Pusat Data dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik ... · Pusat Data dan Informasi -...
Transcript of Pusat Data dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik ... · Pusat Data dan Informasi -...
ii
SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
i
ii
iii
v
BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI LAMPIRAN
PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 SISTEMATIKA PENYAJIAN
GAMBARAN UMUM JAWA TIMUR
2.1 KONDISI GEOGRAFIS 2.2 TOPOGRAFI 2.3 HIDROGRAFI 2.4 IKLIM 2.5 WILAYAH ADMINISTRASI 2.6 KEPENDUDUKAN
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
3.1 ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS) 3.2 ANGKA HARAPAN HIDUP (AHH) 3.3 ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS) 3.4 STATUS GIZI MASYARAKAT
SITUASI UPAYA KESEHATAN
4.1 PELAYANAN KESEHATAN DASAR 4.2 PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN KHUSUS 4.3 KETERSEDIAAN OBAT 4.4 KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DAN KERACUNAN
MAKANAN 4.5 PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 4.6 PERILAKU MASYARAKAT 4.7 PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI
DASAR SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
5.1 SARANA KESEHATAN 5.2 TENAGA KESEHATAN 5.3 ANGGARAN KESEHATAN
PENUTUP TABEL PROFIL
1 1 2
3 3 4 5 5 6 6
7 7
11 11 28
30 30 43 45 47
48 55
59
61 61 68 69
70
iii
Gambar 2.1 Peta Provinsi Jawa Timur 3
Gambar 2.2 Peta Topografi Provinsi Jawa Timur 4
Gambar 2.3 Beberapa Gunung Berapi di Provinsi Jawa Timur 5
Gambar 2.4 Piramida Penduduk Menurut Golongan Umur di Provinsi
Jawa Timur Tahun 2011
6
Gambar 3.1 Persentase Penyebab Kematian Ibu Maternal di Provinsi
Jawa Timur Tahun 2011
8
Gambar 3.2 Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2005 – 2011
10
Gambar 3.3 Angka Harapan Hidup (AHH) di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2005 – 2011
11
Gambar 3.4 Perkembangan Cakupan Case Detection Rate (CDR) di Provinsi
Jawa Timur Tahun 2009-2011
12
Gambar 3.5 Penemuan Kasus TB di Provinsi Jawa Timur Tahun 2004 – 2011 13
Gambar 3.6 Success Rate di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2011 13
Gambar 3.7 Peta Prevalensi Rate Kusta per 10.000 Penduduk
di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
14
Gambar 3.8 Penemuan Penderita Kusta Baru di Provinsi Jawa Timur Tahun
2001– 2011
14
Gambar 3.9 Jumlah Kasus AIDS di Provinsi Jawa Timur Tahun 1989 – 2011 16
Gambar 3.10 Jumlah Kasus AIDS Berdasarkan Resiko di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2011
17
Gambar 3.11 Trend Penderita Diare di Provinsi Jawa Timur Tahun 2007 – 2010 19
Gambar 3.12 Peta Insiden DBD di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 20
Gambar 3.13 Peta Sebaran Penyakit Malaria di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2009 - 2011
21
Gambar 3.14 Sebaran Penderita Filariasis Kronis di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2011
22
Gambar 3.15 Trend Kasus Campak di Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 – 2011 23
Gambar 3.16 Perkembangan Penyakit Difteri di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2000 – 2010
24
Gambar 3.17 Distribusi Difteri di Provinsi Jawa Timur Tahun 2007 – 2011 25
Gambar 3.18 Distribusi Penderita Difteri Berdasarkan Kelompok Umur di Provinsi
Jawa Timur Tahun 2005 – 2010
26
Gambar 3.19 Trend Kasus dan Kematian Tetanus Neonatorum (TN) di Provinsi
Jawa Timur Tahun 2008 – 2011
27
Gambar 3.20 Sebaran Kasus Tetanus Neonatorum (TN) di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2008 – 2011
27
Gambar 3.21 Trend Penemuan Kasus AFP per Bulan di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2011
28
Gambar 3.22 Masalah Gizi Dalam Siklus Manusia 29
Gambar 3.23 Penyebab Kematian Neonatal di Provinsi Jawa Timur Thaun 2011 29
iv
Gambar 4.1 Cakupan K1 di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 31
Gambar 4.2 Cakupan K4 di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 32
Gambar 4.3 Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani di di Provinsi
Jawa Timur Tahun 2011
32
Gambar 4.4 Pertolongan Persalinan Tenaga Kesehatan di Provinsi
Jawa Timur Tahun 2011
33
Gambar 4.5 Cakupan Persalinan Dukun di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 34
Gambar 4.6 Cakupan Ibu Nifas di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 35
Gambar 4.7 Cakupan KN Lengkap di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 36
Gambar 4.8 Cakupan Neonatal Komplikasi Ditangani di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2011
37
Gambar 4.9 Cakupan Kunjungan Bayi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 38
Gambar 4.10 Cakupan Anak Balita di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 38
Gambar 4.11 Hasil Program UKGS di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2011 41
Gambar 4.12 Hasil Pemeriksaan Gigi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2011 42
Gambar 4.13 Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap Puskesmas di Provinsi
Jawa Timur Tahun 2010 – 2011
42
Gambar 4.14 Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap Rumah Sakit
di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2011
44
Gambar 4.15 Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks BB/U di Provinsi
Jawa Timur Tahun 2011
48
Gambar 4.16 Data BGM/D di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 49
Gambar 4.17 Kasus Gizi Buruk di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2011 50
Gambar 4.18 Pencapaian Cakupan D/S di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 51
Gambar 4.19 Cakupan Fe-1 dan Fe-3 di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2011 53
Gambar 4.20 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Bayi, Anak Balita
dan Ibu Nifas di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2011
54
Gambar 4.21 Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di Puskesmas
dan Rumah Sakit di Provinsi Jawa Timur Tahum 2011
59
Gambar 4.22 Cakupan Sanitasi Rumah Sehat di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 60
Gambar 5.1 Jumlah Poskesdes di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 63
Gambar 5.2 Tingkat Perkembangan Posyandu di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 64
Gambar 5.3 Strata Posyandu di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 65
Gambar 5.4 Desa Siaga di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 65
Gambar 5.5 Strata Desa Siaga di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 66
v
Tabel 3.1 Pencapaian Indikator Program Pengendalian Penyakit Kusta
di Provinsi Jawa Timur Tahun 2007 – 2011
15
Tabel 3.2 Hasil Cakupan Diare di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2011 18
Tabel 3.3 Capaian Program Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue
di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2011
20
Tabel 3.4 Capaian Indikator Program Pengendalian Penyakit Malaria
di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2011
22
Tabel 4.1 Hasil Pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KB)
di Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 – 2011
39
Tabel 4.2 Nilai Indikator Pemakaian Tempat Tidur Rumah Sakit
di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2011
44
Tabel 4.3 Persentase Ketersediaan Obat di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 45
Tabel 4.4 Tingkat Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat di Provinsi
Jawa Timur Tahun 2011
46
Tabel 4.5 Distribusi Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Jenis Kejadian
di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2011
47
Tabel 5.1 Sarana Kesehatan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 61
Tabel 5.2 Jumlah Sarana Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
67
Tabel 5.3 Rekapitulasi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenis Tenaga dan
Rasio per 100.000 Penduduk di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
68
Tabel 5.4 Anggaran Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 69
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
1
1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan bidang kesehatan diarahkan
untuk mencapai komitmen internasional, yang dituangkan dalam Millennium
Development Goals (MDGs) dengan tujuan yang terkait langsung dengan bidang
kesehatan yaitu menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu,
memerangi HIV-AIDS, TB dan Malaria serta penyakit lainnya dan yang tidak
terkait langsung yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan serta mendorong
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Untuk mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut
dibutuhkan adanya ketersediaan data dan Informasi yang akurat bagi proses
pengambilan keputusan dan perencanaan program, karena dengan data yang
akurat maka keputusan dan perencanaan yang dibuat juga menghasilkan
dampak yang baik. Salah satu produk informasi yang dapat digunakan untuk
memantau dan mengevaluasi pencapaian program adalah Profil Kesehatan.
Profil Kesehatan disusun untuk memberikan gambaran kinerja sektor
kesehatan yang ada di suatu wilayah, baik pemerintah maupun swasta selama
satu tahun dan seringkali juga dibandingkan dengan pencapaian tahun-tahun
sebelumnya. Profil Kesehatan juga merupakan salah satu indikator dari Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2011-2014 yaitu tersedianya buku Profil
baik Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota dalam upaya mendukung
pelaksanaan manajemen kesehatan dan pengembangan upaya kesehatan
melalui pemantapan dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan.
Akhirnya dengan pembangunan yang lebih intensif, berkesiambungan dan
merata dengan didukung oleh informasi yang tepat, maka diharapkan
pembangunan kesehatan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dengan optimal.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
2
1.2 SISTEMATIKA PENYAJIAN
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 terdiri dari beberapa bagian
sebagai berikut :
Bab 1 : Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan
sistematika dari penyajiannya.
Bab 2 : Gambaran Umum
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Provinsi Jawa Timur meliputi
keadaan geografis, data kependudukan dan informasi umum lainnya.
Bab 3 : Situasi Derajat Kesehatan
Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka
kesakitan, angka harapan hidup dan status gizi masyarakat.
Bab 4 : Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan
rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan
kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan
kefarmasian dan alat kesehatan.
Bab 5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, anggaran
kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.
Bab 6 : Penutup
Lampiran
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
3
2.1 KONDISI GEOGRAFIS
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa yang
memiliki wilayah terluas di antara 6 provinsi di Pulau Jawa dan memiliki jumlah
penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Letak Provinsi
Jawa Timur pada 111.0 hingga 114.4 bujur timur dan 7.12 hingga 8.48 lintang
selatan dengan batas wilayah:
Sebelah utara : Laut Jawa
Sebelah timur : Pulau Bali
Sebelah selatan : Samudera Hindia
Sebelah barat : Provinsi Jawa Tengah
Gambar 2. 1 Peta Provinsi Jawa Timur
Luas wilayah Provinsi Jawa Timur sebesar 47,156 km yang secara
umum terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu wilayah daratan dengan
proporsi hampir 90% dan wilayah Kepulauan Madura hanya sekitar 10%.
Provinsi Jawa Timur mempunyai 229 pulau terdiri dari 162 pulau bernama dan
67 pulau tidak bernama, dengan panjang pantai sekitar 2.833,85 km. Pulau
Madura merupakan pulau terbesar di Jawa Timur dan saat ini sudah terhubung
dengan wilayah daratan melalui jembatan Suramadu. Di sebelah timur Madura
terdapat gugusan pulau-pulau, yang paling timur adalah Kepulauan Kangean
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
4
dan yang paling utara adalah Kepulauan Masalembu. Di bagian selatan
terdapat dua pulau kecil yakni Nusa Barung dan Pulau Sempu (pulau kecil di
Laut Jawa dan Samudera Hindia) serta Pulau Bawean sekitar 150 km sebelah
utara pulau Jawa.
2.2. TOPOGRAFI
Letak ketinggian wilayah di Jawa Timur dari permukaan laut terbagi
menjadi 3 (tiga ) bagian yaitu :
Daratan tinggi ( > 100 meter ) meliputi 5 kabupaten dan 3 kota yaitu :
Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten
Bondowoso, Kabupaten Magetan, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Batu.
Dataran sedang ( 45-100 meter ) meliputi 9 kabupaten dan 2 kota yaitu :
Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember,
Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Kediri,
Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngajuk, Kabupaten Ngawi, Kota Kediri dan
Kota Madiun.
Dataran rendah ( < 45 meter ) meliputi 15 Kabupaten dan 4 kota.
Gambar 2.2 Peta Topografi Provinsi Jawa Timur
Ada 4 daerah terluas di Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Malang,
Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Jember dan Kabupaten Bojonegoro.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
5
Gambar 2.3 Beberapa Gunung Berapi di Provinsi Jawa Timur
Terdapat beberapa gunung berapi yang masih aktif di Jawa Timur antara
lain gunung Bromo, Welirang, gunung Arjuno dan gunung Semeru (gunung
tertinggi di pulau Jawa).
2.3 HIDROGRAFI
Dua sungai terpenting di Jawa Timur adalah Sungai Brantas dan
Bengawan Solo. Sungai Brantas memiiki mata air di daerah Malang dan sampai
di Mojokerto pecah menjadi dua yaitu Kali Mas dan Kali Porong, keduanya
bermuara di Selat Madura. Sementara sungai Bengawan Solo berasal dari Jawa
Tengah dan bermuara di Gresik.
Di lereng Gunung Lawu di dekat perbatasan dengan Jawa Tengah
terdapat Telaga Sarangan, sebuah danau alami. Selain itu ada Bendungan
utama di Jawa Timur antara lain Bendungan Sutami dan Bendungan Selorejo,
yang digunakan untuk irigasi, pemeliharaan ikan, dan pariwisata.
2.4 IKLIM
Jawa Timur memiliki iklim tropis basah. Dibandingkan dengan wilayah
Pulau Jawa bagian barat, Jawa Timur pada umumnya memiliki curah hujan yang
lebih sedikit. Curah hujan rata-rata 1.900 mm per tahun, dengan musim hujan
selama 100 hari. Suhu rata-rata berkisar antara 21-34 °C. Suhu di daerah
pegunungan lebih rendah, dan bahkan di daerah Ranu Pani (lereng Gunung
Semeru), suhu mencapai minus 4 °C, yang menyebabkan turunnya salju lembut.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
6
2.5 WILAYAH ADMINISTRASI
Wilayah administrasi di Jawa Timur terbagi menjadi :
Kabupaten : 29 Kabupaten
Kota : 9 Kota
Kecamatan : 662 Kecamatan
Desa/Kelurahan : 8.504 Desa/Kelurahan
Kabupaten Malang dengan kecamatan terbanyak (33 kecamatan) dan
Kabupaten Lamongan dengan kelurahan/desa terbanyak (474 kelurahan/desa).
2.6 KEPENDUDUKAN
Data kependudukan merupakan salah satu data pokok yang sangat
diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan karena penduduk
selain merupakan obyek juga merupakan subyek pembangunan.
Berdasarkan hasil proyeksi BPS Provinsi, jumlah penduduk Jawa Timur
tahun 2011 sebesar 38.026.550 jiwa. Daerah dengan jumlah penduduk
terbanyak adalah Kota Surabaya (2.912.197 jiwa), Kabupaten Malang
(2.485.665 jiwa) dan Jember (2.395.319 jiwa), sedangkan jumlah penduduk
paling sedikit di Kota Mojokerto (120.271 jiwa ) dan Kota Blitar (130.429 jiwa).
Kepadatan penduduk Jawa Timur tahun 2011 sebesar 806 jiwa/km.
Kepadatan penduduk di kota umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan
kabupaten dan Surabaya dengan kepadatan penduduk tertinggi 8.203 jiwa/km.
Berdasarkan komposisi penduduk, kelompok umur produktif (usia 15 - 64
tahun) masih mendominasi presentase dengan jumlah terbanyak di kelompok
usia 25–29 tahun (8.8%), sedangkan kelompok bayi merupakan yang terkecil.
Gambar 2.4 Piramida Penduduk Menurut Golongan Umur Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0
< 1
1 - 4
5 - 9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 - 69
70 - 74
75+
Kelo
mpo
k Um
ur
Prosentase
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
7
Untuk menggambarkan situasi derajat kesehatan di Provinsi Jawa Timur,
digunakan empat indikator pembangunan kesehatan yaitu angka kematian, angka
kesakitan, angka harapan hidup dan status gizi.
3.1 ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)
Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir
(outcome) dari berbagai penyebab kematian langsung maupun tidak langsung.
Kejadian kematian di suatu wilayah dari waktu ke waktu dapat memberikan
gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat, disamping seringkali
digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan program pembangunan
dan pelayanan kesehatan.
Data kematian di komunitas pada umumnya diperoleh melalui data survei
karena sebagian besar kejadian kematian terjadi di rumah, sedangkan data
kematian yang ada di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan.
Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian
yang terjadi pada tahun 2011 akan diuraikan di bawah ini.
3.1.1 Angka Kematian Ibu (AKI)
Kematian ibu yang dimaksud adalah kematian seorang ibu yang
disebabkan kehamilan, melahirkan atau nifas, bukan karena kecelakaan.
Angka Kematian Ibu (AKI) dihitung per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI di Indonesia sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target RPJMN
tahun 2014 sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup dan target MDG’s
sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015.
Berdasarkan Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota se Jawa
Timur, AKI di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2006 sampai dengan tahun
2011 ada kecenderungan meningkat. Kalau pada tahun 2006 ada 72 per
100.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2011 pada posisi 104,3
per 100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan target MDG’s
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
8
sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, maka kondisi tersebut sudah
mendekati target.
Berdasarkan Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota se Jawa
Timur jumlah kematian ibu adalah 627 kasus. Masa kematian terbesar
pada masa nifas 48,17 %, sedangkan masa hamil dan masa persalinan
masing-masing 22,49% dan 29,35 %.
Penyebab langsung kematian ibu antara lain pendarahan, pre/
eklamsia, partus lama, komplikasi aborsi dan infeksi (Kementerian
Kesehatan RI, 2009). Sementara itu yang menjadi penyebab kematian
tidak langsung pada ibu adalah “Empat Terlalu” dan “Tiga Terlambat”.
Maksud dari ”Empat terlalu” adalah hamil terlalu muda usia (< 16 tahun),
hamil terlalu sering (jumlah anak lebih dari 3), hamil terlalu tua usia ( > 35
tahun) dan hamil terlalu dekat (jarak anak < 2 tahun). Sedangkan “Tiga
Terlambat” adalah terlambat mendeteksi adanya risiko tinggi ibu hamil,
terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan (RS)
dan terlambat transportasi.
Penyebab kematian langsung ibu maternal di Jawa Timur tahun
2011 terlihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 3.1 Persentase Penyebab Kematian Ibu Maternal di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
29.35
27.276.06
15.47
21.85
Perdarahan
Pre / Eklamsi
Infeksi
Jantung
Lain-lain
Sumber : Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota se Jawa Timur
Tahun 2011
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
9
Dari gambar diatas terlihat bahwa penyebab kematian terbesar
adalah perdarahan sebesar 29,35 %, sedangkan penyebab penyerta yang
perlu mendapat perhatian adalah jantung sebesar 15,47 %.
3.1.2 Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA)
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat bayi lahir
sampai satu hari sebelum ulang tahun pertama. Dari sisi penyebabnya,
kematian bayi dibedakan faktor endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen (kematian neonatal) adalah kejadian
kematian yang terjadi pada bulan pertama setelah bayi dilahirkan,
umumnya disebabkan oleh faktor bawaan. Sedangkan kematian eksogen
(kematian post neonatal) adalah kematian bayi yang terjadi antara usia
satu bulan sampai satu tahun, umumnya disebabkan oleh faktor yang
berkaitan dengan pengaruh lingkungan.
Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infan Mortality Rate adalah
banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per
1.000 kelahiran hidup (KH). AKB dapat menggambarkan kondisi sosial
ekonomi masyarakat setempat, karena bayi adalah kelompok usia yang
paling rentan terkena dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial
ekonomi. Indikator AKB terkait langsung dengan target kelangsungan
hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial-ekonomi, lingkungan tempat
tinggal dan kesehatannya. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) 1995, penyebab utama kematian bayi adalah infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA), komplikasi perinatal dan diare. Gabungan ketiga
penyebab ini memberi andil 75% kematian bayi.
Berdasarkan data BPS, AKB Jawa Timur tahun 2005-2011 turun
dari 36.65 (tahun 2005) menjadi 29.24 per 1.000 kelahiran hidup (tahun
2011). Angka tersebut masih jauh dari target MDG’s tahun 2015 sebesar
23 per 1.000 kelahiran hidup. Penurunan AKB mengindikasikan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagai salah satu wujud
keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
10
Gambar 3.2 Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Timur Tahun 2005 – 2011
36.65
35.32
32.93
31.58 31.41
29.929.24
28
30
32
34
36
38
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Per 1.000 KH
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Dari laporan rutin yaitu LB3-KIA tahun 2011 di Jawa Timur terjadi
6.099 kematian bayi dari 601.136 kelahiran hidup. Jumlah kematian bayi
terbanyak di Kota Surabaya sebesar 465 bayi dan kematian bayi terendah
di Kota Mojokerto dan Kota Madiun masing-masing sebesar 23 bayi. Untuk
melihat angka per Kabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel 7. Karena
kematian bayi yang tertangkap melalui laporan sangat kecil maka belum
dapat menggambarkan angka kematian bayi yang ada di Jawa Timur.
Meningkatnya kematian bayi disebabkan karena masih adanya persalinan
oleh dukun sebesar 2,4 % dan 45,04 % bidan belum terlatih APN (Asuhan
Persalinan Normal) serta 43,05 % tidak memiliki bidan KIT dari alokasi
pemerintah juga rasio tenaga kesehatan dan penduduk yang masih cukup
besar.
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang
meninggal sebelum usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1.000
kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan
anak dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan
anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan. Dari
laporan rutin pada tahun 2011 di Jawa Timur terjadi 6.499 kematian balita
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
11
dengan AKABA 10,81 per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian balita
terbanyak di Kota Surabaya sebesar 484 balita dan kematian balita
terendah Kota Madiun sebesar 25 balita. Untuk melihat angka per
Kabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel 7.
3.2 ANGKA HARAPAN HIDUP (AHH)
Angka harapan hidup waktu lahir adalah rata-rata tahun hidup yang masih
akan dijalani bayi yang baru lahir pada tahun tertentu. Angka harapan hidup dapat
dijadikan salah satu alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah pada
keberhasilan pembangunan kesehatan serta sosial ekonomi di suatu wilayah
termasuk di dalamnya derajat kesehatan masyarakat. Data umur harapan hidup
diperoleh melalui survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik.
Berdasarkan data BPS, angkan harapan hidup masyarakat Jawa Timur
tahun 2011 sebesar 69,81 tahun. Data yang tersedia menunjukan peningkatan
dari tahun ke tahun sebagaimana yang terlihat pada gambar dibawah ini .
Gambar 3.3 Angka Harapan Hidup (AHH) di Provinsi Jawa Timur Tahun 2005 – 2011
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
3.3 ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS)
Selain menghadapi transisi demografi, Indonesia juga menghadapi transisi
epidemiologi yang menyebabkan beban ganda. Di satu sisi kasus gizi kurang
serta penyakit-penyakit infeksi, baik re-emerging maupun new-emerging disease
masih tinggi, namun disisi lain penyakit degeneratif, gizi lebih dan gangguan
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
12
kesehatan akibat kecelakaan juga meningkat. Selain itu masalah perilaku yang
tidak sehat, rupanya menjadi faktor utama yang harus dirubah terlebih dahulu agar
beban ganda masalah kesehatan teratasi.
Angka kesakitan pada penduduk berasal dari community based data yang
diperoleh melalui pengamatan (surveilans) terutama yang diperoleh dari fasilitas
pelayanan kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin dan
insidentil.
Sementara untuk kondisi penyakit menular, berikut ini akan diuraikan
situasi beberapa penyakit menular yang perlu mendapat perhatian termasuk
penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan penyakit
potensial KLB/ wabah.
3.3.1 Penyakit Menular Langsung
a. Tuberkulosis
Provinsi Jawa Timur adalah salah satu provinsi dengan jumlah
kasus TB yang besar. Jawa Timur telah menjalankan strategi Directly
Observed Treatment Short Course (DOTS) sejak tahun 1995. Untuk
peningkatan pengetahuan petugas TB dan dokter Puskesmas telah
dilaksanakan Pelatihan TB DOTS untuk Puskesmas dan tahun 2004
semua Puskesmas di Jawa Timur sudah dilatih. Kemudian program ini
dikembangkan ke rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan lainnya.
Pengembangan tersebut diimbangi dengan perluasan layanan laboratorium
dengan dibentuknya laboratorium intermediate untuk rujukan cross check.
Case Detection Rate (CDR) pada tahun 2011 adalah 65%,
dengan jumlah kasus TB BTA positif sebanyak 21.477 penderita. Target
CDR yang ditetapkan adalah minimal 70%. Perkembangan CDR tahun
2009 - 2011 dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.4. Perkembangan Cakupan Case Detection Rate (CDR) di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2011
2009
< 30 %
2011
> 70 %30 - 70 %
2010
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
13
Dari sisi kesembuhan penderita yang diobati, angka yang didapatkan
adalah 85,33%. Angka tersebut merupakan data pasien yang diobati pada
tahun 2010 yang telah menyelesaikan keseluruhan pengobatannya. Target
kesembuhan yang ditetapkan adalah 85%.
Gambar 3.5 Penemuan kasus TB di Provinsi Jawa Timur Tahun 2004-2011
Sedangkan angka keberhasilan (Success Rate) penderita TB BTA
positif kasus baru di Jawa Timur pada tahun 2011 sudah sebesar 93,46 %,
sedangkan taget yang ditetapkan adalah lebih dari 90%.
Gambar 3.6 Success Rate di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2011
2009
< 85 %
2011
> 90 %85-90%
2010
b. Kusta
Penyakit usta atau sering disebut penyakit Lepra adalah penyakit
infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae yang
menyerang saraf tepi. Indonesia merupakan penyumbang penderita kusta
terbesar ketiga di dunia setelah India dan Brasil, sementara Provinsi Jawa
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
14
Timur sendiri menduduki peringkat pertama di Indonesia sebagai
penyumbang kasus kusta.
Penemuan penderita baru di Jawa Timur sebanyak 5.284 kasus
pada tahun 2011 yang merupakan 1/3 dari jumlah penderita Kusta di
Indonesia. Penderita penyakit kusta tersebar terutama di Pulau Madura dan
pantai utara Pulau Jawa. Penemuan penderita baru tahun 2011 meningkat
sekitar 10 % dibandingkan penemuan penderita baru tahun 2010, hal ini
disebabkan karena adanya kegiatan penemuan penderita baru secara aktif
yaitu Gerakan Penemuan Penderita (GPP) di Kabupaten Sumenep,
Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo dan
Bondowoso dengan dana dari APBD Provinsi.
Gambar 3.7 Peta Prevalensi Rate Kusta per 10.000 Penduduk di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Adapun penemuan kusta baru di Jawa Timur dari tahun ke tahun
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 3.8 Penemuan Penderita Kusta Baru di Provinsi Jawa Timur Tahun 2001 - 2011
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
3798
4614 4605
5628
6317
5360 55105083
6040
4653 4818
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
15
Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit kusta dilakukan
melalui penemuan penderita dan pengobatan dengan MDT (Multi Drug
Therapy), sedangkan untuk mencegah kecacatan penderita dilakukan
pemeriksaan POD (Prevention of disability) setiap bulan selama masa
pengobatan dan rehabilitasi medis.
Indikator Pelaksanaan Program Kusta di Provinsi Jawa Timur 5
tahun terakhir sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pencapaian Indikator Program Pengendalian Penyakit Kusta di Provinsi Jawa Timur Tahun 2007 – 2011
c. HIV/AIDS dan Infeksi Menular Sexual
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan menurunnya imunitas tubuh sebagai akibat
dari serangan Human Imunodeficiency Virus. Akibat dari penurunan daya
tahan tersebut adalah penderita mudah diserang berbagai macam penyakit
infeksi (Infeksi Oportunistik).
Penyakit HIV/AIDS merupakan new emerging diseases dan menjadi
pandemi di semua kawasan beberapa tahun terakhir ini. Penyakit ini terus
menunjukan peningkatan yang signifikan meskipun berbagai pencegahan dan
penanggulangan terus dilakukan. Makin tingginya mobilitas penduduk antar
wilayah, menyebarnya sentra pembangunan ekonomi di Indonesia,
meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, serta meningkatnya
penyalahgunaan NAPZA melalui jarum suntik merupakan faktor yang secara
simultan memperbesar risiko dalam penyebaran HIV/AIDS.
Sejak tahun 2006 Indonesia sudah dikategorikan sebagai negara dalam
tahap “epidemi terkonsentrasi” HIV/AIDS, yaitu suatu keadaan yang
mengindikasikan bahwa tingkat penularan HIV sudah cukup tinggi pada
subpopulasi berisiko, dan Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu diantara
No Indikator Program
Target Nasional
Pencapaian
2007 2008 2009 2010 2011
1 Prev. Rate / 10.000 pddk
< 1 1.65 1.83 1.81 1.48 1.8
2 Penemuan penderita baru
5.511 5.083 6.040 4.653 4.818
3 CDR / 10.000 penduduk
< 0,5 1.48 1.31 1.60 1.25 1.9
4 Proporsi anak 5% 12% 12% 12% 11% 10%
5 Proporsi cacat II 5% 10% 11% 11% 13% 13%
6 Proporsi MB - 85% 88% 84% 85% 85%
7 RFT Rate : a. PB b. MB
95% 90%
93% 92%
96% 92%
95% 91%
93% 90%
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
16
6 Provinsi lainnya yang masuk daerah endemi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat,
Riau, Papua
Berdasarkan waktu, maka nampak sekali pesatnya peningkatan jumlah
penderita HIV/AIDS dari waktu ke waktu. Kalau tahun 1989 hanya 1 orang
penderita yang dilaporkan maka mulai tahun 1999 meningkat tajam sekali dari
tahun ke tahun dan jumlahnya terus bertambah hingga Desember 2011,
seperti grafik di bawah ini.
Gambar 3.9 Jumlah Kasus AIDS di Provinsi Jawa Timur Tahun 1989 - 2011
Penambahan kasus AIDS dari tahun ke tahun sebagian besar berasal
dari faktor seksual. Sampai Desember 2011 secara kumulatif kasus AIDS yang
dilaporkan sebanyak 5.195 kasus dimana 1.245 (25%) diantaranya sudah
meninggal. Sedangkan Kasus HIV yang ditemukan melalui VCT sebanyak
11.585 kasus.
Dari 38 Kabupaten/Kota semua sudah melaporkan adanya kasus AIDS
dan berdasarkan tempat asal penderita di seluruh Kabupaten/Kota sudah ada
kasus AIDS. Berdasarkan tempat tinggal, sebagian besar ditemukan di
Surabaya, Sidarjo, Malang, Pasuruan, Kabupaten Malang.
Namun sangat disadari bahwa kasus AIDS tersebut masih jauh lebih
sedikit dibandingkan kasus yang sesungguhnya mengingat tidak seluruh
kasus AIDS yang ada/ baru sebagian kecil yang dilaporkan. (under reported,)
Ditinjau dari cara penularan pada kasus AIDS dari data laporan
Surveilans nampak bahwa, faktor risiko yang tertinggi adalah hetero seksual
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
17
2.920 kasus disusul penggunaan narkoba suntik (IDU) 1.242 kasus dan
homoseksual 225 kasus yang selama ini mendominasi sebagai faktor risiko.
Yang perlu mendapat perhatian adalah kasus AIDS sudah nampak penularan
dari ibu ke janinnya sebesar 128 kasus, seperti gambar di bawah.
Gambar 3.10. Jumlah Kasus AIDS Berdasarkan Resiko di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Dari segi jenis kelamin, maka pada kasus AIDS didominasi kelompok laki-
laki : 3.471 kasus (66,8 %) dan wanita : 1.724 kasus (33,2 %). Namun proporsi
perempuan cenderung mengalami peningkatan secara tajam dari tahun ke tahun
Dari segi kelompok umur, maka kasus AIDS didominasi oleh kelompok umur
seksual aktif, yang tertinggi adalah kelompok usia 25-29 tahun 1127 kasus disusul
kelompok usia 30-34 tahun dengan 853 kasus, serta kelompok usia remaja 35-39
tahun dengan 551 kasus. Disamping itu kasus HIV sudah ada yang manifestasi
menjadi AIDS di kalangan anak-anak dengan 110 kasus usia 0-9 tahun.
d. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan balita
terbesar di Indonesia. Berdasarkan hasil Susenas tahun 2001 diketahui bahwa 80-
90% dari kasus kematian ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) disebabkan oleh
Pneumonia. Kondisi tersebut umumnya terjadi pada balita terutama pada kasus gizi
kurang dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat (asap rokok, polusi).
Upaya pemerantasan penyakit pneumonia difokuskan pada upaya penemuan
dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita. Kecepatan
keluarga dalam membawa penderita ke pelayanan kesehatan serta ketrampilan
petugas dalam menegakkan diagnosa merupakan kunci keberhasilan penanganan
penyakit pneumonia.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
18
Pada tahun 2011, seluruh Kabupaten/Kota (100%) telah melaksanakan
program pengendalian ISPA. Dimana penemuan dan tatalaksana kasus Pneumonia
Balita di Jawa Timur tahun 2011 sebanyak 75.721 balita (25,24 % dari 300.029
perkiraan kasus Pneumonia Balita yang harus ditemukan). Kabupaten Gresik
menduduki peringkat pertama pencapaian cakupan Pneumonia Balita sebesar
100,22 %.. Hasil lengkap per Kabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel 13.
e. Diare
Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Penyakit ini sering menimbulkan KLB dan kematian serta merupakan salah satu
penyebab utama kematian bayi dan balita. Dari hasil SDKI 2002-2003 diketahui
proporsi diare anak balita yaitu laki-laki 10.8% dan perempuan 11.2%, sementara
berdasarkan umur prevalensi tertinggi di usia 6-11 bulan (19,4%) dan 12-23 bulan
(14,8%).
Pada tahun 2010, angka kesakitan diare (semua umur) secara Nasional
sebesar 411/1000 penduduk, sedangkan angka kesakitan Provinsi Jawa Timur 3
tahun terakhir cenderung menurun, tahun 2009 sebesar 16/1000 penduduk, tahun
2010 sebesar 28/10000 penduduk, tahun 2011 sebesar 26/1000 penduduk. Hasil
cakupan Diare dalam 3 (tiga) tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.2. Hasil Cakupan Diare di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2011
Indikator
Tahun
2009 2010 2011
target hasil target hasil target hasil
Target penemuan(%)
Cakupan pelayanan (%)
Realisasi (absolut)
Angka penggunaan oralit
(%)
Angka penggunaan infus
(%)
ortalitas Ba( %0 )
10
80
-
100
<1,6
1,1
0,67
5
56
791.221
86,5
4,5
1,8
8
0,01
10
90
-
100
<1
1
5
65
1.068.070
90.4
5,2
4,8
69
100
-
100
<1
<1
-
60
931.013
70,3
3,6
17
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
19
Sedangkan trend penderita diare mulai tahun 2007 – 2010 adalah seperti pada
gambar berikut ini :
Gambar 3.11 Trend Penderita Diare di Provinsi Jawa Timur Tahun 2007- 2010
Dari gambar diatas terlihat trend peningkatan kasus Diare terjadi pada bulan
Mei, September dan Nopember. Puncak kasus terjadi pada awal tahun yaitu bulan
Januari..
Sejak 2 tahun terakhir dilaporkan terjadi beberapa KLB diare di Jawa Timur
yaitu pada tahun 2010 KLB diare dilaporkan di 9 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten,
Trenggalek, Pasuruan, Magetan, Sampang, Tuban, Jember, Bondowoso , Malang) dan
Kota Madiun, sedangkan tahun 2011 terjadi di 8 Kabupaten yaitu Pacitan,
Tulungagung, Trenggalek, Magetan, Madiun, Blitar, Malang dan Pasuruan dengan
Case Fatality Rate (CFR) sebesar 1,6%.
3.3.2. Penyakit Menular Bersumber Binatang
a. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat. Sering muncul sebagai Kejadian Luar
Biasa (KLB) karena penyebarannya yang cepat dan berpotensi menimbulkan
kematian. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang penularannya melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang hidup digenangan air
bersih di sekitar rumah. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit pada saat
pagi dan sore hari, umumnya kasus mulai meningkat saat musim hujan.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
dan untuk melindungi penduduk dari malapetaka yang ditimbulkan penyakit DBD
sedini mungkin, maka Provinsi Jawa Timur telah menerbitkan Peraturan
Gubernur Jawa Timur tentang Pengendalian DBD, Nomor : 20 Tahun 2011,
tanggal 25 Pebruari 2011. Dan telah dilaksanakan Sosialisasi Peraturan
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
1 2
00
7 3 5 7 9 11
1 2
00
8 3 5 7 9 11
1 2
00
9 3 5 7 9 11
1 2
01
0 3 5 7 9 11
jum
lah
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
20
Gubernur tersebut tersebut ke lintas sektor terkait di 38 Kabupaten/Kota dan
sektor terkait di Provinsi Jawa Timur.
