SAB Tangram

20
SATUAN ACARA BERMAIN (SAB) TERAPI BERMAIN : TANGRAM PUZZLES PADA ANAK USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN) DI RUANG KANTHIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS Oleh : 1. Ferra Febriani, S. Kep. 2. Agus Sumarna, S. Kep. 3. Dyah Ayu P, S. Kep. 4. Dian Margi U, S. Kep. 5. Lynda Maytasari, S. Kep. KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

description

SAP sampai teori tentang permainan tangram

Transcript of SAB Tangram

Page 1: SAB Tangram

SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)

TERAPI BERMAIN : TANGRAM PUZZLES PADA ANAK

USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN) DI RUANG KANTHIL

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

Oleh :

1. Ferra Febriani, S. Kep.

2. Agus Sumarna, S. Kep.

3. Dyah Ayu P, S. Kep.

4. Dian Margi U, S. Kep.

5. Lynda Maytasari, S. Kep.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI NERS

PURWOKERTO

2013

Page 2: SAB Tangram

SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)

Pokok bahasan : Terapi bermain stimulasi motorik dan kognitif

Sub pokok bahasan : Terapi bermain pada anak sakit yang dirawat

di rumah sakit dengan cara menyusun

potongan-potongan puzzles/tangram.

Waktu : 20 menit

Hari/tanggal : Kamis, 17 Januari 2013

Tempat : Ruang Kanthil

Sasaran : Anak usia sekolah (6-12 tahun)

Pelaksana : Ferra Febriani, S.Kep.

Agus Sumarna, S.Kep.

Dyah Ayu P, S.Kep.

Dian Margi U, S.Kep.

Lynda Maytasari, S. Kep.

A. Latar Belakang

Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai

perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,

sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang

dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan

rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari

ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan

anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi)

dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan (Whaley, 2001).

Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang

menyenangkan dan merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal

dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan

kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain.

Anak-anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik,

mentaldan perkembangan emosinya. Dengan bermain anak dapat

menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga emosinya

Page 3: SAB Tangram

karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan

pikirannya.

Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan

kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya

sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan

mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia

akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas,

bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat

kesempatan bermain (Betz & Sowden, 2009).

Karakteristik anak usia sekolah adalah senang bermain, senang

bergerak, senang bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan/

melakukan sesuatu secara langsung. Anak dengan usia sekolah mempunyai

pola pikir yang lebih berkembang dibanding usia sebelumnya, cara mereka

memilih permainan pun berbeda. Karakteristik permainan untuk anak usia

sekolah dibedakan menurut jenis kelaminnya. Anak laki-laki lebih tepat jika

diberikan mainan jenis mekanik yang akan menstimulasi kemampuan

kreativitasnya dalam berkreasi sebagai laki-laki seperti mobil-mobilan. Anak

perempuan lebih tepat diberikan permainan yang dapat menstimulasi

perasaan, pemikiran dan sikap dalam menjalankan peran sebagai seorang

perempuan seperti memasak dan boneka (Behrman dkk, 2000).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan terapi bermain selama 20 menit agar dapat mencapai

tugas perkembangan secara optimal sesuai tahap perkembangan walaupun

dalam kondisi sakit.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan terapi bermain selam 20 menit anak mampu:

a. Mendemonstrasikan menyusun potongan-potongan puzzles/tangram.

b. Menunjukkan ekspresi non verbal dengan tertawa, tersenyum dan

saling bercanda.

Page 4: SAB Tangram

C. Metode dan Media

1. Metode

a. Bermain bersama.

b. Mendengarkan tanggapan anak/tanya jawab.

2. Media

Mainan potongan-potongan puzzles/tangram dengan berbagai warna yang

terdiri dari 2 buah segitiga siku-siku sama kaki besar, 1 buah segitiga siku-

siku sama kaki sedang, 1 buah persegi, 1 buah jajargenjang, dan 2 buah

segitiga siku-siku sama kaki kecil.

D. Kegiatan

1. Pengorganisasian

Leader

Pemimpin bermain bertugas untuk memimpin jalannya acara terapi

bermain dari awal hingga berakhirnya terapi. Pemimpin bermain juga

harus membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.

Fasilitator

Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar dapat

kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan.

Observer

Observer bertugas mengawasi dan menilai kemampuan masing-masing

anak selama dilakukan terapi bermain.

Leader : Agus Sumarna

Fasilitator : Ferra Febriani, Dyah Ayu P, dan Lynda Maytasari.

