PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN : KONSELING TENTANG …

46
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN : KONSELING TENTANG CUCI TANGAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DI RUANG FAJAR RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SARTIKA ASIH SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan MELINDA JULISTYA RAHAYU AK.1.15.076 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA 2019

Transcript of PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN : KONSELING TENTANG …

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN : KONSELING TENTANG

CUCI TANGAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN

KELUARGA DI RUANG FAJAR RUMAH SAKIT

BHAYANGKARA SARTIKA ASIH

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Keperawatan

MELINDA JULISTYA RAHAYU

AK.1.15.076

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2019

ABSTRAK

Cuci tangan merupakan suatu prosedur untuk membersihkan kedua

tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir atau dengan

menggunakan antiseptik. Berdasarkan data RISKESDAS 2018 Perilaku

mencuci tangan dengan benar di indonesia hanya 49%. Mencuci tangan dapat

mengurangi jumlah mikroorganisme, mengurangi kuman pada tangan,

sehingga dapat mengurangi terjadinya infeksi, untuk mengurangi terjadinya

infeksi maka diberikan pendidikan kesehatan.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan :

konseling tentang cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan keluarga di Ruang

Fajar Rumah Sakit Bhayangkara.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu pre experiment, dengan

menggunakan pendekatan pretest-posttest one group design. Metode

pengambilan sampel dengan purposive sampling, dengan teknik total sampel

yaitu berjumlah 34 orang keluarga pasien di Ruang Fajar Rumah Sakit

Bhayangkara Sartika Asih Bandung.

Hasil penelitian menunjukan sebagian kecil responden (11,8%) memiliki

tingkat pengetahuan baik sebelum diberikan intervensi, dan kurang dari

setengahnya (47,1%) memiliki pengetahuan baik setelah diberikan intervensi.

Hasil uji Non Parametric Wilcoxon didapatkan nilai p-value = 0,000 dengan α

= 0,050, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh pendidikan kesehatan :

konseling tentang cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan keluarga di ruang

fajar rumah sakit bhayangkara sartika asih bandung. Saran peneliti, pihak

Rumah Sakit diharapkan dapat mengevaluasi dan menerapkan kembali

pemberian edukasi mengenai cuci tangan sesuai dengan SOP Rumah Sakit.

Kata kunci : Cuci Tangan, Konseling

Daftar Pustaka : 26 Buku (2009-2019)

5 Jurnal (2012-2017)

3 wesite (2013-2017)

ABSTRACT

Hand washing is a procedure to clean both hands by using soap and

running water or antiseptic. Based on the RISKESDAS 2018 data, the proper

hand washing behavior in Indonesia was only 49%. Hand washing can reduce

the amount of microorganisms and germs hence reducing the occurrence of

infections since. Therefore, health education is needed to reduce the number

of infections occurrence.

The object of this study is to determine the effect of health education:

counseling on hand washing to the family knowledge level in Ruang Fajar

Rumah Sakit Bhayangkara.

The type of research used is the pre experiment by using the pretest-

posttest one group design approach. The sampling method is the purposive

sampling, with the technical total of 34 samples consisting of patient’s

relatives in Ruang Fajar Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung.

The results showed a small proportion of respondents (11.8%) had a

good level of knowledge before being given an intervention and less than half

(47.1%) had good knowledge after being given an intervention. The Non

Parametric Wilcoxon test result obtained p-value = 0,000 with α = 0,050,

therefore it can be concluded that there is an influence of health education:

counseling on hand washing to the family knowledge level in Ruang Fajar

Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung. The researcher suggested

the Hospital to evaluate and reeducate the importance of hand washing

according the the hospital’s SOP.

Key words : Hand Washing, Counseling

Bibliography : 26 Books (2009 – 2019)

5 Journals (2012 – 2017)

3 Websites (2013 – 2017)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan

Karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan : Konseling Tentang Cuci Tangan

Terhadap Tingkat Pengetahuan Keluarga Di Ruang Fajar Rumah Sakit

Bhayangkara Sartika Asih Bandung”. Laporan skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk mencapai gelar sarjana keperawatan.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. H.Mulyana,S.H.,M.Pd.,MH.Kes., sebagai Ketua Yayasan Adhi Guna

Kencana.

2. Dr.Entris Sutrisno, MH.Kes.,Apt sebagai rektor Universitas Bhakti Kencana

3. R. Siti Jundiah,S.Kp,.M.Kep, sebagai dekan Universitas Bhakti Kencana

4. Lia Nurliawati,S.Kep.,Ners,M.Kep, sebagai ketua fakultas keperawatan

Universitas Bhakti Kencana

5. Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Sartika Asih, sebagai Instansi tempat

Penelitian.

6. Ani Rasiani.,S.Kep.,Ners,M.Kep., sebagai pembimbing I yang telah

memberikan banyak masukan, dorongan dan selalu memberikan motivasi

dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Denni Fransiska, S.Kp.,M.Kep sebagai pembimbing II yang telah

memberikan banyak masukan dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

iv

8. Segenap dosen jurusan sajana keperawatan yang telah memberikan ilmunya

kepada penulis.

9. Orang tua, saudara-saudara, atas doa, bimbingan, serta kasih sayang yang

selalu tercurah selama ini.

10. Kepada teman-teman tercinta (Soffi Ariwanti, Wini Resna, Irma Puspita,

Santi Puspitasari, Eneng Yeti, Elyana, Ninda, Adilah, Mega, Yuliasari, Resa

dan Lani) yang telah membantu dan memberikan dukungan.

Semoga semua yang telah diberikan kepada saya mendapat balasan kebaikan

yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Besar harapan saya semoga ilmu yang saya

dapatkan dari perkuliahan dan penelitian ini dapat beguna bagi kemajuan ilmu

pengetahuan khususnya bidang keperawatan.

Bandung, Agustus 2019

Peneliti

Melinda Julistya Rahayu

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................i

ABSTRAK .........................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................v

DAFTAR TABEL ............................................................................................vii

DAFTAR BAGAN ...........................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................7

1.4 Manfaat Penelitian............................................................................7

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kajian Pustaka ..................................................................................9

2.1.1 Konsep Pendidikan Kesehatan .............................................9

2.1.2 Konsep Cuci Tangan ............................................................18

2.1.3 Konsep Pengetahuan ............................................................23

2.1.4 Konsep Keluarga .................................................................27

2.1.5 Teori Keperawatan ..............................................................31

2.2 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan penelitian ......................................................................34

vi

3.2 Paradigma penelitian ........................................................................35

3.3 Hipotesis penelitian ..........................................................................36

3.4 Variabel penelitian ...........................................................................37

3.5 Definisi konseptual dan operasional ................................................37

3.6 Populasi dan sampel .........................................................................39

3.7 Pengumpulan data ............................................................................41

3.8 Langkah-langkah penelitian .............................................................44

3.9 Pengolahan analisa data ...................................................................47

3.10 Etika penelitian ...............................................................................49

3.11 Waktu dan lokasi penelitian .............................................................51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................52

4.2 Pembahasan ......................................................................................55

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ..........................................................................................68

5.2 Saran .................................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ......................................................................... 32

Tabel 3.2 Definisi Operasional .......................................................................... 37

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Keluarga Sebelum

Pelaksanan Pendidikan Kesehatan : Konseling Tentang Cuci Tangan

pada Keluarga di Ruang Fajar ..........................................................53

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Keluarga Sebelum

Pelaksanan Pendidikan Kesehatan : Konseling Tentang Cuci Tangan

pada Keluarga di Ruang Fajar .........................................................54

Tabel 4.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan : Konseling Tentang Cuci Tangan

Terhadap Tingkat Pengetahuan Keluarga Sebelum dan Sesudah

Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan ................................................54

viii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 34

Bagan 3.1 Kerangka Penelitian ......................................................................... 30

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Balasan Penelitian

Lampiran 2 Permohonan Uji Validitas

Lampiran 3 Catatan Telaah Validitas

Lampiran 4 Lembar Informed Consent

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian

Lampiran 7 Kuesioner Penelitian

Lampiran 8 Standar Operasional Prosedur

Lampiran 9 Data Tabulasi Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Lampiran 10 Data Tabulasi Hasil Penelitian

Lampiran 11 Output analisa software computer hasil penelitian

Lampiran 12 Surat Persyaratan Pendaftaran Sidang Akhir

Lampiran 13 Lembar Bimbingan

Lampiran 14 Lembar Oponen

Lampiran 15 Surat Etik

Lampiran 16 Surat Balasan Translate

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan kesehatan secara konsep adalah segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi atau mengajak orang lain, baik individu,

kelompok atau masyarakat sehingga melakukan hidup sehat. Sedangkan

secara operasional, pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk

memberikan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik bagi

individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatan

kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2012). Menurut WHO (1954) dalam

Fitriani (2011) tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku

orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat. Untuk

mengubah perilaku seseorang dapat dilakukan dengan belajar mengajar.

Proses belajar mengajar dapat dipengaruhi dengan kesesuaian metode dan

media yang akan digunakan oleh seorang pendidik. Seorang pendidik harus

pandai dan cermat dalam memilih jenis metode, sasaran, dan tempat. Terdapat

3 jenis Metode yaitu , Metode perseorangan, Metode berdasarkan kelompok,

dan Metode berdasarkkan pendekatan masa. Salah satu metode perseorangan

adalah metode konseling. Metode konseling adalah proses belajar yang

bertujuan memungkinkan konseli (peserta didik) mengenal dan menerima diri

sendiri serta realistis dalam proses penyelesaian dengan lingkungannya,

konseling menjadi strategi utama dan merupakan teknik standar dan tugas

pokok seorang konselor di pusat pendidikan. Salah satu

2

keuntungan atau kelebihan metode konseling yaitu kontak antara klien dan

petugas lebih intensif.

Sesuai dengan filosofi pelayanan transpersonal Jean Watson (1979, 1985,

1987) dalam Perry & Potter (2010), mendefinisikan hasil kegiatan

keperawatan berhubungan dengan aspek humanistik dalam kehidupan.

Kegiatan keperawatan bertujuan untuk memahami hubungan antara kesehatan,

penyakit, dan kebiasaan manusia. Kegiatan keperawatan tertuju pada promosi

dan perbaikan kesehatan serta pencegahan penyakit.

Salah satu tujuan pendidikan kesehatan untuk mempengaruhi dan

mengajak individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat agar dapat

melakukan hidup sehat yaitu memberikan pendidikan kesehatan cuci tangan.

Menurut World Health Organization (WHO) (2009), cuci tangan merupakan

suatu prosedur tindakan untuk membersihkan kedua tangan dengan

menggunakan sabun dan air yang mengalir atau dengan Hand rub yaitu

dengan menggunakan antiseptik yang berbasis alkohol. Cuci tangan memiliki

manfaat bagi kesehatan yaitu dapat mengurangi jumlah mikroorganisme,

mengurangi kuman yang terdapat pada tangan yang kotor, sehingga dapat

mengurangi terjadinya infeksi. Untuk mengurangi terjadinya infeksi maka

perawat memiliki peran dan fungsi perawat yaitu sebagai pengelola,

pelaksana, peneliti, juga sebagai pendidik (Simamora, 2009).

Peran perawat sebagai pendidik dapat dilakukan dengan membantu klien

untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan. Pengetahuan kesehatan adalah

hal yang diketahui oleh seseorang terkait dengan sehat dan sakit. Pengetahuan

3

kesehatan juga harus dimiliki oleh keluarga dalam keterlibatan sehat dan sakit

(Simamora, 2009). Salah satu fungsi keluarga dan tujuan perawatan kesehatan

dalam keluarga yaitu mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga

dan memelihara kesehatan sehingga status kesehatannya meningkat serta tetap

memiliki produktivitas tinggi, oleh sebab itu keluarga diberikan pengetahuan

mengenai mencuci tangan (Harlinawati, 2013).

Menurut Kemenkes RI (2013), kebiasaan mencuci tangan yang baik dan

benar di lingkungan pemukiman padat dan kumuh dapat menurunkan 50%

penderita penyakit diare. Mencuci tangan merupakan cara yang paling efektif

dalam mencegah penyakit diare dan ISPA, karena setiap tahun sekitar 3,5 juta

anak-anak diseluruh dunia meninggal sebelum usia 5 tahun karena penyakit

ISPA dan diare. Tingkat keefektifan mencuci tangan dalam penurunan angka

kejadian diare sekitar 44% dibandingkan dengan pencegahan yang lain seperti

penggunaan air olahan 39%, sanitasi 32%, pendidikan kesehatan 28%,

penyediaan air 25%, dan sumber air diolah 11%.

Praktik-praktik dalam menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci

tangan sebelum dan sesudah makan, buang air besar dan kecil dapat

mengurangi tingkat infeksi hingga 25%, karena angka kejadian infeksi terus

meningkat sampai lebih dari 40% di Asia, Amerika Latin, dan Afrika

(Kemenkes RI, 2011). Penelitian terdahulu yang telah dilakukan di Ghana

didapatkan hasil bahwa 75% ibu rumah tangga mengaku telah mencuci tangan

dengan sabun, tetapi setelah dilakukan penelitian terstruktur hanya 3% yang

4

benar-benar melakukannya dan sisanya 32% hanya mencuci tangan dengan air

saja (Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan hasil data RISKESDAS di Indonesia perilaku cuci tangan

dengan benar mencapai 23,2 % pada tahun 2007, pada tahun 2013 cuci tangan

dengan benar mencapai 47 %, dan hasil data RISKESDAS pada tahun 2018

mencapai 49 %. Dapat dikatakan 51 % belum melakukan cuci tangan dengan

benar begitupun dengan proporsi secara nasional. berdasarkan hal tersebut

terdapat beberapa hasil penelitian.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh, Sitorus & Luci pada tahun 2014

Sunardi, dkk pada tahun 2017, Alvadri pada tahun 2016, Hadiatma, dkk pada

tahun 2011, Haryadi pada tahun 2015, Kahusadi, dkk pada tahun 2018,

Gamelia, dkk pada tahun 2015, Iskandar & Yanto pada tahun 2018,

didapatkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan dan sikap cuci tangan pakai sabun di SDN 157 kota Palembang,

ada hubungan yang signifikan antara perilaku cuci tangan dan insiden diare,

ada hubungan antara 5 moment pelaksanaan cuci tangan dengan kejadian

infeksi, ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan

tentang mencuci tangan pada siswa SD Negeri 01 Gonilan Kartasura

Sukoharjo, ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang cuci tangan pakai

sabun dengan metode ceramah dan demonstrasi terhadap pengetahuan siswa,

ada pengaruh yang signifikan antara sikap responden sebelum dan sesudah

dilaksanakan penyuluhan kesehatan tentang kebersihan tangan di SD GMIM

76 Maliambao, Ada pengaruh pendidikan konseling terhadap pengetahuan,

5

sikap, dan perilaku masyarakat tentang kesehatan lingkungan, terdapat

pengaruh pendidikan kesehatan pelaksanaan cuci tangan 6 langkah 5 momen

keluarga pasien di ruang rawat inap RS Roemani Semarang.

Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan wawancara pada tanggal

11-12 Maret 2019 kepada ketua SKP 5 (Sasaran Keselamatan Pasien) di

Rumah Sakit Bhayangkara Tk.II Sartika Asih. Ketua SKP 5 menyatakan

bahwa tingkat pengetahuan mengenai cuci tangan pada keluarga pasien masih

sangat rendah, karena sebagian besar keluarga tidak terlalu memperhatikan

perilaku cuci tangan yang dipengaruhi beberapa faktor seperti, usia, kebiasaan,

tempat tinggal, pendidikan, dan lain sebagainya, yang sebenarnya memiliki

dampak yang besar bagi kesehatan, seperti dapat meningkatkan angka

kejadian diare dan juga dapat meningkatkan angka kejadian infeksi

nosokomial.

Berdasarkan data yang didapatkan angka kejadian infeksi nosokomial di

seluruh ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Sartika Asih pada

bulan Februari yaitu 28,5%, sedangkan angka kejadian infeksi di ruang fajar

yaitu 5,4% dengan jumlah pasien 34 pasien dan anngka kejadian infeksi di

ruang bhayangkara sartika yaitu 3,8%. Pada bulan Januari-Desember 2018

sempat diterapkan cara mencuci tangan kepada para pengunjung atau

keluarga, tetapi penerapan cuci tangan tersebut kurang efektif, hanya 20%

yang menerapkannya.

Peneliti melakukan wawancara kepada 10 keluarga (keluarga pasien),

dari 10 keluarga tersebut hanya 2 keluarga yang mengetahui tentang cuci

6

tangan dan dampaknya, tetapi tidak dapat mempraktekannya. Delapan

keluarga lainnya tidak mengetahui tentang cuci tangan, hanya mengetahui

cuci tangan biasa, yang menggunakan air mengalir saja, tidak mengetahui

dampak dari tidak mencuci tangan, dan juga tidak dapat mempraktekannya,

dari 10 keluarga tersebut menyatakan bahwa pada saat pasien dan keluarga

pasien masuk ke ruang perawatan tidak ada perawat yang memberikan

edukasi mengenai cuci tangan.

Peneliti juga melakukan studi pendahuluan dengan wawancara pada

Kepala Ruangan di Ruang Fajar terkait pengurangan risiko infeksi dengan

cara cuci tangan. Kepala Ruangan di Ruang Fajar mengatakan bahwa dalam

penerapan cuci tangan di Ruang Fajar terdapat beberapa kendala diantaranya,

adanya pergantian struktural dari Ruang Fajar sehingga perlu dilakukan

adaptasi untuk pengelolaan dari kepengurusan yang lama pada kepengurusan

baru. Selain itu jumlah perawat di Ruang Fajar hanya 15 orang, yang mana

jumlah perawat di Ruang Fajar kurang memadai untuk merawat keseluruhan

pasien di Ruang Fajar. Menurut Kepala Ruangan setiap hari di Ruang Fajar

sedikitnya 8 sampai 15 pasien baru yang masuk, dan 10 sampai 15 orang yang

pulang setiap harinya. Hal tersebut menyebabkan penerapan edukasi cuci

tangan yang seharunya dilakukan di awal mengalami hambatan, menjadi

dilakukan di akhir hari perawatan sebelum pulang, yang berisikan edukasi

mengenai pengobatan saja, tidak dilakukan edukasi mengenai cuci tangannya.

Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh

mengenai Pengaruh Pendidikan Kesehatan : Konseling Tentang Cuci Tangan

7

Terhadap Tingkat pengetahuan Keluarga di Ruang Fajar dan Ruang

Bhayangkara Sartika Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, apakah ada pengaruh pendidikan

kesehatan : konseling tentang cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan

keluarga di Ruang Fajar Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung ?.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pendidikan kesehatan : konseling tentang cuci tangan terhadap tingkat

pengetahuan keluarga di Ruang Fajar Rumah Sakit Bhayangkara

Sartika Asih Bandung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan sebelum pelaksanaan

pendidikan kesehatan : konseling tentang cuci tangan pada keluarga

pasien di ruang fajar.

2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan sesudah pelaksanaan

pendidikan kesehatan : konseling tentang cuci tangan pada keluarga

pasien di ruang fajar.

3. Menganalisa Pengaruh Pendidikan Kesehatan : Konseling Tentang

Cuci Tangan Terhadap Tingkat Pengetahuan Keluarga Sebelum dan

Sesudah Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan.

8

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dari

perkembangan ilmu pengetahuan pada ilmu keperawatan mengenai

pengaruh pendidikan kesehatan : konseling tentang cuci tangan

terhadap tingkat pengetahuan keluarga di Ruang Fajar Rumah Sakit

Sartika Asih Bandung.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi tempat peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau bahan

masukan bagi Rumah Sakit mengenai pendidikan kesehatan :

konseling tentang cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan keluarga

di Rumah Sakit Sartika Asih Bandung.

2. Bagi perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber

referensi dan sumber informasi bagi pelayanan kesehatan dalam

memberikan pendidikan kesehatan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber referensi

bacaan dan dapat dijadikan dasar dilakukannya penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh pendidikan kesehatan.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Konsep Pendidikan Kesehatan

2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan secara konsep adalah segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi dan atau mengajak orang lain,

baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga melakukan

hidup sehat. Sedangkan secara operasional, pendidikan kesehatan

adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan

pengetahuan, sikap, dan praktik masyarakat dalam memelihara dan

meningkatan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2012).

Pendidikan kesehatan adalah sutau proses perubahan pada diri

manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan

kesehatan perorangan atau masyarakat (Fitriani, 2011).

Berdasarkan pengertian diatas, pendidikan kesehatan adalah suatu

proses pelaksanaan dalam upaya meningkatkan pengetahuan agar

terjadinya perubahan perilaku yang lebih baik

2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Dibagi menjadi 2 bagian, meliputi :

10

1. Berdasarkan WHO (1954) tujuan pendidikan kesehatan untuk

mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku yang

tidak sehat menjadi sehat.

2. Mengubah perilaku yang kaitannya dengan budaya. Sikap dan

perilaku merupakan bagian dari budaya. Kebudayaan adalah

kebiasaan, adat istiadat, tata nilai dan norma. (Fitriani, 2011)

Namun pengertian tersebut meliputi cakupan yang luas

sehingga Azwar (1983) dalam fitriani (2011) membagi perilaku

kesehatan sebagai tujuan pendidikan kesehatan menjadi 3 :

1. Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang

bernilai di masyarakat. Sehingga kader kesehatan mempunyai

tanggung jawab untuk memberikan pendidikan kesehatan

mengenai perilaku atau cara hidup sehat.

2. Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi

dirinya sendiri maupun menciptakan perilaku sehat dalam

kelompok. Salah satu pelayanannya adalah Posyandu yang

diharapkan dapat mencegah timbulnya penyakit.

3. Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana

pelayanan kesehatan yang ada secara tepat.

2.1.1.3 Tahapan Pendidikan

Menurut fitriani (2011) yang dikutip dari Harlon (1964) dan

Azwar (1983) mengemukakan bahwa mengubah perilaku seseorang

tidaklah mudah, yang harus melalui beberapa tahap. Diantaranya :

11

1. Tahap Sensitisasi

Pada tahap ini dilakukakan dalam memberikan informasi dan

kesadaran kepada masyarakat akan penting kaitannya mengenai

kesehatan. Misalnya pentingnya pelayanan kesehtaan, fasilitis

kesehatan bagi masyarakat. Bentuk kegiatannya adalah siaran

radio berupa radio spot, poster, dan selembaran.

2. Tahap Publisitas

Pada tahap ini menjelaskan lebih lanjut mengenai macam

pelayanan kesehatan apa saja yang diberikan fasilitas pelayanan

kepada masyarakat.

3. Tahap Edukasi

Pada tahap ini bertujuan dalam meningkatkan pengetahuan,

mengubah sikap serta mengarahkan kepada perilaku yang

diinginkan oleh kegiatan tersebut.

4. Tahap Motivasi

Pada tahap ini, seseorang yang telah mengikuti pendidikan

kesehatan dapat dengan serius mengubah perilaku yang

dianjurkan oleh fasilitas kesehatan dalam pendidikan kesehatan.

2.1.1.4 Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoadmodjo (2012), menggolongkan metode

pendidikan menjadi 3 bagian, diantaranya :

12

1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan

Metode perorangan digunakan karena setiap orang

mempunya masalah yang berbeda berhubungan dengan

penerimaan perilaku tersebut. Dalam metode perorangan

terdapat 2 pendekatan, yaitu :

a. Bimbingan dan Konseling (guidance and counceling)

Bimbingan berisi penyampaian informasi yang

berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi,

dan masalah sosial dalam bentuk pelajaran. Sedangkan

konseling adalah proses belajar yang bertujuan

memungkinkan konseli (peserta didik) mengenal dan

menerima diri sendiri serta realistis dalam proses

penyelesaian dengan lingkungannya, konseling menjadi

strategi utama dan merupakan teknik standar dan tugas pokok

seorang konselor di pusat pendidikan.

Dengan cara ini, kontak antatra klien dengan petugas

lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat

dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut

akan dengan sukrela dan berdasarkan kesadaran, penuh

perhatian, akan menerima pperilaku tersebut (mengubah

perilaku).

13

b. Wawancara (interview)

Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari

bimbingan dan penyuluhan (Counselling). Wawancara antara

petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi

megapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk

mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan

diadopsi itu mempunyai dasar pengertian atau kesadaran

yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih

mendalam lagi.

2. Metode Pendidikan Kelompok

1) Kelompok Besar

Dalam metode pendidikan dengan kelompok besar,

peserta/sasaran pendidikan kesehatan lebih dari 15 orang.

Yang termasuk dalam metode kelompok besar adalah

ceramah dan seminar.

a. Ceramah

Sasaran yang baik dalam metode ceramah adalah

random, baik dengan yang berpendidikan tinggi ataupun

rendah. Salah satu ciri dalam metode ceramah adalah tidak

ada kesempatan bertanya bagi sasaran.

b. Seminar

Metode seminar dilakukan pada sasaran yang akan

membahas suatu masalah atau topik yang dianggap sedang

14

banyak fenomena yang terjadi dibawah bimbingan seorang

ahli yang menguasai bidangnya.

2) Kelompok kecil

Kelompok kecil digunakan jika sasaran pendidikan

kesehatan kurang dari 15 orang. Metode yang terdapat dalam

kelompok kecil, diantaranya ;

a. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok adalah pembicaraan yang sudah

dipersiapkan yang dipimpin oleh pemimpin diskusi yang

telah ditunjuk. Tugas pemimpin diskusi adalah untuk

memberikan umpan kepada sasaran yang berbentuk

beberapa pertanyaan berdasarkan topik yang sedang

dibahas. Formasi duduk sasaranpun menjadi sesuatu yang

perlu diperhatikan agar diskusi semakin hidup, misalnya

dengan saling berhadap-hadapan.

b. Curah pendapat (brain storming)

Dalam metode surah pendapat, prinsip yang

digunakan hampir sama dengan diskusi kelompok, namun

yang membedakan adalah pemimpin diskusi memberikan

pancingan kepada sasaran dengan suatu masalah dan

setiap peserta memberikan tanggapannya masing-masing

tanpa mengomentarinya.

15

c. Bola salju (snow balling)

Metode bola salju dimulai dengan pembagian

kelompok. Pada mulanya kelompok hanya beranggotakan

2 orang/berpasangan yang membahas suatu masalah.

Setelah kurang lebih 5 menit setiap 1 kelompok bergabung

dengan kelompok lainnya sehingga menjadi 4 orang dalam

1 kelompok. Setelah mendapatkan kesimpulan masalah

yang telah dibahas kelompok tersebut bergabung dengan

kelompok lainnya sampai pada akhirnya kelompok

tersebut bergabung dengan seluruh peserta untuk

membahas masalah yang sedang didiskusikan.

d. Kelompok-kelompok kecil (buzz group)

Buzz group merupakan pembagian kelompok besar

menjadi kelompok-kelompok kecil dalam bertukar

pendapat dalam memecahkan suatu masalah.

e. Memainkan peran (role play)

Metode memainkan peran merupakan metode dimana

sasaran yang memainkan beberapa tokoh peranan yang

telah ditunjuk sebelumnya, misalnya memerankan tokoh

dokter, perawat, ataupun sebagai masyarakat.

16

f. Permainan simulasi

Permainan simulasi dilakukan seperti bermain

monopoli. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam bentuk

permainan.

3. Metode berdasarkan pendekatan masa

Metode berdasarkan pendekatan masa merupakan metode

yang cocok memberikan pesan-pesan kesehatan kepada

masyarakat. Sasaran dari metode pendekatan masa yaitu bersifat

umum, tidak membeda-bedakan status pendidikan, ekonomi,

pekerjaan, usia ataupun jenis kelamin.

2.1.1.5 Metode Konseling

2.1.1.5.1 Pengertian

Konseling adalah proses belajar yang bertujuan

memungkinkan konseli (peserta didik) mengenal dan menerima

diri sendiri serta realistis dalam proses penyelesaian dengan

lingkungannya, konseling menjadi strategi utama dan

merupakan teknik standar dan tugas pokok seorang konselor di

pusat pendidikan. Konseling membantu konseli memecahkan

masalah-masalah pribadi (sosial atau emosional), mengerti diri,

mengeksploitasi diri, dan dapat memimpin diri sendiri dalam

suatu masyarakat serta membantu mengembangkan kesehatan

mental, perubahan sikap, dan tingkah laku (Maulana, 2009).

17

Dengan cara ini, kontak antatra klien dengan petugas lebih

intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek

dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut akan

dengan sukrela dan berdasarkan kesadaran, penuh perhatian,

akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).

(Agustini, 2014).

2.1.1.5.2 Proses Konseling

Proses konseling terdiri atas tiga tahap (Cavaganh, 1982

dalam Maulana, 2009), yaitu tahap awal, pertengahan, dan akhir.

1. Tahap awal, pengenalan (introduction), kunjungan

(invitation), dan dukungan lingkungan (environmental

support).

2. Tahap pertengahan (actions), berupa kegiatan penjelasan

masalah klien, dan membantu apa yang akan diberikan

berdasarkan penilaian kembali masalah klien.

3. Tahap akhir (termination), ditandai oleh penurunan

kecemasan klien. Terdapat perubahan perilaku ke arah

positif, sehat dan dinamik, tujuan hidup yang jelas di masa

yang akan datang, dan terjadi perubahan sikap.

2.1.1.5.3 Kelebihan Metode Konseling

Kelebihan metode konseling sebagai berikut :

1. Kontak antara klien dan konselor lebih intensif

18

2. Pusat perhatian klien terfokus pada masa lalu dan masa yang

akan datang

3. Memberikan kesempatan bagi klien dan konselor untuk

saling memberi dan menerima umpan balik

4. Klien dapat berlatih tentang perilakunya yang baru

5. Dapat digunakan untuk menggali tiap masalah yang dialami

klien, belajar untuk meningkatkan kepercayaan kepada orang

lain, dapat meningkatkan sistem dukungan dengan cara

berteman akrab.

2.1.1.5.4 Kekurangan Metode Konseling

Kekurangan metode konseling antara lain sebagai berikut :

1. Solusi yang ditawarkan konselor tidak selalu sesuai dengan

keinginan klien disebabkan oleh ketidakakuratan data atau

kurangnya kelengkapan data bahkan mungkin karena

kesalahan dalam analisis data.

2. Dalam proses konseling, klien bersifat pasif, kurang inisiatif

dan lebih banyak menjadi pendengar karena didominasikan

oleh konselor.

2.1.2 Konsep Cuci Tangan

2.1.2.1 Pengertian Cuci Tangan

Menurut World Health Organization (WHO) (2009), cuci

tangan merupakan suatu prosedur tindakan untuk membersihkan

kedua tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir

19

atau dengan Hand rub yaitu dengan menggunakan antiseptik yang

berbasis alkohol.

Cuci tangan adalah suatu proses membuang kotoran dan debu

atau membersihkan tangan secara mekanis dari kulit kedua belah

tangan dengan menggunakan sabun dan air, yang bertujuan untuk

menghilangkan kotoran dan debu dari permukaan kulit secara

mekanis dan dapat mengurangi jumlah mikroorganisme atau

mengurangi dari kuman sementara (Dahlan dan Umrah, 2013).

Cuci tangan dari permukaan kulit dilakukan dengan segera

secara menyeluruh ketika terkontaminasi merupakan tindakan yang

paling efektif dalam mengurangi risiko penularan penyakit. Dalam

cuci tangan terdapat frekuensi cuci tangan dan produk untuk

mencuci tangan yang berkaitan dengan durasi, jenis, rangkaian, dan

intensitas aktivitas seseorang (Kowalski T Mary & Rosdahl Bunker

Caroline, 2014).

2.1.2.2 Tujuan cuci tangan

Tujuan dalam melakukan cuci tangan yaitu sebagai berikut :

1. Menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari

permukaan kulit

2. Mencegah terjadi infeksi silang

3. Mengurangi jumlah mikroorganisme sementara (Sursilah, Ilah,

2010)

20

2.1.2.3 Five moment kebersihan tangan

Five moment kebersihan tangan antara lain :

1. Sebelum kontak dengan pasien

2. Sebelum tindakan aseptik

3. Setelah terkena cairan tubuh pasien

4. Setelah kontak dengan pasien

5. Setelah kontak dengan lingkungan di sekitar pasien (Wardhani,

2017).

2.1.2.4 Teknik cuci tangan dengan Handrub

Teknik atau cara dalam cuci tangan antara lain yaitu :

1. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan

gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah

memutar.

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.

3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih.

4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling

mengunci.

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.

6. Letakkan ujung jari ketelapak tangan kemudian gosok perlahan

(Hastuti, puji, dkk, 2019).

2.1.2.5 Teknik cuci tangan dengan sabun

Teknik atau prosedur cuci tangan dengan menggunakan sabun yaitu

sebagai berikut :

21

1. Lepaskan cincin, atau perhiasan pada jari tangan

2. Basahi kedua tangan dengan menggunakan air mengalir,

gunakan sabun secara merata pada kedua tangan.

3. Gosok kedua tangan dan jari.

4. Gosok punggung tangan secara bergantian

5. Gosok sela jari-jari tangan yang berlawanan, lakukan secara

bergantian.

6. Gosok punggung jari secara bergantian

7. Gosok ujung jari pada telapak tangan secara bergantian

8. Bilas kedua tangan dengan air bersih yang mengalir

9. Tutup kran

10. Keringkan tangan dengan handuk bersih atau tisu (Hastuti,

puji, dkk, 2019).

2.1.2.6 Akibat atau dampak tidak cuci tangan

Terdapat akibat atau dampak tidak cuci tangan yaitu sebagai

berikut :

1. Diare

Diare merupakan pengeluaran feses yang lebih dari tiga kali

dalam sehari, dengan frekuensi cair, dapat berupa lendir atau

hanya berupa air saja. Diare dapat ditularkan melalui makanan

atau minuman yang sudah terkontaminasi oleh patogen dari

feses manusia atau hewan. Bentuk penularan yang paling lazim

yaitu disebabkan oleh individu yang terinfeksi dengan tangan

22

yang terkontaminasi akibat hygiene yang buruk atau tidak

mencuci tangan setelah defekasi. Hygiene tangan yang baik

sangat penting untuk mencegah penyebaran kuman salah

satunya pencegahan diare (Hurst, 2015).

2. Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial merupakan suatu infeksi yang bisa

bersumber dari petugas kesehatan, pasien yang lain, alat dan

bahan yang digunakan untuk pengobatan maupun dari

lingkungan rumah sakit. Faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya infeks inosokomial antara lain: faktor internal, seperti

usia, penggunaan obat, penyakit penyerta, malnutrisi, kolonisasi

flora normal tubuh, personal hygiene yang rendah, perilaku

personal, dan lain-lain, serta faktor eksternal, seperti banyaknya

petugas kesehatan yang kontak langsung dengan pasien,

banyaknya prosedur invasif, lama tinggal di RS, lingkungan

yang terkontaminasi (Mujahidah Khansa, 2012).

3. Mudah terkena pilek

Salah satu alasan utama rajin mencuci tangan adalah untuk

meminimalkan perpindahan virus dan bakteri melalui tangan

kita. Jika jarang cuci tangan, perpindahan virus atau bakteri ini

akan memicu mudahnya untuk terkena pilek.

23

4. Hepatitis A

Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan karena infeksi

virus yang sangat menular pada organ hati. Salah satu proses

yang memicu hepatitis A yaitu virus dan bakteri yang masuk

dan menulari tubuh kita karena jarang mencuci tangan

5. Impetigo

Impetigo adalah infeksi kulit yang disebakan oleh bakteri,

impetigo merupakan infeksi menular yang biasa terjadi pada

anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa. Penyakit ini

ditandai dengan kulit kemerahan yang kemudian berkembang

menjadi lecet kecil. Faktor pencetus impetigo salah satunya

yaitu kebersihan yang buruk, jarang cuci tangan pada anak-anak

(Kemenkes RI, 2017).

2.1.3 Konsep Pengetahuan

2.1.3.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah salah satu yang merupakan hasil “tahu”,

dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu

objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra seseorang.

Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). (Notoatmodjo,

2014).

24

2.1.3.2 Tingkatan Pengetahuan di dalam domain Kognitif

(pengetahuan)

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

(pengetahuan) mempunyai enam tingkatan sebagai berikut :

1. Tahu (Know), tahu diartikan sebagai pengingat akan suatu

materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara

lain, menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,

dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension), memahami diartikan sebagai

suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan.

Misalnya, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application), aplikasi diartikan sebagai kemampuan

untuk menggunakan materii yang telah dipelajari pada situasi

atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

25

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis), analisi adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-

komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthetic), sintesis menunjukan kepada suatu

kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan

kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada,

misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan,

menyesuaikan, dan sebagainya.

6. Evaluasi (evaluation), evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan

untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian-penilaian tersebut didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-

kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara

berat badan normal dan berat badan kurang. (Notoatmodjo,

2014).

26

2.1.3.3 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan mengenai isi materi yang akan

diukur dari subjek penelitian atau keluarga tersebut. (Notoatmodjo,

2010).

Menurut Arikunto (2013), hasil pengukuran pengetahuan

dengan menggunakan hasil rata-rata keseluruhan dan

diimplementasikan ke dalam dua kategori, yaitu :

1. Kategori pengetahuan baik, apabila skor 76-100

2. Kategori pengetahuan cukup, apabila skor 60-75

3. Kategori pengetahuan kurang, apabila skor ≤60

2.1.3.4 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

notoatmodjo (2010) yaitu :

1. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah ia

memahami hal baru dan menyelesaikan aneka persoalan yang

berkaitan dengan dirinya.

2. Informasi

Informasi yang dimiliki seseorang secara luar, atau memiliki

banyak informasi yang didapatkannya, maka akan semakin

banyak memberikan pengetahuan yang lebih jelas.

27

3. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang, karena apa yang disampaikan kepada dirinya akan

disaring dahulu sesuai kebudayaan yang mengikatnya.

4. Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang

dihadapi masa lalu.

5. Sosial ekonomi

Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup

disesuaikan denngan penghasilan yang ada sehingga menuntut

pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal

mungkin (Ahmad, Ode, 2015).

2.1.4 Konsep keluarga

2.1.4.1 Pengertian Keluarga

Menurut World Health Organization dalam Harmoko (2012)

keluarga merupakan suatu kumpulan dari orang-orang atau anggota

rumah tangga yang mempunyai hubungan melalui pertalian darah,

adopsi atau pertalian perkawinan.

Menurut Departemen Kesehatan RI dalam Ali (2010),

keluarga merupakan suatu kumpulan dari beberapa orang yang

tinggal dalam satu atap di suatu tempat yang terdiri dari kepala

28

keluarga, dan beberapa orang atau anggota keluarga yang lainnya

dalam keadaan saling bergantung antara satu dengan yang lainnya,

dan keluarga merupakan bagian terkecil dalam masyarakat.

Keluarga merupakan suatu sistem. Sebagai sistem, keluarga

mempunyai anggota yaitu; ayah, ibu, dan anak atau semua individu

yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota saling

berinteraksi, interelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan

bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat

dipengaruhi oleh suprasistemnya yaitu lingkungan (masyarakat)

keluarga dapat memengaruhi masyarakat (suprasistem). Oleh

karena itu, betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam

membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat

biopsikososial spiritual. (Andarmoyo, 2012).

2.1.4.2 Ciri-ciri Keluarga

Ciri-ciri keluarga di setiap negara berbeda-beda bergantung

pada kebudayaan, falsafah hidup, dan ideologi negaranya. Keluarga

di Indonesia :

1. Mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat yang dilandasi

oleh semangat kegotongroyongan

2. Merupakan satu kesatuan utuh yang dijiwai oleh nilai budaya

ketimuran yang kental yang mempunyai tanggung jawab besar

3. Umumnya dipimpin oleh suami sebagai kepala rumah tangga

yang dominan dalam musyawarah dan mufakat

29

4. Sedikit berbeda antara yang tinggal di pedesaan dan di

perkotaan, keluarga di pedesaan masih bersifat tradisional,

sederhana, saling menghormati satu sama lain dan sedikit sulit

menerima inovasi baru.

Dalam ciri-ciri keluarga, dapat disimpulkan bahwa keluarga:

1. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat

2. Terdiri dari dua orang atau lebih dalam satu atap yang

mempunyai hubungan yang intim, pertalian darah atau

perkawinan

3. Terorganisasi di bawah asuhan kepala rumah tangga

(biasanya bapak atau ibu atau keluarga lain yang dominan)

yang saling berhubungan satu dengan lainnya, saling

bergantung antar anggota keluarga

4. Setiap anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi

masing-masing yang dikoordinasikan oleh kepala keluarga

5. Mempunyai keunikan masing-masing serta nilai dan norma

hidup yang didasari sistem kebudayaan

6. Mempunyai hak otonomi dalam mengatur keluarganya,

misalnya dalam hal kesehatan keluarga.

2.1.4.3 Peran Keluarga

Peran merupakan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, dan

kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan

satuan tertentu. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-

30

masing. Ayah sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah,

pendidik, pelindung atau pengayom, dan pemberi rasa aman kepada

anggota keluarga. Selain itu, sebagai anggota masyarakat atau

kelompok sosial tertentu. Ibu sebagai pengurus rumah tangga,

pengasuh, pendidik anak-anak, pelindung keluarga, dan juga

sebagai pencari nafkah tambahan keluarga. Selain itu, sebagai

anggota masyarakat. Anak berperan sebagai pelaku psikososial

sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual.

2.1.4.4 Fungsi keluarga

Fungsi-fungsi dalam keluarga yaitu sebagai berikut :

1. Fungsi ekonomi, menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam

pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan serta

pemanfaatan linngkungan rumah untuk meningkatkan

penghasilan keluarga. Juga diuraikan kemampuan keluarga

dalam pemanfaatan sumber yang ada di masyarakat sekitar

untuk meningkatkan status kesehatannya.

2. Fungsi sosialisasi menjelaskan tentang hubungan anggota

keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar tentang disiplin,

nilai, norma, budaya, dan perilaku yang berlaku di keluarga dan

masyarakat.

3. Fungsi reproduksi menjelaskan tentang bagaimana rencana

keluarga memilki dan upaya pengendalian jumlah anggota

31

keluarga. Perlu juga diuraikan bagaimana keluarga menjelaskan

kepada anggota keluarganya.

4. Fungsi afeksi, hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota

keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,

dukungan anggota keluarga, hubungan psikososial dalam

keluarga, dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling

menghargai.

5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan, yaitu berfungsi

dalam mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga

agar tetap memiliki produktivitas tinggi (Menurut Friedman

dalam Padila, 2012).

2.1.5 Teori Keperawatan

Filosofi pelayanan transpersonal Jean Watson (1979, 1985,

1987) dalam Perry & Potter (2010), mendefinisikan hasil kegiatan

keperawatan berhubungan dengan aspek humanistik dalam

kehidupan. Kegiatan keperawatan bertujuan untuk memahami

hubungan antara kesehatan, penyakit, dan kebiasaan manusia.

Kegiatan keperawatan tertuju pada promosi dan perbaikan

kesehatan serta pencegahan penyakit.

Watson membuat model proses keperawatan, membantu

klien dalam mencapai atau mengelola kesehatan atau meninggal

dengan tenang. Proses keperawatan ini membutuuhkan perawat

yang mengetahui tentang kebiasaan manusia dan respons manusia

32

terhdap masalah kesehatan yang sudah ada atau berpotensi akan

timbul. Perawat juga perlu mengetahui kebutuhan individu,

bagaimana responsnya terhadap sesamanya, kekuatan serta

keterbatasan klien dan keluarganya. Selain itu, perawat membantu

dan memberikan perhatian serta empati kepada klien dan

keluarganya. Caring mewakili semua faktor yang digunakan

perawat untuk memberikan pelayanan kepada klien.

2.2 Kerangka Konsep

Pengetahuan Keluarga :

1 Tingkat pengetahuan

2 Pengkategorian pengetahuan

3 Faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan

Cuci tangan

1. Tujuan cuci tangan

2. Waktu cuci tangan

3. Five moment bagi

pengunjung atau keluarga

4. Teknik cuci tangan

5. Akibat atau dampak

6.

Pendidikan kesehatan

2. Metode pendidikan

kelompok

3. Metode berdasarkan

pendidikan masa

1. Metode perorangan

1. Tingkat pengetahuan

Tingkat Pengetahuan :

1. Baik

2. Cukup

3. Kurang

33

Keterangan :

Variable yang ditelitii

Variable yang tidak diteliti

Sumber :

Modifikasi dari : Ali (2010), Notoatmodjo (2010), Mujahidah (2012),

Notoatmodjo (2012), Dahlan dan Umrah (2013), Harlina (2013), Hurst (2015),

Kemenkes RI (2017