Referat Digestive Disentri Basiler Dan Amoeba

6
Pemeriksaan Penunjang Disentri amoeba 1. Pemeriksaan tinja Pemeriksaan tinja ini merupakan pemeriksaan laboratorium yang sangat penting. Biasanya tinja berbau busuk, bercampur darah dan lendir. Untuk pemeriksaan mikroskopik diperlukan tinja yang segar. Kadang diperlukan pemeriksaan berulang-ulang, minimal 3 kali seminggu dan sebaiknya dilakukan sebelum pasien mendapat pengobatan (Davis, 2007). Pada pemeriksaan tinja yang berbentuk (pasien tidak diare), perlu dicari bentuk kista karena bentuk trofozoit tidak akan dapat ditemukan. Dengan sediaan langsung tampak kista berbentuk bulat dan berkilau seperti mutiara. Di dalamnya terdapat badan-badan kromatoid yang berbentuk batang dengan ujung tumpul, sedangkan inti tidak tampak. Untuk dapat melihat intinya, dapat digunakan larutan lugol. Akan tetapi dengan larutan lugol ini badan-badan kromatoid tidak tampak. Bila jumlah kista sedikit, dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan metode konsentrasi dengan larutan seng sulfat dan eterformalin. Dengan larutan seng sulfat kista akan terapung di permukaan sedangkan dengan larutan eterformalin kista akan mengendap (Davis, 2007). Dalam tinja pasien juga dapat ditemukan trofozoit. Untuk itu diperlukan tinja yang masih segar dan sebaiknya

Transcript of Referat Digestive Disentri Basiler Dan Amoeba

Page 1: Referat Digestive Disentri Basiler Dan Amoeba

Pemeriksaan Penunjang

Disentri amoeba

1. Pemeriksaan tinja

Pemeriksaan tinja ini merupakan pemeriksaan laboratorium yang sangat

penting. Biasanya tinja berbau busuk, bercampur darah dan lendir. Untuk

pemeriksaan mikroskopik diperlukan tinja yang segar. Kadang diperlukan

pemeriksaan berulang-ulang, minimal 3 kali seminggu dan sebaiknya dilakukan

sebelum pasien mendapat pengobatan (Davis, 2007).

Pada pemeriksaan tinja yang berbentuk (pasien tidak diare), perlu dicari

bentuk kista karena bentuk trofozoit tidak akan dapat ditemukan. Dengan sediaan

langsung tampak kista berbentuk bulat dan berkilau seperti mutiara. Di dalamnya

terdapat badan-badan kromatoid yang berbentuk batang dengan ujung tumpul,

sedangkan inti tidak tampak. Untuk dapat melihat intinya, dapat digunakan larutan

lugol. Akan tetapi dengan larutan lugol ini badan-badan kromatoid tidak tampak. Bila

jumlah kista sedikit, dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan metode konsentrasi

dengan larutan seng sulfat dan eterformalin. Dengan larutan seng sulfat kista akan

terapung di permukaan sedangkan dengan larutan eterformalin kista akan mengendap

(Davis, 2007).

Dalam tinja pasien juga dapat ditemukan trofozoit. Untuk itu diperlukan tinja

yang masih segar dan sebaiknya diambil bahan dari bagian tinja yang mengandung

darah dan lendir. Pada sediaan langsung dapat dilihat trofozoit yang masih bergerak

aktif seperti keong dengan menggunakan pseudopodinya yang seperti kaca. Jika tinja

berdarah, akan tampak amoeba dengan eritrosit di dalamnya. Bentik inti akan nampak

jelas bila dibuat sediaan dengan larutan eosin (Davis, 2007).

2. Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi

Pemeriksaan ini berguna untuk membantu diagnosis penderita dengan gejala

disentri, terutama apabila pada pemeriksaan tinja tidak ditemukan amoeba. Akan

tetapi pemeriksaan ini tidak berguna untuk carrier. Pada pemeriksaan ini akan

didapatkan ulkus yang khas dengan tepi menonjol, tertutup eksudat kekuningan,

mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal (Davis, 2007).

Page 2: Referat Digestive Disentri Basiler Dan Amoeba

3. Foto rontgen kolon

Pemeriksaan rontgen kolon tidak banyak membantu karena seringkali ulkus

tidak tampak. Kadang pada kasus amoebiasis kronis, foto rontgen kolon dengan

barium enema tampak ulkus disertai spasme otot. Pada amoeba nampak filling defect

yang mirip karsinoma (Davis, 2007).

4. Pemeriksaan uji serologi

Uji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses hati amoebik

dan epidemiologis. Uji serologis positif bila amoeba menembus jaringan (invasif).

Oleh karena itu uji ini akan positif pada pasien abses hati dan disentri amoeba dan

negatif pada carrier. Hasil uji serologis positif belum tentu menderita amoebiasis

aktif, tetapi bila negatif pasti bukan amoebiasis (Davis, 2007).

Disentri basiler

1. Pemeriksaan tinja

Page 3: Referat Digestive Disentri Basiler Dan Amoeba

Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab serta biakan

hapusan (rectal swab). Untuk menemukan carrier diperlukan pemeriksaan biakan tinja

yang seksama dan teliti karena basil shigela mudah mati (Hoesdaha, 2006).

2. Enzim immunoassay

Pemeriksaan ini dapat mendeteksi toksin di tinja pada sebagian besar penderita

yang terinfeksi S.dysentriae tipe 1 atau toksin yang dihasilkan E.coli (Hoesdaha,

2006).

3. Aglutinasi

Pada pemeriksaan ini terjadi aglutinasi, hal ini terjadi karena aglutinin

terbentuk pada hari kedua, maksimum pada hari keenam. Pada S.dysentriae aglutinasi

dinyatakan positif pada pengenceran 1/5 dan pada S.flexneri aglutinasi antibody

sangat kompleks, dan oleh karena adanya banyak strain maka jarang dipakai

(Hoesdaha, 2006).

Diagnosis

Disentri basiler

Perlu dicurigai adanya Shigellosis pada pasien yang datang dengan keluhan nyeri

abdomen bawah, dan diare. Pemeriksaan mikroskopik tinja menunjukkan adanya eritrosit dan

leukosit PMN. Untuk memastikan diagnosis dilakukan kultur dari bahan tinja segar atau

hapus rektal. Pada fase akut infeksi Shigella, tes serologi tidak bermanfaat (Davis, 2007).

Pada disentri subakut gejala klinisnya serupa dengan colitis ulserosa. Perbedaan

utama adalah kultur Shigella yang positif dan perbaikan klinis yang bermakna setelah

pengobatan dengan antibiotic yang adekuat (Hoesadha,2006).

Disentri amoeba

Pemeriksaan tinja sangat penting di mana tinja penderita amoebiasis tidak banyak

mengandung leukosit tetapi banyak mengandung bakteri. Diagnosis pasti baru dapat

ditegakkan bila ditemukan amoeba (tropozoit). Akan tetapi ditemukannya amoeba bukan

Page 4: Referat Digestive Disentri Basiler Dan Amoeba

berarti meyingkirkan kemungkinan penyakit lain karena amoebiasis dapat terjadi bersamaan

dengan penyakit lain. Oleh karena itu, apabila penderita amoebiasis yang telah menjalani

pengobatan spesifik masih tetap mengeluh nyeri perut, perlu dilakukan pemeriksaan lain,

misalnya endoskopi, foto kolon dengan barium enema atau biakan tinja ( Lacasse, 2013;

Hoesdaha, 2006).

Abses hati amoeba sukar dibedakan dengan abses piogenik dan neoplasma.

Pemeriksaan ultrasonografi dapat membedakannya dengan neoplasma, sedang ditemukannya

echinococcus dapat membedakannya dengan abses piogenik. Salah satu caranya yaitu dengan

dilakukannya pungsi abses (Hoesdaha, 2006).

DAFTAR PUSTAKA

Hoesadha, Y. 2009. Disentri Basiler. In : Sudoyo, AW., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata,

MK., Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia.

Lacasse, Alexandre. 2013. Amebiasis. Cleveland : Medscape.

Davis, Kepler. 2007. Amebiasis. New York : Emedicine.