Penjualan Angsuran - BINA NUSANTARArepository.binus.ac.id/content/a0642/a064246588.doc · Web...
Transcript of Penjualan Angsuran - BINA NUSANTARArepository.binus.ac.id/content/a0642/a064246588.doc · Web...
Penjualan Angsuran
I. Pendahuluan
Metode penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan rumah
pada perusahaan real estate, tetapi pada masa sekarang penjualan dengan metode
ini telah berkembang pada perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan
kendaraan (seperti mobil, motor), mesin, alat-alat rumah tangga (seperti kulkas,
mesin cuci, ac, tv, dsb) dan lainnya. Bahkan pada beberapa jenis industri metode
penjualan angsuran ini telah menjadi kunci utama dalam mencapai operasi skala
besar.
Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai di
kalangan usahawan dan juga di kalangan pembeli. Bagi usahawan metode ini telah
meningkatkan jumlah penjualan yang tentunya meningkatkan laba, bagi pembeli
mereka merasa lebih ringan dalam hal pembayaran untuk melunasi barang yang
dicicil tersebut.
Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang akan
meningkat, tetapi kelemahan metode ini dapat diatasi dengan meningkatnya volume
penjualan perusahaan.
Bagi akuntan, penjualan angsuran menimbulkan beberapa masalah.
Masalah utama adalah : “membandingkan antara beban dan pendapatan”
(matching of costs and revenues), yaitu :
a. Apakah laba kotor dari penjualan angsuran dianggap telah direalisasi pada
saat terjadinya penjualan ataukah harus diakui selama masa kontrak
angsuran tersebut?
b. Apa yang harus dilakukan terhadap beban sehubungan dengan penjualan
angsuran yang terjadi pada periode setelah penjualan tersebut?
Page 1 of 61
c. Bagaimana menangani persoalan piutang usaha angsuran yang tidak dapat
tertagih, pertukaran, dan pemilikkan kembali barang angsuran?
II. Pengertian Penjualan Angsuran
Penjualan angsuran adalah penjualan barang atau jasa yang dilaksanakan
dengan perjanjian dimana pembayaran dilakukan secara bertahap atau berangsur.
Biasanya pada saat barang atau jasa diserahkan kepada pembeli, penjual menerima
uang muka (down payment) sebagai pembayaran pertama dan sisanya diangsur
dengan beberapa kali angsuran. Karena penjualan harus menunggu beberapa
periode untuk menagih seluruh piutang penjulannya, maka biasanya pihak penjual
akan membebankan bunga atas saldo yang belum diterimanya.
Resiko atas tidak tertagihnya piutang usaha angsuran ini sangat tinggi,
mungkin saat akan dilakukan penjualan angsuran telah dilakukan survei atas
pembeli dan memperoleh hasil yang baik. Karena penagihan piutang usaha
angsuran memakan waktu yang cukup lama (beberapa periode), hal tersebut
kemungkinan dapat merubah hasil survei yang telah dilakukan semula terhadap
pembeli. Untuk menghindari hal-hal demikian, penjual biasanya akan membuat
kontrak jual beli (security agreement), yang memberikan hak kepada penjual untuk
menarik kembali barang yang telah di jual dari pembeli.
Untuk mengurangi barang angsuran tersebut dari resiko terbakar atau
hilang, pihak penjual dapat menetapkan syarat bagi pembeli agar barang angsuran
tersebut diasuransikan untuk kepentingkan pihak penjual. Premi asuransi
ditanggung oleh pembeli, jika barang angsuran hilang atau terbakar, pihak asuransi
akan membayar ganti rugi kepada penjual dan bukan pembeli. Kadang kala
mungkin jiwa dari pembeli diwajibkan oleh penjual untuk diasuransikan dengan
premi auransi atas tanggungan si pembeli.
Page 2 of 61
Jadi untuk melindungi kepentingan penjual dari kemungkinan tidak
ditepatinya kewajiban-kewajiban oleh pihak pembeli, maka terdapat beberapa
bentuk perjanjian atau kontrak penjualan angsuran, sebagai berikut :
1. Perjanjian penjualan bersyarat (conditional sales contract), di mana
barang-barang telah diserahkan, tetapi hak atas barang-barang masih
berada di tangan penjual sampai seluruh pembayarannya sudah lunas.
2. Pada saat perjanjian ditandatangani dan pembayaran pertama telah
dilakukan, hak milik dapat diserahkan kapada pembeli, tetapi dengan
menggadaikan atau menghipotikan untuk bagian harga penjualan yang
belum dibayar kapada si penjual.
3. Hak milik atas barang-barang untuk sementara diserahkan kepada suatu
badan “trust” (trustee) sampai pembayaran harga penjualan dilunasi.
Setelah pembayaran lunas oleh pembeli, baru trustee menyerahkan hak
atas barang-barang itu kepada pembeli. Perjanjian semacam ini
dilakukan dengan membuat akta kepercayaan (trust deed / trust
indenture).
4. Beli sewa (lease-purchase) dimana barang-barang yang telah diserahkan
kepada pembeli. Pembayaran angsuran dianggap sewa sampai harga
dalam kontrak telah dibayar lunas, baru sesudah itu hak milik berpidah
kepada pembeli.
Penjualan angsuran dengan bentuk-bentuk perjanjian tersebut di atas
dilaksanakan untuk barang-barang tidak bergerak / barang yang bukan barang
dagang, seperti : gedung, tanah, dan aktiva-aktiva tetap lainnya. Apabila terjadi
tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban oleh pembeli, maka penjual tetap memiliki
hak untuk memiliki kembali barang yang dijualnya, tetapi nilainya sisa barang itu
Page 3 of 61
mungkin akan lebih rendah dari nilai barang berdasarkan perhitungan yang sesuai
dengan perjanjian yang ada sehingga pemilikan kembali tersebut dapat
menimbulkan kerugian.
Untuk mengurangi kemungkinan kerugian yang terjadi pemilikan kembali,
maka faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh penjual adalah sebagai berikut :
1. Besarnya pembayaran pertama atau down payment harus cukup untuk
menutup besarnya semua kemungkinan terjadinya penurunan harga
barang tersebut dari semula barang baru menjadi barang bekas.
2. Jangka waktu pembayaran di antara angsuran yang satu dengan yang lain
hendaknya tidak terlalu lama, kalau dapat tidak lebih dari satu bulan.
3. Besarnya pembayaran angsuran periodik harus diperhitungkan cukup
untuk menutup kemungkinan penurunan nilai barang-barang yang ada
selama jangka pembayaran yang satu dengan pembayaran angsuran
berikutnya.
Sehubungan dengan banyaknya resiko yang mungkin akan dijumpai oleh
penjual atau dengan kata lain adanya kemungkinan tidak ditepatinya kewajiban-
kewajiban oleh pihak pembeli, maka diperlukan beberapa solusi terbaik untuk
mengatasi resiko-resiko tersebut. Solusi tersebut antara lain :
1. melakukan survei atas pembeli.
2. membuat kontrak jual-beli (security agreement) yang isi kontrak tersebut
berlainan untuk setiap bidang usaha.
3. mengasuransikan barang angsuran tersebut.
4. menetapkan periode pembayaran cicilan yang tidak terlalu panjang, misalnya
tiap bulan.
5. uang muka harus dapat melebihi penurunan nilai barang.
Page 4 of 61
6. beli sewa (lease-purchase) artinya barang-barang yang dibeli secara angsuran
yang sudah berada di tangan pembeli dianggap barang sewaan sampai semua
biaya dalam Perjanjian dibayar lunas, barulah hak milik berpindah kepada
pembeli.
7. dan lain-lain.
III. Metode Pengakuan Laba Kotor Pada Penjualan Angsuran
Untuk menghitung laba bersih pada penjualan angsuran adalah sangat
kompleks, karena beban sehubungan dengan penjualan angsuran tersebut tidak
hanya terjadi pada saat penjualan angsuran tersebut dilakukan, melainkan akan
terjadi sepanjang penjualan angsuran tersebut belum dilunasi.
Sesuai dengan konsep akuntasni yaitu membandingkan antara beban
dengan pendapatan, maka pada saat penjualan angsuran dapat ditentukan nilai dari
penjualan, harga pokok dan beban yang terjadi pada periode tersebut. Karena
penagihan penjualan angsuran meliputi beberapa periode, timbul masalah
bagaimana beban yang terjadi pada periode berikutnya (misalkan beban penagihan,
administrasi, perbaikan dan pemilikan kembali) sehubungan penagihan piutang
usaha angsuran tersebut.
Untuk menghitung laba kotor dalam penjualan angsuran pada prakteknya
dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :
1. Pengakuan Laba Kotor pada saat terjadinya penjualan angsuran.
2. Pengakuan Laba Kotor sejalan dengan realisasi penerimaan kas.
1. Pengakuan Laba Kotor pada saat terjadinya penjualan angsuran
Dalam metode ini seluruh laba kotor diakui pada saat terjadinya penjualan
angsuran, atau dengan kata lain sama seperti penjualan pada umumnya yang
Page 5 of 61
ditandai oleh timbulnya piutang/tagihan kepada pelanggan. Apabila prosedur
demikian diikuti maka sebagai konsekuensinya pengakuan terhadap biaya-biaya
yang berhubungan dam dapat diidentifikasikan dengan pendapatan-pendapatan
yang bersangkutan harus pula dilakukan.
Beban untuk pendapatan dalam periode yang bersangkutan harus meliputi
biaya-biaya yang diperkirakan akan terjadi dalam hubungannya dengan
pengumpulan piutang atas kontrak penjualan angsuran, kemungkinan tidak
dapatnya piutang itu direalisasikan maupun kemungkinan rugi sebagai akibat
pembatalan kontrak. Terhadap biaya yang ditaksir itu biasanya dibentuk suatu
rekening Cadangan Kerugian Piutang.
Jika Aktiva Tetap dijual secara angsuran, perusahaan akan mendebit
piutang usaha angsuran dan mengkredit perkiraan aktiva yang bersangkutan serta
mengkredit pula laba atas penjualan aktiva tersebut.
Jurnalnya adalah:
Piutang usaha angsuran xxxxxx
Aktiva Tetap xxxxxx
Laba atas penjualan aktiva tak gerak xxxxxx
Pada metode ini memakai asumsi bahwa seluruh beban sehubungan dengan
penjualan angsuran terjadi pada periode yang sama dengan penjualannya. Mengenai
beban pada periode berikutnya, yaitu misalnya beban tidak tertagihnya piutang dan
lain sebagainya, harus diestimasi pada periode terjadinya penjualan nagsuran yaitu
dengan mendebit perkiraan beban dan mengkredit perkiraan penilaian asset seperti
penyisihan biaya penjualan angsuran dan penyisihan piutang angsuran.
Jurnalnya adalah:
Beban usaha xxxxxx
Penyisihan piutang angsuran xxxxxx
Page 6 of 61
Jika pada periode berikutnya penjualan angsuran tersebut terjadi, perkiraan
penyisihan tersebut akan didebit, dan kas yang dikeluarkan serta saldo piutang
usaha yang tidak tertagih akan dikredit.
Jurnalnya adalah:
Penyisihan piutang angsuran xxxxxx
Kas xxxxxx
Piutang usaha angsuran xxxxxx
2. Laba kotor diakui sejalan dengan realisasi penerimaan kas (proporsional)
Dalam metode ini laba kotor diakui sesuai dengan realisasi penerimaan kas
dari penjualan angsuran yang diterima pada periode akuntansi yang bersangkutan.
Prosedur yang menghubungkan tingkat keuntungan dengan realisasi penerimaan
angsuran pada perjanjian penjualan angsuran adalah:
a. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai
pengembalian harga pokok (Cost) dari barang-barang yang dijual atau
service yang diserahkan, sesudah seluruh harga pokok (Cost) kembali,
maka penerimaan-penerimaan selanjutnya baru dicatat sebagai
keuntungan. Prosedur ini dianggap sangat konservatif. Dapat didukung
jika timbul keraguan mengenai nilai yang dapat diperoleh kembali, baik
yang berkaitan dengan saldo atau sisa kontrak cicilan maupun yang
berkaitan dengan barang-barang yang terkena pemilikan kembali.
b. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai realisasi
keuntungan yang diperoleh sesuai dengan kontrak penjualan; sesudah
seluruh keuntungan yang ada terpenuhi, maka penerimaan-penerimaan
selanjutnya dicatat sebagai pengumpulan kembali atau pengembalian
harga pokok (Cost).
Page 7 of 61
c. Setiap penerimaan pembayaran yang sesuai dengan perjanjian
dicatat baik sebagai pengembalian harga pokok (Cost) maupun sebagai
realisasi keuntungan di dalam perbandingan yang sesuai dengan posisi
harga pokok dan keuntungan yang terjadi pada saat perjanjian penjualan
angsuran ditandatangani. Di dalam hal ini keuntungan akan selalu
sejalan dengan tingkat pembayaran angsuran selama jangka perjanjian.
Metode ini memberikan kemungkinan untuk mengakui, keuntungan
prosporsional dengan tingkat penerimaan pembayaran angsuran. Di
dalam akuntansi prosedur demikian dikenal dengan metode angsuran
atau dasar angsuran (installment method or installment basis).
Pada metode ini jika Aktiva Tetap dijual secara angsuran, perusahaan akan
mendebit perkiraan piutang usaha angsuran dan mengkredit harta yang
bersangkutan serta mengkredit laba kotor yang ditangguhkan (yang belum
direalisasi).
Jurnalnya adalah:
Piutang usaha angsuran xxxxxx
Aktiva Tetap xxxxxx
Laba kotor yang ditangguhkan (yang belum direalisasi) xxxxxx
Mengenai penagihan piutang usaha angsuran tersebut akan dicatat
dengan mendebit perkiraan kas dan mengkredit perkiraan piutang usaha
Jurnalnya adalah:
Kas xxxxxx
Piutang usaha angsuran xxxxxx
Selanjutnya pada akhir periode, saat dilakukan jurnal penyesuaian akan dicatat
sbb:
Page 8 of 61
Jurnalnya adalah:
Laba kotor yang belum direalisasi xxxxxx
Laba kotor yang direalisasi xxxxxx
Laba kotor yang belum direalisasi adalah selisih antara penjualan
angsuran dengan harga pokoknya. Laba kotor yang belum direalisasi akan
direalisasi pada saat penerimaan piutang usaha angsuran yaitu dengan mengalikan
presentase laba kotor dengan kas yang diterima dari piutang usaha angsuran
tersebut.
Untuk menghitung presentase laba kotor yaitu dengan membagi laba kotor
yang belum dieralisasi dengan penjualan angsuran yang bersangkutan dan hasilnya
dikalikan 100%.
Laba kotor ditangguhkan = Penjualan – HPP (Harga Pokok Penjualan)
% Laba kotor = (Laba kotor yang belum direalisasi : Penjualan angsuran) x
100%
Contoh soal:
1. PT Osaka telah membeli sebuah tanah di daerah Jakarta dengan harga perolehan Rp.
170.000.000,00. di samping itu PT Osaka juga membayar biaya-biaya lainnya seharga
Rp. 10.000.000,00
Pada tanggal 1 mei 2000, PT Handoko membeli tanah tersebut seharga Rp.
240.000.000,00. PT Handoko membayar uang muka sebesar Rp. 40.000.000,00 dan
sisanya akan dibayar angsuran sebanyak 10 kali setengah tahunan, setiap kali angsuran
Rp. 20.000.000,00. PT Osaka mengenakan bunga 18% pertahun terhadap sisa
angsuran. Komisi dan beban penjualan dibayar tunai sebesar 2% dari harga jual.
Periode akuntansi perusahaan sama dengan tahun fiskal.
Page 9 of 61
Diminta : Catatlah transaksi-transasksi tersebut ke dalam jurnal untuk tahun 2000 dan
2001, dengan menggunakan metode:
a. Laba kotor diakui pada saat penjualan
b. Laba kotor diakui sejalan dengan realisasi penerimaan kas
Jawaban:
a. Laba kotor diakui pada saat penjualan
1 Mei 2000
Penjualan tanah dengan harga jual
Piutang usaha angsuran Rp. 240.000.000,00
Tanah Rp. 180.000.000,00
Laba atas penjualan tanah Rp. 60.000.000,00
Penerimaan uang muka
Kas Rp. 40.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 40.000.000,00
Dibayar komisi dan beban penjualan (2% x Rp. 240.000.000,00)
Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00
Kas Rp. 4.800.000,00
1 November 2000
Dibayar angsuran pertama dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 200.000.000,00)
Kas Rp. 38.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 18.000.000,00
Page 10 of 61
31 Desember 2000
Jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp. 180.000.000)
Piutang Bunga Rp. 5.400.000,00
Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00
Realisasi Laba kotor
Tidak ada jurnal
Ayat jurnal penutup
Laba atas penjualan tanah Rp. 60.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 23.400.000,00
Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00
Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 78.600.000,00
1 Januari 2001
Ayat jurnal pembalik
Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00
Piutang bunga Rp. 5.400.000,00
1 Mei 2001
Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 180.000.000,00)
Kas Rp. 36.200.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 16.200.000,00
1 November 2001
Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 160.000.000,00)
Kas Rp. 34.400.000,00
Page 11 of 61
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 14.400.000,00
31 Desember 2001
Ayat jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x 140.000.000,00)
Piutang bunga Rp. 4.200.000,00
Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00
Realisasi laba kotor
Tidak ada jurnal
Ayat jurnal penutup
Pendapatan bunga Rp. 29.400.000,00
Ikhtisar rugi laba Rp. 29.400.000,00
b. Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas
1 Mei 2000
Penjualan tanah seharga Rp. 240.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 240.000.000,00
Tanah Rp. 180.000.000,00
Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 60.000.000,00
Penerimaan uang muka
Kas Rp. 40.000.000,00
Page 12 of 61
Piutang usaha angsuran Rp. 40.000.000,00
Dibayar komisi dan beban penjualan (2% x Rp. 240.000.000,00)
Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00
Kas Rp. 4.800.000,00
1 November 2000
Dibayar angsuran pertama dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 200.000.000,00)
Kas Rp. 38.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 18.000.000,00
31 Desember 2000
Jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp.180.000.000,00)
Piutang bunga Rp. 5.400.000,00
Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00
Realisasi Laba kotor
Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 15.000.000,00
Laba kotor direalisasi Rp. 15.000.000,00
Ayat jurnal penutup
Laba Kotor direalisasi Rp. 15.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 23.400.000,00
Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00
Ikhtisar rugi/laba Rp. 33.600.000,00
Page 13 of 61
1 januari 2001
Ayat jurnal pembalik
Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00
Piutang bunga Rp. 5.400.000,00
1 Mei 2001
Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 180.000.000,00)
Kas Rp. 36.200.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 16.200.000,00
1 November 2001
Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 160.000.000,00)
Kas Rp. 34.400.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 14.400.000,00
31 Desember 2001
Ayat jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp. 140.000.000,00)
Piutang bunga Rp. 4.200.000,00
Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00
Realisasi laba kotor (10% x Rp.40.000.000,00)
Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 10.000.000,00
Laba kotor direalisasi Rp. 10.000.000,00
Page 14 of 61
Ayat jurnal penutup
Laba kotor direalisasi Rp. 10.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 29.400.000,00
Iktisar rugi/laba Rp. 39.400.000,00
Pada penjualan angsuran dengan metode pengakuan laba kotor dilakukan pada saat
penjualan terjadi maka laba kotor yang diakui adalah sebesar Rp. 60.000.000,00 pada
tahun 2000, yaitu pada saat penjualan terjadi (jurnal tanggal 1 mei 2000) dan tidak diakui
lagi pada tahun-tahun berikutnya.
Sedangkan pada metode pengakuan laba kotor sejalan dengan penerimaan kas
(metode proporsional) juga akan mengakui laba kotor sebesar Rp.
60.000.000,00 pula. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tahun Penerimaan Angsuran Persentase Laba Kotor Pengakuan Laba Kotor
2000 Rp. 60.000.000 25% Rp. 15.000.000
2001 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000
2002 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000
2003 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000
2004 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000
2005 Rp. 20.000.000 25% Rp. 5.000.000
Rp. 240.000.000 Rp. 60.000.000
Apabila kewajiban tidak dapat dipenuhi oleh pihak pembeli, maka pihak penjual
akan menarik kembali harta yang telah dijual. Pencatatan atas penarikan kembali harta
tersebut tergantung dari metode pengakuan laba kotor yang digunakan. Jika laba kotor
Page 15 of 61
laba kotor diakui pada saat penjualan terjadi, maka harta yang dimiliki tersebut diakui
sebesar harga pasar yang wajar, kemudian membatalkan saldo piutang usaha angsuran dan
menimbulkan keuntungan atau kerugian karena pemilikan kembali. Jika menggunakan
metode pengakuan laba kotor sejalan dengan penerimaan kas, maka harta yang dimiliki
tersebut diakui sebesar harga pasar yang wajar, kemudian membatalkan laba kotor yang
belum direalisasi serta saldo piutang usaha angsuran dan menimbulkan keuntungan atau
kerugian karena pemilikan kembali. Contoh kasus ketidakmampuan pelunasan piutang
usaha angsuran adalah:
2. Mengacu pada soal no 1 bila pada tanggal 1 Mei 2002, PT. Handoko tidak dapat
membayar (memenuhi) kewajibannya. PT Osaka kemudian menarik hartanya kembali
dan pada tanggal tersebut tanah itu dinilai menurut harga pasarnya yaitu sebesar Rp.
150.000.000,00.
PT. Handoko menerima 5% dari jumlah yang telah dibayarnya tetapi tidak termasuk
bunga.
Diminta: Buatlah perhitungan rugi/laba dan jurnal pemilikan kembali untuk
a. Laba kotor diakui pada saat penjualan
b. Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas
Jawaban:
a. Laba kotor diakui pada saat penjualan
Jumlah piutang yang diterima Rp. 100.000.000,00
Jumlah yang dikembalikan kepada PT Handoko (5%) (Rp. 5.000.000,00)
Rp. 95.000.000,00
Harga pokok tanah Rp. 180.000.000,00
Page 16 of 61
Nilai pasar (Rp. 150.000.000,00)
Penurunan nilai tanah (Rp. 30.000.000,00)
Total laba pemilikan kembali Rp. 65.000.000,00
Laba kotor yang telah diakui (Rp. 60.000.000,00)
Laba (rugi) pemilikan kembali Rp. 5.000.000,00
Jurnal pemilikan kembali
Tanah Rp. 150.000.000,00
Kas Rp. 5.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 140.000.000,00
Laba atas pemilikan kembali Rp. 5.000.000,00
b. Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas
Jumlah piutang yang diterima Rp. 100.000.000,00
Jumlah yang dikembalikan (5%) (Rp. 5.000.000,00)
Rp. 95.000.000,00
Harga pokok tanah Rp. 180.000.000,00
Nilai pasar (Rp. 150.000.000,00)
Penurunan nilai tanah (Rp. 30.000.000,00)
Total laba pemilikan kembali Rp. 65.000.000,00
Laba kotor yang telah diakui (Rp. 25.000.000,00)
Laba (Rugi) karena pemilikan kembali Rp. 40.000.000,00
Page 17 of 61
Jurnal pemilikan kembali
Tanah Rp. 150.000.000,00
Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 35.000.000,00
Kas Rp. 5.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 140.000.000,00
Laba atas pemilikan kembali Rp. 40.000.000,00
Untuk kedua metode di atas masih diperlukan jurnal lagi, yaitu jurnal untuk
menutup pendapatan bunga sebesar Rp. 4.200.000,00 sebagai kerugian.
Ayat jurnal pembalik
1 Januari 2002
Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00
Piutang bunga Rp.
4.200.000,00
Ayat jurnal penutup
Laba Ditahan Rp. 4.200.000,00
Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00
IV. PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PENJUALAN ANGSURAN
A. Neraca
Penyusunan neraca pada perusahan yang melakukan penjualan nagsuran sama
dengan penjualan biasa, hanya terdapat hal yang harus dieprhatikan adalah:
1. Piutang usaha angsuran biasanya dikelompokkan sebaagi aktiva lancar
dan harus dijelaskan pada penjelasan laporan keuangan atau dengan
Page 18 of 61
catatan kaki yang mengungkapkan tanggal jatuh temponya. Hal ini
dengan asumsi bahwa definisi dari aktiva lancar adalah sumber-sumber
yang diharapkan dapat direalisir menjadi kas atau dijual. Maka jangka
waktu piutang usaha angsuran tersebut diabaikan.
2. Laba kotor yang belum direalisasikan dapat dikelompokkan:
a) Kelompok kewajiban atau pendapatan yang belum
direalisasi.
b) Pengurang piutang usaha angsuran.
c) Kelompok modal yang menjadi bagian dari laba yang
ditahan
Cara yang paling umum adalah laba kotor yang belum direalisasi dicatat
sebagai kelompok kewajiban.
B. Laporan Rugi/Laba dan Daftar analisa realisasi laba kotor
Di dalam penyusunan perhitungan rugi/laba untuk penjualan angsuran, harus
dipisahkan antara penjualan biasa dengan angsuran. Laba kotor penjualan
angsuran periode tersebut dikurangi dengan saldo laba kotor yang belum
direalisasi pada akhir periode, yang menghasilkan laba kotor periode tersebut
yang telah direalisasi.
V. PENGAKUAN LABA PENJUALAN ANGSURAN DALAM KAITANNYA
DENGAN UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN
Undang-undang Perpajakan No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
Menurut salah satu metode penjualan angsuran bahwa laba kotor diakui sejalan
dengan tagihan uang kas yang diterima, sehingga laba kotor akan diakui untuk
beberapa periode fiskal. Sedangkan menurut pajak penghasilan sesuai dengan
Page 19 of 61
undang-undang no.7 bahwa laba hasrus diakui pada saat penjualan dilakukan.
Sehingga terdapat perbedaan persepsi antara laba menurut metode penjualan
angsuran dengan undang-undang pajak penghasilan.
Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia pasal 9 tentang pajak penghasilan, yaitu:
a) Dalam Perhitungan rugi/laba, jumlah pajak penghasilan dapat dihitung
berdasarkan laba menurut akuntansi atau laba kena pajak, dengan tarif
sebagaimana ditetapkan oleh fiskus.
b) Dalam hal pajak penghasilan dihitung menurut laba akuntansi, selisih
perhitungan tersebut dengan hutang pajak (yang dihitung menurut laba
kena pajak), yang disebabkan “perbedaan waktu” pengakuan pendapatan
dan beban untuk tujuan akuntansi dengan tujuan pajak akan ditampung
ke dalam pos “pajak penghasilan yang ditangguhkan” dan dialokasikan
pada beban pajak pengahsilan tahun-tahun berikutnya. Sehingga dengan
demikian jika perusahaan menghitung laba menurut metode pengakuan
laba kotor sejalan dengan penerimaan kas hasil penjualan angsuran,
maka selisih antara pajak penghasilan perusahaan dengan pajak
pengahsilan menurut fiskus ditampung dalam perkiraan pajak
penghasilan yang ditangguhkan (belum direlisasi).
Contoh soal:
1. Bila PT Handoko mendapatkan laba untuk tahun 1999 sebesar Rp.
10.250.000,00. Sedangkan menurut undang-undang pajak penghasilannya
adalah Rp. 9.500.000,00. Buatlah jurnal untuk menyesuaikannya!
Pajak penghasilan menurut perusahaan Rp. 10.250.000,00
Pajak pengahsilan menurut UU pajak penghasilan Rp. 9.500.000,00
Selisih Rp. 750.000,00
Page 20 of 61
Jurnal untuk mencatat pembebanan pajak tersebut
Ikhtisar rugi/laba Rp. 10.250.000,00
Hutang pajak (PPh pasal 29) Rp. 9.500.000,00
Pajak penghasilan yang ditangguhkan Rp. 750.000,00
Jika perusahaan menggunakan metode pengakuan laba kotor pada saat
penjualan angsuran, maka tidak terdapat perbedaan antara laba menurut
perusahaan dengan laba menurut pajak.
Undang-undang perpajakan No.8 tahun 1983 tentang pajak pertambahan
nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
Untuk perusahaan dagang umumnya dan perusahaan dagang angsuran harus
ditetapkan apakah perusahaan tersebut adalah pengusaha kena pajak (PKP) atau
non PKP.
Bila perusahaan tersebut adalah PKP, maka untuk seluruh penjualan barang
dagangnya harus dikenakan PPN. Dan bila merupakan non PKP maka tidak
boleh dipungut PPN. PPN yang dikenakan atas nilai jual ini disebut sebagai PPN
keluaran. Sedangkan PPN atas barang yang dibeli merupakan PPN masukkan.
PPN masukkan dapat dikreditkan dengan PPN keluaran.
Selain itu perusahaan juga membayar pajak penjualan atas barang mewah
(PPnBM), bila barang yang dibeli merupakan kategori barang mewah. Tarif ini
berkisar anatar 10% - 30%. PPnBM ini dikenakan hanya sekali pada pengusaha
dan tidak daoat dikreditkan dengan PPN keluarannya sehingga harus dimasukkan
sebagai harga pokok barang yang dibelinya.
VI. BUNGA PADA PENJUALAN ANGSURAN
Page 21 of 61
Dalam penjualan angsuran pihak penjual biasanya juga memperhitungkan
bunga atas saldo angsuran yang belum dibayar disamping memperhitungkan laba.
Bunga dalam penjualan angsuran harus dipisahkan dari pengakuan laba kotor
dari hasil usaha bagi pihak penjual, sedangkan untuk pihak pembeli unsur bunga
harus dipisahkan dari harga perolehan dari barang angsuran yang dimilikinya.
Dalam menghitung bunga, dapat dilakukan denagn beberapa cara, yaitu:
a) Bunga dihitung dari saldo pokok pinjaman yang belum dilunasi selama jangka
waktu angsuran (bunga dihitung dari saldo menurun), disebut Long End Interest.
b) Bunga dihitung dari akumulasi pembayaran angsuran yang telah jatuh tempo
(tidak termasuk uang muka) yang dihitung sejak pembayaran angsuran pertama
sampai dengan paling akhir, disebut Short End Interest.
c) Bunga dihitung secara anuitet. Setiap periode sama besarnya dan di dalam setiap
pembayaran angsuran mengandung unsure pelunasan angsuran dan bunga.
d) Bunga selama masa pembayran angsuran diitung dari harga kontrak awal setelah
diperhitungkan dnegan uang muka.
Contoh Soal:
PT Handoko menjual tanahnya secara angsuran. Pada tanggal 1 Februari 1998, dijual
tanah secara angsuran dengan harga jual sebesar Rp. 10.000.000,00. Pembeli
membayar uang muka sebesar Rp. 1.000.000,00 dan sisanya dibayar secara angsuran
sebanyak 10 kali bulanan dengan bunga sebesar 12% pertahun. Harga perolehan
tanah adalah Rp. 8.000.000,00. Buat perhitungan bunga dan jurnal yang diperlukan
untuk 3 bulan pertama !
Jawaban:
1. Bunga dihitung dari saldo pokok pinjaman yang belum dilunasi selama
jangka waktu angsuran.
Page 22 of 61
Pada cara ini bunga yang dibebankan pada setiap kali angsuran dihitung dari
saldo pokok pinjaman awal periode tersebut. Bunga yang dibayar setiap periode
akan makin lama makin kecil, sesuai dengan makin kecilnya saldo pinjaman
penjualan angsuran tersebut.
Perhitungan bunga dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tgl Angsuran
Pokok
Bunga 1 % per
bulan
Jumlah yang
harus dibayar
Saldo Pokok
Pinjaman
1/2/98 10.000.000
1/2/98 1.000.000 1.000.000 9.000.000
1/3/98 900.000 90.000 990.000 8.100.000
1/4/98 900.000 81.000 981.000 7.200.000
1/5/98 900.000 72.000 972.000 6.300.000
1/6/98 900.000 63.000 963.000 5.400.000
1/7/98 900.000 54.000 954.000 4.500.000
1/8/98 900.000 45.000 945.000 3.600.000
1/9/98 900.000 36.000 936.000 2.700.000
1/10/98 900.000 27.000 927.000 1.800.000
1/11/98 900.000 18.000 918.000 900.000
1/12/98 900.000 9.000 909.000 0
Jurnal
1/2/98 Kas 1.000.000
Piutang Angsuran 9.000.000
Peralatan 8.000.000
Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap 2.000.000
Page 23 of 61
1/3/98 Kas 990.000
Piutang Angsuran 900.000
Pendapatan Bunga 90.000
1/4/98 Kas 981.000
Piutang Angsuran 900.000
Pendapatan Bunga 81.000
1/5/98 Kas 972.000
Piutang Angsuran 900.000
Pendapatan Bunga 72.000
2. Bunga dihitung dari akumualsi pembayaran angsuran yang telah jatuh
tempo (tidak termasuk uang muka)
Cara ini menghitung bunga dari akumulasi pembayaran angsuran yang telah
jatuh tempo. Dengan demikian bunga yang dibebankan makin lama makin besar,
seiirng dengan makin membesarnya akumulasi pembayaran angsuran tiap
periode.
Pembayaran bunga dengan metode ini tidak sesuai dengan system bunga accrual.
Pada sitem tersebut, bunga dihitung dari saldo pinjaman yang belum dilunasi dan
bukan dari akumualsi angsuran yang jatuh tempo. Oleh karena itu jika
perusahaan membuat laporan keuangan tiap akhir periode, maka harus dilakukan
penyesuaian atas bunga menurut system accrual.
Perhitungan bunga dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tgl Angsuran Bunga 1 % per Jumlah yang Saldo Pokok
Page 24 of 61
Pokok bulan harus dibayar Pinjaman
1/2/98 10.000.000
1/2/98 1.000.000 1.000.000 9.000.000
1/3/98 900.000 9.000 909.000 8.100.000
1/4/98 900.000 18.000 918.000 7.200.000
1/5/98 900.000 27.000 927.000 6.300.000
1/6/98 900.000 36.000 936.000 5.400.000
1/7/98 900.000 45.000 945.000 4.500.000
1/8/98 900.000 54.000 954.000 3.600.000
1/9/98 900.000 63.000 963.000 2.700.000
1/10/98 900.000 72.000 972.000 1.800.000
1/11/98 900.000 81.000 981.000 900.000
1/12/98 900.000 90.000 990.000 0
Jurnal
1/2/98 Kas 1.000.000
Piutang Angsuran 9.000.000
Peralatan 8.000.000
Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap 2.000.000
1/3/98 Kas 909.000
Piutang Angsuran 900.000
Pendapatan Bunga 9.000
Page 25 of 61
1/4/98 Kas 918.000
Piutang Angsuran 900.000
Pendapatan Bunga 18.000
1/5/98 Kas 927.000
Piutang Angsuran 900.000
Pendapatan Bunga 27.000
3. Bunga dihitung secara anuitet
Pada cara ini pembayaran setiap periodenya sama besarnya, dan setiap
pembayran tersebut meliputi pembayran pokok pinjaman dan pembayran bunga.
Pembayaran dengan cara ini disebut sebagai pembayaran anuitet. Untuk
mencari jumlah pembayran anuitet setiap periode digunakan rumus:
T = Jumlah angsuran yang belum lunas
T = Ann 1- 1/(1 + i )n Ann= Pembayaran angsuran setiap periode
i n = Jumlah periode angsuran;
i = Bunga per periode
Dalam contoh diatas maka pembayaran anuitet dapat dicari sebagai berikut :
Rp. 9.000.000 = Ann 1- 1/(1+1%)10
1%
Rp. 9.000.000 = Ann x 9,4713045
Ann = 950.238, 692 dibulatkan menjadi 950.239
Tgl Angsuran
Pokok
Bunga 1 % per
bulan
Jumlah yang
harus dibayar
Saldo Pokok
Pinjaman
Page 26 of 61
1/2/98 10.000.000
1/2/98 1.000.000 1.000.000 9.000.000
1/3/98 860.239 90.000 950.239 8.139.761
1/4/98 868.841 81.398 950.239 7.270.920
1/5/98 877.530 72.709 950.239 6.393.390
1/6/98 886.305 63.934 950.239 5.507.085
1/7/98 895.168 55.071 950.239 4.611.917
1/8/98 904.120 46.119 950.239 3.707.797
1/9/98 913.161 37.078 950.239 2.794.636
1/10/98 922.293 27.946 950.239 1.872.343
1/11/98 931.516 18.723 950.239 940827
1/12/98 940.827 9.412 950.239 0
Jurnal
1/2/98 Kas 1.000.000
Piutang Angsuran 9.000.000
Peralatan 8.000.000
Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap 2.000.000
1/3/98 Kas 950.239
Piutang Angsuran 860.239
Pendapatan Bunga 90.000
1/4/98 Kas 950.239
Page 27 of 61
Piutang Angsuran 868.841
Pendapatan Bunga 81.398
1/5/98 Kas 950.239
Piutang Angsuran 877.530
Pendapatan Bunga 72.709
4. Bunga selama masa pembayaran angsuran dihitung dari harga kontrak
awal setelah diperhitungkan dengan uang muka.
Pada cara ini bunga untuk setiap periode dihitung dari saldo awal pokok
pinjaman setelah dikurangi dengan uang muka. Sehingga dengan demikian
buinga yang dibebankan untuk setiap periode sama besarnya dan jumlah
angsuran ditambah bunga periode terebut akan menghasilkan jumlah yang sama
besar pula.
Contoh terkait diatas:
Bunga untuk setiap periode = 1% x Rp. 9.000.000,00 = Rp. 90.000,00
Angsuran untuk setiap periode = Rp. 900.000 + Rp. 90.000,00 = Rp. 990.000,00
Tabel perhitungan bunga
Tgl Angsuran
Pokok
Bunga 1 % per
bulan
Jumlah yang
harus dibayar
Saldo Pokok
Pinjaman
1/2/98 10.000.000
1/2/98 1.000.000 1.000.000 9.000.000
1/3/98 900.000 90.000 990.000 8.100.000
1/4/98 900.000 90.000 990.000 7.200.000
1/5/98 900.000 90.000 990.000 6.300.000
Page 28 of 61
1/6/98 900.000 90.000 990.000 5.400.000
1/7/98 900.000 90.000 990.000 4.500.000
1/8/98 900.000 90.000 990.000 3.600.000
1/9/98 900.000 90.000 990.000 2.700.000
1/10/98 900.000 90.000 990.000 1.800.000
1/11/98 900.000 90.000 990.000 900.000
1/12/98 900.000 90.000 990.000 0
Jurnal
1/2/98 Kas 1.000.000
Piutang Angsuran 9.000.000
Peralatan 8.000.000
Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap 2.000.000
1/3/98 Kas 990.000
Piutang Angsuran 900.000
Pendapatan Bunga 90.000
1/4/98 Kas 990.000
Piutang Angsuran 900.000
Pendapatan Bunga 90.000
1/5/98 Kas 990.000
Piutang Angsuran 900.000
Pendapatan Bunga 90.000
Page 29 of 61
Dari keempat cara di atas, bila dipandang dari sudut perusahaan yang
melakukan penjualan angsuran, maka cara yang terakhir yang menghasilkan bunga
lebih besar dari cara yang lainnya. Biasanya dalam dunia usaha penjualan angsuran
digunakan metode anuitas atau dengan menggunakan bunga flat.
VII. Hubungan Penjualan Angsuran Dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Dalam hubungannya dengan SAK, penjualaan angsuran dapat dikatakan
berhubngan dengan:
a. PSAK NO. 16 tentang Aktiva Tetap Dan Aktiva Lain-Lain
Hal ini dikarenakan, kebanyakan penjualan angsuran adalah aktiva tetap sebuah
perusahaan, seperti : gedung, tanah, peralatan. Dalam penjualan aktiva tetap ini
akan muncul piutang dan bunga.
b. PSAK NO. 44 tentang Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat
Hal ini dikarenakan, penjualan angsuran pada mulanya adalah penjualan real
estat, ditambah lagi penjualan real estat sampai sekarang masih merupakan
cicilan, jarang sekali yang membayar langsung karena begitu besar biaya yang
harus dikeluarkan sehingga lebih baik di cicil.
c. PSAK NO. 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan
Hal ini dikarenakan, dalam perhitungan pajak penghasilan dari sebuah
perusahaan, kadang kala terdapat selisih pajak dan juga pengaturan atas selisih
pajak ini harus disesuaikan sehingga tidak menimbulkan suatu kerancuan.
d. PSAK NO. 47 tentang Akuntansi Tanah
Page 30 of 61
Hal ini dikarenakan, dalam prakteknya tanah adalah suatu aktiva yang banyak
diperjual belikan dengan angsuran, karena mahalnya harga tanah terlebih lagi di
kota besar.
e. PSAK NO. 48 tentang Penurunan Nilai Aktiva
Hal ini dikarenakan, dalam penjualan angsuran bila si pembeli tidak mampu
membayar maka akan terdapat pemilikan kembali akan aktiva tersebut dan biasanya
harganya cendenrung menurun dari harga sewaktu menjual aktiva tersebut secara
angsuran.
VIII. Variasi Soal
1. PT Surken yang bergerak dalam bidang ekspor impor akan menjual aktiva tetap
miliknya, yaitu 3 bidang tanah di Irian, Maluku dan di Sulawesi.
a. Tanah di Irian berharga pokok Rp. 190.000.000,00 dan akan dibeli oleh
PT Handoko seharga Rp. 250.000.000,00. Disamping itu PT Surken
membayar komisi dan beban penjualan sebesar 1 % dari harga jual.
Rencananya penjualan akan menggunakan metode cicilan yang mangakui
laba kotor pada saat penjualan, PT Handoko akan mencicil pembayaran
sebanyak 5 kali setengah tahunan dan PT Surken mengenakan bunga
sebesar 12 % atas cicilan tersebut serta PT Handoko telah membayar Rp.
50.000.000,00. Sebelumnya PT Surken juga telah membayar Rp.
10.000.000,00 untuk biaya pengurusan tanah yang di Irian tersebut. PT
Handoko membeli tanah tersebut tanggal 1 April 1999.
b. Tanah di Maluku akan dibeli oleh PT Surkep, tanah di Maluku ini
rencananya akan dicatat dengan metode laba kotor sejalan dengan
penerimaan kas. Harga beli tanah di sana adalah Rp. 145.000.000,00 dan
biaya untuk penggantian biaya surat tanah sebesar Rp. 5.000.000,00. PT
Page 31 of 61
Surkep membeli tanah tersebut pada tanggal 29 februari 1998 seharga Rp.
200.000.000,00 dengan cicilan sebanyak 5 kali setengah tahunan dan
sudah memberikan uang muka sebesar Rp. 20.000.000,00. Bunga yang
dikenakan sebesar 12 %, dan PT Surken membayar komisi dan beban
penjualan sebesar 2 % dari harga jual.
c. Tanah di Sulawesi akan dibeli oleh PT Gadifs. Tanah tersebut memiliki
harga beli Rp. 300.000.000,00 (dengan surat-surat). PT Gadifs membeli
tanah tersebut tanggal 1 maret 1998 seharga Rp. 400.000.000, dengan
metode cicilan yang mengakui laba kotor pada saat penjualan. PT Gadifs
juga membayar uang muka sebesar Rp. 100.000.000,00 dan sisanya
diangsur 10 kali dan atas angsuran tersebut dikenakan bunga 12%. Untuk
beban komisi penjualan PT Surken membayar Rp. 10.000.000,00.
Malangnya, PT Gadifs salah dalam berinvenstasi sehingga tanggal 1 maret
2000 tidak mampu memenui kewajibannya. PT Surken terpaksa harus
menarik kembali tanahnya, dan pada waktu itu harga tanah tersebut Rp.
250.000.000,00 dan dikembalikan 15% dari jumlah yang telah dibayar.
Pertanyaan :
Buatlah seluruh jurnal yang mencatat transaksi penjualan tersebut untuk 2 tahun
!
Jawaban :
a. Laba kotor diakui pada saat penjualan
1 April 1999
Mencatat penjualan tanah
Piutang usaha angsuran Rp. 250.000.000,00
Tanah Rp. 200.000.000,00
Laba atas penjualan tanah Rp. 50.000.000,00
Page 32 of 61
Mencatat penerimaan uang muka
Kas Rp. 50.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 50.000.000,00
Membayar komisi dan beban penjualan (1% x Rp. 250.000.000,00)
Beban penjualan Rp. 2.500.000,00
Kas Rp. 2.500.00,00
1 Oktober 1999
Mencatat pembayaran angsuran pertama dan bunga (6/12 x 12% x Rp.
200.000.000,00)
Kas Rp. 32.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 12.000.000,00
31 Desember 1999
Mencatat jurnal penyesuaian bunga (3/12 x 12% x Rp. 180.000.000,00)
Piutang Bunga Rp. 5.400.000,00
Pendapatan Bunga Rp. 5.400.000,00
Ayat Jurnal Penutup
Laba atas penjualan tanah Rp. 50.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 17.400.000,00
Beban penjualan Rp. 2.500.000,00
Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 64.900.00,00
Page 33 of 61
1 Januari 2000
Mencatat ayat jurnal pembalik
Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00
Piutang bunga Rp.
5.400.000,00
1 April 2000
Mencatat pembayaran angsuran kedua dan bunga (6/12 x 12% x Rp.
180.000.000,00)
Kas Rp. 30.800.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 10.800.000,00
1 Oktober 2000
Mencatat pembayaran angsuran ketiga dan bunga
Kas Rp. 29.600.000,00
Piutang usaha angsuran Rp.20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 9.600.000,00
31 Desember 2000
Ayat jurnal penyesuaian bunga (3/12 x 12% x 140.000.000,00)
Piutang bunga Rp. 4.200.000,00
Page 34 of 61
Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00
Ayat jurnal penutup
Pendapatan bunga Rp. 19.200.000,00
Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 19.200.000,00
1 Januari 2001
Ayat jurnal pembalik
Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00
Piutang bunga Rp.
4.200.000,00
1 April 2001
Mencatat pembayarn angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 140.000.000,00)
Kas Rp. 28.400.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 8.400.000,00
b. Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas
29 Februari 2000
Mencatat penjualan tanah
Piutang usaha angsuran Rp. 200.000.000,00
Tanah Rp. 150.000.000,00
Laba kotor yang ditangguhkan Rp. 50.000.000,00
Mencatat penerimaan uang muka
Page 35 of 61
Kas Rp. 20.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Membayar beban dan komisi penjualan (2% x Rp. 200.000.000,00)
Beban penjualan Rp. 4.000.000,00
Kas Rp. 4.000.000,00
1 September 2000
Dibayar angsuran dan bunga (6/12 x 12%x 180.000.00,00)
Kas Rp. 30.800.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 10.800.000,00
31 Desember 2000
Ayat jurnal Penyesuaian (4/12 x 12% x Rp 160.000.000,00)
Piutang bunga Rp. 6.400.000,00
Pendapatan bunga Rp. 6.400.000,00
Realisasi Laba kotor
% LK = (50jt/200jt) x 100%=25%; LKBD=25% x Rp. 50jt = Rp. 12.500.000,00
Laba kotor yang ditangguhkan Rp.12.500.000,00
Laba kotor yang direalisasikan Rp. 12.500.000,00
Ayat Jurnal Penutup
Laba kotor yang direalisasikan Rp. 12.500.000,00
Pendapatan bunga Rp. 17.200.000,00
Beban penjualan Rp. 4.000.000,00
Page 36 of 61
Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 25.700.000,00
1 Januari 2001
Ayat Jurnal Pembalik
Pendapatan bunga Rp. 6.400.000,00
Piutang bunga Rp.
6.400.000,00
29 Februari 2001
Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 160.000.00,00)
Kas Rp. 29.600.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 9.600.000,00
1 September 2001
Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 140.000.000,00)
Kas Rp. 28.400.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 8.400.000,00
31 Desember 2001
Ayat jurnal penyesuaian bunga (4/12 x 12% x Rp. 120.000.000,00)
Piutang bunga Rp. 4.800.000,00
Pendapatan bunga Rp. 4.800.000,00
Realisasi Laba kotor (25% x Rp. 50.000.000,00 – Rp.12.500.000,00 )
Laba kotor yang ditangguhkan Rp. 9.375.000,00
Page 37 of 61
Laba kotor yang direalisasi Rp. 9.375.000,00
Ayat jurnal penutup
Pendapatan bunga Rp. 16.400.000,00
Laba kotor yang direalisasi Rp. 9.375.000,00
Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 25.775.000,00
1 Januari 2002
Ayat Jurnal Pembalik
Piutang Bunga Rp. 4.800.000,00
Pendapatan Bunga Rp. 4.800.000,00
29 Februari 2002
Dibayar angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 120.000.000,00)
Kas Rp. 27.200.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 7.200.000,00
c. Laba kotor diakui pada saat penjualan
1 Maret 1998
Mencatat penjualan tanah
Piutang usaha angsuran Rp. 400.000.000,00
Tanah Rp. 300.000.000,00
Laba atas penjualan tanah Rp. 100.000.000,00
Page 38 of 61
Mencatat penerimaan uang muka
Kas Rp. 100.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 100.000.000,00
Mencatat beban dan komisi penjualan
Beban penjualan Rp. 10.000.000,00
Kas Rp. 10.000.000,00
1 September 1998
Dibayar angsuran pertama dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 200.000.000,00)
Kas Rp. 32.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 12.000.000,00
31 Desember 1998
Ayat jurnal penyesuaian (4/12 x 12%x Rp. 180.000.000,00)
Piutang bunga Rp. 7.200.000,00
Pendapatan bunga Rp. 7.200.000,00
Ayat jurnal penutup
Laba atas penjualan tanah Rp. 100.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 19.200.000,00
Beban penjualan Rp. 10.000.000,00
Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 118.200.000,00
1 Januari 1999
Ayat jurnal pembalik
Page 39 of 61
Pendapatan bunga Rp. 7.200.000,00
Piutang bunga Rp.
7.200.000,00
1 Maret 1999
Dibayar angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 180.000.000,00)
Kas Rp. 30.800.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 10.800.000,00
1 September 1999
Dibayar angsuran dan bunga (6/12 x 12%x Rp. 160.000.000,00)
Kas Rp.29.600.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 9.600.000,00
31 Desember 1999
Ayat jurnal penyesuaian bunga (4/12 x 12%x Rp. 140.000.000,00)
Piutang bunga Rp. 5.600.000
Pendapatan bunga Rp. 5.600.000,00
Ayat jurnal penutup
Pendapatan bunga Rp. 18.800.000,00
Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 18.800.000,00
1 Januari 2000
Ayat jurnal pembalik
Pendapatan bunga Rp. 5.600.000,00
Page 40 of 61
Piutang bunga Rp. 5.600.000,00
Kemudian PT Gadifs tidak dapat memenuhi kewajibannya, sehingga
Jumlah piutang yang telah diterima Rp. 160.000.000,00
Jumlah yang dikemnbalikan (15%) (Rp. 24.000.000,00)
Rp. 136.000.000,00
Harga pokok tanah Rp 300.000.000,00
Nilai pasar (Rp.250.000.000,00)
Penurunan nilai tanah (Rp. 50.000.000,00)
Total laba pemilikan kembali Rp. 86.000.000,00
Laba kotor yang telah diakui (Rp. 100.000.000,00)
Rugi karena pemilikan kembali Rp (14.000.000,00)
Jurnal pemilikan kembali tanah:
Tanah Rp. 250.000.000,00
Rugi atas pemilikan kembali Rp. 14.000.000,00
Kas Rp. 24.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 240.000.000,00
Contoh soal dan penyelesaian : Penjualan angsuran barang tak bergerak dengan metode
laba kotor diakui secara periodik (pada saat penjualan dilakukan)
1 Sept 1990
Dijual mesin (aktiva tetap) kepada PT B dengan harga Rp. 500 juta yang nilai bukunya Rp.
400 juta.
Page 41 of 61
Piutang-PT B 500.000.000
Mesin 400.000.000
Keuntungan penjualan aktiva tetap 100.000.000
Diterima uang muka (d/p) Rp. 100 juta dan sisanya dengan wesel hipotik yang dapat
diangsur selama 4 kali angsuran semesteran @ Rp. 100 juta ditambah bunga 12% per tahun
atas saldo yang belum dibayar. Angsuran dilakukan tiap 1/3 dan 1/9.
Kas 100.000.000
Wesel Hipotik 400.000.000
Piutang-PT B 500.000.000
Dibayar biaya penjualan sebesar Rp. 2 juta
Biaya penjualan 2.000.000
Kas 2.000.000
31 Desember 1990
Jurnal penyesuaian untuk bunga yang masih harus diterima selama 4 bulan yaitu sebesar 16
juta (4/12 * 12% * 400.000.000)
Piutang Bunga 16.000.000
Pendapatan bunga 16.000.000
Jurnal penutup:
Keuntungan atas penjualan aktiva tetap 100.000.000
Page 42 of 61
Pendapatan bunga 16.000.000
Biaya penjualan 2.000.000
Ikt. R/L 114.000.000
1 Januari 1991
Jurnal Pembalik:
Pendapatan bunga 16.000.000
Piutang bunga 16.000.000
1 Maret 1991
Diterima angsuran pertama sebesar 100 juta ditambah bunga
Kas 124.000.000
Wesel hipotik 100.000.000
Pendapatan bunga 24.000.000
1 September 1991
Diterima angsuran pertama sebesar 100 juta ditambah bunga
Kas 118.000.000
Wesel hipotik 100.000.000
Pendapatan bunga 18.000.000
31 Desember 1991
Jurnal penyesuaian untuk bunga yang masih harus diterima selama 4 bulan yaitu sebesar 8
juta (4/12 * 12% * 200 juta)
Piutang Bunga 8.000.000
Pendapatan bunga 8.000.000
Page 43 of 61
Jurnal penutup:
Pendapatan bunga 34.000.000
Ikt. R/L 34.000.000
1 Januari 1992
Jurnal Pembalik:
Pendapatan bunga 8.000.000
Piutang bunga 8.000.000
1 Maret 1992
Diterima angsuran pertama sebesar 100 juta ditambah bunga
Kas 112.000.000
Wesel hipotik 100.000.000
Pendapatan bunga 12.000.000
1 September 1992
Diterima angsuran pertama sebesar 100 juta ditambah bunga
Kas 106.000.000
Wesel hipotik 100.000.000
Pendapatan bunga 6.000.000
31 Desember 1992
Jurnal penutup:
Pendapatan bunga 10.000.000
Ikt. R/L 10.000.000
Page 44 of 61
Masalah yang berhubungan dengan pembatalan penjualan angsuran
Seandainya pada soal tersebut diatas, PT B (si pembeli) tidak mampu membayar angsuran
pada tanggal 1 Maret 1992 dan pihak penjual (PT A) setuju untuk membatalkan penjualan
angsuran dengan menyerahkan wesel hipotik dengan saldo Rp. 200 juta dan memiliki
kembali mesin tersebut. Mesin tersebut menunjukkan nilai pasar wajar sebesar Rp. 190
juta.
Mesin 190.000.000
Kerugian atas pemilikan kembali 10.000.000
Wesel hipotik 200.000.000
Jurnal untuk mencatat bunga yang tak tertagih adalah:
Kerugian atas bunga wesel hipotik yang tak tertagih 8.000.000
Pendapatan bunga 8.000.000
Masalah Bunga dalam Penjualan Angsuran :
a. Bunga dihitung dari sisa kontrak selama jangka waktu angsuran. Cara ini disebut:
“Long end interest”
Contoh: Sebuah mesin dengan nilai buku sebesar Rp. 400.000.000,- dijual seharga Rp.
500.000.000,- pada tanggal 1 September 1990. Pada tanggal 1 September 1999 diterima
uang muka sebesar Rp. 35.900.000,- sisanya diangsur dengan 4 kali angsuran
semesteran, ditambah bunga 20% pertahun yang dihitung dari saldo piutang (sisa harga
kontrak berjalan) atau menggunakan metode “Long end interest”. Maka perhitungan
besarnya bunga, angsuran pokok dan jumlah pembayaran adalah sbb:
Page 45 of 61
b. Bunga dihitung dari setiap angsuran yang dibayar, yang dihitung sejak tanggal
perjanjian sampai tanggal jatuh tempo tiap angsuran.
Cara ini disebut Short End Interest.
Contoh: Sebuah mesin dengan nilai buku sebesar Rp. 400.000.000,- dijual seharga Rp.
500.000.000,- pada tanggal 1 September 1990. Pada tanggal 1 September 1999 diterima
uang muka sebesar Rp. 35.900.000,- sisanya diangsur dengan 4 kali angsuran
semesteran, ditambah bunga 20% pertahun yang dihitung dari saldo angsuran pokok
selama berjalannya jangka waktu angsuran atau menggunakan metode “Short end
interest”. Maka perhitungan besarnya bunga, angsuran pokok dan jumlah pembayaran
adalah sbb:
c. Besarnya pembayaran angsuran sama, yang terdiri dari angsuran pokok + bunga yang
dihitung dari saldo berjalan harga kontrak selama jangka waktu angsuran.
Cara ini disebut Metode Anuitas.
Contoh: Sebuah mesin dengan nilai buku sebesar Rp. 400.000.000,- dijual seharga Rp.
500.000.000,- pada tanggal 1 September 1990. Pada tanggal 1 September 1999 diterima
uang muka sebesar Rp. 35.900.000,- sisanya diangsur dengan 4 kali angsuran
Page 46 of 61
semesteran yang sama, dan sudah termasuk bunga 20% pertahun yang dihitung dari
saldo berjalan sis harga kontrak atau menggunakan metode anuitas”. Maka perhitungan
besarnya bunga, angsuran pokok dan jumlah pembayaran adalah sbb:
d. Bunga dihitung secara periodik berdasar saldo awal harga kontrak.
Contoh: Sebuah mesin dengan nilai buku sebesar Rp. 400.000.000,- dijual seharga Rp.
500.000.000,- pada tanggal 1 September 1990. Pada tanggal 1 September 1999 diterima
uang muka sebesar Rp. 35.900.000,- sisanya diangsur dengan 4 kali angsuran
semesteran yang sama, belum termasuk bunga 20% pertahun yang dihitung dari saldo
awal harga kontrak dengan jangka waktu antar periode pembayaran. Maka perhitungan
besarnya bunga, angsuran pokok dan jumlah pembayaran adalah sbb:
Contoh soal :
PT. ALTAR
Neraca
Per 1 Januari 2008
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
Page 47 of 61
Kas 30.000.000 Utang Usaha 20.000.000
Piutang Usaha 25.000.000 PPN keluaran 4.000.000
Piutang Usaha angsuran: Laba kotor yang
2005 10.000.000 ditangguhkan: 2005 4.000.000
2006 25.000.000 2006 8.750.000
2007 45.000.000 2007 13.500.000
Persediaan barang dagang 117.000.000 Total Kewajiban 50.250.000
PPN masukan 3.000.000
225.000.000
Aktiva Tetap Ekuitas
Tanah 50.000.000 Modal saham 150.000.000
Bangunan 75.000.000 Laba ditahan 168.500.000
Akumulasi Penyusutan (11.250.000) 318.500.000
Nilai buku aktiva tetap 113.750.000
Total aktiva 368.750.000 Total utang & ekuitas 368.750.000
Catatan : - PT. Altar sebagai pengusaha kena pajak (PKP)
- Uang muka penjualan angsuran untuk suatu periode meliputi pelunasan
sebagian piutang usaha angsuran dan seluruh tagihan atas pajak pertambahan
nilai transaksi selama tahun 2008, jurnal penyesuaian dan jurnal penyesuaian
dan jurnal penutup pada akhir periode antara lain :
1. Penjualan tahun 2008 terdiri atas :
Penjualan tunai Rp 27.000.000
Penjualan kredit Rp 56.000.000
Page 48 of 61
Penjualan angsuran Rp 120.000.000
Rp 203.000.000
Pajak pertambahan nilai 10% Rp 20.300.000
Jumlah Rp 223.300.000
Harga pokok penjualan untuk :
Penjualan biasa Rp 67.000.000
Penjualan angsuran Rp 90.000.000
2. Penerimaan uang muka dari penjualan angsuran sebesar Rp 20.000.000 (termasuk PPN Rp
12.000.000)
3. Pembelian barang dagang secara kredit :
Harga beli Rp 150.000.000
PPN Rp 15.000.000
Rp 165.000.000
4. Pembayaran PPN ke Kas Negara yang terdiri atas :
PPN keluaran Rp 20.000.000
PPN masukan (Rp 16.000.000)
Jumlah yang dibayar Rp 4.000.000
5. Penerimaan piutang sebagai berikut :
Piutang usaha Rp 40.000.000
Piutang usaha angsuran 2005 Rp 10.000.000
Piutang usaha angsuran 2006 Rp 15.000.000
Page 49 of 61
Piutang usaha angsuran 2007 Rp 22.000.000
Piutang usaha angsuran 2008 Rp 60.000.000
6. Pembayaran utang usaha Rp 158.000.000
Beban operasi Rp 22.500.000
7. Penyusutan bangunan 5% per tahun dari harga perolehan
8. Realisasi laba kotor atas penerimaan piutang usaha angsuran selama tahun 2008
9. Jurnal penutup (persediaan barang dagang akhir adalah Rp 110.000.000)
10. Pajak penghasilan atas laba usaha perusahaan tahun 2008
11. Laba/rugi dipindahkan ke perkiraan laba yang ditahan
Jurnal yang diperlukan selama tahun 2008 sebagai berikut (dengan metode perpetual) :
No Transaksi Debit Kredit
1. Kas 29.700.000
Piutang usaha 61.600.000
Piutang usaha angsuran 2008 120.000.000
Piutang usaha angsuran-PPN 12.000.000
Penjualan 83.000.000
Penjualan angsuran 120.000.000
PPN keluaran 20.300.000
(mencatat penjualan tunai, kredit dan angsuran)
Harga pokok penjualan 67.000.000
Harga pokok penjualan angsuran 90.000.000
Persediaan barang dagang 157.000.000
Page 50 of 61
(mencatat penerimaan uang muka + PPN)
2. Kas 20.000.000
Piutang usaha angsuran 2008 8.000.000
Piutang usaha angsuran-PPN 12.000.000
(mencatat penerimaan uang muka + PPN)
3. Persediaan barang dagang 150.000.000
PPN masukkan 15.000.000
Utang usaha 165.000.000
(mencatat pembelian barang secara kredit)
4. PPN keluaran 20.000.000
Kas 4.000.000
PPN masukkan 16.000.000
(mencatat pembayaran PPN ke kas negara)
5. Kas 147.000.000
Piutang usaha 40.000.000
Piutang usaha angsuran 2005 10.000.000
Piutang usaha angsuran 2006 15.000.000
Piutang usaha angsuran 2007 22.000.000
Piutang usaha angsuran 2008 60.000.000
(mencatat pelunasan piutang usaha dan piutang usaha angsuran)
Page 51 of 61
6. Utang usaha 158.000.000
Beban Operasi 22.500.000
Kas 180.500.000
(mencatat pelunasan hutang usaha dan Beban Operasi)
Jurnal penyesuaian
7. Beban operasi (beban penyusutan) 3.750.000
Akumulasi penyusutan bangunan 3.750.000
(mencatat beban penyusutan bangunan)
8. Penjualan angsuran 120.000.000
Harga pokok penjualan angsuran 90.000.000
Laba kotor yang ditangguhkan 2008 30.000.000
(mencatat laba kotor yang ditangguhkan)
9. Laba kotor yang ditangguhkan 2005 4.000.000
Laba kotor yang ditangguhkan 2006 5.250.000
Laba kotor yang ditangguhkan 2007 6.600.000
Laba kotor yang ditangguhkan 2008 17.000.000
Realisasi laba kotor 32.850.000
(mencatat realisasi laba kotor 2005-2008)
Jurnal penutup :
10. Realisasi laba kotor 32.850.000
Penjualan 83.000.000
Page 52 of 61
Harga pokok penjualan 67.000.000
Beban operasi 26.250.000
Ikhtisar L/R 22.600.000
(menutup perkiraan nominal)
11. Ikhtisar Laba-Rugi 4.650.000
Utang PPh psl 29 4.650.000
(mencatat PPh.atas laba :
15% x Rp 10.000.000 = Rp 1.500.000
25% x Rp 12.600.000 = Rp 3.150.000
Rp 4.650.000
12. Ikhtisar R/L 17.950.000
Laba ditahan 17.950.000
(memindahkan ikhtisar R/L ke laba ditahan)
Contoh soal dan penyelesaian penjualan angsuran barang bergerak.
PT. A
NERACA
Per 31 Desember 1992
(Jutaan Rp)
Kas 500 Hutang Usaha 60
Page 53 of 61
Persediaan BD 400 LK yg belum direalisasi th 92 50
Piutang Usaha (biasa) 300 LK yg belum direalisasi th 91 40
Piutang Usaha Cicilan th 92 200 Modal Saham 500
Piutang Usaha Cicilan th 91 100 Laba yang ditahan 850
1.500 1.500
Penjualan cicilan th 92 dengan tingkat laba kotor 25% dan penjulan cicilan th 91 dengan
tingkat laba kotor 40%.
Transaksi dan ayat jurnal untuk PT. A yang berhubungan dengan penjulan biasa dan penjualan
angsuran th. 1993 adalah sbb:
1 Januari 1993 sampai dengan 31 Desember 1993
a. Pembelian barang dagang secara kredit Rp. 300.000.000,-
Pembelian 300.000.000
Hutang Usaha 300.000.000
b. Penjualan terdiri dari : Tunai 400 juta
Kredit 300 juta
Cicilan 200 juta
Kas 400.000.000
Piutang Usaha 300.000.000
Penjualan 700.000.000
Piutang Usaha Cicilan th 93 200.000.000
Penjualan Cicilan 200.000.000
c. Menerima pembayaran dari debitur atas :
Page 54 of 61
Piutang Usaha 280 juta
Piutang Usaha Cicilan th. 93 100 juta
Piutang Usaha Cicilan th. 92 100 juta
Piutang Usaha Cicilan th. 91 70 juta
550 juta
Kas 550.000.000
Piutang Usaha 280.000.000
Piutang Usaha Cicilan – th. 93 100.000.000
Piutang Usaha Cicilan – th. 92 100.000.000
Piutang Usaha Cicilan – th. 91 70.000.000
d. Pembayaran untuk :
Hutang Usaha 350 juta
-/- Potongan ( 3 juta)
347 juta
Biaya operasi 53,5 juta
Jumlah kas yg dikeluarkan 400,5 juta
Hutang Usaha 350.000.000
B. Operasi 53.500.000
Potongan pembelian 3.000.000
Kas 400.500.000
e. Jurnal penyesuaian.
Bila pada th. 93 tingkat laba kotor dari penjualan adalah 50% maka Harga Pokok barang
yang berkaitan dengan penjulan adalah Rp. 100 juta.
Page 55 of 61
HPP Cicilan 100.000.000
Pengiriman atas penjualan Cicilan 100.000.000
f. Untuk menutup perkiraan penjualan cicilan dengan HPP cicilan serta mencatat LK yang
belum direalisasi.
Penjualan Cicilan 200.000.000
HPP Cicilan 100.000.000
LK yang belum direalisasi th. 93 100.000.000
g. Jurnal penyesuaian untuk mencatat LK yang direalisasi untuk :
Th. 93 = 50% x 100 juta = 50 juta
Th. 92 = 25% x 100 juta = 25 juta
Th. 91 = 40% x 70 juta = 28 juta
103 juta
LK yang belum direalisasi th. 93 50.000.000
LK yang belum direalisasi th. 92 25.000.000
LK yang belum direalisasi th. 91 28.000.000
LK yang direalisasi 103.000.000
h. Untuk menutup perkiraan persediaan awal, pembelian, potongan, pembelian , dan
penyisihan atas penjualan cicilan.
Ikhtisar R/L 597.000.000
Pengiriman atas penjulan cicilan 100.000.000
Potongan pembelian 3.000.000
Page 56 of 61
Persediaan BD (awal) 400.000.000
Pembelian 300.000.000
i. Untuk mencatat persediaan akhir.
Persediaan BD (akhir) 150.000.000
Ikhtisar R/L 150.000.000
j. Jurnal penutup akhir untuk perkiraan-perkiraan yang belum ditutup.
Penjualan (biasa) 700.000.000
LK yang direalisasi 103.000.000
Biaya operasi 53.500.000
Ikt. R/L 749.500.000
k. Jurnal untuk mencatat pajak yang terhutang :
10% x 25 juta = 2,5 juta
15% x 25 juta = 3,75 juta
30% x 252,5 juta = 75,75 juta
82 juta
Pajak penghasilan 82.000.000
Hutang pajak penghasilan 82.000.000
l. Jurnal untuk menutup pajak penghasilan ke Ikt. R/L.
Ikt. R/L 82.000.000
Pajak penghasilan 82.000.000
m. Jurnal untuk memindahkan laba bersih ke laba yang ditahan.
Ikt. R/L 220.500.000
Page 57 of 61
Laba yang ditahan 220.500.000
Masalah tukar-tambah dalam penjualan cicilan barang bergerak.
Misalkan barang dagangan dengan harga pokok Rp. 72 juta dijual seharga Rp. 100 juta.
Sebagai pengganti uang muka, maka diterima barang bekas dengan nilai tukar tambah sebesar
Rp. 30 juta. Perusahaan memperkirakan biaya perbaikan barang bekas ini sebesar Rp. 2 juta
dan harga jual setelah diperbaiki sebesar 25 juta. Perusahaan biasanya mengharapkan laba
kotor sebesar 12% atas penjualan barang bekas.
Nilai barang tukar tambah dan selisih nilai tukar tambah dihitung sbb :
Jumlah yang ditetapkan atas tukar tambah Rp. 30 juta
Nilai barang tukar tambah : Rp. 25 juta
Nilai penjualannya
Dikurangi:
Biaya perbaikan Rp. 2 juta
Laba kotor yg diharapkan atas penjualan kembali barang bekas =Rp. 3 juta
(Rp. 5 juta)
(Rp. 20 juta)
Nilai tukar lebih Rp. 10 juta
Jurnal untuk mencatat penjualan cicilan dengan tukar tambah ini adalah sbb :
Barang dagangan (tukar tambah) Rp. 20.000.000
Nilai tukar lebih atas penj. cicilan dg tukar tambah Rp. 10.000.000
Piutang penjualan cicilan Rp. 70.000.000
Page 58 of 61
Penjualan Cicilan Rp. 100.000.000
HPP Cicilan Rp. 72.000.000
Barang dagangan Rp. 72.000.000
Persentase laba kotor = 18 juta : 90 juta x 100% = 20%
Masalah pembatalan penjualan angsuran barang bergerak akibat ketidakmampuan
membayar.
Misalkan penjualan cicilan th. 93 Rp. 200.000.000
Tingkat LK atas penjualan cicilan th. 93 Rp. 50.000.000
Pada tahun ’94, seorang customer tidak mampu membayar kontrak penjualan cicilan sebesar
Rp. 10 juta yang berasal dari transaksi th. 93 dan total yang telah ditagih pada th. 93 adalah Rp.
5 juta. Barang dimiliki kembali dan dinilai sebesar Rp. 2 juta.
Maka jurnal untuk mencatat ketidakmampuan membayar dan kepemilikan kembali adalah:
Barang dagangan (pemilikan kembali) Rp. 2.000.000
LK yang belum direalisasi th. 93 Rp. 2.500.000
Kerugian atas pemilikkan kembali Rp. 500.000
Hutang Usaha Cicilan th. 93 Rp. 5.000.000
Soal 1
PT. Maryana mempunyai data mengenai penjualan angsuran barang dagangan untuk
tahun : 2001, 2002, dan 2003.
Page 59 of 61
Data-data tersebut adalah .
Tahun Persentase Piutang Angsuran Jum. yg ditagih Piut. Angsuran
Laba Kotor 1 Januari 2003 dalam th. 2003 per 31 Des 2003
2001 30 % 130.000.000 130.000.000 -
2002 40 % 150.000.000 84.000.000 66.000.000
2003 40 % - 180.000.000 180.000.000
Diminta :
Buatlah semua jurnal yang diperlukan pada th. 2003.
Soal 2
Pada tanggal 1 April 2000, PT. Noki menjual sebidang tanah seharga Rp. 500 juta Harga
Pokok tanah tersebut sebesar Rp. 300 juta.
Perjanjian pembayaran disetujui sbb :
Dibayar Rp. 50 juta.
Sisanya diterbitkan hipotik. Bunga hipotik 12% dibayarkan bersamaan dengan angsuran
setiap 1 April dan 1 Oktober, dimulai 1 Oktober 2000. Tiap-tiap angsuran pokok sebesar
Rp. 150 juta.
Pada saat terjadinya transaksi penjualan, PT Noki membayar biaya-biaya berupa komisi, biaya
akte hipotik dll sebesar Rp. 600.000,-
Diminta :
Buatlah jurnal dalam pembukuan PT. Noki, bila :
a. Laba dari penjualan angsuran diakui pada periode terjadinya penjualan.
Page 60 of 61
b. Laba dari penjualan angsuran diakui sebanding dengan penerimaan pembayaran.
Page 61 of 61