Proses Reproduksi Hewan Betina.pdf

16
Universitas Gadjah Mada 1 BAB III PROSES REPRODUKSI HEWAN BETINA A. PENDAHULUAN Pokok bahasan kuliah proses reproduksi meliputi pengertian mengenai proses reproduksi hewan betina mulai dan pubertas yang meliputi umur pubertas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya; siklus estrus yang meliputi periode siklus estrus dan pengaturan hormon; serta folikulogenesis termasuk juga ovigenesis. Pokok bahasan ini secara umum dapat digunakan untuk membantu dalam memahami proses reproduksi yang terjadi pada hewan betina. Pokok bahasan kuliah ini secara keseluruhan dapat diselesaikan dalam waktu 4 kali tatap muka (dalam 2 minggu). Setelah mengikuti pokok bahasan kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat mengerti serta memahami proses reproduksi pada hewan betina.

description

reproduksi hewan betina dapat melalui IB.

Transcript of Proses Reproduksi Hewan Betina.pdf

  • Universitas Gadjah Mada 1

    BAB III

    PROSES REPRODUKSI HEWAN BETINA

    A. PENDAHULUAN

    Pokok bahasan kuliah proses reproduksi meliputi pengertian mengenai proses

    reproduksi hewan betina mulai dan pubertas yang meliputi umur pubertas dan faktor-faktor

    yang mempengaruhinya; siklus estrus yang meliputi periode siklus estrus dan pengaturan

    hormon; serta folikulogenesis termasuk juga ovigenesis. Pokok bahasan ini secara umum

    dapat digunakan untuk membantu dalam memahami proses reproduksi yang terjadi pada

    hewan betina.

    Pokok bahasan kuliah ini secara keseluruhan dapat diselesaikan dalam waktu 4 kali

    tatap muka (dalam 2 minggu). Setelah mengikuti pokok bahasan kuliah ini diharapkan

    mahasiswa dapat mengerti serta memahami proses reproduksi pada hewan betina.

  • Universitas Gadjah Mada 2

    B. PENYAJIAN

    Pubertas

    Pubertas pada hewan betina didefinisikan sebagai keadaan ketika hewan betina

    sudah melepaskan sel gamet yang ditunjukkan dengan tingkah laku seksual. Pada dasamya

    pubertas merupakan hasil kerjasama antara peningkatan aktivitas gonadotropin dan

    kemampuan gonad melangsungkan steroidogenesis dan gametogenesis secara simultan.

    Pada saat pubertas, konsentrasi gonadotropin dalam darah meningkat, yang merupakan

    hash dan peningkatan amplitudo dan frekuensi gelombang periodic dari gonadotropin.

    Dibawah kondisi normal pubertas pada kelinci tercapai pada umur 4 bulan, pada

    domba, kambing dan babi 6-7 bulan, pada sapi 12 bulan, dan pada kuda 15-18 bulan. Umur

    pubertas dipengaruhi oleh lingkungan fisik, photoperiod, umur bangsa induknya, bangsa

    pejantannya, heterosis, temperatur lingkungan, berat badan (BB), dan pertambahan BB

    sebelum dan sesudah penyapihan. Pubertas terpengaruh oleh BB daripada urnur. Sapi

    perah mencapai pubertas ketika BB 30-40% dari BB sapi dewasa, sedangkan pada sapi

    potong persentasenya lebih yaitu 45-55% dan BB sapi dewasa. Tingkat nutrisi berperan

    dalam umur Jika pertumbuhannya cepat, karena diberi pakan berlebihan, maka tersebut

    akan mencapai pubertas pada umur yang Iebih muda. Sebaliknya jika pakan kurang dan

    pertumbuhan lambat, maka pubertas akan tertunda.

    Pubertas pada babi dipengaruhi oleh bangsa, tipe kandang, dan musim pada waktu

    terjadi maturasi seks. Babi yang dikandangkan bersarna pejantan akan mencapai pubertas

    lebih awal dibandingkan dengan babi yang tidak dikandangkan bersama pejantan. Pada

    hewan seasonal breeders, umur pubertas tergantung pada ketika hewan tersebut dilahirkan.

    Domba yang lahir pada bulan Januari pubertas pada umur 8 bulan, sedang yang lahir bulan

    April mencapai pada umur 6 bulan. Pubertas terjadi lebih awal pada babi yang dikawinkan

    secara berkelompok, daripada yang dikawinkan sendiri. Efisiensi reproduksi belum tercapai

    sepenuhnya pada estrus pertama.

  • Universitas Gadjah Mada 3

    SIKLUS ESTRUS

    Siklus estrus didefinisikan sebagai periode dan siklisitas reproduksi perkawinan pada

    hewan terbatas pada saat estrus, bersamaan dengan waktu ovulasi. Pada manusia dan

    primata lainnya, perkawinan tidak terbatas tetapi bisa kapan saja sepanjang siklus

    menstruasi, dan ovulasi terjadi pada pertengahan siklus.

    I. Terminologi

    (1) Siklus estrous

    (i) Periode dari siklisitas reproduksi

    (2) Anestrus

    (i) Periode tanpa siklus estrous

    (a) Kebuntingan

    (b) Menyusui

    (c) Musiman

    (d) Nutrisi jelek

    (e) Kondisi patologis

    (3) Terminologi lain

    (i) Estrus

    (a) Kata benda

    (b) Periode penerimaan seksual

    (c) Heat = nama yang umum

    (d) Oestrus = gaya British

    (ii) Estrous

    (a) Kata sifat untuk menjelaskan kejadian yang berhubungan dengan siklus

    estrous

    (b) Oestrous = gaya British

    (iii) Seasonal breeders

    (a) Hewan yang memiliki satu atau lebih siklus estrous selama periode tertentu

    dalam satu tahun.

    (iv) Hewan Polyestrous

    (a) Siklus estrous sepanjang tahun

    (b) Sapi, babi, manusia

    (c) Beberapa hewan kadang hanya dikawinkan pada periode tertentu dalam

    satu tahun, tetapi akan bersiklus sepanjang tahun.

  • Universitas Gadjah Mada 4

    (v) Hewan Polyestrous musiman

    (a) Hewan memiliki siklus estrous multiple hanya selama periode tertentu

    dalam satu tahun.

    (b) Short day breeders

    - Bersiklus pada saat siang harinya pendek (musim gugur)

    - Domba, kambing, rusa, elk

    - Anestrus pada musim semi dan panas

    (c) Long day breeders

    - Bersiklus bilamana siang harinya panjang (musim semi)

    - Kuda dan hamster

    - Anestrus pada musim gugur dan dingin

    (vi) Hewan Monoestrous

    (a) Hewan yang memiliki satu siklus setiap tahunnya.

    (b) Anjing, srigala, beruang

    (c) Perpanjangan periode estrus (hari)

    II. PANJANG SIKLUS ESTRUS PADA BERBAGAI HEWAN

    Jenis Hewan Hari (kisaran)

    Domba

    Kambing

    Babi

    Sapi

    Kuda

    Manusia

    Rodensia

    17 (13-19)

    21 (15-24)

    21 (17-25)

    21 (17-24)

    21 (15-25)

    28 (Siklus menstruasi)

    4-6

    III. PEMBAGIAN DALAM SIKLUS ESTRUS

    1. Fase luteal dan Folikuler

    (i) Fase luteal = periode fungsional korpus luteum

    (ii) Fase folikuler = periode perkembangan folikel

    (iii) Urutan

    (a) Hewan non menstruasi : estrus fase luteal fase folikuler estrus

    (b) Hewan menstruasi : menses fase folikuler fase luteal menses

    2. Mesestrus, Diestrus, Proestrus dan Estrus

    (i) Metestrus + Diestrus = Fase Luteal

    (ii) Proestrus + Estrus = Fase Folikuler

  • Universitas Gadjah Mada 5

    (iii) Metestrus

    (a) Dimulainya saat berakhirnya estrus

    (b) Lamanya : 3-5 hari

    (c) Periode pembentukan korpus luteum

    (d) Pada beberapa hewan bias terjadi pendarahan

    - Karena pembentukan penurunan secara mendadak

    - Bukan merupakan indicator terjadinya konsepsi

    - Tidak sama dengan menstruasi

    (iv) Diestrus

    (a) Lamanya : 10-14 hari

    (b) Periode berfungsinya korpus luteum

    (c) Terjadi peningkatan progesterone

    (d) Terjadi perkembangan folikel

    (v) Proestrus

    (a) Lamanya : 2-4 hari

    (b) Korpus luteum mengalami regresi

    (c) Terjadi pertumbuhan folikel secara cepat

    (d) Estrogen meningkat

    (vi) Estrus

    (a) Merupakan periode penerimaan sexual

    (b) Biasanya diikuti dengan ovulasi

    IV. LAMANYA ESTRUS DAN WAKTU OVULASI

    A. Domba

    - Lamanya estrus : 30 jam (18-48)

