RS1 2018 1 471 Bab2library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2018_1... · 2019. 5. 13. ·...
Transcript of RS1 2018 1 471 Bab2library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2018_1... · 2019. 5. 13. ·...
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian dan Jenis – Jenis Sepeda Motor
Kendaraan roda dua (Sepeda Motor) merupakan alat transportasi yang banyak
digunakan oleh penduduk Indonesia, karena nilai ekonomis dan efisiensi yang
dimiliki oleh sepeda motor tersebut. Nilai ekonomis dapat kita lihat dengan harga
sepeda motor yang relatif lebih terjangkau dibandingkan kendaraan roda empat, dan
penggunaan bahan bakar yang relatif lebih hemat dibandingkan kendaraan roda
empat. Sedangkan nilai efisiensi dapat kita lihat dengan kemudahan dan kelincahan
sepeda motor bila digunakan pada jalanan yang memiliki tingkat volume tinggi.
Terdapat beberapa jenis sepeda motor yang beredar di jalan raya, yaitu:
a) Sepeda Motor Kopling Manual
Sepeda motor kopling manual adalah mekanisme pemutusan tenaga mesin
menggunakan plat kopling yang dioperasikan secara manual melalui sebuah
tuas, biasanya tuas kopling terletak di handle stang sebelah kiri (Gambar 2.2).
Sepeda motor jenis ini memiliki kekuatan yang cukup besar, hal ini membuat
sepeda motor ini mampu melewati berbagai lintasan dengan mudah.
Gambar 2.1 Sepeda Motor Kopling Manual
(Sumber: Google, 2018)
Gambar 2.2 Tuas Kopling Manual
(Sumber: Google, 2018)
8
b) Sepeda Motor Kopling Ganda
Sepeda motor kopling ganda yaitu memiliki dua unit kopling sekaligus,
kopling centrifugal dan kopling manual. Dengan memiliki dua unit kopling,
maka sepeda motor ini menggunakan sistem transmisi manual yang artinya
tidak membutuhkan tuas kopling. Sepeda motor jenis ini memiliki kekuatan
tidak begitu besar, tetapi banyak dari sepeda motor jenis ini memiliki
keunggulan yaitu hemat bahan bakar.
Gambar 2.3 Sepeda Motor Kopling Ganda
(Sumber: Google, 2018)
c) Sepeda Motor Kopling Centrifugal
Sepeda motor kopling centrifugal disebut juga sebagai kopling otomatis,
karena memang jenis kopling ini bekerja secara otomatis tanpa perlu tuas
kopling. Awal mula pembuatan sepeda motor ini ditujukan untuk kalangan
wanita, akan tetapi para pembeli pria sangat tertarik dengan sepeda motor ini
karena memiliki kecepatan dan penggunaan yang mudah. Sepeda motor jenis
ini biasa disebut motor matic.
Gambar 2.4 Sepeda Motor Kopling Centrifugal
(Sumber: Google, 2018)
9
2.2 Umur Kendaraan Sepeda Motor
Sepeda motor merupakan alat transportasi yang paling diminati masyarakat di
Indonesia, hal ini terbukti bahwa populasi sepeda motor dari data 5 tahun terakhir
mencapai 73,92%. Devianti dkk (2015) menjelaskan bahwa umur kendaraan
berpengaruh terhadap konsentrasi emisi gas buang yang dihasilkan, hal ini
disebabkan oleh komponen – komponen mesin telah banyak mengalami proses
keausan, maka dari itu kendaraan seharus nya melakukan pengecekan berkala. Selain
itu, banyak kotoran – kotoran yang menempel di saringan udara. Pembatasan usia
kendaraan akan menekan tingkat kemacetan lalu lintas dan akan mengurangi emisi
gas buang, karena jika terjadi kemacetan lalulintas akan memperbesar emisi gas
buang karena terjadi pembakaran yang tidak sempurna. PT Yamaha Indonesia Motor
Manufacturing (YIMM, 2015) mengatakan pada dasarnya umur sepeda motor yang
beredar di Indonesia bisa mencapai lima tahun atau lebih, maka dari itu setelah pajak
5 tahun-an motor tersebut akan menurun harga jualnya.
2.2.1 Peraturan Batas Umur Sepeda Motor di Berbagai Negara
Singapura adalah merupakan negara maju urutan kedua setalah negara
Jepang. Meskipun memiliki luas wilayah terbilang kecil yaitu 721,5 km2 dengan 5,6
juta penduduk, Singapura berhasil menjadi negara maju dengan menetapkan
peraturan-peraturan yang efektif. Di kutip dari buku Monang Siahaan pada tahun
2015 “Rentenir Penolong Pedagang Kecil?”, bahwa pemerintah Singapura telah
menetapkan peraturan untuk batas umur kendaraan bermotor yaitu selama 15 tahun.
