Presentasi Bokong
-
Upload
heldasari-sianturi -
Category
Documents
-
view
141 -
download
3
Transcript of Presentasi Bokong
Presentasi Kasus
P R E S E N T A S I B O K O N G
Oleh :
Suryani Rosida, S. Ked
Lusiana Rahmayanti, S. Ked
Rahmita, S. Ked
Adhi MP Pulungan, S. Ked
Herliana Boru Sembiring, S. Ked
Pendewal, S. Ked
Prasbe Agoes, S. Ked
Pembimbing :
Dr. H. M. Hatta Ansyori , SpOG(K)
BAGIAN KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSMH PALEMBANG
2008
1
HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi kasus dengan judul
Presentasi Bokong
1. Suryani Rosida, S. Ked
2. Lusiana Rahmayanti, S. Ked
3. Rahmita, S. Ked
4. Adhi MP Pulungan, S. Ked
5. Herliana Boru Sembiring, S. Ked
6. Pendewal, S. Ked
7. Prasbe Agoes, S. Ked
Pembimbing:
Dr. H. M. Hatta Ansyori , SpOG(K)
Telah dipresentasikan dan diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSMH
Palembang.
Palembang, Juli 2008
Pembimbing,
Dr. H. M. Hatta Ansyori , SpOG(K)
2
3
BAB I
REKAM MEDIS
IDENTIFIKASI
Nama : Ny. Ngatmi
Umur : 31 tahun
Alamat :
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
MRS : 26 Juli 2008
ANAMNESIS
Anamnesis Umum
Riwayat Obstetri: G1P0A0 Hamil aterm inpartu
Riwayat Kehamilan Lalu
Preeklampsi-eklampsia/hiperemesis :
perdarahan post partum :
Penyakit-penyakit lain :
Riwayat kehamilan sekarang
Haid :
Lamanya :
Banyaknya :
HPHT :
Taksiran persalinan :
Lama hamil :
Nafsu makan :
Miksi :
4
Defekasi :
Gerakan anak dirasakan :
Periksa hamil :
Riwayat Persalinan
Dikirim oleh :
His mulai sejak tanggal :
Darah lendir sejak tanggal :
Rasa mengedan sejak tanggal :
Ketuban belum / sudah pecah :
Riwayat Perkawinan :
Riwayat Sosial ekonomi :
Riwayat gizi :
Anamnesis Khusus
Keluhan Utama
Riwayat Perjalanan Persalinan
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan umum :
Kesadaran :
Tekanan darah :
Nadi :
Frekuensi pernafasan :
5
Suhu :
Berat badan :
Tinggi badan :
Konjunctiva palpebra pucat :
Sklera ikterik :
Gizi :
Payudara hiperpigmentasi :
Jantung :
Paru-paru :
Hati dan lien :
Edema pretibia :
Varises :
Refleks fisiologis :
Refleks patologis : .
Status Obstetri
Pemeriksaan luar:
Tanggal
Leopold I :
Leopold II :
Leopold III :
Leopold IV :
His :
DJJ :
TBJ :
6
Pemeriksaan dalam vagina :
Tanggal
a. Vaginal toucher
b. Pemeriksaan panggul
DIAGNOSA KERJA
PROGNOSIS
Ibu :
Anak :
PENATALAKSANAAN
Follow Up
Keluhan :
Status present :
KU : Sense :
TD : N :
7
T : RR :
Status Obstetrikus:
Pemeriksaan Luar:
Pemeriksaan Dalam Vagina:
Diagnosa:
Penatalaksanaan:
8
LAPORAN PERSALINAN
Tanggal pukul WIB tampak parturien ingin mengejan kuat. Pada
pemeriksaan didapatkan :
D/:
T/:
Pukul WIB
Pukul WIB
Pukul WIB
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Letak Sungsang
Keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah cavum uteri. Dikenal beberapa jenis yaitu :
1. Presentasi Bokong
2. Presentasi Bokong kaki sempurna
3. Presentasi Bokong kaki tidak sempurna
4. Presentasi Kaki
Letak sunsang ditemukan sekitar 2-4%, Greenhill melaporkan 4-4,5%
Holland 2-3%, sedangkan Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan terdapat 4,4 % dan
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung terdapat 4,6%
Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan lebih kurang 32 minggu, jumlah air
ketuban yang banyak sehingga memungkinkan bagi janin untuk bergerak dengan
leluasa. Janin dapat menempatkan diri pada presentasi kepala, letak lintang atau letak
sungsang. Namun pada kehamilan triwulan ketiga seiring dengan berkembangnya
janin semakin besar sehingga air ketuban relatif berkurang, bokong akan dipaksa
untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan kurang bulan presentasi bokong lebih sering
terjadi, sedangkan pada hamil cukup bulan dapat dipengaruhi beberapa faktor antara
lain : multiparitas, hamil kembar, hidramion, hidrosefalus, plasenta previa dan
panggul sempit.
Prognosis
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi
dibandingkan pada letak kepala. Pada beberapa rumah sakit di Semarang, Bandung
dan Medan didapatkan angka kematian perinatal masing-masing 38,5%, 16,8% dan
29,4%. Sebab kematian perinatal yang terpenting ialah prematuritas dan penanganan
10
persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam
tengkorak. Sedangkan hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan
panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul, serta akibat retraksi uterus
yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir. Komplikasi lain
yang dapat terjadi yaitu luka dan perdarahan pada kepala akibat kompresi dan
dekompresi yang terjadi dengan cepat.
Penatalaksanaan
Mengingat bahayanya persalinan letak sungsang sebaiknya persalinan ini
dihindari. Untuk itu pada pemeriksaan antenatal dan dijumpai letak sungsang maka
sebaiknya dilakukan versi luar sehingga menjadi presentasi kepala. Versi luar
sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara 34-38 minggu. Dengan memperhatikan
indikasi dan kontraindikasinya. Sebelumnya diperiksa denyut jantung janin dalam
keadaan baik, apabila bokong telah turun, dipastikan apakah bokong dapat
dikeluarkan atau tidak dari rongga panggul, jika bokong tidak dapat dikeluarkan
maka versi luar tidak ada gunanya.
Pada persalinan letak sungsang dibutuhkan kesabaran dan ketelitian. Selama
terjadi kemajuan pada persalinan dan tidak ada tanda-tanda bahya yang mengancam
kehidupan janin, maka penolong tidak perlu melakukan tindakan yang bertujuan
mempercepat kelahiran janin. Dilakukan pemeriksaan ada tidaknya tanda-tanda
untuk dilakukan seksio sesarea, antara lain kesempitan panggul, plasenta previa, atau
ada tumor pada jalan lahir. Jika tidak didapatkan kelainan dan diperkirakan dapat
dilahirkan pervaginam maka dilakukan pengawasan kemajuan persalinan.
Untuk melahirkan presentasi bokong ada beberapa cara :
1.Persalinan pervaginam
a. Persalinan Spontan secara Bracht
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri
b. Manual Aid (Ekstraksi Partial)
Janin dilahirkan sebagian oleh kekuatan ibu dan selanjutnya dibantu dengan
tenaga penolong
c. Ekstraksi Total
Janin dilahirkan sepenuhnya dengan kekuatan penolong
11
2. Persalinan pervaginam
Ada beberapa tahapan dalam persalinan dengan presentasi bokong, yaitu:
1. Fase lambat: yaitu mulai lahirnya bokong sampai pusat. Disebut fase
lambat karena fase ini hanya untuk melahirkan bokong, yaitu bagian janin
yang tidak berbahaya.
2. Fase cepat: yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai lahirnya mulut. Disebut
fase cepat karena pada fase ini kepala janin mulai masuk pintu atas
panggul, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit. Oeh karena itu fase ini
harus segera diselesaikan dan tali pusat segera dilonggarkan.
3. Fase lambat:yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.
Disebut fase cepat lambat karena kepala akan keluar dari ruangan yang
bertekanan tinggi, ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga
kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya
perdarahan intrakranial.
Memimpin persalinan dengan metode spontan Bracht. Cara ini merupakan cara
yang paling mendekati persalinan fisiologis sehingga mengurangi trauma pada janin
dan mengurangi kemungkinan infeksi karena tangan penolong tidak masuk ke dalam
jalan lahir.
Adapun teknik persalinan spontan bracht yang dilakukan pada janin yaitu dengan cara:
segera setelah bokong lahir bokong dicekam secara Bracht yaitu kedua ibu jari
penolong sejajar dengan panjangnya paha sedangkan jari-jari lain memegang
daerah panggul.
Melonggarkan tali pusat saat tali pusat lahir dengan jari
Lakukan hiperlordosis janin pada saat angulus skapula inferior tampak di
bawah simphisis, dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin
didekatkan kearah perut ibu tanpa tarikan, hanya disesaikan dengan lahirnya
badan bayi. Dorongan Kristeler pada fundus uteri dimulai bersamaan dengan
tindakan hiperlordosis.
Letakkan bayi di atas perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat, bersihkan
jalan nafas bayi oleh asisten, tali pusat dipotong
Selanjutnya bayi didekatkan pada ibu untuk menyusui
12
anak lahir sampai pusat tak maju lagi, metode Bracht dinyatakan gagal dan
bahu dapat dilahirkan secara klasik, Muler atau Lovset serta kepala bayi secara
Mauriceau
Untuk melahirkan bahu terdapat bebrapa metode antara lain :
1. Cara Klasik
- prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini ialah melahirkan
lengan belakang lebih dahulu, karena lengan belakang berada diruangan
yang lebih luas (sakrum), baru kemudian melahirkan lengan depan yang
berada dibawah simfisis. Tetapi bila lengan depan sukar dilahirkan, maka
lengan depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar
gelang bahu lalu kearah belakang dan kemudian lengan belakang
dilahirkan.
- kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi keatas sejauh mungkin, sehingga
perut janin mendekati perut ibu.
- bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan kedalam jalan
lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampa
pada fossa cubiti kemudian lengan dengan gerakan seolah-olah lengan
bawah mengusap muka janin
- untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada kaki janin diganti dengan
tangan kiri penolong, dan ditarik curam kebawah sehingga punggung
janin mendekati punggung ibu.
- dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan
- tetapi bila lengan depan sukar dilahirkan, maka lengan depan diputar
menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu lalu kearah
belakang dan kemudian lengan belakang dilahirkan.
2. Cara Muller
- melahirkan bahu depan dulu dengan ekstraksi lalu melahirkan bahu dan
lengan belakang.
- bokong dipegang secara femuro-pelviks yaitu kedua ibu jari diletakkan
sejajar spina sakralis dan jari telunjuk pada krista iliaka serta jari lain
13
memegang paha depan. Janin ditarik securam mungkin untuk
melahirkan bahu depan sampai bahu depan tampak dibawah simfisis,
dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya.
- setelah bahu depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang secra
femuro-pelviks diangkat keatas, sehingga bahu belakang lahir. Bila tidak
lahir dengan sendirinya maka lengan belakang dikait dan dilahrirkan.
Cara muller ini memiliki keuntungan karena tangan penolong tidak
masuk jauh kedalam jalan lahir sehingga bahaya infeksi dapat
diminimalisir.
3. Cara Lovset
- Prinsip persalinan Lovset ialah memutar badan janin dalam setengah
lingkaran bolak-balik sambil melakukan traksi curam ke bawah sehingga
bahu yang sebelumnya berada dibelakang akhirnya lahir di simfisis. Hal
ini disebabkan adanya inklinasi antar pintu panggul atas dengan sumbu
panggul dan bentuk kelengkungan panggul yang kelengkungan yang
depan lebih pendek dari yang belakang, sehingga bahu belakang selalu
berada lebih rendah dari bahu depan.
Melahirkan kepala dengan cara Mauriceau (Veit-Smellie) dengan cara :
- Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan kedalam
jalan lahir dan jari tengah dimasukkan kedalam mulut serta jari telunjuk
dan jari keempat mencengkram fossa kanina, sedangkan jari lain
mencengkram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah
penolong seolah-olah janin dalam posisi menunggan kuda. Jari telunjuk
dan jari ketiga yang lain memegang leher dari arah punggung.
- Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah disertai
dengan asisten melakukan ekspresi kristeller. Lalu berturut-turut lahir
dagu, muka, dahi dan ubun-ubun besar maka lahirlah kepala janin.
14
Penyulit
1. Sufokasi
Bila sebagian besar badan janin telah lahir, terjadilah pengecilan rahim
sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan menimbulkan anoksia janin.
Keadaan ini menimbulkan rangsangan bayi untuk bernapas, sehingga darah,
mukosa, cairan amnion dan mekonium teraspirasi yang dapat menimbulkan
sufokasi. Keluarnya sebagian badan janin juga merangsang janin untuk
bernapas.
2.Asfiksia Fetalis
Bahaya terjepitnya tali pusat pada waktu kepala masuk ke panggul.
3.Kerusakan jaringan otak
Trauma pada otak janin dapat terjadi karena panggul sempit, servik yang belum
terbuka lengkap, kepala janin yang lahir secara mendadak sehingga
dekompresii
4. Fraktur pada tulang-tulang janin
Kerusakan dapat berupa :
- Fraktur tulang-tulang kepala
- Fraktur tulang humerus ketika menarik lengan
- Fraktur tulang klavikula ketika melahirkan bahu
- Paralisis brachialis
- Fraktur femur
- Dislokasi bahu
- Dislokasi panggul
- Hematoma oto-otot
Mengingat faktor penyulit pada persalinan pervaginam maka perlu dievaluasi
dengan teliti, sebelum memutuskan untuk melahirkan janin pervaginam. Jika
memutuskan untuk menolong persalinan pervaginam penolong dituntu memiliki
ketrampilan yang baik. Cara ekstraksi total merupakan cara persalinan dengan resiko
3 x lebih besar dari persalinan spontan. Kematian perinatal pada presentasi bokong
lebih besar 5 x dibandingkan presentasi kepala.
.
15
Forcep=untuk after coming head.= kelan forcep, mirip dengan kelan forcep.
Bokong pervaginam=Hodge IV
1. Spontan bracht=
Klo tali pusat sdh d dpn vulva= kepala sdah mask PAP, hati-hati jepitan tali
pusat. Lepaskan kaki. Lepaskan bayi, biarkan menggantung, supaya kepala tidak
defleksi. Ikuti jalan kelahiran bayi.
2 partial; lahirkan bahu; angulus scapula sdh di bawah simfisis. Klasik, muller,
lovset.
mauriceau ; jari di fossa canina. Tangan kanan narik curam ke bawah sampai
subocciput lahir, tarik kepala ke arah perut ibu.
16
BAB III
PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?
17
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada tanggal 01 Oktober 2007, Ny. A berusia 22 tahun, alamat dalam kota,
berkebangsaan Indonesia, pekerjaan ibu rumah tangga, datang ke RSMH dengan
keluhan mau melahirkan dengan anak sungsang. Lebih kurang 7 jam sebelum masuk
rumah sakit, os mengeluh perut mules yang menjalar ke pinggang, hilang timbul,
makin lama makin kuat dan sering. Riwayat keluar darah lendir (+) 5 jam yang lalu,
riwayat keluar air-air (-). Os berobat ke bidan dan diketahui anak sungsang sehingga
dirujuk ke rumah sakit. Os mengaku hamil cukup bulan dan gerakan anak masih
banyak dirasakan.
Os menikah satu kali dan lamanya 1 tahun. Os menars pada usia 13 tahun,
dengan siklus teratur, 28 hari, lamanya 7 hari. Hari pertama haid terakhir tanggal 29
Desember 2006. Riwayat penyakit yang pernah diderita tidak ada. Riwayat operasi
tidak ada,riwayat abortus tidak ada. Riwayat sosial ekonomi cukup.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran kompos
mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/m, respirasi 20 x/m, suhu 36,8◦C,
dan keadaan organ lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan luar obstetri
didapatkan tinggi fundus uteri 3 jari dibawah procesus xipoideus (32 cm), letak janin
memanjang, punggung kanan, bagian terbawah bokong yang ditandai dengan tidak
dapat dirabanya bagian yang keras dan bulat, yakni kepala pada bagian bawah uterus,
dan kepala teraba di fundus uteri. Detak jantung janin 140 kali/menit teratur, his dua
kali dalam 10 menit lamanya 30 detik kualitas sedang, taksiran berat janin 2800
gram. Pada pemeriksaan dalam obstetri didapatkan portio dengan konsistensi lunak,
posisi medial, pendataran 100%, pembukaan lengkap (10 cm), terbawah bokong,
penurunan di atas spina ischiadika, penunjuk sacrum belakang. Nilai Zatuchni
Andros 4. Pada pemeriksaan panggul didapatkan promontorium tidak teraba, KD
>13cm, linea innominata teraba 1/3-1/3, sakrum konkaf, spina iskiadika tidak
menonjol, arkus pubis >90%, dinding samping lurus, kesan panggul luas. Pada
pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan hasil dalam batas normal.
18
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik-obstetri dan pemeriksaan penunjang,
pasien ini didiagnosa dengan G1P0A0 hamil aterm inpartu kala I fase laten, janin
tunggal hidup presentasi bokong murni.
Prognosis ibu dan anak adalah dubia mengingat angka kematian bayi pada
persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan dengan letak kepala. Sebab
kematian perinatal yang terpenting ialah prematuritas dan penanganan persalinan
yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak.
Sedangkan hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul
pada waktu kepala memasuki rongga panggul, serta akibat retraksi uterus yang dapat
menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir. Komplikasi lain yang dapat
terjadi yaitu luka dan perdarahan pada kepala akibat kompresi dan dekompresi yang
terjadi dengan cepat.
Dari penilaian didapatkan skor Zatuchni Andros adalah 4 sehingga pada
penatalaksanaannya penatalaksanaannya pasien ini direncanakan partus pervaginam
dengan reevaluasi menggunakan partograf WHO untuk menilai kemajuan persalinan.
Persalinan dimulai pada tanggal 01-10-2007 pukul 11.40 WIB tampak
parturien ingin mengejan kuat. Pada pemeriksaan dalam didapatkan portio tidak
dapat dinilai, pembukaan lengkap, ketuban (-), bagian terbawah janin adalah bokong,
penurunan 2/5 dibawah spina ischiadica, maka diputuskan untuk melakukan
persalinan dengan pervaginam.
Pukul 11.45 WIB Bokong tampak di vulva. Ketika ibu mengedan kuat,
dilakukan episiotomi mediolateral 3 cm. Bokong lahir spontan dengan tenaga
mengedan, tali pusat dikendorkan, ibu dipimpin mengedan 3 kali, scapula tidak
tampak dibawah simfisis diputuskan untuk melakukan ekstraksi partial dengan cara
lovset untuk melahirkan bahu, kepala dilahirkan secara mauriceau.
Pukul 11.50 WIB lahir bayi perempuan berturut-turut dagu, hidung, dahi, dan
kepala dengan BB 2550 gram dan PB 46 cm. APGAR Score 8/9 FT AGA.
Pukul 11.56 WIB plasenta lahir lengkap, BP: 500 gr, PTP: 50 cm, diameter
18 x 19 cm. Setelah diyakini tidak didapatkan perpanjangan luka episiotomi. Luka
epsiotomi dijahit secara jelujur dan terputus dengan chromic catgut 2-0.
19
BAB IV
KESIMPULAN
1. Diagnosis pada kasus ini sudah tepat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaaan luar, inspekulo, pemeriksaaan penunjang.
2. Berdasarkan dari hasil perhitungan Zatuchni-Andros Score (4) yang setelah
direevaluasi mengalami kemajuan, primigravida muda, berat janin sedang
2550 gram, kesan panggul yang luas, maka penatalaksanaan pada kasus ini
sudah tepat yaitu persalinan pervaginam.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Saifuddin A.B. Modul “safe motherhood” dalam Kurikulum Inti Pendidikan
Dokter di Indonesia. 1997
2. Angsar M.D Persalinan Sungsang dalam Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi
pertama. Yayasan Bina Pustaka, 2000. Jakarta.
3. Mortooesodo S. Distosia karena Kelainan Letak serta Bentuk Janin dalam
Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Yayasan Bina Pustaka, 1999. Jakarta.
21