Observer : Dian Margi Utami

Page 5: SAB Tangram

2. Setting tempat (gambar / denah ruangan)

: Observer

: Fasilitator

: Anak

: Leader

: Orang tua

3. Kegiatan bermain

No Uraian Kegiatan perawat Kegiatan klien

1

2

Pembukaan (5 menit)

Kegiatan bermain (10

menit)

a. Salam pembukaan

b. Perkenalan

c. Mengkomunikasikan tujuan

d. Menjelaskan aturan

permainan

a. Bermain menyusun

potongan-potongan

puzzles/tangram.

a. Memperhatikan

dan merespon

b. memperhatikan

c. Memperhatikan

d. Memperhatikan

a. Menanggapi

Page 6: SAB Tangram

3 Evaluasi (5 menit)

b. Meminta respon dan

tanggapan anak.

c. Memberikan reinfocement

positif jika anak bisa

mengikuti permainan

a. Mengakhiri permainan

b. Melakukan evaluasi

b. Menanggapi dan

merespon

c. Mendengarkan

dan merespon

a. Memperhatikan

b. Menanggapi

E. Evaluasi

1. Yang dilakukan oleh Leader :

Eksplorasi perasaan anak setelah mengikuti terapi bermain.

2. Yang dilakukan oleh Observer :

a. Masalah yang muncul selama bermain.

b. Partisipasi anak.

c. Kemampuan anak dalam melaksanakan permainan.

d. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,

tempat dan jalannya permainan serta perilaku yang diharapkan

3. Yang dilakukan Fasilitator :

a. Hambatan saat pelaksanaan saat proses terapi bermain.

b. Kesulitan dalam mengatur anak saat proses terapi bermain.

c. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.

d. Sebagai role model bagi anak dalam kegiatan.

Banyumas, 17 Januari 2013

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

Page 7: SAB Tangram

(...................................................) (................................................)

Lampiran materi:

TERAPI BERMAIN MENYUSUN POTONGAN-POTONGAN

PUZZLES/TANGRAM

A. Pengertian Terapi Bermain Tangram

Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan

salah satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena

hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi

tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain

untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat

koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental,

emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan

kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di

rumah sakit (Wong, 2009).

Tangram adalah permainan yang paling tua yang dikenal dalam

matematika. Permainan ini dikembangkan pertama kali di negeri Cina dan

sering disebut Puzzle Cina. Tangram berasal dari kata “Tang + Gram”. Istilah

ini pertama kali dikenalkan oleh Thomas Hill dalam bukunya Geometrical

Puzzle for the Youth pada tahun 1848. Tangram mulai dikenal di Eropa &

Amerika pada awal abad ke 19, yang mestinya karna tali perdagangan dengan

China yang meningkat. Menurut salah satu cerita. Ada seorang tukang

keramik yang diperintah oleh Kaisar untuk membuat motif lantai istana

kaisar. Karena pusing menentukan motif yang cocok, akhirnya dia membuat

tangram tersebut. Dari tangram dia bisa membuat berbagai macam motif.

Page 8: SAB Tangram

Tangram terdiri dari 5 buah segitiga yaitu 2 segitiga siku-siku sama

kaki ukuran besar, 2 segitiga siku-siku sama kaki ukuran kecil, dan 1 segitiga

siku-siku sama kaki ukuran sedang, serta 1 persegi/bujur sangkar ukuran

kecil, dan 1 jajar genjang. Jika potongan-potongan puzzles dirangkai dengan

menempelkan sisi-sisinya maka dapat membentuk gambar yang bermakna

(Sriyanto, 2007). Tangram merupakan permainan puzzle yang sangat

menyenangkan. Tidak hanya menyenangkan tapi juga melatih imajinasi.

Tanpa perlu penjelasan lebih dalam, dengan melihat contoh-contoh gambar,

sudah cukup jelas bagi pembaca bahwa tangram bisa melatih imajinasi.

B. Tujuan Terapi Bermain Tangram

Tujuan dari permainan tangram adalah untuk menyusun ketujuh

potongan-potongan puzzles (tanpa tumpang tindih) menjadi suatu bentuk,

baik bentuk yang hanya ada dalam imajinasi, menyerupai binatang, orang,

atau barang tertentu. Mereka yang menggunakan otak kiri, cenderung

berfokus pada pemikiran logis, analisa dan ketepatan. Sedangkan otak kanan,

cenderung berfokus pada keindahan, perasaan dan kreativitas. Tangram dapat

memacu pengalaman estetika dan mental sekaligus dengan lebih lengkap.

Mereka yang berpikir secara visual-spatial (otak kanan) akan mendapati

bahwa permainan tangram melatih kemampuan berpikir mereka secara logis.

Sedangkan mereka yang berpikir secara analitis (otak kiri) akan mendapati

bahwa permainan tangram mengasah kemampuan mereka bekerja dengan

bentuk, warna dan imajinasi.

Tangram memberikan kesempatan pada pemain (segala usia, baik

anak-anak hingga orang dewasa) untuk menggunakan permainan ini sebagai

alat peraga guna membentuk pengertian akan ide-ide geometri, juga

mengembangkan kemampuan spasial. Mereka dapat menggerakkan kepingan-

kepingan Tangram untuk menyadari relasi bentuk geometri tiap keping, dan

juga mempelajari mengenai pembalikan, pemindahan dan perputaran

(refleksi, rotasi dan pemindahan posisi). Hal ini memberikan gambaran nyata

bagi mereka yang orientasi belajarnya adalah melalui penglihatan (visual).

Page 9: SAB Tangram

Dengan memindahkan-mindahkan ketujuh kepingan yang ada, kita dapat

menciptakan berbagai bentuk yang sangat banyak. Ini adalah awal mula/dasar

untuk mengerti akan luas (area) dan garis keliling. Kongruensi, persamaan

dan simetri juga dapat dipelajari menggunakan tangram (Tedjasaputra, 2009).

C. Manfaat Terapi Bermain Tangram

Manfaat terapi bermain menyusun potongan-potongan

puzzles/tangram menurut Tedjasaputra (2009), yaitu:

1. Mengembangkan rasa suka terhadap geometri.

2. Mampu membedakan berbagai bentuk.

3. Mengembangkan perasaan intuitif terhadap bentuk-bentuk dan relasi-relasi

geometri.

4. Mengembangkan kemampuan rotasi spasial.

5. Mengembangkan kemampuan pemakaian kata-kata yang tepat untuk

memanipulasi bentuk (misalnya membalik, memutar, menggeser).

6. Mempelajari apa artinya kongruen (bentuk yang sama dan sebangun).

D. Aturan Terapi Bermain Tangram

Aturan dasar bermain tangram adalah dengan cara menghubungkan

sisi-sisi ketujuh tan (semua tan harus digunakan) dan tiap tan tidak boleh

saling tumpang tindih. Skill tertentu tidaklah dibutuhkan untuk bisa bermain

tangram, cukup dengan kesabaran, waktu, dan imaginasi tiap orang akan

dapat memecahkan cara membentuk sesuatu atau menciptakan model

imaginer baru. Balok-balok tan bisa dibeli atau dapat juga dibuat sendiri

dengan mudah. Alat-alat yang dibutuhkan hanyalah selembar kertas dan

gunting. Cara membuatnya: Ambil kertas lipat yang persegi empat (kalo

bukan persegi empat mesti dibuat persegi empat dulu) lalu digunting

mengikuti garis dengan titik merah adalah bagian tengah kertas

(Tedjasaputra, 2009).

E. Prinsip dalam Aktivitas Bermain

Page 10: SAB Tangram

Prinsip dalam aktivitas bermain pada anak-anak menurut Soetjiningsih

(1995), yaitu:

1. Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang

sakit kecil kemungkinan untuk melakukan permainan.

2. Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga

stimulus yang diberikan dapat optimal.

3. Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan

usia dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi

anak.

4. Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang

tamu, halaman, bahkan di tempat tidur.

5. Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak

akan lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam

menggunakan alat permainan tersebut.

6. Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan

sosialisasi anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila

permainan bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak

menjadi lebih akrab.

F. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain menurut

Supartini (2004), yaitu:

1. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak

yaitu harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak,

karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan

perkembangan anak.

Page 11: SAB Tangram

2. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan

energi bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.

3. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-

laki atau anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi,

kreativitas dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah

salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri.

4. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan

kreativitas anak dalam bermain.

5. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh

kembang anak.

G. Fungsi Bermain di Rumah Sakit

Banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain

dilaksanakan di suatu rumah sakit menurut Wong (2009), antara lain: 1).

Memfasilitasi situasi yang tidak familiar, 2). Memberi kesempatan untuk

membuat keputusan dan kontrol, 3). Membantu untuk mengurangi stres

terhadap perpisahan, 4). Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang

fungsi dan bagian tubuh, 5). Memperbaiki konsepkonsep yang salah tentang

penggunaan dan tujuan peralatan dan prosedur medis, 6). Memberi peralihan

dan relaksasi, 7). Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang

asing, 8). Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk

mengekspresikan perasaan, 9). Menganjurkan untuk berinteraksi dan

mengembangkan sikap-sikap yang positif terhadap orang lain, 10).

Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat, 11). Memberi

cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik.

H. Cara Membuat Tangram

1. Langkah I

Page 12: SAB Tangram

2. Langkah II

3. Langkah III

4. Langkah

IV

5. Langkah V

Page 13: SAB Tangram

6. Langkah VI

7. Langkah VII

8.

Langkah VIII

Referensi

Behrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak: Nelson Edisi 15. Jakarta: EGC.

Betz, C. L., & Sowden, L. A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta: EGC.

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh kembang Anak. Jakarta : EGC

Page 14: SAB Tangram

Sriyanto, 2007. Happy with Math. Yogyakarta: Indonesia Cerdas.

Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. EGC.

Tedjasaputra, M. S. 2009. Bermain, Mainan, dan Permainan: untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta: Grasindo.

Whaley L.F, Wong D.L. 2001. Nursing Care of infants and children in-ed. St Louis : Mosby year book.

Wong, 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.