Rhinosinusitis Thtkl.doc

download Rhinosinusitis Thtkl.doc

of 46

Transcript of Rhinosinusitis Thtkl.doc

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    1/46

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang

    Manusia mempunyai beberapa rongga di sepanjang atap dan bagian

    lateral rongga hidung. Rongga-rongga ini diberi nama sinus yang kemudian diberi

    nama sesuai dengan letaknya yaitu sinus maxillaris, sinus frontalis, sinus sfenoidalis

    dan sinus ethmoidalis.

    Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dokter

    sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan

    tersering di seluruh dunia.

    Kejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga

    sinusitis sering juga disebut rhinosinusitis. Rhinosinusitis adalah penyakit inflamasi

    yang sering juga ditemukan dan mungkin akan terus meningkat prevalensinya.

    Rhinosinusitis dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup yang berat, sehingga

    penting bagi dokter umum atau dokter spesialis untuk memiliki pengetahuan yangbaik mengenai definisi, gejala, dan metode diagnosis dari penyakit rhinosinusitis.

    Menurut American Academy of Otolaryngology - Head & Neck Surgery

    !""#$, istilah sinusitis lebih tepat diganti dengan rinosinusitis karena dianggap lebih

    akurat dengan alasan secara embriologis mukosa sinus merupakan lanjutan mukosa

    hidung, sinusitis hampir selalu didahului dengan rinitis dan gejala-gejala obstruksi

    nasi, rinore dan hiposmia dijumpai pada rinitis ataupun sinusitis serta sinus paranasal

    merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala sehingga terbentuk rongga yang

    letaknya di sekitar hidung dan bermuara ke dalam rongga hidung.

    %erjadinya rhinosinusitis dapat diakibatkan oleh virus, bakteri maupun jamur.

    &erdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hampir '() kasus ditemukan

    Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenza, dan Streptococcus group A.

    Selain itu dapat juga disebabkan peradangan di sekitar sinus paranasal seperti radang

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    2/46

    2

    mukosa hidung yang menjalar melalui ostium sinus$, radang tenggorok menjalar

    melalui adenoid dan tonsil$ atau infeksi gigi-geligi.

    %atalaksana dan pengenalan dini terhadap rhinosinusitis ini menjadi penting

    karena hal diatas. *+alnya diberikan terapi antibiotik dan jika telah begitu hipertrofi,

    mukosa polipoid dan atau terbentuknya polip atau kista maka dibutuhkan tindakan

    operasi.

    1.2 Tujuan Penulisan

    %ujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui anatomi, fisiologi,

    definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis,

    penatalaksanaan, dan komplikasi dari rhinosinusitis.

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    3/46

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Anat!i "i#ung luar

    idung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. idung bagian luar

    menonjol pada garis tengah di antara pipi dan bibir atas struktur hidung luar

    dibedakan atas tiga bagian yang paling atas kubah tulang yang tak dapat

    digerakkan di ba+ahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan dan

    yang paling ba+ah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan. &entuk hidung

    luar seperti piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke ba+ah

    !$ pangkal hidung bridge$,

    /$ batang hidung dorsum nasi$,

    0$ puncak hidung hip$,

    1$ ala nasi,

    2$ kolumela,

    #$ lubang hidung nares anterior$.

    idung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang ra+an yang dilapisi

    oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau

    menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari

    !$ tulang hidung os nasal$

    /$ prosesus frontalis os maksila

    0$ prosesus nasalis os frontal

    Sedangkan kerangka tulang ra+an terdiri dari beberapa pasang tulang ra+an yang

    terletak di bagian ba+ah hidung, yaitu

    !$ sepasang kartilago nasalis lateralis superior

    /$ sepasang kartilago nasalis lateralis inferior ala mayor$

    0$ tepi anterior kartilago septum.

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    4/46

    4

    II.2 Anat!i "i#ung #ala!

    &agian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os. internum

    di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari

    nasofaring. Kavum nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka superior,

    konka media, dan konka inferior. 3elah antara konka inferior dengan dasar hidung

    dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konka media dan inferior disebut

    meatus media dan sebelah atas konka media disebut meatus superior.

    $a!bar 1. Anat!i Hi#ung Dala!

    II.2.1 Se%tu! nasi

    Septum membagi kavum nasi menjadi dua ruang kanan dan kiri. &agian

    posterior dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid, bagian anterior oleh

    kartilago septum kuadrilateral$ , premaksila dan kolumela membranosa

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    5/46

    5

    bagian posterior dan inferior oleh os vomer, krista maksila , Krista palatine

    serta krista sfenoid.

    II.2.2 Ka&u! nasi

    Kavum nasi terdiri dari

    1. Dasar "i#ung

    4asar hidung dibentuk oleh prosesus palatine os maksila dan prosesus

    hori5ontal os palatum.

    2. Ata% "i#ung

    *tap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os

    nasal, prosesus frontalis os maksila, korpus os etmoid, dan korpus os

    sphenoid. Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribrosa

    yang dilalui oleh filament-filamen n.olfaktorius yang berasal dari

    permukaan ba+ah bulbus olfaktorius berjalan menuju bagian teratas

    septum nasi dan permukaan kranial konka superior.

    '. Din#ing Lateral

    4inding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os

    maksila, os lakrimalis, konka superior dan konka media yang

    merupakan bagian dari os etmoid, konka inferior, lamina

    perpendikularis os platinum dan lamina pterigoideus medial.

    (. Knka

    6osa nasalis dibagi menjadi tiga meatus oleh tiga buah konka. 3elah

    antara konka inferior dengan dasar hidung disebut meatus inferior,

    celah antara konka media dan inferior disebut meatus media, dan di

    sebelah atas konka media disebut meatus superior. Kadang-kadang

    didapatkan konka keempat konka suprema$ yang teratas. Konka

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    6/46

    6

    suprema, konka superior, dan konka media berasal dari massa lateralis

    os etmoid, sedangkan konka inferior merupakan tulang tersendiri yang

    melekat pada maksila bagian superior dan palatum.

    II.2.' )eatus su%erir

    Meatus superior atau fisura etmoid merupakan suatu celah yang sempit antara

    septum dan massa lateral os etmoid di atas konka media. Kelompok sel-sel

    etmoid posterior bermuara di sentral meatus superior melalui satu atau

    beberapa ostium yang besarnya bervariasi. 4i atas belakang konka superior

    dan di depan korpus os sfenoid terdapat resesus sfeno-etmoidal, tempat

    bermuaranya sinus sfenoid.

    II.2.( )eatus !e#ia

    Merupakan salah satu celah yang penting yang merupakan celah yang lebih

    luas dibandingkan dengan meatus superior. 4i sini terdapat muara sinus

    maksila, sinus frontal dan bagian anterior sinus etmoid. 4i balik bagian

    anterior konka media yang letaknya menggantung, pada dinding lateral

    terdapat celah yang berbentuk bulan sabit yang dikenal sebagai infundibulum.

    *da suatu muara atau fisura yang berbentuk bulan sabit yang menghubungkan

    meatus medius dengan infundibulum yang dinamakan hiatus semilunaris.

    4inding inferior dan medial infundibulum membentuk tonjolan yang

    berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus unsinatus. 4i atas

    infundibulum ada penonjolan hemisfer yaitu bula etmoid yang dibentuk oleh

    salah satu sel etmoid. 7stium sinus frontal, antrum maksila, dan sel-sel etmoid

    anterior biasanya bermuara di infundibulum. Sinus frontal dan sel-sel etmoid

    anterior biasanya bermuara di bagian anterior atas, dan sinus maksila

    bermuara di posterior muara sinus frontal. *dakalanya sel-sel etmoid dan

    kadang-kadang duktus nasofrontal mempunyai ostium tersendiri di depan

    infundibulum.

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    7/46

    7

    II.2.* )eatus In+erir

    Meatus inferior adalah yang terbesar di antara ketiga meatus, mempunyai

    muara duktus nasolakrimalis yang terdapat kira-kira antara 0 sampai 0,2 cm di

    belakang batas posterior nostril.

    II.2., Nares

    8ares posterior atau koana adalah pertemuan antara kavum nasi dengan

    nasofaring, berbentuk oval dan terdapat di sebelah kanan dan kiri septum.

    %iap nares posterior bagian ba+ahnya dibentuk oleh lamina horisontalis

    palatum, bagian dalam oleh os vomer, bagian atas oleh prosesus vaginalis os

    sfenoid dan bagian luar oleh lamina pterigoideus.

