Revisi Baru Kel 17
-
Upload
febry-clady-brilient -
Category
Documents
-
view
16 -
download
0
Transcript of Revisi Baru Kel 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Status asmatikus adalah merupakan serangan asma berat yang tidak dapat diatasi
dengan pengobatan konvensional dan ini merupakan keadaan darurat medis, bila tidak segera
diatasi akan terjadi gagal napas. (Muttaqin,Arif 2012)
Asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespons terhadap terapi
yang konvensional, serangan asmatikus dapat berlangsung lebih 24 jam, infeksi komasinetas,
penggunaan tranqulizer berlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi, peningkatan blok
adrenergik dan iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini (Bruner and Sudarth, 2001).
Obstruksi saluran nafas ini memberikan gejala-gejala asmatikus seperti batuk, mengi dan
sesak nafas. Diduga baik obsrtuksi maupun peningkatan respon terhadap rangsangan didasari
oleh inflamasi saluran nafas.
Prevalansi asma dipengaruhi banyak faktor antara lain jenis kelamin, umur klien,
keturunan, serta lingkungan.Pada masa anak-anak ditemukan prevalensi 1,5 : 1, tetapi
menjelang dewasa perbandingan tersebut lebih kurang sama dan pada masa menopause
perempuan lebih banyak dari laki-laki.Di Indonesia prevalensi asmatikus berkisar antara 5
sampai 7%.(Rudizr, 2012)
Asmatikus mempengaruhi hingga 10% dari populasi Amerika Serikat. Prevalensi telah
meningkat sebesar 60% disegala usia dalam dua dekade terakhir.Status asmatikus biasanya
lebih umum di antara orang-orang dalam kelompok sosial ekonomi rendah, terlepas dari ras,
karena mereka kurang memiliki akses keperawatan medis yang teratur spesialis. Insiden di
seluruh dunia asmatikus masih belum jelas tetapi diperkirakan sekitar 20 juta kasus.
Kenaikan dramatis dalam insiden telah dikaitkan sebagian polusi dan industrialisasi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa/i mampu memahami penyakit status Asmatikus, dan
penatalaksanaannya dalam keperawatan gawat darurat.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi pengkajian keperawatan pada pasien Status
Asmatikus
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi Diagnosa keperawatan pada pasien Status
Asmatikus
3. Mahasiswa mengidentifikasi intervensi keperawatan pada pasien Status Asmatikus
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi implmentasi pada pasien Status Asmatikus
5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi status pada pasien Status Asmatikus
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP MEDIS
1.1 Anatomi dan Fisiologi
1.1.1 Trakea (Batang Tenggorokan)
Merupakan saluran respirasi yang befungsi sebagai saluran udara dan panjangnya ±10
cm serta terdiri dari 16-20 gelang cincin. Cincin-cincin ini terdiri dari tulang-tulang rawan
yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Trakea ini terdiri dari 3 lapis yaitu :
a) Lapis luar terdiri atas jaringan ikat
b) Lapis tengah terdiri dari otot polos dan cincin tulang rawan
c) Lapis terdalam terdiri atas jaringan epitel bersilia yang menghasilkan banyak lendir yang
berfungsi untuk menangkap dan mengembalikannya ke hulu saluran pernapasan benda-benda
asing yang akan masuk ke dalam peru-paru
1.1.2 Bronkus (Cabang Batang Tenggorrokan)
Merupakan cabang batang tenggorokan yang terletak di dalam dada. Batang bronkus
menuju ke paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan lebih gampang rusak karena
letaknya yang lebih tegak dibanding paru-paru kiri. Di dalam paru-paru tiap bronkus
membentuk cabang-cabang yang disebut bronkiolus. Dinding bronkus juga terdiri atas tiga
lapis yaitu jaringan ikat, otot polos dan jaringan epitel, seperti pada trakea, perbedaannya
adalah dinding trakea jauh lebih tebal dan cincin tulang rawan pada bronkus tidak berbentuk
lingkaran sempurna. Sel-sel epitel bersilia pada bronkus semakin lama akan berubah menjadi
sisik epitel.
1.1.3 Pulmo (Paru-Paru)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada di kanan dan kiri jantung dan dilindungi oleh
tulang-tulang rusuk yang berbentuk sangkar. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang disebut
Pleura. Pleura ini merupakan selaput tipis rangkap dua. Diantara selaput tersebut dengan
paru-paru terdapat cairan limfa, yang berfungsi untuk melindungi paru-paru dari gesekan
pada waktu mengembang dan mengempis. Paru-paru kanan memiliki tiga lobus sedang paru-
paru kiri hanya memiliki dua lobus. Mengembang dan mengempisnya paru-paru disebabkan
perubahan tekanan dalam rongga dada.
1.1.4 Alveolus
Merupakan saluran akhir dari sistem pernapasan. Alveolus berupa gelembung-
gelembung udara. Pada bagian alveolus ini terjadi pertukaran oksigen dari udara bebas ke sel-
sel darah dan karbondioksida dari darah ke udara bebas. Pertukaran ini terjadi secara difusi
yang berhubungan dengan kapiler-kapiler darah. Pada paru-paru terdapat kurang lebih 300
juta alveolus.
2. Pengertian Status Asmatikus
Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespon terhadap
terapi konvensional ( Brunner & suddart. 2001.).
Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkeolus berkepanjangan yang mengancam
nyawa yang tidak dapat dipulihkan dengan pengobatan (Corwin. 2001.).
3. Etiologi
Penyebab dari penyakit status asmatikus diantaranya infeksi, asietas penggunaan
tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebuliser, dehidrasi, peningkatan blok adrenergik
dan iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini. Episode akut mungkin dicetuskan oleh
hipersenstiivitas terhadap penisilin.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada status asmatikus adalah sama dengan manifestasi yang terdapat
pada asma hebat. Pernapasan labored,perpanjangan ekshalasi, perbesaran vena leher dan
mengi. Namun, lamanya mengi tidak mengindikasikan keparahan serangan. Dengan semakin
besarnya mengi dapat hilang yang sering kali menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan.
Menurut Brunner & Suddart, 2001 adalah:
1. Asma hebat
2. Perpanjangan ekhalansi
3. Pembesaran vena leher
4. Mengi
Menurut Corwin, 2001 adalah:
1. Dipsnea berat
2. Retraksi dada
3. Napas cupin hidung
4. Whizzing
5. Pernapasan dangkal dan cepat
5. Patofisiologi
Karakteristik dasar dari asma (konstriksi otot polos bronkial, pembengkakan mukosa
bronkial dan pengentalan sekresi) mengurangi diameter bronkial dan nyata pada status
asmatikus. Abnormalitas ventilasi-perfusi yang mengakbitkan hipoksemia dan respirasi
alkalosis pada awalnya, diikuti oleh respirasi asidosis. Terdapat penurunan PaO2 dan
respirasi alkalosis dengan penurunann PaCO2 dan peningkatan pH. Dengan meningkatnya
keparahan status asmatikus, PaCO2 meningkat dan pH menurun, mencerminkan respirasi
asidosis. (Brunner & Suddarth, 2001).
6. Komplikasi
Komplikasi dari status asmatikus adalah gagal nafas ( Brunner & Suddart. 2002).
Gagal napas terjadi karena pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru
tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam
sel tubuh. Hal ini mengakibatkan tekanan oksigen arteri kurng dari 50mmhg
(hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45mmhg
(hiperkapnia ).
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan fungsi paru: digunakan untuk mengkaji obstruksi jalan nafas akut
Pemeriksaan gas darah arteri: dilakukan jika klien tidak mampu melakukan
manufer fungsi pernapasan, karena obstruksi berat atau keletihan atau jika klien
tidak berespon terhadap tindakan
Respirasi alkalosis( CO2 rendah) adalah temuan yang palibg umum pada pasien
asmatikus dan peninglatan PCO2) ke kadar normal atau kadar yang menandakan
respirasi asidosis) sering kali merupakan tanda bahaya serangan gagal nafas
Lakukan fototoraks
Lakukan pemeriksaan EKG
7. Penatalaksanaan Medis
Dalam lingkungan kedaruratan, pasien mula-mula diobati dengan agonis beta
( misalnya metaproterenol, terbutalin, dan albutenol) dan kartikosteroid. Pasien juga mungkin
membutuhkan oksigen suplemental dan cairan intravena untuk hidrasi.
Bronkodilator
Obat-obat bronkodilator tidak digunakan secara oral, tetapi dipakai secara inhalasi
atau parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan simpatomimetik, sebaiknya
diberikan aminofilin secara parenteral sebab mekanismenya berlainan. Demikian juga
sebaliknya, bila sebelumnya telah digunakan obat golongan Teofilin oral, sebainya diberikan
obat golongan simpatomik secara aerosol atau parenteral.
Obat-obat bronkodilator golongan simpatomimetik bentuk selektif terhadap
adrenoreseptor (Orsiprendlin, Salbutamol, Terbutalin, Ispenturine, Fenoterol) mempunyai
sifat lebih efektif dan masa kerja yang lebih lama dan efek samping yang lebih kecil
dibandingkan dengan bentuk nonselektif (Adrenaline, Efedrin, Isoprendlin).
Kortikosteroid
Jika pemberian obat-obat bronkodilator tidak menunjukkan perbaikan, dilanjutkan
dengan pengobatan kortikosteroid 200mg hidrokortison atau dengan dosis 3-4 mg/kgBB
secara IV, sebagai dosis permulaan dapat diulang 2-4 jam secara parenteral sampai serangan
akut terkontrol dengan diikuti pemberian 30-60 mg prednison atau dengan dosis 1-2
mg/kgBB/hari secara oral dalam dosis terbagi, kemudian dosis dikurangangi sacara bertahap.
Terapi oksigen dilakukan untuk mengatasi dispnea , sianosis dan hipoksemia. oksigen
aliran rendah yang di lembabkan baik dengan masker venturi atau kateter hidung diberikan.
Aliran oksigen yang diberikan didasarkan pada nilai-nilai gas darah .
8. Penyuluhan Pasien
Mendidik pasien merupakan bagian penting dari perawatan jika kekambuhan dan
perawatan ulang di erthankan minimal.Pasien diinstruksikan untuk dengan segera melaporkan
tanda-tanda dan gejala-gejala yang menyulitkan, seperti bangun saat malam hari dengan
serangan akut, tidak mendapatkan peredaan komplit dari penggunaan inhaler, atau mengalami
infeksi pernafasan. Bronkodilator mungkin diperlukan sepanjang waktu. Obat-obat tertentu
(teofilin dan kortikosteroid) dapat ditambahkan atau dosisnya dinaikkan ketika terjadi
serangan asmatikus.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Klien dengan serangan status Asmatikus datang mencari pertolongan dengan keluhan
sesak napas hebat dan mendadak diikuti dengan gejala-gejala lain yaitu wheezing,
penggunaan otot bantu napas, kelelahan, gangguan kesadaran ,sianosis dan perubahan
tekanan darah. Perawat perlu mengkaji obat- obatan yang biasa diminum klien, memeriksa
kembali setiap jenis obat apakah masih relevan untuk digunakan kembali.
A. Pemeriksaan fisik fokus pernapasan
1.Inspeksi
Pada klien dengan status Asmatikus terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi
pernapasan , penggunaan otot bantu napas (seperti otot sternokleidomastoideus, otot
interkosta internal dan otot scalenus) terlihat kelelahan sampai gelisah, dan kadang
didapatkan kondisi sianosis.
2.Palpasi
Pada palpasi kesimetrisan , ekspansi, dan taktil fremitus biasanya normal.
3.Pekusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor, sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah.
4.Auskultasi
Ekpirasi memanjang disertai wheezing (di apeks dan hilus)
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi Jaringan serebral berhubungan dengan
2. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obtruksi jalan napas
3.ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-perfusi
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan (Noc) Intervensi (Nic)
Kedidakefektifa
n bersihan jalan
napas b/d
obstruksi jalan
napas mukus
dalam jumlah
berlebihan
Respiratory status
(0415)
Setelah dilakukan
perawatan selama
3x24jam dengan
kriteria:
RR
(respiratory
rate) dalam
batas
normal(04105
01)
Irama napas
dalam batas
normal(04105
02)
Kedalaman
Respiratory Monitoring(3350)
a.Monitor respiration
rate,ritme,kedalaman pernapasan
b. Pantau pola napas
brodupnea,tachypnea,hyverventilation,ku
smaul, cheyne stokes
c. Pantau kemampuan pasien untuk batuk
efektif
d. Pantau sekresi pernapasan pasien
e. auskultasi suara napas
inspirasi(0410
503)
Auskultasi
bunyi
napas(0410504
)
Penggunaan
otot bantu
napas((041510
)
Kepatenan
jalan
napas(041532)
Intoleran
aktivitas b/d
ketidakseimbang
an antara suplai
dan kebutuhan
oksigen(00092)
Activity
tolerance(0005)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24jam
aktivitas dapat
terpenuhi dengan
kriteria:
a. Kemampuan
berbicara
dengan
aktivitas dalam
batas
normal(00050
3)
b. Pernapasan
terhadap
aktivitas dalam
batas
normal(00050
a.Memfasilitasi pasiean untuk berpartisipasi
dalam aktivitas
b. membantu pasien untuk berkometmen
c. Bantu pasien dengan aktivitas fisik
regular(e.g) ambulasi, perawatan diri.
3)
c. Tekanan
Gangguan
pertukaran gas
b/d ventilasi-
perfusi(00030)
Respiratory status:
Gcs exchange(0402)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24jam
dengan kriteria hasil:
a. paO2 dan
PaCo2 dalam
batas
normal(04020
8 dan
040209)
b. tidak ada
sianosis
(040206)
c. tidak ada
dispnea saat
istirahat(04020
3)
d. keseimbangan
perfusi
ventilasi(0402
14)
Respiratory monotoring(3350)
a. Manajemen terapi pengobatan
pernapasan(eg.nebulizer) jika
diperlukan
b. Manajemen aktivitas ringan
c. Manajemen ansietas dan kekurangan
udara
4. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien
5. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespon
terhadap terapi konvensional ( Brunner & suddart. 2001).
Statatus asmatikus adalah keadaan spasme bronkeolus berkepanjangan yang
mengancam nyawa yang tidak dapat dipulihkan dengan pengobatan (Corwin. 2001.).
Manifestasi klinis pada status asmatikus Adalah sama dengan manifestasi
yang terdapat pada asma hebat-pernapasan labored,perpanjangan ekshalasi perbesaran
vena leher, mengi.
Dalam penanganan keperawatan gawat darurat status asmatikus dapat
disesuaikan dengan etiologi atau factor pencetusnya.
B. SARAN
Diharapkan setelah mempelajari makalah seminar “asuhan keperawatan gawat
darurat pada gangguan sistem pernafasan: status asmatikus” pembaca khususnya
mahasiswa/I akademi keperawatan sintang dapat mengerti dan mampu
mengaplikasikan asuhan keperawatan sesuai rencana keperawatan secara
komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
http://rudizr.wordpress.com/2012/05/20/asmatikus/
Brunner & Suddarth.( 2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Jakarta:EGC
Syaifuddin,Haji (2012). Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk
Keperawatan Dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC
Somanti,Irman.(2008). Keperawatan Medical Bedah Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan System Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk
menyelesaikan tugas perkuliahan dengan tema Sistem Pernafasan. Adapun judul makalah ini
adalah ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STATUS ASMATIKUS.
Dalam makalah ini terdapat dua konsep yaitu konsep medis dan konsep keperawatan
serta anatomi dan fisiologi yang berkaitan dengan status asmatikus. Tidak lupa penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan berbagai sumber referensi yang
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari adanya kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran untuk menyempurnakan makalah ini. Atas perhatiannnya
penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, Agustus 2014
Kelompok 17
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STATUS ASMATIKUS”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK XVII
1. Frenci Silaban
2. Mantika Silaban
3. Pebriani Manurung
DOSEN PEMBIMBING:
LEDY GRESIA S.KEP. NS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN
PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK
2014