Referat Tht
-
Upload
nuristy-fauzia-ulhaq-pribadi -
Category
Documents
-
view
27 -
download
1
description
Transcript of Referat Tht
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tuli mendadak atau sudden deafness merupakan keadaan darurat otologi, dimana telinga
mengalami ketulian secara mendadak, umumnya mengenai salah satu telinga dan apabila tanpa
pengobatan segera dapat menyebabkan gangguan serius seperti gangguan pendengaran
permanen.1
Pasien yang didiagnosis dengan tuli mendadak jika mereka mengalami gangguan
pendengaran dari ≥30 dB pada tiga frekuensi audiometri berturut-turut yang berlangsung dalam
72 jam atau 3 hari. Di Amerika Serikat, kejadian tuli mendadak ditemukan pada 5-20 tiap
100.000 orang per tahun dengan 4000 kasus baru tiap tahunnya. Distribusi laki-laki dan
perempuan hampir sama. Tuli mendadak dapat ditemukan pada semua kelompok usia, umumnya
pada rentang usia 40-50 tahun, dengan puncak insidensi pada dekade keenam. Masalah yang
umum ditemukan pada kasus tuli mendadak adalah keterlambatan diagnosis, sehingga
pengobatan tertunda yang akhirnya menyebabkan kehilangan pendengaran permanen. Oleh
sebab itu, penting untuk mengenali dan mendeteksi kelainan ini sejak dini agar dapat menunjang
pemulihan fungsi pendengaran dan meningkatkan kualitas hidup pasien.1
Tuli mendadak merupakan tuli sensorineural, dapat disertai oleh tinnitus dan vertigo.
Penyebab dari tuli mendadak umumnya diakibatkan gangguan pada saraf telinga oleh berbagai
hal seperti trauma kepala, trauma bising yang keras, infeksi virus, penyebab vaskuler, tumor
pada saraf pendengaran, autoimun, obat ototoksik, dan penyakit Meniere. Diagnosis tuli
mendadak ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, tes penala, audiometri, dan tes
BERA pada anak yang tidak kooperatif.1
Salah satu faktor yang terlibat dalam pemulihan pendengaran adalah onset usia . Usia
rata-rata di mana pasien mengalami tuli mendadak adalah 40 tahun, dengan hanya 1,2% dari
pasien mengalami kondisi ini di bawah 9 tahun. Dengan demikian, sampai saat ini, kebanyakan
studi dari tuli mendadak telah dilakukan pada orang dewasa, dan sangat jarang yang membahas
tuli mendadak pada anak – anak. Periode kritis perkembangan pendengaran dan berbicara
1
dimulai dalam enam bulan pertama kehidupan, dan terus berlanjut sampai usia dua tahun. Anak
yang tuli (gangguan pendengaran berat) dan tidak mendapat penanganan yang baik akan sulit
mengembangkan kemampuan bicara, sehingga mereka mengalami hambatan berkomunikasi dan
pada akhirnya akan menghambat perkembanagan kepribadian, kecerdasan, serta penampilannya
sebagai makhluk sosialStandar pengobatan yang umum dipakai adalah terapi kortikosteroid
sistemik. Pasien dengan gangguan pendengaran sensorineural juga membutuhkan alat bantu
dengar yang dapat memperkuat suara. Pada anak – anak usia tertentu juga diperlukan terapi
khusus yaitu rehabilitasi dan terapi wicara .1
I.2 Rumusan Masalah
Referat ini membahas tentang definisi, etiologi, insidensi, patogenesis, diagnosis,
manifestasi klinis ,dan penatalaksanaan dari tuli mendadak khususnya pada anak – anak
I.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan referat ini yaitu untuk memahami definisi, etiologi,
insidensi, patogenesis, diagnosis, manifestasi klinis ,dan penatalaksanaan dari tuli mendadak
khususnya pada anak – anak serta meningkatkan kemampuan menulis ilmiah di dalam bidang
kedokteran.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 ANATOMI TELINGA
Telinga manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar , telinga tengah , dan telinga dalam.
