S JKR 0705027 Chapter2 -...

41
12 BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR, HIPOTESIS A. Permainan Bulutangkis 1. Pengertian dan Karakteristik Permainan Bulutangkis Olahraga bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang dimainkan oleh dua orang yang saling berlawanan (tunggal) atau empat orang yang saling berlawanan (ganda). Olahraga ini digemari oleh banyak kalangan, karena selain sudah populer juga merupakan jenis olahraga permainan yang mudah dan dapat dimainkan oleh siapa saja baik orang tua maupun anak–anak. Permaian bulutangkis dimainkan di atas sebidang lapangan permainan yang berukuran panjang 13,40 m dan lebar 6,10 m dengan dibatasi oleh jaring (net) setinggi 1,55 m dari lantai yang membagi bidang permainan yang sama luasnya. Pengertian bulutangkis menurut Johnson dialih bahasa oleh Daulay dalam Suhardiman (1997) adalah sebagai berikut : Dimainkan diarea empat persegi panjang yang datar lebar 20 kaki dan panjang 44 kaki. Sebuah net (jaring) dari tali setinggi 5 kaki dipasang ditengah-tengah, sehingga, lapangan terbagi menjadi dua bagian sama besar yang menyerupai empat persegi panjang. Permainan tunggal (single), ganda (double), atau campuran (mixed) dimainkan menggunakan garis-garis batas yang agak berbeda. Permainan ini pada dasarnya ialah berusaha memukul dan menangkis satelkok ke daerah lawan yang dibatasi net dengan menggunakan raket sebagai alat untuk memukul. Subarjah & Hidayat (2007:30) mengemukakan bahwa :

Transcript of S JKR 0705027 Chapter2 -...

Page 1: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

12

BAB II

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR, HIPOTESIS

A. Permainan Bulutangkis

1. Pengertian dan Karakteristik Permainan Bulutangkis

Olahraga bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang

dimainkan oleh dua orang yang saling berlawanan (tunggal) atau empat orang yang

saling berlawanan (ganda). Olahraga ini digemari oleh banyak kalangan, karena

selain sudah populer juga merupakan jenis olahraga permainan yang mudah dan dapat

dimainkan oleh siapa saja baik orang tua maupun anak–anak. Permaian bulutangkis

dimainkan di atas sebidang lapangan permainan yang berukuran panjang 13,40 m dan

lebar 6,10 m dengan dibatasi oleh jaring (net) setinggi 1,55 m dari lantai yang

membagi bidang permainan yang sama luasnya. Pengertian bulutangkis menurut

Johnson dialih bahasa oleh Daulay dalam Suhardiman (1997) adalah sebagai berikut :

Dimainkan diarea empat persegi panjang yang datar lebar 20 kaki dan panjang

44 kaki. Sebuah net (jaring) dari tali setinggi 5 kaki dipasang ditengah-tengah, sehingga, lapangan terbagi menjadi dua bagian sama besar yang menyerupai empat persegi panjang. Permainan tunggal (single), ganda (double), atau campuran (mixed) dimainkan menggunakan garis-garis batas yang agak berbeda.

Permainan ini pada dasarnya ialah berusaha memukul dan menangkis satelkok

ke daerah lawan yang dibatasi net dengan menggunakan raket sebagai alat untuk

memukul. Subarjah & Hidayat (2007:30) mengemukakan bahwa :

Page 2: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

13

Permain bulutangkis merupakan jenis olahraga yang dimainkan dengan menggunakan net, raket sebagai alat pemukul, satelkok sebagai obyek yang dipukul, dan berbagai keterampilan, mulai keterampilan dasar hingga keterampilan yang paling kompleks.

Tujuan dari permainan bulutangkis adalah memperoleh angka dan

kemenangan dengan cara berusaha menyebrangkan dan menjatuhkan satelkok di

daerah permaian lawan. Seperti dijelaskan oleh Subarjah & Hidayat ( 2007 : 31)

bahwa tujuan dari permain bulutangkis ini adalah “memperoleh angka dan

kemenangan dengan cara menyebrangkan dan menjatuhkan satelkok di bidang

permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul satelkok atau

menjatuhkannya di daerah permainan sendiri”. permainan ini dianggap sebagai salah

satu olahraga lapangan yang paling cepat dan paling terkenal di dunia, karena itu

berhasil menyedot minat berbagai kalangan tanpa dibatasi oleh kelompok umur,

kelompok sosial ekonomi maupun jenis kelamin.

Sesuai dengan pendapat-pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa olahraga

bulutangkis merupakan salah satu olahraga permainan yang dimainkan oleh dua

orang atau lebih yang terdiri dari berbagai nomor yaitu tunggal, ganda dan campuran

yang menggunakan raket sebagai alat untuk memukul dan satelkok sebagai objek

untuk dipukul yang dimainkan di arena lapangan empat persegi panjang yang datar

dengan ukuran lebar 6,10 m dan panjang 13,40 m dengan dibatasi oleh jarring (net)

setinggi 1,55 m, yang bertujuan memperoleh angka dan kemenangan dengan cara

menyebrangkan dan menjatuhkan satelkok di daerah permainan lawan.

Page 3: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

14

Sifat permainan bulutangkis adalah dimainkan di area empat persegi panjang

yang datar dengan lebar 6,10 m dan panjang 13,40 m. Sebuah net (jaring) dari tali

setinggi kira-kira 1,55 m dipasang di tengah-tengah, sehingga lapangan terbagi

menjadi dua bagian yang sama besar. Area bulutangkis dibatasi pada masing-masing

sisinya oleh dua garis pinggir (side lines). Garis-garis pinggir ini merupakan pembeda

untuk permainan single, ganda dan campuran.

Garis pada bagian belakang masing-masing lapangan tersebut garis batas

belakang (back line). Garis-garis ini merupakan batas permainan terjauh dalam

tunggal dan ganda. Adapaun garis yang berada di depan setengah kaki jauhnya dari

net disebut garis servis pendek (short service line) untuk tunggal dan ganda. dan garis

tengah yang memanjang dari pertengahan garis belakang ke tengah-tengah garis

service pendek membagi dua kedua bidang servis. Setiap satelkok yang jatuh diatas

garis pinggir, garis belakang atau garis servis dianggap masuk dan sah.

Prinsip dasar permainan bulutangkis adalah satu kali memukul satelkok

sebelum jatuh di daerah lapangan sendiri dengan cara memukul atau mengembalikan

satelkok ke daerah lawan dengan melintasi net, baik dipukul dengan keras atau pelan

untuk memaksa lawannya bergerak atau lari dilapangannya. Adapun tujuan dasar

permainan bulutangkis adalah mendapatkan angka 21 atau sebanyak-banyaknya 30

angka untuk nomor tunggal putera, tunggal puteri, ganda putera, ganda puteri dan

ganda campuran.

Page 4: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

15

2. Keterampilan Dasar Bermain Bulutangkis

Permainan bulutangkis merupakan salah satu permainan yang digemari

banyak orang, permainan ini dimainkan oleh dua orang atau lebih yang pada dasarnya

untuk memukul satelkok yang dimainkan agar tidak terjatuh di lapang permainan

sendiri. Subarjah & Hidayat (2007:31) mengemukakan pendapatnya bahwa “Menjadi

seorang pemain bulutangkis yang berprestasi bukan pekerjaan mudah sebab dituntut

memahami dan menguasai sejumlah keterampilan, baik fisik, teknik, taktik, dan

psikologis secara efektif, efisien, dan simultan.” Sesuai dengan pendapat tersebut

pemain bulutangkis harus mampu menguasai keterampilan-keterampilan bermain

bulutangkis, baik keterampilan dasar hingga keterampilan yang paling kompleks.

Menurut Tohar (Subarjah & Hidayat, 2007:31) “Keterampilan dasar

merupakan salah satu keterampilan yang harus dipahami dan dikuasai oleh setiap

pemain dalam melakukan kegiatan bermain bulutangkis.” Hal ini dikarenakan

merupakan salah satu faktor pendukung pokok untuk menjadi atlet yang berprestasi,

dan kerena itu keterampilan dasar harus bisa dikuasai oleh para pemain bulutangkis.

Berdasarkan penelusuran dari beberapa pendapat dan sumber Varner, Davis,

Edward, Subarjah (Subarjah & Hidayat, 2007:31) dapat dijelaskan bahwa “secara

umum keterampilan dasar permainan bulutangkis dapat dikelompokan kedalam

empat bagian yaitu (1) cara memegang raket (Grips), (2) Sikap siap (Stand atau

ready position), (3) gerakan kaki (Footwork), (4) gerak memukul (Strokes).”