    II.2.-. Sinus Paranasal

    4i bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas

    sinus maksila, etmoid, frontalis dan sphenoid. Sinus maksilaris merupakan

    sinus paranasal terbesar di antara lainnya, yang berbentuk piramid yang

    irregular dengan dasarnya menghadap ke fossa nasalis dan puncaknya

    menghadap ke arah apeks prosesus 5ygomatikus os maksilla.

    II.' K!%leks sti!eatal K/)0

    Kompleks ostiomeatal K7M$ adalah bagian dari sinus etmoid anterior yang

    berupa celah pada dinding lateral hidung. 9ada potongan koronal sinus paranasal

    gambaran K7M terlihat jelas yaitu suatu rongga di antara konka media dan lamina

    papirasea. Struktur anatomi penting yang membentuk K7M adalah prosesus

    unsinatus, infundibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid, agger nasi dan

    ressus frontal.

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    8/46

    8

    Serambi depan dari sinus maksila dibentuk oleh infundibulum karena sekret

    yang keluar dari ostium sinus maksila akan dialirkan dulu ke celah sempit

    infundibulum sebelum masuk ke rongga hidung. Sedangkan pada sinus frontal sekret

    akan keluar melalui celah sempit resesus frontal yang disebut sebagai serambi depan

    sinus frontal. 4ari resesus frontal drainase sekret dapat langsung menuju ke

    infundibulum etmoid atau ke dalam celah di antara prosesus unsinatus dan konka

    media.

    $a!bar 2. K!%leks /sti )eatal

    II.( Per#ara"an "i#ung

    &agian atas hidung rongga hidung mendapat pendarahan dari a. etmoid

    anterior dan posterior yang merupakan cabang dari a. oftalmika dari a.karotis interna.

    &agian ba+ah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a. maksilaris interna,

    di antaranya adalah ujung a.palatina mayor dan a.sfenopalatina yang keluar dari

    foramen sfenopalatina bersama n.sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di

    belakang ujung posterior konka media. &agian depan hidung mendapat pendarahan

    dari cabang : cabang a.fasialis.

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    9/46

    9

    9ada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang

    a.sfenopalatina, a.etmoid anterior, a.labialis superior, dan a.palatina mayor yang

    disebut pleksus Kiesselbach ;ittle

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    10/46

    10

    II., isilgi "i#ung

    &erdasarkan teori struktural, teori revolusioner dan teori fungsional, maka

    fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah

    !$ 6ungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara air conditioning$,

    penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan

    mekanisme imunologik lokal

    /$ 6ungsi 9enghidu. idung juga bekerja sebagai indra penghidu dan

    pengecap dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka

    superior, dan sepertiga bagian atas septum. 9artikel bau dapat mencapai

    daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas

    dengan kuat.

    0$ 6ungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses

    berbicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang

    1$ 6ungsi statistik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi

    terhadap trauma dan pelindung panas

    2$ Refleks nasal. ?ritasi mukosa hidung akan menyebabkan refleks bersin dan

    nafas terhenti. Rangsang bau tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur,

    lambung, dan pankreas

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    11/46

    11

    II.,.1 Siste! )uksiliar Hi#ung

    $a!bar '. Sisti! )uksiliar )u33iliar4 5learan3e

    %ransportasi mukosiliar atau %MS adalah suatu mekanisme mukosa hidung untuk

    membersihkan dirinya dengan cara mengangkut partikel-partikel asing yang

    terperangkap pada palut lender ke arah nasofaring. Merupakan fungsi pertahanan

    local pada mukosa hidung. %ranspor mukosiliar disebut juga clearance mucosiliar

    atau sistem pembersih mukosiliar sesungguhnya.

    %ransportasi mukosiliar terdiri dari dua sistem yang bekerja simultan, yaitu

    gerakan silia dan palut lendir. @jung silia sepenuhnya masuk menembus gumpalan

    mukus dan bergerak ke arah posterior bersama dengan materi asing yang

    terperangkap di dalamnya ke arah nasofaring. *liran cairan pada sinus mengikuti pola

    tertentu. %ransportasi mukosiliar pada sinus maksila bera+al dari dasar yang

    kemudian menyebar ke seluruh dinding dan keluar ke ostium sinus alami. Kecepatan

    kerja pembersihan oleh mukosiliar dapat diukur dengan menggunakan suatu partikel

    yang tidak larut dalam permukaan mukosa. ;apisan mukosa mengandung en5im

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    12/46

    12

    liso5im muramidase$, dimana en5im ini dapat merusak bakteri. An5im tersebut

    sangat mirip dengan immunoglobulin * ?g *$, dengan ditambah beberapa 5at

    imunologik yang berasal dari sekresi sel. ?munoglobulin > ?g>$ dan ?nterferon dapat

    juga ditemukan pada sekret hidung se+aktu serangan akut infeksi virus. @jung silia

    tersebut dalam keadaan tegak dan masuk menembus gumpalan mukus kemudian

    menggerakkannya ke arah posterior bersama materi asing yang terperangkap ke arah

    faring. 3airan perisiliar yang di ba+ahnya akan di alirkan kearah posterior oleh

    aktivitas silia, tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti. %ransportasi

    mukosiliar yang bergerak secara aktif ini sangat penting untuk kesehatan tubuh. &ila

    sistem ini tidak bekerja secara sempurna maka materi yang terperangkap oleh palut

    lender akan menembus mukosa dan menimbulkan penyakit. Kecepatan dari %MS

    sangatlah bervariasi, pada orang yang sehat adalah antara ! sampai /( mm B menit.

    Karena pergerakan silia lebih aktif pada meatus inferior dan media maka gerakan

    mukus dalam hidung umumnya ke belakang, silia cenderung akan menarik lapisan

    mukus dari meatus komunis ke dalam celah-celah ini. Sedangkan arah gerakan silia

    pada sinus seperti spiral, dimulai dari tempat yang jauh dari ostium. Kecepatan

    gerakan silia bertambah secara progresif saat mencapai ostium, dan pada daerah

    ostium silia tersebut berputar dengan kecepatan !2 hingga /( mmBmenit.

    9ada dinding lateral rongga hidung sekret dari sinus maksila akan bergabung

    dengan sekret yang berasal dari sinus frontal dan etmoid anterior di dekat

    infundibulum etmoid, kemudian melalui anteroinferior orifisium tuba eustachius akan

    dialirkan ke arah nasofaring. Sekret yang berasal dari sinus etmoid posterior dan

    sfenoid akan bergabung di resesus sfenoetmoid, kemudian melalui posteroinferior

    orifisium tuba eustachius menuju nasofaring. 4ari rongga nasofaring mukus turun

    keba+ah oleh gerakan menelan.

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    13/46

    13

    Kecepatan gerakan mukus oleh kerja silia berbeda pada setiap bagian hidung. 9ada

    segmen hidung anterior kecepatan gerakan silianya mungkin hanya !B# segmen

    posterior, sekitar ! hingga /( mm B menit.

    II.6 Anat!i Sinus Paranasal

    Sinus paranasal merupakan salah salah satu organ tubuh manusia yang sulit

    dideskripsikan karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Sinus paranasal

    merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di

    dalam tulang. *da empat pasang delapan$ sinus paranasal, empat buah pada masing-

    masing sisi hidung sinus frontalis kanan dan kiri, sinus etmoid kanan dan kiri

    anterior dan posterior$, sinus maksila, yang terbesar, kanan dan kiri disebut *ntrum

    ighmore dan sinus sfenoidalis kanan dan kiri. Semua rongga sinus ini dilapisi oleh

    mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara dan semua bermuara

    di rongga hidung melalui ostium masing-masing.

    $a!bar (. Sinus Paranasal

    Secara klinis sinus paranasal dibagi menjadi dua kelompok yaitu bagian

    anterior dan posterior. Kelompok anterior bermuara di ba+ah konka media, atau di

    dekat infundibulum, terdiri dari sinus frontal, sinus maksila, dan sel-sel anterior sinus

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    14/46

    14

    etmoid. Kelompok posterior bermuara di berbagai tempat di atas konka media terdiri

    dari sel-sel posterior sinus etmoid dan sinus sphenoid. >aris perlekatan konka media

    pada dinding lateral hidung merupakan batas antara kedua kelompok. 9roctor

    berpendapat bah+a salah satu fungsi penting sinus paranasal adalah sebagai sumber

    lendir yang segar dan tak terkontaminasi yang dialirkan ke mukosa hidung.

