Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

57
PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU MASA NIFAS : RESPON IBU TERHADAP BAYI BARU LAHIR Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan III Kelompok 3 Disusun oleh: Garnis Yuniar 130103100007 Ai Rosmiati 130103100009 Febi Alvianti 130103100035 Putri Metiara C B 130103100038 Lastiar Veronika 130103100041 Kelas : VI A PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

Transcript of Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Page 1: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU MASA NIFAS :

RESPON IBU TERHADAP BAYI BARU LAHIR

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan III

Kelompok 3

Disusun oleh:

Garnis Yuniar 130103100007

Ai Rosmiati 130103100009

Febi Alvianti 130103100035

Putri Metiara C B 130103100038

Lastiar Veronika 130103100041

Kelas : VI A

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2012

Page 2: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

DAFTAR ISI

Daftar Isi.....................................................................................................i

Isi Materi

1. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas

1.1 Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas.............................................1

1.2 Post Partum Blues, Depresi Postpartum.......................................3

1.3 Kesedihan dan Duka Cita..............................................................8

2. Respon Orangtua Terhadap Bayi Baru Lahir

2.1 Bounding Attachment – Konsep Dasar Rooming in..................16-22

2.2 Respon Ayah dan Keluarga........................................................22

2.3 Sibling Rivalry............................................................................23

Pembahasan Jurnal..................................................................................28-34

Daftar Pustaka

i

Page 3: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

1. PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS MASA NIFAS

1.1 Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses

kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan

seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu

setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka

untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu

memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah.1

Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah

sebagai berikut :

1. Fungsi menjadi orang tua

2. Respon dan dukungan dari keluarga

3. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan

4. Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan

1. Tahapan Adaptasi Psikologis Masa Nifas

Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas menurut Reva Rubin

antara lain:

1. Fase taking in

2. Fase taking hold

3. Fase letting go

Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari

pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya

sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.

Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka

1

Page 4: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini

adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.

Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah :

1. Kekecewaan pada bayinya

2. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami

3. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya

4. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya

Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa

khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam

perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah

tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik,

dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang

perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain: mengajarkan cara

perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan,

senam nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri dan

lain-lain.

Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya.

Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan

akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran

barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya.

Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi.

Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi

fisiknya.1

2

Page 5: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut :

1. Fisik : Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih

2. Psikologi : Dukungan dari keluarga sangat diperlukan

3. Sosial : Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan

menemani saat ibu merasa kesepian

4. Psikososial.1

1.2 POSTPARTUM BLUES, DEPRESI POSTPARTUM

Melahirkan adalah sebuah karunia terbesar bagi wanita dan momen yang

sngat membahagiakan, tapi kadang harus menemui kenyataan banyak tak

semua menganggap seperti itu karena ada juga wanita yang mengalami

depresi setelah melahirkan. Banyak orang menganggap bahwa kehamilan

adalah kodrati yang harus dilalui dan peristiwa alamiah yang wajar tapi

bagi wanita yang mengalami hal tersebut dapat menjadi episode yang

dramatis dan traumatis yang sangat menentukan kehidupannya dimasa

datang. Hal tersebut menyebabkan ibu mengalami stress diiringi perasaan

sedih dan takut sehingga mempengaruhi emosional dan sensitivitas ibu

pasca melahirkan.

Depresi sesudah melahirkan ini adalah gangguan psikologis yang

dalam bahasa kedokterannya adalah depresi postpartum atau baby blues

atau post partum blues. Post partum blues merupakan masa transisi mood

setelah melahirkan yang sering terjadi pada 50-70% wanita.

Post partum blues sebenarnya sudah dikenal sejak lama, Savage

pada tahun 1875 telah menulis referensi diliteratur kedokteran mengenai

suatu keadaan disforia ringan pasca salin yang disebut sebagai milk

fewer karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi.

Post partum blues atau sering juga disebut maternity blues atau

sindrom ibu baru dimengerti sebagai suatu sindrom gangguan efek ringan

yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan ditandai

dengan gejala-gejala sebagai berikut:

3

Page 6: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

1. Sedih

2. Sering menangis

3. Mudah tersinggung (iritabilitas )

4. Cemas

5. Labilitas perasaan

6. Cenderung menyalahkan diri sendiri

7. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan

8. Kelelahan

9. Mudah sedih

10. Cepat marah

11. Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih dan cepat pula

gembira

12. Perasaan terjebak, marah kepada pasangan dan bayinya

13. Perasaan bersalah

14. Sangat pelupa

Post partum blues tidak berhubungan langsung dengan kesehatan ibu atau

bayinya maupun komplikasi obstetrik tetapi bagaimanapun faktor-faktor tersebut

dapat mempengaruhi perubahan mood ibu. Gejala-gejala tersebut timbul setelah

persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu beberapa jam

sampai beberapa hari setelah persalinan. Namun pada beberapa kasus gejala-

gejala tersebut terus bertahan dan baru menghilang setelah beberapa hari, minggu

atau bulan, bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat.

Post partum blues dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental yang

ringan oleh sebab ini sering tidak dipeduliukan dan diabaikan sehingga tidak

terdiagnosa dan tidak dilakukan asuhan sebagai mana mestinya. Hal tersebut dapat

menimbulkan masalah yang menyulitkan dan dapat membuat perasaan tidak

nyaman bagi ibu yang mengalaminya. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam

beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada suatu hal yang salah

namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang sedang terjadi.

4

Page 7: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau tenaga kesehatan untuk

minta pertolongan sering kali hanya mendapatkan saran untuk beristirahat atau

lebih banyak tidur, tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihi diri sendiri

dan mulai merasa gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai.2

Faktor-faktor penyebab timbulnya post partum blues:

1. Faktor hormonal berupa perubahan hormon estrogen, progesteron,

prolaktin dan estriol yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara

bermakna setelah melahirkan ternyata estrogen memiliki efek supresi

aktivitas enzim nonadrenalin maupun serotin, yang berperan dalam

suasana hati dan kejadian depresi

2. Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan

emosional pada seperti payudara bengkak, nyeri jahitan, rasa mules.

3. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional

yang kompleks

4. Faktor umur dan paritas (jumlah anak)

5. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan

6. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat

pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat

gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi.

7. Kecukupan dukungan dari lingkungannya (suami, keluarga, teman).

Apakah suami mendukung kehamilan ini, apakah suami mengerti

perasaan istri, apakah suami/keluarga/teman memberi dukungan fisik dan

moril misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga, membantu

mengurus bayi, mendengarkan keluh kesah ibu

8. Stress dalam keluarga misalnya faktor ekonomi memburuk, persoalan

dengan suami, problem dengan mertua atau orang tua.

9. Stress yang dialami wanita itu sendiri misalnya ASI tidak keluar, frustasi

karena bayi tidak mau tidur, nangis dan gumoh, stress melihat bayi sakit,

rasa bosan dengan hidup yang dijalani.

10. Kelelahan pasca melahirkan

5

Page 8: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

11. Perubahan peran yang dialami ibu. Sebelumnya ibu adalah seorang istri

tetapi sekarang sekaligus berperan sebagai ibu dengan bayi yang sangat

bergantung padanya.

12. Rasa memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut yang

berlebihan akan kehilangan bayinya.

13. Problem anak, setelah kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu

dari anak sebelumnya sehingga hal tersebut cukup mengganggu

emosional ibu.

Cara mengatasi post partum blues:

1. Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin

diungkapkan

2. Bicarakan rasa cemas yang dialami

3. Bersikap tulus ikhlas dalam menerima aktivitas dan peran baru setelah

melhirkan

4. Bersikap fleksibel dan tidak perfeksionis dalam mengurus bayi atau

rumah tangga

5. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi

6. Kebutuhan istirahat harus cukup, tidurlah ketika bayi tidur

7. Berolah raga ringan

8. Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru

9. Dukungan tenaga kesehatan

10. Dukungan suami, keluarga, teman, teman sesama ibu

11. Konsultasi kepada dokter atau orang yang sudah profesional agar dapat

meminimalisasikan faktor resiko lainnya dan membantu melakukan

pengawasan

6

Page 9: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Kiat mengurangi resiko terjadinya Depresi Postpartum:

1. Persiapan diri yang baik

Persiapan yang baik pada saat kehamilan sangat diperlukan sehingga saat

kelahiran memiliki kepercayaan diri yang baik dan mengurangi resiko

terjadinya depresi post partum. Kegiatan yang dapat ibu lakukan adalah

banyak membaca artikel atau buku yang ada kaitannya dengan kelahiran,

mengikuti kelas prenatal, bergabung dengan kelompok senam hamil. Ibu

dapat memperoleh banyak informasi yang diperlukan sehingga pada saat

kelahiran ibu sudah siap dan hal traumatis yang mungkin mengejutkan

dapat dihindari.

2. Olah raga dan nutrisi yang cukup

Olah raga dapat menjaga kondisi dan stamina sehingga dapat membuat

keadaan emosi juga baik. Nutrisi yang cukup baik asupan makanan

maupun minuman sangat penting pada periode post partum. Usahakan

mendapatkan keseimbangan dari kedua hal ini.

3. Suport mental dari lingkungan sekitar

Suport mental sangat diperlukan pada periode post partum. Dukungan ini

tidak hanya dari suami tapi keluarga, teman dan lingkungan sekitar. Jika

ingin bercerita, ungkapkan perasaan, emosi dan perubahan hidup yang

dialami kepada orang yang dipercaya dapat menjadi pendengar yang baik.

Ibu post partum harus punya keyakinan bahwa lingkungan akan

mendukung dan selalu siap membantu jika mengalami kesulitan. Hal

tersebut akan membuat ibu merasa lebih baik dan mengurangi resiko

terjadinya depresi post partum.

4. Ungkapkan apa yang dirasakan

Ibu post partum jarang memendam perasaan sendiri. Jika mempunyai

masalah harus segera dibicarakan baik dengan suami maupun orang

terdekat. Petugas kesehatan dapat membantu ibu untuk mengungkapkan

perasaan dan emosi ibu agar ibu dapat lebih nyaman.

7

Page 10: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

5. Mencari informasi tentang depresi post partum

Informasi tentang depresi post partum yang diberikan tenaga

kesehatan akan sangat bermanfaat sehingga ibu mengetahui faktor-faktor

pemicu sehingga dapat mengantisipasi atau mencari bantuan jika

mendapati kondisi tersebut.

Ibu juga harus mempelajari keadaan dirinya, sehingga ketika sadar

terhadap kondisi ini ibu akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.

Bergabung dengan orang yang pernah mengalami depresi post partum

dapat membantu ibu memperoleh informasi terhadap gejala dan hal nyata

yang dialami.

6. Menghindari perubahan hidup yang drastis

Perubahan hidup yang drastis sesudah kelahiran akan berpengaruh

terhadap emosional ibu sehingga sebisa mungkin sebaiknya dihindari

misalnya pindah kerja, pindah kerumah yang baru, hiduplah dengan wajar

seperti sebelum melahirkan

7. Melakukan pekerjaan rumah tangga

Memasak, membersihkan rumah, merawat tanaman, dan pekerjaan rumah

tangga lain dapat membantu melupakan gejolak emosi yang timbul pada

periode postpartum. Saat kondisi ibu masih labil bisa dilampiaskan dengan

melakukan pekerjaan rumah tangga. Ibu dapat meminta dukungan dari

keluarga dan lingkungan, meski mempunyai pembantu rumah tangga ibu

dapat melakukan aktivitas tersebut.2

1.3 KESEDIHAN DAN DUKA CITA

Berduka adalah akhir dari yang lain dari kontinium kemungkinan

emosi yang berat pada masa menyusui anak. Berduka yang paling besar

adalah disebabkan karena kematian bayi meskipun kematian terjadi saat

kehamilan. Bidan harus memahami psikologis ibu dan ayah untuk

membantu mereka melalui pasca berduka dengan cara yang sehat.

8

Page 11: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Berduka adalah respon psikologis terhadap kehilangan. Proses

berduka terdiri dari tahap atau fase identifikasi respon tersebut. Tugas

berduka, istilah ini diciptakan oleh Lidermann, menunjukkan tugas

bergerak melalui tahap proses berduka dalam menentukan hubungan baru

yang signifikan. Berduka adalah proses normal, dan tugas berduka penting

agar berduka tetap normal. Kegagalan untuk melakukan tugas berduka,

biasanya disebabkan keinginan untuk menghindari nyeri yang sangat berat

dan stress serta ekspresi yang penuh emosi. Seringkali menyebabkan

reaksi berduka abnormal atau patologis.

Proses berduka sangat bervariasi, bergantung pada apa yang hilang,

persepsi dan keterlibatan individual apapun yang hilang tersebut.

Kehilangan dapat memiliki rentang dari pembatalan kegiatan yang

direncanakan (contohnya piknik, perjalanan atau pesta) hingga kematian

orang yang dicintai. Seberapa berat kehilangan bergantung pada persepsi

individu yang menderita kehilangan. Contohnya kematian dapat

menimbulkan respon berduka yang ringan atau berat bergantung pada

hubungan dan keterlibatan individu dengan orang yang meninggal.

Kehilangan matematis termasuk hal yang dialami oleh wanita yang

mengalami infertilitas yang meliputi kehilangan bayi (aborsi, keguguran,

lahir mati, memberikan bayi untuk diadopsi), yang mendapatkan bayi yang

dapat terus menerus hidup tapi kehilangan harapan (karena prematuritas,

abnornalitas kongenital), dan kehilangan yang dibahas sebagai faktor

kausatif post partum blues (kehilangan keintiman internal dengan bayinya,

hilangnya perhatian).

Tahap-tahap berduka :

a. Syok

Merupakan respon awal individu terhadap kehilangan. Manifestasi

perilaku dan perasaan meliputi: penyangkalan, ketidakpercayaan, putus

asa, ketakutan, ansietas, rasa bersalah, kekosongan, kesendirian,

kesepian, isolasi, mati rasa, intoversi (memikirkan dirinya sendiri) tidak

9

Page 12: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

rasional, bermusuhan, kebencian, kegetiran, kewaspadaan akut, kurang

inisiatif, tindakan mekanis, mengasingkan diri, berkhianat, frustasi,

memberontak dan kurang konsentrasi.

Manifestasi klinis :

1. Gel distress somatik yang berlangsung selama 20 – 60 menit

2. Menghela nafas panjang

3. Penurunan berat badan

4. Anoreksia, tidur tidak tenang, keletihan, dan gelisah

5. Penampilan kurus dan tampak lesu

6. Rasa penuh ditenggorokan, tersedak, nafas pendek, nyeri dada,

gemetaran internal

7. Kelemahan umum dan kelemahan tertentu apda tungkai

b. Berduka

Ada penderitaan, fase realitas. Penerimaan terhadap fakta kehilangan

dan upaya terhadap realitas yang harus ia lakukan terjadi selama

periode ini. Contohnya orang yang berduka menyesuaikan diri dengan

lingkungan tanpa ada orang yang disayangi atau menerima fakta adanya

pembuatan penyesuaian yang diperlukan dalam kehidupan dan

membuat perencanaan karena adanya deformitas.

Nyeri karena kehilangan dirasakan secara menyeluruh dalam

realitas yang memanjang dan dalam ingatan setiap hari, setiap saat dan

peristiwa yang mengingatkan. Ekspresi emosi yang penuh penting

untuk resolusi yang sehat. Menangis adalah salah satu bentuk pelepasan

yang umum.

Selain masa ini, kehidupan orang yang berduka terus berlanjut.

Saat inidividu terus, melanjutkan tugas berduka. Dominasi kehilangan

secara bertahap menjadi ansietas terhadap masa depan.

10

Page 13: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

c. Resolusi

Fase menentukan hubungan baru yang bermakna. Selama periode

ini seseorang yang berduka menerima kehilangan, penyesuaian telah

komplet dan individu kembali pada fungsinya secara penuh. Kemajuan

ini berasal dari penanaman kembali emosi seseorang pada hubungan

lain yang bermakna.

Manifestasi perilaku reaksi berduka abnormal atau patologis meliputi :

1. Menghindari dan distorsi pernyataan emosi berduka normal

2. Depresi agitasi, kondisi psikosomatik, mengalami gejala penyakit

menular atau terakhir yang diderita orang yang meninggal

3. Aktivitas yang merusak keberadaan sosial ekonomi individu

4. Mengalami kehilangan pola interaksi sosial

Tanggung jawab utama bidan dalam peristiwa kehilangan adalah

membagi informasi tersebut dengan orang tua. Bidan juga harus

mendorong dan menciptakan lingkungan yang aman untuk

pengungkapan emosi berduka. Jika kehilangan terjadi pada awal

kehamilan, bidan dapat dipanggil untuk berpartisipasi dalam

perawatan.1

2. RESPON ORANG TUA TERHADAP BAYI BARU LAHIR

Reaksi orangtua dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir, berbeda-beda.

Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun

pengalaman. Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya masalah pada

jumlah anak, keadaan ekonomi, dan lain-lain. Respon yang mereka

perlihatkan pada bayi baru lahir, ada yang positif dan ada juga yang negatif.

11

Page 14: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Respon Positif

Respon positif dapat ditunjukkan dengan:

Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia.

Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan

baik.

Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.

Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.

Respon Negatif

Respon negatif dapat ditunjukkan dengan:

Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga karena jenis kelamin yang tidak

sesuai keinginan.

Kurang berbahagia karena kegagalan KB.

Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah merasa

kurang mendapat perhatian.

Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran

dalam membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya.

Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat.

Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan zina, sehingga

menimbulkan rasa malu dan aib bagi keluarga.

Perilaku orang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang antara orang

tua terhadap bayi baru lahir, terbagi menjadi:

Perilaku memfasilitasi.

Perilaku penghambat.

12

Page 15: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Perilaku Memfasilitasi

Menatap, mencari ciri khas anak.

Kontak mata.

Memberikan perhatian.

Menganggap anak sebagai individu yang unik.

Menganggap anak sebagai anggota keluarga.

Memberikan senyuman.

Berbicara/bernyanyi.

Menunjukkan kebanggaan pada anak.

Mengajak anak pada acara keluarga.

Memahami perilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak.

Bereaksi positif terhadap perilaku anak.

Perilaku Penghambat

Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya, menghindar,

menolak untuk menyentuh anak.

Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain, tidak

memberikan nama pada anak.

Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai.

Tidak menggenggam jarinya.

Terburu-buru dalam menyusui.

Menunjukkan kekecewaan pada anak dan tidak memenuhi kebutuhannya.

Respon orang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:

Faktor internal.

Faktor eksternal.

13

Page 16: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Faktor Internal

Yang termasuk faktor internal antara lain genetika, kebudayaan yang

mereka praktekkan dan menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan

nilai, kehamilan sebelumnya, pengalaman yang terkait, pengidentifikasian

yang telah mereka lakukan selama kehamilan (mengidentifikasikan diri

mereka sendiri sebagai orang tua, keinginan menjadi orang tua yang telah

diimpikan dan efek pelatihan selama kehamilan).

Faktor Eksternal

Yang termasuk faktor eksternal antara lain perhatian yang diterima selama

kehamilan, melahirkan dan postpartum, sikap dan perilaku pengunjung dan

apakah bayinya terpisah dari orang tua selama satu jam pertama dan hari-

hari dalam kehidupannya.

Kondisi yang Mempengaruhi Sikap Orang Tua Terhadap Bayi

Kurang kasih sayang.

Persaingan tugas orang tua.

Pengalaman melahirkan.

Kondisi fisik ibu setelah melahirkan.

Cemas tentang biaya.

Kelainan pada bayi.

Penyesuaian diri bayi pascanatal.

Tangisan bayi.

Kebencian orang tua pada perawatan, privasi dan biaya pengeluaran.

Gelisah tentang kenormalan bayi.

Gelisah tentang kelangsungan hidup bayi.

Penyakit psikologis atau penyalahgunaan alkohol dan kekerasan pada

anak.2

14

Page 17: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Respon Antara Ibu dan Bayi Sejak Kontak Awal Hingga Tahap

Perkembangannya

1. Touch (Sentuhan)

Ibu memulai dengan sebuah ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala

dan ekstremitas bayinya. Perabaan digunakan sebagai usapan lembut

untuk menenangkan bayi.

2. Eye to Eye Contact (Kontak Mata)

Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan

segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan

dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam

hubungan manusia pada umumnya.

3. Odor (Bau Badan)

Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik dan

masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup.

Indera penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat

memberikan bayinya ASI pada waktu tertentu.

4. Bodi Warm (Kehangatan Tubuh)

Jika tidak ada komplikasi yang serius, seorang ibu akan dapat langsung

meletakkan bayinya di atas perut ibu, baik setelah tahap kedua dari proses

melahirkan atau setelah tali pusat dipotong. Kontak yang segera ini

memberi banyak manfaat baik bagi ibu maupun si bayi yaitu terjadinya

kontak kulit yang membantu agar si bayi tetap hangat.

5. Voice (Suara)

Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing. Orang tua akan

menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan itu, ibu menjadi

tenang karena merasa bayinya baik-baik saja (hidup). Bayi dapat

mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat

mendengarkan suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak

lahir, meskipun suara-suara itu terhalang selama beberapa hari oleh cairan

amniotik dari rahim yang melekat dalam telinga.

15

Page 18: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

6. Entrainment (Gaya Bahasa)

Bayi baru lahir menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang

dewasa. Artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur,

jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Dengan

demikian terdapat salah satu yang akan lebih banyak dibawanya dalam

memulai berbicara (gaya bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan

balik positif bagi orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif.

7. Biorhythmicity (Irama Kehidupan)

Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama

alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah satu

tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang

tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih

sayang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda keadaan

bahaya bayi untuk mengembangkan respon bayi dan interaksi sosial serta

kesempatan untuk belajar.3

2.1 BOUNDING ATTACHMENT-KONSEP DASAR ROOMING IN

BOUNDING ATTACHMENT

Bounding adalah ikatan antara ibu dan bayi pada masa awal neonatus,

sedangkan attachment adalah sentuhan. Bonding attchment adalah istilah

dalam kebidanan atau psikologi kebidanan yang artinya ikatan anatara ibu

dan bayi dalam bentuk kasih sayang dan belaian.

Perkembangan bayi normal sangat bergantung dari respon kasih sayang

antara ibu dengan bayi yang dilahirkan yang bersatu dalam hubungan

psikologis dan fisiologis. Ikatan ibu dan anak di mulai sejak anak belum

dilahirkan dengan suatu perencanaan dan konfirmasi kehamilan, serta

menerima janin yang tumbuh sebagai individu, sesudah lahir sampai minggu-

minggu berikutnya, kontak visual dan fisik bayi memicu berbagai

penghargaan satu sama lain.

16

Page 19: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Adapun interkasi yang menyenangkan, misalnya:

1. Sentuhan pada tungkai dan muka bayi secara halus dengan tangan ibu

2. Sentuhan pada pipi

Sentuhan ini dapat menstimulasi respon yang menyebabkan terjadinya

gerakan muka bayi kearah muka ibu atau kearah payudara sehingga

bayi akan mengusap usap menggunakan hidung serta menjilat

putingnya, dan terjadilah rangsangan untuk sekresi prolaktin

3. Tatap mata bayi dan ibu

Ketika mata bayi dan ibu saling tatap pandang, menimbulkan perasaan

saling memiliki antara ibu dan bayi

4. Tangis bayi

Saat bayi menangis, ibu dapat memberikan respon berupa sentuhan

dan suatu yang lembut serta menyenangkan

Ikatan ibu dan bayi bisa tertunda karena:

1. Prematuritas

Bayi yang dilahirkan dalam keadaan prematur, kurang mendapat kasih

sayang dari ibunya karena kondisi belum cukup viable, dan belum

cukup untuk menyesuaikan dengan extrauterine, bahkan bayi

diletakkan dalam inkubator sampai bayi dapat hidup sebagai individu

yang mandiri

2. Bayi atau ibu sakit

Pada keadaan bayi atau ibu salah satu menderita sakit, dam harus

mendapatkan perawatan khusus, maka ikatan ibu dan bayi akan

tertunda

3. Cacat fisik

Bayi lahir cacat fisik atau cacat bawaan, atau kelainan lainnya dapat

menimbulkan stress pada keluaraga, utamanya ibu, ibu merasa malu

dan kurang menyukainya.4

17

Page 20: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

KONSEP DASAR ROOMING IN

a. Pengertian Rooming In

Rooming in sering juga disebut dengan rawat gabung yaitu

menyatukan antara ibu dan bayinya dalam satu kamar, agar antara ibu

dan bayinya terjalin suatu hubungan bathin dan ibu bisa menjadi lebih

dekat dengan bayinya (Pusdiknakes, 2000).

Sedangkan pengertian rooming in menurut Soetjiningsih (2000)

adalah system perawatan ibu dan anak bersama – sama atau pada

tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-sewaktu,

setiap saat ibu tersebut dapat menyusui anaknya.

Bayi yang lahir di rumah dan juga yang lahir di lembaga kesehatan

hendaknya dijaga agar tetap berada bersama ibunya selama 24 jam

sehari, sebaiknya ditempat tidur yang sama, diruangan yang hangat

(sedikitnya bersuhu 25˚C). Bila ibu dan bayi berada bersama-sama,

maka akan lebih mudah menjaga agar bayi tetap hangat dan juga

untuk menyusuinya atas permintaan. Pada lembaga kesehatan,

rooming in atau rawat gabung dan sering disebut juga dengan penyatu

kamaran membatasi agar bayi tidak terkena infeksi yang ditularkan

dalam rumah sakit. Dalam pelaksanaannya bayi harus selalu dekat

ibunya semenjak dilahirkan sampai saatnya pulang karena ini

bukanlah hal yang baru lagi (Prawirohardjo, 2006).

b. Keuntungan Rooming In

Rooming in atau rawat gabung juga memiliki keuntungan menurut

soetjiningsih (2000) diantarnya yaitu :

1. Bayi dapat terjaga keamanannya

Jika bayi bersama ibunya maka akan terjaga keamanannya

seperti jika ada nyamuk ataupun lalat yang dapat mengganggu

bayi tersebut.

18

Page 21: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

2. Menggalakkan pemakaian ASI

Menyusui harus dimulai sesegera mungkin setelah bayi lahir,

sebaiknya dalam jam pertama juga. Pemberian ASI sangat

penting untuk memberikan bayi kalori agar supaya ia dapat

menghasilkan panas tubuh.

Colostrum, banyak mengandung gizi dan anti bodi, hanya itu

gizi dan cairan yang dibutuhkan oleh bayi. Dalam jam-jam

dan hari-hari setelah kelahiran bayi penting agar bayi bisa

menyusu kepada ibunya. Hal ini akan merangsang produksi

susu dan menyediakan kalori yang cukup untuk bayi tersebut

untuk menghasilkan panas tubuh dan juga untuk

pertumbuhannya. Ibu harus mendapatkan dorongan, dukungan

dan bantuan untuk penyusuan ini dari para petugas kesehatan

ataupun keluarga.

3. Skin to skin atau kontak emosi ibu dan anak lebih dini.

Persinggungan antara kulit dengan kulit merupakan suatu cara

yang efektif untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru

lahir, apakah itu bayi cukup bulan atau bayi premature. Dada

atau bagian perut ibu merupakan permukaan yang ideal untuk

meletakkan bayi baru lahir tersebut karena bersih dan suhunya

pas. Persinggungan kulit ke kulit bisa juga dipakai pada

malam hari yang mana suhu pada malam hari yang dingin

untuk memanaskan bayi kembali.

4. Bayi akan merasa nyaman bersama ibunya

Jika bayi selalu bersama ibunya ia akan merasa nyaman

karena tidak ada yang menggagunya dan jika ia lapar ataupun

haus ibunya sudah ada disampingnya yang selalu

menemaninya.

19

Page 22: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

5. Suhu tubuh bayi akan terjaga

Pada saat bayi menyusui dan berada didekat ibunya selain ia

merasa nyaman suhu tubuhnya juga akan terjaga karena sang

ibu selalu dekat dengannya. Jika bayi merasa kedinginan

maka ibunya akan selalu berusaha menghangatkannya.

6. Dapat mengurangi infeksi silang dan infeksi nosokomial.

Bayi yang lahir di rumah sakit ataupun pada lembaga

kesehatan yang lainnya seperti praktek swasta jika bayi

terpisah dari ruangan ibunya maka ia akan rawan terkena

infeksi dalam rumah sakit tersebut sedangkan jika ia berada

dalam satu ruangan bersama ibunya maka infeksi tersebut

dapat dicegah ataupun dapat berkurang.

7. Dapat mengurangi beban perawatan terutama dalam

pengawasan sehingga tenaga kesehatan bisa mengerjakan

yang lainnya.

8. Dapat tukar pengalaman dengan ibu-ibu yang lainnya,

termasuk juga dapat menimbulkan motivasi penggunaan KB.

9. Mengurangi ketergantungan ibu ibu pada tenaga kesehatan

dan membangkitkan kepercayaan diri yang lebih besar dalam

perawatan bayi. 4

c. Tujuan Rooming In

Tujuan dari rooming in adalah untuk mendekatkan ibu kepada

bayinya, mengajarkan ibu bagaimana cara menyusui bayi dengan baik

dan benar. Selain dari pada tujuan dari rooming in adalah sebagai

berikut menurut Soetjiningsih (2000) :

1. Bantuan emosional

20

Page 23: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Setelah menunggu selama sembilan bulan dan setelah lelah dalam

proses persalinan si ibu akan sangat senang dan bahagia bila dekat

dengan bayinya. Si ibu dapat membelai-belai bayi, mendengar

tangisnya serta memperhatikannya disaat buah hatinya tidur.

Hubungan ibu dan bayi ini sangat penting ditumbuhkan pada saat-

saat awal dan bayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara

ibu, kelembutan dan kasih sayangnya.

2. Penggunaan ASI

Dari segala sudut pertimbangan maka ASI adalah makanan terbaik

bagi bayi dan produksi ASI akan makin cepat dan makin banyak

bila menyusui dilakukan sesegera dan sesering mungkin. Pada

hari-hari pertama yang keluar adalah kolostrum yang jumlahnya

sedikit. Tetapi hal itu tak perlu dikhawatirkan karena kebutuhan

bayi masih sedikit.

3. Pencegahan infeksi

Pada perawatan bayi yang terpisah maka kejadian infeksi silang

akan sulit dicegah. Dengan melakukan rawat gabung maka infeksi

silang dapat dihindari. Kolostrum yang mengandung antibodi

dalam jumlah tinggi, akan melapisi seluruh permukaan mukosa

dari saluran pencernaan bayi dan diserap oleh bayi sehingga bayi

akan mempunyai kekebalan yang tinggi. Kekebalan ini akan

mencegah infeksi terutama terhadap diare.

4. Pendidikan kesehatan

Pada saat melaksanakan rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk

memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu, terutama

primipara. Bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi,

merawat tali pusat, perawatan payudara dan nasihat makan yang

baik, merupakan bahan-bahan yang diperlukan si ibu. Keinginan

21

Page 24: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

ibu untuk bangun dari tempat tidur, menggendong bayi dan

merawat diri akan mempercepat mobilisasi, sehingga si ibu akan

lebih cepat pulih dari persalinan.4

2.2 RESPON AYAH DAN KELUARGA

Respon terhadap bayi baru lahir berbeda antara ayah yang satu dengan ayah

yang lain. Hal ini tergantung bisa positif bisa negatif. Masalah lain juga dapat

berpengaruh, misalnya jumlah anak, keadaa ekonomi dan lain-lain:

1. Respon positif

a. Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan sangat suka

cita karena bayi sebagai anggota keluargabaru dalam keluarga,

dianggap sebagai anugerah yang sangat menyenangkan

b. Ayah bertambah giat dalam mencari nafkah karena ingin memenuhi

kebutuhan bayi dengan baik

c. Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam merawat bayi

d. Ada sebagian ayah dan keluarga yang lebih menyayangi dan mencintai

ibu yang melahirkan karena telah melahirkan anak yang diidam-

idamkan

2. Respon negatif

a. Keluarga atau ayah dari bayi itu tidak mengingkan kelahiran bayinya

karena jenis kelamin bayi yang dilahirkan tidak sesuai dengan

keinginan

b. Kurang berbahagia karena kegagalan KB

c. Ayah merasa kurang mendapat perhatian dari ibu melahirkan ( istrinya )

karena perhatian pada bayinya yang berlebihan

d. Ada kalanya faktoe ekonomi berpengaruh padarasa kurang senang atau

kekhawatiran dalam membina keluarga karena kecemasan dalam biaya

hidupnya

22

Page 25: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

e. Anak lahir cacat menyebabkan rasa malu baik bagi ibu, ayah atau

keluarga

f. Lebih-lebih bila bayi yang dilahirkan adalah hasil hubungan haram,

tentu hal itu ka menyebabkan rasa malu atau aib

2.3 SIBLING RIVALRY

Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara

saudara laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang

tua yang mempunyai dua anak atau lebih.

Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah

hal yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5

tahun pun sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry itu. Istilah ahli psikologi

hubungan antar anak-anak seusia seperti itu bersifat ambivalent dengan love

hate relationship.

Penyebab Sibling Rivalry

Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:

1. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka,

sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.

2. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau

mendengarkan dari orang tua mereka.

3. Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh

kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.

4. Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat

mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama

lain.

5. Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai

pertengkaran.

6. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau

memulai permainan dengan saudara mereka.

23

Page 26: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

7. Dinamika keluarga dalam memainkan peran.

8. Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang

berlebihan dalam keluarga adalah normal.

9. Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan

anggota keluarga.

10. Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.

11. Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.

12. Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang

terjadi pada mereka.

Segi Positif Sibling Rivalry

Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada

segi positifnya, antara lain:

1. Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan

mengembangkan beberapa keterampilan penting.

2. Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.

3. Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.

Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang tua

harus menjadi fasilitator.

Mengatasi Sibling Rivalry

Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling

rivalry, sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain:

1. Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.

2. Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.

3. Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.

4. Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara

satu sama lain.

5. Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik

biasa terjadi.

24

Page 27: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

6. Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan

perhatian dari satu sama lain.

7. Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan

anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.

8. Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua

orang.

9. Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan

kebebasan mereka sendiri.

10. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-

tanda akan kekerasan fisik.

11. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-

anak, bukan untuk anak-anak.

12. Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak

menyalahkan satu sama lain.

13. Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.

14. Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari

perilaku orang tua sehari-hari adalah cara pendidikan anak-anak

untuk menghindari sibling rivalry yang paling bagus.

Adaptasi Kakak Sesuai Tahapan Perkembangan

Respon kanak-kanak atas kelahiran seorang bayi laki-laki atau perempuan

bergantung kepada umur dan tingkat perkembangan. Biasanya anak-anak

kurang sadar akan adanya kehadiran anggota baru, sehingga menimbulkan

persaingan dan perasaan takut kehilangan kasih sayang orang tua. Tingkah

laku negatif dapat muncul dan merupakan petunjuk derajat stres pada

anak-anak ini.

Tingkah laku ini antara lain berupa:

1. Masalah tidur.

2. Peningkatan upaya menarik perhatian orang tua maupun anggota

keluarga lain.

25

Page 28: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

3. Kembali ke pola tingkah laku kekanak-kanakan seperti: ngompol

dan menghisap jempol.

Batita (Bawah Tiga Tahun)

Pada tahapan perkembangan ini, yang termasuk batita (bawah tiga tahun) ini

adalah usia 1-2 tahun.

Cara beradaptasi pada tahap perkembangan ini antara lain:

1. Merubah pola tidur bersama dengan anak-anak pada beberapa minggu

sebelum kelahiran.

2. Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak batitanya dengan

menanyakan perasaannya terhadap kehadiran anggota baru.

3. Mengajarkan pada orang tua untuk menerima perasaan yang

ditunjukkan oleh anaknya.

4. Memperkuat kasih sayang terhadap anaknnya.

Anak yang Lebih Tua

Tahap perkembangan pada anak yang lebih tua, dikategorikan pada umur

3-12 tahun. Pada anak seusia ini jauh lebih sadar akan perubahan-

perubahan tubuh ibunya dan mungkin menyadari akan kelahiran bayi.

Anak akan memberikan perhatian terhadap perkembangan adiknya.

Terdapat pula, kelas-kelas yang mempersiapkan mereka sebagai kakak

sehingga dapat mengasuh adiknya.

Remaja

Respon para remaja juga bergantung kepada tingkat perkembangan

mereka. Ada remaja yang merasa senang dengan kehadiran angggota baru,

tetapi ada juga yang larut dalam perkembangan mereka sendiri. Adaptasi

yang ditunjukkan para remaja yang menghadapi kehadiran anggota baru

dalam keluarganya, misalnya:

1. Berkurangnya ikatan kepada orang tua.

2. Remaja menghadapi perkembangan seks mereka sendiri.

26

Page 29: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

3. Ketidakpedulian terhadap kehamilan kecuali bila mengganggu

kegiatan mereka sendiri.

4. Keterlibatan dan ingin membantu dengan persiapan untuk bayi.

Peran Bidan

Peran bidan dalam mengatasi sibling rivalry, antara lain:

1. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam

jam pertama pasca kelahiran.

2. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan

respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan

tindakan.5

27

Page 30: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

PEMBAHASAN JURNAL

Jurnal 1

Postpartum depresion

Pola-pola gejala pada wanita dengan postpartum depresi mirip dengan pada

wanita yang memiliki episode yang tidak terkait dengan persalinan.

Kesulitan dalam interaksi antara pengasuh yang di bawah tekanan dan bayi

meningkatkan risiko tidak aman lampiran dan masalah kognitif dan perilaku

pada anak. Konsekuensi dari penyakit mental orangtua, seperti perselisihan

keluarga, kehilangan pendapatan, dan penempatan anak-anak di luar rumah, juga

mempengaruhi anak pembangunan.

Penyebab

Penurunan yang cepat dalam kadar hormon reproduksi yang terjadi setelah

melahirkan diyakini memberikan kontribusi untuk pengembangan depresi pada

rentan perempuan. Dalam sebuah penelitian, seperti penurunan setelah melahirkan

adalah disimulasikan pada wanita tidak hamil dengan penggunaan leuprolid

untuk menginduksi keadaan hipogonadisme, diikuti oleh pengobatan dengan dosis

supraphysiologic estradiol dan progesteron, dan akhirnya penarikan kedua steroid

bawah double blind kondisi.

Lima dari delapan wanita dengan riwayat depresi pasca-melahirkan, tetapi

tidak satupun dari delapan perempuan tanpa depresi sebelumnya, memiliki

perubahan suasana hati. Wanita dengan riwayat depresi postpartum muncul

diferensial sensitif terhadap efek pada suasana hati penarikan steroid gonad.

Evaluasi dan Differential Diagnosis Jika pasien telah mempertimbangkan rencana

untuk bertindak atas bunuh diri pikiran atau memiliki pengalaman tentang

merugikan bayi, ketentuan keselamatan dan rujukan mendesak untuk perawatan

kejiwaan yang dianjurkan. Wanita yang memiliki gangguan fungsional utama

(yang dibuktikan dengan menghindari keluarga atau teman, ketidakmampuan

28

Page 31: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

untuk mengurus kebersihan, atau ketidakmampuan untuk merawat memadai untuk

bayi) dan mereka dengan penyalahgunaan zat hidup bersama adalah juga calon

untuk rujukan yang cepat. Perempuan yang melaporkan gejala depresi tanpa

keinginan bunuh diri atau besar fungsional penurunan (atau skor antara 5 dan 9

pada Skala Edinburgh Postnatal Depression) harus dievaluasi lagi dua sampai

empat minggu kemudian agar untuk menentukan apakah sebuah episode dari

depresi memiliki berkembang atau apakah gejala mereda.

Postpartum depresi harus dibedakan dari "baby blues", yang terjadi di sebagian

besar baru ibu. Pada sindrom ini, gejala seperti menangis, kesedihan, lekas marah,

kecemasan, dan kebingungan terjadi, memuncak sekitar hari keempat setelah

melahirkan, dan menyelesaikan pada hari kesepuluh. Ini suasana hati sementara

gangguan tidak konsisten mempengaruhi wanita kemampuan untuk berfungsi.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dokter harus mengharapkan bahwa satu dari delapan baru ibu akan mengalami

depresi pascamelahirkan. Pada wanita dengan episode sebelumnya dari depresi

postpartum, para risiko kekambuhan adalah satu dari empat. Sejak identifikasi

depresi postpartum adalah langkah pertama, kami sarankan bahwa perempuan

diputar setelah melahirkan dengan Edinburgh Postnatal Depression Scale, yang

singkat, sangat diterima oleh pasien, dan andal mendeteksi kehadiran depresi

postpartum (ditunjukkan dengan skor 10 atau lebih tinggi) Atau, perempuan harus

ditanya tentang perasaan depresi dan lain yang terkait gejala. Setelah depresi telah

diidentifikasi, implementasi yang cepat pengobatan disarankan, karena episode

mungkin panjang dan jumlah dan beratnya peningkatan gejala sisa dengan durasi

episode. Wanita depresi harus ditanya tentang ada niat untuk menyakiti diri

sendiri atau anak-anak mereka, yang memerlukan rujukan mendesak untuk

perawatan kejiwaan. Sebuah inhibitor reuptake serotonin selektif-harus obat lini

pertama karena agen tersebut membawa rendah risiko efek toksik pada pasien

yang mengambil overdosis, adalah mudah dijalankan, dan telah digunakan relatif

29

Page 32: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

sering pada wanita menyusui. Setiap obat harus dimulai pada setengah dosis awal

biasanya. Kami mengelola obat untuk sedikitnya enam bulan setelah penuh

remisi untuk mencegah kambuh, 23 dan kami mempertimbangkan pemeliharaan

jangka panjang terapi untuk wanita dengan tiga atau lebih episode atau episode

yang menampilkan serius cacat. Wanita dengan depresi pasca persalinan juga

dapat menanggapi psikoterapi interpersonal. Tujuan pengobatan adalah

normalisasi lengkap suasana hati dan fungsi fisiologis dan sosial. Wanita dengan

gangguan ini tidak perlu merasa sendirian dalam penderitaan mereka. Mereka

mungkin menemukan informasi yang berguna dalam Marie Osmond di buku

Dibalik Senyum itu: My Journey Dari Postpartum Depression dan di situs Web

Pusat Informasi Nasional Kesehatan Wanita .

Jurnal 2

Postpartum Depresi pada Ibu Remaja dan Dampak Pembangunan pada Bayi

mereka

Postpartum depresi pada ibu remaja adalah krisis kesehatan yang serius. Efek

merugikan tidak hanya terbatas pada bunda, anaknya beresiko gangguan ini

mengganggu perkembangan normal. Tenaga medis secara rutin harus menyaring

semua ibu-ibu muda untuk menilai risiko mereka terserang depresi

pascamelahirkan. Dengan intervensi awal, memanfaatkan kedua strategi medis

dan non-medis, postpartum depresi dapat didiagnosis dan diobati. Akibatnya, efek

negatif untuk ibu dan anak dapat diminimalkan atau dihilangkan sama sekali.

Selama ada adalah remaja, masyarakat akan harus berurusan dengan kehamilan

yang tidak direncanakan. Namun, kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa ada

kemajuan dalam hal mencegah kehamilan remaja

Pengaruh PPD pada Ibu muda

Hal ini cukup umum untuk seorang ibu baru mengalami "baby blues". Merasa

stres, sedih, cemas, kesepian, lelah, atau cengeng semua emosi yang terkait

30

Page 33: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

dengan "baby blues". Seorang ibu baru Beberapa, bagaimanapun, menderita

kelainan yang sangat jarang dikenal sebagai psikosis postpartum.

American Psychological Association (2010) mendefinisikan depresi postpartum

(PPD) sebagai "masalah kesehatan yang serius mental yang ditandai dengan

berkepanjangan gangguan emosional, terjadi pada masa perubahan besar dalam

hidup dan meningkatkan tanggung jawab dalam perawatan bayi baru lahir". Ini

merupakan gangguan akut dan tidak boleh dianggap enteng oleh para profesional

Kehamilan remaja dan depresi postpartum merupakan krisis kesehatan asli. Gejala

depresi postpartum dapat melemahkan. Meskipun tanda-tanda peringatan individu

bervariasi, banyak ibu baru mengalami kehilangan bunga, perubahan kebiasaan

makan, kecemasan, pikiran balap, rasa bersalah, perasaan tidak berharga,

perubahan suasana hati, kesedihan, gangguan tidur, sulit berkonsentrasi,

menyalahkan diri, dan rasa takut (APA, 2010 ).

Postpartum depression mencuri sukacita dan banyak lagi dari pengalaman yang

harus menjadi salah satu yang terbaik dalam kehidupan seorang wanita. Namun,

kami tidak berbicara tentang perempuan; gadis-gadis muda masih anak-anak

sendiri dan banyak yang sama sekali tidak siap untuk memenuhi kebutuhan

mereka sendiri atau kebutuhan bayi baru lahir mereka. Bila dibandingkan dengan

ibu yang lebih tua, ibu muda lebih mungkin mengalami PPD sehingga kehangatan

ibu kurang, sensitivitas, dan responsif. Selain itu, ibu remaja yang menderita PPD

kurang verbal dengan anak mereka, yang dapat mempengaruhi bagaimana ibu-ibu

muda berhubungan dengan bayi mereka (Lanzi, Bert, & Jacobs, 2009).

anak yang ibunya menderita PPD banyak efek merugikan. Mereka mudah marah,

dan dihibur. Mereka mengalami masalah dalam kognitif, sosial, dan

perkembangan emosional. Ada bukti dari masalah perilaku, gangguan kecemasan,

dan depresi (APA, 2010). Para peneliti juga menemukan hubungan antara depresi

Menurut Bowlby dan Ainsworth mencapai keterikatan sangat penting untuk bayi

saat ini karena anak menggunakan angka keterikatan sebagai dasar aman dari

mana ia dapat mengeksplorasi, belajar, dan tumbuh. Kemudian, sebagai akibat

31

Page 34: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

dari keterikatan tidak aman, itu bisa sangat mengganggu anak ketika berhadapan

dengan keintiman dan mencoba membangun hubungan yang langgeng.

Akibatnya, ini defisit dalam pembangunan dapat berlangsung selama seumur

hidup nya (Bretherton, 1992).

American Psychological Association jelas menyatakan bahwa "depresi

postpartum adalah gangguan, nyata, tetapi dapat diobati psikologis" (APA, 2010).

Profesional medis secara rutin harus menyaring remaja yang hamil untuk

menentukan resiko mereka untuk postpartum depresi (Secco dkk., 2007). Ada

kebutuhan mendesak untuk identifikasi awal PPD pada ibu remaja bersama

dengan intervensi terapeutik dan preventif (Righetti-Veltema, Bousquet, &

Manzano, 2003). Untuk membantu dokter dalam diagnosis depresi postpartum,

para peneliti telah melaporkan bahwa Edinburgh Postnatal Depression Scale

(EPDS) adalah alat skrining terbaik untuk depresi postpartum pada ibu remaja,

namun, ini adalah langkah awal dan ada banyak pekerjaan yang perlu dilakukan

(Logsdon & Myers, 2010). Kesadaran harus dinaikkan sehingga para profesional

medis dapat mengenali faktor risiko dan gejala untuk mengambil tindakan segera.

Selain intervensi medis atau psikologis, American Psychological Association

menyarankan beberapa non-medis strategi yang dapat membantu ibu-ibu muda

mengatasi pada sehari-hari. Para ahli menekankan pentingnya untuk tidak

mencoba untuk menghadapi PPD saja. Saran mereka termasuk mendesak ibu baru

untuk berbicara dengan teman dan keluarga tentang perasaan mereka, bergabung

dengan kelompok dukungan untuk ibu, atau meminta bantuan merawat bayi.

Petunjuk bermanfaat tambahan yang telah terbukti bermanfaat terdiri dari

memastikan untuk mendapatkan tidur yang cukup, menambahkan latihan untuk

rutinitas harian Anda, dan menghilangkan tugas penting banyak dan tanggung

jawab (APA, 2010).

Hal ini penting untuk mengetahui bahwa depresi postpartum tidak akan hilang

dengan sendirinya. Dengan begitu banyak yang dipertaruhkan bagi ibu dan anak,

sangat penting untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan pengobatan tanpa

32

Page 35: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

penundaan. Dengan intervensi awal, banyak efek yang merugikan dapat

diminimalkan atau bahkan dihilangkan.

Jurnal 3

Menurut jurnal Justin Bilszta, jennife Ericksen, Anne Buits, dan Jeannette

Milgrom yang melakukan penelitian mengenai alasan dari meningkatnya angka

depresi postpartum yang dilakukan pada 40 wanita menunjukkan bahwa

presentasi tertinggi alasan mengapa wanita membutuhkan asistensi untuk merawat

nayinya yaitu karena wanita tersebut merasa depresi dan tidak bisa menyelesaikan

masalah yang ia hadapi tersebut.

Wanita memiliki harapan yang sangat tinggi dari diri mereka sendiri, sehingga

bila wanita merasa sukses mengurus bayinya maka ia akan menjadi sangat bangga

dan merasa bersalah apabila tidak mampu mengatasinya, gagal menjadi seperti

orangtuanya atau menyalahkan diri jika tidak mampu memenuhi harapan sendiri

atau orang lain. Ketika kesulitan menjadi orangtua, wanita merasa mereka berada

pada kondisi dimana mereka terlalu takut untuk mengurus bayinya sendiri.

Depresi ini mengakibatkan wanita memilih untuk meminta bantuan ibu mereka

untuk mengurus bayinya.

33

Page 36: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Keyakinan bahwa menjadi ibu adalah peristiwa alam, dengan ibu secara

otomatis dan tanpa syarat mencintai bayinya dan inheren mampu memenuhi

kebutuhan anaknya. Wanita, yang merasa dirinya gagal pada tugas-tugas ini,

benar-benar kehilangan kepercayaan diri dan merasa stigma sebagai ibu yang

buruk atau tidak mencintai atau merawat bayi mereka.

Seperti dalam studi ini, depresi termasuk pikiran obsesif, kesepian yang

luar biasa dari merasa sendirian dalam pengalaman ini dan perasaan kegagalan

(Beck 1992). Lain juga menyarankan agar memperluas konstruksi sosial dari ibu

diperlukan untuk mengatasi gagasan ideal dari ibu dan standar kesempurnaan di

luar jangkauan sebagian besar ibu (Dougals dan Michaels 2004; Mauthner 1999).

Seperti dalam penelitian lain, banyak perempuan merasa sulit untuk

membedakan suasana hati tertekan mereka dari penyesuaian psikologis yang

normal dalam periode postpartum (Hanley dan Long 2006; Hall dan Wittkowski

2006) dan kemungkinan besar akan mengabaikan atau menolak gejala depresi. Ibu

seharusnya tidak depresi dan mengalami pikiran negatif atau emosi selama

periode postpartum (Hall 2006; Nicolson 1999).

34

Page 37: Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

DAFTAR PUSTAKA

1. Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba

Medika. H: 45-48.

2. Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. H: 66-67

3. Bobak,dkk. 2004. Keperawatan maternitas. Jakarta : EGC.

4. Wiryanetty, Sari. 2009. Rooming-in. diakses dari

http://sariwiryanetty.blogspot.com/2009/10/rooming-in.html

5. Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

H: 65-71.

6. Wisner Katherine L., Parry Barbara L., Piontek Catherine M.. 2002.

Postpartum Depression. The New England Journal of Medicine, Vol.347

(3).

7. Stunder, Bernadette. 2011. Postpartum Depression in Adolescent Mothers

and the Developmental Impact on Their Babies. Proprium Journal of

Psychology, Vol.5.

8. Ericksen Jennifer, Buist Anne, Milgrom Jeannette. 2006. Women’s

experience of postnatal depression-beliefs and attitudes as barriers to care.

Australian Journal of Advanced Nursing, Vol.27 (3).