Presentasi tanatologi
-
Upload
herdiko-shalatin -
Category
Documents
-
view
120 -
download
14
description
Transcript of Presentasi tanatologi
TANATOLOGI
Pembimbing :dr. Dwi Setyo Hadi
Oleh :Amelia Shinta Lisa AriyaniRicky Setiawan Caterina SiregarAnna Pertiwi Hermawan RachmanWiresa Dara Renalta
Bagian Ilmu Kedokteran KehakimanRSUD ULIN – FK UNLAM
BANJARMASINJanuari, 2014
TANATOLOGI •Thanatos: yang berhubungan dengan kematian•Logos :ilmu•Bagian kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut
Definisi
•Menentukan seseorang benar telah meninggal/belum•Menentukan berapa lama seseorang telah meninggal•Membedakan perubahan2 post mortal dgn kelainan yg terjadi sewaktu masih hidup
Manfaat
Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara, 1997
Istilah tentang mati dalam tanatologi
mati somatis:
mati suri:
mati seluler
mati serebral
mati otak
Idries, Abdul Mun’im. Saat Kematian dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa Aksara, Jakarta. 1997.Budiyanto Arif, Wibisana Widiatmaka, Siswandi Sudiono, et al. Tanatologi dalam Ilmu Kedokteran Forensik. FK UI, Jakarta. 1997.
Istilah tentang mati dalam tanatologi
Idries, Abdul Mun’im. Saat Kematian dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa Aksara, Jakarta. 1997.Budiyanto Arif, Wibisana Widiatmaka, Siswandi Sudiono, et al. Tanatologi dalam Ilmu Kedokteran Forensik. FK UI, Jakarta. 1997.
Mati Serebral
• Kerusakan kedua hemisfer secara irreversible
Mati otak/MBO
• Kerusakan seluruh neuronal intrakranial irreversible
TANDA KEMATIANTidak pasti
1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit
2. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit
3. Kulit pucat 4. Tonus otot menghilang
dan relaksasi 5. Pembuluh darah retina
mengalami segmentasi bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap
6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan
Pasti1. Lebam mayat (livor
mortis)2. Kaku mayat (rigor
mortis)3. Penurunan suhu
tubuh (algor mortis)4. Pembusukan
(decomposition, putrefaction)
5. Adiposera atau lilin mayat
6. Mummifikasi
Budiyanto Arif, Wibisana Widiatmaka, Siswandi Sudiono, et al. Tanatologi dalam Ilmu Kedokteran Forensik. FK UI, Jakarta. 1997.
Tanda-tanda kematian
setelah selang waktu lama :Proses pembusukan
Saponifikasi atau adiposera Mumifikasi
setelah beberapa saat kemudian : Perubahan pada mata dan kulit
Penurunan suhu tubuh (algor mortis) Lebam mayat (livor mortis)
Kaku mayat (rigor mortis
segera dikenali : Berhentinya sirkulasi darah dan pernafasan
Budiyanto Arif, Wibisana Widiatmaka, Siswandi Sudiono, et al. Tanatologi dalam Ilmu Kedokteran Forensik. FK UI, Jakarta. 1997.
LEBAM MAYAT (LIVOR MORTIS)
Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara, 1997
Terjadi karena kegagalan sirkulasi, dan aliran balik vena
sel darahnya saling tumpuk
Gaya gravitasi meyebabkan darah yang terhenti mengalir ke area terendah
Mulai tampak•20-30 menit
Lengkap & menetap•8-12 jam•Hilang dgn penekanan
Rusaknya pembuluh darah Lebam tdk hilang
dengan penekanan
Bentuk dari lebam mayat tergantung posisi tubuh pasca mati
Warna lebam mayat :• merah bata/cherry pinkCO• Merah terangCN• Coklat kebiruan/coklat kehitamanKCl, Nitrobenzene, Aniline• Coklat tua fosfor• Sepsis C. perfringenspucat keabuan
Faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan lebam mayat
• Viskositas darah, termasuk berbagai penyakit yang mempengaruhinya
• Kadar Hb• Perdarahan (hipovolemia)
Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara, 1997Budiyanto Arif, Wibisana Widiatmaka, Siswandi Sudiono, et al. Tanatologi dalam Ilmu Kedokteran Forensik. FK UI, Jakarta. 1997.
LEBAM MAYAT (LIVOR MORTIS)
Lebam Mayat Luka Memar
Lokasi Bagian tubuh terendah
Sembarang tempat
Bila ditekan Lazim hilang Tidak hilang
Pembengkakan Ada Tidak ada
Bila di iris Darah intravascular Darah extravascular
Tanda intravital Tidak ada Ada
Perbedaan Lebam Mayat dan Luka Memar
Apuranto Hariadi, Hoediyanto. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. BAgian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universita Airlangga, Surabaya. 2007.
KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS)
Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara, 1997
Glikogen asam laktat energi dalam ikatan fosfat + ADP ATP
ATP : memisahkan ikatan aktin dan miosin sehingga terjadi relaksasi otot
Kaku mayat dimulai•2 jam post mortal
Puncak•10-12 jam post mortal
Menghilang sesuai urutan•24 jam post mortal
Aktivitas fisik pre mortal
Suhu tubuh tinggi
Tubuh kurus
Suhu lingkungan tinggi
Umur yaitu anak-anak dan orang tua
Gizi yang jelek
Apuranto Hariadi, Hoediyanto. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. BAgian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universita Airlangga, Surabaya. 2007.Vij,K . 2008. Death and Its Medicolegal Aspects (Forensic Thanatology) in Textbook of Forensic Medicine and Toxicology Principles and Practice. 4th editon. Elsivier
Faktor yang mempercepat terjadinya rigor mortis
Kondisi Mayat Panas tubuh Kaku Perkiraan lama kematian (jam)
1 Hangat Tidak kaku <3
2 Hangat Kaku 3-8
3 Dingin Kaku 8-36
4 Dingin Tidak kaku >36
Cadaveric Spasm Kaku mayat
Waktu terjadinya Cenderung intravital Post mortal
Relaksasi primer Tidak ada Ada
Timbulnya Cepat Lambat
Derajat waktu Tinggi (seperti
kontraksi)
Kurang
Lamanya Lambat hilang Cepat
Koordinasi otot Baik Kurang
Lokasi otot-otot Setempat (yang aktif) Menyeluruh
Vij,K . 2008. Death and Its Medicolegal Aspects (Forensic Thanatology) in Textbook of Forensic Medicine and Toxicology Principles and Practice. 4th editon. Elsivier
Kondisi kekakuan yang mirip kaku mayat :
• Cadaveric spasm (instantneous rigor)• Heat stiffening (koagulasi protein otot)• Cold stiffening (pembekuan cairan tubuh)
Pembusukan
• Keadaan dekomposisi bahan organik tubuh yang disebabkan oleh aktivitas bakteri (mikroorganisme) maupun autolisis (non mikroorganisme).
Autolisis
• Perlunakan dan pencairan jaringan secara steril oleh enzim intraseluler
Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara, 1997Basbeth F, 2009. Dekomposisi Pasca Mati. Bagian Forensik & Medikolegal FKUI Jakarta.
Pembusukan
Proses Pembusukan
Cl. Welchii (dalam usus)
Jaringan ikat
dinding perut
Menyebar ke
organ sekita
r
Disintegritas
sitoplasma dan
perusakan nukleus
Sel lisis
Basbeth F, 2009. Dekomposisi Pasca Mati. Bagian Forensik & Medikolegal FKUI Jakarta.
Gelembung-
gelembung udara
pada jaringan subkutan
pembengkaka
n tubuh yang
menyeluruh
pugilistic attitude
Pembusukan
menimbulkan
perubahan warna
reaksi Hb dg H2S
Sulf-Meth-Hb
Basbeth F, 2009. Dekomposisi Pasca Mati. Bagian Forensik & Medikolegal FKUI Jakarta.
Tanda – tanda pembusukanWarna kehijauan pada dinding perut kanan bawahPelebaran vena superfisialMuka membengkak & perut menggembungSkrotum/vulva membengkakKulit terlihat menggembung/melepuhCairan darah keluar dari lubang hidung & mulutBola mata melunakLidah & bola mata menonjol akibat desakan gas
pembusukanKuku & rambut lepas
Basbeth F, 2009. Dekomposisi Pasca Mati. Bagian Forensik & Medikolegal FKUI Jakarta.
Peran insekta
Basbeth F, 2009. Dekomposisi Pasca Mati. Bagian Forensik & Medikolegal FKUI Jakarta.
Telur •Dlm 24 jam akan berubah menjadi larva
Larva •Enzim proteolitik Mempercepat penghancuran jaringan
Beberapa jam setelah kematian lalat akan hinggap di badan dan meletakkan telur-telurnya pada lubang-lubang mata, hidung, mulut dan telinga.
Memperkirakan saat kematian
Petunjuk bahwa mayat telah dipindahkan
Memberi tanda bagian yg terkena trauma
Untuk pemeriksaan toksikologi bila spesimen standart sdh membusuk
Faktor yang mempengaruhi pembusukanEksogen:
Temperatur atmosfirAdanya udara dan cahayaTerbenam dalam
airMengapung diatas air
Terkubur dalam tanah
Faktor dalam:
Sebab kematian
Kondisi tubuhPakaian pada tubuh
Umur dan jenis kelamin
Lumbantobing. Neurologi Klinik: Tingkat Kesadaran. Edisi VI. Jakarta: FKUI, 2004.
Variasi-variasi pembusukan (Mummifikasi)
Dehidrasi jaringan secara cepatpengeringan jaringanmenghentikan pembusukan
Syarat
• Suhu relatif tinggi• Kelembaban udara rendah• Aliran udara baik• Waktu yg lama (12-14mgg)
Terjadi bila• temperatur & kelembaban turun• dehidrasi viceral• Kuman-kuman tidak berkembang• Tidak terjadi pembusukan• Mayat mengecil, bersatu berwarna coklat kehitaman, struktur anatomi masih
lengkap sampai bertahun-tahunKeuntungan
• Mempreservasi bukti jejas• Terpeliharanya sebagian anatomi dan topografi jenasah
Sampurna Budi, Zulhasmar Samsu. Tanatologi dan Perkiraan Saat Kematian dalam Peranan Ilmu Forensik dalamPenegakan Hukum, Sebuah Pengantar. Jakarta. 2004.
Terjadi karena hidrogenisasi sel lemak menjadi asam lemak bebas.
pH tubuh menjadi rendah
Menghambat bakteri pembusukan
Sampurna Budi, Zulhasmar Samsu. Tanatologi dan Perkiraan Saat Kematian dalam Peranan Ilmu Forensik dalamPenegakan Hukum, Sebuah Pengantar. Jakarta. 2004.
Variasi-variasi pembusukan (Adipocera)
Faktor mempermudah
• Kelembaban & lemak tubuh
Faktor menghambat
• Air yang mengalir
Keuntungan• Tubuh korban mudah dikenali dan tetap bertahan untuk waktu lama• Dapat diketahui sebab kematian• Tempat pembuangan tubuh dapat diketahui
Perkiraan kematianSaat terakhir korban terlihat masih hidup dan saat korban ditemukan meninggal dunia
Penurunan suhu tubuh mayat
Lebam mayat
• Timbul 15-30 menit• Menjadi pucat bila ditekan (<10 jam)
Kaku mayat
• Timbul 2-3 jam• Lengkap 9 jam• Menghilang 16-20 jam
Pembusukan
• 20-24 jam di daerah usus buntu
Usia ulat lalat
Sisa makanan dalam lambung
Shepherd, R. 2003. Changes After Death in Simpson’s Forensic Medicine. 12th edition. Arnold.Vij,K . 2008. Death and Its Medicolegal Aspects (Forensic Thanatology) in Textbook of Forensic Medicine and Toxicology Principles and
Practice. 4th editon. Elsivier
PenutupTanatologi merupakan ilmu yang sangat
berperan penting dalam ilmu kedokteran kehakiman
Dengan mengetahui dan memahami ilmu tanatologi, maka penentuan mengenai apakah seseorang benar –benar sudah meningal atau belum, penetapan waktu kematian, sebab kematian, cara kematian dapat diperkirakan dengan tepat.