Peran Vitamin B untuk Tatalaksana Nyeri

8
Pendahuluan N yeri merupakan salah satu gejala tersering yang dikeluhkan oleh pasien dan menjadi masalah kesehatan umum yang cukup populer di masyarakat. Diperkirakan 1 dari 5 orang dewasa menge- luhkan nyeri dan 1 dari 10 orang dewasa didiagnosis sebagai nyeri kronik setiap tahun- nya. Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional tidak menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. 1 Nyeri dapat mengenai semua populasi tanpa mem- bedakan usia, jenis kelamin, pendapatan, ras/etnik maupun wilayah geografis. Nyeri berdasarkan durasi terjadinya dapat berupa nyeri akut, kronik, intermiten, maupun kom- binasi ketiganya. Sedangkan berdasarkan etiologinya dapat dibedakan menjadi nyeri nosiseptif dan nyeri neuropati. 2 Kondisi patologis yang sering menim- bulkan keluhan nyeri antara lain: degenerasi jaringan, infeksi, inflamasi, kanker, trauma, bedah, dan fraktur ekstremitas. Setiap abnor- malitas fisiologis ini memerlukan pendekatan terapi yang berbeda-beda. Pada nyeri akut yang disebabkan oleh fraktur dan atau tin- dakan bedah dapat menggunakan beberapa golongan analgesik. Namun demikian, peng- gunaan beberapa analgesik seperti nons- teroidal anti-inflammatory drugs (NSAID), anestesi lokal dan opioid masih terbatas. Selain itu, obat-obatan ini juga memiliki efek samping dan keterbatasan penggunaan dalam praktek klinis. 3 Nyeri juga memiliki sekuel multipel dan serius seperti depresi, ketidakmampuan bekerja, terganggunya hubungan sosial dan timbulnya pemikiran untuk mengakhiri hidup. Oleh karena itu, penatalaksanaan yang tepat terhadap nyeri dibutuhkan demi meningkatkan kualitas hidup pasien. 2 Beberapa tahun terakhir terdapat laporan mengenai penggunaan vitamin B kompleks sebagai monoterapi maupun kombinasi dengan obat lain untuk tatalaksana nyeri. 4 Vitamin B kompleks terdiri dari 8 vitamin yang memiliki peran esensial terhadap fungsi sel untuk mengubah makanan menjadi energi. Vitamin ini larut dalam air namun berkurang jumlahnya bahkan hilang pada saat dimasak, dan jika asupannya berlebih akan dieliminasi melalui urin. Vitamin B komplek s ini meliputi B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B3 (niasin), B5 (asam pantotenat), B6 (piridoksin), B7 (biotin) yang juga dikenal sebagai vitamin H, B9 (asam folat), dan B12 (kobalamin). 5 Beberapa jenis vitamin B seperti tiamin, piridoksin, dan sianokobalamin tidak hanya digunakan untuk tatalaksana nyeri dan inflamasi akibat defisiensi vitamin, tetapi juga dikombinasikan dengan obat antiinflamasi lainnya seperti diklofenak atau golongan NSAID lainnya untuk penanganan berbagai kondisi nyeri seperti polineuropati, penyakit degeneratif kolumna spinalis, penyakit reumatologi, nyeri neuropati, maupun nyeri paska operasi. Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengevaluasi efek analgesik dari vitamin B untuk tatalaksana nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik. 3-4 Namun demikian, peran nyata dari vitamin B terkait penggunaannya dalam praktek klinis untuk tatalaksana nyeri dengan situasi klinis yang berbeda-beda masih dipertanyakan. Oleh karena itu, penulisan artikel ini bertuju- an untuk mengkaji secara sistematis mengen- ai manfaat vitamin B untuk tatalaksana nyeri. Metode Metode yang digunakan berupa pe - lacakan pustaka di Pubmed mengenai uji klinis vitamin B untuk tatalaksana nyeri. Kata kunci yang dipakai untuk menemukan literatur yakni “nyeri” dan “vitamin B kom- pleks” atau “terapi” dan “vitamin B”, atau “sianokobalamin”, “tiamin”, “piridoksin”, maupun “metilkobalamin”. Kriteria inklusi RIZALDY PINZON 1 , MARTA ZALUKHU 2 , FATIMAH PITALOCA 3 1 Fakultas Kedokteran UKDW/RS. Bethesda Yogyakarta 2 Dokter Internsip RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto 3 PT Merck Tbk Indonesia ARTIKEL KONSEP 296 NO. 6 TAHUN KE XLIII, JUNI 2017 Peran Vitamin B untuk Tatalaksana Nyeri

Transcript of Peran Vitamin B untuk Tatalaksana Nyeri

Pendahuluan

Nyeri merupakan salah satu gejalatersering yang dikeluhkan oleh pasiendan menjadi masalah kesehatan

umum yang cukup populer di masyarakat.Diperkirakan 1 dari 5 orang dewasa menge -luh kan nyeri dan 1 dari 10 orang dewasadidiag nosis sebagai nyeri kronik setiap tahun-nya. Menurut The International Associationfor the Study of Pain (IASP), nyeri merupakanpengalaman sensoris dan emosional tidakmenyenangkan yang disertai oleh kerusakanjaringan secara potensial dan aktual.1 Nyeridapat mengenai semua populasi tanpa mem-bedakan usia, jenis kelamin, pendapatan,ras/etnik maupun wilayah geografis. Nyeriberdasarkan durasi terjadinya dapat berupanyeri akut, kronik, intermiten, maupun kom-binasi ketiganya. Sedangkan berdasarkanetiologi nya dapat dibedakan menjadi nyerinosiseptif dan nyeri neuropati.2

Kondisi patologis yang sering menim-bulkan keluhan nyeri antara lain: degenerasijaringan, infeksi, inflamasi, kanker, trauma,bedah, dan fraktur ekstremitas. Setiap abnor -ma litas fisiologis ini memerlukan pendekatanterapi yang berbeda-beda. Pada nyeri akutyang disebabkan oleh fraktur dan atau tin-dakan bedah dapat menggunakan beberapagolongan analgesik. Namun demikian, peng -gun aan beberapa analgesik seperti nons-teroidal anti-inflammatory drugs (NSAID),anestesi lokal dan opioid masih terbatas.Selain itu, obat-obatan ini juga memiliki efeksamping dan keterbatasan penggunaandalam praktek klinis.3 Nyeri juga memilikisekuel multipel dan serius seperti depresi,ketidakmampuan bekerja, terganggunyahubungan sosial dan timbulnya pemikiranuntuk mengakhiri hidup. Oleh karena itu,penata laksanaan yang tepat terhadap nyeridibutuhkan demi meningkatkan kualitashidup pasien.2

Beberapa tahun terakhir terdapat laporanmengenai penggunaan vitamin B kompleks

sebagai monoterapi maupun kombinasidenga n obat lain untuk tatalaksana nyeri.4Vitamin B kompleks terdiri dari 8 vitaminyang memiliki peran esensial terhadap fungsisel untuk mengubah makanan menjadienerg i. Vitamin ini larut dalam air namunberkurang jumlahnya bahkan hilang padasaat dimasak, dan jika asupannya berlebihakan dieliminasi melalui urin. Vitamin Bkomplek s ini meliputi B1 (t iamin), B2(riboflavi n), B3 (niasin), B5 (asam pantotenat),B6 (piridoks in), B7 (biotin) yang juga dikenalsebag ai vitamin H, B9 (asam folat), dan B12(kobalamin).5

Beberapa jenis vitamin B seperti tiamin,piridoksin, dan sianokobalamin tidak hanyadigunakan untuk tatalaksana nyeri daninflama si akibat defisiensi vitamin, tetapi jugadikombinasikan dengan obat antiinflamasilainnya seperti diklofenak atau golonganNSAID lainnya untuk penanganan berbagaikondisi nyeri seperti polineuropati, penyakitdegeneratif kolumna spinalis, penyakitreumatologi, nyeri neuropati, maupun nyeripaska operasi. Terdapat beberapa penelitianyang dilakukan untuk mengevaluasi efekanalgesik dari vitamin B untuk tatalaksananye ri nosiseptif dan nyeri neuropatik.3-4

Namun demikian, peran nyata dari vitamin Bterkait penggunaannya dalam praktek klinisuntuk tatalaksana nyeri dengan situasi klinisyang berbeda-beda masih dipertanyakan.Oleh karena itu, penulisan artikel ini bertuju -an untuk mengkaji secara sistematis mengen -ai manfaat vitamin B untuk tatalaksana nyeri.

MetodeMetode yang digunakan berupa pe -

lacaka n pustaka di Pubmed mengenai ujiklini s vitamin B untuk tatalaksana nyeri. Katakunci yang dipakai untuk menemukanliteratu r yakni “nyeri” dan “vitamin B kom-pleks” atau “terapi” dan “vitamin B”, atau“sianokobalamin”, “tiamin”, “piridoksin”,maupun “metilkobalamin”. Kriteria inklusi

RIZALDY PINZON1,MARTA ZALUKHU2,

FATIMAH PITALOCA3

1Fakultas Kedokteran UKDW/RS.Bethesda Yogyakarta

2Dokter Internsip RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo

Mojokerto3PT Merck Tbk Indonesia

ARTIKEL KONSEP

296 NO. 6 TAHUN KE XLIII, JUNI 2017

Peran Vitamin B untukTatalaksana Nyeri

Peran Vitamin B untuk Tatalaksana Nyeri. 296 –303

antara lain: uji klinis dengan subjek pasienyang mengalami nyeri, penelitian yang meng -gun akan berbagai jenis vitamin B maupunkoenzimnya baik sebagai monoterapimaupun kombinasi dengan analgesik atauobat lainnya, serta adanya periode follow up.Hasil pelacakan pustaka yang sesuai akandisaji kan dalam bentuk tabel yang mencakupjenis uji klinis, karakteristik populasi pe ne -litian, tujuan dan metode uji klinis, informasimengenai jenis, dosis, durasi pemberianvitami n B dan plasebo atau obat pembandinglainnya, serta hasil penelitian.

Pembatasan lain yang digunakan untukhasil pelacakan pustaka adalah denganmembe ri pembatasan tahun terbit (10 tahunterakhir), terbit dalam bahasa Inggris dan tekspenuhnya dapat diakses. Artikel yang di -perole h akan ditelaah secara kritis untukdinil ai validitasnya menggunakan skalaJadad. Skala Jadad menitikberatkan padaproses randomisasi subyek, pengukuran yangtersamar (blind), cara penyamaran (blinding)dan randomisasi yang benar, serta penjelasandrop-out. Hasil telaah kritis akan ditabulasidan diberi skor. Skor yang baik adalah >3.6

Hasil pelacakan pustaka akan ditabulasiuntuk melihat metode uji yang digunakan,karakteristik subjek, dan hasil yang didapat -kan. Pembahasan akan dilakukan secaradeskriptif.

HasilHasil asesmen kualitas uji klinis pada

pelacak an pustaka (tabel 1) menunjukkan 7penelitian dengan kualitas uji klinis yang baik(skor Jadad >3).6 Berdasarkan hasil yangtercantu m pada tabel 2, dari 9 penelitiantersebut terdapat 7 uji klinis acak terkontroltersamar ganda, 1 uji klinis acak terkontroltersamar tunggal, dan 1 uji klinis terbukaeksplor atif, prospektif dan multisenter.Empat dari 9 penelitian tersebut mengguna -kan plasebo sedangkan sisanya sebagaimonoterapi maupun kombinasi dengananalges ik atau obat lain. Semua hasi lpenelitia n menunjukkan adanya perbaikangejala nyeri setelah pemberian vitamin B ter-masuk koenzimnya dan efek samping yangterjadi juga dilaporkan minimal.

PembahasanTatalaksana nyeri yang umumnya diguna -

kan selama ini dimulai dengan penggunaananalgesik non-opiod (misalnya NSAID danparasetamol) baik dalam bentuk sediaan oralmaupun topikal. Jika keluhan nyerinya me -neta p atau semakin memberat, maka dapatdipert imbangkan penggunaan opioidlemah-sedang hingga opioid kuat, terutamauntuk nyeri hebat yang tidak berespondenga n tera pi sebelumnya.15 Namun demi -kian, penggunaan beberapa analgesik sepertiNSAID, anestesi lokal dan opioid ma sihterbat as. Selain itu, obat-obatan ini jugamemiliki efek samping dan keterbatasanpenggunaan dalam praktek klinis.3

Terdapat beberapa penelitian terbarumengenai penggunaan vitamin B komplekssebagai monoterapi, kombinasi dengan obatlain maupun sebagai adjuvan untuk tatalak-sana nyeri. Berdasarkan kajian sistematis se -belu mnya, penggunaan vitamin B kompleksmemberikan efek analgesik pada polineu -ropati, nyeri punggung bawah, osteoartritisdan neuralgia pasca herpetika. Selain sebagaianalgesik, vitamin B juga memiliki efek anti-inflamasi, antipruritus, serta meningkatkanfung sionalitas pasien. Vitamin B yang ditam-bahkan dengan terapi konvensional untuknyeri akut maupun kronik juga memberidam pak positif lain berupa penguranganwaktu konsumsi obat analgesik dan anti -inflama si sehingga turut mengurangiterjadiny a efek samping pada beberapaindivid u.3,4,7-14

Penggunaan vitamin B dalam tatalaksana

298 NO. 6 TAHUN KE XLIII, JUNI 2017

Gambar 1. Langkah-langkah

identifikasi uji klinis hasilpelacakan pustaka

RIZALDY PINZON, MARTA ZALUKHU, FATIMAH PITALOCA. 296–303

nyeri pada kajian sistematis ini dilakukanpada berbagai kondisi klinis seperti nyeripunggung bawah, fraktur ekstremitas,osteoar tritis genu, migrain dengan aura,neuralgi a kompresi, neuropati diabetika danneuralgia pasca herpetika. Berdasarkan hasilpenelitian yang dilakukan, penggunaanvitami n B baik sebagai monoterapi, kombi-nasi dengan obat lainnya ataupun sebagaiadjuvan memiliki efek analgesik karenamamp u mengurangi nyeri secara signifikan.Hal ini terlihat dari penurunan skor VASataupun NRS secara signifikan setelah meng -guna kan terapi dengan vitamin B pada pasiennyeri punggung bawah, fraktur ekstre mitasinferior, neuralgia pasca herpetika, nyerineuro pati, osteoartritis genu, migrain denganaura, dan neuralgia kompresi. Selain efekanalgesik, vitamin B juga memperbaiki dailylife activity (DLA) pada neuropati diabetika,nyeri punggung bawah, neuralgia pascaherpetik a, osteoartritis genu, dan neuralgiakompresi yang ditunjukkan oleh perbaikantotal symptom scores (TSS), neuropathydisabilit y score (NDS), Oswestry DisabilityIndex Questionnaire (ODI), maupun EuroQoLVAS.3,7-13

Berdasarkan hasil pada tabel 2, penelitianStracke et al., Xu et al., Malakar et al., sertaAlvarado et Navarro menunjukkan bahwapenggunaan vitamin B efektif untuk tata -laksan a nyeri neuropati, baik dengan meng-gunakan benfotiamin 300 atau 600 mg/hari,metilkobalamin (0,5 mg peroral 3x/hari atau1500 μg 1x/hari atau 1000 μg SC 1x/hari)maupun dengan kombinasi B1 100 mg & B120,2 mg perhari.8-9,12,14 Sedangkan penelitianChiu et al., Ponce-Monter et al., Dehghan,Sadeghi et al., dan Goldberg et al., mengenaitatalaksana nyeri nosiseptif, penggunaanvitami n B berupa metilkobalamin 500 μg IM3x/minggu, kombinasi diklofenak dengan Bkompleks (B1 100 mg, B6 100 mg, dan B121 mg) 1x/hari IM atau B kompleks 100mg/hari, kombinasi B6 40 mg dengan anti -migra in/analgesik maupun kombinasi B12 (2mg 3x/hari) dengan nukleotida terbuktiefekti f mengurangi nyeri.3,7,10-11

Selain sebagai monoterapi, vitamin B jugasering dikombinasikan dengan analgesik lain,khususnya NSAID. Vitamin B kompleks dalambentuk terpisah baik sebagai B1, B6, maupunB12 memiliki efek antinosiseptif atau efekanalgesia. Diklofenak yang merupakan salahsatu NSAID memiliki efek analgesik poten

dan juga antiinflamasi. Sama seperti NSAIDnon-selektif lainnya, diklofenak mampu me -rusak sintesis prostaglandin melalui inhibisisiklooksigenase (COX-1 dan COX-2) padajaringan yang cedera dan pada sistem sarafpusat.3 Berdasarkan hasil penelitian Ponce-Monter et al., dan Dehghan M, penggunaankombinasi vitamin B dengan diklofenakmampu menghasilkan perbaikan nyeri yanglebih signifikan pada pasien fraktur ekstrem-itas inferior dan osteoartritis genu sehinggaturut meningkatkan fungsionalitas sertamemiliki efikasi analgesik yang lebih lamadibandingkan diklofenak monoterapimaupun kombinasinya dengan vitamin E. Halini didukung oleh penelitian sebelumnyayang menunjukkan bahwa kombinasi NSAID

seperti diklofenak dengan vitamin B meng-hasilkan efek analgesik yang lebih signifikandibandingkan diklofenak monoterapi.3,7

Vitamin B memiliki efek sinergi denganNSAID sehingga kombinasi keduanyameningkatkan potensi analgesik NSAID,menurunkan dosis serta memperpendekdurasi penggunaan NSAID dalam mendapat -kan efek analgesik yang sama dibandingkanNSAID monoterapi.10

Tiamin, piridoksin, dan sianokobalaminmemiliki peran penting terhadap fungsi sis-tem saraf, mielin dan struktur sel lainnya,sebag ai bahan esensial nutrisi, transporakson al, eksitabilitas saraf, dan sintesis

NO. 6 TAHUN KE XLIII, JUNI 2017 299

Tabel 1. Asesmen kualitas uji klinis mengenai manfaatvitamin B untuk tatalaksana nyeri

Peran Vitamin B untuk Tatalaksana Nyeri. 296 –303

300 NO. 6 TAHUN KE XLIII, JUNI 2017

Tabe

l 2. H

asil

pela

caka

n pu

stak

a m

enge

nai u

ji kl

inik

man

faat

vit

amin

B u

ntuk

tat

alak

sana

nye

ri

RIZALDY PINZON, MARTA ZALUKHU, FATIMAH PITALOCA. 296–303

NO. 6 TAHUN KE XLIII, JUNI 2017 301

Peran Vitamin B untuk Tatalaksana Nyeri. 296 –303

neurotr ansmiter. Mekanisme antihiperalgesiadari vitamin B meliputi kemampuannyameningkatkan kontrol inhibisi aferen sarafnosiseptif di medula spinalis, memperbaikikecepatan konduksi saraf dan mengurangihipereksitabilitas neuron melalui perubahankadar natrium di radiks dorsal ganglia.1

Mekanisme analgesik dari vitamin B didapat -kan melalui efek aktivasi jalur nitric oxide(NO)-cyclic GMP (GMPc), penurunan kadarglutamat intraselular dan nuclear factorkapp a-Beta (NF-kB) yang berperan terhadapproses inflamasi, perbaikan konduksi akson,serta memulihkan serabut saraf dan meng-hambat hiperalgesia termal.5

Selain dikombinasikan dengan NSAID,koenzim vitamin B sebagai B1, B6, maupunB12 dalam kajian sistematis ini juga dikombi-nasikan dengan gabapentin, antimigrain, dannukleotida untuk tatalaksana nyeri. PenelitianAlvarado et Navarro menunjukkan bahwavitam in B1 dan B12 memiliki efek sinergisdengan gabapentin dan dapat menurunkan50% dosis gabapentin dalam penggunaan-nya sebagai terapi nyeri neuropati perifer.12

Hasil serupa juga didapatkan pada penelitianGoldberg et al., yang menunjukkan bahwaterdapat perbaikan gejala nyeri pada pasienneuralgia kompresi baik dengan vitamin B12monoterapi maupun kombinasi dengannukleo tida. Kombinasi dengan nukleotidamemang memberikan hasil yang lebih signi -fikan dibandingkan vitamin B12 monoterapi,akan tetapi penggunaan nukleotida padapenelitian ini tidak memiliki peran langsungsebagai antiinflamasi maupun analgesik,namu n membantu neuroregenerasi sepertiyang ditemukan pada hasi l penelit iansebelum nya.11 Penelitian Sadeghi et al., jugamenunjukkan hasil serupa, dimana penam-bahan vitamin B6 pada terapi antimigrainmampu mengurangi tingkat keparahan nyerikepala dan durasi serangan dibandingkanplasebo. Hal ini menunjukkan bahwakompone n vitamin B baik dalam bentuk B1,B6, maupun B12 memiliki peran pentingdalam tatalaksa nyeri.13

Rute pemberian vitamin B dalam kajiansistematis ini berbeda-beda, ada yang per-oral, intramuskular, maupun subkutan.Penelitian Xu et al., menunjukkan bahwapemberian vitamin B12 secara lokal padapasien neuralgia pasca herpetika subakutdengan rute injeksi subkutan lebih efektifdibandingkan rute sistemik (peroral), dan

cenderung aman untuk pasien usia lanjut.9

Dosis vitamin B yang digunakan padamasing-masing kondisi klinis pun jugaberbed a-beda. Penggunaan B1 300-600mg/hari, B6 80-100 mg/hari, B12 1,5-6mg/hari peroral atau 1 mg/hari SC atau 1,5mg/minggu IM, maupun dalam bentuk Bkompleks mampu menghasilkan perbaikannyeri. Durasi pemberian vitamin B dalamtatalaks ana nyeri pada kajian ini juga ber -varia si yang umumnya disesuaikan dengankasus yang ada. Pada kondisi tatalaksananye ri preoperatif pemantauan dilakukanselam a 48 jam, untuk nyeri neuropati berkisar4-12 minggu, sedangkan pada kondisi nyerilainnya berkisar 3-8 minggu. Interval pem -beria n vitamin B pun juga bervariasi, tergan-tung rute yang digunakan. Umumnya ruteperoral dan subkutan diberikan tiap hari,sedangkan rute intramuskular 3x/minggu.

Keterbatasan dari studi ini adalah belumadanya perbandingan hasil pemberian vita-min B melalui rute lainnya, baik intramuskulardibandingkan peroral, atau rute subkutandibandingkan intramuskular. Selain itu, per-bandingan hasil berdasarkan durasi daninterv al pemberian vitamin B, maupun dosisoptimal untuk menghasilkan efek terapivitami n B baik sebagai komponen B1, B6,B12 maupun sebagai B kompleks masihbelum diteliti. Adanya penelitian lain khusus-nya mengenai kombinasi vitamin B ataupunperbandingan vitamin B1/B6/B12 dengan Bkompleks beserta dengan durasi dan dosisminimal/maksimalnya masih diperlukan untukmendapatkan hasil yang lebih baik. Penelitiandengan disain yang lebih baik (misal nya ran-domisasi tersamar ganda denga n kelompokpembanding) juga diperlukan.

KesimpulanKajian terhadap penelusuran pustaka

yang memuat uji klinis menunjukkan bahwapenggunaan vitamin B memiliki manfaat danefektif dalam tatalaksana nyeri pada nyeripunggung bawah, fraktur ekstremitas,osteoa rtritis genu, migrain dengan aura,neuralg ia kompresi, neuropati diabetika danneuralgia pasca herpetika, baik sebagaimonoterapi, kombinasi dengan obat lainnyaataupun sebagai adjuvan. Selain mengurangigejala nyeri neuropati maupun nyeri nosi -septi f secara signifikan, penggunaan vitaminB juga dapat meningkatkan fungsionalitaspasien. n

302 NO. 6 TAHUN KE XLIII, JUNI 2017

RIZALDY PINZON, MARTA ZALUKHU, FATIMAH PITALOCA. 296–303

Daftar Pustaka1. Marquez M, Guzman S, Soto H. Systemic Review on the

Use of Diclofenac/B Complex as an Anti-InflammatoryTreatment with Pain Relief Effect for Patients with AcuteLower Back Pain. Journal of Pain & Relief. 2015;4(6):216.

2. International Association for the Study of Pain: Unrelievedpain is a major global healthcare problem. Diunduh melaluihttp://www.iasp-pain.org (diakses 18 April 2017)

3. Ponce-Monter HA, Ortiz MI, Garza-Hernández AF, Monroy-Maya R, Soto-Ríos, M, Carrillo-Alarcón L, et al. Effect ofdiclofe nac with B vitamins on the treatment of acute painoriginated by lower-limb fracture and surgery. Pain ResTreat. 2012; 2012:104782.

4. Gazoni FM, Malezan WR, Santos FC. B Complex Vitaminsfor Analgesic Therapy. Rev Dor.Sao Paulo. 2016;17(1):52-6.

5. Hasan Nazmul, Akhtaruzzaman M, Zakir Sultan. Estimationof Vitamins B-Complex (B2, B3, B5 and B6) of Some LeafyVegetables Indigenous to Bangladesh by HPLC Method.Journal of Analytical Sciences, Methods and Instrumen -tation 2013;3:24-29.

6. Chung JH, Kang DH, Jo JK, Lee SW. Assessing the Quality ofRandomized Controlled Trials Published in the Journal ofKorean Medical Science from 1986 to 2011. J Korean MedSci. 2012;27: 973-80.

7. Dehghan M. Comparative Effectiveness of B and E Vitaminswith Diclofenac in Reducing Pain Due to Osteoarthritis ofthe Knee. 2015; 69:103-6.

8. Stracke H, Gaus W, Achenbach U, Federlin K, Bretzel RG.Benfotiamine in Diabetic Polyneuropathy (BENDIP): Resultsof a Randomised, Double Blind, Placebo-Controlled ClinicalStudy. Exp Clin Endocrinol Diabetes. 2008;116(10):600-5.

9. Xu G, Lv ZW, Feng Y, Tang WZ, Xu GX. A Single-CenterRandomized Controlled Trial of Local MethylcobalaminInjection for Subacute Herpetic Neuralgia. Pain Medicine.2013;14(6):884-94.

10. Chiu CK, Low TH, Tey YS, Singh VA, Shong HK. The Efficacyand Safety of Intramuscular Injections of Methylcobalaminin Patients with Chronic Nonspecific Low Back Pain: aRandomised Controlled Trial. Singapore Med J.2011;52(12):868-73.

11. Goldberg H, Mibielli MA, Nunes CP, Goldberg SW,Buchman L, Mezitis SG, dkk. A Double-Blind, Randomized,Comparative Study of the use of a Combination of UridineTriphosphate Trisodium, Cytidine MonophosphateDisodium, and Hydroxocobalamin, Versus IsolatedTreatment with Hydroxocobalamin, in Patients Presentingwith Compressive Neuralgia. Journal of Pain Research.2017:10:397-404.

12. Alvarado AM & Navarro SA. Clinical Trial Assessing theEfficacy of Gabapentin Plus B Complex (B1/B12) versusPregabalin for Treating Painful Diabetic Neuropathy. Journalof Diabetes Research. 2016; 6:1-8.

13. Sadeghi O, Nasiri M, Maghsoudi Z, Pahlavani N, Rezaie M,Askari G. Effects of Pyridoxine Supplementation on SeverityFrequency and Duration of Migraine Attacks in MigrainePatients with Aura: A Double-Blind Randomized ClinicalTrial Study in Iran. Iran J Neurol. 2015;14(2):74-80.

14. Maladkar M, Tekchandani C, Dave U. Post-MarketingSurveillance of Fixed Dose Combination of Methylco -balamin, Alpha Lipoic Acid, Folic Acid, Biotin, Benfotiamine& Vitamin B6-Nutripathy for the Management of PeripheralNeuropathy. Journal of Diabetes Mellitus. 2014;4: 124-32.

15. Healthcare Improvement Scotland. Scottish IntercollegiateGuidelines Network. SIGN 136 Management of chronic painA national cl inical guideline. Diunduh melaluihttp://www.sign.ac.uk (diakses 18 April 2017).

NO. 6 TAHUN KE XLIII, JUNI 2017 303