Bahkan pemerintah juga menetapkan peraturan kepada masyarakat untuk membayar
pajak kendaraan bermotor mereka sebesar dua kali lipat dari pajak awal, peraturan itu
dibuat agar jumlah banyaknya kendaraan yang melintas tidak melebihi dari kapasitas
jalan dan upaya untuk meminimalisir polusi udara yang dikeluarkan dari emisi gas
buang kendaraan bermotor. Peraturan ini adalah salah satu faktor yang menjadikan
Singapura menjadi negara maju seperti sekarang.
Indonesia sampai saat ini belum menetapkan peraturan tersebut, karena
pemerintah belum dapat memastikan apakah peraturan tersebut nanti nya akan
berdampak baik bagi masyarakat Indonesia. "Kendaraan pribadi kami sampai detik
ini belum ada regulasi yang menyatakan pembatasan usia kendaraan pribadi. Dinas
Perhubungan sekali lagi kami tidak bicara pengaturan kepemilikan kendaraan, kami
hanya mengatur penggunaannya saja," kata Wakil Kepala Dishub DKI Sigit
10
Widjatmoko di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis
(15/2/2018).
2.3 Pengertian Kapasitas Mesin
Istilah “cc” merupakan singkatan dari cubic centimeters yang merupakan
satuan metric untuk mengukur kapasitas mesin. Kapasitas mesin juga dikenal sebagai
“Engine Displacement” atau pemindahan mesin yang berarti perpindahan piston di
dalam silinder dari top dead centre (TDC) ke bottom dead centre (BDC) di dalam
siklus lengkap mesin. Kapasitas mesin juga diukur dalam liter yang sesuai dengan
cubic centimeters. Kapasitas mesin memaikan peran penting dalam menentukan
output mesin seperti tenaga mesin, torsi dan jarak tempuh. Kapasitas mesin adalah
volume atau ruang yang tersedia di dalam silinder untuk mengakomodasi campuran
udara dari bahan bakar sebuah kendaraan. (Carbiketech Community, 2018)
2.3.1 Menentukan Kapasitas Mesin
Pada penelitian ini, peneliti menentukan kapasitas mesin kendaraan sepeda
motor menggunakan data dari AISI. Data yang diambil adalah data kapasitas mesin
dari berbagai merk sepeda motor yang akan diteliti, yaitu:
a) Menentukan dari tipe kendaraan
• Honda
Tabel 2.1 Tipe Kapasitas Mesin Sepeda Motor Honda
Tipe Kapsitas Mesin Scoopy 108 BaAT 110
Vario 110 125 150
Supra 110 125 150
Spacy 110 Revo 110 Blade 125
Mega Pro 150 Verza 150
CBR 150 250
(Sumber: AISI, 2018)
11
• Yamaha
Tabel 2.2 Tipe Kapasitas Mesin Sepeda Motor Yahama
Tipe Kapasitas Mesin
Mio 110 125
Soul GT 115 125
Nouvo 110 Vega R 115
Fino 125 X-Ride 125 Xeon 125 Lexi 125
Jupiter 135 Byson 150 Vixion 150 Aerox 150 Nmax 150
(Sumber: AISI, 2018)
• Suzuki
Tabel 2.3 Tipe Kapasitas Mesin Sepeda Motor Suzuki
Tipe Kapasitas Mesin Shogun 110 Smash 115 Nex II 115 Hayate 125 Thunder 125 Skywave 125 Satria FU 150
(Sumber: AISI, 2018)
2.4 Pengertian Bahan Bakar
Bahan bakar merupakan suatu bahan organik yang apabila dibakar akan
menghasilkan panas dan energy (Munir, 2008). Bahan bakar adalah satu parameter
yang mempengaruhi hasil kadar emisi gas buang dari kendaraan (Kishor Shrestha,
Pramen P. Shrestha, and Geeta Shrestha, 2017) Pada umumnya, bahan bakar
merupakan suatu senyawa yang mengandung unsur hidrokarbon.
Bahan bakar yang digunakan dalam motor bakar dapat dibedakan menurut
wujudnya menjadi 3 kelompok, yaitu gas, cair, dan padat. Bahan bakar gas pada saat
ini biasanya berasal dari gas alam, sedangkan bahan bakar cair berasal dari hasil
12
penyulingan minyak bumi. Bahan bakar padat biasanya berupa batu bara. Adapun
kriteria utama yang harus dipenuhi bahan bakar yang akan digunakan dalam motor
bakar adalah sebagai berikut:
a) Proses pembakaran bahan bakar dalam silinder harus secepat mungkin dan
panas yang dihasilkan harus tinggi,
b) Bahan bakar yang digunakan harus tidak meninggalkan endapan atau deposit
setelah proses pembakaran, karena akan menyebabkan kerusakan pada
dinding silinder,
c) Gas sisa pembakaran harus tidak berbahaya pada saat dilepaskan ke atmosfer.
2.4.1 Jenis Bahan Bakar
Fuad (2017) menjelaskan bahwa bahan bakar yang digunakan pada kendaraan
bermotor dan didapatkan dari Pom Bensin (SPBU) terbagi menjadi 3 kelompok,
diantaranya adalah:
1. Bensin
Bahan bakar bensin dibagi menjadi beberapa jenis dengan perbedaan nilai
oktan dan kandungan timbal (Pb). Timbal pada bensin berfungsi untuk
menaikkan nilai oktan dengan senyawa organik yang dapat menghasilkan
partikel debu timbal. Semakin tinggi nilai oktan, maka bahan bakar lebih
lambat terbakar, sehingga tidak meninggalkan residu pada mesin yang bisa
mengganggu kinerjanya.
a. Bensin (Premium)
Bahan bakar ini yang banyak di konsumsi kendaraan yang menggunakan
mesin/motor bensin 4 langkah, 2 langkah dan dengan nilai oktan 88.
Bahan bakar ini memiliki warna kuning cerah. Bahan bakar jenis ini
sudah mulai menghilang dari pom bensin (SPBU) karena dinilai kurang
baik untuk kualitas kendaraan bermotor.
b. Bensin (Pertamax)
Bahan bakar ini dikonsumsi kendaraan dengan mesin/motor bensin 4
langkah dan dengan nilai oktan 92, hal ini disebabkan tuntutan teknologi
mekanisme engine dan sistem pendukung lainnya, sehingga engine dapat
beroperasi dengan baik menghasilkan tenaga sesuai spesifikasi engine
tersebut. Bahan bakar ini memiliki warna biru kehijauan.
13
c. Bensin (Pertamax Plus)
Bahan bakar jenis Pertamax Plus mempunyai nilai oktan 95, bahan bakar
ini dikonsumsi kendaraan dengan menggunakan mesin/motor bensin yang
menggunakan sistem engine management yang mengintegrasikan kerja
sistem pendukung dan menggunakan katalisator yang menekan emisi gas
buang sekecil mungkin. Bahan bakar ini memiliki warna merah
d. Bensin (Pertalite)
Bahan bakar jenis Pertalite awal diluncurkan pada tanggal 24 Juli 2015,
dan dengan target kendaraan yang sama dengan bahan bakar jenis
Premium. Bahan bakar jenis ini memiliki nilai oktan 90 dan berwarna
hijau terang yang didapatkan dari campuran bahan bakar Premium dan
Pertamax.
2. Solar
Bahan bakar solar yang digunakan pada kendaraan dengan mesin/motor
diesel baik 2 langkah dan 4 langkah membutuhkan nilai cetana yang tinggi,
nilai cetane yang dipersyaratkan untuk motor-motor diesel adalah 45. Untuk
motor diesel dengan high performance atau dengan diesel engine
management menuntut nilai cetane mencapai 50.
3. Gas
Bahan bakar gas yang tersedia di beberapa pom bensin di kota-kota besar
yangdapat dikonsumsi motor/mesin bensin dan diesel (masih uji coba) terdiri
dari CNG (Compressed Natural Gas) dan LPG (Liquified Petroleum Gas).
2.5 Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor
Menurut Aden (1996), gas merupakan gabungan antara asap kotor dan bau
yang tidak sedap, dan banyak diantaranya merupakan sumbangan dari emisi gas
buang kendaraan bermotor. Emisi dari kendaraan bermotor berkontribusi besar
dalam polusi udara di wilayah metropolitan (John, 2012). Sedangkan Polusi menurut
Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 192 adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain
ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia
atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
14
dengan peruntukan nya, salah satu sumbernya adalah sumber bergerak yaitu
kendaraan bermotor.
Di Indonesia khususnya di Jakarta, kemajuan di bidang transportasi semakin
mengalami peningkatan. Hal ini dapat terjadi karena saat ini jumlah kendaraan
bermotor semakin bertambah. Kemajuan di bidang transportasi mengakibatkan
beberapa dampak negatif yaitu semakin padatnya volume kendaraan bermotor di
jalan raya dan menimbulkan tingkat kadar polusi udara yang terus meningkat.
Penggunaan bahan bakar sebagai penggerak kendaraan dan juga sebagai sistem
ventilasi mesin yang menyebabkan gas buangan dari knalpot yang merupakan
gabungan dari ratusan gas dan aerosol yang menjadi penyebab utama terjadinya
polusi udara. Polutan yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor diantaranya adalah
karbon monoksida (CO), Hidrokarbon (HC) nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida
(SO2), karbon dioksida (CO2) dan timbal (Pb). Pada penelitian ini hanya
memfokuskan meneliti gas CO dan HC, karena gas tersebut paling berbahaya yang
akan berdampak ke lingkungan dan kesehatan manusia.
