REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
-
Upload
chairul-adilla-ardy -
Category
Documents
-
view
230 -
download
1
Transcript of REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 1/24
1
REHABILITASI MEDIK
A. DEFINISI
Menurut WHO, Rehabilitasi Medik adalah ilmu pengetahuan kedokteran yang mempelajari
masalah atau semua tindakan yang ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan dampak
keadaan sakit, nyeri, cacat dan atau halangan serta meningkatkan kemampuan pasien mencapai
integrasi sosial.
Menurut Depkes, rehabilitasi adalah proses pemulihan untuk memperoleh fungsi penyesuaian
diri secara maksimal atau usaha mempersiapkan penderita cacat secara fisik, mental, sosial dan
kekaryaan untuk suatu kehidupan yang penuh sesuai dengan kemampuan yang ada padanya.
(Depkes RI, 1983). Sedangkan pelayanan Rehabilitasi Medik adalah pelayanan kesehatan
terhadap gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit atau
cedera melalui paduan intervensi medis, keterapian fisik dan atau rehabilitative untuk mencapai
kemampuan fungsi yang optimal.
B. SEJARAH
Pada tahun 1916 terdapat wabah polio yang menyerang New York. Wabah tersebut dapat
mengakibatkan kecacatan sementara bahkan seumur hidup jika tidak cepat ditangani, maka
dibentuklah Georgia Warm Springs Young Foundation pada 1924 sebagai tanggapan terhadap
wabah polio ini untuk menanggulangi akibat buruk yang ditimbulkan. Dengan demikian,
pemulihan fungsi alat gerak (rehabilitasi) yang dijalani pasien polio itulah titik awal yang
mendorong berdirinya rehabilitasi medis. Frank H. Krusen, MD adalah seorang dokter yang telah
berusaha keras memperoleh pengakuan agar rehabilitasi medis dimasukkan dalam suatu bidang
spesialis kedokteran pada tahun 1938.
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 2/24
2
Pelayanan Kedokteran Rehabilitasi di Indonesia dikenal sejak tahun 1947, saat
Prof.Dr.R.Soeharso mendirikan Pusat Rehabilitasi untuk penderita disabilitas, yaitu penderita
buta, tuli dan cacat mental di Surakarta. Karena tuntutan kebutuhan yang meningkat, maka pada
tahun 1973, Menteri Kesehatan mendirikan Pelayanan Rehabilitasi di RS. Dr.Kariadi Semarang,
yang merupakan suatu pilot project yang disebut Preventive Rehabilitation Unit (PRU).
Keberadaan PRU menunjukkan keberhasilan dalam peningkatan pelayanan kesehatan,
mempersingkat masa perawatan di RS, dan mengurangi beban kerja Pusat Rehabilitasi di
Surakarta.
Melalui SK Menteri Kesehatan No.134/Yan.Kes/SK/IV/1978 pada masa PELITA II, diputuskan
untuk mendirikan PRU di seluruh RS pemerintah baik tipe A, B dan C. Istilah PRU kemudian
berubah menjadi Unit Rehabilitasi Medik (URM). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Menteri Kesehatan menaruh perhatian untuk memajukan pelayanan Kedokteran
Rehabilitasi.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan Kedokteran Rehabilitasi, Menteri Kesehatan mulai
mengirim Dokter umum dari Indonesia untuk mengikuti pendidikan menjadi Spesialis
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di Department Physical Medicine and Rehabilitation,
Universitas Santo Tomas di Manila, Filipina. Ada 12 Dokter Indonesia yang berhasil menjadi
spesialis KF & R dari Universitas tersebut. Beberapa lulusan tersebut mulai mendirikan
Organisasi Spesialis Rehabilitasi Medik Indonesia yang diberi nama IDARI (Ikatan Dokter
Rehabilitasi Medik Indonesia) pada bulan Februari 1982, pada saat Seminar untuk
mengembangkan sumber daya manusia di bidang Rehabilitasi Medik di Jakarta. Ketua IDARI
pertama adalah Dr. A.R. Nasution yang dilantik oleh Dr. I.G. Brataranuh, Dirjen Pelayanan
Kesehatan Departemen Kesehatan. Setelah itu mulailah dibicarakan mengenai pelaksanaan
penerimaan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi.
Konggres Nasional IDARI pertama diadakan pada tahun 1988 di Jakarta, dan Prof.Dr.H.Soelarto
Reksoprodjo, SpB, SpOT, FICS terpilih sebagai Ketua IDARI. Terjadi kemajuan baik di bidang
Organisasi maupun Edukasi. IDARI mulai memiliki perwakilan di CHS di bidang pendidikan,
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 3/24
3
dengan anggota : Prof.Dr.H.Soelarto Reksoprodjo, SpB, SpOT, FICS, Dr.Bayu Santoso, SpRM,
dan Dr.Angela BM Tulaar, SpRM, berdasarkan SK No.265/PB/A.4/10/90.
Konggres Nasional IDARI ke Dua di adakan pada tahun 1991 di Semarang, dan Prof.Dr.H.Soelarto Reksoprodjo, SpB,SpOT, FICS terpilih sebagai Ketua IDARI. Pada Konas tersebut
IDARI berubah nama menjadi PERDOSRI, demikian pula dengan symbol IDARI berubah
sebagai karya Dr. Herman Sukarman.
