Referat Digestive Disentri Basiler Dan Amoeba
-
Upload
david-santoso -
Category
Documents
-
view
128 -
download
19
Transcript of Referat Digestive Disentri Basiler Dan Amoeba
Pemeriksaan Penunjang
Disentri amoeba
1. Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja ini merupakan pemeriksaan laboratorium yang sangat
penting. Biasanya tinja berbau busuk, bercampur darah dan lendir. Untuk
pemeriksaan mikroskopik diperlukan tinja yang segar. Kadang diperlukan
pemeriksaan berulang-ulang, minimal 3 kali seminggu dan sebaiknya dilakukan
sebelum pasien mendapat pengobatan (Davis, 2007).
Pada pemeriksaan tinja yang berbentuk (pasien tidak diare), perlu dicari
bentuk kista karena bentuk trofozoit tidak akan dapat ditemukan. Dengan sediaan
langsung tampak kista berbentuk bulat dan berkilau seperti mutiara. Di dalamnya
terdapat badan-badan kromatoid yang berbentuk batang dengan ujung tumpul,
sedangkan inti tidak tampak. Untuk dapat melihat intinya, dapat digunakan larutan
lugol. Akan tetapi dengan larutan lugol ini badan-badan kromatoid tidak tampak. Bila
jumlah kista sedikit, dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan metode konsentrasi
dengan larutan seng sulfat dan eterformalin. Dengan larutan seng sulfat kista akan
terapung di permukaan sedangkan dengan larutan eterformalin kista akan mengendap
(Davis, 2007).
Dalam tinja pasien juga dapat ditemukan trofozoit. Untuk itu diperlukan tinja
yang masih segar dan sebaiknya diambil bahan dari bagian tinja yang mengandung
darah dan lendir. Pada sediaan langsung dapat dilihat trofozoit yang masih bergerak
aktif seperti keong dengan menggunakan pseudopodinya yang seperti kaca. Jika tinja
berdarah, akan tampak amoeba dengan eritrosit di dalamnya. Bentik inti akan nampak
jelas bila dibuat sediaan dengan larutan eosin (Davis, 2007).
2. Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi
Pemeriksaan ini berguna untuk membantu diagnosis penderita dengan gejala
disentri, terutama apabila pada pemeriksaan tinja tidak ditemukan amoeba. Akan
tetapi pemeriksaan ini tidak berguna untuk carrier. Pada pemeriksaan ini akan
didapatkan ulkus yang khas dengan tepi menonjol, tertutup eksudat kekuningan,
mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal (Davis, 2007).
3. Foto rontgen kolon
Pemeriksaan rontgen kolon tidak banyak membantu karena seringkali ulkus
tidak tampak. Kadang pada kasus amoebiasis kronis, foto rontgen kolon dengan
barium enema tampak ulkus disertai spasme otot. Pada amoeba nampak filling defect
yang mirip karsinoma (Davis, 2007).
4. Pemeriksaan uji serologi
Uji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses hati amoebik
dan epidemiologis. Uji serologis positif bila amoeba menembus jaringan (invasif).
Oleh karena itu uji ini akan positif pada pasien abses hati dan disentri amoeba dan
negatif pada carrier. Hasil uji serologis positif belum tentu menderita amoebiasis
aktif, tetapi bila negatif pasti bukan amoebiasis (Davis, 2007).
Disentri basiler
1. Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab serta biakan
hapusan (rectal swab). Untuk menemukan carrier diperlukan pemeriksaan biakan tinja
yang seksama dan teliti karena basil shigela mudah mati (Hoesdaha, 2006).
2. Enzim immunoassay
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi toksin di tinja pada sebagian besar penderita
yang terinfeksi S.dysentriae tipe 1 atau toksin yang dihasilkan E.coli (Hoesdaha,
2006).
3. Aglutinasi
Pada pemeriksaan ini terjadi aglutinasi, hal ini terjadi karena aglutinin
terbentuk pada hari kedua, maksimum pada hari keenam. Pada S.dysentriae aglutinasi
dinyatakan positif pada pengenceran 1/5 dan pada S.flexneri aglutinasi antibody
sangat kompleks, dan oleh karena adanya banyak strain maka jarang dipakai
(Hoesdaha, 2006).
Diagnosis
Disentri basiler
Perlu dicurigai adanya Shigellosis pada pasien yang datang dengan keluhan nyeri
abdomen bawah, dan diare. Pemeriksaan mikroskopik tinja menunjukkan adanya eritrosit dan
leukosit PMN. Untuk memastikan diagnosis dilakukan kultur dari bahan tinja segar atau
hapus rektal. Pada fase akut infeksi Shigella, tes serologi tidak bermanfaat (Davis, 2007).
Pada disentri subakut gejala klinisnya serupa dengan colitis ulserosa. Perbedaan
utama adalah kultur Shigella yang positif dan perbaikan klinis yang bermakna setelah
pengobatan dengan antibiotic yang adekuat (Hoesadha,2006).
Disentri amoeba
Pemeriksaan tinja sangat penting di mana tinja penderita amoebiasis tidak banyak
mengandung leukosit tetapi banyak mengandung bakteri. Diagnosis pasti baru dapat
ditegakkan bila ditemukan amoeba (tropozoit). Akan tetapi ditemukannya amoeba bukan
berarti meyingkirkan kemungkinan penyakit lain karena amoebiasis dapat terjadi bersamaan
dengan penyakit lain. Oleh karena itu, apabila penderita amoebiasis yang telah menjalani
pengobatan spesifik masih tetap mengeluh nyeri perut, perlu dilakukan pemeriksaan lain,
misalnya endoskopi, foto kolon dengan barium enema atau biakan tinja ( Lacasse, 2013;
Hoesdaha, 2006).
Abses hati amoeba sukar dibedakan dengan abses piogenik dan neoplasma.
Pemeriksaan ultrasonografi dapat membedakannya dengan neoplasma, sedang ditemukannya
echinococcus dapat membedakannya dengan abses piogenik. Salah satu caranya yaitu dengan
dilakukannya pungsi abses (Hoesdaha, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Hoesadha, Y. 2009. Disentri Basiler. In : Sudoyo, AW., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata,
MK., Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia.
Lacasse, Alexandre. 2013. Amebiasis. Cleveland : Medscape.
Davis, Kepler. 2007. Amebiasis. New York : Emedicine.