2.5.1 Karbon Monoksida (CO)
CO atau karbon monoksida adalah gas yang tidak berbau, berwarna dan juga
tidak terasa. Sumber utama yang dapat menghasilkan karbon monoksida (CO)
tersebut berasal dari asap knalpot kendaraan terutama yang mesin yang berbahan
bakar bensin (Depkes RI, 2009). CO terdiri dari satu atom karbon yang secara
kovalen terikat dengan satu atom oksigen lainnya. Di dalam ikatan ini, terdapat 2
ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dengan
oksigen. CO memainkan peran penting dalam teknologi modern yaitu sebagai
prekursor senyawa karbon. Karbon monoksida berasal dari pembakaran tak
sempurna dari senyawa karbon yang sering juga terjadi pada pembakaran yang
nantinya menyebabkan pencemaran kualitas udara. Pencemaran kualitas udara dari
kendaraan bermotor memberikan 70% karbon monoksida (CO) yang sudah tersebar
di daerah perkotaan (Ramli, Hanami, Pasra, Hustim, 2018). Oleh sebab itu, karbon
monoksida (CO) merupakan salah satu gas yang berbahaya baik bagi lingkungan
maupun bagi makhluk hidup.
(Tugaswati, 2007) Karbon monoksida dapat terikat dengan hemoglobin darah
lebih kuat dibandingkan dari oksigen membentuk karboksihemoglobin (COHb),
sehingga menyebabkan terhambatnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Gas CO
15
diketahui dapat mempengaruhi kerja jantung, sistem syaraf pusat, janin, dan semua
organ tubuh yang peka terhadap kekurangan oksigen.
2.5.2 Hidrocarbon (HC)
Bensin adalah senyawa hidrokarbon, jadi setiap HC yang didapat di gas
buang kendaraan menunjukkan adanya bensin yang tidak terbakar dan terbuang
bersama sisa pembakaran. Apabila suatu senyawa hidrokarbon terbakar sempurna
(bereaksi dengan oksigen) maka hasil reaksi pembakaran tersebut adalah
karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Walaupun rasio perbandingan antara udara dan
bensin (AFR=Air-to-Fuel-Ratio) sudah tepat dan didukung oleh desain ruang bakar
mesin saat ini yang sudah mendekati ideal, tetapi tetap saja sebagian dari bensin
seolah-olah tetap dapat bersembunyi dari api saat terjadi proses pembakaran dan
menyebabkan emisi HC pada ujung knalpot cukup tinggi. (Hindawi, 2017)
Hidrokarbon (HC) merupakan salah satu gas buang berbahaya yang dihasilkan oleh
kendaraan bermotor, karena dapat menimbulkan tumor pada organ lain selain paru.
2.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Emisi Gas Buang
Ismiyati (2014) menjelaskan bahwa terdapat faktor penting yang
menyebabkan dominan nya pengaruh sektor transportasi terhadap kualitas udara
perkotaan di Indonesia antara lain:
a) Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial).
b) Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada
(misalnya jalan yang sempit).
c) Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya
kegiatan-kegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota.
d) Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada,
misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota.
e) Kesamaan waktu aliran lalu lintas.
f) Umur dan kapasitas mesin kendaraan bermotor.
g) Faktor perawatan kendaraan.
h) Jenis bahan bakar yang digunakan.
i) Jenis permukaan jalan dan struktur pembangunan jalan.
j) Siklus dan pola mengemudi (driving pattern).
16
Terdapat 10 faktor yang mempengaruhi emisi gas buang, pada penelitian ini
peneliti memilih 3 faktor yang memfokuskan pada objek yang akan diteliti, dimana
didalam penelitian ini adalah kendaraan sepeda motor. Dan dalam hal pengambilan
variabel yang akan teliti juga meninjau dari penelitian terdahulu yang menguji pada
kendaraan kendaraan umum dan kendaraan mobil yang meninjau variabel serupa
yang akan digunakan untuk validasi hasil. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor
kapasitas mesin, jenis bahan bakar, dan umur kendaraan.
2.7 Dampak Emisi Gas Buang
Emisi gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dapat
meningkatkan kadar tercemarnya udara. Dampak yang ditimbulkan dari emisi gas
buang kendaraan bermotor berupa uap dan asap yang dapat mempengaruhi
pernafasan, penglihatan dan IQ yang berkurang. Emisi dari gas buang kendaraan
bermotor juga dapat berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan. Tugaswati
(2007) menjelaskan bahwa beberapa senyawa yang telah terkandung dalam emisi gas
buang kendaraan bermotor dapat berubah karena terjadinya suatu reaksi setelah
berada di udara. Proses reaksi tersebut ada yang berlangsung cepat dan terjadi saat
itu juga di jalan raya, ada juga yang berlangsung dengan lambat. Bahaya gas buang
kendaraan bermotor terhadap kesehatan tergantung dari toksitas (daya racun)
masing-masing senyawa dan seberapa luas masyarakat terekspos olehnya.
Dampak bahan pencemar yang terkandung di dalam gas buang kendaraan
bermotor digolongkan sebagai berikut:
a) Bahan-bahan pencemar yang terutama mengganggu saluran pernafasan. Yang
termasuk dalam golongan ini adalah oksida sulfur, partikulat, oksida nitrogen,
ozon dan oksida lainnya.
b) Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik, seperti
hidrokarbon monoksida dan timbel/timah hitam.
c) Bahan-bahan pencemar yang dicurigai menimbulkan kanker seperti
hidrokarbon.
d) Kondisi yang mengganggu kenyamanan seperti kebisingan, debu jalanan, dll.
17
2.8 Uji Emisi Gas Buang
Uji emisi gas buang kendaraan bermotor adalah proses pengukuran kadar dari
senyawa-senyawa yang terkadung di dalam emisi gas buang kendaraan bermotor. Uji
emisi gas buang dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik dari emisi gas buang
kendaraan bermotor, Selanjutnya hasil dari uji emisi gas buang ini dapat digunakan
untuk pengendalian dan penyusunan regulasi terhadap emisi buang kendaraan
bermotor. Pada negara-negara yang memiliki standar emisi gas buang kendaraan
yang ketat, ada 5 unsur dalam gas buang kendaraan yang akan diukur yaitu senyawa
HC, CO, CO2, O2 dan senyawa NOx. Sedangkan pada negara-negara yang standar
emisinya tidak terlalu ketat, hanya mengukur 4 unsur dalam gas buang yaitu senyawa
HC, CO, CO2 dan O2, termasuk Indonesia. (Gunandi, 2010). Di Indonesia, cara uji
emisi gas buang kendaraan bermesin bensin kategori M, N dan O pada kondisi idle
menggunakan SNI 19-7118.3-2005. Kondisi idle yang dimaksud yaitu:
a) Sistem kontrol bahan bakar (misal: choke, akselerator) tidak bekerja;
b) Posisi transmisi netral untuk kendaraan manual atau semi otomatis;
c) Posisi transmisi netral atau parkir untuk kendaraan otomatis;
d) Perlengkapan atau asesoris kendaraan yang dapat mempengaruhi putaran
tidak dioperasikan atau dapat dijalankan atas rekomendasi manufaktur.
Pengujian idle dilakukan dengan cara menguji kadar gas buang kendaraan
bermotor dengan alat uji gas analyser yang mengukur kandungan karbon monoksida
(CO) dan hidrokarbon (HC).
2.9 Metode Observasi
Arikunto (2006) menjelaskan bahwa observasi merupakan salah satu metode
dalam pengumpulan data yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha
pengamatan secara langsung ke tempat yang akan diteliti. Metode observasi ini
memungkinkan peneliti untuk menggambarkan situasi yang ada sesuai dengan
kejadian sebenarnya (Erlandson, David, Harris, Edward, Skipper, Barbara, Allen,
Steve, 1993). Pengamatan yang dilakukan saat berada di lapangan pun tidak hanya
melihat-lihat saja, melainkan perlu menggunakan semua panca indera untuk
meresapi apa yang benar-benar terjadi saat itu. Pada saat melakukan metode
observasi ini, peneliti diharuskan untuk memiliki catatan yang dinamakan panduan
observasi. Catatan tersebut dapat berupa tulisan, rekaman, maupun video yang berisi
subjek dan gejala-gejala yang harus diamati.
18
Hasyim (2017) menjelaskan bahwa ada beberapa tahapan dalam melakukan
proses observasi, yaitu:
a) Pertama adalah pemilihan (selection). Pemilihan (selection) di dalam hal ini
memfokuskan pengamatannya baik secara sengaja atau tidak sengaja. Pada
tahap ini, peneliti diharuskan sudah memilih data apa saja yang akan diamati,
dicatat dan juga disimpulkan.
b) Kedua adalah pengubahan (provacation). Pada tahap ini, observasi yang
dilakukan bersifat aktif, dimana peneliti dapat mengubah perilaku dengan
kesengajaan berdasarkan kondisi di lapangan.
c) Ketiga adalah pencatatan (recording). Pada tahap ini, peneliti diharuskan
untuk mencatat dan juga merekam segala kejadian di lapangan.
d) Keempat adalah pengkodean (encoding). Pada tahap ini, peneliti diharuskan
untuk menyederhanakan catatan-catatan melalui metode reduksi data (Miles
dan Huberman, 1992). Sehingga dengan melakukan tahapan ini dapat
memudahkan peneliti dalam mengolah data.
Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara kapasitas mesin
terhadap emisi gas buang yang dihasilkan oleh sepeda motor, dengan objek yang
diobservasi berupa faktor kapasitas mesin, jenis bahan bakar, dan umur kendaraan.
2.10 Metode Teknik Sampling
Cochran (1977) menjelaskan bahwa teori dasar dalam teknik sampling
merupakan rancangan sampling yang dapat menghemat tenaga, biaya dan juga waku
tetapi tetap tidak mengurangi keakuratan data yang diambil dan juga informasi yang
diperoleh dengan menggambarkan karakteristik populasi dengan baik. Pengambilan
sampel memungkinkan peneliti untuk mendapatkan gambaran yang representative
tentang populasi tanpa harus mempelajari seluruh populasiSehingga sample yang
sudah didapat tersebut dapat menggambarkan populasinya.
2.10.1 Teknik Pengambilan Sampling
Terdapat beberapa cara dalam melakukan teknik pengambilan sampel. Teknik
pengambilan sampel tersebut di bagi atas 2 kelompok besar:
19
1. Probability Sampling (Random sample)
Teknik pengambilan sample dengan metode dilakukan dimana pengambilan
sampel dipilih secara random. Sehingga setiap unit dari sampel yang diambil
dari suatu populasi memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai
sampel. Teknik pengambilan sampel dengan metode ini sangat menghindari
pemilihan atau penunjukan sampel atas pertimbingan peneliti agar tidak
terjadi bias. Beberapa keuntungan yang didapat dengan melakukan Teknik
pengambilan sampel dengan metode ini diantaranya adalah besar sampel yang
dipilih dapat dihitung secara statistik, derajat kepercayaan terhadap sampel
dapat ditentukan dan dapat diketahui perbedaan parameter populasi dengan
statistik sampel.
Terdapat 5 cara pengambilan sampel yang termasuk secara random:
a. Sampel Random Sederhana (Simple random sampling)
Metode ini dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap
anggota populasi untuk menjadi anggota sampel
b. Sampel Random Sistematik (Systematic random sampling)
Metode ini dilakukan dengan proeses pengambilan sampel yang diambil
dari titik awal yang dipilih secara random.
c. Sampel Random Berstrata (Tratified random sampling)
Metode dilakukan dimana populasi dibagi strata-strata yang kemudian
pengambilan sampel dilakukan dalam strata. Metode ini dapat dilakukan
baik secara simple random sampling maupun systematic random
sampling.
d. Sampel Random Berkelompok (Cluster sampling)
Metode ini dilakukan dengan proses pengambilan sampel terhadap
sampling unit, sampling unit di dalam hal ini terdiri dari satu kelompok.
Sehingga setiap individu di dalam kelompok yang terpilih akan diambil
sebagai sampel.
e. Sampel Bertingkat (Multi stage sampling)
Metode ini dilakukan dengan proses pengambilan sampel bertingkat dua
maupun lebih.
20
2. Non probability sampling (Non random sample)
Teknik pengambilan sampel dengan metode ini dilakukan dengan tidak
menghiraukan prinsip probability, dimana metode ini dilakukan dengan tidak
memilih sampel secara random. Sehingga hasil yang diharapkan dengan
metode ini merupakan gambaran kasar yang nyata dari suatu keadaan yang
ingin diteliti.
Terdapat 3 cara pengambilan sampel yang termasuk tidak secara random:
a. Sampel dengan Maksud (Purposive sampling)
Metode ini dilakukan atas dasar pertimbangan penelitinya saja yang sudah
menganggap bahwa unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel
yang sudah diambil
b. Sampel tanpa sengaja (Accidental sampling)
Metode ini dilakukan tanpa direncanakan terlebih dahulu. Sehingga hasil
sampel yang dipilih juga tidak berdasarkan pertimbangan yang dapat
dipertanggung jawabkan. Hasil yang didapat dengan menggunakan metode
ini bersifat kasar dan sementara
c. Sampel berjatah (Quota sampling)
Metode ini dilakukan dengan pengambilan sampel yang berdasarkan dari
pertimbangan penliti. Kriteria dan jumlah dari ukuran sampel telah
direncanakan dan ditentukan terlebih dahulu. Cara ini dipergunakan ketika
peneliti sudah memahami situasi daerah yang akan ditelitinya.
Pada penelitian ini menggunakan Teknik Sampling Non Probability Sampling
dengan tipe sampel berjatah. Karena proses pengambilan sampel dilakukan secara
tidak acak dan diharapkan merupakan gambaran kasar yang nyata dari suatu
keadaan, dan objek yang diteliti telah direncanakan yaitu beberapa kapasitas mesin
dari 3 merk sepeda motor dengan jenis bahan bakar Pertamax, Pertalite, dan
Premium.
2.11 Metode Analisis Korelasi dan Regresi
Ghozali (2016) menyatakan bahwa, “Hasil analisis regresi adalah berupa
koefesien untuk masing-masing variabel independen. Koefisien ini di peroleh dengan
cara memprediksi nilai variable dependen dengan suatu persamaan. Koefesien
21
regresi di hitung dengan dua tujuan sekaligus: pertama, meminimumkan
penyimpangan antara nilai aktual dan nilai estimasi variabel dependen berdasarkan
data yang ada. Ghozali (2016) juga mengatakan bahwa, “Analisis korelasi bertujuan
untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linear antara dua variabel. Korelasi
tidak menunjukkan hubungan fungsional atau dengan kata lain analisis korelasi tidak
membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen.
Metode ini digunakan untuk mengnalisa hubungan antara tingkat kadar polusi
(CO) dan (HC) dengan faktor kapasitas mesin, jenis bahan bakar, dan umur
kendaraan sepeda motor. Dalam hal ini, untuk mengetahui hubungan antara tingkat
kadar polusi (CO) dan (HC) dengan faktor kapasitas mesin, jenis bahan bakar, dan
umur kendaraan sepeda motor adalah dengan menggunakan metode analisis Korelasi
dan Regresi. Hubungan antar variabel dapat berbentuk searah (+) atau terbalik (-).
Sementara nilai koefisien korelasi berkisar antara -1 sampai +1. Koefisien korelasi
bernilai + (searah), dalam model regresi bermakna semakin tinggi nilai X maka
semakin tinggi nilai Y. Koefisien korelasi bernilai - (terbalik), dalam model regresi
bermakna semakin tinggi nilai X maka semakin rendah nilai Y. Bila nilai koefisien
korelasi signifikan, usaha selanjutnya yaitu melihat bentuk hubungan antara kedua
variabel tersebut (dependen – independent). Koefisien regresi bertujuan untuk
mendapatan persamaan garis yang dibentuk dari kedua variabel. (Saragih, dan
Yusandy 2013).
Dalam melakukan analisis korelasi akan dilihat nilai correlation yang didapat
dari hasil program spss termasuk dalam tingkat yang mana di dalam pedoman derajat
hubungan. Tabel 2.2 menunjukan nilai pedoman derajat kolerasi.
Tabel 2.2 Pedoman Derajat Korelasi
Nilai Pearson Correlations Tingkat Hubungan 0,00 s/d 0,20 Tidak Ada Korelasi 0,21 s/d 0,40 Korelasi Lemah 0,41 s/d 0,60 Korelasi Sedang 0,61 s/d 0,80 Korelasi Kuat 0,81 s/d 1,00 Korelasi Sempurna
(Sumber: Raharjo, 2014)
Kemudian analisis regresi menggunakan uji signifikasnsi keseluruhan dari
regresi sampel (uji statistik F). Menurut Ghozali (2016) uji ini dilakukan bertujuan
untuk mengetahui apakah variabel independen secara keseluruhan atau simultan
22
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini
digunakan statistik f dengan kriteria pengambilan keputusan dengan cara.
Membandingkan nilai f hasil perhitungan yang didapat dari hasil program spss
dengan nilai f menurut Tabel. Bila nilai f hitung lebih besar daripada nilai f Tabel,
maka hipotesis diterima. Atau nilai sig lebih kecil dari nilai α maka hipotesis
diterima.
Lalu melakukan uji signifikan parameter individual (uji statistik T). Menurut
Ghozali (2016) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Dengan cara membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis
menurut Tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan
nilai t Tabel, kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu
variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Atau nilai
sig lebih kecil dari nilai α maka hipotesis diterima.
2.12 Menentukan Jumlah Sampel
Sugiyono (2011:73) menjelaskan bahwa sampel merupakan bagian dari
jumlah dua karakteristik yang dimiliki oleh populasi, sehingga sampel yang tersebut
harus benar-benar mewakili representative dari populasinya.
Pada penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan rumus Slovin
karena dalam penarikan sampel, jumlah dari sampel tersebut harus representative
agar hasil penelitian digeneralisasikan. Rumus slovin adalah sebuah rumus yang
diformulasikan untuk menghitung jumlah sampel minimal apabila letak atau jumlah
populasi tidak diketahui secara pasti (Sevilla, 2007)
Rumus yang digunakan dalam pengambilan sampel ini berdasarkan rumus
Slovin yang dikutip oleh Husein Umar (2011:78), yaitu
Dimana:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = nilai error
23
2.13 Alat Uji Emisi Gas Buang
Gas Analyzer Brain Bee AGS-688 adalah adalah penganalisis gas yang
digunakan untuk mengukur konsentrasi gas dalam pembuangan mesin bensin. Ini
dapat digunakan baik untuk pemeriksaan knalpot dalam tes wajib secara berkala dan
untuk layanan dan pemeliharaan biasa operasi pada mesin bensin. Alat untuk
pengujian emisi gas buang yang memfokuskan untuk mengukur kadar emisi gas
buang CO dan HC. Adapun beberapa fungsi lainya yaitu:
a) Mengetahui efektivitas proses pembakaran bahan bakar pada mesin dengan
cara menganalisis kandungan karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC)
yang terkandung di dalam gas buang.
b) Kerusakan kendaraan bisa terdeteksi dari hasil uji emisi, dengan cara melihat
tingginya kandungan hidrokarbon (HC). Hal itu terjadi bisa karena berbagai
faktor, seperti:
1. Kebocoran pada sistem vakum;
2. Sistem pengapian yang tidak bekerja dengan baik;
3. Kerusakan pada engine control unit;
4. Kerusakan pada oksigen sensor;
5. Gangguan pada sistem pasokan udara;
6. Adanya kerusakan pada catalytic converter;
7. Kerusakan mekanis pada bagian dalam mesin seperti klep, mesin, ring,
atau silinder:
c) Tingginya kandungan Karbon Monoksida (CO) mampu mendeteksi
kerusakan kendaraan. Hal itu juga terjadi karena berbagai faktor:
1. Bisa karena karburator tidak bekerja dengan baik;
2. Filter udara kotorKerusakan pada sistem choke karburator;
3. Kerusakan pada sistem Thermostatic Air Cleaner:
24
Gambar 2.5 Alat Uji Emisi Gas Buang
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
Gambar 2.6 Ambang Batas Gas CO dan HC
(Sumber: PERMENLH, 2006)
2.14 Roadmap Penelitian
Pada penelitian ini, tentunya referensi dibutuhkan. Sehingga penulis membuat
suatu rangkuman dari beberapa jurnal yang sudah meneliti beberapa jenis material
yang serupa. Hal ini juga menjadikan acuan dasar dan pembanding dengan penelitian
sebelumnya. Berikut ini adalah beberapa jurnal yang diteliti yang ada pada Tabel 2.2
dan Tabel 2.3.
25
Tabel 2.3 Roadmap Penelitian Terdahulu
Indikator Penelitian P.N. Ndoke and O. D. Jimoh
(2005)
F. I. Abam
(2009)
Sandri Linna Sengkey
(2011)
Iin Irawati
(2015)
Irwinsyah Marsudi
Gorahe
(2015)
Topik
Impact of Traffic Emission
on Air Quality in A
Developing City of Nigeria
Vehicular Emissions and
Air Quality Standards in
Nigeria
Tingkat Pencemaran
Udara CO Akibat Lalu
Lintas Dengan Model
Prediksi Polusi Udara
Skala Mikro
Analisis Emisi Gas
Buang Kendaraan
Bermotor Pada Kawasan
Pasar Traditional Dengn
Pendekatan
Mikrosimulasi
Pemodelan Hubungan
Antara Arus Lalu Lintas
Dan Polusi Udara (CO)
Lokasi Minna, Nigeria Calabar, Nigeria Jalan Sam Ratulangi,
Manado
Pasar Mranggen,
Semarang
Jalan Sam Ratulangi,
Manado
Jenis Kendaraan Mobil, Motor Mobil, Motor Mobil, Motor Mobil, Motor Mobil, Motor
Metode Kuesioner, Eksperimental Survey, Eksperimental Survey, Dispersi Survey, Mikrosimulasi Survey, Regresi Linear
Berganda
Hasil
Kota Minna masih aman dari
polusi udara oleh kendaraan
bermotor
Gas buang kendaraan
bermotor menjadi
sumber dominan yang
membuat kesehatan
masyarakat terganggu
Keseluruhan konsentrasi
polutan CO yang
ada di udara, 80,22% -
92,00% berasal dari
kendaraan bermotor.
Nilai polutan CO dan
NOx berada di atas
ambang batas kadar
normal
Untuk mengurangi kadar
polusi (CO), perlu
ditanami pohon-pohon
rindang
26
Tabel 2.4 Roadmap Penelitian Terdahulu
Indikator
Penelitian
Devianti Muziansyah, Rahayu
Sulistyorini & Syukur Sebayang
(2015)
Rudatin Ruktiningsih
(2014)
Zairipan Jaya
(2017)
M.Raditya Wibowo
(2018)
Topik
Model Emisi Gas Buangan
Kendaraan Bermotor Akibat
Aktivitas
Transportasi
Kajian Hubungan Volume
Lalu Lintas Terhadap
Emisi Gas Buang
Kendaraan DI Ruas Jalan
Majapahit Semarang
Analisis Pengaruh Lalu
Lintas Kendaraan
Bermotor Di Jalan
Pelabuhan Terhadap Mutu
Udara Ambien
Analisis Pengaruh
Kapasitas Mesin Sepeda
Motor Terhadap Emisi
Gas Buang Di Wilayah
Jakarta Barat
Lokasi Terminal pasar bawah Ramayana,
Bandar Lampung Jalan Majapahit, Semarang
Pelabuhan Krueng
Geukuh, Aceh Wilayah Jakarta Barat
Jenis Kendaraan Mobil, Motor Mobil, Motor Mobil, Motor Motor
Metode Survey, Regresi Linear Berganda Survey, Kuantitatif Survey, Prediksi
Observasi, Teknik
Sampling, Korelasi
Regresi
Hasil
Emisi gas buang kendaraan sangat
dipengaruhi oleh perawatan, dan
kapasitas mesin
Konsentrasi CO berkisar
antara 5.5-8 ppm, masih di
bawah ambang batas di
Jawa Tengah
Prediksi polutan CO dan
NO2 tahun 2014-2017
pada jalan tersebut berada
dibawah baku mutu udara
ambien nasional
Mengetahui hubungan
antara kapasitas mesin,
jenis bahan bakar, dan
umu kendaraan terhadap
emisi gas buang
1