REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

24
1 REHABILITASI MEDIK A. DEFI NISI Menurut WHO, Rehabilitasi Medik adalah ilmu pengetahuan kedokteran yang mempela jar i masalah atau semua tindakan yang ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan dampak keadaan sakit, nyeri, cacat dan atau halanga n sert a meningkatkan kemampuan pasien mencap ai integrasi sosial. Menuru t Depkes, rehabi litas i adalah prose s pemulihan untuk memperol eh fungs i penyesuaian diri secara maksimal atau usaha mempersiapkan penderita cacat secara fisik, mental, sosial dan kekaryaan untuk suatu kehidupan yang penuh sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. (De pkes RI, 1983). Seda ngkan pel aya nan Reha bil itasi Medik ada lah pel ayanan kes ehat an terha dap ganggua n fisi k dan fungsi yang diakibatka n oleh keadaan/kon disi sakit, penyakit atau cedera melalui paduan intervensi medis, keterapian fisik dan atau rehabilitative untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal. B. SEJARAH Pada tah un 1916 terda pat wabah pol io yang menyer ang New York. Wab ah ter sebut dapat mengak ibatka n kecaca tan semen tara bahkan seumur hidup jika tidak cepat ditangani, maka dibentuklah Georgia Warm Springs Young Foundation pada 1924 sebagai tanggapan terhadap wabah pol io ini unt uk menangg ula ngi aki bat bur uk yang dit imbul kan. Dengan demiki an,  pemulihan fungsi alat gerak (rehabilitasi) yang dijalani pasien polio itulah titik awal yang mendorong berdirinya rehabilitasi medis. Frank H. Krusen, MD adalah seorang dokter yang telah  berusaha keras memperoleh pengakuan agar rehabilitasi medis dimasukkan dalam suatu bidang spesialis kedokteran pada tahun 1938. Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Transcript of REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

Page 1: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 1/24

1

REHABILITASI MEDIK 

A. DEFINISI

Menurut WHO, Rehabilitasi Medik adalah ilmu pengetahuan kedokteran yang mempelajari

masalah atau semua tindakan yang ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan dampak 

keadaan sakit, nyeri, cacat dan atau halangan serta meningkatkan kemampuan pasien mencapai

integrasi sosial.

Menurut Depkes, rehabilitasi adalah proses pemulihan untuk memperoleh fungsi penyesuaian

diri secara maksimal atau usaha mempersiapkan penderita cacat secara fisik, mental, sosial dan

kekaryaan untuk suatu kehidupan yang penuh sesuai dengan kemampuan yang ada padanya.

(Depkes RI, 1983). Sedangkan pelayanan Rehabilitasi Medik adalah pelayanan kesehatan

terhadap gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit atau

cedera melalui paduan intervensi medis, keterapian fisik dan atau rehabilitative untuk mencapai

kemampuan fungsi yang optimal.

B. SEJARAH

Pada tahun 1916 terdapat wabah polio yang menyerang New York. Wabah tersebut dapat

mengakibatkan kecacatan sementara bahkan seumur hidup jika tidak cepat ditangani, maka

dibentuklah Georgia Warm Springs Young Foundation pada 1924 sebagai tanggapan terhadap

wabah polio ini untuk menanggulangi akibat buruk yang ditimbulkan. Dengan demikian,

 pemulihan fungsi alat gerak (rehabilitasi) yang dijalani pasien polio itulah titik awal yang

mendorong berdirinya rehabilitasi medis. Frank H. Krusen, MD adalah seorang dokter yang telah

 berusaha keras memperoleh pengakuan agar rehabilitasi medis dimasukkan dalam suatu bidang

spesialis kedokteran pada tahun 1938.

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 2: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 2/24

2

Pelayanan Kedokteran Rehabilitasi di Indonesia dikenal sejak tahun 1947, saat

Prof.Dr.R.Soeharso mendirikan Pusat Rehabilitasi untuk penderita disabilitas, yaitu penderita

 buta, tuli dan cacat mental di Surakarta. Karena tuntutan kebutuhan yang meningkat, maka pada

tahun 1973, Menteri Kesehatan mendirikan Pelayanan Rehabilitasi di RS. Dr.Kariadi Semarang,

yang merupakan suatu pilot project yang disebut Preventive Rehabilitation Unit (PRU).

Keberadaan PRU menunjukkan keberhasilan dalam peningkatan pelayanan kesehatan,

mempersingkat masa perawatan di RS, dan mengurangi beban kerja Pusat Rehabilitasi di

Surakarta.

Melalui SK Menteri Kesehatan No.134/Yan.Kes/SK/IV/1978 pada masa PELITA II, diputuskan

untuk mendirikan PRU di seluruh RS pemerintah baik tipe A, B dan C. Istilah PRU kemudian

 berubah menjadi Unit Rehabilitasi Medik (URM). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Menteri Kesehatan menaruh perhatian untuk memajukan pelayanan Kedokteran

Rehabilitasi.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan Kedokteran Rehabilitasi, Menteri Kesehatan mulai

mengirim Dokter umum dari Indonesia untuk mengikuti pendidikan menjadi Spesialis

Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di Department Physical Medicine and Rehabilitation,

Universitas Santo Tomas di Manila, Filipina. Ada 12 Dokter Indonesia yang berhasil menjadi

spesialis KF & R dari Universitas tersebut. Beberapa lulusan tersebut mulai mendirikan

Organisasi Spesialis Rehabilitasi Medik Indonesia yang diberi nama IDARI (Ikatan Dokter 

Rehabilitasi Medik Indonesia) pada bulan Februari 1982, pada saat Seminar untuk 

mengembangkan sumber daya manusia di bidang Rehabilitasi Medik di Jakarta. Ketua IDARI

 pertama adalah Dr. A.R. Nasution yang dilantik oleh Dr. I.G. Brataranuh, Dirjen Pelayanan

Kesehatan Departemen Kesehatan. Setelah itu mulailah dibicarakan mengenai pelaksanaan

 penerimaan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan

Rehabilitasi.

Konggres Nasional IDARI pertama diadakan pada tahun 1988 di Jakarta, dan Prof.Dr.H.Soelarto

Reksoprodjo, SpB, SpOT, FICS terpilih sebagai Ketua IDARI. Terjadi kemajuan baik di bidang

Organisasi maupun Edukasi. IDARI mulai memiliki perwakilan di CHS di bidang pendidikan,

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 3: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 3/24

3

dengan anggota : Prof.Dr.H.Soelarto Reksoprodjo, SpB, SpOT, FICS, Dr.Bayu Santoso, SpRM,

dan Dr.Angela BM Tulaar, SpRM, berdasarkan SK No.265/PB/A.4/10/90.

Konggres Nasional IDARI ke Dua di adakan pada tahun 1991 di Semarang, dan Prof.Dr.H.Soelarto Reksoprodjo, SpB,SpOT, FICS terpilih sebagai Ketua IDARI. Pada Konas tersebut

IDARI berubah nama menjadi PERDOSRI, demikian pula dengan symbol IDARI berubah

sebagai karya Dr. Herman Sukarman.

Konggres Nasional III diadakan pada tahun 1994 di Surabaya, dan Dr. Bayu Santoso, SpRM

terpilih sebagai Ketua Perdosri. Organisasi terus berkembang dan menunjukan eksitensi.

Musyawarah Keraja Nasional (MUKERNAS) selalu diadakan di antara 2 KONAS.

Konggres Nasional IV diadakan pada tahun 1998 di Jakarta, dan Alm.Dr.Thamrinsyam Hamid,

SpRM terpilih sebagai Ketua. Konggres Nasional V diadakan pada tahun 2001 di Semarang, dan

Dr. Siti Annisa Nuhonni, SpRM terpilih sebagai ketau PB PERDOSRI dan Dr.Angela BM

Tulaar, SpRM sebagai ketua Kolegium periode 2001-2004.

Setelah KONAS V, Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) diadakan setiap tahun. PIT pertama

diadakan pada tahun 2002 di Jakarta. Setiap PIT selalu diadakan presentasi makalah bebas dan

kompetisi Penelitian akhir Residen. Konggres Nasional VI diadakan pada tahun 2004 di Bali 3 rd

 ARMA Conference . Pada KONAS VI, Dr.Siti Annisa Nuhonni, SpRM terpilih kembali sebagai

ketua PB PERDOSRI. Konggres Nasional VII diadakan pada tahun 2007 di Manado bersamaan

dengan PIT ke VII dan 4th ARMA, dan Dr.A.Peni Kusumastuti, SpRM sebagai Ketua PB

PERDOSRI. Kongres Nasional VIII diadakan pada tahun 2010 di Bandung bersamaan dengan

PIT IX, dan dr.Luh Karunia Wahyuni,SpKFR sebagai ketua PB PERDOSRI

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 4: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 4/24

4

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN REHABILITASI MEDIK DI RUMAH SAKIT

Bagian ini akan menjelaskan tentang ruang lingkup rehabilitasi medis. Rephauge (dalam sidiarto

1980) pada seminar internasional I rehabilitasi medis mengatakan bahwa rehabilitasi medis

merupakan dasar dan penunjang bentuk rehabilitasi lainnya, seperti rehabilitasi sosial, karya, dan

 pendidikan. Jika ruang lingkup rehabilitasi medis dipandang sebagai suatu ilmu, maka banyak 

yang perlu dipelajari dan berhubungan langsung dengan rehabilitasi medis. Beradasarkan

 pengertian rehabilitasi yang menekankan kepada fungsional, maka rehabilitasi medis tidak bisa

terlepas dari cabang ilmu lain seperti : Neuromuskular, Muskuloskeletal, Psikologi, Anatomi,

Kenisiologi, Fisiologi, Etika Profesi, dan lain-lain.

Sedangkan, jika ditinjau dari sudut pandang keprofesian, rehabilitasi medis memiliki komponen

yang terdiri dari berbagai macam profesi. Dokter spesialis rehabilitasi medis adalah orang yang

 pada umumnya pertama dikunjungi oleh pasien. Biasanya, dokter akan mengirim pasien ke

fisioterapis atau okupasi terapis untuk tindakan pemulihan lebih lanjut.Tugas fisioterapis disini

adalah mengukur pergerakan sendi, kekuatan otot, fungsi paru dan jantung, dan mengukur sejauh

mana pasien bisa melakukan aktivitas serta pekerjaannya sehari-hari (fremgen dan frucht 2002).

Kesemuanya itu dilatih dan dibantu pemulihannya oleh fisioterapis. Sedangkan okupasi terapis

 bertugas untuk mendampingi pasien untuk mengembangkan, meningkatkan, dan memulihkan

kemampuan yang sangat penting untuk menunjang hidupnya. Namun, okupasi terapis lebih

menekankan kepada pelatihan pasien untuk hidup mandiri dan produktif dengan tujuan mencapai

hidup yang sejahtera.

Berbeda dengan fisioterapis dan okupasi terapis, ortosis dan prostesis membantu pasien dengan

menyediakan alat-alat penunjang pasien untuk hidup mandiri dan produktif. Ortosis adalah orang

yang membuat alat bantu untuk beraktivitas, sedangkan prostesis menyediakan alat yang

merupakan suatu pengganti organ, misalnya kaki palsu.

Pada kenyataannya, banyak sekali perangkat rehabilitasi medis yang ikut berperan dalam

rehabilitasi pasien, misalnya psikolog untuk memotivasi dan melatih pasien retardasi mental,

 perawat, dan paramedis lainnya. Itu semua tergantung kebutuhan pada masing-masing pasien.

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 5: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 5/24

5

Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit meliputi seluruh upaya kesehatan pada umumnya,

yaitu upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

1. Upaya Promotif 

Penyuluhan, informasi dan edukasi tentang hidup sehat dan aktivitas yang tepat untuk mencegah

kondisi sakit

2. Upaya preventif 

Edukasi dan penanganan yang tepat pada kondisi sakit/ penyakit untuk mencegah dan atau

meminimalkan gangguan fungsi atau risiko kecacatan.

3. Upaya kuratif 

Penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, dan upaya rehabilitatif untuk 

mengatasi penyakit/kondisi sakit untuk mengembalikan dan mempertahankan kemampuan

fungsi.

4. Upaya rehabilitatif 

Penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, keteknisan medik dan upaya

rehabilitatif lainnya melalui pendekatan psiko-sosio-edukasi-okupasi-vokasional untuk 

mengatasi penyakit/kondisi sakit yang bertujuan mengembalikan dan mempertahankan

kemampuan fungsi, meningkatkan aktivitas dan peran serta/ partisipasi di masyarakat.

D. FILOSOFI

Pelayanan Rehabilitasi Medik dilakukan dengan menjunjung filosofi-filosofi berikut:

1. Rehabilitasi merupakan ‘jembatan’ yang menjangkau perbedaan antara kondisi tidak 

 berguna-berguna, kehilangan harapan- berpengharapan ( Rehabilitation is a bridge

 spanning the gap between uselessness-usefulness, hopelessness – hopefulness)

2. Rehabilitasi tidak hanya memperpanjang usia tapi juga menambah makna/kualitas dalam

hidup (rehabilitation is not only to add years to life but also add life to years).

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 6: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 6/24

6

E. TUJUAN REHABILITASI

Adapun tujuan rehabilitasi medik adalah

1. Mengatasi keadaan/kondisi sakit melalui paduan intervensi medic, keterapian fisik,

keteknisian medic dan tenaga lain yang terkait.

2. Mencegah komplikasi akibat tirah baring dan atau dampak penyakitnya yang mungkin

membawa kecacatan.

3. Memaksimalkan kemampuan fungsi, meningkatkan aktifitas dan partisipasi pada

difabel.

4. Mempertahankan kualitas hidup dan mengupayakan kehidupan yang berkualitas.

F. PRINSIP REHABILITASI

Menurut Harsono (1996), ada beberapa prinsip rehabilitasi, yaitu :

1. Rehabilitasi dimulai sedini mungkin, bahkan segera sejak dokter melihat penderita untuk 

 pertama kalinya.

2. Tidak ada seorang pun yang boleh berbaring lebih lama dari yang diperlukan, karena dapat

mengakibatkan komplikasi.

3. Rehabilitasi merupakan terapi multidisipliner terhadap seorang penderita

4. Faktor yang terpenting adalah kontinuitas perawatan

5. Perhatian untuk rehabilitasi diutamakan kepada sisa kemampuan yang masih dapat diperbaiki

dengan latihan

6. Fungsi lain rehabilitasi adalah pencegahan serangan berulang

7. Penderita merupakan subjek rehabilitasi, bukan sekedar objek.

Prinsip - prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak Ada beberapa prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak berkebutuhan khusus, diantaranya:

1.Ditinjau dari tujuan rehabilitasi

Tujuan rehabilitasi bagi anak berkebutuhan khusus adalah agar mereka mampu mengikuti

 pendidikan dengan baik, atau agar mereka mampu melaksanakan fungsi sosial secara

wajarn dalam kehidu-pan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan rehabilitasi

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 7: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 7/24

7

tersebut, prinsip dasar kegiatan rehabilitasi adalah:

a.  Prinsip menyeluruh

 Kegiatan rehabilitasi dilakukan secara menyeluruh atau lengkap, baik pada aspek fisik,

 psikhis, sosial maupun ketrampilan (total care concept rehabilitation). Seorang anak 

 yang mengalami amputasi, sedini mungkin ditangani bidang rehabilitasi medic tidak 

terbatasl kepada mempercepat penyembuhan luka-penguatan ptot, tetapi juga

 pembuatan kaki palsu, mempersiapkan mental agar yang bersangkutan menerima alat 

tersebut, melatih ketrampilan sesuai dengan kemampuan yang ada, dsb.

b.Prinsip pelayanan segera atau pelayanan dini

Pelayanan rehabilitasi dilakukan mulai sejak usia dini atau segera setelah diketahui

kebutuhan rehabilitasi yang diperlukan masing-masing anak.

c.Prinsip prioritas

Kondisi kesehatan atau kecacatan yang menimbulkan rasa sakit dapat mengganggu setiap

aktivitas anak, maka kegiatan rehabilitasi medik bagi anak yang memerlukan, perlu

didahulukan/mendahului kegiatan rehabilitasi yang lain. pada kasus-kasus tertentu yang

memerlukan pelayanan segera, perlu memperoleh prioritas dalam rehabilitasi.

d.Kegiatan berpusat pada anak 

Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan, lebih banyak memberikan kesempatan

kepada anak/peserta didik untuk mencoba sendiri, memecahkanmasalahnya sendiri serta melakukan latihan sendiri, sudah tentu setelah mereka

memperoleh penjelasan secukupnya dari provider.

e. Prinsip konsisten

Setiap kegiatan rehabilitasi didasarkan pada program yang telah disiapkan sebelumnya,

dan dievaluasisetiap kemajuan yang dicapai anak/peserta didik secara konsisten.

f.  Prinsip efektivitas dan penghargaan

 Memberikan pujian dan penghargaan atas keberhasilan dan kemajuan kemampuan

anak/peserta didik.

g.  Prinsip pentahapan.

 Artinya bahwa kegiatan rehabilitasi dimulai dari kegiatan yang minimal (kecil,

 sederhana, mudah) sampai pada yang maksimal (luas, besar, sukar), baik yang 

berhubungan dengan bentuk, sifat maupun hasil yang diharapkan.

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 8: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 8/24

8

h.  Prinsip kesinambungan, berulang dan terus menerus.

 Artinya kegiatan terapi agar mencapai hasil maksimal perlu dilakukan

berkesinambungan, berulang-ulang, terus menerus. Jadi tidak berhenti sebelum terlihat 

hasilnya yang lebih baik, menjadi bertambah meningkat kemampuannya, menjadi

berkurang kesulitan dan hambatannya, dsb.

i.  Prinsip terintegrasi

Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi tidak selalu terpisah dengan kegiatan proses belajar 

mengajar dalam suatu bidang studi tertentu, misalnya ketrampilan, olahraga, PMP,

agama, kesenian, dsb.

2. Ditinjau dari jenis dan macam kelainan

a.Orientasi pada pengembalian fungsi

Kegiatan rehabilitasi dilakukan dengan berorientasi pada pengembalian fungsi. Setiap

anak berkelainan memiliki dampak primer tertentu sesuai dengan jenis kecacatannya.

Dampak primer tersebut sedapat mungkin dikembalikan fungsinya, dan jika tidak 

mungkin dialihkan pada fungsi organ tubuh yang lain/ketrampilan tertentu yang dapat

menggantikan fungsi organ yang berkelainan. Misalnya: tunanetra, dampak primer tidak 

dapat melihat, kegiatan rehabilitasi di bidang pendidikan dengan tulisan braille, peragaan

dengan bendy yang dapat diraba, dsb. Anak tunadaksa jenis folio, dampak primer ambulasi terbatas, kegiatan rehabilitasi melatih penggunaan kursi roda, kruk, brace, dsb.

 b. Pinsip individualisasi

 Kegiatan rehabilitasi berorientasi pada ketidakmampuan dan kemampuan setiap

anak/peserta didik. Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi diperlukan pendekatan individual.

c.Orientasi pada jenis kecacatan dan kasus

 Ada kegiatan rehabilitasi yang dapat dilakukan secara kelompok berdasarkan atas jenis

kecacatan, macam kasus, tingkat kelas, kelompok usia, dsb. MisaInya: semua anak 

tunanetra memerlukan latihan orientasi dan mobilitas, semua anak tunarungu me-

merlukan latihan komunikasi, semua anak tuna grahita dan tunadaksa memerlukan

latihan ADL, dsb

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 9: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 9/24

9

3. Ditinjau dari kemampuan pelaksana ( provider )

a. Prinsip kerja tim

 Pekerjaan rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim yang masing-masing bekerja sesuai

dengan profesi dan kemampuannya. Kerjasama yang baik entar anggota tim

rehabilitasi akan sangat menentukan keberhasilan program rehabilitasi.

 b.  Prinsip kerja atas dasar profesi.

Tidak semua anggota tim rehabilitasi memiliki profesi yang sama, itulah sebabnya

bekerja atas dasar profesi akan lebih mampu mengurangi resiko kesalahan, di samping 

itu juga akan memperbesar efektivitas kerja. Sebelum kegiatan rehabilitasi dimulai,

terlebih dahulu difahami batas-batas kewenangan masing-masing dan disusun

 pembagian togas secara tertulis atas dasar kesepakatan pihak-pihak yang tergabung 

dalam tim rehabiliasi yang ada di sekolah masing-masing.

Tindakan konsultatif dan penyelenggaraan pertemuan tim rehabilitasi secara periodik 

 perlu ditempuh di setup sekolah, demi kelancaran kegiatan rehabilitasi dan

menghindari kesalahan dalam memberikan pelayanan rehabilitasi yang dapat 

menimbulkan parahnya permasalahan atau kecacatan yang disandang oleh

anak/peserta didik yang memperoleh pelayanan.

Seluruh program rehabilitasi berada di bawah tanggung jawab ketua tim yang dibantu

oleh tiga ahli di bidang medik, social psikologis dan ketrampilan. Dalam

 pelaksanaannya dapat dilakukan oleh beberapa pelaksana rehabilitasi sesuai dengan

kemamputan dan kewenangannya.

Tindakan rujukan ke ahlinya perlu dilakukan oleh para guru dan petugas rehabilitasi

lainnya, agar anak segera terpecahkan permasalahannya. Dalam hal ini perlu disertai

administrasi seperlunya (buku rujukan).

4.  Ditinjau dari tempat, waktu dan sarana rehabilitasi

a.  Prinsip integritas

 Kegiatan rehabilitasi pada dasarnya dapat dilakukan secara ber-saina-sama, kecuali

rehabilitasi ketrampilan sebaiknya dilakukan setelah anak/peserta didik selesai

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 10: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 10/24

10

mengikuti rehabilitasi medik dan sosial. Misalnya anak tunanetra untuk mengikuti

latihan ketrampilan massage, sebaiknya setelah menguasai orientasi mobilitas, tidak 

 sakit, dan setelah memiliki motivasi untuk bekerja bidang keahlian massage.

 Pinsip ini juga menggariskan bahwa pelaksanaan rehabilitasi juga dapat dilakukan

bersama-sama saat penyafnpaian materi bidang studi tertentu di sekolah.

b. Prinsip keluwesan tempat dan waktu

Tempat pelaksanaan rehabilitasi dapat dilakukan dimana saja dan kapan raja, terkecuali

 pada kasus-kasus tertentu. Misalnya operasi ortopedi harus dilakukan di rumah sakit.

c.  Prinsip kesederhanaan

Sarana rehabilitasi diutamakan yang sederhana, mudah didapat, murah harganya dan

disesuaikan dengan kemampuan lembaga/sekolah, kecuali pada kasuss-kasus tertentu,

 seperti alat bantu untuk mendengar, alat bantu untuk melihat, prothese, dsb.

d.  Prinsip keterlibatan orangtua dan masyarakat Artinya kegiatan rehabilitasi perlu

menyertaka orangtua atau pembina asrama atau masyarakat, baik dalam melakukan

 pelatihan, pengawasan dan pembinaan anak, mengingat jumlah waktu anak 

kesehariannya lebih banyak di rumah atau diasrama.

G. BENTUK PELAYANAN:

Beberapa bentuk Pelayanan Rehabilitasi Medik, antara lain:

1. Mengembalikan fungsi pasien pasca stroke

2. Mencegah kontraktur dan mengembalikan fungsi pasien pasca operasi dan patah tulang.

3. Senam nafas sehat, senam hamil

4. Memberikan alat bantu jalan, ortesa, protesa, splint, korset, dll.

5. Melatih bicara dan gerak motorik anak dengan CP, autism, keterlambatan perkembangan

6. Mengurangi nyeri, kaku diberbagai bagian tubuh.

7. Dan lain-lain.

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 11: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 11/24

11

H. Tim Rehabilitasi Medik 

Tim rehabilitasi medik dilakukan oleh tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu :

1. Dokter rehabilitasi medik sebagai ketua tim yang menyusun program rehabilitasi.

2. Perawat rehabilitasi, melakukan  positioning  yang benar, untuk mencegah komplikasi sarta

memperpendek masa pemulihan. Latihan buang air besar/kecil, aktivitas sehari-hari, transfer,

mobilisasi bersama fisioterapis dan terapi okupasi dilakukan di bangsal

3. Fisioterapist, memeriksa dan mengevaluasi gangguan motorik dan sensorik yang

mempengaruhi fungsi dan menyesuaikan program fisioterapi secara individu sesuai keadaan

 pasien.

4. Okupational Terapist, memeriksa, mengevaluasi dan menyusun program yang berhubungan

dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) misalnya cara makan, menulis, berpakaian,

membersihkan diri sendiri, dll.

5. Pekerja sosial medik, mengadakan penilaian terhadap kebutuhan penderita dan keluarganya

selama dirawat, di rumah dan di masyarakat serta sumber daya yang dipunyainya.

6. Speech therapist (terapi wicara) yaitu mengevaluasi masalah-masalah komunikasi.

7. Psikologi, mengevaluasi keadaan psikologi penderita secara tuntas, termasuk keluarganya.

8. Ortotik prostetik, mengevaluasi dan mengadakan alat-alat bantu yang telah disesuaikan guna

memperbaiki aktivitas.

9. Penderita dan keluarga, melengkapi tim rehabilitasi. Diskusi yang memadai mengenai

 penyakit dan deficit neurologic adalah penting untuk mengetahui gangguan fungsional yang

sebenarnya.

10. Rohaniwan

I. GANGGUAN FUNGSI

Menurut WHO Tingkatan gangguan fungsi dapat dikategorikan sebagai berikut:

-  Impairment , bila ada gangguan fisik atau organ tubuh seperti luka otak, orgam mata atau

organ telinga rusak, atau anggota tubuh tertentu lumpuh, yang menyebabkan bagian tersebut

terganggu.

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 12: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 12/24

12

-  Disability, akibat adanya impairment mengakibatkan gangguan fungsi sehingga

 berkurangnya kemampuan fisik 

-  Handicap, akibat impairment dan disability maka, hubungan sosial ataupun kegiatan sosial

masyarakat mengalami hambatan.

Bertitik tolak dari kerangka pemikiran upaya rehabilitasi fisik tersebut maka, penanganan

 bersifat komprehensif, sehingga layanan rehabilitasi dapat diartikan sebagai upaya

terkoordinasi yang bersifat medik, sosial, edukasi dan kekaryaan untuk melatih sesseorang

kearah tercapainya kemampuan fungsional semaksimal mungkin, dan menjadikan individu

sebagai anggota masyarakat yang berswasembada dan berguna. Upaya rehabilitasi fisik 

merupakan upaya medik untuk mencegah terjadinya impairment, disability, dan handicap

dengan memanfaatkan kemampuan yang ada.

J. PELAYANAN DALAM REHABILITASI MEDIK 

• Pelayanan Fisioterapi

Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok 

untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh seoanjangdaur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak,

 peralatan, pelatihan fungsi dan komunikasi.

Fisioterapi merupakan bagian dari ilmu kedokteran yang berupa intervensi

fisik nonfarmakologis dengan tujuan utama kuratif dan rehabilitatif gangguan kesehatan.

Fisioterapi atau Terapi Fisik secara bahasa merupakan teknik pengobatan dengan modalitas

fisik (fisika).

Beberapa modalitas fisik yang terdapat di pergunakan antara lain : listrik, suara, panas,

dingin, magnet, tenaga gerak dan air. Modalitas fisik inilah yang kemudian menjadi dasar 

aplikasi fisioterapi. Sebagai contoh, suhu dapat dimodifikasi menjadi suhu dingin

(coldtherapy) dan suhu panas (thermotherapy) yang digunakan pada keadaan yang sesuai

dengan indikasi terapi tersebut.

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 13: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 13/24

13

Gambar 1. Modalitas Fisika dan Fisioterapi

a.  Hydrotherapy

 Hydrotherapy adalah perawatan menggunakan air untuk tujuan kesehatan, misalnya

menghilangkan nyeri atau untuk menyembuhkan luka. Kolam renang, whirlpools dan

hubbard tank  (tangki yang memungkinkan penderita untuk merendam seluruh

tubuhnya di dalam air) adalah contoh beberapa alat yang dapat dipergunakan untuk 

melakukan hydrotherapy.

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 14: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 14/24

14

Gambar 2. Indikasi Hydrotherapy

 Hydrotherapy mengacu pada semua perawatan yang menggunakan air. Beberapa jenis

hydrotherapy digunakan untuk menanggulangi nyeri.  Hydrotherapy yang dilakukan

di dalam kolam atau tangki membolehkan penderita melakukan olahraga tanpa

membebani sendi. Pada situasi lainnya, air hangat dapat meredakan nyeri,

mengendorkan otot yang keras dan memperlancar sirkulasi darah. Hal ini dapat

meredakan sakit seperti nyeri punggung, nyeri sendi, arthritis, fibromyalgia atau

kekakuan yang mengikuti cedera sumsum tulang belakang.  Hydrotherapy juga dapat

digunakan untuk merawat luka.  Hydrotherapy dapat dilakukan di dalam kolam

renang, tangki whirlpools, shower, sauna, dan teknik lainnya. Sering juga

menggunakan panas (thermotherapy), dingin (cryotherapy) atau keduanya. Meskipun

hydrotherapy sangat bermanfaat untuk mengobati beberapa kelainan, terdapat kondisi

yang tidak memungkinkan penggunaan teknik ini. Penderita harus selalu konsultasi

dengan dokter sebelum memulai perawatan hydrotherapy.

 b. Cold Therapy

Aplikasi dingin pada area radang dapat mengurangi kepekaan syaraf yang pada

gilirannya akan mengurangi rasa nyeri. Metode ini paling sering dipergunakan pada

keadaan akut sebagai bagian dari sistem RICE (Rest-Ice-Compression-Elevation).

Metode ini dapat dilakukan dengan mempergunakan es atau sprai vapocoolant .

Tabel 1. Respon Kulit terhadap Terapi dingin

Secara fisiologis, pada 15 menit pertama setelah pemberian aplikasi dingin (suhu 10

°C) terjadi vasokontriksi arteriola dan venula secara lokal. Vasokontriksi ini

disebabkan oleh aksi reflek dari otot polos yang timbul akibat stimulasi sistem saraf 

otonom dan pelepasan epinehrin dan norepinephrin. Walaupun demikian apabila

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 15: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 15/24

15

dingin tersebut terus diberikan selama 15 sampai dengan 30 menit akan timbul fase

vasodilatasi yang terjadi intermiten selama 4 sampai 6 menit. Periode ini dikenal

sebagai respon hunting . Respon hunting terjadi untuk mencegah terjadinya kerusakan

 jaringan akibat dari jaringan mengalami anoxia jaringan.

Tabel 2. Efek Fisiologis Tubuh terhadap Terapi Dingin

Cold therapy adalah penggunaan dingin untuk menanggulangi nyeri atau kondisi

lainnya. Pada cedera olahraga, jenis terapi ini dialkukan pada fase cedera akut. Terapi

dingin dapat dipergunakan menggunakan beberapa metode, termasuk es dan semprot

dingin. Hal ini dapat diberikan 10 atau 20 menit sampai dua hari setelah terjadinyacedera. Beberapa keuntungan penggunaan cold therapy adalah cepat, mudah

digunakan dan sangat hemat. Cold therapy sebaiknya tidak digunakan untuk 

mengatasi beberapa hal misal buruknya sirkulasi darah,  Raynaud syndrome (kondisi

dimana arteri yang paling kecil yang membawa darah ke jari tangan dan kaki

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 16: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 16/24

16

terhalang karena adanya dingin atau karena masalah emosi) dan radang pembuluh

darah (vasculitis).

c. Thermotherapy

Thermotherapy merupakan terapi dengan menggunakan suhu panas biasanya

dipergunakan dengan kombinasi dengan modalitas fisioterapi yang lain seperti

exercise dan manual therapy. Udara lembab yang hangat dapat dipergunakan untuk 

mengurangi kekakuan dan nyeri otot.  Heat therapy dapat dilakukan dengan

mempergunakan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan kantung panas (hot 

 packs), handuk hangat, botol air panas, alat ultrasound , alat infra-red dan bak parafin

cair. Terapi ini juga dapat dikombinasikan dengan hydrotherapy karena air yang

hangat dapat mengendurkan otot, sendi serta meningkatkan jangkauan sendi.

Tabel 3. Efek Fisiologis Tubuh terhadap Terapi Panas

Termotherapy  banyak digunakan untuk mengatasi arthritis, bursitis, tendinitis, nyeri

 punggung dan nyeri bahu. Thermotherapy memperlebar pembuluh darah dan

meningkatkan aliran darah pada kulit . Terapi panas dapat merileksasikan otot dan

mengurangi kekakuan sendi. Penelitian juga menunjukkan bahwa panas dapat

memblok reseptor nyeri. Secara umum terapi panas dapat dilakukan sendiri di rumah,

akan tetapi beberapa jenis terapi panas memerlukan pengawasan dan harus dilakukan

di dalam klinik atau rumah sakit. Terapi dengan panas yang lembab tampaknya lebih

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 17: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 17/24

17

efektif untuk mengatasi nyeri dibandingkan dengan terapi dengan panas yang kering

karena kelembaban dapat menghantarkan panas menuju ke dalam jaringan yang lebih

dalam. Thermotherapy biasanya dikombinasikan hydrotherapy (terapi air). Dalam

 banyak kasus cryotherapy (coldtherapy) digunakan untuk mengurangi peradangan

sebelum dapat dilakukan thermotherapy.

d. Ultrasound Therapy

Terapi ultrasound  merupakan jenis thermotherapy (terapi panas) yang dapat

mengurangi nyeri akut maupun kronis. Terapi ini menggunakan arus listrik yang

dialirkan lewat transducer yang mengandung kristal kuarsa yang dapat mengembang

dan kontraksi serta memproduksi gelombang suara yang dapat ditransmisikan pada

kulit serta ke dalam tubuh.

Gambar 3. Alat Ultrasound

e.  Electrotherapy

 Electrotherapy merupakan terapi dengan mempergunakan impuls listrik untuk 

menstimulasi saraf motorik ataupun untuk memblok saraf sensorik. Salah satu jenis

electrotherapy yang sering dipergunakan untuk pengobatan adalah transcutaneous

electro nerve stimulation (TENS). TENS mempergunakan listrik bertegangan rendah

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 18: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 18/24

18

yang disuplai dari suatu alat portable bersumber daya baterai. Dua elektroda pada alat

ini dihubungkan pada bagian yang nyeri sehingga bagian tersebut teraliri impuls

listrik yang akan menjalar pada serabut saraf untuk mengurangi kepekaan terhadap

rangsang nyeri. Alat ini sering dipergunakan untuk mengatasi nyeri pada tendonitis

dan bursitis. Selain TENS, shortwave diathermy sering juga dipergunakan dalam

 praktek fisioterapi. Alat ini mempergunakan arus listrik frekuensi tinggi untuk 

meningkatkan suhu pada kulit. Bagian-bagian tubuh yang besar seperti punggung dan

 pinggang dapat diterapi dengan  shortwave diathermy karena penetrasi suhu dapat

lebih dalam daripada mempergunakan metode terapi panas non-electri.

f.  Manual Therapy

Berbagai teknik terapi manipulasi dapat dilakukan untuk menghasilkan gerakan pasif.

Teknik ini meliputi terapi gerak dan massage (pijat). Dewasa ini teknik massage yang

 paling sering dipergunakan adalah teknik Sweden, walaupun demikian, berbagai jenis

lain juga mulai sering dipergunakan meliputi neuro-developmental treatment  untuk 

mengatasi gangguan neuromuskular serta akupressure.  Manipulation therapy

terutama ditujukan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fleksibilitas sendi.

g.  Exercise Therapy

Teknik fisioterapi ini merupakan teknik fisioterapi yang paling sering dipergunakan

terutama pada keadaan kronis. Pada penggunaannya, jenis, frekuensi, intensitas dan

durasi latihan ditentukan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jenis latihan yang dapat

dilakukan berupa latihan isometric, isotonic, aerobik maupun latihan akuatik.

Jenisjenis latihan ini biasanya bertujuan untuk memperbaiki jangkauan gerak,

meningkatkan kekuatan, koordinasi, ketahanan, keseimbangan dan postur. Latihan

dapat dilakukan secara aktif dimana penderita mengontrol sendiri gerakannya tanpa

 bantuan orang lain ataupun pasif dimana gerakan dilakuka berdasarkan bantuan dari

ahli fisioterapi. Terapi latihan dapat dilakukan pada fase rehabilitasi berbagai jenis

kelainan seperti stroke, penggantian sendi maupun penuaan.

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 19: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 19/24

19

Gambar 4. Alur Terapi Exercise

h. Traksi

Traksi merupakan prosedur koreksi neuro-muskulo-skeletal  seperti patah tulang,

dislokasi dan kekakuan otot dengan mempergunakan alat yang berfngsi sebagai

 penarik. Terapi ini juga sering mempergunakan beban.

• Pelayanan Terapi Wicara

Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk memulihkan dan mengupayakan kompensasi / adaptasi fungsi komunikasi, bicara

dan menelan dengan latihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi

Terapi Wicara adalah layanan terapi yang membantu bekerja pada prinsip-prinsip dimana

timbul kesulitan berkomunikasi atau ganguan pada berbahasa dan berbicara bagi orang

dewasa maupun anak.

Terapi wicara bertujuan untuk membantu seseorang yang mengalami gangguan

komunikasi, seperti :

Anak-anak dengan gangguan berbahasa reseptis (tidak mengerti)

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 20: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 20/24

20

Anak-anak dengan gangguan berbahasa ekspresif (sulit mengungkapkan

keinginannya dalam berbicara)

Anak-anak dengan gangguan tumbuh kembang khusus (autisme, down syndrome,

tuna rungu-wicara)

Anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay).

Anak-anak yang mengalami gangguan artikulasi gagap (stuttering), cadel, dst

Anak-anak dan orang dewasa yang baru selesai menjalani operasi celah bibir (cleft 

lip/sumbing) dan celah langit-langit (cleft palate).

Serta gangguan bahasa pada orang dewasa seperti pasca stroke yang mengalamikehilangan berbahasa (Afasia).

• Pelayanan Terapi Okupasi

Adalah bentuk pelayanan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk 

mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi atau mengupayakan

kompensasi/adaptasi untuk aktifitas seharti-hari, produktifitas dan waktu luang melalui

 pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi.

Terapi okupasi umumnya menekan pada kemampuan motorik halus, selain itu terapi

okupasi juga bertujuan untuk membantu seseorang agar dapat melakukan kegiatan

keseharian, aktifitas produktifitas dan pemanfaatan waktu luang. Terapi okupasi terpusat

 pada pendekatan sensori atau motorik atau kombinasinya untuk memperbaiki kemampuan

anak untuk merasakan sentuhan, rasa, bunyi, dan gerakan. Terapi juga meliputi permainan

dan keterampilan sosial, melatih kekuatan tangan, genggaman, kognitif dan mengikutiarah.

Terapi okupasi diperlukan oleh anak/orang dewasa yang mengalami kesulitan belajar,

hambatan motorik (cedera, stroke, traumatic brain injury), autisme, sensory processing 

disorders, cerebral palsy, down syndrome,  Attention Deficit Hyperactivity Disorder 

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 21: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 21/24

21

(ADHD), genetic disorders, asperger’s syndrome, kesulitan belajar, keterlambatan wicara,

gangguan perkembangan (Cerebal Palsy/CP),  Pervasive Developmental Disorder  (PDD)

dan keterlambatan tumbuh kembang lainnya.

• Pelayanan Ortotis Prostetis

Orthotics (Greek : Ορθός , ortho, "meluruskan" ") adalah suatu bagian dari lingkup medis

yang mencakup desain, pembuatan, dan aplikasi/penggunaan alat orthoses. Orthoses adalah

suatu alat yang digunakan untuk memodifikasi karakter struktural dan fungsional

neuromuscular and skeletal system.

Penggunaan orthosis ini antara lain :

Untuk mengontrol atau mambatasi atau imobilisasi ekstremitas, sendi, atau segmen

tubuh untuk tujuan tertentu.

Untuk membatasi gerakan pada arah tertentu.

Untuk membantu mobilisasi secara umum.To assist movement generally

Untuk mengurangi beban tubuh untuk tujuan tertentu.

Untuk membantu rehabilitasi setelah fraktur.

Untuk memperbaiki bentuk maupun fungsi dari tubuh, memudahkan pergerakan, dan

mengurangi nyeri.

Contoh Orthoses :

Upper-arm orthoses

o Clavicular and shoulder orthoses

o Arm orthoses

o Functional arm orthoses

o Elbow orthoses

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 22: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 22/24

22

Forearm-wrist orthoses

Forearm-wrist-thumb orthoses

Forearm-wrist-hand orthoses

Hand orthoses

Upper-extremity orthoses (with special functions)

Ankle foot Orthoses

Spinal Orthoses

Prostesis adalah suatu alat pengganti bagian tubuh yang hilang. Prostesis ini mengganti

fungsi yang sangat komplek dari anggota gerak. Prostesis diperlukan pada defisiensi

tulang kongenital atau amputasi karena trauma atau penyakit.

Tujuan pembuatan prostesis :

Prostesis dibuat dengan 3 tujuan yaitu :

Fungsional

Kosmetik 

Fungsional dan kosmetik 

Prostesis dapat direncanakan secara khusus misalnya untuk spesifik vokasional,

rekreasional, keperluan sosial atau pengoperasiannya dengan elektrik. Dengan makin

 berkembangnya bahan yang ditemukan, design baru, dan teknik fitting yang baik dapat

tercapai hasil yang optimal artinya prostesis tersebut dibuat lebih nyaman kalau dipakai,indah, dan sesuai dengan tujuan fungsional.

.

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 23: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 23/24

23

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Toha Muslim. 1996. Peranan Rehabilitasi Medis dalam Pelayanan Kesehatan. Bandung: FK 

UNPAD.

Arovah, Novita Intan. 2010. Dasar-dasar Fisioterapi pada Cedera Olahraga

Husnul, M.. 2008. Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik .

Handayani, E. (2007).  Kendala Penerapan Terapi Wicara Terhadap Kemampuan Bahasa Dan

 Bicara Pada Anak Retardasi Mental Di Pusat Terapi Terpadi A Plus Malang . Skripsi,

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Menkes RI. 2008. Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit. 

Ridwan, dr.. 2011. Rehabilitasi Medis.

Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik 

Page 24: REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc

http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 24/24

24