Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

49
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para pelajar seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagai mana yang diharapkan. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar. Hal itu disebabkan adanya faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar itu sendiri. Sementara itu, setiap siswa dalam mencapai sukses belajar, mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan, akan tetapi banyak pula siswa mengalami kesulitan, sehingga menimbulkan masalah bagi perkembangan pribadinya. Menghadapi masalah itu, ada kecenderungan tidak semua siswa mampu memecahkannya sendiri. Seseorang mungkin tidak mengetahui cara yang baik untuk memecahkan masalah sendiri. Ia tidak tahu apa sebenarnya masalah yang dihadapi. Ada pula seseorang yang tampak seolah tidak mempunyai masalah, padahal masalah yang dihadapinya cukup berat. Atas kenyataan itu, semestinya sekolah harus berperan turut membantu 1

Transcript of Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

Page 1: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk

memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik.

Kenyataannya, para pelajar seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau

tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagai mana yang diharapkan. Hal itu

menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam

mencapai hasil belajar. Hal itu disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi proses

belajar itu sendiri. Sementara itu, setiap siswa dalam mencapai sukses belajar, mempunyai

kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan,

akan tetapi banyak pula siswa mengalami kesulitan, sehingga menimbulkan masalah bagi

perkembangan pribadinya.

Menghadapi masalah itu, ada kecenderungan tidak semua siswa mampu

memecahkannya sendiri. Seseorang mungkin tidak mengetahui cara yang baik untuk

memecahkan masalah sendiri. Ia tidak tahu apa sebenarnya masalah yang dihadapi. Ada

pula seseorang yang tampak seolah tidak mempunyai masalah, padahal masalah yang

dihadapinya cukup berat.

Atas kenyataan itu, semestinya sekolah harus berperan turut membantu

memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Seperti diketahui, sekolah sebagai lembaga

pendidikan formal sekurang-kurangnya memiliki 3 fungsi utama yaitu :

fungsi pengajaran, yakni membantu siswa dalam memperoleh kecakapan bidang

pengetahuan dan keterampilan.

fungsi administrasi,

fungsi pelayanan siswa, yaitu memberikan bantuan khusus kepada siswa untuk

memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri dan integrasi sosial yang lebih baik,

sehingga dapat menyesuaikan diri baik dengan dirinya maupun dengan

lingkungannya.

Selain sekolah ada lagi yang memang perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan

pendidikan, yaitu proses pembelajaran, hasil belajar siswa dan juga evaluasi. Dimana

kompunen-kompunen pendidikan di atas sanga berkaitan erat. Untuk mencapai tujuan kita

harus menyiapkan proses pembelajaran itu supaya bisa berjalan sesuai rencana, dan agar kita

bisa ngetahui apakan tujuan pendidikan sudah tercapai maka evaluasi sangat diperlukan.

1

Page 2: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

Berlatar belakang dari keterangan di atas, maka sangat perlu bagi kita untuk

memahami lebih dalam mengenai proses pembelajaran, dan evaluasi. Adapun mengenai

fenomena pendidikan tentang kesulitan para peserta didik, maka evaluasi diagnostik dianggap

perlu dan memiliki fungsi atau peranan yang sangat penting untuk mengatasi kesulitan belajar

siswa terutama untuk mngetahui tingkat kemampuan belajar siswa secara individual. Setelah

mendiagnosa baru lah kita mengetahui apa penyebab peserta didik mendapatkan hasil belajar

yang tidak sesuai harapan. Guru juga bisa memutuskan apa solusi yang tepat apakah perlu

pembelajaran remedial, metode apa yang akan dipakai, materi apa yang sangat sulit bagi dia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan di atas, maka penulis merumuskan

masalah yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan proses pembelajaran?

2. Apa yang dimaksud dengan evaluasi?

3. Apa yang dimaksud dengan evaluasi diagnosa?

4. Apakan perlu remedial dalam suatu pembelajara?

2

Page 3: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Pembelajaran

1. Definisi Proses Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata proses bermakna sebagai beriku: (1)

runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu: -kemajuan sosial berjalan

terus; penyakit; kimia, reaksi kimia; (2) rangkaian tindakan,pembuatan, atau pengolahan

yang menghasilkan produk; (3) perkara di pengadilan; sedang di pengadilan; verbal berita

acara (laporan mengenai suatu perkara, yaitu waktu terjadinya, keterangan, dan petunjuk

lain); verbal beberapa demonstran yang kini ditahan sedang dibuat; - adiabatik proses

yang terjadi pada suatu sistem apabila selama berlangsungnya proses tidak ada panas

(kalori) yang masuk atau keluar;-belajar tingkat dan fase-fase yang dilalui anak atau

sasaran didik dalam mempelajari sesuatu; sosial proses pengaruh timbal balik antara

pelbagai bidang kehidupan; sosialisasi proses yang membawa anak pada perkenalan dan

pergaulan dengan anak lain; berproses mengalami (mempunyai) proses; pengawasan

dengan mekanisme komputer bisa cepat mengetahui segala angka atau data.( Anton M.

Moeliono, dkk.1997 hlm.703).

Setelah mengetahui makna dari kata proses. Kemudian memahami makna dari

kata Pembelajaran. Kata dasar pembelajaran adalah kata belajar, oleh karena itu

pengertian pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari pengertian belajar. Sedangkan makna

kata dari kata pembelajaran adalah suatu proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau

makluk hidup belajar.1

Menurut Slamet (dalam Hadis, 2006 hlm.60) mengungkapkan bahwa belajar

adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan prilaku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri

daninteraksinya dengan lingkungan. Pengertian yang hampir sama dikemukakan

olehSoemanto (2006: hlm. 104) bahwa, “Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu

hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan

berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.”

1 Artikata.com, diakses 1 Oktober 2013.3

Page 4: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya.1997 hlm.33, proses belajar mengajar

adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang terorganisasi.Lingkungan ini diatur serta

diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai tujuan pendidikan.Pengawasan turut

menentukan lingkungan itu membantu kegiatan belajar.Lingkungan belajar yang baik

adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar,

memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu

faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam satu kelas adalah job descreption proses

belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh

kelompok-kelompok siswa.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan proses atau kegiatan yang memungkinkan terjadinya peristiwa belajar yang

dapat menghasilkan perubahan pada pelaku belajar.

