ppk abd

8
Definisi Kumpulan penyakit dengan gejala diare, yaitu defekasi dengan feses cair atau lembek dengan/ tanpa lendir atau darah, dengan frekuensi 3 kali atau lebih sehari, berlangsung kurang dari 14 hari, kurang dari 4 episode/bulan. Perubahan konsistensi feses menjadi lebih lembek/cair dan frekuensi defekasi lebih sering menurut ibu Etiologi Penyebab terpenting: Rotavirus, E. coli, Shigella, Campylobacter jejuni, Vibrio cholera, Salmonella. Dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi Patogenesis Diare sekretorik: bakteri menempel di mukosa, mengeluarkan enterotoksin, mengaktifkan second massenger sehingga pompa-pompa sekresi (terutama pompa Chlorida) menjadi lebih aktif menghasilkan feses dengan konsistensi cair. Contoh kolera. Diare osmotik: defisiensi enzim-enzim pencernaan (enzim laktase merupakan enzim yang paling cepat terpengaruh dan paling lambat pulih) menyebabkan absorpsi makanan tidak sempurna menimbulkan beban osmotik di usus kecil bagian distal.Sisa makanan akan diurai oleh baktei kolon menjadi substansi-substansi yang lebih kecil (laktosa akan diurai menjadi asam-asam lemak rantai pendek, gas hidrogen, dan lain-lain) sehingga beban osmotik akan meningkat lagi menimbulkan diare. Contoh defisiensi enzim laktase. Diare campuran/sitolitik : Inflamasi/virus merusak villi sehingga terjadi gangguan absorpsi makanan (mekanisme diare osmotik). Rusaknya villi menyebabkan hiperplasi dan hipertropi kripta menimbulkan diare sekretorik. Contoh: infeksi rotavirus. Anamnesis Frekuensi BAB: 3 kali atau lebih, konsistensi feses cair atau lembek (konsistensi feses cair tanpa ampas walaupun hanya sakali dapat disebut diare), jumlah feses, ada tidaknya muntah, gejala-gejala klinik lain (batuk-pilek, panas, kejang, dan lain-lain), riwayat masukan cairan sebelumnya, minum lahap atau malas minum. Pemeriksaan fisik Tanda-tanda dehidrasi, komplikasi, penyakit penyulit (bronkopneumoni, bronkiolitis, malnutrisi, penyakit jantung dan dekompensasi kordis, dan : keadaan umum (gelisah, cengeng, rewel, letargi, tampak sakit berat), frekuensi nadi, suhu, frekuensi nafas (tanda asidosis atau adanya penyakit penyulit). Pemeriksaan yang meliputi keadaan umum pasien, status dehidrasi, pemeriksaan abdomen, ekskoriasi pada bokong, dan 1

description

abdomen

Transcript of ppk abd

Page 1: ppk abd

Definisi Kumpulan penyakit dengan gejala diare, yaitu defekasi dengan feses cair atau lembek dengan/ tanpa lendir atau darah, dengan frekuensi 3 kali atau lebih sehari, berlangsung kurang dari 14 hari, kurang dari 4 episode/bulan.

Perubahan konsistensi feses menjadi lebih lembek/cair dan frekuensi defekasi lebih sering menurut ibu

Etiologi Penyebab terpenting: Rotavirus, E. coli, Shigella, Campylobacter jejuni, Vibrio cholera, Salmonella. Dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi

Patogenesis Diare sekretorik: bakteri menempel di mukosa, mengeluarkan enterotoksin, mengaktifkan second massenger sehingga pompa-pompa sekresi (terutama pompa Chlorida) menjadi lebih aktif menghasilkan feses dengan konsistensi cair. Contoh kolera.Diare osmotik: defisiensi enzim-enzim pencernaan (enzim laktase merupakan enzim yang paling cepat terpengaruh dan paling lambat pulih) menyebabkan absorpsi makanan tidak sempurna menimbulkan beban osmotik di usus kecil bagian distal.Sisa makanan akan diurai oleh baktei kolon menjadi substansi-substansi yang lebih kecil (laktosa akan diurai menjadi asam-asam lemak rantai pendek, gas hidrogen, dan lain-lain) sehingga beban osmotik akan meningkat lagi menimbulkan diare. Contoh defisiensi enzim laktase.Diare campuran/sitolitik : Inflamasi/virus merusak villi sehingga terjadi gangguan absorpsi makanan (mekanisme diare osmotik). Rusaknya villi menyebabkan hiperplasi dan hipertropi kripta menimbulkan diare sekretorik. Contoh: infeksi rotavirus.

Anamnesis Frekuensi BAB: 3 kali atau lebih, konsistensi feses cair atau lembek (konsistensi feses cair tanpa ampas walaupun hanya sakali dapat disebut diare), jumlah feses, ada tidaknya muntah, gejala-gejala klinik lain (batuk-pilek, panas, kejang, dan lain-lain), riwayat masukan cairan sebelumnya, minum lahap atau malas minum.

Pemeriksaan fisik Tanda-tanda dehidrasi, komplikasi, penyakit penyulit (bronkopneumoni, bronkiolitis, malnutrisi, penyakit jantung dan dekompensasi kordis, dan : keadaan umum (gelisah, cengeng, rewel, letargi, tampak sakit berat), frekuensi nadi, suhu, frekuensi nafas (tanda asidosis atau adanya penyakit penyulit). Pemeriksaan yang meliputi keadaan umum pasien, status dehidrasi, pemeriksaan abdomen, ekskoriasi pada bokong, dan manifestasi kulit. Penting untuk mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, perbandingan berat badan terhadap tinggi badan, gejala kehilangan berat badan, menilai kurva pertumbuhan, dan sebagainya

Kriteria Diagnosis Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Penunjang

Diare akut murni : darah rutin, feses rutin dan kultur feses Bukan diare akut murni atau diare akut dengan komplikasi : Darah lengkap, elektrolit, BSS, kultur darah, urin lengkap, kultur urin.

TatalaksanaTerapi cairan dan elektrolit : Koreksi cairan dan elektrolit dibedakan 2 macam: Diare akut murni.Diare akut dengan penyulit/komplikasi.

Ad 1. Diare akut murni Ditujukan untuk : Rehidrasi : mengganti previous water losses dengan IVFD (mengunakan

RL) atau per oral (menggunakan oralit).Maintenance : mencegah dehidrasi dengan mengganti on going water losses

1

Page 2: ppk abd

dengan oralit peroral/CRO.Requirement : dengan makan dan minum seperti biasa.Diare akut dehidrasi ringan sedang menggunakan oralit pada dengan dosis 75 ml/kgBB/4 jam, jika gagal upaya rehidrasi oral (URO) mengunakan cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml/kgBB/4 jamDiare akut dehidrasi berat mengunakan cairan ringer laktat dengan dosis 30 ml/jam/kgBB sampai tanda-tanda dehidrasi hilang (target 120 ml/kgBB). Monitoring rehidrasi dilakukan setiap jam, jika tanda-tanda dehidrasi hilang, rehidrasi dihentikan.

Ad 2. Pada diare akut dengan penyulit :

Menggunakan modifikasi Sutejo dengan cairan yang mengandung: Na : 63,3 mEq/L. K : 10,4mEq/L.CI : 61,4 mEq/L.HCO3 : 12,6 mEq/L.Kalori : 200 kalori

Yang terdiri dari NaCl 15% 10 cc (1 cc = 2,55 mEq/l), KC1 10% 4 cc (1 cc = 1,33 mEq/l), NaHCO3 8,4% 7 cc (1 cc = 1 mEq/l) dalam 500 cc D5% (mirip cairan KAEN 3A).Koreksi diberikan secara IV dengan kecepatan :Diare akut dengan penyulit dengan dehidrasi ringan-sedang :4 jam I : 50 cc/kg BB.20 jam II : 150 cc/kgBB.Atau dapat diberikan dengan kecepatan yang sama 200 ml/kgBB/hariDiare akut dengan penyulit dehidrasi berat :4 jam I : 60 cc/kg BB.20 jam II : 190 cc/kgBB.Rehidrasi yang diberikan perhari tetap dimonitoring. Rehidrasi dihentikan jika status rehidrasi telah tercapai (tidak ada tanda-tanda dehidrasi). Diare akut dengan penyulit dengan dehidrasi ringan-sedang memerlukan cairan rehidrasi antara 150 – 200 ml/kgBB/hari sedangkan dehidrasi berat 250 ml/kgBB/hari. Kebutuhan cairan rehidrasi untuk anak yang lebih besar (lebih dari 10 kg) kurang dari nilai tersebut, sebagai patokan praktisnya adalah dehidrasi ringan-sedang memerlukan 1,5 sampai 2 kali kebutuhan maintenance (misalnya anak 20 kg, kebutuhan maitenancenya adalah 1500 ml dengan, yang berarti kebutuhan rehidrasinya 2250-3000ml), sedangkan dehidrasi berat 2,5 kali maintenance.

Bentuk penyulit, jenis dan jumlah cairan dilihat pada skema 2. Terapi diet lihat skema 1

Terapi medikamentosa :

Diberikan preparat zink elemenal, untuk usia < 6 bulan sebanyak 1 x 10 mg dan usia ≥ 6 bulan sebanyak 1 x 20 mg selama 10-14 hari. Obat-obatan antimikroba termasuk antibiotik tidak dipakai secara rutin pada penyakit diare akut. Patokan pemberian antimikroba/antibiotika adalah sebagai berikut :

1. Kolera.2. Diare bakterial invasif.3. Diare dengan penyakit penyerta.4. Diare karena parasit/jamur.Ad. 1. Kolera :

Semua penderita yang secara klinis dicurigai kolera diberi Tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 3 hari.

Ad. 2. Diare bakterial invasif :Secara klinis didiagnosis jika : Panas lebih dari 38,5oC dan meteorismus.Ada lendir dan darah dalam tinja secara makroskopis maupun mikroskopis.Leukosit dalam tinja secara mikroskopis lebih dari 10/lpb atau ++

2

Page 3: ppk abd

Antibiotika yang dipakai sementara menunggu hasil kultur : K1inis diduga ke arah Shigella (setiap diare yang disertai darah

dapat dianggap shigelosis, jika tidak ada tanda klinis yang khas untuk penyakit lainya atau belum dapat dibutikan infeksi lainnya, melalui kultur) diberi Nalidixid acid 55mg/kgBB/hari diberi 4 dosis selama 10 hari atau Ciprofloxacin 30 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 5 hari.

K1inis diduga ke arah Salmonella diberikan Kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 10 hari.

Ad. 3. Penyakit penyerta diobati sebagaimana mestinya.Ad. 4 Untuk penyakit parasit diberikan :

Amubiasis diberikan Metronidazole 50 mg/kbBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 5-7 hari.

Helminthiasis: untuk Ascaris/Ankylostoma/Oxyuris: Pyrantel Pamoate 10 mg/kgBB/hari dosis tungga1 atau albendazole 400 mg dosis tunggal untuk anak lebih dari 2 tahun. Untuk Trichuris : Mebendazole 2 X l00 mg selama 3 hari.

Giardiasis : Metronidazole 15 mg/kgBB/hari selama 5 hari. Untuk penyebab jamur diberikan :Candidiasis diberikan Nistatin :- Kurang dari 1 tahun : 4 X 100.000 IU se1ama 5 hari.- Lebih dari 1 tahun : 4 X 300.000 IU se1ama 5 hari.

Edukasi Pendidikan kesehatan dilakukan pada saat visite dan di ruangan khusus dimana orangtua penderita dikumpulkan.

Pokok ceramah meliputi :

Usaha pencegahan diare dan KKP. Usaha pertolongan untuk mencegah dehidrasi pada diare dengan

menggunakan oralit dan cairan. Imunisasi. Keluarga berencana.

Penderita dipulangkan :

Bi1a yakin ibu sudah dapat/sanggup membuat/memberikan oralit kepada anak dengan cukup wa1aupun diare masih berlangsung.

Kausa diare/penyakit penyerta sudah diketahui dan diobati (tidak mutlak).

Komplikasi danPrognosis

Kepustakaan

Asidosis metabolik Gangguan elektolit, terutama hipokalemia Kembung dan ileus paralitik Sindoma hemolitik uremik

1. Nelson Pediatric Text Book King CK, Glass R, Bresee JS, Duggan C. Managing acute gastroenteritis among children oral rehydration: maintenance, and nutritional therapy. Centers for disease control and prevention. MMWR. 2003;52:1-29.

2. Buku ajar IDAI Gastroenterohepatologi3. Nelson Pediatric Text Book Fortaine O, Newton C. A revolution in the

management of diarrhea. Bull WHO. 2001; 79: 471-9.4. Santosham M, Duggan C, Brown KH, Greenough III WB. Management of

acute diarrhea. Dalam: Wyllie R, Hyams JS, penyunting. Pediatric Gastrointestinal and Liver Disease: Pathophysiology, Diagnosis, Management. Edisi ke-3. Philadelphia: WB Saunders; 2006. H. 557-81.

5. World Health Organization. Guideline for the control of shigellosis, including epidemics due to shigella dysenteriae type 1. WHO; 2003. H. 1-70.

Lain-lain (Algoritme,Protokol, Prosedur,Standing Order)

Skema 1. Terapi Cairan dan Pemberian Makanan Ada GE Akut Tanpa Penyulit.

3

Page 4: ppk abd

Patokan koreksi cairan melalui NGD (Nasogastrik Drip) adalah : Nadi masih dapat diraba dan masih dapat dihitung. Tidak ada meteorismus. Tidak ada penyulit yang mengharuskan menggunakan cairan IV Dikatakan gagal jika dalam 1 jam pertama muntah dan diare terlalu

banyak atau syok bertambah berat.

Skema 2. Beberapa Penyulit Gastroenteristis Akut dan Penanggulangannya.

Jenis Penyulit

Jenis/Cara Pemberian

CairanJumlah Cairan

Terapi Medikametosea

Ket

Gizi kurang RL Sesuai GEA nurni Sesuai kausa/penyakit penyerta

Gizi buruk Modifikasi Sutejo

Maras : 250 cc/kgBBKwash: 200 cc/kgBB

*

Bronko Pneumonia

Modifikasi Sutejo

¾ Kebutuhan Sesuai BP **

Ensefalitis Modifikasi Sutejo

¾ Kebutuhan Sesuai Ensefalitis

Meteorismus Modifikasi Sutejo

¾ Kebutuhan Antibiotik profilaksis

***

Miningitis Purulenta

Modifikasi Sutejo

¾ Kebutuhan Sesuai menpur

Dehidrasi hipotonis

Sesuai skema 3 Sesuai skema 3 Sesuai etiologi ****

Gagal Ginjal Akut

Sesuai GGA 30 cc kg/BB + volume urin 1 hari sebelumnya + 12% setiap kenaikan suhu 10 C

Sesuai GGA

Impending Decomp Cordis

Cairan rendah natrium

¾ Kebutuhan Digitalisasi

* Dapat mengunakan tatalaksana diare pada gizi buruk ** Diberikan pada bronkopneumonia dimana anak sangat sesak dan

sistim kardiovaskuler tidak mungkin menerima terapi rehidrasi cepat. *** Akibat lanjut dari meteorismus adalah terjadinya ballooning effect,

4

DehidrasiRehidrasi

WaktuCairan

Pencegahan Dehidrasi

Makan Minum

Tanpa dehidrasi

- - 10-20 cc/kgBB/ BAB oralit atau

ASI diteruskan. Susu formula diteruskan. Makanan padat diteruskan dengan mengurangi makanan berserat, ekstra 1 porsi

Ringan-sedang

4 jam 75 cc (½ gelas) oralit/ kg BB atau ad libitum sampairasa haus hilang

Idem Dapat ditangguhkan sampai anak menjadi segar

Berat 4 Jam IVFD RL 30 cc/kg BB 7½ tetes/kgBB/menit. Oralit ad libitum segera setelah anak bias minum

Idem Idem

Penilaian dilakukan tiap 1 jam

Setelah rehidrasi

Idem penderita tanpa dehidrasi

Page 5: ppk abd

langkah-langkah; untuk mengatasi ini adalah dengan melakukan dekompresi : Dari atas dengan sonde lambung yang dihisap secara berkala.Dari bawah dengan memasang schorstein.Menghentikan makanan peroral (sesuai dengan beratnya meteorismus) dan memberi makanan parenteral sedini mungkin.

**** Dasar klinis diagnosis dehidrasi hipertonis :1. Klinis : turgor yang relatif baik, hiperiritabel, rasa haus yang

sangat nyata, kejang yang biasanya timbul setelah terapi cairan. 2. Labor : kadar Na* serum 1ebih dari 150 meq/l.

Skema 3. Terapi Cairan Dehidrasi Hipertonik.

Waktu(Jam)

TargetJumlahCairan

(ml)

Kecepatan

Jenis CairanCa

GlukonasNadi

120120- 140

140- 160

> 160Fili-

formis1 15 3¾ tts/kgBB/ menit DG RL RL Rl RL 5 –10 cc

2 15 Idem DG DG RL RL RL

3 15 Idem DG DG DG RL RL

4 15 Idem DG DG DG DG RL

5 s/d 24190 23/8 tts/ kgBB/

menit

Jam ke-95-10 cc

Jam ke-17

Cairan DG = KAEN 3A

5