Proposal NBP

98
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah merupakan kasus yang banyak ditemui dalam praktek sehari-hari, umumnya menyerang semua orang tanpa mengenal perbedaan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, dan tingkat pendidikan. Di Amerika lebih dari 80 persen penduduknya pernah mengalami nyeri punggung bawah dan di Indonesia sendiri diperkirakan jumlahnya lebih banyak lagi (Sunarto, 2005). Onset terjadinya nyeri punggung bawah biasanya pada usia 20-55 tahun dan paling banyak terjadi pada pertengahan umur 30-40 tahun (Kisner, 1996). Sedangkan puncak insiden nyeri punggung bawah adalah pada usia 45-60 tahun (Bratton, 1999 yang dikutip oleh Meliala, 2004). Data ini membuktikan nyeri punggung bawah banyak diderita pada usia muda (produktif). Sebab saat ini, 90 persen nyeri punggung bawah bukan karena kelainan

description

proposal

Transcript of Proposal NBP

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nyeri punggung bawah merupakan kasus yang banyak ditemui dalam

praktek sehari-hari, umumnya menyerang semua orang tanpa mengenal perbedaan

umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, dan tingkat pendidikan. Di Amerika

lebih dari 80 persen penduduknya pernah mengalami nyeri punggung bawah dan

di Indonesia sendiri diperkirakan jumlahnya lebih banyak lagi (Sunarto, 2005).

Onset terjadinya nyeri punggung bawah biasanya pada usia 20-55 tahun

dan paling banyak terjadi pada pertengahan umur 30-40 tahun (Kisner, 1996).

Sedangkan puncak insiden nyeri punggung bawah adalah pada usia 45-60 tahun

(Bratton, 1999 yang dikutip oleh Meliala, 2004). Data ini membuktikan nyeri

punggung bawah banyak diderita pada usia muda (produktif). Sebab saat ini, 90

persen nyeri punggung bawah bukan karena kelainan organik melainkan

kesalahan posisi tubuh dalam bekerja/kecelakaan kerja. Permasalahan ini yang

sering dihadapi para buruh dan pekerja yang menyebabkan mereka harus mangkir

kerja, kehilangan pendapatan, turunya produktivitas yang berdampak pada

masalah ekonomi dan sosial. Di Amerika kerugiannya mencapai 50 milyar dollar

AS pertahun. Sedangkan biaya pengobatan mencapai 20 milyar dollar AS. Ini

merupakan ranking tiga termahal setelah penyakit kanker dan jantung (Samara,

2003) dan (Perina, 2001).

Dari sisi medis nyeri punggung bawah dapat menimbulkan berbagai

tingkat ganguan seperti nyeri, spasme otot, turunnya kekuatan otot dan

keterbatasan lingkup gerak sendi jika berlanjut mengakibatkan gangguan

fungsional seperti jongkok, berdiri, membungkuk dan berjalan.

Berdasarkan data yang ada lebih kurang 85 persen kasus nyeri punggung

bawah adalah muskuloskeletal, kelainan yang mendasari nyeri punggung bawah

ini adalah cidera otot, ligament, sprain, strain serta spasme otot (Wirawan, 2004).

Berbagai pendekatan yang dipakai untuk mengatasi nyeri punggung bawah

ini seperti medikamentosa, fisioterapi, pemakaian alat adapatasi, behavior,

akupuntur, bahkan sampai tindakan pembedahan. Khusus pendekatan fisioterapi

tersedia berbagai modalitas yang terdiri dari: (1) heating; infrared, short wave

diathermy (SWD), micro wave diathermy (MWD), ultra sound (US), (2) stimulasi

listrk; transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS), interferensi, (3)

massage, (4) traksi lumbal dan (5) terapi latihan (Kaplan et al, 1989). Untuk

menangani nyeri punggung bawah muskuloskeletal salah satu modalitas yang

sering dipakai adalah terapi latihan dan traksi lumbal. Kenyataan di lapangan

sering kita jumpai para praktisi melakukan terapi latihan untuk mengatasi problem

nyeri punggung pada kliennya. Sedangkan di Jerman pada kwartal pertama tahun

1995 dari 445 praktisi telah melakukan tindakan traksi lumbal sebanyak 1880 seri

dalam mengatasi problem nyeri punggung (Warner dan Roland, 1999).

Penelitian terdahulu menyatakan bahwa kedua metode ini efektif dalam

perbaikan nyeri dan disabilitas seperti penelitian Pettersen (2002) pada subakut/

kronik nyeri punggung bawah lebih dari 8 minggu, dengan subyek 260 dilakukan

terapi latihan selama 2 bulan terlihat adanya perbaikan dalam pengurangan nyeri

dan disabilitas sedangkan Warner dan Roland (1999) membandingkan interferensi

dan traksi lumbal terhadap 152 penderita nyeri punggung bawah selama 3 bulan,

kedua kelompok efektif dalam perbaikan nyeri dan fungsional disabilitas serta

tidak ada perbedaan pada akhir terapi. Carpenter dan Nelson (1999) menyatakan

bahwa back exercise yang dilakuakan selama 3 minggu sudah dapat memberi

kesembuhan lebih dari 75 persen, dan apabila dilakukan selama 8 minggu akan

memberikan perbaikan lebih dari 90 persen. Namun sampai saat in peneliti belum

mendapatkan kejelasan apakah terapi latihan lebih efektif dalam pengurangan

nyeri dan fungsional disabilitas pada nyeri punggung bawah muskuloskeletal

dibandingkan dengan traksi lumbal. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk

membandingkannya.

B. Rumusan Masalah

Dari beberapa permasalahan yang teridentifikasi, maka dapatlah disusun

rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terapi latihan back school

berpengaruh terhadap pengurangan nyeri dan peningkatan aktifitas fungsional

disabilitas pada nyeri punggung bawah muskuloskeletal ?.

C. Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum:

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi

latihan back school terhadap perbaikan nyeri dan peningkatan aktifitas fungsional

disabilitas dalam penanganan NPB muskuloskeletal.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan

pengaruh sebelum dan sesudah pemberian terapi latihan back school pada nyeri

punggung bawah muskuloskeletal.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi

peneliti, bagi pendidikan maupun praktisi fisioterapi rumah sakit antara lain :

(1) bagi peneliti guna menambah pengetahuan, kemampuan, keterampilan serta

wawasan dalam mengembangkan diri dan potensi yang ada untuk berperan aktif

dalam pengembangan dunia kesehatan, khususnya kemajuan fisioterapi dimasa

yang akan datang, (2) bagi pendidikan dapat menambah khasanah keilmuan

fisioterapi dalam wadah fisioterapi muskuloskeletal terutama nyeri punggung

bawah, (3) bagi praktisi fisioterapi rumah sakit dapat dijadikan sebagai bahan

masukan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan fisioterapi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Nyeri punggung bawah bukanlah suatu penyakit atau diagnosis yang

menunjukkan suatu penyakit tetapi mengacu pada sindroma klinis dengan

manifestasi berupa nyeri dan keluhan tidak nyaman seperti ketegangan atau

kekakuan otot didaerah punggung bawah yang dimulai dari VTh XII sampai

dengan anus ( Simon DS, dikutip oleh parjoto,2005 ), sedangkan nyeri punggung

bawah muskuloskeletal nyeri yang dirasakan dapat berasal dari struktur

penyangga tulang belakang (ligamen, otot, tulang dan sendi) struktur ini peka

terhadap rangsangan nyeri karena terdapatnya syaraf sensoris kecuali ligamantum

flavum dan diskus intervertebralis tidak peka nyeri karena tidak memiliki

persyarafan sensoris ( Cailliet, 1981 ).

1. Anatomi fungsional punggung bawah

Secara anatomis, yang dimaksud dengan punggung bawah (low

back) atau sering juga disebut daerah pinggang adalah daerah tulang

belakang lumbal pertama (L1) sampai seluruh tulang sakrum dan struktur

jaringan di sekitarnya, termasuk diskus intervertebralis,ligamen,otot dan

fascianya ( Sidharta, 1984)

Secara fungsional, kolumna vertebralis di daerah lumbal tersusun dari

serangkaian unit mekanik atau unit fungsional.

5

6

Setiap unit terdiri dari segmen anterior dan posterior. Segmen anterior

terdiri dari korpus vertebrae yang dihubungkan satu dengan yang lainnya

oleh diskus intervertebtalis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinale

anterior dan posterior yang melekat erat pada korpus vertebrae . Segmen

anterior ini berfungsi sebagai penopang berat badan (weight-bearing) dan

peredam gerakan yang tiba-tiba (shock-absorben). Segmen posterior

terdiri dari arkus vertebrae (arkus neural), prosesus transversus, prosesus

spinosus, dan persendian faset (apofisis), yang satu sama lain diikat satu

dengan yang lain oleh ligamentum interspinosum, ligamentum

intertrasversum, ligamentum supraspinosum dan ligamentu flavum

( Borenstein,1989 ). Fungsi segmen posterior ini bukan sebagai penopang

berat badan, melainkan melindungi struktur saraf (medula spinalis) yang

terdapat di dalamnnya dan memungkinkan gerakan dari kolumna

vertebralis ( fleksi dan ektensi ). Arah gerakan kolumna vertebralis lumbal

ini sangat ditentukan oleh segmen posterior ini, terutama sendi faset

(apofisis) atau sendi zygapophyseal. Pada daerah lumbal, bidang gerak

sendi faset terletak pada bidang sagital, sehingga arah gerakan yang paling

mungkin dan bebas adalah gerakan fleksi dan ektensi. Sedangkan gerakan

rotasi dan lateral fleksi yang terbatas dimungkinkan kompleks hubungan

diskus intervertebralis dengan kedua sendi faset. Gerakan yang simultan

7

dalam suatu rasio yang ritmik antara gerakan lumbal dengan rotasi pelvis

pada bidang sagital disebut lumbar- pelvik rhythm ( Borenstein, 1989 ).

Dalam posisi statik maupun dinamik, unit fungsional kolumna

vertebralis lumbal ditunjang oleh otot-otot disekitarnya. Otot-otot ini

berperan menjaga keseimbangan dan stabilitas postur tubuh serta

memungkinkan gerakan di daerah lumbal. Ada 2 kolompok otot utama

yang menunjang kolumna vertebralis lumbal, yaitu : kelompok otot fleksor

dan ektensor. Kelompok otot ektensor terdiri dari 3 lapisan kelompok otot

paraspinal dibagian posterior, otot lapisan luar terdiri dari otot-otot

polisegmental panjang, disebut otot-otot erector spinae (M. Iliocostalis,

longissimus,spinalis), merupakan kelompok ektensor utama. Lapisan

tengah terdiri dari otot-otot polisegmental pendek (M. Semispinlis dan

multifida) dan lapisan dalam terdiri dari otot-otot intersegmental kecil (M.

Interspinalis, intertransversaii dan rotatores). Sebagian otot-otot paraspinal

posterior tersebut juga berperan dalam membantu gerakan rotasi aksial

( M.semispinalis, multifidi, rotatores dan erector spinae ) dan fleksi lateral

(M.erector spinae). Otot-otot lain yang juga berperan dalam ektensi

punggung bawah adalah M.latissimus dorsi, quadratus lumborum dan

ektensor hip ( M.gluteus maximus dan hamstring). Sedangkan kelompok

otot fleksor terdiri dari kelompok otot abduminal (M.obliquus externalis

dan internalis, tranversus abdominis dan iliopsoas). Sebagian otot-otot

8

fleksor tersebut juga berperan dalam rotasi aksial( M.obliquus externalis

dan internalis) dan lateral fleksi ( M.iliopsoas).

Saat berada dalam posisi statik, misalnya saat berdiri, otot-otot

ektensor punggung merupakan kelompok otot yang terutama berperan

menjaga agar postur tubuh tetap tegak untuk melawan gaya gravitasi.

Sedangkan saat melakukan gerakan trunkus, kelompok otot ektensor dan

fleksor tersebut bergantian berkontraksi secara konsentrik dan eksentrik

untuk mengontrol gerakan, sehingga memungkinkan suatu gerakan

trunkus yang terkoordinir, stabil, dan halus.

1. Patofisiologi

Keluhan utama pada pasien nyeri punggung bawah adalah nyeri

dan keterbatasan aktivitas fungsional, terutama yang berhubungan dengan

mobilitas lumbal. Nyeri terjadi jika akhiran saraf sensorik perifer, yang

disebut nosiseptor, terpicu oleh rangsangan mekanik, kimiawi, atau termal.

Didaerah punggung bawah, ada berbagai bangunan yang mengandung

akhiran saraf sensorik (nosiseptor), sehingga bangunan-bangunan tersebut

berpotensi menimbulkan nyeri. Bangunan-bangunan tersebut adalah

periosteum,lapisan luar anulus fibrosus, ligamentum longitudinalis anterior

dan posterior, kapsul sendi dan kartilago sendi faset (apofisis), pembuluh

darah, serabut-serabut saraf tepi, otot dan fasianya.

9

Jika nosiceptor pada bangunan-bangunan tersebut di atas terpicu

oleh rangsang mekanik, kimiawi ataupun termal, maka impuls nyeri akan

dihantarkan ke serabut-serabut aferen cabang saraf spinal yang

bersangkutan, kemudian menuju ke kornu dorsalis medula spinalis.

Dari medula spinalis impuls diteruskan ke otak melalui jaras

spinotalamikum kontralateral. Selanjutnya otak akan memberikan respons

terhadap impuls nyeri tersebut respon tersebut berupa upaya untuk

menginhibisi atau mensupresi nyeri dengan pengeluaran subtansi peptida

endogen yang mempunyai sifat analgetika, yaitu endorfin. Disamping itu

impuls nyeri yang mencapai medula spinalis, akan memicu respons refleks

spinal segmental yang menyebabkan spasme otot dan vasokontriksi.

Spasme otot yang terjadi di sini merupakan suatu mekanisme proteksi,

karena spasme otot akan membatasi gerakan sehingga dapat mencegah

kerusakan atau lesi yang lebih berat. Namun dengan adanya spasme otot

ini, juga terjadi vasokontriksi yang menyebabkan iskemia dan sekaligus

juga menjadi titik picu (trigger point) terjadinya nyeri (Meliala, 2004).

Pada kasus nyeri punggung bawah muskuloskeletal,aktivitas

nosiseptor umumnya disebabkan oleh rangsangan mekanik, yaitu

penggunaan otot yang berlebihan (overuse). Pengunaan otot yang

berlebihan dapat terjadi pada saat tubuh dipertahankan dalam posisi statik

atau postur yang salah untuk jangka waktu yang cukup lama di mana otot-

10

otot di daerah punggung akan berkontraksi untuk mempertahankan postur

tubuh yang normal, atau pada saat aktivitas/ gerakan yang menimbulkan

beban mekanik yang berlebihan pada otot-otot punggung bawah, misalnya

mengangkat beban yang berat dengan posisi yang salah (tubuh

membungkuk dengan lutut lurus dan jarak beban ke tubuh cukup jauh)

Sidharta,1984.

Penggunaan otot yang berlebihan ini menimbulkan iskemia dan

inflamasi, sehingga terjadi peningkatan kadar berbagai mediator inflamasi

( seperti, histamin, bradikinin, serotinin dan prostaglandin). Mediator

inflamasi tersebut akan mensensitisasi nosiseptor otot. Akibat otot menjadi

sensitif, stimuli mekanik yang seharusnya tidak menimbulkan nyeri,

seperti saat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang menggunakan

otot-otot punggung bawah, dapat menyebabkan nyeri. Setiap gerakan otot

akan menimbulkan nyeri sekaligus akan menambah spasme otot. Karena

terdapat spasme otot lingkup gerak sendi (range of motion) pungung

bawah menjadi terbatas. Mobilitas lumbal menjadi terbatas, terutama

untuk gerakan membungkuk ( fleksi ) dan memutar tubuh ( rotasi ).

Nyeri dan spame otot seringkali membuat individu takut

menggunakan otot-otot punggungnya untuk melakukan gerakan pada

lumbal (disuse otot-otot punggung bawah). Selanjutnya akan

menyebabkan perubahan fisiologis pada otot-otot tersebut, yaitu

11

berkurangnya massa otot dan penurunan kekuatan otot. Akhirnya individu

akan mengalami penurunan tingkat aktivitas fungsionalnya. Jadi akibat

nyeri punggung bawah ini maka terjadi suatu lingkaran setan antara nyeri,

spasme otot, keterbatasan ROM, disuse, dan keterbatasan aktivitas

fungsional.

2. Nyeri

Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan

menyadarkan seseorang untuk membuat tanggap rangsang yang memadai

guna mencegah kerusakan lebih lanjut dari jaringan yang

bersangkutan.Menurut The Internasional Association For The Study Of

Pain, nyeri di definisikan suatu rasa yang tidak menyenangkan dan

merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang berhubungan dengan

kerusakan jaringan aktual maupun potensial dan terkadang nyeri

digunakan untuk menyatakan adanya kerusakan jaringan (Tan, dikutip

parjoto 2005).

Untuk itu setiap klinikus termasuk fisioterapis perlu memahami

neurofisiologi mekanisme nyeri, dimana reseptor nyeri perifir (akhiran

saraf bebas yangdisebut nosiseptor) terdapat pada setiap stuktur kutan,

somatik dalam maupun visera tubuh (meliputi kulit, bantalan lemak, otot,

ligamen, fasia, kapsul sendi, periosteum, tulang sub kondral dan dinding

12

pembuluh darah). Adanya stimuli noksius atau stimuli noksius potensial,

nosiseptor akan melepaskan zat-zat kimiawi endogen yang selanjutnya

akan mentransduksi stimuli ini menjadi impuls nyeri (nosiseptik) melalui

mekanisme yang belum diketahui dengan pasti.

Ada 3 tipe kimiawi endogen untuk nyeri yaitu : 1) yang

menghasilkan nyeri lokal secara langsung ( bradikinin, histamin,

asetilkolin dan kalium ), 2) yang mempasilitasi nyeri dengan cara

mensitisasi nosiseptor tampa menstimulasinya ( prostaglandin, leukotrin,

interleukin dan tromboksan ) dan 3) yang menghasilkan ektravasasi

neuropeptida ( bahan P dan calcitonin gene-related peptide- CGRP ).

Pelepasan bahan P dan neupeptida secara berlebihan akan membantu

terjadinya efek pri inflamasi di jaringan dan akan menyebabkan inflamasi

neurologik yang dapat kontributor terjadinya sindroma nyeri kronik

(Tan,dikutip oleh Parjoto ,2005).

Teori tentang nyeri oleh Mellzack dan Wall melaporkan bahwa

penerima nyeri di receptor saraf perifer karena rangsangan pada kulit,

perjalanan melalui suatu badan pengontrol, dinamakan “ Gate Control

Theory “ menurut teori ini ada dua macam serabut, yang satu tebal (besar),

yang lain halus, bersama-sama mengirim rasa nyeri memasuki akar

belakang bersambung dengan sel saraf yang dinamakan T-cell pada neuron

kedua (internuncial neurons) disini berhubungan dengan sel saraf (SG

13

Cell) . Pada teori ini dikatakan bahwa sel SG menekan rangsang nyeri

yang dikirim ke sel T.

Rangsangan nyeri dari serabut yang tebal (besar), berfungsi

memperkuat tekanan pada sel SG dan rangsang nyeri dari serabut yang

halus, bekerja untuk mengurangi tekanan pada sel SG, berarti sel SG

adalah suatu gerbang. Untuk menerima rasa nyeri yang akan masuk sel T,

rasa nyeri dari serabut tebal (besar), gerbang ini menyempit, berakibat

rangsangan kepada sel T menjadi lemah, bila rasa nyeri melalui serabut

halus, gerbang akan melebar, rangsangan yang akan diterima menjadi

lebih kuat : membuka dan menutup gerbang bukan saja dipengaruhi oleh

dua macam serabut tersebut diatas, tetapi pusat kontrol dari pusatpun

mempengaruhi. Impuls rasa nyeri masuk melalui saraf perifer ke columna

posterior dan system projection dorsolateral sebagai pacu kontrol sentral

mengumpulkan informasi, sifat dan letaknya rasa nyeri, mengirimkannya

ke thalamus sebagai pusatnya, kemudian melalui desending afferent fiber

mengirim ke gerbang yang akan membuka atau menutup gerbang

(Satyanegara,1978 ).

3. Problematik fisioterapi

Pada kondisi nyeri punggung bawah muskuloskeletal ini

problematiknya adalah : 1) problematik gerak, dimana terdapat nyeri yang

menyebabkan spasme otot-otot paravertebra sehingga menimbulkan

keterbatasan gerak fleksi dan ektensi lumbal serta penurunan kekuatan otot

14

karen kurangnya aktifitas gerak, 2) problematik fungsional yaitu aktifitas

jongkok, berdiri, duduk terlalu lama dan berjalan jauh mengalami

gangguan karena adanya nyeri.

4. Pemeriksaan nyeri punggung bawah muskuloskeletal

Dalam pemeriksaan ini ditujukan untuk menilai intensitas nyeri

yang dimodifikasi dengan kebebasan gerak membungkuk secara optimal.

1) Penilaian intensitas nyeri.

Penilaian yang digunakan adalah Visual Analoge Scale (VAS). Caranya

penderita disuruh menunjuk titik nyeri yang dialami pada suatu garis

horisontal yang panjangnya 10 cm yang merupakan rentangan skala dari 0

sampai 10. “0” merupakan titik tidak ada nyeri, “10” menunjukkan nyeri

tak tertahankan (Mariani, dikutip parjoto 2005).

Tidak nyeri nyeri tak tertahankan

Sedangkan menurut Parjoto S , dkk 1993 parameter pengukuran

nyeridengan memakai skala lima tingkat, yaitu derajat 0 = tak ada nyeri

baik saat aktivitas maupun istirahat, derajat 1 = nyeri minimal timbul

sewaktu bekerja lama dan berat, saat dilakukan penekanan kuat nyeri

timbul. Saat istirahat tak ada nyeri, derajat 2 = nyeri ringan , tetapi

15

dirasakan terus menerus meski tidak menggangu aktivitas. LGS normal

pada penekanan nyeri timbul, nyeri dirasakan saat gerak fleksi maupun

ektensi lumbal, derajat 3 = nyeri sedang, dirasakan terus menerus dan

mengganggu aktivitas, LGS juga terbatas, derajat 4 = nyeri berat,

menyulitkan penderita untuk beraktivitas dan hampir tak tertahankan

gerakan fleksi dan ekstensi lumbal hampir tak dapat dilakukan/ tak

mampu.

2). Penilaian aktifitas fungsional

Kuesioner disabilitas nyeri punggung bawah Oswestri berupa formulir

kuesioner berisi 10 item peryataan, subyek diminta untuk memilih salah

satu peryataan yang mengambarkan disabilitasnya.

5. Teknologi intervensi fisioterapi

a. Micro Wave Diathermy (MWD)

Micro Wave Diathermy merupakan alat yang menggunakan stressor

fisis berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan arus listrik bolak-

balik dengan frekuensi 2450 MHz, dengan panjang gelombang 12,25

cm. Produksi radiasi gelombang micro. Magnetron memproduksi arus

bolak-balik frekuensi tinggi, yang dialirkan oleh kabel koaksial ke

tranduser.

Tranduser terdiri dari antena dan reflektor, jalannya arus frekkuensi

tinggi melalui antena ini memberi energi kepada transduser.Dan

16

menghasilkan perubahan bentuk energi dari energi listrik menjadi

energi elektromagnetik. Energi lalu difokuskan oleh reflektor dan

disorotkan ke jaringan. Intensitas gelombang micro bervariasi,

tergantung dari jumlah tenaga yang diberikan pada magnetron.

1). Efek Biofisika dan Biokimia.

Peristiwa yang terjadi pada saat MWD diaplikasikan ke jaringan

adalah(1) Penetrasi, “dalamnya penetrasi tergantung frekuensi dari

gelombang dan sifat medium yang dipenetrasi. Secara umum, energi dari

gelombang menurun secara eksponensial dengan besarnya jarak yang

dilalui, dan mengalami penurunan dengan naiknya frekeunsi. Jaringan

dengan dielektrik tinggi dapat ditembus lebih dalam dibanding dengan

jaringan yang dielektriknya lebih rendah. Efektifitas penetrasi dari

gelombang micro 2450 MHz mencapai sekitar 3 cm. ” (2) Absorbsi, energi

elektromagnetik diubah menjadi energi panas ketika berinteraksi dengan

molekul jaringan yang lain. Molekul non polar akan mengarah ke kutub

pada area yang dikenai gelombang mikro. “Molekul bipolar akan berputar

bolak-balik, ion akan bergetar pada area tersebut. Total energi MWD yang

hilang akan diubah menjadi energi panas. Perbedaan sifat listrik dari

berbagai jaringan menentukan jumlah absorbsi energi yang terjadi.

Sebagai contoh alat dan jaringan lain yang mengandung dielektrik tinggi

17

akan menyerap lebih banyak energi elektromagnetik dibanding dengan

lemak atau tulang”.

2). Efek Fisiologis.

“Dengan diserapnya gelombang MWD dalam jaringan,

menimbulkan produksi panas, tetapi bentuk distribusinya berbeda dengan

pemanasan yang lain. Daya tembusnya lebih dalam dari infra merah,tetapi

tidak dapat melintas di seluruh jaringan tubuh seperti pada SWD, MWD

tidak dapat digunakan untuk mengobati jaringan yang dalam letaknya.

Daya tembusnya kira-kira 3 cm. Gelombang MWD banyak diserap oleh

dielektrik tinggi, sehingga jaringan yang banyak mengandung darah lebih

banyak menerima panas dari pada lemak”.

Begitu telah terjadi perubahan energi gelombang micro menjadi

energi panas, maka akan terjadi pertukaran panas dengan area yang

bersuhu lebih rendah sampai tercapai tahap steady state.

“Respon fisiologis akibat dari radiasi MWD tergantung pada reaksi

jaringan terhadap kenaikkan suhu dan jumlah energi yang diabsorbsi.

Pengaturan suhu tubuh diatur oleh jantung, system hormon dan kontrol

saraf. Panas yang diberikan pada kulit menyebabkan naiknya aliran darah

pada kulit, yang akan mendistribusikan panas ke daerah lainnya”.

Dengan penetrasi gelombang micro sekitar 3 cm maka energi

panas akan diabsorsi oleh kulit dan kemudian didistribusikan ke daerah

lain

18

yang lebih dalam seperti lemak dan otot yang terletak di bagian bawah dari

kulit tersebut. Energi panas akan memberikan efek dilatasi pada pembuluh

darah kapiler dikulit. Dengan adanya dilatasi tersebut akan menjadikan

sirkulasi darah setempat meningkat. Energi panas akan diteruskan baik

secara konduksi maupaun konveksi ke jaraingan yang leteknya lebih

dalam seiring dengan meningkatnya sirkulasi darah pada pembuluh darah

arteri dan vena di otot. Meningkatnya sirkulasi darah arteri di otot akan

meningkatkan proses metabolisme sehingga proses pemberian zat-zat

makanan dan 02 menigkat, sedang meningkatnya sirkulasi darah vena akan

meningkatkan proses pengangkutan zat-zat sisa metabolisme.

3). Efek Terapeutik.

Efek terapeutik adalah mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot,

dan resolusi proses inflamasi (subakut atau kronis). MWD sebaiknya

diberikan sebelum melakukan latihan untuk meningkatkan fleksibilitas.

b. BACK SCHOOL

Back School mempunyai tujuan untuk menambah pengetahuan pasien

tentang pemeliharaan atau perawatan postur tubuh yang benar dan

peningkatan kemampuan fungsional. Dalam pemeliharaan postur tubuh,

pasien diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang antomi,

memperbaiki bentuk dan mekanisme tubuh serta meningkatkan kekuatan

dan fleksibilitas ( Martin, 1992 ).

19

Back school mempunyai mamfaat untuk memperkuat otot-otot perut dan

otot-otot punggung sehingga tubuh dalam keadaan tegak / posisi netral.

Back school juga akan mengurangi nyeri melalui mekanisme

gerbang kontrol. Meski pada umumnya perbaikan nyeri tidak terdapat

pada keseluruhan latihan. Pengurangan rasa nyeri seharusnya menjadi

pertimbangan terbaik pada hasil dalam tempo yang lama. Pada perbaikan

bentuk dan penambahan kekuatan serta daya tahan (Martin ,1992). Dalam

memberikan latihan yang hendak dipilih hal utama yang harus diperhatikan

ialah komponen-komponen / sistem tubuh yang terlibat serta dampak yang

akan terjadi pada komponen tersebut saat suatu aktifitas / bentuk latihan

tertentu diberikan pada pasien atau dengan kata lain fisioterapis harus

mengenal respon jaringan tubuh terhadap jenis / bentuk maupun intensitas

latihan yang diberikan.

Pada penelitian ini secara operasional pemberian terapi latihan

back school pada nyeri punggung bawah bertujuan untuk : (1)

Mengembalikan fleksibilitas dan kekuatan otot-otot penegak, (2)

Memperbaiki mobilitas pelvis / lumbar pelvic rhytmy, (3) Menguatkan

otot-otot perut, (4) Meningkatkan / memperbaiki fleksibilitas otot-otot

anggota gerak bawah, (5) Memperbaiki dan mempertahankan sikap tubuh

yang baik, (6) Membiasakan diri untuk melakukan gerak-gerak yang

sesuai dengan mekanik tulang belakang.

20

B. Kerangka Pikir

Gambar 2.

Keterangan :

Pada pasien nyeri punggung bawah muskuloskeletal dibagi dalam dua

kelompok : kelompok perlakuan satu dan kelompok perlakuan dua. Kedua

kelompok pada fase baseline diukur derajat nyeri dan kemampuan aktifitas

fungsional. Pada fase tindakan kelompok perlakuan satu diberi terapi MWD dan

back school tiga kali dalam satu minggu. Sedang kelompok perlakuan dua diberi

terapi MWD tiga kali dalam satu minggu. Setelah fase tindakan kedua kelompok

Pre-test

NyeriPunggung Bawah Muskuloskeletal

MWD

Pre-test

MWD & Back School

Post-test

Post-test

dilakukan pengukuran derajat nyeri dan kemampuan aktifitas fungsional lalu

dilihat perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan, dilihat juga perbedaan pada

kedua kelompok.

21

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.

Nyeri &Aktivitas Fungsional

terbatas

NPBMuskuloskelet

al

Nyeri = O

Aktivitas Fungsional meningkat

MWDBack School & MWD

22

D. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah: pemberiaan terapi MWD dan back

school dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsional disabilitas

pada nyeri punggung bawah muskuloskletal lebih baik dari pada pemberian

MWD saja.

akibat adanya pergeseran antar faset dan menjadi tumpuan berat badan.

Akibatnya permukaan sendi tertekan sehingga timbul peradangan sendi

menyebabkan nyeri. Selain itu berkurangnya jarak antar sendi akan

mengiritasi saraf yang keluar dari foramen intervertebralis.

2).Dinamik atau kinetik nyeri punggung bawah

Dalam keadaan normal gerakan tulang berlangsung dan terintegrasi dengan

baik dan terjadi pembatasan oleh otot dan ligamen. Agar tidak menimbulkan

nyeri, gerakan ini tidak boleh melenggar keterbatasan. Disini nyeri yang timbul

disebabkan kelainan pada irama lumbal pelvis, sehingga mempengaruhi

pergerakan, atau bisa saja struktur tulang vertebra normal tetapi fungsinya tidak

sempurna. Pada nyeri punggung dinamik terdapat tiga penyebab antara lain:

tekanan abnormal pada punggung bawah yang normal, tekanan normal pada

punggung bawah yang abnormal, tekanan normal pada punggung bawah yang

normal, tetapi tubuh tidak siap meenghadapinya.

a) Tekanan abnormal pada punggung bawah yang normal

Dalam keadaan normal seseorang mampu mengangkat beban dengan berat

tertentu tanpa menimbulkan cidera/strain ligament. Cidera ini dapat terjadi

apabila: (1) beban terlalu berat sehingga otot tidak mampu menahan, (2) beban

yang diangkat jaraknya terlalu jauh dari tubuh, (3) waktu mengangkat terlalu

lama.

b) Tekanan normal pada punggung bawah yang abnormal

Kelainan ini dapat terjadi pada struktur yang postur memperkuat tulang

belakang: (1) persendian, ligamen, otot, atau gabungan datau pada saatatubuh

yang normal,ri struktur tersebut, seperti: skoliosis, posisi sendi faset sejajar, tetapi

akan miring bila fleksi/ekstensi, (2) pemendekkan hamstring atau kurangnya

fleksibilitas menahan rotasi pelvis (irama lumbal pelvis tidak semestinya) maka

saat tubuh fleksi, rotasi pelvis telah maksimal sedangkan fleksi total belum

tercapai, akibatmya lengkung lumbal akan bertambah sehingga ligamentum

longitudinal posterior akan tertarik dan menyebabkan robekan ligamen tersebut,

(3) pemendekan otot punggung bawah dan ligamen. Dalam hal ini rotasi dan

irama lumbal pelvis bagus, hannya saja fleksi lumbal terhambat. Bila dipaksakan

akan timbul nyeri sebagai akibat regangan pada ligamen longitudinal posterior

dan jaringan fibrus pada otot para spinal.

c) Tekanan normal pada punggung bawah yang normal

Meskipun tekanan normal pada punggung bawah yang normal tetapi karena

tubuh tidak siap menghadapinya menyebabkan cidera otot, ligamen dan timbul

nyeri.misalnya, mengangkat beban berat diluar dugaan.

B. Patologi

Proses terjadinya nyeri punggung bawah muskuloskeletal adalah karena

mengangkat barang terlalu berat pada posisi membungkuk, gerakan mendadak

atau melampaui kekuatan otot tersebut misalnya, ketika mengejar dan memukul

bola (tenis, bulutangkis, golf, dll) (Lalang, 2004). Cidera ini menimbulkan

kerusakan jaringan lunak yang akan merangsang reseptor nyeri atau nosiseptor.

Keadaan ini akan berlanjut dengan adanya bahan kimia yang mengumpul di

sekitar nyeri. Bahan kimia ini berasal dari: (1) bocoran membran sel rusak, (2)

hasil sintesa enzim-enzim setelah trauma atau saat terjadi ekstravasasi dan migrasi

sel setelah ruda paksa dan (3) reseptor nyeri sendiri saat mengalami rangsangan.

Salah satu zat tersebut yaitu substansi P yang akan menghasilkan peningkatan

mikrosirkulasi lokal dan ekstravasasi plasma yang peka dan menyebabkan

chemical stimulasi sehingga menyebabkan nyeri (Sri Witono, 1987) dan (Joesoef,

1996). Karena adanya nyeri menyebabkan penderita takut bergerak sehingga

terjadi penurunan mobilitas sendi tulang belakang dan kecenderungan penderita

mengambil posisi yang paling nyaman tanpa memperhatikan posisi yang benar,

bila dibiarkan terus akan menghambat kesembuhan bahkan dapat memperburuk

keadaan (Mc. Farland, 2000).

1. Nyeri

Definisi nyeri menurut The Internasional Association For The Study Of

Pain yang dikutip oleh Anwar (1995) nyeri merupakan pengalaman sensorik dan

emosional yang tidak nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau

berpotensi merusak jaringan. Definisi tersebut berdasarkan dari sifat nyeri yang

merupakan pengalaman subyektif dan bersifat individual. Dengan dasar ini dapat

dipahami adanya kesamaan penyebab tidak secara otomatis menimbulkan

perasaan nyeri yang sama. Fenomena ini timbul karena adanya kemampuan sistem

syaraf untuk merubah berbagai stimulasi (mekanik, kimia, thermal dan elektris)

kemudian dijalarkan ke syaraf pusat. Perjalanan nyeri ini terbagi menjadi dua

sistem yaitu: (1) sistem nosiseptor, perjalanan impuls rasa nyeri diterima oleh

reseptor kemudian diteruskan melalui serabut syaraf aferen untuk masuk ke

medula spinalis selanjutnya melalui traktus spino talamikus lateral dibawa ke

batang otak lalu masuk ke thalamus dan nyeri dapat dirasakan, (2) perjalanan

tingkat pusat, yaitu perjalanan impuls nyeri dari batang otak ke kortek serebri dan

kortek asosiasi sensoris. Bila impuls sudah sampai disini maka berat ringannya

dan lokalisasi serta sifat nyeri dapat digambarkan dengan jelas dan terperinci oleh

yang bersangkutan.

Sedangkan pada penderita nyeri punggung bawah muskuloskeletal nyeri

yang dirasakan dapat berasal dari struktur penyangga tulang belakang (ligamen,

otot tulang dan sendi) struktur ini peka terhadap rangsangan nyeri karena

terdapatnya syaraf sensoris kecuali ligamentum flavum dan diskus intervertebralis

tidak peka nyeri karena tidak memiliki persyarafan sensoris (Cailliet, 1981).

Mekanisme tentang nyeri telah mengalami perkembangan dalam beberapa

dekade terakhir, teori nyeri mula-mula diusulkan oleh Mellzak dan Wall (1965)

mengemukakan teori gerbang kontrol yang banyak diterima ahli. Menurut teori ini

aferen terdiri dari dua kelompok serabut, yaitu kelompok yang berdiameter besar

(A-beta) dan serabut berdiameter kecil (A-delta dan C). Kedua kelompok ini

berinteraksi dengan substansia gelatinosa (SG) berfungsi sebagai modulator

(gerbang kontrol) terhadap A-beta, A-delta dan C. Apabila SG aktif, gerbang akan

menutup sebaliknya apabila SG menurun aktifitasnya gerbang membuka. Aktif

dan tidaknya SG tergantung pada kelompok aferen mana yang terangsang.

Apabila serabut besar terangsang, SG menjadi aktif dan gerbang menutup, ini

berarti bahwa rangsang yang menuju pusat melalui transiting cell (T-sel). Serabut

A-beta adalah penghantar rangsang bukan nyeri misal sentuhan, propioseptif.

Apabila kelompok berdiameter kecil (A-delta dan C) terangsang, SG akan

menurun aktifitasnya sehingga gerbang membuka. A-delta dan C adalah serabut

pembawa rangsang nyeri sehingga jika terangsang gerbang akan membuka dan

rangsangan nyeri akan diteruskan kepusat. Modalitas fisioterapi berupa terapi

latihan (back exercise) dan traksi lumbal akan merangsang aferen mekanoreseptor

yang dibawa oleh serabut berdiameter besar A B, mekanoreseptor ini selain

berjalan kepusat juga bergabung dengan nukleus spinal yang mempunyai

pengaruh inhibisi/supresi nyeri (Wyke B, 1979).

2. Problematika Fisioterapi

Adapun problematika pada kondisi nyeri punggung bawah

muskuloskeletal ini adalah: (1) problematika gerak yaitu adanya nyeri yang

menyebabkan spasme otot-otot para vertebra sehingga menimbulkan keterbatasan

gerak fleksi/ekstensi lumbal serta penurunan kekuatan otot karena kurangnya

aktivitas gerak, (2) problematika fungsional yaitu aktivitas jongkok, berdiri,

duduk terlalu lama dan berjalan jauh mengalami gangguan karena adanya nyeri.

3. Teknologi intervensi fisioterapi

Berdasarkan permasalahan yang ada pada nyeri punggung bawah

muskuloskeletal yaitu adanya nyeri, spasme otot, nyeri gerak yang menuju pada

gangguan fungsional, pemberian tindakan fisioterapi berupa terapi latihan dan

traksi lumbal serta diperlukan nasihat kepada penderita untuk membiasakan diri

melakukan gerakan yang sesuai dengan biomekanik tulang punggung.

a. Terapi latihan (back exercise)

Adalah upaya penyembuhan dengan menggunakan bagian tubuh secara

aktif maupun pasif bertujuan untuk relaksasi dan penguluran otot-otot punggung

bawah yang mengalami spasme (kejang otot) akibat aktivitas motor refleks yang

terjadi pada jaringan yang rusak oleh karena trauma (Kisner, 1978). Adanya

spasme/ketegangan otot menimbulkan nyeri. Rangsangan ini diterima oleh

serabut-serabut aferen medula spinalis, menghasilkan kontraksi beberapa otot

akibat spinal motor refleks. Nosiseptif stimulus ini dapat dijumpai di beberapa

tempat seperti kulit, organ visceral, bahkan otot itu sendiri. Adanya kontraksi-

kontraksi tadi dapat meningkatkan rasa sakit, melalui nosiseptor di dalam otot dan

tendon. Hal ini akan meningkatkan rasa sakit sehingga menimbulkan lingkaran

setan, kejang otot - nyeri - kejang otot - nyeri dan seterusnya. Kondisi ini akan

diperburuk oleh adanya ischemia lokal sebagai akibat dar kontraksi otot yang kuat

dan terus menerus atau mikrosirkulasi yang tidak adekuat sebagai akibat dari

disregulasi sistem simpatis (Heru Purbo K, 2000). Oleh karena itu cukup

beralasan menggunakan terapi latihan dalam pengurangan nyeri akibat spasme

otot pada nyeri punggung bawah muskuloskeletal. Disamping itu latihan otot-otot

untuk memperbaiki postur baik saat berdiri maupun waktu duduk sehingga dapat

mengurangi cidera/strain yang pada akhirnya untuk mencegah kekambuhan

(Sadoso, 2002). Pada penelitian ini secara operasional tujuan pemberian latihan

ditujukan: (1) memperkuat otot yang lemah, terutama otot dinding perut, gluteus

maksimus medius dan otot punggung, (2) memperbaiki postur (3) meregangkan

otot-otot yang memendek terutama otot punggung bawah dan hamstring dan (4)

mengurangi spasme otot (Sunarto, 2005).

1. Teknik latihan

Untuk mencapai tujuan tersebut diatas perlu dirancang tehnik dan dosis

yang tepat, tehnik latihan ini secara umum terdiri dari dua bagian yaitu penguatan

dan penguluran otot-otot punggung, adapun gerakannya adalah sebagai berikut:

a) Curl-up

Untuk menguatkan otot perut dengan tehnik: posisi awal tidur terlentang

pada alas yang keras dengan sendi lutut setengah fleksi dan telapak kaki

menumpu rata, gerakan berupa mengencangkan atau mengkotraksikan otot perut,

silangkan kedua lengan pada dada, gerakan mengangkat kepala ke arah dada

sehingga dagu menyentuh dada atas, gelang bahu ikut terangkat, saat gerakan

tidak boleh terjadi gerak sit up karena dapat menegangkan otot-otot leher dan

menimbulkan kelelahan. Lihat gambar 2.1.

Gambar 2.1

Curl-up (Terry Bolles yang dikutip oleh Brien J,1997)

b). Arm-and-leg extension

Untuk menguatkan otot punggung yang berada disepanjang punggung

sampai ke pantat untuk mencapai perbaikan postur dengan teknik : (1) posisi awal

merangkak dengan kedua tangan tepat berada di bahu dan kedua lutut tepat di

bawah pinggul. Usahakan agar punggung lurus dan kepala serta leher berada satu

baris dengan punggung, (2) secara perlahan-lahan naikkan lengan kanan dan kaki

kiri, buat berada satu beris dengan punggung. Jari-jari tangan diluruskan

menunjuk kedepan, sementara jari-jari kaki menunjuk ke belakang. Jika

memungkinkan lengan dan kaki dapat direntangkan sedikit lebih tinggi dari pada

punggung. Beberapa gerakan yang harus diperhatikan yaitu jangan menjatuhkan

kepala, mendongak ke atas dan jangan sampai miring. Lihat gambar 2.2

Gambar 2.2

Arm-and-leg extension (Terry Bolles yang dikutip oleh Brien J,1997)

c) Knee-chest strecth

Gerakan lutut ke dada untuk meregangkan otot punggung yang tegang dan

spasme, serta mengoreksi lordosis dengan teknik: tidur terlentang, terik kedua

lutut ke dada semaksimal mungkin tanpa menimbulkan rasa sakit dan rileks

kembali ke posisi awal. Lihat gambar 2.3

Gambar 2.3

Knee-chest strecth (Terry Bolles yang dikutip oleh Brien J,1997)

d) Hamstring strecth

Gerakan badan condong ke depan untuk meregangkan otot punggung bawah dan

hamstring yang memendek, dapat dilakukan dengan tehnik: posisi awal long

sitting, kemudian satu kaki ditekuk berada disamping lutut tungkai yang lurus,

condongkan badan dengan kedua lengan lurus ke depan semaksimal mungkin

tanpa menimbulkan sakit yang berlebihan pada tungkai yang lurus terutama pada

lutut bagian bawah, tahan dan rileks ganti pada sisi yang lain ( Brien J, 1997).

Lihat gambar 2.4

Gambar 2.4

Hamstring strecth (Terry Bolles yang dikutip oleh Brien J,1997)

2. Dosis latihan (back exercise)

Menurut sadoso (2002) dan (Brief J, 1997) untuk mencapai hasil yang

diharapkan dalam mengatasi keluhan nyeri NPB muskuloskeletal diperlukan

program latihan yang konsisten dengan dosis dan aturan yang tepat, yaitu:

a) Curl-up.

Frekuensi latihan 2-3 kali perminggu, pengulangan sebanyak 8-12 kali per

set. Latihan dilakukan 1-3 set, diantara 2 set latihan istirahat 30-60 detik, pada

tahap awal dilakukan pengulangan 8-20 kali, kecepatan gerak mengangkat kepala

3 detik dan dipertahankan 3-5 detik, 3 detik istirahat, 3 detik kembali ke posisi

semula.

b) Arm-and-leg extension

Frekuensi latihan 2-3 kali perminggu, pengulangan sebanyak 8-12 kali per

st. Latihan dilakukan 1-3 set, diantara 2 set latihan istirahat 30-60 detik, pada

tahap awal dilakukan pengulangan 8-10 kali, kecepatan gerak mengangkat kepala

3 detik dan dipertahankan 3-5 detik, 3 detik istirahat, 3 detik kembali ke posisi

semula.

c) Knee-chest strecth

Frekuensi latihan 2-3 kali perminggu dan pengulangan sebanyak 5-7

kali.begitu juga pada sisi yang lain, kecepatan gerak perlahan tanpa menimbulkan

sakit, rasakan ketegangan, pertahankan posisi 15-20 detik dan kembali perlahan

pada posisi semula, istirahat 3 detik.

d) Hamstring strecth

Frekuensi latihan 2-3 kali perminggu dan pengulangan sebanyak 5-7 kali.

Tarik kedua lutut perlahan mendekati dada, rasakan ketegangan dan kembali

perlahan pada posisi semula, istirahat 3 detik.

a. Traksi lumbal

Traksi lumbal adalah suatu teknik aplikasi kekuatan tarikan pada daerah

lumbal untuk meregangkan jaringan lunak dan melebarkan ruang sendi. kekuatan

tarikan dapat dilakukan secara manual elektromekanik dengan beban dan sistem

katrol maupun secara elektronik halus. Pemberian traksi lumbal pada penelitian

ini ditujukan untuk membebaskan spasme otot dan rileksasi sehingga nyeri

berkurang. Hal ini dikarenakan pengaruh traksi lumbal dapat mengurangi

penekanan pada daerah struktur peka nyeri atau adanya hambatan perjalanan

rangsangan nyeri karena adanya stimulasi mekanoreseptor yang terjadi akibat

gerakan osilasi yang dihasilkan oleh gerakan traksi lumbal intermitten, adanya

pengurangan nyeri dapat memfasilitasi rileksasi dan pengurangan spasme otot.

Menurut DanieL N Hooker (1994) pemberian traksi lumbal dapat merelaksasikan

dan mengurangi spasme otot, hal ini terbukti dengan pemasangan EMG pada otot

erektor spinal saat dilakukan traksi lumbal menunjukkan adanya penurunan

aktifitas otot tersebut. Otot yang dilakukan traksi intermitent akan terjadi

kontraksi dan rileks sehingga terjadi peningkatan sirkulasi darah dan dapat

merangsang propioseptif yang menghasilkan penutupan gerbang kontrol sehingga

nyeri berkurang.

1.Tehnik aplikasi

Dalam penelitian ini prosedur penggunaan tehnik aplikasi traksi lumbal

adalah sebagai berikut :

a) Penentuan alat

Menggunakan traksi elektrik dengan perangkat semi komputer digital dan

menggunakn musik yang diharapkan dapat membantu rileksasi otot penderita

secara general .

b) Posisi traksi lumbal

Posisi yang umum dipakai berbaring terlentang, dengan sedikit paha dalam

keadaan fleksi 80-85° dan eksorotasi 10-15° serta sendi lutut dalam keadaan fleksi

85- 90° (Thamrim Syam, 1991).

c) Alat pengikat

Mengunakan alat ikat punggung berupa sabuk khusus ( pelvic belt) yany

diikatkan di atas kristal iliaca dan dihubungkan ke mesin traksi serta fiksasi pada

tubuh bagian atas untuk menghindari tertariknya tubuh ke bawah akibat tarikan

traksi lumbal.

d) Intermiten traksi

Belum ada kejelasan mana yang terbaik antara intermiten dan statik traksi

lumbal, peneliti lebih memilih intermiten oleh karena tujuan utama pada

penelitian ini adalah mengurangi nyeri sebagai akibat adanya spasme otot dan

menurut Daniel N Hoeker (1994) tarikan traksi kurang dari 10 detik pada fase

tarikan hanya akan menyebabkan minimalnya jarak atau sendi, akan tetapi dapat

mengaktifkan dan merangsang propioseptor yang ada pada sendi dan otot

sehingga nyeri berkurang. Sedangkan fase istirahat/rileks yang lebih pendek tetapi

juga berorientasi pada kenyamanan akan berpengaruh pada perasaan penderita dan

merasakan rileksasi otot sesaat sebelum traksi lumbal dilanjutkan. Hal ini akan

dapat mempertahankan otot dalam posisi rileks yang pada akhirnya mengurangi

spasme otot, melancarkan peredaran darah sehingga nyeri berkurang.