Konggres Nasional III diadakan pada tahun 1994 di Surabaya, dan Dr. Bayu Santoso, SpRM
terpilih sebagai Ketua Perdosri. Organisasi terus berkembang dan menunjukan eksitensi.
Musyawarah Keraja Nasional (MUKERNAS) selalu diadakan di antara 2 KONAS.
Konggres Nasional IV diadakan pada tahun 1998 di Jakarta, dan Alm.Dr.Thamrinsyam Hamid,
SpRM terpilih sebagai Ketua. Konggres Nasional V diadakan pada tahun 2001 di Semarang, dan
Dr. Siti Annisa Nuhonni, SpRM terpilih sebagai ketau PB PERDOSRI dan Dr.Angela BM
Tulaar, SpRM sebagai ketua Kolegium periode 2001-2004.
Setelah KONAS V, Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) diadakan setiap tahun. PIT pertama
diadakan pada tahun 2002 di Jakarta. Setiap PIT selalu diadakan presentasi makalah bebas dan
kompetisi Penelitian akhir Residen. Konggres Nasional VI diadakan pada tahun 2004 di Bali 3 rd
ARMA Conference . Pada KONAS VI, Dr.Siti Annisa Nuhonni, SpRM terpilih kembali sebagai
ketua PB PERDOSRI. Konggres Nasional VII diadakan pada tahun 2007 di Manado bersamaan
dengan PIT ke VII dan 4th ARMA, dan Dr.A.Peni Kusumastuti, SpRM sebagai Ketua PB
PERDOSRI. Kongres Nasional VIII diadakan pada tahun 2010 di Bandung bersamaan dengan
PIT IX, dan dr.Luh Karunia Wahyuni,SpKFR sebagai ketua PB PERDOSRI
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 4/24
4
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN REHABILITASI MEDIK DI RUMAH SAKIT
Bagian ini akan menjelaskan tentang ruang lingkup rehabilitasi medis. Rephauge (dalam sidiarto
1980) pada seminar internasional I rehabilitasi medis mengatakan bahwa rehabilitasi medis
merupakan dasar dan penunjang bentuk rehabilitasi lainnya, seperti rehabilitasi sosial, karya, dan
pendidikan. Jika ruang lingkup rehabilitasi medis dipandang sebagai suatu ilmu, maka banyak
yang perlu dipelajari dan berhubungan langsung dengan rehabilitasi medis. Beradasarkan
pengertian rehabilitasi yang menekankan kepada fungsional, maka rehabilitasi medis tidak bisa
terlepas dari cabang ilmu lain seperti : Neuromuskular, Muskuloskeletal, Psikologi, Anatomi,
Kenisiologi, Fisiologi, Etika Profesi, dan lain-lain.
Sedangkan, jika ditinjau dari sudut pandang keprofesian, rehabilitasi medis memiliki komponen
yang terdiri dari berbagai macam profesi. Dokter spesialis rehabilitasi medis adalah orang yang
pada umumnya pertama dikunjungi oleh pasien. Biasanya, dokter akan mengirim pasien ke
fisioterapis atau okupasi terapis untuk tindakan pemulihan lebih lanjut.Tugas fisioterapis disini
adalah mengukur pergerakan sendi, kekuatan otot, fungsi paru dan jantung, dan mengukur sejauh
mana pasien bisa melakukan aktivitas serta pekerjaannya sehari-hari (fremgen dan frucht 2002).
Kesemuanya itu dilatih dan dibantu pemulihannya oleh fisioterapis. Sedangkan okupasi terapis
bertugas untuk mendampingi pasien untuk mengembangkan, meningkatkan, dan memulihkan
kemampuan yang sangat penting untuk menunjang hidupnya. Namun, okupasi terapis lebih
menekankan kepada pelatihan pasien untuk hidup mandiri dan produktif dengan tujuan mencapai
hidup yang sejahtera.
Berbeda dengan fisioterapis dan okupasi terapis, ortosis dan prostesis membantu pasien dengan
menyediakan alat-alat penunjang pasien untuk hidup mandiri dan produktif. Ortosis adalah orang
yang membuat alat bantu untuk beraktivitas, sedangkan prostesis menyediakan alat yang
merupakan suatu pengganti organ, misalnya kaki palsu.
Pada kenyataannya, banyak sekali perangkat rehabilitasi medis yang ikut berperan dalam
rehabilitasi pasien, misalnya psikolog untuk memotivasi dan melatih pasien retardasi mental,
perawat, dan paramedis lainnya. Itu semua tergantung kebutuhan pada masing-masing pasien.
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 5/24
5
Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit meliputi seluruh upaya kesehatan pada umumnya,
yaitu upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
1. Upaya Promotif
Penyuluhan, informasi dan edukasi tentang hidup sehat dan aktivitas yang tepat untuk mencegah
kondisi sakit
2. Upaya preventif
Edukasi dan penanganan yang tepat pada kondisi sakit/ penyakit untuk mencegah dan atau
meminimalkan gangguan fungsi atau risiko kecacatan.
3. Upaya kuratif
Penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, dan upaya rehabilitatif untuk
mengatasi penyakit/kondisi sakit untuk mengembalikan dan mempertahankan kemampuan
fungsi.
4. Upaya rehabilitatif
Penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, keteknisan medik dan upaya
rehabilitatif lainnya melalui pendekatan psiko-sosio-edukasi-okupasi-vokasional untuk
mengatasi penyakit/kondisi sakit yang bertujuan mengembalikan dan mempertahankan
kemampuan fungsi, meningkatkan aktivitas dan peran serta/ partisipasi di masyarakat.
D. FILOSOFI
Pelayanan Rehabilitasi Medik dilakukan dengan menjunjung filosofi-filosofi berikut:
1. Rehabilitasi merupakan ‘jembatan’ yang menjangkau perbedaan antara kondisi tidak
berguna-berguna, kehilangan harapan- berpengharapan ( Rehabilitation is a bridge
spanning the gap between uselessness-usefulness, hopelessness – hopefulness)
2. Rehabilitasi tidak hanya memperpanjang usia tapi juga menambah makna/kualitas dalam
hidup (rehabilitation is not only to add years to life but also add life to years).
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 6/24
6
E. TUJUAN REHABILITASI
Adapun tujuan rehabilitasi medik adalah
1. Mengatasi keadaan/kondisi sakit melalui paduan intervensi medic, keterapian fisik,
keteknisian medic dan tenaga lain yang terkait.
2. Mencegah komplikasi akibat tirah baring dan atau dampak penyakitnya yang mungkin
membawa kecacatan.
3. Memaksimalkan kemampuan fungsi, meningkatkan aktifitas dan partisipasi pada
difabel.
4. Mempertahankan kualitas hidup dan mengupayakan kehidupan yang berkualitas.
F. PRINSIP REHABILITASI
Menurut Harsono (1996), ada beberapa prinsip rehabilitasi, yaitu :
1. Rehabilitasi dimulai sedini mungkin, bahkan segera sejak dokter melihat penderita untuk
pertama kalinya.
2. Tidak ada seorang pun yang boleh berbaring lebih lama dari yang diperlukan, karena dapat
mengakibatkan komplikasi.
3. Rehabilitasi merupakan terapi multidisipliner terhadap seorang penderita
4. Faktor yang terpenting adalah kontinuitas perawatan
5. Perhatian untuk rehabilitasi diutamakan kepada sisa kemampuan yang masih dapat diperbaiki
dengan latihan
6. Fungsi lain rehabilitasi adalah pencegahan serangan berulang
7. Penderita merupakan subjek rehabilitasi, bukan sekedar objek.
Prinsip - prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak Ada beberapa prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak berkebutuhan khusus, diantaranya:
1.Ditinjau dari tujuan rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi bagi anak berkebutuhan khusus adalah agar mereka mampu mengikuti
pendidikan dengan baik, atau agar mereka mampu melaksanakan fungsi sosial secara
wajarn dalam kehidu-pan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan rehabilitasi
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 7/24
7
tersebut, prinsip dasar kegiatan rehabilitasi adalah:
a. Prinsip menyeluruh
Kegiatan rehabilitasi dilakukan secara menyeluruh atau lengkap, baik pada aspek fisik,
psikhis, sosial maupun ketrampilan (total care concept rehabilitation). Seorang anak
yang mengalami amputasi, sedini mungkin ditangani bidang rehabilitasi medic tidak
terbatasl kepada mempercepat penyembuhan luka-penguatan ptot, tetapi juga
pembuatan kaki palsu, mempersiapkan mental agar yang bersangkutan menerima alat
tersebut, melatih ketrampilan sesuai dengan kemampuan yang ada, dsb.
b.Prinsip pelayanan segera atau pelayanan dini
Pelayanan rehabilitasi dilakukan mulai sejak usia dini atau segera setelah diketahui
kebutuhan rehabilitasi yang diperlukan masing-masing anak.
c.Prinsip prioritas
Kondisi kesehatan atau kecacatan yang menimbulkan rasa sakit dapat mengganggu setiap
aktivitas anak, maka kegiatan rehabilitasi medik bagi anak yang memerlukan, perlu
didahulukan/mendahului kegiatan rehabilitasi yang lain. pada kasus-kasus tertentu yang
memerlukan pelayanan segera, perlu memperoleh prioritas dalam rehabilitasi.
d.Kegiatan berpusat pada anak
Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan, lebih banyak memberikan kesempatan
kepada anak/peserta didik untuk mencoba sendiri, memecahkanmasalahnya sendiri serta melakukan latihan sendiri, sudah tentu setelah mereka
memperoleh penjelasan secukupnya dari provider.
e. Prinsip konsisten
Setiap kegiatan rehabilitasi didasarkan pada program yang telah disiapkan sebelumnya,
dan dievaluasisetiap kemajuan yang dicapai anak/peserta didik secara konsisten.
f. Prinsip efektivitas dan penghargaan
Memberikan pujian dan penghargaan atas keberhasilan dan kemajuan kemampuan
anak/peserta didik.
g. Prinsip pentahapan.
