanda awal mula

munculnya musim (Yang Eun-hee, et.al, (n.d.):7). Tanah yang mulai ditumbuhi

rumput, bunga yang mulai bermekaran, pohon yang sudah mulai terlihat hijau,

menandakan datangnya musim semi. Sebaliknya, pohon yang daunnya sudah

mulai berguguran, tanah yang kering, merupakan pertanda akan datangnya musim

dingin. Oleh karena itu, pada teori lima elemen, warna kuning yang ditandai oleh

elemen bumi ini menjadi sentral dan paling penting di antara empat warna

lainnya. Hal tersebut juga ditunjukkan pada busana para kaisar di Cina yang

disebut dengan ‘The Yellow Dragon Robe’.

Buddhisme

Ajaran Buddhisme berasal dari India, kemudian mulai memasuki wilayah

Korea melalui Tiongkok pada abad ke-4 yaitu periode Tiga Kerajaan (57 sM –

668 M). Mahayana adalah nama salah satu cabang Buddhisme yang ditemukan di

daerah Asia Timur. Kemampuan Mahayana dalam beradaptasi dengan agama

yang mendominasi Korea pada saat itu yaitu Shamanisme, secara perlahan

Lima Elemen Mata

Angin

Musim Warna

Kayu Timur Musim Semi Biru

Api Selatan Musim Kemarau Merah

Bumi Pusat Perpindahan musim (18

hari terakhir di setiap

musim)

Kuning

Logam Barat Musim Gugur Putih

Air Utara Musim Dingin Hitam

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 11: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia 11

membuka jalan untuk dapat masuk ke wilayah Korea. Keberhasilan tersebut

ditandai dengan penetapan ajaran Buddhisme menjadi agama resmi periode Tiga

Kerajaan hingga Dinasti Goryo (918-1392). Dalam masa kepopulerannya di

wilayah Korea, prinsip-prinsip Buddhisme mulai menyebar diberbagai aspek,

seperti arsitektur, seni lukis, pengobatan, dan literatur. Seiring berjalannya waktu,

aspek Buddhisme ini semakin menyatu dengan kebudayaan Korea dan cenderung

sulit untuk dipisahkan.

Simbol  Empat  Penjaga  

Mitos mengenai empat hewan raksasa penjaga ini berasal dari Cina. Setiap

penjaga memiliki makna khusus yang ada kaitannya dengan musim, warna, dan

sebagainya seperti pada teori lima elemen. Dalam teori lima elemen terdapat lima

arah mata angin, akan tetapi hanya ada empat hewan yang melambangkan empat

arah mata angin. Keempat hewan raksasa ini bertugas menjaga bumi melalui arah

utara, selatan, timur, dan barat. Sedangkan, satu arah lagi yaitu pusat,

merepresentasikan Negara Cina sendiri. Simbol ini terdiri dari empat hewan yaitu;

Naga (용), Macan (호랑이), Burung Api (봉황), dan Kura-Kura (거북).

Taoisme

Taoisme bukanlah merupakan aliran kepercayaa yang utama bagi masyarakat

Korea, keeksistensiannya tdak seperti Neo-Konfusianisme ataupun Buddhisme

khususnya pada periode Joseon. Akan tetapi, bersama dengan kedua ideologi dan

agama di atas, Taoisme ikut serta dalam pembentukan dasar kebudayaan Korea.

Taoisme hadir di Korea pada tahun 624. Taoisme berasal dari Tiongkok.

Pada 403 – 221 SM, segala bentuk praktek kesehatan dan pengobatan yang

diyakini dapat membuat seorang Taois memiliki umur yang panjang, menjadi

sebuah tren. Sehingga Taoisme sangat identic dengan penerapan hidup sehat yang

dapat mempengaruhi seseorang memiliki umur yang panjang. Penerapan ini bisa

berbentuk pola makan atau diet dan metode pernafasan. Oleh karena itu, simbol-

simbol yang melambangkan umur panjang, sering kali terlihat pada ornamen baju

kerajaan, merupakan simbol kepercayaan masyarakat terhadap Taoisme.

