PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

86
ii x PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA GINTU KECAMATAN LORE SELATAN KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar OLEH: RAMLI NIM: 105270019215 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2020 M ii

Transcript of PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

Page 1: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

ii

x

PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM

DESA GINTU KECAMATAN LORE SELATAN KABUPATEN POSO

PROVINSI SULAWESI TENGAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH:

RAMLI

NIM: 105270019215

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2020 M

ii

Page 2: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

iii

x

Page 3: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

iiii

x

Page 4: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

iiv

x

Page 5: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

iv

x

ABSTRAK

RAMLI, NIM 105270019215. Problematika Dakwah di Daerah Minoritas Muslim Desa Gintu Kecamatan Lore Selatan Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah. Skripsi jurusan Komunikasi dan Penyiran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Dr. Dahlan Lama Bawa, M.Ag. Pembimbing II M. Zakaria al-Anshori, M.Sos.I.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui problematika dakwah yang menghambat pendakwah dalam dalam menyampaikan suatu materi atau mengajak manusia kepada jalan yang benar, sehingga pendakwah mampu memberikan solusi dan jalan keluar dari berbagai persoaaln yang dirasakan para da’i maupun mad’u sehingga dakwah berjalan dengan lancar.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan interviuew /wawancara dengan para narasumber, dan observasi/ pengamatan di lapangan serta dokumentasi. Adapun proses analisis data yang digunakan dalam penelitian ini melalui reduksi data, penyajian data kemudian dilakukan penarikan kesimpulan, dan yang menjadi sasaran utama dalam penelitian ini adalah mengetahui problematika dakwah dengan mencari solusi dakwah tersebut.

Adupun hasil penelitian ini adalah terdapat berbagai problematika dakwah di desa gintu seperti problematika dari subjek dakwah yaitu kurangnya da’i atau tenaga pengajar, komunikasi antar da’i yang tidak terorganisir, kurangnya pengetahuan agama. Problematika dari segi objek dakwah yaitu keberagaman suku yang menyebabkan para da’i harus meneyesuaikan bahasa, masih kentalnya tradisi nenek moyang, objek dakwah berada pada tempat yang minoritas muslim, adanya toleransi yang berlebihan. Problematika dari metode dakwah yaitu para da’i kurang menguasai metode-metode dalam berdakwah. Problematika dari materi dakwah yaitu tidak singkronnya antara kebutuhan masyarakat dengan materi yang dipaparkan. Problematika dari media dakwah yaitu kurangnya media dakwah di desa ini terutama di masjid yang merupakan pusat dakwah kaum muslimin desa gintu. Adapun upaya pemecahan problematika dakwah dari segi objek dakwah yaitu mendatangkan da’i profesional dari luar, membentuk forum silaturahim interen antar da’i, mengadakan pelatihan-pelatihan. Upaya pemecahan problematika dakwah dari segi objek dakwah yaitu da’i menggunakan bahasa yang bisa dimengerti oleh semua kalangan, mengadakan pengajian rutin, mengadakan pertemuan yaitu FKUB (forum kerukunan ummat beragama). Upaya dari segi metode dakwah yaitu memeberikan stimulus agar ada respon timbal balik. Upaya dari segi materi dakwah yaitu diberikan materi yang berkaitan dengan aqidah dan kristologi sebagai penunjang untuk memperkuat argumen, dan diadakannya seminar-seminar. Upaya pemecahan dari media dakwah yaitu mencari donatur tetap untuk membantu kelengkapan media dakwah.

vi

Page 6: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

ivi

x

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha

Penyayang, atas taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Problematika Dakwah

di Daerah Minoritas Muslim Desa Gintu Kecamatan Lore Sealatan

Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah”. Shalawat serta salam

semoga selalu tercurah kepada penghulu kita Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang setia mengikutnya

hingga hari kiamat. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi

salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata satu (S.1)

pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar. Dalam penyusun skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang

telah memberikan dorongan kepada penulis baik itu berupa moril, materil

maupun spiritual. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih

yang setulus-tulusnya kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Prof. Dr H, Ambo

Asse.M.Ag

2. Dekan Fakultas Agama Islam Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.

3. Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Dr. H. Abbas Baco Miro,

Lc., MA.

4. Dosen pembimbing I Dr. Dahlan Lama Bawa, M.Ag. dan dosen

pembimbing II M. Zakaria al-Anshori,M.Sos.I.yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberi bimbingan

dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

vii

Page 7: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

ivii

x

Page 8: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

iviii

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL. ................................................................................ i

HALAMAN JUDUL. .................................................................................. ii

PENGESAHAN SKRIPSI. ....................................................................... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH. .......................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN. ..................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .............................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. LatarBelakangMasalah................................................................. 1

B. RumusanMasalah ........................................................................ 4

C. TujuanPenelitian .......................................................................... 5

D. ManfaatatauKegunaanPenelitian ................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6

A. Pengertian Problematika .............................................................. 6

B. Pengertian dan Unsur-unsur Dakwah ........................................ 11

C. Pengertian dan Asal-usul Terbentuknya Minoritas Muslim......... 38

BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN. ............................................. 48

A. Gambaran Umum Desa Gintu .................................................... 48

1. Sejarah Desa Gintu ................................................................ 48

2. Letak Georafis Desa Gintu ..................................................... 50

3. Demografi Desa Ginru ........................................................... 51

B. Kegiatan Dakwah di Desa Gintu ................................................ 54

C. Problematika Dakwah di Desa Gintu. ......................................... 56

ix

Page 9: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

iix

x

D. Upaya Pemecahan Problematika Dakwah ................................. 62

BAB V PENUTUP ................................................................................. 64

A. Kesimpulan ................................................................................ 66

B. Saran ......................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA, ............................................................................. 68

RIWAYAT HIDUP. ................................................................................ 71

LAMPIRAN............................................................................................ 72

x

Page 10: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama dakwah.1 Agama yang mewajibkan ummatnya

untuk melakukan internalisasi, transmisi, difusi, transformasi, dan

aktualisasi syariat Islam dengan berbagai metode dan media yang

bersumber dari Al-Quran, sebagai kitab dakwah, dan sunnah rasulullah

kepada mad’u (ummat manusia).2

Islam adalah agama risalah untuk manusia dan ummat manusia

adalah pendukung amanah untuk meneruskan risalah dakwah baik

sebagai ummat kepada ummat-ummat yang lain ataupun selaku

perorangan, di tempat manapun mereka berada dan menurut

kemampuannya masing-masing.3Islam menegaskan ummatnya untuk

menyiarkan dan menyebarkan agama Allah SWTdan Rasulnya.

Dengan demikian jelaslah bahwa islam adalah agama dakwah yaitu

agama yang di dalamnya ada usaha untuk menyebarluaskan kebenaran

dan mengajak manusia untuk melaksanakan apa yang menjadi perintah

dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Dakwah menjadi tugas yang harus

diemban setiap muslim dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab,

bahkan dakwah itu menjadi tugas rutin dan berkesinambungan dari masa

ke masa sampai kelak kemudian hari.4

1 Asep syamsul, Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam

(Bandung;Remaja Rosdakarya, 2003), h.3 2 Asep Kusnawan, dkk ,Komunikasi Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah

Press, 2004), h. xiii 3 Tuti Alawiah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim (Bandung: Mizan,

1997), h.1 4 Hafi Ansharri, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah(Surabaya: Al-Ikhlas,

1993), h. 73

1

Page 11: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

2

Agama mempunyai peran yang sangat penting dalam menasehati

seseorang sampai pada peranannya dalam membuat konsep tentang diri,

cita-cita dalam kehidupannya. Dakwah islam sejak awalmula kelahirannya

sampai saat ini akan selalu bersentuhan dengan realitas sosial yang

mengitarinya, persentuhan antara kenyataan dimasyarakat dengan

dakwah islam akan memunculkan dua kemungkinan, yang pertama

adalah dakwah islam akan akan mampu memberikan out put (hasil,

pengaruh) terhadap lingkungan masyarakat dalam arti memberikan

pijakan hidup, arah dan dorongan mengadakan perbaikan serta

perubahan yang lebih baik, sehingga terbentuk suatu tatanan masyarakat

baru yang lebih baik. Dan yang kedua adalah dakwah islam dipengaruhi

oleh adanya perubahan masyarkat dalam arti corak dan arahnya, hal ini

berarti bahwa dakwah islam ditentukan oleh system yang berada dalam

masyarakat tersebut.5

Dakwah pada saat ini telah banyak mengalami kemajuan bila

dibandingkan dengan masa lalu, perjalanannya tidak dapat berjalan terus

sebagaimana yang diharapkan, mengingat seringkali muncul hambatan-

hambatan baik yang ada kaitannya dengan dakwah secara langsung

maupun tidak langsung misalnya masalah kristenisasi di daerah minoritas

muslim, dan beragamamnya agama, suku, adat istiadat yang saling

mempengaruhi.

Mengenai minoritas dan mayoritas, kelompok mayoritas atau

kelompok dominan dalam suatu masyarakat merupakan kelompok yang

merasa memiliki kontrol atau kekuasaan untuk mengontrol.Mereka

merupakan sumber daya kekuasaan dalam seting institusi yang berbeda-

5 Amrullah Ahmad, (Ed) Dakwah Islam dan Perubahan social, (Yogyakarta:

PLPAN,1978), hal. 155

Page 12: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

3

beda. Setting institusional itu cenderung lebih penting karena hal tersebut

mempengaruhi masyarakat, termasuk penyelenggaraan pemerintahan,

agama, pendidikan dan pekerjaan (ekonomi). Sebaliknya kelompok

minoritas kurang mempunyai akses terhadap sumber daya, privilese

kurang atau bahkan tidak berpeluang mendapat kekuasaan

sepertimayoritas. Inilah ketidak seimbangan kekuasaan dan hal ini yang

dapat mendorong prasangka antara mayoritas dan minoritas.6 Ini

merupakan salah satu masalah yang ada dalam masyarakat.

Persoalan-persoalan yang dihadapi di desa Gintu, Kecamatan Lore

Selatan, Kabupaten Poso, Provensi Sulawesi Tengah adalah persoalan

dakwah islam yang dihadapi para da’i dalam mengembangkan dakwah

islam. Dalm proses pelaksanaannya tersebut terdapat kendala. Kendala-

kendala itu ada yang berasal dari da’i dan tokoh agama setempat itu

sendiri, dan juga kendala dari luar.

Di kebanyakan tempat, para da’i dalam mengembangkan dakwah

masih terasa kesulitan strategi apa yang harus yang harus diberikan

dalam menghadapi situasi seperti ini. Apalagi media yang dimiliki belum

memadai, metode dakwah belum banyak yang mereka kuasai, terutama

materinya yang hanya menjelaskan masalah sholat atau ibadah saja,

atau ibadah lainnya yang tidak pernah mengkaitkan dengan materi yang

bisa menghancurkan aqidah mereka, baik itu kristenisasi maupun

kesyirikan. Syirik adalah menduakan atau menyamakan Allah dengan

yang lainnya.Syirik secaraumum dapat dikatakan sebagai kecondongan

untuk bersandar pada sesuatu atau pun seseorang selain Allah. Hal ini

akan terjadi pada orang-orang yang tidak mampu mengendalikan nafsu

6 Alo Lilirweri, Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat

Multikultural (Yogyakarta: LKiS, 2005), h. 10

Page 13: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

4

jahatnya, karena sesungguhnya nafsu jahat itu lebih suka menyembah

produk imajinasinya sendiri.Seringkali tanpa disadari manusia telah

mempertuhankan sesuatu selain dari Allah.Dan persoalan akhlak seperti

kenakalan remaja, dan berbagai persoalan socialkemasyarakatan

lainnya.Yang pada akhirnya aqidah Islam dihadapkan pada suatu tekanan

dengan berbagai pendapat yang dapat melemahkan ghirah

keberagamaan.

Kendala-kendala yang lain yang selalu menjadi persoalan tidak

lancarnya akivitas dakwah juga terdapat dalam masyarakat (objek

dakwah) yang belum muncul semangat keagamaannya baik dalam

mengikuti pengajian-pengajian maupun dalam pengamalan agama,

seperti sholat dan ibadah lainnya. Lebih parah lagi terkadang masyarakat

melakukan tindakan- tindakan yang menyimpang dari agama islam,

contohnya meminum minuman keras, dan maraknya perjudian.

Berangkat dari latar belakang ini maka timbul niat penulis untuk

meneliti permasalahan apa yang dihadapi oleh da’i dan tokoh-tokoh

agama di desa Gintu, kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso, Provinsi

Sulawesi Tengah.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dipaparkan di atas penulis dapat

merumuskan permasalah yang dapat dikaji sebagai berikut:

1. Apa pengertian problematika dakwah dan minorotas muslim?

2. Bagaimana problematika dakwah di daerah monoritas muslim?

3. Bagaimana solusi dalam mengatasi problematika tersebut?

Page 14: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin

dicapai yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui pengertian problematika dakwah dan minoritas

muslim.

2. Untuk mengetahui problematika dakwah di daerah minoritas muslim.

3. Menjelaskan strategi dakwah dalam mengatasi problematika di daerah

minoritas muslim.

D. Manfaat / Kegunaan Penelitian

Dari tujuan yang telah dirumuskan dapat diambil manfaat /

kegunaan penelitian sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Sebagai upaya untuk memberikan informasi ilmiyah dalam

menyelesaikan problematika dakwah yang ada di Desa Gintu

Kecamatan Lore Selatan Kabupaten Poso.

2. Manfaat praktis

Sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan lebih lanjut bagi para

da’i di dalam pembinaan masyarakat desa Gintu Kecamatan Lore

Selatan dalam bidang dakwah.

Page 15: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Problematika

Problematika berasal dari kata problem, yang artinya masalah atau

persoalan.Jadi problematika adalah hal yang menimbulkan masalah atau

hal yang belum dapat dipecahkan.7 Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia problematika diartikansama dengan permasalahan.8 Kata

problematika diartikan oleh Soerdjono Soekamto sebagai suatu halangan

yang terjadi pada kelangsungan suatu proses atau masalah.9

Pengertian ini dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya problema

bukanlah semata-mata disebabkan karena suatu program tidak terlaksana

sama sekali. Akan tetapi meskipun program tersebut berjalan namun

dalam proses pelaksanaanya mendapatkan masalah-masalah atau

hambatan sehingga hasil yang dicapai tidak sesuai dengan apa yang

diharapkan.

Islam sebagai agama rahmat, salah satunya berarti bahwa konsep-

konsep yang Islami mampu menjawab berbagai permasalahan yang

dihadapi umat manusia, Islam sebagai pembahagia dan pemecah

persoalan.Suatu identifikasi kecenderungan perkembangan umat dan

bangsa sebagai akibat makin majunya peradaban perlu dilakukan dalam

rangka mengembangkan dan merencanakan kegiatan da’wah Islamiyah

yang memada’i. Sebab kecenderungan perkembangan ini akan

7 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka 2005), h. 896. 8Departeman Pendidikan dan Kebuudayan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka 1990), h. 701. 9 Soerdjono Sukamto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: Rajawali 1985), h. 394.

Page 16: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

7

memberikan dampak seperti permasalahan da’wah atau tantangan

da’wah.

Permasalahan da’wah dewasa ini yang menyangkut unsur-unsur

da’wah adalah antara lain:

a. Problematika dilihat dari subjek da’wah

Adapun problematika yang ditimbulkan oleh subjek da’wah

diantaranya adalah masalah gejolak kejiwaan, kejenuhan aktivitas dan

masalah latar belakang dan masa lalu da’i.10Dalam masalah gejolak

kejiwaan baik putus asa dalam kesulitan maupun takabur dalam

kemenangan yang mengganggu jiwa seorang da’i bersumber pada hawa

ananiyah egocentrisme nafsu pribadi.

Masalah kejenuhan beraktivitas, merupakan kendala yang muncul

dalam kegiatan da’wah.Hal ini dapat berupa kelelahan fisik maupun psikis

karena para da’i telah terlalu jenuh beraktivitas.Kejenuhan beraktivitas ini

cenderung terjadi apabila terlalu memprioritaskan gerak luar, sedangkan

gerak yang yang menyangkut peningkatan kapasitas pribadi cenderung

diabaikan.11

Adapun masalah latarbelakang dan masa lalu da’i, merupakan modal

yang mendukung suksesnya perjuangan di medan da’wah. Keberhasilan

suatu aktivitas da’wah sangat ditentukan oleh kualitas da’i dalam

penguasaan materi serta mampu memahami sifat dan kondisi sasaran

dakwaah.Oleh karena risalah itu untuk manusia, adalah logis bila seorang

mubaligh harus memahami unsur-unsur fitnah manusia, sifat-sifatnya,

10

Abu Ahmad Marwan, Yang Tegar di Jalan Da’wah, (Yogyakarta: YP2SU 1994), h.42.

11 Abu Ahmad Marwan, Yang Tegar di Jalan Da’wah, h. 56.

Page 17: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

8

tingkah lakunya, alam pikiran dan perasaan masyarakat yang

dihadapinya.12

b. Problematika dilihat dari objek da’wah

Menurut Anwar Masy’ari Persoalan pada objek da’wah di pedesaan

adalah dikarenakan objek da’wah di desa kebanyakan orang awam yang

pendidikannya masih rendah, malahan tidak sedikit yang masih buta

huruf, mereka belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, belum

dapat menangkap materi da’wah dengan cepat apalagi mengenai

pengertian-pengertian yang tinggi. Disamping itu mereka masih

memegang adat istiadat tradisional yang menjadi pegangan hidup

mereka, mungkin sebahagian dari mereka ada yang bersedia menerima

setiap yang baru tetapi mungkin pula ada sebagian yang tetap bertahan

secara gigih untuk mempertahankan kebiasaan-kebiasaan atau

tradisitradisi yang telah berlaku.13 Adapun permasalahan lain dalam

bidang objek da’wah adalah sebagai berikut:

1. Gejala hilangnya kepekaan beragama dan terperangkapnya mereka

pada beragama secara kulit atau formalitas saja. Dan mereka

kehilangan idealismenya sebagai seorang muslim.

2. Keterbatasan pemahaman agama di kalangan umat Islam.

3. Berkembangnya persepsi dalam pola pikir yang majemuk tentang

Islam yang cenderung melelahkan da’wah Islam.

Dengan melihat jenis dan permasalahan objek da’wah tersebut, maka

diperlukan seorang da’i yang benar-benar berkualitas.Selain menguasai

12

Muhammad Natsir, Fiqhud Da’wah, (Cet. IX; Jakarta: Media Da’wah 2000), h. 149

13 Anwar Masy’ari, Butir-Butir Problematika Da’wah Islamiyah, (Surabaya: Bira

Ilmu 1993), h. 71.

Page 18: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

9

materi dengan baik juga menguasai hal-hal yang berhubungan dengan

situasi dan kondisi sasaran da’wah serta membekali diri dengan ilmu-ilmu

kemasyarakatan, seperti sosiologi, psikologi, hukum, ekonomi, geografi,

politik dan sebagainya.

c. Problematika dilihat dari materi da’wah

Problematika dalam segi materi da’wah yang terjadi di pedesaan

adalah materi-materi da’wah di pedesaan sering tidak mengena pada

sasaran, sebagaimana disebutkan oleh Quraish Shihab sebagai berikut:

“Disamping kesenjangan ekonomi antara penduduk pedesaan dan

perkotaan yang merupakan gejala umum yang tentunya mempunyai

tempat dalam berbagai bidang, pelaksanaan da’wah di pedesaan sering

tidak menemukan sasarannya, misalnya tema dan materi da’wah

seringkali tidak membumi atau tidak menyentuh problem dasar mereka,

sehingga kelemahan dalam bidang ekonomi digunakan dalam beberapa

pihak untuk maksud-maksud tertentu”.14

Menurut Adhan harahap, materi da’wah harus diketahui lebih dahulu

mengenai problematika apa yang dihadapi oleh masyarakat sebagai

sasaran dan berkaitan dengan situasi dan kondisi, juga adat Istiadat dan

tradisi yang dimiliki masyarakat.15 Untuk lebih mengembangkan wawasan

para da’i sebenarnya mesti menguasai ilmu-ilmu umum sebagai

penunjang dalam berda’wah, sehingga dalam menyampaikan ajaran Islam

tidak terasa monoton dan hanya berorientasi keagamaan, karena

persoalan yang dihadapi sasaran tidak hanya masalah keagamaan, tetapi

14

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan 1993), h. 399. 15

Adnan Harahap, Da’wah Islam Teori dan Praktik,(Yogyakarta: Sumbangsih Offset 1978), h. 53.

Page 19: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

10

bisa saja masalah yang dilalui sehari-hari seperti kemiskinan, kesenjangan

sosial dan lain-lain.

d. Problematika dilihat dari metode da’wah

Menurut H. Tayar Yusuf dan Drs. Syaiful Anwar, hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam pemilihan metode adalah tujuan yang hendak dicapai,

kemampuan pembina atau guru, kondisi fisik dan kejiwaan audien, situasi

kondisi dimana pembinaan atau pengajaran berlangsung, fasilitas yang

tersedia, waktu yang tersedia dan kebaikan atau kekurangan dari metode

yang bersangkutan.16 Persoalan yang dihadapi metode da’wah tiada lain

adalah masalah mempengaruhi manusia lain, baik dia sebagai individu

maupun sebagai masyarakat.17 Untuk itu para da’i harus menggunakan

tata cara yang tepat yaitu harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi

sasaran da’wah, tujuan yang hendak dicapai serta kemampuan da’i atau

mubaligh dalam menggunakan metode tersebut.

e. Problematika dilihat dari media da’wah

Media da’wah adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagi

alat untuk mencapai tujuan da’wah yang telah ditentukan. Alat atau media

ini dapat berupa material maupun immaterial, termasuk didalamnya

adalah organisasi, dana, tempat dan juga bahasa.18 Masdar Helmy

membagi media da’wah menjaadi empat bagian:

1. Media cetak, seperti media massa, surat kabar, majalah, tabloid,

bulletin.

16

Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa

Arab, (Jakarta: PT Raja Grofindo Persada 1997), h. 6. 17

M. Syafa’at Habib, Buku Pedoman Da’wah, (Jakarta: PT Restu 1982), h. 170. 18

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Da’wah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas 1983), h. 163.

Page 20: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

11

2. Media visual, media yang dapat dilihat seperti lukisan, foto, VCD dan

lain-lain.

3. Media audiktif, yaitu media yang dapat didengar seperti radio dan tape.

4. Media pertemuan, yaitu segala macam pertemuan seperti halal bi halal,

rapat-rapat, kongres, konferensi, dan lain-lain.19

Media da’wah mempunyai peranan penting dalam kegiatan da’wah

karena tanpa adanya media da’wah dapat dipastikan kegiatan da’wah

tidak akan berjalan dengan baik. Permasalahan dalam media da’wah akan

muncul dalam kegiatan da’wah akan muncul apabila media da’wah yang

ada kurang memada’i, atau juga bisa dikarenakan kurangnya penguasaan

da’i terhadap media yang ada.20 Menurut Nasruddin Rozak organisasi

yang lemah, kemungkinan disebabkan oleh pengurus yang kurang

bertanggung jawab dan dan sarana yang tidak tersedia.21 Apalagi

sekarang ini perkembangan media cetak ataupun media elektronik

mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dengan memanfaatkan

media da’wah, diharapkan kegiatan da’wah dalam bentuk apa saja dapat

berhasil dengan baik sesuai dengan tujuan da’wah Islam.

B. Pengertian dan Unsur-unsur Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu da’a, yad’u

da’watan,22 yang diartikan sebagai mengajak/ menyeru, memanggil,

seruan, permohonan, dan permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang

sama dengan istilah-istilah tabligh, amr ma’ruf dan nahi munkar,

19

Masdar Helmy, Problematika Da’wah Islam dan Pedoman Mubaliqh, (Semarang: Toha Putra 1974), h. 19-22.

20Said Bin Ali Bin Wahid, Al-Qahthari, (Jakarta: Gema Insani Press 1994), h. 103.

21Nasruddin Rozak, Metodologi Da’wah, (Semarang: Toha Putra 1979), h. 67.

22 Majmu’ al-Lughah al-‘Arabiayah,1972, h.286: dalam Muhammad Munir, Wahyu

Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta :Kencana, 2009), h.17.

Page 21: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

12

mau’idzhoh hasanah, tabsyir, indzhar, washiyah, tarbiyah, ta’lim, dan

khotbah.

Pada tataran praktik dakwah harus mengandung dan melibatkan tiga

unsur, yaitu: penyampaian pesan, informasi yang disampaikan, dan

penerima pesan. Namun dakwah mengandung pengertian yang lebih luas

dari istilah-istilah tersebut, karna istilah dakwah mengandung makna

sebagai aktifitas menyampaikan ajaran islam, menyruh berbuat baik dan

mencegah perbuatan mungkar, serta memberi kabar gembira dan

peringatan bagi manusia.

Dalam perspektif ilmu sosial, dakwah berperan secara optimal bila

masyarakat yang disentuh oleh dakwah berubah dari situasi yang kurang

baik menjadi baik, yang sudah baik menjadi lebih baik, yang pasif menjadi

aktif, dan yang sudah aktif menjadi lebih aktif. Kondisi tersebut bisa

tercapai bila dakwah dapat memberdayakan masyarakat, tidak bergantuk

pada pihak lain, seperti pemerintah atau lembaga-lembaga formal di luar

masyarakat sendiri. Akan tetapi bukan berarti ia harus mengisolasi diri dan

memutuskan jalinan kerja sama dengan pihak-pihak luar.23

Istilah dakwah dalam Al-Qur’an diungkapkan dalam bentuk fi’il maupun

masdar sebanyak lebih dari seratus kata.Al-Qur’an menggunakan kata

dakwah untuk mengajak kepada kebaikan yang disertai dengan risiko

masing-masing pilihan. Dalam Al-Qur’an dakwah dalam arti mengajak

ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada islam

dan kebaikan, dan 7 kali mengajak ke neraka atau kejahatan. Di samping

23

Dr. Bambang Saiful Ma’arif, Komunikasi Dakwah Paradigma Untuk Aksi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), h.23.

Page 22: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

13

itu, banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan istilah dakwah dalam

konteks yang berbeda.24

Oleh karena itu, secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari

aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan

keselamatan dunia akhirat. Sementara itu, para ulama memberikan

definisi yang berfariasi, antara lain:

a. Prof. Dr. Achmad Mubarok, M.A. Dakwah adalah pekerjaan

mengomunikasikan pesan islam kepada manusia. Secara operasional

dakwah adalah mengajak atau mendorong manusia kepada tujuan

yang definitif yang rumusnya bisa diambil dari Al-Qur’an dan Hadis,

atau dirumuskan oleh da’i sesuai dengan ruang lingkupnya.25

b. Ali makhfuzh dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin” mengatakan,

dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan

mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan

mencegah mereka dari perbuatan mungkar agar agar memperoleh

kebahagiaan dunia dan akhirat.26

c. Nasaruddin Latif menyatakan, bahwa dakwah adalah setiap usaha

aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru,

mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati

Allah SWT. sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat serta akhlah

islamiah.27

24

Andy Darmawan, dkk, Metodologi Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: LESFI, 2002). 25

Prof. Dr. Achmad Mubarok, M.A. Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana ,2009), h. vii

26 Ali Mahfuz, Hidayat al- Mursyidin ila Thuruk al-Wa’ziwa al-Khitabah, (Beirut: Dar

al- Ma’arif, tt.), h. 27

H.M.S. Nasaruddin Latief, Teori dan Praktik Dakwah Islamiah, (Jakarta: PT. Firma Dara, tt.), h.11

Page 23: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

14

d. Toha Yahya Oemar mengatakan bahwa, dakwah adalah mengajak

manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai

dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka

dunia dan akhirat

e. Ali makhfuzh dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin” mengatakan,

dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan

mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan

mencegah mereka dari perbuatan mungkar agar agar memperoleh

kebahagiaan dunia dan akhirat.28

f. Hamzah Ya’qubmengatakan bahwa dakwah adalah mengajak ummat

manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk

Allah dan Rasulnya

g. Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang

menjadi tanggung jawab seorang muslim dalam amar ma’ruf nahi

mungkar.

h. Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah

menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran adalah

fardu yang diwajibkan kepada setiap muslim.

Dari definisi-defini tersebut, meskipun terdapat perbedaan dalam

perumusan, tetapi apabila dibandingan satu sama lain, dapat diambil

kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:

a. Dakwah menjadikan perilaku muslim dalam menjalankan islam

sebagai agama rahmatan lil alamin yang harus didakwahkan kepada

seluruh manusia, yang dalam prosesnya melibatkan unsur-unsur: da’i

28

Ali Mahfuz, Hidayat al- Mursyidin ila Thuruk al-Wa’ziwa al-Khitabah, (Beirut: Dar al- Ma’arif, tt.), h.

Page 24: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

15

(subjek), maddah (materi), thariqah (metode), washilah, (media) dan

mad’u (objek) dalam mencapai tujuan dakwah yang melekat dengan

tujuan islam yaitu mencapai kehidupan dunia dan akhirat.

b. Dakwah juga dapat dipahami dengan proses internalisasi, tranformasi,

trasmisi, dan difusi ajaran isalm dalam kehidupan masyarakat.

c. Dakwah mengandung arti panggilan dari Allah Swt. dan Rasulullah

Saw. umtuk ummat manusia agar percaya kepada ajaran islam dan

mewujudkan kepercayaaan yang dipercayainya itu dalam segala segi

kehidupannya.29

2. Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat

dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i ( pelaku

dakwah), mad’u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media

dakwah), thariqah (metode) atsar (efek dakwah).

a. Da’i (Pendakwah)

Pendakwah adalah orang yang melakukan dakwah, ia disebut juga

da’i. Dalam ilmu komunikasi pendakwah adalah komunikator yaitu orang

yang menyampaikan pesan komunikasi (message) kepada orang lain.

Karena dakwah bisa melalui tulisan, lisan, perbuatan, maka penulis

keislaman, penceramah islam, mubaligh, guru mengaji, pengelola panti

asuhan islam dan sejenisnya termasuk pendakwah atau da’i. Pendakwah

bisa bisa bersifat individu ketika dakwah yang dilakukan bersifat

perorangan dan bisa juga bekelompok atau kelembagaan ketika dakwah

29

Drs. Wahidin Saputra,M.A., pengantar Ilmu Dakwah, (cet. Ke-1; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h.2-3.

Page 25: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

16

digerakkan oleh sebuah kelompok atau organisasi. Pendakwah atau da’i

dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Secara umum adalah setiap muslim yang mukallaf (sudah dewasa).

Kewajiban dakwah telah melekat tak terpisahkan pada mereka sesuai

dengan kemampuan masing-masing sebagai realisasi perintah

Rasulullah SAW. untuk menyampaikan islam kepada semua orang

walaupun hanya satu ayat.

