Permasalahan ekonomi mikro dan makro
-
Upload
ucok-berutu -
Category
Education
-
view
1.805 -
download
6
description
Transcript of Permasalahan ekonomi mikro dan makro
Permasalahan Ekonomi Mikro di Indonesia
Posted on December 2, 2012 by Angga.N.Rahman
1. Harga Dasar dan Harga Tertinggi
Krisis ekonomi yang pernah melanda dunia terjadi cukup lama dan diyakini bahwa
mekanisme pasar tidak mampu menyelesaikan masalah ekonomi tersebut. Artinya,
keseimbangan permintaan dan penawaran di pasar tidak tercapai. Pengaruh dari krisis
tersebut adalah melambungnya harga berbagai jenis barang yang dibutuhkan oleh produsen
dan konsumen. Salah satu campur tangan pemerintah dalam permasalahan ini ialah kebijakan
pemerintah mengenai harga dasar (floor price) dan harga tertinggi (ceiling price). Tujuan
penentuan harga dasar adalah untuk membantu produsen, sedangkan harga tertinggi untuk
membantu konsumen. Misalnya, musim panen padi menyebabkan jumlah beras melimpah.
Akibatnya, harga beras turun sehingga para petani mengalami kerugian. Untuk mengatasi
masalah tersebut, pemerintah menentukan harga dasar (floor price) beras untuk membantu
para petani.
2. Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
Sehubung dengan naiknya harga BBM, para pengusaha angkutan umum bus kota, angkot,
dan taksi mengalami penurunan pendapatan dan mengurangi laba bagi pengusaha dan para
sopir. Untuk menyesuaikan kenaikan harga BBM tersebut, beberapa pengusaha angkutan
umum menaikkan tarifnya secara sepihak. Tindakan ini tentu saja akan memberatkan para
konsumen pengguna jasa angkutan. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah bersama
para asosiasi pengusaha angkutan melakukan penyesuaian tarif angkutan umum dengan
menetapkan tarif resmi bagi para pengusaha bus kota, angkot, dan taksi. Besarnya tarif resmi
ini tentu tidak akan memberatkan konsumen atau juga tidak merugikan pengusaha angkutan
umum.
3. Masalah Monopoli
Praktik monopoli akan mengakibatkan penguasaan pasar terhadap barang atau jasa tertentu
yang dihasilkan oleh satu perusahaan. Praktik monopoli seringkali merugikan masyarakat dan
konsumen. Di samping itu, monopoli akan mempersempit peluang usaha bagi masyarakat
lain sehingga kurang menumbuhkan semangat berwirausaha masyarakat. Perusahaan yang
melakukan praktik monopoli seringkali mempermainkan dan menetapkan harga tanpa
mempertimbangkan kelompok masyarakat yang memiliki usaha sejenis. Hal ini akan
menghancurkan para pesaing.
Untuk menghindari kegiatan praktik monopoli, pemerintah membuat peraturan yang
mengatur tentang kegiatan usaha agar menumbuhkan iklim usaha yang sehat bagi
masyarakat, yaitu UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha tidak Sehat.
4. Masalah Distribusi
Jalur distribusi barang dan jasa yang panjang akan mengakibatkan tingkat harga barang
menjadi tinggi dan mahal ketika sampai ke tangan konsumen. Untuk itu, beberapa upaya
telah dilakukan oleh pemerintah atau swasta untuk memperpendek jalur distribusi sehingga
harga barang ketika sampai ditangan konsumen tidak mahal. Misalnya, PT. Coca Cola
Indonesia melakukan distribusi barang melalui lebih dari 120 pusat penjualan di seluruh
Indonesia dan didistribusikan langsung melalui ke pedagang eceran (80% pengecer) dan
grosir dan 90% masuk kategori usaha kecil.
5 Masalah Birokrasi
Panjangnya jalur birokrasi di negara kita dalam rangka penyaluran bantuan dan penuntasan
masalah perekonomian di Indonesia sering kali menimbulkan keengganan para pengusaha
kecil untuk mengambil kesempatan tersebut. Pengajuan permohonan dana bantuan dengan
membawa proposal dari satu meja birokrasi ke meja yang lain. Tidak jarang pula diantara
meraka menjadi putus asa karena lamanya proses permohonan dan malasnya menghadapi
permainan birokrasi. Proses birokrasi perijinan yang berbelit-belit dikatakan sebagai salah
satu hambatan dalam menggalakan roda ekonomi di Indonesia.