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 12: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia 12

Budaya Taois di Korea secara umum dipengaruhi oleh kepercayaan

terhadap ‘imaginary immortal beings’ atau karakter-karakter imajiner yang hidup

abadi. Selain itu, simbol Taoisme juga dapat ditemukan pada lukisan terkenal

yang menggambarkan pemandangan Periode Joseon. Lukisan tersebut terdiri dari;

gambar matahari, bulan, dan lima pucuk gunung.

PERAN SENI LUKIS PERIODE JOSEON

Seni lukis pada merupakan salah satu kesenian yang paling populer pada

periode Dinasti Joseon (“Painting”, 2009: 6). Umumnya, isi lukisan berupa simbol

yang berhubungan dengan alam, seperti tumbuhan, hewan, pemandangan, dan

tidak jarang juga kaligrafi. Melihat hal ini, sebagai desainer busana pada periode

tersebut, kemampuan untuk melukis merupakan dasar dalam memvisualisasi ide

merupakan hal yang penting.

Lukisan Sepuluh Simbol Panjang Umur (Ship-jangsaeng)

Dalam sebuah kebudayaan di negara mana pun pada umumnya memiliki

kecendurungan mengajak masyarakatnya untuk hidup dalam harmoni, senantiasa

dalam kebahagiaan, dan memiliki umur yang panjang. Kecenderungan ini

digunakan dalam segala aspek kebudayaan, misalnya kesenian. Dunia seni sering

kali mengutarakan pesan tersebut melalui simbol. Pada kesenian periode Dinasti

Joseon, ada dua tema yang sering sekali muncul, yaitu keabadian dan

kebahagiaan. Kedua tema ini sangat merepresentasikan kepercayaan masyarakat

Dinasti Joseon pada abad ke-19.

Sepuluh simbol panjang umur merupakan sebuah artefak yang terdiri dari

beberapa panel layar. Apabila semua panel tersebut digabung, akan muncul satu

gambar utuh penuh dengan simbol-simbol yang dipercaya membawa keabadian

dan kebahagiaan dalam hidup. Simbol-simbol tersebut antara lain; matahari,

awan, batu, air, pohon pinus, pohon bambu, jamur Yongji (dipercaya memiliki

kandungan yang dapat membuat seseorang menjadi panjang umur), rusa, burung

bangau, dan kura-kura.3

                                                                                                               3 Zozayong’s Ship-jangsaeng Explanation. (n.d.). 27 May 2016 http://www.zozayong.com/Ship-jangsaeng_Longevity-1.html

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 13: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia 13

Pada artikel online yang membahas Ship-jangsaeng, dikatakan bahwa

simbol-simbol alam dalam lukisan ini berhubungan dengan prinsip Taosime

mengenai penghargaan terhadap alam semesta. Taoisme percaya akan hubungan

yang harmonis antara alam semesta dan keabadian. Seperti simbol pohon bambu

dan pohon pinus merepresentasikan keabadian atau kekekalan. Sedangkan simbol

burung bangau, rusa, dan kura-kura diketahui memiliki umur yang panjang.

Matahari, air, awan dan batu merupakan elemen-elemen yang tidak pernah habis

(2).

SIMBOL PADA BUSANA DALAM FILM THE ROYAL TAILOR

Busana Raja

Adegan 1.1 Busana Raja Hongryongp’o (02:29)

Warna Merah

Warna merah melambangkan kekayaan dan nasib baik. Menurut teori lima

elemen, warna merah melambangkan elemen api. Warna merah dapat pula

melambangkan matahari dan darah. Makna dari warna merah adalah ciptaan,

keturunan, semangat terhadap cinta serta keabadian.

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 14: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia 14

Adapun masyarakat Cina pada zaman dahulu percaya bahwa “warna

merah untuk kesenangan, warna putih untuk kesedihan” (Yang Eun-hee, et.al,

(n.d.):8). Kepercayaan tersebut diimplementasikan pada bendera nasional

Republik Cina yang bernama ‘The Origin of Red Color’. Masyarakat Cina sangat

menyukai dan mengutamakan warna merah, mereka mengartikan warna merah

sebagai lambang kerajaan. Mereka juga menggunakan busana berwarna merah

dalam upacara pernikahan, hal ini dimaksudkan agar pasangan senantiasa

memiliki semangat cinta hingga akhir hayat dan agar segera dikaruniai keturunan.