    Sinus paranasal adalah rongga-rongga di dalam tulang kepala yang berisi

    udara yang berkembang dari dasar tengkorak hingga bagian prosesus alveolaris dan

    bagian lateralnya berasal dari rongga hidung hingga bagian inferomedial dari orbita

    dan 5ygomatikus. Sinus-sinus tersebut terbentuk oleh pseudostratified columnar

    epithelium yang berhubungan melalui ostium dengan lapisan epitel dari rongga

    hidung. Sel-sel epitelnya berisi sejumlah mukus yang menghasilkan sel-sel goblet.

    II.6.1 Sinus !aksila

    Sinus maksila atau *ntrum ighmore, merupakan sinus paranasal yang

    terbesar. Merupakan sinus pertama yang terbentuk, diperkirakan pembentukan sinus

    tersebut terjadi pada hari ke '( masa kehamilan. Saat lahir sinus maksila bervolume

    #-C ml, yang kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran

    maksimal yaitu !2 ml pada saat de+asa.

    9ada +aktu lahir sinus maksila ini mulanya tampak sebagai cekungan

    ektodermal yang terletak di ba+ah penonjolan konka inferior, yang terlihat berupa

    celah kecil di sebelah medial orbita. 3elah ini kemudian akan berkembang menjadi

    tempat ostium sinus maksila yaitu di meatus media. 4alam perkembangannya, celah

    ini akan lebih kea rah lateral sehingga terbentuk rongga yang berukuran ' x 1 x 1

    mm, yang merupakan rongga sinus maksila. 9erluasan rongga tersebut akan

    berlanjut setelah lahir, dan berkembang sebesar / mm vertical, dan 0 mm

    anteroposterior tiap tahun. Mula-mula dasarnya lebih tinggi dari pada dasar rongga

    hidung dan pada usia !/ tahun, lantai sinus maksila ini akan turun, dan akan

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    15/46

    15

    setinggi dasar hidung dan kemudian berlanjut meluas ke ba+ah bersamaan dengan

    perluasan rongga. 9erkembangan sinus ini akan berhenti saat erupsi gigi permanen.

    9erkembangan maksimum tercapai antara usia !2 dan !C tahun.

    Sinus maksila berbentuk piramid ireguler dengan dasarnya menghadap ke fosa

    nasalis dan puncaknya ke arah apeks prosesus 5igomatikus os maksila. 4inding

    anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina,dinding

    posteriornya adalah permukaan infra-temporal maksila, dinding medialnya ialah

    dinding lateral rongga hidung. 4inding medial atau dasar antrum dibentuk oleh

    lamina vertikalis os palatum, prosesus unsinatus os etmoid, prosesus maksilaris konka

    inferior, dan sebagaian kecil os lakrimalis. 4inding superiornya ialah dasar orbita dan

    dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan palatum. 7stium sinus maksila

    berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris

    melalui infundibulum etmoid. Menurut Morris, pada buku anatomi tubuh manusia,

    ukuran rata-rata sinus maksila pada bayi baru lahir '-C x 1-# mm dan untuk usia !2

    tahun 0!-0/ x !C-/( x !"-/( mm. *ntrum mempunyai hubungan dengan

    infundibulum di meatus medius melalui lubang kecil, yaitu ostium maksila yang

    terdapat di bagian anterior atas dinding medial sinus. 7stium ini biasanya terbentuk

    dari membran. Dadi ostium tulangnya berukuran lebih besar daripada lubang yang

    sebenarnya. al ini mempermudah untuk keperluan tindakan irigasi sinus.

    4ari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah

    !$ 4asar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas , yaitu

    premolar 9! dan 9/$ , molar M! dan M/$, kadang-kadang juga gigi taring

    3$ dan gigi molar M0$ , bahkan akar-akar gigi tersebut tumbuh ke dalam

    rongga sinus, hanya tertutup oleh mukosa saja. >igi premolar kedua dan gigi

    molar kesatu dan dua tumbuhnya dekat dengan dasar sinus. &ahkan kadang-

    kadang tumbuh ke dalam rongga sinus, hanya tertutup oleh mukosa saja.

    9roses supuratif yang terjadi di sekitar gigi-gigi ini dapat menjalar ke mukosa

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    16/46

    16

    sinus melalui pembuluh darah atau limfe, sedangkan pencabutan gigi ini dapat

    menimbulkan hubungan dengan rongga sinus yang akan mengakibatkan

    sinusitis.

    /$ Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita.

    0$ 7s sinus maksila lebih tinggi letaknya dari dasar sinus, sehingga drainase

    hanya tergantung dari gerak silia, dan drainase harus melalui infundibulum

    yang sempit. ?nfundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan

    pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi

    drainase sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan sinusitis.

    II.6.2 Sinus +rntal

    Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke emapat

    fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid.

    Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia C-!( tahun dan akan

    mencapai ukuran maksimal sebelum usia /( tahun.

    &entuk dan ukuran sinus frontal sangat bervariasi , dan seringkali juga sangat

    berbeda bentuk dan ukurannya dari sinus dan pasangannya, kadang-kadang juga ada

    sinus yang rudimenter. &entuk sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris,

    satu lebih besar dari pada lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis

    tengah. Kurang lebih !2) orang de+asa hanya mempunyai satu sinus frontal dan

    kurang lebih 2) sinus frontalnya tidak berkembang. @kuran rata-rata sinus frontal

    tinggi 0 cm, lebar /-/,2 cm, dalam !,2-/ cm, dan isi rata-rata #-' ml. %idak adanya

    gambaran septum-septum atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto rontgen

    menunjukkan adanya infeksi sinus. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif

    tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah

    menjalar ke daerah ini. Sinus frontal berdrainase melalui ostiumnya yang terletak di

    ressus frontal yang berhubungan dengan infundibulum etmoid

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    17/46

    17

    II.6.' Sinus et!i#

    4ari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling bervariasi dan akhir-

    akhir ini dianggap paling penting, karena dapat merupakan fokus infeksi bagi sinus-

    sinus lainnya.

    Sel-sel etmoid, mula-mula terbentuk pada janin berusia 1 bulan, berasal dari

    meatus superior dan suprema yang membentuk kelompok sel-sel etmoid anterior dan

    posterior. Sinus etmoid sudah ada pada +aktu bayi lahir kemudian berkembang

    sesuai dengan bertambahnya usia sampai mencapai masa pubertas. 9ada orang

    de+asa bentuk sinus etmoid seperti piramid dengan dasarnya di bagian posterior.

    @kurannya dari anterior ke posterior 1-2 cm, tinggi /,1 cm, dan lebarnya (,2 cm di

    bagian anterior dan !,2 cm di bagian posterior, volume sinus kira-kira !1 ml.

    Sinus etmoid berongga : rongga terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang

    ta+on, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak di antara

    konka media dan dinding medial orbita. &erdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi

    menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius, dan sinus etmoid

    posterior yang bermuara di meatus superior. 4i bagian terdepan sinus etmoid anterior

    ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal, yang berhubungan dengan sinus

    frontal. Sel etmoid yang terbesar disebut bula etmoid. 4i daerah etmoid anterior

    terdapat suatu penyempitan infundibulum, tempat bermuaranya ostium sinus maksila.

    9embengkakan atau peradangan di resesus frontal dapat menyebabkan sinusitis

    frontal dan pembengkakan di infundibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila.

    *tap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina

    kribrosa. 4inding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan

    membatasi sinus etmoid dari rongga orbita. 4i bagian belakang sinus etmoid

    posterior berbatasan dengan sinus sphenoid.

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    18/46

    18

    II.6.( Sinus s+eni#

    Sinus sfenoid terbentuk pada janin berumur 0 bulan sebagai pasangan

    evaginasi mukosa di bagian posterior superior kavum nasi. 9erkembangannya

    berjalan lambat, sampai pada +aktu lahir evaginasi mukosa ini belum tampak

    berhubungan dengan kartilago nasalis posterior maupun os sfenoid. Sebelum anak

    berusia 0 tahun sinus sfenoid masih kecil, namun telah berkembang sempurna pada

    usia !/ sampai !2 tahun. ;etaknya di dalam korpus os etmoid dan ukuran serta

    bentuknya bervariasi. Sepasang sinus ini dipisahkan satu sama lain oleh septum

    tulang yang tipis, yang letakya jarang tepat di tengah, sehingga salah satu sinus

    akan lebih besar daripada sisi lainnya.

