Revisi Proposal

26
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Surakarta atau yang lebih sering disebut kota Solo merupakan sebuah kota kecil di provinsi Jawa tengah Indonesia. Nama Solo atau Sala sendiri merupakan dusun atau desa yang dipilih oleh Sunan Pakubuwana II ketika akan mendirikan istana yang baru, setelah perang suksesi Mataram terjadi di Kartasura. Nama ini ternyata terus dipakai secara luas sampai sekarang, bahkan memiliki konotasi kultural, sedangkan nama Surakarta yang sekarang dipakai sebagai nama administrasi yang mulai dipakai ketika Kasunanan didirikan, sebagai kelanjutan monarki Kartasura. Pada masa sekarang, nama Surakarta digunakan dalam situasi formal-pemerintahan, sedangkan nama Sala/Solo lebih umum penggunaannya. Kata sura dalam bahasa Jawa berarti "keberanian" dan karta berarti “sejahtera”. Dapat pula dikatakan bahwa nama Surakarta merupakan permainan kata dari Kartasura. Untuk eksistensi kota ini dimulai di saat Kesultanan Mataram memindahkan

Transcript of Revisi Proposal

Page 1: Revisi Proposal

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kota Surakarta atau yang lebih sering disebut kota Solo merupakan sebuah kota

kecil di provinsi Jawa tengah Indonesia. Nama Solo atau Sala sendiri merupakan dusun

atau desa yang dipilih oleh Sunan Pakubuwana II ketika akan mendirikan istana yang

baru, setelah perang suksesi Mataram terjadi di Kartasura. Nama ini ternyata terus dipakai

secara luas sampai sekarang, bahkan memiliki konotasi kultural, sedangkan nama

Surakarta yang sekarang dipakai sebagai nama administrasi yang mulai dipakai ketika

Kasunanan didirikan, sebagai kelanjutan monarki Kartasura. Pada masa sekarang, nama

Surakarta digunakan dalam situasi formal-pemerintahan, sedangkan nama Sala/Solo lebih

umum penggunaannya. Kata sura dalam bahasa Jawa berarti "keberanian" dan karta

berarti “sejahtera”. Dapat pula dikatakan bahwa nama Surakarta merupakan permainan

kata dari Kartasura. Untuk eksistensi kota ini dimulai di saat Kesultanan Mataram

memindahkan kedudukan raja dari Kartasura ke Desa Sala, di tepi Bengawan Solo.

Kota ini dimata masyarakat dikenal sebagai kota budaya, dengan dikenalnya

sebutan kota budaya tentunya memiliki alasan yang kuat yaitu karena sampai saat ini kota

Solo masih sangat menjaga nilai-nilai tradisi budayanya dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu menurut sejarahnya kota Solo sebelum menjadi kota yang seperti saat ini

dahulunya memang sudah dikenal sebagai sebuah Vorstenland atau kerajaan atau tanah

raja-raja dimana saat itu kota ini memang terdapat pusat kerajaan dinasti Mataram yang

didalamnya mengadung unsur budaya jawa yang sangat kental didalam masyarakatnya.

Bahkan dimasa kerajaan tersebut kota ini menjadi pusat pemerintahan dua kerajaan besar

Page 2: Revisi Proposal

2

yaitu Kerajaan Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Praja Mangkunegaran. Walau dua

kerajaan besar tersebut saat ini tidak lagi menjadi pusat pemerintahan di tanah Jawa

seperti pada zamannya dahulu, namun dua kerajaan tersebut masih menjadi pusat budaya

bagi kota ini bahkan bagi bangsa ini. Maka dengan adanya dua kerajaan tersebut kota ini

bertumbuh dan berkembang menjadi kota budaya.

Surakarta sebagai sebuah kota bersejarah, memiliki kisah yang panjang dalam

rangkaian sejarah Indonesia, tentunya dalam kisah yang panjang tersebut terdapat

peristiwa-peristiwa penting yang menghiasi perjalanannya. Jauh sebelum kota Solo

seperti saat ini dulunya adalah sebuah desa yang kemudian dijadikan pusat pemerintahan

oleh Sunan Pakubuwana II. Pemindahan pusat pemerintahan tersebut tidak terlepas dari

konflik perebutan kekuasaan yang berkepanjangan ditubuh Mataram islam hingga

akhirnya terpecah menjadi beberapa kerajaan, termasuk berdirinya Praja Mangkunegaran

sebagai kekuatan baru di tanah Jawa.

Berdirinya Praja Mangkunegaran sebagai kekuatan baru ditandai dengan sebuah

perjanjian yaitu perjanjian Salatiga yang ditandatangani pada tanggal 17 maret 1757,

perjanjian tersebut berisi mengenai pengangkatan Raden Mas Said menjadi Pangeran Miji

dengan hak – hak istimewa yang kedudukannya dekat dengan raja atau setingkat

Pangeran Adipati Anom (putera mahkota) dan diberi tanah lungguh yang luar biasa

luasnya, 4000 karya.1 Maka sejak saat itu berdirilah praja Mangkunegaran dengan raja

pertamanya bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Arya Mangkunegara I dan di beri

kekuasaan atas wilayah Nglaroh, Keduwang, Matesih dan Gunung Kidul.2

1 Dwi Ratna Nurhajarini, Tugas Tri Wahyono dkk, Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta, (Jakarta: Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999, hlm. 95

2 Dedik Agung Catriantoro, “Abdi Dalem Juru Suranata : Tugas dan Peranannya di Keraton Kasunanan Surakarta”, Skripsi (Surakarta: UNS, 2000/tidak diterbitkan), hlm. 2-3.

Page 3: Revisi Proposal

3

Setelah Praja Mangkunegaran berdiri menjadi sebuah kekuatan baru

permasalahan-permasalahan pemerintahan silih berganti muncul termasuk permasalahan

mengenai pergantian kekuasaan. Kekuasaan sendiri menurut konsep kekuasaan jawa yaitu

raja berkuasa secara absolut, raja dianggap sebagai wakil Tuhan di dunia. Tetapi kekuasaan

itu diimbangi dengan kewajiban moral yang besar untuk kesejahteraan rakyatnya.3

Kekuasaan raja di masa Kerajaan Mataram digambarkan dalam dunia pewayangan

dengan konsep keagungbinatharaan. Konsep keagungbinatharaan itu bahwa raja itu agung

binathara, bahu dhenda nyakrawati, berbudi bawa leksana, ambang adil paramarta

(besar laksana kekuasaan dewa, pemelihara hukum dan penguasa dunia, budi luhur

mulianya, dan bersikap adil terhadap sesama).4 Maka pergantian kekuasaan di kerajaan-

kerajaan Jawa termasuk Praja Mangkunegaran sangatlah diperhatikan mengingat raja

merupakan sebagai wakil Tuhan didunia.

Namun mengenai permasalahan pergantian kekuasaan di Praja Mangkunegaran

agak berbeda dengan panerus dinasti Mataram lainnya. Di Praja Mangkunegaran pada

hakikatnya regenerasi di kerajaan ini betul-betul disiapkan. Seorang putra mahkota yang

bakal menjadi Mangkunegara berikutnya sejak remaja selalu disiapkan dengan

memberikan beban tanggung jawab secara langsung dan berjenjang. Gelar Pangeran

Prangwadana selalu menyertai bagi putra mahkota kerajaan.

Mempersiapkan generasi pemangku tahta di Mangkunegaran dimulai sejak

Mangkunegara I. Pada masa Mangkunegoro I bertahta beliau sudah mempersiapkan

penggantinya dengan mengasuhnya sendiri yaitu cucunya yang bernama kecil Raden Mas

3 G. moedjanto, Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman: Tinjauan Historis Dua Praja Kejawen 1755-1992 (Yogyakarta: Kanisius,1994), hlm. 27.

4 G. Moedjanto, Konsep Kekuasaan Jawa Penerapannya Oleh Raja-Raja Mataram (Yogyakarta: Kanisius, 1987), hlm. 77-78.

Page 4: Revisi Proposal

4

Sulomo. Raden Mas Sulomo dipersiapkan menjadi penerus tahta Praja Mangkunegaran

yang dididik dengan didikan militer maka dianggap cakap dan lihai untuk mewujudkan

cita-cita pendahulunya. Raden Mas Sulomo akhirnnya naik tahta menggantikan kakeknya

Mangkunegara I pada tahun 1796 dan bergelar KGPAA Mangkunegara II. Pergantian

tahta selanjutnya Mangkunegara II melakukan hal yang hampir sama dengan

pendahulunya yaitu menunjuk cucunya yang bernama Raden Mas Sarengat dan juga

mempersiapkan cucunya yang lain yaitu Raden Mas Sudira. Mangkunegara II dalam

mempersiapkan penerus tahtanya beliau mendatangkan langsung guru-guru Belanda

untuk mengajarkan bahasa Belanda, bahasa latin dan ilmu pengetahuan yang lain.

Sepeninggal Mangkunegara II tampuk kekuasaan dilanjutkan oleh cucunya yang sudah

beliau tunjuk yaitu Raden Mas Sarengat. Praktis setelah Mangkunegara II wafat Raden

Mas Sarengat naik tahta menggantikan kakeknya serta mendidik saudara sepupunya yaitu

Raden Mas Sudira yang selanjutnya diangkat menjadi anak sulungnya. Raden Mas

Sarengat setelah naik tahta bergelar KGPAA Mangkunegara III dan memerintah Praja

Mangkunegaran dari 29 Januari 1835 sampai dengan 27 Januari 1853.

Setelah Mangkunegara III wafat tampuk kekuasaan Praja Mangkunegaran

dilanjutkan oleh Raden Mas Sudira yang bergelar Mangkunegara IV. Mangkunegara IV

ini menaiki tahtanya sudah dipersiapkan sejak awal karena kepandaian dan kecerdasannya

maka tidak diragukan lagi beliau dipercaya melanjutkan pemerintahan Praja

Mangkunegaran, dan terbukti pada masa pemerintahannya Praja Mangkunegaran berhasil

membangun perekonomian kerajaan secara gemilang. Mangkunegara IV memerintah

Praja Mangkunegaran selama 28 tahun yaitu dari tahun 1853-1881. Selepas

Mangkunegara IV wafat tentunya pemerintahan Praja tetap berlanjut, sebagai ganti dari

Mangkunegara IV yaitu Raden Mas Sunito putranya diangkat Menjadi Mangkunegara V

Page 5: Revisi Proposal

5

pada tanggal 3 September 1881. Namun jalannya pemerintahan Mangkunegara V ini

tergolong relatif singkat jika dibandingkan dengan pendahulunya, dikarenakan beliau

mengalami kecelakaan ketika berkuda di hutan Wanaketu, Wonogiri. Mangkunegara V

wafat ketika berusia 41 tahun.

Selanjutnya pemerintahan Praja Mangkunegaran dilanjutkan oleh Raden Mas

Suyitno yang mana adik kandung dari Mangkunegara V. Raden Mas Suyitno diangkat

menggantikan kakaknya, mengepalai dan menjadi Komandan Legiun Mangkunegaran

dengan pangkat Kolonel bergelar KGPAA Mangkunegara VI atas permintaan ibunda

K.B.R Ayu Adipati Arya Mangkunegara IV. Alasan lain yang beredar mengapa Raden

Mas Suyitno lah yang menggantikan Mangkunegara V menjadi Mangkunegara VI adalah

dikarenakannya ketika Mangkunegara V wafat putra-putra beliau masih sangat kecil

maka belum dapat dilantik menjadi penerus tahta Praja Mangkunegaran, padahal

pemerintahan harus tetap berjalan pada akhirnya Raden Mas Suyitno lah yang dilantik

menjadi Mangkunegara VI pada tanggal 21 November 1896 walau sebenarnya tidak

berhak atas tahta tersebut.

Tampilnya Raden Mas Suyitno sebagai Mangkunegara VI melanjutkan

pemerintahan Praja yang sedang mengalami kemrosotan perekonomian yang memburuk.

Namun dengan kepiawaiannya dan sikap disiplinnya, Mangkunegara VI melakukan

berbagai gebrakan yang mengejutkan bahkan mampu membawa Praja Mangkunegara

bangkit dari keterpurukan perekonomiannya. Tentu berbagai kebijakan tersebut

menimbulkan pro dan kontra diantara keluarga besar Mangkunegaran, hingga pada

akhirnya Mangkunegara VI satu-satunya pemimpin Praja Mangkunegaran yang

mengundurkan diri dari jabatannya tersebut dan digantikan oleh keponakannya yaitu

Raden Mas Surya Suparta yang bergelar KGPAA Mangkunegara VII.

Page 6: Revisi Proposal

6

Disinilah hal yang sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam yaitu

Mangkunegara VI satu-satunya pemimpin Praja Mangkunegaran yang mengundurkan diri

dari jabatanya. Maka untuk lebih mengetahui fakta sejarah apa saja yang sudah terjadi

dengan kaitannya pengunduran diri Mangkunegara VI, maka penelitian ini menggunakan

judul “Dinamika Politik Pada Masa Pemerintahan Mangkunegara VI (Studi Kasus

Penyerahan Kekuasaan Pada R.M Surya Suparta)”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, dapat ditarik beberapa

permasalahan yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam penelitian ini. Rumusan

masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah pemerintahan serta kebijakan-kebijakan Praja Mangkunegaran

pada masa Mangkunegara VI?

2. Apa penyebab konflik dan permasalahan dalam pemerintahan Mangkunegara VI

sehingga mengundurkan diri dari jabatan?

3. Bagaimana penyelesaian konflik antara Mangkunegara VI dengan keluarga besar

Mangkunegaran dan penyerahan kekuasaan kepada Mangkunegara VII ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk sejarah pemerintahan serta kebijakan-kebijakan Praja Mangkunegaran pada

masa Mangkunegara VI.

Page 7: Revisi Proposal

7

2. Untuk mengetahui penyebab konflik dan permasalahan dalam pemerintahan

Mangkunegara VI sehingga mengundurkan diri dari jabatan.

3. Untuk mengetahui penyelesaian konflik antara Mangkunegara VI dengan keluarga

besar Mangkunegaran dan penyerahan kekuasaan kepada Mangkunegara VII.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Memenuhi syarat-syarat dan melengkapi guna mencapai gelar sarjana sastra

jurusan Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Negeri Sebelas

Maret Surakarta.

2. Manfaat Teoritik

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan melengkapi kajian

pengetahuan dalam ilmu sejarah terutama Sejarah Politik Kerajaan di Indonesia, serta

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepentingan pendidikan dan penelitian

selanjutnya.

E. Kajian Pustaka

Dalam Penelitian ini memerlukan beberapa sumber-sumber berupa buku atau hasil

penulisan sejarah yang sejenis, isi penulisan tersebut diharapkan dapat membantu

penelitian. Sumber-sumber berupa buku atau hasil penulisan sejarah yang digunakan

dalam penelitian ini, antara lain : Buku karya Th. M. Metz judul asli Mangkunegaran :

Analyse van een Javaansch Vorstendom yang diterjemahkan Mohamad Husodo

Mangunkusumo yang berjudul Mangkunegaran, Analisis sebuah kerajaan Jawa, yang

berisi mengenai sejarah berdirinya Kadipaten Mangkunegaran, gambaran umum Praja

Page 8: Revisi Proposal

8

Mangkunegaran meliputi jalannya pemerintahan mulai dari K.G.P.A.A Mangkunegara I

hingga VII.

Buku yang dituis oleh R.S.S Sidamukti yang berjudul Sri Paduka K.G.P.A.A

Mangkunegara VI (1965) dalam rangka peringatan meninggalnya Mangkunegara VI ke-

40 tahun / 5 windu berisi riwayat hidup dari Mangkunegara VI dari masa kanak-kanak,

dewasa hingga memegang tampuk pimpinan di Praja Mangkunegaran. Buku ini sangat

membantu dalam penulisan ini karena berisi riwayat hidup Mangkunegara VI.

Mengkaji mengenai dinamika politik pada masa Mangkunegara VI tidak terlepas

dari penjelasan George D. Larson dalam karyanya yang berjudul Prelude To Revolution,

Palace and Politics in Surakarta, 1912-1942 yang diterjemahkan Dr. A.B. Lapian yang

berjudul Masa Menjelang Revolusi, Keraton dan Kehidupan Politik di Surakarta, 1912-

1942, yang berisi mengenai kondisi politik Surakarta pada tahun 1912-1942. Buku ini

sangat membantu dalam penulisan ini karena memaparkan kondisi politik di Surakarta

pada periode yang mencakup periodisasi penelitian ini. Selain kondisi politik Surakarta

George D. Larson juga menuliskan mengenai bagaimana jalannya pemerintahan

Mangkunegara VI.

Ketika Mangkunegara VI bertahta kerajaan memang sedang mengalami krisis

ekonomi yang sangat berat, maka tugas utama dari Mangkunegara VI ini adalah

melakukan pemulihan kembali keuangan kerajaan yang sehat. Dengan adanya tugas

utama inilah yang membentuk Mangkunegara VI menjadi raja yang sangat berhemat dan

sangat berhati-hati dalam hal keuangan. Upaya penghematan ini memang pada akhirnya

menunjukan hasil yang positif yaitu kembalinya keuangan kerajaan yang sehat, namun

dilain pihak penghematan ini justru menjadi sebuah sumber permasalahan baru bagi

Page 9: Revisi Proposal

9

kerajaan, karena terlalu berhematnya hal ini mengakibatkan pengabaian yang mencolok

terhadap kebutuhan dasar dari rakyat dan kerajaannya, seperti pembangunan jalan,

jembatan dan sekolah bahkan ada pula keluarga Mangkunegara yang mengalami sakit

jiwa. Karena Mangkunegara VI sangat berhemat maka keluarga Mangkunegaran yang

lain banyak yang tidak setuju bahkan timbul kebencian hingga akhirnya mendorong

Mangkunegara VI untuk turun tahta.

RM Iwan Krishna Wardhana FSSR UNS dalam skripsinya yang berjudul

“Perusahaan Gula Praja Mangkunegaran Pada Masa K.G.P.A Mangkunegara VI (1896-

1916), menjelaskan bahwa kepribadian Mangkunegara VI berpandangan jauh ke depan

untuk jamannya. Dalam alam feodalisme dan penjajahan asing yang serba penuh simbol-

simbol kebesaran dan kesopanan yang dianggapnya kurang praktis dan ekonomis, dengan

penuh keberanian dirombaknya secara drastis dan total, seperti halnya cara berpakaian

disederhanakan dan juga menghapuskan laku dodok dan duduk dibawah.

Selain itu skripsi ini mengupas mengenai perekonomian praja Mangkunegaran

pada masa Mangkunegara VI, dijelaskan bahwa pada masa Mangkunegara VI praja

sedang mengalami krisis yang begitu hebat namun ditangan Mangkunegara VI inilah

Praja Mangkunegaran kembali menemukan langkahnya dengan mengembalikan

keuangan praja menjadi sehat kembali.

Dari karya-karya diatas, maka dicoba untuk mengungkap lebih lengkap lagi

mengenai perpindahan kekuasaan di Mangkunegaran tepatnya dari Mangkunegara VI ke

Mangkunegara VII hingga dapat dipaparkan dalam penelitian ini bagaimana jalannya

sebuah suksesi perpindahan kekuasaan di Mangkunegaran yang berakibat mundurnya

seorang Adipati dari jabatannya.

Page 10: Revisi Proposal

10

F. Metode Penelitian

Metode Penelitian

Suatu penulisan yang bersifat ilmiah mustahil dilakukan tanpa didukung dengan

keberadaan fakta-fakta. Apalagi penelitian sejarah keberadaan fakta sangat diperlukan,

dianalisis dan dikembangkan untuk merekonstruksi peristiwa masa lampau sedangkan

fakta tidak mungkin ditemukan tanpa tersedianya data. Berasal dari data-data itulah fakta

dapat ditemukan setelah melalui proses interpretasi sedangkan data baru dapat ditemukan

setelah melakukan penelusuran terhadap sumber-sumber sejarah. 5

Sesuai dengan permasalahan yang dibahas, maka metode yang digunakan adalah

metode sejarah. Menurut Louis Gottschalk yang dimaksud metode sejarah adalah proses

menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dari pengalaman masa lampau.6 Metode

sejarah ini terdiri dari 4 tahap yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang

lainnya.

a) Heuristik/ pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data atau sumber

yang berupa studi dokumen dan studi pustaka.

1) Studi Dokumen

Fokus penelitian dalam studi ini adalah peristiwa yang sudah lampau,

maka salah satu sumber yang digunakan adalah sumber dokumen. Dokumen

5 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metode Sejarah, (Jakarta : PT Gramedia, 1992), hlm 90

6 Gottschalk, Louis., Mengerti Sejarah, edisi terjemahan Nugroho Notosusanto, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 32.

Page 11: Revisi Proposal

11

dibedakan menjadi dua macam yaitu dokumen dalam arti sempit dan dokumen

dalam arti luas. Menurut Sartono Kartodirdjo, dokumen dalam arti sempit adalah

kumpulan data verbal dalam bentuk tulisan seperti surat kabar, catatan harian,

laporan dan lain-lain.7 Di satu sisi dokumen dalam arti luas meliputi artefak, foto-

foto, dan sebagainya. Penggunaan dokumen dalam penelitian ini adalah dokumen

dalam arti sempit. Studi dokumen mempunyai arti metodologis yang sangat

penting, sebab selain bahan dokumen menyimpan sejumlah besar fakta dan data

sejarah, bahan ini juga dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan, apa, kapan

dan mengapa.8 Studi tentang dokumen bertujuan untuk menguji dan memberi

gambaran tentang teori sehingga memberi fakta dalam mendapat pengertian

historis tentang fenomena yang unik.9

Dalam penulisan ini menggunakan data arsip yang berasal dari

perpustakaan Reksapustaka Mangkunegaran karena sebagian arsip atau dokumen

sesuai dengan permasalahan yang dikaji. Adapun arsip yang digunakan antara lain

: Peraturan tahun 1896 mengenai penobatan Mangkunegara VI dalam arsip

Mangkunegara VI dengan nomer katalog 215, Surat-surat kepada RMH Surya

Suparta Tahun 1906 dalam arsip Mangkunegara VI dengan nomer katalog 264,

Surat Residen tahun 1912 mengenai keluarga raja yang terkena perkara dalam

arsip Mangkunegara VI dengan nomer katalog 121, Surat Residen Sollewijn

Gelpke kepada Mangkunegara VI dengan nomer katalog 1443, Berkas surat-surat

meliputi pemerintahan Mangkunegara III-VI dalam arsip Mangkunegara VI

7 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: PT. Gramedia, 1992), hlm. 98.

8 Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia, Suatu Alternatif, (Jakarta: PT. Gramedia, 1982), hlm. 97-122.

9 Sartono Kartodirdjo, “Metode Penggunaan Bahan Dokumen”, Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1983), hlm. 47.

Page 12: Revisi Proposal

12

dengn nomer katalog 209, Berkas tahun 1894-1915 mengenai masalah

Mangkunegara VI meletakan jabatan yang disebabkan masalah puteranya R.M

Suyono dan putrinya R.A Suwasti yang tidak bisa menggantikan Mangkunegara

VI dalam arsip Mangunegara VI dengan nomer katalog 214.

2) Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan sebagai bahan pelengkap dalam sebuah penelitian.

Dalam penelitian ini sumber pustaka yang digunakan hanya yang berkaitan

dengan tema penelitian. Tujuan dari studi pustaka adalah untuk menambah

pemahaman teori dan konsep yang diperlukan dalam penelitian. Sumber pustaka

yang digunakan antar lain: skripsi, buku, surat kabar, artikel dan sumber lain yang

memberikan informasi tentang tema yang diteliti. Buku-buku yang digunakan

dalam penulisan ini diperoleh dari perpustakaan Reksa Pustaka Mangkunegaran,

Perpustakaan Universitas Sebelas Maret, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni

Rupa, Perpustakaan Ilmu Sejarah, dan buku-buku koleksi pribadi.

b) Kritik sumber

Kritik sumber bertujuan untuk mencari keaslian sumber yang diperoleh melalui kritik

intern dan ekstern10. Kritik intern bertujuan untuk mencari keaslian isi sumber atau data,

sedang kritik ekstern bertujuan untuk mencari keaslian sumber. Dalam penelitian ini perlu

menyeleksi data-data yang berhubungan dengan dinamika politik pada masa pemerintahan

Mangkunegara VI, dimulai dengan arsip tentang Peraturan tahun 1896 mengenai penobatan

Mangkunegara VI dengan nomer katalog 215. Arsip ini akan digunakan untuk mengetahui

dengan detail mengenai peraturan apa saja yang digunakan untuk penobatan R.M Suyitno

10 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 58.

Page 13: Revisi Proposal

13

sebagai raja baru di Praja Mangkunegaran dengan gelar KGPAAMangkunegara VI. Selain itu

penelitian ini juga menggunakan arsip tentang Surat-surat kepada RMH Surya Suparta

Tahun 1906 dalam arsip Mangkunegara VI dengan nomer katalog 264. Arsip ini dapat

digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan Mangkunegara VI dengan R.M Surya

Suparta melalui isi surat tersebut. Untuk mengetahui bagaimana jalannya pemerintahan

beserta dinamika politik pada masa Mangkunegara VI penelitian ini menggunakan arsip

Berkas surat-surat meliputi pemerintahan Mangkunegara III-VI dalam arsip Mangkunegara

VI dengan nomer katalog 209.

c) Interpretasi Data

Tahap berikutnya adalah interpretasi, yaitu penafsiran terhadap data-data yang sudah

terseleksi. Tujuan dari interpretasi adalah menyatukan sejumlah fakta yang diperoleh dari

sumber atau data sejarah dan bersama teori disusunlah fakta tersebut ke dalam interpretasi

secara menyeluruh.11 Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi analisis.

Deskripsi analisis artinya menggambarkan suatu fenomena beserta ciri-cirinya yang terdapat

dalam fenomena tersebut berdasarkan fakta-fakta yang tersedia. Setelah itu dari sumber

bahan dokumen dan studi kepustakaan, tahap selanjutnya adalah diadakan analitis,

diinterpretasikan, dan ditafsirkan isinya, kemudian akan diuraikan dan dihubungkan sehingga

menjadi kesatuan yang harmonis, berupa kisah sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya.12

d) Historiografi

11 Ibid., hlm. 64. 12 Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer, (Jakarta: Yayasan

Indayu, 1978), hlm. 36.

Page 14: Revisi Proposal

14

Tahap terakhir adalah historiografi, yaitu penyajian hasil penelitian berupa

penyusunan fakta-fakta dalam suatu sintesa kisah yang bulat sehingga harus disusun menurut

teknik penulisan sejarah.

G. Sistematika Skripsi

Dalam penelitian tentang Dinamika Politik Masa Mangkunegara VI (Studi Kasus

Penyerahan Kekuasaan Pada R.M Surya Suparta), sistematikanya terbagi menjadi lima bab,

yaitu:

BAB I, dalam bab pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka dan metode penelitian serta

sistematika skripsi.

BAB II, menjelaskan tentang gambaran umum Praja Mangkunegaran yang mencakup

sejarah pemerintahan serta kebijakan-kebijakan Praja Mangkunegaran pada masa

Mangkunegara VI .

BAB III, menjelaskan tentang penyebab konflik dan permasalahan dalam

pemerintahan Mangkunegara VI sehingga mengundurkan diri dari jabatan.

BAB IV, menjelaskan tentang penyelesaian konflik antara Mangkunegara VI dengan

keluarga besar Mangkunegaran dan penyerahan kekuasaan kepada Mangkunegara VII.

BAB V, adalah bab penutup yang berisi kesimpulan dari empat bab sebelumnya untuk

menjawab secara singkat permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: Revisi Proposal

15

A. Arsip :

Berkas surat-surat meliputi pemerintahan Mangkunegara III-VI : MN VI No 209.

Surakarta : Reksapustaka.

Berkas tahun 1894-1915 mengenai masalah Mangkunegara VI meletakan jabatan

yang disebabkan masalah puteranya R.M Suyono dan putrinya R.A Suwasti

yang tidak bisa menggantikan Mangkunegara VI : MN VI No 214. Surakarta

: Reksapustaka.

Peraturan tahun 1896 mengenai penobatan Mangkunegara VI : MN VI No 215.

Surakarta : Reksapustaka.

Surat Residen tahun 1912 mengenai keluarga raja yang terkena perkara dalam arsip

Mangkunegara VI : MN VI No 12. Surakarta : Reksapustaka.

Surat Residen Sollewijn Gelpke kepada Mangkunegara VI no 1443 17 tanggal 22

Februari 1915. Surakarta :Reksapustaka.

Surat-surat kepada RMH Surya Suparta Tahun 1906 dalam arsip Mangkunegara VI

dengan nomer katalog 264. Surakarta : Reksapustaka.

B. Buku-Buku :

Dwi Ratna Nurhajarini, Tugas Tri Wahyono dkk. 1999. Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta. Jakarta : Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dudung Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.

George D. Larson. 1990. Masa Menjelang Revolusi Keraton dan Kehidpan Politik di Surakarta, 1912 – 1942. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Page 16: Revisi Proposal

16

Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah, edisi terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta : UI Press.

Krisnina Maharani A Tandjung. 2007. 250 Tahun Pura Magkunegaran. Jakarta : Yayasan Warna-warni Indonesia.

Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia.

Mulyanto Utomo dkk. 2004. Di Balik Suksesi Keraton Surakarta Hadiningrat. Solo : PT Aksara Solopos.

Nugroho Notosusanto. 1978. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Jakarta: Yayasan Indayu.

Radjiman. 1984. Sejarah Mataram Kartasura sampai Surakarta Hadiningrat. Surakarta : Krida.

Sartono Kartodirdjo. 1982. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia, Suatu Alternatif. Jakarta: PT. Gramedia

___________, 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metode Sejarah. Jakarta : PT Gramedia.

Sidamukti, R.S.S. 1965. Sri Paduka K.G.P.A.A Mangkunegara VI. Surakarta : Reksa Pustaka.

Sidik Gondhowarsito, Much. 2002 Mangkunegara VI 1896-1916 Pembaharu pada Zamannya. Jakarta.

Page 17: Revisi Proposal

17

Soemarsaid Moertono. 1985. Negara dan Usaha Bina Negara di Jawa Masa Lampau, Studi tentang Masa Mataram II Abad XVI-XIX. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Suhatmoko. Tanpa Tahun. Babad Ringkasan Padatan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria Mangkunegara 1-VI. Surakarta : Reksapustaka.

Wasino. 2008. Kapitalisme Bumi Putra : Perubahan Masyarakat Mangkunegaran. Yogyakarta : LKIS.