PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · IDEOLOGI 3H DALAM LAGU BATAK POPULER SEBAGAI MODAL...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · IDEOLOGI 3H DALAM LAGU BATAK POPULER SEBAGAI MODAL...
IDEOLOGI 3H DALAM LAGU BATAK POPULERSEBAGAI MODAL PERJUANGAN
ORANG BATAK TOBA
TESIS
Untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Magister Humaniora (M.Hum.)
Di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Oleh:
MARSIUS PARLY TINAMBUNAN
NIM: 116322001
PROGRAM MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
IDEOLOGI 3H DALAM LAGU BATAK POPULERSEBAGAI MODAL PERJUANGAN
ORANG BATAK TOBA
TESIS
Untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Magister Humaniora (M.Hum.)
Di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Oleh:
Marsius Parly Tinambunan
NIM: 116322001
PROGRAM MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PENGESAHAN
TESIS
IDEOLOGI 3H DALAM LAGU BATAK POPULERSEBAGAI MODAL PERJUANGAN
ORANG BATAK TOBA
Oleh:
Marsius Parly TinambunanNIM: 116322001
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tesis
Pada tanggal 21 Juli 2015
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.
Tim Penguji Tanda Tangan
Ketua : Albertus Bagus Laksana, S.J, S.S., Ph.D. ..……..……………
Sekretaris/Moderator : Y. Tri Subagya, M.A. .....…………………
Anggota : 1. Dr. des. Vissia Ita Yulianto …………………….
2. Dr. Gregorius Budi Subanar, S.J. …………………….
Yogyakarta 21 Juli 2015
Direktur Program Pascasarjana
Prof. Dr. Augustinus Supratiknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertandatangan di bawah ini
Nama : Marsius Parly Tinambunan
NIM : 116322001
Program : Magister Ilmu Religi dan Budaya
Universitas : Sanata Dharma
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis dengan:
Judul : Ideologi 3H Dalam Lagu Batak PopulerSebagai Modal Perjuangan Orang Batak Toba.
Pembimbing : Dr. G. Budi Subanar, S.J.
Tanggal diuji : 21 Juli 2015
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam tesis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan
orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian
kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa
memberikan pengakuan kepada penulis aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru
tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima
sangsi sesuai dengan peraturan yang berlaku di Program Pascasarjana Ilmu Religi dan
Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, termasuk pencabutan gelar Master
Humaniora (M.Hum.) yang telah saya peroleh.
Yogyakarta 22 Juli 2015
Yang memberi pernyataan
Marsius P. Tinambunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Nama : Marsius Parly Tinambunan
NIM: NIM : 116322001
Program : Magister Ilmu Religi dan Budaya
Demi keperluan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah yang berjudul:
IDEOLOGI 3H DALAM LAGU BATAK POPULERSEBAGAI MODAL PERJUANGAN
ORANG BATAK TOBA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan
secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lainnya demi
kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya atau memberikan royalti
kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di : Yogyakarta
Pada tangal: 22 Juli 2015
Yang menyatakan
Marsius P. Tinambunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
KATA PENGANTAR
Adalah saat yang membanggakan ketika saya masih bisa diberi kesempatan untuk
studi S2 oleh Universitas Kristen Duta Wacana, meskipun usia studi lanjut saya telah
berakhir sesuai aturan. Saya merasa ini sebuah hadiah yang tidak boleh disia-siakan
untuk itulah saya menerima tantangan ini dan kembali ke bangku kuliah dan jadi
mahasiswa.
Ketertarikan saya pada bidang religi dan budaya, didasarkan atas pentingnya
peran budaya dalam memahami agama. Budaya dan agama berjalan bersama, kadang
terlihat ketidak keselarasan namun di sisi lain budaya dapat berperan dalam memahami
ajaran mengenai Kabar Baik (Injil) bagi masyarakat tradisional yang masih begitu kuat
memegang adat dan tradisi.
Kekayaan budaya dapat diolah menjadi pengetahuan dan ajaran yang bersifat
ideologis sehingga dapat memberi makna bagi kehidupan masyarakat yang masih
mengagungkan adat dan tradisi di dalam kehidupan masyarakat tradisional dan modern.
Penghargaaan terhadap budaya itulah juga yang memberi arti bagi kehidupan orang
Batak Toba yang tetap menjunjung tinggi produk budaya seperti, ideologi: hamoraon,
hagabeon, hasangapon, dan dalihan na tolu sebagai sistem musyawarah adat yang
dijalankan oleh 3 unsur penting sebagai hula-hula, dongan tubu, dan boru.
Berkaitan dengan proses penulisan tesis ini tidak dapat saya lupakan mereka-
mereka yang secara langsung atau tidak telah memberi kontribusinya sehingga tesis ini
dapat saya selesaikan dengan baik. Dan ucapan terima kasih yang tak terhingga patut
saya sampaikan kepada Pembimbing saya, Dr. G. Budi Subanar, S.J. dan kepada Dr.
Albertus Bagus Laksana, S.J. yang memberi masukan yang berharga. Kepada seluruh
pengajar IRB yang pernah memberi perkuliahan kepada saya, serta mbak Desy sebagai
staf administrasi IRB yang banyak membantu dalam urusan administrasi.
Juga tidak lupa saya sampaikan banyak terima kasih kepada responden saya
yang begitu bersemangat dalam wawancara, sekaligus berterima kasih atas penerimaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
responden di kediaman mereka dengan baik sehingga pelaksanaan wawancara dapat
berlangsung dengan baik dengan suasana kekeluargaan yang menyenangkan. Adapun
responden yang saya maksudkan adalah: Abidan Tinambunan, Dewi Pangaribuan,
Doma Tumanggor, Hotran Simarmata, Hotman Sihaloho, Kardono Sinaga, Kaston
Pakpahan, L.br Tinambunan, Lukder Tumanggor, M. Simangunsong, Mirando Damanik,
N. Ambarita, Manosor Pangaribuan, M. Siahaan, M. Simanjuntak, S. Berutu.
Kesediaan dan dukungan mereka selama wawancara sangat berarti dan jawaban
mereka atas pertanyaan-pertanyaan saya memberi informasi dan pengetahuan yang
menjadi bagian dalam tesis ini.
Hormat saya kepada Ayah (almarhum) dan Ibu yang saya cintai di kampung
(Bona Pasogit - dulu Kabupaten Tapanuli Utara dan sekarang Kabupaten Humbang
Hasundutan) yang sudah memperjuangkan saya untuk sekolah sejak dari SD sampai
perguruan tinggi.
Akhirnya saya berterima kasih kepada istri dan anak-anak saya yang saya cintai,
yang secara bersamaan berjuangan bersama-sama sebagai mahasiswa. Dewi
Pangaribuan (istri) yang kuliah di Amerika di bidang: Music dan Counseling, dan kedua
anak saya Christina Laviani Tinambunan (Via) di Universitas Sanata Dharma jurusan
Sastra Inggris dan Verdy Lamson Tinambunan (Verdy), di Universitas Kristen Duta
Wacana jurusan Teknik Informatika.
To God be the Glory, great things He hath done!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Tesis ini membahas hubungan antara permasalahan hidup, perjuangan yang dikisahkan
dalam syair lagu dan tujuan hidup yang bersifat ideologis. Orang Batak Toba sebagai
identitas, hidup dalam praktik adat dan tradisi yang kuat baik mereka yang tinggal di
kampung maupun mereka yang sudah meninggalkan tanah kelahiran mereka.
Permasalahan ekonomi menjadi titik awal bagi orang Batak Toba untuk memulai
perjuangan. Kisah perjuangan mereka termuat dalam syair-syair lagu Batak Toba
populer. Lagu yang digambarkan dikemas dalam melodi yang sedih dan syair yang
mengharukan. Pengalaman hidup yang dikisahkan dalam lagu dan syair justru dijadikan
sebagai kekuatan untuk memberi motivasi positif dalam menghadapi tantangan yang
dihadapi.
Responden sebagai subjek penelitian merepresentasikan pendengar lagu Batak
Toba yang mengetahui atau mengalami kisah-kisah perjuangan dalam lagu-lagu Batak
populer. Kehidupan orang Batak diperhadapkan dengan suatu pertarungan yang penuh
dengan tantangan untuk mencapai kebutuhan material, simbolis dan ideologis. Untuk
pengolahan data penelitian maka teori Pierre Bourdieu dijadikan sebagai kerangka acuan.
Habistus dipakai untuk melihat kebiasaan yang dimiliki oleh orang Batak Toba dalam
menjalankan tata aturan dalam adat. Arena dijadikan sebagai ruang untuk melihat
wilayah perjuangan yang mungkin ditempuh, sedangkan modal dijadian sebagai kekuatan
untuk mencapai tujuan. Adapun modal-modal yang ingin dimiliki untuk meraih tujuan
yang ingin dicapai adalah melalui modal ekonomi, kultural, sosial dan simbolik. Ideologi
dijadikan sebagai modal dasar untuk mengentaskan permasalahan ekonomi yang pelik.
Permasalahan hidup diatasi dengan perjuangan gigih melalui kekuatan ideologi. Untuk
meraih keberhasilan tersebut diperlukan wadah perjuangan melalui pertarungan di arena
pendidikan dan lapangan pekerjaan. Kedudukan dan kekuasaan seseorang dalam
masyarakat Batak Toba tergantung berapa besar modal yang dimiliki.
Kata kunci: Habitus, arena, modal, adat, ideologi (hamoraon, hagabeon, hasangapon), dalihan
natolu (hula-hula, dongan tubu, boru), andung, lagu Batak populer, Pierre Bourdieu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
This thesis is a study about the relationship between life’s problems andstruggles which are expressed in popular songs-lyrics and melodies and an ideologywhich expresses the purpose of life. Batak Toba people, both those who live in the villageas well as those who have left their homeland, secure their identity in life by practicingtheir customs and strong traditions,
Economic problems have become the starting points for their struggle in life.Their stories are expressed in the lyrics of their popular songs. The songs described inthis thesis interweave sad melodies and sorrowful poetry. The life experiences expressedin the music and lyrics are specifically used as a force which gives a positive motivationto deal with challenges.
Respondents in this research project represents Batak Toba song listeners whoknow or who have been experiencing the struggle which is described in these popularBatak songs. The lives of Batak people are confronted by complex challenges, symbolicand ideological, in their fight to satisfy their material needs.
The data collection for this research study uses Pierre Bourdieu’s theory as aframework. “Habitus” is used to observe their customs in implementing the specific rulesand social ordering in their traditions. In Bourdieu’s theory, “arena” refers to the spacein which the battle is pursued whereas “capital” describes the power needed to achievethe intended goal. The capital needed to reach the goal includes economic, cultural,social, and symbolic assets.
Ideology serves as the fundamental capital necessary to resolve the complicatedeconomic problems. Struggles in life are overcome by the persistent appeal to the powerof ideology. To achieve success, a person must enter and win in the educational andemployment arenas. One's position and power in Batak Toba society depend on howmuch capital one has.
Keywords: habitus, arena,capital, culture, ideology (hamoraon, hagabeon, hasangapon),Dalihan Natolu (hula-hula, dongan Tubu, Boru), grandmother, popular Batak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….…….i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI……………………………….…….iii
SURAT ERNYATAAN KEASLIAN……………………………….…………….iv
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.....v
KATA PENGANTAR………………………………………………….……….…vi
ABSTRAK…………………………………………………………………..........viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..........x
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….....1
1. Latarbelakang Penelitian………………………………………………………….1
2. Rumusan Masalah…………………………………………………….…………..8
3. Tema……………………………………………………………………………....8
4. Tujuan Penelitian………………………………………………………………...8
5. Manfaat Penelitian………………………………………………………….....…9
6. Studi Pustaka………………………………………………………………...…11
7. Kerangka Teori…………………………………………………………............21
7. 1. Habitus……………………………………………………………………......22
7. 2. Arena…………………………………………………………………….……23
7. 3. Modal (capital) Simbolik……………………………………….……...…......26
7. 4. Kekerasan Simbolik……………………………………………………..........28
7. 5. Ideologi……………………………………………………………………......29
8. Metode Penelitian…………………………………………………………….…30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
9. Sistematika Penulisan…………………………………………………………...34
BAB II ETNIK BATAK DAN SUKU BATAK TOBA SEBAGAI IDENTITAS………………………………….………………….…………………………..39
1. Identitas Kebatakan Dipresentasikan dalam Lagu……………………………...41
2. Etnik Batak……………………………………………………………………....46
3. Suku Batak Toba……………………………………………………………...…53
4. Suku Batak Toba Sebelum Injil Masuk di Tanah Batak……………………......57
5. Masuknya Penginjil ke Tanah Batak…………………………………………....59
5. 1. Penginjil Utusan Pekabaran Injil Baptis Inggris…………………………...…59
5. 2. Penginjil Utusan American Board of Commissioners for Foreign Mission….61
5. 3. Penginjil Utusan Rheinische Missionsgesellschaft…………………………...62
6. Adat Batak Toba………………………………………………………………....67
7. Dalihan Natolu…………………………………………………………………...71
7. 1. Hula-hula………………………………………………………………….......75
7. 2. Dongan Tubu……………………………………………………………….....76
7. 3. Boru………………………………………………………………………..….77
8. Ideologi 3 H Sebagai Modal Perjuangan……………………………….…….…79
9. Peta Kemiskinan………………………………………….………………..........84
BAB III LAGU BATAK TOBA POPULER………………………………........90
1. Lagu Batak Toba Populer Era-Sebelum 70-an………………………….……....92
1. 1 Alat Musik Tradisional…………………………………………………….....95
1. 1. 1. Gondang…………………………………………………...........................95
1. 1. 2. Uning-uningan………………………………………………………...…...96
1. 2. Musik Populer Batak Toba..………………………………...…………….....98
1. 3. Musisi Batak Toba Era-Sebelum 70-an…………………………….…….....104
1. 3. 1. Tilhang Gultom (1896)-1973)……………………………………...….....105
1. 3. 2. Nahum Situmorang (1908-1969)………………….……………………...107
1. 3. 3. 1. Lagu Nahum Situmorang……………………………….………….......109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2. Lagu Batak Toba Populer Era-Setelah 70-an………………………………......114
2. 1. Kejayaan Musik Populer Batak………………………………………….......117
3. Isi Syair Lagu Mengisahkan Pengalaman Hidup……………………………....120
3. 1. Lagu Andung dan Lagu Batak Toba Populer……………….……………….122
3. 1. 1. Lagu Andung…………………………………………..............................122
3. 1. 2. Lagu 1: Andung-andung ni Anak Siampudan………………....................124
3. 1. 3. Lagu 2: Andung Anak Buha Baju……………………………...…………128
3. 1. 4. Lagu 3: Andung Anak Sasada…………………………….………….......130
4. Lagu Batak Populer dan Suara Perjuangan………………………………........132
4. 1. Lagu Tentang Kemiskinan…………………………………....…………......133
4. 1. 1. Lagu 4: Tapanuli Peta Kemiskinan…………………………………….....134
4. 1. 2. Lagu 5: Gotap sian Sikkola…………………………………………….....136
4. 1. 3. Lagu 6: Tangis do Au…………………………………….…………….....138
4. 2. Lagu Perjuangan untuk Merantau………………………….………………..140
4. 2. 1. Lagu 7: Putus Sikkola……………………………………………………..141
4. 2. 2. Lagu 8: Anak Parjalang…………………………………………….…......142
4. 3. Lagu Perjuangan untuk Sekolah……………..…………………...………....144
4. 3. 1. Lagu 9: Anakkon hu…………………………………….………………...145
4. 3. 2. Lagu 10: Anakku Naburju………………………………………………...146
4. 4. Lagu Tentang Anak Sebagai Kekayaan…………………………………......148
4. 4. 1. Lagu 11: Anakkonhi do Hamoraon di Au…………………………….......149
4. 5. Lagu Tentang Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon…………………..…......151
4. 5. 1. Lagu 12: Alusi Au…………………………………………………...…....152
4. 5. 2. Lagu 13: Hagabeon…………...…………………………………..............154
BAB IV IDEOLOGI SEBAGAI MODAL PERJUANGAN...........................157
1. Ideologi sebagai Habitus yang Terinternalisasi…………………………....…..158
1. 1. Ideologi Membentuk Habitus……………………………………….……....158
1. 2. Kekuatan Modal dalam Mencapai Tujuan………………………….……...162
2. Pengenalan Orang Batak terhadap Lagu Batak Toba Populer……................166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3. Lagu Batak Toba Populer sebagai Ekspresi Perjuangan……………………....168
3. 1. Lagu Andung sebagai Model Ekspresi Kesedihan……………………….....169
3. 2. Keterpurukan Modal Ekonomi……………………………………………...175
3. 3. Arena Pertarungan di Perantauan………………………………...………....180
3. 4. Arena Pertarungan di Sekolah………………………………………...….....186
4. Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon sebagai Cita-cita Idealis Batak Toba…....190
4. 1. Pentingnya Ideologi bagi Orang Batak………………………………….......191
4. 2. Makna Modal Simbolik bagi Orang Batak……………………………….....198
4. 3. Pemaknaan Kekerasan Simbolik dalam Dalihan Natolu………………........201
4. 4. Lagu Batak Toba Bermuatan Ideologi…………………………...................203
Bab V KESIMPULAN………………………………………………..………....210
DAFTAR PUSTAKA……………...…………………………………….……....224
LAMPIRAN-LAMPIRAN…..……………………………………….................232
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latarbelakang
Dalam mewujudkan cita-cita diperlukan suatu usaha dan kerja keras untuk meraihnya.
Selain itu diperlukan suatu dorongan yang bersifat filosofis untuk memperkuat usaha
tersebut. Tesis ini akan berfokus pada penelitian yang berhubungan dengan lagu-lagu
Batak Toba poluler yang memuat ideologi sebagai modal dasar perjuangan, dan kisah-
kisah yang menceritakan pergumulan hidup yang dituangkan pada syair-syair lagu
sebagai narasinya. Untuk melengkapi penelitian tersebut, akan dijelaskan latarbelakang
suku Batak Toba dari berbagai aspek: identitas, tempat tinggal, ideologi adat, pergulatan,
dan perjuangan. Adapun bagian budaya yang masih kuat dipegang oleh orang Batak dan
menjadi bagian dari penelitian ini menyangkut lagu, ideologi, adat.
Untuk melengkapi sumber data primer akan dilakukan wawancara kepada
beberapa responden dan narasumber untuk memperoleh dan mengetahui pengalaman
mereka menyangku lagu-lagu pergumulan hidup untuk mewakili pandangan orang Batak
Toba. Lagu-lagu Batak populer dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui lebih
jauh mengenai pengalaman hidup orang Batak Toba dari berbagai aspek menyangkut
kemiskinan. Kisah pengalaman hidup ini dapat ditelaah melalui syair-syair lagu Batak
Toba populer, yang menceritakan tentang kemiskinan, sekolah, putus sekolah, merantau,
ideologi dan perjuangan. Bagi orang Batak Toba usaha untuk mewujudkan cita-cita
tersebut dilandasi oleh ideologi sebagai modal dasar dan sekaligus menjadi motivasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Suku-suku Batak merupakan salah satu etnik terbesar yang ada di Indonesia.
Suku-suku ini tersebar ke seluruh wilayah Indonesia, dan melanglang buana ke seluruh
penjuru dunia, itu sebabnya kata Batak tidak asing lagi bagi kebanyakan masyarakat
Indonesia. Etnik Batak sendiri terdiri atas enam sub-suku, yaitu: Toba, Simalungun,
Karo, Pak-pak, Angkola Sipirok dan Mandailing.1 Sebagian dari enam sub-suku suku-
Batak tersebut bermukim di wilayah daratan yang melintang di sepanjang pegunungan
Bukit Barisan pedalaman provinsi Sumatera Utara, dan sebagian lagi berdiam di
sekeliling Danau Toba. Adapun suku Angkola dan Mandailing bermukim menjauhi
Danau Toba dan mendekati perbatasan Sumatera Barat. Dari keenam sub-suku ini, Batak
Toba merupakan suku yang paling banyak jumlahnya. Dari hasil studi ditemukan, bahwa
selain suku-suku Batak yang terdiri atas enam sub-etnis ada beberapa penulis yang
menambahkan bahwa orang Alas, Gayo, orang Pardembang yang ada di pesisir Sungai
Asahan, sebagian orang pesisir yang tinggal di pantai barat Pulau Sumatera juga
merupakan keturunan orang Batak.2
Penggunaan kata ‘Batak’ bukan hanya untuk satu suku tertentu saja, tetapi
menjadi milik semua suku-suku Batak. Namun, biasanya sebutan ‘batak’ lebih sering
ditujukan kepada suku Batak Toba. Berdasarkan studi dan penelitian yang dilakukan
beberapa ahli bahwa asal-usul dari suku Batak seperti yang digambarkan oleh
Parlindungan tergolong proto Melayu.3 Hal tersebut disimpulkan karena karakteristik
1 Andaya, Leonard Y. The Trans-Sumatra Trade and the Ethnicization of the Batak. In: Bijdragen tot deTaal, Land-en Volkenkunde 158 (2002) No: 3. Leiden. p.367-409.
2 Hodges, William Robert Jr. 2009. Ganti Andung, Gabe Ende (Replacing Laments, Becoming Hymns):The Changing Voice of Grief in the Pre-funeral Wakes of Protestant Toba Batak (North Sumatra,Indonesia). Santa Barbara: Universiry of California. p. 74.
3 Parlindungan, M.O. 1964, Tuanku Rao. Yogyakarta: LKis. p. 19-21.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
yang dimiliki oleh orang-orang proto Melayu yang gemar untuk tinggal dan menetap di
daerah-daerah pedalaman dan pegunungan serta menghindari daerah tepi pantai. Ketika
mereka tiba di kepulauan nusantara, nenek moyang bangsa Batak ini langsung masuk
jauh ke pedalaman hutan yang diperkirakan di daerah sekitar Danau Toba, seperti yang
diungkapkan Parlindungan berikut ini:
“Cikal bakal suku bangsa Batak pertama sekali mendarat di muara sungai Sorkam,kemudian masuk terus ke dalam hutan, melewati daerah Dolok Sanggul dan terus sampaidi kaki bukit pusuk buhit. Kemudian suku bangsa Batak pertama kali mendirikankampung di kaki Pusuk Buhit, yang dikenal dengan nama Sianjur Sagala LimbongMulana”. 4
Peneliti lain mencoba menemukan arti ‘Batak’ berdasarkan latarbelakang yang
ada pada orang Batak itu sendiri, termasuk sumber cerita-cerita mitos. Seperti yang
diungkapkan oleh Cunningham bahwa di dalam mitos Batak, nenek moyang orang Batak,
Si Raja Batak diturunkan dari langit ke Pusuk Buhit (gunung Pusuk Buhit) di bagian
Barat Pulau Samosir. “According to Batak myth, the Batak first ancestor, Si Raja Batak,
descended from heaven to Mount Pusuk Buhit in the Samosir island, on the west shore of
Lake Toba, North Sumatera”.5 Dari Pusuk Buhit ini diyakini orang Batak berpindah ke
wilayah sekitar Danau Toba dan kemudian ke daerah-daerah lainnya. Dalam
perkembangan selanjutnya suku Batak Toba, sebagai salah satu etnik Batak berdiam di
wilayah Sumatera Utara. Adapun tempat yang mereka tinggali adalah daerah dataran
rendah yang sangat cocok untuk lahan pertanian seperti persawahan, sedangkan dataran
tinggi lebih cocok untuk lahan perkebunan.
4 Ibid.5 Sihombing, Batara. 2004: Batak and Wealth: A Critical Study of Materialism the Batak Churches inIndonesia, ©2004 Koninklijke Brill NV, Mission Studies. p.12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup, kebanyakan orang Batak Toba
memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan dari hasil pertanian, perkebunan dan
peternakan. Berdasarkan data BPS 2005-20076 kondisi daerah yang ditempati orang
Batak Toba masih dikategorikan sebagai daerah tertinggal, karena penghasilan yang
diperoleh penduduk belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan yang layak. Karena
untuk dikatakan layak dan maju, tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan pokok
seperti: sandang, papan, dan pangan, tetapi juga harus diperjuangkan kemajuan dari sisi
lain seperti pendidikan, pekerjaan, kedudukan di pemerintahan dan bila dimungkinkan
terjun di dunia bisnis. Cita-cita kemajuan itu adalah impian semua orang, dan termasuk
impian orang Batak Toba. Dalam mewujudkannya, diperlukan suatu perjuangan,
perubahan pola pikir, dari tuntutan yang sekedar memenuhi kebutuhan pokok (primer) ke
arah pemenuhan kebutuhan yang tidak pokok (sekunder).
Melalui hasil studi dan penelitian kebutuhan hidup orang Batak telah mendapat
gambaran dan pemetaan. Melalui penelitian tingkat kelayakan hidup orang Batak Toba
telah diketahui seperti apa posisinya bila diukur berdasarkan standar kebutuhan hidup
secara Nasional maupun Internasional. Penelitian dan kajian yang sama telah dilakukan
di Sumatera Utara khususnya Tapanuli Utara yang dijuluki sebagai daerah miskin, dan
digolongkan kepada wilayah Peta Kemiskinan. Salah satu penelitian yang dihasilkan oleh
Toga P. Sihotang adalah: “Analisa Penyebab Masalah Kemiskinan Di Kabupaten
Tapanuli Utara”, 1996, USU. Hasil penelitian T. Sihotang ini memberi gambaran
kelayakan hidup orang Batak Toba, yang tinggal di beberapa wilayah Kabupaten di
6 BPS Survey Sosial Ekonomi Nasional 2005-2007.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Sumatera Utara, disandingkan dengan Kabupaten-kabupaten yang dihuni oleh etnis
Batak lain (Karo, Simalungun, Pakpak, Mandailing, Angkola) dan etnis non-batak
lainnya.
Penelitian Toga Sihotang yang diangkat pada tesis ini karena masih relevan
digunakan sehubungan dengan pergumulan puluhan tahun yang lalu masih berhubungan
dengan pergumulan masa kini. Isu kemiskinan yang menjadi topik hangat saat itu masih
dialami sekarang ini. Lagu-lagu yang muncul yang mengisahkan pergumulan hidup orang
Batak Toba masa lalu masih dikumandangkan sekarang.
Berhubungan dengan musik, aktivitas kehidupan seni musik orang Batak meliputi
aktivitas mendengar musik, bermain musik, bernyanyi dan menari. Musik Batak tersebut
dapat didengarkan dalam nuansa tradisional dengan iringan musik Gondang, musik
rakyat (folk song) dengan iringan Uning-uningan atau gitar akustik, dan musik populer
(Pop Batak Toba) yang diiringi dengan alat musik modern. Bermusik, baik sebagai
pendengar, pemain alat musik, atau penyanyi sudah menjadi umum bagi masyarakat
Batak di mana pun mereka berada. Kebiasaan menikmati musik orang Batak digunakan
peneliti untuk mendapatkan informasi dalam mengungkap perjuangan yang dilakukan
oleh orang Batak Toba, baik melalui karya komposisi dari pecipta lagu maupun dari
mereka yang aktif sebagai audien musik populer Batak Toba.
Untuk melengkapi penelitian ini maka ada dua unsur musik yang penting
diperhatikan, yaitu: syair yang berisi kisah dan lagu sebagai unsur ekspresi. Peran lagu
dan syair mengungkap fakta yang sesuai dengan tema-tema pada bahasan tesis. Berkaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dengan perkembangan musik populer Batak Toba yand dibahas mengenai unsur-unsur
yang menjadi latarbelakangnya. Perkembangan musik Batak populer (termasuk musik
folk Batak) telah dimulai awal tahun 60-an dan berkembang sampai sekarang. Sejak
tahun 60-an peran musisi seperti Nahum Situmorang (1908-1969) mengembangkan
musik yang beraliran populer, Gordon Tobing (1925-1993) beraliran folk, dan Tilhang
Gultom (1920-1973) beraliran folk Opera Batak. Tokoh-tokoh musisi era-sebelum 70-an
telah memberi kontribusi penting dalam pembentukan musik pop Batak pada era
selanjutnya. Kontribusi musisi-musisi tersebut sangat berpengaruh dalam pembentukan
citra musik baru di kalangan orang Batak Toba. Hal ini dibuktikan dengan perkembangan
musik setelah era 70-an, melalui peran musisi yang menciptakan lagu-lagu baru. Lagu-
lagu yang mereka ciptakan dalam berbagai macam tema seperti: percintaan, perjuangan,
keindahan alam, keindahan danau Toba bermunculan. Dan tema-tema lagu menarik
lainnya adalah mengenai kisah kehidupan orang Batak, yang masih berada dalam
kesulitan ekonomi sehingga dibutuhkan suatu perjuangan untuk meraih kehidupan yang
lebih baik.
Sorotan khusus dalam penelitian ini adalah berhubungan dengan Lagu Populer
Batak Toba yang bernuansa lagu sedih dan isi syair yang bernafaskan kemiskinan dan
perjuangan untuk sekolah atau merantau. Dalam pengamatan peneliti, lagu-lagu populer
bernuansa kesedihan dan perjuangan masih sangat banyak dijumpai di rumah-rumah
orang Batak, baik di desa-desa maupun di kota-kota. Untuk itulah peneliti tertarik untuk
mendalami lagu-lagu yang sangat popular dan masih disukai orang Batak pada zaman
yang sudah berubah sekarang ini. Apakah pertanyaan ini masih relevan bila dihubungkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dengan pertanyaan yang sering muncul di kalangan orang Batak yang mempertanyakan:
Apakah kemiskinan di Tapanuli Utara masih sebagai kenyataan? Hal menarik lainnya
bagi peneliti adalah, meskipun hasil penelitian mengenai kemiskinan di Tapanuli Utara
dilakukan Toga Sihotang pada tahun 1996, namun masih relevan digunakan sekarang ini
mengingat persoalan yang sama masih dialami banyak orang Batak Toba. Selain
penelitian Toga Sihotang sumber data yang lain diambil dari teks-teks lagu yang
menceritakan tentang kehidupan dan pergumulan orang Batak Toba. Dua sumber
penelitian dan teks-teks lagu menjadi data yang penting digunakan mengingat sumber-
sumber tersebut lahir pada era yang bersamaan. Relevansinya, lagu-lagu yang diangkat
menjadi karya musik populer yang masih digemari oleh orang Batak Toba.
Bagi orang Batak berjuang tanpa lelah adalah tantangan dalam hidup dan menjadi
cita-cita untuk mencapai kemajuan (hamajuon). Untuk perubahan, orang Batak
menekankan pada suatu gerak langkah untuk maju mencapai hidup yang lebih baik,
sejahtera dan terhormat. Itulah sebabnya orang Batak Toba mempunyai cita-cita dan
tujuan hidup mulia yang selalu ditanamkan kepada keturunanya, yang terkenal dengan
‘ideologi’ atau semboyan 3H: Hamoraon (kekayaan, kesejahteraan), Hagabeon
(mempunyai keturunan laki-laki dan perempuan), Hasangapon (kehormatan-kemuliaan).
Ideologi (semboyan atau cita-cita) sudah tertanam di lubuk hati orang Batak. Sampai
sekarang nilai dan cita-cita tersebut tidak pernah dilupakan, dilestarikan, dan senantiasa
disampaikan dalam setiap kesempatan dalam acara-acara adat.
Berhubungan dengan kehidupan kultural dan spiritual ada dua hal yang sangat
penting dipegang oleh orang Batak Toba yaitu ideologi dan agama. Hal ini terbukti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
bahwa mayoritas orang Batak Toba beragama Kristen Protestan atau Katolik. Namun
dalam penelitian ini, hubungan dengan keyakinan beragama tidak akan dibahas lebih
jauh. Adapun kepentingan pembahasan masuknya agama Kristen ke Tanah Batak, adalah
untuk mendapatkan gambaran pengaruh Barat terhadap musik Batak Toba yang dibawa
oleh para Missionaris. Kajian utama pada tesis ini adalaha mengenai peran lagu-lagu
populer Batak Toba membentuk kehidupan orang Batak dalam memperjuangkan cita-
cita mereka dalam meraih kehidupan yang lebih baik.
2. Rumusan Masalah
2. 1. Bagaimana Identitas Orang Batak Toba Terbentuk?
2. 2. Bagaimana Lagu Batak Toba Populer Bermuatan Ideologi ?
2. 3. Bagaimana Pendengar Mengkonstruksi dan Mengapresiasi Ideologi sebagai
Modal Perjuangan?
3. Tema
Ideologi 3H dalam Lagu Batak Populer sebagai Modal Perjuangan Orang Batak Toba.
4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana orang Batak Toba sebagai satu identitas suku, berjuang dalam hidup,
menggunakan ideologi sebagai acuan hidup dan lagu sebagai ekspresinya.
Pertama. Uuntuk mengetahui bagaimana suku Batak Toba sebagai identitas dari
salah satu etnik Batak membangun identitas secara unik. Suku Batak Toba dipengaruhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
oleh latarbelakang tempat tinggal secara geografis bermukin di sekitar Danau Toba
sampai ke pedalaman lereng Bukit Barisan. Untuk mengetahui bagaimana orang Batak
Toba membiasakan diri mendengar lagu-lagu populer yang berisi ekspresi dan ungkapkan
kisah hidup. Untuk mengetahui pentingnya bagi orang Batak Toba mendengarkan lagu
sedih dan syair yang bertemakan perjuangan. Untuk mengetahui lagu-lagu Batak Toba
yang berisi tentang cita-cita luhur disuarakan dalam lagu populer, sehingga lagu model
tersebut sangat dicintai orang Batak Toba.
Kedua, untuk memahami bagaimana ideologi hagabeon, hamoraon, hasangapon,
berfungsi dalam menggerakkan semangat orang Batak Toba dalam mewujudkan cita-cita
mereka. Untuk mengetahui bagaimana ideologi dan lagu difungsikan dalam kaitannya
dengan semangat dan inspirasi dalam menjalani perjuangan. Untuk mengetahui lagu
populer Batak Toba yang berisi tentang cita-cita luhur yang disuarakan melalui lagu
populer, sehingga lagu model tersebut masih dicintai orang Batak Toba.
Ketiga. Untuk menemukan gagasan positif dari lagu Batak Toba yang bermuatan
ideologi sebagai karya seni yang dijadikan pendengar sebagai bagian dari pengalaman
hidup di arena perjuangan. Untuk mengetahui, orang Batak sebagai pendengar lagu-lagu
populer mengapresiasi ideologi hagabeon, hamoraon, hasangapon, sebagai inspirasi
untuk mewujudkan cita-cita perjuangan mereka.
5. Manfaat Penelitian
Suku Batak Toba yang tinggal di wilayah Sumatera Utara, di sekitar danau Toba yang
penduduknya memperoleh penghasilan dari pertanian, perkebunan, peternakan, pernah
dicatat sebagai daerah tertinggal di Indonesia menjadi kajian dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Adapun manfaat yang dapat dipetik dari hasil penelitian ini bagi kalangan
akademisi adalah dapat meneliti lebih jauh peran budaya yang sangat kuat dalam
kehidupan masyarakat Batak Toba. Budaya dalam wujud ideologi dijadikan sebagai
modal dalam mengatasi persoalan dalam kehidupan. Kehidupan masyarakat Batak Toba
yang menjunjung tinggi adat menjadikannya terikat dengan aturan-aturan adat dan
sekaligus mengaturnya untuk hidup dalam perjuangan bersama sebagai keluarga.
Bagi pemerintah daerah sendiri, khususnya daerah Tapanuli Utara dengan adanya
hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan
program untuk memajukan potensi daerah. Pemerintah daerah akan terbantu untuk
mengetahui keadaan dan kondisi daerahnya, mengenai persoalan yang dihadapi dan
kemungkinan untuk penyelesaian masalahnya.
Bagi orang Batak penelitian ini menjadi penting sehubungan dengan perjuang
mereka tanpa lelah untuk mengubah keadaan ekonomi yang kurang menguntungkan.
Untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, sejahtera, makmur, bahagia, dan terhormat,
orang Batak Toba melandasinya dengan cita-cita dan tujuan hidup yang terkenal dengan
‘ideologi’ atau semboyan 3H. Peneliti sendiri yang berasal dari latar belakang etnik
Batak merasa bahwa, penelitian ini penting untuk mengetahui seberapa jauh lagu dan
syairnya berisi nilai dan cita-cita dapat mempengaruhi pola pikir orang Batak dalam
menunjang anak-anak mereka untuk memperoleh kemajuan secara ilmu dan ekonomi.
Bagi masyarakat Batak Toba, dan masyarakat pada umumnya dapat memetakan
kondisi sebuah masyarakat yang ada di wilayahnya, sehingga pengetahuan tersebut dapat
dijadian sebagai dasar untuk melakukan pengembangan pembangunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
6. Studi Pustaka
Sampai sejauh ini, buku-buku yang dikumpulkan sebagai sumber tertulis untuk
menunjang penulisan tesis ini sudah cukup mendukung. Meskipun buku-buku dan artikel
yang saya kumpulkan tidak secara langsung membahas hal yang sama dengan apa yang
ditulis dalam tesis ini. Di samping saya sudah mengumpulkan buku-buku, dan artikel–
artikel, saya juga akan melakukan penelitian lapangan sebagai bagian dari sumber primer
untuk penulisan tesisi ini. Di antara sekian banyak buku-buku dan artikel-artikel sebagai
sumber tertulis, telah dipilih beberapa buku yang sesuai dengan topik-topik bahasan
seperti: Terbentuknya lagu andung dan diadaptasi menjadi lagu populer; Pembentukan
musik populer Batak dari musik tradisional dan musik populer Barat; Perjumpaan
kekritenan dan agama suku dan budaya Batak; Pembahasan mengenai teori Bourdieu dan
Ideologi Althusser; Batak sebagai identitas yang mempraktikkan adat dan tradisi;
Kekerabatan dan perjuangan bersama sebagai orang Batak. Beberapa di antara buku-buku
penting tersebut disarikan berikut ini.
1. Hodges (2009). Ganti Andung, Gabe Ende (Replacing Laments, Becoming
Hymns): The Changing Voice of Grief in the Pre-funeral Wakes of Protestant Toba Batak
North Sumatra, Indonesia. Sebuah buku hasil penelitian Hodges di Sumatera Utara
selama beberapa tahun untuk penulisan desertasi, bidang etnomusikologi.7 Dalam Buku
ini dijelaskan bagaimana proses andung diganti menjadi nyanyian pujian. Andung
(ratapan) adalah model kata-kata atau ungkapan dan tangisan yang disampaikan
seseorang (biasanya perempuan) pada waktu ada di antara keluarga meninggal dunia
7 Hodges tinggal di Sumatera Utara selama 9 tahun, dan melakukan penelitian intensif pada 2002-2003.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
(terlebih orangtua). Dalam andung terkandung ratapan, kisah dan nyanyian. Kebiasaan ini
secara turun temurun masih dipraktikkan di kalangan orang Batak sampai sekarang.
Setelah kekristenan masuk di Sumatera Utara, dan banyak orang Batak menjadi Kristen,
andung masih tetap menjadi praktik yang belum bisa ditinggalkan. Ada hal yang menarik
dalam perjumpan kekristenan dan budaya Batak. Dalam perjumpaan tersebut terjadi
kontradiksi ajaran kristiani dengan nilai-nilai yang dipegang oleh orang Batak sebelum
kekristenan. Misalnya kepercayaan orang Batak ke pada yang ilahi, yaitu percaya kepada
Mulajadi Nabolon.8
Bagi orang Batak, kematian adalah suatu peristiwa kesedihan yang sangat
mendalam, karena terjadi perpisahan keluarga secara fisik. Memisahkan yang hidup dan
yang mati, karena perpisahan itu menyebabkan anggota keluarga orang Batak biasanya
meratap (mangandung). Hodges juga menemukan sesuatu yang menarik dalam
penelitiannya bahwa ternyata orang Batak tidak bisa secara total meninggalkan kebiasaan
pada praktik ritual tertentu, meskipun itu dianggap secara kristiani kurang sesuai, seperti
contoh mangandung pada waktu kematian. Cara mengatasinya bukan dilarang, tetap
justru diberi cara lain sebagai jalan tengah, dengan menggantikan nyanyian-nyanyian
rohani gereja (dari Buku Ende9) menjadi bahan untuk ratapan rohani. Bila ada
(seseorang) yang masih meratap sesuai dengan kebiasaan lama, akan dibiarkan dan
keluarga yang lain dan pelayat yang datang akan mulai menyanyikan lagu-lagu gereja.
Segi lain yang penting dari tulisan Hodges ini adalah pembahasan tentang, nilai budaya
(cultural values) hamoraon, hagabeon, hasangapon yang peneliti sebut sebagai ‘ideologi
8 Nama ‘dewata’ dalam agama asli Batak.
9 Buku Nyanyian yang dipakai di gereja Protestan yang berbahasa Batak Toba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
3 H’.10 Dasar pemikiran yang ada pada tulisan Hodges ini yang peneliti gunakan untuk
mengkaji terjadinya pengaruh andung dalam ekspresi lagu popular yang bertemakan
kesedihan, perjuangan dan merantau. Dan bagaimana ideologi 3 H berfungsi dalam
masyarakat Batak secara tradisional dan modern.
2. Hodges (2006). Referencing, Reframing, And (Re)presenting Grief Through
Pop Laments In Toba Batak (North Sumatera, Indonesia mengulas tentang pembentukan
andung yang secara tradisional dinyanyikan oleh wanita, dan setelah terjadi perjumpaan
barat dan kekristenan andung kemudian menemukan bentuk baru yang terwujud dalam
model lagu populer Batak Toba, yang dinyanyikan oleh pria. Dengan masuknya pengaruh
Barat dan kekristenan kemudian lahirlah model andung dalam lagu Batak populer
(andung pop) yang dipengaruhi oleh penggunaan instrumen dan unsur musik Barat.
Seperti model andung yang baru: yaitu: Andung Anak Sasada (ratapan anak tunggal)
yang dinyanyikan oleh artis Pop Batak Edy Silitonga pada acara penggalangan dana
untuk pembanguna gereja di Bandung 1989 yang disaksikan Hodges.11
Perkembangan lagu pop daerah pada 1970-an, diikuti perkembangan musik Pop
Batak yang sebelumnya diawali dengan musik drama teater rakyat, disebut ‘Opera Batak’
kemudian diikuti dengan perkembangan musik Pop Batak. Peneliti memanfaatkan
informasi ini sebagai pendukung untuk menerangkan penggunaan lagu yang sedih untuk
10Hodges: William Robert Jr. 2009, Ganti Andung, Gabe Ende (Replacing Laments, Becoming Hymns):The Changing Voice of Grief in the Pre-funeral Wakes of Protestant Toba Batak North Sumatra,Indonesia: University of California, Santa Barbara. p. 97-100.11 Ibid. p. 310-318.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
mengekspresikan keadaan yang serba kekurangan dari segi ekonomi, namn tetap
berjuang untuk mencapai kemajuan (hamajuon).
3. Wallach (2008). Modern Noise, Fluid Genres, Popular Music in Indonesia.
Sebuah penelitian etnografi yang dilakukan oleh Jeremy Wallach di beberapa kota di
Indonesia, bertepatan pada saat gejolak politik dan krisis ekonomi yang terjadi di
Indonesia (1997-2001) telah menghasilkan sebuah buku yang membahas tentang Musik
Populer Indonesia. Dalam penelitiannya ditemukan bagaimana proses musik pop
Indonesia terbentuk pada zaman Orde Baru, apa hambatan yang dihadapi dan
bagaimanan musik pop tersebut bertahan. Dan selanjutnya pada zaman sesudah Orde
Baru bagaimanan musik pop Indonesia dikembangkan. Dari pembahasan dalam buku ini
juga ditemukan bagaimana musik pop Indonesia yang disukai kalangan kelas menengah-
atas anak muda, sedangkan musik lain seperti dangdut disukai oleh kelas menengah-
bawah. Juga dalam buku ini dibahas mengenai adanya kategori musik lain yang
berkembang di antara musik tradisional (local music), musik daerah (regional music),
dan musik pop dunia (global music). Sejalan dengan pembahasan mengenai Musik Pop
Indonesia dalam buku ini juga dibahas mengenai Musik Dangdut, Musik Daerah, Musik
Underground, musik Hybrida, dan musik Etnik. Berdasarkan pembahasan musik dalam
buku Wallach ini, saya gunakan buku untuk membantu menjelaskan mengenai istilah
musik populer Batak yang perkembangannya sejalan dengan pembahasan yang sedang
saya teliti.
4. Wall (2003). Studying Popular Music Culture. Dalam buku ini diilustrasikan
bahwa musik populer dikatakan sebagai soundtrack dalam kehidupan kita, sebab kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
sangat mudah menemukannya lewat radio, CD, televisi, di toko penyalur rekaman musik.
Seperti soundtrack pada film, musik tersebut memunculkan mood dan perasaan kita. Kita
mendengarkannya karena musik sebagai sumber kesenangan, kegembiraan, dan
semangat. Hubungan antara musik, industri musik dan pendengar musik adalah hubungan
yang menghasilkan budaya musik populer. Dalam buku ini juga dijelaskan apa yang
dimaksud dengan budaya musik populer. Istilah ‘populer’ itu sendiri dalam buku ini
dijelaskan berhubungan dengan 3 hal: sesuatu yang populer berarti disukai secara meluas;
dihubungkan dengan nilai budaya rendah dan berhubungan dengan pendidikan rendah;
dan sesuatu yang populer adalah milik dari orang biasa. Namun konsep populer tersebut
dimaknai berbeda oleh orang dengan latarbelakang yang berbeda dan dengan sudut
pandang yang berbeda pula. Pengertian musik populer dengan sederhana dapat
dihubungkan dengan musik yang direkam dan dijual secara besar-besaran dan memilik
artis yang mempunyai pencita yang besar jumlahnya. Pengertian lain pada musik populer
adalah musik yang sederhana dan dapat dinikmati oleh orang yang meskipun hanya
mempunyai pengetahuan musik yang sangat terbatas. Proses musik populer terjadi dalam
institusi-institusi budaya kita, di tempat-tempat kita mendengarkannya, menonton,
membeli dan menari dengan musik, di perusahaan rekaman, di organisasi media yang
memproduksi dan sekaligus mendistribusikannya. Institusi adalah sebagai organisasi
yang mendirikan lembaga-lembaga seperti Sony Music atau Radio. Institusi-institusi
budaya musik populer, pada level tertentu berpusat pada produksi dan distribusi dari
rekaman musik populer. Perusahaan rekaman menciptakan, memproduksi musik populer
sedangkan stasiun radio menggunakannya sebagai basis dari programa mereka. Isi dalam
buku ini secara umum disarikan dalam empat bagian penting: Bagian pertama,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
menyentuh latar belakang sejarah. Bagian kedua, membahas perusahaan dan institusi
yang memproduksi musik. Bagian ketiga, bicara mengenai analisis lagu-lagu dan
bagaimana karya tersebut dimengerti dan dimaknai. Bagian keempat, mengamati budaya
musik populer dari pandangan audiennya dan bagaimanan musik tersebut difungsikan.
Buku ini akan membantu dalam analisis perilaku audien sebagai penikmat musik. Seperti
yang digambarkan oleh Hebdige dalam bahasannya dalam Subculture bagaimana ia
menggarisbawahi tiga karakteristik dari konsumsi musik, yaitu: rasa dan pemilihan musik
diperoleh secara kultural; makna yang ada dalam musik diproduksi dengan cara tertentu
sesuai dengan kebutuhan kita; kebermaknaan dari suatu tindakan konsumsi dihubungkan
dengan tindakan konsumsi lain untuk membentuk gaya yang utuh. Buku ini sangat
bermanfaat dalam membahas mengenai budaya musik populer Batak, karena akan
dibahas mengenai perilaku pencinta musik dan bagaimana musik tersebut dikembangkan
dan dinikmati oleh audiennya.
5. Cohen (2006). Folk Music: Dalam buku ini dijelaskan bagaimana sejarah
Musik Folk pada abad 19 dan 20 di Britania Raya dan Amerika Serikat berkembang.
Biasanya musik Folk selalu ada pada wilayah terbatas, karena keterbatasan
penyebarannya. Baru pada abad 20 terjadi perubahan yang cukup signifikan sejalan
dengan kemajuan teknologi radio dan produksi studio rekaman, sehingga musik folk
semakin mudah menyebar. Dalam buku ini juga diberi penjelasan mengenai ciri musik
folk yang mencakup beberapa aspek seperti: keasliannya berlokasi pada tempat dan
budaya atau daerah tertentu; penulisnya biasanya tidak dikenal; biasanya dimainkan oleh
musisi non-profesional dengan alat musik sederhana; komposisinya biasanya sederhana;
lagu-lagunya disebarkan melalui tradisi lisan. Dan tipe musik folk ini tidak punya alur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
cerita, namun lirik-liriknya selalu menarik dan sederhana. Syair yang digunakan biasanya
bersajak, isi lagunya berhubungan dengan pengalaman dalam pekerjaan, hubungan
personal, mengenai kematian atau kehidupan, patriotisme, permainan anak, konteks
religius dan sekuler. Alat musik pengiring pada musik folk pada latarbelakang musik di
Britania Raya dan Amerika serikat menggunakan gitar akustik dan banjo. Kemudian
berkembang dengan menambahkan alat musik lain seperti: biola, harmonika, mandolin,
gitar elektrik, alat musik tiup ditambah dengan alat musik perkusi. Buku ini digunakan
dalam menjelaskan bagaimanan kedudukan musik folk Batak di antara musik pop Batak.
Meskipun dalam penelitian yang akan dilakukan musik folk Batak bukanlah tujuan utama
tapi perlu menempatkan musik folk Batak di antara musik pop Batak yang akan diteliti.
6. Schreiner (2003). Adat dan Injil, Perjumpaan Adat Dengan Iman Kristen Di
Tanah Batak. Buku ini mebahas mengenai perjumpaan agama Kristen dengan
kebudayaan suku bangsa purba. Lalu bagaimanan perjumpaan itu dilihat sebagai
sesuatu yang tidak kontradiktif tapi berjalan beriringan. Artinya bagaimana orang
Batak masih tetap melangsungkan upacara adat di tengah keberlangsungan ajaran
agama. Disebutkan pula bahwa faktor penggerak batiniah dalam sejarah suku-suku
bangsa purba yang sudah dikristenkan adalah kekristenan itu sendiri. Pengkristenan di
tanah Batak membawa perubahan yang sangat besar bagi masyarakat yang terisolasi.
Dan dengan tidak mengabaikan budaya, maka utusan Zending justru menyelamatkan
budaya suku bangsa purba itu, dengan cara mempertahankan adat sepanjang tidak
bertentangan dengan Injil. (Schreiner: pp.3, 4). Peneliti menggunakan sumber ini
sebagai titik pangkal pada perubahan pemikiran baru yang terjadi di kalangan orang
Batak. Hal yang sama juga terjadi pada perubahan konsep pada lagu yang kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
menjadi lagu pop Batak. Dimulai dari mendengarkan musik barat menyanyi di gereja
dengan satu suara, atau menyanyi dalam empat suara dalam koor.
7. Jenkins (1992). Membaca Pikiran Pierre Bourdieu. Pada bagian awal buku ini
dibicarakan pandangan Bourdieu sebagai antropolog dan etnografer mengenai pentingnya
strukturalisme dalam mengembangkan kebudayaan dengan contoh kasus kehidupan
masyarakat Kabyle di Aljazair. Pada bagian berikut buku ini ada beberapa bagian yang
akan digunakan sebagai acuan tentang pandangan Bourdieu mengenai: habitus, arena,
modal, dan kekerasan simbolik. Topik-topik yang disebutkan ini dijadikan sebagai bagian
penting dari pemikiran Bourdieu yang akan digunakan sebagai dasar teori untuk menilik
data yang terkumpul untuk menjawab apa yang dipertanyakan pada rumusan masalah
pada tesis ini.
8. Bruner (1973). The Missing Tins of Chicken: A Symbolic Interactionist
Approach to Culture. Dalam penelitiannya di kalangan orang Batak, Bruner
mengindikasikan bagaimana perubahan terjadi di masyarakat Batak. Dari kehidupan
tradisional di kampung berjumpa dengan modernitas di kota. Namun dalam praktik
tradisi dan adat tidak terjadi perubahan yang signifikan dalam pelaksanaannya baik di
kampung maupun di kota. Namun yang berubah adalah hal-hal yang berhubungan
dengan non-adat, yang tidak bersentuhan langsung dengan adat, seperti pandangan
tentang pendidikan, ekonomi dan teknologi. Buku ini saya gunakan dalam melihat
dasar perubahan polapikir orang Batak dari luar adat. Bagaimana perubahan terjadi ketika
orang-orang desa bermigrasi ke kota. Ini yang kemudian berdampak pada polapikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
orang Batak untuk berubah, karena di kota terjadi interaksi budaya, lewat bahasa dan
bentuk kultur lainnya.
9. Sihotang (1996). Analisa Penyebab Masalah Kemiskinan Di Kabupaten
Tapanuli Utara. Hasil penelitian ini memberi gambaran dasar mengenai kondisi
masyarakat yang ada di Tapanuli Utara sehingga dapat disimpulkan bahwa Tapanuli
Utara menjadi salah satu daerah miskin di Indonesia. Hasil penelitian Sihotang ini sangat
berguna sebagai data penunjang dan sebagai bukti otentik bahwa Tapanuli Utara adalah
wilayah tertinggal dan disebut sebagai daerah miskin.
10. Silaban (2008). Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon. Artikel ini sangat
penting dalam membuat rumusan dan pengertian ideologi orang Batak, dan mengenai
cita-cita apa yang diperjuangkan oleh orangtua Batak pada umumnya dan secara khusus
terhadap keturunannya. Ideologi 3H ini merupakan cita-cita yang dipegang erat oleh
orang Batak. Baik yang masih tinggal di huta (kampung halaman) maupun yang sudah
merantau keluar dari kampung halamannya.
11. Andaya (2002). The Trans-Sumatra Trade and the Ethnicization of the
'Batak'. Buku ini membahas mengenai latarbelakang sejarah asal usul orang Toba. Untuk
kepentingan tesis penting dilihat latarbelakang pergerakan dan perpindahan orang Batak
dari satu daerah ke daerah yang lain melalui jalur bisnis dan perdagangan. Latarbelakang
ini memberi manfaat untuk mengetahui bagaimana orang Batak berjuang mengubah
keadaan ekonomi, untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak.
12. Sitanggang (2011). Analisis Kontrastif Istilah Kekerabatan, Dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Batak (Contrastive Analysis of Kinship Terms in Indonesian and
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Batak Toba Language.) Dari buku ini diperoleh gambaran bagaimana sistem kekerabatan
yang ada pada orang Batak Toba diatur. Bagi orang Batak kekerabatan adalah suatu
ikatan kekeluargaan yang dapat berfungsi dalam setiap kesempatan di mana pun mereka
berada. Sistem kekerabatan ini sering dimanfaatkan sebagai jalan bagi seseorang dalam
mewujudkan perjuangannya. Bagi orang Batak kekerabatan adalah pertalian keluarga
(marga) sebagai satu prinsip yang tidak bisa ditawar-tawar. Dalam praktiknya ke mana
pun orang Batak pergi biasanya akan mencari orang Batak, apalagi masih ada pertalian
hubungan keluarga seperti satu marga. Sampai saat ini, di mana pun orang Batak berada
umumnya akan mencari dan bergabung dengan perkumpulan (punguan) marga.
Perkumpulan keluarga semacam ini masih sangat kuat dipertahankan baik di daerah
maupun kota, terlebih di luar kampung halaman (bona pasogit).
13. Irmawati (2007). Keberhasilan Suku Batak Toba, Tinjauan Psikologis Ulayat.
Artikel ini adalah hasil penelitian mengenai orang Batak Toba yang memuat cara
mengupayakan kemajuan (hamajuon) sebagai salah satu prinsip mendasar bagi orang
Batak Toba. Irawati melihat faktor yang tidak dapat diabaikan adalah sistem nilai
yang ada pada ideologi Batak, yaitu hamoraon, hagabeon, hasangapon. Menurut
Irawati nilai bagi orang Batak adalah tujuan dan pedoman hidup ideal orang Batak,
(Irawati: 3). Hasil penelitian ini relevan sebagai bahan yang digunakan sehubungan
dengan pembahasan ideologi dan perjuangan orang Batak Toba.
14. Vergouwen (1986). Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Buku ini
mengulas tentang seluk beluk hukum adat Batak Toba. Dimulai dari mitos asal usul,
sistem kekerabatan dan struktur silsilah dan marga orang batak Toba. Juga dibahas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
tentang konsep religius yang sudah dikenal oleh orang Batak, sejak awal kehidupan
mereka. Uraian utama dalam buku ini adalah mengenai sistem hukum adat yang
diuraikan secara lengkap. Misalnya hukum perkawinan, hukum warisan, hak kepemilikan
tanah, hukum dalam pelanggaran, dan cara penyelesaiannya. Buku ini digunakan sebagai
sumber dari asal usul orang Batak, dan sistem adat dan hukum yang berlaku untuk
mengetahui bagaimana perubahan terjadi di kalangan orang Batak Toba dari segi adat,
religi, yang dipengaruhi pihak luar, oleh modernisasi (westernisasi) dan agama yang
baru masuk ke wilayah yang ditempati orang Batak di kawasan Sumatera Utara.
7. Kerangka Teori
Untuk membantu mengurai permasalahan yang dikemukakan dalam tesis ini diperlukan
suatu teori sebagai dasarnya, untuk itu kerangka teori yang akan saya gunakan adalah
teori Pierre Bourdieu (1930-2002) yang berhubungan dengan: habitus, arena, modal
simbolik, dan kekerasan simbolik. Teori ini tepat untuk mengkaji ideologi 3 H dalam
lagu Batak populer sebagai modal perjuangan orang Batak Toba. Dalam hubungan ini,
arena perjuangan orang Batak melingkupi seluruh kehidupannya, yang ditantang
untuk siap menghadapi segala kemungkinan di arena pertarungan yang ada di depan
mata. Habitus yang seperti apa yang dimiliki oleh orang Batak dalam kehidupan
sehingga mereka mempunyai prinsip bahwa perjuangan adalah sebagai satu cara untuk
mencapai keberhasilan. Orang Batak berada pada arena yang mana dalam perjuangan,
dan apa modal yang diandalkan sehingga pencapaian tujuan berjuang itu dapat
terwujud. Konsep modal simbolik Bourdieu tetap relevan dalam melihat perjuangan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
sedang dipertaruhkan orang Batak, supaya modal simbolik yang diperoleh tidak terjebak
dan terjerumus ke dalam jurang kekerasan simbolik.
7. 1. Habitus
Habitus secara harafiah diambil dari bahasa Latin yang mempunyai arti kebiasaan
(habitual). “Pengertian habitus berhubungan dengan kondisi, penampakan, atau situasi
yang tipikal atau habitual, khususnya pada tubuh”.12 Kutipan ini ingin menjelaskan
pandangan Bourdieu yang merumuskan habitus sebagai appearance atau dapat juga
merujuk pada tata pembawaan yang terkait dengan kondisi yang digambarkan berikut ini
bahwa habitus adalah:
…… “suatu sistem disposisi yang tahan lama, dapat diubah-ubah, struktur yangdisusun untuk memengaruhi sebagai penyusun struktur, yaitu, sebagai prinsip-prinsipyang menghasilkan dan mengatur praktik dan gambaran-gambaran yang dapatdisesuaikan secara objektif untuk mendapatkan hasil tanpa mensyaratkan kesadaranakan tujuan akhir atau penguasaan khusus atas operasi-operasi yang mutlak diperlukanuntuk mencapai tujuan tersebut. Secara objektif ‘mengatur’ dan ‘teratur’ tanpa harusmenjadi hasil dari kepatuhan pada aturan-aturan, mereka (agen-pen.) secara kolektifdapat disusun seperti musik tanpa menjadi dari pengorganisasian tindakan oleh sangkonduktor”.13
Habitus adalah sistem disposisi yang disusun oleh agen. Sistem yang tahan lama
dan, disposisi yang dapat berubah-ubah, yang dapat kita peroleh seperti nilai dan cara
bertindak di dunia sosial. 14 Pada tingkat pertama habitus dapat kita temukan melalui
12 Jenkins, Richard. 2010. Membaca Pikiran Pierre Bourdieu. Bantu: Kreasi Wacana. p.107.
13 Mutahir, Arizal. 2011. Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu. Yogyakarta: Kreasi Wacana, p. 61.
14 Ibid. p.67.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pengaruh yang terjadi dalam keluarga, sedangkan pada tingkatan selanjutnya habitus
dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan dan lain-lain. Dalam pemahamannya mengenai
habitus Bourdieu melihat adanya beberapa aspek yang terkait. Habitus adalah
pengetahuan yang dipakai oleh agen untuk mengerti dunia, kepercayaan, dan nilai-nilai
dalam kehidupan sehari-hari. Habitus yang dimiliki oleh agen yang didalamnya
berhubungan dengan nilai dan cara bertindak dipengaruhi oleh latarbelakang kulturalnya.
Habitus dibentuk oleh agen dalam praktik ketika menemui masalah dalam kehidupan.
Habitus bekerja di bawah ketidaksadaran agen karena habitus menyatu dalam nilai-nilai
yang dianut oleh agen bahkan dalam gerak-gerik tubuh agen.15
7. 2. Arena (field)
Arena dalam pandangan Bourdieu merupakan suatu sistem dan relasi, arena tidak bisa
dipisahkan dari ruang sosial, karena ruang sosial merupakan arena integral. Arena juga
dikatakan Bourdieu sebagai arena kekuatan. Karena di dalamnya terdapat usaha
perjuangan perebutan sumber daya (kapital) dan upaya memperebutkan kekuasaan.
Perebutan tersebut berfungsi untuk menetapkan kedudukan dalam arena, karena
kedudukan agen dalam arena sangat tergantung pada berapa banyak kapital yang
dimilik oleh agen.
“……… suatu jaringan atau suatu konfigurasi hubungan-hubungan objektif antarberbagai posisi. Posisi secara objektif didefinisikan dalam keberadaannya dan dalamdeterminasi-determinasi yang dipaksakannya kepada mereka yang menempatinya, yangagen atau lembaga oleh situasi aktual dan situasi potensial (situs) dalam strukturpembagian kekuasaan (atau modal) itu membuka akses ke dalam suatu keuntungan
15 Ibid. p. 63-64.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
yang jadi taruhan di dalam arena. Dia pun juga didefinisikan oleh relasi objektifnyadengan posisi-posisi lain (dominasi, subordinasi, homologi dan lain sebagainya”.16
Karena itu bagi Bourdieu arena adalah arena perjuangan (“the field is also field of
struggles…”).17 Agen pada tatanan tertentu dapat mempertahankan kekuatannya atau
bahkan dapat mengubahnya di dalam arena. Dua kata penting yaitu strategi dan
pertarungan bagi Bourdieu harus dibedakan. Strategi dipakai individu untuk
mengakumulasi modal simbolik untuk memperoleh kekayaan, kekuasaan, dan status.
Mereka yang berada pada posisi dominan justru cenderung mempertahankan posisinya
sedangkan mereka yang berada pada posisi terdominasi mencari strategi untuk
memperbaiki kedudukannya. Sedangkan pertarungan berlangsung antara kolektivitas,
sebagai dukungan heterodoksi melawan ortodoksi,18 yang akan membawa kepada
perubahan sosial kultural. Dalam konsep kekuasaan simbolik seseorang dapat melakukan
dominasi terhadap orang lain tanpa memperlihatkan simbol kekuasaannya. Dalam hal ini
Bourdieu menyebutnya sebagai doxa, karena “doxa adalah sudut pandang penguasa atau
dominan yang menyatakan diri dan memberlakukan diri sebagai sudut pandang
universal”.19
16 Ibid. p. 66
17 Bourdieu and Löic J.D Wacquant, 1996, An Innovation to Reflexive Sociology, Cambridge, UK: PolityPress. p. 101.
18 Bourdieu, Pierre. 1995. Outline of a Theory of Practice, translated by Richard Nice, CambridgePrinted in Great Britain at the University Press. p. 68-69.
19 Haryatmoko. 2010. Dominasi Penuh Muslihat, Akar kekerasan dan Diskriminasi. Jakarta. Gramedia.p. 131.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Dapat dilihat pada diagram berikut ini.
Diagram20
Pada diagram di atas dapat kita perhatikan bagaimana representasi aktor dapat
membuat negosiasi pada arena yang sudah ada. Para aktor memulai di dalam arena dari
posisi yang berbeda didasarkan atas kesamaan habitus mereka cocok pada arena, dan
seberapa banyak kapital yang mereka miliki (ekonomi, sosial, kultur, dan simbolik).
Aktor selalu membuat strategi untuk menegosiasi posisi mereka di dalam arena. Pada
diagram, ada dua kategori: heterodoxy pada sisi kiri dan orthodoxy pada sisi kanan.
Istilah ini menunjukkan bahwa orthodoxy diadopsi oleh aktor yang memilih untuk
mengikuti doxa. Pada sisi spektrum lain, minoritas aktor mungkin memilih untuk
menyusun disekitar doxa, dan mereka akan termasuk dalam heterodoxy.
20 Bourdieu, Pierre. 1995. Outline of a Theory of Practice, translated by Richard Nice, Cambridge Printedin Great Britain at the University Press. p.168.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
7. 3. Modal (capital) Simbolik
Konsep ‘modal’ meskipun merupakan khasanah ilmu ekonomi, namun dipakai Bourdieu
karena beberapa cirinya yang mampu menjelaskan hubungan-hubungan kekuasaan,
seperti yang telah disebutkan di atas. Berdasarkan hal itu, Bourdieu memberikan
konstruksi teoritiknya terhadap modal sebagai berikut:
“…capital is a social relation, i.e., an energy which only exists and only produces itseffects in the field in which it is produced and reproduced, each of the properties attachedto class is given its value and efficacy by the specific laws of each field”.21
Modal (capital) adalah suatu energi sosial yang terjadi hanya ada dalam arena
perjuangan yang terus menerus sampai mendapatkan hasil. Modal mempunya sifat
yang dapat diakumulasi melalui investasi, diperoleh sebagai warisan, dan modal dapat
memberi keuntungna pada pemiliknya. Modal-modal ini dikatakan Bourdieu sebagai
sesuatu yang harus dipertaruhkan dalam arena. Adapun modal22 yang menurut Bourdieu
yang harus dipertaruhkan dalam arena adalah: modal ekonomi (alat-alat produksi-
mesin, tanah, tenaga kerja), materi (pendapatan dan benda-benda); modal sosial
(jaringan, hubungan yang mereproduksi kedudukan sosial); modal kultural (kualifikasi
intelektual seperti ijazah, pengetahuan, nilai budaya, tatakrama) dan, warisan keluarga;
21 Dikutip oleh Fauzi Fashri dari Pierre Bourdieu, Distinction, (London: Routledge, 1984), Lihat FauziFashri. 2007. Penyingkapan Kuasa Simbol: Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre Bourdieu. Yogyakarta:Juxtapose,. p. 97.
22 Mutahir, Arizal. 2011. Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu. Bantul: Kreasi Wacana. p. 68-69.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dan modal simbolik yang diperoleh secara fisik maupun ekonomi (rumah mewah,
kantor di kawasan elit, dan mobil mewah).23
Bagi Bourdieu, setiap individu memiliki posisi dalam ruang sosial yang multi
dimensional, ia tidak dikategorikan oleh keanggotaan dalam kelas sosial, tetapi dengan
setiap jenis modal yang dia peroleh melalui hubungan sosial. Ia mendefinisikan modal
sosial sebagai kumpulan dari sumber daya potensial dan atau aktual yang dikaitkan
dengan kepemilikan suatu jaringan kerja pada waktu tertentu dari hubungan pokok
terlembaga dari saling kenal dan saling mengakui. Keanggotaan dalam kelompok
memberi kemudahan bagi anggotanya dengan memberi dukungan dari modal yang
dimiliki secara kolektif. Modal sosial dibuat dari kewajiban sosial atau koneksi dan dapat
dipertukarkan (convertible), pada kondisi tertentu, menjadi modal ekonomi.
Bourdieu menyatakan bahwa muatan modal sosial yang dimiliki seseorang
tergantung dari ukuran jaringan koneksi-koneksi yang dapat dia mobilisasi dan muatan
modal ekonomi, kultural, dan simbolik yang dimiliki oleh orang yang menjadi
koneksinya. Maka dengan demikian, modal sosial menurut Bourdieu disusun ulang
menjadi dua unsur: pertama, hubungan sosial, yang memungkinkan individu untuk
mengklaim sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki secara kolektif, dan, kedua, kuantitas
dan kualitas dari sumberdaya-sumberdaya tersebut. Bourdieu memandang modal sosial
sebagai investasi dari kelas dominan untuk menjaga dan mereproduksi solidaritas
kelompok dan memelihara posisi dominan kelompok.
23 Ibid. p. 69.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Modal kultural dapat eksis pada tiga keadaan: terkandung (pembawaan dari
pikiran dan badan), terungkap secara objektif (benda-benda kultural), dan terlembaga
(kualifikasi pendidikan). Beberapa modal kultural dinilai lebih tinggi daripada yang
lainnya, dan setiap orang membawa kerangka disposisi yang berbeda-beda (habitus) ke
lapangan (field) interaksi. Ruang sosial adalah lapangan bagi kekuatan dan usaha antara
agen–agen yang memiliki cara dan tujuan yang berbeda. Lapangan ini dicirikan oleh
‘aturan permainan’, yang eksplisit maupun yang teratur secara sistemik. Karena lapangan
ini dinamis, nilai–nilai yang membentuk modal kultural dan modal sosial juga dinamis
dan arbitrer (dapat dipertukarkan).24
7. 4. Kekerasan Simbolik
Modal simbolik dimiliki agen ketika ia memiliki prestise, kehormatan, dan atensi.
Modal simbolik ini bisa menjadi krusial dan berubah menjadi kekerasan simbolik
ketika agen menggunakan kekuasaannya terhadap agen yang lebih lemah. Kekerasan
simbolik dapat terjadi ketika ada dominasi dalam komunikasi yang tersembunyi.
Penyampaian lemah lembut diterima tanpa sadar, tidak tampak namun ada maksud yang
tidak disangka oleh si terdominasi.25 Kekerasan simbolik ini sering terjadi tanpa disadari
oleh pihak yang terdominasi. Hal yang sama bisa terjadi kepada siapa saja, contohnya
24 Dika, Sandra L. and Kusum Singh. 2002. “Applications of social capital in educational literature: acritical synthesis. Journal of Educational Research”. London: SAGE Publication.
25 Haryatmoko. 2010. Dominasi Penuh Muslihat, Akar Kekerasan dan Diskriminasi. Jakarta, Gramedia. p.127-128.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dominasi orangtua terhadap anak-anaknya yang menunjukkan bagaimanan kekuasaan
yang dimiliki oleh orangtua sehingga anak-anak hanya dapat tunduk dan menerima
saja apa yang menjadi tuntutan orangtuanya.
7. 5. Ideologi
Adapun Hagabeon, hamoraon, hasangapon (3H) akan dilihat sebagai ideologi pragmatis
yang dibedakan dari ideologi doktriner. Karena di dalam ideologi doktriner terkandung
ajaran-ajaran yang dirumuskan secara sistematis, dan pelaksanaannya diawasi secara
ketat oleh aparat partai atau aparat pemerintah seperti pada ideologi komunisme.26
Sedangkan pendekatan yang akan digunakan adalah ideologi yang pragmatis, yaitu
mengenai ajaran-ajaran yang terkandung di dalam ideologi tersebut tidak dirumuskan
secara sistematis dan terinci, namun dirumuskan secara umum hanya prinsip-prinsipnya
saja dan disosialisasikan secara fungsional melalui kehidupan keluarga, sistem
pendidikan, sistem ekonomi, kehidupan agama dan sistem politik.
Ideologi 3H yang berwujud dalam nilai dan cita-cita bagi orang Batak Toba,
diyakini berisi kebenaran dan dipraktikkan dalam kehidupan ritual budaya dalam
upacara adat. Itu adalah sebuah kekuatan yang dapat digunakan untuk menggerakkan
agen untuk mewujudkan cita-citanya dalam meraih kemajuan.
26 Surbakti, Ramlan. (Artikel) Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara. p.3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
8. Metode Penelitian
Sumber data primer akan diperoleh dari syair lagu-lagu Batak yang tersedia dan dari
tanggapan responden pada wawancara dan diskusi, sedangkan data sekunder akan
diperoleh dari dokumen, karya tulis, dan hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya.
Pengumpulan data lagu-lagu dan syair-syair diseleksi dari kumpulan lagu yang
sudah terdokumentasi dalam rekaman elektronik dan melalui data non-elektronik. Data
lagu dan syair yang dikumpulkan adalah yang berhubungan dengan perjuangan yang
dilakukan orang Batak Toba, yang bertema ideologis, kemiskinan, perjuangan untuk
anak, dan kehidupan di perantauan. Jenis musik yang menjadi data penelitian adalah
musik Batak yang sudah dikategorikan sebagai genre musik populer, dan bukan musik
tradisional Batak.
Untuk mengetahui respon terhadap permasalahan yang sedang dikaji dalam
penelitian ini maka telah dilakukan wawancara terhadap beberapa responden dengan cara
mendatangi tempat tinggal subjek penelitian. Model wawancara yang diterapkan adalah
wawancara dengan pertanyaan terstruktur.27 Dengan pengertian bahwa peneliti telah
menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang relevan sesuai dengan permasalahan yang
dikemukakan pada bagian rumusan masalah dalam penelitian ini.
Selain wawancara perorangan terhadap responden juga dilakukan wawancara
kelompok dengan model wawancara FGD (Focus Group Discussions). Wawancara FGD
27 Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. p. 190.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dilakukan untuk memperdalam materi jawaban atas pertanyaan yang sudah ditanyakan
secara mandiri.
“A focus group discussion is defined as a group of people brought together to participatein the discussion of an area of interest. The focus group discussion aims to provide anenvironment in which all members of the group can discuss the area of investigation witheach other. A successful focus group discussion has the group members involved asparticipants in discussing the area of interest. They may argue with each other, try topersuade each other of their point of view, agree or disagree, ask each other questions andgenerally discuss the topic in an open and usually friendly manner. This results in a broadbreadth of discussion as well as discussion in depth”.28
Dalam wawancara FGD pertanyaan terstruktur sama dengan wawancara perorangan,
dimulai dengan melakukan pertanyaan kepada perorangan (dalam grup) secara bergiliran,
baru setelah itu dilakukan diskusi untuk memperdalam jawaban dalam diskusi kelompok
yang sama.
Model wawancara FGD ini digunakan untuk kepentingan pendalaman materi
pokok tentang pengalaman responden mengenai pengetahuan mereka terhadap usaha
mengatasi permasalahan ekonomi yang dialami di kampung halaman, yang dihubungkan
dengan semangat ideologi yang termuat dalam syair-syair lagu Batak populer sebagai
modal perjuangan orang Batak, dan dihubungkan dengan pengalaman kelompok diskusi
dalam mengapresiasi lagu populer tersebut sebagai media ekspresi.
Adapun yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian adalah orangtua yang lahir
dan berasal dari tanah Batak (Sumatera Utara), dan berdomisili di DIY dan Jawa Tengah.
28 Boddy, Clive. A rose by any other name maysmell as sweet but “group discussion” is not another namefor a “focus group” nor should it be. London, UK Middlesex University Business School. QualitativeMarket Research: An International JournalVol. 8 No. 3, 2005 pp. 248-255 q Emerald Group Publishing. p.248.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Para responden diseleksi berdasarkan kriteria: berasal dari Sumatera Utara; lahir dan
dibesarkan di Kabutapen Tapanuli Utara; dan dari Kabupaten yang sudah dimekarkan
dari Tapanuli Utara menjadi Kabupaten Humbang Hasundutan. Responden yang
mempunyai latarbelakang dengan tingkat pendidikan yang beragam; dan pekerjaan yang
bermacam-macam. Responden yang diutamakan adalah orangtua yang sudah atau sedang
menyekolahkan anak-anak mereka; masih fasih berbahasa Batak Toba; penyuka
musik Batak dan sedikit banyak mengenal adat Batak Toba.
Pengkategorian ini disengaja mengingat kepentingan pada fokus penelitian adalah
orang Batak yang pernah merasakan hidup di kampung halaman dan mengetahui kondisi
daerah mereka secara baik, masih lancar berbahasa Batak dan sedikit banyak mengerti
tentang adat Batak. Kategori orangtua penting bagi peneliti untuk memberi fokus pada
subjek penelit ian karena kata ‘orangtua’ di sini untuk memenuhi kategori bahwa mereka
(orangtua) sudah mempunyai anak (anak-anak) yang sedang atau sudah pernah
menyekolahkan anak-anak mereka. Penentuan subjek penelitian berhubungan dengan
tempat tinggal subjek penelitian menjadi pertimbangan, untuk membatasi wilayah
penelitian sehingga tidak terlalu luas dan mudah dijangkau secara geografis.
Mengarahkan penelitan ke kelompok orangtua juga menjadi pertimbangan penting
lainnya, karena mereka adalah kelompok yang sudah mengalami, merasakan hal-hal yang
menjadi pokok persoalan yang akan diteliti. Orangtua yang difokuskan untuk diteliti
adalah orang Batak yang berasal dari Tapanuli Utara sudah merantau lebih dari 10 tahun
dan sekarang berdomisili di kota Yogyakarta dan Wonosobo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Untuk memenuhi jawaban pada rumusan masalah, maka peneliti melakukan
wawancara perorangan terhadap 10 orang responden mandiri (nomor 1-10 dalam tabel)
dan 6 orang narasumber dalam kelompok FGD (nomor 11-16 dalam tabel). 29
Tujuan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah untuk menggali apa yang
mereka alami, ketahui dan lakukan sesuai dengan keadaan yang mereka miliki sejak
mereka masih di kampung halaman sampai sekarang mereka hidup dan tinggal di
perantauan (umumnya di Jawa). Untuk melakukan pendalaman terhadap pertanyaan-
pertanyan yang sama pada perorangan maka peneliti juga melakukan wawancara kepada
responden dengan model diskusi FGD (Focus Group Discussion), dengan maksud supaya
peneliti sendiri mendapat jawaban pembanding yang lebih mendalam atas materi
pertanyaan yang sama yang diajukan kepada responden perorangan.
Untuk tidak menghalangi responden dalam mengekpresikan responnya dari segi
bahasa, maka pada saat wawancara peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk
menyampaikan tanggapan mereka dalam bahasa Batak atau bahasa Indonesia. Beberapa
di antara mereka lebih memilih memberi jawaban dan keterangan dalam bahasa Batak,
meskipun tidak jarang memberi jawaban dan keterangan dengan mencampurkan dua
bahasa tersebut. Demi menjalin hubungan baik dengan responden, pelaksanaan
wawancara dilakukan oleh peneliti dengan cara mendatangi rumah-rumah tinggal mereka
di Yogyakarta dan Wonosobo. Selama wawancara berlangsung tidak terjadi kesenjangan
antara peneliti dan responden, karena beberapa di antara mereka sudah dikenal
sebelumnya. Sepanjang wawancara berlangsung responden dapat dengan bebas
29 Lihat pada Lampiran 10: Nama-nama Responden dan Narasumber.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
mengungkapkan pandangannya atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Selama
wawancara, peneliti berusaha menghindari terlalu banyak mencatat, yang bisa
mengakibatkan perhatian pada responden menjadi berkurang. Untuk itu peneliti telah
menyiapkan alat perekam suara untuk merekam pembicaraan setelah mendapat
persetujuan responden. Hasil rekaman tersebut sangat menolong peneliti dalam membuat
transkrip dan dapat mengutip kata-kata responden sebagaimana adannya. Dari hasil
perekaman, peneliti memperoleh kata-kata yang akurat dari responden, dan dapat
mencatat secara detail apa yang disampaikan responden selama wawancara. Hasil
rekaman yang sudah ditraskripkan ini memudahkan peneliti dalam mengolahnya untuk
keperluan analisis berikutnya.
9. Sistematika Penulisan
Hal yang penting dari judul tesis “Ideologi 3H dalam Lagu Batak Populer sebagai Modal
Perjuangan Orang Batak Toba” adalah keterlibatan budaya yang ikut menjunjung tinggi
semangat untuk menemukan suatu cita-cita keberhasilan. Persoalan kemiskinan,
dikaitkan dengan seruan dan ekspresi melalui lagu, yang ditopang oleh kekuatan ideologi
untuk mencapai keberhasilan.
Tesis ini akan dibagi ke dalam lima Bab dan disertai dengan pembagian sub-sub
babnya. Pada bagian Pendahuluan Bab I akan dibahas mengenai pokok-pokok sebagai
berikut: 1. Latarbelakang penelitian, 2. Rumusan masalah, 3. Tujuan penelitian, 4.
Manfaat penelitian, 5. Studi pustaka, 6. Kerangka teori, 7. Metode penelitian, dan 8.
Sistematika penulisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Bab II Etnik Batak dan Suku Batak Toba. Bab ini akan membahas mengenai
latarbelakang historis terbentuknya suku Batak Toba yang menjadi bagian dari 6
kelompok besar etnik Batak. Uraian dalam bab ini akan difokuskan pada etnik Batak
Toba sebagai kajian utama, yang memiliki latarbelakang budaya yang khas dan memiliki
keyakinan agama sebelum dan sesudah Injil masuk ke Tanah Batak.
Praktik ritual adat yang masih sangat kuat dipegang menjadikan budaya Batak
Toba masih sangat eksis di kampung demikian juga di kota. Praktik kehidupan kultural
orang Batak masih tetap kokoh dipegang meskipun telah terjadi perubahan dan
perkembangan kemajuan dunia yang sangat cepat. Pengelolaannya sangat tergantung
pada peran Dalihan Natolu dalam melakukan musyawarah untuk mengambil keputusan
adat. Peran Ideologi 3H (Hamoraon, hagabeon, hasangapon), sebagai modal perjuangan
menjadi modal dasar dalam mewujudkan perjuangan untuk meraih cita-cita bagi orang
Batak Toba. Ideologi sebagai produk budaya sangat besar perannya dalam membangun
semangat orang Batak untuk berjuang. Sehubungan dengan keberadaan hidup orang
Batak dalam kenyataan, memiliki persoalan kemiskinan yang memerlukan solusi.
Adapun solusi yang dipilih adalah filosofi hidup perjuangan yang didasarkan atas
semangat dan modal ideologi yang mengakar dalam hamoraon hagabeon hasangapon.
Identitas kebatakan perlu ditelaah melalui praktik budaya yang terlukis dalam musik yang
diekspresikan melalui pengalaman hidup yang dikisahkan dalam syair lagu-lagu Batak
populer.
BAB III Lagu Batak Toba Populer: Pada Bab ini akan dibahas mengenai
perkembangan lagu Batak Toba. Lagu-lagu populer telah mengadopsi musik tradisional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Batak dan musik populer Barat. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan, tangga nada
tradisional dan tangga nada diatonik Barat, penggunaan alat musik tradisional sampai
penggunaan alat musik Barat.
Dua era yang sangat penting akan menjadi dasar kajian untuk melihat
pembentukan musik Batak Toba yang sangat mengakar mendalam bagi orang Batak.
Lagu Batak Toba Populer Era-sebelum 70-an, akan dilihat sebagai era pembentukan
musik Batak populer yang diperankan oleh beberapa musisi Batak seperti Nahum
Situmorang dan Tilhang Gultom, sedangkan Lagu Batak Toba Populer Era-setelah 70-an
menjadi era kedua yang sangat penting dalam perkembangan musik Batak Toba.
Perubahan pada musik terjadi pada instrumen yang tidak hanya menggunakan alat musik
tradisional seperti, taganing, hasapi dan suling, tetapi sudah semakin luas penggunaan
alat musik elektronik seperti gitar listrik, drum set, dan keyboard, walaupun tetap tidak
meninggalkan ciri khas musik Batak Toba. Perkembangan pada era-setelah 70-an peran
isi syair lagu menjadi sangat penting karena banyak syair lagu mengisahkan tentang
perjuangan hidup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sekolah bagi anak-anak,
permasalahan pengangguran, dan usaha mencari pekerjaan. Tidak hanya di seputar lagu
percintaan, atau keindahan alam, namun pencipta lagu Batak Toba telah memberi corak
baru pada isi syair lagu dengan mengungkapkan kisah perjuangan orangtua dalam
keadaan miskin. Juga digambarkan bagaimana anak-anak disekolahkan, pengalaman anak
yang putus sekolah karena biaya yang tidak mencukupi, dan bagaimanan anak-anak yang
dewasa atau menginjak dewasa yang tidak punya pekerjaan di kampung terpaksa harus
meninggalkan kampung halamannya untuk merantau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Bab IV Ideologi Mendasari Modal Dalam Arena Perjuangan: Bab ini akan
memuat hasil wawancara terhadap beberapa responden yang diseleksi sesuai dengan
kepentingan penelitian. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan telah disesuaikan
dengan pengetahuan dan pengalaman responden yang berhubungan dengan topik-topik
yang akan dibahas. Sebagai modal dasar, ideologi sebagai habitus yang terinternalisasi,
yang terjadi melalui ajaran-ajaran dari orangtua dan lingkungan melalui interaksi dengan
pengajaran-pengajaran budaya, lewat ritual adat menjadi perhatian dalam bab ini. Habitus
bagi orang Batak terbentuk berdasarkan adat dan tradisi yang dipraktikkan dalam sistem
hubungan kekerabatan. Setiap aktivitas dalam adat dan tradisi akan menghasilkan
pembelajaran kultural.
Pengenalan orang Batak pada lagu Batak Toba populer sangat erat dihubungkan
dengan pengalaman keseharian dari lingkungan rumah yang masih membiasakan
memutar lagu-lagu Batak, melalui acara-acara adat, dan melalui acara non-formal
lainnya. Lagu Batak Toba populer sebagai ekspresi perjuangan yang dikemas dalam lagu
Andung, sangat cocok untuk mengekspresikan pengalaman kesedihan, meskipun
ceritanya mengisahkan tentang hal yang kurang menyenangkan, namun lagunya memberi
motivasi positif. Hamoraon, hagabeon, hasangapon sebagai cita-cita idealis Batak Toba
akan dilihat sebagai kekuatan ideologi pragmatis dan bukan ideologi doktriner. Ideologi
sebagai kristalisasi pengalaman kultural yang diwujudkan dalam pelaksanaan acara adat
yang selalu berulang dilakukan sudah tertanam sejak awal dalam kehidupan masyarakat
Batak. Juga pada bab ini akan dibahas mengenai makna modal simbolik bagi orang
Batak, yang diterima sebagai sesuatu kedudukan yang dapat saling dipertukarkan
sehingga keduddukan seseorang pada posisi terhormat tidak dilihat sebagai praktik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
dominasi atas subordinasi. Penerapannya dapat dilihat dalam konsep Dalihan Natolu.
Pada bagian akhir dibahas mengenai lagu Batak Toba bermuatan ideologi yang
merupakan hal penting dalam mendasari semangat perjuangan.
Bab V. Kesimpulan. Pada bagian kesimpulan akan diberikan ulasan mengenai
pokok-pokok penting dari seluruh pembahasan dan sekaligus memberi jawababan atas
rumusan masalah yang dikemukakan pada bab pendahuluan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB II
ETNIK BATAK DAN SUKU BATAK TOBA SEBAGAI IDENTITAS
Pada Bab II ini akan diuraikan mengenai latarbelakang orang Batak Toba dari aspek
historis, budaya, agama, kehidupan sosial dan musik. Dari latarbelakang tersebut dapat
diperoleh gambaran mengenai orang Batak Toba sebagai salah satu suku Batak yang
memiliki identitas yang berbeda dari suku-suku Batak lainnya.
Ada beberapa topik yang akan dibahas pada Bab II ini yang berhubungan dengan
latarbelakang suku Batak Toba yang menjadi bagian dari kelompok besar etnik Batak. 1.
Identitas Kebatakan dipresentasikan dalam Lagu. Lagu menjadi bagian penting dalam
kehidupan orang Batak karena di dalamnya tertanam makna filosofis kehidupan,
menyangkut pengalaman hidup, perjuangan, ajaran dan nasihat. 2. Etnik Batak: Salah
satu etnik dengan jumlah penduduk yang cukup besar mendiami beberapa kabupaten di
Sumatera Utara adalah etnik Batak. Etnik Batak tersebut digolongkan ke dalam enam
suku. Meskipun etniknya sama-sama Batak namun antara satu suku dengan yang lain
memiliki perbedaan yang cukup signifikan, contohnya perbedaan bahasa antara bahasa
Toba dan bahasa Karo, bahasa Pak-pak dan bahasa Simalungun. Apalagi berhubungan
dengan adat, meskipun kelihatannya ada persamaan namun dalam praktik adat lebih
banyak ketidaksamaannya. 3. Suku Batak Toba: Suku Batak Toba akan menjadi subjek
dalam penelitian ini, oleh karena itu pembahasan selanjutnya tidak akan membicarakan
lebih jauh mengenai lima suku Batak lainnya. Secara geografis suku Batak Toba
memiliki wilayah, yang berbeda dengan suku-suku lainya. Untuk itulah penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
difokuskan pada suku Batak Toba yang berdomisili di beberapa Kabupaten di Sumatera
Utara, dan secara khusus wilayah Tapanuli Utara yang menjadi sorotan berdasarkan
pemetaan kemiskinan. 4. Suku Batak Toba Sebelum Injil Masuk di Tanah Batak:
Kepercayaan orang Batak Toba sebelum masuknya Injil di Tanah Batak adalah
kepercayaan yang disebut sebagai Agama Suku, dengan Debata Mula Jadi Nabolon
sebagai Tuhan yang disembah. 5. Masuknya Penginjil ke Tanah Batak: Dengan
kedatangan Penginjil dari Amerika dan Eropa memberi bentuk baru pada pola
berkeyakinan suku-suku Batak. Terlebih lagi dengan berhasilnya Missionaris dari Eropa
membawa Injil ke Tanah Batak, mengokohkan bahwa telah terjadi suatu perubahan yang
sangat besar dalam hal berkeyakinan bagi orang Batak Toba. 6. Adat Batak Toba: Praktik
ritual adat yang masih sangat kuat dipegang menjadikan budaya Batak Toba masih sangat
eksis di kampung demikian juga di kota. Meskipun orang Batak Toba memegang ajaran
Kristiani yang sangat kuat namun praktik budaya dalam segala bentuk tetap masih
dijalankan. 7. Dalihan Natolu: Salah satu bentuk pengambilan keputusan dalam
bermusyawarah adalah dengan menggunakan konsep budaya Dalihan Natolu. Dengan
semboyan Tiga Tungku orang Batak melaksanakan musyawarah dalam mengambil
keputusan adat. Karena di dalamnya terdapat unsur masyarakat yang distrukturkan dalam
fungsi kedudukan masing-masing sebagai: Hula-hula, Dongan Tubu, dan Boru. 8.
Ideologi 3H Sebagai Modal Perjuangan: Hamoraon, hagabeon, hasangapon, adalah
menjadi prinsip kultural dalam melaksanakan perjuangan untuk meraih cita-cita bagi
orang Batak Toba. Karena yang ingin dicapai adalah kekayaan, keturunan dan
kehormatan, seperti yang digariskan dalam ideologi 3H budaya Batak Toba. 9. Peta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Kemiskinan: Kemiskinan menjadi persoalan utama, yang menjadi penghambat kemajuan.
Dalam pemetaan wilayah, Tapanuli Utara termasuk Daerah Tertinggal. Untuk itu
pemerintah daerah memiliki tanggungjawab untuk memajukan daerah tersebut.
Sedangkan orang Batak Toba telah menyadari kelemahan itu dan ikut ambil bagian dalam
perjuangan tersebut.
1. Identitas Kebatakan Dipresentasikan dalam Lagu
Mengutip hasil wawancara dan pengamatan Hodges dalam proses penelitiannya
menyimpulkan ada dua identitas yang melekat pada orang Batak yaitu: satu yang
berhubungan identitas agama sebagai Kristen Protestan dan yang lain berhubungan
dengan identitas budaya dan etnik Batak Toba.
“My many conversations with the student musicians and with Simamora, the group’sfaculty leader, as we traveled to and from these events, along with my own observations(and occasional opportunities for participation), helped me to begin acquiring someunderstanding of the importance which many Toba Batak place on their sense of religiousidentity as Protestant Christians as well as on their unique sense of cultural and ethnicidentity as Toba Batak.1
Kedua macam identitas, agama dan budaya sangat kental melekat pada orang Batak
terutama sejak masuknya Injil di Tanah Batak. Namun yang menjadi pertanyaan adalah
sejauh mana kedua identitas itu berkolaborasi. Apakah keduanya menyatu membentuk
kekhasan identitas atau saling bertolakbelakang? Salah satu jawaban yang bisa menjadi
pertimbangan adalah ketika Hodges mengatakan:
1 Hodges, William Robert Jr. 2009. Ganti Andung, Gabe Ende (Replacing Laments, Becoming Hymns): TheChanging Voice of Grief in the Pre-funeral Wakes of Protestant Toba Batak (North Sumatra, Indonesia).Santa Barbara: Universiry of California. p. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
“What further impressed me was my growing awareness that these two concepts ofidentity did not neatly (nor harmoniously) overlay one another but, in fact, seemed to besituated in a dynamic and, at times, dialectic tension with one another”.2
Meskipun kedua identitas agama dan budaya tersebut menurut Hodges memiliki
penekanan dialektis satu dengan yang lainnya. Sama seperti yang dibahas di dalam tesis
ini bahwa hubungan keduanya seperti hubungan dialektis, yang berjalan sendiri-sendiri
namun memiliki kedekatan, satu dengan yang lain yang tidak bisa diabaikan. Mengenai
dua identitas ini menjadi bagian pembahasan, namun yang akan diutamakan adalah yang
berhubungan dengan budaya dalam hal ini musik sebagai bagian dari pembentuk
identitas orang Batak Toba.
Seni musik masih tetap menjadi bagian seni budaya yang menggema di hati
sanubari orang Batak. Lagu populer dijadikan sebagai ekspresi orang Batak Toba dalam
menyuarakan cita-cita dalam perjuangan untuk keberhasilan anak-anak mereka.
Penggunaan musik populer tersebut tidak hanya terbatas pada kelompok anak muda,
tetapi untuk seluruh kalangan masyarakat Batak, dari anak-anak sampai orang dewasa.
Lagu-lagu Batak populer, masih tetap terdengar sepanjang hari di rumah-rumah, di
kendaraan angkutan umum, di pedesaan, di kota, di kendaraan antar kota, di Tapanuli
Utara, bahkan di kota besar Medan. Penyanyi Trio dengan keunikannya, masih menjadi
penyanyi terfavorit dari semua kelompok penyanyi, di samping penyanyi solo.
Penyebaran lagu-lagu Batak, di era modern ini semakin mudah mengingat peran
teknologi komputer semakin besar dalam memproduksi dan mendistribusikannya. Pada
masa sebelum era komputer, media produksi dan distribusi sangat terbatas. Namun, bagi
2 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
orang Batak penyebaran lagu-lagu tersebut sudah lama berjalan melalui aktivitas sehari-
hari dan melalui kegiatan acara adat. Proses penyebaran lagu-lagu secara alami ini
menjadi proses pembelajaran dan pembentukan pengalaman mendalam bagi orang Batak,
karena selalu didengar berulang-ulang dalam waktu yang terus berlangsung. Penyerapan
pemahaman mendalam terhadap lagu-lagu tersebut didapatkan melalui peran beberapa
wadah seperti Lapo dan Pesta Pernikahan yang akan dibahas berikut ini.
Kebiasaan mendengar lagu dikonstrusi dalam masyarakat Batak di antaranya
melalui tempat-tempat khusus yang sering dikunjungi. Salah satu tempat yang ramai
dikunjungi orang Batak (umumnya laki-laki dewasa) adalah Lapo (warung). Di Lapo
biasanya dijual berbagai jenis makanan (red:B1- daging anjing, B2- daging babi) dan
minuman: seperti teh, kopi, minuman ringan lain, dan minuman yang beralkohol yang
paling digemari laki-laki adalah tuak. Selain Lapo sebagai tempat penyedia makanan
dan minuman, Lapo juga mempunyai peran penting yang lain, sebab di sana para
pemuda bahkan orangtua biasanya berkumpul (umumnya malam hari) sambil menikmati
hidangan makanan dan minuman mereka akan bernyanyi, menyanyikan lagu-lagu Batak
populer. Segala macam lagu Batak akan dinyanyikan, apakah berisi kesedihan atau
kegembiraan, lagu rakyat atau lagu rohani. Intinya mereka ingin menghibur diri dan
menampilkan kebolehannya bernyanyi dengan iringan gitar seadanya. Juga secara tidak
langsung membangun kebersamaan di Lapo dengan suasana sukacita melalui lagu-lagu
Batak, meskipun lagu yang dinyanyikan berisi kesedihan. Lapo menjadi tempat hiburan
di malam hari untuk melepas lelah setelah seharian mereka bekerja keras di tempat kerja
masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Selain Lapo, acara di tempat pesta pernikahan juga biasa dijadikan sebagai ajang
dalam menampilkan musik. Pesta Pernikahan adalah salah satu acara budaya yang sakral
bagi orang Batak. Dengan rangkaian acara yang cukup padat dan panjang selama sehari
penuh (ulaon sadari), orang Batak selalu siap untuk mengikutinya. Rangkaian acara akan
dimulai di pagi hari di rumah pengantin perempuan tanda dimulai acara sekitar jam 7
pagi, (sibuha-buhai), lalu dilanjutkan di gereja (yang beragama kristiani), dengan
pemberkatan nikah. Kemudian seluruh acara pesta penikahan akan dilaksanakan di
gedung tempat pesta berlangsung, dan akhirnya ditutup di rumah pengantin laki-laki
sekitar jam 7 malam. Seluruh rangkaian acara akan dikemas tidak lepas dari upacara
sakral budaya dengan melakukan ritual adat yang pada umumnya berlaku bagi orang
Batak.
Salah satu unsur seni budaya yang penting yang tidak dapat ditinggalkan dalam
rangkaian ritual adat adalah peran seni musik yang begitu besar. Secara khusus dalam
pelaksanaan acara adat di gedung, sejak dimulai acara pembukaan hingga berakhirnya
acara musik tetap sangat penting karena musik dijadikan sebagai pendukung,
penghubung, penghantar, dan penyambung dalam rangkaian acara. Musik yang
digunakan mulai dari yang berjenis tradisional (gondang), musik populer Batak sampai
musik popular Indonesia. Musik sangat diperlukan untuk mengiringi setiap rangkaian
acara dalam pesta pernikahan.
Sebagai contoh, satu bagian dari acara terakhir dalam pesta pernikahan adalah
Mangulosi (memberi kain tenun Batak). Di bagian acara mangulosi keluarga-keluarga
akan mengekspresikan kasih (holong) kepada kedua mempelai dengan pemberikan ulos
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
holong (ulos tanda kasih) sebagai bentuk simbolisasi kasih. Adapun lagu yang diminta
dimainkan atau dinyanyikan oleh penyanyi (artis) sangat beragam sesuai dengan maksud
nasihat yang akan disampaikan. Dalam acara tersebut, ada satu permintaan doa dari
keluarga supaya kedua pengantin yang baru membentuk rumah tangga baru tersebut
diberkati dengan istilah maranak-marboru (mempunyai anak laki-laki dan perempuan).
Sebelum menyanyi biasanya terlebih dahulu disampaikan pantun yang berbunyi:
“Tinampul bulung ni salak laos hona bulung singkoru. Tibu ma hamu mangabing anak
laos mangompa boru” (red: intinya kiranya segera memangku anak-laki-laki dan
menggendong anak perempuan).
Pada bagian acara Mangulosi pihak keluarga biasanya meminta kepada pemusik
supaya memainkan, atau menyanyikan lagu yang ada hubungannya dengan maranak-
marboru untuk mengiringi pemberian ulos tanda kasih tersebut. Sebelum ulos
dikembangkan dan akan diselimutkan kepada kedua mempelai, si Pemberi ulos akan
menyampaikan nasihat dan wejangan. Inti nasihat yang tidak bisa dilupakan adalah
mengenai ideologi hagabeon: supaya diberkati dengan mendapatkan keturunan yang
banyak. Hal ini terdapat dalam pantun Batak berikut ini: “Harangan ni Pansurbatu
hatubuan ni singgolom. Maranak ma hamu sampulu pitu marboru sampulu onom”. (red:
intinya semoga diberkati memperoleh anak laki-laki 17 dan anak perempuan 16).
Sebagaimana yang dicita-citakan dalam ideologi hagabeon, supaya mempelai
memperoleh keturunan, mendapatkan rejeki yang melimpah dalam pekerjaan (hamoraon)
dan mendapatkan kedudukan yang terhormat dalam masyarakat (hasangapon).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Dalam mendengarkan lagu, melalui acara formal dan non-formal, orang Batak
telah berada pada suatu proses internaslisasi lagu. Lagu-lagu yang didengarkan secara
sengaja atau tidak telah meresap dan mengendap ke dalam batin mereka, sehingga dalam
penyerapannya, isi dan lagu-lagu tersebut telah menanamkan makna bagi kehidupan
mereka dan menjadikan identitas bagi orang Batak Toba.
2. Etnik Batak
Menelusuri istilah ‘Batak’ ternyata tidak mudah untuk menemukan artinya, karena pada
penelusuran kata tersebut tidak ditemukan artinya secara gamblang. Namun ada beberapa
usaha untuk memberi pengertian terhadap makna kata tersebut sehubungan dengan
pengalaman para missionaris bertemu pertama kali dengan ‘suku asing’ (suku-suku
pedalaman) tersebut. Menurut Azhari, bahwa kata Batak pada awalnya muncul sebagai
ungkapan ejekan penduduk pesisir kepada penduduk pedalaman, bahkan cenderung
menghina untuk menyebut penduduk pegunungan itu sebagai kurang beradab, liar, dan
tinggal di hutan. Selanjutnya, pada awal abad 20 pengertian Batak mulai muncul sebagai
sebutan etnik dan menjadi nama identitas suku-suku Batak.3 Selain itu, ada yang
menghubungkan kata Batak dengan latarbelakang kehidupan orang yang bermukim di
pedalaman Sumatera dan menghubungkannya dengan praktik kanibalisme yang diyakini
pernah terjadi di kalangan suku-suku tersebut.4
3 Azhari, Ichwan. 2011. Nama Batak Bukan dari Orangnya, Medan, Surat Kabar Waspada, November2011.4 Marsden, William.1811. The History of Sumatra, Third edition, London: Printed for the Author by J.M’Creery, Black-Horse-Court. p. 217-218.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Untuk menelaah lebih jauh mengenai etnik Batak tersebut penelusuran berikut ini
menjadi penting. Dalam missi penjelajahan dunia yang dilakukan oleh bangsa Eropa ke
kawasan Asia, Pulau Sumatera menjadi pulau yang memiliki daya tarik tersendiri dan
menjadi salah satu wilayah sasaran yang dituju. Hal tersebut dibuktikan dengan missi
pengutusan pemerintah Inggris kepada William Marsden pada tahun 1772 dan Sir
Thomas Stamford Raffles pada tahun 1820. Dalam penjelajahan mereka, keduanya
memasuki wilayah yang ditinggali etnik Batak tersebut dari arah pantai Barat. Sedangkan
John Anderson pada penjelajahan berikutnya memasuki wilayah hunian Batak dari pantai
Timur.5 John Anderson diutus oleh W.E. Philip, sebagai Gubernur Jenderal Inggris, yang
berkedudukan di Pulau Penang melaksanakan tugas dibidang politik dan ekonomi.
Perjalanan Anderson cukup panjang memakan waktu selama enam bulan, yang dimulai
Januari - Juli 1823. Pengalaman Anderson tersebut dicatat dalam buku hariannya dan
kemudian diterbitkan dengan judul: Mission To The East Coast of Sumatra (1826).
Dalam perjumpan John Anderson dengan ‘suku asing’ yang ia temui untuk pertama kali,
telah mendengar sebutan suku tersebut dengan ‘Batta’. Melalui pengamatan yang lebih
mendalam lagi mengenai ‘suku asing’ tersebut Anderson kemudian menyadari bahwa
suku terasing tersebut ternyata terbagi dalam beberapa suku yang satu dengan lainnya
memiliki tradisi dan bahasa yang berbeda. Berdasarkan perbedaan tradisi dan bahasa
yang dimiliki suku-suku Batak tersebut maka Anderson kemudian mengkategorikan dan
menyebut suku-suku tersebut dengan: Mandiling untuk suku Mandailing, Tubba untuk
suku Toba, Pappak untuk suku Pak-pak, Karau-Karau untuk suku Karo, dan Semilongan
5 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
untuk suku Simalungun.6 Meskipun kata ‘Batta’ itu sendiri sudah ada disebut oleh
penjelajah-penjelajah asing sebelumnya, tetapi mereka belum menyebut sub-etniknya
secara rinci. Baik William Marsden maupun Sir Thomas Stamford Raffles dan juga John
Anderson sama-sama menyebut Batta untuk suku-suku yang mereka temui tersebut yang
kemudian populer sebutannya sampai sekarang sebagai orang Batak.
Sehubungan dengan wilayah yang ditempati orang Batak jauh masuk ke
pedalaman, membuat suku ini lebih terisolasi. Sehingga orang asing justru semakin
tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai keberadaan dan keunikan etnik Batak
tersebut. Keunikan suku-suku ini sendiri telah disaksikan oleh John Anderson melalui
pengalamannya, ketika bertemu dengan orang Batak untuk pertama kali. Anderson
mendengar kesaksian seorang dari suku Batak yang mengungkapkan bahwa ia sudah
pernah memakan manusia sebanyak tujuh kali, dan ia sangat menyukai bagian tubuh
tertentu dari manusia itu.7 Meskipun cerita seperti itu masih diragukan kebenarannya oleh
sebagian orang, dan membantah dengan beralasan mengatakan bahwa pandangan
mengenai kanibalisme adalah sebagai alasan provokasi supaya orang asing itu tidak
menganggu mereka. Karena bagi orang Batak, ‘orang asing’ (missionaris) adalah orang
yang tidak termasuk dalam komunitas mereka, karena dianggap tidak memahami adat
dan tradisi, orang asing adalah orang di luar kebudayaan, patut dicurigai karena dapat
mengganggu keharmonisan mereka.
6 Simanungkalit, Edward. 2012. Memasuki Negeri Batak dari Pantai Timur, Medan, Harian Batak PosEdisi Sabtu, 10 November, 2012.7 Andaya, L. The Trans-Sumatera trade and the ethnicization of the Batak, Bijdragen tot de Taal, Land-enVolkenkunde 158 (2000) no. 3. Leiden, p. 367.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Masih dalam pembahasan pengertian Batak, seorang penulis yang hanya menulis
inisial ‘JS’ (bukan J, Simanjuntak) dalam suratkabar Imanuel edisi namanya17 Agustus
1919, mengutarakan pandangannya di antara banyak pendapat tentang istilah Batak. ‘JS’
berargumentasi berdasarkan sebuah tulisan dalam buku berjudul: “Riwayat Poelaoe
Soematra”, karangan Dja Endar Moeda yang diterbitkan tahun 1903, yang pada halaman
64 berbunyi:
“Adapoen bangsa yang mendoedoeki residetie Tapanoeli itoe, ialah bangsa Bataknamanya. Adapoen kata “Batak” itoe pengertiannya: orang pandai berkuda. Masihada kata Batak yang terpakai, jaitoe “mamatak“, yang ertinya menaiki koeda.Kemoedian hari orang perboeatlah kata itoe djadi kata pemaki kepada bangsaitoe…”.8
Dalam keterangannya, JS memberi pengertian bahwa orang Batak adalah orang
yang pandai menunggang kuda. Keterangan JS tersebut diperjelas oleh Amborsius
Hutabarat dalam sebuah catatannya di suratkabar Bintang Batak tahun 1938 yang
menyimpulkan, pengertian Batak yang dihubungkan dengan, ‘orang pandai berkuda’.
Dan penggunaan kuda dalam kalimat ini digambarkan oleh Hutabarat, sebagai
perlambang kejantanan, keberanian di medan perang, atau kegagahan dalam menghadapi
bahaya atau rintangan. Dan simbolisasi kuda itulah yang juga digambarkan oleh
Ambrosius Hutabarat yang melekat pada diri orang Batak.9
Sejalan dengan JS, ada yang lain berpendapat sama yaitu: Pendeta T.L. Sinaga,
memberi pengertian bahwa kata ‘batak’ diambil dari kata kerja ‘marbatak’ yang artinya
menunggang (kuda).
8 JS. Suratkabar Imanuel, edisi 17 Agustus 1919.Tarutung, HKBP.
9 http://girsangvision.blogspot.com/2012/02/sejak-kapan-dan-memiliki-arti-apakah.html.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
“Pastor T.L. Sinaga, a lecturer in Batak language at the HKBP Theological Seminary inPematangsiantar in the 1980s, says that the name “Batak” derives from the verb“marbatak” which means “to race,” that is, it refers to racing buffalo or horse. The noun“batak,” therefore, means “racing.” The same meaning is given by Warneck, a Germanmissionary who used to be a bishop in the Batakland, in his Batak-German dictionary”(Warneck 1977: 30).10
Pandangan mengenai arti ‘batak’ sebagai penunggang kuda lebih realistis
mengingat pada zaman itu alat transportasi yang paling diandalkan dapat membawa
barang-barang hasil perdagangan ke pasar atau perkotaan selain dipikul oleh manusia
juga diangkut dengan menggunakan tenaga kuda. Dan transportasi barang dengan
menggunakan tenaga kuda lebih memungkinkan mengingat jarak satu tempat ke
tempat yang lain begitu jauh apalagi medan yang dilalui karena jalan yang sulit,
khususnya di daerah pegunungan yang jalannya naik turun. Salah satu contoh
penggunaan ‘pasukan berkuda’ sebagai alat angkut barang masih terdapat sampai tahun
80-an antara Doloksanggul dan Parlilitan (Kabupaten Tapanuli Utara sebelum
dimekarkan). Adapun jarak antara Doloksanggul dan Parlilitan kurang lebih 48 km yang
dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama 8-10 jam. Oleh karena keterbatasan
kendaraan bermotor satu-satunya yang dapat diandalkan sebagai transportasi barang
adalah tenaga kuda.
William Marsden dalam bukunya juga mencatat bagaimanan ketangguhan orang
Batak menunggang kuda. Salah satu fungsi berkuda diceritakan oleh Marsden adalah
digunakannya kuda untuk berburu rusa, balapan kuda, juga digunakan sebagai ajang
hiburan. Ketangguhan berkuda juga cukup hebat karena mereka menunggangnya dengan
10 Sihombing, Batara. 2004. Batak and Wealth: A Critical Study of Materialism in the Batak Churches inIndonesia, Koninklijke Brill NV Mission Studies 21.1. p. 12-13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
berani tanpa menggunakan pelana, kadang membentangkan tangannya ke atas sambil
memacu kudanya dengan kecepatan tinggi. Sambungan tali kekang terbuat dari besi,
yang memiliki beberapa sambungan, pegangan tali kendali terbuat dari rotan; sebagian
terbuat dari ijuk, dan juga kayu.
“They are said however to hunt deer on horseback, and to be attached to the diversionof horseracing. They ride boldly without a saddle or stirrups, frequently throwing theirhands upwards whilst pushing their horse to full speed. The bit of the bridle is of iron,and has several joints; the head-stall and reins of rattan: in some parts the reins, orhalter rather, is of iju, and the bit of wood”.11
Usaha lain yang dilakukan untuk mendapatkan pengertian pada ‘Batak’ adalah
melalui penelitian. Beberapa tahun yang lalu (2011) sebuah penelitian dilakukan,
walaupun menuai kontroversi, oleh Ichwan Azhari ahli sejarah dari Universitas Negeri
Medan mengenai sebutan Batak sebagai salah satu nama etnis di Sumatera Utara, pada
arsip misionaris di Wuppertal, Jerman. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ichwan
Azhari, diketahui bahwa Batak sebagai nama etnik ternyata tidak berasal dari orang
Batak sendiri. Namun dikonstruksi oleh orang Barat untuk menyebut orang-orang yang
hidup di pegunungan dengan sebutan ‘Batta’ dan kemudian diubah menjadi ‘Batak’ oleh
misionaris Jerman yang datang ke tanah Batak tahun 1860-an.12
Untuk mengetahui secara geografis wilayah yang pada umumnya dihuni etnik
Batak, maka dapat dilihat pada peta Sumatera Utara berikut ini. Batak yang memiliki
sub-etnik seperti yang digambarkan pada umumnya, tergolong ke dalam 6 sub-etnik:
11 Marsden, William. 2005, The History of Sumatra Containing An Account Of The Government, Laws,Customs And Manners Of The Native Inhabitants, Third Edition, London, Printed for the Author, by J.M’Creery, Black-Horse-Court. p. 213.
12 Azhari, Ichwan.2011. Nama Batak Bukan dari Orangnya, Medan, Surat Kabar Waspada, November2011.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Karo, Simalungun, Pakpak, Toba, Angkola dan Mandailing. Dan semua Etnik Batak
tersebut tinggal dan hidup di wilayah geografis Sumatera Utara.
Peta Sumatera Utara13
Secara geografis wilayah yang ditempati etnik Batak adalah di sekitar
pegunungan karena di bagian tengah Provinsi Sumatera Utara terbentang pegunungan
Bukit Barisan. Daerah di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir, merupakan daerah
padat penduduk karena mereka pada umumnya menggantungkan hidupnya dari hasil
danau.
13 http://webapps.lsa.umich.edu/umma/exhibits/Batak2009/Zoom/Batak_map3_large.gif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
3. Suku Batak Toba
Dalam mitos Batak dikenal bahwa suku Batak Toba berasal dari desa yang disebut
Sianjur Mulamula, terdapat di lereng gunung Pusuk Buhit, di sebelah barat Danau Toba.
Pusuk Buhit sendiri diyakini orang Batak sebagai tempat asal muasal turunnya nenek
moyang orang Batak Toba dari langit, yang disebut Si Raja Batak. Batara Sihombing
dalam tulisannya mengutip tulisan Cunningham 1958:1, yang mengukuhkan pendapat
tersebut dengan mengatakan:
“According to Batak myth, the Batak first ancestor, Si Raja Batak, descended fromheaven to Mount Pusuk Buhit in the Samosir island, on the west shore of Lake Toba,North Sumatera”.14
Dari desa Sianjur Mula-mula suku Batak Toba kemudian bermigrasi (marserak)
ke sekitar Danau Toba. Ada yang ke arah selatan yaitu Toba-Holbung, ada yang ke arah
Barat dan wilayah luar bagian Barat Danau Toba, menjauhi Danau Toba ke daerah
dataran tinggi Humbang dan sampai ke lembah Silindung di Tapanuli Utara sekarang.15
Dalam perkembangan selanjutnya, melalui pengaruh positif modernisasi yang
berdampak pada kemajuan kota yang semakin baik, maka orang Batak Toba memilih
berurbanisasi menjauhi kampung halamannya dan mulai menerobos masuk ke wilayah
pesisir Timur yang lebih maju, yaitu kota Medan. Kota Medan sebagai kota yang lebih
cepat pertumbuhannya dari kota-kota lainnya di Sumatera Utara menjadi kota tujuan dari
14 Sihombing, Batara. c 2004. Batak and Wealth: A Critical Study of Materialism in the Batak Churchesin Indonesia, Koninklijke Brill NV, Mission Studies 21.1. p.12.15 Andaya, L. The Trans-Sumatera trade and the ethnicization of the Batak, Bijdragen tot de Taal, Land-enVolkenkunde 158 (2000) no. 3. Leiden, p. 382.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
berbagai latarbelakang suku. Medan menjadi ibukota provinsi Sumatera Utara sampai
sekarang, yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan dan pusat perekonomian. Kota
Medan juga menjadi kota tujuan dari semua suku-suku Batak yang hidup di pedalaman
dan di sekitar Danau Toba. Pada bagian pesisir Timur merupakan wilayah provinsi
Sumatera Utara yang paling pesat perkembangannya karena memiliki infrastruktur yang
relatif lebih maju daripada wilayah pesisir Barat dan Tengah. Dan wilayah pesisir Timur
ini juga merupakan wilayah yang relatif paling padat penduduknya dibandingkan dengan
wilayah-wilayah lainnya.
Bila dicermati lebih jauh mengenai penduduk kota Medan tidak hanya menjadi
tujuan etnis Batak saja tetapi juga menjadi kota tujuan dari suku bangsa yang lain seperti:
suku Melayu, suku Nias, suku Aceh, suku Jawa. Lebih jauh lagi terjadinya emigrasi etnik
Tionghoa dan etnik India. Pada 1863, pedagang tembakau dari Jawa Kuypers dan
Nienhuys datang ke Sumatera Timur.16 Mereka mendapat hak konsesi tanah di
Martubung dari Sultan Mahmud Deli untuk menanam tembakau Deli yang berkualitas
sangat baik, harum dan sangat cocok dipakai sebagai pembalut cerutu. Kemudian
Nienhuys berhasil memperoleh kontrak tanah di Tg. Sepassai dari Sultan Deli untuk
jangka waktu 99 tahun. Dengan mempekerjakan kuli Cina dari Penang dan Tamil dari
India. Kemudian P.W. Janssen, Clemen, Nienhuys dan Cremer membentuk maskapai
tembakau disebut: N.V. Deli Maatschappij (Deli Maskapai) yang kemudian menguasai
hampir seluruh tanah perkebunan tembakau di wilayah kerajaan Deli. Dan pada 1875
16 Basarsyah II, Tuanku Lukman Sinar, Orang India di Sumatera Utara, Artikel dalam Seminar NasionalKebudayaan dan Sejarah Etnis India Tamil di Sumatera Utara”, tanggal 28 Mei 2009, di UniversitasNegeri Medan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Maskapai Perkebunan Belanda mendatangkan kuli dari Jawa (Bagelen) yang biayanya
murah dan dapat diperlakukan sebagai setengah budak.17
Daerah pesisir Timur dan Barat Sumatera Utara pada umumnya didiami oleh suku
Melayu dan suku Mandailing yang mayoritas beragama Islam. Sementara di bagian
Tengah daerah pegunungan banyak terdapat suku-suku Batak yang sebagian besar
beragama Kristen, termasuk suku Nias yang menempati kepulauan di bagian Barat Pulau
Sumatera.
Meskipun terjadi urbanisasi cukup besar ke kota Medan, namun suku Batak Toba
tetap mendominasi tempat tinggal di wilayah pedalaman dan di sekitar Danau Toba.
Sampai pada tahun 1998 sebelum terjadi pemekaran, Sumatera Utara hanya memiliki 19
Kabupaten dan Kota. Setelah terjadi pemekaran pada tahun 1999, Sumatera Utara
dimekarkan menjadi 33 Kabupaten dan Kota. Secara geografis ada 4 kabupaten yang
didominasi suku Batak Toba, yaitu: Kabupaten Toba Samosir, ibukota Balige, 10
Kecamatan; Kabupaten Samosir, ibukota Pangururan (pemekaran dari Kab. Toba
Samosir 2003), 9 Kecamatan; Kabupaten Tapanuli Utara, ibukota Tarutung, 23
Kecamatan; dan Kabupaten Humbang Hasundutan, ibukota Doloksanggul (pemekaran
dari Kab. Tapanuli Utara 2003), 10 Kecamatan.18
Interaksi penduduk desa dan kota membuat perubahan dan modernisasi sangat
cepat terjadi di lingkungan suku Batak Toba. Seperti yang pernah disaksikan Edward M.
17 Ibid.
18 BPS Sumatera Utara, 2011, http://sumut.bps.go.id/?qw=stasek&ns=01#.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Bruner, seorang antropolog Amerika pada tahun 1957 dan 1958 di Lintong ni Huta, salah
satu desa di Balige.19 Bruner menyaksikan perubahan dan kemajuan dalan kehidupan
masyarakat desa namun hal-hal yang berhubungan dengan praktik tradisi dan adat masih
sangat kuat dipertahankan. Ada perbedaan pola pikir antara mereka yang hidup di kota
dan desa yang sangat bertolakbelakang. Kota yang dihubungkan dengan modernisasi,
sedangkan desa yang sarat dengan kehidupan tradisional. Status sosial orang Batak yang
berurbanisasi ke kota Medan mengalami perubahan yang sangat luar biasa, karena
mereka bisa bekerja di kantor, menjadi pejabat, atau bekerja di dunia bisnis. Sedangkan
mereka yang tinggal di desa tidak terlepas dari pekerjaan di bidang pertanian, perkebunan
dan peternakan yang kalau dibanding kemajuan di kota cukup jauh perbedaannya. Namun
ada hal yang menarik untuk disimak berhubungan dengan tradisi dan adat. Orang Batak
yang tinggal di dua tempat yang berbeda di kota dan desa dalam melaksanakan upacara
adat tetap dengan pola-pola dan aturan yang sama. Misalnya dalam status dalam konsep
Dalihan Natolu, peran hula-hula, dongan tubu, dan boru tetap sama.
Kepemilikan status seseorang melalui latarbelakang pedidikan, kedudukan, dan
pekerjaan di kota tidak dapat merendahkan orang-orang yang tinggal di desa, yang tidak
memiliki latarbelakang tersebut. Dalam menjalankan praktik tradisi dan adat semua
harus tunduk pada aturan yang sudah ada dalam tradisi dan adat, artinya seseorang
yang sudah tinggal dan bekerja di kota besar tidak selalu berada pada tempat yang
tinggi dan pihak yang harus dihormati, sebaliknya seorang petani miskin di desa di
19 Bruner, Edward M. Urbanization and Ethnic Identity in North Sumatra. Author(s): Reviewed work(s):Source: American Anthropologist, New Series, Vol. 63, No. 3 (Jun., 1961), p. 508-521 Published by:Blackwell Publishing on behalf of the American Anthropological Association Stable URL:http://www.jstor.org/stable/667725.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
hadapan tradisi dan adat akan dapat berada pada kedudukan yang lebih tinggi dan
terhormat dari pada seseorang yang tinggal di kota. Hal ini dapat terjadi karena ada
aturan adat yang sangat kuat, yang dianut dalam sistem demokrasi orang Batak yang
dikenal dengan sebutan: Dalihan Natolu.20 Tiga unsur (hula-hula, dongan sabutuha,
boru) yang saling terkait di dalam sistem kekerabatan orang Batak Toba yang diatur
dalam dalihan natolu akan mengikat semua orang Batak Toba dengan latarbelakang
status sosial masing-masing untuk saling hormat dan saling menghargai.
4. Suku Batak Toba Sebelum Injil Masuk di Tanah Batak
Sampai sekarang orang Batak sangat kuat memegang tradisi dan adatnya. Unsur perekat
hubungan kekerabatan ini dibangun atas dasar kuatnya orang Batak memegang tradisi
dan adat yang terdapat dalam sistem marga, silsilah, dalihan natolu, dan ideologi
(hamoraon, hagabeon, hasangapon). Sebelum Injil masuk ke Tanah Batak, suku Batak
adalah suku yang dikenal sebagai penyembah berhala (Si Pele Begu). Keyakinan
beragama bercampur, antara menganut kepercayaan animisme, dinamisme dan magi.21
Ada banyak nama dewa atau begu (setan) yang disembah, seperti begu djau (dewa yang
20 Dalihan Natolu: Tiga Tungku, arti lain: sistem demokrasi dalam masyarakat Batak Toba.
21 M.C. Ricklefs, (terj) 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi. p, 314.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
tidak dikenal orang), begu antuk (dewa yang memukul kepala seseorang sebelum ia
mati), begu siherut (dewa yang membuat orang kurus tinggal kulit), dan lainnya.22
Sebelum masuk agama-agama besar ke tanah Batak, orang Batak telah memiliki
agama suku yang mempercayai Mulajadi na Bolon sebagai Tuhannya. Pada masa Raja
Sisingamangaraja XII, sebagai Raja Batak, ia setia memegang keyakinannya dan
mewujudkannya dalam agama yang ia sebut agama Parmalim.23
Adat dan kepercayaan adalah dua unsur nilai dan norma yang membentuk
kepribadian orang Batak sejak orang Batak dikenal sebagai ‘bangso Batak’. Praktik adat
dan kepercayaan yang dimaksud telah mengakar dalam kehidupan orang Batak jauh
sebelum Injil masuk ke tanah Batak. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, hampir
semua roda kehidupan orang Batak dikuasai oleh aturan-aturan adat yang kuat. Sejak
lahirnya seorang anak, masa remaja, beranjak dewasa, menikah, memiliki anak hingga
meninggal selalu dihubungkan dengan praktik tradisi dan ritual adat.
Pada masa kolonial, orang Batak tidak suka dengan kedatangan orang lain di
wilayahnya sehingga mereka lebih sering menolak kedatangan orang asing yang mereka
sebut Si Bontar Mata (si mata putih) bahkan tidak segan untuk membunuhnya kerena
mereka dianggap sebagai penjajah. Selain itu, ada paham bagi mereka bahwa orang yang
22 Panitia Distrik IX Perayaan Jubileum, 1961. Seratus Tahun Kekristenan Dalam Sejarah Rakyat RakyatBatak. Jakarta: Panitia Distrik IX Perayaan Jubileum.23 Parmalim, par artinya orang, malim artinya suci. Parmalim adalah agama dari orang-orang suci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
berada di luar suku mereka adalah musuh, karena pada masa itu sering terjadi perang
antar suku.24
5. Masuknya Penginjil ke Tanah Batak
Masuknya Injil ke tanah Batak membuat pengaruh dan perubahan yang cuku besar terjadi
di kalangan masyarakat Batak Toba. Kedatangan missi asing baik dari Inggris, Amerika,
Belanda dan Jerman ke tanah Batak mempengaruhi kehidupan tradisi dan keagamaan
orang Batak di wilayah pedalaman Sumatera Utara. Kesuksesan missi zending dari
Jerman menjadikan banyak orang Batak bertobat dan dibaptis menjadi Kristen.
Sedangkan kedatangan Belanda lebih berfokus pada perluasan kekuasaan wilayah secara
politis dan untuk meraih keuntungan finansial dari hasil bisnis. Untuk mewujudkan
impian politik tersebut Belanda mengangkat petinggi-petinggi adat untuk dijadikan
sebagai pekerja demi kepentingan penguasa Belanda.
5. 1. Penginjil Utusan Pekabaran Injil Baptis Inggris
Masuknya Pekabaran Injil ke tanah Batak sangat mempengaruhi pola pikir, budaya,
kepercayaan bagi orang Batak sendiri. Meskipun pada awalnya dianggap bahwa missi ini
kurang berhasil namun kemudian dianggap lebih berhasil dengan pendekatan yang
persuasif yang dilakukan Pekabar Injil dari Jerman yang sangat terkenal di Tanah Batak,
24 M.C. Ricklefs, (terj) 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi. p, 314.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
oleh Ludwig Ingwer Nommensen, atau yang sering disebut orang Batak dengan
panggilan: Ompu i Nommensen.
Missi pekabaran Injil dimulai oleh Inggris dari gereja Baptis pada tahun 1820
yaitu oleh tiga orang penginjil Nathan Ward, Evans dan Richard Burton yang dikirim ke
Bengkulu. Di sana Raffles menyarankan supaya mereka pergi ke Utara, ke daerah tempat
tinggal suku Batak yang masih kafir. Untuk missi tersebut merekapun pergi ke utara, dan
awalnnya mereka bekerja di pesisir, teluk Tapanuli, Sibolga.
“In describing his 1824 journey with Burton, “at the expense of the British Government,”Ward reported that they had moved in a north-westerly direction from the Bay ofTapanuli, to the region of the great lake, in the heart of the Toba country, near the seat ofthe principal Batak ruler, Si Singamangaraja. After crossing a triple chain of mountains,where there were occasional villages, they came into the clear open Silindung valley”.25
Kemudian tahun 1824 masuk ke daerah lebih dalam lagi, yakni Silindung wilayah
suku Batak Toba. Pada awalnya mereka tiba di Silindung, mereka diterima dengan baik
oleh raja setempat, namun perjalanan penginjilan mereka terhenti ketika terjadi salah
paham dengan penduduk. Sering penduduk salah menafsirkan khotbah penginjil tersebut
karena tidak sesuai dengan dasar ajaran kepercayaan masyarakat Batak yang menganut
kepercayaan kepada roh (Si Pele Begu). Penduduk menganggap bahwa ajaran Penginjil
ini akan melenyapkan ajaran leluhur mereka, karena itu para penginjil tersebut diusir dari
lingkungan mereka.26 Pandangan ini telah berakar di hati orang Batak dengan mengacu
pada konsep pendirian dari Raja Sisingamangaraja tentang penjajah yang ditulis oleh
Idris Pasaribu dalam Harian Analisa Minggu, 24 Jul 2011, dengan judul: Parmalim dan
25 Aritonang, Jan Sihar and Steenbrink, Karel (Ed). 2008. A History of Christianity in Indonesia, Leiden •Boston, Brill. p. 530.26 Situmorang, Sitor. 2009. Toba Na Sae, Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XIII-XX, Jakarta,Komunitas Bambu, p. 304.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Perjuangannya, dengan mengatakan: “Perjuangan terakhir dari Sisingamangaraja
menyatakan menolak kolonialisme Belanda yang dinilai merusak tatanan kehidupan
masyarakat adat dan budaya”.27 Kemudian prinsip penolakan ini dipegang oleh orang
Batak dan diterapkan sama bagi setiap orang asing yang ingin memasuki wilayah tanah
Batak, termasuk untuk missi zending.
5. 2. Penginjil utusan American Board of Commissioners for Foreign Mission.
Missi penginjilan dari Amerika mengutus Henry Lyman and Samuel Munson oleh
American Board of Commissioners for Foreign Mission ke Sumatera 17 Juni 1834.28
Dalam perjalanan berlayar menuju Sumatera pertama, mereka menginjakkan kaki di
Hindia Belanda di Batavia. Dalam beberapa saat mereka tinggal di Batavia dalam
mempersiapkan diri menuju Sumatera, sekaligus belajar bahasa Melayu. Sambil belajar
bahasa, mereka juga sempat bekerja sama dengan missi Inggris di Batavia di bidang
kesehatan, karena selain belajar teologia mereka juga dibekali kemampuan medis,
sehingga selama di Batavia mereka sibuk melayani orang sakit yang datang untuk
berobat. Atas izin Gubernur Jenderal Pemerintahan Belanda di Batavia mereka berangkat
ke Tanah Batak sebagai tempat impian Munson sejak ia sekolah pendeta di negerinya.
Kemudian mereka berdua berlayar ke Sumatera dan tiba di Bengkulu pada 19 April
1834.29 Keduanya kagum melihat keindahan Pulau Sumatera yang terbentang sebagai
27 Pasaribu, Idris. Parmalim dan Perjuangannya. Dalam Harian Analisa, Minggu, 24 Jul 2011. Medan,Harian Analisa.
28 Van den end & Weitjens, SJ. 2008, Ragi Carita 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, p. 182.29 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
pegunungan, lembah, dan hutan yang sangat luas. Munson dan Lyman tinggal di
Bengkulu selama 4 hari. Lalu mereka melanjutkan perjalanan dan pada tanggal 26 April
1834, sudah menginjakkan kaki di Padang.30
Dalam perjalanan selanjutnya dari Padang, mereka berangkat menuju tanah Batak
dan pada 17 Juni 1834, Munson dan Lyman menginjakkan kaki untuk pertama kali di
Tanah Batak, dan mereka tinggal di Sibolga.31 Di sana Tuan Bonnet, seorang pejabat
Belanda, menyambut mereka dengan hangat. Dalam perencanaan selanjunya memasuki
pedalaman tanah Batak, Bonnet turut mempersiapkan mereka dan memberikan
perlengkapan secukupnya untuk melanjutkan perjalanan ke arah Silindung. Pada 23 Juni
1834, mereka berangkat menuju pegunungan Silindung. Dalam missi perjalanan akhir ini,
malang menimpa mereka, ketika tiba di pinggir lembah Silindung, pada malam hari 28
Juni 1834, mereka dihadang, ditangkap, dan kemudian mereka berdua dibunuh di dekat
Lobu Pining.32
5. 3. Penginjil utusan Rheinische Missionsgesellschaft.
Pada tahun 1840, seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, Franz Wilhelm Junghuhn33
melakukan perjalanan ke daerah Batak dengan tujuan melakukan penelitian alam flora
30 Ibid.
31 Van den End & Weitjens, SJ. 2008, Ragi Carita 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, p. 182.32 Ibid.
33 Situmorang, Sitor.2009. Toba Na Sae, Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XIII-XX, Jakarta, KomunitasBambu, p. 306.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
dan fauna, adat istiadat dan kawasan Danau Toba. Hasil penelitiannya dikemudian hari ia
terbitkan menjadi karangan tentang suku Batak. Dari situasi yang ia alami di tanah Batak,
Junghuhn memberi saran kepada pemerintah kolonial untuk mengirimkan zending
Kristen guna membendung pengaruh Islam yang semakin kuat di bagian Utara Pulau
Sumatera. Keterangan tersebut kemudian sampai ke tangan tokoh-tokoh Lembaga
Alkitab Nederlandsche Bijbelgenootschap di Belanda, akhirnya mereka berinisiatif untuk
mengirimkan seorang ahli bahasa bernama H. Neubronner van der Tuuk untuk meneliti
lebih jauh mengenai bahasa Batak dan merencanakan penerjemahan Alkitab ke dalam
bahasa Batak Toba.34
Kemudian Van der Tuuk menerima tugas itu dan merencanakan melakukan
penelitian ilmiah tentang bahasa Batak. Kalau utusan zending yang lain belum pernah
berhasil sampai ke Danau Toba, maka Van der Tuuklah orang Eropa pertama yang
menginjakkan kaki di Danau Toba (1850) dan bertemu dengan Si Singamangaraja. Dari
hasil pertemuan Van der Tuuk dengan orang Batak, ia mendapat gambaran dan kemudian
memberi saran kepada lembaga zending untuk mengutus para penginjil ke tanah Batak,
langsung ke daerah pedalaman.35
Kemudian pada tahun 1857, pekabar Injil G. Van Asselt, diuts oleh jemaat kecil
di Ermelo, Belanda ke wilayah Tapanuli Selatan. Di sana ia berhasil mendekati beberapa
pemuda dan sekaligus diberi pengajaran Kristiani. Pada 2 April 1861 Van Asselt
34 Ibid.p. 308.
35 B. Napitupulu, B. 2008. Almanak HKBP, Pematang Siantar: Unit Usaha Percetakan HKBP. p. 442-443.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
membaptiskan dua orang Kristen Pertama di Tapanuli Selatan atas nama: Jakobus
Tampubolon and Simon Siregar.36
Pada tahun yang sama, pada 7 Oktober 1861, di Sipirok diadakan rapat empat
pendeta yang diikuti oleh dua pendeta Jerman, yaitu: Pdt. Heine dan Pdt. Klemmer dan
dua pendeta Belanda, yaitu: Pdt. Betz dan Pdt. Van Asselt. Untuk kelanjutan missi,
mereka memutuskan untuk menyerahkan penanganan penginjilan kepada Rheinische
Missionsgesellschaft.37 Tanggal rapat empat pendeta tersebut menjadi sangat penting bagi
catatan sejarah gereja di tanah Batak karena dihubungkan dengan hari penetapan Misi
Batak dan menjadi hari berdirinya HKBP. Secara tidak disengaja, dan dianggap
bermakna mistis, empat nama penginjil tersebut, yang dimulai dari HKBV(P), Heine,
Klemmer, Betz, (P) Van Asselt, (dengan catatan huruf V bagi orang Batak biasa
diucapkan P), sama dengan nama organisasi gereja yang didirikan yaitu: HKBP (Huria
Kristen Batak Protestan).
Sejak terjadinya perang Padri dan terjadinya pengaruh kekuasaan Islam yang
semakin kuat di Tapanuli Selatan, maka sudah barang tentu akan mempengaruhi
kenyamanan misi zending di wilayah tersebut. Maka Herman Neubronner van der Tuuk
sudah mengambil kesimpulan bahwa sangat berbahaya kedudukan missi zending kalau
bertahan di wilayah tersebut, oleh karena itu ia menasihatkan supaya personel zending
yang masih ada di Angkola dan Mandailing harus segera ditarik, karena banyak warga
36 Aritonang, Jan Sihar and Steenbrink, Karel (Ed). 2008. A History of Christianity in Indonesia, Leiden •Boston, Brill, p. 534.
37 Napitupulu, B. 2008. Almanak HKBP, Pematang Siantar: Unit Usaha Percetakan HKBP. p. 442-443.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
di sana sudah masuk menjadi Islam. Mereka harus pindah ke daerah yang masih dianggap
jauh dari sentuhan pihak luar dan belum terpengaruh oleh agama-agama lain.
Kemudian misi berikut yang dilakukan oleh Ludwig Ingwer Nommensen (1834-
1918) adalah missi yang paling berhasil untuk membawa perubahan bagi orang Batak
Toba. Nommensen lahir 6 Februari 1834 di Danish, Nordstrand, Jerman. Ia adalah
seorang pemuda yang berasal dari latarbelakang keluarga yang sangat miskin. Sebagai
pemuda ia harus mencari pekerjaan untuk bisa menopang hidupnya dan keluarganya.
Namun karena Nommensen sakit dalam suatu kecelakaan, ia belum dapat memenuhi
tanggungjawabnya untuk mencari nafkah. Dalam proses penyembuhan ia justru berjanji
kalau sembuh ingin mengabdikan hidupnya dalam misi penginjilan. Lalu kemudian
setelah benar-benar sembuh ia mencoba pergi ke Barmen, ke kantor pusat Rheinish
Mission untuk mewujudkan impiannya. Pada awalnya ia mendapat pekerjaan sebagai
part-timer dan selanjutnya diterima kuliah di Missionsseminar (Mission Seminary)
dengan program 4 tahun bidang pendidikan teologi dan misionaris. Kemudian pada
Oktober 1861 ia menyelesaikan pendidikannya dan ditahbiskan menjadi Pendeta
Misionaris.38 Sesuai dengan yang ia janjikan ingin mengabdikan hidupnya di bidang
penginjilan, maka Nommensen mendapat tawaran untuk menjadi penginjil yang benar-
benar jauh dari lingkungannya, dan mungkin sangat bertolakbelakang dari kebiasaan
budayanya. Ia menerima tawaran itu, dan mau berpetualang meninggalkan negerinya,
menuju negeri yang sama sekali tidak tau dan asing baginya, itulah tanah Batak.
38 Aritonang, Jan Sihar and Steenbrink, Karel (Ed). 2008. A History of Christianity in Indonesia, Leiden •Boston, Brill, p. 536.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Pada 1 November 1861 Nommensen berangkat dari kota Barmen menuju
Netherlands.39 Ia diutus oleh badan Misi Rheinische Missionsgesellschaft. Di sana ia
membicarakan strategi dengan pemimpin jemaat Ermelo dan Neubronner van der Tuuk
bagaimana strategi mendekati wilayah yang masih sulit dijangkau pihak luar. Pada 24
Desember ia bertolak dari Amsterdam menuju Sumatera, ia tiba di Padang 16 Mei 1862.
Dari Padang ia mengambil kapal menuju Barus, dan di sana ia tinggal untuk mempelajari
bahasa Melayu dan bahasa Batak. Pada akhir tahun 1862 ia pindah ke Sipirok, karena
Barus adalah pesisir yang berpenduduk campuran sehingga kurang nyaman untuk
dijadikan sebagai pusat missi Batak. Akhir tahun 1863 Nommensen beranjak dari Sipirok
menuju lembah Silindung, setelah mendapat izin dari penguasa Belanda.40 Di Silindung
Nommensen menyiapkan diri dan memulai pekerjaan memperkenalakan Injil kepada
orang Batak. Sejak 1864,41 ia sudah berada di daerah Silindung, tinggal di salah satu
desa. Di tempat tersebut ia didorong untuk mendirikan Desa Kristen, termasuk
membangun sekolah dan gereja. Kemudian ia memberi nama desa tersebut Huta Dame
yang artinya Desa Damai, di Pearaja Tarutung (kini menjadi kantor pusat HKBP).42
Usaha Misionaris di bidang kesehatan, pendidikan, dan penanganan narapidana
dan budak mendapat apresiasi dari tokoh masyarakat Batak yang demokratis. Nilai sosial
39 Ibid.
40 Ibid, p. 537.
41 Napitupulu, B. 2008. Almanak HKBP, Pematang Siantar: Unit Usaha Percetakan HKBP. p.442-443.42 Ibid. Napitupulu, B. 2008, p. 442-443.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
yang dipraktikkan para Misionaris mendapat tanggapan positif dan juga diapresiasi oleh
tokoh masyarakat. Sebagai seorang tokoh pemuda yang cerdas dari Pearaja, Raja Pontas
Lumbantobing sangat tertarik dengan ajaran baru, mengenai kekristenan. Ia merasa
bahwa agama yang di bawah kepemimpinan dinasti Sisingamangaraja telah berakhir. Ia
kemudian memberi diri untuk dibaptis oleh Nommensen pada tanggal 27 Agustus 1865.43
Kemudian, dalam menyampaikan Injil, Nommensen dibantu oleh Raja Pontas Lumban
Tobing (orang Batak pertama yang dibaptis) untuk mengantarnya ke berbagai tempat di
tanah Batak. Namun Tobing menyampaikan bahwa ia tidak bertanggung jawab atas
keselamatannya. Pada awalnya Nommensen tidak diterima dengan baik oleh penduduk,
karena mereka takut kena bala karena menerima orang asing yang tidak memelihara adat
dan tradisi. Namun akhirnya orang Batak dapat menerima Nommensen karena dalam
tindakannya ia selalu ramah dan lemah lembut, sehingga lama-kelamaan membuat orang
yang ditemuinya merasa enggan dan malu berbuat yang tidak pantas terhadapnya.
6. Adat Batak Toba
“Ompunta naparjolo martungkot sialagundi,Adat napinungka ni naparjolo sipaihut-ihuton ni na parpudi”.
Nenekmoyang kita memakai tongkat kayu sialagundi,Adat yang telah dimulai yang terdahulu, diikuti yang terkemudian.
Adat adalah habitus yang sudah melekat dalam diri aktor yang terbentuk dalam suatu
proses yang sangat panjang dan dapat bertahan lama. Adat dipahami sebagai sistem dan
43 Aritonang, Jan Sihar and Steenbrink, Karel (Ed). 2008. A History of Christianity in Indonesia, Leiden •Boston, Brill, p. 538.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
norma, yang sangat penting dalam kehidupan suatu masyarakat pada umumnya. Apa
yang dikemukakan dalam teori Bourdieu mengenai habitus dapat dipakai untuk
menjelaskan sistem dan norma yang ada dalam budaya Batak. Karena di dalam adat ada
pengetahuan yang memuat sistem, keyakinan dan nilai, yang dapat beroperasi dalam
relasi kultural sehari-hari. Habitus dalam konsep Bourdieu yang dijelaskan oleh Arizal
Mutahir, sebagai berikut:
“Habitus merupakan seperangkat pengetahuan, yakni berkenaan dengan carabagaimana agen memahami dunia, kepercayaan, dan nilai-nilai dalam kehidupansehari-hari. Pengetahuan tersebut selalu dibentuk oleh habitus daripada hanya sebatasdirekam dalam memori seseorang secara pasif.”44
Dengan terkristalisasinya habitus dalam adat Batak, dan mengingat pentingnya
adat dalam masyarakat Batak, maka dengan itu pula para pelaku adat melestarikannya
melalui bentuk pepatah yang dikutip di bagian awal tulisan ini.
R.P.Tampubolon sebagai praktisi adat Batak Toba mengatakan bahwa adat adalah
sebagai norma agama yang memelihara hubungan antara dewa-dewa dan umat manusia
demikian juga antara nenek moyang dan keturunannya: “adat is religious norm that
looks after the relationship between the gods and the human beings as well as between
ancestors and their descendants”.45 Sedangkan Teolog, Pedersen berpendapat: adat is a
system established by the ancestors for their protection against each other as well as for
preserving the equilibrium of the supernatural powers around them.46 Tujuan adat
44 Mutahir, Arizal, 2011. Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu, Bantul Kreasi Wacana, p. 63.
45 Purba, Mauly. 2005. “Results of Contact Between the Toba batak People, German Missionaries, andDuth Government Officials: Musical and Social Change”. Etnomusikologi, Vol. 1, No. 2, Medan, USU. p.108.
46 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dipraktikkan adalah untuk menghindari terjadinya malapetaka. Untuk menjaga
keharmonisan, menjaga kesuburan, menjaga kemakmuran di desa dan kota, menjaga
kesejahteraan warga. Melanggar berarti akan mendatangkan bencana, penyakit,
ketidaksuburan, dan gagal panen. Adapun adat dilangsungkan berhubungan dengan pesta
adat (ulaon adat) yang dilaksanakan sesuai dengan aturan adat yang sudah baku.
Beberapa acara adat yang secara formal dilakukan adalah menyambut kelahiran, pesta
pernikahan, upacara pemakaman, menempati rumah baru, musim tanam, musim panen
dan lain-lain.
Bagi orang Batak Toba apa yang telah ditemukan (aturan dalam tradisi dan adat),
dilakukan, dan diajarkan oleh nenek moyang mereka dalam mengatur kehidupan dalam
bermasyarakat dalam sistem kekerabatan adalah sesuatu yang harus dipertahankan dan
dijalankan oleh keturunannya. Karena sistem hidup dalam kekerabatan itu adalah sesuatu
yang harus dilakukan karena diangap sebagai aturan yang baik. Pelestarian dan praktik
aturan adat tersebut sampai sekarang masih tetap kokoh dipertahankan. Meskipun ada
pengaruh yang sangat besar dari luar, namun tradisi dan adat tersebut masih aktif
dijalankan. Salah satu pengaruh yang cukup besar yang seharusnya bisa mengubah tradisi
dan adat tersebut adalah dengan masuknya agama-agama besar ke Sumatera Utara seperti
Islam dan Kristen pada abad 19. Sebelum masuk agama Islam di Sumatera Barat,
seluruh wilayah di Asia Tenggara lain sudah dimasuki agama Buddha dan Hindu,
termasuk wilayah Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Masuknya agama Islam di
Sumatera Utara dan Timur, juga awalnya dibawa oleh pedagang-pedagang dari Gujarat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dan Cina.47 Setelah kembalinya beberapa tokoh Islam dari Mazhab Hambali yang ingin
menerapkan alirannya di Sumatera Barat, timbul pertentangan antara kaum adat dan
kaum ulama, yang meluas kepada konflik bersenjata. Karena masyarakat adat tidak kuat
melawan kaum ulama (Paderi), maka masyarakat adat meminta bantuan Belanda sebagai
pembelanya. Namun dibalik pemberian bantuan tersebut Belanda mendapat keuntungan
besar karena dapat melapangkan jalan bagi koloninya untuk mempeluas kekuasaanya.
Maka pada tahun 1816 sampai 1833 pecahlah Perang Paderi. Selama
berlangsungnya Perang Paderi, pasukan kaum Paderi bukan hanya berperang melawan
kaum adat dan Belanda, melainkan juga menyerang Tanah Batak Selatan, Mandailing,
tahun 1816-1820 dan kemudian mengislamkan Tanah Batak Selatan dengan kekerasan
senjata, bahkan di beberapa tempat dengan tindakan yang sangat kejam.48
Adat sangat kokoh dipegang. Adat sering diterjemahkan sebagai ‘custom’ dalam
bahasa Inggris yang dihubungkan dengan pengertian sebagai ‘hukum adat’. Bagi
Bruner adat yang dipraktikkan orang Batak adalah:
“But the Batak adat is not equivalent to either law, custom, or culture. It is a term usedby the people to refer to ceremonial procedures, customary civil law, the kinship andvalue systems, and the norms of behavior toward relatives”.49
47 Hutagalung, Batara R. 1964. (Artikel) dari Buku Tuanku Rao, Teror Islam Mazhab Hambali di TanahBatak: Jakarta, Penerbit Tanjung Pengharapan. http://my.opera.com/Tobing79/blog/2010/02/19/ sejarah-islam-di-tanah-batak.
48 Ibid.
49 Bruner, Edward M. Urbanization and Ethnic Identity in North Sumatra. Author(s): Reviewed work(s):Source: American Anthropologist, New Series, Vol. 63, No. 3 (Jun., 1961), p. 508-521 Published by:Blackwell Publishing on behalf of the American Anthropological Association Stable URL:http://www.jstor.org/stable/667725.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Adat menjadi sistem pengelolaan kehidupan sosial dan seremoni. Adat bagi
masyarakat tradisional Batak diturunkan oleh Ompu Mulajadi Nabolon,50 karena itu
patut dijalankan, tidak menjalankan berarti akan mendapatkan hukuman dari roh nenek
moyang. Keturunanya akan menderita, sakit, ketidaksuburan dan kerugian ekonomi.
Meskipun sekarang tidak semua mempercayainya tapi pada umumnya masih
diterima sebagai konsekwensi dari ketidaktaatan pada adat. Kalau pun tidak terjadi
hukuman secara spiritual namun akan terjadi penghukuman dari masyarakat yang
tidak mengikuti aturan adat dikatakan naso maradat (tidak punya adat) dan akan
‘diasingkan’ secara sosial. Keluaraga atau seseorang yang tidak mengikuti seremoni
dalam pesta adat akan dengan sendirinya tersingkir, karena kalau ada peristiwa terjadi
pada keluarga ini maka keluarga-keluarga yang lain akan enggan menghadirinya.
7. Dalihan Natolu
Dalam kehidupan tradisional masyarakat Batak, ada satu warisan budaya yang
fungsional digunakan setiap hari dalam hubunganya dengan memasak, yaitu tungku.
Untuk membuat keseimbangan alat masak yang ditaruh di atasnya, seperti periuk, dengan
menggunakan bahan bakar kayu maka dibutuhkan penyangga minimal tiga (tolu)
tungku, dalam bahasa batak disebut dalihan.
50 Sebutan kepada yang Ilahi dalam agama suku Batak Toba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Gambar Dalihan Natolu51
Gambar tiga tungku batu di atas adalah sebagai contoh nyata yang biasa
dipergunakan oleh orang Batak di dapur untuk menempatkan alat memasak di atasnya.
Dalihan biasanya dibuat dari batu yang agak empuk supaya mudah dibentuk, dan tahan
api. Perapian yang ada di dapur dalam rumah, sebagai tempat memasak biasanya
langsung di atas tanah, agak lebar untuk menjamin agar api tidak menjalar kemana-mana,
karena perapian menggunakan kayu sebagai bahan bakar. Meletakkan tungku di atas
tanah, atau abu kayu yang sudah menumpuk, tentu harus tepat supaya alat memasak tidak
miring. Kalau tiga tungku itu belum stabil maka diperlukan batu yang lebih kecil lagi
sebagai ganjal (sihal-sihal), supaya tiga tungku itu kokoh berdiri untuk menyangga beban
alat memasak yang akan diletakkan di atasnya. Dapur bagi sebagaian orang Batak yang
tinggal di sekitar pegunungan yang agak dingin, digunakan tidak hanya untuk
kepentingan memasak, tetapi sekaligus sebagai tempat perapian, untuk menghangatkan
badan karena udara cukup dingin. Sambil memasak, anggota keluarga biasanya mendekat
ke perapian tempat tungku diletakkan, sambil berbincang-bincang sekedar melakukan
51http://www.google.com/imgres?imgurl=http://batakculture.files.wordpress.com/2012/01/dalihan-natolu1.jpg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
komunikasi keluarga. Kebiasaan ini dilakukan baik setelah pulang dari pekerjaan setelah
matahari terbenam, dan di pagi hari dalam mempersiapkan sarapan pagi sebelum
matahari terbit.
Dengan begitu eratnya kehidupan orang Batak dengan perapian yang terbuat dari
tiga tungku batu, sebagai penopang alat masak yang diletakkan di atasnya, dan
kehidupan dapur sebagai ruang bercengkrama keluarga sambil memasak, maka lahirlah
sebuah falsafah Batak yang sangat populer disebut sebagai Dalihan Natolu.
Adapun dalihan natolu difungsikan sebagai falsafah menjadi sistem demokrasi
dalam melakukan ritual adat dan dalam menyelesaikan suatu persoalan yang mungkin
terjadi di dalam keluarga. Atau bahkan dapat disebut sebagai tatacara dalam
melaksanakan musyawarah keluarga. Untuk menciptakan keseimbangan, maka
diperlukan tiga unsur sebagai dalihan (tungku) musyawarah, yaitu: Hula-hula, Dongan
Tubu, dan Boru. Ada hal yang menarik dalam membahas Dalihan na Tolu, dengan
menggunakan pendekatan symbolic power Bourdieu. Menurut Bourdieu kekerasan
simbolik dapat terjadi ketika ada dominasi dalam komunikasi yang tersembunyi.
Penyampaian lemah lembut diterima tanpa sadar, tidak tampak namun ada maksud yang
tidak disangka oleh si terdominasi. Pandangan Bourdieu mengenai kekerasan simbolik
diterangkan lebih lanjut oleh Haryatmoko bahwa:
“Dalam dominasi simbolis, terlihat cara bagaimana dominasi itu dipaksakan dan dideritasebagai kepatuhan, efek dari kekerasan simbolik, kekerasan halus, tak terasakan, takdapat dilihat bahkan oleh korbannya sendiri”.52
52 Haryatmoko, 2010. Dominasi Penuh Muslihat, Akar kekerasan dan Diskriminasi, Jakarta, gramedia,p.13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Bila disimak dengan hati-hati, maka sistem demokrasi yang dipraktikkan oleh
orang Batak dalam Dalihan na Tolu, sebenarnya tidak lepas dari konsep kekerasan
simbolik. Karena di dalam sistem tersebut terdapat dominasi, dan terdapat subordinasi
kedudukan dan peran. Kedudukan sebagai hula-hula tidak pernah berada pada kedudukan
yang rendah. Dan sebaliknya peran sebagai boru tidak pernah berada pada kedudukan
yang lebih tinggi dalam sistem dalihan na tolu. Namun sebagai boru tidak merasa bahwa
itu adalah sebagai dominasi, pihak boru menerima hal itu sebagai kepatuhan kepada hula-
hula yang mempunyai kedudukan lebih tinggi, dan karena tindakan kekerasan itu sangat
halus, sehingga tidak dirasakan sebagai bagian dari kekerasan simbolik.
Dalam upacara ritual adat yang besar, tidak ada satupun dari tiga unsur (hula-
hula, dongan tubu, dan boru) ini yang boleh absen. Pesta adat perkawinan misalnya tidak
akan dapat berlangsung kalau satu dari tiga unsur ini tidak hadir. Sama seperti fungsi
dalihan dalam fungsi memasak, yang menopang alat memasak yang diletakkan di atasnya
yang paling ideal untuk menopang adalah tiga tungku tersebut. Dalam pelaksanan adat,
tiga unsur, hula-hula, dongan tubu, dan boru harus bekerjasama dalam melangsungkan
acara adat. Demikian pula dalam pengambilan keputusan tiga unsur ini harus didengar
pendapatnya, yang kemudian akan disimpulkan dan diputuskan oleh pihak hula-hula.
Dan satu hal yang sangat unik adalah mengenai peran dalam masing-masing kedudukan
juga tidak boleh sama. Hula-hula kalau dilihat dari posisinya lebih tinggi dari dongan
tubu sehingga posisi tempat duduknya dalam acara adat berada di tempat yang terhormat
dari bagian rumah, tidak mungkin hula-hula dalam pesta adat duduk di dekat pintu atau di
dapur, karena hula-hula adalah yang dihormati dan patut dilayani. Dongan tubu dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
pesta perkawinan adalah sebagai tuan rumah, yang melaksanakan pesta adat. Dia
mempunyai kedudukan sejajar dengan saudara semarganya. Tempat duduknya di rumah
adalah persis berhadapan dengan hula-hula. Sedangkan Boru kedudukannya dalam pesta
adat adalah paling rendah, tempat duduknya adalah di belakang pihak dongan tubu, dekat
pintu atau di dapur karena Boru adalah yang akan melayani semua kebutuhan dalam
pesta adat. Boru adalah pelayan yang akan menyikapkan segala keperluan dalam pesta
adat, mulai dari memasak, menghidangkan makanan dan minuman, sampai
membersihkan peralatan masak dan peralatan makan.
7. 1. Hula-hula
Adapun motto yang dihubungkan dengan hula-hula adalah: Somba marhula-hula yang
artinya hormat (sembah) kepada hula-hula. Hula-hula dalam sistem kekerabatan dalam
pesta perkawinan bagi orang Batak adalah pihak keluarga pemberi perempuan (kakak-
adik ayah perempuan dan keluarga satu marga). Hula-hula patut dihargai karena
merekalah pihak yang memberikan putrinya untuk dipinang dan dijadikan istri oleh pihak
laki-laki penerima perempuan. Untuk memberi hormat itulah pihak laki-laki yang
meminang dan mempersunting putri dari hula-hula patut memberi hormat (somba).
Dalam hukum adat, yang tidak hormat (sembah) terhadap hula-hulanya akan disebut:
“Naso somba marhula-hula, siraraon ma gadong na” artinya, yang tidak menghormati
hula-hulanya sama seperti makan ubi yang hampir busuk tiada rasa (hambar). Ubi yang
digambarkan di sini adalah termasuk makana pokok dan sumber hidup. Jadi kalau tidak
hormat kepada hula-hula hidupnya akan menghadapi kesusahan di masa yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
datang dalam mencari nafkah dan hidupnya tidak akan sejahtera. Hula-hula juga patut
dihormati karena mereka adalah sebagai sumber ‘berkat’ (pasu-pasu). Dalam acara adat
pihak boru selalu meminta berkat dari hula-hulanya. Oleh karena itu, dalam ajaran adat
Batak, aturan ini masih dijalankan sampai sekarang. Sehubungan dengan hukum ini,
apabila pihak laki-laki (penerima perempuan) tidak menghormati hula-hulanya (pemberi
perempuan), maka dia tidak akan diberkati. Apabila ingin tinggal di kampung hula-hula,
maka keluarga ini akan mengalami kesulitan dan tidak akan mendapatkan dukungan dari
pihak keluarga hula-hula dan seandainya ada sebidang tanah yang dapat dijadikan
sebagai sumber penghasilan tidak akan diberikan oleh pihak hula-hula-nya.
7. 2. Dongan Tubu
Adapun motto yang dihubungkan dengan dongan tubu adalah: “Manat mardongan tubu”
yang artinya berhati-hati kepada saudara sekandung. Dongan tubu adalah keluarga ayah
dan satu marga dengan pihak laki-laki penerima perempuan. Dongan tubu dikonsepkan
sebagai saudara sekandung, karena masih ada hubungan pertalian darah meskipun
urutannya sudah sangat jauh, sepanjang itu masih satu marga maka akan dianggp masih
satu kandung dari keturunan dari satu marga. Sehingga dimanapun orang Batak berada
dan bertemu, kalau berkenalan dengan sama marganya maka dengan otomatis mereka
menganggap sebagai saudara, meskipun tidak pernah kenal, bahkan orangtuanyapun
tidak saling mengenal, tetapi tetap harus mengaku seperti saudara sekandung dan yang
tidak mengikuti aturan ini akan dikatakan: “Angka naso manat mardongan tubu, na
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
tajom ma adopanna’. Artinya, keluarga yang tidak berhati-hati terhadap saudara semarga
akan menghadapi permasalahan dan pertengkaran di kemudian hari.
7. 3. Boru
Adapun motto yang dihubungkan dengan boru adalah: “Elek marboru” yang artinya
tenggang rasa kepada boru karena akan mengakibatkan hal yang tidak mengenakkan
semua pihak dalam pesta adat. Jangan sampai boru tersinggung, harus ‘panjang usus’
menghadapinya. Boru adalah keluarga saudara perempuan dari ayah. Dalam hubungan
kekerabatan dan melaksanakan adat, boru mendapat peran yang sangat penting, karena
merekalah yang akan banyak bekerja untuk melayani (marhobas) untuk kelancaran
semua pesta adat. Boru harus disanjung, disayang, dan tidak boleh dimarahi karena tugas
mereka dalam pesta adat sangat strategis dan bekerja keras. Yang tidak melaksanakan
aturan tersebut akan dikatakan: jala molo so elek marboru, andurabionma tarusanna.
Artinya yang tidak elek (sabar, tenggang rasa, mengerti) terhadap borunya akan
digambarkan sama seperti minum air susu ibu yang tidak sehat.
Falsafah yang termuat dalam dalihan natolu, memberi sistem atau aturan
musyawarah yang cukup adil, karena meskipun seolah-olah ada perbedaan dan
kedudukan yang terhormat dan kurang terhormat, namun pada akhirnya tidak ada
kedudukan seseorang yang tidak pernah berubah. Dominasi hula-hula dalam sistem
dalihan na tolu, harus dimaknai dengan konsep yang sangat hati-hati, karena dalam hal
posisi sebagai hula-hula, atau posisi sebagai boru, dan dongan tubu, bukanlah predikat
yang tidak bisa berubah. Semua posisi (hula-hula, dongan tubu, dan boru) bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
kondisional, yang artinya hanya berlaku pada kondisi tertentu saja. Mungkin di posisi
tertentu dalam keluarga tertentu kedudukan seseorang adalah sebagai boru, tetapi
kedudukan pada pesta adat yang berbeda dapat saja boru berkedudukan sebagai hula-hula
pada marga yang lain. Dalam sistem dalihan natolu juga tidak memandang seseorang
pada kedudukan yang tinggi di masyarakat, misalnya karena pangkat, jabatan dalam
pemerintahan, kekayaan, sebagai kedudukan terhormat. Di dalam pelaksanaan adat
dengan sistem dalihan natolu, semua kedudukan bisa saling dipertukarkan. Misalkan,
seorang Gubernur yang posisinya sebagai boru dalam acara pesta adat pernikahan, harus
dengan sukarela melayani seorang Camat yang berposisi sebagai hula-hula dalam adat.
Seorang camat yang posisinya sebagai hula-hula dalam acara adat tertentu dapat saja
menjadi boru pada acara adat yang lain. Dengan demikain, di dalam adat Batak Toba
seorang pasti akan pernah berada pada posisi baik sebagai hula-hula, dongan tubu atau
boru. Jadi inilah yang disebut sebagai sistem demokrasi dalam masyarakat Batak yang
terkristal dalam sebutan dalihan natolu. Dalam kenyataannya dalam sistem adat Batak
selalu menghormati semua kedudukan dengan sebutan awal sebagai raja, baik untuk hula-
hula sebagai Raja ni Hula-hula, dongan tubu sebagai Raja ni Dongan Tubu, dan boru
sebagai Raja ni Boru. Dan pada waktu acara adat berlangsung dan ketika parhata (juru
bicara) memanggil salah satu dari tiga unsur tersebut maka akan selalu dimulai dengan
panggilan, Raja ni Hula-hula, Raja ni Dongan Tubu, dan Raja ni Boru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
8. Ideologi 3 H Sebagai Modal Perjuangan
Ideologi yang berisi ajaran-ajaran dan sebagai cita-cita yang harus dipertarungkan
menjadi sangat relevan dalam membahas tentang ideologi 3H orang Batak. Habitus orang
Batak telah terjadi melalui suatu proses kultural yang hidup dan diajarkan oleh nenek
moyang mereka. Sehingga ideologi tersebut menjadi ajaran dan cita-cita yang harus
diperjuangkan melalui usaha di arena pertarungan. Adapun pertarungan untuk mencapai
tujuan akhir dari idologi 3H tersebut membutuhkan suatu modal perjuangan yang pada
prinsip dasarnya dapat digali dan diperoleh dari semangat dan dorongan yang ada pada
ideologi 3H itu sendiri.
Hamoraon, Hagabean, Hasangapon, tiga kata di depan adalah sebagai sebuah
rumusan nilai dan cita-cita yang memberi makna yang sangat berarti bagi kehidupan
orang Batak Toba. Mungkin tidak secara langsung disadari atau dipraktikkan tapi
dalam kenyataan bahwa tiga kata tersebut jarang sekali terlupakan dalam setiap
pelaksanaan ritual adat, misalnya dalam pesta adat perkawinan. Sudah menjadi
kebiasaan dalam setiap pesta perkawinan, pihak keluarga dari mempelai laki-laki dan
perempuan selalu memberikan nasihat kepada kedua mempelai, dan hal yang selalu
diulang adalah tentang makna dari tiga hal tersebut. Sehingga disadari atau tidak
penyampaian ideologi 3H tersebut dalam setiap kesempatan akan menjadikannya sebagai
cita-cita dalam hidup yang harus diperjuangkan. Selanjutnya membuat setiap orang Batak
yang menghargai budayanya dan upacara adatnya akan berupaya menjalaninya.
Hamoraon (kekayaan) bagi orang Batak adalah sesuatu yang penting untuk
dicapai. Meskipun kekayaan yang dimaksud tetap mempunyai makna yang sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
relatif. Kekayaan tidak selalu berarti dengan harta yang melimpah ruah, tapi dapat
dalam batas wajar kekayaan, yang dimiliki seseorang melebihi rata-rata yang diperoleh
orang pada umumnya. Kekayaan di sini dapat pula diartikan sebagai kelebihan yang
dimiliki seseorang yang di luar kebutuhan pokok. Secara psikologis kekayaan
dimaksud adalah kemampuan seseorang untuk dapat memperoleh sesuatu benda
yang secara umum sulit untuk dimiliki oleh orang miskin. Namun, kekayaanpun
akhirnya tidak ada batasnya, tergantung bagaimana seseorang meraih dan
memperjuangkannya. Dengan demikian kata hamoraon, kemudian tidak serta merta
bermakna materi yang tidak terhingga, tenyata bagi orang Batak, memiliki anak sudah
dikategorikan sebagai memiliki kekayaan. Seperti lagu Nahum Situmorang, ‘Anakkonhi
do hamoraon di au’ yang artinya anakku adalah kekayaan bagiku. Sebagai salah satu
cita-cita yang membahagiakan apabila orang Batak dapat memilikinya.
Adapun harapan dan pencapaian untuk kekayaan ini telah menjadi bahan
pembelajaran kepada keturuannya orang Batak, sehingga dimanapun dan kapan saja, bila
pesta adat berlangsung maka perumpamaan atau kiasan-kiasan khas Batak tidak pernah
ketinggalan diucapkan. Khususnya mengenai kekayaan (hamoraon) ada beberapa
pepatah Batak yang merumuskan betapa pentingnya mencapai kekayaan itu:53
a. Tangkas ma jabu suhat tangkasan ma jabu bona. Tangkas ma hita maduma
tangkasan ma hita mamora. Artinya bahwa orang Batak dalam pencapaian
53 http://habinsaran.wordpress.com/2007/07/31/hamoraon-hasangapon-hagabeon/.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
kemakmuran adalah sebagai hal yang jelas ingin dicapai, namun lebih jelas lagi
dari itu adalah mengenai kekayaan yang jelas-jelas harus dicapai.
b. Tonggi ma sibahut tabo ma pora-pora. Gabe ma hita huhut jala sude hita
mamora. Artinya, yang akan dicapai selain medapatkan keturunan laki-laki dan
perempuan, juga yang diharapkan dicapai adalah supaya kita semua menjadi kaya.
c. Simbora gukguk, sai mamora ma hita luhut! Artinya, semoga kita semua menjadi
kaya.
d. Tinaba hau sampinur di tombak simarhora-hora, sai lam matorop ma hamu
maribur lam marsangap jala mamora. Artinya selain punya keturunan yang
banyak, semoga semakin dihormati dan juga kaya.
e. Dekke ni sale-sale, dengke ni Simamora, tamba ni nagabe, sai tibu ma hamu
mamora. Artinya, yang sudah dimiliki semoga semakin bertambah dan cepat
menjadi kaya.
Hagabeon (memiliki keturunan), orang Batak dalam sistem kekerabatan dikenal
dengan sistem patriarkhal, mengikuti garis keturuan laki-laki. Memiliki anak laki-laki dan
perempuan adalah salah satu ujud kebahagiaan dan kekayaan yang diharapkan dalam
setiap keluarga orang Batak. Kealpaan satu sisi, tidak punya anak laki-laki berarti masih
dianggap tidak lengkap (tidak gabe). Memiliki anak laki-laki dan tidak memiliki anak
perempuan dianggap masih dalam kategori gabe, karena masih dapat meneruskan garis
keturunan (marga). Tetapi tidak memiliki anak laki-laki dikategorikan tidak gabe, karena
garis keturunan akan menjadi terputus. Oleh karena itu, bagi orang Batak Toba pada
zaman sebelum masuk agama Islam dan Kristen keluarga yang tidak mendapat anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
laki-laki akan dianjurkan untuk mencari istri baru dengan maksud supaya keluarga
tersebut dikaruniai anak laki-laki sebagai penerus keturunan.
Silsilah (tarombo) adalah salah satu praktik patriarkhal dalam masyarakat Batak
Toba. Keturunan dari satu marga akan dapat ditelusuri berdasarkan data yang ada pada
silsilah suatu marga. Karena di dalam upacara adat Batak kedudukan seseorang sangat
diperlukan. Karena seseorang tidak akan dilibatkan dalam upacara adat apabila tidak
mengetahui posisi duduknya (parhundulna) apakah dia sebagai hula-hula, dongan tubu,
atau boru. Seseorang yang terlibat dalam upacara adat harus mengetahui, apa peran
dalam pesta, dimana tempat duduk dan apa yang harus dikerjakan. Sehingga di dalam
setiap upacara adat, tidak akan ada ‘orang lain’ (tidak punya marga) yang akan berperan
dalam adat. Karena ‘orang lain’ berarti orang yang tidak punya peran dalam pelaksanaan
upacara adat dan tidak terlibat dalam aktivitas adat. Sehubungan hagabeon, memiliki
keturunan adalah sebagai salah satu cita-cita yang perlu diraih maka leluhur Batak telah
meninggalkan pesan penting untuk itu yang disampaikan dalam bentuk pantun sbb:54
a. Giring-giring ma tu gosta-gosta, tu boras ni sikkoru, sai tibu ma hamu
mangiring-iring, huhut mangompa-ompa anak dohot boru. Artinya, diberkati
yang baru membentuk keluarga yang baru, semoga cepat dapat momongan, laki-
laki dan perempuan.
54 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
b. Ruma ijuk tu ruma gorga, sai tubu ma anakmuna na bisuk dohot borumuna na
lambok marroha.Artinya, Semoga kalian melahir anak laki-laki dan perempuan
yang bijaksana dan rendah hati.
c. Gadu-gadu ni Silindung, tu gadu-gadu ni Sipoholon, sai tubu ma anakmuna
sampulu pitu dohot borumuna sampulu onom. Artinya, semoga kalian diberkati
anak laki-laki 17 dan anak perempuan 16.
Hasangapon (kehormatan), adalah nilai dan cita-cita yang senantiasa menjadi
harapan orang Batak Toba. Pangkat, kedudukan dan jabatan adalah bagian dari nilai dan
cita-cita yang ingin diraih orang Batak Toba. Untuk itulah orang Batak Toba dari kondisi
dan keadaan ekonomi yang mungkin pas-pasan, akan senantiasa mencoba berusaha
bagaimana supaya anak-anak mereka dapat sekolah. Kalau tidak berhasil diperjuangkan
melalui sekolah maka orangtua akan mendorong anak-anak mereka terutama anak
laki-laki supaya pergi merantau. Sekolah dan merantau adalah arena yang sangat populer
di kalangan orang Batak dalam mewujudkan cita-cita dalam kehidupan anak-anak
mereka. Terlebih dalam mencapai ideologi 3H yang masih sangat teguh dipegang oleh
orang Batak. Pada umumnya, anak-anak yang tidak bisa sekolah, atau pengangguran,
sering-sering meresahkan orangtuanya, sehingga anak seperti itu lebih baik pergi
merantau dengan tujuan dan harapan anak tersebut akan bisa bernasib lebih baik,
apalagi bisa bekerja dan kemudian berhasil. Hal ini diungkapkan dalam pepatah berikut
ini:55 “Tangki jala hualang, garinggang jala garege. Tubuan anak ma hamu, partahi jala
ulubalang, tubuan boru par-mas jala pareme”. Artinya, semoga kalian akan melahirkan
55 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
anak laki-laki menjadi panutan, dan pemimpin, dan anak perempuan kaya emas dan
berlimpah padi. Pepatah ini telah merumuskan semua cita-cita dalam ideologi 3H karena
telah terangkum dalam pencapaian cita-cita mencakup hamoraon (emas, padi melimpah),
hagabeon (lak-laki dan perempuan), dan hasangapon (panutan, pemimpin).
9. Peta Kemiskinan
Mengenai peta kemiskinan di Sumatera Utara, ternyata tidak hanya Kabupaten Tapanuli
Utara saja yang tergolong miskin tapi ada beberapa kabupaten lain yang termasuk
wilayah Tanah Batak dan sekitarnya dalam kategori ini, seperti; Tapanuli Utara,
Tapanuli Tengah, Dairi, Karo, termasuk Kabupaten Nias, karena wilayah ini didominasi
dengan lahan-lahan kering.
Namun lebih khusus saya akan berfokus pada salah satu Kabupaten sebagai acuan
dasar untuk penelitian ini adalah, hasil penelitian yang ditulis oleh Toga P. Sihotang dari
Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara 1996, dengan judul: Analisis Penyebab
Kemiskinan di Tapanuli Utara. Sebagai pendukung data akan diambil penelitian yang
dilakukan oleh Roy Hendra dengan judul: Determinan Kemiskinan Absolut Di
Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2007. Hendra melakukan
penelitian terhadap 28 Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara untuk membuktikan
sampai sejauhmana kemiskinan masih terdapat di wilayah tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Sihotang dalam penelitiannya mengambil sampel penelitian di empat desa yaitu
dua desa di Kecamatan Sipoholon seperti Desa Tapian Nauli dan Desa Hutaraja
Hasundutan, kemudian dua desa di Kecamatan Tarutung yaitu Desa Sihujur dan Desa
Sitampurung, di Kabupaten Tapanuli Utara.56 Unsur-unsur yang menjadi bahan penelitian
Sihotang adalah dari aspek: Pemetaan faktor sumber daya manusia, potensi wilayah,
sarana dan prasarana, sistim produksi tanaman pangan secara khusus dan sistim pertanian
secara umum, penelaahan persoalan ketahanan pangan; peranan pranata sosial, dan
mekanisme pemasaran.
Salah satau bagian yang disorot dalam penelitian Sihotang di Tapanuli Utara
adalah mengenai besarnya jumlah anggota dalam satu keluarga yang rata-rata sebanyak
6,23 jiwa. Dampak yang diakibatkan di satu sisi adalah memperkecil pendapatan
perkapita, dan sebaliknya bila jumlah ini dijadikan sebagai potensi maka dapat
memberikan ketersediaan tenaga kerja yang cukup besar. Ketersediaan tenaga kerja
pertahun pada keempat desa penelitian adalah sebanyak 1.768,66 - 1.989,72, namun
dalam kenyataannya yang diberdayakan hanya di sekitar 43,92-52,38 porsen saja,
sehingga sumbangan dari sisi potensi tenaga kerja tetap tidak bisa menunjang
produktifitas yang memadai di empat desa penelitian tersebut.57 Dengan melihat luasan
lahan dan jumlah tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga petani di desa penelitian,
dapat disimpulkan bahwa potensi sumber daya fisik khususnya lahan dan tenaga kerja
56 Sihotang,Toga P.1996.Analisa Penyebab Masalah Kemiskinan Di Kabupaten Tapanuli Utara.(StudiKasus: Dua Desa di Kec. Sipoholon dan Dua Desa di Kec.Tarutung), Medan. Program PascasarjanaUniversitas Sumatera Utara. p. 257 Ibid. p.2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
manusia merupakan potensi yang besar untuk dimanfaatkan dalam rangka
penanggulangan kemiskinan. Namun kendala besar yang dihadapai dalam
pelaksanaannya adalah karena keterbatasan modal, pengetahuan serta ketrampilan petani
yang sangat terbatas, sehingga potensi yang tersedia tidak dapat dimanfaatkan secara
optimal. Ditambah lagi kendala transportasi dan pemasaran hasil bumi dengan mata
rantai yang cukup panjang yang dilakukan oleh pedagang pengumpul dari Desa, ke
Kecamatan dan ke Kabupaten. Dengan mata rantai yang panjang tersebut akan
mengakibatkan tingginya biaya transportasi yang berdampak pada rendahnya pendapatan
para petani.
Adapun standar yang dijadikan sebagai batas garis kemiskinan berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan oleh BPS-1992 adalah Rp 255.500 per kapita per tahun.
Sedangkan standad Bank Dunia menetapkan penghasilan Rp 730.000 per kapita per
tahun. Dengan merujuk pada dua standar penetapan garis kemiskinan, baik secara
Nasional dan Internasional, menunjukkan bahwa penduduk di ke-empat desa penelitian
Sihotang di Tapanuli Utara yang hanya berpenghasilan Rp 174.314 per kapita per tahun,
disimpulkan bahwa penduduk di Tapanuli Utara memang benar-benar masuk dalam
kategori sangat miskin.58 Untuk mendekatkan ke batas garis kemiskinan yang
distandardkan oleh BPS maka Tapanuli Utara harus melipatgandakan potensinya paling
sedikit dua kali lipat ukuran BPS Nasional dan empat kali lipat standar Bank Dunia.
58 Ibid.p.2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Adalah suatu kenyataan bahwa Tapanuli Utara pernah mendapat predikat
‘Tapanuli Peta Kemiskinan’ (Sinar Harapan, Juni 1984). Predikat itupun diabadikan oleh
Jack Marpaung dalam sebuah lagu yang sama judulnya, ‘Tapanuli Peta Kemiskinan’
(2008). Dari hasil penelitian Toga Sihotang membuktikan bahwa sampai pada saat
penelitian dilakukan (1966) kemiskinan di Tapanuli Utara masih menjadi kenyataan.
Berdasarkan data BPS Survey Sosial Ekonomi Nasional 2005-2007 sebagai data
acuan Hendra, dari 28 kabupaten/kota yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara hanya 6
kabupaten/kota yang jumlah penduduk miskinnya dibawah 10 persen sedangkan
selebihnya jumlah penduduk miskinnya masih berada di atas 10 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa masih banyak daerah-daerah di Propinsi Sumatera Utara yang
bermasalah terhadap tingkat kesejahteraan masyarakatnya.59 Dalam tabel 3.1. Persentase
penduduk miskin (P0) kabupaten/kota Propinsi Sumatera Utara tahun 2005 – 2007 yang
ditampilkan Hendra, terlihat bahwa Kabupaten Tapanuli Utara menunjukkan persentase
tingkat kemiskinan 21,8% pada tahun 2005, 21,73% pada tahun 2006, dan 20,06% pada
tahun 2007. Meskipun terlihat adanya kecenderungan penurunan jumlah orang miskin
namun hasilnya masih sangat kecil.60
59 Hendra, Roy. 2010. Determinan Kemiskinan Absolut Di Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera UtaraTahun 2005-2007, Program Studi: Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, Jakarta, UniversitasIndonesia, p. 11.60 Ibid.p.40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Tabel 3.1. Persentase penduduk miskin (P0) kabupaten/kotaPropinsi Sumatera Utara tahun 2005 – 2007.61
Persentase Penduduk Miskin (%)
Kabupaten/Kota 2005 2006 2007
Kabupaten1. Nias2. Mandailing Natal3. Tapanuli Selatan4. Tapanuli Tengah5. Tapanuli Utara6. Toba Samosir7. Labuhan Batu8. Asahan9. Simalungun10. Dairi11. Karo12. Deli Serdang13. Langkat14. Nias Selatan15. Humbang Hasundutan16. Pakpak Barat17. Samosir18. Serdang Bedagai19. Batu Bara20. Padang Lawas Utara21. Padang LawasKota22. Sibolga23. Tanjung Balai24. Pematang Siantar25. Tebing Tinggi26. Medan27. Binjai28. Padang Sidempuan
30,821,520,4130,1621,818,9912,9813,2917,0919,5417,686,320,9838,8420,4225,1823,1310,53xxx
1113,9210,9610,857,066,9311,35
36,1920,4024,1731,2621,7317,8514,2013,3819,3922,1620,966,2919,6537,6622,1423,6730,5912,34xxx
10,0912,5112,0710,427,776,3812,22
31,7518,7420,3327,4720,0615,2812,3313,1714,8415,8214,475,6718,2333,8418,8422,4222,7611,8417,89xx
9,7311,529,469,677,175,7210,92
Sumatera Utara 14,68 15,66 13,90Sumber: BPS Survey Sosial Ekonomi Nasional 2005-2007.
61 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Dalam keterangan yang dikemukana Roy Hendra yang dimaksud dengan
kemiskinan absolut adalah seberapa jauh perbedaan antara tingkat pendapatan seseorang
dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar (pangan,
papan, sandang). Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan
miskin dengan tidak miskin. Sedangkan pada tahun 1976 International Labor
Organization (ILO) menggunakan ukuran kebutuhan pokok, pangan, papan, sandang dan
fasilitas umum seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, air bersih dan transportasi
sebagai dasar taraf hidup masyarakat miskin. Dengan belum terpenuhinya kebutuhan
yang paling dasar, maka Kabupaten Tapanuli Utara masih masuk dalam kategori miskin
absolut.62 Seperti kesimpulan Toga Sihotang dalam penelitiannya, Tapanuli Utara yang
hanya berpenghasilan Rp 174.314 per kapita per tahun, yang seharusnya oleh BPS-1992
ditetapkan Rp 255.500 per kapita per tahun sehingga disimpulkan bahwa penduduk di
Tapanuli Utara masuk dalam kategori sangat miskin.
62 Ibid p. 20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Bab III
LAGU BATAK TOBA POPULER
Pada Bab III akan dibahas mengenai musik Batak Toba populer, yang menyangkut unsur
musik tradisional dan perkembangan ke musik populer. Pembahasan akan dibagi dalam
beberapa topik sesuai dengan perkembangan lagu Batak secara periodik, yang
disesuaikan dengan era kepopulerannya. 1. Lagu Batak Toba Populer Era-sebelum 70-an:
Akan dibahas mengenai bagaimana pengaruh musik dalam pembentukan musik pada era
berikutnya. Dari beberapa musisi yang berpengaruh pada era ini, akan diambil dua musisi
Batak yang mempunyai peran penting dalam perubahan musik populer Batak yaitu:
Nahum Situmorang dan Tilhang Gultom. Kedua musisi ini telah memberi landasan dan
memberi corak musik Batak populer yang menjadi acuan untuk perkembangan musik di
era-setelah 70-an. 2. Lagu Batak Toba Populer Era-setelah 70-an: Era-setelah 70-an
adalah menjadi era kedua yang sangat penting dalam perkembangan musik Batak Toba.
Karena pada era ini, semakin banyak orang Batak menjadi seniman musik, baik sebagai
pencipta lagu maupun sebagai penyanyi. Perubahan pada musik terjadi pada instrumen
yang tidak lagi hanya menggunakan alat musik tradisional seperti, taganing, hasapi dan
suling, tetapi sudah semakin luas penggunaan alat musik elektronik seperti gitar listrik,
drum set, dan keyboard. Era-setelah 70-an ini juga banyak terlahir teks-teks lagu yang
menyuarakan keprihatinan mengenai kemiskinan, putus sekolah dan merantau.3. Isi Syair
Lagu Mengisahkan Pengalaman Hidup: Seperti pada perkembangan musik-musik populer
lainnya, isi teks lagu semakin bervariasi dengan munculnya kisah-kisah hidup yang
menjadi isi teks lagu. Tidak hanya sekedar di seputar lagu percintaan, atau keindahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
alam, tetapi munculnya teks-teks lagu yang mengungkapkan kisah perjuangan karena
kemiskinan, perjuangan sekolah anak-anak, anak yang putus sekolah, dan merantau. 4.
Lagu Batak Populer dan Suara Perjuangan: Peran lagu Batak menjadi penting mengingat
kisah hidup dalam perjuangan orang Batak yang dilukiskan dalam teks-teks lagu. Lagu
yang menyuarakan perjuangan, yang mengisahkan bagaimana mencapai kesuksesan telah
ditopang oleh ideologi 3H. Melalui ideologi ini banyak orang Batak mendapat inspirasi
untuk memperjuangkan anak-anak mereka baik melalui pendidikan maupun melalui
usaha mendapatkan pekerjaan.
Penggunakan istilah lagu dan bukan musik pada judul tesis adalah untuk
mempersempit lingkup bahasan pada melodi dan syair. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diberi arti: lagu1 (melodi dan syair) 1. ragam suara yang berirama (dalam
bercakap, bernyanyi, membaca). 2. Nyanyian. Sedangkan musik 2 dalam arti ke 2 adalah
nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan
keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-
bunyi itu. Dengan alasan ini maka pembahasan lebih diutamakan pada melodi dan isi
syair lagu yang ada kaitannya dengan judul tesis: Ideologi 3H dalam Lagu Batak Populer
sebagai Modal Perjuangan Orang Batak Toba.
1 Tim Redaksi KBBI. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua. Jakarta, Balai Pustaka. p. 552.
2 Ibid. p. 676.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
1. Lagu Batak Toba Populer Era-Sebelum 70-an
Berbicara mengenai lagu Batak Toba populer tidak dapat dilepaskan dari peran musik
tradisional yang melatarbelakanginya yaitu: Musik Gondang.3 Musik gondang terbentuk
dari beberapa alat musik yang dapat dikelompokkan ke dalam permainan musik yang
disebut sebagai: Gondang Sabangunan, Gondang Hasapi, dan Gondang Bulu.4 Untuk
mengetahui unsur yang terdapat dalam musik tradisional Batak maka berikut ini akan
dibahas mengenai tangga nada dan struktur musik tradisional Batak.
Di dalam musik tradisional Batak Toba dikenal dua tangga nada pentatonik.
Tangga nada pentatonik pertama menggunakan nada 1 2 3 4 5. Sebagai contoh dapat
dilihat pada melodi dan ritme pada Melodi Tradisional tangga nada 1 2 3 4 5 berikut ini.
Sedangkan tangga nada pentatonik kedua menggunakan nada 1 2 3 5 6. Sebagai contoh
dapat dilihat pada melodi dan ritme Melodi Tradisional tangga nada 1 2 3 5 6 berikut ini.
3 Lihat Tesis Marsius Tinambunan. BAB III. Sub 1.1.1. Gondang. p.97.
4 Purba, Mauly: Review of Research Into The Gondang Sabangunan Musical Genre in Batak Tob Society ofNorth Sumatera: Etnomusikologi Vol. 1 No. 1. Mei 2005: 38-64. Medan: USU.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Dan pada lagu Batak populer cukup banyak lagu yang diciptakan berdasarkan tangga
nada diatonik Barat 1 2 3 4 5 6 7 (i). Sebagai contoh pada lagu Anju Au karangan S. Dis
(Siddik Sitompul) berikut ini.
Ada dua kelompok alat musik yang akan dibahas yang mengunakan tangga nada
pentatonik sebagai dasar pembentukan melodinya. Pertama, alat musik Gondang
menggunakan tangga nada pentatonik 1 2 3 4 5, sesuai dengan sistem nada pada alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
musik taganing 1 2 3 4 5. Kedua, alat musik Uning-uningan menggunakan tangga nada
1 2 3 4 5 dan 1 2 3 5 6. Sedangkan lagu yang menggunakan tangga nada diatonik sudah
jelas bukan tangga nada musik Batak, tapi mengambil tangga nada musik Barat. Dengan
bermodalkan 3 macam tangga nada yang sudah disebutkan, para pencipta lagu era-
sebelum 70-an dan era-setelah 70-an menciptakan lagu-lagu mereka.
Tangga nada pentatonik musik tradisional Batak 1 2 3 4 5 sangat mirip dengan
tangga nada mayor musik Barat (1 2 3 4 5 6 7 i). Perbedaannya, pada musik Batak tidak
menggunakan nada 6 7 yang terdapat pada musik Barat. Dan pada tangga nada pentatonik
musik Batak 1 2 3 5 6, tidak mengunakan nada 4 dan 7. Tangga nada 1 2 3 5 6 sangat
banyak dipakai untuk musik vokal seperti pada lagu andung. Sebagai contoh pada lagu
Andung-andung ni Anak Siampudan berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Untuk mengetahui bagaimana peran alat musik dalam proses pembentukan lagu-lagu
tradisional ke lagu-lagu Batak populer maka berikut ini akan dibahas dua kelompok alat
musik.
1. 1. Alat Musik Tradisional
1. 1. 1. Gondang
Musik tradisional sangat ditentukan oleh penggunaan alat musik yang berpola pada ritme
dan nada lagu tradisional. Alat musik Gondang5 terdiri atas 4 kelompok alat musik
utama. Pertama, 4 gong (ogung ihutan, ogung oloan, ogung panggora, ogung doal);
Kedua, 5 taganing, 1 gordang; Ketiga, sarune dan Keempat, hesek. Ogung ihutan, olan,
panggora, doal adalah kelompok gong alat musik ritmik (idiophone), yang bahannya
dibuat dari besi atau perunggu, dibunyikan dengan cara dipukul secara bergantian
sehingga suaranya terdengar sahut menyahut. Taganing dan gordang6 (membranophone)
adalah alat musik yang jenis kendang berbentuk silinder yang dipukul dengan kayu,
dengan ukuran yang berbeda-beda, dan bahan-bahannya terbuat dari kayu dan kulit.
Sarune7 merupakan alat musik tiup (aerophone) dari kayu yang berlidah ganda (double
reed) yang berfungsi memainkan melodi dalam musik gondang.
Dan hesek8 adalah alat musik perkusi (idiophone) berperan sebagai penjaga tempo
(ketukan dasar) dibuat dari bahan plat besi atau botol kaca.
5 Lihat Lampiran 8, Figur1: Empat gong: Ihutan, oloan, panggora, doal
6 Lihat Lampiran 8, Figur 2: 5 Taganing dan 1 gordang.
7 Lihat Lampiran 8, Figur 3: Sarune bolon dan sarune etek.
8 Lihat Lampiran 8, Figur 4: Hesek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Musik gondang tidak secara langsung membentuk musik populer karena musik
gondang umumnya dimainkan dalam upacara adat yang dipergunakan untuk mengiringi
tarian. Bila diperhatikan musik gondang bukanlah musik vokal tapi terutama musik
instrumen. Dalam permainan musik gondang, melodi musiknya bukan dinyanyikan oleh
penyanyi tetapi dimainkan oleh pemain sarune dan taganing untuk mengiringi tarian. Dan
komposisi musik gondang sudah disesuaikan dengan berbagai jenis tarian (tortor)9 yang
berhubungan dengan upacara adat yang akan dilangsungkan. Untuk lagu vokal peran
gondang pada jenis musik rakyat (folksong) dan populer adalah sebagai pemberi dasar
tangga nada, pembuat motif dasar melodi, dan pembentuk sistem ritme pada lagu.
Pengaruhnya kepada musik populer, lebih kepada imitasi pola permainan ritme gondang,
dan pola melodi yang dimainkan oleh instrumen sarune.10
1. 1. 2. Uning-uningan
Adapun alat musik yang biasa mengiring musik tradisional, kemudian ke musik rakyat
disebut: Gondang Hasapi. Dalam ansambel ini tidak mengikutkan gong sebagai alat
musiknya. Gondang hasapi digunakan lebih banyak pada acara yang tidak berhubungan
dengan upacara besar ritual adat. Musik Gondang Hasapi atau juga disebut Uning-
uningan adalah semacam musik ansambel yang banyak digunakan oleh anak muda untuk
mengiringi lagu vokal, baik yang tradisional maupun lagu-lagu rakyat.
9 Lihat Lampiran 7, Goar-goar ni Gondang.
10 Lihat Bab III, p. 92-93.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Ansambel Uning-uningan (gondang hasapi) terdiri atas alat musik:1. Taganing
dan gordang 11 berperan sebagai pemberi aba-aba, pemberi ritme dan sebagai melodi.
Hasapi (kecapi)12 yang berperan memainkan melodi. 2. Sarune etek 13 adalah alat musik
tiup dari kayu, lebih pendek dan lebih kecil dari sarune bolon berperan memainkan
melodi dengan kecapi. 3. Sulim 14 adalah seruling bambu memainkan melodi dan variasi
melodi. 4. Garantung 15 adalah alat musik pukul dari bilah-bilah kayu berbentuk pipih
selain memainkan ritme juga berperan memainkan melodi. 5. Hasapi 16 dan sarune etek
adala alat musik yang memainkan melodi dalam Uning-uningan. 6. Hesek 17 dibuat dari
potongan besi atau botol kosong yang berfungsi menjaga tempo musik.
Dari sifat instrumen (hasapi, sarune, sulim, garantung) yang digunakan
mengindikasikan bahwa lagu yang diiringi tidak mempunyai konsep harmoni Barat
karena kebanyakan alat musik berperan memainkan melodi atau variasi melodi. Dan hal
ini membuktikan betapa kuatnya pengaruh instrumen gondang yang menjadi dasar pada
pembentukan musik rakyat (folksong). Selain musik Uning-uningan dapat dimainkan
secara instrumentalia, justru musik ansambel ini lebih banyak mengiringi musik vokal
seperti pada musik Opera Batak karya Tilhang Gultom.
11 Lihat Lampiran 8, Figur 2: Taganing dan gordang.
12 Lihat Lampiran 8, Figur 5: Hasapi.
13 Lihat Lampiran 8, Figur 5: Sarune etek.
14 Lihat Lampiran 8, Figur 5: Sulim.
15 Lihat Lampiran 8: Figur 6 Garantung.
16 Lihat Lampiran 8: Figur 5 Hasapi.
17 Lihat Lampiran 8: Figur 4 Hesek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
1. 2. Musik Populer Batak Toba
Istilah populer adalah istilah yang masih bisa diperdebatkan. Dalam tulisan Shuker
dalam bukunya: Understanding Popular Music menulis: “Historically, the term popular
has meant ‘of the ordinary people’. Popular means: appealing to the people, grounded
in or ‘of’ the people”.18 Secara historis populer dihubungkan dengan orang-orang biasa,
dan berdasar pada orang. Dalam hubungannya dengan musik populer, istilah ini dipakai
untuk membedakan musik rakyat (folk) yang yang berorientasi kepada musik akustik,
sedangkan musik populer berhubungan dengan produksi rekaman dan komersialisasi.
“Many commentarors argue that it is commercialization that is the key to understanding
popular music: e.g. ‘When we speak of popular music we speak of music that is
commercially oriented’ (Burnett 196: 35)”.19
Pembentukan musik populer di satu tempat dipengaruhi oleh masuknya musik
Barat seperti musik populer rock ke dalam unsur musik rakyat. Akibatnya, membuat
batas antara musik rakyat (folk) dan musik populer itu sendiri semakin tidak jelas.
“Western impact on world music (Nettl 1978,1985), have greatly blurred the distinctionsbetween folk and populer music and placed in doubt the very existence of pure musicalheritages”.20
Pada musik populer dunia, tidak dapat diabaikan bahwa ada beberapa unsur
penting sebagai pembentuk dalam musik populer antara lain: struktur melodi, harmoni,
18 Shuker, Roy.2001. Understanding Popular Music, London and New York, Routledge. P. 5.
19 Ibid. p. 6.
20 Regev, Motti and Serousi, Edwin. 2004. Popular Music and National Culture in Israel, California,University of California Press. p. 8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
pola ritme dan penggunaan alat musik. Regev dan Serousi, dalam studi perbandingan
mengenai musik populer kontemporer menggarisbawahi. “The global flow of musical
materials that is, structures of melody and harmony, patterns of rhythm, use of musical
instruments”.21 Regev dan Serousi menggambarkan bahwa musik kultur berbagai negara
dipengaruhi oleh jenis musik yang berbagai macam, seperti kutipan berikut ini.
“National music cultures in countries like India, Japan, Congo (Zaire), Italy, China – toname but a few – may come to include, in one way or another, stylistic influences of, forexample, tango, salsa, samba and flamenco, hip-hop and reggae, swing, rock’n’roll andblues, sentimental ballads and operatic drama, country music, Arab and other “oriental”flavors, Central and West African rhythms – and many more”.22
Pembentukan musik populer Batak tidak dapat dilepaskan dari pengaruh musik
Barat, bahkan musik Amerika Latin seperti yang dialami oleh berbagai negara dunia.
Sangat jelas pada musik Batak populer bagaimana Nahum Situmorang memanfaatkan
globalisasi musik populer tersebut mengemas musiknya dengan unsur-unsur yang telah
disebutkan oleh Regev dan Serousi (struktur melodi, harmoni, pola ritme dan penggunaan
alat musik) dalam sebuah penelitian musik populer Israel.
Pengaruh musik populer Barat pada musik populer Batak juga tidak dapat
dilepaskan dari musik gereja Barat yang dibawa oleh Missionaris, yang memberi
kontribusi tersendiri dalam memadukan musik tradisional dengan musik Barat tersebut.23
Adapun pengaruh musik gereja dapat diketahui dari penggunan nyanyian gereja yang
21 Regev, Motti and Serousi, Edwin. 2004. Popular Music and National Culture in Israel, California,University of California Press. p. 10.
22 Ibid. p. 246.
23 Hodges, W. Robert. 2006. Referencing, Reframing, and (Re)Presenting Grief Through Pop Laments inToba Batak (North Sumatra, Indonesia) dalam, Etnomusikologi, Vol.1 No. 3, Januari 2006. p.289.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
bersumber dari gereja Barat seperti nyanyian-nyanyian yang diterjemahkan ke dalam
Bahasa Batak Toba dan menjadi Buku Nyanyian Gereja: Buku Ende HKBP.24 Dan lagu
lagu gereja tersebut juga menginspirasi para musisi Batak Toba dalam membuat karya
lagu-lagu sekuler yang diatonis. Dari perjumpaan musik tradisional Batak dan musik
Barat kemudian menghasilkan musik hibriditas populer Batak Toba. Dan selain tangga
nada, para musisi Batak juga memanfaatkan kekayaan harmoni musik Barat dan
menambahkan nada 6 7 dari unsur tangga nada musik Barat ke musik Batak sehingga
akhirnya lahirlah Musik Populer Batak Toba.
Untuk membandingkan bagaimana tangga nada musik tradisional Batak dan
tangga nada musik Barat dipakai dalam lagu populer Batak maka berikut ini akan
ditampilkan dua lagu populer Batak sebagai perbandingan. Contoh tangga nada
pentatonik Batak 1 2 3 4 5 dalam lagu: Sinanggar Tullo ciptaan Tilhang Gultom.
24 HKBP. 1989. Buku Ende HKBP, Pinaruar ni HKBP, Original from the University of Michigan, Digitized14 Mar 2007.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Contoh lagu populer Batak yang menggunakan tangga nada diatonik Barat 1 2 3
4 5 6 7 (i) dalam lagu: Aek Sarulla ciptaan Tilhang Gultom.
Kedua lagu tersebut (Sinanggar Tullo dan Aek Sarulla) adalah lagu populer
Batak dan dua-duanya sama-sama disukai orang Batak dan masih sering dinyanyikan.
Dalam harmonisasi, musik Batak sangat mudah menyesuaikan dengan akor-akor musik
Barat (prinsip dasar akor musik barat: tonika, subdominan, dan dominan) karena unsur
nada-nada yang dipakai pada musik Batak (1 2 3 4 5) dapat dikatakan sama dengan
musik Barat. Oleh karena itu, untuk menciptakan lagu Batak model tradisional, harus
berhati-hati karena hasilnya akan tidak bisa dibedakan dengan musik populer pada
umumnya, dan unsur pembeda biasanya hanya dari syair karena menggunakan bahasa
Batak. Sebagai contoh pada lagu Madekdek ma Gambiri, ciptaan Nahum Situmorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lagu Madekdek ma Gambiri menggunakan tangga nada diatonik, kalau syairnya
diganti maka akan sangat sulit mengatakan bahwa ini adalah lagu Batak. Sebagai contoh,
Lagu Madekdek ma Gambiri telah dijadikan lagu rohani (gereja), dengan cara mengganti
syairnya oleh seseorang (NN), dari bahasa Batak yang berisi lagu percintaan ke bahasa
Indonesia dengan judul Melayani berisi syair lagu rohani. Dan berikut ini ditampilkan
contoh lagu Madekdek ma Gambiri dengan judul baru, Melayani25.
Melayani, melayani lebih sungguh.
Melayani, melayani lebih sungguh.
Tuhan lebih dulu, melayani kepadaku.
Melayani, melayani lebih sungguh.
Lain dengan lagu Sinanggar Tullo, meskipun diganti syairnya ke dalam bahasa
bukan Batak, ciri khas musik Batak masih terasa karena selain menggunakan tangga nada
pentatonik, masih dapat diidentifikasi lewat permainan ritme pada lagu yang sangat
25 Lihat contoh lagu lengkap dengan notasi balok pada Lampiran 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
kental dalam permainan musik Gondang dan musik Uning-uningan. Dua contoh lagu
(Aek Sarulla dan Madekdek ma Gambiri) dapat dijadikan sebagai gambaran umum
bagaimana lagu populer Batak Toba dikonstruksi.
Dalam lagu rakyat (folksong) ada dua ciri khas penampilan yang menonjol pada
musik Batak. Pertama, menggunakan alat musik tradisional Uning-uningan yang sangat
dominan seperti yang digunakan Tilhang Gultom dalam Opera Bataknya. Kedua, pada
folksong Batak lainnya diberi ciri pada musik akustik dengan menggunakan alat musik
yang bukan alat musik tradisional Batak, yang sangat terbatas pada gitar akustik dan
ketipung. Selain itu, kekhasan model musik rakyat ini terletak pada kemampuan suara
penyanyi baik secara solo atau grup vokal. Model bernyanyi dengan alat musik akustik
dilakukan oleh Nahum Situmorang dan penyanyi lain, Gordon Tobing. Terlebih Gordon
Tobing dengan grup Impolanya yang hanya menggunakan gitar akustik sebagai musik
pengiring untuk berkeliling dunia.
Kemudian pada musik Batak populer, telah digabungkan berbagai unsur, mulai
dari penggunaan tangga nada tradisional, tangga nada Barat, alat musik tradisional dan
alat musik modern. Dan musik populer Batak tersebut sudah diharmonisasi sesuai dengan
kaidah-kaidah harmonisasi musik Barat secara penuh, dengan aransemen menggunakan
akor-akor mayor, minor, diminished, augmented dll. Unsur yang penting lainnya yang
yang tidak bisa dilupakan dalam konstruksi lagu populer Batak adalah besarnya peran
alat musik modern seperti gitar elektronik , drum set, keyboard, piano dan alat musik
lainnya seperti saxofon dalam musik tersebut. Dan musik populer model inilah yang
sangat berkembang pada era-setelah 70-an. Salah seorang pencipta lagu Batak yang
sangat populer era-setelah 70-an mengemas lagunya penuh dengan harmonisasi Barat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
adalah Dakka Hutagalung, dengan beberapa judul lagu: Anakkon hu, Dang Turpukta
Hamoraon. Didia Rongkap hi. Putus Sikola, dll. Satu hal yang menarik pada lagu populer
judul Putus Sikola, Dakka Hutagalung menggunakan tangga nada diatonik mayor dan
minor, sekaligus menggunakan tangga nada tradisional.
1. 3 . Musisi Batak Toba Era-sebelum 70-an.
Untuk mengkaji lagu populer Batak yang berlandaskan musik tradisional Batak dan
musik populer Barat, berikut ini akan dibahas tiga nama musisi besar Batak dengan peran
masing-masing yaitu: Nahum Situmorang dan Tilhang Gultom. Nahun Situmorang
adalah pencipta lagu dan penyanyi yang berkiprah di dalam negeri yang menciptakan
begitu banyak lagu-lagu yang sangat terkenal, antara lain: Nasonang do Hita Nadua,
Alusi Ahu, Sitogol, Lissoi, Pulo Samosir do, dll. Tilhang Gultom adalah pencipta ratusan
lagu untuk Opera Batak seperti: Harambir ni Silindung naung masak, Jamillah, Tiniptip
Sanggar, Simali-mali, Si jara-jiri, Sinanggartullo dan pendiri musik Opera Batak yang
berkeliling ke desa-desa dan kota-kota di Sumatera Utara.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kedua musisi tersebut dalam
mengembangkan musik Batak, berikut ini akan dibahas secara ringkas mengenai siapa
Nahum Situmorang dan Tilhang Gultom. Dan dalam uraian berikut akan dibahas telebih
dahulu Tilhang Gultom dan terakhir Nahum Situmorang. Nahum Situmorang akan
dibahas lebih luas berhubung dengan perannya yang sangat besar dalam pembentukan
corak musik Batak populer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
1. 3. 1. Tilhang Gultom (1896)-1973)
Nama lengkapnya adalah Tilhang Oberlin Gultom, pencipta ratusan lagu26 dan pendiri
Opera Batak27 yang sangat terkenal di kalangan orang Batak dengan nama Opera
Tilhang. Selama karirnya ia telah menciptakan lagu tidak kurang dari 360 lagu. Di antara
lagu-lagunya yang sangat populer adalah: Harambir ni Silindung, Jamillah, Tiniptip
Sanggar, Simali-mali, Si jara-jiri, Sinanggartullo, dll.
Salah satu contoh lagu Opera Batak yang sangat populer karya Tilhang Gultom
ditampilkan berikut ini adalah: Harambir ni Silindung (Kelapa dari Silindung).
26 Lihat pada Lampiran 1: Daftar 206 lagu-lagu karangan Tilhang Gultom.
27 Opera Batak adalah seni pertunjukan yang merupakan gabungan dari drama, tari, dan nyanyian yangdiiringi alat musik tradisional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Sebutan Opera Batak dipopulerkan oleh Diego van Biggelar, misionaris Belanda
yang datang ke Pulau Samosir pada 1930-an. Misionaris Diego amat terpesona dengan
penyajian suatu pertunjukan teater rakyat yang ditampilkan Tilhang Oberlin Gultom dan
kawan-kawan28.
Opera Tilhang mencapai masa keemasannya tahun 1960-1973. Setelah sang
pendiri meninggal pada tahun 1973, para penerusnya Abdul Wahab Kasim Samosir
(Pimpinan Opera Serindo) dan Zulkaidah boru Harahap, ratu opera Tilhang ketika itu,
bersama suaminya Pontas Gultom, melanjutkan usaha pertunjukan opera Batak. Pada
tahun 70-an masih ada sekitar 70 anggota opera Batak ini. Opera Serindo yang juga
merupakan penjelmaan Opera Tilhang menggelar pertunjukan keliling dari desa ke desa.
Namun hanya mampu bertahan sampai tahun 1985. Perubahan zaman tak bisa dihindari,
para pencinta opera Batak yang selama ini mengagumi pertunjukan ini, lama kelamaan
tersaingi dengan banyaknya pilihan hiburan, mulai dari pertunjukan musik dan artis
populer, juga terutama dengan kehadiran stasiun-stasiun televisi sampai ke pelosok desa.
Akhirnya, tahun 1985 grup Opera Batak Serindo yang ketika itu masih mempunyai
sebanyak 45 anggota, berhenti berkarya, terpaksa membubarkan diri karena tidak bisa
mempertahankan keberadaannya 29.
28 http://www.festivaldanautoba.com/view/105/tilhang-oberlin-gultom-sang-perintis-opera-batak.html (20Maret 2013).
29 www. komponis batak: Tilhang Gultom, Biografi Tokoh Indonesia Tilhang Oberlin. (15 Mei 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
1. 3. 2. Nahum Situmorang (1908-1969)30
Nahum Situmorang adalah salah seorang senimam musik Batak yang sangat berperan
dalam meletakkan pondasi pada lagu Batak Populer. Mengingat begitu banyak31 lagu
ciptaannya masih sangat populer sampai sekarang yang menginspirasi musisi di era
setelahnya. Karya musik populernya dapat dibuktikan dengan lagu yang diciptakan
menggunakan pola irama musik Barat dan Amerika Latin.32
Nahum Situmorang lahir di Sipirok di Tapanuli Selatan pada tanggal 14 Februari
1908, putra seorang guru, Kilian Situmorang, sebagai anak ke-5 dari 8 bersaudara. Bakat
menyanyi sudah terlihat sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, dan bakat tersebut
tetap melekat sampai ia menempuh pendidikan di sekolah guru Kweekschool di
Lembang, Bandung. Ia menyelesaikan pendidikannya dengan baik dan lulusan tahun
1928.33 Sebagai pemuda yang berbakat dan memiliki visi yang jauh ke depan, Nahum
aktif dalam barisan Perintis Kemerdekaan dan duduk sebagai anggota Kongres Pemuda
pada tahun 1928. Dalam semangat angkatan 28 itu ia tidak menyianyiakan kesempatan
untuk mengembangkan bakatnya. Ia mengikuti kompetisi meskipun akhirnya hasil yang
dicapai belum memuaskannya, karena sayembara yang digelar dimenangkan oleh
pencipta lain yaitu, WR Supratman (pencipta lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Ia tidak
ingin ilmu yang didapatkannya berhenti, ia siap maju sebagai pejuang pendidikan dan
30 Situmorang, Suhunan, Ensiklopedia Tokoh Batak, http://tokohbatak. wordpress.com /2009/09/02/nahum-situmorang/. (20 Maret 2013).
31 Lihat Lampiran 6, Lagu-lagu Ciptaan Nahum Situmorang dan kategori Irama.
32 Ibid.
33 Situmorang, Suhunan, Ensiklopedia Tokoh Batak, http://tokohbatak. wordpress.com /2009/09/02/nahum-situmorang/. ( 20 Maret 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
ingin mempraktekkan apa yang ia peroleh di bangku sekolah pendidikan guru. Setahun
kemudian ia pulang ke kampung halamannnya di Siboga dan mulai bekerja sebagai guru
pada sekolah swasta Bataksche Studiefonds hingga tahun 1932. Hanya beberapa tahun
menjadi pengajar di kampung halamannya ia kembali melakukan terobosan baru untuk
pindah ke kota lain. Tahun 1932 ia kemudian pindah ke Tarutung untuk bergabung
dengan abangnya Guru Sophar Situmorang dan mendirikan HIS-Partikelir Instituut Voor
Westers Lager Onderwijs yang berlangsung hingga kedatangan Jepang pada tahun
1942.34
Tahun 1950-1960 adalah merupakan puncak kejayannya, kurun waktu tersebut
merupakan saat yang paling produktif dimana ia menciptakan begitu banyak lagu. Dari
aktivitasnya sebagai pemusik, komposer dan penyanyi ia mendapatkan berbagai surat
penghargaan dari organisasi kebudayaan, masyarakat dan dari pemerintah. Dan
penghargaan yang terakhir yang ia peroleh adalah penghargaan Anugerah Seni dari
pemerintah Indonesia dalam rangka Ulang Tahun Republik Indonesia pada tanggal 17-
08-1969.
Karena kecintaannya terhadap musik dan kesibukannya dalam berkarya Nahum
membiarkan hidupnya sendir tanpa pernah membentuk keluarga. Perjalanan hidup dan
kegiatannya berakhir ketika Nahum Situmorang pada akhir tahun 1966 jatuh sakit dan
dirawat di RSUP Medan selama hampir 3 tahun, dan pada pada tanggal 20 Oktober 1969
34 Situmorang, Suhunan, Ensiklopedia Tokoh Batak, http://tokohbatak. wordpress.com /2009/09/02/nahum-situmorang/. (20Maret 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
ia menghembuskan nafasnya yang terakhir setelah menyumbangkan bakat dan karya
seninya untuk orang Batak dan bangsanya Indonesia.35
1. 3. 3. 1. Lagu Nahum Situmorang
Dari seratus lebih (lihat: Lampiran 6 Lagu Nahum Situmorang) lagu yang diciptakan
Nahum, hampir semuanya dapat dikategorikan ke dalam jenis musik populer. Instrumen
khas pada lagu-lagunya adalah menggunakan iringan gitar akustik. Meskipun lagu-lagu
tersebut diciptakan di era-sebelum 70-an namun lagu-lagu Nahum sangat dikenal dan
masih dicintai masyarakat Batak sampai sekarang.
Ada sesuatu yang lain dari karya Nahum, dari sekian banyak lagu yang diciptakan
sangat sukar untuk menemukan cirri khas musik Batak. Ia lebih banyak menggunakan
tangga nada diatonik Barat pada lagu-lagunya dan menggunakan irama musik yang
sangat kental dengan musik populer Amerika Latin. Salah satu contoh lagu Nahum
ditampilkan berikut ini dengan judul lagu Pulo Samosir berikut ini.
35 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Pada lagu Pulo Samosir ini, Nahum menggunakan irama calypso dan tangga
nada diatonik barat, 1 2 3 4 5 6 7 (i), padahal musik Batak Toba juga mempunyai tangga
nada sendiri yaitu pentatonik: 1 2 3 4 5 dan 1 2 3 5 6. Satu-satunya unsur yang menjadi
ciri khas dari komposisi Nahum pada lagu ini adalah syair lagunya ditulis dalam bahasa
Batak Toba. Isi syair yang menceritakan tentang Pulau Samosir sebagai tempat
seseorang berasal dan senantiasa dirindukan dan dibanggakan kemanapun pergi.
Dari 120 lagu ciptaan Nahum Situmorang yang pernah tercatat,36 lagu-lagu
tersebut dapat dimasukkan ke dalam kategori irama musik seperti berikut ini: Ala ni ho
(cha-cha); Nunga Tarhirim (samba); Sitogol (calypso); Malala Rohangki (tango);
36 Lihat pada Lampiran 9: Lagu-lagu dan kategori irama lagu karangan Nahum Situmorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Ketabo-ketabo (rumba); Lissoi (waltz); Alusi Au (bolero); Dengke Julung-julung
(foxtrot); Lontung Sisia Marina (bosa nova); Mansai Hansit Jala Ngot-ngot (blues) dll.37
Dan hal ini membuktikan bahwa Nahum Situmorang telah mengadopsi irama lagu dari
luar musik Batak, yang dijadikan sebagai kekayaan musiknya dalam memberi corak baru
pada musik populer Batak Toba.
Nama Nahun Situmorang sangat penting dikenang sebagai musisi yang membuat
musik populer Batak Toba dengan kemasan ‘rasa’ baru. Lagu dan irama dalam lagu
Nahum Situmorang di atas sengaja ditampilkan untuk menunjukkan betapa lagu Batak
populer Era-Sebelum 70-an, sangat dipengaruhi musik populer Barat dan Amerika Latin
dengan mereduksi kekhasan musik tradisional Batak. Nahum mengemas musik ‘baru’
(musik populer Batak) tersebut dengan mengadaptasi irama-irama: cha-cha, waltz, blues,
mars, samba, rumba, tango, calypso, foxtrot, bolero dll, menjadi sebuah fenomena baru
dalam kancah musik Batak. Karena lagu Batak Toba pada umumnya tidak biasa
menggunakan birama ¾ pada musiknya, yang biasa digunakan adalah berbirama duple
time (perkalian dua) 2/4, 4/4, 4/8, dll. Pola birama duple time ini, sangat sesuai dengan
musik gondang yang sangat ritmik, karena didominasi alat musik perkusi seperti ogung,
taganing dan hesek yang cocok untuk mengiringi tarian Batak (tortor). Namun, walaupun
birama ¾ asing dalam musik Batak, Nahum tetap dapat mengkonstruksinya dengan
sangat bagus.
Sebagai contoh lagu yang tidak biasa dalam birama lagu Batak adalah Lissoi dan
Nasonang do Hita Nadua. Dua lagu tersebut menggunakan tangga nada diatonik dan
37 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
irama waltz dengan birama ¾ yang seharusnya asing bagi orang Batak, namun dalam
praktiknya dapat diterima di kalangan orang Batak dengan sangat baik dan lagunya masih
sangat populer sampai sekarang. Sebuah lagu yang berisi tentang ajakan minum tuak
pada teman-teman yang seperasaan dan sepenanggungan untuk sama-sama melupakan
kesusahan dan menikmati minuman tersebut. Dapat dikatakan sebagai lagu persahabatan
antar peminum tuak. Sekaligus merayakannya sambil mengajak untuk mengangkat gelas
(handit ma galas mi) dan mengajak untuk minum tuak bersama-sama sampai gelasnya
kosong (ingkon rumar do i). Kata Lissoi sendiri tidak jelas artinya, namun konteks pada
lagu ini sebagai ajakan untuk minum tuak bersama siapa saja yang ada di tempat minum
(lapo). Sebagai contoh lagu ¾ berikut ini akan ditampilkan lagu dengan judul: Lissoi,
yang diciptakan oleh Nahum Situmorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Kedua musisi Batak Toba yang telah dibahas mewakili musisi era-sebelum 70-an,
yang telah memberi peran dan pengaruh besar dalam pembentukan jenis musik Batak
populer era-setelah 70-an. Selanjutnya pada Era-setelah 70-an, perkembangan musik
Batak populer jauh lebih pesat lagi, karena besarnya pengaruh modernisasi melalui media
rekaman dan televisi yang semakin berkembang. Melalui media tersebut, semakin banyak
minat para artis Batak yang memasuki studio rekaman, dan juga semakin banyak
kelompok penyanyi yang muncul baik sebagai penyanyi solo, terlebih lagi sebagai
penyanyi grup dalam komposisi trio.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
2. Lagu Batak Toba Populer Era-Setelah 70-an
Pada bagian ini, tidak akan dibahas lagi mengenai konstruksi lagu populer secara rinci
karena proses pembentukannya hampir sama dan sudah dibahas sebelumnya pada era-
sebelum 70-an. Berikut ini akan dibahas mengenai isi syair dari beberapa lagu yang
berhubungan dengan kepentingan tema-tema bahasan pada tesis ini.
Perkembangan yang cukup signifikan musik Populer Batak Toba dari musik
tradisional terjadi pada awal abad 20.38 Kelahiran musik Populer Batak tidak bisa
dilepaskan dari unsur-unsur musik Barat secara teoritis (melodi, harmoni, ritme). Di
samping itu praktik menyanyi musik Barat tersebut telah mempengaruhi orang Batak
dalam menyanyi. Lagu-lagu gereja yang diperkenalkan oleh para missionaris sekaligus
mengajarkan cara menyanyikan lagu dengan 4 suara. Selain menyanyi, alat musik tiup
(brass bands) telah diperkenalkan untuk mengiringi ibadah, terutama semakin populernya
penggunaan alat musik organ pompa (pump organs) di gereja-gereja. “Toba Batak
popular music early in the 20th century reflects at once the influence of the Protestant
Church with its hymn singing, 4-part choral anthems, brass bands and pump organs.39
Usaha lain yang dikembangkan missionaris adalah penampilan Paduan Suara
dengan empat suara menjadi terbiasa di ibadah-ibadah minggu di gereja-gereja. Sebagai
contoh, sering terjadi secara spontan ketika ada satu orang memulai menyanyi suara satu
38 Hodges, William Robert Jr. 2009. Ganti Andung, Gabe Ende (Replacing Laments, Becoming Hymns):The Changing Voice of Grief in the Pre-funeral Wakes of Protestant Toba Batak (North Sumatra,Indonesia). Santa Barbara: Universiry of California. p. 64.
39 Hodges, W. Robert. Referencing, Reframing, and (Re)Presenting Grief Through Pop Laments in TobaBatak (North Sumatra, Indonesia) dalam, Etnomusikologi, Vol.1 No. 3, Januari 2006. p.289.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
yang lainnya akan otomatis menyanyikan suara dua, tiga, atau empat. Kebiasaan
menyanyi lebih dari satu suara, tidak hanya terjadi di gereja tapi juga terjadi di luar gereja
dengan lagu-lagu non-religius. Harmonisasi dan cara menyanyi lebih dari satu suara yang
diperkenalkan di gereja, telah turut mempengaruhi cara menanyikan lagu-lagu lagu Batak
populer yang kemudian terkenal dengan kelompok penyanyi era-setelah 70-an dengan
nama ‘Trio’. Model trio ini menjadi salah satu ciri khas yang sangat populer di kalangan
kelompok penyanyi orang Batak Toba.
Pada era-sebelum 70-an, Nahum Situmorang telah banyak menggunakan unsur-
unsur musik Barat dan Amerika Latin dalam lagu-lagunya. Kemudian pada era-setelah
70-an lagu-lagu kembali diciptakan dengan menggunakan tangga nada tradisional 1 2 3 4
5 dan 1 2 3 5 6. Era-setela 70-an, kembali menyanyikan lagu dengan cara menyanyikan
lagu andung.40 Dan gaya khas lagu rakyat yang dibawakan oleh kelompok penyanyi
Opera Batak dengan karya Tilhang Gultom seperti Harambir ni Silindung menjadi
marak kembali. Selain itu, kombinasi penggunaan alat musik Uning-uningan dengan alat
musik modern menjadi populer. Lagu-lagu yang diciptakan kembali menggunakan variasi
tangga nada tradisional pentatonik 1 2 3 4 5, dan 1 2 3 5 6.
Sebagai contoh potongan lagu Andung-andung ni Anak Siampudan berikut ini
yang menggunakan tangga nada tradisional 1 2 3 5 6. Lagu yang mengisahkan tentang
Anak Bungsu yang berada di perantauan mendapat khabar bahwa Ibunya meninggal
dunia. 41
40 Di dalam andung terdapat tangisan yang sering disebut mangangguk bobar, menangis dengan keras danterisak-isak. Dan dalam menyanyikan lagu andung, seseorang menyanyi sambil menangis terisak-isak.
41 Lihat pada Bab III: Sub 3.1.2. Lagu 1.p.125.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Meskipun lagu-lagunya sudah dikemas dengan harmonisasi musik Barat, dan
iringan alat musik band, namun cara menyanyikan lagunya tetap seperti orang menangis
dan inilah disebut lagu andung (ratapan).42
Sesudah era-setelah 70-an, musik popoler model andung memasuki kancah lagu
populer Batak Toba dengan mengadaptasi unsur ratapan dalam suasana perkabungan
dalam tradisi perkabungan orang Batak, sedangkan musiknya tetap menggunakan
harmonisasi musik Barat. Di dalam musik populer, lagu andung tidak lagi selalu
berhubunga dengan peristiwa kematian tetapi tema-tema lagunya berkembang ke arah
peristiwa kehidupan yang dialami oleh orang Batak pada umumnya, seperti lagu
42 Lihat Lampiran: pada Video Lagu Batak, Lagu Andung-andung ni Anak Siampudan yang dinyanyikanoleh The Heart: Simatupang Sister.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
percintaan di kalangan muda-mudi, meskipun lagunya tetap dinyanyikan dalam gaya
ratapan. Selain itu juga sangat populer tema-tema lagu kesedihan seperti kehilangan
seseorang yang dicintai (orang tua yang meninggal), perpisahan dengan kekasih. Dan
juga masih sangat populer mengenai hubungan keluarga, dengan tema, kemiskinan,
kematian, merantau, rindu kampung halaman, berjuang untuk sekolah dan putus sekolah.
2. 1 . Kejayaan Musik Populer Batak
Musik Populer Batak atau musik yang berkembang di komunitas Batak Toba juga disebut
Musik Pop Daerah Batak Toba terjadi di awal tahuan 70-an. Perkembangannya seiring
dengan kemajuan industri rekaman kaset di Indonesia pada era yang sama. Dan
berpengaruh kepada rekaman-rekaman lagu Batak yang semakin menjamur.43 Tidak
dapat dipungkiri bahwa musik populer Batak era-setelah 70-an tidak terlepas dari
pengaruh musik yang sudah muncul sebelumnya seperti musik teater rakyat yang terkenal
dengan nama Opera Batak. Dan musik populer daerah Batak Toba ini juga tidak bisa
dilepaskan dari kelompok penyanyi dengan identitas Vocal Group. Di antaranya,
kelompok penyanyi yang banyak melanglang buana ke manca negara, seperti: Impola
VG, Tarombo VG. Sedangkan yang lain lebih berkonsentrasi di Sumatera Utara seperti
Maduma VG, Parisma 71 VG, dll.44 Setelah masa-masa populeritas penyanyi vocal group
sampai awal tahun 70-an, kemudian pada perkembangan berikutnya terjadi perubahan
43 Hutagalung, R.J.M, Trio pada Musik Populer Batak Toba:Analisis Sejarah, Fungsi, dan Struktur Musik.pp 154-184).44Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
bentuk kelompok penyanyi baru sangat terkenal di masyarakat Batak Toba dengan
menamakan diri sebagai penyanyi “Trio”.45
Pada periode awal munculnya penyanyi ‘Trio’ industri musik Pop Batak masih
didominasi oleh artis penyanyi laki-laki. Tentu sangat beralasan karena laki-laki lebih
mudah atau berani untuk pergi merantau untuk berjuang untuk memperoleh kemajuan ke
kota besar. Sehingga penyanyi laki-laki lebih dulu mendapat pengaruh modernisasi
termasuk dalam belajar musik. Identitas trio kemudian menjadi nama grup penyanyi
Batak dan menjadi ciri khas kelompok penyanyi Batak. Di awal pembentukan penyanyi
trio tidak dapat dilepaskan dari ide pembentukan kelompok penyanyi dengan nama ‘Trio
Golden Heart’ pada awal tahun 70-an. 46Baru setelah itu, semakin banyak penyanyi-
penyanyi Batak yang membentuk kelompoknya masing-masing dengan memberi
identitas nama grup mereka dengan awalan trio. Di antara sekian banyak penyanyi trio,
dapat disebut beberapa nama-nama trio sebagai berikut: Trio Amores, Melody Trio, Trio
Friendship, Trio Melodi King (1978), Trio Amsisi (70-an), Trio Amsisi 2000, Trio
Ambisi, Trio Maduma (70-an), Trio Relasi, Trio Horas (1985), Trio Amigos (1986), Trio
The Stars (90-an), Trio Lamtama (1995)47, dan masih banyak trio-trio lainnya.
Kemudian perkembangan berikutnya pada tahuan 80-an muncul kembali trio baru
dengan nama Trio Lasidos yang memiliki kekhasan dengan menggunakan unsur andung
(ratapan) dalam lagu dan cara menyanyikan nyanyian mereka, namun, tangga nadanya
tidak lagi bertahan kepada pentatonik 1 2 3 5 6, sudah benar-benar menggunakan tangga
45 Ibid.
46 Ibid.
47Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
nada diatonik Barat. Dalam menyanyi trio, mereka tetap mengekspresian tangisan sambil
menceritakan isi lagu dalam bentuk ratapan. Sejak munculnya model grup penyanyi trio
dan dengan cara menyanyi ala ratapan maka dalam perkembangan musik Batak Toba
selanjutnya lagu-lagu Batak sangat dipengaruhi penyanyi dan kelompok penyanyi dengan
gaya trio pada era 90 sampai sekarang ini. Kepopuler penyanyi trio-trio ini sampai hari
belum bisa terpatahkan, bahkan sampai pada tahun 2010-an penyanyi dengan identitas
trio ini terus menunjukkan keberadaannya.
Sebenarnya penyanyi trio perempuan juga mengikuti jejak penyanyi laki-laki di
awal tahun 70-an, namun sangat langka, mengingat kesempatan yang mereka dapatkan
tidak seluas yang diperoleh kaum lelaki. Mereka memberi ciri khas sendiri di kancah
kelompok penyanyi dengan membentuk trio berdasarkan hubungan kekeluargaan atau
dikenal dengan satu marga seperti Trio Sitompul Sister (70-an), Trio Nainggolan Sister
(80-an). Dan pada tahuan 90-an muncul Trio The Heart (Simatupang Sister) dan Trio
Simbolon Sister (2000-an).48
Setelah era 70-an, selain penyanyi yang mengidentifikasi diri sebagai penyanyi
Trio, bentuk penyanyi mandiri atau penyanyi solo kemudian juga bermunculan sampai
sekarang dan yang paling populer adalah: Eddy Silitonga, Victor Hutabarat, Jack
Marpaung, Christine Panjaitan, Rita Butar-butar, Tetty Manurung, Herty Sitorus, Joy
Tobing, Putri Silitonga, Lina Pandiangan, Margareth Siagian, Dewi Marpaung, dan Viky
Sianipar.49
48 Ibid pp. 184-187.
49 http://batakmedansumut.blogspot.com/2011/04/top-koleksi-penyanyi-batak-dan-lagu_24.html. (15 Mei2013)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
3. Isi Syair Lagu Mengisahkan Pengalaman Hidup
Untuk kepentingan pembahasan tesis: “Ideologi 3H dalam Lagu Batak Populer sebagai
Modal Perjuangan Orang Batak Toba”, Penulis akan membatasi diri pada isi syair lagu,
dan tidak akan membahas lebih jauh mengenai struktur melodi dan komposisinya. Sebab
dalam tesis ini akan lebih banyak diteliti mengenai bagaimana teks lagu dihubungan
dengan persistiwa yang dialami oleh orang Batak sendiri. Dan bagaimana pengalaman
hidup tersebut termuat dalam syair lagu dan menjadi karya seni yang menyuarakan kisah
orang Batak, dan lagu-lagu tersebut masih tetap diperdengarkan di komunitas orang
Batak di manapun mereka berada.
Adapun 13 lagu50 yang dipakai dalam wawancara disusun ke dalam tabel yang
ditampilkan dalam pengelompokan berikut ini.
Judul Lagu Kelompok Lagu Inti Teks Lagu1. Andung-andungni AnakSiampudan2. Andung AnakBuhabaju3. Andung AnakSasada
1. Lagu Andung
Berisi pengalamanpahit, anak bungsu,anak sulung dan anaktunggal.
Anak sebagaihagabeon
Anak bungsu di perantauan sedih mendengaribundanya meninggal. Ia berusaha pulang danbersusah payah untuk meminjam uang.Anak Sulung di perantauan sedih mendengaribunya sakit keras dan akhirnya meninggal. Iamerasa tidak berguna sebagai anak sulung,karena belum bisa membahagiakan ibunya.Anak Tunggal di perantauan merasa tak punyaharapan apa-apa lagi, karena mendengaribunya meninggal, ia tinggal sendirian, keduaorangtuanya telah tiada.Anak bungsu, anak sulung, anak tunggalberperan penting bagi orang Batak.Kategori: lagu yang sangat sedih (nyanyianratapan)
50 Semua lagu (13 lagu) dalam tesis ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh MarsiusTinambunan, dengan bantuan, Kamus Batak Indonesia - Indonesia Batak Online (http://kamus. komunitas-batak.com/).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
4. Tapanuli PetaKemiskinan5. Gotap sianSikkola6. Tangis do Au
2. Lagu TentangKemiskinan
Masalah utamaadalah kemiskinan.
Tapanuli tercatat sebagai wilayah miskin. Laguini mengajak parantau untuk pulangmembangun daerah tersebut.Anak yang tidak ada biaya untuk sekolahterpaksa berhenti sekolah, meskipun ibunyasudah banting tulang berkerja sendirian karenaayahnya sudah meninggal.Anak diperantauan menangis dan mendoakanibunya yang miskin supaya sabar karenaanaknya belum bisa memberi apap-apa padaibunya.Kategori : lagu sedih
7. Putus Sikkola8. Anak Parjalang 3.Lagu Tentang
Perantau
Arena perjuangan diperantauan.
Orangtua menyuruh anaknya merantau,supaya bisa membantu oranguanya yang sudahtidak sanggup bekerja.Dari perantauan si Anak minta ibunya sabar,dan mohon doa supaya ia bisa berhasil.Kategori: lagu sedih.
9. Anakkon hu10. Anakku Naburju 4. Lagu Perjuangan
Untuk Sekolah
Arena perjuanganlewat sekolah.
Ibu berharap supaya anaknya rajin sekolah,karena hanya dengan cara itu anaknya bisalulus. Karena orangtuanya sudah bekerja kerasdi ladang sampai memeras keringat.Doa ibu supaya anaknya rajin belajar di tempatyang jauh supaya jerih payah orangtuanyatidak sia-sia.Kategori: sedih dan meyakinkan.
11. Anakkonhi doHamoraon di Au
5. Lagu TentangAnak SebagaiKekayaan
Memuat ideologihamoraon.
Biarpun aku tidak bisa bersenang-senangseperti orang lain, yang penting anakku tidakketinggalan.Biarpun aku bekerja siang dan malam asalanakku sekolah setinggi-tingginya.Biarpun aku tak punya kekayan mobil danbarang mewah, karena anakku adalah kekayaanbagiku.Kategori: lagu gembira.
12. Alusi au13. Hagabeon
6. Lagu TentangIdeologi 3 H
(Hamoraon,Hagabeon,Hasangapon).
Muatan ideologi
Manusia mencari hal-hal yang penting.Hamoraon, hagabeon, hasangapon adalahpenting, disamping yang lain, cinta.
Hamoraon, hagabeon, hasangapon bersumberdari Tuhan, karena itu lakukanlah yang baik,selama hidup di dunia.Jangan sombong, jangan iri, dan jangandengki. Ketika Tuhan datang kelak semuanya(hamoraon, hagabeon, hasangapon) tak akanberarti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Kategori: Lagu Alusi au, gembira.Lagu Hagabeon: Tenang meyakinkan.
3. 1. Lagu Andung dan Lagu Batak Toba Populer
Setelah masa awal musik populer Batak Toba yang mengalami asimilasi dari musik Barat
(era-sebelum 70-an). Kemudian musik populer tersebut kembali ke akar musik tradisional
gondang (era-setelah 70-an). Hal tersebut terbukti dengan semakin seringnya difungsikan
alat musik tradisional Batak seperti hasapi (kecapi), taganing (kendang), sulim (seruling
bambu) dalam mengiringi lagu di samping alat musik modern seperti keyboard, gitar, dan
drum set, dll.
3. 1. 1. Lagu Andung51
Permulaan lagu andung dilatarbelakangi oleh peristiwa kematian yang dialami oleh
keluarga Batak. Karena begitu sedihnya maka keluarga mengekspresikan seluruh
kesedihan itu dengan menangis. Dalam andung keluarga meratapi kisah semasa hidup
yang meninggal. Orang yang sedang meratap (mangandung) menangis dengan
mencucurkan air mata, sambil mengeluarkan kata-kata untuk menyampaikan kisah dalam
suasana sedih. Dalam suasana berkabung, andung dapat menjadi pusat perhatian bagi
51Andung atau andung-andung dapat dikatakan sebagai seni suara dan sastra Batak. Andung-andung selaluberkaitan dengan dukacita, nestapa, dan kemalangan hidup. Andung juga bisa dikatakan sebagai seni tutur.Di dalam andung terdapat tangisan yang sering disebut mangangguk bobar, menangis dengan keras danterisak-isak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
keluarga yang berduka dan para pelayat karena mereka ingin mendengar tuturan yang
dikisahkan dalam andung tersebut.
Andung adalah tangisan, ratapan yang dinyanyikan, dikatakan, diceriterakan, oleh
pihak keluarga yang sedang mengalami kemalangan karena ada keluarga yang
meninggal. Dalam andung sangat terasa ekspresi kesedihan yang mendalam, dengan
suara yang meratap, (atau yang diekspresikan dalam kalimat oleh Hodges…….
“rhythmic sobbing and cry breaks, high falsetto wails and noisy ingressive
breathing,…..”)52 sehingga orang yang berada disekitar perkabungan justru tertarik
untuk mendengar apa yang sedang diceritakan oleh yang meratap tersebut tentang
yang meninggal itu. Orang yang mendengar yang sedang meratap juga akan larut dalam
kesedihan sampai ikut menangis dan mencucurkan air mata, namun suatu hal juga yang
menarik bisa terjadi ketika yang meratap mengisahkan tentang yang meninggal dengan
sesuatu peristiwa yang lucu, sehingga yang mendengar justru bisa tertawa.
Umumnya yang melakukan andung adalah kaum perempuan. Andung sebagi
ratapan menjadi sebuah seni bertutur, dengan cara menyanyi dan menangis. Karena
dalam menghadapi kematian andung dianggap menjadi sebuah seni, sehingga melestari,
selalu dilakukan bila ada kematian keluarga orang Batak Toba. Namun, terasa ada yang
kurang bila di antara keluarga tidak ada yang bisa mangandung (meratap) sehingga
keluarga akan meminta orang yang pandai meratap untuk menggantikan andung
keluarga. Di komunitas masyarakat Batak sudah dikenal adanya orang, biasanya ibu-ibu
berkeahlian sebagai tukang andung.
52 Hodges, W. Robert. Referencing, Reframing, and (Re)Presenting Grief Through Pop Laments in TobaBatak (North Sumatra, Indonesia) dalam, Etnomusikologi, Vol.1 No. 3, Januari 2006: p. 287.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Sehubungan dengan lagu andung, berikut ini akan dibahas 3 lagu andung yang
mempunyai latarbelakang cerita pengalaman hidup tiga anak. Pemilihan 3 lagu andung
didasari atas peran anak Bungsu, Sulung dan anak Tunggal yang sangat penting bagi
orang Batak. Dan syair-syair lagu ini sangat sesuai dengan bahasan tentang lagu andung
yang mengisahkan tentang kesedihan.
3. 1. 2. Lagu 1: Andung-andung ni Anak Siampudan
Lagu Andung-andung ni Anak Siampudan, Cip. JSM. Manullang, dinyanyikan oleh: Eddy
Silitonga.
Andung-andung ni AnakSiampudan53
Cip. JSM. ManullangEddy Silitonga
Dang begeon hu be Inong,soara mi Dainong hu.Turi-turian nama di au Dainong,dipaninggalhon mi di au.Punsu ni siubeonmi Dainong,au Inong simagoi
Dung hubege baritami Dainong,naung jumolo ho InongMangangguk bobar ma au Inong,lungun nai di au onDi au siampudan mi Dainong,da siampudan lapungi
Marsalima au Dainong,da tu hombar ni jabu iAsa adong da ongkos hi Dainong,mangeahi udeanmiInganan na so boi be haulahaniDainong,Tois nai ho Inonghu
Dung sahat au Dainong,di harbangan ni huta iHubereng ma da ruma mi Dainong,
Ratap Tangs Anak BungsuCip. JSM. ManullangEddy Silitonga
Tiadak ‘kan kudengar lagi,suaramu IbundakuHanya tinggal cerita bagiku Ibu,setelah dikau meninggalkankuAku anak bungsumu Bunda,anak yang terkutuk
Saat kudengar kabar tentangmu Ibu,dikau telah pergi selamanya Ibu.Kumenangis sekeras-kerasnya Bundaku,betapa pilu rasanya.Aku anak bungsumu Ibu,anak bungsu yang merana
Aku meminjam uang Ibu,kepada tetangga.Supaya ada ongkosku Ibuuntuk berziarah ke makammu.Tempat yang tidak bisa diulangi IbuBegitu teganya kau Ibu
Ketika ku tiba Ibu,di pintu gerbang kampung.Kumelihat rumahmu Ibu,
53 http://ryan-banjarnahor.blogspot.com/2011/07/andung-ni-anak-siampudan.html. (14 ) Oktober 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
nungnga balik balatukmiMarduhut ma alaman mi Dainong,nungnga tudos tu natarulangi
Ref.He i…, he i…, He i…, He i…, he i...,He i…Inong… Inong…,Inong… Inong…Inong…Husukkun ma dongan sahuta Dainong,di dia do udean miDipatuduhonma tu ahu Dainong,da di pudi ni jabu i.Di hambirang ni da Amangi Dainong,Di toruni harambirmi
Ungkap potimi Dainong,inganan ni salendangmi.Hape ditongos do tu au Dainong,gabe tinggal ma orbukiSian rapu rapu tu rere Dainong,ias ias ni jabumi
sudah terbalik tangganyaHalamannya pun penuh ilalang,seperti lahan tak bertuan
Ref.He i…, he i…, He i…, He i… he i...He i…Ibu… Ibu…,Ibu… Ibu…Ibu…..Kutanya teman sekampungdi mana pusaramuDitunjukkan padaku Ibu,ada di belakang rumah.Di sebelah kiri pusara Ayah, IbuDi bawah pohon kelapamu.
Buka petimu Bundatempat selendangmu,Pernah dikirim padaku Ibu,kini yang tinggal hanya debuSerpihan kayu pada jatuh ke tikar Ibu,menghiasi rumahmu.
Lagu menggunakan tangga nada pentatonik 1 2 3 5 6, bertempo lambat, dan
tipikal lagu andung asli Batak, Lagu Andung-andung ni Anak Siampudan adalah salah
satu contoh lagu andung yang dikemas dalam lagu yang bercorak musik populer.
Konstruksi lagu Andung-andung ni Anak Siampudan menjadikan lagunya sangat
menyentuh dengan kisah seorang anak bungsu dari keluarga miskin, yang hidup di
perantauan, dan dipadu dengan kemasan lagu bercorak ratapan menjadikan lagunya
sangat ekspresif, sedih dan haru. Anak Siampudan (bungsu) dimanapun umumnya
mendapat perhatian khusus. Apalagi pada masa kecil, si anak bungsu biasanya mendapat
perlakua yang agak berbeda dari saudar-saudaranya. Bagi orang Batak Toba, secara tidak
tertulis anak bungsu juga mendapat keistimewan dalam warisan, karena selain warisan
harta yang lain, (kalau dimiliki orang tuanya) anak bungsu juga mendapat hak untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
memiliki rumah orangtua (rumah keluarga). Karena itu, kebanyakan anak bungsu di
harapkan tinggal bersama dengan orangtuanya.
Lagu Andung-andung Anak Siampudan, mengisahkan tentang seorang anak
bungsu yang hidup di perantauan. Pada suatu ketika, ia sangat terkejut menerima berita
yang mengatakan bahwa Ibunya meninggal dunia. Berita ini menjadi pukulan berat bagi
si anak bungsu tersebut karena persitiwa seperti ini adalah yang sangat menyedihkan,
apalagi kematian Ibunya. Bagi orang Batak kematian adalah merupakan kehilangan, yang
harus diratapi. Pengalaman itulah yang diekspresikan si anak bungsu dalam kata-kata
lagu, bahwa dia tidak akan mendengar lagi suara Ibunya. Hanya cerita saja yang bisa ia
dengar dari orang-orang tentang Ibunya yang meninggal (Turi-turian nama di au
Dainong, dipaninggalhon mi di au). Kalau diperhatikan dalam masa duka orang Batak
Toba, memang sejak seseorang meninggal sampai penguburan yang terjadi penuh dengan
tangisan, bukan hanya menangis biasa tapi benar-benar menangis dengan keras dan
terisak-isak (mangangguk bobar 54). Apalagi dalam lagu ini yang kehilangan adalah Anak
Bungsu yang biasanya sangat dekat dengan Ibunya. Peristiwa yang lebih menyedihkan
lagi karena si bungsu tidak bisa bertemu dengan Ibunya seperti pada masa hidupnya.
Oleh karena itu si pembuat lagu ini mengekspresikan dalam syair lagu yang sedih dan
dengan kata-kata kekecewaan yang sangat mendalam dengan mengatakan Au simago i
(aku anak terkutuk). Dan juga yang ia hadapi adalah duka yang sangat mendalam dengan
perasaan hati yang pilu dan merana. Kesedihan dalam ratapan semakin menjadi-jadi
54 Angguk Bobar adalah menangis dengan histeris, suara yang menggelegar dan kadang-kadang denganhempasan tubuh sembarangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
karena keadaan si bungsu di perantauan juga mengalami situasi ekonomi yang buruk,
dengan menggambarkan bahwa ongkos untuk pulang saja untuk melihat Ibunya tidak
punya. Ia harus dengan terpaksa meminjam uang dari tetangga supaya bisa mengunjungi
Ibunya (Marsalima au Dainong, da tu hombar ni jabu i, asa adong da ongkos hi
Dainong), yang sudah meninggal meskipun tidak bisa dilihat lagi secara langsung karena
sudah dikubur. Kesedihan semakin bertumpuk, ketika ia tiba di kampung halamannya
dan menyaksikan rumah yang mereka tinggali selama ini sudah rusak dan halamannya
penuh dengan ilalang, tidak terawat, dan seolah tak bertuan (Hubereng ma da ruma mi
Dainong, nunga balik balatukmi, marduhut ma alaman mi Dainong, nunga tudos tu
natarulangi). Pada saat itulah terjadi angguk (menangis terisak-isak) yang sangat
memilukan dengan meneriakkan, hei, hei, hei, aduh Ibu, aduh Ibu, aduh Ibu. Keinginan
anak dari perantauan adalah bagaimana ia dapat segera melihat kuburan Ibunya.
Sesampainya di kampung halamannya, ia lalu menanyakan kepada tetangga di mana
Ibunya dikuburkan, lalu mereka memberitahukan bahwa kuburannya di belakang rumah,
di bawah pohon kelapa di sebelah kiri kuburan ayahnya (Husukkun ma dongan sahuta
Dainong, di dia do udean mi, dipatuduhon ma tu ahu Dainong, da di pudi ni jabu i. Di
hambirang ni da Amang i Dainong, di toruni harambirmi). Sampai di kuburan, ia
berteriak dan menangis mengatakan: “Bukka potimi da Inong” (buka petimu Ibu - peti
jenazah), sambil menangis mengekspresikan betapa si anak bungsu sangat kehilangan
dan merasa sangat sedih. Dan sebagai pemuas kesedihannya ia meneriakkan di hadapan
kuburan Ibunya dan meminta kepada Ibunya yang sudah di dalam kuburan untuk
membuka peti jenazahnya dan menjawab satu kali lagi anaknya yang sudah pulang dari
perantauan. Meskipun hal ini tidak mungkin terjadi, namun itulah yang bisa dikatakan si
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Bungsu untuk mencurahkan segala beban yang ia alami selama ini, di mana ia terpaksa
harus merantau dengan maksud untuk mengubah keadaan ekonomi, namun di perantauan
impian perubahan belum dicapai, bahkan lebih menyedihkan lagi karena ia belum bekerja
dan belum dapat memberikan sesuatu kepada Ibunya, justru yang ia hadapi adalah beban
yang lebih berat karena kematian Ibunya.
3. 1. 3. Lagu 2: Andung Anak Buha Baju
Lagu Andung Anak Buha Baju, Cip. Jack Marpaung, dinyanyikan oleh: Trio Santana.
Andung Anak Buha Baju55
Cip. Jack MarpaungTrio Santana
Inong......................Sambor ni nipikki InongDipaninggalhon mi diau (Inong)Di au Inong anak buha bajumonSurat ni damang i do ro tu au (Inong)Na paboahon naung pasang do sahit miMarturi-turi mago au dainonghu (Inong)Anggiat sanga berengonku bohi mi
Inong...Dung sahat au da inong kuTu harbangan ni hutai (Inong)Mangangguk bobar ma au Inang marnida iHubereng ma angka anggi iboto mi (Inong)Sai tumatangis mangadopi bakke miDongan sahuta nang dohot sisolhot i (Inong)Tarilu-ilu mangihutton bakke mi
Inong… .Boasa so martona ho InongTu au anak buha bajumon (Inong)Di au on da lapa-lapa onTuri-turian nama diau da Inongku (Inong)Di au on anak si mago iMauja namai damang parsinuan i (Inong)
Ratapan Anak SulungCip. Jack MarpaungTrio Santana
Ibu…………Nasibku yang sial, IbuSejak Engkau tinggalkanku, hai IbuAku anak sulungmuSurat Ayah yang kuterima, hai IbuMemberitakan penyakitmu semakin, parah, Ibu.Aku berandai-andai, IbuKuharap masih dapat melihat wajahmu
Ibu …….Ketika aku tiba, IbukuDi pintu gerbang kampung (Ibu)Aku menangis sekuat-kuatnya melihatnyaAku melihat saudara-saudaramu, IbuMenangis memandang jenazahmuPara tetangga dan semua keluarga, IbuMenangis mengikuti jenazahmu
Ibu…….Mengapa engkau tiada pesan IbuPadaku anak sulungmu ini (Inang)Aku anak yang tak bergunaHanya tinggal cerita bagikuPada anakmu yang yang hilang ini
55 http://meliriklagu.com/trio-santana-andung-anak-buha-baju.html. (15 Mei 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Parsimalolongkon rindang ni siubeon mi ‘Kan berujar Ayah, penanam benihMelihat hasil kandunganmu
Menggunakan tangga nada pentatonik 1 2 3 4 5, lagu bertempo lambat, tipikal
lagu andung asli. Kisah syair lagu andung Anak Buhabaju di sini menceritakan
bagaimana seorang Anak sulung (laki-laki atau perempuan) yang mengalami kesedihan
yang mendalam karena ditinggal mati Ibunya. Anak sulung (khususnya laki-laki) dalam
masyarakat Batak adalah sebagai penggangti orangtua apabila orangtuanya sudah tidak
ada. Anak sulung akan berperan menggantikan posisi orangtuanya, yang akan
bertanggungjawab terhadap adik-adiknya dalam segala hal.
Anak sulung juga menjadi nama panggilan (panggoaran) yang lebih sopan untuk
orangtua si anak. Karena bagi orang Batak Toba memanggil nama asli khususnya yang
sudah punya anak adalah kurang sopan, sehingga untuk mengganti nama asli orangtua
akan diganti dengan nama anaknya yang sulung misalanya anak sulungnya bernama,
Bonar maka ayahnya akan dipanggil Ama ni Bonar (Bapak si Bonar) atau biasanya
disingkat menjadi Pa Bonar. Sedangkan panggilan untuk Ibunya adalah Nai Bonar.
Meratap, menangis dengan sekuat-kuatnya (mangangguk bobar) adalah ekspresi
spontan dari anak sulung. Sebagai Anak sulung ia merasa dirinya tidak berguna, karena
dia tidak bisa melihat lagi ibunya dalam keadaan hidup. Dia mengatakan, (Sambor ni
nipikki Inong), terkutuklah aku Ibu. Dalam lagu andung ini dikisahkan si anak sulung
sambil menangis menceritakan bagaimana ayahnya memberitahu kepadanya bahwa
Ibunya yang sakit keras semakin parah. Dalam rencananya untuk pulang ke kampung si
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
anak sulung ini sangat mengharapkan kalau dia masih bisa melihat ibunya dalam keadaan
hidup. Ketika dia sampai di gerbang kampung ia justru menangis sekeras-kerasnya
karena melihat semua saudara Ibunya dan para tetangga sedang menangis meratapi
kepergian dari Ibunya tersebut. Ratapannya berlanjut mengisahkan rasa kehilangan yang
dalam, mengapa ibunya tidak memberi pesan apa-apa untuknya sebagai anak yang
sulung, ia merasa menjadi anak yang tak berguna, karena hanya tinggal cerita yang ia
terima seperti anak yang hilang, karena tidak punya ibu lagi.
3. 1. 4. Lagu 3: Andung Anak Sasada
Lagu Andung Anak Sasada, Cip. Erick Silitonga dinyanyikan oleh Andi A. Situmorang.
Lagu bertempo lambat lagu yang termasuk lagu andung asli dengan tangga nada
pentatonik 1 2 3 4 5.
Andung Anak Sasada56
Cip. Erick SilitongaAndi A. Situmorang
Tois ni sipareonmi ma da InongTung so marpanarihon do ho.Manghuling ma jo hoSakkababa da InongPaungkap ma simalolongmi
Ho, Inong – Among. Ho, Inong – Among
Peak di ruma naimbaru ma hoMaruloshon sibolang iMangeahi damang siadopanmiTu tano haroburani
Ho, Inong – Among, Ho, Inong – Among
Parpadan na so boi oseon do ho
Ratapan Anak TunggalCip. Erick SilitongaAndi A. Situmorang
Kejamnya pendengaranmu, IbuSampai Engkau tidak peduliBicaralah dulu DikauSatu patah kata saja IbuBukalah matamu
Engkau Ibu, Ayah, Engkau Ibu, Ayah
Engkau berbaring di tempat baru (kuburan)Memakai kain ulos sibolang (ulos untuk orangmati).Ke tempat penguburan
Engkau Ibu, Ayah, Engkau Ibu, Ayah
Perjanjian yang tak dapat diingkari
56 http://www.youtube.com/watch?v=MaYoXV6vw6Y. (14 Oktober 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Amang raja doli,Inong soripadaBohama pangandungku di ho da, Inong
Ref.Sinuan tarpunjung do auSoada tudosan InongParsori ni ari na so tarandungkon,InongSo marhaha-anggi pinaribot auNunga ditinggalhon Damang i
Ho, Inong – Among. Ho, Inong Among
So malos dope bulung rata, da InongNa peak di tinambormiNunga masiait tungadol da InongDi ugasan tininggalhonmi
Ho, Inong – Among. Ho, Inong – Among.
Tangihon Inong siadosan miAlusi Inong pinaribot miDa Tulang paniroi ni anakmon
Oh Ayah, RajaIbu yang terhormatBagaimanan aku harus meratapimu, Ibu
Ref.Aku anak yang sendirianTiada bandingnya, IbuKesedihan yang tak bisa diratapi, IbuAku tak punya kakak-adik dan sahabatTelah ditinggal Ayah
Engkau Ibu, Ayah, Engkau Ibu Ayah
Daun-daun hijau yang belum kering hai IbuTerletak di atas timbunan tanah kuburanmuSakit dan pedih, hai, IbuPada harta peninggalanmu
Engkau Ibu, Ayah
Dengarkanlah Ibu, kakak-adikmuDengar Ibu, saudaramuPaman, pemberi nasihat kepada anakmu
Pengalaman yang diceritakan dalam lagu Andung Anak Sasada sama dengan dua
lagu andung lain (Andung-andung ni Anak Siampudan, dan Andung Anak Buhabaju).
Ketiga lagu tersebut menggunakan gaya lagu ratapan, yang cocok untuk mengungkapkan
kesedihan. Persamaan yang lain adalah mereka berada pada kondisi kurang mampu dan
tinggal di perantauan. Perbedaannya hanya pada peran sebagai anak bungsu, anak sulung
dan anak tunggal. Perbedaan yang lain lagi adalah pada cara setiap anak
mengekspresikan kesedihannya.
Anak sasada (anak tunggal) adalah juga mendapat peran penting dalam
masyarakat Batak. Dan anya memiliki anak tunggal (anak sasada) belum lengkap sebagai
keluarga. Dalam ideologi dan falsafah Batak yang berkaitan dengan anak, kata gabe
adalah kata yang sangat penting dan berhubungan dengan keturunan. Karena bagi orang
Batak yang disebut gabe adalah apabila sudah memiliki anak laki-laki dan anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
perempuan, dan terlebih lagi anak laki-laki. Kalau dalam judul lagu ini disebut Anak
Sasada, anak satu-satunya, ini juga adalah kesedihan, baik bagi anak sasada itu sendiri,
maupun bagi orangtuanya. Dalam lagu juga dilukiskan bahwa betapa nestapanya anak
sasada merasakan kesedihan yang mendalam karena tidak punya siapa-siapa lagi, hanya
tinggal sendiri saja.
Anak Sasada dalam masyarakat Batak adalah kedudukan anak yang kurang
menyenangkan. Dalam syair lagu diceritakan pengalaman seorang Anak Tunggal yang
sangat menyedihkan, ketika si Anak hanya dapat menyaksikan Ibunya yang sudah berada
dalam kuburan. Daun-daun pun belum kering yang ada di atas kuburan Ibunya
mengartikan bahwa Ibunya belum lama meninggal. Ia menangis dan meratap sambil
bicara supaya Ibunya yang sudah meninggal itu berbicara dan melihat anaknya sekali
lagi. Ratapan dilanjutkan dan menceritakan keberadaannya sebagai Anak Tunggal yang
merasakan kesedihan yang tidak ada bandingnya. Juga semakin sedih ketika si Anak
Sulung mengungkapkan sesuatu yang tidak menyenangkan karena dia tidak punya siapa-
siapa lagi, tidak punya kakak atau adik, ayahnya sudah meninggal terlebih dahulu.
4. Lagu Batak Populer dan Suara Perjuangan
Lagu Batak populer era-setelah 70-an, bila dibandingkan sebelumnya, lebih banyak
menyuarakan perjuangan kehidupan orang Batak yang berada dalam kondisi ekonomi
yang sulit. Data ini dapat dilihat dari karya dua pencipta lagu yang sangat produktif di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
era-sebelum 70-an Tilhang Gultom57 dan Nahum Situmorang58 yang banyak mengenai
tema-tema tentang alam, marga, lagu percintaan, danau toba. Contoh-contoh lagu yang
dipilih untuk kepentingan tesis ini juga lebih banyak terambil dari era-setelah 70-an.
4. 1. Lagu tentang Kemiskinan
Kemiskinan adalah salah satu akar permasalahan yang menjadi bahasan dalam tesis ini.
Berdasarkan hasil penelitian Sihotang pada tahun 1996, kemiskin adalah tema penting
dalam rangka pembangunan daerah di Sumatera Utara. Salah satu tema kemisinan ini
secara khusus dituliskan oleh Jack Marpaung dalam bentuk syair dalam lagu: Tapanuli
Peta Kemiskinan. Sebagai tanggapan atas kata miskin tersebut maka orang Batak
memunculkan kata hamajuon (kemajuan) sebagai kata yang sangat penting untuk
memulai suatu perubahan. Usaha perubahan itu yang akan berdampak pada cita-cita yang
dimiliki orang Batak yang akan diwujudkan melalui modal dasar ideologi 3H.
Untuk melihat lebih jauh bagaimana tema kemiskinan itu dikemas dalam syair-
syair lagu maka berikut ini akan dibahs 3 lagu yang berjudul: Tapanuli Peta Kemiskinan,
Gotap sian Sikkola, Tangis do Au. Adapaun pemilihan 3 lagu, didasarkan atas tema yang
langsung menyuarakan tentang kemiskinan. Tiga lagu ini dianggap cukup mewakili data
yang digunakan, Peta Kemiskinan mengenai fakta kemiskinan di Tapanuli Utara, Gotap
Sikkola mewakili sebagai dampak kemiskinan, anak tidak bisa melanjutkan sekolah, dan
Tangis do Au untuk mewakili kisah anak yang miskin di perantauan. Melihat syair-syair
57 Lihat: Lampiran 1: Daftar Lagu Ciptaan Tilhang Gultom.
58 Lihat: Lampiran 6: Daftar Lagu Ciptaan Nahum Situmorang dan Kategori Irama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
lagu yang memuat tentang kemiskinan itu menunjukkan bahawa betapa seriusnya
persoalan itu sehingga sangat perlu mendapatkan perhatian dari semua kalangan di
Tapanuli.
4. 1. 1. Lagu 4: Tapanuli Peta Kemiskinan
Lagu Tapanuli Peta Kemiskinan, Cip: Jack Marpaung, Album Spesial: LASIDOS
dinyanyikan oleh: Jack Marpaung & Hilman Padang.
Tapanuli Peta Kemiskinan59
Cip: Jack MarpaungAlbum Spesial: LASIDOSJack Marpaung & Hilman Padang
Ho parjalang o.. mulak…. mulak ma ho
Borhat ho Amang, tu bariba uju iHutaruhon do ho mardongan tangiangkiPola do tagadis hauma Pauseang iSuda do sede parsingkolahon ho
Alai dung dapot ho nasininta ni rohamDung mamora ho, mauli bulung iLupa do ho Bona ni Pasogit miNga digoari, Peta Kemiskinan i
Mulak ma ho bangsokkiBangso Batak bangsokki, bangso na jogiMulak ma ho bangsokkiBereng ma i undung-undungta i,naung marburbur i
Marudur do sude angka dongan sahuta iPataruhon ho, dinalao borhat iNungnga jumpang Amang, najinalahanmiNungnga dapot Amang, naniluluan mi
Di sido pusok mi, di toru ni bulu iHuta ni Ompu i, Si Raja Batak iOu----- bereng mai, hauma iSoada be lao sigotilon i
Tapanuli Peta KemiskinanCip: Jack MarpaungAlbum Spesial: LASIDOSJack Marpaung & Hilman Padang
Kau perantau pulang…. pulanglah engkau……
Dulu, engkau berangkat ke seberangEngkau kuhantar dengan iringan doaKita menjual semua tanah warisanHabis semua untuk menyekolahkanmu
Setelah engkau mencapai cita-citamuEngkau jadi kaya, lagi terpandangEngkau lupa Bonapasogit (tanah asal)Sudah dinamai Peta Kemiskinan
Pulanglah bangsakuBangsa Batak bangsaku yang tampanPulanglah kau bangsakuLihatlah gubuk kita,yang sudah dimakan rayap
Teman sekampung kita beramai-ramaiMenghantarkanmu, ketika mau berangkatSudah kau temukan sayang, yang kau inginkanSudah kau dapatkan yang kau cari
Di situlah tempat ari-arimu, di bawah pohon bambuItulah Kampung (asal) Si Raja BatakOh …Lihatlah semua kebunTiada yang dapat dipanen
59 http://liriklagubatak.com/tapanuli-peta-kemiskinan.html. (25 Agustus 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Mulak ma ho bangsokkiBangso Batak bangsokki, bangso na jogiMulak ma ho bangsokkiBereng ma i undung-undungta i, naungmarburbur
Pulanglah kau bangsakuBangsa Batak bangsaku, bangsa yang tampanPulanglah kau bangsakuLihatlah gubuk kita,yang sudah dimakan rayap
Menggunakan tangga nada diatonik, lagu bertempo lambat slow rock. Jack
Marpaung adalah seorang pencipta lagu dan dikenal sebagai penyanyi rock Batak.
Melalui syair dan lagu Tapanuli Peta Kemiskian, seolah-olah Jack ‘memaksa’ orang
Batak di perantauan yang sudah sukses supaya pulang. Teriakan khas penyanyi rock
suara Jack, mengindikasikan paksaan tersebut, seakan tidak bisa menerima mengapa
Tapanuli Utara menjadi salah satu wilayah di Sumatera Utara disebut sebagai daerah
tertinggal, bahkan disebut miskin melalui data penelitian. Jack memulai kisahnya dalam
syair lagu ketika orangtua akan memberangkatkan anaknya sekolah ke tempat yang jauh
dengan mengadakan sebuah acara. Adapun tempat tujuan sekolah anak tersebut adalah ke
seberang (tu bariba) menunjukkan bukan di Sumatera. Dalam sebuah gelar acara
keluarga, tidak ketinggalan kehadiran tetangga terdekat untuk memberi doa restu untuk
keberangkatan si anak ke seberang. Untuk memenuhi kebutuhan financial si anak
tersebut, orangtua terpaksa menjual sebidang tanah warisan, yang nilainya juga tidak
seberapa.
Dalam bagian akhir, syair mengisahkan perjuangan di arena pendidikan telah usai
dan keberhasilan kerja pun telah didapatkan. Harapan orangtua dari si anak adalah
kelak dapat memperbaiki kondisi ekonomi di kampung. Namun yang terjadi adalah rasa
ketidakpedulian si anak terhadap kampung halamannya. Dalam syair lagu muncullah
ekspresi kemarahan ketika orangtuanya mengetahui bahwa anaknya sudah mencapai cita-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
citanya, lulus dari sekolah dan sukses dalam pekerjaan, sudah kaya (mora) dan
terpandang (sangap), namun tidak peduli dengan kampung halamannya.
Pada bagian syair berikutnya ada himbawan, permohonan, kepada anaknya
dengan panggilan sanjungan (bangso na jogi) sebagai bangsa yang tampan dan gagah
perkasa, untuk melihat bahwa rumah mereka dulu yang ditinggalkan sudah rusak
dimakan rayap. Dan kondisi ini sekaligus menggambarkan lebih luas lagi betapa sedih
perasaan orang Batak di Tapanuli Utara karena mereka sedang menghadapi persoalan
besar dengan ketidakberdayaan mereka untuk berjuang karena rumah mereka (Tapanuli)
sedang mengalami kesakitan ekonomi. Perantau diingatkan, pulanglah, ingat bagaimana
dulu semua tetangga dari kampung beramai-ramai ikut menghantarkanmu, ketika engkau
berangkat untuk sekolah ke seberang. Pulanglah ke tempat asalmu, di tempat di mana
ditanam ari-arimu, dibawah pohon bambu. Dari situlah kau berasal, yang dari tempat
yang sama nenek moyang Raja orang Batak (Ompui Si Raja Batak) berasal. Tempat itu
telah menjadi tandus, sehingga tidak ada lagi yang diharapkan, hasil bumi tidak ada yang
dapat dipanen. Kata pulang menjadi kata penting, yang bisa diberi pengertian tidak
sekedar pulang, tapi bagaimana perhatian, pemikiran, dukungan material, sangat
diperlukan dalam memperbaiki kondisi sekarang ini.
4. 1. 2. Lagu 5: Gotap sian Sikkola
Lagu Gotap Sian Sikkola, Cip.Anton Siallagan dinyanyikan oleh Margareth Siagian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Gotap Sian Sikkola60
Cip.Anton SiallaganMargareth Siagian
Ditaon ho ale Inang didadang ariMarengge - rengge ho di kakilima iHolan pasari-sari gellengmon
Tahuak manuk manogot naiAi nungga dungo sian podoman miDisari ho manogot iAsa adong allangon bodanari nai
Tung so sadia pe da pangomoan miSabar doho di sude halojaonmiHumongkop hami angka gellengmonHape so sae niomomiLao paujungkon parsikolakkiBoha bahenon taononnama iPandokhon ni bagian i
Gotap di tonga dalan ma hape singkolakkiSudena i alani hapogoson i…Sude nasa gogom dibahen ho do dainongAi so adong nalaho mangurupui ho
Tibu do lao damang parsinuanTu naso haulahan iSasada ho nama ale InangNa marmudumudu au
Putus SekolahCip.Anton SiallaganPenyanyi: Margareth Siagian
Engkau menahan terik matahariUntuk berjualan di kaki limaHanya untuk memperjuangkan anak-anakmu
Ketika ayam berkokok di pagi hariEngkau sudah bangun dari tidurEngkau mencari di pagi hariUntuk kebutuhan makan malam
Meskipun keuntunganmu tidak seberapaEngkau sabar meski lelahBerjuang untuk kami anak-anakmuTapi keuntunganmu tidak mencukupiUntuk membiayai sekolahkuApa mau dikata itulah bebanItu sudah nasib
Putus di tengah jalanlah sekolahkuSemuanya itu karena kemiskinanSemua tenagamu Ibu engkau telah curahkanKarena tidak ada yang bisa membantumu
Ayah pergi terlalu cepatYang tidak bisa kembaliHanya Engkau seorang diri IbuYang memperhatikan aku
Lagu menggunakan tangga nada pentatonik 1 2 3 5 6, lagu termasuk kategori
sedih lagu andung asli. Kemiskinan, itulah yang menjadi tema dalam tangisan di lagu ini.
Seorang anak menangis (meratap) dengan sedihnya mengungkapkan bagaimana usaha
seoran Ibunya untuk memperjuangkan anak-anaknya karena ayahnya sudah lebih dulu
meninggalkan mereka. Meskipun si Ibu telah berusaha keras dalam perjuangan untuk
anaknya ternyata pada akhirnya tetap tidak bisa mencapai cita-cita anaknya untuk
sekolah. Ibuanya bekerja meskipun panas matahari menerpanya sebagai pedagang kecil
60 http://bataklagu.blogspot.com/2013/04/gotap-sian-sikkola.html. (25 Agustus 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
(parengge-rengge) di kaki lima. Pagi-pagi buta, ketika ayam berkokok si Ibu sudah
bangun dan langsung pergi berjualan untuk mendapatkan sedikit uang memenuhi
kebutuhan makan malam mereka. Meskipun yang didapatkan tidak seberapa dari hasil
berjualan, si Ibu tetap sabar dalam usahanya. Karena perjuangan Ibu hanya untuk
memenuhi kebutuhan semua anak-anaknya setidak-tidaknya bisa makan. Anak yang
sudah sekolah terpaksa harus berhenti sekolah karena Ibunya tidak sanggup lagi untuk
melanjutkan menanggung biaya sekolahnya. Tangisan si Anak ditumpahkannya sambil
meratap mengatakan bahwa semua penyebabnya adalah karena kemiskinan. Meskipun
Ibunya sudah berusaha sekuat tenaga, banting tulang tapi tetap tidak bisa mencukupi
kebutuhan keluarga dari hasil yang didapatkan dari jualannya. Seharusnya Ayah adalah
harapan penopang utama dalam keluarga, namun karena Ayah mereka telah pergi
mendahului untuk selamanya, maka harapan itu tidak dapat terwujud. Terpaksa Ibulah
dengan caranya sendiri yang harus bekerja keras untuk membesarkan, memelihara dan
mendidik anak-anaknya.
4. 1. 3. Lagu 6: Tangis do Au
Lagu Tangis do Au, Cip. Iran Ambarita, dinyanyikan oleh Trio Axido.
Tangis do Au61
Cip. Iran AmbaritaTrio Axido
Tangis do au ale Inang pangintubuMolo dung golap ari iDang boi tarbahen, songon nanidokmiLao hatop madulo ho
Alani pogos ma hape DainangIkkon taonon songonon
Aku MenangisCip. Iran AmbaritaTrio Axido
Aku menangis Ibu yang kusayangKetika malam mulai tibaAku tak bisa melakukan, sperti yang kau mintaUntuk segera mengunjungimu
Karena kemiskinan IbuAku harus menanggung seperti ini
61 http://lagubatak.wordpress.com/syair/tangis-do-au-2/. (25 Agustus 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Marsiak bagi au diparjalangan onManaon sude na hansiti
Pabulus ma roham InangInang pangitubuNangpe dao au sian hoTondimi manggonggom au
Tangiang mi ale InangTondimi ale InangMandongani anakmonDi parjalangan on
Aku merintih di perantauan iniUntuk menangung semua penderitaan
Pasrahkanlah hatimu IbuIbu yang melahirkankuMeskipun aku jauh darimuRohmulah yang melindungi aku
Doamu hai IbuRohmu hai IbuMelindungi Anakmu iniDi perantauan ini
Menggunakan tangga nada diatonik, lagu bertempo lambat, nuansa sedih tipikal
lagu andung. Merantau, itulah tekad semula anak yang tidak bisa sekolah, karena di
kampung tidak ada pekerjaan yang menjanjikan. Karena itu perjuangan utama adalah
bagaimana supaya bisa merantau, meninggalkan kampung halaman, dengan harapan di
tempat baru akan mendapatkan pekerjaaan dan bisa mengubah nasib. Dalam
kenyataannya di perantauan harapan si anak ternyata pupus. Apa yang mau dikata ketika
si anak sudah terlanjur merantau ke tempat yang jauh. Ketika berangkat dari kampung,
Ibunya telah berpesan supaya segera pulang menjenguknya kalau sudah bekerja dan
sudah memperoleh penghasilan. Di perantauan, kata-kata Ibunya tersebut selalu terngiang
ketika malam tiba yang membuatnya tidak bisa tidur lalu menangis. Kemiskinan itulah
yang menjadi persoalan utama, karena ternyata harapannya untuk bekerja mendapatkan
penghasilan belum terwujud. Ingin pulang tapi ongkos pulang saja juga tidak cukup,
untuk memenuhi permintaan Ibunya pulang kalau sudah ada penghasilan. Rintihan itulah
yang yang dialami di perantauan karena susahnya untuk memperjuangkan hidup. Dalam
keluh-kesah dalam kesedihan, si Anak masih mempunyai harapan dan sekaligus
meyakinkan diri, dan meminta kepada Ibunya yang melahirkannya supaya pasrah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
sabar. Permohonan si Anak kepada Ibunya kiranya dengan doa dan dengan penyertaan
rohnya senantiasa dapat melindungi anaknya di perantauan, dengan harapan suatu waktu
nanti mereka bisa bertemu.
4. 2. Lagu Perjuangan untuk Merantau
Perantauan adalah sebagai arena perjuangan yang diharapkan seseorang menjadi titik
awal menuju kesuksesan. Setidak-tidaknya harapan itulah yang didambakan oleh banyak
perantau dari Tapanuli untuk memulai kehidupan yang baru dan meraih cita-cita. Karena
itu, Anak yang tidak bisa bertarung melalui arena pendidikan di sekolah karena
ketidakmampuan dukungan finansial yang memadai, maka pilihannya adalah di arena
perantauan. Dan mengapa merantau, karena dianggap tidak ada kemungkinan yang lebih
baik dari merantau, karena situasi di kampung tidak memungkinkan memberikan harapan
yang lebih baik untuk mencapai suatu perubahan.
Berikut ini ada 2 judul lagu, Putus Sikkola dan Anak Parjalang yang akan
diangkat isi syairnya sebagai bahan untuk mengetahui seberapa penting masalah ini perlu
mendapat perhatian sehingg pencipta lagu pun ikut mengangkat kisah ini ke dalam
karyanya. Pemilihan dua lagu adalah untuk mewakili dua kondisi yang berbeda dari dua
anak yang gagal dalam pertarungan sekolah. Kisah lagu Putus Sikkola, orangtua
menyuruh anaknya merantau karena tidak sanggup menekolahkannya. Dan lagu Anak
Parjalang adalah kisah anak yang sudah di perantauan, namun belum berhasil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
4. 2. 1. Lagu 7: Putus Sikkola
Lagu Putus Sikkola, Cip. Firman Marpaung, dinyanyikan oleh Dewi Marpaung.
Menggunakan tangga nada diatonik, lagu yang bertempo lambat, bernuansa sedih.
Dalam lagu Putus Sikkola dikisahkan, akibat ketidakmampuan orangtua untuk
menyekolahkan anaknya, maka jalan satu-satunya yang dianjurkan orangtua terhadap
anaknya adalah menyuruh pergi merantau ke negri orang. Dalam syair lagu diceritakan,
supaya anaknya jangan bersedih hati (unang marsak ho), karena tidak bisa sekolah.
Harapan yang dimiliki orangtua satu-satunya yang masih mungkin ditempuh anaknya
62 http://ryan-banjarnahor.blogspot.com/2011/07/putus-sikkola.html.(14 Oktober 2014).
Putus Sikkola62
Cip. Firman MarpaungDewi Marpaung
Unang marsak hoAmang sinuan tunasAla naung suda gogo auPutus sikkola ho hasian nalaguLaho maho AmangMarjalang tu nadaoBalao maho tondikkuBorhat ma damang, tu luat naleban
Ref.Tangiangki ma amang,Na mandongani ho di luat nadaoAnggiat horas hoDapot ho niluluanmu amang (2x)
Molo dungkon sahat ho, amangTu na sinittasitta ni rohamTongos surat paboa baritamLaho paposhon rohakki, amang
Putus SekolahCip. Firman MarpaungDewi Marpaung
Jangan kau sedihAnakkku sayangKarna tenagau sudah habisSehingga terpaksa kau putus sekolah, sayangPergilah anakku sayangMerantau ke tempat jauhPergilah jantung hatikuBerangkatlah sayang ke tempat lain
Ref.Dengan doaku sayangMenyertaimu di tempat yang jauhKiranya engkau selamatEngkau dapatkan yang kau cari, sayangBila engkau sudah tiba, sayangKetujuan yang kau cita-citakanKirimlah surat untuk memberi kabarUntuk membuat meyakinkan hatiku, sayang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
adalah dengan pergi merantau. Dikatakan dalam syair: “Laho maho Amang marjalang tu
nadao”, (Pergilah sayang, merantau ke tempat yang jauh), itulah kata-kata yang masih
bisa disampaikan orangtuanya kepada anaknya. Hanya doa yang dapat dipanjatkan
orangtua kepada Tuhan semoga dalam perjalanan dapat selamat dan bisa sampai di
tempat yang ingin dituju dan tercapai yang dicita-citakan. (Tangiangki ma Amang, na
mandongani ho di luat nadao, anggiat horas ho, dapot ho niluluanmu amang). Dan juga
harapan orangtua melalui doanya terhadap anaknya adalah supaya kelak di perantauan
bisa berhasil. Dan untuk meyakinkan keselamatan anaknya kalau sudah sampai di tempat
tujuan orangtua meminta, supaya mengirimkan surat member khabar (Tongos surat
paboa baritam) sebagai bukti bahwa anaknya sudah sampai dalam keadaan selamat di
tempat yang dituju.
4. 2. 2. Lagu 8: Anak Parjalang
Lagu Anak Parjalang, Cip. Annes Purba, dinyanyikan oleh Trio Ganesha.
Anak Parjalang63
Cip. Annes PurbaTrio Ganesha
Hassit do da InangHassit do ahu anakkonmonParir do parngoluankiDung borhat ahu sian najoloTu luat parjalangan on
Hu lului do InangHulului do nianDalan ni ngolu ngolukkiSo adong dapot ahu na huparsittaAlani sikkolakku na so ada
Hassit ma Inang bagiakki
Anak PerantauCipt. Annes PurbaTrio Ganesha
Begitu sakit hai IbuAku sakit anakmu iniKehidupanku yang piluKetika aku berangkat duluKe tempat perantauan ini
Aku mencari, IbuAku mencariJalan hidupkuTak kutemukan yang kucita-citakanKarena aku tidak sekolah
Sakit Ibu, nasibku
63 http://bataklirik.blogspot.com/2011/10/trio-ganesha-anak-parjalang.html.(14 Oktober 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Tu ise nama ahu mangalu aluAha ma Inang si bahenonkuNalao tongosonku tuho
Inang pangintubuSabar maho InangTangiankon ahuAnakkonmon
Sabar ma ho InangAnju ma ahuUnang pola marsakhoUmbege baritakki 2X
Kepada siapakah aku mengaduIbu, Apa yang harus kubuatUntuk mengirimkan (uang) padamu
Ibu yang melahirkankuSabarlah engkau IbuDoakanlah akuAnakmu ini
Sabarlah engkau IbuMaafkanlah akuJanganlah sedihMendengar kabar tentang diriku
Mengunakan tangga nada 1 2 3 5 6, lagu bertempo lambat, bernuansa lagu sedih
termasuk lagu tipikal andung. Dalam syair lagu dikisahkan bahwa merantau itulah
alternatif pilihan lain bagi anak yang tidak mendapat kesempatan untuk sekolah. Apakah
itu karena inisiatif si anak atau justru karena didorong orangtuanya untuk meninggalkan
kampung halamannya untuk pergi merantau. Keadaan keluaraga dalam cerita pada lagu
ini sedang mengalami ekonomi yang sulit, dan hal ini telah dirasakan ketika anaknya
diberangkatkan, keluarga sudah mengalami kepahitan hidup. Begitu sakit aku rasakan
anakmu, begitu pedih kualami ketika dulu aku berangkat merantau. Tidak sekolah, yang
artinya belum mempunyai ketrampilan untuk bekerja secara profesional, membuat si
anak kesulitan untuk mendapatkan pekerjan. Sudah dicari pekerjaan ke sana-kemari tapi
tetap belum mendapatkan pekerjaan seperti yang sudah dicita-citakan sebelum
keberangkatannya merantau. Si anak menyesali diri, mulai putus asa mengatakan kepada
siapa lagi aku harus mengadu, (Tu ise nama ahu mangalu alu). Mendengar hal ini
pastilah sebagai orangtua menjadi hkawatir mengenai nasib anaknya yang belum bekerja.
Dan sebagai anak yang masih peduli terhadap orangtuanya, ia menyadari dan merasa
bersalah mengatakan apa yang bisa aku lakukan untuk mengirimkan sesuatu (uang)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
kepadamu Ibuku. Namun dibalik semua itu, ada kerbesaran hati si anak untuk menghibur
diri dan meyakinkan Ibunya, supaya ibunya sabar, artinya setia menunggu sampai
anaknya mendapat pekerjan. Si anak tetap meminta dukungan doa dari ibunya, dan
sekaligus meminta maaf atas keadaan yang dihadapi. Si anak tetap berkeyakinan suatu
ketika nanti dapat memenuhi harapan Ibunya, berhasil di perantauan dan dapat
mengirimkan sesuatu (uang) kepada Ibunya.
4. 3. Lagu Perjuangan untuk Sekolah
Sebagai ideologi hagabeon, bagi orang Batak yang memiliki anak-anak, adalah suatu
kebahagiaan. Anak disebutkan sebagai harta yang begitu berharga dalam lagu Nahum
Situmorang (Anakkonhi do hamoraon di au). Karena itu anak-anak harus diperjuangkan,
meskipun kemampuan orangtua sangat terbatas dari segi materi. Adapun arena
perjuangannya adalah melalui pendidikan di sekolah. Harapan orangtua terhadap anak-
anak adalah bisa berhasil dalam studi, dan kelak bisa sukses dalam pekerjaan, meskipun
jalan yang ditempuh cukup berliku dan mengalami banyak kendala.
Berikut ini ada 2 lagu, Anakkon hu dan Anakku na Burju, yang akan dibahas
untuk mewakili kisah dalam syair mengenai perjuangan orangtua untuk menyekolahkan
anak-anaknya. Yang menjadi alasan pemilihan lagu adalah berdasarkan dua latarbelakang
dalam perjuang untuk sekolah. Lagu Anakkon hu dipilih sebagai yang melatarbelakangi
usaha supaya berhasil, sedangkan Anakku na Burju adalah mewakili lagu yang
menceritakan keberhasilan sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
4. 3. 1. Lagu 9: Anakkon hu
Lagu Anakkon hu, Cip. Dakka Hutagalung, dinyanyikan oleh Dewi Marpaung.
Anakkon hu64
Cip. Dakka HutagalungDewi Marpaung
Anakkon hu hasian burju burju ma ho sikkolaSotung marisuang gogokkiBereng ma i Amang mi naung bukkuk nangso matuaHolan pasarisari ho AmangRef.Dang namora au AmangManang parhauma na bidang o..Sotung las marisuangSasudena halojaonki ho…..
Martaon ombun, didadang ariDitinggang udan do hami da Amang, di balian iHolan asa boi pasikkolahon hoAnakkon hu hasianTangihon pangidoankiSotung marisuang gogokkiAnakkonhu ……
AnakuCiptaan: Dakka HutagalungDewi Marpaung
Anakku sayang, rajin-rajinlah engkau sekolahSupaya jerih payahku tidak sia-siaLihatlah Ayahmu bungkuk bukan karena tuaHanya untuk memperjuangkanmuRef.Aku bukan orang kaya, sayangAtau pemilik tanah yang luasJangan sampai siasiaSemua jerih payahku
Menahan udara pagi, terik matahari,Kami ditimpa hujan, sayang, di ladangHanya, supaya bisa menyekolahkannmu
Anakku yang kusayangDengarkanlah permintaankuJangan sampai jerih payaku sia-siaAnakku……
Lagu menggunakan tangga nada diatonik, bertempo lambat, tenang berirama
slow rock berciri lagu andung populer. Lagu tersebut, berisi nasihat yang dituturkan
sangat baik oleh orangtua kepada anaknya. Dalam lagu Anakkon hu, dikisahkan
bagaimana orangtua memberi perhatian yang sangat besar terhadap kemajuan anak-anak
mereka untuk mencapai masa depan yang lebih baik melalui sekolah. Kemiskinan tetap
menjadi inti dasar mengapa orangtua harus bekerja keras tanpa lelah supaya anak-anak
mereka bisa sekolah. Kekuatan dan kepercayaan orangtua pada anaknya dalam lagu ini
adalah dengan cara memberi nasihat yang sangat sederhana dan mendalam, supaya anak
64 http://lirikbatak.blogspot.com/2009/12/anak-hon-hu_02.html. (14 Oktober 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
mereka mengerti bagaimana orangtuanya sedang berjuang untuknya. Isi nasihat orangtua
adalah: “Anakkon hu hasian burju-burju ma ho sikkola, sotung marisuang gogokki”.
Anakku sayang, rajinlah belajar jangan sampai sia-sia tenagaku. Karena kalau rajin saja
tidak bisa dilakukan oleh anaknya maka kemungkinan yang dicita-citakan di sekolah
tidak pernah akan tercapai. Karena orangtuanya menceritakan keadaannya bahwa: “Dang
namora au Amang manang parhauma na bidang”. Aku bukanlah orang kaya, atau juga
bukan pemilik kebun yang luas. Karena itu jangan sampai kerja keras orangtua menjadi
sia-sia. Orangtua yang sudah bekerja, di ladang dari pagi buta, menahan angin pagi,
menahan teriknya panas matahari, dan terpaan hujan, semuanya dilakukan orangtua
dengan satu tujuan supaya anak mereka bisa sekolah. (Martaon ombun, didadang ari,
ditinggang udan do hami da Amang, di balian i, holan asa boi pasikkolahon ho). Satu hal
yang diminta orangtuanya kepada anaknya agar mendengar permintaan mereka, sehingga
kerja keras mereka tidak menjadi sia-sia.
4. 3. 2. Lagu 10: Anakku Naburju
Lagu Anakku Naburju, Cip. Soaloon Simatupang, dinyanyikan oleh Trio New Lasidos.
Anakku Naburju65
Cip. Soaloon SimatupangTrio New Lasidos
Anakku naburju anak hasiankuAnakku nalaguIngot do ho amang 66diangka podani
Anakku Yang BaikCip. Soaloon SimatupangTrio New Lasidos
Anakku yang baik, anakku sayang,Anakku yang baikKau ingan anakku nasihat
65 http://musiklib.org/Lagu_Batak-Anakku_Naburju-Lirik_Lagu.htm. (14 Oktober 2014).
66 Catatan: Amang artinya ayah, tapi kalau amang diterapkan pada anak maka artinya menjadi anak, atauanak tersayang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Natua tua mi
Dung hupaborhat ho namarsikkola iTu luat na dao i amangBenget do ho amang, benget do hoManaon na dangol i
Molo huingot do sude tahe amangPangalahom naung salpu iSipata lomos do natua-tuamonDisihabunion i
Hutangiangkon do mansai gomos amangAnggiat muba rohamiDijalo do amangdijalo do tangiangki amangRef.Ipe amang, hasian kuAnakku naburjuPagomos ma tangiang miTu Mulajadi Nabolon IAnggiat ma ture, sude hamuPinopparhi amangMarsiamin-aminan, marsitukkol-tukkolanSongon suhat di robean i
Dung lam dao amang, pangarantoan miAnakku na laguDihaburjuhonho do i sude amangDitano sileban i
Mauliate ma tadaok tu Tuhan iDinaung jinalo mi amangJumpangmu do amang jumpangmu doNajinalahan mi
Orangtuamu
Setelah kuberangkatkan kau untuk sekolahKe tempat yang jauh sayangEngkau tabah, engkau tabahMenanggung penderitaan
Kalau kuingat semua, sayangKelakuanmu di masa laluKadang orangtuamu menjadi cemasDalam kesunyian
Aku doakan dengan sunguh-sunguh anakkuSemoga engkau berubahDoaku dikabulkan anakku doaku dikabulkan
Ref.Hai anakku, yang kusayang,Anakku yang baikSungguh-sungguhlah dalam doamuKepada Tuhan Yang Mahakuasa
Kiranya kalian menjadi baik semuanyaKeturunanku sayangSaling mendoakan, saling memndukungBagaikan tanaman talas di lereng bukit
Ketika semakin jauh sayang, tempatmu merantauAnakku yang kusayangKau berusaha melakukan yang baik, sayangDi tempat yang asing
Terima kasih kita ucapkan kepada TuhanKarena Engkau mendapatkan sayangEngkau menemukan, engkau menemukanYang kau cari
Menggunakan tangga nada diatonik, lagu bertempo lambat, tenang berirama slow
rock model lagu andung populer. Anak yang baik biasanya dihubungkan dengan anak
yang mendengar nasihat orangtua. Karena bagi orang Batak memberi nasihat kepada
anak adalah sebuah ritual orangtua atau orang yang dituakan, dan menjadi kewajiban,
sedangkan menurutinya adalah kewajiban anak. Sehingga kalau seorang anak bisa
mendengar dan melakukan apa yang dinasihatkan oleh orangtuanya, atau orang yang
dituakan, maka anak tersebut akan disebut menjadi amang hasianku (anak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
kusayang). Begitulah dikisahkan dalam lagu Anakku na Burju, ketika orangtua
memberangkatkan anaknya ke negri yang jauh untuk sekolah, anak tersebut ingat akan
apa yang telah dinasihatkan orangtuanya kepadanya. (Ingot do ho amang diangka poda
ni, natua tua mi). Dari hasil nasihat itu, anak tersebut ternyata bisa tekun dan sabar di
perantauan meskipun mengalami penderitaan . Karena sebelum diberangkatkan, ada
kekhawatiran terhadap anaknya karena selama ini tingkah lakunya kurang baik, sehingga
orangtuanya menjadi cemas dan was-was. Namun untuk mengatasi semua itu masih ada
‘senjata’ yang paling ampuh yang masih dimiliki orangtuanya yaitu melalui doa yang
dipanjatkan dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan. Doa yang sungguh-sunggu yang
dipanjatkan oleh orangtua tersebut, juga diminta dilakukan oleh anaknya yang berada di
perantauan agar berdoa kepada Mulajadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Agung). Suatu
yang dibanggakan oleh orangtuanya ternyata anaknya melakukan dengan sungguh-
sungguh dan rajin semua tugasnya sebagai seorang pelajar . Sebagai rasa syukur, mereka
berterima kasih kepada Tuhan atas segala berkat dan kesuksesan yang diberikan kepada
anak mereka dengan meraih cita-citanya yang selama ini diidam-idamkan.
4. 4. Lagu Tentang Anak Sebagai Kekayaan
Memiliki anak (laki-laki dan perempuan) adalah harapan semua orangtua Batak yang
dimaksud dalam ideologi 3H. Meskipun dalam ideologi tersebut anak dihubungkan
dengan hagabeon, tetapi di dalam lagu Nahum Situorang, anak dikategorikan sebagai
bagian dari kekayaan. Karena memiliki anak adalah menjadi bagian dari harapan
keluarga Batak. Digambarkan berharga seperti kepemilikan dalam bentuk materi uang
dan barang. Oleh karena anak begitu berharga, maka orang Batak sangat menjunjung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
tinggi dan harus memperjuangkannya, melalui pendidikan dan usaha lain seperti
menyuruh merantau karena dengan jalan itu seorang anak kelak diharapkan dapat
memenuhi apa yang terdapat dalam ideologi sebagai kekayaan dan kehormatan.
Alasan pemilihan satu lagu pada tema ini: Anakhonhi do Hamoraon di Au, sudah
cuku karena lagu ini sangat terkenal. Isi pada lagu ini sudah begitu kuat dipegang oleh
orang Batak dari era-sebelum tahu 70-an, era setelah 70-an dan sampai sekarang. Dan
buktinya hampir di setiap pesta pernikahan Batak Toba lagu ini dinyanyikan atau
dimainkan secara instrumentalia.
4. 4. 1. Lagu 11: Anakkonhi do Hamoraon di Au
Lagu Anakhonhi do hamoraon di Au, ciptaan Nahum Situmorang, dinyanyikan oleh
Victor Hutabarat.
Anakhonhi do hamoraon di Au67
Cipt. Nahum SitumorangVictor Hutabarat
Ai tung so boi pe ahu laho tu paredang-edanganTarsongon dongan dongan hi da na lobi pansarianAlai sude nang geleng hi da dang jadi hahuranganAnakkon hi do naumarga di au.
Nang so tarihut hon au pe angka donganNdada pola marsak au disiAlai anakhonhi da dang jadi hatinggalanSian dongan magodang na i
Hugogo pe mansari arian nang bodariLaho parsikkolahon geleng hiNaingkon marsikkola na satimbo timbo naSingkat ni na tolap gogokki
Anakku adalah kekayaan bagikuCipt. Nahum SitumorangVictor Hutabarat
Meskipun aku tidak bisa pergi jalan-jalanSeperti teman-teman yang berkelimpahanNamn semua anak-anakku jangan sampai kekuranganAnakkulah yang paling berharga bagiku
Biarpun aku tidak bisa mengikuti teman-temanAku tidak perlu bersusah hatiTetapi anakku tidak boleh ketinggalanDari teman-teman sebayanya
Biarpun aku bekerja keras, siang dan malamUntuk menyekolahkan anak-anakku(Mereka) harus sekolah sampai setinggi-tingginyaSampai batas kemampuanku
67 http://musiklib.org/Lagu_Batak-Anakkon_Hi_Do_Hamoraon_Di_Au-Lirik_Lagu.htm. (14-10- 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Marhoi hoi pe au laho da tu dolok tu toruanMangalului ngolu-ngolu na boi parbodarianAsal ma sahat gelleng hi da sai sahat tu tujuanAnakkon hi do hasangapon di au
Ai tung so boi pe ahu marhondamarnilon marjam tanganTarsongon dongan dongan hi damarsedan marberlianAlai sude na geleng hi da,ndang jadi hahurangananakkon hi do hamoraon di au
Nang so tarihut hon au pe angka donganNdada pola marsak au disiAlai anakhonhi da ndang jadi hatinggalanSian dongan magodang na iNaikkon marsikkola satimbo timbonaSingkap ni natolap gogokkiAnakkon hi do hamoraon di ahu .....
Biarpun aku bersusah payah ke bukit dan lembahMencari kehidupan untuk kebutuhan makanAsalkan sampai anakku sampai ke tujuan(Karena) Anakkulah kemuliaan bagiku
Meskipun aku tidak punya honda,pakaian mahal dan jam tanganSeperti teman-temanku,punya sedan dan berlianNamun semua anak-anakku,jangan sampai kekurangan(Karena) Anaku itulah kekayaan bagiku
Biarpun aku tidak bisa mengikuti teman-temanAku tidak perlu bersusah hatiKarena anakku jangan sampai ketinggalanDari teman-teman sebayanyaHarus bersekolah setinggi-tingginyaSampai batas kemampuankuAnakk itulah kekayaan bagiku
Lagu menggunakan tangga nada pentatonik 1 2 3 4 5, lagu yang cukup lincah
bertempo cepat, berirama rumba. Lagu Anakkonhi do Hamoraon di Au, adalah salah satu
lagu yang paling popular dan paling disukai oleh orang Batak. Lagunya berirama rumba
dan bersuasana riang gembira. Sebagaimana salah satu isi ideologi 3H adalah hagabeon,
maka lagu ini juga sangat menjunjung tinggi cita-cita tersebut untuk mempunyai
keturunan. Dan dalam syair pada lagu ini dinyatakan bahwa anak adalah yang harus
diperjuangkan, karena anak adalah kekayan bagi orangtua. (Anakkonhi do hamoraon di
Au). Kata perjuangan untuk sekolah mungkin tidak terlalu menarik bila diperhatikan,
karena seolah-olah itu adalah hal yang umum dilakukan setiap orangtua. Menjadi
sangat berbeda ketika yang menyekolahkan adalah keluarga yang kurang mampu secara
ekonomi. Sehingga dalam lagu digambarkan bagaimana orangtua termotivasi untuk tidak
tertarik sama sekalai seperti teman-teman orangtua lain yang mampu untuk
bepergian dengan tujuan bersenang-senang. (Ai tung so boi pe ahu laho tu paredang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
edangan, tarsongon dongan dongan hi da na lobi pansarian).Tidak bisa bersenang-
senang seperti teman-temannya tidak perlu ambil pusing, yang penting bagaimana
supaya dapat memperjuangkan anak-anaknya supaya setara dengan teman-teman
sebayanya. Kerja keras siang dan malam oleh orangtua tidak menjadi masalah asal bisa
menyekolahkan anak-anaknya. Anak-anak harus bisa sekolah setinggi-tingginya sampai
batas kemampuan orangtua membiayai. Memiliki harta seperti orangtua lain, seperti
mempunyai mobil mewah bermerek honda, mempunya pakaian bagus dan mempunyai
jam tangan, bahkan memiliki berlian yang mahal tidak mengapa, yang penting jangan
sampai anak-anak kekurangan karena bagi orangtua anak adalah kekayaan.
4. 5. Lagu Tentang Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon
Dapat dicapai atau tidak, tidak menjadi persoalan utama dalam ideologi ini, namun dalam
kenyataan hamoraon, hagabeon, hasangapon masih tetap menjadi perhatian penting di
kalangan orang Batak Toba. Bahkan ideologi ini dijadikan sebagai modal dasar dalam
perjuangan untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Ideologi 3H tidak hanya bermakna visi
masa depan yang hanya tersirat di dalam batin, tetapi di dalam kenyataan orang Batak
benar-benar masih memperjuangkannya. Seperti hamoraon (kekayaan) tetap menjadi
perjuangan orang Batak meskipun arti kaya tidak selalu bermaksud memiliki kekayaan
materi seperti uang dan barang yang berlimpah ruah. Pengertian lain mengenai kaya bagi
orang Batak adalah bila keluarga telah mempunyai keturunan laki-laki dan perempuan,
seperti pada lagu 4.4.1. Anakkonhi do hamoraon di Au. Bagi orang Batak, hagabeon,
sebagai salah satu bagian ideologi, juga sebagai perjuangan yang tidak bisa diabaikan.
Memiliki anak laki-laki dan anak perempuan dikategorikan sebagai keluarga yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
diberkati (dipasu-pasu) dan bahagia. Sebaliknya keluarga yang tidak memiliki anak laki-
laki dan perempuan dikategorikan sebagai yang berkekurangan (marhahurangan) dan
belum bahagia. Bagian ketiga dari ideologi adalah hasangapon (kehormatan) dan bagian
ini adalah bagian yang sulit untuk memenuhinya. Seseorang bisa saja sudah kaya
(mamora), sudah mempunyai keturunan (gabe), tetapi belum tentu terhormat (sangap).
Mengenai bagaimana orang Batak mewujudkannya, itulah yang tertuang dalam syair-
syair lagu yang menjadi bahan utama dari penelitian ini.
Sebagai bahan kajian isi syair lagu yang berhubungan dengan ideologi 3H akan
diambil 2 contoh lagu dengan judul Alusi Au dan Hagabeon. Dan hal yang penting dari 2
lagu tersebut adalah karena dua-duanya mencantumkan secara lengkap istilah hamoraon,
hagabeon, hasangapon, meskipun dengan urutan yang berbeda. Dua lagu dianggap
cukup menyuarakan tentang ideologi 3H, meskispun dengan penekanan dimensi yang
berbeda.
4. 5. 1. Lagu 12: Alusi Au
Lagu Alusi Au, Cip. Nahum Situmorang, dinyanyikan oleh Eddy Silitonga.
68 http://myfavouritesong.wordpress.com/2010/02/27/alusi-au-lagu-batak/. (14 Oktober 2014).
Alusi Au68
Cip. Nahum SitumorangEddy Silitonga
Maragam - ragam do anggo sita – sita,dihita manisiaMarasing - asing do anggo pangidoandiganup - ganup jolmaHamoraon, hagabeon, hasangaponido di lului na deba
Jawablah AkuCip. Nahum SitumorangEddy Silitonga
Bermacam-macam cita-cita,bagi kita manusiaBerbeda-beda permintaan,bagi setiap manusiaKekayaan, keturunan, kehormatanitulah dicari sebagian orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Lagu menggunakan tangga nada diatonik, lagu yang bertempo cepat, rancak,
berjenis rumba (Ciptaan Nahum Situmorang, yang dinyanyikan oleh Trio Ambisi)
menghantarkan lagu berideologi 3H. Ada sudut pandang yang berbeda mengenai ideologi
3H dalam lagu ini. Inti pada lagu ini bukan untuk mengajarkan bagaimana ideologi 3H
itu dijalankan, namun hanya membandingkan bagaimana setiap orang berjuang demi
kepentingnnya masing-masing. Syair dalam lagu ini, memuat latarbelakang konteks
percintaan, yang dialami oleh dua sejoli muda-mudi. Yang membandingkan betapa
sesuatu yang dicari adalah yang berharga sesuai dengan cara memandang mereka
masing-masing. Pada umuny semua orang memiliki cita-cita yang ingin diraihnya, dan
masing-masing ingin medapatkan apa yang dicarinya. Ada usaha membandingkan apa
yang ingin dicapai oleh banyak orang. Bagi sebagian orang hamoraon, hagabeon,
hasangapon itu perlu dicapai, (Hamoraon, hagabeon, hasangapon ido di lului na deba)
Dinadeba tung asal tarbarita goarna tahe
Anggo di au tung asing do sita-sitaAsing pangidoankuMansai ambal pe unang pola mangissa,hamu tahe diauSasude na nahugoari i ndadai saut di auSita - sita di au tung asing situtu do tahe
Ref.Tung holong ni roham,i sambing do na huparsita-sitaTung denggan ni basam,basami do nahupaima-imaAsi ni roham ma ito,unang loas au mailaBeha roham, dok ma hatam,Alusi au...Alu... si... au...Alu... si... au...Alu... si... au…Alu…si…au…
Bagi sebagian lagi, asalkan namanya tersohor
Kalau bagiku sangat berbeda cita-cita,berbeda permintaankuBiarpun lain jangan sampai menghinakalian padakuSemua yang kusebut itu, bukan itu yang jadiCita-cita bagiku sangatlah berbeda
Ref.Hanya sayangmu,Itu sajalah yang kucita-citakanHanya kebaikanmuitulah yang kunantikanPengasihanmu sayang,jangan biarkan aku maluApa katamu, katakanlah,Jawablah aku
Jawablah akuJawablah akuJawablah akuJawablah aku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
dan bagi sebahagian orang lagi asalkan namanya dikenal dimana-mana, (Di nadeba tung
asal tarbarita goarna tahe) namun bagi si pemuda/si pemudi dalam lagu ini, mempunyai
konteks yang berbeda dan keinginan yang berbeda pula. Karena ia mempunyai cita-cita
dan permohonan lain dari pada yang lain, namun bila permintannya berbeda tidak perlu
orang lain menghinanya, begitu banyak yang sudah disebut yang ingin diraih tapi semua
itu bukanlah yang terutama yang ingin dicapai, hanya cinta dari seseorang yang ingin
didapatkan, kebaikan seseorang itulah yang dinanti-natikan. (Tung holong ni roham, i
sambaing do na huparsita-sita, tung denggan ni basam, basami do nahupaima-ima).
Belas kasihan saja dari seseorang itulah yang didambakan, supaya jangan membuatnya
menjadi malu. Yang penting ada jawaban sebagai kepastian dan bagaimana isi jawaban
itu. Hanya kepastianlah yang ia tunggu: “Beha roham dok ma hatam, alusi au”,
(Bagaimana jawabmu jawablah aku) itulah pertanyaan si pemuda/i itu untuk mengakhiri
lagu.
4. 5. 2. Lagu 13: Hagabeon
Lagu Hagabeon, Cip. Sudiarto Tampubolon, dinyanyikan oleh Trio Perdana.
Hagabeon69
Cip. Sudiarto TampubolonTrio Perdana
Hagabeon, Hasangapon, HamoraonNasian Tuhan i do iJala unang lupa ho martangianMandok mauliate
Disude denggan ni basa-NaJala unang mian dirohamAkka jat ni roha
KeturunanCip. Sudiarto TampubolonTrio Perdana
Keturunan, kehormatan, kekayaanItu berasal dari TuhanDan jangan lupa engkau berdoaUntuk berterima kasih
Atas semua kebaikan-NyaDan jangan tinggal di dalam hatimuSegala perbuatan jahat
69 http://bataklyric.blogspot.com/2014/01/lirik-lagu-hagabeon-trio-perdana.html. (14 Oktober 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Sai paserep ma roham,tabolokkon tois ni roha iJala tabolokkon ma sian rohattaElat teal hosomi
Asa taruli ho dingolumiDi tano parsatokkinan onDihasiangan on
Hagabeon Hasangapon HamoraonTinggal doi sudeMolo dung juppangMolo dung juppangMolo dung juppang Hamatean i
Ulahon na denggan, bissan mangolu hoSongon panakko borngin haroro NaiJala dang adong mangambatiAi guru di Ibana langit tano onLan pe di tahi akka jolma iRohana do na saut
Kiranya rendahkanlah hatimu,hilangkanlah kesombongan di hatiDan kita hilangkan dari hati kitaDengki, sombong, dendam
Supaya dapat bagian kau di hidupmuDi tempat sementara iniDi dunia ini
Hagabeon Hasangapon HamoraonAkan lenyapBila tibaBila tibaBila tiba, saat kematian
Lakukanlah yang baik, semasa masih hidupKedatangan-Nya, seperti pencuri di malam hariTidak ada yang dapat menghalangiLangit dan bumi bergantung pada-NyaBiarpun manusia merencanakanKehendak-Nyalah yang jadi
Lagu menggunakan tangga nada diatonik, bertempo lambat, slow rock. Dalam
lagu Hagabeon ini, Idelogi 3H masih jelas dicantumkan untuk menunjukkan betapa
penting ideologi tersebut bagi orang Batak. Sudiarto Tampubolon sebagai pencipta
memberi pengertian baru atas ideologi 3H. Pengaruh ajaran Kristiani sangat kuat
melatarbelakangi lagu ini. Namun ada suatu pembelajaran baru dalam lagu ini, bahwa
tekanan tidak lagi pada sumber kepercayaan agama asli Batak pada Debata Mulajadi
Nabolon, tetapi sudah diganti kepada Tuhan sebagai sumber dari ideologi. Bagi orang
Batak diingatkan supaya tidak lupa berdoa dan bersyukur kepadaNya. (Hagabeon,
hasangapon, hamoraon, nasian Tuhan i do i, jala unang lupa ho martangian, mandok
mauliate).
Dalam penyebutan urutan ideologi 3H, ada perbedan, yang biasanya dikenal
dengan urutan hamoraon, hagabeon, hasangapon (seperti pada lagu Nahum Situmorang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Alusi Au) menjadi hagabeon, hasangapon, hamoraon. Tidak terlihat perubahan urutan ini
karena ada kesengajaan, atau mempunyai penekanan makna. Namun dalam lagu ini,
pengaruh ajaran kekristenan sangat kuat melekat. Tuhan yang sudah mengajarkan yang
baik kepada manusia, jangan sampai manusia berniat dalam hatinya melakukan hal yang
jahat. Ada unsur ajaran alkitabiah dalam lagu ini, dengan menekankan supaya manusia
merendahkan hatinya, menghilangkan rasa benci, sombong dan dendam, supaya manusia
diberkati selama berada di dunia fana ini. (Sai paserep ma roham, tabolokkon tois ni roha
i, jala tabolokkon ma sian rohatta elat, teal, hosom i). Dijelaskan dalam syair lagu,
bahwa hagabeon, hasangapon, hamoraon, yang selama ini menjadi ideologi bagi orang
Batak, akan lenyap dan tak berarti bila manusia sampai kepada kematian. Ideologi yang
selama ini menjadi nilai yang mulia yang diperjuangkan orang Batak, semua harus
didasari atas perbuatan manusia yang baik di dunia, dikatakan dalam syair lagu:”Ulahon
na denggan, bissan mangolu ho” (lakukan yang baik selama engkau masih hidup) karena
Tuhan akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati dalam ajaran
Kristiani, dan kedatangnya tidak diketahui manusia, seperti kedatangan pencuri di waktu
malam (Songon panakko borngin haroro-Na i). Kedatangan-Nya tidak ada yang dapat
menghalanginya (Jala dang adong mangambati). Karena langit dan bumi adalah di
bawah kekuasaan-Nya. (Ai guru di Ibana langit tano on). Biarpun manusia sudah
merencanakan namun kehendak Tuhanlah yang akan jadi. (Lan pe di tahi angka jolma i,
roha-Na do na saut). Lagu ini mengingatkan kepada orang Batak Toba, bahwa ideologi
3H, yang menjadi cita-cita hendaknya diperjuangkan bukan untuk menciptakan sikap-
sikap yang tidak berkenan kepada ajaran Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
BAB IV
IDEOLOGI SEBAGAI MODAL PERJUANGAN
Ada suatu kekuatan yang dibutuhkan dalam menggerakkan seseorang untuk meraih
sesuatu. Usaha adalah sebagian dan semangat adalah bagian yang lain. Namun untuk
melandasi antara usaha dan semangat diperlukan sesuatu yang lain yang di dalam istilah
Bourdieu disebut sebagai modal (capital). Modal dapat berfungsi simbolis dan dapat pula
dikonversi menjadi modal yang bersifat material. Perjuangan orang Batak dalam
menghadapi persoalan hidup dikelola dengan berbagai cara, ada yang dimulai di arena
pertarungan di sekolah dan ada pertarungan di dunia kerja. Sasaran utamanya adalah
untuk mengubah situasi keterpurukan di wilayah ekonomi, menujuju pencapaian
kesuksesan di wilayah yang sama. Sehubungan dengan perjuangan ini, teori Bourdieu
sangat tepat diterapkan sebagai kerangka teori berhubungan dengan pencapaian karena
seseorang dapat mencapai kesuksesan tergantung dari berapa besar modal yang
dimilikinya.
Teori-teori Bourdieu seperti habitus, arena, modal simbolik (modal ekonomi,
sosial, kultural, dan simbolik) sangat relevan dalam konteks “Ideologi sebagai modal
perjuangan” yang sedang dipertarungkan orang Batak Toba. Teori-teori ini dijadikan
sebagai kerangka dasar dalam melihat perjuangan yang sedang diupayakan orang Batak
Toba dalam mencapai kesuksesan ideologis tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
1. Ideologi sebagai Habitus yang Terinternalisasi
Ideologi 3H adalah cita-cita yang telah terinternalisasi dalam kehidupan orang Batak
sejak kecil kemudian terakumulasi menjadi suatu kekuatan yang disebut modal (capital)
dalam teori Bourdieu. Internalisasi ideologi terjadi melalui ajaran-ajaran dari orangtua
dan lingkungan melalui interaksi dengan pengajaran-pengajaran budaya, lewat ritual adat
yang penuh dengan pembelajaran ideologis budaya Batak. Dalam meletakkan arena
perjuangan yang dibangun oleh orang Batak, perlu dicari landasan kegigihan orang Batak
dalam mewujudkan cita-cita mereka dalam berjuang untuk meraih keberhasilan dalam
keluarga. Disposisi apa yang telah terbangun di masyarakat orang Batak sehingga mereka
dapat secara bersama-sama memiliki tekad untuk berjuang untuk mewujudkan cita-cita
mereka? Modal-modal yang seperti apa yang dimiliki oleh orang Batak untuk
menggerakkan keinginan mereka dalam merealisasikan perjuangan mereka mengingat
modal ekonomi yang seharusnya dapat menjadi solusi justru menjadi sumber
permasalahan utama? Untuk melihat persoalan ini peneliti menggunakan pendekatan
teori habitus Bourdieu sebagai landasan analisisnya. Di dalam teori habitus Bourdieu ada
beberapa aspek yang penting yang dapat dipakai untuk menjelaskan bagaimana modal
ekonomi yang menjadi permasalahan dapat ditopang oleh modal ideologi sebagai
landasannya.
1. 1. Ideologi Membentuk Habitus
Habitus adalah pengetahuan yang dipakai oleh agen untuk mengerti dunia, kepercayaan,
dan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Habitus yang dimiliki oleh agen di dalamnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
berhubungan dengan nilai dan cara bertindak dipengaruhi oleh latarbelakang kulturalnya.
Habitus dibawa dan dibentuk agen dalam momen praktik ketika menemui masalah dalam
kehidupan. Habitus bekerja di bawah ketidaksadaran agen karena habitus menyatu dalam
nilai-nilai yang dianut oleh agen bahkan dalam gerak-gerik tubuh agen, seperti cara
berjalan, meludah, cara makan maupun cara berbicara.1 Bourdieu merumuskan konsep
habitus sebagai analisis sosiologis dan filsafati atas perilaku manusia.
Habitus yang seperti apa yang telah terbangun dalam masyarakat Batak sehingga
mereka masih mempraktikkan adat dan tradisi yang begitu kuat? Habitus bagi orang
Batak terbentuk berdasarkan adat dan tradisi yang dipraktikkan dalam sistem hubungan
kekerabatan. Setiap aktivitas dalam adat dan tradisi akan menghasilkan pembelajaran
kultural. Di sana akan tercipta kebiasaan yang menghasilkan suatu ajaran yang kemudian
menjadi norma, nilai dan adat (aturan) yang kemudian menjelma dalam tata aturan adat
(uhum paradaton). Orang Batak sebagai agen bergerak dalam suatu pengalaman kultural
yang tidak dapat dielakkan karena orang Batak hidup di dalamnya. Kebiasaan, dan
pengulangan dalam praktik adat dan tradisi membuat mereka tidak dapat mengelak dan
tidak dapat mengabaikan bahwa sebagai orang Batak harus berkecimpung di dalamnya.
Kristalisasi dari kebiasaan yang selalu diulang untuk dilakukan itulah kemudian yang
menghasilkan salah satu sistem nilai dan aturan dalam hubungan kekerabatan orang
Batak yang diformulasikan sebagai falsafah atau ideologi hamoraon, hagabeon,
hasangapon. Dalam pengalaman hidup orang Batak ketiga unsur ideologi tersebut
menjadi tujuan yang selalu ingin dicapai melalui arena perjuangan. Ideologi tesebut
ternyata menjadi modal yang sangat mendasar yang dipegang oleh orang Batak sehingga
1 Mutahir, Arizal. 2011. Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu, Sebuah Gerakan Melawan Dominasi,Yogyakarta, Kreasi Wacana. p.63.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
meskpun modal ekonomi menjadi kelemahannya, namun modal ideologi ternyata dapat
menjadi pendorong utama dalam mewujudkan cita-cita mereka.
Untuk mengetahui pandangan responden terhadap ideologi maka beberapa
pertanyaan telah diajukan mengenai pentingnya ideologi 3H bagi orang Batak. Ketika
diajukan pertanyaan dalam wawancara mendalam kepada perorangan dan kepada
kelompok diskusi FGD (Focus Group Discussion), pada umumnya responden menjawab
bahwa ideologi 3H tersebut masih sangat penting. Salah satu jawaban reponden yang
dikutip yang disampaikan oleh Hotran Simarmata: “Penting, karena ini merupakan target.
Karena bisa dijadikan sebagai dasar, pondasi, sebagai ‘UUD’ bagi orang Batak”. Masih
kuatnya ideologi 3H dipegang oleh orang Batak menjadikan mereka seoah-olah tidak
pernah patah semangat untuk melanjutkan perjuangan mereka, meskipun modal utama
(ekonomi) menjadi persoalan, namun tetap dapat bertahan berjuang dengan adanya
dorongan modal ideologi ini.
Dalam mewujudkan cita-cita tersebut, pergulatannya berada di sekitar arena
pendidikan (di sekolah) dan dunia kerja (di perantauan). Meskipun di arena pendidikan
lebih sering sulit mencapainya, mengingat modal ekonomi yang sangat membatasinya.
Sedangkan di arena dunia kerja, lebih menjanjikan dengan menggantungkan diri pada
keberuntungan, dengan harapan mudah-mudahan mendapatkan perkerjaan di perantauan.
Di arena dunia kerja, seandainya pun mendapatkan pekerjaan, tetap masih menjadi
masalah karena umumnya keterbatasan keahlian yang dimiliki calon pekerja bahkan
sering tidak memenuhi persyaratan di dunia kerja profesional. Dua arena pertarungan
yang sangat sulit ini menjadi harapan orang Batak sebagai batu loncatan yang walaupun
sebenarnya mereka sendiri tidak dapat membayangkan akan seperti apa hasilnya. Namun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
semangat dan dorongan habitus yang telah tertanam dalam diri orang Batak inilah yang
membuat mereka tidak akan patah semangat dalam usaha untuk meraihnya.
Bermula dari semangat ideologi, “Anakkonhi do hamoraon di au” (Anakku
adalah kekayaan bagiku), memotivasi banyak keluarga Batak Toba untuk terjun ke arena
perjuangan di bidang pendidikan untuk kemajuan anak-anak mereka. Meskipun banyak
di antara mereka tidak memiliki modal finansial yang memadai. Usaha keras orangtua
tidak akan pernah patah meskipun untuk mencapai cita-cita yang tinggi untuk
menyekolahkan anak-anak mereka, perlu dukungan finansial yang tidak sedikit.
Semangat perjuangan itulah yang terus menerus didengungkan dalam setiap aktivitas adat
orang Batak Toba.
Lagu Anakkonhi do Hamoraon di Au 2, terus berkumandang di hati orang Batak,
tidak pernah absen dinyanyikan baik dalam acara formal maupun non-formal adat,
dalam acara punguan marga (persekutuan marga), terlebih menjelang malam, di lapo
tuak (kedai tuak) yang sehari-harinya dijadikan ‘rumah pertemuan’ bagi warga.
Anak seolah-olah ingin dijadikan seperti ‘batu permata’ yang berharga yang terus
menerus harus diasah sehingga semakin lama semakin menunjukkan kemilaunya.
Meskipun susah payah cara mengasahnya, namun tetap akan dicari cara untuk
mewujudkannya. Bila arena pendidikan tidak menjamin sebagai jalur pencapaian
kemajuan bagi anak-anak mereka karena keterbatasan finansial maka perjuangan
orangtua dan anak belumlah berakhir. Masih ada kemungkinan lain yang dapat ditempuh
dengan jalan pergi merantau meninggalkan kampung halaman untuk mendapatkan
2 Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.4.1. Lagu no. 11. p.150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
pekerjaan. Dorongan ini diperkuat oleh pandangan Bungaran Antonius Simanjuntak,
Guru Besar Antropologi Universitas Negeri Medan yang mengatakan bahwa: “Migrasi
orang Batak keluar dari kampung halamannya didorong oleh pandangan yang melekat
pada konsep hamoraon, hagabeon, hasangapon 3 sebagai tujuan dan cita-cita orang
Batak yang harus diperjuangkan.
Kepemilikan modal budaya berperan dalam pembentukan perbedaan status sosial
yang terjadi dalam masyarakat (systems of distinction). Dalam pandangan Bourdieu,
seseorang ingin menunjukkan dirinya sebagai yang tergolong dalam kelas sosial tertentu
secara langsung maupun tidak akan ditentukan oleh seberapa banyak modal kultural yang
dimilikinya. Hal yang sama dapat diterapkan pada pencapaian orang Batak Toba untuk
berjuang meraih status sosial melalui pendidikan. Melalui pendidikan tinggi yang ingin
diraih adalah modal sosial yang berdampak pada capaian cita-cita Anakkon hi do
hamoraon di au, bukan sebagai kekayaan materi tetapi sebagai kekayaan kultural yang
membentuk perbedaan status sosial dalam masyarakat Batak. Status sosial seperti
kedudukan terhormat yang termasuk bagian dari ideologi hasangapon (kehormatan-
kemuliaan) jelas-jelas menjadi bagian dari perjuangan orang Batak Toba.
1. 2. Kekuatan Modal untuk Mencapai Tujuan
Untuk memperoleh sesuatu diperlukan suatu modal. Adapun ragam modal yang
diperlukan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Orang Batak dalam pertarungannya
3 Wawancara: Indira Permanasari dan Budi Suwarna. Melacak Jejak Batak di Jakarta. Kompas: Minggu, 3Februari 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
sangat membutuhkan modal. Tujuan yang digariskan untuk dicapai dalam ideologi 3H
adalah mora (kaya), gabe (mempunyai anak), sangap (terhormat). Perjuangan yang
sedang dipertarungkan oleh orang Batak adalah kesejahteraan. Perjuangan kesejahteraan
telah termuat dalam ideologi 3H. Untuk menjalankannya orang Batak memerlukan suatu
strategi. Orang Batak memerlukan modal untuk meraih apa yang telah digariskan dalam
ideologi 3H, dan membutuhkan berbagai modal untuk meraih apa yang sedang
diperjuangkan di tengah arena.
Dalam pandangan Bourdieu untuk berada pada arena kekuasaan dilihat dari
berapa besar modal yang dimiliki seseorang. Modal-modal tersebut sangat relevan
digunakan oleh orang Batak dalam berusaha mencapai yang diperjuangkan. Adapun
modal-modal yang mungkin dicapai untuk sebuah kedudukan dan kekuasaan dapat
diperoleh menurut Bourdieu melalui modal ekonomi, modal kultural, modal sosial, dan
modal simbolik. Modal-modal yang mungkin dicapai melalui arena pertarungan seperti
yang digambarkan Bourdieu dalam empat kategori4 dan penjelasan yang diberikan oleh
Hariatmoko5. Empat modal yang akan dibahas sangat relevan dengan perjuangan yang
sedang digagas oleh orang Batak untuk mencapai cita-cita. Modal-modal ini sangat sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai sebagaimana termuat dalam ideologi 3H.
Pertama, modal ekonomi (economic capital), yakni berupa harta kekayaan seperti
properti, uang, sarana produksi, sarana finansial, kapital yang mudah dikonversikan ke
4 Jenkins, Richard.1992. Pierre Bourdieu Routledge, London, ditejemahkan oleh Nurhadi. 2010. MembacaPikiran Pierre Bourdieu, Kreasi Wacana Offset, Bantul, p.125.
5 Haryatmoko. 2010. Dominasi Penuh Muslihat, Akar Kekerasan dan Diskriminasi, Jakarta, Gramedia.pp.17-18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
kapital-kapital lain. 6 Modal (capital) adalah suatu energi sosial yang terjadi hanya ada
dalam arena pertarungan yang terus menerus harus diperjuangkan sampai mendapatkan
hasil. Salah satu yang menjadi penghambat bagi orang Batak untuk meraih kesuksesan
ideologis (hamoraon) adalah karena lemahnya modal ekonomi. Ideologi diperlukan
sebagai energi untuk memberi motivasi sehingga perjuangan melalui dukungan modal
ekonomi meskipun kecil masih dapat diandalkan untuk menopang perjuangan menuju
sukses.
Kedua, modal sosial (social capital), yakni berupa sumber-sumber sosial seperti
berbagai jenis relasi, jaringan sebagai sumber daya untuk penentuan kedudukan sosial
seseorang, akumulasi modal atau efektivitas tindakan. 7 Mencapai modal sosial juga akan
berdampak pada pencapaian cita-cita ideologi hasangapon. Seseorang akan diuji dalam
kehidupan bermasyarakat dalam hal bersosialisasi dan interaksi. Karena dalam modal
sosial dibutuhkan suatu kemampuan sosial untuk menjalin relasi antar pribadi dan antar
institusi, dan relasi-relasi lain seperti relasi di bidang bisnis. Kaitan dengan relasi kultural
modal sosial akan berfungsi untuk menciptakan suatu hubungan yang saling menghargai.
Bagi orang Batak modal sosial seseorang menjadi sangat penting bila dihubungkan
dengan peran seseorang pada sistem dalihan natolu. Karena dalam sistem dalihan natolu
kedudukan setiap orang sudah tertentu, (ada unsur dominasi-subordinasi) namun dalam
upacara adat perbedaan kedudukan dapat diterima sebagai aturan adat (ruhut-ruhut
paradaton) yang dapat dipahami.
6 Ibid. p.17.
7 Haryatmoko. 2010. Dominasi Penuh Muslihat, Akar Kekerasan dan Diskriminasi, Jakarta, Gramedia.p.17.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Ketiga, modal kultural (cultural capital), yakni berupa aset-aset informasi seperti
pengetahuan yang legitim, ijazah, pengetahuan, kode budaya, cara berbicara, kemampuan
menulis, cara bergaul yang berperan dalam penentuan kedudukan sosial. 8 Bagi orang
Batak modal kultural ini juga sebagai bagian dari perjuangan ketika seorang anak telah
masuk di arena pendidikan, berhasil memperoleh ijazah, atau gelar. Modal kultural
adalah sebagai modal yang akan memberi dampak besar terhadap tercapainya modal-
modal lainnya, seperti kekayaan. Logikanya adalah kalau sukses di bidang pendidikan,
lulus, itu adalah merupakan jalan untuk bisa meraih modal ekonomi melalui pekerjaan
yang layak, dan modal-modal yang lain.
Keempat, modal simbolik (symbolic capital), yang wujudnya berupa prestise
gengsi sosial, jabatan, mobil mewah, kantor, prestise, gelar, status tinggi, nama besar
keluarga. 9 Modal simbolik bagi orang Batak adalah salah satu cita-cita ideologis yang
paling tinggi. Seseorang berada pada atau meraih modal simbolik ini, mengindikasikan
bahwa seseorang telah berada pada kedudukan puncak dalam sistem adat masyarakat
Batak, karena seseorang telah berada pada kedudukan sangap (terhormat-mulia). Juga
dapat diartikan bila seseorang berada pada kedudukan ini sama artinya dengan telah
terpenuhinya semua unsur ideologi 3H (hamoraon, hagabeon, hasangapon) yang
menjadi cita-cita setiap orang Batak.
8 Ibid.
9 Ibid. p. 18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
2. Pengenalan Orang Batak terhadap Lagu Batak Toba Populer
Lagu-lagu Batak populer baik yang lama maupun yang baru masih sangat disukai oleh
orang Batak Toba. Ketika ditanya lebih jauh mengenai pengenalan mereka terhadap
materi lagu-lagu yang ditanyakan pada wawancara, umumnya responden menjawab
bahwa lagu-lagu tersebut masih sangat kenal. Bahkan beberapa di antara lagu-lagu
tersebut sudah mereka kenal ketika masih kecil di kampung. Contoh pertanyaan yang
diajukan: “Seberapa jauh Anda menyukai lagu-lagu Batak Populer, dan seberapa sering
mendengarkannya?”, dengan spontas jawaban yang dilontarkan oleh N. br. Ambarita 10
adalah: “Lagunya masih disukai mengingat isinya menceritakan mengenai pengalaman
yang terjadi di kampung. Dan kalau mendengarnya ya pasti teringat di kampung. Dan
lagu-lagu tersebut pun masih sangat sering didengar di rumah”.
Ketika ditanyakan pertanyaan yang sama kepada responden yang lain, maka pada
umumnya menjawab lagu-lagu populer tersebut masih sangat disukai, dan masih
sering didengar baik di rumah maupun di berbagai acara orang Batak. Seperti yang
diutarakan oleh: Dewi Pangaribuan: ”Saya sangat senang lagu-lagunya, suka karena
sudah biasa menyanyikan lagu-lagu Batak sejak saya berumur 10 tahun, sehingga lagu-
lagu tersebut berakar dalam hati saya”.
Pengalaman lain yang mempengaruhi pengenalan lagu-lagu populer tersebut
adalah dari lingkungan rumah yang masih membiasakan memutar lagu-lagu Batak. Dan
ada juga di antara orangtua masih membiasakan berkomunikasi di rumah dengan
menggunakan bahasa Batak. Pengaruh yang lain adalah dari kegiatan upacara adat yang
10 Br di tengan nama adalah singkatan dari boru artinya anak perempuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
sering diikuti oleh responden sehingga mau tidak mau sudah biasa mendengar lagu-lagu
tersebut dan bahkan juga sering ikut menyanyikannya. Seperti penuturan Marulitua
Simangunsong berikut ini.11
“Kebetulan saya dibesarkan dari lingkungan Batak dan sebagai dorongan besar untukmenguasai lagu-lagu Batak. Sungguh suatu dorongan besar untuk menguasai sebanyakmungkin lagu-lagu Batak. Sebagian besar lagu-lagu Batak yang lama ataupun yang barukita kenal baik syair dan lagunya. Hampir setiap harilah, di rumah karena sering putarlagu Batak, selain di rumah di pertemuan-pertemuan orang Batak, terlebih di pesta adatlagu-lagu tersebut pasti dinyanyikan”.
Secara personal orang Batak masih akrab dengan lagu-lagu tersebut, biarpun tidak
aktif sebagai penyanyi, tapi sebagai pendengar, dasarnya adalah tetap masih menyukai
jenis lagu dan musik Batak tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Doma Tumanggor
berikut ini.12
“Saya kira sebagai orang Batak, jelas menyukai lagu-lagu Batak, itu sudah otomatis.Walaupun saya tidak pintar menyanyi. Kalau mendengarnya sering apalagi sudah sayarekam di Hp, apalagi sendirian, walaupun tidak hafal cuma dengar-dengar saja”.
Terutama lagu-lagu lama yang bernuansa khas Batak masih sangat sering diperdengarkan
dimana-mana, sehingga tetap tidak bisa dilupakan. Ketika ada satu orang yang memulai
menyanyi lagu tersebut, maka secara otomatis yang lain pun akan segera ikut
menyanyikannya. Seperti penuturan responden Mirando Damanik dan Kardono Sinaga:13
“Ya, lagu Batak itu patut kita senangi karena menyentuh hati. Yang menyangkutperasaan, yang cocok di hati kita. Seperti lagu Nahum Situmorang (Anakonhi doHamoraon di Au), saya kagum kepada lagunya”. Dan tidak ketinggalan apa yang
11 Wawancara dilakukan di Yogyakarta 5 Maret 2014.
12 Wawancara dilakukan di Yogyakarta 3 Maret 2014.
13 Wawancara dilakukan di Wonosobo 29 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
disampaikan Kardono Sinaga: “Sangat suka lagu Batak karena isi lagunya mengena dihati kita. Lagunya sesuai dengan kejadian, kenyataan bukan hanya karena bahasanyaBatak tapi isi lagunya mengena sama kita”.
Pengenalan responden terhadap lagu-lagu yang ditanyakan, juga masih dapat
dikatakan sama dengan audien orang Batak umumnya, dengan kategori pendengar
berlatarbelakang yang sama. Dari hasil wawancara dapat disimpulkan beberapa alasan
kesukaan terhadap lagu tersebut: Sebagai identitas orang Batak; sering diputar dalam
acara-acara adat; lagunya sudah ada yang dikenal sejak kecil; lagu-lagunya menceritakan
kehidpan di kampung; menyentuh hati; isinya mengena (sama dengan yang dialami); dan
mengingatkan memori di kampung. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, sangat dapat
dipahami mengapa lagu-lagu Batak populer tersebut begitu akrab kepada audien yang
mempunyai kenangan yang mungkin sama atau mirip dengan yang diceritakan pada
syair-syair lagu-lagu tersebut. Dengan alasan responden mengatakan lagunya
menceritakan kehidupan di kampung, memberi makna bahwa isi syair lagunya memang
benar-benar mengisahkan tentang pergumulan hidup, kemiskinan, perjuangan anak untuk
sekolah, dan perjuangan merantau.
3. Lagu Batak Toba Populer sebagai Ekspresi Perjuangan
Penggunaan lagu sebagai alat ekspresi perjuangan masih sangat efektif digunakan. Cukup
banyak lagu Batak populer yang memuat isi perjuangan, yang dikemas dengan irama lagu
ceria dan melankolis. Lagu-lagu model tersebut masih sangat populer di kalangan orang
Batak sampai sekarang. Fakta tersebut diketahui berdasarkan wawancara yang dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
terhadap responden untuk menggali tanggapan mereka terhadap Lagu Batak Toba
Populer. Hampir semua responden menjawab kenal dengan lagu-lagu populer yang
bertemakan perjuangan tersebut. Meskipun tidak semua bisa hafal kata-katanya, tapi
sudah pernah dengar, dan bahkan ada yang sangat sering didengar, seperti: Anakkonhi do
Hampraon di Au; Anakkon hu; Anakku na Burju; Putus Sikkola; Andung-andung Anak
Siampudan; Alusi Au.
3. 1. Lagu Andung sebagai Model Ekspresi Kesedihan
Lagu yang bercorak Andung, sangat cocok untuk mengekspresikan pengalaman
kesedihan, meskipun ceritanya mengisahkan tentang hal yang buruk, tapi tetap lagunya
dapat menjadi refleksi dan memberi motivasi berfikir positif.
Pilihan model lagu andung (ratapan) sangat tepat penggunaannya oleh pencipta
lagu, mengingat pesan yang akan disampaikan adalah berhubungan dengan persoalan
yang menggambarkan kesedihan bagi orang Batak sendiri. Untuk contoh lagu andung,
diambil 3 lagu sebagai bahan analisis berhubungan dengan corak lagu yang bercirikan
kesedihan. Lagunya berisikan tiga status anak yang juga mempunyai peran penting dalam
masyarakat Batak, yaitu Anak Siampudan, Anak Buhabaju dan Anak Sasada. Tiga status
anak tersebut memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan keluarga Batak sebab
anak dalam ideologi 3H adalah hagabeon.
Pemilihan tiga lagu dari latarbelakang tiga status anak ini memperkuat ekspresi
lagu, karena mereka digambarkan berada pada kondisi ekonomi yang sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
memprihantinkan. Karena pengalaman pahit anak menjadikan orangtua menjadi sangat
sedih. Kekuatan lagu terletak pada perpaduan melodi yang sedih, kata-kata yang berisi
tangisan tiga anak, dan dinyanyian dengan cara seperti menangis (meratap).
Pada saat wawancara, secara khusus ditanyakan mengenai lagu dengan kategori
lagu yang sedih, peristiwa yang diceritakan pada teks lagu, dan bagaimana tanggapan
responden sebagai perantau terhadap kategori lagu seperti ini. Dari jawaban yang mereka
lontarkan bahwa ada kecocokan dengan situasi yang mereka alami, model lagu seperti itu
dapat memberi motivasi kepada mereka untuk lebih peduli keluarga, termasuk peduli
kepada kampung halaman mereka. Ada dampak yang dirasakan ketika mereka
mendengar gaya lagu andung. Dengan membiasakan mendengar lagu andung tersebut
justru memberi semangat dan mendorong mereka untuk bekerja keras. Seperti yang
ditanyakan kepada responden mengenai: “Apa pendapat Anda ketika mendengarkan
lagu-lagu andung)?”, dengan spontan Manosor Pangaribuan menjawab:14
“Lagu sedih (andung), sebagai motivasi untuk berfikir positif, teks lagu berisi kejadian-kejadian nyata. Ini cara berekspresi orang Batak, sedih tapi tidak berarti negatif. Jadi laguini justru dapat memberi dorongan positif kepada saya”.
Pengalaman Manosor Pangaribuan menunjukan, bahwa lagu sedih tidak dilihat sebagai
sesuatu yang negatif, tetapi justru dijadikan sebagai motivasi positif, sebagai refleksi
yang mebuatnya terdorong untuk lebih bersemangat berjuang.
Selain tanggapan perorangan, juga ditanyakan bagaimana lagu-lagu populer
tersebut yang berlatarbelakang cerita di kampung, masih disukai oleh perantau di kota-
14 Wawancara dilakukan di Wonosobo 29 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
kota besar, mengingat kota-kota besar sudah dipengaruhi modernisasi dan globalisasi.
Dan kepada kepada responden juga ditanyakan: “Bagimanan tanggapan Anda terhadap
syair dan lagu yang sedih yang pada umumnya masih disukai orang Batak yang tinggal di
kota-kota besar di luar Sumatera seperti, Bandung, Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya”?
Jawaban yang dilontarkan oleh Dewi Pangaribuan sebagai musisi yang lebih lama tinggal
di kota besar seperti Jakarta, Manila (Philippines), dan New York.15
“Suka, merupakan darah daging, karena kita orang Batak, menjadikannya sebagai cirikhas budaya. Orang tidak bisa lupa kacang dari kulitnya. Dimanapun saya berada sayasuka dengan lagu Batak yang sedih, atau yang gembira. Kalau mendengar lagu sedih,saya melihat kehidupan keluarga saya yang tidak mampu. Jadi meskipun lagunya sedihtetap penting sebagai pelajaran, supaya jangan hanya tinggal dalam kemiskinan tapi kitabisa berubah”.
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pada umumnya responden
mengakui lagu-lagu tersebut masih dikenal, masih disukai bahkan mendarah daging.
Karena lagu andung tersebut erat dihubungkan dengan peristiwa nyata yang pernah
disaksikan atau dialami responden. Lagu andung seperti diterangkan di awal memiliki
latar belakang kesedihan karena ada anggota keluarga yang meninggal. Dengan situasi
seperti inilah, keluarga sangat bersedih sehingga mereka mengekspresikan dengan
menangis mangangguk bobar (menangis sekeras-kerasnya). Khususnya bagi orang Batak
yang lahir dan besar di kampung pasti masih dapat merasakan situasi seperti ini dan
masih tertarik dengan lagu andung, mengingat peristiwa yang diceritakan dalam tiga lagu
masih sangat relevan dalam kehidupan mereka.
15 Wawancara dilakukan: Yogyakarta-Amerika dengan menggunakan Skype, 8 Februari 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Konstruksi lagu Andung-andung ni Anak Siampudan 16 menjadikan lagunya
sangat menyentuh dengan kisah seorang anak bungsu dari keluarga miskin, yang hidup di
perantauan, dan dipadu dengan kemasan lagu bercorak ratapan menjadikan lagunya
sangat ekspresif, sedih dan haru. Ketika ditanyakan tanggapan responden mengenai lagu
andung, maka jawaban yang dilontarkan oleh Doma Tumanggor:17
“Lagu Andung menggugah hati, mengingat kampung, mengingat orang tua, hati menjaditerenyuh ketika menghayati lirik lagunya, sehingga memunculkan keinginan untukpulang dan ingin selalu mendengar lagu-lagu Batak”.
Ada kaitan erat antara lagu dan pengalaman reponden terhadap keluarganya.
Mengingat kampung sama maknanya mengingat orangtua, yang menunjukkan suatu
hubungan keluarga yang sama-sama merasakan pengalaman keprihatinan. Ketika
ditanyakan kepada responden lain mengenai lagu andung dengan mengajukan
pertanyaan: “Bagaimana tanggapan Anda terhadap syair dan lagu “Andung-andung Anak
Siampudan”? Responden Mirando Damanik mengekspresikan jawaban sebagai beikut:18
“Lagu itu punya makna, menceritakan keadaan yang dialami perantau. Lagu itudihubungkan dengan peristiwa yang pernah dialami perantau, anak bungsu. Kalau kitarenungi, kalau ada yang memiliki pengalaman yang sama dengan lagu ini, maka peristiwaini sangat menyedihkan. Enak juga lagunya. Karena lagu itu digali lewat peristiwa, darikisah yang ada. Jadi isinya ada hubungannya dengan pengalaman perantau”.
Damanik menggambarkan sangatlah sedih bila seorang yang berada di perantauan
mengalami hal yang sama seperti apa yang dikisahkan pada syair lagu. Ketika ditanyakan
kepada responden yang lain maka jawaban yang diberikan oleh Marulitua Simangunsong
16 Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 3.1.2.. Lagu no.1. p.125.
17 Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 3 Maret 2014.
18 Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 7 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
lebih kepada pengertian dan pemaknaan isi lagu andung yang dihubungkan dengan doa
dan ekspresi hati yang ditujukan kepada Yang Mahakuasa.19
“Ada tradisi bagi orang Batak bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan suasanahatinya disampaikan kepada ‘Yang Mahakuasa’ (Ompu Mulajadi Nabolon), baik ketikasenang atau dalam duka. Kata andung sebetulnya itu doa, karena merasuknya doa inimaka seseorang mengeluarkan air mata, sambil menjerit, sehingga muncullah ekspresi-ekspresi yang berlebihan ketika menangis”.
Sedangkan Simangunsong lebih melihat bahwa syair lagu tersebut sebagai bentuk doa
yang cocok untuk mengekspresikan pengalaman hidup seseorang kepada Yang
Mahakuasa.
Anak sulung (khususnya laki-laki) dalam masyarakat Batak adalah sebagai
pengganti orangtua apabila orangtuanya sudah tidak ada. Anak sulung akan mengambil
alih tanggungjawab terhadap adik-adiknya dalam segala hal. Selain itu, Anak sulung juga
menjadi panggoaran (nama panggilan) yang lebih sopan untuk orangtua si anak. Seperti
diketahui bahwa kematian bagi orang Batak Toba adalah kehilangan. Sehingga bagi si
Anak Sulung ini, meratap dengan menangis yang sekuat-kuatnya adalah ekspresi yang
spontan untuk mengungkapkan perasaan kehilangan tersebut. Sebagai Anak sulung ia
merasa dirinya tidak berguna, karena dia tidak bisa melihat ibunya lagi dalam keadaan
hidup. Dia mengatakan: Sambor ni nipikki Inong (Aku anak yang terkutuk Ibu). Ketika
ditanyakan Lagu Andung Anak Buha Baju 20 yang berisi syair lagu tentang kemalangan
19 Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014.
20 Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 3.1.3 Lagu no. 2. p.129.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
karena Ibunya meninggal ketika di perantauan, adapun tanggapan yang dilontarkan oleh
Marulitua Simangunsong sebagai berikut:21
“Anak sulung yang merantau adalah bertujuan meningkatkan ekonomi keluarga, dan jugamenopang adik-adik untuk sekolah. Tapi dalam lagu ini, si anak sulung justru kehilanganIbunya ketika diperantauan. Dalam lagu Andung orang tidak menyanyi seperti biasa,lagunya memiliki melodi-melodi khas, kayak orang lagi menangis”.
Anak Sasada (anak tunggal) adalah juga mendapat peran penting dalam
masyarakat Batak. Karena kalau hanya memiliki anak tunggal (anak sasada) belum
lengkap sebagai keluarga. Karena dalam ideologi dan falsafah Batak yang berkaitan
dengan anak, kata gabe adalah kata yang sangat penting dan berhubungan dengan
keturunan. Karena bagi orang Batak yang disebut gabe apabil keluarga sudah memiliki
anak laki-laki dan anak perempuan, dan terlebih lagi anak laki-laki. Kalau dalam judul
lagu ini disebut Anak Sasada, anak satu-satunya, ini juga adalah kesedihan, baik bagi
anak sasada itu sendiri, maupun bagi orangtuanya. Dalam lagu juga dilukiskan bahwa
betapa nestapanya anak sasada merasakan kesedihan yang mendalam karena tidak punya
siapa-siapa lagi, hanya tinggal sendiri saja. Ketika ditanyakan kepada responden
mengenai: Bagaimana tanggapan Anda terhadap lagu Andung Anak Sasada? 22, jawaban
yang terlontar dari Dewi Pangaribuan adalah:23
“Ketika saya mendengar lagu andung ini, kata-kata lagu tersebut menjamah danmenyentuh hati saya. Dan isi lagu-lagu tersebut juga menjadi tantangan bagi setiaporangtua dalam usaha memperjuangkan anak-anaknya. Kalau saya mendengar, sayamenangis, karena saya sendiri pernah berada pada posisi yang tidak mampu, kata sial,
21 Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014.
22 Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 3.1.4 Lagu no.3. p.131.
23 Wawancara dilakukan: Yogyakarta-Amerikan dengan menggunakan Skype, 2 Februari 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
sama seperti dapat kutukan. Ketidakmampuan untuk berbuat, kehidupan yang diceritakanpada lagu ini adalah keadaan yang sangat memilukan, sebagai anak tidak ada lagi artinya,karena tidak memiliki siapa-siapa, ayah-ibu tidak ada, kakak-adik pun tidak punya. Sayasendiri bisa merasakan kondisi seperti ini. Di dalam ketidakmampuan ini saya hanyabanyak menangis dan berdoa”.
Pengalaman yang diceritakan dalam lagu Andung Anak Sasada sama dengan dua
lagu andung lainnya, Andung-andung ni Anak Siampudan dan Andung Anak Buhabaju.
Ketiga lagu tersebut menggunakan gaya lagu ratapan, dan sangat sesuai untuk
mengungkapkan pengalaman kesedihan. Konteksnya, ketiga anak (anak bungsu, sulung
dan tunggal) berada pada pengalaman yang sama ketika di perantauan mendapatkan
musibah, karena Ibu meninggal. Persamaan yang lain adalah ketiganya berada pada
kondisi ekonomi yang kurang mampu. Perbedaannya hanya pada posisi sebagai anak
bungsu, anak sulung dan anak tunggal yang mempunyai peran masing-masing dalam
keluarga Batak.
3. 2. Keterpurukan Modal Ekonomi
Tiga contoh lagu yang dijadikan sebagai bahan analisis berhubungan dengan kemiskinan:
Tapanuli Peta Kemiskinan, Gotap sian Sikkola dan Tangis do Au. Untuk mengetahui
bagaimana lagu dan syair tersebut dipahami yang isinya menyuarakan tentang
kemiskinan. Dalam wawancara kepada perorangan dan kelompok diskusi FGD, juga
ditanyakan hal-hal diseputar isi lagu dan kondisi yang sebenarnya yang diceritakan dalam
teks lagu tersebut. Bagaimana responden menanggapi, dan pengalaman yang mereka
rasakan, dari kenyataan yang ada dalam teks lagu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Secara khusus lagu Tapanuli Peta Kemiskinan menceritakan tentang kemiskinan
daerah Tapanuli Utara, yang dikisahkan dalam teks lagu dalam kisah nyata tahun 80-an
dan 90-an. Saat itu pula, Gubernur Sumatera Utara Raja Inal Siregar (periode 1988-
1998), telah menggagas sebuah slogan yang terkenal dengan: MARTABE (Marsipature
Hutana Be).24 Melalui latarbelakang kondisi Tapanuli Utara, Jack Marpaung ikut
menyemarakkan slogan Gubernur tersebut dengan menciptakan lagu berjudul: Tapanuli
Peta Kemiskinan.25 Ketika dilakukan wawancara dan diskusi pada kelompok FGD,
responden memberi penjelasan berdasarkan pengalaman ketika mereka masih berada di
Tapanuli Utara. Di antara responden yang menceritakan tentang pengalamannya adalah
Kaston Pakpahan:26
“Mengenai Tapanuli Peta Kemiskinan, pada tahuan 90-an pertengahan sudah ditelitibahwa Tapanuli Peta Kemiskinan. Suatu hal yang dianjurkan oleh orang tua supaya anak-anaknya pergi sekolah. Dari Tapanuli Utara mereka pergi sekolah ke Medan, Jakarta,Bandung. Jadi uang dari Tapanuli begitu deras keluar. Untuk keperluan sekolah anak-anak mereka, terpaksa menjual apa yang mereka miliki seperti jual beras, jual sawah, jualkerbau, apapun dijual. Dan mengenai capaian sekolah paling sedikit lulus SMA”.
Harapan orangtua kalau sudah lulus dari sekolah, supaya anaknya bisa bekerja
dan menjadi orang sukses. Keberhasilan seharusnya memberi dampak kesejahteraan,
seperti yang dicita-citakan dalam ideologi hamoraon, namun yang terjadi adalah
ketidakpedulian terhadap kampung halamannya. Kemarahan seolah terjadi ketika
orangtuanya mengetahui bahwa anaknya sudah sukses dalam pekerjaan, kaya (mora) dan
terpandang (sangap). Hal yang disesalkan orangtua dalam kisah lagunya adalah mengapa
24 MARTABE (Marsipature hutana be): Artinya membangun kampung masing-masing.
25 Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.1.1. Lagu no. 4. p.135.
26 Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
perantau justru melupakan Bona Pasogit (tanah asal). Ada keengganan perantau yang
sukses untuk pulang, digambarkan seolah-olah tidak peduli dengan kampung
halamannya. Hal ini juga ditanyakan kepada responden. Salah satu tanggapan yang
dilontarkan oleh Hotran Simarmata, sebagai berikut:27
“Banyak orang Batak yang sukses diperantauan, bisa membangun rumah sampai 3tingkat, tapi kalau di kampungnya belum tentu dia membangun satu tingkat saja. Banyakyang sudah sarjana-sarjana. Karena banyak sarjana maka melalui lagu ini seharusnyamereka mempraktikkan di kampung ilmu yang sudah didapat itu. Seharusnya ilmu yangmereka dapatkan dipakai dalam pengembangan di berbagai sektor seperti pariwisata”.
Dalam teks lagu terdapat permintaan kepada orang Batak yang berada di
perantauan supaya mereka kembali ke kampung, dan supaya mereka membangun daerah
yang sudah sangat tertinggal dari kota-kota lainnya. Dalam teks lagu dikatakan Mulak
ma ho bangsokki, Bangso Batak bangsokki, bangso na jogi, (pulanglah bangsaku,
bangsaku yang gagah berani). Kata mulak (pulang) yang dipakai dalam teks lagu
mengindikasikan supaya mereka yang sudah sukses di perantauan memperhatikan
kampung halaman yang berada pada status miskin. Sumbangan selain uang, ilmu dan
pemikiran sangat dibutuhkan untuk merealisasikan ide pembangunan.
Melibatkan perantau untuk membangun dianggap merupakan potensi tersendiri
dalam menggerakkan pembangunan di daerah. Sehingga dua model himbauan lewat
slogan pemerintah Sumatera Utara dan seniman musik dirasa sangat tepat dan cukup
menginspirasi. Himbauan dan ajakan sangat pantas disuarakan, namun bagaimana
27 Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
tanggapan orang Batak itu sendiri sangat tergantung pada kepekaan masing-masing.
Seperti tanggapan yang dilontarkan responden Mirando Damanik berikut ini:28
“Orang Batak hanya membangun kampungnya ketika dia membangun tugu untukbapaknya, dan untuk dirinya. Kalau dia sudah sukses. Kalau disuruh membangundaerahnya, agak sulit. Jadi Jack Marpaung hebat juga bisa mencetuskan lagu ini, karenamerupakan kritikan kepada semua orang Batak”.
Selain tanggapan sinis terhadap perantau, juga tidak seluruhnya benar bahwa
perantau tidak peduli kampung halamannya. Sesuatu yang positif sudah mulai terlihat,
ketika semakin banyak orang Batak yang ada diperantauan semakin peduli terhadap
kampung halamannya, dengan berusaha membangun dengan cara dan kemampuannya
masing-masing. Sehubungan dengan isi lagu, juga ditanyakan kepada responden lain
mengenai: “Bagimana tanggapan Anda terhadap syair dan lagu yang mengisahkan
tentang kemiskinan? Tanggapan dari responden lain seperti yang diutarakan oleh Lukder
Tumanggor berikut ini:29
“Tapi kita lihat segi positifnya. Datanglah surat dari kampung, isinya mau bikin ‘tambak’(tugu). Kiriman cukup besar tapi kurang bermanfaat karena digunakan untuk membangunkuburan (tugu). Meskipun ada juga untuk keperluan membangun desa, untukmenyalurkan air bersih. Ada juga orang Hutagodung yang sukses diperantauan yangmembangun daerahnya dengan membangun jembatan yang cukup mahal biayanya. Jugadaerah Solok (pedalaman) di Tapanuli Utara sudah bisa dilalui mobil karena perantausudah berkontribusi untuk membangun jalan dan jembatan. Jadi lagu Tapanuli PetaKemiskinan ini sudah memotret kenyataan yang sesungguhnya di Tapanuli”.
Isi lagu Gotap sikkola 30, itulah ratapan seorang anak. Si Anak menyadari bahwa
itu adalah bagian dari kemiskinan, apalagi ayahnya tidak bisa berkontribusi lagi karena
28 Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 7 Maret 2014.
29 Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014.
30 Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.1.2. Lagu no. 5. p.137.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
sudah pergi meninggalkan mereka untuk selamanya. Perjuangan seorang Ibu untuk
anaknya ternyata pada akhirnya tetap tidak bisa mencapai cita-citanya untuk
menyekolahkan anak-anaknya. Padahal Ibuanya sudah berusaha keras, bekerja sampai
menahan panas matahari sebagai pedagang kecil (parengge-rengge) di kaki lima. Ketika
peristiwa dalam lagu ini ditanyakan kepada responden dengan pertanyaan: “Bagaimana
tanggapan Anda terhadap syair dan lagu yang berisikan tentang anak yang putus
sekolah”. Maka jawaban yang disampaikan oleh Manosor Pangaribuan sebagai berikut:31
“Ini lagu kisah anak yang berniat untuk sekolah namun orangtua tidak mampumembiayai. Kita tau penghasilan di kampung umumnya dari pertanian, sehinggadukungan ekonomi tidak mencukupi. Apalagi kalau kita perhatikan bahwa junmlahanggota keluarga di kampung bisa 4 sampai 6 orang atau bahkan lebih. Sementarapenghasilan ibu tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga,apalagi sampai menyekolahkan anak-anaknya”.
Sebagai orangtua tetap berusaha bekerja keras dengan caranya sendiri untuk bisa
mendapatkan hasil (pangomoan). Orangtua tetap berjuang meskipun menghadapi
kenyataan pahit. Ketika hal ini ditanyakan kepada responden yang lain maka Marulitua
Simangunsong menanggapi sebagai berikut:32
“Tinggi hasrat dan keinginan orangtua, supaya anak lebih baik ilmunya, ekonominya,pengetahuan dari pada dirinya (orangtua). Tapi melihat kenyataan, bekerja sebagaipedagang kecil dari pagi sampai sore, usaha tersebut masih belum dapat mengatasimasalah ekonomi yang dihadapi”.
Kemiskinan itulah yang menjadi momok, karena ternyata harapannya untuk
bekerja mendapatkan penghasilan belum terwujud di perantauan. Si Anak merintih,
pengalaman pahit menimpanya karena begitu susah berjuang dalam hidup. Namun dalam
31 Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
32 Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
kesedihan tersebut, si anak tetap mohon doa dan penyertaan secara rohani dari Ibunya
semoga selalu menyertainya di perantauan. Ketika ditanyakan tanggapan responden
tentang isi lagu Tangis do Au33, satu penuturan yang menarik dari responden dalam
bahasa Batak dari seorang Ibu N. br Ambarita melalui pengalamannya merantau.34
“Hita mangaranto, naing mamajuhon orangtua do. Molo au dang putus asa, lehononkudo hiburan tu orangtuakku. Nasibmu doi Omak, nasibmu doi Bapa, berjuang do audipangarantoan on asa boi ahu hasea, alai boha ma bahenon, alai unang putus asa hoOmak, sabar ma ho, molo hasea au Omak sai na bahenonku do na denggan tuho. (Kitayang merantau, bertujuan untuk memajukan orangtua. Kalau aku tidak putus asa, akuakan menghibur orangtuaku, mengatakan: itu nasibmu Ibu, nasibmu Ayah, aku sudahberjuang di perantauan supaya bisa berhasil, tapi apa mau dikata, tetapi jangan putus asaIbu, sabarlah, kalau aku sudah sukses aku akan melakukan yang terbaik (red: memberisesuatu) untukmu)”
Lagu kesedihan, namun berisi pemikiran yang sangat positif, di dalam ketidakmampuan
anak masih bisa berfikir hal yang positif. Memiliki harapan dan masa depan yang
menjanjikan, dengan penyertaan dukungan doa orangtuanya.
3. 3. Arena Pertarungan di Perantauan
Bourdieu mendefinisikan arena sebagai arena pertempuran dan juga arena perjuangan,
karena di arena tersebut agen dapat memperebutkan modal. Atau dengan pengertian yang
lebih sederhana bahwa: “Arena adalah suatu arena sosial yang di dalamnya perjuangan
atau manuver terjadi untuk memperebutkan sumber atau pertaruhan dan akses terbatas”.35
33 Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.1.3. Lagu no. 6. p.139.
34 Wawancara dilakukan di Wonosobo, 28 Maret 2014.
35 Jenkins, Richard.1992. Pierre Bourdieu Routledge, London, ditejemahkan oleh Nurhadi. 2010. MembacaPikiran Pierre Bourdieu, Kreasi Wacana Offset, Yogyakarta. p. 124.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Pertanyaan yang diajukan berhubungan dengan apa motivasi dan tujuan responden dalam
perjuangan? Masing-masing responden yang diwawancarai menginginkan suatu
perubahan, karena mereka mengakui kehidupan di kampung cukup sulit (miskin),
sehingga sangat susah mendapatkan kehidupan yang lebih layak kalau hanya tinggal di
kampung. Itulah sebabnya mereka berargumentasi mengapa banyak di antara orang Batak
pergi merantau hanya karena terpaksa dan dengan modal ‘nekat’, dan kadang-kadang
uang yang dibawa pun hanya pas-pasan untuk ongkos. Seperti yang dikisahkan Doma
Tumanggor berikut ini:36
“Merantau itu perlu, karena kondisi daerah sendiri yang tidak memungkinkan untukbekerja, karena kalau tidak begitu ya tidak mungkin ada perubahan. Karena keterbatasanlapangan pekerjaan di kampung, apalagi kalau semua keluarga tinggal di kampung makatidak bisa hidup. Seperti saya dulu setelah lulus SMA, dengan modal nekat merantautahun 72. Naik kendaraan umum dari Siantar ke Jambi yang saya tempuh selama 7 hari 7malam, dan tidak tau siapa yang dituju”.
Banyak perantau biasanya belum memiliki tujuan yang pasti kemana dan ke
alamat siapa mereka harus pergi. Yang ada di pikiran mereka adalah pergi. Sehingga
orangtua pun sering hanya melontarkan tujuan kota asal sebut saja, seperti yang dialami
oleh M. Siahaan.37
“Kita semua merasakan peristwa ini, tanpa tujuan yang jelas. Tahun 78 saya merantau.Orangtua bertanya kepada saya apakah saya mau lanjut sekolah atau merantau. Tapisebagai anak sulung, saya putuskan justru mau merantau. Saya sarjana ekonomi, lalupergi merantau. Pertama di kapal Tangker mulai dari Belawan, Malaysia, sampai keSingapura. Dulu rencana kalau punya uang ada keinginan melanjutkan kuliah pendetatapi karena kurang mampu tidak jadi sekolah. Tidak lama kerja di kapal tanker lalupengangguran. Karena tidak ada kerjaan lalu saya memutuskan merantau ke Pulau Jawa”.
36 Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 3 Maret 2014.
37 Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
Ketika ditanyakan tanggapan mengenai merantau kepada seorang responden wanita
jawaban yang dilontarkan oleh N. br Ambarita dalam bahasa Batak sebagai berikut:38
“Halak Batak do nabarani mangaranto, soadong pe sikkolana, barani do mangaranto,nekat. Di huta ni halak, nang pe soadong modalna, aha pe diulahon, jadi marmodalhondugul-dugul ni pat”. (Orang Batak adalah orang yang berani merantau, walaupun tidakada sekolahnya, berani merantau, nekat, di perantauan walaupun tidak punya modal, apapun dikerjakan, jadi bermodalkan dengkul).
Sehubungan dengan tujuan, ke kota mana mereka akan pergi merantau maka
responden menjawab ke kota-kota seperti: Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Wonosobo,
dan sampai ke Samarinda (Kalimantan Timur). Dalam pengalaman mereka pada tempat
yang dituju selalu dengan ketidakpastian karena ternyata mereka justru terpaksa
berpindah-pindah tempat dan berganti-ganti pekerjaan sampai akhirnya menemukan
tempat yang paling sesuai dengan harapan mereka. Pada saat diwawancarai mereka telah
merasa nyaman tinggal di kota-kota yang mereka tinggali sekarang ini, yaitu di DIY dan
Jawa Tengah.
Untuk merantau bagi orang Batak, biasanya ada berbagai cara yang ditempuh, ada
dengan inisiatif sendiri untuk pergi dan ada juga karena disuruh keluarganya yang sudah
di perantauan untuk datang, seperti yang dituturkan oleh Lukder Tumanggor berikut ini:39
“Dengan melihat kondisi di kampung, keluarga yang berhasil diperantauan justrumenarik keluarganya untuk merantau. Perantau tidak mau pulang karena mereka taubahwa tidak ada pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka karena tidak adalapangan pekerjaan. Karena kalau pulang ke kampung paling-paling hanya bisa bertani.
38 Wawancara dilakukan di Wonosobo, 28 Maret 2014.
39 Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
Biasanya hanya orang Batak yang sudah pensiun yang memilih untuk pulang dan mati ditempat asalnya”.
Dalam lagu dikisahkan bahwa sekolah, adalah hal yang tidak mungkin lagi
ditempuh oleh si anak, karena persoalan ekonomi keluarga. Berdiam juga bukanlah
pilihan yang baik, karena akan tidak terjadi perubahan. Satu-satunya jalan yang mungkin
ditempuh selain sekolah adalah merantau, karena orangtua tidak sanggup lagi untuk
memperjuangkan anaknya untuk sekolah. Ketika ditanyakan kepada responden mengenai
isi lagu ini Putus Sikkola 40 dengan pertanyaaan: “Bagaimana tanggapan Anda terhadap
syair dan lagu yang berisikan tentang anak yang putus sekolah?”. Lalu tanggapan atas
pertanyaan tersebut direspon oleh responden Dewi Pangaribuan sebagai berikut:41
“Kita percaya itulah nasib kita. Putus sekolah bukan karena anak tidak mampu, putussekolah karena biaya. Tuhan sudah memberi kita kemampuan. Masalahnya adalahkembali kepada masalah kemiskinan, masalah ekonomi. Sehingga sulit mencapainya.Tuntutan filosofi itu bagus, dan banyak lagu berisi perjuangan mati-matian untuk orangBatak”.
Orangtua masih mempunyai harapan untuk anaknya bisa bekerja, selain sekolah.
Ada peluang lain yang masih mungkin ditempuh sebagai jalan yang terakhir dengan
merantau. Ketika isi lagu ditelisi secara bersama-sama dalam diskusi dan wawancara dan
pertanyaan, “Bagaimana tanggapan Anda terhadap syair dan lagu yang berisikan tentang
anak yang putus sekolah?”, ditanyakan kepada responden maka jawaban spontan yang
dilontarkan oleh Doma Tumanggor adalah:42
40 Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.2.1. Lagu no. 7. p.142.
41 Wawancara dilakukan: Yogyakarta-Amerikan dengan menggunakan Skype, 2 Februari 2014.
42 Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 3 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
“Ya, saya juga termasuk di sini karena orangtua tidak mampu, keterbatasan ekonomiorangtua. Mendengar ini ya saya juga sedih. Kita sangat suka mendengar lagu ini.Sebagai dorongan bagi kita untuk maju. Jadi keterbatasan yang ada mendorong kita untuklebih maju dari kampung”.
Pengalaman pahit yang dialami oleh seorang anak yang sudah berada
diperantauan. Tidak bisa berbuat apa-apa karena pekerjaan tidak ada, pada kondisi seperti
itulah si anak mengingat ibunya. Keadaan keluarga dalam cerita pada lagu ini yang
sedang mengalami ekonomi yang sulit, dan mengalami pahitnya hidup. Pengalaman ini
telah dirasakan sejak anaknya diberangkatkan keluarga. Sehubungan dengan hal ini,
pertanyaan yang dilontarkan kepada responden masih disekitar lagu yang sedih dan isi
teks lagu yang mengharukan: “Bagaimana tanggapan Anda terhadap syair dan lagu Anak
Parjalang43 yang mengisahkan tentang Perantau yang kurang berhasil? Adapun jawaban
yang dilontarkan oleh Dewi Pangaribuan sebagai berikut:44
“Lagunya menceritakan kesedihan. Tidak berhasil karena tidak sekolah. Pengetahuanbisa memberi kepercayaan, bisa mandiri, kalau tidak punya pengetahuan maka tidak bisadidapatkan. Bagaimanan dia bisa makan, dan bekerja. Kembali kepada filosofi orangBatak, harus pergi sekolah, karena sekolah bisa sebagai sarana transformasi. Yang jelas,saya juga seorang Ibu, mengingat keponakan-keponakan saya yang tidak bisa mencapaicita-ciata mereka. Saya sebagai Ibu pasti sedih karena harapan saya, mereka bisa sukses”.
Di balik semua itu, di dalam lagu diceritakan, ada kebesaran hati si Anak untuk
menghibur diri dan meyakinkan Ibunya, supaya Ibunya sabar, artinya setia menunggu
sampai anaknya mendapat pekerjaan. Si Anak tetap meminta dukungan doa dari Ibunya,
dan sekaligus meminta maaf atas keadaan yang dihadapi. Si Anak tetap berkeyakinan
suatu ketika nanti dapat memenuhi harapan Ibunya, berhasil di perantauan dan dapat
mengirimkan sesuatu (uang) kepada Ibunya.
43 Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.2.2. Lagu no. 8. p.143.
44 Wawancara dilakukan: Yogyakarta-Amerikan dengan menggunakan Skype, 2 Februari 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
Motivasi seseorang merantau sangat mungkin berbeda-beda, namun kebanyakan
orang Batak yang merantau ke luar Pulau Sumatra adalah untuk mencari pekerjaan, dan
sering terdengar kata-kata mereka merantau untuk merubah keadaan. Orang di kampung
biasanya tau Jakarta berdasarkan cerita, bahkan mungkin belum pernah ke sana, sehingga
kalau bicara merantau langsung mengingat Jakarta yang diyakini menjanjikan banyak
pekerjaan, seperti penuturan Lukder Tumanggor berikut ini:45
“Saya lulusan SMA Parlilitan, habis itu saya disuruh orangtua merantau ke Jakarta: ”Kaupergi kalau mati matilah di situ” katanya. Lalu pada suatu hari orangtua mengundangPendeta untuk memberi nasihat kepada saya, karena saya sudah lulus SMA. Pendetamemberi saran: “kalau kau kuliah orangtua tidak sanggup, berjuanglah, karena di pulauJawa masih banyak peluang, Irian Jaya masih ada peluang” katanya. Lalu akhirnya sayaputuskan untuk merantau. Saya berangkat menuju Jakarta naik bus ALS (Antar LintasSumatera), di Jakarta penumpang turun, turun dari ALS sudah mau nangis saya. Semuaorang turun saya mau ke mana, gelisah mau kemana”.
Dan ketika responden ditanya mengenai pendapatnya tentang: “Bagaimana
tanggapan Anda terhadap syair dan lagu Anak Parjalang yang mengisahkan tentang
Perantau yang kurang berhasil?”. Maka jawaban yang terlontar dari responden Hotran
Simarmata adalah:46
“Kisah di lagu ini adalah seorang perantau yang berusaha mati-matian dalam menghadapikesulitan hidup (parir do) yang begitu pedih. Selama berjuang belum dapat apa-apa. Diperantauan si anak berusaha keras bagaimana supaya mendapatkan pekerjaan, tetapigagal dan gagal lagi. Tujuannya adalah supaya ada penghasilan. Karena bagi orangtuatujuannya supaya berhasi, karena itu disuruh merantau. Meskipun dia belum berhasilselalu memberi kabar kepada orangtuanya, menceritakan keadaannya yang susah. Jadi inianak baik, meskipun ia punya keterbatasan karena tidak sekolah, tapi dia tidak putus asadan berusaha untuk bekerja”.
45 Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014.
46 Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
Sebaliknya bagi anak yang sudah berhasil di perantauan maka akan ada pertanda
dengan mengirimkan uang kepada orangtuanya sebagai bukti bahwa si anak sudah
mempunyai penghasilan di perantauan. Pengalaman yang seperti ini yang pernah
diketahui responden, seperti yang diceritakan oleh Abidan Tinambunan:47
“Keberhasilan anak parjalang (perantau) biasanya juga akan mudah diketahui karenakalau ada kiriman dari anaknya maka biasanya tetangga juga cepat tau. Apalagi zamandulu mengirim surat juga memakan waktu yang cukup lama, sehingga kalau ada suratyang dikirim dari anak perantau maka biasanya keluarga berkumpul untuk mendengarkanapa beritanya. Apalagi ada kiriman wessel maka dengan cepat diketahui bahwa anakperantau mengirim uang”. Sedangkan dalam lagu yang ditanyakan, bahwa si Perantaubelum bisa mengirim sesuatu. Sehingga itulah yang menjadi kisah dalam lagu ini, danmenjadi tangisan si anak yang belum bisa membuktikan keberhasilannya dengan caramengirimkan sedikit uang kepada orangtuanya di kampung”.
3. 4. Arena Pertarungan di Sekolah
Sekolah adalah salah satu arena pertarungan yang digunakan oleh orang Batak untuk
mencapai modal kultural, melalui pendidikan. Hal ini sejalan dengan fungsi sekolah
sebagai wadah proses pembelajaran ilmiah dan sebagai tempat berinvestas untuk
mengumpulkan modal atau mempertahankan kekuasaan, yang digambarkan Haryatmoko
berikut ini:
“Sekolah menjadi obyek ilmiah sosiologi karena sekolah merupakan arena perjuangansosial tempat para pelaku sosial melakukan investasi dan mengarahkan strategi merekauntuk mengakumulasi kapital atau mempertahankan kekuasaan”.48
47 Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
48 Haryatmoko. 2010. Dominasi Penuh Muslihat, Akar Kekerasan dan Diskriminasi, Jakarta, Gramedia, p.187.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
Di arena pendidikan perjuangan setiap orangtua terjadi untuk memperjuangkan
anak-anak mereka. Sangat tergantung pada modal ekonomi dan modal kultural yang
seperti apa yang mereka miliki masing-masing. Bagi orangtua yang kurang mampu,
berusaha menyekolahkan anak-anak mereka di kampung, karena sekolah di kampung
biasanya paling tinggi sampai SMA. Bagi orangtua yang lebih mampu akan
menyekolahkan anak-anak mereka ke kota-kota di Sumatera Utara, seperti Siantar,
Tarutung, dan Medan. Sebaliknya bagi orang tua yang memiliki modal (ekonomi,
kultural) yang kuat akan menyekolahkan anak-anak mereka ke kota-kota besar seperti
Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dll.
Dua kisah dalam lagu Anakkon hu (ciptaan Dakka Hutagalung, penyanyi Dewi
Marpaung) dan Anakku Naburju (ciptaan Soaloon Simatupang, penyanyi Trio New
Lasidos), yang diangkat dalam penelitian ini adalah mewakili lagu-lagu yang berkaitan
dengan perjuangan orangtua di arena pendidikan untuk menyekolahkan anak-anak
mereka. Kedua lagu ini masih sangat populer dan sering dinyanyikan dalam acara formal
di pesta-pesta orang Batak. Dalam isi teks lagu, bercerita diseputar bagaimanan orangtua
bekerja keras di ladang, dan orangtua berharap supaya anak-anak mereka rajin di sekolah.
Itulah permintaan orangtua kepada anak-anaknya dan juga supaya nasihat yang
disampaikan didengar dan dilaksanakan anak-anaknya, supaya jerih payah mereka tidak
sia-sia, mengingat orangtua bukanlah orang kaya.
Inti lagu, kemiskinan tetap menjadi dasar mengapa orangtua harus bekerja keras
tak kenal lelah supaya anaknya bisa sekolah. Nasihat yang sangat sederhana dan
mendalam adalah pegangan yang disampaikan orangtua kepada anaknya dengan harapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
dan keyakinan anak tersebut dapat memahami perjuangan orangtuanya. Ketika dalam
wawancara ditanyakan: “Apa tanggapan Anda terhadap syair dan lagu Anakkon hu,49
yang menceritakan tentang perjuangan orangtua untuk meyekolahkan anak-anak
mereka? Jawaban dari responden yang cukup panjang disampaikan oleh: Marulitua
Simangunsong:50
“Anak yang sekolah adalah kebanggaan orangtua sehingga pikirannya adalah sekolah dansekolah. Juga yang diketahui orangtua bahwa melalui pendidikan perubahan bisa terjadi,walaupun mereka tidak kaya. Harta kadang tidak ada artinya kalau anak tidak sekolah.Yang berhasil adalah kalau anak-anak mereka bisa sekolah. Dalam hal ini Pencipta lagumembuat lagunya tidak asal asal tapi berdasarkan suatu kenyataan. Keberhasilanrumahtangga Batak adalah dilihat dari keberhasilan anaknya. Anak, tidak hanyadibesarkan, tapi juga disekolahkan, dan diperjuangkan sampai semua anak-anaknyaberhasil. Ada lukisan Batara Lubis yang menggambarkan, seorang ibu yang menaruhanaknya di pundaknya, menggambarkan kebanggaannya pada anak. Kebanggaanorangtua yang lain adalah ketika orang tua datang untuk menyaksikan anaknya bisadiwisuda”.
Karena kalau rajin saja tidak bisa dilakukan oleh anaknya maka orangtua
khawatir keberhasilan di sekolah akan tidak bisa tercapai. Karena itulah, orangtua
menceritakan keadaan mereka kepada anak-anak bahwa orangtua sebagai orang yang
tidak kaya dan tidak memiliki tanah yang luas. Orangtua bekerja di ladang sejak pagi
buta, menahan angin pagi, menahan teriknya panas matahari, dan terpaan hujan, sampai
menjelang malam, semuanya dilakukan orangtua dengan satu tujuan supaya anak mereka
bisa sekolah. Hanya satu hal yang diminta orangtuanya kepada anaknya agar mendengar
permintaan mereka, supaya rajin sekolah, agar kerja keras orangtua tidak menjadi sia-sia.
49 Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.3.1. Lagu no. 9. p.146.
50 Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
Ketika pertanyaan yang sama ditanyakan kepada responden lainnya maka jawaban yang
muncul dari Hotman Sihaloho sebagai berikut:51
“Kalau kita dengar, sangat indah syair-syair yang ditulis dalam lagu Batak ini, banyaklagunya yang menceritakan tentang perantauan, kalau kita resapi lagu tentang merantaukita juga bisa ikut menangis, karena hidup diperantauan, tapi itulah orang Batakwalaupun susah, tapi tidak pernah mundur semangatnya. Orangtua berusaha, jangansampai anak-anaknya juga mengalami penderitaan seperti orangtuanya”
Di arena pendidikan orangtua pun mengeluarkan tenaga dan pikirannya, berjuang
bagaimana supaya anak-anak mereka bisa sekolah. Sehubungan dengan lagu ini, juga
ditanyakan kepada responden: “Bagaimana tanggapan Anda terhadap syair dan lagu
Anakku na Burju? 52 yang menceritakan tentang bagaimanan orangtua memberi nasihat
kepada anaknya ketika diberangkatkan untuk sekolah di tempat yang jauh. Adapun
tanggapan yang dikutip disampaikan oleh responden Kaston Pakpahan sebagai berikut:53
“Lagu-lagu Batak itu sulit untuk ditinggalkan, seperti lagu ini berisi poda (nasihat). Laguini mengingatkan kita. Ini adalah sesuatu kenyataan karena kita semua mengalaminya.Sekolah, orangtua bisa membiayai, jadi jangan disia-siakan. Karena orangtuanya bekerjakeras di ladang. Lagu ini dibuat karena banyak anak dikirim dari kampung untuk sekolahdi kota besar. Dari pengalaman, ada yang diperjuangkan tetapi tidak serius sekolah,akhirnya mengecewakan orangtua. Anak yang diberangkatkan dari kampung banyak anakmiskin”.
Melalui pengakuan responden, masih sangat jelas diingatan mereka yang sekolah
di kota besar di Jawa bahwa mereka sangat mengapresiasi lagu ini. Karena nasihat
orangtua supaya rajin sekolah adalah nasihat kunci menuju keberhasilan. Orangtua hanya
mempercayakan kepada anak-anak mereka supaya belajar dengan sungguh-sungguh
51 Wawancara dilakukan di Wonosobo, 28 Maret 2014.
52 Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.3.2. Lagu no. 10. p.147.
53 Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
untuk kesuksesan. Inilah model sebuah perjuangan untuk sukses di arena pendidikan,
karena kesungguhan anak untuk belajar dan dukungan dari segi materi dan spiritual dari
orangtua. Apa yang dipertarungkan oleh orangtua dari rumah, dan capaian apa yang ingin
diperoleh oleh anak di sekolah? Dalam menjelaskan tentang arena perjuangan sosial
melalui sekolah penjelasan Haryatmoko dapat memberi gambaran yang lebih jelas
mengenai capaian tersebut sebagai berikut:
“Yang dipertaruhkan adalah masa depan mereka, dalam hal kepemilikan kapital budayadan simbolik. Kepemilikan kapital itu memungkinkan bisa menjamin posisi di masadepan karena kapital budaya di dalam konteks hubungan kekuasaan tertentu akan bisadikonversi ke kapital ekonomi”.54
Melalui gambaran ini dapat dikatakan orangtua Batak pun memiliki persepsi yang
sama atas tujuan mereka berjuang. Kelak, akan mendapatkan solusi atas pergulatan yang
mereka alami dalam kehidupan mereka yang sebagian di antara mereka tidak memiliki
kemapuan ekonomi yang layak. Namun, yang tetap dikejar ialah bagaimana memenuhi
cita-cita yang tertuang dalam ideologi 3H, untuk memperoleh, hamoraon, hagabeon, dan
hasangapon, sesuai dengan posisi modal yang masing-masing mereka miliki.
4. Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon sebagai Cita-cita Idealis Batak Toba
Di dalam konteks budaya Batak, melakukan perubahan tidak perlu menggunakan
kekuatan seperti yang dimiliki negara tetapi cukup dengan menggunakan kekuatan
ideologi yang penerapannya lebih persuasif. Hagabeon, hamoraon, hasangapon (3H)
54 Haryatmoko. 2010. Dominasi Penuh Muslihat, Akar Kekerasan dan Diskriminasi, Jakarta, Gramedia, p.188.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
dilihat sebagai kekuatan ideologi pragmatis dan bukan ideologi doktriner. Karena prinsip
di dalam ideologi doktriner terkandung ajaran-ajaran yang dirumuskan secara sistematis,
dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh aparat partai atau aparat pemerintah seperti
pada ideologi komunisme. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah ideologi yang
pragmatis, yaitu mengenai ajaran-ajaran yang terkandung di dalam ideologi tersebut tidak
dirumuskan secara sistematis dan terinci, namun dirumuskan secara umum, hanya
prinsip-prinsipnya saja dan disosialisasikan secara fungsional melalui kehidupan
keluarga, sistem pendidikan, sistem ekonomi, kehidupan agama dan sistem politik.55
4. 1. Pentingnya Ideologi bagi Orang Batak
Pengajaran moral secara tradisi sangat lekat pada setiap budaya, pola berfikir dan
bertindak, tidak luput dari aktivitas masyarakatnya yang dipengaruhi oleh ideologi.
Ideologi 3H adalah kristalisasi dari pengalaman kultural yang diwujudkan dalam
pelaksanaan acara adat yang selalu berulang dilakukan. Bagi orang Batak pengetahuan
tentang ideologi tersebut sudah tertanam sejak awal kehidupan melalui habitus dalam
kehidupan masyarakat adat. Hamoraon, hagabeon, hasangapon, selain mempunyai
fungsi ideologis sekaligus sebagai tujuan. Selain sebagai fungsi doktrinal (ajaran) budaya
juga sebagai harapan masa depan untuk dicapai. Dengan konsep berfikir ideologi
55 Surbakti, Ramlan. (Artikel) Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara. p.3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
pragmatis perubahan yang diinginkan oleh orang Batak terjadi karena adanya kepatuhan
kepada ajaran-ajaran ideologis yang ada pada budaya mereka.
Dalam wawancara yang ditujukan kepada kelompok diskusi FGD, ditemukan
beberapa jawaban atas pertanyaan mengenai pentingnya ideologi dan maknanya: “Dari
mana Anda mengetahui tentang ideologi 3H?”. Salah satu jawaban yang dikutip dari
Kaston Pakpahan:56
“Kita tau dari orangtua kita dulu. Adat menjadi pengikat bagi kita, ada hula-hula, dongantubu, dan boru. Diketahui dari nenek moyang yang sudah menciptakannya danditurunkan ke keturunannya. Ideologi menjadi prinsip bagi orang Batak. Karena ideologi3 H adalah 3 cita-cita yang paling dicari orang Batak”.
Karena ideologi 3H ini menjadi bagian dan pusat perhatian dalam penelitian ini,
maka juga ditanyakan mengenai maknanya. Apa makna ideologi 3H bagi Anda? Dari
jawaban yang diperoleh dari M. Siahaan:57
“Maknanya bangga! Kalau sudah dicapai adalah menjadi kebanggan. Prinsip yang perludidapatkan. Ada target yang kita mau capai. Ada motivasi untuk bagaimana meraih tigahal itu. Walaupun mungkin tidak bisa dicapai secara utuh tiga-tiganya”.
‘Bangga’, yang dikatakan dalam jawaban M. Siahaan dapat diartikan sebagai
pencapaian sampai tahap ketiga dari ideologi tersebut yaitu hasangapon (kehormatan-
mulia). Bagi orang Batak belum mencapai hamoraon, belum dianggap sangap, dan
belum mencapai hagabeon juga belum dianggap sangap, namun kalau sudah mencapai
hasangapon berarti ketiga-tiganya sudah tercapai. Maka kandungan yang ada dalam
ideologi tersebut penting untuk diraih, untuk menunjukkan suatu keberhasilan dalam
56 Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
57 Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
memenuhi cita-cita yang diharapkan. Ketika hal ini dipertanyakan: Apa pentingnya
ideologi 3H bagi Anda? Jawaban yang muncul dari responden Hotran Simarmata:
“Penting, karena ini merupakan target. Karena bisa dijadikan sebagai dasar, pondasi,
sebagai ‘UUD’ bagi orang Batak”. Ketika ditanyakan pengaruhnya dalam kehidupan
responden dengan pertanyaan: “Sampai sejauhmana ideologi 3H berpengaruh dalam
kehidupan Anda?” Maka jawaban yang terlontar dari M. Simanjuntak:58
“Secara otomatis sangat berpengaruh, karena dijadikan sebagai target, jadi kita berusahaberjuang untuk anak-anak kita. Sangat penting. Secara manusiawi orang mencari halsemacam ini”.
Bukan hanya untuk pribadi ideologi itu ditanyakan, tetapi juga ditanyakan kepada
kepentingan secara kolektif, bagi orang Batak sendiri dengan pertanyaan: “Bagi orang
Batak, seberapa penting idelogi 3H menurut Anda?”. Dengan memperluas pemahaman
dengan melibatkan orang Batak secara umum maka jawaban yang muncul dari Manosor
Pangaribuan:59
“Penting, karena merupakan dorongan bagi orang Batak. Namanya hidup ada tujuan”.Sedangkan menurut Kardono Sinaga: “Hamoraon, hagabeon, hasangapon (3H) sangatpenting. Jangan sampai nanti dikatakan sileban (red: orang asing atau bukan orangBatak). Jadi bagi orang Batak sangat penting untuk menjalankannya dimanapun merekaberada”.
Ketika pertanyaan yang sama ditanyakan kepada responden yang lain maka jawaban
yang terlontar dari Mirando Damanik adalah sebagai beriut:60
58 Wawancara dilakukan di Wonosobo, 30 Maret 2014.
59 Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
60 Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 7 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
“Impian orang Batak adalah supaya bisa mencapai hamoraon, hagabeon, hasangapon(3H). Manusia Batak itu senang dengan: kebanggaan, tugu, pesta, dan dihormati. Itulahsangap (red: terhormat). Itulah yang dijalani sampai sekarang, yang diimpikan orangBatak. Namun tetap memperhatikan bagaimana hal ini supaya tidak bertentangan denganhal yang rohani”.
Kembali kepada persoalan utama pada ideologi, adapun cita-cita yang
diperjuangkan oleh orang Batak semuanya bertujuan untuk kepentingan anak-anak
mereka. Karena anak bagi orang Batak adalah hal yang sangat berharga yang harus dijaga
dan diperjuangkan kemajuannya, seperti yang diutarakan oleh Marulitua
Simangunsong:61
“Ideologi 3H adalah berisi doa dan cita-cita orang Batak, supaya Tuhan memberkatiketuruannya dilukiskan dalam pantun: “Tubuan lak-lak tubuan singkoru, tubu sanggardiparsopoan, tubu ma dihamu anak dohot boru, asa jagar diparngoluan”(intinya red:supaya lahir anak laki-laki dan perempuan agar pantas dalam kehidupan)”. Dandiperkuat oleh: Dewi br Pangaribuan: “Karena bagi orangtua anak itu adalah jantung hati.Oleh karena itu anak-anak harus dijaga, dan untuk kemajuan mereka harus denganperjuangan”.
Modal utama yang dipegang orang Batak adalah mengenai pengetahuan yang di
dapat dari ideologi 3H yang memberi gambaran dalam kehidupan orang Batak bahwa
cita-cita tersebut perlu diraih. Meskipun untuk memperolehnya diperlukan suatau usaha
yang lebih keras lagi karena ternyata tidak mudah untuk mencapainya. Dalam usaha
pencapaian itulah orang Batak selalu berusaha, dengan menggunakan sistem solidaritas
kebatakan, sehingga orang Batak begitu percaya pada dirinya bahwa ada orang Batak
lainnya yang akan bisa menolongnya ketika menghadapi suatu masalah. Praktik dan
sistem kekeluargaan yang dibangun dalam komunitas orang Batak yang disebut dengan
61 Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
Punguan (perkumpulan) menjadikannya semakin yakin bahwa dimana-mana ada saudara,
meskipun dalam kenyataannya belum tentu menemukannya di perantauan.
Permulaan gerakan perjuangan dimulai dari anak-anak yang ingin keluar dari
zona ketidaknyamanan di kampung. Mereka berada pada permasalah hidup karena
kondisi modal ekonomi yang lemah dan lapangan pekerjaan yang kurang menjanjikan
untuk meraih hamoraon. Sedangkan anak-anak yang beruntung, tinggal di arena yang
relatif aman karena mereka bisa disekolahkan ke mana saja karena modal ekonomi yang
memungkinkan. Keluarga yang hidupnya pas-pasan harus berusaha dengan susah payah,
dengan berpegang pada prinsip ideologis mengatakan: hugogo pe mansari arian nang
bodari laho parsikkolahon gellengki (aku bekerja keras siang dan malam untuk
menyekolahkan anak-anakku). Bagi anak-anak yang tidak mampu, terpaksa melangkah
lebih jauh meninggalkan kampung halaman mereka (merantau) dan mencari tempat yang
dalam bayangan mereka lebih menjanjikan. Pertarungan mereka mulai dengan modal
keberanian, meskipun belum jelas tempat dan siapa yang akan dituju, namun mereka
tetap melangkah meninggalkan kampung halaman mereka.
Rasa solidaritas kebatakan yang tinggi sering menguntungkan para perantau, dari
yang tidak kenal menjadi kenal, dari yang mengalami kesulitan dapat memberi jalan
keluar. Orang Batak yang dikenal dengan ikatan kekeluargaan (marga) menjadi
pemersatu yang kuat dalam mewujudkan persaudaraan yang erat. Bagi orang Batak di
manapun mereka berada dapat dipastikan akan selalu mencari orang Batak, baik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
bukan satu marga terlebih lagi satu marga. Seperti yang diungkapkan Marulitua
Simangunsong:62
“Potensi orang Batak untuk saling tolong menolong sangat tinggi. Teman semarga, satukomunitas marga. Walaupun ngomongnya kasar, ada saja solusi yang ditawarkan apalagisama-sama di perantauan”.
Satu marga, meskipun belum dikenal sebelumnya otomatis dianggap menjadi
saudaranya. Orang Batak sangat kuat memegang relasi sesama Batak yang ditunjukkan
dalam saling membantu dalam berbagai hal. Seperti pengalaman yang dituturkan oleh
Doma Tumanggor:63
”Ketika berangkat dari Siantar menuju Jambi tidak tau mau ke rumah siapa. Tapi diJambi ketemu orang Batak dan ikut mereka. Karena di Jambi juga pekerjaan tidak jelassehingga terpaksa berangkat lagi ke Jakarta, dan di Jakarta juga tidak mendapat pekerjaanyang layak akhirnya memutuskan pergi ke Kalimantan. Di sana bermula dari pengalamanpahit dan dengan pertolongan orang Batak akhirnya bisa bekerja di Pertamina”.
Hubungan tidak satu marga juga akan diakomodasi dalam perkumpulan marga
yang ikatan kekeluargaannya selalu diatur dalam sistem kedudukan dan peran sebagai
hula-hula, dongan tubu atau boru. Artinya perkumpulan ini menjadi perkumpulan antar
marga (komunitas marga) yang berbeda-beda. Penempatan diri (seseorang) pada marga
selalu dimulai dengan perkenalan untuk mengetahui posisinya dalam format dalihan
natolu. Dalam cara berkenalan orang Batak yang akan ditanya pasti bukan nama tapi
marga. Nama bagi orang Batak adalah sebuah identitas dan kedudukan yang harus
dihormati, sehingga tidak sembarangan untuk disebut. Marga adalah identitas umum yang
62 Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014.
63 Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 3 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
bebas disebut, dan menjadi panggilan identitas umum. Mengapa demikian, berikut ini
akan dijelaskan dengan ilustrasi. Apabila seseorang yang bernama Togar Sihotang
berkenalan dengan Bistok Tinambunan, dengan menyebut nama Bistok misalnya,
padahal setelah saling memperkenalkan marga ternyata Bistok Tinambunan adalah tulang
(paman) dari Togar Sihotang, maka yang terjadi adalah hal yang pantang, karena Togar,
tidak boleh menyebut nama Bistok yang tenyata adalah tulangnya. Oleh karena itu orang
Batak dalam perkenalan tidak biasa memulai dengan nama, tapi dimulai dengan bertanya
tentang marga. Jadi dalam contoh di atas dapat disimpulkan bahwa Bistok Tinambunan
sebagai tulang (paman) dari Togar Sihotang, karena Ibu dari Togar Sihotang adalah
bermarga Tinambunan (atau satu kelompok marga dalam Parna64) yang sama dan satu
nomor (tingkat) dengan Bistok Tinambunan. Karena Bistok Tinambunan adalah sebagai
tulang bagi Togar Sihotang, sehingga di dalam konsep dalihan natolu Bistok Tinambunan
berada pada kedudukan terhortmat sebagai hula-hula dari keluarga Togar Sihotang,
sedangkan keluarga Togar Sihotang sebagai boru bagi keluarga Bistok Tinambunan.
Solidaritas kebatakan dapat semakin meningkat di perantauan dengan banyaknya
pengalaman yang dilalui para perantau. Solidaritas itu semakin bertumbuh dan selalu
ingin diimplementasikan dalam segala aspek kehidupan orang Batak, dengan
mewujudkannya dengan saling membantu. Ada rasa kesamaan karena perantau itu tidak
selalu bisa mendapatkan keberuntungan yang sama, ada yang beruntung dan ada yang
kurang beruntung. Apalagi ada perasaan yang sama dengan pengalaman keadaan di
kampung yang sulit untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga satu-satunya yang dapat
64 Parna: (Pomparan ni Raja Nai Ambaton), yang di dalamnya tergabung lebih dari 52 marga dari seluruhsuku Batak, dan kelompok marga yang terbanyak di komunitas orang Batak. Dan dalam aturan marga ini,keturunan mereka tidak boleh saling mengawini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
dilakukan adalah pergi merantau. Keberanian untuk merantau karena didorong oleh
motivasi yang ingin merubah situasi. Sehingga meskipun tujuan tidak jelas mau ke mana,
seorang perantau tetap memberanikan diri untuk berangkat meninggalkan kampung
halamannya, seperti yang diutarakan dalam pengalaman Lukder Tumanggor berikut ini:65
“Ada pesan yang saya ingat dari kampung kalau ke Jakarta pergilah ke terminalPulogadung, karena di sana banyak orang Batak. Di terminal Pulogadung saya sapaorang, horas Abang, langsung ditanya: “marga apa kau”, Tumanggor! jawab saya, “darimana kau”, Saya jawab: Parlilitan. “Sudah makan kau”, belum!.“Kau tinggal di mana”,enggak ada (tidak tau), “sudah ikut aku”, kemana bang?”sudah ikut aja, ini Jakarta ini”.Lalu saya di bawa ke rumahnya dan tinggal di sana untuk beberapa saat”.
Dalam pengalaman Lukder Tumanggor, merasa seolah ada jaminan kalau pergi
merantau pasti akan ada yang menolong. “Terminal Pulogadung”, sebagai sasaran
tempat, walaupun sebenarnya Lukder Tumanggor sendiri tidak tau di mana tempat
tersebut. Orang yang akan menolong juga tidak jelas siapa, namun ada keyakinan dalam
hatinya bahwa di sana (di Pulogadung) ada orang Batak sebagai saudara yang akan
menolong. Keberanian seperti ini hanya mungkin terjadi karena dilatarbelakangi suatu
keyakinan mengenai budaya kekerabatan yang sangat dijunjung tinggi orang Batak.
4. 2. Makna Modal Simbolik bagi Orang Batak
Modal awal yang dimiliki orang Batak dalam memperjuangkan anak-anak mereka
terlukiskan dalam ideologi hamoraon, hagabeon, hasangapon. Di dalamnya terdapat
modal simbolik yang dianut dalam struktur Dalihan Natolu yang diatur dalam strata
65 Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
sebagai, Hula-hula, Dongan Tubu, dan Boru. Meskipun setiap orang Batak, dalam sistem
adat mempunyai hak dan kedudukan yang sama derajatnya, namun pada posisi dan
situasi tertentu, seseorang tidak dapat menentukan tempat dan kedudukannya secara
bebas dalam pelaksanaan ritual adat. Karena dengan aturan adat, dalam pesta pernikahan
misalnya, seseorang sudah ditentukan posisinya dan tempat duduknya (parhundul). Tidak
sama dengan ilustrasi yang sering dipakai dalam teori Bourdieu dalam mendapatkan
modal kultural dalam pilihan seseorang terhadap jenis musik. Seseorang telah masuk
dalam struktur masyarakat yang dicerminkan berdasarkan pilihan apakah akan memilih,
musik klasik, tradisional, jazz, musik rock, country, keroncong, dangdut. Meskipun
semua orang mempunyai kedudukan dan hak yang sama untuk menentukan pilihannya
terhadap jenis musik namun pilihan tersebut sering dihubungkan pada posisi seseorang
dalam tatanan sosial. Kalangan mana yang memilih musik klasik, jazz, dan dangdut.
Sebenarnya bebas untuk dipertukarkan tapi status sosial mempengaruhi pertimbangan
seseorang dalam menentukan pilihannya.
Berbeda dengan penempatan posisi seseorang dan kedudukan seseorang dalam
adat Batak. Tidak ada kaitannya dengan selera, dan bukan karena latarbelakang
pendidikan, dan tidak juga karena kekuasaan. Seseorang berada pada posisi Hula-hula,
Dongan tubu, atau Boru, adalah ditentukan dalam status seseorang tersebut dalam kaitan
dengan ritual yang sedang dijalankan, dan hubungan apa dengan yang sedang
melangsungkan acara tersebut, dan lebih unik lagi bahwa kedudukan-kedudukan tersebut
sangat mungkin dipertukarkan pada acara yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
Bila diperhatikan jenis modal yang dibicarakan dalam konsep Bourdieu, maka
modal simbolik (symbolic capital) tersebut berupa prestise, status, otoritas, dan legitimasi
yang terakumulasi dan membentuk modal simbolik yang menjadi pusat utama dalam
kekuasaan simbolik. Kepemilikan modal simbolik akan dapat menciptakan kesenjangan
karena dapat dipahami sebagai sistem relasi kekuasaan dan relasi nalar antar kelompok
atau kelas, sehingga dapat menciptakan lahirnya kekerasan simbolik. Kecenderungan ini
ditemukan oleh Bourdieu dalam penelitiannya di kalangan orang Aljazair, (Jenkins:157).
Modal simbolik yang digambarkan dalam pemikiran Bourdieu dapat dijadikan untuk
mengkaji relasi tiga strata kedudukan dalam sistem dalihan natolu yang disebut sebagai
hula-hula, dongan tubu, boru.
Dalam adat Batak otoritas hula-hula adalah yang paling tinggi. Karena hula-hula
selalu pada posisi kedudukan yang terhormat, wibawa yang tinggi, dan yang harus
dihormati, bahkan disembah (disomba). Dalam pelaksanaannya aturan tersebut tidak
pernah dipersoalkan, karena sudah menjadi sistem aturan dan nilai yang diterima sebagai
kebenaran. Dalam posisi tertentu bila teori Bourdieu mengenai modal simbolik
diperhatikan maka akan sangat terasa pemaksaan kekuasaan atau sangat terasa hubungan
dominasi dan subordinasi yang membuat kedudukan tidak setara. Kalau teori yang sama
diterapkan pada sistem demokrasi orang Batak, maka selintas terasa sama peran
seseorang yang memiliki modal simbolik yang lebih dihormati, dijunjung tinggi karena
kedudukannya menjadi hula-hula sebagai kedudukan dan otoritas tertinggi dalam sistem
pelaksanaan adat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
Sebagai ilustrasi akan dijelaskan seperti berikut ini: Sebagai contoh dalam
Upacara Pernikahan antar marga Simbolon (pihak perempuan) dengan Pangaribuan
(pihak laki-laki). Modal simbolik secara otomatis diperoleh dalam satu marga (keluarga
Simbolon) ketika mereka memberikan anak perempuan mereka dijadikan istri oleh satu
marga yang berbeda (keluarga Pangaribuan), pada saat itulah pihak keluarga Simbolon
menjadi Hula-hula dari keluarga Pangaribuan dan keluarga Pangaribuan menjadi Boru
dari keluarga Simbolon. Lalu, bagaimana teori ini diterapkan dalam sistem dalihan
natolu? Artinya, bahwa dalam setiap acara adat yang sifatnya kecil atau pun besar, acara
keluarga di rumah atau dalam pesta besar seperti pernikahan, pihak keluarga Pangaribuan
sebagai boru akan selalu berada pada posisi ‘subordinasi’, mereka harus melayani
keluarga Simbolon dari menyiapkan hidangan makanan, sampai menyiapkan segala hal
yang dibutuhkan dalam pesta. Kedudukan hula-hula dan boru tidak boleh dipertukarkan
dalam pesta ini, misalnya pihak Simbolon yang melayani pihak Pangaribuan, dan ini
temasuk dalam kategori pantang dilakukan.
4. 3. Pemaknaan Kekerasan Simbolik dalam Dalihan Natolu
Dalam pembahasan Bourdieu mengenai kekerasan simbolik (symbolic power), seseorang
dapat berada pada posisi kekuasaan ketika seseorang itu memiliki modal. Adapun modal
yang dimaksud harus diraih melalui suatu pertarungan di arena. Dengan meraih modal-
modal ini maka sangat dimungkinkan seseorang akan memiliki kekuasaan yang besar.
Kekerasan simbolik menurut Bordieu adalah: ”pemaksaan sistem simbolisme dan makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
(misalnya kebudayaan) terhadap kelompok atau kelas sedemikian rupa sehingga hal itu
dialami sebagai sesuatu yang sah”.66
Namun bila diperhatikan dari teks dalam syair-syair lagu Batak populer yang
sudah dibahas (BAB III) maka modal-modal yang sama juga dipertarungkan oleh
keluarga-keluarga Batak di arena. Namun kemudian pertanyaan yang akan muncul
adalah: Apakah dengan kepemilikan modal-modal tersebut seorang Batak akan berada
pada dominasi kekuasaan? Jawabnya dapat didasarkan atas konsep sistem berdemokrasi
orang Batak dalam Dalihan Datolu 67 sebagai hula-hula, dongan tubu, dan boru, yang
mengatur kekuasaan seseorang. Modal-modalnya diperjuangkan melalui modal dasar
ideologi 3H, sedangka praktik kekuasaannya diatur dalam ruhut-ruhut paradaton (aturan
adat). Namun, makna modal simbolik yang ada dalam sistem dalihan natolu sebagai
“pemaksaan” sistem simbolisme dan makna, diterima sebagai sesuatu yang adil. Hal ini
bisa terjadi karena sistem kedudukan dalam dalihan natolu dapat dipertukarkan sehingga
orang Batak tidak pernah merasa direndahkan meskipun mereka pada kedudukan sebagai
Boru. Pada kesempatan dan pelaksanaan adat yang lain seseorang yang berapa pada
kedudukan sebagai boru, dapat saja berubah kedudukan sebagai hula-hula untuk marga
yang lain. Sehingga dengan pandangan aturan adat seperti ini, orang Batak tidak pernah
merasa selalu berada posisi atau kedudukan yang rendah, karena pada kesempatan yang
66 Jenkins, Richard.1992. Pierre Bourdieu Routledge, London, ditejemahkan oleh Nurhadi. 2010. MembacaPikiran Pierre Bourdieu, Kreasi Wacana Offset, Bantul. p. 157.
67 Lihat penjelasan pada Bab II. 6. Dalihan Natolu, p. 68-75.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
lain sangat mungkin kedudukannya berubah di tempat yang terhormat sebagai hula-
hula.68
4. 4. Lagu Batak Toba Bermuatan Ideologi
Mengamati peran ideologi 3H yang begitu besar dalam kehidupan kultural orang Batak,
maka peneliti merasa sangat penting untuk mengangkat dan melibatkan syair lagu yang
memuat ideologi. Meskipun isi syair lagu-lagu menyuarakan keprihatinan dan gerakan
perjuangan untuk meraih cita-cita membuat orang Batak masih tetap suka mendengarkan
lagu-lagu yang bernuansa kesedihan. Dalam mengekspresikan perjuangan tersebut, orang
Batak memiliki cukup banyak lagu yang menyuarakan hal-hal tersebut, dan beberapa di
antaranya diangkat dalam tesis ini.
Lagu-lagu sangat berperan dalam pelestarian nilai-nilai dan ideologi dalam
masyarakat Batak Toba. Isi lagu selalu diajarkan secara persuasif melalui perhelatan
acara-acara adat, baik dengan kata-kata secara langsung maupun secara tidak langsung
melalui nyanyian yang selalu diperdengarkan. Biasanya pada acara pesta pernikahan,
lagu Anakkonhi do hamoraon di Au 69 hampir tidak pernah dilewatkan. Sebagai contoh,
di bagian acara pesta perkawinan, ada acara yang disebut Pemberian Ulos (mangulosi)
yang akan disampaikan oleh keluarga-keluarga. Ada pemberian ulos dari pihak keluarga
68 Lihat penjelasan pada BAB II, poin 6. Dalihan Natolu, Sub 6.3. Boru, p. 74-75.
69 Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.4.1. Lagu no. 11. p.150.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
pengantin laki-laki. Lalu dalam acara tersebut pihak keluarga akan memulai dengan
pembukaan meminta kepada pemusik70 untuk mengiringi pemberian ulos tersebut.
Dalam upacara adat pernikahan, ungkapan berikut adalah tipikal kata-kata yang
disampaikan kepada pemusik untuk mengiringi pemberian ulos kepada pengantin berdua:
“Amang parende nami, dison rodo hami rombongan ni sian paranak asa pasahathon
ulos hami asa baen Damang ma jolo muse ende Anakkonhi do hamoraon di Au”71
(Amang-Bapak, Pemusik/penyanyi kami yang terhormat, di sini kami datang dari
rombongan pihak keluarga pengantin laki-laki bermaksud untuk menyampaikan ulos,
kiranya mohon dimainkan musik Anakkonhi do Hamoraon di Au). Sambil musik
dimainkan atau dinyanyikan rombongan keluarga pihak laki-laki berjalan sambil menari
(manortor) dengan ulos di tangan menuju tempat pengantin berdua.
Salah satu fokus utama dalam membicarakan ideologi 3H adalah hagabeon
(memiliki keturunan). Karena hagabeon ini menyangkut topik yang sangat penting dalam
kehidupan kultural orang Batak. Dalam nasihat keluarga kepada penganten baru dalam
pesta pernikahan, orangtua tidak akan lupa menyisipkan pesan mulia yang selalu
disampaikan dengan mengatakan: “Sai game ma hamu maranak dohot marboru, jala
dipasu-pasu Tuhanta ma hamu sai dapotan pansarian”, (Kiranya kalian memiliki anak
laki-laki dan perempuan, dan kiranya Tuhan memberkati sehingga berhasil dalam
pekerjaan). Anak dohot boru (anak laki-laki dan perempuan) adalah juga diakui sebagai
kekayaan yang sangat berarti, lebih penting dari segala bentuk kekayaan yang lain.
70 Pemusik dalam pesta Batak mendapat tempat terhormat, karena perannya dalam mengiringi tortor(tarian) yang senantiasa diperlukan di sepanjang acara, mulai dari memasuki ruangan, penyambutan hula-hula memasuki gedung tempat pesta, dan pada waktu pemberian ulos dalam upacara adat.71 Dikutip dari VCD Anakkonhi do hamoraon di Au, Produksi: Sitepu Simatupang Record.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
Sehubungan dengan posisi anak dohot boru yang ditempatkan begitu penting dalam
kehidupan orang Batak, maka dalam wawancara yang dilakukan peneliti, juga
menanyakan mengenai hal ini: “Bagaimana tanggapan Anda terhadap syair dan lagu yang
sangat menjunjung tinggi Anak, sehingga anak dikatakan sebagai ‘kekayaan’ (hamoraon)
berdasarkan lagu Anakhonhi do Hamoraon di Au Cipt. Nahum Situmorang?”. Adapun
tanggapan yang dilontarkan oleh Dewi Pangaribuan:72
“Kata-kata dalam lagu itu sangat baik dan realitas dalam kehidupan dan positif dalamperjuanga orangtua terhadap anak-anak mereka. Sekolah menjadi penting, karena dengansekolah maka dapat memberi kemampuan pada anak-anak dan memberi jalan kepadaorangtua untuk memberantas kemiskian ekonomi dan kemiskinan pengetahuan.Perjuangan orangtua itu sungguh untuk kebahagian anak-anaknya kelak. Ketika orangtuatidak bisa lebih maju lagi, maka orangtua memusatkan perhatian mereka kepada anak-anak mereka. Karena bagi orangtua anak itu adalah jantung hati mereka. Oleh karena ituanak-anak harus dijaga, dan untuk kemajuan mereka harus diperjuangkan. Lagu inimenjadi message penting bagi orang Batak, karena anak adalah kekayaan mereka. Kata-kata lagu tersebut masih sangat relevan. Kata orangtua: Anakku itu sangat berharga didunia ini, untuk anak itulah aku bekerja, supaya mereka bisa kaya, bukan hanya kayaduit, tetapi kaya pengetahuan”.
Apa yang telah dikatakan Dewi Pangaribuan menanggapi teks lagu: Anakkonhi do
Hamoraon di Au, pada bait ke 2 dengan jelas disampaikan bagaimana tekad orangtua
dilukiskan penyair: “Hugogo pe mansari arian nang bodari” (Biarpun aku bekerja keras,
siang dan malam), “Laho parsikkolahon gellenghi” (Demi menyekolahkan anak-
anakku), “Naikkon marsikkola nasatimbo-timbona” (Mereka harus sekolah sampai
setinggi-tingginya), “Singkat ni na tolap gogokki” (Sampai batas kemampuanku).
72 Wawancara dilakukan: Yogyakarta-Amerikan dengan menggunakan Skype, 2 Februari 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
Pertanyaan yang sama dilontarkan kepada responden lain dan jawaban yang muncul
adalah dari Marulitua Simangunsong:73
“Dalam sistem budaya orang Batak, dikenal ungkapan dalam pantun: “Bintang narumirisombun nasumorop, anak pe riris boru pe torop”(intinya red: banyak anak laki-laki danbanyak anak perempuan). Kebanggaan orang Batak kalau dia punya anak laki-laki.Kedukaan bagi orangtua kalau tidak punya anak laki-laki dan perempuan. Doa orangtuakepada keturunannya adalah supaya punya anak dohot boru. Anak adalah hamoraon,perlu status, pendidikan, ekonomi, jabatan yang mumpuni. Ideologi 3H adalah berisi doadan cita-cita orang Batak, supaya Tuhan memberkati keturuannya dilukiskan dalampantun: “Tubuan lak-lak tubu singkoru, tubu sanggar diparsopoan, tubu ma dihamuanak dohot boru, asa jagar diparngoluan” (intinya red: supaya lahir anak laki-laki danperempuan agar pantas dalam kehidupan). Itu doa-doa orangtua supaya hidup anak-anakmereka sempurna. Anak adalah asset besar bagi orangtua. Dalam perkenalan orang Batakbiasanya ditanya, berapa anaknya. Bukan ditanya berapa mobilnya”.
Bagi orang Batak tidak punya anak masih dianggap belum bahagia karena belum
memenuhi ideologi hagabeon. Walaupun banyak harta, kalau anak tidak sekolah tetap
belum membahagiakan. Kalau bisa sekolah karena itulah yang dianggap sebagai jalan
untuk mendapatkan harta. Sebagai harta, anaklah yang akan membawa nama orangtua,
anaklah yang akan membawa nama keturunan. Menurut responden yang diwawancarai,
anak diperjuangkan untuk menggantikan kelak kedudukan orangtuanya dan diharapkan
hidupnya lebih baik dari mereka. Seperti yang diutarakan oleh Abidan Tinambunan:74
“Dalam lagu, Anakkonhi do hamoraon di Au ini juga sebagai pertanda, bahwa orangtuadi kampung mengalami ketidakmampuan, sehingga yang diharapkan yang bisa membawanama baik keluarga adalah anak. Oleh karena itulah anak harus dijunjung tinggi dandiperjuangkan bagaimanan supaya sukses, untuk kelak bisa menjadi penggantiorangtuanya. Dan juga diharapkan kehidupan anak-anaknya tidak lagi sama seperti yangdialami orangtuanya tetapi lebih baik dari mereka”.
73 Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014.
74 Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
Dengan kemajuan zaman, pengaruh pendidikan dan terjadinya interaksi sosial
melalui perjumpaan budaya yang sangat majemuk membawa perubahan sudut pandang
pada orangtua yang ada di perantauan, terhadap anak perempuan. Sehubungan dengan
topik dalam bagian ini adalah mengenai anak sebagai hamoraon, maka dalam wawancara
juga ditanyakan mengenai pandangan responden terhadap anak laki-laki dan perempuan
dengan pertanyaan: “Bagaimana Anda memperlakukan anak laki-laki dan anak
perempuan dalam memperjuangkan mereka?”. Dalam diskusi mengenai kedudukan anak
laki-laki dan perempuan maka bagi responden yang sebagai perantau, sudah lebih
menyadari bahwa demi kemajuan anak, sudah tidak membeda-bedakan anak laki-laki dan
perempuan, seperti yang diungkapkan oleh Hotman Sihaloho:75
“Pada zaman modern ini, kita menganggap bahwa anak perempuan dan laki-laki samasaja untuk diperjuangkan. Dulu, memang yang diutamakan adalah anak laki-laki, tapisekarang semuanya kalau bisa sama-sama harus diperjuangkan”.
Dua lagu berjudul Alusi Au dan Hagabeon akan menjadi bahan analisis untuk
mewakili lagu yang secara langsung menyebutkan ideologi hamoraon, hagabeon,
hasangapon secara lengkap. Meskipun lagu-lagu yang lain membicarakan tentang
ideologi, namun, tidak menyebutkan secara langsung unsur ideologi tersebut. Umumnya
lagu-lagu tersebut sudah memuat secara implisit mengenai ideologi itu sendiri, dengan
cara pengungkapan yang berbeda. Misalnya mengenai lagu Anakkonhi do Hamoraon di
Au, sudah sekaligus membicarakan ideologi hagabeon dan hamoraon. Sedangkan lagu-
lagu lainnya seperti: Anak Bungsu, Anak Sulung dan Anak Tunggal, juga tidak lepas dari
konteks ini dan secara otomatis sudah membicarakan tentang ideologi hagabeon.
75 Wawancara dilakukan di Wonosobo, 28 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
Umunya semua orang memiliki cita-cita yang ingin diraihnya, dan masing-
masing ingin medapatkan apa yang dicarinya. Ada usaha membandingkan apa yang ingin
dicapai banyak orang. Bagi sebagian orang hamoraon, hagabeon, hasangapon itu perlu
dicapai, dan bagi sebahagian orang lagi asalkan namanya dikenal dimana-mana, namun
bagi si pemuda dalam lagu ini, mempunyai konteks yang berbeda dan keinginan yang
berbeda pula yaitu cinta. Dalam wawancara ditanyakan tanggapan responden terhadap
lagu ini dengan pertanyaan: “Bagaimana tanggapan Anda terhadap syair dan lagu yang
menyuarakan tentang cita-cita dan nilai ideologis (hamoraon, hagabeon, hasangapon)
dalam lagu Alusi au 76. Menurut Mirando Damanik: Holong ni roham, itu penting,
ideologi 3H penting. Holong (kasih) itu tinggi nilainya. Ketika pertanyaan yang sama
dianyakan kepada responden lain maka jawaban yang terlontar dari Dewi br
Pangaribuan:77
“Filosofi, hamoraon, hagabeon, hasangapon, dan sayang ini dihubungkan dengan sesuatukebahagiaan. Dihubungkan dengan filosofi kebaikan. Yang menjalankannya akansemangat. Sipenulis lagu mengatakan yang lebih dalam karena sayang itulah yang akanmemberi dasar. Untuk realitas ini, kata sayang tidak cukup tapi sayang itu jugadihubungkan dengan keadilan, sayang tidak hanya sayang, tapi harus dibagi. Kalauseseorang tidak punya roti maka sayang kita adalah dengan memberi roti kepada yangtidak punya. Jadi tidak hanya dengan kata-kata tapi dengan perbuatan”
Hal yang penting pada lagu Alusi Au, terletak pada cita-cita yang ingin diraih. Karena
setiap orang memiliki capaiannya masing-masing, apakah capaian yang bersifat ideologis
untuk umum atau cita-cita seara personal.
76 Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.5.1. Lagu no. 12. p.153
77 Wawancara dilakukan: Yogyakarta-Amerikan dengan menggunakan Skype, 2 Februari 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
Dimensi lain tentang lagu yang berisi tentang ideologi 3H, terdapat pada Lagu
yang berjudul Hagabeon 78. Dalalam lagu tersebut dikatakan bahwa: Hagabeon,
Hasangapon, Hamoraon, nasian Tuhan i do i (adapun ideologi, hagabeon, hasangapon,
hamoraon, berasal dari Tuhan). Karena itu dalam teks lagu mengingatkan orang Batak
supaya tidak lupa bersyukur kepada-Nya. Namun bila dihubungkan dengan pemaknaan
kata umunya orang cari dulu materi, yaitu dengan berusaha untuk bekerja supaya
mendapatkan harta (hamoraon) dan setelah punya uang, baru memikirkan berkeluarga
(hagabeon) dan kalau sudah mora dan gabe maka orang ingin mendapatkan kehormatan
(hasangapon), Urutan 3 kata ini sesuai dengan urutan pada lagu Anakkonhi do hamoraon
di au ciptaan Nahum Situmorang.
Lagu ini mengingatkan kepada orang Batak Toba, bahwa ideologi 3H, yang
menjadi cita-cita hendaknya diperjuangkan bukan untuk menciptakan sikap-sikap yang
tidak berkenan kepada ajaran Tuhan. Ketika ditanyakan kepada responden mengena:
“Apakah ideologi 3H tersebut masih perlu dicapai orang Batak?”, maka jawaban yang
terlontar dari N. br. Ambarita adalah:79
“Masih perlu, memang cita-cita kita adalah hamoraon, hagabeon, hasangapon, tapi kalauTuhan tidak memberi kepada kita ya, tidak apa-apa yang penting kita bisa saling rukundalam keluarga dan saling mengasihi kepada sesama itu jauh lebih penting”.
Ada unsur ajaran alkitabiah dalam lagu ini, dengan menekankan supaya manusia
merendahkan hatinya, menghilangkan rasa benci, sombong dan dendam, supaya manusia
diberkati selama berada di dunia fana ini. Hagabeon, hasangapon, hamoraon, yang
78 Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.5.2. Lagu no. 13. p.155.
79 Wawancara dilakukan di Wonosobo, 28 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
selama ini menjadi ideologi bagi orang Batak, akan lenyap dan tak berarti bila manusia
sampai kepada kematian. Ideologi yang selama ini menjadi nilai yang mulia yang
diperjuangkan orang Batak, semua harus didasari atas perbuatan manusia yang baik di
dunia, dikatakan dalam syair lagu:”Ulahon na denggan, bissan mangolu ho” (lakukanlah
yang baik selama engkau masih hidup) karena Tuhan akan datang untuk menghakimi
orang yang hidup dan yang mati, sebagai credo dalam ajaran Kristiani. Ketika pertanyaan
yang sama dilontarkan kepada responden lain maka Hotman Sihaloho memberi
tanggapan:80
”Ideologi 3H masih tetap penting. Kalau kita bisa mencapainya maka kita patutbersyukur, tapi kalau tidak bisa mendapatkannya, maka jangan berputus asa, kita hanyaboleh berusaha mencapainya. Sebagai yang berkeluarga kita mengharapkan mempunyaiketurunan. Dan untuk hasangapon juga kita menjaga kebaikan dengan orang lain, harussaling menghargai. Dan mengenai kekayaan banyak macamnya tidak hanya soal materisaja. Untuk 3H tidak mudah untuk dicapai oleh setiap orang Batak, yang penting kitaberserah kepada Tuhan”.
Dengan mendasarkan pada pandangan dari responden mengenai ideologi 3H,
maka diambil kesimpulan bahwa ideologi tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan
masyarakar Batak, meskipun di antara reponden mengakui berdasarkan dua lagu Alusi Au
dan Hagabeon, bahwa ada hal yang penting yang lain selain yang ada pada ideologi 3H.
Ideologi kultural tetap menjadi bagian dari ajaran yang melekat pada orang Batak, di
samping keyakinan ajaran kristiani yang menjadi sumber dari segala ideologi yang ada.
Ideologi budaya tidak akan kekal karena ketika manusia meninggal maka ideologi itu
akan ditinggalkan. Melalui lagu Hagabeon dihimbau kepada siapa saja sebelum ajal tiba
80 Wawancara dilakukan di Wonosobo, 28 Maret 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
hendaklah kembali kepada ajaran kristiani untuk melakukan yang baik ketika masih
hidup di dunia ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
BAB V
KESIMPULAN
Sebagai kesempulan akan diambil beberapa pokok penting dari uraian yang ada pada tesis
dan sekaligus sebagai jawaban atas permasalahan yang dikemukakan pada rumusan
masalah. Pertama: Batak Toba sebagai identitas. Pembentukan identitas orang Batak Toba
dapat dipengaruhi dari berbagai latarbelakang seperti: wilayah tempat yang ditinggali
secara geografis, budaya lokal sebagai kearifan, praktik adat tradsi, kehidupan bermusik
dan pengaruh agama yang dibawa missionaris. Kedua: Lagu Batak Toba populer
bermuatan ideologi. Ideologi 3H sebagai modal dasar memiliki peran srategis dalam
mewujudkan perjuangan yang dituangkan dalam syair-syair lagu. Ketiga: Pendengar
mengkonstruksi dan mengapresiasi ideologi sebagai modal perjuangan. Pengalaman orang
Batak di arena pertarungan yang dikisahkan oleh reponden dalam kesaksian hidup dalam
mewujudkan cita-cita mereka, menggambarkan kenyataan yang masih dialami oleh
masyarakat Batak Toba.
Pertama: Pembentukan identitas orang Batak Toba dipengaruhi oleh wilayah yang
ditempati secara geografis. Pemukiman orang Batak Toba yang ada di sekitar Danau Toba
sampai ke pedalaman lereng Bukit Barisan menjadikan mereka hidup dari hasil usaha di
sektor agraris. Suku Batak Toba sebagai satu identitas dan lagu sebagai ekspresi dalam
mengungkapkan kisah hidup sedang mengupayakan perjuangan demi terwujudnya
kehidupan yang lebih baik. Sebagai masyarakat yang terbentuk dalam suatu komunitas,
orang Batak Toba melahirkan budaya, adat dan tradisinya sendiri yang dijalankan dan
mempengaruhi pola kehidupan mereka sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
Salah satu ciri khas orang Batak Toba yang dapat diamati adalah berhubungan
penggunaan lagu dan syair sebagai sarana untuk mengekspresikan dan mengungkapkan
pengalaman hidup mereka. Lagu menjadi bagian dari keseharian mereka, yang selalu
didengar dan dihayati. Pembentukan identitas kebatakan melalui lagu dapat diketahui
ketika andung tidak lagi semata-mata sebagai tangisan tetapi diubah menjadi lagu pujian.
Penggantian andung ke lagu pujian, kesedihan ke kegembiraan dimaknai dalam kerangka
keimanan kristiani yang kuat. Pemahaman ini terjadi sebagai bukti keberhasilan
missionaris menanamkan Injil di “Tanah Batak”. Kemudian andung (dalam arti yang
sesungguhnya) diadaptasi dan dijadikan sebagai lagu untuk menyuarakan kehidupan pahit
dalam bentuk baru (lagu populer), bukan semata karena kematian seseorang andung
digunakan tetapi karena ada pergumulan ekonomi yang membuat banyak orang Batak
terpuruk. Lagu yang sedih yang memilukan yang biasa didengar audiennya tidak
menjadikan pendengarnya menjadi surut semangat tapi seperti yang dikemukakan oleh
responden justru menjadikan mereka berefleksi dan melakukan yang sebaliknya dengan
suatu semangat dalam berjuang. Proses lain adalah terjadinya pembentukan identitas dari
sosio-budaya dan religius. Dua identitas ini sangat melekat pada orang Batak Toba, karena
dalam kenyataan mereka melakukan ritual budaya dengan patuh dan sekaligus
menjalankan ajaran agama dengan taat.
Peran musik Barat mulai terasa ketika missi Zending menanamkan pengaruhnya
di tanah Batak. Bahkan, musik tradisional sempat tersingkir karena musiknya dianggap
berhubungan erat dengan penyembahan berhala. Musik tradisional Batak Toba hanya
berlaku dalam rangka ritual adat, dan sama sekali tidak bisa bersentuhan dengan upacara
gereja. Orang Kristen baru harus mempelajari musik yang masih sangat asing bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
mereka. Musik “asing” yang dimaksud adalah musik gereja yang diperkenalkan
missionaris yang berlatarbelakang musik Barat, yang tidak sama dengan musik tradisional
Batak.
Perubahan baru pada konsep musik terjadi ketika seorang missionaris yang sangat
terkenal di kalangan orang Batak bernama: Ludwig Ingwer Nommensen (1834-1918)
mengakomodasi budaya dalam mendekatkan diri pada orang Batak. Sejak kehadiran
Nommensen pengetahuan musik Barat menjadi pengetahuan yang sangat berharga bagi
banyak orang Batak. Kemudian dalam mengembangkan musik sekuler, musisi Batak
mengadopsi tangga nada dan harmoni musik Barat untuk mengolah lagu dan aransemen
dasar pada musik populer Batak. Perkenalan musik baru inilah yang dianggap sebagai
proses awal asimilasi yang terjadi antara musik tradisional Batak dan musik Barat pada
awal masuknya pengaruh agama Kristen di Tanah Batak.
Dalam sejarah perkembangan ke musik Batak Toba populer yang telah mewujud
sekarang ini, ada tiga nama musisi besar Batak yang patut disebut sebagai pelopor yaitu:
Nahum Situmorang, Tilhang Gultom dan Gordon Tobing yang berperan besar pada era-
sebelum 70-an. Seperti diketahui bahwa Nahun Situmorang adalah pencipta lagu dan
penyanyi yang berkiprah di dalam negeri yang menciptakan begitu banyak lagu-lagu yang
sangat terkenal, sedangkan Tilhang Gultom adalah pencipta lagu yang karya-karyanya
banyak digunakan untuk pertunjukan Opera Batak dan Gordon Tobing lebih dikenal
sebagai penyanyi bergaya folksong yang berkeliling baik di dalam negri maupun di luar
negri.
Salah satu contoh lagu yang menggambarkan ciri identitas orang Batak dalam
semangat ideologis tertuang dalam lagu populer: “Anakkon hi do hamoraon di au”, lagu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
ciptaan Nahum Situmorang. Lagu ini berirama gembira dan bersyair ekspresif yang
menggambarkan kegigihan orangtua memperjuangkan anak-anak mereka untuk sekolah.
“Hugogo pe mansari, arian nang bodari laho parsikkolahon gellengki, naikkon do sikkola
satimbo-timbona sikkat ni natolap gogokki” (Biarpun aku bekerja keras siang dan malam
adalah untuk menyekolahkan anak-anakku, mereka harus sekolah setinggi-tingginya,
sampai batas kemampuanku). Melalui syair dan lagu Nahum Situmorang ini mengajak
semua orangtua Batak untuk berjuang demi anak-anak mereka. Gambaran yang diberikan
Nahum dalam lagu ini dijadikan sebagai tujuan oleh orang Batak dalam mendasari niat
dan keinginan mereka untuk bekerja keras memeras keringat demi tercapainya kesuksesan
anak-anak mereka.
Untuk materi pembahasan dan sumber data tertulis telah dipilih beberapa lagu
sebagai dasar untuk pengungkapan pengalaman orang Batak yang dituangkan dalam syair
lagu Batak populer. Lagu dan isi syair lagu sangat dekat dan erat melekat pada orang
Batak Toba, bahkan sampai mempengaruhi kehidupan mereka. Dari berbagai lagu yang
menyuarakan keprihatinan dan perjuangan telah diseleksi beberapa lagu yang berasal dari
era-sebelum 70-an dan era-setelah 70-an. Lagu-lagu tersebut dikategorikan ke dalam
tema-tema perjuangan yang cukup berpengaruh dalam hidup orang Batak Toba, sebagai
berikut:
1. Lagu andung diganti menjadi lagu pujian, yaitu tangisan karena ada yang
meninggal diganti menjadi nyanyian rohani yang dinyanyikan bersama sebagai nyanyian
penghiburan, lagu sedih diganti menjadi lagu sukacita, pengalaman pahit diganti menjadi
pengalaman manis. Adaptasi andung ke musik populer menjadi model lagu yang efektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
menyuarakan kisah sedih yang dialami oleh anak-anak yang belum sukses dalam meraih
cita-cita mereka. Meski lagu andung bernada sedih, bagi pendengarnya lagu tersebut
bukan dirasa menjatuhkan semangat tapi justru memberi dorongan untuk lebih giat
berjuang. Mengapa, karena lagu sedih diciptakan sebagai ekspresi keprihatinan untuk
mengingat kembali keadaan di kampung yang kurang menguntungkan. Sedangkan
dampak yang dialami pendengarnya ialah bahwa lagu sedih tersebut dijadikan sebagai
refleksi untuk melakukan hal yang sebaliknya, tidak tinggal diam dalam kesedihan tetapi
dimaknai sebagai usaha kerja keras untuk dapat mengubah keadaan. Andung tidak dilihat
hanya sebagai kesedihan, namun dapat memberi motivasi untuk bergerak dan berfikir
yang positif. Karena rasa duka dijadikan sebagai evaluasi diri menuju kepada suatu
perbaikan, dan menatap masa depan meskipun mungkin harus melalui suatu perjalanan
dengan pengalaman pahit.
2. Lagu kemiskinan (hapogosan) menjadi latarbelakang dari awal permasalahan
(ala ni pogos: karena miskin) dan sekaligus menjadi evaluasi awal untuk memulai berfikir
tentang perubahan. Kemiskinan sering membuat perputaran roda kehidupan tersendat.
Akibatnya, hampir bisa dikatakan menimbulkan ketidakberdayaan untuk melakukan
sesuatu yang lebih jauh. Satu masalah yang dihadapi dapat menimbulkan masalah yang
lain, kemiskinan bila dibiarkan tetap akan membuat batu sandungan untuk kemajuan.
Karena itu, bagi orang Batak kemiskinan tidak bisa dipelihara, dan tidak bisa didiamkan
namun harus ada usaha untuk bergerak ke arena pertarungan yang lebih lapang, mencari
jalan keluarnya, dengan berbagai macam kemungkinan yang masih bisa ditempuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
Orangtua berperan sebagai petarung, mengambil inisiatif untuk mendorong supaya
roda dapat berputar demi mencapai keberhasilan itu. Orangtua telah menunaikan tugasnya
dengan bekerja keras dari pagi, siang hingga petang, sepanjang hari tanpa menghiraukan
lelah, meskipun akhirnya hanya mendapatkan hasil yang mungkin tidak setimpal dengan
kelelahan mereka. Anak yang diperjuangkan melalui arena pendidikan, juga mengalami
maju mundurnya modal ekonomi pendukungnya. Hasil kerja keras orangtua membawa
keberuntungan bagi sebagian anak-anak di sekolah. Bagi sebagian anak lainnya hanya
dapat menikmati pengalaman di sekolah dengan waktu yang sangat terbatas karena
terpaksa berhenti, karena modal ekonomi keluarga tidak dapat menjamin keberlangsungan
cita-cita mereka melaui sekolah. Anak di perantauan juga mendapat tanggungjawab,
setidaknya supaya dapat menopang dirinya sendiri, bisa hidup mandiri dan harapannya
kelak bisa menjadi anak yang sukses (gabe anak na hasea). Dalam kenyataan banyak di
antara perantau tetap dalam kondisi yang memprihatinkan, karena pintu sukses belum
menghadap ke arah mereka, namun perjuangan mereka tetap tidak berhenti.
Sukses dalam pertarungan untuk mewujudkan ideologi 3H, digagas bagi anak-anak
melalui arena perjuangan pendidikan di sekolah dan perjuangan bekerja di perantauan.
Perjuang tidak boleh berhenti, usaha kecil tetap harus diupayakan, meski tidak bisa
bergulat di arena pendidikan, namun peluang lain di arena pekerjaan masih sangat terbuka
lebar meskipun masih dalam bayang-bayang ketidakpastian. Petarung sangat diperlukan
sesuai dengan porsi masing-masing. Orangtua sebagai sumber pengolah modal ekonomi
keluarga memiliki peran yang sangat dominan, meskipun mereka kadang-kadang sering
hanya memiliki kemampuan yang sangat terbatas. Anak di sekolah diharapkan dapat
menyumbang lewat proses terjadinya realisasi cita-cita, harus belajar sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
langkah prosedural hingga mendapatkan hasil. Perantau sebagai petarung di arena kerja
untuk memperoleh modal ekonomi didorong bekerja searah dengan apa yang dicita-
citakan ketika memutuskan untuk merantau, demi kesuksesan itu sendiri.
3. Lagu perjuangan merantau. Istilah merantau (mangaranto:baca mangaratto)
adalah istilah yang tidak asing bagi orang Batak Toba, karena jalur ini yang dianggap
sebagai salah satu alternatif untuk mencapai sukses. Beberapa lagu BatakToba populer
menyuarakan tema ini, mengisahkan bagaimana usaha anak yang pergi merantau dengan
berbagai capaian. Ada di antara perantau yang sudah dalam perjuangannya dan tentu
masih banyak di antara mereka yang belum berhasil sebagaimana yang dicita-citakan.
Bagi perantau yang sukses diharapkan dapat ikut memberi solusi dan dapat memberi
kontribusi untuk mengatasi masalah ekonomi di Bona Pasogit. Lagu peratau yang bernada
kegembiraan memberi isyarat keberhasilan mereka, sedangkan lagu sedih perantau
merupakan ungkapan keprihatinan yang masih menjadi nada perjuangan mereka.
4. Perjuangan untuk sekolah. Tema lagu berhubungan dengan sekolah berisi suara
orangtua yang sangat mengharapkan anak-anak mereka bisa rajin belajar di sekolah.
Seperti kata-kata lagu: “Anakkon hu” ciptaan Dakka Hutagalung berisi nasihat orangtua
kepada anaknya: “Burju-burju ma ho sikkola sotung marisuang gogokki” (Rajin-rajinlah
sekolah jangan sampai sia-sia tenagaku- red: perjuanganku). Melalui syarat yang
sederhana ini, diharapkan anak-anak mereka akan bisa lancar menuju keberhasilan dalam
studi. Nasihat seperti inilah yang menjadi bagian dari lagu perjuangan untuk sekolah. Oleh
karena itu, bagi orang Batak Toba, poda (nasihat) adalah salah satu unsur pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
budaya yang sangat penting disampaikan oleh orangtua kepada anak-anak mereka dalam
setiap kesempatan.
5. Anak sebagai kekayaan (Anakkon hi do hamoraon di au). Tema Anak sebagai
kekayaan, adalah merupakan salah satu bentuk kehormatan yang tinggi yang diperoleh
setiap orangtua Batak Toba ketika mereka memiliki anak (laki-laki dan perempuan). Anak
diperbandingkan seperti ‘materi’ yang bernilai sangat mahal. Anak dipersamakan sebagai
harta yang sangat berharga yang menjadikan orangtua termotivasi untuk selalu berjuang
demi kemajuan anak-anak mereka. Gagasan untuk wilayah pertarungan orangtua ada di
arena pendidikan dan bila tidak sanggup menyekolahkan anak-anak mereka maka akan
menyuruh mereka untuk mencari pekerjaan di perantauan. Di dalam isi syair lagu-lagu
yang diangkat, ada koneksitas yang erat dikemas yang menghubungkan pengalaman
kemiskinan, perjuangan orangtua, perjuangan anak di sekolah, perjuangan anak
diperantauan, yang diarahkan ke suatu tujuan keberhasilan di bawah bayang-bayang
ideologi hamoraon, hagabeon, hasangapon. Ada garis merah yang melintang antara
persoalan ekonomi yang di kampung yang sangat menyedihkan, dengan usaha keras para
orangtua untuk membuat suatu perubahan di keluarga melalui perjuangan untuk anak-anak
mereka dan melandasinya dengan suatu dasar yang begitu kuat yang terumus dalam
ideologi 3H.
Kedua: Lagu Batak Toba populer bermuatan ideologi. Ideoogi 3H sebagai modal
dasar dalam mewujudkan perjuangan disuarakan melalui lagu-lagu Batak populer dan
dijadikan sebagai ekspresi dalam mengungkapkan kisah-kisah pengalaman hidup. Ideologi
3H mempunya peran penting dalam kehidupan orang Batak sebagai modal dasar dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
perjuangan. Kepemilikan modal ekonomi seharusnya dapat mengatasi masalah finansial
yang dihadapai oleh orang Batak Toba dalam memperjuangkan anak-anak mereka, namun
karena kelemahan modal ekonomi tersebut justru menimbulkan masalah besar bagi
banyak orang Batak Toba dalam memperjuangkan anak-anak mereka. Perjalanan tidak
berhenti di situ, dalam keadaan ‘miskin’ ternyata orang Batak masih memiliki semangat
untuk melanjutkan perjuangan di arena pertarungan. Ideologi 3H dijadikan sebagai modal
dasar yang kuat untuk mendorong hasrat orangtua untuk tetap memperjuangkan anak-anak
mereka di arena-arena perjuangan tersebut.
Ideolog 3H ini menjadi motivasi fundamental bagi orang Batak Toba untuk meraih
apa yang tertera di dalamnya, mengenai: hamoraon (wealth), hagabeon (fecundity), dan
hasangapon (honor or glory). Keberhasilan seseorang meraih ideologi 3H tersebut akan
dihormati karena ia dianggap memiliki sahala (authority). Penghormatan yang sangat
tinggi tersebut diberikan kepada seseorang baik pada masa hidup maupun ketika seseorang
sudah meninggal dunia. Itulah menjadi modal budaya yang sangat ampuh dimiliki dan
dipegang oleh setiap pejuang yang menginginkan kemajuan itu sendiri. Ada sifat tidak
pernah menyerah (kalah) bagi orang Batak Toba yang dapat dijadikan sebagai dorongan
dan keinginan untuk meraih sesuatu yang dipraktikkan dalam pertarungan sehari-hari.
Kepercayaan, tradisi, adat dan segala aturan-aturannya masih sangat erat melekat
dalam kehidupan kultural orang Batak Toba. Mereka mempunyai habitus yang kuat dalam
menjalankan semua aturan-aturan tersebut. Habitus bagi orang Batak terbentuk
berdasarkan adat dan tradisi yang dipraktikkan dalam sistem hubungan kekerabatan.
Setiap aktivitas dalam adat dan tradisi akan menghasilkan pembelajaran kultural. Di sana
akan tercipta kebiasaan yang menghasilkan suatu ajaran yang kemudian menjadi norma,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
nilai dan adat (aturan) yang kemudian menjelma dalam tata aturan adat (ruhut-ruhut
paradaton).
Semua sistem kehidupan orang Batak Toba diatur dalam tata kelola hukum adat.
Sehingga keberadaan ideologi 3H tidak terlepas dari bagaimana adat memberi peran untuk
menjadikan ideologi sebagai cita-cita yang harus diraih. Tujuan adat yang dipraktikkan
adalah untuk menghindari terjadinya malapetaka, menjaga keharmonisan, memberikan
kesuburan, melimpahkan kemakmuran di desa dan kota, dan yang ditujukan untuk
kesejahteraan warga. Melanggar adat berarti akan mengakibatkan bencana, penyakit,
ketidaksuburan, dan gagal panen. Beberapa acara adat yang secara formal dilakukan
adalah menyambut kelahiran, pesta pernikahan, upacara pemakaman, menempati rumah
baru, musim tanam, musim panen dan lain-lain. Ideolog sebagai modal dasar yang
dipraktikkan orang Batak dalam meraih cita-cita sangat mendalam tertanam dalam
kehidupan orang Batak Toba. Sukses, sangat erat dihubungkan dengan suatu proses
terjadinya sesuatu yang diraih. Pengalaman pendengar lagu mengindikasikan kuatnya
ajaran ideologi dalam kehidupan mereka sehari-hari membuat mereka terus berjuang
meskipun banyak rintangan yang menghadangnya.
Ketiga: Pendengar mengkonstruksi dan mengapresiasi ideologi sebagai modal
perjuangan. Bermula dari pengalaman pendengar di kampung semasa kecil, yang biasa
mendengar lagu-lagu Batak populer. Pengalaman yang sama dilanjutkan dengan
pengalaman baru pada masa dewasa dengan seringnya mengikuti kegiatan adat dan
kebiasaan mendengarkan lagu-lagu yang berisi tentang cita-cita dan perjuangan. Dari
pengalaman mendengar lagu-lagu tersebut menjadikan ajaran ideologis yang ada pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
lagu-lagu tersebut terinternalisasi dalam kehidupan orang Batak. Semangat ‘para pejuang’
masih belum pudar, mereka tetap bertarung di arena-arena perjuangan sampai
mengahsilkan apa yang mereka cita-citakan. Syair lagu Nahum Situorang: “Na ingkon do
singkola sa timbo-timbona” (harus sekolah setinggi-tingginya) masih sangat relevan dan
menjadi acuan keberhasilan orangtua dalam memperjuangkan anak-anak mereka yang
diamini responden dalam wawancara.
Pengalaman orang Batak di arena pertarungan yang dikisahkan perantau dalam
kesaksian hidup dalam mewujudkan cita-cita mereka. Bila disimak pengalaman para
perantau yang menceritakan mengenai kisah hidup yang sarat dengan keprihatinan, dan
bila dihubungkan dengan kisah lagu sedih yang dilantunkan para penyanyi lagu populer
Batak Toba, maka sangat tepat dikatakan bahwa perjuangan adalah bagian yang sangat
penting untuk diperhatikan oleh orang Batak Toba. Dukungan tersebut tidak terlepas dari
pengaruh ideologi yang masih dipegang teguh oleh orang BatakToba dalam hubungannya
dengan perwujudan cita-cita mereka.
Ideologi terus berkumandang seiring melodi lagu yang indah, dan dengan syair
lagu yang menceritakan peristiwa yang kurang beruntung karena kondisi ekonomi yang
kurang berpihak. Untuk memperoleh kemajuan tersebut setiap orang Batak Toba seolah
diwajibkan bertanggungjawab untuk memberi kontribusinya. Para orangtua yang bekerja
di ladang telah memberi bagiannya untuk bekerja keras sejak pagi buta, siang sampai
petang, seolah tak memiliki jam kerja, memeras keringat demi anak-anak mereka. Anak-
anak yang sekolah dituntut untuk bergulat di arena pendidikan, di sekolah mereka diminta
untuk rajin sehingga berhasil demi masa depan mereka yang masih belum tau arahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
Anak-anak diminta untuk mendengarkan nasihat, tidak menyia-nyiakan kesempatan,
harapan dan jerih payah orangtua yang bergulat setiap hari di sawah dan di ladang.
Bagi mereka yang belum beruntung, tidak sekolah, tidak mempunyai pekerjaan di
kampung, mereka juga harus berusaha berjuang di arena pertarungan lain. Mereka harus
pergi menjauh dan meninggalkan Bona Pasogit mengadu nasib ke negeri seberang (tu
bariba). Biarlah apa yang mereka alami di perantauan menjadikan mereka belajar, tentang
bagaimana memperjuangkan hidup demi tercapainya masa depan yang mereka harapkan.
Keberuntungan dan ketidakberuntungan akan menjadi pengalaman setiap orang yang
berjuang, ada yang sukses dan ada pula yang tidak sukses. Akan tetapi pertarungan harus
dilanjutkan meskipun ada yang mengalami penderitaan hidup, karena belum berhasil, dan
bahkan ditimpa kemalangan karena orangtua yang mereka kasihi meninggal di kampung.
Namun, hidup berkesusahan dalam perjuangan di sekolah dan di perantauan, tidak
dijadikan sebagai alasan untuk mundur atau menarik diri dari pertarungan. Justru
kesempatan ini dipakai sebagai dorongan untuk maju, dengan keyakinan bahwa masih ada
kesempatan untuk meraih cita-cita, melalui dukungan doa orangtua. Dengan harapan dan
keyakinan bahwa Tuhanlah yang akan membuka jalan keberhasilan seperti permintaan doa
dan harapan orangtua ketika anak-anak mereka diberangkatkan untuk sekolah dan
merantau. Jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden
sehubungan dengan pengalaman responden berkaitan dengan perjuangan yang dikisahkan
dalam syair-syair lagu memiliki kesamaan dengan apa yang mereka alami. Pengalaman
seperti ini menjadikan ideologi 3H sebagai modal dasar dapat diamini sebagai pemberi
motivasi dan semangat yang selalu terngiang dalam kehidupan orang Batak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
DAFTAR PUSTAKA
Althusser, Louis. 1993. Ideology and Ideological State Apparatuses. London & New
York, New Left Books.
____________1970. Lenin and Philosophy and Other Essays Ideology and
Ideological State Apparatuses. First published: in La Pensée, 1970; Translated:
from the French by Ben Brewster; Source: Lenin and Philosophy and Other
Essays, Monthly Review Press 1971; Transcribed: by Andy Blunden. New York
and London, Monthly Review Press, NLB.
Aritonang, J.S.1988. Sejarah Pendidikan di Tanah Batak. Jakarta, BPK Gunung Mulia.
Andaya, Leonard Y. 2002. The Trans-Sumatra Trade and the Ethnicization of the 'Batak'
In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 158, no:3, Leiden, 367-409
Bakan, Michael, B. 2012. World Music, Traditions and Transformations, second
edition, New York, McGraw-Hill.
Bangun, Jabatin. Industri Rekaman: Masa Depan Kultur Musik Indonesia: Vol.1.No.2.
September 2005: 91-117. USU.
Batubara, Junita. Vio: Opera Monolog: Etnomusikologi Vol. 2 No. 1. Mei 2005: 19-3:
Medan, USU.
Benamou, Marc. 2010. Rasa: Affect and Intuition in Javanese Musical Aesthetics,
New York, Oxford University Press.
Biddle, Ian, and Knights Vanessa, (Editors). 2007. Music, National Identity and the
Politics of Location. Between the Global and the Local. England, Ashgate.
Boddy, Clive. VIEWPOINT A rose by any other name maysmell as sweet but “group
discussion” is not another name for a “focus group” nor should it be. London,
UK Middlesex University Business School. Qualitative Market Research: An
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
International JournalVol. 8 No. 3, 2005 pp. 248-255 q Emerald Group
Publishing.
Bourdieu, Pierre. 1984: Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste. Trans.
R. Nice. London, Routledge.
______________ 2000. The Field of Cultural Production. UK. Polity Press, Cambridge.
Terj. Yudi Santosa. Cetakan kedua.2012. Arena Produksi Kultural: Sebuah
Kajian Sosiologi Budaya. Yogyakrata, Kreasi Wacana.
______________ 1992, Langguage and Symbolic Power, Cambridge, Polity Press
______________ 1977. An Outline of a Theory of Practice. trans. Richard Nice.
Cambridge: Cambridge University Press.
______________ and Jean-Claude Passeron. 1977. Reproduction in Education, Society,
and Culture. London and Beverly Hills, Sage.
______________(1980). The Logic of Practice. Stanford, Stanford University Press.
Bruner, Edward M. Urbanization and Ethnic Identity in North Sumatra. Author (s):
Reviewed work(s): Source: American Anthropologist, New Series, Vol. 63, No. 3
(Jun., 1961), p. 508-521 Published by: New York, Blackwell Publishing.
Budiman, Kois. 2003. Semiotika Visual. Yogyakarta, Penerbit Buku Baik.
Cunningham, Clark, E. 1958. The Postwar Migration of the Toba-bataks to East
Sumatera. New Haven. South East Asia Studies, Yale University.
Cohen, Ronald D. 2006, Folk Music:The Basics. London, Routledge, Taylor and
Francis Group.
Connell, John, and Gibson, Christ. 2001. Sound Tracks Popular Music, Identity and
Place. London, Routledge.
Dawson, DR Catherine. 2002. Practical Research Methods. How to Books Ltd, Oxford,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
UK. Diterjemahkan oleh Widiono M. 2010. Metode Penelitian Praktis,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
DeNora, Tia. 2004. Music in Everyday Life. United Kingdom, Cambridge University
Press.
Djohan. 2009. Psikologi Musik. Yogyakarta: Best Publisher.
Felluga, Dino. 2003. Modules on Althusser: On Ideology. Introductory Guide to Critical
Theory. New York, Routledge.
Fiske, Jhon. 2007. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling
Konprehensif. Yogyakarta, Jalasutra.
Fauzi Fashri. 2007. Penyingkapan Kuasa Simbol: Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre
Bourdieu. Yogyakarta, Juxtapose.
Gracyk, Theodore. 2007. Listening to Popular Music, or How I Learned to Stop
Worrying and Love Led Zeppelin. USA, The university of Michigan Press.
Haryatmoko. 2010. Dominasi Penuh Muslihat, Akar Kekerasan dan Diskriminasi,
Jakarta, Gramedia.
Harnish, David D. and Rasmussen Anne K. (co-Editors). 2011. Divine Inspirations.
Music and Islam in Indonesia. New York, Oxford University Press.
Hendra, Roy. 2010. Determinan Kemiskinan Absolut Di Kabupaten/Kota Propinsi
Sumatera Utara Tahun 2005-2007, Program Studi: Magister Perencanaan dan
Kebijakan Publik, Jakarta, Universitas Indonesia.
Hodges, William Robert Jr. 2009. Ganti Andung, Gabe Ende (Replacing Laments,
Becoming Hymns): The Changing Voice of Grief in the Pre-funeral Wakes of
Protestant Toba Batak (North Sumatra, Indonesia). Santa Barbara, Universiry
of California.
Jenkins, Richard.1992. Pierre Bourdieu. London, Routledge. ditejemahkan oleh Nurhadi.
2010. Membaca Pikiran Pierre Bourdieu, Yogyakarta, Kreasi Wacana Offset.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
Kraemer, Henryk. 1958. From Missionfield to Independent Church. Report on a
Decisive Decade in Growth of Indigenous Churches in Indonesia. London, SCM
Press.
Marsden, William.1811. The History of Sumatra. Third edition, London, Printed for the
Author by J. M’Creery, Black-Horse-Court.
Moleong, Lex J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: (cet. ke 30) Remaja
Rosdakarya.
Mutahir, Arizal. 2011. Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu, Sebuah Gerakan Melawan
Dominasi, Yogyakarta, Kreasi Wacana.
Napitupulu, B. 2008. Almanak HKBP, Pematang Siantar, Unit Usaha Percetakan HKBP.
Parlindungan, M.O. 1964, Tuanku Rao. Yogyakarta, LKis.
Pasaribu Ben M. Western Music in Indonesia: A Preliminary historical Observation,
Etnomusikologi, Vol.1 No.1, Mei 2005: 83-88. Medan, USU.
Pasler, Jann. 2008. Essay on Music, Culture and Politics.New York,Oxford University
Press.
Regev, Motti and Serousi, Edwin. 2004. Popular Music and National Culture in Israel,
California, University of California Press.
Spradly, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta, Tiara Wacana.
Schreiner, Lothar. 2003. Adat dan Injil, Perjumpaan Adat Dengan Iman Kristen Di
Tanah Batak. Jakarta, BPK.
Shuker, Roy. 1994. Understanding Popular Music. London, New York, Routledge.
Situmorang, Sitor. 2009. Toba Na Sae. Jakarta, Komunitas Bambu.
Sitanggang, Cormentyna. 2011. Analisis Kontrastif Istilah Kekerabatan, Dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Batak (Contrastive Analysis of Kinship Terms in
Indonesian and Batak Toba Language.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
Sihotang, Toga P. Analisa Penyebab Masalah Kemiskinan Di Kabupaten Tapanuli
Utara, 1996, Medan, USU.
Silaen, Victor. 2006. Gerakan Sosial Baru: Perlawanan Komunitas Lokal Pada Kasus
Indorayon di Toba Samosir. Yogyakarta, IRE Press.
Spiller, Hendry. 2004. Gamelan the Traditional Sounds of Indonesia, World Music
Series, Santa Barbara, California.
Surbakti, Ramlan. 1999. Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Jakarta,
Gramedia, Widya Sarana.
______________ 1992. Ideologi Sebagai Dasar Negara. Jakarta, Gramedia, Widya
Sarana.
Stokes, Jane. 2006. How To Do Media and Cultural Studies: Panduan Untuk
Melaksanakan Penelitian dalam Kajian Media dan Budaya. Yogyakarta, PT.
Bentang Pustaka.
Tambajong, Japi, 1992. Ensiklopedi Musik, Jilid 1-A-L, Jakarta, PT. Cipta Adi Pustaka.
_____________ 1992. Ensiklopedi Musik, Jilid 2-M-Z, Jakarta, PT. Cipta Adi Pustaka.
Takwin, Bagus, 2003. Akar-Akar Ideologi: Pengantar Kajian Konsep Ideologi dari Plato
hingga Bourdieu.Yogyakarta, Jalasutra.
____________ 2006. “Habitus: Perlengkapan dan Kerangka Panduan Gaya Hidup”
dalam buku Resistensi Gaya Hidup: Teori dan Realitas. Yogyakarta, Jalasutra.
Tim Redaksi KBBI. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua. Jakarta, Balai
Pustaka.
Vergouwen J.C. 1986. Masyarakat dan Hukum Adat Batak. Yogyakarta, LKiS.
Wattimena, Reza A.A. Artikel: Berpikir Kritis Bersama Pierre Bourdieu, Surabaya,
Fakultas Filsafat UNIKA Widya Mandala.
Weintraub, Andrew N. 2012. Dangdut: Musik, Identitas, dan Budaya Indonesia. Jakarta,
Kepustakaan Populer Gramedia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
Wallach, Jeremy. 2008. Modern Noise, Fluid Genres, Popular Music in Indonesia, 1997-
2001. London, The University of Wisconsin Press,
Wall, Tim, 2003. Studying Popular Music Culture. New York, Arnold, London
and Oxford University Press.
Jurnal dan Artikel
Bruner, Edward. Return to Sumatra: 1957, 1997. Journal: American Anthropologist.
Vol. 26. No.2. May 1999. Blackwell Publishing, p. 461-477.
_____________ Urbanization and Ethnic Identity in North Sumatra. Journal:American
Anthropologist, Vol 63. No.3, Jun 1961. Blackwell Publishing, p. 508-521.
Dika, Sandra L. and Kusum Singh. 2002. “Applications of social capital in
educational literature: a critical synthesis. Journal of Educational Research”.
London: SAGE Publication.
Galingging, Kamaluddin. Musik Programa Dalihan Na Tolu: Etnomusikologi Vol. 2
No. 1. Mei 2005: 32-44: Medan: USU.
Huda, Mh. Nurul. 2006. (Artikel) Ideologi dan Praktek Kebudayaan.
Haryatmoko. Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa: Landasan Teoritis Gerakan
Sosial Menurut Pierre Bourdieu, (Majalah BASIS, Nomor 11-12 Tahun Ke-52,
November-Desember, 2003)
Irmawati. (Artikel) 2007. Keberhasilan Suku Batak Toba, Tinjauan Psikologis Ulayat.
Naibaho, Torang. Gondang Hasapi. Fungsinya Pada Upacara Ritual Parmalim
Sipahasada Batak Toba: Jurnal Etnomusikologi Vol 1 no 3, Januari 2006: 299-
309: Medan: USU.
Purba, Mauly. Results of Contact Between The Toba Batak People, German
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
Missionaries, Dutch Government Officials: Musical And Musical Change:
Etnomusikologi Vol. 1 No. 2. September 2005: 118-148: Medan: USU.
____________ Review of Research Into The Gondang Sabangunan Musical Genre in
Batak Tob Society of North Sumatera: Etnomusikologi Vol. 1 No. 1. Mei 2005:
38-64. Medan: USU.
Pasaribu. Ben M. Kaleidoskopik Komponis Dalam Musik Kontemporer Di Indonesia:
Etnomusikologi Vol. 1 No. 2. September 2005: 241-248: Medan: USU.
Pasaribu, Ben M. Western Music in Indonesia: A Preliminary Historical Observation:
Etnomusikologi Vol. 1 No. 1. Mei 2005: 83-88. Medan: USU.
Panggabean, A. Ance. Proses Penciptaan Pada Pengenalan Diri: Vol.2. No.2. Mei
2006: 1-9. Medan: USU.
Permanasari, Indira dan Suwarna, Budi. Hasil wawancara dalam Kompas: Melacak
Jejak Batak di Jakarta, Minggu, 3 Februari 2013.
Sihombing, Batara. 2004. Batak and Wealth: A Critical Study of Materialism in the
Batak Churches in Indonesia, Koninklijke Brill NV Mission Studies.
Silaban, Togar Arifin. 2008. (Artikel) Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon.
Takari, Muhammad. Studi Banding Antara Tangga Nada Pentatonik Dan Diatonik:
Etnomusikologi Vol. 1 No. 1. Mei 2005: 1-37. Medan: USU.
Sumber Website
1. http://girsangvision.blogspot.com/2012/02/sejak-kapan-dan-memiliki-arti-
apakah.html. (Diunduh: 15 Maret 213).
2. http://webapps.lsa.umich.edu/umma/exhibits/Batak2009/Zoom/Batak_map3_large.gif
(Diunduh 15 Maret 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
3. http://www.google.com/imgres?imgurl=http://batakculture.files.wordpress.com/2012/
01/dalihan-natolu1.jpg. (Diunduh: 20 Maret 2013).
4. http://habinsaran.wordpres.com/2007/07/31/hamoraon-hagabeon-hasangapon/.
(Diunduh: 20 Maret 2013)
5. http://www.festivaldanautoba.com/view/105/tilhang-oberlin-gultom-sang-perintis-
opera-batak.html. (Diunduh: 20 Maret 2013).
6. http://www. komponis batak: Tilhang Gultom, Biografi Tokoh Indonesia Tilhang
Oberlin. (Diunduh: 15 Mei 2013).
7. http://batakmedansumut.blogspot.com/2011/04/top-koleksi-penyanyi-batak-dan-
lagu_24.html. (Diunduh: 15 Mei 2013).
8. http://ryan-banjarnahor.blogspot.com/2011/07/andung-ni-anak-siampudan.html.
(Diunduh: 15 Mei 2013).
9. http://meliriklagu.com/trio-santana-andung-anak-buha-baju.html. (Diunduh: 15 Mei
2013).
10. http://www.youtube.com/watch?v=MaYoXV6vw6Y. (Diunduh: 15 Mei 2013).
11. http://liriklagubatak.com/tapanuli-peta-kemiskinan.html. (Diunduh: 25 Agustus
2014).
12. http://bataklagu.blogspot.com/2013/04/gotap-sian-sikkola.html. (Diunduh: 25
Agustus 2914).
13. http://lagubatak.wordpress.com/syair/tangis-do-au-2/. (Diunduh: 25 Agustus 2014).
14. http://ryan-banjarnahor.blogspot.com/2011/07/putus-sikkola.html. (Diunduh: 14
Oktober 2014)
15. http://bataklirik.blogspot.com/2011/10/trio-ganesha-anak-parjalang.html. (Diunduh:
14 Oktober 2014).
16. http://lirikbatak.blogspot.com/2009/12/anak-hon-hu_02.html. (Diunduh: 14 Oktober
2014).
17. http://musiklib.org/Lagu_Batak-Anakku_Naburju-Lirik_Lagu.htm. (Diunduh: 14
Oktober 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
232
18. http://musiklib.org/Lagu_Batak-Anakkon_Hi_Do Hamoraon_Di_AuLirik_Lagu.htm.
(Diunduh: 14 Oktober 2014).
19. http://bataklyric.blogspot.com/2014/01/lirik-lagu-hagabeon-trio-perdana.html.
(Diunduh: 14 Oktober 2014).
20. Situmorang, Suhunan, Ensiklopedia Tokoh Batak, http://tokohbatak. wordpress.com
/2009/09/02/ nahum-situmorang/. (20 Maret 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1: DAFTAR LAGU CIPTAAN TILHANG GULTOM
http://serindo.blogspot.com/2008/08/no.html
1 ALA DAO
2 ALE ANGGI SIADOSAN / TUMBA SISIR
3 ANAK TADING-TADINGAN
4 ANDUHUR NAGUNDASAN (INSTRUMENTAL)
5 ANDUNG-ANDUNG NI NA MARINA PANORONI
6 ANDUNG-ANDUNG NI NA MARINA PANORONI
7 ANDUNG-ANDUNG NI NA SO MARIANAKHON
8 ANDUNG-ANDUNG NI NA SOPOT SO MARINA
9 ANDUNG-ANDUNG NI NA TADING MAETEK
10 ANDUNG-ANDUNG NI SI BORU TUMBAGA/NA SO MARIBOTO
11 ANDUNG-ANDUNG NI SIPAHILELENG
12 BATU NATINGKO
13 BETA HITA TU JOLO ANGGIA
14 BUDAYAWAN INDONESIA
15 BULAN NA DI GINJANG
16 BULUNG NI BANE-BANE
17 BULU SIHABULUAN
18 BUTET
19 CINCIN PERMATA
20 DANAU TOBA
21 DANGKA NI HAU JIOR
22 DAYUNG SAMPAN
23 DOGE-DOGE
24 DUA SEJOLI
25 EDANG-EDANG (INSTRUMENTALIA)
26 EH, TUDIA HO ? (INSTRUMENTALIA)
27 EMBAS-EMBAS (INSTRUMENTALIA)
28 ENDE-ENDE NI PARTUAEK (INSTRUMENTALIA)
29 ENDE-ENDE NI SIBURUK (INSTRUMENTALIA)
30 GOAR NI HUTANAMI
31 GOTONG ROYONG
32 GURILLA
33 HABANG ANDUHUR TITI
34 HABANG LOTE DOLOK
35 HARAMBIR NI SILINDUNG
36 HATA SO PISIK (INSTRUMENTALIA)
37 HUABING MAGO BUTET
38 HUHONGKOP DO HO
39 HUTAGAM DO NA RO (INSTRUMENTALIA)
40 HUTALLIK BULUNG PISANG
41 HUTATAP DOLOK SANGGUL (INSTRUMENTALIA)
42 HUTATAP LOBUTUA
43 HUTATAP MA LOBUTUA
44 HUTATAP NA DAO (INSTRUMENTALIA)
45 IBUKU DAN BAPAKU
46 IDANG DO
47 IDEM IDEM
48 INANG SARGE
104 O, PARTUNGKOT BULU
105 PAHAHE DO SARULLA
106 PAHLAWAN RAJA SISINGAMANGARAJA
107 PANGARATTO
108 PANGEOL-EOLMI SOLU
109 PANGUNGSI
110 PANOSOLION
111 PARHABANG NI ANTIALU (INSTRUMENTALIA)
112 PARHABANG NI LOTE DOLOK (INSTRUMENTALIA)
113 PARHABANG NI RUNGKISA (INSTRUMENTALIA)
114 PARHABANG NI TUKTUK HOLING(INSTRUMENTALIA)
115 PARJALANG
116 PARJUJI TALU
117 PARNA
118 PARNGALANGKA NI HORBO PAUNG(INSTRUMENTALIA)
119 PARSIRANGAN
120 PARSOBAN NATATA
121 PIKNIK PIKNIK CELANA JENGKI
122 PINASA SIDUNGDUNGON
123 POLTAK MA BULAN TULA
124 RAJA SAKTI
125 RAMBU NI PINASA (INSTRUMENTALIA)
126 REVOLUSI
127 RIBAK BULUNG NI BIRA
128 SAI MADUDUS MA PINING
129 SAKKAE HORBO
130 SANGGAR NA MASAK NA GANTUNG
131 SAOAN NAHUJUJUNG ON
132 SARINDAN HUDEGEHON
133 SELAMAT DATANG
134 SIANJUR MULAMULA
135 SI ANJUR MULA-MULA
136 SIANTAR SIMALUNGUN
137 SIBINTANG NAPURASA (INSTRUMENTALIA)
138 SIBORU MAULIATE
139 SIBORU MUAS MALE
140 SIBORU NAMURA TARGODA
141 SIBORU NI ULUAN (INSTRUMENTALIA)
142 SI BUNGA-BUNGA NA ANGUR B(INSTRUMENTALIA)
143 SIBUNGA MANGARONDANG
144 SIBUNGA MANGERBANG(INSTRUMENTALIA)
145 SIBUNGA RI (INSTRUMENTALIA)
146 SIBUNGKA PINGKIRAN (INSTRUMENTALIA)
147 SIBURUK
148 SIDOLI PARMINUM
149 SIGODANG HANGALAN
150 SIHUTUR SANGGUL (INSTRUMENTALIA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
234
49 INDADA TARTANGISHON
50 INDONESIA MERDEKA
51 INGOT JANJI NATABAHEN (INSTRUMENTALIA)
52 ITO PARGAULAN
53 JAMILAH
54 JANJIM I DO
55 JANJIM I DO
56 JANJI PALSU
57 JENGGER JOLO
58 JONGJONG AHU DISON
59 JONGJONG AHU MANATAP
60 JUJI DO ULAON NI I
61 JUMOLO MARSANTABI
62 KERJA BAKTI (INSTRUMENTALIA)
63 LANGIT DISEBELAH TIMUR
64 LANGIT DISEBELAH TIMUR / PANCASILA
65 LIMA PUAK
66 LUGAHON SOLUM I
67 LUGA-LUGA SOLU (INSTRUMENTALIA)
68 LUPA DI JANJI
69 MAGORGOR SIHOLHU
70 MAGULANG BATU BOLON
71 MANDUDA / SENDRATARI
72 MANUK NI PEA LANGGE
73 MARDALAN AHU MARSADASADA
74 MARGONDANG DAMANG DI JABU
75 MARGURILLA
76 MARLUGA SOLU BOLON
77 MARMUTIK INGGIR-INGGIR
78 MARMUTIK INGGIR-INGGIR/SUPIR MOTOR
79 MARSARUDANG SARUDANG
80 MARSUHUM MARSANTABI
81 MASAK EME SIPERAK
82 MELOS BUNGABUNGA
83 NAMARIMBANG
84 NASUNDAT SINGKOLA
85 NATARJOLLUNG
86 NATARSUNGGUL
87 NAUNG SAMPULU SADA
88 NDADA TARTANGISHON
89 NUNGA LOJA HUHILALA
90 NUNGA SAE BE JANJINGKI
91 NUNGA TAHUAK MANUK JAMBE
92 NUNGA TUNG NGOLNGOLAN
93 O, AEK SAMPURAN
94 O, ALE ITO PARGAULAN
95 O ALE ITO PARGAULAN
96 O ALE TONDINGKU
97 O, ALE TONDINGKU
98 OH PAHLAWAN YANG SAKTI
99 O INANG PANGINTUBU INANG
100 O, INANG PANGINTUBU INANG
101 O, ITO SIPORIBAN
102 OLI OLI TUMBA
103 O PARTUNGKOT BULU
151 SI JAMBE JALANG
152 SI JAMBE JALANG
153 SIJARI JIRI
154 SIJOU SANGGINA
155 SIJOU SANGGINA (INSTRUMENTALIA)
156 SI LOPIAN NA ANGUR (INSTRUMENTALIA)
157 SI LUNDU NI PAHU
158 SILUNDU NU PAHU
159 SIMALI MALI
160 SIMARLANGAT ARI
161 SI MARLANGAT NI ARI
162 SINANGGARTULLO
163 SI RAJA BATAK
164 SI RAJA OLOAN
165 SIRANG SO SIRANG
166 SISADA URANG ANAK
167 SITAMPAR API (INSTRUMENTALIA)
168 SITAMTO
169 SITAPI-TO
170 SI TAPI TO
171 SITUALLA RUDE
172 SITUALLA RUDE RUDE
173 SI UNTE MANIS
174 SOARA NI GITAR
175 SOGOT MANOGOT I
176 SOLMISASI (INSTRUMENTALIA)
177 SONGON LOMBANG NA MARURUS
178 SOPOSURUNG (INSTRUMENTALIA)
179 SULAMAN BARAT (INSTRUMENTALIA)
180 SULAMAN (INSTRUMENTALIA)
181 SUMOLSOL MA AHU INANG
182 SUNGAI ULAR
183 SUPIR MOTOR
184 TANO GULTOM DO SITAMIANG
185 TERBITLAH BULAN
186 TINABA MARE-MARE
187 TINABA MAREMARE/SEKKA NATINERAWANG
188 TINGGAL MA HO BUTET
189 TINITIP SANGGAR
190 TIO DO TAO TOBA
191 TIO PE MUAL SO TARINUM AHU
192 TUDIA MA AHU NA DANGOL ON
193 TUDUNG MA PINARTUDUNG
194 TUGINJANG NINNA PORDA
195 TU GINJANG NINNA PORDA
196 TUKTUK PARPANGIRAN / JOING
197 TUMBA REGE-REGE
198 TUMBA RIANG-RIANG
199 TUMBA TOBA
200 TUNGKOT SALAGUNDI
201 UCOK
202 UNANG MA PAGINJANGHU ROHAM/PANSA PANSA
203 UNANG MASIPAHATA-HATAAN
204 UNANG PARSANGGUL BANEBANE
205 UNANG SAI TANGIS HO BUTET
206 UNANG TADINGKON AHU
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235
LAMPIRAN 2: DAFTAR PENYANYI BATAK DAN LAGU POPULER BATAK
DAFTAR LAGU BATAK POPULER DAFTAR LAGU BATAK POPULER
1. Jamila - Trio Lamtama2. Marsahit Lungun - Trio Lamtama3. Napangkat - Trio Lamtama4. Sarjana Pengangguran - Trio Lamtama5. Toba Dream (Theme Song) - Viky Sianipar6. Anak Medan Gondang - Poster Sihotang & Andolin
Sib...7. Nasonang Do Hita Nadua - Lea Simanjuntak8. Rura Partangisan - Trio Santana9. Arga Do Bona Ni Pinasa - Sita Siagian & Viky Siani...10. Inang - Lea Simanjuntak11. Parsonduk Bolon Na burju - Trio Santana12. O Tau Toba Nauli - Jhonson Hutagalung & Tetty
Manu...13. Unang Maila Ho - Trio Santana14. Masihol Au Tu Ho - Trio Santana15. Ndang Adong Be Holong - Trio Santana16. Dua Tintin Na Marmata - Trio Santana17. Aha Ma Natau Siingoton Hu - Herti Sitorus18. Bulu Sihabuluan - Trio Ambisi19. Ulos Saput II - Trio Perdana20. Ulos Saput - Trio Perdana21. Unang Parmeam Meam Au - Rita Butarbutar22. GABE MAHO - Herti Sitorus23. SINAMOT - Trio Santana24. Molo Habang Ho Lali - Trio Ambisi25. Nakkok Au Tu Dolok - Trio Ambisi26. Sopinaboa Ni Gorak - Trio Ambisi27. Ndang Alani Parsirangan - Trio Ambisi28. Ramot Di Parpadanan - Trio Ambisi29. Marheppi Heppi tu Bali - Trio Ambisi30. Horas Indonesia - Bunthora Situmorang31. Timpasana - Timpasini (Jhonny Manurung & Hani
Siho...32. Saputangan Na Marmudar - Charles Simbolon33. Poda Ni Da Inang - Charles Simbolon34. Anakkonki Do Hanoraon Di Au - Trio Amsisi 200035. Rodi Sadarion - Trio Maduma36. Paubaonku Namai - Trio Axido37. Atik - Trio Maduma38. Boan au tu dalan Mi - Trio Maduma39. Donna - Trio Axido40. Sayang - Trio Axido41. Boasama - Trio Axido42. Dekkeni Tao Toba - Trio Maduma43. Asa Sombu Roham - Trio Axido44. Surat Narara - Jack Marpaung45. Selalu Songoni - Simatupang Sister46. Sidoli Partandang - Simatupang Sister47. Bege Endeni Suruan - Simatupang Sister48. Nunga Talu Hamatean - Simatupang Sister49. Hulompit Tanganhi - Nixon Simanjuntak50. Hodo Rajangki - Trio Amsisi 200051. Nagok Dosa Do Au - Trio Relasi52. Lomo Lomomma Tuhan - Jack Marpaung53. Sai Solhot Tu Silang Mi - Posther Sihotang54. Tudia Ho Dung Mate Ho - Jack Marpaung55. Unang Tinggalhon - Jack Marpaung56. Bollo Bollo - Trio Lamtama57. Saputangan Na Marsulam Goar Mi - Jack Marpaung
ft....58. Issu Doi - Trio Lamtama
143. Amang Doli - Christine Panjaitan144. Eme Ni Simbolon - Christine Panjaitan145. Aut Boi Nian - Christine Panjaitan146. Pulo Samosir - Christine Panjaitan147. Borhat Ma Dainang - Christine Panjaitan148. Marombus Ombus - Christine Panjaitan149. Madekdek Ma Gambiri - Christine Panjaitan150. O Tano Batak - Betharia Sonatha151. O Pio - Betharia Sonatha152. Di Rondang Ni Bulan - Betharia Sonatha153. Ketabo - Betharia Sonatha154. Eme ni Simbolon - Betharia Sonatha155. O, Tano Batak - Victor Hutabarat156. Marpasar Pagi - Jack Marpaung157. Sotung Manarita Tondi mi - Jack Marpaung158. Kisah Hidup Jack Marpaung dan Lika - LikuHidupnya159. Sai Anju Ma Au - Jack Marpaung160. Surat Undangan - Jack marpaung161. Holong Naso Marbalos - Jack Marpaung162. Si Jaultop - Jack Marpaung163. Kamar 13 - Jack Marpaung164. Pegang Gonting Abang165. SONGON NIPI - The Heart Simatupang Sister166. Dalihan Natolu - Trio Perdana167. Dang Tartodo Turpuk - Trio Santana168. Dalihan Na Tolu - Trio Ambisi169. Abang Ganteng - Rani Simbolon170. Tor Tor Parmabuk - Trio Silopak171. Dalihan Na Tolu - Trio Lasidos172. Sotung Mate Marlea - Silalahi Sister173. Bunga Pansur - Jeges Trio174. Maila Au Mulak175. Gorgaokku Goarmi - Arvindo Simatupang176. Boru Buha Baju - Arvindo Simatupang177. Boru Sasada - Family Trio178. Papa Papi - Family Trio179. Pulo Batam - Andesta Trio180. Tolu Kaleng Boras - Larosa Trio181. Sitiruon Ma - Larosa Trio182. Tangiang Ni Dainang - Larosa Trio183. Goarmi Pe Pararrokku184. Pembunuhan Rotua Simanjuntak185. Dirohangki Nang Di Rohami - Trio Simenstar186. Unang Jaishon - Trio Simenstar187. Bangso Batak - Trio Simenstar188. SIHOL NA DIROHAKKI - Christine Panjaitan189. Pengusaha Muda - Andesta Trio190. Boanon Hu Do Ho - Simbolon Sister191. NAMANCAM MANA DO - Simbolon Sister192. Tu Sipahutar Ma au Dapothon - Andesta Trio193. Siantar Simalungun - Korem Sihombing & Lina Pandia...194. HOLIP SIAN PAMERENGAN - Simbolon Sister195. Martumba Toba - Korem Sihombing & Lina Pandiangan196. Unang Ahu Solsoli - Trio Ambisi197. Manduda Baion - Victor Hutabarat198. Baju Nabirong - Trio Perdana199. Sapata Namarsirang - Citra Sianipar200. Family Trio - Hassit Namarsirang201. Marorongkap Dung Matua - Trio Jeges202. Aek Sibundong - Joel Simorangkir and Charles Simbo...203. Tangiang Ni Dainang - Victor Hutabarat204. Mauliate Ma Inang - Golden Voice
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
59. Tinggal Nama Au - Trio Lamtama60. Surat Cinta - Trio Parmasi61. Baju Batik - Trio Parmasi62. Holongki Mian Di Ho - Trio Parmasi63. Gombar Pamasumasuon - Trio Parmasi64. Agustus Parsirangan - Simanjuntak Stars65. Laos So Margorak do Roham - Trio Togama66. Sihumisik Parsiboras - Trio Togama67. Tahuak Manuk - Simanjuntak Stars68. Selamat Jalan - Trio New Lasidos69. Ilu Ni Namborumi - Morang Star70. Rokkap Ni Napogos - Trio Bonansa71. Paima ima pahompu - Rapsada Trio & Poster
Sihotang...72. Nunga Lam Sundat - Rapsada Trio & Poster Sihotang73. Sihol Marparumaen - Toni Van Simarmata74. SHERLY II - Jack Marpaung & Hilman Padang75. Sapata - Dewi Marpaung76. Rokkap ni Tondi - Dewi Marpaung & Jack Marpaung77. SHERLY - Jack Marpaung & Hilman Padang78. Didia Rokkap Hi - Dewi Marpaung79. Podani Dainang - Dewi Marpaung80. Dang Hu Orai Ho Marhepi-Hepi - Dewi Marpaung81. Luat Pahae - Eddy Silitonga82. AnakhonHu - Eddy Silitonga83. Huboan Pe Ho Tu Bulan - Eddy Silitonga84. Taparade Ma Siulaonta - Putri Silitonga85. Sai Marangan Angan - Putri Silitonga86. Dang Boi Bulan Manghatai - Putri Silitonga87. O Debatangku - Putri Silitonga88. Uju Di Nalilu - Nurafni Octavia89. Dibona Tarutungi - Nurafni Octavia90. Borhat Ma Dainang - Nurafni Octavia91. Ise Na Songon Ahu - Nurafni Octavia92. Sai tu ho - Dewi Marpaung & Jack Marpaung,93. Inangku Na Burju - Nurafni Octavia94. Sangap Do Ho Amang - Nurafni Octavia95. Tangianghon Au Inang - Ervina Simarmata & Ruth
Sih...96. Porompompom - Viky Sianipar97. Mengkel Na Ma Ahu - Viky Sianipar98. Sinanggar Tulo - Viky Sianipar99. TOP KOLEKSI LAGU - LAGU BATAK100. Sik Sik Sibatumanikam - Viky Sianipar101. Si Bio Bio - Christine Panjaitan102. Leleng - Christine Panjaitan103. Surle Di Surle - Christine Panjaitan104. Sigulempong - Christine Panjaitan105. Oh Tuhan - Joy Tobing & Christine Panjaitan106. Sai Togu Au - Joy Tobing107. Sai Tudia Ho Marhuta - Joy Tobing108. Sapata Ni Anaktai - Joy Tobing109. Molosaut Maho Ingkon Lao - Joy Tobing110. Dijou Ahu Mulak - Vico Pangaribuan111. Dung Di Tonga Borngin - Vico Pangaribuan112. TUSOR (Tuak Sore) - Vico Pangaribuan113. Dekke Jahir - Vico Pangaribuan114. Burju Marsimatua - Amigos115. Aut Boi Nian - Amigos116. Pulo Samosir - Amigos117. Anak Medan - BATAK BOYS118. Dibornginon [Dangdut Batak] - Joel Simorangkir119. Ho Do Nasora - Charles Simbolon & Ros Hutajulu120. Boru Panggoaran - Rani Simbolon121. Marsahit Jantung - Trio Lamtama122. Marinahon Parjuji - Andesta Trio
205. Sai Gabe Ma - Golden Voice206. Ho Di Au Au Di Ho - Golden Voice207. Hodo Na Hupillit - Agian Trio208. Unang Tarlalap - Trio Satahi209. Pahompu Panggoaran - Nurafni Octavia210. Uju Di Ngoluhon Ma Nian - Trio Santana211. Arbab - Traditional song212. NANG HUMUNTAL PE AKKA ROBEAN213. Goyang Toba - Charles Simbolon214. SMS - Silaen Sister (Disco BATAK dangdut)215. Tangis Dipesta natal - Simanjuntak Stars216. DIPARSOBANAN - Marsada Band217. Horas Samosir Na Jogi - Marsada Band218. Boasa Ma - Marsada Band219. Baringin Sabatola - Marsada Band220. Marmasak Sandiri - Marsada Band221. Molo Huingot - Marsada Band222. Maria - Marsada Band223. ROSITA - Marsada Band224. Sada Do - Marsada Band225. OH TUHAN MAULIATE226. Tuhan Jesus Siparmahan227. SAI HUTAGAM - Nainggolan Sister228. Ho do Tuhan (Sari Simorangkir)229. NAGAMALUSANG - Trio Amsisi 2000230. Unang Parmeam Meam - Joel Simorangkir231. Unang Gabusi Au - Rita Butarbutar232. Pajumpang di Pengkolan - Trio Amsisi 2000233. Di Tugu Monas - Trio Romansa234. Haholongi Ma Si Doli - Dompak Sinaga235. Cinta Hian - Toni Van Simarmata236. Kota Siantar (Trio Golden Heart)237. Boru Jawa Vs Boru Raja - Trio Lamtama238. Na Denggan Basa - Margareth Siagian239. Sabar Ho Inang - Margareth Siagian240. Didia Ho Among - Martha Hutagaol - Trio Maduma241. Medan-Jakarta (Martha Hutagaol - Tigor Panjaitan)242. Asom na di dolok - Trio Maduma243. O Tano Batak - Christine Panjaitan244. Hurippu Gabe Jutawan - Simanjuntak Stars245. Tataring Parapian - Simanjuntak Stars246. PHK - Trio Santana247. Tung So Olo Be Au Marhamlet - Trio Relasi248. Aha Do Alana - Trio Relasi249. Lupa Doho - Trio Satahi250. Marboru Sileban - Trio Satahi251. Marboru Dayak - Trio Relasi252. Dang Levelmu Au Ito - Trio Lamtama253. Mardinding Topas - Trio Maduma254. Atik - Johny Manurung - Bunthora Situmorang255. Siantar Hatubuon Jakarta Hamatean256. Tudia Ho Tusi Do Au - Silaen Sister/Lamtama Trio257. Sona Rupa Manang Arta258. Holong Do Rohakki259. Selendang Parpandanan260. Unang Jujuri - Nainggolan Sister261. Nainggolan Sister - Boan Au262. Parumaen Sitiruon - Nainggolan Sister263. Joy Tobing - Holong Mangalap Holong264. Dalani Dalanmu - BBM265. Joy Tobing - Parsirangan266. Alani Tuak - BBM267. Andung Ni Pejabat - BBM268. Bunga Ni Holong Hu - Trio Perdana269. Soripada Na Burju - Trio Perdana270. Burju Do Inang Panggantimi - Trio Santana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
http://batakmedansumut.blogspot.com/2011/04/top-koleksi-penyanyi-batak-dan-lagu_24.html
123. Dang Na Makkolit Au - Trio Lamtama124. Inang Pangittubu - Trio Lamtama125. INANG - Tigor Panjaitan dan Trio Santana126. Di Parjalangan - Ros Hutajulu127. DEKKE SIMUDUR-UDUR - Christine Panjaitan128. Saor Matua - Nainggolan Sister129. Rodo Ahu Tu Pestami - 3 Dimensi130. Si Ose Padan - Trio Ambisi131. Boru Nabasa - Trio Ambisi132. Anak Naburju - Emilia Contessa dan Broery
Marantik...133. Siantar Men - Trio Silopak134. Unang Bolokkon Tandakki - Trio Lamtama135. Hulului Dalan Na Dumenggan - Trio Lamtama136. Bulan I do Paboahon Tu Au - Trio Lamtama137. Gareja Bolon - Rita Butar butar138. Maridi Hodok - Trio Santana139. Tapanuli peta KEMISKINAN - Jack Marpaung140. Inang - Tetty Manurung141. Dang turpukta hamoraon - Tetty Manurung142. Salendang Bengbeng - Tetty Manurung
271. Aek Sibulbulon - Trio Santana272. Si Hutar Sanggul - Uning Uningan273. Traditional Batak,Gendang Uning-uningan Modern274. Gondang Sirahut Soban275. Tari Tortor Batak Hata Sopisik276. Rita Butar butar - Haholonganku Do Ho277. Buni Diate- Ate - Rita Butarbutar278. HO DO RAJA-KU (Rita Butar Butar)279. Rita Butar butar - Songon Bulan280. Roho Saonnari - Rita Butar Butar281. Burju Maho Butet - Trio Ambisi282. Anak Na Burju - Trio New Lasidos283. Anak Medan - Trio Lamtama284. Poda - Trio Ambisi285. Trio Ambisi - Unang Ahu Solsoli286. Victor Hutabarat - Boasa Ia Dungbotari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
LAMPIRAN 3: LAGU BATAK TERPOPULER
1. Jamila - Trio Lamtama2. Marsahit Lungun - Trio Lamtama3. Napangkat - Trio Lamtama4. Sarjana Pengangguran - Trio Lamtama5. Toba Dream (Theme Song) - Viky
Sianipar6. Anak Medan Gondang - Poster
Sihotang & Andolin Sib...7. Nasonang Do Hita Nadua - Lea
Simanjuntak8. Rura Partangisan - Trio Santana9. Arga Do Bona Ni Pinasa - Sita Siagian
& Viky Siani...10. Inang - Lea Simanjuntak11. Parsonduk Bolon Na burju - Trio
Santana12. O Tau Toba Nauli - Jhonson
Hutagalung & Tetty Manu...13. Unang Maila Ho - Trio Santana14. Masihol Au Tu Ho - Trio Santana15. Ndang Adong Be Holong - Trio
Santana16. Dua Tintin Na Marmata - Trio Santana17. Aha Ma Natau Siingoton Hu - Herti
Sitorus18. Bulu Sihabuluan - Trio Ambisi19. Ulos Saput II - Trio Perdana20. Ulos Saput - Trio Perdana21. Unang Parmeam Meam Au - Rita
Butarbutar22. GABE MAHO - Herti Sitorus23. SINAMOT - Trio Santana24. Molo Habang Ho Lali - Trio Ambisi25. Nakkok Au Tu Dolok - Trio Ambisi26. Sopinaboa Ni Gorak - Trio Ambisi27. Ndang Alani Parsirangan - Trio
Ambisi28. Ramot Di Parpadanan - Trio Ambisi29. Marheppi Heppi tu Bali - Trio Ambisi30. Horas Indonesia - Bunthora
Situmorang31. Timpasana - Timpasini (Jhonny
Manurung & Hani Siho...32. Saputangan Na Marmudar - Charles
Simbolon33. Poda Ni Da Inang - Charles Simbolon34. Anakkonki Do Hanoraon Di Au - Trio
Amsisi 200035. Rodi Sadarion - Trio Maduma36. Paubaonku Namai - Trio Axido
144.Eme Ni Simbolon - Christine Panjaitan145.Aut Boi Nian - Christine Panjaitan146.Pulo Samosir - Christine Panjaitan147.Borhat Ma Dainang - Christine
Panjaitan148.Marombus Ombus - Christine Panjaitan149.Madekdek Ma Gambiri - Christine
Panjaitan150.O Tano Batak - Betharia Sonatha151.O Pio - Betharia Sonatha152.Di Rondang Ni Bulan - Betharia
Sonatha153.Ketabo - Betharia Sonatha154.Eme ni Simbolon - Betharia Sonatha155.O, Tano Batak - Victor Hutabarat156.Marpasar Pagi - Jack Marpaung157.Sotung Manarita Tondi mi - Jack
Marpaung158.Kisah Hidup Jack Marpaung dan Lika -
LikuHidupnya159.Sai Anju Ma Au - Jack Marpaung160.Surat Undangan - Jack marpaung161.Holong Naso Marbalos - Jack
Marpaung162.Si Jaultop - Jack Marpaung163.Kamar 13 - Jack Marpaung164.Pegang Gonting Abang165.SONGON NIPI - The Heart
Simatupang Sister166.Dalihan Natolu - Trio Perdana167.Dang Tartodo Turpuk - Trio Santana168.Dalihan Na Tolu - Trio Ambisi169.Abang Ganteng - Rani Simbolon170.Tor Tor Parmabuk - Trio Silopak171.Dalihan Na Tolu - Trio Lasidos172.Sotung Mate Marlea - Silalahi Sister173.Bunga Pansur - Jeges Trio174.Maila Au Mulak175.Gorgaokku Goarmi - Arvindo
Simatupang176.Boru Buha Baju - Arvindo Simatupang177.Boru Sasada - Family Trio178.Papa Papi - Family Trio179.Pulo Batam - Andesta Trio180.Tolu Kaleng Boras - Larosa Trio181.Sitiruon Ma - Larosa Trio182.Tangiang Ni Dainang - Larosa Trio183.Goarmi Pe Pararrokku184.Pembunuhan Rotua Simanjuntak185.Dirohangki Nang Di Rohami - Trio
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
239
37. Atik - Trio Maduma38. Boan au tu dalan Mi - Trio Maduma39. Donna - Trio Axido40. Sayang - Trio Axido41. Boasama - Trio Axido42. Dekkeni Tao Toba - Trio Maduma43. Asa Sombu Roham - Trio Axido44. Surat Narara - Jack Marpaung45. Selalu Songoni - Simatupang Sister46. Sidoli Partandang - Simatupang Sister47. Bege Endeni Suruan - Simatupang
Sister48. Nunga Talu Hamatean - Simatupang
Sister49. Hulompit Tanganhi - Nixon
Simanjuntak50. Hodo Rajangki - Trio Amsisi 200051. Nagok Dosa Do Au - Trio Relasi52. Lomo Lomomma Tuhan - Jack
Marpaung53. Sai Solhot Tu Silang Mi - Posther
Sihotang54. Tudia Ho Dung Mate Ho - Jack
Marpaung55. Unang Tinggalhon - Jack Marpaung56. Bollo Bollo - Trio Lamtama57. Saputangan Na Marsulam Goar Mi -
Jack Marpaung ft....58. Issu Doi - Trio Lamtama59. Tinggal Nama Au - Trio Lamtama60. Surat Cinta - Trio Parmasi61. Baju Batik - Trio Parmasi62. Holongki Mian Di Ho - Trio Parmasi63. Gombar Pamasumasuon - Trio
Parmasi64. Agustus Parsirangan - Simanjuntak
Stars65. Laos So Margorak do Roham - Trio
Togama66. Sihumisik Parsiboras - Trio Togama67. Tahuak Manuk - Simanjuntak Stars68. Selamat Jalan - Trio New Lasidos69. Ilu Ni Namborumi - Morang Star70. Rokkap Ni Napogos - Trio Bonansa71. Paima ima pahompu - Rapsada Trio &
Poster Sihotang...72. Nunga Lam Sundat - Rapsada Trio &
Poster Sihotang73. Sihol Marparumaen - Toni Van
Simarmata74. SHERLY II - Jack Marpaung &
Hilman Padang75. Sapata - Dewi Marpaung76. Rokkap ni Tondi - Dewi Marpaung &
Jack Marpaung77. SHERLY - Jack Marpaung & Hilman
Simenstar186.Unang Jaishon - Trio Simenstar187.Bangso Batak - Trio Simenstar188.SIHOL NA DIROHAKKI - Christine
Panjaitan189.Pengusaha Muda - Andesta Trio190.Boanon Hu Do Ho - Simbolon Sister191.NAMANCAM MANA DO - Simbolon
Sister192.Tu Sipahutar Ma au Dapothon -
Andesta Trio193.Siantar Simalungun - Korem
Sihombing & Lina Pandia...194.HOLIP SIAN PAMERENGAN -
Simbolon Sister195.Martumba Toba - Korem Sihombing &
Lina Pandiangan196.Unang Ahu Solsoli - Trio Ambisi197.Manduda Baion - Victor Hutabarat198.Baju Nabirong - Trio Perdana199.Sapata Namarsirang - Citra Sianipar200.Family Trio - Hassit Namarsirang201.Marorongkap Dung Matua - Trio Jeges202.Aek Sibundong - Joel Simorangkir and
Charles Simbo...203.Tangiang Ni Dainang - Victor
Hutabarat204.Mauliate Ma Inang - Golden Voice205.Sai Gabe Ma - Golden Voice206.Ho Di Au Au Di Ho - Golden Voice207.Hodo Na Hupillit - Agian Trio208.Unang Tarlalap - Trio Satahi209.Pahompu Panggoaran - Nurafni
Octavia210.Uju Di Ngoluhon Ma Nian - Trio
Santana211.Arbab - Traditional song212.NANG HUMUNTAL PE AKKA
ROBEAN213.Goyang Toba - Charles Simbolon214.SMS - Silaen Sister (Disco BATAK
dangdut)215.Tangis Dipesta natal - Simanjuntak
Stars216.DIPARSOBANAN - Marsada Band217.Horas Samosir Na Jogi - Marsada Band218.Boasa Ma - Marsada Band219.Baringin Sabatola - Marsada Band220.Marmasak Sandiri - Marsada Band221.Molo Huingot - Marsada Band222.Maria - Marsada Band223.ROSITA - Marsada Band224.Sada Do - Marsada Band225.OH TUHAN MAULIATE226.Tuhan Jesus Siparmahan227.SAI HUTAGAM - Nainggolan Sister
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
240
Padang78. Didia Rokkap Hi - Dewi Marpaung79. Podani Dainang - Dewi Marpaung80. Dang Hu Orai Ho Marhepi-Hepi -
Dewi Marpaung81. Luat Pahae - Eddy Silitonga82. AnakhonHu - Eddy Silitonga83. Huboan Pe Ho Tu Bulan - Eddy
Silitonga84. Taparade Ma Siulaonta - Putri
Silitonga85. Sai Marangan Angan - Putri Silitonga86. Dang Boi Bulan Manghatai - Putri
Silitonga87. O Debatangku - Putri Silitonga88. Uju Di Nalilu - Nurafni Octavia89. Dibona Tarutungi - Nurafni Octavia90. Borhat Ma Dainang - Nurafni Octavia91. Ise Na Songon Ahu - Nurafni Octavia92. Sai tu ho - Dewi Marpaung & Jack
Marpaung,93. Inangku Na Burju - Nurafni Octavia94. Sangap Do Ho Amang - Nurafni
Octavia95. Tangianghon Au Inang - Ervina
Simarmata & Ruth Sih...96. Porompompom - Viky Sianipar97. Mengkel Na Ma Ahu - Viky Sianipar98. Sinanggar Tulo - Viky Sianipar99. TOP KOLEKSI LAGU - LAGU
BATAK100.Sik Sik Sibatumanikam - Viky
Sianipar101.Si Bio Bio - Christine Panjaitan102.Leleng - Christine Panjaitan103.Surle Di Surle - Christine Panjaitan104.Sigulempong - Christine Panjaitan105.Oh Tuhan - Joy Tobing & Christine
Panjaitan106.Sai Togu Au - Joy Tobing107.Sai Tudia Ho Marhuta - Joy Tobing108.Sapata Ni Anaktai - Joy Tobing109.Molosaut Maho Ingkon Lao - Joy
Tobing110.Dijou Ahu Mulak - Vico Pangaribuan111.Dung Di Tonga Borngin - Vico
Pangaribuan112.TUSOR (Tuak Sore) - Vico
Pangaribuan113.Dekke Jahir - Vico Pangaribuan114.Burju Marsimatua - Amigos115.Aut Boi Nian - Amigos116.Pulo Samosir - Amigos117.Anak Medan - BATAK BOYS118.Dibornginon [Dangdut Batak] - Joel
Simorangkir
228.Ho do Tuhan (Sari Simorangkir)229.NAGAMALUSANG - Trio Amsisi
2000230.Unang Parmeam Meam - Joel
Simorangkir231.Unang Gabusi Au - Rita Butarbutar232.Pajumpang di Pengkolan - Trio Amsisi
2000233.Di Tugu Monas - Trio Romansa234.Haholongi Ma Si Doli - Dompak
Sinaga235.Cinta Hian - Toni Van Simarmata236.Kota Siantar (Trio Golden Heart)237.Boru Jawa Vs Boru Raja - Trio
Lamtama238.Na Denggan Basa - Margareth Siagian239.Sabar Ho Inang - Margareth Siagian240.Didia Ho Among - Martha Hutagaol -
Trio Maduma241.Medan-Jakarta (Martha Hutagaol -
Tigor Panjaitan)242.Asom na di dolok - Trio Maduma243.O Tano Batak - Christine Panjaitan244.Hurippu Gabe Jutawan - Simanjuntak
Stars245.Tataring Parapian - Simanjuntak Stars246.PHK - Trio Santana247.Tung So Olo Be Au Marhamlet - Trio
Relasi248.Aha Do Alana - Trio Relasi249.Lupa Doho - Trio Satahi250.Marboru Sileban - Trio Satahi251.Marboru Dayak - Trio Relasi252.Dang Levelmu Au Ito - Trio Lamtama253.Mardinding Topas - Trio Maduma254.Atik - Johny Manurung - Bunthora
Situmorang255.Siantar Hatubuon Jakarta Hamatean256.Tudia Ho Tusi Do Au - Silaen
Sister/Lamtama Trio257.Sona Rupa Manang Arta258.Holong Do Rohakki259.Selendang Parpandanan260.Unang Jujuri - Nainggolan Sister261.Nainggolan Sister - Boan Au262.Parumaen Sitiruon - Nainggolan Sister263.Joy Tobing - Holong Mangalap Holong264.Dalani Dalanmu - BBM265.Joy Tobing - Parsirangan266.Alani Tuak - BBM267.Andung Ni Pejabat - BBM268.Bunga Ni Holong Hu - Trio Perdana269.Soripada Na Burju - Trio Perdana270.Burju Do Inang Panggantimi - Trio
Santana271.Aek Sibulbulon - Trio Santana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
241
119.Ho Do Nasora - Charles Simbolon &Ros Hutajulu
120.Boru Panggoaran - Rani Simbolon121.Marsahit Jantung - Trio Lamtama122.Marinahon Parjuji - Andesta Trio123.Dang Na Makkolit Au - Trio Lamtama124.Inang Pangittubu - Trio Lamtama125.INANG - Tigor Panjaitan dan Trio
Santana126.Di Parjalangan - Ros Hutajulu127.DEKKE SIMUDUR-UDUR -
Christine Panjaitan128.Saor Matua - Nainggolan Sister129.Rodo Ahu Tu Pestami - 3 Dimensi130.Si Ose Padan - Trio Ambisi131.Boru Nabasa - Trio Ambisi132.Anak Naburju - Emilia Contessa dan
Broery Marantik...133.Siantar Men - Trio Silopak134.Unang Bolokkon Tandakki - Trio
Lamtama135.Hulului Dalan Na Dumenggan - Trio
Lamtama136.Bulan I do Paboahon Tu Au - Trio
Lamtama137.Gareja Bolon - Rita Butar butar138.Maridi Hodok - Trio Santana139.Tapanuli peta KEMISKINAN - Jack
Marpaung140.Inang - Tetty Manurung141.Dang turpukta hamoraon - Tetty
Manurung142.Salendang Bengbeng - Tetty
Manurung143.Amang Doli - Christine Panjaitan
272.Si Hutar Sanggul - Uning Uningan273.Traditional Batak,Gendang Uning-
uningan Modern274.Gondang Sirahut Soban275.Tari Tortor Batak Hata Sopisik276.Rita Butar butar - Haholonganku Do
Ho277.Buni Diate- Ate - Rita Butarbutar278.HO DO RAJA-KU (Rita Butar Butar)279.Rita Butar butar - Songon Bulan280.Roho Saonnari - Rita Butar Butar281.Burju Maho Butet - Trio Ambisi282.Anak Na Burju - Trio New Lasidos283.Anak Medan - Trio Lamtama284.Poda - Trio Ambisi285.Trio Ambisi - Unang Ahu Solsoli286.Victor Hutabarat - Boasa Ia Dungbotari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
242
LAMPIRAN 4: KUMPULAN LAGU BATAK TERBARU DAN TERPOPULER
1. Bege Endeni Suruan – Simatupang Sister
2. Nunga Talu Hamatean – Simatupang Sister
3. Hulompit Tanganhi – Nixon Simanjuntak
4. Hodo Rajangki – Trio Amsisi 2000
5. Nagok Dosa Do Au – Trio Relasi
6. Lomo Lomomma Tuhan – Jack Marpaung
7. Sai Solhot Tu Silang Mi – Posther Sihotang
8. Tudia Ho Dung Mate Ho – Jack Marpaung
9. Unang Tinggalhon – Jack Marpaung
10. Bollo Bollo – Trio Lamtama
11. Saputangan Na Marsulam Goar Mi – JackMarpaung ft….
12. Issu Doi – Trio Lamtama
13. Tinggal Nama Au – Trio Lamtama
14. Surat Cinta – Trio Parmasi
15. Baju Batik – Trio Parmasi
16. Holongki Mian Di Ho – Trio Parmasi
17. Gombar Pamasumasuon – Trio Parmasi
18. Agustus Parsirangan – Simanjuntak Stars
19. Laos So Margorak do Roham – TrioTogama
20. Sihumisik Parsiboras – Trio Togama
21. Sinanggar Tulo – Viky Sianipar
22. TOP KOLEKSI LAGU – LAGU BATAK
23. Sik Sik Sibatumanikam – Viky Sianipar
24. Si Bio Bio – Christine Panjaitan
25. Leleng – Christine Panjaitan
26. Surle Di Surle – Christine Panjaitan
27. Sigulempong – Christine Panjaitan
28. Oh Tuhan – Joy Tobing & ChristinePanjaitan
29. Sai Togu Au – Joy Tobing
30. Sai Tudia Ho Marhuta – Joy Tobing
31. Sapata Ni Anaktai – Joy Tobing
32. Molosaut Maho Ingkon Lao – Joy Tobing
51. Boru Buha Baju – Arvindo Simatupang
52. Boru Sasada – Family Trio
53. Papa Papi – Family Trio
54. Pulo Batam – Andesta Trio
55. Tolu Kaleng Boras – Larosa Trio
56. Sitiruon Ma – Larosa Trio
57. Tangiang Ni Dainang – Larosa Trio
58. Goarmi Pe Pararrokku
59. Pembunuhan Rotua Simanjuntak
60. Dirohangki Nang Di Rohami – Trio Simenstar
61. Unang Jaishon – Trio Simenstar
62. Bangso Batak – Trio Simenstar
63. SIHOL NA DIROHAKKI – Christine Panjaitan
64. Pengusaha Muda – Andesta Trio
65. Boanon Hu Do Ho – Simbolon Sister
66. SMS – Silaen Sister (Disco BATAK dangdut)
67. Tangis Dipesta natal – Simanjuntak Stars
68. DIPARSOBANAN – Marsada Band
69. Horas Samosir Na Jogi – Marsada Band
70. Boasa Ma – Marsada Band
71. Baringin Sabatola – Marsada Band
72. Marmasak Sandiri – Marsada Band
73. Molo Huingot – Marsada Band
74. Maria – Marsada Band
75. ROSITA – Marsada Band
76. Sada Do – Marsada Band
77. OH TUHAN MAULIATE
78. Tuhan Jesus Siparmahan
79. SAI HUTAGAM – Nainggolan Sister
80. Ho do Tuhan (Sari Simorangkir)
81. NAGAMALUSANG – Trio Amsisi 2000
82. Unang Parmeam Meam – Joel Simorangkir
83. Unang Gabusi Au – Rita Butarbutar
84. Pajumpang di Pengkolan – Trio Amsisi 2000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
243
33. Dijou Ahu Mulak – Vico Pangaribuan
34. Dung Di Tonga Borngin – VicoPangaribuan
35. TUSOR (Tuak Sore) – Vico Pangaribuan
36. Dekke Jahir – Vico Pangaribuan
37. Burju Marsimatua – Amigos
38. Aut Boi Nian – Amigos
39. Pulo Samosir – Amigos
40. Anak Medan – BATAK BOYS
41. Dibornginon [Dangdut Batak] – JoelSimorangkir
42. Ho Do Nasora – Charles Simbolon & RosHutajulu
43. Boru Panggoaran – Rani Simbolon
44. Marsahit Jantung – Trio Lamtama
45. Tor Tor Parmabuk – Trio Silopak
46. Dalihan Na Tolu – Trio Lasidos
47. Sotung Mate Marlea – Silalahi Sister
48. Bunga Pansur – Jeges Trio
49. Maila Au Mulak
50. Gorgaokku Goarmi – Arvindo Simatupang
85. Di Tugu Monas – Trio Romansa
86. Aha Do Alana – Trio Relasi
87. Lupa Doho – Trio Satahi
88. Marboru Sileban – Trio Satahi
89. Marboru Dayak – Trio Relasi
90. Dang Levelmu Au Ito – Trio Lamtama
91. Mardinding Topas – Trio Maduma
92. Atik – Johny Manurung – Bunthora Situmorang
93. Siantar Hatubuon Jakarta Hamatean
94. Tudia Ho Tusi Do Au – Silaen Sister/LamtamaTrio
95. Sona Rupa Manang Arta
96. Holong Do Rohakki
97. Selendang Parpandanan
98. Unang Jujuri – Nainggolan Sister
99. Nainggolan Sister – Boan Au
100. Parumaen Sitiruon – Nainggolan Sister
http://www.silanghati.com/kumpulan-lagu-batak-terbaru-dan-terpopuler/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
244
LAMPIRAN 5. NAMA-NAMA GONDANG BATAK TOBA.
1. Gondang mula-mula2. Gondang somba-somba3. Gondang sampur marmeme4. Gondang didang-didang5. Sampur marorot6. Gondang simonang-monang7. Gondang sitio-tio8. Gondang Debata Mulajadi9. Gondang Debata Guru10. Gondang Debata Asi-Asi11. Gondang Mula Jadi12. Gondang mula horas13. Gondang mula iang14. Gondang mula paningaon15. Gondang mula songti16. Gondang siatur maranak17. Gondang siatur marboru18. Gondang siatur marpahompu19. Gondang siatur marnini marnono20. Gondang siatur mar ondok-ondok indik-indik21. Gondang namarhaha maranggi22. Gondang sibane-bane23. Gondang saurmatua24. Gondang saudara
25. Gondang harajaon26. Gondang satahi saoloan27. Gondang amana/boruna28. Gondang parjugia sopipot29. Gondang paramak sobalon on30. Gondang parrambuan so ra mahiang31. Gondang siantan sidabuan siboto buhu nitaon32. Gondang siapul na tangis sielek na mardandi33. Gondang sahala pangajari/panuturi34. Gondang sidas-das boru muli35. Gondang siapoi anak mangoli36. Gondang olop-olop37. Gondang rompulima hotang marulak38. Gondang mangaliat39. Gondang sunini ampang naopat40. Gondang tarsingot tusahala dohotnapinarsahalaan ni mula jadi41. Gondang batara guru (tuhan debata)42. Gondang bala bulan43. Gondang debata sori44. Gondang sori mangaraja45. Gondang sorba di banua46. Gondang sibagot ni pohan47. Godnang sariburaja
61. Gondang Raja Mangalambung62. Gondang sipongki nangolngolan63. Gondang tuan ni api64. Gondang sijonggi paok-paok65. Gondang sijonggi bujur66. Gondang tuan jori ni tangan67. Gondang tampar dasar68. Gondang pangurason69. Gondang pane nabolon70. Gondang pusuk buhit71. Gondang sianjur mula-mula72. Gondang simanuk-manuk73. Gondang dolok surungan74. Gondang dolok tolong75. Gondang banua holing76. Gondang naga baling77. Gondang padoha78. Gondang taringot boru (naung dianggapdewi)79. Gondang siboru deak parujar80. Gondang si boru donda hatahutan81. Gondang siboru saniang naga dilaut82. Gondang si boru Naipospos83. Gondang siboru daeng namora84. Gondang siboru parmual sitio-tio85. Gondang siboru pinta maomasan86. Gondang siboru saroding87. Gondang siboru parhorasan88. Gondang siboru pareme89. Gondang boru nasindar dolok90. Gondang siboru tumbaga91. Gondang siboru lopian nauli92. Gondang sipiso somalim93. Gondang situan jori ni tangan94. Gondang siboru tapiomas palangki95. Gondang siburuk96. Gondang sibane doli97. Gondang sitapitola98. Gondang siboru illa-illa99. Gondang siboru enggan100. Gondang siboru sanggul miling-iling101. Gondang sibunga jambu102. Gondang pinasa sidung-dungon103. Gondang sibintang purasa104. Gondang silote dolok105. Gondang alit-alit aman jabatan106. Gondang marhusip107. Gondang parhabang ni siruba108. Gondang sahali tuginjang sahali tutoru109. Gondang tohur-tohur ni bajar-bajar langit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
245
48. Gondang siraja biak-biak49. Gondang puraja bonang-bonang50. Gondang sijonggi raja pareme51. Gondang Simarimbulubosi52. Gondang Singamangaraja53. Gondang patuan nagari patuan anggi54. Gondang Sagala raja55. Gondang Silahisabungan56. Gondang pagar ni aji57. Gondang Nairasaon58. Gondang dung dang soaloon mataniarisosuharon59. Gondang Raja Buntal60. Gondang Raja Uti
somatombuk tano somagang-gang110. Gondang pidong patia raja111. Gondang pidong imbulu buntal112. Gondang anduhur titi, anduhur tabu113. Gondang sipitu dai114. Gondang ni pargonsi sisia sauduran pulikpulik pandohan.115. Gondang haro-haro mandailing116. Gondang silima-lima ni hurlang117. Gondang siratutuslimapulu118. Gondang tongging119. Gondang ni napuran silima sabobohansisada haroburan
https://tanobatak.wordpress.com/2007/04/12/goar-goar-ni-gondang-gonsi-batak-toba/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246
LAMPIRAN 6: DAFTAR LAGU CIPTAAN NAHUM SITUMORANG DANKATEGORI IRAMA
NO NAMA LAGU IRAMA1. Ala Dao Slow Fox2. Alani Ho Cha-cha3. Andor Gotillo Slow Calypso4. Anak Sasada Tango5. Anakkonki Do Hasangapon Di Au Rumba6. Ansideng Ansidoding Hawai Beat7. Bege Ma Endeni Parsolu Bolon Rumba8. Beha Pandungdung Bulung Slow Fox9. Boasa Ma Ingkon Saonari Pe Ho Hutanda Waltz10. Borhat Ma Si Doli Tu Luat Na Dao Tango & Waltz11. Bulan Pardomuan Waltz12. Bulan Parinsan Slow Rumba13. Bulu So Habuluan -14. Dana Tiniptip Sanggar Calypso15. Dangolna I Tango16. Dao Pe Ho Marhuta Sada Bolero17. Denggan Ni Lagumi Tango Bolero18. Dengke Julung-julung Fox-Trot19. Dijou Au Mulak Tu Rura Silindung Rumba20. Di Ingot Ho Dope Slow Fox21. Dorma Sijunde Do Sihabiaran Slow Calypso22. Dunghon Hutanda Ho Slow Rock23. Endengkon Di Radio Bege Slow Rock24. Ee Ndang Maila Ho Rumba & Calypso25. Haleon Waltz26. Holong Ni Roham Do Sinta-sinta Di Ahu ( Alusi Au) Bolero27. Horas Jala Gabe Mars28. Huandung Ma Damang -29. Ihuthononmu Ma Ahu Slow30. Indot Do Pahu Waltz31. Ingkon Mulak Do Ahu Slow32. Ketabo-ketabo Rumba33. Lagumi Ma Da Ito Slow Fox34. Langge Peta Ho Slow Fox35. Lissoi Waltz36. Lontung Si Sia Marina Bossa – Cha-cha37. Luahon Damang Ma Calypso38. Marhappy-Happy Tung So Boi Slow Fox39. Malala Rohangki Tango40. Mangarungkai Si Dangolon Tango & Rumba41. Manuk Ni Silangge Waltz42. Mansai Hansit Jala Ngot-ngot Blues43. Marombus-ombus Do Calypso44. Modom Ma Damang Unsok Slow Fox45. Molo Borngin Di Silindung Slow Fox46. Molo Naeng Dohot Ho Ito Cha-cha47. Molo Tung Marsak Ho Cha-cha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
247
48. Nai Rasaon Mars49. Na Hinali Bangkudu Foxtrot50. Na Pinalu Tulila Foxtrot51. Na Sonang Do Hita Na Dua Waltz52. Indada Rupami Na Hu Ida Ito Rumba53. Indada Siririton Rumba Soul54. Indada Tartangishon Kroncong55. Nunga Lao Nunga Lao Rumba56. Nunga Lao Tu Na Dao Slow Fox57. Nunga Tarhirim Samba58. O Datu Pandorma Rumba59. O Doli Doli Rumba60. O Inang Na Lambok Malilung Slow Fox61. O Inang Na Lambok Malilung ( Andung ) Slow Fox62. O Luat Pahae Calypso63. O Tao Toba Slow Fox64. Pak Jonggi Tango65. Parirnai Rumba66. Parsorion Ni Parmitu Waltz67. Partungkang Kroncong68. Pasabar Ma Roham Calypso69. Por Pe Udani Foxtrot70. Pulo Samosir Calypso71. Rospita Waltz72. Rura Silindung Slow Fox73. Rura Na Masilate-latean Slow Fox74. Sada Ma Ilungki Rumba75. Sai Gabe Ma Ho Rumba76. Sai Gabe Ma Ho Marpaung Na Bolon -77. Sai Tudia Ho Marhuta Cha-cha78. Salamat Tinggal Waltz79. Sapata Ni Si Doli Slow80. Sapata Ni Napuran (Kroncong) Kroncong Stambul81. Sapata Ni Napuran Foxtrot82. Sarge-sarge Gale-gale Rumba83. Satongkin Do Slow Rock84. Sega Na Ma Ho Jive85. Silindung Na Jolo Waltz86. Siraja Hutagalung Rumba87. Si Raja Nai Pos-pos -88. Si Singamangaraja Rumba89. Sitogol Calypso90. Situmorang Na Bonggal Cha-cha91. Soban Nasa Soban Foxtrot92. Sonak Malela -93. Surle Ile Di Surle Rumba94. Tabo Hape Naniura Rumba95. Tading Ma Ho Ale Hutangki Hawaian Beat96. Tailihon Unju Sogot Blues97. Tarambe Tangan Simangindo Tango98. Tarhirim Do Ahu Slow Fox99. Tarrungka Tango100. T.D. Pardede Rumba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248
101. Timbo Dolok Martimbang Rumba102. Tuan So Manimbil -103. Tudia Ho? Foxtrot104. Tumagon Nama Mate Blues105. Tumba Do Rumba106. Tung Mansai Borat Rumba107. Unang Sumolsong Di Pudi Waltz108. Utte Malau Waltz109. Namboru Unang Manarita -110. Mariam Tomong Mariam Mortir Rumba111. Di Na Rap Jolo Hita Na Dua -112. Ala Ma Doge Calypso113. Doge Ingot Ma i -114. Sai Tudia Nama Ahu Namboru -115. Molo Naeng Dohot Ho Ito Da -116. Na Uli Do Hape Namarbaju Di Sarulla -117. Tumba Goreng Rumba118. Mitu Do Rumba119. Gelorakan Semangat Pembangunan -120. Guygun Laskar Rakyat Mars
http://chokytobing.blogspot.com/2009/02/judul-lagu-nahum.html).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
249
LAMPIRAN 7: NAMA-NAMA PENCIPTA LAGU BATAK POPULERERA-SESUDAH 70-AN
1. Tagor Tampubolon2. Tigor Gipsy Marpaung3. Dakka Hutagalung4. Anton Siallagan5. Iran Ambarita6. Bunthora Situmorang7. Jack Marpaung8. Johny S. Manurung9. Robert Marbun10.William Naibaho11.Yamin Panjaitan12. Gaols Naibaho13. Abidin Simamora14. Posther Sihotang15.Tigor Panjaitan16.Sakkan Sihombing17. Soritua Manurung18.John Ferry Sitanggang19. Jennifer Simanjuntak20. Joe Harlen Simanjuntak21. Mangara T. Manik22. Pangihutan Manik23. Hady Rumapea24. Anton Manik25.Tagor Pangaribuan26. Fredy Tambunan27. Edison Sibuea28. Korem Sihombing29. Erick Silitonga30. Anre Silaen31. Edward Simangunsong
32. Retta Sitorus33. Hadi Rumapea34. Willy Hutasoit35. Joeharlen Simanjuntak36. Marlundu Situmorang37. Bachtiar Panjaitan38. Acon Sinaga39. Don Kinol Simbolon40. Richardo manurung41. Soritua Manurung42. Sudiarto Tampubolon43. Dolok Simanjuntak44. Dr. Alexander Manurung45. Sutan Ompu Raja DL. Sitorus46. Parihutan Manik47. John Ferry Sitanggang48. Benny Sinaga49. Anoy Simanjuntak50. Lans Hutabarat51. Ismail Hutajulu52. Muchtar Simanjuntak53. A. Manalu54. Lans Hutabarat55. Mangara Manik56. Johannes Hutasoit57. Fendy Manurung58. Gaols Naibaho59.Abidin Simamora60. Parihutan Manik61.Soaloon Simatupang62.Firman Marpaung63.Annes Purba
https://lagubatak.wordpress.com/category/karya-cipta/page/5/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
250
LAMPIRAN 8: ALAT MUSIK BATAK TOBA
Figur 1: Gong: ihutan, oloan, panggora,doal1. Figur 2: Taganing dan Gordang2
Figur 3: Sarune bolon dan sarune etek.3 Figur 4: Hesek4
1 http://bonigorga.blogspot.com/2014_02_23_archive.html,
2 http://www.mahasiswabatak.com/2013/07/mengen-alat-musik-tradisional-batak-toba.html
3 http://www.mahasiswabatak.com/2013/07/mengen-alat-musik-tradisional-batak-toba.html
4 http://id.wikipedia.org/wiki/Hesek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
251
Figur 5: Uning-uningan:5 hasapi, sulim, sarune etek. Figur 6: Garantung.
5 http://tobatourismboards.blogspot.com/2012/04/musical-of-toba-batak.html.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
252
LAMPIRAN 9: LAGU MELAYANI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
253
LAMPIRAN 10: NAMA-NAMA RESPONDEN DAN NARASUMBER
No. Nama-namaresponden
UmurLaki/Perem-puan
Lahir Di/Asal
Pen-didik-an
Pekerjaan AnakLaki/Perem-puan
TanggalWawancara
1 Dewi br Pangaribuan 48/P Jakarta S2 Musisi 2: 1L+1P 8 Feb. 2014
2 Doma Tumanggor 65/L Tapanuli SMA Pertamina 3: 1L+2P 3 Maret 2014
3 M. Simangunsong 64/L Bandung S1 Usaha Travel 4: 2L+2P 5 Maret 2014
4 Lukder Tumanggor 42/L Tapanuli S1 Pendeta 3: 2L+1P 5 Maret 2014
5 Mirando Damanik 66/L Sidamanik S1 Wiraswasta 3: 1L+2P 7 Maret 2014
6 Hotman Sihaloho 54/L Siantar SMP Wiraswasta 4: 1L+3P 28 Maret 2014
7 N. br Ambarita 50/P Samosir SMA Wiraswasta 4: 2L+1P 28 Maret 2014
8 S. Berutu 50/L Tapanuli S1 Guru 3: 1L+2P 29 Maret 2014
9 L. br Tinambunan 45/P Tapanuli SMA Wiraswasta 3: 1L+2P 29 Maret 2014
10 M. Simanjuntak 48/L Medan S1 Guru 3: 2L+1P 29 Maret 2014
11 Kardono Sinaga 34/L Tapanuli SMA Wiraswasta 0 29 Maret 2014
12 Manosor Pangaribuan 30/L Tobasa STM Wiraswasta 2: 1L+1P 29 Maret 2014
13 Hotran Simarmata 45/L Samosir S1 Wiraswasta 2: 2L 29 Maret 2014
14 M. Siahaan 57/L Siantar S1 Wiraswasta 4: 2L+2P 30 Maret 2014
15 Kaston Pakpahan 53/L Tapanuli S1 Karyawan 4: 1L+3P 2 Feb. 2014
16 AbidanTinambunan 46/L Tapanuli SMA Wiraswasta 3: 2L+1P 29 Maret 2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI