Secondary Skin

11
Landasan Teoritis Definisi Fasade Bangunan Fasade merupakan elemen arsitektur terpenting yang mampu menyuarakan fungsi dan makna sebuah bangunan (Krier, 1988: 122). Fasade tidaklah semata-mata mengenai memenuhi ‘persyaratan alami’ yang ditentukan oleh organisasi dan ruang di baliknya. Fasade menyampaikan keadaan budaya saat bangunan itu dibangun; fasade mengungkap kriteria tatanan dan penataan, dan berjasa memberikan kemungkinan dan kreativitas dalam ornamentasi dan dekorasi. Akar kata ‘fasade’ (facade) diambil dari kata latin ‘facies’ yang merupakan sinonim dari ‘face’ (wajah) dan ‘appearance’ (penampilan). Oleh karena itu, membicarakan wajah sebuah bangunan, fasade, yang kita maksudkan adalah bagian depan yang menghadap jalan. Sebagai suatu keseluruhan, fasade tersusun dari elemen tunggal, suatu kesatuan tersendiri dengan kemampuan untuk mengekspresikan diri mereka sendiri. Elemn-elemen tersebut – alas, jendela, atap, dan sebagainya – karena sifat alaminya merupakan benda-benda yang berbeda sehingga memiliki bentuk, warna dan bahan yang berbeda (Krier, 1988: 123). Semua bagian ini harus dikenali secara individu, walau bahasa umum yang mempersatukan mereka sebagai suatu keseluruhan juga harus ditemukan. Jika kita tidak melakukan pendekatan terhadap rancangan fasade sebagai suatu karya seni swatantra melainkan dalam konteksnya perlu menggunakan elemen yang berbeda sebagai pemisah antara bentuk yang baru dari bentuk yang lama, selain sebagai penyambung atau penghubung antara keduanya. Jadi, pemilihan elemen-elemen ini pertama-tama harus dikaitkan dengan bahasa fasade sebelumnya. Kontinuitas sejati hanya dapat dipahami pada saat kualitas independen fasade yang baru beserta kondisi-kondisi serta tuntutan- tuntutannya yang baru dapat dipertahankan. Hubungan antara yang lama dan yang baru pada setiap kasus dapat diumpamakan sebagai sebuah dialog, percakapan antara masa lampau dan masa kini. Komponen Fasade Fasade adalah representasi atau ekspresi dari berbagai aspek yang muncul dan dapat diamati secara visual. Dalam konteks arsitektur kota, fasade bangunan tidak hanya bersifat dua dimensi saja akan

Transcript of Secondary Skin

Page 1: Secondary Skin

Landasan Teoritis

Definisi Fasade Bangunan

Fasade merupakan elemen arsitektur terpenting yang mampu menyuarakan fungsi dan makna sebuah bangunan (Krier, 1988: 122). Fasade tidaklah semata-mata mengenai memenuhi ‘persyaratan alami’ yang ditentukan oleh organisasi dan ruang di baliknya. Fasade menyampaikan keadaan budaya saat bangunan itu dibangun; fasade mengungkap kriteria tatanan dan penataan, dan berjasa memberikan kemungkinan dan kreativitas dalam ornamentasi dan dekorasi.

Akar kata ‘fasade’ (facade) diambil dari kata latin ‘facies’ yang merupakan sinonim dari ‘face’ (wajah) dan ‘appearance’ (penampilan). Oleh karena itu, membicarakan wajah sebuah bangunan, fasade, yang kita maksudkan adalah bagian depan yang menghadap jalan.