Adapun uraian keempat keterampilan dasar tersebut akan dijelaskan sebagai

berikut :

Page 5: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

16

a. Cara Memegang Raket (Grips)

Permainan bulutangkis merupakan salah satu permainan yang banyak

menggunakan pergelangan tangan, oleh karena itu untuk belajar permainan

bulutangkis harus dimulai dari cara pegangan raket, pegangan raket sangat

berpengaruh pada ketepatan pukulan, cara pegangan yang benar akan sangat

menentukan pada hasil pukulan seorang pemain bulutangkis. Sebagaimana

dikemukakan oleh Subarjah & Hidayat (2007:32) bahwa “cara memegang raket

merupakan salah satu teknik dasar yang harus dikuasai oleh setiap pemain.” Maka

dari itu pegangan raket yang benar sangatlah penting untuk dikuasai oleh setiap

pemain bulutangkis ketika bermain.

Menurut Subarjah & Hidayat (2007:32) setidaknya ada empat cara memagang

raket yaitu (1) Pegangan Pistol ( Shakehand grip), (2) Pegangan Western ( American

grip), (3) Pegangan Inggris ( backhand grip), (4) Pegangan campuran ( mix grip).

Pada dasarnya cara pegangan raket tidak sukar, karena raket yang diperguanakan

dalam permainan bulutangkis relatif ringan. Hasil kajian terhadap beberapa literatur

yang ada, cara pegangan raket yang dilakukan oleh para pemain bulutangkis dapat

dibedakan menjadi empat cara yang berbeda, hal ini sama dengan yang telah

dikemukakan oleh Subarjah & Hidayat (2007:33) yaitu : (1) Cara pegangan western

(American Grip), (2) Cara pegangan continental (backhand grip), (3) Cara pegangan

jabat tangan atau pegangan pistol (shakehand grip), (4) pegangan campuran atau

kombinasi.

Page 6: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

17

Berikut urain dari cara pegangan raket dalam permainan bulutangkis :

1). Cara Western Grip (American Grip)

Pada dasarnya cara pegangan ini dipegang dengan bagian tangan

antara ibu jari dan telunjuk menempel pada bagian permukaan raket yang

gepeng. Dikalangan masyarakat cara pegangan ini disebut “pegangan gebuk

kasur.” Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

putaran ke kiri, hingga muka raket menghadap kebawah. Para pebulutangkis

dunia jarang atau bahkan tidak ada yang mempergunakan pegangan ini.

2). Pegangan backhand (backhand grip)

Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar seperempat

putaran ke kanan, hingga ibu jari pegangan raket melekat atau menumpu pada

bagian yang lebar pada handle. Cara memegang raket sedimikan rupa

sehingga ibu jari menempel pada bagian tangkai yang gepeng dan telunjuk

berada pada bagian yang sempit.

3). Pegangan jabat tangan (shakehand grip)

Cara pegangan ini seperti orang yang berjabat tangan, cara pegangan

ini sering juga dinamakan forehand grip, karena dengan pegangan ini sangat

mudah untuk melakukan pukulan forehand (Subarjah dan Hidayat, 2007:33).

4). Pegangan Campuran ( Combination grips).

Cara pegangan ini merupakan gabungan dari ketiga cara pegangan

raket, pegangan ini dilakukan dengan cara mengubah-ubah posisi jari,

Page 7: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

18

telunjuk, dan ibu jari disesuaikan dengan arah dan jenis pukulan yang

dilakukan. Subarjah dan Hidayat (2007:34) mengatakan :

Biasanya para pemain top dunia hanya menggunakan cara pegangan

shakehand pada saat melakukan pukulan Forehand, sedangkan pada waktu melakukan pukulan overhead backhand gripnya diubah dan diputar seperempat putaran kesebalah dalam sehingga ibu jari berada pada bagian pegangan yang gepeng (pegangan inggris) Cara pegangan biasanya digunakan oleh pemain yang sudah mahir.

Gambar 2.3

Pegangan raket Forhand dan Backhand

b. Sikap siap (Stand atau ready position),

Cara berdiri dalam permainan bulutangkis sebenarnya mudah, akan tetapi

apabila cara berdiri ini kurang tepat maka akan mengakibatkan kepada gerakan

menjadi kurang efisien dan merugikan kepada pemain yang melakukannya, salah satu

keterampilan dasar ini penting dikuasai kerena memungkinkan pemain untuk bisa

bergerak cepat mengambil kemana arahnya satelkok datang, Menurut Subarjah &

Hidayat (2007:36) “posisi siap (stance) yang benar memungkinkan pemain

melakukan mobilisasi gerak secara efektif dan efisien ke setiap sudut lapangan.”

Berdasarkan pendapat di atas keterampilan sikap berdiri (stance) sangat diperlukan

Page 8: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

19

oleh setiap pemain bulutangkis, karena akan berpengaruh pada ketepatan dan gerakan

mengambil shuttle coks dan mengembalikannya ke daerah permain lawan.

Subarjah & Hidayat (2007:36) mengemukakan beberapa bentuk sikap berdiri

(stand) yang perlu diketahui dan dikuasai oleh pemain bulutangkis pada dasarnya

dibagi tiga bagian yaitu (1) Stance pada saat servis, (2) Stance pada saat menerima

servis, (3) Stance pada saat reli atau ketika permain sedang berlangsung. Berikut ini

akan dijelaskan urain sikap berdiri (stance) dalam permainan bulutangkis :

1). Stance pada saat servis

Sikap berdiri (stance) pada saat servis dapat dibagi dua bagian yaitu

ketika servis forehand dan servis backhand (Subarjah & Hidayat 2007:36).

Stance ketika saat servis forehand tentunya berbeda ketika saat servis

backhand, begitupun juga dengan pemain yang memegang raket dengan

tangan kanan dan tangan kiri, itu sudah pasti berbeda sikap berdiri (stance)

ketika akan melakukan servis. Subarjah & Hidayat (2007:36) mengemukakan

cara berdiri untuk pemain yang menggunakan tangan kanan adalah :

Stance pada saat servis forehand dilakukan dengan cara

a) Berdiri di sudut depan garis tengah pada daerah servis kira-kira setengah meter dari belakang garis servis pendek.

b) Kaki kiri didepan dan kaki kanan dibelakang. c) Berat badan berada dikaki belakang pada saat servis dilakukan,

pindahkan berat badan kedepan. Stance pada saat servis backhand dilakukan dengan cara

a) Berdiri disudut garis tengah pada daerah servis kira-kira setengah meter dibelakang garis servis pendek.

b) Kaki kanan didepan dan kaki kiri dibelakang.

Page 9: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

20

c) Berat badan berada ditengah dan pada saat servis dilakukan pindahkan berat badan kedepan.

2). Stance pada saat menerima servis.

Stance pada saat menerima servis merupakan awal dari posisi siap

sebelum memulai terjadinya rally, stance pada saat menerima servis baik

tunggal maupun ganda itu pada umumnya sama, biasanya pemain tunggal

berada ditengah lapang ketika akan menerima servis dari lawan. Sedangkan

biasanya untuk pemain ganda posisi stance ketika akan menerima servis itu

berdiri diri belakang garis short service ini dikarenakan biasanya permainan

ganda diawali dengan servis pendek.

3). Stance pada saat reli

Stance pada saat reli sangat bervariasi tergantung posisi pemain

apakah sedang melukukan serangan atau bertahan, stance pada saat

menyerang berbeda dengan stance pada saat bertahan. Biasanya stance pada

saat bertahan posisi badan agak dibungkukan dan berusaha mengembalikan

satelkok yang jatuhnya lebih rendah, sedangkan pada saat menyerang

posisinya agak naik untuk mempersiapkan pukulan serangan (Subarjah &

Hidayat, 2007:39). Stance pada saat reli sangat penting untuk dikuasai oleh

pemain bulutangkis, ini bertujuan agar para pemain bisa menjangkau

datangnya bola dan bisa mengambalikan dengan baik kedaerah permainan

lawan.

Page 10: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

21

c. Gerakan Pergerakan Kaki (Foot work)

Teknik langkah kaki pada hakikatnya merupakan modal pokok untuk dapat

memukul satelkok dengan tepat, langkah kaki yang ringan dan luwes akan

memudahkan seorang pemain bergerak ke tempat satelkok datang dan bersiap untuk

memukulnya. Footwork merupakan dasar untuk bisa menghasilkan pukulan

berkualitas, yaitu apabila dilakukan dalam posisi baik. Untuk bisa memukul dengan

posisi baik, seorang atlet harus memiliki kecepatan gerak. Kecepatan gerak kaki tidak

bisa dicapai kalau footwork tidak teratur.

Subarjah & Hidayat (2007:40) mengemukakan bahwa ”gerakan kaki adalah

gerakan–gerakan langkah kaki yang mengatur badan untuk menepatkan posisi badan

sedemikan rupa sehingga memudahkan dalam melakukan gerakan memukul satelkok

sesuai dengan posisinya.” Keterampilan ini sangat penting dikuasai oleh para pemain

bulutangkis, ini sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Davidson & Gustavson

(Subarjah & Hidayat, 2007:40) yang berpendapat bahwa “keterampilan gerak ini

sangat penting untuk mengarahkan tubuh ke posisi yang tepat untuk memukul

satelkok.”

