Research Paper (DONE).doc

96
ABSTRAKSI Masyarakat pada umumnya, menganggap ondel-ondel hanya sebagai kebudayaan lama masyarakat Betawi yang kerap kali digunakan sebagai alat mencari nafkah di jalan-jalan raya. Padahal jika kita lihat, ondel-ondel sebenarnya memiliki fungsi yang jauh berbeda dari anggapan masyarakat pada umumnya. Ondel-ondel menurut hakekatnya merupakan sebuah kebudayaan untuk memerankan leluhur yang telah tiada. Sudah sepantasnya kesenian ondel-ondel dianggap sebagai kekayaan tersendiri bagi masayarakat Indonesia terutama, Jakarta dan patut dilestarikan. Dalam kesempatan ini, kami akan membahas mengenai letak ondel-ondel dalam kehidupan sehari-hari masayarakat Jakarta dan juga dampak globalisasi dalam kebudayaan ondel-ondel serta juga kehidupan para pemain ondel- ondel. Dengan penelitian ini, diharapkan bahwa ondel ondel akan kembali ke fungsi awalnya dan menghasilkan perubahan cara pandang dalam masyarakat. Kami mewawancarai beberapa narasumber baik dari para tokoh masyarakat Betawi, grup ondel- ondel,serta pemerintah Jakarta terutama dari bagian Pariwisata dan Kebudayaan. Kami juga telah turun ke lapangan untuk melihat langsung proses dari para grup ondel-ondel dalam mencari uang untuk kehidupan mereka. Selain itu, kami melakukan riset pustaka dari berbagai buku yang berkaitan dengan tema kami dan sumber sekunder lainnya untuk memperkuat hasil kami. Permasalahan mengenai penyalahgunaan budaya ini harus segera ditangani agar menciptakan pandangan yang baik terhadap citra dari ondel-ondel. Semua pihak dalam lapisan masyarakat Jakarta harus ikut berpartisipasi agar fungsi dari ondel ondel yang lama dapat kembali dan memberikan dampak yang lebih besar dalam masyarakat. 1 | Page

description

Karya Tulis Ilmiah ondel-ondel

Transcript of Research Paper (DONE).doc

Page 1: Research Paper (DONE).doc

ABSTRAKSI

Masyarakat pada umumnya, menganggap ondel-ondel hanya sebagai kebudayaan lama masyarakat Betawi yang kerap kali digunakan sebagai alat mencari nafkah di jalan-jalan raya. Padahal jika kita lihat, ondel-ondel sebenarnya memiliki fungsi yang jauh berbeda dari anggapan masyarakat pada umumnya. Ondel-ondel menurut hakekatnya merupakan sebuah kebudayaan untuk memerankan leluhur yang telah tiada. Sudah sepantasnya kesenian ondel-ondel dianggap sebagai kekayaan tersendiri bagi masayarakat Indonesia terutama, Jakarta dan patut dilestarikan. Dalam kesempatan ini, kami akan membahas mengenai letak ondel-ondel dalam kehidupan sehari-hari masayarakat Jakarta dan juga dampak globalisasi dalam kebudayaan ondel-ondel serta juga kehidupan para pemain ondel-ondel. Dengan penelitian ini, diharapkan bahwa ondel ondel akan kembali ke fungsi awalnya dan menghasilkan perubahan cara pandang dalam masyarakat. Kami mewawancarai beberapa narasumber baik dari para tokoh masyarakat Betawi, grup ondel-ondel,serta pemerintah Jakarta terutama dari bagian Pariwisata dan Kebudayaan. Kami juga telah turun ke lapangan untuk melihat langsung proses dari para grup ondel-ondel dalam mencari uang untuk kehidupan mereka. Selain itu, kami melakukan riset pustaka dari berbagai buku yang berkaitan dengan tema kami dan sumber sekunder lainnya untuk memperkuat hasil kami. Permasalahan mengenai penyalahgunaan budaya ini harus segera ditangani agar menciptakan pandangan yang baik terhadap citra dari ondel-ondel. Semua pihak dalam lapisan masyarakat Jakarta harus ikut berpartisipasi agar fungsi dari ondel ondel yang lama dapat kembali dan memberikan dampak yang lebih besar dalam masyarakat.

1 | P a g e

Page 2: Research Paper (DONE).doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai ikon promosi pariwisata Indonesia dan ibukota negara, Jakarta merupakan

salah satu daerah yang penting di Indonesia. Jakarta memiliki berbagai macam kebudayaan

yang merupakan sebuah kekayaan tersendiri bagi Indonesia dan berfungsi untuk melengkapi

satu sama lain.

Salah satu kebudayaan Jakarta tersebut adalah ondel-ondel. Ondel-ondel merupakan

sebuah kebudayaan arak-arakkan boneka setinggi kurang lebih dua meter yang

melambangkan nenek moyang. Ondel-ondel juga dipercaya untuk mengusir hujan dan bala

lainnya. Ondel-ondel ini sudah menjadi ikon kota Jakarta, terlebih untuk orang-orang Betawi.

Jadi ondel-ondel ini sudah mendarah daging bagi masyarakat asli Jakarta yaitu Betawi.

Namun sekarang jika kita melihat ini di jalan-jalan Jakarta, kita melihat kesenian

ondel-ondel digunakan untuk hal-hal yang bukan fungsinya. Ondel – ondel seringkali salah

diartikan oleh masyarakat sebagai grup pengamen di jalan raya. Hal ini memang dikatakan

karena fakta ondel-ondel sering dipakai mengamen. Banyak sekumpulan orang yang

membentuk suatu grup ondel-ondel, untuk mencari nafkah. Mereka semua mengelilingi jalan-

jalan sekitar dan menarik perhatian masyarakat untuk menonton mereka. Hal ini merupakan

penyimpangan dari kesenian ondel-ondel yang sebenarnya. Rasa peduli akan kesenian ini

mulai pudar seiring dengan modernisasi. Bahkan seringkali, masyarakat Jakarta mengindar

dari kesenian ini karena berbagai alasan. Masyarakat menjadi tidak suka dengan budaya

sendiri, dan lebih tertarik untuk mempelajari budaya asing.

2 | P a g e

Page 3: Research Paper (DONE).doc

Budaya ondel-ondel ini juga semakin lama semakin tidak diminati masyarakat. Ondel-

ondel kalah bersaing dengan budaya luar. Selain itu masyarakat juga tidak sadar akan

pentingnya budaya sendiri, walaupun budaya itu tidak semenarik budaya lain. Masyarakatlah

yang berkewajiban untuk melestarikan budaya ondel-ondel, sehingga tidak punah. Masalah

ini bukanlah masalah yang sepele, tetapi masalah yang membutuhkan keseriusan dalam

mengatasinya, karena menyangkut budaya kita sendiri yang terancam punah akibat masuknya

budaya asing.

Untuk mengatasi masalah ini, kami akan menyelidiki dan melihat dari 2 prespektif

berbeda yaitu dari segi pemain ondel-ondel dan dari segi masyarakat. Kami juga akan

mambahas mengenai cara menyelesaikan permasalahan ini sebagai penengah kedua pihak dan

membuat ondel-ondel kembali menjadi kekayaan Jakarta. Ketidakpedulian masyarakat ini

perlu ditindaklanjuti. Masyarakat harus lebih sadar akan budaya sendiri, dan melestarikan

budaya sendiri sehingga tidak punah.

Dalam mewujudkan hal ini, kami telah menyiapkan berbagai basis-basis untuk

meneliti semua hal ini yaitu berbagai teori, bidang pelajaran yaitu Pkn dan IPS serta dari

buku-buku yang sudah ditulis. Kami juga dibantu oleh internet yang memiliki jangkauan

informasi yang luas dan terjamin kebenarannya.

1.2 Perumusan Masalah

1. Sejauh mana peran kebudayaan berpengaruh terhadap identitas bangsa?

2. Bagaimana peran ondel-ondel dalam kehidupan masyarakat Jakarta?

3. Apa dampak dari proses kebudayaan di era globalisasi terhadap peran ondel-

ondel sebagai identitas masyarakat Betawi?

3 | P a g e

Page 4: Research Paper (DONE).doc

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian kami dibagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus. Kami membagi dua tujuan kami ini karena ada sebagian tujuan yang bermanfaat bagi

masyarakat banyak dan ada tujuan yang hanya bermanfaat bagi kami sendiri.

I.3.1 Tujuan umum

Tujuan kami dalam melakukan penelitian ini adalah agar ondel-ondel tidak

menjadi :

1. Tidak menjadi alat pemenuh kebutuhan hidup manusia yang cenderung negatif

2. Tidak dipandang buruk oleh masyarakat

3. Menjadi identitas masyarakat Jakarta

I.3.2 Tujuan Khusus

Kami mengerjakan research paper ini sebagai syarat untuk mengikuti Ujian

Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional yang merupakan syarat kelulusan

SMP Kolese Kanisius.

I.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian kami ini terdapat beberapa manfaat yang didapat. Kami membagi tiga

manfaat penelitian kami ini yakni untuk masyarakat, untuk sekolah dan untuk keluarga

sendiri.

I.4.1 Bagi masyarakat

Manfaat yang dapat dirasakan dari masyarakat sendiri adalah masyarakat

menjadi lebih menghargai budaya yang ada. Jika masyarakat menghargai

budaya kita sendiri, maka secara tidak langsung budaya itu akan terus

dikembangkan dan tidak akan punah.

I.4.2 Bagi sekolah

4 | P a g e

Page 5: Research Paper (DONE).doc

Bagi sekolah sendiri, manfaat yang didapat adalah sekolah menjadi sadar akan

pentingnya kebudayaan, sehingga akan lebih menanamkan nilai-nilai yang

mendukung keberlangsungan budaya kita, sehingga murid-muridnya sadar dan

bangga, serta dapat memajukan budaya kita sendiri. Salah satu bentuk konkret

yang dapat dilakukan adalah dengan menambah buku-buku tentang budaya di

perpustakaan sekolah.

I.4.3 Bagi keluarga

Manfaat yang dapat berpengaruh kepada keluarga adalah keluarga diharapkan

dapat mendidik anak agar menghargai kebudayaan dan memberikan sudut

pandang yang positif terhadap budaya ondel-ondel. Dengan demikian maka

anak-anak generasi muda dapat menghargai dan bangga dengan budaya yang

kita miliki, dan tidak terbawa arus globalisasi budaya lain yang masuk.

I.5 Hipotesis

Kesenian ondel-ondel bukanlah kesenian semata yang tak ada fungsinya. Ondel-ondel

juga memiliki fungsi tersendiri. Menurut informasi dari media internet, fungsi ondel-ondel

adalah untuk menolak bala, hiburan bagi masyarakat dan juga sebagai penyemarak Jakarta.

Namun kami menduga bahwa fungsi ondel-ondel sekarang ialah sebagai sarana para

seniman untuk mencari nafkahnya. Kami menduga bahwa para seniman tersebut memainkan

ondel-ondel dengan tujuan utama yaitu mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup

mereka.

Kami juga berharap kedepannya bahwa ondel-ondel dapat menjadi ikon Jakarta yang

disegani masyarakat, digunakan dalam kegiatan kesenian secara resmi, dapat selalu dikenal

dan disukai masyarakat. Kami juga berharap pada seniman ondel-ondel supaya taraf hidup

mereka lebih meningkat dan juga membagikan ilmu ondel-ondel kepada generasi muda.

5 | P a g e

Page 6: Research Paper (DONE).doc

I.6 Metode Penelitian

Dalam membuat riset ini, kami melakukan beberapa penelitian mengenai ondel-ondel,

seniman ondel-ondel dan wawancara mengenai orang-orang yang berpengalaman dalam

bidang ini.

Kami menggunakan metode observasi dalam mengumpulkan data yaitu dengan

melakukan pengamatan terhadap budaya ondel-ondel dalam kehidupan. Kami juga melakukan

pengumpulan data ilmiah melalui sumber primer dan juga sumber sekunder. Sumber primer

merupakan data yan didapat dari wawancara yang kami lakukan dari berbagai pihak, yakni

masyarakat, seniman ondel-ondel, dan Dinas Pariwisata Sedangkan sumber sekunder adalah

sumber yang berasal dari buku yang ditulis orang yang berkaitan dengan pendapat dan

pandangan mereka terhadap budaya ondel-ondel.

I.7 Waktu penelitian

Ada beberapa tahap penelitian yang kami lakukan, antara lain adalah :

1. Observasi ke Kampung Pulo dan mengamati kegiatan para seniman ondel-

ondel pada tanggal 9 November 2012.

2. Mewawancarai seniman ondel-ondel bernama Abdul Hammid pada tanggal

12 November 2012 di Kampung Pulo.

3. Mewawancarai Endrati Fariani selaku Kepala Seksi Umum Dinas

Pariwisata Provinsi DKI Jakarta melalui media BlackBerry Messenger.

4. Mewawancarai Pak Is sebagai anggota masyarakat.

I.8 Sistematika Penulisan

Bab satu merupakan pendahuluan, yang meliputi latar belakang, perumusan masalah,

tujuan penelitian serta manfaat penelitian selain itu juga disertakan hipotesis dan teknik

penelitian.

6 | P a g e

Page 7: Research Paper (DONE).doc

Bab dua memuat landasan teori, disini kami memasukkan landasan teori mengenai

masyarakat, terori modernisasi, teori perubahan sosial, teori identitas, teori struktural

fungsional, dan juga memuat definisi dan beberapa hal yang berkaitan dengan budaya ondel-

ondel.

Bab tiga memuat pembahasan dari pertanyaan kami, di sini kami akan membahas

mengenai sejauh mana peran kebudayaan berpengaruh terhadap identitas budaya itu sendiri,

bagaiman peran ondel-ondel dalam kehidupan masyrakat Jakarta, apa dampak dari proses

kebudayaan di era globalisasi.

Bab empat memuat penutup, di penutup kami akan memberikan kesimpulan atas

pernyataan kami dan juga saran kami terhadap keadaan ondel – ondel sekarang ini.

7 | P a g e

Page 8: Research Paper (DONE).doc

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini kami akan menyajikan kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini.

Hal ini kami dapat dari media cetak maupun elektronik. Hal-hal yang akan kami bahas

meliputi Teori Modernisasi, Teori Perubahan Sosial, Definisi ondel-ondel, Teori Masyarakat,

Teori Struktural Fungsional, dan Teori Identitas. Keenam hal tersebut kami pilih sebagai

landasan teori kami, karena menurut kami, keenam hal ini sangat berkaitan dengan tema

research paper yang ingin kami bahas. Landasan teori ini juga akan kami gunakan sebagai

bantuan kami dalam menjawab permasalahan yang sudah kami angkat. Berikut landasan-

landasan teori yang kami kaji.

A. Dampak dari proses kebudayaan di era globalisasi terhadap peran ondel-

ondel sebagai identitas bangsa

Identitas bangsa pada hakekatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang

tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa, dengan ciri-ciri khas yang

membedakan suatu bangsa dengan bangsa lain dalam kehidupannya. Berdasarkan pengertian

yang demikian, maka setiap bangsa di dunia memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan

keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Berikut teori yang akan kami

gunakan.

2.1 Teori Modernisasi

Wilbert E Moore yang menyebutkan modernisasi adalah suatu transformasi total

kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern menjadi modern dalam segala bidang

terutama bidang IPTEK, yang ciri-cirinya cenderung ke pola negara Barat. Sementara

8 | P a g e

Page 9: Research Paper (DONE).doc

menurut J.W. School, modernisasi adalah suatu transformasi, suatu perubahan masyarakat

dalam segala aspek-aspeknya. Yang modern merupakan simbol dari kemajuan, pemikiran

yang rasional, cara kerja yang efisien, dsb. Teori modernisasi didasarkan pada faktor-faktor

non material sebagai penyebab kemiskinan, khususnya dunia ide atau alam pikiran. Faktor-

faktor ini menjelma dalam alam psikologi individu, atau nilai-nilai kemasyarakatan yang

menjadi orientasi penduduk dalam memberikan arah kepada tingkah-lakunya.

Faktor-faktor non material atau dunia ide ini dianggap sebagai faktor yang mandiri,

yang bisa dipengaruhi secara langsung melalui hubungan dunia ide dengan yang lain. Oleh

karena itu, pendidikan menjadi salah satu cara yang sangat penting untuk mengubah psikologi

seseorang atau nilai-nilai budaya sebuah masyarakat. Dalam perkembangannya, memang ada

teori yang juga menekankan aspek kondisi material. Teori-teori seperti ini memang

merupakan teori peralihan ke Teori Struktural, meskipun persoalan yang dibahas berlainan.

Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan

yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan

tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur. Diungkapkan

pula modernisasi merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus

berkembang sekarang ini. Tingkat teknologi dalam membangun modernisasi betul-betul

dirasakan dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari kota metropolitan sampai ke

desa-desa terpencil.

2.1.1 Syarat Modernisasi

Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat

tertentu, yaitu sebagai berikut :

a. Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun

masyarakat.

9 | P a g e

Page 10: Research Paper (DONE).doc

b. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan

birokrasi.

c. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada

suatu lembaga atau badan tertentu.

d. Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi

dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.

e. Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di

lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.

f. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.

2.1.2 Dampak Positif

Dampak positif dari adanya teknologi modernisasi menimbulkan kemajuan dibidang

teknologi itu sendiri. Kita lebih terbantu dengan adanya teknologi tersebut sehingga pekerjaan

kita cepat selesai dan memberikan banyak manfaat lainnya. Dampak positifnya antara lain :

a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap

Adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir

masyarakat yang irasional menjadi rasional.

b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi

lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pula yang membentuk masa

modernisasi yang terus kian berkembang dan maju di waktu sekarang ini.

c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik

Dibukanya industri atau industrialisasi berdasarkan teknologi yang sudah maju

menjadikan nilai dalam memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi

10 | P a g e

Page 11: Research Paper (DONE).doc

yang canggih, dan juga merupakan salah satu usaha mengurangi pengangguran

dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, hal ini juga dipengaruhi tingkat

ilmu pengetahuan dan teknologi yang membantu perkembangan modernisasi.

2.1.3 Dampak Negatif

Dampak negatif dari teknologi modernisasi menimbulkan perbedaan tingkah laku

masyarakat. Dapat dilihat perbedaan yang jelas ketika masyarakat belum mengenal teknologi

dan ketika masyarakat mengenal teknologi modernisasi sekarang ini. Dampak negatifnya

antara lain :

a. Pola Hidup Konsumtif

Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat

penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu

masyarakat mudah tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan

yang ada, sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

b. Sikap Individualistik

Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka

merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal hakekat

manusia adalah sebagai makhluk sosial.

c. Gaya Hidup Kebarat-baratan

Tidak semua budaya Barat baik dan cocok untuk diterapkan di Indonesia.

Budaya yang positif seperti, lebih realistik dan bekerja lebih giat baik untuk

diterapkan, namun budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah

anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-

lain.

d. Kesenjangan Sosial

11 | P a g e

Page 12: Research Paper (DONE).doc

Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang

dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam

jurang pemisah antara individu dengan individu lainnya. Dengan kata lain

individu yang dapat terus mengikuti perkembangan jaman memiliki

kesenjangan tersendiri terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu

proses modernisasi tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial

antara individu satu dengan lainnya, yang bisa disangkutkan sebagai sikap

individualistik.

e. Kriminalitas

Kriminalitas sering terjadi di kota-kota besar karena menipisnya rasa, sikap

yang individualisme, adanya tingkat persaingan yang tinggi dan pola hidup

yang konsumtif.

2.1.4 Modernisasi di Indonesia

Negara Indonesia mulai lebih berkembang sejak penjajahan Belanda dan Jepang.

Namun, pada era Soeharto yang lebih membuka diri kepada dunia luar, terutama negara-

negara barat menyebabkan proses modernisasi dalam negara berkembang semakin pesat.

Berbeda dengan era Soekarno yang menutup diri terhadap dunia Barat. Indonesia sendiri saat

ini menjadi negara yang berkembang cukup pesat dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial.

Sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang digunakan pun memiliki peran penting

dalam proses kemajuan dan perkembangan teknologi yang membuat Indonesia lebih modern.

Karena sumber daya inilah pihak Indonesia bekerja sama dengan negara lain dan saling

melengkapi kebutuhan antara satu dengan negara lainnya.

Indonesia yang banyak mendapat pengaruh dari luar ini dapat belajar melalui

hubungannya dengan negara luar tersebut. Indonesia sendiri jadi mulai mampu menciptakan

12 | P a g e

Page 13: Research Paper (DONE).doc

alat-alat teknologi yang praktis dan efisien seperti layaknya yang ada di kehidupan sehari –

hari seperti televisi, telepon genggam, komputer, laptop, dan lainnya. Sehingga menciptakan

kemajuan yang ada pada Indonesia baik dari sisi modernisasi maupun teknologinya. Indonesia

sedang berada dalam masa penyesuaian di mana modernisasi dan globalisasi semakin masuk

secara bertahap ke dalam Indonesia. Bukan hanya itu modernisasi juga sangat terpengaruh

dengan majunya teknologi – teknologi yang ada pada Negara Indonesia sendiri.

2.2 Perubahan Sosial

Istilah "sistem" berasal dari bahasa Yunani yaitu systema yang artinya hubungan yang

berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen secara teratur. Sedangkan pengertian

"sistem sosial", menurut Jabal Tarik Ibrahim dalam bukunya Sosiologi Pedesaan, adalah

sejumlah kegiatan atau sejumlah orang yang mempunyai hubungan timbal balik relatif

konstan. Hubungan sejumlah orang dan kegiatannya itu berlangsung terus menerus.

Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga

kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya,

termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam

masyarakat

2.2.1 Pengertian Perubahan Sosial

Definisi dan pengertian tentang perubahan sosial menurut para ahli diantaranya adalah

sebagai berikut : 

a. Kingsley Davis : perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang

terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat

b. William F. Ogburn : perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup unsur-

unsur kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya

13 | P a g e

Page 14: Research Paper (DONE).doc

pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur

immaterial.

c. Mac Iver : perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi

dalam hubungan sosial (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan

(equilibrium) hubungan sosial.

d. Gillin dan Gillin : perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu

variasi dari cara hidup yang telah diterima karena adanya perubahan

kondisi geografi, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun

adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.

Tidak semua gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan dapat dikatakan

sebagai perubahan sosial, gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial memiliki ciri-

ciri antara lain:

a. Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka mengalami

perubahan baik lambat maupun cepat.

b. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan

perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.

c. Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang

bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri.

d. Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual karena

keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat.

2.2.2 Bentuk-Bentuk Perubahan

14 | P a g e

Page 15: Research Paper (DONE).doc

Berdasarkan cepat lambatnya, perubahan sosial dibedakan menjadi dua bentuk umum

yaitu perubahan yang berlangsung cepat dan perubahan yang berlangsung lambat. Kedua

bentuk perubahan tersebut dalam sosiologi dikenal dengan revolusi dan evolusi.  Berdasarkan

teknisnya ada perubahan yang direncanakan dan tidak direncanakan. Sedangkan berdasarkan

pengaruhnya, ada perubahan yang berpengaruh besar dan ada pula perubahan yang

berpengaruh kecil.

a. Perubahan evolusi

Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam

proses lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari

masyarakat yang bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti

kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.  

Dengan kata lain, perubahan sosial terjadi karena dorongan dari usaha-usaha

masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya

dengan perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Contoh, perubahan sosial

dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat meramu. Menurut Soerjono

Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi, yaitu:

Unilinier Theories of Evolution: menyatakan bahwa manusia dan

masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu,

dari yang sederhana menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang

sempurna.

Universal Theory of Evolution: menyatakan bahwa perkembangan

masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut

15 | P a g e

Page 16: Research Paper (DONE).doc

teori ini, kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang

tertentu.

Multilined Theories of Evolution: menekankan pada penelitian terhadap

tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya,

penelitian pada pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu

ke pertanian.

b. Perubahan revolusi

Perubahan  revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan

tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan

revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-

unsur kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif

cepat. Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak

direncanakan, dimana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam

tubuh masyarakat yang bersangkutan.

Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat.

Secara sosiologi, suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat

tertentu, antara lain adalah:

Ada beberapa keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.

Di dalam masyarakat ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan

harus ada suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan

keadaan tersebut.

Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu

memimpin masyarakat tersebut.

16 | P a g e

Page 17: Research Paper (DONE).doc

Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut,

untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari

masyarakat, untuk dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat.

Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada

masyarakat. Artinya adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat

dilihat oleh masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu tujuan yang

abstrak. Misalnya perumusan sesuatu ideologi tersebut.

Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala

keadaan dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan

revolusi. Apabila momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih

keliru, maka revolusi dapat gagal.

c. Perubahan direncanakan dan tidak direncanakan

Perubahan yang direncanakan

Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang

diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-

pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-

pihak yang menghendaki suatu perubahan dinamakan agent of change, yaitu

seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari

masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-

lembaga kemasyarakatan. 

Oleh karena itu, suatu perubahan yang direncanakan selalu di

bawah pengendalian dan pengawasan agent of change. Secara umum,

perubahan berencana dapat juga disebut perubahan dikehendaki. Misalnya,

untuk mengurangi angka kematian anak-anak akibat polio, pemerintah

17 | P a g e

Page 18: Research Paper (DONE).doc

mengadakan gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) atau untuk

mengurangi pertumbuhan penduduk, Pemerintah mengadakan program

Keluarga Berencana (KB).

Perubahan yang tidak direncanakan dan contoh

Perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang

tidak dikehendaki oleh masyarakat. Karena terjadi di luar perkiraan dan

jangkauan, perubahan ini sering membawa masalah-masalah yang memicu

kekacauan atau kendala-kendala dalam masyarakat.

Oleh karenanya, perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit ditebak

kapan akan terjadi. Misalnya, kasus banjir bandang di Sinjai, Kalimantan

Barat. Timbulnya banjir dikarenakan pembukaan lahan yang kurang

memerhatikan kelestarian lingkungan. Sebagai akibatnya, banyak

perkampungan dan permukiman masyarakat terendam air yang

mengharuskan para warganya mencari permukiman baru.

d. Perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecil

Perubahan berpengaruh besar

Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut

mengakibatkan terjadinya perubahan

pada struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata pencaharian,

dan stratifikasi masyarakat. Sebagaimana tampak pada perubahan

masyarakat agraris menjadi industrialisasi. Pada perubahan ini memberi

pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah

kepadatan penduduk di wilayah industri dan mengakibatkan adanya

perubahan mata pencaharian.

18 | P a g e

Page 19: Research Paper (DONE).doc

Perubahan berpengaruh kecil

Perubahan-perubahan berpengaruh kecil merupakan

perubahan- perubahan yang terjadi pada struktur sosial yang tidak

membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contoh,

perubahan mode pakaian dan mode rambut. Perubahan-perubahan tersebut

tidak membawa pengaruh yang besar dalam masyarakat karena tidak

mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan

homolis.

B. Peran ondel-ondel dalam kehidupan masyarakat Jakarta

Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam

pesta-pesta rakyat. Ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa

menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa. Berikut definisi dari ondel-ondel.

2.3 Definisi Ondel-ondel

Ondel-ondel merupakan pertunjukan khas Betawi yang sering tampil dalam berbagai

perayaan seperti perayaan adat dan menjadi arak-arakan atau penghias wajah Ibu Kota

Jakarta. Ondel-ondel biasa digunakan sebagai pemujaan terhadap leluhur. Berikut beberapa

hal mengenai ondel-ondel dalam buku Sejarah Jakarta dan Peradaban Melayu-Betawi.

2.3.1 Ciri Khas Ondel-Ondel

Ondel – ondel adalah boneka besar yang memiliki tinggi bisa sekitar 2,5 meter – 3

meter, menggunakan pakaian berwarna-warni dan riasan wajah tebal, juga dengan beragam

ornamen di kepalanya. Ondel-ondel diperankan oleh seorang pria yang berjalan dan menari

dalam iringan musik khas Betawi. Ondel-ondel dibuat secara tradisional dari bilah-bilah

bambu dan diberi pakaian dengan perhiasan layaknya pengantin. Hampir semua bahan

pembuatannya alami. Termasuk juga pewarnanya, yakni merah, kuning, dan warna-warna 19 | P a g e

Page 20: Research Paper (DONE).doc

cerah lainnya yang dibuat dengan bahan alami. Salah satu tempat untuk melihat pembuatan

ondel-ondel adalah di kawasan Rawa Belong, Jakarta Barat.

Ondel-ondel ditampilkan berpasangan laki-laki dan perempuan yang diibaratkan sebagai

suami istri. Ondel-ondel laki wajahnya dicat merah, diberi kumis melintang, jenggot, alis,

tebal, cambang, dan kadang dibuat caling. Sementara, ondel-ondel perempuan wajahnya di cat

putih atau kuning, diberi rias gincu, bulu mata lentik, dan alis lancip. Kadang dibuat tai lalat.

Kadang juga tampil ondel-ondel anak-anak.

Ondel tersebut memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak

cucunya. Oleh karena itu, dapat dikatakan ondel-ondel merupakan danyang desa. Bahan

pakaian ondel-ondel masing-masing 10 meter. Pakaian ondel-ondel laki-laki berwarna gelap

dengan jenisnya pakaian pangsi. Untuk perempuan dipilihkan warna cerah motif polos atau

kembang-kembang dengan jenisnya baju kurung.

2.3.2 Fungsi Ondel-Ondel

Budaya boneka-bonekaan dengan iringan musik seperti ondel-ondel ini sebagai

lambang dewa-dewa penyelamat. Awalnya permainan ini digunakan untuk pemujaan arwah

nenek moyang atau tokoh yang dihormati. Namun, saat ini ondel-ondel lebih berfungsi media

hiburan, seperti penyambutan tamu, atau pesta khitanan. Boneka raksasa ini juga pernah

dikenal di Jawa Barat dengan sebutan badawang, di Jawa Tengah disebut barongan buncis,

dan di Bali dikenal dengan barong landung.

Ondel-ondel Betawi dibuat dengan tujuan untuk mengusir roh jahat dan penyakit.

Ondel-ondel pun awalnya sangat dikenal dengan sisi magis dimana penari ondel-ondel harus

memberikan sesajen berupa rokok, kopi, air kelapa, atau pun telur ayam kampung sebagai

sesaji kepada leluhur sebelum memulai arak-arakan. Cara memberikan sesajen kepada arwah

leluhur adalah dengan menaruhnya di dalam kerangka tubuh ondel-ondel.

20 | P a g e

Page 21: Research Paper (DONE).doc

Apabila sesajen ini tidak dipenuhi maka ondel-ondel pun diyakini tidak akan maksimal

beraksi. Akan tetapi, saat ini masyarakat Betawi lebih memanfaatkannya sebagai perangkat

budaya untuk menyemarakkan pesta atau untuk acara peresmian khusus. Setidaknya beragam

kegiatan itu telah berjasa untuk mempertahankan tradisi unik ini di tengah modernisasi Kota

Jakarta.

2.3.3 Musik Betawi sebagai Pengiring

a. Ondel-ondel tidak akan berjalan tanpa iringan musik khas Betawi yaitu musik

tehyan. Jenis musik tradisional ini mendapatkan pengaruh dari China. Kadang-

kadang, sekelompok orang bermain tanjidor, yaitu alat musik yang berasal dari

istilah Portugis untuk sekelompok orang yang bermain musik, tangedores. Ada juga

ondel-ondel yang menggunakan musik gendang pencak Betawi, musik ningnong,

gambang kromong, dan rebana ketimprung. Musik khas Betawi akan menyertai

ondel-ondel ketika mereka tampil dalam sebuah parade. Setiap kelompok dari

berbagai kampung di Betawi akan memainkan jenis musik yang berbeda,

tergantung pengaruh yang diresapinya.

Oleh karena itu, ondel-ondel bisa sangat beragam jenisnya. Beberapa hadir

dengan tehyan, beberapa dengan gambang kromong, sementara yang lainnya tampil

dengan warna tanjidor. Saat ini ada beberapa kelompok ondel-ondel yang aktif

melestarikan budaya yang cantik ini, yaitu ondel-ondel pimpinan Gejen (Kampung

Situ), ondel-ondel Beringin Sakti pimpinan Yasin (Rawasari). Adapula ondel-ondel

pimpinan Lamoh (Kalideres) diiringi bende, ningnong dan rebana ketimpring.

Dalam pementasannya ondel-ondel tersebut diiringi alat musik berupa kendang,

kenong dan terompet.

21 | P a g e

Page 22: Research Paper (DONE).doc

b. Musik Betawi lahir dari beragam budaya sesuai lokasinya yang dekat dengan

pelabuhan. Pengaruh Budaya Cina mempengaruhi suara dan jenis musiknya. Pengaruh

Budaya Portugis memainkan peran dalam memberikan ansambel merdu. Pengaruh

budaya Islam dari Timur Tengah juga terlihat dalam irama dalam setiap elemen

pertunjukan. Semua itu berpadu bersama budaya lokal dan menjadikan musik

tradisional Betawi begitu khas melantunkan musik yang harmonis.

Betawi sendiri merupakan nama dari sebuah kota sekaligus nama kelompok

etnis. Sebelum VOC datang, kelompok etnis Betawi lahir dari perkawinan antar

etnis seperti Jawa, Sunda, Arab, Cina, Bali, Bugis, Makassar, Melayu, dan Ambon.

Kata betawi berasal dari nama betavia atau batavia, yaitu sebuah nama lama untuk

Jakarta. Istilah batavia berasal dari bahasa Belanda dan Jerman, yaitu Batavieren,

adalah salah satu suku nenek moyang orang Belanda yang bermigrasi ke Belanda

(Rijndelta) dari bagian barat Jerman. Suku ini tinggal di kota tembok kuno di tepi

Sungai Maas. Semua gubernur VOC di Nusantara menggunakan nama Batavia

untuk kota pelabuhan ini, termasuk juga pendirinya yaitu Jan Pietersz Zoon Coen.

Ia sebenarnya ingin memberi nama kota pelabuhan ini sebagai Nieuw Hoorn

dengan alasan karena ia lahir di Hoorn, Belanda utara. Akan tetapi, karena harus

mematuhi perintah pusat dari Kerajaan Belanda maka ia menamainya Batavia. Kota

Batavia sendiri saat itu bersifat tertutup. Tidak ada penduduk setempat yang

diizinkan tinggal di dalam kota karena dibatasi oleh benteng. Akan tetapi, beberapa

kelompok etnis seperti Coromandel  (tentara bayaran Jepang),

orang Banda dan Banten (orang Sunda sebagai penduduk lokal Sunda Kelapa)

pernah tinggal di dalam kota tersebut.

2.4 Masyarakat

22 | P a g e

Page 23: Research Paper (DONE).doc

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup

atau semi terbuka, dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang

berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berasal dari bahasa Arab,

musyarak. Masyarakat merupakan sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung

satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang

yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Masyarakat mempengaruhi keadaan

psikologis seseorang. Seseorang yang tinggal/berada dalam kelompok masyarakat yang

berperilaku baik akan mempengaruhi keadaan pskilogis seorang tersebut, sehingga orang

tersebut akan menjadi orang yang baik sesuai dengan lingkungannya, namun jika orang

tersebut berada di kelompok masyarakat yang buruk, kemungkinan besar ia akan menjadi

buruk akibat dari interaksinya dengan kelompok masyakat tersebut.

Pergaulan manusia dengan sesamanya menimbulkan suatu ikatan rasa antar manusia

dalam jangka waktu yang lama dan berkelanjutan. Masyarakat juga didefinisikan sebagai

setiap kelompok manusia yang telah lama hidup dan berkerja sama sehingga mereka

mengorganisasikan diri dan berpikir tentang diri sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-

batas tertentu (Ralph Linton, 1977). Namun ada juga yang yang mendefinisikan bahwa di

seluruh kepulauan Indonesia pada tingkatan rakyat jelata terdapat pergaulan hidup di tdalam

golongan-golongan yang bertingkah-laku sebagai kesatuan sebagai dunia lahir dan batin.

Golongan-golongan tersebut mempunyai tata susunan yang tetap dan kekal dan orang

–orang dalam golongan itu masing-masing mengalami kehidupannya dalam golongan sebagai

hal yang sewajarnya, hal menurut kodrat alam, tidak ada seorang pun dari mereka yang

mempunyai pikiran akan kemungkinan pembubaran golongan itu. Golongan ini mempunyai

pengurus sendiri, milik keduniawian atau milik gaib. Golongan demikianlah yang bersifat

persekutuan hukum (Ter Haar, 1974). Hazairin (1970) mendefinisikan masyarakat dengan

23 | P a g e

Page 24: Research Paper (DONE).doc

melihat kehidupan masyarakat di Indonesia. Ia melihat bahwa, masyarakat-masyarakat hukum

adat, seperti desa di Jawa, marga di Sumatra Selatan, negeri di Minangkabau, kuria di

Tapanuli, wanua di Sulawesi Selatan, adalah kesatua-kesatuan kemasyarakatan yang

mempunyai kelengkapan kelengkapan-kelengkapan kemasyarakatan untuk sanggup berdiri

sendiri, yaitu mempunyai kesatuan hukum, kesatuan penguasa, dan kesatuan lingkungan

hidup berdasarkan hak bersama atas tanah dan air bagi semua anggotanya.

Masyarakat hukum adat itu, bentuk hukum kekeluaragaanya mempengaruhi sistem

pemerintahannya terutama berlandaskan pertanian, peternakan, perikanan, dan pemungutan

hasil hutan dan hasil air, ditambah sedikit dengan perburuan binatang liar, pertambangan, dan

kerajinan tangan. Semua anggotanya sama dalam hak dan kewajibannya. Penghidupan

mereka berciri komunal, di mana gotong royong, tolong-menolong, serasa dan semua

mempunyai peranan sama.

2.4.1 Beberapa ciri/unsur yang sama tentang masyarakat :

Dalam buku Pengantar Antropologi Budaya, karangan Prof. Dr. Koentjaraningrat,

dijelaskan tentang ciri-ciri masyarakat. Masyarakat memiliki ciri-ciri yang mencolok dan

tentu kita akan mudah mengetahui dan memahaminya. Ciri-cirinya antara lain :

a. Masyarakat adalah sekumpulan manusia

Dalam ilmu sosial tidak ada ukuran mutlak ataupun angka yang pasti untuk

menemukan berapa jumlah manusia yang harus ada, tetapi secara teoritis angka

minimum adalah dua orang yang hidup bersama

b. Kesatuan manusia itu bergaul dan hidup bersama dalam jangka waktu yang relatif

cukup lama.

c. Kumpulan manusia tidaklah sama dengan benda-benda mati karena kumpulan

manusia tersebut selalu berkembang dan akan timbul manusia baru. Manusia itu

24 | P a g e

Page 25: Research Paper (DONE).doc

juga mempunyai keinginan – keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau

perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu timbullah sistem

komunikasi dan peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam

kelompok tersebut.

d. Adanya kesadaran tentang identitas kesatuan hidup bersama

Kelompok masyarakat yang telah berhimpun itu memiliki kesadaran identitas

dalam kelompoknya sehingga memiliki suatu cara pandang sama terhadap sesuatu

hal yang disepakati.

e. Kesatuan hidup bersama ini menghasilkan suatu kebudayaan

Kesatuan hidup manusia itu dalam kerangka hubungan sosialnya menghasilkan

suatu kerangka dasar kehidupan yang terkait dengan aspek konsep, perilaku, dan

wujud nyata dari tatanan kebersamaan mereka. Setiap kelompok kesatuan

masyarakat hukum adat atau persekutuan hukum adat, baik yang bersifat teritorial,

genealogis, maupun dalam bentuk baru, sepeti perkumpulan masyarakat di

perantauan, yang diatur menurut hukum adat (kebiasaan) mempunyai susunan

pengurus yang menyatu dengan kepengurusan resmi atau terpisah berdiri sendiri.

2.5 Teori Struktural Fungsional

Fungsionalisme struktural diperkenalkan dan dikembangkan oleh Talcot Parson (“The

Structure of Social Action”, 1937) dan Robert K. Merton sebagai tradisi teoritik dalam kajian-

kajian kemasyarakatan khususnya yang menyangkut struktur dan fungsi masyarakat.

Teori fungsionalisme struktural berpusat kepada teori-teori dari stratifikasi sosial yang

dikemukakan oleh Kingsley Davis dan Wilbert Moore (1945). Namun dalam

perkembangannya teori ini telah mengalami kemerosotan khususnya pada empat dekade

25 | P a g e

Page 26: Research Paper (DONE).doc

terakhir dan akhirnya hanya bermakna historis, untuk kemudian dikembangnya menjadi neo-

fungsionalime oleh Zevry Alexander pada tahun 1980 an.

2.5.1 Fungsionalisme Menurut Talcot Parson

Teori struktural fungsional menurut Talcot Parson dimulai dengan empat fungsi

penting untuk semua sistem ”tindakan” yang disebut dengan AGIL. Melalui AGIL ini

kemudian dikembangkan pemikiran mengenai struktur dan sistem.

Menurut Parson fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan

kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan definisi ini Pa rson yakin bahwa ada empat

fungsi penting yang diperlukan semua sistem yang dinamakan AGIL yang antara lain adalah :

a. Adaptation (adaptasi)

Sebuah sistem harus dapat menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem

harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan juga menyesuaikannya

dengan kebutuhannya.

b. Goal attainment (pencapaian tujuan)

Sebuah sistem harus mendefinisikan diri untuk mencapai tujuan utamanya.

c. Integration (integrasi)

Sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi

komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting

lainnya (A, G, L).

d. Latency (pemeliharaan pola)

Sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara, dan memperbaiki, baik

motivasi individu maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang

motivasi.

26 | P a g e

Page 27: Research Paper (DONE).doc

Agar dapat tetap bertahan, maka suatu sistem harus mempunyai keempat fungsi

ini. Parson menciptakan sistem AGIL ini untuk digunakan di semua tingkat dalam

sistem teorinya, yang diaplikasikan dalam :

Organisme perilaku: sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi

dengan menyesuaikan diri dengan dan mengubah lingkungan eksternal.

Sistem kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan

menetapkan tujuan sistem dan memobilisasi sumber daya yang ada untuk

mencapainya.

Sistem sosial menanggulangi fungsi integrasi dengan mengendalikan

bagian-bagian yang menjadi komponennya.

Sistem kultural melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan

menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang memotivasi mereka

untuk bertindak.

Inti pemikiran Parson ditemukan dalam empat sistem tindakan yang

diciptakannya. Tingkatan yang paling rendah dalam sistem tindakan ini adalah

lingkungan fisik dan organisme, meliputi aspek-aspek tubuh manusia, anatomi,

dan fisiologisnya. Sedangkan tingkat yang paling tinggi dalam sistem tindakan

adalah realitas terakhir yang mungkin dapat berupa kebimbangan, ketidak

pastian, kegelisahan, dan tragedi kehidupan sosial yang menantang organisasi

sosial. Di antara dua lingkungan tindakan itulah terdapat empat sistem yang

diciptakan oleh Parson meliputi organisme perilaku, sistem kepribadian, sistem

sosial, dan sistem kultutral. Semua pemikiran Parson tentang sistem tindakan ini

didasarkan pada asumsi-asumsi berikut :

27 | P a g e

Page 28: Research Paper (DONE).doc

Sistem memiliki properti keteraturan dan bagian-bagian yang saling

bergantung.

Sistem cenderung bergerak ke arah mempertahankan keteraturan diri atau

keseimbangan.

Sistem mungkin statis atau bergerak dalam proses perubahan yang teratur.

Sifat dasar bagian dari suatu sistem berpengaruh terhadap bentuk bagian-

bagian lain.

Sistem memelihara batas-batas dengan lingkunganya.

Alokasi dari integrasi merupakan dua proses fundamental yang diperlukan

untuk memelihara keseimbangan sistem.

Sistem cenderung menuju ke arah pemeliharaan keseimbangan diri yang

meliputi pemeliharaan batas dan pemeliharaan hubungan antara bagian-

bagian dengan kerseluruhan sistem, menegndalikan lingkungan yang

berbeda-beda dan mengendalikan kecenderungan untuk merubah sistem dari

dalam. Empat sistem tersebut adalah :

1. Sistem Sosial

Menurut Parson sistem sosial berawal pada interaksi tingkat mikro antara ego

dengan alter ego yang merupakan bentuk sistem sosial yang paling mendasar.

Parson mendifinisikan sistem sosial sebagai :

”Sistem sosial terdiri dari sejumlah aktor individual yang saling berinteraksi

dalam situasi yang sekurang-kurangnya mempunyai aspek lingkungan (fisik),

aktor-aktor yang mempunyai motivasi dalam arti mempunyai kecenderungan untuk

28 | P a g e

Page 29: Research Paper (DONE).doc

mengoptimalkan kepuasan yang berhubungan dengan situasi mereka yang

didefinisikan dan dimediasi dalam term sistem simbol bersama yang tersturktur

secara kultural”.

Disini Parson menggunakan konsep-konsep atau kata-kata kunci yakni aktor,

interaksi, lingkungan, optimalisasi kepuasan, dan kultur. Uniknya meski Parson

berkomitmen melihat sistem sosial sebagai sebuah interaksi, namun Parson tidak

menggunakan konsep interaksi sebagai dasar dalam studi tentang sistem sosial, ia

malah menggunakan konsep status-peran sebagai dasar dari sistem. Status-peran

bukan merupakan satu aspek dari aktor atau interaksi, melainkan lebih merupakan

komponen sturktural dari sistem sosial. Status mengacu pada posisi struktural di

dalam sistem sosial, dan peran adalah apa yang dilakukan aktor dalam posisinya itu,

dilihat dalam konteks signifikansi fungsionalnya untuk sistem yang lebih luas.

Dalam analisisnya tentang sistem sosial, meski Parson lebih melihat pada

komponen-komponen strukturalnya seperti status- peran, kolektivitas, norma, dan

nilai, namun Parson juga melihat aspek fungsionalnya. Persyaratan fungsional dari

suatu sistem sosial menurut Parson adalah :

1. Sistem sosial harus terstruktur (ditata) sedemikian rupa hingga dapat beroperasi

dalam hubungan yang harmonis dengan sistem yang lain.

2. Untuk menjaga kelangsungan hidupnya, sistem sosial harus mendapatkan dukungan

dari sistem yang lain.

3. Sistem sosial harus mampu memenuhi kebutuhan para aktornya dalam proporsi

yang signifikan.

4. Sistem harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para anggotanya.

29 | P a g e

Page 30: Research Paper (DONE).doc

5. Sistem sosial harus mampu mengendalikan perilaku yang berpotensi mengganggu.

6. Bila konflik akan menimbulkan kekacauan, maka itu harus segera dikendalikan.

7. Untuk kelangsungan, sistem sosial memerlukan bahasa.

Dalam sistem sosial ini Parson menekankan pentingnya aktor. Akan tetapi

Parson lebih melihatnya sebagai kenyataan fungsional bukan struktural, karena

aktor merupakan pengemban dari fungsi peran yang adalah bagian dari sistem. Oleh

karenanya harus terdapat integrasi pola nilai dalam sistem antara aktor dengan

struktur sosialnya. Dan ini hanya dapat dilakukan dengan melalui proses

internalisasi dan sosialisasi. Disini terdapat pengalihan norma dan nilai sistem

sosial kepada aktor di dalam sistem sosial. Dalam proses sosialisasi yang berhasil,

norma dan nilai itu diinternalisasikan, artinya norma dan nilai itu menjadi bagian

dari kesadaran aktor.

Akibatnya dalam mengejar kepentingannya, aktor harus mengabdi pada

kepentingan sistem sebagai satu kesatuan. Ada pula 4 sistem yang sangat penting

dalam sistem sosial, yakni sistem ekonomi, pemerintahan, keluarga (Fiduciari), dan

komunitas kemasyarakatan.

2. Sistem Kultural

Sistem kultural merupakan kekuatan utama yang mengikat berbagai unsur

dunia sosial. Kultur adalah kekuatan yang mengikat sistem tindakan, menengahi

interaksi antar aktor, menginteraksikan kepribadian, dan menyatukan sistem sosial.

Kultur mempunyai kapasitas khusus untuk menjadi komponen sistem yang lain.

30 | P a g e

Page 31: Research Paper (DONE).doc

Kultur adalah sistem simbol yang terpola, teratur, yang menjadi sasaran

orientasi para aktor dalam rangka penginternalisasian aspek-aspek kepribadian dan

pola-pola yang sudah terlembagakan dalam sistem sosial. Kultur bersifat subjektif

dan simbolik, oleh karena itu kultur mudah ditularkan dan dipindahkan dari satu

sistem sosial ke sistem sosial lain melalui penyebaran (difusi), atau dari satu

kepribadian ke pribadian yang lain melalui proses belajar dan sosialisasi. Sifat

simbolisme (subjektifitas) dari kultur menempatkan kultur pada posisi

mengendalikan sistem tindakan yang lain.

3. Sistem Kepribadian

Sistem kepribadian dalam sistem tindakan Parson dikontrol oleh sistem sosial

dan sistem kultural, karena sistem kepribadian merupakan hasil sosialisasi dan

internalisasi dari sistem sosial dan sistem kultural. Namun demikian bukan berarti

bahwa sistem kepribadian ini tidak bebas sama sekali, kepribadian menjadi suatu

sistem yang independen melalui hubungannya dengan organisme dirinya sendiri

dan melalui keunikan pengalaman hidupnya.

Personalitas atau kepribadian adalah sistem orientasi dan motivasi tindakan

aktor individual yang terorganisir. Komponen dasarnya adalah disposisi kebutuhan.

Disposisi kebutuhan adalah unit-unit motivasi tindakan yang paling penting.

Disposisi kebutuhan bukanlah dorongan hati (drives). Dorongan hati merupakan

kecenderungan batiniah, bagian dari organisme biologis atau energi fisiologis yang

memungkinkan terwujudnya aksi. Meski disposisi kebutuhan bukanlah dorongan

hati , namun disposisi kebutuhan bisa juga berasal dari dorongan hati yang dibentuk

oleh lingkungan sosial. Disposisi kebutuhan memaksa aktor menerima atau

31 | P a g e

Page 32: Research Paper (DONE).doc

menolak objek yang tersedia dalam lingkungan atau mencari objek yang baru bila

objek yang tersedia tidak dapat memuaskan disposisi kebutuhan secara memadai.

4. Organisme Perilaku

Merupakan salah satu dari empat sistem tindakan yang dikemukakan Parson,

didasarkan atas konstitusi genetik yang organisasinya dipengaruhi oleh proses

pengkondisian dan pembelajaran yang terjadi selama hidup. Dalam kaitannya

dengan organisme perilaku ini, Parson mengembangkan studinya tentang

perubahan sosial yang didasarkan pada konsepnya mengenai ”Paradigma

Perubahan Evolusioner” yang diadopsi dari konsep biologi mengenai teori

evolusi.

Dalam awal perkembangannya menurut paradigma perubahan evolusionier

Parson ini, masyarakat akan mengalami proses diferensiasi. Setiap masyarakat

tersusun dari sekumpulan subsistem yang berbeda berdasarkan struktur dan

fungsinya. Ketika masyarakat berubah, maka subsistem dalam masyarakat akan

terdiferensiasi membentuk subsistem baru. Subsistem baru ini perlu melakukan

penyesuaian diri, dan inilah yang menjadi penekanan pada paradigma perubahan

evolusioner Parson, yakni kemampuan menyesuaikan diri yang meningkat dari

subsistem sebelumnya. Ini merupakan bentuk perubahan sosial yang positif.

Masyarakat yang berubah tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk

menanggulangi masalah yang dihadapi, termasuk masalah integrasi masyarakat

sebagai akibat dari terjadinya proses diferensiasi.

Konsekuensi lain dari perubahan evolusioner dalam masyarakat adalah sistem

nilai dari masyarakat sebagai satu kesatuan yang mengalami perubahan serentak

dengan perubahan struktur dan fungsi sosial yang tumbuh semakin terdeferensiasi.

32 | P a g e

Page 33: Research Paper (DONE).doc

Proses evolusi dapat berlangsung dengan berbagai macam cara, tidak ada satu

pola umum yang mempengaruhi semua masyarakat secara sama. Masyarakat

tertentu mungkin mendorong terjadinya evolusi, tetapi masyarakat lain justru

tertimpa konflik internal atau menghadapi rintangan lain yang menghalangi atau

bahkan memperburuk proses evolusi.

Secara umum semua teori Parson dianggap pasif dan konservatif. Untuk

menepis semua tuduhan itu, Parson memperlihatkan sisi dinamis yang berubah-

ubah ke dalam teorinya melalui gagasannya tentang media pertukaran umum di

dalam dan di antara empat sistem tindakannya. Media pertukaran umum itu bisa

berujud material maupun simbolik, di antaranya adalah uang, kekuasaan politik,

pengaruh, dan komitmen terhadap nilai. Namun Parson lebih menekankan pada

kualitas simbolik daripada aspek materialnya. Uang sebagai media pertukaran

umum, sangat berperan sebagai medium di dalam perekonomian, dan juga dalam

membangun hubungan sosial sistem kemasyarakatan, termasuk juga membangun

kekuasaan politik melalui sistem politik. Inilah yang memberikan dinamisme

terhadap sebagian besar analisis struktural Parson.

2.5.2 Fungsionalisme Menurut Robert K. Merton

Perbedaan teori fungsionalisme antara Parson dan Merton adalah Parson mendukung

terciptanya teori yang besar dan mencakup seluruhnya sedangkan Merton lebih terbatas dan

menengah.

Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis

fungsional.Adapun beberapa postulat tersebut antara lain:

33 | P a g e

Page 34: Research Paper (DONE).doc

a. Kesatuan fungsi masyarakat : seluruh kepercayaan dan praktik sosial budaya

standard bersifat fungsional bagi masyarakat secara keseluruhan maupun bagi

individu dalam masyarakat, hal ini berarti sistem sosial yang ada,pasti menunjukan

tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya

berlaku pada masyarakat kecil tetapi generalisasi pada masyarakat yang lebih besar.

b. Fungsionalisme universal : seluruh bentuk dan stuktur sosial memiliki fungsi

positif. Hal ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam dunia nyata tidak seluruh

struktur , adat istiadat, gagasan dan keyakinan, serta sebagainya memiliki fungsi

positif. Dicontohkan pula dengan stuktur sosial dengan adat istiadat yang mengatur

individu bertingkah laku kadang-kadang membuat individu tersebut depresi hingga

bunuh diri. Postulat struktural fungsional menjadi bertentangan.

c. Indispensability : aspek standard masyarakat tidak hanya memiliki fungsi positif

namun juga merespresentasikan bagian bagian yang tidak terpisahkan dari

keseluruhan. Hal ini berarti fungsi secara fungsional diperlukan oleh masyarakat.

Dalam hal ini pertentangan Merton pun sama dengan Parson bahwa ada berbagai

alternatif struktural dan fungsional yang ada di dalam masyarakat yang tidak dapat

dihindari.

Argumentasi Merton dijelaskan kembali bahwa seluruh postulat yang dijabarakan

tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang didasarakan sistem teoritik. Merton

mengungkap bahwa seharusnya postulat yang ada didasarkan empiris bukan teoritika.

Fungsionalisme yang dijelaskan Merton dapat disebut dengan The Middle Range

theory. Ini merupakan teori-teori yang terletak pada minor tetapi hipotesis kerja

mengembangkan penelitian sehari-hari yang menyeluruh dan keseluruhan upaya sistematis

34 | P a g e

Page 35: Research Paper (DONE).doc

yang inklusif untuk mengembangkan teori yang utuh. Dalam hal ini Merton seakan

melakukan tarik dan menyambung, artinya apa yang dia kritik terhadap fungsionalis

merupakan jalan yang dia tempuh untuk menyambung apa yang dia pikirkan.

Analisis Merton tentang hubungan antara kebudayaan, struktur, dan anomi. Budaya

didefinisikan sebagai rangkaian nilai normatif teratur yang mengendalikan perilaku yang

sama untuk seluruh anggota masyarakat. Struktur sosial didefinisikan sebagai serangkaian

hubungan sosial teratur dan mempengaruhi anggota masyarakat atau kelompok tertentu

dengan cara lain. Anomi terjadi jika ketika terdapat disjungsi ketat antara norma-norma dan

tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan anggota kelompok untuk bertindak

menurut norma dan tujuan tersebut. Kebudayaan menghendaki adanya beberapa jenis perilaku

yang dicegah oleh struktur sosial. Merton menghubungkan anomi dengan penyimpangan dan

dengan demikian disjungsi antara kebudayan dengan struktur akan melahirkan konsekuensi

disfungsional yakni penyimpangan dalam masyarakat.

Anomi Merton memang sikap kirits tentang stratifikasi sosial, hal ini mengindikasikan

bahwa teori struktural fungsionalisme ini harus lebih kritis dengan stratifikasi sosialnya.

Bahwa sturktur yang selalu berstratifikasi dan masing-masing memiliki fungsi yang selama

ini diyakini para fungsionalis, menurut dapat mengindikasikan disfungsi dan anomi. Apapun

alasannya anomi dalam struktur apalagi yang kaku akan cenderung lebih besar. Dari sini,

Merton tidak berhenti dengan deskripsi tentang struktur, akan tetapi terus membawa

kepribadian sebagai produk organisasi struktur tersebut.

Perbedaan pendapat antara Parson dan Merton membuktikan bahwa adanya

kedinamisan dalam ilmu pengetahuan.

C. Peran kebudayaan berpengaruh terhadap identitas bangsa

35 | P a g e

Page 36: Research Paper (DONE).doc

Kebudayaan memiliki kaitan yang sangat erat dan bahkan, dapat didefinisikan bahwa

tanpa kebudayaan, karakter atau identitas kebudayaan itu juga akan hilang mengakibatkan

suatu tatanan sosial masyarakat yang tidak beragam. Berikut teori yang kami gunakan.

2.6 Teori Identitas

Teori Identitas dikemukakan oleh Sheldon Stryker (1980). Teori ini memusatkan

perhatiannya pada hubungan saling mempengaruhi di antara individu dengan struktur sosial

yang lebih besar lagi (masyarakat). Individu dan masyarakat dipandang sebagai dua sisi dari

satu mata uang. Seseorang dibentuk oleh interaksi, namun struktur sosial membentuk

interaksi. Dalam hal ini Stryker tampaknya setuju dengan perspektif struktural, khususnya

teori peran. Namun dia juga memberi sedikit kritik terhadap teori peran yang menurutnya

terlampau tidak peka terhadap kreativitas individu.

Teori Stryker mengkombinasikan konsep peran (dari teori peran) dan konsep diri/self

concept (dari teori interaksi simbolis). Bagi setiap peran yang kita tampilkan dalam

berinteraksi dengan orang lain, kita mempunyai definisi tentang diri kita sendiri yang berbeda

dengan diri orang lain, yang oleh Stryker dinamakan “identitas”. Jika kita memiliki banyak

peran, maka kita memiliki banyak identitas. Perilaku kita dalam suatu bentuk interaksi,

dipengaruhi oleh harapan peran dan identitas diri kita, begitu juga perilaku pihak yang

berinteraksi dengan kita.

Intinya, teori interaksi simbolis dan identitas mendudukan individu sebagai pihak yang

aktif dalam menetapkan perilakunya dan membangun harapan-harapan sosial. Perspektif

iteraksionis tidak menyangkal adanya pengaruh struktur sosial, namun jika hanya struktur

sosial saja yang dilihat untuk menjelaskan perilaku sosial, maka hal tersebut kurang memadai.

36 | P a g e

Page 37: Research Paper (DONE).doc

Bab 3

Pembahasan

3.1 Sejauh mana peran kebudayaan berpengaruh terhadap identitas

budaya?

Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian harafiah:

ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau sesuatu sehingga

membedakan dengan yang lain. Identitas juga merupakan keseluruhan atau totalitas yang

menunjukkan ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang atau jati diri dari faktor-faktor biologis,

psikologis, dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu.

Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau

sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.

37 | P a g e

Page 38: Research Paper (DONE).doc

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan

dengan budi dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin yaitu

colere, yang berarti mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah

atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa Indonesia.

Jadi, pengertian dari identitas budaya adalah suatu karakter yang melekat dalam suatu

kebudayaan sehingga bisa dibedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.

Kebudayaan sendiri tercipta karena kebiasaan yang diulangi terus menerus

menghasilkan sebuah karakter baru bagi orang-orang yang melakukan kebiasaan tersebut.

Kebudayaan merupakan sebuah pencipta karakter bangsa bahkan karakter itu sendiri. Sebagai

contoh, masyarakat Indonesia yang terbiasa berkendara di badan jalan sebelah kiri. Jika

kebudayaan tersebut berubah, maka selruruh aspek sosial kehidupan masyrakat akan berubah.

Perubahan ada yang bersifat cepat dan lambat serta mempengaruhi nilai-nilai fundamental

atau tidak. Jika cepat dan menyangkut nilai fundamental, kemungkinan perubahan tersebut

malah akan menimbulkan perpecahan jika secara evolusi dan tidak menyangkut nilai dasar,

perubahan itu malah akan diterima.

