PENGEMBANGAN SKENARIO PEMBELAJARAN TEKS …digilib.unila.ac.id/61321/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENGEMBANGAN SKENARIO PEMBELAJARAN TEKS …digilib.unila.ac.id/61321/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PENGEMBANGAN SKENARIO PEMBELAJARAN TEKS PERSUASI
MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DI SMP
(Skripsi)
Oleh
Jamilah Hayati
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
Jamilah Hayati
ABSTRAK
PENGEMBANGAN SKENARIO PEMBELAJARAN TEKS PERSUASI
MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DI SMP
Oleh
Jamilah Hayati
Masalah dalam penelitian ini adalah skenario pembelajaran teks persuasi
menggunakan model project based learning. Tujuan penelitian ini ialah
mengembangkan skenario pembelajaran teks persuasi menggunakan model project
based learning di SMP dan kelayakannya sebagai skenario pembelajaran teks
persuasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode R and D atau
research and development yang diadopsi dari teori Sugiyono (2016: 297). Tahapan
dalam penelitian ini, yaitu potensi dan masalah, pengumpulan informasi, desain
Jamilah Hayati
produk, validasi desain, revisi desain, dan desain teruji. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan teknik angket dan wawancara.
Hasil penelitian pengembangan yang dilakukan adalah produk skenario pembelajaran
teks persuasi menggunakan model project based learning di SMP dengan enam
tahapan pembelajaran, yaitu (1) guru menginformasikan kompetensi dan topik; (2)
siswa mengidentifikasi masalah sesuai topik; (3) kelompok membuat encana proyek;
(4) kelompok belajar dapat membuat proyek; (5) presentasi proyek; (6) refleksi
kegiatan belajar. Hasil penilaian kelayakan dari ahli materi dan ahli bahasa
memperoleh kriteria sangat layak. Hasil penilaian dari tujuh indikator kelayakan oleh
ahli materi memperoleh rerata persentase 92,8% dengan kriteria sangat layak. Hasil
penilaian dari sembilan indikator oleh ahli bahasa memperoleh rerata persentase
77,8% dengan kriteria sangat layak digunakan. Berdasarkan hasil penilaian ahli
materi dan ahli bahasa dapat disimpulkan bahwa skenario pembelajaran teks persuasi
menggunakan model project based learning layak digunakan untuk kegiatan belajar
mengajar.
Kata kunci : skenario pembelajaran, project based learning, teks persuasi
PENGEMBANGAN SKENARIO PEMBELAJARAN TEKS PERSUASI
MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DI SMP
Oleh
Jamilah Hayati
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bumi Nabung Ilir, Kecamatan Bumi Nabung,
Lampung Tengah pada 06 Desember 1996, sebagai putri pertama dari
dua bersaudara. Penulis adalah putri dari pasangan Bapak Muhamad
Iksan dan Ibu Rohayati. Penulis mengawali pendidikan di Sekolah
Dasar (SD) Negeri 3 Bumi Nabung Ilir, Kecamatan Bumi Nabung, Lampung tengah
tahun 2003-2009; Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Bandar Surabaya,
Lampung Tengah tahun 2009-2012; Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN 1) Bandar
Lampung tahun 2012-2015.
Tahun 2015, Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur
undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis
melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Muhamadiyah Gisting
pada bulan Juli sampai Agustus 2018 dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
di Desa Gisting Bawah, Kabupaten Tanggamus pada bulan Juli sampai Agustus 2018.
Penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka Universitas Lampung.
Penulis pernah menjadi Anggota Pokja Sarana dan Prasarana (sarpras) pada
kepengurusan periode 2017 dan terpilih menjadi Ketua Puteri Silamaya pada periode
2018. Kemudian pada periode 2019 penulis termasuk ke dalam Dewan Kehormatan
Pandega Racana Raden Intan – Puteri Silamaya.
Moto
“Barang siapa menempuh satu jalan (cara) untuk mendapatkan ilmu, maka Allah pasti
mudahkan baginya jalan menuju surga”
(H.R. Muslim)
“Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, hormatilah guru-gurumu,
serta berlaku baiklah terhadapnorang yang mengajarkanmu”
(H.R. Tabrani)
PERSEMBAHAN
Puji syukur ke hadirat Allah swt., Yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi. Karya ini
penulis persembahkan kepada
Ibu Rohayati tercinta yang telah merestui segala langkah dan perjuangan selama ini.
Terima kasih ibu, tak pernah luput menyebut nama ku untuk meminta yang terbaik
kepada Allah swt., Tuhan semesta alam.
Bapak Muhamad Iksan tercinta yang telah merestui untuk menyelesaikan pendidikan
di perguruan tinggi. Terima kasih bapak, telah mencukupi segala kebutuhan dan
keperluan ku, tak terhitung peluh selama ini demi tercapai cita-cita juga setia
menyebut namaku untuk meminta segala yang terbaik kepada Allah swt., Tuhan
semesta alam.
Adikku Yulia Ananta yang turut mendoakan dan memberikan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini dan menjadi lebih baik
Almamater tecinta Universitas Lampung.
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah swt., atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Penyusunan Skenario
Pembelajaran Teks Persuasi dengan Model Project Based Learning di SMP”.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.,
yang akan memberikan syafaatnya kelak. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis menerima banyak bimbingan,
arahan, dan dukungan dari berbagai pihak dalam proses pembuatan dan penyelesaian
skripsi ini. Sebagai bentuk rasa syukur dan hormat penulis menyampaikan terima
kasih kepada kepada
1. Dr. Farida Ariyani, M.Pd., selaku pembimbing akademik dan pembimbing I
yang telah membantu, membimbing, mengarahkan, dan memotivasi dalam
penulisan skripsi ini;
2. Khoerotun Nisa Liswati, M.Hum., selaku pembimbing II yang telah membantu,
membimbing, mengarahkan, dan memotivasi dalam penulisan skripsi ini;
3. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd., selaku penguji dan sekaligus Ketua
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni yang telah membimbing, memotivasi,
memberi saran, dan menasihati penulis;
4. Dr. Munaris, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang telah membimbing dan membantu penulis selama
menempuh studi di Universitas Lampung;
5. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung;
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, yang telah memberikan ilmu dan motivasi yang sangat bermanfaat
bagi penulis;
7. Drs. Ali Mustofa, M.Pd., selaku validator ahli materi yang telah memberikan
kritik dan saran selama kegiatan penelitian;
8. Rian Andri Prasetya, S.Pd., M.Pd. selaku validator ahli bahasa yang telah
memberikan kritik dan saran selama kegiatan penelitian;
9. Bapak dan Ibu staf administrasi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, yang
telah membantu urusan administrasi penulis selama menempuh pendidikan;
10. Bapak Sutrisno, M.Pd., selaku guru SMP Kartika II Bandar Lampung, yang telah
membantu dalam tahap pengembangan produk skenario pembelajaran;
11. Guru-guruku, yang telah memberikan nasihat dan berbagai ilmu pengetahuan
yang mengantarkanku hingga sampai ke perguruan tinggi ini;
12. Teman-teman, kelas A dan kelas B Program Studi Pendikan Bahasa dan
Indonesia Angkatan 2015 yang menemani, membantu dan memotivasi
pejalananku dari awal kuliah hingga tahap ini. Terima kasih untuk semua
kenangan indah;
13. Keluarga Besar Pramuka Unila, Racana Raden Intan – Puteri Silamaya.
Seluruh Kakak Pembina, kakak purna, Kakak non pengurus, dan adik-adik.
Terkhusus angkatan 34 (Imam, Irpan, Kelana, Suhadak, Aang, Arip, Nanda,
Junardi, Anita YD, Maya, Erin, Maghrani, Ica, Ida, Yessi, Yuli, Lilin, Ika,
Fatma, Atun, Eka. Kakak diklat Kak Hardi dan Kak Fitri) yang memberikan
pengalaman dan cerita manis untuk dikenang sampai hari tua;
14. Teman-teman pengabdian KKN dan PPL, seatap sepenanggungan Pekon
Gisting Bawah (Zulkarnin, Noval, Ica, Yudha, Rini, indah, Susi, Asih, Ika),
terima kasih sudah menjadi keluarga baru diujung masa studiku;
15. Teman-teman Batrasia berdasi Merah Putih (Ica NIati, Astrida Damayanti, Maghrani
Astri K);
16. Keluarga Berencana (Mifta, Pale, Wiwi, Pitri) terima kasih sudah menemani
menyayangi dan mengukir tawa suka, duka;
17. Sahabat Fillah (Astuti Muthoharoh, Fina Rahayu, Binti Munawaroh, Sri Asih) yang
menemani dan memberikan motivasi pada kebaikan;
18. Pak Nur, Ibu Niha, Mbak Dina Maryana, Mas Angga, Dek Nisrina, Dek Wawa,
terima kasih untuk doa dan semangat yang diberikan;
19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga semua keikhlasan, kebaikan, dan bantuan yang diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Allah swt. Semoga Allah swt. selalu memberikan yang terbaik
untuk Bapak/Ibu dan teman-teman semua baik yang namanya tertulis maupun
yang tidak tertulis dalam skripsi ini. Aamiin.
Bandarlampung, Januari 2020
Jamilah Hayati
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iv
SURAT PENYATAAN .............................................................................................. v
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................... vi
MOTO ......................................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN....................................................................................................... viii
SANWACANA ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI............................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvi
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xvii
DAFTAR SKEMA...................................................................................................... xviii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ xix
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian................................................................................ 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran.................................................................................................... 8 2.1.1 Pengertian Pembelajaran ......................................................................... 8
2.1.2 Teori-Teori Pembelajaran....................................................................... 9
2.1.3 Ciri-Ciri Pembelajaran …....................................................................... 12
2.1.4 Unsur-Unsur Pembelajaran..................................................................... 12
2.2 Komponen Belajar Mengajar ........................................................................... 13
2.2.1 Tujuan...................................................................................................... 14
2.2.2 Bahan Pelajaran....................................................................................... 15
2.2.3 Kegiatan Belajar Mengajar...................................................................... 16
2.2.4 Metode..................................................................................................... 17
2.2.5 Evaluasi................................................................................................... 18
2.3 Skenario Pembelajaran………….................................................................... 19
2.3.1 Pelaksanaan Pembelajaran....................................................................... 19
2.3.2 Capaian Pembelajaran.............................................................................. 22
2.4 Model Pembelajaran......................................................................................... 24
2.4.1 Pengertian Model Pembelajaran.............................................................. 24
2.4.2 Ciri-Ciri Model Pembelajaran.................................................................. 24
2.4.3 Model-Model Pembelajaran.................................................................... 25
2.5 Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.................................................. 31
2.5.1 Pengertian Teks........................................................................................ 32
2.5.2 Jenis-Jenis Teks........................................................................................ 33
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian................................................................................................. 52 3.2 Prosedur Penelitian........................................................................................... 52
3.2.1 Potensi dan Masalah................................................................................. 53
3.2.2 Studi Literatur........................................................................................... 54
3.2.3 Pengumpulan Informasi............................................................................ 54
3.2.4 Desain Produk........................................................................................... 54
3.2.5 Validasi Desain......................................................................................... 54
3.2.6 Desain Teruji............................................................................................. 54
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................................ 55
3.3.1 Lokasi Penelitian....................................................................................... 55
3.3.2 Waktu Penelitian....................................................................................... 55
3.4 Evaluator (uji ahli) dan Objek Penelitian.......................................................... 55
3.4.1 Evaluator Uji Ahli..................................................................................... 55
3.4.2 Objek Penelitian........................................................................................ 56
3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................................ 56
3.5.1 Angket....................................................................................................... 56
3.5.2 Wawancara................................................................................................ 56
3.6 Teknik Analisis Data......................................................................................... 56
3.6.1 Analisis Lembar Penilaian Para Ahli........................................................ 57
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Validasi Desain Skenario Pembelajaran.................................................. 65
4.1.1 Hasil Validasi Ahli Materi....................................................................... 65
4.1.2 Hasil Validasi Validasi Ahli Bahasa........................................................ 68
4.2 Pembahasan Skenario yang Dikembangkan..................................................... 70
4.2.1 Skenario Pembelajaran Bagian Pendahuluan........................................... 70
4.2.2 Skenario Pembelajaran Bagian Inti.......................................................... 84
4.2.3 Skenario Pembelajaran Bagian Penutup.................................................. 93
4.3 Kelebihan Skenario yang Dikembangkan........................................................ 97
4.4 Kekurangan Skenario yang Dikembangkan..................................................... 97
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan.......................................................................................................... 98 5.2 Saran…............................................................................................................ 101 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 102 LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Instrumen Pembahasan Data Karakteristik Pengembangan Skenario
Pembelajaran Teks Persuasi dengan Model Project Based Learning di
SMP……………………………………………………………………………. 106
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran…………………………………………… 149
Produk Pengembangan Skenario Pembelajaran…………...…………………... 171
Surat Permohonan Validator Ahli Materi……………………………………... 20
Angket Validasi Ahli Materi …………………………………………………. 207
Analisis Data Hasil Validasi Ahli Materi…………………………………….. 210
Surat Permohonan Validator Ahli Bahasa……………………………………. 211
Angket Validasi Ahli Bahasa…………………………………………………. 215
Analisis Data Hasil Validasi Ahli Bahasa……………………………………. 218
DAFTAR TABEL
halaman
1. Tabel 3.1 Kriteria Kelayakan Ahli Bahasa…………………………57
2. Tabel 3.2 Kriteria Kelayakan Ahli Materi………………………….60
3. Tabel 4.1 Hasil Validasi Ahli Materi……………………………….66
4. Tabel 4.2 Hasil Validasi Ahli Bahasa ………………………………68
DAFTAR SKEMA
halaman
1. Skema pembelajaran project based learning………………………...31
2. Prosedur penelitian dan pengembangan…………………………….53
3. Grafik Skala Likeart………………………………………………...63
DAFTAR SINGKATAN
Tuturan Guru
1. Pd-Or1.TG : Pendahuluan, orientasi aspek satu tuturan guru
2. Pd-Or2.TG : Pendahuluan, orientasi aspek dua tuturan guru
3. Pd-Or2.TGS : Pendahuluan, orientasi aspek dua tuturan guru dan siswa
4. Pd-Or3.TG : Pendahuluan, orientasi aspek tiga tuturan guru
5. Pd-Or4.TG : Pendahuluan, orientasi aspek empat tuturan guru
6. Pd-Ap1.TG : Pendahuluan, apersepsi aspek satu tuturan guru
7. Pd-Ap2.TG : Pendahuluan, apersepsi aspek dua tuturan guru
8. Pd-Ap3.TG : Pendahuluan, apersepsi aspek tiga tuturan guru
9. Pd-Mt1.TG : Pendahuluan, motivasi aspek satu tuturan guru
10. Pd-Mt2.TG : Pendahuluan, motivasi aspek satu tuturan guru
11. Pd-Pc1.TG : Pendahuluan, pemberian acuan aspek satu tuturan guru
12. Pd-Pc2.TG : Pendahuluan, pemberian acuan aspek dua tuturan guru
13. Pd-Pc3.TG : Pendahuluan, pemberian acuan aspek tiga tuturan guru
14. Pd-Pc4.TG : Pendahuluan, pemberian acuan aspek empat tuturan guru
15. Pd-Pc5.TG : Pendahuluan, pemberian acuan aspek lima tuturan guru
16. I-PjBL1.TG : Inti, Project Based Learning tahap satu tuturan guru
17. I-PjBL2.TG : Inti, Project Based Learning tahap dua tuturan guru
18. I-PjBL3.TG : Inti, Project Based Learning tahap tiga tuturan guru
19. I-PjBL4.TG : Inti, Project Based Learning tahap empat tuturan guru
20. I-PjBL5.TG : Inti, Project Based Learning tahap lima tuturan guru
21. I-PjBL6.TG : Inti, Project Based Learning tahap enam tuturan guru
22. IPS-mengt.TG : Inti, pendekatan scientific mengamati tuturan guru
23. IPS-meny.TG : Inti, pendekatan scientific menanya tuturan guru
24. IPS-mnlr.TG : Inti, pendekatan scientific menalar tuturan guru
25. IPS-mcb.TG : Inti, pendekatan scientific mencoba tuturan guru
26. IPS-kom.TG : Inti, pendekatan scientific mengomunikasikan tuturan guru
27. Pnt1.TG : Penutup, aspek satu tuturan guru
28. Pnt2.TG : Penutup, aspek dua tuturan guru
29. Pnt3.TG : Penutup, aspek tiga tuturan guru
30. Pnt4.TG : Penutup, aspek empat tuturan guru
31. Pnt5.TGS : Penutup, aspek lima tuturan guru dan siswa
32. Pnt6.TG : Penutup, aspek enam tuturan guru
Tuturan siswa
1. Pd-Or1.TS : Pendahuluan, orientasi aspek satu tuturan siswa
2. Pd-Or2.TS : Pendahuluan, orientasi aspek dua tuturan siswa
3. Pd-Or3.TS : Pendahuluan, orientasi aspek tiga tuturan siswa
4. Pd-Or4.TS : Pendahuluan, orientasi aspek empat tuturan siswa
5. Pd-Ap1.TS : Pendahuluan, apersepsi aspek satu tuturan siswa
6. Pd-Ap2.TS : Pendahuluan, orientasi aspek dua tuturan siswa
7. Pd-Mt1.TS : Pendahuluan, motivasi aspek satu tuturan siswa
8. Pd-Mt2.TS : Pendahuluan, motivasi aspek dua tuturan siswa
9. Pd-Pc4.TS : Pendahuluan, pemberian acuan aspek empat tuturan siswa
10. Pd-Pc5.TS : Pendahuluan, pemberian acuan aspek lima tuturan siswa
11. I-PjBL3.TS : Inti, Project Based Learning tahap tiga tuturan siswa
12. I-PjBL4.TS : Inti, Project Based Learning tahap empat tuturan siswa
13. I-PjBL5.TS : Inti, Project Based Learning tahap lima tuturan siswa
14. IPS-mengt.S : Inti, pendekatan scientific mengamati tuturan siswa
15. IPS-meny.S : Inti, pendekatan scientific menanya tuturan siswa
16. Pnt1.TS : Penutup, aspek satu tuturan siswa
17. Pnt2.TS : Penutup, aspek dua tuturan siswa
18. Pnt3.TS : Penutup, aspek tiga tuturan siswa
19. Pnt5.TS : Penutup, aspek lima tuturan siswa
20. Pnt6.TS : Penutup, aspek enam tuturan siswa
Keterangan :
G1 : Tuturan guru pertama S1 : Tuturan siswa pertama
G2 : Tuturan guru kedua S2 : Tuturan siswa kedua
G3 : Tuturan guru ketiga S3: Tuturan siswa ketiga
G4 : Tuturan guru keempat S4 : Tuturan siswa keempat
G5: Tuturan guru kelima S5 : Tuturan siswa kelima
xvii
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran merupakan kebutuhan makhluk sepanjang hayat yang harus dipenuhi.
Pengajaran merupakan upaya untuk membelajarkan dan membuat siswa mengetahui
serta memahami sebuah pengetahuan. Pendidikan mengajarkan siswa tentang
pengetahuan dan bekal hidup untuk menjalankan hidup sehari-hari di masyarakat
yang dibimbing oleh seorang guru (Ihsan, 2011: 20). Proses pembelajaran yang baik
tersusun dalam rangkaian kegiatan yang sistematis, tumbuh dari pendekatan yang
digunakan sebagai landasan dan bersifat prosedural. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan No. 65 Tahun 2013 tentang standar proses menyatakan bahwa
proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
Metode yang dianjurkan dalam standar proses adalah memperkuat penggunaaan
metode ilmiah/saintifik, pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian.
Pembelajaran scientific mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah
kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologi) yang berbeda.
2
Pendekatan saintifik (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, dan
mengkomunikasikan (Setiawan, Dika:2013).
Pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 berorintesikan pada
pembelajaran berbasis teks dapat dilihat dalam rumusan kompetensi dasar substansi
Bahasa Indonesia dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Hanya saja,
terdapat perbedaan jenis teks yang diajarkan, yakni pada pendidikan dasar sampai
pendidikan menengah adalah teks langsung (kontinu) atau genre mikro, sedangkan
jenis teks yang diajarakan pada perguruan tinggu adalah jenis teks tidak langsung
(diskontinu) atau teks-teks genre makro (Mahsun, 2014:94).
Pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat SMP kelas VIII Kurikulum 2013 revisi
2017 menggunakan delapan jenis teks, yaitu (1) teks berita, (2) teks iklan, (3) teks
eksposisi, (4) teks puisi, (5) teks eksplanasi, (6) teks ulasan, (7) teks persuasi, dan (8)
teks drama. Dari delapan teks tersebut, peneliti memilih teks persuasi untuk dikaji
pada penelitian ini. Teks persuasi merupakan sebuah teks yang bertujuan untuk
membujuk dan membuat pembaca atau lawan bicara percaya dengan hal-hal yang
dikomunikasikan. Peneliti memilih teks persusi sebagai acuan penelitian karena teks
persusi merupakan pembelajaran yang menarik dan dekat dengan kehidupan peserta
didik kelas VIII semester genap di Kurikulum 2013 revisi 2017. Materi teks persuasi
tercantum pada Kompetensi Dasar 3.14 menelaah struktur dan kebahasaan teks
persuasi yang berupa saran, ajakan, dan pertimbangan tentang berbagai permasalahan
3
aktual (lingkungan hidup, kondisi sosial, dan/atau keragaman budaya, dll) dari
berbagai sumber yang didengar dan dibaca dan 4.14 menyajikan teks persuasi (saran,
ajakan, arahan, dan pertimbangan) secara tulis dan lisan dengan memperhatikan
struktur, kebahasaan, atau aspek lisan.
Pembelajaran teks persuasi akan berjalan efektif dan efesien jika seorang guru sudah
mempersiapkan pembelajaran dengan baik. Persiapan seorang guru dalam mengajar
dapat dilihat dari skenario yang dibuat oleh guru. Pemilihan, penetapan, dan
pengembangan metode pembelajaran didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada.
Dengan demikian, sebuah skenario pembelajaran memiliki peran yang penting dalam
proses pembelajaran. Skenario berfungsi sebagai acuan belajar yang digunakan guru
dalam proses pembelajaran agar mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif serta mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Namun dalam
pelaksanaan pembelajaran proses pembelajaran belum dilaksanakan dengan
menggunakan model pembelajaran bervariasi. Peneliti merasa penting untuk
mengembangkan skenario pembelajaran agar memberikan variasi model
pembelajaran yang dapat dipakai guru dalam proses pengajaran siswa.
Peneliti mengembangkan sebuah skenario pembelajaran dengan model project based
learning. Skenario pembelajaran dengan model project based learning merupakan
sebuah model pembelajaran berbasis proyek yang diharapkan dapat melatih
kemandirian dan kreativitas siswa serta mengatasi kesulitan siswa dalam memahami
materi teks persuasi. Kesulitan siswa dalam memahami materi di pengaruhi oleh
4
beberapa faktor, yaitu (1) pembelajaran dikelas terpusat pada guru; (2) pengajaran
yang monoton mempengaruhi motivasi belajar siswa; (3) kreativitas siswa kurang
berkembang dalam menyelesaikan tugas. Berpijak dari faktor-faktor tersebut peneliti
berasumsi skenario pembelajaran dengan model project based learning mampu
memecahkan masalah pembelajaran tersebut.
Berikut penelitian yang berkaitan dengan pengembangan skenario pembelajaran.
Robbani Universitas Lampung (2015) dengan judul “Kemampuan Menulis Persuasi
Siswa Kelas X MA Al Fatah Natar Tahun Pelajaran 2013/2014” teknik pengumpulan
data yang digunakan ialah tes tertulis. Penelitian ini mengkaji tentang menulis
karangan persuasi siswa kelas X MA, hasil dari penelitian tersebut menemukan
bahwa:
“jumlah skor rata-rata keseluruhan hasil tes kemampuan menulis siswa kelas
X MA Al Fatah Natar tahun ajaran 2013/2014 adalah 68,4 tergolong cukup
karena berada pada interval 55-69. Skor rata-rata kemampuan siswa menulis
karangan persuasi untuk tiap-tiap aspek (1) aspek kesatuan gagasan (kohesi)
70,9 tergolong baik (2) aspek kepaduan gagasan (koherensi) 69,1 tergolong
cukup, (3) aspek efektivitas kalimat 65,2 tergolong cukup, (4) aspek
pemilihan kata (diksi) 65,4 tergolong cukup, (5) aspek penggunaan ejaan 69,5
tergolong cukup” (Robbani, 2015)
Hidayati Universitas Negeri Malang (2013) dengan judul “Pengembangan Skenario
Problem Based Learning (PBL) dalam Mata Pelajaran Ekonomi SMA” metode
penelitian yang digunakan ialah Design Based Research. Peneliti mengembangkan
skenario pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning. Hasil dari
pengembangan skenario dengan pendekatan Problem Based Learning menemukan
bahwa:
5
“keterlaksanaan pembelajaran oleh guru, dilihat dari empat indikator, yaitu (1)
Penggunaan metode, (2) ketepatan materi, (3) penguasaan materi, dan (4)
penilaian serta refleksi, sudah tercapai semua atau 100% dari deskriptor yang
ada sudah terpenuhi. Penelitian dan pengembangan telah mencapai tujuan,
yaitu menghasilkan produk skenario pembelajaran berupa (1) panduan
kegiatan pembelajaran untuk fasilitator siswa; (2) bahan ajar untuk siswa.
Skenario telah berhasil diujicobakan kepada siswa SMA Laboratorium UM
Malang” (Hidayati, 2013)
Hasil penelitian pertama mengamati tentang kemampuan menulis siswa. Hasil
penelitian kedua skenario pembelajaran dengan problem based learning telah berhasil
diujicobakan untuk mata pelajaran ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu
peneliti merasa penting untuk mengembangkan skenario pembelajaran pada teks
persuasi dengan model project based learning di SMP untuk mengetahui seberapa
pentingnya skenario dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian yang telah
dipaparkan, maka penulis mengangkat judul penelitian yang dituangkan dalam bentuk
karya tulis yang berjudul “Skenario Pembelajaran Teks Persuasi Menggunakan
Model Project Based Learning di SMP”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimanakah skenario pembelajaran dengan model project based learning
dalam pembelajaran teks persuasi?
2. Bagaimanakah kelayakan skenario pembelajaran dengan model project based
learning dalam pembelajaran teks persuasi?
6
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini ialah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan skenario pembelajaran dengan model project based learning
dalam pembelajaran teks persuasi.
2. Mendeskripsikan kelayakan skenario pembelajaran dengan model project based
learning dalam pembelajaran teks persuasi.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap
perkembangan ilmu pembelajaran bahasa dalam kajian keefektifan skenario dalam
pembelajaran berbasis teks, terkhusus pembelajaran teks persuasi.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis bagi guru bidang studi bahasa Indonesia untuk mengetahui skenario
yang tepat digunakan dalam pembelajaran teks persuasi di SMP.
7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini, yaitu
1. skenario pembelajaran dengan model project based learning pada kompetensi
dasar 3.14 menelaah struktur dan kebahasaan teks persuasi yang berupa saran,
ajakan, dan pertimbangan tentang berbagai permasalahan aktual (lingkungan
hidup, kondisi sosial, dan/atau keragaman budaya, dll) dari berbagai sumber yang
didengar dan dibaca dan 4.14 Menyajikan teks persuasi (saran, ajakan, arahan, dan
pertimbangan) secara tulis dan lisan dengan memperhatikan struktur, kebahasaan,
atau aspek lisan;
2. kelayakan skenario pembelajaran dengan model project based learning dari segi
materi/isi dan segi bahasa.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran
Pembelajaran merupakan kebutuhan makhluk sepanjang hayat yang harus dipenuhi.
Pengajaran merupakan upaya untuk membelajarkan dan membuat siswa mengetahui
serta memahami sebuah pengetahuan. Pendidikan mengajarkan siswa tentang
pengetahuan dan bekal hidup untuk menjalankan hidup sehari-hari di masyarakat
yang dibimbing oleh seorang guru (Ihsan, 2011:20). Berikut penjelasan mengenai
pembelajaran.
2.1.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa,
guru, dan tenaga lainnya. Material meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur,
fotografi, salindia dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri
atas ruang kelas, perlengkapan audio visual, juga computer. Prosedur meliputi jadwal
dan metode penyampaian informasi, praktik belajar, ujian dan sebagainya (Hamalik,
2009: 57).
9
2.1.2 Teori-Teori Pembelajaran
Teori-teori pembelajaran menurut Hamalik (2009:59) ialah sebagai berikut
2.1.2.1 Pembelajaran merupakan Persiapan di Masa Depan
Masa depan kehidupan anak ditentukan oleh orang tua. Mereka yang dianggap paling
mengetahui apa dan bagaimana kehidupan itu. Orang tua berkewajiban menentukan
akan dijadikan apa peserta didik. Sekolah berfungsi mempersiapkan mereka agar
mampu hidup dalam masyarakat yang akan dating.
2.1.2.2 Pembelajaran merupakan Suatu Proses Penyampaian Pengetahuan
Penyampaian pengetahuan dilaksanakan dengan menggunakan metode imposisi,
dengan cara menuangkan pengetahuan kepada herbart berdasarkan asas asosiasi dan
reproduksi atas tanggapan/kesan. Cara penyampaian pengetahuan tersebut
berdasarkan ajaran dalam psikologi asosiasi.
2.1.2.3 Tinjauan Utama Pembelajaran adalah Penguasaan Pengetahuan
Pengetahuan sangat penting bagi manusia. Barangsiapa menguasai pengetahuan,
maka dia dapat berkuasa : “Knowledgs is power”. Pengetahuan bersumber dari
perangkat mata ajaran yang disampaikan disekolah. Para pakar yang mendukung teori
ini berpendapat, bahwa mata ajaran berasal dari pengalaman-pengalaman orang tua,
masa lampau yang berlangsung sepanjang kehidupan manusia.
2.1.2.4 Guru Dipandang sebagai Orang yang Sangat Berkuasa
Peran guru sangat dominan dalam menentukan segala hal yang dianggap tepat untuk
disajikan kepada para siswanya. Guru dipandang sebagai orang yang serba
10
mengetahui, pandai. Dia mempersiapkan tugas-tugas memberikan latihan-latihan dan
menetukan peraturan dan kemajuan tiap siswa.
2.1.2.5 Siswa Dianggap sebagai Tong Kosong, Belum Mengetahui Apa-Apa.
Siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh gurunya. Siswa bersikap sebagai
pendengar, pengikut, pelaksana tugas. Kebutuhan, minat, tujuan, abilitas dan lain-lain
yang dimliki oleh siswa diabaikan dan tidak mendapat perhatian guru.
2.1.2.6 Pendidikan Bertujuan Mengembangkan atau Mengubah Tingkah Laku Siswa
Pribadi adalah suatu sistem yang bersifat unik, terintegrasi dan terorganisasi yang
meliputi semua jenis tingkah laku individu. Pada hakikatnya pribadi tidak lain
daripada tingkah laku itu sendiri. Kepribadian mempunyai ciri-ciri; (1) berkembang
secara berkelanjutan sepanjang hidup manusia, (2) pola organisasi kepribadan
berbeda untuk setiap orang dan bersifat unik, (3) kepribadian bersifat dinamis, terus
berubah melaui cara-cara tertentu. Tingkah laku manusia memiliki dua aspek, yakni :
aspek objektif yang bersifat struktural, aspek subjektif, yang bersifat fungusional.
2.1.2.7 Kegiatan Pembelajaran Berupa Perorganisasian Lingkungan
Perkembangan tingkah laku seseorang adalah berkat pengaruh dari lingkungan.
Lingkungan dengan pengertian secara luas, yang terdiri atas lingkungan alam dan
lingkungan sosial. Lingkungan sosial sering lebih berpengaruh terhadap tingkah laku
seseorang. Melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya, maka siswa
memperoleh pengalman, yang pada gilirannya berpengaruh terhadap perkembangan
tingkah lakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa pendidikan adalah suatu
11
proses sosialisasi anak didik yang disiapkan sesuai dengan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat sekitarnya.
Sekolah berfungsi menyediakan lingkungan yang dibutuhkan begi perkembangan
tingkah laku siswa, antara lain menyiapkan program belajar, bahan pelajaran, metode
mengajar, alat mengajar dan lain-lain. Selain dari itu, pribadi guru sendiri,suasana
kelas, kelompok siswa, lingkungan di luar sekolah, semua menjadi lingkungan belajar
yang bermakna bagi perkembangan siswa.
2.1.2.8 Peserta Didik sebagai Suatu Organisme yang Hidup
Peserta didik memiliki berbagai potensi yang siap untuk berkembang, misalnya:
kebutuhan, minat, tujuan, abilitas, intelegensi, emosi dan lain-lain. Tiap individu
peserta didik mampu berkembang menurut pola dan caranya sendiri. Mereka dapat
melakukan berbagai aktivitas atas mngedakan interaksi dengan lingkungannya.
Aktivitas belajar sesungguhnya bersumber dari dalam diri peserta didik. Guru
berkewajiban menyediakan lingkungan yang serasi agar aktivitas itu menuju kearah
tujuan yang diinginkan dalam hal ini guru bertindak sebagai organisator belajar bagi
siswa yang potensial itu, sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara optimal.
12
2.1.3 Ciri-Ciri Pembelajaran
Menurut Hamalik (2009:66) ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem
pembelajaran sebagai berikut.
2.1.3.1 Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan
unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
2.1.3.2 Kesaling ketergantungan (interdependence), antara unsur-unsur sistem
pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan
masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
2.1.3.3 Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem
yang alami (natural). Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar.
2.1.4 Unsur-Unsur Pembelajaran
Unsur-unsur yang harus ada dalam sistem pembelajaran adalah seorang siswa/peserta
didik, suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini,
guru (pengajar) tidak termasuk sebagai unsur sistem pembelajaran, fungsinya dapat
digantikan atau dialihkan kepada media sebagai pengganti, seperti : buku, slide, teks
yang diprogram, dan sebagainya. Namun seorang kepada sekolah dapat menjadi salah
satu unsur sistem pembelajaran, karena berkaitan dengan prosedur perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran.
13
2.1.4.1 Unsur Dinamis Pembelajarn pada Diri Guru
2.1.4.1.1 Motivasi Pembelajaram Siswa
Guru harus memiliki motivasi untuk membelajarkan siswa. Motivasi itu sebaiknya
timbul dari kesadaran yang tinggi untuk mendidik peserta didik menjadi warga negara
yang baik. Jadi, guru memiliki hasrat untuk menyiapkan siswa menjadi pribadi yang
memiliki pengetahun dan kemampuan tertentu. Namun, diakui bahwa motivasi
membelajarkan itu sering timbul karena insentif yang diberikan, sehingga guru
melaksanakan tugasnya sebaik mungkin. Kedua jenis motivasi itu diperlukan untuk
membelajarkan siswa.
2.1.4.1.2 Kondisi Guru Siap Membelajarkan Siswa
Guru perlu memiliki kemampuan proses pembelajaran, disamping kemampuan
kepribadian dan kemampuan kemasyarakatan. Kemampuan dalam proses
pembelajaran sering disebut kemampuan professional. Guru perlu berupaya
meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut agar senantiasa berada dalam
kondisi siap untuk membelajarkan siswa.
2.2 Komponen-Komponen Belajar Mengajar
Sistm kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi
tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat, dan sumber, serta
evaluasi (Djamarah, 2010: 41).
14
2.2.1 Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan.
Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan karena hal itu merupakan
suatu hal yang tidak memiliki kepastian dlaam menentukan kea rah mana kegiatan itu
akan dibawa. Tujuan sebagai unsur penting untuk suatu kegiatan, maka dalam
kegiatan apapun tujuan tidak bisa diabaika. Demikian juga halnya dalam kegiatan
belajar mengajar. Tujuan dalam kegiatan belajar mengajar adalah suatu cita-cita yang
dicapai dalam kegiatannya. Kegiatan belajar mengajar tidak bisa dibawa dengan
sesuka hati, kecuali untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan mempunyai jenjang dari yang luas dan umum sampai kepada yang
sempit/khusus. Semua tujuan itu berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya,
dan tujuan dibawahnya menunjang tujuan di atasnya. Bila tujuan terendah tidak
tercapai, maka tujuan diatasnya juga tidak tercapai, sebagai rumusan tujuan terendah
biasanya menjadikan tujuan diatasnya sebagai pedoman. Ini berarti bahwa dalam
merumuskan tujuan harus benar-benar memperhatikan kesinambungan setiap jenjang
tujuan dlam pendidikan dan pengajaran.
Tujuan adalah komponen yang dapat mempengaruhi komponen lainnya seperti bahan
pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan evaluasi.
Semua komponen itu harus bersesuaian dan didayagunakan untuk mencapai tujuan
seefektif dan seefesien mungkin. Bila salah satu komponen tidak sesuai dengan
tujuan, maka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tidak dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Ny. Dr. Roestiyah dalam Djamarah (2010:42) mengatakan
15
bahwa sutau tujuan pengajara adalah deskripsi tentang penampilan perilaku
(performance) murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan
pelajaran yang kita ajarkan. Suatu tujuan pengajaran mengatakan suatu hasil yang
kita harapkan dari pengajaran itu dan bukan sekedar suatu proses dari pengajaran itu
sendiri.
2.2.2 Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar
mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena
itu, guru yang akan mengajarkan pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang
akan disampaikannya pada didik. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan
pelajaran ni, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok dan bahan pelajaran
pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang
studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin keilmuannya).
Bahan pelajaran pelengkap atau penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat
membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang
penyampaian bahan pelajaran pokok. Bahan penunjang ini biasanya bahan yang
terlepas dari disiplin keilmuan guru, tetapi dapat digunakan sebagai penujang dalam
penyampaian bahanpelajaran pokok. Pemakaian bahan pelajaran penunjang ini harus
disesuaikan dengan bahan pelajaran pokok yang dipegang agar dapat memberiakn
motivasi kepada sebagaian besar atau semua anak didik.
16
Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai
sumber balajar (pengajaran) ini adalah suatu yang membawa pesan untuk tujuan
pengajaran. Biasanya aktivitas anak didik berkurang bila bahan yang guru berikan
tidak atau kuran menarik perhatiannya., disebabkan cara mengajar yang mengabaikan
prinsip-prinsip mengajar, seperti apersepsi dan korelasi. Guru merasa pintar dengan
menggunakan bahas yang tidak sesuai dengan perkembangan Bahasa dan jiwa anak
didik. Siswa akan lebih banyak mengalami kegagalan dalam memahami bahan
pelajaran. Oleh karena itu penyampaian bahan dilaksanakan sesuai dengan
perkembangan Bahasa anak didik daripada menuruti kehendak pribadi. Ini perlu
mendapat perhatian yang serius, agar anak didik tidak dirugikan oleh sikap dan
tindkan guru yang keliru. Dengan demikian bahan pelajaran merupakan komponen
yang tidak bisa diabaikan dalam pengajaran, sebab bahan adalah inti dalam proses
belajar mengajar yang akan disampaikan kepada anak didik.
2.2.3 Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu
yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Kegiatan
belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pembelajaran, kegiatan belajar
akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Kegiatan
belajar mengajar menjadikan guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi
dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya, dalam interaksi itu guru mendidik siswa
menjadi lebih aktif.
17
Guru berperan sebagai motivator dan fasilitator. Inilah sistem pengajaran yang
dikehendaki dalam pengajaran denagan pendekatan CBSA (cara belajar siswa aktif)
dalam pendidikan modern. Kegiatan belajar dengan pendekatan CBSA menghendaki
aktivitas anak didik secara optimal. Keaktifan anak didik menyangkut kegiatan fisik
dan mental. Aktivitas anak didik bukan hanya secara individual, tetapi juga dalam
kelompok sosial. Aktivitas anak didik dalam kelompok sosial akan membuah kan
interaksi dalam kelompok. Interaksi dikatakan maksimal bila interaksi itu terjadi
antara guru dengan semua anak didik, antara anak dengan guru, dan antara anak didik
dengan anak didik dalam rangka bersama-sama mencapai tujuan yang ditetapkan
bersama.
Guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual anak didik dalam kegiatan
belajar mengajar, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Kerangka
berpikir demkian dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan
kepada sitiap anak didiksecara individual. Pemahaman terhadap ketiga aspek tersebut
akan merapatkan hubungan guru dengan anak didik. Dengan demikian kegiatan
belajar mengajar yang bagaimanapun juga ditentukan dari baik atau tidaknya program
pengajaran yang telah dilakukan dan akan berpengaruh terhadap tujuan yang akan
dicapai.
2.2.4 Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapakn. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh giru dan
penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran
18
berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak
menguasai satupun metode mengajar yang dirumuskan oleh para ahli psikologi dan
pendidikan. Dalam kegiatan belajar menagajar guru tidak harus terpaku dengan
menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang
bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian
anak didik. Penggunaan metode yang bervariasi tidak akan menguntungkan kegiatan
belajar mengajar bila penggunaannya tidak tepat dan sesuai dengan situasi yang
mendukungnya. Oleh karena itu, kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan
metode yang tepat. Lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar
sebagai berikut.
a. tujuan yang berbagai jenis dan fungsi;
b. anak didik yang berbeda tingkat kematangannya;
c. situasi yang berbeda;
d. fasilitas yang berbeda kualitas dan kuantitasnya;
e. pribadi guru serta kemampuan professional yang berbeda-beda.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen yang terakhir dalam sistem pembelajaran. Sanjaya
(2006: 61) berpendapat bahwa evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat
keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga berfungsi sebagai umpan
balik guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran. ini menunjukkan bahwa
evaluasi dapat menjadi acuan bagi guru dalam melengkapi kekurangan dalam
kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
19
2.3 Skenario Pembelajaran
Menurut Lestari, (2013:71) Rencana pelaksanaan pembelajaran dapat dianggap
sebagai skenario pembelajaran bagi seorang guru dalam mengajar. Mulai dari
kompetensi, media pembelajaran, metode pembelajaran, rancangan kegiatan
pembelajaran sampai pada penilaian. Skenario pembelajaran merupakan panduan
operasional bagi guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Mengacu pada
Lampiran peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomer 022 tahun 2016
tentang standar proses. Berikut penjelasan mengenai pelaksanaan pembelajaran
2.3.1 Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari rencana pelaksanaan
pembelajaran, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Hal yang dilakukan guru dalam kegiatan pendahuluan, yaitu
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b. memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat dan
aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh
dan perbandingan lokal, nasional dan internasional, serta disesuaikan dengan
karakteristik dan jenjang peserta didik;
c. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
20
e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan /atau tematik
terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project
based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang
pendidikan.
a. Sikap Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang
dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran
berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong peserta didik untuk
melakuan aktivitas tersebut.
b. Pengetahuan Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik
aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan
kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk
memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat
disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan
karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan
21
yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning).
c. Keterampilan Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan sub
topik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong
peserta didik untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk
mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang
menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya
berbasis pemecahan masalah (project based learning).
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara individual maupun
kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi beberapa hal, yaitu
a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk
selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak
langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas
individual maupun kelompok;
d. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
22
2.3.2 Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Menurut Mager
dalam Ika, (2013: 73) tujuan pembelajaran sebaiknya mencakup tiga elemen
utama, yaitu
1. menyatakan apa yang seharuskan akan dikerjakan siswa selama belajar dan
kemampuan apa yang sebainya dikuasainya pada akhir pelajaran
2. perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat
mendemonstrasikan perilaku tersebut
3. perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan minimum yang
dapat diterima
Berdasarkan elemen yang perlu ada dalam tujuan instruksional di atas, maka
tujuan instruksional sebaiknya dinyatakan dalam belntuk format A B C D.
A= Audiens
Audiens adalah peserta didik yang akan belajar. Dalam tujuan pembelajaran
perlu dicantumkan siapa yang akan mengikuti pelajaran atau yang akan belajar.
Misalnya siswa kelas VIII SMP.
B= Behavior
Behavior adalah perilaku yang dapat diamati. Perilaku ini terdiri atas dua
bagian penting, yaitu kata kerja dan objek Suparman dalam Ika (2013: 73) kata
kerja ini dapat dilihat pada tabel taksonomi atau daftar kata kerja. Contoh kata
23
kerja, yaitu menjelaskan, menganalisis, dan lain-lain. Sedangkan objek
menunjukkan apa yang akan didemostrasikan itu misalnya devinisi
metamorphosis, model-model desain sistem pembelajaran, dan lain-lain.
Berdasarkan hal tersebut jika digabungkan maka bentuk behavior adalah
menjelaskan devinisi metamorfosis dan menganalisis model-model desain
sistem pembelajaran.
C= Condition
Condition adalah persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang
diharapkan dapat tercapai. Misalnya dengan diberikan poto bencana alam
seperti banjir, kebakaran hutan, dan lain-lain. Kemampuan komponen condition
merupakan unsur yang penting dalam menyusun tes karena nantinya butir tes
harus mencerminkan kondisi yang ada dalam tujuan pembelajaran
D= Degree
Degree adalah tingkat penampilan atau keberhasilan yang dapat diterima.
Degree merupakan komponen terakhir dalam tujuan pembelajaran. Degree
perlu ada dalam tujuan pembelajaran untuk mengetahui tingkat penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran dikatakan lulus atau tidak. Jika tidak ada degree
dalam tujuan pembelajaran maka tidak dapat diketahui apakah siswa sudah
encapai kompetensi seperti yang ada dalam tujuan pembelajaran. Bentuk degree
misalnya paling sedikit 80% benar, minimal 5 devinisi, dalam waktu paling
lambat dua minggu dan lain-lain.
24
2.4 Model pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran. Berikut penjelasan mengenai model
pembelajaran.
2.4.1 Pengertian Model Pembelajaran
Joyce & Weil dalam Rusman (2012: 133) berpendapat bahwa model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model
pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model
pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Secara
rinci tentang model-model pembelajaran ini akan dibahas dibagian akhir setelah
pendekatan pembelajaran.
2.4.2 Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai
contoh, model penelitian kelompok disususn oleh Herbert Thelen dan
berdasarkan teori Jhon Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi
dalam kelompok secara demokratis
2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir
induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.
25
3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas,
misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam
pelajaran mengarang.
4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah
pembelajran (syntax); (2) adanya prinsip-prinsip reaksi; (3) sistem sosial; (4)
sistem pendukung, keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila
guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut
meliputi: (1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; (2)
dampak penggiring, hasil belajar jangka panjang.
Membuat persiapan mengajar (desain intruksional) dengan pedoman model
pembelajaran yang dipilihnya.
2.4.3 Model-Model Pembelajaran
Implementasi Kurikulum 2013 menurut Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses menggunakan 3 (tiga) model pembelajaran yang diharapkan dapat
membentuk perilaku saintifik, sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan.
Ketiga model tersebut, yaitu (1) model Pembelajaran Melalui
Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry Learning), (2) model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem-based Learning/PBL), (3) model Pembelajaran Berbasis
Projek (Project- based Learning/PjBL).
26
2.4.3.1 Model Discovery/Inquiry Learning
Model Discovery/Inquiry Learning atau pembelajaran penyingkapan/penemuan
adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya
sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat terutama
dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan
dan inferensi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu
sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and principles in the mind
(Robert B. Sund dalam Ariyana, 2018).
a. Langkah kerja (sintak) model pembelajaran penyingkapan/penemuan, yaitu (a)
Sintak model Discovery Learning 1) Pemberian rangsangan (Stimulation); (2)
Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement); (3) Pengumpulan data (Data
Collection); (4) Pengolahan data (Data Processing); (5) Pembuktian (Verification);
dan 6) Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).
b. Sintak model inquiry learning terbimbing
Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian
melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat (Joice&Wells
dalam Ariyana, 2018). Model pembelajaran Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran
yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari
dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri temuannya. Sintak/tahap model inkuiri meliputi: (1) Orientasi
masalah; (2) Pengumpulan data dan verifikasi; (3) Pengumpulan data melalui
27
eksperimen; (4) Pengorganisasian formulasi eksplanasi, dan (5) Analisis proses
inkuiri.
2.4.3.2 Model Problem based Learning
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menggunakan
berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok
serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan,
dan kontekstual (Tan Onn Seng dalam Ariyana, 2018). Tujuan PBL adalah untuk
meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep konsep pada permasalahan
baru/nyata, pengintegrasian konsep Higher Order Thinking Skills (HOT’s), keinginan
dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman and
Schmidt).
Karakteristik yang tercakup dalam PBL menurut Tan (dalam Ariyana, 2018) antara
lain: (1) masalah digunakan sebagai awal pembelajaran; (2) biasanya masalah yang
digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang (ill-
structured); (3) masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple-
perspective); (4) masalah membuat pembelajar tertantang untuk mendapatkan
pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru; (5) sangat mengutamakan belajar
mandiri; (6) memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu
sumber saja, dan (7) pembelajarannya kolaboratif, komunikatif dan kooperatif.
Karakteristik ini menuntut peserta didik untuk dapat menggunakan kemampuan
berpikir tingkat tinggi, terutama kemampuan pemecahan masalah.
28
Peran guru pada PBL sebagai guide on the side daripada sage on the stage. Hal ini
menegaskan pentingnya bantuan belajar pada tahap awal pembelajaran. Peserta didik
mengidentifikasi apa yang mereka ketahui maupun yang belum berdasarkan
informasi dari buku teks atau sumber informasi lainnya.
Sintak model Problem based Learning menurut Arends ( dalam Ariyana, 2018), yaitu
(a) Orientasi peserta didik pada masalah (b) Mengorganisasikan peserta didik untuk
belajar (c) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok (d)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (e) Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah.
2.4.3.3 Model Project Based Learning
Menurut Sani, (2018:220) Pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning
(PjBL) dilakukan untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
dengan cara membuat karya atau proyek yang terikat dengan materi ajar dan
kompetensi yang diharapankan dimiliki oleh peserta didik. Proyek yang dibuat
sebaiknya terikat dengan kebutuhan masyarakat. Metode Project Based Learning ini
mencakup kegiatan menyelesaikan masalah (problem solving), pengambilan
keputusan, keterampilan melakukan investigasi, dan keterampilan membuat karya.
Peserta didik harus fokus pada penyelesaian masalah atau pertanyaan yang memandu
mereka untuk memehami konsep dan prinsip yang terikat dengan proyek. Masing-
masing kelompok belajar mungkin mengajukan proyek yang berbeda untuk
menyelesaikan permasalahan yang ditemui.
29
Pembelajaran berbasis proyek memposisikan guru sebagai fasilitator yang membantu
peserta didik merencanakan pengerjaan proyek, menganalisis sketsa atau rancangan
proyek jika diminta kelompok, mengurus kebutuhan kerjasama yang mungkin
diperlukan, dan sebagainya. Pemahaman peserta didik secara mendalam tentang
konsep dan prinsip merupakan sasaran yang dikehendaki dalam melibatkan mereka
mengerjakan sebuah proyek (Finoza, 2013).
Tahap-Tahap Pembelajaran Project Based Learning
Pembelajaran project based learning memiliki enam tahapan. Berikut tahap-tahap
pembelajaran project based learning menurut Menurut Sani, (2018:221).
1. Guru Menginformasikan Kompetensi dan Topik
Guru memberikan informasi dan penejelasan kompetensi dan topik yang akan dikaji
siswa. Guru membagi topik pada tiap-tiap kelompok belajar.
2. Siswa Mengidentifikasikan Masalah/Pertanyaan Sesuai Topik
Siswa bersama dengan kelompok belajar mengidentifikasi permasalahan yang ada di
lingkungan atau masyarakat yang terikat dengan tujuan pembelajaran atau materi
pembelajaran. Kelompok belajar membuat rencanan atau rancangan karya yang
mengatas permasalahan atau menjawab pertanyaan yang diidentifikasi dengan cara
berdiskusi, setelah selesai berdiskusi menyusun kerangka proyek.
30
3. Kelompok Membuat Proyek untuk Solusi Masalah
Kelompok belajar siswa mengembangkan kerangka proyek yang telah disusun.
Kelompok membuat proyek dengan menjawab permasalahan dengan solusi
permasalahan yang sesuai.
4. Kelompok Belajar Siswa Dapat Membuat Proyek
Siswa berkerjasama untuk menyelesaikan proyek yang sedang dibuat. Belajar secara
berkelompok akan menambah semangat siswa dan memudahkan siswa dalam
penyelesaian proyek.
5. Presentasi Proyek
Presentasi proyek dilaksanakan setelah seluruh kelompok belajar telah menyelesaikan
proyek. Presentasi bertujuan untuk bertukar informasi antar kelompok dan
melengkapi kerumpangan dari masing-masing kelompok.
6. Refleksi Kegiatan Belajar
Refleksi pemebelajaran dilakukan setelah menyelesaikan presentasi kelompok.
Refleksi pembelajaran bertujuan untuk menilai dan mengamati hal-hal selama
pembelajaran berlangsung, serta menjawab pertanyaan yang belum terselesaikan
secara utuh.
31
Skema pembelajaran Project Based Learning secara umum menurut (Sani, 2018:221)
Berdasarkan tiga model pembelajaran peneliti memilih menggunakan model project
based learning dalam pengembangan skenario pembelajaran teks persuasi di SMP.
2.5 Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia diletakkan pada
pembelajaran Bahasa Indonesia yang berbasis teks. Pembelajaran berbasis teks
dirumuskan sebagai formula efektif untuk mensejajarkan pelaksanakan pendekatan
ilmiah (pendekatan saintifik) sebagai teman sejati dalam pelaksanaan Kurikulum
2013. Hakikat dilaksanakannya pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks itu
Guru menginformasikan
kompetensi dan topik
Siswa mengidentifikasikan
masalah/pertanyaan sesuai topik
Kelompok membuat rencana
proyek untuk solusi masalah
Kelompok belajar siswa dapat
membuat proyek
Presentasi proyek
Refleksi kegiatan belajar
Presentasi proyek
Presentasi proyek
Presentasi proyek
32
sendiri adalah pertama: melalui teks, kemampuan berpikir siswa dapat
dikembangkan; kedua: materi pembelajaran berupa teks lebih relevan dengan
karakteristik Kurikulum 2013 yang menetapkan capaian kompetensi siswa yang
mencakupi ketiga ranah pendidikan: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Selain itu,
pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks dimaknai sebagai pembelajaran yang
mengantarkan peserta didik untuk dapat berpikir sistematis, terkontrol, empiris, dan
kritis (Agustina, 2015). Berikut penjelasan pengertian teks dan jenis-jenis teks pada
pembelajaran bahasa Indonesia di SMP.
2.5.1 Pengertian Teks
Dalam bukunya yang berjudul “Bahasa, Teks, dan Konteks”, Halliday dan Ruqaiyah
dalam Mahsun (2014: 1) menyebutkan bahwa teks merupakan jalan menuju
pemahaman tentang bahasa, itu sebabnya teks menurutnya merupakan bahasa yang
berfungsi atau bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks
situasi. Semua contoh bahasa hidup yang mengambil bagian tertentu dalam konteks
situasi disebut teks. Teks seperti dinyatakan Halliday dan Ruqaiyah dalam Mahsun
(2014: 1) merupakan ungkapan pernyataan suatu kegiatan sosial yang bersifat verbal.
Pemakaian bahasa selalu memiliki tujuan. Bahasa yang digunakan dengan tujuan
sosial tertentu itulah yang melahirkan teks.
Ciri-ciri teks wujudnya dapat berupa bahasa yang dituturkan atau dituliskan, atau juga
bentuk-bentuk sarana lain yang digunakan untuk menyatakan apa saja yang
dipikirkan, misalnya dikenal jenis teks label multimodal. Itu sebabnya pula, kata-kata
atau kalimat-kalimat lepas yang tidak memiliki konteks situasi yang mungkin
33
dituliskan di papan tulis bukanlah teks. Teks yang digunakan untuk pernyataan suatu
kegiatan sosial dengan struktur berikir lengkap, maka setiap teks memiliki tersendiri.
Tujuan sosial yang hendak dicapai manusia dalam kehidupan itu beragam, maka akan
muncul beragam jenis teks dan tentunya dengan struktur teks atau struktur berpikir
yang beragam pula.
2.5.2 Jenis-Jenis Teks
Menurut Kosasih, (2019:5) jenis-jenis teks dikelompokkan secara garis besar, yakni
jenis teks fiksi dan nonfiksi. Pembelajaran Bahasa Indonesia ditingkat SMP kelas
VIII kurikulum 2013 revisi 2017 menggunakan delapan jenis teks, yaitu teks berita,
teks iklan, teks eksposisi, teks puisi, teks eksplanasi, teks ulasan, teks persuasi, dan
teks drama.
2.5.2.1 Teks fiksi merupakan jenis teks yang menyajikan informasi-informasi
imajinatif. Jenis teks yang dimaksud dapat pula disebut sebagai teks nonilmiah atau
jenis teks sastra.
2.5.2.1.1 Puisi Baru
a. Pengertian Puisi Baru
Puisi baru disebut juga dengan puisi bebas tidak terikat oleh jumlah banyaknya
larik, banyaknya suku kata, ataupun pola rimanya.
b. Struktur
Struktur atau tipografi puisi baru berupa bait-bait. Setiap baitnya terdiri atas satu
atau beberapa larik. Namun, berbeda dengan puisi rakyat, struktur puisi baru
34
tidak terikat. Jumlah larik perbaitnya bersifat bebas, demikian pula dengan
jumlah suku kata perlariknya.
c. Kaidah Kebahasaan
Kaidah kebahasaan dalam puisi baru lebih bebas, tidak memiliki pola baku
seperti halnya yang berlaku dalam puisi rakyat rima akhirnya sangatlah beragam,
bergantung pada kemauan penyairnya. Pilihankata dalam puisi baru pada
umumnya bersifat konotatif, mengutamakan persamaan bunyi, dan padat makna.
Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila kata-kata dalam puisi lebih
berirama dan pendek-pendek.
Kaidah-kaidah kebahasaan pusisi baru bercirikan sebagai berikut.
1. Diksi
Kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang sangat
cermat. Kata-katanya merupakanhasil pertimbangan, baik itu makna, susunan
bunyinya, maupun hubungan kata itu dengan kata-kata lain dalam baris dan
baitnya.
2. Pengimajian
Pengimajian didefinisikan sebagai kata atau susunan yang dapat menimbulkan
khayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah
merasa (kinestetik), mendengar (audio) atau melihat (visual) sesuatu yang
diungkapkan penyair.
3. Kata Konkret
Kata kongkret berfungsi untuk membangkitkan imajinasi pembaca, kata-kata
harus diperkonkretkan atau diperjelas. Jika penyair mahir memperkonkret kata-
35
kata, pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang
dilukiskan penyair. Pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau
keadaan yang dilukiskan penyair.
4. Majas
Majas (figurative language) adalah Bahasa yang digunakan penyair untuk
mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan dengan benda atau kata lain,
mungkin juga dengan mempertentangkan, mungkin pula dengan melakukan
perulangan.
5. Rima/Ritma
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi dengan adanya rima, suatu puisi
menjad indah. Makna yang ditimbulkan pun lebih kuat. Misaknya, Dan angina
mendesah/mengeluh. Selain rima, dikenal pula istilah ritma, yang diartikan
sebagai pengulangan kata, frasa, atau kalimat dalam bait-bait puisi.
6. Tema
Tema merupakan gagsan pokok yang diungkapkan penyair dalam puisinya.
Tema berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam puisinya. Tema itulah
yang menjadi kerangka pengembangan sebuah puisi. Jika landasan awalnya
tentang ketuhanan, keseluruhan sruktur puisi itu tidak lepas dari ungkapan-
ungkapan atas eksistensi Tuhan. Demikian halnya jika yang dominan adalah
dorongan cinta dan kasih saying, ungkapan-ungkapan asmaralah yang akan
lahir dalam puisi tersebut.
36
7. Perasaan
Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan penyair.
Bentuk ekpresi itu dapat berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan
kepada kekasih kepada alam, atau Sang Khalik. Penyair dapat mengagungkan
keindahan alam, sebagai sarana ekpresi dan memanfaatkan majas serta diksi
yang mewakili dan memancarkan makna keindahan alam. Ekspresi merupakan
espresi dari kegelisahan dan kerinduan kepada Sang Khalik, bahasa yang
digunakannya cenderung bersifat perenungan akan eksistensinya dan hakikat
keberadaan dirinya sebagai hamba Tuhan.
8. Nada dan Suasana
Penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca: apakah dia igin bersikap
menggurui, menasihati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya
menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca ini
disebut nada puisi. Adpaun suasana adalah keasdaan jiwa pembaca setelah
membaca puisi itu. Suasana adalah akibat yang ditimbulkan puisi itu terhadap
jiwa pembaca. Nada dan suasana puisi saling berhubungan. Nada puisi
menimbulkan suasana tertentu terhadap pembacanya. Nada duka yang
diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana iba hati pembaca. Nada kritik
yang diberikan penyair dapat menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi
pembaca. Nada relihius dapat menimbulkan suasana khusuk.
37
9. Amanat
Amanat merupaka hal yang didorong penyair untuk menciptakan puisinya.
Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun dan juga berada di balik tema
yang diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin
secara sadar berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak
sadar akan amanat yang diberikan.
2.5.2.1.2 Teks Drama
a. Pengertian Teks Drama
Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog, yang diekspresikan
dengan menggunakan percakapan dan lakuan pada pentas dihadapan penonton.
Drama memiliki banyak kesamaan dengan jenis-jenis teks lainnya, terutama
dengan teks narasi. Selain tema dan amanat, drama dibentuk oleh unsur-unsur
berikut: penokohan, dialog, latar Bahasa, dan unsur-unsur lainnya.
b. Struktur Teks Drama
Struktur drama berbentuk alur atau babak dan adegan yang pada umumnya
tersusun sebagai berikut.
1. Wawancang adalah dialog atau percakapan yang harus diucapkan oleh tokoh
cerita.
2. Kramagung adalah petunjuk perilaku, tindakan, dan perbuatan yang harus
dilakukan oleh tokoh. Dalam naskah drama, kramagung dituliskan dalam
tanda kurung (biasanya dicetak miring)
38
3. Prolog merupakan pembukaan atau peristiwa pendahuluan dalam sebuah
drama atau sandiwara. Bagian ini biasanya disampaikan oleh tukang cerita
(dalang) untuk menjelaskan gambaran para pemain, gambaran latar, dan
sebagainya.
4. Dialog merupakan media kiasan yang melibatkan tokoh-tokoh drama yang
diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak manusia,
problematika yang dihadapi, dan bagaimana manusia dapat menyelesaikan
persoalan hidupnya. Dalam dialog tersaji urutan peristiwa yang dimulai
dengan orientasi (bagian awal), komplikasi (konflik-konflik dan
pengembangannya), resolusi (klimaks)
5. Epilog adalah bagian terakhir dari sebuah drama yang berfungsi untuk
menyampaikan inti sari cerita atau menafsirkan maksud cerita oleh salah
seorang actor atau dalang pada akhir cerita.
c. Kaidah Kebahasaan Teks Drama
Kaidah kebahasaan yang menandai teks drama adalah sebagai berikut. Kalimat-
kalimat yang tersaji di dalam teks drama hamper semua berupa dialog atau
tuturan langsung para tokohnya. Kalimat langsung dalam drama lazimnya diapit
oleh dua tanda petik (“…”). Teks drama juga menggunakan kata ganti orang
ketiga pada bagian prolog atau epilognya. Karena melibatkan banyak pelaku
(tokoh) kata ganti yang lazim digunakan adalah mereka.
d. Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang di dalam menggambarkan karakter tokoh.
Dalam pementasan drama, penokohan mempunyai posisi yang penting. Tokohlah
39
yang mengaktualisasikan naskah drama di atas pentas. Tokoh yang didukung
oleh latar peristiwa dan aspek-aspek lainnya kan menampilkan cerita dan pesan-
pesan yang ingin disampaikan. Berdasarkan perannya, tokoh terbagi atas tokoh
utama dan tokoh pembantu.
1. Tokoh utama adalah tokoh yang menjadi sentral cerita dalam pementasan
drama. Tokoh utama setidaknya ditandai oleh empat hal, yaitu paling sering
muncul, menjadi sentral atau pusat perhatian tokoh-tokoh lainnya, kajadian-
kejadianyang melibatkan tokoh lain selalu dihubungkan dengan peran tokoh
utama, dialog-dialog yang ditampilakan tokoh-tokoh lain selalu berkaitan
dengan peran tokoh utama.
2. Tokoh pembantu adalah tokoh yang dilibatkan atau dimunculkan untuk
mendukung jalan cerita dan memiliki kaitan dengan tokoh utama.
3. Tokoh berkembang adalah tokoh yang mengalami perkembangan nasib atau
watak selama pertunjukan. Missalnya, tokoh yang awalnya seorang yang bai,
namun pada akhirnya menjadi yang jahat.
4. Tokoh statis adalah tokoh yang tidak mengalami perubahan karakter dari awal
hingga akhir dalm suatu drama. Misalnya, seorang tokoh yang berkarakter
jahat dari awal drama akan tetap bersifat jahat hingga di akhir drama.
5. Tokoh serba bisa adalah tokoh yang dapat berperan sebagai tokoh lain.
Misalnya, tokohyang berperan sebagai seorang raja, namunia juga berperan
sebagai seorang pengemis untuk mengetahui kehidupan rakyatnya.
40
e. Latar
Latar adalah keterangan mengenai ruang dan waktu. Penjelasan latar dalan drama
dinyatakan dalam petunjuk pementasan. Bagian itu disebut dengan kramagung.
Latar jug adapat dinyatakan melalui percakapan para tokohnya. Dalam
pementasannya latar dapat dinyatakan dalam tata panggung ataupun tata cahaya
2.5.2.2 Teks non fiksi merupakan teks yang berbasis fakta. Teks jenis ini disebut juga
teks nonsastra, atau teks ilmiah.
2.5.2.2.1 Teks Berita
a. Pengetian Teks Berita
Berita adalah kabar, informasi (terutama yang resmi), atau laporan pers. Berita
menyampaikan suatu informasi yang umumnya bersifat faktual dan terbaru. Teks
berita memiliki unsur-unsur yang terangkum dalam rumus 5W+1H: what (apa),
who (siapa), where (di mana), when (dimana), why (mengapa), dan how
(bagaimana). Keenam pertanyaan itu dapat pula disingkat dengan Adiksimba
(apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaiamana). Keenam pertanyaan itu
pula yang merupakan cara kita menemukan unsu0unsur informasi di dalam suatu
berita.
b. Struktur Teks Berita
Struktur teks berita tersaji dalam bentuk piramida terbalik. Di dalamnya terdapat
enam unsur berita. Bagian awal merupakan bagian pokok dan semakin ke bawah
berita merupakan perincian-perincian yang sifatnya cenderung tidak penting.
41
Dengan struktur penyajian informasi piramida terbalik, segi kepentingan suatu
informasi semakin ke bawah semakin berkurang. Sebaliknya, informasi yang
peling penting terletak pada bagian atas. Oleh karena itu jika kita tidak cukup
waku untuk mendengarkan keseluruhan informasi, dengan hanya memperhatikan
bagian awalnya, kita telah cukup mendapatkan informasi pokok yang
merangkum keseluruhan isi berita.
c. Kaidah Kebahasaan Teks Berita
1. Penggunaan Bahasa baku. Hal ini sesuai dengan fungsi berita itu yang
ditujukan kepada berbagai kalangan. Oleh karena itu, Bahasa yang digunakan
harus dapat dimengerti dan diterima setiap orang.
2. Penggunaan kalimat langsung sebagai penjelas atau pelengkap dari kalimat
tidak langsungnya.
3. Penggunaan konjungsi bahwa yang berfungsi sebagai penerang kata yang
diikutinya. Hal itu terkait dengan pengubahan bentuk kelimat langsung
menjadi kalimat tidak langsung.
4. Penggunaan kata kerja mental atau kata kerja yang terkait dnegan kegiatan
dari hasil pemikiran. Kata-kata yang dimaksud antara lain, menghimbau,
mengajak, memandang, melibatkan, memotivasi, menyebutkan, menjelaskan,
menanyakan, memikirkan, mengutarakan, membantah, mengkritik, menolak
dan berbelit.
42
5. Penggunaan fungsi keterangan waktu dan tempat sebagai konsekuensi dari
perlunya kelengkapan suatu berita yang mencakp unsur kapan (when) dan di
mana (where)
6. Penggunaan konjungsi temporal atau penjumlahan, seperti kemudian, sejak,
setelah, awalnya, dan akhirnya. Hal ini terkait dengan pol apenyajian berita
yang umumnya mengikuti pola kronologis urutan waktu)
2.5.2.2.2 Teks Iklan
a. Pengertian Teks Iklan
Iklan adalah teks yang mendorong dan membujuk khalayak agar tertarik pada
pesan yang disampaikan. Iklan juga dapat diartikan sebagai pemberitahuan
kepada khalayak mengenai barang dan jasa yang dijual, dimuat di media massa
seperti surat kabar dan majalah, atau tempat-tempat umum. Umumnya, iklan
disampaikan melalui media massa, seperti televise, radio, dan surat kabar.
Keberagaman fungsi iklan semakin banyak seiring dengan munculnya beragam
bentuk dan teknik penyajiannya. Oleh Karena itu, kemudian muncul istilah
slogan dan poster.
1. Slogan adalah perkataan atau kalimat pendek yang dipakai sebagai dasar
tuntunan (pegangan hidup), prinsip utama dari sebuah usaha, organisasi, dan
sebgainya. Slogan sering pula disebut moto atau semboyan. Slogan lebih
mengutamakan kepadatan makna, kehematan, dan keindahan kata-kata.
2. Poster adalah duplikat (kata-kata dan gambar) yang dipertontonkan di depan
umum. Poster hamper sama dengan iklan, yakni merupakan cara
43
pemberitahuan suatu ide/gagasan, hal baru, dan hal penting kepada khalayak.
Poster mengandalkan perpaduan gambar dan kalimat atau kata-kata. Poster
lazimnya dipasang pada tempat-tempat umum. Poster hamper sama dengan
iklan ataupun slogan dalam hal penggunaan bahasanya. Yakni kalimat atau
kata-kata dalam poster pun harus singkat, jelas, estetis, dan lengkap.
b. Struktur Teks Iklan
Iklan akan tampak bagian-bagian pengenalan produk dan pernyataan persuasif di
dalamnya.
1. Pengenalan produk. Bagian ini dapat pula disebut sebagai judul teks. Misalnya
berupa merek laptop, nama minuman, dan nama kendaraan.
2. Pernyataan persuasif, berisi pernyataan yang mendorong pembaca atau
pendengar berbuat sesuatu. Bagian ini biasanya berupa pernyataan persuasive
tentang kelebihan produk yang ditawarkan. Misalnya, berupa kata-kata énak
diaca dan perlu” pada (iklan majalah).
Iklan sering menyajikan pula slogan, gambar-gambar produk, serta nama dan
logo perusahaan. Sesuai denganfungsinya bersifat persasif. Mungkin pula
menggunakan peryataan-pernyataan imperatif, yakni permintaan, ajakan,
dorongan, dan larangan. Adapun kalimat imperatif itu sendiri ditandai oleh kata-
kata seperti temukan. Kata lainnya adalah ikutilah, padukan, wujudkan,
nyatakan, nikmati, sebaiknya, marilah, ayo, dan jagalah.
44
c. Kaidah Kebahasaan Teks Iklan
Bahasa iklan bersifat sederhana, mudah diingat, dan mudah dipahami. Pilihan
kata yang berima (memiliki banyak persamaan bunyi) jugs merupakan hal
penting dalam iklan. Khusus untuk iklan baris kata-katanya lebih singkat dan
efesien. Oleh Karen itu, dlaam iklan baris sering dijumpai penyingkatan kata.
2.5.2.2.3 Teks Eksposisi
a. Pengertian Teks Eksposisi
Teks eksposisi adalah teks yang mengemukakan sejumlah argumen disertai
fakta-fakta. Di dalam teks eksposisi terkandung penilaian, sugesti, dorongan, atau
ajakan-ajakan tertentu kepada kahalayak. Bentuk teks eksposisi, terutama di
dalam media massa, dapat berupa esai, tajuk rencana (editorial), ataupun debat.
1. Argumen disebut juga ide ataupun pendapat. Isinya berupa pernyataan yang
mungkin berupa komentar, penilaian, daran, dorongan dan bujukan
2. Fakta adalah (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan, sesuatu yang
benar-benar ada atau terjadi. Dalam teks ekposisi, fakta berfungsi untuk
memperkuat gagasan sehingga diharapkan lebih menyakinkan khalauak.
b. Pola Pengembangan Teks Ekposisi
Terdapat beberapa pola yang dapat digunakan di dalam pengembangan teks
eksposisi, anatara lain sebagai berikut.
1. Pola Umum-Khusus (spasial)
Ide pokok teks ditempatkan pada awal paragraph yang kemudian diikuti oleh
ide-ide penjelas. Pola demikian lazim disebut sebagai deduktif. Ide-ide
45
penjelas tersebut merupakan perincian dari ide umum yang dikemukakan
sebelumya.
2. Pola Khusus-Umum (generalisasi)
Hal-hal yang bersifat khusus, diikuti oleh uaian yang bersifat umum. Bagian
terakhir dalm teks ini berfungsi sebagai simpulan atau rangkuman dari
pendapat-pendapat yang dikemukakan sebelumnya.
3. Pola Pengembanagan Ilustrasi (ilustratif)
Sebuah gagasan yang terlalu umum, memerlukan ilustrasi-ilustrasi konkret.
Dalm teks eksposisi, ilustrasi-ilustrasi tersebut berfungsi untuk membuktikan
suatu pendapat. Dalam hal ini, pengalaman-pengalaman pribadi merupakan
bahan ilustrasi yang paling efektif dalam meyakinkan suatu gagasan.
4. Pola Perbandingan (komparasi)
Pola perbandingan digunakan untuk menyakinkan suatu pendapat, kita dapat
melakukan suatu perbandingan. Benda-benda, keadaan, atau yang lainnya itu
kemudian ditentukan perbedaan ataupun persamaannya berdasatkan aspek
tertentu. Dnegan cara demikianlah, keyakinan pembaca atas gagasan yang kita
sampaikan akan lebih kuat.
c. Struktur Teks Eksposisi
Sebagimana jenis teks lainnya, teks eksposisi dibentuk oleh unsur-unsur tententu.
Unsur-unsur tersebut relative berbeda dengan jenis teks lainnya. Unsur-unsur
yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Tesis yakni berupa pengenalan isu, masalah, ataupun pandanganpenulis secara
umum tentang topik yang akan dibahasnya
46
2. Rangkaian argumen penulis berkaitan dengan tesis. Pada bagian ini
dikemukakan pula sejumlah fakta yang memperkuat argumen-argumen
penulis.
d. Kaidah Kebahasaan Teks Eksposisi
Teks eksposisi memiliki kaidah-kaidah kebahasaan sebagi berikut.
1) Menggunakan kata-kata teknis atau peristilahan yang berkenaan dengan topik
yang dibahas. Misalnya, dengan topik kehutanan yang menjadi focus
pembahasannya istilah-istilah yang muncul dalam teks tersebut adalah
penebangan liar, hutan lindung, hutan alam, hutan rawa gambut, sector
kehutanan.
2) Menggunakan kata-kata yang menunjukkan hubungan argumentasi
(kausalitas) misalnya, jika… maka, sebeb, karena, dengan demikian,
akibatnya, oelh karena itu. Selain itu dapat pula digunakan kata-kata yang
menyatakan hubungan temporal ataupun perbandingan/pertentangan, seperti
sebelum itu, kemudian, pada akhirnya, sebaliknya, berbeda halnya, namun.
3) Menggunakan kata-kat akerja mental (mental verb), seperti diharapkan,
memprihatinkan, memperkirakan, mengagumkan, menduga, berpendapat,
berasumsi, menyimpulkan.
4) Menggunakan kata-kata perujukan, seperti berdasarkan data, merujuk pada
pendapat.
5) Menggunkan kata-kata persuasive, seperti hendaklah, sebaiknya, diharapkan,
perlu, harus.
47
6) Teks eksposisi lebih benyak menggunakan kata-kata denotatif, yakni kata
yang bermakna sebenarnya.
2.5.2.2.4 Teks Eksplanasi
a. Pengertian Teks Eksplanasi
Eksplanasi adalah teks yang menjelaskan suatu peristiwa, baik itu berupa
peristiwa ala, peristia sosial dan budaya, ataupun peristiwa pribadi. Peristiwa
alam, misalnya proses banjir dan gunung berapi. Peristiwa sosial/budaya,
misalnya proses pacara adat, proses penerimaan siswa baru, proses menjalankan
ibadah keagamaan. Adapun peristiwa pribadi, misalnya berupa kegiatan-kegiatan
yang dilakukan/dialami oleh seorang diri.
b. Struktur Teks Eksplanasi
Struktur teks eksplanasi mencakup pernyataan umum, deretan penjelasan
(eksplanasi), dan interpretasi
1) Pernyataan umum, berupa penjelasan awal tentang latar belakang, keadaan
umum, atas tema yang akan disampaikan.
2) Deretan penjelasan yang berupa rangkaian peristiwa/kejadian, baik itu disusun
secara kronologis ataupu secara kausalitas
3) Interpretasi, yakni berupa penafsiran pemaknaan, atau penyimpulan atas
rangkaian kejadian yang diceritakan sebelumnya.
c. Kaidah Kebahasaan Teks Eksplanasi
48
1) Menggunakan konjungsi hubungan waktu (kronologis), seperti ketika, pada
waktu itu, ketika itu, sebelu, akhirnya. Banyak pula menggunakan konjungsi
kausalitas atau penyebaban, seperti karena, sebab, karena itu, oleh sebab itu.
2) Menggunakan kata kerja tindakan, yaitu bepergian, berwisata, mengajak,
berkunjung, berjalan-jalan. Kata-kata itu akan sesuai dengan objek yang
diceritakannya. Kata kerja yang menyertai objek orang akan berbeda dengan
yang objeknya alam ataupun fenomena sosial/budaya.
3) Menggunakan kata benda umum apabila objek penceritaannya berupa alam,
seperti hujan, sungai, gunung, awan.
4) Menggunkan peristilahan atau kata teknis yang terikat dengan tema yang
dibahasnya. Misalnya, apabila temanya tentang gejala alam, istilah-istilah
yang digunakannya tentang ke-IPA-an, apabila berkenaan dengan fenomena
sosial, istilah-istilahnya tentang ke-IPS-an
2.5.2.2.5 Teks Ulasan
a. Pengertian Teks Ulasan
Teks ulasan adalah teks yang membahas suatukarya, entah itu buku, film,
lukisan, lagu, dan sejenisnya. Ketika mengulas suatu karya, dapat dipastikan
orang yang memberikan ulasan itu mengemukakan tafsiran, pandangan yang
berupa arguntasi-argumentasinya disertai dengan sejumlah fakta. Berdasarkan isi
ataupun objek yang diulasnya, teks ulasan bisa bermacam-macam. Ada teks
ulasan untuk novel, ada pula yang berupa kumpulan cerpen. Berdasarkan objek
49
tanggapannya, ada pula yang berupa film, drama, lagu, buku ilmu pengetahuan,
lukisan dan karya-karya lainnya.
b. Struktur Teks Ulasan
Struktur teks ulasan terdiri atas bagian-bagian berikut.
1) Pengenalan isu (orientasi), yakni penjelasan awal mengenai karya yang akan
dibahasnya.
2) Paparan argumen, berisi analisi atau tafsiran tentang unsur-unsur karya.
Dalam bagian ini dikemukakan juga fakta-fakta pendukung yang memperkuat
argumen penulis.
3) Penilaian dan rekomendasi, berisi timbangan atas keunggulan dan kelemahan
karya itu. Pada bagian ini dapat pula disertai saran-saran untuk khalayak
terkait.
c. Kaidah Kebahasaan Teks Ulasan
Adapun kaidah kebahasaan teks ulasan adalah sebagai berikut.
1) Banyak menggunkan konjungsi penerang, seperti bahwa, yakni, yaitu.
2) Banyak menggunakan temporal: sejak, semenjak, kemudian, akhirnya.
3) Banyak menggunakan konjungsi penyebab: karena, sebab.
4) Menggunakan pernyataan-pernyataan yang berupa saran atau rekomendasi
pada bagian akhir teks. Hal ini ditandai kata jangan, harus, hendaknya.
50
2.5.2.2.6 Teks Persuasi
a. Pengertian Teks Persusi
Menurut Kosasih (2018:147) Teks persuasi, yaitu teks berisi ajakan atau bujukan.
Pernyataan-pernyataan di dalam teks tersebut mendorong seseorang untuk
mengikuti harapan atau keinginan-keinginan penulis. Sebagai teks yang bersifat
ajakan, pernyataan-pernyataan didalamnya tersebut cenderung “memproposikan”
sesuatu yang diperlukan khalayak. Teks persuasi berfungsi untuk menyampaikan
bujukan atau imbalan, saran, ajakan, dan pertimbangan tentang berbagai
permasalahan actual (lingkungan hidup, kondisi sosial, dan/atau keragaman
budaya, dll).
b. Struktur Teks Persuasi
Teks persuasi dibentuk oleh beberapa bagian, yang antar bagiannya di susun
secara sistematis dan saling berhubungan. Teks itu diawali dengan pengenalan
isu, diikuti dengan pemaparan sejumlah argumen. Setelah itu, dinyatakan ajak-
ajakan, yang diakhiri dengan penegasan kembali.
1. Pengenalan isu, yakni berupa pengantar atau penyampaian tentang masalah
yang menjadi dasar tulisan atau pembicaraannya itu.
2. Rangkaian argumen, yakni berupa sejumlah pendapat penulis/pembicara
terkait dengan isu yang dikemukakan pada bagian sebelumnya. Pada bagian
ini dikemukakan pula sejumlah fakta yang memperkuat argumen-argumennya
itu.
51
3. Pernyataan ajakan, yakni sebagai inti dari teks persuasi yang di dalamnya
dinyatakan dorongan kepada pembaca/pendengarnya untuk melakukan
sesuatu. Pernyataan itu mungkin disampaikan secara tersurat atau tersirat.
Teks persuasi ditandai dengan kata-kata harus, hendaknya, sebaiknya, usahakanlah,
jangan, hindarilah, dan sejenisnya. Selain itu juga sering ditandai dengan
menggunakan kata penting, harus, sepantasnya, dan kata kerja imperatif jadikanlah.
c. Kaidah Kebahasaan Teks Persuasi
Kaidah-kaidah kebahasaan lainnya yang menandai teks persuasi adalah sebagai
berikut.
1. Menggunakan kata-kata teknis atau peristilahan yang berkenan dengan topik
yang dibahas.
2. Menggunakan kata-kata penghubung yang argumentatif. Misalnya, jika…
maka, sebab, karena, dengan demikian, akbatnya, oleh karena itu.
3. Menggunakan kata-kata kerja mental, seperti diharapkan, memprihatinkan,
memperkirakan, mengagumkan, menduga, berpendapat, berasumsi,
menyimpulkan.
4. Menggunkan kata-kata rujukan, seperti berdasarkan data…, merujuk pada
pendapat….
52
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau Research and
Development (R&D). Metode penelitian ini digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Sugiyono (2016: 297) menyatakan
bahwa untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang
digunakan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di
masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji produk tersebut.
Penelitian dan Pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan
dan pembelajaran. Penelitian ini mengembangkan sebuah produk berupa skenario
pembelajaran dengan medel project based learning dalam pembelajran teks persuasi
di sekolah menengah pertama. Penelitian melakukan analisis kebutuhan untuk
menguji keefektifan produk yang dibuat.
53
3.2 Prosedur Penelitian
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan (Research and Development) Level 1
Sugiyono (2016:41) sebagai berikut.
Berdasarkan langkah-langkah penelitian dan pengembangan, berikut penjelasan alur
prosedur penilian secara ringkas.
3.2.1 Potensi dan Masalah
Potensi merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk dikembangkan. Potensi
didukung dengan fasilitas yang cukup lengkap. Permasalahan yang terdapat di sekolah
ialah guru tidak membuat skenario pembelajaran. Guru hanya memiliki kelengkapan
pembelajaran berupa silabus dan RPP.
Pengumpulan
Informasi
Potensi dan
Masalah Desain
Produk Validasi
Desain
Desain
Teruji
Studi
Literatur
Revisi
Produk
54
3.2.2 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mengkaji teori dan informasi mengenai skenario
pembelajaran yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
3.2.3 Pengumpulan Informasi
Pengumpulan informasi yang dilakukan peneliti berupa survei lapangan dengan
menganalisis masalah skenario pembelajaran yang diperoleh dari guru pelajaran
Bahasa Indonesia di SMP Kartika 2 Bandar Lampung serta mengumpulkan informasi
untuk mengembangkan skenario sesuai dengan kebutuhan.
3.2.4 Desain Produk
Desain produk pengembangan skenario yang akan dibuat oleh peneliti menggunakan
model pembelajaran project based learning sesuai dengan analisis kebutuhan yang ada
dilapangan.
3.2.5 Validasi Desain
a. Validasi oleh ahli Bahasa dan ahli materi skenario pembelajaran
b. Revisi produk
c. Hasil akhir produk skenario pembelajaran dengan menggunakan model project
based learning.
3.2.6 Desain Teruji
Desain teruji saat sudah divalidasi secara internal (pendapat ahli materi dan bahasa)
tetapi tidak diuji secara eksternal (penguji lapangan)
55
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Kartika 2 Bandar Lampung.
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2019/2020.
3.4 Evaluator (uji ahli) dan Objek Penelitian
3.4.1 Evaluator (uji ahli)
3.4.1.1 Ahli Bahasa
Ahli Bahasa yang dimaksud dalam penelitian yang akan dilakukan adalah dosen
program studi bahasa indonesia di fakultas keguruan ilmu pendidikan Universitas
Lampung. Ahli Bahasa akan memberikan penilaian dan saran mengenai kebahasaan
skenario yang dibuat oleh peneliti. Selain memberikan penilaian dan saran ahli
bahasa akan memvalidasi produk yang dibuat oleh peneliti.
3.4.1.2 Ahli Materi
Ahli materi yang dimaksud dalam penelitian yang akan dilakukan adalah dosen
program studi bahasa indonesia di fakultas keguruan ilmu pendidikan Universitas
Lampung. Ahli materi akan memberikan penilaian dan saran mengenai materi da nisi
skenario yang dibuat oleh peneliti. Selain memberikan penilaian dan saran ahli materi
akan memvalidasi produk yang dibuat oleh peneliti.
56
3.4.2 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pengembangan skenario pembelajaran dengan model
project based learning pada materi teks persuasi.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Angket
Angket atau kuisioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara
tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan resonden). Instrument
atau alat pengumpulan datan juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan atau
pernyataan yang harus dijawab atau di respon oleh responden (Sudaryono dkk,
2013:30). Angket yang digunakan dalam penelitian ini berpa angket validasi yang
diberikan kepada ahli bahasa dan ahli materi.
3.5.2 Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan
tanggapan, kritik, dan saran dari para validator setelah menilai skenario pembelajaran
yang dikembangkan.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kombinasi
(kuantitatif dan kualitatif). Data kualitatif diperoleh dari masukan validator pada
tahap validasi, kritik dan saran dari ahli materi dan ahli Bahasa. Sedangkan data
kuantitatif adalah pemaparan hasil dari pengembangan produk yang dibuat berupa
skenario pembelajaran dengan model project based learning pada teks persuasi.
57
Untuk menentukan tingkat validitas pada istrumen tes, dipakai skala pengukuran
ratting scale. Data mentah yang diperoleh berupa angka yang kemudian ditafsirkan
dalam pengertian kualitatif. Berikut tahap analisis data dalam penelitian ini.
3.6.1 Analisis Lembar Penilaian Para Ahli
Pengisian lembar penilaian oleh para ahli dimuat dalam bentuk tabel kelayakan
produk.
Tabel 3.1 Kriteria Kelayakan Ahli Bahasa
Aspek Kebahasaan
No Indikator Subindikator Deskriptor Nilai
1 Kesesuaian
dengan kaidah
kebahasaan
Ketepatan struktur
kalimat.
Kalimat yang
digunakan
mewakili isi
pesan atau
informasi yang
ingin
disampaikan
dengan tetap
mengikuti tata
kalimat Bahasa
Indonesia
Sangat baik (4)
Baik (3)
Cukup (2)
Kurang (1)
Keefektifan kalimat alimat yang
digunakan
sederhana dan
langsung ke
sasaran.
Sangat baik (4)
Baik (3)
Cukup (2)
Kurang (1)
58
2 Tata kalimat Kebakuan istilah Istilah yang
digunakan sesuai
dengan Kamus
Besar Bahasa
Indonesia dan /
atau adalah
istilah teknis
yang telah baku
digunakan dalam
Fungsi.
Sangat baik (4)
Baik (3)
Cukup (2)
Kurang (1)
Ketepatan tata bahasa tata kalimat yang
digunakan untuk
menyampaikan
pesan mengacu
kepada kaidah
tata Bahasa
Indonesia yang
baik dan benar.
Sangat baik (4)
Baik (3)
Cukup (2)
Kurang (1)
Ketepatan ejaan Ejaan yang
digunakan
mengacu kepada
pedoman Ejaan
Yang
Disempurnakan.
Sangat baik (4)
Baik (3)
Cukup (2)
Kurang (1)
Katapatan tanda baca Tanda baca yang
digunakan
mengacu kepada
pedoman Ejaan
Yang
Disempurnakan.
Sangat baik (4)
Baik (3)
Cukup (2)
Kurang (1)
2 Komunikatif Pemahaman terhadap
pesan atau informasi.
Pesan atau
informasi
Sangat baik (4)
59
disampaikan
dengan bahasa
yang menarik
dan lazim dalam
komunikasi tulis
Bahasa
Indonesia.
Baik (3)
Cukup (2)
Kurang (1)
3. Dialogsis dan
interaktif
Kemampuan memotivasi
peserta didik.
Bahasa yang
digunakan
membangkitkan
rasa senang
ketika peserta
didik
membacanya dan
mendorong
mereka untuk
mempelajari
buku tersebut
secara tuntas
Sangat baik (4)
Baik (3)
Cukup (2)
Kurang (1)
Kesesuaian dengan
perkembangan
intelektual peserta didik.
Bahasa yang
digunakan dalam
menjelaskan
suatu konsep
harus sesuai
dengan tingkat
perkembangan
kognitif peserta
didik.
Sangat baik (4)
Baik (3)
Cukup (2)
Kurang (1)
Kesesuaian dengan
tingkat perkembangan
emosional peserta didik.
Bahasa yang
digunakan sesuai
dengan tingkat
kematangan
emosional
peserta didik
Sangat baik (4)
Baik (3)
Cukup (2)
Kurang (1)
Sumber BNSP (dalam Muljono 2007)
60
Tabel 3.2 Kriteria Kelayakan Ahli Materi
Aspek Materi
No. Indikator Subindikator Deskriptor Nilai
1. Menampilkan
kegiatan
pendahuluan,
inti penutup
Kegiatan
pendahuluan
(orientasi, apersepsi,
motivasi, pemberian
acuan)
a. Seluruh aspek kegiatan
pendahuluan terpenuhi
Sangat baik (4)
b. Satu aspek pada kegiatan
pendahuluan tidak
terpenuhi
Baik (3)
c. Dua aspek pada kegiatan
pendahuluan tidak
terpenuhi
Cukup (2)
d. Tiga aspek pada kegiatan
pendahuluan tidak
terpenuhi
Kurang (1)
Kegiatan inti a. semua kegiatan sudah
terpenuhi
Sangat baik (4)
b. terdapat 1—3 bagian
tidak terpenuhi
Baik (3)
c. terdapat 4—6 bagian
tidak terpenuhi
Cukup (2)
d. seluruh kegiatan tidak
terpenuhi Kurang (1)
Kegiatan penutup a. seluruh aspek pada
kegiatan penutup
terpenuhi
Sangat baik (4)
b. satu aspek pada kegiatan
penutupan tidak
terpenuhi
Baik (3)
c. Dua aspek pada kegitan
penutup tidak terpenuhi
Cukup (2)
d. Lebih dari tiga aspek
tidak terpenuhi
Kurang (1)
2. Kesesuaian
kegiatan
dengan
pendekatan
pembelajaran
Pendekatan scientific
(mengamati,
menanya, menalar,
mencoba,
membentuk
jaringan)
a. seluruh kegiatan
scientific terpenuhi
Sangat baik (4)
b. satu aspek pada
pendekatan scientific
tidak terpenuhi
Baik (3)
c. dua aspek pada
pendekatan scientific
tidak terpenuhi
Cukup (2)
d. tiga aspek pada
pendekatan scientific
Kurang (1)
61
tidak terpenuhi.
3. kesesuaian
dengan
model
pembelajaran
Model project based
learning
a. seluruh tahapan
pembelajaran dengan
model peoject based
learning terpenuhi
Sangat baik (4)
b. tahapan 1-2 dengan
model peoject based
learning terpenuhi
Baik (3)
c. tahapan 3-4 dengan
model peoject based
learning terpenuhi
Cukup (2)
d. tahapan 5-6 dengan
model peoject based
learning terpenuhi
Kurang (1)
4. Kesesuaian
penyajian
dengan
sistematika
materi
Materi teks persuasi a. materi pembelajaran
tersampaikan dengan
maksimal
Sangat baik (4)
b. materi pembelajaran
tersampaikan dengan
baik
Baik (3)
c. materi pembelajaran
cukup tersampaikan
Cukup (2)
d. materi pembelajaran
kurang tersampaika
Kurang (1)
5. Kesesuaian
alokasi waktu
dengan
cangkupan
materi
Waktu pembelajaran a. waktu pembelajaran
teralokasi dengan
maksimal
Sangat baik (4)
b. waktu pembelajaran
teralokasi dengan baik
Baik (3)
c. waktu pembelajaran
teralokasi dengan cukup
Cukup (2)
d. waktu pembelajaran
kurang teralokasi
Kurang (1)
Sumber : Sudjana, Nana (2011)
62
Kemudian hasil uji kelayakan dari para ahli dicari rata-rata empirisnya dengan rumus:
X = ∑x
Keterangan :
X : skor rata-rata
∑x : jumlah skor
n : jumlah indikator
Menghitung rerata nilai dengan rumus sebagai berikut.
Rerata nilai = Skor diperoleh
Jumlah indikator
Kemudian menghitung rerata persentase dengan rumus sebagai berikut.
Rerata persentase = Skor diperoleh x 100 %
Skor tertinggi
Skor yang diperoleh kemudian diubah dalam bentuk presentase. Dasar
penemuan skala kelayakan dalam bentuk presentase sebagai berikut.
n
63
Grafik Skala Likeart atau Skema Kelayakan
(Sugiyono, 2016)
Kriteria kelayakan materi skenario pembelajaran, yaitu
1. pendahuluan pada skenario pembelajaran disajikan secara runtut mencakup
seluruh aspek, yaitu orientasi, apersepsi, motivasi, pemberian acuan;
2. kegiatan inti pada skenario pembelajaran disajikan dengan runtut mencakup
seluruh aspek;
3. kegiatan penutup skenario pembelajaran mencakup seluruh tahapan dan
dilaksanakan dengan urut;
4. skenario pembelajaran mencakut pendekatan scientific, yaitu mengamati,
menanya, menalar, mencoba, membentuk jaringan;
5. skenario pembelajaran sesuai dengan tahapan model pembelajaran project
based learning;
64
6. materi yang disajikan mencakup materi yang terkandung dalam kompetensi
dasar teks persuasi;
7. waktu pembelajaran dapat dialokasikan dengan baik dan maksimal.
Kriteria kelayakan bahasa skenario pembelajaran, yaitu
1. kalimat yang digunakan mewakili isi pesan atau informasi yang ingin
disampaikan dengan tetap mengikuti tata kalimat Bahasa Indonesia;
2. kalimat yang digunakan sederhana dan langsung ke sasaran;
3. istilah yang digunakan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia dan /
atau adalah istilah teknis yang telah baku digunakan dalam fungsi;
4. tata kalimat yang digunakan untuk menyampaikan pesan mengacu kepada
kaidah tata Bahasa Indonesia yang baik dan benar;
5. tanda baca yang digunakan mengacu kepada pedoman Ejaan Yang
Disempurnakan;
6. pesan atau informasi disampaikan dengan bahasa yang menarik dan lazim
dalam komunikasi tulis Bahasa Indonesia;
7. bahasa yang digunakan membangkitkan rasa senang ketika peserta didik
membacanya dan mendorong mereka untuk mempelajari buku tersebut secara
tuntas;
8. bahasa yang digunakan dalam menjelaskan suatu konsep harus sesuai dengan
tingkat perkembangan kognitif peserta didik;
9. bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat kematangan emosional peserta
didik.
98
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian skenario pembelajaran teks persuasi dengan model
project based learning di SMP dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Skenario pembelajaran dengan model project based learning memiliki enam
tahapan sebagai berikut.
1) Guru menginformasikan kompetensi dan topik. Tahapan pertama dalam
pembelajaran menggunakan model project based learning dilaksanakan
dengan penyampaian kompetensi dasar atau topik pembelajaran oleh guru
kepada siswa. Penyampaian kompetensi dasar dan topik bertujuan agar
siswa mengetahui topik pembuatan proyek yang akan dilaksanakan.
2) Siswa mengidentifikasikan masalah/pertanyaan sesuai topik. Tahapan
kedua dalam pembelajaran menggunakan model project based learning
dilaksanakan dengan instruksi guru kepada siswa agar siswa memulai
untuk mengidentifikasi permasalahan sesuai dengan topik. Instruksi yang
diberikan bertujuan untuk menstimulus siswa agar memulai
mengidentifikasi masalah dan pertanyaan. Guru dalam tahapan kedua
99
pembelajaran model project based learning berperan sebagai fasilitator
apabila siswa mengalami kendala dan kesulitan.
3) Kelompok membuat rencana proyek untuk solusi masalah. Tahapan ketiga
dalam pembelajaran menggunakan model project based learning,
dilaksankan setelah siswa sudah mampu menyelesaikan identifikasi
masalah/ pertanyaan sesuai topik. Tahapan ketiga diawali dengan instruksi
guru kepada kelompok belajar siswa untuk memulai membuat rencana
proyek. Rencana proyek yang dibuat siswa berfungsi sebagai solusi
masalah sesuai dengan topik perencanaan proyek.
4) Kelompok belajar siswa dapat membuat proyek. Tahapan keempat dalam
pembelajaran menggunakan model project based learning ditandai dengan
kelompok belajar siswa sudah mampu membuat proyek/produk sesuai
dengan topik dan tujuan pembelajaran. Guru pada tahapan pembelajaran
keempat dapat melakukan pengawasan, pemeriksaan, dan pemberian
pertanyaan pada tiap-tiap kelompok belajar siswa untuk memastikan
apakah kelompok siswa sudah mampu membuat proyek.
5) Presentasi proyek. Tahapan kelima dalam pembelajaran menggunakan
model project based learning dilaksankan dengan presentasi hasil
pembuatan proyek oleh semua kelompok belajar siswa. Tahapan kelima
diawali dengan instruksi guru kepada kelompok belajar siswa yang sudah
siap untuk presentasi. Presentasi proyek bertujuan untuk bertukar informasi
100
dan pengetahuan antar kelompok dengan hasil pembuatan proyek yang
bervariasi.
6) Refleksi kegiatan belajar. Tahapan keenam dalam pembelajaran
menggunakan model project based learning dilaksanakan dengan
pengulasan kembali hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru
pada refleksi kegiatan belajar bertugas untuk memberikan stimulus kepada
siswa agar siswa berani untuk mengungkapkan hasil pemahamannya.
Setelah siswa mampu mengungkapkan pemahaman yang diperoleh selama
pembelajaran guru memberikan simpulan dan menjawab apabila masih ada
pertanyaan dari siswa.
2. Kelayakan skenario pembelajaran diperoleh dari hasil validasi ahli materi dan ahli
bahasa. Hasil validasi ahli materi terhadap skenario pembelajaran yang
dikembangkan memperoleh skor rata-rata 92,8% dengan kriteria sangat layak.
Validari ahli bahasa terhadap skenario pembelajaran yang dikembangkan
memperoleh skor rata-rata 77,8% dengan kriteria sangat layak. Berdasarkan hasil
penilaian kelayakan oleh ahli, dapat disimpulkan bahwa produk skenario
pembelajaran teks persuasi menggunakan model project based learning di SMP
layak untuk digunakan dalam pembelajaran.
101
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan skenario, penulis menyampaikan
beberapa saran sebagai berikut.
1. Bagi guru, hasil penelitian skenario ini dapat dimanfaatkan sebagai kelengkapan
kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan;
2. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan untuk menambah
wawasan mengenai skenario dan variasi model pembelajaran.
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai reverensi penelitian pengembangan skenario
pembelajaran agar dapat menyempurnakan dan melengkapai penelitian yang sudah
dilakukan dengan variatif model pembelajaran dan materi yang lain.
102
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Eka Sofia dan Yunita Fitri. 2015. Penyajian Kegiatan Pembelajaran
Berbasis Pendekatan Ilmiah (Saintific Approach) dalam Buku Teks Bahasa
Indonesia (Kajian Telaah Buku Teks). Universitas Lampung: FKIP.
Ariyana, yoki dkk.2018. Buku pegangan pembelajaran berorientasi pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Djamarah, Saiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Finoza, Lamudin. 2013. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Ihsan, Fuad. 2011. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Kosasih dan Kurniawan Endnag. 2018. Jenis-Jenis Teks. Bandung: Yrama Widya.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lestari, Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang:
Akademia Permata.
Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
Muljono, Pudji. 2007. Buletin BNSP vol.II/No.1/Januari 2007. Kegiatan Penilaian
Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:BNSP.
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Akasara.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Priyatni, Tri Endah. 2015. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum
2013. Jakarta: Bumi Aksara.
103
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo.
Sani, Ridwan. 2019. Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills).
Tanggerang: Tira Smart.
Sudaryono dkk. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda
Karya.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pengembangan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: kencana prenadamedia group.
Universitas Lampung. 2018. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandarlampung:
Universitas lampung.
Jurnal :
Hidayati, Syafa’atul. (2013). Pengembangan Skenario Problem Based Learning
dalam Mata Pelajaran Ekonomi SMA. Ekuitas-Jurnal Pendidikan Ekonomi, 1,
35-36. http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id di akses pada 11 Desember 2019
pukul 10.30
M. Burhanuddin Robani. 2015. Kemampuan Menulis Persuasi Siswa Kelas X MA Al
Fatah Natar Tahun Ajaran 2013/2014. Lampung: Universitas Lampung.
Setiawan, Dika. (2013). Pendekatan Saintifik Dan Penilaian Autentik Untuk
Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta:
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
104
https://belajar.dedeyahya.web.id/2011/10/skenario-pembelajaran.html, diakses pada
tanggal 9 Oktober 2019 pukul 20.00
https://bsnp-indonesia.org/Permendikbud no 22 tahun 2016.pdf, diakses pada tanggal
11 Desember 2019 pukul 15.00