Print Simul 1
description
Transcript of Print Simul 1
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Produk keripik tempe merupakan salah satu makanan ringan yang sangat
populer dari Kota Malang. Cita rasa keripik tempe yang khas, ditambah banyaknya
variasi bumbu, serta harganya yang relatif murah membuat makanan ringan ini
sering dipilih menjadi buah tangan oleh wisatawan yang datang ke Kota Malang.
Seiring dengan meningkatnya minat wisatawan terhadap makanan yang satu ini,
industri pembuat keripik tempe juga semakin menjamur di wilayah Malang dan
sekitarnya. Meski begitu, terdapat salah satu industri rumahan pembuat keripik
tempe yang sudah berdiri cukup lama dan menjadi salah satu merk keripik tempe
yang paling terkenal di Malang, yakni Keripik Tempe Bu Nurdjanah.
Selain memproduksi keripik tempe untuk dijual dengan merknya sendiri,
industri rumahan keripik tempe milik Bu Nurdjanah ini juga turut memproduksi
keripik tempe untuk beberapa merk lain, ataupun keripik tempe pesanan dari
berbagai kota di seluruh Indonesia, sehingga pemilik memutuskan untuk
menambah resource pekerja untuk mengimbangi volume pesanan tersebut. Namun
setelah beberapa waktu, penambahan jumlah pekerja dirasa mulai membawa
masalah baru, yakni sering didapatinya pekerja yang menganggur di titik-titik
waktu dan lokasi kerja tertentu, sementara sering pula didapati lokasi lain yang
terlampau sibuk di waktu yang bersamaan.
Simulasi merupakan salah satu pendekatan ilmiah untuk menganalisis sistem
nyata, termasuk untuk mendeteksi berbagai permasalahan yang mungkin terjadi
dalam sebuah sistem melalui sebuah software. Salah satu softwaresimulasi yang
sering digunakan adalah softwareProModel. Oleh karena itu, diharapkan simulasi
keseluruhan sistem produksi keripik tempe milik Bu Nurdjanah yang dibuat melalui
softwareProModel di praktikum kali ini dapat membantu menganalisis titik
permasalahan dalam sistem produksi serta memberikan solusi bagi masalah-
masalah tersebut.
2 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Berikut merupakan beberapa masalah dalam sistem produksi keripik tempe
milik Bu Nurdjanah:
1. Sering didapatinya pekerja yang menganggur di titik-titik waktu dan lokasi
kerja tertentu padahal didapati lokasi lain yang terlampau sibuk di waktu yang
bersamaan.
2. Entitas seringkali mengalami delay.
3. Pemanfaatan resource untuk pengolahan entitas dirasa belum maksimal.
1.3 RUMUSAN MASALAH
Berikut merupakan rumusan masalah dari praktikum Simulation and ProModel
Software:
1. Bagaimana utilitas resource dalam sistem produksi keripik tempe Bu Nurdjanah
saat ini?
2. Bagaimana memodelkan sistem produksi keripik tempe Bu Nurdjanah dengan
menggunakan softwareProModel?
3. Bagaimana rekomendasi penyelesaian permasalahan pada sistem produksi
keripik tempe Bu Nurdjanah?
1.4 BATASAN MASALAH
Batasan dari praktikum Simulation and ProModelSoftware adalah:
1. Pengambilan data setiap proses sebanyak 5 set data, yang dimana masing-
masing terdapat 10 data waktu.
2. Proses pembuatan keripik tempe yang diamati hanya untuk keripik tempe
kemasan ukuran 130 gram (isi 27 keping).
1.5 ASUMSI-ASUMSI
Asumsi dari praktikum Simulation and ProModel Software adalah:
1. Data berdistribusi normal.
2. Proses produksi berjalan lancar (tidak ada kerusakan resource, dll.).
3. Tidak memperhitungkan biaya.
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
3
1.6 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari praktikum Simulation and ProModel Software adalah:
1. Mengetahui utilitas resource pada sistem produksi keripik tempe Bu Nurdjanah.
2. Mengetahui cara memodelkan sistem produksi keripik tempe Bu Nurdjanah
dengan menggunakan software ProModel.
3. Mengetahui rekomendasi solusi penyelesaian permasalahan pada sistem
produksi keripik tempe Bu Nurdjanah.
1.7 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari praktikum Simulation and ProModel Software adalah:
1. Mampu menjelaskan permasalahan pada utilitas resource sistem produksi
keripik tempe Bu Nurdjanah kepada pihak produsen.
2. Tersusunnya simulasi sistem produksi keripik tempe Bu Nurdjanah dengan
menggunakan software ProModel.
3. Memberi rekomendasi solusi penyelesaian permasalahan pada sistem produksi
Keripik Tempe Bu Nurdjanah.
4 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
(Halaman ini Sengaja Dikosongkan)
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SISTEM
Sistem menurut Blanchard (1991:25) adalah sekumpulan elemen yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Beberapa contoh nyata dari sistem
yang bisa ditemui di kehidupan sehari-hari adalah sistem komunikasi dan
informasi, sistem manufaktur, sistem ekonomi, dan masih banyak sistem lainnya.
2.1.1 Elemen Sistem
Sebagaimana yang didefinisikan oleh Harrel (2004:25), elemen-elemen dari
sebuah sistem mendefinisikan siapa, apa, di mana, kapan, dan bagaimana suatu
entitas mengalami pemrosesan. Berikut merupakan elemen-elemen dari sebuah
sistem.
1. Kejadian (event)
Merupakan suatu peristiwa yang dapat mengubah keadaan sistem
2. Aktivitas (activity)
Merupakan setiap proses yang menyebabkan perubahan dalam sistem yang
dapat mengubah atribut maupun entity
3. Hubungan (relationship)
Merupakan kesinambungan interaksi antara dua objek atau lebih yang
memudahkan proses pengenalan satu akan yang lain
4. Antarmuka penghubung (interface)
Merupakan media penghubung antarsubsistem
5. Atribut
Merupakan sebutan, sifat, atau karakteristik yang dimiliki elemen
sistem.Terdapat dua macam atribut, yakni:
a. Parameter: suatu nilai yang besarannya dianggap tetap selama model
simulasi dijalankan
b. Variable: informasi yang mencerminkan karakteristik suatu sistem yang
mengikat sistem secara keseluruan, sehingga semua entity dapat
mengandung variabel yang sama.
6 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
6. Batas sistem (boundary)
Merupakan daerah yang membatasi suatu sistem dengan sistem lain atau
lingkungan luarnya
7. Lingkungan luar (environment)
Merupakan kondisi ataupun entitas yang berada di luar sistem namun
mempengaruhi operasi sistem
8. Masukan sistem (input)
Merupakan suatu energi yang dimasukkan ke dalam sistem
9. Penggangu (disturbance/noise)
Merupakan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan pada sistem.
10. Keluaran sistem (output)
Merupakan hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran
11. Umpan Balik (feedback)
Merupakan reaksi dan respon stakeholder atas sistem yang dilakukan
12. Ukuran performansi sistem
Ukuran performansi sistem dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Transient state
Situasi awal setelah sistem dimulai atau diinisiasikan
b. Steady state
Keadaan stabil dengan berbagai properti yang tidak berubah dalam waktu
13. Proses pengolahan (transformation process)
Merupakan suatu proses yang akan mengubah masukan menjadi keluaran
14. Perilaku sistem (behavior)
Merupakan perilaku dari sistem yang melibatkan masukan, pengolahan, dan
keluaran.
2.1.2 Klasifikasi Sistem
Menurut Christoper (2004), sistem dapat diklasifikasikan berdasarkan dua hal
sebagai berikut:
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
7
1. Tipe Entitas
a. Discrete Event System
Suatu event terjadi di suatu waktu tertentu dan antar kejadian dalam sistem
tidak terpengaruh oleh jumlah entitas yang masuk.
b. Continuous Event System
Status dari suatu komponen dalam sistem akan berubah secara kontinyu
seiring perubahan waktu yang terjadi.
c. Combined Event Models
Model ini terdiri dari dua komponen, yakni komponen diskrit dan
kontinyu. Entitas yang berada dalam model dapat dihitung maupun
diukur.
2. Kondisi Entitas ketika Sistem Berakhir
a. Terminating
Sistem yang tidak memperbolehkan entitas untuk tetap berada dalam
sistem ketika sistem berakhir. Contoh: bank, restaurant, airline ticket counter.
b. Non-Terminating
Sistem tidak pernah berhenti, sehingga entitas akan selalu berada dalam
sistem. Contoh: manufacturing facilities, repair facilities, hospital.
2.2 TEORI ANTRIAN
Menurut Christoper (2000), teori antrian merupakan studi mekanika dari
antrian atau kejadian garis tunggu (waiting lines), yaitu suatu garis tunggu dari
pelanggan yang memerlukan layanan dari sistem yang ada.
2.2.1 Komponen Dasar Antrian
Berikut merupakan beberapa komponen dasar antrian:
1. Kedatangan
Setiap masalah antrian melibatkan kedatangan, misalnya orang, mobil, atau
panggilan telepon untuk dilayani. Unsur ini sering disebut proses input. Proses
input meliputi sumber kedatangan atau biasa dinamakan calling population, dan
cara terjadinya kedatangan yang umumnya merupakan proses random.
8 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Terdapat tiga perilaku antrian, yaitu:
a. Reneging (pembatalan) adalah meninggalan antrian sebelum dilayani
b. Balking adalah orang yang langsung pergi ketika melihat panjangnya
antrian, menolak untuk memasuki antrian
c. Jockeying adalah orang yang berpindah-pindah dari satu antrian ke antrian
yang lain karena ingin dilayani lebih cepat
2. Pelayanan
Pelayan atau mekanisme pelayanan dapat terdiri dari satu atau lebih pelayan,
atau satu atau lebih fasilitas pelayanan. Contohnya pada sebuah checkoutcounter
dari suatu supermarket terkadang hanya ada seorang pelayan, tetapi bisa juga
diisi seorang kasir dengan pembantunya untuk memasukkan barang-barang ke
kantong plastik. Di samping itu, perlu diketahui cara pelayanan dirampungkan,
yang kadang-kadang merupakan proses random.
Ada 3 aspek yang harus diperhatikan dalam mekanisme pelayanan, yaitu:
a. Tersedianya pelayanan
b. Kapasitas pelayanan
c. Lamanya pelayanan
2.2.2 Disiplin Pelayanan Antrian
Disiplin pelayanan antrian merupakan aturan keputusan yang menjelaskan
bagaimana cara untuk melayani pengantri. Christopher A. Chung (2001)
menyatakan ada enam bentuk disiplin pelayanan antrian, yaitu:
1. First Come First Served (FCFS) atau First In First Out (FIFO)
2. Last Come First Served (LCFS) atau Last In First Out (LIFO)
3. Least Value First
4. High Value First
5. Priority Service
6. Random Order
2.3 MODEL
Menurut Harrel (2004:144) model merupakan representasi dari suatu sistem
nyata, di mana dalam melakukan pemodelan dibutuhkan pengetahuan mengenai
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
9
sistem yang akan dimodelkan, serta kemampuan pemodel dalam mengoperasikan
software yang digunakan.
2.3.1 Petri Net
Petri Net dikembangkan Carl Adam Petri sejak tahun 1962 dimulai dengan
disertasinya. Petri Net merupakan model bipartite graph yang memiliki dua tipe node
yaitu place dan transition yang dipergunakan untuk menganalisis informasi
pentingmengenai struktur dan perilaku dinamis dari sistem yang dimodelkan.
Simbol yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
1. Lingkaran (location)
Merepresentasikan aktivitas (aktif atau pasif) atau kondisi atau status (pre atau
post).
Gambar 2.1 Simbol activity dalam Petri Net
Sumber: Bause dan Kritzinger (2002:79)
2. Segi empat (transition)
Merepresentasikan kejadian atau saat perubahan atau transisi kondisi.
Gambar 2.2 Simbol event dalam Petri Net Sumber: Bause dan Kritzinger (2002:79)
3. Panah (flow relation)
Merepresentasikan relasi urutan antar node yang menunjukkan bahwa node
pendahulu berlanjut menjadi node berikutnya.
Gambar 2.3 Simbol flow relation dalam Petri Net
Sumber: Bause dan Kritzinger (2002:79)
4. Token (marking)
Merepresentasikan pergerakan location atau perubahan kondisi yang dialami
entitas.
Gambar 2.4 Simbol entity dalam Petri Net
Sumber: Bause dan Kritzinger (2002:79)
Activity
Event
10 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Untuk memperjelas gambaran mengenai Petri Net, berikut disajikan contoh dari
Petri Net.
Gambar 2.5 Contoh Petri Net untuk alokasi disk controller dan disk drives
Sumber: Molloy dan Peterson. 1993.
2.4 SIMULASI
Menurut Harrel (2000:5), simulasi merupakan tiruan dari sistem dinamis
dengan menggunakan komputer untuk mengevaluasi dan memperbaiki performansi
sistem.
2.4.1 SoftwareSimulasi
Dalam pemodelan simulasi dikenal dua software yang paling umum digunakan,
yaitu Programming Language dan Simulation Application.
1. Programming Language
Programming language adalah suatu bahasa ataupun tata cara yang dapat
digunakan oleh manusia (programmer) untuk berkomunikasi secara langsung
dengan computer. Secara umum programming language dibagi menjadi dua, yaitu:
High Level Language dan Low Level Language.
2. Simulation Applicarion
Simulation application adalah suatu program (software) yang berfungsi untuk
menirukan atau memodelkan suatu perilaku sistem nyata sehingga hasilnya
dapat dianalisis dan dipelajari. Secara umum simulation application dibagi
menjadi dua, yaitu General Purposes Application dan Special Purposes Application;
2.4.2 Metode Simulasi
Menurut Jerry Banks (1995:15), langkah-langkah perancangan simulasi dapat
dilakukan sebagai berikut:
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
11
1. Problem Formulation
2. Setting of Objectives and Overall Project Plan
3. Model Conceptualization
4. Data Collection
5. Model Translation
6. Verifikasi
7. Validasi
8. Simulation Analysis
9. Documentation and Reporting
2.5 PROMODEL
ProModel merupakan software pendukung yang digunakan untuk memodelkan
sistem nyata ke dalam suatu simulasi.
2.5.1 Pengertian ProModel
Menurut Harrel (2000:66) ProModel merupakan software simulasi yang
dirancang untuk memodelkan sistem dengan proses discrete-event. Dalam ProModel
terdapat entities (item yang diproses), locations (tempat terjadinya proses), resources
(sumber daya yang digunakan untuk memproses dan memindahkan entitas) dan
paths (jalan dan jalur yang dapat dilalui entitas dan resource).
2.5.2 Tahap-tahap Simulasi dengan ProModel
Langkah – langkah simulasi dengan menggunakan ProModel
1. Merencanakan sistem yang akan disimulasikan.
2. Mendefinisikan sistem yang akan disimulasikan.
3. Mensimulasikan model ataupun sistem yang diinginkan.
4. Melakukan eksperimen dengan model (dilakukan dengan cara memberikan
skenario atau mengubah replikasi) dan menganalisis output yang dihasilkan.
5. Membuat laporan dari hasil simulasi.
2.5.3 Pembuatan Model dengan ProModel
Langkah pembuatan model dengan ProModel, sebagai berikut:
1. Definisikan elemen model dasar yang akan digunakan dengan urutan
12 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2. Pendekatan model dalam bentuk coding.
3. Menjalankan model.
4. Pembaca model statistik dan report.
2.5.4 Elemen Dasar ProModel
1. Location
Location mewakili tempat pada sistem yang akan dilewati oleh entitas ataupun
untuk tempat terjadinya aktivitas maupun pengambilan keputusan.
2. Entities
Entities adalah apapun yang diproses dalam suatu model.
3. Path Networks
Path Networks adalah jalur yang dilintasi resources maupun entitas.
4. Resources
Resources adalah orang, peralatan ataupun barang-barang yang digunakan
untuk melakukan beberapa fungsi tertentu.
5. Processing
Processing merupakan operasi yang terjadi didalam sistem dan dilakukan pada
lokasi dan antar lokasi. Proses merupakan kegiatan pengolahan input yang
dilakukan oleh setiap mesin (lokasi) sehingga akan menghasilkan output
tertentu.
6. Arrivals
Arrival mendefinisikan waktu dimana entitas masuk pada sistem. Data-data
yang diperlukan dalam dialog box untuk mendefinisikan arrival.
7. Shift and Break
Digunakan untuk menetukan shift dan break untuk location dan resource.
Biasanya disimpan dalam bentuk mingguan.
8. General Information
Digunakan untuk menspesifikasikan informasi dasar dari suatu model
termasuk nama dari suatu model, satuan waktu, satuan jarak, dan library
graphic.
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
13
9. Cost
Dapat digunakan untuk memonitor biaya yang berkaitan dengan location,
entities, dan resource selama simulasi dijalankan dan laporan statistik secara
umum termasuk statistik biaya. Terdapat 3 tipe pendefinisian biaya yang dapat
digunakan pada ProModel, yaitu:
a. Location: pendefinisian biaya berdasakan lokasi yang terdapat pada model.
Nilai yang harus didefinisikan adalah operation rate dan per.
b. Resources: pendefinisian biaya berdasarkan tipe dan jumlah resource yang
digunakan pada model. Nilai yang harus didefinisikan adalah regular rate,
cost per use, dan per.
c. Entities: pendefinisian biaya berdasarkan nilai awal dari bahan baku
(entitas) bahan baku, nilai yang harus didefinisikan adalah: initial cost.
2.5.5 AdvancedElement ProModel
1. Attributes
Attributes merupakan suatu tempat yang mirip dengan variable, tetapi terikat
pada location dan entitas dengan spesifikasi tertentu dan biasanya berisi
informasi mengenai location atau entitas tersebut. Terdapat dua tipe attribute,
yakni entity attributedan location attribute.
2. Variable
Variable dapat berisi bilangan riil atau bilangan bulat termasuk nilai elemen
indeks dan biasanya digunakan untuk pembuatan keputusan maupun rekaman
informasi.
3. Macros
Macros merupakan tools yang memudahkan saat text, kumpulan statement, atau
block code akan digunakan berkali-kali dalam model.
2.5.6 SIMRUNNER
SimRunner merupakan sebuah tool pada ProModel yang digunakan sebagai alat
bantu untuk melakukan optimalisasi model existing. Model harus dipastikan telah
berjalan sesuai dengan sistem nyata sebelum dioptimalisasi dengan SimRunner.
Hasil optimal diperoleh dengan cara menentukan fungsi tujuan terlebih dahulu,
14 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
kemudian mandefinisikan faktor input yang akan diubah sehingga menghasilkan
keluaran sesuai dengan fungsi tujuan optimalisasi.
2.5.7 Generating Scenario
Generating Scenario merupakan tool pada ProModel untuk mengubah satu atau
lebih parameter dari sebuah model tanpa mengubah model secara langsung.
Skenario harus berdasarkan parameter yang telah ditentukan pada macros, dan
nilainya berbeda dalam rentang RTI.(Harrell, Ghosh, & Bowden, 2004, p. 653).
2.5.8 Konsep Pemodelan ProModel
Model didefinisikan sebagai suatu deskripsi logis tentang bagaimana sistem
bekerja atau komponen-komponen berinteraksi. Dengan membuat pemodelan
ProModel dari suatu sistem maka diharapkan kita dapat lebih mudah untuk
melakukan analisis. Secara umum konsep permodelan memiliki dua pendekatan,
yakni pendekatan proses dan pendekatan peristiwa. Sebagaimana yang tampak dari
namanya, pendekatan proses pada pemodelan pembuatannya lebih difokuskan
untuk mengidentifikasi proses-proses pada sistem, sedangkan pendekatan peristiwa
lebih difokuskan untuk mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
sistem.
2.5.8.1 Batching Multiple Entities of Similar Type
Dalam suatu proses, memungkinkan untuk dilakukan penggabungan beberapa
entitas yang memiliki tipe entitas yang sama atau sejenis. Menggabungkan
beberapa entitas yang mempunyai tipe yang sama tersebut dapat dilakukan dengan
perintah group-ungroup dan combine.
2.5.8.1.1 Temporary Batching Using Group/Ungroup
Pernyataan group dan ungroup adalah perintah yang saling berkaitan. Group
adalah langkah awal untuk mengelompokkannya dan ungroup adalah perintah
lanjutan untuk membatalkan perintah group atau memisahkan pengelompokkan
yang telah dilakukan sebelumnya. Setiap entitas awal memiliki atribut dengan nilai
tertentu yang melekat pada entitas sebelum entitas digabungkan. Atribut dan nilai
pada entitas tunggal tidak akan berpindah pada entitas yang sudah dikelompokkan.
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
15
ProModel mempertahankan semua identitas dan atribut dari entitas yang
dikelompokkan dan memungkinkan merka untuk tetap menjadi entitas individu
setelah perintah ungroup.
2.5.8.1.2 Permanent Batching Using Combine
Combine berfungsi untuk mengumpulkan dan mengkonsolidasikan entitas yang
sejumlah tertentu menjadi satu kesatuan, opsional dengan nama yang berbeda.
Entitas tersebut mungkin sejenis dan mungkin saja berbeda.Entitas gabungan
kehilangan identitas dan atribut merka dan tidak dapat di-ungroup nantinya. Ketika
mendefinisikan lokasi, kapasitas lokasi dimana Anda menggunakan pernyataan
combine harus setidaknya sama besar dengan jumlah gabungan.
2.5.8.2 Attachment Multiple Entities of Different Type
Dalam suatu proses, memungkinan untuk dilakukannya penggabungan
beberapa entitas yang memiliki tipa entitas yang berbeda. Menggabungkan
beberapa entitas yang mempunyai tipe yang berbeda tersebut dapat dilakukan
dengan perintah load-unload dan join.
2.5.8.2.1 Temporary Attach Using Load/Unload
Pernyataan load-unload digunakan untuk menggabungkan sejumlah tertentu
entitas secara sementara. Load adalah langkah awal untuk menggabungkan dan
unloadadalah perintah lanjutan untuk membatalkan perintah load atau memisahkan
penggabungan yang telah dilakukan sebelumnya. ProModel mempertahankan
semua identitas dan atribut dari entitas yang digabungkan dengan load dan
memungkinkan mereka untuk tetap menjadi entitas individu setelah perintah
unload.
2.5.8.2.2 Permanent Attach Using Join
ProModel menggunakan pernyataan join untuk menggabungkan sejumlah
tertentu dari entitas menjadi satu kesatuan, opsional dengan nama yang berbeda
namun tidak dapat dipisahkan lagi. Jika entitas dasar dan entitas yang akan
digabung memiliki atribut sebelum penggabungan terjadi, entitas yang bergabung
akan memiliki nilai atribut dari entitas dasar. Dengan kata lain, entitas dengan
16 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
routing rule IF join akan kehilangan atributnya ketika terjadi penggabungan secara
permanen.
2.5.8.3 Accumulation of Entities
Accumulation digunakan untuk mengumpulkan entitas dalam jumlah tertentu
sebelum akhirnya akan diproses satu per satu. Kapasitas dari location harus lebih
besar sama dengan jumlah entitas yang diaccum. Accum bekerja seperti sebuah
gerbang yang mencegah entitas dari pengolahan sampai jumlah tertentu tiba.
Setelah jumlah tertentu dari entitas telah dikumpulkan, entitas akan pergi melalui
pintu gerbang dan mulai memproses secara individual, independen satu sama lain.
Accum dapat digunakan untuk situasi model dimana beberapa entitas harus
terakumulasi sebelum merka diproses.
2.5.8.4 Splitting of One Entity into Multiple Entities
Dalam suatu operasi memungkinkan adanya pemisahan entitas menjadi
beberapa entitas.Spilts As memisah entitas yang ada ke dalam sejumlah tertentu
entitas baru (lebih dari satu) dan sebagai pilihan menetapkan nama entitas yang
baru (hasil proses split). Entitas yang dihasilkan memiliki nilai atribut yang sama
sebagai entitas asli. Setiap entitas yang ingin dipisah harus melepaskan semua
sumber daya yang memiliki dengan menggunakan pernyataan free.
2.6 VERIFIKASI DAN VALIDASI
Verifikasi dan validasi merupakan tahapan untuk menguji kredibilitas atau
kesesuaian sistem nyata dengan model simulasi. Verifikasi adalah proses untuk
menentukan apakah model telah beroperasi sesuai yang diinginkan oleh
programmer. Verifikasi berkaitan dengan kondisi konseptual apakah model telah
sesuai dengan konsep yang diinginkan (Banks, Carson, dan Nelson. 1995).
Verifikasi adalah proses pemeriksaan logika operasional model (program komputer)
sesuai dengan logika diagram alur (Hoover dan Perry. 1989). Validasi adalah proses
penentuan apakah model merupakan representasi yang akurat dan sesuai dengan
sistem nyata (Hoover dan Perry, 1989).
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
17
2.6.1 Teknik Verifikasi
Menurut Harrel (2004:178), terdapat beberapa teknik dalam melakukan
verifikasi, diantaranya:
1. Melakukan pemerikasaan ulang terhadap model, dapat dilakukan secara
bottom-up yaitu melakukan pemeriksaan satuan yang digunakan dalam model,
selanjutnya melakukan pemeriksaan interface tiap modul beserta logika proses
yang digunakan.
2. Melakukan pengecekan terhadap output yang dihasilkan pada masing-masing
proses pada model dengan menggunakan trace.
Trace adalah daftar kejadian yang akan terjadi sampai simulasi selesai. Daftar
trace dapat dilihat dalam berbagai cara, yaitu:
a. Off: digunakan untuk menghentikan trace.
b. Step: digunakan untuk membuat list trace dengan hanya satu kejadian dalam
1 kali trace.
c. Continuous: digunakan untuk membuat list trace terus menerus.
3. Mengamati animasi dari model yang dijalankan, apakah tingkah laku dari
sistem telah sesuai dengan model yang diinginkan.
4. Melakukan compile error atau debugging pada model simulasi.
2.6.2 Teknik Validasi
Menurut Harrel (2004:183), teknik validasi yang dapat digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Mengamati animasi pada model yang dijalankan, membandingkan tingkah
laku pada model dengan tingkah laku pada sistem nyata menurut pengetahuan
orang lain mengenai sistem tersebut.
2. Membandingkkan model dengan sistem nyata dengan cara menjalakan model
dan sistem nyata dalam kondisi yang sama.
3. Melakukan perbandingan antara outputmodel dengan output pada sistem nyata.
4. Melakukan analisis sensitivitas, yakni dengan cara melakukan perubahan
terhadap nilai input untuk mengetahui akibat pada perilaku yang terjadi pada
sistem atau pada output sistem.
18 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
(Halaman ini Sengaja Dikosongkan)
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 DIAGRAM ALIR PRAKTIKUM
Berikut merupakan diagram alir praktikum simulation and ProModelsoftware.
Mulai
Studi Pustaka
Observasi Lapangan
Identifikasi Masalah
Penentuan Tujuan
Simulasi
Pembuatan Model Konseptual
(Petri Net)
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Pemodelan Sistem
dengan software
Promodel 7.5
Dry Run
Verifikasi Model
Terverifikasi?
Jalankan Simulasi
Validasi Model
Tervalidasi?
Analisis Hasil
Simulasi
Pembuatan Model
Perbaikan
Analisis Hasil
PerbaikanC BA
BA
Ya
Ya
Tidak
C
Tidak
Kritik dan Saran
Selesai
Gambar 3.1 Diagram alir praktikum
20 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
3.2 PROSEDUR PRAKTIKUM
Prosedur praktikum ProModel adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
Hal yang dilakukan pada tahap ini adalah mempersiapkan alat dan bahan
praktikum antara lain,stopwatch, alat tulis, dan lembar pengamatan.
2. Melakukan studi kepustakaan dengan mencari referensi ilmiah yang sesuai
untuk mendukung pembahasan studi kasus objek pengamatan.
3. Melakukan pengamatan proses produksi pembuatan keripik tempe sekaligus
melakukan pengambilan data waktu operasinya.