Hasil capaian program penendalian penyakit DemamBerdarah Dengue
mulaii tahum 2010 – 2011 sepeti terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel 3.3 Capaian Program Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 dan 2011
Uraian Target 2010 2011
Jumlah Penderita - 26.059 5.741
Jumlah Kematian - 234 63
Insiden per 100 rb pddk ≤ 55 69,94 14,21
CFR (%) ≤ 1 0,90 1,10
ABJ (%) ≥ 95 84 84
Wilayah KLB (Kab/Kota) 5 5 0
Untuk melihat peta insiden DBD provinsi Jawa Timur Tahun 2011 dapat
dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 3.12 Peta Insiden DBD di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Keterangan : Hijau : 0 - < 20 Kuning : > 20 – 55 Merah : > 5
b. Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan parasit ”Plasmodium” yang
menyerang sel darah merah, ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Sampai
saat ini penyakit malaria masih merupakan ancaman di Indonesia dengan angka
kesakitan dan kematian yang cukup tinggi serta sering menimbulkan KLB. Penyakit
Malaria menyebar cukup merata di Indonesia, terutama diluar wilayah Jawa-Bali.
Sebaran Penyaki Malaria di Jawa Timur dibeberapa daerah seperti
terlihat pada gambar dibawah ini :
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
21
Gambar 3.13. Peta Sebaran Penyakit Malaria di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2011
Di Tahun 2011 ada 15 Kabupaten di Jawa Timur yang melaporkan
adanya kasus malaria (Kabupaten terjangkit), 2 Kabupaten dengan API > 1 yaitu
Kabupaten Madiun dan Tuluagung, dan 13 Kabupaten terjangkit lainnya memiliki
API < 1. Sedangkan 13 Kabupaten/Kota lainnya dinyatakan bebas penularan
penyakit malaria.
Jumlah penderita positif malaria di Jawa Timur tahun 2011 sebanyak
1.208 kasus, menunjukan trend meningkat dari tahun 2010. Angka kesakitan
Malaria (API) juga menunjukan trend meningkat dari 0.18 % tahun 2010 menjadi
0.22 % di tahun 2011. Penderita Malaria di Jawa Timur tahun 2011 sebagian
besar (86%) adalah penderita import dari Kalimantan, Sumatera, Papua dan Nusa
Tenggara Barat
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
22
Tabel 3.4 Capaian Indikator Program Pengendalian Penyakit Malaria di Jawa Timur
No URAIAN TAHUN 2010 TAHUN 2011 TREND
1. Jumlah SD diperiksa 56,1 ribu 23,4 ribu Turun
ABER (Cakupan Pemeriksaan Sediaan Darah )
1,06 % 0.46% Turun
2. Jumlah penderita positif 946 1.208 Naik
a. % Malaria falsipharum 46,5 % 48,4 % Naik
b. % penderita setempat 10,7 % 11.8% Naik
c.% penderita Import Luar Jawa 85,4 % 86,7% Naik
d. Penderita meninggal (orang) 2 8 Meningkat
3 API (Jml. Penderita /1000 pddk) 0,18 %o 0.22 %o Naik
4 SPR (Slide Positivity Rate ) : % 1,68 % 4,8 % Naik
5 Desa HCI 3 2
c. Filariasis (Penyakit Kaki Gajah)
Penyakit Filariasis adalah penyakit menular kronis yang disebabkan cacing
filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening serta merusak sistem
limfe. Penyakit filariasis menimbulkan pembengkakan tangan, kaki, granula
mammae dan scrotum. Menyebabkan kecacatan seumur hidup serta stigma sosial
bagi penderita dan keluarganya.
Kasus Filariasis/Klinis Limfadema kronis yang ada di Jawa Timur sampai
dengan Desember 2011 sebanyak 318 kasus yang tersebar di 32 Kabupaten/Kota
pada 163 kecamatan di 218 kelurahan/desa. Hasil lengkap per Kabupaten/Kota
dapat di lihat pada tabel 25.
Gambar 3.14 Sebaran Penderita Filariasis kronis di Jawa Timur Tahun 2011
Tidak ditemukan kasus
1 s/d 9 kasus
10 s/d 20 kasus
Lebih dari 20 kasus
Capaian IndikatorPencapaian Tahun
2009 2010 2011
Mikrofilaria rate (< 1%) 0% 0% 0%
Jumlah penderita Filariasis kronis di Jawa Timur
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
23
3.3.3 Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
PD3I (Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)
merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas atau ditekan
dengan imunisasi. PD3I yang akan dibahas dalam bab ini mencakup
penyakit Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum dan Polio.
a. Campak
Campak adalah penyakit yang disebabkan virus morbili, disebarkan
melalui droplet bersin/batuk dari penderita. Gejala awal penyakit adalah
demam, bercak kemerahan, batuk-pilek, mata merah (conjunctivitis)
selanjutnya timbul ruam di seluruh tubuh.
Penyakit Campak sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) dan
berdasarkan data dari Depkes menyebutkan frekuensi KLB campak
menduduki urutan ke empat setelah DBD, diare dan chikungunya.
Kematian akibat campak pada umumnya disebabkan kasus komplikasi
seperti meningitis.
Gambar 3.15. Trend Kasus Campak di Provinsi Jaw Timur Tahun 2008 – 2011
Kasus campak mencapai tertinggi pada tahun 2005 dan 2006. Kasus
mulai menurun setelah pada tahun 2007 (bulan Pebruari) dilakukan
Kampanye Campak.
Empat tahun kemudian (tahun 2011) dilakukan kampanye campak
kembali, diharapkan kasus campak akan terus menurun dan cakupan
imunisasi >95%. Bila ini tercapai maka program penangulangan campak
akan memasuki tahap “eliminasi”.
3518 3370
4434
28712437
4807
5530
2612
992 1073
1988
2926
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
24
b. Difteri
Difteri adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diptheriae dengan gejala awal adalah demam 38 C,
pseudomembrane (selaput tipis) putih keabuan pada tenggorok (laring,
faring, tonsil) yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Dapat disertai
nyeri menelan, leher bengkak seperti leher sapi (bullneck) dan sesak nafas
disertai bunyi (stridor).
Difteri merupakan kasus “ Re Emerging Disease” di Jawa Timur
karena kasus Difteri sebenarnya sudah menurun pada tahun 1985, namun
kembali meningkat pada tahun 2005 saat terjadi KLB di Bangkalan. Dan
sejak itu, penyebaran Difteri semakin meluas dan mencapai puncaknya
pada tahun 2010 sebanyak 300 kasus dengan 21 kematian dan Provinsi
Jawa Timur merupakan penyumbang kasus Difteri terbesar di Indonesia
(74%) bahkan di dunia.
Gambar 3.16 Perkembangan Penyakit Difteri di Provinsi Jawa Timur tahun 2000 – 2010
Penyebaran kasus Difteri menurut Kabupaten/Kota selama empat
tahun terakhir dapat diamati pada gambar dibawah ini, dan bila
diperhatikan ada beberapa Kabupaten/Kota selalu punya kasus Difteri
setiap tahunnya.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
25
Gambar 3.17 Distribusi Difteri di Provinsi Jawa Timur tahun 2007 – 2011
Berdasarkan kelompok umur, penyakit difteri meningkat pada
kelompok usia 10-14 tahun dan usia > 15 tahun, sementara pada
kelompok usia < 1 tahun dan usia 5-9 tahun cenderung menurun seperti
gambar dibawah ini.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
26
Gambar 3.18. Distribusi Penderita Difteri Berdasarkan Kelompok Umur di Provinsi Jawa Timur Tahun 2005 – 2010
Upaya menekan kasus Diphteri, dilakukan melalui imunisasi dasar
pada bayi dengan vaksin DPT+HB. Vaksin tersebut diberikan 3 kali yakni
pada usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Selain itu karena terjadi lonjakan
kasus pada usia sekolah maka imunisasi tambahan TD juga diberikan
untuk anak SD/sederajat kelas 4-6 dan SMP di 10 Kabupaten dan 1 Kota
yaitu Gresik, Sidoarjo, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep,
Blitar, Banyuwangi, Pasuruan, Mojokerto dan Kota Surabaya. Adapun
cakupan imunisasi DPT3+HB3 di Jawa Timur tahun 2011 sebesar 99,72%.
c. Pertusis/Batuk Rejan
Pertusis adalah penyakit yang disebabkanbakteri Bardetella pertusis
dengan gejala batuk beruntun disertai tarikan nafas hup (whoop) yang
khas dan muntah. Lama batuk bisa 1-3 bulan sehingga disebut batuk 100
hari. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak berusia dibawah 1 tahun dan
penularannya melalui droplet atau batuk penderita .
Pada tahun 2011 ada 6 Kabupaten di Jawa Timur yang melaporkan
kasus pertusis dengan jumlah penderita 23 orang, kasus terbanyak ada di
Kabupaten Pacitan (12 kasus). Upaya pencegahan kasus Pertusis
dilakukan melalui imunisasi DPT+HB sebanyak 3 kali yaitu saat usia 2
bulan, 3 bulan dan 4 bulan atau usia yang lebih dari itu tetapi masih
dibawah 1 tahun (usia s/d 11 bulan).
d. Tetanus Neonatorum (TN)
Tetanus neonatorum (TN) adalah penyakit yang disebabkan
Clostridium tetani pada bayi (umur < 28 hari) yang dapat menyebabkan
kematian. Penanganan Tetanus neonatorum tidak mudah, sehingga yang
terpenting adalah upaya pencegahan melalui pertolongan persalinan yang
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
27
higienis dan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ibu hamil serta perawatan tali
pusat.
Gambar 3.19 Trend Kasus dan Kematian Tetanus Neonatorum (TN)
di Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 - 2011
Dari gambar diatas terlihat adanya kenaikan kasus TN dari tahun
2010 ke tahun 2011, namun kematian masih sangat tinggi. CFR paling
tinggi terlihat pada tahun 2009.
Penyebaran kasus TN di Jawa Timur tahun 2008 – 2011 seperti
terlihat pada ganbar dibawah ini
Gambar 3.20 Sebaran Kasus Tetanus Neonatorum (TN) di Provinsi Jawa Timur Tahun 2008-2011
Dari gambar diatas ada beberapa daerah yang selalu ada kasus
setiap tahunnya, diantaranya adalah Blok Madura dan Blok Besuki
(Banyuwangi, Jember, Bondowoso dan Situbondo). Kedua wilayah
tersebut termasuk dalam wilayah Tapal Kuda, merupakan suatu daerah
dimana banyak penolakan masalah imunisasi leh sekelompok
masyarakatnya sehingga hampir semua kasus PD3I selalu tinggi di
0
5
10
15
20
25
30
2008 2009 2010 2011
28 2825
28
14
18
10
16
Jml Kasus
Jml Mati
2008
2010
2008 2008 2009
2011
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
28
wilayah tersebut. Disamping daerah tersebut, daerah sekitar Malang,
Ngawi dan Tuban bahkan Surabaya sering terjadi kasus TN.
e. AFP (Acute Flacid Paralysis)
Poliomyelitis/polio merupakan penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan virus polio. Cara penularan Polio terbanyak melalui mulut
ketika seseorang mengkonsumsi mak-min yang terkontaminasi lendir,
dahak atau feses penderita polio. Virus masuk aliran darah ke sistem saraf
pusat menyebabkan otot melemah dan kelumpuhan, menyebabkan
tungkai menjadi lemas secara akut.
Penyakit polio harus dibuktikan masih ada atau sudah tidak ada
dengan dibuktikan penemuan kasus AFP (Acute Flaccid Paralysis).
Kegiatan surveilans AFP menjadi salah satu kunci dalam mencapai Eradiki
Polio (Erapo), sehingga diharapkan suatu saat dunia ini akan bebas dari
penyakit Polio. Jumlah kasus AFP tahun 2012 adalah 210 kasus dan trend
penemuan per bulan selama tahun 2011 dapat dilihat pada ganbar
dibawah ini.
Gambar 3.21 Trend Penemuan Kasus AFP per Bulan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Penemuan kasus pada awal tahun memang cukup tinggi, penurunan
yang terlihat mulai konsisten pada bulan Juli sampai dengan Desember.
Kemungkinan hal ini disebabkan oleh kesibukan petugas surveilans dalam
rangka musim haji dan adanya KLB Difteri yang melanda seluruh wilayah
Jawa Timur.
3.4 STATUS GIZI MASYARAKAT
Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan
sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas. Jika ditelusuri, masalah gizi
24 23 22 23
15
21
15 14 1315
9
13
0
5
10
15
20
25
30
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
29
terjadi disetiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi,
anak, dewasa, dan usia lanjut, seperti pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.22 Masalah Gizi Dalam Siklus Hidup Manusia
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, anemia gizi besi
pada ibu dan pekerja wanita dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
Adapun indikator-indikator yang sangat berperan menentukan status gizi
masyarakat antara lain sebagai berikut:
3.4.1 Bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR)
Dari laporan Kabupaten/Kota tahun 2011 diketahui jumlah bayi
BBLR di Jawa Timur mencapai 17.561 bayi dari 601.136 bayi lahir hidup
dan kematian terbesar pada Neonatal karena BBLR sebesar 38,3 %.
Besarnya kematian karena BBLR banyak disebabkan karena ANC yang
kurang berkualitas serta kompetensi petugas dalam manajemen BBLR
yang masih kurang.
Gambar 3.23. Penyebab Kematian Neonatal di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
BBLR, 38.3
ASFIKSIA, 26.75
TN, 0.39
INFEKSI, 4.99
TRAUMA LAHIR, 1.47
KELAINAN BAWAAN, 12.61
LAIN-LAIN, 15.49
Sumber Data : LB3 KIA
4
WUS KEKWUS KEK
BUMIL KEKBUMIL KEK
(KENAIKAN(KENAIKAN BBBB
RENDAH)RENDAH)
BBLRBBLR
BALITA KEPBALITA KEP
REMAJA &REMAJA &
USIA SEKOLAHUSIA SEKOLAH
GANGGUANGANGGUAN
PERTUMBUHANPERTUMBUHAN
USIA LANJUTUSIA LANJUT
KURANG GIZIKURANG GIZI
IMR, perkembangan
mental terhambat,
risiko penyakit kronis
pada usia dewasa
Proses
Pertumbuhan
lambat, ASI
ekslusif kurang,MP-ASI tidak benar
Kurang makan,
sering terkena
infeksi, pelayanan
kesehatan kurang,pola asuh tidak
memadai
Konsumsi
gizi tidak cukup,
pola asuh kurang
Tumbuh
kembang
terhambat
Produktivitas
fisik berkurang/rendah
Pelayanan
kesehatan tidak
memadai
MMRKonsumsi Kurang
Pelayanan
Kesehatan kurang
memadai
Konsumsi tidakseimbang
Gizi janin
tidak baik
MASALAH GIZI DALAM SIKLUS MASALAH GIZI DALAM SIKLUS
HIDUP MANUSIAHIDUP MANUSIA
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
30
Masyarakat sehat merupakan investasi yang sangat berharga bagi bangsa
Indonesia. Untuk mencapai keadaan tersebut di Jawa Timur telah dilakukan berbagai
upaya pelayanan kesehatan seperti yang tergambar dalam uraian dibawah ini :
4.1 PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Upaya Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan langkah awal yang penting
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan
kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah
kesehatan dapat teratasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang
dilaksanakan di sarana kesehatan sebagai berikut :
4.1.1 Pelayanan Kesehatan bagi Ibu dan Anak
Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil
bisa berpengaruh pada kesehatan janin dikandungan, saat kelahiran
hingga masa pertumbuhan bayi dan anaknya. Oleh karena itu diperlukan
pemeriksaan secara teratur pada masa kehamilan guna menghindari
gangguan atau segala sesuatu yang membahayakan kesehatan ibu dan
janin dikandungannya. Adapun pelayanan kesehatan yang diberikan :
a. Pelayanan Antenatal (ANC)
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan
kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) seperti mengukur timbang
berat badan, Ukur lingkar lengan atas (LiLA), Ukur tekanan darah,
Ukur tinggi fundus uteri, Hitung denyut jantung janin (DJJ), Tentukan
presentasi janin, Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT), Beri tablet
tambah darah (tablet besi), Periksa laboratorium (rutin dan khusus
seperti Pemeriksaan golongan darah, Pemeriksaan kadar hemoglobin
darah (Hb), Pemeriksaan protein dalam urin, Pemeriksaan kadar gula
darah, Pemeriksaan darah Malaria, Pemeriksaan tes Sifilis,
Pemeriksaan HIV, Pemeriksaan BTA) dan Tatalaksana/penanganan
Kasus atau 10 T kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai
pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
31
kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat
dari cakupan pelayanan K1 dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan kesehatan ibu
hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan
kunjungan pertama ke sarana kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 adalah gambaran
besaran ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai
standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi
sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan dua kali
pada trimester ketiga.
Cakupan K1 pada tahun 2011 adalah 96,70 %, sedangkan target
96 %. Adapun capaian masing-masing Kabupaten/Kota adalah sebagai
berikut :
85.090.095.0
100.0105.0
Ba
ny
uw…
Ng
aw
iS
ura
ba
y…
Jo
mb
an
gP
am
ek
a…
Pa
su
ru
a…
Tu
ba
nP
on
oro
go
Ng
an
juk
Situ
bo
nd
oP
ro
bo
lin…
Ba
ng
ka
l…
Ma
ge
ta
nK
ed
iri
PR
OP
IN
SI
Ma
diu
nM
ala
ng
…B
lita
r …
Ba
tu
(M
)Je
mb
er
Pa
cita
nL
am
on
g…
Mo
jok
erto
Tu
lu
ng
a…
Ma
diu
n …
Blita
rB
on
do
w…
Sa
mp
an
gS
id
oa
rjo
Mo
jok
er…
Bo
jon
eg…
Pa
su
ru
an
Pro
bo
lin…
Lu
ma
jan
gK
ed
iri (
M)
Tre
ng
ga…
Ma
la
ng
Su
me
ne
pG
re
sik
Gambar 4.1 Cakupan K1 Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Sumber : PWS KIA.
Target tahun 2011 Prov. 96 % terdapat
24 Kab./Kota yang mencapai target tsb.
%
Ada 14 Kabupaten/Kota yang di bawah target Provinsi.
Kabupaten/Kota dengan pencapaian terendah Kabupaten Banyuwangi
91,90 % dan tertinggi Kabupaten Gresik 100,81 %.
Cakupan K4 pada tahun 2011 adalah 88,31, sedangkan target
91 %. Adapun cakupan untuk masing-masing Kabupaten/Kota dapat
dilihat pada grafik berikut :
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
32
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
KO
TA
PA
SUR
UA
N
KA
B. T
RE
NG
GA
LE
K
KA
B. S
AM
PA
NG
KA
B. B
AN
YU
WA
NG
I
KA
B. J
EM
BE
R
KO
TA
MA
DIU
N
KA
B. S
ITU
BO
ND
O
KA
B. G
RE
SIK
KA
B. P
AM
EK
ASA
N
KA
B. B
LIT
AR
KA
B. N
GA
NJU
K
KA
B. S
UM
EN
EP
KA
B. P
AC
ITA
N
KA
B. M
AD
IUN
KA
B. B
AN
GK
AL
AN
KA
B. K
ED
IRI
KA
B. J
OM
BA
NG
KA
B. B
ON
DO
WO
SO
KO
TA
BA
TU
KA
B. L
AM
ON
GA
N
KA
B. M
OJO
KE
RT
O
KA
B. …
KO
TA
SU
RA
BA
YA
KA
B. P
ASU
RU
AN
KO
TA
BLI
TA
R
KA
B. M
AL
AN
G
KA
B. B
OJO
NE
GO
RO
KO
TA
…
KA
B. P
RO
BO
LIN
GG
O
PR
OP
INSI
KA
B. N
GA
WI
KA
B. M
AG
ET
AN
KA
B. L
UM
AJA
NG
KO
TA
MA
LAN
G
KA
B. S
IDO
AR
JO
KO
TA
MO
JOK
ER
TO
KA
B. P
ON
OR
OG
O
KA
B. T
UB
AN
KO
TA
KE
DIR
I
Gambar 4.2 Cakupan K4
Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Sumber : LB3 KIA
Target tahun 2011 Prop. 91 % terdapat
10 Kab./Kota yang mencapai target tsb.
%
Lebih dari 50 % tepatnya 28 Kabupaten/Kota yang belum
mencapai target. Hal ini bisa dikarenakan bumil yang kontak pada
petugas kesehatan banyak yang tidak pada Trisemester pertama (K1
Murni) sehingga masih perlu kunjungan rumah yang lebih intensif oleh
bidan serta kemitraan bidan dan dukun perlu untuk lebih ditingkatkan.
b. Ibu Hamil dengan Risti/Komplikasi Kebidanan yang Ditangani
Ibu hamil risti/komplikasi adalah ibu hamil dengan keadaan
penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan
kesakitan dan kematian bagi ibu maupun bayinya. Cakupan pada
tahun 2011 adalah sebesar 79,51 %.
0.020.040.060.080.0
100.0120.0
Ba
ng
ka
la
n
Su
me
ne
p
Blita
r (
M)
Pa
me
ka
sa
n
Je
mb
er
Ba
ny
uw
a…
Tu
lu
ng
an…
Pro
bo
lin
g…
Ba
tu
(M
)
La
mo
ng
an
Sa
mp
an
g
Gre
sik
Sid
oa
rjo
Ke
diri
Mo
jok
erto
Ma
diu
n
Situ
bo
nd
o
Blita
r
PR
OP
IN
SI
Ma
ge
ta
n
Pro
bo
lin
g…
Tre
ng
ga
le
k
Su
ra
ba
ya
…
Pa
su
ru
an
Ma
diu
n (
M)
Ma
la
ng
Po
no
ro
go
Pa
su
ru
an
…
Ma
la
ng
(M
)
Bo
nd
ow
os
o
Ng
aw
i
Tu
ba
n
Jo
mb
an
g
Mo
jok
ert…
Ke
diri (
M)
Pa
cita
n
Bo
jon
eg
oro
Lu
ma
jan
g
Ng
an
juk
Gambar 4.3 Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani
Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Sumber : LB3 KIA
Target tahun 2011 Prop. 80 % terdapat
20 Kab./Kota yang mencapai target tsb.
Masih ada 18 Kabupaten/Kota cakupan di bawah target, untuk
itu perlu penguatan Puskesmas PONED agar cakupan komplikasi
kebidanan dapat ditangani dapat mencapai target selanjutnya. Daerah-
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
33
daerah yang masih di bawah target biasanya kelengkapan Tim PONED
sdh tidak lengkap, sehingga perlu dilakukan pelatihan untuk
melengkapi Tim PONED yang sdh tidak lengkap, sedangkan simulasi
PONED perlu untuk segera dilakukan agar tetap dapat melakukan
penanganan komplikasi kebidanan.
c. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Linakes)
Linakes adalah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang profesional (dengan kompetensi kebidanan) dimulai dari lahirnya
bayi, pemotongan tali pusat sampai keluarnya placenta. Komplikasi
dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi
dimasa persalinan. Hal ini antara lain disebabkan karena pertolongan
persalinan yang tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan (profesional).
84.086.088.090.092.094.096.098.0
100.0102.0
Tre
ng
ga
lek
Pa
me
ka
sa
n
Bo
nd
ow
os
o
Sit
ub
on
do
PR
OP
INS
I
Po
no
ro
go
Su
ra
ba
ya
(M
)
Sa
mp
an
g
Ma
diu
n (
M)
Sid
oa
rjo
Su
me
ne
p
Ba
tu (
M)
Ng
an
juk
Jem
be
r
Ma
diu
n
Pa
su
ru
an
Bli
tar
(M
)
Ba
ng
ka
lan
Jom
ba
ng
Pro
bo
lin
gg
o (
M)
Ba
ny
uw
an
gi
Ma
lan
g (
M)
La
mo
ng
an
Ke
dir
i
Tu
lun
ga
ng
un
g
Mo
jok
erto
(M
)
Ng
aw
i
Tu
ba
n
Pro
bo
lin
gg
o
Ke
dir
i (M
)
Bli
tar
Gre
sik
Ma
ge
tan
Pa
cit
an
Ma
lan
g
Lu
ma
jan
g
Bo
jon
eg
oro
Mo
jok
erto
Pa
su
ru
an
(M
)
Gambar 4.4 Pertolongan Persalinan Nakes
Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Sumber : LB3 KIA
Target tahun 2011 Prop. 93 % terdapat
34 Kab./Kota yang mencapai target tsb.
%
Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Linakes) pada
tahun 2011 adalah sebesar 96,07 % dan hanya 4 Kabupaten yang
belum mencapai target yaitu Kabupaten Situbondo, Bondosowo,
Pamekasan dan Trenggalek. Mengapa empat Kabupaten tersebut
belum mencapai target hal ini disebabkan karena letak geografi yang
memang sulit serta jumlah dukun relatif sama dengan bidan atau
bahkan lebih banyak sehingga masih cukup banyak persalinan oleh
dukun.
Grafik di bawah ini sedikit banyak akan memperjelas gambaran
mengapa Linakes di 4 Kabupaten (Kab. Situbondo, Kab. Bondosowo,
Kab. Pamekasan dan Kab. Trenggalek) rendah karena termasuk pada
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
34
10 Kabupaten dengan persalinan dukun di atas 2,4 % (rata-rata
Provinsi). Ke sepuluh Kabupaten tersebut adalah Pamekasan, Kab.
Malang, Bangkalan, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Jember,
Bondowoso, Sumenep dan Sampang.
0.05.0
10.015.020.0
Sid
oa
rjo
Blita
r(…
Mo
jo
k…
Ma
diu…
Ng
aw
i
Mo
jo
k…
Ma
ge
ta
n
Ke
diri …
Ng
an
ju
k
Tu
ba
n
Ba
tu
(M
)
Jo
mb
an
g
Gre
sik
Su
ra
ba…
La
mo
n…
Tu
lu
ng…
Ke
diri
Ma
diu
n
Pa
su
ru…
Blita
r
Ma
la
n…
Bo
jo
ne…
Po
no
r…
Pro
bo
l…
Tre
ng
g…
Lu
ma
j…
Pa
cita
n
Ba
ny
u…
PR
OP
I…
Pa
me
k…
Ma
la
ng
Ba
ng
k…
Pa
su
ru…
Pro
bo
l…
Situ
bo…
Je
mb
er
Bo
nd
o…
Su
me
n…
Sa
mp
a…
Gambar 4.5 Cakupan Persalinan Dukun
Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Sumber : LB3-KIA
LINDUKUN PROV. 2,4 % msh ada 10
Kab. yang di atas tsb.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa hanya Kabupaten
Trenggalek yang Linakesnya dibawah target tahun 2011 namun
linadukunnya juga di bawah rata-rata Provinsi. Keadaan ini dapat
disebabkan karena disamping letak geografis juga karena jumlah
dukun yang relatif banyak namun telah bermitra dengan bidan.
d. Pelayanan Nifas
Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana
organ reproduksi mengalami pemulihan untuk kembali normal. Akan
tetapi, pada umumnya, organ-organ reproduksi akan kembali normal
dalam waktu tiga bulan pasca persalinan. Kunjungan nifas bertujuan
untuk deteksi dini komplikasi dengan melakukan kunjungan minimal
sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu: 1) kunjungan nifas pertama
pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; 2) kunjungan nifas kedua
dilakukan pada minggu ke-2 setelah persalinan; 3) kunjungan nifas
ketiga dilakukan pada minggu ke-6 setelah persalinan. Diupayakan
kunjungan nifas ini dilakukan bersamaan dengan kunjungan neonatus
di Posyandu (Kemkes RI, 2009).
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
35
Cakupan pelauanan Ibu Nifas pada tahun 2011 adalah sebesar
95,56 %. Adapun cakupan per Kabupaten/Kota dapat dilihat pada
gambar dibawh ini.
75.080.085.090.095.0
100.0105.0
Ma
diu
n (
M)
Tre
ng
ga
le
k
Pa
me
ka
sa
n
Ng
an
juk
Sid
oa
rjo
Ke
diri
Ba
tu
(M
)
Su
ra
ba
ya
…
Po
no
ro
go
Situ
bo
nd
o
Ma
la
ng
(M
)
Tu
lu
ng
an
g…
Ma
diu
n
PR
OP
IN
SI
Tu
ba
n
Blita
r (
M)
Ke
diri (
M)
Ma
la
ng
La
mo
ng
an
Ba
ng
ka
la
n
Ng
aw
i
Jo
mb
an
g
Pro
bo
lin
gg…
Lu
ma
jan
g
Ma
ge
ta
n
Gre
sik
Bo
jon
eg
oro
Mo
jok
erto
Pro
bo
lin
gg
o
Sa
mp
an
g
Ba
ny
uw
an
gi
Je
mb
er
Pa
su
ru
an
Blita
r
Bo
nd
ow
os
o
Su
me
ne
p
Pa
cita
n
Pa
su
ru
an
…
Mo
jok
erto
…
Gambar 4.6 Cakupan Ibu Nifas
Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Sumber : LB3 KIA
Target tahun 2011 Prop. 95 % terdapat
24 Kab./Kota yang mencapai target tsb.
Untuk pelayanan nifas ada 10 Kabupaten/Kota yang belum
mencapai target, sehingga Kabupaten/Kota yang masih dibawah target
diharapkan dapat memberikan pelayanan Nifas yang berkualitas.
e. Pelayanan Kesehatan Neonatus
Bayi usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur
yang rentan gangguan kesehatan. Upaya untuk mengurangi resiko
tersebut adalah melalui pelayanan kesehatan pada neonatus minimal
tiga kali yaitu dua kali pada usia 0 -7 hari dan satu kali pada usia 8 - 28
hari atau disebut KN lengkap. Pelayanan kesehatan yang diberikan
meliputi pelayanan kesehatan neonatus dasar (tindakan resustasi,
percegahan hipotermia, ASI dini-ekslusif, pencegahan infeksi berupa
perawatan mata, tali pusat dan kulit), pemberian Vitamin K, imunisasi,
manajemen terpadu balita muda (MTBM) dan penyuluhan perawatan
neonatus di rumah pada ibunya.
Cakupan KN lengkap pada tahun 2011 adalah sebesar 95,89.
Adapun trend cakupan KN lengkap di Jawa Timur dapat diamati
sebagai berikut :
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
36
75.0
80.0
85.0
90.0
95.0
100.0
105.0
Blita
r (M
)
Ma
la
ng
(M
)
Tre
ng
ga
le
k
Pa
me
ka
sa
n
Ng
an
juk
Ba
tu
(M
)
Sid
oa
rjo
Ma
diu
n (
M)
Ba
ny
uw
an
gi
Po
no
ro
go
Situ
bo
nd
o
Ke
diri
Ma
diu
n
Tu
lu
ng
an
gu
ng
PR
OP
IN
SI
Pro
bo
lin
gg
o (M
)
Mo
jok
erto
(M
)
Su
ra
ba
ya
(M
)
Jo
mb
an
g
Ba
ng
ka
la
n
Ng
aw
i
Tu
ba
n
Ma
la
ng
La
mo
ng
an
Ma
ge
ta
n
Bo
jon
eg
oro
Pro
bo
lin
gg
o
Sa
mp
an
g
Pa
su
ru
an
Blita
r
Pa
su
ru
an
(M
)
Lu
ma
jan
g
Bo
nd
ow
os
o
Je
mb
er
Pa
cita
n
Mo
jok
erto
Gre
sik
Ke
diri (
M)
Su
me
ne
p
Gambar 4.7.Cakupan KN Lengkap
Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Sumber : LB3 KIA
Target tahun 2011 Prov. 95 % terdapat
24 Kab./Kota yang mencapai target tsb.
Masih 10 Kabupaten/Kota yang belum mencapai target 95 %, capaian
terendah pada Kota Biltar sekitar 83,92 % sedangkan cakupan terbesar
pada Kota Kediri sebesar 104,29 %. Meskipun sudah 24 Kabupaten/Kota
telah mencapai target namun validasi data kualitas KN lengkap perlu
terus dipantau agar Bayi pada usia Neonatal betul betul mendapatkan
pelayanan Neonatal yang berkualitas.
f. Neonatal Komplikasi Ditangani
Neonatal risti/komplikasi adalah keadaan neonatus dengan
penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian
serta kecacatan seperti asfiksia, hipotermi, tetanus neonatorum,
infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan,
kelainan kongenital termasuk klasifikasi kuning pada MTBS. Dalam
pelayanan neonatus, sekitar 15% diantara neonatus yang dilayani bidan
di Puskesmas tergolong dalam kasus risti/komplikasi yang memerlukan
penanganan lebih lanjut.
Cakupan neonatal komplikasi ditangani pada tahun 2011
adalah sebesar 79,51 %.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
37
0.020.040.060.080.0
100.0120.0
Mo
jok
erto
Ma
la
ng
(M
)
Gre
sik
Tu
lu
ng
an…
Su
me
ne
p
Je
mb
er
Ba
ng
ka
la
n
Tre
ng
ga
le
k
Pa
me
ka
sa
n
Ba
ny
uw
a…
Ma
ge
ta
n
Ma
diu
n
Pro
bo
lin
g…
Mo
jok
ert…
Sa
mp
an
g
Blita
r
Ma
diu
n (
M)
Pro
bo
lin
g…
Ba
tu
(M
)
Situ
bo
nd
o
La
mo
ng
an
PR
OP
IN
SI
Blita
r (M
)
Ke
diri
Sid
oa
rjo
Ng
an
juk
Ma
la
ng
Tu
ba
n
Bo
nd
ow
os
o
Su
ra
ba
ya
…
Bo
jon
eg
oro
Ng
aw
i
Pa
su
ru
an
…
Pa
cita
n
Jo
mb
an
g
Ke
diri (
M)
Pa
su
ru
an
Lu
ma
jan
g
Po
no
ro
go
Gambar 4.8 Neonatal Komplikasi Ditangani
Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Sumber :
Target tahun 2011 Prop. 73 % terdapat
17 Kab./Kota yang mencapai target tsb.
Ada 17 Kabupaten/Kota yang cakupan Noenatal Komplikasi ditangani
telah mencapai target 73 %, namun perlu divalidasi lagi tentang fungsi
Puskesmas PONED bagi Kabupaten/Kota yang cakupannya kurang dari
73 %, hal ini perlu dilakukan mengingat banyak Tim PONED yang sudah
tidak lengkap karena mutasi atau Promosi ke Puskesmas yang bukan
PONED.
g. Kunjungan Bayi
Kunjungan bayi adalah kunjungan anak usia kurang dari satu
tahun (29 hari-11 bulan) yang mendapatkan pelayanan kesehatan oleh
dokter, bidan atau perawat di sarana kesehatan. Pelayanan kesehatan
yang diberikan meliputi imunisasi dasar lengkap, stimulasi deteksi
intervensi dini tumbuh kembang dan penyuluhan perawatan kesehatan
bayi.
Cakupan kunjungan bayi pada tahun 2011 adalah sebesar 93,13
%. Gambaran perkembangan pelayanan kesehatan bayi di Jawa Timur
dapat diamati pada grafik dibawah ini :
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
38
0.020.040.060.080.0
100.0120.0
Ma
lan
g (
M)
Su
me
ne
p
Bli
tar
(M)
Sit
ub
on
do
Pa
su
rua
n (
M)
Ma
diu
n (
M)
Ng
an
juk
Jem
be
r
Ba
tu (
M)
Ba
ny
uw
an
gi
Su
rab
ay
a (
M)
Ma
diu
n
Pa
me
ka
sa
n
Po
no
rog
o
Mo
jok
ert
o (
M)
Ba
ng
ka
lan
Ke
dir
i
Bli
tar
Pa
su
rua
n
Sa
mp
an
g
Gre
sik
Tre
ng
ga
lek
Pro
bo
lin
gg
o (
M)
Ma
lan
g
Tu
ba
n
La
mo
ng
an
PR
OP
INS
I
Ng
aw
i
Ma
ge
tan
Tu
lun
ga
ng
un
g
Lu
ma
jan
g
Pro
bo
lin
gg
o
Bo
jon
eg
oro
Jom
ba
ng
Bo
nd
ow
os
o
Pa
cit
an
Mo
jok
ert
o
Ke
dir
i (M
)
Sid
oa
rjo
Gambar 4.9 Cakupan Kunjungan Bayi
di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Sumber : LB3 KIA
Target tahun 2011 Prop. 96 % terdapat
12 Kab./Kota yang mencapai target tsb.
Baru 12 Kabupaten/Kota yang mencapai target, untuk
Kabupaten/Kota yang belum mencapai target perlu dilakukan
peningkatan pelayanan yang berkualitas pada Bayi Paripurna yang
sdh mendapat ASI Ekslusif, Vit A serta pelayanan lain sehingga bayi
mendapatkan pelayanan yang berkualitas.
h. Cakupan Pelayanan Anak Balita
Cakupan pelayanan anak balita tahun 2011 adalah 68,66 %.
Adapun cakupan Kabupaten/Kota dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
100.0
Mal
ang
(M)
Ban
yuw
angi
Blit
ar
Situ
bo
nd
o
Sum
en
ep
Blit
ar (
M)
Gre
sik
Sura
bay
a (M
)
Tre
ngg
ale
k
Pas
uru
an
Ke
dir
i
Sam
pan
g
Jem
be
r
Tulu
nga
ngu
ng
Sid
oar
jo
Nga
nju
k
Mad
iun
(M
)
Jom
ban
g
PR
OP
INSI
Pam
eka
san
Po
no
rogo
Pro
bo
lingg
o
Bo
nd
ow
oso
Mad
iun
Nga
wi
Ban
gkal
an
Pac
itan
Mag
eta
n
Pas
uru
an (
M)
Tub
an
Bo
jon
ego
ro
Mo
joke
rto
Bat
u (
M)
Lum
ajan
g
Ke
dir
i (M
)
Lam
on
gan
Mal
ang
Pro
bo
lingg
o (M
)
Mo
joke
rto
(M
)
Gambar 4.10 Cakupan Anak Balita
Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Sumber : LB3 KIA
Target tahun 2011 Prop. 87 % terdapat
3 Kab./Kota yang mencapai target tsb.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
39
Ada 20 Kabupaten/Kota yang mencapai target 87 %,
Kabupaten/Kota yang lainnya perlu untuk meningkatkan cakupan
pelayanan Anak Balita melalui pelayanan yang paripurna, yang salah
satu pelayanannya adalah sudah di SDDTK 2 kali, mendapat Vit A serta
pelayanan berkualitas lainnya pada Anak Balita.
4.1.2 Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Hasil pelaksanaan Keluarga Berencana tahun 2011 dibandingkan
dengan keadaan 4 (empat) tahun terakhir dapat dilihat seperti tabel
dibawah ini :
Tabel 4.1 Hasil Pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KB) di Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 – 2011
INDIKATOR TARGET/TOLERANSI 2008 2009 2010 2011
KB Baru Terjadi Peningkatan dari Tahun Ke Tahun (%)
83,7 10,63 7,82 11,86
KB Aktif 70% 67,36 62,05 67,93 74,91
Drop Out Terjadi Penurunan Dari Tahun Ke Tahun (%)
3,37 4,64 2,74 6,33
Kegagalan 0.19% 0,01 0,04 0,02 0,02
Komplikasi 3.5% 0,07 5,54 0,14 0,10
Efek Samping 12.5% 0,57 0,19 3,54 3,74
Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa :
a. Terjadi pencapaian peningkatan Cakupan KB aktif dari tahun 2010 ke 2011
menjadi 74,91. Hal ini dikaitkan dengan :
Peningkatan kompetensi petugas baik dalam pelayanan maupun konseling
Perbaikan dalam system pencatatan pelaporan melalui software KB yang
sudah tersosialisasi dan mudah dilakukan.
b. Untuk KB Baru dari tahun 2008 ke 2009, 2010 dan 2011 terjadi perubahan
denominator, dari PPM ke PUS (sesuai petunjuk Kemenkes RI) sehingga
berpengaruh pada pencapaian KB baru yang cukup signifikan
c. Drop out terjadi peningkatan dikarenakan adanya perbedaan persepsi
petugas dalam definisi operasional Drop Out sehingga dalam Moment khusus
banyak KB ganti cara di masukkan dalam Drop Out
d. Kegagalan dan komplikasi menurun hal ini disebabkan kompetensi petugas
yang meningkat baik dalam pelayanan kontrasepsi maupun konseling KB
e. Efek samping meningkat namun hal ini masih bersifat fisiologis sebagai
akibat pemakaian kontrasepsi namun masih dibawah angka toleransi(12,5%).
Penyebabnya umum adalah : factor alokon yang mesti diperiksa kualitasnya.
Suplai Alokon berasal dari BKKBN/Badan PP dan KB
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
40
4.1.3 Pelayanan Imunisasi
Pelayanan imunisasi merupakan bagian dari upaya pencegahan dan
pemutusan mata rantai penularan pada penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I). Indikator yang digunakan untuk menilai
keberhasilan program imunisasi adalah angka UCI (Universal Child
Immunization).
Pada awalnya UCI dijabarkan sebagai tercapainya cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% untuk tiga jenis antigen yaitu DPT3, Polio
dan campak. Namun sejak tahun 2003, indikator perhitungan UCI sudah
mencakup semua jenis antigen. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan
batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut juga
tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap penularan
PD3I. Adapun sasaran program imunisasi ádalah bayi (0-11 bulan), ibu
hamil, WUS dan murid SD. Cakupan UCI Desa di Jawa Timur tahun 2011
sebesar 54, 62 %
Upaya peningkatan kualitas imunisasi dilaksanakan melalui
kampanye, peningkatan skill petugas imunisasi, kualitas penyimpanan
vaksin dan sweeping sasaran.
4.1.4 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut seharusnya dilakukan sejak
dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang tepat untuk dilakukan upaya
kesehatan gigi dan mulut, karena pada usia tersebut merupakan awal
tumbuh kembangnya gigi permanen dan merupakan kelompok umur
dengan resiko kerusakan gigi yang tinggi.
Kesadaran anak sekolah SD/MI dengan pemantuan melalui program
UKGS terhadap kesehatan gigi semakin baik dari tahun 2010 ke 2011. Hal
ini ditunjukan dengan penurunan angka tumpatan gigi tetap tahun 2010
sebesar 148.279 anak menjadi 140.313 anak pada tahun 2011.
Sedangkan angka pencabutan gigi tetap juga mengalami penurunan angka
yaitu pada tahun 2010 sebesar 222.022 anak dan tahun 2011 sebesar
218.685 anak. Dengan demikian rasio Pencabutan gigi tetap terhadap
tumpatan gigi tetap mengalami penurunan sebesar 0,4 % dari tahun 2010
dan 2011. Hasil program UKGS terlihat seperti gambar dibawah in.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
41
Gambar 4.11. Hasil Program UKGS di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2011
Sedangkan pemeriksaan gigi terhadap anak SD/MI untuk
memerlukan tindakan perawatan gigi juga mengalami penurunan
dari tahun 2010 ke 2011. Pada tahun 2010 anak yang memerlukan
perawatan gigi sebanyak 546.465 anak, sedangkan pada tahun
2011 sebanyak 402.098 anak. Artinya jumlah anak yang
memerlukan perawatan mengalami penurunan sebesar 144.367
orang.
Dengan adanya anak yang memerlukan perawatan di
Puskesmas dari hasil kegiatan UKGS, perlu dilakukan rujukan untuk
mendapatkan perawatan di Puskesmas. Dari data yang diperoleh
mendapatkan penurunan dari anak yang perlu perawatan dan yang
mendapatkan perawatan tahun 2010 sebesar 329.413 dari 546.465,
untuk tahun 2011 yang mendapatkan perawatan sebesar 261.133
terhadap yang perlu perawatan sebesar 402.098. Hal ini
disebabkan masih rendahnya tingkat kesadaran orang tua terhadap
kesehatan gigi anak dan adanya ketakutan dari anak terhadap alat
kesehatan gigi.
0
100000
200000
300000
2010 2011
tumpatan
pencabutan
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
42
Gambar 4.12. Hasil Pemeriksaan Gigi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2011
4.1.5 Kunjungan Pelayanan Kesehatan Dasar
Sebagian besar sarana pelayanan di Puskesmas dipersiapkan untuk
memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi penderita melalui pelayanan rawat
jalan dan rawat inap bagi puskesmas dengan tempat tidur (Puskesmas
perawatan). Sementara rumah sakit yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas
merupakan sarana rujukan bagi Puskesmas terhadap kasus-kasus yang
membutuhkan penanganan lebih lanjut melalui perawatan rawat inap, disamping
tetap menyediakan pelayanan rawat jalan bagi masyarakat yang langsung datang
ke rumah sakit.
Pada tahun 2010 jumlah masyarakat yang telah memanfaatkan pelayanan
Puskesmas sebanyak 22.885.696 orang rawat jalan dan 928.601 orang rawat
inap. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah masyarakat yang telah memanfaatkan
pelayanan Puskesmas sebanyak 20.756022 orang rawat jalan dan 371.819
orang rawat inap. Angka perbandingan pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat
dalam mencari pertolongan kesehatan pada tahun 2010 sampai dengan 2011
terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.13 Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Puskesmas di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 dan 2011
0
200000
400000
600000
2010 2011
perlu perawatan
mendapat perawatan
-
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
2010 2011
22,885,696 20,020,193
928,601 348,275
Ratat Jalan
Rawat Inap
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
43
Berdasarkan angka dan gambar diatas, menyebutkan bahwa terjadinya
penurunan dari tahun 2010 ke 2011 adalah kunjungan rawat jalan sebesar
2.129.674 orang dan kunjungan rawat inap sebesar 556.782 orang. Hal ini
menunjukan bahwa telah terjadinya kesadaran kesehatan dari masyarakat ,serta
terlaksananya program icon Gubernur, dengan terbentuknya Ponkesdes dan
Puskesmas Pembantu dengan pelayanan gawat darurat dan observasi. Dengan
adanya Ponkesdes fungsi Puskesmas Promotif dan preventif menjadi meningkat. .
4.2 PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN KHUSUS
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan menjadi isu utama dalam
pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global. Hal ini
didorong karena semakin besarnya tuntutan terhadap organisasi pelayanan
kesehatan untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan secara prima terhadap
konsumen. Dalam pengembangan masyarakat yang semakin kritis maka mutu
pelayanan akan menjadi sorotan.
Rumah Sakit sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan telah
mengalami banyak kemajuan, dimana salah satunya dapat dilihat dari jumlah
Rumah Sakit yang semakin bertambah. Jumlah Rumah Sakit di Jawa Timur
cenderung meningkat, pada tahun 2011 mencapai angka 324 buah yang terdiri dari
230 Rumah Sakit Swasta, 55 Rumah Sakit Pemerintah, 28 Rumah Sakit TNI/ Polri,
10 Buah Rumah Sakit BUMN, 1 Rumah Sakit yang dimiliki oleh Kementerian
Kesehatan RI.
Mutu pelayanan rumah sakit diantaranya dapat dilihat dari aspek-aspek
penyelenggaraan pelayanan gawat darurat, aspek efisiensi dan efektifitas
pelayanan, keselamatan pasien. Beberapa indikator untuk mengetahui mutu
efisiensi rumah sakit antara lain : pemanfaatan tempat tidur, pemanfaatan tenaga,
pemanfaatan penunjang medik, dan keuangan. Indikator pemanfaatan tempat tidur
sendiri yang mudah kita lihat dan kita ketahui adalah melalui angka BOR/ Bed
Occupancy Rate, BTO/ Bed Turn Over, ALOS/ Average Length Of Stay, TOI/ Turn
Over Interval.
Selama periode tahun 2010 - 2011, Rumah Sakit di Jawa Timur mengalami
peningkatan dalam hal rata-rata pemanfaatan tempat tidur. Pada tahun 2010 rata-
rata nilai BOR Jawa Timur adalah sebesar 55,6%, tahun 2011 rata-rata BOR Jawa
Timur sebesar 56,2%. Selain itu, untuk rata-rata lama hari perawatan (LOS) Jawa
Timur juga mengalami hal yang sama, pada tahun 2011 adalah 4,4 hari jika
dibandingkan dengan tahun 2010 adalah 4 hari. Berikut adalah nilai indicator
pemakian tempat tidur dari Rumah Sakit di Provinsi Jawa Timur :
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
44
Tabel 4.2. Nilai Indikator Pemakaian Tempat Tidur Rumah Sakit di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2011
Indikator 2009 2010 2011 Standar Kemkes
BOR 85,33 % 73,83 % 57 % 60-85 %
BTO 75 kali 76 kali 65 kali 40-50 kali
TOI 2 hari 2 hari 2 hari 1-3 hari
ALOS 4 hari 3 hari 3 hari 6-9 hari
NDR 164 orang 150 orang 146 orang 25/1000 penderita keluar
GDR 135 orang 206 orang 141 orang 45/1000 penderita keluar
Angka pemanfaatan tempat tidur seperti di atas adalah salah satu indikator
yang mudah untuk memantau bagaimana mutu sebuah pelayanan rumah sakit.
Secara umum mutu pelayanan rumah sakit di Jawa Timur mengalami peningkatan
pada tahun 2011 jika dibandingkan tahun 2010.
Jumlah kunjungan pasien rawat jalan di Rumah Sakit pada tahun 2011
adalah 6.403.899 yang mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2010 yaitu
6.103.243. Demikian juga kunjungan rawat inap di tahun 2011 sebanyak 1.598.648
meningkat dari tahun 2010 yaitu 1.421.364. Peingkatan kunjungan rawat jalan dan
rawat inap dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.14 Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap Rumah Sakit di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 - 2011
Dari gambar tersebut diatas terlihat adanya peningkatan kunjungan
rawat jalan adalah sebesar 300.656 orang dan kunjungan rawat inap sebesar
177.284 orang.
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
2010 2011
6,103,243 6,403,899
421,364 598,648
Ratat Jalan
Rawat Inap
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
45
4.3 KETERSEDIAAN OBAT
Ketersediaan obat yang diukur tidak semua item obat yang ada di
pelayanan kesehatan yakni 34 item obat yang diperkirakan bisa mewakili yang
merupakan obat emergency, pass moving, penunjang utama dan life saving serta
yang wajib tersedia untuk beberapa penyakit menular.
Dari lampiran tabel 69 dikelompokkan persentase ketersediaan obat sebagai
berikut :
Tabel 4.3 Persentase Ketersediaan Obat di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
% Ketersediaan Jumlah Kab/Kota % Kab/Kota
0% keatas 5 13,16
30% keatas 11 28,95
50% keatas 8 21,05
70% keatas 2 5,26
80% keatas 4 10,53
90% keatas 5 13,16
100% 3 7,89
Total 38 100
Persentase ketersediaan obat secara regional Jawa Timur rata-rata 59,17%
dengan penyebaran sebagai berikut :
- 11 Kabupaten/Kota mempunyai % ketersediaan obat antara 30% sampai 49.9%.
- 8 Kabupaten/Kota mempunyai % ketersediaan obat antara 50% sampai 69.9%
- 2 Kabupaten/Kota mempunyai % ketersediaan obat antara 70% sampai 79.9%
- 4 Kabupaten/Kota mempunyai % ketersediaan obat antara 80% sampai 89.9%
- 5 Kabupaten/Kota mempunyai % ketersediaan obat antara 90% sampai 99.9%
- 3 Kabupaten/Kota mempunyai % ketersediaan obat sebesar 100%
Dari hasil diatas terlihat bahwa yang % ketersediaannya 100% hanya 3
kabupaten dan sebagian besar lainnya di bawah 100%. Hal ini disebabkan karena
batasan perhitungan ketersediaan obat menggunakan batasan tingkat
ketersediaan 18 bulan (artinya apabila tingkat ketersediaan obat sebesar 18 bulan
dikatakan prosen ketersediaannya 100%). Padahal tingkat ketersediaan obat 18
bulan itu terdiri dari ketersediaan obat dalam 1 tahun (12 bulan) ditambah
penyangga (6 bulan). Besarnya penyangga tersebut bervariasi di masing-masing
daerah antara 10 – 50 % (1,2 bulan – 6 bulan) disesuaikan dengan kondisi
masing-masing wilayah, yakni kondisi fluktuasi penyakit, geografis dan pola
kebiasaan sehari-hari penduduk.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
46
Tabel 4.4 Tingkat Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
No Nama Obat Satuan % Tingkat Kecukupan
1 Amoksisilin sirup kering 125 mg/ml
Btl 60 ml 44,74
2 Amoksisilin kapsul 500 mg Ktk @ 120 kap 47,37
3 Antasida DOEN tablet Btl @ 1000 tab 55,26
4 Antalgin tablet 500 mg Btl @ 1000 tab 47,37
5 Deksametason inj 5 mg/ml – 2ml Ktk @ 100 ampul 65,79
6 Dekstrometorfan Sirup 10 mg/5ml Btl 60 ml 57,89
7 Dekstrometorfan Tab 15 mg Btl @ 1000 tab 60,53
8 Difenhidramin HCl inj 10 mg/ml-1ml
Ktk @ 100 ampul 52,63
9 Gliserin Guaiakolat tab 100 mg Btl @ 1000 tab 52,63
10 Glukosa Larutan Infus 5 % steril Btl 500 ml 65,79
11 Ibuprofen tablet 200 mg Btl @ 100 tab 44,74
12 Kloramfenikol kapsul 250 mg Btl @ 250 Kapsul 60,53
13 Kotrimoksazol tablet 480 mg Btl @ 100 tab 55,26
14 Kotrimoksazol tablet 120 mg Btl @ 100 tab 73,68
15 Kotrimoksazol Sirup Btl 60 ml 50,00
16 Klorfeniramini Maleat tab 4 mg Tablet 50,00
17 Kloroquin tablet Tablet 89,47
18 Natrium Klorida Infus 0,9 % steril Btl 500 ml 55,26
19 Parasetamol Tablet 500 mg Btl @ 1000 tab 44,74
20 Ringer Laktat Infus steril Btl 500 ml 55,26
21 Vitamin B Kompleks Kapsul Btl @ 1000 Kapsul 47,37
22 Retinol 200.000 IU Btl @ 30 Kapsul 57,89
Vitamin A 200.000 IU Btl @ 50 Kapsul 47,37
23 Tablet Tambah darah Ktk @ 30 Tablet 55,26
24 Multivitamin Sirup Botol 52,63
25 Garam Oralit Bungkus 50,00
26 OAT Kat 1 Pkt 60,53
27 OAT Kat 2 Pkt 92,11
28 OAT Kat 3 Pkt 89,47
29 OAT Kat Sisipan Pkt 71,05
30 OAT Kat Anak Pkt 65,79
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
47
31 Pyrantel Pamoat 125 mg tablet Btl @ 1000 Tablet 57,89
32 Salep 2-4 Pot 44,74
33 Infus set dewasa Kantong 50,00
34 Infus set anak Kantong 100,00
Beberapa hal lain yang dapat menyebabkan persentase obat belum
mencapai target 100% antara lain karena ketersediaan obat dipasaran kosong
dikarenakan proses pengadaan di daerah hampir dilaksanakan bersamaan
waktunya, serta terjadinya kejadian bencana dan KLB yang tidak bisa diprediksi
sebelumnya.
4.4 KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DAN KERACUNAN MAKANAN
Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya/meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu.
Kejadian KLB penyakit dan keracunan di Jatim masih sangat tinggi dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2009 s/d 2011 kecenderungan terus meningkat, baik
dari frekuensi kejadian maupun jumlah kasus menurut jenis KLB masing-masing
seperti tabel dibawah ini.
Tabel 4. 5. Distribusi Kejadian Luar Biasa (KLB) menurut Jenis Kejadian di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2011
NO JENIS KLB
2009 2010 2011
Jml Kej
% Jml Kej
% Jml Kej
%
1 Campak 10 3.28 23 5.07 34 4.80
2 Chikungunya 14 4.59 26 5.73 1 0.13
3 Cholera 5 1.10 1 0.13
4 DBD 30 9.84 21 4.63 9 1.14
5 Diare 13 4.26 17 3.74 17 2.15
6 Diphteri 134 43.93 280 61.67 639 80.68
7 Hepatitis 7 2.30 4 0.88 2 0.25
8 Keracunan 57 18.69 41 9.03 50 6.31
9 Leptospirosis 1 0.33 1 0.22 3 0.38
10 Malaria 2 0.66 1 0.22 1 0.13
11 Suspek AI 1 0.22
12 Wabah Ulat Bulu 5 0.63
13 TN 34 11.15 33 7.27 22 2.78
14 Pertusis 2 0.66 1 0.22 1 0.13
15 Pes 1 0.33
16 ILI 2 0.25
17 Varicela 1 0.13
Jumlah 305 100.0 454 100.0 788 100.0
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
48
4.5 PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Masalah gizi merupakan masalah yang sangat mendasar dalam kehidupan
manusia. Keberhasilan mewujudkan gizi yang baik bagi masyarakat akan
memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan sumberdaya manusia
yang berkualitas. Masyarakat di Jawa Timur dan di Indonesia pada umumnya
masih dihadapkan pada masalah gizi ”ganda”, yaitu masalah Gizi Kurang dalam
bentuk : Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY), Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kurang Vitamin A (KVA), serta masalah Gizi
Lebih yang erat kaitannya dengan penyakit-penyakit degeneratif. Berbagai upaya
perbaikan gizi telah dilakukan di Jawa Timur dalam upaya menanggulangi
masalah gizi kurang tersebut, sedangkan untuk masalah gizi lebih, masih
dilakukan secara individu.
4.5.1 Kurang Energi dan Protein ( KEP )
Kurang Energi dan Protein (KEP) merupakan salah satu jenis
gangguan kekurangan zat gizi, terutama zat gizi makro yang dapat
memberikan gambaran tentang status gizi masyarakat. Status gizi
masyarakat, pada umumnya dapat dilihat dari status gizi balita. Ada
beberapa indikator yang dapat digunakan dalam hal ini, yaitu berat badan
(BB) menurut umur (U), Tinggi Badan (TB) menurut Umur (U) dan BB
menurut TB.
a. Angka Status Gizi Balita berdasarkan BB/U
Gambaran status gizi balita di Jawa Timur Tahun 2011, dapat
dilihat pada grafik berikut :
Gambar 4.15 Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks BB/Udi Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
G.Buruk
G.Kurang
G.Normal
G.Lebih
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
49
Dari grafik di atas, diketahui bahwa berdasarkan indikator BB/U,
persentase balita gizi buruk sebesar 1,16 % dan persentase balita gizi
kurang sebesar 7,03 %, sehingga persentase balita kurang gizi (Gizi
Kurang + Gizi Buruk) sebesar 8,19 %. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 27.
b. Angka BGM/D
Jika dilihat dari data balita BGM (Bawah Garis Merah) dibanding
dengan balita yang ditimbang (D), tahun 2011 di Jawa Timur (Tabel 44)
angkanya sebesar 30.448 balita (1,4% ). Dibandingkan dengan
persentase BGM pada tahun sebelumnya (tahun 2010) sebesar 44.449
balita (2,1 %), maka terjadi penurunan sebesar 0,7 %. Data tersebut
dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Gambar 4.16 Data BGM/D di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 dan Tahun 2011
Penurunan ini menunjukkan bahwa upaya-upaya
penanggulangan KEP yang dilakukan di Jawa Timur menunjukkan hasil
yang cukup menggembirakan. Upaya tersebut antara lain berupa :
Pemberian MP-ASI, PMT-pemulihan, peningkatan kadarzi, peningkatan
cakupan ASI-Eksklusif, peningkatan konseling pertumbuhan dan
lainnya.
c. Jumlah Kasus Gizi Buruk
Kasus Gizi Buruk dapat diperoleh dari indikator BB/TB. Data
tersebut diperoleh dari laporan masyarakat, kader posyandu, maupun
kasus-kasus yang langsung dibawa ke tempat-tempat pelayanan
kesehatan yang ada, seperti Puskesmas dan Rumah Sakit.
2,885,548
2,241,859
44,449 30,448 -
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
2010 2011
D
BGM
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
50
Tahun 2011, jumlah kasus gizi buruk di Jawa Timur tercatat
sebanyak 8.410 balita (Tabel 45). Jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya sebesar 7.760 balita, maka ada peningkatan jumlah kasus
gizi buruk sebesar 650 kasus.
Gambar 4.17 Kasus Gizi Buruk di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 dan 2011
Ada beberapa kemungkinan terjadinya kenaikan jumlah kasus
tersebut, antara lain semakin gencarnya petugas gizi di masyarakat
untuk menemukan secara dini kasus gizi buruk di lapangan. Kegiatan
pelatihan pemantauan pertumbuhan bagi petugas gizi puskesmas,
peningkatan surveilans dan kegiatan bulan timbang merupakan upaya-
upaya penemuan kasus gizi buruk secara dini yang cukup efektif.
d. Pencapaian D/S (Partisipasi Masyarakat)
Partisipasi masyarakat dalam perbaikan gizi bagi balita dapat
ditunjukkan dari indikator D/S. Tahun 2011, di Jawa Timur angka D/S
tercatat sebesar 74,72 % (Tabel 44). Pencapaian ini sedikit lebih rendah
dibanding dengan pencapaian tahun 2010 sebesar 75,3 %. Hal ini dapat
dilihat dalam grafik di bawah ini :
7,760
8,410
7,400
7,600
7,800
8,000
8,200
8,400
8,600
2010 2011
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
51
Gambar 4.18 Pencapaian Cakupan D/S di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Dari grafik di atas terlihat bahwa pencapaian D/S di Jawa
Timur hampir semua kabupaten/kota di Jawa Timur di atas 60 %,
kecuali Kota Probolinggo yang hanya mencapai 44,67 %. Di Kota
Probolinggo, memang banyak ibu balitanya yang bekerja di luar rumah,
sehingga tidak membawa anaknya ke Posyandu. Di samping itu jumlah
sasaran berdasarkan angka proyeksi lebih banyak dibandingkan
dengan angka riil, sehingga mempengaruhi persentase cakupan.
Dibandingkan tahun sebelumnya, pencapaian angka D/S
hanya meningkat sebesar 0,6 %. Keadaaan ini harus menjadi perhatian
bagi para pengelola gizi karena target pada tahun 2014 ditetapkan
sebesar 85 %. Jika tidak ada kegiatan-kegiatan terobosan yang
memberi daya tarik tersendiri kepada ibu balita, maka dikhawatirkan
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0
KAB. BOJONEGORO
KAB. MAGETAN
KAB. PASURUAN
KAB. BONDOWOSO
KOTA MADIUN
KAB. GRESIK
KAB. LAMONGAN
KAB. MOJOKERTO
KAB. LUMAJANG
KAB. TUBAN
KAB. JEMBER
KAB. BANYUWANGI
KAB. BLITAR
KOTA SURABAYA
KAB. SUMENEP
KOTA MALANG
KAB. BANGKALAN
KAB. PACITAN
KAB. MADIUN
KAB. JOMBANG
KAB. SIDOARJO
KAB. NGANJUK
KOTA BLITAR
KAB. TRENGGALEK
KAB. MALANG
KOTA BATU
KAB. PROBOLINGGO
KOTA MOJOKERTO
KAB. TULUNGAGUNG
KAB. PONOROGO
KAB. KEDIRI
KAB. SAMPANG
KOTA KEDIRI
KAB. PAMEKASAN
KOTA PASURUAN
KAB. SITUBONDO
KAB. NGAWI
KOTA PROBOLINGGO
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
52
kegiatan ini akan berjalan di tempat dan pada tahun 2014 tidak akan
memenuhi target yang ditetapkan. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan
terobosan, seperti meningkatkan integrasi dengan PAUD (Pendidikan
Anak Usia Dini). Selain itu pada tahun 2011 ini di Jawa Timur sedang
diupayakan terbentuknya sekitar 3.500 Taman Posyandu, yaitu
Posyandu dengan memberikan tambahan kegiatan berupa BKB dan
SDIDTK (Stimulasi Dini Intervensi Deteksi Tumbuh Kembang). Untuk itu
para petugas gizi di lapangan perlu memanfaatkan kesempatan ini
untuk mengungkit pencapaian angka D/S, sehingga pada tahun 2014
dapat mencapai target yang sudah ditetapkan.
4.5.2 Pencegahan dan Penanggulangan GAKY.
Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Jawa
Timur masih merupakan masalah gizi yang perlu mendapatkan
penanganan secara serius mengingat dampaknya terhadap kualitas
sumberdaya manusia. Kekurangan Yodium dapat menyebabkan masalah
gondok dan kretinisme serta mengakibatkan penurunan kecerdasan.
Upaya penanggulangan GAKY di Jawa Timur dilaksanakan melalui
optimalisasi pemanfaatan garam beryodium serta penyuluhan tentang
bahan makanan alami sumber yodium. Berdasarkan hasil monitoring
garam di desa dapat ditentukan kategori suatu desa dikatakan “desa baik”
apabila dari 21 sampel yang diperiksa, maksimal hanya 1 sampel yang
tidak mengandung yodium.
Pada tahun 2011, di Jawa Timur tidak dilakukan monitoring garam
beryodium. Hal ini disebabkan karena alokasi yang terbatas dan
difokuskan untuk kegiatan prioritas yang lain.
4.5.3 Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi
Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi
dilaksanakan melalui pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) yang
diprioritaskan pada Ibu hamil, karena prevalensi anemia pada kelompok ini
cukup tinggi. Oleh karena itu untuk mencegah anemia gizi pada ibu hamil
dilakukan suplementasi TTD dengan dosis pemberian sehari sebanyak 1
tablet (60 mg elemental iron dan 0,25 mg asam folat) berturut-turut minimal
90 hari selama masa kehamilan. Persentase cakupan ibu hamil di Jawa
Timur yang mendapatkan TTD sebanyak 30 tablet sebesar 92.12 % dan
yang mendapat 90 tablet sebesar 85,52 % (tabel 30).
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
53
Jika dibandingkan dengan tahun 2010, pencapaiannya ada
peningkatan secara bermakna, yaitu sebesar 5 % untuk Fe1 dan 5,3%
untuk Fe3. Pencapaian Fe1 naik dari 87,1% menjadi 92,1%, sedangkan
Fe3 naik dari 80,2% menjadi 85,5 %. Gambaran perbandingan
pencapaian tahun 2011 dan tahun 2012 dapat dilihat pada grafik dibawah
ini.
Gambar 4.19 Cakupan Fe-1 dan Fe-3 di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 - 2011
Khusus untuk pencapaian Fe3, target yang ditetapkan MDGs
sebesar 90% pada tahun 2014. Hal ini berarti masih ada kesenjangan
sebesar 4,5%. Dengan kesempatan waktu yang masih 3 tahun lagi dan
melihat perkembangan dari tahun 2010 ke tahun 2011, maka masih ada
harapan besar untuk dapat memenuhi target pada akhir tahun 2014.
Selain itu masih ada peluang lain untuk dapat meningkatkan cakupan
pemberian tablet Fe3, yaitu dengan meningkatkan integrasi kegiatan,
khususnya antara program gizi dan program KIA, karena selama ini
kerjasama tersebut belum secara optimal dilakukan.
70
75
80
85
90
95
2010 2011
87.1
92.1
80.2
85.5
Fe-1
Fe-3
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
54
4.5.4 Pemberian Kapsul Vitamin A pada Bayi dan Balita
Cakupan pemberian kapsul vitamin A di Jawa Timur tahun 2011
pada bayi sebesar 98,43 %, anak balita sebesar 83,13 % dan Ibu nifas
sebesar 88,45 % (Tabel 32). Jika digabungkan antara bayi dan anak balita,
maka cakupannya sebesar 86,2%. Cakupan tersebut telah memenuhi
target tahun 2011 sebesar 85 %, tetapi untuk mencapai target tahun 2014
sebesar 90%, pencapaiannya masih kurang sebesar 3,8%.
Dibandingkan dengan cakupan pada tahun 2010, ada peningkatan
sebesar 1,7% pada bayi yaitu dari 96,3% tahun 2010 menjadi 98 % pada
tahun 2011. Sedangkan pada anak balita ada kenaikan sebesar 1,3%,
yaitu dari 81,7% tahun 2010 menjadi 83% pada tahun 2011. Gambaran
cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan anak balita selama 2
tahun terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Gambar 4.20 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Bayi, Anak Balita dan Bufas di Jawa Timur Tahun 2010 dan 2011
Dengan selisih 3,8% dari target, maka masih cukup besar harapan
untuk bisa memenuhinya, asalkan ada upaya lebih dalam waktu 3 tahun
ke depan, seperti berintegrasi dengan kegiatan PAUD, Play Group
maupun TK, khususnya bagi anak yang masih < 5 tahun.
96.3
81.7
85
98
83
88.5
70
75
80
85
90
95
100
Bayi Anak Balita Bufas
2010 2011
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
55
4.6 PERILAKU MASYARAKAT
Menurut teori Blum, salah satu faktor yang berperan penting dalam
menentukan derajat kesehatan adalah perilaku, karena ketiga faktor lain seperti
lingkungan, kualitas pelayanan kesehatan maupun genetika kesemuanya masih
dapat dipengaruhi oleh perilaku. Banyak penyakit yang muncul juga disebabkan
karena perilaku yang tidak sehat. Perubahan perilaku tidak mudah untuk
dilakukan, namun mutlak diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Untuk itu, upaya promosi kesehatan harus terus dilakukan agar
masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat. Penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat harus dimulai dari unit terkecil masyarakat yaitu rumah tangga
4.6.1 Penyuluhan Kesehatan
Hasil kegiatan program pemberdayaan masyarakat dan promosi
kesehatan dalam rangka penyebarluasan informasi kepada masyarakat
selain melalui penyuluhan langsung maupun penyuluhan tidak langsung
juga sangat didukung oleh adanya berbagai media informasi. Bentuk media
informasi tersebut berupa media cetak, media elektronik, pameran dan
media tradisional.
Penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas terhadap
masyarakat dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota didasarkan
pada sasaran yaitu secara kelompok maupun dengan sasaran massa. Dari
data yang diperoleh, frekuensi penyuluhan tahun 2011 dibanding dengan
frekuensi penyuluhan tahun 2010 baik penyuluhan kelompok maupun
penyuluhan massa mengalami peningkatan.
4.6.2 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Persentase rumah tangga yang ber-PHBS didapatkan dari jumlah
rumah tangga yang melaksanakan 10 indikator PHBS dibagi dengan rumah
tangga yang dipantau. Sepuluh indikator tersebut adalah :
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
2. Bayi diberi ASI eksklusif
3. Balita ditimbang setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. Makan sayur dan buah setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
56
Hasil kegiatan pemantauan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) melalui hasil survey PHBS tatanan Rumah Tangga tahun 2011
menunjukkan bahwa Rumah Tangga yang ber PHBS 36,7 %. Hal tersebut
bila dibanding tahun 2010 sebesar 38,2 % mengalami penurunan sebesar
1,5 %. Dari hasil kegiatan survey PHBS prioritas masalahnya adalah
merokok dalam rumah dan ASI eksklusif.
Meskipun frekuensi kegiatan penyuluhan kesehatan baik dengan
sasaran kelompok maupun massa meningkat tidak diiringi dengan
perubahan PHBS yang lebih baik. Hal ini dimungkinkan materi yang
disampaikan tidak mengarah pada perubahan PHBS.
4.6.3 ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman terbaik untuk
bayi usia 0-6 bulan karena mengandung unsur gizi yang dibutuhkan guna
perlindungan, pertumbuhan dan perkembangan bayi.
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan- minuman
lain sampai bayi berusia 6 bulan, kemudian pemberian ASI harus tetap
dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun walaupun bayi sudah makan.
Berdasarkan data dari Kabupaten/Kota diketahui bahwa cakupan
bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Jawa Timur tahun 2011 sebesar
61,52 % (Tabel 41). Cakupan tersebut mengalami peningkatan yang
sangat tajam dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 31,2 %.
Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor pemahaman atau Definisi
Operasional (DO) yang berubah pada awal tahun 2010. Sampai awal
tahun 2010 pemahaman ASI-Eksklusif oleh pelaksana gizi di lapangan
adalah murni bayi yang berusia 6 bulan yang hanya mendapat ASI saja.
Sedangkan pengertian ASI-Eksklusif menurut Kemenkes maupun WHO,
adalah bayi yang berusia 0-6 bulan yang masih diberi ASI saja pada saat
didata. Artinya, bila ada bayi yang berumur 0 bulan atau 1 bulan dan
seterusnya sampai 5 bulan masih diberi ASI saja, maka pada saat itu dia
dicatat sebagai bayi 0-6 bulan yang eksklusif, sehingga angkanya jelas
jauh lebih tinggi dibanding dengan yang murni 6 bulan eksklusif.
4.6.4 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar
Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial terus
berkembang sesuai amanat pada perubahaan UUD 1945 Pasal 34 ayat 2,
bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
57
rakyat Indonesia. Pola pembiayaan kesehatan yang umum dianut
masyarakat saat ini masih mengacu pola fee for service dimana
masyarakat yang menggunakan pelayanan kesehatan harus langsung
membayar kepada penyedia layanan kesehatan begitu selesai
mendapatkan pelayanan. Pola tersebut membuat masyarakat tidak dapat
mengendalikan jenis pelayanan ataupun biaya yang dikeluarkan. Untuk
mengurangi beban biaya pelayanan kesehatan yang tidak diperlukan
tersebut maka sistem fee for service sebaiknya diganti dengan sistem
prepayment (prabayar).
Bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan prabayar yang sampai saat
ini dikenal masyarakat antara lain dana sehat, tabulin, jamkesmas, askes,
jamkesda, jamsostek sampai asuransi kesehatan swasta. Namun
kesadaran masyarakat untuk mengikuti sistem prabayar ini masih rendah.
Sampai dengan tahun 2011 jumlah peserta jaminan kesehatan pra
bayar di Jawa Timur menurut data yang dilaporkan sebanyak 6.378.502
orang atau mencapai 17,6% dari jumlah penduduk Jawa Timur. Sebagian
besar peserta jaminan kesehatan pra bayar adalah peserta Askes (3,7%)
dan Jamkesmas (18,4%).
Pada kenyataannya dari hasil analisa situasi kondisi Jaminan
Kesehatan di Provinsi Jawa Timur tahun 2011 menunjukkan bahwa masih
banyak masyarakat Jawa Timur yang belum punya Jaminan Kesehatan
(82,4%) dari seluruh penduduk Jawa Timur. Sedangkan yang mempunyai
jaminan kesehatan lainnya adalah Jamsostek (0,3%), dan lain-lainnya
(1%) termasuk asuransi komersial/swasta, TNI/POLRI, Dana Sehat, JPKM
dll). Bagi maskin non kuota penjaminan pelayanan kesehatan melalui
pogram Jamkesda dengan dana APBD yaitu sebesar (58,2% termasuk
seniman dan SPM).
Rendahnya kepesertaan jaminan kesehatan pra bayar tersebut dapat
disebabkan karena kurang sosialisasi pada masyarakat sehingga kurang
memahami keuntungan apabila menggunakan sistem pra bayar tersebut.
Padahal kepesertaan akan jaminan kesehatan prabayar merupakan salah
satu indikator penting untuk kemandirian masyarakat di bidang kesehatan.
4.6.5. Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
diselenggarakan berdasarkan konsep asuransi sosial. Program ini
diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk mewujudkan
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
58
portabilitas pelayanan sehingga pelayanan rujukan tertinggi yang
disediakan Jamkesmas dapat diakses oleh seluruh peserta dari berbagai
wilayah dan agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan
pelayanan kesesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.
Penyelenggaraan Program Jamkesmas dibedakan dalam dua
kelompok berdasarkan tingkat pelayanan, yaitu: 1). Jamkesmas untuk
pelayanan dasar di Puskesmas termasuk jaringannya, 2). Jamkesmas
untuk pelayanan kesehatan lanjutan di Rumah Sakit dan Balai Kesehatan.
Pelayanan kesehatan ini meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap di
puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Jumlah masyarakat miskin di Jawa Timur tahun 2011 sebanyak
11.967.623 jiwa dan yang telah mendapat jaminan kesehatan melalui
Jamkesmas/Jamkesda dari pemerintah sebanyak 7.271.042 jiwa (60,7%)
yang artinya hampir seluruh masyarakat miskin telah ditanggung biaya
kesehatannya oleh pemerintah.
Tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan Jamkesmas di
Puskesmas pada tahun 2011 tercatat sebanyak 4.777.873 terdiri dari
48,6% untuk pelayanan rawat jalan dan 13,4% untuk pelayanan rawat
inap. Sedangkan yang memanfaatkan rumah sakit sebanyak 280.416
terdiri dari 2,5% untuk pelayanan rawat jalan dan 1,2% untuk pelayanan
rawat inap.
Pelayanan kesehatan yang dijamin untuk masyarakat miskin non
kuota meliputi rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas dan jaringannya,
bagi masyarakat non miskin dijamin hanya karcis loket (pendaftaran).
Pelayanan kesehatan tingkat lanjutan di Rumah Sakit/BP4/BKMM meliputi
rawat jalan dan rawat inap kelas III dilakukan secara terstruktur dan
berjenjang.
Adapun tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan yang dibiayai
melalui Jamkesda di Puskesmas pada tahun 2011 tercatat sebanyak
2.654.873 terdiri dari 36,1% untuk pelayanan rawat jalan dan 19,6% untuk
pelayanan rawat inap. Adapun yang memanfaatkan rumah sakit sebanyak
93.252 terdiri dari 1,5% untuk pelayanan rawat jalan dan 0,4% untuk
pelayanan rawat inap.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
59
Gambar 4.21 Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Di Puskesmas dan Rumah Sakit di Jawa Timur tahun 2011
Rendahnya tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan
Jamkesmas/Jamkesda dapat disebabkan karena rujukan terstruktur dan
berjenjang belum sepenuhnya berjalan.
4.7 PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR
Untuk memperkecil resiko terjadinya penyakit/gangguan kesehatan sebagai
akibat dari lingkungan yang kurang sehat, telah dilakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kualitas lingkungan. Beberapa indikator yang menggambarkan
kondisi lingkungan antara lain rumah sehat, TUPM, air bersih dan sarana sanitasi
dasar seperti pembuangan air limbah, tempat sampah dan kepemilikan jamban
serta sarana pengolahan limbah di sarana pelayanan kesehatan.
Dalam upaya Peningkatan kondisi penyehatan lingkungan dan sanitasi dasar
di Jawa Timur telah berjalan kegiatan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
yang terdiri dari 5 pilar, yaitu :
1. Peningkatan Akses Jamban;
2. Cuci Tangan Pakai Sabun
3. Pengolahan Air Minum dan Makanan skala Rumah Tangga
4. Pengolahan Limbah skala Rumah Tangga
5. Pengolahan Sampah skala Rumah Tangga.
46,44
9,24
Puskesmas Rumah Sakit
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
60
4.7.1 Rumah Sehat
Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu memiliki jamban sehat, tempat pembuangan sampah,
sarana air bersih, sarana pembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan
hunian rumah sesuai dan lantai rumah tidak dari tanah.
Pada tahun 2011 telah dilakukan pemeriksaan sanitasi rumah pada
3.764.227 rumah atau 39,76% dari jumlah rumah yang ada di Jawa Timur.
Dari pemeriksaan tersebut tercatat 2.704.804 rumah dinyatakan sehat atau
71,52% dari jumlah rumah yang diperiksa. Cakupan tertinggi rumah sehat
adalah Kabupaten Jember (99,53%) dan ada peningkatan 14% dari tahun
lalu. Sedangkan yang terendah ditempati oleh Kab. Proboliggo (32,80)
menggantikan posisi Kab Bondowoso yang berada diatas. Secara
keseluruhan masing-masing Kabupaten/Kota mengalami peningkatan.
Untuk meningkatkan cakupan rumah sehat di Jawa Timur, telah
dilakukan pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode
partisipatory. Metode tersebut menggantikan pemberian stimulan yang
tahun kemarin masih diberikan kepada warga kurang mampu dan resiko
tinggi penyakit berbasis lingkungan. Hal ini membuktikan bahwasanya
masyarakat sudah mulai mengetahui bahwa rumah/hunian yang sehat
tidak harus mewah.
Gambar 4.22 Cakupan Sanitasi Rumah Sehat di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
61
Upaya pembangunan kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila
kebutuhan akan sumber daya kesehatan dapat terpenuhi. Dalam bab ini, gambaran
mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi sarana kesehatan,
tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan.
5.1 SARANA KESEHATAN
Penyediaan sarana kesehatan melalui Rumah Sakit, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Posyandu, Polindes, Rumah bersalin, Balai pengobatan
klinik dan sarana kesehatan lainnya diharapkan dapat menjangkau masyarakat
terutama masyarakat di pedesaan agar mendapatkan pelayanan kesehatan
dengan mudah dan bermutu. Adapun kondisi sarana kesehatan di Provinsi Jawa
Timur pada tahun 2011 dapat diamati pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.1 Sarana Kesehatan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
No Sarana Kesehatan Jumlah
1 Rumah Sakit 324
a. Rumah Sakit Umum 227
b. Rumah Sakit Khusus 97
2 Puskesmas 956
a. Puskesmas perawatan 496
b. Puskesmas non perawatan 460
3 Puskesmas Pembantu 2.281
4 Puskesmas Keliling 1.154
5 Desa Siaga Aktif 6.482
6 Posyandu 45.600
7 Poskesdes 8.496
8 Rumah Bersalin 232
9 Balai Pengobatan Klinik 1.001
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
62
5.1.1 Puskesmas
Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan sampai
ditingkat Kecamatan. Sampai dengan tahun 2011, jumlah puskesmas di
Provinsi Jawa Timur sebanyak 956 unit yang terdiri dari 496 puskesmas
perawatan dan 460 puskesmas non perawatan yang tersebar di 622
kecamatan. Rasio puskesmas terhadap penduduk sebesar 2.50 per
100.000 penduduk, artinya setiap 100.000 penduduk dilayani oleh 2-3
puskesmas atau 1 Puskemas melayani 40.027 penduduk. Kondisi tersebut
menunjukan bahwa jumlah puskesmas di Provinsi Jawa Timur masih
kurang dari target nasional (1 puskesmas rata-rata melayani 30.000
penduduk).
Untuk meningkatkan mutu pelayanan puskesmas dan pendekatan
akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat, pemerintahan Provinsi
Jawa Timur melakukan terobosan (program icon) yaitu :
1. Puskesmas PLUS (Penyedia Layanan Unggulan Spesilis)
Puskesmas PLUS diprioritaskan untuk Puskesmas PONED dengan
tambah jadwal kunjungan dokter spesialis kandungan dan spesilais
anak 2 kali seminggu yaitu sekali kunjungan untuk dokter spesialis
kandungan dan sekali untuk kunjungan dokter spesialis anak, hal ini
merupakan hasil kerjasama antara RSU Kabupaten/Kota dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Sampai tahun 2011, jumlah Puskesmas
PLUS meningkat menjadi 20 Puskesmas PLUS dari tahun 2010 yang
berjumlah 10. Dengan adanya Program Puskesmas PLUS diharapkan
dapat menurunkan AKI dan AKB di Jawa Timur
2. Puskesmas Pembantu yang melayani Gawat Darurat dan Observasi
(Pustu Gadarsi)
Adalah Pustu yang dilengkapi oleh alat kesehatan sesuai dengan
kebutuhan Gadar dan Observasi. Tenaga kesehatan yang berada di
Pustu tersebut mendapatkan pembekalan ketrampilan tentang Gawat
Darurat. Sampai dengan tahun 2011 Pustu gadarsi ada 130 Pustu dari
tahun 2010 dengan jumlah 50 Pustu. Dengan adanya Pustu gadarsi
diharapkan dapat menurunkan angka kematian akibat kecelakaan
maupun penyakit lain.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
63
3. Pengembangan Fungsi Polindes menjadi Ponkesdes
Merupakan perluasan fungsi pelayanan Pondok Bersalin Desa
(Polindes) menjadi pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) yang
memberikan pelayanan kesehatan dasar dengan menempatkan tenaga
paramedis. Tenaga kesehatan yang berada di ponkesdes terdiri dari 1
orang Bidan yang sudah ada sebelumnya dan 1 orang perawat. Sampai
tahun 2011 jumlah Ponkesdes sebanyak 2.334.
5.1.2 Sarana Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) adalah suatu
upaya kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, dan bersama
masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar.
a. Poskesdes
Poskesdes yang beroperasi merupakan koordinator dari
berbagai UKBM yang ada di suatu Desa/Kelurahan dan merupakan
salah satu syarat dari terbentuknya Desa Siaga. Jumlah Poskesdes
dari tahun 2009 s/d 2011 terus bertambah.
Gambar 5.1 Jumlah Poskesdes di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Total Poskesdes di Jawa Timur 8.496 Pos, 53% berada pada
strata Madya. Dengan strata terbanyak di tahapan Madya maka
sebenarnya Poskesdes yang ada sudah bergerak menuju kualitas
22%
53%
23%
2%
Pratama Madya Purnama Mandiri
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
64
yang lebih baik dalam kemandirian, tentunya kualitas yang sudah
dicapai perlu ditingkatkan ke arah purnama dan mandiri serta menjaga
jangan sampai menjadi turun ke madya dan pratama.
b. Posyandu
Jumlah Posyandu di Jawa Timur tahun 2009 sampai dengan
tahun 2011 menunjukkan kenaikan, akan tetapi tidak menunjukkan
perubahan yang mencolok. Pada akhir tahun 2011 jumlah balita
sebanyak 2.405.679 anak sedangkan jumlah Posyandu yang ada
sebanyak 45.600 Pos. Jadi rasio jumlah Posyandu dengan jumlah balita
adalah 1 : 52.
Bila dibandingkan dengan standar Posyandu, untuk 1 Posyandu
melayani 80 Balita, berarti angka tersebut sudah memenuhi standar
yang ditetapkan. Sehingga jumlah Posyandu di Jawa Timur untuk
tahun-tahun mendatang dimungkinkan tidak akan terjadi lonjakan
jumlah yang besar.
Gambar 5.2 Tingkat Perkembangan Posyandu di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2011
Secara kualitas, berdasarkan tingkat perkembangan Posyandu
PURI (Purnama - Mandiri) dari tahun ke tahun menunjukkan
peningkatan. Pada tahun 2010 Posyandu PURI mencapai 50,29%
sedangkan di tahun 2011 Posyandu PURI mencapai 54,07 %, sehingga
terdapat kenaikan 3,78 %.
0
5000
10000
15000
20000
25000
Pratama Madya Purnama Mandiri
2009
2010
2011
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
65
Gambar 5.3 Strata Posyandu di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Peningkatan kualitas Posyandu tersebut disebabkan karena
beberapa hal, antara lain meningkatnya kinerja Tim Pokjanal Posyandu
baik dari tingkat Provinsi, Kabupaten /Kota sampai dengan tingkat
Kecamatan.
Selain itu adanya peningkatan kinerja dari para pengelola
posyandu seperti kader posyandu melalui beberapa kegiatan antara
lain mengikuti pelatihan peningkatan kinerja dan magang kader yang
dilaksanakan pada tahun 2011 di tingkat Kabupaten/Kota.
Keberadaan petugas kesehatan di Posyandu tidaklah berarti jika
kader Posyandu tidak dapat berperan secara optimal Kader Posyandu
sebagai penanggungjawab Posyandu mempunyai peran yang penting.
c. Desa/Kelurahan Siaga Aktif
Poskesdes yang dikembangkan dan beroperasi di Provinsi Jawa
Timur Tahun 2011 sebanyak 8.496 diiringi dengan terbentuknya
Desa/Kelurahan Siaga sebanyak 8.496 Desa/Kelurahan.
Persentase Desa dan Kelurahan Siaga Aktif didapatkan dari
desa yang memenuhi 8 kriteria.
Penetapan pentahapan kriteria Desa/Kelurahan Siaga Aktif
berdasarkan pada Pedoman Umum Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
Jumlah persentase merupakan kumulatif dari jumlah Desa atau
Kelurahan Siaga Aktif pada tahun sebelumnya.
7%
40%49%
4%
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
66
Gambar 5.4 Desa Siaga di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Jumlah Desa/Kelurahan Siaga di Jawa Timur 8.496
desa/kelurahan, sedangkan yang sudah aktif sebanyak 6.842
(80,53%) desa/kelurahan. Tahapan Desa Siaga Aktif di Jawa Timur
tahun 2011 yaitu pada tahap Bina sejumlah 1.654 (19,47%) , Tumbuh
4.167 (49,05 %), Kembang 2.388 (28,11%). Dan Paripurna 287 (3,38
%).
Gambar 5.5 Strata Desa Siaga di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Desa/Kelurahan Siaga di Jawa Timur pengembangannnya
sudah mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah, baik ditingkat
Provinsi maupun tingkat Kabupaten/Kota, hal ini ditunjukkan oleh
adanya berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah.
79%
21%
AKTIF BELUM AKTIF
61%
35%
4%
PRATAMA MADYA PURNAMA
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
67
Berbagai upaya dalam mendukung keberhasilan program Desa
Siaga telah diantaranya melakukan kemitraan baik dengan Lintas
Program, Lintas Sektor, Lembaga Swadaya Masyarakat, dunia usaha,
Organisasi Wanita, Organisasi Keagamaan, Organisasi Profesi dan
Pemuda . Kemitraan tersebut dilaksanakan dalam berbagai bentuk
kegiatan, antara lain dengan pertemuan dan monitoring terpadu
pengembangan Desa Siaga di Kabupaten/Kota
5.1.3 Sarana Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana
pelayanan kesehatan adalah tersedianya sarana farmasi dan perbekalan
kesehatan, yang terbagi menjadi sarana produksi, sarana distribusi dan
pelayanan kefarmasian dan perbekalan kesehatan serta sarana produksi
makanan. Sarana Farmasi dan Perbekalan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
seperti terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.2 Jumlah Sarana Farmasi dan Perbekalan Kesehatan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
No Jenis Sarana Jumlah
1 Apotek 3.047
2 Toko Obat 342
3 PM IRT 22.125
4 GFK 38
5 Industri Farmasi 45
6. Industri Obat Tradisional (IOT) 15
7. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) 295
8. Industri Alat Kesehatan 27
9. Industri Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) 89
10. Industri Kosmetik 120
11. Pedagang Besar Farmasi (PBF) 503
12. Penyalur Alat Kesehatan (PAK) 86
13. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (PAK) 53
14 Sub Penyalur Alat Kesehatan (PAK) 218
Pada umumnya jumlah sarana kefarmasian dan perbekalan kesehatan
mengalami peningkatan dalam hal jumlah kecuali industri farmasi dan IKOT tetap
sedangkan Sub-PAK mengalami penurunan karena tutup ataupun pindah status
menjadi PAK karena penyesuaian dengan Permenkes RI nomor 1191 Tahun
2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan, di mana jika sebelumnya untuk bisa
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
68
menjadi penyalur Alkes seseorang cukup mendirikan Badan Usaha dengan
diterbitkannya Permenkes yang baru untuk bisa menyalurkan Alkes harus
berbentuk Badan Hukum.
