PENGARUH STAKEHOLDERS POWER, UKURAN...
Transcript of PENGARUH STAKEHOLDERS POWER, UKURAN...
PENGARUH STAKEHOLDERS POWER, UKURAN PERUSAHAAN,
KINERJA LINGKUNGAN DAN EKSPOSUR MEDIA TERHADAP
PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN
(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2013-2015)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Oleh:
Nur Akmalia
NIM: 1113082000070
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
ii
PENGARUH STAKEHOLDERS POWER, UKURAN PERUSAHAAN,
KINERJA LINGKUNGAN DAN EKSPOSUR MEDIA TERHADAP
PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN
(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2013-2015)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Oleh:
Nur Akmalia
NIM: 1113082000070
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Yusro Rahma, SE., M.Si
NIP. 19800506 200801 2 016
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 09 Mei 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i:
1. Nama : Nur Akmalia
2. NIM : 1113082000070
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Stakeholders Power, Ukuran Perusahaan,
Kinerja Lingkungan dan Eksposur Media terhadap
Pengungkapan Lingkungan
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa/i tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 Mei 2017
1. Dr. Rini, M.Si., Ak., CA (__________________ )
NIP. 19760315 200501 2 002 Penguji I
2. Masrul Huda, M.Si (___________________)
NIP. 19630506 201411 1 001 Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Jumat, 27 Oktober 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i:
1. Nama : Nur Akmalia
2. NIM : 1113082000070
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Stakeholders Power, Ukuran Perusahaan,
Kinerja Lingkungan dan Eksposur Media terhadap
Pengungkapan Lingkungan.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Oktober 2017
1. Yessi Fitri, SE., M.Si, Ak., CA (___________________)
NIP. 19760315 200501 2 002 Ketua
2. Yusro Rahma, SE., M.Si (___________________)
NIP. 19800506 200801 2 016 Sekretaris
3. Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc (___________________)
NIDN. 2004068701 Penguji Ahli
4. Yusro Rahma, SE., M.Si (___________________)
NIP. 19800506 200801 2 016 Pembimbing I
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nur Akmalia
Nim : 1113082000070
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak mengembangkan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkannya.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan pihak lain atas karya saya, dan telah melalui
pembuktian yang dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti
bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas maka saya siap dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini dibuat sesungguhnya.
Jakarta, Oktober 2017
Menyatakan
(Nur Akmalia)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
1. Nama : Nur Akmalia
2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 24 September 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jl. Mustofa Raya Rt. 06/04 No. 35 C,
Kukusan, Beji, Kota Depok, Provinsi Jawa
Barat
6. Nomor Telepon : 085719165502
7. E-mail : [email protected]
8. Anak ke- dari : 2 dari 3 bersaudara
9. Nama Ayah : Drs. Ibrahim G. Zen
10. Nama Ibu : Karjunimah S.Pd
II. DATA PENDIDIKAN FORMAL
1. 2000 – 2006 : SDN 04 Srengseng Sawah
2. 2006 – 2009 : SMP Negeri 211 kota Jakarta Selatan
3. 2009 – 2012 : SMA Negeri 109 kota Jakarta Selatan
4. 2013 – 2017 : S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN KERJA
Sebagai Administrasi Umum di PT.Andromeda Global Teknik (Februari
2017 – Juni 2017)
vii
THE INFLUENCE OF STAKEHOLDERS POWER, FIRM SIZE,
ENVIRONMENTAL PERFORMANCE AND MEDIA EXPOSURE ON
ENVIRONMENTAL DISCLOSURE
(Empirical Study of Manufacturing Companies Listed on Indonesian Stock
Exchange Period 2013-2015)
ABSTRACT
This study aimed to obtain empirical evidence about the influence of stakeholders
power, firm size, environmental performance, and media exposure on
environmental disclosure measured by Indonesian Environmental Reporting Indeks
(IER). The population of this study was manufactuirng companies listed in
Indonesian Stock Exchange period 2013 – 2015. Sampling technique which used in
this study were purposive sampling and obtained 37 samples of firms with one
hundred and eleven observations. This study used multiple regression analysis as
the method to analyze the data. The results showed that shareholder power, creditor
power, firm size and media exposure influence environtmental disclosure
significantly. However, government power and environmental disclosure does not
influence environmental disclosure.
Keywords: Environmental Disclosure, Stakeholders Power, Government Power,
Shareholder Power, Creditor Power, Firm Size, Environmental
Performance, Media Exposure
viii
PENGARUH STAKEHOLDERS POWER, UKURAN PERUSAHAAN,
KINERJA LINGKUNGAN DAN EKSPOSUR MEDIA TERHADAP
PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN
(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2013-2015)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh
stakeholders power, ukuran perusahaan, kinerja lingkungan, dan eksposur media
terhadap pengungkapan lingkungan yang diukur dengan Indeks Indonesian
Environmental Reporting (IER). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015.
Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling dan diperoleh 37 sampel
perusahaan dengan 111 observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
shareholder power, creditor power, ukuran perusahaan dan eksposur media
mempengaruhi pengungkapan lingkungan secara signifikan. Namun, government
power dan kinerja lingkungan tidak mempengaruhi pengungkapan lingkungan.
Kata kunci: Pengungkapan Lingkungan, Stakeholders Power, Government Power,
Shareholder Power, Creditor Power, Ukuran Perusahaan, Kinerja
Lingkungan, Eksposur Media
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah
memberikan rahmat serta karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Stakeholders Power,
Ukuran Perusahaan, Kinerja Lingkungan dan Eksposur Media Terhadap
Pengungkapan Lingkungan”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa bukan tanpa masalah dan hambatan
dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
pihak yang telah membantu, di antaranya:
1. Kedua orang tuaku tercinta yaitu Ibu Karju dan Bapak Ibrahim, Mba Nisa dan
Bang Gofur serta adikku yang usil, Muhammad Rizki yang telah sangat banyak
memberikan doa dan dukungannya kepada penulis baik secara moril maupun
materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah yang telah menjadi teladan selama ini.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN
Syarif Hidayatullah yang juga telah menjadi teladan selama ini.
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah sekaligus dosen pembimbing akademik
pengganti yang telah memberikan nasihat dan saran selama proses perkuliahan.
5. Ibu Yusro Rahma, SE., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam proses penulisan skripsi.
6. Segenap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang dengan ikhlas telah
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis hingga mampu
mencapai ke tahap ini.
7. Segenap staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selama ini telah memberikan
pelayanan yang terbaik kepada penulis.
x
8. Mochamad Adi sebagai orang teristimewa yang selalu mendengarkan keluh-
kesah penulis, memberikan dorongan untuk tetap fokus, memberikan semangat
setiap harinya, nasehat-nasehat, doa dan dukungan.
9. PT. Andromeda Global Teknik atas kesempatan bagi penulis untuk
memperoleh pengalaman kerja, terutama bagi Pak Iwan, Pak Wahyu, Pak Adi,
Ka Adella dan seluruh staf lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
10. Sahabatku dari semester awal, Tatil dan Nabila yang tiada duanya sebagai
partner masa-masa kuliah, yang selama ini saling melengkapi kekurangan
penulis dalam berbagai hal, berbagi semangat dan waktu untuk bisa sama-sama
mengenakan toga kelak.
11. Para sahabat ukhti-ukhti shalehah: Bella, Tuti, Nurul, Fatimah, Hani, Dewi,
Anis, Weni yang selama ini selalu memberikan dukungan, semangat dan
motivasi untuk bersama-sama mencapai gelar SE.
12. Teman-teman akuntansi UIN Syarif Hidatullah Jakarta angkatan 2013 yang
selama ini berjuang bersama-sama sejak awal menjadi mahasiswa, terima kasih
atas kebersamaan dan kebahagiaannya selama ini.
13. Teman-teman KKN TEROPONG: Mba Yul, Naya, Satrio, Umi, Ica, Eza, Alvi,
Dandi, Anhar, Ardi yang sampai KKN usai pun masih tetap saling
berkomunikasi dan berbagi waktu, sama-sama menyemangati untuk dapat
lulus bersama.
14. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu, semoga seluruh bantuan yang
diberikan mendapat balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, Oktober 2017
Nur Akmalia
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 12
1. Tujuan Penelitian .................................................................... 12
2. Manfaat Penelitian .................................................................. 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 15
A. Tinjauan Literatur ............................................................................ 15
1. Teori Stakeholder ................................................................... 15
2. Teori Legitimasi ..................................................................... 18
3. Laporan Tahunan .................................................................... 21
4. Pengungkapan Lingkungan .................................................... 22
5. Stakeholders Power ................................................................ 26
6. Government Power ................................................................. 35
7. Shareholder Power ................................................................. 39
8. Creditor Power ....................................................................... 41
9. Ukuran Perusahaan ................................................................. 43
10. Kinerja Lingkungan ................................................................ 44
11. Penilaian Kinerja Lingkungan melalui PROPER ................... 45
12. Eksposur Media ...................................................................... 48
B. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................... 51
C. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 56
xii
D. Hipotesis .......................................................................................... 58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 68
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 68
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 68
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 69
D. Metode Analisis Data ....................................................................... 70
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................... 78
1. Variabel Independen ............................................................... 78
2. Variabel Dependen ................................................................. 84
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................................... 87
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................................... 87
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ......................................................... 88
1. Analisis Deskriptif .................................................................. 88
2. Uji Asumsi Klasik .................................................................. 93
3. Uji Hipotesis Regresi Berganda ........................................... 103
C. Pembahasan ................................................................................... 107
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 115
A. Kesimpulan .................................................................................... 115
B. Saran .............................................................................................. 116
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 118
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 124
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Daftar Kelompok Stakeholders .......................................................... 28
Tabel 2. 2 Penjelasan Peringkat Warna PROPER .............................................. 48
Tabel 2. 3 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ....................................................... 52
Tabel 3. 1 Bentuk Grafik Transformasi Data ...................................................... 72
Tabel 3. 2 Skor dari Peringkat PROPER ............................................................ 83
Tabel 3. 3 Pengukuran Operasionalisasi Variabel .............................................. 86
Tabel 4. 1 Proses Seleksi Sampel Penelitian ....................................................... 87
Tabel 4. 2 Hasil Statistik Deskriptif .................................................................... 88
Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov ............... 94
Tabel 4. 4 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov Setelah
Transformasi Data .............................................................................. 96
Tabel 4. 5 Hasil Uji Multikolinearitas................................................................. 98
Tabel 4. 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser ............................ 101
Tabel 4. 7 Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test .......................................... 102
Tabel 4. 8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ...................................................... 103
Tabel 4. 9 Hasil Uji Signifikansi Simultan Analisis Regresi Berganda ............ 104
Tabel 4. 10 Hasil Uji Signifikansi Parsial Analisis Regresi Berganda ............... 105
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pemikiran ............................................................. 57
Gambar 4. 1 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram ............................... 95
Gambar 4. 2 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram Setelah Transformasi
Data .................................................................................................. 97
Gambar 4. 3 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal P-Plot Setelah
Transformasi Data ............................................................................ 97
Gambar 4. 4 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik Scatterplot ............... 100
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 .......................................................................................................... 125
Lampiran 2 .......................................................................................................... 127
Lampiran 3 .......................................................................................................... 129
Lampiran 4 .......................................................................................................... 133
Lampiran 5 .......................................................................................................... 139
Lampiran 6 .......................................................................................................... 142
Lampiran 7 .......................................................................................................... 145
Lampiran 8 .......................................................................................................... 148
Lampiran 9 .......................................................................................................... 151
Lampiran 10 ........................................................................................................ 153
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman saat ini mendorong berbagai macam
kebutuhan yang beragam dari berbagai pihak. Sejak era revolusi industri,
dunia sedang berlomba-lomba dalam menciptakan teknologi canggih dan
sistem informasi yang cepat. Para pelaku bisnis mengembangkan ide dan
mengeruk sumber daya yang ada untuk dapat memenuhi kebutuhan dari
masyarakat. Kebutuhan manusia yang tidak terbatas tersebut pun tidak
diimbangi dengan sumber daya yang tersedia. Para pelaku bisnis rentan
dalam permasalahan sosial dan lingkungan dikarenakan sering kali
mengabaikan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan
disekitar usaha bisnis.
Suatu organisasi bisnis tidak mungkin berdiri sendiri tanpa
mempedulikan fungsinya bagi lingkungan tempat bisnis itu berdiri (Sukardi
& Sari, 2007:17). Eksistensi perusahaan di tengah lingkungan dan
masyarakat memiliki dampak yang signifikan baik itu positif maupun
negatif. Dampak positif yang jelas terlihat bahwa kehadiran organisasi
bisnis menciptakan lapangan kerja dan mendukung peningkatan ekonomi
makro (Titisari & Alviana, 2012:57). Di sisi lain, kehadiran organisasi
bisnis memberikan dampak negatif dan tentunya dapat membahayakan
kondisi lingkungan di sekitar bisnis.
2
Ketergantungan aktivitas perusahaan terhadap teknologi, bahan
kimia dan listrik secara pasti menambahkan dampak negatif terhadap
lingkungan (Djamin, 2007:82). Berbagai aktivitas ekonomi terutama
organisasi bisnis yang tidak terkontrol dan tidak berorientasikan pada
kepentingan lingkungan hidup, dipastikan berpeluang besar untuk merusak
lingkungan hidup. Selain itu, dalam sudut pandang makro, tingkat
pembangunan ekonomi yang pesat ini membawa implikasi terhadap
kemampuan lingkungan hidup menampung berbagai jenis limbah dan
sampah industri. Oleh karena itu, persoalan tentang lingkungan hidup
menjadi perhatian utama masyarakat dan pemerintah (Djamin, 2007:75).
Dengan adanya dampak negatif dari aktivitas perusahaan yang berpotensi
merusak lingkungan serta respon dari berbagai pihak, organisasi bisnis pun
dituntut untuk menanggapi isu lingkungan.
Isu lingkungan bukan merupakan suatu isu yang baru di dengar oleh
khalayak luas. Pada saat terjadinya perkembangan peradaban manusia
dengan lingkungan sekitarnya pun isu ini sangat mengemuka dari tahun ke
tahun. Pada masa sekarang, isu ini berkembang lagi menjadi usaha dari tiap
pelaku bisnis dan pelaku perusahaan global dalam kaitannya dengan isu
lingkungan sekitarnya (Rachman et al., 2011:25). Permasalahan lingkungan
semakin menarik untuk dikaji seiring dengan perkembangan teknologi dan
ekonomi global. Secara perlahan terjadi perubahan yang mendasar dalam
pola hidup bermasyarakat yang secara langsung atau tidak memberikan
pengaruh pada lingkungan hidup (Ikhsan, 2008).
3
Di berbagai belahan dunia saat ini sedang berjuang menghadapi
krisis lingkungan. Masyarakat dunia merasakan perubahan iklim ekstrim
dari waktu ke waktu suhu panas yang merupakan titik terpanas sejak tahun
1880. Pada rentang tahun 2014 – 2016 terjadinya banyak fenomena kepulan
asap yang mencemari udara dikarenakan kebakaran hutan yang bisa
mencapai ratusan ribu hektar lahan hangus terbakar. Kasus tersebut banyak
faktor yang memicunya selain karena iklim yang ekstrim, campur tangan
manusia baik itu individu dan organisasi turut diperhitungkan. Selain itu,
permasalahan limbah plastik dunia yang dihasilkan oleh industri sebanyak
lebih dari 9,1 miliar ton sejak tahun 1950 hingga berita ini diterbitkan dan
cukup untuk mengubur kota Manhattan di New York (VOA Indonesia,
2017).
Di Indonesia sendiri permasalahan lingkungan muncul seiring
berkembangnya industri di suatu daerah. Pencemaran lingkungan di
Indonesia kini semakin parah dan merupakan dampak dari pengelolaan
lingkungan yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
(Fitriyani & Mutmainah, 2012: 2). Salah satu kasus yang fenomenal ialah
kasus semburan lumpur panas oleh Lapindo Brantas yang sudah terjadi
bertahun-tahun lalu lamanya. Meskipun sudah mencapai satu dekade kasus
tersebut berlangsung, semburan lumpur panas masih aktif meski volumenya
tidak sebesar dahulu (Riatmoko, 2016). Pada akhirnya, kasus semburan
lumpur Lapindo Brantas dinyatakan sebagai bencana alam dan bukan
bencana pengeboran. Bencana tersebut menyisakan kerusakan lingkungan
dan penderitaan bagi masyarakat Porong di Sidoarjo.
4
Isu lingkungan lain datang pada pencemaran udara akibat kebakaran
hutan yang ditenggarai perbuatan oknum tertentu. Salah satu kasus
kebakaran yang terjadi pada tahun 2013 bahkan melibatkan PT. Kalista
Alam yang terbukti bersalah dan dijatuhkan denda sebesar 366 miliar rupiah
terkait kebakaran hutan di Aceh. Pada tahun berikutnya, isu lingkungan
terkait kebakaran hutan pun menyeret anak perusahaan dari Sampoerna
Agro, PT. National Sago Prima yang lalai soal kebakaran konsesi seluas 300
hektar di Riau dan dijatuhkan denda sebesar 1,07 triliun rupiah (VOA
Indonesia, 2016).
Kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 2015 yang terparah dan
menjadi sorotan internasional. Kepulan asap tebal yang terjadi akibat
kebakaran hutan menyebar luas ke negara-negara tetangga. Asap tebal dari
pembersihan lahan sering muncul dari tempat konsesi hutan besar yang
digunakan perushaan-perusahaan pulp dan kertas serta minyak kelapa sawit.
Titik api terdeteksi di lahan perkebunan swasta, lahan milik masyarakat, di
taman-taman nasional dan di tempat-tempat yang sulit dijangkau. Dari
kasus ini, ditetapkannya 10 perusahaan sebagai tersangka atas pembakaran
hutan yang terjadi sepanjang tahun tersebut. Empat perusahaan bahkan
diberhentikan operasinya karena dugaan penyebab kebakaran hutan di
Sumatra dan Kalimantan (VOA Indonesia, 2015).
Kasus yang melibatkan organisasi bisnis dan lingkungan masih
berlanjut hingga saat ini. Perusahaan PT. Semen Indonesia diterpa isu
kerusakan lingkungan yang manyebabkan pro-kontra di mata publik.
Sekitar akhir tahun 2016, PT. Semen Indonesia digugat warga Kendeng
5
dengan bantuan LSM atas izin pembangunan pabrik di Rembang, Jawa
Tengah. Gugatan yang dilayangkan kepada perusahaan dengan alasan
bahwa pembangun pabrik untuk penambangan ini berada pada Kawasan
Bentang Alam Karst (KBAK) yang merupakan kawasan lindung. Warga
Kendeng lebih gusar lagi ketika mengetahui operasional perusahaan tetap
berjalan meski gugatan telah dikabulkan oleh Mahkamah Agung.
Masih berjalannya operasional PT. Semen Indonesia atas dasar
penerbitan izin lingkungan terbaru yang dikeluarkan oleh Pemprov Jateng.
Izin tersebut merupakan hasil tindak lanjut rekomendasi dari Komisi Penilai
Amdal (KPA) yang terdiri dari pemerintah, LSM dan masyarakat terdampak
pabrik (Saputra, 2017). Adanya perbedaan pendapat mengenai kawasan
pabrik tersebut termasuk kawasan lindung atau tidak masih diteliti hingga
saat ini oleh pemerintah pusat. Oleh karena itu, saat ini meskipun
pembangunan pabriknya kontroversial, PT. Semen Indonesia tetap
melanjutkan operasionalnya dengan syarat tidak menggunakan bahan dari
pertambangan kawasan rembang hingga datangnya keputusan dari
pemerintah atas Izin Usaha Pertambangan.
Isu kerusakan lingkungan sudah menerpa kegiatan operasional PT.
Semen Indonesia sejak tahun 2014. Menurut salah satu tim penyusun
AMDAL pabrik, Dr Budi Sulistyo, kegiatan penambangan di sana sudah
ada sejak dahulu bahkan sebelum PT. Semen Indonesia memulai kegiatan
penambangan mereka. Bahkan sudah ada belasan perusahaann swasta yang
memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) di sana (Ratya, 2017). Dengan
adanya kontroversi ini, menunjukkan bahwa masih longgarnya perolehan
6
izin lingkungan. Pasalnya memang bukan hanya PT.Semen Indonesia yang
sudah memulai penambangan. Selain itu butuh kajian khusus untuk sektor-
sektor tertentu seperti pertambangan dalam memperoleh izin lingkungan.
Berdasarkan kasus-kasus di atas dapat kita ketahui bahwa isu
lingkungan masih menerpa organisasi bisnis dan diperlukan media di mana
organisasi dapat menyampaikan kepada publik mengenai aktivitas
bisnisnya apakah beresiko atau tidaknya bagi lingkungan dan masyarakat.
Dari kasus PT.Semen Indonesia menjadi titik tolak di mana keterbukaan
informasi mengenai lingkungan diperlukan oleh organisasi bisnis masa kini.
Salah satu keterbukaan informasi dapat tertuang melalui suatu pelaporan
yang dilakukan oleh organisasi bisnis.
Dalam Keputusan Ketua BAPEPAM-LK lewat Peraturan Nomor
X.K.6 tentang penyampaian laporan perusahaan publik di Indonesia yang
mensyaratkan perusahaan publik untuk menyampaikan annual report atau
laporan tahunan. Dalam peraturan tersebut juga dijabarkan bahwa bagian
dari isi laporan tahunan mewajibkan perusahaan publik untuk melaporkan
tanggung jawab sosial yang salah satunya meliputi informasi berkaitan
dengan lingkungan hidup.
Jelas sudah bahwa organisasi bisnis terutama perusahaan publik
dituntut untuk melaporkan tanggung jawabnya akan lingkungan hidup
melalui pengungkapan lingkungan. Pengungkapan sosial dan lingkungan di
Indonesia bersifat wajib dan sukarela. Pengungkapan lingkungan bersifat
wajib seperti yang tertera pada peraturan BAPEPAM-LK dan pemerintah
telah mengaturnya melalui Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
7
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sedangkan pengungkapan bersifat
sukarela dikarenakan belum adanya standar baku mengenai format, isi dan
luasnya pengungkapan informasi lingkungan. Pengungkapan lingkungan
masih bervariasi tergantung dari kebijakan perusahaan tersebut oleh karena
itu pengungkapan lingkungan juga masih bersifat sukarela (Aulia &
Agustina, 2015:2).
Dalam beberapa dekade terakhir pun praktik pelaporan yang
digunakan oleh perusahaan untuk mengantisipasi isu-isu lingkungan
mengalami peningkatan (Ghozali & Chariri, 2007:399). Meskipun masih
terdapatnya sifat yang sukarela tersebut, Kaur & Agrawal (2011:682)
menyatakan sebagian besar perusahaan swasta menggunakan
pengungkapan sosial dan lingkungan bukan hanya karena praktik tersebut
baik untuk dilakukan namun dapat memperkuat citra dari perusahaan dan
menjahkan citra negatif.
Setiap perusahaan pasti memiliki pihak-pihak yang berkepentingan
bagi perusahaan yang disebut sebagai stakeholders (Sukardi & Sari,
2007:5). Madura (2006) dalam Sukardi & Sari (2007:6) menyebutkan
terdapat lima tipe stakeholder yaitu pemilik, kreditur, karyawan, supplier
dan konsumen. Lu & Abeysekera (2014:427) menyebutkan stakeholders
diantaranya yaitu kekuatan pemerintah (government power), kekuatan
pemegang saham (shareholder power), kekuatan kreditor (creditor power),
serta auditor.
Beberapa dari stakeholders tersebut memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi keputusan manajerial dalam mengungkapkan informasi
8
sosial dan lingkungan (Lu & Abeysekera, 2014:427). Dari tipe-tipe
stakeholders yang disebutkan di atas, kekuatan kepemilikan menjadi sangat
besar pengaruhnya. Pemilik mengharapkan supaya perusahaan menjaga dan
meningkatkan kekayaan yang telah mereka percayakan kepada perusahaan
melalui modal yang diberikan (Hitt et al., 2001:30-31).
Struktur dari kepemilikan saham merupakan hal penting bagi
perusahaan untuk lebih diperhatikan. Di Indonesia terdapat beberapa
perusahaan publik yang proporsi sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Peran
dari pemerintah melalui kebijakan-kebijakannya sangat besar dalam hal
sumber daya alam agar tetap terjaga hingga generasi berikutnya. Dengan
adanya kepemilikan saham pemerintah, diharapkan keberpihakannya
kepada sosial dan lingkungan. Pemerintah diharapkan dapat menunjukkan
tindaknnya demi kepentingan masyarakat (Akrout & Othman, 2016:383).
Perusahaan publik umumnya memiliki saham yang terbagi-terbagi.
Pemegang saham mayoritas menjadi pihak yang mampu dan bisa
mempengaruhi keputusan dan kebijakan manajerial perusahaan termasuk
dalam hal pelaporan lingkungan. Pemegang saham mayoritas untuk
perusahaan publik setidaknya memiliki sekurang-kurangnya 20% hak suara
dari seluruh saham yang dikeluarkan perusahaan (Kuswiratmo, 2009:96).
Kepemilikan saham yang kurang terkonsentrasi mendorong manajemen
untuk mengungkapkan informasi yang relevan dalam memenuhi berbagai
tuntutan pemegang saham (Lu & Abeysekera, 2014).
Hitt et al. (2001:30) menyebutkan selain pemegang saham, kreditor
memegang peranan penting sebagai bagian dari stakeholder pasar modal
9
bagi perusahaan. Kreditor mengendalikan akses terhadap sumber keuangan
yang mungkin diperlukan untuk melanjutkan operasi sebuah perusahaan
(Roberts, 1992). Kreditor sebagai penyedia pinjaman modal merupakan
stakeholder yang cukup dominan dalam perusahaan karena sangat
mempengaruhi kegiatan perusahaan dan pengungkapannya (Lu &
Abeysekera, 2014).
Ukuran perusahaan yang semakin besar pun berdampak pada
aktivitas perusahaan yang beragam dan dapat menimbulkan dampak negatif
bagi lingkungan. Semakin besar perusahaan, semakin dikenal masyarakat
berarti semakin mudah untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan
(Mutia et al., 2011:192). Hadjoh & Sukartha (2013) menyatakan bahwa
perusahaan besar akan cenderung mengungkapkan informasi lebih banyak
karena memiliki sumber daya yang lebih besar sehingga mampu membiayai
penyediaan informasi lebih lengkap.
Julianto & Sjarief (2016:155) menyatakan bahwa pelaku lingkungan
yang baik percaya bahwa mengungkapkan kinerja lingkungan yang baik
akan menggambarkan good news bagi pasar. Kinerja lingkungan menjadi
bahan pertimbangan manajemen dalam mengungkapkan informasi
lingkungannya. Kinerja lingkungan perusahaan dapat dinilai melalui suatu
program dari Kementrian Lingkungan Hidup yaitu PROPER.
Aulia & Agustina (2015:7) menyatakan bahwa peran media menjadi
faktor penting bagaimana masyarakat dalam membangun opini terhadap
beragam aktivitas perusahaan terutama yang berdampak pada lingkungan.
Soemirat & Ardianto (2010:194-196) mengungkapkan cara paling mudah
10
yaitu dengan menggunakan web untuk mempublikasikan tentang laporan
apa saja yang dilakukan perusahaan dalam membina hubungan komunitas.
Penelitian sebelumnya sudah banyak yang melakukan penelitian
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan lingkungan, namun
tidak sedikit yang memiliki hasil yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh
Lu & Abeysekera (2014) menemukan pengaruh signifikan antara shareholder
power yang diproksikan dengan kepemilikan saham mayoritas dengan
pengungkapan sosial dan lingkungan. Sedangkan government power yang
diproksikan dengan kepemilikan saham pemerintah dan creditor power yang
diproksikan dengan leverage tidak cukup signifikan untuk mempengaruhi
pengungkapan sosial dan lingkungan. Penelitian lain oleh Akrout & Othman
(2016) menemukan pengaruh positif antara kepemilikan saham pemerintah
dengan pengungkapan lingkungan. Penelitian oleh Nur & Priantinah (2012)
menemukan pengaruh negatif signifikan antara leverage dengan pengungkapan
sosial dan lingkungan.
Dalam penelitian oleh Aulia & Agustina (2015) mengungkapkan
bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, kinerja lingkungan dan liputan media
berpengaruh terhadap pengungkapan informasi lingkungan dan hanya leverage
saja yang tidak memiliki pengaruh signifikan. Julianto & Syarief (2016) dalam
penelitiannya membuktikan kinerja lingkungan dan ukuran perusahaan
memiliki pengaruh terhadap pengungkapan informasi lingkungan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk menguji
kembali Pengaruh Stakeholders Power, Ukuran Perusahaan, Kinerja
Lingkungan dan Eksposur Media terhadap Pengungkapan Lingkungan.
11
Penelitian ini merupakan replika dan pengembangan dari penelitian
sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hartanto & Purwatiningsih
(2014), Aulia & Agustina (2015) dan Nur & Priantinah (2012). Adapun
perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini tidak hanya fokus pada stakeholders power dan karakteristik
perusahaan seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Hartanto &
Purwatiningsih (2014), penelitian ini menambahkan variabel kinerja
lingkungan dan eksposur media yang merupakan variabel yang diteliti oleh
Aulia & Agustina (2015).
2. Dalam penelitian Hartanto & Purwatiningsih (2014) menggunakan
pengukuran indeks SRI-KEHATI terhadap variabel pengungkapan sosial
dan lingkungan sedangkan dalam penelitian ini menggunakan pengukuran
Indeks Indonesian Environmental Reporting (IER) untuk mengukur
variabel pengungkapan lingkungan, mengikuti pendekatan yang dilakukan
oleh Aulia & Agustina (2015);
3. Dalam penelitian Aulia & Agustina (2015) menggunakan pemberitaan
media dalam mengukur media, sedangkan penelitian ini menggunakan
publikasi website yang dilakukan oleh perusahaan, mengikuti pendekatan
yang dilakukan oleh Nur & Priantinah (2012).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan
yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah government power memiliki pengaruh terhadap pengungkapan
lingkungan?
12
2. Apakah shareholder power memiliki pengaruh terhadap pengungkapan
lingkungan?
3. Apakah creditor power memiliki pengaruh terhadap pengungkapan
lingkungan?
4. Apakah ukuran perusahaa memiliki pengaruh terhadap pengungkapan
lingkungan?
5. Apakah kinerja lingkungan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan
lingkungan?
6. Apakah eksposur media memiliki pengaruh terhadap pengungkapan
lingkungan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menemukan bukti empiris mengenai pengaruh government power
terhadap pengungkapan lingkungan.
b. Menemukan bukti empiris mengenai pengaruh shareholder power
terhadap pengungkapan lingkungan.
c. Menemukan bukti empiris mengenai pengaruh creditor power
terhadap pengungkapan lingkungan.
d. Menemukan bukti empiris mengeai pengaruh ukuran perusahaan
terhadap pengungkapan lingkungan.
e. Menemukan bukti empiris mengenai pengaruh kinerja lingkungan
terhadap pengungkapan lingkungan.
13
f. Menemukan bukti empiris mengenai pengaruh eksposur media
terhadap pengungkapan lingkungan.
2. Manfaat Penelitian
a. Kontribusi Teoritis
1) Penelitian ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswa Jurusan
Akuntansi dalam menambah pengetahuannya mengenai
pengungkapan lingkungan.
2) Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memberikan informasi
kepada masyarakat tentang perusahaan-perusahaan yang
melakukan pengungkapan lingkungannya.
3) Penelitian ini bermanfaat bagi penelitian berikutnya sebagai
bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan
penelitian mengenai pengungkapan lingkungam.
4) Penelitian ini bermanfaat bagi penulis sebagai sarana untuk
memperluas wawasan serta referensi penulis mengenai topik
terkait.
b. Kontribusi Praktis
1) Penelitian ini dapat bermanfaat bagi Perusahaan Publik di
Indonesia agar perusahaan-perusahaan publik di Indonesia
lebih meningkatkan kesadaran dalam pengelolaan bisnis yang
mengedepankan 3P yaitu People, Planet dan Profit.
2) Penelitian ini dapat bermanfaat bagi investor dalam
memutuskan berinvestasi pada perusahaan yang lebih going
14
concern yaitu perusahaan yang mengedepankan pelestarian
lingkungan yang lebih baik.
3) Penelitian ini dapat bermanfaat bagi Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) dalam memberikan kontribusi positifnya
untuk memberi perhatian lebih terhadap standar akuntansi
lingkungan dan pengungkapannya.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Stakeholder
Teori stakeholder menyatakan bahwa keberadaan suatu
perusahaan bergantung pada dukungan dari stakeholdernya. Ini
mengindikasikan bahwa perusahaan berdiri bukan hanya memikirkan
kepentingan internalnya namun harus memberikan manfaat bagi
stakeholdernya. Stakeholder yang dimaksud yaitu pemegang saham,
kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak
lain (Ghozali & Chariri, 2007:409).
Teori stakeholder pada dasarnya adalah sebuah teori tentang
bagaimana bisnis bekerja dengan sebaik-baiknya, dan bagaimana hal
itu bisa berjalan. Teori stakeholder memecahkan pertanyaan penciptaan
nilai dengan menanyakan bagaimana kita dapat mendefinisikan ulang,
mendesain ulang, atau menafsirkan kembali kepentingan stakeholder
sehingga kita dapat menemukan cara untuk memuaskan stakeholder
(Freeman et al., 2010:16).
Definisi stakeholder telah mengalami perubahan secara
signifikan selama empat dasawarsa terakhir. Pada awalnya dijelaskan
bahwa pemegang saham dipandang sebagai satu-satunya stakeholder
perusahaan (Ghozali & Chariri, 2007:409). Definisi klasik dari
stakeholder oleh Freeman (1984) dalam Friedman & Miles (2006:1)
16
yaitu setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau
dipengaruhi pencapaian tujuan organisasi. Menurutnya, kelompok-
kelompok yang dianggap tidak menguntungkan pun termasuk ke dalam
stakeholder perusahaan. Pada hampir dua dekade berikutnya, Freeman
(2004:41) mendefiniskan stakeholder sebagai kelompok-kelompok dan
individu-individu yang mendapat manfaat atau kerugian dan yang
haknya dilanggar atau dihormati oleh setiap tindakan perusahaan.
Konsep teori stakeholder diuraikan dalam penelitian Evan &
Freeman (1993) dalam Friedman & Miles (2006:2) ke dalam dua
prinsip yaitu principle of corporate legitimacy dan the stakeholder
fiduciary principle.
a. Principle of corporate legitimacy
Perusahaan harus dikelola untuk kepentingan pemangku
kepentingannya: pelanggan, pemasok, pemilik, karyawan, dan
masyarakat setempat. Hak kelompok-kelompok ini harus
dipastikan, dan, selanjutnya, kelompok harus berpartisipasi, dalam
beberapa hal, dalam keputusan yang secara substansial
mempengaruhi kesejahteraan mereka.
b. The stakeholder fiduciary principle
Manajemen memiliki hubungan fidusia dengan pemangku
kepentingan dan korporasi sebagai entitas abstrak. Ini harus
bertindak demi kepentingan pemangku kepentingan sebagai agen
mereka, dan harus bertindak demi kepentingan perusahaan untuk
17
memastikan kelangsungan perusahaan, menjaga kepentingan
jangka panjang setiap kelompok.
Freeman (2004:47) mengembangkan prinsip tersebut menjadi
the stakeholder-enabling principle, the principle of director
responsibility dan the principle of stakeholder-recourse.
a. The stakeholder-enabling principle
Prinsip ini berdasarkan pada suatu anggapan bahwa perusahaan
harus dikelola demi kepentingan stakeholdernya, yang diantaranya
meliputi karyawan, pemodal, pelanggan dan masyarakat.
b. The principle of director responsibility
Prinsip ini menuntun direksi perusahaan harus memiliki kewajiban
untuk menggunakan penilaian yang wajar untuk menentukan dan
mengarahkan urusan korporasi sesuai dengan the stakeholder-
enabling principle.
c. The principle of stakeholder recourse
Prinsip ini meliputi stakeholder yang dapat membawa tindakan
terhadap direksi karena tidak melakukan tugas yang sebagaimana
harus dilakukan.
Konsep teori stakeholder di lihat dari tiga pendekatannya
dipopuleri oleh Donaldson & Preston (1995) dalam Friedman & Miles
(2006:2). Tiga pendekatan ini meliputi pendekatan normatif,
pendekatan deskriptif dan pendekatan instrumental.
18
a. Pendekatan normatif
Konsep stakeholder yang telah diuraikan sebelumnya termasuk ke
dalam teori stakeholder pendekatan normatif. Pendekatan ini
berusaha memahami tentang bagaimana manajer harus bertindak
dan harus melihat tujuan organisasi dan berdasarkan dengan
beberapa prinsip etika.
b. Pendekatan deskriptif
Pendekatan ini memfokuskan dalam memahami bagaimana sikap
para manajer menangani kepentingan stakeholder dengan tetap
menjalani kepentingan perusahaan. Selain itu diperlukan juga
pemahaman bagaimana manajer dan stakeholder memandang
segala tindakan dan peran mereka.
c. Pendekatan Instrumental
Pendekatan ini mengarahkan kepada pemahaman bahwa jika
manajer memperlakukan pemangku kepentingan sesuai dengan
konsep pemangku kepentingan, maka organisasi akan lebih
berhasil atau lebih mungkin untuk berkelanjutan.
2. Teori Legitimasi
Legitimasi merupakan suatu pemahaman yang menjelaskan
bahwa tindakan perusahaan menjadi sesuatu yang diharapkan, pantas
dan berkesesuaian dengan sistem norma, nilai, keyakinan dan definisi
yang dibangun dalam masyarakat (Lindrianasari, 2010:34). Teori
legitimasi merupakan hal yang penting bagi perusahaan dengan melihat
batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai
19
sosial. Dengan adanya batasan ini mendorong pentingnya analisis
perilaku organisasi terkhususkan dalam bidang sosial dan lingkungan.
Dengan sejalannya nilai-nilai perusahaan dengan norma-norma yang
berlaku di dalam masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa legitimasi
perusahaan dapat tercapai (Ghozali & Chariri, 2007:411).
Teori legitimasi dilandasi oleh kontrak sosial antara perusahaan
dengan masyarakat (Ghozali & Chariri, 2007:411). Kontrak sosial
mencerminkan harapan masyarakat tentang bagaimana sebuah
organisasi harus menjalankan operasinya. Legitimasi sebuah organisasi
dapat terancam dengan melanggar persyaratan kontrak sosial dan
karena itu gagal menyesuaikan diri dengan norma dan harapan sosial.
Jika masyarakat tidak puas dengan kinerja perusahaan, maka
masyarakat dapat membatalkan kontrak perusahaan untuk melanjutkan
operasinya (Belal, 2016:15). Pengaruh yang kuat tersebut membuat
perusahaan cenderung menggunakan kinerja berbasis sosial dan
lingkungan. Alasannya tentu untuk melegitimasi aktivitas perusahaan
di mata publik (Ghozali & Chariri, 2007:411).
Di dalam masyarakat yang dinamis, tidak ada satu organisasi
pun yang memiliki hak melekat dalam memperoleh sumber daya yang
penting bagi perusahaan. Perusahaan yang ingin mendapatkan
legitimasi ini harus menunjukkan bahwa masyarakat memang
memerlukan jasa perusahaan (Ghozali & Chariri, 2007:412). Berbagai
tindakan pun dilakukan oleh perusahaan untuk dapat mempertahankan
legitimasinya. Deegan (2000) dalam Belal (2016:15) mengungkapakan
20
tindakan yang dilakukan perusahaan mencakup pengungkapan publik
yang ditargetkan atau berkolaborasi dengan pihak lain yang dianggap
dapat melegistimasikan perusahaaan. Deegan & Blomquist (2006:347)
menyatakan bahwa dengan adanya persepsi masyarakat yang berubah
sewaktu-waktu, perusahaan harus menyesuaikan dan mengubah
strategi mereka.
Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dengan norma-norma
dalam masyarakat dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk
melanjutkan aktivitas bisnisnya. Warticl & Mahon (1994) dalam
Ghozali & Chariri (2007:413) menyebutkan tiga alasan terjadinya
perbedaan tersebut atau bisa disebut legitimacy gap. Tiga alasannya
sebagai berikut:
a. Ada perubahan dalam kinerja perusahaan tetapi harapan
masyarakat terhadap kinerja perusahaan tidak berubah;
b. Kinerja perusahaan tidak berubah tetapi harapan masyarakat
terhadap kinerja perusahaan telah berubah;
c. Kinerja perusahaan dan harapan masyarakat terhadap kinerja
perusahaan berubah ke arah yang berbeda, atau ke arah yang sama
tetapi waktunya berbeda.
Namun keberadaan dan besarnya perbedaan tersebut bukanlah
hal mudah untuk dicari penyebabnya. Hal yang paling penting bagi
perusahaan adalah bagaimana perusahaan berusaha memonitor nilai-
nilai perusahaan dan nilai-nilai sosial masyarakat dan mengidentifikasi
kemungkinan munculnya (Ghozali & Chariri, 2007:413).
21
3. Laporan Tahunan
Dalam Keputusan Ketua BAPEPAM-LK No. KEP -
431/PL/2012 lewat Peraturan Nomor X.K.6 tentang penyampaian
laporan perusahaan publik di Indonesia yang mensyaratkan perusahaan
publik untuk menyampaikan annual report atau laporan tahunan.
Dalam peraturan tersebut juga dijabarkan bahwa bagian dari isi laporan
tahunan mewajibkan perusahaan publik untuk melaporkan tanggung
jawab sosial yang salah satunya meliputi informasi berkaitan dengan
lingkungan hidup.
Peraturan terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan Nomor
29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan
Publik menggantikan Keputusan Ketua BAPEPAM-LK No. KEP -
431/PL/2012 lewat Peraturan Nomor X.K.6. Keputusan tersebut
dinyatakan tidak berlaku pada tanggal 1 Januari 2017. Peraturan OJK
menimbang peningkatan kualitas keterbukaan informasi oleh
Perusahaan Publik diperlukan penyempurnaan peraturan tentang
laporan tahunan.
Dalam peraturan terbaru OJK penjabaran pasal 4 lebih tegas
memuat peraturan yang mewajibkan paling sedikit memuat:
a. Ikhtisar data keuangan penting;
b. Informasi saham (jika ada);
c. Laporan Direksi;
d. Laporan Dewan Komisaris;
e. Profil Perusahaan Publik;
22
f. Analisis dan pembahasan manajemen;
g. Tata kelola Perusahaan Publik;
h. Tanggung jawab sosial dan lingkungan Perusahaan Publik;
i. Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit
j. Surat pernyataan anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris
tentang tanggung jawab atas Laporan Tahunan
Dari peraturan tersebut pelaporan berkaitan lingkungan menjadi
poin yang diwajibkan yang pada peraturan sebelumnya belum memuat
poin lingkungan sebagai poin yang penting dari laporan tahunan.
Berdasarkan peraturan tersebut dapat diketahui bahwa bahwa
pengungkapan lingkungan pada laporan tahunan bersifat wajib untuk
diungkapkan. Tentunya didukung pula peraturan oleh pemerintah
melalui Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 yang mengatur tentang
Perseroan Terbatas. Pada peraturan tersebut mewajibkan bagi perseoran
melaksanakan tanggung jawab sosialnya dan lingkungan.
4. Pengungkapan Lingkungan
Ghozali & Chariri (2007:400) mendefiniskan pengungkapan
lingkungan sebagai suatu proses yang digunakan oleh perusahaan untuk
mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan
dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Meskipun bersifat wajib dalam
peraturan-peraturan oleh pemerintah dan lembaga keuangan, Ghozali &
Chariri (2007:400) juga mengungkapkan bahwa sampai sekarang masih
terdapatnya perbedaan mengenai isi dari pengungkapan itu sendiri.
23
Sehingga pengungkapan lingkungan ini masih bersifat sukarela (Aulia
& Agustina, 2014: 2).
Gade (2005:75) menyatakan bahwa selain perusahaan
menyajikan pelaporan keuangan, perusahaan dapat pula menyajikan
laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan
laporan nilai tambah (value added statement) khususnya bagi industri
dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan
bagi industri yang menganggap kelompok pengguna laporan tertentu
yang penting bagi perusahaan.
Ghozali & Chariri (2007:403) mengungkapkan bahwa praktik
pengungkapan lingkungan pada dasarnya dapat dilihat sebagai usaha
perusahaan untuk mengirimkan pesan kepada stakeholder tentang
tindakan-tindakan yang dilakukan perusahaan untuk kepentingan
lingkungan. Praktik ini memegang peranan penting bagi hidup
perusahaan yang tentunya perusahaan beroperasi di tengah lingkungan
masyarakat dan memungkinkan terjadinya dampak akibat adanya
aktivitas dari perusahaan. Praktik ini umumnya digunakan oleh manajer
dalam menghindari konflik sosial dan lingkungan.
Deegan (2002:290) menyebutkan beberapa motivasi yang
mendorong manajer secara sukarela mengungkapkan informasi sosial
dan lingkungan, alasan tersebut meliputi:
a. Keinginan untuk mematuhi persyaratan yang ada dalam Undang-
Undang;
24
b. Pertimbangan rasionalitas ekonomi di mana motivasi ini
merupakan alasan praktik pengungkapan lingkungan yang
memberikan keuntungan bisnis karena perusahaan melakukan hal
yang benar;
c. Keyakinan dalam proses akuntabilitas untuk melaporkan;
d. Keinginan untuk mematuhi persyaratan peminjaman;
e. Untuk memenuhi harapan masyarakat terhadap operasi
perusahaan;
f. Untuk memanage kelompok stakeholder tertentu yang powerful;
g. Untuk mematuhi persyaratan industri;
h. Untuk memenangkan penghargaan pelaporan tertentu;
Ikhsan (2007:12) menyebutkan bahwa di Indonesia sendiri,
lembaga yang menjadi wadah profesional Akuntansi yaitu IAI belum
ada perhatian serius mengenai standar akuntansi lingkungan untuk
dapat dijadikan pedoman dalam pembuatan pelaporan mengenai
lingkungan.
Salah satu peraturan yang disusun oleh Ikatan Akunatnsi
Indonesia (IAI) yaitu Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Gade (2005:76) menyebutkan bahwa sejauh ini, PSAK mungkin tidak
mengatur pengungkapan informasi tertentu padahal pengungkapan
informasi tersebut diperlukan guna menyajikan laporan keuangan
secara wajar. Jika belum diatur dalam PSAK, maka manajemen harus
menerapkan kebijakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan
menyajikan informasi:
25
a. relevan terhadap kebutuhan para pengguna laporan untuk
pengambilan keputusan;
b. menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian dan tidak
semata-mata dalam bentuk hukum;
c. netral yaitu bebas dari keberpihakan;
d. mencerminkan kehati-hatian dan;
e. mencakup semua hal yang material.
Wiseman (1982:56) menyebutkan informasi apa saja yang
biasanya terdapat pada suatu pengungkapan lingkungan:
a. diskusi tentang regulasi dan persyarat tentang dampak lingkungan;
b. kebijakan lingkungan atau kepedulian perusahaan tentang
lingkungan;
c. konservasi sumber daya alam;
d. penghargaan atas kepedulian terhadap lingkungan;
e. usaha melakukan daur ulang;
f. pengeluaran yang dilakukan perusahaan berkaitan dengam
penanganan lingkungan.
Al- Tuwaijri et al. (2004:454) menyebutkan teknik pengukuran
pengungkapan lingkungan umumnya dapat dibedakan menjadi dua
kelompok. Teknik pengukuran pertama mencakup pengukuran dengan
mengkuantifikasi pengungkapan lingkungan hidup yang terdapat di
dalam laporan tahunan perusahaan berdasarkan halaman, kalimat, dan
kata.
26
Teknik pengukuran yang kedua menggunakan ukuran
disclosure scoring, di mana peneliti mengidentifikasi kemungkinan
berbagai isu lingkungan hidup, kemudian menganalisis pengungkapan
lingkungan dari masing-masing isu dengan menggunakan metode
indeks atau skor. Item yang memperoleh skor/bobot tertinggi
mencerminkan isu lingkungan hidup tersebut yang paling sering
diinformasikan dan paling tinggi diminta oleh stakeholder dan begitu
pula sebaliknya.
Penelitian ini menggunakan teknik pengukuran yang kedua
yaitu menggunakan disclosure scoring di mana berdasarkan indeks
pengungkapan lingkungan hidup di Indonesia yang dibuat oleh
Suhardjanto et al. (2008) berdasarkan isu lingkungan yang ditulis media
yang terdiri atas 35 item. Item-item tersebut terdapat pada lampiran 1
(Suhardjanto & Miranti, 2009:7).
5. Stakeholders Power
Stakeholders menurut Hubbard (2000:58) adalah sebagai
berikut:
“Stakeholders are those individuals or groups which have an interest in the business strategy of the organisation. Typical stakeholders include employees, managers, the board of directors, shareholders, customers, suppliers, governments and local communities where the organisation operates”.
Dari definisi Hubbard tersebut, stakeholders memiliki arti
bahwa individu-individu atau kelompok-kelompok yang memiliki
suatu kepentingan dalam strategi bisnis dari organisasi. Umumnya
mereka yang termasuk ke dalam stakeholders meliputi karyawan,
27
manajer, dewan direktur, pemegang saham, pelanggan, pemasok,
pemerintah dan komunitas lokal di mana organisasi beroperasi.
Sedangkan Hitt et al. (2001:27) mendefinisikan stakeholders
sebagai individu-individu dan kelompok-kelompok yang dapat
mempengaruhi, dan dipengaruhi oleh hasil-hasil strategis yang
diperoleh dan yang memiliki klaim-klaim yang dapat dipaksakan ke
kinerja suatu perusahaan. Klaim-klaim terhadap kinerja organisasi
dipaksakan melalui kemampuan seorang stakeholder untuk
mempertahankan partisipasi esensial bagi daya hidup, daya saing, dan
profitabilitas perusahaan.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahawa stakeholders atau yang memiliki arti pemangku kepentingan
merupakan pihak-pihak yang memiliki suatu kepentingan dalam
keputusan bisnis karena pihak-pihak tersebut dapat mempengaruhi, dan
dipengaruhi oleh hasil-hasil strategis perusahaan. Pihak-pihak yang
memiliki kepentingan seringkali menuntut agar perusahaan dapat
memenuhi klaim mereka secara bertanggung jawab. Klaim dari
stakeholders memiliki arti bahwa stakeholder memiliki hak atas kinerja
perusahaan.
Dalam mendefinisikan atau mendefinisikan ulang misi
perusahaan, manajer strategis harus memahami hak-hak sah dari pihak-
pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak hanya
mencakup pemegang saham dan karyawan, melainkan juga pihak luar
yang terpengaruh oleh tindakan perusahaan. Pihak luar semacam itu
28
biasanya mencakup pelanggan, pemasok, pemerintah, serikat pekerja,
pesaing, komunitas lokal, dan masyarakat umum (Pearce II &
Robinson, 2013:52).
William R. King & David I. Cleland (1978) dalam Pearce II &
Robinson (2013:53) membuat daftar dari kelompok pemangku
kepentingan yang umum ditemui dan seringkali ditambahkan dengan
kelompok eksekutif puncak. Daftar tersebut dapat dilihat melalui tabel
2.1 berikut.
Tabel 2. 1
Daftar Kelompok Stakeholders
Stakeholders Sifat Klaim
Pemegang saham Partisipasi dalam distribusi laba, penawaran saham
tambahan, aset saat likuidasi; hak suara; inspeksi
pembukuan perusahaan; pemindahan saham;
pemilihan dewan komisaris; dan hak-hak yang
telah ditetapkan dalam kontrak dengan
perusahaan.
Kreditor Proporsi legal dari pembayaran bunga yang jatuh
tempo serta pengembalian pokok investasi;
keamanan dari aset yang dijaminkan; prioritas
relatif saat likuidasi. Prerogatif manajemen dan
pemilik jika terdapat kondisi tertentu pada
perusahaan (seperti gagal membayar bunga).
Karyawan Kepuasan ekonomi, sosial, dan psikologis di
tempat kerja. Aman dari perilaku arbitrer dan tidak
terduga dari pihak eksekutif perusahaan.
Pemberian tunjangan, kebebasan untuk menjadi
anggota serikat pekerja dan berpartisipasi dalam
tawar-menawar kolektif, kebebasan individu untuk
menawarkan layanan melalui kontrak. Kondisi
kerja yang layak.
Pelanggan Layanan menyertai produk; data teknik mengenai
cara menggunakan produk; garansi yang sesuai;
ketersediaan suku cadang selama penggunaan
produk; perbaikan produk melalui penelitian dan
pengembangan; fasilitas kredit.
Pemasok Keberlangsungan sumber bisnis; pemenuhan
kewajiban kredit secara tepat waktu; hubungan
profesional dalam kontrak pembelian dan
penerimaan barang serta jasa.
Bersambung ke halaman berikutnya
29
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Sumber: William R. King dan David I. Cleland (1978)
Berdasarkan tabel tersebut, Pearce II & Robinson (2013:54)
mengklasifikasikan stakeholder perusahaan menjadi dua kelompok
yaitu stakeholder pihak dalam dan stakeholder pihak luar .
a. Stakeholder pihak dalam
Stakeholder pihak dalam terdiri dari individu atau kelompok
pemegang saham atau karyawan.
b. Stakeholder pihak luar
Stakeholder pihak luar terdiri dari individu dan kelompok lain yang
dipengaruhi oleh tindakan perusahaan.
Stakeholders Sifat Klaim
Pemerintah Pajak (pajak penghasilan, PBB, dan lain
sebagainya); ketaatan terhadap peraturan
kebijakan publik berkaitan dengan keharusan
untuk bersaing secara bebas dan adil; pembayaran
kewajiban hukum dari para pelaksana bisnis;
ketaatan terhadap undang-undang anti monopoli.
Serikat pekerja Pengakuan sebagai agen negosiasi bagi karyawan.
Peluang untuk menjadikan serikat pekerja sebagai
partisipan dalam organisasi perusahaan.
Pesaing Observasi norma-norma perilaku persaingan yang
ditetapkan oleh masyarakat dan industri.
Diplomasi usaha sebagai pihak yang setara.
Masyarakat umum Partisipasi dalam dan kontribusi kepada
masyarakat secara keseluruhan; komunikasi yang
efektif antara pemerintah dan unit bisnis yang
dirancang untuk saling memahami, menanggung
proporsi yang layak atas beban pemerintah dan
komunitas. Harga yang wajar atas produk serta
kemajuan teknologi yang terkait dengan lini
produk.
Komunitas lokal Memberikan lapangan kerja yang produktif dan
sehat bagi komunitas. Partisipasi eksekutif
perusahaan dalam masalah komunitas, penyediaan
lapangan kerja reguler, permainan yang adil,
proporsi pembelian yang layak atas produk
komunitas lokal, dukungan untuk proyek budaya
dan sosial.
30
Hitt et al. (2001:30-31) mengelompokkan stakeholder ke dalam
tiga kelompok yaitu stakeholder pasar modal, stakeholder pasar
produk, dan stakeholder organisasi.
a. Stakeholder Pasar Modal
Stakeholder ini terdiri dari pemegang saham (shareholder) dan
kreditor sebagai pemberi modal perusahaan. Stakeholder ini
mengharapkan agar perusahaan menjaga dan meningkatkan
kekayaan yang telah dipercayakan melalui modal yang mereka
berikan kepada perusahaan. Pemegang saham dapat menunjukkan
ketidakpuasanya dengan berbagai cara dan salah satunya dengan
menjual saham mereka. Kreditur sebagai pemberi pinjaman, akan
memperketat peminjaman berikutnya apabila perusahaan
melanggar perjanjian yang telah disepakati
b. Stakeholder Pasar Produk
Stakeholder ini terdiri dari pelanggan utama, suplier, komunitas
tuan rumah dan serikat buruh. Para pelanggan sebagai stakeholders
menuntut produk yang dapat diandalkan pada harga serendah
mungkin. Suplier mencari pelanggan yang mampu membayar
dengan harga tinggi. Komunitas tuan rumah menginginkan agar
perusahaan dapat beroperasi dalam waktu yang lama sehingga
kontribusi pajak dari perusahaan dapat membangun fasilitas publik
di daerah sekitar perusahaan tersebut. Serikat buruh memiliki
kepentingan dengan rasa aman dalam bekerja dan mendapatkan
kondisi kerja yang baik. Keseluruhan kelompok stakeholder
31
tersebut pada umumnya merasa puas ketika perusahaan
mendapatkan margin laba yang relatif rendah.
c. Stakeholder Organisasi
Stakeholder ini berisikan para pegawai, manajer dan non-manajer.
Para pegawai organisasi mengharapkan perusahaan dapat
memberikan lingkungan kerja yang dinamis serta apresiatif
terhadap kinerja mereka. Stakeholder ini pada umumnya puas
bekerja untuk perusahaan yang sedang tumbuh dan para pegawai
dapat dengan aktif terlibat dalam kinerja perusahaan.
Madura (2006) dalam Sukardi & Sari (2007:5-6) menyebutkan
lima tipe stakeholder yang terlibat dalam sebuah bisnis, yang terdiri dari
pemilik, kreditor, karyawan, suplier dan konsumen.
a. Pemilik
Pada awalnya bisnis terdiri dari seorang pemilik yang menjalankan
ide bisnisnya. Seiring berkembangnya bisnis, bisnis memerlukan
modal yang tidak sedikit dan pemilik pertama mengundang orang
lain untuk melakukan investasi dan menjadi pemilik kedua.
Pemilik kedua mendapatkan sertifikat kepemilikan dan biasa
disebut stockholder.
b. Kreditor
Kreditor umunya yang diketahui yaitu salah satu institusi keuangan
atau dikenal sebagai bank yang dapat menyediakan dana bagi
perusahaan yang membutuhkan pinjaman keuangan. Perusahaan
harus membayar bunga jika meminjam dana dari institusi ini.
32
c. Karyawan
Karyawan dan manajer-manajer bersama-sama dalam hal membuat
keputusan-keputusan penting. Manajer bertanggungjawab dalam
hal pengelolaan tugas karyawan lainnya. Peran dari manajer sangat
penting dalam hal meningkatkan nilai perusahaan.
d. Suplier
Setiap perusahaan membutuhkan bahan baku dalam menjalankan
proses produksinya. Untuk itu sebuah perusahaan perlu pemasok
atau penyedia bahank baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
produksinya.
e. Konsumen
Konsumen sebagai faktor yang dapat mendukung keberlangsungan
hidup perusahaan menjadi sangat penting bagi perusahaan untuk
bertahan dalam persaingan bisnis. Untuk itu perusahaan harus
dapat menarik konsumennya dengan cara membuat produk yang
diharapkan oleh konsumen. Perusahaan harus memiliki strategi
tersendiri untuk mempertankan konsumennya.
Setiap perusahaan memiliki kelompok yang pemangku
kepentingannya berbeda dan bervariasi dalam hal jumlah, ukuran,
pengaruh dan tingkat kepentingan (Pearce II & Robinson, 2013:52).
Tidak semua stakeholder memiliki tingkat pengaruh yang sama
terhadap suatu perusahaan. Semakin bernilai dan kritikal partisipasi
seorang stakeholder, semakin besar ketergantungan perusahaan
kepadanya. Semakin ketergantungan maka menghasilkan pengaruh
33
stakeholder yang lebih potensial terhadap komitmen, keputusan dan
tindakan-tindakan perusahaan (Hitt et al., 2001:28).
Klaim dari setiap stakeholder memiliki perbedaan masing-
masing. Setiap kelompok stakeholder mengharapkan bahwa mereka
yang mengambil keputusan strategis perusahaan memiliki
kepemimpinan yang mencapai tujuan-tujuan para stakeholder tersebut.
Tapi tujuan kelompok-kelompok stakeholders ini sering kali berbeda
satu sama lain (Hitt et al., 2001:28). Klaim dari berbagai kelompok
pemangku kepentingan sering kali bertentangan. Misalnya klaim
pemerintah dan masyarakat umum cenderung membatasi profitabilitas,
yang merupakan klaim utama dari kebanyakan kreditur dan pemegang
saham (Pearce II & Robinson, 2013:53).
Para pemegang saham ingin hasil dari investasi mereka
dimaksimalkan. Sering kali hal ini dicapai dengan mengorbankan
investasi masa depan perusahaan. Untuk keberlangsungan masa depan
perusahaan umumnya laba yang diperoleh perusahaan dialokasikan
kembali untuk riset dan pengembangan, misalnya, namun laba ini
digunakan untuk memaksimalkan keuntungan jangka pendek
pemegang saham. Kontras dengan para pemegang saham, para
pelanggan lebih senang jika perusahaan dapat memaksimalkan
kepentingannya ketika kualitas produk ditingkatkan tidak dengan
kenaikan harga. Karena konflik-konflik potensial ini, setiap perusahaan
ditantang untuk menangani stakeholdernya (Hitt et al., 2001:29).
34
Dengan adanya banyak klaim yang dihadapi perusahaan, baik
itu dari karyawan dengan permintaan gaji yang tinggi; lingkungan udara
yang bersih; jaminan pekerjaan; kualitas produk; pajak, keamanan
investasi; tingkat pengembalian investasi yang tinggi dan banyak lagi
klaim lainnya. Meskipun mungkin sebagian besar, atau seluruh klaim
tersebut merupakan tujuan yang diinginkan, namun tidak semuanya
dapat dikejar dengan penekanan yang sama. Perlu disusun prioritas
sesuai dengan penekanan relatif yang diberikan oleh perusahaan dalam
mengambil keputusan strategis dan dalam tujuan serta strategi jangka
panjang perusahaan (Pearce II & Robinson, 2013:54).
Penanganan stakeholder dapat dilakukan dengan beberapa
langkah yang disebutkan oleh Hitt et al. (2001:29). Pertama,
perusahaan harus mengidentifikasi dengan hati-hati semua anggota
stakeholdernya yang penting bagi perusahan. Kedua, perusahaan dapat
menyusun daftar prioritas dari para stakeholdernya karena tidak
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat memenuhi kesemua
stakeholdernya. Dalam hal ini yang paling diperlukan dalam
menentukan prioritas yaitu seberapa besar power atau kekuasaan dari
suatu stakeholder dan tingkat kepentingannya bagi perusahaan. Selain
kekuasaan, kriteria lainnya yaitu urgensi untuk memuaskan setiap
stakeholder tertentu dan tingkat kepentingannya.
Berkaitan dengan prioritas stakeholder mana yang memiliki
power atau kekuatan dikebanyakan perusahaan, Pearce II & Robinson
(2013:52) menyebutkan urutan kelompok stakeholder yang paling
35
penting. Urutan ini berdasarkan penelitian yang melibatkan 2.361
komisaris dari 291 perusahaan terbesar di Amerika Serikat bagian
tenggara. Urutan pertama diduduki oleh pelanggan dan pemerintah,
kemudian pemegang saham, karyawan dan terakhir masyarakat.
Sedangkan Lu & Abeysekera (2014:428) menjabarkan stakeholder
yang memiliki kekuatan yaitu pemerintah, pemegang saham, kreditor
dan auditor.
Setelah mengetahui stakeholder mana saja yang dapat
diprioritaskan oleh perusahaan, perusahaan dapat menyesuaikan
strategi bisnisnya. Dengan adanya kondisi sosial yang dinamis, salah
satu prioritas juga yang perlu diperhitungkan bagi strategi bisnis yaitu
eksistensi perusahaan itu sendiri untuk menjadi lembaga bisnis
berkelanjutan (kemampuan menghasilkan laba jangka panjang).
Kemampuan menghasilkan laba jangka panjang hanya akan terealisasi
jika kehadiran perusahaan dapat berguna dan didukung oleh
stakeholder. Dukungan stakeholder akan terwujud jika dampak negatif
pada ranah sosial, ekonomi, dan lingkungan, bukan hanya dapat
diminimalisir, tetapi justru dapat memberikan dampak positif yang
besar bagi stakeholder (Rachman et al., 2011:9).
6. Government Power
Pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan pembuat
regulasi, deregulasi, penyubsidi, pemberi kerja, dan konsumen utama
bagi suatu organisasi. Faktor-faktor pemerintahan dapat
merepresentasikan peluang atau ancaman utama baik bagi organisasi
36
kecil maupun besar (David, 2011). Banyak yang mengetahui
pemerintah hanya identik dengan pemungutan pajak dan bermacam-
macam iuran (Alma, 2006:56). Namun pemerintah memiliki peran
besar dalam suatu negara. Termasuk bagi negara-negara berkembang
yang mengutamakan kesejahteraan rakyatnya.
Kebijakan pemerintah yang sesuai diperlukan untuk
menciptakan suasana yang kondusif untuk mengembangkan kegiatan
perusahaan di berbagai bidang. Di negara-negara berkembang seperti
di Indonesia, kebijakan pemerintah bukan saja diperlukan untuk
mewujudkan kestabilan ekonomi tetapi juga pertumbuhan ekonomi
yang relatif pesat (Sukirno, 2004: 78). Negara menguasai beberapa
cabang perekonoman, sesuai dengan pasal 33 UUD 1945, yaitu untuk
mengambil manfaat yang sebesar-besarnya terhadap semua potensi
alam dan tenaga yang ada. Pemerintah menguasai atau turut mendirikan
perusahaan, karena masih kurang mampu nya pihak swasta menanam
modal dalam bidang tersebut atau perusahaan yang dikuasai negara
sangat penting bagi kehidupan masyarakat (Alma, 2006:57).
Alma (2006:84) menyebutkan bahwa perusahaan yang
dikendalikan oleh pemerintah disebut juga dengan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). Pemerintah menjadi pemilik tunggal saham atau juga
sebagian besar saham dimiliki oleh pemerintah. Dengan begitu,
pemerintah memiliki kuasa atau kendali dalam suatu perusahaan yang
sahamnya dimiliki oleh pemerintah. BUMN dibentuk berdasarkan
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah dan kebijaksanaan
37
perusahaan diatur pula oleh pemerintah. Berbagai bentuk perusahaan
yang dikuasai oleh pemerintah adalah sebagai berikut:
a. PD (Perusahaan Daerah)
Perusahaan daerah merupakan milik pemerintah daerah yang
pengelolaan dan pengawasan dilakukan oleh PEMDA setempat.
Perusahaan ini merupakan sumber penghasilan daerah tersebut,
seperti PDAM atau Perusahaan Daerah Air Minum.
b. Perjan (Perusahaan Jawatan)
Perjan merupakan perusahaan milik suatu departemen dalam
kepemerintahan yang pegawainya adalah pegawai negeri.
Kencederungan yang terjadi di lapangan bahwa Perjan berangsur-
angsur dirubah bentuknya menjadi Persero.
c. Perum (Perusahaan Umum)
Perum merupakaan salah satu perusahaan yang memiliki modal
yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan dan diharapkan
perusahaan ini dapat membiayai diri sendiri serta mendatangkan
keuntungan buat negara. Contoh dari perum adalah Perumnas.
d. Persero (PT)
Perusahaan ini memiliki saham sebagian atau seluruhnya dimiliki
negara. Diharapkan perusahaan ini memperoleh keuntungan dan
dapat membelanjai operasi perusahaannya. Beberapa perusahaan
milik pemerintah berbentuk persero sebagai berikut:
38
1) Di bawah Departemen Perindustrian meliputi PN Pabrik
Kertas, PT. Timah, PT Pabrik Pupuk, Pertamina, PT. Semen
dan PT. Pertambangan Batu Bara;
2) Bidang usaha jasa meliputi PT Garuda Indonesia, PT. Pelni,
PT. Telkom, PT. Pos Indonesia, dan PT. Indosat;
3) Di bawah Departemen Keuangan meliputi PT. BNI 1946, PT.
Bank Dagang Negara, PT. Asuransi Jiwasraya;
4) Di bawah Departemen PU yaitu PT. Jasa Marga;
5) Dan masih banyak bentuk perusahaan lainnya.
Perusahaan yang disebutkan di atas merupakan contoh dari
perusahaan yang modal atau kepemilikan sahamnya oleh pemerintah.
Beberapa dari perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah merupakan
perusahaan publik. Dengan adanya kepemilikan pemerintah pada suatu
perusahaan publik, mendong manajemen perusahaan menerapkan
kebijakan-kebijakan tertentu salah satunya mendukung untuk
melestarikan lingkungan. Kebijakan pemerintah mengenai lingkungan
hidup tertuang dalam Undang-Undang No 32 tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Konsep pemangku kepentingan mengakui kemampuan
pemerintah untuk memberi dampak pada strategi dan kinerja
perusahaan. Dengan demikian, pemerintah dapat dipandang sebagai
pemangku kepentingan perusahaan yang kepentingannya harus
ditangani oleh manajemen. Pengungkapan tanggung jawab sosial dapat
39
digunakan oleh manajemen sebagai strategi yang dirancang untuk
memenuhi tuntutan pemerintah (Roberts, 1992:602).
7. Shareholder Power
Pearce II & Robinson (2013:54) menyebutkan bahwa
shareholder atau pemegang saham merupakan salah satu stakeholder
pihak dalam. Dalam Hitt et al. (2001:30-31), shareholder
mengharapkan supaya perusahaan menjaga dan meningkatkan
kekayaan yang telah mereka percayakan kepada perusahaan. Banyak
manajer dan pembuat strategi dari perusahaan berargumentasi bahwa
perusaahaan adalah milik pemegang saham dan oleh karena itu haruslah
berkepentingan untuk memenuhi kepentingan bagi para pemegang
saham (Hubbard, 2000:59).
Supramono (2014:1-2) menyatakan bahwa saham identik
dengan modal dan perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
PT selaku pelaku bisnis memerlukan banyak modal dan modalnya
terbagi atas sejumlah saham. Di dalam perseroan tersebut, para pemilik
modal yang nota bene pemegang saham diperhatikan kehendaknya
untuk menentukan arah jalannya perusahaan. Jika dalam suatu
perseroan di antara pemegang saham ada yang memiliki saham dengan
jumlah lebih banyak dari pemegang saham lainnya, maka dapat disebut
sebagai pemegang saham mayoritas. Adanya pemegang saham
mayoritas mempengaruhi jalannya perusahaan dan dari segi ekonomi
menunjukkan siapa yang modalnya banyak dari pemegang saham
40
lainnya, maka dialah yang dianggap pihak yang cocok untuk
mengarahkan jalannya perusahaan.
Kuswiratmo (2016:96) mengklasifikasi pemegang saham
mayoritas didasarkan pada komposisi jumlah kepemilikan saham dan
hak yang dimilikinya. Secara umum, pengendalian perseroan yang
dimaksud adalah pemegang saham yang mempunyai kepemilikan hak
atas saham melebihi 50% atau jumlah lain dari seluruh saham yang
ditempatkan dan disetor dalam perseroan, sehingga menyebabkan
pemegang saham tersebut dapat menyelenggaraka dan mengambil
keputusan dalam RUPS tanpa kehadiran pemegang saham lainnya.
Pengendalian perseroan khusus untuk PT yang berupa perusahaan
publik atau terbuka, dilakukan oleh pemegang hak atas 20% saham atau
lebih, atau dari hak suara yang dikeluarkan yang melebihi kuorum.
Dengan adanya saham mayoritas yang memiliki sebagian atau
hampir keseluruhan saham perusahaan maka tuntutan terhadap pihak
shareholder menjadi lebih terkonsentrasi. Namun, saham yang
terkonsentrasi dapat mempengaruhi keputusan manajemen dalam
mengungkapkan informasi yang tidak beragam. Termasuk salah
satunya yaitu informasi tentang sosial dan lingkungan. Sebaliknya,
Roberts (1992:601) mengungkapkan bahwa distribusi kepemilikan
perusahaan yang kurang terkonsentrasi mengakibatkan tuntutan yang
diajukan pada perusahaan oleh pemilik saham menjadi lebih luas. Liu
& Anbumozhi (2009:595) mengungkapkan bahwa perusahaan dengan
kepemilikan tersebar luas cenderung menerapkan aktivitas lingkungan
41
yang baik dalam perencanaan strategis mereka untuk menarik lebih
banyak investor.
8. Creditor Power
Perusahaan memerlukan dana lebih daripada yang didapat
pemilik. Suatu bisnis yang tumbuh pesat tidak akan mampu menutup
penanaman modal dalam bentuk benda yang tidak bergerak (seperti
bangunan). Oleh karena itu perusahaan memerlukan dana meminjam
dari institusi keuangan atau individu yang disebut kreditor sebagai
pemberi pinjaman (Madura, 2001:3). Kreditor mengendalikan akses
terhadap sumber keuangan yang mungkin diperlukan untuk
melanjutkan operasi sebuah perusahaan. Keputusan struktur modal
merupakan bagian dari strategi pemangku kepentingan keseluruhan
perusahaan dan karena itu kreditor merupakan pemangku kepentingan
penting yang pengaruhnya harus dikelola. Ini mengikuti tingkat yang
lebih tinggi yang mana perusahaan bergantung pada pembiayaan
hutang untuk mendanai proyek-proyek modal (Roberts, 1992:602).
Sukardi & Sari (2007:5-6) menyebutkan salah satu kreditor
yaitu institusi keuangan atau dikenal sebagai bank yang dapat
menyediakan dana bagi perusahaan yang membutuhkan pinjaman
keuangan. Perusahaan harus membayar bunga jika meminjam dana dari
institusi ini. Jika pemberi pinjaman modal tidak puas, mereka dapat
memaksakan perjanjian yang lebih ketat pada pinjaman modal
berikutnya (Hitt et al., 2001:30). Madura (2001:83) menyebutkan jika
perusahaan gagal dalam hal membayar utang kepada kreditur, bisa jadi
42
akan dipaksanya pengakuan bangkrut. Kreditur secara periodik akan
memantau seluruh aktivitas manajer dengan menggunakan laporan
yang dibuat oleh perusahaan. Kemungkinan terjadinya berbagai
halangan yang dapat menghambat kemampuan perusahaan memenuhi
kewajibannya itu dapat terdeteksi lebih awal (Sulistyanto, 2008:94).
Institusi kreditur seperti bank sebagai lembaga pembiayaan
perlu untuk melakukan analisis risiko lingkungan dalam proses
penyutujuan kredit. Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
belum menetapkan tambahan untuk jenis risiko seperti risiko
lingkungan dan sosial. Namun dalam hal ini tidak mengurangi makna
kehati-hatian bank dalam menganalisis dampak lingkungan yang
ditimbulkan oleh operasional perusahaan sebagai debitur. Meski belum
terdapatnya aturan yang baku mengenai risiko lingkungan, bank
mengikuti langkah analisis risiko lingkungan dan sosial dalam proses
penilaian kredit existing saat ini yang berlaku di perbankan (Panjaitan,
2015:108).
Hutang yang tinggi akan menimbulkan risiko yang tinggi juga
terhadap bank termasuk risiko lingkungan dan sosial yang timbul. Oleh
karena itu, kewajiban terhadap lingkungan jelas-jelas dapat
mempengaruhi kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran
karena akibat dari kemungkinan terjadinya tuntutan hukum, boikot,
denda, ganti rugi hingga class action oleh masyarakat. Kewajiban
lingkungan ini bahkan dapat menjangkiti financier atau bank apabila
tidak dilakukan asesmen dari awal secara benar (Panjaitan, 2015:117).
43
9. Ukuran Perusahaan
Besar (ukuran) perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva,
penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan
dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu.
Ketiga indikator tersebut sering digunakan untuk menentukan ukuran
perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut.
Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam,
semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan
semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia dikenal
dalam masyarakat. Dari ketiga indikator tersebut, nilai aktiva relatif
lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan
penjualan dalam mengukur ukuran perusahan (Sudarmadji & Sularto,
2007:54).
Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar dapat lebih
bertahan daripada perusahaan dengan ukuran yang lebih kecil, karena
semakin besar entitas, semakin besar pula sumber daya yang dimiliki
entitas tersebut. Dengan semakin besarnya sumber daya yang dimiliki
entitas, maka entitas tersebut akan lebih banyak berhubungan dengan
stakeholder, sehingga diperlukan tingkat pengungkapan atas aktivitas
entitas yang lebih besar, termasuk pengungkapan dalam tanggung
jawab sosial (Kamil & Herusetya, 2012:5).
Perusahaan yang lebih besar lebih cenderung berada di bawah
pengawasan publik dan diharapkan memiliki kecenderungan yang lebih
tinggi terhadap pengungkapan lingkungan. Perusahaan yang lebih besar
44
juga mampu memiliki sumber daya yang unggul untuk upaya
lingkungan (Liu & Anbumozhi, 2009: 597). Ukuran perusahaan turut
menentukan tingkat kepercayaan investor. Semakin besar perusahaan,
semakin dikenal masyarakat berarti semakin mudah untuk
mendapatkan informasi mengenai perusahaan (Mutia et al., 2011:192).
10. Kinerja Lingkungan
Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil
tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Sarinah & Mardalena,
2017:184). Kinerja lingkungan merupakan kinerja perusahaan yang
berfokus pada kegiatan perusahaan dalam melestarikan lingkungan dan
mengurangi dampak lingkungan yang timbul akibat aktivitas
perusahaan (Haryati & Rahardjo, 2013:3). Scruggs (2003:4)
mengungkapkan bahwa kinerja lingkungan yang baik dapat
didefinisikan sebagai kemajuan atau pencapaian situasi di mana
penarikan masyarakat dari persediaan sumber daya alam tidak
mencegah generasi masa depan memiliki persediaan yang setara.
Proses produksi, seperti halnya produk yang dihasilkan oleh
sebuah perusahaan bisa jadi membahayakan lingkungan. Karena itu
perusahaan memiliki tanggung jawab yang besar dalam melestarikan
lingkungan (Sukardi & Sari, 2007:23). Kinerja lingkungan merupakan
bahan pertimbangan manajemen dalam mengungkapkan kinerja
lingkungannya. Ketika suatu perusahaan memiliki kinerja lingkungan
yang baik, maka perusahaan akan mengungkapkannya dalam laporan
tahunannya (Aulia & Agustina, 2015:4).
45
Di Indonesia penilaian kinerja lingkungan perusahaan
dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup melalui Program
Penilaian Peringkat pengelolaan lingkungan pada perusahaan
(PROPER) (Julianto & Syarief, 2016:151). PROPER juga menjadi
tolak ukur bagi bank dalam memberikan kredit terhadap debitur yang
merupakan organisasi yang menjalankan aktivitas bisnis terlebih
perusahaan yang rawan terhadap kerusakan lingkungan (Lindrianasari,
2007:161). Selanjutnya konsep green banking tersebut meluas dengan
adanya penandatanganan kesepakatan bersama (MoU) antara
Kementrian Lingkungan Hidup dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
melahirkan kebijakan penyaluran/kredit pembiayaan yang ramah
lingkungan mencakup industri yang tidak hanya perbankan namun juga
lembaga jasa keuangan lainnya (www.ojk.go.id).
11. Penilaian Kinerja Lingkungan melalui PROPER
Program Penilaian Peringkat kinerja perusahaan dalam
pengelolaan lingkungan hidup atau sering disebut dengan PROPER
lahir melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 127
Tahun 2002. Soerjani et al. (2007:199) menyebutkan beberapa tujuan
dari PROPER:
a. Mendorong terwujudnya pembangunan berkelanjutan;
b. Meningkatkan komitmen para stakeholder dalam upaya pelestarian
lingkungan;
c. Meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan secara
berkelanjutan;
46
d. Meningkatkan kesadaran para pelaku usaha/kegiatan untuk
menaati peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan;
e. Meingkatkan penataan dalam pengendalian dampak lingkungan
melalui peran aktif masyarakat dan;
f. Mengurangi dampak negatif kegiatan perusahaan terhadap
lingkungan
Selanjutnya Soerjani et al. (2007:199) menyebutkan sasaran
dari PROPER meliputi:
a. Mendorong perusahaan untuk menaati peraturan perundang-
undangan melalui instrumen insentif dan disensentif reputasi;
b. Mendorong perusahaan yang sudah baik kinerja lingkungannya
untuk menerapkan produksi bersih.
Dalam Publikasi PROPER tahun 2015 dijelaskan mengenai
prinsip dasar dari PROPER itu sendiri, yakni peserta PROPER bersifat
selektif, yaitu diperuntukkan bagi industri yang menimbulkan dampak
besar dan meluas terhadap lingkungan dan mereka peduli dengan citra
atau reputasi perusahaannya. Soerjani et al. (2007:199) juga
menyebutkan jenis industri yang menjadi prioritas dari penilaian
PROPER:
a. Manufaktur, prasarana dan jasa
Adapun subsektor perusahaan yang termasuk meliputi perusahaan
dibidang pulp dan kertas, tekstil, semen, oomotif, peleburan besi
dan baja, MSG, alkohol, industri kimia dasar, kawasan industri dan
sejenis lainnya.
47
b. Pertambangan, energi dan migas
Subsektor yang termasuk yaitu pertambangan mineral, batu bata,
pembangkit energi, eksplorasi dan produksi, pengolahan dan
distribusi minyak dan gas serta sejenisnya.
c. Hasil pertanian dan perhutanan
Subsektornya terdiri dari perusahaan yang bergerak di bidang
pengolahan kelapa sawit, pabrik gula, kayu lapis, karet, tapioka dan
sejenisnya.
PROPER dapat dijadikan pilihan dalam mengukur kinerja
lingkungan perusahaan yang ada di Indonesia. Informasi mengenai
kinerja perusahaan dikomunikasikan dengan menggunakan simbol
warna untuk memudahkan penyerapan informasi oleh masyarakat.
Tabel 2.2 menunjukkan simbol warna yang diberikan sesuai dengan
penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan
beserta dengan penjelasan dari setiap peringkat warna.
48
Tabel 2. 2
Penjelasan Peringkat Warna PROPER
Emas Telah secara konsisten menunjukkan keunggulan
lingkungan dalam proses produksi dan/atau jasa,
melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggung
jawab terhadap masyarakat.
Hijau Diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan
lebih dari yang dipersyaratkan dalam peraturan (beyond
compliance) melalui pelaksanaan sistem pengelolaan
lingkungan, pemanfaatan sumber daya secara efisien
melalui upaya tanggung jawab sosial dengan baik.
Biru Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang
dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan dan/atau
peraturan perundangan yang berlaku.
Merah Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup
yang tidak sesuai dengan persyaratan sebagaiman diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
Hitam Telah sengaja melakukan perbuatan atau melakukan
kelalaian yang mengakibatkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap
peraturan perundang-undangan atau tidak melaksanakan
sanksi administrasi.
Sumber: PROPER Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
2015
12. Eksposur Media
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia eksposur memiliki arti
pemajanan. Eksposur yang dalam bahasa Inggris di tulis exposure
kadang kala diterjemahkan sebagai terpaan. Namun penggunaan arti
terpaan kurang tepat dipakai. Bentuk kata exposure yang berpangkal
dari kata expose yang memiliki makna sebagai mendedahkan,
memajankan, dan menyingkapkan. Berdasarkan dari kata expose
tersebut kata exposure menjadi dedahan, pajanan, dan singkapan
(Badan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan). Sedangkan
media didefinisikan oleh Cangara (2009:123) sebagai alat atau sarana
yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada
khalayak. Ini berarti bahwa eksposur media merupakan singkapan dari
49
penyampaian pesan dari komunikator kepada audiensnya. Brown
(2011:60) menyebutkan eksposur media dapat juga didefiniskan
sebagai media “promosi dan publisitas”.
Oleh para pakar psikolog, dalam komunikasi antarmanusia
media yang paling dominan dalam berkomunikasi yaitu melalui
pancaindra. Pesan-pesan yang diterima pancaindra selanjutnya diproses
dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya
terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan (Cangara,
2009:123). Pesan perlu untuk dikonstruksi secara hati-hati sehingga
pesan dapat mengomunikasikan makna yang diinginkan kepada
audiensi. Namun tak kalah pentingnya lagi dalam penyampaian pesan
kepada audiens yaitu memilih medium yang sesuai bagi perusahaan
dalam menyampaikan pesan (Lattimore et al., 2010: 160).
Lattimore et al. (2010:160) mengklasifikasikan media sebagai
media terkontrol dan tidak terkontrol.
a. Media terkontrol
Media terkontrol dapat berupa publikasi internal, surat langsung,
poster, dan iklan. Perusahaan biasanya memperkenankan praktisi
public relations untuk mendikte apa yang akan dipublikasikan serta
bagaimana menyampaikan pesan kepada audiens utamanya.
b. Media tidak terkontrol
Media tidak terkontrol merupakan media yang keputusan tentang
isinya dibuat orang lain seperti surat kabar, televisi dan radio.
50
Lattimore et al. (2010:203) juga menambahkan terdapat dua
media terkontrol yang telah menjadi media penting bagi kampanye
public relation pada beberapa tahun terakhir yaitu penggunaan World
Wide Web dan periklanan. World Wide Web dianggap sebagai media
massa public relations pertama karena media ini memungkinkan
komunikasi yang tertata mengalir langsung antara organisasi dengan
audiensi. Media baru ini sebagai alat komunikasi publik relation, telah
memacu peningkatan minat dalam membangun hubungan melalui
internet.
Soemirat & Ardianto (2010:194-196) mengungkapkan melalui
internet dapat menentukan spesifikasi target bisnis berdasarkan
hubungan dengan komunitas. Cara paling mudah yaitu dengan
menggunakan web untuk mempublikasikan tentang laporan apa saja
yang dilakukan perusahaan dalam membina hubungan komunitas.
Laporan tahunan melalui web dapat memberikan nilai tambah yang
berarti bagi analisis saham, investor, pialang. Dengan menyajikan
informasi secara online, para investor dan anggota komunitas finansial
dapat mengakses fakta dan data dengan sendirinya.
Eksposur media memerlukan suatu pesan yang dapat
disampaikan kepada audiensnya sehingga mampu dalam membangun
persepsi terhadap perusahaan dan dapat mempengaruhi bagaimana
harus bertindak (Potter, 2012:30). Eksposur media menjadi salah satu
cara agar perusahaan dapat meningkatkan visibilitas kehadiran web dan
meningkatkan pemanfaatan dari situs perusahaan. Meningkatnya
51
kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidup menjadikan semakin
meningkat pula eksposur media mengenai dampak lingkungan yang
terjadi akibat aktivitas perusahaan (Aulia & Agustina, 2015:7).
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam
tabel 2.3.
52
Tabel 2. 3
Hasil Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Determinants of Corporate Social
Ressponsibility Disclosure: An
Applicationof Stakeholder Theory
(Roberts, R.W., 1992)
Varibel government,
stockholder power, creditor.
Variabel ukuran perusahaan,
kinerja lingkungan, eksposur
media, pengungkapan
lingkungan, menggunakan
pengukuran Indonesian
Environmental Reporting
(IER) dan objek penelitian
perusahaan di Indonesia.
Government mampu mempengaruhi
pengungkapan CSR. Stockholder
power kurang signifikan terhadap
pengungkapan CSR. Creditor
mendukung pengungkapan CSR.
2 Determinant Factors of Corporate
Environmental Information
Disclosure: An Empirical Study of
Chinese Listed Companies
(Liu & Anbumozhi, 2009)
Variabel government,
shareholder, creditor,
ukuran perusahaan.
Variabel kinerja lingkungan,
eksposur media,
pengungkapan lingkungan,
menggunakan pengukuran
Indonesian Environmental
Reporting (IER) dan objek
penelitian perusahaan di
Indonesia.
Government mampu mempengaruhi
pengungkapan informasi lingkungan.
Shareholder kurang signifikan
terhadap pengungkapan informasi
lingkungan. Creditor tidak
menunjukkan hubungan signifikan
pengungkapan lingkungan. Ukuran
perusahaan berkorelasi terhadap
pengungkapan lingkungan.
3 Determinants of Corporate Social
Responsibility Disclosure Ratings
by Spanish Listed Firms
(Reverte, 2009)
Variabel leverage, ukuran
perusahaan dan eksposur
media.
Variabel government power,
shareholder power, kinerja
lingkungan, pengungkapan
lingkungan, menggunakan
pengukuran Indonesian
Environmental Reporting
(IER) dan objek penelitian
perusahaan di Indonesia.
Ukuran perusahaan dan eksposur
media berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan CSR.
Leverage sulit untuk ditemukan
hubungan yang signifikan dengan
pengungkapan CSR.
Bersambung ke halaman berikutnya
53
Tabel 2.3 (lanjutan)
No Judul Penelitian Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
4 Analisis Pengaruh Size,
Profitabilitas dan Leverage
Terhadap Pengungkapan CSR Pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
(Purnasiwi & Sudarno, 2011)
Variabel ukuran perusahaan
dan leverage.
Variabel government power,
shareholder power, kinerja
lingkungan, eksposur media,
pengungkapan lingkungan,
dan menggunakan
pengukuran IER.
Ukuran perusahaan dan leverage
berpengaruh terhadap pengungkapan
CSR
5 Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan
Corporate Social Responsibility di
Indonesia (Studi Empiris pada
Perusahaan Berkategori High
Profile yang Listing di Bursa Efek
Indonesia)
(Nur & Priantinah, 2012)
Variabel ukuran
perusahaan, leverage dan
eksposur media.
Variabel government power,
shareholder power, kinerja
lingkungan, pengungkapan
lingkungan, dan
menggunakan pengukuran
IER.
Ukuran perusahaan dan leverage
berpengaruh terhadap pengungkapan
CSR. Eksposur media tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan
CSR.
6 Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Kinerja Keuangan dan Eksposur
Media pada Pengungkapan
Informasi Lingkungan
(Hadjoh & Sukartha, 2013)
Variabel ukuran
perusahaan, eksposur
media, pengungkapan
lingkungan.
Variabel government power,
shareholder power, creditor
power, kinerja lingkungan
dan menggunakan
pengukuran IER.
Ukuran perusahaan dan kinerja
keuangan menjadi faktor yang
mempengaruhi pengungkapan
lingkungan sedangkan eksposur
media tidak mempengaruhi.
7 The Determinants of Corporate
Social Responsibility Disclosure:
Evidence From China
(Wang et al., 2013)
Variabel eksposur media. Variabel government power,
shareholder power, creditor
power, ukuran perusahaan,
kinerja lingkungan,
pengungkapan lingkungan
dan menggunakan IER
Eksposur media berpengaruh positif
terhadap pengungkapan Corporate
Social Responsibility.
Bersambung ke halaman berikutnya
54
Tabel 2.3 (lanjutan)
No Judul Penelitian Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
8 Stakeholders Power Corporate
Characteristics and Social and
Environmental Disclosure:
Evidence from China.
(Lu & Abeysekera, 2014)
Variabel government
power, shareholder power,
creditor power dan ukuran
perusahaan.
Variabel kinerja lingkungan,
eksposur media,
pengungkapan lingkungan,
menggunakan pengukuran
IER dan objek penelitian
perusahaan di Indonesia.
Ukuran perusahaan dan shareholder
power memiliki pengaruh positif
terhadap pengungkapan sosial dan
lingkungan. Sedangkan government
power, creditor power dan auditor
power tidak memiliki pengaruh.
9 Pengaruh Stakeholders Power dan
Karakteristik Perusahaan terhadap
Pengungkapan Sosial dan
Lingkungan.
(Hartanto & Purwatiningsih, 2014)
Variabel government
power, shareholder power,
creditor power dan variabel
ukuran perusahaan.
Variabel kinerja lingkungan,
eksposur media dan
pengungkapan lingkungan
menggunakan pengukuran
IER.
Kekuatan shareholder power, ukuran
perusahaan dan profitabilitas
memiliki pengaruh positif terhadap
pengungkapan sosial dan lingkungan.
Government power dan creditor
power tidak memiliki pengaruh
signifikan.
10 Pengaruh Karakteristik Perusahaan,
Kinerja Lingkungan dan Liputan
Media terhadap Environmental
Disclosure
(Aulia & Agustina, 2015)
Variabel ukuran
perusahaan, leverage,
kinerja lingkungan, liputan
media, pengungkapan
lingkungan dengan metode
pengukuran pengungkapan
lingkungan IER.
Variabel government power
dan shareholder power.
Ukuran perusahaan, profitabilitas,
kinerja lingkungan dan liputan media
berpengaruh terhadap pengungkapan
informasi lingkungan dan hanya
leverage saja yang tidak memiliki
pengaruh signifikan.
11 Ownership Structure and
Environmental Disclosure in MENA
Emerging Countries
(Akrout & Othman, 2016)
Variabel kepemilikan
pemerintah dan
pengungkapan lingkungan.
Variabel government power,
shareholder power, creditor
power, ukuran perusahaan,
kinerja lingkungan, eksposur
media, metode pengukuran
IER, objek penelitian
perusahaan di Iindonesia.
Kepemilikan saham pemerintah
berpengaruh positif terhadap
pengungkapan lingkungan
perusahaan.
Bersambung ke halaman berikutnya
55
Tabel 2.3 (lanjutan)
No Judul Penelitian Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
12 Analisis Pengaruh Kinerja
Lingkungan, Manajemen Laba,
Ukuran Perusahaan, dan
Profitabilitas terhadap
Pengungkapan Lingkungan pada
perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(Julianto & Sjarief, 2016)
Variabel kinerja
lingkungan, ukuran
perusahaan, pengungkapan
lingkungan dan objek
penelitian perusahaan
manufaktur
Variabel government power,
shareholder power, creditor
power, eksposur media dan
metode pengukuran
pengungkapan lingkungan
IER
Ukuran perusahaan dan kinerja
lingkungan berpengaruh positif
signifikan pada pengungkapan
lingkungan.
13 Pengaruh Tipe Industri, Eksposur
Media, dan Profitabilitas terhadap
Carbon Emission Disclosure
(Pratiwi & Sari, 2016)
Variabel eksposur media. Variabel government power,
shareholder power, creditor
power, ukuran perusahaan,
variabel kinerja lingkungan
dan metode pengukuran
pengungkapan lingkungan
IER.
Eksposur media tidak berpengaruh
terhadap Carbon Emission
Disclosure.
14 Analisis Pengaruh Environmental
Performance dan Size Terhadap Net
Profit Margin dengan Corporate
Social Responsibility Sebagai
Variabel Intervening pada
Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Tahun 2013 – 2015
(Kusumaningrum, 2017)
Variabel kinerja lingkungan
dan ukuran perusahaan.
Variabel government power,
shareholder power, creditor
power, eksposur media dan
pengungkapan lingkungan
dengan pengukuran IER.
Kinerja lingkungan dan ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
56
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian kuantitatif ini dapat
digambarkan dalam gambar 2.1.
Government
Power
(X1)
Pengungkapan
Lingkungan
(Y)
Shareholder
Power
(X2)
Kinerja
Lingkungan
(X5)
Eksposur Media
(X6)
Basis Teori: Teori Stakeholder dan Teori Legitimasi
Isu Lingkungan oleh Perusahaan-Perusahaan di
Indonesia
Bersambung pada halaman selanjutnya
Creditor Power
(X3)
Ukuran
Perusahaan
(X4)
Model Analisis:
Regresi Berganda
57
Gambar 2.1. (Lanjutan)
Gambar 2. 1
Skema Kerangka Pemikiran
Analisis Data:
Statistik Deskriptif, Uji Asumsi Klasik, Uji Hipotesis
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
58
D. Hipotesis
1. Pengaruh Government Power terhadap Pengungkapan Lingkungan
Faktor-faktor pemerintahan dapat merepresentasikan peluang
atau ancaman utama baik bagi organisasi kecil maupun besar (David,
2011). Alma (2006:57) menyebutkan bahwa pemerintah menguasai
atau turut mendirikan perusahaan. Pemerintah menjadi pemilik tunggal
saham atau juga sebagian besar saham dimiliki oleh pemerintah.
Dengan begitu, pemerintah memiliki kuasa atau kendali dalam suatu
perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Hartanto &
Purwatiningsih (2014:9) menyatakan bahwa pemerintah diyakini dapat
meningkatkan praktik pengungkapan lingkungan karena perannya
sebagai regulator.
Penelitian sebelumnya mencari pengaruh government power
terhadap pengungkapan sosial dan lingkungan. Penelitian tersebut
menggunakan kepemilikan pemerintah sebagai representasi dari
kekuatan pemerintah dalam pengaruhnya terhadap pengungkapan
sosial dan lingkungan. Hasil dari penelitian menemukan bahwa
kekuatan pemerintah memiliki pengaruh terhadap pengungkapan sosial
dan lingkungan namun tidak cukup signifikan untuk mempengaruhinya
(Lu & Abeysekera, 2014; Hartanto & Purwatiningsih, 2014).
Penelitian oleh Roberts (1992) menggunakan proksi biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan politik perusahaan sebagai representasi dari
government power. Perusahaan yang berkontribusi terhadap belanja
politik cenderung dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah. Semakin
59
besar kontribusi perusahaan maka kemungkinan besar menarik
perhatian pemerintah untuk menekankan peraturan tentang lingkungan.
Penelitian ini menemukan pengaruh antara government power dengan
pengungkapan tanggung jawab sosialnya.
Penelitian yang dilakukan Liu & Anbumozhi (2009)
memproksikan government power dengan melihat sensitivitas
lingkungan dari industri di mana perusahaan beroperasi. Perusahaan
yang termasuk dalam industri sensitif lingkungan (ESI) memberikan
pengungkapan lingkungan yang lebih banyak untuk meminimalkan
atau menghindari sanksi pemerintah. Hasilnya yaitu government power
memiki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan lingkungan
perusahaan.
Penelitian oleh Akrout & Othman (2016) meneliti tentang
kepemilikan pemerintah terhadap pengungkapan lingkungan.
Penelitian ini menggunakan proksi persentase kepemilikan saham
pemerintah. Perusahaan diharapkan dapat menunjukkan tindakannya
terhadap keuntungan sosial dan lingkungan. Hasilnya yaitu kehadiran
dari kepemilkan saham pemerintah cenderung memperbaiki tingkat
praktik pelaporan lingkungan perusahaan.
Oleh karena itu, penelitian-penelitian tersebut membuktikan
pengaruh pemerintah terhadap pengungkapan lingkungan maka
hipotesis pertama sebagai berikut:
H1 : Government Power memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pengungkapan lingkungan.
60
2. Pengaruh Shareholder Power terhadap Pengungkapan Lingkungan
Jika dalam suatu perseroan di antara pemegang saham ada yang
memiliki saham dengan jumlah lebih banyak dari pemegang saham
lainnya, maka akan menguasai kendali perusahaan. Adanya pemegang
saham mayoritas mempengaruhi jalannya perusahaan Supramono
(2014:1-2). Dengan adanya saham mayoritas yang memiliki sebagian
atau hampir keseluruhan saham perusahaan maka tuntutan terhadap
pihak shareholder menjadi lebih terkonsentrasi.
Saham yang terkonsentrasi dapat mempengaruhi keputusan
manajemen dalam mengungkapkan informasi yang tidak beragam.
Oleh karena itu kemungkinan cenderung keputusannya hanya berfokus
pada yang mengendalikan perusahaan. Liu & Anbumozhi (2009:595)
mengungkapkan bahwa perusahaan dengan kepemilikan tersebar luas
atau yang tidak terkonsentrasi cenderung menerapkan aktivitas
lingkungan yang baik dalam perencanaan strategis mereka untuk
menarik lebih banyak investor.
Penelitian yang dilakukan Lu & Abeysekera (2014)
menggunakan proksi persentase kepemilikan saham mayoritas sebagai
represntasi dari shareholder power. Semakin kecilnya persentase
saham mayoritas maka semakin tinggi pengungkapan yang dilakukan
perusahaan. Penelitian ini menemukan pengaruh signifikan antara
shareholder power dengan pengungkapan sosial dan lingkungan.
Penelitian yang menemukan pengaruh signifikan dilakukan
oleh Hartanto & Purwatiningsih (2014) dengan memproksikan
61
persentase kepemilikan saham mayoritas. Hasilnya menemukan
pengaruh yang signifikan antara shareholder power dengan
pengungkapan sosial dan lingkungan. Oleh karena kedua penelitian
tersebut menemukan bukti bahwa shareholder power mempengaruhi
keputusan perusahaan dalam mengungkapkan lingkungannya, hipotesis
kedua adalah sebagai berikut:
H2 : Shareholder Power memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pengungkapan lingkungan.
3. Pengaruh Creditor Power terhadap Pengungkapan Lingkungan
Kreditor mengendalikan akses terhadap sumber keuangan yang
mungkin diperlukan untuk melanjutkan operasi sebuah perusahaan.
Keputusan struktur modal merupakan bagian dari strategi pemangku
kepentingan keseluruhan perusahaan dan karena itu kreditor merupakan
pemangku kepentingan penting yang pengaruhnya harus dikelola. Ini
mengikuti tingkat yang lebih tinggi yang mana perusahaan bergantung
pada pembiayaan hutang untuk mendanai proyek-proyek modal
(Roberts, 1992:602).
Panjaitan (2015:108) mengungkapkan bahwa institusi kreditur
seperti bank sebagai lembaga pembiayaan perlu untuk melakukan
analisis risiko lingkungan dalam proses penyutujuan kredit. Meskipun
belum terdapatnya aturan baku dalam analisis risiko lingkungn dan
sosial, bank tetap tidak mengurangi kehati-hatian terhadap dampak
lingkungan yang ditimbulkan oleh operasional perusahaan debitor.
62
Penelitian oleh Lu & Abeysekera (2014:434) menggunakan
proksi Debt to Asset Ratio (DAR) untuk menemukan hubungan antara
creditor power dengan pengungkapan. Lu & Abeysekera (2014)
menemukan bahwa tekanan dari kreditor umumnya tampak lemah,
namun seiring dengan meningkatnya kekhawatiran para pemangku
kepentingan tentang tanggungjawab sosial dan lingkungan perusahaan,
kekhawatiran tersebut dapat mempengaruhi pengungkapan perusahaan
terkait dengan kinerja lingkungan mereka.
Penelitian yang dilakukan Roberts (1992) menemukan
hubungan antara creditor power dengan pengungkapan. Hasilnya
penelitian Roberts (1992) menunjukkan pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen. Penelitian ini menemukan praktik
pengungkapan yang dilakukan oleh manajemen dapat dipandang cara
untuk memenuhi harapan pemangku kepentingan kreditor tertentu.
Penelitian lain oleh Purnasiwi & Sudarno (2011) menemukan
hubungan antara tingkat hutang terhadap pengungkapan sosial dan
lingkungan. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi memiliki
kewajiban untuk melakukan pengungkapan lebih luas dibandingkan
dengan perusahaan dengan tingkat hutang yang lebih rendah. Oleh
karena penelitian tersebut mendukung adanya pengaruh antara creditor
power dengan pengungkapan lingkungan, hipotesis ketiga adalah
sebagai berikut:
H3 : Creditor Power memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pengungkapan lingkungan.
63
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Lingkungan
Besar (ukuran) perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva,
penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan
dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu
(Sudarmadji & Sularto, 2007:54). Semakin besar perusahaan, semakin
dikenal masyarakat berarti semakin mudah untuk mendapatkan
informasi mengenai perusahaan (Mutia et al., 2011:192).
Beberapa penelitian menunjukkan hal yang serupa dalam
meneliti hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan
lingkungan. Hasilnya sebagian besar membuktikan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan lingkungan
(Reverte, 2009; Liu & Anbumozhi, 2009; Nur & Priantinah, 2012;
Kusumaningrum, 2017; Hadjoh & Sukartha, 2013; Lu & Abeysekera,
2014; Hartanto & Purwatiningsih, 2014; Aulia & Agustina, 2015;
Julianto & Syarief, 2016). Hal ini diungkapkan oleh Hadjoh & Sukartha
(2013) bahwa perusahaan besar cenderung mengungkapkan informasi
lebih banyak karena memiliki sumber daya yang besar.
Oleh karena penelitian tersebut mendukung adanya pengaruh
antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan lingkungan, hipotesis
keempat adalah sebagai berikut:
H4 : Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pengungkapan lingkungan.
5. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Pengungkapan Lingkungan
64
Kinerja lingkungan merupakan kinerja perusahaan yang
berfokus pada kegiatan perusahaan dalam melestarikan lingkungan dan
mengurangi dampak lingkungan yang timbul akibat aktivitas
perusahaan (Haryati & Rahardjo, 2013:3). Kinerja lingkungan yang
baik dapat didefinisikan sebagai kemajuan atau pencapaian situasi di
mana penarikan masyarakat dari persediaan sumber daya alam tidak
mencegah generasi masa depan memiliki persediaan yang setara
(Scruggs, 2003:4).
Penelitian oleh Aulia & Agustina (2015) menggunakan proksi
peringkat PROPER untuk menemukan hubungan antara kinerja
lingkungan dan pengungkapan lingkungan. Perusahaan yang memiliki
kinerja lingkungan yang baik maka perusahaan akan
mengungkapkannya dalam annual report. Hasilnya membuktikan
bahwa peringkat PROPER mempengaruhi skor pengungkapan
lingkungannya.
Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian Julianto &
Syarief (2016). Penelitian ini juga mengungkap bahwa semakin
meningkat peringkat PROPER perusahaan periode sebelumnya
berdampak pada semakin banyaknya informasi mengenai lingkungan
yang diungkap. Penelitian berbeda ditunjukkan oleh Kusumaningrum
(2017) yang menemukan adanya hubungan negatif antara peringkat
PROPER dengan informasi yang diungkapkan. Oleh karena penelitian
tersebut mendukung adanya pengaruh antara kinerja lingkungan
65
dengan pengungkapan lingkungan, hipotesis kelima adalah sebagai
berikut:
H5 : Kinerja lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pengungkapan lingkungan.
6. Pengaruh Eksposur Media terhadap Pengungkapan Lingkungan
Brown (2011:60) menyebutkan eksposur media dapat juga
didefiniskan sebagai media “promosi dan publisitas”. Eksposur media
memerlukan suatu pesan yang dapat disampaikan kepada audiensnya
sehingga mampu dalam membangun persepsi terhadap perusahaan dan
dapat mempengaruhi bagaimana harus bertindak (Potter, 2012:30).
Soemirat & Ardianto (2010:194-196) mengungkapkan melalui internet
dapat menentukan spesifikasi target bisnis berdasarkan hubungan
dengan komunitas.
Perusahaan yang ingin mendapat kepercayaan dan legitimasi
melalui kegiatan sosial dan lingkungannya, maka perusahaan harus
mempunyai kapasitas untuk memenuhi kebutuhan pemangku
kepentingan dan berkomunikasi dengan pemangku kepentingannya
secara efektif. Fungsi komunikasi menjadi sangat pokok dalam
manajemen CSR. Pengkomunikasian laporan sosial dan lingkungan
melalui media akan meningkatkan reputasi perusahaan di mata
masyarakat (Nur & Priantinah, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Reverte (2009) menggunakan
proksi jumlah artikel yang dimuat di halaman website majalah online
selama dua tahun berturut-turut. Semakin banyak jumlah artikel yang
66
dipublish oleh media online tersebut maka semakin tinggi
pengungkapan yang dilakukan. Penelitian ini dapat menemukan
hubungan di mana semakin banyak pemberitaan maka semakin tinggi
skor yang didapat.
Selain itu penelitian yang dilakukan Wang et al. (2013)
menggunakan pemberitaan media massa sebagai proksi kehadiran dari
media dengan skor antara 0 sampai 3. Semakin sering perusahaan di
publish oleh pihak media maka informasi yang diungkapkan semakin
luas. Hasil penelitiannya membuktikan hubungan signifikan antara
pemberitaan media dengan tingkat pengungkapan informasi.
Peneltian oleh Aulia & Agustina (2015) menggunakan proksi
yang lebih sederhana dengan melihat ada tidaknya pemberitaan media
massa dalam mengukur kehadiran media. Perusahaan yang diliput oleh
media massa dapat berpengaruh terhadap skor pengungkapannya yang
lebih tinggi dibanding perusahaan yang tidak menjadi perhatian media.
Penelitian ini menemukan hubungan yang signifikan terhadap
pengungkapan lingkungan.
Penelitian berbeda oleh Nur & Priantinah (2012) menemukan
hubungan negatif yang mengaitkan eksposur media dengan tingkat
informasi yang diungkap dalam annual report. Proksi yang digunakan
yaitu dengan melihat ada atau tidaknya pengungkapan yang dilakukan
oleh perusahaan melalui website resmi perusahaan. Hubungan negatif
media eksposur ini didukung oleh penelitian Hadjoh & Sukartha (2013)
67
dengan menggunakan kehadiran pemberitaan media massa sebagai
proksinya.
H6 : Eksposur media memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pengungkapan lingkungan.
68
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empirik mengenai
hubungan antara stakeholders power, ukuran perusahaan, kinerja
lingkungan, dan eksposur media terhadap pengungkapan lingkungan. Jenis
penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
menekankan fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif
dengan menggunakan angka-angka dan pengolahan statistik (Hamdi,
2014:5). Populasi dalam penelitian ini merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang manufaktur yang terdaftar di dalam Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2013-2015.
B. Metode Penentuan Sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang sejalan dengan
tujuan penelitian ini. Metode purposive sampling dilakukan dengan
serangkaian pertimbangan dari peneliti dalam menentukan pengambilan
sekumpulan obyek untuk diteliti (Sedarmayanti & Hidayat, 2011:131).
Untuk memenuhi faktor-faktor yang akan memengaruhi pengungkapan
lingkungan, diperlukan kriteria tertentu yang dipertimbangkan dalam
memilih sampel. Setelah menentukan kriteria yang dibutuhkan, kemudian.
69
menyeleksi populasi yang sesuai dengan kriteria. Kriteria sampel dalam
penelitian ini meliputi:
1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2013-2015.
2. Perusahaan Manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan dan
laporan tanggung jawab sosial terkait lingkungan yang tercantum dalam
annual report.
3. Perusahaan terdaftar dalam PROPER yang diterbitkan oleh Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan periode 2013-2015.
4. Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah dalam pelaporan
keuangan.
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder, yaitu data yang
diperoleh melalui sumber yang ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri
oleh peneliti (Sekaran, 2006:77). Data yang digunakan yaitu data yang
dibuat oleh perusahaan meliputi laporan keuangan tahunan dan annual
report. Data yang diperoleh dari pihak lain meliputi: PROPER, website
perusahaan dan situs-situs lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
Metode pengumpulan data yaitu dengan teknik dokumentasi laporan
keuangan dan annual report yang dapat diunduh di Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id) serta laporan PROPER yang diterbitkan KEMENLHK
(www.proper.menlhk.go.id).
70
D. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini, dalam mencari hubungan antara stakeholders
power, ukuran perusahaan, kinerja lingkungan dan eksposur media terhadap
pengungkapan lingkungan menggunakan metode analisis data statistik
deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013:19).
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder, peneliti
memutuskan untuk melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas dan
uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu (residual) memiliki distribusi
normal. Untuk melakukan uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Dalam mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan
analisis grafik histogram dan grafik normal Probability Plot (P-
Plot), dan dengan menggunakan uji statistik (Ghozali, 2013:160-
163). Penelitian ini menggunakan kedua analisis tersebut baik
dengan analisis grafik maupun uji statistik.
71
Analisis data diawali dengan melihat tampilan grafik
histogram dan grafik normal Probability Plot (P-Plot). Melalui
grafik histogram peneliti dapat melihat apakah data pengamatan
memiliki pola distribusi yang mendekati distribusi normal, yaitu
pola lonceng yang tidak melenceng ke kiri ataupun ke kanan.
Setelah melihat tampilan dari grafik histogram, peneliti juga
melihat bagaimana tampilan dari grafik normal Probability Plot
(P-Plot). Melalui grafik normal Probability Plot (P-Plot), peneliti
dapat melihat penyebaran titik-titik yang menyebar disekitar garis
diagonal. Apabila menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas, dan sebaliknya apabila data menyebar jauh dari
diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis maka tidak memenuhi
asumsi normalitas (Ghozali, 2013:163).
Selain menggunakan uji grafik, penelitian ini menyertakan
penggunaan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-
S). Uji statistik ini dilakukan untuk menghindari kesesatan secara
visual dalam membaca grafik. Uji statistik ini dilakukan dengan
membuat hipotesis sebagai berikut:
H0 : Data residual berdistribusi normal
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
Data yang terdistribusi normal atau tidaknya, dapat
diketahui dengan melihat nilai probabilitas asymp. sig dari hasil
pengujian Kolmogorov Smirnov. Nilai residual terstandarisasi
72
dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai probabilitas
asymp. sig > 0,05 (Ghozali, 2013:164-165).
Untuk memenuhi uji asumsi klasik, apabila terjadinya data
yang berdistribusi tidak normal, salah satu pengobatannya adalah
dengan mentransformasikan data agar menjadi normal. Untuk
menormalkan data, harus diketahui terlebih dahulu bagaimana
bentuk grafik histogram dari data yang ada apakah moderate
positive skewness, substansial positive skewness, severe positive
skewness dengan bentuk L dsb (Ghozali, 2013:35-36).
Dengan mengetahui bentuk grafik histogram kita dapat
menentukan bentuk transformasinya. Berikut ini bentuk
transformasi yang dapat dilakukan sesuai dengan grafik histogram
(Ghozali, 2013:35-36):
Tabel 3. 1
Bentuk Grafik Transformasi Data
Bentuk Grafik Histogram Bentuk Transformasi
Moderate positive skewness SQRT (x) atau akar kuadrat
Substansial positive skewness LG10 (x) atau logaritma 10
atau LN
Severe positive skewness
dengan bentuk L 1/x atau inverse
Moderate negative skewness SQRT (k – x)
Substansial negative
skewness LG10 (k – x)
Severe negative skewness
dengan bentuk L 1/(k – x)
b. Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
73
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2013:105).
Deteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model
regresi dapat dilihat dari perhitungan nilai tolerance dan VIF
(Variance Inflation Factor). Regresi bebas dari multikolonieritas
jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 (Ghozali, 2013:106).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual
satu pengamatan ke pengamaan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas (Ghozali,
2013:139).
Deteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilihat
dengan ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada
pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta titik-
titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139).
Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang
cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan yang
mempengaruhi hasil ploting pada grafik scatterplot (2013:139).
Oleh karena itu, peneliti memilih untuk melakukan uji statistik
74
yang dapat menjamin keakuratan dari hasil. Uji statistik yang
peneliti gunakan yaitu uji statistik glejser. Menurut Gujarati (2003)
dalam Ghozali (2013:142), uji glejser dilakukan dengan
meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independen.
Apabila probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan
5% atau > 0,05 maka tidak terdapat heteroskedastisitas. Sedangkan
apabila probablitias signifikansinya di bawah tingkat kepercayaan
5% atau , 0,05 maka terdapat masalah heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada
periode tertentu dengan kesalahan penganggu pada sebelumnya.
Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem
autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi (Ghozali, 2013:110).
Ghozali (2013:110-120) menyebutkan beberapa cara yang
dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi.
1) Uji Durbin - Watson (DW test)
2) Uji Lagrange Multiplier (LM test)
3) Uji Statistics Q : Box-Pierce dan Ljung Box
4) Run Test
Penelitian ini menggunakan deteksi autokorelasi dengan
salah satu uji statistik non-parametrik yaitu uji run test. Uji run test
digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi
75
yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi
maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random (Ghozali,
2013:120-121). Uji statistik ini menggunakan hipotesis berikut:
H0 : residual random (acak)
Ha : residual tidak random
Data yang tidak terkena masalah autokorelasi, dapat
diketahui dengan melihat nilai probabilitas asymp. Sig (2-tailed) di
atas 0,05 maka dapat diakatakan Ho diterima dan data terbebas dari
masalah autokorelasi. Sebaliknya apabila probabilitas asymp. Sig
(2-tailed) di bawah 0,05 maka dapat diakatakan Ha diterima dan
data terkena masalah autokorelasi (Ghozali, 2013:120-121).
3. Analisis Regresi Berganda
Untuk melakukan pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan analisis regresi berganda. Model regresi berganda yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Dimana:
IER = Skor Indonesia Environmental Reporting (IER)
GOV = Government Power
OWN = Shareholder Power
DAR = Creditor Power
SIZE = Ukuran Perusahaan
PROPER = Kinerja Lingkungan
IERit = 𝛽0 + 𝛽1 GOVit + 𝛽2 OWNit + 𝛽3 DARit + 𝛽4 SIZEit +
𝛽5 PROPERit + 𝛽6 MEDit
76
MED = Eksposur Media
𝛽 = bilangan konstanta
E = error
4. Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk mengukur
kemampuan model dalam menerangkan variasi yang terjadi dalam
variabel dependen. Nilai koefisien korelasi (R2) ini berkisar antara
0 < R2 < 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:97).