4. Pengolahan data waktu pengamatan yaitu dengan terlebih dahulu menyajikan
data waktu operasi ke dalam statistik deskriptif, kemudian menentukan
distribusi probabilitasnya.
5. Penentuan distribusi
Distribusi ditentukan dengan bantuan software ProModel 7.5. Data-data hasil
pengatan dimasukkan dalam toolsStat:Fit dan diproses sampai muncul output
distribusi data. Pilih distribusi yang memiliki rangking tertinggi dengan status
do not rejected
6. MembuatPetri Net
Tahap ini bertujuan untuk membuat Petri Net yang menggambarkan masing-
masing aktivitas dan kejadian yang terjadi selama proses pembuatan keripik
tempe.
7. Pemodelan Sistem
Tahap ini bertujuan untuk membangun atau membentuk sebuah model dari
suatu system nyata yang diamati dengan menggunakan softwareProModel 7.5.
8. Melakukan Verifkasi
Proses ini digunakan untuk memeriksa apakah system yang dimodelkan telah
sesuai dengan rancangan pada tahap awal.
9. Simulasi dengan ProModel 7.5
Pada tahap ini, project ProModel yang telah dibuat kemudian dijalankan.
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
21
10. Melakukan Validasi
Tahap validasi ini berguna untuk memeriksa apakah model sudah mewakili
sistem nyata.
11. Analisis dan pembahasan
Pada tahap ini, hal yang akan dianalisis dan dibahas adalah program yang
telah dibuat sebelum dan sesudah sistem pembuatan keripik tempe.
12. Kesimpulan dan saran
Kesimpulan dan saran memberikan rangkuman yang lengkap proses
pemodelan dan memberikan masukan hal-hal yang perlu dibenahi pada proses
tersebut.
13. Selesai
Pada akhir praktikum, diperoleh output pembahasan berupa kesimpulan dari
simulasi ProModel berdasarkan objek pengamatan studi kasus pembuatan
keripik tempe.
22 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
(Halaman ini Sengaja Dikosongkan)
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 GAMBARAN SISTEM
Sistem yang akan disimulasikan pada praktikum kali ini adalah pembuatan
keripik tempe rasa original di UKM Keripik Tempe Bu Nurdjanah. Simulasi yang
dilakukan meliputi keseluruhan proses produksi keripik tempe, mulai dari
kedatangan tempe, pengirisan tempe oleh resource operator pengirisan, pemberian
adonan tepung, penggorengan, serta penirisan yang dilakukan oleh operator
pengadonan, sampai ke proses pembungkusan yang dilakukan oleh operator
pembungkusan. Proses pertama adalah datangnya tempe ke pengirisan
tempe,dimana tempe datang sebanyak 20 lonjor tempe dan mengalami antrian
pada tahap pengirisan tempe. Setelah itu, setiap lonjor tempe diiris menjadi 675
potongan tempe oleh operator pengirisanselama N(14.2;1.79) MIN. Selanjutnya,
potongan tempe dibawa ke proses adonan tempe untuk dicelupkan ke adonan
tepung. Operator pengadonan membutuhkan waktu N(2.1;0.469) SEC selama
proses pemberian adonan tepung. Setelah itu, operator pengadonan membawa
potongan tempe yang sudah diberi adonan tepung ke lokasipenggorengan dan
melakukan proses penggorengan selama N(3,86;0,797) MIN. Selanjutnya,keripik
tempe yang sudah digoreng akan ditiriskan untuk kemudian melakukan proses
selanjutnya yaitu proses pembungkusan yang dilakukan oleh operator packaging.
Tiap bungkus berisi 27 keripik tempe dan pembungkusan dilakukan selama
N(3.34;0.947)MIN.
Untuk meningkatkan efisiensi proses produksi, akan dianalisis proses
pengirisan, pengadonan, penggorengan, penirisan, serta pembungkusan keripik
tempe, dengan shift kerja untuk masing-masing proses mulai dari pukul 05.00-12.00
untuk pengirisan, 08.00-15.00 untuk pengadonan, penggorengan, dan pengirisan,
serta pukul 09.00-17.00 untuk pembungkusan.
4.2 PETRI NET
(terlampir)
24 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
4.3 FLOWCHART SISTEM
Mulai
Tempe Plastik
Kemasan
Adonan
Tepung
Keripik Tempe
dalam
Kemasan
Pengirisan
Pengemasan
Penggorengan
& Penirisan
Pengadonan
Selesai
Gambar 4.1 Flowchart sistem
4.4 PENGUJIAN DISTRIBUSI DATA
Berikut ini merupakan data pengamatan waktu pengirisan tempe, waktu
penepungan potongan tempe, waktu penggorengan, serta waktu packaging keripik
tempe.
Tabel4.1 Data Hasil Pengamatan
NO. T1 T2 T3 T4 NO. T1 T2 T3 T4
1. 15.8 2.8 2.94 3.31 26. 14.5 2.7 4.05 2.46
2. 15.2 4.6 2.06 3.67 27. 15.3 2.0 2.61 1.92
3. 15.0 3.3 4.31 4.20 28. 14.0 3.1 3.01 3.90
4. 13.6 2.4 2.87 3.50 29. 15.1 2.2 4.06 2.59
5. 14.4 3.0 2.89 0.92 30. 13.9 4.1 1.32 1.63
6. 14.2 2.1 3.34 2.46 31. 14.0 2.4 3.89 3.37
7. 13.4 3.0 4.64 4.11 23. 14.4 2.2 3.65 3.81
8. 15.5 3.7 2.77 3.96 33. 12.9 2.7 4.24 4.48
9. 14.2 1.6 4.55 3.61 34. 14.6 3.7 3.50 3.12
10. 14.0 2.2 4.27 3.85 35. 15.1 2.7 2.81 1.71
11. 16.0 1.6 3.33 5.09 36. 14.3 3.3 1.98 3.11
12. 13.3 1.2 4.66 3.45 37. 12.3 2.9 2.56 3.40
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
25
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan (lanjutan) NO. T1 T2 T3 T4 NO. T1 T2 T3 T4
13. 14.2 3.1 2.49 1.96 38. 14.4 2.7 2.06 3.12
14. 14.2 3.9 2.53 3.37 39. 14.9 2.0 2.74 2.70
15. 15.5 3.1 3.13 3.35 40. 13.4 1.4 3.46 2.62
16. 14.4 4.8 2.88 3.92 41. 12.4 2.0 2.23 2.80
17. 15.0 2.8 3.77 3.48 42. 15.4 2.6 2.77 5.82
18. 13.3 2.6 2.63 2.70 43. 13.7 3.3 2.11 5.64
19. 12.5 5.2 4.53 3.73 44. 16.4 3.6 3.92 1.86
20. 13.8 2.8 3.60 3.06 45. 13.6 4.4 3.27 3.83
21. 14.5 0.7 3.37 5.09 46. 10.6 2.6 4.46 3.18
22. 15.4 5.0 0.20 3.33 47. 13.2 2.8 4.16 4.57
23. 15.1 2.3 3.00 3.60 48. 15.0 0.4 5.27 2.25
24. 15.3 2.5 3.14 3.63 49. 13.5 3.3 2.20 3.40
25. 14.6 2.9 2.39 3.84 50. 15.1 1.7 4.29 5.06
Keterangan:T1= Waktu pengirisan tempe (menit)
T2= Waktu penepungan potongan tempe (detik)
T3= Waktu penggorengan (menit)
T4 = Waktu Packaging keripik tempe (menit)
Berikutini langkah-langkah pengujian distribusi data dengan Stat:Fit:
1. Menjalankan software ProModel.
2. Pilih tools pada toolbar, pilih Stat:Fit
3. Masukkan data pengamatan yang telah dilakukan pada datable.
Gambar 4.2 Pengujian Stat:Fit
4. Klik Fit, kemudian Auto:Fit, pilih continuous, klik Ok.
5. Hasilakan ditambahkan berupa automaticfilling. Untuk penggunaan distribusi
pada simulasi pilih distribusi dengan acceptance do not Reject dan memiliki rank
terbesar.
26 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Gambar 4.3 Contoh hasil pengujian Stat:Fit
Berikut merupakan tabel rekap hasil pengujian dengan menggunakan Stat:Fit:
Tabel 4.2 Tabel Pengujian Stat:Fit
Aktivitas Pendugaan
Distribusi
Distribusi Stat:Fit
Rank Acceptance Distribusi
Terpilih Alasan
Pengirisan Tempe
Triangular/ Normal/
Uniform
Normal (14.3,1.06) 100 Do notReject
Normal
(14.3,1.06)
Karena sesuai
dengan pendugaan distribusi (normal)
dan memilikirank
tertinggi (100) dengan
acceptance(do
notReject)
Lognormal
(-1.19e+003,7.09,8.82e-004) 99.7 Do notReject
Uniform (10.6,16.4) 0 Reject
Penepungan Potongan
Tempe
Triangular/ Normal/
Uniform
Lognormal (-13.7,2.8,6.05e-002) 100 Do notReject
Normal
(2.8,1)
Karena sesuai
dengan pendugaan distribusi (normal)
dan memilikirank
yang tinggi (78.1)
dengan acceptance(do
notReject)
Normal (2.8,1) 78.1 Do notReject
Uniform (0.4,5.2) 6.28e-
002 Reject
Penggoreng
an
Triangular/ Normal/
Uniform
Lognormal (-749,6.62,1.28e-003) 100 Do notReject
Normal
(3.22,0.962)
Karena sesuai
dengan pendugaan distribusi (normal)
dan memilikirank
tertinggi (100)
dengan acceptance(do
notReject)
Normal (3.22,0.962) 100 Do notReject
Uniform (0.2,5.27) 4.79e-
006 Reject
Packaging
Keripik
Tempe
Triangular/ Normal/
Uniform
Lognormal (-32.2,3.57,2.8e-002) 100 Do notReject
Normal
(3.39,0.998)
Karena sesuai
dengan pendugaan distribusi (normal)
dan memilikirank
yang tinggi (93.4) dengan
acceptance(do
notReject)
Normal (3.39,0.998) 93.4 Do notReject
Uniform (0.92,5.82) 4.52e-
002 Reject
4.5 PEMBUATAN MODEL SISTEM PRODUKSI KERIPIK TEMPE BU
NURDJANAH
Berikutini merupakan langkah-langkah pembuatan model sistem produksi
Keripik Tempe Bu Nurdjanah dengan software ProModel:
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
27
1. Menjalankan software ProModel
2. Membuat Project baru, dengan cara klik File-New atau memilih ikon New.
Setelah dipilih, File-New maka akan muncul kotak dialog General Information,
ketikkan judul Project yang akan dibuat pada Title. Klik OK.