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa gerakan kaki

(footwork) memiliki pengaruh yang besar dalam permainan bulutangkis, gerakan kaki

yang baik bisa menghasilkan pukulan yang akurat karena akan memudahkan seorang

pemain dalam menjangkau kemana datangnya arah satelkok. Tujuan dari gerakan

kaki (footwork) ialah agar pemain bisa mengusai seluruh lapangan bulutangkis, ini

Page 11: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

22

sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh Subarjah & Hidayat (2007:44)

“Tujuan utamanya adalah untuk menguasai seluruh lapangan permainan.”

Menurut Subarjah & Hidayat (2007:41) Ada beberapa gerakan kaki yang

perlu dikuasai oleh para pemain bulutangkis diantaranya (1) Pergerakan ke depan, (2)

Pergerakan ke belakang, (3) Pergerakan ke samping kiri, (4) Pergerakan ke samping,

(5) Pergerakan menyilang, (6) Meloncat.

d. Teknik Pukulan (Strokes)

Untuk dapat memainkan permainan bulutangkis dengan baik seorang pemain

harus mampu melakukan beberapa teknik pukulan (Strokes) menurut Tohar (Subarjah

& Hidayat, 2007:47) “Teknik pukulan diartikan sebagai cara-cara melakukan pukulan

pada permainan bulutangkis dengan tujuan menerbangkan satelkok kebidang

lapangan lawan.” Mengacu kepada sistem pengklasifikasian yang dikemukakan oleh

Tohar (1991), Johnson (1990), Subarjah (1999), Davis (1998), Ballou (1998), dan

Grice (1996) dalam Subarjah & Hidayat, (2007:47). Secara umum keterampilan gerak

memukul permainan bulutangkis dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis, kategorisasi

ini berdasarkan pada posisi raket pada waktu melakukan pukulan. Ketiga jenis

keterampilan gerak memukul tersebut ialah (1) pukulan dengan ayunan raket dari

bawah ke atas ( underarm strokes ), (2) Pukulan menyamping (Sidearm strokes), (3)

Pukulan dari atas kepala (overhead strokes). Berikut tabel 2.1 menampilkan

kategorisasi dari setiap jenis pukulan.

Page 12: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

23

Tabel 2.1 Kategorisasi keterampilan gerak dasar memukul berdasarkan posisi raket ketika melakukan pukulan.

No Jenis Pukulan

1.

Pukulan dari bawah ke atas (underarm strokes)

1.1. Servis (service)

1.1.1. Servis panjang atau tinggi (high service) 1.1.2. Servis pendek (short service) 1.1.3. Servis kedut (flick service)

1.2. Mengangkat satelkok tinggi (underarm lob/clear) 1.2.1. Defensive clear; 1.2.2. Offensive clear

1.3. Net (netting)

2. Pukulan menyamping (sidearm strokes)

2.1. Drive lurus ke belakang (clear drive)

2.1.2. Drive lurus ke belakang-bertahan (Defensive clear drive)

2.1.3. Drive lurus ke belakang- menyerang (Offensive atau attacking clear drive)

2.2. Drive pelan dan rendah, tepat di atas net (dropshot drive)

2.3. Chopped drive 2.4. Drive net (netting drive)

3. Pukulan dari atas kepala (overhead strokes)

3.1. Lob atau clear 3.1.1. Lob tinggi ke belakang (defensive clear) 3.1.2. Lob menyerang (ofensive clear)

3.2. Smash 3.2.1. Smash penuh (full smash) 3.2.2. Smash potong (cutting smash)

3.3. Pukulan drop (dropshot) 3.4. Chopped 3.5. Memutar di atas kepala (around the head strokes)

Sumber : Varner, 1996; Johnson, 1990; Tohar, 1991; Davis, 1998; Grice, 1996; Edward, 1997; Ballao, 1998; Subarjah, 1999 ( dalam Hidayat 2004 : 53 )

Sesuai dengan jenis kategori pukulan di atas, semuanya dapat dilakukan

dengan gerakan forehand dan backhand dengan cara memutar lengan bawah untuk

Page 13: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

24

menghasilkan jenis pukulan yang dikehendaki, kecuali dalam pukulan long single

servise dan around the head pada umumnya hanya dilakukan dengan cara forehand

(Subarjah, 2007; Hidayat, 2011)

Johnson (Nurdiansyah, 2008:17) mengemukakan bahwa teknik-teknik dasar

dalam bulutangkis terbagi manjadi (1) Serve (clear dan drop), (2) Sidearm ( drive,

clear dan smash), (3) Overhead Forehand (clear dan drop), (4) Round the head

(clear, drop dan smash), (5) Overhead backhand (clear, drop dan smash). Sedangkan

Tohar (Megantara, 2007:20) mengemukakan macam-macam teknik pukulan

bulutangkis yang harus dikuasai adalah (1) Pukulan service ,(2) Pukulan lob atau

clear, (3) Pukulan drop shot, (4) Pukulan smash, (5) Pukulan drive atau mendatar

(6) Pengembalian service atau return service.

Hal yang serupa pula dikemukakan oleh Poole ( dalam Megantara, 2007:20),

Jenis-jenis pukulan dalam bulutangkis dapat dikelompokan menjadai 5 macam yaitu :

(a) Pukulan servis. Pukulan servis dapat dilakukan dengan 2 cara antara lain,

pukulan service rendah (shout service), pukulan servis lob tinggi (high lob service).

(b) Pukulan lob (clear). Lob sebenarnya merupakan pukulan utama di dalam permainan singel, dimana bola yang yang dalam (jauh ke belakang) dan memaksa lawan bertindak dari belakang, hingga pukulan yang dihasilkannya kurang membahayakan. Pukulan lob dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu lob tinggi kebelakang (devensive lob), lob serang (attacking lob), backhand lob atau overhead backhand flick lob.

(c) Pukulan smash. Pukulan smash merupakan pukulan tercepat dan terkuat, dimana bola dipukul dengan kuat dan dihujamkan ke bawah di daerah-daerah yang kosong atau mengarah ke badan lawan. Smash ini dapat dilakukan dengan forehand maupun backhand, namun backhand overhead smash umumnya lebih sulit hingga diperlukan di dekat net atau sesekali dari belakang untuk mengejutkan lawan.

Page 14: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

25

(d) Drop shout. Drop shot adalah pukulan yang mengarahkan satelkok untuk dapat jatuh sedekat mungkin dekat net. Biasanya pukulan ini dilakukan dari belakang dengan menggunakan teknik pukulan overhead.

(e) Drive. Drive adalah pukulan mendatar dan cepat yang bolanya nyaris menyentuh net. Bola dipukul antara setinggi pinggang dan bahu, bahkan kadang-kadang lebih tinggi dari bahu hingga seperti pukulan smash.

Berikut ini akan di jelaskan secara singkat teknik pukulan bermain

bulutangkis yang berhubungan dengan kepentingan penulisan tugas akhir yang akan

diteliti, yaitu (1) teknik pukulan servis tinggi (high servis), (2) teknik pukulan

overhead clear atau lob, (3) teknik pukulan Smash, (4) teknik pukulan Drop Shout.

1). Servis Tinggi (High service)

Servis tinggi adalah servis yang diarahkan tinggi kebelakang daerah

lawan. servis ini termasuk jenis pukulan underhand stroke. Yakni pukulan

yang dilakukan dengan ayunan raket dari bawah keatas. Servis tinggi ini

sangat cocok dipergunakan dalam permaianan tunggal. Seperti dijelaskan

Soekartono (Nurdiansyah, 2008:21) sebagai berikut :

Servis tinggi sangat jitu dilakukan dalam permainan tunggal mengingat : (1) Den

gan mengarahkan bola tinggi kebelakang mendesak lawan sampai ke garis belakang, sehingga daerah pertahanan bagian muka terbuka lebar.

(2) Dengan melambungkan bola setinggi mungkin ke belakang, bola akan jatuh dengan keadaan tegak lurus dengan lantai. Bola dalam keadaan posisi semacam ini sangat sulit untuk dipukul,. . . apalagi dengan smash.

(3) Servis tinggi sangat tepat dilakukan pada saat lawan kehabisan tenaga. Dengan servis ini lawan dipaksa untuk bergerak dalam daerah yang lebih luas dan mengeluarkan tenaga yang lebih besar.

Page 15: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

26

Menyimak kutipan tersebut bahwa melakukan servis tinggi sangat

menguntungkan dilakukan dalam permaianan tunggal, karena dengan servis yang

tinggi kebelakang memaksa lawan untuk meninggalkan posisi tengah sehingga

lapangan bagian depan kosong dan pukulan selanjutnya dengan mudah dapat

menempatkan satelkok di daerah depan yang kosong. Selain itu hasil pukulan servis

akan sukar untuk di smash lawan karena satelkok akan turun secara tegak lurus,

sehingga kalau di smash hasilnya tidak akan tajam sesuai dengan harapan.

Untuk melakukan servis tinggi kedua kaki harus dipasang lebih lebar dari pada

servis yang lain, dengan kaki kiri di depan. Ayunan lengan harus lebih ke belakang

serta harus mempunyai lebih banyak follow though dari pada servis pendek, dan pada

gerakan akhir raket harus berada di atas samping badan sebelah kiri. Pada saat

perkenaan satelkok dengan raket secara bersamaan berat badan dipindahkan dari kaki

belakang ke kaki depan.

Servis merupakan salah satu teknik dasar pukulan yang harus dikuasai oleh

pemain bulutangkis, karena servis merupakan pukulan awal sebelum terjadinya rally,

sehingga pukulan ini mutlak harus dikuasai oleh para pemain untuk bisa memulai

terjadinya rally. Dalam aturan permainan bulutangkis, servis merupakan modal awal

untuk bisa memenangkan pertandingan, dengan kata lain, seorang pemain tidak bisa

mendapatkan angka apabila tidak bisa melakukan servis dengan baik (PB.PBSI,

2005: 20).

2). Pukulan Overhead Clear / Lob

Page 16: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

27

Pukulan overhead clear adalah pukulan yang dilakukan di atas kepala

dengan arah satelkok melambung kearah belakang pihak lawan. Pukulan

overhead clear ini seperti dijelaskan oleh Varner (Nurdiansyah, 2007:18) adalah

“ the clear is the high shoot to the back of the court; it may be offensive. Generally

offensive short are hit down.” Kemudian untuk mendapatkan pukulan yang baik

Baddeley (Nurdiansyah, 2007:18) menjelasakan yaitu “To achieve this contact

with the shuttle is made slightly behind the head, or immediately above it.”

maksudnya adalah untuk mendapatkan pukulan sampai kegaris, perkenaan

satelkok dengan raket harus sedikit dibelakang kepala atau di atas kepala. Pukulan

overhead / lob sebenarnya ada dua jenis pukulan yaitu (1) Deep lob/Clear,

bolanya tinggi ke belakang. (2) Attacking lob/Clear, bolanya tidak terlalu tinggi

(a) Pukulan Deep Lob clear (lob tinggi / defensive clear)

Pukulan full clear (lob tinggi / defensive clear) adalah salah satu jenis

pukulan yang dilakukan diatas kepala (overhead stoke). jenis pukulan ini

memainkan peranan penting dalam permainan bulutangkis. Seperti yang

dikemukakan Brown (Megantara, 2007:24) sebagai berikut :

“Ability to use the overhead stroke on badminton determines, for the

most part, the success of the court . . . the overhead clear is to badminton what the drive is to tennis. This stroke is the most often use technique in the singles and is also a basic stroke in doubles.”

Page 17: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

28

Artinya adalah kemampuan untuk melakukan pukulan overhead dalam

bulutangkis sangat menentukan terhadap sebagian besar keberhasilan pemain di

lapangan. Pukulan overhead clear sering dipergunakan sebagai teknik dalam

permainan singel atau tunggal dan sebagai pukulan dasar dalam permaian ganda.

Pukulan clear tinggi ini biasa dipergunakan untuk mendapatkan kembali

keseimbangan pada posisi semula. Pukulan ini dapat menyulitkan lawan untuk

melakukan pukulan menyerang. Adapun yang menyebabkan lawan sulit untuk

menyerang adalah (1) lawan telah bergerak kegaris bagian belakang lapangan, (2)

untuk melakukan smash yang lebih keras, satelkok yang dipukul akan jatuh melalui

lintasan yang datar.

b). Pukulan lob menyerang (attacking lob clear)

Teknik yang dipergunakan sama dengan teknik pukulan bertahan

(defensive lob), tetapi perkenaan shuttle cock dengan raket lebih ke depan dari

pada pukulan lob bertahan (lob tinggi/full clear) dari kepala. Kegunaaan lob

serang dijelaskan Sonneville (Nurdiansyah, 2008: 20) adalah sebagai beikut :

“Pukulan lob rendah atau lob serang . . . digunakan untuk menyerang,

berati bahwa tujuannya ialah agar shuttle cock dipukul lewat atas kepala pemain lawan ke garis belakang secepat mungkin, misalnya bila lawan sudah out of position atau sudah ditarik ke depan dengan suatu drop shout.”

Untuk mematikan lawan dengan pukulan ini sebaiknya diarahkan

kebagian belakang kiri lawan atau membuat lawan membalikan atau

Page 18: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

29

mengembalikan shuttle lebih rendah. Dalam permainan bulutangkis pukulan

ini harus bisa dikuasi oleh seorang pemain bulutangkis, ini bertujuan untuk

bisa meraih angka dan mematikan lawan saat terjadinya rally.

3). Teknik pukulan Smash,

Pukulan smash merupakan pukulan keras dan tajam yang bertujuan

untuk mematikan lawan secepat-sepatnya (Subarjah dan Hidayat, 2007: 69).

Gerakan smash hampir sama dengan gerakan lob dan dropshot, perkenaan

raket lurus, bisa juga dengan cara dimiringkan. Subarjah dan Hidayat

(2007:69) mengemukakan “Pada pukulan ini lebih mengandalkan kekuatan,

kecepatan, lengan dan lecutan pergelangan tangan.” Pukulan smash

merupakan salah satu pukulan yang dapat mengakhiri terjadinya rally,

biasanya seorang pemain melukakan smash untuk mematikan lawan dan

mengakhiri terjadinya rally sehingga mendapatkan point, Poole (1988: 35)

mengemukakan bahwa “pukulan smash adalah kekuatan seorang pemain yang

dapat mengumpulkan angka bagi anda dalam pertandingan.”

4). Teknik pukulan Overhead drop shout

Pukulan dropshout adalah pukulan yang dilakukan dengan maksud

menjatuhkan bola secepatnya ke daerah lapangan lawan bagian muka di

bawah net. Subarjah & Hidayat (2007:68) berpendapat bahwa “Dropshot

merupakan bentuk pukulan yang meluncurkan kok ke daerah lawan sedekat

mungkin pada net, bertujuan untuk menekan atau mematikan lawan dengan

Page 19: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

30

menempatkan satelkok sedekat mungkin ke depan net.” Adapun pukulan drop

shout dijelaskan oleh Soekartono (Megantara, 2007:26) menjelaskan pukulan

yang harus dilakukan dalam pukulan overhead drop shout adalah :

(1) Memotong shuttle cock dengan ayunan setengah smash. Dengan

cara ini seolah-olah shuttle cock meluncur dengan tajam dengan garis parabola dan jatuh tepat dengan bibir net dilapangan lawan.

(2) Untuk mengacaukan antisipasi lawan, ayunan raket dan seluruh gerakan badan harus dilakukan sedemikian rupa seolah-olah akan melakukan smash.

Selain yang diutarakan di atas cara memukul drop shout dari atas

kepala mempunyai posisi memukul yang sama dengan pukulan clear dan

smash. Pada pukulan drop shout satelkok tidak dipukul dengan keras dan

sekuat tenaga tetapi pada saat impact atau perkenaan satelkok dengan raket

secara mendadak ditahan, dan perkenaan itu ditahan serta diarahkan secara

curam dengan sedikit mendorong raket ke depan sehingga satelkok yang

dipukul secara didorongan dan berlahan itu menghasilkan pukulan yang dekat

dengan net. Pukulan ini lebih banyak membutuhkan perasaan agar kok jatuh

tipis di atas net, sehingga sulit dijangkau lawan (Subarjah & Hidayat,

2007:68).

3. Pola Pembinaan Pembinaan Usia Dini dalam Bulutangkis

Dalam rangka mewujudkan peningkatan sumber daya manusia, khususnya

dalam bidang olahraga maka salah satu langkah terbaik ialah dengan memusatkan

perhatian serta orientasi terhadap pengembangan olahraga. Dalam hal ini berarti

Page 20: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

31

pembinaan dan pengembangan olahraga harus dimulai sejak usia dini (Juliante et al.

2007:6.4).

Menurut teori pertumbuhan dan perkembangan, perioede umur anak-anak

merupakan periode yang sangat potensial untuk pembinaan, sehingga dimasa yang

akan datang dapat menghasilkan prestasi yang maksimal. Prestasi yang tinggi hanya

dapat diraih melalui pembinaan berjangka waktu panjang, dengan rentang waktu

sekitar 8-12 tahun (Juliante et al. 2007:6.4).

Pembinaan pada usia dini merupakan titik tolak pembinaan dengan latihan

yang teratur dan sistematik serta berkesinambungan, sehingga diharapkan pada

waktunya mereka dapat mencapai prestasi yang optimal. Dalam upaya

mengembangkan dan meningkatkan prestasi atlet dalam olahraga tidak ada jalan lain

adalah dengan latihan (Imanudin, 2008:13), latihan dengan bersungguh – sungguh

yang berpedoman pada program latihan dengan waktu yang relatif lama dan

dilakukan secara sistematik bisa mencapai tujuan yang ingin dicapai yaitu prestasi

yang tinggi. Menurut Harsono (Imanudin, 2008:13) “Latihan adalah proses yang

sistematis dalam berlatih atau bekerja secara berulang-ulang dengan kian hari kian

menambah jumlah beban latihan atau pekerjaan.” Sedangkan menurut Bompa

(Imanudin, 2008:13) latihan ialah “Aktifitas olahraga yang sistematik dalam waktu

yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah pada ciri-ciri

fungsional dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.”

