Resume Materi Pembinaan Awal Karir CPNS 2013

34
1 TUGAS RESUME TANGGAL 9-13 MARET 2015 CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT ADESTYA BISMANDOKO H.P Penelaah Barang Milik Negara

description

resume pembinaan cpns 2013

Transcript of Resume Materi Pembinaan Awal Karir CPNS 2013

  • 1

    TUGAS RESUME TANGGAL 9-13 MARET 2015

    CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

    RAKYAT

    ADESTYA BISMANDOKO H.P

    Penelaah Barang Milik Negara

  • 2

    Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

    Oleh :Ir.Hartanto, Dipl.HE selaku Koordinator Sekretaris Direktoran Jenderal Sumber Daya Air

    TUGAS: Direktorat Jenderal Sumber Daya Air mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan

    pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya air sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan.

    FUNGSI:

    perumusan kebijakan di bidang konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air

    dan pengendalian daya rusak air pada sumber air permukaan, dan pendayagunaan air tanah

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

    pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya air yang terpadu dan berkelanjutan

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

    penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan sumber daya air;

    pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengelolaan sumber daya air;

    pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengelolaan sumber daya air;

    pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air; dan

    pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri

    Dalam pelaksanaan tugasnya Direktorat Jenderal Sumber Daya Air kembali menggunakan UU No.11

    Tahun 1974 tentang pengairan bahwa Air beserta sumber-sumbernya, termasuk kekayaan alam yang

    terkandung di dalamnya mempunyai fungsi sosial serta digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran Rakyat

    sehingga wajib dilakukan pembangunan perairan. Berdasarkan pasal 1 "Pembangunan Perairan" adalah segala

    usaha mengembangkan pemanfaatan air beserta sumber-sumbernya dengan perencanaan dan perencanaan

    teknis yang teratur dan serasi guna mencapai manfaat sebesar-besarnya dalam memenuhi hajat hidup dan peri

    kehidupan Rakyat. Perencanaan yang dimaksud dalam pembangunan perairan adalah kegiatan-kegiatan dan

    usaha-usaha untukmerumuskan sesuatu dasar tuntunan guna sesuatu tindakan dalamruang lingkup yang luas

    dan berskala makro, sebagai hasil daripenghubungan dan pengolahan dari tugas pokok, tugas utama,cetusan,

    gagasan, pengetahuan, pengalaman dan keadaan sedangkan perencanaan teknis merupakan kegiatan-kegiatan

    dan usaha-usahauntuk merumuskan perincian rencana sebagai dasar dan tuntunanguna sesuatu tindakan

    dalam ruang lingkup yang tertentu danberskala mikro serta bersifat teknis

    Direktorat Jenderal Sumber Daya Air mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan

    kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya air sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan.Sedangkan fungsi Direktorat Jenderal SDA yaitu sebagai berikut:

  • 3

    Direktorat Jenderal Sumber Daya Air yang bisa disingkat Dirjen SDA merupakan organisasi setingkat

    eselon 1 dibawah naungan kementerian pekerjaan umum dan per. Struktur Organisasi secara detail dapat dilihat

    pada gambar berikut ini:

    Dalam bidang pembangunan beberapa tahun kedepan Dirjen SDA ditugaskan untuk membangunan 65

    Waduk (29 waduk selesai), membangunan jaringan irigasi baru 1 juta ha, merehabilitasi jaringan irigasi 3 juta

    ha, percepatan pemanfaatan waduk yang ada untuk PLTA dan PLTM, Peningkatan layanan air baku dari 51,44

    m3/det menjadi 109,63 m3/det,Pengendalian banjir, lahar/sedimen, dan abrasi pantai di pusat pertumbuhan &

    jalur konektivitas dengan pendekatan struktural dan non - struktural,peningkatan kualitas operasi dan

    pemeliharaan infrastruktur SDA serta Konservasi sumber air / tampungan air (waduk, embung, situ, dll.). Dengan

    semakin banyak tugas yang diemban oleh Dirjen SDA dibutuhkan sumber daya manusia yang handal.

    Terdapat tantangan sumber daya manusia yang berkaitan dengan kompetensi pegawai. Berdasarkan

    hasil penilain kompetensi dengan assesment center yang dilaksanakan oleh Pusdiklat Kementerian Pekerjaan

    Umum bahwa, secara umum kualitas dan kuantitas SDM Kementerian Pekerjaan relatif belum mencapai tingkat

    profesionalisme yang memadai. Awal permasalahan rendahnya kualitas dan kuantitas SDM dimulai saat

    penerapan kebijakan penghentian penambahan (Zero Growth) pegawai negeri sipil (PNS). Akibat penerapan

    kebijakan ini selama beberapa tahun mengakibatkan tidak munculnya kader baru yang menggantikan pejabat,

  • 4

    petugas atau pegawai berpengalaman yang sudah purna bhakti. Selanjutnya, perencanaan karir pegawai, serta

    penempatan dalam jabatan belum sepenuhnya berdasarkan kompetensi, menimbulkan kurangnya gairah

    pegawai untuk bekerja secara optimal. Dengan demikian penyusunan standar kompetensi jabatan dan penilai

    kompetensi pegawai merupakan sesuatu yang perlu mendapat perhatian. Selain itu juga, penetapan indikator

    kinerja individu yang belum sepenuhnya terkait dengan penetapan kinerja unit kerja.Solusi dalam mengatasi

    tantangan di bidang SDM terkait kompetensi pegawai yaitu sebagai berikut:

    1. Peningkatan kompetensi pegawai existing

    2. Pemanfaatan mutasi sesuai kebutuhan

    3. Penempatan CPNS baru

    4. Penyesuaian, pengaturan & pembagian TUSI (Tugas Fungsi) sesuai konsep organisasi baru

    5. Pelaksanaan TUSI pegawai berdasarkan Indikator Kinerja Individu (SKP)

    6. Pengawasan kinerja pegawai sebagai landasan reward and punishment

  • 5

    SEKILAS TENTANG DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

    Oleh : Ir. Yusid Toyib, MMc.Plt. Sekertaris Direktorat Jenderal Bina Marga

    Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan keamanan

    nasional sehingga pembangunan infrastruktur jalan memperlancar arus distribusi barang dan jasa, serta

    berperan dalam peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia.Pembangunan infrastruktur jalan juga

    sejalan dengan tiga strategi pembangunan ekonomiyaitu pro growth, pro jobs dan pro poor.Terlebih lagi, jaringan

    jalan sebagai prasarana distribusi dan sekaligus pembentuk struktur ruang wilayah.

