PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu...
Click here to load reader
Transcript of PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu...
i
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATI TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN
MENGEVALUASI DAN MENCIPTA SISWA KELAS V SD
KANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Franzeska Amanda Benita Clara
NIM: 141134056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini Peneliti persembahkan kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat-Nya.
2. Orang tuaku yang selalu mendoakan dan mendukungku sekaligus sebagai guru
pertamaku.
3. Kakak-kakakku yang selalu memberikan dukungan dan memberikan motivasi.
4. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat dan membuat tersenyum.
5. Almamaterku Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Brain : “You know, we should stop doing things that show her down, like singing.”
Heart : “You know, if she stop singing you will die. End of the conversation.”
(Rigia Tirza)
“Percobaan-percobaan yang kamu alami ialah percobaan yang biasa, yang tidak melebihi kekuatan
manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak membiarkan kamu dicobai malampaui
kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan padamu jalan keluar, sehingga kamu
dapat menggunakannya”
(1 Korintus 10: 13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN
MENCIPTA SISWA KELAS V
SD KANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA
Franzeska Amanda Benita Clara
Universitas Sanata Dharma
2017
Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya tingkat
membaca IPA siswa Indonesia berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan PISA
tahun 2012 dan 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II terhadap kemampuan mengevaluasi
dan mencipta pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Kanisius sorowajan
Yogyakarta semester gasal tahun pelajaran 2017/2018.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi experimental tipe pretest-
posttest non-equivalent control group design. Populasi yang digunakan dalam
penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta
sebanyak 62 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu VB sebagai
kelompok eksperimen sebanyak 30 siswa dan VA sebagai kelompok kontrol
sebanyak 32 siswa. Treatment dilakukan pada kelompok eksperimen menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II. Terdapat enam langkah dalam model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan
dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam group,
tes (penilaian), dan pengakuan kelompok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw II berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Rerata skor yang dicapai
pada kelompok eksperimen (M =1,61, SE = 1,53) lebih tinggi daripada rerata skor
yang dicapai pada kelompok kontrol (M =0,78, SE = 0,17). Perbedaan skor tersebut
signifikan dengan t (60) = -2,163, p = 0,035 (p<0,05); termasuk kategori efek
menengah dengan r = 0,593 atau setara dengan 35,1%. 2) Model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw II berpengaruh terhadap kemampuan mencipta.Rerata skor
yang dicapai pada kelompok eksperimen (M = 0,74, SE = 0,20) lebih tinggi daripada
rerata skor yang dicapai pada kelompok kontrol (M = 0,18, SE = 0,16). Perbedaan
skor tersebut signifkan dengan t (60) = -2,163, p = 0,035 (p<0,05); termasuk
kategori efek kecil dengan r = 0,39 atau setara dengan 15,21%.
Kata kunci: model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II, kemampuan
mengevaluasi, kemampuan mencipta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE EFFECTS OF THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE
LEARNING MODEL TYPE JIGSAW II ON THE ABILITY TO EVALUATE
AND CREATE FOR THE FIFTH GRADE IN KANISIUS SOROWAJAN
YOGYAKARTA ELEMENTARY SCHOOL
Franzeska Amanda Benita Clara
Sanata Dharma University
The background of this study was directed to the concern about the law of
science literacy level of Indonesian students that according to PISA 2012 and
2015.The aims of the study was to find out the effect of the implementation of
cooperative learning type jigsaw II on the ability to evaluate and create ini subject
for the fifth grade students ini Kanisius sorowajan Yogyakarta Elementary School ini
odd semester 2017/2018.
This study used quasi experimental research with pretest-posttest non-
equivalent control group design. The population used of this study were 62 students
of the fifth grade in Kanisius Sorowajan Yogyakarta Elementary School. The samples
in this study consist of 30 students of class IV B as a experimental group was
cooperative learning type jigsaw II and 32 students of class VA as a control
group.The treatment for the experimental group was cooperative learning type
jigsaw II model. there are six steps in cooperative learning type jigsaw II icluding
orientation, grouping, pembentukan dan pembinaan kelompok expforming and
coaching expert group, expert group discuission (exposure), test (assessment), and
group recognition.
The result of this study showed that 1) Cooperative learning type jigsaw II
models affects on the ability to evaluate. The average score of the experimental
group (M =1,61, SE = 1,53) was higher than the average score of the control group
(M =0,78, SE = 0,17). This difference was significant t (60) = -2,163, p = 0,035
(p<0,05); however it did represent a mediun-sized effect r = 0,593 or equivalent to
35,1%. 2) Cooperative learning type jigsaw II models affects on the ability to create.
The average score of the experimental group (M = 0,74, SE = 0,20) was higher than
the average score of the control group (M = 0,18, SE = 0,16). This difference was
significant t (60) = -2,163, p = 0,035 (p<0,05); however it did represent a small-
sized effect r = 0,39 or equivalent to 15,21%.
Keywoards: Cooperative Learning model type Jigsaw II, the ability to evaluate,
ability to create.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat, karunia,
dan cinta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesakan skripsi yang berjudul
“PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIFTIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN
MENGEVALUASI DAN MENCIPTA SISWA KELAS V SD KANISIUS
SOROWAJAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2017/2018” dengan
lancar sesuai waktu yang diharapkan. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi S-1
PGSD Universitas Sanata Dharma serta dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik, tanpa
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam halaman ini
penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.
3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.
4. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Agnes Herlina Dwi H., S.Si., M.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing II yang
telah membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Drs. Albertus Hartana, S.J., S.S., M.Pd. selaku dosen penguji 3 yang telah
memberikan masukan pada penelitian ini.
7. Suwardi, S.Pd. selaku kepala SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian ini.
8. Yanuar Setyarso selaku guru kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta yang
telah memberikan dukungan, kritik maupun saran selama peneliti melaksanakan
penelitian eksperimental ini.
9. Semua guru SD Kanisius Sorowajan yang telah membantu dan memberikan
semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
10. Siswa/i kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun pelajaran 2017/2018
yang telah membantu serta bekerjasama dengan peneliti selama penelitian
berlangsung.
11. Teman-teman PPL yang telah memberikan dukungannya pada peneliti untuk
menyelesaikan penelitian ini.
12. Keluargaku tercinta, Bapak Tri Asmara Putro, Ibu Miriam Ida Sulistiani, kakaku
pertama Bagus Adi Saputra, dan kakakku kedua Theodosius Yanuar Adi Surya
yang memberi semangat, doa, dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsiku
selama ini.
13. Kakakku Leony Evanita Pujiartanti yang telah memberikan dukungan dan
semagat kepadaku.
14. Sahabatku yang selalu bersama menemani dan memberi semangat selama
pengerjaan skripsi ini.
15. Segenap dosen Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah mendidik dan membimbing dengan sabar dalam memberikan ilu serta
pengetahuan selama peneliti menempuh perkuliahan.
16. Teman-teman PGSD angkatan 2014 terutama kelas B yang telah bekerja sama
ketika berproses menyelesaikan pendidikan di PGSD.
17. Terima kasih untuk semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang
telah membantu, memberikan semangat, motivasi, doa, dan dukungannya.
Penulis telah menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, peneliti berharap saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak
untuk perbaikan menuju kesempurnaan karya ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi
dunia pendidikan.
Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
KATA PENGATAR .............................................................................................. x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 6
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7
1.5 Definisi Operasional .................................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 9
2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................... 9
2.1.1 Teori-teori yang mendukung ................................................................ 9
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ........................................................... 9
2.1.1.2 Model Pembelajaran ................................................................... 15
2.1.1.3 Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw .......................................... 18
2.1.1.4 Taksonomi Bloom ....................................................................... 22
2.1.1.5 Kemampuan Mengevaluasi ......................................................... 24
2.1.1.6 Kemampuan Mencipta ................................................................ 25
2.1.1.7 Tema ........................................................................................... 26
2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................ 29
2.1.2.1 Penelitian tentang Model Pembelajaran Kooperatif
tipe Jigsaw II ............................................................................... 29
2.1.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Prroses Kognitif ....................... 31
2.1.2.3 Literature Map ............................................................................ 33
2.2.1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 34
2.2 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 35
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 36
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 36
3.2 Setting Penelitian ........................................................................................ 37
3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................................................ 37
3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................................. 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................. 39
3.4 Variabel Penelitian ..................................................................................... 40
3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 41
3.6 Instrumen Penelitian ................................................................................... 42
3.7 Teknik Pengujian Instrumen ...................................................................... 44
3.7.1 Uji Validitas ........................................................................................ 44
3.7.1.1 Validitas Permukaan ................................................................... 44
3.7.1.2 Validitas Isi ................................................................................. 45
3.7.1.3 Validitas Konstruk ...................................................................... 45
3.7.2 Uji Reliabilitas .................................................................................... 47
3.8 Teknik Analisis Data .................................................................................. 47
3.8.1 Uji Pengaruh Perlakuan ...................................................................... 48
3.8.1.1 Uji Asumsi .................................................................................. 48
3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................................... 49
3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan .......................................... 50
3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan .................................................... 51
3.8.2 Analisis Lebih Lanjut ......................................................................... 53
3.8.2.1 Uji Persentase Rerata Pretest ke Posttest I ................................. 53
3.8.2.2 Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I ................ 54
3.8.2.3 Uji Korelasi rerata Pretest dan Posttest I .................................... 55
3.8.2.4 Uji retensi pengaruh perlakuan ................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 57
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................... 57
4.1.1 Implementasi Penelitian ..................................................................... 57
4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian .................................. 57
4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ........................................ 58
4.1.2 Deskripsi Sebaran Data ....................................................................... 63
4.1.2.1 Kemampuan Mengevaluasi ......................................................... 63
4.1.2.2 Kemampuan Mencipta ................................................................ 65
4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I .......................................................... 67
4.1.3.1 Uji Normaitas Distribusi Data .................................................... 67
4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................................... 68
4.1.3.3 Uji signifikansi Pengaruh Perlakuan ........................................... 69
4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan .................................................... 72
4.1.4.5 Analisis Lebih Lanjut .................................................................. 72
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ......................................................... 79
4.14.1 Uji Normalitas distribusi Data ..................................................... 80
4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................................... 81
4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan .......................................... 82
4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan .................................................... 84
4.1.4.5 Analisis Lebih Lanjut .................................................................. 85
4.2 Pembahasan ................................................................................................ 92
4.2.1 Pengendalian Ancaman Validitas Internal .......................................... 92
4.2.2 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Jigsaw II terhadap Kemampuan Mengevaluasi ................................. 96
4.2.3 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Jigsaw II terhadap Kemampuan Mencipta ......................................... 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 103
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 103
5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 104
5.3 Saran ......................................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 105
CURRICULUM VITAE ...................................................................................... 206
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ..................................................................... 39
Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian ............................................................. 42
Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen ........................................................ 43
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Aspek Mengevaluasi dan
Mencipta ............................................................................................... 46
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................ 47
Tabel 3.6 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan ....................................................... 53
Tabel 4.1 Sebaran Data Kelompok Kontrol .......................................................... 63
Tabel 4.2 Sebaran Data Kelompok Eksperimen ................................................... 64
Tabel 4.3 Sebaran Data Kelompok Kontrol .......................................................... 65
Tabel 4.4 Sebaran Data Kelompok Eksperimen ................................................... 66
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data .................................................... 68
Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap
Kemampuan Mengevaluasi .................................................................. 69
Tabel 4.7 Hasil Uji asumsi Homogenitas Varians ................................................ 70
Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest-Posttest I ...................................... 70
Tabel 4.9 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan ..................................................... 72
Tabel 4.10 Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I .................................... 73
Tabel 4.11 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke
Posttest I ............................................................................................... 75
Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I ...................... 76
Tabel 4.13 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ................................................ 77
Tabel 4.14 Hasi Uji Signifikansi Skor Pretest ke Posttest II ................................ 79
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data .................................................. 80
Tabel 4.16 Hasi Uji Perbedaan Kemampuan Awa terhadap
Kemampuan Mencipta .......................................................................... 81
Tabel 4.17 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ............................................. 82
Tabel 4.18 Hasil Uji Perbedaan Selisih Rerata Pretest ke Posttest I .................... 83
Tabel 4.19 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan ................................................... 85
Tabel 4.20 Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I .................................... 85
Tabel 4.21 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke
Posttest I ............................................................................................... 88
Tabel 4.22 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I ...................... 89
Tabel 4.23 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ................................................ 90
Tabel 4.24 Hasil Uji Perbedaan Skor Pretest ke Posttest II ................................. 91
Tabel 4.25 Validitas Pengendalian terhadap Ancaman Validitas
Internal .................................................................................................. 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Proses Dimensi Kognitif .................................................................... 23
Gambar 2.2 Proses Siklus Air ................................................................................ 28
Gambar 2.3 Bagan Penelitian-penelitian yang Relevan ......................................... 33
Gambar 3.1 Rumus Pengaruh Perlakuan .............................................................. 37
Gambar 3.2 Desain Penelitian ............................................................................... 37
Gambar 3.3 Pemetaan Variabel Penelitian ............................................................ 40
Gambar 3.4 Rumus Besar Efek untuk Data Normal ............................................. 52
Gambar 3.5 Rumus Besar Efek untuk Data Tidak Normal ................................... 52
Gambar 3.6 Rumus Uji Peningkatan skor Pretest-Posttest I ................................ 53
Gambar 3.7 Rumus Gain Score ............................................................................ 54
Gambar 3.8 Rumus Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ........................................... 56
Gambar 4.1 Grafik Garis Selisih Pretest ke Posttest I .......................................... 71
Gambar 4.2 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I ................................ 71
Gambar 4.3 Grafik Batang Perbandingan Rerata Skor Pretest ke Posttest I ........ 74
Gambar 4.4 Grafik Gain Score ............................................................................. 74
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Pretest, Posttest I, dan Posttest II ................... 78
Gambar 4.6 Grafik Garis Selisih Rerata Pretest ke Posttest I .............................. 83
Gambar 4.7 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I ................................ 84
Gambar 4.8 Grafik Batang Perbandingan Rerata Skor Pretest ke Posttest I ........ 86
Gambar 4.9 Grafik Gain Score ............................................................................. 87
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Pretest, Posttest I, dan Posttest II ................. 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 112
Lampiran 1.2 Surat Ijin Validasi Soal ................................................................. 113
Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen .................................................... 114
Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol ........................................................... 119
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ....... 124
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol.............. 138
Lampiran 3.1 Soal Uraian ................................................................................... 143
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban .............................................................................. 149
Lampiran 3.3 Hasil Jawaban Siswa ..................................................................... 155
Lampiran 3.4 Rubrik Penlaian ............................................................................ 161
Lampiran 3.5 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement............................................. 170
Lampiran 3.6 Hasil Penilaian Exert Judgement ................................................... 172
Lampiran 3.7 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas ................................................ 179
Lampiran 3.8 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas ............................................ 180
Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Mengevaluasi Kelompok Kontrol
dan Kelompok Eksperimen ......................................................... 181
Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Mencipta Kelompok Kontrol
dan Kelompok Eksperimen ......................................................... 183
Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Distribusi Data .................................. 184
Lampiran 4.3.1 Kemampuan Mengevaluasi ....................................................... 184
Lampiran 4.3.2 Kemampuan Mencipta ............................................................... 184
Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................. 186
Lampiran 4.4.1 Kemampuan Mengevaluasi ....................................................... 186
Lampiran 4.4.2 Kemampuan Mencipta ............................................................... 187
Lampiran 4.5 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan .................................. 188
Lampiran 4.5.1 Kemampuan Mengevaluasi ....................................................... 188
Lampiran 4.5.2 Kemampuan Mencipta ............................................................... 189
Lampiran 4.6 Perhitungan Besar Pengaruh Perakuan ......................................... 190
Lampiran 4.7.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest
ke Posttest I ............................................................................... 192
Lampiran 4.7.2 Hasil Uji Korelasi SPSS with Spearman ................................... 194
Lampiran 4.7.2.1 Kemampuan Mengevaluasi .................................................... 194
Lampiran 4.7.2.2 Kemampuan Mencipta ............................................................ 195
Lampiran 4.7.3 Perhitungan Persentase Gain Score ........................................... 196
Lampiran 4.7.3.1 Tabulasi Gain Score Kemampuan Mengevaluasi .................. 196
Lampiran 4.7.3.2 Tabulasi Persentase Gain Score ≥ 0,84
Kemampuan Mengevaluasi .................................................... 196
Lampiran 4.7.3.3 Tabulasi Gain Score Kemampuan Mencipta .......................... 197
Lampiran 4.7.3.4 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 0,50
Kemampuan Mencipta ............................................................ 197
Lampiran 4.8.1.1 Perhitungan Manual Besar Peningkatan Rerata Pretest
ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ............................... 198
Lampiran 4.8.1.2 Perhitungan Manual Besar Peningkatan Rerata Pretest
ke Posttest I Kemampuan Mencipta ....................................... 199
Lampiran 4.9 Hasil Uji Retensi Perlakuan .......................................................... 200
Lampiran 4.9.1 Kemampuan Mengevaluasi ....................................................... 200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Lampiran 4.9.1.1 Hasil SPSS Uji Retensi Persentase Posttest I
ke Posttest II ........................................................................... 200
Lampiran 4.9.1.2 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Posttest I
ke Posttest II ........................................................................... 201
Lampiran 4.9 Kemampuan Mencipta .................................................................. 202
Lampiran 4.9.2.1 Hasi Uji SPSS Uji Retensi Perlakuan Posttest I
ke Posttest II .......................................................................... 202
Lampiran 4.9.2.2 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Posttest I
ke Posttest II .......................................................................... 203
Lampiran 4.10 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran Kelompok Kontrol
dan Kelompok Eksperimen .................................................. 204
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ................................. 205
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan berperan penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan pada
hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian di dalam
maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah proses
pengendalian secara sadar di mana perubahan-perubahan tingkah laku pada
seseorang dihasilkan dari diri orang itu sendiri melalui proses kelompok (Ahmadi,
2004: 74). Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa
secara aktif mengembangkan potensi aktif dirinya (Sanjaya, 2006: 2). Pendidikan
merupakan sarana untuk pengendalian tingkah laku secara sadar dan disengaja
dengan penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak
untuk membantu anak dalam mencapai cita-citanya.
Proses pendidikan di lingkungan sekolah mengandung kegiatan belajar
mengajar yang difungsikan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Belajar
adalah suatu proses usaha seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan (Slameto, 2003: 2). Mengajar merupakan suatu upaya yang
dilakukan oleh guru agar siswa belajar, strategi yang digunakan oleh guru dalam
melakukan proses mengajar mempengaruhi keberhasilan tujuan proses pembelajaran.
Pembelajaran di sekolah hendaknya dapat mengembangkan kemampuan kognitif
semaksimal mungkin sampai dengan kemampuan kognitif mengevaluasi dan
mencipta siswa dalam belajar dapat lebih baik.
Usia Sekolah Dasar merupakan usia di mana kemampuan kognitif anak harus
dikembangkan secara maksimal. Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan
kognitif seorang anak menjadi empat tahap, yaitu tahap sensorimotor, tahap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
praoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal (Crain,
2007: 171). Tahap-tahap tersebut saling berkaitan dan berkelanjutan. Artinya tahap-
tahap tersebut terbentuk secara berurutan dan berkesinambungan. Proses
pembelajaran di sekolah mempengaruhi tingkat pemahaman siswa. Berdasarkan
tingkat usia, siswa SD termasuk pada tahap operasional konkret yaitu pada usia 7-11
tahun (Suparno, 2001: 24-25).
Dalam Taksonomi Bloom proses kognitif siswa dibagi menjadi enam, yaitu
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipa
(Anderson & Krathwohl, 2010: 99). Penelitian ini akan mengukur dua tingkatan
proses kognitif siswa yaitu pada tingkat mengevaluasi dan mencipta. Proses kognitif
yang harus dicapai sebaiknya sampai pada kemampuan kognitif mengevaluasi dan
mencipta. Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan
kriteria dan standar (Anderson & Krathwohl, 2010: 125). Mengevaluasi adalah
kemampuan siswa membuat keputusan apakah suatu contoh sesuai dengan kategori.
Siswa membuat keputusan tentang kesesuaian suatu prosedur untuk menyelesaikan
masalah tertentu. Siswa membuat keputusan apakah dua objek itu sama atau berbeda
(Anderson & Krathwohl, 2010: 125). Mencipta menghasilkan produk baru, yaitu
sesuatu yang dapat diamati dan lebih materi atau pengetahuan awal siswa (Anderson
& Krathwohl, 2010: 129). Kegiatan mencipta diawali dengan memberikan suatu
contoh permasalahan pada siswa, kemudian mereka berusaha memahami
permasalahan tersebut dan memikirkan solusi pemecahannya. Langkah selanjutnya
yaitu siswa memikirkan, menentukan, dan menyusun rencana untuk menyelesaikan
permasalaan, kemudian dilaksanakan dan diamati hasilnya, apakah mampu
menyelesaikan permasalahan atau tidak.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut juga dengan istilah pendidikan
sains adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun sistematis. IPA tidak hanya
merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi
melakukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah (Winaputra, dalam
Samatowa, 2011: 3). Pengajaran IPA perlu memberikan kesempatan kepada anak
untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang perlu dimodifikasikan
dengan tahap perkembangan kognitifnya (Winaputra, dalam Samatowa, 2011: 5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Permasalahan yang timbul berkaitan dengan rendahnya tingkat membaca IPA
negara Indonesia dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Program for
International Student Assestment (PISA) pada tahun 2012. Hasil PISA tahun 2012
menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat 64 dari 65 negara, dengan skor
382 untuk literasi sains (OECD, 2013: 232). Tiga tahun kemudian yaitu tahun 2015
PISA kembali melakukan penelitian. Hasil penelitian pada tahun 2015 menyebutkan
bahwa kemampuan IPA negara Indonesia berada pada peringkat 61 dari 70 negara
dengan perolehan skor sebesar 403 (OECD, 2016: 5). Berdasarkan hasil penelitian di
atas, negara Indonesia mengalami penaikan 3 peringkat dari peringkat 64 menjadi
peringkat 61 selama 3 tahun, sehingga dapat dikatan bahwa prestasi negara
Indonesia, terutama dalam bidang IPA masih rendah.
Wisudawati dan Sulistyawati (2014: 11) menyatakan bahwa hasil belajar IPA
yang dicapai oleh peserta didik di Indonesia yang tergolong rendah dipengaruhi oleh
banyak faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi karakteristik peserta didik,
kemampuan membaca, motivasi belajar, minat dan konsep diri, strategi belajar,
tingkat kehadiran dan rasa memiliki. Faktor yang sangat penting adalah lingkungan
belajar dalam bentuk strategi yang diciptakan guru untuk mengoptimalkan potensi-
potensi yang dimiliki peserta didik dalam mempelajari IPA, dan menggunakan
konsep-konsep tersebut dalam memahami lingkungan.
Selain rendahnya skor IPA di Indonesia, penelitian lain yang dilakukan oleh
Susanti (2012) mengatakan bahwa lebih dari 50% siswa yang tidak mampu
menyelesaikan soal-soal yang mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal ini
tergambar dari siswa yang masih banyak mengalami kesulitan dalam mensistematis,
menginterpretasi, dan mengevaluasi ide dalam menyelesaikan masalah, siswa belum
mampu membuat generalisasi umum dari suatu masalah, dan siswa masih sulit dalam
membuat rumusan masalah, dan kesulitan dalam menarik kesimpulan (Susanti, 2014:
3-4).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa skor
membaca IPA di Indonesia dan kemampuan berpikir tingkat tinggi menunjukkan
hasil yang masih rendah. Pembelajaran hendaknya divariasi dengan menggunakan
model pembelajaran lain yang membuat siswa belajar secara aktif, tidak
membosankan bagi siswa, dan membuat siswa merasa senang pada saat mengikuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
proses pembelajaran serta dapat mendorong siswa dalam memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi dan tidak hanya menggunakan model pembelajaran yang konvensional.
Penggunaan model pembelajaran yang dapat menimbulkan kebosanan atau
kejenuhan, kurang memahami konsep, dan monoton dapat menjadikan siswa kurang
termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu suatu model pembelajaran yang menurut
keefektifan seluruh siswa, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran
kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif mencerminkan
keterampilan sosial, mengembangkan sikap demokrasi secara bersamaan juga
membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka (Lie, 2002: 11).
Dalam penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat menciptakan suasana
belajar yang menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam kelompok dan menimbulkan
suasana belajar yang partisipatif sehingga mendorong timbulnya rasa ketertarikan
siswa dalam mengikuti pembelajaran dan akhirrnya meningkatkan hasil belajar
siswa. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II tersebut, peneliti melakukan penelitian yang menggunakan penelitian
eksperimental dengan membandingkan antara dua kelompok yaitu kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen pada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan pada semester
ganjil tahun ajaran 2017/2018.
Adapun perbedaan antara jigsaw I dan jigsaw II adalah pada Jigsaw I siswa
hanya diberi kesempatan untuk mempelajari satu topik yang akan diberikan oleh
guru kepada masing-masing siswa dalam kelompok asal yang kemudian didiskusikan
bersama dengan kelompok ahli. Berbeda dengan Jigsaw I, pada Jigsaw II siswa
diberi kesempatan untuk mempelajari keseluruhan materi yang akan dipelajari dan
proses pembelajaran akan berbeda, di mana dalam proses pemelajaran akan diadakan
kuis dan skor kuis. Kuis dijadikan skor kelompok sehingga kelompok bisa ikut
berpartisipasi dan berusaha mendapatkan penghargaan kelompok. Model
pembelajaran ini merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2009: 77). Dalam pembeljaran
Jigsaw II ini siswa dikelompokkan secara heterogen dalam berbagai kemampuan
(Rusman, 2011: 218). Selain itu terdapat 6 langkah dalam model pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
jigsaw II yaitu : orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok
expert, diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam group, tes (penilaian), pengakuan
kelompok (Trianto, 2009: 75). Di sini siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat
meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Jadi, dalam pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw II ini, siswa diharapkan untuk dapat terlibat aktif dan saling membantu, serta
dapat mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapatkan dengan
baik.
Beberapa penelitian yang relevan sebelumnya menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II efektif untuk dilakukan.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Jati (2016) model pembelajaran kooperatf tipe
jigsaw II meningkatkan tanggung jawab siswa menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw II pada mata pelajaran Matematika kelas IV SD dan penelitian
yang dilakukan oleh Surasa, Widodo, & Suyanto (2013) keefektifan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dalam menulis puisi. Berdasarkan hasil
penelitian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II terhadap kemampuan mengevaluasi
dan mencipta mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan semester
ganjil tahun ajaran 2017/2018. Jamidar (2015) bertujuan untuk mempereoleh
deskripsi tentang implementasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B SMPN 2 sinareja pada materi teorema
Pythagoras. Penelitian ini berusaha menjawab permasalahan di atas dengan menguji
coba model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II pada mata pelajaran IPA untuk
meningkatkan kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Tristiantari, dkk. (2013)
meneliti pengaruh implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair
Share) terhadap kemampuan berbicara dan keterampilan berpikir kreatif pada siswa
kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Seririt. Ristiasari, dkk. (2012) meneliti
pengaruh model pembelajaran problem solving dengan mind mapping terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa. Karim (2011) meneliti penerapan metode
penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan
pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Sekolah Dasar. Dalam
penelitian ini menggunakan penelitian eskperimental. Eksperimen adalah kunci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
untuk berinovasi karena mereka jarang berubah seperti yang anda harapkan dan anda
pelajari banyak (Bezoz, dalam Dyer, 2011). Selain itu penelitian mencari tipe ini dari
pengalaman karena mereka memperluas keragaman dari pengetahuan dan menambah
kapasitas untuk berinovasi (Dyer, 2011: 143).
Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan model kooperatif tipe jigsaw
II terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta mata pelajaran IPA siswa kelas
V SD Kanisius Sorowajan semester ganjil tahun ajaran 2017/2018. Kemampuan
mengevaluasi dibatasi pada aspek memeriksa dan mengkritik. Kemampuan mencipta
dibatasi pada aspek merumuskan, merencanakan, dan memproduksi. Penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw II terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta yang difokuskan pada
materi pembelajaran IPA, Kompetensi Dasar 3.5 Mendeskripsikan siklus air dan
dampaknya pada peristiwa di bumi serta kelangsungan makhluk hidup, bagi siswa
kelas V SD Kanisius Sorowajan. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw II dengan menggunakan populasi sebanyak 62 siswa dan
sampel sebanyak 30 siswa.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh
terhadap kemampuan mengevaluasi pada mata pelajaran IPA kelas V SD
Kanisius Sorowajan Yogyakarta semeter gasal tahun ajaran 2017/2018?
1.2.2 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh
terhadap kemampuan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius
Sorowajan Yogyakarta semeter gasal tahun ajaran 2017/2018?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
terhadap kemampuan mengevaluasi pada mata pelajaran IPA kelas V SD
Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
terhadap kemampuan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius
Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Siswa
Siswa akan mendapatkan pengalaman baru dalam belajar dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada mata pelajaran IPA materi
siklus air serta siswa dapat mengembangkan kemampuan mengevaluasi dan
mencipta.
1.4.2 Bagi Guru
Guru dapat mengetahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II khususnya pada mata pelajaran IPA dapat berpengaruh terhadap
kemampuan mengevaluasi dan mencipta siswa. Guru menjadi lebih kreatif
dalam memilih dan merancang model pembelajaran yang relevan untuk
meningkatkan proses kognitif siswa. Guru dapat mengetahui perkembangan
kognitif siswa dan dapat menerapkan pembelajaran sesuai dengan tahap
perkembangan kognitif siswa.
1.4.3 Bagi Sekolah
Sekolah dapat mengetahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw II khususnya pada mata pelajaran IPA dapat berpengaruh terhadap
kemampuan mengevaluasi dan mencipta siswa. Memperbaiki sistem
pembelajaran sehingga akan lebih menarik dan bermakna bagi siswa.
1.4.4 Bagi Peneliti
Peneliti dapat mempergunakan hasil peneliti sebagai acuan Memperoleh
pengalaman langsung menyaksikan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw II dalam pembelajara IPA sehingga dapat berguna untuk bekal
mengajar pada masa mendatang serta mengembangkan hasil peneltian ini
untuk melakukan penelitian lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.5 Definis Operasional
1.5.1 Model pembelajaran adalah suatu prosedur yang secara sistematis yang sudah
direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum yang
nantinya akan dijadikan petunjuk untuk mengajar di kelas.
1.5.2 Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengacu
pada metode pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil
dan saling membantu dalam belajar.
1.5.3 Jigsaw adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
tim-tim belajar heterogen beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa.
1.5.4 Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II adalah salah satu tipe model
pembelajaaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen yang
memungkinkan siswa untuk tergabung dalam kelompok ahli dengan 6
langkah, yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan
kelompok expert, diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam group, tes
(penilaian), dan pengakuan kelompok.
1.5.5 Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap suatu kegiatan ataupun hasil karya berdasarkan kriteria tertentu yang
meliputi kemampuan menguji dan menilai.
1.5.6 Kemampuan mencipta adalah kemampuan membuat suatu hasil karya
berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki dan aturan tertentu yang
meliputi kemampuan merumuskan, kemampuan merencanakan, dan
kemampuan memproduksi.
1.5.7 Siswa Sekolah Dasar (SD) adalah siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan
Yogyakarta semester ganjil tahun ajaran 2017/2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II ini berisi kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis. Tinjuan
pustaka berisi teori-teori yang relevan, hasil penelitian sebelumnya, kerangka
berpikir, dan hipotesis penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori-teori yang mendukung
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak
Teori perkembangan yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah teori
perkembangan kognitif Jean Piaget dan teori pembelajaran sosiohistoris Lev
Semynovich Vygotsky. Kedua teori tersebut digunakan karena memiliki keseuaian
dnegan variabel penelitian dan tahap mendasar perkembangan anak akan maksimal,
salah satunya didukung proses pembelajaran optimal pada zona perkembangan
proksimal (Zone of proximal development – ZPD). Zona perkembangan proksimal
adalah istilah Vygotsky untuk kisaran tugas-tugas yang terlalu sulit saat sang anak
melakukannya sendiri, tetapi dapat dipelajari dengan bimbingan dan bantuan dari
orang dewasa atau anak-anak yang terampil (Santrock, 2012: 62). Peneliti memilih
teori perkembangan Jean Piaget karena dalam teori perkembangan anak menurutnya
tersebut sesuai dengan kondisi nyata anak. Selain itu, Piaget juga melihat bahwa
anak yang berbeda umur menggunakan cara berpikir yang berbeda dengan orang
dewasa (Suparno, 2001: 13).
1. Teori Perkembangan Jean Piaget
Pada saat ini manusia tidak dapat dipisahkan dengan adanya proses
perkembangan menuju manusia yang lebih dewasa. Perkembangan dapat diartikan
sebagai kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak
dipelajari (Chaplin, 2004: 134). Pendapat lain menyebutkan bahwa perkembangan
adalah perubahan progresif yang menemukan cara organisme bertingkah laku dan
berinteraksi dengan lingkungan. Piaget (dalam Desmita, 2009: 98) bahwa beberapa
konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak, yaitu anak adalah
pembelajar yang aktif, anak mengorganisasikan apa yang mereka pelajari dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pengalamannya, anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi
dan akomodasi, dan proses ekuilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah
bentuk-bentuk pemikiran yang kompleks. Perkembangan dapat diartikan sebagai
proses kedewasaan diri dalam bertingkah laku dan berinteraksi dengan lingkungan.
Ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah dan memahami
teori perkembangan kognitif dan teori pengetahuan Piaget, yakni:
a. Inteligensi
Howard Gardner (1993) menjelaskan inteligensi sebagai kemampuan untuk
memecahkan persoalan-persoalan atau menghasilkan produk (dalam Suparno,
2001: 19). Piaget menyatakan tidak ada inteligensi yang sudah jadi, inteligensi
mengalami perkembangan dalam langkah-langkah intelektual (Suparno, 2001:
20).
b. Organisasi
Organisasi menunjuk pada tendensi semua spesies untuk mengadakan
sistematisasi dan mengorganisasi proses-proses mereka dalam suatu sistem yang
koheren, baik secara fisik maupun psikologis. Misalnya, seekor ikan mempunyai
sejumlah struktur yang memungkinkan ia berfungsi dalam air. Semua struktur
itu berinteraksi dan berkoordinasikan dalam suatu sistem yang efisien. Dalam
level psikologis, tendensi untuk berorganisasi ini juga ada. Dalam berinteraksi
dengan dunia seseorang cenderung untuk mengintegrasikan struktur
psikologisnya dalam suatu sistem yang koheren (dalam Suparno, 2001: 20-21).
c. Skema
Skema adalah suatu struktur mental seseorang di mana ia secara intelektual
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan berubah
selama perkembangan kognitif seseorang. Skema bukanlah benda yang nyata
yang dapat dilihat, melainkan suatu rangkaian proses daklam sistem kesadaran
orang. Oleh karena itu skema tidak mempunyai bentuk fisik dan tidak dapat
dilihat. Skema juga dapat dipikirkan sebagai suatu konsep atau kategori dalam
pikiran seseorang. Skema seseorang akan terus berkembang. Skema seorang
anak berkembang menjadi skema orang dewasa. Misalnya, gambaran anak
tentang ayam. Pada awalnya, gambaran anak itu sangat sederhana karena
didasarkan pada cerita orang tuanya atau pada pengalaman pertama kali melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
ayam. Semakin ia mempunyai banyak pengalaman dengan bermacam-macam
ayam, gambaran atau skemanya tentang ayam semakin berkembang dan
lengkap. Orang dewasa mempunyai skema yang banyak karena pengalaman
hidupnya. Sedangkan seorang anak biasanya hanya mempunyai skema terbatas.
Meskipun demikian, dengan semakin banyak berpengalaman dalam hidup dan
berkontak dengan lingkungannya, skema anak bertambah banyak. Jelas bahwa
pengalam seseorang berhadapan dengansituasi dan lingkungan menjadi unsur
yang penting dalam memperluas dan memperbanyak skemanya (dalam Suparno,
2001: 21-22).
d. Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif di mana seseorang mengintegrasikan persepsi,
konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam
pikirannya. Asimilasi tidak menyebabkan perubahan skema, tetapi
memperkembangkan skema. Misalnya, seorang anak mempunyai konsep
mengenai “lembu”. Dalam pikiran anak itu ada skema “lembu”. Mungkin skema
anak itu menyatakan bahwa lembu itu binatang yang berkaki empat, berwarna
putih, dan makan rumput. Skema itu terjadi ketika anak itu pertama kali melihat
lembu tetangganya yang memang berwarna putih, berkaki empat, dan sedang
memakan rumput. Dalam perjalanan hidupnya anak itu bertemu dengan
bermacam-macam lembu yang lain, yang warnanya lain, dan sedang tidak makan
rumput, tetapi sedang menarik grobak. Berhadapan dengan pengalaman lain itu,
anak memperkembangkan skema awalnya. Skemanya menjadi : lembu itu berkaki
empat, dapat berwarna putih atau kelabu, makannya rumput dan menarik grobak.
Skema awalnya tidak hanya tetap dipakai, tetapi juga dikembangkan dan
dilengkapi. Asimilasi tersebut merupakan salah satu proses individu dalam
mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan/tantangan baru
sehingga pengertian orang itu berkembang Wadsworth (dalam Suparno, 2001:
22).
e. Akomodasi
Dapat terjadi bahwa dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru,
seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru itu dengan
skema yang telah ia miliki. Hal ini terjadi karena pengalaman yang baru tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
cocok dengan skema yang ada. Dalam keadaan seperti ini, seseorang akan
mengadakan akomodasi. Dengan membuat dua hal: (1) membentuk skema baru
yang cocok dengan rangsangan yang baru, atau (2) memodifikasi skema yang
ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Kedua hal ini disebut akomodasi,
yaitu pembentukan skema baru atau mengubah skema yang lama (dalam
Suparno, 2001: 22-23).
f. Ekuilibrasi
Dalam perkembangan kognitif, diperlukan kesetimbangan antara asimilasi dan
akomodasi. Proses ini disebut ekuilibrium, yaitu pengaturan diri mekanis yang
perlu untuk mengatur kesetimbangan proses asimilasi dan akomodasi.
Disekuilibrium adalah keadaan tidak setimbang antara asimilasi dan akomodasi.
Ekuilibrasiadalah proses bergerak dari keadaan disekuilibrium ke ekuilibrium
(dalam Suparno, 2001: 23-24).
g. Adaptasi
Semua organisme dilahirkan dengan suatu kecenderungan untuk beradaptasi
(menyesuaikan diri) dengan lingkungan. Cara beradaptasi berbeda bagi setiap
jenis makhluk, bagi setiap individu dalam jenis yang sama, maupun bagi tahap
yang satu ke tahap yang lain dalam satu individu (dalam Suparno, 2001: 24).
h. Pengetahuan figuratif dan operatif
Piaget membedakan antara pengetahuan figuratif dan pengetahuan operatif.
Pengetahuan figuratif didapatkan dari gambaran langsung seseorang terhadap
objek yang dipelajari. Misalnya, pengetahuan akan nama-nama barang dan
nama-nama kota. Sedangkan pengetahuan operatif didapatkan karena orang itu
mengadakan operasi terhadap objek yang dipelajari. Misalnya, pengetahuan
anak akan kaitan nama kota dengan situasi manusianya dan dengan kota-kota
yang lain (dalam Suparno, 2001-24).
Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat yaitu
sebagai berikut (dalam Isjoni, 2009: 53),
a. Tahap Sensorimotor (umur 0-2 tahun) perkembangan kognitif siswa dimulai pada
tahap sensori motorik saat bayi usia 2 tahun menggunakan indera dan gerak untuk
mengeksplorasi dunia. Dalam tahap ini bayi mengoordinasikan pengalaman
inderanya, contohnya melihat dan mendengar, dengan tindakan fisik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
b. Tahap Praoperasional (umur 2-7 tahun) perkembangan pada anak yang terlihat
pada tahap ini adalah berlangsung usia 2 tahun hingga 7 tahun. Pada tahap kedua
ini, pola tindakan akan berkembang menjadi emikiran simbolis teapi beum logis.
Melalui kata-kata dan gambar, mereka mencoba melukiskan dunia dari pandangan
mereka, tetapi mereka belum mampu melakukan tindakan secara mental seperti
yang mereka lakukan secara fisik.
c. Tahap Operasional Konkret (umur 7-11 tahun) perkembangan pada tahap ini
pemikiran siswa dengan rentang usia 7 sampai 11 tahun, telah berkembang
menjadi penalaran logis namun hanya terbatas pada hal-hal yang spesifik dan
konkret. Siswa belum dapat membayangkan hal-hal abstrak seperti rumus maupun
istilah baru karena hal tersebut tidak dapat mereka lihat atau alami secara
langsung.
d. Tahap Operasional Formal (umur lebih dari 11 tahun) perkembangan pada tahap
ini siswa telah melampaui pengalaman-pengalaman pemikiran yang lebih abstrak.
Pekerjaan dilakukan secara lebih sistematis dengan mengembangkan pemikiran
mengapa seuatu hal dapat terjadi kemudian mencari kebenarannya.
Subjek penelitian yang ditentukan peneliti adalah siswa kelas V Sekolah
Dasar yang berumur sekitar 11 tahun. Proses pemikiran anak pada tahap
operasional konkret diarahkan pada kejadian nyata. Anak dapat menyelesaikan
permasalahan yang rumit selama permasalahan itu dapat diselesaikan
menggunakan hal konkret. Hal konkret tersebut diamati anak menggunakan panca
inderanya, sehingga anak dapat lebih mudah untuk menemukan permasalahan dan
mencari pemecahannya, serta dapat menemukan konsep baru.
2. Teori Pembelajaran Lev Semyonovich Vygotsky (1896-1934)
Vygotsky (dalam Salkind, 2009: 373) dikenal sebagai teori sosiokultural
(sociocultural theory), yang berarti bahwa dalam perkembangan. Vygotsky
berpendapat bahwa, interaksi sosial mempengaruhi perubahan pemikiran anak, dan
karena perilaku berakar pada konteks sosial di mana perilaku itu berlangsung, maka
perbedaan pemikiran maupun perilaku akan berlangsung pada perbedaan kultural di
mana semua itu terjadi.
Interaksi sosial membawa peranan penting untuk kehidupan manusia. Seperti
yang dikatakan Vygotsky jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
budaya dan sejahteranya. Artinya, untuk memahami pikiran sesorang bukan dengan
cara menelusuri apa yang ada dibalik otaknya dan pada kedalaman jiwanya,
melainkan dari asal-usul tindakan sadarnya, dari interaksi sosial yang dilatari oleh
sejarah hidupnya (Moll & Greenberg, dalam Budiningsih, 2012: 99). Peningkatan
fungsi-fungsi mental seseorang berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya, dan
bukan dari individu itu sendiri. Vygotsky mempunyai keyakinan mengenai
pentingnya pengaruh sosial terhadap perkembangan kognitif anak tercermin dalam
konsep Zona perkembangan proksimal atau Zone of Proximal Development (ZPD).
Zona perkembangan proksimal ini mendasari perkembangan teori belajar dan
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dan mengoptimalkan perkembangan
kognitif anak. ZPD menangkap keterampiln kognitif anak yang sedang dalam proses
kematangan dan hanya dapat dicapai dengan bantuan seseorang yang telah terampil,
terlebih didukung dengan adanya perancahan (scaffolding) (Santrock, 2009: 62).
Scaffolding diartikan sebagai teknik yang melibatkan pengubahan tingkat dukungan
untuk belajar (Santrock, 2009: 65). Horowitz dan lain-lain (2005) mengemukakan
bahwa Scaffolding seringkal digunakan untuk membantu siswa mencapai batas atas
dari zona perkembangan proksimal mereka (Santrock, 2009: 64). Scaffolding dapat
dilakukan dengan melibatkan aktivitas sosial atau kelompok yang bervariasi,
sehingga mendukung anak dalam perkembangannya. Hal ini juga sesuai dengan
pendapat Vygotsky yang menekankan pentingnya peran sosial dalam belajar.
Vygotsky mengemukakan kultural dan sosial bagi anak sehingga memungkinkan
terjadinya perkembangan. Namun tak hanya itu, kerja sama dengan teman sebaya
juga dapat mendorong anak untuk belajar secara efektif (Salkind, 2009: 381).
Interaksi sosial yang terjadi pada anak sangat berpengaruh terhadap
perkembangan intelektual anak, terutama pada tahap operasional konkret (umur 7-11
tahun). Subjek penelitian yang ditemukan oleh peneliti adalah siswa kelas V Sekolah
Dasar yang berusia sekitar 11 tahun. Taraf berpikir anak usia 11 tahun sudah dapat
dikatakan maju, anak sudah tidak memusatkan diri pada karakter perseptual pasif.
Meskipun dmikian keterbatasan pemikiran anak perlu diberi gambaran konkret,
sehingga ia mampu menelaah persoalan. Anak dapat menyelesaikan masalah yang
rumit selama masalah itu dapat diselesaikan dengan menggunakan hal konkret. Siswa
secara langsung akan berhadapan dengan hal konkret yang dapat membantu mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
untuk menemukan permasalahan dan mencari pemecahnya, serta dapat menemukan
konsep yang baru.
2.1.1.2 Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Trianto, 2009:
74). Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan
bertujuan yang tertata secara sistematis. Model pembelajaran adalah suatu pola atau
rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun
kurikulum, mengatur materi pelajaran,dan memberi petunjuk kepada pengajar di
kelas. Penerapan model pembelajaran in harus sesuai dengan kebutuhan siswa (Joice
& Weil, dalam Isjoni, 2013: 17). Model pembelajaran merupakan landasan praktik
pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan & teori yang dirancang
berdasarkan analisis implementasi kurikulum & implementasinya pada operasional
di kelas (Suprijono, 2009: 45).
Dari pendapat para ahli tersebut tampak bahwa model pembelajaran adalah
suatu prosedur yang secara sistematis yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan
digunakan untuk menyusun kurikulum yang nantinya akan dijadikan petunjuk untuk
mengajar di kelas.
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan dimana siswa bekerjasama
antara satu dengan yang lain dalam kelompok belajar yang kecil untuk
menyelesaikan tugas individu atau kelompok yang diberikan oleh guru (Isjoni, 2013:
20). Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6
orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin, 1985). Pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang asuh
untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan
permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat (Sugiyanto, 2010: 40).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Dari pendapat para ahli tersebut tampak bahwa model pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran yang mengacu pada metode pembelajaran di mana siswa
bekerjasama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar.
2. Unsur Pembelajaran Kooperatif
Tidak semua kerja kelompok dianggap sebagai pembelajaran kooperatif.
Lungdren (dalam Isjoni, 2009: 16-17) menyatakan ada 7 unsur-unsur dasar dalam
pembelajaran kooperatif; 1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka
“tenggelam atau berenang bersama.” 2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab
terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab
terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. 3) Para siswa harus
berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama. 4) Para siswa
membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok. 5) Para
siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap
evaluasi kelompok. 6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka
memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. 7) Setiap siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
3. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Berikut ini adalah karakteristik pembelajaran kooperatif (Rusman, 2010: 207).
a. Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus membuat
siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Manajemen kooperatif memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai perencanaan, sebagai
organisasi, dan sebagai kontrol. Dengan demikian pembelajaran kooperatif
memerlukan perencanaan yang matang agar proses belajar berjalan secara efektif.
c. Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok. Oleh karena itu prinsip kinerja sama perlu ditekankan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif
tidak akan mencapai hasil yang optimal.
d. Keterampilan bekerja sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk
mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan utama penerapan pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik
dapat belajar secara berkelompok bersama-sama dengan teman-teman dengan saling
menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan gagasan atau menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok
(Isjoni, 2013:9). Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para
siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan
supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.
5. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Sugiyanto (2010: 43) berpendapat bahwa keuntungan pembelajaran kooperatif
terdiri dari; 1) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,
ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan. 2) Meningkatkan
kepekaan dan kesetiakawanan sosial. 3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian
sosial. 4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen. 5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
6. Model Pembelajaran Kooperatif
Di dalam model pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe pembelajaran yang
dilakukan di dalam kelas (Isjoni, 2009: 67-69). Teknik Mencari Pasangan (Make a
Mach) Bertukar Pasangan, Berpikir Berpasangan Berempat (Think-Pare-Share),
Berkirim Salam dan Soal, Kepala Bernomor (Numbered Heads), Kepala Bernomor
Terstruktur, Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray), Keliling Kelompok,
Kancing Gemerincing, Keliling Kelas, Lingkaran Kecil Lingkaran Besar (Inside-
Outside cirle), Tari Bambu, Jigsaw, Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling), dan
sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2.1.1.3 Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
1. Pengertian Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang
secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan
bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi tersebut kepada anggota kelompok
yang lain (Arends, 1997).
Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa
aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai
prestasi yang maksimal (Isjoni, 2009: 77).
Jigsaw dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari adalah berbentuk
narasi tertulis. Model pembelajaran tipe jigasw ini paling sesuai untuk subjek-subjek
seperti ilmu sosial, leteratur, sebagian ilmu pengetahuan ilmiah, dan bidang-bidang
lainnya yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasaan konsep daripada
penguasaan kemampuan (Slavin, 2005: 237).
Dari pendapat para ahli tersebut tampak bahwa pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa untuk
terlibat aktif dalam penguasaan materi yang akan dipelajari, serta dapat
menumbuhkan sikap saling membantu satu sama lain.
a. Jigsaw I
Tipe pembelajaran jigsaw I dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-
kawan di universitas Texas sebagai model pembelajaran kooperatif dan kemudian
diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan (Sugiyanto, 2009: 45). Tipe pembelajaran
ini bisa cocok digunakan untuk semua kelas atau tingkatan. Slavin (2008: 14)
mengemukakan bahwa dalam pembelajaran jigsaw I siswa saling bekerja dalam
anggota kelompok yang sama, yaitu 4 orang dengan latar belakang yang berbeda.
Pembelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw I diawali dengan pengenalan topik yang
akan dibahas oleh guru (Suprijono, 2011: 89). Model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw I terdapat dua kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok
asal yaitu kelompok induk siswa yang terdiri atas anggota yang memiliki
kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda.
Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami suatu topik serta menyelesaikan tugas
sesuai dengan topiknya untuk selanjutnya dijelaskan kepada kelompok asal.
b. Jigsaw II
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yang dikembangkan oleh Slavin
terdapat sedikit perbedaan (Trianto, 2009: 75). Perbedaan pembelajaran jigsaw II
yang dikembangkan oleh Slavin yaitu setiap siswa memperoleh kesempatan belajar
secara keseluruhan konsep sebelum siswa belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli
(expert). Hal tersebut digunakan agar siswa memperoleh gambaran menyeluruh dari
konsep yang akan dibicarakan.
Dalam belajar kooperatif tipe jigsaw II , siswa dikelompokkan secara
heterogen dalam berbagai kemampuan (Rusman, 2011: 218). Di sini siswa memiliki
banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang
didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Anggota kelompok
bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian
materi yang dipelajari serta menyampaikan informasinya kepada kelompok lain.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II ini, siswa diberi tugas oleh guru untuk
membaca beberapa bab dengan topik yang berbeda-beda. Setelah masing-masing tim
selesai membaca, siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai topik sama
berkumpul dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topik mereka. Selesai
membahas, kemudian kelompok ahli tersebut kembali kepada tim kelompok asal
untuk mengajari teman satu timnya sesuai dengan topik yang telah mereka bahas.
Pada tahap terakhir, para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik
dan skor kuis akan digunakan dalam skor tim untuk kelompok asal. Model
pembelajaran ini merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2009: 77).
c. Jigsaw III
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw III ini dikembangkan oleh Kagan
(1990). Tidak ada perbedaan yang menonjol antara jigsaw I, jigsaw II, dan jigsaw II
dalam tata laksana dan prosedurnya masing-masing. Hanya saja dalam jigsaw III
lebih fokus pada penerapannya di kelas-kelas bilingual. Jadi, berbeda dengan dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebelumnya yang dapat diterapkan untuk
semua materi pelajaran. Metode jigsaw III khusus diterapkan untuk kelas bilingual
(Slavin, 1986: 122).
Berdasarkan rumusan pebedaan pada pengertian pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw di atas, peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II sebagai
model pembelajaran yang akan diterapkan di kelas.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw II
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II (Trianto, 2009:
75-78).
a. Orientasi
Guru menyampakan tujuan pembelajaran yang akan diberikan dengan
memberikan penekanan manfaat penggunaan jigsaw dalam kegiatan belajar
mengajar kepada anak didik. Seorang guru senantiasa mengingatkan pada siswa
untuk peracaya diri, kritis, dan kooperatif selama kegiatan berlangsung. Peserta
didik diminta belajar konsep secara keseluruhan agar memperoleh gambaran
keseluruhan dari konsep yang akan dipelajari.
b. Pengelompokan
Dalam pembentukan kelompok, seorang pendidik dapat mengelompokkan
berdasarkan peringkat kemampuan siswa. Masing-masing kelompoknya diisi
siswa secara heterogen berdasarkan peringkat kemampuan siswa di bidang mata
pelajaran. Berikan indeks 1 untuk kelompok sangat baik, indeks 2 untuk
kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok sedang, dan indeks 4 untuk kelompok
rendah. Misalkan : A1 berarti group A dari kelompok sangat baik, …, A4 group A
dari kelompok rendah. Tiap group akan berisi:
Group A {A1, A2, A3, A4}
Group B {B1, B2, B3, B4}
Group C {C1, C2, C3, C4}
Group D {D1, D2, D3, D4}
Group E {E1, E2, E3, E4}
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
c. Pembentukan dan pembinaan kelompok expert
Selanjutnya group yang telah terbentuk tadi dipecah menjadi kelompok yang
mempelajari materi yang akan diberikan dan dibina supaya jadi expert,
berdasarkan indeksnya adalah sebagai berikut:
Kelompok 1 (A1, B1, C1, D1, E1)
Kelompok 2 (A2, B2, C2, D2, E2)
Kelompok 3 (A3, B3, C3, D3, E3)
Kelompok 4 (A3, B3, C3, D3, E3)
Setiap kelompok diharapkan dapat mempelajari topic yang telah diberikan dengan
sebaik-baiknya sebelum kembali ke dalam group sebagai tim ahli “expert”,
tentunya peran guru ssangat penting dalam fase ini.
d. Diskusi (Pemaparan) kelompok ahli dalam group
Siswa “ahli” dalam konsep tertentu ini masing-masing kembali dalam group
semula. Pada fase ini masing-masing group memiliki ahli dalam konsep-konsep
terntentu sesuai dengan worksheet masing-masing. Selanjutnya siswa
dipersilahkan mempresentasikan keahliannya dalam group masing-masing, satu
persatu. Pada proses ini akan terjadi sharing pengetahuan antara tiap anggota
group. Aturan dalam fase ini sebagai berikut; 1) Siswa harus bertanggung jawab
untuk memastikan setiap anggota tim mempelajarai materi yang telah diberikan.
2) Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggung jawab bersama, jadi tidak yang
selesai belajar sampai setiap anggota menguasai konsep. 3) Apabila ada yang
kurang dimengerti siswa, tanyakan anggota sebelum bertanya pada pendidik. 4)
Pembicaraan dilakukan dengan suara pelan tujuannya agar tidak mengganggu
group lain. 5) Akhiri diskusi dengan “menanyakan” agar siswa memperoleh
kepuasan.
e. Tes (Penilaian)
Pada fase ini guru memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang seluruh
konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja
sama.
f. Pengakuan Kelompok
Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu,
tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat
memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam system skor
kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis
mereka melampaui skor dasar mereka.
3. Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw
Isjoni 2011 (dalam Rosyidah, 2016: 119) mengemukakan kelebihan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw:
a. Dalam kelas kooperatif siswa dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan
juga dengan gurunya sebagai pembimbing.
b. Motivasi teman sebaya dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan, baik
pembelajaran kognitif siswa maupun pertumbuhan efektif siswa.
c. Menumbuhkan tanggung jawab siswa.
d. Mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran.
e. Untuk mengoptimalkan manfaat belajar kelompok.
4. Kekurangan Model Pembeljaran Jigsaw
Isjoni 2011 (dalam Rosyidah, 2016: 119) mengemukakan kekurangan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw:
a. Siswa dengan bebas memilih kuis dan diberikan nilai individu.
b. Secara efektif di tiap level siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari
pemahaman.
2.1.1.4 Taksonomi Bloom
1. Pengertian Taksonomi
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu tassein yang
berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan
sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu
(Kuswana, 2011: 8-9). Taksonomi terdiri dari kelompok (taksa) dan materi
pembelajaran yang urutkan menurut persamaan dan perbedaan, prinsip atau dasar
klasifikasi (hukum), misalnya, persamaan dan perbedaan dalam struktur, perilaku,
dan fungsi (Kuswana, 2011: 9).
Taksonomi adalah sebuah kerangka berpikir khusus. Dalam sebuah
taksonomi terdapat kategori-kategori yang merupakan satu kontinum. Kontinum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
adalah salah satu prinsip klasifikasi pokok dalam taksonomi tersebut di mana dalam
taksonomi pendidikan yang diklasifikasikan adalah tujuannya. Rumusan tujuan berisi
atau kata benda. Kata kerja akan mendeskripsikan pengetahuan yang diharpkan
dikuasai atau dikonstruksi oleh siswa (Anderson & Krathwohl, 2010: 6).
Kategori-kategori pada dimensi kognitif merupakan klasifikasi dari proses-
proses kognitif siswa secara komprehensif yang terdapat dalam tujuan-tujuaan
pendidikan. Kategori-kategori ini merentang dari proses kognitif yang paling banyak
dijumpai dalam tujuan-tujuan dibidang pendidikan, yaitu mengingat, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Proses-proses kognitif
tersebut akan dijadikan secara rinci sebagai berikut (Anderson & Krathwohl, 2010:
43).
Gambar 2.1 Proses Dimensi Kognitif
(Sumber : https://3.bp.blogspot.com/-
wsq0ntJAT5o/U3BdRIoDo9I/AAAAAAAABjU/ddBt5XbD4Zo/s1600/3.bmp)
2. Teori Kognitif Bloom
Penelitian memfokuskan ranah kognitif dalam Taksonomi Bloom pada penelitian
ini. Proses kognitif dibagi menjadi enam kategori (Anderson & Krathwohl, 2010: 99-
133) sebagai berikut.
a. Mengingat
Proses mengingat adalah pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka
panjang. Kata kerja operasionalnya terdiri dari mengenali dan mengingat kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
b. Memahami
Memahami adalah mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik
yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran,
buku, atau layar komputer. Kata kerja operasional memahami terdiri dari
menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,
membandingkan, dan menjelaskan.
c. Mengaplikasi
Mengaplikasi adalah proses melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu
untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Kata kerja
operasional kemampuan mengaplikasi terdiri dari mengeksekusi dan
mengimplementasikan.
d. Menganalisis
Menganalisis adalah proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan
menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan
struktur keseluruhannya. Kata kerja operasional kemampuan menganalisis terdiri
dari membedakan, mengorganisasi, dan mengontribusikan.
e. Mengevaluasi
Mengevaluasi adalah proses membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar.
Kata kerja operasional kemampuan mengevaluasi adalah memeriksa dan
mengkritik.
f. Mencipta
Mencipta adalah proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang
koheren atau fungsional. Kata kerja operasional kemampuan mencipta adalah
merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.
Peneliti akan membahas lebih lanjut dan mendalam tentang kemampuan
mengevaluasi dan mencipta dala penelitian ini, karena kedua kemampuan tersebut
menjadi variabel dependen pada penelitian ini.
2.1.1.5 Kemampuan Mengevaluasi
Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria
dan standar kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas,
efisiensi, dan konsistensi. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
memeriksa (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal) dan
mengkritik (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria eksternal)
(Anderson & Krathwohl, 2010: 125). Kemampuan mengevaluasi dibagi menjadi
dua aspek, yaitu memeriksa dan mengkritik (Anderson & Krathwohl, 2010: 126-127)
yang dijabarkan sebgai berikut.
1. Memeriksa
Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal
dalam suatu operasi atau produk. Nama –nama lain untuk memeriksa adalah
menguji, mendeteksi, dan mengoordinasi.
2. Mengkritik
Mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses berdasarkan
kriteria dan standar eksternal. Dalam mengkritik, siswa mencatat ciri-ciri positif
dan negatif dari suatu produk dan membuat keputusan setidaknya sebagian
berdasarkan ciri-ciri tersebut. Nama lain dari mengkritik adalah menilai.
Peneliti memfokuskan penelitiannya terhadap dua aspek mengevaluasi, yaitu
memeriksa dan mengkritik.
2.1.1.6 Kemampuan Mencipta
Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah
keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan
dalam mencipta meminta siswa membuat produk baru dengan mengorganisasi
sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada
sebelumnya (Anderson & Krathwohl, 2010: 128). Kemampuan mencipta dibagi
menjadi tiga aspek, yaitu merumusksan, merencanakan, dan memproduksi (Anderson
& Krathwohl, 2010: 130-133) yang dijabarkan sebagai berikut.
1. Merumuskan
Merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah dan membuat pilihan
atau hipotesis yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Nama lain dari
merumuskan adalah membuat hipotesis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2. Merencanakan
Merencanakan melibatkan proses merencanakan metode penyelesaian masalah
yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya, yakni membuat rencana untuk
menyelesaikan masalah. Nama lain dari merencanakan adalah mendesain.
3. Memproduksi
Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk menyelesaikan
masalah yang memenuhi spesifikisa-spesifikasi tertentu. Nama lain dari
memproduksi adalah mengkonstruksi.
Peneliti memfokuskan penelitiannya terhadap tiga aspek kemampuan mencipta,
yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.
2.1.1.7 Tema
Tema yang digunakan dalam penelitian ini diambil tema 2 yaitu “Peristiwa dalam
Kehidupan” dengan subtema 2 “Peristiwa-peristiwa Penting” dan difokuskan pada
materi IPA tentang “Sikus Air” pada kurikulum 2013.
1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu disiplin ilmu yang diajarkan di
Sekolah Dasar. IPA atau sains dalam arti sempit sebagai disiplin ilmu dari physical
science, dan life sciences. Physical sciences meliputi ilmu-ilmu astronom, kimia,
geologi, mineralogi, dan fisika, sedangkan life sciences meliputi biologi (Samatowa,
2011: 1). Sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang
berhubungan satu sama lain dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan
observasi, serta berguna untuk dimati dan dieksperimentasikan lebih lanjut (Conant
dalam Samatowa, 2011: 1). IPA berusaha mendorong siswa untuk meningkatkan
pemahamannya terhadap alam semesta beserta isinya yang menyimpan beragam
rahasia yang perlu dipecahkan melalui prosedur ilmiah.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki hakikat 1) pengetahuan alam sudah
jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya, 2)
perlunya IPA diajarkan di Sekolah Dasar (Samatowa, 2011: 24). IPA sangat penting
untuk diajarkan di Sekolah Dasar, karena IPA mengajarkan siswa untuk lebih kritis
dalam mempelajari lingkungan alam dan isinya. Pembelajaran IPA yang diciptakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
oleh guru harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kogitif setiap siswa. Hal
tersebut dilakukan demi terciptanya pembelajaran yang bermakna dan berguna
sepanjang hayat bagi siswa.
2. Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan pebelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah untuk menenamkan rasa ingin
tahu dan sikap positif terhadap sains, teknoogi dan masyarakat, mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan
membuat keputusan, mengembangkan gejala alam, sehingga siswa dapat berpikir
kritis dan objektif.
Mata pelajaran IPA memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut: memperoleh keyakinan terhadap kesabara Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadapan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya;
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; mengembangkan rasa ingin tahu,
sikap positif dan kesadaran adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat; mengembangkan keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan;
meningkatkan kesadaran untuk berperan serta memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam; meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; memperoleh bekal pengetahuan,
konsep dan keterampilan IPA sebaga dasar untuk melanjutkan ke SMP/MTs (Badan
Nasional Sertifikasi Profesi, 200: 484).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut tampak bahwa tujuan dari pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar yakni untuk menanamkan rasa ingin tahu siswa mengenai
keadaan lingkungan sekitar, mengembangkan keterampilan pada siswa untuk
menyelidiki alam sekitar dan melestarikan lingkungan alam sebagai bekal
pengetahuan, konsep, keterampilan IPA untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi.
3. Materi Siklus Air
Materi IPA yang digunakan untuk penelitian yaitu “Siklus Air” dengan
Kompetensi Dasar 3.5 Mendeskripsikan siklus air dan dampaknya pada peristiwa di
bumi serta kelangsungan makhluk hidup. Melalui pembelajaran ini dhiarapkan: 1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
peserta didik mengetahui tentang proses daur hidup, dan 2) timbul rasa ingin tahu
tentang topik yang akan dibahas yaitu tentang siklus air secara berharap
(Kemendikbud, 2014: 84).
Gambar 2.2 Proses Siklus Air
(Sumber: https://3.bp.blogspot.com/-
vft2SufxEC4/WEhFXEVMC9I/AAAAAAACLg/PV8jpNxI5iMGP23oCvI0gV0twcaPNBonACLcB/s
1600/daur_air_lengkap.gif)
Siklus atau daur artinya peristiwa atau rerentan kejadian alam yang terjadi
terus-menerus dan berulang-ulang tanpa henti. Kejadian alam tersebut salah satu di
antaranya adalah siklus air. Akibat sinar matahari, air yang ada di lautan dan di
daratan sebagian menguap. Uap air ini akan naik ke atmosfer. Di atmosfer bumi uap
air tadi mengalami peristiwa pengembunan menjadi titik-titik air. Titik-titik air ini
kemudian mengumpul membentuk awan. Pada lapisan tertentu di atmosfer bumi,
terdapat lapisan tertentu di atmosfer bumi, terdapat lapisan udara yang bersuhu
dingin. Pada lapisan inilah, butiran-butiran air tadi mengalami pembekuan dan
pemadatan atau mengalami kondensasi menjadi butiran-butiran es. Pada keadaan ini,
kamu akan melihat bentuk awan menebal dan menghitam. Jka butiran-butiran es ini
sudah terkumpul sangat banyak, maka volume air beku menjadi banyak. Akibatnya
kumpulan butiran-butiran es ini akan memiliki massa yang sangat besar. Tentu saja
massa air ini akan terkena tarikan gravitasi bumi menuju pusat bumi. Akibatnya
butiran-butiran es ini akan jatuh ke permukaan bumi berupa air hujan.