    ;etak os sfenoid adalah di dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid

    posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid.

    @kurannya adalah tinggi / cm, dalamnya /,0 cm, dan lebarnya !,' cm. =olumenya

    berkisar dari 2 sampai ',2 ml. Saat sinus berkembang, pembuluh darah dan nervus

    bagian lateral os sfenoid akan menjadi sangat berdekatan dengan rongga sinus dan

    tampak sebagai indentasi pada dinding sinus sfenoid. &atas-batasnya adalah sebelah

    superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya adalah

    atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan a.karotis

    interna sering tampak sebagai indentasi$ dan di sebelah posteriornya berbatasan

    dengan fosa serebri posterior di daerah pons.

    II.7 isilgi sinus %aranasal

    Sinus paranasal secara fisiologi memiliki fungsi yang bermacam-macam.

    Bartholini adalah orang pertama yang mengemukakan bah+a ronga-rongga ini

    adalah organ yang penting sebagai resonansi, dan Howell mencatat bah+a suku

    Maori dari Selandia &aru memiliki suara yang sangat khas oleh karena mereka tidak

    memiliki rongga sinus paranasal yang luas dan lebar. %eori ini dipatahkan oleh

    9roet5 , bah+a binatang yang memiliki suara yang kuat, contohnya singa, tidak

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    19/46

    19

    memiliki rongga sinus yang besar. &eradasarkan teori dari 9roet5, bah+a kerja dari

    sinus paranasal adalah sebagai barier pada organ vital terhadap suhu dan bunyi yang

    masuk. Dadi sampai saat ini belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus

    paranasal . *da yang berpendapat bah+a sinus paranasal tidak mempunyai fungsi

    apa-apa, karena terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan tulang muka.

    &eberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain adalah

    (1) Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)

    Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur

    kelembaban udara inspirasi. Keberatan terhadap teori ini ialah ternyata tidak didapati

    pertukaran udara yangdefinitif antara sinus dan rongga hidung. =olume pertukaran

    udara dalam ventilasi sinus kurang lebih !B!((( volume sinus pada tiap kali bernafas,

    sehingga dibutuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus.

    ;agipula mukosa sinus tidak mempunyai vaskularisasi dan kelenjar yang sebanyak

    mukosa hidung.

    (2) Sebagai penahan suhu (thermal insulators)

    Sinus paranasal berfungsi sebagai buffer penahan$ panas , melindungi orbita dan

    fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. *kan tetapi kenyataannya,

    sinus-sinus yang besar tidak terletak di antara hidung dan organ-organ yang

    dilindungi.

    (3) Membantu keseimbangan kepala

    Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka. *kan

    tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang hanya akan memberikan

    pertambahan berat sebesar !) dari berat kepala, sehingga teori ini dianggap tidak

    bermakna.

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    20/46

    20

    (4) Membantu resonansi suara

    Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan mempengaruhi

    kualitas suara. *kan tetapi ada yang berpendapat , posisi sinus dan ostiumnya tidak

    memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonator yang efektif. %idak ada korelasi

    antara resonansi suara dan besarnya sinus pada he+an-he+an tingkat rendah.

    (5) Sebagai peredam perubahan tekanan udara

    6ungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak, misalnya

    pada +aktu bersin atau membuang ingus.

    () Membantu produksi mukus!

    Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil dibandingkan

    dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan partikel yang

    turut masuk dengan udara inspirasi karena mukus ini keluar dari meatus medius,

    tempat yang paling strategis.

    II.18 9"insinusitis

    II.18.1 De+inisi

    Rinosinusitis adalah suatu proses inflamasi yang melibatkan mukosa hidung

    dan sinus paranasal, merupakan salah satu masalah kesehatan yang mengalami

    peningkatan secara nyata dan memberikan dampak bagi pengeluaran finansial

    masyarakat. Rinitis dan sinusitis umumnya terjadi bersamaan, sehingga terminologi

    saat ini yang lebih diterima adalah rinosinusitis. Rinosinusitis dibagi menjadi

    kelompok akut, subakut dan kronik. Rhinosinusitis ditandai dengan adanya dua atau

    lebih gejala, salah satunya termasuk hidung tersumbatBobstruksiBkongesti atau pilek

    secret hidung anteriorBposterior$

    - 8yeri Eajah

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    21/46

    21

    - ilangnya penghidu

    4an salah satu dari temuan nasoendoscopy

    - 9olip- Secret mukopurulen dari meatus medius

    - AdemaBobstruksi mukosa di meatus medius

    >ambaran tomografi computer

    - 9erubahan mukosa di kompleks osteomeatal

    Sesuai anatomi sinus yang terkena dapat dibagi menjadi rhinosinusitis maksila,rhinosinusitis etmoid, rhinosinusitis frontal, dan rhinosinusitis sphenoid. &ila

    peradangan ini mengenai beberapa sinus disebut multisinus, sedangkan bila mengenai

    semua sinus paranasal disebut panrhinosinusitis. 4ari ke empat rhinosinusitis

    paranasal itu, sinus maksila merupakan sinus yang paling sering terinfeksi.

    II.18.2 Etilgi

    &eberapa faktor etiologi rhinosinusitis antara lain ?S9* akibat virus,

    bermacam rhinitis terutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada +anita hamil, polip

    hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, tonsil, infeksi

    gigi, serta kelainan imunologi.

    9ada anak, hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab

    rhinosinusitis sehingga perlu dilakukan adenoidektomi untuk menghilangkan

    sumbatan dan menyembuhkan rhinosinusitisnya. ipertrofi adenoid dapat didiagnosis

    dengan foto polos leher posisi lateral.

    6aktor lain yang berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan

    kering serta kebiasaan merokok. Keadaan ini lama-lama menyebabkan perubahan

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    22/46

    22

    mukosa dan merusak silia. &erikut nama bakteri, virus dan jamur yang sering

    menginfeksi antara lain

    a. &akteri Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza, Streptococcus

    grup A, Staphylococcus aureus, Neisseri Klebsiela, seudomonas, !ora"ella

    cataralis#

    b. &akteri anaerob 6usobakteri

    c. =irus Rhinovirus, influen5a virus, parainfluen5a virusd. Damur $hizopus, $hizomucor, !ucor, Absidia, %unninghamela, Aspergilus,

    usarium

    II.18.' Klasi+ikasi

    Secara klinis rhinosinusitis dibagi atas

    a. Rhinosinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai 1 minggu.

    b. Rhinosinusitis subakut, bila infeksi antara 1 minggu sampai 0 bulan.

    c. Rhinosinusitis kronis, bila infeksi lebih dari 0 bulan.

    &erdasarkan penyebabnya rhinosinusitis dibagi atas

    a. Rhinogenik penyebab kelainan adalah masalah di hidung$, segala sesuatu

    yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan rhinosinusitis.

    3ontohnya rhinitis akut influen5a$, poli, dan septum deviasi.

    b. 4entogenikB7dontogenik penyebabnya kelainan gigi$, yang sering

    menyebaban rhinosinusitis infeksi adalah pada gigi graham atas premolar dan

    molar$. &akteri penyebabnya adalah Streptococcus pneumonia, Hemophilus

    influenza, Streptococcus 'iridians, Staphylococcus aureus, (ranchamella

    catarathis#

    II.18.( Pat+isilgi

    9ada dasarnya patofisiologi dari rhinosinusitis dipengaruhi oleh 0 faktor

    utama, yaitu obstruksi drainase sinus sinus ostia$, kerusakan pada fungsi silia, dan

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    23/46

    23

    kualitas sekresi nasal. 9ertama, berkurangnya ukuran ostium dan membuat

    berkurangnya kandunga oksigen didalam sinus, dimana dapat mengundang kuman

    kedalam situasi tersebut sehingga terjadi infeksi. ipoksia dapat juga mengurangi

    system inun dari fungsi polimorfonuklear, produksi immunoglobulin, dan

    mucocilliary clearance.

    Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran

    klirens dari mukosiliar di dalam kompleks osteo meatal K7M$. 4isamping itu

    mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan 5at-5at yang berfungsi sebagai

    pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.

    &ila terinfeksi organ yang membentuk K7M mengalami oedem, sehingga

    mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan

    lendir tidak dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan drainase dan ventilasi didalam

    sinus, sehingga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus

    menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri

    patogen.