Sesuai dengan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa latihan

merupakan proses aktifitas olahraga yang dilakukan secara sistematik dan berulang-

Page 21: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

32

ulang dengan semakin hari semakin menambah jumlah beban latihan untuk mencapai

sasaran yang telah ditentukan.

Mengenai pembinaan, menurut Soekartono (Suhardiman, 1997:11) pembinaan

merupakan ”Hubungan interaksi antara berbagai komponen yang penting sehingga

menghasilkan prestasi permainan dalam olahraga bulutangkis.” Sedangkan Tohar

(Suhardiman, 1997:11) mengemukakan “maksud dari pembinaan disini adalah untuk

membina mutu dan meningkatkan prestasi yang telah dimiliki oleh pemain.” Dengan

adanya pola pembinaan yang baik, diharapkan akan ada atlet-atlet yang bisa menjadi

juara dan meraih prestasi serta mengharumkan nama Bangsa dan Negara baik

dievent-event tertentu maupun multi event seperti sea games, asean gemes dan

olimpiade. Dari uraian di atas penulis dapat menjelaskan kembali bahwa pembinaan

merupakan suatu usaha untuk membina dan mendidik secara berdaya guna, sehingga

hubungan interaksi antara komponen yang penting dapat meningkatkan suatu prestasi

olahraga.

Menurut teori pertumbuhan dan perkembangan yang dikemukakan oleh

Juliante et al.(2007:6.4) usia dini ialah “periode usia anak sekitar 6-14 tahun.”

Periode usia ini merupakan periode yang sangat penting untuk menentukan prestasi

dimasa yang akan datang, tentunya dengan dilakukan pembinaan yang baik dan

sistematik dengan jangka waktu yang relatif lama. Dalam tabel 2.2 berikut ini akan

digambarkan mengenai usia-usia permulaan olahraga, spesialisasi, dan prestasi

puncak.

Page 22: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

33

Tabel 2.2. Usia Permulaan Berolahraga, Spesialisasi, dan Prestasi Puncak

Cabang Olahraga

Permulaan Olahraga

Spesialisasi Olahraga

Prestasi

Atletik

10 – 12

13 – 14

18 – 23

Bola Basket 08 – 09 10 – 12 23 – 25 Tinju 13 – 14 15 – 16 20 – 25 Balap Speda 14 – 15 16 – 17 21 – 24 Loncat Indah 06 – 07 08 – 10 18 – 22 Anggar 08 – 09 10 – 12 20 – 25 Senam (wanita) 06 – 07 10 – 11 14 – 18 Senam (laki-laki) 06 – 07 12 – 14 18 – 24 Dayung 12 – 14 16 – 18 22 – 24 Sepak Bola 10 – 12 11 – 13 18 – 24 Renang 03 – 07 10 – 12 16 – 18 Tenis 08 – 10 12 – 14 18 – 25 Bola Voli 11 – 12 14 – 15 20 – 25 Angkat Besi 12 – 13 17 – 18 21 – 28 Gulat 13 – 14 15 – 16 24 – 28 Bulutangkis 08 – 09 14 – 15 18 – 24 Hoki 12 – 14 16 – 18 22 – 25 Sofbol 10 – 12 14 – 16 18 – 24 Panahan 11 – 12 16 – 18 20 – 28 Pencak Silat 10 – 11 15 – 16 18 – 22 Bola Tangan 12 – 13 15 – 16 18 – 24 Tenis Meja 07 – 08 10 – 12 18 - 24 Polo Air 12 – 13 15 – 16 18 – 25 Berkuda 13 – 15 17 – 18 20 – 25 Layar 12 – 13 15 – 16 18 – 24 Judo 12 – 13 15 – 16 18 – 25 Karate 12 – 13 15 – 16 18 – 25

Sumber : Harsono dalam Juliante et al. (2007 : 6.14)

Page 23: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

34

Dalam kaitannya dengan pola pembinaan bulutangkis khususnya di Indonesia,

faktor pembinaan dan latihan yang baik sangatlah penting, apalagi untuk para pemula

atau atlit-atlit muda yang akan disiapkan untuk meraih prestasi dimasa yang akan

datang. Cabang olahraga bulutangkis disebut olahraga yang mendunia, ini dilihat dari

beberapa pertandingan yang diselengarakan dalam tiap tahunnya. Bahkan dalam multi

event internasional seperti Olimpiade, ASIAN Games, SEA Games cabang olahraga

bulutangkis selalu dipertandingkan.

Pada saat ini olahraga bulutangkis banyak digemari oleh berbagai kalangan

dan lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak sampai dewasa bahkan orang tua

sekalipun. Dilihat dari tabel 2.2 yang menjelaskan rentang usia permulaan olahraga

bulutangkis yaitu berkisar antara (8-9 tahun) dan spesialisasi antara (14-15 tahun),

maka untuk pola pembinaan olahraga bulutangkis semestinya harus sudah mulai dari

umur (8-9 tahun), sebagaimana telah dikemukakan oleh Djide (Hidayat, 2011:46)

yang mengatakan bahwa usia dini dalam pembinaan dan pelatihan bulutangkis rata-

rata berkisar antara (9-14 tahun), ini berarti sudah tentu untuk umur (9-14 tahun)

pembinaan dicabang olahraga bulutangkis harus sudah masuk spesialisasi kecabangan

olahraga khusus untuk menjadi atlet, sehingga atlet pada masa usia ini bisa dilatih dan

dibina untuk menjadi atlet top dimasa yang akan datang. Pendapat lain mengemukan

bahwa perkembangan fisik pada anak-anak antara usia 9-11 tahun menunjukkan

pertumbuhan yang steedy, otot-otot tumbuh cepat dan butuh latihan namun postur

tubuh cenderung belum bagus, oleh karena itu diperlukan latihan-latihan

pembentukan tubuh (Harsono dalam Hidayat, 2007:46), ini berarti pada masa

Page 24: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

35

usia ini anak sudah mulai bisa dilatih dan dibina dengan baik untuk

kecabangan olahraga.

Saat ini persaingan prestasi bulutangkis di dunia semakin ketat, terbukti

dibeberapa kejuaraan Internsaioanal. Negara-negara Eropa dan Amerika sudah

mulai bisa bersaing dengan Negara-negara yang ada di Benua Asia yang

biasanya mendominasi juara pada cabang bulutangkis, ini merupakan suatu

kemajuan yang sangat pesat, bahkan saat ini tercatat 160 negara yang tergabung

dalam organisasi bulutangkis internasional atau Badminton World Federation

(Hidayat, 2011:36). Dilihat dari hal tersebut pola pembinaan yang dilakukan oleh

beberapa negara sekarang sudah mulai maju dan berkembang.

Banyak faktor yang akan menentukan keberhasilan dalam pembinaan

olahraga bulutangkis, sehingga dalam upaya mencapai keberhasilan itu perlu

melaksanakan pembinaan atlet sedini mungkin, di Indonesia pembinaan atlet

untuk cabang olahraga biasanya dipusatkan dalam beberapa perkumpulan,

seperti sekolah-sekolah bulutangkis usia dini, klub-klub bulutangkis, pusdiklat

bulutangkis dan pelatnas bulutangkis. Perkumpulan tersebut merupakan

tempat-tempat pembinaan olahraga khususnya dalam cabang olahraga

bulutangkis, di Indonesia terdapat banyak sekolah dan klub-klub bulutangkis,

yang bisa menghasilkan atlet-atlet handal dan menjadi top dunia, seperti Taufik

Hidayat, Soni, Gerysa Polly, Maria Kristin. Mereka berlatih di klubnya

masing-masing terlebih dahulu sebelum masuk pelatnas dan menjadi juara

dikejuaraan-kejuaran baik ditingkat, cabang, daerah maupun nasional.

Page 25: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

36

Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Subarjah (Suhardiman,1997:12)

yang mengatakan bahwa ”pemain yang masuk pelatnas adalah mereka yang

memiliki prestasi baik dan telah teruji kualitas permainnya pada tingkat

nasional.”

Berdasarkan pendapat di atas pola pembinaan bulutangkis di Indonseia

berawal dari klub-klub atau sekolah-sekolah bulutangkis yang membina atlet-

atlet sehingga bisa menjadi atlet yang handal dan bisa mengikuti kejuaraan-

kejuaraan yang ada di Indonesia. Klub-klub yang ada di Indonesia misalnya

SGS PLN, Djarum Kudus, Mutiara, Tangkas Alfamart, Jayaraja Jakarta dll.

klub-klub ini yang biasanya menghasilkan atlet-atlet bulutangkis yang handal

dan menjadi top Dunia.