2. Secara khusus adalah muslim yang telah mengambil spesialisasi

(mutakhashish) dibidang agama islam, yaitu ulama dan sebagainya.30

Nasaruddin Lathief mendefinisikan bahwa da’i adalah muslim dan

muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi

tugas ulama. Ahli dakwah adalah wa’ad, mubaligh mustama’in (juru

penerang) yang menyeru, mengajak, memberi pengajaran, dan pelajaran

agama islam.31

Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan tentang Allah,

alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk

memberikan solusi, terhadap problema yang dihadapi manusia, juga

metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan

perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng.

b. Mad’u (penerima Dakwah)

Mad’u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia

penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik

manusia yang beragama islam maupun tidak, atau dengan kata lain,

manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama

30

Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (cet. Ke-5; Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2016), h.216.

31 H.M.S. Nasaruddin Latif,Teori dan Praktik Dakwah Islamiyah, (Jakarta: PT Firma

Dara, tt.) h. 20

Page 26: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

17

islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama

islam, sedangkan kepada orang yang telah beragama islam dakwah

bertujuan untuk meningkatkan kualitas iman, islam, dan ihsan.32

Secara umum Al-Qur’an menjelaskan ada tiga tipe mad’u, yaitu:

mukmin, kafir, dan munafik.33 Dari ketiga klarifikasi besar ini, mad’u

kemudian dikelompokkan lagi dalam berbagai macam pengelompokan,

misalnya, orang mukmin dibagi menjadi tiga, yaitu: dzalim linafsih,

muqtashid, dan sabiqun bilkhairat.Kafir bisa dibagi menjadi kafir zimmi dan

kafir harbi.Mad’u atau mitra dakwah terdidi dari berbagai macamgolongan

manusia. Oleh karena itu, menggolongkan mad’usama dengan

menggolongkan manusia itu sendiri dari aspek profesi, ekonomi, dan

seterusnya.

Muhammad Abduh membagi mad’u menjadi tiga golongan:

1. Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran,dapat berpikir

secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan.

2. Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berfikir

secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-

pengertian yang tinggi.

3. Golongan yang berbeda denagan kedua golongan tersebut, mereka

senang membahas sesuatu tetapi hanya membahas sesuatu tetapi

hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu membahasnya

secara mendalam.

Dari sisi sejauh mana dakwah diterima, Bassam al-Shabagh

membagi mitra dakwah kedalam tiga kelompok, yaitu:

32

M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, h.23. 33

Lihat QS. Al Baqarah 2: 20

Page 27: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

18

1. Kelompok yang pernah menerima dakwah, kelompok ini terdiri dari tiga

kelompok yaitu

a) Menerima dengan sepebuh hati (mukmin)

b) Menolak dakwah (kafir)

c) Pura-pura menerima dakwah (munafiq)

2. Kelompok yang belum pernah menerima dakwah. Kelompok ini terbagi

dua kelompok, yaitu:

a) Orang-orang sebelum diutusnya nabi muhammad SAW.

b) Orang-orang setelah diutusnya nabi muhammad SAW.

3. Kelompok yang mengenal islam dari informasi yang salah sekaligus

menyesatkan.34

c. Maddah (materi) Dakwah

Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da,i ke

mad;u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah

adalah ajaran islam itu sendiri.

Secara umum materi dakwah dapat diklarisifikasikan menjadi empat

masalah pokok yaitu:

1. Masalah Akidah (keimanan)

Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah islamiah.

Aspek akidah ini yang akan membentuk moral (akhlaq) manusia. Oleh

karena itu, yang pertama kali yang dijadikan materi dalam dakwah islam

adalah masalah akidah atau keimanan. Akidah yang menjadi materi

utama dakwah ini mempunyai ciri-ciri yang membedakan dengan

kepercayaan agama lain, yaitu:

34

Bassam al-Shabagh, Mudzakkarah al-Da,wah wa al-Du’ah. t.k.p.: t.p., t.t., h.86.

Page 28: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

19

a) Keterbukaan melalui persaksian (syahadat). Dengan demikian, seorang

muslim harus jelas identitasnya dan bersedia mengakui identitas

keagamaan orang lain.

b) Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah

adalah Tuhan seluruh alam ,bukan Tuhan kelompok atau bangsa

tertentu. Dan soal kemanusiaan juga diperkenalkan kesatuan asal-usul

manusia. Kejelasan dan kesederhanaan diartikan bahwa seluruh ajaran

akidah baik soal ketuhanan, kerasulan, ataupun alam gaib sangat

mudah dipahami.

c) Ketahanan antara iman dan islam atau antara iman dan amal

perbuatan. Dalam ibadah-ibadah pokok yang merupakan manifestasi

dari iman dipadukan dengan segi-segi pengembangan diri dan

kepribadian seseorang dengan kemaslahatan masyarakat yang menuju

pada kesejahteraanya. Karena akidah memiliki keterlibatan dengan

soal-soal kemasyarakatan.

Keyakinan demikian yang oleh Al-Qur’an disebut dengan iman. Iman

merupakan esensi dalam ajaran agama islam. Iman juga erat kaitannya

antar akal dan wahyu. Dalam Al-Qur’an istilah iman tampil dalam berbagai

variasinya sebanyak kurang lebih 244 kali. Yang paling sering adalah

memulai dengan ungkapan, “wahai orang-orang yang beriman,” yaitu

sebanyak 55 kali. Meski istilah ini pada dasarnya ditujukan kepada para

pengikut nabi muhammad, 11 di antaranya merujuk kepada Nabi Musa

dan pengikutnya, dan 22 kali pada para nabi laindan para pengikut

mereka. Orang yang memiliki iman yang benar (haqiqy) itu akan

cenderung untuk berbuat baik, karena ia mengetahui bahwa perbuatannya

itu adalah baik dan akan menjauhi pebuatan jahat, karena dia tahu

Page 29: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

20

perbuatan jahat itu akan berkonsekuensi pada hal-hal yang buruk. Dan

iman haqiqy itu sendiri atas amala soleh, karena mendorong untuk

melakukan perbuatan yang nyata. Posisi iman ini adalah yang berkaitan

dengan dakwah islam di mana amr ma’ruf nahi munkar dikembangkan

yang kemudian menjadi tujuan yang utama dari suatu proses dakwah.35

2. Masalah Syariah

Hukum atau syariah sering disebut cermin peradaban dalam pengertian

bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban

mencerminkan dirinya dala,m hukum-hukumnya. Pelaksaan syariah

merupakan sumber yang melahirkan peradaban islam, yang melestarikan

dan melindunginya dalam sejarah. Syariah inilah yang akan selalu

menjadi kekuatan peradaban dikalangan kaum muslim.36

Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat

seluruh ummat islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari

kehidupan ummat islam di berbagai penjuru dunia, dan sekaligus

merupakan hal yang patut dibanggakan. Kelebihan dari materi syariah

islam antara lain, adalah bahwa ia tidak dimiliki oleh ummat-ummat yang

lain. Syariah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak ummat

muslim dan non muslim, bahkan hak seluruh ummat manusia. Dengan

adanya materi syariah ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur dan

sempurna.

Disamping mengandung dan mencakup kemaslahatan sosialdan moral,

maka materi dakwah dalam bidang syariah ini dimaksudkan untuk

memberikan gambaran yang benar, pandangan yang jernih dan kejadian

secara cermat terhadap hujjah atau dalil-dalil dalam melihat setiap

35

M. Munir, wahyu ilaihi, Manajemen Dakwah, h.25-26. 36

Ismail R. Al-Faruqi, Menjelajah Atlas Dunia Islam, (Bandung: 2000), h.305.

Page 30: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

21

persoalan pembaruan, sehingga ummat tidak terperosok ke dalam

kejelekan, karena yang diinginkan dalam dakwah adalah kebaikan.

Kesalahan dalam meletakkan posisi yang benar dan seimbang di antara

beban syariat sebagaimana yang telah ditetapkan oleh islam, maka akan

menimbulkan suatu yang membahayakan terhadap agama dan

kehidupan.

Syariah islam mengembangkan hukum bersifat komprehensif yang

meliputi segenap kehidupan manusia. Kelengkapan ini mengalir dari

konsepsi islam tentang kehidupan manusia yang diciptakan untuk

memenuhi ketentuan yang membentuk kehendak Ilahi. Materi dakwah

yang menyajikan unsur syariat harus dapat menggambarkan atau

memberikan informasi yang jelas dibidang hukum dalam bentuk status

hukum yang bersifat wajib, mubah (boleh), dianjurkan (mandub), makruh,

(dianjurkan supaya tidak dilakukan ), dan haram (dilarang).

3. Masalah Muamalah

Islam merupakan agama yang menekankan urusan mu’amalah lebih

besar porsinya daripada urusan ibadah. Islam lebih banyak

memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual.

Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat

mengabdi kepada Allah, Ibadah dalam mu’amalah di sini diartikan sebagai

ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi

kepada Allah SWT. Cakupan aspek mu’amalah jauh lebih luas daripada

ibadah. Statement inidapat dipahami dengan alasan :

a) Dalam Al-Qur’an dan al-Hadis mencakup proporsi terbesar

sumberhukum yang berkaitan dengan mu’amalah.

Page 31: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

22

b) Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih

besar daripada ibadah yang bersifat perorangan. Jika urusan ibadah

dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan

tertentu, maka kafarat-nya (tebusannya) adalah melakukan sesuatu

yang berhubungan dengan mu’amalah. Sebaliknya, jika orang tidak

baik dalam urusan mu’amalah, maka urusan ibadah tidak dapat

menutupinya.

c) Melalukan amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapatkan

ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah

4. Masalah Akhlak

Secara etimologis kata Akhlaq berasala dari bahasa Arab, jamak dari

“khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau

tabiat, kalimat-kalimat tersebut memiliki segi-segi persamaan dengan

perkataan “khalqun” yang berarti kejadian, serta erat hubungannya

dengan khaliqyang berarti pencipta dan “makhluq” yang berarti yang

diciptakan.

Sedangkan secara terminologi, pembahasan akhlak berkaitan dengan

masalah tabiat atau kondisi temperatur batin yang m,empengaruhi

perilaku manusia. Ilmu akhlak bagi Al- Farabi, tidak lain dari bahasan

tentang keutamaan-keutamaan yang dapat menyampaikan manusia

kepada tujuan hidupnya yang tertinggi, yaitu kebahagian, dan tentang

berbagai kejahatan atau kekurangan yang dapat merintangi usaha

pencapaian tujuan tersebut.37

Kebahagiaan dapat dicapai melalu upaya terus menerus dalam

mengamalkan perbuatan terpuji berdasarkan kesadaran dan kemauan,

37

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,2002), h.190.

Page 32: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

23

siapa yang mendambakan kebahagiaan, maka ia harus berusaha secara

terus menerus menumbuhkan sifat-sifgat baik yang terdapat dalam jiwa

secara potensial, dan dengan demikian, sifat-sifat itu akan tumbuh dan

berurat berakar secara akrual dalam jiwa, selanjutnya Al-Farabi

berpendapat bahwa latihan adalah unsur yang penting untuk memperoleh

akhlak yang terpuji atau tercela, dan dengan latihan secara terus menerus

terwujudlah kebiasaan.

Berdasarkan pengertian ini maka ajaran akhlak dalam islam pada

dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi

dari kondisi kejiwaannya. Akhlak dalam islam bukanlah norma ideal yang

tidak dapat diimplementasikan, dan bukan pula sekumpulan etika yang

terlepas dari kebaikan norma sejati. Dengan demikian yang menjadi

materi akhlak dalam islam adalah mengenai sifat dan kriteria perbuatan

manusia serta berbagai kewajiban yang harus dipenuhinya. Karena

semua manusia harus mempertanggung jawabkan setiap perbuatannya,

maka islam mengajarkan kriteria perbuatan dan kewajiban yang

mendatangkan kebahagiaan, bukan siksaan. Bertolak dari prinsip

perbuatan manusia ini maka materi akhlak membahas tentang norma

luhur yang menjaadi jiwa dari perbuatan manusia sesuai dengan jenis

sasarannya.38

d. Wasilah (Media) Dakwah

Wasilah (media) dakwah adalah alat yang digunakan untuk

menmyampaikan materi dakwah (ajaran islam) kepada mad’u. Untuk

menyampaikan ajaran islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan

38

Affandi Muchtar, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,2002), h.326.

Page 33: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

24

berbagai washilah. Hamzah Yakub membagi wasilah dakwah menjadi lima

macam yaitu: lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak.

1. Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yangt

menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berupa

pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

2. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat

kabar, surat menyurat (korespondensi), spanduk, dan sebagainya.

3. Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan

sebagainya.

4. Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indra

pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya, seperti televisi, film

slide, OHP, Internet, dan sebagainya.

5. Akhlak yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang

mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan

didengarkan oleh mad’u.

e. Thariqah (Metode) Dakwah

Dari segi bahasa metode bersala dari dua kata yaitu “meta” (melalui)

dan “hodos” (jalan,cara).39 Dengan demikian dapat diartikan metode

adalah cara atau jalan yang dilalu iuntuk mencapai suatau tujuan.

Kata metode telah menjadi bahas Indonesia yang memiliki pengertian “

suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas

untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata

pikir manusia”.40sedangkan dalam metodologi pengajaran ajaran isalm

39

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (cet. 1; Jakarta: Bumi Aksara 1991), h. 61 40

M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Cet. I; Jakarta: Wijaya, 1992), h.160.

Page 34: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

25

disebutkan bahwa metode adalah “suatu cara yang sistematis dan umum

terutama dalam mencari kebenaran ilmiah”.41 Dalam kaitannya dengan

pengajaran ajaran isalam, maka pembahasan selalu berkaitan dengan

hakikat penyampaian materi kepada peserta didik agar dapat diterima dan

dicerna dengan baik.

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk

menyampaikan ajaran materi dakwah Islam, dalam penyampaian suatu

pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, karena suatu pesan

walaupun baik, tetapi disampaikan dengan metode yang tidak benar,

maka pesan itu bisa ditolak oleh si penerima pesan. Ketika membahas

tentang metode dakwah, maka pada umumnya merujuk pada surat an-

Nahl: 125 yaitu;

äí ÷Š $# 4’n<Î)È≅‹Î6 y™y7 În/u‘ Ïπyϑõ3Ïtø: $$ Î/Ïπsà Ïãöθ yϑø9 $#uρÏπuΖ|¡ptø: $#(Ο ßγ ø9 ω≈ y_ uρ ÉL©9 $$ Î/}‘Ïδ ß|¡ ôm r& 4¨βÎ)y7 −/u‘uθèδ ÞΟ n=ôãr&yϑÎ/̈≅ |ÊtãÏ& Î#‹Î6 y™(uθ èδ uρÞΟn=ôãr& tωtGôγ ßϑø9 $$ Î/∩⊇⊄∈∪

Terjemahnya:

“serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yuang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yangg sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.42

Dalam ayat ini, metode dakwah ada tiga, yaitu bi al-hikmah, mau’izatul

hasanah, dan mujadalah billati hiya ahsan. Secara garis besar ada tiga

pokok metode (thariqah) dakwah yaitu:

41

Soeleman Yusuf, Slamet Soesanto, Pengantar Pendidikan Sosial, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h. 38.

42Depatemen Agama RI,Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: PT Karya Toha

Putra Semarang, 2002), h.281.

Page 35: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

26

1. Bi al-Hikmah, yaitu berdakwah dengn memerhatikan situasi dan kondisi

sasaran dakwahdengan menitikberatkan pada kemampuan meraka,

sehingga dalam menjalakan ajaran-ajaran islam selanjutnya, mereka

tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.

2. Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-

nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran islam dengan rasa kasih

sayng, sehingga nasihat dan ajaran islam yang disampaikan itu dapat

menyentuh hati mereka.

3. Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar

pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan

tidak memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan pada komunitas

yang menjadi sasaran dakwah.

f. Atsar (Efek) Dakwah

dampak setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi.