    Dalam Pembangunan infrastruktur jalan harus memperhatikan secara bersamaan 3 aspek utama yang

    sangat penting yaitu : aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (Pro Green). Setiap 1% pertumbuhan ekonomi

    akan mengakibatkan pertumbuhan lalulintas sebesar 1,5% (sumber: Nuzul Achyar, 2002 dan Rizal Tamin 2006-

    2007).Adanya infrastruktur jalan pada umumnya menyebabkan peningkatan harga tanah di sepanjang koridor

    yang ada pada tahun-tahun pertama. Skema interaksi tataruang dan sistem transportasi dapat dijelaskan secara

    ringkas pada gambar berikut ini :

    Direktorat Jenderal Bina Marga yang dapat disingkat dengan DJBM merupakan organisasi

    penyelenggara jalan dengan tugas fungsi sebagai pengatur, pembina, pengawas dan melaksanakan

    pembangunan infrastruktur prasarana transportasi dalam mendukung urat nadi perekonomian indonesia.

    Kewenangan DJBM telah diamanatkan dalam UU no.34 tahun 2004 yaitu pengaturan jalan DBJM yang

    merupakan kegiatan perumusan kebijakan perencanaan, penyusunan perencanaan umum, dan penyusunan

    peraturan perundang-undangan jalan, fungsi pembinaan jalan yaitu kegiatan penyusunan pedoman dan standar

    teknis, pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan jalan, fungsi

    pembangunan jalan yaitu kegiatan pemrograman dan penganggaran, perencanaan teknis, pelaksanaan

    konstruksi, serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan serta fungsi pengawasan jalan sebagai kegiatan yang

    dilakukan untuk mewujudkan tertib pengaturan, pembinaan, dan pembangunan jalan

  • 6

    Berkaitan dengan tugas dan fungsinya DJBM dibagi menjadi proses inti dan proses pendukung. Dalam

    proses inti, DBJM bertanggungjawab dalam pelaksanaan kebijakan di bidang penguatan konektivitas nasional

    yang menjadi prioritas nasional. Berkaitan dengan proses pendukung, DBJM bertanggungjawab dalam

    pelaksanaan fungsi lain yang di amanatkan oleh menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat.Beberapa

    tantangan kedepan sedang dihadapi oleh organisasi ini seperti masalah kompetensi rekayasa sipil yang

    cenderung berkurang, pembagian tugas dan wewenangyang tidak jelas antara pembinaan dan pengendalian

    pelaksanaan berdampak secara langsung terhadap berkurangnya dukungan konektivitas pada jalan daerah

    seperti: jalan ke pelabuhan, jalan ke bandara, jalan ke kawasan industri, jalan ke kawasan pariwisata, jalan ke

    kawasan pangan.

    Beberapa solusi kedepan telah direncanakan untuk memperbaiki sistem penyelenggaraan jalan bina marga

    kedepannya baik di pusat sebagai fungsi pembinaan maupun di daerah sebagai fungsi pelaksanaan. Solusi

    tersebut antara lain :

    1. Sekretariat difokuskan pada pembinaan kepegawaian, manajemen aset, hukum, informasi pelayanan publik

    dan keuangan

    2. Pemisahan yang jelas untuk kegiatan pembinaan di pusat dan pelaksanaan di daerah

    3. Direktorat fokus pada pembinaan kompetensi manajemen konstruksi, metode pelaksanaan, sekaligus

    pengendalian kepatuhan atas manajerial dan metode pelaksanaan

    4. Membentuk satu unit yang khusus menangani masalah konektivitas jalan daerah

    5. Setiap Direktorat memiliki Subdit Evaluasi Kinerja yang akan menghimpun data dan menjalankan sistem

    (IRMS, BMS, URMS, KRMTP)

    6. UPT (Unit Pelaksana Tugas) Balai sebagai pelaksana/eksekutor pembangunan dan pemeliharaan Orientasi

    kepada KPI/ IKU

    Target dan beban Dirjen Bina Marga selama 5 tahun kedepan antara lain :

    1. Sistem jaringan jalan yang terintegrasi dengan jalan daerah, efisien dan handal sesuai perencanaan tata

    ruang

    2. Pembangunan 2.350 Km jalan baru

    3. Penyelesaian Jalan Tol Trans Jawa sampai Surabaya

    4. Tanah dan dimulainya Jalan Tol Trans Sumatera

    5. Preservasi 45.592 km jalan Nasional

    6. 500 Km Jalan Sub Nasional

    7. 11 Kota Metropolitan dan Kota Besar (300 Km Jalan Lingkar dan 15.000 m Flyover)

    8. Pembangunan Jembatan 29.856m dan Preservasi Jembatan 445.910m)

    9. Konektivitas dan Integrasi dengan Sistem Logistik Nasional(Sislognas)

    10. Asumsi anggaran APBN sebesar Rp 278 Trilliun

  • 7

    DBJM sebagai organisasi penyelenggara jalan setingkat eselon 1 a dalam naungan instansi kementerian

    pekerjaan umum memiliki struktur organisai. DBJM memiliki 5 direktorat, 1 sekretariat, balai besar yang tersebar

    di hampir seluruh wilayah indonesia dan komite kemanan jembatan. Seperti yang terlihat pada gambar bagan

    organisasi DBJM berkut ini :

  • 8

    PENGENALAN DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

    Oleh : Sri Murni E. K., Skom,MM selakuKasubdit Data dan Informasi Direktorat Bina Program

    Direktorat Jenderal Cipta Karya mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi

    teknis di bidang cipta karya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Dalam melaksanakan tugas

    sebagaimana dimaksud, Direktorat Jenderal Cipta Karya menyelenggarakan fungsi sebagai berikut

    1. perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan,

    pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase

    lingkungan serta persampahan;

    2. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan,

    pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase

    lingkungan serta persampahan sesuai dengan perundang-undangan;

    3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan kawasan permukiman,

    pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem

    pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

    4. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan

    penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air

    limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

    5. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan

    bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan

    drainase lingkungan serta persampahan;

    6. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan

    7. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri.

    Indonesia memiliki permasalahan terkait dengan kebutuhan air dan kawasan permukiman. Dari segi

    akses air minum, tercatat pada tahun 2013 hanya 67,7 %. Dengan rata-rata peningkatan hanya 2- 3 %

    peningkatan layanan air minum pertahun. Dalam hal kawasan kumuh di perkotaan, terdapat 10 % atau 38.431

    Ha permukiman kumuh yang harus segera ditangani.Selain itu pula dalam hal tata kota, terdapat 262 kabupaten

    / kota yang belum memiliki peraturan daerah bangunan dan gedung.Dari segi sanitasi air atau pengolahan

    limbah hanya terdapat 59,7 % dari cakupan pelayanan nasional. Oleh karena itu, Direktorat jenderal Cipta Karya

    mencanangkan Program Permukiman Berkelanjutan 100 - 0 - 100, yaitu sasaran program cipta karya 2015 -

    2019 :

    1. 100 % akses air minum ; terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.

    2. 0 % luas kawasan permukiman; pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan

    sarana pendukung menuju kota tanpa kumuh.

  • 9

    3. 100 % akses sanitasi; terpenuhinya penyediaan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia

    (persampahan, limbah dan drainase lingkungan).