Air hujan ini kemudian jatuh ke berbagai permukaan bumi. Ada yang meresap
ke dalam tanah, ada yang langsung mengalir ke sungai, danau, dan ada yang jatuh
kembali ke lautan luas. Demikian siklus ini akan terus berlangsung sehingga bumi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
kita tidak akan pernah kering. Peristiwa perputaran air di alam yang terjadi secara
berulang dan terus-menerus ini disebut siklus air.
2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini.
2.1.2.1 Penelitian tentang Model Pembelajran Kooperatif tipe Jigsaw II
Jati (2016) bertujuan untuk meningkatkan tanggung jawab siswa
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II pada mata pelajaran
matematika kelas IV SD. Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model siklus yang dilakukan secara
berulang dan berkelanjutan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri
Sapen yang berjumlah 18 siswa dan objeknya adalah tanggung jawab siswa. Hasil
penelitian menunjukkan adanya peningkatan tanggung jawab pada siswa kelas IV SD
Negeri Sapen. Dari kondisi awal yang skor rat-ratanya 26 meningkat sebesar 4.63
yang pada siklus I menjadi 30,63. Selain meningkatnya skor rata-rata siswa,
persentase skor rata-rata juga mengalami peningkatan sebesar 10,31%, dari kondisi
awal 57,77% menjadi 68,08%. Dari hasil observasi tanggung jawab siswa pada
siklus II dapat diketahui bahwa skor rata-ratanya sebesar 34,92 mengalami
peningkatan sebesar 4,29 yang sebelumnya pada siklus I sebesar 30,63. Hal ini juga
menunjukkan bahwa presentase skor rata-rata mengalami peningkatan sebesar 9,51%
dari hasil siklus I 68,08% ke siklus II yaitu 77,59%. Sehingga penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan tanggung jawab siswa
kelas IV SD Negeri Sapen, Manisrenggo, Klaten. Hal ini terlihat dari skor rata-rata
dan persentase skor rata-rata yang telah dibandingkan dari pratindakan, siklus I dan
siklus II.
Surasa, Widodo, dan Suyanto. (2013) bertujuan untuk mendeskripsikan
keefektifan model pembelajaran kooperati tipe jigsaw II dalam menulis puisi.
Penelitian ini bersifat eksperimen murni (true-experiment) dengan control group
pretest-post test design. Populasi dari penelitian ini adalah 240 responden dari siswa
kelas VII SMP Negeri 3 Pringsewu, sedangkan sampel penelitian merupakan kelas
eksperimen (kelas yang pembelajarannya diberikan perlakuan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dan kelas kontrol (kelas diberi perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
model konvensional) dengan pengolahan datanya dilakukan secara kuantitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kemampuan menulis puisi pada siswa yang menggunakan perlakuan model
pembelajaran konvesional (t-hitung 35,310 >t-tabel 1,688) dengan penggunaan model
jigsaw II lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvenional dengan
tingkat keefektifan 14,70% berbanding 9%. Sehingga penelitian menyimpulkan bawa
pembelajaran menulis puisi dengan menggunkan perlakuan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw II dapat menciptakan suasana belajar aktif dalam bekerja sama
untuk saling membantu.
Jamidar (2015) bertujuan untuk memereoleh deskripsi tentang implementasi
model pembelajaran kooperatif tie jigsaw II meningkatkan hasil belajar siswa kelas
VIII B SMPN 2 sinareja pada materi teorema pythagoras. Jenis penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas yang mengacu pada desain Kemmis dan Mc. Taggart yakni
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Sinareja tahun ajaran 2015/2016 yang
berjumlah 30 orang siswa. Hasil penelitia menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan modek pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan
hasil belajar siswa yang dtunjukkan dengan peningkatan jumlah siswa yang tuntas
pada siklus I sebanyak 21 orang siswa (70%) dan jumlah siswa yang tidak tuntas
sebanyak 9 orang (30%). Pada siklus II, jumlah siswa yang dinyatakan tuntas
mengalami peningkatan yaitu sebanyak 27 orang siswa dengan peresentase sebsar
90% dan 3 orang siswa dinyatakan belum tuntas dengan persentase sebesar 10%.
Sehingga penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II ini dapat
meningkatkan aktivasi belajar siswa dan menumbuhkan minat siswa untuk belajar
matematika, hal ini dibuktikan dengan adanya peninkatan rata-rata aktivitas siswa
tiap siklusnya. Rata-rata siklus I sebesar 63% dengan kategori kurang, kemudian
meningkat pada siklus II sebesar 89,4% dengan kategori baik. Serta implementasi
model pembelajaran kooperatif jigsaw II dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas V III B 2 sinareja yang dapat diketahui dari jumlah siswa yang tuntas setiap
siklusnya. Pada siklus I terdapat 21 orang siswa yang tuntas dari 30 orang siswa yang
mengikuti tes akhir tindakan dengan presentase sebesar 70% dan pada siklus II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
mengalami peningkatan yaitu sebanyak 27 orang dinyatakan tuntas dengan
persentase sebesar 90%.
2.1.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Proses Kognitif
Tristiantari, dkk. (2013) meneliti pengaruh implementasi model pembelajaran
kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) terhadap kemampuan berbicara dan
keterampilan berpikir kreatif pada siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan
Seririt. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu yang
datanya dianalisis menggunakan MANOVA. Sampel dari penelitian ini adalah siswa
kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Seririt terdiri dari 62 siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa; (1) terdapat perbedaan kemampuan berbicara yang signifikan
antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan yang
mengikuti model pemebalajaran konvensional. Kemampuan berbicara siswa yang
mengikuti model TPS lebih baik dari pada siswa yang mengikuti model
konvensional; (2) Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif yang signifikan
antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatiftipe TPS dan yang
mengikuit pembelajaran konvensional. Keterampilan berpikir kreatif siswa yang
mengikuti model TPS lebih baik dari pada siswa yang mengikuti model
konvensional. (3) Secara simultan kemampuan berbicara dan keterampilan berpikir
kreatif siswa yang mengikuti model pembelajaran kreatif tipe TPS lebih baik secara
signifikan daripada siswa yang mengikut model pembelajaran konvensional.
Ristiasari, dkk. (2012) meneliti pengaruh model pembelajaran problem
solving dengan mind mapping terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Metode
penelitian ini menggunakan penelitian kuasi eksperimental menggunakan desain
Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII
semester genap sebanyak tujuh kelas, sampel dari penelitian ini terdiri atas kelas VII
E sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang menggunakan metode cermah dan diskusi
biasa dan kelas VII G sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang menerapkan model
pembelajaran problem salving dengan mind mapping. Hasil penelitian diperoleh
peningkatan tes kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen sebesar 0,40
(sedang) sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 0,23 (rendah). Hasil uji t test
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen berbeda signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dengan kelas kontrol. Sehingga penerapan model pembelajaran problem solving
dengan mind mapping berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis SMP Negeri
6 Temanggung.
Karim (2011) meneliti penerapan metode penemuan terbimbing dalam
pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan
berpikir kritis siswa Sekolah Dasar. Metode penelitian ini menggunakan penelitian
eksperimen dengan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Subjek penelitian
melibatkan 104 iswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kuta Blang yang terdiri dari tiga
level sekolah yaitu level tinggi, sedang, dan rendah. Hasil penelitian rata-rata N-gain
pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan pembelajaran penemuan
terbimbing lebih tinggi dari siswa yang belajar dnegan pembelajaran konvensional,
yaitu 0,40521 > 0,27608 serta rata-rata N-gain kemampuan berpikir kritis siswa yang
belajar dengan metode penemuan terbimbing terlihat lebih tinggi dibandingkan
dengan kemampuan brpikir kritis siswa yang belajar dengan pembelajaran
konvensional yaitu 0,32620 > 0,22090. Sehingga setelah diterapkan pembelajaran
matematika dengan metode penemuan terbimbing dketahui bahwa pemahaman
konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
metode penemuan terbimbing lebih baik dalam meningkatkan pemahaman konsep
dan kemampuan berpikir kritis siswa level sekolah tinggi, sedang dan rendah.
Penelitian-penelitian relevan di atas menggunakan populasi siswa SD dan
SMP. Dari penelitian-penelitian tersebut terdapat banyak model pembelajaran
kooperatif yang digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian. Dalam
penggunaannya model pembelajaran berpengaruh terhadap variabel dependen yang
diteliti. Penelitian ini akan berfokus pada suatu penelitian eksperimen untuk melihat
pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan mengevaluasi dan
mencipta pada mata pelajaran IPA siswa kelas V di SD Kanisius Sorowajan
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2.1.2.3 Literature Map
Penelitian-penelitian relevan di atas menggunakan populasi siswa SD dan
SMP. Dari penelitian-penelitian tersebut terdapat banyak model pembelajaran
kooperatif yang digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian. Dalam
penggunaannya model pembelajaran berpengaruh terhadap variabel dependen yang
diteliti. Penelitian ini berfokus pada suatu penelitian eksperimen untuk melihat
pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan mengevaluasi dan
mencipta pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan.
Gambar 2.3 Bagan Penelitian-penelitian yang Relevan
Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw II
Kemampuan mengevaluasi
dan mencipta
Tristiantari, Marhaeni, & Koyan
(2013)
model pembelajaran kooperatif
tipe TPS-kemampuan berbicara
dan keterampilan berpikir kreatif
Ristriasari, Priyono, & Sukaesih
(2012)
Model pembelajaran problem
solving dengan mind mapping-
kemampuan berpikir kritis
Karim, A. (2011)
-penemuan terbimbing -
pemahaman konsp dan
kemampuan berpikir kritis
Jati, N.K. (2016)
model pembelajaran kooperatf tipe
jigsaw II – tanggung jawab
Surasa, Widodo, & Suyanto (2013)
model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw II - keefektifan
Jamilar (2015)
model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw II – hasil belajar
Yang akan diteliti : Model
pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw II-kemampuan
mengevaluasi dan mencipta pada
kelas V sekolah Dasar tema 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2.2.1 Kerangka Berpikir
Pada tahap perkembangan pada anak menurut Piaget proses belajar seseorang
mengikuti pola dan tahapan perkembangan anak sesuai dengan umurnya. Tahap
perkembangan anak menurut Piaget meliputi, tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)
yakni tahap dimana anak dapat melihat, meraba, memegang, mendengar, mencium,
dll; tahap praoperasional (umur 2-7 tahun) yakni tahap dimana anak dapat
mnegorganisasikan simbol atau bahasa tanda untuk menjelaskan suatu objek yang
saat itu tidak sedang bersama dengan objek tersebut; tahap operasional konkret
(umur 7-11 tahun) pada tahap ini anak sudah menggunaka aturan yang logis dan
jelas, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret; tahap operasional
formal (umur lebih dari 11 tahun) pada tahap ini anak sudah mampu berfikir secara
abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”.
Interaksi sosial membawa peranan penting bagi kehidupan. Vygotsky
mempunyai keyakinan mengenai pentingnya pengaruh sosial terhadap perkembangan
kognitif anak yang tercermin dalam Zona Perkembangan Proksimal. Interaksi sosial
yang terjadi yang terjadi pada anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan
intelektual anak, terutama pada tahap operasional konkret (umur 7-11 tahun).
Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kooperatif mengacu
pada model pembelajaran di mana siswa mampu bekerja sama dalam kelompok kecil
dan saling membantu dalam belajar. Model kooperatif tipe Jigsaw II adalah model
pembelajaran kooperatif yang memeberikan kesempatan pada setiap siswa untuk
memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep sebelum siswa belajar
spesialisasinya menjadi ahli.
Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa
untuk membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar tertentu. Kriteria tersebut
meliputi kualitas, efektivitas, efisinsi, dan konsistensi. Kemampuan mengevaluasi
meliputi kemampuan memeriksa dan kemampuan mengkritik.
Kemampuan mencipta adalah proses kemampuan yang dimiliki siswa untuk
menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional.
Kemampuan mencipta merupakan level ke enam (level tertinggi) pada Taksonomi
Bloom. Kemampuan mencipta meliputi kemampuan merumuskan, kemampuan
merencanakan, dan kemampuan memproduksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Pemilihan tema pada penelitin ini adalah Tema 2 mengenai “Peristiwa dalam
Kehidupan”. Peneliti memfokuskan pada materi siklus air sebagai pedoman materi
pada penelitian. Jika model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II diterapkan dalam
pembelajaran Tema 2 mengenai “Peristiwa dalam Kehidupan” kelas V Sekolah
Dasar, maka penerapan model pembelaaran kooperatif tipe jigsaw II akan
berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta siswa.
2.3 Hipotesis Penelitian
2.3.1 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II berpengaruh terhadap
kemampuan mengevaluasi siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta
semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
2.3.2 Penerapan model pembelajaran koopertif tipe jigsaw II berpengaruh terhadap
kemampuan mencipta siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta
semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas komponen penelitian yang digunakan. Komponen tersebut
meliputi jenis penelitian, setting penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian,
teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi-experimental tipe pretest-
posttest non equivalent group design (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 283).
Eksperimen adalah rancangan kuantitatif terbaik yang dapat digunakan untuk
menetapkan kemungkinan sebab-akibat. Peneliti menggunakan model ini ketika
peneliti ingin menetapkan kemungkinan variabel independen dan dependen. Dalam
hal tersebut berarti peneliti berusaha mengontrol semua variabel yang mempengaruhi
hasil kecuali variabel independen. Ketika variabel independen mempengaruhi
variabel dependen, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen
“menyebabkan” atau “barangkali menyebabkan” variabel dependen (Creswell, 2015:
576).
Pada desain yang digunakan dalam penelitian ini semua kelompok dipilih
tidak secara random, karena peneliti tidak dapat menciptakan kelompok buatan untuk
eksperimen. Oleh karena itu, peneliti sering menggunakan kelompok utuh (sekolah,
perguruan tinggi, atau distrik sekolah) dalam penelitian eksperimental (Creswell,
2015: 608). Jenis penelitian quasi experimental tipe pretest-posttest non-equivalent
group design. Dalam quasi experimental, peneliti memberikan perlakuan kontrol
kepada kelompok-kelompok utuh, memberikan pretest kepada kedua kelompok,
melaksanakan kegitan perlakuan eksperimental hanya dengan kelompok eksperimen,
dan memberikan posstest untuk melihat perbedaan di antara kedua kelompok
(Creswell, 2015: 608).
Penelitian dapat diketahui dari hasil pretest dan posttest atau pengaruh kausal
intervensi yang sudah diberikan pada kelompok eksperimen maupun kontrol.
Pengaruh kausal dan intervensi tersebut dapat dihitung dengan menggunakan tiga
langkah berikut (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 283).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
1. Pada kelompok eksperimen, skor posttest dikurangi skor pretest
2. Pada kelompok kontrol, skor posttest dikurangi skor pretest
3. Hasil hitung dari langkah I dikurangi hasil hitung dari langkah II.
(O2-O1) – (O4-O3)
Gambar 3.1 Rumus Pengaruh Perlakuan
Jika hasilnya lebih besar dari nol, ada perbedaan perlakuan (Campbell &
Stanley, dalam Cohen, 2007: 283). Gambar desain dari penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut (Cohen, 2007: 283).
Eksperimental X
-----------------------
Kontrol
Gambar 3.2 Desain Penelitian
Keterangan :
= Rerata skor pretest kelompok eksperimen
= Rerata skor posttest kelompok eksperimen
X = Perlakuan (treatment ) penerapan model jigsaw II
= Rerata skor pretest kelompok kontrol
= Rerata skor posttest kelompok kontrol
Garis putus-putus menunjukkan cara pemilihan antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen yang dilakukan tidak secara random (Cohen, Manion, &
Morrison, 2007: 283).
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Sorowajan, yang berlokasi di Jalan
Sorowajan Baru No 111, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta 55198. SD Kanisius
Sorowajan sudah menggunakan kurikulum 2013 untuk kelas I sampai dengan kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
V, sedangkan untuk kelas VI masih menggunakan kurikulum KTSP 2006. Peneliti
memilih sekolah ini karena penelitian yang dilakukan membutuhkan sekolah yang
menerapkan kurikulum 2013 di kelas V SD dan kelas yang paralel sebagai kelas
eksperimen dan kelas kontrol di kelas.
SD Kanisius Sorowajan merupakan sekolah yang letaknya cukup strategis
karena terletak di pinggir jalan. Fasilitas pendukung yang ada di sekolah ini antara
lain 12 komputer, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 kantin, 6 kamar kecil,
pendopo, dan 1 tempat parkir guru dan karyawan. Peneliti memilih SD Kanisius
Sorowajan sebagai tempat penelitian karena guru sebelumnya belum pernah
menerapkan pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran IPA terutama tipe jigsaw
II. Selama pembelajaran, guru menyampaikan materi dengan cara memberikan
penjelasan, sedangkan siswa tidak terlalu terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
Selain itu, SD Kanisius Sorowajan juga merupakan sekolah yang sudah memiliki
banyak prestasi baik di bidang akademik maupun bidang non akademik.
Prestasi-prestasi yang telah diraih SD Kanisius Sorowajan pada tahun ajaran 2015/2016
No Nama Anak/
Sekolah
Prestasi Tingkat Tahun Keterangan
1. SD Kanisius
Sorowajan
Juaran I lomba
Sekolah Sehat
Kecamatan 2015 LSS
2. Nathanael Bona
Benedict
Juara I Matematika Kecamatan 2015 Dalam rangka
olimpiade
3. Nathanael Bona
Benedict
Juara I LCC umum Kecamatan 2015 LCC umum
4. Christoforus
Dimas Tri
Wicaksono
Juara I LCC umum Kecamatan 2015 LCC umum
5. Gamaliel Twista
Putra
Juara I LCC umum Kecamatan 2015 LCC umum
6. Angelina Charlita
Divani
Juara I Cerpen Kecamatan 2015 FLS2N
7. Petra Septaria
Puspa Melati
Juara I Renang Kecamatan 2016 FLS2N
8. Petra Septaria
Puspa Melati
Juara I Renang Kecamatan 2016 FLS2N
9. Chrisna Nickel
Larinda Putra
Juara I Bulutangkis Kecamatan 2016 PORDA
Pelajar
10. Noven
Bujijangge
Juara III Karate Kecamatan 2016 Dalam rangka
PORDA
11. Brigita Samora Juara III Anak
Berbakat
Provinsi 2016 Siswa
berbakat
Dikpora
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Waktu
pengambilan data dimulai pada bulan September 2017 yang dilakukan sekitar 2
minggu. Pengambilan data eksperimental dilakukan dalam waktu yang relatif
singkat. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya bias dalam penelitian
yang dilakukan dan untuk mengendalikan ancaman terhadap validitas internal
penelitian berupa maturasi. Jadwal pengambilan data penelitian di kelompok kontrol
maupun eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data
Kelompok Kegiatan Alokasi Waktu Hari, Tanggal
Kelompok Kontrol Pretest 2 x 35 menit Sabtu, 30 September 2017
Pembelajaran I 2 x 35 menit Selasa, 03 Oktober 2017
Pembelajaran II 2 x 35 menit Kamis, 05 Oktober 2017
Pembelajaran III 2 x 35 menit Sabtu, 07 Oktober 2017
Pembelajaran IV 2 x 35 menit Selasa, 10 Oktober 2017
Posttest I 2 x 35 menit Kamis, 12 Oktober 2017
Posttest II 2 x 35 menit Selasa, 17 Oktober 2017
Kelompok
Eksperimen
Pretest 2 x 35 menit Jumat, 30 September 2017
Pembelajaran I 2 x 35 menit Selasa, 03 Oktober 2017
Pembelajaran II 2 x 35 menit Kamis, 05 Oktober 2017
Pembelajaran III 2 x 35 menit Sabtu, 07 Oktober 2017
Pembelajaran IV 2 x 35 menit Selasa, 10 Oktober 2017
Posttest I 2 x 35 menit Kamis, 12 Oktober 2017
Posttest II 2 x 35 Menit Selasa, 17 Oktober 2017
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006: 130).
Pendapat lain mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek yang akan
diteliti. Jadi populasi bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek
atau objek yang dipelajari. Populasi untuk seluruh siswa kelas V SD Kanisisus
Sorowajan yang berjumlah 62 siswa.
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi penelitian (Arikunto, 2010:
174). Teknik pengambilan sampel menggunakan desain non prbability sampling tipe
convenience sampling. Teknik convenience sampling merupakan pemilihan sampel
yang biasa digunakan untuk penelitian pendidikan dengan menggunakan kelas yang
tersedia karena keterbatasan administrasi untuk memilih secara acak (Best & Kahn,
2006: 18-19). Penelitian ini menggunakan kelas yang tersedia, karena peneliti tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
memiliki wewenang untuk mengatur komposisi kelas. Kelas tersebut dibagi menjadi
2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Penentuan
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan dengan teknik diundi yang
disaksikan oleh guru kelas yang pelaksanaannya menunjukkan kelas VA terpilih
sebagai kelas kontrol dan kelas VB sebagai kelas eskperimen. Sampel penelitian
untuk kelompok kontrol adalah seluruh siswa kelas VA yang berjumlah 32 siswa.
Sampel untuk kelompok eksperimen adalah seluruh siswa kelas VB yang berjumlah
30 siswa.
3.4 Variabel penelitian
Variabel dianggap sebagai suatu konsep atau gagasan yang difokuskan oleh
peneliti menjadi sebuah objek penelitian yang ingin diteliti (Cohen, Manion, &
Morrison, 2007: 504). Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).
Variabel independen (variabel bebas) adalah stimulus yang dapat
mempengaruhi hasil percobaan secara totoal atau sebagian (Cohen, Manion, &
Morrison, 2007: 504). Variabel independen (variabel bebas) dalam penelitian ini
adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II karena dengan
penerapan variabel tersebut dapat mempengaruhi variabel dependen.
Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Darmawan, 2013: 109). Variabel
dependen (variabel terikat) ini adalah 2 tingkatan proses kognitif dalam taksonomi
Bloom yaitu proses kognitif mengavluasi dan mencipta siswa kelas V pada tema 2,
yang difokuskan pada mata pelajaran IPA mengenai siklus air.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.3 Pemetaan Variabel Penelitian
Model Jigsaw II
Kemampuan Mengevaluasi
Kemampuan Mencipta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
jigsaw II dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut,orientasi,
pengelompokkan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi
(pemaparan)nkelompok ahli dalam group, tes (penilaian), pengakuan kelompok.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif dalam taksonomi
Bloom yang telah direvisi pada level mengevaluasi dan mencipta. Peneliti
mengambil beberapa aspek dari setiap level tersebut. Kemampuan kognitif
mengevaluasi mengambil dua aspek yaitu memeriksa dan mengkritik (Anderson &
Krathwohl, 2010: 125). Sedangkan pada kemampuan kognitif mencipta aspek yang
diambil adalah merumuskan, merencanakan, dan memproduksi (Anderson &
Krathwohl, 2010: 130-133).
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Di samping perlu menggunakan metode yang tepat, penelitian juga perlu
memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan (Margono, 2007: 158).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes, yaitu tes
uraian. Tes adalah suatu alat pengukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang
harus dijawab secara sengaja dalam situasi yang distandarisasikan, bertujuan untuk
mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompo (Masidjo, 2010: 38).
Tes uraian atau essay adalah tes yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengorgnaisasikan jawabannya secara bebas sesuai dengan kemampuannya dengan
bahasanya sendiri atas jumlah item yang relatif kecil dan tuntutan jawaban yang
benar, relevan, lengkap, berstruktur, jelas (Masidjo, 2010: 38).
Kelebihan tes essay adalah pertama tes essay tepat untuk menilai proses
berpikir yang melibatkan aktivitas kognitif tingkat tinggi dan tidak semata-mata
hanya mengingat dan memahami fakta atau konsep saja. Kedua tes essay memaksa
peserta didik untuk mengemukakan jawabannya ke dalam bahasa yang runtut sesuai
dengan gayanya sendiri. Ketiga tes essay memaksa peserta didik untuk
mempergunakan pikirannya sendiri dan kurang memberikan kesempatan untuk sikap
untung-untungan. Keempat bentuk tes essay mudah untuk disusun, maka tidak
banyak menghabiskan waktu (Nurgiyantoro, 2011: 118).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pretest dan
posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Tujuannya untuk
mengendalikan ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa instrumentasi
dengan instrumen yang sama. Pretest diberikan sebelum mereka mendapatkan
perlakuan pembelajaran dengan model jigsaw II dan pembelajaran biasa
menggunakan metode ceramah pada kelompok kontrol. Posttest diberikan setelah
kedua kelompok medapat perlakuan. Posttest dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui adanya pengaruh setelah dilakukan pembelajaran di kedua kelompok
dengan metode yang berbeda. Tujuan dilakukan posttest I untuk mengetahui adanya
pengaruh setelah dilakukan pembelajaran kedua kelompok dengan metode yang
berbeda. Setelah 2 minggu dilakukan posttest I, kelompok kontrol dan eksperimen
diberi soal posttest II. Posttest II dilakukan untuk mengetahui retensi pengaruh
perlakuan.
Pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol maupun eksperimen dilakukan
oleh satu guru yang sama. Tujuannya untuk mengendalikan ancaman terhadap
validitas internal penelitian berupa implementasi. Peneliti berperan sebagai observer
selama pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini.
Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian
No. Kelompok Variabel Pengukuran
data
Instrumen
1 Eksperimen (V.1)
Mengevaluasi
Pretest Soal Essay
(nomor) 5a, 5b, 5c.
Kontrol (V.2) Posttest 1
dan Posttest
2
Soal Essay
(nomor) 5a, 5b, 5c.
2 Eksperimen (V.1)
Mencipta
Pretest Soal Essay
(nomor) 6a, 6b, 6c.
Kontrol (V.2) Posttest 1
dan posttest
2
Soal Essay
(nomor) 6a, 6b, 6c.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan dalam
mengumpulkan data penelitian (Margono, 2003: 155). Penelitian ini menggunakan
pelajaran IPA pada materi siklus air kelas V. Instrumen dalam penelitian ini
menggunakan soal pretest dan posttest berupa soal essay yang berjumlah 18 buah
item soal. Penelitian mengambil materi pelajaran IPA pada pembelajaran tematik
tema 2 sub tema 2 mengenai siklus air dengan Kompetensi Dasar 3.5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Mendeskripsikan siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta
kelangsungan makhluk hidup.
Instrumen yang disusun oleh peneliti dalam penelitian payung adalah soal
essay yang masing-masing nomor mewakili tingkat taksonomi Bloom yaitu
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Instrumen ini digunakan oleh tiga orang peneliti yang masing-masing
meneliti dua level kemampuan kognitif. Instrumen yang diteliti dalam penelitian ini
dari keenam instrumen yang telah disusun adalah instrumen nomor 5 dan 6 sebagai
instrumen untuk mengukur kemampuan kognitif pada level mengevaluasi dan
mencipta dalam penelitian payung. Pembagian instrumen soal diantaranya pada
instrumen soal nomor 1a, 1b, 1c, 2a, 2b, 2c merupakan instrumen soal kemampuan
mengingat dan memahami, pada instrumen soal 3a, 3b, 3c, 4a, 4b, 4c kemampuan
mengaplikasikan dan menganalisis, pada instruen soal nomor 5a,5b,5c,6a,6b,6c
merupakan instrumen soal kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Tes esai yang
digunakan oleh peneliti memuat dua kemampuan yaitu kemampuan mengevaluasi
dan mencipta dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen
No Variabel Aspek Indikator No
Soal
5 Mengevaluasi
Memeriksa Menentukan berdasarkan
pernyataan tentang urutan
siklus air.
5a
Mengkritik Mengkritik pernyataan
mengenai kegiatan
membuang sampah ke
sungai.
5b
Mengkritik Mengkritik gambar dan
pernyataan mengenai
dampak penebangan hutan.
5c
6 Mencipta
Merumuskan Merumuskan pernyataan
dan jawaban mengenai
penyebab banjir.
6a
Merencanakan Merencanakan langkah
percobaan terjadinya banjir.
6b
Memproduksi Membuat gambar tentang
percobaan terjadinya banjir.
6c
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
3.7 Teknik Pengujian Instrumen
Instrumen ini diujicobakan sebelum diberikan kepada responden yang akan
digunakan dalam penelitian. Pengujian instrumen ini bertujuan untuk mendapatkan
instrumen yang valid dan reliabel.
3.7.1 Uji Validitas
Validitas adalah derajat yang menunjukkan di mana suatu tes mengukur apa
yang hendak diukur (Sukardi, 2007: 122). Soal yang valid menunjukkan adanya
kesesuaian antara butir-butir soal tes dengan maksud dilakukannya perlakuan (Ali &
Muhammad, 2014: 262). Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas isi, validitas permukaan, dan validitas konstruk.
3.7.1.1 Validitas Permukaan
Validitas muka adalah kejelasan tampilan soal. Validitas muka merupakan
validitas yang menunjukkan apakah alat pengukur atau instrumen penelitian dari segi
rupanya tampak mengukur yang ingin diukur atau tidak (Cohen, Manion, &
Morrison 2007: 163). Validator memberikan komentar terhadap instrumen yang
digunakan untuk penelitian tersebut pada nomor 5a, validator memberikan komentar
bahwa kata “di bawah” bisa diganti dengan kata “berikut ini”. Peneliti mengganti
kata “di bawah” menjadi kata “berikut ini”. Pada nomor 5b, validator memberikan
komentar bahwa kata “di atas” bisa diganti dengan kata “tersebut”. Peneliti
mengganti kata “di atas” menjadi kata “tersebut”. Pada nomor 5c, validator
memberikan komentar bahwa kata “di bawah” bisa diganti dengan kata “berikut ini”.
Peneliti mengganti kata “di bawah” menjadi kata “berikut ini”. Pada nomor 6a,
validator memberikan komentar bahwa kata “di atas” bisa diganti dengan kata
“tersebut”. Peneliti mengganti kata “di atas” menjadi kata “tersebut”. Pada nomor 6b,
validator tidak memberikan komentar. Pada nomor 6c, validator memberikan
komentar bahwa pada soal 6c “mungkin tidak gambar, tapi skematis saja”. Peneliti
mengganti perintah pada soal 6c dengan meminta anak membuat skematis saja (lihat
Lampiran 3.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
3.7.1.2 Validitas Isi
Sebuah tes memiliki validitas isi apabila mampu merepresentasikan cakupan
dan tujuan pembelajaran dengan menggunakan materi sesuai dengan bidang
penilaian bersangkutan (Cohen, Manion, & Morison, 2007: 162). Validitas ini
dicapai dengan penilaian profesional dari para ahli atau expert judgment. Expert
judgment dilakukan oleh 2 ahli yaitu Dosen dan guru SD kelas V. Pada instrumen
nomor 5a mendapat rerata skor sebesar 3,67 bahwa dalam menentukan kesimpulan
sudah sesuai dengan komentar bahwa sebaiknya kata “di bawah” bisa diganti dengan
kata “berikut ini”. Instrumen nomor 5b mendapat rerata 3,33 bhwa dalam mengkritik
sebuah pernyataan sudah sesuai dengan komentar bahwa sebaiknya kata “di atas”
bisa diganti dengn kata “tersebut”. Pada instrumen nomor 5c mendapat rerata skor
sebesar 3,67 bahwa dalam mengkritik gambar dan pernyataan sudah sesuai dengan
komentar kata “di bawah” bisa diganti dengan kata “berikut ini” dan kata “di atas”
bisa diganti dengan kata “tersebut”. Pada instrumen nomor 6a mendapat rerata skor
sebesar 3,33 bahwa dalam merumuskan pernyataan sudah sesuai dengan komentar
kata “di atas” bisa diganti dengan kata “tersebut”. Pada instrumen nomor 6b
mendapat rerata skor sebesar 3,33 bahwa dalam merencanakan langkah percobaan
sudah sesuai. Pada instrumen nomor 6c mendapat rerata skor sebesar 3,33 bahwa
dalam membuat gambar tentang percobaan sudah sesuai dengan komentar mungkin
tidak dengan gambar tapi sistematis saja. Rerata skor dari validator 1 untuk semua
variabel yaitu 59 yang berarti bahawa instrumen layak dengan revisi kecil. Rerata
skor dari validator 2 untuk semua variabel yaitu 66 yang berarti bahwa instrumen
sangat layak. Serta rerata skor dari validator 3 untuk semua variabel yaitu 61 yang
berarti bahwa instrumen sangat layak. Kegita validator tidak memberikan masukan
pada nomor 6b.
3.7.1.3 Validitas Konstruk
Konstruk adalah sesuatu yang berhubungan dengan fenomena dan objek yang
abstrak, tetapi gejalanya dapat diamati dan diukur (Sudaryono, dkk, 2013: 106).
Validitas kontruk dicapai dengan uji empiris untuk memastikan adanya keterkaitan
yang jelas dari item tes (Cohen, Manion, & Morison, 2007: 163). Sebuah tes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes
tersebut mengukur setiap aspek variabel yang diteliti (Arianto, 2012: 83).
Validitas konstrak dilakukan dengan uji empiris atau pengalaman instrumen
tes pada siswa kelas V SD Kanisius Kalasan beralamatkan di Jalan Solo,
Tirtomartani, kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, 55571 yang
tidak digunakan sebagai subjek penelitian. Pengujian dilakukan pada hari Kamis
tanggal 27 Mei 2017 selama 2 x 35 menit. Uji instrumen dilakukan di SD tersebut
karena sudah terakreditasi A, dan menggunakan kurikulum 2013. Jumlah responden
dalam uji instrumen pada penelitian ini terdapat 53 siswa.
Setelah data hasil uji empiris diperoleh, selanjutnya hasil tersebut diolah
menggunakan aplikasi IBM SPSS statistics 22 for Windows untuk menguji apakah
instrumen-instrumen tersebut valid atau tidak, dengan rumus Pearson Correlation
dengan taraf 5%. Hasil uji coba soal tersebut ditabulasi kemudian dihitung
validitasnya menggunakan rumus korelasi dan Pearson dengan kriteria sebagai
berikut jika harga p < 0,05 item tersebut dikatakan valid atau jika rhitung > rtabel
(Sugiyono, 2013: 179).
Tabel 3.4 menunjukkan hasil uji variabel kemampuan kognitif Benjamin S.
Bloom. Kemampuan kognitif Benjamin S. Bloom terdiri dari 6 kemampuan, yaitu
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisi, mengevaluasi, dan mencipta.
Penelitian ini merupakan penelitian yang kolaboratif, sehingga peneliti hanya
mencantumkan hasil uji validitas dari dua kemampuan yang diteliti yaitu
kemampuan mengevaluasi dan mencipta
.
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Aspek Mengevaluasi dan Mencipta
Variabel Aspek r tabel r hitung P Keterangan
Mengevaluasi Memeriksa 0,2706 0,692** 0,000 Valid
Mengkritik 0,2706 0,804** 0,000 Valid
Mengkritik 0,2706 0,783** 0,000 Valid
Mencipta Merumuskan 0,2706 0,596** 0,000 Valid
Merencanakan 0,2706 0,408** 0,002 Valid
Memproduksi 0,2706 0,549** 0,000 Valid
** Signifikan pada level 0,01
Uji validitas instrumen di atas dilakukan dengan mengoreksi total seluruh
skor dengan total masing-masing variabel. Penelitian ini merupakan penelitian
payung. Enam variabel di atas diteliti oleh 3 orang peneliti. Penelitian ini khusus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
meneliti variabel mengevaluasi dan mencipta saja, sedangkan variabel yang lain
diteliti oleh 2 orang peneli lainnya dalam penelitian payung.
3.7.2 Uji Reliabilitas
Suatu instrumen dikatakan memiliki reliabilitas jika memberikan ketetapan
hasil atau konsistensi hasil dari waktu ke waktu dan dari responden yang sama
(Cohen, Manion, dan Morisson 2007: 164). Suatu hasil pengukuran hanya dapat
dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok
subjek yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang
diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Suatu tes yang reliabel atau andal
adalah suatu tes yang hasil pengukurannya dalam satu atau berbagai pengukuran
menunjukkan hasil yang konsistensi atau hasil yang tepat dan teliti. Pengujian
reliabilitas pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach.
Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel atau tidaknya suatu
instrumen penelitian adalah jika harga Alpha Cronbach > 0,60 (Nunnally, dalam
Ghozali, 2009: 46). Tingkat reliablitas dengan metode Alpha Cronbach diukur
berdasarkan skala alpha 0 sampai dengan 1 yang kemudian dibagi ke dalam lima
kelas yaitu (Triton, 2006: 248).
Table 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Cronbach’s Alpha N Keterangan
Uji Reliabilitas
Instrumen
0,702 6 Reliabel
Berdasarkan perhitungan Alpha Cronbach aspek memiliki nilai Alpha
Cronbach sebesar 0,702. Nilai tersebut menunjukkan dinyatakan reliabel karena
memiliki nilai 0,702.
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistics
22 for Windows dengan taraf signifikansi 5%. Adapun analisis data yang dilakukan
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. Teknik analisis data dilakukan melalui
langkah-langkah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
3.8.1 Uji Pengaruh Perlakuan
Sebelum melakukan langkah-langkah analisis statistik untuk menguji
hipotesis penelitian, diperlukan langkah-langkah pengujian awal untuk memastikan
syarat-syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu guna menentukan jenis-jenis uji
statistik yang sesuai untuk pengujian selanjutnya. Untuk itu dilakukan uji asumsi
berupa uji normalitas distribusi data, uji homogenitas varian, dan uji perbedaan
kemampuan awal.
3.8.1.1 Uji Asumsi
1. Uji normalitas distribusi data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang terdistribusi
dalam kurva normal atau tidak (Priyatno, 2012: 132). Uji normalitas ini diterapkan
pada seluruh data yang akan diolah dan dimaksud untuk menentukan jenis analisis
statistik selanjutnya yang akan digunakan. Uji normalitas data yang digunakan
adalah dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan melihat harga p. Analisis data
menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut.
: Ada deviasi dari normalitas
: Tidak ada deviasi dari normalitas
Kriteria untuk menentukan normalitas distribusi data sebagai berikut:
1. Jika harga p > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya data berdistrbusi
normal. Teknik statistik yang digunakan selanjutnya adalah statistik Teknik
analisis yang digunakan selanjutnya yaitu menggunakan teknik statistik
parametrik independent samples t-test atau paired samples t-test (Field, 2009:
326).
2. Jika harga p < 0,05 Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya data berdistribusi tidak
normal. Teknik analisis yang digunakan selanjutnya yaitu menggunakan teknik
statistik parametrik Mann-Whitney U test atau Wilcoxon signed ranks test (Field,
2009: 345).
2. Uji Homogenitas Varian
Uji homogenitas varian dilakukan untuk memastikan apakah varian dari
rerata dua kelompok yang dibandingkan memiliki varian yang homogen. Kondisi
yang ideal adalah jika variannya homogen. Pengujian ini diperlukan terutama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
statistik parametrik untuk data yang tidak berpasangan yaitu independent samples t
test. Teknik pengujian homogenitas varian menggunakan Levene’s test (Field, 2009:
340). Jika varian homogen, data yang digunakan adalah data pada baris pertama
dalam analisis output SPSS pada independent samples t-test yang sebaris dengan
keterangan equal variances assumed. Jika varian tidak homogen, data yang
digunakan adalah data pada baris kedua dengan keterangan equal variences non-
assumed. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.
: Tidak ada perbedaan varian yang signifikan antara rerata pretest-posttest
kelompok kontrol dan kelompok esperimen.
: Ada perbedaan varian yang signifikan antara rerata pretest-posttest
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui homogenitas varian sebagai berikut.
a. Jika harga p < 0,05 ditolak dan diterima. Artinya, ada perbedaan
varian yang signifikan. Dengan kata lain, varian kedua kelompok tersebut
tidak homogen.
b. Jika harga p > 0,05 diterima dan ditolak. Artinya, tidak ada
perbedaan varian yang signifikan. Dengan kata lain, varian kedua kelompok
tersebut homogen.
Untuk uji homogenitas varian, data yang diambil dari skor pretest dan selisih
pretest-posttest I dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
3.8.1.2 Uji Perbedaan kemampuan Awal
Pengujian perbedaan kemampuan awal dilakukan agar peneliti dapat
mengetahui apakah kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki
kemampuan awal yang sama, sehingga dapat dibandingkan. Langkah ini untuk
memastikan bahwa kemampuan awal kedua kelompok tersebut sama meskipun
teknik pengambilan sampel tidak dilakukan secara random (Cohen, Manion, &
Morison, 2007: 283). Santoso (2012: 100) menyatakan kondisi ideal bagi kedua
kelompok adalah kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang signifikan atau
kemampuan yang sama. Uji ini dilakukan dengan menganalisis hasil skor pretest
antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berdasarkan uji tersebut dapat
diketahui apakah ada perbedaan kemampuan awal antara kelompok kontrol dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
kelompok eksperimen atau tidak. Skor pretest idealnya adalah jika skor kedua
kelompok tidak memiliki perbedaan yang signifikan karena menunjukkan
kemampuan yang sama antara kedua kelompok. Analisis statistik yang digunakan
adalah analisis parametrik Independent samples t-test untuk data normal, sedangkan
data tidak normal analisis statistik yang digunakan adalah statistik non-parametrik
Mann-Whitney U-test (Field, 2009: 345). Analisis data menggunakan hipotesis
statistik sebagai berikut.
: Tidak ada perbedaan rerata pretest yang signifikan antara kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen.
: Ada perbedaan rerata pretest yang signifikan antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen.
Kriteria pengambilan keputusan untuk uji kemampuan awal dalam penelitian
ini sebagai berikut:
a. Jika harga p < 0,05 ditolak dan diterima. Artinya, ada perbedaan
kemampuan awal yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Dengan kata lain, kedua kelompok tersebut memiliki
kemampuan awal yang berbeda.
b. Jika harga p > 0,05 diterima dan ditolak. Artinya tidak ada
perbedaan kemampuan awal yang signifikan antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Dengan kata lain, kedua kelompok tersebut memiliki
kemampuan awal yang sama.
Uji perbedaan kemampuan awal ini juga untuk membedakan apakah ancaman
terhadap validitas internal penelitian berupa karakteristik subjek bisa dikendalikan
dengan baik. Kondisi yang ideal adalah keduanya mempunyai kemampuan awal
yang sama.
3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakuan bertujuan untuk melihat perbedaan rerata
selisih skor pretest dan posttest I kedua kelompok. Berdasarkan hasil uji signifikansi
pengaruh perlakuan ini dapat diketahui pengaruh penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw II terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Uji
signifikansi pengaruh perlakuan diperoleh dengan cara berikut. 1) Mengurangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen. 2) Mengurangkan rerata selisih
skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol. 3) Mengurangkan hasil cara
pertama dengan cara kedua (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 276-277). Rumus
dalam menguji signifikansi pengaruh perlakuan sebagai berikut (Cohen, Manion, &
Morrison, 2007: 277):
Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan uji asumsi untuk
memeriksa homogenitas varians dengan melihat harga Sig. Levene’s test. Kriteria
yang digunakan adalah sebagai berikut (Field, 2009: 150).:
Jika harga p < 0,05 maka tidak terdapat homogenitas varians pada kedua data yang
dibandingkan.
Jika harga p > 0,05 maka terdapat homogenitas varians pada kedua data yang
dibandingkan.
Analisis data menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut.
: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest-posttest
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
: Ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest-posttest kelompok
kontrol kelompok eksperimen.
Pengambilan keputusan untuk mengetahui signifikan perlakuan (Priyatno, 2012:
24) yakni:
a. Jika p > 0,05 Hi ditolak dan Hnull diterima. Artinya, tidak ada perbedaan yang
signifikan. Dengan kata lain, penerapan variabel independen tidak
berpengaruh terhadap kemampuan dalam variabel dependen.
b. Jika p < 0,05. Hi diterima dan Hnull ditolak. Artinya, ada perbedaan yang
signifikan. Dengan kata lain, penerapan variabel independen berpengaruh
terhadap kemampuan dalam variabel dependen.
3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan dilakukan bertujuan mengetahui besarnya
pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II terhadap
kemampuan mengevaluasi dan kemampuan mencipta. Kata lain dari besarnya
(O2-O1)-(O4-O3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
pengaruh perlakuan disebut effect size. Jika data yang diperoleh terdistribusi dengan
normal, maka digunakan rumus koefisien korelasi Pearson (Field, 2009: 332). Cara
untuk mengetahui koefisien korelasi yaitu dengan mengubah harga t menjadi harga r
(Field, 2009: 332).
Teknik yang banyak digunakan adalah teknik koefisien korelasi Pearson (r)
yang menggunakan skala 0 (tidak ada efek) dan 1 (efek sempurna). Teknik
pengukuran efek ini merupakan teknik yang berguna karena memberikan ukuran
yang objektif untuk memastikan besarnya efek dari suatu perlakuan. Cohen (1988,
1992, dalam Field, 2009: 57) memberikan kriteria sebagai berikut.
r = √
Gambar 3.4 Rumus Besar Efek untuk Data Normal
Keterangan :
r = besar pengaruh (effect size) perlakuan dengan menggunakan koefisiensi
korelasi Pearson.
t = harga uji t
df = harga derajad kebebasan (degree of freedom)
Sedangkan, apabila distribusi data tidak normal, maka menggunakan rumus sebagai
berikut (Field, 2009: 550)
r =
√
Gambar 3.5 Rumus Besar Efek untuk Data Tidak Normal
Keterangan :
r = besar pengaruh perlakuan
Z = harga konvensi dari standar deviasi (dilihat dari uji statistic Mann-Whitney)
N = 2 x jumlah responden yang bersangkutan
Untuk mengubah r menjadi persen, digunakan koefisien diterminasi (R2) x 100%
(Field, 2009: 179).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel 3.6 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan
r = 0,10 : efek kecil atau setara dengan 1%
r = 0,30 : efek menengah atau setara dengan 9%
r = 0,50 : efek besar atau setara dengan 25%
Fraenkel, Wallen, dan Hyun (2012: 253) memberikan penjelasan lebih lanjut sebagai
berikut.
No Harga r Interpretasi
1. 0,00-0,40 Efek tidak penting secara praktis, bisa jadi masih penting secara teoretis
untuk membuat prediksi.
2. 0,41-0,60 Efek cukup besar secara praktis dan teoretis.
3. 0,61-0,80 Efek sangat penting, tetapi jarang dicapai dalam penelitian pendidikan.
4. 0,81-1,00 Mungkin terjadi kesalahan dalam penghitungan; jika tidak, efeknya
memang sangat besar.
Untuk teknik pengujian besar pengaruh, jika distribusi data normal, digunakan rumus
korelasi Pearson berikut (Field, 2009: 332).
3.8.2 Analisis Lebih Lanjut
3.8.2.1 Uji Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest
Uji peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Persentase kenaikan skor pretest ke posttest I dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut (Gunawan, 2006: 575).
( )
Gambar 3.6 Rumus Uji Peningkatan skor Pretest-Posttest I
Tahap selanjutnya adalah menghitung gain score. Gain score adalah
perbedaan skor pretest dan posttest dari sebuah ukuran (Fraenkel, 2012: 250-251).
Perhitungan selisih skor pretest dan posttest (Gain Score) dlakukan untuk melihat
perbedaan skor pretest dan posttest I yang saling dominan pada kelompok kontrol
dan eksperimen. Cara untuk menghitung gain score adalah membagi frekuensi
dengan jumlah siswa dikalikan 100%. Frekuensi gain score yang diambil kurang
lebih 50% dari skor tertinggi selish posttest I-prestest kedua kelompok. Persentase
selisih rerata skor pretest ke posttest I digunakan perhitungan namun sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Gain skor =
x 100%
Gambar 3.7 Rumus Gain Score
Frekuensi yang diambi pada gain score yaitu 50% dari skor tertinggi selisih
pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pada gain score
terdapat grafik polygon yang menunjukkan bahwa perbandingan yang tepat pada
rerata antara kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen (Fraenkel, 2012: 250-
251).
3.8.2.2 Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I
Uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest dilakukan untuk
mengetahui besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest pada kelomppok kontrol
maupun kelompok eksperimen. Teknik statistik yang digunakan adalah Paired
samples t-test jika data berdistribusi normal, Wilcoxon signed rank test jika data
berdistribusi tidak normal (Field, 2009: 345).
Analisis satistik dengan menggunakan komputer IBM SPSS Statistics 22 for
Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak
Hnull jika harga p < 0,05 (Field, 2009: 53).
Berikut adalah hipotesis statistiknya:
Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest dan posttest I
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest dan posttest I pada
kelompok kotrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut.
a. Jika harga p > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada
perbedaan yang signifkan antara rerata skor pretest dan posttest I pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain tidak
terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I.
b. Jika harga p < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada
perbedaan yang signifkan antara rerata skor pretest dan posttest I pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain terdapat
peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I.
3.8.2.3 Uji korelasi rerata pretest dan posttest I
Uji korelasi rerata pretest dan posttest I dilakukan untuk mengetahui
hubungan atau korelasi antara rerata skorr pretest dan posttes I pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Jika data diperoleh terdistribusi dengan normal,
maka digunakan rumus koefisien korelasi Pearson program IBM SPSS Statistic 22
for Windows. Jika data tidak terdistribusi normal, maka digunakan analisis statistik
non-parametrik, yaitu rumus Spearman’s correlation coefficient (Field, 2009: 332).
Langkah selanjutnya adalah menganalisis dengan tingkat kepercayaan sebesar
95%. Hipotesis statistik yang digunakan untuk menganalisis data adalah sebagai
berikut (Field, 2009: 181).
P : jika harga p<0,05
Q : jika r negatif
Hnull : korelasi pretest-posttest I ≠ P dan Q
Hi : korelasi pretest-posttest I = P dan Q
atau
Hnull : Tidak ada perbedaan hasil korelasi pretest-posttest I dengan P dan Q
Hi : Ada perbedaan hasil korelaso pretest-posttest I dengan P dan Q
Kriteria untuk menarik kesimplan adalah sebagai berikut.
- Jika hasilnya P dan Q, Hnull diterima. Berarti acaman terhadap validitas
internal penelitian berupa regresi statisik tidak bisa dikendalikan dengan baik.
- Jika hasilnya bukan P dan Q, Hnull ditolak. Berarti ancaman terhadap validitas
internal penelitian berupa regresi statistik bisa dikendalikan dengan baik.
Uji korelasi ini juga dimaksudkan untuk memriksa apakah ada ancaman terhadap
regresi statistik. Ada ancaman jika hasilnya negatif dan signifikan.
3.8.2.4 Uji retensi pengaruh perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah pengaruh
perlakuan masih kuat sesudah dua minggu dilakukan treatment. Untuk itu digunakan
data dari skor posttest I dan posttest II dari kelompok kontrol dan kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
eksperimen. Uji statistik yang digunakan adalah Paired samples t-test jika data
terdistribusi dengan normal. Uji statistik menggunakan Wilcoxon jika data
terdistribusi dengan tidak normal (Field, 2009: 345). Teknik analisis data
menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis statistiknya adalah sebagai
berikut.
Hnull : Tidak ada perbedaan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II
pada kelompok kontrol dan/atau kelompok eksperimen.
Hi : Ada perbedaan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II pada
kelompok kontrol dan/atau kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Jika harga p > 0,05 maka Hnull diterima Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan
yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Dengan kata lain tidak terjadi penurunan skor yang
signifikan dari posttest I dan posttest II.
2. Jika harga p < 0,05 maka Hnull ditolak Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang
signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Dengan kata lain terjadi penurunan skor yang signifikan
dari posttest I dan posttest II. Untuk mengetahui presentase kenaikan skor
posttest I dan posttest II digunakan rumus sebagai berikut Gunawan, 2006: 575).
Peningkatan = ( – )
x 100%
Gambar 3.8 Rumus Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini merupakan hasil penelitian yang berisi implementasi penelitian, dan
pembahasan mengenai pengaruh penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe
jigsaw II terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Implementasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua kelas yang digunakan kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Penentuan kelompok kotrol dan kelompok eksperimen
dilakukan dengan cara undian yang disaksikan oleh guru mitra. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain non probability sampling
dengan tipe covenience sampling. Teknik convenience sampling merupakan
penelitian sampel yang biasa digunakan untuk penelitian pendidikan dengan
menggunakan kelas yang tersedia karena keterbatasan administrasi untuk memilih
secara acak (Best & Kahn, 2006: 18-19). Pengundian yang dilakukan menunjukkan
hasil bahwa kelas VB B sebagai kelompok eksperimen dan kelas V A sebagai
kelompok kontrol. Berikut ini akan dideskripsikan populasi penelitian dan
pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan sampel penelitian
Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan
Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini terdiri seluruh siswa kelas V. Sampel
penelitian dalam penelitian ini adalah kelas VA dan kelas VB. Hasil tersebtu didapat
dari undian yang disaksikan oleh guru mitra. Sampel penelitian yang pertama yaitu
kelas V B sebagai kelompok eksperimen. Jumlah siswa kelas V B yaitu 30 anak yang
terdiri dari 18 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki. Siswa pada kelompok
eksperimen ini rerata berasal dari latar belakang ekonomi menengah. Data siswa
menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua siswa antara lain karyawan swasta,
wiraswasta, PNS, dan buruh. Latar belakang pendidikan orang tua antara lain SMP,
SMA/SMK, D3, dan S1. Ketika dilakukan treatment, siswa hadir di kelas, namun ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
beberapa siswa yang tidak hadir ketika posttest I sebanyak satu anak dan ketika
posttest II sebanyak satu anak. Peristiwa tersebut dapat menjadi ancaman terhadap
validitas internal jenis mortalitas. Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012: 282)
menjelaskan bahwa mortalitas yaitu adanya perbedaan jumlah partispan pada waktu
pretest dan posttest akibat partisipan mengundurkan diri dalam penelitian. Untuk
mengatasi hal tersebut solusi yang digunakan adalah data siswa yang tidak hadir
tersebut tetap dimasukkan dengan menggunakan rerata skor sebagai data karena
siswa-siswa tersebut sudah mendapat treatment.
Sampel penelitian yang kedua yaitu kelas V A sebagai kelompok kontrol.
Jumlah siswa kelas V A yaitu 32 siswa, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 12
siswa perempuan. Siswa pada kelompok kontrol ini rerata berasal dari latar belakang
ekonomi menengah. Data siswa menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua siswa
antara lain wiraswasta, swasta, buruh, wirausaha, pendeta, Arsitek, dan PNS. Latar
belakang pendidikan orang tua antara lain SD, SMA/SMK, D3, dan S1. ketika
dilakukan treatment, semua siswa hadir di kelas, namun ada beberapa siswa yang
tidak hadir ketika pretest sebanyak tiga siswa, ketika posttest I sebanyak satu siswa,
dan ketika posttest II sebanyak tiga siswa. Peristiwa tersebut dapat menjadi ancaman
terhadap validitas internal jenis mortalitas. Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012: 282)
menjelaskan bahwa mortalitas yaitu adanya perbedaan jumlah partispan pada waktu
pretest dan posttest akibat partisipan mengundurkan diri dalam penelitian. Untuk
mengatasi hal tersebut solusi yang digunakan adalah data siswa yang tidak hadir
tersebut tetap dimasukkan dengan menggunakan rerata skor sebagai data karena
siswa-siswa tersebut sudah mendapat treatment.
4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran
Penelitian dimulai dengan pretest pada kedua kelompok yang dilaksanakan
pada hari Sabtu, 30 September 2017. Siswa kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol mengerjakan soal pretest yang berjumlah 6 butir soal uraian dalam waktu 2 x
35 menit atau 2 jam pelajaran. Guru memberikan pengarahan kepada siswa tentang
langkah-langkah pengerjaan soal sebelum siswa menjawab soal. Siswa juga
diperbolehkan untuk bertanya kepada Guru jika ada soal yang kurang dipahami.
Guru yang mendampingi siswa selama mengerjakan soal pretest, treatment,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
mengerjakan soal posttest I dan posttest II adalah guru yang sama. Dalam hal ini,
peneliti tidak mengambil peran dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti bertugas
dalam menyiapkan alat dan bahan yang digunakan sebelum pelaksanaan treatment
dan mendokumentasikan kegiatan treatment. Berikut deskripsi dari implementasi
kegiatan pembelajaran pada kelompok Kontrol dan kelompok Eksperimen.
1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol
Pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan metode ceramah.
Pembelajaran ini membutuhkan waktu dua jam pelajaran (2 x 35 menit) untuk setiap
pertemuan. Pembelajaran dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dengan materi
pokok tentang siklus air namun dengan sub materi yang berbeda-beda.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 03 Oktober 2017 pada
pukul 10.00-11.10 WIB. Sub materi yang dipelajari yaitu Kegiatan awal yaitu proses
siklus air. Kegiatan awal yaitu apersepsi oleh guru. Guru melakukan tanya jawab
mengenai proses siklus air. Kegiatan inti dilaksanakan dengan memberikan
penjelasan kepada siswa tentang proses terjadinya siklus air dan tahap-tahap proses
siklus air. Siswa menerima materi yang dijelaskan oleh guru mitra dan mencatat hal-
hal penting di buku masing-masing. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan guru
menyimpulkan dan memberikan umpan balik kepada siswa mengenai proses siklus
air.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 04 Oktober 2017 pada pukul
10.00-11.10 WIB. Sub materi yang dipelajari yaitu kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhi proses siklus air. Kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan
apersepsi melalui tanya jawab macam-macam kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhi proses siklus air dalam kehidupan sehari-hari. Setelah memberi
penjelasan, siswa menulis penjelasan guru di buku catatan. Kegiatan pembelajaran
diakhiri dengan menyimpulkan materi yang telah dipelajari secara bersama-sama.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Kamis, 05 Oktober 2017 ada pukul
10-11.10 WIB. Sub materi yang dipelajari yaitu peristiwa alam dan dampaknya
terhadap kelangsung siklus air. Guru melakukan kegiatan apersepsi dengan kegiatan
tanya jawab kepada siswa mengenai peristiwa alam yang berdampak pada
kelangsungan siklus air. Pada kegiatan inti, siswa mendengarkan ceramah dari guru
mengenai contoh persitiwa alam yang sering terjadi dan berdampak pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
kelangsungan siklus air. Siswa mencatat pada buku masing-masing. Kegiatan
pembelajaran pertemuan ketiga diakhiri dengan menyimpulkan materi tentang siklus
air.
Pada hari Sabtu, 07 Oktober 2017 siswa pada kelompok kontrol mengerjakan
soal posttest I untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah menerima
pembelajaran dengan metode ceramah. Pada tanggal 27 Oktober 2017, siswa pada
kelompok kontrol mengerjakan soal posttest II untuk mengetahui kembali
pemahaman siswa dalam beberapa waktu setelah mendapatkan pembelajaran dengan
metode ceramah. Soal yang dikerjakan siswa pada pretest, posttest I, dan posttest II
merupakan soal yang sama berjumlah 6 butir soal uraian. Soal nomor 5 digunakan
untuk meneliti variabel mengevaluasi yang terdiri dari tiga sub soal yaitu 5a, 5b, dan
5c. Soal nomor 6 digunakan untuk meneliti variabel mencipta yang terdiri dari tiga
sub soal yaitu 6a, 6b, dan 6c.
2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen
Pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II. Waktu pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan selama tiga
kali pertemuan dengan materi pokok tentang siklus air dan sub materi yang berbeda-
beda setiap pertemuan. Pembelajaran dilaksanakan oleh guru mitra di dalam kelas.
Pembelajaran di kelas menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup.
Pendahuluan, inti, dan penutup. Pendahuluan berisi salam, apersepsi, motivasi, dan
penyampaian tujuan pembelajaran. Kegiatan inti berisi enam langkah yaitu orientasi,
pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)
kelompok ahli dalam group, tes (penilaian), pengakuan kelompok. Kegiatan penutup
berisi penegasan, refleksi, dan tindak lanjut terhadap siswa.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 03 Oktober 2017 dari
pukul 08.00-09.20 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah proses siklus air. Di
kegiatan awal guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang proses siklus air
(apersepsi), penyampaian tujuan pembelajaran (orientasi) dan memotivasi siswa
untuk semangat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menyanyikan lagu “Tik-
Tik Bunyi Hujan” (motivasi). Selanjutnya, kegiatan inti pertama adalah guru
memperlihatkan video tentang proses terjadinya hujan dan siswa mengemati video
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
tersebut. Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai proses terjadinya hujan.
Kegiatan inti yang kedua adalah guru membentuk siswa dalam 5 kelompokyang
dinamakan sebagai kelompok asal. Dalam kelompok asal terdiri dari 6 siswa yang
diberi nama ahli1, ahli2, ahli 3, ahli 4, ahli 5, dan ahli 6. Kegiatan inti yang ketiga
yaitu guru memberikan materi yang berbeda kepada setiap ahli pada masing-masing
kelompok. Masing-masing ahli harus mempelajari materi tersebut selama 15 menit.
Kegiatan inti ke empat yaitu masing-masing ahli diminta untuk berkumpul sesuai
dengan nomor ahlinya masing-masing dan mendiskusikan mengenai materi yang
mereka dapatkan. Kegiatan inti yang ke lima yaitu masing-masing ahli kembali ke
kelompok asal untuk mensharingkan hasil diskusi bersama dengan kelompok ahli
kepada kelompok asal dan menjawab soal dalam LKS yang sudah diberikan oleh
guru. Dalam kegiatan ini, guru menuntun dan mendampingi siswa bersama dengan
kelompok dalam menyelesaikan tugas. Kegiatan inti di kahiri dengan siswa dan guru
menganalisis dan mengevalasi hasil diskusi yang telah dipresentasikan. Pada
kegiatan penutup, siswa bersama guru merangkum materi yang telah dipelajari,
memberikan penguatan, dan melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 04 Oktober 2017 dari pukul
08.00-09.20 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah pengaruh kegiatan manusia
terhadap siklus air. Di kegiatan awal guru melakukan tanya jawab dengan siswa
tentang proses siklus air (apersepsi), penyampaian tujuan pembelajaran (orientasi)
dan memotivasi siswa untuk semangat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
melakukan games “Angin Bertiup” (motivasi). Selanjutnya, kegiatan inti pertama
adalah guru memperlihatkan video tentang bencana banjir dan siswa mengemati
video tersebut. Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai peristiwa alam yang
sering terjadi akibat kegiatan manusia yang mempengaruhi siklus air. Kegiatan inti
yang kedua adalah guru membentuk siswa dalam 5 kelompok yang dinamakan
sebagai kelompok asal. Dalam kelompok asal terdiri dari 6 siswa yang diberi nama
ahli1, ahli2, ahli 3, ahli 4, ahli 5, dan ahli 6. Kegiatan inti yang ketiga yaitu guru
memberikan materi yang berbeda kepada setiap ahli pada masing-masing kelompok.
Masing-masing ahli harus mempelajari materi tersebut selama 15 menit. Kegiatan
inti ke empat yaitu masing-masing ahli diminta untuk berkumpul sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
nomor ahlinya masing-masing dan mendiskusikan mengenai materi yang mereka
dapatkan. Kegiatan inti yang ke lima yaitu masing-masing ahli kembali ke kelompok
asal untuk mensharingkan hasil diskusi bersama dengan kelompok ahli kepada
kelompok asal dan menjawab soal dalam LKS yang sudah diberikan oleh guru.
Dalam kegiatan ini, guru menuntun dan mendampingi siswa bersama dengan
kelompok dalam menyelesaikan tugas. Kegiatan inti di kahiri dengan siswa dan guru
menganalisis dan mengevalasi hasil diskusi yang telah dipresentasikan. Pada
kegiatan penutup, siswa bersama guru merangkum materi yang telah dipelajari,
memberikan penguatan, dan melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan.
Pertemuan ke tiga dilaksanakan pada hari Kamis, 05 Oktober 2017 dari
pukul 08.00-09.20 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah peristiwa alam dan
damaknya terhadap kelangsungan siklus air. Di kegiatan awal guru melakukan tanya
jawab dengan siswa tentang peristiwa alam dan damaknya terhadap kelangsungan
siklus air (apersepsi), penyampaian tujuan pembelajaran (orientasi) dan memotivasi
siswa untuk semangat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menyanyikan lagu
“Tik Tik Bunyi Hujan” (motivasi). Selanjutnya, kegiatan inti pertama adalah guru
memperlihatkan video tentang tanah longsor dan siswa mengemati video tersebut.
Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai peristiwa alam lainnya yang
mempengaruhi kelangsungan siklus air. Kegiatan inti yang kedua adalah guru
membentuk siswa dalam 5 kelompok yang dinamakan sebagai kelompok asal. Dalam
kelompok asal terdiri dari 6 siswa yang diberi nama ahli1, ahli2, ahli 3, ahli 4, ahli 5,
dan ahli 6. Kegiatan inti yang ketiga yaitu guru memberikan materi yang berbeda
kepada setiap ahli pada masing-masing kelompok. Masing-masing ahli harus
mempelajari materi tersebut selama 15 menit. Kegiatan inti ke empat yaitu masing-
masing ahli diminta untuk berkumpul sesuai dengan nomor ahlinya masing-masing
dan mendiskusikan mengenai materi yang mereka dapatkan. Kegiatan inti yang ke
lima yaitu masing-masing ahli kembali ke kelompok asal untuk mensharingkan hasil
diskusi bersama dengan kelompok ahli kepada kelompok asal dan menjawab soal
dalam LKS yang sudah diberikan oleh guru. Dalam kegiatan ini, guru menuntun dan
mendampingi siswa bersama dengan kelompok dalam menyelesaikan tugas.
Kegiatan inti dikahiri dengan siswa dan guru menganalisis dan mengevalasi hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
diskusi yang telah dipresentasikan. Pada kegiatan penutup, siswa bersama guru
merangkum materi yang telah dipelajari, memberikan penguatan, dan melakukan
refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Pada hari Sabtu, 07 Oktober 2017 siswa pada kelompok kontrol mengerjakan
soal posttest I untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah menerima
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Pada tanggal 27
Oktober 2017, siswa pada kelompok kontrol mengerjakan soal posttest II untuk
mengetahui kembali pemahaman siswa dalam beberapa waktu setelah mendapatkan
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Soal yang
dikerjakan siswa pada pretest, posttest I, dan posttest II merupakan soal yang sama
berjumlah 6 butir soal uraian. Soal nomor 5 digunakan untuk meneliti variabel
mengevaluasi yang terdiri dari tiga sub soal yaitu 5a, 5b, dan 5c. Soal nomor 6
digunakan untuk meneliti variabel mencipta yang terdiri dari tiga sub soal yaitu 6a,
6b, dan 6c.
4.1.2 Deskripsi Sebaran Data
Pada deskripsi sebaran data, peneliti ingin memperlihatkan perbedaan adata
yang diperoleh pada kelompok kontrol dan eksperimen untuk setiap indikator. Hasil
dari sebaran data dapat dilihat pada tabel berikut.
4.1.2.1 Kemampuan Mengevaluasi
1. Kelompok Kontrol
Tabel 4.1 Sebaran Data Kelompok Kontrol
No Indikator Soal Pretest Posttest I
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
5a Menentukan
berdasarkan
pernyataan tentang
urutan siklus air.
21 6 4 2 32 7 15 7 3 32
5b Mengkritik
pernyataan
mengenai kegiatan
membuang sampah
ke sungai.
10 17 4 1 32 1 8 15 8 32
5c Mengkritik gambar
dan pernyataan
mengenai dampak
penebangan hutan.
4 15 5 8 32 3 2 15 12 32
Jumlah 35 38 13 11 96 11 25 37 23 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hasil sebaran data soal pretest pada
kelompok kontrol untuk ketiga indikator dari kemampuan mengevaluasi, siswa yang
mendapat nilai 1 sebanyak 35 anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 38, siswa
yang mendapat nilai 3 sebanyak 13 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak
11 anak. Nilai yang sering muncul dari 32 siswa yang mengerjakan soal pretest yaitu
nilai 2 sebanyak 38 anak.
Dari hasil sebaran data soal posttest I pada kelompok eksperimen untuk
ketiga indikator dari kemampuan mengevaluasi, siswa yang mendapat nilai 1
sebanyak 11 anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 25 anak, siswa yang
mendapat nilai 3 sebanyak 37 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 23
anak. Hasil posttest I menunjukkan bahwa siswa paling banyak mendapat nilai 3
yaitu sebanyak 37 anak, sedangkan pada pretest siswa paling banyak mendapat nilai
2 yaitu sebanyak 38 anak. Hal ini berarti terjadi peningkatan skor dari pretest ke
posttest I. Selain itu, siswa yang mendapat nilai 1 dan 2 berkurang, sedangkan siswa
yang mendapat nilai 3 dan 4 bertambah saat posttest I.
2. Kelompok Eksperimen
Tabel 4.2 Sebaran Data Kelompok Eksperimen
No Indikator Soal Pretest Posttest I
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
5a Menentukan
berdasarkan
pernyataan tentang
urutan siklus air.
14 11 4 1 30 1 5 12 12 30
5b Mengkritik
pernyataan
mengenai kegiatan
membuang sampah
ke sungai.
15 11 4 0 30 0 1 6 23 30
5c Mengkritik gambar
dan pernyataan
mengenai dampak
penebangan hutan.
13 12 2 3 30 3 1 14 12 30
Jumlah 42 34 10 4 90 4 7 32 47 90
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hasil sebaran data soal pretest pada
kelompok eksperimen untuk ketiga indikator dari kemampuan mengevaluasi, siswa
yang mendapat nilai 1 sebanyak 42 anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 34
anak, siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 10 anak, dan siswa yang mendapat nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
4 sebanyak 4 anak. Nilai yang sering muncul dari 30 siswa yang mengerjakan soal
pretest yaitu nilai 2 sebanyak 34 anak.
Dari hasil sebaran data soal posttest I pada kelompok eksperimen untuk
ketiga indikator dari kemampuan mengevaluasi, siswa yang mendapat nilai 1
sebanyak 4 anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 7 anak, siswa yang
mendapat nilai 3 sebanyak 32 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 47
anak. Hasil posttest I menunjukkan bahwa siswa paling banyak mendapat nilai 4
yaitu sebanyak 47 anak, sedangkan pada pretest siswa paling banyak mendapat nilai
2 yaitu sebanyak 34 anak. Hal ini berarti terjadi peningkatan skor dari pretest ke
posttest I. Selain itu, siswa yang mendapat nilai 1 dan 2 berkurang, sedangkan siswa
yang mendapat nilai 3 dan 4 bertambah saat posttest
4.1.2.2 Kemampuan Mencipta
1. Kelompok Kontrol
Tabel 4.3 Sebaran Data Kelompok Kontrol
No Indikator Soal Pretest Posttest I
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
6a Merumuskan
pernyataan dan
jawaban mengenai
penyebab banjir.
23 5 1 3 32 14 7 8 3 32
6b Merencanakan
langkah percobaan
terjadinya banjir.
19 10 1 2 32 16 13 1 2 32
6c Membuat gambar
tentang percobaan
terjadinya banjir.
20 6 3 3 32 21 8 1 2 32
Jumlah 62 21 5 8 96 51 28 10 7 96
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hasil sebaran data soal pretest pada
kelompok kontrol untuk ketiga indikator dari kemampuan mencipta, siswa yang
mendapat nilai 1 sebanyak 62 anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 21, siswa
yang mendapat nilai 3 sebanyak 5 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 8
anak. Nilai yang sering muncul dari 32 siswa yang mengerjakan soal pretest yaitu
nilai 1 sebanyak 62 anak.
Dari hasil sebaran data soal posttest I pada kelompok eksperimen untuk
ketiga indikator dari kemampuan mencipta, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 51
anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 28 anak, siswa yang mendapat nilai 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
sebanyak 10 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 7 anak. Hasil posttest I
menunjukkan bahwa siswa paling banyak mendapat nilai 1 yaitu sebanyak 51 anak,
sedangkan pada pretest siswa paling banyak mendapat nilai 1 yaitu sebanyak 62
anak. Hal ini berarti terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I. Selain itu,
siswa yang mendapat nilai 1 berkurang, sedangkan siswa yang mendapat nilai 2, 3,
dan 4 bertambah saat posttest I.
2. Kelompok Eksperimen
Tabel 4.4 Sebaran Data Kelompok Eksperimen
No Indikator Soal Pretest Posttest I
1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total
6a Merumuskan
pernyataan dan
jawaban mengenai
penyebab banjir.
11 9 8 2 30 7 2 11 10 30
6b Merencanakan
langkah percobaan
terjadinya banjir.
20 4 2 4 30 0 4 12 14 30
6c Membuat gambar
tentang percobaan
terjadinya banjir.
19 6 2 3 30 0 2 11 17 30
Jumlah 50 19 12 9 90 7 8 34 41 90
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hasil sebaran data soal pretest pada
kelompok kontrol untuk ketiga indikator dari kemampuan mencipta, siswa yang
mendapat nilai 1 sebanyak 50 anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 19, siswa
yang mendapat nilai 3 sebanyak 12 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak
9 anak. Nilai yang sering muncul dari 32 siswa yang mengerjakan soal pretest yaitu
nilai 1 sebanyak 50 anak.
Dari hasil sebaran data soal posttest I pada kelompok eksperimen untuk
ketiga indikator dari kemampuan mencipta, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 7
anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 8 anak, siswa yang mendapat nilai 3
sebanyak 34 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 41 anak. Hasil posttest
I menunjukkan bahwa siswa paling banyak mendapat nilai 3 yaitu sebanyak 34 anak,
sedangkan pada pretest siswa paling banyak mendapat nilai 1 yaitu sebanyak 50
anak. Hal ini berarti terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I. Selain itu,
siswa yang mendapat nilai 1 dan 2 berkurang, sedangkan siswa yang mendapat nilai
3 dan 4 bertambah saat posttest I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I
Hipotesis penelitin I adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II pada mata pelajaran IPA siklus air kelas V SD Kanisius sorowajan
Yogyakarta semester gasal tahun 2017/2018. Variabel dependen hipotesis di atas
yaitu kemampuan mengevaluasi, sedangkan variabel independen yaitu penerepan
model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur variabel dependen terdiri dari 1 soal uraian yaitu item 5 yang mengandung
indikator menentukan berdasarkan pernyataan tentang urutan siklus air.
Hasil analisis statistik secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan
program statistik yaitu IBM SPSS Statistic 22 for Windows dengan tingkat
kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Tahapan analisis data yang dilakukan
adalah sebagai berikut. 1) Uji normalitas data dengan tujuan untuk mengetahui data
berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan analisis
selanjutnya menggunakan statistik parametrik atau non parametrik, 2) Uji perbedaan
kemampuan awal dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal pada kelompok
kontrol dan eksperimen, 3) Uji signifikansi pengaruh perlakuan, dan 4) Uji besar
pengaruh perlakuan. Selanjutnya dilakukan analisis lebih lanjut yang terdiri dari 1)
Perhitungan persentase peningkatan skor pretest ke posttest I, 2) Uji besar efek
peningkatan skor pretest ke posttest I, 3) Uji korelasi antara skor pretest ke posttest I,
dan 4) Uji retensi pengaruh perlakuan.
4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas distribusi data digunakan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi dengan normal atau tidak, hal ini sebagai prasyarat digunakannya
analisis parametrik (Priyatno, 2012: 132). Data skor pretest, posttest I, posttest II,
dan selisih pretest ke posttest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diuji
normalitasnya menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov test. Jika data
menunjukkan hasil dengan harga p>0,05, maka data terdistribusi normal maka untuk
analisis data selanjutnya menggunakan statistik parametrik, namun jika data
menunjukkan hasil dengan harga p < 0,05,maka data tidak terdistribusi normal maka
analisis data selanjutnya menggunakan statistik non parametrik (Priyanto, 2012: 11).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Hasil uji normalitas kemampuan mengevaluasi kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.3.1).
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data
Kelompok Aspek p Keputusan
Kontrol Pretest 0,089 Normal
Posttest I 0,091 Normal
Posttest II 0,200 Normal
Selisih Pretest-
Posttest I
0,060 Normal
Eksperimen Pretest 0,000 Tidak Normal
Posttest I 0,001 Tidak Normal
Posttest II 0,004 Tidak Normal
Selisih Pretest-
Posttest I
0,120 Normal
Tabel 4.5 menunjukan harga p > 0,05 untuk semua aspek yaitu pretest,
posttest I, posttest II, dan selisih rerata skor pretest-posttest I untuk kelompok kontrol
dan untuk kelompok eksperimen menunjukkan harga p > 0,05 untuk aspek selisih
rerata skor pretest-posttest I, sedangkan untuk aspek pretest, posttest I, dan posttest II
menunjukkan harga p < 0,05. Hal tersebut berarti Hnull diterima dan Hi ditolak
sehingga tidak ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas datau atau data
terdistribusi normal untuk aspek selisih rerata skor pretest-posttest I dan analisis
statistik yang digunakan selanjutnya yaitu statistik parametrik. Sedangkan untuk
aspek pretest, posttest I, posttest II menggunakan analisis statistik yang digunakan
adalah statistik nonparametrik dikarenakan data tidak normal.
4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan
awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji ini dilakukan untuk
memastikan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki
kemampuan awal yang sama, meskipun pengambilan sampel penelitian tidak
dilakukan secara random, sehingga kedua kelompok dapat dibandingkan. Uji ini juga
dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap validitas internal yaitu karakteristik
subjek. Uji perbedaan ini membandingkan pretest antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Uji perbedaan ini menggunakan uji statistik. Mann Whitney
Test dengan program IBM SPSS Statistics 22. Jika harga p > 0,05 maka kesimpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
yang diambil adalah tidak ada perbedaan yang signifikan antara pretest kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Jika harga p < 0,05 maka dapat disimpulkam
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pretest kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Hasil uji statistik Mann Whitney Test terdapat dalam tabel di bawah ini.
(lihat Lampiran 4.4.1)
Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Mengevaluasi
Uji Statistik p Keterangan
Mann Whitney Test 0,66 Memiliki kemampuan awal
yang sama
Hasil uji perbedaan kemampuan awal siswa menunjukkan bahwa harga p =
0,66. Nilai p > 0,05. Kesimpulan yang diambil adalah tidak ada perbedaan yang
signifikan terhadap rerata skor pretest kemampuan mengevaluasi antara kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Maka kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama terhadap kemampuan
mengevaluasi. Dengan demikian ancaman terhadap karakteristik subjek bisa
dikendalikan dengan baik, karena memiliki kemampuan awal yang sama.
4.1.3.3 Uji Siginifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan antara sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan. Cohen (2007: 276-
277) menjelaskan bahwa uji ini dapat dilakukan dengan rumus yang sesuai dengan
desain penelitian awal yaitu (O2 – O1) – (O4 – O3). Jika hasil tersebut lebih dari 0
(nol) maka penerapan model kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh terhadap
kemampuan mengevaluasi. Hasil perhitungan menunjukkan selisih skor posttest I-
pretest pada kelompok eksperimen sebesar 1,6 dan selisih skor posttest I- pretest
pada kelompok kontrol sebesar 0,76. Dari perhitungan menggunakan rumus tersebut
didapatkan hasil yaitu 0,84 (didapat dari selisih 1,6 – 0,76). Untuk mengetahui
apakah pengaruhnya signifikan atau tidak maka dilakukan uji statistik yaitu dengan
cara menghitung selisih antara skor posttest I dan pretest dalam kemampuan
mengevaluasi pada kedua kelompok. Selisih tersebut kemudian diuji normalitasnya
menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Hasil p selisih skor pretest dan posttest I pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
kelompok kontrol yaitu 0,200 dan pada kelompok eksperimen yaitu 0,120. Kedua
hasil p lebih dari 0,05 sehingga kedua data terdistribusi normal.
Setelah diketahui bahwa data terdistribusi normal, maka diperlukan uji
asumsi dengan Levene’s test untuk mengetahui homogenitas varian. Jika harga p >
0,05 maka varian kedua data yang dibandingkan sama atau homogen. Jika harga p <
0,05 maka varian kedua data tidak sama atau tidak homogen (Field, 2009: 150). Jika
harga p > 0,05 maka terdapat homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan.
Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians
Uji Statistik F p Keputusan
Levene’s Test for Equality of
Variances
0,768 0,384 Homogen
Tingkat kepercayaan Levene’s Test yang digunakan 95% menunjukkan
bahwa F = 0,768 dan harga p = 0,384 (p > 0,05), hal ini berarti terdapat homogenitas
varians data. Jika terdapat homogenitas varians, data uji statistik yang digunakan
Independent samples t-test yang diambil adalah data pada baris pertama output SPSS
(Field, 2009: 340).
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Field (2009: 53)
menyatakan bahwa kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah apabila harga
p < 0,05. Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengevaluasi dapat dilihat pada tabel
4.8 berikut (lihat Lampiran 4.5.1).
Tabel 4.8 Hasil UJi Perbedaan Rerata Pretest-Posttest I
Uji Statistik p Keterangan
Independent samples t-test 0,001 Ada perbedaan
Rerata skor yang dicapai pada kelompok eksperimen (M = 1,61, SE = 1,53)
lebih tinggi daripada rerata skor yang dicapai pada kelompok kontrol (M = 0,78, SE
= 0,17). Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t (60) = -3,674, p = 0,001 (p <
0,05) maka Hnull ditolah dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan
antara rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan mengevaluasi
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan yang dapat ditarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
dari hasil signifikansi pengaruh perlakuan adalah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw II berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Hasil
perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan
mengevaluasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada
grafik berikut.
Gambar 4.1 Grafik Garis Selisih Pretest ke Posttest I
Hasil perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap
kemampuan mengevaluasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat
dilihat pada diagram berikut.
Gambar 4.2 Diagram rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I
Grafik di atas menunjukkan perbedaan selisih antara kelompok kontrol
dengan mean = 0,78 dengan kelompok eksperimen dengan mean = 1,61. Kelompok
1,98
2,76
1,73
3,35
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
Pretest Posttest 1
KelompokKontrol
KelompokEksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
kotrol memiliki selisih skor preest dan posttest I yang lebih rendah daripada
kelompok eksperimen.
4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan atau effect size dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II
terhadap kemampuan mengevaluasi. uji besar pengaruh perlakuan dihitung secara
manual dengan menggunakan rumus √
karena data yang digunakan
terdistribusi normal. Berikut ini hasil perhitungan besar pengaruh perlakuan pada
kemampuan mengevaluasi. (lihat Lampiran 4.6)
Tabel 4.9 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Variabel t t2
df r (effect
size)
R2 % Kategori
Efek
Mengevaluasi -3,674 13,498276 60 0,42 0,18 18% Menengah
Berdasarkan tabel di atas, harga r (effect size) pada kemampuan mengevaluasi
sebesar 0,42 yang setara dengan efek menengah. Harga R2 yaitu 0,18 sehingga jika
dikalikan 100% maka persentase besar pengaruh perlakuan pada kemampuan
mengevaluasi yaitu 18%. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II memberikan
pengaruh sebesar 18% terhadap kemampuan mengevaluasi, sedangkan 82% sisanya
merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel yang diteliti. Variabel lain
tersebut misalnya intelegensi, motivasi, kesehatan tubuh, lingkungan kelas, atau latar
belakang siswa (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151).
4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut
1. Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I
Perhitungan persentase ini dilakukan untuk mengetahui besarnya persentase
peningkatan kemampuan mengevaluasi yang dilihat dari skor pretest ke posttest I
pada kedua kelompok. Selanjutnya, dilakukan uji signifikansi peningkatan skor
pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan skor
yang signifikan dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun eksperimen.
Analisis perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
mengambil data rerata skor pretest ke posttest I pada uji normalitas distribusi data
menggunkan One Samples Kolmogorov-Smirnov test. Persentase peningkatan rerata
pretest ke posttest I dihitung dengan cara membagi selisih rerata pretest ke posttest I
dengan rerata pretest, selanjutnya dikalikan 100%. Hasil perhitungan persentase
peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.
(lihat Lampiran 4.7.1)
Tabel 4.10 Peningkatan Rerata Skor pretest ke posttest I
No Kelompok Rerata Peningkatan
(%)
p Signifikansi
Pretest Posttest I
1 Kontrol 1,98 2,76 39 0,000 Signifkan
2 Eksperimen 1,73 3,35 48 0,000 Signifikan
Tabel 4.10 menunjukkan rerata pretest pada kelompok kontrol sebesar 1,98
dan rerata pretest pada kelompok eksperimen sebesar 1,73, sedangkan rerata posttest
I pada kelompok kontrol sebesar 2,76 dan rerata posttest I pada kelompok
eksperimen sebesar 3,35. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke
posttest I pada kelompok kontrol sebesar 39% sedangkan persentase peningkatan
pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen sebesar 48%. Kesimpulan yang
dapat ditarik adalah terjadi peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok
kontrol maupun pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengevaluasi.
Hasil uji signifikansi rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok
eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,000 (p < 0,05), sedangkan pada hasil uji
signifikansi rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol menunjukkan
harga p sebesar 0,000 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima yang berarti
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest ke posttest I terhadap
kemampuan mengevaluasi pada kelompok kontrol dan eksperimen. Kesimpulan yang
dapat diambil adalah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke
posttest I terhadap kemampuan mengevaluasi pada kelompok kontrol dan
eksperimen. Untuk memperjelas perbandingan rerata skor pretest ke posttest I dapat
dilihat pada gambar grafik batang 4.8 di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Rerata Skor Pretest ke Posttest I
Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen
lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu 48%, sedangkan pada kelompok kontrol
sebesar 39%. Hasil ini diperjelas pada gambar 4.4 menggunakan grafik poligon
untuk melihat perbedaan selisih pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan
eskperimen. Berikut adalah grafik yang menunjukkan frekuensi selisih pretest-
posttest I (gain score) pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Gambar 4.4 Grafik Gain Score
1,98 1,73
2,76
3,35
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Kel. Kontrol Kel. Eksperimen
Re
rata
Grafik Perbandingan Rerata Skor Pretest ke
Posttest I
pretest
posstest I
1 1 1
2 2
1 1
3
4 4
5
3 3
1 1 1 1
4
5
4
7
4
2
1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00
Fre
kue
nsi
Gain Score
Kelompok Kontrol
KelompokEksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Berdasarkan gambar 4.4 gain score terendah pada kelompok kontrol sebesar -
1,16 sedangkan pada kelompok eksperimen sebesar -2,00. Gain Score tertinggi pada
kelompok kontrol sebesar 3,00 sedangkan gain score tertinggi pada kelompok
eksperimen 2,00. Data tersebut berarti bahwa selisih pretest-posttest yang dominan
pada kelompok eksperimen nilainya lebih besar daripada selisih pretest-posttest I
kelompok kontrol (lihat Lampiran 4.7.3.1)
Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 0,84 pada kelompok kontrol ada 16
anak, sedangkan pada kelompok eksperimen ada 27 anak. Nilai 0,84 merupakan nilai
tengah gain score yang didapat dengan menghitung 50% dari nilai tertinggi.
Persentase gain score ≥ 0,84 pada kelompok kontrol sebesar 50% sedangkan pada
kelompok eksperimen dengan model Jigsaw II sebesar 90% memberi dampak
pengaruh lebih besar daripada kelompok kontrol dengan metode ceramah (lihat
Lampiran 4.7.3.2).
2. Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I
Uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I. Uji ini dilakukan
dengan menggunakan Wilcoxon Samples t-test karena data yang diuji terdistribusi
tidak normal. Berikut hasil uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I (lihat
Lampiran 4.7.2).
Tabel 4. 11 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor pretest ke posttest I
No Kelompok Z N
√ r (effect
size)
R2 % Efek
1 Kontrol 3,64 32 8 0,455 0,207 20,7 Kecil
2 Eksperimen 4,59 30 7,74 0,593 0,351 35,1 Menengah
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw II pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengevaluasi
memiliki efek peningkatan yang berbeda dibandingkan dengan metode ceramah pada
kelompok kontrol terhadap kemampuan mengevaluasi. Besar efek peningkatan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II pada kelompok eksperimen
terhadap kemampuan mengevaluasi sebesar r = 0,593 atau sama dengan 35,1% yang
memiliki efek menengah. Sedangkan pada kelompok kontrol sebesar r = 0,455 atau
sama dengan 20,7% yang memiliki efek kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
3. Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest ke Posttest I
Uji korelasi ini dilakukan untuk mengetahui korelasi yang terjadi antara skor
pretest dan posttest I. Uji ini juga dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap
validitas internal penelitian berupa regresi statistik. Regresi statistik terjadi jika siswa
yang mendapat skor pretest tinggi juga mendapat skor posttest yang lebih rendah,
sedangkan siswa yang mendapat skor pretest rendah akan mendapat skor posttest
lebih tinggi. Data diambil dari rerata skor pretest dan skor posttest I pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen yang berdistribusi tidak normal, sehingga
menggunakan rumus Spearman untuk data tidak normal. Tingkat kepercayaan yang
digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolah Hnull yaitu jika harga
p < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I pda
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terdapat pada tabel 4.12 berikut. (lihat
Lampiran 4.7.2.1).
Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I
No Kelompok Correlation
Coefficient
p Kesimpulan
1 Kontrol -0,211 0,246 Negatif dan tidak
signifikan
2 Eksperimen -0,197 0,296 Negatif dan tidak
signifikan
Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji korelasi pretest dan posttest I pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Harga p pada kelompok kontrol
sebesar 0,246 (p>0,05), artinya Hnull diterima dan Hi ditolak. Oleh karena itu, ada
korelasi yang tidak signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I
pada kelompok kontrol tehadap kemampuan mengevaluasi. Artinya adalah skor
korelasi yang diperoleh kelompok eksperimen tidak bisa digeneralisasikan ke
populasi. Hasil Correlation Coefficient kelompok ksperimen menunjukkan -0,211.
Harga Correlation Coefficient menunjukkan nilai negatif. Hasil perhitungan tersebut
menunjukkan jika skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di
posttest I tinggi. Begitu juga sebaliknya skor siswa di pretest tinggi maka hasil skor
siswa di posttest I rendah. Maka ancaman regresi statistik bisa dikendalikan dengan
baik.
Pada kelompok eksperimen menunjukkan nilai p sebesar 0,296 (p>0,05),
artinya Hnull diterima dan Hi ditolak. Oleh karena itu, ada korelasi yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I pada kelompok
eksperimen tehadap kemampuan mengevaluasi. Artinya adalah skor korelasi yang
diperoleh kelompok eksperimen tidak bisa digeneralisasikan ke populasi. Hasil
Correlation Coefficient kelompok ksperimen menunjukkan -0,197. Harga
Correlation Coefficient menunjukkan nilai negatif. Hasil perhitungan tersebut
menunjukkan jika skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di
posttest I tinggi. Begitu juga sebaliknya skor siswa di pretest tinggi maka hasil skor
siswa di posttest I rendah. Maka ancaman regresi statistik bisa dikendalikan dengan
baik.
4. Uji Retensi pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah
perlakuan yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah beberapa
waktu. Uji retensi pengaruh perlakuan menggunakan Wilcoxon samples t-test yang
sama fungsinya sama dengan Paired Samples t-test. Jika p < 0,05, maka kesimpulan
yang diambil adalah tidak ada perbedaan antara posttest I dan posttest II. Jika p >
0,05 maka disimpulkan bahwa ada perbedaan antara posttest II dan posttest I. Tabel
di bawah ini menunjukkan hasil uji retensi pegaruh perlakuan. (lihat Lampiran 4.9.1)
Tabel 4.13 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
No Kelompok Rerata Peningkatan
(%)
p Kesimpulan
Posttest I Posttest II
1 Kontrol 2,76 1,97 - 29 0,000 Ada
perbedaan
2 Eksperimen 3,35 2,40 -28 0,000 Ada
perbedaan
Tabel di atas menunjukkan adanya perbedaan hasil posttest I dan posttest II
kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Hal ini ditunjukkan dengan harga
p sebesar 0,000 (p<0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan
yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II. Kesimpulan yang dapat ditarik
adalah terjadi penurunan skor yang signifikan dari skor posttest I dan posttest II
kelompok kontrol terhadap kemampuan mengevaluasi. Sedangkan pada kelompok
eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,000 (p<0,05), maka Hnull ditolak dan Hi
diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
II. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi penurunan skor yang signifikan dari
skor posttest I dan posttest II kelompok eksperimen terhadap kemampuan
mengevaluasi.
Persentase penurunan rerata posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol
lebih tinggi daripada kelompok eksperimen. Hal ini ditunjukkan dengan persentase
penurunan kelompok kontrol sebesar -29% sedangkan pada kelompok eksperimen
sebesar -28%. Penurunan skor pretest, posttest I, dan posttest II terhadap kemampuan
mengevaluasi pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada grafik
berikut.
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Pretest, Posttets I, dan Posttest II
Untuk memastikan apakah capaian skor rerata posttest II berbeda atau tidak
dengan pretest maka dilakukan analisis terhadap perbedaan skor pretest dan posttest
II dengan menggunakan Wilocoxon samples t-test yang fungsinya sama dengan
Paired Sampels t-test. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria
yang digunakan untuk menolah Hnull adalah p < 0,05 (Field, 2009: 53). Berikut
adalah hasil uji signifikansi skor pretest ke posttest II yang dapat dilihat pada tabel
4.14 (lihat Lampiran 4.9.1.1)
1,98
2,76
1,97 1,73
3,35
2,40
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
Pretest Posttest 1 Posttest 2
Kelompok Kontrol
KelompokEksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tabel 4.14 Hasil Uji Signifikansi Skor Pretest ke Posttest II
Kelompok Rerata p Kesimpulan
Pretest Posttest II
Kontrol 1,98 1,97 0,620 Tidak signifikan
Eksperimen 1,73 2,40 0,006 Signifikan
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa hasil uji signifikansi skor pretest ke
posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan mengevaluasi menunjukkan
harga p sebesar 0,620 (p>0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak sehingga tidak
ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest II. Sedangkan pada
kelompok eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,006 (p<0,05), maka null
ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest
dan posttest II. Hal ini berarti bahwa pada kelompok eksperimen dengan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dan kelompok kontrol dengan model ceramah
memiliki perbedaan untuk meningkatkan kemampuan mengevaluasi.
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II
Hipotesis penelitian II adalah penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe
Jigsaw II berpengaruh terhadap kemampuan mencipta pada pembelajaran IPA materi
siklus air kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018.
Variabel dependen pada hipotesis di atas yaitu kemampuan mengevaluasi, sedangkan
variabel independen yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dependen terdiri dri 1 soal
uraian yaitu item 6 yang mengandung indikator merumuskan pernyataan dan
jawaban mengenai penyebab banjir, merencanakan langkah percobaan terjadinya
banjir, dan membuat gambar tentang percobaan terjadinya banjir.
Hasil analisis statistik secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan
program statistik yaitu IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat
kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Tahapan analisis data yang dilakukan
adalah sebagai berikut. 1) Uji normalitas data dengan tujuan untuk mengetahui data
berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan analisis
selanjutnya menggunakan statistik parametrik atau non parametrik, 2) Uji perbedaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
kemampuan awal dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal pada kelompok
kontrol dan eksperimen, 3) Uji signifikansi pengaruh perlakuan, dan 4) Uji besar
pengaruh perlakuan. Selanjutnya dilakukan analisis lebih lanjut yang terdiri dari 1)
Perhitungan persentase peningkatan skor pretest ke posttest I, 2) Uji besar efek
peningkatan skor pretest ke posttest I, 3) Uji korelasi antara skor pretest ke posttest I,
dan 4) Uji retensi pengaruh perlakuan.
4.1.4.1 Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas distribusi data digunakan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi dengan normal atau tidak, hal ini sebagai prasyarat digunakannya
analisis parametrik (Priyanto, 2012: 132). Data skor pretest, posttest I, posttest II,
dan selisih pretest ke posttest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diuji
normalitasnya menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov test. Jika data
menunjukkan hasil dengan harga p>0,05, maka data terdistribusi normal maka untuk
analisis data selanjutnya menggunakan statistik parametrik, namun jika data
menunjukkan hasil dengan harga p < 0,05,maka data tidak terdistribusi normal maka
analisis data selanjutnya menggunakan statistik non parametrik (Priyatno, 2012: 11).
Hasil uji normalitas kemampuan mencipta kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.3.2)
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data
Kelompok Aspek p Keputusan
Kontrol Pretest 0,006 Normal
Posttest I 0,000 Tidak Normal
Posttest II 0,000 Tidak Normal
Selisih Pretest-
Posttest I
0,104 Normal
Eksperimen Pretest 0,001 Tidak Normal
Posttest I 0,172 Normal
Posttest II 0,200 Normal
Selisih Pretest-
Posttest I
0,200 Normal
Tabel 4.15 hasil uji normalitas distribusi data kemampuan mencipta
menunjukkan bahwa beberapa data yang melewati proses uji normalitas ini
berdistribui tidak normal. Hanya 2 dari 8 data, yaitu pretest dan rerata selisih prtest-
posttest I kelompok kontrol yang berdistribusi normal, sedangnkan pada kelompok
eksperimen hanya terdapat 3 dari 8 data, yaitu posttest I, posttest II, dan rerata selisih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
prtest-posttest I kelompok eksperimen yang berdistribusi normal. Data lainnya
berdistribusi tidak normal ditunjukkan dengan harga p yang lebih kecil daripada
0,05. Maka dapat disimpulkan data berdistribusi tidak normal dan analisis yang
digunakan statistik nonparametrik, sedangkan data yang memiliki kesamaan
berdistribusi normal yaitu rerata selisih prtest-posttest I menggunakan analisis
statistik parametrik.
4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan
awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji ini dilakukan untuk
memastikan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki
kemampuan awal yang sama, meskipun pengambilan sampel penelitian tidak
dilakukan secara random, sehingga kedua kelompok dapat dibandingkan. Uji ini juga
dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap validitas internal yaitu karakteristik
subjek. Uji perbedaan ini membandingkan pretest antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Uji perbedaan ini menggunakan uji statistik. Mann Whitney
Test dengan program IBM SPSS Statistics 22. Jika harga p > 0,05 maka kesimpulan
yang diambil adalah tidak ada perbedaan yang signifikan antara pretest kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Jika harga p < 0,05 maka dapat disimpulkam
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pretest kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Hasil uji statistik Mann Whitney Test terdapat dalam tabel di bawah ini.
(lihat Lampiran 4.4.2)
Tabel 4.16 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Mencipta
Uji Statistik p Keterangan
Mann Whitney Test 0,157 Memiliki kemampuan awal
yang sama
Hasil uji perbedaan kemampuan awal siswa menunjukkan bahwa harga p =
0,157. Nilai p > 0,05. Kesimpulan yang diambil adalah tidak ada perbedaan yang
signifikan terhadap rerata skor pretest kemampuan mencipta antara kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Maka kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama terhadap kemampuan mencipta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Maka ancaman karakteristik subjek dapat dikendalikan dengan baik karena memiliki
kemampuan awal yang sama.
4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan antara sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan. Cohen (2007: 276-
277) menjelaskan bahwa uji ini dapat dilakukan dengan rumus yang sesuai dengan
desain penelitian awal yaitu (O2 – O1) – (O4 – O2). Jika hasil tersebut lebih dari 0
(nol) maka penerapan model kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh terhadap
kemampuan mencipta. Hasil perhitungan menunjukkan selisih skor posttest I- pretest
pada kelompok eksperimen sebesar 1,36 dan selisih skor posttest I- pretest pada
kelompok kontrol sebesar 0,17. Dari perhitungan menggunakan rumus tersebut
didapatkan hasil yaitu 1,19 (didapat dari selisih 1,36 – 0,17). Untuk mengetahui
apakah pengaruhnya signifikan atau tidak maka dilakukan uji statistik yaitu dengan
cara menghitung selisih antara skor posttest I dan pretest dalam kemampuan
mencipta pada kedua kelompok. Selisih tersebut kemudian diuji normalitasnya
menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Hasil harga p selisih skor pretest dan posttest I
pada kelompok kontrol yaitu 0,104 dan pada kelompok eksperimen yaitu 0,200.
Kedua hasil p lebih dari 0,05 sehingga kedua data terdistribusi normal.
Setelah diketahui bahwa data terdistribusi normal, maka diperlukan uji
asumsi dengan Levene’s test untuk mengetahui homogenitas varian. Jika harga p >
0,05 maka varian kedua data yang dibandingkan sama atau homogen. Jika harga p <
0,05 maka varian kedua data tidak sama atau tidak homogen (Field, 2009: 150). Jika
harga p > 0,05 maka terdapat homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan.
Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.17 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians
Uji Statistik F p Keputusan
Levene’s Test for Equality of
Variances
1,63 0,20 Homogen
Tingkat kepercayaan Levene’s Test yang digunakan 95% menunjukkan harga
F = 1,63 dan harga p = 0,20, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
homogenitas varians dari kedua data yang dibandingkan karena harga p > 0,05. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
ini berarti terdapat homogenitas varians data. Jika terdapat homogenitas varians, data
uji statistik yang digunakan Independent samples t-test yang diambil adalah data
pada baris pertama output SPSS (Field, 2009: 340).
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Field (2009: 53)
menyatakan bahwa kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah apabila harga
p < 0,05. Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen terhadap kemampuan mencipta dapat dilihat pada tabel 4.18
berikut (lihat Lampiran 4.5.2).
Tabel 4.18.Hasil Uji Perbedaan Selisih Rerata Pretest ke Posttest I
Uji Statistik p Keterangan
Independent Samples t-test 0,035 Ada perbedaan
Rerata skor yang dicapai pada kelompok eksperimen (M = 0,74, SE = 0,20)
lebih tinggi daripada rerata skor yang dicapai pada kelompok kontrol (M = 0,18, SE
= 0,16). Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t (60) = -2,163, p = 0,035 (p <
0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan
antara rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan mencipta pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan yang dapat ditarik dari
hasil signifikansi pengaruh perlakuan adalah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw II berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan
mencipta. Hasil perbaningan rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap
kemampuan mencipta pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat
dilihat pada grafik garis berikut.
Grafik 4.6 Grafik Garis Selisih Pretest ke Posttest I
1,53 1,71 1,77
2,51
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
Pretest Posttest I
Kontrol
Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Hasil perbaningan rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap
kemampuan mencipta pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat
dilihat pada diagram berikut.
Gambar 4.7 Diagram rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I
Grafik di atas menunjukkan perbedaan selisih antara kelompok kontrol
dengan mean = 0,18 dengan kelompok ekperimen dengan mean = 0,74. Kelompok
kontrol memiliki selisih skor pretest dan posttest I yng lebih rendah daripada
kelompok eksperimen.
4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan atau effect size dilakukan untuk mengetahui
sebesarapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II
terhadap kemampuan mencipta. Uji besar pengaruh perlakuan dihitung secara
manual dengan menggunakan rumus √
karena data yang digunakan
terdistribusi normal. Berikut ini hasil perhitungan besar pengaruh perlakuan pada
kemampuan mencipta (lihat Lampiran 4.6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Tabel 4.19 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Variabel t t2
df r (effect
size)
R2 % Kategori
Efek
mencipta -2,163 4,678569 60 0,26 0,07 7% Kecil
Berdasarkan tabel di atas, harga r (effect size) pada kemampuan mencipta
sebesar 0,26 yang setara dengan efek kecil. Harga R2 yaitu 0,07 sehingga jika
dikalikan 100% maka persentase besar pengaruh perlakuan pada kemampuan
mencipta yaitu 7%. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II memberikan
pengaruh sebesar 7% terhadap kemampuan mencipta, sedangkan 93% sisanya
merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel yang diteliti. Variabel lain
tersebut misalnya intelegensi, motivasi, kesehatan tubuh, lingkungan kelas, atau latar
belakang siswa (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151).
4.1.4.5 Ananlisis Lebih Lanjut
1. Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I
Perhitungan persentase ini dilakukan untuk mengetahui besarnya persentase
peningkatan kemampuan mencipta yang dilihat dari skor pretest ke posttest I pada
kedua kelompok. Selanjutnya, dilakukan uji signifikansi peningkatan skor pretest ke
posttest I dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan skor yang
signifikan dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun eksperimen.
Analisis perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dengan
mengambil data rerata skor pretest ke posttest I pada uji normalitas distribusi data
menggunkan One Samples Kolmogorov-Smirnov test. Persentase peningkatan rerata
pretest ke posttest I dihitung dengan cara membagi selisih rerata pretest ke posttest I
dengan rerata pretest, selanjutnya dikalikan 100%. Hasil perhitungan persentase
peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut.
(lihat Lampiran 4.7.1)
Tabel 4.20 Peningkatan Rerata Skor pretest ke posttest I
No Kelompok Rerata Peningkatan
(%)
p Signifikansi
Pretest Posttest I
1 Kontrol 1,53 1,77 15,69 0,196 Tidak
Signifikan
2 Eksperimen 1,71 2,51 46,78 0,002 Signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Tabel 4.20 menunjukkan rerata pretest pada kelompok kontrol sebesar 1,53
dan rerata pretest pada kelompok eksperimen sebesar 1,71, sedangkan rerata posttest
I pada kelompok kontrol sebesar 1,77 dan rerata posttest I pada kelompok
eksperimen sebesar 2,51. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke
posttest I pada kelompok kontrol sebesar 15,69% sedangkan persentase peningkatan
pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen sebesar 46,78%. Kesimpulan yang
dapat ditarik adalah terjadi peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok
kontrol maupun pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan mencipta.
Hasil uji signifikansi rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol
menunjukkan harga p sebesar 0,196 (p >0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak
yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest ke
posttest I terhadap kemampuan mencipta pada kelompok kontrol. Sedangkan pada
hasil uji signifikansi rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok ekserimen
menunjukkan harga p sebesar 0,002 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima
yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest ke
posttest I terhadap kemampuan mencipta pada kelompok eksperimen. Kesimpulan
yang dapat diambil adalah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor
pretest ke posttest I terhadap kemampuan mencipta pada kelompok eksperimen dan
tidak terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I
terhadap kemampuan mencipta pada kelompok kontrol. Untuk memperjelas
perbandingan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada gambar grafik batang
4.8 di bawah ini.
Gambar 4.8 Grafik Batang Perbandingan Rerata Skor Pretest ke Posttest I
1,53 1,77 1,71
2,51
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
Pretest Posttest I
Re
rata
Grafik Perbandingan Rerata Skor Pretest ke Posttest I
Kel Kontrol
Kel eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen
lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu 46,78%, sedangkan pada kelompok
kontrol sebesar 15,69%. Hasil ini diperjelas pada gambar 4.2 menggunakan grafik
poligon untuk melihat perbedaan selisih pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan
eskperimen. Berikut adalah grafik yang menunjukkan frekuensi selisih pretest-
posttest I (gain score) pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Gambar 4.9 Grafik Gain Score
Berdasarkan gambar 4.9 gain score terendah pada kelompok kontrol sebesar -
2,00 sedangkan pada kelompok eksperimen sebesar -1,00. Gain Score tertinggi pada
kelompok kontrol sebesar 2,00 sedangkan gain score tertinggi pada kelompok
eksperimen 2,67. Data tersebut berarti bahwa selisih pretest-posttest yang dominan
pada kelompok eksperimen nilainya lebih besar daripada selisih pretest-posttest I
kelompok kontrol (lihat Lampiran 4.7.3.3)
Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 0,50 pada kelompok kontrol ada 14
anak, sedangkan pada kelompok eksperimen ada 16 anak. Nilai 0,50 merupakan nilai
tengah gain score yang didapat dengan menghitung 50% dari nilai tertinggi.
Persentase gain score ≥ 0,50 pada kelompok kontrol sebesar 43,75% sedangkan pada
kelompok eksperimen dengan model Jigsaw II sebesar 53% memberi dampak
pengaruh lebih besar daripada kelompok kontrol dengan metode ceramah.
2. Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I
Uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I. Uji ini dilakukan
1 1 1
4
1
2 2
1 1
3
8
2 2
1 1 1 1
5
3
4
7
2
1
6
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00
Fre
kue
nsi
Gain Score
Kelompok Kontrol
KelompokEksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
dengan menggunakan Wilcoxon Samples t-test karena data yang diuji terdistribusi
tidak normal. Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam uji ini adalah 95%.
Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika p < 0,05 (Field: 2009: 53).
Berikut hasil uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I. (lihat Lampiran
4.7.3.4)
Tabel 4.21 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor pretest ke posttest I
No Kelompok Z N
√ r
(effect
size)
R2 % Efek
1 Kontrol 1,29 32 8 0,16 0,0256 2,56 Kecil
2 Eksperimen 3,06 30 7,74 0,39 0,1521 15,21 Kecil
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw II pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan mencipta memiliki
efek peningkatan yang sama dibandingkan dengan metode ceramah pada kelompok
kontrol terhadap kemampuan mencipta. Besar efek peningkatan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jisaw II pada kelompok eksperimen terhadap
kemampuan mencipta sebesar r = 0,39 atau sama dengan 15,21% yang memiliki
efek kecil dan besar efek peningkatan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
jisaw II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan mencipta sebesar r = 0,16 atau
sama dengan 2,56% yang memiliki efek kecil.
3. Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest ke Posttest I
Uji korelasi ini dilakukan untuk mengetahui korelasi yang terjadi antara skor
pretest dan posttest I. Uji ini juga dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap
validitas internal penelitian berupa regresi statistik. Regresi statistik terjadi jika siswa
yang mendapat skor pretest tinggi juga mendapat skor posttest yang lebih rendah,
sedangkan siswa yang mendapat skor pretest rendah akan mendapat skor posttest
lebih tinggi. Data diambil dari rerata skor pretest dan skor posttest I pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen yang berdistribusi tidak normal, sehingga
menggunakan rumus Spearman untuk data tidak normal. Tingkat kepercayaan yang
digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolah Hnull yaitu jika harga
p<0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I pda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terdapat pada tabel 4.22 berikut. (lihat
Lampiran 4.7.2.2)
Tabel 4.22 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I
No Kelompok Correlation
Coefficient
p Kesimpulan
1 Kontrol -0,045 0,806 Negatif dan tidak
signifikan
2 Eksperimen 0,097 0,612 Positif dan tidak
signifikan
Tabel 4.22 menunjukkan hasil uji korelasi pretest dan posttest I pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Harga p pada kelompok kontrol
sebesar 0,806 (p>0,05), artinya Hnull diterima dan Hi ditolak. Oleh karena itu, ada
korelasi yang tidak signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I
pada kelompok eksperimen tehadap kemampuan mencipta. Artinya adalah skor
korelasi yang diperoleh kelompok eksperimen tidak bisa digeneralisasikan ke
populasi. Hasil Correlation Coefficient kelompok ksperimen menunjukkan -0,045.
Harga Correlation Coefficient menunjukkan nilai negatif. Hasil perhitungan tersebut
menunjukkan jika skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di
posttest I tinggi. Begitu juga sebaliknya skor siswa di pretest tinggi maka hasil skor
siswa di posttest I rendah. Maka ancaman regresi statistik bisa dikendalikan dengan
baik.
Pada kelompok eksperimen menunjukkan nilai p sebesar 0,612 (p>0,05),
artinya Hnull diterima dan Hi ditolak. Oleh karena itu, ada korelasi yang tidak
signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I pada kelompok kontrol
tehadap kemampuan mencipta. Artinya adalah skor korelasi yang diperoleh
kelompok eksperimen tidak bisa digeneralisasikan ke populasi. Hasil Correlation
Coefficient kelompok ksperimen menunjukkan 0,097. Harga Correlation Coefficient
menunjukkan nilai poitif. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan jika skor siswa di
pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I tinggi. Begitu juga sebaliknya
skor siswa di pretest rendah maka hasil skor siswa di posttest I rendah. Maka
ancaman regresi statistik tidak bisa dikendalikan dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah
perlakuan yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah beberapa
waktu. Uji retensi pengaruh perlakuan menggunakan Wilcoxon test yang sama
fungsinya sama dengan Paired Samples t-test. Jika p < 0,05, maka kesimpulan yang
diambil adalah tidak ada perbedaan antara posttest I dan posttest II. Jika p > 0,05
maka disimpulkan bahwa ada perbedaan antara posttest II dan posttest I. Tabel di
bawah ini menunjukkan hasil uji retensi pegaruh perlakuan. (lihat Lampiran 4.9.2)
Tabel 4.23 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
No Kelompok Rerata Peningkatan
(%)
p Kesimpulan
Posttest I Posttest II
1 Kontrol 1,71 1,31 -23 0,008 Ada
perbedaan
2 Eksperimen 2,51 2,37 -5 0,537 Tidak ada
perbedaan
Tabel 4.23 di atas menunjukkan adanya perbedaan hasil posttest I dan
posttest II kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan harga p sebesar 0,008
(p<0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan
antara skor posttest I dan posttest II. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi
penurunan skor yang signifikan dari skor posttest I dan posttest II kelompok kontrol
terhadap kemampuan mencipta. Sedangkan pada kelompok eksperimen
menunjukkan tidak adanya perbedaan hasil posttest I dan posttest II. Hal ini
ditunjukkan dengan harga p sebesar 0,537 (p>0,05), maka Hnull diterima dan Hi
ditolak sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan
posttest II. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi penurunan skor yang
signifikan dari skor posttest I dan posttest II kelompok kontrol terhadap kemampuan
mencipta.
Persentase penurunan rerata posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol
lebih tinggi daripada kelompok eksperimen. Hal ini ditunjukkan dengan persentase
penurunan kelompok kontrol sebesar -23% sedangkan pada kelompok eksperimen
sebesar -5%. Penurunan skor pretest, posttest I, dan posttest II terhadap kemampuan
mencipta pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Pretest, Posttest I, dan Posttest II
Selanjutnya, untuk mengetahui apakah capaian skor pada posttest II berbeda
atau tidak berbeda dengan kondisi awal pada pretest maka dilakukan analisis
terhadap perbedaan skor pretest dengan posttest II menggunakan Wilcoxon Samples
t-test yang sama fungsinya sama dengan Paired Samples t-test. Kriteria untuk
menolak Hnull adalah jika harga p (p< 0,05) maka ada perbedaan yang signifikan
antara skor pretest dan posttest II. Berikut hasil uji Wilcoxon test pada tabel 4.24
(lihat Lampiran 4.9.2.1)
Tabel 4.24 Hasil Uji Perbedaan Skor Pretest san Posttest II
No Kelompok p Keputusan
1 Kontrol 0,049 Ada perbedaan
2 Eksperimen 0,009 Ada perbedaan
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa harga p pada kedua kelompok
kurang dari 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang
signifikan antara skor rerata pretest dan posttest II. Dengan kata lain, ada penurunan
yang signifikan dari skor posttest I dan posttest II pada kelompok kontrol dan
eksperimen. Selain itu, dengan kata lain menggunakan metode ceramah pada
kelompok kontrol, materi yang diberikan tidak bertahan lama dalam ingatan siswa,
sedangkan penggunaan model Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw II pada kelompok
eksperimen dapat membuat materi bertahan lebih lama dalam ingatan siswa
1,53 1,71
1,31
1,77
2,51 2,37
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
Pretest Posttest 1 Posttest 2
Kelompok Kontrol
KelompokEksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengendalian Ancaman Validitas Internal
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model
Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II terhadap kemampuan Mengevaluasi dan
Mencipta Siswa Kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun
ajaran 2017/2018 pada mata pelajaran IPA materi siklus air. Penelitian kuantitatif
dengan model quasi eksperimental tipe non-equivalent control group design ini
dilakukan dengan menerapkan metode tradisional (ceramah) pada kelompok kontrol
dan model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II pada kelompok eksperimen.
Kegiatan yang dilakukan pada kelompok kontrol berbeda dengan kelompok
eksperimen. Siswa pada kelompok eksperimen mengikuti pembelajaran dengan aktif
dan bersemangat melalui kegiatan memecahkan masalah dalam kelompok dengan
didampingi guru. Siswa pada kelompok eksperimen memiliki kesempatan yang lebih
banyak untuk mengembangkan kemampuan mengevaluasi dan mencipta daripada
siswa pada kelompok kontrol. Siswa pada kelompok eksperimen cenderung lebih
akif bertanya mengenai apa yang tidak mereka ketahui. Suasana kelas menjadi
sedikit ramai karena diskusi dalam kelompok yang terjadi. Siswa pada kelompok
eksperimen diminta untuk mendalami materi yang dibagikan kepada masing-masing
anak bersama dengan kelompok ahlinya masing-masing dan mengidentifikasi
masalah dari LKS yang diberikan guru secara berkelompok. Anak-anak diminta
untuk memecahkan masalah melalui percobaan pembuktian peristiwa banjir.
Kemudian mereka mulai berdiskusi untuk memecahkan masalah yang ditemukan
dengan mencari informasi dari sumber-sumber yang telah tersedia. Siswa dalam
kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok dalam bentuk laporan yang kemudian
dipresentasikan di depan kelas. Kelompok yang lain bersama guru mengamati
jalannya presentasi dan memberikan masukan kepada kelompok yang telah
melakukan pressentasi.
Pada penelitian eksperimen diperlukan kehati-hatian dalam menarik
kesimpulan pada sebuah penelitian eksperimen bahwa perubahan yang terjadi pada
variabel dependen disebabkan karena variabel independen yang digunakan sebagai
treatment penelitian. Bisa jadi terdapat variabel lain di luar perlakuan yang turut
mempengaruhi hasil penelitian sehingga memunculkan keraguan terhadap hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
sebab-akibat yang ditarik dalam kesimpulan penelitian (Johnson & Christensen,
2008: 258). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dipaparkan cara untuk mengontrol
ancaman validitas internal penelitian. Ancaman-ancaman terhadap validitas
penelitian sudah diidentifikasi oleh Campbell dan Stanley (1963), Bracht dan Glass
(1968), dan Lewis-Beck (1993) menyatakan bahwa ancaman terjadi lebih besar pada
penelitian kuasi-eksperimental dibandingkan eksperimental murni karena dalam
eksperimental murni seleksi sampel dilakukan secara random dan lebih terkontrol.
Terdapat 11 jenis ancaman penelitian kuasi-eksperimental anatar lain:
1. Sejarah (history)
Setiap perlakuan terhdap kelompok yang diteliti yang terjadi di antara pretest
dan posttest di luar treatment penelitian bisa mempengaruhi hasil posttest pada
variabel dependen (Johnson & Christensen, 2008: 260, Cohen, Manion, &
Morrison, 2007: 155). Solusinya adalah kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen juga sama-sama mengikuti sebuah perlakuan, pengaruhnya terhadap
hasil posttest akan seimbang sehingga tingkat ancaman terhadap validitas
internal rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). Pengendalian terhadap
ancaman validitas internal berupa sejarah ini dengan cara melakukan penelitian
dari pretest ke posttest dalam jangkan waktu yang singkat yaitu kurang lebih 2
minggu.
2. Difusi treatment atau kontaminasi (diffusion of treatment or contamination)
Difusi treatment atau kontaminasi terjadi ketika kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen diam-diam saling berkomunikasi dan sama-sama
memelajari treatment yang diberikan pada kelompok ekserimen. Solusinya yaitu
kedua kelompok betul-betul dipisahkan dan berjanji untuk tidak saling
mempelajari treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen (Neuman,
2013: 130).
3. Maturasi (maturation)
Perubahan biologis atau psikologis yang terjadi sepanjang waktu penelitian
bisa berpengaruh terhadap posttest pada variabel dependen (Johnson &
Christensen, 2008: 261). Solusinya waktu pretest dan posttest sama pada
kelompok kontrol dan kelompok ekperimen. Jika diabaikan, tingkat ancaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
terhadp validitas internal penelitian rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012:
283).
4. Regresi statistik (statistical regression)
Ancaman regresi statistik yaitu kencenderungan umum bahwa partisipan
dengan hasil skor pretest yang tinggi biasanya memperoleh skor posttest lebih
rendah dan sebaliknya hasil pretest yang sangat rendah biasanya memperoleh
skor posttest yang lebih tinggi.
5. Mortalitas (mortality)
Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012: 282) menjelaskan bahwa mortalitas terjadi
karena adanya perbdaan jumlah partisipan pada waktu pretes dan posttest akibat
mengundurkan diri dalam penelitian sehingga tidak mengiktui posttest.
Pengendalian terhdap validitas internal berupa mortalitas ini dengan cara
memasukkan mean (rerata) dari skor ke dalam nilai siswa yang tidak masuk
karena siswa tersebut tetap dianggap kehadirannya.
6. Pengujian (testing)
Pretest pada awal penelitan bisa mempengaruhi hasil posttest sehingga hasil
posttest menjadi lebih tinggi dari jika tanpa ada pretest (Cohen, Manion, &
Morrison, 2007: 156). Dengan mengerjakan pretest kelompok yang diteliti sudah
memiliki pengetahuan awal tentang materi dan menjadi familiar sehingga lebih
fokus dalam mengerjakan posttest (Johnson & Christensen, 2008: 262).
Pengendalian terhadap validitas internal berupa pengujian ini dengan cara
pengerjaan pretest yang juga dilakukan pada kelompok kontrol.
7. Instrumen (instrumentation)
Setiap perubahan atau perbedaan instrumen pretest dan posttest yang
digunakan untuk mengukur variabel dependen akan meningkatkan ancaman
terhadap validitas internal penelitian (Johnson & Christensen, 2008: 262).
Pengendalian terhadap validitas internal berupa instrumentasi ini dengan cara
menggunakan instrumen yang sama ketika pretest dan posttet.
8. Lokasi (location)
Ancaman ini terjadi jika lokasi yang digunakan untuk pretest, posttest, atau
implementasi pada kelompok kontrol dan eksperimen berbeda (Fraenkel,
Wallen, & Hyun, 2012: 282). Pengendalian terhadap validitas internal berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
lokasi ini dengan cara menggunakan ruangan yang kurang lebih sama pada
kelompok kontrol dan eksperimen.
9. Karakteristik Subjek (Subject characteristic)
Ancaman ini terjadi jika menggunakan subjek yang berbeda antara kelompok
kontrol dan kelompok ekspermen (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282).
Pengendalian terhadap ancaman validitas internal penelitian berupa karakteristik
subjek ini dengan cara melakukan uji perbedaan kemampuan awal pada kedua
kelompok. Hasil dari uji tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok memiliki
kemampuan awal yang sama.
10. Implementasi (implementation)
Perbedaan guru yang mengajar pada kelompok kontrol dan eksperimen bisa
berpengaruh pada skor pretest karena gaya mengajar setiap guru berbeda-beda
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 284).
Setelah ancaman terhadap validitas internal dapat dikontrol, berikut hasil dari
penelitian ini.
Tabel 4.25 Validitas Pengendalian terhadap Ancaman Validitas Internal
Penelitian No Ancaman Validitas Tingkat
Ancaman
Terkendali
(Ya/tidak)
Solusi
1 Sejarah Rendah √ Penelitian dilakukan dalam waktu
yang singkat (2 minggu)
2 Difusi
treatment/kontamina
si
Rendah-
menengah
√ Tidak ada komunikasi tentang CL
ke kelompok kontrol secara
sistematis.
3 Perilaku
Kompensatoris
Rendah-
menengah
X Kelompok kontrol tidak diberi CL
sesudah penelitian selesai.
4 Maturasi Rendah √ Penelitian dilakukan dalam waktu
yang singkat (2 minggu).
Penggunaan pretest dn posttest
yang sama untuk kelompok
kontrol dan eksperimen.
5 Regresi Statistik Rendah √ Hasil uji korelas pretest-posttest I
negatif dan tidak signifikan dan
positif dan tidak signifikan.
6 Mortalitas Menengah √ Penelitian dilakukan dalam waktu
yang singkat (2 minggu). Skor
dari1 atau 2 siswa yang tidak
hadir saat pretest atau posttest
diisi dengan skor rerata
keseluruhan sehingga nilainya
netral.
7 Pengujian atau
testing
Rendah √ Kelompok kontrol dan
eksperimen sama-sama diberi
pretest.
8 Instrumentasi Rendah- √ Digunakan instrumen yang sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
menengah-
tinggi
untuk pretest dan posttest.
9 Lokasi Menengah-
tinggi
√ Lingkungan dan kondisi ruang
kelas kelompok kontrol dan
eksperimen kurang lebih sama.
10 Karakteristik subjek Tinggi √ Terkendali dengan baik jika hasil
pretest kelompok kontrol dan
eksperimen sama.
11 Implementasi √ Pembelajaran diimplementasikan
oleh guru yang sama untuk
kelompok kontrol dan
eksperimen.
Dari tabel di atas dapat disimpulkn bahwa ancaman-ancaman yang dapat
dikendalikan yaitu sejarah, difusi treatment, maturasi, regresi statistik, mortalitas,
pengujian (testing), instrumentasi, lokasi, karakteristik subjek, dan implementasi, dan
yang belum dapat dikendalikan dengan baik adalah perilaku kompensatoris, namun
hal ini tidak berdampak sistemik pada kesimpulan penelitian sehingga kredibilitas
kesimpulan tidak diragukan. Kurang lebih hampir hampir semua ancaman bisa
dikendalikan dengan baik dan tidak ada temuan data yang menunjukkan ancaman
yang berdampak sistemik. Dengan ini kredibilitas kesimpulan penelitian bisa
dijamin.
4.2.2 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II terhadap
kemampuan mengevaluasi
Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw II berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi siswa kelas V SD
Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018 pada mata
pelajaran IPA materi siklus air. Peneliti melakukan analisis mengenai uji perbedaan
kemampuan awal pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berdasarkan
analisis yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama. Langkah ini untuk
memastikan bahwa kemampuan awal kedua kelompok tersebut sama meskipun
teknik pengambilan sampel tidak dilakukan secara random (Cohen, Manion, &
Morrison, 2007: 283). Santoso (2012: 100) menyatakan kondisi ideal bagi kedua
kelompok adalah kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang signifikan atau
kemampuan yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Analisis selanjutnya adalah uji signifikansi pengaruh perlakuan. Uji ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II terhadap kemampuan mengevaluasi. Hasil analisis yang
dilakukan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
memiliki pengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Hal ini ditunjukkan dengan
harga p 0,001 (p < 0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Hal ini juga terjadi pada
penelitian yang dilakukan oleh Jati (2016) yang bertujuan untuk meningkatkan
tanggung jawab siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II
pada mata pelajaran matematika kelas IV SD. Surasa, Widodo, dan Suyanto (2013)
bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran kooperati tipe
jigsaw II dalam menulis puisi. Jamidar (2015) bertujuan untuk mempereoleh
deskripsi tentang implementasi model pembelajaran kooperatif tie jigsaw II
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B SMPN 2 sinareja pada materi teorema
pythagoras.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat memberikan pengaruh
terhadap kemampuan mengevaluasi. Karena model pembelajaran ini merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal (Isjoni, 2009: 77). Dalam pembeljaran Jigsaw II ini siswa dikelompokkan
secara heterogen dalam berbagai kemampuan (Rusman, 2011: 218). Model
pembelajaran Jigsaw II memiliki 6 langkah pembelajaran yaitu : orientasi,
pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)
kelompok ahli dalam group, tes (penilaian), dan pengakuan kelompok (Trianto,
2009: 75).
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan populasi siswa kelas V SD
Kanisius Sorowajan Yogyakarta. Siswa kelas V SD telah memasuki usia 10-11 tahun
yang menurut teori Piaget yang mengungkapkan bahwa bahwa anak yang telah
memasuki usia 10-11 tahun masuk dalam tahap operasional konkret dalam
perkembangan kognitif anak, di mana pada tahap ini perkembangan pemikiran siswa
dengan rentang usia 7-11 tahun telah berkembang menjadi penalaran logis namun
hanya terbatas pada hal-hal yang spesifik dan konkret. Siswa belum dapat
membayangkan hal-hal abstrak seperti rumus maupun istilah baru karena hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
tidak dapat mereka lihat atau alami secara langsung (Isjoni, 2009: 53). Dalam teori
konstruktivisme (sosiohistoris) menurut Vygotsky, perkembangan kognitif seseorang
disamping ditentukan oleh invividu secara aktif, juga oleh lingkungan sosial yang
aktif pula (Budiningsih, 2012: 100). Maka dari itu kerja sama dengan teman sebaya
juga dapat mendorong anak untuk belajar secara efektif (Salkind, 2009:38). Pada
proses pembelajaran di SD sering dijumapi bahwa proses belajar mengajar dengan
anak lebih cenderung mendengarkan penjelasan dari guru dan anak diminta untuk
mengerjakan latihan soal pada buku pelajaran. Proses diskusi, praktik, presentasi,
unjuk kerja atau media belajar hampir sudah jarang ditemui dalam kegiatan belajar
mengajar. Hal ini tidak sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif anak di usia
kelas V SD. Jika penerapan metode ceramah yang tidak melibatkan siswa, maka
terlihat bahwa prestasi maupun kemampuan siswa sulit berkembang. Pembelajaran
yang tidak melibatkan siswa juga alasan rendahnya kemampuan IPA.
Hal ini diperkuat pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Wisudawati dan
Sulistyawati (2014: 11) menyatakan bahwa hasil belajar IPA yang dicapai oleh
peserta didik di Indonesia yang tergolong rendah dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut meliputi karakteristik peserta didik, kemampuan membaca,
motivasi belajar, minat dan konsep diri, strategi belajar, tingkat kehadiran dan rasa
memiliki. Faktor yang sangat penting adalah lingkungan belajar dalam bentuk
strategi yang diciptakan guru untuk mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki
peserta didik dalam mempelajari IPA, dan menggunakan konsep-konsep tersebut
dalam memahami lingkungan.
Peneliti dalam penelitian ini ingin melihat model pembelajaran inovatif yang
sesuai dengan tahap perkembangan kognitif dan pemahaman siswa. Serta
meningkatkan kemampuan proses kognitif siswa dalam taksonomi Bloom yaitu
kemampuan mengevaluasi. Kemampuan mengevaluasi merupakan salah satu dari 6
tingkatan yang terdapat dalam taksonomi Bloom. Dalam kemampuan mengevaluasi
siswa dapat belajar untuk menyelesaikan suatu masalah atau mengerjakan soal
latihan dengan cara memeriksan dan mengkritik. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Anderson & Krathwohl (2015: 125) bahwa kategori kemampuan
mengevaluasi mencakup proses kognitif memeriksa (keputusan-keputusan yang
diambil berdasrkan kriterian internal) dan mengkritik (keputusan-keputusan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
diambil berdasarkan kriteria eksternal). Peneliti selanjutnya melakukan analisis lebih
lanjut untuk memprkuat hasil analisis sebelumnya.
Analisis lebih lanjut yang pertama adalah perhitungan persentase peningkatan
rereta pretest ke posttest I, pada kelompok kontrol dan eksperimen sama-sama
mengalami peningkatan skor yang signifikan. Pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,000. Analisis lebih lanjut yang kedua
adalah uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok kotrol
menunjukkan hasil sebesar 20,7% lebih rendah dari kelompok eksperimen sebesar
35,1%. Maka kriteria kelompok kontrol masuk dalam kriteria kecil dan kelompok
eksperimen masuk ke dalam kriteria menengah. Analisis lebih lanjut yang ketiga
yaitu uji korelasi kelompok kontrol dan eksperimen kemampuan mengevaluasi
menunjukkan hasil negatif dan tidak signifikan.
Setelah kurang lebih 2 minggu dari posttest I peneliti melakukan uji analisis
selanjutnya yang keempat yakni melakukan uji retensi. Peneliti mengujikan posttest
II dengan cara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mengerjakan posttest II
dengan tujuan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan memiliki efek
yang sama setelah beberapa waktu. Hasil analisis lebih lanjut yang keempat yaitu
pada kelompok kontrol dan eksperimen menunjukkan hasil ada perbedaan. Artinya,
ada penurunan skor yang signifikan antara posttest I ke posttest II.
4.2.3 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II terhadap
Kemampuan Mencipta
Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw II berpengaruh terhadap kemampuan mencipta siswa kelas V SD
Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018 pada mata
pelajaran IPA materi siklus air. Peneliti melakukan analisis mengenai uji perbedaan
kemampuan awal pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berdasarkan
analisis yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama. Langkah ini untuk
memastikan bahwa kemampuan awal kedua kelompok tersebut sama meskipun
teknik pengambilan sampel tidak dilakukan secara random (Cohen, Manion, &
Morrison, 2007: 283). Santoso (2012: 100) menyatakan kondisi ideal bagi kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
kelompok adalah kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang signifikan atau
kemampuan yang sama.
Analisis selanjutnya adalah uji signifikansi pengaruh perlakuan. Uji ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II terhadap kemampuan mencipta. Hasil analisis yang
dilakukan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
memiliki pengaruh terhadap kemampuan mencipta. Hal ini ditunjukkan dengan
harga p 0,035 (p < 0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Hal ini juga terjadi pada
penelitian yang dilakukan oleh Jati (2016) yang bertujuan untuk meningkatkan
tanggung jawab siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II
pada mata pelajaran matematika kelas IV SD. Surasa, Widodo, dan Suyanto (2013)
bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran kooperati tipe
jigsaw II dalam menulis puisi. Jamidar (2015) bertujuan untuk mempereoleh
deskripsi tentang implementasi model pembelajaran kooperatif tie jigsaw II
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B SMPN 2 sinareja pada materi teorema
pythagoras.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat memberikan pengaruh
terhadap kemampuan mencipta. Karena model pembelajaran ini merupakan salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni,
2009: 77). Dalam pembeljaran Jigsaw II ini siswa dikelompokkan secara heterogen
dalam berbagai kemampuan (Rusman, 2011: 218). Model pembelajaran Jigsaw II
memiliki 6 langkah pembelajaran yaitu : orientasi, pengelompokan, pembentukan
dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam group,
tes (penilaian), dan pengakuan kelompok (Trianto, 2009: 75).
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan populasi siswa kelas V SD
Kanisius Sorowajan Yogyakarta. Siswa kelas V SD telah memasuki usia 10-11 tahun
yang menurut teori Piaget yang mengungkapkan bahwa bahwa anak yang telah
memasuki usia 10-11 tahun masuk dalam tahap operasional konkret dalam
perkembangan kognitif anak, di mana pada tahap ini perkembangan pemikiran siswa
dengan rentang usia 7-11 tahun telah berkembang menjadi penalaran logis namun
hanya terbatas pada hal-hal yang spesifik dan konkret. Siswa belum dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
membayangkan hal-hal abstrak seperti rumus maupun istilah baru karena hal tersebut
tidak dapat mereka lihat atau alami secara langsung (Isjoni, 2009: 53). Dalam teori
konstruktivisme (sosiohistoris) menurut Vygotsky, perkembangan kognitif seseorang
disamping ditentukan oleh invividu secara aktif, juga oleh lingkungan sosial yang
aktif pula (Budiningsih, 2012: 100). Maka dari itu kerja sama dengan teman sebaya
juga dapat mendorong anak untuk belajar secara efektif (Salkind, 2009:38). Pada
proses pembelajaran di SD sering dijumapi bahwa proses belajar mengajar dengan
anak lebih cenderung mendengarkan penjelasan dari guru dan anak diminta untuk
mengerjakan latihan soal pada buku pelajaran. Proses diskusi, praktik, presentasi,
unjuk kerja atau media belajar hampir sudah jarang ditemui dalam kegiatan belajar
mengajar. Hal ini tidak sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif anak di usia
kelas V SD. Jika penerapan metode ceramah yang tidak melibatkan siswa, maka
terlihat bahwa prestasi maupun kemampuan siswa sulit berkembang. Pembelajaran
yang tidak melibatkan siswa juga alasan rendahnya kemampuan IPA.
Hal ini diperkuat pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Wisudawati dan
Sulistyawati (2014: 11) menyatakan bahwa hasil belajar IPA yang dicapai oleh
peserta didik di Indonesia yang tergolong rendah dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut meliputi karakteristik peserta didik, kemampuan membaca,
motivasi belajar, minat dan konsep diri, strategi belajar, tingkat kehadiran dan rasa
memiliki. Faktor yang sangat penting adalah lingkungan belajar dalam bentuk
strategi yang diciptakan guru untuk mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki
peserta didik dalam mempelajari IPA, dan menggunakan konsep-konsep tersebut
dalam memahami lingkungan.
Peneliti dalam penelitian ini ingin melihat model pembelajaran inovatif yang
sesuai dengan tahap perkembangan kognitif dan pemahaman siswa. Serta
meningkatkan kemampuan proses kognitif siswa dalam taksonomi Bloom yaitu
kemampuan mencipta. Kemampuan mencipta merupakan salah satu dari 6 tingkatan
yang terdapat dalam taksonomi Bloom. Dalam kemampuan mencipta siswa dapat
belajar untuk menyelesaikan suatu masalah atau mengerjakan soal latihan dengan
cara merumuskan, merencanakan, dan memproduksi. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Anderson & Krathwohl (2010: 130-133) bahwa kategori
kemampuan mencipta mencakup proses kognitif merumuskan, merencanakan, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
memproduksi. Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan dalam mencipta yakni siswa
membuat produk baru dengan mengorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi
suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya (Anderson & Krathwohl,
2010: 128). Peneliti selanjutnya melakukan analisis lebih lanjut untuk memprkuat
hasil analisis sebelumnya.
Analisis lebih lanjut yang pertama adalah perhitungan persentase peningkatan
rereta pretest ke posttest I, pada kelompok kontrol mengalami peningkatan skor yang
tidak signifikan. Sedangkan pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan skor
yang signifikan. Pada kelompok kontrol menunjukkan harga p sebesar 0,196 dan
kelompok eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,002. Analisis lebih lanjut yang
kedua adalah uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok
kotrol menunjukkan hasil sebesar 20,7% lebih rendah dari kelompok eksperimen
sebesar 35,1%. Maka kriteria kelompok kontrol dan kelompok eksperimen masuk
dalam kriteria kecil. Analisis lebih lanjut yang ketiga yaitu uji korelasi kelompok
kontrol menunjukkan hasil negatif dan tidak signifikan dan pada kelompok
eksperimen kemampuan mencipta menunjukkan hasil positif dan tidak signifikan.
Setelah kurang lebih 2 minggu dari posttest I peneliti melakukan uji analisis
selanjutnya yang keempat yakni melakukan uji retensi. Peneliti mengujikan posttest
II dengan cara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mengerjakan posttest II
dengan tujuan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan memiliki efek
yang sama setelah beberapa waktu. Hasil analisis lebih lanjut yang keempat yaitu
pada kelompok kontrol menunjukkan hasil ada perbedaan dan pada kelompok
eksperimen menununjukkan hasil tidak ada perbedaan. Ada perbedaan artinya, ada
penurunan skor yang signifikan antara posttest I ke posttest II. Sedangkan tidak ada
perbedaan artinya, tidak ada penurunan skor yang signifikan antara posttest I ke
posttest II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Kesimpulan
berisi hasil penelitian yang menjawab hipotesis penelitian. Keterbatasan penelitian
berisi kekurangan yang ada selama melakukan penelitian. Saran berisi masukan dari
peneliti untuk penelitian selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II berpengaruh terhadap
kemampuan mengevaluasi pada mata pelajaran IPA materi energi kelas V SD
Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Hasil
analisis terhadap data penelitian mengafirmasi hipotesis penelitian. Rerata skor
yang dicapai kelompok eksperimen (M= 1,61, SE = 1,53) lebih tinggi daripada
rerata skor yang dicapai pada kelompok kontrol (M = 0,78, SE = 0,17).
Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t (60) = -3,674, p = 0,001 (p<0,05)
maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan
antara rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan
mengevaluasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Besar
pengaruh peneraan model pembelajaran terhadap kemampuan mengevaluasi
kooperatif adalah r = 0,42 atau 18% yang setara dengan efek menengah.
5.1.2 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II berpengaruh terhadap
kemampuan mencipta pada mata pelajaran IPA materi energi kelas V SD
Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Hasil
analisis terhadap data penelitian mengafirmasi hipotesis penelitian. Rerata skor
yang dicapai kelompok eksperimen (M= 0,74, SE = 0,20) lebih tinggi daripada
rerata skor yang dicapai pada kelompok kontrol (M = 0,18, SE = 0,16).
Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t (60) = -2,163, p = 0,035 (p<0,05)
maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan
antara rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan mencipta
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Besar pengaruh peneraan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
model pembelajaran terhadap kemampuan mencipta kooperatif adalah r = 0,07
atau 7% yang setara dengan efek kecil.
5.2 Keterbatasan Penelitian
5.2.1 Pengerjaan soal posttest II dilaksanakan setelah siswa istirahat dengan kondisi
siswa yag lelah dan bosan mengerjakan soal yang sama dari pretest, posttest I
hingga posttest II.
5.2.2 Hasil penelitian terbatas pada siswa kelas V di SD Kanisius Sorowajan
Yogyakarta smester gasal tahun pelajaran 2017/2018 sehingga tidak bisa
digeneralisasikan ke semua sekolah.
5.2.3 Ancaman validitas internal penelitian berupa sejarah, difusi treatment,
maturasi, regresi statistik, mortalitas, pengujian (testing), instrumentasi, lokasi,
karakteristik subjek, dan implementasi.
5.3 Saran
5.3.1 Peneliti sebaiknya melaksanakan posttest II saat pagi hari karena konsentrasi
siswa yang masih baik dan keadaan yang segar agar diperoleh hasil posttest II
yang maksimal.
5.3.2 Penelitian ini perlu diujicobakan ke sekolah lain dengan penelitian yang serupa
dengan SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun pelajaran
2017/2018.
5.3.3 Kelompok kontrol diberi pembelajaran Jigsaw II sesudah penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. & Supriyono, W. (2004). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ali, M., & Muhammad, A. (2014). Metodologi & aplikasi riset pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Anderson & Krathwohl. (2010). Kerangka landasan untuk pembelajaran,
pengajaran, dan asesmen. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Arends, R. I. (1997). Classroom instruction and management. New York: McGraw
Hill Compaines.
Arianto, H. (2012). Modul kuliah penelitian hukum. Jakarta: Universitas Esa Unggul.
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta:
PT.Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010). Proedur penelitian: suatu pendekatan praktik (edisi revisi
2010). Jakarta: Rineka Cipta.
Best, J.W. & Kahn, J., V. (2006). Research in education (tente edition). Boston:
Pearson Education Inc.
Budiningsih, Asri. (2012). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Triton, B., P. 2006. SPSS13.0 Terapan; Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: C.V
ANDI OFFSET.
Chaplin, J.P. (2004). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Cohen, L., Manion L., & MorrisonK. (2007). Research method in education (sixth
edition). New York: Routledge.
Crain, W. (2007). Teori perkembangan: konsep dan aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Creswell, J., W. (2015). Penelitian kualitatif & desain riset. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Darmawan. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Desmita. (2009). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Dyer, J., Gregersen, H., & Christensen, C., M. (2011). The innovator’s DNA. Boston,
Massachusetts: Harvard Business Review Press.
Field, A. (2009). Discovering statistic using SPSS (third edition). Los Angeles:
SAGE.
Fraenkel, J. R. (2012). How to design and evaluate reseacrh in education. San
Fransiscp: McGraw Hill.
Gunawan, A. (2006). Buku pintar Sekolah Dasar. Jakarta: Lima Bintang.
Ghozali, I. (2009). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang:
UNDIP.
Isjoni. (2009). Pembelajaran tematik terpadu. Bandung: PT. Remaja Rosdakaraya.
Isjoni. (2013). Meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta didik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jamidar, J. (2016). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMPN 2 Sirenja pada
Materi Teorema Pythagoras. Jurnal Kreatif Tadulako Online, 4(3). Diakses
pada hari Senin, 12 Juni 2017 jurnal.untad.ac.id
Jati. (2016). Meningkatkan tanggung jawab siswa menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II pada mata pelajaran matematika kelas IV SD. Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diakses pada hari Senin pada tanggal 12 Juni
2017 dari http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pgsd/article/view/5116
Johnson, B., Well, M.,, Calhoun, E. (2008). Educational research: quantitative,
qualitative, and mixed approaches (3rd. Ed.). California: Sage Publications.
Joyce, B., Well, M., Calhoun, E. (2000). Model of teaching and learning. California:
Covin Press, Inc.
Karim, A. (2011). Penerapan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran
matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir
kritis siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
FKIP Universitas Almuslim. Diakses pada hari Senin, 04 April 2017 pukul
18.15 dari http://jurnal.bull-math.org/index.php/Simantap/article/view/37
Kasmadi & Sunariah. N., S. (2013). Panduan modern penelitian kuantitatif.
Bandung: Alfabeta.
Krathwohl. D. R. (2004). Methodes of education and social science research, an
integrated approach (second edition). I11inois: Waveland Press.
Kuswana. (2011). Taksonomi berpikir. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Lie, A. (2002). Cooperative learning. Jakarta: Grasindo
Lundgren, Lind. (1994). Cooperation learning in the science classroom. GLENCOE:
Macmillan/McGraw-Hill.
Margono,S. (2003). Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Margono, S. (2007). Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Masidjo. (2010). Penilaian pencapaian hasil belajar siswa di sekolah. Yogyakarta:
Kanisius.
Neuman, W., L. (2013). Metodologi penelitian sosial: pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Eds 7. Penerjemah: Edina T. Sofia. Jakarta: PT. Indeks.
Nurgiyantoro, B., (2011). Penilaian pembelajaran berbahasa berbasis kompetensi.
Yogyakarta: BPFE.
OECD. (2013). PISA2012 results: what students know and can do-student
performance in mathematics,reading and science (Volume I),. Turkey: PISA,
OECD Publishing. http://dx.doi.org/10.1787/9789264201118-en
OECD. (2016). PISA 2015 result in focus. Diakses dari
www.oecd.ord/pisa/pisa-2015-result-in-focus.pdf.pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenda Media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Priyatno, D. (2012). Cara kilat belajar analisis dengan SPSS 20. Edisi Kesatu.
Yogyakarta: ANDI.
Rusman. (2010). Model-model pembelajaran. Bandung: Rajawali Pers.
Rusman. (2011). Model-model pembelajaran pengembangan profesionalisme guru.
Jakarta: Rajawali Pers.
Ristiansari, Priyono, & Sukaesih. (2012) model pembelajaran problem solving
dengan mind mapping terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Metode
penelitian ini menggunakan penelitian kuasi eksperimental menggunakan
desain Nonequivalent Control Group Design. . Jurnal Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja, Inonesia. Diakses pada hari Senin, 04 April
2017 dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujbe/article/view/1498
Samatowa, H. U. (2011). Pembelajaran IPA di sekolah dasar. Jakarta: PT indeks.
Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media.
Santoso, P. (2012). Aplikasi SPSS pada statistik non parametrik. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Santrock. (2009). Psikologi pendidikan book 1, Rd 3. Jakarta: Penerbit Salemba
Humania.
Santrock, J., W. (2012). Life-span development : perkembangan masa – hidup
(13ed). (B. Widyasinta, Trans). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Salkind, N. J. (2009). Teori-teori perkembangan manusia: Sejarah kemunculan
konsep dasar, analisis komparatif, dan aplikasi. Yogyakarta: Nusa Media.
Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Slavin R. E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa
Media.
Slavin, R. E. (2008). Cooperative learning. Bandung: Nusa Media.
Slavin, R. E. (1986). Edutional Psychology Theories and Learning Styles in the
Classroom. New York: Great Britian.
Sudaryono, Margono, G., & Rahayu, W. (2013). Pengembangan Instrumen
Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyanto. (2009). Model-model pembelajaran inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Sugiyanto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatf. Surakarta: Yuma Pustaka
bekerja sama dengan FKIP UNS
Suparno, P. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Piaget. Yogyakarta: Percetakan
Kanisius.
Sugihartono, Ftahiyah, N. K., Harahap, F. Setiawati, A. F., & Nurhayati, R. S.
(2007). Psikologi pendidikan. Yogyakarta: UNY press.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono, (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta. CV.
Sukardi. (2007). Metode penelitian pendidikan kompetensi dan praktiknya. Jakarta:
Bumi Aksara.
Surasa, W, & Suyanto. (2013). Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw II dalam menulis puisi. Jurnal J-Simbol. Diakses pada hari Senin, 04
April dari http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/BINDO/article/view/3358
Sugiyanto. (2009). Model-model pembelajaran inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi
Guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Sugiyanto. (2010). Model-model pembelajaran inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Suprijono, A. (2009). Cooperative learning teori dan aplikasi paikem. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Suprijono, A. (2011). Cooperative learning teori dan aplikasi paikem. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Susanti, E. (2004). Pendidikan matematika realistik berbantuan komputer untuk
meningkatkan higher-order thinking skills mathematic vol. 1 halaman 1-15.
Diakses pada tanggal 14 Januari 2018 dari
http://repository.upi.edu/15873/4/D_MTK_1007324_Chapter1.pdf
Trianto. (2009). Medesain Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Ladasan, dan
Implmentasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progreif konsep Landasan
dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana.
Trisiantari, Mahaeni, & Koyan. (2013). Pengaruh implementasi model pembelajaran
kooperatif tipe TPS terhadap kemampuan berbicara dan keterampilan berpikir
kreatif pada siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Seririt. Jurnal
Program Pascasarjana 3. Diunduh pada tanggal 04 April 2017 dari
http://pasca.undiksha.ac.id
Wisudawati, A. W. & Sulistyowati, E. (2014). Metodologi pembelajaran IPA.
Jakarta: Bumi Aksara. Diunduh pada hari Sabtu, 13 Januari 2018 dari
http://media.neliti.com//media/publicatons/177095-ID-pengaruh-model-
discovery-learning-terhad.pdf
Ridho, N. (2011). Model Pembelajaran Kooperatif.
http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/Modelpembelajarank_nurridh
o_10592 .pdf. diunduh pada tanggal 12 Juni 2017
Rosyidah, U. (2016). Pengaruh model pembeajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Metro. Jurnal SAP
Vol. 1 No. 2 Desember 2016. ISSN: 2527-967X. Diunduh pada tanggal 20
Februari 2018 dari
http://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/SAP/article/viewFile/1018/999
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Lampiran 3.1 Soal Uraian
SOAL
1. a) Apa pengertian (definisi) dari siklus air? Sebutkan minimal 4 konsep dalam
satu kalimat pengertian tentang siklus air!
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
b) Berikan minimal 4 contoh penggunaan air dalam kehidupan!
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
c) Perhatikan gambar di bawah ini!
Dari kedua gambar di atas, manakah yang termasuk dalam menghemat air?
Jelaskan alasanmu!
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
2. a) Ada berbagai faktor yang mempengaruhi kelangsungan proses siklus air.
Tuliskan minimal 4 faktor yang mempengaruhi kelangsungan proses air!
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
1 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
b) Apa akibatnya jika manusia membuang sampah sembarangan?
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
c) Pada proses siklus air melalui beberapa urutan. Jelaskan dengan urut proses
siklus air!
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
3. a) Jelaskan minimal 4 kegiatan yang dapat kamu lakukan untuk menjaga
kelestarian air!
...................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
b) Sebutkan minimal 4 peristiwa yang akan terjadi akibat banyaknya
penebangan pohon?
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
............
Jelaskan alasan masing-masing?
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
....................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
c) lihatlah gambar dibawah ini dengan baik!
Air memberi kehidupan pada semua makhluk hidup. Dengan demikian, air
digunakan secara terus-menerus oleh semua makhluk hidup. Sebenarnya
air yang ada di bumi ini tidak akan pernah habis. Akan tetapi, akhir-akhir
ini banyak daerah mengalami kekeringan. Coba sebutkan ide-ide yang
dapat dilaksanakan untuk mengurangi kekeringan seperti gambar diatas!
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
4. a) Perhatikanlah dua gambar dibawah ini!
Gambar hutan tandus Gambar hutan lebat
Sebutkan minimal 4 perbedaan dari kedua gambar diatas dalam hungannya
dengan dampak pada peristiwa alam di bumi serta untuk kelangsungan
makhluk hidup.
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
........................................................................................................................
...............................................................................................
b) Buatlah minimal 4 garis besar langkah penyelamatan hutan!
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
..............................................................................................................
........................................................................................................................
c. Sebuah pabrik tempe memiliki limbah yang sangat berbau dan memiliki
warna yang sangat keruh dibuang di sungai. Air sungai itu mengaliri sawah-
sawah di sebagian desa. Pemilik pabrik mengatakan “limbahnya akan
menambah kesuburan tanah”.
Pernyataan diatas benar/salah? Berikan minimal 4 alasan!
........................................................................................................................
........................................................................................................................
.............................................................................................................................
...................................................................................................................
5. a. Manakah urutan siklus air di bawah ini yang lebih tepat? Berikan
alasanmu!
Urutan I
1) air di sungai, danau, dan laut menguap karena adanya sinar matahari
2) uap air membentuk awan
3) uap air pada awan turun ke tanah sebagai hujan,
4) air mengalir kembali ke sungai, danau, dan laut.
Urutan II
1) hujan turun ke tanah,
2) air hujan mengalir ke sungai, danau dan laut,
3) air di sungai, danau, dan laut menguap karena adanya sinar matahari,
4) uap air membentuk awan, uap air pada awan turun ke tanah sebagai
hujan.
.................................................................................................................
.................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
.................................................................................................................
.................................................................................................................
b. Penduduk di desa Suka Makmur sering membuang sampah ke sungai,
anak-anak sering mandi di sungai tersebut sehingga badan mereka
menjadi sehat dan kuat.
Menurutmu pernyataan di atas benar atau salah? Berikan minimal 3
alasan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
c. Perhatikan gambar di bawah ini!
Penebangan pohon seperti gambar di atas, mengakibatkan tanah menjadi
semakin subur dan cadangan oksigen pun semakin bertambah.
Menurutmu pernyataan di atas benar atau salah? Tuliskan minimal 4
alasan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
6. a. Penebangan pohon secara masal, membuang sampah ke sungai,
pembangunan rumah di tepi sungai, dan menutup pekarangan rumah
dengan semen menyebabkan banjir.
Berdasarkan pernyataan di atas, buatlah minimal 3 pertanyaan dengan
menggunakan kata “apakah” beserta jawabannya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Contoh:
Pertanyaan : Apakah penebangan pohon dapat menyebabkan banjir?
Jawaban : Penebangan pohon dapat menyebabkan banjir.
...................................................................................................................
........................................................................................................................
..............................................................................................................
...................................................................................................................
b. Uraikan minimal 4 langkah percobaan terjadinya banjir dengan
menggunakan alat dan bahan berupa 2 buah nampan, sendok, tanah,
rumput, dan air!
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
c. Buatlah gambar yang melukiskan minimal 4 percobaan pada soal nomor
6b!
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban
1. a. Apa yang dimaksud dengan siklus air?
Jawab:
Perubahan air dari bumi ke atmosfer dengan bantuan panas matahari yang
terjadi secara berulang.
b. Berikan minimal 4 contoh penggunaan air dalam kehidupan!
Jawab:
1) Untuk makan
2) Untuk minum.
3) Untuk mandi
4) Untuk mencuci
5) Untuk pengairan pada pertanian dan perkebunan.
6) Untuk perikanan dan pariwisata.
c. Dari kedua gambar di atas, manakah yang termasuk dalam menghemat air?
Jelaskan alasanmu!
Jawab:
Gambar nomor 2 karena pada gambar nomor 2 termasuk dalam cara
penghematan air. Setelah menggunakan air maka kita harus mematikan
krannya agar air tidak terus menerus mengalir dan terbuang.
2. a. Ada berbagai faktor yang dapat menghambat kelangsungan proses siklus
air. Tuliskan minimal 4 faktor penghambat tersebut!
Jawab:
- Pengurangan air tanah karena tidak ada keseimbangan lingkungan.
- Terhalangnya proses penguapan air karena ulah manusia (adanya
pemukiman atau pabrik-pabrik).
- Iklm dan cuaca yang memungkinkan tidak terjadi proses pemanasan
air.
- Pembangunan jalan yang dibeton atau diaspal mengakibatkan
permukaan tanah tertutup.
b. Apa akibatnya jika manusia membuang sampah sembarangan?
Jawab:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Dapat mempengaruhi proses siklus air karena membuang sampah dapat
mengakibatkan air menjadi tercemar adalah salah satu kegiatan manusia yang
dapat mempengaruhi siklus air. Dengan membuang sampah sembarangan itu
berarti mencemari lingkungan disekitar kita, baik pencemaran udara, air, dan
tanah. Titisan air hujan melalui sampah di tempat pembungan dan lubang-
lubang tanah dapat menyebabkan pencemaran pada air tanah. Pembakaran
akan mencemarkan udara. Pembuangan sampah ke laut merusak ekosistem
dasar laut.
c. Siklus air terjadi melalui beberapa tahapan. Jelaskan dengan urut tahapan
tersebut!
Jawab:
1) Air menguap karena pengaruh panas dari sinar matahari. Proses
penguapan ini disebut evaporasi.
2) Uap air naik dan berkumpul di udara.
3) Lama kelamaan, udara tidak dapat lagi menampung uap air jenuh. Proses
ini disebut presipitasi (pengendapan).
4) Jika suhunya turun, uap air akan berubah menjadi titik-titik air. Proses ini
disebut kondensasi (pengembunan).
5) Titik-titik air di awan kemudian akan turun menjadi hujan. Air hujan yang
jatuh di tanah akan meresap menjadi air tanah.
6) Kemudian, air tanah akan keluar melalui sumur. Air tanah juga akan
merembes ke danau atau sungai.
3. a. Kegiatan untuk menjaga kelestarian air:
1. membuang sampah pada tempatnya.
2. Tidak membuang bahan kiamia di sungai.
3. Mendaur ulang bahan bekas.
4. Mencegah adanya penebangan pohon secara liar.
5. Mengadakan reboisasi hutan.
b. 4 peristiwa yang akan terjadi akibat banyaknya penebangan pohon?
1) Hutan menjadi gersang dan tandus sehingga akan menyebabkan tanah
longsor dan banjir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Alasan : Karena pada lahan yang tidak di tumbuhi pohon saat air hujan
turun maka air akan langsung jatuh ketanah. Air hujan yang deras akan
mengikis tanah. Tidak adanya pepohonan menyebabkan air hujan tidak
terserap oleh tanah dengan baik sehingga air menggenang di tanah dan
dapat menyebabkan banjir. Tanah yang tandus tidak dapat menopang
tanah karena tidak ada akar dan pohon sehingga akan menyebabkan
tanah longsor.
2) Hilangnya kesuburan tanah.
Alasannya : ketika hutan dibabat, mengakibatkan tanah menyerap sinar
matahari terlalu banyak sehingga menjadi sangat kering dan gersang.
Hingga nutrisi dalam tanah mudah menguap. Hujan juga menyapu sisa-
sisa nutrisi dari tanah.
3) Turunnya sumber daya air.
Alasannya : Melalui akar pohon menyerap air yang kemudian menguap
dan dilepaskan ke atmosfer. Ketika pohon-pohon ditebang dan daerah
tersebut gersang maka tidak ada lagi yang membantu tanah menyerap
lebih banyak air, dengan demikian , akhirnya menyebabkan terjadinya
penurunan sumber daya air.
4) Punahnya keanekaragaman hayati
Alasannya : keanekaragaman hayati dari berbagai daerah hilang dalam
skala besar, banyak mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan
lenyap.
c. 4 usaha yang dapat dilaksanakan untuk mengurangi kekeringan seperti
gambar diatas!
1. Membuat penampungan air (embung) yang berfungsi sebagai
penampung air saat hujan.
2. Melakukan perbaikan saluran dan sarana irigasi.
3. Mengatasi pendangkalan waduk.
4. Proses penghijauan
4. a. Perbedaan gambar hutan gundul dan hutan hijau
No. Hutan Gundul Hutan Hijau
1. Menyebabkan banjir. Membantu penyerapan air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
2. Udara menjadi terkena
polusi.
Menambah cadangan oksigen.
3. Banyak hewan kehilangan
tempat tinggal.
Sebagai tempat makhlik hidup.
4. Menyebabkan tanah longsor. Mencegah tanah longsor.
b. Buatlah minimal 4 garis besar langkah penyelamatan hutan!
Jawab :
1. Penanaman hutan kembali
2. Sistem tebang pilih
3. Undang-undang untuk perlindungan hutan
4. Penggadaan hutan lindung
c. Pernyataan salah, karena air limbah dari pabrik tempe dapat mencemari air
sungai, mematikan ikan-ikan di sungai ataupun di sawah, tanaman disawah
menjadi mati, membuat gatal-gatal di kulit.
5. a. Manakah urutan siklus air di bawah ini yang lebih tepat? Berikan
alasanmu!
Jawaban:
Pernyataan I lebih tepat. Karena siklus air dimulai dari proses penguapan
air di sungai, danau dan laut, pembentukan awan oleh uap air, turunnya
hujan, dan air mengalir kembali ke dungai, danau dan laut.
b. Penduduk di desa Suka Makmur sering membuang sampah ke sungai,
anak-anak sering mandi di sungai tersebut sehingga badan mereka menjadi
sehat dan kuat.
Menurutmu pernyataan di atas benar atau salah? Berikan minimal 3
alasan!
Jawaban:
Pernyataan di atas salah. Membuang sampah ke sungai akan memberikan
dampak yang buruk bagi kesehatan. Tubuh menjadi lemah dan mudah
terserang penyakit. Air sungai yang kotor dapat menyebabkan kulit
menjadi gatal-gatal.
c. Perhatikan gambar di bawah ini!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Penebangan pohon seperti gambar di atas, mengakibatkan tanah menjadi
semakin subur dan cadangan oksigen pun semakin bertambah.
Menurutmu pernyataan di atas benar atau salah? Tuliskan minimal 3
alasan!
Jawaban:
Pernyataan tersebut salah. Kegiatan penebangan pohon memberikan
dampak yang buruk di lingkungan. Jika pohon banyak ditebangi tanah
akan menjadi semakin gersang. Cadangan oksigen di daerah yang gundul
semakin berkurang dan udara pun menjadi panas.
6. a. Penebangan pohon secara masal, membuang sampah ke sungai,
pembangunan rumah di tepi sungai, dan menutup pekarangan rumah
dengan semen menyebabkan banjir.
Berdasarkan pernyataan di atas, buatlah minimal 3 pertanyaan dengan
menggunakan kata “apakah” beserta jawabannya?
Jawaban:
Pertanyaan: apakah membuang sampah ke sungai dapat
menyebabkan banjir?
Jawaban: membuang sampah ke sungai dapat menyebabkan banjir
Pertanyaan: apakah pembangunan rumah di tepi sungai dapat
menyebabkan banjir?
Jawaban: pembangunan rumah di tepi sungai dapat menyebabkan
banjir
Pertanyaan: apakah menutup pekarangan rumah dengan semen dapat
menyebabkan banjir?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Jawaban: menutup pekarangan rumah dengan semen dapat
menyebabkan banjir
b. Uraikan minimal 4 langkah percobaan terjadinya banjir dengan
menggunakan alat dan bahan berupa 2 buah nampan, sendok, tanah,
rumput, dan air!
Jawaban:
1) Siapkan alat dan bahan, yaitu 2 buah nampan, 1 buah sendok, tanah,
air, dan beberapa rumput .
2) Isi separuh bagian pada setiap nampan dengan tanah
3) Pada nampan pertama tanamlah 1 rumput, kemudian padatkan tanah.
4) Pada nampan kedua tanamlah rumput hingga penuh, kemudian
padatkan tanah
5) Letakkan kedua nampan dengan posisi miring, kemudian siram bagian
tanahnya dengan menggunakan air.
6) Amati perbedaannya
c. Buatlah gambar yang melukiskan minimal 4 percobaan pada soal nomor
6b!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Lampiran 3.3 hasil jawaban siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Lampiran 3.4 Rubrik Penilaian
No
.
Variabel Aspek Indikator Nomo
r soal
Kriteria Sko
r
1 Mengingat
Mengingat
Mengingat kembali Mengingat
kembali
pengertian
proses siklus
air.
1a Jika mampu
menjawab 4
konsep utama
pengertian
proses siklus air
dengan tepat.
4
Jika mampu
menjawab 3
konsep utama
pengertian
proses siklus air
dengan tepat.
3
Jika mampu
menjawab 2
konsep utama
pengertian
proses siklus air
dengan tepat.
2
Jika mampu
menjawab 1
konsep utama
pengertian
siklus air
dengan tepat.
Jika tidak
mampu
menjawab
satupun konsep
utama
pengertian
proses siklus
air.
1
Mengenali Mengenali
kegunaan air
dalam
kehidupan.
1b Jika mampu
memberikan
contoh 4
kegunaan air
bagi makhluk
hidup dengan
tepat.
4
Jika mampu
memberikan
contoh 3
kegunaan air
bagi makhluk
hidup dengan
tepat.
3
Jika mampu
memberikan
contoh 2
kegunaan air
bagi makhluk
hidup dengan
tepat.
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Jika mampu
memberikan
contoh 1
kegunaan air
bagi makhluk
hidup dengan
tepat.
Jika tidak
mampu
memberikan
contoh
kegunaan air
bagi makhluk
hidup dengan
tepat.
1
Mengidentifikasi Mengidentifikas
i cara
menghemat
penggunaan air.
1c Jika mampu
mengidentifikas
i gambar
dengan alasan
sangat tepat.
4
Jika mampu
mengidentifikas
i gambar
dengan alasan
tepat.
3
Jika mampu
mengidentifikas
i gambar
dengan alasan
kurang tepat.
2
Jika mampu
mengidentifikas
i gambar
dengan alasan
tidak tepat.
1
2 Memahami Mencontohkan Memberikan
contoh faktor
yang
mempengaruhi
proses siklus
air.
2a Jika mampu
menyebutkan 4
contoh faktor
yang
mempengaruhi
proses siklus air
dengan tepat.
4
Jika mampu
menyebutkan 3
contoh faktor
yang
mempengaruhi
proses siklus air
dengan tepat.
3
Jika mampu
menyebutkan 2
contoh faktor
yang
mempengaruhi
proses siklus air
dengan tepat.
2
Jika mampu 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
menyebutkan 1
contoh faktor
yang
mempengaruhi
proses siklus air
dengan tepat.
Jika tidak
mampu
menyebutkan
contoh faktor
yang
mempengaruhi
proses siklus air
dengan tepat.
Memprediksi Memprediksi
kegiatan
manusia yang
mempengaruhi
siklus air.
2b Jika
memberikan
prediksi dengan
alasan sangat
tepat.
4
Jika
memberikan
prediksi dengan
alasan tepat.
3
Jika
memberikan
prediksi dengan
alasan kurang
tepat.
2
Jika
memberikan
prediksi dengan
alasan tidak
tepat.
1
Menjelaskan Menjelaskan
proses siklus
air.
2c Jika
menjelaskan
proses siklus air
dengan urut dan
tepat.
4
Jika
menjelaskan
proses siklus air
dengan urut
tetapi kurang
tepat.
3
Jika
menjelaskan
proses siklus air
dengan tidak
urut tetapi
tepat.
2
Jika
menjelaskan
proses siklus air
tidak urut dan
tidak tepat.
1
3 Mengaplikas
i
Mengimplementasika
n
Melaksanakan 4
kegiatan 3a
Jika
menyebutkan 4
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
pelestarian air. pelaksanaan
kegiatan
dengan tepat.
Jika
menyebutkan 3
pelaksanaan
kegiatan
dengan tepat.
3
Jika
menyebutkan 2
pelaksanaan
kegiatan
dengan tepat.
2
Jika
menyebutkan 1
pelaksanaan
dengan tepat
atau semua
jawaban salah
atau tidak
menjawab sama
sekali.
1
Menggunakan
Menggunakan
permasalahan
sehari-hari yang
mempengaruhi
terganggunya
siklus air
3b
Jika
menguraikan 4
penggunaan
dengan benar
dan alasan yang
tepat
4
Jika
menguraikan 3
penggunaaan
dengan benar
tetapi
memberikan
alasan kurang
tepat
3
Jika
menguraikan 2
penggunaan
dengan benar
tetapi tanpa
alasan.
2
Jika
menguraikan1
penggunaan
dengan tidak
tepat dan tanpa
alasan atau
jawaban salah.
1
Melaksanakan
Melaksanakan
usaha-usaha
yang sesuai
untuk
3c
Jika
menguraikan 4
usaha
pelaksanaan
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
mengurangi
kekeringan di
suatu daerah.
kegiatan untuk
mengurangi
kekeringan
dengan tepat.
Jika
menguraikan 3
usaha
pelaksanaan
kegiatan untuk
mengurangi
kekeringan
dengan tepat.
3
Jika
menguraikan 2
usaha
pelaksanaan
kegiatan untuk
mengurangi
kekeringan
dengan tepat.
2
Jika
menguraikan 1
usaha
pelaksanaan
kegiatan untuk
mengurangi
kekeringan
dengan tepat
atau jawaban
salah.
1
4 Menganalisis Membedakan
informasi
Membedakan
dampak
peristiwa alam
bagi
kelangsungan
mahkluk hidup
melalui dua
gambar hutan
gundul dan
hutan hijau.
4a
Jika dapat
membedakan 4
hal dari kedua
gambar dengan
tepat.
4
Jika dapat
membedakan 3
hal dari kedua
gambar dengan
tidak tepat.
3
Jika dapat
membedakan 2
hal dari kedua
gambar dengan
lengkap, tetapi
tidak tepat
namun dapat
dipahami.
2
Jika dapat
membedakan 1
hal atau semua
jawaban salah
dan tidak tepat.
1
Membuat garis besar Membuat garis
besar tentang
langkah-
langkah
4b
Jika dapat
membuat 4
garis besar
dengan tepat.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
penyelamatan
hutan.
Jika dapat
membuat 3
garis besar
dengan tepat.
3
Jika dapat
membuat 2
garis besar
dengan tepat.
2
Jika dapat
membuat 1
garis besar
dengan tepat.
1
Mendeskripsikan
peran
Menentukan
sudut pandang
dari suatu
permasalahan
pencemaran air.
4c
Jika dapat
menentukan
sudut pandang
dengan 4
alasan dengan
tepat.
4
Jika dapat
menentukan
sudut pandang
dengan 3
alasan dengan
tepat.
3
Jika dapat
menentukan
sudut pandang
dengan 2
alasan dengan
tepat.
2
Jika dapat
menentukan
sudut pandang
dengan 1
alasan dengan
tepat atau
jawaban salah.
1
5 Mengevaluas
i
Memeriksa Menentukan
kesimpulan
berdasarkan
pernyataan
tentang urutan
siklus air.
5a Jika
menentukan
pilihan dan
alasan
mengandung 4
konsep dengan
tepat
4
Jika
menentukan
pilihan dan
alasan
mengandung 3
konsep dengan
tepat
3
Jika
menentukan
pilihan dan
alasan
mengandung 2
konsep dengan
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
tepat
Jika
menentukan
pilihan dan
alasan
mengandung 1
konsep atau
semua jawaban
salah atau tidak
menjawab sama
sekali.
1
Mengkritik Mengkritik
pernyataan
mengenai
kegiatan
membuang
sampah ke
sungai.
5b Jika
menentukan
nilai kebenaran
dan menyebut
3 pendapat
kritis dengan
tepat
4
Jika
menentukan
nilai kebenaran
dan menyebut
2 pendapat
kritis dengan
tepat
3
Jika
menentukan
nilai kebenaran
dan menyebut
1 pendapat
kritis dengan
tepat
2
Jika
menentukan
nilai kebenaran
dan tidak
menyebut
pendapat kritis
atau semua
jawaban salah
atau tidak
menjawab sama
sekali.
1
Mengkritik
gambar dan
pernyataan
mengenai
dampak
penebangan
hutan.
5c Jika
menentukan
nilai kebenaran
dan menyebut
3 pendapat
kritis dengan
tepat
4
Jika
menentukan
nilai kebenaran
dan menyebut
2 pendapat
kritis dengan
tepat
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Jika
menentukan
nilai kebenaran
dan menyebut
1 pendapat
kritis dengan
tepat
2
Jika
menentukan
nilai kebenaran
dan tidak
menyebut
pendapat kritis
atau semua
jawaban salah
atau tidak
menjawab sama
sekali.
1
6 Mencipta Merumuskan
Merumuskan
pertanyaan dan
jawaban
mengenai
penyebab
banjir.
6a Jika
merumuskan 4
pertanyaan dan
jawaban
dengan tepat
4
Jika
merumuskan 3
pertanyaan dan
jawaban
dengan tepat
3
Jika
merumuskan 2
pertanyaan dan
jawaban
dengan tepat
2
Jika
merumuskan 1
pertanyaan
pertanyaan dan
jawaban
dengan tepat
dengan tepat
atau semua
jawaban salah
atau tidak
menjawab sama
sekali.
1
Merencanakan Merencanakan
langkah
percobaan
tterjadinya
banjir
6b Jika
menyebutkan 4
langkah dengan
tepat.
4
Jika
menyebutkan 3
langkah dengan
tepat.
3
Jika
menyebutkan 2
langkah dengan
tepat.
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Jika
menyebutkan 1
langkah dengan
tepat semua
jawaban salah
atau tidak
menjawab sama
sekali.
1
Memproduksi Membuat
gambar tentang
percobaan
terjadinya
banjir
Jika membuat
gambar dan
mencakup 4
langkah
percobaan
dengan tepat
4
Jika membuat
gambar dan
mencakup 3
langkah
percobaan
dengan tepat
3
Jika membuat
gambar dan
mencakup 2
langkah
percobaan
dengan tepat
2
Jika membuat
gambar dan
mencakup 1
langkah
percobaan
dengan tepat
atau tidak
membuat
gambar
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Lampiran 3.5 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement
Indikator Validator Komentar (Saran
Perbaikan) 1 2 3 Rerata
Mengingat kembali
pengertian proses siklus
air
3 4 3 3,33 Untuk menyebutkan 4
konsep sudah ok, tapi
untuk memberikan definisi
dalam 1 kalimat itu agak
sulit untuk anak.
Kata “sebutkan” bisa
diganti dengan kata
“tuliskan”
Mengenali kegunaan air
dalam kehidupan
3 4 3 3,33 Kata “berikan” bisa
diganti dengan kata
“tuliskan”
Mengidentifikasi cara
menghemat penggunaan
air
4 4 4 4
Memberikan contoh faktor
yang mempengaruhi
proses siklus air
3 2 4 3 Belum terlalu jelas dengan
proses air, maksudnya apa
dari air, kecukupannya
atau apanya.
Terlalu banyak
Memprediksi kegiatan
manusia yang
mempengaruhi siklus air
3 4 4 3,67 Harus lebih difokuskan
lagi.
Menjelaskan proses siklus
air
4 4 4 4
Melaksanakan 4 kegiatan
pelestarian air
4 4 3 3,67 Kata “jelaskan” bisa
diganti dengan kata
“tuliskan”
Menggunakan
permasalahan sehari-hari
yang mempengaruhi
terganggunya siklus air
3 4 3 3,33 Kata “sebutkan” bisa
diganti dengan kata
“tuliskan”
Melaksanakan usaha-
usaha yang sesuai untuk
mengurangi kekeringan di
suatu daerah
3 3 3 3 Gambar kurang jelas
Kata “di bawah” bisa
diganti dengan kata
“berikut ini”
Kata “sebutkan” bisa
diganti dengan kata
“tuliskan”. Kata “ide-ide”
sebaiknya diganti
“minimal 3 ide”
Membedakan dampak
peristiwa alam bagi
kelangsungan mahkluk
hidup melalui dua gambar
hutan gundul dan hutan
hijau
3 4 3 3,33 Kata “sebutkan” bisa
diganti dengan kata
“tuliskan”
Membuat garis besar
tentang langkah-langkah
penyelamatan hutan
3 3 4 3,33 Kata garis besar bisa lebih
dioperasionalkan lagi.
Menentukan sudut
pandang permasalahan
pencemaran air
3 4 3 3,33 Kata “di atas” bisa diganti
dengan kata “tersebut”
Menentukan kesimpulan 4 4 3 3,67 Kata “di bawah” bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
berdasarkan pernyataan
tentang urutan siklus air
diganti dengan kata
“berikut ini”
Mengkritik pernyataan
mengenai kegiatan
membuang sampah ke
sungai
4 3 3 3,33 Kata “di atas” bisa diganti
dengan kata “tersebut”
Mengkritik gambar dan
pernyataan mengenai
dampak penebangan hutan
4 4 3 3,67 Kata “di bawah” bisa
diganti dengan kata
“berikut ini”
Kata “di atas” bisa diganti
dengan kata “tersebut”
Merumuskan pertanyaan
dan jawaban mengenai
penyebab banjir
3 4 3 3,33 Kata “di atas” bisa diganti
dengan kata “tersebut”
Merencanakan langkah
percobaan terjadinya
banjir
3 3 4 3,33
Membuat gambar tentang
percobaan terjadinya
banjir
2 4 4 3,33 Mungkin tidak gambar,
tapi skematis saja.
Total Skor 59 66 61 Validator 1
Instrumen penelitian layak dengan
revisi kecil
Validator 2
Instrumen penelitian sangat layak
Validator 3
Instrumen penelitian sangat layak
Rata-rata 3,28 3,67 3,39
Keterangan:
4 : sangat sesuai
3 : sesuai
2 : tidak sesuai
1 : sangat tidak sesuai
Kategori Kelayakan: No Skor Kelayakan
1 58.50 – 72.00 Sangat layak
2 45.00 – 58.49 Layak dengan revisi kecil
3 31.50 – 44.99 Layak dengan revisi besar
4 18.00 – 31.49 Tidak layak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Lampiran 3.6 Hasil Penilaian Expert Judgement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Lampiran 3.7 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas
Total
total Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 53
soal5a Pearson Correlation ,692
**
Sig. (2-tailed) ,000
N 53
soal5b Pearson Correlation ,804
**
Sig. (2-tailed) ,000
N 53
soal5c Pearson Correlation ,783
**
Sig. (2-tailed) ,000
N 53
soal6a Pearson Correlation ,596
**
Sig. (2-tailed) ,000
N 53
soal6b Pearson Correlation ,408
**
Sig. (2-tailed) ,002
N 53
soal6c Pearson Correlation ,549
**
Sig. (2-tailed) ,000
N 53
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Lampiran 3.8 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 53 100,0
Excludeda 0 0,0
Total 53 100,0
a. Listwise deletion based on all variables
in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,702 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Mengevaluasi Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen
No
Respo
nden
EvKo
nPre
EvKon
Post1
EvKo
nSel
EvKon
Post2
EvKo
nPre
EvKon
Post1
EvKo
nSel
EvKon
Post2
1 2,33 2,33 0 1,67 2,67 3,67 1 1,67
2 2 2,67 0,67 1,67 2 3,33 1,33 3,67
3 2,67 2,33 -0,33 2 2 3,33 1,33 2
4 2,33 3,67 1,33 1,33 1,33 4 2,67 3,33
5 1,67 2,33 0,67 1 1,67 3,33 1,67 3,67
6 2,67 2,67 0 2,33 1,67 3,67 2 3
7 2,33 3 0,67 1 1,33 4 2,67 3
8 2 2,33 0,33 2 1,33 2,67 1,33 3,33
9 1,33 3 1,67 1 1,67 2,67 1 2
10 1,67 3,33 1,67 2 1,67 2,67 1 1
11 1 3,67 2,67 1 2,33 3 0,67 1,33
12 1,67 2,67 1 2 1,33 3 1,67 4
13 1,67 3 1,33 2,67 1,67 3,67 2 3
14 1,33 3,33 2 1 1,33 3,67 2,33 1
15 1,33 3 1,67 1 1,67 3,33 1,67 1
16 2 3,33 1,33 1,67 1,67 3,67 2 1
17 2,33 2,67 0,33 2,67 1,67 3 1,33 1,33
18 1,67 2,67 1 2,67 1,33 3,33 2 1,67
19 1 3 2 2,33 2,67 2,67 0 3,33
20 1,67 2,67 1 2 1,33 3,33 2 1,67
21 2,33 2,67 0,33 1 1,33 3,67 2,33 2
22 1,67 2,33 0,67 3 1,67 3,33 1,67 3,33
23 1 2,33 1,33 1,67 1,67 3,67 2 3,33
24 1 3 2 3 1,33 3,67 2,33 3
25 1,67 3 1,33 1 1,67 3,67 2 2
26 3,67 3 -0,67 3,33 1,33 3,67 2,33 3
27 2,67 3,67 1 3,33 1 4 3 2,67
28 3,33 3 -0,33 3 3 4 1 3,33
29 3,33 1,33 -2 2,67 1 2,33 1,33 1
30 2,01 2,33 0,32 1,97 3,67 2,51 -1,16 2,4
31 2,01 1,67 -0,34 1,97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
32 2,01 2,26 0,25 1,97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Mencipta Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen
Nomor Responden
CiptKonPre
CiptKonPost1
CiptKonSel
CiptKonPost2
CiptEksPre
CiptEksPost1
CiptEksSel
CiptEksPost2
1 1,33 2,67 1,33 1 1 1 0 3,5
2 1,33 2,33 1 1 2,67 1,67 -1 3,33
3 1 1,67 0,67 1,67 2,33 2,67 0,33 1,83
4 1 1,67 0,67 1 1,33 2,67 1,33 2,17
5 1 1 0 1 1 2 1 3,17
6 1 3 2 1,33 1,33 1,67 0,33 3,17
7 1,67 1 -0,67 1 1 1,33 0,33 3,5
8 1,33 3 1,67 1 2,33 2 -0,33 3,5
9 1 1,67 0,67 1 1 3,33 2,33 2,17
10 1 1,33 0,33 1 2 1,33 -0,67 1
11 1 1,67 0,67 1 1,67 3,67 2 1,5
12 2 2,67 0,67 1,33 1,67 4 2,33 1,5
13 2 3 1 1,33 2,67 2,33 -0,33 1
14 1,67 2,33 0,67 1 3 1,33 -1,67 1
15 1,67 1 -0,67 1 2 3,67 1,67 1
16 2,33 1,67 -0,67 1 1,33 1 -0,33 1,17
17 1,33 2,67 1,33 2,33 1 2 1 1,5
18 1 1,67 0,67 1,33 1,67 1,33 -0,33 2,33
19 1,67 1 -0,67 1,67 1,33 3 1,67 2,67
20 1 1,33 0,33 1 2,67 3,33 0,67 2,67
21 2 1,67 -0,33 1 2,67 3,67 1 2,67
22 1,33 1 -0,33 1 2 3,67 1,67 2,67
23 1 1 0 1,67 2,67 3,67 1 2,17
24 1 1,67 0,67 1,33 1,33 3,33 2 2,67
25 1,67 1 -0,67 1 2 3 1 3,67
26 3,33 1,67 -1,67 3,33 1 4 3 3,5
27 2,33 1,33 -1 2,33 2,67 1,67 -1 3,67
28 1,33 1,67 0,33 1 1,33 2 0,67 2,33
29 3 1 -2 1,33 1 2,67 1,67 1,68
30 1,53 1 -0,53 1,31 1,33 2,32 0,99 2,36
31 1,53 1,67 0,14 1,31
32 1,53 1,74 0,21 1,31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data
4.3.1 Kemampuan Mengevaluasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
EvKo
nPre
EvKo
nPost
1
EvKo
nSel
EvKo
nPost
2
EvE
ksPr
e
EvEk
sPost
1
EvEk
sSel
EvEk
sPost
2
N 32 32 32 32 30 30 30 30
Normal
Paramete
rsa,b
Mea
n
1,980
3
2,758
1 ,7781
1,966
3
1,73
37
3,351
0
1,616
7
2,402
0
Std.
Devi
ation
,6821
1
,5331
4
,9509
6
,7492
4
,597
54
,4799
4
,8378
9
,9680
5
Most
Extreme
Differenc
es
Abso
lute ,144 ,144 ,094 ,151 ,309 ,214 ,143 ,198
Posit
ive ,144 ,138 ,068 ,151 ,309 ,122 ,097 ,128
Nega
tive -,106 -,144 -,094 -,107
-
,183 -,214 -,143 -,198
Test Statistic ,144 ,144 ,094 ,151 ,309 ,214 ,143 ,198
Asymp. Sig. (2-
tailed) ,089
c ,091
c
,200c,
d
,060c
,000c
,001c ,120
c ,004
c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
4.3.2 Kemampuan Mencipta
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Ci
pt
Ko
npr
e
Cipt
Kon
Post
1
Cipt
Kon
Sel
Cipt
Kon
Post
2
Cipt
Eks
Pre
Cipt
Eks
Post
1
Cipt
Eks
Sel
Cipt
Eks
Post
2
N 32 32 32 32 30 30 30 30
Norm
al
Param
etersa,
b
Me
an
1,5
28
4
1,71
16
,181
9
1,30
97
1,76
67
2,51
10
,744
3
2,36
90
Std
. ,58
94
,660
26
,911
96
,513
88
,662
98
,966
65
1,13
014
,895
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
De
via
tio
n
6
Most
Extre
me
Differ
ences
Ab
sol
ute
,18
6 ,244 ,141 ,297 ,212 ,135 ,119 ,115
Po
siti
ve
,18
6 ,244 ,109 ,297 ,212 ,135 ,096 ,101
Ne
gat
ive
-
,18
5
-,141 -,141 -,273 -
,147
-
,135
-
,119
-
,115
Test
Statistic
,18
6 ,244 ,141 ,297 ,212 ,135 ,119 ,115
Asymp.
Sig. (2-
tailed)
,00
6c
,000c ,104
c ,000
c
,001c
,172c
,200c,d
,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal
4.4.1 Kemampuan Mengevaluasi
Ranks
Kelompok N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
EvKonEksPre Mengevaluasi
Kontrol
Pretest
32 35,50 1136,00
Mengevaluasi
Eksperimen
Pretest
30 27,23 817,00
Total 62
Test Statisticsa
EvKonEksPre
Mann-
Whitney
U
352
Wilcoxon
W 817
Z -1,841
Asymp.
Sig. (2-
tailed)
0,066
a. Grouping Variable:
Kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
4.4.2 Kemampuan Mencipta
Ranks
Kelompok N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
CipKonEksPre Mencipta
Kontrol
Pretest
32 28,42 909,50
Mencipta
Eksperimen
Pretest
30 34,78 1043,50
Total 62
Test Statisticsa
CipKonEksPre
Mann-Whitney U
381,5
Wilcoxon W
909,5
Z -1,415
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,157
a. Grouping Variable:
Kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
Lampiran 4.5 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
4.5.1 Kemampuan Mengevaluasi
Group Statistics
Kelompok N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
EvSelKonEks Mengevaluasi
Selisih
Kontrol
32 ,7781 ,95096 ,16811
Mengevaluasi
Selisih
Eksperimen
30 1,6167 ,83789 ,15298
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed
)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differen
ce
95%
Confidence
Interval of
the
Difference
Lowe
r
Upp
er
EvSel
KonEk
s
Equal
variance
s
assume
d
,768 ,384 -
3,674 60 ,001 -,83854 ,22823
-
1,295
08
-
,382
01
Equal
variance
s not
assume
d
-
3,689
59
,7
79
,000 -,83854 ,22729
-
1,293
23
-
,383
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
4.5.2 Kemampuan Mencipta
Group Statistics
Kelompok N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
CipKonEksSel Mencipta
Kontrol
Selisih
32 ,1819 ,91196 ,16121
Mencipta
Eksperimen
Selisih
30 ,7443 1,13014 ,20633
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Differ
ence
Std.
Error
Diffe
rence
95%
Confidence
Interval of
the
Difference
Lowe
r
Upp
er
CipK
onEk
sSel
Equal
varian
ces
assum
ed
1,62
9 ,207
-
2,1
63
60 ,035 -
,56246
,2600
4
-
1,082
61
-
,042
30
Equal
varian
ces not
assum
ed
-
2,1
48
55,
77
1
,036 -
,56246
,2618
5
-
1,087
05
-
,037
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
Lampiran 4.6 Perhitungan Besar Pengaruh Perlakuan
Effect kemampuan mengevaluasi
r = √
r = √( )
( )
r = √
r = √
r = √
r = 0,42
Persentase pengaruh penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw II terhadap kemampuan
mengevaluasi:
R2
= r2
Effect kemampuan mencipta
r = √
r = √( )
( )
r = √
r = √
r = √
r = 0,26
Persentase pengaruh penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II
terhadap kemampuan mencipta:
R2
= r2
= (0,26)2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
= (0,42)2
= 0,1764
Persentase = R2 x 100%
= 0,18 x 100%
= 18%
= 0,07
Persentase = R2 x 100%
= 0,07 x 100%
= 7%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
4.7.1 Perhiungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase
=
=
=
=
= 39%
Persentase
=
=
=
=
= 48%
Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Mencipta
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase
=
=
=
=
Persentase
=
=
=
=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
= 15,69% = 46,78%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
4.7.2 Hasil Uji Korelasi SPSS With Spearman
4.7.2.1 Kemampuan Mengevaluasi
Correlations
EvKon
Pre
EvKon
Post1
EvEks
Pre
EvEks
Post1
Spearma
n's rho
EvKon
Pre
Correlation
Coefficient 1,000 -,211 -,142 ,280
Sig. (2-tailed) ,246 ,454 ,135
N 32 32 30 30
EvKon
Post1
Correlation
Coefficient -,211 1,000 -,113 ,391*
Sig. (2-tailed) ,246 ,552 ,032
N 32 32 30 30
EvEksP
re
Correlation
Coefficient -,142 -,113 1,000 -,197
Sig. (2-tailed) ,454 ,552 ,296
N 30 30 30 30
EvEksP
ost1
Correlation
Coefficient ,280 ,391* -,197 1,000
Sig. (2-tailed) ,135 ,032 ,296
N 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
4.7.2.2 Kemampuan Mencipta
Correlations
CiptKo
npre
CiptKo
nPost1
CiptE
ksPre
CiptE
ksPost
1
Spearman's
rho
CiptK
onpre
Correlation
Coefficient 1,000 -,045 ,011 ,045
Sig. (2-tailed) ,806 ,954 ,812
N 32 32 30 30
CiptK
onPos
t1
Correlation
Coefficient -,045 1,000 ,096 -,237
Sig. (2-tailed) ,806 ,615 ,208
N 32 32 30 30
CiptE
ksPre
Correlation
Coefficient ,011 ,096 1,000 ,097
Sig. (2-tailed) ,954 ,615 ,612
N 30 30 30 30
CiptE
ksPos
t1
Correlation
Coefficient ,045 -,237 ,097 1,000
Sig. (2-tailed) ,812 ,208 ,612
N 30 30 30 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
4.7.3 Perhitungan Persentase Gain Score
4.7.3.1 Tabulasi Gain Score Kemampuan Mengevaluasi
Kemampuan Mengevaluasi
Kelompok Kontrol
Kelompok
Eksperimen
Gain Score f Gain Score f
2,67 1 3,00 1
2,00 3 2,67 2
1,67 3 2,33 4
1,33 5 2,00 7
1,00 4 1,67 4
0,67 4 1,33 5
0,33 3 1,00 4
0,32 1 0,67 1
0,25 1 0,00 1
0,00 2 -1,16 1
-0,33 2
-0,34 1
-0,67 1
-2,00 1
4.7.3.2 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 0,84 Kemampuan Mengevaluasi
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Frekuensi gain score ≥
0,84 sebanyak 16 siswa
Persentase
=
=
= 0,5 x 100%
= 50%
Frekuensi gain score ≥ 0,84
sebanyak 27 siswa
Persentase
=
=
= 0,9 x 100%
= 90%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
4.7.3.3 Tabulasi Gain Score Kemampuan Mencipta
Mencipta
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Gain Score F Gain Score F
2,00 1 2,67 1
1,67 1 2,33 6
1,33 2 2,00 2
1,00 2 1,67 7
0,67 8 1,33 4
0,33 3 1,00 3
0,21 1 0,67 5
0,14 1 0,33 1
0,00 2 -1,00 1
-0,33 2
-0,53 1
-0,67 4
-1,00 1
-1,67 1
-2,00 1
4.7.3.4 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 0,84 Kemampuan Mencipta
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Frekuensi gain score ≥ 0,50
sebanyak 14 siswa
Persentase
=
=
= 0,4375 x 100%
= 43,75%
Frekuensi gain score ≥ 0,50
sebanyak 16 siswa
Persentase
=
=
= 0,53 x 100%
= 53%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
Lampiran 4.8 Hasil Manual Besar Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
4.8.1.1 Perhitungan Manual Besar Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
r =
√
r =
r = -0,455
Persentase pengaruh
penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw II terhadap kemampuan
mencipta pada kelompok
kontrol :
R2= r
2
= (0,455)2
= 0,207
Persentase = R2 x100 %
= 0,207 x 100%
= 20,7%
r =
√
r =
r = 0,593
Persentase pengaruh penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II
terhadap kemampuan mengevaluasi pada
kelompok eksperimen :
R2= r
2
= (0,593)2
= 0,351
Persentase = R2 x100 %
= 0,351 x 100%
= 35,1%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
4.8.1.2 Perhitungan Manual Besar Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Kemampuan Mencipta
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
r =
√
r =
r = -0,16
Persentase pengaruh
penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw II terhadap kemampuan
mencipta pada kelompok
kontrol :
R2= r
2
= (0,16)2
= 0,0256
Persentase = R2 x100 %
= 0,0256 x 100%
= 2,56%
r =
√
r =
r = 0,39
Persentase pengaruh penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II
terhadap kemampuan mencipta pada
kelompok eksperimen :
R2= r
2
= (0,39)2
= 0,1521
Persentase = R2 x100 %
= 0,1521 x 100%
= 15,21%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
Lampiran 4.9 Hasil Uji Retensi Perlakuan
4.9.1 Kemampuan Mengevaluasi
4.9.1.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan Posttest I ke Posttest II
Ranks
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
EvKonPost1
-
EvKonPost2
Negative
Ranks 4
a 9,75 39,00
Positive
Ranks 24
b 15,29 367,00
Ties 4c
Total 32
EvEksPost1
-
EvEksPost2
Negative
Ranks 5
d 6,30 31,50
Positive
Ranks 24
e 16,81 403,50
Ties 1f
Total 30
a. EvKonPost1 < EvKonPost2
b. EvKonPost1 > EvKonPost2
c. EvKonPost1 = EvKonPost2
d. EvEksPost1 < EvEksPost2
e. EvEksPost1 > EvEksPost2
f. EvEksPost1 = EvEksPost2
Test Statisticsa
EvKonPost1
-
EvKonPost2
EvEksPost1
-
EvEksPost2
Z -3,739b -4,032
b
Asymp.
Sig. (2-
tailed)
,000 ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
4.9.1.2 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Posttest I ke Posstest 2
Persentase Peningkatan Rerata Posttest I ke Posttest II
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase
=
=
=
%
= - 0,29 x 100%
= -29%
Persentase
=
=
=
%
= - 0,28 x 100%
= -28%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
4.9.2 Kemampuan Mencipta
4.9.2.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan Posttest I ke Posttest II
Test Statisticsa
CiptKonPost1
-
CiptKonPost2
CiptEksPost1
-
CiptEksPost2
Z -2,665b -,617
b
Asymp.
Sig. (2-
tailed)
,008 ,537
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Ranks
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
CiptKonPost1
-
CiptKonPost2
Negative
Ranks 6
a 11,83 71,00
Positive
Ranks 20
b 14,00 280,00
Ties 6c
Total 32
CiptEksPost1
-
CiptEksPost2
Negative
Ranks 12
d 16,88 202,50
Positive
Ranks 18
e 14,58 262,50
Ties 0f
Total 30
a. CiptKonPost1 < CiptKonPost2
b. CiptKonPost1 > CiptKonPost2
c. CiptKonPost1 = CiptKonPost2
d. CiptEksPost1 < CiptEksPost2
e. CiptEksPost1 > CiptEksPost2
f. CiptEksPost1 = CiptEksPost2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
4.9.2.2 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Posttest I ke Posstest 2
Persentase Peningkatan Rerata Posttest I ke Posttest II
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase
=
=
=
%
= - 0,23 x 100%
= -23%
Persentase
=
=
=
%
= - 0,05 x 100%
= -5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
Lampiran 4.10 Foto-foto Kegiatan PembelajaranKelompok Kontrol dan
Eksperimen
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
CURRICULUM VITAE
Franzeska Amanda Benita Clara merupakan anak
ketiga dari pasangan Hilarion Tri Asmara Putro dan
Ida Sulistiani. Lahir di Klaten tanggal 18 Maret 1996.
Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar Maria
Assumpta Klaten pada tahun 2002-2008 kemudian
pada tahun 2008-2011 melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur 01 Klaten.
Peneliti selanjutnya menempuh pendidikan di Sekolah
Menengah Atas Santa Maria Yogyakarta pada tahun
2011 dan lulus tahun 2014 kemudian melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta pada tahun 2014 sampai sekarang. Semasa menempuh pendidikan di
Universitas Sanata Dharma, penulis pernah mengikuti berbagai kegiatan
kemahasiswaan di antaranya:
No Nama Kegiatan Tahun Peran
1 PPKM-1 2015 Peserta
2 PPKM-2 2015 Peserta
3 Penguasaan Bahasa Inggris Aktif 2017 Peserta
4 English Club 2014-2015 Peserta
5 Kursus Mahir Dasar Pramuka 2015 Peserta
6 Inisiasi Fakultas (Infisa) 2016 Peserta
7 Panitia Wisuda Program Sarjana dan
Magister USD
2015 Anggota
seksi
8 Panitia Malam Kreativitas PGSD 2016 2016 Anggota
Seksi
9 Kulih Umum Pendidikan Berbasis
Montessori
2015 Peserta
10 Seminar “Reinventing Childhood
Education”
2015 Peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI