PERTUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK (Mu gil dusemmerie) DI TINJAU DARI PEMBERIAN JENIS...
Transcript of PERTUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK (Mu gil dusemmerie) DI TINJAU DARI PEMBERIAN JENIS...
PERTUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK (Mugil dusemmerie) DITINJAU DARI PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA
SKRIPSI
T.ZULKHAIDIR09C104320109
PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH
2015
PERTUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK (Mugil dusemmerie) DITINJAU DARI PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA
SKRIPSI
T.ZULKHAIDIR09C104320109
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana PadaFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH
2015
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul : Pertumbuhan Benih Ikan Belanak (Mugil dussumierie) di
Tinjau dari Pemberian Jenis Pakan yang Berbeda
Nama : T. Zulkhaidir
Nim : 09C10432109
Program Studi : Perikanan
Disetujui,Komisi Pembimbing
Ketua
Yuli Erina, S.Si., M.SiNIDN : 9901006379
Anggota
Afrizal Hendri, S.Pi., M.SiNIDN : 1024088303
Diketahui,
Dekan
Dr. Edwarsyah, SP., MPNIP : 19690211 199603 1 002
Ketua Program Studi
Syarifah Zuraidah, S.Pi., M.SiNIDN : 0102098301
Tanggal Seminar : 10 Oktober 2014
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
PERTUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK (Mugil dussumierie) DITINJAU DARI PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA
Yang disusun oleh :
Nama : T. Zulkhaidir
Nim : 09C10432109
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan
Program Studi : Perikanan
Telah diuji didepan dewan penguji pada tanggal 10 Oktober 2014 dan dinyatakan
memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. Yuli Erina, S,Si., M.Si
(Dosen Penguji I) (………………….)
2. Afizal Hendri, S.Pi., M.Si
(Dosen Penguji II) (…………………..)
3. Husni Yulham, S.Pi., M.IL
(Dosen Penguji III) (………………….)
4. Erlita, S.Pi
(Dosen Penguji IV) (………………….)
DekanFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Dr. Edwarsyah, SP., MPNIP : 19690211 199603 1 002
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan skripsi “Pertumbuhan Benih Ikan Belanak (Mugil
dusemmerie) Di Tinjau Dari Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda” adalah
karya saya sendiri dengan arahan semua pembimbing dan belum pernah di ajukan
dalam bentuk apapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
ilmiah yang diterbitkan maupun tidak. Diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumka dalam daftar pustaka di bagian akhir sripsi.
Meulaboh, Januari 2015
Penulis
1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar
PERTUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK (Mugil dusemmerie) DITINJAU DARI PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA
Oleh
T. Zulkhaidir1) Yuli Erina2) Afrizal Hendri2)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi wawasan/pengetahuan di bidang budidayaperairan khususnya jenis pakan segar yang berbeda terhadap benih ikan belanak, danbisa dijadikan pedoman sebagai bahan pertimbangan pembaca untuk membukausaha budidaya ikan belanak(Mugil dussumierie). Penelitian ini dilaksanakan selama60 hari, pada bulan Maret sampai dengan April 2014 di tambak Gampong KualaBubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Rancangan percobaan yangakan digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan Acak lengkapyang digunakan terdiri atas 4 taraf perlakuan dengan masing – masing 3 kali ulangan,dan kontrol. Sehingga jumlah satuan percobaan adalah 12 unit percobaan. Dari hasiltabel diketahui bahwa kondisi kualitas air pada saat pemeliharaan benih ikan belanak(Mugil dussumierie) yaitu salinitas 20 ppt, suhu 29 oC, pH 6 dan oksigen terlarut(DO) 4,7 mg/L. Penggunaan jenis pakan segar yang berbeda tidak memberikanpengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan benih ikan belanak (Mugil dussumierie).(Fhitung<Ftabel).
Kata kunci : Pakan, Ikan Belanak, Mugil dussumierie.
1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University2) Lecturer at the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University
THE GROWTH OF THE SEED MULLET FISH (Mugil dusemmerie)REVIEW OF GIVING IN A DIFFERENT KIND OF FEED
by
T. Zulkhaidir1) Yuli Erina2) Afrizal Hendri2)
ABSTRACT
This study aims to complement the insight / knowledge in the field of aquaculture,especially different types of fresh feed on mullet seed, and can be used as guidelinesfor consideration by the reader to open the cultivation of mullet (Mugil dussumierie).This study was conducted over six teen days, in March to April 2014 in the Villagepond Samatiga Kuala Bubon West Aceh district. The experimental design to be usedis completely randomized design (CRD). Used a complete randomized block designconsisting of four levels with each treatment - three foreign replicates, and controls.So the number of units is eleven twolev units of experimental trials. From the resultstable is known that water quality conditions at the time of seed maintenance mullet(Mugil dussumierie) is 20 ppt salinity, temperature 29 ° C, pH 6 and dissolvedoxygen (DO) 4.7 mg / L. The use of different types of fresh feed does not givesignificant effect on seed growth mullet (Mugil dussumierie). (Farithmetic <Ftable).
Keywords: Feed, mullet, Mugil dussumierie.
RINGKASAN
T. ZULKHAIDIR, 09C10432109. PETUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK (Mugildusemmerie) DI TINJAU DARI PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA. Dibawah bimbingan Yuli Erina, S.Si., M.Si dan Afrizal Hendri, M.Si.
Diantara ikan-ikan laut dan payau, ikan-ikan dari famili Mugilidae mempunyai
prospek yang baik untuk dibudidayakan. karena mampu beradaptasi dengan baik di
lingkungan tambak, benih mudah diperoleh sepanjang tahun dalam jumlah yang tinggi di
sekitar daerah pertambakan, daging dan telurnya cukup disenangi masyarakat, lkan Belanak
dikonsumsi baik sebagai ikan segar atau sebagai ikan yang telah diawetkan. Penelitian ini
bertujuan untuk melengkapi wawasan/pengetahuan di bidang budidaya perairan khususnya
jenis pakan segar yang berbeda terhadap benih ikan belanak, dan bisa dijadikan
pedoman sebagai bahan pertimbangan pembaca untuk membuka usaha budidaya ikan
belanak(Mugil dussumierie).
Penelitian ini dilaksanakan selama 60 hari, pada bulan Maret sampai dengan April
2014 di tambak Gampong Kuala Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas 3 taraf
perlakuan dengan masing – masing 3 kali ulangan, dan kontrol. Wadah pemeliharaan yang
di gunakan adalah keramba jaring tancap, 40 cm x 40 cm. Ikan uji yang digunakan adalah
benih ikan belanak. Benih ikan yang digunakan total sebanyak 300 ekor dengan ukuran
benih 3-5 cm. Pakan yang diberikan pada benih ikan belanak adalah pakan segar yaitu Lada
laut (Caulerpa sp), hidrylla (Hidrila verticillata), kelapa (Cocos nucifera). Sebanayak 5%
dari bobot. Berat dan panjang benih ikan belanak (Mugil dussumierie) di timbang dan di
ukur setiap 15 hari sekali dari awal penelitian hingga akhir penelitian.
Hasil penelitian terlihat bahwa pertumbuhan spesifik benih ikan belanak yang
tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 (0.32 %) dan yang terendah pada perlakuan P1 (0,30
%) dan P2 (0,30 %). Serta kontrol juga tidak jauh berbeda (0.32 %). Pengukuran panjang
mutlak benih ikan belanak yang tertinggi diperoleh pada perlakuan P2 sebesar (0,66 cm) dan
yang terendah diperoleh pada perlakuan P1 (0.6 cm) dan P3 (0,63cm). Namun jika
dibandingkan dengan kontrol jauh berbeda ( 0.73 cm). Persentase tingkat kelangsungan
hidup benih ikan belanak yang tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 (63,3 %) sedangkan
terendah diperoleh pada perlakuan P2 (60 %) dan P3 (60 %). Namun jika dibandingkan
dengan kontrol diperoleh nilai yang jauh berbeda (80 %). Penggunaan jenis pakan segar yang
berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan) benih ikan belanak
(Mugil dussumierie). (Fhitung<Ftabel).
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, pada
tanggal 03 Juni 1991. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga
orang bersaudara. Buah hati dari pasangan T.M. Basir dan
Marwanah, S.Pdi. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan
pendidikan dasar di SD Negeri Langung, kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di sekolah MTsS Meureubo dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun
2009 penulis menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di MAN 1
Meulaboh Aceh Barat. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas penulis
mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru di Universitas Teuku Umar
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan serta lulus sebagai mahasiswa Universitas
Teuku Umar Angkatan 2009.
Penulis pada tahun 2010-2011 menjabat sebagai anggota Badan Eksekutif
Mahasiswa Perikanan di bidang Divisi Pendidikan. Penulis pada tahun 2012-2013
menjabat sebagai Ketua divisi Pendidikan (BEM). Penulis pada tahun 2011-2013
menjadi peseta Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh
dikti di tingkat provinsi. Penulis pada tahun 2012 Teknologi Tepat Guna (TTG)
tingkat Provinsi. Penulis pada tahun 2013 menjadi peserta Mou Universitas Teuku
Umar (UTU) dengan Universitas Teringganu Malaysia (UTM) di Malaysia.
Penulis juga pernah terlibat sebagai panitia dalam berbagai kegiatan Seminar
Nasional Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar. Salah
satunya seminar Nasional yang bertema “Membangun Aceh dengan Industrialisasi
Perikanan dan Kelautan Berbasis Konverensi”.
Sebagai penambah wawasan pendidikan perikanan penulis mengikuti Praktek
Kerja Lapang pada tahun 2012 di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian mutu kelas
I aceh dengan judul “identifikasi parasit pada lobster (panulirus sp.) yang
dilalulintaskan di stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu Kelas I Aceh”. Pada
tahun 2013 penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Program
Pemberdayaan Masyarakat di Desa Pulo Tengoh Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya. Untuk memperoleh gelar sarjana Perikanan di Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar penulis menulis tugas
akhir/Skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Benih Ikan Belanak (Mugil
dusemmerie) Di Tinjau Dari Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda”.
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan proposal penelitian yang berjudul : Petumbuhan Benih Ikan Belanak
(Mugil dussumierie) di Tinjau dari Pemberian Jenis Pakan yang Berbeda.
Selanjutnya salawat beserta salam kita sanjungkan kehadirat Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan kealam berilmu
pengetahuan.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
pengarahan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kami kepada :
1. Ibu Dr. Edwarsyah, SP., MP selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Teuku Umar yang telah memberikan bantuan
administrasif dalam penyusunan skripsi penulis.
2. Ibu Yuli Erina S.Si., M.Si selaku pembimbing I yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan kepada penulis.
3. Bapak Afrizal Hendri, S.Pi., M.Si selaku Pembimbing II yang juga telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan kepada
penulis.
4. Bapak Husni Yulham, S.Pi., M.IL dan Ibu Erlita S.Pi selaku Penguji I dan
II yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.
5. Syarifah Zuraidah, S.Pi., M.Si selaku Ketua Program Studi pada yang
telah memberikan bantuan dalam pengurusan administratif.
6. Ayahanda tercinta dan Ibunda tercinta yang telah bekerja keras dan tak
henti-henti berdoa demi kesuksesan anaknya dan segenap keluarga besar
yang juga telah memberikan dukungan dan doa serta perhatian kepada
penulis.
7. Teman-teman angkatan 2009 serta rekan-rekan yang telah banyak
membantu dalam setiap proses penyelesaian skripsi ini.
xii
8. Serta seluruh Civitas Akademik Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan yang telah memberikan dukungan serta motivasi sehingga
penulisan Skripsi ini dapat terselesaikan.
Akhir kata tiada gading yang tak retak begitu juga dengan Skripsi ini yang
masih jauh dari kesempurnaan. Semoga rahmat dan hidayah serta lindungan-Nya
selalu dilimpahkan kepada kita semua selaku orang-orang yang selalu ingin
mencari kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat. Amin…
Meulaboh, Januari 2015
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. xiDAFTAR ISI ............................................................................................. xiiiDAFTAR TABEL .................................................................................... xvDAFTAR GAMBAR................................................................................. xvi
I. PENDAHULUAN .................................................................... 11.1 Latar Belakang .................................................................. 11.2 Rumusan Masalah ............................................................. 21.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 21.4 Manfaat Penelitian ........................................................... 31.5 Hipotesis............................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 42.1 Klasifikasi dan Identikasi Ikan Belanak............................ 42.2 Habitat dan Penyebaran Ikan Belanak .............................. 52.3 Pertumbuhan Ikan ............................................................. 6
2.3.1 Kesehatan Benih Ikan .............................................. 62.3.2 Keseragaman Ukuran Benih Ikan ............................ 72.3.3 Faktor Air................................................................. 72.3.4 Serangan Hama dan Penyakit ................................. 82.3.5 Kondisi Pakan Ikan.................................................. 8
2.4 Kebiasaan Makan dan Jenis Makanan .............................. 82.5 Luas Relung dan Tumpang Tindih Makan........................ 112.6 Klasifikasi dan Morfologi (Hidrilla verticillata) .............. 12
2.6.1 Habitat dan Manfaat ............................................... 142.7 Klasifikasi dan Morfologi Lada Laut(Caulerpa sp).......... 16
2.7.1 Habitat dan Manfaat................................................. 172.8 Klasifikasi Kelapa (Coco nucifera) .................................. 18
2.8.1 Habitat dan Manfaat ................................................ 20
III. METODOLOGI PENELITIAN.............................................. 223.1 Waktu dan Tempat ............................................................ 223.2 Alat dan Bahan.................................................................. 223.3 Metode Penelitian.............................................................. 223.4 Prosedur Kerja................................................................... 23
3.4.1 Persiapan Wadah .................................................... 233.4.2 Persiapan Ikan Uji ................................................... 233.4.3 Pemeliharaan Benih Ikan Belanak........................... 243.4.4 Pemberian Pakan ..................................................... 24
3.5 Pengamatan Pertumbuhan Benih ...................................... 243.6 Parameter Uji .................................................................... 253.7 Analisis Data ..................................................................... 27
xiv
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. 284.1 Hasil ................................................................................. 28
4.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) .......................... 284.1.2 Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm) ................ 284.1.3 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR).......................... 294.1.4 Parameter Kualitas Air............................................. 29
4.2 Pembahasan....................................................................... 304.2.1 Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) .......................... 304.2.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm)......................... 314.2.3 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR).......................... 324.2.4 Parameter Kualitas Air............................................. 33
V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 345.1 Waktu dan Tempat ............................................................ 345.2 Saran.................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 35LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Komposisi Kandungan Kimia Tumbuhan Hydrilla verticillata ......... 15
2. Komposisi Kandungan Kimia Tumbuhan Lada Laut (Caulerpa sp) ... 17
3. Komposisi Kandungan Kimia Kelapa (Coco nucifera) ......................... 20
4. Bahan Penelitian Ikan Belanak (Mugil dussumierie). ............................ 22
5. Alat Penelitian Ikan Belanak (Mugil dussumierie) ................................ 22
6. Tabulasi Data.......................................................................................... 23
7. Data Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR), Pertumbuhan Panjang
Mutlak (Lm), dan Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
Selama Penelitian. .................................................................................. 28
8. Nilai Parameter Kualitas Air Selama Penelitian .................................... 29
9. Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)......................................................... 30
10. Data Rata - Rata Panjang Benih Ikan Belanak (LM)............................ 31
11. Data Rata - Rata Kelulushidupan Benih Ikan Belanak (SR)................. 32
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Ikan Belanak (Mugil dussumierie) ....................................................... 4
2. Hydrilla verticillata ................................................................................ 13
3. Lada Laut (Caulerpa sp) ........................................................................ 16
4. Kelapa (Coco nucifera) .......................................................................... 19
5. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) ............................................. 30
6. Grafik Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm) .................................. 31
7. Grafik Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)............................................ 33
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diantara ikan-ikan laut dan payau, ikan-ikan dari famili Mugilidae
mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan. Ikan ini umumnya banyak
ditemukan di daerah pantai, muara sungai, dan perairan tawar. Di Indonesia
banyak tertangkap di daerah pantai dan kolam-kolam air payau. Ikan ini memiliki
potensi yang baik untuk dibudidayakan karena mampu beradaptasi dengan baik di
lingkungan tambak, benih mudah diperoleh sepanjang tahun dalam jumlah yang
tinggi di sekitar daerah pertambakan, daging dan telurnya cukup disenangi
masyarakat, lkan Belanak dikonsumsi baik sebagai ikan segar atau sebagai ikan
yang telah diawetkan.
Kabupaten Aceh Barat, terutama Gampong Kuala Bubon memiliki potensi
perikanan baik perikanan tangkap, perikanan budidaya, maupun pengolahan hasil
perikanan. Menurut petani ikan/nelayan perairan Gampong Kuala Bubon sendiri
mempunyai keanekaragaman jenis ikan yang cukup tinggi dan salah satu
diantaranya yaitu ikan Belanak (Mugil dussumierie).
Ikan belanak banyak terdapat di daerah kuala bubon, baik dalam segi
budidaya maupun alam liar. Ikan belanak tersebut banyak diminati oleh
masyarakat baik untuk produksi, maupun komsumsi.
Makanan merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan
ikan. Studi mengenai pemberian jenis pakan segar yang berbeda terhadap ikan
belanak (Mugil dussumierie) merupakan salah satu hal penting bagi usaha
pengelolaan dan budidaya serta dapat memberikan suatu pengetahuan mengenai
2
pakan yang terbaik dari jenis-jenis pakan yang diberikan terhadap ikan belanak,
dan nutrien pakan. Penelitian ini sangat penting dalam budidaya sehingga teknik
pakan dan pemberian pakan dapat dirancang untuk mendorong atau pembesaran
untuk produksi, konsumsi, kelangsungan hidup serta pertumbuhannya.
Dalam penelitian ini pakan yang digunakan adalah Lada laut (Caulerpa
sp), Hydrilla (Hidrila verticillata), Ampas kelapa (Cocos nucifera) dan pakan
komersil sebagai kontrol, pakan yang digunakan dalam penelitian ini sangat
mudah didapatkan dengan harga ekonomis.
1.2. Perumusan Masalah
Cukup banyaknya tambak yang membudiayakan ikan belanak (Mugil
dussumierie), namun belum tersedianya solusi pakan pengganti dimana petani
tambak masih bergantung kepada pakan komersil ?
Benih ikan belanak (Mugil dussumierie) yang dibudidayakan sangat
melimpah namun tingkat pertumbuhannya lamban.
Melihat perbedaan pertumbuhan benih ikan belanak (Mugil dussumierie)
dengan pemberian pakan Lada laut (Caulerpa sp), Hydrilla (Hidrila
verticillata), Ampas kelapa (Cocos nucifera) ?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pakan yang terbaik dari jenis pakan segar seperti Lada laut
(Caulerpa sp), Hydrilla (Hidrila verticillata), Ampas kelapa (Cocos
nucifera). Sebagai sulusi pengganti pakan komersil.
3
Untuk melengkapi wawasan/pengetahuan di bidang budidaya perairan
khususnya jenis pakan segar yang berbeda terhadap benih ikan belanak, dan
bisa dijadikan pedoman sebagai bahan pertimbangan pembaca untuk
membuka usaha budidaya ikan belanak(Mugil dussumierie).
1.4. Manfaat Penelitian
Mengetahui jenis pakan segar yang terbaik Lada laut (Caulerpa sp), Hydrilla
(Hidrila verticillata), Ampas kelapa (Cocos nucifera).
Mengetahui pertumbuhan yang maksimal dengan pemberian jenis pakan
segar yang berbeda terhadap benih ikan belanak(Mugil dussumierie).
1.5. Hipotesis Penelitian
H0 : Pemberian jenis pakan segar yang berbeda dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan belanak(Mugil
dussumierie).
H1 : Pemberian jenis pakan segar yang berbeda tidak mempengaruhi
pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan belanak(Mugil
dussumierie).
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Identifikasi
Ikan Belanak (Mugil dussumierie) berdasakan sistematikanya dapat di
klasifikasikan sebagai berikut (Patricia S. R. 2002) :
Kingdom : AnimaliaFilum : ChordataKelas : PiscesSubkelas : TeleosteiOrdo : PercesocesFamili : MugilidaeGenus : MugilSpesies : M. dussumieriNama umum (Inggris) : MulletNama lokal : Belanak (Gresik)
Bentuk Ikan Belanak dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini :
Gambar 1. Ikan Belanak (Mugil dussumierie).
Ikan Belanak mempunyai badan memanjang, bagian depan subsilindris,
sedangkan bagian belakang agak kompres, kepala mendatar pada bagian atas
dan bila dipotong melintang berbentuk seperti segitiga. Celah insang lebar,
mulut di ujung dan mendatar. Selaput agar-agar pada mata berkembang dengan
baik, menutupi iris secera penuh atau sebagian. Panjang kepala 2.3 - 2.7 cm x
5
lebar ruang antar mata sedangkan lebar ruang antar mata lebih kurang dua kali
diameter mata, dan diameter mata itu sendiri lebih kurang sama dengan panjang
moncong. Di depan mata terdapat sisik-sisik. Moncong depres tulang rahang atas
nampak ketika mulut mengatup. Sirip punggung dengan jari-jari yang kuat, pada
yang jantan tinggi jari- jari keras sirip punggung kadang-kadang lebih pendek
daripada panjang kepala tanpa moncong, dasar permukaan sirip punggung
pertama agak lebih dekat ke dasar sirip ekor daripada ke ujung mulut.
Permulaan dasar sirip punggung pertama terletak pada sisik yang kesembilan
atau ke-10 pada linea lateralis pertarna. Di depan sirip punggung pertama
terdapat 18-19 sisik yang dihitung mulai dari moncong. Permulaan dasar sirip
punggung yang kedua bertepatan dengan baris sisik yang ke-18, 19, atau 20.
Setengah dari sirip dubur sebelum sirip punggung yang kedua. Sirip punggung
dan sirip dubur bersisik, berlekuk, sama tinggi, lebih rendah atau lebih tinggi dari
sirip pungguug yang berjari-jari keras. Sirip dada agak pendek. Pada ikan
belanak yang besar umumnya lebih pendek daripada panjang kepala.Ujung sirip
dada mencapai baris sisik yang ketujuh atau delapan. Tanpa sisik-sisik tambahan
atau dengan sisik-sisik tambahan tetapi kecil. Panjang batang ekor kira-kira sama
dengan tingginya atau 2/3 dari panjang kepala. Warna kehijauan pada bagian
atas dan keperakaupada bagian bawah, seringkali terdapat garis hitam yang
membujur yang sesuai dengan susunan sisik pada sisi tubuh (Patricia S. R. 2002)
2.2. Habitat dan Penyebaran
Ikan Belanak hidup di laut dangkal yang beriklim hangat dan bervegetasi,
Namun ada juga yang hidup di muara sungai di kawasan tropis, subtropis, dan
kawasan beriklim sedang. Ikan ini mempunyai toleransi terhadap salinitas 0-38
6
ppt dan mempunyai toleransi terhadap suhu cukup luas. Famili Mugilidae
mempunyai penyebaran yang luas. Di Indonesia, Mugil dussumierii banyak
ditemukan di Sumatera (Bagan Siapi-api, Langkat, Pantai Deli, Bengkulu,
Trusan, Padang, Bintang, Bangka), Kalimantan (Singkawang, Stragen, Balik
papan, Kota Bam), Jawa (L. Jawa, Banten, Jakarta, Perdana, Semarang,
Pasuruan), Sulawesi (Makasar, Danau Sinderaug, Sungai Minlarang), Bali,
Lombok, Flores, Timor, Buton. Mugil dussumierii juga banyak ditemukan di
Singapura, India, Andamau, Ceylon, New Guinea, Philipina dan Australia
(Effendie M.1. 2002)
2.3. Pertumbuhan Ikan
Menurut Effendie (2002), pertumbuhan adalah pertambahan ukuran
panjang atau berat dalam suatu waktu. Selain itu juga bisa didefinisikan sebagai
perubahan ukuran atau jumlah material tubuh baik perubahan positif maupun
negatif, temporal maupun dalam jangka waktu yang lama. Pertumbuhan ikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam
umumnya adalah faktor yang sulit dikontrol seperti keturunan, sex, umur, parasit
dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi petumbuhan ikan yaitu suhu
dan makanan (Effendie, 2002).
2.3.1. Kesehatan Benih Ikan
Kesehatan benih ikan besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan. Karena
jika ikan sakit maka tahap pertama energi yang dipengaruhi oleh ikan tersebut
akan digunakan sebagai penganti sel-sel yang rusak, serta anti toksin atau
kekebalan tubuhnya akan melawan penyakit yang ada. Dari persoalan ini jelas
bahwa yang seharusnya energi dipergunakan sebagai pertumbuhan akan tetapi
7
dipergunakan untuk penyembuhan, atau melawan penyakit sehingga otomatis
pertumbuhannya terganggu. Jika penyakit tersebut ternyata kondisinya lebih kuat
maka ikan tersebut tidak sembuh hingga mati (Gufran dan Kordi, 2010).
2.3.2. Keseragaman Ukuran Benih Ikan
Keseragaman ukuran benih ikan secara keseluruhan akan mempengaruhi
produksi total. Jika benih satu sama lain tidak sama ukurannya, maka benih yang
kecil pertumbuhannya akan lebih lambat untuk periode tertentu atau tidak
meningkat pertumbuhannya hingga panen. Banyak terjadi benih yang ukurannya
lebih kecil pada periode starter tetap lebih kecil ukurannya tetapi setelah melewati
periode grower pertumbuhannya menjadi seimbang. Hal ini disebabkan bahwa
laju pertumbuhan ikan dari waktu ke waktu atau periode ke periode berbeda
(Basahudin, 2009).
2.3.3. Kualitas Air
Kualitas air mempunyai 3 faktor yaitu faktor fisika, kimia dan biologi.
Yang termasuk faktor fisika adalah suhu, kecerahan dan kekeruhan. Faktor kimia
meliputi kelarutan oksigen, CO2, NH3 – N dan pH. Sedangkan faktor biologi
adalah kandungan plankton dan lain-lain. Apabila suhu berubah maka faktor
kimia air akan berubah dan apabila suhu naik maka segala proses dipercepat
termasuk metabolisme tubuh hingga pada batas tertentu. Sudah menjadi gejala
alam apabila kondisi cuaca cerah, intensitas cahaya matahari tinggi, suhu air
meningkat (nafsu makan meningkat) sehingga pertumbuhan ikan pun menjadi
cepat. Hal itu terjadi kebalikan apabila kondisi cuaca mendung, suhu air menurun
8
akibatnya nafsu makan ikan menurun atau kondisi air kekurangan oksigen
sehingga pertumbuhan ikan terhambat (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
2.3.4. Serangan Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit akan muncul jika lingkungan media hidup ikan kurang
baik. Akibat dari kondisi lingkungan media yang tidak sesuai maka lama
kelamaan stamina ikan akan menurun sehingga rentan dan mudah terserang
penyakit. Sebagai akibat pertama adalah nafsu makan ikan menurun. Dibutuhkan
energi untuk menaikkan stamina bahkan penyembuhan penyakit tersebut. Dengan
demikian sudah jelas energi tidak digunakan untuk pertumbuhan. Jika serangan
hama dan penyakit lebih kuat dari stamina ikan, maka ikan akan mati. Untuk
menghindari kematian ikan perlu diusahakan kualitas air tetap baik. (Afrianto dan
Liviawaty, 1992).
2.3.5. Kondisi Pakan Ikan
Pada perairan umum secara liar atau dipelihara secara tradisional tidak
begitu masalah pemberian pakannya. Tetapi pada pemeliharaan sistem instensif
pemberian pakan mesti instensif yaitu jumlah dan pemberian pakannya harus
teratur. Apabila jumlah pakan yang diberikan kurang maka energi yang
dibutuhkan tidak terpenuhi sehingga perutumbuhannya terhambat. Begitu juga
kandungan proteinnya apabila kurang dari 20 % maka pertumbuhannya pun akan
terhambat. Kondisi protein ini bisa diakibatkan karena rusak oleh jamur sehingga
kandungan protein menurun (Afrianto dan Liviawaty, 2005).
2.4. Kebiasaan Makanan dan Jenis Makanan
Makanan merupakan faktor pengendali yang penting dalam menghasilkan
9
jumlah ikan di suatu perairan, karena merupakan faktor yang menentukan bagi
populasi, pertumbuhan, dan kondisi ikan di suatu perairan (Effendie, 2002).
Kelimpahan suatu orgauisme makanan ikan yang ada di suatu perairan
selalu berfluktuasi yang disebabkan oleh dan hidup, iklim, dan kondisi
lingkungan. Kelimpahan suatu organisme makanan yang potensial sering
mendominasi walaupun makanan tersebut akan dimakan oleh ikan ataupun tidak.
(Effendie, 2002).
Menurut Sulistiono, Arwani, dan Aziz. (2001) kekuraugan makanan
adalah kemungkinan yang paling umum ditemukan di perairan, serta merupakan
faktor pembatas yang serius terhadap populasi ikan di perairan umum. Faktor
yang mempengaruhi produksi makanan di suatu perairan adalah kondisi perairan
itu sendiri. Kebiasaan makanan ikan (food habits) adalah kualitas dan kuantitas
makanan yang dimakan ikan. Kebiasaan memakan (feeding habits) adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan waktu, tempat dan caranya makanan itu
didapatkan oleh ikan. Setiap jenis ikan beradaptasi untuk mendapatkan makanan
tertentu, dalam hal ini alat sensor diadaptasikan untuk mencari makanan, rongga
mulut diadaptasikan terhadap ukuran makanan, dan usus diadaptasikan terhadap
proses pencernaan makanan (Patricia, 2002).
Makanan utama ikan belanak adalah Bacillariophyceae, makanan
pelengkapnya adalah detritus, lumpur campur partikel pasir, desmidiceae,
sedangkan makanan tambahannya adalah Chlorophyceae, Cyanophyceae, dan
Nematoda. Hasil penelitian di Muara Sungai Cimanuk memperlihatkan bahwa
makanan utama ikan belanak adalah Bacillariophyceae. Makanan pelengkapnya
10
adalah detritus, Chlorophyceae, lumpur campur pasir, sedangkan makanan
tambahannya adalah Cyanophyceae dan organisme tidak teridntifikasi. Ikan
belanak mempunyai cara-cara tertentu dalam mengambil makanannya. antara lain
sebagai berikut (Sulistiono, Arwani, dan Aziz. 2001).
a. Dengan cara menghisap lapisan atas permukaan air melalui mulut untuk
memakan mikroalgae.
b. Dengan menjulurkan premaxilla uutuk memakan algae yang terdapat pada
benda dalam air. Kemudian premaxilla dinaikkan lagi seperti mencium benda
tersebut. Material yang masuk ke dalam mulut akan disaring dalam farink.
Material yang cocok akan tentu masuk sedangkan yang tidak cocok akan
dikeluarkan.
c. Dengan cara menghisap bagian atas permukaan lumpur dasar perairan. Cara
ini banyak dilakukan, karena dengan demikian mikroalgae dan detritus tanaman
yang membusuk akan terambil untuk dimakan.
d. Untuk memakan butir pasir, ikan belanak menukikkan kepala dan tubuhnya
membentuk sudut 15-200 ke permukaan sedimen sambil menonjolkan
premaxilla dan mencaplok sedimen tersebut. Kadangkala mulut digeserkan
untuk kemudian menghisap sedimen bagian atas. Material yang berukuran
besar akan dimuntahkan lagi, hal ini terlihat dari atas permukaan air dimana
dasar perairan akan keruh seperti gumpalan awan.
e. Dalam kondisi normal ikan belanak mengambil makanannya secara terus
menerus, tetapi intensitasnya tergantung pada isi lambung. Bila mengambil
makanan secara intensif maka perutnya akan selalu penuh, tetapi bila
mengambil makanannya hanya pada waktu tertentu maka perutnya hanya terisi
11
~ ~
sebagian.
f. Beberapa faktor yang dapat menentukan apakah suatu jenis ikan akan memakan
suatu organisme makanan atau makanan adalah ukuran makanan. Ketersediaan
makanan, warna makanan, dan selera ikan terhadap makanan. Jumlah makanan
yang dibutuhkan oleh suatu jenis ikan tergantung pada macam makanan.
Kebiasaan makanan, suhu air, dan kondisi umum dari jenis ikan itu sendiri
(Sesakumar , dan Cruz, 1992). Ukuran ikan juga berpengaruh terhadap jumlah
konsumsi makanan perhari.
Pertumbuhan ikan selain ditentukan oleh sifat genetik juga dipengaruhi
oleh faktor lingkungan seperti fisika, kimia air, musim, iklim, tekanan, populasi
makanan dan zat hara perairan. Persaingan dalam memperoleh makanan akan
mempengaruhi pertumbuhan dan hanya ikan-ikan yang kuat dalarn persaingan saja
yang akan tumbuh dengan baik (Sesakumar , dan Cruz. 1992).
Patricia S. R. (2002) mengemukakan bahwa urutan kebiasaan makanan
ikan terdiri dari makanan utama, makanan pelengkap dan rnakanan tamban hal. 1
valkana 11 utama yaitu makauan yang dimakan dalam jumlah yang paling besar.
Makanan pelengkap yaitu makanan yang ditemukan dalarn saluran pencemaran
makanan dalam jumlah yang lebih sedikit. Makanan tambahan adalah makanan
yang terdapat dalam jumlah yang paling sedikit dalam saluran pencemaran.
2.5. Luas Relung dan Tumpang Tindih Makanan
Luas relung makanan mencerminkan adanya selektivitas kelompok ukuran
ikan baik antar spesies maupun antar individu dalam suatu spesies yang sama
terhadap sumberdaya habitat atas makanan tertentu (Effendie, 2002) Ikan dapat
12
bersifat general atau spesifik dalam memilih makanannya. Ikan yang tidak selektif
dalam memilih makanannya memiliki luas relung makanan yang besar sedangkan
ikan yang selektif memiliki luas relung yang kecil.
Menurut Hartadi, Reksohadiprodjo, dan Tillman ( 1997) semakin besar
ukuran (tumbuh) ikan merubah dietnya dan secara bersama sama mengisi dua
macam relung makanan atau lebih, luas relung (niche breadth) makanan suatu
kelompok ikan dapat menunjukkan kebiasaan makanan ikan dalam memanfaatkan
makanannya. Tumpang tindih relung adalah pengunggulaan bersama atas sebuah
atau lebih sumberdaya oleh dua atau lebih spesies. Adanya pemanfaatan jenis
makanan yang sama menggambarkan adanya pengunggulaan bersama terhadap
sumberdaya makanan yang ada oleh dua atau lebih kelompok ikan (Hartadi,
Reksohadiprodjo dan Tillman. 1997).
Apabila nilai tumpang tindih relung tinggi (nilai berkisar 1) maka kedua
kelompok yang dibandingkan memiliki jenis makanan yang sarna dan sebaliknya
bila nilai = 0, berarti tidak didapatkan makanan yang sama antar kelompok yang
dibandingkan (Effendie, 2002). Tumpang tindih dalam meugkonsumsi
sumberdaya antar kelornpok ukuran dalam satu spesies terjadi jika salah satu
kelornpok ukuran ingin mengkonsumsi sumberdaya yang terbatas dan akhirnya
akan mengurangi surnberdaya yang tersedia untuk kelompok ukuran lainnya.
(Pianka (1974) dalam Yunanto (2000).
2.6. Klasifikasi dan Morfologi Hydrilla (Hidrila verticillata)
Menurut Sinaga, (2007) Hydrilla (rumput air) adalah jenis tanaman air
yang hanya terdiri dari satu spesies. Meskipun beberapa ahli botani membaginya
menjadi beberapa spesies yaitu : H. Asiatica, H. Japonica, H. Lithuanica, dan H.
13
Ovalifolica. Hydrilla Verticillata memiliki rimpang putih kekuningan yang
tumbuh di sedimen bawah air sampai dengan kedalaman 2 m. Panjang batang
yang tumbuh sekitar 1-2 m.
Klasifikasi Hydrilla (Hidrila verticillata) sbb :Kingdom : Plantae (Tumbuhan)Subkingdom :Tracheobionta ( Tumbuhan berpembuluh )Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Sub Kelas : AlismatidaeOrdo : HydrocharitalesFamili : HydrocharitaceaeGenus : HydrillaSpesies : Hydrilla verticillata
Gambar 2 . Hydrilla sp
Hydrilla adalah tanaman produktif dalam air yang dapat tumbuh dengan
cepat dan dapat berkembang dalam air dari beberapa sentimeter sampai 20 meter.
Daun kecil (1 / 2 - 3 / 4 inci) berbentuk segitiga-lancip yang berada di ulir dari 4-8
daun di sepanjang batang dengan lebar masing-masing daun 5-20 mm dan
panjang lebar 0,7-2 mm. Tidak seperti tanaman air asli, daun Hydrilla memiliki
tepi bergerigi atau duri kecil menonjol dan seperti gundukan di sepanjang pelepah
di bagian bawah. Hydrilla biasanya hijau, tapi karena berada di bawah sinar
14
matahari menjadi kuning atau coklat. Batang bercabang banyak dekat permukaan
dan tumbuh secara horisontal, membentuk tikar padat vegetasi. Umbi kecil ada di
dasar akar tanaman. Pelepah daun Hydrilla sering kemerahan jika segar. Tanaman
air ini termasuk monoecious, yaitu bunga jantan dan betina diproduksi secara
terpisah di sebuah tanaman tunggal. Bunga-bunga kecil dengan tiga sepal dan tiga
kelopak, panjang kelopak 3-5 mm, transparan dengan garis-garis merah. Tetapi
ada pula yang termasuk dioecious, yaitu tumbuhan yang terdiri dari hanya
tumbuhan androecious (bunga hanya mempunyai stamen atau benang sari saja,
dan disebut bunga jantan) dan Ginoecious (bunga hanya mempunyai karpel atau
putik saja dan disebut bunga betina). (Murtidjo, B.A. 2001).
Ikan yang tergolong dalm hebivora biasanya menkomsumsi jenis
tumbuhan Hydrilla salah satu ikan belanak dan memiliki habitat yang sama atau
air payau.
2.6.1. Habitat dan Manfaat
a. Habitat
Hydrilla memiliki beberapa metode reproduksi. didalam air, cabang atau
akar fragmen dari tanaman yang rusak dapat hanyut ke daerah baru. Selain itu,
dapat menyebar ke daerah lain melalui cabang/akar fragmen yang melekat pada
perahu dan trailer. Tunas kecil, kompak tunas yang terbentuk di axils daun
sepanjang batang dapat melayang ke daerah-daerah baru. Studi di University of
Minnesota telah menunjukkan bahwa tunas bentuk monoecious cenderung
bertahan di iklim utara. Bentuk dioecious tampaknya kurang toleran dingin.
Hydrilla dapat tumbuh dalam berbagai kondisi, termasuk cahaya rendah, masih
15
mengalir air, dangkal dan mendalam. Hydrilla verticillata merupakan ancaman
serius bagi danau dan sungai karena adaptasi nya (Nurjana D. J. 2010).
b. Manfaat
Hydrilla verticillata sebagai sumber hara pada sistem budidaya kacang
tanah. Sebagai tumbuhan air Hydrilla verticillata mengandung beberapa unsur
hara yang penting sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pupuk organik yang
berguna untuk kegiatan pertanian. Menurut Tungka dan Rondo (1991) persentase
kandungan gizi dari Hydrilla verticillata adalah :
Tabel 1 : Komposisi Hydrilla VerticillataKomposisi Persentase %
Protein 1,74Lemak 0,54Serat kasar 1,82Abu 1,51Karbohidrat 3,97Air 90,42
Sumber : Tungka dan Rondo (1991)
Tanaman Hydrilla verticillata dapat menurunkan kadar logam Cr dalam
limbah penyamakan kulit hingga 95,85 % dengan waktu penyerapan 8 hari.
Penyerapan Cu dengan tanaman air jenis Hydrilla verticillata cenderung
meningkat sampai hari ke-15. Pada penelitian yang telah dilakukan juga terlihat
bahwa tanaman air jenis Hydrilla verticillata ini masih tetap berwarna hijau segar
hingga pengamatan pada hari ke-15, berbeda dengan daun tanaman air lainnya
yang sudah mulai menguning dan agak layu. Jadi Hydrilla verticillata juga
berfungsi sangat baik untuk penyerapan Cu pada suatu perairan yang tercemar
limbah.
16
2.7. Klasifikasi dan Morfologi Lada Laut (Caulerpa sp)
Ganggang Hijau (Caulerpa sp.) merupakan salah satu jenis ganggang hijau
yang hidup di laut. Termasuk dalam kelas Chlorophyceae karena talusnya
berwarna hijau yang mengandung klorofil a dan klorofil b serta karotenoid. Hasil
asimilasi berupa tepung dan lemak.Talus bagian atas menyerupai daun dan
besarnya mencapai beberapa desimeter, berguna untuuk asimilasi disebut dengan
assimilator. Bagian bawah terdiri atas suatu sumbu yang merayap, tidak berwarna
yang mengandung leukoamiloplas dan rhizoid
Klasifikasi
Kingdom : PlantaeDivisi : ThallophytaSub Divisi : AlgaeClassis : ChlorophyceaeOrdo : SiphonalesFamilia : CaulerpaceaeGenus : CaulerpaSpecies :Caulerpa sp.
Gambar 3. Lada laut (Caulerpa sp)
Caulerpa sp. (ganggang hijau) berbentuk seperti anggur Termasuk dalam
ordo Siphonales karena thallusnya tidak mempunyai dinding pemisah yang
17
melintang, sehingga dinding selnya menyelubungi massa plasma yang
mengandung banyak inti dan kloroplas. (Kordi, K. Ghufran, H.K. 2004)
2.7.1. Habitat dan Manfaat
a. Habitat
Makroalga ini hidup diberbagai macam tempat diantaranya ialah,
Tanaman lembut ini biasanya ditemukan pada daerah tropis, perairan yang tenang
di kolam pasang surut atau berpasir, terumbu karang. menempel pada pasir dan
patahan-patahan karang. Alga hijau ini adalah tanaman asli Hawaii, dan sangat
umum di seluruh dunia. Spesies ini terdapat di Hawaii dengan morfologi yang
kecil, halus dan tumbuh di tempat kecil yang tenang, perairan hangat dan di
terumbu karang. (Kordi, K. Ghufran, H.K. 2004)
Tabel 2 : Komposisi Pada Lada Laut (Caulerpa sp)Komposisi Persentase %Abu 28,70Karbohidrat 27,20Air 20Serat Kasar 15,50Protein 10,70Lemak 0,30
Sumber : (Turangan, 2000).
Tumbuh merambat pada substrat batu atau pasir di berbagai mulai dari
pinggir pantai rataan terumbu sampai ke sisi luar terumbu. Jenis ini adalah umum
di dapat dan memiliki sebaran tumbuh yang luas di perairan Indonesia. Makroalga
ini juga biasanya tumbuh di daerah berpasir dangkal, sering antara terumbu
dangkal yang dilindungi, di daerah hutan bakau. (Kordi, K. Ghufran, H.K. 2004)
18
b. Manfaat
Romimohtarto (2001) dalam penelitiannya mengenai aktivitas antioksidan
pada beberapa rumput laut di Indonesia, menunjukkan Caulerpa sertularioides
bersifat sebagai antioksidan dan ekstrak metanol dari Caulerpa sp mengandung
tiga macam catechin (flavanol) yaitu gallocatechin, epicatechin dan catechin
gallat. Catechin merupakan hasil metabolit tanaman yang termasuk dalam famili
flavonoid dan berfungsi sebagai antioksidan (Atmaja, 1996). Flavonoid
umumnya terdapat dalam tumbuhan dan berada dalam bentuk aglikon (tanpa gula
terikat) maupun terikat pada gula sebagai glikosida. Adanya gula yang terikat
pada flavonoid menyebabkan flavonoid mudah larut dalam pelarut polar seperti
etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida dan air.
Flavonoid dalam tumbuhan berfungsi sebagai pengaturan tumbuh, pengaturan
fotosintesis, memiliki aktivitas sebagai antibakteri dan antivirus (Romimohtarto,
2001).
2.8. Kelapa (Cocos nucifera)
Ampas Ampas kelapa (Cocos nucifera) termasuk jenis tanaman palma
yang mempunyai buah berukuran cukup besar. Batang pohon kelapa umumnya
berdiri tegak dan tidak bercabang, dan dapat mencapai 10 – 14 meter lebih.
Daunnya berpelepah, panjangnya dapat mencapai 3 - 4 meter lebih dengan sirip-
sirip lidi yang menopang tiap helaian. Buahnya terbungkus dengan serabut dan
batok yang cukup kuat sehingga untuk memperoleh ampas kelapa harus dikuliti
terlebih dahulu. Kelapa yang sudah besar dan subur dapat menghasilkan 2 – 10
buah kelapa setiap tangkainya. (Palungkun, 2004).
19
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Class : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Subclass : ArecidaeOrdo : ArecalesFamili : Arecaceae (suku pinang-pinangan)Genus : CocosSpesies : Cocos nucifera L.
Gambar 4. Ampas Ampas kelapa (Cocos nucifera)
Buah ampas kelapa berbentuk bulat yang terdiri dari 35 % sabut
(eksokarp dan mesokarp), 12 % tempurung (endokarp), 28 % daging buah (
endosperm), dan 25 % air. Tebal sabut ampas kelapa kurang lebih 5 cm dan
daging buah 1 cm atau lebih. Buah ampas kelapa yang sudah tua mengandung
kalori yang tinggi, sebesar 359 kal per 100 gram; daging ampas kelapa setengah
tua mengandung kalori 180 kal per 100 gram dan daging ampas kelapa muda
mengandung kalori sebesar 68 kal per 100 gram. (Palungkun, 2004).
20
2.8.1. Habitat dan Manfaat
a. Habitat
Tanaman ampas kelapa banyak terdapat di daerah beriklim tropis.
Ampas kelapa diperkirakan dapat ditemukan di lebih dari 80 negara. Indonesia
merupakan negara agraris yang menempati posisi ketiga setelah Filipina dan
India, sebagai penghasil ampas kelapa terbesar di dunia. Ampas kelapa adalah
satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau Arecaceae. Tumbuhan ini di
manfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai
tumbuhan serba guna. Ampas kelapa (Cocos Nucifera L) secara alami tumbuh di
pantai dan mencapai ketinggian 30 m.
Tabel 3. Komposisi kimia daging buah ampas kelapa segar pada 3 tingkatan umur.
NoKomposisi bahan
per 100 gramSatuan
Umur buahMuda Setengah tua Tua
1 Kalori Kal 68,0 180,0 359,02 Protein G 1,0 4,0 3,43 Lemak G 0,9 15,0 34,74 Karbohidrat G 14,0 10,0 14,05 Kalsium Mg 7,0 8,0 21,06 Fosfor Mg 30,0 55,0 98,07 Besi Mg 1,0 1,3 2,08 Nilai Vitamin A Si 0,0 10,0 0,09 Vitamin B1 Mg 0,06 0,05 0,110 Vitamin C Mg 4,0 4,0 2,011 Air G 83,0 70,0 46,9
Sumber : (Palungkun, 2004).
Beberapa peneliti membuktikan bahwa protein ampas kelapa mempunyai
mutu yang cukup baik, jika dibandingkan dengan mutu protein dari sumber nabati
yang lain. Hasil-hasil penelitian membuktikan, bahwa protein ampas kelapa
mempunyai susunan asam amino yang relatif baik dan bernilai gizi tinggi. Protein
ampas kelapa tidak memiliki senyawa antinutrisi seperti yang terdapat pada
21
protein nabati lainnya terutama pada kacang kacangan sertamempunyai nilai
Indeks Glisemik yang rendah baik digunakan untuk serat diet yang tinggi.
(Hasbulah, 2001).
b. Manfaat
Buah ampas kelapa adalah bagian paling bernilai ekonomi. Sabut, bagian
mesokarp berupa serat-serat kasar, diperdagangkan sebagai bahan bakar, pengisi
jokkursi, anyaman tali dan lain-lain. Tempurung atau batok bagian endocarp
digunakan sebagai bahan bakar, wadah minuman bahan ba ku kerajinan dan arang
aktif. Endosperma buah ampas kelapa yang berupa cairan serta endapannya yang
melekat di dinding dalam batok (daging buah ampas kelapa) adalah sumber
penyegar yang mengandung beraneka enzim dan memiliki khasiat penetral racun
dan memberikan efek penyegar. Air ampas kelapa mengandung air 91,5 %,
protein 0,14%, lemak 1,5 %, karbohidrat 4,6%, serta abu 1,06 %. Selain itu air
ampas kelapa mengandung berbagai nutrisi seperti sukrosa, destrosa, fruktosa
serta vitamin B kompleks yang terdiri dari asam nikotinat, asam pantotenat,
biotin, riboflafin dan asam folat. (Rakhmiati, 2008).
22
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama 60 hari, pada bulan Maret sampai
dengan April 2014 di tambak Gampong Kuala Bubon Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat.
3.2. Bahan dan Alat
Tabel 4. Bahan Penelitian Ikan Belanak (Mugil dussumierie).
Bahan FungsiAir laut/payau Sebagai media pemeliharaan larva dan benihPakan segar (Lada Laut, Ampaskelapa, Hydrilla).
Sebagai pakan uji
Pakan Komersil Sebagai pakan kontrolBenih Ikan Belanak Mugildussumierii.
Sebagai objeck penelitian
Tabel 5. Alat Penelitian Ikan Belanak
Alat FungsiKeramba Sebagai tempat pemeliharaan larvaSerok Sebagai penambah oksigenTimbangan Digital Sebagai penimbai berat bobot benih belanakkertas lamus Sebagai pengukur kadar asam perairanRefractometer Sebagai pengukur salinitasThermometer Sebagai pengukur suhu perairanDo meter Sebagai pengukur oksigen terlarut perairanPengukur digital Sebagai pengukur panjang benih belanakMikroskop Sebagai alat identifikasi ikanKamera Digital Dokumentasi
3.3. Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Rancangan Acak lengkap yang digunakan terdiri atas 4 taraf perlakuan
dengan masing – asing 3 kali ulangan, dan kontrol. Sehingga jumlah satuan
percobaan adalah 12 unit percobaan. Rumus Rancangan Acak Lengkap
23
(RAL) yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yij = μ + Pi + ∑ijDimana :
Yij : Pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-jμ : Rataan Umum
Pi : Pengaruh perlakuan ke-i
∑ij : Galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan 4 taraf perlakuan dengan
masing –masing 3 kali ulangan, maka dapat ditabulasikan data sebagai berikut :
Tabel 6. Tabulasi DataUlangan
(i)Total
P1 P2 P31 P11 P21 P312 P12 P22 P323 P13 P23 P33
Total P1.. P2.. P3.. P...Rata-Rata P1/n P2/n P3/n P.../(t.n)
Kontrol : Pakan komersil, P1 : Lada laut (Caulerpa sp), P2 : Hidrylla (Hidrilaverticillata), P3 : Ampas kelapa (Cocos nucifera)
3.4. Prosedur Kerja
3.4.1. Persiapan Wadah
Wadah pemeliharaan yang di gunakan adalah keramba jaring apung yang
sudah di sekat-sekat dengan 12 petak, 40 cm x 40 cm. Sebelum digunakan,
keramba jaring apung di cuci dengan bersih dan di periksa agar tidak ada yang
bolong. Setelah itu karamba dipasang di dalam kolam dengan kedalaman 1 meter.
3.4.2. Persiapan Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan belanak. Benih ikan yang
digunakan total sebanyak 300 ekor dengan ukuran benih 3-5 cm. Benih yang
24
digunakan berasal dari alam yang di tangkap dengan menggunakan serokan.
Benih yang di dapatkan yaitu dalam keadaan segar, tidak luka, dan sehat.
3.4.3. Pemeliharaan Benih Ikan Belanak
Sebelum benih di pelihara terlebih dahulu benih di adaptasi selama 3 hari
dan diberikan pakan uji dalam keramba jaring apung agar benih terbiasa dengan
pakan uji. Benih ikan belanak (Mugil dussumierie) di pelihara di dalam wadah 40
x 40 cm dengan kepadatan 25 ekor/petak keramba jaring apung, selama 60 hari.
3.4.4. Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan pada benih ikan belanak yaitu Lada laut (Caulerpa sp),
hidrylla (Hidrila verticillata), ampas kelapa (Cocos nucifera).
Pakan Lada laut di dipatkan dari BBAT Ujung Bate, pakan hidrylla di
dapatkan di sungai meurebo dan sekitarnya selanjutnya pakan hidrylla di
adaptasi di tambak selama 2 hari selanjutnya di timbang dan diberikan kepada
ikan belanak, sedangkan pakan ampas kelapa di dapatkan dari sekitaran
pantai lamnaga selanjutnya diparut dan ditimbang untuk diberikan kepada
ikan belanak.
Pakan di berikan 5% dari bobot biomassa benih ikan.
3.5. Pengamatan Pertumbuhan Benih Ikan
a. Pengukuran Berat Tubuh
Berat tubuh benih ikan belanak (Mugil dussumierie) di timbang setiap 15
hari sekali dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Untuk mengetahui bobot
benih ikan, maka ikan ditimbang pada setiap perlakuan. Ditimbang mengunakan
timbangan digital dan di hitung rata-rata berat tubuh per individu. Sebelum
25
dilakukan penimbangan ikan, terlebih dahulu wadah yang akan digunakan
ditimbang. kemudian berat wadah dinetralkan. Setelah itu baru dimasukan ikan
kedalam wadah tersebut. Hasil penimbangan dicatat dan dikalkulasikan dalam
tabel.
b. Pengukuran Panjang Tubuh Ikan
Pengukuran panjang total dilakukan 15 hari sekali dari awal sampai akhir
penelitian. Cara pengukuran panjang tubuh dilakukan dengan pengukuran setiap
ikan uji. Panjang total tubuh ikan dari mulut sampai ujung ekor dengan
mengunakan pengaris/pengukur digital.
c. Parameter Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan selama 3 hari sekali pada waktu pagi
hari pengukuran dilakukan pada setiap wadah. Parameter yang diukur meliputi,
salinitas, suhu, pH dan oksigen terlarut (DO).
3.6. Parameter Uji
Parameter uji pertama dalam penelitian ini adalah pertumbuhan.
Pertumbuhan yang diukur meliputi pertumbuhan berat tubuh dan pertumbuhan
panjang tubuh. Perhitungan pertumbuhan diukur dengan mengunakan rumus
sebagaimana yang dikemukakan oleh hariati (1989) adalah sebagai berikut :
a. Laju Pertumbuhan Spesifik
Laju pertumbuhan harian adalah besarnya persentase pertumbuhan ikan
perhari. Laju pertumbuhan harian ikan dapat dihitung dengan mengunakan rumus:
SGR = (Ln Wt- Ln Wo) x100T
Dimana :
26
SGR = Presentase laju pertumbuhan harian (% BT/Hari)
Ln Wt = Berat rata-rata pada waktu ke t (gram)
Ln Wo = Berat rata-rata pada waktu (tₒ) awal (gram)
T = Waktu (Hari)Sumber : Hariati (1998)
b. Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak adalah selisih pertumbuhan dua waktu
tertentu yaitu panjang pada awal pemeliharaan dan panjang akhir pemeliharaan.
Pertumbuhan panjang mutlak dapat dihitung dengan mengunakan rumus :
Lm = T L1 ˗˗ T Lₒ
dimana :
Lm = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
T L1 = Panjang total pada akhir pemeliharaan (cm)
T Lₒ = Panjang total pada awal pemeliharaan (cm)
Sumber : Hariati (1989)
c. Kelulushidupan
Kelulusan hidup merupakan tingkat kelangsungan hidup ikan (Survival
Rate) selama pemeliharaan. Tingkat kelangsungan hidup ikan di hitung dari
presentase jumlah ikan yang hidup di akhir masa pemeliharaan di banding dengan
jumlah ikan pada saat tebar awal. Tingkat kelangsungan hidup ikan dapat di
hitung dengan menggunakan rumus :
SR = Jumlah ikan yang hidup pada akhir x 100%Jumlah ikan yang hidup pada awal
Sumber : Hariati (1989).
27
3.7. Analisis Data
Penelitian ini mengunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Data yang diperoleh adalah data laju pertumbuhan ikan, tingkat kelangsungan
hidup ikan dan pengukuran kualitas air. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis
ragam dengan menggunakan Analysis Of Varience (Anova). Data-data tersebut
disajikan dalam bentuk grafik dan tabel. Jika dari analisis ragam diketahui bahwa
perlakuan menunjukan pengaruh yang berbeda nyata atau berbeda sangat nyata
maka untuk membandingankan perlakuan terbaik dilanjutkan dengan Uji Beda
Nyata Terkecil (BNT). (Rochiman, 1989).
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
BNT = ¹(0,05.dbG) √2Ulangan
28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data laju
pertumbuhan harian (SGR), pertumbuhan panjang mutlak (Lm), dan tingkat
kelangsungan hidup (SR) sebagaimana yang terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 7. Data Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR), Pertumbuhan Panjang Mutlak
(Lm), dan Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Selama Penelitian.
Parameter Uji Kontrol P1 P2 P3
SGR (%) 0.327 ns 0.30 ns 0.307 ns 0.327 ns
Lm (cm) 0.733 ns 0.6 ns 0.667 ns 0.633 ns
SR (%) 80 ns 63.33333 ns 60 ns 60 ns
Ket : ns = tidak berbeda nyata (non signifikant).
4.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)
Dari Tabel 7 terlihat bahwa pertumbuhan spesifik benih ikan belanak yang
tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 (0.32 %) dan yang terendah diperoleh pada
perlakuan P1 (0,30 %) dan P2 (0,30 %). Namun jika dibandingkan dengan
kontrol juga tidak jauh berbeda (0.32 %).
4.1.2 Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm)
Berdasarkan Tabel 7 diatas terlihat bahwa pertumbuhan panjang mutlak
benih ikan belanak yang tertinggi diperoleh pada perlakuan P2 sebesar (0,66 cm)
dan yang terendah diperoleh pada perlakuan P1 (0.6 cm) dan P3 (0,63cm). Namun
jika dibandingkan dengan kontrol jauh berbeda ( 0.73 cm).
29
4.1.3 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa persentase tingkat kelangsungan
hidup benih ikan belanak selama penelitian yang tertinggi diperoleh pada
perlakuan P1 (63,3 %) sedangkan presentase yang terendah diperoleh pada
perlakuan P2 (60 %) dan P3 (60 %). Namun jika dibandingkan dengan kontrol
diperoleh nilai yang jauh berbeda (80 %).
4.1.4 Parameter Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian meliputi salinitas,
suhu, pH, dan oksigen terlarut (DO). Hasil pengukuran kualitas air selama
penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 8. Nilai Parameter Kualitas Air Selama Penelitian
PerlakuanKisaran Parameter
Salinitas (ppt) Suhu (oC) pH DO (mg/l)
Kontrol 20 29 6 4,7
P1 20 29 6 4,7
P2 20 29 6 4,7
P3 20 29 6 4,7
P4 20 29 6 4,7
Dari Tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa kualitas air pada semua
perlakuan selama penelitian berkisar rata-rata antara salinitas 20 ppt, suhu 29 ºC,
pH air berkisar antara 6 dan konsentrasi oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4,7
mg/L.
30
4.2 Pembahasan
4.2.1 Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)
Pertumbuhan berat tubuh pada semua perlakuan meningkat jika
dibandingkan dengan berat awal (2,3 gr/ekor). Tingginya laju pertumbuhan
spesifik pada perlakuan P3 (0.32 %) dibandingkan dengan P1 dan P2 diduga
karena pengaruh pemberian jenis pakan yang berbeda dengan jumlah 5% dari
bobot biomasa benih ikan. Dan jika dibandingkan dengan kontrol juga
menunjukkan nilai yang sama baik (Junianto, 2003).
Ikan belanak lebih menyukai pakan P3, karena secara foodhabits ikan ini
cenderung herbivora. Secara ekonomis penggunaan pakan P3 lebih baik dari
pakan kontrol, P1, dan P2.
Tabel 9. Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 0.32785 0.32785 0.32785 0.983551
2 0.267238 0.267238 0.32785 0.862326
3 0.32785 0.32785 0.32785 0.983551
Total 0.922939 0.922939 0.983551 2.829429
Rata-Rata 0.307646 0.307646 0.32785 0.943143
Gambar 5. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)
0.28
0.29
0.3
0.31
0.32
0.33
Kontrol
30
4.2 Pembahasan
4.2.1 Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)
Pertumbuhan berat tubuh pada semua perlakuan meningkat jika
dibandingkan dengan berat awal (2,3 gr/ekor). Tingginya laju pertumbuhan
spesifik pada perlakuan P3 (0.32 %) dibandingkan dengan P1 dan P2 diduga
karena pengaruh pemberian jenis pakan yang berbeda dengan jumlah 5% dari
bobot biomasa benih ikan. Dan jika dibandingkan dengan kontrol juga
menunjukkan nilai yang sama baik (Junianto, 2003).
Ikan belanak lebih menyukai pakan P3, karena secara foodhabits ikan ini
cenderung herbivora. Secara ekonomis penggunaan pakan P3 lebih baik dari
pakan kontrol, P1, dan P2.
Tabel 9. Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 0.32785 0.32785 0.32785 0.983551
2 0.267238 0.267238 0.32785 0.862326
3 0.32785 0.32785 0.32785 0.983551
Total 0.922939 0.922939 0.983551 2.829429
Rata-Rata 0.307646 0.307646 0.32785 0.943143
Gambar 5. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)
Kontrol P1 (Ladalaut)
P2 (Hydrilla) P3 (AmpasKelapa)
30
4.2 Pembahasan
4.2.1 Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)
Pertumbuhan berat tubuh pada semua perlakuan meningkat jika
dibandingkan dengan berat awal (2,3 gr/ekor). Tingginya laju pertumbuhan
spesifik pada perlakuan P3 (0.32 %) dibandingkan dengan P1 dan P2 diduga
karena pengaruh pemberian jenis pakan yang berbeda dengan jumlah 5% dari
bobot biomasa benih ikan. Dan jika dibandingkan dengan kontrol juga
menunjukkan nilai yang sama baik (Junianto, 2003).
Ikan belanak lebih menyukai pakan P3, karena secara foodhabits ikan ini
cenderung herbivora. Secara ekonomis penggunaan pakan P3 lebih baik dari
pakan kontrol, P1, dan P2.
Tabel 9. Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 0.32785 0.32785 0.32785 0.983551
2 0.267238 0.267238 0.32785 0.862326
3 0.32785 0.32785 0.32785 0.983551
Total 0.922939 0.922939 0.983551 2.829429
Rata-Rata 0.307646 0.307646 0.32785 0.943143
Gambar 5. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)
31
4.2.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm)
Hasil yang diperoleh selama penelitian tabel 7 dapat dilihat bahwa
pertumbuhan panjang mutlak tertinggi diperoleh pada perlakuan P2. Tingginya
laju pertumbuhan panjang mutlak pada perlakuan P2 (0,66 cm) dibandingkan
dengan P1 dan P3 diduga karena pakan hidrylla lebih baik pertumbuhan nya bagi
ikan belanak dengan jumlah 5% dari bobot biomasa benih ikan . Dan jika
dibandingkan dengan kontrol juga menunjukkan nilai yang jauh berbeda. (Agokei
et al, 2011).
Tabel 10. Data Rata - Rata Panjang Benih Ikan Belanak (LM)
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 0.6 0.7 0.6 1.9
2 0.7 0.6 0.6 1.9
3 0.5 0.7 0.7 1.9
Total 1.8 2 1.9 5.7
Rata-Rata 0.6 0.666667 0.633333 1.9
Gambar 6. Grafik Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm)
31
4.2.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm)
Hasil yang diperoleh selama penelitian tabel 7 dapat dilihat bahwa
pertumbuhan panjang mutlak tertinggi diperoleh pada perlakuan P2. Tingginya
laju pertumbuhan panjang mutlak pada perlakuan P2 (0,66 cm) dibandingkan
dengan P1 dan P3 diduga karena pakan hidrylla lebih baik pertumbuhan nya bagi
ikan belanak dengan jumlah 5% dari bobot biomasa benih ikan . Dan jika
dibandingkan dengan kontrol juga menunjukkan nilai yang jauh berbeda. (Agokei
et al, 2011).
Tabel 10. Data Rata - Rata Panjang Benih Ikan Belanak (LM)
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 0.6 0.7 0.6 1.9
2 0.7 0.6 0.6 1.9
3 0.5 0.7 0.7 1.9
Total 1.8 2 1.9 5.7
Rata-Rata 0.6 0.666667 0.633333 1.9
Gambar 6. Grafik Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm)
31
4.2.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm)
Hasil yang diperoleh selama penelitian tabel 7 dapat dilihat bahwa
pertumbuhan panjang mutlak tertinggi diperoleh pada perlakuan P2. Tingginya
laju pertumbuhan panjang mutlak pada perlakuan P2 (0,66 cm) dibandingkan
dengan P1 dan P3 diduga karena pakan hidrylla lebih baik pertumbuhan nya bagi
ikan belanak dengan jumlah 5% dari bobot biomasa benih ikan . Dan jika
dibandingkan dengan kontrol juga menunjukkan nilai yang jauh berbeda. (Agokei
et al, 2011).
Tabel 10. Data Rata - Rata Panjang Benih Ikan Belanak (LM)
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 0.6 0.7 0.6 1.9
2 0.7 0.6 0.6 1.9
3 0.5 0.7 0.7 1.9
Total 1.8 2 1.9 5.7
Rata-Rata 0.6 0.666667 0.633333 1.9
Gambar 6. Grafik Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm)
32
4.2.3 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
Hasil yang diperoleh selama penelitian tabel 7 dapat dilihat bahwa tingkat
kelangsungan hidup tertinggi diperoleh pada perlakuan P1. Tingginya tingkat
kelangsungan hidup pada perlakuan P1 (63,3 %) dibandingkan dengan P2 dan P3
diduga karena pakan lada laut baik bagi selangsungan hidup ikan belanak di
bandingkan pakan hidrylla dan pakan ampas kelapa, dan jumlah pakan 5% dari
bobot biomasa benih ikan dan jika dibandingkan dengan kontrol juga
menunjukkan nilai yang tergolong lebih baik.
Kematian benih ikan belanak selama penelitian diduga karena faktor
organisme patogen dalam media air. Hal ini dilihat pada ikan mati banyak
terdapat bercak putih pada bagian tubuh ikan. Selain itu, kematian pada ikan juga
diduga terjadinya stress pada ikan serta mudah terkejut kemudian melompat-
lompat karena pengaruh respon dari luar seperti pada saat pemberian pakan,
penyiponan feses dan penanganan pada saat pengukuran ikan.
Kematian ikan dapat terjadi karena predator, parasit, penyakit, populasi,
keadaan lingkungan yang tidak cocok serta fisik yang disebabkan oleh
penanganan manusia. Selain itu yang menyebabkan ikan stres, perbedaan jenis
pakan penelitian dengan pakan ikan di habitat aslinya membuat ikan butuh proses
adaptasi lamaagr bisa dikonsumsi oleh ikan. (Ewutanure, 2011).
Tabel 11. Data Rata - Rata Kelulushidupan Benih Ikan Belanak (SR)
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 50 70 60 180
2 60 70 50 180
3 80 40 70 190
Total 190 180 180 550
Rata-Rata 63.33333 60 60 183.3333
33
Gambar 7. Grafik Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
4.2.4 Parameter Kualitas Air
Air sebagai media hidup organisme perairan merupakan faktor yang
sangat penting diperhatikan dalam usaha budidaya termasuk dalam wadah
terkontrol. Hal ini bertujuan untuk memberikan daya dukung pada organisme
dalam melakukan segala aktifitas hidupnya. Dari tabel 8 diketahui bahwa kondisi
kualitas air pada saat pemeliharaan benih ikan belanak (Mugil dussumierie) yaitu
salinitas 20 ppt, suhu 29 oC, pH 6 dan oksigen terlarut (DO) 4,7 mg/L.
Berdasarkan hasil nilai parameter kualitas air tersebut dapat disimpulkan bahwa
kualitas air selama penelitian dapat mendukung pertumbuhan dan kelangsungan
hidup benih ikan belanak. Kualitas air yang baik untuk pertumbuhan ikan belanak
berkisar antara salinitas 20- 39 ppt, suhu 26-32oC, pH 6 - 8 dan oksigen terlarut
(DO) > 4 - 9 mg/L. Kondisi suhu pada penelitian tidak mengalami perubahan
yang drastis, di karenakan waktu penelitian tidak terjadinya pergantian cuaca yang
siknifikan meskipun outdoor. (Lovell, 1979).
33
Gambar 7. Grafik Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
4.2.4 Parameter Kualitas Air
Air sebagai media hidup organisme perairan merupakan faktor yang
sangat penting diperhatikan dalam usaha budidaya termasuk dalam wadah
terkontrol. Hal ini bertujuan untuk memberikan daya dukung pada organisme
dalam melakukan segala aktifitas hidupnya. Dari tabel 8 diketahui bahwa kondisi
kualitas air pada saat pemeliharaan benih ikan belanak (Mugil dussumierie) yaitu
salinitas 20 ppt, suhu 29 oC, pH 6 dan oksigen terlarut (DO) 4,7 mg/L.
Berdasarkan hasil nilai parameter kualitas air tersebut dapat disimpulkan bahwa
kualitas air selama penelitian dapat mendukung pertumbuhan dan kelangsungan
hidup benih ikan belanak. Kualitas air yang baik untuk pertumbuhan ikan belanak
berkisar antara salinitas 20- 39 ppt, suhu 26-32oC, pH 6 - 8 dan oksigen terlarut
(DO) > 4 - 9 mg/L. Kondisi suhu pada penelitian tidak mengalami perubahan
yang drastis, di karenakan waktu penelitian tidak terjadinya pergantian cuaca yang
siknifikan meskipun outdoor. (Lovell, 1979).
33
Gambar 7. Grafik Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
4.2.4 Parameter Kualitas Air
Air sebagai media hidup organisme perairan merupakan faktor yang
sangat penting diperhatikan dalam usaha budidaya termasuk dalam wadah
terkontrol. Hal ini bertujuan untuk memberikan daya dukung pada organisme
dalam melakukan segala aktifitas hidupnya. Dari tabel 8 diketahui bahwa kondisi
kualitas air pada saat pemeliharaan benih ikan belanak (Mugil dussumierie) yaitu
salinitas 20 ppt, suhu 29 oC, pH 6 dan oksigen terlarut (DO) 4,7 mg/L.
Berdasarkan hasil nilai parameter kualitas air tersebut dapat disimpulkan bahwa
kualitas air selama penelitian dapat mendukung pertumbuhan dan kelangsungan
hidup benih ikan belanak. Kualitas air yang baik untuk pertumbuhan ikan belanak
berkisar antara salinitas 20- 39 ppt, suhu 26-32oC, pH 6 - 8 dan oksigen terlarut
(DO) > 4 - 9 mg/L. Kondisi suhu pada penelitian tidak mengalami perubahan
yang drastis, di karenakan waktu penelitian tidak terjadinya pergantian cuaca yang
siknifikan meskipun outdoor. (Lovell, 1979).
34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang didapatkan selama penelitian, maka hasil penelitian
dapat disimpulkan laju pertumbuhan harian (SGR) yang terbaiak adalah :
1. Perlakuan P3 dan kontrol dengan jumlah 0,32%, pertumbuhan panjang
mutlak (Lm) yang terbaik adalah perlakuan P2 dengan jumlah 0,66 cm
2. Kelangsungan hidup (SR) yang terbaik adalah perlakuan P1 dengan
jumlah 63,3%.
3. Penggunaan jenis pakan segar yang berbeda tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap pertumbuhan) benih ikan belanak (Mugil
dussumierie). (Fhitung<Ftabel).
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pemberian jenis pakan yang
lain untuk pertumbungan benih ikan belanak dan jenis ikan-ikan lainnya.
35
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto E dan Liviawaty E. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 149 hal1.
Afrianto E. dan Liviawaty E. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.Kanisius. Yogyakarta. 88 hal.
Atmadja, W.S. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Jakarta:Puslitbang Oseonologi-LIPI
Basahudin M S. 2009. Panen ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 77 hal.
Effendie M.1. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nllsatama. Yogyakarta.163 hal.lmsland, A.K. S. Gunarsson, A. Foss and S.O Stefansson. 2003.Gill Na+, K+ ATPase Activity, Plasma Chloride ana Osmolality in JuvenilTurbot, Scophthalmus Reared in Different Temperature and Salinitys,Aquaculture; 218: 671-683
Fatrisha Della Rosa Sinaga. 2007. Perbedaan Daya Serap Pistia stratiotes,Hydrilla verticillata dan Limnophilla sessiliflora Sebagai FitoremediatorCudi Bak-bak Percobaan.
Gufran H dan Kordi K. 2010. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar DiKolam Terpal. ANDI. Yogyakarta. 263 hal.
Hartadi, Reksohadiprodjo dan a.d. Tillman. 1997. Tabel komposisi pakan untukindonesia. Gadjah mada university press, yogyakarta.
Hasbullah. 2001. Pengolahan Santan Ampas kelapa. Publikasi BidangPendayagunaan dan Pemasyarakatan. Ilmu Pengetahuan dan TeknologiBPPT.
Jannah, M. R 2001. Beberapa aspek biologi reproduksi ikan Belanak Mugildussumieri di perairan Ujung Pangkah Gresik, Jawa Timur. Skripsi.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.
Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kordi, K. Ghufran, H.K. 2004. Pakan Ikan : Formulasi, Pembuatan, danPemberian. PT Perc. Jakarta.
Murtidjo, B.A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Nurjana D. J. 2010. Analisis Proksimat daun Sing kong. Departemen IImu Nutrisidan Teknologi Pakan. Fakultas Petemakan. I nstitut Pertanian. Bogor.
36
Palungkun, R., 2004. Aneka Produk Olahan Ampas kelapa. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Patricia S. R. 2002. Stomach content analysis of Mugi/ cephalus and Mugi/cumma (Mugiliformes: Mugilidae) with emphasis on diatoms in theTamiahua lagoon.
Rakhmiati. 2008. Kajian Pembuatan Susu Asam dari Bahan Ampas kelapa secaraFermentasi. Tesis. Unila.
Romimohtarto, K. 2001. Biologi Laut-Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI
Sesakumar A, V.C. Chong. M.U. Leh. and R.D. Cruz. 1992. Mangrove as habitatfor fish and prawns.
Sulistiono, M. Arwani, K.A. Aziz. 2001. Pertumbuhan ikan belanak Mugildussumieri diperairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Jurnal IkhtiologiIndonesia, 1(2): 3947.
Syakirin M.B. 1999. Pengaruh Tekanan Osmotik Media Terhadap Pertumbuhandan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Ikan Nila Merah (Oreochromus sp).Tesis. Program Pascasarjana, IPB. Bogor.
Turangan FA. 2000. Pertumbuhan Variasi Intraspesifik, Biomassa Total danKandungan Nutrisi Alga Hijau Caulerpa racemosa (Forsskal). J. Agardh diPerairan Tongkaine Manado Sulaweai Utara. Skripsi. Universitas SamRatulangi, Manado.
Windadri, F. I. 2007. Lumut (Musci) di Kawasan Cagar Alam Kakenauwe danSuaka Margasatwa Lambusango, Pulau Buton, Sulawes Tenggara.
37
Lampiran 1. Analisa Perhitungan Perkembangan Laju Pertumbuhan (SGR),Panjang Mutlak (LM), Kelulushidupan (SR) Benih Ikan Belanak.
Tabel 1. Data Rata - Rata Berat Benih Ikan Belanak. (SGR %)
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 0.32785 0.32785 0.32785 0.983551
2 0.267238 0.267238 0.32785 0.862326
3 0.32785 0.32785 0.32785 0.983551
Total 0.922939 0.922939 0.983551 2.829429
Rata-Rata 0.307646 0.307646 0.32785 0.943143
FK = (GT)2 = (2.829429)2 = 8.005668 = 0.889519P x U 9 9
JK Total = (P11)2 + (P12)
2 +(P13)2 ... + (P33)
2 – FK
= (0.32785) 2 + (0.267238) 2 + (0.32785) 2 + … (0.32785) 2 - 0.889519
= (0.107486) + ( 0.071416) + (0.107486) + … (0.107486) - 0.889519
= 0.895233 - 0.889519
= 0.005714
JK Perlakuan = (P1)2 + (P2)2 + (P3)2 - FKUlangan
= (0.922939)2 + (0.922939)2 + (0.983551)2 - 0.8895193
= (0.851815) + (0.851815) + (0.9673726) - 0.8895193
= 2.6710026 - 0.8895193
= 0.8903342 - 0.889519
= 0.0008152
JK Galat = JK Total - JK Perlakuan
= 0.005714 - 0.0008152
= 0.0048988
38
Tabel 2. Analisis Sidik Ragam
SumberKeragaman DB JK KT F Hitung
F Tabel5% 1%
Perlakuan 2 0.0008152 0.0004076Galat 6 0.0048988 0.0008165 0.4992039 5.143253 10.92477Total 8 0.005714
39
Lampiran 1. Analisa Perhitungan Perkembangan Laju Pertumbuhan (SGR),Panjang Mutlak (LM), Kelulushidupan (SR) Benih Ikan Belanak.
Tabel 3. Data Rata - Rata Panjang Benih Ikan Belanak (LM)
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 0.6 0.7 0.6 1.9
2 0.7 0.6 0.6 1.9
3 0.5 0.7 0.7 1.9
Total 1.8 2 1.9 5.7
Rata-Rata 0.6 0.666667 0.633333 1.9
FK = ( GT )2 = (5.7)2 = 32.49 = 3.61P x U 9 9
JK Total = (P11)2 + (P12)
2 + (P13)2 … + (P33)
2 - FK
= (0.6) 2 + (0.7) 2 + (0.5) 2 + … (0.7) 2 - 3.61
= (0.36) + ( 0.49) + (0.25) + … (0.49) - 3.61
= 3.65 - 3.61
= 0.04
JK Perlakuan = (P1)2 + (P2)2 + (P3)2 - FKUlangan
= (1.8)2 + (2)2 + (1.9)2 - 3.613
= (3.24) + (4) + (3.61) - 3.613
= 10.85 - 3.613
= 3.6166667 - 3.61
= 0.0066667
JK Galat = JK Total - JK Perlakuan
= 0.04 - 0.0066667
= 0.0333333
40
Tabel 4. Analisis Sidik Ragam
SumberKeragaman DB JK KT F Hitung
F Tabel5% 1%
Perlakuan 2 0.0066667 0.0033334Galat 6 0.0333333 0.0055556 0.6000072 5.143253 10.92477Total 8 0.0333333
41
Lampiran 1. Analisa Perhitungan Perkembangan Laju Pertumbuhan (SGR),Panjang Mutlak (LM), Kelulushidupan (SR) Benih Ikan Belanak.
Tabel 5. Data Rata - Rata Kelulushidupan Benih Ikan Belanak (SR)
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 50 70 60 180
2 60 70 50 180
3 80 40 70 190
Total 190 180 180 550
Rata-Rata 63.33333 60 60 183.3333
FK = (GT)2 = (550)2 = 302500 = 33611.11P x U 9 9
JK Total = (P11)2 + (P12)
2 + (P13)2 … + (P33)
2 - FK
= (50)2 + (60)2 + (80)2 + … (70) 2 - 33611.11
= (2500) + ( 3600) + (6400) + … (4900) - 33611.11
= 34900 - 33611.11
= 1288.889
JK Perlakuan = (P1)2 + (P2)2 + (P3)2 - FKUlangan
= (190)2 + (180)2 + (180)2 - 33611.113
= (36100) + (32400) + (32400) - 33611.113
= 100900 - 33611.113
= 33633.33 - 33611.11
= 22.22222
JK Galat = JK Total - JK Perlakuan
= 1288.889 - 22.22222
= 1266.667
42
Tabel 6. Analisis Sidik Ragam
SumberKeragaman DB JK KT
FHitung
F Tabel5% 1%
Perlakuan 2 22.22222 11.11111Galat 6 1266.667 211.1111 0.052632 5.143253 10.92477Total 8 1288.889
43
Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian
Persiapan wadah Wadah penelitian (Keramba jaring)
Pembersihan wadah Benih Ikan Belanak
44
Proses seleksi benih ikan belanak Penimbangan berat bobot benih ikan belanak
Pengukuran panjang benih ikan belanak Pengecekkan salinitas air
Pengecekkan suhu air Pengecekkan pH air
Pengecekkan DO air Identifikasi Jenis Benih Ikan Belanak