RBB 3
-
Upload
randi-eka-putra -
Category
Documents
-
view
217 -
download
2
description
Transcript of RBB 3
![Page 1: RBB 3](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022072008/55cf8ff8550346703ba1d6b5/html5/thumbnails/1.jpg)
Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik
Activity Based Costing (ABC) dan Analisis Standar Biaya
By : Randi Eka Putra (P2600214004)Magister Keuangan Daerah
I. Activity Based Costing (ABC)
Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua
tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional dan sistem akuntansi biaya
modern yang dikenal juga dengan Activity Based Costing.
Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan unit / kuantitas produk
yang dihasilkan sebagai dasar pembebanan. Metode pembebanan semacam
ini sering disebut juga Unit Based System. Pada sistem ini biaya-biaya yang
timbul dicatat, dikumpulkan, dan dikendalikan berdasar atas elemen-elemennya
ke dalam pusat-pusat pertanggungjawaban. Dengan cara semacam ini maka
biaya-biaya produksi juga ditentukan menurut banyaknya sumber daya yang
diserap oleh masing-masing pusat biaya. Ada dua metode yang digunakan
untuk menghitung harga pokok produk yaitu sebagai berikut :
1. Metode Harga Pokok Penuh (Full Costing)
Metode harga pokok penuh merupakan metode penentuan harga
pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke
dalam harga pokok produk yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap
maupun variabel. Metode harga pokok penuh ditujukan untuk memenuhi
kepentingan pihak eksternal perusahaan.
2. Metode Harga Pokok Variabel (Variable Costing)
Metode harga pokok variabel merupakan metode penentuan harga
pokok produksi yang hanya mempehitungkan biaya produksi yang bersifat
variabel ke dalam harga pokok produksi. Biaya tersebut meliputi biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
variabel. Metode harga pokok variabel ini lebih ditujukan untuk memenuhi
kepentingan pihak internal.
Lingkungan teknologi manufaktur maju memerlukan sistem informasi
akuntansi yang dirancang untuk mengelola aktivitas dan mempertahankan
Randi Eka Putra (P2600214004) Page 1
![Page 2: RBB 3](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022072008/55cf8ff8550346703ba1d6b5/html5/thumbnails/2.jpg)
Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik
keunggulan bersaing. Sistem tersebut dinamakan akuntansi aktivitas
(Activity Accounting) atau disebut pula Activity Based Costing
System (ABC System). Sistem ini juga dapat digunakan untuk menilai kinerja
dengan cara-cara yang baru. Dalam ABC System, aktivitas dianggap sebagai
penyebab timbulnya biaya produksi. Namun lebih dari itu, ABC System juga
menekankan pada aspek perencanaan, pengendalian, dan pengambilan
keputusan oleh manajer.
Pengertian/ definisi Activity Based Costing (ABC)
Menurut Mulyadi (2003), mendefinisikan sistem Activity Based Costing
(ABC) sebagai sistem informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap
tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan
pengelolaan terhadap aktivitas”.
Menurut Witjaksono (2006), mendefinisikan sistem Activity Based Costing
(ABC) sebagai suatu metode pengukuran biaya produk atau jasa yang didasarkan
atas penjumlahan biaya (cost accumulation) daripada kegiatan atau aktifitas yang
timbul berkaitan dengan produksi atau jasa tersebut”.
Definisi Activity Based Costing menurut Horngren dan Foster (2003:39)
adalah: “An approach to costing that focuses on activities as the fundamental cost
objects. It uses the costs these activities as the basis for assigning costs to other
cost objects such as products, services or customer”.
Garrison dan Noreen (2003:316) mendefinisikan Activity Based
Costing sebagai berikut: “Activity Based Costing is a costing method that is
designed to provide managers cost information for strategic and other decision
that potentially affect capacity and therefore ‘fixed’ costs”.
Hilton, Maher, dan Selto (2006:14) memberikan pengertian Activity Based
Costing sebagai berikut: “Activity Based Costing or ABC is a costing method that
first assigns costs to activies and then to goods services based on how much
each good or service use the activities”.
Jadi Activity Based Costing adalah:
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Activity
Based Costing adalah suatu pendekatan terhadap sistem akuntansi yang
Randi Eka Putra (P2600214004) Page 2
![Page 3: RBB 3](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022072008/55cf8ff8550346703ba1d6b5/html5/thumbnails/3.jpg)
Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik
memfokuskan pada aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi produk, dimana
aktivitas tersebut merupakan titik akumulasi biaya yang mendasar.
Atau dengan kata lain Activity Based Costing adalah metode pembebanan
aktivitas-aktivitas berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya, dan
membebankan biaya pada objek biaya, seperti produk atau pelanggan,
berdasarkan besarnya aktivitas, serta untuk mengukur biaya dan kinerja dari
aktivitas yang terkait dengan proses dan objek biaya.
Pengertian mendasar dari sistem Activity Based Costing (ABC) adalah
adanya analisa terhadap keseluruhan aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya hal-hal sebagai berikut :
1. Aktivitas yang ada dalam tiap-tiap dapartemen dan sebab timbulnya aktivitas
2. Dalam kondisi yang bagaimana setiap aktivitas tersebut dilaksanakan.
3. Bagaimana frekuensi masing-masing aktivitas dalam pelaksanaannya.
4. Sumber-sumber yang dikonsumsi untuk melakasanakan masing-masing
aktivitas.
5. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab timbulnya aktivitas tersebut atau
pembenahan atas sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Alokasi Biaya
Dalam Activity Based Costing (ABC) semua biaya dibebankan ke produk
yang menimbulkan aktivitas atau apabila ada alasan yang mendasar bahwa biaya
tersebut dipengaruhi oleh produk yang dibuat, baik biaya produksi, maupun biaya
non-produksi.
Dalam sistem ABC biasanya memiliki empat kategori aktivitas, yaitu:
1. Unit Level Activities
Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan yang dilakukan sekali untuk
setiap unit sehingga biaya produk yang berhubungan dengan aktivitas yang
dibebankan berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Misalnya : jam tenaga kerja
langsung. Semakin banyak jumlah unit yang diproduksi maka semakin banyak
juga tenaga kerja langsung dibutuhkan.
2. Bacth Level Activity
Yaitu berupa ativitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mendukung produksi
sejumlah order tertentu (batch). Aktivitas ini dilakukan sekali untuk setiap batch
Randi Eka Putra (P2600214004) Page 3
![Page 4: RBB 3](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022072008/55cf8ff8550346703ba1d6b5/html5/thumbnails/4.jpg)
Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik
sehingga biaya produksi yang berhubungan dengan aktivitas ini dibebankan
berdasrkan jumlah batch yang diproduksi misalnya : biaya set-up mesin. Semakin
banyak unit yang diproduksi tidak mempengaruhi biaya pada aktivitas set-up,
tetapi semakin sering set-up dilakukan maka semakin besar pula biaya set-up
mesin
3. Product Sustaining Activities
Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan
eksistensi suatu produk, pemeliharaan produk, pengembangan produk dan
inovasi produk. Beban biaya yang terjadi pada aktivitas ini dapat ditelusuri pada
setiap jenis produk yang dihasilkan, tetapi sumber daya yang dikonsumsi tidak
tergantung pada jumlah unit ataupun batch dari produk yang dihasilkan
perusahaan. Semakin banyak jenis produk yang dihasilkan maka semakin sering
aktivitas ini dilakukan sehingga semakin besar biaya yang dibutuhkannya.
4. Facility Sustaining Activities.
Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan
eksistensi perusahaan, seperti pemasaran, sumber daya manusia,
pengembangan sistem, pemeliharaan fasilitas dan lain-lain. Tetapi aktivitas ini
tidak berhubungan dengan jumlah produk, batch maupun jenis produk.
Sedangkan pada saat melakukan pembebanan biaya dari tiap kelompok
tersebut, biaya yang muncul tersebut diklasifikasikan sesuai dengan kelompok
aktivitasnya, sehingga dalam membebankan biaya sistem ABC dapat
digambarkan dengan dua tahapan, yaitu :
1. Aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi keinginan customer
mengkonsumsi sumber daya dalam sejumlah uang tertentu.
2. Biaya setiap sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap aktivitas harus
dibebankan objek biaya atas dasar unit aktivitas yang dikonsumsi oleh objek
biaya itu sendiri.
Activity Based Costing System timbul sebagai akibat dari kebutuhan
manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi
sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk. Kebutuhan
akan informasi biaya yang akurat tersebut disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut:
Randi Eka Putra (P2600214004) Page 4
![Page 5: RBB 3](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022072008/55cf8ff8550346703ba1d6b5/html5/thumbnails/5.jpg)
Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik
1. Persaingan global (Global Competition) yang dihadapi perusahaan
manufaktur memaksa manajemen untuk mencari berbagai alternatif
pembuatan produk yang cost effective.
2. Penggunaan teknologi maju dalam pembuatan produk menyebabkan proporsi
biaya overhead pabrik dalamproduct cost menjadi dominan.
3. Untuk dapat memenangkan persaingan dalam kompetisi global, perusahaan
manufaktur harus menerapkan market–driven strategy.
4. Market–driven strategy menuntut manajemen untuk inovatif.
5. Pemanfaatan teknologi komputer dalam pengolahan data akuntansi
memungkinkan dilakukannya pengolahan berbagai informasi biaya yang
sangat bermanfaat dengan cukup akurat.
Beberapa keunggulan dari sistem biaya Activity Based Costing (ABC)
dalam penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut :
a. Biaya produk yang lebih realistis, khususnya pada industri manufaktur
teknologi tinggi dimana biayaoverhead adalah merupakan proporsi yang
signifikan dari total biaya.
b. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang
modem, terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang.
Analisis sistem biaya ABC itu sendiri memberi perhatian pada semua
aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri.
c. Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya
(activities cause cost) bukanlah produk, dan produklah yang
mengkonsumsi aktivitas.
d. Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya
dan membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas
yang tidak menambah nilai terhadap produk.
e. Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang
modem dengan menggunakan banyak pemacu biaya (multiple cost
drivers), banyak dari pemacu biaya tersebut adalah berbasis transaksi
(transaction-based) dari pada berbasis volume produk.
Randi Eka Putra (P2600214004) Page 5
![Page 6: RBB 3](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022072008/55cf8ff8550346703ba1d6b5/html5/thumbnails/6.jpg)
Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik
f. Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari
biaya produk variabel jangka panjang (long run variabel product cost) yang
relevan terhadap pengambilan keputusan yang strategik.
g. Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses,
pelanggan, area tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk.
Konsep Dasar Sistem Activity Based Costing (ABC)
Ada dua asumsi yang penting yang mendasari metode ABC, yaitu :
1. Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya metode ABC bahwa sumber
daya pembantu atau sumber daya tidak langsung menyediakan
kemampuannya melaksanakan kegiatan bukan hanya penyebab timbulnya
biaya.
2. Produk atau pelanggan jasa produk menyebabkan timbulnya permintaan atas
dasar aktivitas untuk membuat produk atau jasa yang diperlukan berbagai
kegiatan yang menimbulkan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas
tersebut.
Asumsi tersebut diatas merupakan konsep dasar dari sistem activity Based
Costing. Selanjutnya, karena adanya aktivitas akan menimbulkan biaya, maka
untuk dapat menjalankan usahanya secara efisien, perusahaan harus dapat
mengelola aktivitasnya. Dalam hubungannya dengan biaya produk maka biaya
yang dikonsumsi untuk menghasilkan produk adalah biaya-biaya untuk aktivitas
merancang, merekayasa, memproduksi, menjual dan memberikan pelayanan
produk.
Langkah-langkah mendesain Activity Based Costing (ABC)
Menurut Hansen dan Mowen (2006), ada enam langkah dalam mendesain
Activity Based Costing System, yaitu :
1. Activity identification, definition, and classification
Identifikasi aktivitas adalah sebuah langkah pertama yang logis dalam
mendesain sistem ABC. Aktivitas berasal dari aksi yang diambil satu atau dari
pelaksanaan kerja dengan peralatan atau untuk orang lain. Definisi aktifitas
adalah sebuah aktivitas dari inventory. Atribut aktivitas adalah informasi
keuangan dan non keuangan yang menggambarkan aktivitas individual.
Randi Eka Putra (P2600214004) Page 6
![Page 7: RBB 3](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022072008/55cf8ff8550346703ba1d6b5/html5/thumbnails/7.jpg)
Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik
Klasifikasi aktivitas merupakan atribut yang digambarkan dan menjelaskan
aktivitas dan pada waktu yang sama menjadi basis pengklasifikasian aktivitas.
2. Assign cost to activities
Setelah mendeskripsikan dan menjelaskan aktivitas, tugas berikutnya
adalah menentukan berapa banyak cost pada setiap aktivitas. Cost dari
sebuah aktivitas adalah cost dari sumber daya yang dikonsumsi dari setiap
aktivitas. Cost dari sumber daya harus dilekatkan pada aktivitas dengan
pendekatan langsung atau dengan suatu pendorong. Penggerak aktivitas
adalah faktor-faktor yang mengukur pemakaian sumber daya oleh aktifitas.
3. Assigning secondary activity cost to primary activities
Pembebanan biaya pada aktivitas selesai pada tingkat pertama dari ABC.
Dalam tingkat pertama ini, aktivitas diklasifikasikan menjadi primer dan
sekunder. Jika ada aktivitas sekunder, maka tahap berikutnya muncul. Pada
tahap berikutnya, biaya aktivitas sekunder dibebankan pada aktivitas-aktivitas
yang memakai outputnya.
4. Cost object and bills of activities
Setelah biaya dari aktivitas primer ditentukan, maka biaya tersebut dapat
dibebankan pada produk dalam suatu aktivitas penggunaannya seperti
dengan yang diukur oleh penggerak aktivitas. Pembebanan ini diselesaikan
dengan perhitungan suatu tarif aktivitas yang ditentukan terlebih dahulu dan
mengalihkan tarif ini dengan menggunakan aktivitas yang sebenarnya.
5. Activity rates and product costing
Guna menghitung tarif aktivitas, kapasitas praktis dari tiap aktivitas harus
ditentukan. Guna membebankan biaya juga perlu diketahui jumlah dari tiap
aktivitas yang dipakai oleh tiap produk. Dalam memenuhi tujuan ini, akan
diasumsikan bahwa kapasitas praktis aktivitas adalah sebanding dengan total
penggunaan aktivitas oleh semua produk.
6. Classifiying activities
Pada pembentukan kumpulan aktivitas yang berhubungan, aktivitas
diklasifikasikan menjadi salah satu dari empat kategori umum aktivitas.
Randi Eka Putra (P2600214004) Page 7
![Page 8: RBB 3](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022072008/55cf8ff8550346703ba1d6b5/html5/thumbnails/8.jpg)
Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik
Perbedaan Tradisional (Job Order Costing) dan ABC
Manfaat ABC
Manfaat yang dihasilkan oleh perusahaan yang menerapkan ABC adalah :
a. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan.
b. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap
kegiatan untuk mengurangi biaya overhead.
c. Memberikan kemudahan dalam penentuan biaya relevan.
Tujuan dan Peranan ABC
Tujuan ABC digunakan untuk meningkatkan akurasi analisi biaya dengan
memperbaiki cara penulusuran biaya ke objek biaya. ABC digunakan juga untuk
berbagai objek biaya yang berbeda yaitu produk secara individual, kelompok
prodeuk yang saling berhubungan dan pelanggan secara individual.
Abc juga sangat membantu perusahaan untuk dapat mengurangi distorsi
yang disebabkan oleh sistem penentuan harga produk tradisional dan
mendapatkan biaya produk yang lebih akurat. ABC juga menyediakan pandangan
yang jelas tentang bagaimana perusahaan membedakan produk, jasa, dan
aktivitas yang memberi kontribusi dalam jangka panjang.
Randi Eka Putra (P2600214004) Page 8
![Page 9: RBB 3](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022072008/55cf8ff8550346703ba1d6b5/html5/thumbnails/9.jpg)
Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik
Menurut Kamaruddin Ahmad mengatakan bahwa peranan dari sistem ABC :
1. Pembebanan biaya tidak langsung dan biaya pendukung.
2. Pembebanan biaya dan alokasi biaya : biaya langsung dan tak
langsung.
Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa pembebanan biaya
merupakan suatu proses pembebanan biaya ke dalam cost poll atau dari cost poll
ke objek biaya. Biaya yang langsung dapat ditelusuri secara langsung ke biaya
atau objek biaya secara mudah dapat dihubungkan secara ekonomi. Biaya yang
tidak langsung tidak dapat ditelusuri secara mudah, dan bahkan sulit untuk
dihubungkan secara ekonomi dari biaya atau cost poll ke cost poll atau objek
biaya.
Keunggulan Activity Based Costing
1. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus
mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya
mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan
memfokus mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana
benar-benar mahalnya biaya manufacturing, yang pada akhirnya dapat
memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses memperbaiki mutu dan
mengurangi biaya.
2. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran
kompetitif yang lebih wajar.
4. Dengan analaisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan
analaisis yang lebih akurat mengenai volume yang dilakukan untuk mencari
breakevent atas produk yang bervolume rendah.
5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen
dapat mulai merekayasa kembali proses manufcturing untuk mencapai pola
keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.
Kelemahan Acitivity Based Costing
1. Alokasi, beberapa biaya yang dialokasikan secara sembarangan, karena
sulitnya menemukan aktivitas biaya tersebut. Contoh : pembersihan pabrik
dan pengelolaan proses produksi.
Randi Eka Putra (P2600214004) Page 9
![Page 10: RBB 3](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022072008/55cf8ff8550346703ba1d6b5/html5/thumbnails/10.jpg)
Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik
2. Mengabaikan biaya, biaya tertentu yang diabaikan dari analisis. Contoh :
iklan, riset, dan sebagainya.
3. Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi, disamping memerlukan biaya
yang mahal juga.
Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa ABC memiliki
kelemahan yaitu pengalokasian biaya yang secara sembarangan, pengabaiyan
biaya, dan memerlukan biaya yang mahal dan juga waktu yang cukup lama.
Pelaksanaan Strategi
Analisis SWOT
Langkah pertama dalam mengimplementasikan strategi adalah
mengidentifikasi faktor-faktor penentu kesuksesan (critical success factors-CSF)
yang harus menjadi fokus perusahaan untuk meraih kesuksesan. Analisis SWOT
(SWOT analysis) merupakan prosedur sistematis untuk mengidentifikasi CSF
yang dimiliki oleh perusahaan: kekuatan dan kelemahan internal, serta peluang
dan ancaman eksternal.
Kekuatan dan kelemahan paling mudah diidentifikasi dengan cara melihat
sumber daya spesifik yang ada dalam perusahaan:
• Lini produk
Produk dan jasa perusahaan bersifat inovatif, produk dan jasa yang
ditawarkan terlalu umum atau terlalu khusus, ada kecanggihan dan kekhususan
teknologi yang penting,
• Manajemen
Tingkat pengalaman dan kompetensi manajemen.
• Penelitian dan pengembangan.
Perusahaan berada di depan atau di belakang kompetitor, perkiraan masa
depan produk dan jasa penting yang baru.
• Operasi
Kompetitif, fleksibel, produktif, dan canggih proses produksi yang ada saat
ini, rencana yang ada untuk memperbaiki fasilitas dan proses.
• Pemasaran
Efektif pengekatan pemasaran secara keseluruhan, yang meliputi promosi,
penjualan, dan periklanan.
Randi Eka Putra (P2600214004) Page 10
![Page 11: RBB 3](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022072008/55cf8ff8550346703ba1d6b5/html5/thumbnails/11.jpg)
Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik
• Strategi
Didefenisikan, dikomunikasikan, serta efektif diimplementasikan strategi
perusahaan.
Peluang dan ancaman dapat diidentifikasi dengan cara melihat faktor-
faktor yang ada di luar perusahaan. Peluang merupakan situasi menguntungkan
yang penting dalam perusahaan. Peluang dan ancaman paling mudah
diidentifikasikan dengan cara melakukan analisis terhadap industry dan
kompetitor perusahaan:
• Hambatan untuk masuk
Faktor-faktor tertentu, seperti persyaratan modal, skala ekonomi,
diferensiasi produk, dan akses ke dalam saluran distribusi tertentu
melindungi perusahaan dari pendatang baru, faktor lain yang meliputi biaya
kepindahan pembeli atau peraturan pemerintah dan batasan lisensi
membatasi kompetisi.
• Intensitas kompetisi di antara kompetitor
Kompetisi yang ketat dapat disebabkan karena tingginya hambatan untuk
masuk, aset-aset yang terspesialisasi (oleh karena itu membatasi
fleksibilitas perusahaan dalam industri), inovasi produk yang cepat,
pertumbuhan total permintaan pasar yang lambat, atau adanya kelebihan
kapasitas yang signifikan di dalam industry, ketat kompetisi dalam industri
yang dihadapi oleh perusahaan
• Tekanan dari produk pengganti
Kehadiran produk pengganti meningkatkan tingkat intensitas kompetisi
perusahaan.
• Kekuatan posisi tawar pelanggan
Makin besar posisi tawar (bargaining power) pelanggan, makin besar pula
tingkat kompetisi yang dihadapi oleh perusahaan. Posisi tawar pelanggan
akan cenderung menjadi lebih tinggi jika biaya untuk berpindah produk
rendah dan jika produk tidak terdiferensiasi.
• Kekuatan posisi tawar pemasok
Makin besar posisi tawar pemasok, makin besar pula tingkat kompetisi
secara keseluruhan yang dihadapi oleh perusahaan. Posisi tawar pemasok
Randi Eka Putra (P2600214004) Page 11
![Page 12: RBB 3](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022072008/55cf8ff8550346703ba1d6b5/html5/thumbnails/12.jpg)
Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik
akan menjadi lebih tinggi jika beberapa perusahaan besar mendominasi
kelompok pemasok, dan jika pemasok ini mempunyai konsumen-
konsumen lain yang bagus untuk produk-produknya.
Langkah terakhir dalam analisis SWOT adalah mengidentifikasi ukuran-
ukuran kuantitatif dari faktor-faktor penentu kesuksesan (CSF). Faktor-
faktor penentu kesuksesan mewakili proses yang sangat penting dalam
perusahaan yang menyampaikan nilai bagi pelanggan.
Analisis Rantai Nilai
Analisis rantai nilai adalah alat analisis strategi yang digunakan untuk
lebih memahami keunggulan kompetitif perusahaan, mengidentifikasi di mana
nilai bagi pelanggan dapat di tingkatkan atau biaya dapat diturunkan, dan lebih
memahami hubungan perusahaan dengan pemasok, pelanggan, dan perusahaan
lainnya dalam industry yang sama.
Istilah rantai nilai (value chain) digunakan karena setiap aktivitas
dimaksudkan untuk menambah nilai pada produk atau jasa bagi pelanggan. Pihak
manajemen dapat memahami dengan lebih baik keunggulan kompetitif dan
strategi perusahaan dengan memisahkan operasinya berdasarkan aktivitas.
Analisis rantai nilai utk perusahaan manufaktur dan jasa :
1. Untuk perusahaan manufaktur, hal ini dimulai dari pengembangan produk dan
pengujian produk baru, kemudian pada pembelian bahan baku dan proses
produksi, dan akhirnya penjualan dan pelayanan.
2. Untuk perusahaan jasa, aktivitas-aktivitasnya dimulai dari konsep jasa dan
desainnya, tujuan dan permintaan, dan kemudian pada serangkaian aktivitas
yang menyediakan jasa untuk menciptakan pelanggan yang puas.
Rantai nilai dapat dioperasikan melalui tiga fase, secara berurutan :
• Fase hulu mencakup pengembangan produk dan hubungan perusahaan
dengan pemasok;
• Operasi mengacu pada operasi manufaktur atau untuk peritel atau
perusahaan jasa, operasi terlibat dalam penyediaan produk atau jasa;
• Hilir mengacu pada hubungan dengan pelanggan, mencakup pengiriman,
pelayanan,dan aktivitas terkait lainnya.
Randi Eka Putra (P2600214004) Page 12
![Page 13: RBB 3](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022072008/55cf8ff8550346703ba1d6b5/html5/thumbnails/13.jpg)
Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik
2 langkah di dalam analisis rantai nilai, yaitu :
• Langkah 1. Mengidentifikasi Aktivitas Rantai Nilai. Perusahaan
mengidentifikasi aktivitas nilai (value activities) tertentu yang harus dilakukan
perusahaan dalam industrinya, yakni dalam proses perancangan, produksi,
dan penyediaan pelayanan pelanggan.
• Langkah 2. Mengembangkan Keunggulan Kompetitif dengan Menurunkan
Biaya atau Menambah Nilai. Pada langkah ini, perusahaan menentukan sifat
dari keunggulan kompetitifnya saat ini dan yang potensial dengan
mempelajari aktivitas nilai dan penggerak biaya (cost driver) yang telah
diidentifikasi sebelumnya
Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan perusahaan dalam
menerapkan langkah2 analisis rantai nilai :
1. Identifikasi keunggulan kompetitif (kepemimpinan biaya atau diferensiasi).
Analisis aktivitas dapat membantu pihak manajemen agar lebih memahami
keunggulan kompetitif perusahaan dan menempatkan posisinya yang tepat
dalam keseluruhan rantai nilai industry.
2. Identifikasi kesempatan untuk menambah nilai. Analisis aktivitas nilai dapat
membantu mengidentifikasi aktivitas dimana perusahaan dapat menambah
nilai yang siginifikan bagi pelanggan.
3. Identifikasi peluang untuk mengurangi biaya. Pengkajian atas aktivitas nilai
dapat membantu perusahaan menentukan bagian dari rantai nilai dimana
perusahaan tidak kompetitif.
Balance scorecard / kartu skore berimbang
BSC ini merupakan impelementasi strategi dengan menyediakan alat
pengukuran kinerja kompherensif yang mencerminkan ukuran – ukuran yang
sangat penting kesuksesan strategi perusahaannya. Jadi, manajer dan karyawan
dalam perusahaan memiliki kesadaran terhadap faktor penentu kesuksesan atau
CSF melalui BSC dan intensif untuk mencapai CSF ini dalam memajukan
perusahaan je arah tujuan strategis.
Keuntungan bsc :
• Sarana untuk menulusuri kemajuan terhadap pencapaian tujuan strategi.
Randi Eka Putra (P2600214004) Page 13
![Page 14: RBB 3](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022072008/55cf8ff8550346703ba1d6b5/html5/thumbnails/14.jpg)
Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik
• Sarana untuk mengimplementasi strategi dengan mengalihkan manajer pada
faktor – faktor kesuksesan yang secara strategis relevan dan memberikan
mereka penghargaan atas pencapaian faktor – faktor ini.
• Kerangka kerja yang dapat digunakan perusahaan untuk mencapai
perubahan organisasi yang diharapkan dalam hal strategi, dengan
memberiksn penghargaan atas pencapaian faktor – faktor yang merupakan
dari bagian strategi baru. BSC membuat sifat dan arah perubahan yang
diharapkan menjadi jelas bagi seluruh pihak.
• Alasan yang adil dan objektif bagi perusahaan dalam menentukan
kompensasi dan promosi dari setiap manajer.
• Kerangka kerja yang mengoordinasikan seluruh perusahaan untuk mencapai
faktor – faktor kesuksesan
Untuk dapat mengimplementasikan secara efektif, BSC harus :
• Memiliki dukungan yang kuat dari manajemen puncak.
• Secara akurat mencerminkan strategi perusahaan.
• Strategi perusahaan dikomunikasikan secara jelas kepada seluruh manajer
dan karyawan, memahami dan menerima kartu skor.
• Dikaitkan dengan system imbal kompensasi, manajer dan karyawan memiliki
intensif yang jelas dikaitkan pada kartu skor.
• Mencakup proses untuk menjamin keakuratan dan keandalan informasi pada
kartu skor.
• Memastikan bahwa bagian yang relevan dari kartu skor dapat di akses.
II. Analisis Standar Biaya (ASB)
Definisi :
Analisis Standar Belanja (ASB) adalah standar yang digunakan untuk
menganalisis kewajaran beban kerja atau biaya setiap program atau kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh suatu satuan kerja dalam satu tahun anggaran
(Mahmudi, 2011). Penerapan ASB pada dasarnya akan memberikan manfaat
antara lain :
a. Dapat menentukan kewajaran belanja untuk melaksanakan suatu kegiatan
sesuai dengan tupoksinya.
Randi Eka Putra (P2600214004) Page 14
![Page 15: RBB 3](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022072008/55cf8ff8550346703ba1d6b5/html5/thumbnails/15.jpg)
Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik
b. Meminimalisir terjadinya pengeluaran yang kurang jelas yang
mengakibatkan inefisiensi anggaran.
c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan keuangan
daerah.
d. Penentuan anggaran berdasarkan pada tolok ukur kinerja yang jelas.
e. Unit kerja mendapat keleluasaan yang lebih besar untuk menentukan
anggarannya sendiri.
Dasar Hukum :
PP 58 Tahun 2005 Pasal 38 ayat 2:
“Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi kerja dilakukan berdasarkan
capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan
harga, dan standar pelayanan minimal”.
Permendagri 13 Tahun 2006 Pasal 89 Huruf e:
“Dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode rekening APBD,
format RKA-SKPD, analisis standar belanja, dan standar satuan harga”.
Manfaat :
Manfaat yang dapat diperoleh dari Pemerintah Daerah ketika
menggunakan Analisis Standar Belanja adalah sebagai berikut :
a. Penetapan plafon anggaran pada saat Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) menjadi obyektif tidak lagi berdasarkan “intuisi”
b. Dapat menentukan kewajaran biaya untuk melaksanakan suatu kegiatan.
c. Meminimalisir terjadinya pengeluaran yang kurang jelas yang
menyebabkan inefisiensi anggaran.
d. Penentuan anggaran berdasarkan pada tolok ukur kinerja yang jelas.
e. Penentuan besaran alokasi setiap kegiatan menjadi objektif.
f. Memiliki argumen yang kuat jika “dituduh” melakukan pemborosan.
g. Penyusunan anggaran menjadi lebih tepat waktu.
Tujuan :
1. Digunakan untuk menganalisis kewajaran beban kerja atau biaya setiap
program atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh satuan kerja di
Lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Randi Eka Putra (P2600214004) Page 15
![Page 16: RBB 3](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022072008/55cf8ff8550346703ba1d6b5/html5/thumbnails/16.jpg)
Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik
2. Sebagai alat ukur belanja kegiatan dan penyetaraan nama kegiatan yang
berlaku sama untuk seluruh instansi di Lingkungan Pemerintah Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Penerapan Standar Analisis Belanja (SAB) untuk meningkatkan efisiensi
dan efektifitas pelaksanaan kegiatan dalam rangka pengendalian
anggaran.
Posisi Asb Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah
ASB memiliki peran yang penting dalam pengelolaan keuangan daerah, yaitu :
a. Tahap Perencanaan
ASB dapat digunakan pada saat perencanaan keuangan daerah.
ASB dapat dipergunakan pada saat musrenbang, rencana jangka panjang
(renja), dan pada saat penentuan prioritas. Pada tahap-tahap tersebut ASB
digunakan untuk menentukan pagu indikatif dari kegiatan-kegiatan yang
diusulkan oleh masyarakat.
b. Tahap Penganggaran
ASB digunakan pada saat proses perencanaan anggaran. ASB
merupakan pendekatan yang digunakan oleh Tim Anggaran Pemerintah
Daerah untuk mengevaluasi usulan program, kegiatan, dan anggaran
setiap satuan kerja dengan cara menganalisis beban kerja dan biaya dari
usulan program atau kegiatan yang bersangkutan.
ASB digunakan pada saat mengkuantitatifkan program dan kegiatan
setiap SKPD menjadi RKA-SKPD. RKA-SKPD berisi rencana program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan beserta usulan anggaran yang akan
digunakan. Untuk mengetahui beban kerja dan beban biaya yang optimal
dari setiap usulan program atau kegiatan yang diusulkan, langkah yang
dilakukan adalah dengan menggunakan formula perhitungan ASB yang
terdapat pada masing-masing jenis ASB.
c. Tahap Pengawasan/Pemeriksaan
Pada tahap pengawasan/pemeriksaan, pengawas/pemeriksa dapat
menggunakan ASB untuk menentukan batasan mengenai pemborosan /
kerugian negara. Apabila penganggaran belanja melebihi ASB maka
disebut pemborosan.
Randi Eka Putra (P2600214004) Page 16