    >ambar C. 9atogenesis Sinusitis

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    24/46

    24

    &ila sumbatan berlangsung terus akan terjadi hipoksia dan retensi lendir

    sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob. Selanjutnya terjadi perubahan jaringan

    menjadi hipertrofi, polipoid atau pembentukan kista. 9olip nasi dapat menjadi

    manifestasi klinik dari penyakit sinusitis. 9olipoid berasal dari edema mukosa,

    dimana stroma akan terisi oleh cairan interseluler sehingga mukosa yang sembab

    menjadi polipoid. &ila proses terus berlanjut, dimana mukosa yang sembab makin

    membesar dan kemudian turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai,

    sehingga terjadilah polip.

    9erubahan yang terjadi dalam jaringan dapat disusun seperti diba+ah ini, yang

    menunjukkan perubahan patologik pada umumnya secara berurutan !. Daringan submukosa di infiltrasi oleh serum, sedangkan permukaannya kering.

    ;eukosit juga mengisi rongga jaringan submukosa./. Kapiler berdilatasi, mukosa sangat menebal dan merah akibat edema dan

    pembengkakan struktur subepitel. 9ada stadium ini biasanya tidak ada kelainan

    epitel.0. Setelah beberapa jam atau sehari dua hari, serum dan leukosit keluar melalui

    epitel yang melapisi mukosa. Kemudian bercampur dengan bakteri, debris,

    epitel dan mukus. 9ada beberapa kasus perdarahan kapiler terjadi dan darah

    bercampur dengan sekret. Sekret yang mula-mula encer dan sedikit, kemudian

    menjadi kental dan banyak, karena terjadi koagulasi fibrin dan serum.1. 9ada banyak kasus, resolusi terjadi dengan absorpsi eksudat dan berhentinya

    pengeluaran leukosit memakan +aktu !( : !1 hari.2. *kan tetapi pada kasus lain, peradangan berlangsung dari tipe kongesti ke tipe

    purulen, leukosit dikeluarkan dalam jumlah yang besar sekali. Resolusi masih

    mungkin meskipun tidak selalu terjadi, karena perubahan jaringan belum

    menetap, kecuali proses segera berhenti. 9erubahan jaringan akan menjadi

    permanen, maka terjadi perubahan kronis, tulang di ba+ahnya dapat

    memperlihatkan tanda osteitis dan akan diganti dengan nekrosis tulang.

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    25/46

    25

    II.18.* $a!baran Klinis

    a. 9"insinusitis akut Rhinosinusitis maksilaris faktor predisposisi lokal yang paling sering

    ditemukan yaitu alergi hidung kronik, benda asing dan deviasi septum

    nasi. 4eformitas rahang +ajah, terutama palaktoskisis dapat

    menimbulkan masalah pada anak. *nak-anak cenderung menderita

    infeksi nasofaring atau sinus kronik dengan angka insidensi yang lebih

    tinggi. Sedangkan gangguan gigi geligi bertanggung ja+ab atas sekitar

    !() infeksi rhinosinusitis maksilaris akut.

    $ejala 9"insinusitis

    !aksilaris

    $a!baran

    9a#ilgiTera%i

    4emam Mula-mula berupa

    penebalan mukosa,

    selanjutnya diikutiopasifikasi sinus

    lengkap akibat

    mukosa yang

    bengkak atau akibat

    akumulasi cairan

    yang memenuhi sinus

    akhirnya terbentuk air

    fluid level

    *ntibiotic spectrum

    luas, dekongestan,

    topical steroid,analgetik.

    Malaise

    8yeri kepala

    Eajah terasa bengkak,penuh dan gigi terasa

    nyeri pada gerakan

    kepala mendadak

    8yeri pipi khas yang

    tumpul dan menusuk

    Rhinosinusitis

    maksilaris dengan

    asal gigi geligi yaitu

    dengan ekstraksi

    gigi, antibiotic,

    irigasi sinus dan

    koreksi gangguan

    gigi

    8yeri palpasi dan

    perkusi

    &atuk iritatif dan

    nonproduktif

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    26/46

    26

    Rhinosinusitis etmoidalis

    >ejala nyeri tekan diantara kedua mata dan diatas jembatan hidung,

    drainase dan sumbatan hidungnya. 9ada anak dinding lateral labirin

    etmoidalis lamina papirasea$ seringkali merekah dank arena itu

    cenderung lebih sering menimbulkan selulitis orbita.%erapi pemberian antibiotic sistemik, dekongestan hidung, dan obat

    semprot atau tetes vasokonstriktor topical. Komplikasi atau perbaikan

    yang tidak memadai merupakan indikasi untuk etmoidektomi.

    Rhinosinusitis frontalis

    >ejala nyeri berlokasi diatas alis mata, biasanya pada pagi hari dan

    memburuk menjelang tengah hari, kemudian perlahan-lahan mereda

    hingga menjelang malam. 9asien biasanya mengatakan bah+a dahi

    terasa nyeri bila disnetuh dan mungkin terdapat pembengkakan

    supraorbital.

    %erapi pemberian antibiotic, dekongestan dan tetes hidung

    vasokonstriktor

    Rhinosinusitis sfenoidalis

    >ejala nyeri kepala yang mengarah ke vertex cranium.

    b. 9"insinusitis Krnis

    >ambaran klinis yang didapat berupa gejala sistemik dan lokal. >ejala

    sistemik adalah demam dan merasa lesu.gejala lokal pada hidung yaitu

    terdapat secret hidung yang kental dan kadang-kadang berbau dan dirasakan

    mengalir ke nasofaring. 4irasakan hidung tersumbat rasa nyeri di salah satu

    sinus yang terkena serta kadang-kadang dirasakan juga di tempat lain karena

    nyeri alih. pada rhinoskopi anterior akan tampak mukosa konka hiperemis dan

    edema tampak mukopus di meatus medius. 9ada rhinoskopi posterior terdapat

    post nasal drip

    II.18., Penegakkan Diagnsis

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    27/46

    27

    4iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

    pemeriksaan penunjang. &erdasarkan beratnya penyakit, rhinosinusitis dapat dibagi

    menjadi ringan, sedang dan berat sesuai dengan klasifikasi =AS. Sedangkan

    berdasarkan lamanya penyakit rhinosinusitis dibagi menjadi akut dan kronik.

    &erdasarkan =AS yang dikatakan akut adalah bila gejala berlangsung F!/ minggu,

    sedangkan kronik bila gejala berlangsung G!/ minggu termasuk rinosinusitis kronik

    eksaserbasi akut.

    A 9"insinusitis Akut

    Rhinosinusitis akut umumnya dimulai dari infeksi saluran pernafasan

    atas oleh virus yang melebihi !( hari. 7rganisme yang umum menyebabkan

    rhinosinusitis akut termasuk Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza

    dan!ora"ella catarrhalis. 4iagnosis dari rhinosinusitis akut dapat ditegakkan

    ketika infeksi saluran napas atas oleh virus tidak sembuh salama !( hari atau

    memburuk setelah 2-' hari.

    9enyebab utamanya ialah selesma )common cold* yang merupakan

    infeksi virus, terdapat transudasi di rongga-rongga sinus, mula-mula serous

    yang biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Selanjutnya

    diikuti oleh infeksi bakteri , yang bila kondisi ini menetap, sekret yang

    terkumpul dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan

    multiplikasi bakteri. Sekret menjadi purulen.4ari anamnesis didapatkan keluhan utama rhinosinusitis akut ialah

    hidung tersumbat disertai nyeriBrasa tekanan pada muka dan ingus purulen,

    yang sering sekali turun ke tenggorok post nasal drip$. 4apat juga disertai

    gejala sistemik seperti demam dan lesu. Keluhan nyeri atau rasa tekanan di

    daerah sinus yang terkena, merupakan ciri khas sinusitis akut, serta kadang-

    kadang nyeri juga dirasakan di tempat lain reffered pain$. 8yeri pipi, gigi,

    dahi dan depan telinga menandakan sinusitis maksila. 8yeri di antara atau di

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    28/46

    28

    belakang kedua bola mata dan pelipis menandakan sinusitis etmoid. 8yeri di

    dahi atau seluruh kepala menandakan sinusitis frontal. 9ada sinusitis sfenoid,

    nyeri dirasakan di verteks, oksipital, belakang bola mata dan daerah mastoid.

    >ejala lain adalah sakit kepala, hiposmiaBanosmia, halitosis, post nasal drip

    yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak.

