SASBEL1-2

7
1. Patogenesis Pneumonia Patogenesis pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara atau kuman tenggorokan terisap masuk ke paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain. Bakteri Pneumococcus sp secara normal berada di tenggorokan dan rongga hidung (saluran nafas bagian atas) pada anak dan dewasa sehat, sehingga infeksi pneumococcus dapat menyerang siapa saja. Bakteri masuk paru-paru Ketika masuk ke dalam alveoli; bakteri melakukan perjalanan diantara ruang antar sel dan juga alveoli. Dengan adanya hal tersebut, sistem imun mengirim leukosit sebagai respon untuk melindungi paru. Leukosit neutrofil kemudian menelan dan membunuh organisme serta mengeluarkan sitokin yang merupakan hasil dari aktivitas sistem imun. Hal ini menyebabkan demam, menggigil yang merupakan gejala umum pneumonia yang disebabkan bakteri atau jamur. Neutofil, bakteri dan cairan mempengauhi keadaan sekitar dan transport O 2. Mikroorganisme sampai ke paru bisa melalui : a. Inhalasi (penghirupan), dari udara tercemar. b. Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh lain. c. Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi dekat paru. Hal yang memungkinkan seseorang beresiko tinggi terserang pneumonia : a. Daya tahan tubuh lemah b. Perokok c. Peminum alkohol

description

bbdm

Transcript of SASBEL1-2

Page 1: SASBEL1-2

1. Patogenesis Pneumonia

Patogenesis pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara

atau kuman tenggorokan terisap masuk ke paru. Penyebaran bisa juga melalui darah

dari luka di tempat lain. Bakteri Pneumococcus sp secara normal berada di

tenggorokan dan rongga hidung (saluran nafas bagian atas) pada anak dan dewasa

sehat, sehingga infeksi pneumococcus dapat menyerang siapa saja.

Bakteri masuk paru-paru

Ketika masuk ke dalam alveoli; bakteri melakukan perjalanan diantara ruang

antar sel dan juga alveoli. Dengan adanya hal tersebut, sistem imun mengirim leukosit

sebagai respon untuk melindungi paru. Leukosit neutrofil kemudian menelan dan

membunuh organisme serta mengeluarkan sitokin yang merupakan hasil dari aktivitas

sistem imun. Hal ini menyebabkan demam, menggigil yang merupakan gejala umum

pneumonia yang disebabkan bakteri atau jamur. Neutofil, bakteri dan cairan

mempengauhi keadaan sekitar dan transport O2.

Mikroorganisme sampai ke paru bisa melalui :

a. Inhalasi (penghirupan), dari udara tercemar.

b. Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh lain.

c. Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi dekat paru.

Hal yang memungkinkan seseorang beresiko tinggi terserang pneumonia :

a. Daya tahan tubuh lemah

b. Perokok

c. Peminum alkohol

d. Pasien yang berada di tempat rawat intensif (ICU/ICCU)

e. Menghirup udara tercemar

f. Pasien yang lama berbaring

2. Mekanisme Terjadinya Tanda Klinik, Radiologi dan yang Muncul pada Penderita

Gejala pneumonia meliputi :

a. Demam dan menggigil akibat proses peradangan

b. Batuk yang sering, produktif dan purulen

c. Sputum dengan warna merah karat atau hijau dengan bau khas

d. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia akibat infeksi serius

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas akut bagian atas selama

beberapa hari. Kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu tubuh kadang

melebihi 40oC, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi juga disertai batuk dengan

Page 2: SASBEL1-2

sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang berdarah. Pada pemeriksaan fisik dada

terlihat tertinggal waktu bernafas pada bagian yang sakit dengan suara nafas bronchial

yang kadang melemah. Didapatkan ronkhi halus kemudian ronkhi kasar pada stadium

resolusi.

Gambaran radiologis pada foto thorax pneumonia antara lain :

a. Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau segment paru

secara anatomis

b. Batasnya tegas, walaupun pada mulanya

kurang jelas

c. Volume paru tidak berubah, tidak seperti

atelektasis dimana paru mengecil. Tisak

tampak deviasi trakhea/septum/fissura seperti

atelektasis.

d. Silhoutte sign (+) : untuk menentukan letak

lesi paru, batas lesi dengan jantung hilang,

berarti lesi tersebut berdampingan dengan

jantung atau di lobus medius kanan

e. Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura

f. Bila terjadinya di lobus inferior, maka sinus costophrenicus yang paling akhir

terkena

g. Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler

h. Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign.

3. Penanganan sampel darah dan interpretasi

Prosedur :

a. bersihkan daerah vena mediana cubiti dengan alkohol70% dan biarkan

hingga kering

b. pasang tourniquet diatas fossa cubiti, minta pasien untuk mengepalkan dan

membuka tangannya beberapa kali agar pembuluh vena terlihat dengan jelas

c. raba vena yang akan ditusukbersihkan dengan alcohol

d. dengan lubang jarum menghadap ke atas, kulit ditusuk dengan sudut 30°

sampai jarum masuk ke lumen vena

e. setelah terdapat percikan padaa ujung spuit, holder ditarik perlahan sampai

volume yang diinginkan

f. tourniquet dilepas, letakkan alcohol swab, tarik jarum

Page 3: SASBEL1-2

g. jarum ditutup

h. masukkan darah ke dalam tabung dengan mengalirkan melewati dinding

tabung

i. berikan label tanggal pemeriksaan, nama pasien, dan jenis specimen

Wadah dan antikoagulansia

Jenis Pemeriksaan BotolBilirubin Berwarna

Kimia Klinik KuningHemorrhagic Screening Test Plastik/kaca dilapisi silikon

Antikoagulas Tutup TabungEDTA Ungu

Na Sitrat BiruHeparin Hijau

Fluorida/Oksalat/Iodoasetat Abu-abuTanpa antikoagulan Merah

Tabung steril Kuning

Cara Penyimpanan Bahan

Untuk pemeriksaan hematologi sedapat mungkin tidak menunda pemeriksaan, tetapi

bila terpaksa harus menunda pemeriksaan maka harus diberi antikoagulan. Batas

waktu yang disarankan bila darah disimpan di temperature ruang :

a. Hemoglobin (Hb) : relative stabil

b. Lekosit : 2 jam

c. Eritrosit/hematocrit : 6 jam

d. Hapusan darah : 1 jam

e. LED : 2 jam

f. Trombosit : 1 jam

g. Retikulosit : 6 jam

Pengiriman Bahan

Page 4: SASBEL1-2

Bila bahan pemeriksaan hematologi harus kita kirim atau rujuk ke lain tempat maka

harus diperhatikan hal-hal dibawah ini :

a. Jarak tempat rujukan dengan batas kadaluarsa bahan

b. Penampungan harus benar-benar rapat, terfixir sehingga tidak ada yang

tumpah, tidak hemolysis karena guncangan, tidak ada es yang tercampur

c. Harus diberi es atau es kering

d. Perhatikan proses pengangkutan bila kita tidak mengirim sendiri bahan

tersebut

Proses Pemeriksaan

Dipengaruhi oleh berbagai macam sebab :

a. Bahan pemeriksaan

b. Alat yang digunakan

c. Reagensia yang dipakai, batas kadaluarsa dan kualitasnya

d. Suhu ruangan

e. Stabilitas tegangan listrik

f. Metode yang digunakan

g. Faktor pemeriksaan : penguasaan materi, teliti, terampil, motivasi

Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan sangat penting sebab walaupun semua proses berjalan

dengan baik tetapi proses pencatatan dan pelaporan tidak baik, maka hasil yang keluar

juga tidak baik.

Interpretasi Hasil :

a. Hb wanita = 12,5-16,5 gr/dl

Pria = 14,5-18 gr/dl

a. Trombosit 200.000-400.000/mel.darah

b. Hematocrit wanita = 37-43 %, pria = 40-48 %

c. Leukosit 4.000-10.000/mm3

- Neutrophil : 50-60%

- Eosinophil : 1-4%

- Basophil : 0-1 %

- Limfosit : 20-30%

Page 5: SASBEL1-2

- Monosit : 2-8 %

4. Cara Pengambilan dan Jenis Permeriksaan Sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis.

Mikroskopis dapat mengetahui organisme pennyebab berbagai pneumonia bacterial,

tuberculosis, serta beberapa jenis infeksi paru, sedangkan makroskopis terlihat dari

warna, bau, da nada tidaknya darah pada sputum.

Sputum paling baik ditampung saat bangun tidur, jika perlu dirangsang dengan

nebulizer. Kemudian dilakukan dua apusan dari specimen. Apusan pertama dicat

dengan pengecatan gram. Apusan kedua dengan pengecatan Ziehl Neelsen. Jika

predominan disertai PMN kemungkinan infeksi disebabkan bakteri.

Metode yang popular untuk mendapatkan secret trakeobronkial adalah dengan

pembilasan brokoalveolar (BAL) menggunakan bronkoskopi yang fleksibel. Salin

steril disuntikkan melalui bronkoskopi dan dihisap kembali ke dalam bilik

penampungan. Pencucian bronkus ini dapat digunakan untuk memeriksa adanya sel-

sel keganasan atau mikroorganisme dari saluran pernapasan bawah.