PENGARUH PENERAPAN METODE DEBAT TERHADAP...
Transcript of PENGARUH PENERAPAN METODE DEBAT TERHADAP...
-
PENGARUH PENERAPAN METODE DEBAT TERHADAP
KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V
MI MISBAHUL FALAH DUREN MEKAR KOTA DEPOK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
oleh
Khumairoh
1110018300042
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
-
i
ABSTRAK
Khumairoh (1110018300042). Pengaruh Penerapan Metode Debat Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode debat terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V MI Misbahul Falah Bojongsari Kota Depok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen, dengan pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dari 48 siswa yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design. Instrument penelitian yang digunakan berupa tes lisan dengan skala penilaian rentang skor 1-4. Validitas tes dihitung dengan menggunakan validitas konstruk (construct validity). Untuk mengukur validitas konstruk menggunakan pendapat ahli (Judgement Expert). Dalam hal ini ahli yang dimintai pendapatnya adalah dosen pembimbing. Setelah dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik Paired Sample T-Test diperoleh thitung sebesar 0,001 pada taraf signifikansi < 0,05, hasilnya H1 diterima dan H0 ditolak karena 0,001 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan metode debat terhadap keterampilan berbicara siswa.
Kata Kunci: Metode Debat, Keterampilan Berbicara.
-
ii
ABSTRACT
Khumairoh (1110018300042). The influence of debate methods application against student speaking skill at Class V MI Misbahul Falah Duren Mekar Depok City. The Thesis. Elementary School Teacher Education Department, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.
This study aims to determine the influence of the application of debate methods on students' speaking skills at class V MI Misbahul Falah Bojongsari Depok. The method used in this study is a quasi-experimental, with sampling was used purposive sampling of 48 students who were divided into 2 groups: the experimental group and the control group. Design in this study are nonequivalent control group. Research instrument used in the form of an oral test with a score of 1-4 grading scale ranges. The validity of the test is calculated by using the construct validity (construct validity). To measure the construct validity using expert opinion (Judgement Expert). In this case the expertsis advisor.. After testing the hypothesis by using techniques Paired Sample T-Test obtained t of 0.001 at a significance level
-
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt, karena dengan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh
Penerapan Metode Debat Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Pada Siswa Kelas
V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok.
Salawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarga,
sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti jejak dan langkahnya hingga
akhir zaman. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar
sarjana pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Banyak hambatan yang penulis alami dalam penyusunan skripsi ini, namun
dengan keyakinan dan kesungguhan, akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan skripsi ini baik moral
maupun material. Adapun ucapan terima kasih yang disampaikan penulis kepada:
1. Dra. Nurlena Rifai, MA, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.
2. Dr. Fauzan, MA. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
3. Rosida Erowati, M.Hum. selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dan penuh
pengertian membantu, membimbing, dan memberikan pemahaman mengenai
materi yang berhubungan dengan skripsi ini.
4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
banyak membantu dan mengembangkan ilmu selama penulis mengikuti proses
perkuliahan.
5. Kepala Sekolah MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok, guru kelas V,
siswa siswi kelas V, dan staf yang telah membantu dan memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian demi terselesaikannya skripsi ini.
-
iv
6. Orang tua ku tercinta, Ibunda Hj. Muhsinah dan Ayahanda ku Alm. H. Syahril
Jasinar, kakak-kakaku tersayang Risnawati, S.Si, Apt. Nurholisah, Rifqi, Dwi
Mulyati, SE. serta adikku Zamzamy, yang selalu mendoakan dan mendorong
penulis untuk tetap semangat dan telah banyak memberikan bantuan baik secara
materil maupun moril.
7. Sahabat-sahabat kampus tercinta Hilma, Restu, Fika, Ihda, Vina, Nufus, Azizah,
Nc, Erin, Fitri, Ai, dan Lina. Serta teman-teman seperjuangan dalam bimbingan
Mega, eva, dan Dini, yang selalu menjadi tempat berbagi ilmu kepada penulis
selama penyusunan skripsi dan selalu memberikan motivasi-motivasinya. Dan
tidak lupa seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2010.
8. Sahabat-sahabat terbaik, Muhammad Ikhsan, Azzahroh, Hazviroh, Putri, April,
sabila, dan fikri yang telah banyak membantu dan tidak bosan-bosannya
memberikan semangat kepada penulis.
9. HMJ PGMI 2012/2013 dan BEM Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
2013/2014 untuk setiap pengalaman dan pembelajaran yang penulis tidak dapatkan
di bangku perkuliahan.
Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga bantuan,
bimbingan, semangat, doa, dan dukungan yang diberikan pada penulis dibalas oleh
Allah swt. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan maupun dari segi isi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat pada penulis khususnya dan para
pembaca pada umumnya. Amin.
Jakarta, 30 Desember 2014
Khumairoh
-
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GRAFIK ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 3
C. Pembatasan Masalah 4
D. Rumusan Masalah 4
E. Tujuan Penelitian 4
F. Manfaat Penelitian 4
BAB II KAJIAN TEORETIS
DAN KERANGKA BERPIKIR 6
A. Kajian Teori
1. Hakikat Metode Debat 6
a. Pengertian Metode Debat 6
b. Tujuan Metode Debat 9
c. Langkah-langkah Metode Debat 10
d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Debat 13
2. Hakikat Keterampilan Berbicara 13
a. Pengertian Keterampilan Berbicara 13
b. Tujuan Berbicara 15
c. Ragam Seni Keterampilan Berbicara 16
d. Faktor Penunjang dan Penghambat Keterampilan
-
vi
Berbicara 17
e. Metode Pembelajaran Berbicara 18
B. Penelitian yang Relevan 19
C. Kerangka Berpikir 20
D. Pengajuan Hipotesis 21
BAB III METODE PENELITIAN 22
A. Tempat dan Waktu Penelitian 22
B. Metode dan Desain Penelitian 22
C. Populasi dan Sampel 24
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 25
E. Teknik Analisis Data 30
F. Hipotesis Statistik 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33
A. Profil Sekolah ....................................................................... 33
B. Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 36
C. Hasil Penelitian ..................................................................... 39
D. Deskripsi Data ....................................................................... 41
E. Pengujian Persyaratan Analisis ............................................. 52
F. Pengujian Hipotesis ............................................................... 55
G. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 57
H. Keterbatasan Penelitian ......................................................... 61
BAB V PENUTUP 62
A. Simpulan 62
B. Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN-LAMPIRAN 67
-
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Ilistrasi Kelompok Debat .......................................................... 22
Tabel 2 : Desain Penelitian ....................................................................... 31
Tabel 3 : Data Siswa ................................................................................. 32
Tabel 4 : Penilaian Keterampilan Berdebat .............................................. 34
Tabel 5 : Instrumen Penilaian Keterampilan Berbicara ............................ 38
Tabel 6 : Jumlah Peserta Didik MI Misbahul Falah Duren Mekar
Kota Depok .................................................................................
Tabel 7 : Daftar Nama Pengajar dan Staf MI Misbahul Falah Duren Mekar
Kota Depok ................................................................................ 39
Tabel 8 : Ilustrasi Kelompok Debat ......................................................... 41
Tabel 9 : Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 42
Tabel 10 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ...... 43
Tabel 11 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ............... 44
Tabel 12 : Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen 45
Tabel 13 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelompok
Eksperimen ................................................................................. 46
Tabel 14 : Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol 47
Tabel 15 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelompok
-
viii
Kontrol ....................................................................................... 48
Tabel 16 : Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen 49
Tabel 17 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Kelompok
Eksperimen ................................................................................. 46
Tabel 18 : Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol 51
Tabel 19 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Kelompok
Kontrol ....................................................................................... 46
Tabel 20 : Hasil Uji Normalitas Pretest ...................................................... 54
Tabel 21 : Hasil Uji Normalitas Posttest .................................................... 54
Tabel 22 : Hasil Uji Homogenitas Pretest .................................................. 54
Tabel 23 : Hasil Uji Homogenitas Posttest ................................................. 55
Tabel 24 : Hasil Uji T-Test ......................................................................... 56
-
ix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 : Histogram Nilai Pretest Kelompok Eksperimen ........................... 43
Grafik 2 : Histogram Nilai Pretest Kelompok Kontrol .................................. 46
Grafik 3 : Histogram Nilai Posttest Kelompok Eksperimen .......................... 49
Grafik 4 : Histogram Nilai Posttest Kelompok Kontrol ................................ 52
-
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Kegiatan Pembelajaran Dengan Metode Debat 58
Gambar 2 : Kegiatan Pembelajaran Dengan Metode Konvensional 59
-
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : RPP Kelas Eksperimen ................................................................. 67
Lampiran 2 : Langkah Metode Debat ................................................................ 73
Lampiran 3 : Topik Persoalan Faktual Kelas Eksperimen ................................. 74
Lampiran 4 : Instrumen Penilaian Kelas Ekseperimen ...................................... 75
Lampiran 5 : RPP Kelas Kontrol ....................................................................... 76
Lampiran 6 : Soal Pertemuan Pertama Kelas Kontrol ....................................... 82
Lampiran 7 : Soal Pertemuan Kedua kelas Kontrol ........................................... 84
Lampiran 8 : Instrumen Penilaian Kelas Kontrol .............................................. 86
Lampiran 9 : Instrumen Soal Pretest ................................................................. 90
Lampiran 10 : Wacana Pretest ............................................................................. 94
Lampiran 11 : Daftar Nilai Pretest Kelas Eksperimen ........................................ 95
Lampiran 12 : Transkrip Hasil Pretest Kelas Eksperimen................................... 97
Lampiran 13 : Daftar Nilai Pretest Kelas Kontrol ............................................... 102
Lamipran 14 : Transkrip Hasil Pretest Kelas Kontrol ......................................... 104
Lampiran 15 : Instrumen Soal Posttest ................................................................ 108
Lampiran 16 : Wacana Posttest ........................................................................... 112
Lampiran 17 : Daftar Nilai Posttest Kelas Eksperimen ....................................... 113
Lampiran 18 : Transkrip Hasil Posttest Kelas Eksperimen ................................. 115
Lampiran 19 : Daftar Nilai Posttest Kelas Kontrol .............................................. 121
Lampiran 20 : Transkrip Hasil Posttest Kelas Kontrol ........................................ 123
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia dalam kehidupannya selalu
berdampingan dengan manusia lainnya. Mereka selalu hidup berkelompok dari
kelompok kecil seperti keluarga, sampai kelompok besar seperti masyarakat.
Dalam setiap kelompok itu mereka selalu berinteraksi, dan interaksi antar
kelompok itu didukung oleh alat komunikasi vital yang mereka miliki bersama,
yaitu adalah bahasa.
Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan
hewan. Bahasa merupakan anugerah dari Allah swt, yang dengannya manusia
dapat mengenal atau memahami dirinya, sesama manusia, alam, dan penciptanya
serta mampu memposisikan dirinya sebagai makhluk berbudaya dan
mengembangkan budayanya.1
Untuk berkomunikasi dengan baik manusia dituntut untuk memiliki
keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa adalah hal yang penting
dalam pembelajaran bahasa, dan di dalam keterampilan berbahasa terdapat empat
aspek yaitu meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat aspek ini pada
dasarnya memiliki hubungan yang erat dan saling berkaitan satu sama lain.
Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam berkomunikasi.
Penggunaan bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin jelas jalan
pikiran seseorang, semakin terampil pula seseorang dalam berbahasa.
Keterampilan berbicara merupakan komponen terpenting dalam berkomunikasi.
Hal itu dikarenakan keterampilan berbicara merupakan satu-satunya keterampilan
yang memberikan komunikasi dua arah antara pembicara dan lawan bicara
dengan alat berupa bahasa secara langsung. Dalam kehidupan sehari-hari
seseorang lebih banyak berkomunikasi secara lisan dibandingkan dengan cara
1 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 118
-
2
lain. Lebih dari separuh waktu manusia dalam 24 jam digunakan untuk berbicara
dan mendengarkan, dan sisanya digunakan untuk menulis dan membaca.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan berbicara perlu
mendapatkan perhatian agar siswa mampu berkomunikasi dengan baik dan benar.
Hal ini dikarenakan siswa merupakan sebagai bagian dari anggota masyarakat
dalam pendidikannya di sekolah dituntut pula untuk terampil berbahasa, karena
itu bahasa merupakan media siswa untuk mengekspresikan dirinya.
Tetapi, pada kenyataanya tidak sedikit siswa yang belum terampil dalam
berbicara. Berdasarkan hasil wawancara guru bahasa Indonesia MI Misbahul
Falah Duren Mekar Kota Depok, terdapat masalah dalam keterampilan berbicara
siswa kelas V. Di antaranya adalah yang pertama, kepercayaan diri siswa masih
rendah. Ketika guru menyampaikan pertanyaan, hanya segelintir siswa yang
menjawab. Demikian juga ketika diperintahkan untuk berbicara di depan kelas
siswa masih tidak berani untuk berbicara. Bahkan hanya diam saja ketika guru
bertanya mengenai pelajaran atau materi yang belum dikuasai.
Kedua adalah keterampilan berbicara siswa dari segi kebahasaan dan
nonkebahasaan masih rendah. Contohnya adalah dari segi kebahasaan, ketika
berbicara masih banyak siswa yang tidak memperhatikan ketepatan gaya bahasa,
struktur kata, intonasi dan pilihan kata. Banyak siswa yang menggunakan bahasa
ibu membuat perbendaharaan kata yang dimiliki siswa masih kurang. Sedikitnya
kosakata yang dimiliki siswa itu membuat siswa menjadi ragu ketika
mengucapkan kata ketika berbicara. Hal ini membuat siswa kurang lancar atau
terbata-bata saat berbicara, bahkan banyak siswa yang mengucapkan kata secara
berulang-ulang karena keterbatasan kosakata tersebut. Sehingga membuat
pendengar kurang memahami apa yang disampaikan oleh pembicara. Sedangkan
dari segi nonkebahasaan ketika berbicara masih banyak siswa yang gerak dan
mimiknya kurang tepat, pandangan matanya masih tidak terarah, sikapnya masih
kaku, suaranya tidak lantang cenderung seperti orang sedang berbisik, dan belum
menguasai topik yang sedang dibicarakan.
Masalah yang ketiga adalah guru masih mendominasi proses pembelajaran
dengan ceramah saja. Siswa lebih terbiasa dengan pembelajaran yang bersifat
-
3
penjelasan selanjutnya mengerjakan tugas. Sehingga guru kurang mengaktifkan
siswa untuk membiasakan melatih keterampilan berbicaranya. Tentunya hal ini
menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk berbicara di depan umum. Metode-
metode yang digunakan oleh guru dalam praktik keterampilan berbicara pun
masih belum bervariatif, hanya sekedar tanya jawab, berdialog, dan bercerita.
Padahal, proses pembelajaran berbicara akan menjadi mudah jika peserta didik
terlibat aktif dalam berkomunikasi.
Untuk memecahkan suatu permasalahan pada keterampilan berbicara
siswa, guru harus lebih kreatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran,
karena peran guru dalam memilih metode pembelajaran sangat berpengaruh
terhadap kesuksesan pencapaian tujuan dalam kegiatan proses pembelajaran.
Guru yang kreatif akan memicu keberhasilan pencapaian tujuan proses
pembelajaran siswa, sehingga siswa tidak akan merasa jenuh dalam pembelajaran
dan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif. Dengan demikian salah satu
metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih dan meningkatkan
keterampilan berbicara siswa adalah metode debat. Karena metode ini mengajak
siswa untuk berinteraksi dalam memecahkan suatu masalah, berpikir kritis, dan
mampu mengemukakan pendapatnya. Dalam hal ini, siswa akan lebih banyak
mengungkapkan alasan-alasannya dan berpikir secara logis. Tentunya metode ini
juga dapat melatih keterampilan berbicara siswa di depan umum.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian eksperimen
guna mengetahui pengaruh penerapan metode debat terhadap keterampilan
berbicara siswa Kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok. Adapun
judul penelitian ini yaitu Pengaruh Penerapan Metode Debat Terhadap
Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota
Depok.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
-
4
1. Siswa masih belum berani berbicara atau mengemukakan pendapatnya di
depan umum.
2. Keterampilan berbicara siswa dari segi kebahaasaan maupun
nonkebahasaan masih rendah.
3. Guru mendominasi proses pembelajaran.
4. Siswa kurang termotivasi untuk aktif dan berlatih berbicara.
5. Metode yang digunakan oleh guru kurang bervariatif dan belum
memfasilitasi siswa untuk aktif mengemukakan pendapatnya.
C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari perluasan masalah dan sesuai dengan sasaran, maka
penulis memberikan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Keterampilan berbicara siswa masih rendah.
2. Metode yang digunakan oleh guru belum memfasilitasi siswa untuk aktif
mengungkapkan pendapatnya.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan sebagai
berikut, bagaimana pengaruh penerapan metode debat terhadap keterampilan
berbicara siswa kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan metode debat
terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar
Kota Depok.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
-
5
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu
pengetahuan dan menambah wawasan khususnya mengenai penerapan
metode debat terhadap keterampilan berbicara siswa.
2. Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini menjadi pengalaman sebagai masukan sekaligus
sebagai pengetahuan dalam mengetahui penerapan metode debat terhadap
keterampilan berbicara siswa.
b. Bagi Sekolah
Meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah yang bersangkutan
terkait dengan pengembangan keterampilan berbahasa khususnya dalam
keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan metode debat.
c. Bagi Guru
Memberi wawasan kepada guru bahwa metode debat merupakan
salah satu metode untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa
sehingga nantinya dapat menjadi alternatif metode keterampilan berbicara
yang dapat diterapkan di dalam kelas.
d. Bagi Siswa
Dapat menambah pengetahuan dan melatih siswa dalam
meningkatkan keterampilan berbicara dengan penggunaan metode debat.
-
6
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori 1. Hakikat Metode Debat
a. Pengertian Metode Debat Kegiatan belajar mengajar mengandung beberapa komponen di
dalamnya di antaranya adalah tujuan pembelajaran, materi ajar, metode,
alat, media, sumber serta evaluasi pembelajaran. Semua hal tersebut sangat
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Namun, hal terpenting yang paling
dibutuhkan oleh guru dalam sebuah pembelajaran adalah sebuah metode
atau cara guru dalam mengajar.
Dari segi bahasa, metode berasal dari dua kata yaitu meta dan
hodos. Meta berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Jadi metode
adalah cara mendapatkan sesuatu.1 Metode dalam filsafat dan ilmu
pengetahuan adalah cara memikirkan dan memeriksa suatu hal menurut
rencana tertentu. Dalam dunia pengajaran, metode adalah rencana
penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis
berdasarkan approach tertentu.2
Dalam pengertian lain metode pembelajaran adalah seluruh
perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran
termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode
pembelajaran juga diartikan sebagai sesuatu prosedur atau proses, jalan
atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran.3
Sedangkan menurut Hamzah metode pembelajaran diklasifikasikan
lebih lanjut menjadi tiga jenis yaitu:
Strategi pengorganisasian, strategi penyampaian dan strategi pengelolaan. Strategi pengorganisasian adalah metode untuk
1 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Medika Pratama, 2005), h.143.