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, liang telinga hingga membran timpani. Daun telinga
terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S dengan rangka tulang
rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari
tulang. Panjangnya sekitar 2 ½ - 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat
banyak kelenjar serumen dan rambut. Serumen dan rambut liang telinga ini mencegah masuknya
benda asing dan serangga ke dalam telinga.2
Gambar 1. Daun Telinga
3
Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas luar membran timpani, batas depan tuba
eustachius , batas bawah vena jugularis (bulbus jugularis), batas belakang aditus ad antrum dan
kanalis fasialis, batas atas tegmen timpani, batas dalam kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis
fasialis, tingkap lonjong, tingkap bundar, dan promontorium.2
Membrana timpani dibagi dalam 4 kuadran dengan menarik garis yang searah dengan
prosessus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo sehingga didapatkan
bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan, serta bawah-belakang untuk menyatakan letak
perforasi membrana timpani.2
Di dalam telinga tengah juga terdapat tulang – tulang pendengaran yang tersusun dari
luar ke dalam , yaitu maleus, inkus, dan stapes yang berhubungan dengan tingkap lonjong. Pada
pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik . Di tempat ini terdapat aditus ad antrum , yaitu
lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid. Tuba eustachius termasuk
dalam telinga tengah yang menghubungkandaerah nasofaring dengan telinga tengah.2
Gambar 2. Membran Timpani
4
Gambar 3. Telinga tengah
Telinga Dalam
Pada bagian dalam telinga terdapat organ pendengaran yang terdiri atas koklea dan organ
keseimbangan (vestibuler) yang terdiri atas kanalis semisirkularis , sakulus, dan utrikulus.
Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema yang menghubungkan perilimfa skala
timpani dengan skala vestibuli, sedangkan skala media pada koklea berisi endolimfa. Dasar dari
skala vestibule disebut sebagai membran Reissner dan dasar dari skala media adalah membrane
basalis. Pada membrane inilah terletak organ corti.Pada membrane basal juga melekat sel rambut
yang terdiri dari sel rambut dalam dan sel rambut luar. 2
Utrikulus dan sakulus juga mengandung macula yang diliputi oleh sel – sel rambut. Sel –
sel rambut ini tertutup oleh lapisan gelatinosa yang juga mengandung otolit yang berisi kalsium.
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus sempit yang juga merupakan
saluran menuju sakus endolimfatikus. Ketiga kanalis semisirkularis akan bermuara pada
utrikulus. Masing – masing kanalis mempunyai suatu ujung yang melebar membentuk ampula
dan mengandung sel – sel rambut Krista. Gerakan endolimfe dalam kanalis akan menggerakkan
5
kupula yang sekanjutnya akan membengkokkan silia sel rambut Krista dan merangsang sel
reseptor.2
Gambar 4. Telinga Dalam
II.2 FISIOLOGI DAN MEKANISME PENDENGARAN
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara . Getaran itu akan menggetarkan membran
timpani dan diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan
luas membrane timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan
diteruskan ke stapes dan akan menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfe pada skala
vestibule bergerak.2
Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa , sehingga
akan menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran tektoria. Proses ini
merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel –sel
rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.
Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut , sehingga melepaskan neurotransmitter
6
ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius , lalu dilanjutkan
ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39 – 40) di lobus temporalis.2
Gambar 5. Mekanisme Pendengaran
II.3 DEFINISI TULI MENDADAK
Tuli mendadak atau sudden sensorineural hearing loss (SSNHL) didefinisikan sebagai
bentuk sensasi subjektif kehilangan pendengaran sensorineural biasanya terjadi pada satu telinga
yang berlangsung secara cepat dalam periode 72 jam, dengan kriteria audiometri berupa
penurunan pendengaran ≥30 dB sekurang-kurangnya pada 3 frekuensi berturut-turut, yang
menunjukkan adanya abnormalitas pada koklea, saraf auditorik, atau pusat persepsi dan
pengolahan impuls pada korteks auditorik di otak. Jika penyebab tuli mendadak tidak dapat
diidentifikasi setelah pemeriksaan yang adekuat, disebut idiopathic sudden sensorineural hearing
loss (ISSNHL). Tuli mendadak dimasukkan ke dalam darurat otologi oleh karena kerusakannya
terutama di daerah koklea dan biasanya bersifat permanen walaupun dapat kembali normal atau
mendekati normal.3
Keparahan tuli mendadak berdasarkan derajat penurunan pendengaran, menurut WHO,
terbagi atas beberapa tingkatan sebagaimana tersaji dalam tabel berikut.
7
Tabel 1. Derajat Penurunan Pendengaran Menurut WHO
Derajat Penurunan Ambang Pendengaran Temuan Klinis
Pendengaran pada Audiometri
0 – Tidak ada penurunan 25 dB atau kurang Tidak ditemukan masalah pendengaran
1 – Penurunan ringan 26 – 40 dB Mampu mendengar dan mengulangi
kata - kata dalam jarak 1 meter
2 – Penurunan sedang 41 – 60 dB Mampu mendengar dan mengulangi
kata - kata pada suara yang lebih keras
dalam
jarak 1 meter
3 – Penurunan berat 61 – 80 dB Hanya mampu mendengar beberapa kata
Pada suara teriakan di telinga yang sehat
4 – Penurunan sangat berat 81 dB atau lebih Tidak mampu mendengar dan mengerti
Kata – kata pada suara teriakan keras
II.4 EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat terjadi 5 – 20 kasus tuli mendadak per 100.000 penduduk pertahun.
Hadjar E melaporkan dari bagian Neurologi THT FKUI/ RS Cipto Mangunkusumo Jakarta pada
tahun 1999 sampai dengan tahun 2001 terdapat 262 pasien tuli mendadak yang merupakan 6,24
% dari seluruh penderita ketulian dan 10 % dari tuli sensorineural, serta 36 % dari penderita tuli
akibat kelainan vaskuler. Banyak kasus yang tidak dilaporkan, sehingga sangat besar
kemungkinan angka tersebut bisa lebih tinggi. Hal ini dikarenakan tuli mendadak dapat teratasi
sebelum pasien mengunjungi tempat pelayanan kesehatan.4
8
Distribusi antara pria dan wanita terlihat hamper sama. Berdasarkan data dari beberapa
penelitian , sekitar 53% pria terkena tuli mendadak dibandingkan dengan wanita. Maka jenis
kelamin bukanlah merupakan faktor risiko terjadinya tuli mendadak. usia rata-rata di mana
pasien mengalami tuli mendadak adalah 40 tahun, dengan hanya 1,2% dari pasien mengalami
kondisi ini di bawah 9 tahun.1,4
II.5 ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Penyebab pasti sulit untuk diketaui, umumnya akibat gangguan pada saraf telinga oleh
berbagai hal seperi trauma kepala, bising yang keras, infeksi virus, kelainan darah, autoimun,
obat ototoksik, sindrom Meniere, dan tumor saraf pemdengaran. Namun yang seringkali
dianggap sebagai etiologi utama adalah iskemi koklea dan infeksi virus.5
Infeksi Virus
Meskipun sampai saat ini masih belum ditemukan bukti kuat, infeksi virus dianggap
sebagai salah satu penyebab tuli mendadak. Sebuah studi oleh Wilson (1986) menunjukkan
adanya hubungan antara infeksi virus dengan kejadian tuli mendadak. Dalam studi ini,
ditemukan tingkat serokonversi untuk virus herpes secara signifkan lebih tinggi pada populasi
pasien tuli mendadak. Pada studi lain, dilakukan pemeriksaan histopatologi tulang temporal dan
ditemukan kerusakan pada koklea yang konsisten dengan infeksi virus. Terdapat pula temuan
lain seperti hilangnya sel rambut dan sel penyokong, atrofi membran tektoria, atrofi stria
vaskularis, dan hilangnya sel neuron, yang berhubungan dengan mumps virus, maternal rubella,
dan virus campak.5,6
Kelainan Vaskular
Iskemia koklea merupakan penyebab utama tuli mendadak. Koklea memperoleh asupan
darah dari arteri labirintin atau arteri auditiva interna. Pembuluh darah ini merupakan end artery
yang tidak memiliki vaskularisasi kolateral, sehingga jika terganggu dapat mengakibatkan
kerusakan koklea. Kelainan yang menyebabkan iskemia koklea atau oklusi pembuluh darah—
seperti trombosis atau embolus, vasopasme, atau berkurangnya aliran darah—dapat
9
mengakibatkan degenerasi luas sel ganglion stria vaskularis dan ligamen spiralis yang diikuti
pembentukan jaringan ikat dan penulangan.5,6
Kerusakan Membran Intrakoklea
Terdapat membran tipis yang memisahkan telinga dalam dari telinga tengah dan ada
membran halus yang memisahkan ruang perilimfe dengan endolimfe dalam koklea. Robekan
salah satu atau kedua membran tersebut secara teoretis dapat menyebabkan tuli sensorineural.
