Persepsi Dan Pengambilan Keputusan Individual
-
Upload
astryd2312 -
Category
Documents
-
view
972 -
download
1
description
Transcript of Persepsi Dan Pengambilan Keputusan Individual
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucap kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat kehendak-Nya kami
diberikan kemudahan dan kelancaran sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual” ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata
kuliah “Perilaku Organisasi”.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran perbaikan dari semua pihak yang terkait.
Sehingga kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan disempurnakan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat sebagaimana mestinya, khususnya bagi kami dan rekan-rekan mahasiswa
lainnya. Terima Kasih.
Bandung, Maret 2014
Tim Penyusun
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam memahami perilaku keorganisasian, penting bagi kita untuk mempelajari persepsi
dan pengambilan keputusan individul. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu
terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan,
pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.
Pengambilan Keputusan adalah suatu proses untuk menentukan satu pilihan dari beberapa hal
untuk menentukan satu pilihan dari beberapa alternatif sebagai upaya untuk memecahkan suatu
masalah yang dihadapi, yang tentunya memiliki risiko.
Dengan memahami sedikit pengertian di atas mengenai persepsi dan pengambilan
keputusan individual, (yang selanjutnya akan dibahas lebih lengkap pada Bab II), maka kita
dapat mengetahui pentingnya memahami kedua hal tersebut. Setiap individu dalam organisasi
tentunya memiliki perbedaan perilaku pada masing-masing hal tersebut. Untuk itu, perlu
mengetahui usaha-usaha apa saja yang perlu dilakukan agar suatu organisasi dapat membentuk
suatu perilaku organisasi sesuai dengan yang diharapkan.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Persepsi dan Pengambilan Keputusan?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan?
3. Bagaimana aplikasi persepsi dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi?
4. Bagaimana hubungan persepsi dengan pengambilan keputusan?
1.3Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah selain untuk memenuhi
salah satu tugas pada mata kuliah “Perilaku Organisasi“. Ada juga tujuan lain diantaranya
yaitu :
a. Pembaca mengetahui pengertian persepsi dan pengambilan keputusan
b. Pembaca mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan
c. Pembaca mengetahui aplikasi persepsi dan pengambilan keputusan dalam organisasi
d. Pembaca mengetahui hubungan persepsi dengan pengambilan keputusan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus
yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan
penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang
diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu
menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera.
Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap
stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-
pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor
Internal dan Faktor Eksternal.
1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat
dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :
Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini
akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan
sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga
interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk
memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada
suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap
obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi
atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance
merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus
atau dapat dikatakan sebagai minat.
Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang
individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai
dengan dirinya.
Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam
arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk
mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan
bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana
seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari
linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat
mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi
bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :
Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa
semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk
ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu
obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan
lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan
latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain
akan banyak menarik perhatian.
Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila
lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari
stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang
memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.
2.1.3 Tehnik Membuat Penilaian Terhadap Orang Lain
Ada beberapa teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita membuat persepsi
yang lebih akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid (sahih) untuk membuat
ramalan. Namun teknik-teknik ini akan menceburkan kita dalam kesulitan karena tidak ‘
foolproof’. Karena itu, pemahaman akan jalan pintas ini dapat membantu kita mewaspadai bila
teknik- teknik ini menghasilkan distorsi.
Stereotype.
Yang dimaksud dengan stereotype adalah kecenderungan melihat orang bukan berdasarkan
perilaku individual orang tersebut tetapi berdasarkan perilaku kelompoknya. Stereotype
biasanya didasarkan pada jenis kelamin, ras, umur, agama, kewarganegaraan, atau pekerjaan.
Halo effect.
Halo effect hampir sama dengan stereotype. Bedanya adalah dalam halo effect orang yang
mempersepsi mempergunakan satu kepribadian seseorang sebagai dasar untuk menilai orang
tersebut secara keseluruhan.Salah satu aplikasi penting dalam kesalahan mempersepsi yang
disebabkan karena halo effect adalah ketika seorang supervisor menilai kinerja bawahan. Jika
misalnya salah satu atribut dari orang yang dinilai kinerjanya mempengaruhi persepsi Sang
Supervisor dan sang Supervisor mengaitkannya dengan atribut lain yang tidak relevan dengan
penilaian kinerja, bukan tidak mungkin penilaian kinerja yang dilakukan supervisor tidak fair
dan menyesatkan
Perceptual defence.
Kadang-kadang kita berhadapan dengan stimulus yang membuat kita sendiri merasa malu atau
mengancam diri kita. Oleh karena itu bukan tidak mungkin kita enggan menghadapinya.
Kondisi semacam ini disebut perceptual defence. Informasi yang secara personal akan
mengancam kedudukan kita atau secara kultural tidak bisa diterima biasanya cenderung
diabaikan kecuali informasi tersebut datang bertubi-tubi.
Mempersepsi secara selektif.
Yang dimaksud dengan mempersepsi secara selektif adalah proses menyaring informasi secara
sistematis untuk hal-hal yang tidak ingin kita dengar. Proses ini biasanya terjadi sebagai respon
atas hal-hal yang tidak menyenangkan yang pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya.
Membuat teori kepribadian sendiri.
Karena kita sering berinteraksi dengan beberapa kelompok orang, misalnya dengan orang-orang
akuntansi, asuransi, seniman, atau pegawai negeri, kita biasanya kenyang pengalaman dan
paham betul dengan perilaku kelompok-kelompok orang tersebut. Oleh karena itu kita
cenderung membuat teori sendiri mengenai profil kepribadian kelompok-kelompok orang
tersebut. Misalnya akuntan adalah orang yang pemalu, jujur, patuh, tidak asertif, dan berkata
lembut. Sementara orang-orang asuransi memiliki kepribadian sebaliknya. Dalam batas-batas
tertentu boleh jadi profil yang kita buat cukup akurat, tidak banyak keliru. Berdasarkan
pengalaman ini pula tidak jarang kita bisa secara cepat dan akurat mempersepsi kelompok
orang tersebut. Meski demikian kita tidak boleh lupa bahwa setiap orang mempunyai kekhasan
tersendiri sehingga teori yang kita buat sesungguhnya hanya sebagai ancar-ancar saja agar bisa
mengkategorikan kelompok orang. Jika mencermati lebih detail boleh jadi situasinya berbeda.
Misalnya, tidak selalu orang yang merasa bahagia dalam pekerjaannya, pasti orang yang lebih
produktif.
Menggunakan karakteristik diri sendiri untuk menilai orang lain.
Seringkali ketika menilai orang lain menggunakan karakteristik yang kita miliki. Bahasa
simboliknya mengukur sepatu orang dengan ukuran sepatu kita. Cara penilaian seperti ini biasa
disebut sebagai projection. Seperti halnya kesalahan dam mempersepsi, projection juga bisa
menjadi cara yang efisien untuk mempersepsi orang lain. Permasalahan yang berkaitan dengan
projection adalah bukan sekedar menilai orang lain dengan karakteristik diri sendiri tetapi lebih
dari itu yakni menilai secara negatif perilaku orang lain meski orang lain tersebut sesungguhnya
tidak berperilaku demikian. Penilaian negatif kepada orang lain tersebut lebih disebabkan
karena diri kita sendiri yang sesungguhnya berperilaku negatif namun kita tidak mau
mengakuinya sehingga ditimpakan kepada orang lain. Dalam bahasa Sigmund Freud upaya ini
disebut mekanisme mempertahankan diri sendiri (self defense mechanism) yang tujuannya
adalah untuk memproteksi diri sendiri dan seolah-olah kita mampu menghadapi orang lain yang
dianggap tidak sempurna.
Kesan pertama.
Tidak jarang ketika kita bertemu pertama kali dengan orang lain kita mempunyai kesan tertentu,
entah kesan baik atau buruk. Namun seringkali kita terpengaruh terhadap kesan pertama
tersebut dan dijadikan dasar untuk memberi penilaian berikutnya.
2.1.4 Aplikasi Persepsi Dalam Organisasi
Penilaian memiliki banyak konsekuensi bagi organisasi.Didalamnya orang- orang selalu saling
menilai. Berikut ini adalah beberapa penerapannya yang lebih jelas (Robins, 2003):
Wawancara karyawan : Dalam wawancara seringkali penilaian perseptual yang dibuat tidak
akurat. Pewawancara yang berlainan akan melihat hal-hal yang berlainan dalam diri seorang
calon yang sama. Jika wawancara merupakan suatu masukan yang penting dalam keputusan
mempekerjakan, perusahaan harus mengenali bahwa faktor-faktor perseptual mempengaruhi
siapa yang dipekerjakan dan akhirnya mempengaruhi kualitas dari angkatan kerja suatu
organisasi.
Pengharapan kinerja : Orang akan berupaya untuk mensahihkan persepsi mereka mengenai
realitas, bahkan jika persepsi tersebut keliru. Pengharapan kita mengenai seseorang/sekelompok
orang akan menentukan perilaku kita. Misalnya manager memperkirakan orang akan berkinerja
minimal, mereka akan cenderung berperilaku demikian untuk memenuhi ekspektasi rendah ini.
Evaluasi kinerja : Penilaian kinerja seorang karyawan sangat bergantung pada proses perseptual.
Walaupun penilaian ini bisa objektif, namun banyak yang dievaluasi secara subjektif. Ukuran
subjektif adalah berdasarkan pertimbangan, yaitu penilai membentuk suatu kesan umum
mengenai karyawan. Semua persepsi dari penilai akan mempengaruhi hasil penilaian tersebut.
Upaya karyawan : Dalam banyaknya organisasi, tingkat upaya seorang karyawan dinilai sangat
penting, jadi bukan hanya kinerja saja. Namun penilaian terhadap upaya ini sering merupakan
suatu pertimbangan subjektif yang rawan terhadap distorsi-distorsi dan prasangka perseptual.
Kesetiaan karyawan : Hal yang sering dilakukan seorang manajer terhadap karyawan adalah
pertimbangan apakah karyawan tersebut setia atau tidak kepada organisasi. Sayangnya, banyak
dari penilaian kesetiaan tersebut bersifat pertimbangan. Misalnya saja individu yang
melaporkan tindakan tak etis dari atasan dapat dilihat sebagai bertindak demi kesetiaan kepada
organisasi ataupun sebagai pengacau.
2.2 Pengambilan Keputusan Individual
2.2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan sangat diperlukan saat kita menghadapi masalah yang harus
diselesaikan, terlebih lagi dalam organisasi. Pengambilan keputusan memerlukan pengetahuan,
pengalaman, dan data-data yang telah diperoleh atau dikumpulkan, berkaitan dengan masalah
yang dihadapi.
Sebagai seni, pengambilan keputusan adalah proses mengambil keputusan pada situasi
dan kondisi yang berbeda karena adanya keragaman yang bersifat unik. Sedangkan sebagai
ilmu, pengambilan keputusan adalah suatu aktivitas yang memiliki metode, cara, dan
pendekatan tertentu secara sistematis, teratur dan terarah.
Berikut ini adalah beberapa pengertian mengenai pengambilan keputusan dalam
aktivitas manajemen pada sebuah organisasi berdasarkan pendapat para ahli:
Menurut Winarda (1990) pengambilan keputusan merupakan salah satu peranan manajer
yang disebut peranan desisional.
Menurut Sutisna (1985:149) suatu putusan ialah proses memilih tindakan tertentu antara
sejumlah tindakan alternatif yang mungkin.
Menurut Drummond (1985) berpendapat bahwa pengambilan keputusan merupakan
usaha penciptaan kejadian-kejadian dan pembentukan masa depan (peristiwa-peristiwa
pada saat pemilihan dan sesudahnya).
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
pengambilan keputusan adalah suatu proses untuk menentukan satu pilihan dari beberapa
altuntuk menentukan satu pilihan dari beberapa alternatif sebagai upaya untuk memecahkan
suatu masalah yang dihadapi, yang tentunya memiliki risiko.
2.2.2 Langkah-langkah Pengambilan Keputusan
Dalam melakukan pengambilan keputusan tentunya terdapat langkah-langkah yang
dilakukan sampai terpilihnya suatu pilihan dari berbagai alternative yang ada sebagai solusi
terhadap suatu masalah. Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan tersebut idealnya
terdiri dari:
• Tahap Identifikasi
Tahap ini adalah tahap pengenalan masalah dan diagnosa dibuat. Tingkat diagnosa
tergantung dari kompleksitas masalah yang dihadapi.
• Tahap pengembangan
Tahap ini merupakan aktivitas pencarian prosedur atau solusi standar yang ada atau
mendesain solusi yang baru. Proses desain ini merupakan proses pencarian dan
percobaan di mana pembuat keputusan baru memiliki ide solusi ideal yang belum jelas
dan tidak detail.
• Tahap seleksi
Tahap ini pilihan solusi dibuat, dengan tiga cara pembentukan seleksi yakni dengan
penilaian pembuat keputusan: berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan analisis logis,
dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis, dan dengan tawar-menawar saat
seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan dan semua manuver politik yang ada.
Kemudian keputusan diterima secara formal dan otorisasi dilakukan.
Terdapat beberapa pendapat lain mengenai langkah-langkah dalam pembuatan
keputusan, yaitu:
Menurut Herbert A. Simon, terdiri atas tiga langkah utama, yaitu:
1. Kegiatan Intelijen
Tahap ini menyangkut pencarian berbagai kondisi lingkungan yang diperlukan bagi
keputusan.
2. Kegiatan Desain
Tahap ini menyangkut pembuatan perkembangan dan analisa dari berbagai
rangkaian kegiatan yang mungkin dilakukan.
3. Kegiatan Pemilihan
Tahap ini menyangkut pemilihan serangkaian kegiatan tertentu dari beberapa
alternatif yang tersedia.
Sedangkan menurut Scott dan Mitchell, langkah-langkah pengambilan keputusan
meliputi:
1. Proses pencarian atau penemuan tujuan
2. Formulasi tujuan
3. Pemilihan alternatif
4. Mengevaluasi hasil-hasil
Pendapat lain dari Drummond (1995:3) menegaskan bahwa langkah-langkah
pengambilan keputusan ada enam, yaitu :
Mengidentifikasi suatu masalah
Memperjelas dan menyusun prioritas sasaran-sasaran
Menciptakan pilihan-pilihan
Menilai pilihan-pilihan
Memperbandingkan akibat-akibat yang diramalkan pada masing-masing pilihan
dengan sasaran-sasaran
Memilih pilihan dengan konsekuensi-konsekuensi dengan sasaran-sasaran
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Terdapat enam faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan,yaitu:
1. Fisik
Faktor ini didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau
kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak
senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2. Emosional
Faktor ini didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi
secara subjectif.
3. Rasional
Faktor ini didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami
situasi dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal
Faktor ini didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuannya melakukan sesuatu.
Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam
bertindak.
5. Interpersonal
Faktor ini didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang
dengan orang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6. Struktural
Faktor ini didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik.
Selanjutnya, John D. Miller (2009) menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam
pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin pria atau wanita, peranan pengambilan
keputusan, dan keterbatasan kemampuan.
Dalam pengambilan suatu keputusan individu ada tiga faktor utama yang
mempengaruhi, yaitu nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan
resiko.
1. Nilai Individu: seorang individu dalam pengambilan keputusan akan membuat
keputusan yang merupakan keyakinan dasar yang digunakan seseorang jika ia dihadapkan
pada permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai ini telah tertanam
sejak kecil melalui suatu proses belajar dari lingkungan keluarga dan masyarakat.
2. Kepribadian: keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh faktor
psikologis seperti kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap
keputusan yang dibuat adalah ideologi atau kekuasaan dan emosional atau objektivitas.
Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu orientasi ideologi tertentu yang berarti
keputusan dipengaruhi oleh suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara
itu pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya pada suatu yang secara
politis akan meningkatkan kekuasaannya secara pribadi.
3. Kecenderungan terhadap pengambilan risiko: ketidakpastian adalah kurangnya
pengetahuan hasil tindakan, sedangkan risiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan
dan menganggap bahwa pengambil keputusan memiliki pengetahuan hasil tindakan
walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih sulit membuat keputusan dalam situasi
ketidakpastian dibanding di dalam situasi bahaya. Di bawah ketidakpastian, pengambil
keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu strategi atas strategi lainnya.
Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-
faktor personal, yaitu:
1. Kognisi: kualitas dan kuantitas pengetahuan yang di miliki oleh pembuat keputusan.
Misalnya, kemampuan menalar, kemampuan berfikir secara logis.
2. Motif: suatu keadaan tekanan dalam diri individu yang mempengaruhi, memelihara dan
mengarahkan perilaku pembuat keputusan menuju suatu sasaran.
3. Sikap: bagaimana keberanian pembuat keputusan dalam mengambil risiko keputusan,
pemilihan suasana emosi dan waktu yang tepat, mempertimbangkan konsekuensi yang
mungkin terjadi.
Sedangkan faktor-faktor yang memberi peran penting dalam pengambilan keputusan
dalam organisasi adalah:
1. Keadaan internal organisasi tersebut
2. Tersedianya informasi yang diperlukan, yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapi
3. Keadaan eksternalisasi
4. Kepribadian dan kecakapan sang pengambil keputusan
Pengambilan keputusan juga dapat dipengaruhi oleh perilaku seperti:
1. Nilai: nilai-nilai dianggap sebagai pedoman jika seseorang menghadapi situasi
dimana harus dilakukan suatu pilihan
2. Kepribadian: aspek kepribadian meliputi sikap, kepercayaan dan kebutuhan individu
3. Mengambil resiko: ada yang berani ambil resiko, ada yang penuh pertimbangan dan
ada yang kurang berani ambil resiko
4. Disonasi kognitif: adanya rasa cemas pada pengambilan keputusan terhadap akibat
dari keputusan yang diambil.
2.2.4 Jenis-jenis Keputusan
Keputusan adalah hasil yang dicapai dari proses pengambilan keputusan. Menentukan
pilihan atau memutuskan suatu pilihan atau arah tindakan tertentu bagi organisasi adalah
keputusan. Menurut Drummond (1995:13), secara umum keputusan dibagi menjadi dua jenis
sebagai berikut:
a. Keputusan strategi
Setiap organisasi melahirkan berbagai kebijakan atau keputusan organisasional.
Kebijakan dan arah organisasi merupakan keputusan strategis.
b. Keputusan operasional
Keputusan operasional menyangkut pengelolaan organisasi dalam aktivitas dan
kegiatannya sehari-hari. Keputusan operasional sangat menentukan efektivitas
keputusan strategis yang diambil oleh para manajer puncak.
Disisi lain, ada pula pembagian jenis keputusan berdasarkan masalah yang dihadapi,
yaitu:
a. Keputusan yang diprogramkan (program decision)
Keputusan ini adalah keputusan yang dibuat berdasarkan pada masalah yang diketahui
secara baik (well-structured problems) atau masalahnya diketahui secara jelas.
b. Keputusan yang tidak diprogram (non-programmed decision)
Keputusan ini adalah keputusan yang dibuat berdasarkan masalah yang tidak diketahui
secara jelas (ill-structured problems) atau data dan informasi yang dibutuhkan kurang
tersedia sebagaimana mestinya untuk mendukung pembuatan keputusan.
2.2.5 Tujuan dan Fungsi Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan pastinya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan
pengambilan keputusan dapat dibedakan atas dua yaitu:
a. Tujuan bersifat tunggal yaitu apabila yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah
artinya sekali diputuskan dan tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain.
b. Tujuan bersifat ganda yaitu apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih dari satu
masalah, artinya bahwa satu keputusan yang diambil dapat memecahkan dua masalah atau
lebih yang bersifat kontradiktif atau bersifat tidak kontradiktif.
Sedangkan fungsi dari pengambilan keputusan adalah:
a. Permulaan atas segala aktivitas individu yang sadar dan terarah baik secara individual
maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun secara organisasional
b. Menyangkut dengan hari depan atau masa yang akan datang, di mana efeknya atau
pengaruhnya berlangsung cukup lama.
2.2.6 Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi
Proses pengambilan keputusan dalam organisasi ialah kumpulan yang terdiri dari
beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama, didalam organisasi rentan terjadinya
selisih pendapat begitu juga keputusan dalam mengambil sikap, dapat diartikan cara
organisasi dalam pengambilan keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan ada
beberapa metode yang sering di gunakan oleh para pemimpin, yaitu :
Kewenangan Tanpa Diskusi (Authority Rule Without Discussion)
Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin
otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu
cepat, dalam arti ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa
yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan
keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak
mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya.
Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan, ia
akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya ketidak percayaan para anggota
organisasi terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya, karena mereka kurang bahkan
tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki
kualitas yang lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh
anggota kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.
Pendapat Ahli (expert opinion)
Kadang-kadang seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai
ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membuat
keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila seorang
anggota organisasi yang dianggap ahli tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi
kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah masalah
yang sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator yang dapat mengukur orang yang
dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang
memiliki kualitas terbaik; untuk membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang
yang tidak setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam
kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.
Kewenangan Setelah Diskusi (authority rule after discussion)
Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan
dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule after discussion ini pertimbangkan
pendapat atau opini lebih dari satu anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan.
Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan
tanggung jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness)
dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses diskusi yang terlalu
meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota organisasi sangat diperhatikan dalam proses
pembuatan keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan, kelompok masih berpengaruh.
Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada anggota
organisasi akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau pembuat keputusan. Artinya
bagaimana para anggota organisasi yang mengemukakan pendapatnya dalam proses
pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang
perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
Kesepakatan (consensus)
Kesepakatan atau konsensus akan terjadi kalau semua anggota dari suatu organisasi
mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan,
yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi akan dapat meningkatkan kualitas
keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota dalam mendukung
keputusan tersebut. Selain itu metode konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan
dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun demikian, metodepengambilan keputusan yang dilakukan melalui kesepakatn
ini, tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling menonjol adalah dibutuhkannya
waktu yang relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode ini tidak cocok untuk
digunakan dalam keadaan mendesak atau darurat.
Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman, tidak ada
yang terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode lebih
unggul dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang paling efektif yang
dapat digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada faktor-faktor:
a. Jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan,
b. Tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok, dan
c. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan
pengambilan keputusan tersebut.
2.3 Pengaruh Kepribadian Terhadap Pengambilan Keputusan
Setiap orang memiliki tipe kepribadian yang berbeda – beda atau tertentu yang
dominan dibandingkan dengan tipe kepribadian lainnya, adapun pendapat kelompok kami
mengenai karakteristik seseorang dalam pengambilan keputusan yang disesuaikan dengan
tipe kepribadian yaitu sebagai berikut :
Tipe Kepribadian Sanguinis
Tipe ini paling baik dalam hal berurusan dengan orang lain secara antusias; menyatakan
pemikiran dengan penuh gairah; memperlihatkan perhatian. Kelemahan tipe ini adalah
berbicara terlalu banyak; mementingkan diri sendiri; sulit berkonsentrasi; kurang disiplin.
Cara pengambilan keputusan :
Mengutamakan musyawarah kelompok untuk menghasilkan mufakat, dengan demikian tipe
pemimpin seperti ini masih mempertimbangkan opini, saran, pendapat dari bawahannya.
(meminta saran dari orang lain)
Kurang cepat dalam mengambil keputusan, karena butuh masukan dari orang lain.
Tipe Kepribadian Melankolis
Tipe ini paling baik dalam hal mengurus perincian dan pemikiran secara mendalam, memelihara
catatan, bagan dan grafik; menganalisis masyarakat yang terlalu sulit bagi orang lain.
Kelemahan tipe ini adalah mudah tertekan; menunda - nunda suatu pekerjaan; mempunyai citra
diri yang rendah; mengajukan tuntutan yang tidak realistis pada orang lain.
Cara pengambilan keputusan :
Kurang cepat dalam menganbil keputusan, dalam artian tidak tergesa-gesa. Dia ingin hasil yang
perfect, maka dari itu butuh pemikira yang matang sehingga hasil yang dicapai dapat dengan
mudah dikomunikasikan atau disampaikan kepada orang lain.
Tipe Kepribadian Koleris
Tipe ini paling baik dalam hal pekerjaan yang memerlukan keputusan cepat; persoalan yang
memerlukan tindakan dan pencapaian seketika; bidang-bidang yang menuntut kontrol dan
wewenang yang kuat. Kelemahan tipe ini adalah tidak tahu bagaimana cara menangani orang l
ain; sulit mengakui kesalahan; sulit bersikap sabar; terlalu pekerja keras.
Cara pengambilan keputusan :
Mengambil keputusan dengan cepat, tetapi belum tentu tepat karena dia menganggap dirinya
paling benar, dia mengabaikan saran – saran dari orang lain.
Tipe Kepribadian Phlegmatis
Tipe ini paling baik dalam posisi penengahan dan persatuan; badai yang perlu diredakan;
rutinitas yang terus membosankan bagi orang lain. Kelemahan tipe ini adalah kurang antusias;
malas; tidak berpendirian; sering mengalami perasaan sangat khawatir, sedih dan gelisah.
Cara pengambilan keputusan :
Cara mengambil keputusan dengan ragu – ragu, karena dia terbayang – banyang rasa cemas dan
takut. Akhirnya sia – sia memikirkan solusi tetapi tidak dijalankan karena takut akan kegagalan.
2.4 Hubungan Persepsi Dengan Pengambilan Keputusan
Pengambilan kuputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan
suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu dalam
organisasi mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagian besar
dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah.
Terdapat suatu penyimpangan antara suatu keadaan dewasa ini dan sesuatu keadaan yang
diinginkan, yang menuntut pertimbangan arah tindakan alternatif. Misalnya, seorang
manager suatu divisi menilai penurunan penjualan sebesar 2% sangat tidak memuaskan,
namun didivisi lain penurunan sebesar itu dianggap memuaskan oelh managernya.
Perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi
terhadap informasi. Karena itu, data yang diterima perlu disaring, diproses, dan ditafsirkan.
Misalnya, data mana yang relevan dengan pengambilan keputusan. Persepsi dari pengambil
keputusan akan ikut menentukan hal tersebut, yang akan mempunyai hubungan yang besar
pada hasil akhirnya.
Dalam kenyataannya pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang tidak
sistematis seperti proses yang dikemukakan sebelumnya. Keputusan individu dalam
organisasi biasanya dilakukan untuk permasalahan-permasalahan yang tidak kompleks. Dalam
pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu nilai
individu, kepribadian, kecenderungan dalam pengambilan resiko dan kemungkinan
ketidakcocokan.
Persepsi merupakan fungsi penting bagi individu dalam membuat keputusan
(decission making) karena persepsi mejadi landasan bagi individu untuk meyusun
identifikasi, analisa, serta menyimpulkan suatu objek atau subjek yang dipersepsikan.
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan mengenai persepsi dan pengambilan keputusan individual di
atas, maka kita dapat mengetahui pentingnya memahami kedua hal tersebut. Keduanya saling
berhubungan dalam membentuk suatu perilaku organisasi. Persepsi adalah proses yang
menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan
keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam
diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh
dalam proses persepsi.
Sedangkan pengambilan keputusan adalah suatu proses untuk menentukan satu pilihan
dari beberapa hal untuk menentukan satu pilihan dari beberapa alternatif sebagai upaya untuk
memecahkan suatu masalah yang dihadapi, yang tentunya memiliki risiko. Setiap keputusan
menuntut penafsiran dan evaluasi terhadap informasi. Karena itu, data yang diterima perlu
disaring, diproses, dan ditafsirkan. Persepsi dari pengambil keputusan akan ikut menentukan hal
tersebut, yang akan mempunyai hubungan yang besar pada hasil akhirnya.
Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu
nilai individu, kepribadian, kecenderungan dalam pengambilan resiko dan kemungkinan
ketidakcocokan. Persepsi merupakan fungsi penting bagi individu dalam membuat keputusan
(decission making) karena persepsi mejadi landasan bagi individu untuk menyusun
identifikasi, analisa, serta menyimpulkan suatu objek atau subjek yang dipersepsikan.
Dengan membuat persepsi yang benar terhadap suatu informasi akan memperkecil
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam proses pengambilan keputusan. Dengan memperkecil
kemungkinan terjadinya kesalahan tersebut maka memperbesar kemungkinan tercapainya visi
dan misi dari suatu organisasi.
DAFTAR PUSTAKAAnzizhan dan Syafaruddin. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
http://eprints.undip.ac.id/5787/1/Pengambilan_Keputusan_-_AYUN_SRIATMI.pdf
http://sugenk.staff.gunadarma.ac.id
http://lukmancoroners.blogspot.com/2010/05/persepsi-dan-pembuatan-keputusan.html, diakses pada
Maret 2014
Modul 3 kepribadian, emosi, dan keputusan.pdf/ Modul UNPAD
Robbins, Stephen P. Organizational Behaviour. 2013. San Diego:Pearson
http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi/
http://hutantropis.com/metode-pengambilan-keputusan-dalam-organisasi