PENGENALAN ALAT

33
1. TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengenal alat-alat yang digunakan di laboratorium kimia, mengetahui fungsi dan cara penggunaan alat dengan benar, mengetahui perbedaan ketelitian alat-alat ukur, mengetahui cara pembuatan larutan NaCl, mengamati tingkat ketelitian titrasi buret pada metode lambat maupun metode cepat, mengetahui cara mengencerkan suatu larutan, mengetahui cara melakukan titrasi, serta mengetahui cara mengenal gas dengan menggunakan kertas lakmus. 2. TINJAUAN PUSTAKA Alat-alat laboratorium yang digunakan dalam kegiatan praktikum antara lain: 1. Kaki tiga Digunakan sebagai tungku, di atasnya terletak wadah bahan- bahan yang akan dipanaskan, api untuk pemanasan diletakkan antara ketiga kakinya (Edwin,1959). 2. Segi tiga Digunakan sebagai penopang wadah bahan-bahan yang akan dipanaskan di atas ketiga kakinya (Edwin,1959). 3. Kasa asbes Digunakan sebagai alat untuk meratakan panas sehingga pemanasan suatu zat di dalam wadah akan dapat menyeluruh (Edwin,1959). 1

description

laporan praktikum kimia dasar 1 pengenalan ala-alat laboratorium

Transcript of PENGENALAN ALAT

Page 1: PENGENALAN ALAT

1. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengenal alat-alat yang digunakan di

laboratorium kimia, mengetahui fungsi dan cara penggunaan alat dengan benar,

mengetahui perbedaan ketelitian alat-alat ukur, mengetahui cara pembuatan larutan

NaCl, mengamati tingkat ketelitian titrasi buret pada metode lambat maupun metode

cepat, mengetahui cara mengencerkan suatu larutan, mengetahui cara melakukan titrasi,

serta mengetahui cara mengenal gas dengan menggunakan kertas lakmus.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Alat-alat laboratorium yang digunakan dalam kegiatan praktikum antara lain:

1. Kaki tiga

Digunakan sebagai tungku, di atasnya terletak wadah bahan-bahan yang akan

dipanaskan, api untuk pemanasan diletakkan antara ketiga kakinya (Edwin,1959).

2. Segi tiga

Digunakan sebagai penopang wadah bahan-bahan yang akan dipanaskan di atas ketiga

kakinya (Edwin,1959).

3. Kasa asbes

Digunakan sebagai alat untuk meratakan panas sehingga pemanasan suatu zat di dalam

wadah akan dapat menyeluruh (Edwin,1959).

4. Penjepit

Digunakan untuk membantu praktikan dalam pengambilan alat-alat yang tidak boleh

diambil dengan tangan (Salim et al., 1991).

5. Pemanas air

Digunakan untuk memanaskan suatu zat dengan menggunakan uap air (Day &

Underwood,1992).

6. Cawan porselin (crucible)

Berfungsi untuk mereaksikan zat dalam temperatur tinggi, mengabukan kertas saring,

dan menguraikan endapan dalam gravimetric agar menjadi bentuk yang stabil

(Ebbing,1987).

7. Pinggan porselin ( evaporating dish)

1

Page 2: PENGENALAN ALAT

2

Digunakan untuk menguapkan suatu larutan sehingga menjadi pekat dan kering,

mengkristalkan zat dan menyublimasikan zat (Day & Underwood,1992).

8. Alat-alat gelas:

Alat-alat ini harus diperiksa kebersihannya sebelum digunakan yaitu dengan cara

dibilas dengan air destilata 2 kali. Jika alat itu kelihatan jernih dan jika dibasahkan tidak

menjadi basah maka alat tersebut sudah bersih (Day & Underwood,1992).

9. Alat untuk mereaksikan zat:

Gelas wadah

Berfungsi untuk mencampurkan atau melarutkan suatu zat dengan cara dikocok

(Chang, 1991).

Tabung Reaksi

Berfungsi untuk wadah mereaksikan zat dalam jumlah sedikit dan perlu dikocok ke

arah samping.

Gelas piala / gelas beku

Berfungsi untuk wadah mereaksikan, memanaskan zat dalam jumlah banyak

(Chang, 1991).

Labu Erlenmeyer

Berfungsi terutama pada saat titrasi. Labu erlenmeyer dikocok dengan memutarnya

atau menggunakan pengocok listrik atau magnet pada saat titrasi

(Day&Underwood, 1992).

10. Alat pengukur

Gelas ukur

Digunakan untuk mengukur volume cairan yang akan direaksikan dengan sangat

tidak tepat (Day & Underwood, 1992).

Pipet

Pipet harus dibersihkan bila air suling tidak menetas keluar dengan

seragam, melainkan meninggalkan tetesan kecil air yang menempel pada

dinding dalam. Pembersihan dapat dilakukan dengan larutan detergen yang

hangat atau dengan larutan pembersih (Day & Underwood, 1992).

Beberapa jenis pipet antara lain:

Pipet Gondok

Page 3: PENGENALAN ALAT

3

Berbentuk silinder dan terbuat dari kaca, digunakan untuk mengambil

larutan dengan volume tertentu dengan cepat (Ebbing, 1987).

Pipet Ukur

Untuk mengambil larutan yang volumenya memiliki ukuran yang

berbeda. Pipet ukur mempunyai skala yang mirip dengan buret dan

digunakan untuk mengukur volume larutan dengan lebih tepat daripada

gelas ukur. Tetapi biasanya pipet ukur tidak digunakan bila diminta

ketepatan yang tinggi.

Pipet Pasteur (pipet tetes)

Untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil.

Buret

Digunakan untuk menghantarkan volume yang diketahui dengan tepat

namun dapat berubah-ubah. Alat ini digunakan dalam titrasi. Buret tidak

perlu diatur, sehingga letak mensikus pada permulaan tepat pada angka nol

atau angka bulat lain, yang penting catat letak angka tersebut dengan teliti.

(Day & Underwood, 1992).

Labu takar

Digunakan untuk membuat larutan sampai ke volume dengan tepat. Jika

larutan dituangkan dari dalam labu itu volume yang tertuang akan

berkurang sedikit dibandingkan dengan volume yang tercantum dan

memang labu takar tidak pernah dipakai untuk mengukur larutan yang akan

dipindahkan ke wadah lain (Day & Underwood, 1992).

11. Pengaduk

Alat ini digunakan untuk mengaduk larutan yang biasanya berada di dalam gelas

piala, dan juga sebagai perantara untuk membersihkan endapan pada dinding

bejana dan membantu memindahkan larutan dari satu bejana ke bejana lain (Day

& Underwood,1992).

12. Gelas arloji

Digunakan untuk menimbang zat dengan neraca analiti). Untuk menutup bejana

lain guna menghambat uap air yang keluar dari bejana.

13. Corong

Page 4: PENGENALAN ALAT

4

Digunakan untuk memasukkan cairan ke dalam botol yang bermulut kecil.

14. Botol semprot

Digunakan untuk membersihkan dinding bejana dari sisa-sisa endapan,

mengeluarkan air dalam jumlah terbatas dan sebagai tempat penyimpanan air

(Day & Underwood,1992).

15. Eksikator

Digunakan untuk menyimpan zat agar tetap kering dan mengeringkan zat. Untuk

menyimpan zat eksikator tidak perlu diisi bahan pengering, sedangkan untuk

mengeringkan zat eksikator perlu diisi bahan pengering yang bersifat

higroskopis, antara lain: CaO, CaCl2, H2SO4 pekat. Eksikator disebut juga

dessicator yang kedap udara (Sudarmadji, 1984).

16. Sentrifusa

Digunakan untuk mempercepat memisahkan endapan dari cairan induknya (Day

& Underwood, 1992).

17. Rotary evaporator

Alat yang digunakan untuk memisahkan larutan dari pelarutnya sehingga

didapatkan larutan dengan kandungan kimia yang diinginkan.

Agar suatu reaksi kimia dapat berjalan dibutuhkan peralatan-peralatan untuk melakukan

praktikum kimia yang terdapat pada laboratorium yang mendukung. Selain untuk

membantu proses reaksi kimia, berbagai macam peralatan laboratorium ini juga

berfungsi sebagai penghasil aliran, sebagai alat penukar panas, serta sebagai tempat

untuk menyimpan bahan-bahan kimia. Material yang digunakan dalam pembuatan alat-

alat laboratorium harus tahan karat, serta tahan temperatur dan tekanan yang tinggi

(Bernasconi, 1995).

Pengenceran adalah cara untuk untuk mengurangi konsentrasi larutan dengan

menambahkan bahan pelarut (Godman, 1998). Dalam pembuatan larutan standard, kita

dapat menggunakan larutan yang sudah ada sebelumnya melalui proses pengenceran.

Pada proses pengenceran kita harus menentukan jumlah larutan standard yang akan

dibuat dan menentukan jumlah larutan yang sudah ada sebelumnya yang akan

diencerkan. Perhitungan dapat menggunakan persamaan :

Page 5: PENGENALAN ALAT

5

V1 x N1 = V2 x N2

atau

V1 = V2 x N2

N1

Keterangan:

V1 = Volume larutan asli yang digunakan

N1 = Normalitas asli

V2 = Volume larutan standard yang akan dibuat

N2 = Normalitas larutan standard yang akan dibuat (Day and Underwood, 1983).

Titrasi adalah salah satu cara analisa yang paling sering dilakukan dalam melakukan

analisa kuantitatif. Zat yang sudah diketahui normalitasnya diletakkan di dalam buret

sebagai zat penitran. Larutan yang akan ditentukan normalitasnya ditempatkan pada

labu Erlenmeyer. Titrasi dilakukan dengan membuka kran buret pelan-pelan. Titran

akan masuk ke dalam Erlenmeyer sambil digoyang pelan-pelan. Untuk mengetahui

bahwa Titik Akhir Titrasi (TAT) sudah tercapai adalah mengamati perubahan warna

pada larutan. Perubahan warna dapat dilihat dengan zat penunjuk warna yang disebut

indikator. Pada saat itulah gram ekuivalen dari titran sama dengan gram ekuivalen dari

zat yang dititrasi yang biasa disebut dengan titik ekuivalen. Untuk mengetahui

normalitas larutan yang dibuat, menggunakan rumus pengenceran (Petrucci, 1992).

Dalam percobaan pengenalan gas NH3 dengan kertas lakmus, kita menggunakan

indikator untuk menentukan apakah larutan ini bersifat basa atau asam yang disebut

kertas lakmus. Kertas ini merupakan indikator asam–basa dengan menunjukan

perubahan warna. Jika kertas lakmus biru diberi larutan asam maka kertas tersebut akan

berubah menjadi merah, sedangkan jika larutan yang bersifat basa maka kertas lakmus

merah akan berubah menjadi warna biru (Day & Underwood, 1992).

Page 6: PENGENALAN ALAT

3. MATERI METODE

3.1. Materi

3.1.1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tabung reaksi, Erlenmeyer, gelas

ukur, labu takar, pompa pilleus, pipet gondok, pipet volume, pipet tetes, buret,

pengaduk, gelas arloji, penjepit, timbangan analitik, statif, klem, termometer, hot plate,

stopwatch, kertas lakmus, dan rak tabung reaksi.

3.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah aquadestilata, NaCl, HCl, H2SO4

0.3 N, NaOH, indikator PP (phenolphthalein), dan NH4Cl.

3.2 Metode

3.2.1. Ketelitian Alat-alat Ukur

Aquadestilata dimasukkan ke dalam gelas ukur hingga mencapai 100 ml. Larutan

tersebut dipindahkan ke dalam labu takar dan dicatat ketelitiannya. Kemudian

dipindahkan lagi ke dalam Erlenmeyer dan dicatat ketelitiannya lagi.

3.2.2. Pembuatan Larutan NaCl

NaCl ditimbang 2 gram, 4 gram, 8 gram, dengan menggunakan gelas arloji. Kemudian

dilarutkan dengan aquadestilata sampai batas 100 ml di dalam labu takar. Setelah

beberapa saat, perubahan yang terjadi pada larutan tersebut dicatat.

3.2.3. Tingkat Ketelitian Titrasi Buret

Buret diisi dengan aquadestilata pada sembarang angka. Kemudian aquadestilata

tersebut dikeluarkan sebanyak 10 ml dengan lambat. Lalu dicatat meniskusnya dan

ditunggu selama 1 atau 2 menit kemudian dicatat lagi meniskusnya. Buret diisi lagi dan

dikeluarkan lagi dengan cepat lalu dicatat meniskusnya. Setelah ditunggu 1 atau 2 menit

meniskus dicatat lagi.

6

Page 7: PENGENALAN ALAT

7

3.2.4. Pengenceran

H2SO4 diambil sebanyak 10 ml dengan menggunakan pipet volume kemudian

dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Kemudian larutan tersebut diencerkan sampai

tanda tera.

Pada metode ini digunakan persamaan :

V1 . N1 = V2 . N2

V1 = volume larutan asli yang akan dipakai atau diperlukan

V2 = volume larutan standar yang akan dibuat

N1 = normalitas asli

N2 = normalitas larutan standar yang akan dibuat

3.2.5. Titrasi

Buret dicuci dengan larutan pencuci. Kemudian dibilas dengan larutan standar, yaitu

NaOH. Buret diisi dengan NaOH dan skalanya dicatat. H2SO4 yang sudah diencerkan

pada metode sebelumnya diambil sebanyak 10 ml dengan pipet volume dan dimasukkan

ke Erlenmeyer lalu ditambahkan dengan 3 tetes indicator PP. Keran buret dibuka dan

titran diteteskan secara perlahan ke Erlenmeyer sambil Erlenmeyer tersebut terus

digoyang perlahan-lahan. Titran dihentikan setelah memberikan warna merah sangat

muda yang tidak mau hilang saat digoyangkan. Jumlah ml larutan standar yang

digunakan dicatat.

Pada metode ini digunakan persamaan:

V1 . N1 = V2 . N2

3.2.6. Pengenalan Gas dengan Kertas Lakmus

Larutan NH4Cl diambil sebanyak 2 ml kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dan ditambahkan 2 ml NaOH. Tabung reaksi tersebut dijepit dengan penjepit lalu

dipanaskan sambil digoyang-goyangkan hingga mendidih. Bau gas yang terbentuk

dibau dengan cara tangan dikibas-kibaskan di atas mulut tabung. Kertas lakmus merah

didekatkan mulut tabung reaksi kemudian perubahan warna pada lakmus diamati.

Page 8: PENGENALAN ALAT

4. HASIL PENGAMATAN

4.1. Ketelitian Alat-alat Ukur

Hasil pengamatan ketelitian alat-alat ukur dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Ketelitian Alat-alat Ukur

Kelompok Alat Ketelitian (ml)

C1

C2

C3

C4

C5

C6

Gelas ukurLabu takarErlenmeyer

Gelas ukurLabu takarErlenmeyer

Gelas ukurLabu takarErlenmeyer

Gelas ukurLabu takarErlenmeyer

Gelas ukurLabu takarErlenmeyer

Gelas ukurLabu takarErlenmeyer

100<100<100

100<100>100

100<100<100

100100

>100

100<100>100

100<100>100

Pada Tabel 1., dapat dilihat bahwa dari data semua kelompok menyatakan ketelitian

gelas ukur tepat 100 ml. Labu takar memiliki ketelitian kurang dari 100 ml kecuali

untuk kelompok C4 menyatakan tepat 100 ml. Sedangkan ketelitian erlenmeyer lebih

dari 100 ml kecuali kelompok C1 dan C3 menyatakan kurang dari 100 ml.

4.2. Pembuatan Larutan NaCl

Hasil pengamatan pembuatan larutan NaCl dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pembuatan Larutan NaCl

Kelompok Massa NaCl (g) Pengamatan

8

Page 9: PENGENALAN ALAT

9

C1

C2

C3

C4

C5

C6

2

2

4

4

8

8

Terbentuk gelembung, tidak ada endapan ,dan tidak keruh

Ada gelembung, warna larutan tidak berubah, dan tidak ada endapan

Gelembung sedikit, tidak berkeruh, dan volume berkurang

Ada endapan, air menjadi sedikit keruh, terdapat sedikit gelembung

Air berkurang dan terdapat endapan

Air berkurang dan tidak ada endapan

Pada Tabel 2., menunjukkan perubahan yang terjadi pada pembuatan larutan NaCl 2

gram, 4 gram, dan 8 gram. Pada kelompok C1 dan C2 larutan terdapat gelembung

namun tidak ada endapan dan tidak keruh. Pada kelompok C4 dan C6 terdapat sedikit

gelembung tetapi tidak keruh dan volume menjadi berkurang pada kelompok C3 dan

keruh pada kelompok C4 serta terdapat endapan. Pada kelompok C5 dan C6 air menjadi

berkurang dan C5 terdapat endapan sedangkan C6 tidak terbentuk endapan.

4.3. Tingkat Ketelitian Titrasi Buret

Hasil pengamatan tingkat ketelitian titrasi buret dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Tingkat Ketelitian Titrasi Buret

Kelompok Metode Volume (ml) Waktu (s) PengamatanC1

C2

LambatCepat

Lambat

1010

10

78239

294

TetapTetap

Meniskus tetap

C3

C4

C5

Cepat

LambatCepat

LambatCepat

LambatCepat

10

1010

1010

1010

10

25320

166,588,13

1679

Meniskus tetap

TetapTetap

Meniskus berkurangMeniskus berkurang

Meniskus tetapMeniskus tetap

Page 10: PENGENALAN ALAT

10

C6 LambatCepat

1010

17311

Meniskus tetapMeniskus tetap

Pada Tabel 3., dapat dilihat bahwa percobaan ini dilakukan dengan 2 metode yaitu

metode lambat dan metode cepat. Tabel menunjukkan waktu yang dibutuhkan masing-

masing kelompok untuk mengeluarkan 10 ml air baik dengan metode lambat maupun

metode cepat berbeda. Pada metode lambat maupun cepat waktu paling cepat adalah

pada kelompok C5 yaitu 167 detik dan 9 detik. Sedangkan pada metode lambat maupun

cepat dengan waktu paling lama terdapat pada kelompok C1 yaitu 782 detik dan 39

detik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keadaan meniskus tetap kecuali kelompok

C4 meniskus berkurang.

4.4. Pengenceran

Hasil pengamatan pengenceran dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengenceran

Kelompok Vol H2SO4 awal (ml)

Konsentrasi awal (N)

Vol H2SO4 akhir (ml)

Konsentrasi akhir (ml)

C1C2C3C4C5C6

101010101010

0,30,30,30,30,30,3

100100100100100100

0,030,030,030,030,030,03

Pada Tabel 4., dapat dilihat bahwa konsentrasi H2SO4 setalah pengenceran pada semua

kelompok sama, yaitu 0,03 N.

4.5. Titrasi dengan Buret

Hasil pengamatan titrasi dengan buret dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Titrasi dengan Buret

Kelompok Volume NaOH (ml) Normalitas (N)C1C2C3

33,33

0,10,090,1

Page 11: PENGENALAN ALAT

11

C4C5C6

143,52,2

0,020,090,14

Pada Tabel 5., dapat dilihat bahwa jumlah volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi

berbeda-beda. Volume paling banyak terdapat pada kelompok C4 yaitu sebanyak 14 ml

dan paling sedikit kelompok C6 sebanyak 2,2 ml. Normalitas NaOH paling besar yaitu

pada kelompok C6 sebesar 0,14 N.

4.6. Pengenalan Gas dengan Kertas Lakmus

Hasil pengamatan pengenalan gas dengan kertas lakmus dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengenalan Gas dengan Kertas Lakmus

Kelompok Gas yang terbentuk Sifat Bau Warna

C1C2C3C4C5C6

NH3

NH3

NH3

NH3

NH3

NH3

BasaBasaBasaBasaBasaBasa

MenyengatMenyengatMenyengatMenyengatMenyengatMenyengat

BiruBiruBiru

Sedikit kebiru-biruanVioletBiru

Pada Tabel 6., dapat dilihat bahwa gas yang terbentuk adalah NH3 yang bersifat basa

dan berbau menyengat serta mengubah warna kertas lakmus merah menjadi biru pada

semua kelompok kecuali kelompok C5 berwarna violet.

5.

Page 12: PENGENALAN ALAT

6. PEMBAHASAN

5.1. Ketelitian Alat-alat Ukur

Pada percobaan ini digunakan 3 alat ukur yang berbeda yaitu gelas ukur, labu takar dan

tabung erlenmeyer. Pada setiap kali pemindahan aquadestilata ke alat ukur lain hasilnya

tidaklah sama, padahal awal tempat menaruh aqudestilata tersebut adalah sama.

Kesalahan ini dapat disebabkan karena kesalahan si pengamat dalam melihat dan

mengamati garis lengkung menikusnya. Diusahakan agar ketinggian mata sejajar

dengan meniskus. Lingkaran tera yang terdekat pada meniskus itu harus terlihat seperti

garis lurus. Jika tidak maka akan menimbulkan kesalahan yang besar (Day &

Underwood, 1992). Ketiga alat ukur yang digunakan pada percobaan ini mempunyai

fungsi-fungsi yang berbeda yaitu gelas ukur digunakan untuk mengukur cairan, tapi

tingkat ketelitiannya masih kecil sedangkan erlenmeyer bukanlah alat ukur melainkan

tempat untuk titrasi. Sementara labu takar adalah alat untuk mengukur volume cairan

atau untuk mengencerkan suatu larutan sehingga konsentrasi yang baru dapat dilihat

secara teliti. Kita dapat menyimpulkan bahwa dari ketiga alat ukur yang telah kita uji,

labu takar adalah alat ukur yang memiliki tingkat ketelitian paling tinggi.

5.2. Pembuatan Larutan NaCl

Pada percobaan pembuatan larutan NaCl, dapat dilihat bahwa NaCl dapat larut dalam

air.Hal ini ditandai dengan adanya kekeruhan warna pada larutan yang dikarenakan

adanya NaCl yang terlarut (Day & Underwood, 1992). Setelah larutan NaCl diaduk

akan terdapat endapan dan warnanya menjadi keruh. Semakin banyak massa NaCl maka

endapan yang timbul akan semakin banyak dan warna larutan akan semakin keruh serta

timbul gelembung. Konsentrasi larutan pun semakin besar pula. Reaksi yang terjadi

adalah NaCl(s) + H2O(l) à NaOH(aq) + HCl(aq). Pada beberapa kelompok volume menjadi

berkurang, hal ini dapat disebabkan karena larutan menempel pada dinding labu, karena

dilakukan pengocokan.

5.3. Tingkat Ketelitian Titrasi Buret

Percobaan tingkat ketelitian titrasi buret ini dilakukan dua kali dengan dua metode yang

berbeda. Metode pertama yaitu dengan membuka keran dan mengeluarkan aquadestilata

12

Page 13: PENGENALAN ALAT

13

dengan perlahan dari dalam buret. Sedangkan pada metode kedua aquadestilata pada

buret dikeluarkan dengan cepat. Pada metode lambat meniskus cekung akan tepat

mengenai garis tera. Pada kedua metode ini didapatkan hasil yang sama, yaitu meniskus

yang benar. Perbedaan antara penurunan cepat dengan lambat

Penurunan cepat antara lain:

- keran dibuka dengan lebar sehingga larutan bisa turun dengan cepat

- tingkat ketelitian rendah karena pada saat keran dibuka lebar maka akan

membutuhkan waktu agak lama untuk membuatnya tertutup kembali, ini

menyebabkan meniskus larutan tidak bisa terletak tepat pada skala yang seharusnya

Penurunan lambat:

- keran hanya dibuka sedikit sehingga larutan turun dengan lambat

- tingkat ketelitian tinggi

Tapi sebenarnya lebih teliti menggunakan metode lambat, karena dengan menggunakan

metode lambat akan ada waktu bagi cairan yang menempel pada dinding buret untuk

turun seluruhnya.

5.4. Pengenceran

Percobaan ini dilakukan dengan mengambil 10 ml larutan H2SO4 0,3 N dengan

menggunakan pipet volume. Lalu larutan H2SO4 tersebut dimasukkan ke dalam labu

takar 100 ml dan diencerkan sampai tanda tera. Pada waktu penambahan aquadestilata

harus dilakukan dengan hati-hati sehingga bisa sekali jadi. Karena jika tidak, akan

mengubah konsentrasi larutan yang dikehendaki. Dihitung juga berapa larutan asli yang

harus diencerkan dengan rumus :

V1 x N1 = V2 x N2

Keterangan :

V1 = volume larutan awal

V2 = volume larutan yang akan dibuat

N1 = normalitas larutan awal

N2 = normalitas larutan yang akan dibuat

Setelah dilakukan perhitungan maka hasil yang didapat 0,030 M. Dari percobaan ini,

diketahui adanya pengenceran membuat normalitas lebih kecil. Maka hal ini sesuai

Page 14: PENGENALAN ALAT

14

dengan teori Godman (1998), yang mengatakan bahwa pengenceran adalah cara untuk

untuk mengurangi konsentrasi larutan dengan menambahkan bahan pelarut

5.5. Titrasi dengan Buret

Pada percobaan titrasi, untuk mengetahui normalitas NaOH yang digunakan maka

dilakukan standarisasi NaOH dengan H2SO4. Dimana NaOH sebagai titran dimasukkan

dalam buret dan H2SO4 dari percobaan pengenceran digunakan sebagai zat yang dititrasi

dimasukkan dalam erlenmeyer lalu ditambahkan beberapa tetes PP sebagai

indikatornya. Pada percobaan ini diperoleh volume NaOH yang dibutuhkan untuk

titrasi sebesar 3,3 ml. Untuk mencari Normalitas akhir kita dapat menggunakan rumus :

V1 . N1 = V2 . N2

Keterangan :

V1 = volume larutan yang dititrasi

V2 = volume larutan penitrasi

N1 = normalitas larutan dititrasi

N2 = normalitas larutan penitrasi

Apabila semakin besar volume NaOH yang digunakan , maka semakin kecil nilai

normalitasnya. Volume paling kecil berdasarkan data adalah kelompok C6 sebesar 2 ml

sehingga hasil perhitungan normalitasnya paling besar yaitu sebesar 0,14 N sedangkan

volume paling besar terdapat pada kelompok C4 yaitu 14 ml dengan normalitas paling

kecil yaitu sebesar 0,22 N.

Reaksi yang terjadi adalah NaOH + H2SO4 à Na2SO4 + H2O. Perhitungan kelompok

kami mendapatkan konsentrasi NaOH sebesar 0,09 N. Adapun indikator yang

digunakan dalam standarisasi larutan NaOH adalah menggunakan indikator PP. PP

mempunyai fungsi sebagai indikator yang menunjukkan adanya TAT. Awalnya,

penambahan indikator PP pada larutan HCl tidak menimbulkan warna, hal itu

disebabkan karena dalam dalam suasana asam, indikator PP tidak berwarna. Sedangkan

pada akhir titrasi, warna larutan menjadi merah muda karena H2SO4 dititrasi dengan

NaOH yang bersifat basa, dan indikator PP akan berwarna merah muda saat berada pada

larutan asam.

Page 15: PENGENALAN ALAT

15

Beberapa kesulitan yang dialami saat titrasi yaitu saat melihat skala pada buret yang

berubah-rubah, meniskusnya seringkali naik atau turun akibat penurunan larutan yang

cukup cepat sehingga masih ada larutan yang tertinggal di dinding buret meniskus akan

tetap apabila kita melakukan titrasi dengan metode lambat sehingga larutan dapat turun

secara menyeluruh tanpa tertinggal di dinding buret. Titrasi juga harus dilakukan

dengan hati-hati, sebab titik akhir titrasi mudah sekali terlewat dan menyebabkan

perhitungan menjadi tidak tepat.

5.6. Pengenalan Gas dengan Kertas Lakmus

Percobaan ini dilakukan dengan mengambil 2 ml larutan NH4Cl dan dimasukkan ke

dalam tabung reaksi , lalu ditambahkan dengan 2 ml larutan NaOH. Tabung reaksi

dijepit dengan panjepit, lalu setelah itu tabung reaksi dipanaskan sambil digoyangkan

sampai mendidih, Dari percobaan pengenalan gas dengan kertas lakmus akan

menghasilkan gas amoniak (NH3). Hal ini terjadi karena reaksi NH4Cl dengan NaOH

yang menghasilkan gas amoniak dengan reaksi sebagai berikut :

NH4Cl(aq) + NaOH(aq) NH4OH(aq) + NaCl(aq)

NH4OH(aq) + NaCl(aq) NaCl(aq) + NH3(aq) +H2O(l)

Keberadaan gas amoniak dapat diketahui dengan mencium baunya yang khas, yaitu

menyengat, dengan cara mengipas-ngipaskan tangan di atas mulut tabung sementara

hidung berjarak relatif jauh berusaha membau gas yang keluar. Kertas lakmus ada 2

macam yaitu warna biru dan merah yang dipakai sebagai indikator. Gas ini dapat

dikenali sifatnya menggunakan kertas lakmus. Pada metode ini digunakan kertas lakmus

merah karena berdasarkan reaksi dihasilkan gas amoniak yang bersifat basa. Ketika

kertas lakmus merah didekatkan pada mulut tabung gas, kertas lakmus merah berubah

menjadi biru. Hal itu menandakan bahwa NH3 merupakan senyawa yang bersifat basa.

Page 16: PENGENALAN ALAT

6. KESIMPULAN

Alat pengukur dalam laboratorium mempunyai batas ketelitian yang berbeda – beda

dimana labu takar mempunyai ketelitian paling tinggi.

Dalam pelarutan, semakin banyak zat yang dilarutkan, larutan akan semakin keruh

dan semakin tinggi konsentrasinya.

Kecepatan proses titrasi yang lambat cenderung lebih akurat dan presisi daripada

proses titrasi dengan kecepatan yang cepat karena zat yang tersisa di dinding buret

akan lebih sedikit.

Pengenceran harus dilakukan secara cermat karena volume yang berlebih dapat

menimbulkan perbedaan konsentrasi yang cukup signifikan. Fungsi larutan PP yaitu

untuk menunjukkan adanya sifat basa dalam suatu larutan, hal ini ditandai dengan

adanya perubahan warna larutan yang dititrasi berubah menjadi merah muda.

Gas NH3 adalah gas yang berbahaya dan berbau menyengat oleh karena itu kita

tidak boleh membaunya secara langsung.

Adanya perubahan warna kertas lakmus dikarenakan sifat basa yang dimiliki NH3.

Semarang, 24 September 2014

Praktikan, Asisten Praktikum :

-Fellycia Devi P

(Nike Chandrawibowo)

14.I2.0046

16

Page 17: PENGENALAN ALAT

7. DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi,G.(1995). Teknologi Kimia. PT. PradayaParamita. Jakarta.

Chang, R. (1991). Chemistry Fourth Edition. York Graphic Services. USA .

Day, Jr. dan A. L. Underwood. ( 1992 ). Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.

Ebbing, D. B. (1987). General Chemistry. Houghton Mifflin Company. Boston.

Edwin, C.(1959). A Laboratory Manual for General Chemistry . Houngton Mifflin Company. Cambridge.

Godman, A. (1998). Kamus Sains Bergambar. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Petrucci,R.H. (1992). Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.

Salim, Drs. Peter dan Yenny Salim. (1991). Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.Modern English Press. Jakarta.

Sudarmadji; S. Bambang H. & Suhardi. (1984). Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

17

Page 18: PENGENALAN ALAT

8. LAMPIRAN

8.1. Perhitungan

8.1.1. Pengenceran

V1 . N1 = V2 . N2

10 x 0,3 = 100 x N2

N2 = 0,03 N

8.1.2. Titrasi

V1 . N1 = V2 . N2

Kelompok C1

10 x 0,3 = 3 x N2

N2 = 0,1 N

Kelompok C2

10 x 0,3 = 3,3 x N2

N2 = 0,09 N

Kelompok C3

10 x 0,3 = 3 x N2

N2 = 0,1 N

Kelompok C4

10 x 0,3 = 14 x N2

N2 = 0,02 N

Kelompok C5

10 x 0,3 = 3,5 x N2

N2 = 0,09 N

Kelompok C6

10 x 0,3 = 2,2 x N2

N2 = 0,14 N

18

Page 19: PENGENALAN ALAT

19

Page 20: PENGENALAN ALAT

20

8.2. Laporan sementara