    9ada rinoskopi anterior tampak pus keluar dari meatus superior atau

    nanah di meatus medius pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis

    etmoid anterior, sedangkan pada sinusitis etmoid posterior dan sinusitis

    sfenoid tampak pusdi meatus superior. 9ada rinoskopi posterior tampak pus

    di nasofaring post nasal drip$. 9ada pemeriksaan transiluminasi, sinus yangsakit akan menjadi suram atau gelap.

    9emeriksaan radiologik yang dibuat adalah posisi +aters, 9* dan

    lateral. *kan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan

    udara )air fluid le'el*pada sinus yang sakit.

    >ambar C. 9emeriksaan Radiologi untuk Sinus 9aranasal

    9emeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan

    mengambil sekret dari meatus mediusatau meatus superior. ;ebih baik lagi

    bila diambil sekret yang keluar dari pungsi sinus maksila. 4alam interpretasi

    biakan hidung, harus hati-hati, karena mungkin saja biakan dari sinus

    maksilaris dapat dianggap benar, namun pus tersebut berlokasi dalam suatu

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    29/46

    29

    rongga tulang. Sebaiknya biakan dari hidung depan, akan mengungkapkan

    organisme dalam vestibulum nasi termasuk flora normal seperti

    Staphilococcusdan beberapa kokus gram positif yang tidak ada kaitannya

    dengan bakteri yang dapat menimbulkan sinusitis. 7leh karena itu, biakan

    bakteri yang diambil dari hidung bagian depan hanya sedikit bernilai dalam

    interpretasi bakteri dalam sinus maksilaris, bahkan mungkin memberi

    informasi yang salah. Suatu biakan dari bagian posterior hidung atau

    nasofaring akan jauh lebih akurat, namun secara teknis sangat sulit diambil.

    Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila

    melalui meatus inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus

    maksila yang sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk

    terapi.

    B 9"insinusitis Krnis

    Keluhan sinusitis kronik tidak khas sehingga sulit didiagnosis. Selama

    eksaserbasi akut, gejala mirip dengan sinusitis akut namun diluar masa itu,

    gejala berupa suatu perasaan penuh pada +ajah dan hidung, dan hipersekresi

    yang seringkali mukopurulen. Kadang-kadang hanya satu atau dua dari

    gejala-gejala diba+ah ini yaitu sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk

    kronik, gangguan tenggorok, gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara

    tuba eustachius, gangguan ke paru seperti bronkitis sino-bronkitis$,

    bronkiektasi, dan yang penting adalah serangan asma yang meningkat dan

    sulit diobati. 9ada anak mukopus yang tertelan dapat menyebabkan

    gastroenteritis. idung biasanya sedikit tersumbat, dan tentunya ada gejala-

    gejala faktor predisposisi, seperti rinitis alergika yang menetap, dan keluhan-

    keluhannya yang menonjol. 9asien dengan sinusitis kronik dengan polip nasi

    lebih sering mengalami hiposmia dan lebih sedikit mengeluhkan nyeri atau

    rasa tertekan daripada yang tidak memiliki polip nasi.&akteri yang memegang

    peranan penting dalam patogenesis rinosinusitis kronik masih kontroversial.

    7rganisme yang umum terisolasi pada sinusitis kronik termasuk

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    30/46

    30

    Staphylococcus aureus, bakteri anaerob dan gram negatif seperti

    seudomonas aeruginosa.

    II.18.- Pe!eriksaan Penunjang

    9emeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah!. %ransluminasi diafanoskopi$

    4ilakukan dikamar gelap, memakai sumber cahaya penlight yang dimasukkan

    ke dalam mulut dan bibir dikatupkan.9ada sinus normal tampak gambaran

    bulan sabit terang di infraorbita. 9ada sinus tampak suram.

    /. 9emeriksaan radiologi

    9osisi rutin yang dipakai adalah posisi %ald+ell, aters dan lateral. 9osisi

    %ald+ell untuk menilai sinus frontal, yakni dengan cara menengadahkan

    kepala pasien sehingga membentuk !2opada garis 7M; orbito meatal line$.

    9osisi aters adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak

    di ba+ah antrum maksila, yakni dengan cara menengadahkan kepala pasien

    sehingga terbentuk sudut 0'opada garis 7M; orbito meatal line$. 9osisi ini

    terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal dan etmoid.

    9osisi atersdinilai dengan menggunakan skor derajat kejernihan radiologi.

    asil skoring posisi Eaters sebagai berikut

    Skor ( sampai dengan skor / H positif

    Skor 0 sampai dengan skor 1 H negatif

    Skor Keterangan

    ( Seluruh rongga berkabut padat

    ! %epi rongga berkabut menebal luas$, tetapi daerah radiolusen F sekitar /2 )

    / %epi rongga berkabut menebal G 1 mm$, tetapi daerah radiolusen masih G /2 )

    sBd F 2( )

    0 %epi rongga berkabut menebal F 1 mm$, daerah radiolusen G sekitar 2( )

    1 Rongga sinus maksilaris seluruhnya radiolusen

    %abel /. Skor derajat kejernihan radiologi posisi aters

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    31/46

    31

    >ambar ". 9royeksi Eaters

    >ambar !(. 9royeksi 3ald+ell

    >ambar !!. 9royeksi lateral

    0. 9ungsi sinus9ungsi sinus dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis dan untuk terapi.

    Kultur dilakukan pada secret yang keluar dari pungsi ini.

    1. Andoskopi sinoskopi$

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    32/46

    32

    Sinoskopi sinus maksilaris, dengan sinoskopi dapat dilihat keadaan dalam

    sinus, apakah ada secret, polip, jaringan granulasi, massa tumor atau kista dan

    bagaimana keadaan dalam mukosa dan apakah osteumnya terbuka. 9ada

    sinusitis kronis akibat perlengketan akan menyebabkan osteum tertutup

    sehingga drainase menjadi terganggu.

    *. 9emeriksaan MR? Magneting Resonance ?maging$

    Darang dilakukan, dan hanya dilakukan pada kasus yang kompleks, misalnya

    terdapat komplikasi sinusitis ke jaringan sekitar. Karena MR? lebih bagus

    menggambarkan jaringan lunak.

    #. 9emeriksaan 3% :Scan

    Merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat dan sumber masalah pada

    sinus dengan komplikasi. 3%-Scan pada sinusitis akan tampak penebalan

    mukosa, air fluid level, perselubungan homogen atau tidak homogen pada satu

    atau lebih sinus paranasal, penebalan di dinding sinus dengan sklerotik pada

    kasus-kasus kronik$.

    >ambar !/. 6oto S98 0 posisi dan endoskopi

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    33/46

    33

    II.18.6 Penatalaksanaan

    A. 9"insinusitis Akut

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    34/46

    34

    B. 9"insinusitis Krnis

    - %erapinya mula-mula diberikan medikamentosa, bila perlu dibantu dengan

    tindakan, yaitu diatermi atau pencucian sinus.

    - 7bat-obat yang diberikan berupa antibiotika berspektrum luas atau yang

    sesuai dengan resistensi kuman selama !( : !1 hari. Duga diberikan obat-

    obat simptomatis berupa dekongestan. Selain itu dapat pula diberikan

    analgetika, anti histamin dan mukolitik.

    - %indakan dapat berupa diatermi dengan sinar gelombang pendek ltra

    Short a'e .iathermy$ sebanyak 2 : # kali pada daerah yang sakit untuk

    memperbaiki vaskularisasi sinus. Kalau belum membaik, maka dilakukan

    pencucian sinus.

    - 9ada sinusitis maksilaris dapat dilakukan pungsi irigasi. 9ada sinusitis

    ethmoid, frontal atau sphenoid yang letak muaranya diba+ah, dapat

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    35/46

    35

    dilakukan tindakan pencucian sinus cara 9roet5.

    9encucian sinus paranasal

    9ada sinus maksila

    4ilakukan pungsi sinus maksila dan dicuci / kali seminggu dengan

    larutan garam fisiologis. 3aranya adalah dengan sebelumnya

    memasukkan kapas yang telah diteteskan xilokain dan adrenalin ke

    daerah meatus inferior. Setelah 2 menit, kapas dikeluarkan, lalu dengan

    trokar ditusuk di ba+ah konka inferior, ujung trokar diarahkan ke batas

    luar mata. Setelah tulang dinding sinus maksila bagian medial tembus,maka jarum trokar dicabut, sehingga tinggal pipa selubungnya berada di

    dalam sinus maksila. 9ipa itu dihubungkan dengan semprit yang berisi

    larutan garam fisiologis, atau dengan balon yang khusus untuk

    pencucian sinus itu. 9asien yang telah ditataki plastik di dadanya,

    diminta untuk membuka mulut. *ir cucian sinus akan keluar dari mulut,

    dan ditampung di tempat bengkok.