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
terikat (Ghozali, 2013:98). Hipotesis nol (H0) yang hendak di uji
adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol,
atau:
H0 : b1 = b2 = ....... = bk = 0
Artinya, semua variabel independenn bukan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis
77
alternatifnya (HA) tidak semua parameter secara simultan sama
dengan nol, atau:
HA : b1 ≠ b2 ≠ ...... ≠ bk ≠ 0
Artinya, semua variabel independenn secara simultan
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Dengan tingkat signifikansi (5%), maka kriteria pengujian
adalah sebagi berikut:
1) Bila nilai signifikansi f < 0.05, maka H0 ditolak, artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara semua variabel
independen terhadap variabel dependen.
2) Apabila nilai signifikansi f > 0.05, maka H0 diterima,
artinya semua variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
c. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji statistik T)
Uji t digunakan untuk menguji tingkat signifikansi
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara
parsial. Hipotesis nol (H0) yang hendak di uji adalah apakah suatu
parameter (bi) sama dengan nol, atau:
H0 : bi = 0
Artinya, semua variabel independen bukan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis
alternatifnya (HA) parameter (bi) suatu variabel tidak sama dengan
nol, atau:
HA : bi ≠ 0
78
Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen.
Dengan tingkat signifikansi (5%), maka kriteria pengujian
adalah sebagai berikut:
1) Apabila nilai signifikansi t < 0.05, maka H0 ditolak, artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel
independen terhadap variabel dependen.
2) Apabila nilai signifikansi t > 0.05, maka H0 diterima, artinya
tidak ada pengaruh yang signifikan antara satu variabel
independen terhadap variabel dependen.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai definisi dari masing-
masing variabel yang digunakan dalam penelitian, berikut dengan
operasional dan pengukurannya.
1. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi variabel terikat atau variabel dependen, entah secara
positif maupun negatif (Sekaran, 2006:117). Variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri atas government power,
shareholder power, creditor power, ukuran perusahaan, kinerja
lingkungan, dan eksposur media. Berikut merupakan penjelasan dari
variabel-variabel tersebut:
79
a. Government Power
Pemerintah merupakan salah satu dari stakeholder
perusahaan. Pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan
pembuat regulasi, deregulasi, penyubsidi, pemberi kerja, dan
konsumen utama bagi suatu organisasi. Faktor-faktor pemerintah
dapat merepresentasikan peluang atau ancaman utama baik bagi
organisasi kecil maupun besar (David, 2011).
Pemerintah memiliki peran yang penting dalam pengambilan
keputusan perusahaan. Alma (2006:57) menyebutkan bahwa
pemerintah menguasai atau turut mendirikan perusahaan.
Pemerintah menjadi pemilik tunggal saham atau juga sebagian
besar saham dimiliki oleh pemerintah. Perusahaan yang komposisi
sahamnya dimiliki oleh pemerintah maka semakin besar andil
pemerintah dalam mempengaruhi pengambilan keputusan.
Proksi yang digunakan dalam government power mengikuti
penelitian dari Hartanto & Purwatiningsih (2014) yaitu melihat ada
tidaknya kepemilikan saham oleh pemerintah dengan
menggunakan variabel dummy di mana angka 1 akan diberikan
untuk perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah dan
angka 0 untuk perusahaan yang sahamnya tidak dimiliki oleh
pemerintah. Proksi ini juga dilakukan oleh penelitian Lu &
Abeysekera (2014) dalam mengukur government power.
GOV = 1 : terdapat kepemilikan pemerintah
0 : tidak terdapat kepemilikan pemerintah
80
b. Shareholder Power
Pearce II & Robinson (2013:52) menyebutkan bahwa
shareholder atau pemegang saham merupakan salah satu
stakeholder pihak dalam. Banyak manajer dan pembuat strategi
dari perusahaan berargumentasi bahwa perusahaan adalah milik
pemegang saham dan oleh karena itu haruslah memenuhi
kepentingan bagi para pemegang saham (Hubbard, 2000:59). Jika
dalam suatu perseroan di antara pemegang saham ada yang
memiliki saham dengan jumlah lebih banyak dari pemegang saham
lainnya, maka dapat disebut sebagai pemegang saham mayoritas.
Dengan adanya saham mayoritas yang memiliki sebagian
atau hampir keseluruhan saham perusahaan maka tuntutan
terhadap pihak shareholder menjadi lebih terkonsentrasi. Namun,
saham yang terkonsentrasi dapat mempengaruhi keputusan
manajemen dalam mengungkapkan informasi yang tidak beragam.
Roberts (1992:601) mengungkapkan bahwa distribusi kepemilikan
perusahaan yang kurang terkonsentrasi akan semakin luas pula
tuntutan terhadap pengungkapan yang dilakukan oleh manajemen.
Proksi yang digunakan dalam mengukur shareholder
power mengikuti penelitian Hartanto & Purwatiningsih (2014)
yaitu dengan melihat persentase kepemilikan saham mayoritas dari
suatu perusahaan.
OWN = % Kepemilikan Saham Mayoritas
81
c. Creditor Power
Kreditor mengendalikan akses terhadap sumber keuangan
yang mungkin diperlukan untuk melanjutkan operasi sebuah
perusahaan. Keputusan struktur modal merupakan bagian dari
strategi pemangku kepentingan keseluruhan perusahaan dan karena
itu kreditor merupakan pemangku kepentingan penting yang
pengaruhnya harus dikelola (Roberts, 1992:602). Perusahaan
dengan tingkat hutang yang tinggi memiliki kewajiban untuk
melakukan pengungkapan lebih luas dibandingkan dengan
perusahaan dengan tingkat hutang yang lebih rendah (Purnasiwi &
Sudarno, 2011:26)
Proksi yang digunakan untuk mengukur creditor power
yaitu menggunakan debt asset ratio (Liu & Anbumozhi, 2009;
Aulia & Agustina, 2015).
d. Ukuran Perusahaan
Besar (ukuran) perusahaan dapat dinyatakan dalam total
aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total
aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula
ukuran perusahaan itu. Dari ketiga indikator tersebut, nilai aktiva
relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized
dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahan (Sudarmadji &
Sularto, 2007:54). Oleh karena itu, peneliti menggunakan proksi
DAR = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
82
total aset dalam mengukur ukuran perusahaan (Hadjoh &
Sukartha,2013; Aulia & Agustina, 2015; Julianto & Syarief, 2016;
Kusumaningrum, 2017). Ukuran perusahaan dihitung dengan
logaritma natural total aset perusahaan.
e. Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan merupakan kinerja perusahaan yang
berfokus pada kegiatan perusahaan dalam melestarikan lingkungan
dan mengurangi dampak lingkungan yang timbul akibat aktivitas
perusahaan (Haryati & Rahardjo, 2013:3). Kinerja lingkungan
merupakan bahan pertimbangan manajemen dalam
mengungkapkan kinerja lingkungannya. Ketika suatu perusahaan
memiliki kinerja lingkungan yang baik, maka perusahaan akan
mengungkapkannya dalam laporan tahunannya (Aulia & Agustina,
2015:4).
Proksi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
peringkat PROPER yang dikeluarkan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Aulia & Agustina, 2015;
Julianto & Syarief, 2016). Peringkat PROPER terbagi atas lima
warna, di mana setiap warna akan diberi skor. Masing-masing
peringkat diberi skor yang sesuai dari yang terbaik kinerja
lingkungannya hingga yang terburuk yaitu skor 5 untuk peringkat
emas, skor 4 untuk peringkat hijau, skor 3 untuk peringkat biru,
𝑆𝐼𝑍𝐸 = 𝐿𝑂𝐺𝑛(𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡)
83
skor 2 untuk peringkat merah dan skor 1 untuk peringkat hitam.
Peringkat dan skornya dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3. 2
Skor dari Peringkat PROPER
Peringkat Skor
Emas 5
Hijau 4
Biru 3
Merah 2
Hitam 1
f. Eksposur Media
Brown (2011:60) menyebutkan eksposur media dapat juga
didefiniskan sebagai media “promosi dan publisitas”. Perusahaan
yang ingin mendapat kepercayaan dan legitimasi melalui kegiatan
sosial dan lingkungannya, maka perusahaan harus mempunyai
kapasitas untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan dan
berkomunikasi dengan pemangku kepentingannya secara efektif
(Nur & Priantinah, 2012:26). Wang et al. (2013:1836)
mengungkapkan semakin sering perusahaan di publish oleh media
maka informasi yang diungkapkan semakin luas.
Proksi yang digunakan untuk mengukur eksposur media
yaitu dengan melihat ada tidaknya publikasi pelaporan lingkungan
pada website perusahaan (Nur & Priantinah, 2012; Pratiwi & Sari,
84
2016). Perusahaan yang mempublikasikan laporan tentang
lingkungan melalui website perusahaan diberi nilai 1, sedangkan
nilai 0 untuk perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan
tentang lingkungan di website perusahaan.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang
menjadi perhatian utama dalam penelitian (Sekaran, 2006:116). Dalam
Rochaety et al. (2009), Variabel dependen merupakan variabel yang
memberikan respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Dalam
penelitian ini, pengungkapan lingkungan sebagai variabel dependen.
a. Pengungkapan Lingkungan
Ghozali & Chariri (2007:400) mendefiniskan
pengungkapan lingkungan sebagai suatu proses yang digunakan
oleh perusahaan untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan
dengan kegiatan perusahaan dan pengaruhnya terhadap
lingkungan. Dalam peraturan terbaru OJK Nomor
29/POJK.04/2016 menyebutkan bahwa salah satu yang diwajibkan
dari laporan tahunan (annual report) paling tidak memuat laporan
tanggung jawab sosial dan lingkungan emiten atau perusahaan
publik.
Eksposur Media = 1 : terdapat publikasi laporan
lingkungan
0 : tidak terdapat publikasi laporan
lingkungan
85
Praktik pengungkapan lingkungan memegang peranan
penting bagi hidup peusahaan yang tentunya perusahaan beroperasi
di tengah lingkungan masyarakat dan memungkinkan terjadinya
dampak akibat adanya aktivitas dari perusahaan. Praktik ini
umumnya digunakan oleh manajer dalam menghindari konflik
sosial dan lingkungan (Ghozali & Chariri, 2007: 403).
Proksi yang digunakan untuk mengukur pengungkapan
lingkungan menggunakan skor pengungkapan pada annual report.
Bobot skor yang digunakan adalah menggunakan Indonesian
Environmental Reporting Index (IER) yang merupakan hasil
penelitian dari Suhardjanto et al. (2008). Penggunaan skor ini
dipilih karena bobot yang diberikan mencerminkan tuntutan
stakeholder terutama media di Indonesia (Suhardjanto & Miranti,
2009:7).
Skor IER = Bobot Skor Item (0 – 34,98)
86
Tabel 3. 3
Pengukuran Operasionalisasi Variabel
No. Variabel Pengukuran Skala
1 Government Power
Ref: Hartanto &
Purwatiningsih
(2014); Lu &
Abeysekera (2014)
Diukur dengan ada tidaknya
kepemilikan saham oleh
pemerintah.
Variabel Dummy di mana:
1 : terdapat kepemilikan
pemerintah
0 : tidak terdapat kepemilikan
pemerintah.
Nominal
2 Shareholder Power
Ref: Hartanto &
Purwatiningsih
(2014); Lu &
Abeysekera (2014)
% Kepemilikan Saham Mayoritas
Rasio
3 Creditor Power
Ref: Liu &
Anbumozhi (2009);
Lu & Abeysekera
(2014)
𝐷𝐴𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 Rasio
4 Ukuran Perusahaan
Ref: Aulia &
Agustina (2015)
𝑆𝐼𝑍𝐸 = 𝐿𝑂𝐺𝑛(𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡) Rasio
5 Kinerja Lingkungan
Ref: Aulia &
Agustina (2015) ;
Julianto & Syarief
(2016)
Peringkat PROPER (Skor 1 – 5) Ordinal
6 Eksposur Media
Ref: Nur &
Priantinah (2012);
Pratiwi & Sari (2016)
Diukur dengan ada tidaknya
publikasi pelaporan lingkungan
pada website perusahaan.
Variabel Dummy di mana:
1 : terdapat publikasi
0 : tidak terdapat publikasi
Nominal
7 Pengungkapan
Lingkungan
Ref: Aulia &
Agustina (2015)
IER = Bobot Skor Item
(0 – 34,98)
Rasio
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
87
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan populasi perusahaan
sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2013-2015. Data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu
laporan keuangan tahunan yang telah diaudit, annual report dan PROPER
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Data diperoleh dari website
BEI (www.idx.com), website perusahaan, dan website Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling,
yaitu dengan penentuan sampel sesuai kriteria tertentu. Adapun proses
seleksi sampel berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan tersaji
dalam tabel 4.1.
Tabel 4. 1
Proses Seleksi Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun
2013-2015
136
2 Perusahaan Manufaktur yang tidak menerbitkan laporan
keuangan dan laporan tanggung jawab sosial terkait
lingkungan di dalam annual report tahun 2013-2015
(29)
3 Perusahaan Manufaktur yang tidak terdaftar dalam
PROPER tahun 2013-2015
(59)
4 Perusahaan Manufaktur yang tidak menggunakan mata uang
rupiah dalam pelaporan keuangan
(11)
Jumlah sampel penelitian terpilih 37
Jumlah sampel selama periode pengamatan (3 tahun) 111
Sumber : Data sekunder diolah
88
Berdasarkan hasil seleksi sampel dalam tabel 4.1 di atas, dapat
dilihat bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 111
perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2013-2015. Sampel tersebut dipilih karena telah memenuhi semua kriteria
yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan analisis penelitian. Data nama-
nama perusahaan yang digunakan sebagai sampel penelitian ini terlampir
dalam lampiran 2.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Analisis Deskriptif
Deskripsi data dilakukan pada variabel-variabel yang akan di uji
meliputi: government power, shareholder power, creditor power,
ukuran perusahaan, kinerja lingkungan, eksposur media dan
pengungkapan lingkungan. Di bawah ini disajikan tabel 4.2 yang
merupakan hasil statistik deskriptif dari variabel-variabel tersebut.
Tabel 4. 2
Hasil Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
GOV 111 0 1 ,08 ,274
OWN 111 ,3293 ,9867 ,604512 ,2077253
DAR 111 ,0372 1,2486 ,441493 ,2546682
SIZE 111 27 32 28,91 1,506
PROPER 111 2 5 3,06 ,510
MED 111 0 1 ,77 ,420
IER 111 ,67 21,02 6,1596 4,11650
Valid N
(listwise) 111
Sumber : Data sekunder diolah
89
a. Variabel Independen
1) Government Power
Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa variabel government
power (GOV) di mana kekuatan pemerintah diukur dengan
variabel dummy dari ada tidaknya kepemilikan pemerintah.
Hasil uji statistik deskriptif menunjukkan bahwa
kekuatan pemerintah memiliki nilai rata-rata 0,08 dengan
standar deviasi sebesar 0,274. Nilai rata-rata sebesar 0,08 atau
8% dari total sampel merupakan perusahaan yang sahamnya
dimiliki oleh pemerintah.
2) Shareholder Power
Variabel shareholder power (OWN) diproksikan
dengan persentase kepemilikan saham mayoritas perusahaan
sampel. Hasil uji statistik deskriptif menunjukkan nilai
minimumnya yaitu sebesar 0,3293 yang berarti bahwa dari 111
sampel perusahaan, saham mayoritas yang terkecil yaitu
saham yang dimiliki oleh PT.Indal Aluminium Industry Tbk
pada tahun 2013 dengan kepemilikan saham mayoritasnya
sebesar 32,93%.
Nilai maksimal yaitu sebesar 0,9867 atau saham
dengan persentase 98,67% dimiliki oleh PT.Sorini Agro Asia
Corporindo Tbk merupakan kepemilikan saham mayoritas
yang terbesar dibanding sampel perusahaan lain. Nilai mean
atau nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 0,6045 dengan standar
90
deviasi 0,2077, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
perusahaan sampel cenderung memiliki persentase
kepemilikan saham yang beragam.
3) Creditor Power
Variabel creditor power diproksikan dengan Debt to
Asset Ratio (DAR) yang memperoleh nilai rata-rata sebesar
0,4414 dengan standar deviasi sebesar 0,2546. Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel cenderung
memiliki tingkat hutang pada titik aman yaitu persentase
pinjaman maksimal yaitu 40% dari jumlah nilai asetnya.
Nilai minimum creditor power sebesar 0,0372
merupakan nilai DAR terendah yang dimiliki oleh PT.Jaya
Pari Steel Tbk. Nilai maksimum creditor power sebesar
1,2486 merupakan nilai DAR tertinggi yang dimiliki oleh
PT.Bentoel International Investama Tbk.
4) Ukuran Perusahaan
Variabel ukuran perusahaan (SIZE) diproksikan
dengan Log N dari total aset dan memperoleh nilai minimum
sebesar 27 dan nilai maksimum sebesar 32. Nilai rata-rata dari
SIZE berada pada angka 28,91 dengan standar deviasi 1,5. Hal
ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki
ukuran perusahaan yang relatif cukup besar.
91
5) Kinerja Lingkungan
Variabel kinerja lingkungan diproksikan dengan skor
PROPER dan memperoleh nilai minimum yaitu skor 2.
Perusahaan yang memiliki skor 2 atau peringkat warna merah
pada PROPER yaitu Charoen Pokphand Indonesia Tbk (2013),
Multi Bintang Indonesia Tbk (2013), Merck Sharp Dohme
Pharma Tbk (2013), KMI Wire and Cable Tbk (2014),
Gunawan Dianjaya Steel Tbk (2015), dan Indal Aluminium
Industry Tbk (2015). Nilai maksimum yang diperoleh yaitu
skor 5. Perusahaan yang memiliki skor 5 atau peringkat warna
emas pada PROPER yaitu Holcim Indonesia Tbk (2013),
Semen Indonesia (Persero) Tbk (2013), Unilever Indonesia
Tbk (2013), dan Holcim Indonesia Tbk (2015).
Nilai rata-rata sebesar 3,06 atau rata-rata perusahaan
sampel berada pada skor 3 dengan standar deviasi sebesar
0,51. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel
berada pada peringkat warna biru pada PROPER yang berarti
bahwa rata-rata perusahaan manufaktur di Indonesia telah
melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang
dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang
berlaku.
6) Eksposur Media
Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa variabel eksposur
media (MED) diukur dengan variabel dummy dari ada
92
tidaknya pelaporan yang berisikan pengungkapan lingkungan
pada website dari masing-masing perusahaan sampel.
Hasil uji statistik deskriptif menunjukkan bahwa
eksposur media memiliki nilai rata-rata 0,77 dengan standar
deviasi sebesar 0,42. Hal ini menujukkan bahwa rata-rata
perusahaan cenderung menggunakan website perusahaan
untuk mengekspos pengungkapan informasi lingkungann.
b. Variabel Dependen
1) Pengungkapan Lingkungan
Variabel dependen pengungkapan lingkungan yang
diproksikan dengan IER mempunyai nilai minimum sebesar
0,67 dan nilai maksimum sebesar 21,02. Nilai minimum atau
nilai terendah skor IER dimiliki oleh PT.Trisula International
Tbk pada tiga periode berturut-turut dan PT.Multi Bintang
Indonesia Tbk pada tahun 2014 yang mengungkapkan
lingkungan paling sedikit diantara perusahaan sampel yang
lain.
Nilai maksimal atau nilai tertinggi skor IER dimiliki
oleh PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk pada
tahun 2013 yang mengungkapkan lingkungan paling banyak
diantara sampel perusahaan lain. Nilai mean atau nilai rata-rata
dari sampel yaitu sebesar 6,1596 dengan standar deviasi
sebesar 4,1165, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
perusahaan manufaktur di Indonesia cenderung belum
93
melakukan pengungkapan lingkungan yang memadai
berdasarkan pendekatan skor IER (Indeks Environmental
Reporting) dengan nilai IER yang tidak terlalu beragam.
2. Uji Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini, dilakukan empat uji asumsi klasik untuk
menentukan apakah data yang digunakan dalam penelitian ini dapat
memberikan hasil yang valid guna pengambilan kesimpulan. Keempat
uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Adapun hasil keempat uji
asumsi klasik tersebut sebagai berikut:
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu (residual) memiliki distribusi
normal. Dalam mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak dapat dilakukan dengan analisis grafik dan uji statistik
(Ghozali, 2013:160-163).
Penelitian ini menggunakan uji statistik non-parametrik
Kolmogrov-Smirnov (K-S). Data yang terdistribusi normal atau
tidaknya, dapat diketahui dengan melihat nilai probabilitas asymp.
sig dari hasil pengujian Kolmogorov Smirnov. Nilai residual
terstandarisasi dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai
probabilitas asymp. sig > 0,05 (Ghozali, 2013:164-165).
94
Tabel 4. 3
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov Unstandardized
Residual
N 111
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 3,62781682
Most Extreme Differences Absolute ,170
Positive ,170
Negative -,101
Test Statistic ,170
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Data sekunder diolah
Nilai probabilitas asymp. sig. (2-tailed) pada tabel 4.3 yang
merupakan hasil dari uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil
sebesar 0,000. Nilai tersebut berada dibawah nilai signifikan yang
seharusnya yaitu 0,05. Hal ini berarti bahwa data tidak terdistribusi
dengan normal. Oleh karena itu, untuk mengatasi data yang
mengalami distribusi tidak normal, menurut Ghozali (2013:35-36),
dapat dilakukan transformasi data agar menjadi normal. Untuk
menormalkan data, harus diketahui terlebih dahulu bagaimana
bentuk grafik histogram dari data. Dalam penelitian ini, bentuk
grafik histogram ditunjukkan pada gambar 4.1.
95
Sumber: Data sekunder diolah
Gambar 4. 1
Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram
Pada gambar 4.1 menunjukkan bentuk grafik histogram
termasuk ke dalam bentuk grafik substansial positive skewness.
Dalam Ghozali (2013:36), apabila bentuk grafik histogram tersebut
tergolong substansial positive skewness maka transformasi yang
digunakan yaitu dalam bentuk LN atau Logaritma Natural.
Transformasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan
Logaritma Natural (Ln) sebagai pengobatan. Tabel 4.4 menyajikan
hasil uji Kolomogorov-Smirnov setelah transformasi data
dilakukan.
96
Tabel 4. 4
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov
Setelah Transformasi Data Unstandardized
Residual
N 111
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,60008908
Most Extreme
Differences
Absolute ,073
Positive ,067
Negative -,073
Test Statistic ,073
Asymp. Sig. (2-tailed) ,192c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Data sekunder diolah
Nilai probabilitas asymp. sig. (2-tailed) pada tabel 4.4 hasil
dari uji Kolmogorov-Smirnov setelah transformasi data
menunjukkan hasil sebesar 0,192. Nilai tersebut berada di atas nilai
signifikansi 0,05. Hasil dari uji tersebut menunjukkan bahwa data
berdistribusi normal dan telah memenuhi asumsi normalitas. Hasil
ini konsisten dengan hasil dari grafik histogram dan grafik normal
P-Plot yang ditunjukkan dalam gambar 4.2 dan gambar 4.3 berikut.
97
Sumber: Data sekunder diolah
Gambar 4. 2
Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram Setelah
Transformasi Data
Sumber: Data sekunder diolah
Gambar 4. 3
Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal P-Plot Setelah
Transformasi Data
Kedua grafik pada gambar 4.2 dan gambar 4.3, baik grafik
histogram maupun grafik normal P-Plot memiliki pola distribusi
nilai residual data yang normal. Pada grafik histogram, grafik
membentuk pola lonceng, dan pada grafik normal P-Plot
menunjukkan jumlah titik yang mewakili sampel dalam penelitian
98
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal tersebut.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan guna menguji apakah
terjadi korelasi antar variabel independen. Dala penelitian ini,
deteksi ada atau tidaknya masalah multikolinearitas dilakukan
dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF)
antar variabel. Tabel 4.5 berikut menunjukkan nilai tolerance dan
VIF hasil uji multikolinearitas yang dilakukan dalam penelitian ini.
Tabel 4. 5
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
GOV ,842 1,188
OWN ,887 1,127
DAR ,786 1,272
SIZE ,773 1,294
PROPER ,826 1,211
MED ,790 1,266
a. Dependent Variable: LN_IER
Sumber: Data sekunder di olah
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa variabel
dalam penelitian ini tidak saling berkorelasi. Hal ini dapat terlihat
dari nilai tolerance seluruh variabel yang bernilai lebih besar dari
0,10 yaitu variabel government power (GOV) sebesar 0,842;
variabel shareholder power (OWN) sebesar 0,887; variabel creditor
power (DAR) sebesar 0,786; variabel ukuran perusahaan (SIZE)
99
sebesar 0,773; variabel kinerja lingkungan (PROPER) sebesar
0,826; dan variabel eksposur media (MED) sebesar 0,790.
Bersama dengan nilai tolerance seluruh variabel yang lebih
besar dari 0,10, nilai Variance Inflation Factor (VIF) dalam
penelitian ini juga bernilai kurang dari 10 untuk setiap variabel, yaitu
variabel government power (GOV) sebesar 1,188; variabel
shareholder power (OWN) sebesar 1,127; variabel creditor power
(DAR) sebesar 1,272; variabel ukuran perusahaan (SIZE) sebesar
1,294; variabel kinerja lingkungan (PROPER) sebesar 1,211; dan
variabel eksposur media (MED) sebesar 1,266. Berdasarkan hasil
tolerance dan VIF tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadinya multikolinearitas dalam penelitian ini.
c. Uji Heteroskedasitisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat
apakah terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Data yang baik adalah data yang
homoskedastisitas, yaitu data yang memiliki varians dari residual
satu pengamatan ke pengamaan lain yang tetap (Ghozali, 2013:139).
100
Sumber: Data sekunder diolah
Gambar 4. 4
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik Scatterplot
Grafik Scatterplot pada gambar 4.4 menunjukkan titik-titik
yang menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka tidak
terdapatnya heteroskedastisitas. Namun untuk lebih meyakinkan
bahwa data tidak heteroskedastisitas, dibutuhkan uji yang dapat
mendukung data yang homogen. Penelitian ini menggunakan uji
glejser untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas pada data.
Uji ini dilakukan dengan cara meregresikan variabel
independen dengan nilai absolut residualnya. Apabila nilai
signifikan setiap variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan
bahwa data bersifat homogen. Data yang bersifat homogen
menandakan bahwa data terbebas dari heteroskedastisitas. Tabel 4.6
merupakan hasil uji heteroskedastisitas menggunakan uji glejser.
101
Tabel 4. 6
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 1,207 ,705 1,712 ,090
GOV -,154 ,143 -,112 -1,078 ,283
OWN ,031 ,183 ,017 ,171 ,864
DAR ,071 ,159 ,048 ,449 ,655
SIZE -,026 ,027 -,103 -,952 ,343
PROPER -,049 ,077 -,066 -,634 ,528
MED ,150 ,096 ,167 1,559 ,122
a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber: Data sekunder diolah
Pada tabel 4.6 terlihat bahwa nilai signifikansi seluruh
variabel terhadap absolut residual berada di atas angka 0,05; yaitu
variabel government power (GOV) sebesar 0,283; variabel
shareholder power (OWN) sebesar 0,864; variabel creditor power
(DAR) sebesar 0,655; variabel ukuran perusahaan (SIZE) sebesar
0,343; variabel kinerja lingkungan (PROPER) sebesar 0,528; dan
variabel eksposur media (MED) sebesar 0,122.
Berdasarkan hasil dari uji statistik gletjer mengindikasikan
data dalam penelitian ini mempunyai kesamaan varians atau
homokedastisitas sesuai dengan analisis grafik scatterplot yang
dilakukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam
penelitian ini tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dilakukan untuk melihat dan
mendeteksi apakah dalam sebuah model regresi terdapat korelasi
102
antara kesalahan penganggu pada periode tertentu dengan periode
sebelumnya (Ghozali, 2013:110). Dalam penelitian ini, pengujian
autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji statistik non-
parametrik run test. Apabila antar residual tidak terdapat hubungan
korelasi, maka dapat dikatakan bahwa residual adalah acak atau
random dan data peneltian terbebas dari masalah autokorelasi.
Tabel 4.7 merupakan hasil dari pengujian menggunakan run test.
Tabel 4. 7
Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,05442
Cases < Test Value 55
Cases >= Test Value 56
Total Cases 111
Number of Runs 55
Z -,285
Asymp. Sig. (2-
tailed) ,775
a. Median
Sumber: Data sekunder diolah
Hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan run test
menunjukkan bahwa nilai test adalah -,05442 dengan probabilitas
Asymp. Sig. (2-tailed) berada pada nilai 0,775 yang lebih besar dari
nilai signifikansi yang sebesar 0,05. Hal ini berarti dapat
disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini cukup
random atau acak sehingga tidak terdapat masalah autokorelasi pada
data.
103
3. Uji Hipotesis Regresi Berganda
a. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (Adjusted R2) dilakukan dalam
penelitian ini guna mengukur sejauh mana kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen. Adapun
variabel independen yang dimaksud dalam penelitian
menggunakan analisis regresi berganda ini adalah variabel
government power (GOV), variabel shareholder power (OWN),
variabel creditor power (DAR), variabel ukuran perusahaan
(SIZE), variabel kinerja lingkungan (PROPER), dan variabel
eksposur media (MED) dalam menjelaskan variabel pengungkapan
lingkungan (IER). Tabel 4.8 berikut ini merupakan hasil uji
koefisien determinasi.
Tabel 4. 8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,510a ,260 ,217 ,61716
a. Predictors: (Constant), MED, PROPER, OWN, GOV, DAR, SIZE
b. Dependent Variable: LN_IER
Sumber: Data sekunder diolah
Tabel 4.8 menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,217. Hal
ini menandakan bahwa variabel government power (GOV),
shareholder power (OWN), creditor power (DAR), ukuran
perusahaan (SIZE), kinerja lingkungan (PROPER), dan eksposur
media (MED) hanya mampu menjelaskan 21,7% variasi dari
104
variabel pengungkapan lingkungan. Sedangkan sisanya, sebesar
78,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya diluar model penelitian.
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F atau uji signifikansi simultan digunakan untuk
menguji apakah model regresi berganda dapat digunakan untuk
memprediksi variabel dependen. Tabel 4.9 berikut merupakan hasil
dari uji statistik F untuk variabel government power (GOV),
shareholder power (OWN), creditor power (DAR), Ukuran
Perusahaan (SIZE), Kinerja Lingkungan (PROPER), dan Eksposur
Media (MED).
Tabel 4. 9
Hasil Uji Signifikansi Simultan Analisis Regresi Berganda ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 13,920 6 2,320 6,091 ,000b
Residual 39,612 104 ,381
Total 53,532 110
a. Dependent Variable: LN_IER
b. Predictors: (Constant), MED, PROPER, OWN, GOV, DAR, SIZE
Sumber: Data sekunder diolah
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar
6,091 dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu
0,000. Maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi
pengungkapan lingkungan atau dengan kata lain variabel
government power (GOV), shareholder power (OWN), creditor
power (DAR), ukuran perusahaan (SIZE), kinerja lingkungan
(PROPER), dan eksposur media (MED) secara bersama-sama
105
mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap pengungkapan
lingkungan.
b. Uji Parsial (Uji Statistik t)
Uji signifikansi parsial (uji t) dapat menunjukkan seberapa
jauh satu variabel independen secara individual mampu
mempengaruhi variabel dependen. Penelitian ini menggunakan
tingkat signifikansi 5% atau sebesar 0,05. Tabel 4.10 merupakan
hasil pengujian signifikansi parsial (uji t) untuk analisis regresi
berganda (H1 - H6).
Tabel 4. 10
Hasil Uji Signifikansi Parsial Analisis Regresi Berganda Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -3,391 1,156 -2,933 ,004
GOV ,146 ,234 ,057 ,623 ,535
OWN -,786 ,301 -,234 -2,614 ,010
DAR -,628 ,261 -,229 -2,409 ,018
SIZE ,205 ,044 ,442 4,604 ,000
PROPER ,026 ,127 ,019 ,203 ,839
MED -,339 ,158 -,204 -2,148 ,034
a. Dependent Variable: LN_IER
Sumber: Data sekunder diolah
Tabel 4.10 menunjukkan hasil variabel government power
(GOV) memiliki tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu
sebesar 0,535. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa H1
ditolak. Variabel government power yang diproksikan dengan ada
tidaknya kepemilikan pemerintah (variabel dummy) belum mampu
membuktikan adanya pengaruh terhadap pengungkapan
lingkungan.Variabel shareholder power (OWN) memiliki tingkat
106
signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,010. Dengan
demikian, H2 diterima. Variabel shareholder power yang
diproksikan dengan kepemilikan saham mayoritas mampu
membuktikan adanya pengaruh terhadap pengungkapan lingkungan.
Variabel creditor power (DAR) memiliki tingkat signifikansi
yang lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,018. Dengan demikian, H3
diterima. Variabel creditor power yang diproksikan dengan debt
equity ratio mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap
pengungkapan lingkungan. Variabel ukuran perusahaan (SIZE)
memiliki tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar
0,000. Dengan demikian, H4 diterima. Variabel ukuran perusahaan
mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap pengungkapan
lingkungan.
Variabel kinerja lingkungan (PROPER) memiliki tingkat
signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,839. Dengan
demikian, H5 ditolak. Variabel kinerja lingkungan yang
diproksikan dengan peringkat PROPER belum mampu
membuktikan adanya pengaruh terhadap pengungkapan lingkungan.
Variabel eksposur media (MED) memiliki tingkat signifikansi yang
lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,034. Dengan demikian, H6
diterima. Variabel eksposur media mampu membuktikan adanya
pengaruh terhadap pengungkapan lingkungan.
107
C. Pembahasan
1. Pengaruh Government Power Terhadap Pengungkapan Lingkungan
Hasil dari analisis regresi menunjukkan bahwa variabel
government power (GOV) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,535. Ini
berarti bahwa Hipotesis Pertama (H1) yang menyatakan bahwa
government power berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan
ditolak. Hasil tersebut juga menunjukkan variabel Government Power
(GOV) memiliki koefisien regresi sebesar 0,638.
Arah koefisien regresi dalam variabel ini menunjukkan bahwa
government power memiliki hubungan yang positif namun tidak signifikan
mempengaruhi skor Indonesian Environmental Reporting (IER) atau
pengungkapan lingkungan. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa dalam konteks perusahaan manufaktur di Indonesia,
kekuatan pemerintah (government power) yang dilihat dari ada tidaknya
kepemilikan saham pemerintah belum mampu membuktikan adanya
pengaruh terhadap keputusan dalam mengungkapkan lingkungannya
dalam annual report.
Beberapa perusahaan go public di Indonesia merupakan
perusahaan yang kepemilikan sahamnya adalah milik pemerintah. Alma
(2006:84) menyebutkan bahwa pemerintah menjadi pemilik tunggal
saham atau juga sebagian besar saham dimiliki oleh pemerintah. Dengan
begitu, pemerintah memiliki kuasa atau kendali dalam suatu perusahaan
yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Pemerintah diharapkan dapat
menunjukkan perannya dalam kepentingan sosial. Selain itu, diharapakan
108
pula dapat lebih memperhatikan terhadap program perlindungan
lingkungan agar dapat menjadi contoh bagi perusahaan lain (perusahaan
milik swasta) (Akrout & Othman, 2016:383).
Tidak signifikannya kepemilikan pemerintah terhadap skor IER
mengindikasikan bahwa perusahaan sampel bukan merupakan sektor yang
dominan sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Perusahaan-perusahaan
milik negara atau BUMN rata-rata berada pada sektor yang penting bagi
kebutuhan masyarakat atau perusahaan-perusahaan yang mengelola
sumber daya alam, seperti pada sektor pertambangan.
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian Lu &
Abeysekera (2014) yang menemukan bahwa belum terdapatnya hubungan
yang signifikan antara pengaruh kekuatan pemerintah (government power)
yang diproksikan dengan kepemilikan pemerintah terhadap pengungkapan
lingkungan. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Sefrilia & Seftiana (2012) dan Akrout & Othman (2016).
2. Pengaruh Shareholder Power Terhadap Pengungkapan Lingkungan
Hasil analisis regresi dari variabel shareholder power (OWN)
menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,010. Dengan demikian,
Hipotesis Kedua (H2) yang menyatakan bahwa shareholder power
berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan diterima. Hasil
tersebut juga menunjukkan variabel shareholder power (OWN) memiliki
koefisien regresi sebesar -0,786. Ini berarti bahwa shareholder power
(OWN) memiliki hubungan negatif terhadap skor IER atau pengungkapan
lingkungan.
109
Dengan demikian, semakin kecilnya persentase kepemilikan
saham mayoritas perusahaan mengindikasikan bahwa kecenderungan
perusahaan sektor manufaktur dalam mengungkapkan lingkungannya
menjadi semakin besar yang diukur dari semakin besarnya nilai skor
Indonesian Environmental Reporting (IER).
Dalam Hitt et al. (2001:30-31), shareholder mengharapkan supaya
perusahaan menjaga dan meningkatkan kekayaan yang telah mereka
percayakan kepada perusahaan. Banyak manajer dan pembuat strategi dari
perusahaan berargumentasi bahwa perusahaan adalah milik pemegang
saham dan oleh karena itu haruslah berkepentingan untuk memenuhi
kepentingan bagi para pemegang saham.
Supramono (2014:1-2) menyatakan para pemilik modal yang nota
bene pemegang saham diperhatikan kehendaknya untuk menentukan arah
jalannya perusahaan. Jika dalam suatu perseroan di antara pemegang
saham ada yang memiliki saham dengan jumlah lebih banyak dari
pemegang saham lainnya, maka akan menguasai kendali perusahaan.
Oleh karena semakin besar suatu kepemilikan saham dalam
perusahaan maka lebih mengusai kendali dari perusahaan termasuk dalam
hal pelaporan lingkungan. Hal ini dikhawatirkan kurang adanya dorongan
bagi manajemen untuk memberikan informasi yang lebih bervariasi.
Kepemilikan saham yang kurang terkonsentrasi mendorong manajemen
untuk mengungkapkan informasi yang relevan untuk memenuhi berbagai
tuntutan pemegang saham (Lu & Abeysekera, 2014).
110
Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Lu & Abeysekera (2014) dan Hartanto & Purwatiningsih (2014) yang
menemukan hasil bahwa kepemilikan saham mayoritas berpengaruh
terhadap pengungkapan lingkungan. Sebaliknya, penelitian ini kontra
dengan penelitian dari Roberts (1992) dan Liu & Anbumozhi (2009) yang
belum menemukan hubungan signifikan antara keduanya.
3. Pengaruh Creditor Power Terhadap Pengungkapan Lingkungan
Hasil analisis regresi dari variabel creditor power (DAR) memiliki
koefisien regresi sebesar -0,628 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,034.
Dengan demikian, Hipotesis Ketiga (H3) yang menyatakan bahwa
creditor power berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan
diterima. Adanya hubungan negatif antara creditor power dengan
pengungkapan lingkungan mengindikasikan bahwa perusahaan sektor
manufaktur cenderung memiliki tingkat pembiayaan dengan tingkat
hutang yang kecil namun memiliki skor environmental yang tinggi.
Kreditor mengendalikan akses terhadap sumber keuangan yang
mungkin diperlukan untuk melanjutkan operasi sebuah perusahaan.
Keputusan struktur modal merupakan bagian dari strategi pemangku
kepentingan keseluruhan perusahaan dan karena itu kreditor merupakan
pemangku kepentingan penting yang pengaruhnya harus dikelola
(Roberts, 1992:602). Kreditor secara periodik akan memantau seluruh
aktivitas manajer dengan menggunakan laporan yang dibuat oleh
perusahaan. Kemungkinan terjadinya berbagai halangan yang dapat
111
menghambat kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya itu dapat
terdeteksi lebih awal (Sulistyanto, 2008:94).
Arah regresi yang negatif menunjukkan bahwa pengungkapan
informasi yang memadai dipandang oleh manajemen sebagai cara untuk
memenuhi harapan pemangku kepentingan kreditor tertentu (Roberts,
1992:609). Hartanto & Purwatiningsih (2014) mengungkapkan bahwa
perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang relatif rendah ternyata
mengungkapakan informasi sosial dan lingkungan mereka lebih banyak
agar investor semakin tertarik untuk memiliki saham mereka.
Hasil dari penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan
mempengaruhi pengungkapan lingkungan, sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Roberts (1992), Purnasiwi & Sudarno (2011) dan Nur &
Priantinah (2012). Hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian Lu &
Abeysekera (2014) dan Hartanto & Purwatiningsih (2014) yang tidak
menemukan pengaruh yang cukup signifikan dalam menunjukkan
hubungan creditor power terhadap pengungkapan lingkungan.
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Lingkungan
Hasil analisis regresi dari ukuran perusahaan (SIZE) memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dengan demikian, Hipotesis Keempat
(H4) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap pengungkapan lingkungan diterima. Hasil tersebut juga
menunjukkan variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki koefisien
regresi sebesar 0,205. Hal ini menujukkan arah pengaruh yang positif
terhadap pengungkapan lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa
112
perusahaan sektor manufaktur yang memiliki nilai total aset perusahaan
yang besar cenderung memiliki skor IER yang tinggi. Semakin besar
ukuran perusahaan semakin banyak informasi yang diberikan oleh
perusahaan termasuk informasi mengenai lingkungan.
Perusahaan yang lebih besar lebih cenderung berada di bawah
pengawasan publik dan diharapkan memiliki kecenderungan yang lebih
tinggi terhadap pengungkapan lingkungan. Perusahaan yang lebih besar
juga mampu memiliki sumber daya yang unggul untuk upaya lingkungan
(Liu & Anbumozhi, 2009:597). Ukuran perusahaan turut menentukan
tingkat kepercayaan investor. Semakin besar perusahaan, semakin dikenal
masyarakat berarti semakin mudah untuk mendapatkan informasi
mengenai perusahaan (Mutia et al., 2011:192).
Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
(Hadjoh & Sukartha, 2013; Lu & Abeysekera, 2014; Hartanto &
Purwatiningsih, 2014; Aulia & Agustina, 2015; Julianto & Syarief, 2016;
Kusumaningrum, 2017). Hal ini diungkapkan oleh Hadjoh & Sukartha
(2013) bahwa perusahaan besar cenderung mengungkapkan informasi
lebih banyak karena memiliki sumber daya yang besar.
5. Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Pengungkapan Lingkungan
Hasil analisis regresi dari variabel kinerja lingkungan (PROPER)
memiliki koefisien regresi sebesar 0,026 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,839. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif namun tidak cukup
sinifikan mempengaruhi skor IER. Dengan demikian, Hipotesis Kelima
(H5) yang menyatakan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh
113
terhadap pengungkapan lingkungan ditolak. Berdasarkan hasil
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dalam konteks perusahaan
manufaktur di Indonesia, peringkat PROPER belum mampu membuktikan
adanya pengaruh terhadap seberapa luasnnya informasi lingkungan
berdasarkan skor Indonesian Environmental Reporting (IER).
Hal ini juga berarti bahwa perusahaan manufaktur di Indonesia
tidak menjadikan peringkat PROPER sebagai salah satu dorongan untuk
mengungkapkan lebih luas informasi mengenai lingkungan. Kinerja
lingkungan yang baik belum tentu memotivasi perusahaan dalam
mengungkapkan seberapa luasnya informasi lingkungan dalam annual
report.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian-peneltian
sebelumnya yang menemukan bukti adanya pengaruh kinerja lingkungan
dengan pengungkapan lingkungan (Aulia & Agustina, 2015; Julianto &
Syarief, 2016). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wijaya
(2012) yang belum menemukan pengaruh yang signifikan antara kinerja
lingkungan dengan keluasan informasi lingkungan yang diungkapkan
perusahaan.
6. Pengaruh Eksposur Media Terhadap Pengungkapan Lingkungan
Hasil analisis regresi dari variabel eksposur media (MED)
memiliki koefisien regresi sebesar -0,339 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,034. Hal ini menunjukkan adanya hubungan negatif sinifikan
mempengaruhi skor Indonesian Environmental Reporting (IER). Dengan
demikian, Hipotesis Keenam (H6) yang menyatakan bahwa eksposur
114
media berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan diterima.
Adanya hubungan negatif antara eksposur media dengan pengungkapan
lingkungan ini berarti bahwa perusahaan sektor manufaktur yang
menggunakan website sebagai media dalam mengekspos pengungkapan
lingkungannya cenderung tidak menunjukkan skor Indonesian
Environmental Reporting (IER) yang tinggi.
Perusahaan yang ingin mendapat kepercayaan dan legitimasi
melalui kegiatan sosial dan lingkungannya, maka perusahaan harus
mempunyai kapasitas untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan
dan berkomunikasi dengan pemangku kepentingannya secara efektif.
Fungsi komunikasi menjadi sangat pokok dalam manajemen CSR.
Pengkomunikasian laporan sosial dan lingkungan melalui media akan
meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat (Nur & Priantinah,
2012). Media mempunyai peran penting pada pergerakan mobilisasi
sosial. Media juga berperan penting dalam mengkomunikasikan suatu
informasi kepada masyarakat. Informasi mengenai aktivitas perusahaan
juga termasuk dalam informasi yang dapat dikomunikasikan kepada
masyarakat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aulia & Agustina
(2015) yang menemukan pengaruh antara media dengan pengungkapan
lingkungan. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Nur &
Priantinah (2012), Hadjoh & Sukartha (2013) dan Pratiwi & Sari (2016)
yang tidak menemukan pengar uh signifikan dari eksposur media terhadap
penungkapan informasi lingkungan.
115
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Government Power yang diproksikan dengan ada tidaknya
kepemilikan pemerintah (variabel dummy) belum mampu
membuktikan adanya pengaruh terhadap pengungkapan lingkungan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Lu & Abeysekera (2014) dan Hartanto & Purwatiningsih (2014).
2. Shareholder Power diproksikan dengan persentase kepemilikan
saham mayoritas mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap
pengungkapan lingkungan. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan
penelitian Lu & Abeysekera (2014) dan Hartanto & Purwatiningsih
(2014).
3. Creditor Power diproksikan dengan debt to asset ratio mampu
membuktikan adanya pengaruh terhadap pengungkapan lingkungan.
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian Roberts (1992) dan
Nur & Priantinah (2012).
4. Ukuran perusahaan mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap
pengungkapan lingkungan. Hasil dari penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan Hadjoh & Sukartha (2013), Lu &
Abeysekera (2014), Hartanto & Purwatiningsih, (2014), Aulia &
116
Agustina (2015), Julianto & Syarief (2016), & Kusumaningrum
(2017).
5. Kinerja lingkungan diproksikan dengan skor PROPER belum mampu
membuktikan adanya pengaruh terhadap pengungkapan lingkungan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wijaya (2012) yang
belum memiliki pengaruh yang signifikan antara kinerja lingkungan
dengan keluasan informasi lingkungan yang diungkapkan perusahaan.
6. Eksposur media diproksikan dengan ada tidaknya pengungkapan
lingkungan pada website perusahaan (variabel dummy) mampu
membuktikan adanya pengaruh terhadap pengungkapan lingkungan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aulia & Agustina
(2015).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti memberikan saran, yaitu :
1. Karena keterbatasan waktu penelitian, penelitian ini hanya
menggunakan sampel perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di
BEI. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan menambah jumlah data
dengan memperluas populasi pada sektor yang lebih memiliki dampak
pada lingkungan seperti sektor pertambangan.
2. Kepemilikan pemerintah sebagai proksi variabel government power di
sektor manufaktur relatif sedikit. Untuk penelitian selanjutnya
disarankan untuk menggunakan proksi lain seperti melihat dari ada
tidaknya perusahaan yang sensitif terhadap lingkungan. Penelitian
117
selanjutnya dapat tetap menggunakan proksi kepemilikan pemerintah
namun disarankan memperluas populasi ke sektor yang rawan
lingkungan.
3. Pengukuran variabel eksposur media pada penelitian ini masih
sederhana, untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi
lain yang mewakili kehadiran media terhadap pengungkapan
lingkungan.
4. Nilai determinasi koefisien dalam penelitian ini masih rendah, hal ini
dimungkinkan karena model penelitian yang kurang cocok atau ada
faktor lain yang mungkin dapat lebih mampu untuk menjelaskan
pengaruhnya terhadap pengungkapan lingkungan. Penelitian ini
belum mampu menemukan pengaruh government power dan kinerja
lingkungan, diharapkan untuk penelitian selanjutnya untuk
menggunakan variabel lain yang lebih cocok dengan model penelitian.
Penelitian di masa mendatang untuk tidak menggunakan variabel
kinerja lingkungan dengan model penelitian ini.
118
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. BAPEPAM-LK. Peraturan Nomor X.K.6. Diakses melalui:
http://akuntansibisnis.files.wordpress.com pada 25 Agustus 2017.
_______. 2015. Indonesia Beri Sanksi 4 Perusahaan Terkait Kabut Asap, VOA
Indonesia. Diakses melalui: www.voaindonesia.com pada 13 Agustus 2017.
_______. 2016. Sampoerna Agro Dijatuhi Denda Terbesar dalam Kasus
Kebakaran Hutan, VOA Indonesia. Diakses melalui:
www.voaindonesia.com pada 13 Agustus 2017.
_______. 2017. Limbah Plastik Dunia Bisa Kubur Kota New York Sedalam 3,2
Kilometer, VOA Indonesia. Diakses melalui: www.voaindonesia.com pada
13 Agustus 2017.
Akrout, Mejda Mahmoudi, dan Hakim Ben Othman. 2016. “Ownership Structure
and Environmental Disclosure in Mena Emerging Countries.” Corporate
Ownership & Control 13 (4): 381 – 388.
Al-Tuwaijri, Sulaiman A., Theodore E. Christensen, dan K.E. Hughes II. 2004.
”The Relations Among Environmental Disclosure, Environmental
Performance, And Economic Performance: A Simultaneous Equations
Approach.” Accounting, Organizations and Society 29. Elsevier: 447 – 471.
Alma, Buchari. 2006. Pengantar Bisnis. Edisi Revisi. ALFABETA.
Aulia, Febri Zaini dan Linda Agustina. 2015. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan,
Kinerja Lingkungan, dan Liputan Media terhadap Environmental
Disclosure.” Accounting Analysis Journal 4 (3). Unnes: 1 – 8.
Belal, A. Rahman. 2016. Corporate Social Responsibility In Developing Countries:
The Case of Bangladesh. US: Routledge.
Brown, Bruce C. 2011. How to Use the Internet to Advertise, Promote, and Market
Your Business or Web Site: With Little or No Money. Florida: Atlantic
Publishing Group, Inc.
Bursa Efek Indonesia. Laporan Keuangan dan Tahunan. Diakses melalui:
www.idx.co.id pada 27 Agustus 2017.
Cangara, Hafied. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi Pertama. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
David, Fred R. 2011. Manajemen Strategis Konsep. Buku kesatu. Edisi ke-12.
Jakarta: Salemba Empat.
119
Deegan, C. 2002. “Introduction: The Legitimising Effect of Social and
Environmental Disclosures – A Theoritical Foundation.” Accounting,
Auditing, and Accountability Journal 15 (3): 282 – 311.
Deegan, C, dan Christopher Blomquist. 2006. “Stakeholder Influence on Corporate
Reporting: An Exploration of the Interaction Between the World Wide Fund
for Nature and the Australian Minerals Industry.” Accounting Organizations
and Society 31 (4-5): 343 – 372.
Djamin, Djanius. 2007. Pengawasan dan Pelaksanaan Undang-undang
Lingkungan Hidup: Suatu Analisis Sosial. Edisi Pertama. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Fitriyani, dan S. Mutmainah. 2012. “Keterkaitan Kinerja Lingkungan,
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Kinerja
Finansial.”
Freeman, R. Edward. 2004. Stakeholder Theory of the Modern Corporation, dalam
T.L. Beauchamp & M.E. Bowie (Eds), Ethical Theory and Business (7th. Ed.
Pp. 55-64). Upper Saddle River, NJ. Pearson/Printice Hall.
Freeman, R. Edward, Jeffrey S. Harrison, Andrew C. Wicks, Bidhan L. Parmar,
Simone De Colle. 2010. Stakeholder Theory: The State of The Art. UK:
Cambridge University Press.
Friedman, Andrew L, dan Samantha Miles. 2006. Stakeholders: Theory and
Practice. New York: Oxford University Press.
Gade, Muhammad. 2005. Teori Akuntansi. Jakarta: Almahira.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Cetakan VII. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam, dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Edisi Ketiga. Badan
Penerbit UNDIP.
Hadjoh, Rinny Amelia, dan I Made Sukartha. 2013. ”Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Kinerja Keuangan dan Eksposur Media Pada Pengungkapan Informasi
Lingkungan.” E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4 (1): 1 – 17.
Hamdi, Asep Saepul. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif: Aplikasi dalam
Pendidikan. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Deepublish.
Hartanto, Adrianus Henri, dan Purwatiningsih. 2014. “Pengaruh Stakeholders
Power dan Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Sosial dan
Lingkungan.” FE UI: 1 – 16.
Haryati, Rima dan Shiddiq Nur Rahardjo. 2013. “Pengaruh Corporate Social
Responsibility, Kinerja Lingkungan, dan Struktur Corporate Governance
120
terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia.” Diponegoro Journal of Accounting 2 (2). Undip: 1 – 15.
Hitt, Michael A, R. Duane Ireland, dan Robert E. Hoskisson. 2001. Manajemen
Strategi: Daya Saing dan Globalisasi. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba
Empat.
Hubbard, Graham. 2000. Strategic Management: Thinking, Analysis and Action.
Australia: Pearson Education.
Ikhsan, Arfan. 2008. Akuntansi Lingkungan & Pengungkapannya. Edisi Pertama.
Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Julianto, Melvin, dan Julianti Syarief. 2016. “Analisis Pengaruh Kinerja
Lingkungan, Manajemen Laba, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas
Terhadap Pengungkapan Lingkungan pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.” Jurnal Akuntansi Riset dan Artikel
Akuntansi 9 (2). FE Universitas Atma Jaya: 147 – 171.
Kamil, Ahmad, dan Antonius Herusetya. 2012. “Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Kegiatan Corporate Social
Responsibility.” Media Riset Akuntansi 2 (1): 1 - 17.
Kaur, Maneet, dan Sudhir Agrawal. 2011. “Corporate Social Responsibility – A
Tool Create a Positive Brand Image.” American Society for Business and
Behavioral Science (ASBBS) 18 (1): 681 – 688.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Apakah Terjemahan Kata Eksposur?.
Diakses melalui: www.badanbahasa.kemendikbud.go.id pada 23 Juli 2017.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. PROPER. Diakses melalui:
www.menlhk.go.id pada 19 Juli 2017.
King, William R., dan David I. Cleland. 1978. Strategic Planning and Policy. New
York: Van Nostrand Reinhold.
Kusumaningrum, Trias Madanika. 2017. “Analisis Pengaruh Environmental
Performance dan Size Terhadap Net Profit Margin dengan Corporate Social
Responsibility Sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI Tahun 2013-2015.” Bisnis dan Manajemen (BISMA)
9 (2): 91 – 100.
Kuswiratmo, Bonifasius Aji. 2016. Keuntungan & Risiko Menjadi Direktur,
Komisaris, dan Pemegang Saham. Cetakan Pertama. Jakarta: PT Visimedia
Pustaka.
Lattimore, Dan, Otis Baskin, Suzette T. Heiman, Elizabeth L. Toth. 2010. Public
Relations: Profesi dan Praktik. Jakarta: Salemba Humanika.
121
Lindrianasari. 2007. “Hubungan Antara Kinerja Lingkungan dan Kualitas
Pengungkapan Lingkungan dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan di
Indoensia.” JAAI 11(2) : 159 – 172.
Lindrianasari. 2010. Pergantian CEO Dunia: Suatu Bukti Pentingnya Informasi
Akuntansi dalam Isu Pergantian CEO. Yogyakarta: Kanisius.
Liu, Xianbing dan V. Anbumozhi. 2009. “Determinant Factors of Corporate
Environmental Information Disclosure: An Empirical Study of Chinese
Listed Companies” Journal of Cleaner Production 17. Elsevier: 593-600.
Lu, Yingjun, dan Indra Abeysekera. 2014. “Stakeholders Power, Corporate
Characteristics, and Social and Environmental Disclosure: Evidence from
China.” Journal of Cleaner Production 64. Elsevier: 426 – 436.
Madura, Jeff. 2001. Pengantar Bisnis. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat,
2001.
Mutia, Evi, Zuraida, dan Devi Andriani. 2011. “Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas dan Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” Jurnal Telaah & Riset Akuntansi 4 (2):
187 – 201.
Nur, Marzully, dan Denies Priantinah. 2012. ”Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility di
Indonesia: Studi Empiris pada Perusahaan Berkategori High Profile yang
Listing di Bursa Efek Indonesia.” Jurnal Nominal 1 (1): 22 – 34.
Otoritas Jasa Keuangan. Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2007. Diakses melalui:
www.ojk.go.id pada 20 Agustus 2017.
Otoritas Jasa Keuangan. POJK Nomor 29/POJK.04/2016. Diakses melalui:
www.ojk.go.id pada 22 Agustus 2017.
Panjaitan, Leonard Tiopan. 2015. Bank Ramah Lingkungan: Panduan
Keberlanjutan (Sustainability). Cetakan Pertama. Jakarta: Penebar Plus.
Pearce II, John A. dan Richard B Robinson. 2013. Manajemen Strategis:
Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Edisi Ke-12. Jakarta: Salemba
Empat.
Potter, W. James. 2012. Media Effect. USA: SAGE Publications Inc.
Pratiwi, Putri Citra, dan Vita Fitria Sari. 2016. “Pengaruh Tipe Industri, Media
Exposure dan Profitabilitas terhadap Carbon Emission Disclosure.” Jurnal
WRA 4 (2) : 829 – 840.
122
Purnasiwi, Jayanti, dan Sudarno. 2011. “Analisis Pengaruh Size, Profitabilitas dan
Leverage Terhadap Pengungkapan CSR pada Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.” Journal Undip: 1 – 31.
Rachman, Nurdizal M., Asep Efendi, dan Emir Wicaksana. 2011. Panduan
Lengkap Perencanaan CSR. Cetakan Pertama. Jakarta: Penebar Swadaya.
Ratya, Mega Putra. 2017. Isu Rusak Lingkungan, Ini Penjelasan Ilmiah
Penambangan di Rembang, Detik News. Di akses melalui: www.detik.com
pada 13 Agustus 2017.
Reverte, Carmelo. 2009. “Determinants of Corporate Social Responsibility
Disclosure Ratings by Spanish Listed Firms.” Journal of Business Ethics
88. Springer: 351 – 366.
Riatmoko, Ferganata Indra. 2016. Evaluasi, 10 Tahun Kasus Lapindo, Kompas.
Diakses melalui: www.kompas.com pada 14 Agustus 2017.
Roberts, R.W. 1992. “Determinants of Corporate Social Responsibility Disclosure:
An Application of Stakeholder Theory.” Journal of Accounting
Organizations and Society 17 (6). Pergamon Press Ltd: 595-612.
Rochaety, Eti, Ratih Tresnati, dan Abdul Madjid Latief. 2009. Metodologi
Penelitian Bisnis. Edisi Revisi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Saputra, Andi. 2017. Pabrik Semen Rembang Telah Kantongi Izin dan Tetap
Beroperasi, Detik News. Di akses melalui: www.detik.com pada 13
Agustus 2017.
Sarinah, dan Mardalena. 2017. Pengantar Manajemen. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Deepublish.
Scruggs, Lyle. 2003. Sustaining Abundance: Environmental Performance in
industrial democracies. United Kingdom: The Press Syndicate of The
University of Cambridge.
Sedarmayanti, dan Syarifudin Hidayat. 2011. Metodologi Penelitian. Cetakan
Kedua. Bandung: Manjar Maju.
Sefrilia, Meutia, dan Yulia Saftiana. 2012. “Pengaruh Kepemilikan Saham
Pemerintah dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR).” Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS)
2 (2): 132 – 139.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi Pertama. Jakarta:
Salemba Empat.
Soemirat, Soleh, dan Elvinaro Ardianto. 2010. Dasar-Dasar Public Relation.
Cetakan Ketujuh. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
123
Soerjani, Mohamad, Arif Yuwono, dan Dedi Fardiaz. 2007. Lingkungan Hidup:
Pendidikan, Pengelolaan Lingkungan dan Kelangsungan Pembangunan.
Edisi Kedua. Cetakan Kedua. Jakarta: Institut Pendidikan dan
Pengembangan Lingkungan.
Sudarmadji, A. Murdoko, dan Lana Sularto. 2007. “Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas
Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan.” Proceeding PESAT
Auditorium Kampus Gunadarma 2: 53 – 61.
Suhardjanto, D., dan Miranti, L. 2009. “Indonesian Environmental Reporting Index
dan Karakteristik Perusahaan.” Jurnal Universitas Islam Indonesia 13 (1):
1 – 17.
Suhardjanto, D., Tower, G., dan Brown, A.M. 2008. “The Fallacy of Assuming
Equality: Evidence Showing Vastly Different Weighting of The Global
Reporting Initiatives’s Key Items.” International Business & Economics
Research Journal 7 (8): 21 – 32.
Sukardi, Paulus dan Evi Thelia Sari. 2007. Bisnis Internasional: Sebuah Perspektif
Kewirausahaan. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Bisnis. Edisi Pertama. Cetakan Kedua. Jakarta:
Kencana.
Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris. Jakarta: Yrama
Widya.
Supramono, Gatot. 2014. “Transaksi Bisnis Saham dan Penyelesaian Sengketa
Melalui Pengadilan”. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group.
Titisari, Kartika Hendra, dan Khara Alviana. 2012. “Pengaruh Environmental
Performance terhadap Economic Performance”, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia 9 (1): 56 – 67.
Wang, Jianling, Lin Song, dan Shujie Yao. 2013. “The Determinants of Corporate
Social Responsibility Disclosure: Evidence From China.” Journal of
Applied Business Research 29 (6): 1833 – 1848.
Wijaya, Maria. 2012. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi 1(1): 26 – 30.
Wiseman, J. 1982. “An Evaluation Of Environmental Disclosures Made In
Corporate Annual Reports.” Accounting, Organizations and Society 7 (1):
53 – 63.
124
LAMPIRAN-LAMPIRAN
125
Lampiran 1
Skor Indonesian Environmental Reporting (IER)
Bersambung ke halaman berikutnya
No. IER Items IER Index (weighted)
1 Impact of Using Water 3.25
2 Incidents and Fines 3.05
3 Programs for Protection 2.27
4 Waste by Type 1.99
5 Impacts of Activity 1.91
6 Materials by Type 1.84
7 Environmental Expense 1.63
8 Discharges Water 1.58
9 Other Air Emissions 1.54
10 Withdrawls of Ground Water 1.44
11 Land Information 1.43
12 Volume of Water Use 1.41
13 Energy Consumption 1.29
14 Performance of Supplier 1.25
15 Impacts of Discharges Water 1.05
16 Impacts of Transportation 1.05
17 Impacts of Products 0.95
18 Land for Extraction 0.84
19 Spills of Chemicals 0.76
20 Indirect Energy 0.67
21 Renewable Initiatives 0.59
22 Habitat Changes 0.42
23 Other Indirect Energy 0.41
24 Recycling Water 0.37
25 Hazardous Waste 0.36
26 Impermeable Surface 0.30
27 Affected Red List Species 0.30
28 Impact of Activities on Protected Areas 0.28
29 Wastes of Materials 0.20
30 Direct Energy 0.19
31 Greenhouse Gas Emissions (GGEs) 0.14
32 Recycling Materials 0.10
126
Skor Indonesian Environmental Reporting (IER) (Lanjutan)
No. IER Items IER Index (weighted)
33 Emission of Ozone Depleting Substances 0.08
34 Other Indirect GGEs 0.02
35 Operations in Protectec Areas 0.02
127
Lampiran 2
Daftar Nama Perusahaan Sampel
No. Kode
Saham Nama
1 ADES Akasha Wira International Tbk
2 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
3 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
4 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
5 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
6 GGRM Gudang Garam Tbk
7 HMSP HM Sampoerna Tbk
8 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
9 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
10 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
11 INDS Indospring Tbk
12 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
13 ISSP PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk
14 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk
15 JPRS Jaya Pari Steel Tbk
16 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk
17 KBLI KMI Wire and Cable Tbk
18 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
19 KLBF Kalbe Farma Tbk
20 MBTO Martina Berto Tbk
21 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
22 MRAT Mustika Ratu Tbk
23 RMBA Bentoel International Investama Tbk
24 SCPI Merck Sharp Dohme Pharma Tbk
25 SIDO PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk
26 SMBR PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
27 SMCB Holcim Indonesia Tbk
28 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk
29 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo Tbk
30 SPMA Suparma Tbk
31 SRSN Indo Acidatama Tbk
Bersambung ke halaman berikutnya
128
Daftar Nama Perusahaan Sampel (Lanjutan)
No. Kode
Saham Nama
32 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk
33 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
34 TRIS Trisula International Tbk
35 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk
36 UNVR Unilever Indonesia Tbk
37 VOKS Voksel Electric Tbk
129
Lampiran 3
Data Sampel Penelitian
No. Kode
Saham GOV OWN DAR SIZE PROPER MED IER
1 ADES 0 0,9194 0,3997 27 3 0 8,1100
2 AMFG 0 0,4386 0,2200 29 3 0 18,5200
3 CPIN 0 0,5553 0,3671 30 2 1 4,4900
4 FASW 0 0,5217 0,7263 29 3 1 16,6900
5 GDST 0 0,5137 0,2577 28 3 1 10,3000
6 GGRM 0 0,6929 0,4206 32 3 1 3,9000
7 HMSP 0 0,9818 0,4835 31 3 1 3,2300
8 ICBP 0 0,8053 0,3762 31 3 1 6,8300
9 INAI 0 0,3293 0,8351 27 3 0 2,8600
10 INDF 0 0,5007 0,5086 32 3 1 10,4100
11 INDS 0 0,8811 0,2020 28 3 1 2,2700
12 INTP 0 0,5100 0,1364 31 4 1 7,7800
13 ISSP 0 0,5594 0,5597 29 3 1 4,0200
14 JPFA 0 0,5751 0,6484 30 3 1 2,2700
15 JPRS 0 0,3570 0,0372 27 3 1 3,9000
16 KAEF 1 0,9003 0,3429 29 3 1 3,9000
17 KBLI 0 0,4968 0,3346 28 3 1 3,7500
18 KBRI 0 0,6678 0,1211 27 3 1 7,0900
19 KLBF 0 0,4329 0,2488 30 3 1 13,8600
20 MBTO 0 0,6682 0,2623 27 3 1 2,2700
21 MLBI 0 0,7500 0,4459 28 2 1 9,2700
22 MRAT 0 0,7126 0,1406 27 3 1 2,2700
23 RMBA 0 0,8555 0,9045 30 3 1 2,2700
24 SCPI 0 0,6460 0,9861 27 2 0 1,5400
25 SIDO 0 0,4100 0,1105 29 3 0 6,5200
26 SMBR 1 0,7624 0,0902 29 3 1 6,2100
27 SMCB 0 0,8065 0,4110 30 5 1 5,9600
28 SMGR 1 0,5101 0,2919 31 5 0 10,2600
29 SOBI 0 0,9867 0,3948 28 3 1 2,8600
30 SPMA 0 0,4460 0,5724 28 3 0 6,2300
31 SRSN 0 0,3521 0,2529 27 3 1 4,3600
32 TIRT 0 0,3378 0,9184 27 2 0 3,9000
Bersambung ke halaman berikutnya
130
Data Sampel Penelitian (Lanjutan)
No. Kode
Saham GOV OWN DAR SIZE PROPER MED IER
33 TOTO 0 0,3948 0,4069 28 3 1 4,9800
34 TRIS 0 0,4199 0,3713 27 3 1 0,6700
35 ULTJ 0 0,3560 0,2833 29 3 1 4,4600
36 UNVR 0 0,8500 0,6813 30 5 1 5,9000
37 VOKS 0 0,4654 0,6926 28 3 1 4,5500
38 ADES 0 0,9194 0,4141 27 3 0 4,8600
39 AMFG 0 0,4386 0,1873 29 3 1 15,0200
40 CPIN 0 0,5553 0,4755 31 3 1 4,4900
41 FASW 0 0,5117 0,7053 29 3 1 15,0100
42 GDST 0 0,5137 0,3574 28 3 1 9,9200
43 GGRM 0 0,6929 0,4293 32 3 1 3,9000
44 HMSP 0 0,9818 0,5244 31 3 1 2,2700
45 ICBP 0 0,8053 0,3962 31 3 1 7,6000
46 INAI 0 0,3298 0,8375 28 3 0 2,8600
47 INDF 0 0,5007 0,5203 32 3 1 10,0500
48 INDS 0 0,8811 0,1990 28 3 1 2,2700
49 INTP 0 0,5100 0,1419 31 3 1 6,8300
50 ISSP 0 0,5594 0,5727 29 3 1 3,9200
51 JPFA 0 0,5751 0,6637 30 3 1 3,9000
52 JPRS 0 0,3570 0,0413 27 3 1 2,2700
53 KAEF 1 0,9003 0,3898 29 3 1 3,9000
54 KBLI 0 0,4968 0,2966 28 2 1 4,0900
55 KBRI 0 0,3400 0,4789 28 3 1 7,0900
56 KLBF 0 0,4329 0,2099 30 3 1 13,6400
57 MBTO 0 0,6682 0,2674 27 3 1 2,8600
58 MLBI 0 0,7624 0,7518 28 3 1 0,6700
59 MRAT 0 0,7126 0,2302 27 3 1 2,2700
60 RMBA 0 0,8555 1,1363 30 3 1 2,2700
61 SCPI 0 0,9831 1,0333 28 3 0 4,4700
62 SIDO 0 0,4100 0,0662 29 3 1 21,0200
63 SMBR 1 0,7624 0,0715 29 3 1 4,3200
64 SMCB 0 0,8065 0,4906 30 3 1 9,7000
Bersambung ke halaman berikutnya
131
Data Sampel Penelitian (Lanjutan)
No. Kode
Saham GOV OWN DAR SIZE PROPER MED IER
65 SMGR 1 0,5101 0,2714 31 4 0 11,8900
66 SOBI 0 0,9867 0,3752 28 3 0 2,8600
67 SPMA 0 0,4460 0,6154 28 3 0 6,2300
68 SRSN 0 0,3521 0,2903 27 3 1 4,3600
69 TIRT 0 0,3400 0,8849 27 3 0 3,9000
70 TOTO 0 0,3948 0,3927 28 3 1 6,6100
71 TRIS 0 0,4024 0,4092 27 3 1 0,6700
72 ULTJ 0 0,3552 0,2235 29 3 1 4,4600
73 UNVR 0 0,8500 0,6780 30 4 1 4,0700
74 VOKS 0 0,4654 0,6680 28 3 1 4,5500
75 ADES 0 0,9194 0,4973 27 3 0 4,8600
76 AMFG 0 0,4386 0,2061 29 3 1 14,6300
77 CPIN 0 0,5553 0,4911 31 3 1 4,4900
78 FASW 0 0,5142 0,6503 30 3 1 15,0100
79 GDST 0 0,5137 0,3206 28 2 1 9,9200
80 GGRM 0 0,6929 0,4015 32 3 1 3,9000
81 HMSP 0 0,9250 0,1577 31 3 1 4,1400
82 ICBP 0 0,8053 0,3830 31 3 1 9,2500
83 INAI 0 0,3298 0,8197 28 2 0 2,8600
84 INDF 0 0,5007 0,5304 32 3 1 12,5400
85 INDS 0 0,8811 0,2486 29 3 1 2,2700
86 INTP 0 0,5100 0,1365 31 4 1 4,9200
87 ISSP 0 0,5594 0,5313 29 3 1 4,0300
88 JPFA 0 0,5784 0,6439 30 3 1 4,0000
89 JPRS 0 0,3570 0,0848 27 3 1 3,4600
90 KAEF 1 0,9003 0,4246 29 3 1 5,1900
91 KBLI 0 0,4883 0,3380 28 3 1 4,0900
92 KBRI 0 0,3400 0,6420 28 3 0 7,0900
93 KLBF 0 0,4332 0,2014 30 3 1 13,6400
94 MBTO 0 0,6682 0,3308 27 3 1 6,4800
95 MLBI 0 0,8178 0,6352 28 3 1 9,4300
96 MRAT 0 0,7126 0,2415 27 3 1 2,2700
Bersambung ke halaman berikutnya
132
Data Sampel Penelitian (Lanjutan)
No. Kode
Saham GOV OWN DAR SIZE PROPER MED IER
97 RMBA 0 0,8555 1,2486 30 3 1 2,2700
98 SCPI 0 0,9841 0,9332 28 3 0 4,4700
99 SIDO 0 0,4100 0,0707 29 3 0 8,5200
100 SMBR 1 0,7624 0,0977 29 3 1 12,7200
101 SMCB 0 0,8064 0,5122 30 5 1 7,0100
102 SMGR 1 0,5101 0,2808 31 4 0 10,2600
103 SOBI 0 0,9867 0,4960 28 3 0 2,2700
104 SPMA 0 0,4462 0,6360 28 3 0 6,2300
105 SRSN 0 0,3521 0,4076 27 3 0 4,3600
106 TIRT 0 0,3400 0,8805 27 3 0 9,4700
107 TOTO 0 0,3790 0,3886 29 3 1 6,9700
108 TRIS 0 0,4017 0,4268 27 3 1 0,6700
109 ULTJ 0 0,3757 0,2097 29 3 1 4,4600
110 UNVR 0 0,8500 0,6931 30 4 1 11,2900
111 VOKS 0 0,4654 0,6682 28 3 1 4,5500
133
Lampiran 4
Data Hasil Pengungkapan Lingkungan (IER) Tahun 2013 Items ADES AMFG CPIN FASW GDST GGRM HMSP ICBP INAI INDF INDS INTP ISSP JPFA JPRS KAEF KBLI KBRI KLBF
1 3,25 0 0 3,25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 3,05 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 0 2,27 2,27
4 0 1,99 0 0 0 0 0 1,99 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,99
5 0 0 0 1,91 0 0 0 0 0 0 0 1,91 0 0 0 0 0 0 1,91
6 0 1,84 0 1,84 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 1,63 1,63 1,63 0 0 1,63 0 0 0 0 0 0 0 0 1,63 1,63 0 1,63 0
8 0 1,58 0 1,58 1,58 0 0 0 0 1,58 0 0 0 0 0 0 1,58 0 1,58
9 0 1,54 0 1,54 1,54 0 0 0 0 1,54 0 1,54 0 0 0 0 0 1,54 1,54
10 0 1,44 0 0 1,44 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,44 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 1,41 0 1,41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 1,29 0 0 0 0 0 1,29 0 1,29 0 0 1,29 0 0 0 0 1,29 1,29
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 1,05 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,05
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,05 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0,95 0 0,95 0 0 0 0 0 0,95 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0,67 0 0 0 0 0 0 0 0,67 0 0 0 0 0 0 0 0 0,67
21 0,59 0,59 0,59 0 0 0 0,59 0,59 0,59 0,59 0 0,59 0 0 0 0 0 0 0,59
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0,37 0,37 0 0,37 0 0 0,37 0 0 0,37 0 0 0 0 0 0 0,37 0 0
25 0 0,36 0 0 0 0 0 0 0 0,36 0 0 0,36 0 0 0 0,36 0,36 0,36
26 0 0 0 0 0 0 0 0,3 0 0,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0,2 0 0,2 0,2 0 0 0,2 0 0,2 0 0,2 0 0 0 0 0 0 0,2
30 0 0,19 0 0 0 0 0 0,19 0 0,19 0 0 0 0 0 0 0 0 0,19
31 0 0 0 0,14 0,14 0 0 0 0 0 0 0,14 0 0 0 0 0 0 0,14
32 0 0,1 0 0,1 0 0 0 0 0 0,1 0 0 0,1 0 0 0 0 0 0
33 0 0,08 0 0,08 0,08 0 0 0 0 0 0 0,08 0 0 0 0 0 0 0,08
34 0 0,02 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
IER 8,11 18,52 4,49 16,69 10,3 3,9 3,23 6,83 2,86 10,41 2,27 7,78 4,02 2,27 3,9 3,9 3,75 7,09 13,86
Bersambung ke halaman berikutnya
134
Data Hasil Pengungkapan Lingkungan (IER) Tahun 2013 (Lanjutan) Items MBTO MLBI MRAT RMBA SCPI SIDO SMBR SMCB SMGR SOBI SPMA SRSN TIRT TOTO TRIS ULTJ UNVR VOKS
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 2,27 2,27 2,27 2,27 0 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 0 0 2,27 0 2,27 2,27 2,27
4 0 1,99 0 0 0 0 0 0 1,99 0 0 0 1,99 0 0 1,99 1,99 0
5 0 0 0 0 0 1,91 0 1,91 0 0 0 0 1,91 0 0 0 0 0
6 0 1,84 0 0 0 1,84 0 0 0 0 0 1,84 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 1,63 0 0 0 1,63 1,63 0 0 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0 1,58 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 1,54 0 0 0 0 1,54 1,54 1,54 0 1,54 0 0 0 0 0 1,54 0
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 0 0 0 0 0 0 0 1,29 0 0 0 0 1,29 0 0 0 1,29
14 0 1,25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0,95 0 0 0 0 0 0 0 0 0,95 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 0 0 0 0 0,59 0 0 0 0,59 0,59 0,59 0,59 0 0 0 0 0 0,59
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0 0 0 0 0 0 0,41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 0 0 0 0 0,37 0 0 0 0 0,37 0,37 0 0 0
25 0 0 0 0 0 0 0,36 0 0,36 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0 0,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,3
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0,28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0,2 0 0 0 0 0,2 0,2 0 0 0,2 0,2 0 0
30 0 0 0 0 0 0 0 0 0,19 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 0 0 0 0 0 0 0 0,14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,1 0 0,1 0,1 0 0,1 0,1
33 0 0,08 0 0 0 0 0 0,08 0,08 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 0 0 0 0 0 0 0 0,02 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 0 0 0 0 0,02 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
IER 2,27 9,27 2,27 2,27 1,54 6,52 6,21 5,96 10,26 2,86 6,23 4,36 3,9 4,98 0,67 4,46 5,9 4,55
135
Data Hasil Pengungkapan Lingkungan (IER) Tahun 2014
Items ADES AMFG CPIN FASW GDST GGRM HMSP ICBP INAI INDF INDS INTP ISSP JPFA JPRS KAEF KBLI KBRI KLBF
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 2,27 2,27 2,27 0 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 0 2,27 2,27
4 0 1,99 0 1,99 1,99 0 0 1,99 0 0 0 0 0 0 0 0 1,99 0 1,99
5 0 0 0 1,91 1,91 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,91
6 0 0 0 1,84 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 1,63 1,63 1,63 0 1,63 1,63 0 0 0 0 0 0 0 1,63 0 1,63 0 1,63 0
8 0 1,58 0 1,58 0 0 0 0 0 1,58 0 0 0 0 0 0 0 0 1,58
9 0 1,54 0 1,54 0 0 0 0 0 1,54 0 1,54 0 0 0 0 1,54 1,54 1,54
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 1,41 0 1,41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 1,29 0 1,29 0 0 0 1,29 0 1,29 0 1,29 1,29 0 0 0 0 1,29 1,29
14 0 0 0 1,25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 1,05 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,05
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0,95 0 0 0 0 0 0 0 0,95 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0,67 0 0,67 0 0 0 0,67 0 0,67 0 0,67 0 0 0 0 0 0 0,67
21 0,59 0,59 0,59 0,59 0 0 0 0,59 0,59 0,59 0 0,59 0 0 0 0 0 0 0,59
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0,37 0,37 0 0,37 0,37 0 0 0 0 0,37 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 0 0,36 0 0 0,36 0 0 0 0 0 0 0 0,36 0 0 0 0,36 0,36 0,36
26 0 0 0 0 0 0 0 0,3 0 0,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0,2 0,2 0 0 0,2 0 0,2 0 0,2 0 0 0 0 0,2 0 0,2
30 0 0,19 0 0,19 0 0 0 0,19 0 0,19 0 0,19 0 0 0 0 0 0 0,19
31 0 0 0 0 0,14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 0 0,1 0 0,1 0 0 0 0,1 0 0,1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 0 0,08 0 0,08 0 0 0 0 0 0 0 0,08 0 0 0 0 0 0 0
34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
IER 4,86 15,02 4,49 15,01 9,92 3,9 2,27 7,6 2,86 10,05 2,27 6,83 3,92 3,9 2,27 3,9 4,09 7,09 13,64
Bersambung ke halaman berikutnya
136
Data Hasil Pengungkapan Lingkungan (IER) Tahun 2014 (Lanjutan) Items MBTO MLBI MRAT RMBA SCPI SIDO SMBR SMCB SMGR SOBI SPMA SRSN TIRT TOTO TRIS ULTJ UNVR VOKS
1 0 0 0 0 0 3,25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 2,27 0 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 0 0 2,27 0 2,27 2,27 2,27
4 0 0 0 0 0 1,99 0 0 1,99 0 0 0 1,99 0 0 1,99 0 0
5 0 0 0 0 0 1,91 0 0 0 0 0 0 1,91 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 1,84 0 0 0 0 0 1,84 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 1,63 1,63 1,63 0 1,63 1,63 0 1,63 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0 1,58 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 1,54 0 1,54 1,54 0 1,54 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 1,44 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 0 0 0 0 1,29 0 1,29 1,29 0 0 0 0 1,29 0 0 1,29 1,29
14 0 0 0 0 1,25 1,25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 1,05 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0,95 0 0 0 0 0 0 0 0 0,95 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0,67 0 0,67 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 0,59 0 0 0 0 0,59 0 0,59 0,59 0,59 0,59 0,59 0 0 0 0 0 0,59
22 0 0 0 0 0 0 0,42 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0 0 0 0 0 0,41 0 0,41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0 0,37 0 0 0 0,37 0 0,37 0,37 0 0 0 0 0,37 0,37 0 0,37 0
25 0 0 0 0 0 0,36 0 0,36 0,36 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0 0,3 0 0 0 0 0 0,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,3
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0,28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0,2 0 0 0 0 0,2 0,2 0 0 0,2 0,2 0 0
30 0 0 0 0 0 0,19 0 0,19 0,19 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 0 0 0 0 0 0,1 0 0 0 0 0 0,1 0 0,1 0,1 0 0,14 0,1
33 0 0 0 0 0 0 0 0,08 0,08 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 0 0 0 0 0,02 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
IER 2,86 0,67 2,27 2,27 4,47 21,02 4,32 9,7 11,89 2,86 6,23 4,36 3,9 6,61 0,67 4,46 4,07 4,55
137
Data Hasil Pengungkapan Lingkungan (IER) Tahun 2015
Items ADES AMFG CPIN FASW GDST GGRM HMSP ICBP INAI INDF INDS INTP ISSP JPFA JPRS KAEF KBLI KBRI KLBF
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 2,27 2,27 2,27 0 2,27 2,27 0 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 0 2,27 0 2,27 2,27
4 0 1,99 0 1,99 1,99 0 0 1,99 0 1,99 0 0 0 0 0 0 1,99 0 1,99
5 0 0 0 1,91 1,91 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,91
6 0 1,84 0 1,84 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 1,63 0 1,63 0 1,63 1,63 0 0 0 0 0 0 0 1,63 1,63 1,63 0 1,63 0
8 0 1,58 0 1,58 0 0 0 1,58 0 1,58 0 0 0 0 0 0 0 0 1,58
9 0 1,54 0 1,54 0 0 1,54 0 0 1,54 0 1,54 0 0 1,54 0 1,54 1,54 1,54
10 0 1,44 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 1,41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 0 0 1,29 0 0 1,29 1,29 0 1,29 0 0 1,29 0 0 1,29 0 1,29 1,29
14 0 1,25 0 1,25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 1,05 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,05
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,95 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0,84 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0,67 0 0 0,67 0,67 0 0,67 0 0 0 0 0 0 0 0 0,67
21 0,59 0,59 0,59 0,59 0 0 0 0,59 0,59 0,59 0 0,59 0 0 0 0 0 0 0,59
22 0 0,42 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0,37 0 0 0,37 0,37 0 0,37 0,37 0 0,37 0 0 0,37 0 0 0 0 0 0
25 0 0,36 0 0 0,36 0 0 0 0 0,36 0 0 0 0 0 0 0,36 0,36 0,36
26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,3 0 0,3 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0,2 0 0,2 0,2 0 0 0,2 0 0,2 0 0 0 0 0 0 0,2 0 0,2
30 0 0,19 0 0,19 0 0 0,19 0,19 0 0,19 0 0 0 0 0,19 0 0 0 0,19
31 0 0 0 0 0,14 0 0 0 0 0,14 0 0,14 0 0 0 0 0 0 0
32 0 0,1 0 0,1 0 0 0 0,1 0 0,1 0 0 0,1 0,1 0,1 0 0 0 0
33 0 0 0 0,08 0 0 0,08 0 0 0 0 0,08 0 0 0 0 0 0 0
34 0 0,02 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
IER 4,86 14,63 4,49 15,01 9,92 3,9 4,14 9,25 2,86 12,54 2,27 4,92 4,03 4 3,46 5,19 4,09 7,09 13,64
Bersambung ke halaman berikutnya
138
Data Hasil Pengungkapan Lingkungan (IER) Tahun 2015 (Lanjutan) Items MBTO MLBI MRAT RMBA SCPI SIDO SMBR SMCB SMGR SOBI SPMA SRSN TIRT TOTO TRIS ULTJ UNVR VOKS
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3,25 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3,05 0
3 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 0 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 0 0 2,27 0 2,27 2,27 2,27
4 0 0 0 0 0 1,99 1,99 0 1,99 0 0 0 1,99 0 0 1,99 1,99 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,91 0 0 0 0 0
6 0 1,84 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,84 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 1,63 1,63 0 0 1,63 1,63 0 1,63 0 0 0 0
8 1,58 0 0 0 0 1,58 0 0 1,58 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 1,54 1,54 1,54 1,54 0 1,54 0 1,54 0 0 0 0 0
10 0 1,44 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0 1,41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,41 0
13 1,29 1,29 0 0 0 1,29 1,29 1,29 1,29 0 0 0 0 1,29 0 0 1,29 1,29
14 0 1,25 0 0 1,25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0,95 0 0 0 0 0 0 0 0 0,95 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0,67 0,67 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 0,59 0,59 0 0 0 0,59 0,59 0 0,59 0 0,59 0,59 0 0 0 0 0,59 0,59
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0 0 0 0 0 0 0,41 0 0 0 0 0 0,41 0 0 0 0 0
24 0,37 0,37 0 0 0 0,37 0,37 0 0,37 0 0 0 0,37 0,37 0,37 0 0,37 0
25 0 0 0 0 0 0 0,36 0 0,36 0 0 0 0 0,36 0 0 0 0
26 0,3 0,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,3
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0,2 0 0,2 0 0 0,2 0,2 0 0 0,2 0,2 0 0
30 0 0 0 0 0 0,19 0,19 0 0,19 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,14 0
32 0 0 0 0 0 0,1 0 0 0 0 0 0,1 0 0,1 0,1 0 0,1 0,1
33 0,08 0,08 0 0 0 0 0 0,08 0,08 0 0 0 0 0 0 0 0,08 0
34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
IER 6,48 9,43 2,27 2,27 4,47 8,52 12,72 7,01 10,26 2,27 6,23 4,36 9,47 6,97 0,67 4,46 11,29 4,55
139
Lampiran 5
Data Hasil Shareholder Power (OWN) Tahun 2013
No. Kode
Perusahaan
% Kepemilikan Saham
Mayoritas OWN
1 ADES 91,94% 0,9194
2 AMFG 43,86% 0,4386
3 CPIN 55,53% 0,5553
4 FASW 51,17% 0,5217
5 GDST 51,37% 0,5137
6 GGRM 69,29% 0,6929
7 HMSP 98,18% 0,9818
8 ICBP 80,53% 0,8053
9 INAI 32,93% 0,3293
10 INDF 50,07% 0,5007
11 INDS 88,11% 0,8811
12 INTP 51,00% 0,5100
13 ISSP 55,94% 0,5594
14 JPFA 57,51% 0,5751
15 JPRS 35,70% 0,3570
16 KAEF 90,03% 0,9003
17 KBLI 49,68% 0,4968
18 KBRI 66,78% 0,6678
19 KLBF 43,29% 0,4329
20 MBTO 66,82% 0,6682
21 MLBI 75,00% 0,7500
22 MRAT 71,26% 0,7126
23 RMBA 85,55% 0,8555
24 SCPI 64,60% 0,6460
25 SIDO 41,00% 0,4100
26 SMBR 76,24% 0,7624
27 SMCB 80,65% 0,8065
28 SMGR 51,01% 0,5101
29 SOBI 98,67% 0,9867
30 SPMA 44,60% 0,4460
31 SRSN 35,21% 0,3521
32 TIRT 33,78% 0,3378
33 TOTO 39,48% 0,3948
34 TRIS 41,99% 0,4199
35 ULTJ 25,60% 0,3560
36 UNVR 85,00% 0,8500
37 VOKS 46,54% 0,4654
140
Data Hasil Shareholder Power (OWN) Tahun 2014
No. Kode
Perusahaan
% Kepemilikan Saham
Mayoritas OWN
1 ADES 91,94% 0,9194
2 AMFG 43,86% 0,4386
3 CPIN 55,53% 0,5553
4 FASW 51,17% 0,5117
5 GDST 51,37% 0,5137
6 GGRM 69,29% 0,6929
7 HMSP 98,18% 0,9818
8 ICBP 80,53% 0,8053
9 INAI 32,98% 0,3298
10 INDF 50,07% 0,5007
11 INDS 88,11% 0,8811
12 INTP 51,00% 0,5100
13 ISSP 55,94% 0,5594
14 JPFA 57,51% 0,5751
15 JPRS 35,70% 0,3570
16 KAEF 90,03% 0,9003
17 KBLI 49,68% 0,4968
18 KBRI 34,00% 0,3400
19 KLBF 43,29% 0,4329
20 MBTO 66,82% 0,6682
21 MLBI 76,24% 0,7624
22 MRAT 71,26% 0,7126
23 RMBA 85,55% 0,8555
24 SCPI 98,31% 0,9831
25 SIDO 41,00% 0,4100
26 SMBR 76,24% 0,7624
27 SMCB 80,65% 0,8065
28 SMGR 51,01% 0,5101
29 SOBI 98,67% 0,9867
30 SPMA 44,60% 0,4460
31 SRSN 35,21% 0,3521
32 TIRT 34,00% 0,3400
33 TOTO 39,48% 0,3948
34 TRIS 40,24% 0,4024
35 ULTJ 35,52% 0,3552
36 UNVR 85,00% 0,8500
37 VOKS 46,54% 0,4654
141
Data Hasil Shareholder Power (OWN) Tahun 2015
No. Kode
Perusahaan
% Kepemilikan Saham
Mayoritas OWN
1 ADES 91,94% 0,9194
2 AMFG 43,86% 0,4386
3 CPIN 55,53% 0,5553
4 FASW 51,42% 0,5142
5 GDST 51,37% 0,5137
6 GGRM 69,29% 0,6929
7 HMSP 92,50% 0,9250
8 ICBP 80,53% 0,8053
9 INAI 32,98% 0,3298
10 INDF 50,07% 0,5007
11 INDS 88,11% 0,8811
12 INTP 51,00% 0,5100
13 ISSP 55,94% 0,5594
14 JPFA 57,84% 0,5784
15 JPRS 35,70% 0,3570
16 KAEF 90,03% 0,9003
17 KBLI 48,83% 0,4883
18 KBRI 34,00% 0,3400
19 KLBF 43,32% 0,4332
20 MBTO 66,82% 0,6682
21 MLBI 81,78% 0,8178
22 MRAT 71,26% 0,7126
23 RMBA 85,55% 0,8555
24 SCPI 98,41% 0,9841
25 SIDO 41,00% 0,4100
26 SMBR 76,24% 0,7624
27 SMCB 80,65% 0,8064
28 SMGR 51,01% 0,5101
29 SOBI 98,67% 0,9867
30 SPMA 44,62% 0,4462
31 SRSN 35,21% 0,3521
32 TIRT 34,00% 0,3400
33 TOTO 37,90% 0,3790
34 TRIS 40,17% 0,4017
35 ULTJ 35,57% 0,3757
36 UNVR 85,00% 0,8500
37 VOKS 46,54% 0,4654
142
Lampiran 6
Data Hasil Creditor Power (DAR) Tahun 2013
No. Kode
Perusahaan Total Aset (Rp) Total Hutang (Rp) DAR
1 ADES 441.064.000.000 176.286.000.000 0,3997
2 AMFG 3.539.393.000.000 778.666.000.000 0,2200
3 CPIN 15.722.197.000.000 5.771.297.000.000 0,3671
4 FASW 5.692.060.407.681 4.134.128.366.492 0,7263
5 GDST 1.191.496.619.152 307.084.100.134 0,2577
6 GGRM 50.770.251.000.000 21.353.980.000.000 0,4206
7 HMSP 27.404.594.000.000 13.249.559.000.000 0,4835
8 ICBP 21.267.470.000.000 8.001.739.000.000 0,3762
9 INAI 765.881.409.376 639.563.606.250 0,8351
10 INDF 78.092.789.000.000 39.719.660.000.000 0,5086
11 INDS 2.196.518.364.473 443.652.749.965 0,2020
12 INTP 26.607.241.000.000 3.629.554.000.000 0,1364
13 ISSP 4.393.577.000.000 2.459.118.000.000 0,5597
14 JPFA 14.917.590.000.000 9.672.368.000.000 0,6484
15 JPRS 376.540.741.943 14.019.207.792 0,0372
16 KAEF 2.471.939.548.890 847.584.859.909 0,3429
17 KBLI 1.337.022.291.951 447.372.591.220 0,3346
18 KBRI 788.749.190.752 95.512.957.713 0,1211
19 KLBF 11.315.061.275.026 2.815.103.309.451 0,2488
20 MBTO 611.769.745.328 160.451.280.610 0,2623
21 MLBI 1.782.148.000.000 794.615.000.000 0,4459
22 MRAT 439.583.727.202 61.792.400.163 0,1406
23 RMBA 9.232.016.000.000 8.350.151.000.000 0,9045
24 SCPI 746.401.836.000 736.010.824.000 0,9861
25 SIDO 2.951.507.000.000 326.051.000.000 0,1105
26 SMBR 2.711.416.335.000 244.459.581.000 0,0902
27 SMCB 14.894.990.000.000 6.122.043.000.000 0,4110
28 SMGR 30.792.884.092.000 8.988.908.217.000 0,2919
29 SOBI 1.354.507.000.000 534.769.000.000 0,3948
30 SPMA 1.767.105.818.949 1.011.571.248.744 0,5724
31 SRSN 420.782.548.000 106.406.914.000 0,2529
32 TIRT 723.177.125.785 664.163.283.789 0,9184
33 TOTO 1.746.177.682.568 710.527.268.893 0,4069
34 TRIS 449.008.821.261 166.702.353.369 0,3713
35 ULTJ 2.811.620.982.142 796.474.448.056 0,2833
36 UNVR 13.348.188.000.000 9.093.518.000.000 0,6813
37 VOKS 1.955.830.321.070 1.354.581.302.107 0,6926
143
Data Hasil Creditor Power (DAR) Tahun 2014
No. Kode
Perusahaan Total Aset (Rp) Total Hutang (Rp) DAR
1 ADES 504.865.000.000 209.066.000.000 0,4141
2 AMFG 3.918.391.000.000 733.749.000.000 0,1873
3 CPIN 20.862.439.000.000 9.919.150.000.000 0,4755
4 FASW 5.581.000.723.345 3.936.322.827.206 0,7053
5 GDST 1.354.622.569.945 484.174.854.654 0,3574
6 GGRM 58.220.600.000.000 24.991.880.000.000 0,4293
7 HMSP 28.380.630.000.000 14.882.516.000.000 0,5244
8 ICBP 24.910.211.000.000 9.870.264.000.000 0,3962
9 INAI 897.281.657.710 751.439.553.825 0,8375
10 INDF 85.938.885.000.000 44.710.509.000.000 0,5203
11 INDS 2.282.666.078.493 454.347.526.616 0,1990
12 INTP 28.884.973.000.000 4.100.172.000.000 0,1419
13 ISSP 5.443.158.000.000 3.117.249.000.000 0,5727
14 JPFA 15.730.435.000.000 10.440.441.000.000 0,6637
15 JPRS 370.967.708.751 15.334.844.453 0,0413
16 KAEF 2.968.184.626.297 1.157.040.676.384 0,3898
17 KBLI 1.337.351.473.763 396.594.755.312 0,2966
18 KBRI 1.299.315.036.743 622.269.749.157 0,4789
19 KLBF 12.425.032.367.729 2.607.556.689.283 0,2099
20 MBTO 619.383.082.066 165.633.948.162 0,2674
21 MLBI 2.231.051.000.000 1.677.254.000.000 0,7518
22 MRAT 498.786.376.745 114.841.797.856 0,2302
23 RMBA 10.250.546.000.000 11.647.399.000.000 1,1363
24 SCPI 1.317.314.767.000 1.361.171.539.000 1,0333
25 SIDO 2.821.399.000.000 186.740.000.000 0,0662
26 SMBR 2.926.360.857.000 209.113.746.000 0,0715
27 SMCB 17.195.352.000.000 8.436.760.000.000 0,4906
28 SMGR 34.314.666.027.000 9.312.214.091.000 0,2714
29 SOBI 1.516.361.000.000 568.934.000.000 0,3752
30 SPMA 2.091.957.078.669 1.287.357.023.670 0,6154
31 SRSN 463.347.124.000 134.510.685.000 0,2903
32 TIRT 713.714.873.924 631.560.510.887 0,8849
33 TOTO 2.027.288.693.678 796.096.371.054 0,3927
34 TRIS 523.900.642.605 214.390.227.222 0,4092
35 ULTJ 2.917.083.567.355 651.985.807.625 0,2235
36 UNVR 14.280.670.000.000 9.681.888.000.000 0,6780
37 VOKS 1.553.904.599.142 1.038.049.413.765 0,6680
144
Data Hasil Creditor Power (DAR) Tahun 2015
No. Kode
Perusahaan Total Aset (Rp) Total Hutang (Rp) DAR
1 ADES 653.224.000.000 324.855.000.000 0,4973
2 AMFG 4.270.275.000.000 880.052.000.000 0,2061
3 CPIN 24.684.915.000.000 12.123.488.000.000 0,4911
4 FASW 6.993.634.266.969 4.548.288.087.745 0,6503
5 GDST 1.183.934.183.257 379.524.183.280 0,3206
6 GGRM 63.505.413.000.000 25.497.504.000.000 0,4015
7 HMSP 38.010.724.000.000 5.994.664.000.000 0,1577
8 ICBP 26.560.624.000.000 10.173.713.000.000 0,3830
9 INAI 1.330.259.296.537 1.090.438.393.880 0,8197
10 INDF 91.831.526.000.000 48.709.933.000.000 0,5304
11 INDS 2.553.928.346.219 634.889.428.231 0,2486
12 INTP 27.638.360.000.000 3.772.410.000.000 0,1365
13 ISSP 5.448.447.000.000 2.894.972.000.000 0,5313
14 JPFA 17.159.466.000.000 11.049.774.000.000 0,6439
15 JPRS 363.265.042.157 30.806.011.707 0,0848
16 KAEF 3.236.224.076.311 1.374.127.253.841 0,4246
17 KBLI 1.551.799.840.976 524.437.909.934 0,3380
18 KBRI 1.455.931.208.462 934.677.601.389 0,6420
19 KLBF 13.696.417.381.439 2.758.131.396.170 0,2014
20 MBTO 648.899.377.240 214.685.781.274 0,3308
21 MLBI 2.100.853.000.000 1.334.373.000.000 0,6352
22 MRAT 497.090.038.108 120.064.018.299 0,2415
23 RMBA 12.667.314.000.000 15.816.071.000.000 1,2486
24 SCPI 1.510.747.778.000 1.409.875.667.000 0,9332
25 SIDO 2.796.111.000.000 197.797.000.000 0,0707
26 SMBR 3.268.667.933.000 319.315.349.000 0,0977
27 SMCB 17.321.565.000.000 8.871.708.000.000 0,5122
28 SMGR 38.153.118.932.000 10.712.320.531.000 0,2808
29 SOBI 2.231.409.000.000 1.106.686.000.000 0,4960
30 SPMA 2.185.464.365.772 1.390.005.205.106 0,6360
31 SRSN 574.073.314.000 233.993.478.000 0,4076
32 TIRT 763.168.027.178 672.006.964.821 0,8805
33 TOTO 2.439.540.859.205 947.997.940.099 0,3886
34 TRIS 574.346.433.075 245.138.356.170 0,4268
35 ULTJ 3.539.995.910.248 742.490.216.326 0,2097
36 UNVR 15.729.945.000.000 10.902.585.000.000 0,6931
37 VOKS 1.536.244.634.556 1.026.591.706.684 0,6682
145
Lampiran 7
Data Hasil Ukuran Perusahaan (SIZE) 2013
No. Kode
Perusahaan Total Aset (Rp) SIZE
1 ADES 441.064.000.000 27
2 AMFG 3.539.393.000.000 29
3 CPIN 15.722.197.000.000 30
4 FASW 5.692.060.407.681 29
5 GDST 1.191.496.619.152 28
6 GGRM 50.770.251.000.000 32
7 HMSP 27.404.594.000.000 31
8 ICBP 21.267.470.000.000 31
9 INAI 765.881.409.376 27
10 INDF 78.092.789.000.000 32
11 INDS 2.196.518.364.473 28
12 INTP 26.607.241.000.000 31
13 ISSP 4.393.577.000.000 29
14 JPFA 14.917.590.000.000 30
15 JPRS 376.540.741.943 27
16 KAEF 2.471.939.548.890 29
17 KBLI 1.337.022.291.951 28
18 KBRI 788.749.190.752 27
19 KLBF 11.315.061.275.026 30
20 MBTO 611.769.745.328 27
21 MLBI 1.782.148.000.000 28
22 MRAT 439.583.727.202 27
23 RMBA 9.232.016.000.000 30
24 SCPI 746.401.836.000 27
25 SIDO 2.951.507.000.000 29
26 SMBR 2.711.416.335.000 29
27 SMCB 14.894.990.000.000 30
28 SMGR 30.792.884.092.000 31
29 SOBI 1.354.507.000.000 28
30 SPMA 1.767.105.818.949 28
31 SRSN 420.782.548.000 27
32 TIRT 723.177.125.785 27
33 TOTO 1.746.177.682.568 28
34 TRIS 449.008.821.261 27
35 ULTJ 2.811.620.982.142 29
36 UNVR 13.348.188.000.000 30
37 VOKS 1.955.830.321.070 28
146
Data Hasil Ukuran Perusahaan (SIZE) 2014
No. Kode
Perusahaan Total Aset (Rp) SIZE
1 ADES 504.865.000.000 27
2 AMFG 3.918.391.000.000 29
3 CPIN 20.862.439.000.000 31
4 FASW 5.581.000.723.345 29
5 GDST 1.354.622.569.945 28
6 GGRM 58.220.600.000.000 32
7 HMSP 28.380.630.000.000 31
8 ICBP 24.910.211.000.000 31
9 INAI 897.281.657.710 28
10 INDF 85.938.885.000.000 32
11 INDS 2.282.666.078.493 28
12 INTP 28.884.973.000.000 31
13 ISSP 5.443.158.000.000 29
14 JPFA 15.730.435.000.000 30
15 JPRS 370.967.708.751 27
16 KAEF 2.968.184.626.297 29
17 KBLI 1.337.351.473.763 28
18 KBRI 1.299.315.036.743 28
19 KLBF 12.425.032.367.729 30
20 MBTO 619.383.082.066 27
21 MLBI 2.231.051.000.000 28
22 MRAT 498.786.376.745 27
23 RMBA 10.250.546.000.000 30
24 SCPI 1.317.314.767.000 28
25 SIDO 2.821.399.000.000 29
26 SMBR 2.926.360.857.000 29
27 SMCB 17.195.352.000.000 30
28 SMGR 34.314.666.027.000 31
29 SOBI 1.516.361.000.000 28
30 SPMA 2.091.957.078.669 28
31 SRSN 463.347.124.000 27
32 TIRT 713.714.873.924 27
33 TOTO 2.027.288.693.678 28
34 TRIS 523.900.642.605 27
35 ULTJ 2.917.083.567.355 29
36 UNVR 14.280.670.000.000 30
37 VOKS 1.553.904.599.142 28
147
Data Hasil Ukuran Perusahaan (SIZE) 2015
No. Kode
Perusahaan Total Aset (Rp) SIZE
1 ADES 653.224.000.000 27
2 AMFG 4.270.275.000.000 29
3 CPIN 24.684.915.000.000 31
4 FASW 6.993.634.266.969 30
5 GDST 1.183.934.183.257 28
6 GGRM 63.505.413.000.000 32
7 HMSP 38.010.724.000.000 31
8 ICBP 26.560.624.000.000 31
9 INAI 1.330.259.296.537 28
10 INDF 91.831.526.000.000 32
11 INDS 2.553.928.346.219 29
12 INTP 27.638.360.000.000 31
13 ISSP 5.448.447.000.000 29
14 JPFA 17.159.466.000.000 30
15 JPRS 363.265.042.157 27
16 KAEF 3.236.224.076.311 29
17 KBLI 1.551.799.840.976 28
18 KBRI 1.455.931.208.462 28
19 KLBF 13.696.417.381.439 30
20 MBTO 648.899.377.240 27
21 MLBI 2.100.853.000.000 28
22 MRAT 497.090.038.108 27
23 RMBA 12.667.314.000.000 30
24 SCPI 1.510.747.778.000 28
25 SIDO 2.796.111.000.000 29
26 SMBR 3.268.667.933.000 29
27 SMCB 17.321.565.000.000 30
28 SMGR 38.153.118.932.000 31
29 SOBI 2.231.409.000.000 28
30 SPMA 2.185.464.365.772 28
31 SRSN 574.073.314.000 27
32 TIRT 763.168.027.178 27
33 TOTO 2.439.540.859.205 29
34 TRIS 574.346.433.075 27
35 ULTJ 3.539.995.910.248 29
36 UNVR 15.729.945.000.000 30
37 VOKS 1.536.244.634.556 28
148
Lampiran 8
Data Hasil Kinerja Lingkungan (PROPER) Tahun 2013
No. Kode
Perusahaan Peringkat Warna PROPER
1 ADES BIRU 3
2 AMFG BIRU 3
3 CPIN MERAH 2
4 FASW BIRU 3
5 GDST BIRU 3
6 GGRM BIRU 3
7 HMSP BIRU 3
8 ICBP BIRU 3
9 INAI BIRU 3
10 INDF BIRU 3
11 INDS BIRU 3
12 INTP HIJAU 4
13 ISSP BIRU 3
14 JPFA BIRU 3
15 JPRS BIRU 3
16 KAEF BIRU 3
17 KBLI BIRU 3
18 KBRI BIRU 3
19 KLBF BIRU 3
20 MBTO BIRU 3
21 MLBI MERAH 2
22 MRAT BIRU 3
23 RMBA BIRU 3
24 SCPI MERAH 2
25 SIDO BIRU 3
26 SMBR BIRU 3
27 SMCB EMAS 5
28 SMGR EMAS 5
29 SOBI BIRU 3
30 SPMA BIRU 3
31 SRSN BIRU 3
32 TIRT MERAH 2
33 TOTO BIRU 3
34 TRIS BIRU 3
35 ULTJ BIRU 3
36 UNVR EMAS 5
37 VOKS BIRU 3
149
Data Hasil Kinerja Lingkungan (PROPER) Tahun 2014
No. Kode
Perusahaan Peringkat Warna PROPER
1 ADES BIRU 3
2 AMFG BIRU 3
3 CPIN BIRU 3
4 FASW BIRU 3
5 GDST BIRU 3
6 GGRM BIRU 3
7 HMSP BIRU 3
8 ICBP BIRU 3
9 INAI BIRU 3
10 INDF BIRU 3
11 INDS BIRU 3
12 INTP BIRU 3
13 ISSP BIRU 3
14 JPFA BIRU 3
15 JPRS BIRU 3
16 KAEF BIRU 3
17 KBLI MERAH 2
18 KBRI BIRU 3
19 KLBF BIRU 3
20 MBTO BIRU 3
21 MLBI BIRU 3
22 MRAT BIRU 3
23 RMBA BIRU 3
24 SCPI BIRU 3
25 SIDO BIRU 3
26 SMBR BIRU 3
27 SMCB BIRU 3
28 SMGR HIJAU 4
29 SOBI BIRU 3
30 SPMA BIRU 3
31 SRSN BIRU 3
32 TIRT BIRU 3
33 TOTO BIRU 3
34 TRIS BIRU 3
35 ULTJ BIRU 3
36 UNVR HIJAU 4
37 VOKS BIRU 3
150
Data Hasil Kinerja Lingkungan (PROPER) Tahun 2015
No. Kode
Perusahaan Peringkat Warna PROPER
1 ADES BIRU 3
2 AMFG BIRU 3
3 CPIN BIRU 3
4 FASW BIRU 3
5 GDST MERAH 2
6 GGRM BIRU 3
7 HMSP BIRU 3
8 ICBP BIRU 3
9 INAI MERAH 2
10 INDF BIRU 3
11 INDS BIRU 3
12 INTP HIJAU 4
13 ISSP BIRU 3
14 JPFA BIRU 3
15 JPRS BIRU 3
16 KAEF BIRU 3
17 KBLI BIRU 3
18 KBRI BIRU 3
19 KLBF BIRU 3
20 MBTO BIRU 3
21 MLBI BIRU 3
22 MRAT BIRU 3
23 RMBA BIRU 3
24 SCPI BIRU 3
25 SIDO BIRU 3
26 SMBR BIRU 3
27 SMCB EMAS 5
28 SMGR HIJAU 4
29 SOBI BIRU 3
30 SPMA BIRU 3
31 SRSN BIRU 3
32 TIRT BIRU 3
33 TOTO BIRU 3
34 TRIS BIRU 3
35 ULTJ BIRU 3
36 UNVR HIJAU 4
37 VOKS BIRU 3
151
Lampiran 9
Website Perusahaan
No. Kode
Saham Nama Alamat Website
1 ADES Akasha Wira International
Tbk www.akashainternational.com
2 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk www.amfg.co.id
3 CPIN Charoen Pokphand
Indonesia Tbk www.cp.co.id
4 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk www.fajarpaper.com
5 GDST Gunawan Dianjaya Steel
Tbk www.gunawansteel.com
6 GGRM Gudang Garam Tbk www.gudanggaramtbk.com
7 HMSP HM Sampoerna Tbk www.sampoerna.com
8 ICBP Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk www.indofoodcbp.com
9 INAI Indal Aluminium Industry
Tbk www.indalcorp.com/
10 INDF Indofood Sukses Makmur
Tbk www.indofood.com
11 INDS Indospring Tbk www.indospring.co.id
12 INTP Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk www.indocement.co.id
13 ISSP PT Steel Pipe Industry of
Indonesia Tbk www.spindo.com
14 JPFA JAPFA Comfeed
Indonesia Tbk www.japfacomfeed.co.id
15 JPRS Jaya Pari Steel Tbk www.jayaparisteel.co.id
16 KAEF Kimia Farma (Persero)
Tbk www.kimiafarma.co.id
17 KBLI KMI Wire and Cable Tbk www.kmiwire.com/
18 KBRI Kertas Basuki Rachmat
Indonesia Tbk www.kbri.co.id
19 KLBF Kalbe Farma Tbk www.kalbe.co.id
20 MBTO Martina Berto Tbk www.martinaberto.co.id
21 MLBI Multi Bintang Indonesia
Tbk www.multibintang.co.id
22 MRAT Mustika Ratu Tbk www.mustika-ratu.co.id
23 RMBA Bentoel International
Investama Tbk www.bentoelgroup.com
24 SCPI Merck Sharp Dohme
Pharma Tbk www.emis.com
Bersambung ke halaman berikutnya
152
Website Perusahaan (Lanjutan)
No. Kode
Saham Nama Alamat Website
25 SIDO PT Industri Jamu dan
Farmasi Sido Muncul Tbk www.sidomuncul.id
26 SMBR PT Semen Baturaja
(Persero) Tbk www.semenbaturaja.co.id
27 SMCB Holcim Indonesia Tbk www.holcim.co.id
28 SMGR Semen Indonesia (Persero)
Tbk www.semenindonesia.com
29 SOBI Sorini Agro Asia
Corporindo Tbk www.sorini.co.id
30 SPMA Suparma Tbk www.ptsuparmatbk.com
31 SRSN Indo Acidatama Tbk www.acidatama.co.id
32 TIRT Tirta Mahakam Resources
Tbk www.tirtamahakam.com
33 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk www.toto.co.id
34 TRIS Trisula International Tbk www.trisula.co.id
35 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry
Tbk www.ultrajaya.co.id
36 UNVR Unilever Indonesia Tbk www.unilever.co.id
37 VOKS Voksel Electric Tbk www.voksel.co.id
153
Lampiran 10
1. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
GOV 111 0 1 ,08 ,274
OWN 111 ,3293 ,9867 ,604512 ,2077253
DAR 111 ,0372 1,2486 ,441493 ,2546682
SIZE 111 27 32 28,91 1,506
PROPER 111 2 5 3,06 ,510
MED 111 0 1 ,77 ,420
IER 111 ,67 21,02 6,1596 4,11650
Valid N
(listwise) 111
2. Hasil Uji Normalitas
154
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 111
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,60008908
Most Extreme
Differences
Absolute ,073
Positive ,067
Negative -,073
Test Statistic ,073
Asymp. Sig. (2-tailed) ,192c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
155
3. Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -3,391 1,156 -2,933 ,004
GOV ,146 ,234 ,057 ,623 ,535 ,842 1,188
OWN -,786 ,301 -,234 -2,614 ,010 ,887 1,127
DAR -,628 ,261 -,229 -2,409 ,018 ,786 1,272
SIZE ,205 ,044 ,442 4,604 ,000 ,773 1,294
PROPER ,026 ,127 ,019 ,203 ,839 ,826 1,211
MED -,339 ,158 -,204 -2,148 ,034 ,790 1,266
a. Dependent Variable: LN_IER
4. Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)
156
Uji Glestjer
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1,207 ,705 1,712 ,090
GOV -,154 ,143 -,112 -1,078 ,283 ,842 1,188
OWN ,031 ,183 ,017 ,171 ,864 ,887 1,127
DAR ,071 ,159 ,048 ,449 ,655 ,786 1,272
SIZE -,026 ,027 -,103 -,952 ,343 ,773 1,294
PROPER -,049 ,077 -,066 -,634 ,528 ,826 1,211
MED ,150 ,096 ,167 1,559 ,122 ,790 1,266
a. Dependent Variable: ABS_RES
5. Hasil Uji Autokorelasi
Unstandardize
d Residual
Test Valuea -,05442
Cases < Test Value 55
Cases >= Test Value 56
Total Cases 111
Number of Runs 55
Z -,285
Asymp. Sig. (2-
tailed) ,775
a. Median
6. Hasil Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,510a ,260 ,217 ,61716
a. Predictors: (Constant), MED, PROPER, OWN, GOV, DAR, SIZE
b. Dependent Variable: LN_IER
157
7. Hasil Uji Simultan dan Parsial
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 13,920 6 2,320 6,091 ,000b
Residual 39,612 104 ,381
Total 53,532 110
a. Dependent Variable: LN_IER
b. Predictors: (Constant), MED, PROPER, OWN, GOV, DAR, SIZE
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -3,391 1,156 -2,933 ,004
GOV ,146 ,234 ,057 ,623 ,535
OWN -,786 ,301 -,234 -2,614 ,010
DAR -,628 ,261 -,229 -2,409 ,018
SIZE ,205 ,044 ,442 4,604 ,000
PROPER ,026 ,127 ,019 ,203 ,839
MED -,339 ,158 -,204 -2,148 ,034
a. Dependent Variable: LN_IER