PENGARUH PENGEMBALIAN BERBAGAI SISA PANEN …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File...
Transcript of PENGARUH PENGEMBALIAN BERBAGAI SISA PANEN …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File...
PENGARUH PENGEMBALIAN BERBAGAI SISA PANEN TERHADAP NASIBHARA N DALAM BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG
Idawati*, Haryanto*, dan Nazir Abdullah*
ABSTRAK
PENGARUH PENGEMBALIAN BERBAGAI SISA PANEN TERHADAP NASIB HARA N DALAM BUDIDAYA
TANAMAN JAGUNG. Telah dilakukan pengembalian tiga macam sisa panen (padi, jagung,
dan kacang tunggak) dalam budidaya tanaman jagung untuk melihat pengaruhnya terhadap
nasib hara N. Jagung ditanam, pada kondisi lapang, dalam pipa pralon (diameter 24
cm, tinggi 60 cm) yang dibenamkan ke tanah. Agar intensitas pencucian hara N dapat
diukur, pada ujung bawah pipa (pot) pralon dipasang bungkusan resin penukar kation15
dan anion. Pupuk ZA bertanda dengan 5,05% atom N sejumlah 1688 mg N/pot
diberikan sebagai takaran terpisah dua. Hasi 1 percobaan menunjukkan bahwa
pengembalian sisa panen meningkatkan imobil isasi N. Namun demikian, ketersediaan
hara N pada saat panen meningkat dengan dikembalikannya sisa pan en kacang tunggak
dan jagung. Pencucian N-pupuk sangat kecil untuk semua perlakuan, tetapi pencucian
total hara N meningkat karena pengembalian sisa panen terutama pada pengembalian
sisa panen padi dan jagung. Dengan pengembalian sisa panen kacang tunggak dan padi.
agaknya kehilangan N dalam bentuk gas dapat ditekan, sedangkan serapan N-pupuk dapat
ditingkatkan. Perlakuan pengembalian sisa panen kacang tunggak memberikan dampak
yang terbaik karena, selain yang telah disebutkan di atas, pad a perlakuan ini
kandungan N total dan produksi tanaman menunjukkan hasil yang tertinggi.
ABSTRACT
EFFECT OF CROP RESIDUE TURNOVER ON THE FATE OF NITROGEN IN GROWING CORM.
Three kinds of crop residue (rice straw, corn straw, and cowpea straw) were returned
into the soil grown with corn to evaluate their effects on the fate of N. Corn was
planted under field condition, in a PVC pipe (24 cm diameter x 60 em long)
reintroduced into the field where the soil used had been taken. To measure N
leaching intensity, a nylon bag filled with anion cation exchange resin was install
ed at pipe (pot) bottom. Labelled ammonium sulphate fertilizer containing 5.05 atom
% 15N was applied at 1688 mg N/pot split into two time applications. Experiment
results showed that the return of crop residue enhanced N immobilization. However,
at harvest N availability was increased by returning cowpea straw and corn straw.
The amount of N-fertilizer leached out was very small for all treatments, but the
-------------------------------------------
* Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN
21
total nitrogen leached out WfI.!'; increased by returning of rice straw and corn straw.By returning cowpea straw and rice straw gaseous losses of N seemed lowered.whereas N uptake was increasp.d. The ~el urn of cowpea straw gave the best effect
highest with this treatment.
PENDAHULUAN
Pupuk N yang ditebar ke tanah tidak dapat seluruhnya diserap
oleh tanaman karena, selain penyerapan oleh tanaman, berbagai proses
lain terjadi terhadap pupuk tersebut, diantaranya adalah imobilisa
si, pencucian (leaching), denitrifikasi, dan penguapan yang inten
sitasnya tergantung dari kondisi fisik dan kimia, serta kehidupan
jasad renik tanahnya.
Pengembalian sisa panen ke dalam tanah dapat menyebabkan
perubahan sifat-sifat tanah. Jasad renik dalam tanah berkembang biak
dengan pesat karena sisa panen merupakan sumber enersi dan nutrisi
bagi jasad renik. Untuk kegiatan tersebut dibutuhkan N dalam jumlah
yang dapat mengimbangi enersi yang tersedia sehingga menyebabkan
imobilisasi N-inorganik dari sekitarnya, tidak terkecuali yang
berasal dari pupuk. Dalam proses imobilisasi ini, N-inorganik di
ubah ke dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman yaitu menjadi
N-organik sebagai penyusun sel-sel jasad renik (1). Intensitas
imobilisasi N berbanding terbalik dengan kandungan N dalam sisa
panen. Meskipun demikian, di lain pihak imobilisasi N dapat diha
rapkan memberikan manfaat dalam menghambat proses-proses lain yang
merugikan, misalnya proses yang mengakibatkan hilangnya N dari dalam
tanah, karena N berada dalam bentuk yang lebih stabil. N yang
diimobilisasi ini akan dibebaskan kembali setelah jasad renik mati
dan mengalami pelapukan sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Adanya sisa panen yang dikembalikan ke dalam tanah dapat merangsang
aktivitas jasad renik non simbiotik penambat NZ dari udara yangmemberikan dampak peningkatan kandungan N dalam tanah (2).