Berkenaan dengan sistem pembinaan olahraga usia dini, para ahli di

Kantor Menteri Negera Pemuda dan Olahraga dalam Hidayat (2011:43)

meluncurkan suatu panduan pembinaan dan pengembangan olahraga usia dini yang

dikenal dengan sistem piramidal. Selanjutnya sistem piramidal yang dimaksud

digambarkan berikut ini:

Senior, usia 20 tahun ke atas Pembinaan lanjut untuk perbaikan dan GOLDEN AGE mempertahankan prestasi puncak Dewasa, usia 17-20 tahun Tahap latihan pemantapan Lama latihan ± 3 tahun

Junior, usia 14 – 17 tahun Tahap latihan pembentukan Lama latihan ± 3 tahun

Pemula, usia 6 – 14 tahun Tahap latihan persiapan Lama latihan ± 4 tahun

Page 26: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

37

Gambar 2.4. Tahap Pembinaan Jangka Waktu 10 Tahun (Sumber: Harsuki dalam Hidayat, 2011:43).

Berdasarkan gambar 2.4 di atas pola pembinaan olahraga dilakukan

relatif dalam waktu jangka panjang yaitu sekitar 10 tahun, dengan di bagi

menjadi empat tahap yaitu (1) tahap latihan persiapan, (2) latihan pembentukan,

(3) latihan pemantapan, (4) tahap usia emas. Dan berdasarkan uraian diatas

pola pembinaan sejak usia dini sangatlah penting, ini bertujuan untuk mencari

bibit atlet yang handal yang bisa menjadi juara dan mengharumkan nama

Indonesia ditingkat internasional, oleh karena itu penulis memilih atlet usia 11-

13 tahun sebagai objek penelitian khususnya di klub-klub bulutangkis karena

sesuai dengan tahap pembinaan yang berbentuk piramidal diatas pada usia 11-13

tahun merupakan tahap dalam pembinaan bulutangkis.

B. Kepercayaan Diri ( Self Confident )

1. Definisi Kepercayaan Diri

Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting

dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka

sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka

tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya.Wijaya

(Rosita, 2010) mendefinisikan ‘kepercayaan diri sebagai kekuatan keyakinan mental

seseorang atas kemampuan dan kondisi dirinya dan mempunyai pengaruh terhadap

kondisi dan perkembangan kepribadian seseorang secara keseluruhan.’ Ada beberapa

Page 27: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

38

istilah yang terkait dengan persoalan kepercayaan diri yaitu ada empat macam,

diantaranya :

(a) Self-concept yaitu bagaiman kita menyimpulkan diri kita secara keseluruhan,

bagaimana kita melihat potret diri kita secara keseluruhan, bagaimana kita

mengkonsepsikan diri kita secara keseluruhan.

(b) Self-esteem yaitu sejauh mana kita punya perasaan positif terhadap diri kita,

sejauhmana kita punya sesuatu yang kita rasakan bernilai atau berharga dari

diri kita, sejauh mana kita meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat

atau berharga di dalam diri kita.

(c) Self efficacy yaitu sejauh mana kita punya keyakinan atas kapasitas yang kita

miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil

yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy, atau

juga, sejauhmana kita meyakini kapasitas kita dibidang kita dalam menangani

urusan tertentu, ini yang disebut dengan specific self-efficacy.

(d) Self-confidence yaitu sejauhmana kita punya keyakinan terhadap penilaian

kita atas kemampuan kita dan sejauh mana kita bisa merasakan adanya

kepantasan untuk berhasil. Menurut (James Neill, 2005) Self confidence

merupakan kombinasi dari self esteem dan self-efficacy.

Menurut Hidayat (2011: 22) “Istilah Kepercayaan diri atau rasa percaya diri

yang digunakan dalam naskah ini diterjemahkan dari self confidence, atau kepastian

diri (self assurance) dan pada dasarnya merupakan ekspresi dari penghargaan

seseorang terhadap dirinya sendiri.” Sedangkan Rahayu (Hidayat, 2011:23)

Page 28: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

39

menyebutkan bahwa kepercayaan diri mencakup aspek pasif dan aktif dari fungsi

diri. Berdasarkan pendapat diatas kepercayaan diri merupakan suatu kepribadian

yang dimiliki oleh setiap orang untuk bisa menghargai dirinya sendiri dan yakin

terhadap kemampuan dirinya sendiri.

Dalam konteks olahraga kepercayaan diri merupakan salah satu faktor

terpenting untuk bisa menampilkan perfoma atlet, Para ahli psikologis telah

memberikan definisi tentang percaya diri, Vealey & Chase (Machida, 2008)

mengemukakan bahwa“Self-confidence can be defined as the belief in one’s abilities

to achieve success and it often has been identified as a most important mental skill

for a success in sport by individuals.” Vealey & Chase mengemukakan bahwa

percaya diri dapat didefinisikan sebagai keyakinan pada kemampuan seseorang untuk

mencapai keberhasilan, dan sering telah diidentifikasi sebagai keterampilan mental

yang paling penting untuk mencapai keberhasilan dalam olahraga oleh individu yang

terlibat dalam olahraga kompetitif, termasuk atlet dan pelatih. Kepercayaan diri bisa

menampilkan keberhasilan sesuai dengan perilaku yang ingin kita lakukan, dalam arti

lain dengan adanya kepercayaan diri kita akan menjadi yakin dan bisa dalam

melakukan tugas-tugas yang akan kita kerjakan sesuai dengan yang kita harapkan

(Weinberg :1995), kepercayaan diri diyakini sebagai salah satu parameter psikologis

yang sangat penting dalam partisipasi olahraga (Adegbesan dalam Hidayat,

2011), bahkan beberapa pendapat mengemukakan bahwa kepercayaan diri

merupakan salah satu karakteristik psikologis yang mempengaruhi penampilan

olahraga (Taylor, 1995; Vealey, Hayashi, Holman, & Giacobbi, 1998; Jones &

Page 29: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

40

Hanton, 2001; Marten, Vealey dalam Hidayat, 2011). Menurut teori efikasi diri

yang dikemukakan oleh Bandura,1977,1986 (D.F. Shaw, et al, 2005) tentang

keyakinan diri (self efficacy) disebutkan bahwa keyakinan diri bukan stimulus

atau hadiah yang mendorong perilaku kita, melainkan penafsiran kita. Bandura

menyarankan bahwa kita tidak akan termotivasi untuk mencoba sesuatu kecuali kita

percaya bahwa memiliki kesempatan untuk berhasil. Kemudian pendapat lain dari

Weinberg & Gould ; Vealey & Chase (Hidayat, 2011) yang mengatakan bahwa

kepercayaan diri merupakan keterampilan psikologis yang memainkan peranan

penting dalam membantu prestasi atlet.

Berdasarkan dari beberapa pendapat tentang kepercayaan diri di atas dapat

dikemukakan bahwa kepercayaan diri merupakan salah satu kepribadian yang

dimiliki oleh semua orang, yakin dan percaya akan kemampuan yang dimilikinya,

karena itu kepercayaan diri merupakan salah satu faktor yang bisa mempengaruhi

kemampuan seseorang dalam mengerjakan sesuatu, bahkan dalam kontek olahraga

kepercayaan diri sangat dibutuhkan oleh para atlet, karena merupakan salah satu

faktor psikologis yang sangat penting dalam partisipasi olahraga, sehingga bisa

menampilkan perfoma yang maksimal dan mencapai prestasi yang diharapkan.

2. Komponen – Komponen Kepercayaan Diri

Menurut Vealey, et al. (1998) Kepercayaan diri dalam olahraga memiliki tiga

komponen, yaitu (1) Efisiensi kognitif (cognitive efficiency), (2) Latihan dan

keterampilan fisik (physical skill and training), (3) Serta resiliensi (resilience).

Page 30: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

41

Kemudian Cox (2007) mengemukakan bahwa ‘komponen efisiensi kognitif

berkenaan dengan tingkat keyakinan atlet tentang kemampuannya bahwa dirinya

secara mental dapat memfokuskan dan menjaga konsentrasinya serta membuat

keputusan yang tepat, dan mengelola pikirannya untuk keberhasilan penampilannya.’

Sedangkan komponen latihan dan keterampilan fisik berkenaan dengan tingkat

keyakinan atlet tentang kemampuan dirinya untuk mampu melakukan latihan dan

keterampilan yang bersifat fisik yang dibutuhkan untuk keberhasilan penampilannya.

Serta komponen resiliensi berkenaan dengan tingkat keyakinan atlet tentang

kemampuan dirinya untuk mampu fokus dan bangkit kembali setelah penampilannya

yang tidak memuaskan, mampu mengatasi berbagai masalah dan keraguan, serta

mampu untuk menampilan keterampilan dan permainan terbaiknya (Cox, 2007;

Vealey & Chase, 2008).

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Menurut Middlebrook (Rosita, 2010) ada empat faktor yang mempengaruhi

perkembangan kepercayaan diri, yaitu:

1. Pola Asuh

Keluarga merupakan faktor utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan anak dimasa yang akan datang. Dari ketiga pola asuh baik itu otoriter, demokratis, dan permisif, menurut Hurlock (dalam Mahrita, 1997) pola asuh demokratis adalah model yang paling cocok yang mendukung pengembangan percaya diri pada anak, karena pola asuh demokratis melatih dan mengembangkan tanggung jawab serta keberanian menghadapi dan menyelesaikan masalah secara mandiri.

2. Jenis Kelamin Peran jenis kelamin yang disandang oleh budaya terhadap kaum perempuan maupun laki-laki memiliki efek sendiri terhadap perkembangan

Page 31: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

42

rasa percaya diri. Perempuan cenderung dinggap lemah dan harus dilindungi, sedangkan laki-laki harus bersikap sebagai makhluk kuat, mandiri dan mampu melindungi.

3. Pendidikan Pendidikan seringkali menjadi ukuran dalam menilai keberhasilan seseorang. Berarti semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang semakin tinggi pula anggapan orang lain terhadap dirinya. Mereka yang memiliki jenjang pendidikan yang rendah biasanya merasa tersisih dan akhirnya tidak memiliki keyakinan akan kemampuannya. Sedangkan yang memiliki jenjang pendidikan yang tinggi semakin terpacu untuk menunjukan kemampuannya.

4. Penampilan Fisik Individu yang memiliki tampilan fisik yang menarik lebih sering diperlakukan dengan baik dibandingkan dengan individu yang mempunyai penampilan kurang menarik.

Kepercayaan diri merupakan suatu kepribadian yang dimiliki setiap orang

dengan tingkatan yang berbeda-beda. Sudarwati (2007:23) dalam bukunya tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan diri (self efficacy) mengatakan bahwa

”Keyakinan diri berkembang dari pengalaman-pengalaman seseorang dalam

menjalankan tugas.” Ini berarti ketika keberhasilan yang berturut-turut akan

meningkatkan keyakinan dalam mengerjakan tugas, sebaliknya ketika kegagalan

secara berturut-turut yang dialami oleh seseorang bisa menurunkan keyakinan dalam

melaksanakan tugasnya.

Dalam kaitannya dengan olahraga, kepercayaan diri menjadi salah satu faktor

penting untuk bisa menampilkan perfoma yang baik dan maksimal. Sudarwati

(2007:23) mengemukakan ada empat faktor yang membentuk keyakinan diri

seseorang atau atlet yaitu (1) Pengalaman yang sukses, (2) Mengamati orang lain,

(3) Persuasi verbal, (4) Kondisi Fisiologi.

Page 32: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

43

4. Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Keterampilan Olahraga.

Untuk bisa berprestasi maksimal dalam cabang olahraga atlet harus

mempunyai kondisi fisik dan mental yang prima, artinya atlet harus memiliki

kesiapan fisik maupun mental sebelum bertanding. Mental atlet sebelum pertandingan

harus dipersiapakan dengan baik, sehingga seluruh kemampuan jiwanya baik itu akal,

kemauan dan perasaannya, siap menghadapi tugas-tugas serta berbagai kemungkinan

yang akan terjadi dalam pertandingan. Salah satu temuan yang paling konsisten di

puncak literatur perfoma adalah korelasi yang signifikan antara kepercayaan diri dan

suksesnya penampilan olahraga (Feltz, 2007 dalam K. Hays et al, 2010).

Dalam kaitannya dengan olahraga, kepercayaan diri dapat mempengaruhi

perfoma atlet ketika bertanding. Beilock & Gray, 2007; Woodman & Hardy, 2001

(Woodman, et al, 2010) mengemukakan “ada hubungan positif antara kepercayaan

diri dan perfoma.” Dukungan untuk penelitian ini ada hubungan yang positif dan kuat

baik secara teoritis maupun empiris (Bandura, 1997; Bandura & Locke, 2003;

Martens, Vealey, & Burton,1990; Vealey, 1986, 2001; Woodman & Hardy, 2003

dalam Woodman, et al, 2010).

Teori lain mengemukakan tentang hubungan kepercayaan diri dengan

perfoma olahraga yaitu teori self efficacy Bandura, 1977, 1986 (D. F. Shaw et al,

2005), Bandura dengan penelitiannya menyebar ke seluruh psikolog olahraga untuk

menjelaskan pengaruh kepercayaan diri terhadap perfoma. Bandura mengatakan ada

Page 33: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

44

ratusan penelitian yang telah menunjukkan bahwa ada hubungan antara Keyakinan

diri (self efficiacy) dan perfoma dalam olahraga. Bandura menggambarkan teorinya

dalam bentuk gambar 2.5 tentang teori hubungan self efficacy dan perfoma olahraga.

Gambar 2.5

Self Afficacy Theory (Sumber : Bandura, 1977,1986 dalam D. F. Shaw et al, 2005)

Sebagaimana telah dikemukakan oleh Vealey (1998) bahwa Kepercayaan diri

dalam olahraga memiliki tiga komponen, yaitu (1) Efisiensi kognitif (cognitive

efficiency), (2) Latihan dan keterampilan fisik (physical skill and training), (3)

Resiliensi (resilience).

Pendapat lain mengemukakan tentang hubungan antara kepercayaan diri dan

perfoma dalam olahraga, Ibrahim (Darsono, 2011:21) mengatakan bahwa “percaya

diri merupakan penentu kritis pada penampilan seseorang, hubungan antara percaya

diri dengan penampilan dapat ditunjukan dengan kurva U terbalik.” Menurut Ibrahim

kepercayaan diri yang baik ditunjukan dengan peningkatan hingga pada titik optimal,

kemudian jika melebihi titik optimal, maka kepercayaan diri menurun bersamaan

Perpomance Accomplishme

Vicarious Experience

Verbal Persuasion

Physiological States

Efficacy

expectations

Behavior

Choice Effort Persistence

Thoghts Goal

Worry Attributions

Page 34: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

45

dengan penampilan, selain itu masalah penampilan dapat disebabkan oleh

kepercayaan diri yang rendah dan juga percaya diri yang berlebihan (over self

confident). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ibrahim (Darsono, 2011:21)

dan dapat dilihat dalam gambar kurva 2.6 dibawah ini:

High

Mode rate

Low

Performance Undercover Just Right Overconfident

Gambar 2.6 Kurva U Terbalik (Sumber : Ibrahim dalam Darsono, 2011:21 )

Dalam kaitannya dengan daya prediksi kepercayaan diri terhadap penguasaan

keterampilan olahraga, kepercayaan diri menjadi salah satu prediktor dalam

penguasaan keterampilan gerak. Ini sependapat dengan apa yang telah dikemukan

oleh Vealey et.al., (1998), dalam serangkain studinya Vealey et.al., (1998)

mengemukakan sembilan sumber yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri

seorang atlet, yaitu (1) mastery, (2) demonstration of ability, (3) physical and mental

preparation, (4) physical self-presentation, (5) social support, (6) vicarious

Page 35: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

46

experience, (7) coach’s leadership, (8) environmental confort, dan (9) situational

favorableness. Menurut vealey kesembilan sumber tersebut terbukti signifikan menjadi

prediktor kepercayaan diri atlet. Misalnya pada atlet renang, tenis lapangan, dan atletik

sepakbola (Adegbesan, 2007), dan 14 atlet olympiade dan kejuaraan dunia untuk

cabang rugby, hoki, menyelam, atletik, taekwondo, judo, renang, pentathlon, dan ski.

Berdasarkan beberapa pendapat dan penelitian yang sudah dilakukan para

ahli, kepercayaan diri merupakan salah satu faktor fsikologis yang bisa

mempengaruhi terhadap keterampilan dan perfoma yang dimiliki atlet. Dalan hal ini

beberapa para ahli dalam penelitiannya mengemukakan bahwa ada hubungan antara

kepercayaan diri dengan penguasaan keterampilan olahraga dan menjadi salah satu

prediktor dalam menampilkan perfoma yang maksimal.

C. Perbedaan Individu dalam Tingkat Kepercayaan Diri Bedasarkan Jenis

Kelamin

Tingkat kepercayaan diri adalah salah satu karakteristik psikologis yang

paling konsisten, dalam hal ini percaya diri diyakini menjadi aspek penting dari

psikologis individu atlet (Clifton & Gill, 1994), dari beberapa hasil penelitian telah

menunjukan bahwa tingkat kepercayaan diri sering membedakan atlet yang behasil

dan kurang berhasil (Gould, Weiss, & Weinberg, 1981; Highlen & Bennett, 1979;

Mahoney & Avener 1977; Weiss, Wiese, & Klint, 1988 dalam Clifton & Gill, 1994).

Ini dilihat dari prestasi yang dicapai oleh atlet itu sendiri, biasanya atlit yang

Page 36: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

47

mempunyai tingkat kepercayaan diri yang bagus bisa lebih baik dalam hal prestasi

dibandingkan atlit yang kurang begitu bagus dalam tingkat kepercayaan diri mereka.

Namun dalam kaitannya dengan jenis kelamin, kepercayaan diri mempunyai

perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Ini dilihat dari beberapa penelitian yang

membedakan tingkat kepercayaan diri berdasarkan jenis kelamin, hasil penelitian

psikologi olahraga menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan diri perempuan lebih

rendah dari pada laki-laki untuk perfoma gerak (Corbin, 1981; Corbin, Landers, Feltz,

& Senior, 1983; Corbin & Nix, 1979; Duquin, 1986; Petruzzello & Corbin, 1988;

Ryan & Pryor, 1976 dalam Clifton & Gill, 1994 ). Salain itu dalam penelitiannya

Rosita (2010:12) memberikan gambaran persentase perbandingan tingkat

kepercayaan diri laki-laki dan perempuan yang disajikan dalam tabel 2.7

Tabel 2.7 Perbandingan mean empirik berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentasi Mean Empirik

Kepercayaan Diri

Laki-laki

33

33%

76.57

Perempuan 67 67% 65.41

Total 100

100%

( Sumber : Rosita, 2010 : 15 )

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa laki-laki lebih percaya diri dibandingkan

perempuan. Seperti yang diungkapkan oleh Middlebrook (Rosita, 2010) yang

mengemukakan bahwa “perempuan cenderung dianggap lemah dan harus dilindungi,

Page 37: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

48

sedangkan laki-laki harus bersikap sebagai makhluk kuat, mandiri, dan mampu

melindungi sehingga berpengaruh terhadap rasa percaya diri.”

Dari beberapa hasil penelitian diatas, penulis dapat mengemukakan kembali

bahwa ada perbedaan tingkat kepercayaan diri berdasarkan jenis kelamin, hasil

analisis dari beberapa penelitian tersebut mengemukakan bahwa pada umumnya

laki-laki mempunya tingkat kepercayaan diri yang lebih bagus dari pada perempuan.

D. Perbedaan Individu Dalam Penguasaan Keterampilan Gerak (Motor Skill)

Berdasarkan Jenis Kelamin

Kemampuan gerak menurut Singer (Mahendra & Ma’mun, 1998 :143) adalah

“keadaan segera dari seseorang untuk menampilkan berbagai variasi keterampilan

gerak, khususnya dalam kegiatan olahraga.” Pada bagian awal tentang faktor pribadi

dikatakan bahwa setiap individu memiliki perbedaan dalam banyak hal dengan

individu lainnya (Mahendra & Ma’mun, 1998:142). Terbukti apabila kita melihat

pengalaman kita sehari-hari dan penyelidikan secara empirik pun menyatakan hal

yang sama tentang hal ini bahwa kemampuan individu memang berbeda-beda,

contohnya saja dari lingkungan kita sendiri, baik dalam lingkungan bermain maupun

dalam lingkungan sekolah, kita dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan yang bisa

membandingkan kemampuan kita dengan kemampuan seseorang lainnya, misalnya

dalam belajar keterampilan gerak, ada orang yang mampu belajar keterampilan gerak

dengan cepat, tapi ada juga orang yang nampak kesulitan ketika mereka belajar

keterampilan gerak. Singer (Mahendra & Ma’mun, 1998:142) menyatakan bahwa :

Page 38: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

49

Sumber perbedaan dalam hal keterampilan tersebut bisa bermacam-macam.

Hal itu bisa karena berbeda dalam hal fisik, kemampuan (abilities), gaya belajar, sikap, emosi, serta pengalaman-pengalaman masa lalu yang memiliki kaitan dengan tugas yang dipelajari. Kesemua faktor tadi memang saling berhubungan dan memberikan sumbangannya sendiri-sendiri terhadap penguasaan keterampilan.

Kemampuan gerak itu banyak macamnya, tidak hanya terbatas pada sesuatu

yang berhubungan langsung dengan keterampilan dalam bidang olahraga.

Kemampuan itu bisa dibedakan dari mulai ketajaman visual dan melek warna,

konfigurasi tubuh, kemampuan numerik, kecepatan reaksi, ketangkasan manual,

kepekaan kinestetis, dan banyak lagi, yang sebagian darinya melibatkan aspek-aspek

persepsi dan pembuatan keputusan, sedangkan yang lain melibatkan pengorganisasian

dan perencanaan gerak (Schmidt dalam Mahendra & Ma’mun, 1998: 143).

Penelitian dalam bidang kemampuan motorik telah dilakukan banyak orang.

Kusmiyanti (2010) melakukan penelitian tentang penguasaan keterampilan teknik

dasar bolavoli mini berdasarkan jenis kelamin, kusmayanti berpendapat bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam hal

penguasaan keterampilan gerak. Dengan rata-rata (skor siswa laki-laki = 170,30, rata-

rata skor siswa perempuan = 125,85 ). Selain itu pendapat lain dari Budiman (2011:6)

yang mengemukakan bahwa “perbedaan perkembangan kemampuan melempar antara

anak laki-laki dengan perempuan terjadi cukup besar.” Budiman bependapat

khususnya pada usia 13 tahun, kemampuan melempar pada anak perempuan

cenderung mengalami penurunan. Sementara pada anak laki-laki masih tetap

Page 39: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

50

mengalami peningkatan. Melihat dari beberapa pendapat di atas penulis dapat

mengemukakan kembali bahwa adanya perbedaan penguasaan keterampilan gerak

berdasarkan jenis kelamin, pada umumnya laki-laki mempunya tingkat penguasaan

keterampilan gerak yang lebik baik dari pada perempuan.

E. Kerangka Berfikir Olahraga bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang sudah banyak

digemari oleh banyak kalangan masyarakat, karena selain sudah popular juga

merupakan jenis olahraga permainan yang mudah dan dapat dimainkan oleh siapa

saja baik orang tua, maupun anak-anak, olahraga ini merupakan salah satu cabang

olahraga permainan yang dimainkan oleh dua orang yang saling berlawanan (tunggal)

atau empat orang yang saling berlawanan (ganda) yang bertujuan untuk memperoleh

angka dan kemenangan dengan cara menyebrangkan dan menjatuhkan satelkok

didaerah permainan lawan, Menjadi seorang pemain bulutangkis yang berprestasi

bukan pekerjaan yang mudah sebab dituntut memahami dan menguasai sejumlah

keterampilan fisik, teknik, taktik, dan psikologis secara efektif, efisien, dan simultan.

Secara umum keterampilan dasar permainan bulutangkis dapat dikelompokan

kedalam empat bagian yaitu (1) cara megang raket (grips), (2) sikap siap (stance atau

ready position), (3) gerak kaki (footwork), (4) gerak memukul atau strokes, namun

selain keterampilan-ketarampilan dasar bermaian bulutangkis salah satu faktor

psikologi yaitu kepercayaan diri menjadi modal utama untuk bisa menampilkan hasil

belajar keterampilan gerak dan perfoma ketika bertanding yang maksimal. Dalam hal

Page 40: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

51

ini prestasi olahraga itu tidak hanya tergantung kepada keterampilan teknik olahraga

dan kesehatan fisik yang dimiliki atlet yang bersangkutan saja, tetapi juga bergantung

pada keadaan-keadaan psikologi dan kesehatan mentalnya.

Kepercayaan diri merupakan salah satu kepribadian seseorang yang bisa

membuat suatu keyakinan terhadap kemampuan yang dimilikinya, dalam olahraga

kepercayaan diri dianggap mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar keterampilan

gerak atau perfoma yang maksimal, ini didukung dari beberapa penelitian tentang

kepercayaan diri yang mengatakan bahwa kepercayaan diri mempunyai peranan

penting dan memberi kontribusi terhadap perfoma atlet ketika bertanding serta

menjadi salah satu prediktor dalam menampilkan perfoma yang maksimal.

Semakin tinggi tingkat kepercayaan diri yang dimiliki atlet maka semakin

baik pula perfoma atau hasil belajar keterampilan gerak yang akan dihasilkan,

sebaliknya semakin rendah tingkat kepercayaan diri yang dimiliki atlet maka akan

berpengaruh pada perfoma atau hasil belajar keterampilan gerak yang dihasilkan

yaitu tidak maksimal. Oleh karena itu jika kepercayaan diri yang dimiliki atlet bagus

dan tidak over confident maka akan berpengaruh kepada hasil yang dicapai, yaitu bisa

menampilkan perfoma yang baik dan menampilkan keterampilan-keterampilan yang

dimiliknya secara maksimal.

F. Hipotesis

Setelah dilihat dari uraian di atas, maka penulis dapat menarik hipotesa awal

dari permasalahan penelitian ini, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:96)

Page 41: S JKR 0705027 Chapter2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0705027_chapter2(1).pdf · Pegangan ini seperti cara Inggris, tetapi raket diputar dengan setengah

52

yang mengemukakan bahwa ”Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian.” Berdasarkan rumusan masalah penelitian maka penulis

merumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada perbedaan tingkat kepercayaan diri antara siswa putra dengan siswa putri.

2. Ada perbedaan penguasaan keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis antara

siswa putra dengan siswa putri.

3. Kepercayaan diri merupakan salah satu prediktor dalam menampilkan hasil

penguasaan keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis.