POTENSI DAN DAYA TARIK MONUMEN NASIONAL SEBAGAI …
Transcript of POTENSI DAN DAYA TARIK MONUMEN NASIONAL SEBAGAI …
POTENSI DAN DAYA TARIK MONUMEN NASIONAL SEBAGAI
SALAH SATU OBYEK WISATA UNGGULAN DI JAKARTA
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli
Madya Pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata
Siva Sevhila Martine
C 9406004
DIII USAHA PERJALANAN WISATA
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Judul Laporan Tugan Akhir : Potensi dan daya tarik monumen nasional sebagai salah satu obyek wisata unggulan di Jakarta
Nama Mahasiswa : Siva Sevhila Martine Nim : C.9406004 Tanggal Ujian :
DITERIMA DAN DISETUJUI OLEH PANITIA PENGUJI
Dra.Sawitri Pri Prabawati, M.Pd (............................................) Ketua Penguji Tiwuk Kusuma Hastuti, S.S, M.Hum (............................................) Sekretaris Penguji Drs.Tundjung Wahadi Sutirto, M.Si (............................................) Penguji Utama Drs.Suharyana M.Pd (............................................) Penguji Pembantu Dekan Drs. Sudarno, M.A.
NIP.131472202
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
ii
Judul Laporan Tugan Akhir : POTENSI DAN DAYA TARIK MONUMEN NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU OBYEK WISATA UNGGULAN DI JAKARTA
Nama Mahasiswa : Siva Sevhila Martine Nim : C 9406004
Menyetujui
Disetujui, Disetujui, Pembimbing utama Pembimbing Pembantu
Drs.Tundjung Wahadi Sutirto, M.Si Drs.Suharyana M.Pd
iii
MOTTO
v Hadapilah hari esok dengan senyum.
( Siva Sevhila Martine )
v Jangan pernah menyerah sebelum mencoba. ( Siva Sevhila Martine )
v Balajar untuk yakin pada kemampuan diri sendiri ( Siva Sevhila Martine )
iv
PERSEMBAHAN
Karya Tulis ini aku pesembahkan kepada:
1. Ayah, Ibu dan Adikku yang aku sayangi, terima kasih atas
kasih sayangnya
2. Adhitya yang senantiasa memberiku semangat, terima
kasih atas kebersamaan yang indah
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME yang melimpahkan segala
rahmat, karunia, serta kasih Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini yang berjudul “POTENSI DAN DAYA TARIK MONUMEN NASIONAL
SEBAGAI SALAH SATU OBYEK WISATA UNGGULAN DI JAKARTA”.
Maksud penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Pariwisata pada Program Diploma III Usaha
Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Negeri Sebelas Maret
Surakarta.
Untuk dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini penulis dibantu oleh banyak
pihak, tanpa bantuan dari semua pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan Tugas Akhir
ini. Maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebanyak – banyaknya kepada :
1. Drs. Sudarno, M.A selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas
Negeri Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberi kesempatan untuk
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Drs. Suharyana M.Pd. selaku Ketua Program Diploma III Usaha Perjalanan
Wisata dan selaku Pembimbing Akademik juga sebagai pembimbing kedua dalam
penyusunan Tugas Akhir ini yang telah memberikan masukan yang berharga bagi
penulis.
vi
3. Drs. Tundjung Wahadi Sutirto, M.Si selaku pembimbing pertama yang
memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
4. Segenap Dosen dan karyawan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan ilmunya.
5. Ibu, Bapak, dan adikku tersayang terima kasih atas kasih sayangnya selama ini
yang tidak dapat aku balas dengan apapun.
6. Adhitya yang kusayang terima kasih karena telah memberikan keindahan dalam
hidupku dan telah memberikanku semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Teman – teman DIII Usaha Perjalanan Wisata angkatan 2006 terima kasih atas
kebersamaan yang sangat indah.
8. Teman- teman kost Puspa Indah terima kasih karena selalu ada disampingku
disaat suka maupun duka.
9. The Ladours community kalian memang sahabat-sahabat terbaikku terima kasih
semuanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih
belum sempurna, oleh karena itu semua kekurangan, kritik dan saran dari pembaca
akan diterima dengan senang hati demi penyempurnaan tulisan ini.
Surakarta, Juni 2009
Penulis
vii
ABSTRAK
Siva Sevhila Martine, 2009. Potensi Dan Daya Tarik Monumen Nasional Sebagai Salah Satu Obyek Wisata Unggulan Di Jakarta. Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. Laporan Tugas Akhir ini mengkaji tentang potensi dan daya tarik Monumen Nasional yang menjadi kebanggaan seluruh masyarakat DKI Jakarta dan Indonesia yang selalu ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab persoalan yang dipertanyakan yaitu apakah maksud dan tujuan pemerintah dalam membangun Monumen Nasional, bagaimana potensi obyek dan daya tarik wisata yang terdapat di Monumen Nasional, dan usaha apa saja yang akan dilakukan pengelola Tugu Monumen Nasional dalam mengembangkan Monumen Nasional sebagai obyek wisata unggulan di Jakarta. Penulisan ini disajikan secara diskriptif kualitatif untuk memperoleh gambaran berbagai informasi yang berhubungan dengan potensi dan daya tarik Monumen Nasional sebagai salah satu obyek wisata unggulan di Jakarta. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi Dokumen. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif dan disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah mempuyai maksud dan tujuan dalam membangun Monumen Nasional, potensi dan daya tarik yang terdapat di Monumen Nasional salah satunya dapat terlihat dari bentuk Tugu yang berbeda dari tugu lainnya, serta pengembangan yang akan dilakukan pengelola dalam jangka pendek salah satunya adalah pembenahan manajemen pengelolaan dan peningkatan sarana dan prasarana Monumen Nasional. Kesimpulan yang dapat diambil adalah Monumen Nasional adalah merupakan land mark kota Jakarta yang terkenal tidak hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri, karena selain bentuknya yang unik dan menarik, Monumen Nasional juga memiliki maksud dan tujuan tersendiri dalam pembangunannya.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN……………………… II HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING……………………….. III MOTTO…………………………………………………………………. IV PERSEMBAHAN………………………………………………………. V KATA PENGANTAR…………………………………………………... VI ABSTRAK………………………………………………………………. VIII DAFTAR ISI…………………………………………………………….. IX DAFTAR TABEL………………………………………………………. XI DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………. X11
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah………………………………………… 1 B. Rumusan Masalah……………………………………………… 3 C. Tujuan Penulisan……………………………………………….. 3 D. Manfaat Penulisan……………………………………………… 3 E. Kajian Pustaka………………………………………………….. 4 F. Metode Penelitian………………………………………………. 10 G. Sistematika Penulisan…………………………………………... 13
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA JAKARTA
A. Letak Geografis………………………………………………… 15 B. Iklim……………………………………………………………. 18 C. Bahasa………………………………………………………….. 19 D. Kebudayaan dan kesenian……………………………………… 20 E. Musik…………………………………………………………… 21
F. Tari……………………………………………………………... 22 G. Senjata Tradisional……………………………………………... 22 H. Kependudukan………………………………………………….. 22 I. Agama…………………………………………………………… 24 J. Pemerintahan……………………………………………………. 25 K . Transportasi……………………………………………………... 26 L. Makanan………………………………………………………… 26 M. Pariwisata……………………………………………………….. 27
BAB III GAMBARAN UMUM TUGU MONUMEN NASIONAL
A. Sejarah Berdirinya Tugu Monumen Nasional………………….... 31 1. Dasar Pembangunan…………………………………………... 31 2. Maksud dan Tujuan Pembangunan Tugu Monumen Nasional.. 33
B. Pelaksanaan Pembangunan Tugu Monumen Nasional…………... 37 1. Tahap Pertama Pelaksanaan Pembangunan (1961-1965)……... 37
ix
2. Tahap Kedua Pelaksanaan Pembangunan (1966-1968)……….. 38 1. Tahap Ketiga Pelaksanaan Pembangunan (1969-1976)……….. 38
C. Bagian-bagian Tugu Monumen Nasional………………………... 43 1. Pintu Gerbang Utama…………………………………………. 43 2. Ruang Museum Sejarah……………………………………….. 43 3. Ruang Kemerdekaan................................................................... 46 4. Pelataran Cawan………………………………………………. 48 5. Pelataran Puncak Tugu Monumen Nasional………………….. 48 6. Lidah Api Kemerdekaan………………………………………. 52 7. Kolam Pendingin………………………………………………. 52
8. Ruang Mesin…………………………………………………… 53 9. Patung Pangeran Diponegoro…………………………………. 53
D. Retribusi Monumen Nasional……………………………………. 53 E. Jam Buka Loket Monumen Nasional…………………………….. 54 F. Struktur Organisasi Monumen Nasional…………………………. 55 G. Data Pengunjung Monumen Nasional……………………………. 56
BAB IV POTENSI DAN DAYA TARIK OBYEK WISATA MONUMEN NASIONAL
A. Visi dan Misi Monumen Nasional………………………………. 57 B. Analisis 4A + 1P………………………………………………… 58 C. Analisis SWOT Monumen Nasional………………………......... 65 D. Hasil Wawancara Wisatawan…………………………………… 68 E. Pengembangan Yang Sudah dilakukan Monumen Nasional……. 69 F. Rencana Pengembangan Jangka Pendek....................................... 70 G. Tujuan Pengembangan Monumen Nasional.................................. 71
BAB V KESIMPULAN Kesimpulan…………………………………………………….......... 73 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 75 LAMPIRAN …………………………………………………………. 76
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Batas – batas wilayah administrative DKI Jakarta……………………. 16 Tabel 2. Jumlah pertumbuhan penduduk Jakarta terhitung mulai tahun
1870 sampai 2007…………………………………………………… 23 Tabel 3. Daftar Gubernur yang memerintah DKI Jakarta……………………… 25 Tabel 4. Retribusi Tugu Monumen Nasional…………………………...……… 53 Tabel 5. Data Pengunjung Monumen Nasional tahun 2007 sampai april 2009... 56 Tabel 6. Analisis SWOT Monumen Nasional………………………………..… 65
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Informan………………………………………………… 76 Lampiran 2. Surat Permohonan Observasi di Monumen Nasional…….......... 77 Lampiran 3. Gambar Bentuk Monumen Nasional…………………………… 78 Lampiran 4. Peta Lokasi Monumen Nasional………………………………... 79 Lampiran 5. Peta Wisata Monumen Nasional………………………………... 80 Lampiran 6. Letak Monumen Nasional………………………………………. 81 Lampiran 7. Brosur Monumen Nasional berbahasa Indonesia………………. 82 Lampiran 8. Brosur Monumen Nasional berbahasa Inggris………………….. 83 Lampiran 9. Diorama Armada Perang Majapahit dan Diorama Masyarakat
Indonesia Purba…………………………………………………. 84 Lampiran 10.Diorama Kebangkitan Nasional dan Diorama aksi Tritura……... 85 Lampiran 11.Gambar Kendaraan di dalam kawasan Monas dan gambar patung
Pangeran Diponegoro……………………………………………. 86 Lampiran 12.Gambar Peta Wilayah NKRI dan gambar penataan taman Monas 87 Lampiran 13.Gambar Pemandangan halaman Monas dari pelataran cawan dan
gambar keindahan pemandangan alam dari puncak Monas……………………………................................................. 88
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia Pariwisata merupakan dunia yang universal yang dapat diartikan bahwa
pariwisata itu merupakan kebutuhan seluruh umat manusia di dunia. Indonesia
merupakan salah satu Negara yang kaya akan daerah wisata yang pengunjungnya
sudah dikenal dengan sebutan wisatawan domestik untuk pengunjung dalam negeri
dan wisatawan mancanegara untuk pengunjung dari luar negeri.
Sebagai Ibu kota negara Indonesia, Jakarta merupakan pusat pemerintahan,
perekonomian, perdagangan, industri, dan pariwisata di Indonesia. Jakarta
mempunyai luas sekitar 670 km². Pada saat ini, Jakarta telah dilengkapi dengan
fasilitas-fasilitas yang serba modern dan gedung-gedung pencakar langit yang
mengantarkan kota ini menjadi kota metropolitan yang dapat disejajarkan dengan
kota-kota besar lainnya di dunia seperti Tokyo, Hongkong, dan London. Dengan
aktivitas yang sangat padat baik siang maupun malam hari, membuat kota Jakarta
juga dijuluki sebagai “kota yang tidak pernah tidur”. Jakarta merupakan daerah
khusus Ibu Kota, yang juga merupakan propinsi yang dikepalai oleh seorang
Gubernur.
Jakarta sangat berpotensi sebagai kota tujuan wisata, ada banyak sekali asset-aset
wisata dan ragam budaya yang tidak kalah menarik dengan wilayah-wilayah lain
yang ada di Indonesia. Jakarta memiliki 3 jenis wisata andalan yakni wisata alam,
wisata buatan, dan wisata budaya.
1
Berbagai obyek wisata yang terdapat di Jakarta dapat memudahkan wisatawan
untuk memilih obyek wisata yang ingin dikunjungi. Salah satu obyek wisata buatan di
Jakarta yang menarik wisatawan adalah Monumen Nasional atau yang lebil dikenal
dengan nama Tugu Monas. Monumen ini menjadi ”icon” Jakarta karena merupakan
salah satu dari monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan
perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda. Selain bentuknya yang unik,
monumen ini juga terletak di pusat kota Jakarta. Monas selalu ramai dikunjungi
wisatawan terutama pada hari libur untuk melihat keindahan kota Jakarta dari puncak
Monas yang dilapisi emas.
Untuk tetap menjadikan Monumen Nasional sebagai salah satu obyek wisata
unggulan di Jakarta maka upaya pelestarian yang dinamis perlu dilakukan.
Alternatifya adalah dengan melakukan usaha – usaha dalam mengembangkan
Monumen Nasional yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah DKI Jakarta
diharapkan dapat meningkatkan kontribusi pariwisata terhadap pendapatan asli
daerah.
Hal inilah yang memunculkan keinginan untuk mengetahui lebih jauh tentang
potensi dan daya tarik Monumen Nasional sebagai salah satu obyek wisata unggulan
di Jakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka perumusan permasalahan
dalam penelitian sebagai berikut:
1. Apakah maksud dan tujuan pemerintah dalam membangun Monumen Nasional?
2. Bagaimana potensi obyek dan daya tarik wisata yang terdapat di Monumen
Nasional?
3. Usaha apa saja yang akan dilakukan oleh Pengelola Tugu Monumen Nasional di
dalam mengembangkan Monumen Nasional sebagai obyek wisata unggulan di
Jakarta?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka penulisan ini
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui maksud dan tujuan pemerintah dalam pembangunan Monumen
Nasional.
2. Mengetahui potensi dan daya tarik yang terdapat di Monumen Nasional.
3. Mengetahui usaha yang akan dilakukan oleh Dinas Pengelola Tugu Monumen
Nasional Jakarta dalam mengembangkan Monumen Nasional.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan yang luas bagi para
penulis dan pembaca, khususnya yang ada di Pulau Jawa mengenai obyek wisata
Monumen Nasional.
2. Dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dan pemerintah kota DKI Jakarta sebagai
media promosi obyek wisata Monumen Nasional, disamping itu juga bermanfaat
bagi intropeksi pemerintah DKI Jakarta dalam menjalankan perannya sebagai
fasilitator dan dinamisator.
3. Bagi kalangan akademis dapat dijadikan referensi tambahan dalam melakukan
penelitian sejenis atau yang berkaitan dimasa mendatang.
4. Bagi lembaga pendidikan tinggi, pendidikan ini bermanfaat untuk menambah
perbendaharaan pustaka.
E. Kajian Pustaka
1. Pengertian Pariwisata
Menurut pengertian secara etimologis kata pariwisata berasal dari bahasa
sansekerta, yaitu dari kata “ pari ” dan “ wisata ”. Pari berarti banyak, berputar-
putar, berkali-kali. Sedangkan kata wisata berarti perjalanan atau bepergian yang
dalam hal ini bersinonim dengan kata Travel (bahasa Inggris). Dengan demikian
pariwisata dapat diartikan sebagai “ perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau
berputar – putar, berangkat dari suatu tempat dan singgah disuatu atau di beberapa
tempat, dan kembali ketempat asal semula, serta tidak bermaksud untuk tinggal
menetap di tempat yang menjadi tujuan perjalanannya ( Oka
A yoeti, 1991 : 103 ).
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 9/Thn. 1990 tentang
kepariwisataan, wisata adalah “ kegiatan perjalanan atau sebahagian dari kegiatan
tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
obyek dan daya tarik wisata”. Dalam bahasa asing, wisata lebih dikenal dengan
istilah “ TOUR ” ( MT Sirait, Sudiyani, Wahyu Hadad, 1997 : 5 ).
Menurut World Association of Travel Agent ( WATA ). Tour adalah “
Perjalanan keliling selama lebih dari 3 hari, yang diselenggarakan oleh suatu
badan / agen perjalanan di beberapa kota atau pada suatu kota yang mana
acaranya mencakup untuk melihat – lihat berbagai tempat atau kota baik di dalam
maupun di luar negeri ( MT Sirait, Sudiyani,
Wahyu Hadad, 1997 : 5 ).
2. Karakteristik dasar pariwisata
Untuk dapat memberikan pengertian dari industri pariwisata lebih lanjut
akan diuraikan beberapa karakteristik dasar pariwisata ( basic characteristic of
tourism ), antara lain :
a. Pariwisata adalah himpunan dari berbagai bentuk aktivitas, fasilitas dan jasa
pelayanan (service) dengan segala yang berhubungan dengan kebutuhan -
kebutuhannya.
b. Pariwisata adalah sejumlah sekumpulan dari aktivitas – aktivitas fasilitas dan
jasa pelayanan yang dihasilkan untuk perjalanan dari manusia dan kebutuhan
– kebutuhan jangka pendeknya selama mereka meninggalkan tempat
kediamannya terutama yang bertujuan untuk rekreasi dan beristirahat.
c. Bentuk lain dari perjalanan jangka pendek yang dimaksud seperti business dan
dengan tujuan lain adalah perjalanan yang termasuk di dalam pariwisata.
d. Perjalanan manusia dari satu tempat ke tempat yang baru untuk tujuan
menetap atau berdomisili bukan merupakan perjalanan wisata ( MT
Sirait, Rustan Sirait, dan Benyamin H.A, 1994 : 4 ).
3. Motivasi perjalanan
Orang yang akan melakukan perjalanan akan dapat memperoleh kepuasan
sesuai dengan tujuannya. Sebagaimana diketahui bahwa manusia melakukan
perjalanan mempunyai tujuan dan motivasi yang berbeda – beda. Adapun
motivasi – motivasi tersebut meliputi :
a. Motivasi Umum : Yaitu meninggalkan rumah tempat kediaman / lingkungan
baik untuk sementara maupun dalam waktu lama.
b. Motivasi Khusus :
1. Nilai Elastis, Antara lain yaitu untuk berdagang( business ), konferensi(
conference ), pertemuan( meeting )
2. Nilai Non Elastis, Antara lain yaitu untuk berlibur( Holiday ),
mengunjungi keluarga( family visits ), Pendidikan( education ), Olah raga(
sports ), agama( Religions ), berbelanja( shopping ), kesehatan( health ),
penyesuaian( conformity ), harga diri(prestige )
Disamping itu, manusia dalam melakukan perjalanannya ingin
memperoleh sesuatu yang berbeda dalam kehidupannya. Beberapa alasan yang
mendorong manusia untuk melakukan perjalanan terutama dalam perjalanan
wisata menurut PATA ( Pacific Area Travel Association ) adalah sebagai berikut :
a. Keramah – tamahan penduduk ( warm & friendly people )
b. Keindahan pemandangan alam ( beautiful natural scenery )
c. Penginapan yang menyenangkan ( confortables accommodation )
d. Cuaca yang baik ( good climate )
e. Adat – istiadat dan pemandangan hidup yang menarik ( an attractive
custom and way of life )
f. Keindahan kreasi manusia ( beautiful creations of men )
g. Makanan yang menarik ( outstanding food )
h. Perbelanjaan yang baik dan menarik ( good shopping )
i. Harga yang memuaskan ( reasonable price )
j. Lingkungan yang asing dan aneh ( exotic enviontment )
k. Ikatan sejarah atau keluarga ( historical & familyties )
l. Aktivitas yang luar biasa ( exceptional recreational )
( MT Sirait, Sudiyani, Wahyu hadad, 1997 : 3 )
4. Pengertian obyek wisata
Obyek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber
daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik
yang diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi oleh wisatawan.
Menurut peraturan pemerintah No. 24 tahun 1979, dinyatakan bahwa
obyek wisata merupakan perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni
budaya, serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya
tarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan.
5. Pengertian daerah tujuan wisata
Daerah tujuan wisata adalah daerah obyek wisata yang khas, ditunjang
oleh sarana dan prasarana pariwisata yang lengkap maupun oleh keramah –
tamahan masyarakatnya yang memiliki daya tarik atau daya pikat sehingga
banyak wisatawan berkunjung ke daerah itu ( H.Kodhyat, Ramaini,
1995 : 30 ).
Unsur pokok yang mendapat perhatian guna menunjang pengembangan
pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan
pembangunan dan pengembangannya meliputi 5 unsur, yaitu :
a. Obyek dan daya tarik wisata
b. Prasarana wisata
c. Sarana wisata
d. Tata laksana atau infrastruktur
e. Masyarakat atau lingkungan
( Gamal suwantoro, 1997 : 19 ).
Dilihat dari segi pelaksanaan praktis, penggolongan daerah tujuan wisata
tampaknya terlalu teritis dan seakan terlalu dibuat – buat. Dalam kenyataannya
wisatawan sukar untuk menggolongkan atau menempatkan suatu wilayah atau
daerah ke dalam sutu golongan daerah tujuan wisata atau DTW tertentu. (
Nyoman S. Pendit, 2003 : 70 ).
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai peranan Monumen Nasional
sebagai obyek wisata unggulan di Jakarta, diperlukan adanya penjelasan
mengenai berbagai hal yag berkenaan dengan “Monumen” secara umum dan
“Monumen Nasional” secara khusus.
Seiring dengan pertumbuhan zaman konsep definisi dari monumen sedikit
demi sedikit mulai bergeser. Monumen adalah patung maupun bangunan yang
diciptakan untuk mengingat seseorang, kejadian, atau bisa juga sebagai objek
seni. Biasanya memiliki fungsi untuk meningkatkan kualitas penampilan sebuah
tempat. Bangunan pakai yang memiliki nilai lebih dari usianya, ukuran, ataupun
yang merupakan bangunan bersejarah pun bisa dikataka sebagai monumen.
Definisi lain juga menyebutkan bahwa monumen adalah tempat yang dirancang,
atau dibuat sebuah bangunan bagi public utuk mengingat seseorang, atau
kelompok, maupun sebuah kejadian ( Wikipedia, 2007 )
Menurut Kamus Besar Bahasa Indoesia yang dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pengertian monumen adalah Bangunan
dan tempat yang mempunyai nilai sejarah yang penting dan karena itu dilindungi
negara. ( Wikipedia 2009 )
Dari tiga definisi yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa monumen adalah objek bangunan penting yang memiliki nilai sejarah dan
dibangun untuk memperingati suatu hal tertentu yang dilindungi negara.
Secara umum, dari tampilannya monumen bisa dibagi menjadi dua:
Monumen figuratif dan non figuratif. Monumen figuratif biasanya tampil berupa
wujud sosok pahlawan ataupun seseorang yang dikenang. Tampilannya bisa
berupa wujud manusia satu badan maupun berupa patung dada. Sedangkan
Monumen non-figuratif memiliki keberagaman dalam hal ide, konsep, maupun
bentuknya. Monumen bisa berupa obelisk, kolom, candi, tugu, makam, air
mancur, masjid, menara, istana, benteng pertahanan, dan reruntuhan bangunan.
Monumen tidak harus melulu berupa karya patung atau karya seni rupa 3
dimensi. Monumen bisa juga berupa karya arsitektur, misalnya: bangunan-
bangunan kuno peninggalan masa lalu yang diabadikan sebagai peninggalan
sejarah di masa sekarang. Keberadaan monumen memiliki hubungan yang
kompleks dengan perkembangan waktu. Monumen menggambarkan kondisi di
masa lampau atau bisa juga berupa peniruan dari masa lampau itu, didirikan untuk
mempengaruhi publik di zamansekarang dan mengkaitkannya dengan sejarah.
Kadang dalam perkembangan sejarah terdapat perubahan makna yang berkenaan
dengan keberadaan sebuah monumen. ( Wikipedia, 2009 ).
F. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di obyek wisata Monumen Nasional yang terletak
di Lapangan silang Monas, Jakarta Pusat.
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk membuat laporan yang tepat maka diperlukan data yang akurat, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
a) Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung di lokasi Monumen Nasional
Jakarta pusat mengenai bentuk Monumen Nasioal secara fisik, aktivitas
pengunjung, berbagai acara yang diselenggarakan oleh pengelola Monas di
lapangan Monumen Nasional, maupun berbagai koleksi yang terdapat di
sana. Obervasi dilakukan pada tanggal 14 – 15 Mei 2009.
b) Wawancara
Wawancara merupakan teknik peneliti memperoleh berbagai
keterangan dari individu – individu yang terkait dengan bahan yang dikaji
yaitu sebagai informan. Cara menentukan informan yaitu memilih dengan
tepat seseorang yang mengetahui banyak tentang Monumen Nasional,
antara lain peneliti mewawancarai petugas Tata usaha yaitu Bapak Ageng
Darmintono, Ibu Yuli selaku seksi pelayanan, Bapak Muhajir sebagai
pemandu wisata yang berada di Monumen Nasional, serta Farah Maretha
yaitu pengunjung Monumen Nasional.
Teknik wawancara dilakukan dengan cara mengajukan berbagai
pertanyaan yang erat kaitannya dengan obyek wisata yang dikaji, antara
lain mengenai maksud dan tujuan pembangunan Monas, waktu
pembangunan Monas, yang mempunyai ide dan gagasan, barbagai koleksi
yang terdapat di Monas, mengenai daftar pengunjung, dan lain-lain.
Pertanyaan telah disusun sebelumnya sehingga dapat dijadikan arahan bagi
peneliti di dalam melakukan wawancara.
c) Dokumen
Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari
dokumen dan catatan yang terdapat di lokasi penelitian sesuai dengan yang
diperlukan dan mempunyai hubungan dengan topik penulisan. Wujud
dokumen yang akan di ambil penulis berupa gambar bentuk fisik
Monumen Nasional, berbagai koleksi seperti gambar diorama yang
terdapat di Ruang Museum Sejarah, struktur organisasi pengelola
Monumen Nasional, data jumlah pengunjung tahun 2005-April 2009,
Brosur Monumen Nasional Enjoy Jakarta, dan lain –lain.
d) Studi Pustaka
Merupakan proses pengumpulan buku – buku melalui riset
kepustakaan serta membaca buku yang berhubungan dengan topik
masalah. Studi pustaka ini dilakukan di perpustakaan Universitas Negeri
Sebelas Maret Surakarta dengan maksud untuk kepentingan
mengembangkan kerangka penelitian.
3. Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan, dianalisis menggunakan analisis data kualitatif,
yakni suatu teknik analisis yang diterapkan terhadap data – data verbal atau data –
data berupa kata – kata atau kalimat atau pernyataan atau pendapat. Sedangkan
uraian hasil analisis disampaikan dalam bentuk deskriptif analisis, yaitu suatu
uraian yang mendeskripsikan atau menggambarkan mengenai hal – hal yang
berkaitan dengan penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Untuk pembahasan materi disusun dalam beberapa bagian yang diurutkan secara
sistematis. Tugas akhir terdiri dari 5 bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi
latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, kajian
pustaka, metode penulisan, dan juga sistematika penulisan.
Bab II diuraikan mengenai gambaran secara umum DKI Jakarta. Yang berisi
tentang letak geografis, demografi, sarana dan prasarana, transportasi, obyek wisata
yang ada di Jakarta, makanan tradisional, kesenian tradisional, fasilitas umum.
Bab III diuraikan tentang gambaran secara umum Monumen Nasional yang
menyangkut sejarah berdirinya, tujuan dan fungsi pendirian, lokasi monumen
Nasional, bentuk Monumen nasional secara fisik, koleksi yang terdapat di dalamnya,
struktur organisasi dan kelembagaan, serta data kunjungan wisatawan tahun 2007
sampai 2009.
Bab IV, diuraikan mengenai potensi dan daya tarik Monumen Nasional sebagai
salah satu obyek wisata unggulan di Jakarta yaitu mengenai analisis 4A + 1P dan
analisis SWOT yang dapat diambil dari hasil observasi serta rencana pengembangan
Monumen Nasional.
Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan deri keseluruhan isi dari tugas
akhir ini yang disertai pula dengan saran-saran bagi pengembangan potensi Monumen
Nasional selanjutnya.
BAB II
GAMBARAN UMUM KOTA JAKARTA
A. Letak Geografis
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus
ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa.
Koordinatnya adalah 6°11′ LS 106°50′ BT. Dahulu dikenal dengan nama Sunda
Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia (1619-1942), dan Djakarta
(1942-1972).
Pada tahun 2004, luasnya adalah sekitar 740 km² dan penduduknya berjumlah
8.792.000 jiwa. Jakarta bersama metropolitan Jabotabek dengan penduduk sekitar 23
juta jiwa merupakan wilayah metropolitan terbesar di Indonesia atau urutan keenam
dunia. Kini wilayah Jabodetabek menempatkan wilayah megapolis ini di urutan
kedua dunia, setelah megapolis Tokyo.
Jakarta berlokasi di pesisir utara pulau Jawa, di muara sungai Ciliwung, Teluk
Jakarta. Sebagai propinsi, Jakarta dibagi atas 5 wilayah walikota dan 1 kabupaten,
yaitu Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Kabupaten
Pulau seribu. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan
dengan Bekasi, sebelah barat berbatasan dengan Tangerang, dan Sebelah selatan
berbatasan dengan Bogor.
Jakarta terletak di dataran rendah pada ketinggian rata-rata 8 meter. Hal ini
mengakibatkan Jakarta sering dilanda banjir. Selatan Jakarta merupakan dataran
tinggi yang dikenal dengan daerah Puncak. Jakarta dialiri oleh 13 sungai yang
15
kesemuanya bermuara ke Teluk Jakarta. Sungai yang terpenting ialah Ciliwung, yang
membelah kota menjadi dua. Sebelah timur dan selatan Jakarta berbatasan dengan
propinsi Jawa Barat dan disebelah barat berbatasan dengan propinsi Banten.
Kepulauan Seribu, sebuah kabupaten administratif, terletak di Teluk Jakarta.
Sekitar 105 pulau terletak sejauh 45 km (28 mil) sebelah utara kota.
Batas-batas wilayah administrative dalam wilayah di DKI Jakarta berdasarkan
SK Gubernur No. Ib.3/1/1/66 tertanggal 12 Agustus 1966 adalah sebagai berikut:
Walikota Batas Wilayah
Kota Jakarta Pusat Utara Jl. Ketapang - Jl. Sawah Besar - Rel KA menuju Utara – Rel KA menuju Timur dekat AIP – Rel KA menuju Utara sampai Kali
Mati – Kali Mati sampai Ladasan Lapangan Terbang – Barat Timur
san sampai Jl. Jakarta By Pass Timur Jl. Raya Jakarta By Pass Selatan Tembusan Jl. Hang Lekir 1 – Jl.
Sudirman – Banjir Kanal Kali ciliwung - Jl. Pegangsaan
Timur – Jl. Matraman – Jl. Pramuka
Barat Banjir Kanal – Jl. Pati Petamburan – Rel KA Palmerah
Kota Jakarta Utara Utara Pantai Laut Jawa Timur Berbatasan dengan Bekasi Selatan Jl. Angke – Rel KA – Kali Mati –
Landasan Lapangan Terbang dari Barat ke Timur – Jl. Jakarta
By.Pass – Kali Sunter sampai batas bekasi
Barat Muara Alur da Kali Muara Angke Kota Jakarta Barat Utara Batas DKI Jakarta dengan
Tangerang – Pantai Laut Jawa Timur Muara Alur – Kali Muara Angke
– Jl. Angke Rel KA dari Barat ke Timur – Rel KA dari Barat ke Timur – Rel KA dari Utara ke Selatan – Jl. Ketapang sampai
Banjir Kanal – Jl. Jati Petamburan – Pal Merah
Selatan Batas DKI Jakarta dengan Tangerang – Kali Pesanggrahan –
batas Kecamatan Kebon Jeruk sampai Kali Grogol
Barat Batas DKI Jakarta dengan Tangerang
Kota Jakarta Selatan Utara Kali Grogol – Tembusan Jl.. Hang Leki 1 – Jl. Jenderal Sudirman –
Banjir Kanal Timur Kali Ciliwung Selatan Batas DKI Jakarta dengan Bogor Barat Batas DKI Jakarta dengan
Tangerang Kota Jakarta Tmur Utara Kali Ciliwung – Jl. Pegangsaan
Timur – Jl. Matraman – Jl. Pramuka – Jl. By Pass – Kali
Sunter – Jl. Bekasi sampai batas DKI
Timur Batas DKI Jakarta dengan Bekasi Selatan Batas DKI Jakarta dengan Bogor Barat Kali Ciliwung
Sumber : Dinas Museum dan Pemugaran DKI Jakarta
Kemudian dengan keputusan Gubernur tanggal 1 Juli 1967 diadakan perubahan
dengan jalan memecah beberapa kecamatan dan kelurahan. Jumlahnya menjadi 5 kota
administratif, 27 kecamatan, dan 220 Kelurahan. Struktur kemudian diadakan
reorganisasi batas wilayah, sehingga dari 5 kota administratif berkembang menjadi 30
kecamatan dan 236 kelurahan.
Menurut Buku Sejarah Perkembangan Kota Jakarta yang dikeluarkan oleh
Dinas Museum dan Pemugaran DKI Jakarta, di dalam pengembangannya, daerah
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi atau yang biasa disebut Jabodetabek
dikelompokkan atas tiga ciri wilayah sebagai berikut:
1. Wilayah Perkotaan, yaitu daerah-daerah di dalam wilayah Jabodetabek yang jelas
peruntukannya untuk kota. Termasuk dalam wilayah dengan ciri ini adalah pusat-
pusat perkembangan yang disebutkan di atas. Pengaturan dari wilayah perkotaan
ini diserahkan pada pemda masing-masing dengan pengaturan perencanaan kota
dan perwilayahan menurut ketentuan yang berlaku di daerah itu.
2. Wilayah Pedesaan, adalah daerah-daerah di dalam wilayah Jabodetabek yang
peruntukannya ditetapkan untuk kegiatan yang berciri pedesaan. Termasuk dalam
wilayah ini adalah daerah pertanian, kebun buah-buahan termasuk daerah-daerah
jalur hijau yang tak diperkenankan untuk pembangunan bangunan-bangunan kota
dan tetap harus dipertahankan terbuka. Pengaturan dari wilayah ini juga
diserahkan kepada pemda masing-masing yang membawahi wilayah pedesaan
tersebut.
3. Wilayah Peralihan, adalah daerah-daerah dalam wilayah Jabodetabek yang dalam
peralihan dari sifat pedesaan ke perkotaan. Ciri-ciri dari daerah-daerah ini adalah
perkembangannya yang pesat dengan kegiatan-kegiatan pembangunan yang
bersifat perkotaan. Wilayah ini terutama terdapat dalam daerah perbatasan antara
DKI Jakarta dengan Dati 1 Jawa Barat dan memerlukan pengaturan bersama
untuk menetapkan penggunaan tanah di wilayah peralihan ini. ( Dinas Museum
dan Pemugaran DKI Jakarta,2000)
B. Iklim
Jakarta memiliki suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Terletak
di bagian barat Indonesia, Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan
Januari dan februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter (14 inchi)dengan
suhu rata-rata 27°C, curah hujan antara bulan januari dan awal februari sangat exterm
pada saat itulah jakarta dilanda banjir setiap tahunya , dan puncak musim kemarau
pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter (2,4 inchi) bulan
september dan awal oktober adalah hari-hari yang sangat panas di jakata suhu udara
dapat mencapai 40°C. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25°-38°C (77°-100°F).
(Wikipedia,2009)
C. Bahasa
Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia,
bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek
Betawi.
Bahasa daerah juga digunakan oleh para penduduk yang berasal dari daerah lain,
seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minang, bahasa Batak, bahasa Madura,
bahasa Bugis, dan juga bahasa Tionghoa. Hal demikian terjadi karena Jakarta adalah
tempat berbagai suku bangsa bertemu. Untuk berkomunikasi antar berbagai suku
bangsa, digunakan Bahasa Indonesia.
Selain itu, muncul juga bahasa yang tumbuh di kalangan anak muda dengan kata-
kata yang terkadang dicampur dengan bahasa asing. Bahasa Inggris merupakan
bahasa asing yang paling banyak digunakan, terutama untuk kepentingan diplomatik,
pendidikan, dan bisnis. Bahasa Mandarin juga digunakan menjadi bahasa asing yang
banyak digunakan, terutama di kalangan pebisnis keturunan Tiongkok.
(Wikipedia,2009)
D. Kebudayaan dan Kesenian
Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari
beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang
menarik pendatang dari seluruh Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara
lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara,
budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab,
Tiongkok, India, dan Portugal.
Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk
pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di
provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh
budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya
Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.
Di dalam rencana Induk DKI 1965-1985 telah digariskan keinginan untuk
menjadikan kota Jakarta sebagai pusat kebudayaan nasional. Oleh karena itu
pemerintah DKI Jakarta beserta pemerintah pusat mengusahakan pembinaan seni
budaya secara sungguh-sungguh. Dalam hal ini berkaitan antara sarana dan kegiatan
seni budaya dengan para insan seninya.
Pada tahun 1968 Gubernur Ali Sadikin mendukung diselenggarakannya
musyawarah para seniman. Hasil musyawarah itu diantaranya mengusahakan
pembangunan sebuah Pusat Kesenian Jakarta yang diurus oleh para seniman sendiri.
Sedangkan para seniman bergabung dalam Dewan Kesenian Jakarta.
Untuk menampung kegiatan kesenian masyarakat serta kegiatan Dewan Kesenian
Jakarta, pada tahun 1968 Pemerintah DKI Jakarta telah membangun gedung pusat
Kesenian “Taman Ismail Marzuki” di cikini yang semula merupakan tempat kebun
binatang. Pengelola gedung ini diserahkan pada Lembaga Taman Ismail Mrzuki,
sedangkan pemerintah DKI Jakarta hanya membina dan mengawasi serta memberika
subsidi keuangan yang material sesuai dengan kemampuan anggaran daerah. Dengan
adanya Taman Ismail Marzuki masyarakat akan dapat menyaksikan dan sekaligus
mengikuti perkembangan kegiatan kesenian, dan dapat pula digunakan sebagai
tempat rekreasi.
Untuk pembangunan kompleks Taman Ismail Marzuki termasuk kampus LPKJ
serta pembiayaan kegiatannya sejak tahun 1968 sampai tahun 1976, pemerintah DKI
Jakarta telah mengeluarkan biaya sekitar 2,5 milyar rupiah.
Kota Jakarta juga memberi kesempatan yang luas bagi pengembangan kesenian
yang merupakan aspirasi bagi penduduk yang beragam. Di daerah senen biasa kita
temuka Wayang Orang Bharata. (Dinas Museum dan Pemugaran, 2000)
E. Musik
Musik tradisional maupun modern di Jakarta menggambarkan perpaduan
antarbudaya dan etnis. Pengaruh dari luar Indonesia berasal dari Belanda, Republik
Rakyat Cina, Portugis, Arab dan India.
Untuk musik tradisional di Jakarta, seperti tanjidor dan gambang kromong,
terdapat pengaruh baik etnis Sunda seperti penggunaan rebab dan terompet
tradisional. Ada pula pengaruh asing seperti halnya Trombone dan Gitar dari Eropa
dan beberapa irama musik tradisional Tionghoa. (Wikipedia,2009)
F. Tari
Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat
yang ada di dalamnya. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda
dan Tionghoa seperti tariannya yang memiliki corak tari Jaipong dengan kostum
penari khas pemain Opera Beijing. (Dinas Museum dan Pemugaran, 2000)
G. Senjata Tradisional
Senjata khas Jakarta adalah golok yang bersarungkan terbuat dari kayu.
H. Kependudukan
Pertumbuhan penduduk Jakarta dari tahun ketahun cukup tinggi. Jumlah
penduduk di Jakarta sekitar 7.512.323 (2006) namun pada siang hari, angka tersebut
akan bertambah seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi,
Tangerang, Bogor, dan Depok. Kota/kabupaten yang paling padat penduduknya
adalah Jakarta Timur dengan 2.131.341 penduduk, sementara Kepulauan Seribu
adalah kabupaten dengan paling sedikit penduduk, yaitu 19.545 jiwa.
(Wikipedia,2009)
Tabel.1 Jumlah pertumbuhan penduduk Jakarta terhitung mulai tahun 1945 sampai
tahun 2007.
NO Tahun Jumlah Penduduk
1. 1945 600.000
2. 1950 1.733.600
3. 1959 2.814.000
4. 1961 2.906.533
5. 1971 4.546.492
6. 1980 6.503.449
7. 1990 8.259.639
8. 2000 8.384.853
9. 2005 8.540.306
10. 2006 7.512.323
11. 2007 7.552.444
Sumber: Data Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Propinsi DKI Jakarta
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan penduduk DKI Jakarta sangat
pesat, terlihat pada tahun 1945 penduduk Jakarta hanya berjumlah 600.000 jiwa dan 5
tahun kemudian naik sekitar hampir 150% dari tahun 1945. Pertumbuhan penduduk
di Jakarta setiap tahunnya meningkat disebabkan oleh banyaknya masyarakat
pedesaan yang tinggal di Pulau jawa maupun diluar pulau Jawa yang berpidah untuk
mencari lahan pekerjaan di Jakarta. Hal ini membuat Jakarta menjadi satu kota yang
paling padat populasi nya. Terbukti dengan adannya sensus penduduk yang dilakukan
dari tahun ke tahun dalam kurun waktu dari tahun 1945 sampai 2007, terlihat
peningkatan yang signifikan yang membuktikan begitu padatnya populasi ibukota
Jakarta dari tahun ke tahun.
I. Agama
Agama yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta sangat beragam.
Menurut data pemerintah DKI pada tahun 2009, komposisi penganut agama di Jakarta
adalah sebagai berikut:
a. Islam 82 %
b. Kristen Protestan 7,2 %
c. Katolik 5,3 %
d. Hindu 1,5 %
e. Buddha 4 %
Dari data tersebut di atas dapat diketahui bahwa penduduk DKI Jakarta pada
tahun 2009 sebagian besar beragama Islam, dan paling sedikit yang beragama Hindu.
(Wikipedia, 2009)
J. Pemerintahan
Daftar Gubernur Yang Pernah Memerintah DKI Jakarta
No. Nama Dari Sampai
1. Suwiryo 1945 1951
2. Syamsurizal 1951 1953
3. Sudiro 1953 1960
4. Dr. Soemarno 1960 1964
5. Henk Ngantung 1964 1965
6. Dr. Soemarno 1965 1966
7. Ali Sadikin 1966 1977
8. H. Tjokropranolo 1977 1982
9. R. Soeprapto 1982 1987
10. Wiyogo
Atmodarminto 1987 1992
11. Soerjadi Soedirdja 1992 1997
12. Sutiyoso 1998 7 Oktober 2007
13. Fauzi Bowo 7 Oktober 2007 2012
Sumber: Data Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
Pada masa pemerintahan Gubernur yang pernah memerintah DKI Jakarta masing-
masing membawa perkembangan tersendiri bagi kota Jakarta. Pada pemerintahan
Suwiryo yang merupakan Gubernur pertama, Jakarta mengalami perkembangan
interaksi dunia yang makin intensif mendorong Jakarta melakukan beberapa adaptasi,
salah satu diantaranya adalah pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok yang
digunakan sebagai tempat singgah kapal-kapal dagang dari berbagai daerah. Pada
pemerintahan Gubernur Ali Sadikin pembangunan Monumen Nasional berlangsung
dan di resmikan oleh Ali Sadikin pada tahun 1975. Pemerintahan Gubernur Sutiyoso
memberikan inovasi baru bagi masyarakat Jakarta yaitu pembangunan Trans Jakarta
atau yang biasa disebut dengan Busway yang diesmikan pada tahun 2005 oleh
Gubernur sutiyoso.
K. Transportasi
Jakarta memiliki berbagai Alat transportasi diantaranya adalah angkutan umum
yang disebut mikrolet, metromini, bajaj, Taxi dan Trans Jakarta yang biasa disebut
busway yang baru saja diresmikan tahun 2005.
L. Makanan
Jakarta merupakan kota internasional yang banyak menyajikan makanan khas dari
seluruh dunia. Di wilayah-wilayah yang banyak didiami oleh warga asing, seperti di
daerah Menteng, Kemang, Pondok Indah, dan daerah pusat bisnis Jakarta, tidak sulit
untuk menjumpai makanan-makanan khas asal Eropa, China, Jepang dan Korea.
Makanan-makanan ini biasanya dijual dalam restoran-restoran mewah. Di Jakarta,
dan sepeti kota-kota besar lainnya di Indonesia, Rumah Makan Padang yang paling
banyak dijumpai, hampir di seluruh tempat di Jakarta, kita dengan mudah akan
menemukan rumah makan yang manyajikan masakan asal Minang ini. Jakarta juga
memiliki makanan khasnya, yang paling terkenal adalah Kerak Telor dan Soto
Betawi. ( Wikipedia, 2009)
M. Pariwisata
Jakarta memiliki 3 jenis wisata andalan, diantaranya:
1. Obyek Wisata Alam
Pulau Air, Pulau Putri, Pulau Nirwana dan Pulau Bidadari yang berlokasi
di gugusan Kepulauan seribu. Di kepulauan ini terdapat obyek rekreasi alam,
dikelilingi laut, pasirnya putih. Air lautnya jernih didalamnya tampak ikan hias
dan tumbuhan laut yang mempesona. Fasilitas yang tersedia berupa
pesanggrahan, restaurant. Kegiatan yang dapat dilakukan disini adalah berlayar,
bernang, scuba diving, ski diving, berjemur di pantai dan rekreasi alam.
Pulau Rambut yang berlokasi di gugusan Kepulauan seribu. Pulau ini
merupakan tempat tinggal (persinggahan) berbagai jenis burung dari luar negeri
untuk berkembang biak. Burung-burung itu biasanya berdatangan sekitar bulan
maret-September. Fasilitas yang tersedia di sini shelter penjagaan, jalan setapak,
kupel untuk melihat pemandangan dan port lokal. Kegiatan yang dapat dilakukan
di sini adalah penelitian ilmiah, rekreasi dan fotografi. Untuk mencapai ke lokasi
dapat menggunakan motorboat dari tanjung priok menuju Pulau Rambut, dapat
dilakukan sekitar bulan maret-september.
2. Obyek wisata Buatan
Pada tahun 2000 Dinas Museum dan Pemugaran Propinsi DKI Jakarta
mencatat ada 21 monumen dan patung besar penting yang tersebar di Jakarta.
Kesemua monumen dan patung yang tercatat ini adalah:
1. Monumen Nasional
2. Tugu Proklamasi
3. Monumen Proklamator Soekarno-Hatta
4. Monumen 19 September 1945
5. Monumen Pancasila Sakti
6. Patung Ahmad Yani
7. Monumen Perjuangan Senen
8. Monumen Perjuangan Jatinegara
9. Patung Gajah Mada
10. Patung Pangeran Dipenogoro
11. Monumen ASEAN
12. Monumen Dirgantara
13. Patung Ismail Marzuki
14. Patung Chairil Anwar
15. Patung Muhamad Husni Thamrin
16. Patung Abdul Halim Perdanakusuma
17. Monumen Pemuda Membangun
18. Monumen Pembebasan Irian Barat
19. Patung Dr. GSSJ Ratulangie
20. Monumen Selamat Datang
21. Patung Bahari
22. Patung Pahlawan
( Dinas Kebudayaan dan Permusiuman Provinsi DKI Jakarta, 2000 ).
Monumen Nasional terletak di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, dibangun
pada dekade 1961. Tugu Peringataan Nasional dibangun di areal seluas 80 hektar.
Tugu ini diarsiteki oleh Soedarsono dan Frederich Silaban serta Ir. Rooseno
sebagai konsultan. Monumen Nasional Mulai di bangun Agustus 1959 dan
diresmikan 17 Agustus 1961 oleh Presiden Ir Soekarno. Monas resmi dibuka
untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tinggi monument 137 meter berpuncak
nyala api yang berpuncak emas seberat 50 kg dan disekelilingnya terdapat taman.
Taman Mini Indonesia Indah yang berlokasi di Desa Lubang Buaya,
Kecamatan Pondok Gede Jakarta Timur. TMII dikelola oleh Yayasan Harapan
Kita. Taman ini dibangun diatas tanah seluas 120 ha. Taman Mini adalah taman
yang memperlihatkan selayang pandang keanekaragaman budaya yang terdapat di
Kepulauan Indonesia. Taman Mini memiliki bangunan yang mewakili propinsi
yang ada di Indonesia dengan ciri-ciri yang terkenal, mencerminkan arsitektur
daerah tiap-tiap propinsi. Taman Mini juga mempunyai kebun anggrek, beratus-
ratus jenis anggrek berasal dari Indonesia, taman kaktus, taman burung dengan
berbagai jenis burung besar dan kecil, istana anak-anak dan museum asmat.
Setiap hari Taman Mini banyak dikunjungi wisatawan, terutama pada hari sabtu,
minggu dan pada hari libur. Di sini dapat disaksikan Keong Mas yaitu suatu teater
yang merupakan produk teknologi modern. Selain itu terdapat pula Bursa Seni
dimana berbagai jenis barang kesenian dari seluruh Indonesia dipamerkan dan
diperjual belikan.
3. Obyek Wisata Budaya
Taman Ismail Marzuki yang berlokasi di jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat.
Tempat ini merupakan pusat kesenian Jakarta, berfungsi sebagai wadah
pengembangan berbagai kesenian tradisional maupun kontemporer. ( Peta Jalan
Jawa Bali, 2002)
BAB III
GAMBARAN UMUM TUGU MONUMEN NASIONAL
Monumen Nasional atau yang biasa disebut dengan Tugu Monas adalah salah
satu dari monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan
perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda. Tugu Monumen Nasional
terletak di Jalan Silang Monas Jakarta Pusat. Tugu ini dibagun di areal seluas 80
Hektar. Monumen ini dibangun pada tahun 1961 dan diresmikan sebagai objek wisata
pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Ali Sadikin.
A. Sejarah Berdirinya Tugu Monumen Nasional
1. Dasar Pembagunan
Guna mengenang dan mengabadikan kebesaran perjuangan bangsa Indonesia
yang dikenal dengan Revolusi 17 Agustus 1945 dan untuk membangkitkan
semangat patriotisme generasi sekarang dan akan datang, maka dibangunlah suatu
tanda peringatan yang berbentuk tugu yang kemudian diberi nama Monumen
Nasional.
Tugu Monumen Nasional mempunyai ciri tersendiri. Arsitekturnya dan
dimensinya melambangkan khas dan kekhususan Indonesia. Bentuk yang paling
menonjol adalah tugu yang menjulang tinggi dan pelataran cawan yang luas
mendatar. Di puncak tugu, api menyala tiada kunjung padam, melambangkan
tekad dan semangat bangsa Indonesia yang tak pernah surut berjuang sepanjang
masa. Angka-angka keramat bangsa Indonesia 17-8-1945 di abadikan pada
Monumen Nasional ini.
31
Bentuk dan tata letak Monumen Nasional ini sangat menarik. Dengan berdiri
di plasa utama Taman Medan Merdeka, orang dapat menikmati pemandangan
yang mempesona, berupa taman dan kolam air mancur. Di bagian utara tampak
megah patung pangeran Diponegoro. Di sini orang dapat memasuki terowongan
yang berada tiga meter di bawah jalan silang monas menuju halaman Tugu
Monumen Nasional yang berpagar “Bambu runcing”, mengingatkan pada model
senjata bagssa Indoesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Jakarta dipilih sebagai tempat yang paling layak untuk pembangunan Tugu
Monumen Nasional, karena kota Jakarta sebagai Ibukoota Republik. Di Jakartalah
Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Areal lapangan Merdeka Jakarta
disepakati pada saat itu sebagai lokasi dibangunnya Tugu Monas. Mengingat luas
areal cukup ideal, juga memiliki nilai sejarah, dimana pada tanggal 19 September
1945 ratusan ribu rakyat Indonesia tanpa gentar terhadap ancaman senjata
penjajah dengan kendaraan lapis baja serdadu Jepang, bangsa Indonesia
menunjukkan kepada dunia untuk merdeka dan hanya mengakui pemerintah
Republik Indonesia. (Buku Monumen Nasional Monumen Keagungan Perjuangan
Bangsa Indonesia, 2008 : 2)
2. Maksud dan Tujuan Pembangunan Tugu Monumen Nasional
Gagasan awal pembuatan Tugu Monumen Nasional mucul setelah 9 tahun
kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan atas dasar keinsyafan beberapa
orang, selang beberapa hari setelah perayaan hari ulang tahun kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1945. Di bentuklah “Panitia Tugu Nasional” yang bertugas
mengusahakan berdirinya Tugu Monumen Nasional tersebut. Panitia ini dipimpin
oleh Sarwoko Martokusumo, S. Suhud selaku penulis, Sumali Prawirosudirdjo
selaku bendahara dan dibantu oleh empat orang anggota masing-masing Supeno,
K.S Wiloto, E.F Wenas, dan Sudiro.
Tugas panitia adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pembangunan Tugu Monumen Nasional yang akan didirikan di tengah-
tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta. Termasuk mengumpulkan biaya
pembagunannya yang harus dikumpulkan dari masyarakat sendiri.
Adapun maksud dan tujuan pembangunan Tugu Monumen Nasional adalah:
a. Memperingati dan mengabadikan nilai-nilai perjuangan bangsa dan proklamasi
kemerdekaan bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.
b. Mencerminkan jiwa perjuangan dalam menegakkan semangat dan
mempertinggi keagungan Revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia (
ditampilkan dalam bentuk Tugu yang menjulang ke angkasa dengan lidah api
yang tak kunjung padam di pelataran puncak ).
c. Memberikan inspirasi dan mendidik generasi sekarang dan akan datang
mengenai arti kebesaran perjuangan, kepribadian, kebudayaan dan martabat
bangsa Indonesia (ditampilkan dalam bentuk diorama di ruang museum sejarah
Tugu Monumen Nasional).
d. Memperkenalkan Tugu Monumen Nasional kepada dunia Internasional secara
keseluruhan sebagai salah satu unsur objek wisata.
Selain itu bentuk Tugu yang akan dibangun hendaknya benar-benar bisa
menunjukkan kepribadian bangsa Indonesia bertiga dimensi, tidak rata. Tugu
yang menjulang tinggi ke langit, dibuat dari beton dan besi serta batu pualam
yang tahan gempa, tahan krikitannya sedikitnya 1000 tahun serta dapat
menghasilkan karya budaya yang menimbulkan semangat patriotik. Oleh Tim
Yuri pesan Ketua Panitia di atas dijadikan sebagai kriteria penilaian yang
kemudian dirinci menjadi lima kriteria yang harus dipenuhi untuk Tugu
Monumen Nasional.
Kelima kriteria tersebut adalah:
a. Tugu harus memenuhi ketentuan apa yang dinamakan “Nasional”.
b. Tugu harus berisikan dinamika dan berisi kepribadian Indonesia serta
mencerminkan cita-cita Bangsa Indonesia.
c. Tugu harus melambangkan dan menggambarkan “api yang berkobar” di
dalam dada bangsa Indoesia.
d. Tugu harus menggambarkan hal yang sebenarnya bergerak, meskipun
tersusun dari benda mati.
e. Tugu harus dibuat oleh benda-benda yang tidak cepat berubah dan tahan
beradab-adab.
Dalam rancangannya, Soedarsono mengemukakan landasan pemikiran yang
mengakomodasikan keinginan manusia. Landasan pemikiran itu adalah sebagai
berikut:
a. Untuk memenuhi kriteria “Nasional”, Soedarsono mengambil beberapa unsur
saat Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang mewujudkan
“Revolusi Nasioal” sedapat mungkin menerapkannya pada dimensi
arsitekturnya, yaitu angka 17, 8 dan 45 sebagai angka keramat “hari
proklamasi”.
b. Bentuk Tugu yang menjulang tinggi mengandung falsafat “LINGGA dan
YONI” yang menyerupai “Alu” sebagai “Lingga” dan betuk wadah (cawan)
berupa ruangan menyerupai “Lumpang” sebagai “Yoni”. Alu dan Lumpang
adalah dua alat penting yang dimiliki setiap pribumi keluarga Bangsa
Indonesia, khususnya rakyat pedesaan. Lingga dan Yoni adalah symbol dari
zaman dahulu yang menggambarkan kehidupan abadi adalah unsur positif
(Lingga) dan unsure negative (Yoni) seperti adanya siang dan malam, laki-
laki dan permpuan, baik dan buruk, merupakan keabadian dunia.
c. Bentuk seluruh garis-garis asitektur Tugu ini mewujudkan garis-garis yang
bergerak tidak monoton, naik melengkung , melompat, merata lagi, lalu naik
menjulang tinggi, akhirnya menggelombang di atas membentuk lidah api di
yang menyala. Badan Tugu menjulang tinggi dengan lidah api di puncaknya
melambangkan dan menggambarkan semangat yang berkobar dan tak kunjung
padam di dalam dada Bangsa Indonesia.
d. Ruang/Tenang sebagai tempat penyimpanan atribut-atribut sejarah yang
mengawali Proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia, termasuk rencana
tempat menyimpan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17
Agustus 19945.
e. Bangunan Tugu dibuat dari bahan atau benda yang tahan berabad-abad seperti
batu alam marmer, besi baja, perunggu, besi beton dan sebagainya serta
dilengkapi dengan listrik, AC, Telepon, elefator, dll.
Berdasarkan gambar rencana yang telah dibuat dan dikembangkan lebih lanjut
oleh Soedarsono itulah maka pada tanggal 17 Agustus 1961 dimulai pemancangan
tiang pertama pembangunan Tugu Monumen Nasional ketika Republik Indonesia
genap berusia dua windu.
Pembangunannya itu sendiri langsung dipimpin oleh Presiden Soekarno,
sedangkan Soedarsono ditunjuk sebagai Direksi Pelaksana dan Penasehat Ahlinya
ditunjuk Prof.Ir.Roeseno. Dalam hal kekuasaan daerah, koordinasi dari logistic
diserahkan kepada Ketua Harian, Komandan Daerah Militer V / Jaya, Kolonel
Umar Wirahadikusumah. (Buku Monumen Nasional Monumen Keagungan
Perjuangan Bangsa Indonesia, 2008: 3)
B. Pelaksanaan Pembangunan Tugu Monumen Nasional
Pembangunan Tugu Monumen Nasional dilaksanakan melalui tiga tahap
sebagai berikut:
1. Tahap Pertama Pelaksanaan Pembangunan (1961-1965).
Pada masa ini pelaksanaan pekerjaan berada dibawah pengawasan Panitia
Monumen Nasional sedangkan biaya yang digunakan bersumber dari sumbangan
masyarakat.
Tahap pertama pelaksanaan Pembangunan Tugu Monas ditempuh dalam
kurun waktu 4 tahun, yakni 1961/1962 sampai dengan tahun 1964/1965.
Pelaksaaan pekerjaan di lapangan dimulai antara lain dengan melakukan
pemagaran batas lapangan kerja, pembuatan bangunan kantor, dan gudang-
gudang peralatan serta pembuatan tiang-tiang pancang.
Pada tanggal 17 Agustus 1961 dilakukan pemancangan tiang pertama yang
dilakukan oleh Presiden Soekarno selaku Ketua Umum Panitia Monumen
Nasional. Pemancangan selanjutnya dilakukan oleh Biro Bangunan
“Pembangunan Perumahan” khusus untuk tiang-tiang pancang yang berada
dibawah blok pondasi Tugu sebanyak 284 buah.
Pekerjaan pemancangan tiang pancang selebihnya berada di luar blok podasi
Tugu. Pemancangan seluruh tiang pancang yang berjumlah 644 buah selesai
dikerjakan pada tanggal 10 Maret 1962.
Pada pertengahan bulan Januari 1962 pekerjaan meningkat ke pembuatan
poer-poer pondasi tiang Museum. Dari pekerjaan poer kemudian dilanjutkan ke
pembuatan blok pondasi Tugu. Bersamaan dengan itu dilaksanakan pula
penggalian tanah untuk lantai ruangan museum di luar blok pondasi Tugu.
Selanjutnya pada 17 April 1962 dimulai pengecoran blok pondasi Tugu.
2. Tahap Kedua Pelaksanaan Pembangunan (1966-1968).
Pada masa ini pelaksanaa pekerjaan masih dibawah pengawasa Panitia
Monumen Nasional, tetapi biaya pembangunan bersumber dari Anggaran
Pemerintah Pusat c.q Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Tahap kedua pelaksanaan pembangunan Tugu Monas mengalami masa lesu,
disebabkan karena dana yang tersedia sangat terbatas. Hali ini dimaklumi karena
pada awal Oktober 1965 Bangsa Indonesia dihadapkan pada suatu tragedi yang
dikenal dengan peristiwa G 30 S PKI.
Kejadian itu sudah barang tentu berpengaruh kepada seluruh tatanan yang ada.
Sementara itu pekerjaan pembangunan yang harus dikerjakan masih sangat
banyak, yakni pemasangan instalasi AC dan pemasangan marmer. Namun
pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk tetap memperhatikan pembangunan
Tugu Monumen Nasional. Dana disediakan untuk menyelesaikan pekerjaan
pemasangan instalasi AC dan pemasangan marmer, sedangkan pemasangan
instalasi listrik baru dapat diselesaikan pada tahun 1967.
3. Tahap Ketiga Pelaksanaan Pembangunan (1969-1976).
Pada masa ini pelaksanaan pekerjaan berada di bawah pengawasan Panitia
Pembina Tugu Nasional, sedangkan biaya pembangunannya bersumber dari
pemerintah pusat. Direktorat Jenderal Anggaran melalui Repelita dengan
menggunaka Daftar Isian Proyek (DIP). Selain itu, pada tahun 1973,
pembangunan Tugu Monas telah mendapatkan bantuan Presiden RI, guna
menyelesaikan salah satu bagian pekerjaan.
Pembangunan Tugu Monas pada akhirnya dimasukkan ke dalam Rencana
Pembangunan Lima Tahun di bawah koordinasi Sekretariat Negara setelah
adanya bantuan pada pemeritah pusat pada tahun-tahun sebelumnya.
Pekerjaan selanjutnya meningkat pada pembuatan lantai ruangan Museum
yang berlokasi di sekitar blok pondasi Tugu. Pada tahap ini didahulukan pada
bagian tengah sampai dengan batas siar (detelasi). Pekerjaan ini dilakukan
mengingat keperluan kerangka baja. Pengecoran beton sampai beton siar dapat
diselesaikan pada bulan Mei 1962. Selanjutnya, pekerjaan dilanjutkan pada
pekerjaan montase kerangka baja, peyetelan pembesian dinding ruangan museum
serta pengecoran dinding ruangan Museum yang dapat diselesaikan pada tanggal
12 Agustus 1962.
Tahun kedua dari tahap pertama pembangunan dimulai pada bulan September
1962. Pekerjaan dimulai dengan pembetonan tangga borders di ke empat sudut
yang merupakan pintu darurat dari ruangan Museum. Pekerjaan ini selesai pada
tanggal 10 Oktober 1962. Selain itu, pada tanggal 8 September 1962 hingga 3
Oktober 1962 telah diselesaikan pula pengecoran beton kolom-kolom keliling
bagian luar dari ruangan Museum dan kolom-kolom dingin ruangan museum.
Agar dinding Museum kedap air, maka seluruh permukaan dinding luar dilapisi
dengan flinkote.
Pembangunan tahun kedua dari tahap pertama pembangunan Tugu Monas ini
diakhiri dengan pengecoran badan Tugu setelah dilakukan pembetonan dan
bekisting bada Tugu. Pengecoran badan Tugu dapat diselesaikan sebelum tanggal
17 Agustus 1963.
Tahun ketiga dari tahap pertama pelaksanaan pembangunan dimulai pada
tanggal 7 September 1963 setelah dikeluarkannya Surat Keputusan Presiden
Nomor 188 tahun 1963 tentang pembentukan Panitia Negara yang dinamakan
“Panitia Museum Sejarah Tugu Nasional” yang bertugas menciptakan adegan
sejarah secara visual pada ruangan Tugu Monas dengan masa kerja satu tahun.
Pembentukan panitia khusus itu dianggap penting karena dalam ruangan
bangunan Tugu Monas terdapat ruangan Museum sejarah, sehingga diperlukan
adanya ahli-ahli untuk menciptakan adegan sejarah secara visual pada ruangan-
ruangan yang telah tersedia.
Rencana kerja panitia Museum Sejarah Tugu Nasional adalah membuat
adegan sejarah secara visual dalam tiga dimensi. Adegan-adegan ini ditampilkan
di dinding Sebelah timur, selata, barat dan utara Ruangan Museum Sejarah.
Pekerjaan sipil pada tahun ketiga ini dimulai dengan pengecoran balok-balok
beton tangga luar (September 1963-Februari 1964). Selain itu juga dilakukan
penimbuan tanah setinggi 1,70 m dari permukaan tanah semula dan lebar 30
meter sampai tepi jalan mengelilingi Tugu Monas serta pengecoran beton 16
kolom “keliling dalam”.
Kegiatan tahun ketiga ini diakhiri dengan penambahan tinggi kerangka besi
untuk badan Tugu yang diselesaikan sebelum tanggal 17 Agustus 1964.
Kebijaksanaan ini kemudian di dalam Surat Keputusan Presiden R.I Nomor
314 tahun 1968 tentang pembentukan Panitia Pembina Tugu Nasional yang
bertugas menyelesaikan, memelihara, membina Tugu Monas serta
pemanfaatannya bagi umum.
Panitia ini diketuai oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dibantu oleh
Gubernur DKI Jakarta selaku wakil ketua. Pejabat yang ditunjuk Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan selaku sekretaris, Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara dan Wakil dari Sekretariat Nagara, Wakil
Departemen Pekerjaan Umum, Wakil Departemen Hankam dan Wakil Lembaga
Pariwisata Nasional selaku anggota.
Tugas sehari-hari Panitia Pembina dibantu oleh Tim Pelaksana Pembina yang
diketuai oleh Prajogo, Wakil Gubernur DKI Jakarta Bidang III Pembangunan.
Tim ini bertugas tidak hanya memelihara dan mengamankan teknis/fisik saja
tetapi juga menyempurnakan dan menyelesaikan bagian-bagian yang belum
terselesaikan meliputi: ruang Museum Sejarah, ruang Kemerdekaan, badan Tugu,
halaman Tugu, terowongan, Bunker/ruang mesin dan halaman patung Pangeran
Diponegoro.
Tim khusus yang diberi nama Tim Perancang Isi Museum Sejarah yang
dipimpin oleh Nugroho Notosusanto dengan anggota-anggota: Marwati D.
Pusponegoro, Harsja W. Bachtiar, Sumartini, Bambang Sumadio, Buchari,
Abdulrachman, Moela Marboen, Lim Manus, Amir Sutaarga dan I. Gusti Ng Rai
Miskun bertugas membantu pimpinan Panitia Pembina dalam melaksanakan
tugasnya mengisi Museum Sejarah.
Tim ini bertugas mengusulkan adegan-adegan sejarah nasional yang akan
dibuat dalam 48 adegan diorama didalam Ruang Museum Sejarah Tugu
Monumen Nasional dengan kriteria sebagai berikut:
1. Bersifat inspiratif , artinya dapat mengilhami perjuangan Negara Indonesia
pada masa sekarang dan akan datang untuk mencapai Tujuan Nasional
sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang dasar 1945.
2. Membuat kesadaran ber-Pancasila
3. Merupakan tonggak sejarah bagi pembinaan Orde Baru sesuai dengan
Ketetapan MPR Sidang Umum IV dan V Sidang Istimewa Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia.
Setelah menempuh serangkaian perjuangan yang panjang, akhirnya Tugu
Monumen Nasional dapat diselesaikan walaupun ditemukan persoalan-persoalan
teknis, seperti kebocoran-kebocoran baik disebabkan karena air tanah yang
merembes ke lantai Ruang Museum Sejarah maupun kebocoran-kebocoran yang
datang dari atap ruang Museum Sejarah dan tangga utama diatas dome-dome
diorama.
Masalah kebocoran ini diatasi dengan cara membuat saluran air dan
menyediakan pompa penyedot air. Demikian juga dalam mengatasi kebocoran
atap ruang Museum Sejarah dilakukan dengan cara membongkar lantai mozaik
pada atap Ruang Museum kemudian dilapisi dengan bahan kedap air dan bahan
penutup lantai. Cara ini sangat efektif tetapi memerlukan biaya yang cukup besar.
(Buku Monumen Nasional Monumen Keagungan Perjuangan Bangsa Indonesia,
2008 : 10)
C. Bagian – Bagian Tugu Monumen Nasional
1. Pintu Gerbang Utama
Berjalan di atas plaza di Taman Medan Merdeka Utara, para pengunjung akan
menikmati pemandangan taman dan air mancur yang ada di sana. Kemudian
setelah melewati patung Pangeran Diponegoro, turun masuk ke dalam terowongan
yang melintas di bawah jalan silang Monas dan keluar tepat di halaman Tugu
Monumen Nasional yang sekelilingnya berpagar besi berbentuk “bambu runcing”.
2. Ruang Museum Sejarah
Ruangan ini terletak 3 meter di bawah halaman Tugu Nasional, sedangkan
atap Museum terletak 5 meter di atas halaman Tugu. Luas ruangan ini 80 x 80
meter dan tinggi langit-langitnya 8 meter. Seluruh dinding, tiang-tiang dan lantai
berlapis marmer. Pada keempat sisi dinding masing-masing terdapat 12 jendela
kaca (diorama). Dari masing-masing jendela kaca itu dipertunjukkan adegan-
adegan peristiwa sejarah Bangsa Indonesia diawali dengan gambaran kehidupan
masyarakat Indonesia Purba sampai dengan Orde Baru.
Konsepsi sejarah yang melatarbelakangi adegan itu adalah bahwa Perjuangan
Nasional Indonesia sejak masa awal higga sekarang adalah untuk kemerdekaan,
persatuan, kesejahteraan dan keadilan sosial. Adegan-adegan yang ada di sini
menggambarkan tujuan itu. (Buku Monumen Nasional Monumen Keagungan
Perjuangan Bangsa Indonesia, 2008 : 24-25)
Diorama-diorama yang terdapat di ruangan ini berjumlah 48 diorama, antara
lain:
a. Diorama Sisi Timur
1. Masyarakat Indonesia Purba
2. Bandar Sriwijaya
3. Borobudur
4. Bendungan Waringin Sapta
5. Perpaduan Syiwaisme-Budhaisme
6. Sumpah Palapa
7. Armada Perang Majapahit
8. Utusan Cina ke Majapahit
9. Pesantren sebagai pemersatu Bangsa Indonesia
10. Pertempuran Pembentukan Jayakarta
11. Armada Bugis
12. Perang Makassar
b. Diorama Sisi Selatan
1. Peran Patimura
2. Perang Diponegoro
3. Perang Imam Bonjol
4. Perang Banjar
5. Perang Aceh
6. Perang Si Singamangaraja
7. Perang Jagaraga
8. Tanam Paksa
9.Kegiatan Gereja Protestan dalam proses Penyatuan Bangsa Indonesia
10. Perjuangan Kartini
11. Kebangkitan Nasional
12. Taman Siswa
c. Diorama Sisi Barat
1.Muhammadiyah
2.Perhimpunan Indonesia
3.Stovia sebagai tempat persemaian Pergerakan Pemuda Indonesia
4.Digul
5.Sumpah Pemuda
6.Romusya
7.Pemberontakan Tentara Peta di Blitar
8.Proklamasi Kemerdekaan
9.Pengesahan Pancasila dan UUD 1945
10. Hari Lahir Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
11. Pertempuran Surabaya
12. Katholik Roma sebagai Faktor Pemersatu
d. Diorama Sisi Utara
1.Gerilya dalam Perang Kemerdekaan Indonesia
2.Panglima Besar Sudirman
3.Pengakuan Kedaulatan
4.Perjuangan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia
5.Indonesia menjadi Anggota Perserikatan Bangsa-bangsa
6.Konferensi Asia Afrika
7.Pemilihan Umum Pertama
8.Pembebasan Irian Barat
9.Kesaktian Pancasila
10. Aksi-aksi Tritura
11. Surat Perintah 11 Maret
12. Penentuan Pendapat Rakyat Irian Barat.
(Buku Monumen Nasional Jakarta Indonesia, 1994 : 18-71)
3. Ruang Kemerdekaan
Ruang Kemerdekaan berada di dalam Cawan Tugu Monumen Nasional.
Ruang Kemerdekaan ini berbentuk amphitheater tertutup dimana para
pengunjung sambil duduk dengan tenang dan khidmat dapat merenungkan dan
meresapkan hikmah Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Pada keempat dinding yang ada di tengah ruangan ini terpasang empat buah
atribut kemerdekaan Bangsa Indonesia, yaitu:
a. Pada dinding sebelah timur: Sang Saka Merah Putih 2 m x 3 m, terbuat dari
kain sutera.
b. Pada dinding sebelah utara: Peta Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terbuat dari perunggu dan dilapisi emas murni.
c. Pada dinding sebelah barat: Terdapat lemari berbentuk pintu gapura yang
terbuat dari perunggu ukir dan dilapisi emas murni. Di dalamnya terdapat peti
kaca anti peluru yang disediakan untuk menyimpan naskah Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia. Naskah ini di copy dan diperbesar 4 x dari
yang asli. Sedangkan naskah proklamasi yang asli disimpan di Gedung Arsip
Nasional Jakarta selatan.
d. Peta dinding sebelah selatan: Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia
berbentuk burung Garuda : Bhineka Tunggal Ika, yang mengandung ideologi
negara “Pancasila”. Burung garuda menghadap ke kanan yang berarti lambang
kebaikan. Sayapnya berjumlah 17 yang merupakan tanggal kemerdekaan
Indonesia. Garis ekor besar berjumlah 8 yang merupakan bulan kemerdekaan
Indonesia. Garis ekor kecil berjumlah 19 dan garis leher berjumlah 45 yang
merupakan tahun dari kemerdekaan Indonesia. (wawancara dengan Muhajir,
15 Mei 2009)
4. Pelataran Cawan
Pelataran Cawan berbentuk segi empat yang melingkari badan Tugu
Monumen Nasional. Pelataran cawan ini berukuran 45 m x 45 m dan berada di
ketinggian 17 m. Dari pelataran cawan ini para pengunjung dapat melihat
keindahan Taman Medan Merdeka.
5. Pelataran Puncak Tugu Monumen Nasional
Pelataran Puncak Tugu Monumen Nasional terletak pada ketinggian 115 m
yang berukuran 11 m x 11 m. Dari pelataran ini pengunjung dapat menikmati
panorama Ibukota Jakarta.
Dengan menggunakan elevator berkapasitas 10 orang, pelataran puncak ini
dapat dicapai dalam waktu beberapa menit. Dalam keadaan darurat, tangga
melingkar di sekeliling lift dapat dipergunakan. (Buku Monumen Nasional
Monumen Keagungan Perjuangan Bangsa Indonesia, 2008 : 26-27)
Dari Pelataran Puncak Tugu Monas dapat melihat pemandangan berbagai
gedung-gedung pemerintahan, diantaranya:
Sebelah Utara:
a. Istana Merdeka
b. Sekertariat Negara
c. Bina Graha
d. Pusat Perbelanjaan Duta Merlin
e. Plaza Gajah Mada
f. Gedung Kantor Gajah Tunggal
g. Mahkamah Agung
h. Hotel Alila
i. Hotel Redtop
j. Hotel Ibis mangga dua
k. Departemen Dalam Negri
l. Markas Besar TNI Angkatan Darat
m. Pusat Onderdil Muzatek
Sebelah Timur:
a. Masjid Istiqlal
b. Gereja Katedral
c. Kantor Pos Indonesia
d. Hotel Boutique
e. Departemen Keuangan
f. Departemen Agama
g. Pertamina
h. Hotel Borobudur
i. Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat
j. Departemen Luar Negeri
k. Apartemen Allson
l. Hotel Amir Oasis
m. Gedung Graha Atrium
n. Hotel Atrium
o. Plaza Atrium
p. Gedung Pramuka
q. Gereja Immanuel
r. Departemen Perikanan da Kelautan
s. PLN Distribusi Jaya Raya & Tangerang
t. Proyek Menara Gas
u. Proyek Kantor Direktorat Jendral Pajak
v. Gedung Dhanapala
w. Mall Mega Glodok Kemayoran
x. Apartemen Mitra Kemayoran
y. Apartemen Mediterania
z. Apartemen palazzo
Sebelah Barat:
a. Bank Indonesia
b. Pusat Belanja Tanah Abang
c. Indosat
d. Departemen Pariwisata dan Kebudayaan
e. Gedung Kantor Sarana Jaya
f. Departemen Pemberdayaan Perempuan
g. Gedung Menteri Koordinator politik hukum dan keamanan
h. Departemen Pertahanan
i. Museum nasional
j. Kantor Dinas Pendapatan Daerah DKI
k. Gedung Kantor Berca
l. Apartemen & Mall Taman Anggrek
m. Departemen Komunikasi dan Informasi
n. Departemen Perhubungan
o. Mahkamah Konstitusi
p. Radio Republik Indonesia
q. Departemen Kesehatan
r. Komisi Yudisial
s. Apartemen Harmoni
t. Kantor Bank Tabungan Negara
u. Kantor Bank UOB Buana
Sebelah Selatan:
a. Gedung Bimantara
b. Menara Multimedia
c. Kedutaan Besar Amerika Serikat
d. Istana Wakil Presiden
e. Balai Kota
f. Lembaga Pertahanan Nasional
g. Kantor Telekomunikasi
h. Kantor Pusat Garuda
i. Wisma Antara
j. Departemen Energi & Sumber Daya Mineral
k. Bank Syariah Mandiri
l. Proyek Grand Indonesia
m. Gedung BNI 46 (Wikipedia, 2009)
6. Lidah Api Kemerdekaan
Lidah Api Kemerdekaan terletak di atap pelataran puncak tugu terbuat dari
perunggu seberat 14,5 ton, berbentuk kerucut dengan tinggi 14 m yang dilapisi
dengan 50 kg emas murni. Mesin lift ditempatkan di dalam rongga lidah api.
Ketinggian Tugu dari halaman tugu sampai titik puncak Lidah Api adalah 132
m, sedangkan tinggi dari pelataran puncak sampai titik puncak lidah api adalah 17
m. Untuk menjaga keamanan tugu dari petir, pada titik puncak lidah api dipasang
tiang penangkal petir.
Wujud tugu yang menjulang ke angkasa dengan puncak api yang tak kunjung
padam mecerminkan jiwa perjuangan dalam menegakkan semangat dan
mempertinggi keagungan revolusi kemerdekaan Bangsa Indonesia.
7. Kolam Pendingin
Kolam Pendingin berukuran 45 m x 45 m merupakan bagian dari sistem
pendinginan udara di dalam bangunan tugu.
Air mancur yang terdapat di kolam itu mempunyai dua fungsi, pertama untuk
medinginkan air yang telah dipakai untuk AC dan kedua sebagai penghias Taman
Medan Merdeka.
8. Ruang Mesin
Guna memenuhi listrik untuk penerangan dan pendingin udara (AC) dibuat
gardu induk dalam bangunan tersendiri di bawah tanah (bunker) yang terletak di
bawah bagian utara Taman Medan Merdeka.
9. Patung Pangeran Diponegoro
Keberadaan Patung Pangeran Diponegoro di bagian utara Taman Medan
Merdeka menambah keagungan dan keanggunan tersendiri terhadap bangunan
Tugu Monumen Nasional. Patung yang dibuat oleh pemahat Italia Prof.
Cobertaldo ini adalah sumbangan Konsul Jenderal Kehormatan Indonesia, Dr.
Mario Pitto sebagai penghargaan dan tanda terima kasih serta kekagumannya
pada bangsa Indonesia. (Buku Monumen Nasional Monumen Keagungan
Perjuangan Bangsa Indonesia, 2008 : 28-29)
D. Retribusi Monumen Nasional
Loket pembelian tiket Monumen Nasional berada di dalam Terowongan yang
terletak di sebelah utara Monumen Nasional. Harga tiket pengunjung yang
ditawarkan terbagi atas tiket yang hanya sampai pada pelataran cawan dan tiket
yang sampai pada pelataran puncak Monumen Nasional.
Retribusi Tugu Monumen Nasional Dasar : Perda No. 1 Tahun 2006
TANDA MASUK S/D PELATARAN
CAWAN
S/D PELATARAN
PUNCAK
DEWASA Rp. 2500,00 Rp. 7500,00
MAHASISWA /
ANAK-ANAK /
PELAJAR
Rp. 1000,00 Rp.3500,00
Sumber : Brosur Monumen Nasional Enjoy Jakarta
Dari tabel retribusi diatas dapat dilihat bahwa harga tiket masuk untuk
pelataran cawan dan pelataran puncak berbeda, dikarenakan apabila pengunjung
sampai pada pelataran puncak maka mereka akan mengalami kepuasan tersendiri
karena dapat melihat keindahan kota Jakarta dari puncak Monumen Nasional.
E. Jam Buka Loket Monumen Nasional
Jam Buka Loket Tugu Monumen Nasional
Setiap hari kerja termasuk Sabtu, Minggu, dan Libur 08.30 – 17.00 WIB
kecuali hari senin terakhir setiap bulan tutup
Sumber : Brosur Monumen Nasional Enjoy Jakarta
Loket tiket Monumen Nasional dibuka setiap hari kecuali hari senin terakhir
setiap bulan, oleh sebab itu Monumen Nasional selalu ramai dikunjungi wisatawan
terutama pada akhir pekan.
F. Struktur Organisasi Pengelola Monumen Nasional
Pengelola Monumen Nasional memiliki bagian masing-masing dalam
mengelola Monumen Nasional, dan mereka juga memiliki masing-masing tugas dan
kewajiban yang harus dijalankan untuk kemajuan Monumen Nasional itu sendiri.
Bagan Susunan Organisasi Unit Pengelola Monumen Nasional Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta
Sumber : Seksi Pelayanan Tugu Monumen Nasional Jakarta Pusat
G. Data Pengunjung Monumen Nasional
KEPALA
SUB KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
SEKSI PEMELIHARAAN
SEKSI PELAYANAN
DAN PAMERAN
SEKSI KEAMANAN
DAN KETERTIBAN
SEKSI MONUMEN
PROKLAMATOR
SUBBAGIAN TATA USAHA
Monumen Nasional sering mengadakan beberapa atraksi yang menarik perhatian
wisatawan, salah satu diantaranya adalah Air Mancur Pesona Monas yang diadakan pada hari
Jumat sampai minggu. Pada akhir pekan banyak sebagian masyarakat yang menghabiskan
waktunya untuk berkunjung ke Monumen Nasional sehingga Monas mengalami peningkatan
pengunjung setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat pada data pegunjung dibawah ini:
Data Pengunjung Tugu Monumen Nasional
Tahun 2005 sampai dengan April 2009.
No Tahun Jumlah Pengunjung
1. 2005 582.657
2. 2006 664.212
3. 2007 708.739
4. 2008 888.392
5. 2009 (Januari-April) 367.744
Sumber : Seksi Pelayanan Tugu Monumen Nasional Jakarta Pusat
Dari data di atas dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah keseluruhan pengunjung
terjadi setiap tahunnya. Pada tahun 2008 terlihat pengunjung Monumen Nasional
mengalami peningkatan yang sangat pesat, yaitu berjumlah 888.392 dimana naik sebesar
179.653 pengunjung dari tahun 2007.
BAB IV
POTENSI DAN DAYA TARIK OBYEK WISATA MONUMEN
NASIONAL
A. Visi dan Misi Monumen Nasional
Sebagai salah satu obyek wisata unggulan di Jakarta dan banyak dikunjungi oleh
wisatawan dari berbagai daerah di dalam dan luar negeri, maka Monumen Nasional
mempunyai Visi dan Misi dalam mempertahankan eksistensinya sebagai salah satu
daerah tujuan wisata utama di Jakarta.
Visi
Menjadikan Monumen Nasional sebagai Kebesaran Nasional dan kebanggan kota
Jakarta.
Misi
a. Mengelola dan melestarikan Monumen Nasional untuk kepentingan masyarakat
akan nilai-nilai juang kemerdekaan dan nilai-nilai pengisian kemerdekaan.
b. Menjadikan Monumen Nasional sejajar dengan monumen-monumen yang
bertaraf Internasional.
c. Menjadikan Monumen Nasional sebagai wahana pembangunan kesadaran
bangsa (Nation and character building).
(Wawancara dengan Muhajir, 15 Mei 2009)
57
B. Analisis yang digunakan terhadap obyek wisata Monumen Nasional ini melalui
konsep 4 A+1P yaitu:
1. Activity ( Aktivitas )
a. Aktivitas Penduduk
Kawasan Medan Merdeka adalah kawasan perkantoran, sehingga
sangat sedikit rumah penduduk. Yang terlihat adalah orang-orang yang
setiap harinya bekerja di perkantoran kawasan
sekitar Medan Merdeka, Jakarta pusat. Di kawasan Monas ini juga banyak
dilihat penduduk Jakarta yang berprofesi sebagai pedagang, menjual
makanan, minuman dan souvenir. Selain itu juga banyak penduduk yang
melakukan aktivitas lari pagi di lapangan Monas dan mereka dapat
bermain sepak bola di lapangan yang berada di lapangan Monas ini
maupun hanya untuk sekedar duduk-duduk di bangku taman Monas
sambil menikmati udara segar di pagi hari.
b. Aktivitas Wisatawan
Aktivitas wisatawan yang dapat dilakukan pada saat berada di
Monas adalah mereka bisa membuat dokumentasi tentang kondisi sekitar
Monas dan koleksi-koleksi yang terdapat di dalamnya. Selain itu mereka
juga dapat belajar tentang perjuangan bangsa Indonesia yang dapat dilihat
dari diorama-diorama yang terdapat di ruangan museum sejarah.
Pengunjung juga dapat menikmati keindahan pemandangan taman Monas
yang dipenuhi
dengan berbagai pepohonan. Kemudian mereka dapat menikmati
keindahan kawasan Medan Merdeka sebelah utara, timur, selatan dan
barat dari pelataran puncak Monas di ketinggian 115 meter. Pengunjung
juga dapat berkeliling taman Monas dengan naik kereta wisata Monas dan
tidak dipungut biaya oleh petugas.
2. Amanity ( Fasilitas )
Beberapa sarana penunjang sekarang sudah mulai diadakan pembenahan
dan penambahan. Adapun sarana penunjang yang ada pada saat ini yaitu:
a. Akomodasi
Untuk sarana akomodasi di sekitar kawasan Monas sudah banyak
ditemui antara lain Hotel Alila, Hotel Ibis Mangga Dua, Hotel Boutique,
Hotel Borobudur, dan Hotel Atrium. Rata-rata hotel di sekitar kawasan
Monas berbintang 3 sampai 5. sehingga untuk kalangan pelajar harga yang
disediakan pihak hotel berbintang cukup mahal.
b. Rumah Makan / Warung
Rumah makan di luar kawasan Monas masih bisa banyak ditemui
ada sekitar 5 restaurant yang berada diluar taman Monas, tetapi di dalam
kawasan taman Monas hanya bisa ditemui sekitar 8 kios kecil yang
menjual makanan dan minuman bagi para pengunjung yang terletak di
dekat loket pembelian tiket, di ruang museum sejarah dan di area parkir
wisatawan.
c. Jasa Pelayanan Informasi
Di bagian pelayanan informasi yang terdapat di Monas ini
pengunjung bisa mendapatkan berbagai informasi tentang Monas, juga
bisa mendapatkan brosur-brosur, data kunjungan, maupun foto-foto yang
berhubungan dengan Monas. Ruang pelayanan informasi ini terletak di
sebelah kiri loket pembelian tiket masuk, ruangan ini sangat kecil hanya
berukuran sekitar 4 x 4 m dan di dalam ruangan ini terdapat denah lokasi
Monas.
d. Jasa Angkutan
Alat transportasi untuk menuju ke obyek ini dapat menggunakan
Bus Kota dari terminal Kampung melayu Jakarta Timur menuju arah
Jakarta Pusat, atau bisa menggunakan Bus Trans Jakarta atau yang biasa
disebut dengan Busway dengan jalur terminal Kampung Melayu - Ancol
dan transit di halte Senen kemudian pindah busway yang menuju Monas
dan turun di halte Gambir yang berada di depan Monas. Pengunjung dapat
menggunakan busway dari terminal Pulo Gadung Jakarta timur tanpa
transit dan langsung turun di halte gambir Jakarta Pusat. Apabila
menggunakan kereta api Jabodetabek dapat menggunakan kereta api listrik
jurusan Bekasi – Gambir. Dari Jakarta Selatan pengunjung dapat naik bus
dari terminal Lebak Bulus, sedangkan dari Jakarta Utara pengunjug dapat
naik Bus dari terminal Tanjung Priok, dari Jakarta Barat pengunjung dapat
naik bus dari terminal Kali Deres dan Jakarta Pusat dari terminal Senen.
Selain itu untuk menuju Monas wisatawan juga dapat menggunakan jasa
ojek.
e. Jasa Komunikasi
Untuk jaringan komunikasi seperti wartel ada sekitar dua wartel
yang berada di luar kawasan taman Monas. Sedangkan di dalam kawasan
Monas belum terdapat wartel atau telepon umum yang diperuntukkan
untuk wisatawan.
f. Penerangan
Untuk penerangan di kawasan Monas setiap ruangannya sudah
cukup baik, ditambah dengan lampu-lampu taman yang menerangi
menambah keindahan Monas pada malam hari.
g. Keamanan
Obyek ini sudah dilengkapi dengan pos keamanan yang dijaga oleh
para petugas keamanan. Pos keamanan itu terletak di bagian pintu gerbang
Monas. Pihak pengelola Monas juga menyediakan petugas keamanan di
dalam Lift yang menuju pelataran puncak Monas, di dalam lift terdapat 2
orang petugas keamanan yang menemani wisatawan sampai tiba di
pelataran pucak.
h. Area Parkir
Monas juga telah dilengkapi oleh area parkir yang sangat luas yang
dapat menampung berbagai kendaraan seperti Bus, mobil pribadi, dan
motor.
i. Toilet
Toilet yang terdapat di Monas sudah cukup bersih dan nyaman
untuk wisatawan.
3. Accesbility ( cara menjangkaunya )
a. Kondisi Jalan
Letak Monas berada di pusat kota sehingga jalan untuk menuju
tempat ini sudah cukup bagus dan beraspal yang dilengkapi dengan rambu
lalu lintas yang lengkap sehingga memudahkan para wisatawan untuk
bertamasya ke Monas.
b. Sarana Trasportasi
Wisatawan dapat menggunakan mobil pribadi maupun kendaraan
umum seperti Bus kota dari terminal Kampung Melayu ataupun dari
terminal lainnya di Jakarta Timur, dari Jakarta Selatan dapat naik Bus kota
dari terminal Lebak Bulus, Jakarta Utara dari terminal Tanjung Priok, dan
Jakarta Pusat pengunjung dapat naik Bus kota dari teminal Senen.
Pengunjung juga menggunakan Busway atau ojek untuk menuju ke
Monas.
c. Papan Petunjuk
Jika pengunjung memasuki kawasan Monas, wisatawan dapat
melihat beberapa papan petunjuk salah satunya adalah papan petunjuk
yang menunjukkan letak loket tiket untuk menuju ke pelataran cawan
Monas.
4. Atraction ( Atraksi )
Monas membuka rekreasi gratis berupa Air Mancur Pesona Monas. Ini
bukan sembarang air mancur, karena air mancur ini bisa menari dan bernyanyi.
Air Mancur Pesona Monas terletak di sisi barat Taman Monumen Nasional. Air
mancur yang bisa menari dan bernyanyi itu diresmikan Gubernur DKI Jakarta
Sutiyoso pada Sabtu 23 Juli 2005. pertujukan Air Mancur Pesona Monas ini
tidak dibuka setiap hari untuk umum. Untuk umum hanya dibuka hari Jumat
sampai Minggu. Setiap harinya dua kali, pukul 19.00 WIB dan 20.00 WIB.
Sinar laser yang bisa membuat air mancur seperti terlihat sedang menari. Selain
itu sistem tata suara atau sound system yang membuat seakan air mancur
bernyanyi. Untuk musik yang biasa dimainkan adalah lagu-lagu betawi.
Atraksi yang terdapat di Monas antara lain festival layang-layang yang
diadakan pada tahun 2007 sangat ramai dan dihadiri oleh ratusan orang peserta
dari berbagai daerah.
Bertepatan dengan Hari Kelahiran Pancasila, pada tanggal 01 Juni 2008
sejumlah kegiatan meramaikan Jakarta mulai dari gerak jalan, lomba lari,
hingga balap sepeda. Dinas Olahraga dan Pemuda Propinsi DKI Jakarta,
menggelar acara Enjoy Jakarta International. Acara ini merupakan yang kelima
kalinya. Lomba yang merupakan rangkaian HUT Kota Jakarta ke-481 diikuti
pelari nasional dan internasional yang akan memperebutkan hadiah total sebesar
US$49.000 atau sekitar Rp 450 juta. Jumlah peserta diperkirakan mencapai
35.000 orang.
Predikat sebagai monumen kebanggaan warga Jakarta membuat
Monumen Nasional terus berbenah. Pada tanggal 09 Februari 2009 Monas
ditanam 10 pohon langka asli Indonesia. Nantinya, pohon ini bisa menjadi
investasi untuk generasi mendatang karena minimnya pengetahuan tentang
aneka kekayaan hayati nusantara. Penanaman pohon Merbau dan buliam
tersebut dilakukan langsung Menteri Kehutanan, MS Kaban.
Pada tanggal 31 Mei 2009 diadakan Hari Tanpa Tembakau dan kegiatan
sepeda ontel yang diperkirakan melibatkan ratusan orang yang meramaikan
Silang Monas.
Pada tanggal 6 Juni 2009 diadakan Malam Renungan AIDS Nusantara (
MRAN ) yang dipusatkan di Tugu Monas. Acara ini diadakan untuk
pengumpulan dana yang akan diberikan untuk program pemberdayaan ODHA.
Selain itu diharapkan adanya dukungan masyarakat dalam upaya memberikan
kasih sayang kepada sesama, khususnya kepada teman-teman yang menderita
AIDS.
Dalam rangka Pesta Lingkungan Rakyat Hari Lingkungan Hidup Se-
dunia yang jatuh pada tanggal 07 Juni 2009, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) bersepeda santai dengan rute dari Parkir Timur Senayan
hingga Monumen Nasional.
Pengelola Monas mengadakan Pekan Wisata Monas yang diadakan pada
tanggal 28-29 Juni 2009 dan kegiatan ini merupakan inovasi untuk menarik
pengunjung pada akhir pekan dan malam hari. Dalam acara ini atraksi yang
ditampilkan berupa atraksi kesenian, pantomim dan pentas kolosal yang
diadakan di halaman Monas.
Pada tahun 2009 pengelola Monas juga mengadakan acara Puisi Merah
Putih dalam rangka memperingati hari Kemerdekaan dan diselenggarakan pada
tanggal 17 Agustus 2009. Atraksi yang ditampilkan pada acara ini adalah
pembacaan puisi yang bertemakan kemerdekaan. (Wikipedia, 2009)
1P. Pengelolaan
Monumen Nasional dikelola oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,
karena Monumen Nasional ini bukan milik perorangan melainkan milik
pemerintah. Monumen Nasional ini berada di bawah pengelolaan Dinas
Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta. Monumen Nasional dalam segi
dana Monas masih sangat tergantung pada subsidi APBD Pemerintah Propinsi
DKI Jakarta. (Wawancara dengan Ageng Darmintono, 15 Mei 2009)
C. Setelah melakukan observasi di obyek wisata Monumen Nasional, maka analisa
SWOT (SWOT Analysis) yang dapat diberikan antara lain:
KOMPONEN Strength weakness opportunity threat
A. Lokasi a. Letaknya strategis dan berada di pusat kota Jakarta. b. Merupakan satu kawasan ruang terbuka hijau dengan taman yang asri sebagai tempat rekreasi publik. c. Merupakan
keberadaannya di lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap eksistensinya sebagai obyek wisata, terutama dalam hal pemanfaatan oleh pihak swasta.
Jakarta sebagai tourism city dengan diluncurkannya program enjoy Jakarta.
Semakin banyaknya area rekreasi publik di Jakarta yang lebih murah dan menarik.
Landmark kota Jakarta yang terkenal di dalam dan Luar negeri
B. Atraksi Sering mengadakan berbagai atraksi setiap tahunnya, seperti festival layang-layang, hari kelahiran Pancasila, hari tanpa tembakau, dll.
Kurangnya media promosi, sehingga wisatawan kurang mengetahui atraksi apa saja yang akan diadakan di Monas.
Dapat lebih menarik perhatian wisatawan dengan berbagai atraksi yang terdapat di Monas seperti festival layang-layang, Pekan Wisata Monas, dll.
Atraksi yang dimiliki oleh obyek wisata lain lebih menarik perhatian wisatawan.
C. Aktivitas Wisatawan dapat membuat dokumentasi tentang kondisi sekitar Monas dan berbagai koleksi yang terdapat di dalamnya. Wisatawan juga dapat melihat dan belajar dari berbagai diorama yang terdapat di ruangan museum sejarah, dan dapat menikmati keindahan
Kurangnya keinginan wisatawan untuk berekreasi.
a. Kebutuhan masyarakat kota untuk beraktivitas rekreasi semakin tinggi. b. Dengan kenaikan BBM, masyarakat cenderung memanfaatkan rekreasi ke Monas dengan biaya murah.
Kondisi sosial budaya masyarakat yang kurang kondusif ( masyarakat yang kurang peduli dengan fasilitas publik).
kawasan Medan Merdeka dari pelataran puncak Monas.
D. Fasilitas Berbagai fasilitas seperti jasa pelayanan informasi, keamanan, area parkir, penerangan, kios makanan dan toilet telah disediakan dengan baik oleh pihak pengelola Monas.
Kurangnya sarana komunikasi di dalam kawasan Monas sehingga wisatawan sulit untuk berkomunikasi karena sulitnya ditemukan wartel atau telepon umum dalam kawasan Monas.
Monas beserta fasilitas di dalamnya memiliki keistimewaan tersendiri seperti terdapat taman dengan lampu dan pemandangan yang sangat indah, dan wisatawan juga dapat menikmati keindahan alam dari puncak Monas sehingga berbeda dengan obyek wisata lainnya di Jakarta.
Obyek wisata lain yang di dalamnya terdapat berbagai pilihan fasilitas rekreasi seperti Ancol dengan pantai Marina dan seaworldnya serta Taman Mini yang di dalamnya terdapat anjungan rumah-rumah adat dari berbagai provinsi di Indonesia.
E. Pengelola a. Monumen Nasional merupakan milik pemerintah bukan milik perorangan. b. Memiliki pangsa pasar yang luas.
a. Pengelolaan tidak otonom, terutama dari segi dana yang masih sangat tergantung pada subsidi APBD Pemerintah Propinsi DKI
Apabila promosi lebih ditingkatkan dan berbagai fasilitas ditambah dan diperbaiki maka Monas akan tetap menjadi salah satu obyek wisata ungulan di Jakarta.
Apabila pihak pengelola tidak mengoptimalkan upaya pelestarian Monas dengan baik maka obyek wisata lain akan lebih menarik perhatian wisatawan
Jakarta. b.Kegiatan promosi Monas sabagai salah satu benda cagar budaya belum optimal. c. Kualitas SDM yang masih rendah.
untuk berkunjung.
Sumber : Wawancara Bp. Ageng Darmintono, 15 Mei 2009
D. Hasil Wawancara Wisatawan
Dari hasil wawancara wisatawan yang sering mengunjungi Monumen Nasional dapat
dianalisis bahwa wisatawan yang berkunjung ke Monas karena Monumen Nasional
merupakan tempat rekreasi yang banyak hiburannya serta edukasinya untuk mengenal
sejarah perjuangan Indonesia dari berbagai diorama yang ditampilkan di Ruang Museum
Sejarah, yang menarik bagi pengunjung adalah pemandangan kota Jakarta dari puncak
Monas dan atraksi air mancur menari yang diadakan setiap hari jumat, sabtu dan minggu
pukul 19.00 WIB. (wawancara dengan Farah Maretha, 06 Juli 2009)
E. Pengembangan yang sudah dilakukan
Sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama di Jakarta, pemerintah dan pengelola
Monumen Nasional telah melakukan berbagai upaya pengembangan, diantaranya adalah
penertiban perparkiran yang terdiri dari:
a. Parkir permukaan, diperuntukkan bagi kendaraan jenis kecil dan besar yang parkir
dalam jangka waktu pendek dengan tujuan mengunjungi Tugu Monas utuk tujuan
rekreasi.
b. Parkir bawah tanah untuk menampung kendaraan jenis kecil saja yang menuju
perkantoran di sekitar Medan Merdeka Selatan. Lahan parkir ini untuk jangka waktu
lama.
c. Sedangkan untuk pejalan kaki, Taman Medan Merdeka menjadi daerah yang
didominasi oleh jalur pejalan kaki, terutama di Taman Medan Merdeka. Meliputi
trotoar di sisi-sisi jalan Medan Merdeka, Silang Monas dan Lingkar Monas. Jalur
pejalan kaki kaki dengan tempat-tempat untuk istirahat juga memenuhi Taman Medan
Merdeka yang dipersejuk dengan tanaman peneduh dan terlindung dari terik
matahari. Ini diperuntukkan bagi pejalan kaki yang ingin sekedar jalan-jalan maupun
beraktifitas olahraga.
Konsep Tata Hijau di Taman Medan Merdeka ditujukan untuk menciptakan Ruang
terbuka Hijau yang menunjang Taman Medan Merdeka sebagai tempat berkumpulnya
segala lapisan masyarakat yang dikelilingi oleh jajaran gedung-gedung pemerintahan.
Taman ini berfungsi pula sebagai Botanical Garden dengan jenis tanaman dari 33
propinsi dimana masyarakat yang berkunjung selain menikmati keindahan tanaman juga
mendapat tambahan pengetahuan tentang jenis-jenis tanaman yang ada di seluruh
Indonesia. Tata hijau di Taman Medan Merdeka selain untuk keindahan kota juga
berfungsi sebagai biofilter terhadap polusi udara, suara maupun cahaya yang berasal dari
kendaraan bermotor terutama yang melintas di keempat ruas jalan Medan Merdeka.
(Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, 2000)
F. Rencana Pengembangan Jangka Pendek
1. Berdasarkan analisis SWOT, terlihat bahwa kekuatan Monumen Nasional dan
kawasannya adalah letaknya yang strategis sebagai landmark dan civic center,
sedangkan kelemahannya dari segi pengelolaan yang belum terintegrasi dengan
banyaknya instansi pemerintah yang memiliki kepentingan, sehingga timbulnya
birokrasi yang panjang dan berbelit – belit. Strategi pengembangan jangka pendek
yang diambil pengelola Monumen Nasional adalah :
a. Pembenahan manajemen pengelolaan
b. Peningkatan sarana dan prasarana Monumen Nasional
c. Peningkatan pemanfaatan civic center dan taman- taman sebagai tempat
beraktivitas masyarakat
a. Peningkatan promosi pemakaian lokasi untuk kegiatan yang bersifat masal.
2. Sasaran Kegiatan
a Terciptanya birokrasi yang ramping dalam rangka pemenuhan sistem pelayanan
yang cepat, murah, dan lebih baik (fast, cheap, and better).
b. Meningkatnya sarana dan prasarana Monumen Nasional sehingga berdampak
pada meningkatnya apresiasi dan animo masyarakat berwisata ke Monumen
Nasional.
c. Meningkatnya pemanfaatan taman sebagai tempat rekreasi, kegiatan olahraga,
kesenian, kebudayaan dan kegiatan sosial lainnya.
d. Meningkatnya frekuensi pemakaian lokasi untuk kegiatan – kegiatan yang bersifat
massal di areal Monumen Nasional. (Wawancara dengan Ageng Darmintono, 15
Mei 2009)
D. Tujuan Pengembangan Monumen Nasional
Berdasarkan buku Monumen Nasional Monumen Keagungan Perjuangan Bangsa
Indonesia, Tujuan dari rencana pengembangan Taman Medan Merdeka adalah
menjadikan Medan Merdeka sebagai Pusat Pemerintahan dan Kegiatan Masyarakat
(Civic Center) yang bertujuan untuk meningkatkan martabat Tugu Monas di dalam
tatanan kota dan memperkuat fungsi identitas kota serta melestarikan Taman Kota.
Sebagai kawasan Pusat Pemerintahan dan kegiatan Masyarakat, Taman Medan
Merdeka dilengkapi dengan berbagai komponen penunjang untuk lingkup kota,
nasional dan internasional.
Sebagai identitas kota, Taman Medan Merdeka akan menjadi kebanggaan
masyarakat, tempat berkumpulnya masyarakat, dan pusat kota pemerintahan.
Sebagai Taman Kota yang indah dan terencana, Taman Medan Merdeka perlu
ditingkatkan fungsinya sebagai paru-paru kota dan pengendali ligkungan fisik. Pada
akhirnya, Taman Medan Merdeka akan menjadi simbol kebesaran dan kebebasan
bangsa serta kebanggaan nasional.
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
Monumen Nasional atau yang biasa disebut dengan Tugu Monas merupakan salah
satu dari Monumen peringatan yang didirikan untuk memperingati dan mengabadikan
nilai-nilai perjuangan bangsa dan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia tanggal
17 Agustus 1945, mencerminkan jiwa perjuangan dalam menegakkan semangat dan
mempertinggi keagungan revolusi kemerdekaan RI, memberikan inspirasi dan
mendidik generasi sekarang dan akan datang mengenai arti kebesaran perjuangan,
kepribadian, kebudayaan, dan martabat bangsa Indonesia serta memperkenalkan Tugu
Monas kepada dunia Internasional secara keseluruhan sebagai salah 1 unsur obyek
wisata.
Tugu Monumen Nasional dibuat semenarik mungkin oleh pemeritah Indonesia
dimana pelataran puncak Monas terletak pada ketinggian 115 m yang berukuran 11 m
x 11 m. Dari pelataran puncak ini pengunjung dapat menikmati pemandangan
Ibukota. Selain itu di puncak Tugu Monas juga terdapat Lidah Api Kemerdekaan
yang terbuat dari perunggu seberat 14,5 Ton, berbentuk kerucut dengan tinggi 14 m
yang dilapisi dengan 50 kg emas murni.
Potensi yang dimiliki oleh Monas adalah merupakan Ladmark kota Jakarta, yang
terkenal di dalam dan luar negeri, merupakan satu kawasan ruang terbuka hijau
dengan taman asri sebagai tempat rekreasi publik dan memiliki pangsa pasar yang
sangat luas.
73
Dalam mempertahankan potensi yang dimiliki oleh Monas maka strategi
pengembangan jangka pendek yang diambil pengelola adalah dengan cara
pembenahan manajemen pengelolaan, peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan
pemanfaatan civic center dan taman-taman sebagai tempat beraktifitas masyarakat
serta peningkatan promosi pemakaian lokasi untuk kegiatan yang bersifat masal.
Tujuan dari rencana pengembangan Taman Medan Merdeka adalah menjadikan
Medan Merdeka sebagai pusat pemerintahan dan kegiatan masyarakat yang bertujuan
untuk meningkatkan martabat Tugu Monas di dalam tatanan kota dan memperkuat
fungsi identitas kata Jakarta. Serta Taman Medan Merdeka akan menjadi simbol
kebesaran dan kebebasan bangsa serta kebanggaan Nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Gamal Suwantoro, 2002/1997. Dasar-dasar Pariwisata, Yogyakarta : Andi Offset. H. Kodhyat Ramaini, 1995. Kamus Pariwisata dan Perhotelan. Jakarta : PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia. Katili, E. H. 1994. Monumen Nasional Jakarta Indonesia. Dinas Kebudayaan dan
Permuseuman Unit Pengelola Monumen Nasional. Jakarta. Katili, E. H., et al. 2008. Monumen Nasional Monumen Keagungan Perjuangan Bangsa
Indonesia. Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Unit Pengelola Monumen Nasional. Jakarta.
Nyoman. S. Pendit, 2003/2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
Oka A. Yoeti, 1991. Pengantar Ilmu Pariwisata : Angkasa. Sirait. MT, Rustan Sirait, dan Benyamin H.A, 1994. Tata Niaga Usaha Perjalanan dan
Wisata. Jakarta Sirait. MT, Sudiyani, Wahyu Hadad , 1997. Perencanaan dan Pengoperasian Perjalanan
Wisata. Jakarta. Sudjono, T. I., dan Antonius, G. 2002. Peta Jalan Jawa Bali. Titik Terang. Jakarta. Tjandrasasmita, U., et al. 2000. Sejarah Perkembangan Kota Jakarta. Dinas Museum
dan Pemugaran DKI Jakarta. Jakarta. Wikipedia. 2009. Monumen Nasional. http://www.wikipedia.com. Diakses tanggal 10
maret 2009