Di samping sebagai sumber nutrisi bagi tanaman, sisa panen yang
melapuk merupakan bahan penukar kation yang kapasitasnya tidak dapat
diabaikan (3) sehingga dapat bertindak sebagai pengatur ketersediaan
hara. Lapukan ini dapat diharapkan mampu menghambat imobilisasi N
inorganik dan juga proses-proses yang merugikan lainnya yang mungkin
22
terjadi baik terhadap N-'pupuk maupun terhadap N yang berasal dari
sumber lain.
Pengembalian sisa panen lee raBah dapat memperbaiki sifat fisik
tanah. Dengan demikian proses denitrifikasi yang berkaitan erat
dengan status aerasi tanah dapat ditekaJ..
Keuntungan lain dari pengembalian sisa panen adalah adanya
produk-produk pelapukan sisa panen yang dapat membantu tanaman dalam
pertumbuhan dan penyerapan hara, meskipun terdapat pula produk
produk yang bersifat toksik terutama di awal mas a pelapukan (2).
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pengembali
an berbagai sisa panen terhadap nasib hara N dalam budidaya tanaman
jagung.
BAHAN DAN METODE
PercoblU1Il. Telah dilakukan sebuah pereobaan pot dengan Ranea
ngan Acak Lengkap pada musim hujan 1988/1989 di Pusat Aplikasi
Isotop dan Radiasi (PAIR)-Batan dengan tanah jenis latosol. Pelaksa
naan pereobaan dilakukan di lapangan pada musim hujan agar seluruh
pot pereobaan mendapat pengairan yang. seragam mengingat pengairan
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap peneueian hara (dalam
hal ini peneueian ion nitrat dan ion amonium) yang juga dipelajari
dalam pereobaan ini. Perlakuan sisa panen terdiri dari tiga maeam
pemberian sisa panen'dan tanpa pemberian sisa panen (perlakuan
kontrol). Sisa panen yang berupa raeikan sepanjang 5-10 em diberi
kan seminggu sebelum tanam dengan takaran 18 gr bahan kering/pot (4
ton bahan kering/ha). Sisa panen disebar dan diaduk merata dengan
tanah sedalam kurang lebih 15 em. Keempat perlakuan dimaksud adalah
sebagai berikut:
P : pemberian sisa panen padi, setara dengan 160 mg N
J : pemberian sisa panen jagung, setara dengan 167 mg N
K : pemberian sisa panen kacang tunggak, setara dengan 455
mg N
Kontrol : tanpa pemberian sisa panen
Dalam percobaan ini diaplikasikan pupuk N yang berbentuk ZA
bertanda dengan 5,05% atom 15N sejumlah 1688 mg N/pot yaitu setara
dengan takaran 90 kg Niha. Pemupukan N dilakukan dua kali yakni 844
23
mg N/pot pada waktu tanam dan 844 mg N/pot sebulan setelah tanam.
Pupuk dialurkan seki tar 5 em di samping baris tanaman dan dibenam
dengan takaran 90 kg PZ05/ha
K20/ha pada waktu tanam.Pot berupa gabungan enam buah potongan pralon dengan tinggi
masing-masing 10 em dan dengan garis' tengah 24 em. Tiap potongan
pralon di taneapkan ke dalam tanah untuk mendapatkan lapisan tanah
dengan lapisan yang berurutan mulai 10 em yang pertama sampai dengan
10 em keenam. Kemudian pralon dengan tanah di dalamnya disusun
sesuai dengan urutannya. Setiap sambungan ditutup sedemikian rupa
sehingga keenam potongan pralon tersebut menjadi satu kesatuan yang
kokoh dan tidak ada lubang atau eelah pada dinding pralon yang
memungkinkan terjadinya aliran air tanah ke samping melalui dinding
pralon. Di dasar pot diletakkan resin penangkap kation dan anion
yang telah dipersiapkan pembungkusannya sedemikian rupa (4). Pot
kemudian dibenam kembali ke dalam tanah sedemikian rupa sehingga
permukaan tanah dalam pot sama tingginya dengan permukaan tanah di
sekitarnya. Setelah diberi perlakuan seperti disebutkan sebelumnya
(setiap perlakuan diulang empat kali), pot ditanami jagung.
Panen dilakukan ketika tanaman berumur 3 bulan. Dilakukan
analisis hasil dan kandungan N-total dalam komponen tanaman. Tanah
dalam setiap potongan pralon dikeluarkan, akar tanaman dipisahkan
dan resin diambil. Terhadap akar dilakukan analisis seperti yang
dilakukan terhadap komponen tanaman lainnya. Dilakukan analisis
kadar air dan kadar N-inorganik (N-NH4+ dan N-N03-), terhadap tanah
dan resin. Khusus terhadap tanah, dilakukan pula analisis N-organik.
Semua analisis N dilanjutkan dengan analisis 15N.
Pengukuran. Analisis N-total dalam tanaman dilakukan menurut
metode Micro Kjeldahl. Analisis N-inorganik dilakukan menurut metode
dari BREMNER (5). Penetapan N-organik dilakukan seperti yang dilaku
kan oleh AZHAR dkk. (6).
dan
KUfnnx lebih ~etlalGm il Urn, ~~\Gln DUDUh n, ~~~;r~~any~~aB~~~brpnpuk K dengan takaran 60 kg
HASIL DAN PEMBAHASAN
N-organik Dalam Tanah. N-organik total (Tabel 1) meningkat se
eara nyata akibat pengembalian sisa panen, baik oleh. sisa panen
kaeang tunggak yang mengandung N relatif tinggi (2,53%) maupun oleh
24
sisa panen padi dan jagung yang mengandung N ~elatif rendah (0,89
dan 0,93%). lni nyata disebabkan oleh meningkatnya aktivitas jasad
renik yang menyebabkan meningkaLnya imobilisasi N-inorganik yang
diperlihatkan oleh data N-pupuk yang diimobilisasi (N-organik bdp)
pada Tabel yang sarna, yakni masing-masi,!g 435,51; 422,57; dan 401,43
mg atau 105,12; ~2,18; dan 71,04 mg lebih besar dari yang diaki
batkan oleh perlakuan kontrol, berturut-turut untuk pengembalian
sisa panen padi, jagung dan kacang tunggak.
Meskipun secara statistik perbedaan ini tidak nyata, imobilisa
si N-pupuk yang diakibatkan pemberian sisa panen menu run apabila
nisbah C : N menu run atau apabila kandungan N sisa panen meningkat
yakni P > J > K. Ini dapat diartikan, bahwa suplai N yang dibutuh
kan untuk multiplikasi jasad renik lebih terpenuhi oleh sisa panen
yang mengandung N lebih tinggi sehingga kebutuhan N-inorganik dari
sekitarnya lebih I'endah. Pada perlakuan kontrol juga terlihat
imobilisasi N, seperti yang ditemu-kan oleh BROADBENT yang dikutip
oleh VAN DIJK (9), karena tanah juga mengandung bahan organik yang
mengalami perombakan seperti halnya sisa panen. Bahan organik tanah
yang relatif stabil sulit dirombak sehingga pertumbuhan jasad re
nik relatif lebih lambat. Karena itu, kebutuhan akan N-inorganik
dari seki tarnya juga lebih sediki t yang mengakibatkan intensi tas
imobil isasi N pada perlakuan kontrol lebih rendah daripada yang
terjadi apabila sisa panen dikembalikan. Jumlah N-organik yang
meningkat tidak hanya disebabkan oleh meningkatnya imobi lisasi N
inorganik, tetapi juga karena meningkatnya aktivitas jasad I'enik
nonsimbiotik penambat NZ dari udara. Pelapukan sisa panen mengha
silkan substrat sebagai sumber enersi bagi jasad renik penambat N2
udara yang hidup bebas (2).
N-tersedia. (N- inorganik) Da.llU111Tana.h Pa.da. Keda.llU111Bn0 -60 c••
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel I, dapat diperoleh
beberapa informasi sebagaimana dibahas berikut ini. Akibat perlakuan
yang dicobakan terhadap ketersediaan total hara N dapat digambarkan
sebagai berikut: K = J > kontrol = P. SISWORO dkk. (10), dalam
percobaan pergiliran tanaman yang dilakukan di Lampung juga menda
patkan hasil yang serupa yakni ketersediaan hara N dalam tanah pada
saat panen jagung yang ditanam setelah kedelai dan setelah jagung
tidak berbeda nyata . .Iumlah N-tersedia tentunya tergantung pada
25
jumlah dan laju mineralisasi N-organik yang tertimbun dalam tanah.
Pada perlakuan K dan J jumlah N-organik tanah tidak berbeda nyata,
ynitu lS3g6 dnn 17Qfi2 M~ ~, b~~i~u pula halnya ~-tersedla dalam ta-
nah. Karena itu, dapat diduga bahwa laju mineralisasi N-organik
tanah pada kedua perlakuan tersebut juga tidak berbeda nyata.
Data ketersediaan N-bdp akibat keempat perlakuan yang dicobakan
menunjukkan gambaran yang berbeda dari gambaran yang diberikan data
N-tersedia total. N-organik bdp, setelah mengalami remineralisasi
N, memberikan N-tersedia bdp dalam tanah yang dipengaruhi oleh
perlakuan yang diberikan yakni menurut urutan K) J ) P = kontrol,
sedangkan kecenderungan urutan jumlah N-organik bdp yang tertimbun
adalah P ) J ) K ) kontrol.Terlihat kemungkinan adanya perbedaan
laju remineralisasi N-pupuk akibat perlakuan-perlakuan tersebut,
yaitu merendah menurut urutan K) J ) P = kontrol. Laju reminerali
sasi yang rendah sudah barang tentu memberikan jumlah N-tersedia
yang rendah pula.
N-tercuci (N yang Tertangkap oleh Resin). Pencucian N-pupuk
(Tabel 1) terlihat meningkat dengan nyata pada perlakuan J dan K
dibandingkan dengan perlakuan P dan kontrol. Meskipun demikian, jika
jumlah N-pupuk tercuci akibat setiap perlakuan dibandingkan dengan
jumlah N-pupuk yang diaplikasikan (1688 mg N/pot), pencucian yang
terbesar pun tidak lebih dari 1,35 %. lni berarti pencucian N-pupuk
pada tanah Latosol yang dipakai dalam percobaan ini sangat rendah
dan relatif dapat diabaikan. Pada pemberian sisa panen dapat
diharapakan bahwa N-pupuk diimobilisasi dan dikekang oleh bahan
penukar kat ion dari pelapukan sisa panen, sedangkan pada perlakuan
kontrol N-pupuk yang belum sempat dimanfaatkan oleh tanaman sangat
mungkin hUang dalam bentuk gas ketika terjadi kondisi anaerobik
dalam tanah.
Dilihat dari jumlah N-tercuci total dan jumlah N-tersedia total
pada perlakuan sisa panen yang dicobakan, ternyata ketersediaan hara
N yang tinggi tidak selalu diikuti oleh pencucian hara N yang tinggi
yang diamati pada waktu panen. Karena itu timbul dugaan bahwa N
tercuci adalah berasal dari N-tersedia jauh sebelum panen, mungkin
pada awal percobaan, yang tercuci karena tidak sempat dimanfaatkan
oleh tanaman. Jumlah N-tercuci total diperbesar dengan nyata oleh
perlakuan pengembalian sisa panen karena sisa panen memberikan N-
26
tersedia dalam jumlah yang besar tetapi pada· saat itu akti vi tas
penyerapan hara oleh tanaman tidak memadai akibat adanya produk
produk pelapukan sisa panen yang bersifat toksik sebagai salah satu
kemungkinan penyebabnya. Hambatan terhadap penyerapan hara N oleh
tanaman yang mendapat perlakuan P dan J lebih besar daripada K
sehingga N-tercuci akibat perlakuan P dan J lebih besar daripada
yang diakibatkan oleh perlakuan K.
Pada Tabel 2 dan Tabel 3 disajikan data sebaran N - tersedia
total dan N-tersedia bdp menurut kedalaman tanah. Sangat jelas
terlihat bahwa N":'tersedia, terutama dalam bentuk NH4 +, tertimbun+
pada kedalaman 0 - 20 em. Sebenarnyalah, NH4 adalah produk dalam
proses mineralisasi dan remineralisasi N yang kemudian selanjutnya
mengalami proses nitrifikasi sehingga akhirnya berubah menjadi N03yang lebih mudah bergerak bersama air tanah. Karena itu, dapat
disimpulkan bahwa proses mineralisasi dan remineralisasi N masih
aktif berlangsung dan akan terus berlangsung selama substrat masih
tersedia.
Adanya bahan penukar kation yang meningkat dengan dilakukannya
pengembalian sisa panen dapat dilihat dengan membandingkan jumlah N
NH4+ yang tertimbun pada kedalaman 0 - 20 em akibat berbagai
perlakuan. Terlihat keeenderungan bahwa jumlah N-NH4+ akibat per
lakuan pengembalian sisa panen lebih besar daripada yang diperoleh
dengan perlakuan kontrol. Apabila tidak ada sumbangan KTK dari sisa
panen niseaya kelebihan jumlah N-NH4+ tersebut tidak dapat tertahan
dalam tanah pada kedalaman 0 - 20 em, tetapi akan tersebar ke
dalam lapisan tanah yang lebih dalam.
Produksi Robot Kering (BK) dlJlJ Serllplln N TlJIJllllllJlJJllgung. Gam
baran pengaruh perlakuan terhadap produksi BK tanaman dapat dilihat
pada Tabel 4, yaitu K > P = Kontrol = J, dan demikian pula terhadap
BK biji. Hasil yang diperoleh SISWORO dkk. (10) menunjukkan hal yang
serupa yaitu produksi tanaman dan biji jagung yang ditanam sete
lah kedelai lebih tinggi daripada yang ditanam setelah jagung.
Serapan N (Tabel 5) yang dapat dihubungkan dengan ketersediaan
hara N (Tabel 1) pada saat panen adalah serapan N dalam biji kare
na periode pembentukan biji adalah periode akhir dalam masa tumbuh
dan dalam periode itu dibutuhkan hara N dalam jumlah besar yang
diambil dari timbunan N-tersedia dalam tanah. Dengan cara menghu-
27
bungkan kedua hal tersebut, dapat diperoleh informasi bahwa penye
rapan N oleh tanaman tidak sematn-mata tergantung pada ketersediaan
hara N dalam tanah. Terlihat bat1l4ameskipun perlakuan J memberikan
ketersediaan hara N yang tinggj , ternyata serapan N dalam bij i
jagung rendah. Pada perlakuan kontrol, P, dan J, baik serapan N
bdp maupun serapan N-total tidak berbeda nyata, padahal perlakuan Jmemberikan N-tersedia bdp dan N-tersedia total dalam jumlah yang
lebih besar dari pada yang diberikan oleh perlakuan P dan kontrol.
Kegagalan tanaman jagung pada perlakuan J dalam memanfaatkan N
tersedia secara optimum diduga karena tanaman mengalami keracunan
akibat adanya produk yang toksik dalam proses pelapukan sisa panen
jagung, sedangkan berhasilnya tanaman menyerap N sesuai dengan sta
tus ketersediaan hara N yang ada pada perlakuan K diduga karena
adanya produk pelapukan sisa panen kacang tunggak yang merangsang
penyerapan hara oleh tanaman. Pada perlakuan P tidak terlihat adanya
dampak posi ti f. ataupun dampak negatif terhadap penyerapan hara N
total oleh tanaman karena perlakuan P dan perlakuan kontrol
memberikan gambaran yang serupa. Tetapi, pada perlakuan P,
penyerapan N-bdp meningkat dengan nyata. TOMAR (11) memperoleh
hasil bahwa pengembalian sisa panen menurunkan serapan N-pupuk
dalam tanaman .gandum. Mungkin perbedaan hasil yang diperoleh dalam
percobaan ini disebabkan karena perbedaan jenis tanah yang dipakai
dalam percobaan. Tanah yang dipakai oleh TOMAR adalah jenis
Chernozem yang mengandung bahan organik tanah yang tinggi dan
memiliki struktur dan tekstur yang jauh berbeda dengan tanah latosol
yang biasanya memiliki kandungan bahan organik yang rendah.
N-pupuk Temuan Kembali dan N-pupuk yang Hilang. N-pupuk yang
dapat ditemukan kembali yang merupakan gabungan N-organik bdp, N
tersedia bdp, N-tercuci bdp, dan N-tanaman bdp dapat dilihat pada
Tabel 6. Akibat perlakuan P, J, K, dan kontrol terhadap hal ini da
pat digambarkan sebagai berikut: K = P > J = kontrol, yang tentunya
memberikan jumlah N-pupuk yang hilang menurut kebalikannya, yakni
kontrol = J > P = K. Diduga kehilangan N-pupuk disebabkan oleh ter
jadinya penguapan NH3 karena adanya timbunan NH4+ pada suatu lokasi
yang memberikan suasana basa pada lokasi tersebut dan perubahan N
pupuk menjadi NZ melalui proses denitrifikasi.
28
Mengingat tanah latosol memiliki struktur dan tekstur yang mem
berikan kemungkinan besar terjadinya lingkungan anaerobik yang
sementara (ketika dan bcberapa waktLl setelah hujan) yang ideal bagi
proses deni trifikasi, diduga dengan pedakuan kontrol hilangnya N
pupuk dalam bentuk gas NZ meningkat.Kondisi fisik tanah yang diakibatkan oleh pemberian sisa panen
tentunya lebih baik daripada yang diakibatkan perlakuan kontrol.
Dengan asumsi ini, kehilangan N-pupuk akibat perlakuan pemberian
sisa panen dibahas. Dengan perlakuan J, suasana basa lingku'ngan mi
kro lebih mungkin terjadi akibat tingginya suplai NH4+ hasil
remineralisasi N-pupuk (lihat dari data N-tersedia bdp pada Tabel 1)
yang tidak diimbangi oleh aktivitas penyerapan hara N yang tinggi
oleh tanaman seperti yang telah didiskus,ikan sebelumnya, sehingga
hilangnya pupuk melalui penguapan NH3 meningkat. Lingkungan anaero
bik dan lingkungan bersuasana basa agaknya dapat dikurangi oleh
perlakuan K dan P sehingga kehilangan N-pupuk dapat ditekan.
KESIMPULAN
Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengembalian sisa panen ke dalam tanah memperbesar jumlah N
pupuk yang tertinggal dalam tanah setelah panen. Informasi ten
tang N-pupuk yang terimobilisasi dan N-pupuk tersedia, terutama
yang diberikan oleh perlakuan pengembalian sisa panen, memberikan
kemungkinan bahwa N-pupuk yang tertinggal dalam tanah masih dapat
diandalkan untuk memasok kebutuhan hara N bagi tanaman berikutnya
dalam jumlah yang cukup memadai sehingga penghematan pupuk dapat
diharapkan.
2. Jumlah N-pupuk tercuci sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Namun demikian, ternyata pencucian hara N bukan berasal dari
pupuk diperbesar pada perlakuan pengembal Ian sisa panen jagung
dan padi. Peneli tian lebih lanjut diperlukan pada pengembalian
sisa panen padi, untuk memperoleh teknik pengembalian sisa panen
yang memberikan dampak positif bagi nasib hara N secara
keseluruhan.
3. Dibandingkan dengan perlakuan kontrol, pengembalian sisa panen
29
kacang tunggak membprikan dampak yang terbaik bagi nasib hara N
dan aktivitas tanaman j8gun~. Sedangkan pengembalian sisa ~anen
dengan yang diberikan oleh sisa panen kacang tunggak. Pengembali
an sisa panen jagung menyebabkan t£rhambatnya penyerapan hara N
oleh tanaman jagung dan keh i langan N-pupuk yan~ cukup besar.
Apabila tidak di lakukan pengembal ian sisa pan en , jumlah N-pupukyang hilang lebih besar.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih pertama ditujukan kepada Kepala PAIR
yang tel ah memberi kesempatan untuk menyelenggarakan peneli t ian
ini. Ucapan terima kasih di tujukan pula terutama kepada Sdr.
Amrin Djawanas, Sdr. Sofiamurti dan Sdr. Ellya Refina serta para
Staf Kelompok Tanah dan Nutrisi Tanaman PAIR-Batan yang telah
memberikan bantuannya baik di lapangan maupun di Laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
1. BLACK, C.A., Soil Plant Relationships, John Wiley andLondon (1957).
Sons,
2. ALLISON, F.E., Soil Organic Matter and its Role in CropProduction, Elservier Amsterdam (1973).
3. LADD, J.N. and MARTIN, J.K., "Soil organic matter", Isotopesand Radiation in Agricultural Sciences, (L'ANNUNZIATA, M.F.and LEGG, J.O. eds.), Academic Press, London (984) ..
4. DISTEFANO, J.F., and GHOLZ, H.L., A proposed use of ionexchange resins to measure nitrogen mineralization andnitrification in intact soil cores, Commun. Soil ScL PlantAnal.I7 (1986) 989.
5. BREMNER, C.M., and HAUCK,R.D. ,"Advances in methodology forresearch on nitrogen transformations in soils", Ni trogen inagricultural soils (STEVENSON, F.J. ed.), Agronomy, 22 (1982)467.
6. AZHAR, E.S., CLEEMPUT, O.V., and VERSTRAETE, W., Nitrification
30
mediated nitrogen immobilization in soils, Soil and Plant
Nutrition (1985).
7. IAEA, A guide to the use of nitrogen-15 and radioisotopes in
studies of plant nutrition : calculations and interpretationof data, IAEA, Vienna (1983).
8. JASCO Instruction Manual, N-15 Analyzer, Model N-150,
Spectroscopic Co, Ltd. 2697-5, Ishikawa-Cho, Hachioji
Tokyo (1981).
Japan
City,
9. VAN DIJK, H., "Some notes on the importance of mineralization
and immobilzation of nitrogen in making fertilizerrecommendation". Colloque Humus-Azote, 7 - 10 Juillet 1981
Reims, France (1981) 152.
10. SISWORO, W.H., dan RASJID, H., "Pengaruh pergiliran tanaman
terhadap hasil dan ketersediaan hara", Aplikasi Isotop danRadiasi, (Ris. Simp. III Jakarta, 1986), Batan, Jakarta (1988)567.
11. TOMAR, J.S., and SOPPER,R.J., Fate of tagged urea N in the fieldwith different methods of N and organic matter placement,
Agron. J. 73 (1981) 991.
31
wI:\:)
Tabel 1. N-arganik, N-tersedia dalam tanah pada keda1aman 0 - 60 em, dan N-tereuei (mg N/pat).
Tata1 bdpPerlakuan N tersedia
N-tereueiN-tersediaN-tereuei
N-arg.
---------------------------------------------N-arg.
A
8 CA8C A8CAB C
P 17069,33396,45182,43578,88299,37413,25712,62435,5132,223,4835,703,809,3413,14
17882,00
470,47213,46683,92287,77483,94771,71422,5740 tiS4,7844,933,0317,042.0,07
K
18386,33503,56205,54709,10301,23329,13630,36401,4351,103,7954,874,1018,6622,76
Kantral
15796,33422,85202,16625,01293,31234,84528,15330,3926,044,1130,152,829 8712,69--------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------
BNT (5%) 1225,00 56,51 ns 68,90 ns 61,87 75,53 34,86 6,53 ns 7,00 0,38 4,05 4,22
KK (%) 3,76 6,69 6,20 5,64 8,99 6,07 4,66 9,28 14,28 8,98 5,81 15,67 13,07
nsA
B
C
Tidak berbeda nyataN - NH +LN - N03N-inarganik
ww
Tabel 2. Sebaran N-tersedia total menurut kedalaman tanah (mg N/poU.
N-tersedia total
Perl.°-10 :10-20 :20-30 ,30-40 :40-50 :50-bO,
( cm ):( CII ):( CIII ) :( CIII ):( cm ):( cm )
----------:-------------------:-------------------:-------------------:-------------------:------------- A
:B:A:B:A:B:A:B:A:B:A:B
-----:---------:---------:---------:---------~---------:---------:---------:---------:---------:---------:--~--P
:94,15 :20,38:91,27,
32,20 :54,79 :28,75 :42,49 :20,89 :52,98 :3b,57:bO,75 :43,b4,:
,,:::,::::, , ,127,57
:28,27 :b8,88:2b,2b :73,24,
17,03:b3,75 :33,bb :72,04 :47,87 :b4,98 :bO,38,:
:::,:,K
:12b,78,
25,7b,
115,8b,
35,b3 :81,41 :37,82 :74,82,
42,92 :50,34 :35,17 :54,35,
28,24, ,, ,,, ::::::,
Kant. :78,75
,2b,b7:99,51 :3b,93 :83,18 :33,28 :54,74 :31,23 :5b,02 :31, b7:50,b5 :42,39,
-----------
A : N - NH4~B : N - N03
A : N - NH4~
8 : N - N03
Tabel 4. Produksi biji, stover, akar, dan tanaman jagung
----------------------------------.--------------------------------
Bobot KeringPerlakuan
Bi ji Stover* Akar Tanalllan-----------------------------------------------------------------
g/pot
P
JK
Kontrol
39,55
40,6053,18
42,66
142,20
123,44176,84
131,68
26,57
23,93
28,9922,58
208,32
187,97
259,01
196,86-----------------------------------------------------------------
BNT (57.)
KK (7.)
4,34
12,10
27,82
10,29
4,57
9,51
31,05'
7,74-----------------------------------------------------------------
* : Bagian atas tanaman tanpa biji.
Tabel 5. Serapan N-total dan N-bdp dalam biji, stover, akar, dantanaman jagung.
N-total N-bdpPerl. -----------------------------------------------------_-- _
Biji Stover Akar Tanalllan Bi j i Stover Akar Tanalllan
.....•.•••..••••.•.••......••••. mg/pot •••••••.•.••••••.....••••••.••••
P 537,60840,32134,881512,80347,23424,1473,68845,05J
493,50618,86115,741229,09184,73351,7362,89599,46K
779,63951,66168,881900,16383,07446,7195,33925, IIKont.
576,27800,19105,251481,71281,23342,4454,14677,81--------------------------------------------------------------------------------BNT
(570)140,B794,1220,59227,7572,7044,4411,36114,02
KK
(70)12,546,238,327,9012,916,038,447,95--------------------------------------------------------------------------------
34
wCJ1
Tabel 6. N-pupuk teluan kelbali (recovered N-fertilizer) dan N-pupuk yang hilang
N-pupuk teluan ke.bali N-pupuk yang
Perl.
--------------------------------------------------------------------------------------------- hilang
N-org. bdp N-ters. bdp N-terc. bdp N-tan. bdp
Total
--------------- ------------------ ------------------ ------------------ ------------------- -------------Ig/pot
IIg/potIIg/pat1..g'/pot1.Ig/pot1.Ig/pot
435,51
25,7735,702, II13,140,78845,0550,061329,4078,710358,6021,2~
422,57
25,0344,932,6620,071,19599,4635,511086,93,6'4,44601,0735.50
K
401,4323,7854,873,2522,761,35925,1154,811404,1983,19283,8116.
Kon.
330,3919,5730,151,7912,690,75677 ,8140,161051,0462,27636,963"" , ~ 3
---------------------------------------------------------------------------------------
, .BNT (5%)
48,10..7,00"
4.22"114,02..109.18" ;;;"
KK (%)
4,66 ~.9313.077.954.76
--------------------------------------------------------- .• : Tidak dihitung Anovanya.N-pupuk yang hilang:
N-pupuk yang hllang dari tanah karena transioroasi N ke dala. bentuk gas.
7. : Persentase terhadap ju.lah N yang diaplikasikan.
DI SKUS 1
ZUHDI SW.
Dengan pengemba 1ian sisa panen, efisir
tanaman herikutnya meningkat atau tidak
panen yang dapat diambi 1 (mobilisasi)
berlkutnya ?
HARYANTO
i ';j penggunaan pupuk N pada
? Berapa persen N dari sisa
dan terse rap oleh tanaman
Pereobaan lanjutan baru akan dilakukan, jadi belum ada informasi
ten tang hal yang Anda tanyakan. (Namun menu rut banyak hasil peneli
tian orang lain efisiensi pemupukan N dapat ditingkatkan).
Dapal ki ta harapkan bahwa adanya lapukan sisa panen yang terdapat
dalam tanah akan meningkatkan kelersediaan hara N sehingga efisiensi
pemupukan N juga dapal diharapkan meningkat.
Kami tidak menandai sisa panen dengan 15N, maka informasi tentang %N-sisa panen yang dapat dirombak dan diserap tidak dapat kami
berikan.
NGADlMAN
Saya kira nisbah C/N kaeang tunggak lebih keei I dari pada jerami
padi, sehingga seeara leori memberikan ak ibat imobi lisasi N lebih
keeil, tetapi hasil penelitian Anda berlawanan, kira-kira apa penye
babnya ?
IIARYANTO
Kami kira tidak ada yang berlawanan dengan yang Anda nyatakan. lmo
bilisasi N yang dapat kami ukur dalam pereobaan ini adalah imobili
sasi N-pupuk, dan ternyata memang imobilisasi N-pupuk pada pemberian
sisa panen kacang lunggak adalah yang te,rendah jika dibandingkan
dengan imobi lisasi N-pupuk pada perlakuan P dan J.Timbunan N-organik total yang tertinggi disebabkan oleh pemberian
sisa panen kaeang tunggak. Diduga hal ini disebabkan oleh terpaeunya
36
kegiatan jasad renik nonsimbiotik penambat N2 dari udara yang lebihtinggi dari pada perlakuan lain.
M. MARDJO
Pengembalian sisa panen tanaman jagung disebutkan menghambat per
tumbuhannya. 8ampai berapa lama hambatan ini dapat terjadi ?
HARYANTO
Produk toksik pelapukan sisa panen biasanya haneur dalam waktu 2
- 3 minggu (begitu juga halnya pada sisa panen jagung). Namun, dam
pak keraeunan (hambatan/gangguan) pada tanaman jagung dalam pereoba
an ini terlihat hingga pada stadium pembentukan biji. Produksi biji
pada perlakuan J -~produksi pada kontrol, tetapi serapan N menurun.
ROSALINA S.
Apakah ada pengaruh negati f terhadap pengembal ian si sa panen
terhadap tanah atau tanaman yang akan ditanam ? Karena petanipun
selalu melakukan hal tersebut, karena sampah-sampah malah menjadi
pupuk.
HARYANTO
Pada prinsipnya pemberian bahan organik ke dalam tanah sangat baik
karena dapat memperbaiki kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah
Hanya pada awal dekomposisi sering terjadi keraeunan karena produk
dekomposisi yang bersifat toksik (bahan toksik ini akan haneur sete
lah 2 - 3 minggu). Yang perlu dipertimbangkan adalah dosis dan juga
maeam sisa panen sehlngga pengaruh negatif "tidak berkelanjutan.
M. DJAZULI
1. Dalam bentuk apakah sisa panen yang diberikan dan berapa dosis
pemupukan tersebut ?
2. Apakah sisa panen yang akan diberikan dianalisis kandungan N-nya.
HARYANTO
1. 8isa panen diberikan dalam bentuk raeikan (5 - 10 em) bahan
kering dengan dosis 4 ton/ha.
37
panen justru menu
%K, dan C-organik
penurunan produksi
2. Ya. - Sisa panen padi: 0,89 %Sisa panen jagllng
0,93 %
- Sisa kacang tllnggak .
,J.3 %
SISMIYATI R.
1. Seberapa jauh masing-masing jenis sisa panen padi, kacang tunggak,
dan jagllng dapat meningkatkan KTK tanah.
2. Kami mempunyai pengalaman yang sama bahwa sisa
runkan produksi gabah. Akan tetapi KTK tanah,
meningkat. Bagaimana pendapat Anda tentang
akibat pengembalian sisa panen jerami (padi).
HARYANTO
1. KTK tanah akan kami bahas tersendiri. lnformasi belum dapat dibe
rikan karena kami sedang mengumpulkan data.
2. Nampaknya pengembalian sisa panen yang sejenis dengan yang sedang
ditanam (sisa panen padi untuk padi dan sisa panen jagung untuk
jagung) akan merendahkan produksi tanaman. lni salah satu bukti
bahwa pergiliran tanaman sangat dibutuhkan. KTK tanah yang me
ningkat tentunya akan menyebabkan ketersediaan hara N yang me
ningkat pula. Tetapi, apabila tidak diimbangi dengan penyerapan
hara yang tinggi hal itu menjadi tidak berarti.
Kami pernah mencoba pengembalian jerami pada padi sawah. Ter
nyata apabila jerami dan tanah diinkubasi terlebih dahulu sebalum
ditanami padi (masa inkubasi tidak kurang dari 3 minggu) produksi
gabah cenderung meningkat dan serapan N meningkat dengan nyata.
Pada perlakuan masa inkubasi yang lebih singkat kami memperoleh
hasil seperti yang Anda peroleh (produksi gabah menurun).
DWI RETNO LUKIWATI
Ketersediaan hara N meningkat dengan dikembalikannya sisa panen
kacang tunggak dan jagung. Kapan itu terjadi dan sampai kurun waktu
berapa lama hara N tersebut lersedia bagi tanaman berikutnya ? Perlu
penelitian yang berkelanjutan.
38
HARYANTO
Kami melakukan pengamatan pada saat panen. Penelitian lanjutan akan
kami kaji apakah akan kami laksanakan segera atau ditunda mengingat
biaya untuk penelitian dengan I5N CUkllp tinggi (saat ini stock pupuk
15N tidak memenuhi kebutuhan kami).
RAHAYU TEJASARWANA
1. Apakah ada gas lain dari pupuk selain N2, seperti NH3 di tanah
sawah: Berapa persentase masing-masing gas ?
2. Bagaimana mekanisme sisa tanamanipengembalian Slsa panen
memperkecil kehilangan pupuk N?
HARYANTO
1. Ya. Pada lahan kering penguapan gas NH3 terjadi apabila tanah
dibawah k9ndisi basa atau tercipta kondisi basa dalam lingkungan
mikro. Persentase masing-masing gas tidak kami ukur dalam perco
baan ini.
2. Dengan terjadinya imobilisasi N, sumbangan KTK dan perbaikan
aerasi tanah.
BUDI SANTOSO
Pencucian N-pupuk sangat kecil untuk semua perlakuan tetapi pencuci
an hara N meningkat karena pengembalian sisa panen, terutama pengem
balian sisa panen padi dan jagung. Mengapa ?
HARYANTO
Jika kita lihat timbunan N-organik total pada perlakuan P dan J yang
tinggi, tentunya dapat kita pahami bahwa suplai N-inorganik menjadi
tinggi pula. Diduga kemampuan tanaman menyerap hara tidak seimbang
dengan laju suplai N-inorganik sehingga N-inorganik tercuci dalam
jumlah yang besar.
ISTIQLAL AMIEN
Hasil yang lebih tinggi pada tanaman yang mendapatkan sisa tanaman
kacang tunggak apakah disebabkan oleh lebih sedikitnya kehilangan N.
Penelitian kami (HUE dan AMIEN, 1989)* kacang tunggak mengurangi
39
keracunan Ai pada tan [t]-, masamdengan menaikan pH, dan menghasilkan
asam organik (terutama cit.ric acid, gallic acid, dan protocasechuic
acid) yang diduga mengikat AI ~phingga tidak berac~n. Apakah dalamI .peneli titan Anda perubal.an pH t Iflakd iukur ?
* Aluminium detokxifecation with green manure communication in Soil
Scince and Plant Analys.i! 20 (15 & ]6) p. 1499 - 1511.
HARYANTO
1. Nampaknya demikian, kehilangan N yang lebih rendah menyebabkan
hasil dan serapan N yang Ilebih tinggl. Tetapi hal ini harus di
sertai dengan kemampuan tanaman yang tinggi pula. Menurut bebera
pa literatur dekomposisi ~anaman legume menghasilkan bahan yang
bersifat memacu pertumbuhan clan penyerapan hara bagi tanaman.
2. Perubahan pH tidak kami ukur. Hal ini akan kami pelajari pada
percobaan inkubasi di LabJratorium.
SUPRIJADI
1. Dalam makalah Anda yang kurang jelas tentang bahan dan metode
nya. Dan rancangan perco~aan apa yang digunakan, dan berapa
ulangan ?
2. Apa yang dimaksud dengan srover ?3. Dalam percobaan ini kelihatannya sedikit sekali atau tidak me
nyinggung masalah apl ikasi isotop dan radiasi. Jadi menurut kami
percobaan ini sebaiknya dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman
Pangan (Balittan) tidak oleh BATAN.
HARYANTO
1. Bahan dan metode dapat dipaca dalam makalah lengkap. Rancangan
percobaan : RAL dengan 4·ulangan.
2. Stover yang kami maksudkan bagian atas tanaman tanpa biji.
3. Dalam percobaan ini kami ~enerapkan teknik,nuklir yang menjadi
tugas BATAN. Hanya, isotop yang kami pergunakan adalah isotop 15N
yang stabil (tidak bersifat radio aktif).
40