5.2 TENAGA KESEHATAN
Sumberdaya manusia khususnya tenaga kesehatan merupakan faktor
penggerak utama dalam mencapai tujuan dan keberhasilan program
pembangunan kesehatan. Peningkatan kualitas SDM kesehatan dilaksanakan
melalui pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.
Jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011
sebanyak 68.086 orang dengan proporsi terbesar adalah tenaga perawat 28.198
orang (41 %) dengan rasio 74,14 per 100.000 penduduk kemudian tenaga Bidan
14.987 orang (22 %) dengan rasio 39,41 per 100.000 penduduk dan tenaga medis
sebanyak 11.026 orang (16 %) dengan rasio 29,00 per 100.000 penduduk. Untuk
melihat jumlah tenaga kesehatan dan rasio per 100.000 penduduk keseluruhan
dapat dilhat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.3 Rekapitulasi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenis Tenaga dan Rasio per 100.000 Penduduk di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
No Jenis Tenaga Jumlah Persentase Ratio per 100.000
Penduduk
1 Medis
11,026 16 % 29.00
2 Bidan
14,987 22 % 39.41
3 Perawat
28,198 41 % 74.15
4 Kefarmasian
6,615 10 % 17.40
5 Gizi
1,694 2 % 4.45
6 Kesmas
1,251 2 % 3.29
7 Sanitasi
1,239 2 % 3.26
8 Teknisi Medis
2,667 4 % 7.01
9 Fisioterapis
409 1 % 1.08
Total
68,086 100%
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
69
5.3 ANGGARAN KESEHATAN
Pembiayaan program dan kegiatan bidang kesehatan di Jawa Timur
diperoleh dari berbagai sumber diantaranya dana APBD baik APBD Provinsi
maupun APBD Kabupaten/Kota, APBN yang meliputi dana Dekonsetrasi, Tugas
Pembantuan (TP), Jamkesmas, Jampersal dan Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) serta Bantuan Luar Negeri (BLN).
Berdasarkan hasil rekapitulasi anggaran APBD Kabupaten/Kota dan
APBD Provinsi diketahui bahwa anggaran kesehatan di Provinsi Jawa Timur pada
tahun 2011 adalah sebesar Rp. 5.805.693.352.012,- meningkat 11,6%
dibandingkan anggaran kesehatan di tahun 2010. Sementara bila dijumlahkan dari
semua anggaran kesehatan yang ada maka jumlahnya menjadi Rp
7.185.855.226.012,- sehingga total persentase anggaran kesehatan bersumber
APBD terhadap total anggaran kesehatan sebesar 80,79%. Dibandingkan tahun
2010, dukungan anggaran kesehatan melalui APBN tahun 2011 meningkat 6,64%
karena adanya penambahan dana Jaminan Persalinan (Jampersal).
Table 5.4 Anggaran Kesehatan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
NO SUMBER BIAYA
ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN
Rupiah %
1. APBD KAB/KOTA + DAK 3.780.937.194.322 52,62
( belanja langsung & tak langsung)
a. Dinas Kesehatan 2.308.132.233.286
b. Rumah Sakit 1.472.804.961.036
2. APBN KAB/KOTA 1.357.309.953.000 18,89
- Jaminan Kesehatan Masyarakat
a. Dinas Kesehatan 197.921.742.000
b. Rumah Sakit 661.727.713.000
- Jampersal 154.702.998.000
- Tugas Pembantuan (TP) 271.945.000.000
- Bantuan Operasional Kesehatan (BOK 71.012.500.000
3. Bantuan Luar Negeri (BLN)
4. APBD PROVINSI (Dinas Kesehatan + 14 RS/BP4) 2.024.756.157.690 28,18
5. APBN PROVINSI (Dekonsentrasi) 22.851.921.000 0,32
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN 7.185.855.226.012 100
TOTAL APBD KESEHATAN 5.805.693.352.012
% APBD KES.THD TOTAL ANGGARAN KES. 87,43
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
70
Data dan pelaksanaan manajemen, maka penyediaan data dan informasi yang
berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan.
Selain itu penyajian data dan informasi yang berkualitas sangat dibutuhkan baik oleh
jajaran kesehatan, lintas sektor maupun masyarakat. Di bidang kesehatan, data dan
informasi ini diperoleh melalui informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi
pimpinan dan organisasi dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan.
Namun sangat disadari, sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih
belum dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal,
apalagi dalam era desentralisasi pengumpulan data dan informasi dari Kabupaten/Kota
menjadi relatif lebih sulit. Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang
disajikan dalam Profil Kesehatan Provinsi yang diterbitkan saat ini belum sesuai
dengan harapan. Walaupun demikian, diharapkan Profil Kesehatan Provinsi dapat
memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh
keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai. Walaupun Profil Kesehatan Provinsi
sering kali belum mendapatkan apresiasi yang memadai, karena belum dapat
menyajikan data dan informasi yang sesuai dengan harapan, namun ini merupakan
salah satu publikasi data dan informasi pembangunan kesehatan. Oleh karena itu
dalam rangka meningkatkan kualitas Profil Kesehatan Provinsi, perlu dicari terobosan
dalam mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat untuk mengisi
kekosongan data agar dapat tersedia data dan informasi.
PROVINSI JAWA TIMURTAHUN 2011
L P L + P Satuan
A. GAMBARAN UMUM
1 Luas Wilayah 48.980 KM2 Tabel 1
2 Jumlah Desa/Kelurahan 8.504 Desa/Kel Tabel 1
3 Jumlah Penduduk 18.836.304 19.190.246 38.026.550 Jiwa Tabel 2
4 Rata-Rata Jiwa/Rumah Tangga 3,51 Jiwa Tabel 1
5 Kepadatan Penduduk/KM2 776,37 Jiwa/KM2 Tabel 1
6 Rasio Beban Tanggungan 43,73 Tabel 2
7 Rasio Jenis Kelamin 98,16 Tabel 2
8 Penduduk 10 Tahun ke Atas Melek Huruf 58,58 60,65 62,79 % Tabel 4
9 Penduduk 10 Tahun ke Atas dengan Pendidikan Tertinggi SMP+ 46,70 41,63 44,04 % Tabel 5
B. DERAJAT KESEHATAN
B.1 Angka Kematian
10 Jumlah Lahir Hidup 194.949 193.301 601.136 Bayi Tabel 6
11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 6,56 6,19 6,69 Tabel 6
12 Jumlah Bayi Mati - - 6.099 Bayi Tabel 7
13 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 0,00 0,00 10,15 per 1.000 KH Tabel 7
14 Jumlah Balita Mati 0 0 6.499 Balita Tabel 7
15 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 0,00 0,00 10,81 per 1.000 KH Tabel 7
16 Jumlah Kematian Ibu 627 Ibu Tabel 8
17 Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 104,30 per 100.000 KH Tabel 8
B.2 Angka Kesakitan
18 AFP Rate (non Polio) < 15 th 2,37 per 100.000 Penduduk < 15 tahun Tabel 9
19 Angka Insidens TB Paru 86 71 88,90 per 100.000 Penduduk Tabel 10
20 Angka Prevalensi TB Paru 115 92 115,58 per 100.000 Penduduk Tabel 10
21 Angka Kematian Akibat TB Paru 2 1 1,19 per 100.000 Penduduk Tabel 10
22 Angka Penemuan Kasus TB Paru (CDR) 102,76 80,91 91,69 % Tabel 11
RESUME PROFIL KESEHATAN
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
23 Success Rate TB Paru 70,86 70,95 93,46 % Tabel 12
24 Pneumonia Balita Ditemukan dan Ditangani 2,80 2,68 25,24 % Tabel 13
25 Jumlah Kasus Baru HIV 1.239 1.210 2.449 Kasus Tabel 14
26 Jumlah Kasus Baru AIDS 1.208 715 1.923 Kasus Tabel 14
27 Jumlah Infeksi Menular Seksual Lainnya 2.310 20.367 22.677 Kasus Tabel 14
28 Jumlah Kematian Karena AIDS 455 236 733 Jiwa Tabel 14
29 Donor Darah Diskrining Positif HIV 0,16 0,08 0,15 % Tabel 15
30 Persentase Diare Ditemukan dan Ditangani 56,60 60,78 74,23 % Tabel 16
31 Jumlah Kasus Baru Kusta (Pausi Basiler) 384 373 804 Kasus Tabel 17
32 Jumlah Kasus Baru Kusta (Multi Basiler) 2.641 1.883 4.524 Kasus Tabel 17
33 Angka Penemuan Kasus Baru Kusta (NCDR) 16 12 14 per 100.000 Penduduk Tabel 17
34 Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun 11,90 14,98 13,33 % Tabel 18
35 Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 10,25 7,80 12,01 % Tabel 18
36 Angka Prevalensi Kusta 1,38 0,94 1,43 per 10.000 Penduduk Tabel 19
37 Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) 80,00 90,48 88,19 % Tabel 20
38 Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) 87,97 88,15 85,20 % Tabel 20
39 Jumlah Kasus Difteri 332 331 663 Kasus Tabel 21
40 Case Fatality Rate Difteri 3 % Tabel 21
41 Jumlah Kasus Pertusis 10 13 23 Kasus Tabel 21
42 Jumlah Kasus Tetanus (non Neonatorum) 16 9 55 Kasus Tabel 21
43 Case Fatality Rate Tetanus (non Neonatorum) 0 % Tabel 21
44 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum 14 13 28 Kasus Tabel 21
45 Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum 57 % Tabel 21
46 Jumlah Kasus Campak 1.044 1.185 2.926 Kasus Tabel 22
47 Case Fatality Rate Campak 0 % Tabel 22
48 Jumlah Kasus Polio 4 4 8 Kasus Tabel 22
49 Jumlah Kasus Hepatitis B 13 17 90 Kasus Tabel 22
50 Incidence Rate DBD 14,57 12,38 15,10 per 100.000 Penduduk Tabel 23
51 Case Fatality Rate DBD 1,09 1,22 1,10 % Tabel 23
52 Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) 0,00 0,01 0,03 per 1.000 Penduduk Tabel 24
53 Case Fatality Rate Malaria 0,01 0,00 0,00 % Tabel 24
54 Angka Kesakitan Filariasis 1 1 1 per 100.000 Penduduk Tabel 25
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
B.3 Status Gizi
55 Bayi Baru Lahir Ditimbang 82 83 97 % Tabel 26
56 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 3,13 3,17 3,01 % Tabel 26
57 Balita Gizi Baik - - 86,26 % Tabel 27
58 Balita Gizi Kurang - - 7,03 % Tabel 27
59 Balita Gizi Buruk - - 1,16 % Tabel 27
C. UPAYA KESEHATAN
C.1 Pelayanan Kesehatan
60 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 97 % Tabel 28
61 Kunjungan Ibu Hamil (K4) 88,31 % Tabel 28
62 Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan (Linakes) 96,07 % Tabel 28
63 Pelayanan Ibu Nifas 95,56 % Tabel 28
64 Ibu hamil dengan Imunisasi TT2+ 34,30 % Tabel 29
65 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 85,52 % Tabel 30
66 Bumil Risti/Komplikasi Ditangani 79,51 % Tabel 31
67 Neonatal Risti/Komplikasi Ditangani 50,04 51,21 67,94 % Tabel 31
68 Bayi Mendapat Vitamin A - - 98,43 % Tabel 32
69 Anak Balita Mendapat Vitamin A - - 83,13 % Tabel 32
70 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A 88,45 % Tabel 32
71 Peserta KB Baru 12,76 % Tabel 35
72 Peserta KB Aktif 71,15 % Tabel 35
73 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) 36,59 38,62 98,32 % Tabel 36
74 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) 33,76 35,21 95,89 % Tabel 36
75 Kunjungan Bayi (minimal 4 kali) 58,52 62,17 93,13 % Tabel 37
76 Desa/Kelurahan UCI 54,62 % Tabel 38
77 Cakupan Imunisasi Campak Bayi 96,97 % Tabel 39
78 Drop-Out Imunisasi DPT1 - Campak 5,32 % Tabel 39
79 Bayi yang Diberi ASI Eksklusif - - 61,52 % Tabel 41
80 Pemberian MP-ASI pada Anak 6-23 Bulan dari Gakin - - 12,71 % Tabel 42
81 Cakupan Pelayanan Anak Balita (minimal 8 kali) 49,06 50,86 68,66 % Tabel 43
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
82 Balita Ditimbang - - 74,72 % Tabel 44
83 Balita Berat Badan Naik 0 0 70 % Tabel 44
84 Balita Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) 0 0 1 % Tabel 44
85 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan - - 100,00 % Tabel 45
86 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 81,74 83,81 92,35 % Tabel 46
87 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 44,56 43,28 44,21 % Tabel 47
88 Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) 31,91 34,42 48,02 % Tabel 48
89 Sarkes dengan Kemampuan Pelayanan Gadar Level 1 55,18 % Tabel 49
90 Desa/Kelurahan Terkena KLB Ditangani < 24 jam 99,80 % Tabel 51
91 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap 0,56 0,66 0,64 Tabel 52
92 SD/MI yang Melakukan Sikat Gigi Massal 53,84 Sekolah Tabel 49
93 SD/MI yang Mendapat Pelayanan Gigi 112,78 Sekolah Tabel 49
94 Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) 25,71 26,00 37,52 % Tabel 53
95 Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) 62,03 60,03 64,94 % Tabel 53
96 Siswa SD dan Setingkat Mendapat Perawatan Gigi dan Mulut 62,03 60,03 64,94 % Tabel 53
C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
97 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar - - 42,43 % Tabel 55
98Penduduk Miskin (dan Hampir Miskin) DicakupAskeskin/Jamkesmas
84,89 83,76 75,13 % Tabel 56
99Pasien Maskin (dan Hampir Miskin) Mendapat Pelayanan RawatJalan di Sarana Kesehatan Strata 1
30,08 41,61 37,37 % Tabel 56
100Pasien Maskin (dan Hampir Miskin) Mendapat Pelayanan RawatJalan di Sarana Kesehatan Strata 2 dan 3
1,97 2,45 2,18 % Tabel 56
101Pasien Maskin (dan Hampir Miskin) Mendapat Pelayanan RawatInap di Sarana Kesehatan Strata 1
2,11 3,39 1,82 % Tabel 57
102Pasien Maskin (dan Hampir Miskin) Mendapat Pelayanan RawatInap di Sarana Kesehatan Strata 2 dan 3
0,36 0,42 1,05 % Tabel 57
103 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan 35,16 46,70 72,53 % Tabel 58
104 Cakupan Kunjungan Rawat Inap 2,65 3,03 5,33 % Tabel 58
105 Gross Death Rate (GDR) di RS per 100.000 Pasien Keluar Tabel 59
106 Nett Death Rate (NDR) di RS per 100.000 Pasien Keluar Tabel 59
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
107 Bed Occupation Rate (BOR) di RS % Tabel 60
108 Length of Stay (LOS) di RS Hari Tabel 60
109 Turn of Interval (TOI) di RS Hari Tabel 60
C.3 Perilaku Hidup Masyarakat
110 Rumah Tangga ber-PHBS 26,09 % Tabel 61
C.4 Keadaan Lingkungan
111 Rumah Sehat 71,52 % Tabel 62
112 Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes 82,11 % Tabel 63
113 Keluarga dengan Sumber Air Minum Terlindung 70,50 % Tabel 65
114 Keluarga Memiliki Jamban Sehat 71,82 % Tabel 66
115 Keluarga Memiliki Tempat Sampah Sehat 55,19 % Tabel 66
116 Keluarga Memiliki Pengelolaan Air Limbah Sehat 55,68 % Tabel 66
117 TUPM Sehat 70,39 % Tabel 67
118 Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya 69,82 % Tabel 68
D. SUMBERDAYA KESEHATAN
D.1 Sarana Kesehatan
119 Jumlah Rumah Sakit Umum 227 Tabel 70
120 Jumlah Rumah Sakit Khusus 97 Tabel 70
121 Jumlah Puskesmas Perawatan 496 Tabel 70
122 Jumlah Puskesmas non-Perawatan 460 Tabel 70
123 Jumlah Apotek 3.047 Tabel 70
124 Sarkes yang Memiliki Laboratorium Kesehatan 88,30 % Tabel 71
125 Sarkes yang Memiliki 4 Spesialis Dasar 75,23 % Tabel 71
126 Jumlah Posyandu 45.600 Posyandu Tabel 72
127 Posyandu Aktif 54,07 % Tabel 72
128 Rasio Posyandu per 100 Balita 7,67 per 100 Balita Tabel 72
129 Jumlah Desa Siaga 8.496 Desa Tabel 73
130 Desa Siaga Aktif 80,53 % Tabel 73
131 Jumlah Poskesdes 8.496 Poskesdes Tabel 73
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
D.2 Tenaga Kesehatan
132 Jumlah Dokter Spesialis 784 213 3.479 Orang Tabel 74
133 Rasio Dokter Spesialis 4,09 1,08 9,07 per 100.000 Penduduk Tabel 74
134 Jumlah Dokter Umum 1.534 1.778 5.662 Orang Tabel 74
135 Rasio Dokter Umum 7,79 9,00 14,57 per 100.000 Penduduk Tabel 74
136 Jumlah Dokter Gigi 371 1.004 1.878 Orang Tabel 74
137 Jumlah Bidan 4.566 10.392 14.987 Orang Tabel 75
138 Rasio Bidan per 100.000 Penduduk 38,51 Tabel 75
139 Jumlah Perawat 8.734 12.286 28.198 Orang Tabel 75
140 Jumlah Tenaga Kefarmasian 562 2.220 6.615 Orang Tabel 76
141 Jumlah Tenaga Gizi 342 1.120 1.694 Orang Tabel 76
142 Jumlah Tenaga Kesmas 352 776 1.251 Orang Tabel 77
143 Jumlah Tenaga Sanitasi 559 602 1.239 Orang Tabel 77
144 Jumlah Tenaga Teknisi Medis 685 1.354 2.667 Orang Tabel 78
145 Jumlah Fisioterapis 140 157 409 Orang Tabel 78
D.3 Pembiayaan Kesehatan
146 Total Anggaran Kesehatan 7.998.997.681.980,00 Rupiah Tabel 79
147 APBD Kesehatan Terhadap APBD Kabupaten/Kota 9,71 % Tabel 79
148 Anggaran Kesehatan Perkapita 210.352,97 Rupiah Tabel 79