Artinya, jik dakwah telah dilkukan oleh seorang da’i dengan materi

dakwah, wasilah, dan thariqah tertentu, maka akan timbul respond an efek

(atsar) pada mad’u (penerima sakwah).

Atsar (efek) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses

dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i.

Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan,

maka selesailah dakwah.Padahal atsar sangat besar artinya dalam

penentuan langkah-langkah dakah berikutnya. Tanpa menganalisis atsar

dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan

pencapaian tujuan dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan

menganalisis atsar dakwah secar cermat dan tepat, maka kesalahan

Page 36: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

27

strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan

pada langkah-langkah berikutnya (corrective action). Demikian juga

strategi dakwah termasuk di dalam penentuan unsur-unsur dakwah yang

dianggap baik dapat ditingkatkan.

Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilaksanakan secara

radikal dan komprehensif, artinya tidak secara parsial atau setengah-

setengah.Seluruh komponen-komponen sistem (unsur-unsur) dakwah

harus dievaluasi secara komprehensif.Pada da’i harus memiliki jiwa

terbuka untuk melakukan pembaruan dan pembaruan dan perubahan, di

samping bekerja dengan menggunakan ilmu. Jika proses evaluasi ini telah

menghasilkan beberapa konklusi dan keputusan, maka segera diikuti

dengan tindakan korektif (corrective action). Jika proses ini dapat

terlaksana dengan baik, maka terciptalah suatu mekanisme perjuangan

dalam bidang dakwah. Dalam bahasa agama, inilah sesungguhnya yang

disebut dengan ikhtiar insani.

3. Tujuan Dakwah

Mengenai tujuan dari dakwah Islam para pakar dan penulis Islam

tentang dakwah masing-masing mengemukakan dan menjabarkan secara

berbeda-beda. Kendatipun demikian, secara esensial mempunyai tujuan

yang sama, yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari yang

mungkar. Dalam arti yang lebih luas bahwa dakwah bertujuan untuk

melakukan perubahan kondisi yang lebih baik agar manusia memperoleh

kebahagiaan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat.

Tujuan dilaksanakannya dakwah adalah mengajak umat manusia

kejalan Allah subhanahu wata’ala, jalan yang benar, yaitu Islam disamping

itu, dakwah bertujuan untuk mempengaruhi cara berfikir manusia, secara

Page 37: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

28

merasa, cara bersikap dan bertindak agar manusia bertindak sesuai

dengan prinsip-prinsip Islam.43 Sehubungan dengan hal tersebut, H.M.

Arifin mengemukakan bahwa tujuan dakwah adalah untuk menumbuhkan

pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang

dibawakan oleh para dai atau penerang agama.44 Berbeda dengan Wahdi

Bachtiar bahwa tujuan dakwah adalah mencapai masyarakat yang adil

dan makmur serta mendapat ridha Allah Subhanahu wata’ala.45 Tujuan

dakwah juga adalah mengubah pandangan hidup seseorang, dari

perubahan pandangan hidup ini akan berubah pula pada fikir dan pola

sikap. Allah Subhanahu wata’ala berfirman dalam QS. al-Anfal/8 : 24

$ pκš‰r' ¯≈ tƒ zƒ Ï%©!$# (#θ ãΖtΒ#u(#θ ç7ŠÉftGó™$# ¬!ÉΑθ ß™§�=Ï9 uρ#sŒ Î)öΝä.$ tãyŠ$yϑÏ9 öΝà6‹ÍŠøtä†((# þθ ßϑn=ôã$#uρāχ r&©!$# ãΑθ çts†š÷ t/Ï ö�yϑø9 $#ϵ Î7ù=s%uρÿ…çµ ¯Ρr& uρϵøŠs9 Î)šχρç�|³øtéB∩⊄⊆∪

Terjemahnya :

“Hai orang-orang yang beriman! penuhilah seruan Allah dan rasul apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu46 dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”.47

Berdasarkan ayat tersebut, tegaslah bahwa yang menjadi inti semua

dakwah adalah menyadarkan manusia akan arti yang sebenarya dari

43Rofiuddin dan Maman Abdul Djalil, Prinsip Dan Strategi Dakwah, (

Bandung:Pustaka Setia, 1997), h. 32.

44M. Arifin, Psikologi Da’wah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta:Bumi Aksara,

1994) h. 25.

45Wahdi Bahtiar, Metodologi Penelitian Da’wah, (Cet. I:Jakarta:Logos Wacana

Ilmu, 1997), h. 3.

46Menyerumu berperang untuk meninggikan kalimat Allah dan menghidupkan

Islam dan Muslim. Juga berarti menyerumu kepada iman, petunjuk, jihad, dan segalah yang ada hubungannya dengan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

47Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 179.

Page 38: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

29

hidup ini. Bukanlah hidup ini hanya semata-mata untuk makan dan buat

minum, yang hanya makan dan minum hanyalah binatang.48

Dari beberapa penjelasan tentang tujuan da’wah di atas, Asmuni

Syukri membagi tujuan da’wah kepada dua bentuk, yaitu :

1. Tujuan Umum (Mayor Obyektive), yaitu mengajak seluruh umat

manusia yang meliputi orang mukmin, kafir, musyrik, fasik dan lain-lain

ke jalan yang benar yang diridhoi oleh Allah Subhanahu wata’ala. agar

dapat hidup sejahtera di dunia dan akhirat.

2. Tujuan Khusus (Minor obyetive), yaitu merupakan penjabaran

perincian dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar

dalam pelaksanaan seluruh aktivitas da’wah dapat jelas diketahui ke

mana arahnya, ataupun kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada

siapa berda’wah dengan cara bagaimana dan sebagainya secara

terperinci.49

4. Dasar Hukum Dakwah

Para ulama sepakat tentang kewajiban berdakwah. Diantara ayat-

ayat dakwah yang menyatakan kewajiban dakwah yang menyatakan

kewajiban dakwah secara tegas adalah, surat Ali Imran ayat 104, dan

surat Al-Maidah ayat 78 dan 79.

1. Surat an-Nahl ayat 125

äí ÷Š $# 4’n<Î)È≅‹Î6 y™y7 În/u‘ Ïπyϑõ3Ïtø: $$ Î/Ïπsà Ïãöθ yϑø9 $#uρÏπuΖ|¡ptø: $#(Ο ßγ ø9 ω≈ y_ uρ ÉL©9 $$ Î/}‘Ïδ ß|¡ ôm r& 4¨βÎ)y7 −/u‘uθèδ ÞΟ n=ôãr&yϑÎ/̈≅ |ÊtãÏ& Î#‹Î6 y™(uθ èδ uρÞΟn=ôãr& tωtGôγ ßϑø9 $$ Î/∩⊇⊄∈∪

48

Mahfudh Syamsul Hadi dan kawan-kawan, Rahasia Keberhasilan Dakwah

K.H.Zainuddin m.z, (Surabaya:Ampel Suci, 1994), h. 133.

49Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategis Da’wah (Surabaya :Al-Ikhlas), h. 60.

Page 39: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

30

Terjemahnya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah50 dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu. Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.51

2. Surat Ali Imran ayat 104

ä3tF ø9 uρöΝä3ΨÏiΒ ×π ¨Βé& tβθããô‰tƒ’ n<Î)Î�ö� sƒø: $#tβρã� ãΒù' tƒ uρÅ∃ρã�÷èpR ùQ $$ Î/tβöθ yγ ÷Ζtƒ uρÇ tãÌ�s3Ψßϑø9 $#4y7 Í× ¯≈ s9 'ρé& uρãΝèδšχθßs Î=ø"ßϑø9 $#∩⊇⊃⊆∪

Terjemahnya:

“Dan hendaklah di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar; dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.52

3. Surat Al-Maidah ayat 78.

š∅Ïè ä9 tÏ%©!$# (#ρã� x"Ÿ2. ÏΒû_Í_ t/Ÿ≅ƒÏℜ u�ó Î)4’ n? tãÈβ$|¡ Ï9 yŠ…ãρ#yŠ |¤ŠÏãuρÇ ö/$#zΟtƒ ö� tΒ 4y7Ï9≡ sŒ$yϑÎ/(#θ |Á tã(#θ çΡ% Ÿ2̈ρšχρ߉tF ÷ètƒ∩∠∇∪

Terjemahnya:

“orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melaului lisan (ucapan) Dawud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu, karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas”.53

4. Surat Al-Maidah ayat 79.

(#θ çΡ$ Ÿ2Ÿωšχ öθ yδ$uΖoKtƒ tã9� x6Ψ•Β çνθ è=yèsù4š[ø⁄Î6 s9$ tΒ (#θçΡ$ Ÿ2šχθ è=yè ø"tƒ∩∠∪

Terjemahnya:

“mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat.”54

50

Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan yang batil.

51Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 281.

52Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 63.

53Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 121.

54Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 121.

Page 40: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

31

Ayat-ayat di atas secara tegas memerintahkan kita untuk

melaksanakan dakwah Islam. Perintah tersebut ditujukan dalam bentuk

kata perintah dan kecaman bagi yang meninggalkan dakwah. Kata

perintah ( fi’il amr ) disebut dalam surat an-Nahl ayat 125 dengan kata

“serulah” ( ادع ) sedangkan dalam surat Ali Imran ayat 104 kata

perintahnya berupa “dan hendaklah ada diantara kamu sekelompok orang

yang menyeru......” ( نQRSو ). Perintah yang pertama lebih tegas dari pada

perintah yang kedua. Perintah pertama menghadapi subjek hukum yang

hadir, sedangkan subjek hukum dalam perintah kedua tidak hadir. Selain

itu, pesan dari perintah pertama lebih jelas, yakni “berdakwalah”,

sedangkan pesan dari perintah kedua hanya “hendaklah ada sekelompok

orang yang berdakwah”.

Dalam surah Al-Maidah ayat 78-79 tersebut mengecam dengan keras

Bani Israil yang meninggalkan dakwah. Mereka tidak memiliki kepedulian

sama sekali kepada aktivitas dakwah. “Mereka tidak melarang

kemungkaran” perintah ini juga tidak lebih tegas dibanding kedua ayat

tersebut. Surat Al-Maidah ayat 78-79 tersebut hanya menampilkan contoh

nyata dari ummat terdahulu yang disiksa karena mengabaikan perintah

mencegah kemungkaran. Meskipun kecaman tidak ditujukan kepada

ummat Nabi Sallallahu a’lai wasallam tetapi ia berlaku kepada ummat

Nabi Sallallahu a’laihi wasallam karena ummat terdahulu masih berlaku

selama belum diganti.55

Akan tetapi ulama berbeda pendapat dalam masalah apakah hukum

dakwah fardu kifayah atau fardu a’in ulama yang berpendapat bahwa

55

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Cet. 5, Jakarta:Kencana, 2004), h. 145-147.

Page 41: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

32

hukum dakwah adalah fardhu kifayah. Pendapat ini berdasarkan QS. Ali

Imran/3: 104:

ä3tF ø9 uρöΝä3ΨÏiΒ ×π ¨Βé& tβθããô‰tƒ’ n<Î)Î�ö� sƒø: $#tβρã� ãΒù' tƒ uρÅ∃ρã�÷èpR ùQ $$ Î/tβöθ yγ ÷Ζtƒ uρÇ tãÌ�s3Ψßϑø9 $#4y7 Í× ¯≈ s9 'ρé& uρãΝèδšχθßs Î=ø"ßϑø9 $#∩⊇⊃⊆∪

Terjemahnya:

“Dan hendaklah di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.56

Ayat ini dipahami menekankan kata”minkum” yang berarti sebagian,

sehingga tidak semua atau setiap orang Islam memikul tanggung jawab

berdakwah. Pendapat ini diperkuat dengan ayat lain, yaitu QS. Attaubah/9

: 122 :

*$ tΒ uρšχ%x.tβθ ãΖÏΒ ÷σßϑø9 $# (#ρã� Ï"ΨuŠÏ9 Zπ©ù!$ Ÿ24Ÿω öθ n=sùt� x"tΡ ÏΒ Èe≅ä.7πs%ö� ÏùöΝåκ÷]ÏiΒ ×π x"Í←!$ sÛ(#θ ßγ ¤)x"tGuŠÏj9’Îû ǃÏe$!$# (#ρâ‘ É‹ΨãŠÏ9 uρóΟßγ tΒ öθ s%#sŒ Î)(# þθ ãèy_ u‘ öΝÍκö� s9 Î)óΟßγ ¯=yès9 šχρâ‘x‹øts†∩⊇⊄⊄∪

Terjemahnya:

“Dan idak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya”.57

Kedua ayat tersebut memberinkan pengertian bahwa dakwah berarti

menjadi tanggung jawab orang saja, tidak perlu semua ummat Islam

berdakwah. Dakwah dalam konteks ini adalah sebagaimana digambarkan

memberikan peringatan kepada kaum menyangkut penjagaan diri ( dari

dosa ).58

56

Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 63.

57Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h.206.

58Rafiuddin dan Maman Abdul Djalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, h. 27-28 .

Page 42: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

33

Adapun ulama yang berpendapat hukum dakwah adalah fardu a’in,

yakni berdakwah merupakan kewjiban setiap muslim sesuai kadar

kemampuan masing-masing. Pendapat ini berdasarkan dalil dalam al-

Qura’an, seperti dalam QS. an-Nahl/16 : 125 :

äí ÷Š $# 4’n<Î)È≅‹Î6 y™y7 În/u‘ Ïπyϑõ3Ïtø: $$ Î/Ïπsà Ïãöθ yϑø9 $#uρÏπuΖ|¡ptø: $#(Ο ßγ ø9 ω≈ y_ uρ ÉL©9 $$ Î/}‘Ïδ ß|¡ ôm r& 4¨βÎ)y7 −/u‘uθèδ ÞΟ n=ôãr&yϑÎ/̈≅ |ÊtãÏ& Î#‹Î6 y™(uθ èδ uρÞΟn=ôãr& tωtGôγ ßϑø9 $$ Î/∩⊇⊄∈∪

Terjemahnya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah59 dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu. Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.60

Ayat ini dipahami memerintahkan kepada nabi dan ummatnya untuk

mengajak manusia kejalan Allah subhanahu wata’ala dengan berbagai

jalan yang bisa ditempuh. Dalam al-Qur’an surat at-Taubah ayat 71

ditegaskan:

$ tΒ tβ%x.t Ï.Î�ô³ßϑù=Ï9βr&(#ρã� ßϑ÷ètƒ y‰Éf≈ |¡tΒ«! $#zƒÏ‰Îγ≈ x© #’n? tãΝÎγ Å¡ à"Ρr&Ì� ø"ä3ø9 $$ Î/4y7Í× ¯≈ s9 'ρé&ôM sÜ Î7ym óΟßγ è=≈ yϑôãr&’Îû uρÍ‘$ ¨Ζ9 $# öΝèδšχρà$Î#≈ yz∩⊇∠∪

Terjemahnya:

“Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka”.61

Dalam ayat di atas ditegaskan bahwa dakwah harus dilakukan oleh

setiap orang mukmin dan sevara kolektif ( saling bahu membahu ). Ummat

Islam harus melakukan kebaikan secara bahu membahu, saling tolong

59

Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan yang batil.

60Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 281

61

Page 43: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

34

menolong, dan saling membantu antara yang satu denga lainnya. Karena,

orang munafikpun melakukan kemungkaran juga secara bahu membahu,

sebagaimana ditegaskan dalam QS. at-Taubah/9 : 67 :

tβθ à)Ï"≈ uΖßϑø9 $# àM≈s)Ï"≈ oΨßϑø9 $#uρΟßγ àÒ ÷èt/.ÏiΒ <Ù ÷èt/4šχρã� ãΒ ù' tƒÌ� x6Ζßϑø9 $$ Î/šχöθ pκ÷]tƒ uρÇ tãÅ∃ρã� ÷èyϑø9 $# šχθàÒ Î6 ø)tƒ uρöΝåκu‰Ï‰÷ƒ r& 4(#θ Ý¡nΣ©! $# öΝåκu� Å¡t⊥ sù3āχ Î)tÉ)Ï"≈ oΨßϑø9 $# ãΝèδ šχθà)Å¡≈x"ø9 $#∩∉∠∪

Terjemahnya:

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu denga yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang ma’ruf dan mereka menggemgamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang fasik”.62

Dengan adanya dakwah merupakan kewajiban setiap muslim, berarti

dakwah merupakan tanggung jawab bersama, bukan tanggung jawab

sebagian orang atau sekelompok orang. Hal ini akan membuat aktivitas

dakwah dapat berjalan dengan baik dan lancar.63 Di ayat yang lain juga

ditegaskan seperti dalam QS. at-Tahrim/66 : 6 :

$ pκš‰r' ¯≈ tƒ tÏ% ©!$# (#θ ãΖtΒ#u(# þθ è%ö/ ä3|¡ à"Ρr& ö/ ä3‹Î=÷δ r& uρ# Y‘$tΡ$ yδ ߊθ è%uρâ¨$ ¨Ζ9 $# äοu‘$ yfÏtø: $#uρ$ pκö� n=tæîπ s3Í× ¯≈ n=tΒ ÔâŸξ Ïî׊# y‰Ï© āωtβθÝÁ ÷ètƒ ©!$# !$ tΒ öΝèδ t� tΒr& tβθ è=yè ø"tƒ uρ$ tΒtβρâ÷s∆ ÷σãƒ∩∉∪

Terjemahnya: “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.64

5. Prinsip-Prinsip Dakwah

62

Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 197.

63Rafiuddin dan Maman Abdul Djalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, h. 27-28.;di

dalam Ropingi el Ishaq, PengantarIlmu Dakwah, h. 27-29.

64Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 560.

Page 44: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

35

Dakwah adalah usaha meyakinkan kebenaran kepada orang lain. Bagi

orang yang didakwahi, pesan dakwah yang tidak dipahami tak lebih

maknanya dari bunyia-bunyian. Jika dakwahnya berupa informasi maka ia

dapat memperoleh pengertian, tetapi jika seruan dakwahnya merupakan

panggilan jiwa, maka ia harus keluar dari jiwa juga. Penjahat yang

berkhutbah tentang kebaikan, maka pesan kebaikan itu tak akan pernah

masuk kedalam jiwa pendengarnya. Berbeda dengan aktor yang ukuran

keberhasilannya jika berhasil berperan sebagai orang lain, maka seorang

da’i harus berperan sebagai dirinya. Seorang da’i harus terlebih dahulu

menjalankan petunjuk agama sebelum memberi petunjuk kepada orang

lain. Ia harus seperti minyak wangi, mengharumkan orang lain tapi dirinya

memang lebih harum, atau seperti api, bisa memanaskan besi, tetapi

dirinya memang lebih panas. Oleh karena itu, untuk menjadikan dakwah

itu efektif, masyarakat dakwah khususnya para da’i harus memahami

prinsip-prinsip dakwah sebagai berikut:65

1. Berdakwah itu harus dimulai kepada diri sendiri (ibda’ binafsik) dan

kemudian menjadikan keluarganya sebagai contoh bagi masyarakat, di

dalam QS.at-Tahrim/66 : 6 :

$ pκš‰r' ¯≈ tƒ tÏ% ©!$# (#θ ãΖtΒ#u(# þθ è%ö/ ä3|¡ à"Ρr& ö/ ä3‹Î=÷δ r& uρ# Y‘$tΡ$ yδ ߊθ è%uρâ¨$ ¨Ζ9 $# äοu‘$ yfÏtø: $#uρ$ pκö� n=tæîπ s3Í× ¯≈ n=tΒ ÔâŸξ Ïî׊# y‰Ï©āωtβθ ÝÁ ÷ètƒ©! $# !$ tΒ öΝèδ t�tΒ r& tβθè=yè ø"tƒ uρ$ tΒ tβρâ÷s∆ ÷σãƒ∩∉∪

Terjemahnya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia

65

Faizah, Lalu Muchsin Effendi, pengantar, Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah,

(Cet. 2, Jakarta:kencana), h. x-xii.

Page 45: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

36

perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.66

2. Secara mental, da’i harus siap menjadi pewaris para nabi, yakni

mewarisi perjuangan yang berisiko, al‘ulama waratsatul anbiya’. Semua

nabi harus juga mengalami kesulitan ketika berdakwah kepada

kaumnya meski sudah dilengkapi dengan mu’jizat.

3. Da’i harus menyadari baha masyarakat membutuhkan waktu untuk

dapat memahami pesan dakwah, oleh karena itu dakwah pun harus

memerhatikan tahapan-tahapan, sebagaiman dulu Nabi Muhammad

harus melalui tahapan periode Mekkah dan periode Madinah.

4. Da’i juga harus menyelami alam pikiran masyarakat sehingga

kebenaran Islam bisa disampaikan dengan menggunakan logika

masyarakat

5. Dalam menghadapi kesulitan da’i harus bersabar, jangan bersedih atas

kekafiran masyarakat dan jangan sesak nafas terhadap tipu daya

mereka (QS. an-Nahl: 127)

÷�É9 ô¹$#uρ$ tΒ uρx8ç�ö9 |¹āω Î)«!$$ Î/4Ÿωuρ÷βt“ øtrBóΟ Îγ øŠn=tæŸωuρÛ�s?’ Îû 9,øŠ|Ê$ £ϑÏiΒ šχρã� à6ôϑtƒ∩⊇⊄∠∪

Terjemahnya:

“Bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan”.67

karena sudah menjadi sunnahtullah bahwa setiap pembawa

kebenaran pasti akan dilawan oleh orang kafir, bahkan setiap Nabipun

harus mengalami diusir oleh kaumnya. Seorang da’i hanya bisa

66

Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 560.

67Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 281.

Page 46: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

37

mengajak, sedangkan yang memberi petunjuk dalah Allah subhanahu

wata’ala.

Citra positif dakwah akan sangat melancarkan komunikasi dakwah,

sebaliknya citra buruk akan membuat semua aktivitas dakwah menjadi

kontraproduktif. Citra positif bisa dibangun dengan kesungguhan dan

konsistensi dalam waktu lama, tetapi citra buruk dapat terbangun

terbangun seketika hanya satu kesalahan fatal. Dalam hal ini,

keberhasilan membangun komunitas Islam, meski kecil akan sangat

efektif untuk dakwah.

6. Da’i harus memerhatikan tertib urutan pusat perhatian dakwah, yaitu

prioritas pertama berdakwah sehubungan dengan hal-hal yang bersifat

unversal, yakni al khair (kebajikan), yad’una ila al-khair, baru kepada

amr ma’ruf dan kemudian nahi munkar (QS. 3: 104)

ä3tF ø9 uρöΝä3ΨÏiΒ ×π ¨Βé& tβθããô‰tƒ’ n<Î)Î�ö� sƒø: $#tβρã� ãΒù' tƒ uρÅ∃ρã�÷èpR ùQ $$ Î/tβöθ yγ ÷Ζtƒ uρÇ tãÌ�s3Ψßϑø9 $#4y7 Í× ¯≈ s9 'ρé& uρãΝèδšχθßs Î=ø"ßϑø9 $#∩⊇⊃⊆∪

Terjemahnya:

“Dan hendaklah di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.68

Al-khair adalah kebaikan universal yang datangnya secara normatif

dari Tuhan, seperti keadilan dan kejujuran, sedangkan al-ma’ruf adalah

sesuatu yang secara “sosial” dipandang sebagai kepantasan. Sangat

tidak produktif berdakwah dengan ramai-ramai membakar tempat

maksiat (nahi munkar), tetapi mereka sendiri tidak adil dan tidak jujur.

68

Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemahnya , h. 64.

Page 47: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

38

C. Pengertian dan Asal-usul Terbentuknya Minoritas Muslim

I. Pengertian Minoritas Muslim

Istilah “minoritas” didefinisikan sebagai bagian dari penduduk yang

beberapa cirinya tak sama dan sering mendapat perlakuan berbeda. Kata

kunci dari definisi ini adalah adanya cirri-ciri dan perlakuan berbeda.Cirri-

ciri yang berbeda itu dapat berbentuk fisik seperti warna kulit69dan

bahasa70. Istilh muslim dalam kajian muslim minoritas dipergunakan untuk

menunjukkan semua orang yang mengakui bahwa Muhammad SAW putra

Abdullah adalah utusan Allah yang terakhir dan mengakui bahwa

ajarannya benar tanpa memandang seberapa jauh mereka tahu tentang

ajarannya, atau seberapa jauh mereka dapat hidup sesuai ajaran tersebut.

Pengakuan ini dengan sendirinya menimbulkan perasaan identitas

dengan semua orang yang memiliki keyakinan sama. Dengan demikian

minoritas muslim adalah bagian penduduk yang berbeda dari penduduk

lainnya karena aggota-anggotanya mengakui bahwa Muhammad putra

Abdullah menadi utusan Allah yang terakhir dan meyakini ajarannya

adalah benar dan yang sering mendapat perlakuanberbeda dari orang-

orang yang tidak mempunyai keyakinan seperti itu.

Minoritas (minority) yang dalam kamus inggris didefinisikan sebagai “a

group of people of the same race,culture, or religion who live in a place

where most of the people around them are of different race, culture, or

69

Misalnya perlakuan berbeda yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap warga kulit hitam sehingga muncul minoritas kulit hitam, lihat M. Ali Kettani, Minoritas

Muslim di Dunia Dewasa Ini, terj. Zarkowi Soejoeti, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005),h.1-2

70 Misalnya nasionalisme yang terilhami oleh bangsa Eropa mulai bersaing dengan

kesetiaan Muslim terhadap identitas Islam maka minoritas bahasa mulai muncul yang akhirnya membawa kepada perpecahan Negara Usman Muslim.

Page 48: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

39

religion”71masih kurang aplikatif ketika harus diterapkan pada negara multi

ras, multi etnis, dan multi agama, dengan komposisi lebih dari dua

kelompok minoritas dengan jumlah yang relatif sama. Kesulitan mencari

definisi yang tepat tentang minoritas diakui oleh Jamal al-Din ‘Athiyyah

Muhammad, yang kemudian memberikan karakter-karakter minoritas

sebagai batasan definisinya. Menurutnya, suatau kelompok disebut

minoritas apabila:

a. Dari sisi jumlah memang lebih sedikit dari keseluruhan penduduk yang

mayoritas.

b. Tidak memiliki daya dan kekuasaan sehingga perlu diproteksi hak-hak

dan kewajibannya.

c. Memiliki ciri khas keminoritasannya yang membedakan dari mayoritas,

apakah atas grup, etnis, budaya, bahasa dan agama.72

Ketika kata minoritas ini digandengkan dengan muslim maka yang

dimaksudkan adalah menjadi kelompok minoritas yang disatukan dalam

satu karakter keberagamaan yang sama, yakni islam.73

Salah Sultan, seorang sarjana pemerhati minoritas muslim menyatakan

bahwa terma minoritas muslim tidak hanya dilihat dari sisi jumlah, tetapi

juga dilihat dari hak-hak hukum yang mereka miliki. Menurutnya ada dua

bentuk minoritas muslim:

a. Minoritas atas dasar jumlah jiwa sebagaimana yang ada di Eropa,

Amerika, India dan Cina.

71

Stephen Bullons, collins Build Learner’s Dictionary, (London: Harper Collins Publishers, 1996), h.698.

72Jamal al-din ‘Athiyyah Muhammad. Nahwa Taf’il Maqashid al-Syari’ah, (‘Amman:

Al-Ma’had al-‘Alami li al-Fikr al-Islami,2001), h.7-8. 73

Dr. Ahmad Imam Mawardi ,MA.,Fiqh Minoritas, ( Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2010), h.43.

Page 49: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

40

b. Minoritas atas dasar hak-hak hukum. Dalam kasus yang kedua ini

walaupun dalam posisi sebagai mayoritas, kaum muslim mengalami

minoritas, yaknisenantiasa mendapatkan pelecehan dan diskriminasi,

seperti di Kashmir, Chechnya, Uzbekistan, dan Azerbaijan.74

2. Asal-usul Terbentuknya Minoritas Muslim

Asal usul terbentuknya minoritas muslim di berbagai Negara, berbeda-

beda anatara Negara satu dengan yang lain. Menurut M. Ali Kettani ada

tiga bentuk munculnya minoritas Muslim yaitu:

Pertama, suatau komunitas muslim dijadikan tidak efektif oleh

kelompok non-muslim yang menduduki wilayah komunitas muslim,

meskipun ummat isam di wilayah itu secara jumlah tergolong mayoritas.

Dalam rentangan waktu yang lama karena pengaruh penduduk oleh

komunitas non-Muslimtersebut, komunitas muslim yang tadinya secara

jumlah mayoritas, berubah menjadi minoritas karena pengusiran secara

besar-besaran oleh komunitas non-Muslim. Di sisi lain terjadi gelombang

imigrasi non-Muslim secara besar-besaran.

Kedua, ketika pemerintah muslim disuatu Negara tidak berlangsung

cukup lama, atau usaha menyebarkan islam tidak cukup efektif untuk

mengubah muslim menjadi mayoritas dalam jumlah di negeri-negeri yang

mereka kuasai. Berbagai kekuasaan politiknya tumbang dan ummat islam

mendapati dirinya turun status dari mayoritas menjadi minoritas dalam

negerinya sendiri seperti India dan Balkan.

74

Salah Sultan, Methodologi cal Regulations For the Fiqh of Muslim Minorities,

t.k.p., t.t.

Page 50: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

41

Ketiga, minoritas muslim terjadi ketika non-Muslim di lingkungan non-

Muslim pindah agama menjadi Muslim. Jika penduduk islam yang baru ini

menyadari akan pentingnya keyakinan isalam mereka dan memberikan

prioritas atas cirri-ciri lain dan mencapai solidaritas sesama karenamereka

memiliki keyakinan yang sama maka terbentuklah suatau minoritas

Muslim baru. Biasanya arus imigran dan muallaf menyatu untuk suatu

minoritas Muslim seperti kasus Srilangka. Di negeri ini ummat islam

merupakan penyatuan antara imigran Arab Selatan dan Muslim muallaf

Srilangka.75

75

M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa ini, h.6-7.

Page 51: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Untuk memudahkan peneliti melakukan penelitian ini maka yang

digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu jenis penelitian yang

berdasarkan keterangan atau penjelasan dari subyek atau responden

yang menjadi sumber data dalam penelitian.Penelitian kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkn data-data deskriptif, berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.76

Pengertian lain juga menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu

jenis penelitian yang hasil temuannya, tidak diperoleh melalui posedur

statistik atau bentuk hitungan lainnya.

Jadi penelitian deskriptif kualitatif adalah menggambarkan atau

memaparkan, mengkaji dan menghubungkan data yang diperoleh baik

melalui cara pemahaman terhadap data, dan tulisan guna memperoleh

sebuah kejelasan dari permasalahan yang diteliti, untuk diungkapkan

dalam sebuah penjelasan.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Gintu Kecamatan Lore

Selatan, Kabupaten Poso, Provensi Sulawesi Tengah.

C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian

Yang

menjadifokuspenelitianiniadalahproblematikaataupermasalahandakwah

yang dirasakanparada’idantokoh agama di desaGintuKecamatan Lore

76

Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2001), h. 3.

42

Page 52: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

43

Selatan KabupatenPosodilihatdarisegiobjek, materi, metode, dan media

dakwah yang adadanusaha-usaha yang dilakukanparada’idantokoh

agama di desatersebutdalammengatasiproblematikadakwahnya.

D. Sumber dan Jenis Data

Metode ini peneliti menggunakan sumber data yang berasal dari

informan atau orang yang mengetahui dan dapat memberikan informasi

yang dibutuhkan dalam penelitian ini dan benar-benar paham akan

permasalaan yang ingin diteliti di lapangan.

Adapun yang akan menjadi sumber data atau informandalam

pengumpulan data penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:

a. Sumber Data Primer/ Informan Primer

InformanPrimeradalahseorang yang dianggap paling

tahuataulebihtahutentangfokuspenelitianini.Sehinggamerekadijadikani

nforman yang utamaatau primer dalammengumpulkan data, adapun

yang menjadiinformanutama yang

dalampenelitianiniadalahparada’idantokoh agama yang mengkordinasi

(menguasai) kegiatandakwah yang ada di desaGintuKecamatan Lore

Selatan KabupatenPoso.

a. Sumber Data Pelengkap / InformanPelengkap

Informanpelengkapadalah orang-orang yang

diharapkandapatmemberikaninformasitentangfokuspenelitiangunamel

engkapiinformasidariinformankunci.

Page 53: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

44

E. MetodePengumpulan Dan Analisis Data

1. MetodePengumpulan Data

Metodepengumpulan data adalahcaraatauteknik yang

dipergunakandalammendapatkandanmengumpulkan data

dalampenelitianyaitumetodeobservasi, metode interview

danmetodedokumentasi.

a. Metode Wawancara/ interview

Iterviewatauwawancaraadalahsebuah dialog yang

dilakukanolehpewawancarauntukmemperolehinformasidariwawancara.77M

etode interview dalampengumpulan data

padapenelitianinidilakukankepadainforman primer atauutamayaituparada’i

yang dapatmemberikaninformasitentangfukuspenelitian.Untukmenjaga

agar interview initerarahpadatujuanmakadalammemperoleh data

diperlukaninterwiewbebasterpimpin, dalamartipertanyaan yang

diajukansudahdipersiapkansecaralengkap.

Interview iniditujukankepadaparada’idantokoh agama untukmengetahui

persoalan-persoalanapasaja yang dihadapiparada’i di

desaGintudarisegiobjek, materi, metode, danmediadakwah di

desatersebut.

Sedangkanmetodeinidigunakanuntukdapatmengetahuiusaha-usaha yang

dilakukanolehda’idalammenyelesaikanpersoalandakwahdarisegiobjek,

materi, metodedan media

dakwah.Selainitujugadariinformansekundersebagaipelengkapdanpenjelas.

7777

Lexy J. Moeloeng, MetodologiPenelitianKwalitatif. h.7

Page 54: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

45

b. MetodePengamatan/ Observasi

Observasidapatdiartikansebagaipengamatandanpencatatandengansist

ematikterhadapfenomena-fenomena yang diteliti.78Adapunteknikataucara

yang

akandigunakandalampenelitianiniadalahawalnyapenelitimengamatikegiata

ndakwah yang ada di desaGintuKecamatan Lore Selatan KabupatenPoso,

danmembuatcatatan-catatanpadamasalah yang akandiamati.

Metodeinibergunauntukmengetahuisituasidankondisi yang ada.

c. MetodeDokumentasi

Metodedokumentasiadalahmetodepengumpulan data

denganmenyelidikibenda-bendatertulissepertibuku, majalahdokumen,

peraturan-peraturan, notulenrapat,

catatanhariandansebagainya.79Metodeiniuntukmemperolehdataatauinform

asitentangjumlahda’i, saranadanprasarana, sertauntukmengungkapkan

data-data yang telahditentukandalam interview

untukmenghindarikemungkinan-kemungkinanketidaksesuaianinformasi.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang di pilih dan di

gunakan oleh peneliti dalam kegiatan meneliti yakni mengumpulkan data

agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah.

78

Koentjaraningrsat,Metode-metodePenelitianMasyarakat(Cet. XI; Jakarta: Gramedia 1991), h.91.

79SuharsiniArikunto, ProsedurPenelitianSuatuPengentar (Jakarta: BinaAksara

1989), h.91.

Page 55: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

46

Adapun wujud dari instrumen penelitian yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data-data yaitu:

a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap kondisi

di lapangan, berkaitan dengan problematika dakwah dan fakta-fakta

empiris yang dapat diobservasi kaitannya dengan permasalahan

yang diteliti.

b. Interview, melakukan wawancara secara strukur dengan para

responden dan informan dengan dibantu alat- alat tulis dan alat

rekaman (audio HP). Dalam hal ini mewawancarai para da’i, tokoh

agama, dan masyarakat. Agar wawancara terarah, terfokus dan

sesuai dengan tujuan penelitian, maka kegiatan wawancara disertai

dengan pedoman wawancara yang sudah disiapkan.

c. Dokumen, yaitu mempelajari dan menggali data yang ada. Data

yang digali terutama terkait dengan problematika dakwah dan sejarah

terjadinya minoritas muslim.

3. MetodeAnalisis Data

Penelitianinimerupakanpenelitiankualitatif, makatehnikanalisa yang

digunakanadalahdeskriktifkualitatif, yaitusuatupenelitian yang

menghasilkan data deskriptifberupa kata-kata tertulisataulisandari orang-

orang danperilaku yang

dapatdiamati.80Untukmenggambarkansecaratepatsifatataukeadaan,

gejalaindividuataukelompoktertentu.Jadiuntukmenganalisis data

dipergunakananalisa data dandeskriptifkualitatif, yaitu data-data yang

80

Lexi J. Moleong, MetodologiPenelitianKualitatif(Cet. V; Bandung: PT RemajaRosdakarya 1994), h.3

Page 56: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

47

berhasildikumpulkan, diklarisifikasikan, didiskripsikan,

diinterpretasikandalambentuk kata-kata.

Langkah-langkahanalisa data dalampenelitianiniadalah data-data yang

berhasildikumpulkandiklarifikasikan, kemudian data dideskripsikan,

yaitupenelitimenjabarkanhasilobserfasi, wawancara,

dandokumentasidenganbahasadanredaksidalambentuktulisan.Selanjutnya

penelitimengiterpretasikannyayaitumenafsirkan data-data yang

telahterkumpulsesuaidenganbahasapenelitiberdasarkan data yang

penulisperoleh dari fokus yang diteliti.

Page 57: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

48

BAB IV

DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Gintu

1. Sejarah Desa Gintu

Desa Gintu terletak di kecamatan Lore Selatan Kabupaten Poso

Sulawesi Tengah, Pemukiman ini berada di lembah Bada. Bagi orang-

orang yang tinggal di lembah Bada dikenal sebagai masyarakat adat poto

tobada tampo bada, tak ada satupun alasan yang jelas yang didapati

tetapi dari analisa historis dikehidupan masyarakat adat desa gintu,

menurut cerita orang terdahulu asal-usul mereka dari wilayah rampi atau

desa rampi Sulawesi selatan. Nenek moyang mereka datang dan berburu

ke wilayah lembah bada dan pada saat itu mereka melihat kesuburan

lahan atau tanah yang masi kosong dan pada akhirnya mereka langsung

pulang ke rampi untuk menjemput anak dan istri serta keluarga dan pada

saat itu mereka mendatangi lembah bada beserta rombongan dan di

sanalah mereka bercocok tanam serta tinggal atau mendiami tempat

tersebut.

Suku bada pada masa lalu menganut aliran kepercayaan animisme

dan hidup dengan cara-cara tradisional dan primitif. Pada masa lalu, suku

bada memiliki sebuah tempat penyembahan berhala yaitu Watu

Palindo,yang berarti Batu Penghibur. Watu Palindo ini adalah sebuah

peninggalan dari zaman Megalitik setinggi 3 meter, yang diperkirakan

telah berumur ribuan tahun. Mereka melakukan upacara animisme

Hualaik, membawa sajian-sajian berupa nasi pulut putih dan telur ayam

kampung untuk dipersembahkan pada dewa-dewa. Selain Watu Palindo

terdapat juga beberapa peninggalan zaman purba suku bada lainnya,

48

Page 58: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

49

yaitu patung-patung batu yang berupa patung monyet, patung babi,

patung kerbau dan patung-patung batu lainnya yang kebanyakannya

menghadap ke Watu Palindo.

Masyarakat suku bada pada saat ini mayoritas memeluk agama

Kristen, terlihat dari gereja suku, yaitu Gereja Kristen Sulawesi Tengan

(GKST).

Suku Bada juga memiliki beberapa jenis rumah tradisional/adat yang

terbuat dari tiang dan dinding bambu, dan beratap ijuk. Setiap desa yang

berada di lembah bada ini masing-masing memiliki rumah adat yang

sama, tidak terkecuali desa gintu yang merupakan kota kecamatan dari

Lore Selatan.

Rumah-rumah suku bada adalah:

a) Duhunga (baruga) adalah rumah adat yang digunakan untuk berbagai

acara adat, seperti festival, upacara atau pesta modulu-dulu (makan

bersama/makan sedaun).

b) Tambiadalah nama yang digunakan untuk rumah tradisianal tempat

tinggal suku bada.

c) Buhoadalah rumah yang digunakan sebagai lumbung padi, atau tempat

penyimpanan hasi pertanian yang lainnya.

Beberapaciri khas lain suku bada:

a. Pakaian adat dan perlengkapan perempuan:

1) Pohea sebagai pengikat kepala

2) Hiora sebagai hiasan kepala yang terbuat dari kalide dan bulu-bulu

ayam yang sudah diwarnai

3) Awolo sebagai kalung

Page 59: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

50

4) Kaewa adalah baju adat yang disulam dari benang emas

5) Wini adalah rok yang berasal dari sarung donggala atau rok yang

terbuat dari kulit kayu.

b. Pakaian adat dan perlengkapan laki-laki

1) Siga sebagai ikat kepala untuk laki-laki, baju dan celana yang sudah

dirancang sedemikian rupa.

2) Piho atau parang yang diselipkan dipinggang.

3) Pahua semacam sarung, modelnya hingga sepanjang sarung.

2. Letak Geografis Desa Gintu

Desa Gintu terletak pada posisi tengah lembah Bada atau

Kecamatan Lore Selatan dengan beragam suku, etnis, ras masyarakat

dikarenakan adanya sebagian kecil masyarakat pendatang dari daerah

lain, dengan pola kehidupan penuh kebersamaan dan kedamaian dan

masih perlu adanya peningkatan taraf kehidupan demi kesejahteraan

masyarakat melalui pembangunan di segala bidang. memiliki luas wilayah

yang cukup besar, serta daerah administratif

Secara geografis Desa Gintu merupakan salah satu Desa di

Kecamatan Lore Selatan yang merupakan ibu kota kecamatan.. Dengan

jumlah penduduk Desa Gintu sebanyak 1442Jiwa. Desa Gintu

merupakan salah satu Desa dari 8 (Delapan) Desa yang ada di

kecamatan Lore Selatan Kabupaten Poso, Desa Gintu berada pada

ketinggian ± 165 dpl (longitut 6,70543 ºE dan etitut 106,70543 ºE) dan

curah hujan ± 200 mm, rata-rata suhu udara 28º - 32º celcius. Bentuk

wilayah datar, Desa Gintu terletak di tengah-tengah Kecamatan Lore

Selatan.

Page 60: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

51

Batas-batas wilayah desa Gitu:

Sebelah Utara :Kecamatan Lore Barat

Sebelah Timur : Desa Bewa Kec. Lore Selatan

Sebelah Selatan : Desa Runde Kec. Lore Selatan

Sebelah Barat : -

3. Demografi Desa Gintu

a. Keadaan Penduduk

Berdasarkan pemutahiran data pada bulan September 2016 jumlah

penduduk Desa Gintu terdiri dari 1442 Jiwa degan rincian sebagai

beriukut:

Tabel 1

Jumlah Penduduk Desa Gintu Menurut Agama

No Agama Jumlah

1. Islam 63 orang

2. Kristen 1375

3. Katolik 2 orang

4. Hindu 2 orang

5. Budha -

Demografi Desa Gintu Tahun 2016

Tabel 1 menggambarkan bahwa sebagian besar masyarakat Desa

Gintu Lore Selatan Kabupaten Poso memeluk agama Kristen. Kenyataan

ini dapat dilihat dari jumlah masyarakat yang memeluk agama Kristen

yang berjumlah Protestan 1,375 orang dan katholik 2 orang dan jumlah

keseluruhan agama Kristen di Desa Gintu sebanyak 1,377 orang,

Page 61: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

52

sedangkan penduduk Desa Gintu yang beragama Islam berjumlah 63

orang, penduduk yang beragama Hindu berjumlah 2 orang.

b. Keadaan Sosial

1. Kesehatan :

a) Derajat Kesehatan, untuk angka kematian bayi dan ibu relatif

kecil, dikarenakankader Posyandu, bidan dan dokter serta tenaga

kesehatan secara rutinsetiap bulan melakukan

kunjungan/pengobatan dan selalu proaktif danpeduli terhadap

masalah kesehatan warga.

b) Puskesmas dan Sarana Kesehatan Lainnya, desa Gintu memiliki

1 Puskesmas yang sangat membantu kesehatan masyarakat dan

melayani masyarakat, demi meningkatkan kesehatan masyarakat

di Kecamatan Lore Selatan.

2. Pendidikan :

Tabel 2:

Jumlah Lembaga Pendidikan di Desa Gintu

No Jenis Lembaga Pendidikan Jumlah

1 Pendidikan Anak Usia Dini 2 buah

2 Sekolah Dasar 2 buah

3 Sekolah Menengah Pertama 1 buah

4 Sekolah Manengah Atas 1 buah

Sumber : Demografi Desa Gintu 2016

Tabel 2 diatas menunjukkan kepada kita tentang adanya partisipasi

masyarakat Desa Gintu dalam membangun atau mencetak generasi yang

berpendidikan untuk masa yang akan datang. Hal ini bisa dibuktikan

Page 62: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

53

dengan pendirian sarana pendidikan yang didirikan mulai dari tingkat

Taman kanak- kanak hingga Sekolah Menengah Atas. Desa Gintu

memiliki 2 buah lembga pendidikan setingkat Taman Kanak-kanak, 2

lembaga pendidikan Sekolah Dasar, 1 lembaga pendidikan Sekolah

Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas.

3. Sarana Ibadah

Tabel 3 :

Jumlah Tempat Ibadah Desa Gintu

No Agama Jumlah

1 Gereja 3 buah

2 Masjid 1 buah

3 Mushollah -

Sumber : Demografi Desa Gintu 2017

Tabel 3 menggambarkan jumlah fasilitas tempat ibadah yang

dibangun untuk memenuhi kebutuhan rohani bagi masyarakat Desa Gintu

Kecamatan Lore Selatan Kabupaten Poso. Keberadaan tempat ibadah

dengan jumlah yang cukup memadai di Desa Gintu ini tentunya sangat

mendukung setiap ummat beragama dalam menjalankan ibadah mereka

masing-masing baik dari kalangan Kristen maupun yang beragama islam.

4. Aksesibilitas (Komunikasi Dan Transportasi)

Komunikasi yang di gunakan oleh masyarakat desa gintu masih

tradisional yaitu dengan cara saling panggil memanggil secara individu

(mengundang pesta) dan sebagian dari masyarakat gintu telah dapat

menggunakan handphone dan internet.

Page 63: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

54

Sedangkan pada transportasi yang digunakan ialah berupa sepedad,

sepeda motor, mini buss, truk dan teknologi pertanian yang sudah

modern.

B. Kegiatan Dakwah di Desa Gintu

1. Majlis Taklim Al- Maidah Desa Gintu

Sejarah berdirinya majlis taklim al- Maidah Desa Gintu kecamatan

Lore Selatan kabupaten Poso yaitu berawal dari melihat kondisi

masyarakat di Desa Gintu belum begitu belum mengenal banyak ajaran

agama karena kebanyakan dari mereka adalah muallaf, dan juga kondisi

lingkungang yaitu mereka bertempat tinggal di daerah mayoritas Kristen,

yang dapat mempengaruhi keyakinan mereka baik secara langsung

maupun tidak langsung, atas dasar itu sebagian masyarakat dan

beberapa orang ustadz dan juga dihadiri oleh Kepala Kantor Urusan

Agama Kecamatan Lore Selatan mengadakan pertemuan untuk

membicarakan tentang pembentukan majlis taklim sebagai tempat mereka

mempelajari agama dan belajar membaca al-Quran. Maka pada tahun

2006 dibentuklah perkumpulan pengajian yang dinamakan Majlis Taklim

Al-Maidah. Adapun waktu dan tempat pelaksanaannya majlis taklim ini,

dijadwal pada jumat sore sampai magrib dan bertempat dirumah

wargasecara bergiliran karena majlis ini dirangkaikan dengan arisan.

Adapun agenda atau program kegiatan Majlis taklim Al-Maidah Desa

Gintu yang dilakukan setiap hari jumat adalah sebagai berikut:

a. Baca Al-Quran

Kegiatan ini dilakukan diawal-awal pertemuan dan pelaksanaannya

dilakukan secara bergilir, untuk memudahkan perbaikan bacaan.

Page 64: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

55

b. Perbaikan tajwid

Setelah semua mendapat giliran membaca Al-Quran selanjutnya

perbaikan bacaan yang disampaikan oleh ustadz yang memmbimbing

mereka.

c. Ceramah

Setelah ustadz memperbaiki bacaan para jamaah, maka

dipersilahkan kepada pembimbing untuk menyampaikan ceramah agama

yang berdurasi 20-30 menit.

d. Arisan

Setelah kegiatan keagamaan sudah selesai dilanjutkan dengan

arisan, kegiatan ini sebagai daya tarik agar mereka hadir dan

mendengarkan dakwah.

2. Pengajian Bapak-bapak (Yasinan)

Kegiatan ini dilakukan pada kamis malam, selain untuk

mendapatkan pahala dari bacaan, kegiatan ini untuk mempersatukan

warga muslim dan sebagai sarana silaturahim, karena warga muslim

khususnya para kaum adam disiang hari disibukkan dengan sawah dan

kebun mereka, maka pengajian ini sangat baik untuk mempersatukan

ummat dan tempat belajar agama.

3. TPA (Taman Pendidikan al-Quran)

Taman Pendidikan al-Quran al-Akbar Desa gintu awalnya dibentuk

bersamaan dengan pembentukan majlis taklim al-Maidah pada tahun

2006, dan TPA ini bertempat di masjid al-Maidah Desa Gintu. Dalam

pembelajarannya juga mereka hanya menggunakan fasilitas seadanya.

Tempat Pendidikan al-Quran ini dibentuk sebagai tempat belajar agama,

Page 65: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

56

baca al-Quran dan praktek keagamaan lainnya bagi anak-anak dan

remaja.

C. Problematika Dakwah

Problematika dakwah yang dihadapi oleh para da’i dan ustadz di Desa

Gintu Kecamatan Lore Selatan Kabupaten Poso adalah

1. Problematika dari subjek dakwah (da’i)

Persoalan yang dirasakan para da’i di desa ini adalah kurangnya

tenaga da’i dan ustadz yang ada, kurangnya tenaga da’i atau ustadz ini

terjadi pada kegiatan pengajian remaja masjid dan pengajar TPA, salah

seorang dari tokoh agama menuturka bahwa: “TPA di desa gintu sudah lama dibentuk, tp disayangkan tidak berjalan dengan lancar karena hanya sekali dalam sepekan karena tidak ada yang mengajar selain saya, dan saya cuman bisa meluangkan waktu untuk mengajar di TPA pada hari sabtu sore”.81

masalah kedua para da’i juga merasakan bahwa komunikasi antara da’i

yang satu dengan yang lainnya belum terorganisir, sehingga terjadinya

penyampain materi yang berulang-ulang oleh da’i yang berbeda pada

jamaah yang sama. Salah seorang jamaah pengajian mengatakan bahwa: “kami sering mendapatkan materi yang berulang baik dari pemateri yang sama maupun pemateri yang berbeda dalam waktu yang dekat”.82

Berdasarkan hasil wawancara kepada Kepala Kantor Urusan

Agama yang dilakukan pada tanggal 10/07/2017 sebagai berikut: “Kami masyarakat muslim yang tinggal di Lembah Bada ini sangat kekurangan tenaga pendidikbaik untuk di sekolah-sekolah maupun dalam masyarakat, sehingga masih banyank anak-anak kita yang tidak paham agamanya atau kurang mengetahui agama islam itu sendiri, dan ada sebagian masyarakat kita yang prihatin dengan mereka tapi hanya mampu mengajar dari apa yang dia tahu saja walaupun sedikit”.83

81

Fita (27 thn) Hasil Wawancara Pada Tanggal 01/07/2017 82

Sarifa (60 thn) Hasil wawancara Pada Tanggal 01/07/2017 83

Hamid (40thn) Hasil Wawancara Pada Tanggal 10/07/2017

Page 66: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

57

Masalah ketiga yang dirasakan para da’i adalah sebagian dari mereka

adalah kurangnya pengetahuan tentang ilmu-ilmu agama islam sehingga

pertanyaan dan kebutuhan agama untuk masyarakat masih banyak yang

belum terjawab sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang dari

tokoh agama sebagai berikut: “Saya hanya lulsan SMA dan saya merasa prihatin terhadap anak-anak muslim di sini, saya hanya menyampaikan dan mengajarkan apa yang saya ketahui, karna kalau bukan kami siapa lagi yang akan membimbing mereka”.84

Masalah keempat yang dirasakan oleh da’i adalah sebagian da’i

merasa kurang begitu percaya diri dikarenakan pendidikan yang pada

tinggkat SMU atau tidak berlatar pendidikan agama islam sehingga

membuat mereka (da’i) belum begitu banyak memperoleh ilmu-ilmu

agama Islam.

Permasalahan yang kelima adalah rendahnya tingkat

perekonomian da’i untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,

sehingga sebagian besar waktu digunakan untuk mencari nafkah untuk

kebutuhan sehari-hari yang menjadikannya tidak fokus terhadap dakwah

ini. “Saya hanya mampu meluangkan sedikit waktu untuk mengajar mengaji untuk anak-anak muslim disini dikarenakan kesibukam mencari nafkah”.85

2. Problematika Dari Segi Objek Dakwah

Problematika dilihat dari segi objek dakwah adalah keberagaman

golongan objek dakwah sehingga menyebabkan para da’i harus bisa

menggunakan bahasa yang bisa dimengerti oleh semua golongan

masyarakat, hal ini sebagaimana penuturan seorang yang da’i sebagai

berikut:

84

Ilham (38 thn) Hasil Wawancara pada tanggal 10/08/2017 85

Ilham (38 thn) Hasil Wawancara Pada Tanggal 10/08/2017

Page 67: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

58

“Di daerah ini terdapat banyak suku, karena banyak pendatang dari luar sana, ada suku bugis, suku jawa, dan suku asli daerah ini yaitu suku bada, sehingga saya harus menggunakan bahasa yang bisa dimengerti oleh semua kalangan, terlebih lagi suku asli daerah ini yang memiliki bahasa yang masih sangat kental yang digunakan baik yang kecil maupun yang dewasa”.86

Masalah lainnya yaitu tentang tradisi nenek moyang yang masih

dilaksanakan oleh sebagaian masyarakat. Serta pandangan materialis

duniawi yang menyebabkan sebagian masyarakat, khususnya remaja

hanya mengejar kehidupan dunia dan mengesampingkan bekal untuk

kehidupan di akherat kelak. Dari problematika yang berkaitan dengan

objek dakwah ada beberapa hal yang sangat mempengaruhi keagamaan

daerah setempat yaitu:

a. Lingkungan minoritas muslim

Lembah bada merupakan daerah yang dihuni oleh masyarakat

mayoritas kristen, adapun masyarakat muslim tidak lebih dari 5%. Dengan

keadaaan seperti ini tentunya pengaruh dari lingkungan sekitar sangat

mempengaruhi kehidupan masyarakat muslim, mempengaruhi ahlak

anak-anak muslim, mempengaruhipola berfikir dan yang lebih besar lagi

pengaruhnya adalah pengaruh terhadap agama, contoh kasus dalam hal

ini telah terjadi beberapa pernikahan beda agama antara muslim dan non

muslim, dan mempelai muslim brpindah agama atau murtad dari islam, hal

ini disebabkan kedangkalan aqidah, kurangnya ilmu tentang agama islam,

besarnya pengaruh lingkungan dan pergaulan.basarkan pengamatan

penulis bahwa kebanyakan masyarakat muslim di lembah bada terkhusus

di dea gintu, selain dangkalnya aqidah dan besarnya pengaruh

lingkungan, orang-orag nasrani sangat berhasrat untuk menarik

masyarakat muslim untuk masuk ke agama mereka , walaupum

86

Ilham, (38 thn), Hasil Wawancara Pada Tanggal 10/08/2017

Page 68: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

59

menempuh jalan yang sangat tidak baik, yaitu dengan cara melakukan

pendekatan dengan wanita muslimah, dan menjadikannya sebagai

kekasih, dan menghamilinya, dan pada akhirnya dibujuk untuk masuk

kristen, walaupun tidak semua kasus tentang pemurtadan terjadi dengan

cara demikian. Beberapa poin yang kami sebutkan diperkuat dengan

perkataan dari salah seorang yang ditokohkan dari masyarakat muslim

yaitu sebagai berikut:

“bada adalah daerah minoritas dan terpencil, dan kuatnya pengaruh lingkungan, pergaulan dengan orang kristen sehingga menjauhkan sebagian besar dari anak-anak muslim dari mempelajari agama mereka, dan membuat hidup mereka hanya mengejar dunia semata”.87

Hal yang sama dituturkan oleh beberapa orang yang kami temui

dalam silaturahim di rumah-rumah muslim dan berbincang-bincang

mengenai pengaruh lingkungan dan bahayanya terhadap agama.

b. Toleransi yang berlebihan

Isalam adalah agama yang sempura, islam sudah menyediakan

seperangkat aturan dan petunjuk dalam menjalani kehidupan ini agar

selamat baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam kehidupan bermasyarakat tentunya seorang muslim tidak

hanya hidup hanya hidup di tengah-tengah sesama kaum muslimin. Di

tengah-tengah kita juga ada kaum kafir yang hidup bersama-sama dengan

kita, ataukah sebagian muslim hidup di tengah-tengah kerumunan

masyarakat non muslim, yang mengharuskan adanya muamalah dengan

mereka.

87

Dahlan (35 thn), Hasil Wawancara Pada Tanggal 07/08/2017

Page 69: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

60

Di daerah ini yaitu lembah bada khususnya di desa gintu dan

sekitarnya telah penulis saksikan terjadinya toleransi yang berlebihan atau

sudah melampaui batas, salah satu contohnya yaitu adanya acara ibadah

orang-orang kristen di orang muslim yang pada saat itu tertimpa duka

dengan maninggalnya salah seorang dari kaum muslimin , mereka

beralasan bahwa keluarga yang meninggal adalah bagian bagian dari

keluarga mereka dan mereka berhak untuk mendoakannya, dan mereka

meminta untuk melakukan ritual ibadah di rumah duka tersebut, dengan

senang hati sebagian kaum muslimin atau keluarga duka mengizinkannya,

sehingga ritual ibadah kristen yang tak terlepas dari nyayian dal lagu pun

terdengar di rumah duka dan di susul dengan khutbah dari pendeta,

selang beberapa menit setelah adanya ibadah kristen dilanjutkan dengan

tahlilan atau yasinan di rumah tersebut.

Dan telah sampai berita tentang kejadian tersebut kepada kepala

kantor urusan agama dan beliau berkata:

“saya sangat kecewa dengan kejadian ini, seharusnya ini tidak boleh

terjadi, ini adalah toleransi yang kebablasan, padahal permasalahan yang

seperti ini sudah kami jelaskan kepada masyarakat tentang tidak bolehnya

ada acara ibadah mereka di rumah duku yang muslim. Boleh mereka

mendoakan karena mereka adalah keluarganya tetapi dengan syarat

mereka adakan acara ritual ibadah di rumah mereka bukan di rumah

dukayang muslim”.88

88

Hamid (40 thn) Hasil Wawancara Pada Tanggal 24/10/2017

Page 70: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

61

Selain masalah di atas,problematika dari segi objek dakwah adalah

banyak para jamaah pengajian rutin ibu-ibu yang masih kesulitan atau

belum bisa membaca al-Quran di sebabkan mereka kebanyakan muallaf.

3. Problematika dari metode dakwah

Problematika yang dirasakan da’i dari segi metode dakwah adalah da’i

merasa kurang menguasai metode-metode dakwah sehingga seringkali

hanya menggunakan metode ceramah yang cenderung membuat jamaah

menjadi jenuh dan pasif. Selain itu masalah yang timbul dalam hal metode

dakwah adalah terjadinya ketidakselarasan antara materi dakwah dengan

metode yang digunakan. Sebagai mana yang dijelaskan oleh seorang

tokoh agama dalam wawancara sebagai berikut: “Saya selaku khatib di sini tidak mengetahui banyak tentang metode dakwah, metode penyampaian ketika khutbah jumat atau ceramah, saya haya membaca teks atau buku khutbah”.89

4. Problematika Materi Dakwah

Berdasarkan pengamatan kami setelah tinggal beberapa lamadengan

masyarakat muslim di lembah bada, khususnya di desa gintu kami

menemukan bahwa problematika yang dirasakan da’i pada materi dakwah

adalah tidak sinkronnya antara kebutuhan jamaah dengan materi yang

disampaikan da’i. Persoalan yang kedua adalah materi yang disampaikan

terkesan monoton sehingga jamaah merasa jenuh, hal ini disebabkan oleh

karena tidak adanya koordinasi antar da’i dalam menyampaikan materi

dakwah atau bisa juga dikarenakan kurangnya penguasaan da’i dari

materi yang disampaikan.

Masalah yang lainnya adalah sebagian da’i merasakan kesulitan untuk

menghubungkan dakwah islam dengan realita kehidupan masyarakat.

89

Ilham, (38 thn), Hasil Wawancara Pada Tanggal 10/08/2017

Page 71: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

62

5. Problematika Media Dakwah

Problematika dalam hal metode dakwah adalah media yang tersedia di

masjid al-Maidah desa Gintu yang merupakan pusat dakwah masih sangat

minim. Hal ini sangat terlihat pada kegiatan pengajaran TPA dimana alat-

alat tulis seperti, meja, bangku, alat penghapus dan spidol sangat kurang,

bahklan sampai kehabisan, dan juga buku-buku di tempat ini sangat

minim.

D. Upaya pemecahan problematika dakwah islam oleh dai di

Kecamatan Lore Selatan terkhusus di Desa Gintu

1. Upaya dari segi objek dakwah

Setelah adanya laporan-laporan dari beberapa jamaah dan keluhan para

tokoh agama kepada Kepala Kantor Urusan Agama selaku penanggung

jawab terhadap perkembangan keagamaan di kecamatan Lore Selatan

dan Lore Barat, maka para tokoh agama islam dan da’i dikumpulkan untuk

mecari solusi dari problematika yang ada, dari hasil pertemuan tersebut

adalah adanya upaya-upaya sebagai berikut:

Untuk mengatasi masalah kurangnya jumlah da’i diupayakan dengan

mendatangkan tenaga da’i profesioanal dari luar linkungan, seperti

bekerja sama dengan AMCF yang setiap tahunnya mengirim da’i-da’i

sampai kepelosok yang sangat sulit dijangkau, hal ini disampaikan oleh

kepala kantor urusan agama dalam wawancara sebagai berikut: “Kami menghimbau para tokoh agama untuk sering-sering berdiskusi dan mencari jalan keluar bagi masalah-masalah yang ada di tempat ini,dan kami telah memohon bantuan kepada salah satu yayasan di Indonesia (AMCF), kami bertemu langsung dengan dengan koordinator da’i untuk daerah Poso, ustadz Gunawan, kami memohon untuk mendatangkan da’i di daerah kami, dan alhamdulillah permintaan kami sudah dipenuhi, dan kami berharap ini akan terus ada”.90

90

Hamid (40 thn) Hasil Wawancara Pada Tanggal 10/07/2017

Page 72: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

63

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi problematika yang dirasakan

da’i dan tokoh agama (subjek dakwah) adalah membentuk forum

silaturahmi interen da’i di tempat tersebut sehingga terjadi saling mengisi

antar da’i.

Dari hasil pertemuan tersebut juga didapati upaya pemecahan

problematika dari kurangnya pemahaman tentang agama maka

disepakasi adanya seminar-seminar atau pelatihan-pelatihan yang akan

diadakan di kantor urusan agama bersama para tokoh agama dan

pemateri yang akan diundang dari departemen agama kabupaten poso.

Sebagaimana penuturan kepala kantor urusan agama bahwa: “Kami adakan pelatihan-pelatihan untuk tokoh-tokoh agama islam di kecamatan ini sebagai solusi dari permasalahan yang ada, agar mereka terbiasa dan tidak kaku dan memiliki ilmu yang memadai”.91

2. Upaya dari segi objek dakwah

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi problematika dari segi objek

dakwah adalah dengan cara menghimbau pada masyarakat muslim untuk

tetap tidak melupakan ajaran agama dalam menjalani kehidupan sehari-

hari. Selain itu untuk mengatasi kurangnya minat para remaja dalam

menikuti kegiatan keagamaan para da’i mencoba mengatasinya dengan

mengadakan kegiatan pengajian khusus untuk remaja, pengajian rutin

untuk muslimah tiap pekan.

Untuk mengatasi persoalan keberagaman golongan dalam masyarakat

para da’i mengupayakan untuk menggunakan bahasa yang bisa diterima

dan dipahami oleh semua kalangan. Para da’i juga mengadakan pelatihan

membaca al-Quran karena sebagian dari jamaah belum bisa membaca al-

Quran tanpa bantuan tekstual kedalam bahasa Indonesia.

91

Hamid (40 thn) Hasil Wawancara Pada Tanggal 10/07/2017

Page 73: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

64

Selain itu, untuk mengatasi problematika dari segi objek dakwah yang

bertempat di daerah minoritas muslim yang mendapatkan banyak

pengaruh akibat interaksi kepada masyarakat yang mayoritas kristen, agar

tidak ada kesalah pahaman anatara ajaran muslim dengan kristen,

departemen agama bekerja sama dengan tokoh agama muslim di desa

gintu untuk melakukan kegiatan tiap tahunnya yang disebut dengan FKUB

(Forum Kerukunan Umamat Beragama) untuk mendiskusikan kepada

pemuka agama baik yang kristen maupun yang islam tentang hal-hal yang

boleh dan yang tidak boleh dilakukan seorang muslim, sehingga kaum

mayoritas bisa memahami hal-hal yang diperbolehkan agama islam dalam

berinteraksi atau bermuamalah.

3. Upaya dari segi metode dakwah

Para da’i yang hanya menggunakan metode ceramah dalam

menyampaikan pesan dakwah mengakibatkan kejenuhan para jamaah

maka para da’i berusaha untuk mampu memberikan stimulus dan para

jamaah memberikan respon sehingga ada hubungan timbal balik antara

da’i dengan jamaah. Selain itu dalam menyampaikan materi pengajian

para da’i mengusahakan untuk menyelipkan humor-humor yang wajar

dengan tetap menjaga kejujuran dan wibawa agar para jamaah tidak

tegang. Hal ini diterapkan pada pengajian jumat sore.

4. Upaya dari segi materi dakwah

Untuk mengatasi problematika dari segi materi dakwah para da’i

mengusahakan untuk menyesuaikan materi dakwah dengan situsi dan

kondisi masyarakat. Disamping itu para dai berusaha untuk banyak

membaca buku-buku keagamaan dan ilmu-ilmu lainnya untuk menambah

materi dakwah agama islam.

Page 74: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

65

5. Upaya dari segi media dakwah

Upaya untuk menghadapi problematika dari segi media dakwah

adalah dengan mendatangkan alat-alat untuk melengkapi media yang ada

serta mencari donator-donatur tetap. Selain itu para da’i berusaha untuk

memaksimalakan media yang tersedia di masjid al-maidah desa gintu

sehingga aktifitas dakwah dapat berjalan dengan optimal.

Media dakwah di masjid al-Maidah sangat kurang, seperti terbatasnya

buku-buku agama, kurangnya bangku dan meja yang digunakan untuk

TPA, dan kurangnya alat-alat tulis lainnya, sehingga beberapa jamaah

menghimbau kepada jamaah yang lainnya untuk saling membantu

melengkapi media dakwah untuk digunakan sehingga memudahkan

dalam proses mengajar atau TPA dan taklim apabila bertepatan dilakukan

di masjid.

Page 75: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

66

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan laporan penelitian yang terdapat pada Bab III maka

penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat beberapa problematika

dakwah seperti problematika dari subjek dakwah yaitu kurangnya da’i

atau tenaga pengajar, komunikasi antar da’i yang tidak terorganisir,

kurangnya pengetahuan agama. Problematika dari segi objek dakwah

yaitu keberagaman suku yang menyebabkan para da’i harus

meneyesuaikan bahasa, masih kentalnya tradisi nenek moyang, objek

dakwah berada pada tempat yang minoritas muslim, adanya toleransi

yang berlebihan. Problematika dari metode dakwah yaitu para da’i kurang

menguasai metode-metode dalam berdakwah. Problematika dari materi

dakwah yaitu tidak singkronnya antara kebutuhan masyarakat dengan

materi yang dipaparkan. Problematika dari media dakwah yaitu kurangnya

media dakwah di desa ini terutama di masjid yang merupakan pusat

dakwah kaum muslimin desa gintu.

Adapun upaya pemecahan problematika dakwah dari segi objek

dakwah yaitu mendatangkan da’i profesional dari luar, membentuk forum

silaturahim interen antar da’i,mengadakan pelatihan-pelatihan. Upaya

pemecahan problematika dakwah dari segi objek dakwah yaitu da’i

menggunakan bahasa yang bisa dimengerti oleh semua kalangan,

mengadakan pengajian rutin, mengadakan pertemuan yaitu FKUB (forum

kerukunan ummat beragama). Upaya dari segi metode dakwah yaitu

memeberikan stimulus agar ada respon timbal balik. Upaya dari segi

66

Page 76: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

67

materi dakwah yaitu diberikan materi yang berkaitan dengan aqidah dan

kristologi sebagai penunjang untuk memperkuat argumen, dan

diadakannya seminar-seminar. Upaya pemecahan dari media dakwah

yaitu mencari donatur tetap untuk membantu kelengkapan media dakwah.

B. SARAN

Dari beberapa poin kesimpulan tersebut terdapat beberapa saran yang

perlu diutarakan demi pengembangan dakwah islam dan menyelesaikan

persoalan dalam kegiatan pelaksanaan dakwah tersebut:

1. Kepada para da’i hendaklah memeberikan motofasi atau dorongan

kepada seluruh mad’unya (objek dakwah) agar lebih giat dan memiliki

rasa kepemilikan akan keyakinannya dalam melaksanakan dakwah

islam sebagai pemicu semangat hidup.

2. Untuk para objek dakwah anak-anak remaja, bapak-bapak, dan ibu-

ibu atau kita semua (peserta pengajian) agar segera menyadari

bahwa kegiatan dakwah dan syiar islam adalah dalam rangka

meningkatkan kualitas iman dan takwa, adalah merupakan suatu yang

penting untuk mengantisipasi pengaruh-pengaruh yang dapat

menjerumuskan kita kedalam lembah kenistaan.

3. Bagi peneliti selanjutnya semoga skripsi yang sederhana ini dapat

menjadi acuan yang bermanfaat bagi penulis dan orang lain

(pembaca).

Page 77: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

68

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,Amrullah (Ed). Dakwah Islam dan Perubahan social, Yogyakarta: PLPAN,1978

Alawiah,Tuti.Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim Bandung:

Mizan, 1997 Al-Faruqi, Ismail R.,Menjelajah Atlas Dunia Islam, Bandung: 2000 al-Shabagh,Bassam,Mudzakkarah al-Da,wah wa al-Du’ah. t.k.p.: t.p., t.t. Ansharri,Hafi, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah Surabaya: Al-

Ikhlas, 1993 Arifin, M.,Ilmu Pendidikan Islam, cet. 1; Jakarta: Bumi Aksara 1991 Arikunto,Suharsini,ProsedurPenelitianSuatuPengentar, Jakarta:

BinaAksara 1989 Aziz,Moh. Ali,Ilmu Dakwah, cet. Ke-5; Jakarta: PT Fajar Interpratama

Mandiri, 2016 Bullons,Stephen,collins Build Learner’s Dictionary, London: Harper Collins

Publishers, 1996 Dahlan, Abdul Aziz,Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT Ichtiar

Baru Van Hoeve,2002 Darmawan,Andy dkk,Metodologi Ilmu Dakwah, Yogyakarta: LESFI, 2002 Depatemen Agama RI,Al-Quran dan Terjemahannya, Semarang: PT

Karya Toha Putra Semarang, 2002. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka 2005. Habib,M. Syafaat,Buku Pedoman Dakwah,Cet. I;Jakarta: Wijaya, 1992 Hadi,Sutrisno,MetodologiRiseach I,Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

1980

Harahap,Adnan.Da’wah Islam Teori dan Praktik,Yogyakarta: Sumbangsih Offset 1978.

68

Page 78: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

69

Helmy,Masdar.Problematika Da’wah Islam dan Pedoman Mubaliqh, Semarang: Toha Putra 1974.

Kettani,M., Ali Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, terj. Zarkowi

Soejoeti, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005 Koentjaraningrsat,Metode-metodePenelitianMasyarakat,Cet. XI; Jakarta:

Gramedia 1991 Kusnawan,Asep,dkk ,Komunikasi Penyiaran IslamBandung: Benang

Merah Press, 2004 Latief,H.M.S. Nasaruddin,Teori dan Praktik Dakwah Islamiah, Jakarta: PT.

Firma Dara, tt. Lilirweri,Alo,Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya

Masyarakat Multikultural Yogyakarta: LKiS, 2005 Muhammad,Jamal al-din ‘Athiyyah,Nahwa Taf’il Maqashid al-Syari’ah,

‘Amman: Al-Ma’had al-‘Alami li al-Fikr al-Islami,2001 Mawardi,Ahmad Imam,Fiqh Minoritas,Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2010 Ma’arif, Bambang Saiful,Komunikasi Dakwah Paradigma Untuk Aksi,

Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010 Mahfuz, Ali,Hidayat al- Mursyidin ila Thuruk al-Wa’ziwa al-Khitabah,

Beirut: Dar al- Ma’arif, tt. Majmu’ al-Lughah al-‘Arabiayah,1972, Marwan,Abu Ahmad.Yang Tegar di Jalan Da’wah, Yogyakarta: YP2SU

1994 Masy’ari,Anwar.Butir-Butir Problematika Da’wah Islamiyah, Surabaya: Bira

Ilmu 1993. Moeloeng, Lexy J.,MetodologiPenelitianKwalitatif, Bandung: Rodakarya,

1993 Moeleong,Lexi J.,MetodologiPenelitianKualitatifCet. V; Bandung: PT

RemajaRosdakarya 1994 Mubarok, Achmad,Psikologi Dakwah, Jakarta: Kencana ,2009

Page 79: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

70

Muchtar,Affandi,Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,2002

Natsir,Muhammad.Fiqhud Da’wah, Cet. IX; Jakarta: Media Da’wah 2000. Quraish Shihab,M. Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan 1993 Rozak,Nasruddin.Metodologi Da’wah, Semarang: Toha Putra 1979 Saputra,Wahidin,pengantar Ilmu Dakwah, cet. Ke-1; Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2011 Soesanto, Slamet,Soeleman Yusuf, Pengantar Pendidikan Sosial,

Surabaya: Usaha Nasional, 1981 Sukamto, Soerdjono,Kamus Sosiologi, Jakarta: Rajawali 1985. Sultan,Salah,Methodologi cal Regulations For the Fiqh of Muslim

Minorities, t.k.p., t.t. syamsul,Asep,Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam

Bandung;Remaja Rosdakarya, 2003 Syafa’at Habib,M.Buku Pedoman Da’wah, Jakarta: PT Restu 1982. Syukir,Asmuni.Dasar-Dasar Strategi Da’wah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas

1983. Yusuf ,Tayar dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan

Bahasa Arab, Jakarta: PT Raja Grofindo Persada 1997.

Page 80: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

71

RIWAYAT HIDUP

RAMLI. Dilahirkan di Kabupaten Konawe Utara tepatnya

di desa Mowundo pada tanggal 05 Oktober 1991. Anak

ketiga dari 10 bersaudara dari pasangan Sanati dan

Ndana.

Peneliti menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar di SD

Negeri 3 Lalonggasu Meeto di desa Watunggrandu pada tahun 2004. Pada tahun

itu juga peneliti melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Soropia di desa

Watunggarandu Kecamatan Lalonggasu Meeto dan tamat pada tahun 2007

kemudian melanjutkan di sekolah menengah di MA ( Madrasah Aliyah)

Lalolnggasu Meeto pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010. Pada tahun

2014 peneliti melanjutkan pendidikan di Ma’had Al-birr Universitas

Muhammadiyah Makassar dan peneliti menyelesaikan kuliah Diploma Dua (D2)

jurusan bahasa Arab dan Studi Islam dan selesai pada tahun 2016. Pada tahun

2015 di tengah-tengah aktifitas perkuliahan di ma’had al-birr peneliti

melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi swasta tepatnya di Universitas

Muhammadiyah Makassar (UNISMUH) Fakultas Agama Islam Pada Program Studi

Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Kemudian peneliti menyelesaikan kuliah

strata satu (S1) pada tahun 2019. Selama mengikuti perkuliahan penulis juga ikut

serta dalam Rihla Ramadhan setiap tahun yang diadakan oleh AMCF. Adapun

hobi dalam bidang olahraga yaitu volly ball dan sepak takraw.

Page 81: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

72

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 82: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

73

Masjid Al Maidah Gintu

Data kependudukan desa Gintu

Page 83: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

74

Data Penduduk berdasarkan Agama (KUA)

Data Rumah Ibadah (KUA)

Page 84: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

75

Ceramah Tarwih di Masjid Al-Maidah Gintu

Ceramah Tarwih bagi remaja masjid setelah dilatih

Buka Puasa Bersama di masjid Al Maidah Gintu

A.

B. TPA AL- AKBAR DESA GINTU

C.

D.

E.

F.

G.

H.

I.

J.

Page 85: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

76

Mengajar TPA Al-Akbar Desa Gintu

Mengajar Pendidikan Agama islam Untuk SD dari beberapa SD di

kecamatan Lore Selatan

Page 86: PROBLEMATIKA DAKWAH DI DAERAH MINORITAS MUSLIM DESA …

77

majelis taklim Al-Maidah Desa Gintu

Kegitan Makan Sedaun warga lembah bada