    %indakan ini diulang 0 hari kemudian. Karena sudah ada lubang

    pungsi, maka untuk memasukkan pipa dipakai trokar yang tumpul. %api

    tindakan seperti ini dapat menimbulkan kemungkinan trokar menembus

    mele+ati sinus ke jaringan lunak pipi ataupun dasar mata, tertusuk

    karena arah penusukan salah, timbul emboli udara karena setelah

    menyemprot dengan air disemprotkan udara dengan maksud

    mengeluarkan seluruh cairan yang telah dimasukkan serta perdarahan

    karena konka inferior tertusuk. ;ubang pungsi ini dapat diperbesar,

    dengan memotong dinding lateral hidung, atau dengan memakai alat,yaitu busi. %indakan ini disebut antrostomi, dan dilakukan di kamar

    bedah, dengan pasien yang diberi anastesi. 9ada sinus frontal, etmoid dan sfenoid

    9encucian sinus dilakukan dengan pencucian 9roet5. 3aranya ialah

    dengan pasien ditidurkan dengan kepala lebih rendah dari badan. Ke

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    36/46

    36

    dalam hidung diteteskan 3; efedrin (,2-!,2 ). 9asien harus menyebut

    Ikek-kekJ supaya 3; efedrin yang diteteskan tidak masuk ke dalam

    mulut, tetapi ke dalam rongga yang terletak di ba+ah yaitu sinus

    paranasal, oleh karena kepala diletakkan lebih rendah dari badan$. Ke

    dalam lubang hidung dimasukkan pipa gelas yang dihubungkan dengan

    alat pengisap untuk menampung lendir yang terisap dari sinus. 9ada

    pipa gelas itu dibuat lubang yang dapat ditutup dan dibuka dengan ujung

    jari jempol. 9ada +aktu lubang ditutup maka akan terisap lendir dari

    sinus. 9ada +aktu meneteskan 3; ini, lubang di pipa tidak ditutup.

    %indakan pencucian menurut cara ini dilakukan / kali seminggu.

    - Dika tidak ada perbaikan evaluasi kembali dengan pemeriksaan naso-

    endoskopi, sinuskopi jika irigasi 2 x tidak membaik$. Dika ada obstruksi

    kompleks osteomeatal maka dilakukan tindakan bedah yaitu &SA6 atau

    bedah konvensional. Dika tidak ada obstruksi, maka evaluasi diagnosis.C

    - 9embedahan

    Radikal

    Sinus maksila dengan antrostomi dan operasi 3adh+ell-luc.

    Sinus ethmoid dengan ethmoidektomi.

    Sinus frontal dan sfenoid dengan operasi Killian.

    8on Radikal

    &edah Sinus Andoskopik 6ungsional &SA6$. 9rinsipnya dengan

    membuka dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal.

    9embedahan, dilakukan

    &ila setelah dilakukan pencucian sinus # kali, sekret masih tetap kental.

    &ila pada foto rontgen sudah tampak penebalan dinding sinus paranasal.

    9ersiapan sebelum pembedahan perlu dibuat foto pemeriksaan$ dengan

    3% scan.

    Macam pembedahan sinus paranasal

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    37/46

    37

    Sinus maksila

    *ntrostomi yaitu dengan membuat saluran antara rongga hidung dengan

    sinus maksila di bagian lateral konka inferior. >unanya ialah untuk

    mengalirkan nanah dan lendir yang terkumpul di sinus maksila.*lat yang perlu disiapkan ialah

    o *lat pungsi sinus maksila

    o Semprit untuk mencuci

    o 9ahat untuk memotong dinding lateral hidung

    o *lat pengisap

    o %ampon kapas atau kain kasa panjang yang diberi salep

    %indakan dilakukan di kamar bedah, dengan pembiusan anestesia $,

    dan pasien dira+at selama / hari.

    9era+atan pasca tindakan

    o 9ada antrostomi dilakukan pada kedua belah sinus maksila, maka

    kedua belah hidung tersumbat oleh tampon. 7leh karena itu pasien

    harus bernafas melalui mulut, dan makanan yang diberikan harus

    lunak.

    o %ampon diangkat pada hari ketiga, setelah itu, bila tidak terdapat

    perdarahan, pasien boleh pulang.

    7perasi 3ald+ell-;uc

    7perasi ini ialah membuka sinus maksila, dengan menembus tulang

    pipi. Supaya tidak terdapat cacat di muka, maka insisi dilakukan di

    ba+ah bibir, di bagian superior atas$ akar gigi geraham ! dan /.

    Kemudian jaringan di atas tulang pipi diangkat kearah superior,

    sehingga tampak tulang sedikit di atas cuping hidung, yang disebut fosa

    kanina. 4engan pahat atau bor tulang itu dibuka, dengan demikian

    rongga sinus maksila kelihatan. 4engan cunam pemotong tulang lubang

    itu diperbesar. ?si sinus maksila dibersihkan. Seringkali akan terdapat

    jaringan granulasi atau polip di dalam sinus maksila. Setelah sinus

    bersih dan dicuci dengan larutan bethadine, maka dibuat anthrostom.

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    38/46

    38

    &ila terdapat banyak perdarahan dari sinus maksila, maka dimasukkan

    tampon panjang serta pipa dari plastik, yang ujungnya disalurkan

    melalui antrostomi ke luar rongga hidung. Kemudian luka insisi dijahit.

    9era+atan pasca bedah

    o &eri kompres es di pipi, untuk mencegah pembengkakan di pipi

    pasca-bedah.

    o 9erhatikan keadaan umum pasien seperti nadi, tekanan darah, dan

    suhu.

    o 9erhatikan apakah ada perdarahan mengalir ke hidung atau melalui

    mulut. *pabila terdapat perdarahan, maka dokter harus diberitahu.

    o &erikan pasien makanan lunak

    o %ampon dicabut pada hari ketiga.

    >ambar !0. 3ald+ell ;uc Surgery

    Sinus ethmoid

    9embedahan untuk membersihkan sinus etmoid, dapat dilakukan dari

    dalam hidung intranasal$ atau dengan membuat insisi di batas hidung

    dengan pipi ekstranasal$.

    Athmoidektomi intranasal

    *lat yang diperlukan ialah

    o Spekulum hidung

    o 3unam pengangkat polip

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    39/46

    39

    o Kuret alat pengerok $

    o *lat pengisap

    o %ampon

    %indakan dilakukan dengan pasien, dibius umum anastesia$. 4apat juga

    dengan bius lokal analgesia$. Setelah konka media di dorong ke tengah,

    maka dengan cunam sel etmoid yang terbesar bula etmoid $ dibuka.

    9olip yang ditemukan dikeluarkan sampai bersih. Sekarang tindakan ini

    dilakukan dengan menggunakan endoskop, sehingga apa yang akan

    dikerjakan dapat dilihat dengan baik. 9era+atan pasca-bedah yang

    terpenting ialah memperhatikan kemungkinan perdarahan.

    Atmoidektomi ekstranasal

    ?nsisi dibuat di sudut mata, pada batas hidung dan mata. 4i daerah itu

    sinus etmoid dibuka, kemudian dibersihkan.

    Sinus frontal

    9embedahan untuk membuka sinus frontal disebut operasi Killian. ?nsisi

    dibuat seperti pada insisi etmoidektomi ekstranasal, tetapi kemudian

    diteruskan ke atas alis. %ulang frontal dibuka dengan pahat atau bor,

    kemudian dibersihkan. Salurannya ke hidung diperiksa, dan bila tersumbat,

    dibersihkan. Setelah rongga sinus frontal bersih, luka insisi dijahit, dan

    diberi perban-tekan. 9erban dibuka setelah seminggu. Seringkali

    pembedahan untuk membuka sinus frontal dilakukan bersama dengan sinus

    etmoid, yang disebut fronto-etmoidektomi.