2 Subana, dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 20.
3Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 19.
-
7
mengorganisasi isi bidang studi yang dipilih untuk pembelajaran. Strategi penyampaian adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa dan untuk menerima serta merespons masukan yang berasal dari siswa. Sedangkan strategi pengelolaan adalah metode untuk menata interaksi antara si belajar dan variable metode pembelajaran lainnya.4
Metode merupakan salah satu sub-system dalam sistem
pembelajaran yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Metode adalah cara
atau prosedur yang dipergunakan oleh fasilitator dalam interaksi belajar
dengan memperhatikan keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan.5
Evline Siregar dalam bukunya menjelaskan bahwa metode
pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, sehingga
dalam menjalankan fungsinya metode merupakan alat untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Kedudukan metode sebagai alat motivasi, sebagai
strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.6
Dalam dunia pengajaran, metode adalah upaya
mengimplementasikan rencana pembelajaran yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.7 Pada
dasarnya metode mengajar ini merupakan cara atau teknik yang digunakan
oleh guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung.8
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian metode di atas
peneliti mencoba menyimpulkan bahwa, metode pembelajaran adalah
serangkaian cara yang disusun oleh seorang guru secara sistematis dalam
upaya mengimplementasikannya, dalam kegiatan pembelajaran di kelas
secara bervariasi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
4Hamzah B Uno, Perencanaan pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 18. 5 Trio Supriyatno, Sudiyono, dan Moh. Padli, Strategi Pembelajaran Partisipatori di
Perguruan Tinggi, (Malang: UIN Malang Press, 2006), h. 118. 6Evline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011), h. 80. 7 Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-7, h.126 8 Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. 1, h.107
-
8
Metode pembelajaran bersifat prosedural yang berisi tahapan-tahapan
tertentu. Secara garis besar dalam interaksi belajar menempuh 4 (empat)
fase pokok yang meliputi:
a. Fase pendahuluan, yang dimaksudkan untuk menyusun dan mempersiapkan mental set yang menguntungkan, menyenangkan guna pembahasan materi pembelajaran.
b. Fase pembahasan yang dimaksudkan untuk melakukan kajian, pembahasan, dan penelaahan terhadap materi pembelajaran.
c. Fase menghasilkan, yaitu tahap dimana seluruh hasil pembahasan ditarik suatu kesimpulan bersama berdasarkan pada pengalaman dan teori yang mendukungnya.
d. Fase penurunan, yang dimaksudkan untuk menurunkan konsentrasi siswa secara berangsur-angsur.9
Secara garis besar dalam kegiatan pembelajaran di kelas harus
menempuh ke empat fase di atas. Dimulai dari fase pendahuluan, kemudian
fase pembahasan, setalah itu fase menghasilkan, dan yang terakhir adalah
fase penurunan.
Adapun pengertian debat adalah suatu argument untuk
menentukan baik tidaknya usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang
disebut pendukung atau afirmatif, dan ditolak, disangkal oleh pihak lain
yang disebut penyangkal atau negatif.10 Proses komunikasi untuk
menyampaikan argumentasi karena harus mempertahankan pendapat disebut
debat.11 Pendapat lain mengenai debat menurut Rachmat Nurcahyo dalam
handbook panduan debat bahasa Indonesia nya, Debat merupakan
pertentangan argumentasi. Untuk setiap isu, pasti terdapat berbagai sudut
pandang terhadap isu tersebut: alasan-alasan mengapa seseorang dapat
mendukung atau tidak mendukung suatu isu.12
Perdebatan terjadi akibat adanya perbedaan pendapat yang muncul
akibat adanya dorongan untuk bebas berpendapat. Pada dasarnya debat
9 Trio Supriyatno, Sudiyono, dan Moh. Padli , loc.cit. 10 Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h.92 11 Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia Di Sekolah Dasar, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 66. 12 Rahmat Nurcahyo, Panduan Debat Bahasa Indonesia, 2014, (http://staff.uny.ac.id).
http://staff.uny.ac.id/
-
9
merupakan suatu latihan atau praktik persengketaan atau kontroversi. Di
dalam era globalisasi seperti saat ini, debat bisa menjadi sangat penting
artinya. Debat memberikan kontribusi yang besar bagi kehidupan demokrasi
tak terkecuali pendidikan. Dalam dunia pendidikan debat bisa menjadi
metode berharga untuk meningkatkan pemikiran dan perenungan terutama
jika anak didik diharapkan mampu mengemukakan pendapat yang pada
dasarnya bertentangan dengan mereka sendiri.13 Dalam mengajar metode
debat adalah metode dimana pembicara dari pihak yang pro dan kontra
menyampaikan pendapat mereka, dapat diikuti dengan suatu tangkisan atau
tidak perlu dan anggota kelompok dapat juga bertanya kepada peserta debat
atau pembicara.14
Dengan kata lain metode debat adalah metode pembelajaran yang
mengarahkan anak didik untuk menyalurkan ide, gagasan, dan pendapatnya
dengan cara adu argumentasi baik perorangan ataupun kelompok. Masing-
masing pembicara saling memeberikan alasan-alasannya secara logis dan
dapat diterima. Selain itu juga debat merupakan forum yang sangat tepat dan
strategis untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan mengasah
keterampilan berbicara.
b. Tujuan Metode Debat Metode debat merupakan metode pengajaran yang menghadapkan
siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk
memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan
memahami pengetahuan siswa serta untuk membuat suatu keputusan.15
Pendapat lain tujuan dari pelaksanaan debat adalah untuk berbicara secara
meyakinkan dan juga mendengarkan pendapat-pendapat yang berbeda, dan
di akhir debat dapat menghargai perbedaan tersebut.16
13 Melvin Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung : Nusa Media, 2011), Cet. IV, h. 141 14 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), h.148 15 Wina Sanjaya, op. cit., h. 154 16 Rahmat Nurcahyo, loc. cit.
-
10
Secara sederhana metode debat bertujuan untuk mempengaruhi
sikap dan pendapat orang atau pihak lain agar mereka mau percaya dan
akhirnya melaksanakan, bertindak, mengikuti atau setidaknya mempunyai
kecenderungan sesuai apa yang diinginkan dan dikehendaki oleh pembicara
atau penulis, melihat jenis komunikasinya lisan atau tulisan.17
Menurut Ismail SM, bahwasanya tujuan dari metode debat adalah
untuk melatih siswa agar mencari argumentasi yang kuat dalam
memecahkan suatu masalah yang kontroversial serta memiliki sikap
demokratis dan saling menghormati terhadap perbedaan pendapat.18
Dengan demikian, metode debat merupakan sarana yang paling
fungsional untuk menampilkan, meningkatkan dan mengembangkan
komunikasi verbal dan melalui debat pembicara dapat menunjukkan sikap
intelektualnya. Selain itu juga metode debat mengajarkan anak untuk
berpikir kritis dan menghargai pendapat orang lain.
c. Langkah-langkah Metode Debat Adapun langkah-langkah dalam metode pembelajaran debat yang
terdapat dalam buku Active Learning karya Melvin Silberman yaitu adalah
sebagai berikut:
1) Susunlah sebuah pernyataan yang berisi pendapat tentang isu kontroversial yang terkait dengan mata pelajaran.
2) Bagilah kelas menjadi dua team debat. Tugaskan (secara acak) posisi pro kepada satu kelompok dan posisi kontra kepada kelompok yang lain.
3) Selanjtnya, buatlah dua hingga empat sub kelompok dalam masing-masing team debat. Misalnya, dalam sebuah kelas yang berisi 24 siswa anda dapat membuat dua sub kelompok pro, dan dua sub kelompok kontra yang masing-masing terdiri dari empat anggota. Perintahkan setiap sub kelompok untuk menyusun argument bagi pendapat yang dipegangnya, atau menyediakan daftar argument yang mukin akan mereka diskusikan dan pilih. Pada akhir dari diskusi mereka, perintahkanlah sub kelompok untuk memilih juru bicara.
17 Andi Subari, Seni Negosiasi, (Jakarta: Efhar, 2002), h.22 18 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), h. 81
-
11
4) Tempatkan dua hingga empat kursi (tergantung jumlah dari sub kelompok yang dibuat untuk tiap pihak) baik para juru bicara dari pihak yang pro dalam posisi berhadapan dengan jumlah kursi yang sama bagi juru bicara dari pihak yang kontra dan netral. Posisikan siswa yang lain di belakang team debat mereka. Untuk contok sebelumnya, susunannya akan tampak seperti ini:
X Y X Y
X Pro Kontra Y X Pro Kontra Y X Pro Kontra Y
X Y X Y
Mulailah debat dengan meminta para juru bicara mengemukakan pendapat mereka. Sebutlah proses ini sebagai argument pembuka.
5) Setelah semua siswa mendengarkan argument pembuka, hentikan debat dan perintahkan mereka kembali ke sub kelompok awal mereka. Perintahkan sub-sub kelompok untuk menyusun strategi dalam rangka mengomentari argument pembuka dari pihak lawan. Sekali lagi, perintahkan tiap sub kelompok memilih juru bicara, akan lebih baik menggunakan orang baru.
6) Kembali ke debat. Perintahkan para juru bicara, yang duduk berhadap-hadapan, untuk memberikan argument tandingan. Ketika debat berlanjut (pastikan untuk menyelang-nyeling antara kedua pihak), anjurkan siswa lain untuk memberikan catatan yang memuat argument tandingan atau bantahan kepada pendapat mereka. Juga, anjurkan mereka untuk member tepuk tangan atas argument yang disampaikan oleh team perwakilan team debat mereka.
7) Ketika dirasakan sudah cukup, akhir perdebatan tersebut. Tanpa menyebutkan pemenangnya, perintahkan siswa untuk kembali berkumpul membentuk satu lingkaran. Pastikan siswa untuk mengumpulkan siswa dengan meminta mereka duduk bersebelahan dengan siswa yang berasal dari pihak lawan tentang debatnya. Lakukan diskusi dalam satu kelas penuh tentang apa yang didapatkan oleh siswa dari persoalan yang diperdebatkan. Juga perintahkan siswa untuk mengenali apa yang menurut mereka merupakan argument terbaik yang dikemukakan oleh kedua pihak.19
Untuk penelitian penulis menyederhanakan kembali langkah-
langkah metode debatnya menjadi sebagai berikut:
19 Melvin Silberman, loc. cit.
-
12
1) Siapkan beberapa penyataan mengenai persoalan faktual yang terjadi
dikehidupan sehari-hari.
2) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4
orang. Kemudian setiap kelompok dibagi lagi menjadi dua kelompok
yaitu kelompok pro dan kelompok kontra.
3) Setiap kelompok diberikan sebuah penyataan tentang persoalan faktual
yang nantinya akan didebatkan dengan kelompok lawan.
4) Sebelum memulai perdebatan dengan argument pembuka, setiap
kelompok mendiskusikan argument-argumen mereka mengenai
persoalan tersebut.
5) Mulailah debat dengan meminta setiap kelompok memberikan
argument pembuka.
6) Setelah kelompok lawan mendengarkan argument pembuka, saatnya
kelompok kontra mengomentari argument yang disampaikan oleh
kelompok pro.
7) Ketika debat berlangsung pastikan untuk menyelang-nyeling antara
kedua belah pihak.
8) Ketika dirasakan sudah cukup, akhir perdebatan tersebut, tanpa
menyebutkan pemenangnya.
9) Ulangi kegiatan berikut sampai semua kelompok menampilkan
debatnya.
10) Sementara menunggu giliran kelompok lain mencatat apa yang
didebatkan oleh kelompok yang sedang berdebat.
Tabel 1
Ilustrasi Kelompok Debat
X X
X X
X X
X X
X X
X X
X X
X X
X X
X X
X X
X X
-
13
d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Debat Dalam kegiatan pembelajaran sebuah metode tentunya sangat
berperan penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu
sebuah metode harus memiliki kelebihan agar metode yang digunakan
dapat berjalan dengan efektif sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Berikut adalah kelebihan metode debat:
1) Siswa menjadi lebih kritis dalam berpikir. 2) Suasana kelas menjadi lebih bersemangat. 3) Siswa dapat mengungkapkan pendapatnya dalam forum. 4) Siswa dapat memberikan pendapatnya dengan logis dan bahasa
yang runtun. 5) Siswa menjadi lebih besar hati ketika pendapatnya tidak sesuai
dengan peserta yang lain. 6) Siswa dapat melatih keterampilan berbicaranya.20
Selain kelebihan, tentunya dalam pembelajaran sebuah metode
tidak luput dari kekurangan, hal dikarenakan segala sesuatu itu tidak ada
yang sempurna. Berikut adalah kekurangan dari metode debat:
1) Biasanya hanya siswa yang aktif saja yang berbicara.
2) Terkadang timbul perselisihan antar siswa setelah berdebat karena
tidak terima pendapatnya disanggah.
3) Biasanya akan timbul rasa ingin saling menjatuhkan antar lawan.
4) Menyita waktu yang cukup lama.21
20 Fitria, Kelebihan dan kekurangan Metode Pembelajaran, 2014, (http://fitria507.blogspot.com/2011/12/kelebihan-dan-kekurangan-metode.html) 21 Ibid.
http://fitria507.blogspot.com/2011/12/kelebihan-dan-kekurangan-metode.html
-
14
2. Hakikat Keterampilan Berbicara a. Pengertian Keterampilan Berbicara
Berbicara merupakan aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan
manusia dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan. Berdasarkan
bunyi-bunyi yang didengarnya itulah kemudian manusia belajar untuk
mengucapkan dan akhirnya dapat berbicara. Berbicara secara umum
dapat diartikan suatu penyamapaian maksud (ide, pikiran, isi hati)
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga
maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain.22 Pengertian secara
khusus banyak dikemukakan oleh pakar, menurut Henry Tarigan,
berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan.23
Sejalan dengan pendapat di atas, Djago Tarigan menyatakan bahwa
berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa
lisan.24 Pendapat lain, keterampilan berbicara merupakan keterampilan
memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak,
kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain.25 Setiap manusia
dibekali banyak keterampilan dalam hidupnya. Salah satu keterampilan
yang penting adalah keterampilan berbahasa. Keterampilan ini terdiri dari
keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu
keterampilan berbahasa yang perlu dilatih adalah keterampilan berbicara.
Hal ini dikarenakan berbicara adalah media seseorang untuk dapat
berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa,
keterampilan berbicara bukan hanya sekedar mengucapkan bunyi-bunyi
atau kata-kata saja, melainkan sebuah keterampilan seseorang untuk
22 Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, h.51 23 Henry Guntur Tarigan, op. cit., h. 16 24 Isah Cahyani dan Hodijah, op. cit., h.60 25 Iskandar Wassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja, 2008), h.241
-
15
menyampaikan pikiran, pendapat, dan perasaanya secara lisan agar dapat
dimengerti oleh orang lain atau lawan bicaranya. Keterampilan berbicara
ini merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi
untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan
kepada orang lain. dalam hal ini, kelengkapan peralatan vokal seseorang
(selaput suara, lidah, bibir, hidung, dan telinga) merupakan persyaratan
alamiah yang mengizinkannya dapat memproduksinya suatu ragam yang
lugas dari bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan, dan lagu bicara.
Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara
secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan melenyapkan
problem kejiwaan seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, dan berat
lidah.
b. Tujuan Berbicara Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu
mempunyai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan tujuan umum berbicara
adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara
efektif, maka hendaknya pembicaraan memahami makna segala sesuatu
yang ingin disampaikan dan ia harus mengevaluasi efek komunikasinya
terhadap para pendengarnya.26
Sedangkan menurut Djago Tarigan tujuan berbicara dibedakan atas
lima golongan yaitu:
1. Menghibur, berbicara untuk menghibur berarti pembicara menarik perhatian pendengar dengan berbagai cara, seperti humor, spontanitas, menggairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan, dan sebagainya untuk menimbulkan suasana gembira pada pendengarnya.
2. Menginformasikan, berbicara untuk tujuan menginformasikan, untuk melaporkan, dilaksanakan bila seseorang ingin: a. menjelaskan suatu proses; b. menguraikan, manfsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu hal; c. memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan; d. menjelaskan kaitan.
26 Henry Guntur Tarigan, loc.cit.
-
16
3. Menstimulasi, berbicara untuk menstimulusi pendengar jauh lebih kompeks dari tujuan berbicara lainnya, sebab berbicara itu harus pintar merayu, mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya. Ini dapat tercapai jika pembicara benar-benar mengetahui kemauan, minat, inspirasi, kebutuhan, dan cita-cita pendengarnya.
4. Menggerakkan, dalam berbicara untuk menggerakkan diperlukan pembicara yang berwibawa, panutan atau tokoh idola masayarakat. Melalui kepintarannya dalam berbicara, kecakapan memanfaatkan situasi, ditambah penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat menggerakkan pendengarnya.27
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
seseorang melakukan kegiatan bebricara selain untuk berkomunikasi juga
bertujuan untuk mempengaruhi orang lain dengan maksud apa yang
dibicarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya dengan baik. Adanya
hubungan timbale balik secara aktif akan membentuk kegiatan
berkomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien. Tujuan keterampilan
berbicara dalam pembelajaran yaitu untuk melatih dan mengembangkan
kompetensi siswa dalam menyampaikan bahasa secara lisan untuk
mengemukakan pendapat, perasaan, menjalin komunikasi dan melakuklan
interaksi sosial dengan anggota masyarakat yang lain.
c. Ragam Seni Keterampilan Berbicara Secara garis besar ragam-ragam berbicara dibagi dalam dua jenis,
yaitu berbicara di muka umum dan berbicara pada konferensi. Guntur
Tarigan memasukkan beberapa kegiatan berbicara ke dalam kategori
tersebut:
1. Berbicara di muka umum pada masyarakat yang mencakup empat jenis,yaitu: a. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan
atau melaporkan; yang bersifat informatif. b. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan,
persahabatan c. Bebricara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk,
mengajak, mendesak, dan meyakinkan.
27 Isah Cahyani dan Hodijah, loc.cit.
-
17
d. Berbicara dalam situasi-situasi yang ebrsifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati.
2. Berbicara pada konferensi yang meliputi: a. Diskusi kelompok, yang dapat dibedakan menjadi: 1) Tidak resmi, dan masih dapat diperinci lagi atas:
a) Kelompok studi b) Kelompok pembuat kebijaksanaan c) Komite
2) Resmi, yang mencakup pula: a) Konferensi b) Diskusi panel c) simposium
b. Prosedur Parlementer c. Debat28
Berdasarkan pembagian di atas sudah jelas bahwa berbicara
mempunyai ruang lingkup pendengar yang berbeda-beda. Berbicara pada
masyarakat luas, yang berarti memiliki ruang lingkup yang luas.
Sedangkan pada konfrensi ruang lingkupnya terbatas.
d. Faktor Penunjang dan Penghambat Keterampilan Berbicara Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan
individu dalam usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada orang lain.
Agar tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada orang lain
dengan baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang
keterampilan berbicara.
Menurut Arsyad ada dua aspek yang yang dapat menunjang keterampilan berbicara, yaitu: aspek kebahasaan mencakup: (a) lafal, (b) intonasi, tekanan, dan ritme, dan (c) penggunaan kata dan kalimat. Aspek yang kedua yaitu aspek non-kebahasaan yang mencakup: (a) kenyaringan suara, (b) kelancaran, (c) sikap berbicara, (d) gerak dan mimik, (e) penalaran, dan (f) santun berbicara.29
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan berbicara adalah faktor
kebahasaan dan faktor non-kebahasaan. Ada kalanya proses komunikasi
28 Henry Guntur Tarigan, h.24 29 Novi Resmini dan Dadan Juanda, op. cit., h. 53
-
18
mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan yang diterima oleh
pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara.
Adapun faktor yang dapat menghambat keterampilan berbicara
menurut Rusmiati adalah sebagai berikut:
1) Hambatan internal a) Ketidaksempurnaan alat ucap, kesalahan yang diakibatkan
kurang sempurna alat ucap akan mempengaruhi keefektifan dalam berbicara, pendengar pun akan salah menafsirkan maksud pembicara.
b) Penguasaan komponen kebahasaan, komponen kebahasan meliputi lafal dan intonasi, pilihan kata, struktur bahasa, dan gaya bahasa.
c) Penggunaan komponen isi, komponen isi meliputi hubungan isi dengan topik, struktur isi, kualitas isi, dan kuantitas isi.
d) Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental. 2) Hambatan eksternal Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi hambatan
yang datang dari luar dirinya. Hambatan ini kadang-kadang muncul dan tidak disadari sebelumnya oleh pembicara. Hambatan eksternal meliputi hal-hal di bawah ini: a) Suara atau bunyi b) Kondisi ruangan c) Media d) Pengetahuan pendengar30
Tidak semua orang memiliki keterampilan dalam berbicara di
muka umum. Namun, keterampilan ini dapat dimiliki oleh semua orang
melalui proses belajar dan latihan secara berkesinambungan dan
sistematis. Terkadang dalam proses belajar mengajar pun belum bisa
mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal
yang merupakan hambatan dalam kegiatan berbicara. Hambatan-hambatan
tersebut terdiri atas hambatan yang datangnya dari pembicara sendiri
(internal) dan hambatan yang datang dari luar pembicara (eksternal).
e. Metode Pembelajaran Berbicara Metode berfungsi sebagai sarana mewujudkan pengalaman belajar
yang telah dirancang menjadi kenyataan dalam pelaksanaan pengajaran 30 Isah Cahyani dan Hodijah, Op.Cit, h.61
-
19
pokok bahasan tertentu. Begitupun halnya dengan pengajaran berbicara.
Seorang guru haruslah menciptakan berbagai pengalaman berbicara agar
siswa dapat berlatih berbicara. Karena tanpa latihan tidak mungkin
keterampilan berbicara dapat dikuasai.
Metode pengajaran berbicara yang baik selalu memenuhi berbagai
kriteria. Kriteria yang harus dipenuhi oleh pengajaran berbicara, antara
lain:
1. Relevan dengan tujuan pengajaran 2. Memudahkan siswa untuk memahami materi pengajaran 3. Mengembangkan butir-butir keterampilan proses 4. Dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang 5. Merangsang siswa untuk belajar 6. Mengembangkan siswa untuk belajar 7. Mengembangkan kreativitas siswa 8. Tidak menuntut peralatan yang rumit 9. Mudah dilaksakan 10. Menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan.31
Berdasarkarn pemaparan kriteria di atas sebuah metode pengajaran
berbicara berkaitan dengan tujuan, bahan, pembinaan keterampilan
proses, dan pengalaman belajar. Pengalaman belajar sendiri diwujudkan
melalui penggunaan metode. Berikut ini merupakan beberapa metode
pengajaran berbicara yang dapat dipergunakan, di antaranya adalah:
1. Berdialog
2. Menyampaikan pengumuman
3. Debat
4. Bercerita
5. Bermusyawarah
6. Diskusi
7. Pidato32
B. Hasil Penelitian yang Relevan
31 Budinuryanta Y , Kusuriyanta, dan Imam Koermen, Pengajaran Keterampilan Berbahasa. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. 2, h. 10.24 32 Isah Cahyani dan Hodijah, op. cit, h. 65
-
20
Ada beberapa penelitian relevan terdahulu yang telah meneliti mengenai
penerapan metode debat di antaranya:
1. Nurfadilah melakukan penelitian pada tahun ajaran 2011/2012, dengan
judul Meningkatkan Keterampilan Bebicara Siswa Dengan
Menggunakan Metode Debat Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas
V SD Negeri 050657 Stabat Kabupaten Langkat T.A 2011/2012.
Perbedaan penelitian oleh Nurfadilah dengan skripsi ini adalah
penelitiannya menggunakan teknik penelitian PTK sementara penulis
menggunakan teknik penelitian quasi eksperimen. Adapun yang menjadi
persamaanya adalah keduanya menggunakan materi ajar mengomentari
persoalan faktual.
2. Laporan penelitian ini disusun oleh Mahmudah, Wildan dengan judul
Pengaruh Model Pembelajaran Active Debate Terhadap Keterampilan
Berbicara Oleh Siswa Kelas VIII SMP Dharma Patra Pangkalan Susu
Tahun Pembelajaran 2011/2012. Perbedaan dengan penelitian penulis
yaitu objek penelitian penulis adalah siswa SD kelas V. Selain itu
perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis
adalah dari teknik pengambilan sampelnya. Penelitian ini menggunakan
teknik probability sampling atau random sampling, sedangkan
pengambilan sampel yang dilakukan oleh penulis adalah dengan cara
purposive sampling.
C. Kerangka Berpikir Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam
kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-
bunyi (bahasa) yang didengarnya itulah kemudian manusia belajar mengucapkan
dan akhirnya mampu untuk berbicara. Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa
secara baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosa kata. Di samping
itu, diperlukan juga penguasaan masalah atau gagasan yang akan disampaikan,
serta kemampuan memahami bahasa lawan bicara.
-
21
Namun keterampilan berbicara pada siswa saat ini masih belum
memuaskan. Padahal di era globalisasi seperti ini manusia dituntut untuk selalu
berpikir kritis dan mampu mengemukakan pendapatnya. Hal ini terjadi karena
keterampilan berbicara siswa masih rendah sebagian siswa masih belum berani
untuk berbicara di depan umum, serta perbendaharaan kata yang mereka miliki
masih sangat sedikit. Kurangnya motivasi untuk melatih keterampilan berbicara
juga mempengaruhi keterampilan berbicara seseorang. Selain itu juga didukung
oleh pembelajaran yang monoton sehingga membuat siswa kurang aktif
mengemukakan pendapat atau tampil di depan umum.
Agar siswa dapat berlatih mengembangkan keterampilan berbicaranya,
maka perlu diberikan suatu upaya kreatif yang dilakukan guru terhadap siswa.
Oleh karena itu diperlukan pendekatan pembelajaran aktif dalam proses
pembelajarannya, salah satunya adalah dengan menerapkan metode debat. Karena
metode debat adalah metode pembelajaran yang dapat melatih siswa berpikir
kritis dan mampu mengemukakan pendapatnya secara logis, runtun, dan dipahami
oleh pendengar, dan tentunya dapat mengembangkan keterampilan berbicara
siswa.
Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat disimpulkan bahwa, jika
metode debat diterapkan dalam pembejaran bahasa Indonesia maka dapat
mempengaruhi keterampilan berbicara siswa.
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ho : Tidak terdapat pengaruh penggunaan metode debat terhadap keterampilan
berbicara siswa.
Ha : Terdapat pengaruh penggunaan metode debat terhadap keterampilan
berbicara siswa.
-
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di MI Misbahul Falah Duren Mekar. Beralamat di
Jalan Perumahan Sawangan Elok Kampung Kandang RT 001 RW 002 Kelurahan
Duren Mekar Kecamatan Bojongsari Kota Depok Provinsi Jawa Barat.
2. Waktu Penelitian Proses penelitian ini dilakukan secara bertahap mulai dari perencanaan dan
persiapan instrumen, uji coba instrumen penelitian yang dilanjutkan dengan
pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian. Rentang waktu yang
digunakan pada semester genap (dua) tahun ajaran 2013/2014. Tepatnya dari
Januari - Mei 2014, adapun tahapan-tahapan penelitiannya adalah sebagai berikut:
a. Tahapan perencanaan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah pengajuan judul penelitan dan
pembuatan proposal penelitian yang berlangsung pada bulan Januari 2014.
b. Tahapan persiapan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah pembuatan instrumen penelitian dan
permohonan izin ke sekolah yang direncanakan sebagai tempat penelitian.
Berlangsung dari bulan Maret April 2014.
c. Tahapan pelaksanaan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah uji coba instrumen dan pengambilan
data di lapangan yang berlangsung pada bulan mei.
B. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dlama penelitian ini adalah metode
kuantitatif jenis kuasi eksperimen atau bisa dikatakan metode eksperimen semu,
-
23
yaitu perlakuan kelas kontrol disesuaikan dengan kondisi yang ada.1. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menyelidiki ada-tidaknya hubungan sebab-akibat
berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-
perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menyediakan
kelompok kontrol untuk perbandingannya.2 Maka dari itu metode ini di lakukan
dengan membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama adalah kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan metode
debat. Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok yang tanpa diberikan
pelakuan metode debat.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonequivalent control group design (desain pretest-posttest kelompok kontrol
tanpa acak).3 Dalam desain ini subjek kelompok tidak dilakukan secara acak,
misalnya kelas eksperimen di suatu kelas tertentu dengan siswa yang telah ada
atau sebagaimana adanya.4 Dimana dalam desain ini dilakukan tes sebanyak dua
kali yaitu sebelum eksperimen/tes awal (Y1) disebut pretest, dan sesudah
eksperimen/tes akhir (Y2) disebut posttest. Perbedaan antara Y1 dan Y2
diasumsikan merupakan dari treatment (eksperimen). Desain penelitian dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:5
Tabel 2
Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen (R) Y1 X Y2
Kontrol (R) Y1 - Y2
1Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.77. 2 Ihat hatimah dan Rudi Susilana, Penelitian Pendidikan, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet.I, h. 101 3 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan. (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), h.116 4 Nana Sudjana dan Ibrahim, loc. cit. 5 Ibid., h.44
-
24
Keterangan :
R : kelas eksperimen dan kelas kontrol
Y1 : sebelum dilakukan treatment (eksperimen)/pretest
Y2 : sesudah dilakukan treatment (eksperimen)/posttest
X : tindakan untuk kelas eksperimen yaitu metode debat
C. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda,
kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi, Sedangkan sampel adalah sebagian
dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah
populasi dalam bentuk mini.6 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa MI Misbahul Falah tahun ajaran 2013/2014. Sedangkan yang menjadi
sampel pada penelitian ini adalah kelas V sebanyak 2 kelas, yaitu 1 kelas
eksperimen dan 1 kelas kontrol.
Teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan adalah purposive
sampling. Purposive Sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah
teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-
pertembangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel
untuk tujuan tertentu.7 Sampel dari penelitian ini adalah kelas VB MI Misbahul
Falah sebagai kelompok eksperimen dan VA MI Misbahul Falah sebagai
kelompok kontrol.
Penentuan kelas yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dilihat
berdasarkan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing kelas sampel.
Menurut pengamatan dan wawancara guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas
V, hasil berbicara siswa kelas VA lebih baik dari pada siswa kelas VB. Maka dari
itu peneliti memutuskan untuk menjadikan kelas VB sebagai kelompok
6 Ibid, h. 215 7 Riduwan, Belajar Mudah Peneitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula (Bandung: ALFABETA, 2009), h.63
-
25
eksperimen yang nantinya akan diberikan perlakuan berupa metode debat. Hal ini
bertujuan untuk membandingkan apakah ada pengaruh antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
Tabel 3
Data Siswa
Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas V
MI Misbahul Falah Kelas VA: 24 siswa
Kelas VB: 24 siswa
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara memperoleh data. Dapat juga
dikatakan dengan metode pengumpulan data. Cara yang digunakan dalam
pengumpulan data penelitian ini adalah dengan cara test dalam bentuk tes lisan
yang terdiri dari pretest dan posttest.
Pretest adalah tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan awal sebelum program pembelajaran dilakukan. Posttest adalah test yang dimaksudkan untuk mengukur hasil belajar setelah subjek dikenakan variabel eksperimental. Posttest juga dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi anatara test yang dilakukan setelah suatu program pembelajaran dilakukan.8
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan data
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Variabel penelitian
Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas : metode debat
b. Variabel terikat : keterampilan berbicara siswa
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa yang menjadi sampel
penelitian. Kelas 5B yang menjadi kelompok eksperimen, yaitu kelas yang
8 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 102
-
26
diberikan perlakuan berupa metode debat. sedangkan kelas 5A yang
menjadi kelompok kontrol kelas yang tanpa diberikan perlakuan metode
debat.
3. Instrumen penilaian
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang nantinya akan
diproses lebih lanjut maka digunakan instrumen penelitian yang bersifat test
dalam bentuk tes lisan. Instrumen pengumpulan data ini dilakukan melalui
pretest dan posttest.
Adapun instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Instrumen perlakuan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
b. Instrumen pengumpulan data bersifat test dalam bentuk tes lisan, yakni
untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa. Peniilaian ini
dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada saat pretest untuk mengetahui
kemampuan awal siswa, dan kedua yaitu posttest untuk mengetahui
hasil akhir setelah diberi perlakuan.
Berikut ini adalah kisi-kisi instrument penilaian yang akan dijadikan
pedoman penilaian keterampilan berbicara. Pedoman ini berdasarkan kriteria
faktor penunjang keefektifan berbicara yang dikemukakan oleh Arsjad dan
Mukti. Menurut mereka ada beberapa faktor yang dapat menunjang
keefektifan dalam berbicara yaitu dari faktor kebahasaan dan faktor
nonkebahasaan. Berikut adalah kriterianya:
1. Faktor kebahasaan, meliputi: ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada sandi, dan durasi yang sesuai, pilihan kata, dan ketepatan sasaran kebahasaan.
2. Faktor nonkebahasaan, meliputi: sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, pandangan harus diarahkan ke lawan bicara, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak gerik dan mimik yang tepat, kenyaringan suara, kelancaran, relevansi atau penalaran, dan penguasaan topik.9
9 Isah Cahyani dan Hodijah, op. cit., h.62
-
27
Kemudian kriteria penilaian selanjutnya berdasarkan penilaian
keterampilan berdebat menurut Burhan Nurgiyantoro, berikut adalah
kriterianya:
Tabel 4
Penilaian Keterampilan Berdebat10
No. Aspek aspek yang
dinilai
Tingkatan Skala
1. Ketepatan struktur 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. Ketepatan kosa kata 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3. Kelancaran 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4. Kualitas gagasan yang
dikemukakan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5. Banyaknya gagasan yang
dikemukakan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6. Kemampuan/kekritisan
menanggapi gagasan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
7. Kemampuan
mempertahankan
pendapat
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah Skor
Namun, dalam penelitian ini kedua rujukan tersebut dimodifikasi
karena alasan menyesuaikan dengan karakteristik anak sekolah dasar.
Begitupun dengan penskoran dimodifikasi menjadi 1-4 dengan tujuan untuk
10 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2001), Cet. Pertama, h. 291
-
28
memudahkan penskoran, karena kriteria-kriteria untuk aspek yang dinilai
lebih singkat dan jelas. Berikut adalah instrument penilaian keterampilan
berbicara yang telah dimodifikasi:
Tabel 5
Instrumen Penilaian Keterampilan Berbicara
No. Kriteria Skala skor Jumlah 4 3 2 1 1. Kelancaran Skor 4 : siswa yang lancar berbicara (tanpa tersendat-
sendat) dari awal sampai akhir. Skor 3 : siswa yang lancar berbicara (sesekali masih tersendat-sendat/terputus-putus). Skor 2 : siswa yang cukup lancar berbicara (terkadang tersendat-sendat/terputus-putus) Skor 1 : siswa yang kurang lancar berbicara (sering tersendat-sendat/terputus-putus)
2. Pengucapan skor 4 : siswa yang pengucapan atau artikulasinya
jelas skor 3 : siswa yang pengucapan atau artikulasinya cukup jelas skor 2 : siswa yang pengucapan atau artikulasinya kurang jelas skor 1 : siswa yang pengucapan atau artikulasinya tidak jelas
3. Pilihan Kata Skor 4 : siswa yang memperhatikan pilihan kata
Skor 3 : siswa yang cukup memperhatikan pilihan kata Skor 2 : siswa yang kurang memperhatikan pilihan kata Skor 1 : siswa yang tidak memperhatikan pilihan kata.
4. Gestur Skor 4 : siswa dengan gerakan badan yang tepat dan
luwes. Skor 3 : siswa dengan gerakan badan yang tepat dan cukup luwes. Skor 2 : siswa dengan gerakan badan yang kurang tepat dan kurang luwes Skor 1 : siswa dengan gerakan badan yang tidak tepat dan kaku.
5. Keberanian Berbicara
-
29
Skor 4 : siswa yang berbicara tanpa malu, tanpa gugup, dan tidak takut salah Skor 3 : siswa yang sudah berani berbicara tanpa malu, tanpa gugup tetapi masih takut salah Skor 2 : siswa yang sudah berani berbicara tanpa malu, tetapi masih gugup dan takut salah Skor 1 : siswa yang berani berbicara dengan malu, gugup dan takut salah
6. Pandangan Mata Skor 4 : siswa yang memandang peserta tertuju ke
lawan bicara dan peserta yang lain. Skor 3 : siswa yang pandangan matanya cukup terarah, tetapi kadang-kadang tidak terarah. Skor 2 : siswa yang pandangan matanya kurang terarah (pandang masih hanya satu arah). Skor 1 : siswa yang tidak mengarahkan mata ke lawan Bicara.
7. Kemampuan memberikan pendapat Skor 4 : pendapat rasional dan tepat disertai alasan.
Skor3 : pendapat rasional namun tidak disertai alasan Skor 2 : pendapat kurang rasional tidak disertai alasan Skor 1 : tidak memberikan pendapat yang rasional
8. Kemampuan menanggapi pendapat Skor 4 : siswa yang menanggapi pendapat orang lain
dengan disertai alasan yang logis dan disertai bukti pendukung yang tepat. Skor 3 : siswa yang menanggapi pendapat orang lain dengan disertai alasan yang logis tanpa disertai bukti pendukung. Skor 2 : siswa yang menanggapi pendapat orang lain tanpa memberikan alasan. Skor 1 : siswa yang tidak menanggapi pendapat orang lain.
9. Kemampuan mempertahankan pendapat Skor 4 : siswa yang mampu mempertahankan
pendapatnya dengan memberikan alasan yang rasional dan mampu meyakinkan orang lain Skor 3 : siswa yang mampu mempertahankan pendapatnya dengan memberikan alasan yang rasional Skor 2 : siswa yang mampu mempertahankan pendapatnya, tetapi alasan yang dipakai kurang rasional Skor 1 : siswa yang kurang mampu mempertahankan pendapatnya
-
30
10. Penguasaan topik Skor 4 : siswa yang sangat menguasai topik (tanpa
membaca ketika berbicara) Skor 3 : siswa yang menguasai topik (terkadang masih membaca ketika berbicara) Skor 2 : siswa yang cukup menguasai topik (sering membaca ketika berbicara) Skor 1 : siswa yang kurang menguasai topik (selalu membaca ketika berbicara)
Penghitungan nilai akhir dalam skala 0-100 adalah sebagai berikut.
Nilai akhir = (Perolehan nilai : Skor maksimum) x 100
Instrumen penilaian ini digunakan ketika pengambilan pretest dan posttest
dengan menggunakan alat bantu voice recorder untuk memudahkan proses
penilaian.
4. Uji Validitas
Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen non tes diuji coba terlebih
dahulu untuk mengetahui validitasnya. Validitas adalah suatu derajat ketetapan
instrumen (alat ukur), maksudnya apakah instrumen yang digunakan betul-betul
tepat mengukur apa yang akan diukur.11 Dalam penelitian ini instrumen yang
digunakan adalah non tes keterampilan berbicara siswa. Berdasarkan hal itu maka
validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (construct validity). Untuk
mengukur validitas konstruksi dapat menggunakan pendapat dari ahli (Judgement
Expert). Dalam hal ini ahli yang dimintai pendapatnya adalah dosen pembimbing.
E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data meliputi uji analisis deskriptif dan uji analisis
inferensial yang didalamnya terdapat uji normalitas, uji homogenitas, serta
pengujian hipotesis statistik.
1. Uji Analisis Deskriptif
11 Zainal Arifin, op. cit, h.245
-
31
Analisis deskriptif statistik digunakan untuk mendeskripsikan data yang
diperoleh dari hasil pretest dan posttest kedua variabel, yaitu mean/nilai rata-rata,
median/nilai tengah, modus, range/rentang dan standard deviation/simpangan
baku. Dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0
for Windows Version.
2. Uji Prasyarat Analisis Inferensial
Analisis inferensial dilakukan untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan uji-t. Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang dianalisis
berdistribusi normal atau tidak. Analisis data ini menggunakan SPSS 16.0 for
Windows Version dengan menggunakan teknik Komogorov-Sminorva. Syarat
suatu data dapat dikatakan berdistribusi normal adalah jika signifikasi atau nilai
probabilitas > 0,05.
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut
memiliki tingkat varian data yang sama atau tidak. Analisis ini menggunakan
program SPSS 16.0 for Windows Version yaitu One Way Anova. Jika hasil uji
homogenitas ditunjukkan bahwa tingkat signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05
maka dapat dikatakan bahwa varian yang dimiliki oleh sampel-sampel yang
bersangkutan tidak jauh berbeda, maka sampel-sampel tersebut homogen.
c. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian populasi data dengan menggunakan
normalitas dan homogenitas, apabila data populasi berdistribusi normal dan data
populasi homogen maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini digunakan untuk
mengetahui adanya pengaruh teknik membaca cepat terhadap penemuan kalimat
utama dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran
konvensional.
-
32
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for
Windows Version yaitu dengan teknik analisis Paired Samples T-Test. Taraf
signifikan uji sampel bebas Paired-Samples T Test adalah 0,05 sedangkan
convidence interval 95%. Uji hipotesis dengan uji kesamaan dua rata-rata
dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata secara signifikan
antara hasil posttest dua sampel penelitian. Nilai rata-rata kedua kelompok
signifikansi (2-tailed) di bawah 0,05 maka hasilnya signifikan atau hipotesis
diterima, sebaliknya bila signifikansi (2-tailed) lebih besar dari probabilitas di atas
0,05 maka hasilnya tidak signifikan sehingga hipotesis ditolak.
F. Hipotesis Statistik Perumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut:
Ho : 1 = 2 Ha : 1 2 Keterangan:
Ho : Tidak dapat pengaruh metode debat aktif terhadap keterampilan berbicara
siswa kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok.
Ha : Terdapat pengaruh metode debat aktif terhadap keterampilan berbicara
siswa kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok.
1 : Rata-rata keterampilan berbicara siswa pada kelas eksperimen
2 : Rata-rata keterampilan berbicara siswa pada kelas kontrol
-
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah 1. Identitas Sekolah
a. Nama Madrasah : MI Misbahul Falah Duren Mekar
b. No. Statistik Madrasah : 111232760051
c. No. NPSN : 60710027
d. Akreditasi Madrasah : Terakreditasi B
e. Alamat Lengkap Madrasah : Jl. Perum. Sawangan Elok Kp. Kandang Kelurahan Duren Mekar Kecamatan Bojongsari Kota Depok Provinsi Jawa Barat, Telp. (0251) 8615715.
f. NPWP Madrasah : 20.023.339.3-412.000
g. Nama Kepala Madrasah : Nasir Nasrullah, S.Pd.I
h. Nama Yayasan : Darul Himah
i. Alamat yayasan : Parung Poncol RT. 001/002
Kelurahan Duren Mekar Kecamatan
Bojongsari Kota Depok.
j. No. Akte Pendirian Yayasan : 77
k. Kepemilikan Tanah : Wakaf
Status Tanah : Wakaf
Luas Tanah : 1.195 M2
l. Status Bangunan : Sertifikat Hak Milik
m. Luas Bangunan : 314 M2
2. Visi dan Misi a. Visi
Menjadikan MI berkualitas sehingga dapat menciptakan generasi
muslim beriman, amanah, dan mempunyai kepekaan yang tinggi
-
34
terhadap bangsa, serta diakui keberadaanya oleh semua lapisan
masyarakat.
b. Misi
1) Memberikan dasar-dasar keimanan, ketakwaan, dan akhlakul
karimah sehingga siswa mampu mengamalkan dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dam
menyenangkan sehingga siswa mampu mencapai prestasi
akademik dan non akademik secara optimal.
3) Memberikan kemampuan dan keterampilan membaca, menulis,
menghafal al-Quran dengan baik dan benar.
4) Meningkatkan pengalaman ajaran agama islam bagi peserta didik
terutama dalam praktik ibadah sehari-hari.
5) Mempersiapkan peserta didik dalam melanjutkan pendidikan lebih
tinggi
3. Siswa dan Guru Tabel 6
Jumlah Peserta Didik MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok
KELAS I II III IV V VI Jumlah
ROMBEL 2 2 2 1 2 2 12
Jumlah
L/P
L P L P L P L P L P L P L P
25 23 30 21 30 29 23 11 29 19 18 31 155 134
Jumlah
semua 48 51 59 34 48 49 289
-
35
Berdasarkan tabel di atas diketahui jumlah peserta didik MI Misbahul
Falah terdapat 289 siswa yang terdiri dari 155 laki-laki, dan 134 perempuan.
Setiap kelas memiliki dua rombel kecuali kelas IV yang hanya memiliki satu
rombel saja. Penelitian ini dilakukan pada kelas V, yaitu VA dan VB yang
berjumlah 48 siswa dengan masing-masing kelas berjumlah 24 siswa.
Tabel 7
Daftar Nama Pengajar dan Staf
MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok
No Nama Guru Jabatan/Mata Pelajaran
1. Nasir Nasrullah, S.Pd.I Kepala Sekolah, Guru Kelas, SKI, Bahasa Arab
2. Dedi Diaudin, S.Pd.I Wakil Bidang Kurikulum, Guru Kelas, Al-
Quran Hadist, Aqidah Akhlak
3. Drs. Aceng Maksum Guru Kelas, IPA
4. Marsanih, S.Pd.I Guru Kelas, Aqidah Akhlak
5. Sukesih, S.Pd.I Guru Kelas, Bahasa Indonesia
6. Sumiyati Sadeli, SE. Guru Kelas, Aqidah Akhlak
6. Risnawati, S.Si,Apt. Guru Kelas, Matematika, IPS, IPA, SBK
7. Samin Supriyadi, S.Pd.I Guru Kelas, Penjaskes, Bahasa Sunda
8. Muanih Suryanih,
S.Pd.I Guru Kelas, SBK, Bahasa Arab
9. Aan Fazriah, S.Pd. Guru Kelas, Bahasa Inggris, IPS, PKN
10. Rumsiyah, S.Pd.I Guru Kelas, SBK
-
36
B. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei tahun 2014 di MI Misbahul Falah
Duren Mekar Kota Depok. Penelitian ini dilakukan di kelas V semester genap
dengan sebanyak 48 siswa yang terbagi menjadi dua rombel kelas yaitu kelas VA
24 siswa, dan kelas VB 24 siswa. Kelas VA dijadikan peneliti sebagai kelompok
kontrol sedangkan kelas VB sebagai kelompok eksperimen. Sebelum melakukan
proses pembelajaran, peneliti memberikan pretest kepada kedua kelas tersebut
untuk diuji kesamaan varian dan keduanya menunjukkan bahwa data yang
diperoleh berdistribusi dengan normal dan homogen. Hal ini menunjukan jika
sebelum diberi perlakuan kedua kelas ini memiliki kemampuan awal yang sama,
terbukti dengan varian yang tidak jauh berbeda diantara kedua kelas tersebut.
Kemudian pertemuan pertama di kelas eksperimen, peneliti memberikan
penjelasan tentang materi persoalan faktual. Setelah siswa memahami apa itu
persoalan faktual, kemudian peneliti membentuk siswa menjadi 6 kelompok untuk
melakukan metode debat. Setiap kelompok besar dibagi lagi menjadi kelompok
kecil yaitu kelompok pro dan kelompok kontra, berikut adalah ilustrasi pembagian
kelompoknya:
Tabel 8
Ilustrasi Kelompok Debat
11. Galih Sucipto TU
Keterangan:
Pro
Kontra
X X
X X
X X
X X
X X
X X
X X
X X
X X
X X
X X
X X
-
37
Guru menjelaskan bagaimana langkah-langkah metode debat. Setiap
kelompok diberikan sebuah topik persoalan faktual yang nantinya akan menjadi
bahan perdebatan mereka. Sebelum memulai perdebatan siswa diperintahkan
untuk mendiskusikan apa saja yang akan disampaikan pada saat berdebat dengan
kelompok kecilnya. Dalam kegiatan ini siswa mengomentari dan saling beradu
pendapat mengenai persoalan faktual yang telah diberikan oleh peneliti, yang
bertujuan untuk melatih keterampilan berbicara siswa. Sementara menunggu
giliran, siswa lainnya mencatat apa saja yang dikemukakan oleh kelompok lain
yang sedang tampil di depan kelas. Setelah kegiatan debat berakhir, peneliti
melakukan tanya jawab kepada siswa tentang apa saja yang telah didapat dari
proses pembelajaran hari ini. Kemudian peneliti memberikan pekerjaan rumah
berdasarkan kelompok debat untuk menuliskan komentar disertai alasan yang
logis tentang topik persoalan faktual yang peneliti berikan, dan akan menjadi
topik perdebatan dipertemuan selanjutnya.
Berlanjut di pertemuan kedua, siswa berkumpul kembali sesuai kelompok
debat yang telah dibentuk dipertemuan sebelumnya. Sama seperti sebelumnya,
siswa saling memperdebatkan topik persoalan yang telah diberikan peneliti.
Karena metode debat ini bertujuan untuk melatih kemampuan berbicara siswa, di
setiap pergantian kelompok peneliti selalu mengingatkan bagaimana cara
berbicara yang baik dan benar.
Pembelajaran di kelompok kontrol menggunakan metode konvensional
yaitu penugasan dan tanya jawab. Sama seperti halnya di kelompok eksperimen,
dipermulaan di kelas kontrol peneliti menjelaskan terlebih dahulu tentang materi
persoalan faktual. Kemudian peneliti memberikan sebuah wacana yang berisikan
persoalan faktual. Siswa diminta untuk membaca dan memberikan komentarnya
yang disertai dengan alasan yang logis. Setelah itu satu persatu siswa diminta
untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil komentarnya, dan
-
38
tentunya peneliti melakukan tanya jawab kepada siswa guna mengetahui sejauh
mana penguasaan topiknya dan dan sekuat apa siswa mempertahankan
pendapatnya. Diakhir pelajaran peneliti memberikan penjelasan kepada siswa
tentang materi yang belum dipahami oleh siswa.
Setelah proses pembelajaran dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan baik
untuk kelas VA yang diberi perlakuan dengan metode konvensional dan kelas VB
yang diberi perlakuan dengan metode debat, kemudian dilanjutkan dengan tahap
akhir yaitu memberikan posttest kepada kedua kelompok tersebut untuk
mengetahui perbandingan yang terdapat pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Berikut adalah tabel pelaksanaan penelitiannya:
Tabel 9
Pelaksanaan Penelitian
Tanggal Kegiatan
09 Mei Uji validias instrumen penelitian oleh ahli
13 Mei 2014 Pretest
20 Mei 2014
Pertemuan ke-1:
1. Menjelaskan persoalan faktual
2. Menyebutkan contoh-contoh persoalan faktual
3. Menuliskan pokok-pokok persoalan faktual
28 Mei 2014
Pertemuan ke-2:
1. Memberikan pendapat terhadap persoalan faktual
2. Mengomentari pendapat tentang persoalan faktual yang
dikemukakan teman
3. Memberikan jalan keluar untuk mengatasi persoalan
yang terjadi
30 Mei 2014 Posttest
Berdasarkan tabel di atas penelitian dimulai dari uji validitas oleh ahli
yaitu dosen pembimbing pada tanggal 09 Mei 2014. Kemudian dilanjutkan ke
tahapan selanjutnya dengan memberikan ujian pretest kepada siswa pada tanggal
-
39
13 Mei 2014. Selanjutnya pada tanggal 20 Mei dan 28 Mei 2014 dilaksanakan
perlakuan terhadap kelompok eksperimen dan kontrol, dan hingga akhirnya pada
tanggal 30 Mei 2014 dilaksanakan pemberian posttest kepada siswa untuk
mengetahui hasil akhir penelitian.
C. Hasil Penelitian Tabel 10
Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen
Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukan bahwa hasil pretest dan posttest
kelompok eksperimen mengalami peningkatan setelah diberi perlakuan
No. Nama Siswa Pretest Posttest 1 AA 55 70 2 AB 60 82.5 3 AC 42.5 55 4 AD 55 92.5 5 AE 50 75 6 AF 42.5 60 7 AG 60 67.5 8 AH 77.5 97.5 9 AI 42.5 65 10 AJ 45 72.5 11 AK 40 57.5 12 AL 52.5 65 13 AM 70 82.5 14 AN 35 65 15 AO 65 77.5 16 AP 72.5 90 17 AQ 42.5 70 18 AR 60 65 19 AS 50 52.5 20 AT 42.5 70 21 AU 47.5 55 22 AV 82.5 90 23 AW 40 52.5 24 AX 67.5 67.5
Jumlah 1297.50 1697.50 Rata-Rata 54.0625 70.7292
-
40
menggunakan metode debat dalam keterampilan berbicara siswa. Nilai terendah
pada saat pretest yaitu 35, sedangkan nilai tertingginya yaitu 82,5. Setelah diberi
perlakuan hasil posttest siswa memperoleh peningkatan dengan nilai terendah
yaitu 52,5 dan nilai tertinggi yaitu 97,5.
Tabel 11
Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol
Berdasarkan tabel 6 di atas menunjukkan bahwa hasil pretest dan posttest
kelompok kontrol mengalami peningkatan setelah diberi perlakuan melalui
metode konvensional. Nilai terendah pada saat pretest yaitu 42.5, sedangkan nilai
No. Nama Siswa Pretest Posttest 1 AA 52.5 57.5 2 AB 70 57.5 3 AC 62.5 60.0 4 AD 72.5 77.5 5 AE 50 47.5 6 AF 47.5 57.5 7 AG 55 62.5 8 AH 47.5 80.0 9 AI 45 67.5 10 AJ 45 70.0 11 AK 47.5 47.5 12 AL 57.5 65.0 13 AM 55 67.5 14 AN 45 47.5 15 AO 70 67.5 16 AP 60 62.5 17 AQ 42.5 55.0 18 AR 55 62.5 19 AS 72.5 62.5 20 AT 42.5 55.0 21 AU 50 52.5 22 AV 52.5 57.5 23 AW 47.5 67.5 24 AX 52.5 50.0
Jumlah 1297.50 1457.50 Rata-Rata 54.0625 60.7292
-
41
tertingginya yaitu 72.5. Setelah diberikan perlakuan hasil posttest pada kelompok
kontrol siswa mengalami peningkatan dengan nilai terendah yaitu 47,5 dan nilai
tertingginya yaitu 80.
D. Deskripsi Data 1. Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Kelompok eksperimen adalah kelas yang dalam proses pembelajarannya
menggunakan metode debat, sedangkan kelompok kontrol menggunakan metode
pembelajaran konvensional. Pemberian pretest dilakukan sebelum masing-masing
kelompok diberikan perlakuan yang berbeda. Hasil analisis deskripsi data pretest
kelompok eksperimen dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 12
Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen
Berdasarkan tabel 7 di atas menunjukkan bahwa hasil pretest kelompok
eksperimen diperoleh data sebanyak 24 dengan jumlah data 1297.50. Nilai rata-
N Valid 24
Missing 0 Mean 54.0625 Median 51.2500 Mode 42.50 Std. Deviation 1.310101 Variance 171.637 Range 47.50 Minimum 35.00 Maximum 82.50 Sum 1297.50
-
42
rata pretest kelompok eksperimen yaitu 54.0625 dengan varian 171.637 dan
standar deviasi/simpangan baku sebesar 1.310101. Nilai maksimumnya adalah
82.50 sedangkan nilai minimumnya adalah 35.00, maka rentangan nilai pada data
pretest kelompok eksperimen ini adalah 47.50. Median pada data ini adalah
51.2500, sedangkan modus pada data ini adalah 42.50. untuk lebih jelasnya data
pretest kelompok eksperimen ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
sebagai berikut:
Tabel 13
Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelompok Eksperimen
Nilai Frekuensi Frekuensi
(%)
35 1 4.2
40 2 8.3
42.5 5 20.8
45 1 4.2
47.5 1 4.2
50 2 8.3
52.5 1 4.2
55 2 8.3
60 3 12.5
65 1 4.2
67.5 1 4.2
70 1 4.2
72.5 1 4.2
77.5 1 4.2
82.5 1 4.2
Total 24 100.0
-
43
Berdasarkan tabel 8 di atas menunjukkan distribusi frekuensi perolehan
nilai pretest kelompok eksperimen. Perolehan nilai terendah yang diperoleh siswa
yaitu 35 dengan frekuensi 1 orang, dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu
82,5 dengan frekuensi 1 orang. Selain disajikan dalam bentuk tabel, data pretest
kelompok eksperimen juga digambarkan ke dalam bentuk grafik histogram
sebagai beri