Oleh karena itu, raja pada periode Dinasi Joseon, yang saat itu sangat

terpengaruh oleh peradaban Cina khususnya Dinasti Ming, ikut menganggap

warna merah sebagai warna kerajaan dan menggunakannya pada beberapa busana

khusus raja.

Adegan 1.2 Simbol Naga Cheong-nyong Pada Emblem Busana Raja (03:44)

2. Bo (보)

Bo adalah emblem yang dijahit di bagian depan (dada), pundak dan

belakang (punggung) pada beberapa busana keluarga kerajaan. Umumnya, simbol

yang ditempelkan pada bo merupakan simbol naga, disebut yongbo. Bagian warna

dasar emblem tersebut disesuaikan dengan busananya.

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 15: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia 15

Walaupun terlihat serupa, namun simbol naga pada sebuah busana

memiliki perbedaan yang dapat mengidentifikasi kedudukan seseorang dalam

keluarga kerajaan. Simbol naga pada busana seorang raja memiliki lima cakar

pada kakinya. Lima cakar tersebut melambangkan kedudukan paling tinggi dalam

tahta kerajaan, oleh karena itu hanya busana raja dan ratu yang memiliki yongbo

dengan simbol naga bercakar lima. Jika naga hanya memiliki empat cakar, maka

kedudukannya adalah pangeran atau anak dari raja dan ratu. Jika hanya terdapat

tiga cakar pada kaki simbol naga, berarti seseorang tersebut merupakan cucu dari

sang raja.

Simbol naga dengan awan yang mengitarinya melambangkan sosok raja

yang memiliki kekuatan dan kemampuan yang luar biasa untuk melindungi rakyat

dari kesengsaraan, kemiskinan, dan keterpurukkan. Dengan segala kebaikan yang

dilakukan oleh raja tersebut selama hidupnya, diharapkan dapat membawa seluruh

rakyatnya pada kebahagiaan yang abadi.

Pada busana raja Hongryongp’o, simbol pada bo bukan menjadi satu-

satunya simbol seperti yang biasa terlihat pada film atau drama. Seorang raja

sebagai sentral orientasi, tentu menjadi sebuah harapan besar bagi masyarakatnya.

Segala doa dan harapan untuk memiliki umur panjang, kesejahteraan,

kemakmuran, terpanjat pada simbol-simbol busana raja baik secara ekspilist,

maupun yang implisit. Khusus busana ini, simbol lain terlihat pada topi yang

dikenakan raja, disebut 익선관 (ikseongwan).

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 16: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia 16

Simbol Jamur Yong-ji dan Simbol Kemakmuran

Adegan 1.3 Simbol Jamur Yong-ji pada Ikseongwan (05:23)

Jika melihat sekilas gambar di atas, tidak terlihat letak simbol jamur

Yong-ji, akan tetapi jika diteliti, simbol tersebut ada pada penutup kepala yang

dikenakan raja. Simbol kemakmuran juga terlihat melengkapi ornamen pada

ikseongwan tersebut.

Busana Penduduk Joseon

Adegan 1.4 Masyarakat Berbusana Putih “The White-clad” (02:50)

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 17: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia 17

Warna Putih

Penduduk Dinasti Joseon terkenal dengan julukan “the white-clad” yang

berarti orang-orang yang dibalut dengan busana berwarna putih. Masyarakat

Joseon sangat mengagumi warna putih (Seo, 2014: 122). Warna putih

melambangkan kesucian, kemurnian, kejujuran, kehidupan dan moralitas. Selain

itu dapat juga berarti kejujuran dan kehidupan. Dengan menggunakan busana

berwarna putih mereka percaya akan memancarkan keagungan dari dewa

matahari. Dewa matahari dianggap sebagai tuhan menurut kepercayaan

masyarakat Korea pada masa itu.

Setiap busana berwarna putih mengekspresikan kepercayaan masyarakat

Dinasti Joseon sebagai objek asimilasi terhadap alam. Dianut dari paham

Buddhisme, “datang dengan tangan kosong, kembali dengan tangan kosong”,

mereka menggunakan busana putih ketika baru lahir dan saat meninggal dunia.

Warna putih memang memiliki makna kesucian, akan tetapi dalam situasi tertentu

warna putih juga berhubungan dengan kematian. Sehingga warna putih lebih

umum mereka gunakan dalam masa berduka.

Pada abad ke—19 di Korea, mulanya seorang kaisar memerintahkan

seluruh lapisan masyarakat termasuk pegawai kerajaan dalam istana untuk

menggunakan busana berwarna putih beberapa minggu setelah tiap kali ada salah

satu anggota keluarga kerajaan yang meninggal dunia. Hal itu dilakukan sebagai

tanda berbela sungkawa kepada keluarga kerajaan. Akan tetapi, karena keluarga

kerajaan sangat besar dan anggotanya sangat banyak, jangka waktu masa normal

setelah masa berduka sangatlah sedikit. Bahkan masa berduka hampir selalu

berkelanjutan sehingga para penduduk menjadi terbiasa dengan penggunaan

warna putih dalam busana keseharian mereka. Mereka kehilangan implikasi

makna berduka pada warna putih tersebut. Sejak saat itu, mulailah para penduduk

menggunakan busana berwarna gelap ketika ada salah seorang sanak saudara yang

mereka kenal meninggal dunia.

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 18: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia 18

KESIMPULAN

Simbol merupakan salah satu alat untuk menyampaikan suatu pesan

kepada komunikan. Simbol dapat diaplikasikan di berbagai media, salah satunya

pada busana. Dalam berbagai fenomena sejarah, busana menjadi objek yang dapat

merefleksikan suatu peradaban pada periode tertentu. Peradaban tersebut dapat

dilihat melalui simbol yang ada pada busana.

Masyarakat Korea terkenal dengan rasa nasionalisnya yang tinggi, mereka

sangat bangga terhadap sejarah negara mereka. Oleh karena itu, merupakan hal

yang tidak jarang seorang produser dan sutradara bekerja sama untuk membuat

film bertema sejarah. Seperti halnya film The Royal Tailor yang menggabungkan

tema sejarah dengan fesyen pada periode Dinasi Joseon. Film ini memiliki banyak

aspek kebudayaan. Aspek-aspek tersebut selain diperlihatkan pada adegan, juga

pada kostum yang digunakan para pemain. Film ini menjadi sangat menarik untuk

dianalisa ketika fokus busana atau kostum dalam film dikorelasikan dengan

busana tradisional Korea melalui sejarah aslinya.

Dalam memahami busana hanbok yang menjadi ikon Korea, simbol yang

ada di dalamnya menjadi sangat krusial jika dikaitkan dengan sejarah

peradabannya dari periode ke periode. Simbol yang dimaksud tidak hanya sekedar

motif yang menghiasinya, tetapi juga warna. Beberapa pengaruh asing yang

masuk ke dalam peradaban masyarakat Joseon berasal dari ideologi dan

kepecayaan yang sedang dalam usaha penyebaran. Busana hanbok, dipengaruhi

oleh empat paham yang secara perlahan merasuki kehidupan masyarakat

khususnya dalm aspek kebudayaan. Keempat ideologi tersebut adalah Neo-

Konfusianisme, Buddhisme, Taoisme, dan Shamanisme.

Neo-Konfusianisme menjadi pedoman masyarakat Joseon dalam sistem

kemasyarakatan. Kemunculan strata sosial berasal dari paham ini. Tidak hanya

itu, dalam Neo-konfusinisme memiliki suatu konsep dalam stuktur penghormatan

terhadap alam semesta yaitu konsep Yin-yang. Konsep Yin-yang yang harmonis

akhirnya membentuk suatu kekuatan lima elemen, dalam hal ini teori lima elemen

digunakan untuk menetapkan warna-warna primer dan sekunder tradisional

Korea. Simbol warna yang ada pada busana hanbok dianalisa melalui teori lima

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 19: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia 19

elemen ini. Pengaruh Buddhisme terhadap kehidupan masyarakat Korea sudah

tidak dapat dipisahkan lagi. Berawal dari penyebarannya, menjadi agama yang

dianut secara nasional, kemudian bergerak merasuki aspek kebudayaan Korea.

Pada aspek kebudayaan itulah pengaruh Buddhisme justru menjadi semakin lekat

terhadap peradaban Joseon. Terlihat dari simbol yang merepresentasikannya

seperti simbol umur panjang, kebahagiaan, dan kemakmuran. Sama halnya

dengan Taoisme dan Shamanisme yang menyatu dengan peradaban Joseon,

sehingga simbol-simbol kedua konsep tersebut juga dapat dikenali melalui motif

pada baju, porselen, lukisan, maupun media kebudayaan lain, seperti halnya

simbol Buddhisme.

Melalui kepercayan dan ideologi masyarakat pada periode tersebut,

terciptalah suatu struktur penghormatan khususnya terhadap alam, yang pada

akhirnya ditunjukkan melalui busana sebagai media penyampai pesan tersebut.

Warna pada teori lima lemen, pada dasarnya, menjadi pedoman masyarakat

Joseon dalam memberikan nuansa sekaligus doa untuk orang yang mengenakan

busananya. Selain itu, simbol-simbol alam yang merupakan asosiasi dari

pengharapan atau doa kepada yang menggunakan tercermin dari lukisan-lukisan

sakral yang menjadi identitas periode Joseon. Simbol tersebut menjadi ornamen

yang ada pada busana, khususnya busana keluarga kerajaan, pegawai kerajaan,

dan para aristokrat, untuk menunjukkan kehormatan begitu juga amanah yang

diberikan kepadanya. Secara keseluruhan, simbol yang menjadi identitas maupun

doa tesebut kembali pada ajaran Buddhisme, Taoisme, Shamanisme dan Neo-

Konfusianisme yaitu kecenderungan hidup dalam keharmonisan, memiliki umur

yang panjang, selalu dalam keberkahan, kemakmuran, dan kebahagiaan.

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 20: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSAKA

Sumber buku:

Choi, Wan Gee. 2006. The Traditional Education of Korea. Seoul: Ewha Womans University Press

Christommy, Tommy. Ed. 2002. Indonesia: Tanda yang Retak. Jakarta: Wedatama Widya Sastra

Condra, Jill. Ed. 2013. Encyclopedia of National Dress: Traditional Clothing Around The World, Vol. 1. California: ABC-CLIO, LLC

Eberhard, Wolfram. 1986. A Dictionary of Chinese Symbols. Cologne: Routledge & Kegan Paul Ltd

Kang, Jae-eun. 2003. The Land of Scholars: Two Thousand Years of Korean Confucianism. USA: Hangilsa Publishing Co.

Kim, Jang-tae. 2000. Confucianism and Korean Thoughts. Seoul: Jipmoondang Publishing Co.

Kim, Kumja Paik. 2006. The Art of Korea. San Francisco: Asian Art Museum of San Francisco

Lee, Byung-do. 1987. Han’guk Yuhaksa (A History of Korean Confucianism). Seoul: Asia Publishing Co.

Lee, Hyo-Dong. 2014. Spirit, Qi, and the Multitude: A Comparative Theology for the Democracy of Creation. New York: Fordham University Press

Mah, Yen Adeline. 2011. China: Land of Dragons and Emperors. New York: Random house, Inc.

Ro, Young-chan. 1989. Korean Neo-Confucianism of Yi Yulgok, The. New York: State University of New York Press

Rutt, Richard. 2002. Zhouyi; A New Translation with Commentary of the Book Changes. New York: RoutdlegdeCurzon

Suh Cheong-Soo, dkk. 2004. An Encyclopedia of Korean Culture. Seoul: Hansebon

Williams, C.A.S. 1974. Outlines of Chinese Symbolism and Art Motives. New York: Dover Publication, Inc.

Yao Xinzhong. 2000. An Introduction to Confucianism. Cambridge: Cambridge University Press

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 21: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia

Zoest, van Aart and Panuti Sudjiman. Ed. 1991. Serba-serbi Semiotika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Pratt, Keith and Richard Rutt. 1999. Korea: A Historical dan Cultural Dictionary. New York: Routledge

Sumber artikel (daring):

Jin Eun-soo. “In ‘Tailors,’ hanbok takes center stage”. Korean Joongang Dailty 12 December 2014. 27 May 2016 <http://koreajoongangdaily.joins.com/news/article/article.aspx?aid=2998410>

Lee Maggie. “Film Review: ‘The Royal Tailor’. Variety Asia 02 Oct 2015. 27 May 2016.<http://variety.com/2015/film/reviews/the-royal-tailor-review-1201608395/>

Places of Place and Power, Sanshin: The Mountain Spirit. (n.d.). 29 May 2016.<https://sacredsites.com/asia/korea/sanshin.html>

Republic of Korea. Korean Film Council (KOFIC) People Directory Database. Lee Won-suk. (n.d.). 27 May 2016. <http://www.koreanfilm.or.kr/jsp/films/index/peopleView.jsp?peopleCd=20128390>

Stanford Encyclopedia of Philosophy. 3 July 2002. Confucius. 27 May 2016. <http://plato.stanford.edu/entries/confucius/#ConEdu>

Stanley, Adrienne. “The Royal Tailor Director Lee Won Suk Dishes On The Film, Park Shin Hye And Yoo Yeon Seok [Exclusive Interview]”. KDrama Stars 09 July 2015. 27 May 2016. http://www.kdramastars.com/articles/89523/20150709/lee-won-suk-the-royal-tailor-park-shin-hye-yoo-yeon-seok.htm

Vélez, Diva. “New York Asian 2015 Interview: Lee Won-suk Talks THE ROYAL TAILOR And Turning The Tide of Korean History. Twitch Film 15 July 2015. 27 May 2016. http://twitchfilm.com/2015/07/new-york-asian-2015-interview-lee-won-suk-talks-the-royal-tailor-and-turning-the-tide-of-korean-hist.html

“Victorian Age Fashion”. Online posting. 17 Dec. 2014 <https://www.emaze.com/@AOICTFLC/Victorian-age-fashion> 23 May 2016.

Zozayong’s Ship-jangsaeng Explanation. (n.d.). <http://www.zozayong.com/Ship-jangsaeng_Longevity-1.html> 27 May 2016

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016

Page 22: SIMBOL PADA BUSANA KERAJAAN DINASTI JOSEON …

Universitas Indonesia

“The Meaning and Symbolism of Orchid”. 2010. <https://renz15.wordpress.com/2010/02/13/the-meaning-and-symbolism-of-orchid/> 22 May 2016.

Sumber (daring):

http://www.colormatters.com/q-and-a/qa-colors/

http://www.kdramastars.com/articles/89523/20150709/lee-won-suk-the-royal-tailor-park-shin-hye-yoo-yeon-seok.htm

http://www.easternkicks.com/features/lee-won-suk-interview-the-royal-tailor

http://www.san-shin.org/

http://www.zozayong.com/Ship-jangsaeng_Longevity-1.html

http://www.japantimes.co.jp/culture/2011/03/04/arts/korean-craft-works-that-embody-our-desire-to-live-forever/#.Vzd1P2M6Hdn

http://www.dailypharm.com/Users/News/SendNewsPrint.html?mode=print&ID=183381

http://daehansinbo.com/ezview/article_main.html?no=1261

http://www.lifeinkorea.com/culture/spotlight.cfm

http://koreanhistory.info/ChosonDynasty.htm

http://www.britannica.com/topic/Choson-dynasty

http://koreabridge.net/post/manja-or-swastika-만자-dostoevsky2181

Simbol pada ..., Deni Putri Septiani, FIB UI, 2016