Plagiarism Checker X Originality Reporteprints.unm.ac.id/11361/3/SIMILARITAS BUKU STUDI...

52
Plagiarism Checker X Originality Report Similarity Found: 1% Date: Saturday, August 25, 2018 Statistics: 151 words Plagiarized / 18317 Total words Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement. ------------------------------------------------------------------------------------------- Studi Biologi KAP*EW*!NG Otetnuroorc Sebagai Upaya Pelestarian Plasma Nutfah Endemik Sulawesi Selatan I I Penyunting Muslimin B. Putra a\ r, ,. Rosdiana Ngitung ::['i,ftr:[iT:i"Jrcd s'b's'r uP'v' P!'|'starr'n pr""m! Nut'.h leutikaiir:,ck 71* qta dthduv oteh @aatc-dna.o ubarq Napdnaan* ,.b.g@ ,rau ..tuafi Bt b!*u ht t npa tn @^ ,*tbt lsEN 978-602-942G93-7 Dc.rak obh P7 L.utita Nowathar, t9i .n tu& bngg@s taw.b tut bo PRAKATA Dengan AsmaAllah Yang Maha Pcngasih dan Maha PenyayanS' atas Kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan p€nelitian dan penulisan disertasi ini hingga diterbitkan jadi buku untuk itu penulis ucapkan rasa syrkur kchadirat Atbh SWI' seraya mengucapkan seSala Puji bagi Allah Tuhan semesta alam, dengan terselesaikannya disertasi ini yang merupalon salah satu persyaratan akademik guna memperoleh gela. Doko" d"l"n't bidanS llmu-Ilmu PertaniaD Program Pascasarjana universitas Hasanuddin Judul yang diangkat dalam disertasi ini adalah " studi Biologi ltumbiDg Marica sebagai upaya Pelestarian plasma Nudah Endemik sulawesi selatan'' I(ambing Marica merupakan salahsatu plasma nutfah endemik sulawesi selatan yang kelestaiiannya saat ini s€dan8 terancam punah Untuk itu perlu suatu upaya untuk dapat menjamin kelestarian jenis kambint tersebut. salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengembangan kambing Marica secara er--siu melalui perbaikan manajemen pemeliharaan daD pembenan Pakal Namun terdapat masalal yant dihadapi oleh karera informasi_iDformasi dasar terutama yang terkait dengaD aspek biologis dari kambing Marica di habitat aslinya rnasih sangat terbatas. Untuk itu perlu dilakukan suatu kajian mendasar tentangjumlah populasi dan penycbarannya, identifikasi kamkeristil biologis Frg daPat digunakan sebagai alasar

Transcript of Plagiarism Checker X Originality Reporteprints.unm.ac.id/11361/3/SIMILARITAS BUKU STUDI...

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 1%

Date: Saturday, August 25, 2018

Statistics: 151 words Plagiarized / 18317 Total words

Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement.

-------------------------------------------------------------------------------------------

Studi Biologi KAP*EW*!NG Otetnuroorc Sebagai Upaya Pelestarian Plasma Nutfah

Endemik Sulawesi Selatan I I Penyunting Muslimin B. Putra a\ r, ,. Rosdiana Ngitung

::['i,ftr:[iT:i"Jrcd s'b's'r uP'v' P!'|'starr'n pr""m! Nut'.h leutikaiir:,ck 71* qta dthduv oteh

@aatc-dna.o ubarq Napdnaan* ,.b.g@ ,rau ..tuafi Bt b!*u ht t npa tn @^ ,*tbt lsEN

978-602-942G93-7 Dc.rak obh P7 L.utita Nowathar, t9i .n tu& bngg@s taw.b

tut bo PRAKATA Dengan AsmaAllah Yang Maha Pcngasih dan Maha PenyayanS' atas

Kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan p€nelitian dan penulisan disertasi ini

hingga diterbitkan jadi buku untuk itu penulis ucapkan rasa syrkur kchadirat Atbh SWI'

seraya mengucapkan seSala Puji bagi Allah Tuhan semesta alam, dengan

terselesaikannya disertasi ini yang merupalon salah satu persyaratan akademik guna

memperoleh gela.

Doko" d"l"n't bidanS llmu-Ilmu PertaniaD Program Pascasarjana universitas Hasanuddin

Judul yang diangkat dalam disertasi ini adalah " studi Biologi ltumbiDg Marica sebagai

upaya Pelestarian plasma Nudah Endemik sulawesi selatan'' I(ambing Marica merupakan

salahsatu plasma nutfah endemik sulawesi selatan yang kelestaiiannya saat ini s€dan8

terancam punah Untuk itu perlu suatu upaya untuk dapat menjamin kelestarian jenis

kambint tersebut.

salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengembangan kambing Marica secara

er--siu melalui perbaikan manajemen pemeliharaan daD pembenan Pakal Namun

terdapat masalal yant dihadapi oleh karera informasi_iDformasi dasar terutama yang

terkait dengaD aspek biologis dari kambing Marica di habitat aslinya rnasih sangat

terbatas. Untuk itu perlu dilakukan suatu kajian mendasar tentangjumlah populasi dan

penycbarannya, identifikasi kamkeristil biologis Frg daPat digunakan sebagai alasar

untuk dapat m€ningkatlan prodtrktifiras, Lttususnya dalam hal peningkatan populasi

untuk menghindari kemungkinan terjadinya kepunahan dari kambinS Marica.

I -Yogyakartar teutikaBooks. mts lj + 89 hh. i l4.S)e1 cm Cerakan Ponama, Feb.ua 2O15

!fi#.*,fl';l[i;ifr;1,r0,',"c,ue u63aln SampL,l j Endy Tata Letak j An-6r N05D ANA ri!][]N6 F t, ,,t

, L . ,,,t, it.,,r II lr,||l|lis flr rn ,,r ,,, ,,, \r,,r ..,,r,,,,,,,, l;r;;;; ; l,;:::l'r*T,il#: *l tr, tr Ii| ||||||,|,|I|r ir\Ill, M.S(.

',, r,,,r r,,,,,,,,, .,;;;;,,;.';;;'li;.'"",x:TJr:f* l,, t'i,,r,r,,r,,r r,llui trlnh llx,llrhr.rikr

,,,1,,,,*,,,,,,,,,,,1,,,,,,,t,,,,;,;,,;::;;;,;,,r'::,llil,lrrT"ff::r"""::li l],1,t",,,,,,,' In rr trrr,r,r t,,rrxr.r rxrrv.t(.sni:rn

discrtasi ini; prof, Dr.lr.

ll .,,,,,,,1,rt,t,,, 1r,..\r,t t\t\,.J1,,t l)r. Ir. AmboAlo. M.Sc, prof Dr. L\,,Irn,t, tIr N,rr,,ll, 11 S, .. lllt. I

)r . Ir. l,rla Rahirb, MSc. Selaku Tim l',.rrl,,r ,1,,r tIr t,,.llrlrrii r.:rrrt t|lah nrcnlborikan masulih,

saran dan tr rrrrlL Illull;r sr.l.s:rir1.:r lx.DIIisno discrtasi ini. s,.lxflj tntjr. Iljrt,;rk t(ekt(,r, ltrD:rl

^,.,,,,, .,,,,.,,ru,, u,,,,,*,' ,.r,,,i'r",ffi Dekan !'I''IIPA dan Bapak ..r,r*rrr ;:r.laranny.r yJ; ;.;;;;;":i:"

"eseri Makassar b$erta p""u[" un,ur..ungirui r"ffi;;;;;" "- tusas belaiar tepada r,,,s"a sarjana

univlrsitail;;ffi;lfil"lH fiffffi: l'nsca Sarjana.

Bapak proSram Srudi dan pengelola serta seluruh slaf pcngajar pada program pascasari

uni,ersitas sasan'ddi;. ;; ;;ffi "fr:r"Hil:*:"Hil lenrllis untuk menJadi mahasiswa protrarh s3

bidarg peternalan di pascasarjana Universitas Hasanuildin. Demikian put" t"p"au ""lu.ui

staf adm in ist rasi program prscasarjana Universitas Hasanuddih atas pelayanannya

selamapenulis mengikuti pendidikan. ::::"ji::: ;,.Ji.,lii ::lTf;:"::iiJ 1, ffi H:ffiT Pendidikan

Nasional Republik Indonesi beasiswa unt rk mensikilffi #:r:";J,::1,,::il.fi:::J Seiuruh Kepala

dan bboran di I:ri,* ringkungan uniue.srtas r;;;,,;, _,;;:I""''i.,n')'taborarorium di ,,n,,0o.",o,,u,

*u,,,ffi ;;:::::lT:I], ll'il:'il H:['j f r** t*r*n(a reruip r!,4ifdAh*,r D,Ntrrhr,r*i 'rr,a rtr,h R050|ANA

N01UrIc T t rrrr|r'silas Hasanuddin dan laboratorium Biochemistry Fakultas h,1l,,Lt('ran

Hewan UniveNitas Gajah Mada Jo$/akarta..

KepadamahasiswaFakultasPeternalanUniversitas Hasanuddin ,1,,r rrlhasiswa BioloSi

FMIPA Univelsitas Negeri Makassar yaitu I ,l\ . Ardy dan Elvi[ yarB telah memba[tu

pelaksanaan peD€litian, l, rrrrlis mengucaptan t€rima kasih. Kepada adinda Hasbi, S,n,

MP, N,llri Kurnia, S,Si. M.Si dan Drilimuddin, S.Si, M.Si, tcdma kasih .,l.rs bantuannla

selama penelitian sampai p€nulisan disertasi ini. Suamiku tercinta Drs. H. Umar Ambo

Rappe, M.Si.,

dan .,rrak-ana}:ku tersayang yang kami banttaka[ Dr. Hasdinar Umar, ri'| ., MT dan suami

Amil Sidiq, ST, D!9. Adzani Umar dan suami l)ru. Irfan Sugianto, Muh.Natas Mardiansyal

Umar, S.IP dan istri l(.rrry Nyiwi, SE, Muh.Fitrah Ramadhan Umar dan Re& Fajrianty linlar

ya[g selalu memberikan bantuan, dukungan, doa dan hiburan trnyemangat pada penulis

selama mengikuti pendidikan S:1 ini.

(duarga besar bpk KapteD inf. Abd. Malik dan bpk lr Rapiuddin di jrxreponto , terima

kasih penulis ucapkan atas semua bnntuirn dan hotasamanya sehingta penelitian ini

dapat terlakana Akhir kata penulis sampaikan permintaan maaf kepada semua pihak bila

selama ini ada kesalahan atau kelalaian yang telah pe[ulis lakukan, Disertasi ini penulis

dedikasikan kepada almarhumA)'ahanda II. Madinah D8 NSitung dan almarhumah

Ibunda Hj. Chadijah dan scmua keluaBa yanS tidak dapat penulis tulis satu persatu,

Semoga karya ini bermanfaat bagi masyarakat.

Aamiin YRA. Dr.Ir. l-lj. Rosdiana Ngitung, M.P Makassar, Februari 2or5 f ** **' *i t'b'ei

up4aftrt$rhn I'rJ!tu N'rr''h riri{ !,.m!&,.n T DAFTARISI It..\tiA'lA ............ D \t:tAR ISJ ......... I}

\I'IARTABEL II \I'I'AR GAMBAR Halaman ,, 1 r5 15 18 2t !3 16 !ll 33 3a) 36 38 s8 ix xi ITAIT

I. PENDAIIULUAN A. Latar Belakang .. ll. Kegunaan Buku .. C. Metode Penelitian IIAB II.

XARAI(TERISTIK DAN TINGKAH I.AKU IiAMBING MARJCA A. Karakteristik KambinS

Marica dan KambinS Kacang . B.

PelestarianSumberdayaGenetikTemak ................. r.Keragaman Genetik Ternak

..................................... 2.DNA nitochondnol.. 3.Polymerose Aoin Reaction (PCR) C. Konsumsi

Pakan padaTernak Kambing D. Tin8kah|akumerumput ............................................. r.Tingkai

laku Merumput Selcktif 2.Tingkah Laku Ruminasi .......................................... 3.Konsumsi

Hijauan (Grozing Intake) 4.Kontrol Intate Pakan 1 3 6 I BA3 III.

ANAIISIS GENETIK PENYEBARAN DAIY SISTEM PEMEIIHAR'r{Y KTIMBING MARICA

..............43 A Jumlah Populasi Dan Pe[yebaran Kahbing Marica ....43 a.Jurnlah Populasi

Berdasarkan Kelompok Umur.....43 b.IGrakteristik Petemak ...........................................45 B.

PenSamatan Parameter Sifat Genetika Dan Morfologi KambinS Marica ..,.. a. Sifat

Cenetika....................... b. Pengamatan Dimensi Tubuh C.

Pengamatan Pada Sistem Pemelihaman In-.gitu a. Tintkahllku Merumpul ........................... b.

Tingkah LakuMakan ................................ c. Pola Tingkah klu Makan ................. I). Respon

K^mbing Maricayang Dipelihara Secara Intensif (ex-situ) tcrhadap Pemberian Hijauan

virng Berheda r. PcrlilmhrhanBobotBadan ............,,........... b. K0nsunlsi Palan c.

lilisicnsiPenggunaanPakan ....................... I}AI] IV.

PENUTUP DAFI/IR PUSTAXA I trL d B ologi bmbinq Mai(, lh9l l,0iti Peknir rn Plirmi Nndah

trtemfl slli*ei se]ihn l()SDlANl Nqlu\G n DAFTARTABEL Halaman .52 .52 .59 t$ IGt! t lrutan

basa dan meltin g tempetolure ,,rimer untuk ampliEkasi daerah rl-looo kambing'

kambing yang ditelitr ,lumlah populasi dan wilayah peny€baran k mbing marica pada

beb€raPa kelompox lTJleristik Peternak Kambing Marica Di Kabupaten JenePont

Karakerisrik Peternak Kambint Marlca 3:,*'J[:: $i:";.ra daerah D''iopp DNA rentanC,20Pb

p".ii.o'm.." Nor':*tiaa daerah D-Lopp DNA ,"ntans8+o Pb 96o Pb dan looo Pb - ".,Ji

r"*"U"- "tteotida antara Kambing i""it p"n"titi"n a"ng"n beberapa kambrng yang berasal

dari GenBank -n^al-.i" s"btt"p" oi*ensi Tubuh (arnbing Maric! "ii*t.,

rtng* '"nu Maka! (%) Ysmbins Marica Beralasarkan Alokasi waktu 10 44 47 48 55 56 57

6o 67 ....6r ....61 ....63 ....65 72 73 74 n 79 B ***orr,no 5.Lrei up4a ftr$rrinpras,na Nudih

rn&m,r sdrrr 5dinn n lr ll 3.9. DAFTARGAMBAR IGtt IIasil Amplifikasi mtDNAdari

Kambing Marica dan Kambing Kacang (Marker = rooo pb) Dendogram Pohon Neighbor

Joining (boot6rap rooo ulangan) Histogram Tintkah Laku Makan Pada Waku yang

Berbeda Ilistogra.rn TinSkah Laku Makan BerdasarkaD Jenis KelamiD Pola Tingkah hlu

Makan pada Jenis Kelamin yant Berbeda Histogram Frekuensi Tingkah lrku Istirahat

Pada lGmbing Marica Berdasa.kan Alokasi waktu Rata-rata pertaebahan berat badan

kambing Marica pada perlakuan pemlrerian hijauan pakan yang berbeda Rata-rata

konsumsi pakan kambing Mrlicir pada perlakuan pemberian hijarran pakan yang

berbda. Rata-rala effisiedsi pengtuuaan pakan kambing, Marica pada perlakuan

pemberian hijauan pakan ,an8 berbeda.

Iltrlaman 58 63 64 66 7O 74 75 tr BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun

2o3o FAO memp€rhrakan kcbutuhan da8in8 ,rk{n meninSkat dua kali lipat dibandiogkan

dengan kcbutuhao l,irda taiun 2ooo, kecenderungan penggunaan temat ungSul untuk

nroncapai tarSet produksi temal secara maksimal sehintta p€rhatian tcrhadap

peoSembangan ternak lokal termarjinalkan.

Dampi* negatif l,eningkatan t€mak unttul adalah penurunao populasi sumberdaya

llenetik ternek lokal secara cepat terutama di negara-negara lang scdang berkembang

(FAO 2oo7). Sekitar r9o dari 7600 rumpun temak di dunia yang telah tercatat nkan

punah selama rS tahun terakhir, dan 15oo rumpun diantamnya bcrada dalam status

beresiko mendekati kepunahan. Sekitar 60 rumpun temak terdid atas Sapi, KambinS,

Babi, (uda dan Un8gas tclah punah/hilant (lost) selama 5tahuntelakhir.

TinSkat kehilanSan rumpun ternak lol.al paling tinggi dijumpai di negara-negara sedan8

R05DlNA 6lTUl6I berk€mbang (FAO 2oo7). Konseryasi dan pengembanSan rumpun

ternak lokalsangat penting, sebab rumpunlokal dapat memanfaaikan pakan berkualitas

rendah, lebih tahan terhadap t€kanan pelubahan iklim dan serangan penyakit, serta

sebagai sumb€r gen-ten yant secara ekonomi mentuntungkan urtul peningkatan

kesehatan dan performan sifat-sifat produksi pada rumpun temak untgul komersial

(Cardellino, 2006; FAO, 2oo7; Ruane, 2ooo). Salah satu komoditas kekayaan plasma

nutfah nasional di sub sektor peternakan adalah ternak Kambing.

Kambing menyebar di berbagai daerah dengan iklim yang berbeda dan terpisah dalam

jangka waktu yang lama. Faktor linSkungan dan perlakuan seleksi yang sangat bervari.si

mengakibatl€n laju perubahaD tenetil yent sangat beragam (Rout el al. 2oo8). Kambing

Marica adalah suatu Fnis Kambing lokal endemik yan8 hanya dijumpai di Propinsi

Sulawesi selatan.

Jenis lGmbing ini rherupakan salah satu genotipe Krmbing asli Indonesia yang ncnurut

lirporan FAO sudah tcrmasuk kategori lantka dan hampir t:rrnah (t,rrrlorrqcrcr0. Krmbing

Marica mcmpunyai potensi g€netik !Ing n)irDrlnr l)orrdnptnsi bnik di daerah

agro-ekosistem lahan kerinS, 'r,i'il" (hrrrh rhngan curah hrja. tahunan yang santat

rendah. (irnrbinA Maricn drprt bcrtahan hidup pada musim kemarau walau hanyi

rncmakan rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu- batu.

Daemh populasi Kambing Marica dijumpai di Kabupaten Maros, Kabupatcn Jeneponto,

Kabupaten Soppeng dan daerah kisaran Kota Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan

(Fitra, dkk., 2oo9). Penelitian te[tang kebendaan populasi Kambing Maric, di Sulawesi

selatan belum banyak dilakukan, dan termasuk kedalam penelitian ini adalah mengenai

jumlah populasi, kapasitas tampung dan kerapatafl populasi Kambing Malica di Sulawesi

selatan marih sangat minim, sehingta prediksi jumlah populasi Kambing Marica di

:nrl.twcsi Selatan belurn diketahui' '''' ii""U n*r**un pen'lahuluan yang telah dilakukan

pada , ,; *;;;"; mengindikasikan bahwa rendahnva populasi ,.

;;; ;; ;;;; r," "da saat ini drsebabr'an oleh berbasai fartor' , .'rt,,. r"at *r** **onjol adalah

Kambing Marica pada umumnya ',,r^lihara bersama Kambing Ikcang dan secara

marpholoSis .1,,-" *O* lGmbing Marica lebih kecil dari Kambing Kacant' ,',,i'"t rn*r"**rr

fetemal tidak memberi perhatian yang baik , ,',';:;,;;";;""" ;mbins Manca bahkan cenderuns

untuk ridak ,,',;;;;;;;* takorlainadalahkompetisi tcrhadaP Kambint ^,:#;;il; ;"ndaPatkan

bahan makanan sangat rendah ,,'.,tl'il."r" ,ur."t tubuh yang lebih kecil' Disamping

rendahnvtl ,,i,""ir", ."."""tankan hidup aihabitatnva' khususnva pada ,,*, *i"*."r, ***"t akibat

dari predator seperti anjing dan ullr' """ "r","i' n"*"matan populasi Kambing Marica

Nclirlui ,la*'*nUO*"' dan inventarisasi poPulasi se(a penyelutarttty:' ',1,.,', u*""r*"

o""rnping sifat-sif^t biolo8is sclcrti lirrgk rh lirltt' lH;;; ; ;'"d,ki serta pola

pensembansbi.kanrrva' I rasil l;;;;; il";"t meniadi bahan rujukarr dalam rnelakukan

ir".'",r0".""n secara ex-sltu dengan mengamali respon Kambing ,"n"" ,"*o* ln'*iemen

pemeliharaan dan pakan scbagai suatu ;:;;il;;-""tndan kepunahar sset plasma nutfah

endemik sula\iresi selatan. B. Keguraar Buku Indonesia merupakan salah satu negam

dengan tiDgkat O**"-".'h"*U tertinggi di dunia Het ini merupalan suatu ;;";;;;;;" pe'lu

dile"ta'ik"r' Na'un hasil penelitian ;;#,il;;;"" seinn8 'lensan perjalanan wakt, maka

RotorN^n6lruil( E E lditliolog [rnDing kno 5eb.9r Llpiya ftl!3rein PhnB N iih fftmt 5da6

ldrlan terdapat kecenderungan terjadinya kepunahan pada beberapa sp€sieg tertcntu.

Kambing Marica merupakan salah satu plasma nutfah endemik Sulaw€si Selatan}?ng

kelestaria[nya saat ini sedang terancam punah. Untuk itu perlu suatu upar? untuk dapat

menjamin kelestarian jenis Kambing teEebut. Rendahnya populasi IGmbint Marica saat

ini disebabkan oleh karena ukuran tubuhnya lang relatif lebih kecil dibanding dengan

jenis Kambing lokal lainnya sehing8a petemek tidak memberi perhatian yang baik

terhadap keberadaan Kambint Marica bahkan cenderung untuk tidak

hengembangkannya.

DisampirB itu kompetisi terhadap Kambing tokal dalam hal mendapatkan bahan

makanan sangat aendah senr rendahnya kemampuan mempertahankan hidup di

habitatnya, lihususnya pada awal kelahiran, sebagai akibat dari predator seperti anjing

dan ular. llal ini men8ancam kelestarian Kambing MaricasehingSa perlu suatu upaya

dalam meningkatkan produktivitas jenis Kambint ini, Kcccnderungan masyarakat

memelihara KambinS lokal dari bcrhagri i{:nis dolam kclompok yang sama menyebabkan

terjadiiya polkrwinan sil ng.

untuk mengidentifikasi keberadaan Kambing Iu;lriol pcrhr dilakukan pengamatan

terhadap sifat tenetis maupun nmrphologis untuk memastikan keberadaan serta

ciri'cirinya. llcrdxsarkan hasil pengamatan ini maka dapat dilakukan survey pengamatan

tentang jumlah populasi dan penyebarannya untuk memastik^n kebemdaan Kambing

Marica di Sulawesi Selatan yang diharapkan dapat dikembangkan untuk peninSkatan

populasinya.

Informasi awal tentang sifat-sifat biologis dan ekologis dari jenis lGmbing Marica sejauh

ilri rnasih sangat terbatas. Pada sisi lain untuk dapat mcngembangkan suatu pola

pemeliharxan yang tepat dibutuhkan data awal tersebut. Untuk itu pcrht suatu

pengkajian untuk mendapatkan informasi yant berhubungrn dongan aspek r,,,,,., .,,erti

pola tinskah * l"ffiI#ffiii::li:: r,r,,, ,,, tlirn halhal yang berhubungan oer .trrr r,1,r,,rtr-rksi . .

."-, ini maka dilakukan rr,t,lasarlan infonnasiintormasl r "_pon Kr_bing M"ri- | ; I I ;

ilJlllilTiil#trl.-]:.,:";x. It1'.fi .,,,,r ,Ihirapkan daPat meninSkatkan^,1J","" o*r*, **u ' " " "nduki'

khususnya rlalam pen l,:'l ,i:,i,.T.|Iil"i"i pt**" nu*ut' x''nurns Marica di surawesr " "'"'1"*'n"-

vans diharapkan i1i,:11"t::',:,.:il:ii::,l:| .' r,r"h tersedianva inforrn:si bl:::il:t:ffi n ."tus"i .ot,,si 1"

,rs,'mbangan KambinS M"'i* 1-:::;;";k pcresrarian plasma '''' '"t o"n"o*-- P"da kondisi

budida) ',,,rtr,lr Kambing Marica Ut t'1"1"'',f-"l"li1*, ouku hasil pcnclitirn Adapun tuiuan

van8 ltol otT,',L.u*rv"rica dih:rbitatnva ,',r adalah: mengetahui d**l t:"::i-T' ;;; ",,ilay"h

penv"bo'"n .,. r mensinventarisir **l'l '^"::1"-, "J.nga"r'ri kekerabatan (i,,nbins Maric' di

sulawesi ,It- ^='ri'ri?J"r"ahui keaslian x,rrrrbing Manca dan lkmbin8 *"fll;;" berilasarkan

evaluasi ,r,,ri pada Kambins Marica )'ans i'-:lj"[;;;. atau sambaran r,,,,"riku d"n -o,rologt"ri'

""illti,'"',*To il;i.,g t.{".i"" p"au ',,,ur. ,"n,rn, aspek biolotis. dan "Tr",i'n "ng"lnuongr."n .o",u

kundisi in-situ (habitat aslinyaj;, X;;T;_ m-eningkatkan .rcbde perneliharaan dil'ar

habiht@"' iopi".i a"n * "v"tt l)roduldvitas yang bermuara pada Pen E

I'(l&dogr&mun!ili.{r9bapUpiyaftl6riiDrPl mNtiti,I ol \, a\+ n peogembansannya mlouN

lloluN6 E ('.

Metode Penelitian Buku hasil penelitian disertasi ini dilakukan dalarn einpat tahap

yAnsterdiri dari: Tahap I: Inventarispopulasi dan wilayah penyebaran, Tahap lI:

Karakterisasi dan elaluasi sifat genetik dan benfuk morpholoSi, Tahap Il[: Pengamatan

pada kondisi pemeliharaan in- situ dan Tahap IV: Pengamatan pada kondisi

pemeliharaan ex-situ.

Tahap pertam6, dilaksanakan pada bulan November 2ou sampai dengan Februari 2012,

dilakukan penelitian lapangan untuk menS€tahui daerah te torial IGr[bing Maica di

habitatnya serta menginventarisir jumlah populasi dan wilayah penyebarannya, wilayah

yang dikunjungi adalah g kablpat€n di Sulawesi Selatan yakd Jeneponto, Maros dan

Soppeng serta di Kota Maka-ssar.

Materi yant digunakan adalah daftar quisioner, alal tulis menulis dan penanda ternak

yang terbuat dari kulit yang dikalungkan di leher rumbing. Penelitian Tahap kedua

tentang evaluasi sifat Senetika dan bentuk morphologi dilaks:tnakan pada bulan februari

sampai denSan.juli 2ol2 bertempat di l,aboratorium Biochemistry Fakultas Xetli*t0ran

ll'wan UDive$itas cajah Mada Yolvakarta dan tx.rgrrrrl:rn lx)r'fok,Bi K nrbing Marica

bertempat di habitat Kambint li rt ir.

l'(ngrmbilan sampeldamh KahbinS Marica yang diambil &ri seli p Kambing Marica yanS

ditemui di empat wilayah peDgamatan dirnalisis di laboratorium , Selain itu sampel

darah KarDbing Kacang juga diambil untuk dianalisis sebag.i pembardin& SelanjutDya

samp€l dflrah kedua jenis Kambing tersebut di bawa k€ laboratoriurn Biochernistry

Fakultas Kedoktemn He$an Universitas Gajah Mada, Yolvakata untuk dianalisis DNAnya.

Materi yang digunakan u[tuk pengamatan bentuk rnorfologi dan prilaku merumput

adalah Rambing Maricajantan dan betina yang berjumlah 2() ekor yang telah mencapai

dev.asa tubuh. Alat yang diSunakan untuk mcnsukur dimensi tubuh ,1,,r, rurgkah laku

merumput adalah Handycam' computer' tlmcr' ;,; ;J;;;;;ak, pita rneter' tongk't ukur' mistar

seser dan ; i , ;;ili . ;*i penelitian ditent'kan berdasarkan wilavah ,t ,,,,,,.i.r* ,"J", Kambiug

Marica tcrbanyak vang diperoleh ,,,",., ir"it p"taiiu.

pada Tahap pertama' yaitu 'li Ksbupaten ' 'o"n'"rnrun,"n"n *"oga adalah penelitian

aspektingkahlaku dan ',,-, ;;;t;;;,;t plnelitian dilaksanakan secan in situ Di ke , ,,r, *ir"i*:r. *,tu

Jeneponto' Maros' soppeng dan Makassar' 'r"^iii". ,"t", ke emPat adalah pemeliharaan

KambinS t"r,"" ."'*."1, ,* irlaksanal"an Paila bulan Juni sampai dengan ta',",r"-r"* b"a".*t di

llboratorium Pemuliean Ternak Fakultas l'{'trrnakanUniversitas Hasanuddin' Makassar'

Materiyangdigunakat "a,;-;;;;;tn, Marica betina vang telah mcncapai dew*a ,"i,.i. ""t"","t *.t

diSunakan adalah kandang dan pcralatanttvtr' lr i inuan pal..an serta timbangan' , - fn

errt.tisati popt'lasi ilan Wilo)'ah Pcnyebrrun " ;;;",il ini dilakukan dengan Metoda survcv

dcnsan ,,,""*;;; drt" s"ku"det dan data Pnmer' Data sckunder ,l\)eroleh denSan melahrkan

wawanBra ilengan Dinas Peternakan ,i,i;;;;;;;*-"" vans ada di Kabunaten Jencponto'

Kabupaten M rcs, xrbupalen Sopp€n8 dan Kota'Makassar' Sedangkan -dala primer

tliperoleh alengan pengamatan yans 'lilakukan secara sengaja U,urposirre sampiing)

untuk meng'hitun; secara langsunS jumlah *nr*, * ."i**" was/ancara kepada petemak'

Penentuan lokasi dan responden dilakukan b€rdasarkan u"t"."p"'1"f,"p-' yang meliputi :

h) Penentuan 'lokasi utama didasarkan pada informasi terilahulu yang berasal *tt:'i::: i ]ir.

0".i**.t,".kait (tingkat kabupaten) sebagai data sekundcr dan diangtap representatit

terhadap populasi Kambing Maric'al (z) 5luliB'doybr nglhn(aSrtigrUprFPrldrnanni$DliL

lihInd.mi!] e!nhran iosolltiA lloluliG rl ti Unit loka6i kedue yaitu pengamatan pada setiap

k€crmataD yary tehb teridentifikasi; (3) Unit lokasi ketiga ,?itu pengamatan pada setiap

desa yanS telah teridentifikasi; dan (3) Unit pengamata! terkecil yaitu menentukan

rumah tangSa yang beternal fiambint Madc!.

2, Karakterisssi dan Evduasi Sifat Genetik dan Bentul Morphologi Hasil pentamatan

pendahuluan mengindikasikan bahwa pemeliharaan Kambing Mari(a dilakukan secara

bersama-sama den8an Kambi[g Kacang dan bebempa petemak dapat membeda].an

keduajenis temak tersebut. Untuk itu pe.entuan sampel pengamatan, khususnya

terhadap jenis Kambing Marica didAsarkan pada petunjuk peternak.

sampel yang telah ditentukan selanjutnya diberi rantai penanda pada leher untuk

menshiDdari kemungkinan terjadinF kesalahan dalam pengamatan. Selanjutnya

dilakulqn pengukuran terhadap beb€rapa dimensi tubuh da! karakteristik bebempa

bentuk tubnh. Karaktcristik dan ukuran-ukuran dimensi tubuh Kambing Miri(a rnanp(n

Kambing Kacang }?ng diamati adalah bobot badan, l]x n ir ng hl(lnn, l in ngi pnndak,

tinggi pingtul, lingkar, dalam dan lebar (l:r(h, I)nnilnB t:ln(luk, panjang, lebar dan tipe

telinga serta paDjang tlan lcbar ckor.

Pcngamatan sifat genetis yang dilakukan untuk men8analisis hubungan kekerabatan

Kambint Marica dentan Kambint Kacant dilakukan dengan menggunakan metode

analisis DNA dengan teknik PCR sesuai dengan prosedur Yadav dan Yadav (2oog).

Adapun prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut: t. Pengambilon Sompel ro mL

darah dai vena jutular diambil dari masing-masing Kambing Maricajantan dan betina

serta Kambing lGcansjantan dan b€tina yang ditemukan.

Pen8ambilan darah dilakukan secara aseptic lr {' r.,,/(si DNA lotal l'rrpamsi contoh darah

$ergikuti metode Sambrook et ol rr,, t l)arah sebanyak 5-1o ml ditambah 1x volltme

la$tan Iisis r-,M sucrose, 1% (V/\,) Tritoo x-roo' 5 mM MgCl" dan ro ElM r I(1, pH 7,4)

ortarel sel dalam laNtan alienilapkan dergan I menit Endapan ditambah dengan lX

r,,'l,iltrgasi 6500 rpm selama M NaCl, 50 mM EDTA' pH 8,o), darah ,l,,nrc l:uutan Pencuci

(75 m [tnya ditambah dengan digestion burer oarutan STES + o,5 rl Proteinase K)'

kemudian diinkubasi Pada Penantas at suhu I 16 iam atau semalam' t I'urifikasi

DNATotal mengikuti sambrooketol (1989) susPensr bah felol rx volume' dicamptlr h

diambil dari Penangas air ditam selama 3 menit Fasc atas ,.rll kemudian disentifuSrsi 13

ooo rpm baru, kernudian ditambah I.rllg meoganalung DNA dipindah ke tabung l,,rof

orm:isoamil-alko itrol (24:1, CIAA) dar alicamPur mta !'ase atas r[ian atas dipindahkan

)isahkan tl€ngan seDtrifusasi ke tabung g.ooo rPm baru, ditambah etanol absolut 2x

selama 3 menit Cairan ,lume.

Gumpalan DNA diendaPkan dengan sentri{utasi 13 ooo rprn DNA dicuci menggunakan

alkohol ?o% 1x .rlama 5 menit Endapan lolume dentan sentrifug'si 13.ooo rpm selama

DNA dilarutlGn 3 menit. DNA Yant dalam larutan dipcroleh dikerintkan di suhu ruanS'

'IE(1o mM Tris-HCl; 1mM EDTA' PH 8,o), kemudian diinkubasi Pada suhu 3/C selama 15

menit' sampel DNA disimPan an dimi8rasikan Pad paila PenanSas arr suhu -2o"C DNA

dilihat kualitasnYa deng a gel rgarcsa 1,2% dengan m€ngsunakan buffer IXTBE (89 rnM

Tris' 89 mM asam borat dan 2 mM EDTAi I'lt 8,o) drlam Piranti submarine dilakukan

del8an E Srui'ldoot mti,rglhri5€ti9UprFhi.nrDnPli5roNunihtndm ti.ft,telilm ElectroPhoresis

(Hocfcr' USA). Pcngtnrita E t .h,,,,,1!,rrtkandaram'"':'"lT-',,I1]'.#xTj,"Jt"iiJ#: \r l, L l titrate

dextrose) Sampel dsmPi 1,,: ;,'l"*:;";""um untuk analisis selaojutnva I hlrl'rnlfIIr llV(l 1(xr

nrn)setelah gel diwarnai dengan ethidium 1,r,,,|lxl( (r,.ri "',l/'lll). | \lttt'ltlt[ :i l't ll l)NA l,rlrl

lrnsil ekstr ksi dipergunakan sebagai DNA cetaka[ rIrIk t,n,ses nnrt)lilikasi.

Primer-primer yang dipergunakan dalam trrrclilinn ini di(lisain untuk mengamplifikasi

da€rah D-loop (Tabel J.r). l'rimcr untuk D-loop didisain berdasarkan data urutan Capra

hircus (Kode akses GenBank: GU295658.1). Program primerg output

(http://!.nv1\-qenome.wi.mit.edu/csi .hin/nrinrfr.cei/ results from- pri,ncri) digunakan

untuk meny€leksi primcr-primer mana saja yant diestimasi memb€rikan kernungkinan

hasil yang bail. Tabel 1 .1

. Urutan bara dan melting temqratu. ptimer unruk amplitkaii dae6h D]oop K.ftbing-

Kambingyang diteliti D.loop Komposisi 50 ml campuran pereaksi PCR terdiri dari 2,S mM

MgCI", 10 mM dNTPs, roo-3oo ng DNA cetalGn, ro pmol masint- masing primer dan 2 U

Ioq polimerose (Bio lab) beserta bufernla. Amplifikasi PCR pada penelitian ini

meng8unakan mesin PCR Infnigen.

Amplifikasi PCR D-loop dilakukan deogan kondisi sebagai berikut: DeDaturasi awal

selema 2 henit pada suhu 94'C selanjutnye diikuti dengan 94'C selama 30 detik untuk

denaturasi, 55qC selama n 5t d &0109i (amhlig Mafta 5ebagar Upila Pehniian Pliiria

Nudih tnim( !r i{rFe selabi B050rlNA NcrlllK E r, detik untuk penempelan primer

(onn€aling), 72qC selama r,5 fix.nit untuk pemanhngan (elongotion) sebanyak 35 siklus

ker[udian ,lirkhiri deotaD penambaha! pemanjatrgao (ertension) sela$a 5 rn.nit pada

72"C. Produk PcR dideteksi dedgan cara dimigrasikan pada 8el .',.,lrosa r,2% dengan

menSgunakan bufler rxTBE ilalam piranti :n ,marine Electrophoresis (Hoefer, USA).

Pelgamatan dilakukan ,1,1!gaD bantuan sinar lry (l = goonm) setelah 8el diwamai

dengan ,,1 lr idium bromide. P€Danda DNA dengan ukuran roo pb dipergunakan ,,.hrgai

pcnunjuk berat molekul. I lreng!rutanNnkleotid.t Produk PCR hasil amplifkasi dimunikan

dentan mengSunakan t;l .\ Column purilcotion ,tit (Amersham, USA), selanjutnya

,lrllergunahan sebagai DNA cetakan untuk reaksi Pengurutan rllkleotida.

Urutan nukleotida daerah D-loop diperoleh dengan rr. 88unakao alat pengurut DNA

otomatis ABI Prism versi 3.4.1 rlrliA). Reaksi untuk penSuutan D-Ioop metrStunakan

larutan l,rurksi thermo Sequenose CVS Dye Te,ni]otor CVcIe Sekuencing ^rr Kondisi

untuk reaki peoturutan adalah sebagai berikut: ,l,.nntlrrasi awal selama 2 menit pada

suh! 94"C selanjutnya diikuti rl, n,ihn 94qc selama 30 detik, s5'C selama 45 detik, 72"c

selama r,5 !r!.rit sebanyak 35 sillus kehudiaD diakhiri dengan penambahan i,,\i.rsion)

selama 5 menit pada 72"C.

t roduk reaksi p€n8ututan dipurfikasi menSSunakan kolom u r rr, ,strl G5o, kemudian

DNA dikonsentrasikan denSan penahbahan rlL,,lxrl absolut yang dilanjutkan pencucian

menSSunakan alkohol r,",,. tindapan kemudran dikedn8kan di udara terbuka. Setelah

kerir& ,trr,flrl)ahkan ke dalamnya 6 l jtop solution. Larutan diinkubasi l,tlx 72,C selama 5

menit dan kemudian dimasukkan ke dalam es. Jotnlah Basa Tempff6lu16 fc) Trrc€l 20 3',

5', I 5.

andltsrsDato penjajaran bergahda urutan ai*^"ri"i.a",gu"ru,til;;J_:l,J#;,l*r"1,,u"ffi ,'rr.,,::: ar,

1994). Sebagai spesjes pemba ndine r akses cennank: d;;;.;:;::i8una*a' copm r'rcia (Kode

whi,e(Kode ""* ;;;;;i';;;:li,Ly.n*.0 lnner Monsoria at<""s c"ns"nr,, r.rzo;;;.;;";;;:t '' capm Jotconei

(t<ode JN6326o9.r), ' - " --P' - \u'lcosica (Kode alses GenBank: A-nalisis filoteni

menggunakan ner rru-,. "r or zooij a"ne;'""";:',";Jff::1*,,,nqk MEGA versi s.,

dengan rooo kali pengul-- "'-'"-! @or$rapped Neighbor-loinihg g. pcngamat&n pada

Kondiel pemclihar...n In_situ penelitian rerhadap kondioi D€n ,"n"n u,,,;uunn n"u,-l_l"i

*"_l#,T:"I"an,n-si.u K.rhbinr &'n,lxmxran u,*i,,*","*"irr'r"a.on Tingkoh loku merumput.

r\4,,rn.:, i,,,,,, ,,,,,, ;;;;,;.'il;,^::Ts'masins 5 ekor Kambins ,,x1,ri,r,.,,ri,ik,,sis,.ri:,pi,,,,,";;;;;."i;;"j''

randa pada reher uhtuk ,r,r,,k,k.rr *,.hnr,, r"rrrr; il;il ;:T,*.mpoknya.pensamstan :,r:,,,,i,,vi,

{{rk,r,rr ,, ,,,r, ilr-""'ri,l]Ias meNmput pada habitar ;1'1';1'1i'1'1'*"'" "'ffi I;: ff :tril:T:,ff:'J:i,ff ::;

J.nts rumput yang diseleksi untuk rnene. ['],'fl"i:il#,iii;*1,.:1,]Jl-iJJ*:i:j-:::'Jtr

I*]::*'I"".i,"'"oi,,,il',"'"ri,,oi:T:T'r:'li-T;::1 :::llt.,r: dianarisis untuk rnenshituns rr" r*"rnrl ..rnrrr,

rumtnasi dan lama istirahat dan pengamaia \soc&l behauiourl- n terhadap interaki sosial

;iliT.HH[ffl;I]ll ffifl,::*,akan a,at pensuru, ,s u t".pu,",,. ir", ;"'ffi#;::::" ",rxs ris*ik 6om,{, daya ,1.

l'cngematrn pade I(ondisi Pemelihaiaan Er-situ Penelitian pada tahap keempat ini

dilakutan secara experimen lrluk mentetahui respon IGmbinS Marica terhadap pe$aikan

rrr.ruajemen pal,r:an dan sistem pemeliharaan. Penelitian disusun l,r'rlasarkan RancanSan

Ac* tengkap (RAL) 3 perlakuan dengan ! .kor ternak sebatai ulangan. Adapun perlakuan

yang diterapkan ,(hlah jenis hijauan yang diberikan (rumput lapang (Ri_), rumput rrggul

(\) daD rumput unggul + leguminosa (\,")).

Kambing Marica yang digunakan adalah IOmbiDg betiM rang sedang bertumbuh (data

hasil penelitian Tahap III). Kandang rrtuk pemelihaman secara i[tensif yan8 diSunakan

adalah kandalg rndividu dalam bentuk kandanS pangSudg dengan ukuran 1,S x 1,S m

vang terbuat dari bilah bambu dan dilengkapi dengan tempat makan (lfln air minlrIn.

Selama p€meliharaan temak diberi hijauan pakan ylng tcr(liri rlari rumput alam, Rumput

unSgul dan runlput unggul + lcSurni[(rsr. l'cmberian palan dan air minum selama

penSamlltan dilakukan srcara dd-libiarm yang diberikan pada pagi dan sore hari.

Pcngamatan penelitian ini dilakukaD selarna z bulan yang didahului oleh periode

pembiasaan selama 2 minggu.

Parameter yang diamati adalah: - PenaDbahan berat badan; pengamatan dilalolan

berdasarkan hasil penimbantan setiap ekor ternal yanS dilalukan setiap 2 minggu

dongan menSgunakan timbangan digital. - Konsumsi palan; jumlah kodsumsi paLan

harian dihitung berdasarkan jumlah hijauan yanS diberikan dikuranSi jumlah sisa

(hijauan yang tidak termakan) pada hari tersebut.

- Efisiensi penggunaan pakan (EPP); dihitung berdasatkan rumus: Pertartrbahan berat

bldan p r* *r,r** urno l€t.ea,Upry.ftk$iinptarm, N!{ih ridrflrslliiri d&n EPP = Jumlah

konsumsl pakan RoSDTA ,\N{tll}N6 IE 3. ,rg diperoleh pada masint_masing tahApan

penelitian diolah hcrikutl PcnBamatan jumlah populasi dan DeDvcb a inn"llsi" .""r."

ausloir_*- s4r Pqrv.,oarannya (T,hap I) :-nSamatii parameter dimensi tubuh dan sifat

tenedc (Taia} If) dianalisis sccara deskriptifdan analisis filoSehi men8gutrakan perangkat

lunak MEGA vcrsi s.r (Xumar et jl*"^l,l *":.: metode bootstropped Neishbor_joinins

oengan looo kali penSulangah.

Pchtamatan tingkah leku mcrumput (ir-siru) (Tahap III) dianalis dengan Uji T. ::-:lT

terhadap respon KarnbinS Marici terhadap IErDarknn manajcmen pakon dan sistem

pemeliharaan (ex- lll,i:,1"1^:_ ll-", (ANove; bara35.1,, x,n*,r_ Acak iehgkap fItAI_) 3

perlakuan dentAn 3 ulangan. Apabila m_enunjukkah perbedaan yang nyata, dilanjutkeh

dentan Uji B(\lfl NFta,tirrkcrit (BNI).

o BAB II KARAKTERIST!K DAN TINGKAH LAKU KAMB!NG MARICA A. Karakteristik

Kambing Marica dan Kambing Kacang Di Sulawesi Selatan t€rdapat temak Kambing

yaog mirip Knmbing Kacang disebut Kambing Marica. Ukurann,,a )ebih kccil

rlihandingkan tGmbing Kacang dan tidak bcrtanduk.

Ciri yang paling khas pada Kambint ini adalah telinganya tegak dan relatif kecil dan

t)ondek dibandinS telin8a (ambinS Kacang, tanduk pendck dan kecil

scrtakelihatanlincahdanagresif. KambingMaricamcmpunyaipotensi genetik yang mempu

beradaptasi baik di daetah agro- ekosistem lahan keriry, yaitu daerah dcngan curah

hujan sepanjanS tahun sangat renalah. IhmbinS M:rrica dapll bertahan hidup pada

musim kcmarau walau hanya mcrnakan nrnrlnrl-nlnrp l kcring di dacrah l nodlllohot [$itu

il,, G--,- tanah berbafu-batu.

Daereh populasi IGmbiDt Marica dijum sekitar Kabupaten Maros, KabupateD dan

daerah kisaraD Kota Makassar (Fitra dkk., 2oo9) dan oleh FAO telah (endangered). Data

alasa. tentant produkMtas Kalnbing Marica belurn banlak terungkap. Knmbing Mari(a

)'ang terdapat di Sulah.€si selatan memiliki ciri klas telnga tetak dan relative kecil daa

tubuhnya lebih kecil dibandiogkar Kambing Kacang Asal usul l(ambiog ini belum

ditemukao secara pasti.

(am rni merupakan bangsa Kambing tersendiri. Nahun Kambing Marica ini belurn

banyak dari masya.akat. IGlnbingMarica IGmbing Kaclng. tGmbint Marica yarlt terdapat

di provinsi Sulawesi Selatan merupalan salah satu genotipe rhenurut laporan FAO sudah

termasuk Prnah (endangereq. Daerah populasi scki tar Kabupnten Maros, Kabupaten J

rlan di(,rnh Mllkassar di profinsiSllla wesi Selatan.

I(:rmbinx Mnric{ punvr p()tensi genetik yang mampu b,,r,rrl:r xgro-ekosistem iahan

kering, dimana flr'llh lllriln scpxrj:rog rahun sfln8at rcndah. Karnbing Marica lx rt:rhiur

hi(hrp l)ldn musim kemarau wqlau han),a meEr4kar r'uDtput kering di daerali tanah

berbafu pada Kambin8 ini adalah telintanya teSak dan relatif kecil pendek dibanding

telinga Kambing KacanS. Salal satu ciri dari Marica adalah Tanduk pendek dan kecil serta

kelihatan a$esifda Kahbing Kacang.

Irtllsi h:rik rli rtflcrnh Karnbing Kacang merupalan Krm l,go r".a"pat.ai rrr,raf,ia ; ffi;XHff

l,H:":;, ff :] b€rkehbahg bi&k, pada umur rS_rg bulan sudah bisa menEhasilkan E

*r*u**os.@jupryrftrci anpr.,,DN6rahrn*n*erhy,r,s,ui JenepoDto, Kabupaten Soppent di

Propinsi Sulawesi Selatan dilaporkan telah hampir puhal ukuran bing sampai saat ini

mendapat perhatian yang serius adalah suatu variasi lokal dari I(atllbiry arlj Indonesia

)ant kategori langla daD harEpi. Kambing Marica dijurnpai di encponto, Kabupaten

soppent dapat rumput- -batu.

Cili yant paling khas Kambiug lincah dan 1.,,t rr rr:rn. Kambiog ini cocok sebagai

peoghasil dagint dan kulit dan I i r ,. r l,r I prolifik, sifatnya lincal, tahan terhadap

berbagai kondisi dan r r r r t, u l)cradaptasi dengan baik di berbd8ai lingkungafl yang

berbeda t,r rrr,rsuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat sederhana (Sinar li,,r TooT).

Melurut Davendra and Mcleroy (1982), sistematika h i, , rl , r nE adalah s€batai berikut:

Kintdom : Animals Phylum: Chordata r, ,irl, i Craniata (Vertebrata) Class i Mammalia

Order : Artiodactyla 'i,,1' ,n1ler: Rumhantia Famili : Bovidae Sub Famili : Caprinae Genus I

al,r'r atau Hemitragus Spesies : - Copro /rircus- Capro ibet - Capro ,,'t,,,tsico - Copm

pyrenaico - Caprc lolconcri. (rmbing merupakan hewan pertama yang didomestika6i,

diduga l".r.rsal dari Kambing liar Copra aegorgus.

Pada awalnya sekitar r, ix)o-rl ooo tahun yant 6ilam di daerah Kawasan Timur Tengah

,,,rnusia za$an Neolitiic fiulai memelihara fGmbing dalam junrlah 1.,1 il untut

m€ndapatkan susu, da8in8 datl kotoralnya sebn8ii bahrn l,,rk]r,juga sebagai bahan untuk

paksian dan bangunan yan8 terbual ,|,'ri bnlu, tula!& kulit dan urat daSing (MacHugh ct

oI. 2oot;7,adtt ,1 ll1. 2ooo). Ternak K^mbing (Capra hircus) dapat memanlaatkao lrrinuan

dalem jurnlah telbat.s

seperti pada lingkungan yang kritis ,li'n kerin&/ lahan marjinal. Manurut Mutidjo (1993),

umurhnya l&mbing merupakan l(.wan yant hidup di lerent-lereDt pegununSan,

bukit-bukit yang r 1r ram ataupun tempat tempat yanS curan\ selain tempat )ang

tandus ,lan sedikit ditumbuhi rumput atru tanaman.

Kambing yarg kita kenal sckaraog merupakaa hasil domestiLasi manusia yanS

diturunkaD (l ri tiga jenis IGmbinS liar, yaitu: Capra hircus, merupakan jedis Kambing liar

,,ang berasal dari daerah s€kitar pelbatasan Pakistan- 'l'utki; Copro folconeri, aerupalan

jenis Kambing liar yang berasal dari daerah sepanjsng Kashmir, Indi{; Capro prisca,

merupakan jenis xlambitB liar yanS berasal &ri daerah s€panjant Balkan.

8O5D]ANANC]IUN6 E Dali ketiSajenis Kambih8 liar tercebut, kini bangsa KahbinS yant

terse bar di seluruh dunia, Kacarrg, Nrrnbing Etawah, Kambing Saanen, Kambing

Angora, Kambi ng Tottenbury, Nu Kambing merupakan salah berukuran sedang. Kambi

satu jerris binatant ng lior jantan ma tanduk sepasang, namun tanduk pada Kam

Kambing, umumnla mernpu n-vai jeh88ot, d atas, dan keban,.akan berbululurusdan Iiar,

tidak termasuk ekor, adalah 13 - - 15 cm. Bobot yang betina So - SS kg, meDcapai 12O

k8 (Sinar Tani, 2oo7). Di berkelompok 5 sampai 20 ekor.

Dala rhakanan, kelompok Kambing ini di ,?ng palinS tua. xambiDsjantan berfun

rombongan. Waku aktjf mencari ma hari. Makanan utamanya adalah (Chen er o/. 2oo5)

B. pclcstarian Sumbcrdaya Genetik Ternak ,,l#ffi'ffiffi [l o*'u"'n'o ' *'i(a r€he

up,iftrffno.fl.ri,,nu ahrdmd!rii!,5crarin dikenal bebera seperti: IGmbing I(ambing KashrEir,

bian dan lain-lain_ merhafta_h biak yang upun betina memilild bing jantaD lebih besar,

ahi cembung, ekor agak ke kasar.

paDjahs tubuh Kambing r,4 m, sedtutgkan etornlE 12 sedangkan yang jantan bisa alarn

aslinya, Kambing hidup m pengembaraannya mencari ptnpin oleh Iombing betina gsi

seba8ai peDjata kearhanan kannya sian8 maupun malam rumput-rumputan dan

dedaunan t, rr,,,l rrr.lllui persilantan, penggantian breed baru (Subandriyo dan 'ir r,xl,

r(x)3; Sodhi et ol., zooT), maupun pengumsan stock secara l.

' l, L r I rir ll, dan pada Eilirannya akan mengancarn keragaman genetik t,ll,,,1, l ri lain

pihak pelestanan keraSaman genetik ternak akan selalu 'llt, !llrl.rll dalam pemuliaan di

masa datan& karena tanpa adan]a i,, ,l.,,,rnn genetik pemuliaan temak tidak munSkin

dilaksanakan r(tr rl rrrcngantisipasi keperluan di masa mendatang (Subandliyo dan ,r,

tr.,lr, ..:oo3).

Itlesta an terhadap sumberdaya geDetik ternak Iokal sebagai l,r;1.rrr tlari komponen

keanekaragaman hayati adalah pentint untuk rr,, rr[rruhi kebutuhan pangan, p€rtanian

dan perkembangan sosial ,,,., .fxrrkat di masa yang akaD datang. Ada beberapa alasan

uDtuk ini, ,!t,'rr lain (r) lebih dari 6o persen dari bangsa-bangsa ternak di dunia ,,,(la di

negara-negara sedan8 berkembang; (2) konservasi bangsa t, r rrak lokal tidal mena k

bagi petani; (3) s€cara umum tidak ada t{,'xram monitoring yang sistematis dan tidak

tersedianya informasi ,l( skdptif dasar sebaSian besar sumber alaya g€netik hcwan

tcrnak; .( rl1 (4) sedikit sekali bantsa-bangsa ternak asli yang telah digunakan ,liIr

dikemban8l..an secara akif (FAO, 2oot). Ada tiga metod€ utama program pelestarian

Plasma nutfah t.Irak yang telah dilaksanakan masyarakat atau pemuliar (1)

rr.mpertahankan populasi ternak hidup, (2) penyimpanan beku rDateri genetik berupa

haploid (n) seperti gamet yakni semen dan ,x).9te atau berupa diploid (2n) seperti

embrio, dan (3) penlmpanan I)NA (deoryribo nucl€rc ocr;C), Metode bioteknologi dapat

digunakan untuk mengkarallerisasi ten-gen temak dan plasma nutflh suatu populasi.

Metode ini akan membaotu dalam pembuatan keputusan tcntang p€lestarian plasrm

nudah yant unik.

Studi menSeoai struktur dan fungsi gen-gen pada tingkat molekuler suatu populasi

temak dapat membantu menentukan R()5 D]A NA N6IIUNI: E kesamaan material genetik

yang dibawa oleh dua atau lebih populad dan keragaman genetik dalam populaii ternak

yang diamatl. Identifikasi ten-gen dari indMdu temak akan membantu prograttl

pemuliaan (genetik) tema}, yang membedakan dari penampilan (fenotipe) yang tampak,

Fnt dapat menentukan proses pemrlihan tetua untuk gencrasi yang akon datang (seleksi

buatan).

Jika gen-gen untuk sifat produksi dapat diidentifikasi, temak-temak teNebut dapat

diseleksi walaupun tidak diekspresikan oleh individu temak yant bersan8kutan.

NeSara-neSara sedang berkembang pada umumnya berada pada iklim dengan

perubahan temperatur Fn8 ekstrim antara musim panas dan hujan. Pada kondisi seperti

ini akan t€rb€ntuk rumpun ternak yang beradaptasi.

walaupun produkivitasnya rendah apabila dibaddingkan dengan rurrlpuo yang terdapat

di dae$h aemperote, rumpun temak ini memiliki daya tahan t€rhadap berbagai macam

peDyakit; tahan terhadap flukuasi ketersediaan dan mutu pakaD dan air, trhan tcrhadap

perubahan t€mpcratur, kelembaban dan fongar\rh iklim ckslrim hinnya. Rumpun ternak

ini juta beradaptasi lrdu(L'p ponxlihnr:Hn ying kurang baik sehinSta m€miliki nilai yang

rirn*:rl lx rirll:l onluk rnengintisipasi berbagai perubahan alam dan lirrglirrng:rn rliwaktLr

yang aknn datang (FAO,2oo7). DenSan demikian, In l(,slrrrian lcrhrdap sumbcrdaya

genetik temak lokal seperti h.llya KlDrhing Marica sebagaisalah satu plasmanudah

Kambing yang ada di Suiav{csi Selatan merupakan bagian dari komponen

keanekaragaman hayati adalah penting untuk memenuhi kebutuhan patrgan, pertanian

dan perkembangan sosial masyarakat di masayang akan datang.

Pelestarian sumberdaya genetik ternak pada dasamya dapat dilakukan salah satu atau

gabungan darii (!) mempertahankan populasi ternak hidup baik dalam bentuk in-situ

maupun er-situ pada satu tempat tertentu, (2) peByimpanan beku (cryogenic), E 51td I0

o!' (amb nq Mi, () 5ehaqi, Up4i tueirir an I ft [n{ih tndem srhrytl selihi ,lur, (l)

penyimpanan dalam bentuk DNA Dalam beberapa hal' ,,",, ,,, "rn""k"" populasi

memPakan metode yang lebih praktis' t,,1, 'r,rrian pada ternak hidup menrpuoyai

b€berapa keuntunga! ,,, , ,,,,,,,at --*n-t"PuD temak yanS dilestadkan secara bertahaP ;, '.;,

;;*; terhedap perubahan Penssruh eksternal dan ,''1,',,,ugkinkan dilakukan ewluasi

kinerjanya (FAO' 2oo7)' r. tirraga.tnan Genetik Tern'l " .'- '-'*"or"a"n ,"netik teriadi tidak

hanya aota' rumpun tetapi t,r[,r rli dalam satu rumpun yan8 sama' antar populasi

mauPun di ,i,,,,,,r r"rrt*t.

Pada spesies temak 'lomestik suatu identifikasi rrrSkat keragaman, terutama pada

lokus-lokus yanS mempunyal ', ,1,'i.,i"i0".,"t ttempunvai keterkaitan dengan seleki dalam

',,,,..r. **r,a-1'andivdrawan & suban&iyo 2oo4; Abdullah 1,,,,Lr. t.i"n ""a,"toantu yansdaPat

diSunakan untuk merrdclcksi i,.r.*"."" n"n,,f*t "aalah DNA mitokondria dan DNA mikro

satclil r ttt,rl"adno zoo6; Yu*ono 2006) dan DNA krcmosom Y segmen EeD st(Y.

KeraSaman tenetik dalam PoPulasi merupakan modal dasar ,'ulikasi teknologi pemuliaan

ilalam pemanfaatan hewan Keragaman ,,i-""* -*t*] iang digambarkan dalam keraSaman

penampilan i,"*"t "OA* *0"*t tnformasi genetik yang dimilikinya Perbedaan rrcnamDilan

ilisebabkan selama Proses domestikasi tipe atau rumPun_ 'rr*rr'" n"'l", "*o"n secara

Eenetikkarena adanya proses adaptasi ,ri-n';an .".irrg-."ti"g lingkungan lokal dan

kebutuhan komunitas i"n"*"*"**" Utn** mmpun yang berbeda (Muladno 2006)' Id"ny"

k"t*po"" adaPtasi hewan disebabkan hewan rn".ititl t"ro,nlp"n -enghasilkan lebih dari

satu altematif bentuk .*Jrr, *a.fisiologi' dan atau tingkah lalu sebagai reaki ,"rn*"i ,t*o,nr-

(Noor 2oo8)' !'€bih dari 12 ooo tahun vang i"i" ,"tT"p"i,, "*"" temak telah

didomestikasiLan dan berevolusi RosDl^r^KnuN6 E[ rF sehingga menjadi rumpun

(breed) yang secara genetik unik dan berbeda, beradaptasi terhadap linSkungan dan

komunitas setempat.

Saat ini terdapat sckitar 6 ooo - 7 ooo rumpud terdal domestik dari Spesies yang telah

terdomestikasi, bersama dengan lebih dari 80 spesies kerabat liamyayang rnerupakan

sumberdaya tenetik temak di bumi ini yang berperan penting untukpangan dan

produksi pertanian. Berbagai rumpun temak yang telah berkembang dalam berbaSai

sistem dan lingkungan yang ada saat ini telah menShasilkan berbagai kombinasi gen

yang unik.

Gen-gen ini tidakhanya meDentul..an kualitas sifat produksi dari masing-masing

rumpun, tetapi juga terhadap kemampuan adaptasinya pada perubahan kondisi

lintkungan lokal termasuk makanan, k€tersediaan air, iklim dan hama penyekit (FAO

2oor). Berbagai macam k€butuhan manusia seharlhari dipenuli dari spesies ternak,

dalam bentuk pangan maupun kebutuhan lainnya.

Namun hanya sebagian kecil dari total kerageman genetrk temak dan kerabat liarnya,

yakni sekitar 40 sp€sies yang memenuhi sebagian besar proporsi dari produksi temak

global. KeraSaman temak di dalam genetik ternak dan beberapa kerabat lainnya telah

menjadi sumbcr kera8arDan dari rumpun dan populasi ternak. Keragaman gcnctik ini

pcnting dalnh pernbentukan ternak modem dan alan terus berkclanjutan di masa

mendatang (Subandriyo & Setiadi 2oo3).

Sumberdaya genetik ternak sedikitnya memiliki empat manfaat, yaitu (1) keberlanjutan

dan peningkatan prcdul.si pantan; (2) mcmakimumkan produltivitas lahan dan

sumberdaya p€rtanian; (3) pencapaian pertanian berkelanjutan untuk memberikan

keuntungan masa kini dan teDerasi rumpun ternak yang akan datang; (4) pemenuhan

keanekaragaman baik yant telah maupun yanS belum diketahui manfaatnya bagi

kehidupan sosial masFrakat.

Ketersediaan keanekaragaman genetik ternak, temasuk KambirrS z Strdr 8roloq lrmbing

i,!ri(i 5{brp trpya N6uMi thriu llurhh fnd.lllA 5ulMq sdrbn akao mempengaruhi

keberhasilan stlat€g1 Pemuliaan uotuk masa Yang akan datary (FAo 2oo7) 2. DNA

Mitochond'ial -'-- "no*ndn" adalah subsellular penting organel' yang t*rtaoggung lawab

untuk menSoksidasi r€aksi dalam siHus asam , d*i"-*n",, ,"*,.u"nan electlon 'lan

metabolisme energi di dalam s"ii- ."-**"t suatu material genetic tersendiri yan8 disebut

,,ri"*"rin" *."*" ( mtDNA) DNA mitokondda mengandung ,r, ,* *t*" untuk 2 rRNA 22 IRNA'

dan 13 polipeptida yang ,r"i,p"t "n-"uU unit tompleks enzim yang terlibat dalam

fosforilasi ,,itili, r"* *o*n ', t, e' +' a"' u' a- u a"a kompleks I' sub unit t,-Ot "*.-iii"" *"-o'eks

III' sub unit I' II' dan III dali kodpleks ,ii"i*".-"*u*, terta sub unit 6 dan 8 dari komplek v

(Kohcer (lan White, 1989 dalam Yusuf, 1989)' "_" or".*"t r""r teryusutr material genome

itu dikenal sebagai **"i U.."i if-.""'O dan rantai nn8arr (z-strond) oleh karena ;;;;;;;",

mol€kul s€bagai hasil komposisi dasar berbcda ;;;;;;;; r", ,"', t"nskode protein vaitu 12

a'lalah H-strand dan ir'""","* "oron t'orand Daerah noncoding sebaSian besar pada ;;;;;, ;;

."'Punvai peranan tunssionaldi dalam replikasi o;rn.a

u-a"n *"tom mitokontlria dan perban'lingan pcngaturan ** ffi Utn"O, "*tU melihat

hubungan phylogeoetik masa lampau (Hou etoi.,2006). Mentrrut Tapio dan

Gligaliunaite' (2oo3) Senom mitokon&ia ,"nr,".ii"L"" ,*-*"n peflvandi rRNA 12s dan 16s'

22 tRNA' 'lan ',r'or*r" *O ,"n tmpleks euim rantai resPirasi' juga memiliki ,-r.it* ,roueotia"

non penyandi '?ry disebut dengan daelah ";;r*;;;; ^., (''loop) kunikan dari daerah D-l-ooP

adalah ,r"i.,i* **0", n"tttorfisme yang tertinSSi dalam mtDNA' Daerah ,-i-, *"r", s"ng"t

uatiab"I dan mempuoyai laju evolusi lirna *o,ooro*on*o !!t kali lebih cepat dibandingkan

daerah laiD dal.m teDom mitokonalda. lI1,I:1::I" ""rk ditemukan pada ser-s"i,,", i"n"*an ,",

memrtth.akt jvitas metabolit tertinggi atau pada daerah{aerah }"ng mem€rlukan ATp

dalam jumlah baDyak, seperti p.da badan ekor sel ;11rm1sel enitelranc aktifrnehbelah

pada iarin8an epidermis kulit oan sclototjantung (Anderson el o.19gl dalam Hartatidan

Maksum, 2oo4), ","-,.,ir_11:", y"*,:risrik mtDNA yanr dapat dijadikah atar yanr slgnrtkao u

ntukkeperluan analisis. pertama.

mtDNA mempunyai copy numbcr yang tinggi, meskipun di dalam sel yang tidal

mengand; inti. Jumlah copy per sel yaitu sekitar looo-ro.ooo sehingga mtDNA -U:::l-

ltTr"U* untuk analisis sampel dengan iurntah DNA y6n8 sangat terbatas, atau DNA yang

mudah terdegradasi, apabila analisii DNA rnt:l tilal dapat ditakukan. Kedua, mtDNA

diturunkan secara :"1:.::l:",r"" setiap individu paala saris keturunan ibu yan8 sama akan.

mehpunyai tjpe mtDNA yant identik.

Ketiga, mtDNe ::T:_:j,]l,, ,:i: .T,'.or6sme ,ans tinEsi densan raju evolusinya sckrlars-ro

kalilchih ccpat dari DNAinti (Ratnayani dkll(, 2oo7) Dloop ]ll;llli':l]:ljll".:', yans memp,,nyai

tinskat porimorfisme tertins;i j-],ll,l 1,,']"^ rerdapir ,tua daerah hipervariabel densan

tinskat v:rn,r:r t( x.sar antara iDdividu-individu yang tidak mempunyai jllll::'il'n

lclcrnbatan. (Rntnayani dfrI., 2oo7). DNA mitokondria (mtl)NA ).relah mewakili unsur

genomik yang paling informatif unfuk mcngurarkan asal temak. HinSga kini, sekuen

mitokondria telai secara luas dipelajari pada sapi, babi.

domba, kuda, anjing. keledai, dan Kambing. _-, , ftudi_llbelumnra pada Kambing

domesrik yahg idenrifikasi melalui mtDNA henShasilkan sedikitnya empat garis

keturunan utama (Chcn et al.. 2oo5). Garis keturun berbeda da n ;;; ;;;."';; j:;Tt i"'jif '#::. r*T,:

p u* *,r,u*r rrm i{rigr up?.

ftkrrin ru(na ilut m rftn* suraFi s,Di E l ,,t runan B adalah dari timur dan Asia selatan,

mencakup Mongolia, lros, Malaysia, Pakistan, dan India. Ga s keturunan C dengan

trekwensi rendah di Mongolia, Switzerlafid, Sloveoia, Pakistafl, dan lrxlia. Garis kefurunan

D adalah jarang dan hanya diamati di Pakistan ,l;ur (ambing lokal India.

Waktu penyimpangannya dari antara empat lt:rds keturunan oebih dari 2oo,ooo tahun

yang lalu) jauh didahului \laktunya dari proses penjinakan di sekitar to,ooo tahun yang

lalu {('hen et al., 2oo5). DNA mitokondria (mtDNA) memiliki sejumlah rrdt genetik klas

yan8 membedakannya dari genom inti. Pada mamalia DNA mitokondria hanya

diturunkan lowatjalur rhu tanpa rekombinasi.

DNA mitokond a pada scl anak sclurrrhnya ,lisumbangken oleh ibu dan sperma sama

sekali tidak berkontrilnrsi. LounikaD sistem penurunan yang menarik ini klih dinralfrltk:rr

(lirlam berbagai bidang yaitu penentuan hubunlla kckoralialrn, slr(lr rvolusi dan migrasi

global manusia moclern, l)nl:rng lorcr'sik ([rrr rrlentifikasi penyaht genetik.

Keunikanlain dari nrll)NA ytlilr rx,rnililii L'jumutasiyanglebihtintgidibandingkan dengno

I)NA inti yritU l i rnrtasi menetap gen-ge. mtDNA ro-U kali lcbih ccpat daripndir yilnl

tcrlibat dalarn fosfodlasi oksidatifyang dikode oleh DNAinti. DNA mitokondria berbeda

dengan DNA inti pada lokasi, urutan, liuantitas dalam sel, dan cara pewarisannya (dari

orang tua ke anak).

scl hanya memiliki satu inti sel yang meDgandung 2 set kromosorn, Iritu satu set

patemal dan satu set matemal. Al(an tetapi sel dapat rrrcngandung mtusan hingga

ribuan mitokondria dan masing-masing l)itokondria dapat mengandung beberapa copy

mtDNA. DNA inli memiliki jumlah basa yang lebih banyak dibandi[gkan DNA

ruitokondria, tetapi molekul mtDNAterdapat dalam jumlah copy yang rrrLrh lebih

banyak daripada molekul DNA inti.

(arakteristik mtDNA rri sargat berguna pada situasi di manajumlah DNA sampel saugat

terbatas, seperti sampel-sampelyang diambil dari kasus kriminalyaitu rambut, tulan8,

dgi, cairan tubuh (air liur, ai, mani, darah) (Tapio dan crigaliunaite, 2o03). B. Polymer.o.te

Cho.i'r'. Reaction (pCR) _ , Real6i berantai pollnerase (polymerase Chain Reoction) adalah

suatu metode eDzimatis uhtuk melipatgandakaD a€cam eksponensial suatu sekueD

nukleotiila tertentu dentan cara in vitro. Metode iDi pertama kali ditemukan oleh f\ary B.

Mullis (r9g5). Metode.ini sekareng telah banyak digunakan untuk berbagai macam

manipulasi dan analisis genetik baik berupa molekul DNA maupun IINA (yuwono,2006).

Beberapa faklor seperti konsentrasi DNA, ukuran paljant primer, komposhi basa prirner,

konsentaasi ion Mg, dan suhu hibridisasi primer harus dikontrol den&n hati_hati atar

dapal dipercleh pita-pita DNA yang utul dan baik (sulyaDto, 2oo3). Empat komponen

utarna pada proses pCR adalal (t) DNA cetalan; yaitu fraSrnen DNA yang akan

dilipsttandakan, (z) oligonukleotida prirner; ,ritu suatu sekuen oligonulleotida pendek (r5

_ 25 basa :ukleotida)yan8 diguDakrn untul mengawali sinlesa rantai DNA, (3)

deokiribonukleorida trifosf.t

(dNTp), terdiri atas dATp, dcfp, dGTp, :?T: dan (4) enzim DNA pilomer6se yaitu enzim

)aDt melakukan Kllrarrsrs reaki sintesis rantai DNA Komponen lain yantjuga penting

adalah senyawa bufier (yuwono, 2006). _--. t.tn:rp dasar pCR dihulai dengan melalukan

denatutasi :Nl :etakan sehingga rantai DNA yanS berantai tanda at(an terpisah meDjadi

rantai tunggal.

Denatura6i DNA dilakulan deryan menggrnakau suhu panas (9S oC) selama r-2 menit,

kemudiaD :::: 1ll:"*. menjadi ss oc sehingga pnmer akan menemper pada cetakan yant

telah terpisah rhenjadi rantai tunggel. primer ar<an memb€ntuk jembatan hydroSen

deDtan ceta'.an pada daemh sekuen yang komplementer dengan sekuen pdmer. Suhu

55 oC ]ang l! r*,rr, u*,r*,i(asrbaeiupayapeiell}'iinpri!.ru udahi,rnnils{hrl?!s&,n dipergunalan

untuk menempelkan primer pada dasamya merupal..an l()mpromi.

Amplifikasi akan lebih efisien jika dilakukan pada suhu Iang lebih rendatr (37 oC), tetapi

biasanya akan terjadi mispriming viritu peDemp€lan primer pada tempat yang salah.

Pada suhu yang krbih ringgi G5 oC), spesiilasi re{ksi amplifkasi a}an meningkat,

lctapisecara kes€luruhan e6siensinya akan menururl (yur{ono, 2o06). Primer yang

dipergunakao dalam PCR ada dua yaitu (,ligonukleotida yang mempunyai sekuen yang

identik dengan salah satu rantai DNA cetakan pada ujung S:fosfat dan oligonukleotida

yang kcdua identik dengan sekuen pada ujung 3rOH rantai DNA ceta}aD rang lain.

Proses penempetan biasanya dilalukan selama 1-2 mcnit.

Sttelah penempelan oligonulJeotida primer dengan DNA cet6kan, s(hu inkubasj

dinaikkan menjadi 72 oC selama r,S menit. Pada sllhu ini DNA polymerase akan

melal:ukan proses polinrcrasi raDtai I)NA yanS baru berdasarkan informasi yanS ada

pada DNA cclakan. setelah terjadi polimerasi, rantai DNA yang baru akan Drembrntuk

l(:mbatan hydrogen dengan DNA cetakan.DNA rnntai ganda yanS baru lcrbentuk

den8an adanya ikatan hydrogcn, selanjutnya didcnatlrasi lagi dengan menaikkan suhu

inkubasi menjadi 95 oC.

Ikntai DNA vanS baau tersebut selanjutnya akan berfungsi sebaSai cetakan bagi rcaksi

polimerasi berikutnya (Yuwono, 2006). Regksireaksi tersebut diatas diulang lagi sampai

25 - 30 kali sildus sehingga pada akhir sillus akan didapatkan molekul-molekul l)NA

rantai ganda yang baru hasil polimerasi dalam jumlah yang lruh lebih banyak

dibandinSkan denSad jumlah DNA cctakan yang (ligunakan.

Banyaknya siklus ampliflkasi tersaDtung pada konsenrasi l)NA taryet didalam campuran

reaksi, Pada umumnya konsentrasi I )NA polymerase fog menjadi terbatas setelah 2s-3o

siklus empli6kasi. t050l t{A N6[uN6 a z7 C.Konsumsi pakan pada Ternak dicerna

sebagian atau Pakar adalab bahT pakan yang dapat d seluruhnya, diabs tidak

menggqnggl kesehatan ternak r99r); Kamal, t994, Mc Donald et al.,2oo2).

Pengambilan pakan yang Yang disediakan oleh ma Konsuftsi pakan adaiah nusia

sejumJah pakan maupuD oleh alam terDak dalarh pedode tertenrtu, dan meru

menentukan respoDs tehak serta penggu dalam palan (Vao Soest, 1994). padatelnak

merupakan aktivitas ,,ant kornpleks, yang menSamati, pergerakan , aktiftas sensorih

(Anonimou s, IOOT) Tintkat konsumsi Yangterkonsumsi oleh tehak bilapakan (Para.kfrasi,

t999, NeW, zoo4;. .yr.1u1, ,aktor penentu yanS palinS pentint yant Pakan yangtersedia

bagi ternak tiDgkat produksi (Van Socst, 1994.

(onsumsi pakan pada ternak sangat dar.i species ternalq bobot badan, ukuran tu ternak,

status fsiologis, kondisi dan ka palatabilitas bahan pakan dan macam ketersediaan air

dan iingkungan (Forbes, 19g6; Tillman et al., 1991; pond et al.,

1995; ParaklGsi, 1 Konsutnsi bahan ke;ng pakan biasanya makin meninSka tnya

kandungaD zat-zat pa&an yang r98l) A***::*,J: "r"ff;"*i a Kambing imakan oleh orbsi dan

benDanhet YanS memakannya fTjlllnan et dilakukan oleh ternak bail disebut kon Yang

dapat dikonsumd paftan factor peDting yanS naan nufieDt yahg ada di (ambi ng,

konsuElsi pakan rneliputi mehcari pakan, mernakan dan IneDceana pakan adalah jumlah

pakao tersebut dibe.ikan odlibitun konsumsi pakan rnerupa-kan menentul<an jumlah

zat-zat yang selanjutnya akan mempengaruhi bervar.iasi terganfung buh, umur dan

kondisi Lpasitas saluraD pencernaa |lll i, ,\ir:l akif merupakan fador pembatas yang

mendasar rl{l.r,, l, rllrrnfaatan pakan.

Meningkatnya konsumsi bahan kering |tr rr1, l,,rlrkrn meningkatnya koDsumsi zat palan,

sehingga jur ah ,it trrl,rr l ng tersedia dalam tubuh ternak semakin bertambah (Van ,t1r,{r

r1,()4). Konsurnsi bahan kerinS pa.kah oleh ternak Kambitrg di 'l f,,rlL l()pis dapat b€rkisar

antara 1,8 - 4,7% dad bobot badannya {rnr., ,li ngan 4o,5 - 131,r gr/kg 88 perhai, tetapi

pada tGmbins lrr llrrrg umumnya adalah 1,8 - 3,8% dari bobot badaDnya (D€vendra ,l,L

rtr[ fis,1983); 2,5-3% dari BB (EnsminBer,1987) seri^ 2,5 - 2,7% ,hr L ll ll pcrhari (Pond et

al., 1995) pada ternak rurninansia umumnya.

(onsumsi pakan juga dipengaruhi oleh tingkat kecemaan dan 1r,,.,\ fermentasi di dalam

rumeD. Konsumsi akan meningkat jika 1,," ,,rrraan meningl'at serta proses f€rmentasi

dalam rumen horjalan !,I'l(ruln. Kecernaan serat kasar yang rendah akan menurrrnkan

1,,llsrtlsi (Van Soest, 1994).

Tema] ruminansia mampu menlakan l,,,lrrn pakan yang kaya akan serat kasar dau

manrpu urenrecahryn ,,r.njadi produk yant dapat diasimilasi dalam rumcn. I'roduk yang

,lr:rsirnilasi tenebut kemudian diabsorbsi dan bercdar dalam darah r.Irg selanjutnla alan

mempengaruhi konsumsi pakan (Arora, 1995). Bentuk pakan yanS rinSles dan tidak

berdebu sangat disukai L rnak, sedangkan l..andungan serat kasaryanS tinggi akan

menuru nkan I jngkat konsuinsi.

Demikian pula palan Fng uoluminous seperti hay ylng mengisi rumen dengan jumlah

lebih banyak dan kecernaannya r'cndah alan menurunkan konsumsi (Pankkasi, 1983;

Anonomous, -:oo7). Persentase pakan yang dikonsumsi memiliki hubungan erat dengan

lepasitas saluran pencernaan terutama rumen. Kapasitas rumen yang berbeda

menyebabkan konsumsi pakan juga berbeda- beda.

Karena itu kapasitas rumcn monlpakan faktor yang menentukan tintkat konsumsi ternak

ruminansin (Vnn Soc$t, r994). Pada pakan, kanduntah eDergi,, Ensrninger, r9o7, 999;

Nery, 2oo4) menurun dengan dapat dicerDa (MC, - umumnya kapasitas salumn

pecemaan meningkat seiring dentan peninSkatan bobot hidup sehingga mampu

menampuDg bahan kering dalam jumlah yang banyak (Parakkasi, 1999).

Selain itu, keterbatasan konsumsi pakan pada ternak ruhinansia biasanya diperngaruhi

oleh keadaan normal saluran pencemaan dan beberapa jaringan &lam organ yang

terkait dengannya. GangSuan saluran pencernaan s€perti diare dan blodt akan

menunrnkal konsumsi pakan paala ternak (Anonimous, 2oo7). Padapakan dengan

kandungan at yanS berHa- beda mempengaruhi kapasitas rumen serta konsumsi oleh

tem6k.

Pcmb€rian pakan dengan kandungan air tinggi dapat menurunkan konsumsi BK bila

disbandintkan dengan pakan kandungan air rendah (Anonimous, 2oo7). salah satu

karakeristik proses pencemaan yang menentukan tin8kat ekstrasi nutrielt dari balan

pakan adalah tum ouer time saluran pencemaal (rumen), yaitu frckuensi peryanlian isi

rumen dengen bahan pakan yang baru (dikonsumsi). Tum over titue merupakan

kebalikan waku tinttal pakan dalam saluran pencemaan (Van Soest, 1994).

Dikatakan bahwa tum ouer tim€ rumen merupakan fnrrgsi hobot badan pangkat o,2S.

Hal ini mengindikasikan bahwa wflktu tinRqrl pakrn dalam rumen pada Kambing dengan

bobot tubuh lchih kccil akan lcbih sin8kat. Dentan kata lain, Ikmbin8 yanS ukuran

lubnhnyu rclatiflebih kecil kurang mampu menahan pakan lebih lama di dalam saluran

pencemaan.

Akibatnya, pemanfaatan bahan prkan bcrsemt tinggr yang prcses fermentasinya relatif

lambat menjadi kurang efisien. Akibat dari waktu ti[ggal pakan yarE singkat dalam

rumen ini adalah nutrient dari palen berserat yang dikonsumsi oleh ternak (ambingtidak

dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Peningkatan konsumsi akibat meningkatnya ti[gkat pemberian pakan (misalnya od

libitum) disebabkan oleh semakin besamya peluanS untuk memilih (seleksi terhedap

pakan yang dibe kan). g 5[ I0 oqrKambmq Mi(a !€baqi uEyi Pplesrai.n P dma N rlih

fdrmik 5uhwB 5eftn ro$hllA N6lTllN6 E llagian daun tanaman hiiauan tropis dikonsumsi

Iebih banyak ,i,ffi tJ* n*".*rianbatang' Temak Kambinsdan dombavang it"nir1."" n*,,

o"tongan memilih bagian daun yanS umumrya ;;';; ;;;";'nvJaib-di"gk"" batant Pemilihan

daun ffi ;fi;;;;;;"fu n teNtama'risebablan oreh perbedaan sifat frsik da tanaman te$ebut

Daun yang berbulu mungkin-tidak ,i""iti".r..tr"", oerbarti bahwa pemilihan tedadi bukatr

hanya ;;;;;, *;, teiapi juga dipengaruhi perbedaan telctur vans ."r*tt"*nt r",",*itas

(woozicka_tomaszewska et oi ' 1993)' - --"-';;;;;r";rtt""raniluntproteinvangrenilahakan

menurunkan konsumsi bahan kerinS, sebaliknya suplementasi pakan dengan ;;;;;;;; p,lt"in

tioggi akan meuinskatkan konsumsi ;#;;;;;;inansia Harinidikarenakan aktivitas mikrobn ;;;;;;

.**.n" sera kasar tingsi sehinSsa laju pcrrsosonsrn ;;;;;, ;;;;".atrssans ternak untuk makan

lrtgi (rirrtcs' ,rtui. ai..-"t ,"*" pada temak memiliki hubungan crat den*ln i"it',*" ** **o Bil"

k"bo*h"n o""try tclah tcrpcnuhi' nrlkit "i"" "t"rrn*o*" u"tsumsi Pakannya (cheeke' 2oo5)'

-^-"' 'igJ kt*"'*i }tijauan makimum maka hliauan diusahakan a,p*"ri pJ"l (sekitar rz sampai

15 cm) dan tebal agar ukurar ,rri""'r"*trn"* t"tak lebih menltkasi bagian daun dari pada

i"',"ng t"."nu u",rng t"bih sulit ibcema Ternak iuBa lebih men)Trkai ffi i".*"t " i,1"" (masih

segar) dari Pada hiiauan vang la)'u' ,"r'il ""-r" nrl"*" ut-akan temak karena hrjauan yang

berduri dan "*"t "**-, *.*

OUak disukai ternak (A$onimous 2oo7) - *';;;;; ;";"t memp€rsaruhi konsumsi pakan

remperatur lintkuntal ]ang tinggi (di atas temperatur netral) akan menurunkan konsumsi

pakan, se'langkan penurunan temperatule (di bawaL termPeratur netral) akan

merangsang pusat syaraf makan untuk ;;;;"; ton"u*ti p"ttun HaI ini disebut dengar

reBulasi termostohs (Pond et al., 1995; Anonimous 2oo7). Sapi Bos Taurus akan

menurunkad 2% konsumsinya s€tiap kenaikan sulu roc di atas suhu rata-rata 25oC.

PanjanS hari juSa memp€nSaruhi tingkat konsumsi. Semakin pendek hari maka tingkat

konsudsi pada domba semakin menurun. Panjang hai tidak tetlalu berpengaruh pada

tingkat konsumsi sapi (Forbes, 1986; Anonimous, 2oo7). Peninglatan konsumsi sejalan

dengan besamya ukuran tubuh temak (Paraklasi, 1999).

Ternak gemuk memiliki konsumsi yang seimbang, dengan kata lain tid6k bertambah

sesuai dengan peftambahan bobot badan. Hal ini dikarenakan lemak abdomen yang

dideposit mcnurunkan volume rumen, bisa juga karena efek metabolism. Temak dengan

kaodungan degint leon yant tiDggi memiliki jumalh konsumsi perbobot badan (BB)

metabolikyangtin$i.

Hal ini dapat ditunjukkan oleh temk yang men8alami pertumbuban kompensasi karena

pembedan makan yant dibatasi dan kandungan zat pakan dalam pakan yang rendah

(Anonimous, 2oo7). Kondisi kesehatan ternak berpengaruh terhadap tintkat konsumsi.

Temak yang sakit cenderunS menurunl..an tingkat konsumsinya. Hal ini karena daya

serap saluran pencemaan terhadap zat pakan menurun dan sistem kekebalan tubuh

temakjuSa menurun dcngan adanya parasit yang masuk ke dalam tubuh dan berespons

untukmenurunlar tinSkat konsumsi Cfi man et ol,,t99t).

Kambing memiliki kebiasaan makan yang berbeda dengan ruminansia lainnya, dan bila

tidak dikontrcl akan mengakibatl..an kcrusakan. Kambing mampu merumput (makan)

rumput yanS sangat pendek dan merenggut dedaunan yang biasanya tidak dimalan

oleh temak lainnya. Disamping itu, Kambin8 merupakan pemakaD yang lahap, dengan

pakan yang beragam dari tanaman terna, kulit pohon dan kain.

Kebiasaan makan Kambing yant demikian sangat cocok di daerah dengan kualitas dan

kuantitas pakan yang rendah IE Srudr 8or0!i bmbrg Mill(i S.bagal Uiiti ftldin Pliq

utiihtndrm*tulni?tt hDn E seperti daerah yant berilJim tropis. DenSan kebiasaan makan

ini memuntkinkan Kambing dapat memenuhi zat Pakan dasar bagi funSsi tubuhnya

secara lebih baik dibandingkan dcngan sPcsics tcrnak yang lain (Deven&a dan Burns,

1983). Selain itu, dalam men*onsumsi pakan ternak Kambint tuemiliki mekanisme

adaptasi yant kornpleks dalam menanSani pakan berserat tintgi.

Pola makan Kambing yang juga selektif dan celderung memilih koDs€ntrat, misalnya

merupal'.au salah satu pendekatal adaptil Pola makan teNebut mamPu meningkatkan

kodsentlasi nutfient )/ant dikonsumsi tanpa keharusan menintkatkan jumlah konsumsi

pakan secara signifrkan yang dibatasi oleh kapasitas saluran pencernaan yang rendah

(Hoffinan, 1988).

Untuk mengetahui konsumsi pakan pada tcrnak,jumlah bahan kering yang dapat

dimakan oleh seekor ternak selama sehari perlu diketahui. DenSan mengetahui jumlah

bahan kering yang dimakan dapat dipenuhi kebutuhan seekor temal akan zat makan

yang Perlu untuk pertumbuhannya, hidup pokok maupun produksinya Bahan kering

merupakal tolok ukur dalam menilai palatabilitas pakan yang diperlukan untuk

menentukan mutu suatu Pakan (Lay et ol., 2oo4; Anonimous, 2o07). D.Tingkah Laku

merumput Sapi lebih meoyenangi daun-dauoan yang Icbih panjang dibandingkan

dengan domba dan Kambing dan hal ini munSkin disebabkan oleh lebih besarnya

uturan rahangnya Seekor ternak bisa mengontrol jur ah pakan yang dimakannya

dengan cam lain, bisa menolak palan yang satu atau pakan yang lainnya (Tomaszweska,

r99r.

Pola perilaku merumput atau perentgutan hijauan (rumput) pada temak herbivora

ruminansia dan nonruminansia menunjukkan variasi diant^ra spesics yang bcrbeda.

Perbedaan ini berkaitan dengan keadaan atatomis rahang. cigi geligi dan kapasitas

lambunS (Raiardja, 2oo7). Ukuran renggutan dapat didefinisikan sebaSai jumlah dad

makanan ternak pada setiap satu kali renSgutan.

Ukumn renggutan atau SiBitan dapat ditentukan secara tidak langsung sebagai ratio

total rensSutan per ha pada setiap intake atau secara langshng dengan menghitu[8

renggutan yang diambil. Intake perbite merupakan para meter yang lebih

responsift€rhadap temak (Tomaszweska, 1991). Aktifitas perenggutan pada sapi hampir

sepenuhnya terSantunt pada lidah yang sanSat mobil untuk melilit hijauan kernudian

mer€nggut dan memasukkannya kedalam rongga mulut. Sehingta sapi tidak dapat

merenggut rumput yang pendek, kurang dari 1 '/, inci (1 3,7s cm) panjangnya (Rahardja,

2oo7).

Ternak Sapi dan Domba merumput dimulai sekitar waktu 24 jam, intensitas merumput

dimulai sekitar waktu fajar dan menuruD waktu menjelan8 malam hari ; waktu

merumput },"ng terpanjant adal:rh pngi hari .lnn sclama scnja sampai menjelang malam

had ; suhu lingklllrgln yrtngtingSi pada sianghari cenderung menyebabkan luw;rr h0wan

meningkatkan waktu meftmput dimalam had (l(nhrr(lja,2oo7). Ditambahkan pula oleh

Tomaszewska dkk., (1991) bahwa sccara umum, sapi meluangkan waktunya 8-1o jam

untuk mcrunrput dalam sehari.

Dalam keadaan cuaca panas dan lembab, aktifitas makan sapi tertiggi pada waktu suhu

udara yang lebih rendah yaitu pada pagi hari. Waktu Fng digunakan temak untuk makan

dipengaruhi oleh beberapa faktor temasuk tipe pastur dan jenis hijauan pakaD yang

tersedia. Pada musim panas sapi perah FH hanlE mampu menrmput selama 1,5 jam

perhari (Sanusi, 2oo5) sedangkan sapi potong mampu merumput sampai 6 jam perhari.

Tingkah laku makan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain E 5tudr 8rclqi K.mb n9

Mifta 5eb,tgd tJpiya Pdpirar an P ,!m, ltufah tndenrfi s0lase! Selaun E 1. Temperatur

sekelilint, temperatur yang tinggi menyebabkan konsumsi menurun, 2. Icadaan gigi 3.

Umur hewan 4. Sifat dan macam makanan S. Keadaan yang menakutkan, seperti anjing

dan sebagainya yang akan meDthentikan hewan makan (Rahardja, 2oo7).

Jika padang rumput berkualitas tirBgi dan melimpah untuk tiap ekor sapi maka waku

me$mput agak lama, sedangkan waku ruminasi menjadi pendek. Sebalikayajika padang

rumputjelek, maka waktu merumput Iebih panjang lagi sebab ternak harus mencari dan

mengumpull,,an rumput sebagai akibat dari rumput yangjelek sehingga rumhasi

berbanding merumput m€njadi lebih tinggi daripada jika rumput berkualitas (Rahardja,

2oo7). 1. Tingkf,h Irku Merumput selektif Ternak ,.a88 merumput memilih spesies

rumput tertcntu ltau bagian tanaman tertentu atau spesies hrjauan tertentu padl tahap

pertumbuhan yang berbeda.

Perilaku merumput selcktif ini L)erlangsung dalam dua tahap ; (, deloliasiprogresl,

memilih bagian Iunaman yan8 banyak menganduDg air, dan (2) crcoming, memilih

spesies tertentu yang terdapat dipadang penggembalaan (Rahardja, ":oo7) Ternak sapi

akan lebih memilih hijauan segar daripada hijauan licring ilan ilaun-daunan daripada

batang.

Akan tetapi dipadang t)cnggembalaan yans subur, perilalu selektif ini adalah untuk

nrendapatkan pakar yan8 kala protein dan rendah karbohidrat dan rnudal dilermentasi

(WeIo, 1998). Palatabilitas pakan (hijauan) mempunyai pengaruh terhadap tingkat selekif

merumput, dan tingkat palatabilitas hijauarl ini rlipeDgaruhi oleh fakor-faktor : aroma,

modologi, komposisi, RosDt/lNt N6iT!N6 kandungan serat, ada atau tidak ada bulu,

rasio batang dan daun, perlakuan pemupukan dengan feses, komponen organik dan

anorganik dalam tanah, sifat fisik dan kimia tanal. Indera p€nciutnan dan rasa juga

terlibat dalam perilaku melumput selektif (Rahardja, 2oo7). 2.

Tingk h Irku Ruminasi cerakan{eEkan rumen: prefi€nsi, yaitu pada saat grazing, mastkasi

atau mengunyah (cheur'ng), deglutosi (menelan). Selanjutnya eruktosi (sendawa), dan

nrminosr', gerakan komplek berurutan : regurgitosi yaitu, pakan dari rumen ke rongga

mulut, bentuk bolus semi cair - ingesto. Remostitosi )aitu, mengunyah kcinbali, Iebih

lama dari mastikasi, dan (penelanan kembali) (Sinaga, 2oo9).

Ruminasi adalah tindakan yang terdiri dari regulgitasi yaitu menSeluarkan bolus atau

gumpalan-gumpalan mal.anan dad dalam rumen ke mulut. .Remostikosi yaitu

pengun,2han kembali bolus yang keluar dari ruang rumen ke ddam mulut (malanan

yang diregurgitasi), dan resuolloutng yaifu penelanan kembali makanan yanS telah

diremastikasi (Wello, 1998).

Selanjutnya dikatakan balwa posisi badan sapi pada waktu ruminasi memiliki ci klas,

yaitu sapi berbaring (65-80%), salah satu dengan kaki muka dilekukkaD bagian bawah

badan, sedangkan kaki belakang di bawah ke depan sehingga terletak di baSian bawah

badan. Pada waku basah (setelah hujan), ruminasi dilakukan dalam keadaar berdiri. Sapi

Bali sep€rti dengan sapi loinnya, mengambil makanan dengan geral..an cepat dnri

lidahn]la yaog digunakan untuk meliDgkari poton8an rumput dan memasukkannya ke

dalam mulut, dimana gigi dan lidah digunakan untuk memotong rumput.

Ternak ini juga mernamah biak, yaitu makanan ditelan ke dalah rumen dan akan

dikeluarkannF kembali ke mulut, selanjutnla dikunyah kembali dan kemudian ditelan

(Blakely, 1992). tr ,td Bmlogi Xrmhmq M (i srbigi Upiya P.ienarian P ilni NLr ih tidem l 5Lr

iwl selatan ROsDIANANGIIl]N6 til Makanan yang dikonsumsi oleh sapi langsung masuk

k€ dalam rumen dan tinggal sempai dikunyah kembali sambil istimhat, di dalam rumen

makanan diaduk dan dicampur, serta merlgalami fermentasi,€ng hebat.

lalu barulah masuk ke retrkulurt, dari sini semua makanan yan8 masih kasar ditekan dan

di lempar kembali ke dalam mulut, makanan ini berbentuk $mpalan-tumpalan kemudian

di dalam mulut dikunyah kembali. SehingSa makanan al(an menjadi lebih halus yang

kedudian ditelan kembali langsunS masuk ke dalam perut ketiga atau omosum. DaD jika

masih ada makanan yang kasar' akan dikembalikan lagi ke dalam mulut untuk dikunyah

kcmbali yang kedua kalinya sampai lumat, sehingga memungkinkan bolus- bolus yanS

sudah dikulyah akan dikunyah lagi sampai halus.

Bolus yang terbentuk setelah regurgiroii dan pengunyahan kembali, di telan

sebagairnana halnya pula bolus yang lainnya. Masuk ke dalam rumen buLan obomosum

atau omosum. Selanjutnya aikata!.an bahwa material yang mengalami regur9itasi

terutama b€rupa htjauan (Frandson, 1993). Arcra (1989), menjelaskan balwa lignin

mcmp€n8aruhi tingkah laku ruminasi, semalin tinggi (rnin suatu hijauan maka semalsn

lafia proses nrminarii s€ekor ternak (sapi Bali). Hijauan ,ang masih muala akan lebih

mudal dicerna dari pada hijauan y'an8 tua yanS disebabkan l..arena tirgSinya kandulgan

lignin.

Apabila tumbuh-tumbuhaD telal tua, maka kadar lignin alan bertambah sehingga daya

cema bahan makanan teEebut semakin rendah. M€nurut Siregar ( 1994), proses

penccmaan temak ruminansia dimulai dj ruang mulut. Di dalam ruang mulut, ransum

yang masih b€rbentuk kasar dipecah meDjadi partikel-partikel kecil denSan cara

pengunyahan dan pambasahan oleh saliva.

Dari mulut, ransum masul ke dalam mulut melalui oesopiogus. Di dalam rumeo, proses

penthalusan paltikel-partikel mnsum berlanjut terus. Komponen ransumyang belum

dapat dihaluskan di rumen ini akan dikembalikan ke dalam ruang mulut dalam bentuk

bolus-bolus. Oleh karena itu, set€lah selesai merumput tcrnak ruminansia biasanya

berbaring dan mengunyah kembali rumput dan hijauan yang dimakannya.

Sapi yang sehat akan memamah biak dentan tenang sambil istirahat atau tiduran.

SetiapSumpalan pakan dil:unyai 60 - 70 kali (Siregar, 1994). J, Grazing Intake (Konsunsi

Hiiauan) Intake adalah salah satu dari sekian banyak pararpter pelting dalam menilai

produksi temak dalam sistem manajemen, karena rata- rata keuntungan yang tinggi

tertantung pada intake zat ortanik yant dapat dicerna.

Intak€ bisa diukur denFn metode tak langsuDt yang metglnakan penilaian atau dengan

aspek dari produk tingkah laku ingestive (wello, 1998). Makanan yang dikonsumsi oleh

ternak bervariasi jumlalnya tergantung cara pemberian, cara pen)€diaan dan bentuk

makanan selta jurnlah yang tersedia (I-amboume, 1974). Selanjutnya ditambahkan pula

oleh Morrison (196r) bahwa konsumsi makanan dipengaruhi oleh keadaan fisik dari

makanan yang di berikan yaitu halus, atau kasamya makanan tersebut, pakan berupa

hay atau bijauan apabila cincang mala konsumsi akan lebih banyakjika dibandinSkan

bila rumput atau hijauan tidak atau tanpa dipotong.

Intake harian hijauan segar dan bahan kering oleh ternal yang digernbalaksn bewariasi

diantara spesies dan berat badan yang berbeda. Perbedaan intake hijauan diantara

bangsa ternak disebabkan oleh p€rbedaan karakteristik genetik dan atomik yra;rg

menyebabkan dalam jumlah renggutan atau gigitan permenit dan tingkat efsiensl dari

perilaku merumput selekif (Rahardja, 2oo7).

4, Kontrol Intdke Pekan Terdapat beberapa teori dasar fisiologis yang menyebabkan

munculnya perilaku lapar - intake pakan pada hewan temak, sebegal E 5rud,

&0lo9ilri'ting [hi(i kb.g Up.FPr16rr60fl rii Ndlih tM€,rdt Sulnr?,i 5dai0 Er berikut : t. Teori

glukostatik Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa hampir semua jaringan tubuh

me[Stunakan glukosa sebagai sumber energinya, lcrutama dibutuhkan untuk

metabolisme sel-sel otak dan sel-sel darah rnerah.

Berbeda dengan cadangan protein ataulemak, cadangan karbohidrat - glukosa -

tlikogen aalalah secara proposional s€bandinS dcngan tin8kat perombakannya antara

dua periode hakan. Teo ini heranggapan bahwa peninSkatan atau penurunan level

glukosa dalam darah akan merangsang munculnya rasa kenyant atau lapar. 2. Teori

lipostatik Rahardja (2oo7) menyatakn bahwatelah lama diketahui bahwa lx.ratbadan

hewan temak&rikebanyalanspesies dipefi ahankan k'tap nrcskipun terjadi guncangan

klimatik ataupun intakc pakan (kuantittN rlan kuditas).

Dalam teori ini, sepertijuga glikogen - glukosr dalanr lrr)ri gluloslatik lemak tubuh

adalah juta bentuk-bentuk energi yang ,lisimpan. Izma} se€ara terus menerus

dimobilisasi dari dcpot-dcpot l,'rrak untuk digunakan sebagai sumter energi. Berbeda

dentan ka$ohidrat dan protein, lemak ditunakan rrrll disimpan adalah terutama dalam

responnya terhadap fluktuasi rrlirkc dan penggunaan pakan eneryi harian.

Mobilisasi lemak adalah r, sgmn konpensasi terhadap kurangnya intake pakan enerti

dari luar lrlnrh. Nampalnya, rasa lapar menurun segera ketika mobilisasi ,,ksidasi lemak

diakifkan. taju oksidasi asam lemaL yanS tingSi r,, rrghambat munculnya perilaku makan.

Dari mobilisasi tcrsebut, ,rr'Lrlui seranSl..aian proses oksidasi me[jadi asam-asam lema]

bebas { l l'A) yang terikat albumin dalam darah, dan gliserol.

Konsentrasi I I \ l'ang tingSi dalam darah dijadikan indikasi munculnya rasalapar. I 3.

Teori Thermostotik Berlaku pada hewan-hewan homeotermis, ungg66, dan mamalia

karena pada umumnya untuk mempertaiankan suhu tubuh relatif tetap, dan produki

panas sebalding derSan idtake pakan. tntake pakan yang berlebihan, akan mentaktifkan

mekanisme pengeluaran panas yang berl€bihan untuk mencegah hyperthermia.

Secara umum dapat ditunjukkan bahwa intake pakan medingkat ketika suhu liugkungao

rendah (dingin), dan sebaliknya ketika suhu lilgkungan tinggi (panas). Sesuai deDgan

teori ini, intdte pakaD ilikontrol oleh suplai enerSi untuk produksi panas di samping

untuk keperluan lain. Keadaan inni tentunya berkaitan denSan efek kalorigenik yang

dikandunS dalam pakan (Ralardja, 2oo7). 4.

Teori Distensi Lambung /Tembolok Perubahan internal pertama yanS berhubungan

dengan rasa lapar adalah munculnya konbaksi lapar pada lambung, Pada ternal

ruminansia, selama p€riode kurang intalc pakan, fiekuensi kontralGi lambung menurun.

Penempatan balon yant diisi udara ataupun air dalam rumen sapi, berpengaruh

menurunkal intake pakan kareoa sebagian ruang rumen ditempati oleh baloD.

Respon-Espon akibat distensi lambunt ini nampaknya bekerja melalui hipothalamus.

Reseptor distensi tekanan (baroreceptor) diantaranla terdapat di oesophagus, lambung,

duodenum dan jejunur!. RaoS,ss!8an distensi pada lokasilokasi t€rsebut meningkatkan

akifitas impuls pada serabut syaraf vaSus dan pusat kenyang di hipothelamus sesuai

denSan tingkat distensi yanS terjadi.

Impuls syaraf yant muncul karena pentisian saluran pencemaan di salumn melalui

serabut effereot ke sistem syaraf pusat dan s€lanjutnya menginformasikan sistem yang

mengontrol tingtat p€ngisian. Pada umumnya, impuls-impuls syaraf tersebut berfuntsi

meDcegah terjadinya p€ngisian saluran peDcemaan yang melebihi kapasitas (Rahardja,

2oo7). !11 ," , *,..-0-, * ....0,0.,''.4! pq$ a,uneda! ,.Li!- (4oe*r \,i*)c,j4- I 5.

Korakteristik Rumput Alam Rumput al6m adalah nlmput yrr8 turrrhnh liar di tegalan,

semak-semalq piDggirjalan, dan di penrnlrng. Krmkteristik rumput alam adalah tumbuh

denSan scndirinya, tklak ditanam, dan tidak dipelihara serta rendah produksinya.

(Susetyo, r98o). Hijauan makanan ternak bersumber dari padang rumput alam atau

dengan melakukan pcnanaman hijauan makanan temak.

Jenis dan kualitas hijauan dipen8aruhi oleh kondisi ekologi dan iklim di suatu h,ilayah.

Pakan untul temal ruminansia selamaini diperoleh dan bersumber dari padaDg

pengSembalaan. Padang pengSembalaan menyediakan hijauan berupa

rumput-ruDrputa dan )egunrinosa sebagai sumberpakan ternak ruminansia. (syamsu,

2oo8).

Riwu Kaho (1993) bahwa rumput alam merupakan jenis pakan utama )ang diberikan

pada ternak sapi, Komposisi rumput ala$ beakisar antara 70% - 90% dali total ransum

yant diberikan. Hijauan makatran temak adalah Derumputan, leSume herba dan legume

semak/semal yang dapat digunakan sebagai pakan t€rnak. selama musim kemarau

komposisi pemberian pakan rumput alam relatif menurun. Sedangkan persentase

pemberian pakan legume dalam mnsum meningkat selama musim kemarau.

Srsetyo (1980) melaporkan bahwa peNentase protein kasar padang rumput dam

berkisar antam 4.8r-7.9%. Sedangkan kadar se.at kasar berkisar antara 38.or-41.o1%,

Denrikian pula mcnurut RiB,u Kaho (r99S) melaporkan bahwa pada bulan Januari-Maret

(bulan basah) protein kasar hijauanberkisar altara 6.2-8.7% dan serat kasar ?2.4-32.7%.

Pada saat bulan Juli-Septenlbcr kadar protcirl kasat hijauan turun menjadi r.9 - 4.9% dan

serat kasarlneningkat mcncapci :14.8-45.4%.

Mai nutrisi seperti itu, terutama di musim kenrarau vang, dapat dikatakan gagal

memenuhi kebutuhaD minilnal ternak. Pada masa ini ternak sapi di Timor Barat

mengalami kehilanSan berat badan sebesar 22o &/ekor/hari. Disimpulkan bahwa seri

pcnurunan It I mutu temsk antara waktu merupakan gambaran rendahnya mutu kualitas

padang Alam.

Produksi hijauan yant bersumber dari padangpenggembalaan dihitung berdasarkan luas

areal padang penggembalaan masint- masinS l.abupaten di Sulawesi Selatan

be.dasarkan data statistik Tahun 2oo5. Estimasi produksi hijauan di padang

pengSelnbalaan dihitung b€rdasarkan asumsi bahwa satu hehar (r ha) padang

p€oggembalaan menghasilkan hijauan pakan sebesar 25.SSo k8 hijauan atau 25,55 ton

hijauan p€r tahun.

Detgan jumlah produksi hijauan padang penggembalaan di Sulawesi Selatan

sebesar4,9()S,8o4 k , srlclnh dilakukan perhituDgan daya dukuntpakanmaka produksi

hiiirrnn t(,rsohu1 dapat menamplDg atau nrenyediakan pakan hijauan uoluk lornak

ruminarsia se)banyak 384,016 ST. Jumlah daya dukung sobcsnr :]u.t.or6 sTjauh lcbih

rendah dibandingkan jumlah populasi lernali ruminansia di Sulawesi Selatan sebesar

s76.7o1ST.

Fenomena tersebut di atas m€nunjukkan bahwa potensi padan8 penggembalaan di

Sulawesi Selatan tidak dapat sepenuhnya men]ediakan hijauan untuk ternak ruminansia.

(Syamsu, 2oo8). kgum 1_ang cocok uohlk disebar di padang rumput udalah

legunr-legum yang mudah nrembentuk simbiosa dengan baktari rhfrobium dan

memiliki daya persistensi yanS tttlgAi.

Sutaryono & Partrid8e (2oo2) merekomendasikan beberapa spesi€s terpilih yaitu srylo

v€rano dan stylo semak, cassia b€rdaun bulat pada tanal-tansh )"n8 a8a-L masam datr

desmanthus pada tamh basa atau b€.batu kapur seperti yanS banlak mendominasi tipe

t$ah di TiDor Barat. Penyebaran legum harus diatur merata karena jika tidrk ternak akan

cenderung terkonsentrasi dimana leguminosa tumbuh dan menimbulkan efek

ouergrazing di tempat tersebut.

Di Austlalia Utara penyebaran legum biasadya dilakukan di akhir kemarau yang diikuti

dengan tindakan membal<ar }?ng akan memec-ahkan benih dorman untuk siap

b€rkecafibah saat musim hujan. o 9 9ul&do!,t mhn![.t(a5et{,}UgraPeldrDnPliyiu,hntn&l

5uL{rid.on tr A. Jumlah Populasi dan Penyebaran Kambing Marica e, JuDlah Populasl

Betdasarkrn Kelompok Umur Jenis Kambint Marica dal.m

penelitian ini dibedakan dari segi umur )aitu l(ambing Marica iantan dan betina dewasa

berkisar umur 2-3 tahun, sedan*an lGmbing Marica jantan dan dewasa muda berkisar I

sampai 2 tahun Jenis Kambing Marica yang ditemukan di masing-masing kabupaten di

Sulav.esi Selatan disajikan pada Tab€l 3.1 7. NabtpatenJefieponto Beldasarkan hasil

survey diltpangan dari t6 KePala keluarSa di Kabupaten Jeneponto ynng nlt' ilihrra

KambinS Manc6 terdapatsebanyak2() ek)r Kllr hirui M ri( rr drlri kt' lima kemmatan.

Penyebrran populasi K^Drl)ill,l lr'l;rri.:r tli (rrhrrl)nt('n .lcncponto BAB II! ANALISIS

GENETIK, PENYEBARAN DAN SISTEM PEMELIHARAAN KAMBING MARICA Jen6 (ambing

JD 8D JM 8M 3. Rota.

Makotar Berdasarkan hasil survey pe$lehan penyebaran KambinS Marica di Kabupaten

Malasar hanya terdapat di tiga kecamatan sebanyak 4 ekor. Populasi IGmbint Mari(a di

Kota Makasar dapat dilihat padaTabel3.r. Berdasarkan penelitian di lapangan diperoleh

Hasil penelitian di tiga kabupat€n dan kota Makassar sebagai senba ternak Kambing Se

Sulawesi Selalan henunjtrkkanbahwa keberadaan Kambing merica tingtal o,oo7 % dari

populasi total l&mbing di Sulawesi S€latan.

Jumlah Kambint Marica pada ketiga kabupaten dan Kota Mal'sssar yant berada di

Sulawesi Selatan yaitu Jeneponto hanya terdapat lima kecabatan yaitu Bontoramba,

Turatee, Kelam, Batang dan Tarowant dengan jumlah lGmbing Marica sebanyak 20 ekor,

sedaDgkan untuk Kabupated Maros terdapat di Kecamatan Tompobulu dan Tanralili

sebalr?k 8 ekor, di Kota Makasar haoya terdapat di tita kecamatan.

Itupun tidak dipelihara oleh warga melaiDkaD ditemukan di tempat penjualan Kambint

sebanyak 4 ekorjenis Kambing Marica. Khusus di IGbupaten Soppent pada saat

obselvasi dan dokumentasi p€nelitian, sudah tidak ditemukan lagi jenis lGmbint Marica

dari beb€rapa ienis Ikmbing lang ada. Ini sesuai laporan FAO (2oo7) sudai termasuk

kategori langka dan hampir punah (endongered). b.

Krrakt€ristik P€tcrnak Keberhasilan dalam memelihara hewan ternak tidak hanya

didukunS oleh aspek teknis &n aspek ekonomi. Aspek karakteristik pemilik dapat

mendukung budidaya l&mbiDg Marica. Salah satu kaElderislik yang mendukung seperti

tinSkat pendidikan, karena tingkat pendidikan dapat henentukaD pengetahuan peternak

dan pengetahuan budidaya Kambin8 Marica. Selain itu didukung dengan adanya

pelatihan dan penyuluhan yanS pcrnah diikuti mengenai sistem peheliharaan jenis

ternak.

Perbedaan karakteriktik Kabupaler, J6n€ponlo Botorarnba X6,lara Brhng 15.0 30.0 25.0

15.0 15.0 3 6 5 3 3 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 2 3 3 2 2 l 1 2 0 1 Junleh 250 12 60.0 2 100 20 I 5.0

Tompobulu Tanalili 3 5 0 0 0 1 2 2 1 2 62.5 Jumlah 37,5 50.0 3 0 0.0 8 12.5 2 50.0 0 0.0 2

500 0 00 Sopp€ng 0 0.0 000 00 0.0 0.0 Toht 10 31.5 l8 31.5 3l 9.3 3.2 32 Kel..ngan J0 =

Ja.Bi O6rasa. I D = Botina Oewa., JM = JanEn mucs EM = &tina Muda A sl'd&dogibmti'{

ir{i 5eh.9r Upl}, pdellr.n nnltt lud.h

tndmn 5uhr?r sdaun R05t)lAl,i)\N6lILlNC til dapat dilihat pada Tabel3.r 2. Ka.lnqmten

Maras - Berdasarlla, hasil surv€y dilapangan dali 6 Kepala Keluarya di Kabupaten Marcs

,,aht memilihara Kambint Marica hanya terdapat sebanyal 8 ekor dad dua keclrnatan

(Tabel3.r) Tabel 3.1. Jumlah poputa si dan wl.ya h penyebaran (ambing Ma c.pada

beberapa ketompok umur.

0 kepemilikan Kambing Marica di setiap kabupaten di Sulawesi Selatan adalah sebatai

berikut: t. Kdbvltdten/eneponto Berdasarkan hasilobservasi kaiakeristikpetemak

l(anlbing Marica di Kabupaten Jeneponto disajikan pada Tabel 3.2. Hasil karakeristik

pcternak pada Tabel3.2, jumlah penduduk di Kabupaten Jefleponto berdasarkanjenis

kelamiD yang memiliki IGmbing Madca untuk laki-laki sebanyak 81.3% dan perempuan

sebanyak 18.8% dari ke 5 kecamatan denganjumlah total 16 (epala Keluarga. Jika dilihat

berdasarl..an umur p€nduduk yant memeiliham Kambing Marica berkisar dari 35-60

tahun, yaitu 35 - 55 tahun sebanyak 87,5% dan lebih dari 55 tahun sebanyak 12.S%.

Sedatrtkan dari segi p€ndidikan formal hampir sebagian besar pemilik Kambing Marica

tamat SMA sebanyak 68.8%, dan tamar SMP sebanyak 25.o%, tamat PT sebanyak 63%.

Data penelitian menlmpulkan bahwa penduduk yang memilihara Kambing Marica

rata-rata berpendidikan lulusan SMA Pendidikan non formal yang s€rint didapatkaD

penduduk adalah penFluhan dari dinas pertanian dan perteDakan setempat, hampir

semua pendudukaD yangmemelihaaa Kambing Marica telah mentikuti adanya

pcnluluhan sebanyak roo%.

5ru0 &olog Lmbing Uaro 5.tlagl Up.ri hlertnan lama ildlai' tnddrrl suLl,?i 'daui d BO TU

KF BA TAB JorB kelamin Umu Sletu3 Jumlah anggola Jumlai anek Lali.hti 35.55 bnun >

55 lahuh Nikan Duda Jaide 13 oran! 4.6 orang <2 o.an€ 3.4 o6ng 23413 11010 34322

00101 34200 00213 010001 33423 042028 302210 02014 42221 0000 012238 13 3 14 2 I

6 8l.30 18.80 87.50 12.50 56.30 37.50 6.30 6.30 93.80 50.00 50.00 000101 15 Pele4aan

Pansfunan PNgABRI/INI Buoh leny bangllnana Tamal SMP Tarnal SMA Lu,usan PT t0oo0l

6.30 132017 43 80 112228 50.00 25.00 68.80 6.30 Pendidilrn lomal 3442 316 100.00

Ketoranganr 8o:8oto€mba, Tu=Tural6a, KB= K.laa, BA= Betang TAR'TaDwang

P€rd.plbnhld < 2,5 jutt 2-1,5 iutt >1,5 iult 43.80 50.00 6.30 46 Tabel3.2.

Karakteri5tik Peternak Ka mbing IVa ri(a Di Xabupaten Jen eponto 232007 100001

Sebagian besar mata pencaharian pendudukyang memelihara Kambing Ma ca di

Kabupaten Jeneponto adalah sebagai pedagang sebanyak50% dan sebanyak43.8%

sebaSai buruh tani dan bangunan. Sedangkan mata pencahaian sebagai petawai

pemerintahan maupun )aog sudah peusiun sebanyak 6.3%.

Hal tersebut meDunjukkan bahwa p€nduduk yang banFk memilihara KambinS Marica di

pelihara oleh kalanSan pedagang dan buluh tani. Kesimpulan dai penyebaran

kepemilikan jenis Kambint Marica yanS berada di Jeneponto berasal dsri beberapa

kalangan, walapun jumlah populssinya saDgat sedikit. 2. KdbupatenMatos Di kabupaten

Marcs berdasarkan hasil obserasi dan dokumentasi penelitian terdapatj enis (ambing

Maricaya[8 ditedukan di kecamatan Tampobuli dan Kecamatan Tanralili. Jumlal Kambing

Maica yarg ditemukan di sana sebanyak 8 ekor yang dimiliki oleh 6 Kepala Keluarga.

Karakeristik penduduk yang memelihara Kambing Marica ada pada Tabel3.3. Tabel 3.3.

Karaherastik Peternak K.mbing Marica Di Xabupaten Marot Uraian Tohl Pr636nlasa TL TS

Jsnis kelamin bk.lali P€lompuan Slalus 35.55lalun > 55 laiun Nikah 83.30 16.70 83.30

16.70 1m.m 5 1 4 0 5 6 3 2 0 2 E 5rufi Eorog &mbig rihl(, khld Up.ra klc5rrii fll'll. Nulhh

tidlm sdr{.! Sddtan E llaian 1I. TB Jumhi a.ll!gola 1-3 oreng 1-6 olUlg < 2 onng 3{ oang

66.70 33.S 86.m 16.70 16.70 66.70 2 I 2 1 2 2 ? 2 0 0 2 0 2 PNS/ABRI,ITNI Buruh lani/

banguMna Irinnya 0 3 Podiditan Poidepaho Tanu| SMP Tanel StlA Llllrrian PI P.ny uha. <

2,s j'rie 33.S 50.m 16.m

1m.00 r6.m 2 2 0 0 1 1 2 0 z,Sl,sjuh 0 >1,stula 2 K.l€rangan I TR = Tennllll; TB . Tomptutu

3 2 3 0 50.m 33.30 Pada hasil karalderistik Pada tabel di atas jum) ah penduduk di

Kabupaten Maros berdasarkan jenis kelamiD yang memiliki Kambing Marica untuk

lakiJaki sebanyak 83.3% dan perempuan sebanyak 16.7% dari ke 2 kecamatan dengan

jumlah total 6 penduduk Jika dilihat berdasarkan umur penduduk yang memeilihara

Kambing Marica b€rkisar dari 35-60 tahun, yairu 35 _ 55 tahun sebanyak 83.3% dan

lebih dari 55 tahun sebanyak 16.7%.

Dari segi pendidik'n 1 1 2 3 I 6 1 formsl hampir sebagian besar pemitik lGinbing Marica

tamat SMA sebanyak 5o%, dan tamat SMP sebanyak 33.3%, tamat Pf s€banyak 16.7%

sehingga dapat disimpulkan penduduk yaDg memilihara Kambing Marica lata-rata

berpendidikan dengan hampir seba8ian lulusan SMA Adapun pendidikan non formal

yant telah diikuti penduduk adalah penyuluhan.

HampirsebaSian besar pendudukyang memiliham Kambint Marica pemai mengikuti

program penllluhan &ri pemerfutah yan8 berkaitaD dengan pemiliharaan hewan temak.

Sebagian besar mata pencaharian penduduk yang memilihara Kambing Marica di

Kabupaten Maros adalah sebagai pedagant sebanyak66.7% dan sebanyak 16.7%

sebagai buruh tani danbangunan. Sedangkan mata pencaharian sebagai pegawai

pemerintahan maupuD yant sudah pensiun sebanyak 16.7%.

Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk yang memelihara KambinS Marica di

pelihara oleh beberapa kalangan peDduduk. Pendapatan perbulan pemilik Kambing

Marica telbesar diantara Rp.2.5oo.ooo sampai Rp.t.Soo.ooo juta perbulannya sebanyak

5o%, sedangkan dengan pendapatan kuranS dali Rp.1.5oo.ooojuta sebanyak 33.3% dan

diatas Rp.2.5oo.ooo sebaDyak r6.7%.

Ju mlah pendapatan tersebut di peroleh dari jumlah pendapatan masing-masing orang

yanS berada pada satu kepala keluarga dengan kriteria )ang sudah beke4a. Adapun

jumlah kepala keluarSa di Kabupaten Maros antara 1 sampai 3 orang sebanyak 33.3%,

dan 4 sampai 6 oranS sebanyak 66.70%. besamya pendapatan perbulan tergantung dari

pekerjaan dan jumlah orang yanS bekerja dalam r Kepala keluarga. 3.

KoioMakassor Berdasarkan hasil obrsevasi dan dolumcntasi penemuan (ambing Marica

di Kota Makassar hanya tedapat di tiga kecamatan saja, itupun bukan penduduk yang

memelihara melainkan pedagang IGmbing. Jumlah l(ambing Marica yang ditemukan di

kabupaten ini hant? berjumlah 4 ekor dari sekian banyak populasi Kambing yang ada.

Adapun karakteristik peniual tGmbing Marica yang ditemukan tlalam p€nelitian ini

berjenis kelamin t'ki-laki dan berstatus menikah dengan jumlal angSota dan anal

rata-rata 8 orant Adapun penghasilan yanS didapat rata_rata di atas RP'2 5oo ooo setiap

brrl"nnya.

tam" pemeliharaao KambinS Marica di kota makasar berbeila ilengan b€berapa

kabupaten disulewesi selatan' hal ini dikarenalan penemuan Kambing Marica di Kota

Makasar pada penjulan lGmbing. Lama pemeliharaan Kambing Marica rata-rata tidak

lebih dari 4 bulan, karena sistemnya dipedual belikan' 4, Ko,bwpa'tefl soPpeng Dari hasil

penelitian yant dilakukan secara obscwasi dan dokumeDtasi di wil.yah lGbupaten

SopPeng sudah tidak ditemukan lagijenis Kambing Marica .

Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Kabupaten SoPpent dari tahun 2oro samPai

2011 sudah tidak ditemukan lagi jenis lGmbi4 Marica di daerah teisebut Hal ini

dikarenakan juSa di daerah ini tidak lad mengembangkan temak Kambing dimana

jurnlai poPulasi lkmbinS Marica yang dari tahun ketahu! mengalami kepunahan dan

tidak adanya budidaya Kambing Marica.

Populasi Kambing Marica pada saat ini t€rancam Punah h'l teE€but terlihat nyata di

Kabr,paten SoPpeng E[ 5lud EoLo! l mbnq l rrc 5{biq upryi P{l6r,mn Pla5m Nu(ih tnd€nr(

5u[wa 5e]aon ROSDIANA N(ITUI16 E ! r B. Pengamatan Parameter Sifat Genetika Dan

Morfologi Kambing Marica t. Sifat Genetika Hasil DNA mitokonalria (mtDNA) telah

dapat diekstraksi dengan baik dari sel darah ro ekor lGmbing Marica Kelara yang terdiri

dari lima iantan (MK Sr, MK 52, MK 53, MK 54, MK 55) dan lima betina (MK 56, MK 57,

MK 58, M K 59, MK sro), tiga Kambing Kacang (Kacang1, (acang2, xacan$), 4 KambinS

Marica BataDt (BTGI.

BTG2. BTG3, BTG4), 3 tGmbing Marica kecil (K1,K2,f$), 3 Kambnt Marica sedang (sr, s2,

s3), 3 lGmbing Marica besai (81, 82, B3), 2 Kambint Marica Tompobulu (TB5, T86) dan

dua Kambint Maica Jeneponto (JNPinduk, JNPanak).

seluruh D-Ioop dtDNA Kambint yang diuji tersebut dapat diamplifkasi dengan PCR

menStunakan primer CAI-F (5 -CGTGTATGCAAGTACAITAC-3) dan plimer CAP-R

(S,.CTGATTAGTCATTAGTCCATC.3). PanJanS pToduK PCR yang diamplifkasi adalah

sekit6r 876 bp. Hasil elekroforeJis produk amplifkasi PCR dapat di lihat pada cambar 3.r.

E tr)d EdoO l(imbDg Mrfl. 5€b.9, lhqa hl6lan.I g.!i1. Nuthh ii&mlsulnlti sdnx Gambar 3.l

R0ltxlt^ KlIUilG E HaralAmltiftnmrDNAdari KambingMa (ad.nKambing

Kacang0i{rh=toOO pb) ,.

, a J I rra ,t rai ,a -*.-i-__ rooo bp 1oo bp l Berdasarkal gambar 3.! hasil isolasi 38 sampel

DNA Kambing resisten (R) menunjulkan larik DNA fang tidak terlihat jelas dengan

ukuran 1976 pb. Meskipun masih terlihat beberapa DNA yatrg smeor pada sampel DNA

resisten seperti TBS, MKSto, Br dll. DNA smeor disebabkan kalena DNAterdegradasi atau

terpotont-potong.

DNA Ibmbing dari ke 40 sampel yang di isolasi terdapat hanya beberapa sampel saja

yang menghasilkan larik DNA cukup jelas dengan ukuran DNA Kambin8 yaitu 1376 pb.

Bebe.apa sampel DNA Kambing yang tidak menghasilkan larik DNA, hal teNbut

disebabkan oleh kosentrasi DNA }?ng dihasilkan dari proses isolasi sangat sedikit,

sehingga pada saat proses devisuaisasi dengan gel agorasa tidak terlihat adanya larik

DNA.

ProdukPCRdi sekuen maladihasilkan mtDNA DJoop Kambing Marica dan Kacang

sepanjant 826 pb. Darj hasil sekuen runtutan basa-basa nukleotida hampir semua jenis

Kambing Marica alan Kacang pada setiap daerah sama dengan nukleotida Copros ilicnrs

(AfS$44r). Perbedaan basa nukliotida terjadi pada rentang 1g pb dimana nukleotida

Capros Ilicrus adenin, sedangkan pada nukleotida JNP_lnduk Citusin.

Pada rentan8 20 pb tidak terjadi pelbedaan yang menonjol pada jenis Kambing Marica

maupuo Kacang pada ilasar nukleotida Copros Hicrus. Hasil sekuen polimorfisme

nukleotida daerah DJoop DNA mitokondria pada jenis Kambing pada rentong 4opb

(Tabel3.4). Tab€l 3.4. Polo morfsme Nukletida daerah D-Lopp DNA renteng 40bp aa_2_,

arro_._, ll_r.rl _t ir_!_t lJrr_rle_t tr&.!{_t_, Irc_!_, trr_r_, Itl_t_._t la3_, tc.rn_..u..1c. lc.tt._trr6omtl

lE_[i&!._run !_xongoll._ xtl,t. a..lar Perbedaan nukleotida juSa tedadi pada s€kuen dengan

rentang basa ke 8o7 pb pada jenis Kambiog Marica MK_3 an 53.

Jenis nukleotida Copros fliarus adalah Guonin sedangkan pada jenis Kambing Marica

MK_3 dan S3jenis Nukleotida adalahAd?nin. Hasil nukleotida berbedajuga terjadi pada

rentantan basa ke 9zz pb pada jenis Kambint Kacang , dimana nuldeotida Copros llicrus

adalah ?tmin sedangkan nuHeotida Kambing Marica TB,7 Cttusin. Pada rentangan basa

923 sampai 979 pb tidak terdapat perbedaan nul.Jeotida yang meyimpang dari

nukleotida Capras Hicrus.

Penyimpangan terjadi pada rentantan basa ke 98o dimana nukleotida Copros ilicrus

adalah 4denin sedangkan nukeotida Kambing Kacang Guanin. Sehingga dapat

dikatakanjenis (ambing Marica dentan Kambint lGcang tidak memiliki keragaman

nul.leotida yang menonjol berdasarkan acuan nukleotida Cdpros lrrtrus pada umumnya.

Adapun gambaran hasil sekuen polimorfisme ouklmtida ilaerah D-loop DNA

mitokondria yant m€n8alami penyimpangan nukleotida Coprds lItcrus. tr ttrd 8'dog

Udr,1g laam 5€]ap Up:ya plkfiirn pta$a [Gt h tnd6n* SuL*r!, 5.hon [0t0rlN/\ ,,]cttull6 E

Tabel3.5. Polo mor6rm^e Nuktetida d.erah D-topp DNArenrang 6zt0 pb, :*5(', pb dan I

000 pb tr:3_r - ,,'',.,,,. I l.oi ,..,,'.,,, |.Io] ,,,,..,,', I..o] ....-.. (4.01

Nrrrcr.E^rrrlsl^Tllt6.!^cE!^u.Gllcr.c

l r50) lc.p!._t.r.o..rr lc_hr.dr_rnn.r xoneorr. .rhrb-c.lhIr. Berilasarl.an pada tabel matrik

perbedaan nukleotida dspat dilihat tidak terdapat perMaaD nukleotida yang beragam.

Sehingga dapat diasumsikan jarakteDetika IGEbint Marica deDSan pembandint Copras

;licrus hampir 99% tidak terdapat jarak perbedaan yang melonjak jauh.

Begitu pula pe.bandingan jarak tenitika Kambint KacanS denSan Cdpros Ht rus hampir

99% tidak memilil.i rentantan jarak tenetika yanS begitu jauh sekitar (o,ooo). Dari hasil

pengamatan juga didapat rentangan jarak genetika antara KambinS Marica dan

Kambing Kacang sebesar 1oo% tidak memiliki jarak perbedaan. Hal tersebut dilihat da

sekue! Polomorfisme Dukleotida yang tidak terdapat keragaman yang berbeda.

Dapat dilihat dendogram pohon Neighbor Joining (bootsrap rooo ulangan) sebaSai

berikut: rr_..-trtu-t cccr'6.^Irrrrccrcc?rcrr'clccr^!!^cc^.'^ El u**,r,**,xis.b,eiup.rlhrdxBlftiyn

rtrlliirfikmrliraB,ftrran E Tabel 3.6. Mati}lperbedaan nukleotldaantara xambing ha3il

penelitian dengan b€berapa Kambingy.ng berasal dari Genbank '. .. ... ...,.?,..t,r. G.mbar

3.2. Dendogram Pohon NeighborJoining bootnap 10Oo ulangan) Jika mutasi subtitusi

ditemukan pada Kambint Marica dar Kahbing Kacang denSan kondi.si lokasi baru yant

berb€da , dimaDa perubahan susunan basa nukleotida terjadi dalam bentuk substitusi

sebagai akibat proses adapiasi terhadap kondisi lingkungan yang sumber pakannya

terbatas den diduSa akibat adanya seleksi yang bcrhubuntan dengan tujuan produksi

FnE diinginkan o]€h petemak.

Perubahan mutasi nukleotida pada Kambing Marica diduta disebabkan proses adaptasi

dengan kondisi iklim yang berHa daq ketersediaan bahan pakan terutama pada saat

musim kemanu yant mta-rata di atas 6-7 bulan per tahun meEbuat ketersediaan rumput

sangat terbatas. Pada musim pertengahan dan akhir musim kemarau umumnya rumput

sudah layu dan kering diakibatl€n musim k€rint yang berkepanjangan sep€rti pada

umumnya di daerah kepulauarl Indonesia Bagian Timur, sehingga keteNediaan rumput

santat terbatas.

K€munSkinan dalam jangka w&ktu yang lama Kambing Maica mengalami proses

adaptasi dedgan kondisi setempat, maka teriadilah proses mutasi subsitusi nukleotida

yan8 secara fenotiP ffiil?J;;;;;;;unvai perro'mans tub'rh vans rebih kecl jika dibandingkan

dengan Kambint Kacang' 2. Pentamrtsn Di.e*l *lP -- :enis Kambing lokal yang Di

lnilon€sia memiliki beberapa J ,""*u"* #;;ilvan8 tersebarhampir di X],il1;"i,-ff'l; Bsnyaknya

t(ambing Persilangan tll'"""r r"rr"Ou, dikarenakan lndonesia menjadi *i"*". t:tl'l:,|. kalah

den8an r.ambing kualitas genetik Kambing lokal, masrnu,'ri"ng"t iu""ttun x".uing

persilang,en.

N'r,un hal rersebut tidak dap^ ' p""a] r"r, ini r"ny"t i.kal sudah tidak diternald@n lsgi Jul

:T;'"";;;;";entembanskanKambinslokalBerikutadalah beberapa ienis xambing lokal

lndonesia:. propinsi sulawesi selaran Kambing Marica Yang terilapat dl ."-nI"" ","*

""t",""on: ":TtlT 1*:*":::"ffi tT"iH IaDoran FAo suclah termasuk kate8orl aHt".".,

;;;;" ;opulasi Kambins Maric:;tjllill:::-::: Kabupaten Maros, Nrbupaten JetuPonru' I^"#-

olno*, *r.*o ar.."h M"k""'"' di Propinsi sulawes ;#';;;; *:; ."t1f*l'li#ii"1 fff'iffi .kosistem lahan

kerint dimana curan n ffi.llffil;;; daPatbertahan hidup Pada musim kemarau walau hanya

memakan rumput-rumput hering di daerah tanah o"to"T.l1[;ron *o"n tlarnbins Maric,

densao Kambins lainnva berbeda baik dari sed bobot' ParianS badan' lebar badan

panjan8 ;H;,r*j",;";;;:"t*1'Yl'::1t]i:*i'"Tff i:}ffi I di analisis morfologi dimensi tubuh Kar

:i.,ff;;;;;;"'san 5ekor K nbins Maricajantan dan 12 ekor '#il.ti;;; Hisil pengukuran morfolosi

dimensi tubuh Kambins Marit3 disajilan Pada Tabel3 T *oto*nn*.,*" @ l

cnrcujkud'9d[wnGcIfu E lrudIologihmbnglila.(i5.ba9lUpalaPrlesl,ninflnmi

udahfndrm[Suhw$SpLhi Tabell.T Rata'rata Eeberapa Dimenri Tubuh Kambjng Martca

DimensiTuboh C. PENGAMATAN PADA SISTEM PEMELIIIARAAN IN-SITU Eelina &bofrg

Panja.g

bada,rcm Tinggipl]ndaldcm 'llnggi plngguucln Lirgl€r dada/6n L€bar dada/qlr Dalam

de(Wcm Penjang Tanduty'cm Pani.ang blinga/ch trna, blinsa/sn Iypo t€tiga Panjang

storl,n Lobar ako/cm 19.2&1.55 49.4t2.U 16.2012.93 51.8Or2.93 4ri.6&3.26 15.6011.02

23.8011.17 12.30!1.12 11.75,,.47 6.{&0.82 lsgek 13.10!0.83 4.80*1.25 t&34r2'm

16.5013.25 41.9213-c/ 40.50{66 4525t2.15 15.571211 25.7512.83 5.32d.05 &7k2.73

5.34i1.71 los* 10.78A.24 4.1&1.09 r.

Tintk h L.ku Merunput PengaDatan tinSkrh laku malan pada lGmbins Marics dilakukan

selama 3 bulan pengamatan dengan ftekueni waktu dari pukul 09.00-16.00 setiap

harinya. Adapun tirykah laku malanan Beliputi aktivitas makan, dan aktivitas ruminites.

Pengamtan tersebut dilakukan sebalak s kali dalam setiap pendok (ro had pegembalaan)

dengan selang waktu 2 hari. setelah ro hari pentembalaaD maka Kambiq Mari.e

di pindahkan kependok selanjutnya denSan selang \vaktu yant sama seperti pendol

pertama. Pencatatan tingl.ih laku dilakukan denga sistem one zero dengan selang

int€rval 15 menit, sehinggs setiap jam penelian dilakukao sebanyak 4 kali pengamatan

utrtuk masing-masing akivitas. Jenis KambinS Marica dalam pe[elitian id menttuntan 2

€kor Kambing jantan dan 10 ekor IGmbing betina.

Jenis vetetasi di lokasi penelitian dapat dibagi menjadi beberapa bagian ,aitu perdu,

pakis, rumput dan pohon. Tingkat palatabilitas pada lGmbint yaDt menSkonsumsi

vegetasi teNebut dikelompokkan menjadi: a) vetetasi fant paling disukai adalah:

sasendok atau uyah-uyahan (Plantago mogor), lcrgolong tirnamnn pcrdu, tingginya

bervariasi antala 3o-2oo cm, bmtnk bllitng hulat silinder, p€rmukaan batanS agak licin

den8rn nnrh lurrbrrh hatang tegak lurus k€ atas, batang tergolon8 batnng nrn)lnrl lonx

lidak keras daD bergetah putih.

Sasendol menrpunvai rlnrrn helukuran kecil, tepi daun rata, wamanya hijat (hr n'rlh'pxl

Lintik-bintik putih denSan permukaan yang licir rlnll rrurskihl' wnrr:r buahnya yang hijau

muda dan sctehh lnr n'(ri:rli "x,'rl' rL li ,,rr {Dionello ensifoho sp.), ter8olorg rrnrlnrl. li'

rrxrr Ir rr, rrtnrnyai tinggi tidak ,_- ::r,"^i.*,*g*as pada (embins ini adalah telinssEya reSal

qanreranr kecit pendek dibandihg telinta Kambing fucaag. TanJuk pendek dan kecil

serta kelihatan lincah dan aFesif.

I&mbing ini herailiki karakeristik yang hampir sama denSa.n kmbing Kaing, namun

terdapat perbedaan pada penaDpilan tubuh lebih kecil dibandinS Kambing Kacang,

telinta berdiri rnenghadap samping arah kc depan, serta tanduk relatifkecil dan pendek.

E * * *n, *.lxa5.hsl u0r/ir{.lrnn pri,,u ilufrh ri&lnl 5daxne 5.han E sampai So cm, daunnya

berpelepal dan panjanS seperti daun ja8un8; datr tua menjadi merah; kelakai

(Stenochloeno palustris) adalahjenis pakis, tiatgi hampir satu Beter, percabangan dertan

stolon. Daunnya berbentuk panjang, ujung daun runcint dengan tepi beryerid.

Daun berwama memh saat Inuda dengan batant mudah patah dan dapat digunakan

sebagai sayrr-saFran yang dapat dikonsumsi oleh penduduk. b) Vegetasi yan8 hanya dil

liti batangnya adalah: geronggang (Croto.xylon sp.), termasuk pohon, ketintgiannya

mencapai tiga meter, batanSnya bergetah, daun berukuran kecil dengan mujunS

runcing daE tepi daun rata; lombokJombokal (Clerodindrum), tergolong perdu,

mempunyai kambiun, tlmbuh te8qk, tingi mencapai dua meter.

Deun berukuran lebar, tepinfa rata, permukaan atak berbulu dal berkerut s€perti daun

bayam; karamunting (Malastomo condidum), tertolong perdu, tingd dapat mencapai r,s

m, baiang belkayu dengan permukaannya ditumbuhi bulu halus, tumbuh tegak dengan

tangkai yaDS baoyak. Daun berukuran kecil, tepinya rata dentan per:nukaan berbulu

halus.

Buntanya berwarna herah muda; dan asem- aseman (Ploiortum olternifoltum), tergoloq

perdu, batang berkall dengan arah tumbuh teSal ke atas. Daun memanjang dengan

ujunt merrncing. Warna daun hijau kekuningan dentan permukaan hijau men8kilat. c)

Vegetasi yarg kurang disukai adalah : pfis (Asplenilm nidus), terdiri ata beberapa jenis,

tinggi dapat mencapai dua meter, permukaan bataDS aSaI berbulu denSan arah tumbuh

teSak lurus. Daun b€rwarna hijau dengan permulaan dituE$uhi bulu halus; dan bajaiah,

tertolont tanaman perdu, arah tuldbuh batant membelit atau Inenjalar.

Daun berwama hijau dengan pennukaan licin mengkilap, 2. Ttntksh Irku Mrk n

PeDtamatan tingkah laku dakan dimulai dari aktivitas makan dan ruminasi selama 7 jam

p€ngamatan Berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 3, total akivitas Kambing

Marica paling ing; ,"4"ai-pua" pukul og oo-1o oo, kemudian dilanjutkan pada niil

,rro-*uo.

sedangkan untuk total aktivitas paliog rendah tedadi pada pukul u.oo sampai u oo yang

diikut denga! aktivitas malan dan aktivitas ruminitas yang rendah Hal tersebut dapat

disimpulkan bah.a akivitas makan yang pslinS tinggi ter'adi pada waktu'pagi hari dan

sole hari Hal ini disesuaikan dengan suhu dan keadaan lingkunSar di daerah penelitian'

8_ waktu P.n8rmatan Gambar 3.3. Hl3togr.m

Ingkah Laku Makan Pada waktu yang Eebeda Rata-rata suhu siang hari rnencapai

28_35'C dimana Kambing lebih banyak melakutan istirahat, meskiPun terdaPat akivitas

makan denSa[ frekmsi rendah (pukul 11 oo - 12 oo) Hal ini diduSa karena "p"iil"

dih"d"pk"n p"d" cuaca Panas, Prioritas tingkah laku Kambing akan berubah dad kegiatan

me'umput atau mengkonsumsi pal(an RosDr^ilANorlN( E g

t'rt8d0O&mb'Brrhfti5.b9iUpitiftlsn in Pldru Nrbh L1dfi* tuLu, llaran I ) .^,... _. :".d"t".ku,

h""il pengamatan pada gambar tli atas besarrrya otun"i y*8 a"rn"-aama besar pada pola

makan adala.h pada saal pulul 09.oo-to.Oo dentan jaDtan sebesrr sedanrkan untuk

*t"-C;-""ffiI6'28% dan betina 17'or%' adaral pada **,,;;;;*::#ff:i,::i fI*T*.j Gambar 3.4.

HhtogramTi ROSD r\NA IICIIUNC E .']:]:k menslildari kondisi yant tidak menyenantkan.

Konsekuedsi yanS cepat adalah mengurangi konsumsi pakan dan enerti metabois yang

tersedia. Gangguan lain terhadan i" au'i pe..,b"han n"i]oil;'n'oo;;'ff :"*"n8an enersi berasal

.**n*- *..si l';; ;;": ;l ff ::.HT,::I ffi1ff wodzicka-Tomaszewska el ol.

(r99r) bahwa pada siahg hari dengan suhu yang tiDggi. Kambiog akan merumnu

ars.,r"r."n ,n;,k *.in;.:,.ur; "'#;'.:t "tih sedikit, waktu vans lama. _ )ngan istirahat yeng relatif ,

-,-_ ^,1 makan Kambint yang dibedakan berdasarkan jenis kelahin terdapat pada

garnbar sebagai berikut: Waktu pcng.mrtan ngkah Laku Makan B€rdasalka; Jenis

Kelamih rr,62%, frekuensi betina r,38%, dan pads pukul 14.oo-r5.oo dengan ftekuensi

jatan sebesar r7,8o%, frekuensi betina sebesar rr,84%. Hal ini berarti betina lebih tahan

melalukan aktivitas makan disiang hari (B.oo-14.oo) diba-ndingkan dengan jantan.

walaupun selang dengan satu jam akivitas malan Kambint jantan juga ikut menintkal

Aktivitas malan f,:ambint b€tina pada siang h.ri dipicu adan)'s fakor umur, dimana betina

dewasa lebih aktif melakukan aktivitas makan di siant hari dibandiq j antan remaja,

kareDa jantan remaja lebih aktif melakukan malan di pagi hari, sehingga di siang hari

lebih banyak melakukan isti.ahat dan memberikan kesempatan padajantan dewasa

untuk mencari makan. g.

Pola Tintk h lrku Makan Pola tingkah laku mal<an l&tlbing Marica dalam penelitian ini

meliputi ge8ala akivitas hakan dan rutinitas diantaranya, mencium, tnerengut,

mengunyal, menelan, menteluarkan bolus, mengunyah bolus, dan menelan bolus.

Adapun tambaran mengenai pola tintkah makan Kambing Marica a&lah sebagai berikut:

I i 64 hd&rlo9,bn{tugtl'iis.tigarUp.rihk rnnptdll!.il t$Inhn*llllni!.h!.r

I llantan rSetjna ngkah l.!ku Mak.n 0antan r3,2o% betina $,29%), akivitas terendah

mengunyah bolus sebesar 25,74 oantar t3,9o dan betina r1,84%). Rangkaian pada awal

atiyitas makan pada Kambing sebenamya diawali d€ngan mencium makanan. Akan

tetapi hal tersebut disesuaikan denngan k€biasan IGmbing itu sendiri, karena patla

dasemya setiap Kambilg men],ukai berbaSai jeDi6 hijaua.. Tabel3.8.

FrekuenslTingkah Laku Makan (%) Kambing Marlca Berdararkan AlokasiWaktu Jeni!

PolaTirgkrh Llku ilakan B.tne mei}cllim 9.81 1362 12.8 11.58 1057 7.2 20.58 mengunyah

13.01 15.4 12.91 22-27 24 62 14.43 933 22.5 886 6.97 21l1 18.2 7.33 t1 63 Gambar 3.5.

potaTingtah Ufumafan pada ,, . Gambar 3.5 men,,-;,.r.-- Jenis (er.min y.n, Berbed.

bcrdasartrn i.-:^ , , - _'!.adu presentasi al(ivits pola makan "dur"h ,,tu;;;,::.':lrn Kambint Mi

,.,,;;;;;",il';,::J::",,:,d:;,;ffi:..",T,'il"X,'J,Ti r"n"r"n ""t"nu"i ,l'1'-o,' sedantkan untuk ahivi".,*"r* lali

,",",i,kk;;;;;;if !-*,too*-d* h,u,,"",.,;;*I ;;;; iumlal yans b""; ;::|"Y:il.

dikumpurkan a*rrri jJ# mehgunyal sebesr, .^ - -, -l]" *tlvrras tertingg kedua adalah

keadarh ih; r.^^__.. JJ,54)6 (iantan 16 ;ff ;:,ii[:]*:"J"*", ;;i ;*'il i::,[T ;*:: semarin banyak.

."alr"-1,;",,j* :"liner" fr"k *.i ^";;"; tiaSai adatah -"^^-:":T untuk akir4 o";;; ;;;,_;:,"]* for* ."b."".

;]:#il:lH}?":,tr -_,,o.ur, (eoua adalat rnenSeluarl f """'u***---:'--"';,-"-,-::- * noldrn bolu! 20.fii

12.47 18-21 13.n 12.49 25.t0 9.37 J.nt n m6n ium 13.76 8.21 18.52 9.9 8.74 17.93 15.97

fiEng'ryeh 19.6 9.84 14.9 13.81 1553 1886 1942 menelan 1185 10.62 818 ll42

Itron06lur.l(all 16.83 14.91 17.48 11.63 bo&s mr|!.lllrrldl 12.38 ltG 10.58 21.2 rt.i9 ! rr i20

bdr! m€n€len bd! 11.08 20n 12-12 lln lart tl t0 |l tr 09.m. 10.0G 11.0G 1200- 130G 10.00

11m 12.00 13.00 14.m 140G merqssn 12.21 16.7 13 16.01 msogmyeh 16.2 122S 17.42

1333 912 1997 9-o9 Tolal 100 100 100 TM 100 melEnggll 18.42 12.92 22.28 11.3 11.88

11 79 menguny6h bolus 11.S8 20.82 9.75 lt,rt irD I I F Pada Tab€I 3.8 menuniukkan

bahwa tiDskah lalu mencium paling rendah untuk Kambing betina adalah pada pukul

o9.oo- ro.oo (9.8r%) dan 14.oo-15.oo (7.2%).

Hal tersebut diduga bahwa di pagi hari kea&an rumput hijauan masih banyak t€Bedia,

sehintta KambiDg betina lantsung memakan tanpa harus meDcium terlebih dahulu.

Sedangkan untuk tingkah laku mencium Kambing jantan paliru re[dah pada pukul

t2.oo-r4.oo (18.78%) dan lo.oo-1l.oo (8.21%). Hal tersebut diduga karena lGrrlbin8

jatrtan lebih selektif memilih makan dipagi pagi hari terutama untuk jenis rumput yanS

disukai.

Rarykai pola makan selanjutnya adalah merengut mal..anan yaitu akivitas dimana

Kambing melakukan awal kali perengSutan pal..an sampai diangkat untuk dikunyah,

Adapun jenis makanan yang direngut seperi hijauan, semal belukar, rantint kulit

turnbuh- tumbuhan. Kambing merentgut d€ntan cara menalik mulut kedepan atas atau

belakatrS bawah.

Menurut DevendIa & Burns (1994), Kambint merupunFi kebiasaan makan ,rnt berHa

dengan ruminarsia laiEdya. Bila tidak dilendalikan, kebiasaan ma.Lan dapat

mengeubatkan kerusakan. Bibirnya )rng tipis mudah diteraklon dengan lincah untuk

mengambil pakan. (ambing mampu rDakan rumput yang pendek, dan mer€ngtut

dedaunan. Disampin8 itu, Kambing merupalan pemakan yang lahep dari pakan yatrg

berups berbagai macam talraman dan kulit pohon. Dari Tabel 3.8

frekuensi rengSutan palint tintSi untuk Kambing b€tina tedadi pada pukul B.oo-14.oo

(19.44%) dan r5.oo- 16.00 (22.90%) sedantkan untuk lGmbing jantan pada pukul u.oo-

r2.oo (18.52%) drn 14.00-16.00 (4S.91%). Hal ini berarti pada waku tcrsebut, makanan

yang disukainya masih tersedia. Selain itu, setiap frekuensi Kambing dalam merengSut

hij auan dapat langsurE dikunyah atau dengan frekuensi merenggut berkalikali

kemudian dikunyah.

9!d&dog brtnq M {,S!b.!d Upit.ftl€otu flxma tiulhh td6l*t a*?i g.rin BO'DIAN/\N6IIUN6 tr

Setelah merenttut makanan ke dalam mulutnya' tombing akan memulai altivitas

berikutnya yaitu mengunyah Fungsi pengunlahan a"*a, tt*" yaitu untuk merusak bagian

Pelmukaail pakan ,"friogg" ok** prktn menjadi Iebit ke'il yanS memudahkan pakan

""p",ii""-". f."t"u-si Peutun)'ahan yang paliDt banyak dilakukan xambing betina pada

pukul 13 oo-14 oo dan untuk Kambing jantan pada pukul u.oo-16.oo. ' ' ,r* "*r,"" .akan

telah selesai, maka dilanjutkan denSan aktivitas ruminasi.

Aktivitas ruminasi iliawali dengen mengeluarkan bolus lang disimpan sementara 'lalam

rumen untuk dikunyah dan ditetan kembali. Frekuensi aktivilas menelan bolus lebih

banyak dilalulan dibalding aktivitas dlenelan mal€nan sebelum ruminasi' t a irri aiaug"

L"""n" p"k"" yang telah dikunyah kemudian ditelan dan disimpan lLa di alalam rumen

Menurut woilzicka- Tomaszewska "i"i.-trrrrl, proses penSlnyahan Paila saat mar.an dan

ruminasi ,n"-P"*t akivitas pelengkap 'li 'lalam pengpmngan ukuran f"*n"r.

,*tO, *"t,ebih kecil muntkin rnemDunyai waktu retensi yang relatif lebih penrtel di dalam

rumeo' sehiotga tintkat kecemaan itai u-* diteitukan oteh tinSkat kecernaan ingesto'

tetapi iuga oleh waldu tersimPan di dalam rumen' Setelah Kambint selesai melakukan

aktivitas ruminitas biasanya dilanjutkan dengan tingkah laku istirahat Tingkah laku ini

me-patan tirrgt<"tt laku dimana Kambing sudah tidak melakukan apa-apa. tosisi

istirahat yang dilakukan Kambing terdiri dari tiSa jenis yato,i"."i-pofr, U,Ari dan berbaing

dengan meletakkan kepala di atas tanah dan mata terpenjam sePerti tertidur'

Ber<lasarkan grafik di bawah ini di sajikan frekuensi tinSkah laku istirahat pada Kambint

berdasarkan alokasi waktu' 68 waltu Prngamatan Gambar 1.6.

Hktogram frckuensi Tingkah Laku htkahat Pada Kambing [,la ca Eerdararkan

AlokaslWaktu Tingkah laku istirahat ).ang paling optimal dilakukan pada pukul r1.oo

sampai r4.oo. Hal ini didukung suhu yant tingd pada siang hari (28-35,C), Kambing akan

lebih ban),al melakukan istirahat. Kambint apabila dihadapkatr pada cekaman panas,

priorites tingkah laku Kambing akan berubah dari ketiataD merumput atau

mengkonsumsi pakan untuk menghindari kondisi yang tidak menyenangkan.

Konsekuensi yang cepat adalah mengurangi konsumsi pakan dan energi metabolis yang

telsedia.

Gangguan lain terhadap keseimbantan enerSi b€rasal dari perubahan fsiologi, endokrin

dan pencernaan yang selanjutnya menurunkan enerSi yary tersedia. Hal ini sesuai

dentan pemyataan Wodzicka- Tomaszewska et ol. (1991) bahwa pada sianS hari dengan

suhu yang tinggi, Ibmbing a.kan merumput lebih sedikit, r.vaktu yang diSunalart untuk

rumirEsi lebih singkat dengan istirahat )rDg rclatif lama.

Faktor ildim vans terp€ntins adalah silhu dan le]eib1T: tetaPi andn dan sinar matahan

mcmpengaruhi *rnot*:1,::: i"t nr"io"o* yang dibutuhkan untuk produki yans oplrmum

$;;;;*;";et ol'lee3) Kambinsvangdipelihara dengan *""irr".J""t *" o'asanya terkena sinar

matahari laots\rng' -dan fao-"ir* a""u"nt" uarena cekaman oanas x"nbing mempunyal

bulu yant &Pat memberikan perlindungan yang 'nemadai lerhada! *l,i-f **,* .*"'

T":*",1i;;Hilf::I"J:#I untuk Peltaturan Panas oleh terna I sebagian enerti ilipantulkan

sebagai pa'icaran gelombangpendek ' ,"-ind"h* panas secara paksa segera menyeiukkrn

P*to*::: ,"'r"i,^,* *"*" *" "'':Y"1'JI:""ii:##;::""X1 panas tinskunsan *",n ]":"n ,:l:;;;, r.],"nu x".ri,e

r"aint efisien untuk mengurangi beban Pal berkeringat.

Bulu memberikan perlindunSan fisift a-i p*"'"t"" l]lll matahari langsung dan tak lanssun8

serta Pengaruh suhu udara elektll . '*"tY*n *"lihat perbedaan Pola tingkah

laku-Kambing-Marica berdasarkan jenis kelamin' daPat dilihatdentan *llIT::::l1l:11:

menggunakann uji lcuskal-walls !{asil analrsrs "r' '-__' memperlihatkan bahwa semua

pola tingkah laku malan memilki ti"t'.**"*t lebih kecil dari nada aloha (5%) sehin88a

dapat disimpulkan babwa pola tingkah laku makan antara Kambint ianton dan betina

berbeda secara n)€ta pada seluruh alokasi waktu i *nt"t"on' * I I E S{rd I'dog &rung Miflo

higl Uliri hlilllro Pliltt)l l$dii tnd.l Sdrir5lld4ir R050llNl N6lT Ll N 6 6 D. R.ESPON KAMBING

MARICA YANG DIPELIIIARA SECARA INIENSIF (EX.SM' TERTIADAP PEMBERIAN HIJAUAN

YANG BERBEDA 1.

Pcrtambahon Bobot Brdal Rata-Eta pertambahan bobot badsn Kambint Maica seba8ai

respons terhadap pemberian hijauen pakan yang belMa selama penelitian disajikan

pada Gambar 3.7 berikut ini: 58,59 !6,t0 Gambar 3.7. Rata-rata penambahan berat bad.n

Kambing Madca pada p€dakuan pembeian hijauan pakan yang berb€da Berdasarkan

analisis ratam menunjukkan bahwa pemberian jenis hijauan pakan yanS berbeda tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata (P>o.oS) terhadap pertambahan berat badan

Kahbing Marica. Hasil yang diperoleh menuDjul,.kan bahwa rata-reta pertambahan berat

badan yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 36,90 - 58,69 8/ekor/hari

dengan pertambahan berat badan tertinggi diperoleh pada perlakuaD p€mberian

rumput un88ul (RU) diil-uti x tE i, f{. 2 g lLdrBolo0 (,mbmg i,li. c kba9,1 Upaya Pr 6oi.n

P ilft Nliih tnden* 5u a*?x 5dirio eoiDrAN/\ N(,llUrl6 E l i I i I t I i i t oleh perlakuan

pemberian campuran rumPut un88ul dan letum iru * ,.g1, d.n p"nu.tahan berat badan

terendah diperoleh pada f"riutoun p"tnu".i- -.Put lapsng (RL) Hal ini mene'indikasikan

b"h*. ,".d"*, kec€nderuual fbmbing Marica meflben resPon p".to.lul- yaDg lebih baik

seiring dengan perbaikan kualitas iij"r"n p"l- y"ns aib"rikan.

Hasil penelitian Soenardjo et ol (1997) il" ;ott r^"*g jrgo memPerlihatlan Pertambahan

bobot bada! yant juSa santat diPelSaruhi oleh pemberian ransum yang berkualitas,

dimana formula ransum yang baik akan memPercepxt laju petumbuhan yang oPtimal

Rataan pertambahan bobot badan r<LiUgIrl*i""v"tgaipelolehpadaPenelitian ini

relatiflebihrendah ii".ai, u**" **rapa penelitiao terdahulu ,ant dilakukan Pada xr-tini x^ing

vultu 66.:r gram/ekor/hari (Martawidiaia et ol ' 2oor), 46 - 64 grao/ekor/hrd (Ella et ol',

2oot)' 2.

Konsumsl Pakan Rataan konsumsi hijauan Pakan lGmbing Marica yal|t ilipelihara secara

intensif selama berlangsungnya penelitian disajikan pada cambar 3.8. Analisis sidik

raSam menuniul&sn bahwa PemberiaD hijauan pakan yang berbeda secara sitDiftal

memp€ntaruhi jumlah konsumsi puL"n- x"LUing Marica (P<o,os) Hasil uji beda nyata

terkecil .".p"rtit "*"i t"t*" Lambing yang diberi rumPut uo88ul (R(D dan "".pr."n -.pot

urgg,rl dan le$m (RU+LE) tidak menunjultkan perbedaan yang nyata.

Sementam konsumsi pakan pada perlakuan p€mberian rumput lapang (RL) nyata lebih

rendah dibanding dengan perlakuan rumput unggul (RU) dan campuran rumput un88ul

dan tego- tnu*LEl. nrsit ini mengindikasikan bahwa Kambing Marica m;m iki palatabilitas

lang lebih baik terhadap kualitas hijauan unggul Gambar3.8. Rata-.ata konsumslpakan

Kambing Maraca pada p€dakuan p€mberian hUauan pakan yang b€rb€da.

- b *JJ3:;:,:""[l1l,::Xln#i"f;:"l"l"S'H["*"0"0" Patla Gambar 3 9 rataan efisi€nsi pakan terendah

diperoleh Dada perlakuan pemberian campuran rumPut un88ul dan legum ffi ;;;. ;i ini

mungkrn disebabkan oleh karena lombint '"t* ,iltn rr*"** palatabilitas yang baik pada

pakan campuran antara rumput ungtul dan letum sementara kemalnpuan temak ;;;;t";"

fi" vang dikonsumsi rendah vans diindikasikan oleh pertambahan berat badan yang

rendah walaupun demildan ;; ffi;;;;;"- t"mPerljhatksn bahwa pemberian hiiauan pakai ;;;;;;*

-"mpensaruhi efisiensi penssunaan Pakan ptda I(ambint Marica (P>o o5)' '.--'"---'"raaa

penetitian iDi efisiensi PenggunaaD pakan Pada Kambint Mr.*

y"tg ;b"" hiiauan yang berb€da' b€rkisa! antan 2'54 - ;;;";"* ;rdah dati Pada efisiensi

penggunaan pakan ,"i" [ii,r, -r""" (8,o%)' dan Kambins kasmir sebesar 12'6% *trnn^*nuno

!!t " a se,Ltli RU+lf;2,54 A 5tud &0109 h,nbrry ltffi ktagar Up.yi hl€'r.ian Pli$! tlurli]'

tideirl9i.inji slhrii a a 5.rie51,8ti 2,al E F T t r 3 3 E Konsumsi pakan yang diperoleh pada

penelitian ini lebih tin8gi dibanding penelitian terdahulu pada Kambint Kacang d€ngan

bobot badan 29-6 kg adalah rur gram/ekor/hari. Konsurnsi pakaD seekor temak sangat

dipenSaruhi oleh kondisi Kambing pada saat penelitia! berlangsung.

Jika Kambin8 berada pada kondisi pertumbuhan, maka konsurnsinya akan lebih tinggi

dari pada lcmbing yanS tidak tumbuh. Selain itu konsidi fisiologis tGmbins seperti

buotinS ilao menrrsui akan meningkatlan kebutuhan ransum (Devendra dan Bums,

1994). 3. Efisi€nsi Pengtnrnean Prkrn Efisiensi pakan merupakan besarnya pemanfaatan

makanan oleh tubuh lQmbin8 untuk dimanfataankan didalam tubuh.

Rataan Efsiensi pakan pada KambiDS Marica selama penelitia[ disajikan pada Gambar

3.9 berikut ini: (Jia et oL 1995). Selanjutnya rnenurut Simadhuruh 2oo5 €fsiehsi

penStunaan.pakan pada y\ambing Kacang yant menglonsumsi pa-kan pelet komplit

adala} u,S_rq,t%. Rendal pakan daram o*aro"r"irilJr"Iunanva etuiensi pensgunaan

.",0"n..r,, r, ,,,"ri,; ffi ffi ;l-T:.1il-IT"."::fi,]fl: :-"*.,:n:i,*- sehintga rGrnbins ridak mend.par

kebebasan l":t,,1 Tj*:" unruk dikonsurnsi dan kebutuhan rr_Uing ontui pertuhbuhaD

belum mencukupi.

0 BAB IV PENUTUP Berdasar}an hasil dan pembahasan pada Bab sebelumnya, maka

dapat disimpulkan sebatai berikut: Pertama, KambinS Madca tersebar pada tiga wila)'ah

Sulawesi selatan yaitu Kabupaten J€neponto, Kabupaten Maros dan Kota Makassar,

dengan populasi tertintSi ditemukan di lGbupaten Jeneponto denganjumlah populasi

tcBisasekitar32 ekor atau o,oo7% dari populasi kambing di Sulawcsi sblaten )rnt

mentindikasikan bahwa IGmbing Marics telah berada (liambant kepunalan.

Kedua, hasil sekuen runtutaa basa-basa nukleotida hampir scmuajenis Kambing Marica

dan Kacang disetiapdaemh samadengan nukleotida Copros Hicrus (AIS33441).

Perb€daan basa nukleotida lerjadi pada rentant 18 pb. Perbedaan nukleotida juga

tedadi pada sckuen dengan rentant basa ke 8o7 pb pada jenis (ambing Marica I{K-J dan

53.