Sebagai suatu keseluruhan, fasade tersusun dari elemen tunggal, suatu kesatuan tersendiri dengan kemampuan untuk mengekspresikan diri mereka sendiri. Elemn-elemen tersebut – alas, jendela, atap, dan sebagainya – karena sifat alaminya merupakan benda-benda yang berbeda sehingga memiliki bentuk, warna dan bahan yang berbeda (Krier, 1988: 123). Semua bagian ini harus dikenali secara individu, walau bahasa umum yang mempersatukan mereka sebagai suatu keseluruhan juga harus ditemukan. Jika kita tidak melakukan pendekatan terhadap rancangan fasade sebagai suatu karya seni swatantra melainkan dalam konteksnya perlu menggunakan elemen yang berbeda sebagai pemisah antara bentuk yang baru dari bentuk yang lama, selain sebagai penyambung atau penghubung antara keduanya. Jadi, pemilihan elemen-elemen ini pertama-tama harus dikaitkan dengan bahasa fasade sebelumnya.

Kontinuitas sejati hanya dapat dipahami pada saat kualitas independen fasade yang baru beserta kondisi-kondisi serta tuntutan-tuntutannya yang baru dapat dipertahankan. Hubungan antara yang lama dan yang baru pada setiap kasus dapat diumpamakan sebagai sebuah dialog, percakapan antara masa lampau dan masa kini.

Komponen Fasade

Fasade adalah representasi atau ekspresi dari berbagai aspek yang muncul dan dapat diamati secara visual. Dalam konteks arsitektur kota, fasade bangunan tidak hanya bersifat dua dimensi saja akan tetapi bersifat tiga dimensi yang dapat merepresentasikan masing-masing bangunan tersebut dalam kepentingan publik (kota) atau sebaliknya. Untuk itu komponen fasade bangunan yang diamati meliputi: Krier (1983: 61-66)

Gerbang dan Pintu Masuk (Entrance)

Saat memasuki sebuah bangunan dari arah jalan, seseorang melewati berbagai gradasi dari sesuatu yang disebut “publik”. Posisi jalan masuk dan makna arsitektonis yang dimilikinya menunjukkan peran dan fungsi bangunan tersebut. Pintu masuk menjadi tanda transisi dari bagian publik (eksterior) ke bagian privat (interior). Pintu masuk adalah elemen pernyataan diri dari penghuni bangunan.

Terkadang posisi entrance memberi peran dan fungsi demonstratif terhadap bangunan. Lintasan dari gerbang ke arah bangunan membentuk garis maya yang menjadi datum dari gubahan. Di sini dapat

Page 2: Secondary Skin

diamati apakah keseimbangan yang terjadi merupakan simetri mutlak atau seimbang secara geometri saja.

Zona Lantai Dasar

Zona lantai dasar merupakan elemen urban terpenting dari fasade. Alas dari sebuah bangunan, yaitu lantai dasarnya, merupakan elemen perkotaan terpenting dari suatu fasade. Karena berkaitan dengan trasnisi ke tanah, sehingga pemakaian material untuk zona ini harus lebih tahan lama dibandingkan dengan zona lainnya.

Lantai dasar memiliki suatu makna tertentu dalam kehidupan perkotaan. Karena daerah ini merupakan bagian yang paling langsung diterima oleh manusia, seringkali lantai dasar menjadi akomodasi pertokoan dan perusahaan-perusahaan komersil lainnya.

Jendela dan Pintu Masuk ke Bangunan

Jendela dan pintu dilihat sebagai unit spasial yang bebas. Elemen ini memungkinkan pemandangan kehidupan urban yang lebih baik, yaitu adanya bukaan dari dalam bangunan ke luar bangunan

Fungsi jendela sebagai sumber cahaya bagi ruang interior, yaitu efek penetrasi cahaya pada ruang interior. Jendela juga merupakan bukaan bangunan yang memungkinkan pemandangan dari dan ke luar bangunan. Selain memenuhi kebutuhan fungsionalnya, jendela juga dapat menjadi elemen dekoratif pada bidang dinding.