Artinya bahwa kegiatan rehabilitasi dimulai dari kegiatan yang minimal (kecil,
sederhana, mudah) sampai pada yang maksimal (luas, besar, sukar), baik yang
berhubungan dengan bentuk, sifat maupun hasil yang diharapkan.
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 8/24
8
h. Prinsip kesinambungan, berulang dan terus menerus.
Artinya kegiatan terapi agar mencapai hasil maksimal perlu dilakukan
berkesinambungan, berulang-ulang, terus menerus. Jadi tidak berhenti sebelum terlihat
hasilnya yang lebih baik, menjadi bertambah meningkat kemampuannya, menjadi
berkurang kesulitan dan hambatannya, dsb.
i. Prinsip terintegrasi
Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi tidak selalu terpisah dengan kegiatan proses belajar
mengajar dalam suatu bidang studi tertentu, misalnya ketrampilan, olahraga, PMP,
agama, kesenian, dsb.
2. Ditinjau dari jenis dan macam kelainan
a.Orientasi pada pengembalian fungsi
Kegiatan rehabilitasi dilakukan dengan berorientasi pada pengembalian fungsi. Setiap
anak berkelainan memiliki dampak primer tertentu sesuai dengan jenis kecacatannya.
Dampak primer tersebut sedapat mungkin dikembalikan fungsinya, dan jika tidak
mungkin dialihkan pada fungsi organ tubuh yang lain/ketrampilan tertentu yang dapat
menggantikan fungsi organ yang berkelainan. Misalnya: tunanetra, dampak primer tidak
dapat melihat, kegiatan rehabilitasi di bidang pendidikan dengan tulisan braille, peragaan
dengan bendy yang dapat diraba, dsb. Anak tunadaksa jenis folio, dampak primer ambulasi terbatas, kegiatan rehabilitasi melatih penggunaan kursi roda, kruk, brace, dsb.
b. Pinsip individualisasi
Kegiatan rehabilitasi berorientasi pada ketidakmampuan dan kemampuan setiap
anak/peserta didik. Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi diperlukan pendekatan individual.
c.Orientasi pada jenis kecacatan dan kasus
Ada kegiatan rehabilitasi yang dapat dilakukan secara kelompok berdasarkan atas jenis
kecacatan, macam kasus, tingkat kelas, kelompok usia, dsb. MisaInya: semua anak
tunanetra memerlukan latihan orientasi dan mobilitas, semua anak tunarungu me-
merlukan latihan komunikasi, semua anak tuna grahita dan tunadaksa memerlukan
latihan ADL, dsb
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 9/24
9
3. Ditinjau dari kemampuan pelaksana ( provider )
a. Prinsip kerja tim
Pekerjaan rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim yang masing-masing bekerja sesuai
dengan profesi dan kemampuannya. Kerjasama yang baik entar anggota tim
rehabilitasi akan sangat menentukan keberhasilan program rehabilitasi.
b. Prinsip kerja atas dasar profesi.
Tidak semua anggota tim rehabilitasi memiliki profesi yang sama, itulah sebabnya
bekerja atas dasar profesi akan lebih mampu mengurangi resiko kesalahan, di samping
itu juga akan memperbesar efektivitas kerja. Sebelum kegiatan rehabilitasi dimulai,
terlebih dahulu difahami batas-batas kewenangan masing-masing dan disusun
pembagian togas secara tertulis atas dasar kesepakatan pihak-pihak yang tergabung
dalam tim rehabiliasi yang ada di sekolah masing-masing.
Tindakan konsultatif dan penyelenggaraan pertemuan tim rehabilitasi secara periodik
perlu ditempuh di setup sekolah, demi kelancaran kegiatan rehabilitasi dan
menghindari kesalahan dalam memberikan pelayanan rehabilitasi yang dapat
menimbulkan parahnya permasalahan atau kecacatan yang disandang oleh
anak/peserta didik yang memperoleh pelayanan.
Seluruh program rehabilitasi berada di bawah tanggung jawab ketua tim yang dibantu
oleh tiga ahli di bidang medik, social psikologis dan ketrampilan. Dalam
pelaksanaannya dapat dilakukan oleh beberapa pelaksana rehabilitasi sesuai dengan
kemamputan dan kewenangannya.
Tindakan rujukan ke ahlinya perlu dilakukan oleh para guru dan petugas rehabilitasi
lainnya, agar anak segera terpecahkan permasalahannya. Dalam hal ini perlu disertai
administrasi seperlunya (buku rujukan).
4. Ditinjau dari tempat, waktu dan sarana rehabilitasi
a. Prinsip integritas
Kegiatan rehabilitasi pada dasarnya dapat dilakukan secara ber-saina-sama, kecuali
rehabilitasi ketrampilan sebaiknya dilakukan setelah anak/peserta didik selesai
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 10/24
10
mengikuti rehabilitasi medik dan sosial. Misalnya anak tunanetra untuk mengikuti
latihan ketrampilan massage, sebaiknya setelah menguasai orientasi mobilitas, tidak
sakit, dan setelah memiliki motivasi untuk bekerja bidang keahlian massage.
