PERAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER TERHADAP KONVERSI TUBERKULOSIS PARU...

2
Makassar, 1 Oktober 2016 Nomor : 534/KONAS IAKMI XIII/X/2016 Lampiran : Surat Konfirmasi Kehadiran Perihal : Penerimaan Abstrak Kepada: Yth. Al Asyary Upe Di, Tempat Dengan Hormat, Kami sampaikan bahwa abstrak yang Anda kirimkan dinyatakan diterima untuk presentasi poster pada Kongres Nasional Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) XIII, tanggal 3-5 November 2016 di Hotel Four Points by Sheraton, Makassar. No. Abstrak : P21005 Judul : PERAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER TERHADAP KONVERSI TUBERKULOSIS PARU, KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA Tema : Manajemen Pelayanan Kesehatan Kami juga menyampaikan bahwa Anda harus segera mengirimkan Full Paper (makalah) sesuai dengan Nomor Abstrak, format dan jadwal yang tercantum di www.konasiakmi13.org . Demikian juga dengan konfirmasi kehadiran diharapkan segera dilakukan paling lambat 3 Oktober 2016, yaitu dengan mengirimkan kembali surat konfirmasi kehadiran sebagai presenter pada acara konas ke email [email protected] , sebagaimana terlampir. Semoga kita bisa bertemu di Kongres Nasional IAKMI XIII Salam Hangat dari Makassar. Ketua Panitia, Prof. dr. Veni Hadju, M.Sc., Ph.D

Transcript of PERAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER TERHADAP KONVERSI TUBERKULOSIS PARU...

Page 1: PERAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER TERHADAP KONVERSI TUBERKULOSIS PARU ...repository.uhamka.ac.id/372/1/Poster-Al_Konas IAKMI 2016.pdf · dengan kejadian konversi TB paru BTA positif

Makassar, 1 Oktober 2016 Nomor : 534/KONAS IAKMI XIII/X/2016 Lampiran : Surat Konfirmasi Kehadiran Perihal : Penerimaan Abstrak Kepada:

Yth. Al Asyary Upe Di, Tempat Dengan Hormat, Kami sampaikan bahwa abstrak yang Anda kirimkan dinyatakan diterima untuk presentasi

poster pada Kongres Nasional Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) XIII, tanggal 3-5

November 2016 di Hotel Four Points by Sheraton, Makassar.

No. Abstrak : P21005

Judul : PERAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER TERHADAP

KONVERSI TUBERKULOSIS PARU, KOTA KENDARI,

SULAWESI TENGGARA

Tema : Manajemen Pelayanan Kesehatan

Kami juga menyampaikan bahwa Anda harus segera mengirimkan Full Paper (makalah)

sesuai dengan Nomor Abstrak, format dan jadwal yang tercantum di

www.konasiakmi13.org. Demikian juga dengan konfirmasi kehadiran diharapkan segera

dilakukan paling lambat 3 Oktober 2016, yaitu dengan mengirimkan kembali surat

konfirmasi kehadiran sebagai presenter pada acara konas ke email

[email protected], sebagaimana terlampir.

Semoga kita bisa bertemu di Kongres Nasional IAKMI XIII Salam Hangat dari Makassar.

Ketua Panitia,

Prof. dr. Veni Hadju, M.Sc., Ph.D

Page 2: PERAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER TERHADAP KONVERSI TUBERKULOSIS PARU ...repository.uhamka.ac.id/372/1/Poster-Al_Konas IAKMI 2016.pdf · dengan kejadian konversi TB paru BTA positif

(—THIS SIDEBAR DOES NOT PRINT—)

DESIGN GUIDE

This PowerPoint 2007 template produces a 48”x48”

presentation poster. You can use it to create your research

poster and save valuable time placing titles, subtitles, text,

and graphics.

We provide a series of online tutorials that will guide you

through the poster design process and answer your poster

production questions. To view our template tutorials, go

online to PosterPresentations.com and click on HELP DESK.

When you are ready to print your poster, go online to

PosterPresentations.com

Need assistance? Call us at 1.510.649.3001

QUICK START

Zoom in and out As you work on your poster zoom in and out to the

level that is more comfortable to you. Go to VIEW >

ZOOM.

Title, Authors, and Affiliations Start designing your poster by adding the title, the names of the

authors, and the affiliated institutions. You can type or paste text

into the provided boxes. The template will automatically adjust the

size of your text to fit the title box. You can manually override this

feature and change the size of your text.

TIP: The font size of your title should be bigger than your name(s)

and institution name(s).

Adding Logos / Seals Most often, logos are added on each side of the title. You can insert

a logo by dragging and dropping it from your desktop, copy and

paste or by going to INSERT > PICTURES. Logos taken from web sites

are likely to be low quality when printed. Zoom it at 100% to see

what the logo will look like on the final poster and make any

necessary adjustments.

TIP: See if your school’s logo is available on our free poster

templates page.

Photographs / Graphics You can add images by dragging and dropping from your desktop,

copy and paste, or by going to INSERT > PICTURES. Resize images

proportionally by holding down the SHIFT key and dragging one of

the corner handles. For a professional-looking poster, do not distort

your images by enlarging them disproportionally.

Image Quality Check Zoom in and look at your images at 100% magnification. If they look

good they will print well. If they are blurry or pixelated, you will

need to replace it with an image that is at a high-resolution.

ORIGINAL DISTORTED

Corner handles

Go

od

pri

nti

ng

qu

alit

y

Bad

pri

nti

ng

qu

alit

y

QUICK START (cont. )

How to change the template color theme You can easily change the color theme of your poster by going to the

DESIGN menu, click on COLORS, and choose the color theme of your

choice. You can also create your own color theme.

You can also manually change the color of your background by going

to VIEW > SLIDE MASTER. After you finish working on the master be

sure to go to VIEW > NORMAL to continue working on your poster.

How to add Text The template comes with a number of pre-

formatted placeholders for headers and text

blocks. You can add more blocks by copying

and pasting the existing ones or by adding a

text box from the HOME menu.

Text size Adjust the size of your text based on how much content you have to

present. The default template text offers a good starting point.

Follow the conference requirements.

How to add Tables To add a table from scratch go to the INSERT menu and

click on TABLE. A drop-down box will help you select

rows and columns.

You can also copy and a paste a table from Word or

another PowerPoint document. A pasted table may need

to be re-formatted by RIGHT-CLICK > FORMAT SHAPE,

TEXT BOX, Margins.

Graphs / Charts You can simply copy and paste charts and graphs from Excel or

Word. Some reformatting may be required depending on how the

original document has been created.

How to change the column configuration RIGHT-CLICK on the poster background and select LAYOUT to see the

column options available for this template. The poster columns can

also be customized on the Master. VIEW > MASTER.

How to remove the info bars If you are working in PowerPoint for Windows and have finished your

poster, save as PDF and the bars will not be included. You can also

delete them by going to VIEW > MASTER. On the Mac adjust the

Page-Setup to match the Page-Setup in PowerPoint before you

create a PDF. You can also delete them from the Slide Master.

Save your work Save your template as a PowerPoint document. For printing, save as

PowerPoint or “Print-quality” PDF.

Print your poster When you are ready to have your poster printed go online to

PosterPresentations.com and click on the “Order Your Poster”

button. Choose the poster type the best suits your needs and submit

your order. If you submit a PowerPoint document you will be

receiving a PDF proof for your approval prior to printing. If your

order is placed and paid for before noon, Pacific, Monday through

Friday, your order will ship out that same day. Next day, Second day,

Third day, and Free Ground services are offered. Go to

PosterPresentations.com for more information.

Student discounts are available on our Facebook page.

Go to PosterPresentations.com and click on the FB icon.

©2015 PosterPresentations.com 2117 Fourth Street , Unit C Berkeley CA 94710

[email protected] RESEARCH POSTER PRESENTATION DESIGN © 2015

www.PosterPresentations.com

Latar belakang. Tuberkulosis paru aktif masih menjadi masalah kesehatan

global dan Indonesia serta menjadi sasaran utama Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama (FKTP) untuk dikendalikan atau minimal dikonversi menjadi pasif

agar tidak menular di populasi.

Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pengawas

Menelan Obat (PMO) dan dukungan petugas kesehatan dengan konversi

tuberkulosis (TB) paru di Kota Kendari.

Metode. Rancangan observasional “cross sectional” digunakan untuk

mengetahui apakah ada hubungan konversi TB paru terhadap peran pelayanan

kesehatan primer di Kota Kendari. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 51

orang yang tersebar pada 3 Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota

Kendari. Analisis chi-square, dengan kriteria penolakan hipotesis, H0 ditolak

jika X2 hitung > X2 tabel pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa ada hubungan

antara PMO (0,004<0,05) dan dukungan petugas kesehatan (0,033<0,05)

terhadap konversi TB paru di Kota Kendari tahun 2009.

Kesimpulan. Hubungan PMO dan dukungan petugas kesehatan terhadap

konversi TB paru dapat menghindari terjadinya kegagalan konversi, perlu

adanya peran pemerintah bersama masyarakat dalam pengawasan pelaksanaan

program pemberantasan TB di Kota Kendari, yaitu strategi DOTS, terutama

dari PMO. Selain itu, penyuluhan kepada masyarakat khususnya penderita dan

keluarga tentang bahaya penularan TB pada orang lain juga perlu dilakukan.

Kata kunci: penyakit menular, tuberkulosis, pelayanan kesehatan primer,

FKTP

ABSTRAK

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sejak tahun 1990-an telah

mengadopsi strategi yang dikembangkan oleh WHO dan International Union

Agains Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD) dalam penanggulangan TB

yang dikenal sebagai strategi Directly Observed Treatment Shortcourse

chemotherapy (DOTS). Penerapan strategi DOTS di FKTP telah terbukti

sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-

effective) dan secara cepat menekan penularan, juga mencegah berkembangnya

Multi Drugs Resistance Tuberculosis (MDR-TB)1.

Sejak era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tahun 2014 bergulir, TB

merupakan salah satu dari 44 penyakit yang harus tuntas diobati di FKTP

(puskesmas, dokter keluarga, dan klinik pratama). Fokus utama FKTP dalam

pengendalian TB berbasis DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien,

prioritas diberikan kepada pasien menular (BTA positif). Menemukan dan

menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan

penularan TB. Namun, sumber daya yang terbatas menyebabkan kurangnya

angka penemuan kasus baru (CDR) dan meningkatkan angka notifikasi (CNR).

Alasan utama gagalnya pengobatan adalah pasien tidak minum obatnya secara

teratur dalam waktu yang diharuskan. Pasien dengan cermat diinstruksikan

tentang pentingnya tindakan higienis, termasuk perawatan mulut, menutup

mulut dan hidung ketika batuk dan bersin, membuang tisu basah dengan baik

dan mencuci tangan. Seluruh keberhasilan program tergantung dari supervisi

yang baik atas pengobatan. Idealnya pengobatan hendaknya diobservasi

langsung (yaitu pasien diawasi setiap kali minum obat), setidaknya penting

selama 2 bulan pertama (konversi TB aktif menjadi TB pasif). Di beberapa

kondisi, minum OAT perlu diawasi secara langsung oleh seseorang setempat

yang bertanggung jawab atau sukarelawan2. bahkan pengobatan (treatment)

dalam sistem pengelolaan, penyediaan obat anti tuberkulosis yang tertata

dengan baik oleh petugas kesehatan di FKTP tersebut3.

Tren CDR TB yang menurun dan fluktuatif di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun

2006 (71%), 2007 (52%) dan Kota Kendari tahun 2007 (36,45%). CDR TB ini

erat kaitannya dengan penularan, di samping strategi dalam pengendaliannya

adalah selain menemukan kasus baru, salah satunya adalah mencegah penularan

bagi pasien TB aktif menjadi TB pasif atau konversi. Studi ini melihat

bagaimana hubungan FKTP dalam peran PMO dan dukungan petugas dalam

status konversi TB aktif menjadi TB pasif di Kota Kendari.

PENDAHULUAN

Studi potong lintang dilakukan pada 51 pasien TB tahun 2009 di 3 puskesmas

dengan prevalensi TB tertinggi di Kota Kendari, yakni Puskesmas Poasia,

Puskesmas Puuwatu, dan Puskesmas Wua-wua. Status konversi didefinisikan

apabila terdapat perubahan status Basil Tahan Asam (BTA) dari positif menjadi

negatif berdasarkan pemeriksaan klinis sputum penderita setelah 2 bulan

pertama berobat TB. Sedangkan peran FKTP terdiri dari pernah atau tidaknya

mendapatkan dukungan dari petugas melalui penyuluhan atau promosi KIE, dan

diawasi atau tidaknya pasien ketika minum obat oleh petugas sebagai PMO

langsung.

Analisis chi-square dilakukan untuk menguji beda proporsi asosiasi peran FKTP

terhadap konversi TB di Kota Kendari. Besaran asosiasi dihasilkan melalui

Rasio Prevalensi (RP) untuk mengestimasi secara crude hubungan variabel

independen dengan dependen.

BAHAN DAN METODE

Berdasarkan karakteristik responden, umur <40 tahun memiliki proporsi

terbesar (74,5%) dibanding dengan responden >40 tahun (25,5%). Menurut

jenis kelamin, laki-laki lebih tinggi proporsinya (51%) dibandingkan jenis

kelamin perempuan (49%). Distribusi responden menurut perubahan penderita

tuberkulosis BTA positif yang konversi lebih tinggi proporsinya (94,1%)

dibandingkan yang tidak konversi (5,9%).

HASIL

PEMBAHASAN

Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat

selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persister) dapat dibunuh. Dosis tahap

intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal. Apabila panduan obat yang digunakan

tidak adekuat (jenis, dosis, dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan berkembang menjadi

kuman tebal obat (resisten)4. Seluruh keberhasilan program tergantung dari supervisi yang baik atas

pengobatan. Idealnya pengobatan hendaknya diobservasi langsung (yaitu pasien diawasi setiap kali

minum obat), setidaknya penting selama 2 bulan pertama2.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Kendari pada tiga

puskesmas, yakni Puskesmas Poasia, Puskesmas Puuwatu, dan Puskesmas Lepo-Lepo diperoleh hasil

bahwa penderita yang tidak diawasi oleh PMO ketika minum obat dan tidak mengalami konversi

sebesar 30% lebih kecil daripada mereka yang mengalami konversi sebesar 70%, sedangkan penderita

yang diawasi oleh PMO semuanya mengalami konversi, yang berarti ada hubungan antara peran PMO

dengan kejadian konversi TB paru BTA positif menjadi BTA negatif.

Adanya penderita yang tidak mengalami konversi, bukan semata-mata karena kesalahan pasien saja,

melainkan pula kurangnya pengawasan petugas kesehatan terhadap PMO dari pasien itu sendiri pula.

Hal ini diakibatkan karena petugas masih dinilai belum mampu meyakinkan pasien tentang pentingnya

peran PMO. Beberapa keuntungan dengan adanya PMO adalah mengamati efek samping OAT,

memastikan apakah obat yang diberikan diminum, atau sekaligus memberikan bimbingan dan

motivasi pada pasien. PMO yang kurang berperan dalam menjalankan fungsinya dapat disebabkan

oleh beberapa hal di antaranya, rekrutmen PMO, yang meskipun berasal dari keluarga penderita itu

sendiri, namun tidak berperan aktif. Hal ini karena, memang pada awal pengobatan PMO berperan

aktif mengawasi pasien untuk minum obatnya, namun ketika lama-kelamaan PMO merasa bahwa

pasien telah mampu sendiri untuk meminum obatnya tanpa harus diawasi lagi. Sedangkan pasien yang

meskipun tidak memiliki PMO, namun berhasil mengalami konversi, hal ini terjadi karena, motivasi

dalam diri pasien itu yang tinggi untuk sembuh, pasien merasa bahwa tidak ada jalan lain untuk

sembuh selain mengkonsumsi obat dengan teratur dan sesuai dosis berdasarkan petunjuk dari petugas

kesehatan. Hal inilah yang menyebabkan meskipun pasien tidak mempunyai PMO, dapat berhasil juga

mengalami konversi sama dengan pasien yang memiliki PMO.

Hasil penelitian ini didukung juga dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,

bahwa ada hubungan yang signifikan antara peranan PMO terhadap konversi tuberkulosis paru5, dan

bahwa penderita yang diawasi PMO mengalami tingkat kesembuhan yang lebih baik daripada yang

tidak diawasi6. Keberhasilan pengobatan TB sangat bergantung antara lain pada kemampuan petugas

melakukan komunikasi interpersonal dengan penderita dan keluarganya (Depkes RI, 2001).

Komunikasi tersebut berupa dukungan oleh petugas kesehatan, yang bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan peran serta serta yang paling penting memberikan motivasi kepada penderita

untuk sembuh. Dalam penanggulangan TB, penyuluhan langsung perorangan oleh petugas kesehatan

sangat penting artinya untuk menentukan keberhasilan pengobatan penderita. Dalam penyuluhan

langsung perorangan, unsur yang terpenting yang harus diperhatikan membina hubungan yang baik

antara petugas kesehatan dengan penderita7.

Dari hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa penderita yang tidak pernah mendapatkan dukungan dalam

hal ini penyuluhan dari petugas kesehatan dan tidak mengalami konversi sebesar 33,3% lebih kecil

daripada mereka yang mengalami konversi sebesar 66,7%, sedangkan penderita yang pernah

mendapatkan dukungan petugas kesehatan dan tidak mengalami konversi sebesar 2,2% lebih kecil dari

yang mengalami konversi sebesar 97,8%, yang artinya ada hubungan antara peranan dukungan

petugas dengan kejadian konversi TB dari BTA positif menjadi BTA negatif.

Berdasarkan hal tersebut di atas, hal yang mengakibatkan pasien yang tidak pernah diberi dukungan

petugas dalam hal ini berupa penyuluhan kepada pasien dan tidak mengalami konversi, ialah petugas

kesehatan tidak pernah memberikan dukungan berupa penyuluhan tentang TB, khususnya tentang

epidemiologi TB, petugas hanya memberi tahu tentang perihal bagaimana mengkonsumsi obat yang

diberikan, yaitu dosis pemakaian OAT bagi pasien. Petugas tidak memberikan dukungan lain kepada

pasien yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan peran serta serta yang paling

penting memberikan motivasi kepada penderita untuk sembuh. Berbeda dengan mereka yang

mengalami konversi dan tidak pernah mendapat dukungan petugas kesehatan, hal ini karena motivasi

dari diri sendiri yang tumbuh, yakni untuk sembuh harus berusaha semaksimal mungkin.

Hasil tersebut, didukung juga dengan penelitian lain yang telah dilakukan bahwa ada hubungan

bermakna antara kegagalan konversi dengan penyuluhan petugas kesehatan5. Penelitian lain yang

dilakukan yakni ada hubungan yang signifikan antara dukungan petugas dengan konversi tuberkulosis

di wilayah kerja Puskesmas Unaaha Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara6.

KESIMPULAN DAN SARAN

Terdapat hubungan antara peran Pengawas Minum Obat (PMO) dengan konversi tuberkulosis paru di

Kota Kendari. Terdapat hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan konversi tuberkulosis

paru di Kota Kendari tahun 2009.

Perlu adanya suatu pengawasan dalam pelaksanaan program pemberantasan TB di kota Kendari,

terutama dari Pengawasan Menelan Obat (PMO) dan peran petugas kesehatan itu sendiri. Perlu adanya

penyuluhan kepada masyarakat, khususnya penderita dan keluarga tentang bahaya penularan TB pada

orang lain serta pemberian motivasi dan dorongan kepada penderita agar lebih lebih teratur dalam

berobat untuk menjamin kesembuhannya.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2007, Pedoman Nasional Penaggulangan Tuberkulosis, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Crofton, J. Norman H, and Fred M., 2002, Tuberkulosis Klinis, Widya Medika, Jakarta.

Situmeang, Taufan., 2004, Pengobatan Tuberkulosis Paru masih Menjadi Masalah, http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1082349328,75199,

(diakses 17 Februari 2009).

Depkes RI, 2002, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Cetakan ke-8., Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Buton, L. D., 2004, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kegagalan Konversi (BTA Positif) pada Akhir Pengobatan Fase Intensif Penderita TB Paru BTA

Positif Baru di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, UNAIR, Surabaya.

Soenarto, Sri Puryati dkk., 2002, Pengobatan Penderita dengan Memberdayakan Anggota Keluarga di Kabupaten Tangerang, Majalah Kesehatan vol. 9,

Jakarta.

Depkes RI, 2001, Komunikasi Interpersonal antara Petugas Kesehatan dengan Penderita TB, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

1. Dosen Sekolah Pascasarjana IKM Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA – Jakarta, 2. Dosen FKM Universitas Halu Oleo – Kendari

Al Asyary Upe1, Ruslan Majid2

PERAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER TERHADAP KONVERSI TUBERKULOSIS PARU, KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA

Karakteristik N %

Umur

>40 tahun 13 25,5

<40 tahun 38 74,5

Jenis Kelamin

Laki-laki 26 51

Perempuan 25 49

Status Konversi Tuberkulosis

Konversi 48 94,1

Tidak Konversi 3 5,9

Variabel Independen Tidak konversi Konversi Total

RP α ρ value n (%) n (%) n (%)

Pengawasan menelan obat

0,7 0,05 0,006 Tidak diawasi 3 30 7 70 10 100

Diawasi 0 0 41 100 41 100

Dukungan petugas

22,0 0,05 0,033 Tidak pernah 2 33,3 4 66,7 6 100

Pernah 1 2,2 44 97,8 45 100

41 responden yang diawasi oleh PMO, semua responden mengalami konversi,

sedangkan dari 10 responden yang tidak diawasi oleh PMO terdapat 7

responden (70%) yang mengalami konversi dan 3 responden (30%) yang

mengalami konversi. Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ value= 0,006 lebih kecil

dari α= 0,05 berarti ada hubungan antara Pengawas Minum Obat (PMO) dengan

konversi tuberkulosis paru di Kota Kendari tahun 2009.

45 responden yang pernah mendapat dukungan petugas kesehatan terdapat 44

responden (97,8%) yang mengalami konversi dan 1 responden (2,2%) yang

tidak mengalami konversi, sedangkan dari 6 responden yang tidak pernah

mendapat dukungan petugas kesehatan terdapat 4 responden (66,7%) yang

mengalami konversi dan 1 responden (5,9%) yang tidak mengalami konversi.

Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ value= 0,033 yang mana lebih kecil daripada

α= 0,05, berarti ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan

konversi tuberkulosis paru di Kota Kendari tahun 2009.