3. Setelah membuat Project baru, Langkah berikutnya adalah pembuatan
background yang berfungsi sebagai latar belakang permodelan sistem. Dengan
cara klik Build pada toolbar pilih Background Graphics pilih Behind Grid. Setelah
itu klik Edit pilih Import Graphic, pilih Tutorial Back klik Open.
Gambar 4.4 Latar belakang ProModel 3D
4. Langkah berikutnya adalah pembuatan layout sistem produksi dengan cara,
pilih Build pada toolbar, klik Locations atau klik Ctrl+L. Buatlocations dengan cara
men- drag simbol locations yang diinginkan menuju layout, ketikkan nama
lokasi yang diinginkan, klik Ok.
Tabel 4.3 Tabel Locations
No.
Locations
Graphics
Type
Name Capacity Unit Dts Stats Rules
1. Entity Spot Kedatangan
Tempe INFINITE 1 None
Time
Series Oldest
2. Conveyor Pengirisan Queue INFINITE 1 None Time
Series
Oldest,
FIFO
3. Saw Pengirisan Tempe 1 1 None Time
Series Oldest
4. Conveyor PengadonanQueue INFINITE 1 None Time
Series
Oldest, By
Type
5. Table Pemberian
Adonan Tepung 5000 1 None
Time
Series Oldest
6. Gear Penggorengan 9 1 None Time
Series Oldest
7. Pallet Barrel Penirisan 8500 1 None Time
Series Oldest
8. Conveyor PackagingQueue INFINITE 1 None
Time
Series
Oldest, By
Type
28 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Tabel 4.3 Tabel Locations (lanjutan)
No.
Locations
Graphics
Type
Name Capacity Unit Dts Stats Rules
9. Pallet Packaging INFINITE 1 None Time
Series Oldest
10. Conveyor Keluar INFINITE 1 None Time
Series
Oldest,
FIFO
11. Entity Spot Kedatangan
Adonan INFINITE 1 None
Time
Series Oldest
12. Entity Spot Kedatangan
Plastik INFINITE 1 None
Time
Series Oldest
Gambar 4.5 Tampilan ProModel setelah build location
5. Setelah pembuatan locations selesai sesuai sistem yang dimodelkan, langkah
berikutnya adalah pendefinisian entitas yang akan diproses. Klik Build klik
Entities atau Ctrl+E. Pilih simbol entitas yang diinginkan, ganti nama entitas
pada kotak dialog box name.
Tabel 4.4 Tabel Entitas
No. Ikon Nama Entitas
1. Bar Tempe
2. Barrel Potongan Tempe
3. Barrel Keripik Tempe
4. Pallet Barrel BatchPotongan Tempe
5. Pallet Boxes Batch Keripik Tempe
6. Raw Material Adonan Tepung
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
29
Tabel 4.4 Tabel Entitas (lanjutan)
No. Ikon Nama Entitas
7. Box Plastik
8. Pallet Boxes Produk Jadi
6. Langkah berikutnya adalah pembuatan jaringan aliran produksi. Klik Build,
pilih pathnetworks. Pilih kolom Path pada dialogbox Path Networks. Pada layout
klik kiri disekitar locations tertentu lalu tarik garis menuju location berikutnya
klik kanan padalocationstujuan kemudian lanjutkanlagi sesuailangkahdi awal.
Pada sistem ini terdapat 3 aliran produksi yaitu: Net1, Net2, Net3 dengan jalur
produksi seperti pada gambar 4.9.
Gambar 4.6 Path Network Sistem
Untuk pembuatan interface pilih kolom interface klik kiri pada locations yang
dijadikan awal proses kemudian klik pada locations. Ulangi semua langkah
hingga seluruh tempat proses produksi terhubung sesuai jalur dengan interfaces.
7. Untuk menambahkan resources yang akan digunakan klik Buildpilih resources
atau Ctrl+R. Tambahkan operatordengan memilih operator graphic, ganti nama
operator menjadi operator operator pengirisan. Klik menu Specs untuk membuka
dialog box Resource specification pilih Path Network, pilih Net 1.Lalu klik Ok.
Lakukan langkah yang sama untuk resources yang lain. Tabel 4.5 menunjukkan
resources yang digunakan dalam sistem ini.
30 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Tabel 4.5 Tabel Resource
Nama Resource Units Dts Stats Specs
Operator Pengirisan 1 None By Unit Net1, N1
Operator Pengadonan 9 None By Unit Net2, N1
Operator Packaging 4 None By Unit Net3, N1
Instalasi Penggorengan 9 None By Unit No Network
Gambar 4.7 Proses pemilihan specs resources
8. Tahap selanjutnya adalah menentukan logika proses. Klik Build pilih Processing
atau Ctrl+P. Pada Processing terdapat dua jenis logika yaitu logika process layout
dan routing layout. Alur proses ditunjukkan pada tabel 4.6:
Tabel 4.6 Processing dan Routing
Processing Routing
Entity Location Operation Output Destination Rule Move Logic
A Tempe Kedatangan
Tempe INC Tempe_Masuk Tempe Pengirisan Queue FIRST 1
MOVE WITH Operator
Pengirisan THEN FREE
B Tempe Pengirisan Queue Tempe Pengirisan FIRST 1 MOVE WITH Operator
Pengirisan THEN FREE
C Tempe Pengirisan
USE
Operator_Pengirisan
FOR N(14.2,
1.79)MIN
SPLIT 675 As
Potongan Tempe
D Potongan
Tempe Pengirisan
Potongan
Tempe
PengadonanQueu
e FIRST 1
MOVE WITH Operator
Pengirisan THEN FREE
E Potongan
Tempe
PengadonanQueu
e
GROUP 270 As
Batch Potongan
Tempe
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
31
Tabel 4.6 Processing dan Routing (lanjutan)
Processing Routing
Entity Location Operation Output Destination Rule Move Logic
F
Batch
Potongan
Tempe
PengadonanQu
eue
Batch
Potongan
Tempe
Pemberian
Adonan
Tepung
FIRST 1 MOVE WITH Operator
Pengirisan THEN FREE
G Adonan
Tepung
Kedatangan
Adonan INC Adonan_Masuk
Adonan
Tepung
PengadonanQu
eue FIRST 1
MOVE WITH Operator
Pengadonan THEN
FREE
H Adonan
Tepung
PengadonanQu
eue
Adonan
Tepung
Pemberian
Adonan
Tepung
JOIN 1
MOVE WITH Operator
Pengadonan THEN
FREE
I
Batch
Potongan
Tempe
Pemberian
Adonan
Tepung
JOIN 1
Adonan_Tepung USE
Operator_Pengadonan
FOR N(2.1, 0.469)SEC
Batch
Potongan
Tempe
Penggorengan FIRST 1
MOVE WITH Operator
Pengadonan THEN
FREE
J
Batch
Potongan
Tempe
Penggorengan
GET
Instalasi_Penggorengan
GET
Operator_Pengadonan
WAIT N(3.86,
0.797)MIN
FREE ALL
K
Batch
Potongan
Tempe
Penggorengan UNGROUP
L Potongan
Tempe Penggorengan
Keripik
Tempe Penirisan FIRST 1
MOVE WITH Operator
Pengadonan THEN
FREE
M Keripik
Tempe Penirisan
Keripik
Tempe PackagingQueue FIRST 1
MOVE WITH Operator
Pengadonan THEN
FREE
N Keripik
Tempe PackagingQueue
COMBINE 27 AS
Batch_Keripik_Tempe
O
Batch_Ker
ipik_Tem
pe
PackagingQue
ue
Batch_K
eripik_
Tempe
Packaging
MOVE WITH Operator
Pengadonan THEN
FREE
32 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Tabel 4.6Processing dan Routing (Lanjutan)
Processing Routing
Entiity Location Operation Output Destination Rule Move Logic
P Plastk Kedatangan
Plastik INC
Plastik_Masuk Plastk PackagingQueue
FIRST
1
MOVE WITH Operator
Packaging THEN FREE
Q Plastik PackagingQueue Plastik Packaging JOIN 1 MOVE WITH Operator
Packaging THEN FREE
R
Batch_Ker
ipik_Tem
pe
Packaging
JOIN 1 Plastik
USE
Operator_Packagi
ng FOR N(3.39,
0.998)MIN
Produk
Jadi Keluar
FIRST
1
MOVE WITH Operator
Packaging THEN FREE
S Produk
Jadi Keluar
Total_Produk=T
otal_Produk+1 EXIT
FIRST
1
a) Kedatangan tempe menuju antrian pengirisan
Menunjukkan tempe yang datang menuju antrian pengirisan yang
dipindahkan oleh operator pengirisan.
b) Pemindahan tempe menuju pengirisan
Menunjukkan tempe yang ada di antrian pengirisan dipindahkan menuju
pengirisan oleh operator pengirisan.
c) Pengirisan tempe menjadi potongan tempe
Menunjukkan proses pengirisan tempe menjadi 675 potongan tempe di
tempat pengirisan.
d) Pemindahan Potongan tempe menuju antrian pengadonan
Menunjukkan potongan tempe yang ada di pengirisan menuju antrian
pengadonan menggunakan operator pengirisan.
e) Pengelompokan potongan tempe
Menunjukkan pengelompokkan potongan tempe hingga 270 potongan
menjadi satu batch menjadi batch potongan tempe di lokasi antrian
pengadonan.
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
33
f) Pemindahan batch potongan tempe menuju pemberian adonan tepung
Menunjukkan pemindahanbatch potongan tempe dari antrian
pengadonanmenuju tempat pemberian adonan tepung menggunakan
operator pengirisan.
g) Kedatangan adonan tepung
Menunjukkan adanya kedatangan adonan tepung menuju antrian
pengadonan menggunakan operator pengadonan.
h) Pemindahan adonan menuju pemberian adonan tepung
Menunjukkan pemindahan adonan dari antrian pengadonan menuju tempat
pemberian adonan menggunakan operator pengadonan yang nantinya akan
digabung dengan potongan tempe.
i) Pemindahan batch potongan tempe menuju penggorengan
Menunjukkan pemindahan dan proses penggabungan adonan tepung
dengan batch potongan tempe menggunakan operator pengadonan di lokasi
pemberian adonan tepung.
j) Proses penggorengan
Menunjukkan proses penggorengan yang dilakukan di lokasi penggorengan
oleh instalasi penggorengan dan operator penggorengan.
k) Ungroup batch potongan tempe
Menunjukkan batch potongan tempe dipecah lagi menjadi 5040 potongan
tempe di lokasi penggorengan.
l) Pemindahan keripik tempe menuju penirisan
Menunjukkan pemindahan potongan tempe yang sudah berubah menjadi
keripik tempe dari penggorengan menuju penirisan menggunakan operator
pengadonan.
m) Pemindahan keripik tempe menuju antrian packaging
Menunjukkan pemindahan keripik tempe dari penirisan menuju antrian
packaging menggunakan operator pengadonan.
34 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
n) Proses combine keripik tempe
Menunjukkan proses penggabungan 27 keripik tempe secara permanen
menjadi batch keripik tempe.
o) Pemindahan batch keripik tempe menuju packaging
Pemindahan batch keripik tempe dari antrian packaging menuju packaging
menggunakan operator pengadonan.
p) Kedatangan plastik menuju antrian packaging
Menunjukkan kedatangan plastik menuju antrian packaging menggunakan
operator packaging.
q) Pemindahan plastik menuju packaging
Menunjukkan pemindahan plastik dari antrian packaging menuju packaging
menggunakan operator packaging.
r) Proses joinbatch keripik tempe dengan plastik
Menunjukkan proses penggabungan secara permanen antara batch keripik
tempe dengan plastik menggunakan operator packaging di lokasi packaging
untuk kemudian dipindahkan menuju keluar dengan operator yang sama.
s) Menunjukkan produk jadi yang telah selesai menuju keluar dan
menunggalkan sistem.
9. Setelah logika proses selesai, yang perlu dilakukan adalah mendefinisikan
kedatangan. Klik Build pilih Arrivals. Klik dialog box entity, pilih Tempe klik OK.
Untuk locations pilih Kedatangan Tempe klik OK. Kemudian masukkan data
seperti pada gambar 4.11. Ulangi langkah diatas untuk arrivals yang lain.
Gambar 4.8 Daftar arrivals
10. Setelah logika proses selesai, yang perlu dilakukan adalah mendefinisikan shift.
Klik build pilih shift pilih define. Tabel 4.7menunjukkan shift dari resource yang
digunakan dalam sistem ini.
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
35
Tabel 4.7Shift Kerja Resource
No. Nama Resource Shift Kerja
1 Operator Pengirisan Kerja: 05.00 – 12.00 WIB
2 Operator Pengadonan
Instalasi Penggorengan
Kerja: 07.00 – 15.00 WIB
Istirahat: 12.00 – 13.00 WIB
3 Operator Packaging Kerja; 08.00 – 17.00 WIB
Istirahat: 13.00 – 14.00 WIB
Untuk menugaskan operator sesuai shift yang telah dibuat dapat dilakukan dengan
klik Build pilih Shift pilih Assign. Maka akan muncul table shiftassignment.
Selanjutnya klik pada resource untuk menambahkan resource yang akan didefinisikan
shift kerjanya.
Gambar 4.9 Daftar penugasan shift dari resource
11. Jalankan simulasi, klik Simulation pada Toolbar. Pilih option, pada Run Length
pilih Calendar Date, kemudian masukann waktu mulai simulasi dan waktu
simulasi berakhir sesuai shift yang telah dibuat. Hilangkan centang cost pada
replications ketikkan jumlah replikasi yang diinginkan. Klik tombol OK.
Kemudian save project, Klik Run dan simulasi akan dijalankan.
Gambar 4.10 SimulationOptions
12. Setelah menjalankan simulasi, selanjutnya akan dibuat skenario untuk
meningkatkan utilitas resource yang digunakan. Sebelum membuat scenario,
harus dibuat macro dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Isi ID dan text seperti gambar 4.13
36 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Gambar 4.11 Kolom pengisian ID dan Text
b. Klik menu option>>Klik Resource Group
c. Klik menu option>>RTI>>Define
d. Lalu isikan range data yang diinginkan.
Gambar 4.12 Kotak dialog mendefinisikan RTI
e. Lalu pilih OK.
Setelah pembuatan macro selesai, langkah berikutnya adalah pembuatan
scenario. Berikut adalah langkah-langkah pembuatan scenario pada
pemodelan sistem ini:
1. Klik buildresource, gantikan unit resource dengan ID macro yang telah
dibuat sebelumnya
2. Pilih Simulation pada menu bar di ProModel window, lalu pilih scenarios.
3. Pilih add, kemudian masukkan nama scenario pada ScenarioName dan
lakukan perubahan pada scenario tersebut dengan memilih change.
Kemudian klik OK.
Gambar 4.13 Scenario
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
37
4. Setelah scenario selesai di-input, jalankan simulasi dengan memilih
RunScenario
5. Setelah dijalankan, Pilih AllScenario untuk menampilkan keluaran
semua scenario.
13. Untuk melakukan verifikasi terhadap model yang telah dibuat gunakan tools
Trace dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pilih Simulation pada menu bar di ProModel window, lalu pilih option,
kemudian centang pause dan trace pada kolom at start. Lalu klik Run.
Gambar 4.14 Simulation Options
b. Klik tombol Play pada tampilan menu. Kemudian pilih Options pada menu
bar di ProModel window, lalu pilih traceoptions. Pada Traceoptions pilih output
to file kemudian setelah memilih output to file ulangi kembali cara membuka
trace option lalu pilih cara trace yang diinginkan. Misal pilih trace continuous.
c. Setelah simulasi berakhir, kembali ke tampilan awal ProModel. Lalu pilih
Output pada menu bar di ProModel window, lalu pilih View Trace untuk
melihat hasil rekap output Trace dari simulasi yang sudah dijalankan.
4.6 VERIFIKASI DAN VALIDASI
Setelah memodelkan sistem pembuatan keripik tempe, maka model tersebut
akan diverifikasi dan divalidasi. Verifikasi model tersebut bertujuan untuk melihat
apakah model yang telah kita buat sudah sesuai dengan sistem nyata. Sedangkan
validasi dilakukan untuk mengecek validitas model yang kita buat.
38 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
4.6.1 Verifikasi
Setelah pembuatan model, akan dilakukan verifikasi data, yaitu langkah untuk
mengetahui apakah model simulasi komputer yang telah dibangun dapat berjalan
sesuai dengan spesifikasi model yang inginkan. Verifikasi data bisa dilakukan
dengan 4 cara, yaitu:
1. Verifikasi data dilakukan dengan cara melihat path network pada model simulasi
yang telah dibuat, kemudian kita amati apakah sesuai dengan Petri Net.
Crea
te
Arrive EndBegin Begin BeginEn
dEnd
Tempe
queue to
pengirisan
tempe
Pengirisan
tempe
Queue to
Pemberian
adonan
tepung
Queue to
penggoreng
an
Pemberian
adonan
tepung
Penggoreng
an dan
penirisan
Queue to
packaging
IdleIdleIdle
Begin End
Packaging Dispose
Idle
Tepung queue to
pemberian adonan
tepung
Create tepung Arrive Create plastik Arrive
Gambar 4.15 Petri net sistem produksi keripik tempe
Gambar 4.16 Pathnetwork sistem produksi keripik tempe
Untuk melakukan verifikasi model simulasi dilakukan perbandingan logika
proses dari Petri Net yang sudah dibuat dengan ProModel yang ada. Berdasarkan
bagian Petri Net, urutan proses yang dialami keripik tempe yaitu sebagai entitas
adalah tempe datang ke pengirisan tempe. Tempe akan dipotong menjadi 627
potongan tempe oleh operator. Setelah itu dibawa ke proses pemberian adonan
tepung oleh operator. Pada proses pemberian adonan ditambahkan entitas lain
yaitu pemberian adonan. Selanjutnya potongan tempe yang sudah diberi adonan
tepung di bawa ke roses penggorengan dan pengirisan oleh operator. Setelah itu
keripik tempe yang sudah ditiriskan di bawa ke proses pembungkusan dengan
penambahan entitas yaitu kedatangan plastik.
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
39
Berdasarkan kesamaan proses yang dialami keripik tempe pada Petri Net dan
Promodel tersebut maka dapat dikataka baahwa model yang sudah dibuat telah
memiliki konsep yang sama dengan rencana awal pembuatan simulasi. Maka
model pada Promodel sudah terverifikasi.
b. Verifikasi data juga bisa dilakukan dengan cara melakukan pengecekan
terhadap output yang dihasilkan pada masing-masing proses pada model sistem
pembuatan keripik tempe dengan menggunakan trace.
Gambar 4.17 Output trace
Pada hasil output trace diatas dapat dilihat proses apa saja yang terjadi setiap
detiknya pada sistem pembuatan keripik tempe secara lebih terperinci. Salah
satunya adalah pada menit ke 0 adanya kedatangan tempe yang dibawa
menuju antrian pengirisan oleh operator pengirisan. Hal ini sesuai dengan
sistem nyata yang dimodelkan.
c. Berikutnya adalah verifikasi program dengan cara melakukan pengecekan
animasi pada pemodelan yang di Run.
Gambar 4.18 Animasi pemodelan sistem
40 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
d. Dan yang terakhir verifikasi juga bisa dilakukan dengan cara meng-compiled
proses yang ada di ProModel bila sukses maka sudah terverifikasi. Berikut
adalah contoh compiled success.
Gambar 4.19 Compiled process
Pada hasil compiled process diatas dapat dilihat proses apa saja yang terjadi setiap
detiknya pada sistem pembuatan keripik tempe secara lebih terperinci. Dapat
terlihat pada salah satu proses pengirisan tempe dapat dibuktikan compiled
successfully maka data tersebut dapat dikatakan terverifikasi.
4.6.2 Validasi
Validasi digunakan untuk memastikan apakah model simulasi yang dibuat
sudah sesuai dengan sistem nyata atau tidak dengan membandingkan jumlah output
sistem nyata dengan model simulasi yang dibuat. Data output pada sistem nyata
dan pada model simulasi dengan 5 kali replikasi dapat dilihat pada Tabel 4.8
Tabel 4.8 Data Output Aktual dan Promodel
Replikasi Aktual Promodel
1 436 450
2 453 450
3 427 450
4 423 450
5 435 450
Sebelum melakukan validasi data, perlu melakukan uji kenormalan data,
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membuka SPSS 20 danmembuat file baru.
2. KlikVariable View, kemudian mengisi nama variabel. Klik Data View, kemudian
mengisi data output aktual dan ProModel.
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
41
3. Menguji kenormalan data dengan memilih menu Analyze >> Descriptive
Statistics >> Explore.
4. Memasukkan variabletest kedalam Dependent Listdan Kriteria ke dalam Factor
List, klik Plots >> pilih None pada kotak Box plots >> hilangkan semua centang
pada kotak Descriptive >> centang Normality Plots with Test klik OK.
Kemudian akan muncul output seperti pada tabel berikut
Tabel 4.9 Hasil Uji Kenormalan
Tests of Normalityc
Jenis_Data Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Value Aktual .259 5 .200* .918 5 .515
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
c. Value is constant when Jenis_Data = Promodel. It has been omitted.
Dengan:
H0 = Data berdistribusi normal
H1 = Data tidak berdistribusi normal
Berdasarkan hasil pengujian SPSS nilai kolmogorov-smirnov (0,200) lebih dari
0.05 maka data pada aktualnya berdistribusi normal.Sedangkan data simulasi tidak
berdistribusi normal karena merupakan data konstan. Sehingga output simulasi yang
tidak berdistribusi normal dengan output aktual berdistribusi normal harus diuji lagi
dengan non parametrik pada SPSS yaitu mann-whitney. Langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1) Aktifkan variable view isikan nama variabel, kemudian isikan data pada data
view.
2) Klik analyze, pilih Nonparametric Test, kemudian pilih 2 Independent Samples.
3) Masukkan variabel pada kottak test variable list, kemudian centang Mann-
Whitney U pada kotak Test Type.
4) Untuk menentukan grup, klik define groups. Selanjutnya pada kotak dialog
groups, tuliskan “1” untuk groupdata aktual dan “2” untukgroup data simulasi.
Lalu klik continue.
5) Klik tombol options, kemudian centang descriptive dan pilih Exclude cases test-by-
test, lalu klik continue, kemudian klik OK.
42 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
6) Kemudian muncul output sebagai berikut:
Tabel 4.10 Hasil Uji Mann-Whitney
Hipotesis:
H0 = Tidak terdapat perbedaan antara data simulasi dan aktual (valid)
H1 = Terdapat perbedaan antara data simulasi dan data aktual (tidak valid)
Nilai taraf nyata (α) = 0.05
Kriteri pengujian:
H0 diterima jika nilai Asymp. Sig. ≥ 0,05/2 H0 ditolak jika nilai Asymp. Sig. < 0,05/2
Kesimpulanya adalah hasil output ada tabel pengujian Mann-Whitney pada
output data aktual didapatkan nilai Asymp. Sig(0,095)≥ 0,05/2, maka H0 diterima,
berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata antara data simulasi dan data aktual
(valid).
4.7 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis dan hasil simulasi akan ditampilkan dan dijelaskan sebagai berikut:
1. Location
Tabel 4.11 Hasil Simulasi pada Location
Lokasi Replikasi Capacity Total Entries % Utilisasi
Kedatangan tempe
1 999999 20 0
2 999999 20 0
3 999999 20 0
4 999999 20 0
5 999999 20 0
Pengirisan queue
1 999999 20 0
2 999999 20 0
3 999999 20 0
4 999999 20 0
5 999999 20 0
Pengirisan tempe
1 1 20 39.46
2 1 20 40.19
3 1 20 41.76
4 1 20 39.35
5 1 20 38.89
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
43
Tabel 4.11 Hasil Simulasi pada Location (Lanjutan) Lokasi Replikasi Capacity Total Entries % Utilisasi
Pengadonan queue
1 999999 13545 0.03
2 999999 13545 0.03
3 999999 13545 0.03
4 999999 13545 0.03
5 999999 13545 0.03
Kedatangan adonan
1 999999 45 0
2 999999 45 0
3 999999 45 0
4 999999 45 0
5 999999 45 0
Pemberian adonan tepung
1 5000 50 0.09
2 5000 50 0.08
3 5000 50 0.08
4 5000 50 0.09
5 5000 50 0.08
Penggorengan
1 9 45 2.70
2 9 45 2.54
3 9 45 2.75
4 9 45 2.58
5 9 45 2.75
Penirisan
1 8500 12150 0
2 8500 12150 0
3 8500 12150 0
4 8500 12150 0
5 8500 12150 0
Packaging queue
1 999999 12650 0.02
2 999999 12650 0.02
3 999999 12650 0.02
4 999999 12650 0.02
5 999999 12650 0.02
Kedatangan
plastik
1 999999 500 0.01
2 999999 500 0.01
3 999999 500 0.01
4 999999 500 0.01
5 999999 500 0.01
Packaging
1 999999 450 0.02
2 999999 450 0.02
3 999999 450 0.01
4 999999 450 0.01
5 999999 450 0.01
Keluar
1 999999 450 2.18
2 999999 450 2.18
3 999999 450 2.18
4 999999 450 2.18
5 999999 450 2.18
44 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Gambar 4.20 Grafik utilitas locations
Pada output location dapat dilakukan analisis sebagai berikut:
a. Capacity
Capacity merupakan jumlah maksimum yang bisa ditampung dalam suatu
lokasi. Pada semua proses kedatangan dan proses antrian mempunyai
kapasitas yang yang tidak terbatas. Proses yang memiliki kapasitas
terbanyak yaitu pada proses penirisan dengan kapasitas 8500 dan paling
sedikit terdapat pada lokasi pengirisan tempe dengan jumlah kapasitas 1,
keduanya memiliki nilai yang sama dari 5 replikasi.
b. Total Entries
Total Entries merupakan jumlah kedatangan entitas pada setiap lokasi dalam
satu kali periode simulasi. Misalkan pada total entries terbesar terdapat pada
pengadonan queue, dari 5 replikasi total entriesnyasama, yaitu 13545 untuk
tiap replikasi. Hal ini terjadi karena entitas yang masuk kedalam
pengadonan queue merupakan hasil spilt entitas sebelumnya.
c. Utilization
Utilization merupakan beban kerja yang dikerjakan oleh suatu lokasi
tertentu.Besar utilization tertinggi terdapat pada lokasi pengirisan tempe
yaitu antara 38 % s.d. 42 %. Hal ini terjadi karena frekuensi penggunaan
lokasi pengirisan tempe lebih tinggi dibandingkan lokasi lainnya.
2. Resources
Tabel 4.12 Hasil Simulasi pada Resources Resources Replikasi % Utilisasi Resources Replikasi % Utilisasi
Operator
pengirisan
1 67.64
Operator Packaging
1 84.64
2 68.90 2 86.23
3 71.60 3 85.34
4 67.45 4 83.10
5 66.67 5 83.98
Operator pengadonan
1 4.63
Instalasi penggorengan
1 4.62
2 4.35 2 4.35
3 4.72 3 4.72
4 4.42 4 4.42
5 4.72 5 4.72
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
45
Gambar 4.21 Utilitas resource
Pada output resource dapat dianalisis mengenai besar utilitasnya. Resource yang
memiliki beban kerja tertinggi yaitu operator Packaging yang besar utilitasnya antara
83% – 86%. Hal ini dikarenakan dalam proses Packaging terdapat aktivitas
memasukkan tempe ke plastik, menutup plastik menggunakan lilin dan
penempelan label. Bagi operator pengadonan yang memiliki utilitas rata-rata
rendah yaitu pada kisaran 4,3% - 4,7%, hal tersebut kemungkinan besar disebabkan
oleh beban kerja rata-ratanya yang terlalu sedikit jika dibandingkan dengan jumlah
resource yang tersedia. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan cara mengurangi
jumlah operator pengadonan.
3. Entity Activity
Tabel 4.13 Hasil Simulasi pada Entity Activity
Entitas Replikasi Total
Exit
Current
Qty in
system
Entitas Replikasi Total
Exit
Current Qty
in system
Tempe
1 20 0
Batch
kripik
tempe
1 0 0
2 20 0 2 0 0
3 20 0 3 0 0
4 20 0 4 0 0
5 20 0 5 0 0
Potongan
tempe
1 0 1350
Adonan
tepung
1 45 0
2 0 1350 2 45 0
3 0 1350 3 45 0
4 0 1350 4 45 0
5 0 1350 5 45 0
Kripik
tempe
1 12150 0
Plastik
1 450 50
2 12150 0 2 450 50
3 12150 0 3 450 50
4 12150 0 4 450 50
5 12150 0 5 450 50
Batch
potongan
tempe
1 45 5
Produk
jadi
1 450 0
2 45 5 2 450 0
3 45 5 3 450 0
4 45 5 4 450 0
5 45 5 5 450 0
46 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Berdasarkan output entity activity diatas dapat dilakukan analisis sebagai berikut:
a. Total Exits
Total Exits menunjukkan jumlah dari entitas yang keluar dari sistem tersebut.
Nilai total exits terbesar terdapat pada entitastempe, yaitu 12150 pada 5
replikasi. Nilai-nilai di atas di antaranya dipengaruhi oleh jumlah entitas yang
masuk, lama proses, penjadwalan kerja, jumlah pekerja, routing tertentu, atau
bisa juga proses pemisahan lain yang menyebabkan entitas keluar dari sistem.
Untuk mengatasi minimnya jumlah entitas yang keluar dari sistem, sebaiknya
dilakukan evaluasi terhadap faktor-faktor di atas, terutama penjadwalan kerja,
untuk meminimalisasi jumlah entitas yang tidak terproses sebagaimana
mestinya dan masih berada dalam sistem saat proses produksi sudah selesai.
b. Current Qty In System
Merupakan jumlah entitas yang masih terdapat di dalam sistem saat
pengamatan dilangsungkan atau di titik waktu tertentu saat simulasi
dilakukan. Jumlah entitas dalam sistem tertinggi terdapat pada entitas
potongan tempe yaitu 1350. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah di atas
pada dasarnya sama dengan faktor yang mempengaruhi total exits. Untuk
menghindari banyaknya entitas yang masih terdapat dalam sistem, perlu
dilakukan evaluasi terhadap proses produksinya, terutama pada penjadwalan
dan alur produksi agar bisa dipastikan semua entitas bisa keluar dari proses
sebagaimana mestinya.
4.8 PEMBUATAN MODEL PERBAIKAN
Berikut merupakan pembuatan perbaikan model sistem produksi keripik tempe
Bu Nurdjanah.
4.8.1 Permasalahan Model Awal
Dari hasil output simulasi seperti pada gambar 4.21, dapat diketahui
permasalahan pada resources-nya.
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
47
Gambar 4.22 Hasil output simulasi
Dari gambar di atas dapat ditemukan permasalahan bahwa:
1. Utilitas operator pengadonan dan instalasi penggorengan sangat rendahdengan
rata-rata utilitas sebesar 4,57% untuk operator pengadonan dan 4,56% untuk
instalasi penggorengan, hal tersebut dikarenakan jumlah operator dan instalasi
penggorengan yang terlalu banyak jika dibandingkan dengan beban kerjanya,
yakni 9 operator dan 9 unit instalasi penggorengan.
2. Sementara utilitas operator packaging terlalu tinggi dengan rata-rata 84,66 %,
hal ini disebabkan jumlah operator yang tidak sesuai (terlalu sedikit) jika
dibandingkan dengan jumlah beban kerja yang harus ditanggung.
4.8.2 Analisis dan Pembahasan Model Terbaik
Dari permasalahan yang terjadi pada model simulasi proses pembuatan keripik
tempe maka perlu adanya perbaikan pada segi resource-nya dengan menggunakan
scenario. Scenario yang dibuat nantinya akan dipilih scenario yang menghasilkan
penyelesaian yang paling optimal.
Perbaikannya yaitu dengan mengurangi jumlah resource operator pengadonan
dan instalasi penggorengan serta penambahan jumlah resource operator packaging.
Numeric Range pada macros ditentukan 1 - 4 untuk OP1 dan 1 - 7 untuk OP2, dan
scenario yang dibuat berjumlah 3 dengan SCEN1 1 operator pengadonan 1 instalasi
penggorengan dan 5 operator packaging, SCEN2 3 operator pengadonan 3 instalasi
penggorengan dan 5 operator packagingdan SCEN3 4 operator pengadonan 4
instalasi penggorengan dan 5 operator packaging. Berikut merupakan gambar
48 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
macros, jumlah skenario yang dibuat, serta skenario yang terpilih pada simulasi
sistem produksi Keripik Tempe Bu Nurdjanah.
Gambar 4.23 Macros pada simulasi sistem produksi keripik tempe
Dari pengujian 3 skenario yang telah disebutkan di atas, SCEN1 dengan
jumlah resource operator pengadonan dan instalasi penggorengan masing-
masing berjumlah 1 serta operator packaging 5 orang menghasilkan utilitas
resource tertinggi. Utilitas operator pengadonan yang awalnya 4,57% naik
menjadi 41,33%, Utilitas instalasi penggorengan yang awalnya 4,56% juga
naik menjadi 41,33%. Sementara utilitas operator packaging turun dari 84,66%
menjadi 67,61%.
Gambar 4.24 Grafik perbandingan output utilitas resource model simulasi
LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
49
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berikut merupakan kesimpulan yang bisa diambil dari praktikum Simulation
and ProModelSoftware:
1. Berdasarkan pengamatan dan simulasi yang dilakukan terhadap sistem
produksi di UKM Keripik Tempe Bu Nurdjanah,didapati utilitasresource pada
UKM tersebut belum sesuai dengan harapan. Utilitas operator pengadonan dan
instalasi penggorengan sangat rendah yakni rata-rata 4,5%, hal tersebut diduga
karena jumlah operator pengadonan dan instalasipenggorengan yang ada
terlalu banyak. Sebaliknya utilitas operator packaging terlalu tinggi yakni rata-
rata 84,6%.
2. Penyusunan model sistem produksi keripik tempe di UKM Keripik Tempe Bu
Nurdjanah dimulai dengan membuat project baru pada software ProModel,
kemudian menata layout sistem produksi sesuai dengan sistem nyata, seperti
lokasi kedatangan tempe, pengirisan tempe, pemberian adonan, penggorengan,
packaging, dll. Kemudian dilanjutkan dengan penentuan path untuk jaringan
aliran produksi. Setelah itu, dilakukan pendefinisian entitas (misal: tempe),
penambahan resource (operator, instalasi penggorengan, dll.), dan penentuan
logika proses. Setelah logika proses selesai disusun, dilakukan penyusunan
shiftbagi operator pengirisan, pengadonan, penggorengan dan penirisan, serta
pengemasan. Dilanjutkan dengan pendefinisian variabel-variabel terkait seperti
total produk dan WIP. Setelah itu, dilakukan penentuan waktu dan durasi
berjalannya simulasi, kemudian program simulasi baru bisa dijalankan.
3. Solusi yang dapat ditawarkan bagi permasalahan di UKM Keripik Tempe Bu
Nurdjanah adalah pengurangan resource yang dianggap tidak perlu. Dengan
mengurangi jumlah resource operator pengadonan dan instalasi penggorengan
hanya menjadi1 orang dan 1 instalasi saja, dapat dihasilkan utilitas yang paling
optimal.Utilitas operator pengadonan yang awalnya 4,5% naik menjadi 41,3%,
dan utilitas instalasi penggorengan yang awalnya 4,5% naik menjadi 41,33%.
50 LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Sementara utilitas operator packaging yang terlalu tinggi dapat diturunkan
menjadi 67,61% dengan penambahan 1 operator packaging.
5.2 SARAN
1. Pemilik UKM Keripik Tempe Bu Nurdjanah sebaiknya mempertimbangkan
keputusan untuk menambah pekerja secara lebih matang di masa yang akan
datang, karena menambah pekerja tidak serta-merta pasti membawa
keuntungan bagi unit usaha.
2. Sebagai pengganti keputusan untuk mengurangi pekerja, pemilik UKM Keripik
Tempe Bu Nurdjanah bisa mempertimbangkan pembagian beban kerja baru
bagi karyawan yang sudah ada.
3. Sebaiknya UKM Keripik Tempe Bu Nurdjanahmemiliki data hasil produksi
yang lebih terstruktur di masa yang akan datang, untuk mempermudah
pengembangan dan perbaikan sistem produksi.