    Strategi pelaksanaan yang dilakukan oleh Dirjen Cipta Karya antara lain :

    1. Memprioritaskan program untuk mewujudkan Kawasan Strategis Nasional yaitu kawasan yang diprioritaskan

    oleh pemerintah karena memiliki daya saing tinggi dan pencapaian Standar Pelayanan Minimal yaitu

    indikator pelayanan publik yang menyangkut kuaitas dan kuantitas untuk kesejahtraan masyarakat.

    2. Mensinergikan pembangunan lintas sektoral atau entitas kewilayahan (lingkungan, kawasan kota dan

    regional )

    3. Menciptakan pembangunan berlanjut berbasis kualitas respond daerah ( insentif)

    4. Meninjau hasil kegiatan yang berkualiatas sebagai referensi cipta karya oleh daerah.

    Struktur organisasi Dirjen Ciptakarya mengalami restrukturisasi dari permen PU No. 08/2010 menjadi perpres

    No.7 tahun 2015. Direktorat bina program menjadi Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman, Direktorat

    Penataan Bangunan dan Lingkungan menjadi Direktorat Bina Penataan Bangunan, sedangkan Direktorat

    Pengembangan Permukiman menjadi Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman. Perubahan struktur

    irganisasi tersebut disajikan pada gambar berikut ini:

    Sedangkan untuk struktur organisasi secara lebih rinci dapat dilihat pada gambar berikut ini :

  • 10

    UPT atau unit pelaksana teknis merupakan perpanjangan Dirjen Ciptakarya yang berada dipusat ke daerah-

    daerah yang mencakup seluruh wilayah indonesia.

    Untuk menjawab tantangan indonesia menuju kota tanpa kumuh. Dirjen Cipta Karya mengmbangkan

    strategi penanganan multi stakeholder yaitu dimulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah,komunitas,

    swasta sampai LSM dan multi pendanaan yang berasal dari APBN, APBD, pinjaman luar negeri, hibah dan CSR.

    Program penanganan yang dicanangkan meliputi pengaturan dan perencanaan. Pada segi perencanaan Dirjen

    Cipta Karya memfasilitasi pemerintah kota / kabupaten dalam penyusunan perencanaan kawasan permukiman.

    Pada segi pengaturan Dirjen Cipta Karya membentuk landasan hukum bagi pemerintah, pemerintah daerah dan

    masyarakat dalam penyelenggaran permukiman. Berbagai pemrogramann yang diterapkan menuju kota tanpa

    kumuh adalah:

    1. Pemugaran yaitu perbaikan dan pembangunan kembali menjadi permukiman layak huni

    2. Peremajaan yaitu program untuk mewujudkan permukiman yang lebih baik guna melindungi

    keselamatan dan keamanan masyarakat sekitar dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal

    bagi masyarakat.

    3. Permukiman kembali yaitu pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali /

    tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan / atau rawan bencana serta menimbulkan bahaya bagi

    barang atau manusia.

    Selain itu Dirjen Cipta Karya mencanangkan program air minum aman dan berkelanjutan 100 % dengan stategi

    pelaksanaan yang meliputi peningkatan akses aman,alternatif sumber pembiayaan, kapasitas

    pelembagaan,penerapan NSPK, penyediaan air baku, melakukan kemitraan dan Inovasi Teknologi

  • 11

    STRUKTUR ORGANISASI DAN TUGAS FUNGSI DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN

    KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

    Oleh : Dr. Eko Heri Sasongko,M.Cb selaku Asisten Deputi Bidang Perumahan Swadaya

    Dasar hukum yang melandasi tugas fungsi Dirjen Penyediaan Perumahan yaitu :

    1. UUD 1945Ps. 28 H bahwaSetiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

    mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan.

    2. UU No. 1/ 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan PermukimanPs. 5 ayat (1), bahwa Negara bertanggung

    jawab atas penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang pembinaannya dilaksanakan oleh

    pemerintah.

    3. UU No. 20/ 2011 Tentang Rumah SusunPs. 5 ayat (1) bahwa Negara bertanggung jawab atas

    penyelenggaraan rumah susun yang pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah.

    Sehingga dapat diwujudkan Rumah Layak Huni bagi setiap orang/ keluarga / rumah tangga indonesia.

    Berbicara tentang kondisi umum perumahan di indonesia, tercatat pada tahun 2014 terdapat Backlog (

    Kesenjangan antara kebutuhan perumahan dan ketersediaan)sebesar 13,5 juta unit berdasarkan konsep

    memiliki (Sumber : Dokumen Rencana Pembangunan Infrastruktur 2015-2019, tgl 17 Des 2014) dan 7,6 juta unit

    berdasarkan konsep penghunian (sumber :Perpres No.2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019). Selain itu , di

    indonesia terdapat 3,4 juta unit rumah tidak layak huni (Sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan

    Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun 2011, BPS)

    Pada tahun 2015 ini, pemerintah mencanangkan program sejuta rumah baik untuk Masyarakat Berpenghasilan

    Rendah (MBR) maupun non MBR. Direncanakan sebanyak 603.516 unit disediakan untuk masyarakat

    berpenghasilan rendah dengan pembagian penyediaan rumah berdasarkan pelasanannya yang disajikan pada

    tabel berikut ini :

    No Pelaksana Jumlah Rumah

    1 Pemerintah 98.300

    2 PERUMNAS 36.016

    3 Pengembang 403.800

    4 BPJS Ketenagakerjaan 35.400

    5 PEMDA 30.000

    TOTAL: 603.516

  • 12

    Untuk penyediaan rumah bagi masayarakat menengah keatas dilakukan oleh Real Estate Indonesia sebanyak

    250.000 unit dan masyarakat serta pengembang sebanyak 146.484 unit.

    Program perumahan sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) yang

    diamanatkan dalam Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun 2015-2019 tanggal 8 Januari 2015

    menggunakan total anggaran Rp.33.099,00 miliar yang meliputi beberapa kegiatan serta sasaran dantujuannya

    yaitu:

    1. Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama, Data dan Informasi serta Evaluasi Kinerja

    Pengembangan Perumahan sehingga diharapkan meningkatnya Penyusunan Kebijakan, Program dan

    Anggaran, Kerjasama, Data dan Informasi serta Evaluasi Kinerja Pengembangan Perumahan

    2. Pembangunan Rumah SusunSederhana Sewa dengan sasaran terbangunnya 550.000 unit sarusun (satuan

    rumah susun) yang dilengkapi dengan PSU pendukungnya.

    3. Pembangunan Rumah Khusus dengan sasaran Terbangunnya 50.000 unit rumah khusus di daerah pasca

    bencana/konflik, maritim dan perbatasan negara.

    4. Pembinaan dan PengelolaanRumah Negara sehingga meningkatkan pembinaan dan pengelolaan rumah

    negara

    5. Pengembangan Perumahan Swadaya untuk perwujudan keswadayaan masyarakat dalammeningkatkan

    kualitas dan pembangunan rumah/hunian yang layak dan terjangkau bagi 2.200.000 MBR dalam lingkungan

    yang aman, sehat, teratur & serasi.

    6. Pembinaan dan Pengembangan Rumah Umum dan Komersial untuk meningkatkan Pembinaan dan

    Pengembangan Rumah Umum dan Komersial, mewujudkan penyelenggaraan pencadangan tanah dan

    Pembangunan Rusun melalui penyertaan modal negara untuk Perum Perumnas dan terfasilitasinya

    Pengelolaan Rumah Susun Sewa bagi MBR yang dilaksanakan oleh BUMN.

    1. Berdasarkan objek pengaturan kawasan permukiman terdapat hirarki tata kelola permukiman yang diatur

    dalam UU No.1 tahun 2011 yaitu:

    2. Perumahanadalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan

    yang dilengkapi dengan PSU sebagai hasil upaya pemenuhan rumah layak huni (UU PKP Pasal 1 angka 2)

    3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang

    mempunyai PSU serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan

    perdesaan (UU PKP Pasal 1 angka 5)

    4. Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung baik berupa kawasan

    perkotaan maupun kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan

    hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (UU PKP pasal 1 angka 3 )

    5. Lingkungan Hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu satuan

    permukiman (UU PKP Pasal 1 angka 4)

    Indikator Prinsip Pengembangan Perumahan antara lain :

  • 13

    1. Out come berupaRumah Terhuni (IKU dalam Laporan Kinerja)

    2. Agar Terhuni, rumah harus memenuhi standar (layak)

    3. Rumah harus dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) Perencanaannya mengacu

    pada Tata Ruang, Rencana Pembangunan dan Investasi Jangka Menengah (RPIJM), dan Dokumen

    Perencanaan Perumahan

    4. Penanganan Rumah Tinggal Layak Huni dengan mendukung Program 100 - 0 - 100 dan Quickwins

    Presiden

    5. Backlog (Pembangunan Baru) dengan mendorong dan memfasilitasi pembangunan perumahan baru yang

    dilengkapi dengan Prasarana Sarana dan utilitas umum (PSU)

    Struktur organisasi Direktorat jenderal Penyediaan Perumahan secara umum disajikan pada gambar berikut

    ini:

  • 14

    PERAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI DALAM PENYELENGGARAAN

    INFRASTRUKTUR PUPR NASIONAL

    Oleh : Ir. Yayat Supriatna, MSc Kepala Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan

    Pertumbuhan ekonomi rakyat berupa penyerapan tenaga kerja, income per kapita, peningkatan taraf hidup

    masyarakat dan penciptaan masyarakat menstimulasi kegiatan konstruksi. Konstruksi merupakan suatu kegiatan

    membangun sarana maupun prasarana (infrastruktur). Indikator kemakmuran suatu negara dapat dilihat dari

    Pendapatan Domestik Bruto yang merupakan rasion antara Total penghasilan penduduk terhadap jumlah

    penduduknya. Keterkaitan antara Ekonomi, Konstruksi dan Infrastruktur dapat dilihat pada gambar berikut ini :

    Suatu kegiatan konstruksi membutuhkan regulasi sebagai pengaturan dan sumber daya. Di indonesia, lapangan

    usaha di bidang konstruksi hanya mencapi 6,57 % dibandingkan dengan lapangan usaha yang lainnya.

    Kondisi dan tantangan yang dihadapai di indonesia dalam bidang konstruksi sebagai berikut :

    1. Disharmonisasi antar pelaku jasa konstruksi yang menghasilkan persaingan tidak sehat

    2011 2012* 2013**

    I sd IV I sd IV I sd IV I II

    1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 3.37 4.20 3.54 3.22 3.31

    2. Pertambangan dan Penggalian 1.60 1.56 1.34 -0.26 -0.21

    3. Industri Pengolahan 6.14 5.74 5.56 5.13 5.09

    4. Listrik, Gas & Air Bersih 4.71 6.25 5.58 6.31 6.04

    5. Konstruksi 6.07 7.39 6.57 6.54 6.57

    6. Perdagangan, Hotel & Restoran 9.24 8.15 5.93 4.79 4.66

    7. Pengangkutan dan Komunikasi 10.70 9.98 10.19 10.21 9.87

    8. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 6.84 7.15 7.56 6.16 6.17

    9. Jasa-jasa 6.80 5.25 5.46 5.71 5.69

    Produk Domestik Bruto (PDB) 6.49 6.26 5.78 5.22 5.17

    Produk Domestik Bruto Tanpa Migas 6.98 6.85 6.25 5.58 5.53

    LAPANGAN USAHA

    2014***

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sarana&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Prasarana&action=edit&redlink=1

  • 15

    2. Rendahnya daya saing kontraktor

    3. Rendahnya mutu konstruksi

    4. Terbatasnya informasi konstruksi

    5. Rendahnya tenaga ahli yang bersertifikat

    6. Tingginya angka kecelakaan kerja

    Tercatat sebanyak 60 % tenaga ahli non-skill, Tenaga kerja ahli junior 74 % dan kecelakaan kerja

    terbesar (32 %) berada di ranah konstruksi. Permasalahan terbut apabila tidak ditindak lanjuti akan menyebakan

    kegagalan konstruksi dan bangunan. Untuk memastikan sinergi pembangunan antar sektor dan wilayah pada

    Sumber Daya Konstruksi diperlukan pembinaan yang terintegrasi dan berkelanjutan termasuk Rantai Pasok

    Konstruksi.Pembinaan ini dilakukan secara nasional.

    Berdasarkan UU Jasa Konstruksi 18 tahun 1999 tntang jasa konstruksi bahwa penyedia jasa konstruksi

    harus berasaskan:

    Kejujuran dan keadilan

    Manfaat

    Keserasian

    Keseimbangan

    Kemandirian

    Keterbukaan

    Kemitraan

    Keamanan dan keselamatan

    Sehingga tujuan jasa konstruksi dapat tercapai yaitu :

    Arah pertumbuhan perkembangan dengan struktur usaha kokoh, andal, berdaya saing danberkualitas

    Tertib penyelenggaraan yaitu kesetaraan antara pengguna danpenyedia serta patuh peraturan

    Peningkatan peran masyarakat terhadap konstruksi

    Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Bina Konstruksi sebagai pembina jasa konstruksi yang meliputi

    pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan. Dalam fungsi pengaturan, pemerintah menetapkan peraturan

    perundang-undangan dan standar teknis. Dalam fungsi pemberdayaan pemerintah membantu kelancaran

    proses penyelenggaraan pekerjaan kontruksi yang tertib pada peraturan perundangan dan standar teknis.

    Sedanggakan dalam fungsi pengawasan pemerintah melakukan monitoring konstruksi untuk mewujudkan

    ketertiban terhadap peraturan perundang-undangan.

    Dukungan Bina Konstruksi dalam penyelenggaran konstruksi di Indonesia yaitu :

    1. Penyediaan Sumber Daya Manusia di bidang konstruksi yang kompeten sesuai kebutuhan pasar

    2. Pemberdayaan tim pembina jasa konstruksi daerah

    3. Mendukung terwujudnya konstruksi berkelanjutan

    4. Pengaturan pemilihan penyedia barang dan jasa secara konsisten

  • 16

    5. Mewujudkan pelaksanaan monitoring dan evalusi penyelenggaraan

    6. Penanganan pengaduan kegagalan konstruksi

    7. Tersedianya database ketersediaan & lokasi mpk (material & peralatan konstruksi) dan badan usaha

    8. Tersedianya indeks harga satuan konstruksi di daerah

    9. Tersedianya material dan peralatan konstruksi secara efektif dan efisien

    10. Mendukung terwujudnya lpjk yang mandiri

    11. Tersedianya penyedia jasa (badan usaha pelaksana dan konsultan) yang memenuhi:

    a. syarat administratif

    b. syarat kemampuan

  • 17

    TUGAS FUNGSI, PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBIAYAAN PERUMAHAN

    Oleh : Iwan Nurwanto selaku Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan

    Kebutuhan rumah layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah (demand) dan penawaran (Supply)

    pengembang untuk rumah layak huni melalui fasilitas likuditasi pembiayaan perumahan selama ini mengalami

    ketidakseimbangan. Kebutuhan dana penanganan backlog 13,5 juta unit + 800. 000 unit pertambahan

    kebutuhan/ tahun, melalui program sejuta rumah selama 5 th sebesar Rp 400 Triliun sedangkan Kemampuan

    APBN untuk penanganan Backlog dan pertambahan kebutuhan sebesar Rp 13 -15 Triliun/th atau Rp 75-90

    Triliun/ 5 th berdampak terhadap Gap antara kebutuhan dana dan kemampuan APBN sebesar Rp 310

    325Triliun/ 5 th.

    Landasan hukum yang damanatkan dalam pembiayan perumahan sebagai berikut:

    1. UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Pada RPJMN 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan

    kebutuhan hunian didukung sistem pembiayaan jangka panjang. Pada RPJMN 4 (2020-2025);

    terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh

    masyarakat yang didukung sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien

    dan akuntabel

    2. UU No. 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan permukiman Pasal 121 mengamanatkan Pemerintah

    mengembangkan sistem pembiayaan perumahan berupa pembentukan atau pengembangan lembaga

    pembiayaan, pengerahan dan pemupukan dana, pemanfaatan sumber biaya dan kemudahan atau

    bantuan pembiayaan

    3. UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun Pasal 94 mengamanatkan Pemerintah mengembangkan

    sistem pembiayaan perumahan untuk rumah susun berupa Pembentukan atau pengembangan

    lembaga pembiayaan, Pengerahan dan pemupukan dana, Pemanfaatan sumber biaya danKemudahan

    atau bantuan pembiayaan

    4. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemda yaitu tugas pemerintah pusat dalam pembagian urusan

    pemerintahan bidang Perkim adalah pengembangan sistem pembiayaan perumahan bagi MBR

    5. Perpres No. 19 Tahun 2005 tntang Pembiayaan Sekunder yaitu dalam rangka mempercepat akumulasi

    dana kelolaan PT SMF dari dari sumber dana jangka panjang perlu fasilitasi dan dukungan kebijakan

    badan/ lembaga kuat yang mengurusi bidang pembiayaan perumahan

    6. RPJMN 2015-2019 : Target penanganan backlog tahun 2015-2019 sebanyak 2,2 juta unit rumah yang

    akan ditangani melalui pembangunan baru (pemilikan dan atau sewa),pembangunan swadaya serta

    rusunawa dan peningkatan kualitas.

    7. Program Nawacita mencita-citakan program rumah susun murah yang disubsidi; perlu

    pendayagunaan, pemberdayaan dan rekayasa skema dan mekanisme pembiayaan baik yang

    bersumber dari dana APBN maupun sumber dana lainnya

  • 18

    8. Quick Win Pemerintah yaitu Penempatan 10 % Dana Jangka Panjang BPJS, Tab. Haji, Dana Pensiun

    untuk pembiayaan pembangunan perumahan dan Pembentukan Lembaga Investasi Perumahan

    Jangka Panjang

    Berikut ini disajikan struktur organisasi Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan dibawah naungan

    instansi Kementerian Pekerjaan Dan Perumahan Rakyat

    Tugas Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan yaitu menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan

    kebijakan di bidang pembiayaan perumahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan.Sedangkan fungsi Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan yaitu :

    a. Perumusan kebijakan di bidang pembiayaan perumahan;

    b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan sistem pembiayaan perumahan;

    c. Pelaksanaan kebijakan di bidang fasilitasi kemudahan dan bantuan pembiayaan perumahan bagi

    masyarakat berpenghasilan rendah;

    d. Pengendalian pelaksanaan bantuan pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah;

    e. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang pembiayaan perumahan;

    f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembiayaan perumahan;

  • 19

    g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pembiayaan perumahan;

    h. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan

    Tantangan yang dihadapi Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah

    yaitu mensinergiskan antara kecukupan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah, harga jual rumah yang

    terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan ketersediaan dana murah jangka panjang.Dengan

    permintaan yang masih sangat besar, kebijakan dan program pembangunan perumahan, meningkatnya

    partisipasi perbankan dalam pembiayaan permahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta

    perekonomian nasional yang semakin kondusif menciptakan peluang yang sangat signifikan bagi Direktorat

    Jenderal Pembiayaan Perumahan.

    Oleh karena itu, Strategi pembiayaan perumahan yang diterapkan Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan

    sebagai berikut :

    1. Menciptakan pembiayaan perumahan yang terjangkau dan mudah diakses dari sisi permintaan

    (demand) dengan pembebasan PPN 10 %, uang muka yang tidak diatur sesuai ketentuan bank, suku

    bunga KPR disubsidi sehingga dapat ditekan hingga 7,25 % dan tenor sampai 20 tahun

    2. Memastikan tersedianya dana murah jangka panjang yang bersumber dari dana tabungan perumahan

    rakyat, dana FLPP dari APBN dan dana jangka panjang bank pelaksana

    3. Menciptakan iklim kondusif untuk meningkatkan kinerja dari sisi pasokan (Supply) dengan penetapan

    harga jual rumah yang bebeas PPN sesuai PMK 113/pmk/03/2014 dan Menekan PPH pengembang

    dari 5% menjadi 1 %

  • 20

    PENGENALAN BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH (BPIW)

    Oleh : DR.Ir.A.Hermanto Dardak, M.Sc selaku Plt. Kepala BPIW

    Sesuai dengan Perpres no.15 tahun 2015 Badan Pengembangan Infrasruktur Wilayah berada di bawah

    naungan instansi Kementerian Pekerjaan Umum seperti yang disajikan pada gambar berikut ini:

    Pasal 24 Perpres 7 /2015 tentang Organisasi Kementerian Negara dinyatakan bahwa badan mempunyai

    tugas menyelenggarakan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh organisasi di lingkungan

    Kementerian untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis kementerian. Tugas Badan