    - Ovulasi : 24-30 jam dari awal estrus

    - Lonjakan LH sampai terjadinya ovulasi : 26 jam

    B. Babi

    1. Lamanya estrus : 50 jam (12-96)

    2. Ovulasi : 36-44 jam dari awal estrus

    3. Lonjakan LH sampai terjadinya ovulasi : 40 jam

    C. Sapi

    a. Lamanya estrus : 15 jam (6-24)

    b. Ovulasi :

    - 24-32 jam dari awal estrus

    - 10-12 jam setelah akhir estrus

  • Universitas Gadjah Mada 6

    c. Lonjakan LH sampai terjadinya ovulasi : 28 jam

    D. Kuda

    1. Lamanya estrus : 7 hari (2-12)

    2. Ovulasi :

    - 5 hari dari awal estrus

    - 1-2 hari sebelum estrus berakhir

    3. Lonjakan LH sampai terjadinya ovulasi : 2 hari

    V. ANESTRUS

    A. Anestrus karena bunting

    1. Terjadi hambatan terhadap GnRH oleh progesterone

    - Dari korpus luteum verum (pada kebuntingan awal)

    - Dari plasenta (pada kebutingan lanjut)

    B. Pospartum Anestrus

    1. Sistim reproduksi memerlukan waktu untuk kembali normal

    2. Uterus mengalami involusi

    a. Waktu yang diperlukan

    - Sapi : 35-40 hari

    - Domba : 25-30 hari

    - Babi : 25-28 hari

    3. Ovulasi Pospartum

    a. Babi : estrus dengan atau tanpa ovulasi terjadi beberapa hari setelah partus.

    b. Kuda : estrus fertile terjadi 1-3 minggu setelah partus

    c. Ruminansia : Ovulasi tenang, kurang fertile.

    4. Fertilitas maksimal setelah partus

    a. Sapi : 60-90 hari

    b. Babi : setelah penyapihan

    c. Domba : musim kawin berikutnya

    d. Kuda : beberapa minggu setelah partus

    C. Anestrus karena laktasi

    a. Mencegah terjadinya kebuntingan baru sebelum anaknya disapih.

    Penyapihan akan menginduksi terjadinya estrus.

    b. Babi :

  • Universitas Gadjah Mada 7

    a. Tidak ada siklus estrus selama masa laktasi

    b. Estrus dan ovulasi terjadi 4-8 hari setelah penyapihan

    c. Sapi

    a. Penyusunan dapat menunda siklus estrus sampai 60 hari. Tetapi hal ini

    sangat bervariasi antar individu.

    b. Diperlukan minimal 2 kali penyusunan per hari. Peningkatan penyusunan

    tidak berpengaruh.

    c. Gelombang LH menurun

    Penyapihan menyebabkan peningkatan gelombang secara episodic.

    d. Stimulasi kelenjar mammae bukan satu-satunya penyebab anestrus laktasi

    e. Penyapihan menyebabkan efek yang sama pada sapi yang denervated

    (dihilangkan syarafnya)

    f. Pertemuan dengan pedet juga diperlukan :

    - visual, olfaktorius, dan audio

    - Sapi perah yang tidak disusu anaknya tidak mengalami anestrus Iaktasi

    - Yang berpengaruh adalah anaknya sendiri

    g. Anestrus juga bisa disebabkan oleh adanya keseimbangan energi negative

    yang berkaitan dengan Iaktasi

    - khususnya betina primiparus

    - hewan masih sedang tumbuh

    D. Faktor Lain Yang Berkaitan Dengan Anestrus

    a. Nutrisi : nutrisi yang jelek akan menurunkan kemampuan reproduksi

    b. Patologi :

    a. infeksi uterus

    b. korpus luteum persisten

    c. mumifikasi fetus

    VI. Seasonal breeders

    1. Hewan liar mempunyai musim kawin yang dimulai pada saat kondisi lingkungan

    disekitarnya memungkinkan untuk perkembangan anaknya. Biasanya musim yang

    paling baik untuk partus adalah musim semi. Waktu perkawinan tergantung pada

    lama kebuntingan.

    2. Waktu perkawinan tergantung pada lama kebuntingan.

  • Universitas Gadjah Mada 8

    3. Pada beberapa spesies seperti babi dan sapi, sifat seasonal breedernya berhenti

    saat hewan tersebut mengalami domestikasi.

    4. Hewan ternak yang masih tetap bersifat seasonal breeder adalah domba, kambing

    dan kuda.

    A. Short Day Breeder (domba dan kambing)

    1. Pada umumnya domba dan kambing adalah seasonal breeders.

    a. Yang berasal dan daerah tropis mungkin bersiklus sepanjang tahun.

    b. Yang berasal dari Artic memiliki musim yang lebih pendek daripada yang

    berasal dari daerah dengan 4 musim.

    2. Domba merupakan short day breeders

    a. Siklisitas tergantung pada photoperiod.

    - Siang harinya pendek

    - Waktu : antara musim gugur dan musim semi

    - Perubahan waktu tersebut transisi

    - Beberapa jenis domba mempunyai waktu kawin yang diperpanjang,

    contohnya : Merino, Rambouillet.

    b. Ovulasi tenang sering terjadi pada awal dan akhir musim kawin.

    c. Memasukkan pejantan pada musim gugur transisi akan menimbulkan

    sinkronisasi estrus. Estrus pertama terjadi 15-20 hari setelah pemasukkan

    pejantan.

    d. Kambing juga short day breeders

    - Bersiklus antara akhir Juni dan April.

    - Puncak musim kawin antara September dan Januari.

    - Pemasukkan pejantan selama masa transisi menyebabkan sinkronisasi

    estrus. Estrus pertama terjadi 5-10 hari setelah pemasukkan pejantan.

    Tergantung pada masa laktasi.

    - Musim bisa diubah dengan cara memindahkan hewan dan utara ke selatan.

    - Pengaturan cahaya secara buatan dapat juga untuk mencegah terjadinya

    anestrus.

    B. Long Day Breeders (Kuda)

    Siklisitas tergantung pada photoperiod, berlawanan dengan domba dan kambing.

    1. Dimulai saat rasio siang dan malam meningkat.

    2. Berakhir saat siang hari memendek.

    3. Kuda poni : Mei Oktober

  • Universitas Gadjah Mada 9

    4. Kuda : Februari-November.

    5. Puncak fertilitas : Mei Juni, tetapi juga banyak variasinya

    6. Cahaya buatan akan meningkatkan transisi lebih awal

    Folikulogenesis

    Ovarium mempunyai dua fungsi utama yaitu yang pertama adalah siklisitas produksi

    ovum. Fungsi kedua adalah produksi keseimbangan rasio hormon steroid yang akan

    memelihara perkembangan saluran reproduksi, memfasilitasi migrasi embrio muda, dan

    memungkinkan terjadinya implantasi dan perkembangan embrio dalam uterus. Folikel

    merupakan bagian dari ovarium yang menyebabkan ovarium dapat memenuhi tugasnya

    berfungsi ganda yaitu gametogenesis dan steroidogenesis.

    Diantara cadangan folikel primordial, yang terbentuk pada masa fetus atau setelah lahir,

    beberapa folikel primordial mulai tumbuh sambung menyambung sepanjang masa hidupnya

    atau paling tidak sampai cadangan folikel tersebut habis. Ketika folikel dilepaskan dari

    cadangan dia akan tumbuh sampai terjadi ovulasi atau mungkin mengalami degenerasi

    seperti yang terjadi pada kebanyakan folikel. Folikel terbesar bertanggung jawab terhadap

    sebagian besar sekresi estrogen oleh ovarium pada saat estrus. Sekresi estrogen oleh

    folikel terbesar akan menurun dengan cepat pada saat konsentrasi LH mencapai

    puncaknya.

    Sapi mengovulasikan satu folikel yang dapat diidentifikasi berdasarkan ukurannya

    sekitar 3 hari menjelang puncak estrus, ketika dalam ovariumnya terdapat sekitar 3 hari

    menjelang puncak estrus, ketika dalam ovariumnya terdapat 1 atau 2 folikel besar. Pada

    domba, satu atau dua folikel besar mengeluarkan lebih banyak estrogen dan mengikat lebih

    banyak gonadotripin pada sel granulosa daripada folikel yang Iebih kecil. Pada babi,

    rekruitmen folikel ovulasi kedalam populasi ovulasi terus berlanjut selama fase folikuler. Jadi

    pertumbuhan folikel yang lebih kecil cenderung didorong bukannya dihambat oleh folikel

    dominan yang lebih besar.

    Pertumbuhan folikel akhir pada domba, sapi dan babi berkisar antara 12- 34 hari; dan

    total waktu pertumbuhan folikel adalah lebih dari 20 hari diduga sekitar 6 bulan.

    Pertumbuhan folikel sampai dengan stadium pembentukan antrum tidak tergantung pada

    gonadotropin. Pada betina yang mengalami hipofisektomi pembentukan folikel preantral

    berlangsung terus secara normal. Sebaliknya, pembentukan antrum dan pertumbuhan akhir

    folikel sepenuhnya tergantung pada FSH/LH.

  • Universitas Gadjah Mada 10

    Pertumbuhan Folikel

    Pertumbuhan dan maturasi folikel merupakan serangkaian proses transformasi

    subseluler dan molekuler dari berbagai komponen folikel yaitu oosit, granulosa dan theca.

    Proses tersebut diatur oleh beberapa faktor intraovanan, faktor intratolikuler, dan sinyal

    hormonal, yang mengarah pada sekresi androgens dan estrogen (utamanya estrogen).

    Pertumbuhan folikel meliputi proliferasi dan diferensiasi sel theca dan sel yang diinduksi

    secara hormonal, dengan tujuan peningkatan kemampuan folikel memproduksi estradiol dan

    untuk merespon gonadotropin. Produksi estradiol menentukan folikel yang akan memiliki

    reseptor LH yang berguna untuk ovulasi dan luetinisasi. Gangguan pada kemampuan

    merespon dari sel granulosa dan sel theca terhadap sinyal gonadotropin akan

    mengakibatkan pada pertumbuhan folikel dan menginisiasi atresia folikel.

    Rekruitmen dan Seleksi Folikel Ovarium

    Folikel ovarium adalah unit keseimbangan fisiologis yang struktur maupun fungsinya

    tergantung pada faktor-faktor seperti gonadotropin dan sistim hubungan intrafolikuler yang

    kompleks. Pada domba, semua folikel sehat berdiameter 2 mm direkrut, dan sekali terjadi

    terjadi seleksi, maka rekruitmen akan berhenti. Domba Booroolas berbeda dengan domba

    Merinos dikarenakan perpanjangan waktu terjadinya rekruitmen, rendahnya insiden seleksi,

    dan kemampuan folikel yang sudah tumbuh penuh untuk menanti tercapainya puncak LH.

    Sebaliknya, domba Romanos berbeda domba Ile-de-France oleh karena tingginya jumlah

    folikel yang terrekrut antara hari ke 13-15.

    Cairan Folikuler

    Cairan folikuler sebagian besar berasal dari plasma perifir melalui transudasi

    menembus lamina basal folikel dan terakumulasi dalam antrum. Cairan folikuler merupakan

    transudat serum yang dimodifikasi oleh aktivitas metabolik folikuler, mengandung unsur

    pesifik seperti steroid dan glikoprotein yang disintesis oleh sel dinding folikel. Selama

    pertumbuhan folikel tercapai ekuilibrasi antara serum dan cairan folikel. Konsentrasi

    metabolit didalam kedua ruang tersebut serupa. Konsentrasj tersebut sama dengan yang

    ada pada sekresi oviduk. Cairan tersebut mengandung beberapa senyawa fisiologis, dan

    sebagian besar konsentrasinya sama dengan serum darah.

    Dalam antrum folikel besar (bukan yg kecil), cairan folikuler mengandung 17 -estradiol

    dengan konsentrasi yang tinggi pada fase folikuler dan juga progesteron ketika mendekati

    ovulasi. Folikel ovarium besar juga mengeluarkan senyawa nonsteroid yang mempunyai

    aktivitas fisiologi yaitu:

    - oosit inhibitor maturation (OMI) merupakan polipeptida dg berat 1500 dalton

  • Universitas Gadjah Mada 11

    - luteinization inhibitor protein

    - protein inhibitor

    - relaksin 4 polipeptida, berat 9000 dalton

    - inhibin 4 penekan FSH 4 protein BM tinggi

    Cairan folikuler memainkan peranan penting dalam biokimia fisiologi dan metabolik dan

    aspek metabolik dari maturasi nukleus dan sitoplasma oosit. Cairan folikuler melangsungkan

    perubahan besar selama siklus estrus dan melakukan beberapa fungsi termasuk :

    - pengaturan fungsi sel granulosa, inisiasi pertumbuhan folikel dan steroidogenesis

    - maturasi oosit, ovulasi, dan transport ovum ke oviduk

    - persiapan folikel dalam membentuk korpus luteum (CL)

    - faktor-faktor stimulatoris dan inhibitoris dalam cairan folikuler mengatur siklus folikel

    - volume cairan yang dilepaskan saat ovulasi juga penting, bersama-sama dengan

    sekresi cairan oviduk, berperan menciptakan lingkungan yang sesuai untuk proses

    kapasitasi dan metabolisme sperma serta perkembangan embrio awal.

    Endokrinologi Perkembangan Folikel dan Ovulasi

    Pertumbuhan, maturasi, ovulasi dan luteinisasi folikel graaf tergantung pada pola

    sekresi yang sesuai, konsentrasi yang cukup, rasio FSH/LH yang cukup dalam serum.

    Hormon-hormon tersebut meliputi steroid, prostaglandin, dan glikoprotein.

    FSH memegang peran utama dalam inisiasi pembentukan antrum. gonadotropin ini

    menstimulir mitosis sel granulosa dan pembentukan cairan folikel. Lebih lanjut, FSH

    menginduksi sensitivitas sel granulosa terhadap LH peningkatan jumlah reseptor LH. Pada

    babi, reseptor LH meningkat dari 300 (pada folikel kecil) menjadi 10.000 (pada folikel

    preovulatons). Peningkatan reseptor LH mempersiapkan proses luteinisasi sel granulosa

    sebagai respon terhadap lonjakan LH ovulatoris.

    Steroidogenesis. Aktivitas steroidogenik folikel juga tergantung pada aksi FSH pada

    sel granulosa dan LH pada dan sel theca. Rasio androgen-estrogen dalam cairan folikel

    merupakan refleksi dari integritas dan viabilitas fisiologis Pada biri-biri, sel granulosa hanya

    menghasilkan estradiol, meskipun bila dibiakkan dalam media kultur ternyata juga didapati

    adanya testosteron, yang sekresinya meningkat jika ditambahkan FSH. Disisi lain, sel theca

    dan folikel dan domba mensintesis testosteron. Oleh karena FSH utamanya menstimulir sel

    granulosa, produksi testosterone, maka rasio FSH/LH merupakan endokrin yang penting

    untuk mengevaluasi produksi steroid ovanium.

  • Universitas Gadjah Mada 12

    Perkembangan Folikel Selama Fase Folikuler dan Luteal

    Corpus luteum (CL) aktif hadir di ovarium selama fase luteal, yang merupakan fase

    terlama dalam siklus estrus. Fase folikuler adalah periode yang dimulai dari regresi CL

    sampai dengan ovulasi berikutnya, biasanya cukup singkat (pada domba 2 hari, pada sapi

    dan babi 4-5 hari). Namun demikian sebenarnya, antrum folikel sudah mulai terbentuk ketika

    fase luteal, sehingga ada yang berpendapat bahwa fase folikuler lebih dari 2-5 hari, jika fase

    folikuler dihubungkan dengan saat pembentukan antrum hingga ovulasi. Oleh karena itu,

    fase luteal pada hewan domestik, sebagian overlap dengan fase folikuler yang

    sesungguhnya.

    Ada beberapa perbedaan spesies sehubungan dengan fase-fase tersebut, yaitu :

    a) tanpa fase luteal seperti pada rodensia, siklus estrus selama 4 hari

    b) primata memiliki fase folikuler dan fase luteal yang cukup jelas

    c) mamalia domestik yang memiliki overlaping antara fase folikuler dengan fase luteal

    Pada mamalia domestik, juga terdapat peningkatan FSH pada 20-30 jam setelah

    lonjakan preovulatonis dan LH dan FSH. Peningkatan FSH preovulatoris ini memicu

    pembentukan antrum pada populasi folikel termasuk kandidat untuk ovulasi 1-2 siklus

    berikutnya. Pada biri-biri puncak FSH yang kedua jauh lebih besar pada hewan yang

    memiliki angka ovulasi lebih tinggi, dan sangat tinggi korelasinya dengan jumlah folikel antral

    yang ada dalam ovarium 17 hari kemudian. Hanya sedikit dari folikel antral tersebut yang

    tumbuh kemudian ovulasi, selebihnya akan atresia dan degenerasi.

    Panjangnya fase folikuler pada mamalia domestik jika dibandingkan dengan rodensia,

    kemungkinan sebagai hasil dari pelambatan pertumbuhan oleh progesteron dari CL. Pada

    rodensia, ketika CL fungsional terinduksi oleh stimulasi servikal, panjang siklus estrus dan

    pertumbuhan folikel bertambah beberapa hari. Sebaliknya, penurunan konsentrasi

    progestreon selama fase luteal pada sapi dan biri-biri karena enukleasi atau luteolisis oleh

    prostaglandin akan oleh pemendekan siklus. Ovulasi akan terjadi thiam 3 hari, hal ini

    menunjukkan adanya penyerentakan pertumbuhan folikel secara cepat. Hal ini merupakan

    dasar fisiologis dan sinkronisasi estrus pada sapi setelah pemberian protagladin atau pada

    domba setelah pelepasan implan progesteron.

  • Universitas Gadjah Mada 13

  • Universitas Gadjah Mada 14

  • Universitas Gadjah Mada 15

    C.PENUTUP

    Pokok bahasan kuliah mi secara keseluruhan dapat dipahami intisarinya dengan

    cara mahasiswa mengerjakan soal-soal berikut ini:

    1. Sebutkan definisi pubertas pada hewan betina!

    2. Sebutkan umur saat pubertas pada sapi, kuda, domba,dan babi!

    3. Faktor apa yang berpengaruh terhadap pubertas? Sebutkan!

    4. Sebutkan pembagian periode dalam sikius estrus!

    5. Sebutkan lamanya estrus dan waktu ovulasi pada domba, babi, sapi, dan kuda!

    6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan short-day breeders dan long-day breeders!

    Berikan contoh hewannya!

    7. Sebutkan hormon yang berperan dalam masa diestrus!

    8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan rekruitmen dan seleksi folikel!

    9. Folikel yang sudah masak disebut sebagai folikel graaf. Sebutkan bagian-bagiannya!

    10. Hormon apa yang mempengaruhi perkembangan folikel? Dan hormon apa yang

    menginduksi ovulasi?

    11. Gambarkan perkembangan folikel di dalam ovarium!

    Agar mahasiswa dapat menilai kemampuan diri dalam memahami setiap materi yang

    diberikan dalam setiap pokok bahasan, maka mahasiswa harus dapat menyelesaikan soal-

    soal tersebut. Seandainya ada kesulitan dalam menjawab soal-soal tersebut sebaiknya

    didiskusikan di dalam perkuliahan.

    Kisi-kisi untuk menjawab soal-soal di atas adalah soal 1 halaman (30); 2(30), 3(30),

    4(33), 5(34), 6(32,37,38), 7(33), 8(39-40), 9(45),10(41), 11(44).

  • Universitas Gadjah Mada 16

    DAFTAR BACAAN

    A. Emts Knobil and Jimmy D Neil, 1988, The Physiology of Reproduction Vo. I & II Reven

    Press, New York

    B. E.S.E. Hafez, 1987. Reprodyction in Farm Animals 6 th d. Lea Febiger, Philadelphia

    C. E.S.E. Hafez, 1993. Reproduction in Farm Animals 7 th Ed. Lea Febiger, Philadelphia

    D. H. J. Baerden and Fuquay J.W. Applied aflimal Reproduction, Reston Publising

    Company, Inc. A. Precficco Hall Company, Reston, Virginia.

    E. Reproducthe Hormones,

    http:/cards.tamu.edu/ansc/433/repro/reprolecture/hormones.html

    F. Hormonal Control of Female Reproduction

    http:/WWW/afins.ualberta.ca/dairy/dp472-3b.htm

    G. Esroes Cycle

    http: WWW.siu.edu/tw3a143lestasy.htm