PENGEMBANGAN EKOTEKNOLOGI DENGAN PROSES AERASI...
-
Upload
nguyendien -
Category
Documents
-
view
245 -
download
0
Transcript of PENGEMBANGAN EKOTEKNOLOGI DENGAN PROSES AERASI...
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 1
PENGEMBANGAN EKOTEKNOLOGI DENGAN PROSES AERASI-
FILTRASI UNTUK MENURUNKAN KADAR H2S PADA LIMBAH CAIR
PASAR IKAN
Studi Kasus : Pasar Ikan Kawasan Pantai Depok, Bantul, Yogyakarta
Triatmi Sri Widyaningsih1
Abstrak
Pantai Depok merupakan pantai yang memiliki daya tarik tersendiri bagi
pengunjungnya, salah satunya yaitu pasar ikan segar. Namun keberadaan pasar ikan tersebut
belum dilengkapi dengan pengolahan limbah cair. Limbah cair hasil dari kegiatan pasar ikan
tersebut hanya sebatas pengumpulan dalam saluran pengumpul dan langsung dibuang ke sungai.
Hal ini berdampak pada lingkungan, salah satunya bau busuk yang dihasilkan karena bentuk
saluran yang terbuka. Maka dari itu perlu adanya penanganan berupa teknologi pengolahan
limbah cair ikan dengan menggunakan sistem aerobik lumpur aktif yang dilengkapi dengan
proses filtrasi. Melalui penelitian ini diharapkan mendapatkan penurunan konsentrasi parameter
bahan pencemar H2S dalam limbah cair ikan.
Penelitian ini menggunakan metode kontinyu. Variabel terikat yang digunakan yaitu
parameter H2S dan variable bebas adalah jumlah lubang nozzle pada aerator yaitu: 40, 50 dan 60
lubang dengan ketinggian nozzle 15 cm (berada di tengah-tengah bak aerator). Penelitian dimulai
dengan aklimasi bakteri Pseudomonas aureginosa sebagai biomassa dalam lumpur aktif selama
12 hari. Mula-mula air dialirkan secara grafitasi ke bak aerasi lumpur aktif, kemudian
dilanjutkan dengan proses sedimentasi, dan proses filtrasi dengan menggunakan media pasir
aktif dan karbon aktif. Air baku yang dipakai berasal dari pasar ikan Pantai Depok, Bantul,
Yogyakarta.
Dari analisa air baku awal diperoleh hasil konsentrasi H2S sebesar 7,54 mg/L. Dengan
berbagai variasi jumlah lubang nozzle yang dilakukan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
semakin banyak jumlah lubang nozzle yang digunakan semakin tinggi pula tingkat penyisihan
konsentrasi zat pencemar parameter H2S dalam limbah cair ikan, yaitu dengan jumlah lubang 60
dan efisiensi sebesar 19,97%. Namun efisiensi penyisihan sulfur pada metode aerasi-filtrasi
dengan menggunakan bakteri Pseudomonas aureginosa ini masih tergolong rendah, hal ini
dikarenakan adanya proses siklus sulfur atau daur belerang dalam daur biogeokimia yang sangat
cepat, sehingga pada proses ini memerlukan waktu tinggal yang lebih lama lagi.
Kata kunci : limbah air pasar ikan, aerasi dan filtrasi, H2S.
DEVELOPMENT ECOTECHNOLOGY WITH PROCESS AERATION-
FILTRATION TO REDUCE LEVELS OF H2S IN THE LIQUID WASTE
WATER FISH MARKET
Study Case : Fish Market in the Depok Beach, Bantul, Yogyakarta
Abstract
Depok beach is a beach that has special attractions for visitors, one of which is a fresh
fish market. But the fish market is not equipped with a waste water treatment facility. The result is
waste water diposal from fish market activity is limited to collection in the collecting duct and
discharge into the river directly. It impacts the environment in different ways, one of which is the
1 Tulisan ini sudah diseminarkan di DIPA Kopertis 2 Abstact ini telah di periksa oleh ICEE (International Center For English Excellence)
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 2
stench from open canals. So, it is necessary to handle liquid waste from fish using treatment
technology that uses aerobic activated sludge systems that are equipped with a filtration process.
Through this research is expected to further reduce pollutant parameters of H2S
concentration in the effluent from fish. This study uses the continuous method. The fixed variable
is the parameters of H2S and the free variable is the number of nozzle holes in the aerator, which
are : 40, 50 and 60 holes with the nozzle hight at 15 cm (in the center of the aerator tub). The
study begins with bacteria acclimation pseudomonas aureginosa as biomass in the activated
sludge for 12 days. At first, the water is gravity flowed to the activated sludge aeration basin
followed by a process of sedimentation, then the filtration process uses active sand media and
active carbon. Raw wastewater comes from the fish market at the Depok beach, Bantul,
Yogyakarta.
From the initial raw wastewater, analysis results obtained showed H2S concentration at
7,54 mg/L. The number of nozzle holes was varied. The result of this study shows that the greater
the number of nozzle holes used, the higher the elimination of contaminants. Concentration of H2S
parameters in the liquid waste water from fish, is 60 holes and efficiency at 19,97 % (20 %).
However, efficiency to eliminate sulphur using aeration-filtrition with bacteria Pseudomonas
aureginosa is still belong to low, cause there is a sulphur cycle process or sulphur cycle in bio-
chemical rapidly, so this process needs a longer detention times.
Keywords : the waste water fish market, aeration and filtration, H2S (sulfuric acid)
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan penduduk dan
kemajuan pembangunan disegala
bidang mengalami perkembangan
yang sangat pesat, salah satunya
adalah sektor pariwisata. Pantai
depok merupakan tempat rekreasi
yang memiliki daya tarik tersendiri.
Namun peningkatan daya tarik
tersebut perlu adanya peningkatan
pengelolaan lingkungan. Dengan
demikian fasilitas sanitasi
lingkungan dan pengelolaan limbah
yang dihasilkan oleh kegiatan
masyarakat harus diperhatikan agar
pengunjung dapat menikmati hasil
sumber daya kelautannya dengan
nyaman.
Air buangan yang berasal
mulai dari kapal pengangkut ikan
hingga ke pasar ikan dimana para
pengunjung dapat membeli ikan
sekaligus dimasak. Air limbah
tersebut biasanya ditampung ke
saluran bak penampung dan dibuang
ke saluran pembuangan yang
mengarah ke sungai. Sumber
pencemar badan air yang berasal dari
limbah domestik tersebut dari tahun
ketahun semakin meningkat dan
penanganan belum berimbang dan
memadai, sehingga menyebabkan
sungai maupun air tanah dapat
tercemar dan akan menimbulkan
berbagai macam masalah. Hal ini
menjadikan kesan kurangnya estetika
lingkungan bagi pengunjung
ditambah bau busuk hydrogen sulfida
(H2S) yang dihasilkan karena sistem
penyaluran yang terbuka. Sumber
hydrogen sulfida dalam perairan
antara lain berasal dari proses
dekomposisi bahan organik pada pH
rendah dan kondisi anaerob. Karena
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 3
ikan mengandung protein, lemak,
mineral dan karbohidrat yang tinggi
menyebabkan air limbah bekas
pencucian ikan akan terjadi
penguraian oleh mikroorganisme
baik aerob maupun anaerob,
sehingga menyebabkan senyawa
hasil pembusukan seperti sulfida
tinggi. Hal inilah yang menjadikan
penulis untuk mengadakan penelitian
air limbah tersebut, salah satunya
berupa “unit pengolah air limbah”
yaitu teknologi alternatif pengolahan
air limbah dengan menggunakan
metode pengolahan berdasarkan
aerasi dan filtrasi. Salah satu
prosesnya yaitu menggunakan proses
aerobik dengan pertumbuhan bakteri
(lumpur aktif).
Proses aerasi kontak
dikombinasikan dengan unit
sedimentasi dan dilengkapi dengan
proses adsorbsi-filtrasi, diharapkan
mampu mengurangi kadar parameter
bahan pencemar senyawa hasil
pembusukan seperti sulfida. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang
bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
pengolahan air limbah khususnya air
limbah ikan.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui variasi jumlah
nozzle yang terbaik pada proses
aerasi-filtrasi dalam menurunkan
kadar H2S
2. Untuk mengetahui efektivitas
proses aerasi-filtrasi dalam
pengolahan limbah cair pasar
ikan.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan
dengan batas sebagai berikut :
1. Sampel yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah
limbah cair ikan hasil kegiatan di
Pasar ikan pantai Depok
2. Penentuan efektivitas media
berdasarkan atas kemampuan
penurunan kandungan
konsentrasi H2S pada limbah cair
3. Dalam penelitian ini pembahasan
lebih difokuskan pada proses
aerasi dengan pertumbuhan
bakteri namun unit pengolah
yang digunakan merupakan
kesatuan dari proses aerasi-
sedimentasi-filtrasi;
4. Penelitian dilakukan dalam skala
laboratorium.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Limbah
Setiap aktifitas manusia
menghasilkan buangan atau limbah,
baik berupa limbah padat, limbah
cair maupun gas. Berdasarkan
sumbernya, air buangan dapat
berasal dari rumah tangga maupun
industri, yang dapat mencemari air
tanah maupun air permukaan
(Tchobanoglous dkk., 2003).
Dalam garis besarnya,
aktivitas hidup manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidup terdiri
dari aktivitas rumah tangga, aktivitas
pertanian untuk menghasilkan bahan
makanan dan aktivitas industri untuk
memenuhi kebutuhan lain seperti
sandang, pangan, papan, pendidikan,
kesehatan, rekreasi dan lain-lain.
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 4
Sumber air limbah pasar ikan laut
berasal dari proses antara lain :
a. Pembersihan ikan, lendir dan
kotoran ikan
b. Pembersihan tempat jualan/pasar
c. Pembersihan peralatan dan
wadah ikan
B. Komposisi Kandungan Bahan
Pada Ikan
Tabel 1. Kandungan Komposisi Bahan pada Ikan
No Komposisi Bahan Ikan Prosentase Kandungan
1. Air 66 – 84 %
2. Protein 15 – 24 %
3. Lemak 0,1 – 22 %
4. Mineral 0,8 – 2 %
5 Karbohidarat 0,3 %
(Sumber : Dirjend Perikanan, 1981)
C. Pencemaran Oleh Sulfur (H2S)
Pengertian dan definisi siklus
sulfur. Siklus sulfur atau daur
belerang dalam daur biogeokimia.
Siklus sulfur adalah perubahan sulfur
dari hidrogen sulfida menjadi sulfur
diokasida lalu menjadi sulfat dan
kembali menjadi hidrogen sulfida
lagi. Sulfur di alam ditemukan
dalam berbagai bentuk. Dalam tanah
sulfur ditemukan dalam bentuk
mineral, di udara dalam bentuk gas
sulfur dioksida dan didalam tubuh
organisme sebagai penyusun protein.
Hidrogen sulfida (H2S)
berasal dari penguraian hewan dan
tumbuhan yang mati oleh
mikroorganisme seperti bakteri dan
jamur. Dalam daur sulfur atau siklus
belerang, untuk merubah sulfur
menjadi senyawa belerang lainnya
setidaknya ada dua jenis proses yang
terjadi, yaitu melalui reaksi antara
sulfur, oksigen dan air serta oleh
aktivitas mikrorganisme. Beberapa
mikroorganisme yang berperan
dalam siklus sulfur adalah dari
golongan bakteri, antara lain adalah
bakteri desulfomaculum dan bakteri
desulfibrio yang akan mereduksi
sulfat menjadi sulfida dalam bentuk
hidrogen sulfida (H2S). Kemudian
H2S digunakan oleh bakteri
fotoautotrof anaerob (chromatium)
dan melepaskan sulfur serta oksigen.
Kemudian sulfur dioksidasi, yang
terbentuk di ubah menjadi sulfat oleh
bakteri kemolitotrof.
D. Karakteristik Bakteri
Pseodomonas
Menurut Austin (1988),
Pseudomonas adalah bakteri yang
penting dalam keseimbangan di
alam, secara global aktif dalam
dekomposisi secara aerobik dan
biodegradasi karena memainkan
kunci penting dalam siklus karbon.
Pseudomonas termasuk bakteri Gram
negatif, sel berbentuk batang.
Melalui proses mineralisasi
protein akan terbentuk asam sulfat
yang merupakan bentuk sulfur
anorganik. Selanjutnya H2S dapat
diubah oleh Pseudomonas menjadi
bentuk-bentuk sulfit atau sulfat.
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 35
Sulfat kemudian akan segera
direduksi menjadi H2S begitu berada
dalam sel bakteri dan bergabung
sebagai senyawa organik. Beberapa
senyawa organik yang mampu
dipecah oleh bakteri Pseudomonas
seperti: selulosa hemiselulosa, pati,
protein, asam nukleat kutin, lignin,
pektin, inulin dan kitin.
E. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah proses
penyesuaian diri dari individu
terhadap perubahan kondisi
lingkungan, proses penyesuain disini
lebih ditekankan pada perubahan
fenotif penyesuaian bertujuan untuk
bertahan pada kondisi lingkungan
yang berbeda dari tempat asalnya.
F. Proses Lumpur Aktif
Menurut Tjokrokusumo
(1995), proses lumpur aktif adalah
salah satu proses oksidasi biologi,
dimana bahan organik dirubah
menjadi bahan anorganik, terjadi
kontak antara air buangan dengan
flok yang sudah terbentuk terlebih
dahulu dalam keadaan aerobik.
Proses lumpur aktif terdiri dari 2
buah tangki/unit pengolah, yaitu :
a. Tangki aerasi
Dalam tangki aerasi terjadi reaksi
penguraian zat organik secara aerob.
Persamaan umum reaksi penguraian
secara aerob adalah sebagai berikut :
mikroba aerob
Bahan organik + O2 sel
baru + energi untuk sel + CO2 + H2O
+ produk akhir lainnya
b. Tangki pemisah atau pengendap
biosolid.
G. Adsorbsi Filtrasi
Adsorbsi merupakan proses
penjerapan yang terjadi pada
permukaan benda padat sehingga
komponen bahan organik akan
terkumpul dipermukaan. Adsorbsi
adalah proses penempelan substansi
terlarut (soluble) yang ada dalam
larutan, oleh permukaan zat atau
benda penjerap, sehingga terjadi
suatu ikatan kimia fisik antara
substansi dengan penjerapnya,
sedangkan absorbsi adalah
mengumpulnya suatu bahan pada
suatu permukaan adsorben padat.
Oleh karena keduanya sering muncul
bersamaan dalam proses, maka ada
yang menyebutnya sorbsi, baik
adsorbsi maupun absorpsi. Filtrasi
bertujuan untuk menghilangkan
bahan – bahan yang terlarut dan tidak
terlarut. Pada penyaringan terjadi
proses fisik, kimia, dan berbagai
diantaranya mikrobiologis pada
proses biologis, guna memisahkan
air dari kotorannya (Pusteklim,
2008).
III. METODOLOGI
PENELITIAN
A. Alat Dan Bahan
1. Unit aerasi-sedimentasi-
filtrasi
2. Rangkaian besi penopang alat
3. Bak penampung air limbah
4. Bak penampung air hasil
olahan
5. Pompa aerasi
B. Bahan Yang Diperlukan:
1. Air limbah pencucian ikan
hasil kegiatan di pasar ikan
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 36
pantai Depok, Bantul
Yogyakarta
2. Isolate Pseudomonas
3. Lumpur Aktif
4. Pasir aktif
5. Karbon aktif.
C. Proses Penelitian
1. Mensetting alat percobaan
dengan :
a) mengisi media filter
marmer 5 cm sebagai
penyangga, pasir aktif 15
cm dan karbon aktif 15
cm;
b) memasang aerator dengan
tube diffuser disesuaikan
dengan perlakuan yaitu 50
lubang, diletakkan sesuai
posisi (15 cm) dari tinggi
bak aerasi;
c) menyamakan debit air dari
bak penampung ke unit
aerasi dengan debit 0,68
liter/menit dan sampai
melewati seluruh unit
pengolah limbah.
2. Membiarkan proses
berlangsung secara kontinyu
3. Mengambil sampel air
sebelum penelitian
berlangsung (Sample 1),
kemudian mengambil sampel
setelah air melewati unit
aerasi-sedimentasi dan filtrasi
seluruh unit pengolah (Sample
2)
4. Pengambilan sampel
dilakukan 3 x ulangan
5. Air yang dihasilkan setelah
perlakuan dilakukan uji
laboratorium.
6. Dilakukan analisa di
laboratorium (parameter
S/H2S) guna memperoleh
efisiensi kinerja alat.
7. Parameter yang diukur pada
penelitian ini meliputi pH,
suhu, kelembaban udara,
kandungan S/H2S dalam air
buangan sebelum dan sesudah
proses oleh alat dalam satuan
mg/L.
Gambar 1. Alat Instalasi
Pengolahan Air Limbah untuk
proses aerasi-filtrasi,
Percobaan skala laboratorium
D. Hasil Penelitian Dan
Pembahasan
1. Hasil Penelitian Setelah Proses
Aerasi-Filtrasi (Over All)
Pada penelitian ini hasil
pengukuran penurunan konsentrasi
pada air limbah Pasar Ikan Pantai
Depok, diambil setelah melewati
proses aerasi-filtrasi atau Over all
disajikan pada Tabel 2.
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 37
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Air Limbah Pasar Ikan Setelah
Proses Aerasi-Filtrasi
Tinggi nozzle Jumlah lubang
nozzle
Konsentrasi H2S (mg/L)
Rata-rata Air
baku Hasil Olahan Penurunan
15 cm
40 lubang 7,54 6,32 1,22
50 lubang 7,66 6,41 1,25
60 lubang 7,81 6,25 1,56
Sumber : Data Primer, 2013.
Data dari tabel 2 dapat
disajikan dalam bentuk grafik
hubungan antara jumlah lubang
nozzle aerator terhadap
penurunannya H2S (mg/L) setelah
proses aerasi-filtrasi, secara visual
akan jelas terlihat perbedaan
besarnya penurunan disajikan pada
Gambar 2 di bawah ini.
Grafik 1. Hubungan Lubang Nozzle Terhadap Kemampuan
Penurunan H2S
Gambar 2. Grafik Hubungan antara Jumlah Lubang Nozzle Terhadap Rata-Rata
kemampuan penurunan Konsentrasi H2S (mg/L) setelah Proses Aerasi-Filtrasi
Gambar Grafik 2
menunjukkan adanya besarnya
penurunan konsentrasi H2S setelah
proses aerasi-filtrasi pada perlakuan
ketinggian nozzle 15 cm dengan
jumlah lubang 40 yaitu sebesar 1,22
mg/L (dari konsentrasi awal 7,54
mg/L menjadi 6,32 mg/L).
Sedangkan penurunan konsentrasi
H2S pada jumlah lubang 50 sebesar
1,25 mg/L (dari 7,66 mg/L menjadi
6,41 I mg/L) dan dengan jumlah
lubang nozzle 60 mampu
menghasilkan penurunan konsentrasi
H2S sebesar 1,56 mg/L yaitu dari
0
0,5
1
1,5
2
40 50 60
H2S
(mg/
L)
jumlah nezzle
Grafik hub.jumlah lubang nozzle thd kemampuan penurunan H2S
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 38
konsentrasi 7,81 mg/L menjadi 6,25
mg/L.
2. Efisiensi Alat Pengolahan pada
Ketinggian Nozzle 15 cm
dengan Variasi Jumlah Lubang
Nozzle
Dari tabel 2 dan 2 diatas
terlihat adanya penurunan kadar rata-
rata H2S setelah melewati proses
aerasi-filtrasi (over all). Data
tersebut dapat pula disajikan dalam
berbagai tingkat efisiensi penurunan
konsentrasi parameter H2S dengan
ketinggian 15 cm dan variasi jumlah
lubang nozzle, disajikan pada Tabel
3 sebagai berikut :
Tabel 3. Efisiensi (%) Pengolahan
Limbah Cair Pasar Ikan Pantai
Depok Setelah Proses Aerasi-
Filtrasi
Tinggi
nozzle
Variasi
Jumlah
lubang nozzle
Efisiensi
(%) H2S
15 cm
40 lubang 16,18 %
50 lubang 16,32 %
60 lubang 19,97 %
Sumber : Data Primer, 2013.
Pada tabel 3 jelas terjadi
kenaikan efisiensi pada setiap variasi
lubang. Semakin banyak lubang
semakin besar pula kemampuan
penyisihan konsentrasi pencemar
konsentrasi H2S.
IV. PEMBAHASAN
Hasil pengamatan parameter
pendukung pada tahap perlakuan
adalah sebagai berikut:
1. Kondisi selama penelitian
menunjukkan bahwa : pH
sampel air saat perlakuan awal
hingga akhir di lokasi
penelitian relative sama, yaitu
rerata berada pada pH 6,5 - 7,5.
Karena nilai pH merupakan
factor kunci bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Beberapa
bakteri dapat hidup pada pH di
atas 9,5 dan di bawah 4,0.
Akan tetapi secara umum pH
optimum bagi pertumbuhan
mikroorganisme adalah kisaran
6,5-7,5.
2. Suhu udara lingkungan selama
penelitian berkisar antara suhu
27-28oC. Suhu merupakan
suatu faktor yang berpengaruh
terhadap penyerapan oksigen
meningkat seiring dengan
kenaikan suhu, karena suhu
dalam air akan mempengaruhi
tingkat difusi, tegangan
permukaan dan kekentalan air.
Kemampuan difusi oksigen
meningkat dengan peningkatan
suhu, sedang tegangan
permukaan dan kekentalan
menurun seiring dengan
kenaikan suhu.
3. Kelembaban udara: perubahan
kelembaban udara lingkungan
pada saat awal perlakuan
hingga akhir perlakuan yaitu
berada pada 75 – 77%.
Berdasarkan analisa hasil yang
telah disajikan diketahui bahwa
penurunan kadar H2S melalui proses
aerasi-filtrasi pada IPAL percobaan
skala laboratorium sebagai berikut
variasi terbaik dalam menurunkan
kadar H2S yaitu tinggi nozzle 15 cm
dan jumlah lubang nozzle 60 lubang.
Hasil penurunan kadar H2S setelah
melewati proses aerasi-filtrasi
diperoleh penurunan kadar sebesar
1,56 mg/L dari kadar awal 7,81 mg/L
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 39
dengan efisiensi tertinggi sebesar
19,97 %. Namun efisiensi
penyisihan sulfur pada metode
aerasi-filtrasi dengan menggunakan
bakteri Pseudomonas aureginosa ini
masih tergolong rendah, hal ini
dikarenakan adanya proses siklus
sulfur atau daur belerang dalam daur
biogeokimia yang sangat cepat yaitu
perubahan sulfur dari hydrogen
sulfide menjadi sulfur dioksida lalu
menjadi sulfat dan kembali menjadi
hydrogen sulfide lagi, sehingga pada
proses ini memerlukan waktu tinggal
yang lebih lama lagi.
Pada variasi jumlah lubang
60 dan tinggi nozzle 15 cm distribusi
udara dari aerator lebih banyak dan
menyebar, sehingga kebutuhan
oksigen untuk bakteri melakukan
penguraian H2S terjadi lebih cepat
sesuai dengan reaksi :
2H2S + 2,5 O2 2 SO2 + 2H+ +
H2O
2SO2 + 0,5 O2 2 SO32+
SO32+ + O2 SO4
2+
Berdasarkan reaksi tersebut
H2S diuraikan oleh bakteri dalam
lumpur aktif menjadi sulfit dan
sulfat. Selain itu keberadaan media
filtrasi berupa karbon aktif yang
berfungsi menyerap senyawa organik
maupun anorganik, penyerap gas,
penyerap logam, menghilangkan
polutan mikro misalnya detergen,
bau, senyawa phenol dan lain
sebagainya. Pada media pasir aktif
ini terjadi proses adsorpsi, yaitu
proses penyerapan zat-zat yang
dihilangkan oleh KMnO4 dalam
pasir baik salah satunya hasil
degradasi H2S berupa sulfit dan
sulfat. Pada variasi ini secara visual
hasil pengolahan limbah cair tersebut
bau yang menyengat dari limbah
berkurang dibandingkan dengan air
baku, sehingga lebih maksimal
dalam menurunkan kadar H2S.
Selain itu aktivitas
mikroorganisme untuk mendegradasi
bahan organik belum terlihat nyata
dalam waktu tinggal yang pendek
karena biomassa masih sedikit
sehingga kurang efektif dalam
menurunkan beban limbah. Waktu
aerasi diartikan sebagai lamanya
penambahan udara pada reaktor
lumpur aktif. Hal ini berhubungan
dengan banyaknya udara yang
disediakan untuk kehidupan
mikroorganisme aerobik. Dengan
banyaknya mikroorganisme aerobik
dan cukupnya oksigen terlarut maka
bahan organik akan cepat
terdegradasi. Dalam penelitian ini
waktu aerasi 30 menit dimungkinkan
selama waktu tersebut proses
degradasi limbah belum maksimal.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan
pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pada parameter H2S variasi
jumlah nozzle yang efektif
dalam penelitian ini adalah
dengan ketinggian nozzle 15
cm, sedangkan untuk variasi
jumlah lubang yang paling
efektif pada parameter H2S
adalah jumlah lubang nozzle
60 lubang.
2. Efektifitas penurunan kadar
parameter limbah cair pasar
ikan melalui proses aerasi-
filtrasi diperoleh aefisiensi
tertinggi untuk H2S adalah
19,97 %. Akan tetapi hasil
penyisihan konsentrasi H2S
yang didapatkan belum
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 40
memenuhi standard baku
mutu yang ditetapkan oleh
Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Istimewa Yogyakarta,
No : 214/KPTS/1991 tentang
“Baku Mutu Lingkungan
Daerah untuk Wilayah
Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta bagi Baku Mutu
Limbah Cair.
3. Hidrogen sulfida (H2S)
berasal dari kotoran ikan dan
penguraian hewan serta
tumbuhan yang mati oleh
mikroorganisme seperti
bakteri dan jamur. Dalam
daur sulfur atau siklus
belerang, untuk merubah
sulfur menjadi senyawa
belerang lainnya setidaknya
ada dua jenis proses yang
terjadi yaitu melalui reaksi
antara sulfur, oksigen dan air
serta oleh aktivitas
mikrorganisme.
4. Dalam penggunaan alat
instalasi pengolahan air
limbah ini ternyata pengaruh
penurunan polutan H2S yang
terlarut dalam air limbah
yang berasal dari air buangan
pasar ikan sangat berarti
meskipun dalam penelitian
ini masih kurang maksimal.
Dengan demikian maka air
buangan limbah pasar ikan
tersebut dapat diturunkan
komposisi kandungan polutan
kususnya parameter H2S
sampai di bawah nilai baku
mutu yang ditetapkan oleh
Keputusan Gubernur Kepala
Daerah IstimewaYogyakarta
VI. SARAN
Penelitian ini perlu dilakukan
perbaikan-perbaikan terhadap
penelitian lanjutan antara lain :
1. Dalam proses aklimasi
bakteri perlu dilakukan
pengecekan MLSS serta
perbandingan F/M secara
berkala sehingga dalam
penurunan polutan limbah
cair ikan pasar dapat lebih
maksimal dan penentuan
intensitas pengembalian
lumpur aktif yang efektif.
2. Perlu adanya penelitian lebih
lanjut untuk variasi-variasi
yang berbeda sehingga benar-
benar didapatkan kombinasi
yang optimal untuk
penurunan kadar polutan
tersebut.
3. Dibutuhkan desain alat yang
lebih besar untuk dapat
diaplikasikan di masyarakat,
karena desain alat yang
digunakan pada penelitian ini
hanya mampu mengolah air
dalam jumlah sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Austin, B. 1988. ”Method in Aquatic
Bakteriologi”. John Willey &
Sons, inc. Thomson Press
India Ltd.New Delhi.
Tchobanoglous, G., Franclin L.,
Burton, H., dan Stensel, D.,
2003, Waste water Eng.
Treatment and Reuse, 4 ed.
The Mc Graw-Hill
Companies, Inc., New York-
Americas.
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/Oktober 2013 Page 41
Tjokrokusumo, 1995, “Pengantar
Konsep Teknologi Bersih
Khusus Pengelolaan Air”,
STTL, Yogyakarta.
Pusteklim. 2008. “Teknologi Tepat
Guna Pengolahan Air Limbah”.
Yogyakarta
http://hansa07.student.ipb.ac.id/peng
ertian-aklimatisasi/(diakses pada 5
Januari 2013)
http://www.kamusq.com/2012/10/sikl
us-sulfur-adalah-daur-
belerang.html (diakses pada
23 Februari 2013)
wikipedia.org/wiki/Pseudomonas
aureginosa(diakses pada 2 April
2013)
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.13/NO.2/ Oktober 2013 Page 42