PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · siapapun dari berbagai latar belakang usia, budaya, dan...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · siapapun dari berbagai latar belakang usia, budaya, dan...
i
PENGARUH TERAPI TARI TERHADAP TINGKAT DEPRESI
PEREMPUAN DENGAN HIV/AIDS
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Tirza Yoga Nugroho
NIM : 099114128
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
'And, when you want something, all the universe
conspires in helping you to achieve it
- Paulo Coelho –
You educate a man; you educate a man. You educate a
woman; you educate a generation
- Brigham Young –
Izinkan alam semesta memberikan kekuatan bagi
hidupmu, dan lakukanlah segala sesuatu seperti
untuk Sang Misteri dan bukan untuk manusia
- Tirza –
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan khusus untuk alam semesta dan Sang
Misteri sebagai penciptanya. Karena telah memberi kesempatan kepada
seorang Tirza menjadi seorang perempuan yang ingin menguatkan
banyak perempuan lain. Terimakasih Santa Edith Stein, santa
pelindungku untuk selalu mengingatkan aku untuk menjadi tangguh.
Untuk Papa, Mama, Ko Niu, Koko dan Ciciku. Untuk seorang Ayah Budi
yang luar biasa bagiku dan untuk Hendy Hardiawan yang selalu
memberi aku semangat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Desember 2014
Penulis
Tirza Yoga Nugroho
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PENGARUH TERAPI TARI TERHADAP TINGKAT DEPRESI
PEREMPUAN DENGAN HIV/AIDS
Tirza Yoga Nugroho
ABSTRAK
Depresi merupakan gangguan mental yang paling umum terjadi. Depresi bisa terjadi kepada
siapapun dari berbagai latar belakang usia, budaya, dan ras. Salah satu subjek yang rentan terhadap
depresi adalah ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). ODHA terutama perempuan memiliki
kerentanan yang jauh lebih tinggi terhadap depresi karena pengaruh hormon dibanding ODHA
laki-laki. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh terapi tari terhadap tingkat depresi
perempuan dengan HIV/AIDS. Subjek penelitian adalah 32 perempuan dengan HIV/AIDS berusia
22-40 tahun di Yogyakarta. Penelitian mengajukan hipotesis bahwa terapi tari memiliki pengaruh
terhadap tingkat depresi perempuan dengan HIV/AIDS. Desain penelitian ini adalah Pretest-
Posttest Control Group Design. Pengelompokan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dilakukan secara random. Analisis data menggunakan uji t menunjukkan nilai t
(5,263) dan p=0,000 (p<0,005) dengan rata-rata gain score kelompok eksperimen (17,5) lebih
tinggi dibanding rata-rata gain score kelompok kontrol (1,125). Dengan demikian hipotesis
diterima.
Kata kunci: Depresi, perempuan, HIV/AIDS, terapi tari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
The Effect of Dance/Movement Therapy to Depression Level on Women with
HIV/AIDS
Tirza Yoga Nugroho
ABSTRACT
Depression is a very common mental disorder. Depression may occur to everyone with a
different background of age, culture, and race. One of the most potential subject of depression is
PLWHA (People Living With HIV/AIDS). PLWHA especially women with PLWHA tend to be more
vulnerable than men related to their hormones. This experiment research aims to find out the
effect dance/movement therapy (DMT) to depression level on women with HIV/AIDS. The subjects
were 32 women with HIV/AIDS aged 22-40 years old in Yogyakarta. The hypothesis says that
dance/movement therapy (DMT) influence the depression level on women with HIV/AIDS. The
research design is Pretest-Posttest Control Group Design. The subjects were divided into two
groups, experiment group and control group with random assignment. Independent sample t-test
show the value of t score (5,263) and p=0,000 (p<0,005). The average of experiment group gain
score (17,5) is higher than the average of control group gain score (1,125). Therefore, the
hypothesis is accepted.
Keywords: Depression, women, HIV/AIDS, dance/movement therapy (DMT)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Tirza Yoga Nugroho
NIM : 099114128
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Pengaruh Terapi Tari terhadap Tingkat Depresi Perempuan dengan
HIV/AIDS”
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perputakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet dan media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 15 Desember 2014
Yang menyatakan,
Tirza Yoga Nugroho
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan semesta alam yang telah memberikan berkat
penyertaan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul Pengaruh Terapi Tari terhadap Tingkat Depresi Perempuan dengan
HIV/AIDS.
Skripsi ini merupakan syarat tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana
Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini dapat
terselesaikan berkat bantuan, masukan, saran, bahkan kritikan dari banyak pihak
yang telah berkontribusi terhadap terselesaikannya karya tugas akhir ini. Oleh
karena itu peneliti hendak mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma sekaligus Dosen Penguji 1 yang telah
memberikan saran dan masukan.
3. Ibu M.M. Nimas Eki Suprawati, M.Si, Psi., selaku Dosen Pembimbing
skripsi yang telah dengan telaten dan sabar memberi dukungan dan
bimbingan dengan segala kondisi dan keterbatasan saya. Terimakasih,
Ibu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4. Ibu Debri Pristinella, M.Si., selaku Dosen Penguji 2 dan salah satu dosen
favorit saya yang telah membantu memberikan saran dan masukan untuk
karya ini.
5. Bapak C. Siswa Widyatmoko, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing
akademik saya selama ini. Terimakasih untuk diskusi yang selalu
bermakna bagi saya.
6. Romo Priyono Marwan, SJ yang telah bersedia membuka pemikiran
saya lebih luas dan memberi saya semangat dalam mengejar dan
menyelesaikan apa yang harus saya selesaikan.
7. Mas Doni, Mas Muji, Mas Gandung, Bu Nanik, yang telah membantu
saya selama berproses di Fakultas Psikologi.
8. Papa, Mama, Ko Diaz, Ci Santi, Ko Niu, Ik Nok dan Om Eddy yang
sudah selalu bertanya “Kapan selesai?” dan sudah memberikan bantuan
luar biasa sehingga saya bisa menempuh pendidikan ini.
9. Kesayanganku, Hendy Hardiawan, teman hidup, sahabat, kakak, adik,
partner menari, bahkan teman bertengkar yang hebat. Terimakasih sudah
membuatku selalu merasa dikasihi, disayangi, dan mampu melakukan
banyak hal.
10. Bapak Hardi, bapakku dan juga mamakku, simbahku, dan adikku, Yogi
Satriawan. Terimakasih, keluargaku, aku merasa sangat dicintai.
11. Sahabat-sahabatku, Tiara, Diana, dan Lani untuk support yang luar biasa
selama ini. Ayo kita menari lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
12. Virly Yuriken yang jauh disana, thank you ils, kalo ga ada lo gw pasti
kaga selese nulis skripsi.
13. Ginza, Albert, Al yang selalu bikin ketir-ketir ngerjain ini karena pada
uda mau selesai semua. Terutama Albert, thank you boy kita berjalan
sampai akhir bersama-sama.
14. Asri Nurani, temen kimchil gw yang oke banget. Thank you bebs, selalu
makes my day brighter than before dengan ke-embuh-an mu itu. Sukses
buatmu juga ya
15. Mba Anna dari Komisi Penanggulangan AIDS DIY yang sudah mau
direpotkan berhari-hari untuk rekomendasi penelitian.
16. Mba Dyah, Mba Nur, Mas Rudy, Mas Even, Mba Virgie, Mba Ochi,
Mba Krisna, dan semua teman-teman Victory Plus yang sudah mau
memberikan saya kesempatan berproses bersama.
17. Kak Mega “Memey” Lestari Silalahi yang sudah menjadi terapis tari
yang luar biasa dan teman berbagi yang manis.
18. Mas Iput Agustioko dan Jeffri Fernando Turnip untuk dokumentasi
karya ini dan segala macam kerepotannya.
19. Kakak-kakak tingkat yang selalu mendukung, Kang Kreteng, Mas
David, Mba Dessy, terimakasih banyak semua bantuannya.
20. Adik-adik tingkat, terutama Nyonyoku, Nathan Agung dan teman-teman
asisten laboratorium, Fiona, Vira, Hoyi. Terimakasih semua support dan
bantuannya ya..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
21. Kak Clay Dengah yang selalu bawel nanyain sampai dimana progress
skripsi. Thank you kak, lo the best lah!
22. Teman-teman Psikologi angkatan 2009, terutama Rani, Gusbay, Mas
Panjul, Patrick, Andang, Keket, Ko Albert, dan Lisa. Thank you ya
semua buat bantuan luar biasanya.
23. Terimakasih sangat banyak buat teman-teman kantor yang selalu seru.
Vera, Danur, Uyeq, Mba Naila, Mas Yoyok yang mendukung aku
ngerjain skripsi ini meskipun harus mencuri banyak waktu di jam kerja.
Terutama direktur aku yang kece badai sedunia ga ada yang ngalahin,
Inna Hudaya. Terimakasih, Teh.
24. Semua pihak yang tidak dapat saya sebut satu per satu. Terimakasih.
Peneliti menyadari bahwa karya ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu peneliti sangat mengharapkan adanya masukan dan saran untuk pengembangan
penelitian ini.
Penulis,
Tirza Yoga Nugroho
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………….
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING…………..
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………...
HALAMAN MOTTO………………………………………………
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH…...
ABSTRAK…………………………………………………………
ABSTRACT………………………………………………………..
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…..
KATA PENGANTAR……………………………………………...
DAFTAR ISI……………………………………………………….
DAFTAR TABEL………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR……………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xiv
xviii
xix
xx
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG……………………………
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB II
B. RUMUSAN MASALAH………………………...
C. TUJUAN PENELITIAN………………………….
D. MANFAAT PENELITIAN……………………….
LANDASAN TEORI
A. TINGKAT DEPRESI PEREMPUAN DENGAN
HIV/AIDS
1. DEPRESI
a. Definisi Depresi…………………………
b. Gejala-gejala Depresi……………………
c. Jenis-jenis Depresi……………………….
d. Faktor-faktor penyebab Depresi………….
e. Alat Ukur Depresi………………………..
2. PEREMPUAN DENGAN HIV/AIDS………..
B. TERAPI TARI……………………………………
C. PENGARUH TERAPI TARI TERHADAP
TINGKAT DEPRESI PEREMPUAN DENGAN
HIV/AIDS…………………………………….....
7
7
8
9
10
15
17
19
20
20
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
D. HIPOTESIS………………………………………
29
BAB III METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN…………………………….
B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN……
C. DEFINISI OPERASIONAL……………………..
D. SUBJEK PENELITIAN…………………………
E. INSTRUMEN MANIPULASI…………………..
F. METODE PENGUMPULAN DATA……………
G. DESAIN PENELITIAN…………………………
H. PROSEDUR PENELITIAN…………………….
I. METODE ANALISIS DATA…………………..
30
30
31
32
32
34
34
34
37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. JENIS PENELITIAN……………………..…..
B. PELAKSANAAN PENELITIAN
1. TAHAP PRETEST……………………………
2. TAHAP MANIPULASI/TREATMENT……
3. TAHAP POSTTEST………………………….
38
38
39
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
C. HASIL PENELITIAN
1. SUBJEK PENELITIAN……………………
2. DESKRIPSI DATA PENELITIAN………..
3. DATA OBSERVASI………………………
D. HASIL UJI STATISTIK
1. UJI ASUMSI
a. Uji Normalitas…………………………..
b. Uji Homogenitas………………………..
2. UJI HIPOTESIS……………………………
E. PEMBAHASAN……………………………….
40
41
42
43
44
45
46
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………..
B. SARAN………………………………………..
53
53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
55
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Data Subjek Penelitian………………………………. 40
Tabel 2 Data Deskriptif Penelitian…………………………… 41
Tabel 3 Uji Normalitas Shapiro-Wilk……………………………. 44
Tabel 4 Levene’s Test for Equality of Variances……………….. 44
Tabel 5 Independent Sample t-test……………………………….. 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Dinamika Pengaruh Terapi Tari terhadap Tingkat
Depresi Perempuan dengan HIV/AIDS
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Beck Depression Inventory II (BDI-II)..……………….. 60
Lampiran 2 Hasil Perolehan Data Kelompok Kontrol…………….. 65
Lampiran 3 Hasil Perolehan Data Kelompok Eksperimen………… 67
Lampiran 4 Data Hasil Observasi………………………………….. 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Depresi adalah gangguan mental yang paling umum terjadi dimana
seseorang berada dalam tingkat suasana hati (mood) yang rendah dan enggan
dalam melakukan aktivitas yang mempengaruhi pikiran, perilaku, dan perasaan
seseorang (Salmans, 1995). Menurut World Heatlh Organization (WHO),
depresi dialami hampir 121 juta orang di seluruh dunia (WHO, 2010). Depresi
dapat terjadi pada siapa saja dari beragam latar belakang usia, etnis, dan
lingkungan. WHO menyatakan bahwa depresi dialami 20% wanita, 10% pria,
dan 5% remaja baik laki-laki maupun perempuan. Bahkan anak-anak pun bisa
mengalami depresi oleh karena situasi dan kondisi tertentu dalam
kehidupannya.
Salah satu subjek yang memiliki kecenderungan mengalami depresi cukup
tinggi adalah ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Menurut Direktorat Jenderal
Pengenalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP) dan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) jumlah penderita
HIV/AIDS di Indonesia hingga akhir tahun 2013 mencapai 52.348 orang baik
laki-laki maupun perempuan dari berbagai latar belakang usia
(http://spiritia.or.id). Di Yogyakarta sendiri angka penderita HIV/AIDS
mencapai 2442 kasus atau sekitar 33% dari keseluruhan jumlah penderita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
HIV/AIDS di Indonesia. Angka ini terhitung hingga bulan Desember 2013
(http://aidsyogya.or.id).
Secara umum, penderita HIV/AIDS mengalami shock ketika mereka
didiagnosis mengidap HIV/AIDS (Miller dalam Wessel-Bloom, 2004). Respon
lain yang mengikuti adalah stress karena hidup dengan HIV positif dapat
menjadi sangat berat. Hal ini terkait dengan rasa kehilangan, baik kehilangan
pekerjaan, kehilangan dukungan orang terdekat, dan kehilangan fungsi tubuh
yang seharusnya. Individu yang didiagnosa penyakit berat dapat mengalami
ketakutan dan mengalami ancaman terhadap self-image, kepercayaan diri, dan
identitas dirinya (Kobayashi; Sugimoto; Matsuda; Matsushima; Kishimoto,
2008). Banyak bukti menjelaskan bahwa hampir setiap penyakit dipengaruhi
emosi individu. Para penderita HIV/AIDS seringkali mengalami ketakutan dan
merasakan ketidakpastian akan kehidupan akan kehidupan yang akan mereka
jalani selanjutnya (Wessel-Bloom, 2004). Reaksi ketakutan individu dapat
mempengaruhi tubuh dalam kinerjanya menghasilkan hormon epinefrin yang
dikenal sebagai adrenalin. Hormon ini mempengaruhi munculnya emosi-emosi
yang kuat seperti rasa marah atau rasa takut, serta merespon kesiapan tubuh
terhadap stress (Seaward, 2012).
Selain reaksi yang ditimbulkan karena diagnosis HIV positif muncul,
ODHA harus menghadapi penolakan dan pengabaian, serta deskriminasi dari
masyarakat dimana mereka tinggal (http://aidsindonesia.or.id). Berbagai reaksi
dari individu secara pribadi dan reaksi masyarakat dimana para ODHA berada
dapat memicu timbulnya kecemasan dan depresi pada ODHA. Kecemasan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
depresi ini juga dapat timbul karena rasa ketidakpastian yang dirasakan ODHA
terhadap hidupnya (Miller, 1987). Biasanya simtom-simtom ini muncul sesaat
setelah diagnosa HIV positif dan ketika komplikasi dari penyakit ini
berkembang (Wessel-Bloom, 2004).
Beedham dan Wilson-Barnett (1995) melakukan studi yang memberikan
hasil bahwa penderita HIV/AIDS mengalami depresi dan level depresinya
sangat fluktuatif tergantung kejadian dan berbagai hal terkait perkembangan
penyakitnya. Ketika ODHA mengalami depresi mereka merasa tidak ada
satupun hal yang dapat membantu mereka. Selain itu, mereka juga mungkin
akan kehilangan kontrol terhadap dirinya sendiri (Wessel-Bloom, 2004).
Dari keseluruhan ODHA, ODHA perempuan merupakan individu yang
memiliki resiko dua kali lebih besar mengalami depresi (Penzak, Reddy &
Grimsley, 2000). Hal ini dikarenakan perempuan cenderung memiliki tipe
hormon yang berbeda dengan laki-laki. Ketika perempuan mengalami
perubahan hormon, masa-masa ini dapat menjadi pemicu depresi pada
perempuan (Nonacs, 2006). Penelitian yang dilakukan de Mello & Malbergier
(2006) terhadap perempuan dengan HIV positif menunjukkan bahwa
perempuan dengan HIV positif menghadapi kesulitan secara afektif dan dalam
relasi seksual terkait problem dalam pernikahan dan perceraian. Selain itu,
kemungkinana adanya depresi pada perempuan dengan HIV positif dapat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pekerjaan, atau lingkungan geografis
mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Depresi sebenarnya merupakan gejala wajar sebagai respon normal
terhadap suatu pengalaman atau kejadian dalam hidup (Aditomo & Retnowati,
2004). Depresi menjadi maladaptif dan abnormal bila hadir dalam intensitas
yang tinggi dan menetap. Literatur psikologi membedakan depresi abnormal
menjadi dua, yaitu mayor (unipolar) dan mania (bipolar) (APA, 1994).
Terapi untuk depresi dikembangkan dengan beberapa teori psikologi yang
popular. Ada lima teori etiologi yang popular membahas depresi dan terapi
untuk depresi. Kelima teori tersebut adalah teori biologis, teori psikodinamika,
teori kognitif, teori behavioral, dan teori sistem keluarga (Carr, 2001). Menurut
teori biologis, predesposisi gangguan mood termasuk depresi mungkin
diturunkan secara genetis (Andrew dalam Carr, 2001). Selain itu teori biologis
menjelaskan bahwa rendahnya level hormon tiroksin dan tingginya hormon
kortisol memiliki pengaruh terhadap meningkatnya simtom depresi (Deakin
dalam Carr,2001).
Dalam terapi psikodinamika, individu dibantu mengenali dan memahami
emosi, pemikiran, pengalaman masa lalu, dan menggali insight sehingga
problematika yang dihadapi di masa sekarang dapat dilewati. Selain itu
individu juga diajak mengevaluasi pola yang mereka kembangkan selama masa
hidup mereka (http://goodtherapy.org). Selanjutnya terapi kognitif
menyimpulkan bahwa individu mengalami depresi karena cara pandang yang
salah terhadap dirinya sehingga memicu menurunnya penghargaan diri (self-
esteem). Rendahnya penghargaan diri inilah yang akhirnya memicu depresi.
Terapi kognitif mengajak individu memposisikan kembali pola berpikir dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
perasaan mereka dengan perubahan yang terjadi dalam tubuhnya
(http://goodtherapy.org).
Terapi behavioral menyimpulkan bahwa individu mengalami depresi
karena berkurangnya penguatan pada diri individu sehingga terapi behavioral
menekankan pemberian penguatan pada individu yang mengalami depresi.
Teori terakhir yang juga membahas depresi adalah teori sistem keluarga. Teori
ini menyatakan bahwa depresi disebabkan oleh tekanan dalam hubungan
keluarga, tidak adanya dukungan dari keluarga atau significant others, sistem
kepercayaan, dan pola interaksi dalam keluarga (Carr, 2001). Terapi menurut
teori ini menekankan kepada pemberian perhatian (caregiving) dan
peningkatan pola interaksi keluarga yang lebih baik.
Terapi depresi lain yang menjadi populer adalah terapi tari atau dikenal
dengan Dance/Movement Therapy (DMT). Terapi tari merupakan cabang
termuda dari terapi seni (art therapy) dimana dalam penelitian yang pernah
dilakukan Wessels-Bloom (2004) terhadap pasien ODHA memunculkan hasil
yang positif. Melalui terapi tari ini, ODHA secara umum mengalami
peningkatan dalam kondisi kesehatannya (Wessels-Bloom, 2004). Peningkatan
ini dipengaruhi oleh meningkatnya kekebalan tubuh para ODHA yang dicapai
melalui penguatan konstruk psikologis tertentu seperti stress, dukungan sosial,
serta penghargaan diri yang diperoleh melalui DMT (Wessels-Bloom, 2004).
Terapi tari sendiri didefnisikan oleh American Dance/Movement Therapy
(ADMT) UK pada tahun 2004 sebagai berikut “dance/movement therapy is the
psychotherapeutic use of movement and dance through which a person can
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
engage creatively in a process to further their emotional, cognitive, physical,
and social integration” (Karkou & Sanderson, 2006). Ritter & Low (1996,
1998) melakukan meta analisis di US dan dikalkulasi ulang oleh Cruz & Sabers
(1998) menunjukkan bahwa terapi tari terbukti efektif menurunkan stress dan
meningkatkan kesehatan bagi klien atau pasien dengan berbagai kesulitan
kronis, pasien kanker payudara, pecandu alkohol, serta individu dengan
gangguan mental tertentu (Karkou & Sanderson, 2006). Lebih dari itu, terapi
tari juga dapat diterapkan pada semua individu dari berbagai latar belakang
usia dan ras serta dapat dilakukan secara individu, berpasangan, ataupun
kelompok (http://adta.org)
Fleksibilitas terapi tari yang dapat diterapkan dalam berbagai latar
belakang budaya dan ras membuat terapi tari dipilih untuk terapi depresi yang
baik (Seide, 1986). Berbeda dengan terapi seni lain seperti terapi musik, terapi
gambar, dan terapi teater yang perlu penyesuaian terkait latar belakang budaya
dan ras serta terkadang mensyaratkan terapi dilakukan secara kelompok
(Behrends; Muller; Dziobek, 2012).
Terapi tari secara biologis terbukti dapat meningkatkan kemampuan
seseorang sehingga tidak rentan terhadap depresi dan stress dengan meregulasi
tingkat hormon serotonin dan dopamin. Kedua hormon tersebut membantu
individu yang memiliki perasaan terisolasi karena situasi depresi karena AIDS
merupakan penyakit yang mengisolasi penderitanya (Penzak et.al, 2000). Lebih
dari itu, menari juga meningkatkan kepercayaan diri yang akan membantu
individu meningkatkan self-esteem.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Perilaku non-verbal seperti tari mentransformasikan berbagai hal yang
tidak dapat dituangkan dalam tulisan atau kata-kata atau gambar, sehingga
terapi keratif ini memegang peranan penting dalam konseling interkultur dan
psikoterapi karena hampir secara keseluruhan menyentuh tingkat
ketidaksadaran (Wessels-Bloom, 2004). Tujuan terapi tari sendiri adalah untuk
membebaskan emosi-emosi yang ditekan dan disimpan dalam tubuh sebagai
tekanan dan keyakinannya terhadap nilai pelepasan katarsis tari (Chodrow,
2008).
Selanjutnya, terapi tari dapat meningkatkan komunikasi dimana individu
dapat memanfaatkan ini sebagai sarana menjauhkan diri dari tekanan,
kecemasan, kemarahan, mengurangi depresi, serta meningkatkan dan
mengkonstitusi ulang bentuk tubuhnya (Seide, 1986). Terapi tari dapat
diterapkan dalam berbagai latar belakang budaya dengan prinsip dasar bahwa
bahasa tubuh merupakan bentuk komunikasi paling dasar yang dapat dipahami
di berbagai budaya.
B. Rumusan Masalah
Apakah terapi tari berpengaruh terhadap tingkat depresi perempuan dengan
HIV/AIDS?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah terapi tari memiliki pengaruh terhadap tingkat depresi
perempuan dengan HIV/AIDS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menjadi sumbangan bagi dunia kesehatan mental dan
psikoterapi bahwa terapi tari atau Dance/Movement Therapy (DMT)
merupakan sarana mengungkapkan emosi-emosi yang ditekan dan mampu
meningkatkan komunikasi individu, dalam hal ini ODHA perempuan, sehingga
individu menurun tingkat depresinya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menjadi alternative terapi psikologis bagi ODHA
perempuan karena terapi ini dapat menjadi sarana bagi mereka untuk
mengekspresikan diri sekaligus melepaskan rasa terisolasi dari penyakit yang
mereka derita. Selain itu terapi ini dapat menjadi sarana meningkatkan
komunikasi dan menurunkan tingkat depresi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tingkat Depresi Perempuan dengan HIV/AIDS
1. Depresi
a. Definisi Depresi
Menurut DSM-IV depresi merupakan kondisi dimana seseorang merasa
sedih, kosong, atau terganggu yang diikuti perubahan kognisi dan somatic
yang secara signifikan mempengaruhi kapasitas fungsional individu.
Individu yang mengalami depresi akan merasa putus asa dan kehilangan
harapan. Seringkali mereka berpikir mengenai kematian dan mengakhiri
hidupnya atau bunuh diri karena merasa tidak mampu bangkit kembali dari
keadaan mereka dan melakukan berbagai hal. Bahkan untuk penderita
depresi mayor yang berat, berpakaian saja menjadi hal yang sangat berat
untuk dilakukan.
Depresi akan diikuti oleh perubahan fisik, seperti gangguan makan atau
gangguan tidur. Mereka yang mengalami depresi mungkin kehilangan
nafsu makan atau malah makan dalam jumlah yang berlebihan. Mereka
juga rentan mengalami kesulitan tidur, kesulitan berkonsentrasi, dan terus
merasa lelah dan kehilangan energy. Beberapa penderita depresi bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
mengalami reaksi fisik seperti pusing atau rasa sakit yang seringkali tidak
dapat dijelaskan (Lynch & Kilmartin, 2013).
Depresi mayor atau yang sering dikenal dengan istilah depresi unipolar
terjadi dua kali lebih sering pada perempuan dibanding laki-laki di
berbagai belahan dunia. Hal ini dikarenakan perempuan cenderung
memiliki tipe hormon yang berbeda dibanding laki-laki. Para ahli
meyakini bahwa pada saat perempuan berada dalam tahun-tahun
reproduktifnya, perempuan mengalami fluktuasi hormon yang konstan,
selain itu perubahan hormon yang fluktuatif ini dapat memicu depresi pada
perempuan (Nonacs, 2006).
Dalam penelitian ini, pengertian depresi terbatas pada definisi dan
etiologi yang dikemukakan oleh teori kognitif bahwa depresi disebabkan
oleh adanya pandangan diri yang negatif sehingga berpengaruh terhadap
menurunnya penghargaan diri (Carr, 2001). Depresi merupakan suatu
gangguan yang berkaitan dengan perubahan suasana hati, adanya cara
pandang diri yang negatif dan penyalahan diri, serta regresi dan keinginan
untuk bunuh diri yang diikuti perubahan vegetatif serta perubahan tingkat
aktivitas seperti retardasi dan agitasi (Beck, 1967).
b. Gejala-Gejala Depresi
Berdasarkan definisi yang dikemukakan Beck (1967), depresi dapat
dikenali melalui gejala-gejalanya. Menurut Beck, gejala depresi dapat
dikenali berdasarkan manifestasinya dalam diri individu. Manifestasi
tersebut meliputi manifestasi emosional, manifestasi kognitif, manifestasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
motivasional, manifestasi fisik dan vegetatif, serta adanya delusi dan
halusinasi.
1) Manifestasi Emosional
Manifestasi emosional depresi berkaitan dengan berbagai perubahan
pada perasaan atau perilaku nyata individu yang secara langsung
diakibatkan oleh keadaan emosinya. Gejala-gejala ini meliputi :
a) Dejected mood merupakan perasaan ditolak. Individu merasa
kesepian, bosan, dan tidak memiliki siapapun.
b) Munculnya berbagai perasaan negatif mengenai diri sendiri, dalam
gejala ini individu merasa benci terhadap diri sendiri dan merasa diri
tidak berharga.
c) Hilangnya kepuasan, dalam hal ini yang dimaksud adalah kepuasan
dalam melakukan berbagai hal yang biasanya dilakukan individu.
Gejala ini sampai juga pada hilangnya kepuasan akan kegiatan
makan, tidur, dan kepuasan seksual.
d) Kehilangan kelekatan emosional dengan orang lain atau kegiatan
yang biasa dilakukan diikuti hilangnya kepuasan terhadap kegiatan
tersebut.
e) Meningkatnya frekuensi menangis atau tidak dapat menangis
meskipun sebenarnya ingin.
f) Kehilangan kegembiraan. Individu yang mengalami depresi kerap kali
merasa kehilangan rasa humor dan kegembiraan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2) Manifestasi Kognitif
Manifestasi kognitif terdiri atas tiga kelompok perilaku individu yang
menyimpang. Kelompok pertama meliputi perilaku akibat tanggapan
penderita yang menyimpang mengenai dirinya. Gejala-gejala yang
termasuk dalam kelompok ini adalah penilaian diri yang rendah,
gambaran diri yang menyimpang dan harapan yang negatif. Kelompok
kedua menggambarkan dugaan pasien tentang penyebab terjadinya
masalah yang sedang dihadapinya. Sedangkan kelompok ketiga adalah
penyimpangan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan. Pada
umumnya individu merasa bimbang dan terombang-ambing ketika harus
mengambil sebuah keputusan (Beck, 1967).
Berikut ini adalah gejala yang termasuk dalam tiga kelompok seperti
yang telah disebutkan di atas.
a) Penilaian yang rendah terhadap diri sendiri. Individu yang mengalami
depresi melihat dirinya sendiri sebagai pribadi yang kurang dalam
segala hal seperti kemampuan, kecerdasan, kesehatan, kekuatan, daya
tarik personal, popularitas, dan kekayaan.
b) Adanya harapan yang negatif, individu cenderung murung dan
pesimis terhadap berbagai hal serta kehilangan harapan. Mereka
cenderung membayangkan hal-hal yang buruk dan menolak
kemungkinan adanya perkembangan dalam kehidupannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
c) Individu mencela atau mengkritik dirinya sendiri bila tidak dapat
memenuhi atau melakukan tuntutan-tuntutan atau kewajiban-
kewajiban yang terlalu tinggi.
d) Sulit mengambil keputusan, bahkan dalam hal-hal kecil sekalipun.
Individu cenderung melakukan prokrastinasi dalam melakukan
berbagai hal.
e) Memiliki gambaran diri (body image) yang buruk. Gejala ini lebih
sering muncul pada perempuan dibanding pada laki-laki.
3) Manifestasi Motivasional
Manifestasi motivasional merupakan manifestasi yang tampak paling
menonjol dalam depresi. Manifestasi ini meliputi pengalaman sadar akan
hasrat dan dorongan-dorongan yang ada dalam diri individu. Gejala ini
dapat dilihat dengan cara mengamati perilaku individu yang mengalami
depresi. Karakteristik yang menonjol pada individu ditinjau dari
manifestasi ini adalah adanya kemunduran sifat dasar (regressive
nature). Individu menarik diri dari aktivitas yang sebenarnya berguna
bagi dirinya. Mereka juga cenderung menghindar dari tanggung jawab,
tidak memiliki inisiatif, serta mengalami penurunan kuantitas energi.
Gejala-gejala manifestasi motivasional secara lebih spesifik adalah
sebagai berikut :
a) Hilangnya motivasi dan keinginan untuk melakukan berbagai
aktivitas bahkan aktivitas yang paling sederhana sekalipun, seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
makan, minum, atau mengkonsumsi obat untuk meringankan
stressnya.
b) Keinginan untuk menghindar, melarikan diri, dan menarik diri dari
berbagai aktivitas.
c) Keinginan untuk bunuh diri yang seringkali muncul.
d) Meningkatnya ketergantungan terhadap orang lain secara berlebihan.
Ketergantungan disini dimaksudkan lebih pada keinginan untuk
dibantu, dibimbing, atau diarahkan daripada proses nyata bergantung
terhadap orang lain.
4) Manifestasi Fisik dan Vegetatif
Dalam manifestasi fisik dan vegetatif dijelaskan oleh beberapa
peneliti sebagai bukti adanya gangguan otonomi dasar atau hipotalamus
yang merupakan penyebab timbulnya depresi. Gangguan otonomis dasar
merupakan gangguan pada sistem syaraf otonomis yang mengakibatkan
gangguan pada detak jantung, tekanan darah, dan gangguan-gangguan
lain yang sejenis. Sedangkan gangguan hipotalamus adalah gangguan
pada bagian otak yang mengatur pengendalian emosi, fungsi tidur, dan
fungsi fisiologis lainnya.
Manifestasi-manifestasi fisik dan vegetatif tampak pada hal-hal
sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
a) Kehilangan selera makan
b) Gangguan tidur, bisa berupa insomnia atau hypersomnia
c) Kehilangan dorongan seksual
d) Mudah merasa lelah
5) Delusi dan Halusinasi
Delusi atau yang dikenal juga dengan istilah waham adalah keyakinan
yang keliru, yang tetap dipertahankan sekalipun dihadapkan dengan
cukup bukti tentang kekeliruannya, dan tidak serasi dengan latar
belakang pendidikan dan dosial budaya orang yang bersangkutan.
Sedangkan halusinasi adalah penghayatan (seperti persepsi) yang
dialami melalui panca indera dan terjadi tanpa adanya stimulus eksternal.
Delusi dan halusinasi merupakan gejala hilangnya kontak individu
dengan realitas atau lingkungan (Fauziah & widury, 2008).
c. Jenis-Jenis Depresi
Depresi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Beck (1967)
mengklasifikasikan depresi menurut penyebab (etiology) depresi yang
menghasilkan depresi endogen dan depresi eksogen. Depresi endogen
adalah depresi yang disebabkan oleh faktor internal atau dari dalam diri
individu yang bisa berupa kekacauan biologis atau genetis individu.
Depresi eksogen adalah depresi yang disebabkan oleh faktor eksternal atau
dari luar individu. Faktor eksternal ini bisa berupa kejadian yang
menyedihkan seperti kematian, kehilangan pekerjaan, atau kesulitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
finansial. Depresi eksogen seringkali disebut juga dengan istilah depresi
reaktif karena terjadi setelah adanya sebuah kejadian pada diri individu.
Selanjutnya Beck (1967) mengemukakan klasifikasi selanjutnya
berdasarkan tingkat aktivitas utama individu menjadi depresi agitasi dan
depresi retardasi. Depresi agitasi ditandai dengan adanya aktivitas
berlebihan atau tidak henti-hentinya. Individu cenderung tidak bisa
berhenti bergerak, sering meremas-remas tangan, atau menggaruk bagian
tubuhnya hingga terluka. Depresi retardasi ditandai dengan berkurangnya
aktivitas spontan, dimana individu cenderung diam pada satu posisi dalam
jangka waktu yang lebih lama dari jangka waktu normal.
Selain klasifikasi yang diberikan Beck, depresi juga diklasifikasikan
berdasarkan fase depresi yang dialami individu yaitu depresi mayor
(unipolar) dan depresi mania (bipolar). Pada depresi mayor individu akan
mengalami kesedihan yang mendalam, kehilangan gairah terhadap hal-hal
yang menyenangkan atau yang dulu pernah diminati. Sedangkan depresi
mania ditandai dengan adanya periode mania yaitu adanya perasaan
gembira, optimism, dan gairan yang berlebihan atau meluap-luap (APA,
2003).
Secara singkat, jenis depresi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)
klasifikasi yaitu berdasarkan penyebab yakni depresi endogen dan
eksogen, berdasarkan tingkat aktivitas utama yakni depresi agitasi dan
depresi retardasi, dan berdasarkan fase depresi yakni depresi
mayor(unipolar) dan depresi mania (bipolar).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
d. Faktor-Faktor Penyebab Depresi
Faktor-faktor penyebab depresi dibedakan menjadi 4 (empat) dimensi
yaitu dimensi biologis, dimensi psikologis, dimensi sosial, dan dimensi
sosiokultural (Sue et al., 2008)
1) Dimensi Biologis
Pendekatan biologis terhadap penyebab depresi secara umum
berfokus pada kecenderungan genetis, disfungsi fisiologis, dan
kombinasi keduanya. Faktor genetika cenderung menjadi penyebab
utama depresi pada individu. Selain itu, faktor biologis lain seperti
fungsi neurotransmitter yang meningkatkan hormon kortisol yang
menjadi penyebab utama depresi. Jika hormon ini tidak ditekan laju
sekresinya akan memperburuk kondisi depresi individu.
2) Dimensi Psikologis
Ditinjau dari dimensi psikologis ada tiga sudut pandang yang
diambil. Dari sudut pandang psikodimanima, individu dapat mengalami
depresi ketika terjadi peristiwa keterpisahan misalnya karena seseorang
yang dikasihi meninggal atau pergi. Selain itu individu dapat
mengalami depresi ketika kekurangan atau tidak mampu
mengekspresikan amarahnya. Selanjutnya dari sudut pandang
behavioral, individu dapat mengalami depresi karena kehilangan
seseorang yang dicintai hanya saja dalam sudut pandang ini lebih
berfokus pada berkurangnya penguatan (reinforcement) individu setelah
peristiwa kehilangan tersebut. Kemudian dari sudut pandang kognitif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
memandang bahwa depresi disebabkan oleh karena pandangan individu
yang negatif tentang berbagai hal di hidupnya. Pandangan negatif ini
berlaku dalam cara individu memandang kesehariannya. Pandangan
inilah yang berpengaruh terhadap menurunnya penghargaan diri (self-
esteem) sebagai faktor yang menyebabkan depresi.
3) Dimensi Sosial
Dimensi sosial berfokus pada hubungan dan stressor interpersonal
serta dukungan sosial yang membuat seseorang rentan atau sebaliknya
tahan terhadap depresi. Dimensi ini diangkat dari sudut pandang teori
sistem keluarga. Hal ini dikuatkan dengan temuan bahwa orang-orang
di dunia barat lebih rentan mengalami depresi karena adanya pola
budaya dimana diri sendiri menajdi lebih penting dari orang lain
sehingga seseorang sulit menemukan makna hidup dan mengarah
kepada meningkatnya depresi (Sue, 2008)
4) Dimensi Sosiokultural
Dimensi sosiokultural berfokus pada budaya, demografi, dan faktor
sosioekonomi yang menjadi penyebab meningkat atau menurunnya
depresi. Contohnya, perempuan memiliki kecenderungan tingkat
depresi yang jauh lebih tinggi dari laki-laki. Berbagai faktor biologis
maupun psikologis juga telah dikemukakan terkait perbedaan jenis
kelamin sebagai penyebab depresi. Nolen-Hoeksema (2010)
mengemukakan hipotesis bahwa cara seseorang merespon suasana hati
depresif berkontribusi terhadap kronisitas dan kambuhnya episode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
depresi dalam dirinya. Perempuan cenderung memikirkan dan
memperkuat suasana hati depresi mereka, sedangkan laki-laki
cenderung meredam atau menentukan cara untuk meminimalkannya.
e. Alat Ukur Depresi
Depresi oleh beck diukur dengan menggunakan alat ukur yang dikenal
sebagai Beck Depression Inventory II (BDI-II) dalam versi Bahasa
Indonesia. BDI-II merupakan instrumen pengukuran mandiri yang terdiri
dari 21 aitem pernyataan untuk mengukur tingkat depresi pada dewasa dan
remaja di atas usia 13 tahun. BDI-II disusun sebagai indikator adanya
simtom-simtom depresi sesuai kriteria DSM-IV. Instrumen ini
dikembangkan oleh Aaron T. Beck, Robert A. Steer, dan Gregory K.
Brown. BDI-II merupakan paper and pencil questionnaire yang pada
umumnya diadministrasikan selama 5-10 menit oleh subjek sendiri atau
disajikan seara oral (wawancara). 21 aitem pada BDI-II terdiri dari 4 skala
rasio 0-3. Total skor yang mungkin adalah 0-63, dimana total skor ini
nantinya dikonversi untuk mennetukan kondisi atau keberadaan simtom
depresi pada individu (Community-University Partnership for the Study of
Children, Youth, and Families, 2011).
Robinson (dalam Aditomo & Retnowati, 2004) mencatat bahwa BDI-II
memiliki reliabilitas konsistensi internal yang baik yaitu 0,93 dengan
reliabilitas test-retest 0,70. Leigh & Anthony Tolbert (2001) dalam The
Pharma Innovation Journal (2013) menemukan reliabilitas test-retest BDI-
II sebesar 0,76. Validitas BDI-II berkisar antara 0,6-0,9. Di Indonesia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
BDI-II telah diadaptasi dan diteliti beberapa kali reliabilitasnya.
Prabandari (dalam Hasanat, 1994) mencatat reliabilitas BDI-II versi
Bahasa Indonesia adalah sebesar 0,93.
2. Perempuan dengan HIV/AIDS
Perempuan dengan HIV/AIDS atau ODHA adalah individu berjenis
kelamin perempuan yang telah positif terinfeksi virus HI (Human
Immunodeficiency). ODHA adalah akronim dari Orang Dengan HIV/AIDS.
Dalam bahasa Inggris ODHA disebut dengan PLWHA (People Living With
HIV/AIDS).
B. Terapi Tari
Association of Dance/Movement Therapy (ADMT) memberikan definisi
terapi tari sebagai penggunaan gerakan menjadi salah satu metode psikoterapi
dimana seseorang dapat terlibat secara kreatif dalam sebuah proses integrasi
emosional, kognitif, fisik, dan sosial yang lebih dalam (Karkou & Sanderson,
2006). Terapi tari berdiri dengan prinsip bahwa melalui gerakan ekspresif dan
tari individu dapat ikut mengalami pertumbuhan personalnya karena terdapat
hubungan antara gerak dan emosi seseorang (Payne, 1992). Melalui eksplorasi
gerak yang dialami ini memungkinkan individu untuk meningkatkan
keseimbangan secara spontan dan adaptif. Melalui gerak dan tari ini pula,
individu berbagi simbol diri mereka ketika menari bersama rekan-rekannya
yang memunculkan hubungan nyata antara satu individu dengan yang lain.
Terapis tari memfasilitasi supaya tercipta suasana yang erat dimana setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
perasaan individu dapat secara aman diekspresikan, dipahami, dan
dikomunikasikan (Payne, 1992).
Pemahaman Jung (dalam Chodorow, 2008) terhadap nilai terapeutik dari
pengalaman artistik sangat esensial terhadap teori dan praktek dari DMT.
Menurut Jung, simbol dari diri seseorang muncul dari dalam diri melalui
gerakan atau movement (Jung, 1969). Dalam hal ini individu diajak melakukan
gerakan-gerakan (movements) sesuai dengan afek yang ingin digambarkannya.
Melalui movements inilah individu diajak menyadari, menerima, dan
memahami dirinya yang dalam pandangan humanistik cara ini mampu
meningkatkan penghargaan diri (self-esteem) sebagai faktor penting dari
kesehatan mental individu (Benson; Collin; Ginsburg; Grand; Lazyan; Weeks,
2012).
Movements itu sendiri memperkuat sistem kardiovaskular, sistem endokrin,
sistem kekebalan tubuh, dan sistem syaraf pusat sehingga otak pun menjadi
aktif melalui sistem motoric. Movements meningkatkan level endorphin dalam
otak dimana ada 3 (tiga) neurotransimitter utama disana yaitu norepinephrine,
dopamine, dan serotonin. Ketiga neurotransmitter ini berhubungan erat dengan
mood, kognisi, perilaku, dan kepribadian sehingga terimplikasi pada efek
peningkatan mood. Movements meningkatkan fungsi neurotransmitter yang
membantu regulasi mood, mengontrol kecemasan, dan kemampuan mengatasi
stress dan agresi, serta membuat individu menjadi semakin atentif dan mudah
bersosialisasi (Hall, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Dalam terapi tari dikenal penggunaan active mirroring of movement yang
dikenal juga dengan istilah empathetic reflection atau kinaesthetic empathy.
Ketika individu melakukan gerakan secara bersama-sama, tumbuhlah empati
dan perasaan positif terhadap rekannya yang mengarah kepada munculnya
dukungan sosial, termasuk di dalamnya interaksi terapeutik dimana peran dari
neuron mirror dalam keterlibatan empatis teridentifikasi (Karkou et al., 2012).
Empati sendiri adalah kemampuan individu untuk memahami individu lain
(Fischman dalam Chaiklin&Wengrower, 2009) sehingga melalui kinesthetic
empathy juga terapis memfasilitasi perkembangan diri individu ketika
prosesnya terhenti atau terganggu oleh suatu kondisi, misalnya depresi
(Fischman dalam Chaiklin&Wengrower, 2009).
Bagi individu dengan depresi, DMT memungkinkan untuk memberikan efek
positif. Contohnya, suasana hati individu akan meningkat karena penggunaaan
gerak dan tari merupakan salah satu bentuk latihan fisik. Latihan fisik telah
terbukti memberikan efek positif berupa relaksasi sehingga simtom depresi
dapat berkurang/menurun (Mead, 2010). Perwujudan kreativitas, imajinasi
gerak, penggunaan gerakan simbolis, dan penggunaan gerak sebagai metafora
dapat menjadi ciri unik dari DMT yang melatarbelakangi adanya efek spesifik
pada perubahan terapeutik individu (Karkou, 2006). Metafora gerak juga
merupakan sarana yang berguna baik untuk mengurangi jarak emosional antara
terapis dank lien serta mendekatkan jarak emosional terhadap perasaan dan
kenangan klien yang menyakitkan (Karkou et al., 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Proses kreatif dari DMT memiliki 4 (empat) tahap. Setiap tahap memiliki
seperangkat tujuan yang berkorelasi dengan tujuan DMT yang lebih besar.
Dalam penelitian ini, tujuan DMT adalah untuk mengekspresikan emosi
individu dalam rangka menurunkan simtom depresi. Tahap-tahap DMT
tergolong progresif dan biasanya ditinjau kembali dari keseluruhan proses
DMT (http://adta.org). Adapun tahap-tahap tersebut adalah :
1) Preparation
Tahap ini merupakan tahap awal DMT atau disebut tahap persiapan
dimana individu disiapkan untuk menjalani proses terapi. Pada tahap ini
terapis menyiapkan ruang gerak yang aman dan nyaman tanpa gangguan dan
pengalih perhatian dalam rangka membangun relasi supportif dengan
individu-individu yang diterapi. Hal ini dilakukan dengan cara menyiapkan
ruang terapi yang bersih dan lapang serta mencairkan suasana melalui
introduksi diri terapis dan apa yang akan mereka lakukan bersama serta
manfaat yang ingin dicapai bersama-sama. Pada tahap ini individu disiapkan
untuk bergerak, secara biologis kondisi fisik mereka disiapkan supaya tidak
mengalami shock dan ketegangan fisik ketika melakukan gerakan. Lebih
dari itu, terapis memfasilitasi individu agar merasa nyaman dan aman untuk
mulai bergerak dengan mata tertutup. Tujuan menutup mata saat bergerak
ini adalah supaya masing-masing individu secara bebas dan tanpa judgement
dapat mulai mencoba mengekspresikan perasaannya melalui gerakan. Selain
itu menutup mata bertujuan agar individu mulai memupuk rasa percaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dirinya karena antara satu sama lain berfokus pada diri masing-masing dan
tidak melihat rekan-rekannya.
2) Incubation
Tahap ini adalah tahap relaksasi dimana individu diajak melepaskan
kontrol kesadaran sehingga gerakan tubuh meraka menjadi simbol dari alam
bawah sadar mereka. pada tahap ini individu masih bergerak dengan
menutup matanya. Terapis mengajak individu untuk mulai bergerak
mengikuti apa yang mereka rasakan dan pikirkan tanpa harus melihat rekan-
rekan lain. Jadi, dalam tahap ini terapis sekaligus memfasilitasi individu
untuk dapat mengeksplorasi perasaan mereka dan memaksimalkan
ketubuhan mereka dalam gerak.
3) Illumination
Tahap ini adalah tahap dimana makna dari setiap gerakan menjadi lebih
jelas. Bisa jadi gerakan yang muncul memuat emosi negatif atau emosi
positif. Proses ini diintegrasikan kedalam kesadaran melalui dialog dengan
terapis selama mereka bergerak. Melalui refleksi atau diskusi ini, individu
dapat mengungkapkan pengalaman bawah sadarnya dan terapis dapat
memberikan affirmasi dan penguatan yang dapat diterima oleh individu.
Jadi, dalam tahap ini terapis mengajak individu untuk berbagi apa saja yang
mereka ungkapkan melalui gerak-gerak yang tercipta. Melalui proses
illumination inilah individu menyadari hal-hal mengenai dirinya,
pengalaman masa lalunya, bagaimana cara pandangnya terhadap diri dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pengalaman tersebut. Setelah mereka menyadarinya, individu diajak
menerima kemudian menghargai apa yang sudah dilewatinya. Setelah
individu menerima dan menghargai pengalaman mereka dan menyadari cara
pandangnya, terapis mengajak dan mendorong individu untuk merubah cara
pandangnya yang keliru dan negatif menjadi lebih positif.
4) Evaluation
Tahap ini merupakan tahap dimana individu dan terapis mendiskusikan
signifikansi proses terapi dan mengeksplorasi pengalaman individu, serta
mempersiapkan individu untuk mengakhiri sesi terapi. Terapis memberikan
penguatan atau reinforcement untuk dapat melangkah lagi dari apa yang
sudah pernah berhenti karena depresi yang dialami individu.
Gerakan tubuh sebagai komponen inti dari tari itu sendiri menjadi sarana
penilaian dan intervensi dari terapi tari. Secara keseluruhan, terapi tari
menggunakan kombinasi sudut pandang psikodinamika, behavioral,
humanistik, dan kognitif. Individu diajak menyadari pengalaman masa lalu
mereka menjadi salah satu indikator adanya sudut pandang psikodinamika.
Pemberian reinforcement dalam rangka memberi pemahaman kepada
individu bahwa “it’s okay to have a bad past time” menjadi ciri khas
pandangan behavioral. Selanjutnya dari sudut pandang humanistik, terapi
tari mengajak individu menerima dan menghargai apa yang menjadi
pengalaman mereka dan menghargai diri mereka. Hal ini terkait dengan self-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
esteem yang menjadi salah satu faktor depresi yang harus ditingkatkan untuk
menurunkan tingkat depresi.
Akhirnya, setelah individu menyadari, menerima, dan menghargai diri
dan pengalaman hidup mereka, mendapat penguatan (reinforcement) untuk
melangkah lagi, mereka dapat mengubah cara pandang yang keliru dan
negatif seperti yang dikemukakan teori kognitif bahwa cara pandang yang
keliru dan negatif merupakan faktor penyebab depresi.
C. Pengaruh Terapi Tari terhadap Tingkat Depresi Perempuan dengan
HIV/AIDS
Depresi paling utama disebabkan oleh rendahnya penghargaan diri (self-
esteem) dimana hal ini dimulai dari adanya pandangan yang keliru dan negatif
terhadap diri sendiri dan pengalaman hidup yang telah dialami. Pengalaman ini
dapat berupa kehilangan, baik karena kematian, perpisahan, atau penolakan dan
deskriminasi. Dalam hal ini perempuan HIV/AIDS masuk ke dalam salah satu
kategori ini, karena mereka mengalami penurunan penghargaan diri akibat
status baru yang disandangnya sebagai ODHA. Mereka juga mendapatkan
penolakan, baik dari masyarakat secara umum maupun orang-orang terdekat
mereka yang seharusnya memberikan dukungan dan penguatan.
Depresi yang dialami oleh para perempuan dengan HIV/AIDS ini adalah
depresi eksogen karena disebabkan oleh peristiwa yang menyedihkan atau
menyakitkan. Menyadari bahwa fungsi tubuhnya dan dirinya tidak seperti dulu
karena adanya virus HI menjadi stressor tersendiri yang memicu munculnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
depresi. Penolakan dan deskriminasi dari masyarakat menambah daftar stressor
yang membuat simtom-simtom depresi muncul pada para perempuan dengan
HIV/AIDS ini.
Secara biologis ketika individu mengalami depresi, sekresi hormon kortisol
menjadi lebih tinggi. Melalui terapi tari sekresi hormon ini ditekan dengan
meningkatkan level endorphin yang akan melepaskan hormon norephinephrine,
dopamine, dan serotonin melalui gerak atau movement. Ketika level endorphin
meningkat, kondisi mood yang negatif dan kecemasan individu berkurang serta
kemampuan individu mengatasi stress mengalami peningkatan (Kavanagh,
2009).
Selain itu, tahap incubation memfasilitasi individu untuk dapat
mengekspresikan emosi-emosinya. Mereka dapat melakukan berbagai
eksplorasi gerak sebagai bentuk ekspresi emosi dan diri mereka. Selanjutnya
dalam tahap illumination, individu dapat menyadari diri, menyadari
pengalaman masa lalunya yang mengarah kepada penerimaan akan diri mereka
dan masa lalu mereka. Setelah individu menyadari dan menerima diri mereka,
mereka mendapatkan affirmasi bahwa ”it’s okay to have those past times. It’s
okay to have a positive and negative side” dan juga reinforcement bahwa
mereka mampu dan bisa untuk melangkah lagi melanjutkan hidup. Hal ini
merupakan salah satu cara bagi para perempuan dengan HIV/AIDS untuk dapat
menyadari dan berpikir (thinking) mengenai memori dan pengalaman masa lalu
yang memicu emosi negatif mereka. Kemudian mereka belajar mengintuisi
berbagai hal yang ada dulu da nada sekarang, serta merasakan (feeling) gerakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
yang mereka lakukan sebagai bentuk ekspresi perasan mereka (Boeree, 2009)
Dari sinilah penghargaan diri mereka dapat mulai ditumbuhkan dan
penghargaan diri (self-esteem) yang meningkat menjadi indikator penting
terhadap menurunnya simtom-simtom depresi.
Proses penyadaran, penerimaan, dan penghargaan diri yang terjadi menjadi
titik awal dari meningkatnya penghargaan diri (self-esteem) dan dari situlah
dimulai modifikasi pandangan negatif yang dimiliki individu secara kognitif.
Ketika cara pandang yang keliru dan cenderung negatif ini berubah, individu
dapat menjadi pribadi yang lebih sehat secara mental.
Para perempuan dengan HIV/AIDS ini pun akan mendapatkan manfaat lebih
dari meningkatnya penghargaan diri mereka. Beberapa konstruk psikologis
seperti stress dan depresi apabila diatasi akan memberikan pengaruh terhadap
kesehatan fisik mereka dan sistem kekebalan tubuh. Wessels-Bloom (2004)
dalam penelitiannya membuktikan bahwa kondisi psikologis seseorang
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh sehingga tingkat keparahan penyakit
dapat berkurang.
Lebih dari semuanya, terapi tari dapat menjadi sarana meningkatkan empati
yang mengarah pada dukungan sosial, sehingga hubungan interpersonal dengan
orang lain menjadi lebih baik. Ketika dukungan sosial didapatkan dan individu
memiliki hubungan interpersonal yang baik, penghargaan diri (self-esteem)
yang sudah ditumbuhkan tadi dapat semakin meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Gambar 1. Pengaruh Terapi Tari terhadap Tingkat Depresi Perempuan dengan HIV/AIDS
D. Hipotesis
Berdasarkan teori dan referensi penelitian yang telah dijelaskan di atas,
maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut :
Terapi tari dapat menurunkan tingkat depresi pada perempuan dengan
HIV/AIDS.
HIV/AIDS
PEREMPUAN
PEREMPUAN dengan
HIV/AIDS
Tingkat Depresi Menurun
DEPRESI EKSOGEN
Depresi karena peristiwa yang menyedihkan
Menurunnya
penghargaan diri
(self-esteem)
Penolakan dan
deskriminasi
Menurunnya fungsi
tubuh karena virus
HI
Terapi Tari / Dance/Movement Therapy (DMT)
Biologically
Meningkatkan
level endorphin
IncubationStage
Individu mengekspresikan emosi
IlluminationStage
Individu menyadari,
menerima, dan
menghargai diri
Self-esteem meningkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen ini
ingin mengetahui pengaruh terapi tari terhadap tingkat depresi perempuan
dengan HIV/AIDS. Desain yang akan digunakan adalah Pretest-Posttest
Control Group Design karena dalam desain ini baik pada kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol dilakukan random assignment. Random
assignment bertujuan menyetarakan kedua kelompok sehingga terkontrol
konstansinya (Seniati; Setiadi; Yulianto, 2005). Dalam penelitian ini, tingkat
depresi subjek diukur sebelum pemberian terapi dan setelah diberikan terapi
baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variable Dependen (VD)
Dalam penelitian ini variable dependen adalah tingkat depresi perempuan
dengan HIV/AIDS.
2. Variable Independen (VI)
Dalam penelitian ini variable independen adalah terapi tari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
C. Definisi Operasional
1. Variable Dependen
Variable dependen dalam penelitian ini adalah tingkat depresi
perempuan dengan HIV/AIDS. Depresi merupakan kondisi dimana
seseorang merasa sedih, kosong, atau terganggu diikuti perubahan kognisi
dan somatic yang secara signifikan mempengaruhi kapasitas fungsional
individu.
Tingkat depresi perempuan dengan HIV/AIDS diukur menggunakan
Beck Depression Inventory II (BDI-II). BDI-II merupakan konstruk skala
pengukur depresi yang disusun oleh Aaron T. Beck, Robert A. Steer, dan
Gregory K. Brown. BDI-II terdiri dari 21 aitem yang memuat indikator-
indikator simtom depresi berdasarkan DSM-IV. 21 aitem BDI-II ini terdiri
dari respon yang berbobot 0-3 yang disusun berdasarkan konten emosional,
dimana 0 mengindikasikan mood yang baik atau rendahnya perasaan
depresif dan 3 mengindikasikan tingginya reaksi depresif (Gussak, 2007).
2. Variable Independen
Variable independen dalam penelitian ini adalah terapi tari. Terapi tari
merupakan penggunaan gerakan kreatif sebagai salah satu metode
psikoterapi untuk mengintegrasi emosi, kognisi, fisik, dan sosial individu.
Gerakan-gerakan kreatif yang digunakan adalah gerakan-gerakan simbolik
yang mewakili ekspresi emosi individu.
Manipulasi yang dilakukan terhadap variable independen ini adalah
dengan membagi kelompok subjek menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok ini dibagi secara
random. Subjek dalam kelompok eksperimen diberikan sesi terapi tari
selama 5 sesi, masing-masing 60 menit dan subjek dalam kelompok kontrol
tidak diberi perlakuan apapun.
D. Subjek Penelitian
Kriteria subjek dalam penelitian ini adalah perempuan berusia 18-40 tahun
yang disebut perempuan dewasa (Santrock, 1998) dan telah positif diperiksa
secara medis menderita HIV/AIDS. Jumlah subjek adalah 32 perempuan yang
akan dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
E. Instrumen Manipulasi
Penelitian ini menggunakan instrumen manipulasi sebagai berikut :
1. Ruangan Tertutup
Terapi tari dilakukan di dalam ruangan tertutup untuk menghindari
distraksi berupa suara atau aktivitas lain di luar ruangan yang mungkin
menghambat jalannya terapi. Dalam terapi ini, terapi dilakukan di dalam
studio tari dengan sirkulasi udara yang baik.
2. Musik Pengiring
Musik pengiring yang digunakan dalam terapi ini merupakan musik
ilustrasi kontemporer. Terapi menggunakan musik ilustrasi supaya individu
tidak terpancang pada ketukan instrument musik tertentu seperti apabila
menggunakan musik tradisi. Tempo musik dalam terapi ini bervariasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
mulai dari tempo lambat hingga tempo cepat dan ritme lembut hingga ritme
yang keras.
Hal ini dimaksudkan agar musik dapat berperan sebagai trigger bagi
klien untuk mengeksplorasi perasaan dan emosi-emosinya dalam situasi
yang terbentuk bersama musik yang didengarnya. Terapis sekaligus
memberikan penguatan dan affirmasi kepada subjek bersamaan dengan
musik diperdengarkan.
3. Waktu Terapi
Terapi tari dilakukan pada hari dan jam yang sama setiap minggunya
dengan asumsi bahwa subjek berada pada kondisi yang sama setiap kali
mengikuti sesi terapi. Terapi dilakukan pada sore hari sesuai kesepakatan
bersama antara peneliti, terapis, dan subjek penelitian.
4. Suasana Terapi
Terapi tari dilakukan dengan suasana lingkungan terapi yang tenang dan
positif. Tenang disini dalam arti tidak ada distraksi berupa suara berisik dari
luar ruangan atau suara keluar masuk pintu ruangan terapi. Positif disini
dimaksudkan sebagai suasana dimana terapis memberikan motivasi dan
kata-kata positif dalam rangka mengajak subjek untuk bergerak serta
menciptakan hubungan yang baik dengan subjek supaya mereka tidak
canggung untuk bergerak dan dapat mengekspresikan diri secara maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
F. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan alat penelitian berupa skala pengukuran depresi
yaitu The Beck Depression Inventory-Short Form (BDI-II). BDI-II merupakan
alat assessmen psikologi yang baku. Pertimbangan peneliti memilih skala ini
adalah karena skala ini cukup popular dan telah diuji konsistensinya selama
lebih dari 25 tahun. Selain itu, penelitian sebelumnya terhadap depresi pada
ODHA perempuan secara umum menggunakan skala ini untuk mengukur
tingkat depresi (de Mello; Malbergler, 2005).
G. Desain Penelitian
Desain penelitian eksperimen ini menggunakan Between Design, yaitu
Randomized Pretest-posttest Control Group Design karena dalam desain ini
baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dilakukan random
assignment untuk menyetarakan kedua kelompok sehingga terkontrol
konstansinya (Seniati; Setiadi; Yulianto, 2005). Selain itu peneliti melakukan
balancing dengan cara mengatur pertemuan dengan subjek di kelompok
eksperimen berbeda dengan subjek di kelompok kontrol. Selanjutnya, peneliti
melakukan single blind cover story dimana subjek penelitian tidak tahu tujuan
penelitian yang sebenarnya. Hal ini mengantisipasi adanya faking dalam
perilaku subjek selama kondisi treatment.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan dalam penelitian ini melewati beberapa langkah
sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
1. Penyusunan Materi Terapi Tari
Materi terapi tari yang diberikan sebagai perlakuan terhadap subjek
penelitian disusun oleh peneliti bersama dengan seorang therapist tari yang
telah memiliki pengalaman di bidang tari dan terapi tari itu sendiri.
Therapist itu sendiri menurut Oxford English Dictionary adalah orang yang
memiliki keterampilan khusus pada bidang yang diterapi (Soanes &
Stevenson, 2003). Dalam hal ini therapist tari adalah orang yang memiliki
keterampilan khusus pada bidang tari dan telah melakukan terapi tari secara
professional.
2. Perizinan
Demi kelancaran kegiatan penelitian, peneliti meminta izin kepada
Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Istimewa Yogyakarta untuk
melakukan penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Meminta surat pengantar pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang ditanda tangani oleh dekan fakultas. Surat ini
menjelaskan bahwa peneliti adalah mahasiswa fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selain itu, surat ini juga
menjelaskan maksud dan tujuan serta sasaran penelitian.
b) Menyerahkan surat pengantar tersebut ke Sekretariat Komisi
Penanggulangan AIDS Daerah Istimewa Yogyakarta untuk memperoleh
surat izin melakukan penelitian yang akhirnya diberikan 3 (tiga) hari
setelah surat pengantar dari fakultas diserahkan ke KPA DIY.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
c) Menyerahkan surat izin dari Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
Istimewa Yogyakarta ke lembaga swadaya masyarakat (LSM) Victory
Plus, sebagai LSM yang bergerak di bidang pemberdayaan ODHA dan
memperoleh izin untuk melakukan penelitian 1 minggu setelahnya.
3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
a) Opening
Peneliti memperkenalkan diri serta membangun rapport dengan
subjek sehingga tercipta suasana yang akrab.
b) Pretest
Peneliti membagikan skala penelitian dengan acuan skala penelitian
BDI-II untuk mengetahui tingkat depresi subjek sebelum treatment.
c) Random Assignment
Peneliti membagi subjek menjadi 2 (dua) kelompok, tanpa melihat
hasil pretest dan secara acak subjek dibagi menjadi 2 (dua) kelompok
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
d) Briefing
Peneliti memperkenalkan terapis dan menjelaskan kepada subjek
mengenai aktivitas yang akan dilakukan.
e) Sesi Terapi
Peneliti melakukan treatment bersama terapis sebanyak 5 kali terapi,
masing-masing 60 menit. Penentuan 5 sesi dalam manipulasi didasarkan
pada studi penelitian-penelitian lain dengan terapi tari yang rata-rata
melakukan terapi minmal 3 sesi sehingga dapat melihat perubahan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
terjadi pada subjek (Burger, Thompson, Saarikallio, Luck, Toiviainen,
2003; Cohen & Shamus, 2009).
f) Posttest
Peneliti membagikan skala penelitian yang sama seperti yang
dibagikan sebelum terapi pada pertemuan keakraban setelah 5 kali sesi
terapi untuk mengetahui tingkat depresi subjek setelah treatment.
g) Closing
Peneliti mengadakan sesi keakraban bersama subjek untuk
mengucapkan terimakasih atas kerjasama yang dilakukan selama
aktivitas terapi tari.
h) Follow Up
Peneliti melakukan follow up dengan melakukan terapi tari kepada
subjek di kelompok kontrol untuk menghindari demoralization subjek
pada kelompok kontrol.
I. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari pretest dan posttest tersebut dianlisa
menggunakan independent sample t-test untuk melihat apakah terapi tari
memiliki pengaruh terhadap tingkat depresi perempuan dengan HIV/AIDS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti meminta izin dan rekomendasi dari
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Daerah Istimewa Yogyakarta. Peneliti
mengirim surat perizinan dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
dengan melampirkan proposal penelitian kepada KPA DIY. Setelah itu KPA
DIY memberikan surat izin dan rekomendasi untuk peneliti kepada LSM
Victory Plus. Selanjutnya peneliti mengirimkan surat izin dan rekomendasi dari
KPA DIY ke LSM Victory Plus kemudian berkoordinasi dengan staff LSM
Victory Plus untuk pelaksanaan penelitian.
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap Pretest
Tahap pretest diakukan pada tanggal 13-14 Juni 2014 pada peremuan
dengan status HIV positif. Pengambilan data pretest melibatkan 32 subjek
yang dibagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing terdiri dari 16 subjek.
Kedua kelompok tersebut adalah kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Pada kelompok kontrol dilakukan pretest pada tanggal 13 Juni 2014
pukul 16.3- - 18.00 WIB. Kelompok eksperimen mendapatkan pretest pada
tanggal 14 Juni 2014 pukul 10.00 – 11.30 WIB. Semua subjek pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
kelompok kontrol maupun eksperimen diminta mengisi 21 aitem apda skala
Beck Depression Inventory II (BDI-II).
2. Tahap Manipulasi / Treatment
Manipulasi dilakukan pada kelompok eksperimen dengan jumlah subjek
16 orang perempuan ODHA. Subjek pada kelompok eksperimen mengikuti
terapi tari selama 5 sesi yang berlangsung selama 90 menit setiap sesinya.
Terapi tari merupakan penggunaan gerak atau tari dalam psikoterapi yang
mengarah pada integrasi kognitif, emosi, fisik, dan sosial dalam diri
individu. Kelompok kontrol tidak mendapatkan treatment apapun.
Terapi tari diberikan oleh seorang therapist yang sudah memiliki
pengalaman di bidang terapi tari. Terapi tari disini bertujuan untuk
menurunkan tingkat depresi pada subjek yang menyandang status HIV.
Terapi tari dilakukan selama 5 sesi setiap hari Selasa dan Jumat pukul 16.00
– 17.30 WIB dan dimulai pada hari Jumat, 30 Juni 2014. Terapi tari ini
dilaksanakan di Studio Miryam, Mrican, Sleman, Yogyakarta. Pada sesi
terapi yang pertama, waktu terapi berlangsung lebih lama 30 menit karena
subjek masih tampak menyesuaikan diri dengan aktivitas menari yang
sebelumnya tidak pernah dilakukan.
Beberapa subjek tampak kurang berminat pada awal sesi terapi, namun
tampak lebih bersemangat di sesi kedua dan seterusnya. Bahkan, beberapa
subjek tampak mulai berani mengkespresikan diri dengan gerakan tari yang
dibuatnya sendiri sebagai ungkapan emosinya. Secara umum, subjek mampu
mengikuti kegiatan terapi tari dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3. Tahap Posttest
Posttest dilakukan pada hari Jumat, 18 Juli 2014 pada 16 subjek pada
kelompok eksperimen dan 16 subjek pada kelompok kontrol. Posttest ini
dilakukan setelah kelompok eksperimen mendapatkan 5 (lima) sesi terapi
tari. Posttest dilakukan di Studio Miryam, Mrican, Sleman, Yogyakarta.
Kelompok kontrol mengikuti posttest pada pukul 10.00-11.00 WIB dan
kelompok eksperimen pada pukul 16.00-17.00 WIB.
C. Hasil Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah 32 orang perempuan ODHA berusia 22-40
tahun baik dari lini 1 ataupun lini 2. Lini 1 dan lini 2 ini merupakan
indikator tingkat keparahan penyakit. Lini 1 adalah tingkatan awal dari HIV
sedangkan lini 2 adalah tingkatan yang lebih tinggi atau lebih parah.
Tabel 1.
Data Subjek Penelitian
No Kelompok Jumlah Usia Status ODHA
1
2
Kontrol
Eksperimen
Total
16 orang
16 orang
32 orang
22-40 tahun
22-40 tahun
Lini 1 dan Lini 2
Lini 1 dan Lini 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
2. Deskripsi Data Penelitian
Nilai rata-rata (mean) dan jumlah subjek (N) pada penelitian ini dalam
masing-masing kelompok adalah sebagai berikut :
Tabel 2.
Tabel Data Deskriptif Penelitian
No Keterangan Kelompok Subjek N Mean Standard Deviasi
1
2
3
Pretest
Posttest
Gain Score
Kel. Eksperimen
Kel. Kontrol
Kel. Eksperimen
Kel. Kontrol
Kel. Eksperimen
Kel. Kontrol
16
16
16
16
16
16
32,56
29,44
15,06
30,56
-17,5
-1,125
5,059
7,052
11,602
3,864
11,547
8,188
Apabila dilihat dari rata-rata gain score, kelompok eksperimen
mengalami penurunan tingkat depresi sebesar 17,5 dan kelompok kontrol
mengalami penurunan sebesar 1,125. Jika dilihat dari data keseluruhan, dari
16 subjek dalam kelompok kontrol, 6 subjek mengalami penurunan tingkat
depresi, 8 subjek mengalami peningkatan, dan 2 subjek tidak mengalami
perubahan tingkat depresi. Selanjutnya, dari 16 subjek dalam kelompok
eksperimen, 14 subjek mengalami penurunan tingkat depresi, 1 subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
mengalami peningkatan, dan 1 subjek tidak mengalami perubahan tingkat
depresi.
3. Data Observasi
Data observasi dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh
melalui pengamatan terhadap perilaku subjek selama 5 sesi terapi. Data ini
dapat menjadi data tambahan terkait factor-faktor yang menggambarkan
depresi subjek.
Terapi tari yang dilakukan selama 5 sesi dimulai dengan perkenalan
subjek dengan terapis. Sebagai pembuka, terapis menari di hadapan subjek,
sesaat setelah itu terapis mengajak subjek untuk sharing kesan apa yang
timbul ketika melihat terapis menari. Beberapa subjek berani menyatakan
pendapatnya. Secara umum mereka berpendapat bahwa tarian terapis
membangkitkan ingatan mereka dan mereka seperti melihat diri mereka ada
dalam sosok yang dibawakan terapis dalam tarian. Pada pertemuan pertama,
secara keseluruhan subjek mengikuti kegiatan terapi dengan baik meskipun
tampak masih malu atau canggung untuk bergerak.
Pada pertemuan kedua, secara umum subjek sudah mulai berani
mengungkapkan ekspresi dirinya melalui gerakan. Mereka menirukan
gerakan terapis dengan baik dan sesekali bertanya. Hal ini menunjukkan
bahwa subjek sudah mulai membuka diri kepada terapis dan kepada rekan-
rekannya. Akan tetapi, ada 2 subjek yang tampak masih diam dan terlihat
tidak mau bergerak serta lebih banyak duduk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Pertemuan ketiga, keempat, dan kelima secara keseluruhan subjek
tampak sudah lebih nyaman mengungkapkan perasaannya melalui gerakan.
Bahkan 2 (dua) subjek yang pada 2 (dua) kali pertemuan awal tampak diam
sudah mulai mau bertanya kepada terapis bagaimana mereka bisa bergerak
untuk mengungkapkan dirinya. Subjek lain tampak menyatakan
keinginannya untuk menari lebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa subjek
sudah mulai merasa percaya diri. Sharing yang dilakukan terapis dengan
masing-masing subjek semakin interaktif dan meningkat pada 3 (tiga)
pertemuan terakhir. Subjek semakin berani mengeksplorasi diri melalui
gerak dan ini mengindikasikan bahwa kepercayaan diri sudah tumbuh dan
hal ini dapat membantu meningkatkan penghargaan diri (self-esteem).
D. Hasil Uji Statistik
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Test of Normality
Shapiro-Wilk karena jumlah subjek keseluruhan ada dibawah 50 orang
subjek (Santoso A, 2010). Uji normlitas dilakukan untuk mengetahui
apakah distribusi data dalam populasi ini normal atau tidak. Pengujian
dilakukan terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan
gain score pada tiap kelompok. Gain score adalah hasil skor pretest
dengan posttest.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 3.
Tabel Uji Normalitas
Shapiro-Wilk
gain
Statistic
.961
Df
32
Sig.
.295
a. Lilliefors Significance Correction
Uji normalitas Shapiro-Wilk dengan data gain score kelompok
eksperimen dan kontrol menghasilkan z score sebesar 0,961 dengan
p=0,295 (p>0,05). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa data dari
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan Levene’s Test. Uji
homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen memiliki varian yang sama.
Tabel 4.
Tabel Uji Homogenitas
Levene’s Test for Equality of
Variances
F Sig.
gain
Equal variances assumed
Equal variances not assumed
4,046 .053
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Uji Levene’s Test yang telah dilakukan menghasilkan nilai F sebesar
4,046 dengan signifikansi 0,053 (sig. F>0,05). Hal ini memberikan
kesimpulan bahwa data daam kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen homogen.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji beda atau uji t dari
data subjek dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Data yang
digunakan untuk uji t adalah gain score dari masing-masing subjek dalam
setiap kelompok.
Tabel 5.
Tabel Uji t
Gain score total
Equal variances
assumed
Equal variances not
assumed
Levene’s Test for
Equality of Variances
F
Sig.
4.046
.053
t-test for Equality of
Means
t
df
Sig.(2-tailed)
Mean Difference
5.263
30
.000
18.62500
5.263
27.041
.000
18.62500
95% Confidence
Interval of Difference
Std. Error Difference
Lower
Upper
3.53892
11.39756
25.85244
3.53892
11.36254
25.88575
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Uji Independent sample t-test yang dilakukan menghasilkan nilai t
sebesar 5,263 dengan p=0,000 (p<0,05). Pengambilan kesimpulan dari uji
hipotesis ini menggunakan perbandingan nilai probabilitas atau signifikansi,
yaitu p=0,000 (p<0,05). Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat
perbedaan yang sangat signifikan pada gain score antara kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen.
E. Pembahasan
Hasil uji beda terhadap gain score kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen menghasilkan nilai p=0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
ada perbedaan perubahan tingkat depresi antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Perubahan tingkat depresi pada kelompok eksperimen
jauh lebih besar dibandingkan perubahan tingkat depresi pada kelompok
kontrol. Selanjutnya, apabila dilihat dari mean score masing-masing kelompok,
mean gain score kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan mean gain
score kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dalam kelompok
eksperimen mengalami penurunan tingkat depresi.
Penurunan tingkat depresi yang terjadi dipengaruhi oleh metode terapi yang
digunakan dan karakteristik terapis yang membawakan terapi. Terkait metode,
terapis memberikan gerakan-gerakan ekspresif yang dilakukan subjek dimana
ini membantu subjek mengalami pertumbuhan personalnya, karena terdapat
hubungan antara gerak dan emosi seseorang (Payne, 1992). Contohnya, ketika
subjek membuat gerakan yang mengekspresikan kemarahannya, kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
subjek berteriak. Dalam gerakan itu, subjek melepaskan emosinya dan
menerima bahwa ia sedang marah. Setelah itu, subjek merasa bahwa ia harus
“melangkah” dari rasa marahnya dengan meakukan sesuatu agar masalahnya
teratasi. Perasaan dan kemauan subjek untuk “melangkah” dari masalahnya
mnjadi salah satu indikator adanya pertumbuhan personal dalam diri subjek.
Depresi yang diangkat dari para perempuan dengan HIV/AIDS ini adalah
depresi eksogen yang disebabkan oleh adanya sebuah kejadian menyakitkan
atau menyedihkan yang dialami subjek. Kejadian menyakitkan atau
menyedihkan ini adalah adanya diagnosa bahwa subjek positif mengidap
HIV/AIDS. Peristiwa ini menjadi stressor yang membuat subjek memiliki cara
pandang atau pola pikir yang keliru mengenai dirinya dan masa depannya.
Adanya kesalahan cara pandang yang cenderung negatif ini menyebabkan
subjek kehilangan penghargaan diri (self-esteem) yang mengarah pada
munculnya simtom-simtom depresi (Carr, 2001).
Terapi tari yang menggunakan sudut pandang psikodinamika, behavioral,
dan humanistik memfasilitasi subjek meningkatkan penghargaan diri yang
dimilikinya sehingga pola pikir dan cara pandang yang negatif dapat dirubah
dan simtom depresi dapat diminimalisir kehadirannya. Terapi tari yang
bertujuan melepaskan emosi yang selama ini “membeku” dalam diri subjek
membantu subjek melakukan katarsis melalui tari (Chodrow, 2008).
Contohnya, dalam terapi ini terapis memberikan pengertian kepada subjek
untuk melakukan gerakan sesuai dengan afek yang ingin mereka tunjukkan;
bisa afek marah, kecewa, menangis, senang, berbunga-bunga, dan berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
afek lain. Subjek diberi kebebasan untuk mengungkapkan gerak sesuai afeknya
(Jung, 1969) baik melalui gerakan tangan saja, kaki, tubuh, kepala, atau
ekspresi wajah saja.
Terapis menerapkan metode active mirroring movement atau kinesthetic
empathy dimana subjek diajak meniruka gerakan terapis atau gerakan rekan-
rekannya. Metode ini menumbuhkan empati dan perasaaan positif terhadap
rekan-rekannya yang mengarah kepada dirasakannya dukungan sosial, perasaan
dimana mereka merasa tidak sendirian. Lebih dari itu, metode ini membuat
mereka seperti mengingat sesuatu di masa lampau dimana mereka ingin
menjadi seperti orang yang dikaguminya dengan menirukannya. Disinilah apa
yang disebut Martin (1939) sebagai “jejak” dari ingatan masa lalu muncul
melalui pengalaman sensori-motor mereka.
Pada akhirnya, dengan menyadari apa yang mereka alami di masa lalu,
subjek dapat belajar menerima masa lalu dan menyadari bahwa hal tersebut
tidak dapat diubah. Selanjutnya, mereka terdorong untuk “melangkah”
melanjutkan masa kini dengan lebih baik untuk masa depan tanpa harus
menyalahkan atau menolak apa yang terjadi di masa lalu. Tari, sebagai salah
satu bentuk latihan fisik sendiri membantu meningkatkan mood atau suasana
hati subjek (Mead, 2010) karena efek relaksasi yang dihasilkan latihan tari ini,
sehingga mereka lebih mudah menerima penguatan-penguatan dari terapis
terkait masa lalu yang mereka ingat. Latihan fisik ini juga meningkatkan
kekebalan tubuh subjek setelah mengikuti sesi terapi, hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya hasil tes kekebalan tubuh salah satu subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Dari proses penyadaran dan penerimaan ini, subjek mengalami peningkatan
kepercayaan diri yang mengarah kepada meningkatnya penghargaan diri (self-
esteem) mereka. Meningkatnya penghargaan diri subjek memberikan pengaruh
terhadap pola pikir mereka sehingga subjek terbantu untuk merubah pola pikir
atau cara pandang yang negatif terhadap diri dan masa depan mereka. Dimulai
dari sinilah, simtom-simtom depresi mengalami penurunan.
Lebih dari itu, subjek yang melakukan terapi ini secara berkelompok
mengalami dan menjalani waktu-waktu terapi dengan rekan-rekannya. Subjek
juga secara tidak langsung mengenal dan memahami rekan-rekannya melalui
gerak yang mereka tirukan atau lihat. Hal ini membantu subjek mencapai
pemahaman empatik terhadap dirinya sendiri dan terhadap orang lain (Karkou,
Meekums, & Nelson, 2012). Dari munculnya pemahaman empatik inilah
subjek menyadari adanya dukungan sosial dari rekan-rekannya.
Dari hasil observasi, peneliti dapat melihat bahwa subjek secara keseluruhan
mengikuti setiap proses terapi, tampak menerima penguatan-penguatan yang
diberikan terapis ketika mereka bergerak dan tampak menikmati setiap proses
yang ada dalam sesi terapi. 2 (dua) orang subjek yang pada sesi awal tampak
enggan bergerak merasakan adanya kebutuhan untuk berinteraksi dengan
rekan-rekannya melalui gerak dan pada akhirnya tampak mulai menikmati sesi-
sesi terapi. Hal ini menjadi indikator bahwa setiap subjek yang mengalami
depresi memiliki kebutuhan akan dukungan sosial sehingga mereka merasa
memiliki arti dan bahwa hidup mereka tidak berhenti hanya sampai saat ini
mereka didiagnosis HIV/AIDS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Selain dari metode terapi tari yang diterapkan, karakteristik kepribadian
terapis juga menjadi hal yang mempengaruhi keberhasilan terapi. Karakteristik
yang mendukung tercapainya tujuan terapi adalah terapis yang friendly, helpful,
dan positif. Hal ini tampak dari kesan awal subjek bertemu dengan terapis.
Pada awalnya, subjek masih tampak diam dan pasif, namun setelah terapis
menyapa dan mengajak subjek berkenalan dengan pembawaan diri yang
friendly dan ceria, subjek mulai menunjukkan penerimaan yang positif seperti
bertanya atau sekedar tersenyum kepada terapis.
Selain itu terapis yang helpful ketika subjek mengeksplorasi diri mereka
membuat subjek menjadi lebih berani mengungkapkan diri dan bergerak
bahkan tidak segan bertanya kepada terapis. Lebih dari itu, sifat positif terapis
yang memberikan berbagai penguatan (reinforcement) kepada subjek untuk
dapat bergerak sesuai perasaan jiwa mereka menjadi salah satu faktor bagi
subjek dapat secara lepas dan bebas mengeluarkan berbagai emosi yang sudah
lama membeku.
Dalam hasil penelitian ini, ditemukan adanya 1 (satu) subjek dalam
kelompok eksperimen yang tidak mengalami perubahan tingkat depresi dan 1
(satu) subjek mengalami peningkatan. Jika dilihat kembali pada data observasi,
2 (dua) subjek yang mengalami peningkatan dan tidak mengalami perubahan
adalah subjek yang kurang aktif pada pertemuan pertama dan kedua. Hal ini
menunjukkan bahwa ada faktor yang mebuat subjek resisten terhadap treatment
yang diberikan sehingga tingkat depresinya meningkat atau tidak mengalami
perubahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Di luar sesi terapi, kedua subjek tersebut sempat menyatakan pendapatnya
bahwa kegiatan menari dirasa terlalu berat dan sulit dilakukan bagi mereka. Ini
terkait dengan perasaan dan pandangan subjek terhadap tubuhnya. Subjek
merasa tubuhnya terlalu gemuk dan terlalu berat untuk digerakan dan menari.
Subjek merasa tidak percaya diri dengan melihat tubuhnya sendiri menari di
dalam ruang cermin. Karena ketidak percayaan diri inilah subjek menjadi
malas bergerak.
Di sisi lain, subjek mengungkapkan bahwa lingkungan dimana ia tinggal
tidak supportif seperti lingkungan dimana ia menari. Subjek meyatakan bahwa
ia merasa stress ketika berada di rumah, sehingga ia enggan untuk bergerak
karena perasaan lega dan senang yang ia rasakan hanya bertahan sementara
ketika ia berada bersama rekan-rekannya saja.
Berdasarkan penjelasan di atas, kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah bahwa pemberian terapi tari terbukti dapat mengurangi
tingkat depresi pada perempuan dengan HIV/AIDS. Hal ini terlihat dari
penurunan tingkat depresi secara keseluruhan pada kelompok yang diberi
perlakuan. Meskiun kelompok kontrol juga mengalami perubahan, kelompok
eksperimen mengalami penurunan tingkat depresi yang lebih besar.
Berkaitan dengan tujuan dari penelitian, hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini dapat menjelaskan bagaimana terapi tari mempengaruhi subjek
dalam berbagai faktor yang menggambarkan depresinya. Terapi tari
memberikan efek positif mulai dari sisi biologis yaitu menekan laju hormon
kortisol dan meningkatkan sistem endokrin. Dari sisi psikologis, terapi tari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
membantu subjek membawa kembali apa yang mereka tekan dari masa lalu
kedalam kesadaran, menerimanya, dan membangkitkan keinginan untuk
melangkah. Selanjutnya dari sisi sosial, subjek terbantu merasakan adanya
dukungan sosial. Dari kesemuanya itu, subjek mengaami pertumbuhan dalam
aspek kognitif yang ditunjukkan dengan perkembangan pola pikir dan
perubahan pandangan terhadap dirinya menjadi lebih positif.
Dari aspek emosi, subjek menunjukkan adanya usaha mengelola dan
mengeksplorasi emosi-emosi negatifnya agar dapat memiliki gambaran diri
positif. Dari aspek motivasi, subjek menyatakan adanya keinginan menjadi
anggota masyarakat yang produktif. Sedangkan dari aspek fisik dan vegetatif
subjek mengalami peningkatan yang dibuktikan oleh meningkatnya hasil tes
kekebalan tubuhnya.
Keterbatasan-keterbatasn pada penelitian ini perlu diperhatikan agar dapat
menjadi catatan bagi peneliti selanjutnya. Contohnya, kondisi-kondisi yang
dialami subjek yang digambarkan oleh kedua subjek yang mengalami
peningkatan dan tidak mengalami perubahan tingkat depresi pada kelompok
eksperimen, sehingga hasil penelitian selanjutnya dapat menjawab rumusan
masalah sebuah penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil perhitungan statistic dalam penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan pada gain score kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Gain
score pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa terapi tari
memiliki pengaruh terhadap tingkat depresi perempuan dengan HIV/AIDS.
Meskipun setiap subjek menunjukkan adanya perubahan yang berbeda-beda,
bahkan ditemukan subjek yang tingkat depresinya tetap atau meningkat.
B. Saran
1. Saran Berkaitan dengan Kelanjutan Penelitian
Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan perluasan data dengan
memperbanyak jumlah subjek atau mencoba memberikan treatment ini
terhadap subjek yang memiliki karakteristik khusus. Karakteristik khusus
yang dimaksud misalnya subjek difabel, tuna netra, tuna wicara, atau tuna
rungu. Karena penelitian ini hanya meneliti subjek perempuan, penelitian
selanjutnya mungkin dapat dilakukan pada subjek dengan jenis kelamin
laki-laki sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada banyak
populasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
2. Saran Berkaitan dengan Manfaat Penelitian
a. Saran bagi LSM
Program terapi tari terbukti berhasil menurunkan tingkat depresi
pada perempuan dengan HIV/AIDS sehingga baik bagi LSM untuk
dapat meneruskan program ini mengingat bahwa masih banyak
perempuan yang tergabung dalam LSM ini belum mendapatkan
informasi mengenai adanya terapi tari yang akan memberikan efek
positif bagi dirinya.
b. Saran bagi subjek
Program terapi tari ini dapat membantu subjek mengekspresikan
dirinya, mengungkapkan emosinya, dan mempererat persaudaraan antara
rekan sesame ODHA sehingga sebaiknya dilanjutkan secara mandiri
oleh subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
DAFTAR PUSTAKA
Aditomo A. & Retnowati S. 2004. Perfeksionisme, Harga Diri, dan
Kecenderungan Depresi Pada Remaja Akhir. Jurnal Psikologi (1), 1-15
American Dance Therapy Association (ADMT) official webasite – http://adta.org
American Psychology Association (APA) official website –
http://apa.org/topics/depress/index.aspx diakses 30 Oktober 2013
American Psychiatric Association. 2003. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder 4th
Ed. (DSM-IV). Washington DC: APA
Benson N., Collin C., Ginsburg J., Grand V., Lazyan M., Weeks M. 2012. The
Psychology Book. London: Dorling Kindersley Limited
Behrends A., Müller S., Dziobek I. 2012. Moving In And Out Of Synchrony: A
Concept for A New Intervention Fostering Empathy Through Interactional
Movement And Dance. The Arts in Psychotherapy (39), 107-116
Boeree CG. 2009. Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama
Psikolog Dunia. Yogyakarta: Primasophie
Burger B., Thompson MR., Saarikallio S., Luck G., Toiviainen. 2003. On Happy
Dance: Emotion Recognition in Dance Movements. Jyväskylä: Geoff Lucl
& Oliver Brabant (Eds)
Carr A. 2001. Abnormal Psychology: Psychology Focus. Philadelphia: Taylor and
Francis, 77-104
Chaiklin S., Wengrower H. 2009. The Art and Science of Dance/Movement
Therapy: Life is Dance. New York: Routledge
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Chodorow J. 2008. Dance Therapy and Depth Psychology. New York: Routledge
Cohen SO, Walco GA. 1999. Dance/Movement Therapy for Children and
Adolescents with Cancer. American Cancer Society January/February
Vol.7 No.1
Cohen GE & Shamus E. 2009. Depressed, Low Self-Esteem: What Can Exercise
Do For You?. United States: The Internet Journal of Allied Health
Sciences and Practice
Community-University Partnership for The Study of Children, Youth, and
Families. 2011. Review of The Beck Depression Inventory 2nd
Edition
(BDI-II). Edmonton, Alberta, Canada
Cruz RF., Sabers DL. 1998. Dance/Movement Therapy is More Effective Than
Previously Reported All Effect Sizes are not Created Equally: Response to
Ritter and Low. The Arts in Psychotherapy, 25(2), 101-104
Ditjen PP & Kemenkes RI – Departemen Kesehatan Republik Indonesia
http://www.kemenkes.go.id/index.php?vw=2&id=394 diakses 30 Oktober 2013
http://spiritia.or.id/Stats.StatCurr.pdf diakses 22 Juni 2014
Forever Young Dance Studio – http://goodtherapy.org
Gussak D. 2007. The Effectiveness of Art Therapy in Reducing Depression in
Prison Population. International Journal of Offender Therapy and
Comparative Criminology, 51(4), 444-460
Hasanat NU. 1994. Apakah Wanita Lebih Depresif Daripada Pria?. Laporan
Penelitian (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada
Jung CG. 1969. Man and His Symbol. New York: Anchor Press
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Karkou V., Sanderson V. 2006. Art Therapies: A Research-Based Map of The
Field. Edinburgh: Elsevier
Karkou V., Meekums B., Nelson EA. 2012. Dance/Movement Therapy for
Depression. Cochrane Depression, Anxiety, and Neurosis Group, Issue 6
Kavanagh S. 2009. Mapping Our Way Through The Arts. International Art
Therapy Association, UK
Kobayashi M., Sugimoto T., Matsuda A., Matsushima E., Kishimoto S. 2008.
Association Between Self-Esteem and Depression Among Patients With
Head and Neck Cancer: A Pilot Study. Wiley InterScience
Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia – http://aidsindonesia.or.id
http://www.aidsindonesia.or.id/news/223/4/12/02/2010/People-with-HIV-fight-
ignorance-discrimination#sthash.zyMeWotr.dpbs diakses pada 19 Juni 2014
http://www.aidsindonesia.or.id/contents/37/78/Info-HIV-dan-
AIDS#thash.cPsrIE5d.dpbs
Komisi Penanggulangan AIDS Yogyakarta – http://aidyogya.or.id
http://aidsyogya.or.id/2014/data-hiv-aids/data-kasus-hiv-dan-aids-diy-s-d-des-
2013/ diakses pada 19 Juni 2014
Lynch JR., Kilmartin C. 2013. Overcoming Masculine Depression: The Pain
Behind The Mask. Routledge
Mead GE., Morley W., Campbell P., Grieg CA., McMurdo M., Lawlor DA. 2010.
Exercise for Depression (review). Cochrane Database of Systematic
Review
Mello VA & Malbergier A. 2006. Depression in Women Infected with HIV. Sao
Paulo: Rev Bras Psiquiatr, 28(1) 10-17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Nolen-Hoeksema S. 2010. Abnormal Psychology 5th
Edition. New York:
McGraw-Hill
Nonacs, R. 2006. A Deeper Shade of Blue: A Woman’s Guide to Recognizing and
Treating Depression in Her Childbearing Years Paperback. New York:
Simon & Schuster Paperback
Payne H. 1992. Dance/Movement Therapy: Theory and Practice. New York:
Routledge
Penzak S., Reddy Y., Grimsley S. 2000. Depression in Patients with HIV
Infection. American Society of Health-System Pharmacists, 57; 376-386
Ritter M & Graff-Low K. 1996. Effects of Dance/Movement Therapy: A Meta-
analysis. The Arts in Psychotherapy 23(3), 249-260
Salmans, S. 1995. Depression: Questions You Have-Answered You need.
Allentown: People’s Medical Society
Santoso A. 2010. Statistik Untuk Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma Press
Santrock JW. 1998. Adolescence (7th
ed). USA: McGraw-Hill
Seide MP. 1986. American Journal of Dance Therapy. Vol.9 (83)
Seniati L., Setiadi B., Yulianto A. 2005. Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT.
Indeks
Soanes C & Stevenson A. 2003. Oxford Dictionary of English. New York: Oxford
University Press
Sue D., Sue DW., Sue S. 2008. Understanding Abnormal Behavior. Boston:
Wadsworth
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Wessels-Bloom, S. 2004. Dancing for Life: An Exploration of The Effectiveness of
Dance/Movement Therapy as an Intervention for HIV. Rand Afrikaans
University
World Health Organization (WHO) – http://www.who.int
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs369/en/index.html diakses 30
Oktober 2013
http://www.who.int/topics/depression/en diakses 30 Oktober 2013
http://www.who.int/mental_health/management/depression/who_paper_depresi
on_wfmh_2012.pdf diunduh 30 Oktober 2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
LAMPIRAN 1
THE BECK DEPRESSION INVENTORY II
(BDI-II)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BDI
Nama (inisial): Status Perkawinan: Usia:
Pekerjaan: Pendidikan Terakhir: Jenis Kelamin:
Instruksi:
Kuisioner ini terdiri dari 21 pernyataan. Bacalah setiap pernyataan dengan
seksama, kemudian lingkarilah satu pernyataan yang paling menggambarkan
perasaan anda selama ± 2 minggu ini, termasuk hari ini. pastikan anda hanya
memilih satu saja pernyataan dari tiap-tiap nomor.
1.
a. Saya tidak merasa sedih
b. Saya merasa sedih
c. Saya selalu sedih dan saya tidak dapat mengatasinya
d. Saya merasa sangat sedih dan tidak bahagia, yang membuat saya tidak tahan
lagi
2.
a. Secara khusus saya tidak merasa kecil hati terhadap masa depan saya
b. Saya merasa kecil hati terhadap masa depan saya
c. Saya merasa tidak punya apapun untuk melihat masa depan
d. Saya merasa tidak ada harapan untuk masa depan saya dan tidak ada hal yang
dapat memperbaikinya
3.
a. Secara tidak merasakan adanya kegagalan
b. Saya merasa gagal lebih dari yang dirasakan orang lain
c. Jika saya melihat ke belakang, yang saya lihat adalah banyaknya kegagalan
d. Saya merasa sepenuhnya gagal sebagai seorang manusia
4.
a. Saya dapat merasakan kepuasan atas hal-hal yang saya lakukan
b. Saya tidak menikmati hal-hal yang saya lakukan
c. Saya tidak dapat merasakan kepuasan lagi atas banyak hal
d. Saya tidak puas dan bosan dengan segala sesuatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
5.
a. Saya tidak secara khusus merasa bersalah
b. Saya kadang-kadang merasa bersalah
c. Saya sering merasa bersalah
d. Saya selalu merasa bersalah
6.
a. Saya tidak merasa bahwa saya dihukum
b. Saya merasa saya bisa saja dihukum
c. Saya berharap saya dihukum
d. Saya merasa saya dihukum
7.
a. Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri
b. Saya kecewa dengan diri saya sendiri
c. Saya muak dengan diri saya sendiri
d. Saya membenci diri saya sendiri
8.
a. Saya tidak merasa bahwa saya lebih buruk dari orang lain
b. Saya bersikap kritis terhadap kelemahan dan kesalahan saya
c. Saya selalu menyalahkan diri saya sendiri atas kesalahan-kesalahan saya
d. Saya menyalahkan diri sendiri untuk semua hal buruk yang terjadi
9.
a. Saya tidak mempunyai pikiran sedikitpun untuk bunuh diri
b. Saya mempunyai pikiran untuk bunuh diri, tetapi saya tidak akan
melakukannya
c. Saya akan bunuh diri
d. Saya akan bunuh diri begitu ada kesempatan
10.
a. Saya tidak menangis melebihi biasanya
b. Saya menangis lebih dari biasanya
c. Saya selalu menangis sekarang
d. Saya biasanya menangis, tetapi sekarang saya tidak dapat menangis walaupun
saya ingin
11.
a. Saya tidak lebih mudah kesal akan hal-hal dibandingkan sebelumnya
b. Saat ini saya agak lebih mudah kesal dibandingkan biasanya
c. Saya sering merasa kesal
d. Saya selalu merasa kesal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
12.
a. Saya tidak kehilangan minat terhadap orang lain
b. Saya kurang berminat terhadap orang lain dibandingkan biasanya
c. Saya kehilangan sebagian besar minat saya terhadap orang lain
d. Saya tidak ada minat sama sekali terhadap orang lain
13.
a. Saya membuat keputusan sebaik biasanya
b. Saya lebih sering menunda membuat keputusan dibanding sebelumnya
c. Saya merasa lebih sulit membuat keputusan dibandingkan biasanya
d. Saya tidak dapat membuat keputusan lagi
14.
a. Saya tidak merasa lebih buruk dibandingkan biasanya
b. Saya khawatir jika saya terlihat lebih tua dan tidak menarik
c. Saya merasa ada perubahan yang menetap dalam penampilan saya yang
membuat saya tidak menarik lagi
d. Saya percaya bahwa saya terlihat buruk
15.
a. Saya dapat bekerja sebaik-baiknya
b. Saya membutuhkan usaha ekstra untuk memulai melakukan sesuatu
c. Saya harus berusaha mendorong diri saya sendiri untuk melakukan sesuatu
d. Saya tidak dapat melakukan apapun
16.
a. Saya dapat tidur sebaik sebelumnya
b. Saya tidak tidur sebaik sebelumnya
c. Saya bangun 1-2 jam lebih cepat dibandingkan biasanya dan sulit untuk tidur
kembali
d. Saya bangun beberapa jam lebih cepat dibandingkan biasanya dan tidak dapat
tidur lagi
17.
a. Saya tidak lebih lelah dibandingkan biasanya
b. Saya lebih mudah lelah dibandingkan biasanya
c. Saya merasa lelah untuk melakukan hampir semua kegiatan
d. Saya terlalu lelah untuk melakukan sesuatu
18.
a. Nafsu makan saya sebaik biasanya
b. Nafsu makan saya tidak sebaik biasanya
c. Nafsu makan saya jauh lebih buruk
d. Saya tidak memiliki nafsu makan sama sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
19.
a. Saya tidak kehilangan banyak berat badan
b. Saya kehilangan berat badan lebih dari lima pound (2,3 kg)
c. Saya kehilangan berat badan lebih dari sepuluh pound (4,5 kg)
d. Saya kehilangan berat badan lebih dari lima belas pound (6,8 kg)
20.
a. Saya tidak lebih khawatir terhadap kesehatan saya dibandingkan sebelumnya
b. Saya khawatir terhadap masalah fisik, seperti pusing, rasa sakit, mulas, atau
sembelit
c. Saya sangat khawatir terhadap masalah fisik dan sulit untuk memikirkan hal
lain
d. Saya sungguh sangat khawatir terhadap masalah fisik saya dan tidak dapat
memikirkan hal lain
21.
a. Saya tidak melihat ada perubahan dalam minat saya terhadap seks
b. Saya menjadi kurang tertarik pada seks dibandingkan sebelumnya
c. Saya hampir tidak tertarik terhadap seks
d. Saya kehilangan ketertarikan terhadap seks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
LAMPIRAN 2
HASIL PEROLEHAN DATA KELOMPOK
KONTROL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
DATA KELOMPOK KONTROL
Nama Subjek Pre-Test Post-Test Gain Score
AK 27 27 0
BK 32 30 2
CK 12 35 23
DK 25 32 7
EK 33 32 1
FK 30 30 0
GK 30 29 1
HK 33 26 7
IK 22 29 7
JK 28 31 3
KK 37 25 12
LK 27 28 1
MK 42 31 11
NK 28 29 1
OK 39 41 2
PK 26 34 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
LAMPIRAN 3
HASIL PEROLEHAN DATA KELOMPOK
EKSPERIMEN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
DATA KELOMPOK EKSPERIMEN
Nama Subjek Pre-Test Post-Test Gain Score
A 31 21 10
B 27 8 19
C 40 7 33
D 31 2 29
E 34 21 13
F 36 37 1
G 26 20 6
H 37 31 6
I 31 7 24
J 29 14 15
K 37 23 14
L 27 3 24
M 44 7 37
N 30 8 22
O 32 32 0
P 29 0 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
LAMPIRAN 4
DATA HASIL OBSERVASI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
DATA HASIL OBSERVASI
1. PERTEMUAN I
Pada pertemuan pertama, peneliti memperkenalkan terapis kepada subjek.
Terapis berbagi pengalaman bersama subjek dan peneliti mengenai tari dan
pengalaman-pengalaman menarinya. Selain itu terapis juga menceritakan
bagaimana menari menjadi bagian penting bagi hidup terapis dan peneliti.
Sebagai persembahan perkenalan, terapis menari di hadapan subjek selama 5
menit. Tarian yang dibawakan adalah tari kontemporer. Setelah itu, subjek
mulai berdinamika dan menari bersama rekan-rekannya dan terapis. Terapis
mengajak subjek membuat gerakan sederhana sebagai simbol perkenalan diri
mereka masing-masing. Setelah itu setiap subjek memperkenalkan dirinya
melalui gerakan. Terapis kemudian membagi subjek menjadi dua kelompok
dan memilih kapten. Terapis memberi instruksi kepada kapten untuk
mengajak kelompoknya membuat gerak tari yang bercerita. Subjek diberi
kebebasan memilih apa saja yang ingin mereka ceritakan. Mereka diberi
waktu 30 menit untuk berdinamika di kelompok masing-masing. Dari 16
subjek, tampak 2 subjek yang kurang aktif dalam kegiatan ini. 1 orang subjek
lebih banyak duduk dan melihat, dan yang lain tampak tidak melakukan
apapun seperti teman-temannya.
Setelah 30 menit berlalu, masing-masing kelompok menari. Kelompok
yang pertama menceritakan pengalaman mereka berumah tangga. Mereka
membuat gerakan-gerakan sederhana yang menjadi simbol aktivitas sehari-
hari dalam rumah tangga mereka dan dinamikanya. Gerakan-gerakan yang
disimbolkan antara lain memasak, menyapu, ngobrol dengan pasangan,
pertengkaran, dan menangis. Kelompok kedua menceritakan pengalaman
mereka menjadi seorang murid di sekolah. Gerakan-gerakan yang disimbolkan
antara lain menulis, bemain, dan dihukum oleh guru. Dinamika berlangsung
selama 30 menit. Setelah itu, seluruh subjek melakukan pendinginan dipimpin
terapis dan kemudian istirahat. Ketika beristiraha, peneliti dan terapis
bersama-sama mengajak subjek sharing terkait kegiatan menari hari itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
2. PERTEMUAN II
Pertemuan kedua dimulai dengan pemanasan yang dipimpin oleh terapis.
Setelah itu terapi memberikan kain-kain kepada subjek sebagai properti yang
akan mereka gunakan untuk menari. Pada pertemuan kedua ini, dokumentasi
sudah mulai dilakukan sesuai kesepakatan dengan semua subjek penelitian.
Terapis mulai memberikan contoh gerakan dengan kain yang dibagikan.
Terapis memberikan clue bahwa gerakan yang dilakukan itu menceritakan
kisah hidupnya. Sesaat kemudia, tampak beberapa subjek mengajukan diri
untuk melakukan gerakan yang menjadi ceritanya. Setiap satu subjek
melakukan gerakannya, subjek lain memperhatikan dan memberi apresiasi
berupa tepuk tangan. Beberapa subjek sempat tampak canggung dan menolak
melakukan gerak. Akhirnya, pada pertemuan ini ada 8 subjek yang melakukan
gerakan dan menceritakan mengenai kisahnya dalam tarian.
Pada pertemua kedua ini, kedua subjek yang tampak kurang aktif dan
berminat terhadap kegiatan ini masih terlihat banyak duduk dan menunjukkan
ekspresi kurang berminat. Akan tetapi, satu subjek sudah mau membaur
bersama rekan-rekannya meskipun tampak kaku dan menunjukkan ekspresi
tidak nyaman. Pertemuan kedua ditutup dengan pendinginan dan sharing
bersama terapis dan peneliti.
3. PERTEMUAN III
Pertemuan ketiga dimulai dengan pemanasan yang dipimpin terapis.
Peneliti kemudian membagikan rok panjang sebagai properti tari hari itu.
Terapis kemudian memberikan beberapa gerakan dengan rok sebagai
propertinya. Terapis membuat gerakan-gerakan yang manis dan tersenyum
ketika menari. Terapis mengatakan,”aku cantik ketika aku tersenyum dan
bahagia.” Para subjek bertepuk tangan dan mulai melakukan gerakan-gerakan
cantik yang mereka suka. Terapis mengamati dan memberikan reinforcement
dan affirmation sebagai umpan balik terhadap gerakan-gerakan yang
diungkapkan oleh subjek. Seluruh subjek tampak tertawa dan menunjukkan
ekspresi senang. Mereka berinteraksi dengan rekan-rekan mereka dan mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
saling bercerita lewat tarian mereka. Pada pertemuan ini kedua subjek yang
sebelumnya tampak kurang berminat sudah terlihat berbaur dan menari seperti
rekan-rekannya.
Pertemuan ketiga ditutup dengan pendinginan dan sharing bersama
peneliti dan terapis. Para subjek saling membagikan pendapat bagaimana
mereka menjalani kegiatan pada pertemuan ini, bahkan kedua subjek yang
awalnya tampak diam dan kurang berminat mulai mengutarakan pendapat
positif terkait kegiatan ini.
4. PERTEMUAN IV
Pertemuan keempat dibuka dengan pemanasan yang dipimpin salah satu
subjek. Subjek ini memimpin rekan-rekannya dan terapis melakukan
pemanasan dengan gerakan yang ia ciptakan sendiri. Selesai pemanasan,
terapis membagi subjek menjadi lima kelompok. Masing-masing kelompok
terdiri dari 2-3 orang. Terapis membagikan kain berukuran besar kepada setiap
kelompok. Masing-masing kelompok diminta untuk masuk ke dalam kain
besar tersebut. Kain-kain tersebut adalah simbol atas masalah mereka. terapis
memberikan instruksi untuk merobek kain tersebut sebagai simbol bahwa
mereka mengatasi masalahnya dan beranjak melanjutkan hidup.
Pertemuan ditutup dengan pendinginan dan sharing. Masing-masing
subjek memberikan pendapatnya mengenai kegiatan hari ini. Secara umum,
mereka memahami apa yang mereka lakukan dan mengambil kesimpulan
bahwa mereka mampu bersama-sama memecahkan masalah yang menjebak
mereka dalam keterpurukan.
5. PERTEMUAN V
Pertemuan ini dibuka dengan adanya seorang subjek yang menari dengan
gerakan-gerakan yang cantik dan mengajak rekan-rekannya menari. Terapis
kemudian bergabung bersama mereka. Sesaat kemudian terapis mengajak
mereka membentuk lingkaran dan bergerak bersama dalam lingkaran tersebut.
Lingkaran itu adalah simbol keutuhan, bahwa mereka semua adalah diri yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
utuh, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Beberapa subjek tampak
meneteskan airmata dan memeluk rekan di samping kanan dan kirinya.
Terapis memberikan waktu kepada mereka untuk menikmati waktu-waktu ini
sembari memberikan penguatan agar mereka menyadari diri, menerima, dan
memahami bahwa “it’s okay to have an HIV, aku tetap berharga, aku tetap
berguna bagi orang lain, aku tetap seorang perempuan yang berharga dan
layak dicintai. Aku berdaya dan aku bisa.” Beberapa saat setelah itu terapis
mengajak mereka bergembira dan menari lagi dengan gerakan-gerakan yang
lebih enerjik sebagai simbol bahwa mereka harus semangat melangkah lagi.
Pertemuan ditutup dengan pendinginan dan sharing. Sharing dibuka
dengan pengalaman yang dirasakan seorang subjek selama lima sesi terapi dan
disusul dengan subjek lain. seluruh subjek merasakan hal yang hampir sama.
Mereka mengatakan bahwa mereka merasa gembira dan lepas ketika menari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI