PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

18
PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA Dudi Abdul Hadi Universitas Widyatama, Jalan Cikutra No.204A, Cibeunying, Bandung 40125 surel: [email protected] Abstrak: Pengembangan Teori Akuntansi Syariah di Indonesia. Tu- juan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengembangan teori akuntan- si syariah yang sudah ada di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ex post facto analysis melalui urf sebagai landasan utama. Penelitian ini menemukan bahwa teori akuntansi syariah idealinya ter- diri atas aturan-aturan yang meliputi aspek akidah, hukum amaliah, dan akhlak. Implikasinya, laporan keuangan syariah harus memiliki se- jumlah sifat materi dan non materi. Dengan demikian, teori akuntansi syariah digunakan untuk menjaga syariah Allah, baik secara konseptual maupun praktik. Abstract: A Critical Development of Shariah Accounting Theory in Indonesia. The purpose of this research is to criticize the development of sharia accounting theory that already exist in Indonesia. The method used in this research ex post facto analysis through urf as the main foundation. This research finds that the ideal sharia accounting theory consists of rules that include aspects of aqidah, amaliah law, and morals. The implication, sharia financial statements must have a number of material and non-ma- terial properties. Thus, shariah accounting theory is used to safeguard the shariah of Allah, both conceptually and practically. Kata kunci: akuntansi syariah, akhlak, laporan keuangan syariah Akuntansi syariah di Indoensia, dari semenjak tahun kemunculannya yaitu sei- ring dengan berdirinya lembaga keuangan syariah yang dipelopori oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 sampai dengan peristiwa dilahirkannya pernyata- an standar akuntansi syariah (PSAKS) ter- akhir yang diterbitkan oleh Ikatan Akun- tansi Indonesia (IAI) pada tahun 2016, telah mengalami perkembangan yang cepat da- lam mengadopsi setiap perubahan dalam lingkungan bisnis syariah yang dihadapi masyarakat Indonesia. Perubahan cepat dalam lingkungan bisnis syariah memer- lukan suatu teori akuntansi syariah yang baik pula. Teori akuntansi syariah diperlu- kan oleh para pelaku akuntansi karena me- rupakan ilmu untuk menerapkan akuntansi syariah. Beberapa cendekiawan dari Indo- nesia seperti Sofyan Syafri Harahap, Iwan Triyuwono, Aji Dedi Mulawarman serta IAI telah merumuskan suatu prinsip akuntan- si syariah yang secara fenomenal menurut Mulawarman (2009) terbagi ke dalam dua aliran besar yaitu idealis yang bersifat de- duktif yang diwakili oleh Iwan Triyuwono beserta Aji Dedi Mulawarman dan pragma- tis yang bersifat induktif yang diwakili oleh Sofyan Sjafrie Harahap dan IAI. Pendapat ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Rahmanti (2017). Pendapat mengenai dua aliran pemikiran deduktif dan induktif da- lam akuntansi sejalan dengan beberapa pe- neliti (Alberti-Alhtaybat & Al-Htaybat, 2010; Hauriasi & Davey, 2009; Rutherford, 2016). Perbedaan pendekatan perumusan akun- tansi syariah ke dalam pragmatis dan idealis ini baik langsung maupun tidak langsung 106 Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL Volume 9 Nomor 1 Halaman 106-123 Malang, April 2018 ISSN 2086-7603 e-ISSN 2089-5879 Tanggal Masuk: 06 Januari 2018 Tanggal Revisi: 21 Maret 2018 Tanggal Diterima: 30 April 2018 http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2018.04.9007

Transcript of PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

Page 1: PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

Dudi Abdul Hadi

Universitas Widyatama, Jalan Cikutra No.204A, Cibeunying, Bandung 40125surel: [email protected]

Abstrak: Pengembangan Teori Akuntansi Syariah di Indonesia. Tu- juan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengembangan teori akuntan- si syariah yang sudah ada di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ex post facto analysis melalui urf sebagai landasan utama. Penelitian ini menemukan bahwa teori akuntansi syariah idealinya ter- diri atas aturan-aturan yang meliputi aspek akidah, hukum amaliah, dan akhlak. Implikasinya, laporan keuangan syariah harus memiliki se- jumlah sifat materi dan non materi. Dengan demikian, teori akuntansi syariah digunakan untuk menjaga syariah Allah, baik secara konseptual maupun praktik.

Abstract: A Critical Development of Shariah Accounting Theory in Indonesia. The purpose of this research is to criticize the development of sharia accounting theory that already exist in Indonesia. The method used in this research ex post facto analysis through urf as the main foundation.This research finds that the ideal sharia accounting theory consists of rulesthat include aspects of aqidah, amaliah law, and morals. The implication,sharia financial statements must have a number of material and non-ma-terial properties. Thus, shariah accounting theory is used to safeguard theshariah of Allah, both conceptually and practically.

Kata kunci: akuntansi syariah, akhlak, laporan keuangan syariah

Akuntansi syariah di Indoensia, dari semenjak tahun kemunculannya yaitu sei-ring dengan berdirinya lembaga keuangan syariah yang dipelopori oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 sampai dengan peristiwa dilahirkannya pernyata-an standar akuntansi syariah (PSAKS) ter-akhir yang diterbitkan oleh Ikatan Akun-tansi Indonesia (IAI) pada tahun 2016, telah mengalami perkembangan yang cepat da-lam mengadopsi setiap perubahan dalam lingkungan bisnis syariah yang dihadapi masyarakat Indonesia. Perubahan cepat dalam lingkung an bisnis syariah memer-lukan suatu teori akuntansi syariah yang baik pula. Teori akuntansi syariah diperlu-kan oleh para pelaku akuntansi karena me-rupakan ilmu untuk menerapkan akuntansi syariah. Beberapa cendekiawan dari Indo-

nesia seperti Sofyan Syafri Harahap, Iwan Triyuwono, Aji Dedi Mulawarman serta IAI telah merumuskan suatu prinsip akuntan- si syariah yang secara fenomenal menurut Mulawarman (2009) terbagi ke dalam dua aliran besar yaitu idealis yang bersifat de- duktif yang diwakili oleh Iwan Triyuwono beserta Aji Dedi Mulawarman dan pragma- tis yang bersifat induktif yang diwakili oleh Sofyan Sjafrie Harahap dan IAI. Pendapat ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Rahmanti (2017). Pendapat mengenai dua aliran pemikiran deduktif dan induktif da- lam akuntansi sejalan dengan beberapa pe- neliti (Alberti-Alhtaybat & Al-Htaybat, 2010;Hauriasi & Davey, 2009; Rutherford, 2016). Perbedaan pendekatan perumusan akun- tansi syariah ke dalam pragmatis dan idealis

ini baik langsung maupun tidak langsung

106

Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL Volume 9Nomor 1 Halaman 106-123Malang, April 2018 ISSN 2086-7603 e-ISSN 2089-5879

Tanggal Masuk: 06 Januari 2018Tanggal Revisi: 21 Maret 2018Tanggal Diterima: 30 April 2018

http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2018.04.9007

Page 2: PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

Hadi, Pengembangan Teori Akuntansi Syariah di Indonesia 107

berkontribusi terhadap masih timbulnya perdebatan mengenai akuntansi syariah yang benar dan baik digunakan di Indone-sia. Pendapat ini sejalan dengan Rahmanti (2015) meskipun secara tersirat.

Pendekatan perumusan akuntansi sya-riah secara deduktif memulai perumusan-nya dengan cara pengkajian atas konsep syariah yang ditetapkan Allah SWT di dalam Agama Islam (Al Balidi, 2015). Agama Islam mengatur mengenai akidah atau keyakinan, hukum amaliah, dan akhlak. Syariah de-ngan arti ketiga aturan agama Islam ini bisa disimpulkan dari penggunaan syariah di awal penyebaran agama Islam. Siroj (2015) menamakan syariah dalam arti agama Islam ini sebagai hukum dalam arti luas. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Al Balidi (2015). Aturan agama Islam ini kemudian diturunk-an menjadi suatu praktik akuntansi yang Islami.

Sementara itu, pendekatan perumu-san akuntansi syariah induktif menjadikan praktik akuntansi konvensional yang bersi-fat baik yaitu menimbulkan kemaslahatan du niawi dan ukhrowi, diharmonisasikan de-ngan prinsip-prinsip syariah yang ada untuk ditetapkan sebagai praktik akuntansi syari-ah. Pengharmonisasian praktik akuntansi konvensional dengan prinsip syariah yang telah ada aturannya tidak akan menimbul-kan kesulitan. Permasalahan dalam peng-harmonisasian ini adalah masih sedikitnya hukum amaliah yang mengatur secara jelas akuntansi sehingga linieritas kesesuaian dengan syariah agama Islam yang sebelum-nya telah ada perlu juga diharmonisasikan. Karena belum tersedianya hukum amaliah yang mengatur akuntansi syariah dengan lengkap sesuai dengan syariah agama Is-lam, tingkat implementasi syariah di dalam akuntansi tidak terlihat banyak kekhasan syariahnya. Akibat tindakan tersebut tim-bul praktik akuntansi dengan aturan sya-riah yang tidak tepat atau sebagaimana di-nyatakan oleh Rahmanti (2015) bahwa PSAK sebagai produk pemikiran akuntansi syariah dengan pendekatan induktif masih belum implementatif. Permasalahan yang diduga berhubungan dengan ketepatan dan keti-daktepatan aturan syariah dalam mengatur praktik akuntansi konvensional inilah yang dicoba untuk diatasi oleh para pemikir yang menggunakan pendekatan deduktif. Hasil-nya adalah bermunculannya teori akuntansi syariah dengan berbagai macam pemikiran. Perkembangan ini sangat bagus bagi kema-

juan akuntansi syariah.Namun, bukan berarti pendekat-

an deduktif berkembang dengan tanpa permasalah an. Permasalahan yang akan timbul dalam pendekatan deduktif adalah ketika konsep-konsep akuntansi syariah yang sudah dibangun dalam tataran praktik yang tepat tidak bisa diaplikasikan sehingga kemajuan dalam bidang akuntansi syariah akan terhambat. Hal ini dibuktikan salah sa-tunya adalah dengan masih diterapkannya Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) Sya-riah yang masih berorientasi konvension-al Triyuwono (2012). Perumusan akuntan-si yang tidak aplikatif pada akhirnya akan menghambat pula perkembangan akuntansi dan ekonomi syariah secara umum. Stagnasi perkembangan ekonomi syariah merupakan suatu tanda kemunduran dalam peradaban Islam di Indonesia sebagaimana telah dibuk-tikan melalui tulisan Majeed & Zainab (2017) dalam kasus di Pakistan. Pakistan adalah negara Islam tapi akuntansinya sendiri ti-dak dipengaruhi oleh agama Islam. Apabi-la penyebab kemunduran tersebut adalah perumusan teori akuntansi syariah yang masih terkendala, permasalahan mengenai bentuk teori akuntansi syariah yang dapat mengakomodasi kedua aliran perumusan deduktif dan induktif mutlak diperlukan. Perumusan teori akuntansi syariah secara deduktif atau induktif secara murni susah untuk dilakukan, secara sepihak meskipun proporsinya kecil. Baik deduktif maupun in-duktif akan memerlukan satu sama lain da-lam prosesnya. Namun, menyatukan kedua pendekatan dengan proporsi yang seimbang penting pula untuk dikaji meskipun dalam batasan wacana. Salah satu pendekatan untuk menyatukan aliran pemikiran ideal-is dan pragmatis adalah dengan cara me-nemukan satu konsep yang tepat untuk menghubungkan pendekatan deduktif dan induktif dalam teori-teori akuntansi syariah yang telah ada. Konsep yang menjadi poros di masing-masing aliran pemikiran harus ditemukan dahulu agar bisa dihubungkan. Penemuan konsep yang sama arti dan ind-ikasi yang dipersepsikan sama oleh kedua-nya menjadi proses yang pertama kali harus dilakukan. Molisa (2011) dan Shapiro (2009) menyatakan bahwa penemuan konsep-kon-sep untuk pengembangan internal struk-tur konsep tersebut juga penggunaan dan hubungannya dengan konsep-konsep lain merupakan suatu hal yang penting. Akun-tansi syariah secara ontologis adalah konsep

Page 3: PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

108 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 1, April 2018, Hlm 106-123

syariah dalam bidang akuntansi. Oleh kare-na itu, diperlukan pembahasan akuntansi syariah secara ontologis untuk menemukan konsep penting akuntansi syariah.