    Sinus sfenoid

    9embedahan untuk sinus sfenoid yang aman sekarang ini ialah dengan

    memakai endoskop. &iasanya bersama dengan pembersihan sinus etmoid

    dan muara sinus maksila serta muara sinus frontal, yang disebut &edah

    Andoskopi Sinus 6ungsional. 3ara pemeriksaan ini ialah dengan

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    40/46

    40

    mempergunakan endoskop, tanpa melakukan insisi di kulit muka.

    Andoskop dimasukkan ke dalam rongga hidung. Karena endoskop ini

    dihubungkan dengan monitor seperti televisi$, maka dokter juga

    melakukan pembedahan tidak perlu melihat kedalam endoskop, tetapi

    cukup dengan melihat monitor.

    4engan bantuan endoskop dapat dibersihkan daerah muara sinus, seperti

    daerah meatus medius untuk sinus maksila, sinus etmoid anterior dan sinus

    frontal.

    Andoskop juga dapat dimasukkan ke dalam sinus etmoid anterior dan

    posterior untuk membuka sel-sel sinus etmoid. Kemudian dapat diteruskan

    ke dalam sinus sfenoid yang terletak di belakang sinus etmoid apabila di

    3% scan terdapat kelainan di sinus sfenoid. Sekitar sinus yang sakit

    dibersihkan, dilihat juga muara sinus-sinus yang lain. Setelah selesai,

    rongga hidung di tampon untuk mencegah perdarahan. %ampon dicabut

    pada hari ketiga.

    Gambar 14. Functional Endoscopy inus ur!"ry

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    41/46

    41

    II.18.7 K!%likasi

    3%-Scan penting dilakukan dalam menjelaskan derajat penyakit sinus dan

    derajat infeksi di luar sinus, pada orbita, jaringan lunak, dan kranium.

    9emeriksaan ini harus rutin dilakukan pada sinusitis refrakter, kronis atau

    berkomplikasi.

    a. Komplikasi orbita

    Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang

    tersering. 9embengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis

    akut, namun sinus frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita

    dan dapat menimbulkan infeksi isi orbita. %erdapat lima tahapan

    9eradangan atau reaksi edema yang ringan. %erjadi pada isi orbita akibat

    infeksi sinus ethmoidalis didekatnya. Keadaan ini terutama ditemukan pada

    anak, karena lamina papirasea yang memisahkan orbita dan sinus

    ethmoidalis sering kali merekah pada kelompok umur ini.

    Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif

    menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk.

    *bses subperiosteal, pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang

    orbita menyebabkan proptosis dan kemosis.

    *bses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi

    orbita. %ahap ini disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan

    unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata

    yang tersering dan kemosis konjungtiva merupakan tanda khas abses

    orbita, juga proptosis yang makin bertambah.

    %rombosis sinus kavernosus, merupakan akibat penyebaran bakteri melalui

    saluran vena kedalam sinus kavernosus, kemudian terbentuk suatu

    tromboflebitis septik.

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    42/46

    42

    >ambar !2.Sinus 3avernosus

    Secara patognomonik, trombosis sinus kavernosus terdiri dari

    - 7ftalmoplegia.

    - Kemosis konjungtiva.

    - >angguan penglihatan yang berat.

    Kelemahan pasien.

    %anda-tanda meningitis oleh karena letak sinus kavernosus yang

    berdekatan dengan saraf kranial ??, ???, ?= dan =?, serta berdekatan juga

    dengan otak.

    b. Mukokel

    Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam

    sinus, kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut

    sebagai kista retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya.

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    43/46

    43

    >ambar !#. Mukokel

    4alam sinus frontalis, ethmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat membesar

    dan melalui atrofi tekanan mengikis struktur sekitarnya. Kista ini dapat

    bermanifestasi sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan

    dapat menggeser mata ke lateral. 4alam sinus sfenoidalis, kista dapat

    menimbulkan diplopia dan gangguan penglihatan dengan menekan saraf di

    dekatnya.

    >ambar !'. Mukokel sinus maksilaris

    9iokel adalah mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel

    meskipun lebih akut dan lebih berat. 9rinsip terapi adalah eksplorasi sinus

    secara bedah untuk mengangkat semua mukosa yang terinfeksi dan

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    44/46

    44

    memastikan drainase yang baik atau obliterasi sinus.

    c. Komplikasi ?ntra Kranial

    Meningitis akut, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah

    meningitis akut, infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang

    saluran vena atau langsung dari sinus yang berdekatan, seperti le+at

    dinding posterior sinus frontalis atau melalui lamina kribriformis di dekat

    sistem sel udara ethmoidalis.

    *bses dura, adalah kumpulan pus di antara dura dan tabula interna

    kranium, sering kali mengikuti sinusitis frontalis. 9roses ini timbul lambat,

    sehingga pasien hanya mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang

    terkumpul mampu menimbulkan tekanan intra kranial.

    *bses subdural adalah kumpulan pus di antara duramater dan arachnoid

    atau permukaan otak. >ejala yang timbul sama dengan abses dura.

    *bses otak, setelah sistem vena, mukoperiosteum sinus dapat terinfeksi,

    maka dapat terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak.

    %erapi komplikasi intra kranial ini adalah antibiotik yang intensif, drainase

    secara bedah pada ruangan yang mengalami abses dan pencegahan

    penyebaran infeksi.

    d. 7steomielitis dan abses subperiosteal

    9enyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis

    adalah infeksi sinus frontalis. 8yeri tekan dahi setempat sangat berat. >ejala

    sistemik berupa malaise, demam dan menggigil.

    BAB III

    KESI)PULAN

    Rinosinusitis dapat didefinisikan sebagai inflamasi pada hidung dan sinus

    paranasal yang dikarakteristik oleh / atau lebih gejala, salah satunya harus berupa

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    45/46

    45

    hidung tersumbatBobstruksiBkongesti atau nasal discharge anteriorBposterior nasal

    drip$, nyeri atau tekanan pada +ajah, penurunan atau menghilangnya daya

    penciuman. 9enyakit rinosinusitis selalu dimulai dengan penyumbatan daerah

    kompleks osteomeatal, oleh infeksi, obstruksi mekanis atau alergi, dan oleh karena

    penyebaran infeksi gigi. 4alam beberapa kasus rinosinusitis dapat terjadi karena

    adanya peningkatan produksi bakteri pada permukaan rongga sinus.

    9ada dasarnya patofisiologi dari rhinosinusitis dipengaruhi oleh 0 faktor yaitu

    obstruksi drainase sinus sinus ostia$, kerusakanpathsilia, dan kuantitas dan kualitas

    mukosa. Sinusitis dapat terjadi bila terdapat gangguan pengaliran udara dari dan ke

    rongga sinus serta adanya gangguan mukus. &ila terjadi edema di kompleks ostio-

    meatal, mukosa yang letaknya berhadapan akan saling bertemu, sehingga silia tidak

    dapat bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan drainase dan

    ventilasi di dalam sinus, sehingga silia menjadi kurang aktif.

    Manifestasi klinisnya bisa dilihat dari gejala subyektif dan obyektif. Duga bisa

    dinilai dari gejala mayor dan minor. Rhinosinusitis berdasarkan +aktu dan kondisinya

    bisa diklasifikasikan menjadi akut, sub akut, dan kronik. 4iagnosis dilakukan dengan

    anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti transluminasi, foto

    rontgen 0 posisi, foto +aters, dan juga endoskopi. Komplikasi rhinosinusitis bisa

    terjadi hingga intrakranial, periorbita dan paru. 9enatalaksanaan dan pencegahannya

    dilakukan sesuai dengan indikasi.

    DATA9 PUSTAKA

    !. 6okkens E, ;und =, Mullol D, et al. Auropean position paper on rhinosinusitis

    and nasal polyps. Rhinology, /(!/ 2(suppl /0$.

    /. Soepardi A*, et al. &uku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok

    kepala leher. #thed. Dakarta 6akultas Kedokteran @niversitas ?ndonesia /(('.

  • 7/24/2019 Rhinosinusitis Thtkl.doc

    46/46

    46

    0. &allanger. D. D. ?nfeki Sinus 9aranasal. 9enyakit %elinga, idung dan %enggorok

    Kepala dan ;eher. Ad !0 !$. Dakarta &inarupa *ksara. /((1.

    1. Andang Mangunkusumo. Sinusitis dalam Kumpulan makalah Simposium

    Sinusitis, Dakarta. /((2.

    2. ;eung, Katial. %he 4iagnosis *nd Management 7f *cute *nd 3hronic Sinusitis.

    /((C.