perdu-kel 9

16
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroforestry dikembangkan untuk memberi manfaat kepada manusia atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agroforestry utamanya diharapkan dapat membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat; dan dapat meningkatkan daya dukung ekologi manusia. Beberapa masalah (ekonomi dan ekologi) berikut menjadi mandat agroforestry dalam pemecahannya (von Maydell, 1986) antara lain adalah menjamin dan memperbaiki kebutuhan bahan pangan yang dijabarkan sebagai berikut : (1) meningkatkan persediaan pangan baik tahunan atau musiman dan perbaikan kualitas nutrisi; (2) diversifikasi produk dan pengurangan risiko gagal panen dan (3) keterjaminan bahan pangan secara berkesinambungan.

description

asdf

Transcript of perdu-kel 9

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangAgroforestry dikembangkan untuk memberi manfaat kepada manusia atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agroforestry utamanya diharapkan dapat membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat; dan dapat meningkatkan daya dukung ekologi manusia. Beberapa masalah (ekonomi dan ekologi) berikut menjadi mandat agroforestry dalam pemecahannya (von Maydell, 1986) antara lain adalah menjamin dan memperbaiki kebutuhan bahan pangan yang dijabarkan sebagai berikut : (1) meningkatkan persediaan pangan baik tahunan atau musiman dan perbaikan kualitas nutrisi; (2) diversifikasi produk dan pengurangan risiko gagal panen dan (3) keterjaminan bahan pangan secara berkesinambungan.Agroforestry itu merupakan salah satu solusi atau alternatif dalam menghadapi pergeseran musim yang disebabkan oleh anomali cuaca. Pengertian anomali iklim itu sendiri adalah keanehan cuaca atau situasi cuaca yang menyimpang dari sebelumnya. Anomali cuaca hampir selalu berkaitan dengan bencana. Bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia adalah kekeringan khususnya pada lahan kering. Fenomena ini dipengaruhi oleh ketersediaan air hujan. Sehingga secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan seringkali menurunkan rerata hasil tanaman secara signifikan.Peluang untuk meningkatkan ketersediaan pangan dideketi dengan upaya peningkatan potensi lahan-lahan marginal seperti lahan tadah hujan (lahan kering) yang masih relatif lebih luas (Radjagukguk, 2006). Menurut Rukmana (2001) bahwa lahan kering merupakan sebidang lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air terbatas dan biasanya bergantung pada air hujan.Harapan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan sekaligus pemeliharaan sumberdaya alam dan lingkungan memerlukan upaya perencanaan pembangunan berwawasan lingkungan. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui sistem agroforestry. Pelaksanaan sistem agroforestry memadukan tanaman semusim dan tahunan secara serentak pada sebidang tanah. Tanaman tahunan pada lahan kering ini dipilih pohon yang berpotensi meningkatkan resapan air melalui peran sistem tajuk sebagai mediator pengendali energi kinetik butir-butir air hujan dan sistem perakaran sebagai pendukung aliran air ke dalam tanah.

B. Rumusan Masalah1. Bagaimana konsep agroforestry?2. Apakah pengertian ketahanan pangan?3. Bagaimana pengelolaan agroforestri dalam menciptakan ketahanan pangan?

C. Tujuan1. Memahami konsep agroforestry.2. Memahami pentingnya ketahanan pangan.3. Mengetahui pengelolaan agroforestry dalam menciptakan ketahanan panII. ISIA. Konsep AgroforestriAgroforestri merupakan model pengelolaan hutan yang bertujuan untuk meningkatkan produktifitas lahan berupa hasil hutan, hasil pertanian, peternakan, dan perikanan sehingga masyarakat dapat memperoleh hasil dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Prinsip dalam agroforestri adalah keseimbangan lingkungan, ekonomi dan sosial. Zomer Dawson, (2011) menyebutkan sekitar 56 juta penduduk dunia hidup dari sistem agroforestri. Acharya, Dawson, (2011) mengatakan bahwa budidaya pohon dalam sistem agroforestri oleh masyarakat pedesaan, dapat mengonservasi ratusan jenis pohon setempat (konservasi insitu) di lahan pertanian.Pelaksanaan sistem agroforestri diawali dengan mempelajari kendala dan kelebihan sistem ini sebagai sistem pertanaman yang memadukan tanaman semusim dan tahunan secara serentak pada sebidang tanah sehingga pemilihan jenis tanaman semusim yang diusahakan sebaiknya adalah tanaman-tanaman yang memiliki daya adaptasi tinggi terhadap naungan. Hal ini tidaklah mudah, karena seringkali tanaman yang dianggap mampu beradaptasi kehadirannya tidak disukai petani setempat dalam arti dianggap kurang menguntungkan secara ekonomi. Penataan pohon ataupun penentuan jenis pohon sebaiknya dipilih yang berpotensi meningkatkan resapan air melalui peran sistem tajuk sebagai mediator pengendali energi kinetik butir-butir air hujan dan sistem perakaran sebagai pendukung aliran air ke dalam tanah. Secara tidak langsung, pohon memiliki peran melindungi dan menjaga tanah dari kekuatan aliran permukaan dan erosi. Dengan demikian hendaknya dicari solusi tepat untuk memadukan kepentingan ekonomi dan lingkungan secara sinergi.Seperti diketahui bersama bahwa dalam sistem agroforestri melibatkan beberapa jenis tanaman dari berbagai kenampakan morfologi mulai dari bentuk tajuk, tingkat ketinggian, dan kondisi percabangan yang ketiganya berpengaruh pada tingkat pelapisan tajuk (canopy stratiication) dalam sistem tersebut. Semakin besar tingkat variasi tanaman dalam sistem agroforestri akan menciptakan tingkat stratiikasi tajuk yang semakin tinggi pula. Hal itu menentukan perjalanan air hujan dari segi kecepatan jatuh butir air hujan mencapai permukaan tanah. Tingkat stratfikasi tajuk yang tinggi tentu saja akan mengurangi kecepatan butir air hujan karena terhambat oleh lapisan tajuk tanaman tinggi (pohon) maupun tanaman rendah (tanaman pangan, empon-empon, rerumputan dan lain-lain) sehingga kekuatan butir air hujan tersebut menjadi rendah saat tiba di permukaan tanah.Kendala utama dalam sistem agroforestri adalah kompetisi air, unsur hara dan cahaya antara tanaman tahunan dan tanaman semusim atau tanaman budidaya. Kompetisi air dan unsur hara relatif lebih mudah diatasi dari pada kompetisi cahaya. Selama air tersedia dan sesuai dengan kebutuhan tanaman maka selama itu pula hambatan pertumbuhan bagi tanaman budidaya relatif rendah, namun demikian usaha menjaga keberadaan air pada musim kering sangat diperlukan dan cara yang termudah adalah dengan memilih pohon dengan sistem perakaran yang berkembang secara vertikal (bersifat sebagai jangkar) dan berperan sebagai penguat struktur tanah ke arah dalam (Hairiah et al., 2006). Sebagai contoh adalah pohon jambu mete, pohon ini memiliki sistem perakaran dalam dan dapat dipertimbangkan sebagai tanaman yang mampu menjadi jaring penyelamat air dan hara, sehingga pada musim keringpun kondisi tanah relatif lembab.

B. Ketahanan PanganKetahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersediannya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Mengingat pangan merupakan faktor yang sangat strategis dan berkorelasi langsung terhadap stabilitas nasional, maka pemerintah mempunyai komitmen untuk menjamin tersedianya pangan bagi masyarakat. Namun dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan, ditegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan pangan diutamakan, dari produksi dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah berusaha mengoptimalkan semua potensi yang ada didalam negeri, termasuk potensi dari sektor kehutanan, dalam mendukung kecukupan pangan nasional.Beberapa kebijakan yang terkait dengan upaya untuk mewujudkan kemandirian pangan antara lain adalahh: 1. Kebijakan yang mempunyai dampak positif dalam jangka pendek, yakni subsidi input dan peningkatan harga output dan perdagangan pangan termasuk intervensi distribusi2. Kebijakan yang sangat positif untuk jangaka panjang, yakni perubahan teknologi, ektensifikasi, jaring pengaman ketahanan pangan, investasi infrastruktur, serta kebijakan makro, pendidikan dan kesehatan3. Kebijakan yang mendorong pertumbuhan dan penyediaan produksi didalam negeri misalnya :a. Perbaikan mutu intensifikasi, perluasan areal, perbaikan jaringan irigasi, penyediaan sarana produksi terjangkau oleh petani, pemberian insentif produksi melalui penerapan kebijakan harga input dan harga outputb. Pengembangan teknologi panen dan pasca panen untuk menekan kehilangan hasilc. Pengembangan varietas tipe baru dengan produktivitas tinggi dengan komoditas yang memiliki prospek pasar yang baik(Suryana, 2005).Kebutuhan pangan masyarakat Indonesia semakin bertambah dari tahun ke tahun sehingga perlu adanya peningkatan produksi pangan agar tercipta suatu ketahanan pangan. Upaya menciptakan ketahan pangan perlu dukungan adanya berbagai pihak baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Permasalahan utama yang dihadapi dalam mewujudkan ketahannan pangan di Indonesia saat ini adalah pertumbuhan permintaan pangan yang lebih cepat dari pertumbuhan penyediaan.permintaan yang meningkat merupakan dampak dari peningkatan jumlah penduduk,pertumbuhan ekonomi, peningktana daya beli masyarakat dan perubahan selera. Sementara itu, pertumbuhan kapasitas produksi pangan nasional cukup lambat stagnan, karena adanya kompetisi dalam pemanfaatan sumberdaya lahan dan air, stagnansi pertumbuhan produktivitas lahan dan tenaga kerja pertanian. Tantangan ini juga terus berkembang secara dinamis seirirng dengan perkembangan sosial, ekonomi dan politik. Kendala yang dipandang cukup signifikan dalam pencapaian ketahanan pangan diantaranya: berlanjutnya konversi lahan pertanian untuk kegiatan non pertanian serta merosotnya kualitas dan kesuburan lahan terutama di pulau Jawa.

C. PengelolaanUpaya strategis yang berkaitan dengan hutan sebagai sumber pangan, energi dan air antara lain1. Pemberdayaan masyarakat melalui upaya-upayaa. Pengembangan hutan kemasyarakatan (HKm) yang merupakan kebijakan sector kehutanana yang memberi kesempatan kepada masyarakat yang berada di sekitar hutan dalam memperoleh izin pemanfaatan hutan untuk meningkatkan kesejahteraanb. Pengembangan hutan desa yang merupakan kebijakan sector kehutanan yang member kesempatan kepada desa yang berada di sekitar hutan untuk meningkatkan kesejahteraan desa. Kegiatan ini dapat dioptimalkan untuk mendukung penyediaan pangan bagi masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan.2. Peningkatan integrasi kegiatan kehutanan antara lain melalui kegiatana. Tumpangsari yaitu pemanfaatan ruang tumbuh di bawah tanaman kayu yang berumur kurang dari 3 tahun dengan tanaman semusim (padi, jagung, kacang-kacangan, dan lain-lain).b. Pemanfaatan lahan bawah tegakan (PLBT) yaitu pemanfaatan ruang tumbuh di bawah tanaman kayu yang berumur di atas 3 tahun melalui penanaman tanaman umbi-umbian.c. Pengkayaan tanaman yaitu pemanfaatan ruang tumbuh dengan menggunakan jenis pohon serba guna seperti petai, sukun, kemiri, sagu, aren, jambu mete, durian, alpukat, sirsak, rambutan, dan mangga.3. Penetapan prinsip prioritas yaitu pengembangan pangan dilakukan dengan prinsip prioritas yang disertai dengan penyiapan prakondisi sosial masyarakat sesuai dengan kesiapan masyarakat dalam pemanfaatan hutan untuk menghindari konflik4. Memaksimalkan pemanfaatan hutan yang pada pola tumpangsari, pengembangan tanaman kehidupan atau pemanfaatan lahan bawah tegakan5. Memaksimalkan peran msayarakat dalam pengembangan pangan sebagai bentuk pemberian akses kepada masyarakat dalam pemanfaatan hutan6. Optimalisasi pemanfaatan lahan dengan mencadangkan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) untuk peningkatan ketahan oangan yang kewenangannya berada pada pemerintah daerah7. Koordinasi antar sector karena keberhasilan dukungan pengembangan ketahanan pangan nasional dari sektor kehutanan sangat terkait program sektor lain terutama meningkatkan kinerja dan menentukan sasaran kontribusi sektor kehutanan dalam ketahan pangan nasional. Peran agroforestri dalam peningkatan ketahanan pangan dan pemberdayaan masyarakat hutan antara lain:8. Pola Pengusahaan Komoditas AgroforestriPerum Perhutani melalui skema PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) mengajak kelompok tani hutan untuk memanfaatkan hutan dan memelihara tanaman pokok yaitu sejak mulai ditanam hingga umur 3 tahun. Selama rentang umur 3 tahun, petani dapat memanfaatkan lahan diantara tanaman pokok tersebut untuk menanam tanaman pangan sambil memelihara tanaman pokok (jati). Hak petani untuk menanam pada lahan bukaan (tebangan) baru jika jarak tanam dari tanaman utama 3 x 3 m (normal) adalah selama 2 tahun. Penanaman dengan jarak 6 x 2 meter dapat digunkan maksimal 5 tahun, namun demikian dalam kontrak ditetapkan 2 tahun dan bias diperpanjang setiap tahun hingga secara budidaya masih menguntungkan. 9. Pemberdayaan Masyarakat sekitar HutanKonsep dasar yang dikembangan dalam hutan kemasyarakatan adalah partisipasi aktif masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan dalam mengelola hutan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan fungsi hutan. Pengembangan hutan kemasyarakatan menggunakan metode pemanfaatan ruang tumbuh atau bagian-bagian tertentu dari tanaman hutan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kualitas sumber daya hutan. Komoditas yang bias dikembangkan adalah aneka usaha kehutanan ataupun jenis-jenis tanaman multiguna. Prinsip-prinsip yang dikembangkan lebih berpihak lagi kepada masyarakat yakni masyarakat sebagai pelaku utama, masyarakat sebagai pengambil keputusan, kelembagaan pengusaha ditentukan oleh pengambil keputusan, kepastian hak dan kewajiban semua pihak, pemerintah sebagai fasilitator dan pemantau program dan pendekatan didasarkan pada keanekaragaman hayati serta kenaekaragaman budidaya. Program-program pemberdayaan desa hutan dalam rangka pengelolaan hutan diantaranya PHJO (Pengelolaan Hutan Jati Optimal), Sosial Forestry dan PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) (Mayrowani dan Ashari, 2011).Implementasi PHBM telah dibentuk sebuah kelembagaan di desa hutan yang disebut Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Lembaga ini dibentuk oleh masyarakat desa hutan dalam rangka kerjasama pengelolaan sumber daya hutan denga perhutani. Agroforestri yang melibatkan LMDH ini cukup membantu dalam penyediaan pangan. Menurut Mayrowani et al. (2010), rata-rata hasil panen di kawasan hutan lebih tinggi dibanding lahan milik petani karena kandungan humus (unsur hara) yang tinggi. Upaya peningkatan dan mendukung ketahan pangan dilakukan melalui program Cadangan Benih Nasional (CBN), kabupaten Blora melaksanakan kegiatan penanaman padi gogo seluas 600 ha, dari total luas tersebut, 450 ha ditanam di luar kawasan hutan (tegal) dan 150 ha ditanam di kawasan hutan. Varietas padi yang ditanam adalah Situ Bagendit dan sudah dipanen oleh Gubernur Jawa Tengah. Produktivitas padi gogo tersebut cukup tinggi yaitu diatas 6,7 ton/ha.