6. Masalah Pembangunan Infrastruktur
Masalah pembangunan seperti jalan tol dan pelabuhan yang menjadi gerbang masuknya
devisa asing tidak berjalan sesegera mungkin. Pembangunan juga dapat mempermudah dalam
penyaluran distribusi sehingga mendapatkan keuntungan tersendiri bagi para pelaku usaha
kecil atau mikro. Dengan begitu arus pendapatan akibat penjualan ini dapat membangkitkan
kinerja produksi berkelanjutan.
7. Belum Meratanya Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik
Listrik pasalnya merupakan motor penggerak roda perekonomian. Ketika suatu kegiatan
usaha tidak mendapatkan pasokan listrik, hal ini menyebabkan proses produksi berhenti.
Walaupun hanya sebatas usaha kecil dalam proses produksinya tetap harus menggunakan
listrik.
8. Masalah Pembebasan Lahan
Masalah pembebasan lahan yang selama ini sering menjadi permasalahan besar antara
pengembang dan warga. Investasi akan terhambat jika pembebasan lahan ini sulit
diselesaikan. Di Indonesia masih banyak sosok makelar tanah yang hanya mementingkan
kepentingan pribadi, bukan kepentingan rakyat. Namun untuk mengatasinya, kini telah
terciptanya Undang-undang No.2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum. Demikian juga dengan sudah finalnya Peraturan Presiden
(Perpres) mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.
9. Belum Terciptanya Transparasi Penggunaan Retribusi Pajak
Masalah ini juga menjadi salah satu masalah ekonomi yang dihadapi Indonesia, permasalahan
ini hanya dapat diselesaikan oleh pemerintah daerah. Karena biaya yang mengalir untuk
pembangunan tanpa diketahui malah hanya dinikmati oleh segelintir elit. Sehingga yang
sampai pada rakyat diberbagai daerah adalah sisa dari dana yang sudah dipangkas oleh para
elite tersebut. Transparasi ini menjadi penting agar dana yang keluar dan masuk bisa
diketahui dengan jelas. Perlu penguatan fungsi kontrol publik agar masalah ini dapat
terselesaikan.
10. Pungutan Liar
Berdasarkan penelitian LPEM UI Tahun 2003 bahwa pengeluaran perusahaan untuk biaya
“tambahan atau pungutan liar” telah mencapai 11% dari biaya produksi. Hal ini tentunya
akan bisa menjadi penghambat yang sangat besar dan bisa mengacaukan iklum investasi yang
tengah dibangun di Indonesia. Thomas Dharmawan Ketua Umum Gabungan Pengusaha
Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) mengatakan bahwa potensi biaya produksi
yang dapat dihemat mencapai 30% jika praktik pungli bisa dihilangkan. Hal ini berarti
hampir sepertiga biaya produksi merupakan pungli dan harga jual ke konsumen bisa
diturunkan mencapai 30% jika praktik pungli ini dihilangkan. Praktik pungli ini sarat akan
nuansa korupsi (Susan Rose Ackerman). Dikatakan pula bahwa korupsi sering melekat dalam
struktur hierarkis dari birokrasi, dimana para pegawai pemerintah mempunyai kewenangan
penuh dalam mengambil keputusan sedangkan para pengusaha tidak mempunyai pilihan lain
akan menjadi sarana yang mempersubur praktik korupsi ini.
11. Pengenaan Perpajakan Berganda dan Berlapis-lapis
Banyak pemerintah daerah yang sekarang menerapkan pajak berlapis terhadap para investor
yang ingin menanamkan modal didaerahnya, polanya bermacam-macam, mulai dari pajak
yang melekat pada jenis usaha tersebut sampai kepada retribusi ‘khusus’ untuk sang kepala
daerah. Hal ini jelas makin menciptakan ketakutan tersendiri bagi para pengusaha atau
pemilik modal.
DAFTAR PUSTAKA
http://rositaajjah.wordpress.com/2012/05/27/indonesia-hadapi-masalah-ekonomi-mikro/
http://www.anneahira.com/masalah-perekonomian-di- indonesia.htm
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/10/15/06585344/Indonesia.Hadapi.Masalah.Ek
onomi.Mikro
http://www.tribunnews.com/2012/08/02/sby-kesal-dengan-makelar-tanah-hambat-
pembebasan-lahan
http://fantaziulo88.blogspot.com/2011/01/5-contoh-permasalahan-ekonomi-di.html
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/03/29/ekonomi-biaya-tinggi-mengurai-
permasalahan-perijinan-sebagai-upaya-untuk-mengakselerasi-pembangunan- indonesia/
http://birokrasi.kompasiana.com/2011/05/02/nestapa-daerah-tertinggal/
Permasalahan Ekonomi Makro
a. Masalah Kemiskinan dan Pemerataan
Pada akhir tahun 1996 jumlah penduduk miskin Indonesia sebesar 22,5 juta jiwa atau sekitar
11,4% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Namun, sebagai akibat dari krisis ekonomi
yang berkepanjangan sejak pertengahan tahun 1997, jumlah penduduk miskin pada akhir
tahun itu melonjak menjadi sebesar 47 juta jiwa atau sekitar 23,5% dari jumlah keseluruhan
penduduk Indonesia. Pada akhir tahun 2000, jumlah penduduk miskin turun sedikit menjadi
sebesar 37,3 juta jiwa atau sekitar 19% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia.
Dari segi distribusi pendapatan nasional, penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan.
Sebagian besar kekayaan banyak dimiliki kelompok berpenghasilan besar atau kelompok
kaya Indonesia.
b. Krisis Nilai Tukar
Krisis mata uang yang telah mengguncang Negara-negara Asia pada awal tahun 1997,
akhirnya menerpa perekonomian Indonesia. Nilai tukar rupiah yang semula dikaitkan dengan
dolar AS secara tetap mulai diguncang spekulan yang menyebabkan keguncangan pada
perekonomian yang juga sangat tergantung pada pinjaman luar negeri sector swasta.
Pemerintah menghadapi krisis nilai tukar ini dengan melakukan intervensi di pasar untuk
menyelamatkan cadangan devisayang semakin menyusut. Pemerintah menerapkan kebijakan
nilai tukar yang mengambang bebas sebagai pengganti kebijakan nilai tukar yang
mengambang terkendali.
c. Masalah Utang Luar Negeri
Kebijakan nilai tukar yang mengambang terkendali pada saat sebelum krisis ternyata
menyimpan kekhawatiran. Depresiasi penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
terutama dolar ASyang relative tetap dari tahun ke tahun menyebabkan sebagian besar utang
luar negeri tidak dilindungi dengan fasilitas lindung nilai (hedging) sehingga pada saat krisis
nilai tukar terjadi dalam sekejap nilai utang tersebut membengkak. Pada tahun1997, besarnya
utang luar negeri tercatat 63% dari PDB dan pada tahun 1998 melambung menjadi 152% dari
PDB.
Untuk mengatasi ini, pemerintah melakukan penjadwalan ulang utang luar negeri dengan
pihak peminjam. Pemerintah juga menggandeng lembaga-lembaga keuangan internasional
untuk membantu menyelesaikan masalah ini.
d. Masalah Perbankan dan Kredit Macet
Besarnya utang luar negeri mengakibatkan permasalahan selanjutnya pada system perbankan.
Banyak usaha yang macet karena meningkatnya beban utang mengakibatkan semakin
banyaknya kredit yang macet sehingga beberapa bank mengalami kesulitan likuiditas.
Kesulitan likuiditas makin parah ketika sebagian masyarakat kehilangan kepercayaannya
terhadap sejumlah bank sehingga terjadi penarikan dana oleh masyarakat secarabesar-besaran
(rush).
Goncangan yang terjadi pada system perbankan menimbulkan goncangan yang lebih besar
pada system perbankan secara keseluruhan, sehingga perekonomian juga akan terseret ke
jurang kehancuran. Alasan-alasan di atas menyebabkan pemerintah memutuskan untuk
menyelamatkan bank-bankyang mengalami masalah likuiditas tersebut dengan memberikan
bantuan likuiditas. Namun untuk mengendalikan laju inflasi, bank sentral harus menarik
kembali uang tersebut melalui operasi pasar terbuka. Hal ini dilakukan dengan meningkatnya
suku bunga SBI. Kebijakan ini kemudian menimbulkan dilema karena peningkatan suku
bunga menyebabkan beban bagi para peminjam (debitor). Akibatnya tingkat kredit macet di
system perbankan meningkat dengan pesat. Dilema semakin kompleks di saat system
perbankan mencoba mempertahankan likuiditasyang mereka miliki dengan meningkatkan
suku bungan simpanan melebihi suku bunga pinjaman sehingga mereka mengalami kerugian
yang berakibat pengikisan modal yang mereka miliki.
e. Masalah Inflasi
Masalah inflasi yang terjadi di Indonesia tidak terlepas kaitannya dengan masalah krisis nilai
tukar rupiah dan krisis perbankan yang selama ini terjadi. Pada tahun 2004 tingkat inflasi
Indonesia pernah mencapai angka 10,5%. Ini terjadi karena harga barang-barang terus naik
sebagai akibat dari dorongan permintaan yang tinggi. Tingginya laju inflasi tersebut jelas
melebihi sasaran inflasi BI sehingga BI perlu melakukan pengetatan di bidang moneter.
Pengetatan moneter tidak dapat dilakukan secara drastic dan berlebihan karena akan
mengancam kelangsungan proses penyehatan perbankan dan program restrukturisasi
perusahaan.
f. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran
Menurunnya kualitas pertumbuhan ekonomi tahun 2005-2006 tercermin dari anjloknya daya
serap pertumbuhan ekonomi terhadap angkatan kerja. Bila di masa lalu setiap 1%
pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan lapangan kerja hingga 240 ribu maka pada 2005-
2006 setiap pertumbuhan ekonomi hanya mampu menghasilkan 40-50 ribu lapangan kerja.
Berkurangnya daya serap lapangan kerja berarti meningkatnya penduduk miskin dan tingkat
pengangguran. Untuk menekan angka pengangguran dan kemiskinan, pemerintah perlu
menyelamatkan industry- industri padat karya dan perbaikan irigasi bagi pertan.
Permasalahan Ekonomi Mikro
a. Masalah Harga Dasar dan Harga Tertinggi
Krisis ekonomi yang pernah melanda dunia terjadi cukup lama dan diyakini bahwa
mekanisme pasar tidak mampu menyelesaikan masalah ekonomi tersebut. Artinya,
keseimbangan permintaan dan penawaran di pasar tidak tercapai. Pengaruh dari krisis
tersebut adalah melambungnya harga berbagai jenis barang yang di butuhkan oleh produsen
dan konsumen.
Salah satu campur tangan pemerintah dalam permasalahan ini ialah kebijakan pemerintah
mengenai harga dasar (floor price) dan harga tertinggi (ceiling price). Tujuan penentuan
harga dasar adalah untuk membantu produsen, sedangkan harga tertinggi untuk membantu
konsumen. Misalnya, musim panen padi menyebabkan jumlah beras melimpah. Akibatnya,
harga beras turun sehingga para petani mengalami kerugian. Untuk mengatasi masalah
tersebut, pemerintah menentukan harga dasar (floor price) beras untuk membantu para petani.
b. Meningkatnya Permintaan Beras
Gagal panen akan menyebabkan berkurangnya penawaran beras sehingga harga beras akan
naik. Tingginya harga beras akan menambah beban hidup masyarakat yang berpenghasilan
rendah dan tidak tetap. Untuk mengatasi pasokan beras ini, pemerintah melakukan program
impor beras melalui tender terhadap beberapa perusahaan swasta nasional dan asing.
c. Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
Sehubungan dengan naiknya harga BBM, para pengusaha angkutan umum bus kota,
angkutan kota (angkot), dan taksi mengalami penurunan pendapatan dan mengurangi laba
bagi pengusaha dan para sopir. Untuk menyesuaikan kenaikan harga BBM tersebut, beberapa
pengusaha angkutan umum menaikkan tarifnya secara sepihak. Tindakan ini tentu sajaakan
memberatkan para konsumen
pengguna jasa angkutan. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah bersama para asosiasi
pengusaha angkutan melakukan penyesuaian tarif angkutan umum dengan menetapkan tarif
resmi bagi para pengusaha bus kota, angkutan kota dan taksi. Besarnya tarif resmi ini tentu
tidak memberatkan konsumen atau juga tidak merugikan pengusaha angkutan umum.
d. Masalah Monopoli
Praktik monopoli akan mengakibatkan penguasaan pasar terhadap barang atau jasa tertentu
yang dihasilkan oleh satu perusahaan. Praktik monopoli seringkali merugikan masyarakat dan
konsumen. Di samping itu, monopoli akan mempersempit peluang usaha bagi masyarakat
lain sehingga kurang menumbuhkan semangat berwirausaha masyarakat. Perusahaan yang
melakukan praktik monopoli seringkali mempermainkan dan menetapkan harga tanpa
mempertimbangkan kelompok masyarakat yang memiliki usaha sejenis. Hal ini akan
menghancurkan para pesaing.
Untuk menghindari kegiatan praktik monopoli, pemerintah membuat peraturan yang
mengatur tentang kegiatan usaha agar menumbuhkan iklim usaha yang sehat bagi
masyarakat, yaitu UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat.
e. Masalah Distribusi
Jalur distribusi barang dan jasa yang panjang akan mengakibatkan tingkat harga barang
menjadi tinggi dan mahal ketika sampai ke tangan konsumen. Untuk itu, beberapa upaya
telah dilakukan oleh pemerintah atau swasta untuk memperpendek jalur distribusi sehingga
harga barang ketika sampai ke tangan konsumen tidak mahal. Misalnya, PT. Coca Cola
Indonesia melakukan distribusi barang melalui lebihdari 120 pusat penjualan di seluruh
Indonesia dan didistribusikan langsung melalui ke pedagang eceran (80% pengecer) dan
grosir dan 90% masuk kategori usaha kecil
Standar Kompetensi : Memahami kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi
Kompetensi Dasar : – Mendeskripsikan perbedaan antara ekonomi mikro dan ekonomi makro
- Mendeskripsikan masalah-masalah yang dihadapi pemerintah di bidang ekonomi
Indikator : – Mendeskripsikan pengertian Ekonomi Mikro dan Makro
- Mendeskripsikan perbedaan Ekonomi Mikro dan Makro
- Memberi contoh di masyarakat tentang ekonomi mikro (misal usaha industri kecil) dan
ekonomi makro (misal inflasi, pendapatan nasional dll)
- Mengidentifikasi Masalah-masalah yang dihadapi pemerintah di bidang ekonomi
(kemiskinan,pemerataan pendapatan).
- Memecahkan Masalah-masalah yang dihadapi pemerintah di bidang ekonomi.
Sumber : http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2010/03/22/permasalahan-ekonomi-dan-
kebijakan-pemerintah-dalam-bidang-ekonomi/
By ulffaa
Permasalahan Ekonomi Makro
Permasalahan ekonomi tidak hanya meliputi masalah-masalah mikro seperti kekakuan harga,
monopoli dan eksternalitas yang memerlukan intervensi pemerintah. Permasalahan ekonomi
juga terjadi dalam lingkup ekonomi makro yang memerlukan kebijakan pemerintah.
Permasalahan ekonomi makro Indonesia dalam membangun negara sebenarnya tidak hanya
sebatas itu. Inflasi yang tidak terkendali, ketergantungan terhadap impor dan utang luar
negeri merupakan beberapa masalah pemerintah dalam bidang ekonomi makro.
1. Masalah Kemiskinan
Upaya penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya Program
Inpres Data Tertinggal (IDT), pemberian kredit untuk para petani dan pengusaha kecil berupa
Kredit Usaha Kecil (KUK), Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), Program Kawasan
Terpadu (PKT), Program bapak Angkat, Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GN-OTA) dan
program wajib belajar.
2. Masalah Keterbelakangan
Jika ditinjau dari segi penguasaan teknologi, indonesia masih dikategorikan negara
berkembang. Ciri lain negara adalah rendahnya tingkat pendapatan dan pemerataannya,
rendahnya tingkat kemajuan dan pelayanan kesehatan, kurang terpeliharanya fasilitas umum,
rendahnya tingkat disiplin masyarakat, rendah tingkat keterampilan penduduk, rendahnya
tingkat pendidikan formal, kurang modal, kurangnya produktivitas tenaga kerja, serta
lemahnya tingkat manajemen usaha. Untuk mengatasi keterbelakangan ini, pemerintah
berupaya meningkatkan kualitas SDM, melakukan pertukaran tenaga ahli, melakukan transfer
teknologi dari negara-negara maju.
3. Masalah Pengangguran dan Keterbatasan Kesempatan Kerja
masalah lain yang dihadapi Indonesia dalan pembangunan di bidang eknomi adalah masalah
lapangan kerja dan pengangguran. Masalah ini saling berhubungan satu sama lain. Masalah
pengangguran timbul karena terjadi ketimpangan antara jumlah angkatan kerja yang tersedia.
Untuk mengatasi masalah pengangguran dan terbatasnya kesempatan kerja, pemerintah
melakukan pelatihan bagi tenaga kerja sehingga tenaga kerja memiliki keahlian sesuai
dengan lapangan kerja yang tersedia, pembukaan investasi-investasi baru, terutama bersifat
padat karya(labour intensive), pemberian penyuluhan dan informasi yang cepat mengenai
lapangan kerja.
4. Masalah Kekurangan Modal
Kekurangan Modal adalah satu ciri penting setiap negara yang memulai proses
pembangunan. Kekurangan ini bukan saja menghambat kecepatan pembangunan ekonomi
yang dapat dilaksanakan tetapi dapat menyebabkan kesulitan negara tersebut untuk lepas dari
kemiskinan.masalah kemiskinan, keterbelakangan, pengangguran dan kekurangan modal
yang terjadi disuatu negara berkembang disebabkan oleh lingkaran yang sulit diputuskan.
Lingkaran keterbelakangan dan kemiskinan tersebut adalah pendapatan rendah menyebabkan
kemampuan investasi rendah, investasi rendah menyebabkan pemupukan modal rendah,
modal rendah menyebabkan produktivitas rendah, produktivitas rendah menyebabkan
pendapatan rendah dan seterusnya berputar tanpa terputus. Untuk mengatsi masalah-masalah
tersebut, pemeritah harus melakukan suatu program besar sehingga dapat memutuskan
lingkaran setan, misalnya melalui peningkatan kualitas SDM atau peningkatan investasi
menjadi lebih produktif.
5. Masalah Pemerataan Pendapatan
Masalah lain yang dihadapi pemerintah dalam melaksanakan pembangunan ekonomi adalah
masalah pemerataan pembangunan. Pembangunan ekonomi Indonesia terkonsentrasi hanya di
kota-kota besar terutama di Pulau Jawa dan didominasi oleh kelomok tertentu. Pada
hakikatnya, pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
sehingga keberhasilan pembangunan nasional tidak hanya diukur dengan keberhasila n
dibidang ekonomi (secara materi).
6. Inflasi dan Tingkat Pengangguan yang Terus Meningkat
Inflasi atau kenaikan tngkat harga secara umum dan terus menurus bagi sebuah negara
sebenarnya merupakan hal yag wajar, selama tidak melebihi batas normal, berlangsung
singkat dan masih dapat terkendalikan oleh pemerintah. Inflasi ini dianggap berbahaya karena
dapat menyebabkan dampak negatif seperti menurunkan tingkat kesejahteraan rakyat,
memburuknya distribusi pendapatan dan mengganggu stabilitas ekonomi. Seperti halnya
inflasi, pengangguran yang terus meningkat merupakan masalah bagi pebangunan ekonomi.
Pengangguran yang terus meningkat biasanya berdampak buruk terhadap kehidupan sosial
ekonomi masyarakat dan stabilitas nasional.
7. Ketergantungan Terhadap Impor dan Utang Luar Negeri
Tingkat ketergantungan yang tinggi dari pemerintahdan sektor swasta terhadap impor dan
utang luar negeri merupakan masalah pembangunan. Impor yang tinggi jelas akan
mengurangi cadangan devisa negara. Jika cadangan devisa negara berkurang, stabilitas
ekonomi nasional akan lemah. Utang luar negeri masalah yang muncul adalah menyangkut
beban utangnya, yaitu pembayaran bunga utang setiap tahun dan pelunasan pokok utang luar
negeri.
sumber :
Ahman,Eeng.2007.Membina Kompetensi Ekonomi.Bandung.Grafindo Media Pratama