Kebudayaan sendiri tercipta dalam waktu yang lama dan seiring waktunya (karena

modernisasi) mendapat pengaruh besar oleh kebudayaan masyarakat dari luar. Karakter yang

terbentuk dari dasar kebudayaannya juga kian lama akan berubah. Perubahan tersebut disebut

sebagai Perubahan Sosial.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa kebudayaan sangat erat dan bahkan, dapat

didefinisikan bahwa tanpa kebudayaan, karakter atau identitas kebudayaan itu juga akan

hilang mengakibatkan suatu tatanan sosial masyarakat yang tidak beragam. Menurut guru

38 | P a g e

Page 39: Research Paper (DONE).doc

Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Kolese Kanisius, Bapak Hendro Sucianto, mengungkapkan

bahwa, “Kebudayaan merupakan dasar dan asal mula dari suatu Masyarakat. Kebudayaan

sangat terkait dengan tatanan sosial masyarakat.”

3.2 Bagaimanakah peran ondel-ondel dalam kehidupan masyarakat

Jakarta?

Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam

pesta-pesta rakyat. Ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa

menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.

Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan garis

tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah

dipikul dari dalamnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat

dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang

perempuan warna putih. Bentuk pertunjukan ini banyak persamaannya dengan yang ada di

beberapa daerah lain.

Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan dari roh halus yang

gentayangan. Dewasa ini ondel-ondel biasanya hanya digunakan untuk menambah semarak

pesta- pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat, misalnya pada peresmian gedung

yang baru selesai dibangun. Sebagai alat pemujaan kepada roh atau leluhur nenek moyang,

ondel-ondel juga dipercaya dapat mengusir roh jahat oleh karena itu pertunjukkan ondel-ondel

bersifat pemujaan kepada roh atau leluhur sehingga dijauhkan dari segala sesuatu yang jahat.

Ondel-ondel memberikan karakter yang beragam pada kebudayaan masyarakat.

Namun jika kita lihat, sekarang ini, ondel-ondel sudah mulai terlepas dari budaya Jakarta serta

imagenya sering disalahartikan sebagai alat pencari uang semata (pengamen) dan karena hal

ini, ondel-ondel masih sering dianggap kebudayaan orang kecil yang mengganggu.

39 | P a g e

Page 40: Research Paper (DONE).doc

Seharusnya image kota Jakarta sendiri memahami ondel-ondel sebagai jiwa mendasar kota

dan masyarakat Jakarta. Namun menurut kami hal ini masih sulit karena ondel-ondel dalam

pikiran masyarakat sudah berimage buruk dan harus dibenarkan dengan sebuah terobosan

yang cukup bagus seperti pagelaran ondel-ondel terpimpin.

Hal itu merupakan sudut pandang dari masyarakat Jakarta pada umumnya (kalangan

menengah sampai atas). Namun pandangan kami berubah setelah kami melakukan riset di

Kampung Pulo dimana "pengamen" ondel-ondel tinggal. Bagi para seniman ondel ondel yang

sering turun ke jalan, ondel-ondel tidak dianggap sebagai suatu mata pencaharian mereka

pada dasarnya telah memiliki mata pencaharian tersendiri. Turun ke jalan dianggap

merupakan usaha mereka untuk melestarikan budaya ondel-ondel agar tidak punah. Mereka

tidak pernah memungut bayaran.

Walaupun demikian, para seniman ondel–ondel tersebut masih memiliki banyak

kesulitan dan tantangan untuk menjalankan usaha pelestarian ondel–ondel di Jakarta yang

berupa:

3.2.1 Biaya untuk menjalankan kesenian ondel–ondel yang tinggi

Dalam menjalankan usaha ondel-ondel diperlukan biaya untuk properti seperti alat

musik, topeng dan busana ondel–ondel. Belum lagi peralatan audio untuk memperkeras suara

musik ondel-ondel dan menarik perhatian massa banyak. Para pemain ondel–ondel juga perlu

dibayar dalam setiap kali pementasan. Berikut rincian dari biaya pementasan ondel-ondel

menurut narasumber kami, Bapak Abdul Hammid (62 tahun).

Daftar Harga Properti Ondel-Ondel

Jenis Properti Harga Jumlah Total

Topeng Rp 200.000,- 4 buah Rp. 800.000,-

40 | P a g e

Page 41: Research Paper (DONE).doc

Audio dan Alat Musik Rp 800.000,- 2 set Rp. 1.600.000,-

Busana ondel–ondel Rp 45.000,- 4 pasang Rp. 180.000,-

Gerobak Rp 350.000,- 1 buah Rp. 350.000,-

Bayaran Pemain Rp 10-20.000,- 14 orang Rp. 280.000,-

TOTAL Rp. 3.210.000,-

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa keperluan untuk menjalankan kesenian

ondel–ondel secara total adalah (kira-kira) Rp 3.500.000,- untuk satu grup ondel-ondel.

Angka ini bukan angka yang kecil bapak Abdul dan seniman ondel–ondel lainnya. Dari hasil

pengamatan kami, mereka hanya tinggal di rumah sederhana di kampung kumuh. Hal ini

menandakan bahwa mereka masih kurang mampu membiayai diri sendiri jadi untuk

menyelenggarakan acara ini mereka harus merogoh kantong cukup dalam dan mengurangi

biaya kehidupannya.

3.2.2 Perhatian kurang dari masyarakat.

Dari tinjauan kami ke lapangan, masyarakat yang benar-benar menikmati kesenian

ondel-ondel hanya merupakan kalangan masyarakat Betawi. Hal ini disebabkan oleh

persebaran kampung betawi di Jakarta yang tidak merata.:

Kampung betawi tersebar di Jakarta. Salah satu Kampung betawi adalah yang terletak di

Kampung Sawah. Berada sejak tahun 1800-an, penduduknya menganut kepercayaan yang

beragam. Ada yang Islam, Katolik, Protestan. Dulu mayoritas penduduknya adalah Islam,

namun sejak tahun 1895 ada pempabtisan yang dipercaya sebagai mulainya perkembangan

agama Katolik dan protestan di Kampung Sawah.

Beralih ke kampung betawi lainnya. Di Condet dulu terdapat sebuah Kampung Betawi,

namun Kampung Betawi ini hanya dapat bertahan selama 10 tahun. Penyebabnya adalah 41 | P a g e

Page 42: Research Paper (DONE).doc

masalah klasik yakni, ketidakmampuan masyarakat di sini untuk bertahan dan bersaing di

tengah modernisasi.

Semenjak kejadian tersebut, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso, membuka

kampung Betawi Situ babakan. Hal ini dikarenakan masih banyak penduduk Betawi yang

bermukim ( sekitar 50%-70% ). Di Kampung Betawi Situ babakan ini, semua rumah memiliki

ciri khas gaya rumah betawi seperti ukiran kayu yang biasa di sebut Gibalang. Ada juga alat

musik yang dipajang di depan rumah, cat yang mencolok dan foto atau gambar yang dipajang

di tembok. Selain rumah, penduduk di sini juga masih ada yang menggunakan baju Betawi.

Adat Betawi masih sangat dipertahankan di sini.

Masyarakat Betawi terkadang menjual tanah leluhur kepada masyarakat pendatang demi

uang. Semakin lama, lahan milik mereka pun mengecil dan memaksa mereka untuk pindah ke

daerah di pinggiran kota Jakarta. Berikut persentase suku penduduk di Jakarta:

Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Betawi di Jakarta mulai tergeser oleh

penduduk dari daerah lain (pendatang). Dengan banyaknya pendatang baru, kebudayaan yang

42 | P a g e

Page 43: Research Paper (DONE).doc

dating juga menggeser kebudayaan yang lama dan menciptakan sebuah kebudayaan baru.

Pergeseran kebudayaan inilah yang mebuat perubahan fungsi ondel ondel dalam masyarakat.

Pemerintah juga memiliki jawaban tersendiri. Menurut narasumber kami yang berasal

dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, ondel–ondel berfungsi sebagai :

a. Memberikan identitas kota Jakarta. Keunikan menjadi hal yang penting bagi

pengembangan pariwisata baik secara nasional maupun internasional.

b. Memberikan warna bagi pengembangan industri kreatif.

c. Membentuk karakter bangsa. Karena kebudayaan Betawi mengandung nilai luhur

yang dapat membentuk budi pekerti yang baik, seperti menghormati orang tua,

guru, berani karena benar.

Sikap pemerintah terhadap ondel-ondel adalah menstimulus seniman ondel-ondel

dengan melibatkannya pada berbagai kegiatan seni budaya yang dilaksanakan oleh

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Langkah-langkah yang dilakukan Pemerintah antara lain :

a. Amanat dari UU RI No. 29 Tahun 2007 Pasal 26 ayat 6, adalah Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta melestarikan budaya Betawi dan melindungi budaya daerah

lainnya.

Melestarikan meliputi 3 tindakan, yaitu :

Melindungi

Mengembangkan

Memanfaatkan

b. Pelestarian kebudayaan dilakukan dalam program :

Pengelolaan Keragaman Budaya, seperti Festival Seni Budaya Betawi,

Pagelaran Komedi Betawi, Kajian Pengembangan Ornamen Betawi.

Pengembangan Nilai Budaya, seperti Lomba Penulisan Cerpen Betawi.

43 | P a g e

Page 44: Research Paper (DONE).doc

Pengembangan Kerjasama Pengelolaan Kekayaan Budaya, seperti

Pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi.

Program Peningkatan Sarana Prasarana, seperti Pembangunan Pusat

Kebudayaan Betawi, Rehabilitasi Gedung Latihan Kesenian.

Program Pengembangan Destinasi Wisata, seperti Pemilihan Abang None

Jakarta, Promosi Kesenian Betawi di Luar Kota dan Luar Negeri.

Dengan berbagai peraturaan tersebut, diharapkan bahwa kebudayaan asli Betawi akan

memiliki nilai dan posisi khusus dalam kehidupan masyarakat Jakarta sehingga membawa

suatu kekayaan tersendiri dan kebanggan khusus bagi masyarakat Jakarta. Menurut M. Azzam

Manan dalam buku Nasionalisme dan Ketahanan Budaya di Indonesia, “Bagaikan satu

kesatuan mata uang dengan dua sisinya saling berkait dan melengkapi, nasionalisme

Indonesia juga bisa dilihat sebagai suatu ikatan budaya yang menyatukan dan menhikat

masyarakat Indonesia menjadi suatu bangsa”

3.3 Apa dampak dari proses kebudayaan di era globalisasi terhadap peran

ondel-ondel sebagai identitas bangsa?

Identitas bangsa pada hakekatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang

tumbuh dan dalam aspek kehidupan suatu bangsa, dengan ciri-ciri khas yang membedakan

suatu bangsa dengan bangsa lain dalam kehidupannya. Berdasarkan pengertian yang

demikian, maka setiap bangsa di dunia memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan

keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut.

Identitas bangsa sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk

secara historis. Identitas bangsa berhubungan dengan pengalaman sebuah bangsa di masa lalu.

Pengalaman bangsa di masa lalu mengendap menjadi karakter, sifat, dan nilai-nilai hidup

44 | P a g e

Page 45: Research Paper (DONE).doc

bersama. Berdasarkan hakekat pengertian identitas bangsa sebagaimana dijelaskan di atas

maka identitas suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri bangsa.

Dari apa yang kami lihat di lapangan, ada berbagai pendapat dan sudut pandang

mengenai ondel-ondel di Jakarta, yang bagi kami tercipta karena adanya modernisasi dan

globalisasi yang tidak pernah dapat terbendung. Bagi beberapa kalangan, ada yang

berpendapat bahwa globalisasi dapat menyebabkan pergesaran arti budaya secara revolusi

tidak terpimpin yang berarti perubahan secara cepat namun tidak dikehendaki dan tidak

terpimpin. Revolusi ini juga menimbulkan perubahan dan pergeseran tatanan sosial

masyarakat.

3.2.1 Pemahaman Kampung Betawi

Kampung bagi masyarakat Betawi pada umumnya dimaksudkan sebagai tempat tinggal

bagi masyarakat Betawi. Namun, secara luas kampung Betawi adalah pusat dari kebudayaan

masyarakat Betawi dan munculnya kebudayaan sendiri. Bagi masyarakat luas, Kampung

Betawi seringkali diartikan bagi kampung kumuh yang dihuni masyarakat Betawi saja dan

seringkali disingkirkan dan dihindari. Sedangkan dari segi pemerintah, Kampung Betawi

dinilai sebagai pusat kebudayaan yang perlu dikonservasi dan dijadikan bagian dari pariwisata

kota Jakarta.

3.3.2 Pemahaman Masyarakat terhadap Ondel-ondel

Ondel-ondel pada zaman dahulu dipakai sabagai alat kebudayaan dan ritual – ritual

penghormatan adat Betawi pada seluruh lapisan masyarakat. Sekarang setelah masuknya

moderinasi masyarakat dari berbagai suku dan golongan berbeda berserta kebudayaannya,

ondel-ondel hanya berada pada bagian kecil masyarakat Jakarta yang merupakan etnis

Betawi. Bagi golongan yang berbeda (selain masyarakat Betawi), ondel-ondel dianggap hanya

sebagai salah satu mata pencaharaian masyarakat Betawi.

45 | P a g e

Page 46: Research Paper (DONE).doc

Bapak Abdul sebagai narasumber seniman ondel–ondel kami, merasakan bahwa

globalisasi dan modernisasi memang mebawa beberapa dampak dan perubahan bagi peran

ondel-ondel dalam masyarakat Jakarta. Hal yang dirasakan benar–benar berbeda adalah fungsi

dan letak ondel–ondel bagi masyarakat Jakarta.

Dahulu, Pak Abdul mengaku bahwa usaha ondel–ondelnya masih sering dipangil untuk

mengisi acara adat masyarakat bahkan ke tempat yang jauh seperti Palmerah dan Benhill.

Sekarang, Pak Abdul sudah jarang menerima panggilan untuk mengisi acara – acara adat

seperti dulu. “Hal ini mulai terasa 7 tahun yang lalu”, ucap Pak Abdul.

Dengan masuknya modernisasi, arus teknologi terutama hiburan dan kebudayaan

masyarakat dari luar negri makin meresap dan menyatu bahkan menggeser kebudayaan

masyarakat Betawi. Ondel-ondel dulu memiliki fungsi sebagai bentuk pemujaan kepada

leluhur, oleh karena itu membuat masyarakat Betawi menjadi religius/percaya bahwa ondel-

ondel adalah sakral.

Namun, ondel-ondel saat ini dianggap hanya sebagai salah satu bentuk kebudayaan

yang dimiliki Jakarta. Oleh karena itu hampir seluruh masyarakat menganggapnya biasa saja

sehingga kurang diperhatikan. Namun bagi sebagian masyarakat Betawi, ondel-ondel

merupakan bentuk usaha untuk terus memperkenalkan dan mengembangkannya kepada

masyarakat, seperti yang dilakukan oleh Pak Abdul.

Dari beberapa survey sederhana yang kami jalankan, masyarakat Jakarta lebih memilih

kebudayaan dari luar negri daripada kebudayaan negri sendiri yang seringkali dianggap kuno

dan membosankan. Dulu ondel–ondel digunakan sebagai alat pemujaan roh nenek moyang

dan mengusir roh jahat. Namun sekarang ondel–ondel dianggap sebagai suatu kebudayaan

lama Betawi saja.

46 | P a g e

Page 47: Research Paper (DONE).doc

Namun, tetap saja kami harus tetap membandingkan dari sudut pandang pemerintah.

Pemerintah Jakarta terutama Dinas Pariwisata telah melakukan bearapa usaha untuk

meningkatkan rasa cinta dan bangga masyarakat akan kebudayaan lama Jakarta yang dimulai

dari daerah Kota Tua.

3.3.3 Dasar-dasar Program Revitalisasi Kota Tua Jakarta :

Pemerintah dalam meningkatkan rasa cinta dan bangga masyarakat akan kebudayaan

adalah dengan melakukan revitalisasi Kota Tua Jakarta. Menurut kamus besar Bahasa

Indonesia, Revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal

yang sebelumnya kurang terberdaya. Sebenarnya revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau

perbuatan menjadi vital. Sedangkan kata vital mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali

(untuk kehidupan dan sebagainya).

Berarti revitalisasi Kota Tua Jakarta adalah proses mengubah Kota Tua yang sekarang

kurang berdaya, menjadi lebih baik dan lebih menarik untuk dikunjungi. Dalam program

revitalisasi ini, terdapat beberapa poin penting seperti :

a. Visi Revitalisasi Kota Tua Jakarta

Terciptanya kawasan bersejarah Kota Tua Jakarta sebagai daerah tujuan wisata

budaya yang mengangkat nilai pelestarian dan memiliki manfaat ekonomi yang

tinggi.

b. Misi Revitalisasi Kota Tua Jakarta

Misi program dari Pemerintah ini antara lain adalah :

Konservasi dan Revitalisasi

Menghidupkan aktivitas seni budaya

Peningkatan sosial dan kemasyarakatan

Pengembangan Bisnis dan Ekonomi

47 | P a g e

Page 48: Research Paper (DONE).doc

Peningkatan Infrastruktur

c. Dasar Hukum :

Dasar-dasar hukum yang sesuai dengan program Pemerintah ini antara lain adalah :

SK. Gubernur KDKI Jakarta Gubernur Nomor Cd.3/1/1970 tentang

Pernyataan Daerah Taman Fatahillah, sebagai Daerah di bawah Pemugaran

SK. Gubernur KDKI Jakarta Nomor D.III-b.II/4/56/1973 tentang

Pernyataan Daerah glodok, sebagai Daerah di bawah Pemugaran

SK. Gubernur KDKI Jakarta Nomor D.III-b/11/4/54/1973 tentang

Pernyataan Daerah jakarta kota dan pasar ikan , sebagai Daerah di bawah

Pemugaran

SK. Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1070 Tahun 1990 tentang

Pembangunan dan pengembangan kawasan wisata bahari sunda kelapa

SK. Gubernur KDKI Jakarta Nomor 475 Tahun 1993 tentang Penetapan

bangunan Cagar budaya di Jakarta

Perda DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 1999 tentang Pelestarian Pemanfaatan

Lingkungan dan Bangunan Cagar Budaya

Pergub DKI Jakarta Nomor 34 Tahun 2006 tentang Penguasaan

Perencanaan Dalam Rangka Penataan Kawasan KotaTua Seluas ± 846 Ha

UU RI No 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya yang kini telah

diubah menjadi UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya

d. Kondisi saat sebelum pelaksanaan program :

Banyak bangunan bersejarah yang terlantar, padahal Pemerintah DKI Jakarta

hanya memiliki empat bangunan museum. Padahal bangunan-bangunan bersejarah

itu dapat dimanfaatkan dan dibuat menjadi suatu museum, sehingga menambah

48 | P a g e

Page 49: Research Paper (DONE).doc

daya tarik masyarakat. Selain itu kemacetan lalu lintas yang tidak dapat dipungkiri

lagi, juga ikut menambah Kota Tua ini semakin memburuk. Belum lagi lahan parkir

yang sempit sehingga membuat repot pengunjung yang datang, bahkan dapat

membuat pengunjung tersebut tidak tertarik untuk berkunjung ke Kota Tua ini.

Hal-hal tersebut mengakibatkan potensi Kota Tua tidak terangkat, citra Kota

Tua kurang menarik, dan investor-investor yang dapat membangun kembali Kota

Tua ini tidak tertarik.

Oleh karena itu harus ada tindakan dari Pemerintah DKI Jakarta untuk

membangun kepercayaan investor, yang tentunya tidak dalam jangka pendek,

seperti mengatur hukum dan management perkotaan dan tinggal sendiri di sekitar

Kota Tua tersebut sehingga menimbulkan kesan bahwa Kota Tua bukanlah tempat

yang buruk.

3.3.4 Peranan Kota Tua

Sebagai tempat yang bersejarah, Kota Tua memiliki peran bagi masyarakat maupun

Jakarta sendiri. Bukan berarti Kota Tua hanyalah dipandah rendah oleh kita, melainkan

tempat bersejarah inilah yang memberikan peran penting bagi kita. Peran Kota Tua dibagi

menjadi dua yaitu:

a. Bagi Warga Jakarta

Warga Jakarta secara tidak langsung juga mendapat dampak dari Kota Tua ini bila

program revitalisasi ini berhasil, antara lain :

Memberikan salah satu pilihan sarana rekreasi

Memberikan ruang publik yang bernuansa sejarah

Memberikan lapangan kerja bagi masyarakat

b. Bagi Kota Jakarta

49 | P a g e

Page 50: Research Paper (DONE).doc

Kota Jakarta sendiri juga mendapat dampak jika program ini berhasil dilaksanakan,

antara lain :

Memberi kesempatan untuk berkembangnya industri kreatif

Menghidupkan kembali wilayah yang semula dianggap mati suri

Meningkatkan perekonomian kota

Menjadikan salah satu identitas kota Jakarta

3.3.5 Hal yang Telah Dipersiapkan Mengenai Program Revitalisasi Kota Tua Jakarta

a. Rehabilitasi fisik bangunan museum-museum milik Pemda DKI Jakarta yang

berada di kawasan Kotatua.

b. Pembuatan konsep DMO oleh Kemenbudpar RI.

c. Penyusunan Kajian Kawasan Museum Bahari, Sunda Kelapa dan Luar Batang,

sehingga kawasan dan bangunan heritage di dalama kawasan tersebut dapat tertata

dan terkelola dengan baik. Misalnya :

Penataan kawasan kumuh di Luar Batang

Perbaikan kawasan Sunda Kelapa yang seringkali banjir air pasang dan

pengamanan bangunan cagar budaya yang tersisa dan rawan dirusak

Penataan kawasan kumuh dan pedagang kaki lima di sekitar Museum

Bahari

d. Penyelenggaraan berbagai event di Kota Tua.

50 | P a g e

Page 51: Research Paper (DONE).doc

Bab IV

PENUTUP

4.1Kesimpulan

Setelah selesai melakukan penelitian, kami dapat menarik kesimpulan yang menjadi

hasil dari penelitian kami. Kesimpulan kami adalah. Kebudayaan memiliki peran yang sangat

penting terhadap identitas budaya bangsa. Hal ini dikarenakan kebudayaan merupakan

penunjuk atau bukti dari identitas bangsa itu sendiri. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa

ondel-ondel memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Jakarta. Karena

ondel-ondel merupakan ikon atau suatu ciri khas dari masyarakat Jakarta yang identik dengan

budaya Betawi. Dapat dilihat jika ada acara besar kota Jakarta, pasti selalu ada ondel-ondel

yang menghiasi dan menghibur. Pada saat ini, ondel-ondel memang mengalami alih fungsi.

Maksudnya adalah, dulu ondel-ondel digunakan sebagai bentuk pemujaan kepada leluhur,

namun pada saat ini ondel-ondel digunakan sebagai salah satu bentuk pelestarian budaya,

dikarenakan minat terhadap budaya ondel-ondel semakin sedikit seiring dengan tersingkirnya

masyarakat Betawi ke pinggiran kota Jakarta. Persebaran masyarakat betawi di Jakarta

seringkali berganti dikarenakan masyarakat betawi yang menjual tanahnya kepada orang luar

51 | P a g e

Page 52: Research Paper (DONE).doc

atau pendatang, sehingga beberapa dari masyarakat Betawi pindah ke pinggiran Kota Jakarta

setelah menjual tanahnya. Hal ini membuat populasi masyarakat Betawi di Jakarta semakin

berkurang, dan lama-lama masyarakat Betawi bukan lagi tinggal di Jakarta, kota asli kelahiran

mereka. Globalisasi yang masuk pada zaman ini merusak identitas budaya kalangan

masyarakat muda. Dikatakan merusak karena budaya luar yang masuk dan mempengaruhi

kalangan masyarakat muda, sehingga lama-kelamaan budaya asli masyarakat kalangan muda

tersebut terlupakan. Kebudayaan merupakan inti dan dasar dari tatanan kehidupan seluruh

masyarakat. Suatu kelompok dapat dikatakan sebagai masyarakat karena memiliki suatu

tingkah laku yang sama dan diulang terus-menerus. Dan inilah yang disebut budaya. Ondel-

ondel mempengaruhi masyarakat Betawi sesuai zamannya. Dulu ondel-ondel dianggap

sebagai salah satu bentuk pemujaan roh oleh karena itu membentuk kepercayaan tersendiri

khususnya masyarakat Betawi dan menjadikan masyarakat Betawi religius. Sedangkan saat

ini, ondel-ondel saat ini dianggap hanya sebagai salah satu bentuk kebudayaan yang dimiliki

Jakarta. Oleh karena itu hampir seluruh masyarakat menganggapnya biasa saja sehingga

kurang diperhatikan. Namun bagi sebagian masyarakat Betawi, ondel-ondel merupakan

bentuk usaha untuk terus memperkenalkan dan mengembangkannya kepada masyarakat,

seperti yang dilakukan oleh Pak Abdul.

4.2Solusi

Melihat dari permasalahan ini, kami mendapatkan solusi dalam menyelesaikan

permasalahan tersebut. Kami membagi solusi ini menjadi dua, yaitu untuk Pemerintah dalam

menanganinya, dan kita sendiri yang membantu untuk menyelesaikan masalah tesebut.

Tindakan yang dapat dilakukan Pemerintah antara lain adalah. Menampilkan kebudayaan

ondel-ondel dalam acara Jakarta untuk menarik wisatawan asing maupun dalam negri.

Dengan memperlihatkan dan mempertunjukan ondel-ondel dalam acara besar, tentunya

52 | P a g e

Page 53: Research Paper (DONE).doc

seniman ondel-ondel akan mendapatkan pekerjaan yang layak, dan juga ondel-ondel

digunakan sebagaimana fungsi seharusnya yaitu mengiringi acara Jakarta dan sebagai ikon

kita Jakarta. Mengadakan penyuluhan kepada para seniman untuk menggunakan ondel-ondel

sesuai fungsinya. Dengan diadakannya penyuluhan kepada seniman-seniman ondel-ondel,

maka mereka menjadi termotivasi untuk menggunakan ondel-ondel dengan sebaik-baiknya

dan sesuai dengan fungsinya. Mereka akan sadar akan pentingnya ondel-ondel dan menyadari

bahwa ondel-ondel sangat berharga dan tidak pantas dipergunakan untuk mengamen dipinggir

jalan. Membuat peraturan yang melindungi budaya ondel-ondel, dan menetapkan sanksi yang

tegas bagi yang melanggar. Tak cukup dengan penyuluhan, masyarakat yang masih belum

sadar akan berharganya ondel-ondel dan masih menyalahgunakan fungsi ondel-ondel akan

dikenakan hukuman atau sanksi yang berat. Ondel-ondel merupakan ikon kota Jakarta, artinya

ondel-ondel bukanlah hal yang murahan atau dianggap remeh untuk mengamen.

Menampilkan budaya ondel-ondel dalam acara-acara di luar negeri. Tindakan ini dapat

membuat budaya ondel-ondel semakin dikenal diluar. Pementasan kebudayaan ondel-ondel

dapat digabungkan dengan abang-none Jakarta yang dikirim ke luar negeri untuk

memperkenalkan budaya Betawi.

Selain pemerintah, kita sendiri juga harus ikut turut serta menangani masalah ondel-

ondel di Jakarta. Kita tidak bisa hanya berpangku tangan saja kepada Pemerintah. Kita harus

membuktikan keprihatinan kita terhadap budaya ondel-ondel yang terancam di berbagai

bidang. Tindakan yang dapat kita lakukan yaitu sadar betul akan kedudukan ondel-ondel.

Kita harus sadar betul akan ondel-ondel sebagai ikon kota Jakarta. Ondel-ondel merupakan

lambang kota Jakarta yang harus dihormati dan disegani kita semua. Artinya ondel-ondel

harus ditempatkan pada kedudukan yang sesuai dengan fungsinya.Mempelajari tentang

budaya Jakarta, khususnya ondel-ondel. Sebagai warga Jakarta, kita sendiri harus mengetahui

53 | P a g e

Page 54: Research Paper (DONE).doc

budaya Jakarta, terlebih ondel-ondel yang menjadi ikon kota Jakarta. Kita harus mempelajari

sejarah, fungsi, cara melestarikan, dan sebagainya yang saling berhubungan dengan budaya

sehingga kelak dapat mempertahankan budaya sendiri dari serbuan budaya asing.Tidak

melupakan budaya ondel-ondel. Ditengah era modernisasi dan globalisasi ini, ilmu

pengetahuan dan teknologi semakin berkembang pesat. Masuknya budaya asing sudah tidak

dapat kita cegah lagi. Hal ini membuat kita tertarik dengan budaya asing dan lama-kelamaan

melupakan budaya kita sendiri. Kita harus bisa mempertahankan dan sebisa mungkin

mempelajari budaya kita sendiri sehingga tidak melupakannya dan budaya kita itu tetap

ada.Mendukung program pemerintah. Pemerintah yang mengeluarkan peraturan tentang

perlindungan budaya tidak dapat bekerja sendirian saja. Mereka membutuhkan bantuan kita

untuk terlaksananya peraturan tersebut. Kita sebaiknya mendukung terus program pemerintah

dengan cara menaati peraturan yang dibuat dan juga menghimbau teman-teman kita untuk

ikut dalam membantu pemerintah dalam menjalankan peraaturannya, sehingga dapat

terciptalah maksud dan tujuan peraturan tersebut.

4.3 Kesan dan Pesan

Penelitian kami bukanlah semata-mata sebagai hal yang formalitas yang diberikan

sekolah. Melainkan jika kita bisa mendalaminya, kita akan sangat bersyukur karena diberikan

tugas seperti ini. Awalnya kami merasa lelah dan tidak memiliki niat untuk mengerjakan

Research Paper ini. Ditambah lagi dengan padatnya kegiatan kami seperti POR CC XXIII,

Canisius Talent Spotting, Retret Civita, Ujian Praktek dan ditambah persiapan untuk Ujian

Akhir Nasional berupa Try Out. Kami merasa penelitian ini tidak perlu dilakukan, apalagi

mengetahui bahwa penelitian ini seperti tugas akhir orang kuliahan.

Tetapi seiring berjalannya penelitian ini, lama kelamaan kami dapat menikmati kerja

kami dalam penelitian ini. Kami akhirnya sadar bahwa penelitian ini mengandung nilai-nilai

54 | P a g e

Page 55: Research Paper (DONE).doc

penting yang sangat berguna bagi kami. Kami belajar banyak dari penelitian ini. Bukan hanya

memperoleh informasi semata, tetapi kami memperoleh nilai-nilai hidup yang dapat kami

terapkan di era globalisasi ini. Terlebih dalam menjaga kelangsungan budaya kita sendiri.

Dalam melakukan penelitian, terdapat suka dan duka yang kami alami. Tetapi kami

senang dengan kerja kami. Kami bangga dengan hasil dari penelitian yang kurang lebih kami

lakukan selama setengah semester ini. Kami harus bekerja keras mencari dan mewawancarai

narasumber yang cukup sulit untuk ditemukan dan dibuat janji untuk wawancara. Banyak

godaan yang membuat kami menjadi malas untuk turun ke lapangan. Terkadang dipikiran

kami terlintas bahwa sebaiknya kami hanya membagikan quisioner saja, jadi tidak perlu

repot-repot untuk turun ke lapangan. Kami juga terkadang mendapat banyak masalah dari

guru pembimbing kami, Pak Yosi, mengenai penelitian dan penulisan kami. Revisi-revisi

yang kami lakukan terhadap makalah kami sudah tak terhitung lagi. Walau demikian, kami

sangat berterima kasih terhadap Pak Yosi kami karena telah membimbing kami dalam

membuat penelitian ini. Kami sangat senang dengan beliau walaupun terkadang membuat

kami repot. Tetapi itu semua beliau lakukan demi keberhasilan kami. Dengan semangat

kebersamaan, kami tunjukan bahwa kami bisa menyelesaikan tugas ini. Tanpa beliau, kami

rasa makalah ini tidak akan tercipta.

Kami bertiga termasuk orang-orang yang humoris, sehingga dalam penelitian terkadang

kami bercanda dan tertawa bersama, membuat lelucon-lelucon yang cukup menarik bagi

kami. Tetapi kami tetap fokus dalam membuat Research Paper ini. Kami juga senang karena

kami memeroleh banyak informasi-informasi yang menarik tentang ondel-ondel dan membuat

kami tertarik untuk mempelajarinya.

Kekayaan budaya Indonesia yang kini semakin memudar membuat kami sadar akan

pentingnya kelangsungan budaya tersebut. Budaya-budaya tersebut adalah ciri dari Negara

55 | P a g e

Page 56: Research Paper (DONE).doc

kita, negara Indonesia. Beraneka ragam suku, agama dan budaya terdapat pada negara kita,

dan kita wajib untuk menjaga keberadaannya di tengah era globalisasi ini. Walaupun ratusan

budaya asing masuk ke Indoensia, kita harus dapat menyikapinya dengan baik, dan jangan

sampai melupakan budaya kita sendiri.

Ada satu kutipan kalimat yang bermakna bagi kami. Kami mengutip dari seorang tokoh

yang sangat berjasa, Mahatma Gandhi. Katanya, “A nation's culture resides in the hearts and

in the soul of its people.” Itu artinya budaya Indonesia ini selalu ada dalam hati kita, jadi

janganlah membiarkan budaya itu rusak dan hilang. Tetaplah jaga budaya ini, pertahankan

budaya ini dan simpan di lubuk hati yang paling dalam.

Daftar Pustaka

Buku-buku :

Azzam, M . 2011. Nasionalisme dan Ketahanan Budaya di Indonesia. Lipi Press

Ibrahim, Jabal Tarik. 2002. Sosiologi Pedesaan. Malang: UMM Press

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi: Jakarta: Rineka Cipta

Saidi, Ridwan. 2010. Sejarah Jakarta dan Peradaban Melayu Betawi. Jakarta:

Timpani Publishing

Wiranata, I Gede A. B. 2002. Antropologi Budaya. Bandung: PT Citra Aditya Bakti

Link :56 | P a g e

Page 57: Research Paper (DONE).doc

http://idm.wikipedia.org/wiki/kampung

http://konsultasikehidupan.wordpress.com/2009/05/12/teori-identitas-identity-theory/

http://id.wikipedia.org/wiki/Fungsionalisme_struktural

http://sinausosiologi.blogspot.com/2012/06/teori-struktural-fungsional-talcot.html

Narasumber Wawancara :

1. Abdul Hammid, seniman ondel-ondel Kampung Pulo

2. Endrati Fariani, Kepala Seksi Umum Bagian Kebudayaan, Dinas Pariwisata

dan Kebudaya Provinsi DKI Jakarta

3. Muhammad Is, masyarakat awam

57 | P a g e

Page 58: Research Paper (DONE).doc

Lampiran

Aspek Teologis

Pada Penelitian ini, kami menemukan suatu aspek teologis yang berkaitan dengan

ondel-ondel, yaitu suatu dokumen gereja hasil dari Konsili Vatikan II yang bernama Nostra

Aetate. Dokumen ini memiliki arti yakni kepada bangsa-bangsa. Inti dari pada dokumen ini

ialah tentang bagaimana Gereja menyikapi agama-agama, atau kepercayaan lain selain

katolik. Gereja menoleransi adanya perbedaan cara beribadat, yaitu cara penyampaian pujian

dan syukur kepada Sang Pencipta.

Dalam hal ini, ondel-ondel pada zaman dahulu digunakan untuk mengucao syukur

kepada leluhur dengan cara memberikan sesajen dan air putih. Cara penyampaian ucapan

syukur ini sangat berbeda dengan cara penyampaian pada agama katolik yakni dengan berdoa

dan ekaristi. Tetapi tujuan dari pada kedua kegiatan ini adalah sama yaitu untuk memuji Sang

Pencipta, walaupu berbeda cara penyampaiannya. Gereja menyetujui cara seperti ini, asalkan

tujuannya menyembah Sang Pencipta, bukan berhala.

58 | P a g e

Page 59: Research Paper (DONE).doc

59 | P a g e

Gambar 1Tim Penulis melakukan observasi

ke Kampung Pulo, Kwitang, Jakarta

Page 60: Research Paper (DONE).doc

60 | P a g e

Gambar 2Abdul Hammid (62tahun),

seorang seniman ondel-ondel di Kampung Pulo

Gambar 3Asisten Abdul Hammid yang membuat bagian wajah ondel-

ondel

Page 61: Research Paper (DONE).doc

61 | P a g e

Gambar 4Salah satu karya ondel-ondel

Abdul Hammid