Penelitian dengan mendasarkan akun-tansi syariah dari sudut pandang syari-ah sudah banyak dilakukan terutama dari pengkajian para peneliti yang menggunakan pemikiran secara deduktif. Sementara itu, akuntansi syariah secara epistemologis didapatkan dengan mendasarkan pemikiran kepada syariah dalam bentuk hukum ama-liah yang disebut fiqh. Siroj (2015) menya-takan sebagai syariah lokal atau hukum amaliah. Metode penggalian syariah dari as-pek hukum amaliah menggunakan metode istinbath (penggalian) hukum yang banyak digunakan di dalam bidang ilmu ushul fi qih (Alim, 2011). Peneliti yang sudah menge-luarkan konsep fikih akuntansi Islam telah dilakukan salah satunya oleh Haniffa & Hu-daib (2010). Namun, membangun suatu teori akuntansi syariah yang terpadu atau integral dengan menggunakan perspektif syariah se-cara utuh yaitu dengan menggabungkan as-pek akidah, hukum amaliah, dan akhlak da-lam akuntansi belum dilakukan. Landasan untuk menggabungkan ketiga aspek syariah tersebut adalah pemikiran pespektif teori ‘urf . Pengembangan teori akuntansi syariah dengan pola pikir ‘urf merupakan kebaruan pemikiran dalam penelitian ini.

METODEPenelitian mengenai akuntansi syariah

telah pula dibahas oleh Triyuwono (2015) melalui metafora amanahnya juga Kusde-wanti & Hatimah (2016) melalui akuntabil-itas profetik. Apa itu akuntansi syariah dan bagaimana menghasilkan akuntansi syariah dalam artikel ini dikaji dengan pendekatan ex post facto design, yaitu penelitian ketika data dikumpulkan setelah fenomena yang diteliti terjadi (Birton, 2015; Sonhaji, 2017).

Metode penelitian kualitatif berjenis studi literatur digunakan untuk melakukan analisis atas literatur mengenai teori akun-tansi syariah yang sudah ada yang mewaki-li aliran pragmatis dan idealis yang dipilih dan dianalisis dengan literatur mengenai ‘urf. Kriteria untuk teori yang dipilih adalah bahwa teori-teori tersebut disusun oleh para pencetusnya dengan menggunakan syariah baik seluruh maupun sebagian dalam teo-rinya. Teori yang dianalisis yaitu dari Iwan Triyuwono dan Aji Dedi Mulawarman se-bagai wakil dari para pemikir idealis. Aliran

idealis ini sesuai dengan pendapat Napier (2009) mengenai golongan pertama pemikir bahwa akuntansi Islam benar-benar harus dibangun dengan fondasi agama Islam.

Sofyan Syafrie Harahap dan Dewan Standar Akuntansi Syariah dari IAI dipilih untuk pencetus dan pemakai teori akuntan-si pragmatis yang berdasarkan pendapat Na-pier (2009) termasuk golongan kedua yaitu para pemikir yang menginginkan agar ada akuntansi Islam untuk lembaga keuangan. Sementara itu, golongan ketiga dari tiga golongan yang diusulkan Napier (2009) yaitu pendukung pemikiran agar regulasi akun-tansi Islam dikelompokkan sebagai bagian dari aliran yang bersifat pragmatis. Pemi-lihan para tokoh pemikir akuntansi syariah ini juga diperkuat dengan pendapat Rah-manti (2017). Pendapat para ahli mengenai teori akuntansi syariah yang ada dianalisis, dilengkapi dan disusun kembali dengan di-dasarkan pada teori ‘urf (diartikan sebagai teori kebiasaan) untuk kemudian dihasilkan teori akuntansi syariah baru.

Teori ‘urf digunakan sebagai basis un-tuk mengklasifikasikan syariah karena ‘urf, sebagaimana pendapat Sucipto (2015) me-ngandung syariah dalam arti luas dan sem-pit. Pendapat ini sama dengan pendapat Siroj (2015). Syariah dalam arti luas ber-sumber dari ‘urf yang dihasilkan oleh syaari’ dalam arti pembuat syariah yaitu Al-lah SWT se hingga disebut ‘urf syaari’ yang luas dan abadi. ‘Urf syari’ ini merupakan ke-biasaan Allah SWT dalam syariah-Nya. Sya-riah dalam arti lokal diwakili oleh ‘urf yang dihasilkan oleh pemahaman manusia atas kemaslahatan atau disebut ‘urf manusia. Para ulama menetapkan bahwa ‘urf manu-sia berasal dari ‘adat. ‘Urf dan ‘adat menurut bahasa berbeda, sedangkan sebagian para ulama ushul fiqih tidak membedakan kedua istilah tersebut (Khalaf, 2010). Abdullah bin Ahmad An Nasafi yang dikutip oleh Abu Sin-nah (1947) mendefinikan ‘urf dan ‘adat se-bagai “sesuatu yang menetap dalam jiwa dan diterima oleh watak yang baik”. Definisi yang lebih lengkap dari ‘urf ini dimunculkan oleh Al Jurjani yang dikutip oleh Hakim (2014) yaitu ‘urf dan ‘adat sebagai “sesuatu yang menetap dalam jiwa melalui pertimbangan akal dan diterima oleh watak yang baik”. Kebiasaan yang dilihat dari sudut pandang perulangannya disebut ‘adat, sedangkan yang dipandang dari pengesahan kebiasaan sebagai hukum dalam bentuk penerimaan secara umum dan berlaku konsisten dise-

Page 4: PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

Hadi, Pengembangan Teori Akuntansi Syariah di Indonesia 109

but ‘urf. Penelitian ini menggunakan ‘urf dan adat secara bergantian dalam arti yang satu.

‘Urf syaari’ yang dinyatakan oleh Allah SWT dalam Al Quran merupakan ‘urf yang terkodifikasi secara qauli (dalam arti ucap an) dan ‘urf syaari’ yang terwujud dalam Sunnah Nabi Muhammad SAW mencakup ‘urf qauli dan ‘amali (dalam arti perbuatan). Landasan teori pendapat ini adalah teori wahdatul wu-jud khususnya teori insanul kamil dari Ibnu Arabi (Noer,1995). Ketika Allah SWT ber-tajalli (dalam arti menampakkan diri-Nya) pada manusia sempurna yaitu Nabi Muham-mad SAW maka syariah Allah SWT terwujud secara sempurna. Namun, karena Nabi Mu-hammad SAW adalah juga manusia maka ‘urf yang timbul adalah ‘urf manusia. Manusia sempurna yang dibim bing oleh wah yu Allah SWT sehingga Sunnah Nabi SAW adalah ‘urf syaari’. ‘Urf syaari’ yang lain juga terdapat dalam penggunaan istilah muhasabah, ki-tab, riba, dain, ajal, iqra, mencatat (kataba dalam bahasa Arab) dan sebagainya. ‘Urf Syaari’ dalam bentuk Sunnah Rasulullah SAW bisa dibuktikan dengan penggunaan istilah dharab untuk perniagaan mudhara-bah saat ini, salam, Qirad, ‘ushr, jizyah, di-wan, baitulmal. (Nurhayati & Wasilah, 2013). Karena ada faktor tafadhul (dalam arti saling melebihi) dalam kesiapan penampakan-Nya, maka timbul pula ‘urf syaari’ yang terwujud pada para sahabat dan para penerus mereka dan para ulama dalam bentuk kesepakatan atau ijma’ dan analogi atas syariah yang ada berupa qiyas. Para shahabat yang ulama ini lebih baik kualitas taqarrub atu kedekatan-nya kepada Allah SWT sehingga penampak-an syariah Allah SWT lebih jelas dibanding manusia biasa. Taqarrub sifatnya berulang, terus-menerus, dan menjadi hukum bagi hati sehingga bersifat batiniah bagi para penempuh jalan syariah Allah SWT sehingga taqarrub bersifat ‘adat dalam upaya takhal-l uq bi akhlaqillah (berakhlak dengan akh-lak Allah SWT) yang dimaksudkan sebagai ketaatan mutlak kepada Allah SWT (Noer, 1995). Makna ini sejalan dengan makna ‘urf yang terdapat dalam Kamus Munawwir yai-tu konvensi atau kebiasaan yang dipelihara (Munawwir & Fairuz, 2007). Jadi, ‘urf manu-sia yang terjadi adalah ‘urf yang perilakunya bersifat batin. Aspek lahir ‘urf manusia tidak berhubungan langsung dengan hukum la-hir ibadah tapi bisa diketahui meskipun da-lam rentang yang tidak menentu tapi dipicu oleh kasus yang muncul.

‘Urf manusia pada tataran ruh adalah ‘urf syaari’ karena manusia merupakan sa-linan tersembunyi (nuskhah baatinah) keha-diran ilahi yang bertajalli terus menerus. Se-makin rendah kualitas tempat penampakan kehadiran ilahi dalam diri seorang manusia, semakin jauh ‘urf batinnya untuk taqarrub kepada Allah SWT sehingga ‘urf lahirnya perlu diberi standar dengan hukum ama-liah yang bersifat lahir. Pada manusia bia-sa yang kesiapannya kurang, tajalli Allah SWT akan menimbulkan ‘urf yang bersifat ‘urf shahih (dalam arti ‘urf yang sah) yang sejalan dengan syariah dan ‘urf fasid (da-lam arti ‘urf yang rusak) yang tidak sejalan dengan syariah karena adanya gangguan nafs (dalam arti ego), juga nafsu (dalam arti hasrat baik nafsu syahwat maupun hawa nafsu). Tajalli Allah SWT pada aspek luar manusia merupakan salinan lahir (nuskhah dhaahirah) dari alam sehingga ada hubung-an dengan lingkungan sekitar manusia. ‘Urf manusia ini tidak bisa dilakukan sendiri tapi ‘urf manusia itu bersifat komunal yang terjadi dalam hubungan antara manusia de-ngan manusia dan dalam hubungan manu-sia dengan alam sekitar. ‘Urf manusia juga ada yang terko difikasi secara terucapkan atau qauli dalam undang-undang atau pera-turan atau buku kode etik atau pernyataan standar dan ‘urf bisa berbentuk perilaku atau ‘amali yang diatur dalam suatu sistem, dan terdapat pula ‘urf yang tidak terkodifika-si. ‘Urf yang bersifat terkodifikasi mungkin menjadi ‘urf umum dan yang tidak terkodifi-kasi menjadi ‘urf yang khusus seperti aturan pelaksanaan suatu sistem dan prosedur nya. Pembagian ‘urf ini sejalan dengan teori pem-bagian ‘urf yang dikemukakan oleh Sucip-to (2015), Khalaf (2010), dan Abu Zahrah (1957). Ber bagai teori akuntansi syariah yang ada dianalisis dan kemudian dikelom-pokkan berdasarkan teori ‘urf tersebut un-tuk membentuk struktur baru teori akun-tansi syariah.

HASIL DAN PEMBAHASANPenelitian dilakukan pertama kali de-

ngan mengkaji aspek ontologis akuntansi syariah, yaitu apa akuntansi syariah itu, kemudian bagaimana akuntansi syariah ini dihasilkan. Hasilnya berupa praktik akun-tansi syariah dari perspektif ‘urf.

Tinjauan ontologis akuntansi syari-ah dalam perspektif ‘urf. Akuntansi syari-ah merupakan suatu kenyataan. Kenyataan

Page 5: PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

110 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 1, April 2018, Hlm 106-123

tersebut menurut pandangan para ilmuwan bisa dikatakan sebagai ontologi. Ontologi adalah bagian dari filsafat ilmu yang meng-kaji hakikat keberadaan sesuatu objek baik material maupun formal (Bryer, 2014; Mo-dell, Vinnari, & Lukka, 2017). Akuntansi syariah merupakan suatu frase nomina yang maknanya ditentukan oleh kegunaan dari akuntansi syariah itu sendiri yaitu akun-tansi yang berlandaskan syariah. Syariah secara bahasa berarti jalan (Kamla & Ram-mal, 2013) yang membawa manusia kepada keselamatan. Keselamatan yang dimaksud adalah di dunia dan akhirat. Bentuk khusus syariah dalam sudut pandang tauhid disebut agama. Agama yang memiliki konsep syari-ah ini adalah agama Islam yaitu aga ma yang berserah diri kepada pihak yang membuat jalan tersebut yaitu Allah SWT. Syariah dib-uat oleh pembuat syariah yaitu Allah SWT yang isinya mengandung tiga unsur utama yang menjadi pilar jalan Islami tersebut yai-tu syariah dalam sisi akidah atau keyak-inan, syariah dalam sisi hukum atau dike-nal sebagai hukum amaliah berupa ibadah dan muamalah, dan terakhir syariah yang terwujud dalam sisi akhlak atau pe rilaku, juga sistem kehidupan untuk memastikan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat (Al Balidi, 2015).

Perilaku bisa mengambil bentuk dari mulai perasaan di dalam hati, pikiran, sam-pai dengan tindakan lahir. Semua perilaku ini bermuara pada tindakan lahir. Tindak-an tersebut bernilai agama sehingga me-rupakan suatu tindakan etis. Karena salah satu bentuk tindakan etis itu adalah akun-tansi yang bertujuan untuk mempertang-gungjawabkan suatu kepercayaan, maka akuntansi itu sendiri adalah syariah dalam bentuk kegiatan untuk memperlihatkan pertanggungjawaban. Namun, karena tin-dakan dilakukan bisa saja dengan maksud bagi kepentingan makhluk semata dan ti-dak ber ada dalam jalan syariah Allah SWT, maka tidak semua akuntansi itu adalah sya-riah tapi syariah itu salah satunya adalah akuntansi. Akuntansi yang disepadankan dengan muhasabah dalam terminologi syari-ah berakar dari kata hisab yang biasa Allah SWT pergunakan terutama dalam penyebut-an nama hari di akhirat yaitu yaumil hisab sebagaimana tercantum dalam Al Quran surat Ghafir ayat 27 dan surat Shaad ayat 16 yang terjemahannya adalah “Dan me-reka berkata,”Ya Tuhan kami, segerakanlah azab yang diperuntukkan bagi kami sebelum

hari perhitungan.”Akuntansi syariah dengan demikian adalah pertanggungjawaban yang ditujukan terhadap Allah SWT.

Pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT dilakukan di akhirat tepatnya yaitu di yaumil qiyamah tempat berdirinya mahka-mah pengadilan Allah SWT yang pada hari itu dilakukan muhasabah dalam arti peng-hitungan amal untuk meminta pertanggung-jawaban, pembuktian dan pengakuan amal seseorang di hadapan Allah SWT. Hari mu-hasabah ini dilakukan pada yaumil hisab yaitu hari ketika dihasilkan hitungan amal, dan ini merupakan suatu kenyataan secara Agama. Bukti yang mendukung hal ini ada-lah sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al Quran surat Ghafir ayat 27 dan ayat-ayat lain yang sama atau mendukung ayat hisab seperti surat Al Qari’at ayat 6 – 11 yang ter-jemahannya sebagai berikut.

“Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikannya) (6) maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan(7) dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan-nya) (8) maka tempat kembalinya adalah neraka (Hawiyah)(9) dan tahukah kamu apakah Neraka Hawiyah itu? (10) (Yaitu) api yang sangat panas (11).”

Proses muhasabah ini dimulai ketika Allah SWT memberikan kepada semua ma-nusia kitab atau catatan amal mereka yang diterima dengan tangan kanan bagi yang selamat atau tangan kiri bagi yang celaka, kemudian dihisab (dalam arti dihitung) un-tuk menghasilkan suatu hisab (dalam arti hitungan). Hitungan amal bisa bersifat ri ngan yaitu amal yang dipertanggungjawabkan manusia sedikit karena semuanya dilaku-kan sesuai syariah Allah SWT dan ada juga yang sulit yaitu amal yang dipertanggung-jawabkannya banyak dan rumit dan yang terakhir adalah amal yang dihisab, dipertim-bangkan, dan diselamatkan karena Rahmat dan Keutamaan Allah SWT yaitu amal orang yang berdosa. Ketika hisab ini diperlihatkan kepada tiap-tiap manusia, manusia diminta pengakuan dan alasan atas amalnya. (Al Qadhi, 2014). Inilah kegiatan muhasabah Allah SWT di akhirat. Kehidupan akhirat di dalam Q.S. Al Bayyinah ayat 8 bersifat aba-di. Yang abadi berarti di dalam kendali Al-lah SWT sepenuhnya dan tidak ada ikhtiar manusia. Hakikat atau ontologi akuntansi

Page 6: PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

Hadi, Pengembangan Teori Akuntansi Syariah di Indonesia 111

syariah dengan demikian terjadi atau ada ketika ada Allah SWT, ada manusia, ada catatan, ada kegiatan penghitungan, pertim-bangan, dan pengakuan amal manusia di dalam catatan tersebut dan permintaan per-tanggungjawaban. Ini merupakan syariah Allah SWT yang juga merupakan kebiasaan Allah SWT untuk menegakkan keadilan-Nya dan sifat Rahim-Nya sehingga muhasabah ini adalah ‘urf Allah SWT sebagai Al Hasiib (dalam arti yang melakukan hitungan). Sya-riah dihasilkan karena Allah SWT adalah Al Musyri’ atau pembuat syariah. Pendapat bahwa Allah SWT memiliki ‘urf atau adat kebiasaan diperkuat oleh banyak ulama, salah satunya adalah Abul Abbas Al Shan-haji sedangkan Allah SWT sebagai pembuat syariah diperkuat oleh pendapat Abu Zahrah (1957), Khalaf (2010), Al Zuhayli (1986) dan Al Saqqaf (2005).

Muhasabah Allah SWT terhadap manu-sia ini harus diyakini oleh manusia dengan keimanan terhadap hari akhirat dan hari pembalasan. Manusia agar terhindar dari kerugian di hari hisab maka manusia harus selalu melakukan muhasabah an Nafs (diar-tikan sebagai muhasabah diri) yang secara ontologi terjadi ketika ada ruh, ada akal, ada nafsu, dan ada perbuatan. Perbuatan dihisab kualitasnya oleh akal, yang apabila berkecenderungan kepada ruh sebagai suatu kebaikan dan apabila berkecenderungan kepada nafsu dihisab sebagai keburukan. Realitas ini sejalan dengan teori takhalluq bi akhlaqillah atau berakhlak dengan akhlak Allah SWT (Noer,1995) yang melakukan hi-sab di akhirat. Muhasabah tidak hanya diri saja tapi juga apa yang diamanahkan yaitu harta sehingga kemudian timbul realitas lain yaitu muhasabah maliyyah (yang diartikan sebagai muhasabah harta). Muhasabah mali-yyah terjadi ketika ada manajer, ada usa ha, ada pendapatan, ada beban, ada perhitung-an untung rugi atau keberlangsungan (sus-tainability).

Tinjauan epistemologi akuntansi syariah dalam perspektif ‘urf. ‘Urf syaari’ untuk meminta pertanggungjawaban secara epistemologi bisa diketahui dari sifat Allah SWT yaitu Al Hasiib yang artinya yang meng-hisab. Sementara itu, dari sifat Al Musyri’ atau pembuat syariah secara epistemologis diketahui akan adanya pertanggungjawaban karena adanya standar hidup yang benar yang disebut syariah. Allah SWT sebagai pemberi rahmat untuk menyelamatkan orang yang berdosa diketahui dari Nama-Nya

yang juga merupakan Sifat-Nya sebagai Ar Rahim. Allah SWT mencatat dan menjaga se-gala amal bisa diketahui dari Sifat Allah SWT Al Hafiidz (artinya yang memelihara). Allah SWT yang memberi pahala dan siksaan se-bagai akibat dari adanya muhasabah juga cara untuk mengetahui adanya hisab. Keya-kinan akan terjadinya muhasabah diperoleh pengetahuannya dengan menggunakan ilmu tauhid atau dengan akidah. Kepastiannya dilalui dengan penyaksian yang dibahas di dalam ilmu tasawuf baik melalui penyaksian ilmu, wijdu, maupun bashirah (penglihatan batin). Ketiga alat penyaksian ini secara ber-tahap terjadi ketika keadaan hati ada dalam keadaan Islam, iman, dan ihsan. Keadaan iman dan ihsan dicapai ketika hamba Allah SWT ma’rifah dan mahabbah terhadap Allah SWT yang juga bergantung kepada kesiapan terhadap tajalli Allah SWT. Mahabbah me-ngandung arti cinta kepada Allah SWT (Al Qusyairi, 2011). Keadaan mahabbah yang dimaksudkan dalam hubungan kecintaan seorang hamba kepada Tuhannya yaitu Al-lah SWT bukan kecintaan seorang pria ke-pada seorang wanita atau sebaliknya tapi keadaan yang seseorang temui dalam hati-nya berupa penghormatan, kerelaan, dan kontinuitas dzikir dalam arti ingat dalam ha-tinya kepada Allah SWT (Al Qusyairi, 2011). Imam Al Muhasibi menambahkan dengan indikasi lain yaitu selalu sesuainya keadaan hamba dengan Allah SWT baik tersembunyi maupun jelas dan selalu disadarinya bah-wa hamba tersebut selalu kurang dalam ke-cintaannya kepada Allah SWT (Al Qusyairi, 2011). Evaluasi diri ini disebut muhasabah an nafs. Muhasabah nafs dipahami dengan ilmu tasawuf.

Hukum amaliah untuk melakukan mu-hasabah harta dipahami dengan ilmu fiqh dan ushul fiqih. Kedua ilmu ini digunakan untuk memahami dan menggali hukum-hu-kum praktis syara’ seperti wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Kelima hukum tersebut digali dari sumber-sumber hukum Islam yaitu Al Quran, Sunnah Nabi Muham-mad SAW, Ijma’, dan Qiyas menurut jumhur ulama (Khalaf, 2010). Di samping sumber hukum yang empat tadi terdapat sumber hukum lain yaitu istihsan, maslahah murs-alah, istishhab, madzhab shahabat, syar’u man qablana, dan ‘urf. Selain Al Quran dan As Sunnah yang merupakan ‘urf syaari’ se-cara dhahir dan batin, sumber-sumber yang lain adalah hasil ijtihad manusia. Hukum amaliah sendiri meliputi hukum ibadah,

Page 7: PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

112 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 1, April 2018, Hlm 106-123

muamalah, kehidupan pribadi, politik, pi-dana, kewarganegaraan, dan akhlak. Hukum muamalah meliputi semua aktivitas sosial yang di dalamnya termasuk pula ekonomi, keuang an dan akuntansi.

Penggunaan ilmu fikih dalam akuntan-si telah pula dilakukan oleh beberapa peneli-ti (Iswanaji & Wahyudi, 2017; Rafay, Sadiq, & Ajmal, 2017; Siregar, 2016). Penggunaan ‘urf dalam kehidupan di Indonesia telah di-praktikkan dalam menetapkan hukum ama-liah seperti di bidang akuntansi yaitu dalam hal pengakuan keuntungan murabahah oleh para pedagang yang dilakukan secara pro-porsional sebagaimana tercantum dalam fat-wa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) No 84 Tahun 2012. Ke-hujahan ‘urf diakui oleh ulama Hanafiyyah, Malikiyyah sebagai dalil tersendiri. Sementa-ra itu, ulama Syafiiyyah dan Hanabaliyyah tidak menganggap ‘urf sebagai dalil tersendi-ri tapi membantu maslahah mursalah. Jadi, ‘urf ditetapkan sebagai syariah karena men-dukung maqashid syariah yang lima (Abu Zahrah, 1957) yaitu kemaslahatan bagi aga-ma, diri, harta, akal, dan keturunan. Maqa-shid syariah adalah tujuan-tujuan ditetap-kannya syariah.

Tinjauan aksiologis akuntansi syariah dalam perspektif ‘urf. ‘Urf qauli (terjemah-annya yaitu kebiasaan ucapan (Munawwir & Fairuz, 2007)) dalam bidang akuntansi adalah penggunaan istilah-istilah double entry book keeping, akuntansi, debit, kre-dit, jurnal, saldo, dan sebagainya.’Urf ‘amali (terjemahannya yaitu kebiasaan perbuatan (Munawwir & Fairuz, 2007)) dalam akun-tansi syariah adalah praktik pencatatan dengan memakai alat tulis, komputer, buku berbentuk kolom, kertas, penggunaan doku-men berseri, penggunaan jurnal, proses pen-catatan berbentuk sistem, dan sebagainya.

‘Urf, dari sisi banyak penggunanya, terbagi ke dalam ‘urf yang banyak dilakukan oleh orang-orang dan disebut sebagai Al-’Urf al-Aam (terjemahannya adalah ‘urf umum) yaitu kebiasaan tertentu yang berlaku secara luas di seluruh masyarakat seperti praktik akuntansi syariah secara internasional ter-masuk kebiasaan penggunaan jurnal dan laporan keuangan, juga di seluruh daerah di dunia ini dan ‘urf al-Khash (terjemahan-nya adalah ‘urf khusus) yaitu kebiasaan yang berlaku di daerah dan masyarakat tertentu seperti praktik akuntansi syariah di Indone-sia, Malaysia, Bahrain, dan negara lain.

Al-’Urf al-Shahih (terjemahannya adalah ‘urf yang sah) adalah kebiasaan yang dilaku-kan oleh orang-orang yang tidak bertentang-an dengan dalil syara, juga tidak mengha-lalkan sesuatu yang telah diharamkan oleh syara atau sebaliknya yaitu mengharamkan sesuatu yang sudah ditetapkan halal oleh syara’, juga ‘urf tersebut tidak membatal-kan yang sudah ditetapkan wajib. Teori-teori akuntansi syariah baik yang bersifat idealis maupun pragmatis termasuk ke dalam ‘urf yang sah karena sudah teruji secara akal termasuk juga kodifikasi prinsip akuntansi seperi PSAK dan KDPPLK Syariahnya.

Analisis perspektif ‘urf dalam teori akuntansi syariah di Indonesia. Teori-teori akuntansi syariah yang digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan teori akun-tansi syariah baru adalah teori dari Iwan Tri-yuwono, Aji Dedi Mulawarman, Sofyan Sjaf-rie Harahap, dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan alasan bahwa keempat teori tersebut sudah secara lengkap memasukkan aspek akidah, aspek akhlak, dan aspek hu-kum amaliah meskipun berbeda-beda dalam ukuran penggunaannya. Teori akuntansi syariah menurut pendekatan idealis diwa-kili oleh Iwan Triyuwono dan Aji Dedi Mul-awarman. Teori akuntansi syariah menurut Triyuwono (2012, 2015) adalah satu set prin-sip yang diturunkan secara logis untuk dija-dikan referensi dalam mengukur kelayak an praktik akuntansi dan dalam mengembang-kan akuntansi yang bisa memberikan pe-doman bagi praktik akuntansi yang benar. Praktik akuntansi yang benar menurut Iwan Triyuwono ini tentu saja adalah yang sesuai dengan tiga pilar syariah Islam dan bukan hanya aspek syariah dalam arti hukum ama-liah saja, tapi arti syariah dalam arti luas. Iwan Triyuwono dalam bukunya berjudul Akuntansi Syariah: Perspektif, Metodologi dan Teori (Triyuwono, 2012) juga menyebut-kan syariah sebagai sumber nilai etika dan menjadi bentuk hukum etika Islam. Syariah dengan demikian merupakan standar untuk muhasabah an nafs.

Teori akuntansi syariah menurut Tri-yuwono (2015) mengakomodasi aspek mu-hasabah an nafs melalui struktur hierar-kis yaitu yang pertama adalah tauhid yang mengan dung arti bahwa manusia harus ber-prespektif khalifatullah fil ardh yaitu sebagai pemimpin dan pengelola bumi Allah SWT dan bertugas untuk mewujudkan nilai-nilai keadilan ilahi, dan membawa manusia kepa-

Page 8: PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

Hadi, Pengembangan Teori Akuntansi Syariah di Indonesia 113

da kesadaran ilahi melalui tiga unsur yaitu faith, knowledge, dan action. Faith mengan-dung arti iman, knowledge berarti ilmu, dan action berarti amal. Ketiganya merupakan trilogi perwujudan diri yang akan muncul dalam praktik akuntansi syariah. Wujud akuntansi yang dimunculkan adalah akun-tansi yang humanis, emansipatoris, tran-sendental, dan teleogikal yang mengandung arti bahwa akuntansi syariah akan menun-tun manusia menjadi manusiawi baik se-cara mental maupun spiritual, serta mampu mengadakan perubahan terhadap teori dan praktik akuntansi yang bersifat membebas-kan (emansipatoris) diri dalam batasan sya-riah Allah SWT. Secara luas adalah sebagai khalifatullah fil ardh tadi. Wujud khalifatul-lah fil ardh itu sendiri adalah pertanggung-jawaban kepada Allah SWT dalam bidang akuntansi (bersifat teleologikal) dan perwu-judan pertanggungjawaban ini akan dibantu dengan konsep dari ilmu-ilmu pengetahuan yang lain karena semua ilmu itu adalah dari Allah SWT, untuk kemudian mewujudkan sifat-sifat Allah SWT yang disebut asmaul husna yang berjumlah 99 nama.

Teori akuntansi syariah yang diusul-kan oleh penulis juga mengakomodasi mu-hasabah an nafs pada tingkat wujud ma-nusia. Pada wujud manusia muhasabah an nafs merupakan ‘urf manusia secara batin yang merefleksikan ‘urf syaari’ untuk se-lalu menghitung amal diri. Penghitungan amal diri ini menggunakan alat akal, nafsu, dan ruh. Nafs dalam arti diri akan menggu-nakan akal untuk menghitung dan memper-hitungkan segala aspek yang menghambat diri untuk taqarrub kepada Allah SWT yaitu nafsu termasuk kekuatan dan kelemahan akal dalam upayanya untuk selalu berada dalam pengakuan keislaman dan keiman-an terhadap Allah SWT Yang Esa yang di-wujudkan dalam hati, lisan, dan perbuatan. Lisan meskipun merupakan salah bentuk perbuatan tapi dalam hukum amaliah dia diperlakukan terpisah karena bisa saja lisan tidak sejalan dengan perbuatan sehingga di dalam ilmu fiqh diberi kedudukan khusus yaitu sebagai alat pengakuan juga bisa di-buktikan dengan syariah Allah SWT di dalam Al Quran Surat Yasin ayat 65 yang artinya “pada hari ini Kami tutup mulut mereka, tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” yang mengindikasikan bahwa lisan, tangan dan kaki adalah entitas terpisah dari per-

buatan yang akan dijadikan saksi bagi ma-nusia yang dihisab amalnya dalam kegiatan muhasabah Allah SWT. Lisan karena itu oleh para ahli hukum Islam dijadikan syarat untuk mengukur iman seperti yang dikemu-kakan oleh ulama mazhab Syafiiyyah dan Hanabaliyyah.

Dalam rangka menyelaraskan dengan alat untuk memahami ‘urf syaari’, lisan dan perbuatan sebaiknya dipisahkan. Hati juga dipisahkan karena hati merupakan fakul-tas tempat akal yaitu tempat pengetahuan dan perasaan yaitu tempat keyakinan. Pen-getahuan yang baik adalah pengetahuan yang berprinsip pada syara’. Pengetahuan ini menjadikan pengetahuan bukan se-bagai tujuan tapi sebagai alat untuk bera-mal. Pengetahuan karena itu harus bisa di-aplikasikan. Keyakinan minimal yang harus dimiliki untuk mewujudkan pengetahuan ini menjadi amal adalah bahwa kesalahan sekecil apa pun telah dihindari. Perbuatan sebagai penampakan keimanan dan kon-sistensi ihsan seorang manusia harus me-menuhi aspek akhlak dari syariah Islam yang diturunkan oleh ilmu fiqh dalam ben-tuk hukum amaliah ibadah dan muamalah. Akhlak yang dilandasi hukum amaliah dan akidah yang benar akan membawa seorang hamba untuk bisa membersihkan diri dari ‘urf fasid baik lahir maupun batin sehingga menja dikan dirinya lebih suci dan lebih jelas dalam merefleksikan kehadiran ilahi un-tuk selanjutnya bisa melakukan takhalluq bi akhlaqillah yang merupakan ciri mahab-bah sehingga pada akhirnya dapat meraih kedudukan dekat dengan Allah SWT yang dicintai oleh Allah SWT.

Manifestasi syariah dalam aspek hu-kum amaliah di dalam teori Triyuwono (2012) mulai terlihat pada pemikiran menge-nai konsep dasar bahwa akuntansi bersifat instrumental, socio-economic, critical, justice, all-inclusive, rational-intuitive, ethical, holistic, dan welfare yang bisa disepadankan dengan konsep maqashid al syariah dalam ilmu fiqh. Alasan yang mendasari pendapat ini ada-lah bahwa tujuan akuntansi adalah sebagai instrumen, atau washilah atau perantara dalam mewujudkan kesejahteraan manu-sia secara menyeluruh baik dunia maupun akhirat yang juga bersifat penuh kebaikan karena dilandasi oleh tindakan yang ber-sifat etis yang dituntun oleh fitrah rasional atau sesuai sunnatullah yang berlaku bagi semua golongan secara berkeadilan dan selalu menyesuaikan diri dengan perubah-

Page 9: PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

114 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 1, April 2018, Hlm 106-123

an zaman. Karena berkedudukan sebagai makhluk yang bersifat baru manusia akan selalu mengalami keterbaruan dan perubah-an baik dalam kerangka kemasyarakatan dan ekonomi, atau ekonomi yang berkema-syarakatan yang merupakan tujuan ditetap-kannya syariah. Teori akuntansi syariah dari Iwan Triyuwono berupaya mendorong akun-tansi syariah menjadi fasilitas untuk meraih kemaslahatan melalui konsep terakhir prin-sip holistic welfare (kesejahteraan holistik) dan masuk ke dalam aspek hukum amaliah.

Hukum amaliah dalam teori penu-lis usulkan sejalan dengan ilmu fiqh yang ditetapkan dengan maksud agar terpeliha-ranya kemaslahatan manusia dalam hal ag-ama, diri, akal, keturunan, dan harta. (Abu Zahrah, 1957). Maqashid syariah ini menja-di tanda terjadinya muhasabah dalam diri hingga harta. Penjagaan kemaslahatan har-ta diatur dengan hukum amaliah muamalah. Manusia yang menerima amanah harta da-lam rangka takhalluq bi akhlaqillah akan berupaya memelihara hartanya dari keru-gian. Kalaupun seorang manusia mendapat-kan kekurangan dalam hartanya tapi dia harus tetap berada dalam kemaslahatan dengan jalan pengakuan keimanan kepada Yang Memberi Pertolongan yaitu Allah SWT melalui lisannya juga mengikuti ‘urf syaari’ untuk menyayangi dirinya untuk terus hi-dup, sebagaimana ‘urf syaari’ untuk meng-ampuni dosa para pendosa dan memberinya rahmat sehingga masuk ke surga.