Perlunya merumuskan kurikulum berbasis proses pembelajaran yang

mengedepankan pengalaman personal melalui proses mengamati, menanya, menalar, dan

mencoba [observation based learning] untuk meningkatkan kreativitas peserta didik,

Disamping itu, dibiasakan bagi peserta didik untuk bekerja dalam jejaringan melalui

collaborative learning. (Materi Kemendikbud, Sosialisasi Kurikulum 2013). Ini lah yang di

harapkan dari penerapan Kurikulum 2013, karena di atas dijelaskan bahwa proses

pembelajaran pada intinya ingin mengubah prilaku anak didik menjadi lebih baik melalui

proses belajar.

2. Proses Pembelajaran yang Baik

Untuk menghasilkan sebuah proses pembelajaran yang baik, maka paling tidak

harus terdapat 4 tahapan, yaitu :

a. Tahap berbagi dan mengolah informasi, kegiatan dikelas, laboratorium,

perpustakaan adalah termasuk dalam aktifitas untuk berbagi dan mengolah

informasi.

b. Tahap internalisasi, aktifitas dalam bentuk PR, tugas, paper, diskusi, tutorial,

adalah bagian dari tahap internalisasi.

c. Mekanisme balikan, kuis, ulangan/ujian serta komentar dan survey adalah bagian

dari proses balikan.

4

Page 5: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

d. Evaluasi, aktifitas assesment yang berdasar pada test ataupun tanpa test termasuk

assesment diri adalah bagian dari proses evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan secara

review ataupun dengan survey terbatas.

3. Analisis Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran mengandung dua aktivitas yaitu belajar dan mengajar. Belajar

didefinisikan sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan

pengalaman dan mengajar didefinisikan sebagai aktivitas mengorganisasikan atau

mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi siswa untuk

melakukan proses belajar yang efektif. Tujuan proses pembelajaran bagi guru adalah

mengantarkan peserta didik atau sebagai fasilitator dalam menguasai kompetensi yang

dibutuhkan melalui proses belajar mengajar. Tujuan pembelajaran bagi siswa adalah

mampu menguasai kompetensi yang diajarkan oleh guru sehingga dapat diperoleh hasil

belajar (nilai) yang memuaskan.

Teuku Zahara Djaafar (2001:1) menyatakan dalam konsep teknologi pendidikan

dibedakan istilah pembelajaran (instruction) dan pengajaran (teaching).Pembelajaran

disebut juga kegiatan instruksional (Instructional) saja yaitu usaha mengelola lingkungan

dengan sengaja agar seseorang belajar berperilaku tertentu dalam kondisi

tertentu.Sedangkan pengajaran adalah usaha membimbing dan mengarahkan pengalaman

belajar kepada peserta didik yang biasanya berlangsung dalam situasi resmi (formal).

Lebih lanjut Teuku Zahara Djaafar menyatakan menurut Cagne dan Bigg, pembelajaran

adalah rangkaian peristiwa kejadian yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga

proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah.

Syaiful Bahri dan Aswan Zain (1997:194) menyatakan bahwa masalah pokok yang

dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan

kelas.Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yangkompleks, dan guru

menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa

sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan memungkinkan

mereka dapat belajar. Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan

dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain ialah kegiatan kegiatan untuk

menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar

mengajar. Menurut Popham dan Baker (1992;101) seseorang tidak dapat menghindari

5

Page 6: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

timbulnya kesulitan kesulitan di dalam kelas tetapi seseorang dapat menguranginya, dan

bila terjadi dapat menanganinya secara efisien.

Setiap guru masuk di dalam kelas, maka pada saat itu pula ia menghadapi dua

masalah pokok, yaitu masalah pengajaran dan masalah manajemen. Masalah pengajaran

adalah usaha membantu anak didik dalam mencapai tujuan khusus pengajaran secara

langsung, misalnya membuat satuan pengajaran , penyajian informasi , mengajukan

pertanyaan, evaluasi dan lain-lain. Sedangkan masalah manajemen adalah usaha untuk

menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikan rupa sehingga proses belajar

mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. (Syaiful Bahri dan Aswan Zain,

1997;196). Dengan demikian proses pembelajaran di dalam kelas terkait dengan masalah

pengajaran dan masalah pengelolaan kelas.

IGAK Wardani (2001:16) menyatakan mengajar adalah perbuatan yang kompleks

yang merupakan pengintegrasian secara utuh berbagai komponenkemampuan.Komponen

kemampuan tersebut berupa pengetahuan,keterampilan,sikap dan nilai.Mengajar

dikatakan berhasil jika anak – anak belajar sebagai akibat usaha itu (S. Nasution, 1995:5).

Oleh karena itu dalam proses pembelajaran yangmeliputi proses pengajaran dan

pengelolaan kelas tujuan utamanya adalahbagaimana mengupayakan agar peserta didik

belajar.

Agar proses pengajaran berlangsung baik maka guru harus menguasaiketerampilan

dasar mengajar. Berdasar hasil penelitian Turney (1973) terdapat 8keterampilan dasar

mengajar yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilankegiatan belajar mengajar.

Kedelapan keterampilan tersebut adalah :

a. Keterampilan bertanya

b. Keterampilan memberi penguatan

c. Keterampilan mengadakan variasi

d. Keterampilan menjelaskan

e. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

f. Ketarmpilan membimbing diskusi kelompok kecil

g. Keterampilan mengelola kelas

h. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan individual

(IGAK Wardani, 2001:17)

6

Page 7: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

Di samping menguasai keterampilan dasar mengajar guru juga dituntut

untukmampu mengelola kelas secara efektif. Suroso (2002:93) menyatakan konsep

dasaryang harus diperhatikan dalam manajemen kelas adalah:

a. Manajemen bagaimana guru merencanakan, mengorganisasikandan mengontrol.

b. Menegakkan disiplin kelas, termasuk memberi hukuman danperingatan.

c. Menciptakan iklim kelas yang rileks, menyenangkan fleksibel, demokratik, sportif

namun juga represif, dan lain-lain.

Dalam proses pembelajaran, seorang guru berperan sebagai pemimpin/fasilitator

dan mengarahkan kegiatan belajar siswanya. Dalam proses belajar mengajar terdapat

beberapa aspek yang saling berkaitan. Oemar Hamalik (2002:63) menyatakan paling tidak

ada tujuh aspek yang memiliki fungsi berbeda dalam proses belajar mengajar ,tetapi

merupakan satu kesatuan bulat yaitu:

a. Aspek Tujuan instruksional (Standar kompetensi)

b. Aspek materi pelajaran

c. Aspek metode dan strategi pembelajaran

d. Aspek media instruksional

e. Aspek penilaian

f. Aspek penunjang fasilitas, waktu,tempat dan pelengkapan

g. Aspek ketenagaan meliputi aspek siswa dan guru.

Semua aspek tersebut satu sama lainnya saling terkait dan mempengaruhi

tercapainya tujuan pembelajaran. Guru sebagai sutradara dalam kegiatan pembelajaran

dituntut untuk mampu mengelola keseluruhan aspek tersebut sehingga tujuan

pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Kemampuan guru dalam mengelola

aspek-aspek belajar mengajar dapat ditinjau dari kemampuan guru merencanakan,

melaksanakan dan mengevaluasi program pembelajaran.

4. Proses Pembelajaran pada Kurikulum 2013

Berbicara mengenai proses pembelajaran pada Kurikulum 2013, hal ini terkait

dengan standar proses yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Di dalam Lampiran

Permendikbud No.65/2013 menyebutkan bahwa Standar ini harus sesuai dengan Standar

Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakuppengembangan ranah sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasuntuk setiap satuan pendidikan.

7

Page 8: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan

(prosespsikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas“menerima

menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuandiperoleh

melalui aktivitas“ mengingat, memahami, menerapkan menganalisis, mengevaluasi,

mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas“mengamati, menanya, mencoba,

menalar, menyaji, dan mencipta”.Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan

perolehanturut serta mempengaruhi karakteristik standar proses.

Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut:

Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah

tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan

dengan ranah lainnya.Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan

kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan

keterampilan.

Proses pembelajaran Kurikulum2013 terdiri atas pembelajaran intra-kurikuler dan

pembelajaran ekstra-kurikuler.

a. Pembelajaran intra kurikuler didasarkan pada prinsip berikut:

1) Proses pembelajaran intra-kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan

dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah,

dan masyarakat.

2) Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS,

SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang

dikembangkan guru.

3) Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk

menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan

(excepted).

8

Page 9: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

b. Pembelajaran ekstra-kurikuler

Pembelajaran ekstra-kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas

yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin

setiap minggu. Kegiatan ekstra-kurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka

adalah kegiatan ekstra-kurikuler wajib.

Kegiatan ekstra-kurikuler adalah bagian yang tak terpisahkan dalam

kurikulum.Kegiatan ekstra-kurikulum berfungsi untuk:

1) Mengembangkan minat peserta didik terhadap kegiatan tertentu yang tidak dapat

dilaksanakan melalui pembelajaran kelas biasa,

2) Mengembangkan kemampuan yang terutama berfokus pada kepemimpinan,

hubungan sosial dan kemanusiaan, serta berbagai ketrampilan hidup.

Kegiatan ekstra-kurikuler yang bisa dilakukan di lingkungan:

1) Sekolah

2) Masyarakat

3) Alam

Kegiatan ekstra-kurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur

pendukung kegiatan intra-kurikuler.

Contoh proses pembelajaran yang akan penulis uraikan disini adalah contoh

Pembelajaran Berbasi Masalah yang dilaksanakan di MI. untuk melakukan pembelajaran

ini dapat dilakukan dalam 5 fase, yaitu :

1) Mengorientasikan Peserta Didik pada Masalah

Pada tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci

apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh guru. Serta dijelaskan

bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk

memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti dalam pembelajaran yang

akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu sebagai

berikut:

Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi

baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah

penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri.

9

Page 10: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak

“benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak

penyelesaian dan seringkali bertentangan.

Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong untuk

mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai

pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha untuk

bekerja mandiri atau dengan temannya.

Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong untuk

menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang

akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua peserta didik diberi

peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide

mereka.

2) Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar

Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah,

pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan

suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab

itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-

kelompok peserta didik dimana masing-masing kelompok akan memilih dan

memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik

dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok

harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya

tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja

masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama

pembelajaran.

Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk

kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik

yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada

tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah

kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan

penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.

10

Page 11: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

3) Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok

Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan

memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu

melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen,

berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan

eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus

mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen

(mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi

permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi

untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.

Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-

banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada

peserta didik untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan

untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.

Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan

permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai

menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama

pengajaran pada fase ini, guru mendorong peserta didik untuk menyampikan semua

ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan

pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan

solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.

4) Mengembangkan dan Menyajikan Artifak (Hasil Karya) dan Mempamerkannya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan

pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape

(menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan

secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian

multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat berpikir peserta

didik. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan

sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan

peserta didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat

menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

11

Page 12: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

5) Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk

membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan

keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru

meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah

dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.2

B. Evaluasi Pembelajaran

1. Definisi Evaluasi Pembelajaran

Kata evaluasi berasal dari bahasa inggris “evaluation” yang beraarti proses

penilaian. Jika direfleksikan dengan fungsinya di dalam proses pembelajaran maka bisa

diambil pengertian evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan

dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam

merancang suatu sistem pembelajaran.

Kita kembali lagi ke definisi evaluasi pembelajaran. Dari definisi yang ada di atas

dapat kita ambil kesimpulan bahwa ada beberapa poin penting yang dapat diambil dari

rumusan definisi tersebut. Berikut ini sedikit penjabaran tentang poin-poin yang harus ada

di dalam suatu evaluasi.

Evaluasi merupakan proses berkelanjutan, hal ini berarti evaluasi adalah proses

yang berlangsung terus menerus baik sebelum melakukan proses belajar mengajar atau

sesudah proses belajar mengajar bahkan evaluasi juga harus dilakukan selama proses

belajar mengajar berlangsung.

Pengumpulan dan penafsiran informasi, hal ini berarti evaluasi harus memiliki

tujuan tertentu untuk apa sebuah evaluasi dilakukan. Untuk menilai keputusan-keputusan,

hal ini berarti harus ada standar pengukuran tertentu untuk menyatakan apakah evaluasi

proses pembelajaran telah sesuai atau belum sehingga dapat memberikan keputusan yang

sesuai dengan data dan informasi yang dikumpulkan

Dari poin-poin penting di atas, definisi evaluasi pembelajaran adalah suatu proses

atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengendalian,

penjaminan dan penetapan kualitas (nilai dan arti) berbagai komponen pembelajaran

berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk pertanggung jawaban guru

dalam melaksanakan pembelajaran.

2 Materi Sosialisasi Kurikulum 2013, dari Kemendikbud.12

Page 13: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

Terdapat beberapa istilah yang sering disalah artikan dalam kegiatan evaluasi,

yaitu evaluasi (evaluation), Penilaian (assessment), pengukuran (measurement), tes (test).

Istilah-istilah di atas mempunyai definisi dan fungsi yang berbeda, tetapi sangat

berhubungan erat dalam kegiatan evaluasi. Untuk mempermudah membedakannya dan

memahami pengertian istilah-istilah tersebut, silakan perhatikan pengertian istilah-istilah

di bawah ini :

a. Evaluasi(evaluation): suatu proses atau kegiatan yang sistematis yang

berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu berdasarkan

pertimbangan dan kriteria tertentu.

b. Penilaian (assessment) : proses pengumpulan atau pengolahan untuk menentukan

kualitas (nilai dan arti) hasil belajar peserta didik.

c. Pengukuran (measurement) : suatu proses atau kegiatan untuk menentukan

kuantitas dari sesuatu.

d. Tes (test) : suatu alat (soal atau tugas) untuk mengukur aspek prilaku terlentu.

Definisi-definisi di atas sangatlah jelas mempunyai perbedaan. Untuk lebih

mudahnya lagi marilah kita perhatikan gambar di bawah ini:

Gambar 1

Gambar 2.

13

Page 14: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas

proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Indicator efektivitas dapat dilihat dari

perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik.Perubahan tingkah laku itu

dibandingkan dengan perubahan tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan kompetensi,

tujuan dan isi program pembelajaran. Adapun secara khusus, tujuan evaluasi adalah

untuk :

a. Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah

ditetapkan.

b. Mengetahui kesulitan-kesulitan peserta didik dalam proses belajar, sehingga dapat

dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberi remedial teaching. Untuk

pembahasan diagnosis dan remedial akan dibahas di sub pembahasan yang lain di

dalam makalah ini.

c. Mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi pembelajaran yang digunakan guru,

baik yang menyangkut metode, media maupun sumber-sumber belajar.

Semua kegiatan dalam pembelajaran yang dilaksanakan pastilah mempunya fungsi

tersendiri sehingga kegiatan itu diterapkan. Adapun fungsi evaluasi pembelajaran adalah :

a. Secara psikologis, peserta didik perlu mengetahui prestasi belajarnya, sehingga ia

merasakan kepuasan dan ketenangan. Oleh karena itu, guru perlu melakukan

penilaian terhadap prestasi belajar peserta didiknya.

b. Menurut dedaktis-metodis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah mampu

untuk terjun kemasyarakat. Mampu dalam arti dapat berkomunikasi dan

beradaptasi dengan seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya.

c. Untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara teman-temannya, apakah ia

termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang.

d. Untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program

pendidikannya.

e. Untuk membantu guru dalam memberi bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka

menentukan jenis pendidikan, jurusan maupun kenaikan tingkat/kelas.

f. Secara administrative, evaluasi berfungsi untuk laporan tentang kemajuan peserta

didik kepala pemerintahan, pimpinan/kepala sekolah, guru, keluarga dan peserta

didik itu sendiri.

14

Page 15: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

Di samping itu, fungsi evaluasi dapat dilihat berdasarkan jenis evaluasi itu

sendiri, yaitu :

a. Formatif, yaitu memberikan feed back bagi guru sebagai dasar untuk memperbaiki

proses pembelajaran dan mengadakan program remedial bagi pesera didik yang

belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.

b. Sumatif, yaitu mengetahui tingkatan penguasaan peserta didik terhadap materi

pelajaran, menentukan angka (nilai) sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan

laporan perkembangan belajar, serta dapat meningkatkan motivasi belajar.

c. Diagnostik. Yaitu mengetahui latar belakang peserta didik (psikologis, fisik dan

lingkungan) yanf mengalami kesulitan belajar.

d. Seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk

menyeleksi dan menempatkan peserta didik yang sesuai dengan minat dan

kemampuannya.

3. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Evaluasi

Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka pelaksanaan evaluasi

hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip : kontinuitas, komprehensif, objektivitas,

kooperatif dan praktis. Dengan demikian evaluasi pembelajaran hendaknya :

a. Dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus dievaluasi, materi

yang akan dievaluasi, alat evaluasi, dan interpretasi hasil evaluasi.

b. Menjadi bagian integral dari proses pembelajaran.

c. Agar hasilnya objektif, evaluasi harus menggunakan berbagai alat dan bersifat

komperehensif

d. Diikuti dengan tindak lanjut.

Disamping itu, juga harus memperhatikan prinsip keterpaduan, berorientasi kepada

kompetensi dan memperhatikan prinsip hidup, prinsip belajar aktif, koherensi, dan prinsip

diskriminalitas

4. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran

Ruang lingkup evaluasi pembelajaran adalah :

a. Dalam perspektif sistem pelajaran

1) Program pembelajaran : tujuan, materi, metode, media, dan lain-lain

2) Pelaksanaan pembelajaran : kegiatan pembelajaran, guru, peserta didik.

3) Hasil belajar : jangka panjang, menengah dan jangka pendek.

b. Dalam perspektif penilaian berbasis kelas

1) Penilaian kompetensi dasar mata pelajaran

15

Page 16: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

Kompetensi dasar pada hakekatnya adalah pengetahuan, keterampilan, sikap

dan nilai-nilai yang diferleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak

setelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajaran

tertentu.

2) Penilaian kompetensi rumpun pelajaran

Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari mata pelajaran atau disiplin ilmu

yang lebih spesifik.Dengan demikian, kompetensi rumpun pelajaran pada

hakekatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang

direfliksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang seharusnya dicapai

oleh peserta didik setelah menyelesaikan rumpun pelajaran tersebut.

3) Penilaian kompetensi lintas kurikulum

Kompetensi lintas kurikulum merupakan kompetensi yang harus dicapai

melalui seluruh rumpun pelajaran dalam kurikulum. Kompetensi lintas

kurikulum pada hakekatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan

nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang

mencakup kecakapan belajar secara berkesinambungan.Penilaian ketercapaian

kompetensi lintas kurikulum ini dilakukan terhadap hasil belajar dari setiap

rumpun pelajaran dalam kurikulum.

4) Penilaian kompetensi tamatan.

Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-

nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta

menyelesaikan jenjang tertentu.

5) Peniaian kompetensi life skill.

Penguasaan berbagai kompetensi dasar, kompetensi lintas kurikulum,

kompetensi rumpun pelajaran, kompetensi mata pelajaran dan kompetensi

tamatan melalui berbagai pengalaman belajar juga memberi efek positif

(nurturan effects) dalam bentuk kecakapan hidup (life skill).Kecakapan hidup

yang dimiliki peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar ini, juga perlu

dinilai sejauhmana kesesuaiannya dengan kebutuhan mereka untuk dapat

bertahan dan berkembang dalam kehidupannya di lingkungan keluarga,

sekolah dan masyarakat. Jenis-jenis kecakapan hidup yang perlu dinilai antara

lain :

16

Page 17: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

a) Keterampilan diri (keterampilan personal) : penghayatan diri sebagai

makhluk Tuhan YME, motivasi berprestasi, komitmen, percayadiri dan

mandiri.

b) Keterampilan berpikir rasional : berpikir kritis dan logis, berpikir

sistematis, keterampilan menyusun rencana secara sistemtis, dan

keterampilan memecahkan masalah secara sistematis.

c) Keterampilan sosial : keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis;

keterampilan bekerjasama, kolaborasi, lobi; keterampilan berpartisipasi;

keterampilan mengelola komflik; keterampilan mempengaruhi orang lain.

d) Keterampilan akademik : keterampilan merancang, melaksanakan dan

melaporkan hasil penelitian ilmiah; keterampilan membuat karya tulis

ilmiah; keterampilan mentrasfer dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitian

untuk memecahkan masalah, baik meropakan proses maupun produk.

e) Keterampilan vokalisional : keterampilan menemokan algoritma, model,

prosedur untuk mengerjakan suatu tugas; keterampilan menciptakan

produk dengan menggunakan konsep, prinsip, bahan dan alat yang telah

dipelajari.

c. Dalam perspektif hasil belajar

1) Kognitif

2) Afektif

3) Psikomotorik

5. Penyajian Hasil Evaluasi Pembelajaran

Ada empat bentuk penyajian hasil evaluasi, yaitu :

a. Evaluasi dengan menggunakan angka, misalnya 1 s.d 10 atau 1 s.d 100

b. Evaluasi dengan menggunakan kategori, misalnya : baik, cukup, kurang

c. Evaluasi dengan menggunakan uraian atau narasi, misalnya : perlu bimbingan

serius, keaktifan kurang, perlu pendalaman materi tertentu atau siswa dapat

membaca dengan lancer.

d. Evaluasi dengan menggunakan kombinasi angka, kategori dan uraian atau narasi.

6. Teknik dan Bentuk Evaluasi

Secara keseluruhan, teknik dan bentuk evaluasi dapat digambarkan sebagai berikut

:

17

Page 18: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

Gambar 3

7. Pengembangan Evaluasi Pembelajaran di MI

a. Ulangan Harian

Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian

kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk

memantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan

keberhasilan belajar peserta didik.  Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan

secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah

menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.3

Contoh bentuk evaluasi yang sering digunakan dalam ulangan harian mata

pelajaran Fiqih di MI adalah tes dalam bentuk essay. Instrumen penilaian disusun

berdasarkan indikator dalam setiap Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

Adapun teknik non tes yang pernah digunakan di antaranya: 1) unjuk kerja

mensimulasikan atau mendemonstrasikan pelaksanaan zakat maal, zakat fitrah,

shadaqah dan infaq; 2) teknik penilaian proyek dalam bentuk ulangan bergulir, dengan

langkah-langkah sebagai berikut: guru memberikan lima buah soal kepada beberapa

orang murid pada satu pertemuan untuk dikumpulkan pada minggu berikutnya.

Sebagai bahan pembelajarannya guru memberikan materi yang akan dievaluasi. Pada

minggu berikutnya guru memberikan lima buah soal kepada murid lain untuk

3 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007.

18

Page 19: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

dikerjakan di rumah sebagaimana peserta pertama, begitu seterusnya; 3) teknik

penilaian proyek dalam bentuk tugas kelompok, seperti tugas menganalisis siapa saja

yang termasuk mustahiqzakat yang terdapat pada surat at-Taubah ayat 60; 4) penilaian

sikap yang dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran menggunakan metode jig saw,

komponen yang dinilai berupa kerjasama, kedisiplinan, dan tanggung jawab.

Walaupun guru telah menggunakan teknik non-tes. Tetapi, instrumen yang digunakan

masih sangat sederhana.

Berikut ini contoh soal evaluasi pada akhir pembelajaran yang dirangkum dari

RPP Kelas 4 Semester 1 di Madrasah Ibtidaiyah

Jelaskan pengertian zakat maal!

Sebutkan hukum menunaikan zakat maal!

Sebutkan harta yang wajib dizakati!

Sebutkan batas waktu untuk mengeluarkan zakat (Haul)!

Dll.

b. UTS dan UAS

Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk

mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu

kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang

merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut. Ulangan akhir semester adalah

kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi

peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang

merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.4

Teknik evaluasi yang digunakan di MI biasanya adalah tes. Instrumen tes pada

UTS dikembangkan langsung oleh guru, sedangkan instrumen penilaian pada UAS

dikembangkan oleh KKG dengan melibatkan seluruh guru anggota KKG. Soal

tersebut kemudian dimusyawarahkan dengan tujuan untuk menghindari soal yang

terlalu tinggi, penggunaan redaksi yang kurang cocok untuk anak MI dan lain-lain.

Komposisi soal UAS terdiri dari 20 butir soal mudah, 20 butir soal sedang, dan

15 butir soal sulit. Semuanya tersebar dalam tiga bentuk soal, yaitu 30 soal pilihan

ganda, 10 soal isian dan 5 soal essay. Pada UAS mata pelajaran Pendidikan Jasmani

dan Kesehatan biasanya menggunakan ujian praktek untuk melengkapi nilai tes.

C. Evaluasi Diagnosa

1. Definisi Evaluasi Diagnosa4 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007

19

Page 20: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-

kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan

perlakuan yang tepat.Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik

pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan

terhadap calon siswa sebagai input.

Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal

atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses evaluasi ini

diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai

dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal

terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat

penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.

2. Prosedur Evaluasi Diagnosa

Untuk menetapkan model terapi yang tepat dari setiap gangguan,lebih dahulu

harus ditegakkan diagnosis. Demikian juga dengan kesulitanbelajar, harus ditegakkan

suatu diagnosis kesulitan belajar, yaitu menentukan jenis dan penyebab kesulitan serta

alternatif strategi belajar yang efektif dan efisien.

Ada 7 langkah dalam prosedur diagnosis :

a. Identifikasi 

pelaksanaan identifikasi dapat dilakukan dengan memperhatikan laporan guru

kelas atau sekolah, melalui hasil tes inteligensi yang telah dilakukan, atau

melalui instrumen informal, misalnya melalui lembar observasi guru atau

orang tua.

b. Menentukan prioritas

Tidak semua anak yang oleh sekolah dinyatakan mengalami kesulitan belajar

memerlukan penanganan khusus, oleh karena itu perlu ada prioritas, anak

mana yang akan mendapat pelayanan khusus dan mana yang tidak.

c. Menentukan potensi

potensi anak biasanya  didasarkan atas skor tes inteligensi. Anak yang

memiliki skor IQ paling rendah 90 akan mendapatkan perhatian lebih dari para

guru atau terapisnya.

d. Menentukan penguasaan bidang studi yang perlu diremediasi

20

Page 21: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

Salah satu karakter anak berkesulitan belajar adalah prestasi belajar yang jauh

di bawah kapasitas inteligensinya. Oleh karena itu guru remedial perlu

memiliki data tentang prestasi anak dan membandingkan prestasi belajarnya

dengan taraf inteligensinya. Kalau prestasinya menyimpang jauh dibawah

kapasitas inteligensinya maka dapat dikelompokkan sebagai anak berkesulitan

belajar.

e. Menentukan gejala kesulitan

pada langkah ini guru perlu melakukan observasi dan analisis cara belajar

anak.  Cara anak mempelajari suatu bidang studi sering dapat memberikan

informasi diagnostik tentang sumber penyebab yang orisinil dari suatu

kesulitan. Kesulitan dalam membedakan huruf “b” dengan “d” misalnya,

sering merupakan petunjuk bahwa anak memiliki gangguan persepsi visual.

Gangguan persepsi visual sering disebabkan karena adanya disfungsi otak.

f. Analisis berbagai faktor yang terkait

Pada langkah ini guru remedial perlu melakukan analisis terhadap hasil-hasil

pemeriksaan ahli-ahli lain seperti psikolog, dokter, konselor dan pekerja sosial.

Berdasarkan hasil analisis terhadap pemeriksaan berbagai bidang keahlian dan

mengaitkannya dengan hasil observasi yang dilakukan sendiri, guru dapat

menegakkan diagnosis yang diharapkan dapat digunakan sebagai landasan

dalam menentukan strategi pengajaran yang efektif dan efisien.

g. Menyusun rekomendasi untuk pengajaran remedial

Berdasarkan hasil diagnosis yang secara cermat ditegakkan, guru remedial

dapat menyusun suatu rekomendasi penyelenggaraan program pengajaran

remedial bagi seorang anak berkesulitan belajar.

3. Prinsip diagnostik

Ada beberapa prinsip diagnosis yang perlu diperhatikan oleh guru bagi anak

berkesulitan belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

a. Terarah pada perumusan metode perbaikan.

Dalam hal ini hendaknya dikumpulkan berbagai inforasi yang bermanfaat untuk

menyusun suatu program perbaikan atau program pengajaran remedial. Ada dua

tipe diagnosis etiologis(etiological diagnosis) dan diagnosis terapetik (therapeutik

diagnosis). Diagnosis etiologis merupakan diagnosis yang bertujuan untuk

mengetahui sumber orisinal dari kesulitan belajar. Diagnosis etiologis kurang

21

Page 22: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

bermanfaat untuk merumuskan program pengajaran remedial, sedangkan diagnosis

terapetik merupakan diagnosis yang berkaitan langsung dengan kondisi anak pada

saat sekarang dan sangat bermanfaat untuk menyusun program pengajaran

remedial. Diagnosis ini berusaha untuk mengumpulkan informasi tentang

kekuatan, keterbatasan dan karakteristik lingkungan anak saat sekarang

b. Efisiensi

Diagnosis harus efisien, dan berlangsung sesuai dengan derajat kesulitan anak.

Evaluasi rutin, termasuk evaluasi psikologis, dapat memberikan informasi

diagnostik yang berharga Diagnosis  yang didasarkan atas hasil-hasil evaluasi yang

dilakukan secara rutin di sekolah dapat digolongkan ke dalam taraf diagnosis

umum (general diagnosis) . Bila suatu kesulitan belajar disertai dengan gejala-

gejala lain, misalnya gejala neurologis, maka pemeriksaan medis sering

diperlukan. Diagnosis kesulitan belajar yang ditegakkan atas hasil evaluasi

semacam itu dapat digolongkan pada taraf diagnosis analitis (analitical

diagnosis). Diagnosis analitis, terutama diagnosis medis-neurologis, bermanfaat

untuk menentukan lokasi pada otak yang menyebabkan kesulitan belajar, sehingga

dengan demikian dapat dijadikan landasan dalam menyesuaikan program

pembelajaran remedial yang sesuai dengan keadaan anak.

c. Menggunakan catatan kumulatif

Catatan kumulatif (cumulative records) dibuat sepanjang tahun kehidupan anak di

sekolah. Catatan semacam ini dapat memberikan informasi yang sangat berharga

dalam pengajaran remedial. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai landasan

dalam menentukan program pengajaran remedial. Informasi tersebut dapat

digunakan sebagai landasan untuk menentukan pengelompokan yang sesuai

dengan tingkat kesulitan belajar anak.

d. Memperhatikan berbagai informasi yang terkait

Informasi dari berbagai sumber yang telah dikumpulkan sangat membantu untuk

menentukan program pengajaran remedial. Informasi terkait dapat berasal dari

berbagai sumber yang kompeten.

e. Valid dan reliabel

Dalam melakukan diagnosis hendaknya digunakan instrumen yang dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur (valid) dan instrumen tersebut hendaknya

juga yang dapat diandalkan (reliable). Informasi yang dikumpulkan hendaknya

juga tepat, yang dapat dijadikan landasan dalam menentukan program pengajaran

22

Page 23: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

remedial. Penggunaan berbagai tes yang tidak bermanfaat sebaiknya dihindari

karena hanya akan membosankan anak.

f. Penggunaan tes baku

Tes baku adalah tes yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Berbagai tes

psikologis, terutama tes inteligensi, umumnya merupakan tes baku yang telah diuji

validitas dan reliabilitasnya, tetapi tidak demikian dengan tes prestasi belajar yang

umumnya adalah buatan guru. Di Indonesia tes prestasi yang baku masih sangat

langka.

g. Penggunaan prosedur informal

Meskipun tes-tes baku umumnya mampu memberikan informasi yang lebih tepat

dan efisien, penggunaan prosedur informal sering memberikan manfaat yang

bermakna. Guru hendaknya memiliki perasaan bebas untuk melakukan evaluasi

dan tidak terlalu terikat secara kaku oleh tes baku. Di negara yang masih belum

banyak dikembangkan tes baku, hasil observasi guru memegang peranan sangat

penting untuk menegakkan diagnosis kesulitan belajar anak. Dari observasi

informal sering dapat diperoleh informasi yang bermanfaat bagi penyusunan

program pengajaran remedial.

h. Kuantitatif

Keputusan-keputusan dalam diagnosis kesulitan belajar hendaknya didasarkan

pada pola-pola skor atau dalam bentuk angka. Bila informasi tentang kesulitan

belajar telah dikumpulkan, maka informasi tersebut harus disusun sedemikian 

rupa sehingga skor-skor dapat dibandingkan. Hal ini sangat berguna untuk

mengetahui kesenjangan antara potensi dengan prestasi belajar anak saat

pengajaran remedial akan dimulai. Informasi yang kuantitatif juga memungkinkan

bagi guru untuk mengetahui keberhasilan pengajaran remedial yang diberikan

kepada anak.

i. Berkeseimbangan

Kadang-kadang anak gagal mencapai tujuan pengajaran remedial yang telah

dikembang kan berdasarkan hasil diagnosis. Dalam keadaan semacam ini perlu

dilakukan diagnosis ulang untuk landasan penyusunan program pengajaran

remedial yang lebih efektif dan efisien. Suatu program pengajaran remedial yang

berhasilpun, mungkin masih perlu dimodifikasi untuk memperoleh tingkat

efektivitas dan efisiensi program pengajaran remedial.

4. Perbedaan Evaluasi Diagnosa, Formatif dan Somatif

23

Page 24: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

Ada perbedaan dalam konsep dasar evaluasi diagnosis, formatif, maupun sumatif.

Adapun perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

5. Peran Evaluasi Diagnosa

24

Page 25: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang

melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar

faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses,

ataupun out put belajarnya.

W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat

menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu :

a. faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti :

kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap

serta kondisi-kondisi psikis lainnya;

b. faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk

didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.

D. Pembelajaran Remedial

1. Hakikat Pembelajaran Remedial

Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada

peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria

ketuntasan yang ditetapkan. Untuk memahami konsep penyelenggaraan model

pembelajaran remedial, terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24

Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran

berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan

perbedaan individual peserta didik. Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya

secara jelas standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai

peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur menggunakan sistem

penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta

didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan.

Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, dimulai

dari penilaian kemampuan awal peserta didik terhadap kompetensi atau materi yang akan

dipelajari. Kemudian dilaksanakan pembelajaran menggunakan berbagai metode seperti

ceramah, demonstrasi, pembelajaran kolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri, dsb.

Melengkapi metode pembelajaran digunakan juga berbagai media seperti media audio,

video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset audio, slide, video,

komputer, multimedia, dsb. Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat kegiatan

pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian proses menggunakan berbagai 25

Page 26: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa

jauh penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari.

Pada akhir program pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan

harian. Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar peserta

didik, apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan

tertentu yang telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.

Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan

kompetensi yang telah ditentukan, maka muncul permasalahan mengenai apa yang harus

dilakukan oleh pendidik. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah pemberian program

pembelajaran remedial atau perbaikan. Dengan kata lain, remedial diperlukan bagi peserta

didik yang belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran. Pemberian program pembelajaran remedial didasarkan atas

latar belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik.

Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum

mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama

daripada mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan. Mereka juga perlu menempuh

penilaian kembali setelah mendapatkan program pembelajaran remedial.

2. Prinsip Pembelajaran Remedial

Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta

didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang terjadi dapat

berupa kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat dalam mecapai

kompetensi. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial

sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:

a. Adaptif

Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu

program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar

sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata

lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.

b. Interaktif

Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara

intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini

26

Page 27: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat

perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui

kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan

segera diberikan bantuan.

c. Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian

Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang

berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode

mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

d. Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin

Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai

kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat

korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik

dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.

e. Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan

Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu

kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus

berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat

mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.

3. Pelaksanaan Pembelajaran Remedial di MI

Pembelajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi peserta

didik yang mengalami kesulitan atau kelambatan belajar. Sehubungan dengan itu,

langkah-langkah yang perlu dikerjakan dalam pemberian pembelajaran remedial meliputi

dua langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan

perlakuan (treatment) pembelajaran remedial.

a. Diagnosis Kesulitan Belajar di MI

1) Tujuan

Diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

kesulitan belajar peserta didik. Kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi kesulitan

ringan, sedang dan berat.

Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada peserta didik yang kurang

perhatian di saat mengikuti pembelajaran. 27

Page 28: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

Kesulitan belajar sedang dijumpai pada peserta didik yang mengalami

gangguan belajar yang berasal dari luar diri peserta didik, misalnya faktor

keluarga, lingkungan tempat tinggal, pergaulan, dsb.

Kesulitan belajar berat dijumpai pada peserta didik yang mengalami

ketunaan pada diri mereka, misalnya tuna rungu, tuna netra¸tuna daksa, dsb.

2) Teknik

Teknik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar antara

lain: tes prasyarat (prasyarat pengetahuan, prasyarat keterampilan), tes diagnostik,

wawancara, pengamatan, dsb.

Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah prasyarat

yang diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu terpenuhi

atau belum. Prasyarat ini meliputi prasyarat pengetahuan dan prasyarat

keterampilan.

Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam

menguasai kompetensi tertentu. Misalnya dalam mempelajari operasi

bilangan, apakah peserta didik mengalami kesulitan pada kompetensi

penambahan, pengurangan, pembagian, atau perkalian.

Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta

didik untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang dijumpai

peserta didik.

Pengamatan (observasi) dilakukan dengan jalan melihat secara cermat

perilaku belajar peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat

diketahui jenis maupun penyebab kesulitan belajar peserta didik.

b. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial di MI

Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah

berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-

bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain:

1) Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda.

Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi,

variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang

dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai

28

Page 29: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu

memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media

yang lebih tepat.

2) Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam

hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih

alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual.

Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai

tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa

peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan.

3) Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan

prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik

tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu

diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi yang

ditetapkan.

4) Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki

kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial

kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya

diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka

dan akrab.

c. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Remedial di MI

Terdapat beberapa alternatif berkenaan dengan waktu atau kapan pembelajaran

remedial dilaksanakan. Pertanyaan yang timbul, apakah pembelajaran remedial

diberikan pada setiap akhir ulangan harian, mingguan, akhir bulan, tengah semester,

atau akhir semester. Ataukah pembelajaran remedial itu diberikan setelah peserta didik

mempelajari SK atau KD tertentu? Pembelajaran remedial dapat diberikan setelah

peserta didik mempelajari KD tertentu. Namun karena dalam setiap SK terdapat

beberapa KD, maka terlalu sulit bagi pendidik untuk melaksanakan pembelajaran

remedial setiap selesai mempelajari KD tertentu. Mengingat indikator keberhasilan

belajar peserta didik adalah tingkat ketuntasan dalam mencapai SK yang terdiri dari

beberapa KD, maka pembelajaran remedial dapat juga diberikan setelah peserta didik

menempuh tes SK yang terdiri dari beberapa KD. Hal ini didasarkan atas

pertimbangan bahwa SK merupakan satu kebulatan kemampuan yang terdiri dari

29

Page 30: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

beberapa KD. Mereka yang belum mencapai penguasaan SK tertentu perlu mengikuti

program pembelajaran remedial.

Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi melalui

penilaian diperoleh dari penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses

diperoleh melalui postes, tes kinerja, observasi dan lain-lain. Sedangkan penilaian

hasil diperoleh melalui ulangan harian,ulangan tengah semester dan ulangan akhir

semester.

30

Page 31: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai

berikut:

1. Proses pembelajaran merupakan proses atau kegiatan yang memungkinkan terjadinya

peristiwa belajar yang dapat menghasilkan perubahan pada pelaku belajar.

2. evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis,

berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan dan penetapan

kualitas (nilai dan arti) berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan

dan kriteria tertentu sebagai bentuk pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan

pembelajaran.

3. Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-

kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan

perlakuan yang tepat.

4. Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta

didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan

yang ditetapkan. Pembelajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan

bagi peserta didik yang mengalami kesulitan atau kelambatan belajar. Sehubungan

dengan itu, langkah-langkah yang perlu dikerjakan dalam pemberian pembelajaran

remedial meliputi dua langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar,

dan kedua memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran remedial.

31

Page 32: Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mustofa Yaqub, Imam Bukhori dan Metodologi kritik dalam Ilmu Hadits, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991.

Djamaluddin , M. Amin, Bahaya Inkar Sunah, LPPI.

H.M. Joesoep Sou’yb, Orientalisme dan Islam,  Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990

Hafsa Mutazz,  Sosok Orientalisme dan Kiprahnya, dalam internet website: http://www.gaulislam.com/sosok-orientalisme-dan-kiprahnya.

http://lenterahadits.com/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=36&Itemid=57

Labib Syauqi Akifahadi,  “Tanggapan sarjana Muslim Terhadap Kajian Hadits Orientalist”, dalam internet website:

Makalah “Kajian Sanad Hadis, antara Joseph Schacht dan M.M. A’dhami” oleh Zailani,

Munzier Suparta, Ilmu Hadits, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Umi Sumbulah. Kajian Krtitik Ilmu Hadis, Malang: UIN-Maliki Pres (Anggota IKAPI). 2010

Nawangsari dkk. 2009. Identifikasi dan Model Intervensi Gangguan Kesulitan Belajar pada Siswa Sekolah

Dasar di Surabaya. Surabaya ; Universitas Airlangga.

Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Yusuf, M. Sunardi, Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar. Solo: PT. Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri.

Karyadi . 2009. Diagnosa Kesulitan Belajar. http: //karyadi24.wordpress.com. diakses pada tanggal 20 Maret

2009.

32