Pinsip ini juga menggariskan bahwa pelaksanaan rehabilitasi juga dapat dilakukan
bersama-sama saat penyafnpaian materi bidang studi tertentu di sekolah.
b. Prinsip keluwesan tempat dan waktu
Tempat pelaksanaan rehabilitasi dapat dilakukan dimana saja dan kapan raja, terkecuali
pada kasus-kasus tertentu. Misalnya operasi ortopedi harus dilakukan di rumah sakit.
c. Prinsip kesederhanaan
Sarana rehabilitasi diutamakan yang sederhana, mudah didapat, murah harganya dan
disesuaikan dengan kemampuan lembaga/sekolah, kecuali pada kasuss-kasus tertentu,
seperti alat bantu untuk mendengar, alat bantu untuk melihat, prothese, dsb.
d. Prinsip keterlibatan orangtua dan masyarakat Artinya kegiatan rehabilitasi perlu
menyertaka orangtua atau pembina asrama atau masyarakat, baik dalam melakukan
pelatihan, pengawasan dan pembinaan anak, mengingat jumlah waktu anak
kesehariannya lebih banyak di rumah atau diasrama.
G. BENTUK PELAYANAN:
Beberapa bentuk Pelayanan Rehabilitasi Medik, antara lain:
1. Mengembalikan fungsi pasien pasca stroke
2. Mencegah kontraktur dan mengembalikan fungsi pasien pasca operasi dan patah tulang.
3. Senam nafas sehat, senam hamil
4. Memberikan alat bantu jalan, ortesa, protesa, splint, korset, dll.
5. Melatih bicara dan gerak motorik anak dengan CP, autism, keterlambatan perkembangan
6. Mengurangi nyeri, kaku diberbagai bagian tubuh.
7. Dan lain-lain.
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 11/24
11
H. Tim Rehabilitasi Medik
Tim rehabilitasi medik dilakukan oleh tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu :
1. Dokter rehabilitasi medik sebagai ketua tim yang menyusun program rehabilitasi.
2. Perawat rehabilitasi, melakukan positioning yang benar, untuk mencegah komplikasi sarta
memperpendek masa pemulihan. Latihan buang air besar/kecil, aktivitas sehari-hari, transfer,
mobilisasi bersama fisioterapis dan terapi okupasi dilakukan di bangsal
3. Fisioterapist, memeriksa dan mengevaluasi gangguan motorik dan sensorik yang
mempengaruhi fungsi dan menyesuaikan program fisioterapi secara individu sesuai keadaan
pasien.
4. Okupational Terapist, memeriksa, mengevaluasi dan menyusun program yang berhubungan
dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) misalnya cara makan, menulis, berpakaian,
membersihkan diri sendiri, dll.
5. Pekerja sosial medik, mengadakan penilaian terhadap kebutuhan penderita dan keluarganya
selama dirawat, di rumah dan di masyarakat serta sumber daya yang dipunyainya.
6. Speech therapist (terapi wicara) yaitu mengevaluasi masalah-masalah komunikasi.
7. Psikologi, mengevaluasi keadaan psikologi penderita secara tuntas, termasuk keluarganya.
8. Ortotik prostetik, mengevaluasi dan mengadakan alat-alat bantu yang telah disesuaikan guna
memperbaiki aktivitas.
9. Penderita dan keluarga, melengkapi tim rehabilitasi. Diskusi yang memadai mengenai
penyakit dan deficit neurologic adalah penting untuk mengetahui gangguan fungsional yang
sebenarnya.
10. Rohaniwan
I. GANGGUAN FUNGSI
Menurut WHO Tingkatan gangguan fungsi dapat dikategorikan sebagai berikut:
- Impairment , bila ada gangguan fisik atau organ tubuh seperti luka otak, orgam mata atau
organ telinga rusak, atau anggota tubuh tertentu lumpuh, yang menyebabkan bagian tersebut
terganggu.
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 12/24
12
- Disability, akibat adanya impairment mengakibatkan gangguan fungsi sehingga
berkurangnya kemampuan fisik
- Handicap, akibat impairment dan disability maka, hubungan sosial ataupun kegiatan sosial
masyarakat mengalami hambatan.
Bertitik tolak dari kerangka pemikiran upaya rehabilitasi fisik tersebut maka, penanganan
bersifat komprehensif, sehingga layanan rehabilitasi dapat diartikan sebagai upaya
terkoordinasi yang bersifat medik, sosial, edukasi dan kekaryaan untuk melatih sesseorang
kearah tercapainya kemampuan fungsional semaksimal mungkin, dan menjadikan individu
sebagai anggota masyarakat yang berswasembada dan berguna. Upaya rehabilitasi fisik
merupakan upaya medik untuk mencegah terjadinya impairment, disability, dan handicap
dengan memanfaatkan kemampuan yang ada.
J. PELAYANAN DALAM REHABILITASI MEDIK
• Pelayanan Fisioterapi
Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok
untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh seoanjangdaur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak,
peralatan, pelatihan fungsi dan komunikasi.
Fisioterapi merupakan bagian dari ilmu kedokteran yang berupa intervensi
fisik nonfarmakologis dengan tujuan utama kuratif dan rehabilitatif gangguan kesehatan.
Fisioterapi atau Terapi Fisik secara bahasa merupakan teknik pengobatan dengan modalitas
fisik (fisika).
Beberapa modalitas fisik yang terdapat di pergunakan antara lain : listrik, suara, panas,
dingin, magnet, tenaga gerak dan air. Modalitas fisik inilah yang kemudian menjadi dasar
aplikasi fisioterapi. Sebagai contoh, suhu dapat dimodifikasi menjadi suhu dingin
(coldtherapy) dan suhu panas (thermotherapy) yang digunakan pada keadaan yang sesuai
dengan indikasi terapi tersebut.
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 13/24
13
Gambar 1. Modalitas Fisika dan Fisioterapi
a. Hydrotherapy
Hydrotherapy adalah perawatan menggunakan air untuk tujuan kesehatan, misalnya
menghilangkan nyeri atau untuk menyembuhkan luka. Kolam renang, whirlpools dan
hubbard tank (tangki yang memungkinkan penderita untuk merendam seluruh
tubuhnya di dalam air) adalah contoh beberapa alat yang dapat dipergunakan untuk
melakukan hydrotherapy.
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 14/24
14
Gambar 2. Indikasi Hydrotherapy
Hydrotherapy mengacu pada semua perawatan yang menggunakan air. Beberapa jenis
hydrotherapy digunakan untuk menanggulangi nyeri. Hydrotherapy yang dilakukan
di dalam kolam atau tangki membolehkan penderita melakukan olahraga tanpa
membebani sendi. Pada situasi lainnya, air hangat dapat meredakan nyeri,
mengendorkan otot yang keras dan memperlancar sirkulasi darah. Hal ini dapat
meredakan sakit seperti nyeri punggung, nyeri sendi, arthritis, fibromyalgia atau
kekakuan yang mengikuti cedera sumsum tulang belakang. Hydrotherapy juga dapat
digunakan untuk merawat luka. Hydrotherapy dapat dilakukan di dalam kolam
renang, tangki whirlpools, shower, sauna, dan teknik lainnya. Sering juga
menggunakan panas (thermotherapy), dingin (cryotherapy) atau keduanya. Meskipun
hydrotherapy sangat bermanfaat untuk mengobati beberapa kelainan, terdapat kondisi
yang tidak memungkinkan penggunaan teknik ini. Penderita harus selalu konsultasi
dengan dokter sebelum memulai perawatan hydrotherapy.
b. Cold Therapy
Aplikasi dingin pada area radang dapat mengurangi kepekaan syaraf yang pada
gilirannya akan mengurangi rasa nyeri. Metode ini paling sering dipergunakan pada
keadaan akut sebagai bagian dari sistem RICE (Rest-Ice-Compression-Elevation).
Metode ini dapat dilakukan dengan mempergunakan es atau sprai vapocoolant .
Tabel 1. Respon Kulit terhadap Terapi dingin
Secara fisiologis, pada 15 menit pertama setelah pemberian aplikasi dingin (suhu 10
°C) terjadi vasokontriksi arteriola dan venula secara lokal. Vasokontriksi ini
disebabkan oleh aksi reflek dari otot polos yang timbul akibat stimulasi sistem saraf
otonom dan pelepasan epinehrin dan norepinephrin. Walaupun demikian apabila
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 15/24
15
dingin tersebut terus diberikan selama 15 sampai dengan 30 menit akan timbul fase
vasodilatasi yang terjadi intermiten selama 4 sampai 6 menit. Periode ini dikenal
sebagai respon hunting . Respon hunting terjadi untuk mencegah terjadinya kerusakan
jaringan akibat dari jaringan mengalami anoxia jaringan.
Tabel 2. Efek Fisiologis Tubuh terhadap Terapi Dingin
Cold therapy adalah penggunaan dingin untuk menanggulangi nyeri atau kondisi
lainnya. Pada cedera olahraga, jenis terapi ini dialkukan pada fase cedera akut. Terapi
dingin dapat dipergunakan menggunakan beberapa metode, termasuk es dan semprot
dingin. Hal ini dapat diberikan 10 atau 20 menit sampai dua hari setelah terjadinyacedera. Beberapa keuntungan penggunaan cold therapy adalah cepat, mudah
digunakan dan sangat hemat. Cold therapy sebaiknya tidak digunakan untuk
mengatasi beberapa hal misal buruknya sirkulasi darah, Raynaud syndrome (kondisi
dimana arteri yang paling kecil yang membawa darah ke jari tangan dan kaki
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 16/24
16
terhalang karena adanya dingin atau karena masalah emosi) dan radang pembuluh
darah (vasculitis).
c. Thermotherapy
Thermotherapy merupakan terapi dengan menggunakan suhu panas biasanya
dipergunakan dengan kombinasi dengan modalitas fisioterapi yang lain seperti
exercise dan manual therapy. Udara lembab yang hangat dapat dipergunakan untuk
mengurangi kekakuan dan nyeri otot. Heat therapy dapat dilakukan dengan
mempergunakan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan kantung panas (hot
packs), handuk hangat, botol air panas, alat ultrasound , alat infra-red dan bak parafin
cair. Terapi ini juga dapat dikombinasikan dengan hydrotherapy karena air yang
hangat dapat mengendurkan otot, sendi serta meningkatkan jangkauan sendi.
Tabel 3. Efek Fisiologis Tubuh terhadap Terapi Panas
Termotherapy banyak digunakan untuk mengatasi arthritis, bursitis, tendinitis, nyeri
punggung dan nyeri bahu. Thermotherapy memperlebar pembuluh darah dan
meningkatkan aliran darah pada kulit . Terapi panas dapat merileksasikan otot dan
mengurangi kekakuan sendi. Penelitian juga menunjukkan bahwa panas dapat
memblok reseptor nyeri. Secara umum terapi panas dapat dilakukan sendiri di rumah,
akan tetapi beberapa jenis terapi panas memerlukan pengawasan dan harus dilakukan
di dalam klinik atau rumah sakit. Terapi dengan panas yang lembab tampaknya lebih
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 17/24
17
efektif untuk mengatasi nyeri dibandingkan dengan terapi dengan panas yang kering
karena kelembaban dapat menghantarkan panas menuju ke dalam jaringan yang lebih
dalam. Thermotherapy biasanya dikombinasikan hydrotherapy (terapi air). Dalam
banyak kasus cryotherapy (coldtherapy) digunakan untuk mengurangi peradangan
sebelum dapat dilakukan thermotherapy.
d. Ultrasound Therapy
Terapi ultrasound merupakan jenis thermotherapy (terapi panas) yang dapat
mengurangi nyeri akut maupun kronis. Terapi ini menggunakan arus listrik yang
dialirkan lewat transducer yang mengandung kristal kuarsa yang dapat mengembang
dan kontraksi serta memproduksi gelombang suara yang dapat ditransmisikan pada
kulit serta ke dalam tubuh.
Gambar 3. Alat Ultrasound
e. Electrotherapy
Electrotherapy merupakan terapi dengan mempergunakan impuls listrik untuk
menstimulasi saraf motorik ataupun untuk memblok saraf sensorik. Salah satu jenis
electrotherapy yang sering dipergunakan untuk pengobatan adalah transcutaneous
electro nerve stimulation (TENS). TENS mempergunakan listrik bertegangan rendah
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 18/24
18
yang disuplai dari suatu alat portable bersumber daya baterai. Dua elektroda pada alat
ini dihubungkan pada bagian yang nyeri sehingga bagian tersebut teraliri impuls
listrik yang akan menjalar pada serabut saraf untuk mengurangi kepekaan terhadap
rangsang nyeri. Alat ini sering dipergunakan untuk mengatasi nyeri pada tendonitis
dan bursitis. Selain TENS, shortwave diathermy sering juga dipergunakan dalam
praktek fisioterapi. Alat ini mempergunakan arus listrik frekuensi tinggi untuk
meningkatkan suhu pada kulit. Bagian-bagian tubuh yang besar seperti punggung dan
pinggang dapat diterapi dengan shortwave diathermy karena penetrasi suhu dapat
lebih dalam daripada mempergunakan metode terapi panas non-electri.
f. Manual Therapy
Berbagai teknik terapi manipulasi dapat dilakukan untuk menghasilkan gerakan pasif.
Teknik ini meliputi terapi gerak dan massage (pijat). Dewasa ini teknik massage yang
paling sering dipergunakan adalah teknik Sweden, walaupun demikian, berbagai jenis
lain juga mulai sering dipergunakan meliputi neuro-developmental treatment untuk
mengatasi gangguan neuromuskular serta akupressure. Manipulation therapy
terutama ditujukan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fleksibilitas sendi.
g. Exercise Therapy
Teknik fisioterapi ini merupakan teknik fisioterapi yang paling sering dipergunakan
terutama pada keadaan kronis. Pada penggunaannya, jenis, frekuensi, intensitas dan
durasi latihan ditentukan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jenis latihan yang dapat
dilakukan berupa latihan isometric, isotonic, aerobik maupun latihan akuatik.
Jenisjenis latihan ini biasanya bertujuan untuk memperbaiki jangkauan gerak,
meningkatkan kekuatan, koordinasi, ketahanan, keseimbangan dan postur. Latihan
dapat dilakukan secara aktif dimana penderita mengontrol sendiri gerakannya tanpa
bantuan orang lain ataupun pasif dimana gerakan dilakuka berdasarkan bantuan dari
ahli fisioterapi. Terapi latihan dapat dilakukan pada fase rehabilitasi berbagai jenis
kelainan seperti stroke, penggantian sendi maupun penuaan.
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 19/24
19
Gambar 4. Alur Terapi Exercise
h. Traksi
Traksi merupakan prosedur koreksi neuro-muskulo-skeletal seperti patah tulang,
dislokasi dan kekakuan otot dengan mempergunakan alat yang berfngsi sebagai
penarik. Terapi ini juga sering mempergunakan beban.
• Pelayanan Terapi Wicara
Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk memulihkan dan mengupayakan kompensasi / adaptasi fungsi komunikasi, bicara
dan menelan dengan latihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi
Terapi Wicara adalah layanan terapi yang membantu bekerja pada prinsip-prinsip dimana
timbul kesulitan berkomunikasi atau ganguan pada berbahasa dan berbicara bagi orang
dewasa maupun anak.
Terapi wicara bertujuan untuk membantu seseorang yang mengalami gangguan
komunikasi, seperti :
Anak-anak dengan gangguan berbahasa reseptis (tidak mengerti)
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 20/24
20
Anak-anak dengan gangguan berbahasa ekspresif (sulit mengungkapkan
keinginannya dalam berbicara)
Anak-anak dengan gangguan tumbuh kembang khusus (autisme, down syndrome,
tuna rungu-wicara)
Anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay).
Anak-anak yang mengalami gangguan artikulasi gagap (stuttering), cadel, dst
Anak-anak dan orang dewasa yang baru selesai menjalani operasi celah bibir (cleft
lip/sumbing) dan celah langit-langit (cleft palate).
Serta gangguan bahasa pada orang dewasa seperti pasca stroke yang mengalamikehilangan berbahasa (Afasia).
• Pelayanan Terapi Okupasi
Adalah bentuk pelayanan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk
mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi atau mengupayakan
kompensasi/adaptasi untuk aktifitas seharti-hari, produktifitas dan waktu luang melalui
pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi.
Terapi okupasi umumnya menekan pada kemampuan motorik halus, selain itu terapi
okupasi juga bertujuan untuk membantu seseorang agar dapat melakukan kegiatan
keseharian, aktifitas produktifitas dan pemanfaatan waktu luang. Terapi okupasi terpusat
pada pendekatan sensori atau motorik atau kombinasinya untuk memperbaiki kemampuan
anak untuk merasakan sentuhan, rasa, bunyi, dan gerakan. Terapi juga meliputi permainan
dan keterampilan sosial, melatih kekuatan tangan, genggaman, kognitif dan mengikutiarah.
Terapi okupasi diperlukan oleh anak/orang dewasa yang mengalami kesulitan belajar,
hambatan motorik (cedera, stroke, traumatic brain injury), autisme, sensory processing
disorders, cerebral palsy, down syndrome, Attention Deficit Hyperactivity Disorder
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 21/24
21
(ADHD), genetic disorders, asperger’s syndrome, kesulitan belajar, keterlambatan wicara,
gangguan perkembangan (Cerebal Palsy/CP), Pervasive Developmental Disorder (PDD)
dan keterlambatan tumbuh kembang lainnya.
• Pelayanan Ortotis Prostetis
Orthotics (Greek : Ορθός , ortho, "meluruskan" ") adalah suatu bagian dari lingkup medis
yang mencakup desain, pembuatan, dan aplikasi/penggunaan alat orthoses. Orthoses adalah
suatu alat yang digunakan untuk memodifikasi karakter struktural dan fungsional
neuromuscular and skeletal system.
Penggunaan orthosis ini antara lain :
Untuk mengontrol atau mambatasi atau imobilisasi ekstremitas, sendi, atau segmen
tubuh untuk tujuan tertentu.
Untuk membatasi gerakan pada arah tertentu.
Untuk membantu mobilisasi secara umum.To assist movement generally
Untuk mengurangi beban tubuh untuk tujuan tertentu.
Untuk membantu rehabilitasi setelah fraktur.
Untuk memperbaiki bentuk maupun fungsi dari tubuh, memudahkan pergerakan, dan
mengurangi nyeri.
Contoh Orthoses :
Upper-arm orthoses
o Clavicular and shoulder orthoses
o Arm orthoses
o Functional arm orthoses
o Elbow orthoses
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 22/24
22
Forearm-wrist orthoses
Forearm-wrist-thumb orthoses
Forearm-wrist-hand orthoses
Hand orthoses
Upper-extremity orthoses (with special functions)
Ankle foot Orthoses
Spinal Orthoses
Prostesis adalah suatu alat pengganti bagian tubuh yang hilang. Prostesis ini mengganti
fungsi yang sangat komplek dari anggota gerak. Prostesis diperlukan pada defisiensi
tulang kongenital atau amputasi karena trauma atau penyakit.
Tujuan pembuatan prostesis :
Prostesis dibuat dengan 3 tujuan yaitu :
Fungsional
Kosmetik
Fungsional dan kosmetik
Prostesis dapat direncanakan secara khusus misalnya untuk spesifik vokasional,
rekreasional, keperluan sosial atau pengoperasiannya dengan elektrik. Dengan makin
berkembangnya bahan yang ditemukan, design baru, dan teknik fitting yang baik dapat
tercapai hasil yang optimal artinya prostesis tersebut dibuat lebih nyaman kalau dipakai,indah, dan sesuai dengan tujuan fungsional.
.
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 23/24
23
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Toha Muslim. 1996. Peranan Rehabilitasi Medis dalam Pelayanan Kesehatan. Bandung: FK
UNPAD.
Arovah, Novita Intan. 2010. Dasar-dasar Fisioterapi pada Cedera Olahraga
Husnul, M.. 2008. Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik .
Handayani, E. (2007). Kendala Penerapan Terapi Wicara Terhadap Kemampuan Bahasa Dan
Bicara Pada Anak Retardasi Mental Di Pusat Terapi Terpadi A Plus Malang . Skripsi,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Menkes RI. 2008. Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit.
Ridwan, dr.. 2011. Rehabilitasi Medis.
Kepaniteraan Klinik Rehablitasi Medik
7/27/2019 REFERAT REHABMED CHAIRUL.doc
http://slidepdf.com/reader/full/referat-rehabmed-chairuldoc 24/24
24