PENGETAHUAN DASAR STRATIGRAFI.docx

23
JELASKAN KONSEP DAN PERANAN STRATIGRAFI DALAM PENTARIKHAN ARKEOLOGI? (tugasan assignment untuk sem ini).. canalius n alexius PENGETAHUAN DASAR STRATIGRAFI By GIANDA VERMA 270110090005 Stratigrafi berasal dari kata strata (stratum) yang berarti lapisan (tersebar) yang berhubungan dengan batuan, dan grafi (graphic) yang berarti pemerian/ gambaran atau urut-urutan lapisan. komposisi dan umur relatif serta distribusi peralapisan tanan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). Jadi stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari pemerian perlapisan batuan pada kulit bumi. Secara luas stratigrafi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang membahas tentang urut-urutan, hubungan dan kejadian batuan di alam (sejarahnya) dalam ruang dan waktu geologi.

Transcript of PENGETAHUAN DASAR STRATIGRAFI.docx

JELASKAN KONSEP DAN PERANAN STRATIGRAFI DALAM PENTARIKHAN ARKEOLOGI? (tugasan assignment untuk sem ini).. canalius n alexius

PENGETAHUAN DASAR STRATIGRAFIBy GIANDA VERMA 270110090005

Stratigrafi berasal dari kata strata (stratum) yang berarti lapisan (tersebar) yang berhubungan dengan batuan, dan grafi (graphic) yang berarti pemerian/ gambaran atau urut-urutan lapisan. komposisi dan umur relatif serta distribusi peralapisan tanan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari hasilperbandingan atau korelasiantarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). Jadi stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari pemerian perlapisan batuan pada kulit bumi. Secara luas stratigrafi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang membahas tentang urut-urutan, hubungan dan kejadian batuan di alam (sejarahnya) dalam ruang dan waktu geologi.

PRINSIP STRATIGRAFI

Ada beberapa prinsip dasar yang berlaku didalam pembahasan mengenai stratigrafi, yaitu:

1. Hukum atau prinsip yang dikemukakan oleh Steno (1669), terdiri dari: Prinsip Superposisi (Superposition Of Strata) Didalam suatu urutan perlapisan batuan maka lapisan paling bawah relatif lebih tua umurnya daripada lapisan yang berada diatasnya selama belum mengalami deformasi. Konsep ini berlaku untuk perlapisan berurutan. Prinsip Kesinambungan Lateral (Lateral Continuity) Lapisan yang diendapkan oleh air terbentuk terus-menerus secara lateral dan hanya membaji pada tepian pengendapan pada masa cekungan itu terbentuk. Prinsip Akumulasi Vertikal (Original Horizontality) Lapisan sedimen pada mulanya diendapkan dalam keadaan mendatar (horizontal), sedangkan akumulasi pengendapannya terjadi secara vertikal (principle of vertical accumulation).2. Hukum yang dikemukakan oleh James Hutton (1785)

Hukum atau prinsip ini lebih dikenal dengan azasnya yaitu uniformitarisme yaitu proses-proses yang terjadi pada masa lampau mengikuti hukum yang berlaku pada proses-proses yang terjadi sekarang, atau dengan kata lain masa kini merupakan kunci dari masa lampau (the present is the key to the past). Maksudnya adalah bahwa proses-proses geologi alam yang terlihat sekarang ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses geologi masa lampau.3. Hukum Intrusi/Penerobosan (Cross Cutting Relationship) oleh AWR Potter dan H. Robinson. Suatu intrusi (penerobosan) adalah lebih muda daripada batuan yang diterobosnya4. Hukum Urutan Fauna (Law of Fauna Succession) oleh De Soulovie (1777)

Dalam urut-urutan batuan sedimen sekelompok lapisan dapat mengandung kumpulan fosil tertentu dengan sekelompok lapisan di atas maupun di bawahnya.5. Prinsip William Smith (1816)

Urutan lapisan sedimen dapat dilacak (secara lateral) dengan mengenali kumpulan fosilnya yang didiagnostik jika kriteria litologinya tidak menentu.6. Prinsip Kepunahan Organik oleh George Cuvier (1769-1832) Dalam suatu urutan stratigrafi, lapisan batuan yang lebih muda mengandung fosil yang mirip dengan makhluk yang hidup sekarang dibandingkan dengan lapisan batuan yang umurnya lebih tua.

Didalam penyelidikan stritigrafi ada dua unsur penting pembentuk stratigrafi yang perlu di ketahui, yaitu:

1. Unsur batuan Suatu hal yang penting didalam unsur batuan adalah pengenalan dan pemerian litologi. Seperti diketahui bahwa volume bumi diisi oleh batuan sedimen 5% dan batuan non-sedimen 95%. Tetapi dalam penyebaran batuan, batuan sedimen mencapai 75% dan batuan non-sedimen 25%. Unsur batuan terpenting pembentuk stratigrafi yaitu sedimen dimana sifat batuan sedimen yang berlapis-lapis memberi arti kronologis dari lapisan yang ada tentang urut-urutan perlapisan ditinjau dari kejadian dan waktu pengendapannya maupun umur setiap lapisan.Dengan adanya ciri batuan yang menyusun lapisan batuan sedimen, maka dapat dipermudah pemeriannya, pengaturannya, hubungan lapisan batuan yang satu dengan yang lainnya, yang dibatasi oleh penyebaran ciri satuan stratigrafi yang saling berhimpit, bahkan dapat berpotongan dengan yang lainnya.

2. Unsur perlapisan Unsur perlapisan merupakan sifat utama dari batuan sedimen yang memperlihatkan bidang-bidang sejajar yang diakibatkan oleh proses-proses sedimetasi. Mengingat bahwa perlapisan batuan sedimen dibentuk oleh suatu proses pengendapan pada suatu lingkungan pengendapan tertentu, maka Weimer berpendapat bahwa prinsip penyebaran batuan sedimen tergantung pada proses pertumbuhaan lateral yang didasarkan pada kenyataan, yaitu bahwa: Akumulasi batuan pada umumnya searah dengan aliran media transport, sehingga kemiringan endapan mengakibatkan terjadinya perlapisan selang tindih (overlap) yang dibentuk karena tidak seragamnya massa yang diendapkannya. Endapan di atas suatu sedimen pada umumnya cenderung membentuk sudut terhadap lapisan sedimentasi di bawahnya.

PERKEMBANGAN KLASIFIKASI STRATIGRAFI

International Stratigraphic Guides, 1994 dan International Subcommission for Stratigraphic Classification. (R.P.Koesoemadinata)1. Perkembangan klasifikasi stratigrafi dalam dunia internasional memperlihatkan kecenderungan untuk memisahkan kategori klasifikasi deskriptif dan interpretatif. Stratigrafi didasarkan padafakta yang terlihat di lapangan dan tidak secara interpretatif.2. Penamaan satuan yang bersifat interpretatif sebaiknya dihindari, satuan tersebut dinyatakan sebagai satuan tidak resmi (contoh: Seismik Stratigrafi, Sikuen Stratigrafi).3. Kategori deskriptif dibatasi pada kriteria litologi dan kandungan fosilnya, sedangkan criteria sifat-sifat fisik, kimia cenderung hanya dibatasi pada sifat yang dapat menentukan waktu atau umur , seperti paleomagnetic polarity. Satuan berdasarkan karakteristik log, penampang seismik tidak dapat dinyatakan sebagai satuan resmi, walaupun diakui keberadaannya4. Kategori yang bersifat interpretatif : penafsirannya dibatasi pada hal-hal yang menyangkut waktu/ umur. Kategori satuan stratigrafi yang bersifat interpretative seperti lithogenetic units, satuan lingkungan pengendapan, cyclothems tidak dapat diterima sebagai satuan stratigrafi resmi5. Keberadaan satuan tidak resmi dapat diakui walaupun sangat tidak dianjurkan.

2.4.2. Permasalahan Stratigrafi Nasional Sekarang1. Pada kebanyakan makalah dalam publikasi IPA, IAGI menggunakan nama tidak resmi, karena penulis umumnya tidak sanggup mengajukannya secara resmi, karena peraturannya sangat banyak. Hal tersebut mendorong semakin banyaknya satuan tidak resmi terutama dalam kalangan industri.2. Tidak konsisten dalam penamaan formasi. Dalam satu cekungan dinamai 2 atau 3 nama satuan resmi oleh peneliti yang berbeda.3. Pada cekungan yang berbeda (yang lain), masih ada pemeta yang menggunakan nama formasi yang sama dengan cekungan di tempat lain.4. Penyusunan satuan stratigrafi gunungapi dalam SSI, didasarkan pada genesa bukan secara diskriptif. Pembagian secara genesa tersebut mengakibatkan hanya berlaku untuk gunungapi Kuarter yang masih terlihat bentuk-bentuknya.5. Konsep stratigrafi tradisional masih lebih banyak digunakan, walaupun secara eksplisit. Sikuenstratigrafi sudah tercantum dalam SSI 1996.6. Sandi Stratigrafi Indonesia 1996 mengandung pembagian satuan yang bersifat diskriptif dangenetik. Hal ini berarti tidak mengidahkan anjuran dari International Stratigraphic Guides, 1994.

2.4.3. Sandi Stratigrafi Indonesia 1996. (soejono martodjojo)Pencantuman Satuan Stratigrafi Gunungapi (BAB 111), merupakan wujud keprihatinan terhadap tidak adanya wadah penamaan yang dapat dipakai untuk gunungapi di Indonesia. Di negara maju, sistem penamaan dalam pemetaan gunungapi sudah mampu memberikan sumbangan terhadap peramalan kegiatan dan bahayanya. Ada keinginan dibuat unit-unit stratigrafi lainnya dalam SSI-1996, seperti Tektonostratigrafi, Stratigrafi Kuarter, dan lain-lain sayangnya draft dari para pengusul atas satuan tersebut tidak terselesaikan dalam batas waktunya. Mendukung dibuatnya Lexicon Stratigrafi di Indonesia bagi masing-masing satuan stratigrafi. Dengan catatan bahwa Lexicon ini lebih bersifat literatur resmi, tetapi masih terbuka bagi perubahan sesuai dengan perkembangan ilmu dan akumulasi data yang ada. Panitia Sandi Stratigrafi Indonesia perlu dilestarikan dan diluaskan sehingga mencakup organisasi lain yang bersangkutan dengan stratigrafi di Indonesia. Tujuan penggolongan Stratigrafi perlu menjadi bahan pertimbangan.

2.4.4. Sandi Stratigrafi Indonesia 1996: Suatu Catatan Perkembangan Sandi Stratigrafi Indonesia. (Djuhaeni)SSI-1996, merupakan hasil penambahan tiga satuan stratigrafi baru ke dalam Sandi Stratigrafi Indonesia 1973. Tiga satuan stratigrafi baru: Satuan Litodemik, Satuan Stratigrafi Gunungapi, dan Sikuenstratigrafi, atau perbandingannya :1. SSI 1973 : memuat Litostratigrafi, Biostratigrafi, Kronostratigrafi2. SSI 1996 : Litostratigrafi, Biostratigrafi, Kronostratigrafi, Litodemik, Gunung api, Sikuenstratigrafi. Satuan Litodemik, untuk pembagian unit batuan beku dan metamorf. Satuan Litodemik dibedakan dengan Satuan Litostratigrafi karena mempunyai kaidah yang berbeda dengan Hukum Superposisi, terutama hubungan kontak dan pelamparannya. Dihimbau bagi pengguna-akademisi-pakar mineral untuk berperan aktif, mengkaji ulang, mengembangkan dalam memperbaiki satuan litodemik yang disesuaikan dengan perkembangan, baik secara konsep maupun aplikasinya di Indonesia. Satuan Stratigrafi Gunungapi, masih perlu dikembangkan, dan disesuaikan dengan perkembangan penerapannya di Indonesia.Satuan Sikuenstratigrafi, Satuan Sikuenstratigrafi perlu disempumakan, misalnya untuk keperluan korelasi di Ladang Migas; order parasikuen perlu dikembangkan lebih lanjut., sesuai perkembangan konsep dan penerapannya di Indonesia. Sosialisasi SSI-1996, Wacana tentang usulan Satuan Tektonostratigrafi dan Satuan Stratigrafi Kuarter untuk dimasukkan ke dalam SSI-1996, sampai saat ini belum terwujud. Sosialisasi SSI-1996 setelah PIT-IAGI 1996 di Bandung kurang mendapat perhatian.Perkembangan Penelitian Stratigrafi di Indonesia : 3 Era1. Era Pra-SSI.. Satuan stratigrafi lebih didasarkan kepada kerangka waktu, dan penamaannya diikuti oleh kata series" atau "beds", sebagai contoh Halang Series, Cidadap Beds.2. Era SSI-1973. Ada perubahan nama, contoh "Halang Series/Beds" menjadi Formasi Halang.3. Era SSI-1996. Perkembangan satuan stratigrafi sangat mencolok, munculnya Satuan Sikuenstratigrafi dan Satuan Tektonostratigrafi. Adanya kemajuan penelitian geologi dan perkembangan tatanama satuan stratigrafi menimbulkan dampak kerancuan penyebutan nama satuan stratigrafi dan pelamparannya : Formasi Kujung menjadi "Kujung Time" (Kujung 1, Kujung 11, dan Kujung 111), tetapi tidak jelas pemerian waktunya. Akan membingungkan lagi apabila yang akan datang, ada penyebutan Sikuen Kujung. Distribusi/pelamparan Satuan Stratigrafi perlu dijelaskan lebih lanjut, tidak terbatas "dapat dipetakan dalam skala 1 : 25.000" saja, sehingga timbul problem "terlalu banyak nama-nama satuan litostratigrafi". Di sisi lain justru menimbulkan pertanyaan: "sejauh mana validitas pelamparan suatu formasi itu", sebagai contoh Formasi Talangakar dikenal dari Sumatra Selatan sampai Jawa Barat bagian Utara (NW Java Basin). Munculnya penamaan satuan stratigrafi (Unit Allostratigrafi) yang mengacu kepada "Sandi Stratigrafi Asing" yang pernah muncul dalam Procceding PIT-IAGI sangat tidak diharapkan untuk dikembangkan. Bila dianggap perlu, satuan stratigrafi yang tidak mengacu pada SSI agar diusulkan kepada Komisi SSI-IAGI, untuk dimasukkan menjadi salah satu ayat dalam SSI (Pasal 12 SSI-1996). Untuk mengatasi kerancuan dan problematika tatanama dan penamaan satuan stratigrafi, Komisi SSI-IAGI perlu memperhatikan setiap perkembangan satuan stratigrafi yang ada di Indonesia, dan mendokumentasikan di dalam bentuk "Lexicon Stratigrafi Indonesia".Komisi SSI 1996 juga memberi peluang apabila ada usulan perubahan, penambahan, dan lainnya, sesuai dengan Pasal 12 SSI-1996, selanjutnya dapat disampaikan secara tertulis kepada Komisi SSI, IAGI. Pembahasannya dilaksanakan bersamaan PIT-IAGI. Dengan adanya kepedulian dan peran aktif para Ahli Geologi di Indonesia, diharapkan SSI selalu dapat mengikuti perkembangan satuan stratigrafi pada setiap waktu.

Status Penerapan Lithostratigrafi Dalam Rencana penerbitan Leksikon Stratigrafi Indonesia1. Pada prinsipnya Leksikon yang dirintis oleh P3G mengacu pada SSI 1996.2. Perkembangan kegiatan penelitian dan pemetaan geologi hingga kini, menghasilkan nama satuan stratigrafi baru yang banyak bermunculan baik resmi ataupun tidak resmi.3. Di antara nama yang diusulkan, terdapat ketidaksesuaian dengan kaidah-kaidah SSI, seperti perbedaan pemerian dan usulan nama yang berbeda untuk satuan batuan yang sama.4. Hasil penelitian dan pemetaan geologi oleh P3G hingga kini menghasilakan lebih dari 2000 nama satuan batuan di Indonesia.5. Penyusunan dan penataan kembali tatanama stratigrafi akan dilakukan oleh Puslitbang Geologi dengan tahapan pertama menerapkan litostratigrafi ke dalam bentuk leksikon.6. Leksikon Stratigrafi Indonesia, menguraikan butir-butir nama satuan, umur, nomenklatur/tatanama, lokasi tipe, pemerian, kandungan fosil, hubungan stratigrafi, ketebalan, penyebaran, lingkungan pengendapan, tataan tektonik, aspek ekonomi, catatan dan acuan, serta dilengkapi dengan peta geografi yang memuat lokasi tipe masing-masing satuan.7. Diharapkan, di masa mendatang, leksikon ini dapat diakses melalui suatu sistem informasi geologi.

2.4.5. Kendala Penerapan Satuan Stratigrafi Gunungapi (Sutikno Bronto)Ada 4 kendala penerapan satuan stratigrafi gunungapi dalam lingkup ilmu geologi di Indonesia :1. Kendala Lingkup Penerapan Selama ini Satuan Stratigrafi Gunungapi hanya diterapkan pada gunungapi Kuarter dan aktif dan penelitian tidak begitu cepat memberikan nilai ekonomi tinggi, maka sangat sedikit ahli geologi yang tertarik untuk mempelajari ilmu gunungapi.2. Kendala Pendidikan Dasar Geologi Pendidikan dasar geologi belum sepenuhnya mengacu pada kondisi geologi Indonesia yang berhubungan dengan cekungan sedimentasi busur magma dan gunungapi, menyebabkan pemahaman ilmu gunungapi sangat minim. Akibatnya Ilmu stratigrafi gunungapi terasa menjadi semakin sulit untuk dipelajari.3. Kendala Kesampaian Medan Kesampaian medan gunungapi yang sangat sulit, terjal menyebabkan keengganan para ahli geologi untuk melakukan penelitian di daerah gunungapi.4. Kendala Atmosfer Penelitian Belum terciptanya atmosfer penelitian di Indonesia secara optimal, apalagi yang menyangkut ilmu dasar dan dalam jangka pendek tidak langsung berorientasi ke ekonomi.Adanya kendala-kendala tersebut Para ahli geologi Indonesia semakin tidak memahami kondisi geologinya sendiri. Di masa mendatang, sangat mungkin ahli geologi luar negeri akan menjadi lebih tahu geologi gunungapi Indonesia dan lebih mampu/ cepat memanfaatkan potensi sumber daya geologi Indonesia daripada tuan rumahnya. Akhirnya kita hanya akan menjadi penonton/ pelayan di negaranya sendiri. Apakah kita ingin seperti itu nantinya?

Usaha Penyelesaian1. Mendorong iklim penelitian pemanfaatan sumber daya gunungapi yang diawali dengan penelitian-penelitian dasar geologi gunungapi,2. Memperluas lingkup penerapan satuan stratigrafi gunungapi hingga batuan berumur Tersier atau yang lebih tua.3. Mengubah secara bertahap bahan pendidikan dan pengajaran geologi disesuaikan dengan kondisi geologi Indonesia, serta4. Memperkenalkan dasar-dasar geologi Indonesia kepada guru dan anak didik sejak pendidikan dasar hingga menengah atas.Posisi Sikuenstratigrafi Di Dalam SSI 1996. Beberapa Persoalan Yang Timbul. (Wartono Rahardjo) Konsep Sikuenstratigrafi telah banyak diterapkan dan terbukti mampu memecahkan sejumlah masalah eksplorasi / produksi pada industri minyak dan gas bumi.Pendekatan Analisis stratigrafi dengan pendekatan Litostratigrafi prinsipnya berdasarkan pemerian lapisan yang diamati. Penafsiran didasarkan atas kriteria yang teramati, yang sekaligus menjadi pembatas dari penafsiran tersebut. Kriteria tersebut bisa bersifat litologi (Litostratigrafi), fosil (Biostratigrafi) atau kombinasi keduanya sehingga muncul satuan Kronostratigrafi dan Geokronologi. Analisis Sikuenstratigrafi mulanya juga bersifat deskriptif seperti pada Litostratigrafi namunkemudian telah berkembang menjadi ilmu yang sangat deterministik bahkan bersifat prediktif.

Beberapa Perubahan Pada Konsep Dasar Ada beberapa konsep dasar Litostratigrafi yang tidak sesuai lagi bila diterapkan dalam pembahasan Sikuenstratigrafi, sehingga perlu pandangan baru dalam pemahaman konsep-konsep dasar yang ada di dalam Litostratigrafi.Permasalahan Sikuenstratigrafi dalam SSI 1996 Secara eksplisit sikuenstratigrafi sudah tercantum dalam SSI 1996, namun dalam praktek belum banyak digunakan, terutama pada penelitian geologi permukaan. Konsep stratigrafi tradisionil masih lebih banyak digunakan.

Kesimpulan1. Pendekatan Sikuenstratigrafi yang berakar dari Seismikstratigrafi secara nyata telah membenarkan hasil yang lebih baik dalam penafsiran stratigrafi detail daripada pendekatan stratigrafi konvensional..2. Banyak praktisi geologi non stratigrafi menjadi ketakutan dan enggan mendalami Sikuenstratigrafi karena banyaknya istilah baru yang khas Sikuenstratigrafi.3. Keberadaan ketidakselarasan dalam berbagai ujudnya sangat penting dalam Sikuenstratigrafi tetapi masih kurang diperhatikan peranannya pada satuan stratigrafi yang lain, terutama pada satuan Litostratigrafi.4. Saran yang dapat diajukan sebagai akibat dari diakuinya Satuan Sikuenstratigrafi adalah perbaikan dalam pendefinisian dari korelasi (pasal 7 SSI 1996) serta penambahan pasal tentang ketidakselarasan2.4.6. Litostratigrafi vs Biostratigrafi Di Cekungan Kutai Hilir: Masukan Bagi Penyempurnaan SSI96. (Andang Bachtiar) Perlunya tinjauan ulang penggunaan litostratigrafi untuk menerangkan stratigrafi endapan delta di semua cekungan di Indonesia, terutama apabila dimensi deltanya ekivalen dengan Delta Mahakam purba. Hal ini menjadi sangat penting karena keragaman fasies litologi endapan delta, baik secara lateral/ vertikal yang diakibatkan oleh proses naik-turunnya muka air laut relatif dapat sangat ekstrim, yaitu dari dominan batupasir fluvial sampai ke endapan laut dalam, sehingga satu penamaan formasi saja tidak cukup untuk memerikan stratigrafinya.2.4.7. Kontribusi Seismik Stratigrafi pada Pembenahan Satuan Resmi Bawah Permukaan Sandi Stratigrafi Indonesia 1996. (Awang H. Satyana & Brahmantyo K. Gunawan)1. SSI 1973 dan 1996, kurang mengakomodasi masalah stratigrafi bawah permukaan.2. SSI 1996 telah memuat Satuan Sekuen Stratigrafi, tetapi belum berdasarkan kepada data bawah permukaan khususnya data seismik.JENIS-JENIS GANGGUAN STRATIGRAFIPENGENALANPhilip, Fox dan Graffin (1951) telah menerangkan secara ringkas tentang definisi stratigrafi yang merujuk kepada perbezaan antara susun lapis dengan stratigrafi. Susun lapis adalah apa yang awak jumpa manakala stratigrafi adalah apa yang awak buat dengannya. Malah ia adalah istilah dan pengkajian yang diambil dari geologi(1). Stratigrafi merupakan satu pendekatan yang penting dalam arkeologi. Ini kerana stratigrafi merupakan satu data yang terpenting kerana tafsiran yang tepat dapat dibuat dengannya. Kerja penggalian juga mesti dilakukan dengan sistematik dan terancang. Ini kerana setiap tapak mempunyai sumber yang terhad. Oleh itu, jika tidak digali dengan sistematik data akan musnah dan tidak dapat diperolehi lagi. Stratigrafi merupakan data konteks dan ia boleh dibahagi kepada 2 iaitu stratigrafi mendatar dan stratigrafi menegak. Stratigrafi mendatar mengkaji apa yang dijumpai dalam lapisan yang sama. Ia memakai prinsip apa yang dijumpai dalam lapisan yang sama adalah sezaman dengan syarat tiada gangguan dan bukan barang warisan. Contohnya, di Sarawak seramik lebih tua usianya daripada usia kubur dan ini berlaku kerana seramik tersebut adalah barang warisan mereka. Stratigrafi menegak merujuk kepada turutan lapisan yang membezakan dalam longgokan (deposit) dari atas ke bawah. Dalam hal ini terdapat prinsip stratigrafi yang mengatakan lapisan bawah adalah lebih tua usianya daripada lapisan atas asalkan tiada sebarang gangguan. Gangguan yang berlaku akan menyebabkan lapisan bawah naik ke atas dan sebaliknya. Akibatnya barang artifak akan turut terganggu(2). Dalam membincangkan tentang gangguan stratigrafi ini tumpuan lebih diberikan kepada stratigrafi menegak. Disamping itu, perbezaan stratigrafi boleh dilihat berdasarkan perbezaan warna tanah, tekstur tanah, kandungan tanah dan juga jenis tanah. Selain itu, di setiap lapisan terdapat 3 jenis tinggalan iaitu tinggalan indigeneus, infiltrated dan residual. Indigeneus merujuk kepada tinggalan yang dijumpai ditempat asalnya. Infiltrated pula biasanya terdapat di tapak pelbagai yang mengandungi lebih dari satu kebudayaan. Tinggalan ini merujuk kepada tinggalan dari lapisan atas jatuh ke lapisan bawah. Bagi tinggalan residual, ia juga biasanya terdapat di tapak pelbagai dan merujuk kepada tinggalan dari lapisan bawah terangkat naik ke atas(3). Tinggalan infiltrated dapat dilihat di gua Niah dimana terdapat tengkorak homo sapiens-sapiens yang telah jatuh ke lapisan lebih bawah. Tinggalan residual dapat dilihat di Non Nok Tha yang diakibatkan oleh kegiatan manusia seperti menggali lubang, parit, pengkebumian dan sebagainya. Ini menyebabkan tinggalan di bawah turut terangkat bersama-sama tanah yang digali. Dalam stratigrafi menegak ini perlu dipastikan sama ada longgokan tersebut primer atau sekunder. Bagi longgokan primer apa yang dijumpai dalam satu lapisan adalah dikatakan sezaman. Tinggalan ini dihuraikan sebagai satu assembledge kerana tiada gangguan manakala longgokan sekunder adalah longgokan dari beberapa zaman dan dihuraikan sebagai aggregart. Ketika mengkaji di tapak pelbagai, stratigrafi menegak penting supaya dapat membezakan yang mana dari lapisan yang berusia muda atau tua dan ini adalah berlandaskan kepada prinsip stratigrafi. Apabila menggali sesebuah tapak adalah amat penting untuk meneliti pertukaran warna, jenis, tekstur dan kandungannya serta melukis section drawing mengikut skala disamping adanya indeks fossil. Selain itu, adalah penting untuk mengkaji longgokan sama ada ianya longgokanstratification @ unstratified. Longgokan stratification adalah lapisan yang berbeza manakala longgokan unstratified ialah yang tidak boleh menampakkan perbezaan. Walaupun begitu, ia boleh dikawal dengan mengikut rekod arbitary level. Sir Mortimer Wheeler dalam bukunyaarchaeology from the earthpernah menyebut mengenai stratigraphic profile dimana ia merujuk kepada buka keratan tanah yang digali. biasanya berdasarkan penelitian rapi direkod penggalian petak atau dinding ini (digelar section drawing) dikawasan yang terdedah di Asia Tenggara, proses larut resap berlaku dan ini kadang-kadang boleh disebabkan warna tanah jadi sama. Ditapak gua pula terlindung dan pakar stratigrafi menjumpai beberapa Stratigrafi semulajadi iaitu adanya lapisan yang berbeza. Contohnya dapat dilihat di Lang Rong Rien. Douglas Enderson telah menemui longgokan stratified dan telah membahagikan kepada 10 unit Stratigrafi . Di unit 1-4 terdapat beberapa tempat yeng telah diganggu dengan aktiviti gali liang pengkebumian. Unit 5-6 agak nipis dan terdiri dari alat jenis Hoabinhian. Unit 7 pula adalah lapisan yang amat tebal dan tidak ada batu. Pada unit 8, warna tanah gua tidak sama dengan atas dan radiokarbon adalah bertarikh 27 ribu tahun dahulu. Unit 9 terdapat banyak alat batu berepeh dan unit 10 paling bawah sekali. Gua Tabon yang digali oleh Robert Fox pada tahun 1970-an telah dibahagikan kepada5 Flake assembledge.Flake assembledge Iadalah lapisan permukaan.Flake assembledge IItanahnya bewarna coklat gelap berpasir dan keras serta banyak terdapat tulang mamalia, arang batu dan gigi manusia. Pentingnya lapisan ini ialah terdapatnya satu lapisan yang tebal dan keras yang memisahkan Flake assembledge II dengan Flake assembledge III. Flake assembledge III ini dianggarkan kedalamannya lebih kurang 85cm hingga 115cm. Dalam lapisan ini didapati tanahnya bewarna merah coklat tua yang secara relatifnya berpasir dan kaya dengan bahan organik. Lapisan ini juga mengandungi banyak serpihan arang, tulang burung, kelawar dan juga mamalia kecil dan dijumpai sedikit sahaja tulang fossil.Flake assembledge IVpula dijumpai arang dengan kedalamannya dari permukaan adalah 121cm. BagiFlake assembledge Vkedalamannya 160cm dan merupakan lapisan yang paling bawah. Dalam Flake Assemledge III, IV dan V, tidak berlaku sebarang gangguan terutamanya akibat daripada kegiatan binatang.Tanpa Stratigrafi, tinggalan-tinggalan artifak akan bercampur aduk, seperti yang diterangkan sebelumnya, stratigrafi dapat memberi tafsiran yang tepat. Contohnya dapat diambil dari gua Niah di Sawarak yang digali oleh Tom Harrison. Dikatakan yang tengkorak Homo sapiens sapiens dikatakan bertarikh 30 ribu tahun dahulu berdasarkan kepada tarikh radiokarbon yang dijalankan ke atas sampel arrang yang dikatakan dijumpai bersama-sama dengan tengkorak tersebut. Tengkorak tersebut tidak diberi tarikh radiokarbon. tapi hanya arang sahaja. Kemudiannya ia mula dipersoalkan sama ada ia tinggalanIndigeneusatau telah jatuh dari lapisan atas ke bawah(infiltrated)oleh Peter Bellwood. Gua Niah adalah tapak perkuburan pada zaman Neolitik dan gangsa. Lapisan atas dijumpai banyak tulang manusia. Dari sini dapat disimpulkan akibat daripada kegiatan gali lubang, tengkorak tersebut telah jatuh dari atas ke bawah. Terdapat 2 proses yang menyebabkan gangguan ini yang dan dikenali sebagai'redeposition of material', iaitu proses dimana bahan-bahan arkeologi beralih tempat selepas ia terpendam dalam sesebuah longgokan. 2 proses ini ialah pertamanya,'downward displacement' iaitu bahan artifak masuk ke lapisan lebih bawah atauinfiltrated. Keduanya adalah'upward migration'dimana bahan artifak naik ke atas atauresidual.Terdapat faktor yang menyebabkan proses ini seperti diakibatkan oleh kegiatan binatang,kegiatan manusia purba,oleh proses semulajadi seperti oleh pokok ,hakisan tanah di lereng bukit ,hakisan sungai ,prosesleansingdan prosesleaching.Faktor yang diakibatkan oleh kegiatan binatang dilakukan oleh binatang yang suka mengorek tanah seperti tikus dan ini boleh menggangu stratgrafi di sesebuah tapak.Anai-anai yang membina sarang juga dikatakan boleh mengganggu strata.Contoh jelas yang dapat dilihat di Asia Tenggara ialah di Gua Tabon dan Pulau Palawan.Gangguan stratigrafi di gua ini telah dilaporkan oleh Robert Fox.Hasil daripada penggalian telah memperlihatkan bahagian-bahagian yang telah terganggu akibat daripada kegiatan burungMegapod atau 'Tabon bird '(nama ini diberi selepas gua ini diberi nama gua tabon).Burung ini mencakar tahi kelawar dan pasir yang lembut dengan dalam untuk dibuat lubang untuk bertelur.Sesetengah lubang yang digali itu dikatakan mencecah 130cm dalamnya.Ini telah mendedahkan tinggalan artifak di lapisan bawah.Selain itu ,gangguan di gua ini juga berpunca daripada kegiatan biawak besar yang menggali untuk mendapatkan telur.Seekor biawak yang berukuran satu setengah meter yang mati telah dijumpai di gua tersebut. Disamping itu aktiviti cacing tanah juga telah membawa kepada gangguan stratigrafi dan ia adalah lebih cenderung kepada tapak terdedah.akibat daripada aktiviti cacing ini,tanah akan menjadi longgar dan seterusnya gangguan akan berlaku .Prof. R.J.C Atkinson(Atkinson,1957) pernah membincangkan akan peranan yang dimainkan oleh cacing tanah ini dalam mengubah keadaan tapak arkeologi.Pergerakan cacing tanah ini adalah dari atas kebawah dan dari bawah ke atas dalam tanah.aktiviti utamanya adalah di permukaan tanah yang nipis.tapi pada musim sejuk ia akan bergerak masuk ke dalam tanah yang lebih dalam untuk mengelakkan dari kesejukan.Pergerakan cacing ini juga meyebabkan tinggalan artifak yang kecil seperti duit syiling dan manik akan jatuh ke lapisan bawah.Malah pergerakannya di permukaan tanah juga menyebabkan barangan kecil di permukaan tanah akan jatuh sikit demi sedikit ke bawah hingga sampai ke kawasan keras .Ini secara tidak langsung menyebabkan objek moden seperti duit syiling ,penutup botol serpihan tekno victrian akan bercampur dengan deposit yang lepas.Contoh yang terbaik dapat dilihat di Rom di mana akibat kesuburan tanah dan aktiviti cacing telah menyebabkan tinggalan arkeologi yayang kecil jatuh ke bawah atauinfiltrated. Manusia purba juga menyebabkan gangguan pada stratigrafi .Manusia purba biasanya menggali lubang ,perigi,parit dan juga lubang untuk pengkebumian.biasanya gangguan ini akan berlaku di tapak komponen yang pelbagai @ mengandungi lebih daripada satu kebudayaan.tTnggalan artifak yang terganggu ini dapat dibahagikan kepada dua iaitu sama adainfiltrated@ residual. Contohnya di Non Nok Tha di mana dalam satu lapisannya telah dijumpai tinggalan zaman Neolitik dan Gangsa .Ini pada mulanya mengejutkan ahli arkeologi dan tersebar .Pengkajian logam mula diperkenalkan dalam zaman prasejarah.Di tapak ini manusia pada zaman gangsa telah menggunakan tempat ini sebagai tapak pengkebumian dan telah banyak menggali lubang .Akibatnya,gangguan stratigrafi berlaku dan ia melibatkan 2 proses iaitudownward displacmentdanupward migration .Kadang-kadang lubang yang digali untuk pengkebumian sampai ke lapisan Neolitik dan gangguan akan berlaku kerana tinggalan ini tidak sezaman (zaman Neolitik dan Gangsa).Apabila lubang digali tanah dari lapisan atas akan kebawah dan membawa bersama objek dari zaman Neolitik ke zaman Gangsa . Lama kelamaan lubang ini akan tertimbus semula tapi perbezaan tekstur tanah yang lebih longgar telah menunjukkan lubang ini telah digali.Untuk mengesan lubang yang telah digali untuk pengkebumian ialah daripada perbezaan tanah di sesuatu tempat.Warna, tekstur dan kandungannya yang tidak berapa padat dan ia adalahinfillingiaitu tanah yang telah tertimbus balik. Selain itu ,gangguan stratigrafi yang lain digelar sebagaioccupational disturbances .Ia biasanya berlaku di tapak-tapak yang didiami oleh masyarakat silam dan gangguannya adalah akibat daripada aktiviti kediaman di tapak tersebut. Biasanya ia lebih tertumpu di gua kerana ia tidak mempunyai kewasan yang luas dan kegiatannya lebih tertumpu di pintu gua. Tapak komponen pelbagai adalah tapak yang didiami oleh masyarakat dari beberapa zaman atau dikenali juga sebagaicontinuous occupation.Akibat daripada kegiatan manusia telah menyebabkan lapisan atas dari permukaan lantai hinggalah 30cm ke dalamnya (tebalnya) akan berlaku gangguan stratigrafi. Gangguan yang diakibatkan oleh proses semulajadi dapat dilihat dari pelbagai aspek. pertamanya ialah akar-akar pokok yang boleh menolak tinggalan arkeologi ke lapisan yang lebih dalam. Apabila pokok tumbang , ia boleh membawa tanah dan bahan ke kawasan permukaan tanah. Namun bila digali disesebuah tapak ,pokok dan kayu tidak ada tetapi boleh dilihat perbezaan tanahnya. Keduanya ialah hakisan tanah di lereng bukit yang biasanya menggangu tapak-tapak di lereng bukit. Hakisan ini menyebabkan tinggalan akan beralih tempat dan akan bercampuraduk dengan tinggalan dari zaman yang lain. Ketiganya ialah hakisan sungai. gangguan stratigrafi juga akan berlaku bila adanya hakisan sungai.semua laporan barang batu yang dianggap sebagai Patjitanian di Jawa sebelum 1970 telah dikumpulkan dari dasar pasir lada atau diambil dari permukaan teres sungai yang mengalami hakisan.tiada satupun yang dijumpai bersama-sama dengan fossil manusia di samping kedudukannya yang dijumpai . Malah Tweedie dan Koenigswald dalam tahun 1938 telah menggabungkan sejumlah 3000 dari jenis tempatan di sepanjang Sungai Basoka di Jawa. Akibat daripada hakisan sungai ,tebing akan terhakis dan akan runtuh. Tinggalan arkeologi akan terbawa ke tempat lain Oleh itu adalah penting untuk mengkaji kawasan di lembah sungai. Di Jawa , banyak fossil hominid dijumpai di beberapa tempat di Pening, Sangiran, Sambung Macan, Trinil. Pada tahun 1930-an Ralph Von Koenigswald telah menemui beberapa alat batu zaman Neolitik di dasar Sungai Basoka dekat Pacitan dan ia digelar sebagai industri Pacitan. Berdasarkan kepada kajian tipologi (kajian mengenai jenis bentuk alat batu ), berpendapat ia adalah alat batu Paleolitik. Alat batu ini dijumpai oleh Eugene Dubois pada tahun 1890 di Trinil, Jawa (Lembah Solo) . Persoalan mula timbul apabila ditemui alat batu zaman Paleolitik yang dikaitkan denganJawa Man. Ini disebabkan di Lembah Basoka tidak ada sisa tulangJawa Mantetapi hanyalah longgokan yang amat purba . Ini banyak dipertikaikan oleh Barstra yang berpendapat sebenarnya alat batu zaman Paleolitik di Lembah Basoka adalah alat batu yang terhakis keluar dari tebing dan seterusnya telah terbawa di tebing dan tertimbus . Alat batu ini dikatakan dari zaman Pleistosen akhir manakalaJawa Manadalah dari zaman Pleistosen awal dan pertengahan dan oleh sebab ini ia tidak boleh dikatakan sebagai hasil tanganJawa Man. Hakisan sungai telah menyukarkan pakar untuk memberi kronologi terhadap batu tersebut. Walau bagaimanapun ,1973 di Sambung Macan, Lembah Solo telah dijumpai tengkorakHomo Erectusyang bertarikh akhir pertengahan Pleistosen. Aspek yang keempatnya dalam gangguan yang diakibatkan oleh proses semulajadi ini ialah proseslensing. Kadang-kadang dalam satu longgokan terdapat poket-poket tanah yang berbeza dari segi warna, tekstur dan kandungan kimianya.Lanse(poket) adalah sezaman dengan tanah-tanih di lapisan itu. Bila penggalian dibuat di tapak tersebut bahawa terdapatlansedi tapak tersebut dan jangan anggap ia dari zaman lain. Untuk mengatasi masalah ini, tapak perlu digali dengan lebih luas dan perlu dilakukan dengan berhati-hati terutamanya di tapak-tapak yang tidak rata seperti di kawasan sungai atau lembah. Proses yang terakhir ialah prosesLeaching atau larut resap. Ia biasanya berlaku di kawasan Tropika yang panas dan terima hujan yang lebat. Akibat dari proses ini, kandungan tanah terutamanya yang terdiri daripada garam galian senang larut di samping bahan organik yang meresap masuk ke lapisan yang lebih bawah. Kadang-kadang akibat daripada proses penerimaan hujan yang lebih banyak , garam galian itu akan hilang langsung. Stratigrafi akan terganggu akibat daripada proses ini kerana longgokan yang dijumpai tidak ada lapisan tanah yanh berbeza terutamanya dari segi warna tanah . Masalahleachingbiasanya hanya tanah merah yang dapat dilihat di tapak . Dalam kes ini penggalian mengikut stratigrafi semulajadi tidak dapatdijalankan kerana tidak dapat melihat perbezaan dan biasanya mengikutunit level excavation @ arbitary level excavation.Umpamanya dengan menggali setip satu lapisan 10cm.KESIMPULANStratigrafi merupakan satu data konteks yang penting serta merupakan satu pendekatan yang penting dalam pentafsiran yang tepat dalam arkeologi. Hasil daripada stratigrafi ini, kerja-kerja penggalian dapat dilakukan dengan prinsip stratigrafi iaitu lapisan bawah lebih tua usianya dari lapisan atas asalkan tiada sebarang gangguan dan barang warisan.

STRATIGRAPHY: MAKING SENSE OF CHAOSWhat is Stratigraphy?Stratigraphy- The branch of geology that seeks to understand the geometric relationships between different rock layers (calledstrata), and to interpret the history represented by these rock layers.

Public Domain Image by the US Dept. of Interior.

Pengertian Stratigrafi-stratigrafi merupakan satu ilmu yang mempelajari tentang perlapisan batuan, sehingga dapat menginterprestasikan lingkungan pengendapan, dan umur batuan tersebut.-stratigrafi juga adalah untuk memperlajari perlapisan batu-batuan, mengenai penyebaran, komposisi, ketebalan, umur, keragaman, dan korelasi lapisan batuan serta pelamparannya.-mengetahui komposisi dan umur relatif serta perlapisan batuan dan interpertasikan lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi.

Dalam bidang arkeologi, stratigrafi tanah digunakan untuk lebih memahami proses yang membentuk dan melindungi tapak arkeologi. Undang-undang tindihan berlaku, dan ini boleh membantu tarikh penemuan atau ciri-ciri dari setiap konteks kerana mereka boleh diletakkan di dalam rentetan dan tarikh penentu. Fasa-fasa aktiviti boleh juga sering dilihat melalui stratigrafi, terutama apabila parit atau ciri dilihat dalam seksyen (profil). Oleh kerana lubang dan ciri-ciri lain boleh digali ke dalam peringkat awal, tidak semua bahan di kedalaman mutlak yang sama semestinya umur yang sama, tetapi tumpuan perlu dibayar kepada lapisan arkeologi. Harris-matriks adalah alat untuk menggambarkan hubungan stratigrafi kompleks apabila mereka berada, sebagai contoh, dalam konteks arkeologi bandar.

StratigrafiPOSTED BY AZHARY RAHIMON 22:31Stratigrafi berasal dari kata Strata (stratum): lapisan (tersebar) yang berhubungan dengan batuan sedimen. Grafi (graphic): pemerian / gambaran / urut-urutan lapisan.

Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari pemerian perlapisan batuan pada kulit bumi. Secara luas berarti salah satu cabang ilmu geologi yang membahas tentang urut-urutan, hubungan dan kejadian batuan di alam (sejarahnya) dalam ruang dan waktu geologi. Secara umum stratigrafi diartikan sebagai suatu kesatuan ciri batuan yang berbeda dengan di atas dan di bawahnya. Stratum dibatasi dari stratum lainnya oleh bidang perlapisan atau ciri-ciri lain yang membedakannya dari yang berbatasan. Di permukaan bumi, yang paling banyak dijumpai adalah batuan endapan. Batuan endapan terbentuk dari batuan lain yang telah ada, mengalami pelapukan dan ditransport ketempat lain yangtelah ada, mengalami pelapukan dan ditrasport ketempat lain yang lebih rendah lalu diendapkan, lama-kelamaan akan mengeras (proses pemadatan). Sehingga dapat dikata-kan bahwa batuan endapan yang terletak dibawah mempunyai umur lebih tua dari pada batuan endapan yang diatasnya (hukum superposisi). Persoalannya, berapakah umur batuan tersebut, atau kapan terbentuknya?

Dalam hubungan ini stratigrafi mempunyai beberapa aspek tujuan yaitu :1. Stratigrafi fisik,yaitu dalam arti sifat-sifat fisiknya. Bagaimana besaran-besaran dari satuan stratigrafi, bagaimana proses terjadinya satuan, kemudian analisa serta interpretasinya.2. Stratigrafi biologis,Membahas aspek biologis dalam aspek kulit bumi dalam arti bagaimana kandungan fosil perkembangannya, pengelompokannya dalam satu stratigrafi.

Didalam membahas ilmu stratigrafi kita mempunyai titik tolak yang berhubungan dengan konsep-konsep dasar dari stratigrafi yaitu :

Hukum yang dikemukakan oleh STENO 1669, terdiri dari : Prinsip superposisi (superposition of strata). Dalam keadaan normal (belum mengalami gangguan), dalam suatu urutan batuan yang diendapkan maka lapisan yang berada paling bawah umurnya paling tua. Prinsip kesinambungan lateral (lateral contiunity). Lapisan yang diendapkan oleh air terbentuk terus-menerus secara lateral dan hanya membaji pada tepian cekungan pengendapan, pada masa cekungan itu terbentuk. Prinsip akumulasi vertikal (original horizontality),Lapisan sedimen pada mulanya diendapkan dalam keadaan mendatar (horizontal) sedangkan akumulasi pengendapannya terjadi secara vertikal (principle of vertical accumulation).

Hukum yang dikemukakan oleh JAMES HUTTON (1785)Lebih dikenal azasnya yaitu uniformitarisme, yaitu proses-proses yang terjadi masa lampau akan mengikuti hukum yang berlaku pada proses yang terjadi sekarang atau dengan kata lain masa kini merupakan kunci masa lampau (the present in the key ot the past). Maksudnya proses geologi alam yang nampak sekarang ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses geologi masa lampau.

Hukum Instrusi / Penerobosan (Cross Cutting Relationship)Suatu instruksi (batuan yang menerobos) adalah lebih muda umurnya jika dibandingkan dengan batuan yang diterobos.Kriteria kontak intrusi :1. Zona pendinginan pada batuan beku2. Zona pembakaran pada batuan yang diintrusi (backing efect)3. Zona metamorfosa kontak pada batuan yang diintrusi.Tubuh intrusi dapat berbentuk :1. Konkordan,Yaitu bentuk tubuh sejajar dengan lapisan batuan yang diintrusinya contohnya adalah sill, lacolith, lopolith.2. Diskordan,Yaitu bentuk tubuh intrusi yang memotong perlapisan batuan yang diintrusinya contohnya adalah dike, stokc.

Hukum dari DE SOULOVIE (1777)Hukum ini lebih dikenal dengan hukum pergantian / urutan fauna (law of fauna succestion). Dalam urut-urutan batuan sedimen, sekelompok lapisan diatas ataupun dibawahnya.

Prinsip WILLIAM SMITH (1816)Urutan lapisan sedimen dapat dilacak (secara lateral) dengan mengenali kumpulan fosilnya yang didiagnostik jika kriteria litologinya tidak menentu (strata identified by fossils).Ini dapat diartikan bahwa suatu lapisan yang sama (meski litolognya berbeda) akan dapat dikenali dari kandungan fosilnya yang sama.

Prinsip GEORGE CUVIER (1769-1832)Prinsip-prinsip kepunahan organik (principles of organic extinction). Prinsip kepunahan organik dibuktikan oleh sekumpulan fosil yang berlainan dalam urutan stratigrafinya, dimana endapan yang lebih muda mengandung makhluk-makhluk yang sekarang daripada yang dikandung oleh endapan yang lebih tua.Pengkaitan dari prinsip-prinsip tersebut diatas maka akan dapat diturunkan prinsip untuk menentukan umur geologi relatif. Di dalam pembentukan kulit bumi kita melihat beberapa proses pembentukannya, yaitu :

a. Pembentukan batuan beku karena proses magmatikb. Pembentukan batuan sedimen, terjadi proses sedimentasi,Proses-proses ini mempunyai pengaruh di dalam pembentukan kulit bumi.