PERENDAMAN GIGI DENGAN EKSTRAK APEL (Malus · PDF fileA. Latar Belakang ... Bahan yang...
Transcript of PERENDAMAN GIGI DENGAN EKSTRAK APEL (Malus · PDF fileA. Latar Belakang ... Bahan yang...
i
PERENDAMAN GIGI DENGAN EKSTRAK APEL (Malus sylvestris Mill)
VARIETAS ANNA KONSENTRASI 50% DAPAT MEMUTIHKAN
GIGI YANG TELAH DIRENDAM LARUTAN KOPI
Luh Putu Dianita Dewi
NPM : 10.8.03.81.41.1.5.050
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2014
ii
PERENDAMAN GIGI DENGAN EKSTRAK APEL (Malus sylvestris Mill)
VARIETAS ANNA KONSENTRASI 50% DAPAT MEMUTIHKAN
GIGI YANG TELAH DIRENDAM LARUTAN KOPI
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Oleh :
Luh Putu Dianita Dewi
NPM : 10.8.03.81.41.1.5.050
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing I
I Gst Agung Ayu Hartini, drg., M.Biomed
NPK : 826 595 208
Pembimbing II
I Gst Ngurah Bagus Tista, drg., M.Biomed
NPK : 826 595 205
iii
Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara
pembuatan skripsi dengan judul: “PERENDAMAN GIGI DENGAN EKSTRAK
APEL (Malus sylvestris Mill) VARIETAS ANNA KONSENTRASI 50% DAPAT
MEMUTIHKAN GIGI YANG TELAH DIRENDAM LARUTAN KOPI” yang
telah dipertanggungjawabkan oleh calon sarjana yang bersangkutan pada tanggal
21 Februari 2014.
Atas nama Tim Penguji Skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan.
Denpasar, 21 Februari 2014
Tim Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Ketua,
I Gst Agung Ayu Hartini, drg., M.Biomed
NPK. 826 595 208
Anggota : Tanda tangan
1. I Gst Ngurah Bagus Tista, drg., M.Biomed 1………………..
NPK. 826 595 205
2. Sumantri, drg., M.Kes. 2........................
NPK. 826 985 138
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Putu Ayu Mahendri Kusumawati, drg., M.Kes, FISID
NIP. 19590512 198903 2001
iv
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, karena berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “PERENDAMAN GIGI DENGAN EKSTRAK APEL (MALUS
SYLVESTRIS MILL) VARIETAS ANNA KONSENTRASI 50% DAPAT
MEMUTIHKAN GIGI YANG TELAH DIRENDAM LARUTAN KOPI” tepat
pada waktunya.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan penulis untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi (SKG) di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar. Skripsi ini juga merupakan kesempatan
berharga untuk dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah yang diharapkan penulis
sehingga bermanfaat di bidang kedokteran gigi.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan yang begitu
besar dari banyak pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih
yang tulus kepada:
1. Yth. I Gst Agung Ayu Hartini, drg., M.Biomed selaku dosen pembimbing I
dan penguji, atas segala upaya dan bantuan beliau dalam mengarahkan,
membimbing dan memberi petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
2. Yth. I Gst Ngurah Bagus Tista, drg., M.Biomed selaku dosen pembimbing II
dan penguji, atas segala bimbingan, petunjuk dan masukan dalam penyusunan
skripsi ini.
v
3. Yth. Sumantri, drg., M.Kes selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji
serta memberikan koreksi dan masukan kepada penulis.
4. Yth. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.
5. Staf Laboratorium Biopestisida Unud yang telah membantu melancarkan
proses penelitian hingga terselesaikan tepat waktu.
6. Orangtua serta keluarga yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan
materi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat waktu.
7. Sahabat-sahabat CRANTER 2010 yang selalu memberikan dukungan dan
semangat dalam menulis skripsi ini, serta seluruh pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan skripsi
ini, untuk itu penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan skripsi ini.
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi.
Denpasar, 21 Februari 2014
Penulis
vi
PERENDAMAN GIGI DENGAN EKSTRAK APEL (Malus sylvestris Mill)
VARIETAS ANNA KONSENTRASI 50% DAPAT MEMUTIHKAN
GIGI YANG TELAH DIRENDAM LARUTAN KOPI
Abstrak
Perubahan warna gigi disebabkan karena dua faktor yaitu intrinsik dan
ekstrinsik. Salah satu penyebab ekstrinsik perubahan warna gigi adalah konsumsi
kopi yang berlebihan. Cara untuk menanggulangi perubahan warna gigi yaitu
pemutihan gigi (bleaching) dengan bahan kimiawi maupun bahan alami.
Keuntungan penggunaan bahan alami antara lain lebih aman, murah dan mudah
diperoleh. Buah apel (Malus sylvestris Mill) merupakan salah satu bahan alami
yang mengandung asam malat, yaitu zat yang dapat memutihkan warna gigi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan warna gigi
dengan perendaman ekstrak apel (Malus sylvestris Mill) varietas Anna konsentrasi
50% selama 1 minggu dan 2 minggu pada gigi yang telah direndam larutan kopi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental murni
(true experiment) dengan metode pre and post test control group design. Jumlah
sampel sebanyak 30 gigi premolar rahang atas permanen yang terbagi menjadi 3
kelompok. Kelompok kontrol dengan perendaman saliva buatan selama 2 minggu,
kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II dengan perendaman ekstrak
apel konsentrasi 50% selama 1 minggu dan 2 minggu. Sampel gigi direndam
dalam larutan kopi terlebih dahulu selama 2 minggu sampai terjadi perubahan
warna kemudian direndam sesuai kelompok. Pengukuran perubahan warna gigi
menggunakan Shade Guide VITA Classsical.
Hasil uji Paired T-test menunjukkan adanya perubahan warna gigi yang
bermakna (p = 0,028) dengan perendaman ekstrak apel (Malus sylvestris Mill)
varietas Anna konsentrasi 50% selama 2 minggu. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah perendaman gigi dengan ekstrak apel (Malus sylvestris Mill) varietas Anna
konsentrasi 50% dapat memutihkan gigi yang telah direndam larutan kopi.
Kata kunci: Perubahan warna gigi, Ekstrak apel (Malus sylvestris Mill) varietas
Anna, Pemutihan gigi
vii
SOAKING TEETH WITH EXTRACT APPLES (Malus Sylvestris Mill)
VARIETIES ANNA CONCENTRATION OF 50% CAN WHITEN
TEETH THAT HAVE BEEN SOAKED IN A
SOLUTION OF COFFEE
Abstract
Tooth discoloration is caused due to two factors: intrinsic and extrinsic.
One cause of extrinsic tooth discoloration is excessive coffee consumption. How
to cope with changes in the color of the teeth whitening (bleaching) with
chemicals or natural ingredients. Advantages include the use of natural
ingredients are safer, cheaper and easier to obtain. Apple (Malus sylvestris Mill) is
one of the natural ingredients that contain malic acid, a substance that can whiten
teeth color. The purpose of this study was to determine the effect of tooth
discoloration by soaking extract apples (Malus sylvestris Mill) varieties Anna
concentration of 50% for 1 week and 2 weeks on teeth that have been soaked in a
solution of coffee.
This type of research is an experimental study of pure (true experiment) by
the method of pre and post test control group design. The total sample of 30
maxillary premolar permanent were divided into 3 groups. The control group with
artificial saliva immersion for 2 weeks, the treatment group I and group II treated
with apple extract immersion concentration of 50% for 1 week and 2 weeks.
Tooth samples soaked in a solution of coffee during the first 2 weeks until the
color changes, then soaked the appropriate group. Measurement of tooth
discoloration using Classsical VITA Shade Guide.
The results of Paired T-test showed a significant change in tooth color (p
= 0.028) with immersion extract apples (Malus sylvestris Mill) varieties Anna
concentration of 50% for 2 weeks. The conclusion of this study is to extract teeth
soaking apple (Malus sylvestris Mill) varieties Anna concentration of 50% can
whiten teeth that have been soaked in a solution of coffee.
Keywords: Discoloration of teeth, Extract apple (Malus sylvestris Mill) varieties
Anna, Teeth Whitening.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul…………… ................................................................................. i
Halaman Persetujuan Pembimbing……. ............................................................ ii
Halaman Persetujuan Penguji dan Pengesahan Dekan. ...................................... iii
Kata Pengantar……… ........................................................................................ iv
Abstrak ................................................................................................................ vi
Daftar Isi.............................................................................................................. viii
Daftar Tabel ........................................................................................................ xi
Daftar Gambar ..................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
A. Apel ......................................................................................................... 4
1. Sejarah Penyebaran Apel .................................................................... 4
2. Klasifikasi Tanaman Apel .................................................................. 4
3. Jenis Apel ........................................................................................... 5
4. Kandungan Buah Apel ....................................................................... 6
5. Morfologi dan Habitat Apel............................................................ ... 10
B. Perubahan Warna Gigi (Diskolorasi) ...................................................... 10
1. Pengertian Diskolorasi ........................................................................ 10
2. Klasifikasi Diskolorasi ....................................................................... 11
3. Penyebab Diskolorasi ......................................................................... 11
C. Pemutihan Gigi (Bleaching) .................................................................... 14
1. Pengertian dan Sejarah Bleaching ...................................................... 14
2. Teknik Bleaching ................................................................................ 15
D. Kopi................................................................................................... ...... 18
ix
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ......................................... 21
A. Kerangka Konsep................................................................................ .... 21
B. Hipotesis.............................................................................................. .... 22
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 23
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 23
B. Variabel Penelitian .................................................................................. 24
C. Sampel ..................................................................................................... 25
D. Definisi Operasional................................................................................ 26
E. Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 27
F. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 28
G. Kriteria Penelitian ................................................................................... 28
H. Prosedur Penelitian.................................................................................. 28
I. Alur Penelitian ........................................................................................ 31
J. Analisis Data...........................................................................................
32
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 33
A. Deskripsi Data ......................................................................................... 33
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................... 37
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 41
A. Simpulan ................................................................................................. 41
B. Saran ........................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 42
LAMPIRAN ........................................................................................................ 44
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Kandungan gizi buah apel…………… .................................................. 10
Tabel 4.1. Bahan yang digunakan untuk membuat saliva buatan..................... ...... 29
Tabel 5.1. Rerata skor warna gigi antar kelompok sebelum diberikan perlakuan .. 34
Tabel 5.2. Rerata skor warna gigi antar kelompok sebelum diberikan perlakuan .. 34
Tabel 5.3. Rerata skor warna gigi antar kelompok setelah diberikan perlakuan .... 35
Tabel 5.4. Rerata skor warna gigi antara sebelum dengan setelah perlakuan
setiap kelompok ...................................................................................... 35
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Apel (Malus sylvestris Mill) varietas Anna …………….............. 5
Gambar 2.2. Kopi cap kupu-kupu bola dunia ……............................................ 20
Gambar 3.1. Kerangka Konsep...........................................................................
21
Gambar 4.1. Rancangan Penelitian..................................................................... 23
Gambar 4.2. Alat yang digunakan dalam penelitian........................................... 27
Gambar 4.3. Bahan yang digunakan dalam penelitian........................................ 28
Gambar 4.4. Alur Penelitian................................................................................ 31
Gambar 5.1. Skor perubahan warna gigi pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan........................................................................ 36
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedokteran gigi adalah ilmu mengenai pencegahan dan perawatan penyakit
atau kelainan pada gigi dan mulut. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh
terpenting yang harus dijaga keindahannya. Dalam bidang kedokteran gigi
terdapat berbagai macam perawatan, salah satunya bertujuan untuk memperbaiki
estetik penampilan seseorang. Gigi merupakan bagian terpenting dalam diri
seseorang untuk meningkatkan rasa percaya diri. Sebuah senyuman yang
memperlihatkan gigi yang putih, bersih dan sehat membuat seseorang tidak takut
dalam berkomunikasi dengan orang lain (Margareta 2012).
Warna normal gigi permanen adalah kuning keabu-abuan, putih keabu-abuan
atau putih kekuning-kuningan yang ditentukan oleh transluensi dan ketebalan
email, ketebalan dan warna dentin yang melapisi dibawahnya serta warna pulpa
itu sendiri (Effendi, Nugraeni dan Puspasari 2013). Ada dua faktor penyebab
perubahan warna gigi yaitu diskolorasi intrinsik dan diskolorasi ekstrinsik.
Diskolorasi intrinsik adalah perubahan warna mengenai bagian dalam struktur
gigi selama masa pertumbuhan gigi dan umumnya perubahan warna terjadi di
dalam dentin sehingga relatif sulit dirawat secara eksternal (Cendikia 2013).
Diskolorasi ekstrinsik terjadi pada permukaan luar gigi dan biasanya
disebabkan oleh mengonsumsi minuman berwarna secara berlebihan seperti kopi
yang dapat menyebabkan perubahan warna dari coklat sampai hitam karena
pengaruh kadar kafein dan asam didalamnya. Perawatan bleaching dapat menjadi
perawatan efektif untuk kasus ini (Cendikia 2013).
2
Pemutihan gigi adalah salah satu cara pemulihan warna gigi hingga
mendekati warna gigi asli dengan tujuan mengembalikan faktor estetik. Teknik
perawatan estetik ini dapat dilakukan pada gigi vital maupun non vital.
Keuntungan dari pemutihan gigi antara lain mudah dikerjakan, teknik
pelaksanaannya relatif lebih sederhana dan tidak membuang jaringan keras gigi.
Proses pemutihan gigi dilakukan dengan menggunakan bahan kimiawi atau bahan
alami. Namun, bahan kimiawi tidak jarang menimbulkan efek samping pada gigi
seperti nyeri setelah pemutihan gigi, kerusakan pulpa, kerusakan jaringan keras
gigi dan kerusakan mukosa (Kusumasari 2012).
Saat ini pemanfaatan bahan alami sering dilakukan oleh masyarakat karena
dianggap lebih aman, murah dan mudah diperoleh dibandingkan bahan kimiawi.
Oleh karena itu, peneliti memilih apel sebagai bahan utama dalam proses
pemutihan gigi. Apel (Malus sylvestris Mill) adalah tanaman tahunan yang berasal
dari daerah subtropis, memiliki nilai ekonomis tinggi dan nilai gizi tinggi. Buah
apel mengandung asam malat yaitu zat dengan kadar tertentu dapat membantu
melarutkan noda pada gigi (Effendi, Nugraeni dan Puspasari 2013). Beberapa
varietas apel unggulan antara lain Romebeauty, Manalagi, Anna, Princess Noble
dan Wangli/Lali Jiwo. Apel Manalagi mempunyai rasa manis dengan kandungan
asam rendah sedangkan Romebeauty mempunyai rasa asam manis dengan
kandungan asamnya tinggi. Apel Anna mempunyai rasa asam manis dengan
kandungan asamnya paling tinggi (Susanto dan Setyohadi 2011).
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yaitu apakah perendaman gigi dengan ekstrak apel (Malus sylvestris Mill) varietas
Anna konsentrasi 50% dapat memutihkan gigi yang telah direndam larutan kopi.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh perubahan warna gigi dengan perendaman
ekstrak apel (Malus sylvestris Mill) varietas Anna konsentrasi 50% selama 1
minggu dan 2 minggu pada gigi yang telah direndam larutan kopi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi masyarakat pada umumnya
dan peneliti khususnya. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi di bidang kesehatan
tentang potensi buah apel sebagai bahan alami untuk pemutihan gigi.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan masukan bagi peneliti
lain bahwa buah apel dapat merubah warna gigi menjadi lebih putih, sehingga
dapat dijadikan dasar acuan penelitian lebih lanjut.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dalam
membantu merubah warna gigi menjadi lebih putih dengan mempergunakan
bahan alami yang murah dan mudah didapat di lingkungan sekitar kita.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Apel
1. Sejarah Penyebaran Apel
Kata apel berasal dari Inggris yaitu aeppel. Apel adalah buah yang banyak
dikonsumsi orang di seluruh dunia, bukan hanya untuk pencuci mulut tapi juga
untuk menambah gizi pada tubuh. Apel merupakan tanaman buah tahunan yang
berasal dari pengunungan caucacus di Asia dan kemudian menyebar ke seluruh
pelosok Asia. Varietas apel yang dikembangkan di Indonesia umumnya datang
dari Eropa dan Australia. Buah ini masuk ke Indonesia pada tahun 1934 dan
memiliki beberapa varietas apel unggulan antara lain: Rome Beauty, Manalagi,
Anna, Princess Noble dan Wangli atau Lali jiwo (Shatikah 2010).
Seorang pria bernama William Blackstone termasuk orang yang berjasa
dalam penyebaran buah apel dengan membeli apel dari Eropa dan membawanya
pulang ke amerika (Massachusetts) kemudian mengembangbiakkannya. Apel
hanya dapat hidup subur di daerah yang mempunyai temperatur udara dingin.
Apel dibudidayakan terutama di daerah subtropis bagian Utara di Eropa
sedangkan apel lokal di Indonesia terkenal berasal dari daerah Malang, Jawa
Timur dan berasal dari daerah Gunung Pangrango, Jawa Barat (Shatikah 2010).
2. Klasifikasi Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill)
Menurut sistematika (2000), tanaman apel termasuk dalam:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
5
Klas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Malus
Spesies : Malus sylvestris Mill
Gambar 2.1. Apel (Malus sylvestris Mill) varietas Anna
(Shatikah 2010)
3. Jenis Apel
Jenis-jenis apel yang umum dan mudah ditemui di pasaran antara lain (Han
2011):
a. Golden delicious
Berasal dari Amerika, warna kulit kuning kehijauan, daging buah sedikit
keras, berair dan rasa manis sedikit asam.
b. Red delicious
Berasal dari Amerika, kulit agak tebal, warna kulit merah hati bergaris-
garis, daging buah lunak, berair dan rasa manis sedikit asam.
6
c. Gala
Berasal dari New Zeland, warna kulit kuning dengan garis-garis vertikal
berwarna merah jambu, berair, daging buah keras, manis dan aroma lebih
tajam.
d. Granny smith
Berasal dari Australia, warna kulit hijau, berair, rasa asam sedikit manis
dan memiliki ukuran sedang.
e. Apel manalagi
Daging buah terasa manis walaupun belum matang dengan aroma kuat,
tekstur sedikit liat dan kandungan air kurang, daging buah berwarna putih
kekuningan, bentuk buah sedikit bulat dengan ujung dan pangkal berlekuk
dangkal, kulit buah berwarna hijau muda kekuningan saat matang.
Diameter buah antara 4-7 cm dan berat 75-160 g per buah.
f. Apel malang
Apel Malang segar, perpaduan antara rasa manis dan rasa asam, berwarna
merah semburat hijau segar dengan tekstur daging keras.
4. Kandungan Buah Apel
Kandungan yang terdapat dalam buah apel antara lain (Shatikah 2010):
a. Vitamin
Beberapa vitamin yang terdapat dalam buah apel adalah vitamin A,
vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B5, vitamin B6 dan vitamin C.
b. Mineral
Mineral yang terkandung dalam buah apel antara lain: kalsium,
magnesium, potasium, zat besi dan zinc.
7
c. Fitokimia
Fitokimia merupakan antioksidan untuk melawan radikal bebas yang
berasal dari polusi atau lingkungan sekitar. Zat ini berfungsi untuk
menekan jumlah kolesterol jahat (LDL) yang menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah. Antioksidan akan mencegah kerusakan sel-sel atau
jaringan pembuluh darah. Pada saat bersamaan, antioksidan akan
meningkatkan kolesterol baik (HDL) yang bermanfaat untuk mencegah
penyakit jantung dan pembuluh darah. Menurut sebuah penelitian di
Cornell University Amerika Serikat, zat fitokimia yang terdapat dalam
kulit apel bermanfaat menghambat pertumbuhan sel kanker usus sebesar
43%. Terbukti pada sebuah studi di Finlandia tahun 1996, bahwa orang
dengan pola makan mengandung fitokimia berisiko rendah untuk terkena
penyakit jantung. Penelitian lain dikutip oleh the British Medical Journal
mengungkapkan bahwa apel juga mencegah terjadinya stroke. Penelitian
di Welsh, Inggris menunjukkan bahwa konsumsi buah apel secara teratur
akan membuat paru-paru berfungsi lebih baik. Para peneliti yakin fungsi
pernapasan akan lebih baik karena kandungan fitokimia dalam apel
meredam efek negatif oksidan yang merusak organ tubuh.
d. Serat
Apel kaya akan serat sehingga baik dikonsumsi untuk membantu program
diet. Serat yang terdapat dalam buah apel dapat mengikat lemak dan
kolesterol jahat yang tidak berguna untuk tubuh. Kandungan serat apel
terhitung tinggi yaitu sebesar lima gram untuk setiap buah berukuran
sedang. Jumlah ini lebih tinggi daripada kandungan serat pada produk
8
sereal. Serat bermanfaat untuk melancarkan pencernaan dan menurunkan
berat badan. Buah apel hampir tanpa mengandung lemak dan kolesterol
sehingga cocok dimasukkan sebagai menu orang yang sedang diet.
Keluhan seperti sembelit pada orang diet tidak akan terjadi jika orang
tersebut mengonsumsi apel. Menurut Miriam Polunnin dalam bukunya
“Healing Foods”, buah apel juga memiliki khasiat meredakan diare dan
apel sangat bermanfaat untuk pencernaan. Penelitian Konowalchuck J
tahun 1978 mempublikasikan manfaat lain apel. Konowalchuck
menyebutkan bahwa sari buah apel terbukti ampuh melawan berbagai
serangan infeksi virus, menambah stamina dan kekebalan tubuh akan
menjadi lebih baik.
e. Tannin
Tannin adalah zat yang berfungsi membersihkan dan menyegarkan mulut
sehingga dapat mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi. Tannin
mengandung zat yang dapat mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi
yang disebabkan oleh tumpukan plak, berfungsi mencegah infeksi saluran
kencing dan menurunkan risiko penyakit jantung (Jurnal American Dental
Association 1998).
f. Baron
Baron berfungsi mempertahankan jumlah estrogen dalam tubuh seorang
wanita sehingga dapat mencegah menopause dini.
g. Asam malat
Zat dengan kadar tertentu diduga dapat membantu melarutkan noda pada
gigi.
9
h. Asam D-glucaric
Asam D-glucaric merupakan zat yang dapat menurunkan kadar kolesterol.
Menurut penelitian Mayo Clinic Amerika Serikat tahun 2001, jenis asam
D-glucaric mampu mengurangi kolesterol hingga 35%. Kadar kolesterol
terjaga, zat antioksidan akan melindungi tubuh dari serangan jantung dan
stroke.
i. Quercetin
Quercetin merupakan zat yang dibutuhkan untuk meningkatkan kadar
antioksidan sehingga tubuh lebih sehat. Zat ini juga dapat mencegah
berbagai penyakit.
j. Asam tartar
Asam tartar dapat menyehatkan saluran pencernaan karena mampu
membunuh bakteri yang ada dalam saluran pencernaan.
k. Flavonoid
Menurut Institut Kanker Nasional Amerika Serikat, apel paling banyak
mengandung flavonoid dibandingkan buah lain. Zat ini mampu
menurunkan risiko terkena penyakit kanker paru-paru sampai 50%. Hasil
penelitian Mayo Clinic Amerika Serikat tahun 2001 membuktikan bahwa
quacertin sejenis flavonoid yang terkandung dalam apel dapat membantu
mencegah pertumbuhan sel kanker prostat. Kandungan pektin atau serat
larut yang dikandung buah-buahan dan sayuran telah diteliti dan terbukti
menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
10
Tabel 2.1. Kandungan Gizi Buah Apel
Energi 58,00 kal
Protein 0,30 g
Lemak 0,40 g
Karbohidrat 14,90 g
Kalsium 6,00 mg
Fosfor 10,00 mg
Serat 0,70 g
Besi 1,30 mg
Niacin 0,10 mg
5. Morfologi dan Habitat Apel
Apel dapat hidup subur di daerah yang mempunyai temperatur udara dingin.
Tumbuhan apel di Eropa dibudidayakan terutama di daerah subtropis bagian
utara, sedangkan apel lokal di Indonesia yang terkenal berasal dari daerah Malang,
Jawa Timur berasal dari daerah Gunung Pangrango, Jawa Barat. Apel dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik apabila dibudidayakan pada daerah yang
mempunyai ketinggian sekitar 1200 meter di atas permukaan laut di Indonesia.
Tumbuhan apel dikatagorikan sebagai salah satu anggota keluarga mawar-
mawaran dan mempunyai tinggi batang pohon mencapai 7-10 meter. Daun apel
sangat mirip dengan daun tumbuhan bunga mawar, berbentuk bulat telur dan
dihiasi gerigi-gerigi kecil pada tepinya. Pada usia produktif, apel biasanya akan
berbunga sekitar bulan Juli (Zaifbio 2009).
B. Perubahan Warna Gigi (Diskolorasi)
1. Pengertian Diskolorasi
Diskolorasi gigi adalah suatu kondisi pada gigi yang mengalami perubahan
dalam corak, warna atau translusensi. Perubahan ini dapat terjadi pada seluruh
permukaan gigi atau hanya sebagian saja. Menurut Effendi, Nugraeni dan
11
Puspasari (2013) perubahan warna merupakan salah satu kelainan pada gigi yang
dapat mempengaruhi estetika wajah. Perubahan warna gigi terutama dibagian
anterior merupakan suatu masalah estetik yang mempunyai dampak psikologi
yang cukup besar.
2. Klasifikasi Diskolorasi
Menurut Grossman (1995), perubahan warna dapat diklasifikasikan menjadi
ekstrinsik dan intrinsik. Perubahan warna ekstrinsik ditemukan pada permukaan
luar gigi dan biasanya berasal dari lokal, misalnya noda tembakau yang
menyebabkan warna gigi menjadi coklat ke kuning-kuningan sampai hitam,
pewarnaan karena makanan dan minuman menyebabkan gigi menjadi gelap.
Perubahan warna intrinsik adalah pewarnaan gigi yang diakibatkan oleh noda
yang terdapat dalam email dan dentin. Penyebab perubahan warna tersebut adalah
penumpukan atau penggabungan bahan-bahan didalam struktur gigi, misalnya
stain tetrasiklin apabila masuk kedalam dentin akan terlihat dari luar karena
transluensi email. Perubahan warna gigi dapat dihubungkan dengan periode
perkembangan gigi, misalnya saat atau setelah selesai perkembangan gigi yang
disebabkan oleh pulpanekrosis.
3. Penyebab Diskolorasi
Menurut Walton dan Torabinejab (1996), penyebab perubahan warna gigi
dapat terjadi saat atau setelah terbentuknya email dan dentin. Penyebab perubahan
warna gigi dibagi menjadi dua kelompok yaitu karena noda alamiah dan
pewarnaan iatrogenik. Noda alamiah disebabkan oleh sejumlah noda pada
permukaan gigi setelah gigi erupsi. Noda alamiah mungkin berada pada
12
permukaan atau berikatan dalam struktur gigi, kadang-kadang diakibatkan defek
email atau karena cidera trauma. Contoh penyebab noda alamiah antara lain:
a. Pulpa nekrosis merupakan produk kerusakan jaringan yang dilepaskan
kedalam tulubus dentin dan mewarnai dentin sekitarnya.
b. Pendarahan intrapulpa disebabkan oleh trauma pada gigi dan akan
menyebabkan pendarahan dan lisis eritrosit. Produk disintegrasi darah
diduga sebagai ion sulfide yang masuk kedalam tulubus dentin sehingga
menyebabkan perubahan warna gigi semakin lama menjadi meningkat.
c. Metamorfosis kalsium dan pembentukan dentin sekunder ireguler secara
ekstensif dalam kamar pulpa atau pada dinding saluran akar
menyebabkan transluensi mahkota gigi berkurang dan warna gigi
berubah menjadi kekuningan atau kuning kecoklatan. Pada pasien tua,
perubahan warna gigi terjadi secara fisiologis sebagai akibat aposisi
dentin secara berlebihan disamping karena penipisan dan perubahan
optik dalam email.
Defek perkembangan perubahan warna karena kerusakan saat perkembangan
gigi antara lain:
a. Fluorosis endemik yaitu masuknya flour saat pembentukan gigi sehingga
menyebabkan kerusakan struktur yang mengalami mineralisasi dan
mengakibatkan terjadinya hipoplasia. Perkembangan gigi menjadi porus
dan akan menyerap warna dalam rongga mulut.
b. Obat-obatan sistemik yaitu masuknya obat-obatan atau bahan kimia pada
saat pembentukan gigi sehingga dapat menyebabkan perubahan warna
gigi. Pada umumnya obat yang menyebabkan perubahan warna gigi
13
paling berat adalah tetrasiklin dengan perubahan gigi berwarna kuning
kecoklatan sampai abu-abu tua. Hal ini tergantung pada jumlah,
frekuensi, jenis tetrasiklin dan umur pasien saat minum obat.
c. Defek dalam pembentukan gigi yaitu kerusakan dalam pembentukan gigi
terjadi sebatas email seperti hipoplasia dan hipokalsifikasi sehingga
warna gigi terlihat kecoklatan.
d. Kelainan darah dan faktor-faktor lain:
1) Kondisi sistemik mengakibatkan lisis eritrosit secara luas. Produk
kerusakan darah dapat bergabung kedalam dentin dan mewarnai gigi.
2) Suhu tubuh yang tinggi saat pembentukan gigi menyebabkan
perubahan warna berbentuk pita pada email.
3) Porfiria yaitu penyakit metabolisme yang menyebabkan gigi susu
atau permanen berubah karena menjadi kemerahan atau kecoklatan.
4) Penyakit sistemik dan masuknya bahan obat-obatan jarang terjadi
dan tidak diidentifikasi.
Penyebab perubahan warna iatrogenik sebagai akibat prosedur perawatan gigi
atau dapat disebabkan oleh berbagai bahan kimia dan bahan yang dipakai
dibidang kedokteran gigi. Menurut Walton dan Torabinejab (1996) perubahan
warna gigi akibat perawatan endodontik dapat disebabkan oleh beberapa hal
antara lain:
a. Bahan obturasi yang dapat menyebabkan perubahan warna gigi adalah
semen saluran akar dari jenis seng oksida eugenol atau semen saluran
akar dengan komponen logam.
14
b. Sisa-sisa jaringan pulpa, fragmen jaringan pulpa yang tertinggal dalam
mahkota dan tanduk pulpa sehingga dapat mengakibatkan perubahan
warna secara perlahan.
c. Obat-obatan intrakanal sebagian besar dapat menyebabkan perubahan
warna gigi, misalnya obat intrakanal golongan fenol berkontak langsung
dengan dentin dan dalam waktu yang lama memungkinkan obat
berpenetrasi kedalam dentin sehingga menyebabkan perubahan warna
gigi.
Perubahan warna gigi karena restorasi korona. Restorasi yang dipakai ada dua
tipe yaitu (Walton dan Torabinejab 1996):
a. Restorasi logam amalgam merupakan penyebab paling hebat karena
elemen warna gelap dapat mengubah warna dentin menjadi abu-abu
gelap.
b. Restorasi komposit, kebocoran mikro tumpatan komposit dapat
menyebabkan perubahan warna gigi. Tepi tumpatan terbuka merupakan
tempat masuknya bahan kimia yang mewarnai dentin (Grossman 1995).
C. Pemutihan Gigi (Bleaching)
1. Pengertian dan Sejarah Bleaching
Bleaching merupakan suatu prosedur yang dapat mengubah gigi seseorang
menjadi lebih putih (Rismanto, Dewayani dan Dharma 2005). Menurut
Soeparmin, Nugraha dan Darmi (2013), bleaching adalah suatu cara pemutihan
kembali gigi yang berubah warna sampai mendekati warna gigi asli dengan proses
perbaikan secara kimiawi untuk mengembalikan estetik penderita.
15
Dental bleaching bukan merupakan suatu hal yang baru. Menurut sejarahnya,
dental bleaching ternyata sudah dilakukan sejak tahun 1898 (Haywood 2005).
Bahan yang pertama kali dilaporkan sebagai bleaching agent adalah asam oksalat.
Dokter gigi menemukan agen yang lebih efektif yaitu penggunaan hidrogen
peroksida (Wijaya 2013). Pada tahun 1990, dental bleaching dengan cepat meraih
popularitas dimana home bleaching pertama kali diperkenalkan.
2. Teknik Bleaching
Terdapat berbagai macam teknik bleaching antara lain:
a. Teknik non vital bleaching (Internal)
Pemutihan gigi intra korona pada gigi non vital menggunakan teknik
termokatalitik atau walking bleach. Oksigen yang bebas akan mendorong
zat warna keluar dari tubulus dentin (Yuanita 2013).
1) Teknik walking bleach
Teknik ini dilakukan dengan cara menempatkan pasta campuran
superoxol dan sodium perborat dalam kamar pulpa. Prosedur
meliputi pengontrolan warna gigi, pemolesan permukaan email,
aplikasi petroleum jeli pada gingiva dan pemasangan rubberdam
untuk isolasi dan untuk menghindari iritasi, preparasi akses kavitas,
perawatan saluran akar, keluarkan guttap point 2 mm dari orifice dan
tanduk pulpa dibersihkan. Beri basis 2 mm diatas guttap,
menghilangkan smearlayer dengan EDTA, pembilasan dengan
sodium hipoklorit dan air, mengeringkan kavitas, masukkan pasta,
letakkan butiran kapas mengandung superoxol kemudian tutup
16
orifice dengan ZnOP cement atau IRM. Pasien kembali 3 sampai 7
hari.
2) Teknik termokatalitik
Teknik ini dilakukan dengan bantuan cahaya dan panas. Caranya
dengan meletakkan bahan oksidator hidrogen peroksida dalam kamar
pulpa dan dipanaskan dengan menggunakan lampu atau alat
pemanas listrik hingga menghasilkan oksigen bebas yang aktif.
Prosedur yang dilakukan meliputi persiapan yang sama dengan
teknik walking bleach, sepotong kapas diletakkan pada labial dan
lainnya pada kamar pulpa, kapas dibasahi superoxol, diberi
pencahayaan hingga 6,5 menit, larutan ditambahkan lagi kapas
dengan superoxol atau sodium perborat kemudian ditumpat sampai
kunjungan berikutnya.
3) Teknik pemutihan intrakoronal dengan karbamid peroksida 10%
Cara pertama dengan menggunakan tray yang diisi karbamid
peroksida 10% tetapi akses orifice terbuka dan diisi karbamid
peroksida. Pasien tidur dengan menggunakan tray. Pada pagi hari
gigi diirigasi dan ditutup cotton pellet. Proses ini diulang sampai
warna yang dikehendaki, tumpat sementara kemudian penumpatan
dengan komposit setelah 2 minggu. Cara kedua dengan Karbamid
Peroksida diinjeksikan setiap 2 jam.
b. Teknik vital bleaching (Eksternal)
Teknik ini dilakukan dengan mengaplikasikan oksidator pada permukaan
email gigi yang masih vital. Hasilnya kurang meyakinkan jika
17
dibandingkan dengan teknik bleaching internal karena permukaan email
gigi kurang permeable dan sedikit bahan untuk mencapai daerah yang
berubah warna (Yuanita 2013). Menurut Pusparatri (2013), teknik vital
bleaching terdiri dari:
1) At home bleaching
Perawatan bleaching dilakukan sendiri di rumah disebut sebagai at
home bleaching. Teknik at home bleaching banyak dilakukan
dengan menggunakan tray. Pertama-tama pasien dicetak untuk
mendapatkan tray yang sesuai dengan rahanganya. Warna gigi
pasien sebelum dilakukan perawatan dicatat agar warna sebelum dan
sesudah aplikasi dapat dibandingkan. Tray ini berfungsi untuk
menjaga bahan bleaching hanya terfokus mengenai gigi saja dan
tidak mengenai jaringan lunak atau gusi dan sekitarnya. Aplikasi
bahan at home bleaching ini bervariasi tergantung petunjuk pabrik
pembuatnya. Biasanya aplikasi membutuhkan waktu yang cukup
lama yaitu 2 sampai 8 jam per hari selama 2 minggu. Selain dengan
menggunakan tray, at home bleaching juga dapat dilakukan dengan
menggunakan kuas yang disebut paint-on bleaching. Namun
biasanya konsentrasi bahan yang digunakan lebih rendah dan
hasilnya juga kurang memuaskan.
2) In office bleaching
In office bleaching biasanya menggunakan bahan hidrogen peroksida
35 % dan dapat dilakukan dengan bantuan penyinaran atau dengan
bantuan laser. Hidrogen peroksida berkonsentrasi tinggi jauh lebih
18
efektif daripada karbamid peroksida yang digunakan di rumah (at
home bleaching). Namun harus dilakukan oleh dokter gigi karena
hidrogen peroksida berpotensi untuk menimbulkan iritasi pada
jaringan lunak di sekitar gigi. Dengan adanya bantuan sinar atau
panas, reaksi reduksi oksidasi dapat lebih cepat terjadi. Prosedur
perawatan menjadi relatif singkat yaitu rata-rata 1 sampai 2 jam
setiap kunjungan sehingga hasilnya lebih memuaskan.
D. Kopi
Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon dan termasuk dalam famili
Rubiaceae. Kopi diusahakan penanamannya di Indonesia untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi dalam negeri dan luar negeri sudah hampir tiga abad. Dalam
dunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi dan yang paling sering
dibudidayakan adalah kopi arabika, robusta dan liberika (Danarti dan Najiyati
1999). Pada penelitian ini, penulis menggunakan kopi cap kupu-kupu bola dunia
yaitu kopi bali dengan jenis robusta. Manfaat kopi sudah banyak dibuktikan
dengan penelitian oleh pakar kesehatan dari berbagai belahan dunia. Kandungan
yang terdapat dalam kopi antara lain (Hasbi 2013):
1. Kafein
Kafein ditemukan dalam beberapa biji daun dan buah dari tanaman. Kopi
adalah salah satu tanaman yang memiliki kandungan kafein yang paling
sering dinikmati oleh manusia. Kafein diklasifikasikan sebagai drug dan
aman dalam dosis tertentu, jika melebihi dosis yang ditentukan akan
menyebabkan ketergantungan. Kafein dapat menyebabkan timbulnya
19
penyakit seperti kanker dan masalah gangguan tidur bagi orang yang
mengonsumsi kopi jangka panjang.
2. Air
Air atau H2O adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kopi.
Kandungan kimiawi ini adalah bagian yang penting bagi tubuh karena
70% tubuh adalah air dan meskipun kandungan air dalam kopi kadang
tidak digunakan untuk pengeringan pada biji kopi, namun kandungan air
dalam kopi adalah bagian dari senyawa kimiawi kopi.
3. Ethyphenol
Zat ethyphenol seperti aroma khusus pada kopi, mirip dengan tar dan
mengandung pheromone.
4. Quinic acid
Rasa asam pada kopi ditentukan pada jumlah zat quinic acid. Kadar quinic
acid pada kopi memiliki jumlah berbeda-beda dan digunakan dalam ilmu
kedokteran sebagai bahan pembuatan obat flu.
5. Dicaffeoylquinic acid
Zat ini adalah salah satu zat antioksidan yang dapat menangkal radikal
bebas. Meskipun kadar antioksidan dalam biji kopi tidak sebanyak
tumbuhan obat lain, namun kopi adalah salah satu suplayer antioksidan
paling banyak dikonsumsi di dunia.
6. Dimethyl disulfide
Pada biji kopi yang masih hijau atau belum dikeringkan dan di sangrai
menyebabkan kotoran manusia berbau dan mirip dengan senyawa sulfur.
20
7. Acetylmethylcarbinol
Merupakan zat yang membuat kopi terasa gurih di lidah dan banyak
ditemukan pada mentega.
8. Putrescine
Zat yang dihasilkan oleh bakteri E.Coli adalah bakteri yang membuat
sesuatu menjadi busuk. Putrescine adalah hasil pembusukan dari bakteri
tersebut.
9. Trigonelline
Trigonelline adalah zat yang dapat melindungi gigi meskipun peminum
kopi memiliki warna gigi agak hitam, namun zat ini yang membuat gigi
peminum tidak gampang berlubang.
10. Niacin
Niacin adalah senyawa yang kurang baik bagi tubuh karena dapat
menyerap vitamin-vitamin dalam tubuh. Vitamin sangat dibutuhkan tubuh
untuk proses-proses yang ada dalam tubuh oleh karena itu meminum kopi
hanya dianjurkan paling banyak 2 sampai 3 kali sehari.
Gambar 2.2. Kopi cap kupu-kupu bola dunia
(Tanijogonegoro 2013)
21
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan permasalahan dan kajian pustaka yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat dibuat suatu kerangka konsep yang terkait dengan
masalah penelitian seperti di bawah ini.
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
Larutan Kopi
Diskolorasi
Gigi Menjadi Lebih
Putih
Ekstrak apel (Malus
sylvestris Mill) varietas
Anna 50%
22
B. Hipotesis
Berdasarkan pernyataan dalam tinjauan pustaka, diperoleh hipotesis
penelitian yaitu perendaman gigi dengan ekstrak apel (Malus sylvestris Mill)
varietas Anna konsentrasi 50% dapat memutihkan gigi yang telah direndam
larutan kopi.
23
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental murni (true
experiment) dengan metode pre and post test control group design (Pocock 2008).
Gambar 4.1. Rancangan Penelitian
Keterangan:
P = Populasi
S = Sampel
RA = Random Alokasi
O1 = Observasi awal kelompok I sebelum perlakuan
O3 = Observasi awal kelompok II sebelum perlakuan
O5 = Observasi awal kelompok III sebelum perlakuan
P0 = Perlakuan pada kelompok I direndam saliva buatan
P1 = Perlakuan pada kelompok II direndam ekstrak apel (Malus sylvestris
Mill) varietas Anna konsentrasi 50% selama 1 minggu
S RA P
O1
O3
O5
O2
O4
O6
P0
P1
P2
24
P2 = Perlakuan pada kelompok III direndam ekstrak apel (Malus sylvestris
Mill) varietas Anna konsentrasi 50% selama 2 minggu
O2 = Observasi akhir kelompok I setelah direndam dengan saliva buatan
O4 = Observasi akhir kelompok II setelah direndam ekstrak apel (Malus
sylvestris Mill) varietas Anna konsentrasi 50% selama 1 minggu
O6 = Observasi akhir kelompok II setelah direndam ekstrak apel (Malus
sylvestris Mill) varietas Anna konsentrasi 50% selama 2 minggu
B. Variabel Penelitian
1. Variabel pengaruh:
Ekstrak apel (Malus sylvestris Mill) varietas Anna 50%.
2. Variabel terpengaruh:
Perubahan warna gigi yang terjadi pada sampel setelah direndam dalam
ekstrak apel (Malus sylvestris Mill) varietas Anna 50%.
3. Variabel luar:
a. Variabel terkendali:
1) Jenis gigi
2) Jenis buah apel
3) Konsentrasi ekstrak buah apel
4) Lama perendaman
b. Variabel tak terkendali:
1) Gigi yang berasal dari pasien dengan umur tidak diketahui
25
C. Sampel
Sampel penelitian adalah gigi premolar rahang atas permanen yang diperoleh
dari beberapa praktik dokter gigi dan puskesmas di kota Denpasar yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a. Gigi bebas karies
b. Gigi belum pernah dibleaching
c. Gigi tidak hipoplasia
2. Kriteria Eksklusi
a. Gigi karies
b. Gigi sudah dibleaching
c. Adanya hipoplasia pada gigi
Menurut Federer, perhitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan
rumus:
(n - 1) (t - 1) ≥ 15
(n - 1) (3 - 1) ≥ 15
2(n - 1) ≥ 15
2n – 2 ≥ 15
n ≥ 8,5
26
Keterangan:
n = jumlah sampel
t = jumlah kelompok = 3
Untuk mempermudah perhitungan maka besar sampel yang dipakai
setiap kelompok perlakuan pada penelitian ini adalah 10 sampel. Jadi
total sampel dengan tiga kelompok perlakuan adalah 30 sampel.
D. Definisi Operasional
1. Bleaching adalah suatu cara pemutihan kembali gigi yang berubah warna
sampai mendekati warna gigi asli dengan proses perbaikan secara
kimiawi untuk mengembalikan estetik penderita.
2. Ekstrak buah apel adalah sediaan yang dibuat dari buah apel dengan
kandungan zat aktif dan diperoleh secara maserasi menggunakan larutan
etanol 70% kemudian diencerkan dengan akuades hingga mencapai
konsentrasi 50%.
3. Diskolorasi adalah perubahan warna yang disebabkan oleh faktor
ekstrinsik dan faktor intrinsik.
4. Shade guide VITA classical adalah alat yang digunakan untuk mengukur
perubahan warna gigi sebelum dan setelah perlakuan. Urutan skor
perubahan warna dari yang paling terang hingga yang paling gelap:
B1=1, A1=2, B2=3, D2=4, A2=5, C1=6, C2=7, D4=8, A3=9, D3=10,
B3=11, A3,5=12, B4=13, C3=14, A4=15, C4=16.
27
E. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat Penelitian:
a. Shade Guide VITA Classsical
b. Wadah plastik
c. Alat tulis
d. Handscoon
e. Pinset dental (Dentica)
f. Lap putih
Gambar 4.2. Alat yang digunakan dalam penellitian
2. Bahan Penelitian:
a. Ekstrak apel (Malus sylvestris Mill) varietas Anna 50%
b. Gigi premolar pertama rahang atas permanen
c. Larutan kopi
d. Cat kuku bening
28
Gambar 4.3. Bahan yang digunakan dalam penelitian
F. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biopestisida Unud dan RSGM
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dari bulan
Nopember sampai Desember.
G. Kriteria Penelitian
Untuk mengetahui tingkat perubahan warna gigi dengan cara
membandingkan kelompok sampel yang direndam dalam esktrak apel (Malus
sylvestris Mill) varietas Anna 50% selama 1 minggu dengan kelompok sampel
yang direndam dalam esktrak apel (Malus sylvestris Mill) varietas Anna 50%
selama 2 minggu. Pengukuran sampel menggunakan alat ukur Shade Guide VITA
Classsical untuk menentukan parameter warna.
H. Prosedur Penelitian
1. Masing-masing gigi premolar rahang atas post-ekstraksi diberi nomor urut
kemudian bagian akar diolesi cat kuku warna bening hingga bagian
servikal dengan tujuan untuk menutup akar sehingga larutan kopi tidak
29
berpenetrasi kedalam tubuli dentin. Dilakukan pengukuran warna gigi
sebelum diskolorasi menggunakan shade guide.
2. Seluruh gigi premolar pertama rahang atas direndam dalam larutan kopi
selama 2 minggu sampai terjadi perubahan warna dari warna asal
(diskolorasi). Kemudian dilakukan pengukuran warna gigi menggunakan
shade guide.
3. Membuat saliva buatan dengan cara:
Tabel 4.1. Bahan yang digunakan untuk membuat saliva buatan
NaHCO3 58,8g
Na2HPO4.7H20 42,0g
KCl 3,42g
NaCl 2,82g
MgSO4.7H20 0,72g
CaCl2 0,24g
CaCl2 ditambahkan paling akhir setelah bahan lain melarut sempurna.
Cuci leher labu dengan air destilasi hingga permukaan air mencapai tanda
tera kemudian kocok campuran dengan gas CO2 -
C, jika perlu kocok
kembali dengan CO2 hingga pH 6,8.
C).
4. Kelompok kontrol menggunakan 10 gigi premolar rahang atas yang
direndam saliva buatan dan diletakkan dalam wadah plastik untuk masing-
masing gigi selama 2 minggu, kemudian dilakukan pengukuran
menggunakan shade guide.
30
5. Proses pembuatan ekstrak apel dilakukan di Laboratorium Biopestisida
Unud. Buah apel dicuci bersih dan dikeringkan dalam ruangan kemudian
dihancurkan dengan blender sampai menjadi serbuk. Serbuk buah apel
ditambah etanol 70% diaduk selama 30 menit dengan stirrer magnetic dan
didiamkan selama 24 jam. Hasil maserasi disaring sebanyak 3 kali dengan
corong butcner yang dilapisi kertas saring dan ditampung dalam
erlenmeyer. Filtrat hasil penyaringan diuapkan dengan vacuum rotar
C agar
diperoleh ekstrak apel yang kering. Selanjutnya dilakukan pengenceran
dengan akuades sehingga mencapai konsentrasi 50% (50g/ml) yaitu
perhitungan 50g ekstrak apel per 100ml akuades.
6. Terdapat 2 kelompok perlakuan yang direndam ekstrak apel selama 1
minggu dan 2 minggu. Kelompok pertama menggunakan 10 gigi premolar
rahang atas yang direndam ekstrak apel dan diletakkan dalam wadah
plastik untuk masing-masing gigi selama 1 minggu, kemudian dilakukan
pengukuran menggunakan shade guide. Kelompok kedua menggunakan 10
gigi premolar rahang atas yang direndam ekstrak apel dan diletakkan
dalam wadah plastik untuk masing-masing gigi selama 2 minggu,
kemudian dilakukan pengukuran menggunakan shade guide.
31
I. Alur Penelitian
Gambar 4.4. Alur Penelitian
Gigi Premolar
30 Gigi Premolar
Rahang Atas
Permanen
Random Alokasi
Seluruh gigi premolar rahang atas permanen direndam larutan kopi selama 2
minggu
Kelompok I
Perlakuan I
Direndam ekstrak
apel (Mallus
sylvestriss Mill)
varietras Anna 50%
selama 1 minggu
Kelompok II
Perlakuan II
Direndam ekstrak apel
(Mallus sylvestriss
Mill) varietras Anna
50% selama 2 minggu
Kelompok
Kontrol
Direndam saliva
buatan selama 2
minggu
Pengukuran perubahan warna gigi dengan VITA Classical Shade Guide
Analisis Data
32
J. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan secara deskriptif. Hasil
pengamatan perubahan warna gigi pada kelompok kontrol dan perlakuan dianalisa
secara statistik dengan tingkat signifikansi 0,05 (p = 0,05) dan taraf kepercayaan
95% (α = 0,05). Metode analisis data menggunakan uji One Way Anova dan uji
paired T-test.
23
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni (true eksperiment)
dengan menggunakan metode pre and post test control group design. Sampel
terdiri dari 30 buah gigi premolar rahang atas permanen yang berasal dari
pencabutan indikasi perawatan ortodontik, bebas karies dan hipoplasia. Sampel
dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing berjumlah 10 buah gigi, yaitu
kelompok kontrol (perendaman saliva buatan selama 2 minggu), kelompok
perlakuan I (perendaman ekstrak apel selama 1 minggu) dan kelompok perlakuan
II (perendaman ekstrak apel selama 2 minggu). Dalam hasil penelitian ini akan
diuraikan uji komparabilitas, uji efek perlakuan dan uji Paired T-test.
1. Uji Komparabilitas
Uji komparabilitas sebelum perlakuan dilakukan berdasarkan skor warna
gigi antar kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 5.1. Rerata skor warna gigi antar kelompok sebelum diberikan perlakuan
Kelompok Subjek n
Rerata
Skor Warna
Gigi
SB F
P
Kontrol 10 10,10 4,12
Perlakuan I 10 9,10 4,84 0,137 0,872
Perlakuan II 10 9,80 4,13
24
Pada tabel 5.1., analisis uji One Way Anova dengan nilai F = 0,137 dan
nilai p = 0,872. Hal ini berarti bahwa ketiga kelompok sebelum diberikan
perlakuan menunjukkan rerata skor tidak terdapat perbedaan perubahan
warna gigi yang bermakna (p > 0,05).
2. Uji Efek Perlakuan
a. Analisis efek perlakuan dengan perendaman larutan kopi
Analisis efek perendaman dengan larutan kopi dilakukan berdasarkan
skor warna gigi antar kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji
One Way Anova disajikan pada tabel berikut.
Tabel 5.2. Rerata skor warna gigi antar kelompok sebelum diberikan perlakuan
Kelompok Subjek n
Rerata
Skor Warna
Gigi
SB
F
P
Kontrol 10 12,30 4,19
Perlakuan I 10 12,50 2,46 0,568 0,573
Perlakuan II 10 13,70 2,58
Pada tabel 5.2., analisis uji One Way Anova dengan nilai F = 0,568
dan nilai p = 0,573. Hal ini berarti bahwa ketiga kelompok setelah
perendaman larutan kopi menunjukkan rerata skor tidak terdapat
perbedaan warna gigi yang bermakna (p > 0,05).
b. Analisis efek perlakuan dengan perendaman saliva buatan dan ekstrak
apel
Analisis efek perlakuan dilakukan berdasarkan skor warna gigi antar
kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova
disajikan pada tabel berikut.
25
Tabel 5.3. Rerata skor warna gigi antar kelompok setelah diberikan perlakuan
Kelompok Subjek n
Rerata
Skor Warna
Gigi
SB
F
P
Kontrol 10 14,50 1,43
Perlakuan I 10 10,30 2,41 23,83 0,001
Perlakuan II 10 6,60 3,44
Pada tabel 5.3., analisis uji One Way Anova dengan nilai F = 023,83
dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa kelompok kontrol setelah
perendaman saliva buatan dan kedua kelompok perlakuan setelah
perendaman ekstrak apel menunjukkan rerata skor terdapat perbedaan
perubahan warna gigi yang bermakna (p < 0,05).
3. Uji Paired T-test
Analisis antara sebelum dengan setelah perlakuan setiap kelompok
dilakukan berdasarkan rerata skor warna gigi masing-masing kelompok.
Hasil analisis kemaknaan dengan uji Paired T-test disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 5.4. Rerata skor warna gigi antara sebelum dengan setelah perlakuan setiap
kelompok
Kelompok
Subjek n
Rerata Skor
Warna Gigi
Sebelum
Rerata Skor
Warna Gigi
Sesudah
t
P
Kontrol 10 10,10±4,12 14,50±1,43 3,01 0,015
Perlakuan I 10 9,10±4,84 10,30±2,41 0,91 0,388
Perlakuan II 10 9,80±4,13 6,60± 3,44 2,63 0,028
26
Pada tabel 5.4., menunjukkan bahwa rerata skor warna gigi kelompok
kontrol (setelah perendaman saliva buatan selama 2 minggu) mengalami
peningkatan perubahan warna gigi yang bermakna (p = 0,015) karena
pengaruh kopi tidak hilang, pada kelompok perlakuan I (setelah
perendaman ekstrak apel selama 1 minggu) tidak terdapat perbedaan
perubahan warna gigi yang bermakna (p = 0,338), sedangkan pada
kelompok perlakuan II (setelah perendaman ekstrak apel selama 2 minggu)
mengalami penurunan perubahan warna gigi yang bermakna (p = 0,028)
menjadi lebih putih.
Gambar 5.1. Skor perubahan warna gigi pada kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Kontrol Ekstrak apel 50% selama 1 minggu
Ekstrak apel 50% selama 2 minggu
10,19,1
9,8
14,5
10,3
6,6 Pre
Post
37
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan warna gigi
dengan perendaman ekstrak apel (Malus sylvestris Mill) varietas Anna konsentrasi
50% selama 1 minggu dan 2 minggu pada gigi yang telah direndam larutan kopi.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa gigi yang telah
direndam ekstrak apel (Malus sylvestris Mill) varietas Anna dengan konsentrasi
50% selama 2 minggu lebih putih dibandingkan dengan gigi yang telah direndam
ekstrak apel (Malus sylvestris Mill) varietas Anna dengan konsentrasi 50% selama
1 minggu.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh M.
Chair Effendi, Yuli Nugraeni dan Nuzulya Puspasari (2013), bahwa apel (Malus
sylvestris Mill) varietas Anna memiliki kemampuan untuk memutihkan gigi
karena mengandung asam malat, yaitu zat dengan kadar tertentu dapat melarutkan
noda pada gigi. Penelitian Aprillia dan Susanto (2014), menunjukkan bahwa apel
varietas Anna memiliki total asam paling tinggi. Penelitian Agustina dan
Setyawati (2013), juga menjelaskan kandungan asam malat dapat memutihkan
gigi.
Asam malat ditemukan pada tahun 1785 oleh Carl Wilhelm Scheele pada
eksperimennya dengan jus apel. Kata malat berasal dari bahasa Latin yaitu malum
yang berarti apel. Nama asam malat pertama kali diusulkan pada tahun 1789.
Asam malat (malic acid) adalah asam dikarboksilat yang memberikan rasa asam
dan getir dalam berbagai buah seperti apel hijau. Jenis asam ini memiliki rantai
38
senyawa dasar yang mencakup atom karbon terikat dengan ikatan ganda atom
oksigen serta senyawa hidroksida.
Asam malat merupakan senyawa organik yang memiliki rumus kimia
HO2CCH2CHOHCO2H. Zat ini juga memainkan peran dalam pembentukan
adenosin trifosfat (ATP). Asam malat berguna untuk meningkatkan produksi
energi dalam sel. Asam malat dapat disintesis dalam tubuh melalui siklus asam
sitrat (Krebs) untuk meningkatkan metabolisme energi. Tanpa asam malat, siklus
tersebut tidak dapat berjalan baik sehingga produksi energi tubuh juga akan
berhenti (Muftia 2012).
Menurut penelitian Cut Fauziah, Sri Fitriyani dan Viona Diansari (2012),
asam malat merupakan golongan asam karboksilat yang memiliki kemampuan
memutihkan gigi dengan mengoksidasi permukaan email gigi sehingga menjadi
netral dan menimbulkan efek pemutihan. Selain itu, asam malat juga membantu
menjaga kebersihan mulut dan sering digunakan oleh dokter gigi untuk
membersihkan enamel gigi sebelum dibor dan ditambal. Asam malat memiliki
kadar keasaman atau dikenal dengan kadar pH rendah yaitu dibawah 7 .
Diskolorasi gigi adalah suatu kondisi pada gigi yang mengalami perubahan
dalam corak, warna atau translusensi. Menurut Grossman (1995), perubahan
warna dapat diklasifikasikan menjadi intrinsik dan ekstrinsik. Perubahan warna
intrinsik adalah pewarnaan gigi yang diakibatkan oleh noda yang terdapat dalam
email dan dentin. Penyebab perubahan warna tersebut adalah penumpukan atau
penggabungan bahan-bahan didalam struktur gigi, misalnya stain tetrasiklin
apabila masuk kedalam dentin akan terlihat dari luar karena transluensi email.
39
Perubahan warna ekstrinsik terjadi pada permukaan luar gigi dan biasanya
disebabkan oleh mengonsumsi minuman berwarna secara berlebihan seperti kopi
yang dapat menyebabkan perubahan warna dari coklat sampai hitam karena
pengaruh kadar kafein dan asam didalamnya (Hasbi 2013). Kopi adalah spesies
tanaman berbentuk pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Dalam dunia
perdagangan dikenal beberapa golongan kopi dan yang paling sering
dibudidayakan adalah kopi arabika, robusta dan liberika (Danarti dan Najiyati
1999). Pada penelitian ini, penulis menggunakan kopi cap kupu-kupu bola dunia
yaitu kopi bali dengan jenis robusta sebagai bahan penyebab diskolorasi gigi.
Bleaching merupakan cara yang tepat untuk mengatasi diskolorasi gigi.
Bleaching adalah suatu prosedur yang dapat mengubah gigi seseorang menjadi
lebih putih (Rismanto, Dewayani dan Dharma 2005). Bleaching dapat dilakukan
melalui proses perbaikan secara alami maupun secara kimiawi. Salah satu bahan
alami yang dapat memutihkan gigi adalah buah apel.
Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari pengunungan
caucacus di Asia. Terdapat berbagai macam kandungan dalam buah apel, seperti
vitamin, mineral, fitokimia, serat, tannin, baron, asam malat, asam D-glucaric,
quercetin, asam tartar, dan flavonoid (Shatikah 2010).
Beberapa varietas apel unggulan antara lain Romebeauty, Manalagi, Anna,
Princess Noble dan Wangli / Lali Jiwo. Penelitian yang dilakukan Susanto dan
Setyohadi (2011), menyatakan bahwa apel Manalagi mempunyai rasa manis
dengan kandungan asam rendah sedangkan Romebeauty mempunyai rasa asam
manis dengan kandungan asamnya tinggi. Apel Anna mempunyai rasa asam
manis dengan kandungan asamnya paling tinggi.
40
Berdasarkan hasil analisis kemaknaan dengan uji paired T-test
menunjukkan rerata skor warna gigi setelah perendaman ekstrak apel selama 1
minggu tidak terdapat perbedaan perubahan warna gigi yang bermakna (p =
0,338) sedangkan pada kelompok setelah perendaman ekstrak apel selama 2
minggu mengalami penurunan perubahan warna gigi yang bermakna (p = 0,028)
menjadi lebih putih.
41
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
perendaman gigi dengan ekstrak apel (Malus sylvestris Mill) varietas Anna
konsentrasi 50% dapat memutihkan gigi yang telah direndam larutan kopi.
B. Saran
Peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai masukan untuk penelitian
berikutnya agar hasil yang diperoleh lebih baik dan terarah, yaitu dapat dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan mengambil ekstrak asam malat dari buah apel
(Mallus sylvestris Mill) varietas Anna untuk mengetahui apakah kandungan asam
malat benar-benar mampu memutihkan gigi tanpa disertai campuran kandungan
zat lain, pengaruh konsentrasi ekstrak apel (Mallus sylvestris Mill) varietas Anna
dan pengaruh varietas apel terhadap kemampuannya dalam memutihkan gigi.
44
LAMPIRAN
Uji Normalitas dengan Shapiro-Wilk
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Sebelum_perend
aman
Kontrol .290 10 .117 .833 10 .121
Ekstrak apel 50%
selama 1 minggu .274 10 .072 .820 10 .058
Ekstrak apel 50%
selama 2 minggu .303 10 .070 .793 10 .055
Rendam_larutan
_kopi
Kontrol .271 10 .075 .829 10 .069
Ekstrak apel 50%
selama 1 minggu .219 10 .189 .917 10 .336
Ekstrak apel 50%
selama 2 minggu .293 10 .145 .867 10 .141
Setelah_rendam
an_ekstrak_apel
Kontrol .236 10 .120 .886 10 .151
Ekstrak apel 50%
selama 1 minggu .150 10 .200
* .943 10 .589
Ekstrak apel 50%
selama 2 minggu .252 10 .140 .863 10 .137
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Descriptives
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minim
um
Maxim
um
Lower
Bound
Upper
Bound
Setelah_rendaman
_ekstrak_apel
Kontrol 10 14.50 1.434 .453 13.47 15.53 12 16
Ekstrak apel 50%
selama 1 minggu 10 10.30 2.406 .761 8.58 12.02 7 14
Ekstrak apel 50%
selama 2 minggu 10 6.60 3.438 1.087 4.14 9.06 3 12
Total 30 10.47 4.108 .750 8.93 12.00 3 16
Sebelum_perenda
man
Kontrol 10 10.10 4.122 1.303 7.15 13.05 2 13
Ekstrak apel 50%
selama 1 minggu 10 9.10 4.841 1.531 5.64 12.56 1 15
Ekstrak apel 50%
selama 2 minggu 10 9.80 4.131 1.306 6.84 12.76 2 13
Total 30 9.67 4.245 .775 8.08 11.25 1 15
Rendam_larutan_k
opi
Kontrol 10 12.30 4.191 1.325 9.30 15.30 3 16
Ekstrak apel 50%
selama 1 minggu 10 12.50 2.461 .778 10.74 14.26 7 16
Ekstrak apel 50%
selama 2 minggu 10 13.70 2.584 .817 11.85 15.55 9 16
Total 30 12.83 3.130 .572 11.66 14.00 3 16
45
ANOVA
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Setelah_rendaman_ekstrak
_apel
Between Groups 312.467 2 156.233 23.832 .000
Within Groups 177.000 27 6.556
Total 489.467 29
Sebelum_perendaman Between Groups 5.267 2 2.633 .137 .872
Within Groups 517.400 27 19.163
Total 522.667 29
Rendam_larutan_kopi Between Groups 11.467 2 5.733 .568 .573
Within Groups 272.700 27 10.100
Total 284.167 29
Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 2 minggu
Paired Samples Statisticsa
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum_perendaman 9.80 10 4.131 1.306
Setelah_rendaman_ekstrak_apel 6.60 10 3.438 1.087
a. Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 2 minggu
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
Pair 1 Sebelum_perendaman &
Setelah_rendaman_ekstrak_apel 10 .494 .146
a. Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 2 minggu
Paired Samples Testa
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Sebelum_perendam
an -
Setelah_rendaman_
ekstrak_apel
3.200 3.853 1.218 .444 5.956 2.626 9 .028
a. Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 2 minggu
46
Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 1 minggu
Paired Samples Statisticsa
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum_perendaman 9.10 10 4.841 1.531
Setelah_rendaman_ekstrak_apel 10.30 10 2.406 .761
a. Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 1 minggu
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
Pair 1 Sebelum_perendaman &
Setelah_rendaman_ekstrak_apel 10 .503 .139
a. Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 1 minggu
Paired Samples Testa
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Sebelum_perendam
an -
Setelah_rendaman_
ekstrak_apel
-1.200 4.185 1.323 -4.194 1.794 -.907 9 .388
a. Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 1 minggu
Kelompok = Kontrol
Paired Samples Statisticsa
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum_perendaman 10.10 10 4.122 1.303
Setelah_rendaman_ekstrak_apel 14.50 10 1.434 .453
a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
Pair 1 Sebelum_perendaman &
Setelah_rendaman_ekstrak_apel 10 -.197 .585
a. Kelompok = Kontrol
47
Paired Samples Testa
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Sebelum_perendam
an -
Setelah_rendaman_
ekstrak_apel
-4.400 4.624 1.462 -7.708 -1.092 -3.009 9 .015
a. Kelompok=Kontrol
Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 2 minggu
Paired Samples Statisticsa
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum_perendaman 9.80 10 4.131 1.306
Rendam_larutan_kopi 13.70 10 2.584 .817
a. Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 2 minggu
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
Pair 1 Sebelum_perendaman &
Rendam_larutan_kopi 10 .983 .000
a. Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 2 minggu
Paired Samples Testa
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Sebelum_perendam
an -
Rendam_larutan_ko
pi
-3.900 1.663 .526 -5.090 -2.710 -7.415 9 .000
a. Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 1 minggu
48
Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 1 minggu
Paired Samples Statisticsa
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum_perendaman 9.10 10 4.841 1.531
Rendam_larutan_kopi 12.50 10 2.461 .778
a. Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 1 minggu
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
Pair 1 Sebelum_perendaman &
Rendam_larutan_kopi 10 .770 .009
a. Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 1 minggu
Paired Samples Testa
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Sebelum_perendam
an -
Rendam_larutan_ko
pi
-3.400 3.340 1.056 -5.789 -1.011 -3.219 9 .011
a. Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 1 minggu
Kelompok = Kontrol
Paired Samples Statisticsa
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum_perendaman 10.10 10 4.122 1.303
Rendam_larutan_kopi 12.30 10 4.191 1.325
a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
Pair 1 Sebelum_perendaman &
Rendam_larutan_kopi 10 .969 .000
49
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
Pair 1 Sebelum_perendaman &
Rendam_larutan_kopi 10 .969 .000
a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Testa
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Sebelum_perendam
an -
Rendam_larutan_ko
pi
-2.200 1.033 .327 -2.939 -1.461 -6.736 9 .000
a. Kelompok =Kontrol
Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 2 minggu
Paired Samples Statisticsa
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Rendam_larutan_kopi 13.70 10 2.584 .817
Setelah_rendaman_ekstrak_apel 6.60 10 3.438 1.087
a. Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 2 minggu
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
Pair 1 Rendam_larutan_kopi &
Setelah_rendaman_ekstrak_apel 10 .435 .209
50
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
Pair 1 Rendam_larutan_kopi &
Setelah_rendaman_ekstrak_apel 10 .435 .209
a. Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 2 minggu
Paired Samples Testa
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Rendam_larutan_ko
pi -
Setelah_rendaman_
ekstrak_apel
7.100 3.281 1.038 4.753 9.447 6.843 9 .000
a. Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 2 minggu
Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 1 minggu
Paired Samples Statisticsa
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Rendam_larutan_kopi 12.50 10 2.461 .778
Setelah_rendaman_ekstrak_apel 10.30 10 2.406 .761
a. Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 1 minggu
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
Pair 1 Rendam_larutan_kopi &
Setelah_rendaman_ekstrak_apel 10 .235 .514
a. Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 1 minggu
51
Paired Samples Testa
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Rendam_larutan_ko
pi -
Setelah_rendaman_
ekstrak_apel
2.200 3.011 .952 .046 4.354 2.310 9 .046
a. Kelompok = Ekstrak apel 50% selama 1 minggu
Kelompok = Kontrol
Paired Samples Statisticsa
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Rendam_larutan_kopi 12.30 10 4.191 1.325
Setelah_rendaman_ekstrak_apel 14.50 10 1.434 .453
a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
Pair 1 Rendam_larutan_kopi &
Setelah_rendaman_ekstrak_apel 10 -.009 .980
a. Kelompok = Kontrol
Paired Samples Testa
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Rendam_larutan_ko
pi -
Setelah_rendaman_
ekstrak_apel
-2.200 4.442 1.405 -5.378 .978 -1.566 9 .152
a. Kelompok =Kontrol
52
Kelompok * Rendam_larutan_kopi
Crosstab
Count
Rendam_larutan_kopi
Total B2 C2 A3 D3 B3 A35 B4 C3 A4 C4
Kelomp
ok
Kontrol 1 1 0 0 0 1 3 0 2 2 10
Ekstrak apel 50%
selama 1 minggu 0 1 0 0 1 3 2 1 1 1 10
Ekstrak apel 50%
selama 2 minggu 0 0 1 1 0 1 1 0 3 3 10
Total 1 2 1 1 1 5 6 1 6 6 30
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 15.600a 18 .620
Likelihood Ratio 17.231 18 .507
Linear-by-Linear Association 1.000 1 .317
N of Valid Cases 30
a. 30 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .33.
Kelompok * Sebelum_perendaman
Crosstab
Count
Sebelum_perendaman
Total B1 A1 B2 C1 A3 D3 B3 A35 B4 A4
Kelomp
ok
Kontrol 0 1 1 0 0 1 1 3 3 0 10
Ekstrak apel 50%
selama 1 minggu 2 0 0 1 0 1 3 1 1 1 10
Ekstrak apel 50%
selama 2 minggu 0 1 1 0 2 0 0 3 3 0 10
Total 2 2 2 1 2 2 4 7 7 1 30
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 20.786a 18 .290
Likelihood Ratio 24.982 18 .125
Linear-by-Linear Association .025 1 .874
N of Valid Cases 30
a. 30 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .33.
53
Kelompok * Setelah_rendaman_ekstrak_apel
Crosstab
Count
Setelah_rendaman_ekstrak_apel
Total B2 C2 D4 D3 B3 A35 B4 C3 A4 C4
Kelomp
ok
Kontrol 0 0 0 0 0 1 2 1 3 3 10
Ekstrak apel 50%
selama 1 minggu 0 2 1 2 2 1 1 1 0 0 10
Ekstrak apel 50%
selama 2 minggu 4 2 1 2 0 1 0 0 0 0 10
Total 4 4 2 4 2 3 3 2 3 3 30
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 32.000a 18 .022
Likelihood Ratio 38.870 18 .003
Linear-by-Linear Association 18.488 1 .000
N of Valid Cases 30
a. 30 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .67.
54
Gambar 1. Sampel gigi sebelum perlakuan
Gambar 2. Pengukuran sampel gigi sebelum perlakuan
dengan Shade Guide VITA Classical
55
Gambar 3. Sampel gigi setelah direndam larutan kopi
Gambar 4. Pengukuran sampel gigi setelah direndamlarutan kopi
dengan Shade Guide VITA Classical
56
Gambar 5. Perendaman sampel gigi dengan saliva
buatan (kelompok kontrol)
Gambar 6. Perendaman sampel gigi dengan ekstrak
apel 1 minggu (kelompok perlakuan I)
Gambar 7. Perendaman sampel gigi dengan ekstrak
apel 2 minggu (kelompok perlakuan II)