Kebocoran cairan perilimfe ke dalam telinga tengah melalui tingkap bundar dan tingkap lonjong
didalilkan sebagai penyebab ketulian dengan membentuk hidrops endolimfe relatif atau
menyebabkan robeknya membran intrakoklea. Robekan membran intrakoklea memungkinkan
terjadinya percampuran perilimfe dan endolimfe sehingga mengubah potensial endokoklea. Teori
ini diakui oleh Simmons, Goodhill, dan Harris, dengan pembuktian histologi yang
didokumentasikan oleh Gussen.5,6
Kelainan Imunologi
Tuli sensorineural yang disebabkan oleh proses autoimun diperkenalkan oleh McCabe
pada tahun 1979. Pada kondisi ini, ditemukan adanya kehilangan pendengaran progresif. Adanya
aktivitas imun pada koklea mendukung konsep teori ini. Gangguan pendengaran pada sindrom
Cogan, SLE, dan kelainan reumatik autoimun lainnya telah lama diketahui.3 Sebagai pendukung
lain teori ini, terdapat sebuah studi prospektif pada 51 pasien tuli mendadak dan ditemukan
beberapa kelainan yang berkaitan dengan sistem imun (multiple immune-mediated disorders).5,6
Obat – Obat Ototoksik
Tuli mendadak juga dapat disebabkan oleh obat – obat ototoksik. Tuli ini biasanya
didahului oleh tinnitus. Pada umumnya, setiap obat atau zat kimia yang menimbulkan efek toksik
terhadap ginjal dapat juga berdifat ototoksik.5
10
11
Gangguan P.darah auditiva
eksterna : Trombosis, emboli,
hiperkoagulitasInfeksi Virus
Iskemi koklea
Atrofi koklea
Atrofi membran
tektorial, organ corti
Atrofi Stria
Vaskularis
Hilangnya sel
rambut dan sel
penyokong
Penyerapan endolimfe
dalam skala media
terhambat
Hidrops (pembengkakan
endolimfe)
Keabnormalan komposisi
cairan endolimfe dan
perilimfe
Gangguan pendengaran
Potensial listrik tidak teratur -> n. koklearis --> korteks temporalis
Tinnitus
Gangguan vestibuler
-> vertigo
Gambar 6. Patofisiologi Tuli Mendadak
II.6 GEJALA KLINIS
Timbulnya tuli pada iskemia koklea dapat bersifat mendadak atau menahun secara tidak
jelas. Kadang – kadang bersifat sementara atau berulang dalam serangan, tetapi biasanya
menetap. Tuli bersifat sementara biasanya tidak berat dan tidak berlangsung lama. Kemungkinan
sebagai pegangan harus diingat bahwa perubahan yang menetap akan terjadi sangat cepat . Tuli
dapat bersifat unilateral atau bilateral, dapat disertai dengan tinnitus dan vertigo.7
Pada infeksi virus, timbulnya tuli mendadak biasanya pada satu telinga, dapat disertai
dengan tinnitus dan vertigo. Kemungkinan ada gejala dan tanda penyakit virus seperti parotitis,
varisela, variola atau pada anamnesis baru sembuh dari penyakit virus tersebut. Pada
pemeriksaan klinis tidak terdapat kelainan telinga.7
Gangguan pendengaran pada anak lebih sulit untuk dideteksi. Berikut ini adalah tahap
perkembangan yang khas pada anak-anak dengan pendengaran normal. Bayi dan anak-anak
dengan gangguan pendengaran tidak mungkin mencapai tonggak ini:8
Tabel 2. Tahap Perkembangan Anak dengan Pendengaran Normal
Usia Indikator
0-3 bulan Anak berkedip, terkejut, bergerak saat mendengar suara orang tua.
4 - 6 bulan Anak menengok ke arah sumber suara, dan membuat suara ("ooh,"
"ah"). Anak tampaknya mendengarkan dan kemudian merespon
seakan memiliki percakapan.
7 -12 bulan Anak menggerakkan kepala nya di setiap arah menuju sumber
suara, mengoceh ("ba", "ga," "Bababa," "lalala," dll), dan
mengatakan "mama", "dada" ( meskipun tidak spesifik untuk ibu
atau ayah).
12
13-15 bulan Anak mengatakan "mama", "papa" dengan benar, dan mengikuti
perintah.
16-18 bulan Anak menggunakan merespon dengan kata-kata tunggal.
19-24 bulan Anak menunjuk ke bagian tubuh ketika ditanya, menempatkan dua
kata bersama-sama
25-36 bulan Anak menggunakan tiga sampai lima kata membentuk kalimat.
37-48 bulan Hampir semua percakapan anak dipahami oleh orang asing.
Indikasi gangguan pendengaran pada anak-anak yang lebih tua dapat mencakup:8
Mendengarkan televisi atau radio pada volume yang lebih tinggi daripada anak-anak lain, duduk
sangat dekat ke televisi ketika volume cukup untuk orang lain di dalam ruangan, meminta untuk
dijelaskan suatu berulang-ulang, mengalami kesulitan dengan pekerjaan sekolah, memiliki
masalah berbicara, mengeluh kesulitan mendengar.
II.7 DIAGNOSIS
Diagnosis tuli mendadak ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan THT,
audiologi, laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. Anamnesis yang teliti mengenai
proses terjadinya ketulian, gejala yang menyertai serta faktor predisposisi penting untuk
mengarahkan diagnosis. Pada pemeriksaan otoskopi tidak dijumpai adanya kelainan pada telinga
yang sakit. Pada pemeriksaan pendengaran, tes garpu tala: Rinne positif, Weber lateralisasi ke
telinga yang normal, Schwabach memendek, kesan tuli sensorineural.7
Pada audiometri nada murni menunjukkan tuli sensorineural ringan sampai berat.
Pemeriksaan audiometri nada tutur memberi hasil tuli sensorineural sedangkan pada audiometri
impedans terdapat kesan tuli sensorineural koklea. Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan
untuk memeriksa kemungkinan infeksi virus, bakteri, hiperlipidemia, hiperfibrinogen, hipotiroid,
13
penyakit autoimun, dan faal hemostasit. Untuk mengetahui ada tidaknya hiperkoagulasi darah
pada pasien tuli mendadak dapat dilakukan pemeriksaan faal hemostasis dan tes penyaring
pembekuan darah. Pemeriksaan CT-scan dan MRI dengan kontras diperlukan untuk
menyingkirkan diagnosis seperti neuroma akustik dan malformasi tulang temporal. Pada anak-
anak dapat dilakukan tes BERA dimana hasilnya menunjukkan tuli sensorineural ringan sampai
berat.7
Tes BERA
Tes BERA ( Brainstem Evoked Response Audiometry ) merupakan sebuah metode yang
bertujuan untuk mengevaluasi ambang pendengaran dan mendiagnosa lesi retrokoklear pada
anak. Tes BERA bersifat obyektif, tidak invasif untuk memeriksa respons elektrofisiologis saraf
pendengaran sampai batang otak dengan memberikan rangsangan bunyi.9
Berbeda dengan audiometri, alat ini bisa digunakan pada pasien yang kooperatif maupun
non – kooperatif seperti pada bayi baru lahir, anak kecil, pasien yang sedang mengalami koma.
BERA mengarah pada pembangkitan potensial yang ditimbulkan dengan suara singkat atau nada
khusus yang ditransmisikan dari transduser akustik dengan menggunakan earphone atau
headphone. Bentuk gelombang yang ditimbulkan dari respons tersebut dinilai dengan
menggunakan elektode yang biasanya diletakkan pada bagian vertex kulit kepala dan pada lobus
telinga. Pencatatan rata – rata grafiknya diambil berdasarkan panjang gelombang / amplitude
dalam waktu (millisecond) setelah rangsangan suara (click) pada intensitas tinggi. Rangsangan
suara tersebut akan menghasilkan respons dari region basilar koklea.9,10
Prinsip tes ini adalah mencatat perjalanan rangsangan suara yang diberikan mulai dari
telinga luar, telinga tengah, koklea, saraf pendengaran hingga ke batang otak. Tes bera
menunjukan ada atau tidaknya gelombang I-V pada tiap kekerasan suara (desibel) yang
diberikan. Pada kasus bayi dengan tuli sangat berat, tidak didapatkan gambaran gelombang i-V
walaupun diberikan rangsangan sampai 100 desibel.9,10
14
II.8 PENATALAKSANAAN
Pengobatan untuk tuli mendadak idealnya berdasarkan penyebab , seperti antibiotik untuk
kasus infeksi bakteri, penghentian penggunaan obat ototoksik dan sebagainya. Tetapi
kebanyakan kasus tuli mendadak bersifat idiopatik sehingga pengobatan dilakukan secara
empiris.7,11
Medika mentosa tuli mendadak umumnya berupa steroid sistemik, vasodilator
(histamine, papaverin, verapamil, carbogen), hemodilusi ( dextran, pantoxyfilline, manitol, dan
heparin), antiviral (acyclovir, valacyclovir). Terapi lain berupa oksigen hiperbarik 100% pada 2
– 2,5 ATM selama 90 menit setiap hari selama 10 – 20 kali terapi. Selain itu, dianjurkan pula
tirah baring selama 2 minggu, diet rendah garam dan rendah kolesterol,neurotonik, vitamin C,
vitamin E, dan preparat herbal (gingko biloba). 7,11
Steroid sistemik sering digunakan sebagai terapi tuli mendadak. Aksi spesifik steroid
belum diketahui secara pasti, namun sangat bermanfaat pada kasus infeksi, inflamasi, dan reaksi
imunologik penyebab tuli mendadak. Belum ada kesepakatan khusus dalam hal dosis dan lama
pengobatan. Umumnya pada dewasa, prednison oral dapat digunakan 4x10 mg dengan tapering
off setiap 3 hari. Penelitian lain memulai prednison oral 60mg/hari selama 5 hari diikuti tapering
off 10 mg setiap 2 hari. Namun steroid sistemik dapat menimbulkan efek samping berupa kadar
gula darah meningkat, perubahan mood, berat badan meningkat, gastritis, dan gangguan tidur. 7,11
Pada anak - anak, terapi HBO disarankan menggunakan tekanan yang lebih rendah serta
siklus yang pendek untuk mengurangi risiko terjadinya toksisitas oksigen. Dalam kebanyakan
kasus, anak membutuhkan evaluasi perkembangan penuh, bicara dan bahasa sebelum pengobatan
direncanakan. Gangguan pendengaran sensorineural diperlakukan dengan alat bantu dengar yang
memperkuat suara. Mereka dapat dipasang untuk anak-anak berusia 4 minggu. Mengobati anak
sebelum usia 6 bulan dapat membuat perbedaan besar dalam bahasa dan perkembangan bicara.
Pemberian steroid oral berupa prednisolon dimulai pada 1 mg / kgBB secara oral, diikuti oleh
15
tapering off secara bertahap telah terbukti mempunyai efek yang baik untuk proses
penyembuhan. Namun penggunaan steroid untuk anak perlu diawasi penggunaannya karena
dapat menghambat pertumbuhan anak. 7,11
II.9 EVALUASI
Evaluasi fungsi pendengaran dilakukan setiap minggu selama 1 bulan. Kallinen et al
(1997) mendefinisikan perbaikan pendengaran pada tuli mendadak adalah sebagai berikut : 7
Tabel 3. Perbaikan Pendengaran pada Tuli Mendadak
Kategori Keterangan
1. Sangat baik Perbaikan >30 dB pada 5 frekuensi
2. Sembuh Perbaikan ambang pendengaran <30 dB pada
frekuensi 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, dan
dibawah 25 dB pada frekuensi 4000 Hz
3. Baik Rerata perbaikan 10 – 30 dB pada 5 frekuensi
4. Tidak ada perbaikan Perbaikan <10 dB pada 5 frekuensi
II.10 PROGNOSIS
Prognosis tuli mendadak tergantung pada beberapa faktor, yaitu kecepatan pemberian
obat, respon 2 minggu pengobatan pertama, usia, derajat tuli saraf, dan adanya faktor – faktor
predisposisi. Pada umumnya makin cepat diberikan pengobatan makin besar kemungkinan untuk
sembuh, bila telah lebih dari 2 minggu kemungkinan sembuh menjadi lebih kecil. Penyembuhan
dapat terjadi sebagian atau lengkap, tetapi dapat juga tidak sembuh. Pada anak – anak dengan
tuli mendadak apabila dilakukan diagnosis secara dini dan penatalaksanaan yang baik umumnya
dapat memberikan prognosis yang baik dimana tingkat penyembuhan lengkap dapat mencapai
54%.1
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tuli mendadak atau sudden deafness merupakan keadaan darurat otologi, dimana
telinga mengalami ketulian secara mendadak, umumnya mengenai salah satu telinga dan apabila
tanpa pengobatan segera dapat menyebabkan gangguan serius seperti gangguan pendengaran
permanen. Salah satu faktor yang terlibat dalam pemulihan pendengaran adalah onset usia . Usia
rata-rata di mana pasien mengalami tuli mendadak adalah 40 tahun, dengan hanya 1,2% dari
pasien mengalami kondisi ini di bawah 9 tahun. Dengan demikian, sampai saat ini, kebanyakan
studi dari tuli mendadak telah dilakukan pada orang dewasa, dan sangat jarang yang membahas
tuli mendadak pada anak – anak.
Periode kritis perkembangan pendengaran dan berbicara dimulai dalam enam bulan
pertama kehidupan, dan terus berlanjut sampai usia dua tahun. Anak yang tuli (gangguan
pendengaran berat) dan tidak mendapat penanganan yang baik akan sulit mengembangkan
kemampuan bicara, sehingga mereka mengalami hambatan berkomunikasi dan pada akhirnya
akan menghambat perkembanagan kepribadian, kecerdasan, serta penampilannya sebagai
makhluk sosialStandar pengobatan yang umum dipakai adalah terapi kortikosteroid sistemik.
Pasien dengan gangguan pendengaran sensorineural juga membutuhkan alat bantu dengar yang
dapat memperkuat suara. Pada anak – anak usia tertentu juga diperlukan terapi khusus yaitu
rehabilitasi dan terapi wicara .
17
Penyebab pasti sulit untuk diketaui, umumnya akibat gangguan pada saraf telinga oleh
berbagai hal seperi trauma kepala, bising yang keras, infeksi virus, kelainan darah, autoimun,
obat ototoksik, sindrom Meniere, dan tumor saraf pemdengaran. Namun yang seringkali
dianggap sebagai etiologi utama adalah iskemi koklea dan infeksi virus
Diagnosis tuli mendadak ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan THT,
audiologi, laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. Anamnesis yang teliti mengenai
proses terjadinya ketulian, gejala yang menyertai serta faktor predisposisi penting untuk
mengarahkan diagnosis. Pada pemeriksaan otoskopi tidak dijumpai adanya kelainan pada telinga
yang sakit. Pada pemeriksaan pendengaran, tes garpu tala: Rinne positif, Weber lateralisasi ke
telinga yang normal, Schwabach memendek, kesan tuli sensorineural.
Pada audiometri nada murni menunjukkan tuli sensorineural ringan sampai berat.
Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk memeriksa kemungkinan infeksi virus, bakteri,
hiperlipidemia, hiperfibrinogen, hipotiroid, penyakit autoimun, dan faal hemostasis. Untuk
mengetahui ada tidaknya hiperkoagulasi darah pada pasien tuli mendadak dapat dilakukan
pemeriksaan faal hemostasis dan tes penyaring pembekuan darah. Pemeriksaan CT-scan dan
MRI dengan kontras diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis seperti neuroma akustik dan
malformasi tulang temporal. Pada anak-anak dapat dilakukan tes BERA dimana hasilnya
menunjukkan tuli sensorineural ringan sampai berat.
Mengobati anak sebelum usia 6 bulan dapat membuat perbedaan besar dalam bahasa dan
perkembangan bicara. Pemberian steroid oral berupa prednisolon dimulai pada 1 mg / kgBB
secara oral, diikuti oleh tapering off secara bertahap telah terbukti mempunyai efek yang baik
untuk proses penyembuhan. Namun penggunaan steroid untuk anak perlu diawasi
penggunaannya karena dapat menghambat pertumbuhan anak. Pada anak - anak, terapi HBO
disarankan menggunakan tekanan yang lebih rendah serta siklus yang pendek untuk mengurangi
risiko terjadinya toksisitas oksigen. Dalam kebanyakan kasus, anak membutuhkan evaluasi
perkembangan penuh, bicara dan bahasa sebelum pengobatan direncanakan
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Se Young N, Myung GK, et al. Comparison of Sudden Deafness in Adults and Children.
Clin Exp Otorhinolaryngol. 2014 Sep; 7(3): 165–169.
2. Soetirto I, Hendarmin H, et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
Kepala dan Leher. Ed 6. Jakarta: FK UI;2007:10-6.
3. Stachler RJ, Chandrasekhar SS, Archer SM, Rosenfeld RM, Schwartz SR, Barrs DM, et
al. Clinical practice guideline sudden hearing loss: Recommendations of the American
Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Otolaryngol Head Neck Surg.
2012;146.
4. Abdilah F. Penatalaksanaan Suatu Kasus Tuli Mendadak Unilateral dengan Sindrom Anti
Phospolipid. Jakarta : FK UI;2004.
5. Soetirto I, Bashiruddin J. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
Kepala dan Leher. Ed 6 ‘Tuli Mendadak’.Jakarta:FK UI;2007:46-8.
6. Bailey BJ, Johnson JT. Head and neck surgery-otolaryngology. 4th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2006.
7. Sopardi EA, Iskandar N, et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
Kepala dan Leher. Ed 7 ‘Tuli Mendadak’.Jakarta:FK UI;2012:39.
8. Hearing Loss in Children. 2015. Accessed at:
http://www.drugs.com/health-guide/hearing-loss-in-children.html.
9. JM Al-kandari, WB Alshuaib. BERA in children with hearing loss and delayed
speech.Electromyogr Clin Neurophysiol. 2006 Jan-Feb; 46(1):43-9.
10. Bhattacharrya N. Auditory Brainstem Response Audiometry. 2008.
Http://emedicine.medscape.com
19
11. Hart HA. Sudden Sensorineural Hearing Loss.In : Cummings CW,ed. Cummings
Otolaryngology Head & Neck Surgery.4th ed. Philadelphia; 2005.
20