Referat Hemoptoe Romi

33
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Batuk merupakan reflek pertahanan yang timbul akibat iritasi percabangan trakeobronkial. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yang penting untuk membersihkan saluran napas bagian bawah. Batuk juga merupakan gejala tersering penyakit pernapasan. Rangsangan yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan mekanik, kimia dan peradangan. Batuk dapat bersifat produktif, pendek dan tidak produktif, keras dan parau, sering, jarang, atau paroksismal. 1 Batuk darah (hemoptisis) adalah darah atau dahak bercampur darah yang dibatukkan yang berasal dari saluran pernafasan bagian bawah (mulai glotis ke arah distal). Batuk darah adalah suatu keadaan menakutkan / mengerikan yang menyebabkan beban mental bagi penderita dan keluarga penderita sehingga menyebabakan takut untuk berobat ke dokter.Biasanya penderita menahan batuk karena takut kehilangan darah yang lebih banyak 1

Transcript of Referat Hemoptoe Romi

Page 1: Referat Hemoptoe Romi

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Batuk merupakan reflek pertahanan yang timbul akibat iritasi percabangan

trakeobronkial. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yang penting

untuk membersihkan saluran napas bagian bawah. Batuk juga merupakan gejala

tersering penyakit pernapasan. Rangsangan yang biasanya menimbulkan batuk

adalah rangsangan mekanik, kimia dan peradangan. Batuk dapat bersifat

produktif, pendek dan tidak produktif, keras dan parau, sering, jarang, atau

paroksismal.1

Batuk darah (hemoptisis) adalah darah atau dahak bercampur darah yang

dibatukkan yang berasal dari saluran pernafasan bagian bawah (mulai glotis ke

arah distal). Batuk darah adalah suatu keadaan menakutkan / mengerikan yang

menyebabkan beban mental bagi penderita dan keluarga penderita sehingga

menyebabakan takut untuk berobat ke dokter.Biasanya penderita menahan batuk

karena takut kehilangan darah yang lebih banyak sehingga menyebabkan

penyumbatan karena bekuan darah. Batuk darah pada dasarnya akan berhenti

sendiri asal tidak ada robekan pembuluhdarah,berhenti sedikit-sedikit pada

pengobatan penyakit dasar.Batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda suatu

penyakit infeksi. Volume darah yang dibatukkan bervariasi dan dahak bercampur

darah dalam jumlah minimal hingga masif, tergantung laju perdarahan dan lokasi

perdarahan.2

1

Page 2: Referat Hemoptoe Romi

Batuk darah atau hemoptisis adalah ekspektorasi darah akibat perdarahan pada

saluran napas di bawah laring, atau perdarahan yang keluar melalui saluran napas

bawah laring. Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala penyakit

dasar sehingga etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih teliti. Batuk

darah masif dapat diklasifikasikan berdasarkan volume darah yang dikeluarkan

pada periode tertentu. Batuk darah masif memerlukan penanganan segera karena

dapat mengganggu pertukaran gas di paru dan dapat mengganggu kestabilan

hemodinamik penderita sehingga bila tidak ditangani dengan baik dapat

mengancam jiwa.2

2

Page 3: Referat Hemoptoe Romi

BAB 2PEMBAHASAN

1. Definisi

Batuk darah adalah ekspektorasi darah atau dahak yang berdarah, berasal

dari saluran nafas di bawah pita suara. Sinonim batuk darah ialah haemoptoe atau

haemoptisis.3

Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit yang

mendasari sehingga etiologinya harus dicari melalui pemeriksaan yang seksama.4

Hemoptisis merupakan salah satu bentuk kegawatan paru yang paling

sering terjadi diantara bentuk-bentuk klinis lainnya. Tingkat kegawatan dari

hemoptisis ditentukan oleh 3 faktor:

a. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah di dalam saluran

pernapasan. Terjadinya asfiksia ini tidak tergantung pada jumlah perdarahan

yang terjadi, akan tetapi ditentukan oleh reflek batuk yang berkurang atau

terjadinya efek psikis dimana pasien takut dengan perdarahan yang terjadi.

b. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptisis dapat

menimbulkan renjatan hipovolemik (hypovolemic shock). Bila perdarahan yang

terjadi cukup banyak, maka hemoptisis tersebut digolongkan ke dalam

hemoptisis masif walaupun terdapat beberapa kriteria, antara lain:

1) Kriteria Yeoh (1965) menetapkan bahwa hemoptisis masif terjadi apabila

jumlah perdarahan yang terjadi adalah sebesar 200 cc/24 jam.

2) Kriteria Sdeo (1976) menetapkan bahwa hemoptisis masif terjadi apabila

jumlah perdarahan yang terjadi lebih dari 600 cc/24 jam.

3

Page 4: Referat Hemoptoe Romi

c. Adanya pneumonia aspirasi, yaitu suatu infeksi yang terjadi beberapa jam atau

beberapa hari setelah perdarahan. Keadaan ini merupakan keadaan yang gawat,

oleh karena baik bagian jalan napas maupun bagian fungsionil paru tidak dapat

berfungsi sebagaimana mestinya akibat terjadinya obstruksi total.5

2. Etiologi

Penyebab dari batuk darah (hemoptoe) dapat dibagi atas : 3

1. Infeksi, terutama tuberkulosis, abses paru, pneumonia, dan kaverne oleh

karena jamur dan sebagainya.

2. Kardiovaskuler, stenosis mitralis dan aneurisma aorta.

3. Neoplasma, terutama karsinoma bronkogenik dan poliposis bronkus.

4. Gangguan pada pembekuan darah (sistemik).

5. Benda asing di saluran pernapasan.

6. Faktor-faktor ekstrahepatik dan abses amuba.

Penyebab batuk darah menurut penyelidikan Osler A. Abbott:

PenyakitPresentase

Pasien Hemoptisis

PenyakitPresentase

Pasien Hemoptisis

Karsinoma bronkogenik

56,0 Empiema 24,5

Abses paru 49,2Metastasis Karsinoma

24,0

Infark pulmonal 44,0

Bronkiektasis 43,5Tumor

Mediastinum20,0

Tuberkulosis 36,5 17,5

Krista kongenital 25,8Obstruksi Esofagus

9,0

4

Page 5: Referat Hemoptoe Romi

Etiologi lain hemoptisis adalah sebagai berikut :6,7

1. Batuk darah idiopatik

Batuk darah idiopatik adalah batuk darah yang tidak diketahui

penyebabnya, dengan insiden 0,5 sampai 58% . dimana perbandingan

antara pria dan wanita adalah 2:1. Biasanya terjadi pada umur 30-50

tahun kebanyakan 40-60 tahun dan berhenti spontan dengan suportif

terapi.

2. Batuk darah sekunder

Batuk darah sekunder adalah batuk darah yang diketahui

penyebabnya.

a. Oleh karena keradangan, ditandai vaskularisasi arteri bronkiale

> 4% (normal1%)

1) TB:batuk sedikit-sedikit, masif perdarahannya dan

bergumpal.

2) Bronkiektasis : bercampur purulen.

3) Abses paru : bercampur purulen.

4) Pneumonia : warna merah bata encer berbuih.

5) Bronkitis : sedikit-sedikit campur darah atau lendir.

b. Neoplasma

1) Karsinoma paru.

2) Adenoma.

5

Page 6: Referat Hemoptoe Romi

c. Lain-lain

1) Trombo emboli paru – infark paru.

2) Mitral stenosis.

3) Kelainan kongenital aliran darah paru meningkat.

ASD

VSD

4) Trauma dada.

3. Patogenesis

Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan

hipervaskularisasi dari cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk

memberikan nutrisi pada jaringan paru,juga bila terjadi kegagalan arteri

pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk pertukaran gas.5

Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna tuberkulosis yang

merupakan asal dari perdarahan pada hemoptisis masih diragukan. Teori

terjadinya perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen ini telah lama

dianut, akan tetapi beberapa laporan autopsi membuktikan bahwa terdapatnya

hipervaskularisasi bronkus yang merupakan percabangan dari arteri bronkialis

lebih banyak merupakan asal dari perdarahan pada hemoptisis.5

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa kematian yang disebabkan oleh

hemoptisis dapat dibagi atas:

6

Page 7: Referat Hemoptoe Romi

1. Asfiksia

Walaupun persentase kematian akibat asfiksia belum diketahui dengan pasti,

namun kematian yang disebabkan oleh asfiksia cukup tinggi dan dapat dibagi

dalam empat hal:

a. Pengaruh perdarahan yang terjadi

b. Pengaruh susunan saraf pusat

c. Pengaruh pada respirasi

d. Perubahan pada tekanan darah

2. Aspirasi

Aspirasi adalah suatu keadaan dimana masuknya bekuan darah maupun sisa-

sisa darah ke dalam jaringan paru bersamaan dengan inspirasi, dimana

mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

a. Meliputi bagian yang luas dari paru

b. Terjadi pada bagian percabangan bronkus yang lebih halus

c. Selain darah dapat pula disebabkan oleh masuknya cairan lambung ke

dalam paru oleh karena penutupan epiglotis yang tidak sempurna

d. Dapat diikuti dengan infeksi sekunder

3. Renjatan Hipovolemik

Renjatan hipovolemik adalah salah satu bentuk daripada renjatan hemoragik

yang disebabkan oleh perubahan metabolisme sebagai berikut:

a. Asidosis metabolik, dimana kadar asam laktat meningkat lebih dari nilai

normal.

7

Page 8: Referat Hemoptoe Romi

b. Terjadinya penurunan kecepatan filtrasi glomerulus yang disebabkan oleh

kontraksi dari vasa aferen dan vasa eferen, dimana ditandai dengan retensi

natrium dan tingginya ureum darah.

c. Terdapatnya vasokontriksi sebagai usaha untuk memobilisasi darah.

d. Pada jangka panjang dapat terjadi reaksi kompensasi.

Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :6,7

1. Radang mukosa

Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh

darah menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah

cukup untuk menimbulkan batuk darah.

2. Infark paru

Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme

pada pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus dan infeksi oleh

jamur.

3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler

Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar

seperti pada dekompensasi cordis kiri akut dan mitral stenosis.

4. Kelainan membran alveolokapiler

Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti pada

Goodpasture’s syndrome.

5. Perdarahan kavitas tuberkulosa

Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal

dengan aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal

8

Page 9: Referat Hemoptoe Romi

dari cabang pembuluh darah bronkial. Perdarahan pada bronkiektasis

disebabkan pemekaran pembuluh darah cabang bronkial. Diduga hal

ini terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh darah bronkial

dan pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat

menimbulkan hemoptisis masif.

6. Invasi tumor ganas

7. Cedera dada

Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami

transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya

batuk darah.

4. Klasifikasi

Klasifikasi menurut Pusel :

+ batuk dengan perdarahan yang hanya dalam bentuk garis-garis dalam sputum

++ batuk dengan perdarahan 1 – 30 ml

+++ batuk dengan perdarahan 30 – 150 ml

++++ batuk dengan perdarahan > 150 ml

Positif satu dan dua dikatakan masih ringan, positif tiga hemoptisis sedang,

positif empat termasuk di dalam kriteria hemoptisis masif.

Klasifikasi didasarkan pada perkiraan jumlah darah yang dibatukkan.

1. Bercak (Streaking) : <15-20 ml/24 jam

Yang sering terjadi darah bercampur dengan sutum. Umumnya pada

bronkitis.

9

Page 10: Referat Hemoptoe Romi

2. Hemoptisis: 20-600 ml/24 jam

Hal ini berarti perdarahan pada pembuluh darh yang lebih besar. Biasanya

pada kanker paru, pneumonia, TB, atau emboli paru.

3. Hemoptisis massif : >600 ml/24 jam

Biasanya pada kanker paru, kavitas pada TB, atau bronkiektasis.

4. Pseudohemoptisis

Merupakan batuk darah dari struktur saluran napas bagian atas (di atas laring)

atau dari saluran cerna atas atau hal ini dapat berupa perdarahan buatan

(factitious).

Kesulitan dalam menegakkan diagnosis ini adalah karena pada hemoptisis

selain terjadi vasokontriksi perifer, juga terjadi mobilisasi dari depot darah,

sehingga kadar Hb tidak selalu memberikan gambaran besarnya perdarahan yang

terjadi. Kriteria dari jumlah darah yang dikeluarkan selama hemoptisis juga

mempunyai kelemahan oleh karena:

a. Jumlah darah yang dikeluarkan bercampur dengan sputum dan kadang-kadang

dengan cairan lambung, sehingga sukar untuk menentukan jumlah darah yang

hilang sesungguhnya.

b. Sebagian dari darah tertelan dan dikeluarkan, bersama-sama dengan tinja,

sehingga tidak ikut terhitung.

c. Sebagian dari darah masuk ke dalam paru-paru akibat aspirasi.

Oleh karena itu suatu nilai kegawatan dari hemoptisis ditentukan oleh:

a. Apakah terjadi tanda-tanda hipotensi yang mengarah pada renjatan

hipovolemik.

10

Page 11: Referat Hemoptoe Romi

b. Apakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari bronkus yang dapat dinilai

dengan adanya iskemia miokardium, baik berupa gangguan aritmia, gangguan

mekanik jantung, maupun aliran darah serebral.

Bila terjadi hemoptisis, maka harus dilakukan penilaian terhadap:

a. Warna darah untuk membedakannya dengan hematemesis

b. Lamanya perdarahan

c. Terjadinya mengi (wheezing) untuk menilai besarnya obstruksi

d. Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi dan kesadaran.

5. Manifestasi Klinis

Untuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan bahwa

perdarahan tersebut berasal dari saluran pernafasan bawah, dan bukan berasal dari

nasofaring atau gastrointestinal. Dengan perkataan lain bahwa penderita tersebut

benar-benar batuk darahdan bukan muntah darah.3

Hal tersebut akan dijelaskan pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Perbedaan Batuk Darah Dengan Muntah Darah8

No Keadaan Batuk Darah Muntah Darah

1 Prodromal Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan

Darah dimuntahkan dengan rasa mual (Stomach Distress)

2 Onset Darah dibatukkan, dapat disertai dengan muntah

Darah dimuntahkan, dapat disertai dengan batuk

3 Tampilan Darah berbuih Darah tidak berbuih 4 Warna Merah segar Merah tua5 Isi Lekosit, mikroorganisme,

hemosiderin, makrofagSisa makanan

6 Ph Alkalis Asam7 Riwayat

penyakit dahulu (RPD)

Penyakit paru Peminum alkohol, ulcus pepticum, kelainan hepar

8 Anemis Kadang tidak dijumpai Sering disertai anemis

11

Page 12: Referat Hemoptoe Romi

9 Tinja Blood test (-) / Benzidine Test (-)

Blood Test (+) / Benzidine Test (+)

Kriteria batuk darah: 7

1. Batuk darah ringan (<25cc/24 jam).

2. Batuk darah berat (25-250cc/ 24 jam).

3. Batuk darah masif (batuk darah masif adalah batuk yang mengeluarkan darah

sedikitnya 600 ml dalam 24 jam).

Kriteria yang paling banyak dipakai untuk hemoptisis masif:8

1. Apabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 600 cc / 24 jam dan dalam

pengamatannya perdarahan tidak berhenti.

2. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan tetapi

lebih dari 250 cc / 24 jam jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%, sedangkan

batuk darahnya masih terus berlangsung.

3. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan

tetapilebih dari 250 cc / 24 jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%, tetapi

selama pengamatan 48 jam yang disertai dengan perawatan konservatif batuk

darah tersebut tidak berhenti.

6. Diagnosis

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik

dan gambaran radiologis. Untuk menegakkan diagnosis, seperti halnya pada

penyakit lain perlu dilakukan urutan-urutan dari anamnesis yang teliti hingga

pemeriksaan fisik maupun penunjang sehingga penanganannya dapat

disesuaikan.6,7

12

Page 13: Referat Hemoptoe Romi

1. Anamnesis

Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam hal batuk darah adalah:6,9

a. Jumlah dan warna darah yang dibatukkan.

b. Lamanya perdarahan.

c. Batuk yang diderita bersifat produktif atau tidak.

d. Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan.

e. Ada merasakan nyeri dada, nyeri substernal atau nyeri pleuritik.

f. Riwayat penyakit paru atau jantung terdahulu.