    Pengembangan Infrastruktur Wilayah yaitu melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan stratei keterpaduan

    antara pengembangan kawasan dengan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Sedangkan

    fungsi BPIW antara lain :

    1. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program keterpaduan pengembangan kawasan dengan

    infrastruktur di bidang PU-PR

    2. Penyusunan strategis keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang PU-PR

    3. Pelaksanaan sinkronisasi program antara pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang PU-PR

    4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan keterpaduan rencana dan sinkronisasi program

    antara pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang PU-PR

    5. Pelaksanaan administrasi Badan

    6. Pelaksanaanfungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

  • 21

    Struktur Organisasi BPIW secara terperinci disajikan pada gambar berikut ini

    Program Utama pusat yang bernaung dalam BPIW yaitu :

    1. Pusat Perencanaan Infrastruktur PUPR :

    Penyiapan rencana jangka menengah dan panjang

    Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur PUPR 7 Pulau/Kepulauan

    2. Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR :

    Sinkronisasi program dalam entitas wilayah (pulau, kawasan strategis, kawasan perkotaan)

    Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Keterpaduan Infrastruktur

    Pembentukan UPT/balai peningkatan keterpaduan

    Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan

    3. Pusat Pengembangan Kawasan Strategis

    Penyiapan masterplan dan development plan kawasan strategis (KEK, KI, KA, KSN)

    Pelaksanaan fasilitasi percepatan pengadaan tanah

    Pelaksanaan Inkubasi pengembangan kawasan strategis

  • 22

    4. Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan

    Penyiapan masterplan dan development plan kawasan perkotaan

    Pelaksanaan Inkubasi pengembangan kawasan perkotaan (smart city (resilient city, green city), dll)

    Penyiapan pengembangan kawasan perdesaan yang terpadu dengan kawasan perkotaan (urban rural

    linkage)

    Salah satu konsep pengembangan yang dilakukan oleh BPIW yaitu konsep pengembangan infrastruktur di

    wilayah kalimantan dengan skema pengembangan yang disajikan pada gambar berikut ini :

  • 23

    PERAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (BPSDM)

    Oleh :Amwazi

    Presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla merancang sembilan agenda prioritas.

    Sembilan program itu disebut Nawa Cita.Program ini digagas untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan

    menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam

    kebudayaan.Berikut inti dari sembilan program tersebut:

    1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh

    warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan

    pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai

    negara maritim.

    2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,

    demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada

    institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian,

    pemilu, dan lembaga perwakilan.

    3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara

    kesatuan.

    4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi,

    bermartabat, dan terpercaya.

    5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan

    dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program

    "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah

    seluas 9 hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial

    untuk rakyat di tahun 2019

    6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa

    maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

    7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

    8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional

    dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional

    aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah

    Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.

    9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat

    pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga.

  • 24

    Berdasarkan Nawacita tersebut dilakuakn restrukturisasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pekerjaan

    Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat dengan menggabungkannya menjadi Kementerian Pekerjaan

    Umum dan Perumahan Rakyat. Menurut Perpres No.165 tahun 2014 menteri PUPR memimpin dan

    mengkoordinasikan:

    1. Penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum yang dilaksanakan oleh kementerian

    pekerjaan umum

    2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang perumahan rakyat yang dilaksanakan oleh

    Kementerian Perumahan Rakyat

    Oleh karena itu restrukturisasi organisasi Kementerian Pekerjaan Umum menjadi :

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah 5 tahunan (2015-2019) mengamanatkan pemerintah

    termasuk Kementerian PUPR dalam memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang

    dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya

    alam dan sumber daya manusia berkualitas serta IPTEK yang terus meingkat sehingga dibutuhkan badan

    pendukung dalam pengembangan sumber daya manusia.

    Tugas BPSDM yaitu

    melaksanakanpengembangansumberdayamanusiapekerjaanumumdanperumahanrakyat.Sedangkan fungsi

    BPSDM antara lain :

    1. Penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program pengembangan sumber daya manusia pekerjaan umum

    dan perumahan rakyat;

    2. Pelaksanaanpengembangansumberdayamanusiapekerjaanumumdanperumahanrakyat;

  • 25

    3. PelaksanaanpenilaiankompetensisumberdayamanusiadilingkunganKementerianPekerjaanUmumdanPeruma

    han Rakyat;

    4. Pelaksanaanpembinaan, pengembangan

    danpemberdayaanjabatanfungsionalbidangpekerjaanumumdanperumahanrakyat;

    5. Pemantauan,evaluasi,danpelaporanpelaksanaanpengembangansumberdayamanusiadibidangpekerjaanumu

    mdanperumahanrakyat;

    6. PelaksanaanadministrasiBadanPengembanganSumberDayaManusia;dan

    7. PelaksanaanfungsilainyangdiberikanolehMenteri

    Terdapat isu strategisyang dihadapi oleh BPSDM saat ini yaitu :

    1. Pengembangan kompetensi sdm (knowledge, skill, attitude)

    2. Jaminan kepastian karir (pengembangan karir)

    3. Pengembangan jabatan fungsional

    4. Kuantitassdm berkualitas

    5. SDM yang profesional dan berkinerja tinggi

    6. Kualifikasi jabatan

    7. Sistem manajemen SDM

    8. Pelayanan publik

    9. Komitmendalam pengelolaan SDM

  • 26

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

    KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

    Oleh : Jawali Marbun

    Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berperan

    sebagai pendukung tugas dan fungsi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di bidang penelitian

    dan pengembangan yang berada di bawah dan bertanggungjawab pada Menteri. Tugas Badan Penelitian dan

    Pengembangan tersebut yaitu melaksanakan penelitian dan pengembangan bidang pekerjaan umum dan

    perumahan rakyat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Adapun Fungsi Badan Penelitian dan

    Pengembangan terkait Tugasnya adalah :

    a. penyusunan kebijakan teknis, program dan anggaran penelitian dan pengembangan di bidang pekerjaan

    umum dan perumahan rakyat;

    b. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat;

    c. pelaksanaan pengkajian kebijakan, strategi pengembangan infrastruktur, dan penerapan teknologi hasil

    penelitian dan pengembangan;

    d. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pekerjaan umum

    dan perumahan rakyat;

    e. pelaksanaan administrasi Badan Penelitian dan Pengembangan;

    f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

    Peran litbang secara rinci yaitu :

    1. Invention yaitu Penelitian yang bertujuan menciptakan temuan rekayasa model atau prototype dalam

    mendukung tugas dan fungsi kementerian pekerjaan umum

    2. Innovation yaitu mengembangkan penemuan yang telah ada

    3. Rekomendasi Kebijakan yaitu melakukan kajian untuk menghasilkan kebijakan

    Organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

    terdiri dari 1 sekretariat dan 4 Pusat Penelitian antara lain :

    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

    2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan

    3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman

    4. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan dan Penerapan Teknologi

    Gambaran struktur organisasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

  • 27

    Berbagai produk Litbang yang siap pakai antara lain :

    Bendung Knock Down merupakan bendung yang dibentuk sedemikian rupa untuk memecah energi air.teknologi

    ini merupakan teknologi

    yangdapatdikembangkanmenjaditeknologialternatifuntukmengamankanbangunanairdaninfrastrukturyangadadiru

    assungitertentu

  • 28

    Pengolahan Air Limbah Sistem BIO Membran menggunakan sistem lumpur aktif dan filtrasi membran ultrafiltrasi

    untuk menghasilkan air yang dapat didaur ulang yang telah diterapkan di IPAL Bojong Soang

    Sistem biofilter memperluas bidang permukaan media tempat bakteri didalam kontaminan air limbah.