Kesejahteraan di dunia dan di akhirat bisa didapatkan apabila praktisi akuntansi syariah melakukan muhasabah dengan be-nar yaitu posisi harta harus benar klasifikasi kekayaan, utang atau modalnya, dan diukur dengan benar dengan nilai yang jujur dan tepat waktu. ‘Urf syaari’ mewajibkan zakat agar harta manusia nilainya tepat menjadi hak pemilik titipan harta Allah SWT terse-but. Utang juga menurut ‘urf syaari’ ha-rus dicatat dan dibayar agar hisaban atau hitungan harta jelas kekayaanya. Apabila utang tidak betul-betul tidak bisa dibayar maka sebaiknya dibebaskan. ‘Urf syaari’ ini kembali memperlihatkan bahwa Rahmat Allah mendahului murka-Nya atau hukum-an disisihkan apabila terdapat kejujuran dan mempertahankan hidup lebih dipriori-taskan. Muhasabah perusahaan seperti ini menghasilkan kehidupan yang lebih baik se-suai dengan syariah Allah SWT. Muhasabah yang dilakukan tentu saja dengan memper-hitungkan kemaslahatan akal yang artinya

muhasabah dilakukan dengan cara yang benar. Manusia sebagai salinan alam tentu memiliki praktik akuntansi yang beraneka ragam sehingga agar manusia selamat di dunia, ‘urf manusia juga diperhitungkan se-cara tersirat dalam teori ini karena konsep filosofis akuntansi syariah yang diajukan memerlukan penilaian atas praktik akun-tansi yang benar.

Teori akuntansi syariah dari Aji Dedi Mulawarman dirumuskan dengan struktur teori akuntansi syariah secara berurutan yaitu yang pertama adalah tujuan akun-tansi syariah yang mengandung arti bahwa akuntansi syariah adalah realisasi kecinta-an kepada Allah SWT sehingga pertanggung-jawaban pencatatan sampai pelaporan se-cara mental, dan spiritual harus sesuai dengan nilai-nilai syariah. (Mulawarman, 2009). Hal ini menunjukkan adanya upaya terus menerus takhalluq bi akhlaqillah un-tuk menjadi kebiasaan mahabbah. Mahab-bah merupakan akhlak yang bersifat ‘urf ba-tin manusia dalam teori akuntansi syariah berbasis ‘urf dari penulis. Dengan demikian, konsep tauhid dari Iwan Triyuwono, Sofyan Sayfri Harahap, dan Aji Dedi Mulawarman teridentifikasi merupakan pemikiran untuk memanifestasikan aspek akidah dan akh-lak dalam teori akuntansi syariah. Konsep tauhid didukung oleh dalil dalam Al Quran Surat ke-42 yaitu Asy Syura ayat 11 yang artinya “….Tidak ada sesuatu pun yang se-rupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Men-dengar, Maha Melihat, yang keberbedaan-nya dengan makhluk dinyatakan dalam Al Quran Surat ke-112 yaitu Al Ikhlas ayat 1-4 yang artinya “Katakanlah (Muhammad), Dia-lah Allah Yang Maha Esa (1); Allah tempat meminta segala sesuatu (2); tidak beranak dan tidak pula diperanakkan (3); Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia (4).

”Mahabbah didukung oleh bukti pada Al Quran Surat ke-5 yaitu Al Maidah ayat 54 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah SWt akan mendatangkan suatu kaum. Dia mencinta mereka dan mereka pun mencin-tai-Nya.“Tauhid dan mahabbah dalam teori akuntansi syariah berbasis ‘urf yang penulis usulkan pada hakikatnya adalah ‘urf syaari’ yaitu masuk ke dalam nuskhakh batin salin-an batin kehadiran ilahi dalam diri manusia. Namun, dalam aspek lahirnya adalah ‘urf manusia untuk ber-takhalluq bi akhlaqillah yaitu ketaatan mutlak dalam bentuk peng-

Page 10: PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

Hadi, Pengembangan Teori Akuntansi Syariah di Indonesia 115

amalan hukum amaliah baik ibadah mau-pun muamalah dengan kontinu dan benar.

Teori akuntansi dalam pandangan para pemikir dengan pendekatan pragmatis di-wakili oleh Sofyan Syafrie Harahap dan IAI. Teori akuntansi Islam menurut Harahap (2001) adalah ilmu yang sangat penting dalam menyusun dan menguji prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan lapor an keuangan yang dibuat dengan tujuan untuk disajikan kepada para pemakainya sehingga lebih bermanfaat dan sesuai dengan syariah Allah SWT. Struktur teori akuntansi syariah secara berurutan dimulai dengan tauhid (Al-lah SWT) yang mengandung arti bahwa seo-rang muslim itu sebagai refleksi keimanan-nya harus mempercayai aturan menjadi khalifatullah fil ardh yang makna nya sama dengan makna yang dikemukakan oleh Iwan Triyuwono. Pada teori akuntansi syariah ber-basis ‘urf, tahapan tauhid ini timbul sebagai ‘urf manusia tapi secara batin yaitu untuk selalu takhalluq bi akhlaqillah. Keduduk-an kedua dalam struktur teori akuntansi-nya adalah adanya Al Quran dan Al Hadits Nabi Muhammad SAW. Di bawah konsep ini dinyatakan adanya ayat-ayat syariah Allah SWT tercermin dalam bentuk ayat qauliyah dan kauniah. Ayat qauliyah mengandung arti bahwa Al Quran dan Al Hadits menjadi sumber hukum utama yang berbentuk tu-lisan. Syariah Allah SWT yang semua orang sepakat dalam pemahaman ketentuannya secara pasti dalam Al Quran dan Al Hadits merupakan ayat-ayat muhkamat. Sementa-ra itu, aturan yang mutasyabihat atau yang me ngandung arti ganda diwakili dalam ayat kauniah. Ayat Kauniyah merupakan ayat-ayat yang berhubungan dengan fenome-na sosial atau fenomena alam yang dalam aspek hukum amaliah merupakan hukum yang terjadi dalam bidang muamalah. Aso-siasi akuntan merupakan salah satu wujud fenomena ayat kauniah dalam bidang akun-tansi yang dinyatakan untuk bekerja sama dengan asosiasi syariah yaitu para ahli fikih untuk merumuskan tujuan laporan keuang-an yang sesuai dengan fenomena sosial yang terjadi. Dalam tahapan ini tercermin ada nya pengharmonisasian ‘adat akuntansi yang belum ada hukum amaliahnya untuk men-jadi ‘urf. Sofyan Syafrie Harahap tampakya melihat aspek akidah ini merupakan anti-seden dari konsep ‘urf manusia sedangkan ‘urf manusia dalam bentuk praktik akuntan-si di bawah hukum amaliah.

Tujuan muamalat merupakan unsur selanjutnya dalam struktur teori akuntan-si syariah Sofyan Sjafrie Harahap. Tujuan yang akan dicapai oleh akuntansi syariah adalah Amar am’ruf nahi munkar dengan arti memerintahkan kepada kebaikan dan menolak kemunkaran sehingga didukung pula oleh prinsip keadilan dan kebenaran meliputi kebenaran dalam wujud masla-hat sosial berupa timbulnya kerja sama di antara semua pelaku ekonomi dan usaha sebagaimana yang diperintahkan oleh Al Quran yaitu sa ling tolong dalam kebaikan sebagaimana Firman Allah SWT dalam Ki-tab Suci Al Quran di Surat Al Maidah ayat 2 mendorong zakat sebagai kewajiban se-tiap muslim yang telah memenuhi syarat berzakat, menghapus riba yang tidak ses-uai dengan kebenaran Allah SWT, dan juga untuk menghindari pemborosan. Pendapat ini sejalan dengan Abdis Salam (2011) yang menyatakan bahwa kebahagiaan yang pa-ling maslahat (dalam arti baik) adalah ma’ri-fat, iman dan taat kepada Allah SWT karena ketiganya akan membawa kebaikan di dunia dan akhirat. Di dalam kehidupan di dunia manusia akan mendapat kan kebahagiaan hidup dan di akhirat akan dimudahkan ma-suk surga Allah SWT. Fenomena sosial yang beraneka ragam tidak mengubah tujuan laporan keuangan yaitu untuk mewujudkan tujuan syariah kemaslahatan bagi semua umat manusia dengan mendukung visi me-majukan kebaikan dan menolak keburukan. Dari tujuan kemaslahatan sosial yang telah ditetapkan, kemudian oleh asosiasi profesi akuntan diuraikan menjadi berbagai macam postulat dan prinsip akuntansi syariah.

Postulat dan prinsip dasar akuntansi Islam yang diturunkan dari tujuan lapor-an keuangan yang mengandung tujuan ke-maslahan muamalat menjadikan postulat dan prinsip yang dirumuskan pun bersifat mendasar dan mendukung pengukuran dan pengungkapan informasi untuk mendukung kemaslahatan. Prinsip akuntansi syariah ini diungkapkan dalam pernyataan yang bisa dipertimbangkan dalam melaksanakan praktik akuntansi syariah dalam bentuk standar akuntansi syariah. Standar akun-tansi Islam dalam struktur teori akuntansi syariah Sofyan Sjafrie Harahap selanjutnya mengandung arti bahwa standar yang di-turunkan dari hukum amaliah digabungkan dengan ‘urf manusia menjadi aspek opera-sional terkodifikasi yang berisi pengakuan,

Page 11: PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

116 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 1, April 2018, Hlm 106-123

pengukuran, penyajian, dan pengungkapan peristiwa akuntansi yang bisa memenuhi tanggung jawab manusia terhadap Allah SWT sebagai khalifah atau wakil Allah SWT di bumi seperti tercantum dalam aspek tauhid dari syariah Allah SWT.

Konsep dasar teoritis akuntansi sya-riah yang diusulkan Mulawarman (2009) menyatakan bahwa akuntansi sebagai wu-jud pertanggungjawaban kepada Allah SWT juga membawa implikasi horizontal beru-pa pertanggungjawaban terhadap semua makhluk Allah SWT. Implikasi selanjutnya adalah bahwa entitas yang terbentuk mem-bawa konsep syariah enterprise theory (SET) atau teori entitas akuntansi yang didasar-kan pada makna luas dari perusahaan. Na-mun, syariah dalam arti hukum amaliah juga diakomodasi dalam hal bahwa setiap proses dan distribusi kesejahteraan harus memenuhi kriteria halal, thayyib dan be-bas riba. Ketiga kriteria tersebut diturunkan dari hukum amaliah yang kemudian dija-dikan prinsip akuntansi dan karakter akun-tansi syariah. Karakter laporan keuangan syariah yang menjadi bukti pertanggung-jawaban terhadap Allah SWT dan makhluk akan mengandung sifat keseimbangan as-pek material-spiritual, untuk diri juga ma-syarakat atau egoistis-altruistis, yang berisi informasi angka dan nonangka atau kuan-titatif-kualitatif dan patuh terhadap aturan syariah secara luas termasuk aturan negara tapi juga harus terus diinovasi dalam prin-sip keseimbangan ketundukan-kreativitas. Karakter laporan keuangan ini mengako-modasi ‘urf manusia karena bersifat teknis. Teknologi laporan keuangan syariah mem-beri dampak terhadap munculnya trilogi laporan keuangan yaitu yang pertama un-tuk aspek maisyah atau mata pencaharian hidup, dalam bentuk laporan keuangan arus kas, laporan dihasilkannya rizqi yang baro-kah dalam bentuk laporan nilai tambah dan laporan kondisi maal yaitu harta yang di-miliki dalam bentuk neraca. Teori akuntansi syariah yang berbasis ‘urf sebagaiman yang penulis usulkan mengakomodasi kebutuhan akan hasil akal manusia melalui konsep ‘urf manusia. Ketika akal manusia memberikan pemikiran sesuatu untuk dilakukan manu-sia dalam melakukan muhasabah maal asal bertujuan sesuai dengan maqashid syariah Agama Islam dan nash syar’I dalam Al Qu-ran dan Al Hadits tidak melarangnya maka hukum amaliah-nya diperbolehkan. Dalil yang digunakan untuk menetapkan hukum

amaliah-nya adalah karena muhasabah maal harus dilakukan dan biasa dilakukan oleh manusia agar hidup bisa terus diper-tahankan sesuai syariah Allah SWT yaitu hifdzun nafs sehingga nilai muhasabah maal ini bersifat ‘urf atau kebiasaan yang bersifat lahiriah yaitu kegiatan pelaporan akan men-dorong ketaatan mutlak terhadap Allah SWT dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan ‘urf syaari’ yaitu untuk menjaga kemaslahat-an kehidupan manusia secara pribadi dan dalam hubungannya dengan sesama ma-nusia lain juga kehidupan makhluk lain di sekitarnya. Konsep dasar untuk melakukan muhasabah maal dengan bertujuan untuk menjaga harta bisa diusulkan nantinya prin-sip-prinsip Abu Ja’far ad Dimasyqi (Haniffa & Hudaib, 2010) yaitu pertama tidak boleh mengeluarkan biaya lebih dari yang bisa di-peroleh dari pekerjaannya yang ditujukan untuk terdapat keseimbangan dalam biaya dan pendapatan. Yang kedua harta yang dikeluarkan tidak boleh menyamai nilainya dengan yang bisa diperoleh yang bertujuan agar seslalu disediakan cadangan. Yang ke-tiga dianjurkan untuk tidak terlalu meng-andalkan utang karena utang apabila tidak terbayar akan dibawa ke akhirat dan me-ngurangi nilai amalnya. Yang keempat ada-lah janganlah seseorang mendayagunakan hartanya pada sesuatu yang bisa memper-lambat pengeluarannya sehingga orang lain yang membutuhkan harta tersebut menjadi berkurang. Hal ini ditujukan untuk tidak mendayagunakan harta pada hal yang mem-perlambat perputaran usaha sehingga harus tepat sasaran.

IAI sebagai lembaga yang mewadahi para akuntan sebagaimana dinyatakan da-lam Wiroso (2011) bahwa susunan bangun prinsip akuntansi syariah adalah sebagai Landasan syariah AlQuran AlHadits yai-tu berita-berita tertulis mengenai sunnah Rasulullah SAW. Landasan syariah ini me-rupakan ‘urf syaari’, sedangkan Fatwa Sya-riah diartikan sebagai anjuran syariah yang dikeluarkan oleh para ahli fikih yang ber-kumpul di Dewan Syariah Nasional (DSN). Fatwa ini di dalam teori akuntansi berbasis syariah merupakan bagian dari hukum ama-liah. Landasan konseptual yang diberi nama konsep dasar penyusunan dan pelaporan keuangan (KDPPLK) syariah berisi piramida kerangka berpikir akuntansi keuangan sya-riah yang di puncaknya merupakan suatu tujuan laporan keuangan entitas syariah, kemudian ke bawah meliputi karakteristik

Page 12: PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

Hadi, Pengembangan Teori Akuntansi Syariah di Indonesia 117

kualitatif dan unsur-unsur laporan keuang-an kemudian di bawahnya pengukuran, penyajian, dalam satuan moneter. Landasan operasional atau landasan praktik mempu-nyai 3 tingkat. Tingkat 1 PSAK dan ISAK Syariah dan PSAK dan ISAK umum yang sesuai dengan Syariah. Tingkat 2 SAK inter-nasional/negara lain yang sesuai syariah, bulletin teknis, peraturan pemerintah untuk industri (regulasi), pedoman atau praktik akuntansi industri (kajian asosiasi syariah). Tingkat 3 Praktik, konvensi, dan kebiasaan pelaporan yang sehat sesuai dengan syari-ah, buku teks ajar, simpulan riset, artikel, dan pendapat ahli. Landasan konseptual ini diturunkan dari fatwa. Fatwa selanjutnya menguji kelayakan ‘adat praktik akuntansi yang ada untuk menjadi ‘urf konsep prak-tik akuntansi syariah. Landasan konseptu-al IAI kemudian menjadi aspek konseptual akuntansi syariah berbasis ‘urf yang diam-bil dari ‘urf manusia karena bersifat teknis dan pragmatis.

Teori akuntansi syariah yang dikemu-kakan oleh Sofyan Syafrie Harahap dan IAI memiliki kesamaan bahwa sumber syariah secara eksplisit dimasukkan sebagai bagian dari cara seseorang untuk melakukan prak-tik akuntansi syariah termasuk di dalam nya proses penggalian syariahnya. Akuntansi syariah dalam tahapan aspek hukum ama-liah dimulai dari fatwa dewan syariah nasi-onal kemudian diterjemahkan dalam tujuan syariah dari akuntansi syariah yaitu sebagai alat memelihara kemaslahatan agama dalam bentuk pertanggungjawaban holistik dalam konsep syariah enterprise theory (SET) yang di dalamnya dilibatkan semua unsur stake-holder suatu entitas akuntansi baik secara vertikal yaitu dalam hubungan dengan Al-lah SWT maupun secara horizontal dalam hubungan dengan semua makhluk-Nya untuk mencapai kemaslahatan semua ke-hidupan. Teori akuntansi syariah berbasis ‘urf juga mengakomodasi pemikiran ini de-ngan konsep manusia sebagai salinan alam yang menjadi ruh alam sehingga perilaku manusia akan memberi dampak terhadap alam. Akhlak yang baik tentunya akan mem-bawa kepada kemaslahatan hidup manusia di dunia. Demikian pula sebaliknya, akhlak yang jelek akan membawa keburukan dalam kehidupan manusia. Pengelolaan lembaga tentu saja tidak bisa diseragamkan tetapi diberikan kepada adat-adat manusia yang selalu berubah yang apabila kemudian dija-

dikan syariah memerlukan sumber hukum yaitu konsep ‘urf. Demikian pula dengan zakat sebagai produk utama yang berprinsip syariah tentu saja akan menyebabkan lem-baga pun harus dikelola secara syar’i. Teori akuntansi syariah berbasis ‘urf yang penulis usulkan juga mengakomodasi pemikiran ini melalui ‘urf manusia yang dinaikkan menja-di hukum amaliah.

Harmonisasi praktik akuntansi konvensional menjadi praktik akuntan-si syariah diakomodasi oleh Sofyan Sjaf-rie Harahap dengan penggunaan konsep fenomena-fenomena kebiasaan akuntansi yang diletakkan sebagai bagian dari ayat kauniah. Pemikiran bahwa ayat kauniah adalah ‘urf sejalan dengan kedudukan ma-nusia sebagai nuskhakh dhaahir dari alam. Jadi, menurut isinya teori akuntansi syari-ah dari Harahap (2001) melalui konsep ayat kauniah memperhitungkan penggunaan ‘urf karena konsep ini menyatakan bahwa fenomena sosial bisa menjadi sumber akun-tansi syariah. Sementara itu, fenomena so-sial tersebut agar menjadi hukum amaliah harus dirumuskan sebagai ‘urf.

IAI di dalam struktur prinsip akuntansi syariahnya mencantumkan sumber syariah utama yaitu Al quran dan al Hadits ditam-bah dengan fatwa syariah. Namun, tidak mencantumkan ‘urf ataupun sumber syari-ah yang lain seperti ijma’, qiyas, maslahah mursalah, istihsan. Dalam teori akuntansi syariah berbasis ‘urf, posisi Al Quran dan Al Hadits diletakkan sebagai landasan pertama karena kedua sumber hukum agama Islam ini merupakan ‘urf syaari’. Aspek akidah di dalam bangunan struktur teori akuntan-si dari IAI (Wiroso, 2011) tidak dimasuk-kan karena kemungkinan bahwa landasan akidah sudah diwadahi dengan dicantum-kannya sumber hukum Al Quran, Al Had-its, dan fatwa ulama yang memang menjadi domain kerja para ulama untuk merumus-kannya. Praktik akuntansi syariah sudah diuraikan dengan lengkap meliputi semua praktik yang berlaku, yang sesuai syari-ah, digunakannya praktik tersebut secara luas, dan disepakati baik oleh banyak pihak baik internasional maupun nasional den-gan sumber pemikiran, baik dari praktisi, akademisi, cendekiawan, industri, pemerin-tah dan asosiasi profesi menandakan adan-ya pengakuan diberlakukannya ‘urf dalam struktur teori IAI. ‘Urf dalam istilah ushul fiqih ternyata dipahami secara luas dan rin-

Page 13: PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

118 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 1, April 2018, Hlm 106-123

ci dalam bagian landasan operasio nal. Se-mentara itu, landasan konseptual sebagian bisa menggunakan ‘urf dan sebagian sumber syariah lain.

Aspek konseptual berhubungan den-gan cara berpikir untuk menghasilkan pro-duk akuntansi yaitu laporan keuangan yang dimulai dari tujuan pembuatan laporan keuangan, unsur laporan keuangan, jenis laporan keuangan, sifat laporan keuangan, batasan, prinsip, dan asumsi juga penyaji-annya. Teori akuntansi syariah dari Sofyan Syafri Harahap dalam konsep postulat dan prinsip dasar akuntansi Islam merupakan konsep akuntansi syariah yang juga ter-dapat di dalam KDPPLK Syariah IAI. Semen-tara itu, tujuan laporan keuangan syariah dan prinsip-prinsip akuntansi syariah dari Aji Dedi Mulawarman meskipun makna nya berbeda secara konseptual keberadaan-nya sama dengan yang disebutkan dalam KDPPLK Syariah IAI sehingga struktur teori akuntansi syariah baru perlu memasukkan konsep alternatif yang diusulkan oleh Sofyan Syafri Harahap dan Aji Dedi Mulawarman selain yang sudah ditetapkan saat ini dalam KDPPLK Syariah IAI. Landasan konseptu-al dan operasional dengan demikian men-jadi kondisi kausal akibat diterapkannya ‘urf dalam landasan syariah yang merupa-

kan kontribusi dari teori akuntansi syariah IAI. Konstruksi teori akuntansi syariah de-ngan didasarkan pada empat teori akuntan-si syariah di atas yang diposisikan dengan didasarkan pada syariah akan didaftarkan dalam sebuah struktur sebagaimana tercan-tum di Tabel 1.

Teori akuntansi berbasis ‘urf mengako-modasi aspek konseptual ini dalam bentuk akhlak dan bukan hukum amaliah karena hukum amaliah memiliki unsur hukuman dan ganjaran secara lahir. Sementara itu, sistem ekonomi Indonesia tidak berdasarkan kepada hukum amaliah agama, sehingga as-pek konseptual dimasukkan sebagai akh-lak atau anjuran moral. Aspek akhlak yang mendapatkan porsi yang lebih besar dalam aspek konsep laporan keuangan beserta un-sur-unsur pendukungnya dalam teori akun-tansi syariah juga dipertimbangkan karena untuk mengakomodasi pemahaman bahwa syariah itu luas dan ‘urf manusia yang ber-aneka ragam bisa digunakan untuk memu-nculkan praktik akuntansi syariah baru de-ngan syarat memenuhi aturan akidah Islam, hukum amaliah, dan akhlak yang Islami.