Pintu memainkan peran yang menentukan dalam konteks bangunan, karena pintu mempersiapkan tamu sebelum memasuki ruang, karena itu makna pintu harus dipertimbangkan dari berbagai sudut pandang (Krier, 1988: 96). Kegiatan memasuki ruang pada sebuah bangunan pada dasarnya adalah suatu penembusan dinding vertikal, dapat dibuat dengan berbagai desain dari yang paling sederhana seperti membuat sebuah lubang pada bidang dinding sampai ke bentuk pintu gerbang yang tegas dan rumit.

Posisi pintu pada sebuah bangunan sangat penting untuk lebih mempertegas fungsi pintu sebagai bidang antara ruang luar dan ruang dalam bangunan. Karena letak atau posisi sebuah pintu sangat erat hubungannya dengan bentuk ruang yang dimasuki, dimana akan menentukan konfigurasi jalur dan pola akitivitas di dalam ruang.

Pagar Pembatas (railing)

Suatu pagar pembatas (railing) dibutuhkan ketika terdapat bahaya dalam penggunaan ruangan. Pagar pembatas juga merupakan pembatas fisik yang digunakan jika ada kesepakatan-kesepakatan sosial mengenai penggunaan ruang.

Atap dan Akhiran Bangunan

Ada 2 macam tipe atap: yaitu tipe atap mendatar dan atap (face style) yang lebih sering dijumpai yaitu tipe atap menggunung (alpine style). Atap adalah bagian atas dari bangunan. Akhiran atap dalam konteks fasade di sini dilihat sebagai batas bangunan dengan langit. Garis langit (sky-line) yang dibentuk oleh deretan fasade dan sosok bangunannya, tidak hanya dapat dilihat sebagai pembatas, tetapi sebagai obyek yang menyimpan rahasia dan memori kolektif warga penduduknya.

Page 3: Secondary Skin

Tanda –tanda (signs) dan ornamen pada fasade

Tanda-tanda (signs) adalah sesuatu yang dipasang oleh pemilik toko, perusahaan, kantor, bank, restoran, dan lain-lain pada tampak muka bangunannya, dapat berupa papan informasi, iklan dan reklame. Tanda-tanda ini dapat dibuat menyatu dengan bangunan, dapat juga dibuat terpisah dari bangunan.

Tanda pada bangunan berupa papan informasi, iklan atau reklame merupakan hal yang penting untuk semua jenis bangunan fungsi komersial. Karena tanda-tanda tersebut merupakan bentuk komunikasi visual perusahaan kepada masyarakat (publik) yang menginformasikan maksud-maksud yang ingin disampaikan oleh perusahaan komersial.

Sedangkan ornamen merupakan kelengkapan visual sebagai unsur estetika pada fasade bangunan. Ornamentasi pada fasade bangunan fungsi komersial, selain sebagai unsur dekoratif bangunan juga merupakan daya tarik atau iklan yang ditujukan untuk menarik perhatian orang.

Komposisi pada Fasade Bangunan

Perkembangan fasade sebuah bangunan itu sendiri sangat bergantung pada perubahan-perubahan sosial budaya masyarakat. Keberagaman tampilan fasade bangunan merupakan modifikasi berbagai unsur desain yang dari waktu ke waktu mengalami transformasi. Menurut Ching (1979: 50-51) “Perlengkapan visual bentuk yang menjadi objek transformasi dan modifikasi bentuk elemen pada fasade bangunan meliptui sosok, ukuran, warna, tekstur, posisi, orientasi dan inersia visual.” Selain tradisi lokal, budaya luar melalui informasi yang didapat masyarakat memberikan pengaruh yang kuat terhadap pemilihan perlengkapan visual bentuk sehingga tampilan sosok, warna, ukuran, tekstur, dan lain-lain seringkali menggambarkan bagaimana kondisi serta trend apa yang sedang muncul pada saat desain fasade itu dibuat.

Untuk mengevaluasi atau melakukan studi pada arsitektur fasade menurut DK Ching (1979): “Komponen visual yang menjadi objek transformasi dan modifikasi dari fasade bangunan dapat diamati dengan membuat klasifikasi melalui prinsip-prinsip gagasan formatif yang menekankan pada geometri, simetri, kontras, ritme, proporsi, dan skala.”

Geometri pada fasade yaitu gagasan formatif dalam arsitektur yang mewujudkan prinsip-prinsip geometri pada bidang maupun benda suatu lingkungan binaan, segitiga, lingkaran, segi empat, beserta varian-variannya.

Simetri yaitu gagasan formatif yang mengarahkan desain bangunan melalui keseimbangan yang terjadi pada bentuk-bentuk lingkungan binaan. Dibagi menjadi; simetri dengan keseimbangan mutlak, simetri dengan keseimbangan geometri, simetri dengan keseimbangan diagonal.

Untuk membangun suatu keseimbangan komposisi, simtri harus jauh lebih dominan dari asimetri. Fasade harus memiliki ‘wajah-wajah’ yang mencerminkan solusi terencananya yang berbeda tetapi tetap simetris di dalam diri mereka sendiri (analog terhadap tubuh manusia). Tampak samping, seperti yang terlihat, dapat memainkan peran minor dalam menyeimbangkan tampak depan dan belakang.

Page 4: Secondary Skin

Kontras Kedalaman yaitu gagasan formatif yang memepertimbagnkan warna dan pencahayaan kedalaman menjadi perbedaan gelap terang yang terjadi pada elemen fasade. Tingkat perbedaan dikategorikan menjadi 3; sangat gelap, gelap, terang.

Ritme yaitu tipologi gambaran yang menunjukkan komponen bangunan dalam bentuk repetisi baik dalam skala besar maupun skala kecil. Komponen yang dimaskud dapat berupa kolom, pintu, jendela, atau ornamen. Semakin sedikit ukuran skala yang berulang, dikategorikan ritme monoton, semakin banyak dikategorikan dinamis.

Proporsi yaitu perbandingan antara satu bagian dengan bagian lainnya pada salah satu elemen fasade. Dalam menentukan proporsi bangunan biasanya mempertimbangkan batasan-batasan yang diterapkan pada bentuk, sifat alami bahan, fungsi struktur atau oleh proses produksi. Penentuan proporsi bentuk dan ruang untuk mengolah bentuk-bentuk arsitektur, mengembangkan bentuk-bentuk geometri dasar dan sebagainya, yang tentunya keputusan dalam penetuan proporsi tersebut ada dasarnya.

Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang dengan elemen tertentu dengan ukurannya bagi manusia. Pada konteks fasade bangunan, skala merupakan proporsi yang dipakai untuk menetapkan ukuran dan dimensi-dimensi dari elemen fasade.

Secondary Skin

Definisi

Yang dimaksud secondary skin (kulit atau lapis kedua) adalah lapisan kedua pada fasad bangunan. Setelah tembok, jendela, skylight, dan elemen lain, di luar dinding terluar bangunan itu teerdapat lapisan lain yang dipasang ke tembok.

Manfaat dari penggunaan secondary skin adalah mampu menangkal sinar matahari langsung. Meskipun daya tangkalnya tidak 100%, namun kulit terluar bangunan ini cukup optimal menahan laju suhu panas matahari yang dapat merusak jendela, termasuk dinding wajah bangunan.

Secondary skinyang terpasang pada jarak tertentu dari dinding bangunan, dengan tujuan menciptakan ruang kosong untuk sirkulasi udara. Udara panas yang terbawa sinar matahari dapat ditekan ke atas oleh pergerakkan angin yang berputar di ruang kosong tadi.

Pada desain tertentu, fungsinya juga sebagai bidang transparan yang menetralkan suhu dalam ruang, misalnya secondary skin sebagai kisi-kisi. Lubang kisi-kisi itu, jika tersorot sinar matahari akan menciptakan efek bayangan di belakangnya. Efek bayangan ini membuat dinding menjadi tidak panas.

Selain fungsi meredam panas, secondary skin dapat berperan sebagai elemen untuk mempercantik wajah bangunan. Dan boleh saja, perannya sebagai kosmetik bangunan bagian dinding yang jelek dan kurang terawat. Karena sebagai penghias, penempatannya tidak harus pada area bukaan jendela, lubang angin, dan pintu menuju balkon. Ia dapat dipasang pada seluruh bagian dinding depan bangunan dengan jarak lebih pendek. Lebih dari itu, lapisan kedua ini juga cukup ditempel sebagai aksen bangunan.

Page 5: Secondary Skin

Tata Letak dan Penempatan

Bagaimana menempatkannya, sehingga wajah bangunan indah dan ruangan tidak menjadi panas? Tata letak dan penempatan tergantung peruntukkan. Untuk fungsi meredam sinar matahari, pemasangan dapat dilakukan [ada bukaan berupa jendela, lubang angin, pintu menuju balkon, jalan masuk, dan teras rumah.

Berbeda jika penempatannya sekedar pemanis bangunan. Penempatannya tidak harus berada pada area bukaan. Tata letaknya bisa di mana saja, asalkan sesuai dengan konsep dan skala bidang dinding rumah.

Jendela dan Lubang Angin

Penempatan secondary skin menempel pada luar jendela. Jarak penempatan sesuai dengan bentuk dan ukuran jendela. Jarak untuk memudahkan daun jendela dapat dibuka dan ditutup, termasuk untuk perawatan, misalnya membersihkan debu, atau sarang laba-laba yang bercokol di sekitarnya. Jarak minimal disesuaikan dengan lebar daun jendela. Cara yang sama juga berlaku untuk penempatan secondary skin untuk lubang angin.

Pintu dan Balkon

Karena terdapat balkon, maka penempatannya menempel pada railing balkon, lantai, juga atap. Jarak secondary skin sesuai lebar dan panjang balkon. Hanya saja, penempatan pada tepi lantai perlu diimbangi dengan cara pasang yang tepat. Karena jika tidak tepat, secondary skin bisa menyebabkan kesulitan untuk pemeliharaannya dan bahaya keselamatan penghuni.

Jalan Masuk Teras

Penempatan berada pada area pafon, jalan masuk, dan teras. Tata letak ini untuk menutupi sekaligus manghalau sinar matahari yang menerobos ke teras. Namun pastikan pemasangan tidak mengganggu sirkulasi orang yang keluar masuk teras. Ketinggian harus disesuaikan agar ridak membentur kepala orang yang lewat. Perhatikan juga ukuran secondary skin dan luas bidang atap jalan masuk dan teras, sehingga fungsinya optimal.

Pada Dinding

Penempatan ini untuk fungsi estetika saja. Oleh sebab itu, boleh di bagian mana saja, asalkan harmonis dengan luas bidang fasad. Kalau sebagai penutup wajah bangunan, penempatannya memenuhi 2/3 dari luas bidang fasad. Namun jika sebagai pemanis saja cukup 1/3 dari luas bidang fasad; cukup pas sebagai pemanis wajah bangunan.

Mengolah Bentuk dan Memilih Material

Pada awalnya bentuk secondary skin berongga, mirip dinding rooster yang terpasang pada depan rumah. Bentuk ini menempel permanen dan menjadi bagian dari struktur fasad bangunan. Material terbuat dari beton, dan bata yang berplester semen. Namun belakangan, material ini kurang populer karena pengerjaannya cukup rumit di samping memerlukan biaya cukup besar.

Page 6: Secondary Skin

Bentuk lainnya adalah bidang transparan dan berkisi-kisi. Kisi-kisi itu dihasilkan dari material kayu, bilah papan, alumunium, besi hollow, dan logam lain. Karena berkisi-kisi, maka strukturnya menggunakan rangka yang semipermanen. Rangka itu menempel pada dinding luar bangunan. Karena menempel, maka bebannya pun cukup ringan, dan tidak memerlukan struktur yang berat seperti halnya material beton.

Untuk menempelkannya, dinding kisi-kisi itu disekrup ke dinding. Tujuannya, agar rangka dan dinding tidak mudah goyah. Penyekrupan juga memudahkan pemasangan dan perbaikan jika ingin mengganti material.

Sudah tentu, jika material itu sangat mempengaruhi kualitas bentuk dan tampilan akhir sebagai pemanis wajah rumah. Pilihan material alami antara lain kayu, bambu, rotan hingga tanaman rambat. Material-material ini memilki kekuatan yang mampu menahan matahari langsung dan guyuran air hujan.

Material pabrikasi juga kerap digunakan sebagai pilihan. Jenisnya seperti besi hollow, alumunium, pelat baja, baja ringan, dan kombinasi. Pada rancangan tertentu, sangat dimungkinkan ada kombinasi baja dan kayu, maupun besi, dan bambu.

Modifikasi bentuk dan material boleh saja menggunakan sliding wall atau dinding geser yang tipis yang dapat ditarik-dorong sesuai kebutuhan. Bahan tipis seperti gedek, anyaman rotan, yang bertumpu pada rangka kayu dan bambu mudah diaplikasikan.

Modifikasi bentuk lainnya, adalah tanaman rambat yang terpasang pada bagian secondary skin tadi. Bahkan pada desain tertentu, sangat dimungkinkan adanya aplikasi kain terpal yang menggunakan sistem tali dengan rol.

Bentuk Geometri Besi Hollow

Besi hollow berbentuk kotak dengan badan yang kopong. Warnanya kelabu pucat, namun dapat di-finishing dengan cat. Berukuran 2cm X 2cm, hingga 2cm X 4cm, besi jenis ini mudah dirangkai menjadi dinding berkisi-kisi.

Untuk membuatnya, antar besi disejajarkan pada jarak 2cm sampai 10cm, tergantung kebutuhan. Semakin rapat jaraknya, semakin baik fungsi sebagai penghalau sinar matahari langsung. Kerapatan juga membuat tampilan rapi. Pemasangan antar besi hollow menggunakan sekrup. Penyekrupan dilakukan pada tiap ujung-ujung batang. Penyekrupan juga berlaku saat rangkaian besi hollow akan dipasang ke dinding.

Susunan Horisontal Alumunium

Alumunium, sebagai material pabrikasi, lebih tipis daripada besi hollow. Material berjenis logam tipis ini, memiliki tebal 0,8mm – 1,5mm. Ketebalan ini dapat diolah menjadi kotak dengan ukuran yang sangat bervariasi.

Sebagai material secondary skin, sosok alumunium menjadi pengubah wajah bangunan. Ia mampu menetralkan warna dan memberikan karakter keras. Tidak heran jika bangunan bergaya kontemporer , alumunium sering menjadi pilihan aplikasi. Batang-batang alumunium itu dirangkai, dan disekrup seperti halnya saat akan ditempel ke dinding. Pada desain tertentu, batang alumunium

Page 7: Secondary Skin

ada yang ditempel pada tepi atap maupun lantai balkon. Sebagai perekatnya, pada ujung batang alumunium diperkuat dengan sealant.

Jajaran Batang Bambu

Bambu yang berbentuk batang bundar memiliki kulit yang khas. Kulitnya yang menguning dan cenderung kasar membuatnya tampil indah. Batang bambu itu disusun berjajar pada bagian fasad.

Penyangganya berupa besi siku yang menempel pada dinding, lantai, dan atap. Antar besi siku dilas sehingga kuat menahan berat bambu. Bambunya dipasak dan diikat kawat. Posisi bambu pun menjadi tetap tegak meskipun angin menerpa.

Sebagai pemanis, bagian lantai terpasang lampu sorot. Lampu untuk menyorot jajaran bambu yang menjulang. Gradasi cahaya membuat penampilan bambu menjadi eksotik dan tidak membosankan. Bambu memiliki diameter bermacam-macam. Kisaran diameternya: 4cm – 10cm. Panjang bambu antara 2m – 10m. Meski panjang, batang bambu tidak bisa lurus 100%. Ada batang bambu yang melengkung, bahkan bengkok.

Baja Ringan

Tebalnya mirip dengan alumunium berkisar 0,3mm – 0,4mm. Bentuknya berupa pelat baja ringan yang terpasang vertikal. Meski vertikal, susunan tiang itu dibuat tidak sama, melainkan miring 30o. Sebagian miring ke kiri, sebagian lainnya miring ke kanan. Jarak antar tiang 5cm sehingga ada celah untuk aliran udara. Susunan tiang yang beda miring itu membentuk komposisi garis sebagai aksen fasad. Tiang baja ringan bertumpu pada rangka fasad rumah. Antartiang dan balok pelat bajanya diskrup. Balok sebagai dudukan merupakan bagian dari konstruksi fasad rumah yang berbentuk kantilever. Tampilannya seolah menyatu dengan dinding fasad.

Baja ringan berbentuk lemabaran. Ada juga yang berupa batangan. Kedua bentuk ini dapat dipesan ke distributor baja ringan.

Susunan Bilah Papan

Berukuran lebar 20cm, tebal 2cm, papan menjadi kulit terluar sekaligus pemberi aksen pada fasad. Bilah papan itu dipasang horisontal dan vertikal dengan sudut kemiringan 30o. Jarak antarpapan 12cm, sehingga menciptakan celah aliran udara. Bilah papan bertumpu pada rangka balok kayu yang ditanam dalam tembok. Balok juga berperan untuk menyalurkan beban papan, pergerakkan angin, juga balok itu sendiri. Untuk menjaga kestabilan, rangka balok kayu ditopang oleh baja profil. Pengikatnya menggunakan dinabolt sehingga tak mudah goyah. Badan baja dicat agar tak mudah korosi akibat kelembaban udara.

Dinding Gedek

Material kulit bambu atau gedek juga bisa menjadi pilihan lain. Selain sebagai dinding tipis, ia juga berperan sebagai kulit bangunan. Kulit terluarnya dapat meredam panas. Karena mudah digeser, dinding gedek menjadi lebih praktis sebagai jendela rumah. Berjumlah dua lapis, dinding itu bertumpu pada rangka bambu. Masing-masing memliki ukuran sama besar, 180cm X 180cm. Kedua ujungnya terikat pada batang bambu yang terpasang horisontal.

Page 8: Secondary Skin

Batang bambu menjadi “roda” untuk menggelindingkan dinding. Batang bambu disangga tiang yang terpasang pada tepi dinding rumah. Tiap bambu bagian atas dan bawah disekrup ke tembok. Fungsi tiang juga sebagai penerima beban batang bambu dan gedek ke dalam dinding fasad.

Tanaman Rambat

Aneka jenis tanaman merambat terpasang pada rangka yang menempel pada dinding bangunan. Antar rangka disekrup agar tak goyah. Selain rangka, dapat menggunakan jejaring kabel baja yang disematkan pada tiang-tiang yang menempel ke dinding.

Jejaring terpasang pada jarak 10cm, sehingga tanaman rambat dapat tumbuh dan berkembang merambat. Pilihan lainnya, adalah rangka yang dibentuk menjadi kotak sebagai wadah tanaman pot. Ukuran tiap wadah disesuaikan dengan diameter pot kecil 15cm.

Tanaman pot memiliki keuntungan, karena mudah dipindah-pindah jika bosan atau ingin mengganti tanaman lain. Tanaman menjadi bahan yang mampu menetralkan suhu panas. Hanya saja perawatannya mesti rutin, misalnya memangkas daun yang kering.