Psoriasis
-
Upload
didy-febrian -
Category
Documents
-
view
1.469 -
download
3
Transcript of Psoriasis
BAB I
PENDAHULUAN
Diskusi kasus keempat dalam modul Kulit dan Penyakit Menular Seksual membahas
tentang seorang perempuan dengan keluhan ketombe yang banyak serta bercak merah
pada kulit punggung. Dalam kasus ini kelompok kami membahas beberapa penyakit yang
akan menjadi diagnosis pasien. Penyakit yang menjadi diagnosis kerja kami adalah
Psoriasis. Penyakit ini seing ditemukan, insidensnya tinggi pada orang kulit putih. Faktor
yang memegang peranan besar adalah faktor imunologi yang kemungkinan diturunkan
secara genetik. Ada juga faktor- faktor pencetus yang bisa menimbulkan gejala. Penyakit
ini juga bersifat kronis dan sering berulang.
Semoga makalah ini dapat memberi informasi yang bermanfaat bagi pembaca. Saran
dan masukkan diharapkan untuk makalah yang lebih baik.
Kelompok 11
Jumat, 21 Mei 2010
1
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
Seorang perempuan usia 25 tahun, bekerja sebagai sekertaris, datang berobat ke poliklinik
Kulit & Kelamin RS “Maju Mundur” dengan keluhan timbul ketombe yang banyak pada
kepala pasien serta timbul beberapa bercak merah ukuran lentukiler- numuler pada kulit
punggung disertai dengan sisik yang tebal dan berlapis dan sedikit gatal. Gejala ini sudah
dirasakan beberapa tahun terakhir ini dan sudah diobati tetapi penyakit ini selalu hilang
timbul saja. Penyakit ini terutama timbul apabila pasien sedang menghadapi suatu
permasalahan di kantornya.
Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap pasien didapatkanlah :
Fenomena koebner hasil belum terlihat
Fenomena tetesan lilin +
Fenomena auspitz sign +
Darah/urin rutin dalam batas normal
VDRL/TPHA -
KOH -
PA kulit tampak parakeratosis, akantosis, abses munro, papilomatosis dan
vasodilatasi sub-epidermis
2
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. XX
Kelamin : Perempuan
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : Karyawati sebuah perusahaan yang menjabat sebagai sekertaris
Pendidikan : -
Status perkawinan : -
Suku/Bangsa : -
Agama : -
Alamat : -
II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Timbul ketombe yang banyak pada kepala pasien.
Timbul beberapa bercak merah ukuran lentukiler-numuler pada kulit
punggung disertai dengan sisik yang tebal dan berlapis dan sedikit gatal.
B. Keluhan Tambahan
Gejala ini sudah dirasakan beberapa tahun terakhir ini dan sudah diobati
tetapi penyakit ini selalu hilang timbul saja.
Penyakit ini terutama timbul apabila pasien sedang menghadapi suatu
permasalahan di kantornya.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Timbul ketombe yang banyak pada kepala pasien.
Timbul beberapa bercak merah ukuran lentikuler-numuler pada kulit
punggung disertai dengan sisik yang tebal dan berlapis dan sedikit gatal.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak diketahui
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak diketahui
F. Riwayat Pengobatan
3
Pasien sudah pernah diobati tetapi penyakit ini selalu hilang timbul.
III. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
1. Keadaan Umum : -
2. Kesadaran : -
3. Tanda Vital : -
B. Status Dematologis
Terdapat gambar : Gambar tidak terlampir
Keterangan
Lokasi : Kepala dan kulit punggung.
Penyebaran : -
Bentuk : -
Ukuran : Pada kulit punggung berukuran lentikuler- numuler.
Batas : -
Efloresensi : Pada kulit punggung terdapat bercak eritema disertai sisik
yang tebal berlapis.
IV. Pemeriksaan Lab
A. Darah rutin : Normal
B. Urin rutin : Normal
V. Pemeriksaan Penunjang
A. Fenomena koebner hasil belum terlihat.
B. Fenomena tetesan lilin +
C. Fenomena auspitz sign +
D. VDRL/TPHA -
E. KOH -
F. PA kulit tampak parakeratosis, akantosis, abses munro, papilomatosis dan
vasodilatasi sub- epidermis.
Masalah pada pasien
4
Faktor psikis karena sibuk menjabat sebagai sekretaris.
Ketombe yang banyak pada kepala kemungkinan dermatitis seboroik.
Bercak merah ukuran lentikuler- numuler pada kulit punggung disertai dengan sisik
yang tebal dan berlapis dan sedikit gatal kemungkinan psoriasis.
Pasien sudah diobati tetapi penyakit ini selalu hilang timbul saja penyakit berjalan
kronik residif.
Penyakit ini terutama timbul apabila pasien sedang menghadapi suatu permasalahan
di kantornya Faktor psikis pasien berpengaruh pada terjadinya penyakit.
Ada eritema dan skuama.
VI. Diagnosa Kerja
Psoriasis
Merupakan penyakit autoimun.
Dipengaruhi oleh faktor genetik
Stress psikik adalah faktor pencetus utama.
Gejala klinis
Penderita mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi adalah kulit kepala
( scalp) dan perbatasannya dengan muka, ekstremitas terutama bagian siku serta lutut, dan
daerah lumbosakral.
Patogenesis
Penyakit ini merupakan penyakit autoimun yang mengakibatkan defek pada salah satu
dari 3 jenis sel yaitu: limfosit T, sel penyaji antigen ( dermal ) atau keratinosit. Sel
langerhans juga berperan pada immonopatogenesis psoriasis. Terjadi pembentukan
epidermis yang lebih cepat, hanya 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari.
Histologi
Monosit dan limfosit menumpuk di papil dermis dan di stratum basal.
Lipatan stratum spinosum makin banyak, epidermal makin luas.
Pemeriksaan penunjang
Biopsi kulit.
Tes goresan untuk melihat fenomena tetesan lilin.
Tes auspitz terlihat bintik-bintik darah.
5
Pada psoriasis fenomena tetesan lilin dan tes Auspitz merupakan tanda khas
penyakit ini. Pada pasien walaupun tes Köbner (-), tanda ini bukan tanda khas
pada psoriasis, namun terdapat juga pada penyakit kulit lain.
Pemeriksaan fisik inspeksi pada kuku (khas pitting nail).
Pada gambaran histopatologi akan ditemukan :
Akantosis, terjadi papilomatosis dan vasodilatasi di sub-epidermis.
Pemanjangan rete ridges.
Pemanjangan dan pembesaran papila dermis.
Hiperkeratosis dan parakeratosis.
Terjadi penipisan sampai hilangnya stratum granulosum.
Meningkatkan mitosis pada stratum basalis.
Stratum spinosum terdapat abses munro.
Terdapat oedem dermis disertai infiltrasi limfosit dan monosit.
VII. Diagnosa Banding
1. Dermatitis Seboroik
Gejala klinis
Eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang tegas.
Tempat predileksi pada tempat seboroik (berambut).
Penyebabnya belum diketahui. Faktor predisposisinya ialah kelainan konstitusi berupa
status seboroik yang diturunkan.
Dermatitis seboroik berhubungan dengan keaktifan glandula sebasea. Glandula
tersebut aktif pada bayi yang baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif selama 9-12
tahun akibat stimulasi hormon androgen ibu berhenti.
Insidens mencapai puncaknya pada umur 18-40 tahun.
Banyak terjadi pada pria dibanding dengan wanita.
Patogenesis:
Terjadi pertumbuhan Pityrosporum ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi
inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang masuk kedalam epidermis, maupun
karena sel jamur itu sendiri, melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans
6
2. Dermatitis Numularis
Gejala klinis:
Bentuk lesi seperti uang logam ( nummularis) ukuran bervariasi dari miliar sampai
numular, eritematosa, sedikit edematosa dan berbatas tegas. Pasien mengeluh sangat
gatal. Tempat predileksi tungkai bawah, lengan, badan dan punggung tangan.
Penyebab utama tidak diketahui. Penyakit ini melibatkan beberapa faktor:
Kemungkinan ada hubungannya dengan dermatitis kontak.
Trauma fisis dan kimiawi bisa jadi faktor.
Stres emosional dan mengkonsumsi alkohol.
Stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan.