Contoh penerapan teori ini adalah se-perti standar akuntansi yang dianjurkan oleh Abi Ja’far Ad Dimasyqi (Haniffa & Hu-daib, 2010) dalam hal pemeliharaan uang

Aspek Syariah Iwan Triyuwono Sofyan Syafrie Harahap Aji Dedi Mulawarman IAITauhid Tauhid Tauhid dan Mahabbah -Faith, Knowledge dan Action

- - -

Prinsip filosofis: humanis, emansipatoris, transcendental dan teleogikal

- Tujuan akuntansi syariah -

Konsep dasar: instrumental, socio-economic, critical, justice, all-inclusive, rational-intuitive, ethical, holistic welfare

Ayat Qauliyah dan ayat kauniyah

Konsep dasar teoritis akuntansi syariah

Tujuan MuamalatTujuan laporan keuangan syariah

Landasan Konseptual

-Postulat dan prinsip dasar akuntansi Islam

Prinsip-prinsip akuntansi syariah

Meliputi KDPPLKS

- -Karakter laporan keuangan syariah

- Standar akuntansi Islam -Landasan Operasional meliputi tiga tingkatan praktik

Praktik akuntansi syariah

Praktik Akuntansi Syariah Praktik akuntansi syariah Praktik akuntansi syariah

Akidah dan akhlak

Hukum amaliah yang dipahami berlaku dalam

akuntansi

Landasan syariah meliputi Al Quran , Al Hadits, Fatwa DSN

Tabel 1. Analisis Aspek Syariah dalam Bangun Struktur Teori Akuntansi Syariah

Page 14: PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

Hadi, Pengembangan Teori Akuntansi Syariah di Indonesia 119

agar luas dalam penghidupan, berkah di dunia dan bertambah di akhirat adalah bah-wa memperoleh harta harus dari sesuatu yang dikenal artinya pekerjaannya harus nyata dan labanya harus diperoleh secara halal. Dampak anjuran ini adalah lebih ba-nyak penggunaan cash basis dalam akun-tansi syariah. Standar kedua adalah bahwa harta dikelola dengan baik, dan yang keti-ga adalah investasi harus terus dilakukan atas harta tersebut. Pengeluaran harta ha-rus seizin pemiliknya, keluarganya, sauda-ranya atau siapa pun yang di akhirat akan menerima manfaatnya. Kedua standar ini mengharuskan adanya otorisasi dan keab-sahan secara hukum di dunia tapi juga di akhirat kelak ketika orang-orang yang ha-rus menerima nafkah menuntut nafkahnya. Kata apa pun dan siapa pun dalam standar tersebut juga mengenai cara mengelola yang baik bisa diserahkan kepada akhlak manu-sia tetapi yang bersifat ‘urf yaitu memiliki kebaikan dan biasanya dibuktikan dengan tingkat penggunaan yang luas.

Tabel 1 juga memberi gambaran bahwa teori akuntansi syariah dibangun di atas pon-dasi agama Islam, yaitu akidah. Akidah mer-upakan landasan utama yang berhubung an dengan keyakinan untuk mengesakan Al-lah SWT. Landasan ini meliputi keyakinan itu sendiri di dalam hati. Selain itu, akidah disaksikan di dalam hati melalui kesaksian ilmu dan diwujudkan dalam lisan melalui ucapan syahadat (Al Qusyairi, 2011) serta tindakan yang berakhlak syariah.

Teori akuntansi syariah dari Iwan Tri-yuwono dan Sofyan Syafrie Harahap memi-liki landasan akidah dalam konsep tauhid. Teo ri Iwan Triyuwono menjelaskan lebih lanjut konsep tauhid dalam trilogi: faith, knowledge dan action. Aspek knowledge menjabarkan faith dalam kerangka pikir hu-manis, emansipatoris, transcendental, dan teleogikal yang bertujuan menuntaskan tu-gas manusia sebagai khalifatullah fil ardh yang menjadi tujuan akuntansi syariah se-bagaimana dikemukakan oleh Aji Dedi Mu-lawarman yang pada sisi action akan dilaku-kan dengan penuh ketekunan dan kecintaan terhadap pekerjaan akuntansi karena dilan-dasi oleh mahabbah terhadap Allah SWT.

Ayat Qauliyah sebagai konsep dari Sofyan Syafrie Harahap yang merupakan nash Al Quran dan Al Hadits secara nyata menjadi sumber syariah untuk akuntansi syariah dan sekaligus sebagai permulaan dari bagian landasan syariah konstruksi

teo ri akuntansi syariah baru ini. Ayat qa-uliyah yang berisi ayat-ayat Al Quran yang sudah qath’I disandingkan dengan ayat-ayat mutasyabihat dan AL Hadits akan dijadikan sumber syariah untuk praktik akuntansi syariah baru melalui penggalian syariah da-lam bentuk ijma’, qiyas, istihsan, maslahah mursalah, istishhab atau dalam mengkaji fenomena-fenomena akuntansi yang sudah ada untuk kemudian dijadikan sumber sya-riah ‘urf .

Pemunculan akuntansi syariah da-lam landasan hukum amaliah merupakan wujud keimanan dalam pemikiran bahwa akuntansi syariah bersifat instrumental un-tuk memajukan kehidupan sosial ekonomi yang bisa meluruhkan ketidakadilan se-hingga keadilan akan terwujud dengan melalui akuntansi syariah karena penegak-an keadilan ini bisa dilakukan oleh manusia yang dikendalian oleh akal yang dituntun oleh wahyu yaitu Al Quran, An Sunnah, dan sumber syariah lain dalam menjadikan prak-tik akuntansi syariah yang etis, dan mening-katkan kemakmuran bersama seluruh umat manusia yang bisa disatukan dalam konsep dasar teoritis yang salah satunya adalah da-lam bentuk teori syariah enterprise. Teori ini sejalan dengan teori nuskhak dhaahir bahwa manusia sebagai salinan alam menjadi ruh alam sehingga kehidupan di bumi ini sangat bergantung kepada perilaku manusia.

Tujuan muamalat berupa kemaslahat-an masyarakat sebagaimana terdapat di dalam teori Sofyan Syafrie Harahap, Iwan Triyuwono, dan Aji Dedi Mulawarman ha-rus berbentuk kesejahteraan holistik yang suci dan menyeluruh baik di dunia maupun di akhirat. Tujuan kemaslahatan menjadi ujung dari aspek hukum amaliah yang ter-dapat dalam teori akuntansi syariah baru yang sejalan dengan lima maqashid al sya-riah sebagaimana diusulkan oleh Imam Al Syatibi (Abu Zahrah, 1957).

KDPPLK syariah yang terdapat dalam teori akuntansi syariah IAI menjadi landasan konseptual yang menentukan kelayakanan praktik akuntansi baru melalui pertimbang-an hukum amaliah yang sumber hukumnya diambil dari sumber hukum amaliah yang telah ada yaitu Fatwa Dewan Syariah Nasi-onal (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menetapkan hukum berdasarkan ma-qashid syariah. DSN MUI bekerja sama de-ngan asosiasi profesi akuntan atau para ahli di bidang akuntansi bisa menetapkan suatu praktik akuntansi yang baik dan sesuai sya-

Page 15: PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

riah yang telah ada menjadi hukum berprak-tik akuntansi dengan dalil karena praktik tersebut adalah ‘urf manusia. KDPPLK sya-riah yang ditunjang oleh postulat dan prin-sip dasar akuntansi Islam dalam teori Sofyan Syafrie Harahap dan tujuan laporan keuang-an syariah, prinsip-prinsip akuntansi syari-ah, dan karakter laporan keuangan syariah dari Aji Dedi Mulawarman menjadi bagian dari landasan konseptual akuntansi syariah. Standar akuntansi syariah sebagai aturan dasar dalam melakukan praktik akuntansi syariah sebagaimana terdapat dalam teori akuntansi syariah dari Sofyan Syafrie Ha-rahap menjadi suatu landasan operasional bagi beroperasinya praktik akuntansi syari-ah di Indonesia. Standar akuntansi syariah dikembangkan dengan menggunakan sum-ber hukum amaliah.

Analisis unsur-unsur teori akuntansi dari Iwan Triyuwono, Sofyan Sjafrie Hara-hap, Aji Dedi Mulawarman, dan IAI kemudi-an dikonstruksi dengan ‘urf menjadi suatu teori akuntansi syariah dengan memper-hitungkan diri atau meng-hisab diri untuk mendapatkan Rahmat Allah SWT melalui jalan mengikuti ‘urf manusia secara ba-tin berupa keimanan yang terwujud dalam ma’rifah dan akhlak untuk ber taqarrub ke-pada Allah SWT dalam bentuk mahabbah juga ayat-ayat qauliah dan kauniah dan ma-qashid syariah dalam bentuk tujuan mua-malat yang terkodifikasi juga tidak terko-difikasi menjadi ‘urf manusia dalam bentuk landasan syariah, konseptual, operasional dan praktik atau amal untuk menghisab diri

melalui akuntansi syariah. Konstruksi teori akuntansi syariah baru ini ditampilkan di dalam Tabel 2.

Akuntansi syariah berbeda dengan akuntansi konvensional. Akuntansi syariah mengandung unsur syariah dalam akun-tansinya. Syariah dengan demkian menjadi dasar pijakan dalam meletakkan struktur teori akuntansi syariah. Syariah merupakan jalan yang bisa dilihat sebagai seperangkat aturan Allah SWT yang diturunkan dalam bentuk akidah, akhlak,dan hukum amaliah. Ketiga pondasi tersebut merupakan bagian dari agama Islam. Posisi akidah merupakan posisi yang paling tinggi disusul kemudian dengan hukum amaliah dan akhlak. Akan tetapi, hierarki pondasi ini berubah menja-di tiga landasan teori akuntansi syariah ter-tinggi sebagaimana diuraikan di paragraph selanjutnya.

Struktur teori akuntansi syariah yang baru memuat tauhid sebagai pondasi akidahnya kemudian hukum amaliah dan akhlak dengan mengonstruksi teori-teori akuntansi syariah dari Sofyan Syafrie Ha-rahap, Iwan Triuwono, Aji Dedi Mulawarman dan IAI dengan urutan pertama yaitu Al Quran dan As Sunnah yang diusulkan oleh Sofyan Sjafrie Harahap dan IAI karena AL Quran dan As Sunnah adalah syariah Al-lah SWT yang bersifat tetap dan abadi dan terdapat ‘urf syaari’ di dalamnya berupa muhasabah. Urutan kedua yaitu teori yang memasukkan akidah secara eksplisit yaitu struktur teori akuntansi syariah dari Iwan Triyuwono, Aji Dedi Mulawarman, IAI, dan

Konsep Syariah Ayat qauliyah dan Ayat kauniyah (Al Quran dan As Sunnah) ‘Urf Syaari’Tauhid yang memiliki indikator yaitu: Faith, Knowledge, dan Action

Akidah

Fatwa Dewan Syariah Nasional -Tujuan akuntansi syariah merupakan tujuan muamalat dengan isi maqashid syariah

Hukum amaliah

MahabbahPrinsip filosofis: humanis, emansipatoris, transendental, dan teleogikal

Konsep dasar teoritis akuntansi syariah: instrumental, socio-economic, critical, justice, all-inclusive, rational-intuitive, ethical, holistic welfare dan Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) Syariah dan SET juga Trilogi laporan keuangan beraspek maisyah , rizqi dan maal .

Standar akuntansi SyariahPraktik akuntansi syariah ‘Urf manusia

Akhlak

Akhlak

120 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 1, April 2018, Hlm 106-123

Tabel 2. Konstruksi Teori Akuntansi Syariah Baru dengan Landasan ‘Urf

Page 16: PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

Hadi, Pengembangan Teori Akuntansi Syariah di Indonesia 121

Sofyan Syafrie Harahap melalui tauhid. Urut an ketiga yaitu fatwa dewan syariah yang terdapat dalam struktur teori akun-tansi syariah dari IAI dan tujuan muamalat untuk akuntansi syariah yang memperhati-kan maqashid syariah yang terdapat dalam struktur teori Sofyan Sjafrie Harahap se-bagai urutan keempat. Urutan kelima ada-lah aspek akhlak berupa konsep mahabbah yang terdapat dalam struktur teori akuntan-si syariah dari Iwan Triyuwono dan Aji Dedi Mulawarman ditambah dengan prinsip filo-sofis akuntansi syariah dari Iwan Triyuwo-no. Urutan keenam adalah aspek akhlak be-rupa prinsip filosofis akuntansi syariah dari struktur teori akuntansi syariah Iwan Triyu-wono. Urutan ketujuah yaitu aspek akhlak dalam mengakomodasi pembuatan laporan keuangan yang dimulai dari pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan yang dalam hal ini meliputi konsep dasar teoritis akuntansi syariah: instrumental, so-cio-economic, critical, justice, all-inclusive, ra-tional-intuitive, ethical, holistic welfare dari Iwan Triyuwono, Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) Syariah dari IAI, dan SET juga Trilogi lapo-ran keuangan beraspek maisyah, rizqi dan maal dari Aji Dedi Mulawarman. Landasan konseptual akan diterjemahkan dalam lan-dasan operasional berupa standar akuntansi syariah yang dihasilkan dari interaksi pene-litian, PSAK dan PSAKS dan buletin-buletin yang dijadikan ‘urf khusus bidang akuntan-si syariah seperti penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Adnan & Bakar (2009) dalam bidang zakah dan penelitian lainnya. Urutan kedelapan yaitu standar akuntansi syariah yang sebelumnya terdapat dalam struktur teori akuntansi dari IAI. Urutan kesembilan yaitu praktik akuntansi syariah yang juga sangat bersifat teknis dan berbentuk akhlak kebiasaan sehingga praktik akuntansi sya-riah ini secara umum merupakan suatu ‘urf manusia dalam berakuntansi. Penelitian-pe-nelitian yang mengarah pada pemikiran yang sama yaitu seperti penelitian di bidang pen-didikan yang dilakukan oleh Kamayanti, Tri-yuwono, Irianto, & Mulawarman (2012) atau Triyuwono (2012) melalui konsep amanah.

SIMPULANTeori akuntansi syariah merupakan te-

ori akuntansi yang ditujukan untuk mem-pertanggungjawabkan perbuatan manusia dalam bidang pengelolaan harta yang dia-manahkan terhadapnya kepada pihak yang

memberi tanggung jawab dalam cara yang sesuai dan mematuhi syariah Allah SWT. Syariah Allah SWT terdiri atas aturan-atur-an yang meliputi aspek akidah, hukum ama-liah, dan akhlak. Akuntansi syariah dengan demikian harus pula mengandung ketiga unsur tersebut.

Aspek akidah menjadikan akuntansi syariah harus mengandung tauhid kepada Allah SWT. Aspek hukum amaliah menja-dikan akuntansi syariah dilandasi oleh pe-mahaman untuk menjadikan perilaku bera-kuntansi memiliki nilai hak dan kewajiban, sanksi dan pahala yang ditafsirkan dari ‘urf syaari’ di dalam Al Quran dan As Sunnah. Akuntansi syariah dengan demikian harus mendorong perilaku yang bertauhid dan di-jalankan atas dasar hukum amaliah yang diwakili oleh Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) yang berada di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hukum amaliah ini dilak-sanakan untuk mewujudkan maqashid sya-riah. Perilaku seperti ini adalah sesuai syari-ah yaitu aspek akhlak.

Perilaku berakuntansi dengan demiki-an memiliki aspek akhlak. Teori akuntansi syariah memosisikan ‘urf manusia di da-lam batinnya untuk mencapai mahabbah yang didasari oleh hukum amaliah. Akhlak yang akan dihasilkan dari mahabbah yang dilandasi oleh maqashid syariah menjadikan akuntansi syariah memiliki prinsip filosofis humanis, emansipatoris, transendental, dan teleogikal. Laporan keuangan yang dihasil-kan dari akhlak ini adalah laporan keuangan yang bersifat instrumental, socio-economic, critical, justice, all-inclusive, rational-intui-tive, ethical, holistic welfare, dan memiliki konsep dasar penyusunan dan penyajian lapor an keuangan syariah termasuk alter-natif trilogi laporan keuangan berprinsip syariah enterprise theory yang berbentuk laporan keuangan maisyah, rizqi, dan maal. Pembuatan laporan keuangan tersebut ha-rus dilakukan dengan akhlak syariah yang sebelumnya telah diuraikan yang kemudian prinsip-prinsipnya dikodifikasikan dalam sebuah standar akuntansi syariah. Standar akuntansi syariah kemudian menjadi prin-sip dalam perilaku berakuntansi. Perilaku berakuntansi dengan demikian berkembang sesuai dengan pengolahan akal manusia dan ketika menetap dalam jiwa dan diterima oleh watak yang baik maka praktik tersebut dipandang sebagai praktik akuntansi syari-ah secara akhlak untuk kemudian disahkan menjadi hukum amaliah. Akuntansi syari-

Page 17: PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

122 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 1, April 2018, Hlm 106-123

ah dengan demikian adalah akuntansi yang syar’I yang menjaga syariah Allah SWT dan menyebarkan pengaplikasian syariah dalam akuntansi.

DAFTAR RUJUKAN Abdis Salam, I. I. (2011). Kaidah-Kaidah Hu-

kum Islam. Jakarta: Nusamedia.Abu Sinnah, A. F. (1947). Al-Urf Wa-Al-Adah

Fi Ray Al-Fuqaha. Kairo: Penerbit Al Azhar.

Abu Zahrah, M. (1957). Ushul Fiqh. Kairo: Dar Al Fikr Al Arabi.

Adnan, M. A.,& and Bakar, N. B. A. (2009). Accounting Treatment for Corporate Zakat: A Critical Review. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management. 2(1), 32-45. https://doi.org/10.1108/1753839091-0946258

Al Balidi, A. H. R. (2015). Al Fiqh Al IslamiyyahFigh Al Tathbiq. Maroko: Al Andalus.

Al Qusyairi, A. N. (2011). Al Risalah Al Qusyai-riyyah. Jakarta: Dar Al Kutub Al Islami-yah.

Al Saqqaf, A. B. A. Q. (2005). Shifat Allah “Azza Wa Jalla Al Waridat Fil Kitab Was Sunnah”. Riyadh: Durar Al Saniyyah.

Al Zuhayli, W. (1986). Ushul Fiqh Al Islamiy-yah. Damaskus: Dar Al Fikr.

Alberti Alhtaybat, L. V., & AlHtaybat, K. (2010). Qualitative Accounting Research: An Account of Glaser’s Grounded The-ory. Qualitative Research in Accounting & Management, 7(2), 208-226. https://doi.org/10.1108/11766091011050868

Alim, M. N. (2011). Akuntansi Syariah, Esen-si, Konsepsi, Epistemologi dan Metod-ologi. Jurnal Investasi, 7(2), 154-161. http://dx.doi.org/10.21107/infestasi.v7i2.498.g466

Birton, M. N. A. (2016). Maqasid Syariah se-bagai Metode Membangun Tujuan La-poran Keuangan Entitas Syariah. Jur-nal Akuntansi Multiparadigma, 6(3), 421-431. http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2015.12.6034

Bryer, A. R. (2014). Participation in Budgeting:A Critical Anthropological Approach. Accounting, Organizations and Society, 39(7), 511-530. https://doi.org/10.10-16/j.aos.2014.07.001

Hakim, A. (2014). Kearifan Lokal dalam Eko-nomi Islam (Studi atas Aplikasi Al-Urf sebagai Dasar Adopsi). Akademika: Jur-nal Studi Islam, 8(1), 65-81. https://

doi.org/10.30736/akademika.v8i1.119Haniffa, R., & Hudaib, M. (2010). Islamic Fi

nance: From Sacred Intentions to Sec-ular Goals? Journal of Islamic Account-ing and Business Research, 1(2), 85-91. https://doi.org/10.1108/1759081101-1086697

Harahap, S. S. (2001). Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam. Jakarta: Pusta-ka Quantum.

Hauriasi, A., & Davey, H. (2009). Accountingand Culture: The Case of Solomon Is-lands. Pacific Accounting Review, 21(3), 228-259. https://doi.org/10.1108/01-140580911012494

Iswanaji, C., & Wahyudi, M. (2017). Formali-tas Fikih dalam Penerapan Akuntan-si Syariah Aliran Pragmatis. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 8(3), 583-599. http://dx.doi.org/10.18202/ja-mal.2017.12.7075

Kamayanti, A., Triyuwono, I., Irianto, G., & Mulawarman, A. D. (2012). Philosoph-ical Reconstruction of Accounting Ed-ucation: Liberation through Beauty. World Journal of Social Sciences, 2(7), 222-233.

Kamla, R., & Rammal, H. G., (2013). Social Reporting by Islamic Banks: Does Social Justice Matter? Accounting, Auditing & Accountability Journal, 26(6), 911-945. https://doi.org/10.1108/AAAJ-03-2013-1268

Khalaf, A. A.W. (2010). Ilmu Al-Ushul Al-Fiqh. Kairo: Dar Al-Kutub Al-Islamiyyah.

Kusdewanti, A., & Hatimah, H. (2016). Mem-bangun Akuntabilitas Profetik. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 7(2), 223-239. http://dx.doi.org/10.18202/ja-mal.2016.08.7018

Majeed, M. T., & Zainab, A. (2017). How Is-lamic is Islamic Banking in Pakistan? International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Manage-ment, 10(4), 470-483. https://doi.org/10.1108/IMEFM-03-2017-0083

Modell, S., Vinnari, E., & Lukka, K. (2017). On the Virtues and Vices of Combining Theories: The Case of Institutional and Actor-network Theories in Accounting Research. Accounting, Organizations and Society, 60, 62-78. https://doi.org/10.1016/j.aos.2017.06.005

Molisa, P. (2011). A Spiritual Reflection on Emancipation and Accounting. Critical Perspectives on Accounting, 22(5), 453-

Page 18: PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA

Hadi, Pengembangan Teori Akuntansi Syariah di Indonesia 123

48-4. https://doi.org/10.1016/j.cpa.2011.01.004

Mulawarman, A. D. (2009). Akuntansi Sya-riah: Teori, Konsep dan Laporan Keuan-gan. Jakarta: E-Publishing.

Munawwir, A. W., & Fairuz, M. (2007). AL- Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. Su-rabaya: Pustaka Progresif.

Napier, C. (2009). Defining Islamic Account-ing: Current Issues, Past Roots. Account-ing History, 14(1-2), 121-144. https://doi.org/10.1177/1032373208098555

Noer, K. A. (1995). Ibn Arabi Wadat al-Wujud dalam Perdebatan. Jakarta: Pramadi-na.

Nurhayati, S., & Wasilah. (2013). Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Rafay, A., Sadiq, R., & Ajmal, M. (2017). Uni-form Framework for Sukuk Al-Ijarah – A Proposed Model for All Madhahib. Journal of Islamic Accounting and Busi-ness Research, 8(4), 420-454. https://doi.org/10.1108/JIABR-09-2015-0042

Rahmanti, V. N. (2015). Sebuah Kajian Menga-pa Akuntansi Syariah Masih Sulit Tum-buh Subur di Indonesia. Journal of Ac-counting and Investment, 13(2), 161-179.

Rahmanti, V. N. (2017). Mengungkap Kesa-daran Islami atas Riba pada Proses Pembelajaran Akuntansi. Journal of Accounting and Investment, 18(2), 141-152. http://dx.doi.org/10.18196/jai.180278

Rutherford, B. A. (2016). Articulating Account-ing Principles: Classical Accounting

Theory as the Pursuit of “Explanation by Embodiment.” Journal of Applied Accounting Research, 17(2), 118-135. https://doi.org/10.1108/JAAR-01-2014-0017

Shapiro, B. (2009). A Comparative Analysisof Theological and Critical Perspectives on Emancipatory Praxis through Ac-counting. Critical Perspectives on Ac-counting, 20(8), 944-955. https://doi.org/10.1016/j.cpa.2009.05.005

Siregar, S. (2016). Apakah Distribusi Bagi Hasil Cash Basis Adil bagi Deposan Bank Syariah? Jurnal Akuntansi Multi-paradigma, 7(1), 81-90. http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2016.04.7007

Siroj, A. M. (2015). Universalitas dan Lokali-tas Hukum Islam. Al-Ihkam: Jurnal Hu-kum & Pranata Sosial, 10(1), 71-91.

Sonhaji. (2017). Sistem Informasi AkuntansiManajemen Syariah untuk Organisa-si Islam. Jurnal Akuntansi Multipara-digma, 8(1), 47-62. http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2017.04.7039

Sucipo. (2015). ‘Urf sebagai Metode dan Sumber Penemuan Hukum Islam. ASAS: Jurnal Sastra, 7(1), 25-40.

Triyuwono, I. (2012). Akuntansi Syariah: Perspektif, Metodologi, dan Teori (2nd ed.). Jakarta: Rajawali Pers.

Triyuwono, I. (2015). So, What is Sharia Ac-counting? IMANENSI: Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi Islam, 1(1), 42-50.

Wiroso. (2011). Akuntansi Transaksi Syariah.Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.