Perilaku Organisasi
-
Upload
yofranny-winardi -
Category
Documents
-
view
49 -
download
0
description
Transcript of Perilaku Organisasi
BAB I
Pengantar PO
Organisasi menurut
Stephen P. Robbins
adalah unit sosial
yang dengan sengaja
diatur terdiri atas dua
orang atau lebih, yang
berfungsi secara
relatif terus menerus
untuk mencapai sasaran atau serangakaian sasaran
bersama.
Perilaku adalah sikap dan tindakan (behavior; way of
thinking or behaving).
Perilaku Organisasi menurut Stephen P. Robbins
adalah bidang studi yang mempelajari dampak
perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam
organisasi dengan tujuan mengaplikasikan pengetahuan
semacam itu untuk memperbaiki efektivitas organisasi.
1
Robbins menjelaskan bahwa perilaku organisasi adalah
studi yang mengambil pandangan mikro – memberi
tekanan pada individu-individu dan kelompok-kelompok
kecil. Perilaku organisasi memfokuskan diri kepada
perilaku di dalam organisasi dan seperangkat prestasi
dan variabel mengenai sikap yang sempit dari para
pegawai, dan kepuasan kerja adalah yang banyak
diperhatikan.
Dari gambaran diatas menurut Rino A. Nugroho dapat
dijabarkan dalam poin-poin definisi sebagai berikut:
1. Perilaku organisasi menjelaskan perilaku dari
orang-orang yang beroperasi di level individu,
kelompok, atau organisasi.
2. Perilaku organisasi merupakan pendekatan
multidisiplin yang menggunakan prinsip dari
berbagai ilmu.
3. Berorientasi pada manusia. Perilaku, persepsi,
kemampuan, perasaan adalah penting bagi
organisasi.
4. Berorientasi kinerja. Tentang bagaimana kinerja
ditingkatkan.
2
5. Lingkungan luar organisasi berpengaruh ke
dalam organisasi.
6. Metode ilmiah penting untuk mengenali perilaku
organisasi secara sistematis.
7. Perilaku organisasi orientasi aplikasi yang
berbeda. Perhatiannya adalah pada menyediakan
jawaban tentang permasalahan organisasi.
Model Perilaku Organisasi
Stephen P. Robbins mengembangkan model 3 level
dalam mempelajari perilaku manusia dalam organisasi
melalui tiga tingkatan analisis yaitu:
1. Tingkatan Individu: karakteristik bawaan
individu dalam organisasi.
2. Tingkatan Kelompok: dinamika perilaku
kelompok dan faktor-faktor determinannya
3. Tingkatan Organisasi: faktor-faktor
organizational yang mempengaruhi perilaku.
Pendekatan dalam Studi Perilaku Organisasi
Secara garis besar ada tiga jenis pendekatan yang
dilakukan oleh para ahli perilaku organisasi antara lain:
3
1. Pendekatan cognitif: Edward Tolman,
berdasarkan pemahaman seseorang terhadap
informasi.
2. Pendekatan behavioristic: I.P. Pavlov dan J.B.
Watson, berdasarkan Response yang muncul
apabila diberi stimulus tertentu.
3. Pendekatan social learning: A. Bandura,
berdasarkan penggabungan pendekatan Cognitif
dan behavioristic.
Variabel Dependen dan Independen Perilaku Organisasi
Variabel Dependen: faktor-faktor kunci yang
ingin anda jelaskan atau perkirakan dan yang
terpengaruh faktor lain. Variabel Independen: dugaan
penyebab dari sejumlah perubahan variabel dependen.
4
Variabel Dependen Perilaku Organisasi
Termasuk dalam Variabel Dependen adalah:
1. Produktivitas: organisasi dikatakan produktif jika
ia mencapai sasarannya dan melakukannya
dengan mentransfer input ke output dengan biaya
terendah. Ukuran kinerja yang mencakup
efektivitas dan efisiensi. Efektivitas adalah
pencapaian sasaran, sementara efisiensi adalah
rasio output efekif terhadap input yg diperlukan
untuk mencapainya.
2. Keabsenan: tidak melapor untuk bekerja.
3. Pengunduran diri: pengunduran diri sukarela
maupun tidak dari organisasi.
4. Perilaku warga organisasi: perilaku pilihan yang
tidak menjadi bagian dari kewajiban kerja formal
karyawan, namun mendukung berfungsinya
organisasi tersebut secara efektif.
5. Kepuasan Kerja: sikap umum individu terhadap
pekerjaannya.
Variabel Independen Perilaku Organisasi
1. Variabel-variabel level individu:
5
a) Ciri biografis.
b) Kepribadian dan emosi.
c) Nilai.
d) Sikap.
e) Kemampuan.
f) Persepsi.
g) Motivasi.
h) Pembelajaran Individu.
i) Pengambilan keputusan.
2. Variabel-variabel level kelompok:
a. Komunikasi.
b. Konflik.
c. Kekuasaan dan politik.
d. Tim-tim kerja.
e. Struktur kelompok.
f. Pengambilan keputusan kelompok.
g. Kepemimpinan dan kepercayaan.
3. Variabel – Variabel level sistem organisasi:
a. Struktur dan desain organisasi.
b. Desain kerja dan teknologi.
c. Budaya Organisasi.
d. Kebijakan dan praktek SDM.
6
Sejarah Perilaku Organisasi
Meskipun studi ini
menelusuri akarnya
kepada Max Weber
dan para pakar
yang sebelumnya,
studi organisasi
biasanya dianggap
baru dimulai
sebagai disiplin
akademik bersamaan dengan munculnya manajemen
ilmiah pada tahun 1890-an, dengan Taylorisme yang
mewakili puncak dari gerakan ini. Para tokoh
manajemen ilmiah berpendapat bahwa rasionalisasi
terhadap organisasi dengan rangkaian instruksi dan studi
tentang gerak-waktu akan menyebabkan peningkatan
produktivitas. Studi tentang berbagai sistem kompensasi
pun dilakukan.
Setelah Perang Dunia I, fokus dari studi organisasi
bergeser kepada analisis tentang bagaimana faktor-faktor
manusia dan psikologi mempengaruhi organisasi. Ini
7
adalah transformasi yang didorong oleh penemuan
tentang Dampak Hawthorne. Gerakan hubungan antar
manusia ini lebih terpusat pada tim, motivasi, dan
aktualisasi tujuan-tujuan individu di dalam organisasi.
Para pakar terkemuka pada tahap awal ini mencakup:
Chester Barnard
Henri Fayol
Mary Parker Follett
Frederick Herzberg
Abraham Maslow
David McClelland
Victor Vroom
Perang Dunia II menghasilkan pergeseran lebih lanjut
dari bidang ini, ketika penemuan logistik besar-besaran
dan penelitian operasi menyebabkan munculnya minat
yang baru terhadap sistem dan pendekatan rasionalistik
terhadap studi organisasi.
Pada tahun 1960-an dan 1970-an, bidang ini sangat
dipengaruhi oleh psikologi sosial dan tekanan dalam
studi akademiknya dipusatkan pada penelitian
kuantitatif.
8
Sejak tahun 1980-an, penjelasan-penjelasan budaya
tentang organisasi dan perubahan menjadi bagian yang
penting dari studi ini. Metode-metode kualitatif dalam
studi ini menjadi makin diterima, dengan memanfaatkan
pendekatan-pendekatan dari antropologi, psikologi dan
sosiologi.
Keadaan bidang studi ini sekarang
Perilaku organisasi saat ini merupakan bidang
studi yang berkembang. Jurusan studi organisasi pada
umumnya ditempatkan dalam sekolah-sekolah bisnis,
meskipun banyak universitas yang juga mempunyai
program psikologi industri dan ekonomi industri pula.
Bidang ini sangat berpengaruh dalam dunia bisnis
dengan para praktisi seperti Peter Drucker dan Peter
Senge yang mengubah penelitian akademik menjadi
praktik bisnis.
Perilaku organisasi menjadi semakin penting
dalam ekonomi global ketika orang dengan berbagai
latar belakang dan nilai budaya harus bekerja bersama-
sama secara efektif dan efisien. Namun bidang ini juga
9
semakin dikritik sebagai suatu bidang studi karena
asumsi-asumsinya yang etnosentris dan pro-kapitalis.
Tantangan Bisnis yang akan datang
1. Masalah: Meningkatnya produktivitas tenaga
kerja. Tantangan bisnis ke depan adalah
bagaimana menciptakan keunggulan bersaing dan
mempertahankan kesinambungan bisnis sehingga
tuntutan peningkatan produktivitas kerja menjadi
suatu keharusan. Upaya peningkatan
produktivitas kerja diantaranya melalui
perubahan perilaku.
2. Peningkatan keahlian tenaga kerja. Keahlian
dinyatakan dalam 3 bentuk: keahlian berkonsep,
keahlian teknis dan keahlian teknologi.
3. Menurunnya tingkat kesetiaan karyawan
4. Respon atas era globalisasi (hilangnya batas
waktu dan ruang), yakni globalisasi ekonomi dan
globalisasi perusahaan.
5. Budaya keanekaragaman tenaga kerja.
6. Munculnya peniru temporer, yakni terdapat
pergantian karena adanya persaingan sehingga
10
daur hidup produk semakin singkat. Untuk itu
produk yang jenuh membutuhkan inovasi-
inovasi, salah satunya dengan cara menaikkan
tingkat ketrampilan.
7. Peningkatan kualitas pelayanan, produk, dan
layanan purna jual.
8. Tuntutan dalam beretika bisnis.
KONTRIBUSI DISIPLIN ILMU LAIN
1. Psikologi
Ilmu yg mempelajari perilaku manusia.
Kontribusi teori dan sifat manusia, konseling
psikologi, psikologi industri, dan organisasi.
2. Sosiologi
Ilmu yg mempelajari sistem sosial.
Kontribusi dinamika kelompok, budaya
organisasi, teori organisasi formal, struktur
organisasi, teknologi organisasi, birokrasi,
komunikasi, kekuatan konflik dan perilaku antar
kelompok.
3. Psikologi sosial
Psikologi yg mengambil konsep-konsep psikologi
dan sosiologi
11
Kontribusi masalah pengukuran, pengertian,
perubahan perilaku, pola komunikasi, cara-cara dlm
klp aktifitas yg dpt memuaskan (memenuhi)
kebutuhan individu dan proses pengambilan
keputusan.
4. Antropologi
Ilmu yg mempelajari keberadaan manusia dan
aktifitasnya.
Kontribusi pengertian ttg budaya organisasi,
lingkungan manusia dan perubahan busaaya
nasional.
5. Ilmu politik
Ilmu yg mempelajari perilaku individu dan
kelompok dlm lingkungan politik
Kontribusi struktur konflik, alokasi kekuasaan
dan bagaimana org memanipulasi kekuasaan utk
kepentingan sendiri.
BAB II
Dasar Perilaku Individu
12
Pengertian Perilaku Individu
Perilaku individu adalah sebagai suatu fungsi dari
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Individu
membawa tatanan dalam organisasi berupa kemampuan,
kepercayaan pribadi, pengharapan, kebutuhan, dan
pengalaman masa lainnya.
Dasar-Dasar Perilaku Individu
Semua perilaku individu pada dasarnya dibentuk
oleh kepribadian dan pengalamannya. Sajian berikut ini
akan diarahkan pada empat variabel tingkat-individual,
yaitu karakter biografis, kemampuan, kepribadian, dan
pembelajaran.
1. Karakteristik Biografis
Karakteristik biografis merupakan karakteristik pribadi
yang terdiri dari:
13
1. Usia
Pengaruh usia terhadap turnover, absen, kerja, dan kepuasan
kerja sebagai berikut:
a. Semakin tua seseorang, semakin kecil kemungkinan
untuk keluar dari pekerjaan karena semakin sedikit pula
pilihan kerjanya.
b. Adanya asumsi bahwa usia berbanding terbalik
dengan absen.
c. Menurut penelitian terakhir (dalam robbins,
1993) ditemukan bahwa antara usia dan kinerja
seseorang tidak saling berhubungan.
d. Ada indikasi bahwa usia dan kepuasan kerja
seseorang saling berasosiasi positif, paling tidak sampai
orang mencapai usia 60 tahun.
14
2. Jenis Kelamin
Terdapat berbagai pendapat tentang perbedaan dalam hal
kinerja, turnover sebagai berikut:
a. Ada sedikit pembeda penting antara pria dan
wanita yang mempengarui kinerja mereka.
b. Tidak ada bukti menunjukkan bahwa jenis kelamin
mempengaruhi kepuasan kerja.
c. Belum cukup informasi menyatakan ada pengaruh jenis
kelamin terhadap turnover seorang karyawan.
3. Status Perkawinan
Hasil berbagai studi
pengaruh perkawinan terhadap
kinerja, tingkat absen,
turnover, dan kepuasan kerja
sebagai berikut:
a. Tidak cukup informasi untuk menyimpulkan pengaruh
status perkawinan terhadap kinerja seseorang
b. Justru adanya perkawinan menurunkan tingkat absen,
mengurangi turnover, dan meningkatkan kepuasan kerja.
15
4. Masa Kerja
Masa kerja terhadap kinerja, tingkat absen, dan turnover,
maka akan berpengaruh demikian:
a. Ada hubungan negatif antara masa kerja dengan
tingkat absen.
b. Secara konsisten ada hubungan negatif antara
masa kerja dengan turnover.
c. Tidak benar kalau orang dengan masa kerja lebih lama
maka lebih produktif dibanding dengan yang baru
bekerja.
2. Kemampuan
Setiap manusia mempunyai kemampuan berfikir
masing-masing. Seluruh kemampuan seorang individu
pada hakekatnya tersusun dari dua faktor, yaitu :
a. Kemampuan Intelektual
Ada tujuah dimensi yang
paling sering dikutip yang
membentuk kemampuan
intelektual, yaitu:
o Kecerdasan Numerik
16
Kemampuan untuk berhitung dengan cepat dan
tepat.
o Pemahaman Verbal
Kemampuan memahami apa yang dibaca dan
didengar serta menghubungkan kata satu dengan
yang lain.
o Kecepatan Konseptual
Kemampuan mengenali kemiripan dan beda
visual dengan cepat dan tepat.
o Penalaran Induktif
Kemampuan mengenali suatu urutan logis dalam
suatu masalah dan kemudian memecahkan
masalah itu.
o Penalaran Deduktif
Kemampuan menggunakan logika dan menilai
implikasi dari suatu argumen.
o Visualilasi Ruang
Kemampuan membayangkan bagaimana suatu
objek akan tampak seandainya posisinya dalam
ruang diubah.
o Ingatan
Kemampuan menahan dan mengenang kembali
17
pengalaman masa lalu.
b. Kemampuan fisik
Kemampuan fisik memiliki makna penting
khusus untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang
kurang menuntut keterampilan. Ada sembilan
kemampuan fisik dasar, yaitu kekuatan dinamis,
kekuatan tubuh, kekuatan statis, kekuatan, keluwesan
extent, keluwesan dinamis, koordinasi tubuh,
keseimbangan, dan stamina.
3. Kepribadian
Kepribadian adalah himpunan karakteristik dan
kecenderungan yang stabil serta menentukan sifat umum
dan perbedaan dalam perilaku seseorang.
18
Faktor-faktor pembentuk kepribadian:
1.Keturunan (genetik), ditentukan sejak lahir, berupa
sifat-sifat bawaan baik fisik maupun mental yang
mempengaruhi perbuatan, perasaan, dan pikiran.
2.Lingkungan, berupa budaya, norma, nilai dimana
seseorang dibesarkan dalam lingkungan keluarga, teman,
kelompok sosial, masyarakat.
3.Situasi kepribadian orang bisa berubah-ubah akibat
perubahan situasi/kontek tertentu. Artinya kepribadian
bisa direkayasa atau dirubah dan berubah (misalnya
dengan proses pendidikan, belajar).
Kelengkapan kepribadian yg mempengaruhi perilaku
organisasi:
1. Locus of control
yaitu tingkat kepercayaan seseorang akan
nasibnya
a. internal: percaya bahwa nasibnya
ditentukan dirinya sendiri
b. eksternal: percaya nasibnya ditentukan
kekuatan dr luar (seperti kesempatan,
keberuntungan) internal secara umum
19
melaksanakan pekerjaannya dengan lebih
baik.
2. Achievement orientation (orientasi
pencapaian)
Orang yg memiliki need of achieve
tinggi, akan menunjukkan kinerja yg tinggi pula.
3. Authorianisme
a. yaitu aliran yang menyetujui tentang
adanya perbedaan status dan kekuasaan di
antara orang di dalam suatu organisasi
b. Orang yg otoritasnya tinggi cenderung
kaku, enggan berubah, kurang bisa
percaya pada orang lain.
4. Machiavellianisme
a. yaitu derajat sejauh mana seseorang
individu bersifat pragmatis, menjaga jarak
emosional, dan meyakini bahwa tujuan
dapat membenarkan cara
b. orang dg Mach yg tinggi cenderung
pragmatis, tidak emosional, dan cocok utk
20
suatu pekerjaan dg kecakapan bargaining
(negosiasi).
5. Penghargaan diri (self esteem)
yaitu tingkat senang atau tidaknya
seseorang thdp dirinya sendiri.
a. penghargaan diri yg rendah -> tergantung pada
penilaian positif orang lain, selalu mencari
persetujuan, dan mudah dipengaruhi.
b. penghargaan diri yg tinggi ->cenderung
memiliki kepuasan kerja yg tinggi pula.
6. Pemantauan diri (self monitoring)
yaitu sifat individu untuk mengukur
kemampuan diri dalam menyesuaikan
perilakunya dengan faktor-faktor situasional
eksternal.
a. pemantauan diri yg tinggi akan lebih
mudah mengadaptasi perilakunya thdp
situasi yg berbeda.Pengambilan resiko
(risk taking)orang yg memiliki tingkat
pengambilan resiko tinggi akan lebih
cepat dlm memberikan keputusan.
21
John Holland dlm teori Personality-Job Fit
menjelaskan kepuasan kerja dan tingkat turnover
tergantung pd kecocokan kepribadian individu dg
lingkungan kerjanya.
4. Pembelajaran
Pembelajaran adalah setiap perubahan yang
relatif permanen dari perilaku yang terjadi sebagai hasil
pengalaman.
Kerangka Teori Expectancy
Pertimbangan seseorang di dalam melakukan sesuatu
tindakan dengan memperhitungkan beberapa faktor
antaranya:
a. Probabilitas jika ia mengambil serangkaian usaha ia
akan mampu untuk mencapai tingkat pelaksanaan kerja
yang di harapkan (Expectancy U-P atau Expectancy
antara Usaha dan Pelaksanaan).
b. Jika tingkat pelaksanaan kerja itu dicapai, maka
probabilitasnya akan mengarahkan pencapaian hasil-
hasil ( Ex. P-H atau Expectancy antara Pelaksanaan kerja
dan Hasil yang akan dicapai).
c. Daya tarik dari hasil, nampaknya sebagai hal yang
menaikkan pelaksanaan kerja.
22
d. Suatu tingkat di mana hasil merupakan daya tarik
tambahan, disebabkan karena kemampuan hasil untuk
memimpin kearah tercapainya hasil lain yang diinginkan.
Stress Individu
Stress adalah tekanan atau ketegangan yang
dihadapi seseorang dan mempengaruhi emosi, pikiran,
serta kondisi keseluruhan dari orang tersebut. Faktor
pemicu stress disebut stressor.
Stressor dibagi menjadi dua, antara lain:
1. Stressor On The Job (dari dalam lingkungan
pekerjaan)
a) Beban kerja berlebih (overload).
b) Desakan waktu (deadline).
c) Kualitas pembimbingan rendah/low supervise.
d) Iklim politis tidak aman/low comfort.
e) Umpan balik kerja rendah/low feedback.
f) Wewenang tidak memadai/low authority.
g) Ketidakjelasan peranan/role ambiguity.
h) Frustasi/putus asa.
i) Konflik antar pribadi atau kelompok.
j) Perbedaan nilai individu dan organisasi.
k) Perubahan situasi kantor yang mengejutkan.
23
2. Stressor Off The Job (dari luar lingkungan pekerjaan)
a) Krisis keuangan pribadi atau keluarga.
b) Permasalahan-permasalahan tentang anak.
c) Permasalahan-permasalahan tentang fisik.
d) Permasalahan-permasalahan dalam
perkawinan.
e) Perubahan situasi rumah atau lingkungan
Dampak stressor dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu :
1. Sifat stressor
Yaitu pengetahuan individu tentang stressor
tersebut dan pengaruhnya pada individu tersebut.
2. Jumlah stressor
Yaitu banyaknya stressor yang diterima individu
dalam waktu bersamaan.
3. Lama stressor
Yaitu seberapa sering individu menerima stressor
yang sama.
4. Pengalaman masa lalu.
5. Tingkat perkembangan.
24
5. Persepsi
Persepsi menurut Stephen P. Robbins adalah
proses dimana individu mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka
guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.
Menurut manahan, persepsi adalah gambaran
seseorang tentang suatu obyek yang menjadi fokus
permasalahan yang sedang dihadapi. Jadi persepsi
dapat diartikan sebagai suatu proses yang ditempuh
individu-individu untuk mengorganisasikan dan
menafsirkan kesan indera mereka agar memeberi
makna kepada lingkungan. Namun apa yang
merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari
25
kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang
didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan
bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat
penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi.
Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Bagaimana kita menjelaskan bahwa individu
dapat melihat hal yang sama. Namun
mengartikannya secara berbeda. Sejumlah faktor
beroperasi untuk membentuk dan terkadang
mengubah persepsi.
Ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi persepsi,
yaitu :
1. Pelaku persepsi : penafsiran seorang individu
pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat
dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri,
diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat,
pengalaman masa lalu, dan pengharapan.
Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan
mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi
mereka.
26
2. Target: Gerakan, bunyi, ukuran, dan latar
belakang, kedekatan, kemiripan dan atribut-
atribut lain dari target akan membentuk cara kita
memandangnya. Misalnya saja suatu gambar atau
lukisan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang
oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang
berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-
sama pula.
3. Situasi: Situasi juga berpengaruh bagi persepsi
kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas
lumayan mungkin tidak akan terlihat oleh laki-
laki bila ia berada di mall, namun jika ia berada
di pasar, kemungkinannya sangat besar bahwa
para lelaki akan memandangnya.
Jalan Pintas dalam Menilai Orang Lain Secara
Umum
a) Persepsi Selektif (Selective Perpection)
Kecenderungan untuk secara selektif
menginterpretasikan apa yang seseorang liat
dalam basis minat, latar belakang, pengalaman,
dan sikap seseorang. Oleh karena itu, tidak
27
mungkin bagi kita untuk menasimilasikan semua
hal yang kita lihat, kita dapat mengambil hanya
rangsangan tertentu saja. Persepsi selektif
membuat kita membaca orang lain dengan cepat,
tetapi bersiko menggambarkan gambaran yang
tidak akurat. Kita dapat menggambarkan
kesimpulan yang tidak dapat dijamin dari sebuah
keadaan yang ambigu.
b) Efek Halo (Halo Effect)
Kecenderungan untuk menggambarkan impresi
umum mengenai seseorang indivdu berdasarkan
karakteristik tunggal.
Efek halo dikonfirmasi dalam sebuah studi klasik
dimana objek diberikan sebuah daftar-daftar sifat
cerdas, terampil, giat, rajin, berkemauan kuat,
serta hangat. Subjek diminta untuk mengevaluasi
orang yang memiliki sifat-sifat tersebut. Subjek
menilai orang itu bijaksana, humoris, populer,
dan imajinatif. Ketikaa daftar yang sama
menggantukan “dingin” dengan “hangat”, satu
gambaran yang benar-benar berbeda muncul.
28
Subjek membuat sebuah sifat tunggal yang
mempengaruhi kesan keseluruhan mereka atas
orang lain yang mereka nilai.
c) Efek Kontras (Contrast Effect)
Evaluasi atas karakteristik seseorang dipengaruhi
oleh perbandingan dengan orang lain yang baru
muncul yang berperingat lebih tinggi atau lebih
rendah dalam karakteristik yang sama.
d) Stereotip (Stereotype)
Menilai seseorang berdasarkan persepsi
mengenai kelompok asalnya. Kalimat-kalimat
seperti : “Pria tidak tertarik dengan perawatan
anak”, “Pekerja yang lebih tua tidak dapat
mempelajari keahlian-keahlian baru”, Imigran
Asia adalah pekerja keras dan hati-hati”,
merupakan contoh dari menilai orang lain secara
stereotip.
Riset menyatakan stereotip beroperasi secara
emosional dan sering kali di bawah alam sadar,
membuat sulit untuk dilawan dan diubah. Satu
masalah dari stereotip adalah adanya generalisasi
29
yang menyebar luas, meskipun mungkin tidak
mengandung kebenaran ketika diaplikasikan pada
orang atau situasi tertentu.
BAB III
Nilai Sikap
30
A. Nilai
1. Definisi Nilai
Nilai mencerminkan
perilaku dasar bahwa
bentuk khusus perilaku
atau bentuk akhir
keberadaan secara
peribadi atau sosial lebih dipilih dibandingkan
dengan bentuk perilaku atau bentuk akhir keberadaan
perlawanan atau kebalikan. Nilai mengandung unsur
pertimbangan yang mengemban gagasan-gagasan
seorang individu mengenai apa yang benar, baik, dan
diinginkan.
2. Pentingnya Nilai
Nilai sangat penting untuk mempelajari perilaku
organisasi karena nilai menjadi dasar untuk
memahami sikap dan motivasi serta memahami
persepsi kita, individu memasuki organisasi
berdasarkan yang dikonsepkan sebelumnya
mengenai apa yang seharusnya dan apa yang tidak
31
seharusnya dilakukan. Sistem nilai adalah hirarki
yang didasarkan pada pemeringkatan nilai-nilai
pribadi berdasarkan intensitas nilai tersebut.
3. Sumber Sistem Nilai
Genetik (bawaan)
Budaya nasional
Lingkungan (keluarga, sekolah, teman)
Menurut Allport and Associate tentang Tipe
Nilai
32
Contoh : Anda memasuki suatu organisasi dengan pandangan bahwa menentukan
gaji atas dasar kinerja adalah benar, karena orang berusaha meningkatkan kinerja
dan ada organisasi yang menentukan gaji atas dasar senioritas. Bagaimana
persepsi anda atas persepsi tersebut ? Karena anda baru bergabung, maka
kemungkinan besar anda akan kecewa, sehingga dapat membawa akibat :
Tidak adanya kepuasan kerja
Tidak mendorong/ memotivasi meningkatkan kinerja
seseorang.
Theoritical : nilai yg mengutamakan
penemuan/pencarian kebenaran melalui
pendekatan rasional dan kritikal
Economic : nilai yg menekankan kegunaan
dan kepraktisan
Aesthetic : nilai yg mengagungkan bentuk
dan keharmonisan
Social : nilai yg menekankan kecintaan thdp
orang-orang
Political : nilai yg menitikberatkan pd
kekuasaan dan pengaruh
Religious : nilai yg berkaitan dg pengalaman
dan pemahaman yg sama ttg alam semesta
Menurut Survei Nilai Rokeach (RVS)
Ada 2 perangkat nilai berdasarkan survei Rokeach,
yaitu :
a) Nilai nilai terminal, bentuk akhir keberadaan
yg sasaran sangat diinginkan, yang ingin
dicapai seseorang dalam hidupnya.
33
b) Nilai nilai instrumental, bentuk perilaku atau
upaya upaya pencapaian nilai nilai terminal
yang lebih disukai oleh orang tertentu.
34
Nilai – nilai
Dalam
Rokeach
Survey
Nilai – nilai
Dalam
Rokeach
Survey
4. Tipe – tipe Nilai
Nilai, Kesetiaan dan Peilaku Etis
Ternyata, para manajer secara konsisten
melaporkan bahwa tindakan bos mereka
merupakan faktor paling penting yang
mempengaruhi perilaku etis dan tidak etis
dalam organisasi. Dengan fakta ini, nilai-nilai
mereka yang berada dalam manajemen
menengah ke atas akan secara signifikan
berpengaruh pada keseluruhan ilkim etika di
dalam organisasi tertentu.
Nilai-nilai Antar Kebudayaan
Kerangka Kerja Hofstede untuk Pengkajian
Kebudayaan. Merupakan salah satu
pendekatan paling banyak dirujuk.
Mengemukakan bahwa para manajer dan
kayawan berbeda-beda berdasarkan lima
dimensi nilai budaya nasional. Nilai-nilai
tersebut adalah :
a) jarak kekuasaan. Merupakan atribut
kebudayaan nasional yang
menggambarkan tingkat penerimaan
35
masyarakat akan kekuasaan dalam
instutusi atau organisasi yang
didistribusikan secara tidak merata.
b) Individualisme vesus Kolektivisme.
Individualisme adalah tingkat dimana
orang-orang di sebuah negara lebih suka
bertindak sebagai indiviidu dibandingkan
sebagai anggota kelompok. Kolektivisme
ekuivalen dengan individualisme yang
rendah.
c) Kuantitas kehidupan versus kualitas
kehidupan. Kuantitas kehidupan adalah
sampai tingkat mana nilai-nilai seperti
keberanian, perolehan uang dan barang
materi serta persaingan itu mendominasi.
Kualitas kehidupan adalah sampai tingkat
mana orang menghargai hubungan dan
memperlihatkan kepedulian terhadap
kesejahteraan orang lain.
d) Penghindaran ketidakpastian. Atribut
kebudayaan nasional yang
menggambarkan tingkat di mana
36
masyarakat nerasa terancam oleh keadaan
yang tidak menentu atau bermakna ganda
dan mencoba menghindari keadaan
tesebut.
e) Orientasi jangka panjang versus jangka
pendek. Orang-orang yang hidup dalam
kebudayaan dengan orientasi jangka
panjang melihat ke masa depan dan
menghargai penghematan dan ketekunan.
Orang yang berorientasi jangka pendek
menghargai masa lampau dan masa kini,
dan meneankan pada tradisi dan
pemenuhan kewajiban social
B. SIKAP
1. Definisi Sikap
Sikap adalah pernyataan-pernyataan evaluatif
baik yang diinginkan atau yang tidak diinginkan
mengenai objek, orang, atau peristiwa. Sikap
mencerminkan bagaimana seseorang merasakan
sesuatu. Terdapat tiga komponen sikap yaitu :
37
a) Pengertian (cognition) adalah segmen
pendapat atau keyakinan akan suatu sikap.
b) Keharuan (affect) adalah segmen emosional
atau perasaan dari suatu sikap.
c) Perilaku (behavior) adalah suatu maksud
untuk berperilaku dengan suatu cara tertentu
terhadap seseorang atau sesuatu.
2. Tipe – tipe Sikap
a) Kepuasan kerja
Merupakan sikap umum seorang individu
terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan
tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan
sikap yang positif terhadap kerja, sebaliknya
seseorang yang tidak puas dengan
pekerjaannya menunjukkan sikap yang
negatif terhadap perkerjaan tersebut.
b) Keterlibatan kerja
Mengukur derajat sejauh mana atau
sampai tingkat mana seseorang memihak
pada pekerjaannya, berpartisipasi aktif
38
didalamnya dan menganggap kinerjanya
penting bagi harga diri.
c) Komitmen pada organisasi
Suatu keadaan atau sampai sejauh mana
seorang pegawai memihak pada suatu
organisasi tertentu dan tujuannya, dan berniat
memelihara keanggotaan dalam organisasi
tersebut.
39
C. KEPUASAN KERJA
1. Definisi Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja
lebih umum
didefinisikan sebagai
kepuasan individu
terhadap
pekerjaannya.
Kepuasan kerja
seseorang pada
dasarnya tergantung kepada selisih antara harapan,
kebutuhan atau nilai dengan apa yang menurut
perasaan atau persepsi telah diperoleh atau dicapai
melalui pekerjaan. Seseorang akan merasa puas jika
tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan
persepsinya atas kenyataan.
Dampak kepuasan kerja terhadap kinerja
karyawan
Terdapat hubungan antara kepuasan kerja dengan
kinerja, ketika data kepuasan dan produktivitas
dikumpulkan pada organisasi secara menyeluruh
40
bukan pada tingkat individu, akan tetapi pada
organisasi yang mempunyai lebih sedikit
karyawan yang puas cenderung lebih efektif
dalam pekerjaannya.
Kepuasan dan Kehadiran
Kita menemukan hubungan timbal balik yang
konsisten antara kepuasan dan kehadiran dari
pekerjaannya faktor-faktor yang lain mendapat
dampak pada bulan tersebut yang mengurangi
koefisien hubungan.
Kepuasan dan pengunduran diri
Kepuasan kerja lebih penting dalam
mempengaruhi karyawan dari pada
mempertahankan karyawan buruk untuk tetap
bertahan, karena kemungkinan karyawan yang
mempunyai kinerja yang baik akan lebih
bertahan dibandingkan dengan karyawan yang
berkinerja buruk karena dapat menerima
pengakuan, pujian, dan hadiah lain yang memberi
mereka alasan untuk lebih bertahan.
41
2. Bentuk ketidakpuasan karyawan dapat
diungkapkan dalam sejumlah cara antara
lain:
Keluar, perilaku yang diarahkan dengan
meninggalkan organisasi yang meliputi mencari
baru sekaligus mengundurkan diri.
Suara, upaya aktif dan konstruktif dalam upaya
memperbaiki diri, mendiskusikan masalah
dengan atasan sebagai bentuk kegiatan
perserikatan.
Kesetiaan, ungkapan yang dilakukan secara pasif
dengan cara menunggu keadaan yang membaik,
yang meliputi pembelaan organisasi dan keritik
eksternal dan mempercayai organisasi dan
manajemennya untuk melakukan yang terbaik.
Pengabdian, secara pasif membiarkan
organisasinya memburuk dengan melakukan
keterlambatan kronis, penurunan usaha, dan
peningkatan tingkat kesalahan.
42
3. Faktor yang menentukan kepuasan kerja
Mentally
challenging work
yaitu pekerjaan
yg menantang
secara mental.
Equitable
rewards (imbalan
yang sesuai)
yaitu adanya keadilan dalam peraturan gaji &
promosi.
Supportive working conditions yaitu adanya
dukungan kondisi kerja berupa kondisi
lingkungan kerja yang nyaman, fasilitas yang
lengkap dan tidak membahayakan akan
mendukung kepuasan kerja seseorang.
Supportive collagues yaitu adanya dukungan
kolega/teman akan membuat seseorang menjadi
lebih mantap dalam bekerja.
Personality - job fit yaitu adanya kesesuaian
antara kepribadian seseorang dengan
pekerjaannya. Personality - job fit akan membuat
43
seseorang lebih puas karena dalam bekerja
sekaligus ia dapat menyalurkan bakat dan
minatnya.
BAB IV
Motivasi
Motivasi
44
Menurut Kenneth N. Wexley dan Gary A. Yukl,
motivasi adalah proses dimana perilaku diberikan energi
dan diarahkan. Mereka menambahkan, disamping
dorongan intuisi, konsep motivasi merupakan bidang
yang paling sulit dalam psikologi. Satu alasannya adalah
bahwa motivasi tidak dapat diamati secara langsung.
Suatu proses hipotetik hanya dapat disimpulkan dengan
mengamati perilaku orang, mengukur perubahan-
perubahan dalam pelaksanaan kerjanya, atau
memintanya untuk menjelaskan kebutuhan-kebutuhan
serta tujuan-tujuannya.
Adapun menurut Indriyo Gitosudarmo dan I
Nyoman Sudita mengungkapkan, Motivasi adalah
faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang
45
menggerakkan, mengarahkan, perilakunya untuk
memenuhi tujuan tertentu.
Dari dua pendapat di atas maka penulis lebih
cenderung pada pendapat yang kedua. Dalam hubungan
dengan motivasi dalam organisasi, ada beberapa ahli
seperti Flipo yang mengemukakan pendapatnya bahwa
motivasi dalam organisasi adalah suatu keahlian dalam
mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja
secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan
tujuan organisasi sekaligus tercapai. Pendapat ini sejalan
dengan pendapat Robin yang mengemukakan bahwa
motivasi organisasi adalah kesediaan untuk
mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan
organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu
dalam memenuhi beberapa kebutuhan individu. Letak
persamaan dari beberapa pendapat tadi adalah terletak
pada faktor yang mempengaruhi, menggerakkan dan
mengarahkan, suatu perilaku untuk memenuhi tujuan
tertentu.
Proses timbulnya motivasi seseorang merupakan
gabungan dari konsep kebutuhan, dorongan, tujuan dan
46
imbalan. Dalam proses motivasi ini terdapat beberapa
proses, yaitu:
1. Munculnya suatu kebutuhan yang belum
terpenuhi menyebabkan adanya ketidak seimbangan
(tention) dalam diri seseorang dan berusaha
menguranginya dengan berperilaku terntentu.
2. Kemudian orang tersebut mencari cara untuk
memuaskan keinginannya tersebut.
3. Seseorang mengarahkan perilakunya kearah
pencapaian tujuan atau prestasi dengan cara-cara yang
telah dipilihnya dengan didukung oleh kemampuan,
ketrampilan maupun pengalamannya.
4. Mengevaluasi terhadap prestasi yang telah
dilakukan, baik oleh dirinya sendiri maupun oleh orang
lain.
5. Imbalan atau hukuman yang diterimanya atau
dirasakan tergantung kepada evaluasi atas prestasi yang
dilakukan.
6. Menilai sejauh mana perilaku dan imbalan telah
memuaskan kebutuhannya.
Teori-Teori Motivasi
47
Teori Motivasi pada dasarnya dibedakan menjadi
dua yaitu teori kepuasan (content theories) dan teori
proses (process theories). Teori kepuasan tentang
motivasi berkaitan dengan factor yang ada dalam diri
seseorang yang memotivasinya. Sedangkan teori proses
berkaitan dengan bagaimana motivasi itu terjadi atau
bagaimana perilaku itu digerakkan.
A. Teori Kepuasan
1. Teori Hirarki Kebutuhan
Menurut Maslow, terdapat lima kelompok kebutuhan
yang berbeda-beda, yaitu: kebutuhan fisiologis
(kebutuhan dasar), kebutuhan keamanan, kebutuhan
social, kebutuhan penghargaan, serta kebutuhan
aktualisasi diri. Dia melanjutkan kebutuhan-kebutuhan
ini berlaku kepada setiap manusia dan disusun menurut
hirarki kepentingannya. Pada suatu saat hanya kebutuhan
yang belum terpenuhi yang mengendalikan perilaku
seseorang. Setelah kebutuhan ini banyak terpenuh, maka
kebutuhan tersebut akan turun derajat kepentingannya
dan perilaku seseorang kemudian dikendalikan oleh
kebutuhan yang belum terpenuhi berikutnya dalam
hirarki.
48
Pada awalnya banyak orang beranggapan teori ini
dapat diandalkan. Namun, pada suatu tinjauan terakhir
terhadap riset yang relevan menyimpulkan bahwa sedikit
sekali kenyataan yang mendukung pendapat Maslow ini
(Wahba dan Bridwell). Memang terdapat banyak bukti
yang mengungkapkan bahwa kebutuhan-kebutuhan
fisiologis perlu dipertimbangkan terlebih dahulu dari
jenis-jenis kebutuhan yang lain, tetapi tidak terdapat
bukti yang baik bahwa kebutuhan-kebutuhan yang
lain bergerak sesuai dengan urutan-urutan yang dibuat
Maslow. Lebih jauh, konsep “aktualisasi diri”
didefinisiskan sangat lemah, dan sedikit alasan untuk
menyakini bahwa aktualisasi diri ada sebagai kebutuhan
manusia yang berbeda dan terpisah. Singkatnya tidak
terdapat dasar yang kuat untuk suatu hipotesa bahwa
hanya satu kebutuhan yang bergerak pada suatu waktu
tertentu, sebagaimana yang diungkapkan Maslow.
2. Teori ERG
Teori ERG didasarkan pada tiga proposisi pokok,
Yaitu:
49
- Semakin kurang masing-masing tingkat kebutuhan
dipuaskan semakin besar keinginan untuk
memuaskannya.
- Semakin dipuaskannya tingkat kebutuhan yang
lebih rendah semakin besar atau semakin kuat keinginan
utuk memenuhi tingkat kebutuhan yang lebih tinggi.
- Semakin kurang tingkat kebutuhan yang lebih tinggi
dipuaskan semakin rendah tingkat kebutuhan yang
diinginan.
Atas dasar proposisi, teori ERG dapat dikelompokan
menjadi tiga kelompok, yaitu:
- Kebutuhan Eksistensi
Kebutuhan eksistensi berupa semua kebutuhan yang
termasuk dalam kebutuhan fisiologis dan material dan
kebutuhan rasa aman seperti kebutuhan akan makanan,
minuman, perumahan, keamanan. Jika dalam organisasi
kebutuhan ini berupa upah, kondisi kerja, jaminan social
dan lain sebagainya.
- Kebutuhan akan keterikatan
Kebutuhan ini sama dengan kebutuhan social
Maslow. Kebutuhan ini meliputi semua bentuk
50
kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasan hubungan
antar pribadi di tempat kerja.
- Kebutuhan Pertumbuhan
Kebutuhan ini meliputi semua kebutuhan yang berkaitan
dengan pengembangan potensi seseorang termasuk
kebutuhan aktualisasi diri dan penghargaan dari Maslow.
3. Teori Dua Faktor
Teori ini dikemukakan oleh Herzberg yang
dihasilkan dari suatu penelitian terhadap 200 orang
akuntan dan insinyur. Dan kesimpulannya adalah:
- Ada sejumlah kondisi ekstrinsik pekerjaan, yang
apabila kondisi ini tidak ada, menyebabkan ketidak
puasan di antara para karyawan. Kondisi ini disebut
dissatisfiers atau hygiene factors, karena kondisi atau
factor-faktor tersebut dibutuhkan minimal untuk
menjaga adanya ketidakpuasan. Faktor-faktor ini
berkaitan dengan keadaan pekerjaan yang meliputi
faktor-faktor sebagai berikut:
a. Gaji
b. Jaminan pekerjaan
c. Kondisi kerja
d. Status
51
e. Kebijaksanaan perusahaan
f. Kualitas supervisi
g. Kualitas hubungan antar pribadi dengan atasan,
bawahan dan sesama perkerja
h. Jaminan sosial
- Sejumlah kondisi intrinsic pekerjaan yang apabila
kondisi ini ada, dapat berfungsi sebagai motivator, yang
dapat menghasilakan prestasi kerja yang baik. Tetapi jika
kondisi atau factor-faktor tersebut tidak ada, tidak akan
menyebabkan adanya ketidak puasan. Factor-faktor ini
berkaitan dengan isi pekerjaan yang disebut dengan
nama factor pemuas. Faktor-faktor tersebut ialah:
a. Prestasi
b. Pengakuan
c. Pekerjaan itu sendiri
d. Tanggung jawab
e. Kemajuan-kemajuan
f. Pertumbuhan dan perkembangan pribadi
Faktor hygeine atau dissatisfers merupakan factor
pencegah yang esensial utuk mengurangi adanya
ketidakpuasan. Tidak adanya factor-faktor ini dalam
organisasi cenderung menyebabkan adanya
52
ketidakpuasan yang mendalam, dan keberadaannya
menciptakan suatu keadaan “ketidakpuasan nol” datau
bersifat netral.
Menurut Herzberg factor-faktor seperti tantangan
tugas, penghargaan atas hasil kerjanya yang baik,
peluang untuk mencapai kemajuan, pertumbuhan pribadi
dan pengembangan, dapat memotivasi perilaku.
Singkatnya teori dua factor memprediksikan bahwa
perbaikan dalam motivasi hanya akan Nampak jika
tindaskan manager tidak hanya dipusatkan pada kondisi
ektrinsik perkerjaan tetapi juga pada factor kondisi
intrinsik pekerjaan itu sendiri.
4. Teori kebutuhan Mc Clelland
Mc Chelland meneliti tiga jenis kebutuhan, yaitu:
- Kebutuhan akan prestasi
Dalam penelitiannya Mc Clelland menemukan bahwa
uang tidak begitu penting peranannya dalam
meningkatkan prestasi kerja bagi mereka yang memiliki
kebutuhan prestasi tinggi, mereka yang memiliki
kebutuhan akan prestasi tinggi mereka berprestasi sangat
baik insentif financial. Orang yang memiliki kebutuhan
prestasi rendah tidak akan berprestasi baik tanpa insentif
53
financial. Studi tidak bermaksud bahwa uang bukan
tidak penting bagi mereka yang memiliki kebutuhan
prestasi tinggi. Jika mereka yang memiliki kebutuhan
akan prestasi tinggi sukses, mereka mencari imbalan
ekonomi sebagai bukti dari keberhasilannya.
- Kebutuhan Afiliasi
Kebutuhan afiliasi merupakan suatu keinginan
untuk melakukan hubungan yang bersahabat dan hangat
dengan orang lain. Kebutuhan ini sama dengan
kebutuhan social dari Maslow.
Orang-orang yang memiliki kebutuhan afiliasi
yang tinggi mencari kesempatan ditempat kerja untuk
memuaskan kebutuhan tersebut. oleh karenanya, orang-
orang yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi
cenderung bekerja dengan orang lain dari pada ia bekerja
sendiri dan mereka cenderung memiliki tingkat
kehadiran yang tinggi. Orang-orang yang memiliki
kebutuhan akan afiliasi yang tinggi juga ada
kecenderungan bahwa mereka akan berprestasi lebih
baik dalam situasi di mana ada dukungan personal dan
moral.
- Kebutuhan akan kekuasaan
54
Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan
untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain dan
bertanggung jawab kepadanya.
Orang-orang yang memiliki kebutuhan tinggi
akan kekuasaan cenderung lebih banyak memberikan
saran-saran, lebih sering memberikan pendapat dan
evaluasinya, selalu mencoba untuk mempengaruhi orang
lain ke dalam cara berpikirnya. Mereka juga cenderung
menempatakan diri sebagai pemimpin dilingkungan
aktivitas kelompoknya, serta cenderung dekat dengan
atasan atau pimpinannya.
B. Teori Proses
1. Teori Keadilan
Menurut J Stacy Adam dalam teori keadilan
tentang motivasi mengemukakan, manusia di tempat
kerja menilai tentang inputnya dalam hubungannya
dalam pekerjaan dibandingkan dengan hasil yang ia
peroleh. Mereka membandingkannya dengan orang lain
dalam kelompoknya, dengan kelompok yang lain atau
dengan orang lain di luar organisasi dimana ia bekerja.
Bila persepsi seseorang menganggap bahwa imbalan
atau hasil yang ia peroleh tidak sesuai dengan usahanya
55
atau input yang ia berikan pada organisasi, maka mereka
termotivasi untuk menguranginya. Semakin
besar “ketidaksesuaian” (discrepancy) itu dirasakan
seseorang, maka ia semakin termotivasi untuk
menguranginya. “ketidaksesuaian” terjadi karena adanya
perbedaan persepsi diantara dua orang atau lebih tentang
kaitan antara masukan dengan hasil yang ia perolehnya.
2. Teori Pengharapan (Expectancy theori)
Ide dasar dari teori pengharapan adalah bahwa
motivasi ditentukan oleh hasil yang diharapkan diperoleh
seseorang sebagai akibat dari tindakkannya.
Variabel-variabel kunci dalam teori pengharapan.
Usaha (effort)
Usaha atau dorongan seseorang untuk bertindak
tergantung pada (1) pengharapan yaitu persepsi
hubungan antara usaha dan prestasi, (2) instrumentalis
yaitu hubungan antara prestasi dengan hasil, (3) valensi
yaitu nilai dari hasil.
Hasil (outcome)
Hasil merupakan tujuan akhir dari suatu perilaku
tertentu. Hasil dibedakan menjadi hasil tingkat pertama
dan hasil tingkat kedua. Hasil tingkat pertama adalah
56
hasil dari usaha seseorang dalam melakukan pekerjaan,
seperti kuantitas produksi yang dihasilkan, kualitas
produksi, dan produktifitas secara umum.
Hasil tingkat kedua (secound-level outcome)
Adalah konsekuensi dari hasil tingkat pertama
atau merupakan tujuan akhir dari prestasi. Hasil tingkat
kedua meliputi upah, promosi, penghargaan dan imbalan
yang lainnya.
Pengharapan (expectancy)
Pengharapan adalah suatu keyakinan atau
kemungkinan bahwa suatu usaha atau tindakan tertentu
akan menghasilkan suatu tingkat prestasi tertentu.
Instrumentalis (instrumentality)
Instrumentalis berkaitan dengan hubungan antara
hasil tingkat pertama dengan hasil tingkat kedua, atau
berkaitan dengan hubungan antara prestasi dengan
imbalan atas pencapaian prestasi tersebut.
Valensi (valency)
57
Valensi berkaitan dengan kadar kekuatan
keinginan seseorang terhadap hasil tertentu. Valensi
dapat bernilai positif atau negatif. Suatu hasil
mempunyai valensi positif apabila hasil tersebut
disenangi, dan valensi negatif apabila hasil tersebut tidak
disenangi.
Model teori pengharapan
Jika seseorang memiliki persepsi peran yang jelas
atau memahami tugas dan tanggung jawabnya, memiliki
keterampilan dan keahlian yang diperlukan dan jika
mereka termotivasi menggunakan
usahanya/kemampuannya, maka menurut model ini
prestasinya akan baik.
3. Teori penguatan (reinforcement theory)
Menurut Skiner pendekatan penguatan
merupakan konsep dari belajar. Teori penguatan
mengemukakan, bahwa perilaku merupakan fungsi dari
akibat yang berhubungan dengan perilaku tersebut. Teori
penguatan yang dalam hal ini menggunakan konsep
pengondisian operan dapat dipandang sebagai suatu
model motivasi yaitu berkaitan dengan membentuk,
58
mengarahkan, mempertahankan dan mengubah perilaku
dalam organisasi.
Jenis-jenis penguatan
a. Penguatan positif
Penguatan positif berkaitan dengan memperkuat
respon atau perilaku yang diinginkan. Dengan
memberikan penguat atas perilaku yang diinginkan
sehingga perilaku tersebut akan diulangi kembali.
Misalnya, pimpinan perusahaan mebel memberi perintah
kepada seorang karyawan untuk merancang suatu
rancangan atau disain suatu mebel (stimulus). Karyawan
tersebut menggunakan segala kemampuan dan
keterampilannya untuk menyelesaikan rancangan mebel
tersebut tepat pada waktunya (tanggapan atau respon).
Pimpinan perusahaan tersebut tidak hanya memberikan
penghargaan tetapi juga kenaikan imbalan atas disain
mebel yang bagus dihasilkan karyawannya (penguatan
positif).
b. Penguatan negative
Penguatan negative atau penghindaran, adalah
mencegah menghilangkan akibat yang tidak
menyenangkan. Perbedaan antara penguatan positif
59
dengan penguatan negative adalah, kalau penguatan
positif karyawan bekerja keras agar memperoleh imbalan
dari organisasi karena prestasi kerjanya yang baik, maka
penguatan negative karyawan bekerja keras untuk
menghindari akibat stimulus yang tidak diinginkan.
c. Hukuman
Penerapan hukuman dimaksudkan untuk
mengurangi atau menghilangkan kemungkinan
perilaku yang tidak diinginkan akan diulangi kembali.
Misalnya, perusahaan menetapkan jam kerja dimulai jam
0.800 (stimulus), ada beberapa karyawan yang terlambat
(Perilaku yang tidak diinginkan perusahaan), kemudian
mereka diberi peringatan oleh pimpinan perusahaan
(konsekuensi). Harapannya agar perilaku yang tidak
diinginkan tersebut tidak diulangi kembali.
4. Teori penetapan tujuan
Teori penetapan tujuan dikembagkan oleh Edwin
Locke, dimana teori ini menguraikan hubungan antara
tujuan yang ditetapkan dengan prestasi kerja. Konsep
dasar dari teori penetapan tujuan adalah bahwa karyawan
yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi
terhadapnya) akan mempengaruhi perilaku kerjanya.
60
Dengan menetapkan tujuan yang menantang (sulit) dan
dapat diukur hasilnya akan dapat meningkatkan prestasi
kerja.
BAB V
Dasar Perilaku Kelompok
61
Pengertian
Kelompok ( group ) menurut Robbins (1996) mendefinisikan kelompok sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu.
Kelompok-kelompok di dalam organisasi secara sengaja direncanakan atau sengaja dibiarkan terbentuk oleh manajemen selaku bagian dari struktur organisasi formal. Kendati begitu, kelompok juga kerap muncul melalui proses sosial dan organisasi informal. Organisasi informal muncul lewat interaksi antar pekerja di dalam organisasi dan perkembangan kelompok jika interaksi tersebut berhubungan dengan norma perilaku mereka sendiri, kendati tidak digariskan lewat struktur formal
62
organisasi. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara kelompok formal dan informal.
Kelompok Formal
Kelompok ini dibangun selaku akibat dari pola struktur organisasi dan pembagian kerja yang ditandai untuk menegakkan tugas – tugas. Kebutuhan dan proses organisasi menimbulkan formulasi tipe – tipe kelompok yang berbeda–beda. Khususnya ada dua tipe kelompok formal, di antaranya :
a. Kelompok Komando (Command Group)
Kelompok komando ditentukan oleh bagan organisasi. Kelompok terdiri dari bawahan yang melapor langsung kepada seorang supervisor tertentu.
b. Kelompok Tugas (Task Group)
Kelompok tugas terdiri dari para karyawan yang bekerja – sama untuk menyelesaikan suatu tugas atau proyek tertentu.
Kelompok Informal
Kelompok informal adalah pengelompokan secara wajar dari orang – orang dalam situasi kerja untuk memenuhi kebutuhan sosial. Dengan perkataan lain, kelompok informal tidak muncul karena dibentuk dengan sengaja, tetapi muncul secara wajar.
63
Orang mengenal dua macam kelompok informal khusus diantaranya:1. Kelompok Kepentingan (Interest Group)
Orang yang mungkin tidak merupakan anggota dari kelompok komando atau kelompok tugas yang sama, mungkin bergabung untuk mencapai sesuatu sasaran bersama. Para karyawan yang bersama – sama bergabung dalam kelompok untuk membentuk front yang terpadu menghadapi manajemen untuk mendapatkan manfaat yang lebih banyak. Perlu diketahui juga tujuan kelompok semacam itu tidak berhubungan dengan tujuan organisasi, tetapi tujuan itu bersifat khusus bagi tiap – tiap kelompok.2. Kelompok Persahabatan (Friendship Group)
Banyak kelompok dibentuk karena para anggotanya mempunyai sesuatu kesamaan, misalnya usia, kepercayaan politis, atau latar belakang etnis. Kelompok persahabatan ini seringkali melebarkan interaksi dan komunikasi mereka sampai pada kegiatan diluar pekerjaan.
Tahap – Tahap Perkembangan Kelompok
Kelompok biasanya berkembang melalui sebuah urutan terstandar dalam evolusi. Model lima tahap perkembangan kelompok ( five – stage group – development model ) menyebutkan karekteristik tahapan
64
perkembangan kelompok dalam lima tahap yang berbeda, diantaranya:
1. Tahap Pembentukan ( forming ) , memiliki karakteristik besarnya ketidakpastian atas tujuan, struktur, dan kepimimpinan kelompok tersebut. Para anggotanya “ menguji kedalaman air ” untuk menentukan jenis – jenis perilaku yang dapat diterima. Tahap ini selesai ketika para anggotanya mulai menganggap diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
2. Tahap Timbulnya konflik ( storming stage ) adalah satu dari konflik intrakelompok. Para anggotanya menerima keberadaan kelompok tersebut, tetapi terdapat penolakan terhadap batasan – batasan yang diterapkan kelompok terhadap setiap individu. Ketika tahap ini selesai, terdapat sebuah hierarki yang relatif jelas atas kepemimpinan dalam kelompok tersebut.
3. Tahap Normalisasi ( norming stage ) adalah tahap di mana hubungan yang dekat terbentuk dan kelompok tersebut menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terbentuk sebuah rasa yang kuat akan identitas kelompok dan persahabatan. Tahap ini selesai ketika struktur kelompok tersebut menjadi solid dan kelompok telah mengasimilasi serangkaian ekspektasiumum definisi yang benar atas perilaku organisasi.
65
4. Tahap Berkinerja ( performing ) adalah tahap di mana struktur telah sepehunya fungsional dan diterima. Energi kelompok telah berpindah dari saling mengenal dan memahami menjadi mengerjakan tugas yang ada.
5. Tahap Pembubaran ( adjourning stage ). Dalam tahap ini, kelompok tersebut mempersiapkan diri untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi menjadi prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian diarahkan untuk menyelesaikan aktivitas – aktivitas.
Hal-hal mengenai Kelompok:
1. PeranIstilah ini dimaksudkan sebagai serangkaian pola
perilaku yang dikaitkan erat dengan seseorang yang menempati sebuah posisi tertentu dalam sebuah unit sosial.2. Norma
Norma adalah standar-standar perilaku yang dapat diterima dalam sebuah kelompok yang dianut oleh para anggota kelompok. Norma memberi tahu apa yang harus dan tidak harus dilakukan di bawah keadaan-keadaan tertentu.
3. Status
66
Status adalah sebuah posisi atau pangkat yang
didefinisikan secara sosial yang diberikan kepada
kelompok atau anggota kelompok oleh orang lain-
meresap dalam setiap masyarakat.
4. Ukuran
Salah satu penemuan paling penting yang
berhubungan dengan ukuran sebuah kelompok telah
diberi label kemalasan sosial (social loafing). Kemalasan
sosial adalah sebuah kecenderungan para individu untuk
mengeluarkan usaha yang lebih sedikit ketika bekerja
secara kolektif daripada ketika bekerja secara individual.
5. Kekohesifan
Kelompok-kelompok berbeda dalam kekohesifan
mereka, yaitu, tingkat di mana para anggotanya saling
tertarik dan termotivasi untuk tinggal dalam kelompok
tersebut. Misalnya, beberapa kelompok kerja menjadi
kohesif karena para anggotanya telah menghabiskan
banyak waktu bersama, atau ukuran kelompok yang
kecil memfasilitasi adanya interaksi yang tinggi, atau
kelompok tersebut telah mengalami ancaman-ancaman
eksternal yang menjadikan mereka lebih dekat.
Mengubah individu menjadi pemain tim
67
1. Tantangan
Penghalang besar dalam menggunakan tim kerja adalah
penolakan individual. Sukses seorang karyawan tidak
lagi didefinisikan dalam kinerja individu.untuk
berkinerja baik sebagai anggota tim, individu-individu
harus mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur,
menghadapi perbedaan-perbedaan dan memecahkan
konflik-konflik, serta menghaluskan tujuan pribadi untuk
kebaikan tim.
2. Membentuk pemain tim
Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengubah individu menjadi pemain tim:
a. Seleksi
Beberapa orang telah memiliki keterampilan
antar pribadi untuk menjadi pemain tim yang efektif.
Ketika mempekerjakan anggota tim, disamping
keterampilan teknis yang diperlukan untuk mengisi
pekerjaan itu, harus dipastikan pula bahwa calon dapat
memenuhi peran tim mereka maupun persyaratan teknis.
Banyak calon yang melamar pekerjaan tidak mempunyai
keterampilan tim. Bila menghadapi calon semacam ini,
68
pada dasarnya para manajer atau pimpinan mempunyai
tiga pilihan :
· Calon dapat menjalani pelatihan untuk
membuat mereka menjadi pemain tim.
· Mentransfer individu itu ke unit lain didalam
organisasi tanpa tim.
· Tidak mempekerjakan calon itu.
b. Pelatihan
Sebagian besar orang yang dibesarkan pada
lingkungan yang mementingkan prestasi individual dapat
dilatih untuk menjadi pemaian tim. Spesialis pelatihan
menjalankan latihan-latihan yang memungkinkan
karyawan untuk mengalami kepuasan yang dapat
diberikan oleh kerja tim.
c. Ganjaran
Sistem ganjaran perlu diperbaiki untuk
mendorong upaya kooperatif bukannya kompetitif.
Promosi, kenaikan upah dan bentuk-bentuk pengakuan
lain hendaknya diberikan kepada individu untuk
keefektifan mereka sebagai seorang anggota tim yang
kolaboratif.
69
3. Tim dan keanekaragaman angkatan kerjaMengelola keanekaragaman pada tim adalah
suatu tindakan yang menyeimbangkan. Keanekaragaman memberikan perspektif segar mengenai isu-isu, tetapi hal itu membuat lebih sukar untuk mempersatukan tim dan mencapai kesepakatan.
4. Menyegarkan kembali Tim DewasaTim yang berkinerja baik, pada suatu waktu
bukanlah jaminan akan terus demikian, tim yang efektif dapat saja menjadi macet atau mengalami penurunan. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menyegarkan kembali tim yang mengalami kejenuhan dan penurunan kinerja adalah :a. Siapkan anggota untuk menangani masalah kematangan atau kedewasaan. Hendaknya mereka tidak
70
kehilangan semangat atau kepercayaan akan konsep tim ketika konflik-konflik muncul kepermukaan.b. Tawarkan pelatihan penyegaran ulang. Bila tim mulai macat, mungkin membantu untuk memberi mereka pelatihan penyegaran dalam komunikasi, pemecahan konflik, proses tim, dan keterampilan serupa. Ini dapat membantu anggota untuk memperoleh kembali kepercayaan dan keyakinan akan satu sama lain.c. Tawarkan pelatihan lanjutan. Keterampilan yang berhasil untuk masalah mudah bisa tidak cukup untuk masalah yang lebih sukar. Jadi tim dewasa sering dapat mengambil manfaat dari pelatihan lanjutan untuk membantu anggota mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, antar- pribadi dan teknis yang lebih kuat.d. Dorong tim untuk memperlakukan pengembangan mereka sebagai suatu pengalaman belajar yang terus menerus. Seperti TQM, tim hendaknya mendekatkan pengembangan mereka sendiri sebagai bagian dari pencarian perbaikan yang terus menerus.
BAB VI
71
Komunikasi
Pengertian
Pemecahan masalah dalam kelompok, organisasi, dan komunitas merupakan proses kreatif tiga arah dari (1) mengumpulkan informasi dari para ahli, (2) menguji informasi itu dalam pengalaman sehari-hari, dan (3) membangun solusi integratif yang mempertemukan berbagai kepentingan daripada mempertentangkan kepentingan-kepentingan yang ada.
Pengaruh besar lainnya dalam teori-teori yang ada sekarang adalah gerakan diskusi kelompok dalam kajian mengenai percakapan. Sumber ketiga dalam teori komunikasi kelompok telah menjadi bagian penelitian dinamika kelompok psikologi sosial. Penelitian beberapa tahun terakhir selalu mengikuti model input-process-output.
MODEL INPUT-PROSES-OUTPUT
72
Model Organisasi Umum
Model ini menangkap tema besar dalam penelitian mengenai tugas kelompok. Tugas kelompok dibenturkan dengan dua tipe masalah, hambatan tugas dan antarpersonal. Hambatan tugas (task obstacle) merupakan kesulitan yang ditemukan oleh kelompok ketika menyelesaikan tugas, seperti perencanaan suatu peristiwa atau menyetujui kebijakan. Hambatan antarpribadi (interpersonal) menyeruak ketika dua orang atau lebih bekerja sama mengatasi masalah.
Ketika tugas dan pekerjaan antarpribadi terintegrasi secara efektif, maka dampak pertemuan terjadi di mana solusi kelompok atau produk memosisikan sebagai superior terhadap individu dalam kelompok.Penghargaan kelompok bisa positif atau negatIf. Pencapaian tujuan yang sukses biasanya memberikan dampak positif kepada anggota kelompok.
Tradisi Fungsional
Komunikasi melakukan berbagai hal atau fungsi dalam berbagai cara untuk determining hasil kelompok. Ini berarti ada pembagian informasi, ini cara anggota kelompok mengeksplorasi dan mengidentifikasi kesalahan dalam berpikir, dan ini merupakan alat untuk melakukan persuasi.
73
Proses pemecahan masalah memiliki enam langkah: (1) mengekspresikan kesulitan, (2) mendefinisikan masalah, (3) menganalisa masalah, (4) menyarankan solusi, (5) membandingkan dan menguji alternatif dengan serangkaian tujuan-tujuan dan kriteria, serta (6) mengimplementasikan solusi terbaik.
Teori Fungsi Umum. Kelompok umumnya dimulai dengan mengidentifikasi dan assessing masalah. Selanjutnya, kelompok mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang masalah. Kelompok menghasilkan berbagai pengajuan alternatif untuk menyelesaikan masalah dan mendiskusikan tujuan-tujuan yang diharapkan untuk mencapai dan memecahkannya. Faktor yang berkontribusi dalam keputusan yang salah sangat mudah disimpulkan dari proses pembuatan keputusan ini. Pertama, penaksiran yang tidak tepat terhadap masalah, yang berasal dari analisis tidak memadai atau tidak akurat terhadap situasi.
Teori Kerjasama Groupthink Janis. Irving Janis meneliti beberapa detail mengenai kecukupan dalam keputusan kelompok. Dengan penekanan pada cara berpikir kritis, dia menunjukkan bagaimana kondisi tertentu dapat menyebabkan kepuasan kelompok
74
yang tinggi tetapi hasilnya tidak efektif. Groupthink adalah akibat langsung dari kekompakan dalam kelompok.
Dalam kondisi kekompakan rendah, faktor-faktor tertentu dapat mencegah ilusi kebulatan suara. Groupthink dapat memiliki enam hasil negatif:
1. Kelompok membatasi pembahasan hanya pada beberapa alternatif tanpa mempertimbangkan berbagai kemungkinan kreatif.
2. Posisi awal yang disukai oleh sebagian besar anggota tidak pernah dikaji ulang untuk setidaknya mencari kesukaran yang kurang jelas.
3. Kelompok gagal menguji kembali alternatif-alternatif yang awalnya disukai oleh mayoritas.
4. Pendapat ahli tidak dicari.
5. Kelompok sangat selektif dalam mengumpulkan dan menyajikan informasi yang tersedia.
6. Kelompok sangat percaya diri pada ide-ide mereka bahwa ide-ide itu yang tidak mempertimbangkan rencana kontingensi .
Janis berpendapat bahwa kelompok-kelompok pengambilan keputusan harus mengenali bahaya
75
groupthink dan menyarankan langkah-langkah untuk mencegahnya:
1. Mendorong semua orang mengevaluasi secara kritis dan menyatakan keberatan setiap kali mereka datang.
2. Tidak memiliki negara pemimpin preferensi di depan.
3. Mengatur beberapa pembuatan kebijakan kelompok yang independen dan terpisah.
4. Membagi menjadi subkelompok .
5. Mengundang orang luar ke dalam kelompok untuk membawa ide-ide segar.
6. Menetapkan individu pada setiap pertemuan menjadi advokat setan.
7. Menghabiskan cukup waktu untuk melakukan survei dan memberi sinyal peringatan.
8. Mengadakan pertemuan kesempatan kedua untuk mempertimbangkan kembali keputusan sebelum melakukan finalisasi.
Tradisi Interaksional
Hasil kelompok tergantung secara besar pada sifat interaksi di kelompok. Dua teori interaksi
76
kelompok. Pertama, standar klasik, Interaksi proses analisis Robert Bales. Modifikasi kedua dari gagasan Bales terkait dengan interaksi dan membawanya ke arah yang berbeda.
Ada dua kelas umum terkait perilaku komunikasi. Pertama, sosioemosional yang ditunjukkan oleh tindakan-tindakan positif dan negatif seperti keramahan, menunjukkan ketegangan, dan mendramatisir. Kedua adalah perilaku tugas yang ditunjukkan melalui saran, pendapat, dan informasi.
Dua jenis pemimpin yang berebda. Pemimpin tugas yang memfasilitasi dan mengoordinasikan komentar-komentar yang berhubungan dengan tugas, mengarahkan energi ke arah penyelesaian pekerjaan. Sama pentingnya adalah pemimpin sosioemosional, yang bekerja untuk meningkatkan hubungan dalam kelompok, berkonsentrasi pada interaksi dalam faktor-faktor positif dan negatif. Bales telah menunjukkan bagaimana persepsi terhadap posisi individu dalam kelompok adalah fungsi dari tiga dimensi. Ini termasuk (1) dominan versus tunduk, (2) persahabatan versus tidak ramah, dan ( 3 ) instrumen versus emosional.
Perspektif Strukturasi
Strukturasi adalah proses di mana individu membuat tidak diinginkan konsekuensi yang kemudian membatasi tindakan masa depan mereka sendiri. Teori ini
77
mengajarkan bahwa pembuatan keputusan kelompok merupakan proses di mana anggota kelompok mencoba mencapai konvergensi atau perjanjian pada keputusan akhir dan begitupula struktur sistem sosial mereka. Tiga unsur tindakan, yaitu interpretasi, moralitas, dan kekuasaan, memengaruhi bagaimana kelompok bekerja. Interpretasi dimungkinkan melalui bahasa, Moralitas berdiri melalui norma kelompok, dan kekuasaan dicapai melalui struktur kekuasaan interpersonal yang muncul dalam kelompok.
Faktor-faktor dari luar selalu memengaruhi tindakan kelompok. Salah satu faktor yang paling penting adalah tipe tugas-tugas apa yang sudah diberikan oleh kelompok-untuk membuat aturan tertentu yang sesuai dan aturan lainnya mengenai ketidakpantasan. Selanjutnya, kita bertindak terhadap orang lain dengan cara yang mencerminkan pandangan kita terhadap posisi mereka dalam kelompok serta pada waktu berkenaan dnegan definisi kelompok mengenai setiap orang dan kelompok secara keseluruhan.
78
BAB VII
Kepemimpinan
Pengertian
Fungsi kepemimpinan dalam suatu organisasi, tidak dapat dibantah merupakan suatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Sebagaimana diungkapkan Wahjosumidjo (1992: 171), kepemimpinan mempunyai peranan sentral dalam kehidupan organisasi, dimana terjadi interaksi kerjasama antar dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan. Bahkan beberapa pakar mengasosiasikan kegagalan ataupun keberhasilan suatu organisasi dengan pemimpinnya.
Dengan kata lain, perilaku pemimpin, baik yang bersumber dari personalitas pemimpin itu sendiri, karena dorongan kebutuhan pribadi pemimpin, maupun karena adanya ketidakcocokan antara tujuan organisasi dengan
79
motivasi pemimpin, mempunyai hubungan yang erat dengan berbagai macam tingkat produktivitas dan moral organisasi (Trimo, 1984: vii). Atau mengutip pendapat Jauch dan Glueck (1996: 384), pemimpin yang efektif merupakan komponen utama untuk memungkinkan kebijakan dijalankan sebagaimana yang telah direncanakan.
Teori, Gaya atau Tipe Pemimpin
Ditengah-tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya perilaku staf / individu yang berbeda-beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi – penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan situational leadership, sebagaimana telah disinggung diatas. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni:
1. Kemampuan analitis (analytical skills), yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
2. Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills), yaitu kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap siatuasi.
80
3. Kemampuan berkomunikasi (communication skills), yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang Anda terapkan.
Ketiga kemampuan diatas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran pengolah informasi (information processing), serta peran pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996: 314-315). Peran pertama meliputi meliputi peran figurehead (sebagai simbol dari organisasi), leader (berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya), dan liaison (menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan organisasi).
Kekuasaan: Sumber-Sumber dan Bentuknya
Konsep kekuasaan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan konsep kepemimpinan. Artinya, dalam implementasi fungsi kepemimpinan, biasanya selalu melekat adanya kekuasaan. Dengan kata lain, kekuasaan bagi seorang pimpinan merupakan alat untuk mempengaruhi perilaku, sikap atau pemikiran (partisipasi) para pengikutnya.
Kekuasaan dapat dirumuskan adanya 6 bentuk kekuasaan yaitu kekuasaan paksaan, kekuasaan
81
legitimasi, kekuasaan keahlian, kekuasaan penghargaan, kekuasaan referensi, serta kekuasaan informasi, yaitu:
- Kekuasaan paksaan (Coercive Power). Kekuasaan ini berdasarkan atas rasa takut. Dengan demikian sumber kekuasaan diperoleh dari rasa takut. Pemimpin yang mempunyai kekuasaan jenis ini mempunyai kemampuan untuk mengenakan hukuman, dampratan, atau pemecatan.
- Kekuasaan legitimasi (Legitimate Power). Kekuasaan ini bersumber pada jabatan yang dipegang oleh pemimpin. Secara normal, semakin tinggi posisi seorang pemimpin, maka semakin besar kekuasaan legitimasinya. Seorang pemimpin yang tinggi kekuasaan legitimasinya mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi orang lain, karena pemimpin tersebut merasakan bahwa ia mempunyai hak atau wewenang yang diperoleh dari jabatan dalam organisasinya. Sehingga dengan demikian diharapkan saran-sarannya akan banyak diikuti oleh orang lain tersebut.
- Kekuasaan keahlian (Expert Power). Kekuasaan ini bersumber dari keahlian kecakapan, atau pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang diwujudkan lewat rasa hormat, dan pengaruhnya terhadap orang lain. Seorang pemimpin yang tinggi kekuasaan keahliannya
82
ini, kelihatannya mempunyai keahlian untuk memberikan fasilitas terhadap perilaku kerja orang lain.
- Kekuasaan Penghargaan (Reward Power). Kekuasaan ini bersumber atas kemampuan untuk menyediakan penghargaan atau hadiah bagi orang lain, seperti misalnya gaji, promosi, atau penghargaan jasa.
- Kekuasaan Referensi (Referent Power). Kekuasaan ini bersumber pada sifat-sifat pribadi dari seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang tinggi kekuasaan referensinya ini pada umumnya disenangi dan dikagumi oleh orang lain karena kepribadiannya.
- Kekuasaan informasi (Information Power) adalah kekuasaan yang bersumber karena adanya akses informasi yang dimiliki oleh pemimpin yang dinilai sangat berharga oleh pengikutnya. Sebagai seorang pemimpin, semua informasi mengenai organisasinya ada padanya, termasuk informasi yang datang dari luar organisasi. Dengan demikian, pimpinan merupakan sumber informasi.
83
BAB VIII
Konflik
Pengertian
Konflik adalah suatu bentuk hubungan interaksi seseorang dengan orang lain atau suatu kelompok dengan kelompok lain, dimana masing-masing pihak secara sadar, berkemauan, berpeluang dan berkemampuan saling melakukan tindakan untuk mempertentangkan suatu isu yang diangkat dan dipermasalahkan antara yang satu dengan yang lain berdasarkan alasan tertentu.
Jenis-jenis Konflik
Ada lima jenis konflik yaitu konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi.
84
Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflikseseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orangyang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai
85
contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.
Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama
Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasiorganisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok.
Faktor Penyebab Konflik
Dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Dalam faktor intern dapat disebutkan beberapa hal :
1. Kemantapan organisasi
Organisasi yang telah mantap lebih mampu menyesuaikan diri sehingga tidak mudah terlibat konflik dan mampu menyelesaikannya. Analoginya dalah seseorang yang matang mempunyai pandangan hidup luas, mengenal dan menghargai perbedaan nilai dan lain-lain.
86
2. Sistem nilai
Sistem nilai suatu organisasi ialah sekumpulan batasan yang meliputi landasan maksud dan cara berinteraksi suatu organisasi, apakah sesuatu itu baik, buruk, salah atau benar.
3. Tujuan
Tujuan suatu organisasi dapat menjadi dasar tingkah laku organisasi itu serta para anggotanya.
4. Sistem lain dalam organisasi
Seperti sistem komunikasi, sistem kepemimpinan, sistem pengambilan keputusan, sisitem imbalan dan lain-lain. Dlam hal sistem komunikasi misalnya ternyata persepsi dan penyampaian pesan bukanlah soal yang mudah.
Sedangkan faktor ekstern meliputi :
1. Keterbatasan sumber daya
Kelangkaan suatu hal yang dapat menumbuhkan persaingan dan seterusnya dapat berakhir menjadi konflik.
2. Kekaburan aturan/norma di masyarakat
87
Hal ini memperbesar peluang perbedaan persepsi dan pola bertindak.
3. Derajat ketergantungan dengan pihak lain
Semakin tergantung satu pihak dengan pihak lain semakin mudah konflik terjadi.
4. Pola interaksi dengan pihak lain
Pola yang bebas memudahkan pemamparan dengan nilai-nilai ain sedangkan pola tertutup menimbulkan sikap kabur dan kesulitan penyesuaian diri.
Konflik antara organisasi
Contoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan persaingan.Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.
Penanganan Konflik
Untuk menangani konflik dengan efektif, kita harus mengetahui kemampuan diri sendiri dan juga pihak-
88
pihak yang mempunyai konflik. Ada beberapa cara untuk menangani konflik antara lain :
Introspeksi diri
Bagaiman kita biasanya menghadapi konflik ? Gaya pa yang biasanya digunakan? Apa saja yang menjadi dasar dan persepsi kita. Hal ini penting untuk dilakukan sehingga kita dapat mengukur kekuatan kita.
Mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat.
Sangat penting bagi kita untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat. Kita dapat mengidentifikasi kepentingan apa saja yang mereka miliki, bagaimana nilai dan sikap mereka atas konflik tersebut dan apa perasaan mereka atas terjadinya konflik. Kesempatan kita untuk sukses dalam menangani konflik semakin besar jika kita meliha konflik yang terjadi dari semua sudut pandang.
Identifikasi sumber konflik
Seperti dituliskan di atas, konflik tidak muncul begitu saja. Sumber konflik sebaiknya dapat teridentifikasi sehingga sasaran penanganannya lebih terarah kepada sebab konflik.
89
Mengetahui pilihan penyelesaian atau penanganan konflik yang ada dan memilih yang tepat.
90
BAB IX
Negosiasi
Pengertian
Negosiasi adalah proses untuk mendapatkan persetujuan antara dua belah pihak atau lebih untuk mendapatkan keuntungan diantara keduanya. Menurut kamus Oxford, negosiasi adalah suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan melalui diskusi formal.
Tujuan Negosiasi
Tujuan negosiasi adalah untuk mengurangi perbedaan posisi setiap pihak dan mencari butir-butir yang sama
91
sehingga akhirnya kesepakatan dapat dibuat dan diterima bersama.
Syarat-Syarat Terwujudnya Negosiasi
Bertujuan membuat kesepakatan. Memberikan alasan mengapa harus ada
kesepakatan dari masing-masing pihak. Membandingkan bebrapa pilihan. Mengevaluasi kekuatan dan komitmen bersama. Menetapkan dan menegaskan kembali tujuan
negosiasi.
Strategi Negosiasi
Didalam bernegosisasi terdapat bentuk – bentuk perundingan, kondisi bagaimana negosiasi itu berlangsung. Terkadang negosiasi memberikan keuntungan kedua belah pihak terkadang ada satu pihak yang harus menerima keuntungan yang lebih kecil.
Tawar menawar distributif
Perundingan / negosiasi yang bertujuan untuk membagi sejumlah sumber daya yang ada; suatu situasi kalah – menang. Contoh : Seorang pedagang yang bersikeras menjual barang daganganya dengan harga tinggi kepada pembeli yang juga keras ingin membeli barangnya dengan harga murah.
Pihak Ketiga Dalam Negosiasi
92
1. Mediator
pihak ketiga yang berfungsi memberikan alasan, bujukan dan saran alternatif penyelesaian
2. Arbitrator
pihak ketiga yang memiliki otoritas menentukan persetujuan
3. Konsiliator
pihak ketiga yang sekedar memberikan jalur komunikasi negosiator – lawan
4. Konsultan
93
pihak ketiga yang memberikan pemecahan masalah dengan memberikan analisa-analisa
Hubungan Antar Kelompok
Interdependence
tingkat ketergantungan mempengaruhi hubungan antar kelompok
Pooled interdependence
tiap kelompok relatif memiliki ketergantungan dan mampu mengkombinasi output yang dihasilkan
Sequential interdependence
satu kelompok memiliki ketergantungan terhadap kelompok yang lain
Reciprocal interdependence
kedua kelompok saling tergantung satu sama yang lain.
Task uncertainty
ketidakjelasan terhadap tugas akan tinggi, terutama bukan tugas rutin (banyak variasi)
Tugas ini butuh banyak masukan, dikerjakan bersama dengan kelompok akan membantu
94
Time and goal orientation
kelompok-kelompok yang memiliki orientasi berbeda tidak dapat saling bekerja sama.
BAB X
Struktur dan
95
Rancangan Organisasi
Definisi Organisasi
Organisasi adalah susunan dan aturan dari berbagai-bagai bagian (orang dsb) sehingga merupakan kesatuan yang teratur. (W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia)
Organisasi adalah sistem sosial yang memiliki identitas kolektif yang tegas, daftar anggota yang terperinci, program kegiatan yang jelas, dan prosedur pergantian anggota.
Menurut Stoner, organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
Menurut James D. Mooney, organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Chester I. Bernard, organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon – alat) adalah suatu kelompok orang yang memiliki tujuan yang sama. Baik dalam penggunaan sehari-hari maupun ilmiah, istilah ini digunakan dengan banyak cara.
96
Definisi Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi , maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas weqwenang dan tanggung jawab yang berbeda- beda dalam organisasi.
Skema Organisasi
Dalam Organisasi terdapat bagian – bagian yang memiliki tanggung jawab masing – masing mencapai tujuan bersama. Berikut adalah contoh dari susunan struktur organisai.
97
Struktur Organisasi Fungsional dan Produk
Perancangan bentuk organisasi: membagi tugas-tugas, menetapkan hirarki, hubungan vertikal & horizontal berbeda sesuai aliran:
• Klasik:
–Pembagian & pengelompokan tugas sesuai fungsi, koordinasi vertikal melalui peraturan, rencana, hirarki.
• Modern:
–Pembagian dan pengelompokan tugas dalam self-contained units, koordinasi vertikal dan horisontal, muncul Struktur Fungsional dan Produk.
Struktur Organisasi Fungsional
98
Organisasi terbagi menurut fungsi-fungsi. Empat fungsi Organisasi: R&D, Finance, Manufacturing, dan Marketing bekerja sama membuat dan menjual tiga jenis produk (Produk A, B & C).
Stuktur Organisasi Produk
Organisasi terbagi menurut jenis produk.Setiap Divisi hanya membuat 1 jenis Produk tetapi mempunyai ke-empat fungsi: R&D, Finance, Manufacturing, dan Marketing, secara lengkap
Struktur Organisasi yang Diseuaikan
99
Struktur Geografis
Organisasi dengan daerah operasi yang luas sering tidak dapat dikoordinasikan dari kantor pusat, & tiap daerah berbeda sifatnya. Setiap unit yang menangani suatu daerah tertentu mempunyai seluruh fungsi yang dibutuhkan secara lengkap.
Struktur Campuran (Hibrid):
Gabungan Fungsional-produk: struktur produk memiliki secara lengkap fungsi-fungsi yang dibutuhkan, tetapi beberapa fungsi lainnya tetap dikuasai pusat perusahaan. Fungsi yang tidak didesentralisasi : memerlukan efisiensi dan keahlian fungsional
BAB XI
100
Organisasi Formal dan Informal
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
Ciri-ciri Organisasi Formal
1. Suatu organisasi terdiri dari hubungan-hubungan yang ditetapkan antara jabatan-jabatan.
2.Tujuan atau rencana organisasi terbagi kedalam tugas-tugas.
3.Kewenangan untuk melaksanakan kewajiban diberikan kepada jabatan.
4.Garis-garis kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan hierarkis.
5.Suatu sistem aturan dan regulasi yang umum tetapi tegas, yang ditetapkan secara formal, mengatur tindakan-tindakan dan fungsi-fungsi jabatan dalam organisasi.
Model Organisasi Formal
101
Model Tradisional
Dirancang terutama untuk lingkungan yang stabil dan pengubahan yang terjadi di dalamnya dapat diperkirakan.
Cenderung tidak efisien dalam lingkungan yang sangat bergejolak.
Pada model ini terdapat beberapa tingkatan yaitu :
Manajemen Puncak, pelaksananya adalah Direktur Pelaksana dan Manajer Umum.
Manajemen Menengah, pelaksananya adalah Manajer Departemen Fungsional/ Divisi dan Kepala Bagian.
Manajemen Lini pertama, pelaksananya adalah penyelia/ Supervisor/ Mandor/ Kepala Tukang dan Pengawas Tingkat pertama.
Karyawan Operasional.
Model Hubungan Manusiawi
Model hubungan manusiawi lebih mengusulkan bermacam-macam penyesuaian, teknik-teknik, dan perilaku-perilaku struktur offline:
Kepemimpinannya dapat mengurangi friksi- friksi di antara orang-orang dan jabatan – jabatan mereka dalam organisasi, serta menghubungkan
102
kerja sama yang baik antar para anggota organisasi.
Menyarankan manajer memanfaatkan organisasi informal dalam departemennya.
Ditunjukkan sejumlah teknik atau program yang biasanya di bawah yurisdiksi kewenangan departemen personalia.
Model Sumber Daya Manusia
Implikasi model sumber daya manusia pada struktur organisasi, walaupun abstrak adalah jelas. Model ini berpendapat bahwa pada hakekatnya manusia mempunyai kemampuan untuk mempelajari pengarahan dan pengendalian diri lebih kreatif dari pada pekerjaannya sekarang, dan bahwa tugas manajer adalah menciptakan suatu lingkungan di mana mereka dapat meningkatkan sumbangan kapasitasnya pada organisasi.Konsep model sumber daya manusia mencoba memaksimumkan fleksibilitas baik di dalam maupun di antara posisi – posisi yang berinteraksi.
Organisasi Informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak sd, kemping ke gunung pangrango rame-rame dengan teman, dan lain-lain.
103
Perbedaan Organisasi Formal dan Informal
Hubungan-hubungan antar pribadi. Hubungan-hubungan antar pribadi didalam organisasi formal digambarkan jelas, sedangkan dalam organisasi informal tergantung pada kebutuhan-kebutuhan mereka.
Kepemimpinan. Para pemimpin dirancang dan ditentukan dalam formal serta muncul dan dipilih dalam informal.
Pengendalian perilaku. Organisasi formal mengendalikan perilaku karyawan melalui penghargaan dan hukuman, sedangkan kelompok informal mengendalikan para anggota dengan pemenuhan kebutuhan.
Ketergantungan. Karena kapasitas pemimpin formal terletak pada penghargaan dan hukuman, bawahan-bawahan lebih tergantung dari pada para anggota suatu kelompok informal.
BAB XII
Kebijakan SDM
104
Pengertian Summber Daya Manusia
Secara umum, pengertian sumber daya manusia dapat dibagi menjadi dua, yakni sumber daya manusia secara makro dan mikro. Pengertian sumber daya manusia makro adalah jumlah penduduk usia produktif yang ada di sebuah negara, sedangkan pengertian sumber daya manusia mikro lebih mengerucut pada individu yang bekerja pada sebuah institusi.
Sementara itu, pengertian sumber daya manusia menurut para ahli memiliki arti yang lebih beragam. Menurut Malayu Hasibuan, sumber daya manusia merupakan kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Kemampuan sumber daya manusia tidak dapat dilihat dari satu sisi saja, namun
105
harus mencangkup keseluruhan dari daya pikir dan juga daya fisiknya.
Tujuan Manajemen SDM
1. Tujuan Organisasi Membantu organisasi mencapai tujuannya.
2. Tujuan Fungsional Mempekerjakan staff sesuai keahlian dan
kemampuannya dengan efisien. Menyediakan pekerja yang terlatih dan
bermotivasi untuk kepentingan organisasi. Mengkomunikasikan kebijakan dept SDM
kepada semua pekerja. Membantu menjaga dan memelihara moral-
etika pegawai.
3. Tujuan individu Menjaga dan meningkatkan kepuasan kerja
dan aktualisasi diri. Mengembangkan dan memelihara kualitas
kehidupan kerja.
4. Tujuan Masyarakat Memfasilitasi perubahan yang berguna bagi
individu,kelompok, perusahaan, public.
106
Alur Manajemen SDM
Teknik Memotivasi
107
1. Job Enlargement
Pendekatan ini berangkat dari asumsi bahwa waktu siklus yang pendek, dan pekerjaan yang monoton akan membuat pekerja cepat merasa bosan, yang akan berakibat pada rendahnya produktivitas.
2. Job Rotation
108
Pendekatan inipun bertujuan untuk menghindari tumbuhnya rasa bosan dalam diri pekerja.Cara yang ditempuh adalah melakukan perputaran (rotasi) kerja.Teknik memotivasi ini terkait dengan pengelolaan fungsi SDM yaitu Placement / Kebijakan Karir.
Pelatihan dan Pengembangan
Pelatihan adalah usaha yang diaktifkan oleh organisasi untuk membantu perkembangan pembelajaran antar anggota. Cenderung dipusatkan dan diorientasikan kearah pencapaian jangka pendek.
Pengembangan adalah saha yang diorientasikan kearah yang lebih luas pada ketrampilan individu untuk tanggung jawabnya dimasa depan.
Tujuan Pelatihan
Meningkatkkan kuantitas output Meningkatkan kualitas output Menurunkan biaya limbah dan perawatan Menurunkan jumlah dan biaya terjadinya kecelakaan Menurunkan turnover, ketidakhadiran kerja Meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja Mencegah timbulnya antipati karyawan Menekan kejenuhan kerja
DAFTAR PUSTAKA
109
herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id/files/2009/04/
herwandefinisi.doc perilaku organisasi adalah
http://perilakuorganisasi.com/perilaku-organisasi-
po.html
lista.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/26568/
Perilaku+Individu+dan+Pengaruhnya+terhadap+organis
asi.pdf dasar perilaku individu
https://www.academia.edu/5126349/Kelompok_2_-
_Dasar-dasar_Perilaku_Individu
https://www.academia.edu/10169745/
Makalah_Perilaku_Organisasi_Persepsi
https://www.scribd.com/doc/231226356/Makalah-Nilai-
Sikap-Kepuasan-Kerja#download
http://www.edi.my.id/2014/09/perilaku-organisasi-
motivasi.html
https://lorentfebrian.wordpress.com/definisi-organisasi-
macam-macam-organisasi/
Sumber: Stephen Robbins-Timothy A. Judge. Perilaku
Organisasi. Edisi 12. Salemba Empat: Jakarta
110
Dharma, Agus, Gaya Kepemimpinan yang Efektif Bagi
Para Manajer, Bandung: Sinar Baru, 1984
Luthans F. Organizational Behavior, Mc Graw Hill,
Singapore, 1981
Miftah Thoha. Kepemimpinan dalam Manajemen.
PT.Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1993.
Munandar AS. Manajemen Konflik dalam Organisasi ,
dalam Seminar Strategi
Pengendalian Konflik dalam Organisasi, Fakultas
Psikologi Universitas
Indonesia, Jakarta, 987
Robbins, SP. Organizational Behaviour, Prentice Hall,
Siding, 1979.
Winardi. Manajemen Konflik (Konflik Perubhan dan
Pengembangan), Mandar
Maju, 1994
111