Histopatologi pada lesi kronis:
Alkantosis teratur.
Hipergranulasi.
Hiperkeratosis.
Spongiosis ringan.
Pada dermis bagian atas terdapat fibrosis, sebukan limfosit dan makrofag sekitar
pembuluh darah. Limfosit mayoritas T-CD4+. Sebagian besar dermis tipe MCtc,
berisi triptiase.
Pada epidermis, limfosit mayoritas terdiri atas sel T-CD8+.
VIII. Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan psoriasis perlu diperhatikan :
Luas lesi
Lokasi
Umur penderita
Kontraindikasi
Pengobatan Umum
Pasien disarankan untuk mengurangi stress dan faktor- faktor pencetus agar
mencegah terjadinya remisi.
7
Menghindari sinar matahari yang berlebihan agar tidak memperparah penyakit.
Pasien diberi edukasi untuk mengurangi gesekan mekanik atau garukan dan saran
penyinaran dengan sinar ultraviolet artifisial yang digunakan UVA pada daerah
lesi.
Pengobatan Khusus
A. Pengobatan Topikal : digunakan untuk mengurangi lesi.
Salep yang mengandung steroid
Salep LCD 5%
Calcipotriol
Ditranol (antralin)
B. Pengobatan Sistemik
Metrotreksat
Soralen sistemik + penyinaran UV atau kombinasi obat topikal dan sistemik.
IX. Prognosis
Ad vitam : Bonam, psoriasis tidak menyebabkan kematian.
Ad sanationam : Dubia, karena Psoriasis penyakit yang belum dapat
disembuhkan sempurna, karena berkaitan dengan masalah autoimun pada tubuh
pasien sendiri. Penyakit akan bejalan kronis dan residif sehingga akan sering
berulang.
Ad functionam : Dubia ad bonam, penyakit tidak terlalu mempengaruhi
keadaan umum pasien, gejala subjektif psoriasis hanya gatal ringan.
Ad kosmetikum : Dubia, Psoriasis dapat menyebabkan gangguan
kosmetik dan pasien akan merasa terganggu terutama saat timbul gejala.
.
BAB III
8
TINJAUAN PUSTAKA
Psoriasis
Definisi
Psoriasis adalah penyakit autoimun bersifat kronik residif disertai dengan adanya bercak-
bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapsis- lapis dan transparan.
Sinonim
Psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa.
Epidemiologi
Insidens penyakit ini tinggi pada orang kulit putih, terutama keturunan Eropa 3- 7%,
Amerika 1- 2% dan jepang 0.6%. Lebih banyak diderita oleh pria daripada wanita,
terdapat pada semua usia terutama orang dewasa.
Etiopatogenesis
Faktor genetik berperan, bila orangtua pasien menderita psoriasis kemungkinan anaknya
menderita psoriasis 34- 39%, bila orang tuanya tidak menderita psoriasis kemungkinan
anaknya menderita psoriasis 12%.
Faktor imunologi berperan, defek imunologi kemungkinan diturunkan secara genetik.
Defek pada salah satu dari 3 jenis sel yaitu: limfosit T, sel penyaji antigen ( dermal ) atau
keratinosit. Sel langerhans juga berperan pada immonopatogenesis psoriasis. Terjadi
pembentukan epidermis ( turn over time) yang lebih cepat, hanya 3-4 hari, sedangkan
pada kulit normal lamanya 27 hari. Sel T yang teraktivasi akan berinteraksi dengan sel
kulit (terutama keratinosit) dan mengakibatkan pembentukan kulit yang tebal dan
bersisik.
Faktor pencetus pada psoriasis yang paling sering adalah stress psikis, infeksi fokal,
trauma, endokrin, gangguan metabolit, obat, juga alkohol dan merokok. Stress psikis
merupakan faktor pencetus utama. Infeksi fokal berhubungan erta dengan terjadinya
psoriasis gutata. Umumnya oleh bakteri Streptococcus. Gangguan metabolisme seperti
hipokalsemia dan dialisis dilaporkan sebagai faktor pencetus. Obat yang umumnya
9
menyebabkan residif adalah beta adrenergik blocking agents, litium, antimalaria, dan
penghentian mendadak kortikosteroid sistemik.
Gejala klinis
Keluhan pasien berupa gatal ringan. Kelainan kulit terdiri plak dengan skuama di atasnya,
eritema sirkumskrip merata, skuama berlapis kasar dengan warna putih transparan. Tanda
khas psoriasis adalah fenomena tetesan lilin dan Auspitz. Fenomena tetesan lilin adalah
skuama yang warnanya menjadi putih pada goresan , seperti lilin yang digores. Tanda
Auspitz didapat dengan cara mrngerok skuama yang berlapis secara perlahan dengan
gelas alas dan akan ditemukan serum atau bintik- bintik perdarahan. Jika terlalu dalam
akan terlihat perdarahn yang merata. Trauma pada kulit penderita psoriasis misalnya
garukan dapat menyebabkan kelainan yang sama pada kelainan psoriasis disebut
fenomena kobner, namun tanda ini tidak khas pada psoriasis. Psoriasis juga menyebabkan
kelainan kuku pada sekitar 50% penderita yang cukup khas yaitu pitting nail atau nail pit
yang berupa lekukan- lekukan miliar. Selain kuku dan kulit, psoriasis juga menyebabkan
kelaina sendi. Umumnya bersifat poliartikular, predileksi pada sendi interfalangs distal
dan insidens pada umur 30- 50 tahun.
Bentuk klinis
1. Psoriasis vulgaris merupakan bentuk biasa yang sering ditemui. Disebut juga tipe
plak karena lesinya berbentuk plak.
2. Psoriasis gutata umumnya timbul setelah infeksi Streptococcus. Terutama pada anak
dan dewasa muda, diameter kelainan biasa tidak lebih dari 1 cm. Dapat timbul juga
setelah infeksi virus atau bakteri lain.
3. Psoriasis inversa ( psoriasis fleksura) tempat predileksi di daerah fleksor.
4. Psoriasis eksudativa merupakan bentuk yang sangat jarang. Kelainannya eksudatif
seperti dermatitis akut.
5. Psoriasis seboroik tempat predileksi di daerah seboroik namun ada juga pada tempat
lain, gejala mirip dermatitis seboroik namun skuamanya kering dan berlapis berwarna
putih transparan.
10
6. Psoriasis pustulosa terdapat 2 bentuk yaitu lokalisata dan generalisata. Bentuk
lokalisata yaitu psoriasis pustulosa palmo- plantar (Barber), bersifat kronik residif dan
mengenai telapak tangan atau telapak kaki, namun bisa juga terkena kedua- duanya.
Kelainan kulit berupa kelompok pustul kecil dan dalam di atas kulit eritemetosa
disertai rasa gatal. Bentuk generalisata yaitu psoriasis pustulosa generalisata akut (von
Zumbusch). Kelainan ini disebabkan oleh faktor pencetus obat, yang tersering karena
penghentian kortikosteroid sistemik. Gejala awl kulit nyeri, hiperalgesia, gejala umum
demam, malaise, nausea, anoreksia. Kulit yang psoriasis akan makin eritematosa.
Setelah beberapa jam timbul plak edematosa dan eritematosa pada kulit normal dan
timbul pustul miliar dalam plak tersebut.
7. Eritroderma Psoriatik timbul akibat pengobatan topikal yang terlalu kuat atau
penyakinya sendiri yang meluas.
Histopatologi
Gambaran histopatologi pada psoriasis yang kahs adalah parakeratosi dan akantosis. Pada
stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses Munro. Selain itu
terdapat pula papilomatosis dan vsodilatasi subepidermis.
Pengobatan
Pengobatan sistemik
1. Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis. Setelah membaik dilakukan tappering off
agar tidak terjadi rebound phenomena dan menyebabkan kekambuhan serta terjadinya
psoriasis pustulosa generalisata akut.
2. Obat sitostatik dapat digunakkan untuk psoriasis yang sukar terkontrol dengan obat
standar. Kontraindikasi perlu diperhatikan pada orang hamil, kelainan hepar dan
ginjal, kelainan hematopoietik, adanya penyakit infeksi aktif, ulkus peptikum, kolitis
ulserosa dan psikosis. Efek sampingnya adalah alopecia, nyeri kepala, depresi
sumsum tulang, hepar dan lien. Perlu dipertimbangakan penggunaan obat ini lebih
bermanfaat atau lebih merugikan pasien.
11
3. Levodopa dapat memperbaiki keadaan penderita psoriasis, kira- kira 40% penderita
berhasil disembuhkan menurut referensi.
4. DDS ( diaminodifenisulfon) untuk menangani psoriasis pustulosa tipe Barber.
5. Etretinat merupakan retinod arometik untuk psoriasis yang sukar disembuhkan,
dipakai juga untuk pengobatan eritroderma psoriatika. Pada psoriasis obat tersebut
mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal, namun tidak
semua penderita psoriasis dapat disembuhkan dengan obat ini.
6. Siklosporin efeknya imunosupresif. Hasilnya baik namun setelah dihentikan psoriasi
akan kambuh lagi. Bersifat hepatotoiksik dan nefrotoksik.
Pengobatan Topikal
1. Preparat ter efeknya adalah antiradang. Ter berasal dari 3 bahan yaitu fosil, kayu dan
batubara. Yang efektif untuk pengobatan psoriasis adalah ter yang berasal dari
batubara namun efek iritasinya juga besar. Ter yang berasal dari batubara diberikan
pada psoriasis yang kronis, pada bentuk akut diberi ter yang berasal dari kayu karena
ditakutkan bila pada bentuk akut diberi ter yang berasal dari batubara akan terjadi
iritasi. Konsentrasi yang diberikan 2-5% jika tidak ada perbaikan konsentrasi
dinaikkan. Daya penetrasi dapat dipertinggi dengan menambahkan asam salisilat 3-
5% agar lebih efektif. Sebagai vehikulum diberikan dalam bentuk salap, karena salap
mempunyai daya penetrasi yan terbaik.
2. Kortikosteroid topikal memberi hasil yang baik. Potensi dan vehikulum tergantung
pada lokasi yang akan diberikan. Pada skalp, muka dan daerah lipatan diberi krim dan
potensi sedang. Pada batang tubuh dan ekstremitas diberi salap dengan potensi kuat
atau sangat kuat tergantung lamanya penyakit. Bila ada perbaikan potensi dan
frekuensi penggunaan dikurangi.
3. Ditranol (antralin) obat ini dikatakan efektif, konsentrasi yang digunakan 0,2-0,8%
dalam pasta, salap atau krim. Lama pemakaian ¼ - ½ jam sehari sekali.
Penyembuhan dalam 3 minggu.
12
4. Pengobatan dengan penyinaran, sinar UV dapat menghambat mitosis sehingga dapat
digunakan pada penyakit psoriasis. Yang digunakan adalah sinar UV artifisial
diantaranya sinar UVA, dapat digunakan tersendir atau gabungan dengan psoralen (8-
metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA. UVB juga dapat digunakan untuk
psoriasis tipe plak, gutata, pustular dan eritroderma. UVB dikatakan lebih efektif
daripada UVA.
5. Calcipotriol sintetik vitamin d yang efeknya antiproliferasi. Perbaikkan setelah 1
minggu. Efek samping pada 4- 20% pasien adalah rasa terbakar, dan tersengat, dapat
pula terlihat eritema dan skuamasi, efek akan hilang setelah beberapa hari pengobatan
dihentikan.
6. Tazaroten merupakan molekul retinoid asetinilik topikal efeknya menghambat
proliferasi dan normalisasi petanda diferesiensi keratinosit dan menghambat petanda
proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi kulit. Bila dikombinasikan dengan
steroid topikal potensi sedang dan kuat akan mempercepat penyembuhan dan
mengurangi iritasi.
7. Emolien melembutkan permukaan kulit. Fungsinya untuk meninggikan daya penetrasi
bahan aktif, emolien sendiri tidak berperan sebagai antipsoriasis.
DAFTAR PUSTAKA
13
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah M, Editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke 5.
Jakarta.Balai Penerbit FKUI.2007; hal. 189-95
2. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke 2. Jakarta.Penerbit Buku
Kedokteran EGC.2004
3. Carpenito, Lynda J.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke 8.Jakarta.EGC.2000
14