2. Pemeriksaan fisik6,7

Untuk mengetahui perkiraan penyebab.

a. Panas merupakan tanda adanya peradangan.

b. Auskultasi :

1) Kemungkinan menonjolkan lokasi.

2) Ronchi menetap, whezing lokal, kemungkinan penyumbatan oleh : Ca,

bekuan darah.

c. Friction Rub : emboli paru atau infark paru

d. Clubbing : bronkiektasis, neoplasma

3. Pemeriksaan penunjang

Foto toraks dalam posisi PA dan lateral hendaklah dibuat pada setiap penderita

hemoptisis masif. Gambaran opasitas dapat menunjukkan tempat

perdarahannya.2

13

Page 14: Referat Hemoptoe Romi

Pemeriksaan bronkografi untuk mengetahui adanya bronkiektasis, sebab

sebagian penderita bronkiektasis sukar terlihat pada pemeriksaan X-foto

toraks.3

Pemeriksaan dahak baik secara bakteriologi maupun sitologi (bahan dapat

diambil dari dahak dengan pemeriksaan bronkoskopi atau dahak langsung).3

4. Pemeriksaan bronkoskopi

Bronkoskopi dilakukan untuk menentukan sumber perdarahan dan sekaligus

untuk penghisapan darah yang keluar, supaya tidak terjadi penyumbatan.

Sebaiknya dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan demikian

sumber perdarahan dapat diketahui.2,3

Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah : 2

a. Bila radiologik tidak didapatkan kelainan

b. Batuk darah yang berulang

c. Batuk darah masif : sebagai tindakan terapeutik

Tindakan bronkoskopi merupakan sarana untuk menentukan diagnosis, lokasi

perdarahan, maupun persiapan operasi, namun waktu yang tepat untuk

melakukannya merupakan pendapat yang masih kontroversial, mengingat

bahwa selama masa perdarahan, bronkoskopi akan menimbulkan batuk yang

lebih impulsif, sehingga dapat memperhebat perdarahan disamping

memperburuk fungsi pernapasan. Lavase dengan bronkoskop fiberoptik dapat

menilai bronkoskopi merupakan hal yang mutlak untuk menentukan lokasi

perdarahan.2

14

Page 15: Referat Hemoptoe Romi

Dalam mencari sumber perdarahan pada lobus superior, bronkoskop serat optik

jauh lebih unggul, sedangkan bronkoskop metal sangat bermanfaat dalam

membersihkan jalan napas dari bekuan darah serta mengambil benda asing,

disamping itu dapat melakukan penamponan dengan balon khusus di tempat

terjadinya perdarahan.2

7. Penatalaksanaan

Tujuan pokok terapi ialah:8

1. Mencegah asfiksia.

2. Menghentikan perdarahan.

3. Mengobati penyebab utama perdarahan.

Langkah-langkah: 8

1. Pemantauan menunjang fungsi vital

a. Pemantauan dan tatalaksana hipotensi, anemia dan kolaps

kardiovaskuler.

b. Pemberian oksigen, cairan plasma expander dan darah

dipertimbangkan sejak awal.

c. Pasien dibimbing untuk batuk yang benar.

2. Mencegah obstruksi saluran napas

a. Kepala pasien diarahkan ke bawah untuk cegah aspirasi.

b. Kadang memerlukan pengisapan darah, intubasi atau bahkan

bronkoskopi.

3. Menghentikan perdarahan

15

Page 16: Referat Hemoptoe Romi

a. Pemasangan kateter balon oklusi forgarty untuk tamponade

perdarahan.

b. Teknik lain dengan embolisasi arteri bronkialis dan pembedahan.

Sasaran-sasaran terapi yang utama adalah memberikan support

kardiopulmoner dan mengendalikan perdarahan sambil mencegah asfiksia

yang merupakan penyebab utama kematian pada para pasien dengan

hemoptisis masif.5,8

Masalah utama dalam hemoptisis adalah terjadinya pembekuan dalam

saluran napasyang menyebabkan asfiksia. Bila terjadi afsiksi, tingkat

kegawatan hemoptisis paling tinggi dan menyebabkan kegagalan organ yang

multipel. Hemoptosis dalam jumlah kecil dengan refleks batuk yang buruk

dapat menyebabkan kematian. Dalam jumlah banyak dapat menimbukan

renjatan hipovolemik.5,8

Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah :

1. Terapi konservatif

Dasar-dasar pengobatan yang diberikan sebagai berikut :6,7,8

a. Mencegah penyumbatan saluran nafas

Penderita yang masih mempunyai refleks batuk baik dapat diletakkan

dalam posisi duduk, atau setengah duduk dan disuruh membatukkan

darah yang terasa menyumbat saluran nafas. Dapat dibantu dengan

pengisapan darah dari jalan nafas dengan alat pengisap. Jangan sekali-

kali disuruh menahan batuk.

16

Page 17: Referat Hemoptoe Romi

Penderita yang tidak mempunyai refleks batuk yang baik, diletakkan

dalam posisi tidur miring kesebelah dari mana diduga asal perdarahan,

dan sedikit trendelenburg untuk mencegah aspirasi darah ke paru yang

sehat. Kalau masih dapat penderita disuruh batuk bila terasa ada darah

di saluran nafas yang menyumbat, sambil dilakukan pengisapan darah

dengan alat pengisap. Kalau perlu dapat dipasang tube endotrakeal.

Batuk-batuk yang terlalu banyak dapat mengakibatkan perdarahan

sukar berhenti. Untuk mengurangi batuk dapat diberikan Codein10 - 20

mg. Penderita batuk darah masif biasanya gelisah dan ketakutan,

sehingga kadang-kadang berusaha menahan batuk. Untuk menenangkan

penderita dapat diberikan sedatif ringan (Valium) supaya penderita lebih

kooperatif.

b. Memperbaiki keadaan umum penderita

Bila perlu dapat dilakukan :

1) Pemberian oksigen.

2) Pemberian cairan untuk hidrasi.

3) Tranfusi darah.

4) Memperbaiki keseimbangan asam dan basa.

c. Menghentikan perdarahan

Pada umumnya hemoptisis akan berhenti secara spontan. Di dalam

kepustakaan dikatakan hemoptisis rata-rata berhenti dalam 7 hari.

Pemberian kantongan es diatas dada, hemostatiks, vasopresin

(Pitrissin)., ascorbic acid dikatakan khasiatnya belum jelas. Apabila ada

17

Page 18: Referat Hemoptoe Romi

kelainan didalam faktor-faktor pembekuan darah, lebih baik

memberikan faktor tersebut dengan infus.

Di beberapa rumah sakit masih memberikan Hemostatika (Adona

Decynone) intravena 3 - 4 x 100 mg/hari atau per oral. Walaupun

khasiatnya belum jelas, paling sedikit dapat memberi ketenangan bagi

pasien dan dokter yang merawat.

d. Mengobati penyakit yang mendasarinya (underlying disease)

Pada penderita tuberkulosis, disamping pengobatan tersebut diatas

selalu diberikan secara bersama tuberkulostatika. Kalau perlu diberikan

juga antibiotika yang sesuai.

2. Terapi pembedahan

Pembedahan merupakan terapi definitif pada penderita batuk darah masif

yang sumber perdarahannya telah diketahui dengan pasti, fungsi paru

adekuat, tidak ada kontraindikasi bedah.4

Reseksi bedah segera pada tempat perdarahan merupakan pilihan.

Tindakan operasi ini dilakukan atas pertimbangan:4

a. Terjadinya hemoptisis masif yang mengancam kehidupan pasien.

b. Pengalaman berbagai penyelidik menunjukkan bahwa angka kematian

pada perdarahan yang masif menurun dari 70% menjadi 18% dengan

tindakan operasi.

Etiologi dapat dihilangkan sehingga faktor penyebab terjadinya hemoptisis

yang berulang dapat dicegah.

18

Page 19: Referat Hemoptoe Romi

8. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptosis, yaitu

ditentukan oleh tiga faktor : 4,6,7

1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran

pernapasan.

2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptosis dapat

menimbulkan renjatan hipovolemik.

3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke

dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi.

Penyulit hemoptisis yang biasanya didapatkan : 4,7

1. Bahaya utama batuk darah ialah terjadi penyumbatan trakea dan saluran

napas, sehingga timbul sufokasi yang sering fatal. Penderita tidak

tampak anemis tetapi sianosis, hal ini sering terjadi pada batuk darah

masif (600-1000 cc/24 jam).

2. Pneumonia aspirasi merupakan salah satu penyulit yang terjadi karena

darah terhisap ke bagian paru yang sehat.

3. Karena saluran nafas tersumbat, maka paru bagian distal akan kolaps

dan terjadi atelektasis.

Bila perdarahan banyak, terjadi hipovolemia. Anemia timbul bila

perdarahan terjadi dalam waktu lama.

19

Page 20: Referat Hemoptoe Romi

9. Prognosis

Pada hemoptosis idiopatik prognosisnya baik kecuali bila penderita

mengalami hemoptosis yang rekuren. Sedangkan pada hemoptisis sekunder ada

beberapa faktor yang menentukan prognosis : 4,6,7

1. Tingkatan hemoptisis: hemoptisis yang terjadi pertama kali mempunyai

prognosis yang lebih baik.

2. Macam penyakit dasar yang menyebabkan hemoptisis.

3. Cepatnya kita bertindak, misalnya bronkoskopi yang segera dilakukan untuk

menghisap darah yang beku di bronkus dapat menyelamatkan penderita.

a. Hemoptisis <200 ml/24 jam prognosa baik

b. Profuse massive >600 cc/24 jam prognosa jelek 85% meninggal

20

Page 21: Referat Hemoptoe Romi

BAB 3KESIMPULAN

1. Hemoptisis merupakan salah satu gejala pada penyakit paru saluran

pernapasan dan atau kardiovaskuler yang disebabkan oleh berbagai macam

etiologi.

2. Untuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan bahwa

perdarahan tersebut berasal dari saluran pernafasan bawah, dan bukan berasal

dari nasofaring atau gastrointestinal.

3. Pada umumnya hemoptosis ringan tidak diperlukan perawatan khusus dan

biasanya berhenti sendiri. Yang perlu mendapat perhatian yaitu hemoptisis

yang masif.

4. Tujuan pokok terapi hemoptisis ialah mencegah asfiksia, menghentikan

perdarahan dan mengobati penyebab utama perdarahan

5. Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar

sehingga etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih teliti.

6. Pada prinsipnya penanganan hemoptisis ditujukan untuk memperbaiki

kondisi kardiopulmoner dan mencegah semua keadaan yang dapat

menyebabkan kematian. Penanganan tersebut dilakukan secara konservatif

maupun dengan operasi, tergantung indikasi serta berat ringannya hemoptisis

yang terjadi.

7. Prognosis dari hemoptisis ditentukan oleh tingkatan hemoptisis, macam

penyakit dasar dan cepatnya tindakan yang dilakukan.

21

Page 22: Referat Hemoptoe Romi

DAFTAR PUSTAKA

1. Price SA.Wilson LM. 2006.Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses

Penyakit ed.6, Jakarta: EGC.

2. Nugroho, A. 2002. Hemoptisis Masif. Kesehatan Milik Semua : Pusat

Informasi Penyakit dan Kesehatan. Penyakit Paru dan Saluran Pernafasan.

www.infopenyakit.com .

3. Alsagaff, Hood. 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga

University Press.

4. Arief,Nirwan. 2009. Kegawatdaruratan Paru. Jakarta: Departemen

Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UI.

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/27bdd48b1f564a5010f814f09f23

73c0d805736c.pdf.

5. Tabrani, Rab. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: TIM.

6. Pitoyo CW. 2006. Hemoptisis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,

Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II,

edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

7. PAPDI. 2006. Hemoptisis. Dalam: Rani Aziz, Sugondo Sidartawan, Nasir

Anna U.Z., Wijaya Ika Prasetya, Nafrialdi, Mansyur Arif. Panduan pelayanan

medik. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

8. Amirullah, R. 2004. Gambaran dan Penatalaksanaan Batuk Darah di Biro

Pulmonologi RSMTH. Cermin Dunia Kedokteran No.33.

22