Jenis nukleotida Capra Hircus adalah guanin dan iimin sedangkan pada jenis Kambing

Marica jenis nukleotida adalah ,r{lcnin dan ciosrn. f

**r,,**ft.5.6ipiupryim6,',.itue,.rtufritid.,r*sute5i5.ern il R()jDlill NcrlUri( jil i Ketita,

perubahan mutasi nukleotida pada Kambing Marica diduga disebabkan oleh proses

adaptasi dengan kondisi iklim ya4g ekstrim d6n ketersediaan bahan palan santat

terbatas pada lingkungan pemeliharaan.

secara morphologi ukuran dimensi tubuh pada Kambing Marica relatif lebih kecil

dibandint dengan KaIlbing Kacang. Kecmpat, Kambing Marica memiliki kemampuan

seleki pakan yang baik pada kondisi pemeliharaan in-situ dimona.Kambint Marica

memberi respon yang baik terhadap pemelihanan inteNitdan pemberian hijauan pakan

ungtul pada kondisi d-situ.

Kelima, pemberian hijauan pakan unggul pada siltem pemeliharaan iDte[sif memberi

respon pertambahan berat bada[ konsumsi pakan dan ef6siensi pentgunaan pakan

lGmbing Marica yan8 lebih baik dibanding dengan pemberian rumput unttul + legum

dan rumput lapang. Beberapa saran dad penulis terkait hasil penelitian bati stakeholder

adalah perlu dilakukan upa5n yang serius dari berbagai pihal untuk memb€ri perhatian

terhadap kelestalian KambinS Marica di sulawesi selatan.

Selanjutnya, sebaiknya p€meliharaan Kambing Marica tidak dilakukan secara bersamaan

dengan jenis l(ambing lokal yang lain, khususnya Kambint Kacang. Terakhir adalah

penintkaran populasi Kambing Marica dapat dilakukan den8an sistem pemeliharaan

intensif dengan pemberian hijauan palan unggul. DAFTARPUSTAKA Anonimous,2oo7

Meng€nol Jenis Antinutrisi p odo Bohofl Pakon Anonirnous. 2oro Lim o t'ongkoh suks?s

Beternok Rorflbiflg t'ftgt I I ^'""""r*";,.*"rurress.com/2oo8/o9/2ol 5-lantkah'ukses' Bulehn

Arora, S P betemak-IGmbil8 (28 Juli 2olo) 1989.

Perencanaan MiL'roba pada Ruminansia Gadjah Mada Ur versitY Press' Yoryakarta

Asouithh NM 2ool Misdirections ln conservation Biolory 15:15: 345'352 Balai Besar

Pentkaiian dan Pen8emban8an 2oos Teknotogi BudidoYo Kambtng' Pengembangan

Peternakan BoSor' Blakery. J. <ran D H Ba(rc lqe4 ".T::j:J:::^i ii,]fill-l; g8djab Mada

Universilv Press'roBI oleh B srigandono) Boor€, J. L 1999"4'ri'rxtl Milrx.tx)txlrioi Gnomes

Nucleic Acid Res' 2^8)" t767'178i, cardenioo RA zorrt' s,,'1'''l"l"1ll:1u]',,'#:;t#"::"i;':,:;: :

preporotit' nl thr ltt \t t t t'ot t nn RotDr^N^N6rIiN( trEl conserv-ation biolos Teknologi

Pertanran Bailan Penelitian dan E 5ludi&dog(.rt00ll,raS.t 9.iUp4.Prld.d.llP1icrutil]llahtiddr

tuh/nit t un I genetic resources,In: (Ed: Ruane J & Sounino A) me Role ol Biotechnology

in Exploring ond Protecting Agriculture Genetic Resoutces.

Romei FAO (Food and Agicultural Ortadzation) of the Urfted Nations. p. 3-983 Chen, S.

Y. Y. H. su, S. F. wu, T. Sha and Y. P. Zrant., 2oo5. Mitochond al diuetsit! and

phylogeogrophtc stt'ucture of Chinese domestic goats.Molecular phylogenetics and

Evolution. 37: 804-814 Daniel, W.W. 1987, Bi,rsfotisticsi A Founilotion of Analysb In the

Healti &iences. b th. Ed. New York Jhon Wiley dan Sons. Dcv€ndra, C. and G.B. Mcl,.toy.

tg82, Goat ond Sheep boduction in tfte fmpics. Lngman Group Limited, Harlow, Essex,

UK. Elita, a S. 2006. Studi Perbandingan Penampilan umum dan ---'-' U"".-"un pat(an

pada Kambing dan domba lokal' Skripsi' Frlultas Pete,nakan, lnstitut Pertalian BoSor'

Bogoi' En$ninter. t98o. A.DiEral Science' 7th Ed The lnterstate Printers and Publisher, Inc

Denville lllinois' Ensminger, M,E, elrd OleDthe Jr'' CG ' 1978 Food and Nutrition$t

'*ito".'ft" Ensminter Publishint Company' California United States of Amerika' Fatchiyal,

AruminStyes EL 2oo5 Kromoso.r..'

gen' DNA' sintesis ' ---'--'-p"ot"in dan tegulosi' tab Bioloti-Molekuler BrawijalB Malang.

[FAO] Pood and Agriculture OrSanization- 2ooo World uotch List ' jo. oomutic'lnimol

Diuersity Edke-3 lood and Agriculturc Organization Rome' lta]Y' [FAO] Food an<l

Agticulture Organization- 2oor' Ststoinable llsc of aninat eenetiic resourEes IDAD-APHD

FAO Rome' Italy' [FAo] Food and A8ricultural orgaDization ' zooz Conserving and

Developint Farm Animal Diversity Secretariat ofThe Report on Thestate ofThe World's

Animal Gcnetic Resource Rome DireLlorat Jenderal Petemakan. 2oo8. Stohsak

Peternakan 2oo8. Direkorat Jenderal Petemakab Departemen Pe.tanian Republik

Indonesia. Jalarta. Ella, A. D. Pasambe dan Yusuf . 2oor. Pengaruh Perbaikan Pakan

Terhadap Penintkatan Pertumbuhan KambinS IGcan8 lapas sapih di SulawesiTenggara.

Proc. SeminarNasionalTeknologi Peternakan dan Veteriner. PuslitbanS Pertanian. Bo8or

Elrod, S. dan w. Stansfield. 2oo7. C€netito. (Damarint Tyas w. Pentj) Jakarta: Erlangta.

Food and A$iculture Or8anization 2ooT clobol Plon of Action Jor Genetic Resources ond

the lnte aken Declarotion slLd &0 09, hmb nq Md(a 5rbiq Upaya hlt,5riiin Pl.sma N iah

lidennt 5Lrl.er! tddcn tFAol E:d: FAO, Rome, P.40 NOsD11N11 M LTIIN(. E Devendra,c.

daD M. Bums, r99+. Produksi Kambing di Doeroh fropis, Denpasar.

Penerbit ITB dan Un[,ersitas Udayana. t'E Hofhan, R.R. r988a. MorphophysioloSical

evolutionary adaptations of the ruminant dig€stive system. In: A.Dobson and M.J.

Dobson (Eds.) Aspects of Digestive Physiolory in Ruminants. Proc. of a Sattelite

Symposium of the 3o'h IntematioMl Congress of the Intemational Union of

Physiological sciences. Itacha, New York. July 2r-23 1986.

Comstock Publishing Associat€s. Hal.1-2o Hou, W., Y. Chen, X. Wu, J. Hu, Z. Peng, J.

Yang, Z. Tang, C. Zhou, Y. Li,S.Yang,Y. Du, L. Kong, Z. Ren, H.zhanSdanS. Shui.2006. A

cotuplete Mitochondriol Gmome seguence oJ Asian Block Deor Siclruon SuDspecies

(Ursus thibetdnruB rnlpinens&). Int. J. Biol. Sci. 3(2):8S-9o Indrawan, M., R. B. Primack

dan J. supriatna. 2ooz. Biologi ,<onserudsi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Kumar, S.,

K. Tamura and M. Nei. 2oo4. MEGA 3J.

Intergrated Sofuore lor moleaiar euolutionory Genetics Analisis and sequence aligment

briefings in bioirlormdtfus 5:150-163 lamboume, J.S. 1974. Cattle Nutrition aDd

Production, Choice Manual in Tmpical Production. Seat Cattle Production. Dai Nippon

Printing (UK) Ltd. MacHugh Dtr, Bradley DC . 2ool. Livestock genetic origins: goat buck

the trend, Ptoc Natl Acod Sci 98:$82-5384 Martawidjaja, Kuswandi dan B. Setiadi. 2oo r.

EDgaruh Tingkat Protein Ransum Terhadap P€nampilan Kambing Persilantan Bo€r p o,r'

rr*,uro,n r,n.i 5ebi9? upryaktBridaiplalnraNudahrndrm*suliwx5et,G0 ROsDIAIIA NffUNi E

FernaDdez H, Taberlet, p. Mashkou!, M. yi8ne JD. Luikart c. 2oo5, Assesing the Origin

and Diflusion oJ Dofiestic cr"; ;; Ancient DNA. New A.rchaeolc oxbow Books, olilord, u*

o'"u'ApProaches pp 50-54' Fiba Aji pamungkas, A Batubara, M. Doloksaribu dan E. Sihite.

2oo9.

potensi Beberapa plasrna Nn{ah Kambing L"k t I^,;.;;;. Juknir. pusat penelitia[ dan

sadaa.neneritian dan reng; j;,*"J#il, ;i:HH pertanian Frandson, R.D. 1993. Anatorni dan

pisiologi TemaL Gadjah Mada UDivehity press, yo$/akatta. Frcer, M. & H. Dove. 2oo2.

Sheep Nutdtion. CABI publishiry. Australia Hartati, ^y. W dan I. p. Maksum. 2oo4.

Ampirtlasi o,4 kb doerah D-loop DNA Mitokondria dan Sel Epitel Rongga Mulut unhi-

Keperluan Forensil<. FMIPA. Universitas padjajalaD Ilodges, J.

2oo2 Oonsen o tion ofJorm animal biodive$ity: history and ptuspects, . AcN, ), pp. r_ra

Rome. Full Texrvia Crosi Ref. Hoffinan RR. 1988. Anatomy of gastro_irrfestinal tract.

.fn..The Rurinant Animal Ditestive physioloE/ and Nutrition. CHURCH, D.C. (Ed). prentice

fraf, fnglewooa Cffs, lre* Jersey. pp. 14 _ 43. dan IGcang, Proc. Seminar Nasional

Teknologi petemalatr dan Veteriner. Puslitbang pcnanian. Botor Merkel Roger C dan

Subandryo, t997.

Sheep anil coat production Eandbook for Southeast Asta. University of California Davis,

USA. Morrison, F.B. 1989. Feeds and FeedinS Abritde the Essentiel of Feeditrg Care and

ManagenEnt of FaIrtr Animal, IncludhS Poultry, 9d Ed. Ihe Molrison publishint Company,

Clinton, IOWA. Muladno. 2006. Seputar Teknologi Rekayasa Genetil€. pustaka Wirausaha

Muda, Bogor. Mutjdjo, B. A. 199g. Mcmelihara Domba. penerbit Kanisius. Jakarta

Nuryadi, .2ooo.

Dosor- dasar Reproduksi Temot.Malang: Universitas Brawijaya Parakkasi, A. 1999. Ilmu

Makanan Temak Ruminansia. Cetakan p€rtama. Penerbit UDiveasitas Indonesia, Jakarta.

Rahardja, D.P. 2oo7. Ilmu LingkunganTemak. yayasan Otra Emulsi, Makassar Ratnayani,

K., I N. wirajana dam A A. I. A. M. Laksmiwati. 2oo7. .4nofiirtyanasi Nukleotida Daerah

D-Loop DNA Mitokondio pado Sotu Indioidu Suku Eoli Normol. Jurnal Kimia 1(1):7-r4

Riwu Kaho, L.M. 1993.

Studi Tentant Rotasi Merumput Pada Biom Sabana Timor Bamt. Telah pada Sabana Bincl

TTS. fhesis Poscosdrjano (Sz) IPB, Bogor. Ruane J. 2ooo. A ftaDework for prioritizing

domestic animal breeds for consewation purpos€ at the national level: a Norwegian case

study. Conseruot riol 14:885-$93, Rumich, B. 1967. The Goot o/Indonesio. FAO Regional

Offrce. Bangkok Syamsu, J.A, LA. SotaD, K Mudikdjo, E.G. Sa'id dan E.B. taconi 2oo5.

Analisis Potensi Limbah Tanaman Pangan sebagai Sumber Pakan Ternak Ruminansia di

Sulawesi Selalan. J. Ilmiah nrnu-ilmu Peternakan 8(4): 291- 3o1. Syamsu, 2oo8. Padang

Pengembalaan sebagai Penyedia Hijauan Makanan Ternak Rumina$ia disulawesi

Selatan. Makalah disampaikar peda Spesialisasi PenSelolaao lahan dan Air. Dinas

Petemakan Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar, 4 Juni. Rout PK, Joshi MB, Mandal 4

lrloe D, SinSh L, Tangaraj K 2oo8.

Microsatellit based phylogeni of Indon€sian domestic 8oats. Bio Medic Cent Genet 9),-tt,

E 5rud &0109 hmtin! ttlxo s.brg] Upala hi6udai pt.ril. llutiah t lmt Sut&rji jdahn ;I

Primaclq R3., J. Supiyoha, M. Indraryan, & p. Kmma dibrata, 1998. Xrologi l(ons€ruosi.

yayasan Obor Indonesia Jakarta. Sambrook, J.,.6.p p,it"on and T. Maniati ff::ffi?:"{

;":Ti:T"::':#'ffi'.1 ",1?'J"'; '""t*";;;;;1tr*'" t*', na pemetiharaan -re rnaJ<,9opr. penebar

'""'',tl;;g*,;ilp5xr1,l:xrx# ;,t**'*#,*,..'x3*:l*tffi '-'-}Lh::i:{ly,ili""ll:#: j*}#,:ff# "*" ffi ,l1:il1;:H:ril*11:.,.

h,,n,,,wordnra. t'"*'*';i;;3i Ptaana Nutfah Kombinc rakot rndonesia. SireSar, S.B. 1994. Sapi

potong.

penebar Swada).a, Jakzrta. 5 u,*,r,u*rrr,(iJebr+l,upry.&tIrraraarmi dahrnd.nu5d.k5i5.id,)

Subandliyo dan Setiadi B. zoo3. Pengeloloon plosmo nutJah heuoni sebagoi oset ilalam

penenuhon kebutuhon monuria. Makalah disampaikan dalam tokakarya Pemantapan

Pengelolaan Database dan Pengenalan Jejaring Kerja Plasma Nutfah Pertanian, Bogor,

2r-28 Juli 2oo3, Komisi Nasional Plasma Nutfah. Suparyanto, A., Murtiy€ni. 2006.

Pedoman Penanganan PenAokit Kudis dan Cocing pado Ternok Kombing. Balai

Penelitian Ternak Ciawi.

Badan Pen€litian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Susetyo, 1980. Padang

Penggembalaan. Departcmen Ilmu Makanan Ternak Fakultas Peternakan IPB, Bogor.

Setiedi.B., B. Tiesnsruurti, Subandryo,T. Sarika, U. Adiati, DJulistiani Dad. Sendow, 2oo2.

Koleksi dan Eooluosi l(arohenit* Kombing Kosta don Gembrung Sec.rra Ex-situ l,aporan

Hasil Penelitian APBN 2oor. Balai Penelitian Temak Ciawi-Bogor. hal 59-73 Sodhi, N.S.,

Brook, B.W. & Bradshaw, C.J.A.

(2oo7) 'frcpicol Conserudtion BiologA. Oiord, UK: Wiley-BlacleeU. Soenadjo, C.H., S.J.A

Setiawati dan R.Mulyono 199r. Usaha Peningkatan Kesuburan Temak Kambintdan

Pembuatan Palan Ternak Kambing Bentuk Pellet. lapomr Bapeda Kabupaten Tegal. l E

suryanto. D. 2oo3. Melihat Keonekaragaman Organisme Bebercpo Teknik Cenehko

Moleluier. Pro$am Studi Fakultas Malemat*a Dan Ilmu Pentetahuan AlatE Univercitr!

Sumatera Ut6ra.

O2oo3 Dititized By Usu Digital Library Tapio, M. and L Grigaliunaite. 2oog. Use of

Mitochondiol DNA os a Genetic Marker in Domesticoteil Momali.a, Ekologija (valinius).

Nr.1 Toelihere, M.R. 1,98i. Fisiobi Reprodutsi podo fernot. Antkasa Bandullt.

Tomaszweska, M.W., I.K Sutama., LG. Putu dan T.D. ChaDiato. r99r. Reproduksi Tingkah

l*u dan Produksi Temak Indonesia. FI. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Tomaszweska,

M.W., l.K. Sutama.,I.G. Putu dan T.D. Chaniago. 199r.

Reproduki Tingkah Irku dan Produksi Temak Indooesia. Ff. Gramedia Pustaka Umum,

Jakarta. Troy, C.S., D.E. MacHough, J.F., Balley, Drq-Hagee., RT. l4ftrs, P. CuninSham, A.T.

Chamberim, B.C. Sykes .nd D.G. Bradley. (2oor). Geneticevidence for European Cattle.

Nofure 41o: ro88-1o9r vAN SOEST, P.J. 1994. Nutritional Ecolory ofthe Ruminant,2nd ed.

Comstock PublishinS Associates, Comell University P!€ss, Itacha, NY. wello, B.

1998 Ti4kah hku saPi Kuliah Ilmu Lingkungan daD ' nngk"h lrku. Fakultas Petemakan

Universitas Hasanuddin' Makassar. wello, B 1998. Tingkah Laku Sapi Kutiah llmu

Lingkungan dan - ' riniaft f"tu' Fakultas Peternakan Uriversitas Hasanudilin' Makassar'

Yadav and B RYadav (2oo8) DNA'ngerPrin t: Genetic relohonship in six Indio go}t breeds'

Itdian Journal of Biotechnologr vol 7 oktober 2oo8, PP 487-490' Yusuf, M.1998.

Genetiko Molekder' Program Studi Bioteknologi' Program Pasaasariana IPB BoSor' der,

M-J aod B. Hecse' 2ooo The initial 'lomesticatio! of toats (CoPra hircus) iD the Zagos

Mountain 1o'ooo years ato' Scien@ 287t 2254-2257 ' E 5r!d, &ol.4r &rmhng lh'lo 5ebiqr

L,!4i tulejii,Dn Plarmi Nurhh tftkmit slhur! s€hI,n l1!l tilflffifl 0r.lr. !j.80\drd.a \q'tun9. m p.

adahh d0ren lrt.D o.dr Irt illPl Unrv.rlit llgert dr $r (U )d.noan i;!il.n fungtionrllpkt0r {0pdl.

drn trbrian pFmbini/tV;. p€nut,5 td Ujunq.pandanq, 9 0ltob€r rst8.

Prnul6 nenafl,lkdn pend,dikdn dalar d, SD 'isQer tro 65 M,iarrrr pdda lahdn 1970

Sfdarq[an SUD (ai.k. (trnd,d Xn.na $dtdlrir t.m t.hun 19/t drn Silt {a rt. (hard, l(rrani

Uttr\rdr ttmdt tahUn t916. pendrdrra. riqqqr di3et. srmu-a1yd di rrku[.rPaterrarai

Unire.rit Hetanuddr. m, ddri tlldtd Salu rtr] iahun 1984. aqrrer ppternatrn lMp) t, 2001drn

prnd,drlan Dottorr, r0r) datdn brdano ,rat;. mL Pe(r1,a4pr0qrar pdi(aia,an.

Ur.ve,rirrsFarliuddrn. 8e0.r.pdpc.el,furlan9oc,nat,drt,tutdi,dra.td.arya .\t 8'ologr i.mbrng

Mdr.(a Sebrgdi Updtd p€trr.nli pta;ma \u ttrdenrt tura*e\i tetitnn' rrhun 20r I dibr.yi,

Drhr, dan .Up Pcr.rlirial PldrDd tbrfah (.mbrnq ydr,(a tutawe', Setrtar. ldfiun )01, juq,

drh'arir Drtrr puDrit.1| pida jurndt rtmrir d'anlardnya: 6enelr( Rera ,0art,p dr0nqrt U;ru.

l(dr.rq t, a1d (;0rd 5pe,rps'dinurt piod ,nl.,nari;1atr0Lrit or Aqr,, i!re Synem yol. I tssu 2

Der0flber 201li"Bi(e Srrar tetmenl( w,thwhite nore tuiqrdi an lrtern.l,v.

to tteprint Grars.n (r fe.di6lohdlYete.rnifi, t0,61 6r,/.70l.t0ltpubt(rrro.t0l Pcnulr /uqa.tlil

r.bdgar Drmhi, dd prdd b.Dtr.0d tr,n.1d, d,dnrar.nva Pr€lentcr and p'o.fpd,nq prr.rrpr;

B,ot09l {-oleluler dram 8i0lpr10too, pe urnd drr IrntaFaa., ,,6 [,e 201a denq,n trdL I

FJbungdn 6ener.r inrara ranllno Vr,,r a irr0rng {(a0 drli(J1).,ntc,narrord

(o1ie,^.(cDpv;toDrqo tr fltu) Ierhrdrp peflburrn haariin iang ocrrooJ L I r lnnovatiye

Ie.hnoloqy towardl 8et!e, Hum, h,l416 Tt5l( 20tL UTM [iatdyrta 20 .2t ito judulEapon

{.mbinq t(a o terq.d.o pcn vfmbcr 201, ( Biodeta Penulis Ceptis ., ,: - n..

' O leuhka

INTERNET SOURCES:

-------------------------------------------------------------------------------------------

<1% - http://repository.uinsu.ac.id/1224/1/1.%20Disertase%20Nurjanah.pdf1.pdf

<1% -

http://www.pekerjadata.com/2014/05/ANALISIS-IMPLEMENTASI-PEMASARAN-SYARIAH

-PADA-PRODUK-KPR-Studi-Pada-BTN-Syariah-Kantor-Cabang-Malang.html

<1% -

https://www.scribd.com/doc/308129052/Buku-Rpjmd-Kab-Kapuas-Hulu-2011-2015

<1% - http://alifiqbalmakarim.blogspot.com/

<1% - https://www.scribd.com/doc/12912905/Final-Koreksi-Draft-Akhir-4-Feb-09

<1% - https://oomwil.wordpress.com/2010/11/11/kambing/

<1% -

http://contohaku1.blogspot.com/2014/06/skripsi-ips-pengaruh-penerapan-ktsp.html

<1% - https://www.scribd.com/document/386572122/MAKALAH-BIOMOLEKUL-docx

<1% -

http://www.academia.edu/35316834/Landasan_Ilmu_Nutrisi_2_Pendugaan_Kecernaan_P

akan

<1% -

http://penyakitwaswas.blogspot.com/2012/02/defisiensi-vitamin-b12-asam-folat-dan.ht

ml

<1% -

https://www.scribd.com/document/343555749/laporan-akhir-praktikum-produksi-terna

k-unggas-Pakan-Unggas

<1% -

http://sukarnesresearch.blogspot.com/2012/02/teknologi-amoniasi-jerami-padi-dengan.

html

<1% - http://www.artikelsiana.com/2014/10/bagian-bagian-sel-darah-fungsi-darah.html

<1% -

https://www.scribd.com/document/270293346/KUMPULAN-MAKALAH-PADAG-PENGGE

MBALAAN

<1% -

http://makati24.blogspot.com/2008/05/makalah-pada-seminar-dispet-ntt-2007.html

<1% - https://dodymisa.blogspot.com/

<1% - https://fachrisuryari.wordpress.com/category/flora-fauna/page/15/

<1% - https://www.scribd.com/document/373227466/Bab-v-Kesimpulan-Sudah

<1% - https://haedarrauf.wordpress.com/2016/09/

<1% - https://www.scribd.com/document/344978775/638-1054-1-PB-pdf

<1% -

http://newspeternakan.blogspot.com/2013/12/makalah-tingkah-laku-makan-pada-kam

bing.html

<1% - http://maupazul.blogspot.com/2010/01/pengaruh-lingkungan-terhadap.html#!

<1% - https://www.123helpme.com/preview.asp?id=37797