2) Dosis traksi lumbal

Michelle H (1999) merekomendasikan dosis penggunaan traksi lumbal

pada kondisi nyeri punggung bawah muskuluskeletal dengan sasaran untuk

mengurangi spasme otot. Menggunakan beban tarikan 25 persen berat badan,

menggunakan intermiten traksi dengan perbandingan tarikan/waktu rileks adalah

5/5 detik, total waktu yang digunakan 20-30 menit.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Warner dan Roland (1999)

melakukan traksi lumbal menggunakan traksi elektrik dengan tehnik intermitten

5/5 detik, 2-3 kali perminggu, beban tarikan 10-20 kg, waktu 10 menit

menunjukkan hasil yang signifikan dalam pengurangan nyeri dan perbaikan

fungsioanal disabilitas.

c.Nasehat

Agar tidak terjadi berulangnya cidera tindakan fisioterapi diperlukan

nasehat pada penderita NPB muskuloskeletal sebagai berikut: (1) waktu berdiri

jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, berdiri yang terlalu lama diselingi

dengan jongkok, berdiri dengan satu kaki diletakkan lebih tinggi untuk

mengurangi hiper lordosis lumbal, megambil sesuatu di tanah tekuklah lutut,

mengangkat beban berat regangkan kedua kaki lalu tekuklah lulut dan punggung

tetap tegak lalu angkat barang tersebut sedekat mungkin dengan tubuh, (2) waktu

berjalan dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa-gesa, (3) waktu duduk

pilihlah tempat duduk dengan kriteria busa jangan terlalu lunak, punggung kursi

berbentuk huruf S, bila duduk seluruh punggung harus sebanyak mungkin kontak

dengan kursi dan bila duduk dalam waktu lama, letakkan satu kaki lebih tinggi

dari yang satunya, (4) waktu tidur punggung dalam keadaan mendatar (jangan

pakai alas dari per) (Sunarto, 2005).

E. Kerangka Teori

Gambar 2.5

Skema teori penurunan nyeri sunber: Wyke B (1979)

Keterangan :

Penyebab utama NPB muskuluskeletal adalah faktor mekanik baik statik

maupun dinamik, sehingga menimbulkan cidera/kerusakan jaringan yang akan

merangsang reseptor nyeri atau nosiseptor, impuls nyeri ini dalam perjalananya

melalui serabut aferen untuk masuk ke medula spinalis sel;anjutnya melewati

traktus spinotalamikus lateral dibawa kebatang otak lalu masuk ke thalamus dan

nyeri dapat dirasakan, jika perjalannya sampai kekortek serebri atau kekortek

Dinamik NPB musculo skeletal

Statik

Inhibisi nyeri Nukleu spinal

Nyeri berkurang

Modalitas fisioterapiTerap latihan

Traksi lumbal

Kortek serebri

Nyeri

Mekanoreseptor

assosiasi sensoris, berat, ringan,lokasi dan sifat nyeri dapat tergambarkan,

Modalitas fisioterapi berupa terapi latihan dan traksi lumbal akan merangsang

aferen mekanoreseptor yang dibawa oleh serabut berdiameter besar A B,

mekanoreseptor ini selain berjalan ke pusat juga bergabung dengan nukleus spinal

yang mempunyai pengaruh inhibisi/supresi nyeri, sehingga nyeri berkurang.

F. Kerangka Konsep

Pasien dengan nyeri

punggung bawah

Nyeri

AktifitasFungsional

Terapist

Terapi LatihanBack School

Sebelum

Pasien dengan nyeri

punggung bawah

Nyeri

AktifitasFungsional

Sesudah

Gambar 2.6

Keterangan :

Kondisi pasien dengan keluhan nyeri punggung bawah dapat dipengaruh

oleh beberapa faktor diantaranya umur, pekerjaan dan postur, , sedangkan

problem yang sering dihadapinya berupa keluhan nyeri, terutama nyeri saat

bergerak sehingga penderita enggan untuk bergerak akibat takut adanya nyeri ini,

keadaan ini bila berlajut akan mempengaruhi aktifiras fungsional seperti duduk,

jongkok dan berjalan, untuk mengatasi keluhan nyeri punggung bawah dapat

digunakan modalitas fisioterapi berupa terapi latihan dan traksi lumbal. Dalam

pelaksanaanya kedua metode ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan

terapis, ketepatan penggunaan dosis terapi yang akan dilakukan dan adanya

nasehat/edukasi kepada penderita dalam mengatasi atau mencegah teulangnya

kembali penderitaan/keluhan yang dihadapi. Hasil dari pelaksanaan intervensi ini

berupa pengurangan nyeri sehingga penderita tidak takut bergerak yang pada

akhirnya dapat meningkatkan aktifitas fungsional penderita.

G. Hipotesa

Hipotesa pada penelitian ini adalah:

Ho : tidak ada pengaruh terapi latihan back school terhadap pengurangan nyeri

dan fungsional disabilitas pada nyeri punggung bawah muskuluskeletal

Ha : ada pengaruh terapi latihan back school terhadap pengurangan nyeri dan

fungsional disabilitas pada nyeri punggung bawah muskuluskeletal

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian

eksperimen. menggunakan rancangan penelitian one group pre-test post-test

design. Untuk mengetahui pengaruh dari terapi latihan back school terhadap

pengurangan nyeri dan fungsional disabilitas pada nyeri punggung bawah

muskuluskeletal. Dalam penelitiaan ini menggunakan hanya satu kelompok

subyek penelitian yang diberikan intervensi terapi latihan back school berupa

latihan penguatan dan penguluran otot-otot punggung bawah yang dilakukan

dengan frekwensi 3 kali perminggu, durasi 30-45 menit, selama 3 minggu,

Sebagai acuan dalam merumuskan kerangka penelitian, maka rancangan ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Pre-test Perlakuan Post- test

O1 X1 O2

Keterangan :

O1 : Penderita nyeri punggung bawah yang diukur intensitas nyeri dengan

menggunakan VAS dan fungsional disabilitas dengan menggunakan kuesioner

disabilitas nyeri punggung bawah Oswestry sebelum diberikan intervensi latihan

back school (pre-test).

X1 : tindakan atau intervensi yang dilakukan sebagai perlakuan berupa latihan

back school.

O2 : pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan VAS dan fungsional

disabilitas menggunakan kuesioner disabilitas nyeri punggung bawah Oswestry

setelah diberikan intervensi latihan back school (post-test).

B. Subyek Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Medis RSUD Ulin

Banjarmasin tempat kami bekerja dengan alasan fasilitasnya mendukung untuk

digunakan menjadi tempat/lahan penelitian. RSUD Ulin Banjarmasin merupakan

Rumah Sakit Propinsi dengan type B Pendidikan serta menjadi rumah sakit

rujukan beberapa kabupaten/kota propinsi di Kalimantan.

2. Batasan populasi

Populasi penelitian ini adalah penderita nyeri punggung bawah

muskuloskeletal yang berkunjung pada Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Ulin

Banjarmasin. Adapun jumlah populasi pada penelitian ini ditentukan sebanyak

10 orang.

3. Subyek penelitian

Subyek penelitian ini adalah semua penderita nyeri punggung bawah

muskuloskeletal yang memenuhi baik kriteria inklusi maupun eksklusi.

a. Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: (1) subyek dengan nyer

punggung bawah muskuloskeletal berusia 20-60 tahun, (2) tidak adanya kelainan

neurologis, (3) tidak ada kelainan pada sendi, (4) nyeri punggung bawah

muskuloskeletal yang telah melewati masa akut/ stadium lanjut lebih dari 2

minggu, (5) kooperatif dan mengikuti program

b. Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah : (1) penderita yang ada

kelainan neurologis, (2) adanya kelaian fasepjoint (3) adanya penjalaran nyeri

sampai tungkai, (4) penderita dengan fraktur lumbosacaral, (5) spondilolisthesis

lebih dari 25 persen (6) adanya perbedaan panjang tungkai yang tida dapat

dikoreksi, (7) ostheoporosis, (8) scoliosis structural, (9) sepsis. (10) tumor ganas

dan (11) wanita hamil.

4. Besarnya subyek penelitian

Unrtuk menetukan besarnya subyek penelitian, peneliti menggunakan

tabel Kreejie dengan tingkat kesalahan 5 persen. Jika populasi yang didapat besar

dilakukan teknik sampling probabilitas sampling secara random untuk dijadikan

sampel dalam penelitian, dan jika populasi yang didapat kecil kurang dari 10

maka seluruh populasi digunakan sebagai subyek penelitian

5. Langkah-langkah pengambilan subyek penelitian

Setelah mendapatkan subyek penelitian, peneliti melakukan

C. Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel pada penelitian ini terdiri dari: (1) variabel bebas

adalah terapi latihan back school, (2) variabel terikat adalah penurunan nyeri

(VAS) dan fungsioanal disabilitas (OWS).

D. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini adalah : (1) nyeri punggung bawah

muskuloskeletal dapat ditentukan melelui penegakan diagnosa berdasarkan

pemeriksaan yang dilakukan dokter dan peneliti, yang akan mendapatkan hasil

pemeriksaan berupa : neurologis normal (perasaan normal, perasaan tajam

simetris, refleks fisiologis normal). Adanya perasaan nyeri tumpul yang

terlokalisir atau meluas ke daerah glutea, nyeri tidak menjalar, nyeri tidak disertai

hipestesia, parastesia, nyeri dapat dirasakan antara Th 12 bagian bawah pinggul

atau lubang dubur (Jefry R et al, 2000), (2) terapi latihan adalah suatu gerakan

tubuh tertentu dalam bentuk gerakan aktif maupun pasif berupa latihan penguatan

dan penguluran otot- otot punggung bawah dilakukan dengan frekuensi 3 kali

perminggu durasi 30-45 menit, repertisi untuk penguatan 10 kali persetnya,

dilakukan 3 set, setiap set istirahat 30-60 detik untuk menghindari kelelahan, Dan

untuk penguluran otot punggung bawah frekuensi 3 kali perminggu, repetisi 5

kali, penguluran dilakukan secara perlahan tanpa menimbulkan rasa sakit,

pertahankan 15-30 detik, kenbali ke posisi awal, rileks 3 detik, (3) traksi lumbal

adalah terapi yang menggunakan mesin traksi yang dapat diatur waktu, beban,

tarikan, dan fase istirahat, pada penelitian ini meggunakan frekwensi 3 kali per

minggu, beban 10-20 Kg meningkat secara bertahap, hold 5/5 detik, durasi 10

menit, (4) Visual analogue scale (VAS) adalah berupa garis lurus horisontal

dengan panjang 10 cm, bertuliskan tidak ada nyeri pada awal garis dan akhir garis

nyeri tak tertahankan. Sebelum subyek mengisi VAS peneliti memberi penjelasan

sebelumnya, (5) fungsional disabilitas adalah menggambarkan ketidak mampuan

melakukan aktifitas fungsional sehari-hari seperti, duduk, jongkok, berdiri, jalan

sedangkan alat ukur yang peneliti gunakan adalah kuesioner disabilitas nyeri

punggung bawah Oswestri yaitu berupa pernyataan yang disusun untuk

memberikan gambaran kepada peneliti terhadap kemampuan fungsional subyek,

terdiri dari 10 macam pernyataan, subyek diminta memilih salah satu pernyataan

yang menggambarkan disabilitasnya, dengan memberikan tanda cek (√ ) pada

kotak yang disediakan, dari tiap item nilai 5 yang terbaik dengan nilai maksimal

50 dan hasil yang dapat diberikan pada scala 0-50.

E. Alat Ukur

Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah: (1) visual analogue

scala (VAS) untuk mengukur intensitas nyeri punggung bawah muskukoskeletal

berupa sebuah garis lurus horisontal sepanjang 1-0 cm pada awal garis tidak ada

nyeri dan akhir garis nyeri tak tertahankan, subyek diminta menunjukkan derajat

nyerinya pada garis tersebut, kemudian dinyatakan dalam milimeter, (2) kuesioner

disabilitas nyeri punggung bawah oswestri, berupa formulir kuesioner berisi 10

macam pernyataan dan peneliti meminta subyek untuk memilih salah satu

jawaban dari 6 pilihan yang disediakan dengan nilai 0-5 dari 10 macam

pernyataan tadi nilai yang ada dijumlah, hasil nilai 0-50. Alat ukur ini sebelum

digunakan pada subyek, peneliti melakukan uji coba awal kepada penderita nyeri

punggung bawah yang lain dengan sampel kecil untuk mengetahui realibilitas dari

alat ukur tersebut.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini melalui dua tahap yaitu

tahap pertama sebelum tindakan/intervensi (pre-test) dengan teknik wawancara,

dokumentasi untuk penegakan diagnosa nyeri punggung bawah muskuluskeletal,

kuesioner/angket digunakan untuk mengukur fungsional disabilitas, dan scala

untuk mengetahui intensitas nyeri. Pada tahap kedua peneliti melakukan

pengukuran akhir (post-test) setelah kedua kelompok selesai dilakukan perlakuan

selama 3 minggu. Pengukuran yang dilakukan teknik dan obyeknya sama seperti

pada pengukuran awal (pre-test).

G. Analisa Data

penelitian ini meneggunakan uji beda dengan sample t- test terhadap

kelompok perlakuan. Dasar pengambilan keputuasan adalah jika probabilitas (p)

kurang dari 0,05 berarti ada perbedaan yang bermakna antara sebelum dan

sesudah perlakuan (Ho ditolak) dan apabila probabilitas (p) lebih besar dari 0,05

berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah perlakuan

(Ho diterima).

H. Jadwal Penelitian

Agar Penelitian dapat berjalan dengan lancar dan terarah serta tepat waktu

maka peneliti menyusun jadwal perencanaan penelitian ini sebagai berikut:

No. Kegiatan Penelitian

Tahun

Nopember Desember Januari

1. Pemeriksaan screning,

penderita, penelitian

awal

………

.

2

2. Pemilihan subyek 3-5

3. Pengukuran awal

Pre-test

6-9

4. Pelaksanaan

intervensi

10-30

5. Pengukuran akhir

Post-test

1-3

Lampiran II No. Urut:

STATUS FISIOTERPI

IDENTITAS Hari/tgl/thn….

Nama subyek : ……………………………

Umur : tahun, bulan

Jenis Kelamin : 0 = laki-laki 1 = wanita

Pendidikan : 0 = rendah (s/d tamat SD / sederajad)

1 = sedang (SLTP hingga SLTA/ sederajad)

2 = tinggi (perguruan tinggi / sederajad)

Pekerjaan : …………………………….

Jika pegawai atau pensiunan sebutkan jenis kegiatan yang terbanyak

dilakukan, misalnya duduk, berjalan, berdiri dll.

Status perkawinan : 0 = tidak, 1 = ya 2 = cerai

Alamat : ……………………………

Diagnosis Medis :…………………………….,

ANAMNESISKeluhan Utama & Riwayat Penyakit Sekarang:

Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat Keluarga & Status Sosial:

Deskripsi nyeri

Lokasi: nyeri punggung terasa pada area seperti pada gambar (subyek

menggambar sendiri)

Sifat :

0 = tumpul dan terlokalisir 1 = tumpul dan difus

Onset : nyeri palilng terasa terutama saat

0 = bangun tidur 3 = setelah berjalan seharian

1 = setelah duduk lama 4 = setelah kerja seharian

2 = setel;ah berdiri lama 5 = sepanjang hari

Faktor pencetus: nyeri punggung bawah saat melakukan aktifitas

0 = tak jelas 6 = membungkuk

1 = mengangkat barang 7 = memuntir

2 = menjinjing 8 = terpeleset

3 = menurunkan barang 9 = duduk lama

4 = menarik 10 = paparan alat/vibrasi

5 = mendorong 11 = berulang

Lamanya nyeri: nyeri telah dirasakan selama

0 = sub akut ( 8 hari- 6 bulan) 1 = kronik (> 6 bln/ kambuh >3x)

Hal-hal yang memberatkan………………….

Hal-hal yang merinngankan……………

PEMERIKSAAN FISIK

Status umum

Tanda vital :T ……. N…….. RR……… tº………

Status gizi : BB….kg TB……m

Inspeksi

Palpasi

Spasme/ nyeri tekan : ada tidak ada

Join test

Nyeri gerak : ada tidak ada

Muscle test

Neorological test

Tes kemampuan fungsional & lingkungan aktifitas

PEMERIKSAAN SPESIFIK

. a. Tanda klinis kondisi FT A/FT B/FT C/FT D/FT E.

b. Laboratorium Fisioterapi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

X Photo, lab,dll

Lampiran: III

VISUAL ANALOGUE PAIN RATING SCALE ( VAS )

Nama subyek :………………………

Umur :………………………

Jenis kelamin :……………………….

Perlakuan : I / II

Visual Anologue Pain Rating Scale ( VAS )

Penilaian

Tanggal VAS

Pre-test

VAS:

……

mmTidak ada nyeri nyeri tak tertahankan

Post-tes

VASt

……

mmTidak ada nyeri nyeri tak tertahankan

Lampiran: IV

Kuesioner Disabilitas Nyeri Punggung Bawah Oswestri

Isilah pernyataan dibawah ini dengan memilih salah satu jawaban dari

pernyataan yang menggambarkan kondisi kemampuan aktifitas fungsional anda

saat ini sebagai akibat nyeri punggung yang anda derita, dengan memberikan

tanda cek (√ )

Nama subyek :……………………

Umur :……………………

Jenis kelamin :……………………

Alamat :…………………….

Peralakuan : I / II

Tanggal penilaian Pre-test: ……..dan Post -test…….

Seksi 1: Intensitas nyeri I II

0. Saat ini saya tidak merasa nyeri

1. Saat ini nyeri saya sangat ringan

2. Saat ini saya nyeri sedang

3. Saat ini nyeri cukup berat

4. Saat ini nyeri sangat berat

5. Saat ini adalah paling nyeri yang dapat dibayangkan

Seksi 2 : Perawatan diri

0. Saya dapat mengurus diri sendiri secara normal tanpa

bertambah nyeri

1. Saya dapat mengurus diri sendiri secara normal tetapi sangat

nyeri

2. Saya merasa nyeri ketika mengurus diri sendiri, sehingga saya

melakukannya secara perlahan dan hati-hati

3. Saya memerlukan sedikit bantuan, tetapi melakukan sebagian

besar perawatan diri.

4. Saya memerlukan bantuan setiap hari dalam sebagian aspek

perawatan diri.

5. Saya tidak dapat memakai baju, mencuci sulit dan berbaring

di ranjang

I II

Seksi 3: Mengangkat

0. Saya dapat mengangkat beban berat tanpa bertambah nyeri

1. Saya dapat mengangkat beban berat tetapi menyebabkan

bertambah nyeri.

2. Nyeri membatasi saya untuk mengangkat berat dari lantai,

tetapi saya dapa melakukannya jika benda tersebut diatur

dulu letaknya, diletakkan di atas meja.

3. Nyeri membatasi saya untuk mengangkat beban berat dari lantai,

tetapi saya dapat mengangkat beban ringan atau sedang jika

benda tersebut diatur dulu letaknya.

4. Saya hannya dapat mengangkat beban yang sangat ringan

5. Saya sama sekali tidak dapat mengangkat atau menjinjing

apapun.

Seksi 4: Berjalan

0. Nyeri tidak membatasi saya berjalan berapapun jaraknya.

1. Nyeri membatasi saya berjalan > 1 mil

2. Nyeri membatasi saya berjalan > 1/ 4 mil.

3. Nyeri membatasi saya berjalan > 100 yard.

4. Saya hannya dapat berjalan dengan memakai tongkat atau

kruk.

5. Saya hampir selalu berbaring diranjang, dan harus merangka

jika hendak dikamar kecil.

Seksi 5: Duduk

0. Saya dapat duduk dikursi manapun sesuka saya.

1. Saya dapat duduk dikursi favorit saya sesuka saya.

2. Nyeri membatasi saya untuk duduk > 1 jam

3. Nyeri membatasi saya untuk duduk > 1/2 jam

4. Nyeri membatasi saya untuk duduk > 10 menit

5. Nyeri membuat saya sama sekali tidak bisa duduk.

Seksi 6 : Berdiri

0. Saya dapat berdiri selama saya mau tanpa bertambah nyeri

1. Saya dapat berdiri selama saya mau tetapi menyebabkan

bertambah nyeri.

2. Nyeri membatasi saya untuk berdiri > 1 jam

3. Nyeri membatasi saya untuk berdiri > 1 /2jam

4. Nyeri membatasi saya untuk berdiri > 10 menit

5. Nyeri membuat saya sama sekali tidak bisa berdiri

Seksi 7: Tour

0. Tidurku tidak pernah terganggu oleh nyeri.

1. Tidurku kadang-kadang terganggu oleh nyeri

2. Karena nyeri saya hannya tidur < 6 jam

3. Karena nyeri saya hannya tidur < 4 jam

4. Karena nyeri saya hannya tidur < 2 jam

5. Nyeri membuat saya sama sekali tidak bisa tidur.

Seksi 8 : Kehidupan seksual

0. Kehidupan seksual saya normal tanpa bertambah nyeri

1. Kehidupan seksual saya normal tetapi menyebabakan

sedikit bertambah nyeri

2. Kehidupan seksual saya mendekati normal tetapi sangat

nyeri.

3. Kehidupan seksual saya sangat terbatas oleh karena nyeri.

4. Kehidupan seksual sayahampir tidak ada karena nyeri.

5. Nyeri membatasi sama sekali kehidupan seksual saya.

Seksi 9 : Kehidupan Sosial

0. Kehidupan sosial saya normal tanpa bertambah nyeri.

1. Kehidupan sosial saya normal tetapi memperberat nyeri.

2. Nyeri tidak mempengaruhi kehidupan sosial saya secara

berarti, kecuali dalam aktifitas yang lebih energetik,

misalnya olah raga.

3. Nyeri membatasi kehidupan sosial saya, sehingga saya tidak

keluar rumah sesering dulu.

4. Nyeri membatasi kehidupan sosial, saya hannya di rumah.

5. Saya tidak bersosialisasiu karena nyeri.

Seksi 10: Bepergian

0. Saya dapat bepergian kemanapun tanpa nyeri.

1. Saya dapat bepergian kemanapun tetapi bertambah nyeri.

2. Nyerinya berat tetapi saya masih dapat bepergian > 2 jam

3. Nyerinya berat tetapi saya masih dapat bepergian < 1 jam

4. Nyeri membatasi saya hannya untuk bepe Nyerinya berat

tetapi saya masih dapat bepergian > 2 jam.

5. Nyeri membatasi saya untuk bepergian kecuali berobat.

Total nilai: …..../…..

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH TERAPI LATIHAN BACK SCHOOL TERHADAP PENGURANGAN NYERI DAN FUNGSIONAL DISABILITAS PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH MUSKULUSKELETAL

Disusun oleh :

Z A I M A H

P27226006124

Telah disetujuiPada tanggal, ................... 2006

Mengetahui;Ketua Prodi D IV Fisioterapi Pembimbing

Nur Basuki, M.PhysioNIP. 140218159 NIP. 140

DAFTAR PUSTAKA

Anwa, HK; Manfaat Terapi Arus Interfernsi dalam Pengurangan Nyeri Punggung Bawah Muskuluskeletal; FK UNDIP, Semarang, 1995, hal. 13-15.

Brien J, Shiple; Relieving Low-Back Pain With Exercise; The Physician and Sportmedicine, 1997, Vol. 25, hal. 1-3.

Cailliet, R; Low Back Pain Syndrome; Third Edition, F.A Davis Company, Philadelphia, 1981.

Carperter, Nelson; Low Back Strengthening for the Prevention and Treatment of Low Back Pain; Med Sci, Sports Exerc, 1999, Vol. 31, No. 1, hal. 18-24.

Daniel N Hooker; Traction as a Speciallized Modality; Therapeutic Modalities in Sports Medicine; Third Edition William E. Prentice,Philadelphia, 2001, hal. 289-318.

Heru Purbo, K; Elektroterapi pada Sindroma Nyeri Bahu; AKFIS Dep Kes, Solo, 2004, hal. 1-13.

Jeffry, R, et al; Laser Therapy: A Randomized, Controlled Trial of the Effects of Low Back Pain; Arch Phys Med Rehabil, 1999, Vol. 80, hal 647-652.

Joesoef, A; Makalah Simposium Nyeri pada Spasme Otot, Diagnosis dan Penatalaksanaanya; FK UNAIR, Surabaya, 1996, hal. 3-21.

Lalang, KH; Tengkuk dan Pinggang yang Terbaik; Kompas Cyber Media, 21 Mei 2004, dari http://www.kompas.com/kesehatan/news/senior/apt/0405/21/apt.3htm

Kaplan, et al; Musculusceletal Pain and Disability: Appleton & Lange, Amerika, 1989, hal 80-94.

Kisner, C; Therapeutic Exercise Foundation and Tehniques; Third Edition, F.A Davis Company, Philadelphia, 1996, hal. 497-515.

Kuswantoro, at al; Diagnosis Klinik Nyeri Punggung Bawah Miofasial; dalam: Pertemuan Regional IV Neurolog Jateng DIY. Panitia, Ambarawa, 25-26 Juli,1987, hal. 36-63.

Mc Farland; http;//www.spinehealth.com . Dikutip 16 januari 2003.

Meliala L, Pinzon R; Patofisiologi dan Penatalaksanaan Nyeri punggung Bawah; Kumpulan Makalah. Pain Symposium; Toward Mechanism Base Treatment, Jogjakarta, 5 Desember 2004, hal. 109.

Michelle, H; Physical Agents in Rehabilitation: Forrn Research to Practice, WB Saunders, Philadelphia, 1999, hal. 218-242.

Perina, D; http://www.emidicine.com{EMERG/topic50.htm.11/13/02.

Pettersen, T; The Effect of Mc Kenzie Therapy as Compared Whith that of Intensive Strengthening Training for the Treatment of Patients With Subacut or Chronic Low Back Pain: A Randomized Controlled Trial; Journal Spine, 2002, Lippincott Williams & Wi.kins. Inc, Vol.27, hal. 1702-1709.

Sadoso, S; Langsing Lebih Muda dan Tidak Bungkuk; Kompas Cyber Media, 11 September 2002, dari http://www.kompas.com/kesehatan/news/0209/11/225421.htm

Samara, D; Nyeri Punggung Bawah: Kompas Cyber Media, 26 Februari 2003, dari http://www.kompas.com/kompas-cetak/6302/26/ilpeng/149555.htm

Sunarto; Latihan Pada Penderita Nyeri Punggung Bawah; Medika Jwalita, Edisi II/406. 054/2005, hal. 8-9.

Sriwitono; Nyeri Otot dan Punggung , Permasalahannya dan Penanganannya; FK UNDIP-UGM-UNS, Ambarawa, 1987,hal. 8-35.

Thamrinsyam, H; Aspek Fisiaterik Nyeri; URM RSUD. DR. Soetomo/FK. UNAIR, Surabaya, 1991.

Warner, Roland; Randomized Trial Comparing Interferential Therapy With Motorized Lumbar Traction and Massage in the Management of Low Back Pain in a Primary Care Setting; Journal Spne, 1999, Lippincott Williams & Wi.kins. Inc, Vol.24, hal. 1579

Wirawan, RB; Diagnosis dan Manajemen Nyeri Pinggang Bawah; Kumpulan Makalah. Pain Symposium; Toward Mechanism Base Treatment, Jogjakarta, 5 Desember 2004, hal.107

Wyke, B; Neurological Mechanism in the Experience of Pain, Acupuncture and Electrotherapeutic; Res Int J 1979, Vol. 4 (1) , hal.27-35.

Lampiran: I

Persetujuan Tindakan Fisioterapi (Informed Consent)Dalam Mengikuti Program Pelitiaan

Pengaruh Terapi Latihan Back School terhadap Pengurangan Nyeridan Fungsional Disabiliti pada Nyeri Punggung Bawah Muskuloskeletal

Saya, yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : ......................................................................................................

Umur : .………………………………………………………………….

Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan

Alamat : .....……………………………………………………………….

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang maksud dan tujuan penelitian, cara pelaksanaan dan konsekuensi-konsekuensinya, untuk manfaat yang sebesar-besarnya bagi penanganan nyeri punggung bawah yang saya derita dan bagi upaya peningkatan aktifitas fungsional, dengan ini menyatakan:

1. Memahami sepenuhnya maksud dan tujuan penelitian, cara-cara pelaksanaan dan konsekuensi-konsekuensinya serta manfaatnya.

2. Bersedia mengemukakan dengan sejujurnya segala hal yang berkaitan dengan keluhan yang saya derita.

3. Bersedia untuk menerima dan mengikuti petunjuk penelitiaan yang diberikan secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab.

4. Bersedia menghubungi peneliti apabila ada hal-hal yang kurang dipahami maupun melaporkan hal-hal yang berkembang selama penelitiaan.

5. Bersedia untuk sewaktu-waktu dihubungi atau dikunjungi oleh peneliti guna pelaksanaan atau penyempurnaan penelitian ini.

6. Tidak akan membebani peneliti berkaitan dengan biaya pengobatan, tindakan atas keluhan yang saya derita dan penyelenggarakan penelitiaan ini.

Demikiaan surat pernyataan kesediaan mengikuti program penelitian ini, saya setujui tanpa ada paksaan dari pihak manapun, untuk kiranya menjadi pegangan bagi peneliti dan pihak yang berkepentingan maupun yang terkait dalam penelitian ini.

Banjarmasin,………………Yang memberi penjelasan Yang meyatakan persetujuaan

( Z A I M A H ) (…………………………….)

PENGARUH TERAPI LATIHAN BACK SCHOOLTERHADAP PENGURANGANNYERI DAN FUNGSIONAL

DISABILITAS PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH MUSKULUSKELETAL

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma IV Fisioterapi

Diajukan oleh :

Z A I M A HP27226006124

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI

JURUSA FISIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

2006