    Tidak memerlukan tempat luas

    Mengolah limbah rumah tangga skala komunal dan individual

    Dapat dipasang pada kondisi air tanah tinggi

    Efisiensi pengolahan limbah: 80%

    Biofil Aplikator: PT. Induro

    Internasional

    Biority Aplikator: Tribina Reinforced

    Composites

    Bio3 Aplikator: CV Aman

    Makmur Indonesiaku

  • 29

    Inspektorat Jenderal

    Oleh : Drs. Gondo Suhadyo, M.Si selaku Sekretaris Inspektorat Kementerian Pekerjaan Umum dan

    Perumahan Rakyat

    Dimulai pada tahun 2015 ini, tantangan internal yang dihadapi organisasi Kementerian Pekerjaan Umum

    yaitu adanya perampingan organisasi dan dilaksanakannya moratorium selama 5 tahun menyebabkan zero

    growth yaitu tidak adanya regenerasi sumber daya manusia di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan

    Perumahan Rakyat selama 5 tahun namun beban kerja terus bertambah. Sedangkan tantangan eksternalnya

    yaitu pertambahan penduduk tiap tahun disertai dengan globalisasi yang membutuhkan kompetensi dan

    profesionalitas yang tinggi.

    Oleh karena itu dibutuhkan Inspektorat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai

    pelaksana pengawasan internal dilingkungan Kementerian PUPR terhadap kinerja dan keuangan melalui audit,

    review,pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya. Terdapat 3 Kebijakan Inspektorat yaitu :

    1. Mengurangi Kebocoran

    2. Meningkatkan Kualitas Infrastruktur

    3. Mengayomi Pelaksana

    Sedangkan berdasarkan pasal 11 pada PP no.60 tahun 2008 aparat pengawasan intern berperan untuk :

    1. Memberi keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan

    penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian

    2. Memberi peringatan dini dan meningkatkan efektifitas manajemen risiko dalam penyelengga- raan tugas dan

    fungsi Kementerian

    3. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian.

    Sesuai dengan Tugas dan Fungsi Itjen sebagai pengawasan maka dilakukan program peningkatan

    pengawasan internal yang berlandaskan Nawacita butir kedua yaitu :

    1. Membangun Tata Kelola Pemerintah an yang Bersih, Efektif, Demokratis dan Terpercaya. permasalahannya

    yaitu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) mengendalikan pelaksanaan kontrak (pasal 11 Per Pres No.

    70/2012) dengan implementasi adanya polemik dalam pemutusan kontrak ;

    a.Penyedia jasa tetap kerja / berhenti

    b.Jaminan uang muka/pelaksanaan sulit dicair kan

    c.Uang muka tidak dipotong dlm setiap MC

    d.Kurang cermat dlm memutus kontrak

  • 30

    Sehingga diperlukan koordinasi dengan Itjen sebelum pemutusan kontrak.Itjen memverifikasi black list sesuai

    Perka LKPP No. 18 Tahun 2014 dengan ketentuan jaminan uang muka sesuai surat Dirjen Bina Konstruksi

    No.KU.03.01-KK/145 tgl.27-2-2015.

    2. Membangun Trans paransi Tata Kelola Pemerintahan

    3. Menjalankan Re formasi Birokrasi dengan :

    a. Perubahan perilaku

    b. Pelopor Gerakan Hidup Sederhana (SE Men PAN No. 13 Tahun 2014 > membatasi undangan resepsi,

    tidak memperlihatkan kemewahan, tdk berikan karangan bunga kepada atasan)

    c. Pembatasan kegiatan pertemuan/rapat di luar kantor (SE Men PAN No.11/2014 >menghentikan FGD

    diluar kantor di hotel/villa/cottage/resort) selama tersedia fasilitas kantor dan berakhir tgl 30 Nov 2014

    4. Membuka Partisi pasi Publik dengan :

    a. Membangun Whistleblowing system (dalam proses) > penanganan laporan pengaduan terkait tindak

    pidana korupsi, penyalahgunaan wewenang diluar TPK dan penyelahgunaan wewenang yang dilakukan

    secara dua arah > penanggung jawab Inspektur Khusus

    b. Penanganan masukan dari masyarakat yang dilakukan secara satu arah dengan mengirim surat

    pengaduan dengan waktu penyelesaian penanganannya lambat dikarenakan informasi dari pengadu data

    kurang lengkap

    Sedangkan perwujudan peningkatan pengawasan Irjen dalam nawacita butir 4 yaitu :

    1. Pemberantasan Narkoba dan Psikotropika sehingga Terwujudnya SDM yang prima. Implementasinya yaitu

    media test narkoba bagi Pejabt Es. l, ll, Kabalai, Es.lll, Kasatker dan PPK setiap 2 tahun atau yang akan

    promosi

    2. Membangun Budaya Hukum dengan implementasi :

    a. Penyampaian LHKPN tepat waktu

    b. Laporan SPT Tahunan tepat waktu

    c. Penegakan disiplin sesuai PP No. 53/ 2010 ada kecenderungan atlas tidak melapor kan bawahan yang

    tidak hadir, kalau ditotal dalam 1 tahun 45 hari absen implikasinya hukuman berat

    d. Mentaati jam kerja, dan penerapan sanksi pengurangan Tukin

    Selanjutnya dalam nawacita butir ke - 6 terkait penyelenggaraan infrastruktur Itjen memberikan

    pendampingan hambatan dalam pelaksanaan pembangunan infrastruk tur jalan maupun bendungan, terkait

    dengan masalah lahan, kinerja kontraktor (progres deviasi -) koordinasi dengan pemda dan pendampingan

    dalam rangka pengadaan barang jasa melalui Probity Audit.

    Sasaran manajemen PNS dalam UU 43/1999 juncto UU 5/2013 yaitu membentuk PNS yang

    Profesional,bertanggung jawab, jujur dan adil melalui pembinaan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem

    karierPrestasi Kinerja serta PNS yang mempunyai sikap, tingkah laku, perbuatan dan ucapan sesuai ajaran

    agama, kepercayaan dan ketentuan (kode etik ).Kode etik bagi PNS sangat diperlukan dalam mewujudkan

  • 31

    perilaku PNS yang profesional, bertanggung jawab dalam pelak sanaan tugas sehingga tercapainya visi dan misi

    PU serta Untuk mewujudkan perilaku PNS diper lukan pembinaan terhadap sikap, ting kah laku, perbuatan dan

    ucapan pega wai dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta pergaulan sehari hari

  • 32

    SEKRETARIAT JENDERAL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

    RAKYAT

    Sekretariat Jenderal Kementerian PUPR berdasarkan Perpres nomor 15 tahun 2015 tentang

    Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mempunyai tugas menyelenggarakan

    koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit

    organisasi di lingkungan Kementerian PUPR. Sedangkan fungsinya adalah:

    1. koordinasi kegiatan Kementerian PUPR

    2. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian PUPR

    3. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian,

    keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip, dan dokumentasi

    Kementerian PUPR

    4. pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana

    5. koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan advokasi hukum

    6. penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan pengadaan barang/jasa

    7. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri

    Dalam hal ini Sekjen menetapkan kode etik di lingkungan Kementerian PUPR Dalam rangka

    melaksanakan PP Nomor 42 Tahun 2004 Pasal 13 ayat (1) huruf a, tentang Pembinaan Jiwa Korps

    dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil. Adapun maksud dan tujuan penetapan kode etik yaitu sebagai

    acuan dalam melakukan pembinaan pegawai untuk mewujudkan perilaku pegawai yang profesional

    dan bertanggung jawab. Penetapan kode etik meliputi:

    a. Kode etik pegawai

    PNS didalam menjalankan tugasnya wajib:

    Mengamalakan sikap dan prilaku sesuai ajaran agama atau kepercayaan yang dianut

    Mengikuti setiap upacara bendera dengan tertib

    Menjaga citra dan martabat dengan tidak melakukan perbuatan amoral/asusila Menaati tata

    tertib kantor

    Mematuhi dan melaksanakanpedoman kerja, standar operasional prosedur dan standar

    pelayanan

    Tidak menyebarluaskan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan

    Bersikap netral dan profesional dalam melaksanakan tugas

    Menghargai pendapat orang lain dan bersaing secara sehat

  • 33

    Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, adil, santun, penuh empati dan tidak

    diskriminatif, serta tanpa pamrih

    Bersikap proaktif dan responsif dalam melaksanakan tugas kedinasan

    Bersikap jujur dan bertanggung jawab atas hasil pelaksanaan tugas

    Mengindahkan etika berkomunikasi

    Mengindahkan etika dalam menerima tamu

    Menjaga kebersihan, keamanan dan kenyamanan ruang kerja

    Tidak melakukan kegiatan di luar tugas kedinasan selama jam kerja

    Berpakaian rapi, pantas, sopan dan berpenampilan sederhana

    Bersikap sopan serta menjalin kerja sama yang baik dan bersikap positif antar sesama

    pegawai dan antara atasan dengan bawahan

    Menjaga kesehatan dan kebugaran

    Menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah tangga atau keluarga

    b. Sanksi

    PNS yang melanggar ketetapan kode etik akan menerima sanksi berupa sanksi moral, yaitu

    keharusan untuk membuat pernyataan tertulis permohonan maaf dan/atau penyesalan. Sanksi

    ditetapkan oleh pejabat yang berwenang atas rekomendasi dari Majelis Kode Etik. Atasan dari

    pegawai yang melanggar dianggap melakukan pelanggaran kode etik dan dikenakan sanksi jika :

    Tidak meneliti pengaduan dan tidak menjaga kerahasiaan identitas pelapor

    Tidak meneliti pelanggaran kode etik pegawai

    Tidak melaporkan hasil penelitian kepada pejabat yang berwenang

    Aparatur Kementerian PUPR mendapatkan pembinaan dan pengembangan berupa tugas belajar dan

    ijn belajar yang diatur di dalam Permen PU Nomor 13/PRT/M/2014 tentang Pembinaan dan

    Pengembangan Aparatur Kementerian Pekerjaan Umum. Tugas Belajar adalah penugasan yang

    diberikan oleh pimpinan Unit Kerja yang bertanggung jawab terhadap pembinaan kepegawaian kepada

    aparatur untuk mengikuti pendidikan dalam bidang atau tingkat tertentu yang diselenggarakan oleh

    Kementerian Pekerjaan Umum atau instansi lainnya baik di dalam maupun luar negeri, dengan biaya

    Negara atau dengan biaya sesuatu Pemerintah Negara Asing, sesuatu Badan International, atau

    sesuatu Badan Swasta Asing.

    Izin belajar adalah bentuk persetujuan yang diberikan oleh pimpinan Unit Kerja Eselon II yang

    bertanggung jawab terhadap pembinaan kepegawaian, kepada aparatur atas dasar permohonan

    tertulis yang bersangkutan untuk mengikuti/ melanjutkan pendidikan dalam bidang atau tingkat tertentu

  • 34

    tanpa meninggalkan tugas sehari-hari. Untuk mendapatkan penyesuaian ijazah harus mengikuti ujian

    Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah (KPPI). Syarat untuk mengikuti ujian KPPI adalah:

    a. Memiliki jabatan atau diberi tugas yang memerlukan pengetahuan/keahlian yang sesuai

    dengan ijazah yang diperoleh

    b. Jurusan/ Program Studi yang dapat disesuaikan ijazahnya di lingkungan Kementerian PUPR

    sesuai dengan kebutuhan kualifikasi pendidikan dan formasi

    c. Sekolah/PT diakreditasi oleh BAN-PT minimal B dan bukan merupakan kelas jauh yang tidak

    memiliki izin dari institusi yang berwenang

    d. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir

    e. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai Baik dalam 1 (satu) tahun

    terakhir

    f. Penentuan kelulusan ujian KPPI ditentukan berdasarkan nilai ambang batas (passing grade)

    yang telah ditentukan

    g. Memiliki Sertifikat lulus ujian KPPI yang diselenggarakan oleh Kementerian PUPR

    PNS yang telah melangsungkan pernikahan pertama, wajib mengirimkan laporan perkawinan secara

    tertulis kepada Pejabat melalui saluran hierarki. Demikian pula bagi PNS yang menjadi duda atau janda

    yang melangsungkan perkawinan lagi. PNS yang telah lapor berhak memperoleh Kartu Isteri

    (Karis)/Kartu Suami (Karsu) yangmerupakan kartu identitas isteri/suami PNS (Keputusan Kepala BAKN

    Nomor 1158a tahun 1983). Fungsi Karis/Karsu:

    - Sebagai bukti pendaftaran isteri/suami sah PNS

    - Sebagai lampiran surat pengantar permohonan pensiun janda/duda

    - Untuk tertib administrasi kepegawaian

    Bagi PNS yang kehilangan Karis/Karsu untuk penggantian perlu melampirkan:

    - Surat keterangan kehilangan dari kepolisian (asli)

    - Laporan perkawinan pertama (LPP) atau laporan perkawinan janda/duda

    - Pas photo terbaru ukuran 3 X 4 sebanyak 2 lembar

    Karis/Karsu berlaku selama yang bersangkutan menjadi isteri/suami sah dari PNS atau Pensiunan